Dokter Pembimbing:
dr. Gama Sita Setyapratiwi, Sp.S.
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Keluhan utama
Pusing berputar
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengaku mengalami pusing berputar sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
kadang terasa berat dan ringan tapi tidak pernah sembuh. Pasien juga mengeluhkan
kedua mata rabun serta mual dan kadang muntah. Keluhan dirasakan sangat
mengganggu aktivitas pasien sebagai pedangang makanan. Keluahan dirasakan berat
jika beraktivitas berat serta kelehan dan terasa ringan ketika minum obat dojter serta
beristirahat. Keluhan dirasakan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Pasien
mengaku sempat dirawat di RS puri asih seminggu yang lalu. Keluhan tidak disertai
dengan telinga berdenging, gangguan pendengaran. Pasien juga tidak mengeluhkan
adanya gangguan BAB dan BAK.
Riwayat penyakit dahulu
Pasein mengatakan, dahulu pasien pernah menderita stroke
penyumbatan pada tahun 2009, dan mengalami kelemahan anggota
gerak sebelah kiri. Dan saat ini pasien mengaku masih rajin kontrol
kesehatannya ke dokter spesialis saraf.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengaku jika dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
keluhan serupa serta pasien menyangkal adanya penyakit gula maupun
tekanan darah tinggi dalam keluarga, serta penyakit keturunan lainnya.
Riwayat personal dan sosial
Pasein merupakan seorang pedagang makanan, pasien mengaku
merikok sekitar 8 sampai 9 batang perhari. Serta mengaku pola mkaan,
minum dan tidur kurang teratur serta tidak memiliki riwayat alergi obat –
obatan maupun kontak iritan lainnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
head to toe
Pemeriksaan Hasil
Palpasi Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), nyeri tekan (-).
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak, vokal fremitus tidak ada peningkatan maupun penurunan
Thorax (Cor)
Inspeksi Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra
Inspeksi Abdomen terlihat datar, tidak ada kelainan bentuk abdomen, jejas (-)
Palpasi Defens muskular (-), nyeri tekan (-), ginjal, hepar dan lien tidak teraba
Genitalia
Ekstremitas
Kesadaran
Compos mentis, GCS : 15 (E4V5M6).
Pemeriksaan Nervus cranialis
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Olfaktorius (I) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Subjektif
Optikus (II)
Daya Penglihatan (Subjektif)
Lapangan pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Melihat warna
Funduskopi
Okulomotorius (III)
Pergerakan mata kearah superior, medial, inferior, torsi inferior
Strabismus (+) (+)
Nystagmus (-) (-)
Exoptalmus (-) (-)
Refleks pupil terhadap sinar (-) (-)
Melihat kembar (+) (+)
Pupil besarnya (-) (-)
2 mm 2 mm
Troklearis (IV)
Pergerakan mata (ke bawah-keluar) (+) (+)
Trigeminus (V)
Membuka mulut (+)
Mengunyah (+)
Menggigit (+)
Pengecapan 2/3 anterior lidah
Abdusens (VI)
Pergerakan mata ke lateral (+) (+)
Fasialis (VII)
Mengerutkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Memperlihatkan gigi (-) (-)
Vestibulokoklearis (VIII)
Suara berbisik (+) (+)
Tes Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber
Tes schwabach
Glossofaringeus (IX)
Suara sengau (+) (+)
Vagus (X)
Bicara (+) (+)
Menelan (+) (+)
Assesorius (XI)
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
Hipoglossus (XII)
Pergerakan lidah (+) (+)
Artikulasi (+)
Pemeriksaan refleks meningeal
Sensibilitas
Taktil (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Gerakan Involunteer
Tremor (+) (+)
Atetosis (-) (-)
Chorea (-) (-)
Tics (-) (-)
Refleks fisiologis
Biseps (++) (++)
Triseps (++) (++)
Brachioradialis (++) (++)
Refleks patologis
Tromner (-) (-)
Hoffman (-) (-)
Pemeriksaan ekstremitas inferior
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan (+) (+)
Kekuatan 5- 5-
Tonus normal normal
Sensibilitas
Taktil (raba) (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Refleks fisiologis
Patella (+++) (+++)
Achilles (++) (++)
Refleks patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Bing (-) (-)
Gordon (-) (-)
Tes lasiegue (-) (-)
Tes patrick (-) (-)
Tes kontrapatik (-) (-)
Fortin finger sign (-) (-)
FABER test (-) (-)
Sacral distraction test. (-) (-)
Pemeriksaan koordinasi Fungsi alat vegetatif
Romberg Test : (-) Mictio : Dalam batas normal
Tandem Walking : (+) Defekasi : Dalam batas normal
Finger to Finger Test : (-)
Finger to Nose Test : (-)
Pemeriksaan kepala
CT- Scan kepala tanpa kontras
(15 Februari 2019)
Keterangan hasil CT – Scan kepala tanpa kontras
15 februari 2019
Kesan
Tak deviasi septum nasi kekanan Deviasi septum nasi kekanan
Tak tampak massa intra sinus paranasal dan cavum nasi, Tampak
lesi hyperdens parenkim otak Gambaran bilateral SNH didaerah corpus
callosum forcep minor sn dan capsula
Tampak lesi hipodens didaerah copus callosum forcep minor sn dan
capsula interna crus posterior dx dengan HU : 20,0 dan 22,0 interna crush posterior dx
Tak tampak massa pada parenkim otak, Tak tampak midline schiffting Gambaran antrofi cerebri sn
Ventrikel lateralis dx/sn conu anterior, podterior, 3 dan 4 DBN
Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk pada awal minggu ketiga sebagai lempeng
neuralis (neural plate) pada daerah middorsal di depan nodus primitif.
