Oleh :
Dwi Denita Damayanti, S.Ked.
K1A1 20 046
PEMBIMBING
dr.Agus Susanto, M.Kes., Sp.An.
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Anestiologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pada prinsipnya
dalam penatalaksanaan anastesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap yang
harus dilaksanakan yaitu pra anastesi yang terdiri dari persiapan mental dan fisik
anastesi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anastesi. (1)
(Endotracheal tube/ ET) ke dalam trakea melalui hidung atau mulut. Intubasi
orotrakeal adalah suatu tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui
rima glottis dengan mengembangkan cuff sehingga ujung distalnya berada kira-
kira dipertengahan trakea, antara pita suara dan bifurcatio trachealis. Sedangkan
intubasi nasotrakeal yaitu suatu tindakan memasukkan pipa nasal melalui nasal
pengamanan jalan napas terbaik dan paling sesuai sebagai jalur ventilasi mekanik.
Selain digunakan untuk menjaga jalan nafas dan memberikan ventilasi mekanik,
tindakan ini juga dapat menghantarkan agen anestesi inhalasi pada anestesi umum.
Walaupun rutin dilakukan, tindakan ini bukan tanpa risiko dan tidak semua pasien
pipa endotrakea (ET) diindikasikan untuk pasien dengan risiko aspirasi dan pada
merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.
Pada tonsillitis kronis, ukuran tonsil dapat membesar sedemikian sehingga disebut
kronis hipertrofi yang telah menyebabkan sumbatan jalan napas harus segera
berasal dari bahasa latin didefinisikan sebagai tonsilia yang mempunyai arti tiang
tempat menggantungkan sepatu serta dari bahasa yunani ectomy yang berarti
eksisi. Beragam teknik tonsilektomi terus berkembang mulai dari dari abad 21
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. E
Umur : 16 tahun
Tanggal Lahir : 07 Oktober 2005
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Malaka
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 14 Desember 2021
RM : 59 18 98
B. ANAMNESIS (13 Desember 2021)
1. Keluhan Utama : Nyeri Menelan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien perempuan usia 16 tahun datang ke Poliklinik THT RSU
Bahteramas tanggal 14 Desember 2021, pasien mengeluh adanya rasa
tidak nyaman ditenggorokan yang dirasakan 2 tahun terakhir, nyeri
menelan sejak 1 minggu terakhir dan demam sejak 6 hari yang lalu.
Kejang (-), Batuk (-), Sesak (-), mual dan muntah (-). BAB dan BAK
dalam batas normal.
Pasien tidak menggunakan kacamata, tidak menggunakan lensa
kontak, tidak menggunkan alat bantu dengar, tidak memiliki gigi palsu,
dan terdapat gigi yang hilang. Riwayat penyakit pasien (-). Riwayat
kebiasaan mengkonsumsi rokok (-), konsumsi alkohol (-), riwayat
mengkonsumsi teh (-) dan olahraga(-) . Riwayat alergi obat, latex, dan
plester di sangkal. Riwayat operasi (-), riwayat transfusi darah (-).
Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama (-), Asma (-),
diabetes (-), pingsan (-), stroke (-), asam lambung (-), serangan jantung (-),
hepatitis (-), hipertensi (-), penurunan berat badan dalam 1 tahun terakhir
disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan Umum Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis
Tanda Vital Tekanan Darah : 120/86 mmHg
Nadi : 114x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5 oC
Skala Nyeri (VAS) : 3
Status Generalis
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikular (+/+), Stridor (-/-), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Datar , ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan (-), Pembesaran lien (-) Pembesaran hepar (-)
Ballotemen ginjal (-).
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremitas Inspeksi
-peteki -/-, edema -/-, deformitas -/-
Koagulasi (13-12-2021)
E. RESUME
Pasien perempuan usia 16 tahun datang ke Poliklinik THT RSU
Bahteramas tanggal 14 Desember 2021, pasien mengeluh adanya rasa
tidak nyaman ditenggorokan yang dirasakan 2 tahun terakhir, nyeri
menelan sejak 1 minggu terakhir dan demam sejak 6 hari yang lalu.
Kejang (-), Batuk (-), Sesak (-), mual dan muntah (-). BAB dan BAK
dalam batas normal.
Pemeriksaan fisis didapatkan Tekanan Darah : 120/86 mmHG, nadi :
114x/menit, pernapasan : 20x/menit, suhu : 36,5 oC , skala nyeri (FLACC) :
6, retraksi sela iga (-), , suara napas vesikuler (+/+) dan tidak terdapat
suara napas tambahan.
