Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gusung Sarombe
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 17 Januari 2018
Pukul : 18.40 WITA

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri kepala dan pusing
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang ke IGD RSUD Haji dengan keluhan nyeri kepala disertai pusing
berputar dialami sejak ± 1 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Selain
itu pasien juga merasa telinga kanannya sering berdenging. Hal ini dirasakan sejak ± 2
minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh gemetar dan terasa kram pada tangan kanan,
penglihatan kabur yang terjadi secara perlahan-lahan, dan mulut mencong ke kanan. Demam
(-), mual (+), muntah (-). Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Riwayat trauma kepala (-),
riwayat stroke (-), riwayat menggunakan KB (+) jenis KB suntik. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama (-).

III. HASIL PEMERIKSAAN FISIS


1. Status Praesens
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Gizi : Baik

1
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Pernafasan : 22x/menit
- Suhu : 36,6°C
 Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Lagophtalmus : (-/-)
- Ptosis : (-/-)
- Exophtalmus : (-/-)
- Pupil : Isokor, Ɵ 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya langsung (+/+), reflex
cahaya tak langsung (+/+)
- Bibir sianosis : (-)
 Leher
- Pembesaran KGB: (-)
 Thoraks
- Paru
 Inspeksi : Bentuk normochest, pergerakan simetris, retraksi otot dinding dada
(-).
 Palpasi : Simetris antara kiri dan kanan
 Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
- Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak Ictus Cordis
 Palpasi : Tidak teraba Ictus Cordis
 Perkusi : Batas jantung – paru dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler., Murmur (-), Gallop (-)

2
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, Massa (-), Ascites (-)
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), Hepar dan Lien tidak teraba, Massa
(-) Jejas/Bekas Trauma (-)
 Perkusi : Tympani
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Ekstremitas
- Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
- Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

2. Status Neurologis
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4M6V5
 Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal
- Kaku Kuduk (-)
- Brudzinsky I Sign (-/-)
- Brudzinsky II Sign (-/-)
- Lasseque Sign (-/-)
- Kernig Sign (-/-)
 Pemeriksaan Saraf Kranialis
Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri
Olfaktorius (I)
 Subjektif + +
Optikus (II)
 Tajam penglihatan (Subjektif) + +
 Lapangan pandang (Subjektif) + +
 Melihat warna + +
Okulomotorius (III)
 Pergerakan mata kearah medial, + +
inferior, torsi inferior + +

3
 Pergerakan mata ke superior + +
 Strabismus - -
 Nystagmus (+) horizontal (+) horizontal
 Refleks pupil terhadap sinar + +
 Diplopia - -
 Diameter Pupil 2,5 mm 2,5 mm
 Midriasis - -
 Ptosis - -
Troklearis (IV)
 Pergerakan mata (Superior + +
Oblique)
Trigeminus (V)
 Membuka mulut + +
 Mengunyah + +
 Menggigit + +
 Palpasi Otot Masseter + +
 Sensibilitas muka + +
(Taktil, Nyeri)
Abdusens (VI)
 Pergerakan mata ke lateral + +
Fasialis (VII)
 Mengerutkan dahi + +
 Lagophtalmus - -
 Memperlihatkan gigi + +
 Sudut bibir - +
 Pengecapan (2/3) Anterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vestibulokoklearis (VIII)
 Fungsi pendengaran (Subjektif) + +
 Tes Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4
 Kepala berputar (Vertigo) + +
Glossofaringeus (IX)
 Perasaan lidah (bagian Tidak dilakukan Tidak dilakukan
belakang)
 Refleks muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vagus (X)
 Bicara +
 Menelan +
 Arcus Pharynx +
 Uvula +
Assesorius (XI)
 Mengangkat bahu + +
 Memalingkan kepala + +
Hipoglossus (XII)
 Pergerakan lidah +
 Deviasi -
 Atrofi -
 Fasculitis -

 Pemeriksaan Motorik, Sensorik dan Refleks


- Anggota Gerak Atas
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik
- Bentuk/Massa Otot Normal Normal

- Pergerakan Menurun Normal


4 5
- Kekuatan
Menurun Normal
- Tonus
Sensibilitas
 Taktil + +
 Nyeri + +

5
Refleks fisiologis
 Biseps Normal Normal
 Triceps Normal Normal
Refleks patologis
 Tromner + +
 Hoffman + +

- Anggota Gerak Bawah


Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik
- Bentuk/Massa Otot Normal Normal