Tepi-tepi lateralnya bergerak naik untuk membentuk lipatan-lipatan neuralis (neural
folds). Seiring perkembangannya, lipatan-lipatan neuralis ini terus menaik, saling
mendekati satu sama lain di garis tengah, dan akhirnya menyatu membentuk tuba
neuralis.
Fusi dimulai di daerah servikal dan begitu dimulai, ujung-ujung tuba neuralis yang
terbuka membentuk neuroporus kranialis dan kaudalis yang berhubungan dengan
rongga amniotik.
Penutupan akhir neuroporus kranial terjadi pada tahap 18-20 somit (hari ke-25),
sedangkan penutupan akhir neuroporus kaudal terjadi kira-kira dua hari kemudian
(Guyton dan Hall, 2014).
Anatomi otak
Lapisab otak
Dura mater, yaitu lapisan terluar yang
kaya akan serabut saraf sensoris
Araknoid mater, yaitu lapisan di bawah
dura mater yang avaskular.
Pia mater, yaitu lapisan jaringan ikat yang
langsung membungkus otak dan medula
spinalis.
Bagian bagian otak
Bagian yang paling menonjol dari otak manusia adalah hemisfer serebri. Beberapa regio
korteks serebri yang berhubungan dengan fungsi-fungsi spesifik dibagi atas lobus-lobus.
Lobus-lobus tersebut dan fungsinya masing-masing antara lain (Sherwood, 2014) :
Lobus frontal memengaruhi kontrol motorik, kemampuan berbicara ekspresif,
kepribadian, dan hawa nafsu.
Lobus parietal memengaruhi input sensoris, representasi dan integrasi, serta
kemampuan berbicara reseptif
Lobus oksipital memengaruhi input dan pemrosesan penglihatan
Lobus temporal memengaruhi input pendengaran dan integrasi ingatan
Lobus insula memengaruhi emosi dan fungsi limbik
Lobus limbik memengaruhi emosi dan fungsi otonom.
Komponen lain otak
3. Bahasa
4. Sifat kepribadian
Makanan
Endokrin
mengindikasikan keduanya terlibat dalam mengendalikan gerakan mata, dan area bicara Broca
Lesi area broca terdiri dari kumpulan gangguan berbahasa yang mencakup nonfluen, bicara yang
memerlukan usaha, gangguan repetisi dan komprehensif yang relatif tidak terganggu.
Berperan penting dalam fungsi otak yang lebih kompleks seperti orientasi dan perhatian, pembuat
keputusan berdasarkan informasi eksteroseptif dan interoseptif dan pengalaman masa lalu,
merencakan dan merangkaikan suatu tindakan, emosi dan kepribadian
ATROFI CEREBRI (OTAK/BRAIN)
Defenisi
Atrofi otak menyusut dari otak yang disebabkan oleh hilangnya sel,
yang disebut neuron. Dua jenis atrofi otak dapat terjadi; umum dan
fokus. Atrofi umum mengacu pada hilangnya neuron seluruh seluruh
otak, dan atrofi fokus mengacu pada hilangnya neuron di daerah otak
tertentu (Campbell, 2013).
Etiologi dan faktor risiko
Penyakit, yang dikenal sebagai Gejala lain dari atrofi serebral kejang,
demensia, di mana orang menderita yang mengakibatkan kejang-kejang,
kehilangan memori dan kemampuan gerakan berulang pada tungkai dan
kognitif. Ketidakmampuan untuk belajar, hilangnya kesadaran (Campbell, 2013).
kehilangan memori dan disorientasi
adalah beberapa tanda-tanda bahwa
seorang individu adalah pasien
demensia.
Sebuah kondisi yang berhubungan
dengan gangguan bahasa yang disebut
aphasias, di mana individu menemukan
kesulitan untuk memahami bahasa. Ada
dua jenis aphasias - aphasias ekspresif
dan reseptif aphasias..
