Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan
oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis
kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non
imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan. Sedangkan, dermatitis alergik terjadi
pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan
merangsang reaksi hipersensitivitas tipe IV (Wolff & Johnson, 2009).
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis
kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di
masyarakat (Djuanda, 2010). Dalam data terakhir, penyakit ini terhitung sebesar 7%
dari penyakit yang terkait dengan pekrjaan di Amerika Serikat. Dan angka kejadian
dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja (Trihapsoro, 2003).

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. PA
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Perkerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Arcawinangun RT 2. RW. 2
Tanggal kontrol : Senin, 9 Maret 2020 (Pkl. 09.30).

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Gatal
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang dengan keluhan gatal pada kedua tangannya. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 1 minggu ini. Keluhan gatal disertai dengan kulit kering saat
pasien pulang dari sawah setelah memegang gerabah. Keluhan dirasakan makin
hari makin memberat dan area kulit yang tadinya kering jadi merah dan makin
hari makin meluas. Keluhan lama kelamaan dirasakan panas dan agak nyeri,
dengan skala nyeri (VAS) sekitar 5-6. Pasien mengaku jika keluhannya tidak
dipicu oleh makanan – makanan tertentu serta perubahan suhu dan faktor lain
disekitar lingkungan pasien. Keluhan dirasakan sangat mengganggu aktivitas
kesehariannya, terutama untuk makan, mandi dan buang air. Pasien mengaku
jika keluhannya bertambah berat jika pagi dan malam hari serta apabila terkena
debu dan keluhan bertambah ringan jika di kompres dengan air hangat. Keluhan
tanpa disertai demam, nyeri kepala serta tidak terdapat keluhan yang sama di
area tubuh yang lainnya.

2
3. Riwayat Penykit Dahulu
Pasien mengaku pernah mengalami hal serupa 3 tahun yang lalu. Pasien sudah
pernah datang ke dokter spesialis kulit dan kelamin dan dikatakan bahwa kulit
pasien gatal dikarenakan ada alergi dan diberikan obat serta sembuh. Pasien
mengaku tidak pernah mondok dirumah sakit. Pasien mengaku tidak pernah
mengalami alergi obat – obatan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku dalam keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Penyakit darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, alergi, batuk
lama, stroke dan keluahan yang serupa disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengaku dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kulit yang
serius.
5. Riwayat Personal Sosial
Pasien merupakan petani dan sehari-hari bekerja di sawah ataupun ladang milik
prinadi dan milik orang lain. Pasien mengaku di rumahnya tinggal bersama
istrinya dan 4 orang anaknya, pasien mengaku tinggal di pemukiman padat
nonperumahan. Pasien mengaku penghasilannya sekita Rp. 2.000.000 – Rp.
3.000.000 perbulan. Pasien mengaku saat berkerja tidak pernah menggunakan
pelembab pada tubuh dan tidak menggunakan sarung tangan saat memegang
gerabah. Riwayat alergi makanan dan obat disangkal oleh pasien. Pasien
mengaku pola makan, minum dan tidur pasien kurang teratur. Pasien berobat
dengan asuransi kesehatan BPJS PBI.
6. Anamnesis sistem
a. Kepala dan leher : tidak ada keluhan
b. THT : tidak ada keluhan
c. Respirasi : tidak ada keluhan
d. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
e. Gastrointestinal : tidak ada keluhan
f. Perkemihan : tidak ada keluhan
g. Reproduksi : tidak ada keluhan

3
h. Kulit dan ekstremitas : gatal dan kering pada ekstremitas superior distal
bilateral.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
3. Vital Signs
Tekanan Darah : 125/66 mmHg
Nadi : 86x/menit reguler
Frekuensi Napas : 16x/menit
Suhu : 36oC
4. SpO2 : 98 %
5. Head to toe
Antopometri
Jdjdjdjdjdjjdjdjd
Berat badan 65 kg
Tinggi badanjeje 165 cm : BMI : 65/ 1,65 X 1.65 : 23,89 / M2 (DBN)
J 153neddjdh
Kepala & Leher
Inspeksi Bentuk wajah simetris, Conjungtiva anemis (-/-),
Sklera Ikterik (-/-), ptosis (-), eksophtalmus (-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax (Cor)
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis tidak bisa diraba
Perkusi Cardiomegali (-)
Auskultasi Suara S1 dan S2 regular, Murmur (-), Gallop (-)
Thorax (Pulmo)
Inspeksi Pelebaran vena (-), retraksi dinding dada (-)
Palpasi Vocal fremitus sama kuat pada kedua lapang paru
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler pada kedua lapang paru
Abdomen
Inspeksi Asies (-), striae (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi Peristaltik usus 8x/menit
Palpasi Supel, nyeri tekan pada (-)
Perkusi Timpani (+)
Ekstremitas (Superior, Inferior, Dextra, Sinistra)
Inspeksi Eritema, skuama halus pada kedua tangan
Palpasi Pitting non pitting edema (-), akral hangat
Tabel 1. 1 Hasil pemeriksaan fisik (9 Maret 2020)