- Pergerakan Menurun Normal


4 5
- Kekuatan
Menurun Normal
- Tonus
Sensibilitas
 Taktil + +
 Nyeri + +
Refleks fisiologis
 Patella Normal Normal
 Achilles Normal Normal
Refleks patologis
 Babinski + +
 Chaddock + +
 Schaefer + +
 Oppenheim + +
 Gordon + +
 Gonda + +
Pemeriksaan tambahan
 Tes Patrick - -
 Tes kontra Patrick - -

6
 Sistem Koordinasi
Romberg test : Tidak dilakukan pemeriksaan
Heel to toe Walking : Tidak dilakukan pemeriksaan
Finger to nose test : Normal
Telunjuk ke telunjuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Fungsi Kortikal : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Susunan Saraf Otonom
BAB : Normal
BAK : Normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium (17 Januari 2018):
- Darah Rutin
WBC 6.700/mm3
RBC 4.150.000/ mm3
Hb 12,6 gr/dl
Ht 35,9%
PLT 416.000/ mm3
Limfosit 11,0 %
Monosit 5,5 %
Granulosit 83,5%
- Kimia Darah
GDS 92 mg/dl
Kolesterol 132 mg/dl
 CT Scan Kepala (23 Januari 2018)
Kesan:
- Massa pada daerah CPA Dextra (Acoustic Schwannoma)
- Hidrocephalus non komunikan

7
V. RESUME
Seorang pasien perempuan, 33 tahun, datang ke IGD RSUD Haji
dengan keluhan nyeri kepala disertai pusing berputar dialami sejak ± 1 bulan
yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
merasa telinga kanannya sering berdenging. Hal ini dirasakan sejak ± 2
minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh gemetar dan terasa kram pada tangan
kanan, penglihatan kabur yang terjadi secara perlahan-lahan, dan mulut
mencong ke kanan. Demam (-), mual (+), muntah (-). Riwayat DM dan
hipertensi disangkal. Riwayat trauma kepala (-), riwayat stroke (-), riwayat

8
menggunakan KB (+) jenis KB suntik. Riwayat keluarga dengan keluhan
yang sama (-).
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital TD 110/80 mmHg, Nadi
78x/menit, Pernapasan 22x/menit, Suhu 36,6°C, kesadaran Compos Mentis
(E4M6V5). Pemeriksaan Nn. Cranialis didapatkan kelainan pada N. III
nystagmus (+) horizontal serta parese N. VII. Pemeriksaan motorik anggota
gerak atas dan bawah didapatkan adanya kekuatan otot dan tonus otot
menurun pada sisi kanan. Refleks patologis Hoffman Tromner (+/+),
Babinski (+/+).
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil bermakna
pada limfosit 11,0% (limfositopenia) dan granulosit 83,5% (granulositosis).
Pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan kesan massa pada daerah CPA
Dextra (Acoustic Schwannoma) dan hidrocephalus non komunikan.

VI. DIAGNOSA
- Diagnosa klinis : Hemiparese Alternans
- Diagnosa topis : Nukleus N. VIII sampai cerebral
- Diagnosa etiologik : Neoplasma (Acoustic Schwannoma)

VII. DIAGNOSA BANDING


Meningioma

VIII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 TPM
Citicolin 500 mg/12 jam/IV
Dexametason 1 amp/12 jam/IV
Ranitidin 50mg/12 jam/IV
Mecobalamin 500 mcg/24jam/IM
Pulvis (Paracetamol 500 mg + Ericaf 3/4 tab + Diazepam 2 mg) 2 × 1

9
IX. PROGNOSIS
Vitam : Dubia Ad bonam
Fungsionam : Dubia Ad bonam
Sanationam : Dubia Ad bonam

X. FOLLOW UP
Tanggal Hasil Follow Up Terapi
18/01/2018 S: Nyeri kepala (+) 1. IVFD RL 20 tpm
Pusing berputar (+) 2. Citicolin 500 mg/12
Mulut mencong ke kanan jam/IV
Bicara pelo (+) 3. Ranitidin 50 mg/12
Gemetar sisi tubuh sebelah jam/IV
kanan 4. Dexametason 2 amp
Mual (+) cor lanjut 1 amp/6
O: TD 110/70 mmHg jam/IV (H1)
GCS E4M6V5 5. Pulvis (Paracetamol
Nn. Cranialis: 500 mg + Ericaf 3/4 tab

- Parese N. III (S) + Diazepam 2 mg) 2 ×

- Nistagmus (+) horizontal fase 1

cepat ke kiri
→ CT Scan Kepala
- Parese N. VII (S) tipe central
Motorik:
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5

RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal

A: Hemiparese Alternans ec Susp.


SOL IC

10
19/01/2018 S: Nyeri kepala (+) 1. IVFD RL 20 tpm
Pusing berputar (+) 2. Citicolin 500 mg/12
Mulut mencong ke kanan jam/IV
Bicara pelo (+) 3. Ranitidin 50 mg/12
Gemetar sisi tubuh sebelah jam/IV
kanan 4. Dexametason 1
O: Mual (+) amp/6 jam/IV (H2)
TD 110/80 mmHg
GCS 34M6V5 → CT Scan Kepala
Nn. Cranialis:
- Parese N. III (S)
- Nistagmus (+) horizontal fase
cepat ke kiri
- Parese N. VII (S) tipe central
Motorik:
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5

RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal

A: Hemiparese Alternans ec Susp.


SOL IC
20/01/2018 S: Nyeri kepala (+) 1. IVFD RL 20 tpm
Pusing berkurang 2. Citicolin 500 mg/12
Mulut mencong ke kanan jam/IV
Bicara pelo (+) 3. Ranitidin 50 mg/12
Lemah sisi tubuh sebelah kanan jam/IV
O: TD 110/80 mmHg 4. Dexametason 1
GCS E4M6V5 amp/8 jam/IV (H3)

11
FKL: Normal
Nn. Cranialis: → CT Scan Kepala
- Parese N. III (S)
- Nistagmus (+) horizontal fase
cepat ke kiri
- Parese N. VII (S) tipe central
Motorik:
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5

RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal

A: Hemiparese Alternans ec Susp.


SOL IC
22/1/2018 S: Nyeri kepala berkurang 1. IVFD RL 20 tpm
Mulut mencong ke kanan 2. Citicolin 500 mg/12
Bicara pelo (+) jam/IV
Lemah sisi tubuh sebelah 3. Ranitidin 50 mg/12
O: TD 100/70 mmHg jam/IV
GCS E4M6V5 4. Dexametason 1
Nn. Cranialis: amp/8 jam/IV (H3)
- Parese N. III (S)
- Nistagmus (+) horizontal fase → CT Scan Kepala
cepat ke kiri
- Parese N. VII (S) tipe central
Motorik:
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5

12
RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal

A:
Hemiparese Alternans ec Susp.
SOL IC
23/01/2018 S: Mata tampak kabur Aff Infus
Mulut mencong ke kanan 1. Citicolin 500 mg/12
Bicara pelo (+) jam/oral
Lemah sisi tubuh sebelah kanan 2. Ranitidin 150 mg/12
O: TD 110/70 mmHg jam/oral
GCS E4M6V5 3. Mecobalamin 1
Nn. Cranialis: tab/24 jam/oral
- Parese N. III (S) 4. Pulvis (Paracetamol

- Nistagmus (+) horizontal fase 500 mg + Ericaf 3/4 tab


+ Diazepam 2 mg) 2 ×
cepat ke kiri
1
- Parese N. VII (S) tipe central
Motorik:
→ CT Scan Kepala
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5

RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal

A: Hemiparese Alternans ec Susp.


SOL IC
24/01/2018 S: Mata bertambah kabur 1. Citicolin 500 mg/12
Mulut mencong ke kanan jam/oral
Bicara pelo (+)

13
Lemah sisi tubuh sebelah kanan 2. Ranitidin 150 mg/12
O: TD 130/90 mmHg jam/oral
GCS E4M6V5 3. Mecobalamin 1
Nn. Cranialis: tab/24 jam/oral
- Parese N. III (S) 4. Pulvis (Paracetamol

- Nistagmus (+) horizontal fase 500 mg + Ericaf 3/4 tab


+ Diazepam 2 mg) 2 ×
cepat ke kiri
1
- Parese N. VII (S) tipe central
5. Dexametason tab
Motorik:
3 × 3 → per 2 hari
P ↓ N K 4 5
↓ N 4 5 3 × 2 → per 2 hari
3 × 1 → per 2 hari
RF N N RP + +
N N + +
Sensorik: Kesan normal
Otonom: Normal
Hasil CT Scan:
- Massa pada daerah CPA
Dextra (Acoustic
Schwannoma)
- Hidrocephalus non
komunikan

A: Hemiparese Alternans ec
Acoustic Schwannoma

XI. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gambaran tumor intrakranial yaitu tumor
acoustic schwannoma yang sudah membesar yang mengenai cerebellopontin
angle. Berdasarkan progresivitas perjalanan penyakit pasien, 1 bulan terakhir
mengeluhkan adanya sakit kepala yang berulang kemungkinan gelaja ini
merupakan gejala awal dari perjalanan penyakit, dimana asal dari tumor di

14
kanalis auditoris interna atau bagian lateral cerebellopontin angle sehingga
apabila ada tumor atau neoplasma pada kranial maka akan mendesak dan
menyebabkan gangguan fungi otak yang terkena. Khas pada tumor neuroma
akustik adalah gangguan pendengaran yang mengenai nervus kranial ke 8
(vestibulokoklearis). Berdasarkan letak anatomi dari letak inti atau nukleus
nervus kranial maka jika terdapat tumor atau neoplasma akan mengenai
nervus kranial disekitarnya.
Tumor atau neoplasma adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal
yang disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Tumor atau neoplasma pada
otak terdapat pada sistem saraf pusat (SSP) mencangkup yang berasal dari
otak, medulla spinalis atau meningen serta tumor metastatik yang berasal dari
tempat lain. Tumor intrakrainial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak
maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak
dapat berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem
retikoendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual atau dapat
bermetastasis dari karsinoma sistemik. Penyebab tumor hingga kini belum
dapat diketahui dengan pasti, walaupun banyak penelitian yang sudah
dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau adalah herediter, sisa-
sisa sel embrional, radiasi, virus dan subtansi karsinogenik.
Kelainan yang ditimbulkan dari tumor intrakranial dapat berbeda
sesuai dengan letak lesi tumor, yaitu :
LETAK LESI KELAINAN / GEJALA
Lobus frontal  Perubahan kepribadian
 Bila tumor menekan jaras motorik hemiparese
kontralateral, kejang fokal
 Bila menekan permukaan media  incontinentia
 Bila tumor terletak pada basisi frontal  syndrom foster
kennedy
 Pada lobus dominan  afasia
Lobus Parietal  Gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonim
 Dekat dengan area motorik  kejang fokal
 Dekat girus angularis  syndrom gerstmann’s
Lobus temporal  Menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor yang
didahului dengan aura atau halusinasi
 Letak tumor lebih dalam  afasia dan hemiparese

15
 Terletak disekitar ganglia basalis  gejala choreoathetosis,
parkinsonism
Lobus oksipital  Menimbulkan bangkitan kejang yang didahukui oleh
gangguan penglihatan
 Gagngguan penglihatan  bersifat quadranopia
hemianopsia
Ventrikel III Tomor biasanya bertangkai pergerakan kepala  obstruksi dari
cairan LCS  peningkatan TIK secara mendadak  nyeri kepala,
penglihatan kabur, penurunan kesadaran
Cerebellopontin angle  Tersering berasal dari N. VIII (acustic neuroma)
 Gejala awal gangguan pendengaran  khas
 Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah
cerebelloponin angle
Hipotalamus  Gejala TIK akibat oklusi dari foramen monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus  gangguan perkembangan
seksual pada anak, amenorrhea, dwarfism, gangguan cairan
dan elektrolit, bangkitan kejang
Cerebelum  Gangguan berjalan
 Gejala TIK cepat terjadi  papil edema
 Nyeri kepala khas di daerah oksipital yang menjalar ke leher
dan spasme dari otot-otot servikal
Fossa Posterior Gangguan berjalan, nyeri kepala, muntah, nistagmus  biasanya
gejala awal dari medullablastoma

Pada pasien ini letak tumor terdapat pada cerebellopontin angle dengan
batas yang tegas. Pada tumor acoustic schwannoma, tumor biasanya muncul
dari bagian medial kanalis auditori internus atau lateral cerebellopontin angle
(CPA). Pada pasien ini berdasarkan gejala klinis tumor muncul dari bagian
medial kanalis auditori internus yang menyebabkan gejala gangguan
pendengaran unilateral, tinitus dan vertigo. Semakin lama progresivitas tumor
membesar dan menekan daerah depan dan atas dari kanalis auditorius internus
yaitu saraf kranialis 2, 4, 5 dan 7 yang menimbulkan gejala pendengaran
semakin memburuk, penglihatan buram dan ganda, sudut mulut deviasi ke
arah kanan. Didapatkan juga mual yang kemungkinan pada pasien ini
diakibatkan tumor mendesak batang otak dimana terdapat refleks muntah.
Acoustic schwannoma atau neuroma akustik atau yang sekarang
disebut vestibular schwannoma, adalah tumor jinak dari nervus
vestibulokoklearis yang muncul di bagian medial kanalis auditori internus
atau lateral cerebellopontine angle (CPA)

16
Neuroma akustik merupakan 6-8% dari semua tumor intrakranial dan
sekitar 85% dari seluruh tumor yang lokasinya di sudut serebelopontin. Di
Amerika Serikat, insidensinya 1/100.000 populasi, dan setiap tahunnya
ditemukan 200-300 kasus baru. Neuroma akustik ditemukan dalam dua
bentuk yaitu sporadik atau herediter. Sebanyak 95% kasus ditemukan
sporadik unilateral dan 5% bersifat diturunkan dan berhubungan dengan
Neurofibromatosis tipe 2.
Sebutan yang tepat untuk tumor ini ialah vestibular schwannoma karena
berasal dari sel schwann, yang melapisi bagian vestibuler dari nervus VIII.
Tetapi karena nervus VIII mempunyai 2 bagian, yaitu bagian akustik
(pendengaran) dan bagian vestibuler (keseimbangan) serta karena tumor ini
jenis jinak (neuroma), maka sebutan neuroma akustik lebih sering digunakan.
Neuroma akustik tumbuh di dalam kanalis auditorik internal yang
kemudian meluas ke daerah sudut serebelopontin (CPA), sehingga dapat
mengenai nervus VIII. Gejala yang paling sering ditemukan adalah hilangnya
pendengaran pada satu telinga. Dengan bertambahnya ukuran tumor, tumor
ini dapat menimbulkan gejala-gejala akibat kompresi struktur penting lain di
sekitarnya, seperti saraf kranial yang berdekatan, serebelum dan batang otak.
Cerebellopontine angle (CPA) adalah ruang potensial berbentuk
irregular pada fosa posterior otak. Batas anteriornya adalah permukaan
posterior tulang temporal dan batas posteriornya adalah permukaan anterior
serebelum. Batas medial dibentuk oleh inferior olive dan batas superior
adalah pinggir inferior pons dan pedunkel serebelar. Serebelar tonsil
membentuk batas inferior. Saraf kranial ke tujuh dan ke delapan mengarah ke
superior dan ke lateral menuju kanalis auditori internus, dibungkus oleh
jaringan arachnoid. Di bagian superior saraf ke lima dapat dilihat, dengan
saraf kesembilan, sepuluh dan sebelas berada di bagian inferior. Struktur
penting lainnya adalah flokulus, celah lateral dari ventrikel empat (foramen
Luschka) dan arteri serebelar anterior inferior. Lengkungan arteri serebelar
anterior inferior meluas ke dalam kanalis auditori internus pada 40%
spesimen. Arteri labirintin biasanya merupakan cabang dari arteri serebelar

17
anterior inferior. End arteri ini mensuplai koklea dan labirin. Saraf ke tujuh
dan ke delapan terbungkus oleh jaringan glial di intrakranial. Sel Schwann di
sekitar saraf ini bermula pada kanalis auditori internus, dekat porus. Glial
schwann junction disebut juga Obersteiner-Redlich zone. Ganglion
Vestibularis (Ganglion Scarpa) berada dekat midportion kanalis auditori
internus.

Gambar 1. Potongan aksial tengkorak melalui level kanalis auditori


internus dan cerebellopontine angle.

Sedangkan berdasarkan lokasi dan ekspansi ke struktur sekitarnya,


neuroma akustik dibedakan atas 4 stadium: stadium pertama ialah
intrakanalikular yaitu tumor yang terletak di dalam kanalis auditori internal,
yang kedua ialah cisternal yaitu tumor yang meluas keluar kanalis auditori
interna, sedangkan yang ketiga ialah compressive yakni tumor mendesak
serebelum atau batang otak, serta yang keempat ialah hydrocephalus yaitu
tumor yang telah mengobstruksi aliran likuor di daerah ventrikel. stadium
intrakanalikular memberikan gejala gangguan pendengaran, tinnitus, dan
disfungsi vestibuler. Bila tumor tumbuh di CPA, gangguan pendengaran
memburuk dan muncul disequilibrium. Bila tumor menekan batang otak,
saraf kranial kelima akan terlibat (midface hypesthesia). Bila kompresi lebih
luas lagi, muncul hydrocephalus, menyebabkan sakit kepala dan gangguan
penglihatan.

18
Sistem keseimbangan pada manusia terdiri dari 3 komponen:
apparatus sensori perifer, prosesor sentral, dan mekanisme untuk motoric
output. Aparatus perifer ialah gabungan dari beberapa gerakan sensorik
yang mengirim informasi ke system saraf pusat, yaitu nucleus vestibuler
kompleks dan serebelum, tentang gerakan angular kepala dan akselerasi
linear.
Sistem vestibuler terdiri dari labirin (utrikulus, sakulus dan tiga
kanalis semisirkularis) dan saraf vestibularis. Sedangkan, sistem auditoris
terdiri dari koklea yang mengandung organ korti, dan saraf koklearis. Proses
perifer dari neuron sensorik primer nervus VIII ini berlangsung mulai dari
reseptor sensorik yang terdapat di koklea dan sistem vestibuler menuju
badan sel di dalam koklea dan bagian basal kanalis semisirkularis yang
kemudian membentuk ganglion spiral dan vestibularis. Selanjutnya saraf
koklearis dan saraf vestibularis membentuk nervus VIII (nervus
vestibulokoklearis) yangmenghantarkan proses sentral melalui
meatus/kanalis auditori internal, berjalan bersama-sama dengan nervus VII,
kemudian masuk ke batang otak pada perbatasan medula oblongata dan
pons tepat di lateral nervus VII. Neuroma akustik merupakan tumor jinak
nervus VIII dari komponen vestibular divisi superior yang disebabkan
adanya produksi berlebihan dari sel schwan. Sel schwan ini merupakan
lapisan sel yang fungsinya sebagai pembungkus saraf dan sumber nutrisi
saraf tersebut.Tumbuh pada tempat dimana selubung saraf pusat (jaringan
glial) dan selubung saraf perifer (sel Schwan) bertemu di dalam kanalis
auditori internal. Lokasi ini disebut zona Obersteiner-Redlich yang
lokasinya 8-12 mm disebelah distal batang otak. Dilihat dari asalnya,
neuroma akustik sebenarnya bukanlah suatu ”neuroma” karena bukan suatu
neoplasia sel saraf tetapi berasal dari sel schwan yang membungkus N.VIII.
Juga istilah ”akustik” pada neuroma akustik tidaklah tepat karena ternyata
berasal dari komponen vestibular dari N.VIII. Sehingga istilah yang tepat
adalah vestibular schwannoma.

19
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis
reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
konstibusinya adalah propioseptik.
Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan
gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan
perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel
rambut (hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos
masuk kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya
depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini
glutamat) yang selanjutnya akan meneruskan impul sensoris ini lewat saraf
aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak.
Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti
vertibularis menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan
vestibuler. Cerebellum selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga
merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan
informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang
pernah dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli. Selain
serebellum, informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori
prefrontal korteks serebri
Neuroma akustik sebanyak 95% ditemukan unilateral dan sporadik,
biasanya terjadi pada usia pertengahan, rata-rata usia 40-50 tahun.
Sedangkan neuroma akustik yang diturunkan insidensinya jarang yaitu
sekitar 5%. Neuroma akustik jenis ini berhubungan dengan
Neurofibromatosis tipe 2 dan harus dicurigai pada pasien dengan usia muda
dan terdapat riwayat keluarga yang memiliki tumor neural. Seperti pada
pasien ini, usianya tergolong muda yaitu 24 tahun, sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan suatu NF tipe 2, meskipun tidak ditemukan riwayat keluarga
yang menderita tumor neural.

20
Tuli sensorineural dapat terjadi pada 20% pasien dengan vestibular
schwannoma 12, namun hanya 1% pasien dengan tuli sensorineural yang
mepmpunyai vestibular schwannoma. 50% pasien dengan vestibular
schwannoma dan tuli sensorineural dapat sembuh spontan.
Tinitus merupakan gejala kedua yang umum ditemui pada vestibuler
schwannoma dan dapat terjadi dalam berbagai variasi. Dapat terjadi tanpa
gangguan pendegngaran, dan dapat dideskripsikan sebagai suara keras,
bunyi berdenging, atau suara berbisik, serta dapat terjadi pada telinga yang
tidak terkena lesi tumor. Sehingga seseorang dengan gangguan pendengaran
unilateral, harus dievaluasi dengan audiogram.
Keluhan gangguan keseimbangan terdapat pada 36-50% pasien dan
dideskripsikan sebagai perasaan yang melayang. Vertigo terjadi pada sekitar
27% pasien dan biasanya dihubungkan dengan massa tumor yang lebih
kecil. Hipestesia area wajah hanya terdapat pada 4% pasien dan
dihubungkan dengan massa tumor yang lebih besar (>2cm) serta biasanya
pertama kali mengenai cabang maksilaris dari nervus V. Reflek kornea
biasanya merupakan gejala pertama ular schwannoma. Dan bila ada,
biasanya merupakan tumor jenis lain. Keluhan pada mata biasanya jarang,
dan dapat bervariasi.
Gejala klinis yang timbul pada neuroma akustik disebabkan karena
kompresi komponen koklear dari nervus VIII yang berlangsung progresif
lambat. Terdapat triasgejala yang khas pada neuroma akustik yaitu tuli
sensorineural ipsilateral, tinitus dan gangguan keseimbangan. Pada 95%
pasien menunjukkan gejala awal berupa gangguan pendengaran unilateral
pada sisi lesi, terutama untuk diskriminasi percakapan. Karena melibatkan
sistem vestibularis dapat terjadi nistagmus. Gejala serebelar seperti ataxia
dan gangguan gait dapat terjadi pada ukuran tumor yang besar yang
mendorong serebelum. Juga dapat timbul gejala akibat kompresi nervus V
berupa hipestesi wajah dan menurunnya refleks kornea. Bila tumor cukup
besar mengisi daerah sudut serebelopontin dapat menyebabkan blok aliran
likuor menyebabkan tanda-tandapeningkatan tekanan intrakranial berupa

21
nyeri kepala, muntah dan papiledema. Karenalo kasinya yang berdekatan
dengan N.VII maka dapat timbul gejala kelemahan otot-otot wajah dan
gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah, tetapi hal ini jarang terjadi.
Dalam mendiagnosis, anamnesis gejala khas Vestibular Schwannoma
yang klasik adalah tuli sensorineural asimetris progresif, tinitus dan gangguan
keseimbangan (disequilibrium), klinisi harus waspada sebab lesi ini dapat
muncul dengan berbagai macam gejala atau simptom. Gejala klinis Vestibular
Schwannoma tergantung pertumbuhan dan ukuran tumor. Tumor
intrakanalikular memberi gejala gangguan pendengaran, tinitus, disfungsi
vestibular (termasuk vertigo). Bila tumor tumbuh di CPA, gangguan
pendengaran memburuk dan muncul disequilibrium. Bila tumor menekan
batang otak, saraf kranial kelima akan terlibat (midface hypesthesia). Bila
kompresi lebih luas lagi, muncul hydrocephalus, menyebabkan sakit kepala
dan gangguan penglihatan. Gejala klinis yang ditemukan bergantung pada
jenis dan ukuran neoplasma yang timbul. Gejala yang paling sering muncul
pada tumor CPA ialah tuli sensorineural (26%) serta tinitus (66%).
Pemeriksaan fisik keadaan umum telinga, hidung, tenggorok yang
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana struktur yang terlibat. Pemeriksaan
neurotologi yang lengkap diperlukan untuk mendiagnosis letak kelainan yang
terjadi pada saraf kranial.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
 CT
 MRI
 Pemeriksaan Histopatologi
 Audiologi
Penatalaksanaan neuroma akustik tergantung pada beberapa faktor:
ukuran tumor, gejala, umur pasien dan harapan hidup. Tujuan utamanya
adalah kontrol tumor, yaitu untuk mencegah pertumbuhan tumor. Pengobatan
sekunder bertujuan untuk mengurangi gejala dan meminimalkan komplikasi.
Secara tradisional outcome yang diinginkan adalah menyelamatkan fungsi
pendengaran dan saraf fasialis.

22
Pada pasien ini diberikan obat neuroprotektor yaitu citicolin. Citicolin
merupakan asam nukleat yang merupakan prekursor fosfatidilkolin, yaitu
suatu zat gizi penting untuk integritas dan fluiditas membran sel otak.
Senyawa ini juga dapat berubah menjadi asetilkolin, suatu neurotransmiter
penting untuk komunikasi antar sel serta untuk menyimpan memori dan
mengeluarkannya. Citicoline juga meningkatkan aliran darah dan oksigen
otak.
Meticobalamin merupakan satu-satunya homolog vitamin b12 yang
berperan dalam reaksi transmetilasi dalam tubuh manusia. Meticobalamin
memfasilitasi proses metilasi t-RNA yang merupakan proses penting dalam
sintesis protein dan perubahan homosistein menjadi metionin. Sehingga dapat
meningkatkan penyembuhan pada kelemahan otot dan menunjukkan efek
perbaikan kerusakan jaringa saraf. Meticobalamin juga meningkatkan sintesis
asam nuleat dan protein pada saraf untuk memfasilitasi proses mieloenesis.
Ranitidin merupakan gastroprotektor dan mencegah efek samping dari
interaksi obat lain.
Dexametasone merupakan glukokortikoid sintetik dengan aktivitas
imunosupresan dan anti inflamasi. Sebagai imunosupresandexametasone
bekerja dengan menurunkan respon tubuh terhadap rangsang. Aktivitas anti
inflamasi dexametasone dengan menekan atau mencegah respon jaringan
terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami
inflamasi, termasuk magrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Arthurs B J et al. Gamma Knife radiosurgery for Vestibular Schwannoma:


case report and review of the literature. World Journal of Surgical Oncology
2009, 7:100
2. British Association of Otorhinolaryngologists Head and Neck Surgeon.
clinical Effectiveness Guidelines Acoustic Neuroma (Vestibular
Schwannoma). Spring 2002, 1-21
3. Agrawal SK MD, Blevins N H MD, Jackler R K MD. Vestibular
Schwannoma and Other Skull Base Neoplasms In: Otorhinolaryngology 17
Head and Neck Surgery Centennial Edition. BC Decker Inc. 2009: 418-426
4. Matthew L. Bush, D. Bradley Welling. Cerebellopontine Angle Tumors in –
Bailey BJ (Ed) Head and Neck Surgery-Otolaryngology 5th Ed. Volume 2.
Philadelphia. JB. Lippincott Company. 2014: 2558-2573
5. Gimsing S. Vestibular Schwannoma: when to look for it? The Journal of
Laryngology & Otology (2010), 124, 258-264
6. Suryanarayanan R et al. Vestibular Schwannoma: role of conservative
management. The Journal of Laryngology & Otology (2010), 124, 251-257
7. Johnson J MD, Lalwani Anil K A MD. Vestibular Schwannoma (Acoustic
Neuroma) In: Lalwani AK, ed. Current Diagnosis & Treatment in
Otolaryngology – Head & Neck Surgery. Third Ed. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc. 2012:7781-790.
8. Ramsden R T. Vestibular Schwannoma In: Scot-Brown’s Otolaryngology.
Volume 3. Sixth Ed. Butterworth-Heinemann International Editions; 3/21/1-
3/21/38
9. Matthew L Bush; Raleigh O Jones; Jennifer B Shin. Auditory brainstem
response threshold differences in patients with Vestibular Schwannoma: a
new diagnostic index. Ear, Nose & Throat Journal; Aug 2008; 87.
10. Stangerup SE, Thomasen P C, Tos M, Thomsen J. Change in hearing during
‘wait and scan’ management of patients with Vestibular Schwannoma. The
Journal of Laryngology & Otology (2008), 122, 673-681.

24
11. Hirofumi Nakatomi, MD, PhD, et al. Improved preservation of function
during acoustic neuroma surgery, J. Neurosurg, 2015, 122,24-23.
12. Shelfer J, Zapala D, Lundy L. Fall Risk, Vestibular Schwannoma and
Anticoagulation Therapy: J Am Acad Audiol 19:237-245 (2008)
13. Mandl ES, Vandertop WP, Meijer OWM, Peerdeman SM. Imaging-
documented repeated intratumoral hemorrhage in Vestibular Schwannoma: a
case report. Acta Neurochir (2009) 151:1325-1327.

25

Anda mungkin juga menyukai