Penegakan diagnosis
Nonfamakologi Farmakologi
Olahraga secara teratur Berdasarkan simptom dan gejala
Mencukupi kebutuhan vitamin Neuroprotekror
Minum air puti banyak fisiotrapi
Konsumsi omega 3
Mengkonsumsi sayur dan buah
Prognosis dan komplikasi
Hidrocephalus
Atrofi serebral mungkin sulit dibedakan dengan hidrosefalus karena atrofi serebral dan
hidrosefalus melibatkan peningkatan volume cairan serebrospinal (CSF). Pada atrofi
serebral, peningkatan volume CSF ini terjadi sebagai akibat dari penurunan volume
kortikal. Pada hidrosefalus, peningkatan volume terjadi karena CSF itu sendiri.
Epilepsi
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas
listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku
yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran.
Dimensia
Demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak seseorang
mengalami kemunduran
Afasia
Gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak.
Stroke
Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan
asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak
akan mati (Duus, 2007).
Pembahasan
Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan sambungan antar sel otak secara
berkelanjutan dan cenderung terjadi dalam waktu yang lama. Kondisi ini juga umum
mendahului atau hadir sebagai gejala berbagai penyakit pada otak seiring waktu.
Penyebab dan faktor risiko dari atrofi otak dapat dibedakan berdasarkan pola
kejadiannya – atrofi otak general atau focal. Atrofi otak general terjadi pada
keseluruhan bagian otak. Ini dapat disebabkan oleh kerusakan akibat gangguan suplai
darah ke otak, kerusakan akibat trauma kepala baik yang ditandai perdarahan ataupun
memar (kontusi), mengalami penyakit yang dapat merusak sel neuron otak
Gejala klinis yang sering mencul adalah dimensia, afasia serta kejang.
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
generalisata dan neurologis serta pemeriksaaan penunjang berupa imanging yaitu ct-
scan kepala.
Atrofi otak merupakan kondisi yang permanen karena kerusakan dan penurunan
volume dan ukuran otak tidak dapat diperbaiki. Sehingga tindakan yang dapat
dilakukan adalah pencegahan dan perlambatan atrofi pada sel otak.
Pencegahan secara umum dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat
untuk mencegah penyakit pada pembuluh darah otak serta hindari konsumsi alkohol
berlebih. Penanganan faktor penyebab atau penyakit kerusakan sel otak sangat
diperlukan untuk mengatasi percepatan proses atrofi. Serta perubahan gaya hidup
dengan aktif beraktivitas fisik dan suplementasi vitamin B (vitamin B12, B6 dan folat)
diketahui dapat memperlambat proses kerusakan otak.
Piracetam adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan otak untuk
berpikir (fungsi kognitif). Obat Piracetam adalah obat yang dapat merangsang
kemampuan otak untuk bekerja dan berpikir secara aktif, sehingga obat ini digunakan
untuk mengobati penderita penurunan fungsi kognitif, terutama jika penderita tersebut
adalah seseorang yang telah lanjut usia.
Vitamin B1 atau tiamin adalah jenis vitamin B yang berfungsi untuk mengubah asupan
karbohidrat menjadi energi. Karena vitamin B1 larut air, vitamin ini akan dibawa oleh
aliran darah untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Khususnya untuk menjaga fungsi
sistem saraf, jantung, dan otot agar bekerja dengan baik. Pasalnya, vitamin B1 ini
akan diserap oleh elektrolit untuk menjaga fungsi sel-sel otot dan saraf tubuh.
Kesimpulan
Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan Penatalaksanaan atrofi cerebri dapat
sambungan antar sel otak secara berkelanjutan dan dilakukan berdasarkan simpom dan
cenderung terjadi dalam waktu yang lama. causanya.
Salah satu etiologi penyebab atrofi otak adalah
Progonosis atrofi cerebri adalah buruk, karena
SNH yang mengakibatkan berkurangnya pasokan
oksigen untuk menutrisi sel – sel saraf otak. ini merupakan suatu keadaan yang dapat
menimbulkan komplikasi yang lenih besar
Gejala umum yang paling sering muncul dalam terhadap multi organ lainnya.
pasien atrofi cerebri adalah dimensia, kejang dan
afasia. Terdapat hubungan antara tingkatan
ntelektual dengan derajat dan lokasi atrofi
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pada bagian bagian otak yang berhubungan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan langsung terhadap fungsi fisiologis pada
neurologi serta pemeriksaan penunjang dengan
gold standar adalah CT – Scan kepala untuk
masing – masing bagian otak.
membedakan diagnosis banding terutama dengan
hydrocephalus.
TRIMAKASIH