4
D. Diagnosis
Dermatitis kontak alergen

E. Tatalaksana
1. Medikamentosa

b. Citirizin tablet 10 mg 1x1 PO


c. Metilprednison tablet 4 mg 3x1 PO
2. Non medikamentosa
a. Menggunakan sarung tangan saat memegang gerabah
b. Mengoleskan pelembab pada kulit
c. Menjaga kebersihan tubuh dan area kulit yang luka
d. Menghindari faktor pencetus

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Dermatitis Kontak Alergen


Menurut National Occupational Health and Safety Commision (2006), dermatitis
kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak
dengan alergen melalui proses sensitisasi. Merupakan hipersensitifitas tipe lambat
yang berespon terhadap zat eksogen

5
B. Etiologi
Penyebabnya adalah alergen/kontaktan/sensitizer. Biasanya tergantung
pada:
1. Umur : dapat terjadi pada semua umur.
2. Jenis kelamin : frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
3. Proses sensitisasi : low moleculer-weight electrophilic/hydrophilic hapten
chemical penetrasi ke kulit kemudian berikatan dengan protein carrier
epidermal membentuk hapten-protein kompleks  complete allergen.

Tabel 3. 1 Alergen yang sering menyebabkan DKA (Wolff & Johnson, 2009).

6
C. Faktor Risiko
1. Bangsa/ras : semua bangsa
2. Daerah : tak berpengaruh.
3. Kebersihan/hygiene : berpengaruh besar untuk timbulnya penyakit, seperti
pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat- tempat lembap atau panas,
pemakaian alat-alat yang salah.

D. Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula, vesikel dan erosi.
Penderita selalu mengeluh gatal.
1. Pada kulit kepala: biasanya karena pewarna rambut, samphoo (fragrance,
preservatives, surfactans).
2. Pada wajah dan kelopak mata: daerah yang paling terekspos oleh alergen,
biasanya juga transmisi dari dermatitis tangan, bisa juga dari sponges bedak,
maupun kosmetik (fragrance, preservatives,surfactans).
3. Leher: merupakan daerah yang paling terekspose juga, transmisi dari tangan,
dari parfum dan perhiasan. Bisa berkembang menjadi Berloque Dermatitis
(trinket like dermatitis)/ dermatitis dengan bentuk perhiasan karena pemakaian
perhiasan dari logam nikel dan cobalt.
4. Torso: merupakan daerah yang tertutup, namun karena gesekan terus menerus
dari kain mengakibatkan iritasi pada kulit, ditambah lagi penggunaan sabun dan
parfum pada badan.
5. Perianal dan perioral: sangat jarang, biasanya karena kandungan pada pasta gigi
(pemutih, perasa, dan pengawet) (Price, 2005)

7
E. Pemeriksaan Fisik
1. Lokalisasi : semua bagian tubuh dapat terkena.
2. Efloresensi/sifat-sifatnya : eritema numular sampai dengan plakat, papula dan
vesikel berkelompok disertai erosi numular hingga plakat. Terkadang hanya
berupa makula hiperpigmentasi dengan skuama halus.
3. Gambaran histopatologi : tidak khas.
4. Pemeriksaan pembantu/ laboratorium
a. Pemeriksaan eosinofil darah tepi.
b. Pemeriksaan imunoglobulin E
1) Uji tempel (patch test)
Dasar pelaksanaan uji tempel (Patch Test)
 Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang
sudah ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup
 Biarkan selam 2 hari (minimal 24 jam)
 Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut
dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada
tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi
bula atau nekrosis
2) Uji gores (scratch test)
3) Uji tusuk (prick test)
 Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen di tempat
kerja, dan alergen makanan
 Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan bawah dengan jarak
minimal 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan
 Setetes ekstrak alergen dalam gliserin diletakkan pada permukaan
kulit
 Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkit ke atas dengan jarum
khusus untuk uji tusuk.
 Hasil positif bila wheal yang terbentuk >2 mm (Sulaksmono, 2006).

8
Gambar 3. 1. Dermatitis kontak alergi karena lipstick.

Gambar 3. 2. Dermatitis kontak alergi karena yodium

Gambar 3. 3. Dermatitis alergi karena penggunaan kacamata

9
F. Diagnosis Banding
a. Dermatofifosis
Biasanya berbatas tegas; pinggir aktif dan bagian tengah agak menyembuh.
b. Dermatitis seboroik
Biasanya pada tempat seboroik dengan kelainan khas berupa skuama berminyak,
warna kekuningan.
c. Kandidiasis
Biasanya dengan lokalisasi yang khas. Efloresensi berupa eritema, erosi dan ada
lesi satelit.
d. Dermatitis kontak iritan
Efek sitotoksik lokal langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia yang
bersifat tidak spesifik, pada selsel epidermis dengan respon peradangan pada
dermis dalam wakttu dan konsentrasi yang cukup.

Perbeadaan Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak


Alergik
Penyebab Iritan primer Alergen kontak
Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
Penderita Semua orang Hanya orang alergik
Lesi Batas dan eritema lebih Batas tidak begitu jelas
jelas eritema kurang jelas
Tabel 3. 2 Perbedaan dermatitis koontak iritan dan alergi (Mansjoer, 2007)

Diagnosis Area yang sering Morfologi


terkena
Dermatitis atopi Antecubital dan fossa Bercak dan plak eritem,
popliteal bersisik, gatal, dan
likenifikasi
Stasis dermatitis Ankle dan tungkai bagian Bercak eritem dan bersisik
bawah dengan latar belakang
hiperpigmentasi
(berhubungan dengan

10
insufisiensi vena)
Dermatitis kontak Dimana saja Eritem yang terlokalisasi,
alergi vesikel, sisik, dan pruritus.
Dermatitis Kulit kepala, alis, dan Eritem dengan sisik
seboroik area perinasal berminyak berwarna
kuning-coklat
Tabel 3. 3 Perbedaan beberapa kelainan kulit beserta area yang sering terkena dan morfologinya.

G. Penatalaksanaan Umum
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergik adalah
upaya pencegahan kontak berulang dengan alergen penyebab, dan menekan
kelainan kulit yang timbul. Pada dermatitis kontak alergik, pemberian obat yang
penting untuk menghilangkan gejala keterbatasan fisik akibat timbulnya erupsi.
Pada lesi akut vesikuler, diberikan kompres, misalnya dengan solusio NaCl 0,9%
atau lainnya. Pada yang kronik dengan lesi likenifikasi paling baik diberi emolien.
Keluhan gatal dapat diberi anti pruritus topikal atau anti histamin oral.
Kortikosteroid topikal dan sistemik merupakan gold standard unruk menghilangkan
gejala dan perbaikan cepat. Sebaiknya obat ini digunakan dalam jangka pendek
(NOHSE, 2009; Kartowigno, 2012).

BAB IV
PENUTUP

11
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan pasien gatal pada
kedua tangan memberat setelah pulang dari sawah. 3 tahun yang lalu pasien pernah
mengalami hal serupa dan sudah berobat dengan dokter spesialis kulit kelamin.
Pasien didiagnosis dermatitis kontak allergen, halyang bertindak sebagai allergen
dapat berupa gerabah. Tatalaksana yang diberikan yaitu nonmedikamentosa berupa
edukasi agar memakai sarung tangan dan mengoleskan pelembab pada kulit dan
medikamentosa seperti citirizin sebagai antihistmin, metilprednisolon sebagai
antiradang dan pelembab kulit yang dapat dibeli di apotik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamni Edisi
Keenam. Jakarta: FK UI.

KEMENKES RI., 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

National Occupational Health and Safety Commision. (2006). Occupational Contact


Dermatitis in Australia.

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Trihapsoro I. (2003). Dermatitis Kontak Alergi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP H.
Adam Malik Medan.

Wolff K, Johnson RA. (2009). Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical
Dermatology. 6th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

13

Anda mungkin juga menyukai