Anda di halaman 1dari 54

PRESENTASI KASUS

“HUBUNGAN ATROFI CEREBRI


DENGAN
TINGKAT INTELEKTUAL”

Abdul Khalik Adam

Dokter Pembimbing:

dr. Gama Sita Setyapratiwi, Sp.S.


Laporan kasus
A. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. KS.
• Usia : 59 Tahun.
• Jenis kelamin : Laki - Laki
• Alamat : Talok 18/5 Kenteng, Kc. Susukan Dt. Semarang
• Agama : Islam.
• Perkerjaan : Wiraswasta (Pedagang)
• No RM : 09 – 10 - 139180
• Tanggal masuk RS: 8 Maret 2019 (Pkl.11. 00 WIB).
B. ANAMNESIS
• Keluhan utama
Pusing berputar
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengaku mengalami pusing berputar sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan kadang terasa berat dan ringan tapi tidak pernah sembuh. Pasien
juga mengeluhkan kedua mata rabun serta mual dan kadang muntah.
Keluhan dirasakan sangat mengganggu aktivitas pasien sebagai pedangang
makanan. Keluahan dirasakan berat jika beraktivitas berat serta kelehan dan
terasa ringan ketika minum obat dojter serta beristirahat. Keluhan dirasakan
tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Pasien mengaku sempat dirawat di
RS puri asih seminggu yang lalu. Keluhan tidak disertai dengan telinga
berdenging, gangguan pendengaran. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya
gangguan BAB dan BAK.
• Riwayat penyakit dahulu
Pasein mengatakan, dahulu pasien pernah menderita stroke penyumbatan pada
tahun 2009, dan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri. Dan saat ini
pasien mengaku masih rajin kontrol kesehatannya ke dokter spesialis saraf.
• Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengaku jika dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan
serupa serta pasien menyangkal adanya penyakit gula maupun tekanan darah tinggi
dalam keluarga, serta penyakit keturunan lainnya.
• Riwayat personal dan sosial
Pasein merupakan seorang pedagang makanan, pasien mengaku merikok sekitar 8
sampai 9 batang perhari. Serta mengaku pola mkaan, minum dan tidur kurang
teratur serta tidak memiliki riwayat alergi obat – obatan maupun kontak iritan
lainnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
head to toe
Hasil

Kesan Umum Tampak sehat


Status Gizi TB : 165 Cm. BB : 55 Kg. : 20,22 M2 (Gizi cukup)

Kesadaran Stupor (GCS E4V5M6)

Tekanan Darah : 133/81 mmHg


Nadi : 96X/menit
Vital Signs
Respirasi : 22 X/menit (SpO2 : 98%)
Suhu: 37,1o

Kepala dan Leher


Inspeksi Normocepal, wajah terlihat simetris, tak tampak adanya jejas, conjungtiva anemis (-/-), Sklera
Ikterik (-/-)

Palpasi Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-)


Leher
Inspeksi Pembengkakan (-), jejas (-), pulsasi vena jugular tidak terlihat.

Palpasi Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), nyeri tekan (-).

Auskultasi Suara bruit (-)


Thorax (Pulmo)
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk, tidak terdapat deformitas

Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak, vokal fremitus tidak ada peningkatan maupun penurunan

Perkusi Sonor di seluruh lapang paru


Auskultasi Suara dasar vesikuler (SDV): +/+ (pada lapang paru kanan dan kiri). Suara ronkhi: -/-. Wheezing : -/-

Thorax (Cor)
Inspeksi Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra

Perkusi Batas kanan atas : SIC II linea sternalis dextra


Batas kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC IV linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi Bunyi jantung I dan II regular,


mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen

Inspeksi Abdomen terlihat datar, tidak ada kelainan bentuk abdomen, jejas (-)

Auskultasi Bising usus (+)

Perkusi Timpani pada semua kuadran abdomen, area traube timpani

Palpasi Defens muskular (-), nyeri tekan (-), ginjal, hepar dan lien tidak teraba

Genitalia

Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan

Palpasi Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Inspeksi Edema (-), jejas (-), keterbatasan gerak tubuh.

Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, crt <2s


Status neurologis
• Kesadaran
Compos mentis, GCS : 15 (E4V5M6).
• Pemeriksaan Nervus cranialis
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Olfaktorius (I) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Subjektif
Optikus (II)
 Daya Penglihatan (Subjektif)
 Lapangan pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Melihat warna
 Funduskopi
Okulomotorius (III)
 Pergerakan mata kearah superior, medial, inferior, torsi inferior
 Strabismus (+) (+)
 Nystagmus (-) (-)
 Exoptalmus (-) (-)
 Refleks pupil terhadap sinar (-) (-)
 Melihat kembar (+) (+)
 Pupil besarnya (-) (-)
2 mm 2 mm
Troklearis (IV)
Trigeminus (V)
 Membuka mulut (+)
 Mengunyah (+)
 Menggigit (+)
 Pengecapan 2/3 anterior lidah
Abdusens (VI)
 Pergerakan mata ke lateral (+) (+)
Fasialis (VII)
 Mengerutkan dahi (+) (+)
 Menutup mata (+) (+)
 Memperlihatkan gigi (-) (-)
Vestibulokoklearis (VIII)
 Suara berbisik (+) (+)
 Tes Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes Weber

 Tes schwabach

Glossofaringeus (IX)
 Suara sengau (+) (+)
Vagus (X)
 Bicara (+) (+)
 Menelan (+) (+)
Assesorius (XI)
 Mengangkat bahu (+) (+)
 Memalingkan kepala (+) (+)
Hipoglossus (XII)
 Pergerakan lidah (+) (+)
 Artikulasi (+)
Pemeriksaan refleks meningeal

Kaku kuduk: negatif


Lasegue sign: negatif
Kernig sign: negatif
Brudzinski I: negatif
Brudzinski II: negatif
Brudzinski III: negatif
Brudzinski IV: negative
Pemeriksaan eksteremitas superior
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik
 Pergerakan (+) (+)
 Kekuatan 5- 5-
 Tonus Norma l normal

Sensibilitas
 Taktil (+) (+)
 Nyeri (+) (+)

Gerakan Involunteer
 Tremor (+) (+)
 Atetosis (-) (-)
 Chorea (-) (-)
 Tics (-) (-)

Refleks fisiologis
 Biseps (++) (++)
 Triseps (++) (++)
 Brachioradialis (++) (++)

Refleks patologis
 Tromner (-) (-)
 Hoffman (-) (-)
Pemeriksaan ekstremitas inferior
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik
 Pergerakan (+) (+)
 Kekuatan 5- 5-
 Tonus normal normal
Sensibilitas
 Taktil (raba) (+) (+)
 Nyeri (+) (+)
Refleks fisiologis
 Patella (+++) (+++)
 Achilles (++) (++)
Refleks patologis
 Babinski (-) (-)
 Chaddock (-) (-)
 Schaefer (-) (-)
 Oppenheim (-) (-)
 Rossolimo (-) (-)
 Mendel-Bechterew (-) (-)
 Bing (-) (-)
 Gordon (-) (-)
Tes lasiegue (-) (-)
Tes patrick (-) (-)
Tes kontrapatik (-) (-)
Fortin finger sign (-) (-)
FABER test (-) (-)
Sacral distraction test. (-) (-)
Pemeriksaan koordinasi Fungsi alat vegetatif
Romberg Test : (-) Mictio : Dalam batas
Tandem Walking : (+) normal
Finger to Finger Test : (-) Defekasi : Dalam batas
normal
Finger to Nose Test : (-)
Pemeriksaan kepala
CT- Scan kepala tanpa kontras
(15 Februari 2019)
Keterangan hasil CT – Scan kepala tanpa kontras
15 februari 2019
Kesan


Tak deviasi septum nasi kekanan

Tak tampak massa intra sinus paranasal dan cavum nasi, Tampak lesi
• Deviasi septum nasi kekanan

hyperdens parenkim otak

Tampak lesi hipodens didaerah copus callosum forcep minor sn dan capsula
• Gambaran bilateral SNH
interna crus posterior dx dengan HU : 20,0 dan 22,0 didaerah corpus callosum forcep
• Tak tampak massa pada parenkim otak, Tak tampak midline schiffting
minor sn dan capsula interna
• Ventrikel lateralis dx/sn conu anterior, podterior, 3 dan 4 DBN

• Fissura sylfii DBN, Sulcus lebar dan gyrus sempit terutama di hemispherer
crush posterior dx
cerebri sinistra

• Tampak kalsifikasi ganglion basalis sn, Pons dan cerebellum DBN


• Gambaran antrofi cerebri sn
Assesmen Planing
• Ikalep syrup (Asam Valproat) 120 Ml 1 –
• Diagnosis klinis : Vertigo, 0 – 1 Cth Peroral
penurunan visus, nausea, vomitus • Clopidogrel tablet 75 mg 1 – 0- 1
Peroral
• Diagnosis topis : corpus
• Betahistin tablet 6 mg 1 – 0 – 1 Peroral
callosum forcep minor sinistra,
• Flunarizine tablet 5 mg 1 – 0 – 1 Peroral
capsula interna crush posterior
• Piracetam tablet 800 mg 2/5 +
dextra, hemisphere cerebri sinistra Vitamein B1 2/5 + Diazepam tablet 0,1
mg = (Puyer) capsul 1 – 0 – 1 Peroral.
• Diagnosis etiologis: Atrofi cerebri
• NB : Pemberian terapi dan tindakan
sinistra dan SNH bilateral, Vertigo sesuai simtoms dan respon klinis.
central
Tinjauan pustaka
Sistem saraf pusat
cerebrum
• Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk pada awal minggu ketiga sebagai
lempeng neuralis (neural plate) pada daerah middorsal di depan nodus
primitif.
• Tepi-tepi lateralnya bergerak naik untuk membentuk lipatan-lipatan
neuralis (neural folds). Seiring perkembangannya, lipatan-lipatan neuralis
ini terus menaik, saling mendekati satu sama lain di garis tengah, dan
akhirnya menyatu membentuk tuba neuralis.
• Fusi dimulai di daerah servikal dan begitu dimulai, ujung-ujung tuba
neuralis yang terbuka membentuk neuroporus kranialis dan kaudalis yang
berhubungan dengan rongga amniotik.
• Penutupan akhir neuroporus kranial terjadi pada tahap 18-20 somit (hari
ke-25), sedangkan penutupan akhir neuroporus kaudal terjadi kira-kira dua
hari kemudian (Guyton dan Hall, 2014).
Anatomi otak
Lapisab otak
• Dura mater, yaitu lapisan terluar
yang kaya akan serabut saraf
sensoris
• Araknoid mater, yaitu lapisan di
bawah dura mater yang
avaskular.
• Pia mater, yaitu lapisan jaringan
ikat yang langsung membungkus
otak dan medula spinalis.
Bagian bagian otak
Bagian yang paling menonjol dari otak manusia adalah hemisfer serebri.
Beberapa regio korteks serebri yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
spesifik dibagi atas lobus-lobus. Lobus-lobus tersebut dan fungsinya masing-
masing antara lain (Sherwood, 2014) :
• Lobus frontal memengaruhi kontrol motorik, kemampuan berbicara
ekspresif, kepribadian, dan hawa nafsu.
• Lobus parietal memengaruhi input sensoris, representasi dan integrasi,
serta kemampuan berbicara reseptif
• Lobus oksipital memengaruhi input dan pemrosesan penglihatan
• Lobus temporal memengaruhi input pendengaran dan integrasi ingatan
• Lobus insula memengaruhi emosi dan fungsi limbik
• Lobus limbik memengaruhi emosi dan fungsi otonom.
Komponen lain otak
• Talamus merupakan pusat relai di antara area kortikal dan subkortikal.
• Serebelum mengkoordinasikan aktivitas motorik halus dan
memproses posisi otot.
• Batang otak (otak tengah, pons, dan medula oblongata)
menyampaikan informasi sensoris dan motorik dari somatik dan
otonom serta informasi motorik dari pusat yang lebih tinggi ke target-
target perifer (Sherwood, 2014)
Vascularisasi Aliran LCS
Histologi
• Sel struktural dan fungsional jaringan saraf adalah neuron.
• Neuron dikelilingi oleh sel yang lebih kecil dan lebih banyak yaitu
neuroglia, yaitu sel penunjang nonneural yang memiliki banyak
percabangan di SSP dan mengelilingi neuron, akson, dan dendrit.
• Sel ini tidak terangsang atau menghantarkan impuls karena secara
morfologis dan fungsional berbeda dari neuron.
• Sel neuroglia dapat dibedakan dari ukurannya yang jauh lebih kecil
dan nukleus yang berwarna gelap dan jumlahnya sekitar sepuluh
kali lipat lebih banyak daripada neuron
Sel neuron

• Setiap neuron terdiri dari soma


atau badan sel, banyak dendrit,
dan satu akson.
• Badan sel atau soma mengandung
nukleus, nukleolus, berbagai
organel, dan sitoplasma atau
perikarion.
• Dari badan sel muncul tonjolan-
tonjolan sitoplasma yang disebut
dendrit yang membentuk
percabangan dendritik.
Astrosit
• Astrosit adalah sel neuroglia
terbesar dan paling banyak
ditemukan di substansia grisea.
Astrosit terdiri dari dua jenis,
yaitu astrosit fibrosa dan astrosit
protoplasmik.
Oligodendrosit

• Oligodendrosit membentuk
selubung mielin akson di SSP.
Mikroglia

• Mikroglia berasal dari sumsum


tulang dan fungsi utamanya
mirip dengan makrofag jaringan
ikat.
Sel ependimal

• Sel ependimal adalah sel epitel


kolumnar pendek atau selapis
kuboid yang melapisi ventrikel
otak dan kanalis sentralis
medula spinalis
Fisiologi
KOMPONEN OTAK FUNGSI UTAMA

Korteks serebri 1. Persepsi sensorik

2. Kontrol gerakan sadar

3. Bahasa

4. Sifat kepribadian

5. Proses mental canggih (fungsi luhur), misalnya

berpikir, mengingat, mengambil keputusan,

kreativitas, dan kesadaran diri

Nukleus basalis 1. Inhibisi tonus otot

2. Koordinasi gerakan lambat, menetap

3. Menekan pola gerakan yang tidak bermanfaat


Talamus 1. Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps

2. Kesadaran kasar akan sensasi

3. Berperan dalam kesadaran

4. Berperan dalam kontrol motorik

Hipotalamus 1. Regulasi banyak fungsi homeostatik, misalnya

kontrol suhu, haus, pengeluaran urin, dan asupan

Makanan

2. Penghubung penting antara sistem saraf dan

Endokrin

3. Banyak terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar


Area kortikal otak
(lobus occipitalis)
• Korteks area penglihatan primer
Kerusakan area striata menyebabkan
kebutaan total di bagian lapang
pandang dan disebut buta kortikal
(cortical blindness).
• Korteks area asosiasi penglihatan
Kerusakan yang terbatas pada area
ekstrastriata menyebabkan
gangguan analisis visual. Beberapa
area ekstrastriata menerima proyeksi
tidak langsung dari area striata
Lobus parietalis
• Korteks Area Asosiasi
Somatosensorik
Area ini memainkan peranan penting
dalam transformasi informasi obyek
antara sistem sensorimotor dengan
sistem visual.
• Area ventral intra parietal
Area ini menerima serat proyeksi
dari beberapa area visual khususnya
dari MT dan MST, dari area
somatosensoris, auditoris dan area
vestibular serta dari korteks
polimodal lainnya
• Area intraparietal medial (MIP)
Terletak pada bagian intermediet tepi medial sulkus intraparietal. Area ini
menerima aferen somatosensoris dan visual, serta area ini dengan kuat
dihubungkan dengan subunit F2vr, membentuk bagian dorsal area premotor.
• Area intraparietal lateral (LIP)
Membentuk bagian jaringan kerja area yang memediasi gerakan sakadik.
Area ini menerima input dari beberapa area visual dan dihubungkan dengan
frontal eye field (FF) dan kolikulus superior.
• Area intraparietal caudal (CIP)
Area ini menerima aferen dari beberapa area visual mencakup V3, V3A dan
V4. Neuron dalam CIP terlibat dalam analisis gambaran objek tiga demensi
dan khusus berespons terhadap orientasi aksis dan permukaan objek dalam
ruang.
Lobus temporalis
• Korteks area pendengaran primer
Regio pendengeran inti
• Korteks Area Asosiasi Pendengaran
Korteks girus temporalis superior ditandai dengan koneksi
dengan korteks auditorik, sedangkan bagian inferior lobus
temporalis yang didominasi oleh proses informasi visual dari
area visual ekstrastriata. Sebagai tambahan, terdapat
hubungan yang kuat dengan struktur limbik seperti formatio
hipokampus
• Korteks area olfaktori primer
menerima proyeksi yang bersatu dari banyak area kortikal,
seperti area asosiasi visual dan somatosensorik, bagian
insula yang menerima informasi pengecap, serta area yang
berhubungan dengan emosi, motivasi, dan memori.
Lobus frontalis
• Korteks area motorik
Korteks motorik diorganisasi
secara somatotopis : bibir, lidah,
wajah, dan tangan
direpresentasikan di bagian peta
seperti homunkulus di bagian
bawah konveksitas hemisfer.
• Korteks area premotorik
mengindikasikan keduanya terlibat dalam mengendalikan gerakan mata, dan area bicara Broca
• Korteks Daerah Optokinetik Frontal
mengendalikan gerakan mata yang disadari
• Pusat bicara motorik broca
Lesi area broca terdiri dari kumpulan gangguan berbahasa yang mencakup nonfluen, bicara yang
memerlukan usaha, gangguan repetisi dan komprehensif yang relatif tidak terganggu.
• Korteks area prefrontalis
Berperan penting dalam fungsi otak yang lebih kompleks seperti orientasi dan perhatian, pembuat
keputusan berdasarkan informasi eksteroseptif dan interoseptif dan pengalaman masa lalu, merencakan
dan merangkaikan suatu tindakan, emosi dan kepribadian
ATROFI CEREBRI (OTAK/BRAIN)
Defenisi
• Atrofi otak adalah penyusutan dari otak yang disebabkan oleh hilangnya sel, yang
disebut neuron. Dua jenis atrofi otak dapat terjadi; umum dan fokus. Atrofi
umum mengacu pada hilangnya neuron seluruh seluruh otak, dan atrofi fokus
mengacu pada hilangnya neuron di daerah otak tertentu (Campbell, 2013).
Etiologi dan faktor risiko
• Epilepsi • Cerebral palsy,.
• Kearns Sayre Syndrome, • Krabbe desease
• Cedera otak traumatis yang • Beberapa genetik gangguan seperti
mengakibatkan stroke. penyakit Huntington yang mengarah
• Beberapa penyakit menular seperti ke peningkatan tingkat beracun
neurosifilis, AIDS dan ensefalitis. protein dalam neuron.
• Penyebab lain atrofi adalah penyakit
Alzheimer dan penyakit Pick.
• •Multiple sclerosis, Ini adalah
penyakit neurologis kronis progresif
yang menyebabkan hilangnya
selubung myelin yang mengelilingi
beberapa serabut saraf (Campbell,
2013).
Patogenesis
• Kelainan retrogresif / regresif yaitu proses kemunduran, digolongkan menjadi 7
yaitu : atropi, degenerasi, infiltrasi, nekrosis, penimbunan pigmen, mineral,
gangguan metabolisme, dan defisisensi.
• Atropi adalah keadaan dengan mengecilnya ( berkurangnya ukuran volume) sel-
sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya beberapa unsur penyusun
intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel- sel
spesifik, yaitu sel- sel parenkim yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut
mengecil.
• Berdasarkan penyebabnya atropi secara umum terbagi menjadi 2 macam yaitu
atropi patologik dan fisiologik (Campbell, 2013).
Atrofi fisiologi Atrofi patologis
• Beberapa alat tubuh dapat mengecil • Atropi nutrisional atau kelaparan
atau menghilang sama sekali selama
masa perkembangan/ kehidupan, dan • Atropi vasculer oleh gangguan
jika alat tubuh tersebut sesudah masa vascularisasi (perbekalan darah
usia tertentu tidak menghilang maka
bisa diangggap sebagai patologik, dan nutrisi)
misal, menghilangnya kelenjar timus • Atropi payah biasanya mengenai
pada masa pubertas : pembentukan
ligamentum teres hepatis dan kelenjar endokrin
penutupan foramen ovale jantung • Atropi hormonal (Campbell,
setelah anak lahir.
2013).
Klasifikasi atrofi cerebri

Atrofi cerebri fokal Atrofi cerebri total


• Dalam Atrophy serebral fokal, • Atrophy Cerebral Generalized,
kondisi ini terbatas pada wilayah Lengkap atau Total, jenis CA ditandai
dengan penyusutan ukuran otak.
lokal dari otak. • menunjukkan, hilangnya sel tidak
• Pada tipe ini, kerusakan sel-sel terbatas pada daerah tertentu tetapi
otak terbatas pada wilayah seluruh otak. Kerusakan, yang dapat
mengakibatka berbagai masalah,
tertentu dari otak. Hanya satu mempengaruhi seluruh otak.
wilayah otak tertentu • Jika CA mempengaruhi belahan otak
dipengaruhi dalam jenis ini, kanan dan kiri otak, fungsi sukarela
kecuali Atrophy Generalized dan proses pikiran sadar bisa
terganggu
lebih kompleks
Manifestasi klinis
• Penyakit, yang dikenal sebagai • Gejala lain dari atrofi serebral kejang,
demensia, di mana orang menderita yang mengakibatkan kejang-kejang,
kehilangan memori dan kemampuan gerakan berulang pada tungkai dan
kognitif. Ketidakmampuan untuk hilangnya kesadaran (Campbell, 2013).
belajar, kehilangan memori dan
disorientasi adalah beberapa tanda-
tanda bahwa seorang individu adalah
pasien demensia.
• Sebuah kondisi yang berhubungan
dengan gangguan bahasa yang
disebut aphasias, di mana individu
menemukan kesulitan untuk
memahami bahasa. Ada dua jenis
aphasias - aphasias ekspresif dan
reseptif aphasias..
Penegakan diagnosis
• Anamnesis (keluhan utama, onset, • Pemeriksaan penunjang (sesuai
kronologi, kwalitas, kuantitas, kebutuhan), gold standar imaging
faktor yang memperberat, faktor CT-Scan kepala (ditemukan
yang memperingan, gejala pelebaran culcus cerebri)
penyerta, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat
sosial ekonomi).
• Pemeriksaan fisik head to toe dan
pemeriksaan fisik neurologis
meliputi. fungsi luhur sernervus
cranialis secara keselyruhan.
Penatalaksanaan
Nonfamakologi Farmakologi
• Olahraga secara teratur • Berdasarkan simptom dan gejala
• Mencukupi kebutuhan vitamin • Neuroprotekror
• Minum air puti banyak • fisiotrapi
• Konsumsi omega 3
• Mengkonsumsi sayur dan buah
Prognosis dan komplikasi
Jika seluruh otak terlibat, kondisi ini bisa menimbulkan konsekuensi yang
fatal. Tetapi jika hanya bagian tertentu dari otak yang terpengaruh. Atropi otak fokal
masih dapat menyebabkan masalah seperti penurunan fungsi normal otak. Hasil
untuk penyakit ini benar-benar berbeda dari orang ke orang. Pada tahap lanjut,
atrofi otak bahkan dapat mengakibatkan Demensia (Duus, 2007).
Diagnosis banding
• Hidrocephalus
Atrofi serebral mungkin sulit dibedakan dengan hidrosefalus karena
atrofi serebral dan hidrosefalus melibatkan peningkatan volume cairan
serebrospinal (CSF). Pada atrofi serebral, peningkatan volume CSF ini
terjadi sebagai akibat dari penurunan volume kortikal. Pada
hidrosefalus, peningkatan volume terjadi karena CSF itu sendiri.
• Epilepsi
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat
pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan
keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang
kesadaran.
• Dimensia
Demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak seseorang
mengalami kemunduran
• Afasia
Gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak.
• Stroke
Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati (Duus, 2007).
Pembahasan
• Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan sambungan antar sel otak secara
berkelanjutan dan cenderung terjadi dalam waktu yang lama. Kondisi ini juga
umum mendahului atau hadir sebagai gejala berbagai penyakit pada otak seiring
waktu.
• Penyebab dan faktor risiko dari atrofi otak dapat dibedakan berdasarkan pola
kejadiannya – atrofi otak general atau focal. Atrofi otak general terjadi pada
keseluruhan bagian otak. Ini dapat disebabkan oleh kerusakan akibat gangguan
suplai darah ke otak, kerusakan akibat trauma kepala baik yang ditandai
perdarahan ataupun memar (kontusi), mengalami penyakit yang dapat merusak
sel neuron otak
• Gejala klinis yang sering mencul adalah dimensia, afasia serta kejang.
• Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
generalisata dan neurologis serta pemeriksaaan penunjang berupa imanging
yaitu ct-scan kepala.
• Atrofi otak merupakan kondisi yang permanen karena kerusakan dan
penurunan volume dan ukuran otak tidak dapat diperbaiki. Sehingga
tindakan yang dapat dilakukan adalah pencegahan dan perlambatan
atrofi pada sel otak.
• Pencegahan secara umum dapat dilakukan dengan menerapkan gaya
hidup sehat untuk mencegah penyakit pada pembuluh darah otak
serta hindari konsumsi alkohol berlebih. Penanganan faktor penyebab
atau penyakit kerusakan sel otak sangat diperlukan untuk mengatasi
percepatan proses atrofi. Serta perubahan gaya hidup dengan aktif
beraktivitas fisik dan suplementasi vitamin B (vitamin B12, B6 dan
folat) diketahui dapat memperlambat proses kerusakan otak.
• Piracetam adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
otak untuk berpikir (fungsi kognitif). Obat Piracetam adalah obat yang
dapat merangsang kemampuan otak untuk bekerja dan berpikir secara
aktif, sehingga obat ini digunakan untuk mengobati penderita penurunan
fungsi kognitif, terutama jika penderita tersebut adalah seseorang yang
telah lanjut usia.
• Vitamin B1 atau tiamin adalah jenis vitamin B yang berfungsi untuk
mengubah asupan karbohidrat menjadi energi. Karena vitamin B1 larut air,
vitamin ini akan dibawa oleh aliran darah untuk disalurkan ke seluruh
tubuh. Khususnya untuk menjaga fungsi sistem saraf, jantung, dan otot
agar bekerja dengan baik. Pasalnya, vitamin B1 ini akan diserap oleh
elektrolit untuk menjaga fungsi sel-sel otot dan saraf tubuh.
Kesimpulan
• Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan • Penatalaksanaan atrofi cerebri dapat dilakukan
sambungan antar sel otak secara berkelanjutan dan berdasarkan simpom dan causanya.
cenderung terjadi dalam waktu yang lama.
• Progonosis atrofi cerebri adalah buruk, karena ini
• Salah satu etiologi penyebab atrofi otak adalah SNH yang
merupakan suatu keadaan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen untuk
menutrisi sel – sel saraf otak. menimbulkan komplikasi yang lebih besar
terhadap multi organ lainnya.
• Gejala umum yang paling sering muncul dalam pasien
atrofi cerebri adalah dimensia, kejang dan afasia. • Terdapat hubungan antara tingkatan ntelektual
dengan derajat dan lokasi atrofi pada bagian
• Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologi serta
bagian otak yang berhubungan langsung terhadap
pemeriksaan penunjang dengan gold standar adalah CT – fungsi fisiologis pada masing – masing bagian otak.
Scan kepala untuk membedakan diagnosis banding
terutama dengan hydrocephalus.
TRIMAKASIH

ABDUL KHALIK ADAM

Anda mungkin juga menyukai