F. ASSESMENT
Disfagia EC Tonsilitis (ASA PS 2)
Rencana Anestesi : General Anestesi (General Endotracheal Anesthesia)
G. PLANNING
1. Non farmako :
a. Berikan posisi nyaman
b. O2 non rebreathing mask 4 lpm
c. Pertahankan jalan napas
2. Farmako : Tonsilektomi
3. Monitoring :
a. Evaluasi tanda-tanda vital
b. Pantau jalan napas
4. Edukasi
a. Menjelaskan keadaan umum pasien saat ini, pada keluarga pasien
b. Menjelaskan mengenai komplikasi dan prognosis pada pasien
H. INSTRUKSI OPERATIF
1. Persiapan Preoperatif
a. Persiapan pasien :
1) Pasien puasa sejak pukul 01.00 WITA- 09.00 WITA (8 jam
sebelum operasi dimulai)
2) Dilakukan pemasangan infus pada tangan kiri dengan cairan
Ringer Laktat 31 tpm
b. Persiapan alat :
1) Monitor, Sphygmomanometer, Saturasi, EKG
2) Oksigen dengan ventilator
3) Meja operasi
4) Mesin anestesi dan perangkat anestesi umum
5) Perangkat intubasi endotracheal tube (ETT), yaitu
a) Laringoskop
b) Stetoskop
c) Endotracheal Tube (ETT) ukuran 7,0, 7,5 dan 8,0
d) Oropharyngeal Airway size 2, 3, dan 4
e) Hypafix
f) Stilet
g) Connector
h) Suction
i) Spoit
c. Premedikasi:
Inj. Ondancentron 8 mg
Inj. Ranitidine 50 mg
Inj. Dexamethason 10 mg
d. Sedasi analgesia :
Inj. Fentanyl 100 mcg
e. Induksi :
Propofol 200 mg
Sevoflurane 2,0 vol%
f. Muscle relaxant atau pelumpuh otot :
Atracurium 30 mg
g. Pemberian kebutuhan cairan dengan cairan ringer laktat selama operasi
berlangsung yaitu 20 tpm dengan perhitungan kebutuhan cairan :
1. Cairan pemeliharaan selama operasi :
2 cc/kgBB/ jam x BB Pasien x lama operasi = 2 x 64 x 2,5 = 320 cc
2. Cairan pengganti puasa :
8 jam x 140 cc = 1120 cc
Telah diberikan cairan ringer laktat 1000 ml selama puasa, sehingga
kebutuhan cairan puasa = 120 cc
3. Stress operasi (Stress operasi berat) :
8 cc/kgBB/jam x 64 kg = 512 cc/jam = 1024
4. Estimated Blood Volume (EBV) untuk dewasa :
70 cc / kgBB = 70 x 64 = 4480 cc
jumlah pendarahan selama operasi berlangsung sebanyak 70 cc,
sehingga :
Pendarahan / EBV * 100% = 70 cc / 4480 cc * 100% = 1,56%
Jumlah total kebutuhan cairan selama operasi :
320 + 120 + 1024 + 70 cc = 1534 cc
Jam I : 50% x 1534 cc = 767 cc
Jam II : 25% x 1534 cc = 383 cc
Jam III : 25% x 1160 cc = 383 cc
2. Teknik Anestesi
General Endotracheal Anesthesia
a. Posisikan pasien dalam posisi supine dengan leher ekstensi maksimal
b. Pemberian sedasi analgesia :
Inj. Fentanyl 100 mcg
c. Induksi :
Inj. Propofol 200 mg
Sevoflurane 2,0 vol%
d. Memberikan muscle relaxant atau pelumpuh otot :
Inj. Atracurium 30 mg
e. Melakukan head tilt pada pasien dengan tangan kanan dan gagang
laringoskop dipegang dengan tangan kiri
f. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kanan dan lapangan pandang
akan terbuka lalu dorong ke dalam rongga mulut.
g. Gagang di angkat ke atas dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula,
faring serta epiglotis.
h. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis
diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak
keputihan berbentuk huruf V.
i. Tracheal tube diambil dengan tangan kanan dan ujungnya dimasukkan
melewati pita suara akan dapat tampak dengan jelas.
j. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa
balon dan tangan kiri memfiksasi.
k. Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan
selanjutnya pipa difiksasi dengan plester.
l. Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu
ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan
suara napas kanan dan kiri sama.
m. Monitoring : Airway, Breathing, Circulation, Exposure, Disability
n. Maintenance :
Oksigen 4,0 lpm
Sevoflurane 2,0 Vol%
o. Operasi selesai, berikan ketorolac 30 mg
p. Monitoring pasien lanjutan di ruang pemulihan selama 2-4 jam setelah
operasi dengan observasi tanda-tanda vital, pemberian O2 (simple
mask) 8 lpm dan Head up 30o
I. LAPORAN INTRAOPRATIF
BAB III
ANALISIS KASUS
Setelah pasien tidak sadar, pasien dapat buka mulut lebih dari 3 jari
dengan dilakukannya head tilt, kapasitas ruang mandibula untuk memuat
lidah ketika laringoskopi didapatkan lebih dari 3 jari dan pada saat
mengidentifikasi letak laring berkaitan dengan dasar lidah didapatkan kurang
dari 2 jari sehingga sedikit menyulitkan dalam hal visualisasi glottis.
c. Mallampati Score.
d. O (Obstruction)
Adanya pertanda kesulitan jalan napas harus selalu kita pertimbangkan
sebagai akibat adanya obstruksi pada jalan napas. 3 tanda utama adanya
obstruksi yaitu muffled voice (hot potato voice), adanya kesulitan menelan
ludah (karena nyeri atau obstruksi) dan adanya stridor.
e. N (Neck mobility)
Keterbatasan mobilisasi leher harus dipertimbangan sebagai suatu
kesulitan dalam intubasi. Mobilisasi leher dapat dinilai dengan Ekstensi sendi
atlanto - oksipital yaitu posisi leher fleksi dengan menyuruh pasien
memfleksikan kepalanya kemudian mengangkat mukanya, hal ini untuk
menguji ekstensi daripada sendi atlanto - oksipital. Aksis oral, faring dan
laring menjadi satu garis lurus dikenal dengan posisi Magill. Nilai normalnya
adalah 35 derajat.
jenis teknik anestesi sangat penting dalam pengelolaan jalan napas. Anestesi
yang membutuhkan relaksasi yang dalam untuk jangka waktu yang lama.
Intubasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga
henti jantung, serta syok hemoragik berat. Perlindungan jalan napas dapat
ke dalam trakea melalui hidung atau mulut. ETT dapat digunakan sebagai
penghantar gas anestesi ke dalam trakea dan memudahkan kontrol ventilasi dan
oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA