OSTEOARTHRITIS
Diajukan dalam rangka memenuhi persyratan co-assisten
SMF Radiologi Dr. Sardjito Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh :
Abshari Ainisabila
10/304664/KU/14083
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Osteoartritis (OA) adalah penyakit kronik sendi sinovial dimana terjadi perlembutan
dan disintergrasi kartilago di sendi diikuti dengan pertumbuhan kartilago dan tulang pada
tepi sendi, pembentukan kista, dan sklerosis di tulang subchondrial, sinovitis ringan dan
fibrosis capsular.
OA merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai secara
global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24
juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004).
Prevalensi dan beratnya OA juga terus meningkat secara dramatis mengikuti
pertambahan usia penderita. OA hampir tidak pernah ada di anak-anak. Pada umur < 55
tahun, distribusi OA antara wanita dan laki-laki relatif sama. Penderita yang lebih tua, lakilaki paling sering menderita OA di pinggul sedangkan OA di sendi interphalangeal, jempol
distal, lutut paling sering terjadi di wanita. OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu aktivitas.
Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus hingga dapat menggaggu
mobilitas penderita. Diperkirakan juga bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia
menjadi cacat karena OA. Sehingga OA memiliki dampak sosio-ekonomik yang besar baik di
negara maju maupun negara berkembang. Pada abad yang akan datang, tantangan terhadap
OA akan semakin besar karena penanganan terhadap penyakit semakin baik sehingga
populasi yang berumur tua akan semakin meningkat (Soeroso, 2006).
Berdasarkan data di atas, menjadi suatu keharusan bagi para calon dokter umum yang
nantinya juga akan terjun ke masyarakat untuk memahami dan mengenali gejala awal,
pemeriksanaan fisik,
I.3 Manfaat
2
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan ilmu dan kepustakaan
mengenai gambaran radiologis dari invaginasi.
BAB II
3
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Osteoarthritis
Osteoartitis (OA) merupakan suatu
kerusakan biokimia kartilago sendi di sendi sinovial. Hal ini ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang di
dekat persendian tersebut, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula
sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi.
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada kartilago yang ditandai dengan perubahan
klinis, histologi, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada komponen sistemik.
(Parjoto, 2000).
II.2 Insidensi
Osteoarthritis penyakit sendi yang sering terjadi pada manusia. Diketahui bahwa OA
diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia. Di Amerika OA diderita lebih dari 20 juta orang
yang dilihat dari gejala dan atau gambaran radiologi. Di kawasan Asia Tenggara penderita
OA mencapai 24 juta jiwa (WHO, 2004). Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis
mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 8090% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA. Gejala biasanya baru
muncul setelah umur 50 tahun. Hal ini nampaknya berhubungan dengan perubahan kolagen
dan proteoglikan berakibat pada berkurangnya kekuatan elastisitas pada kartilago sendi dan
berkurangnya nutrisi pada kartilago.
OA hampir tidak pernah ada di anak-anak. Individu >55 tahun memiliki prevalensi OA
lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki. Laki-laki paling sering menderita OA di
pinggul sedangkan OA di sendi interphalangeal (DIP joint), jempol distal, lutut paling sering
terjadi di wanita. OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu aktivitas. Pada derajat yang lebih
berat nyeri dapat dirasakan terus menerus hingga dapat menggaggu mobilitas penderita. 80%
penderita OA memiliki keterbatasan gerak dan 25% lainnya tidak bisa melakukan kegiatan
sehari-hari.
Prevalensi OA lebih sering pada Amerika native. OA pada panggul lebih jarang terjadi
pada orang Chin, akantetapi gejala OA lutut sangat sering di China. Pada orang >65tahun, OA
lebih sering pada orang berkulit putih dibanding orang berkulit hitam. OA lutut lebih sering
pada orang berkulit hitam.
IDIOPATIK
SEKUNDER
A. OA Terlokalisasi
A. Trauma
1. Tangan
Heberdens and Bouchards nodes (nodal)
Erosi interphalangeal arthritis (nonnodal)
Sendi pertama carpometacarpal joint
2. Kaki
Hallux valgus
Hallux rigidus
Contracted toes (hammer/cock-up toes)
Talonavicular
3. Lutut:
a. Kompartemen medial
b.Kompartemen lateral
c.Kompartemen patellofemoral
4. Pinggul:
a. Eccentric (superior)
b. Concentric (axial, medial)
c. Diffuse (coxae senilis)
5. Spina:
a. Sendi Apophyseal
b. Sendi Intervertebral (diskus)
c. Spondylosis (osteophytes)
d. Ligamentous (hyperostosis, Forestiers
disease,
diffuse idiopathic skeletal hyperstosis)
6. Other single sites, e.g., glenohumoral,
acromioclavicular,
tibiotalar, sacroiliac, temporomandibular
1. Akut
2. Kronik (pekerjaan, olahraga)
B. Kongenital atau pertumbuhan
1. Penyakit lokalosasi: Legg-Calve-Perthes,
dislokasi
pinggul kongenital, slipped epiphysis
2. Faktor mekanis: ekstremitas bawah tidak sama
panjang,
valgus/varus deformity, sindrom hipermobilitas
3. Displasia tulang: displasia epifisis,
spondyloepiphyseal
dysplasia, osteonychondystrophy
C. Metabolik
1. Ochronosis (alkaptonuria)
2. Hemochromatosis
3. Wilsons disease
4. Gauchers disease
D. Endokrin
1. Akromegali
2. Hiperparathyroidism
3. Diabetes mellitus
4. Obesitas
5. Hipothyroidism
E. Penyakit penumpukan kalsium
1. Penumpukan kalsium piroposfat dihidrat
2. Apatite arthropathy
F. Penyakit tulang dan sendi lain
1. Lokalisasi: frakture, avascular necrosis, infeksi,
gout
2. Diffuse: rheumatoid (inflammatory) arthritis,
Pagets
disease, osteopetrosis, osteochondritis
G. Neuropati (Charcot joints)
H. Endemik
1. Kashin-Beck
2. Mseleni
I. Miscellaneous
1. Frostbite
2. Caissons disease
3. Hemoglobinopathies
B. Generalisasi
Meliputi lebih dari 1 area diatas (Kellgren-Moore)
Usia. Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko
terjadinya osteoarthritis.
Trauma, yaitu patah tulang yang mengenai permukaan sendi.
Pekerjaan yang menimbulkan beban berulang pada sendi.
Obesitas (kegemukan), yang menyebabkan peningkatan beban pada sendi, terutama
sendi lutut.
Riwayat OA pada keluarga.
Densitas (kepadatan) tulang yang rendah
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi
untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2006).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi
sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.
Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang
diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago
sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2006).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul molekul aggrekan di
antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan
asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2006).
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen yang
terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin
{ Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan
membentuk molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson, 2006).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe
dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit.
Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian
permukaan (superficial) dari kartilago (Felson, 2006).
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian
matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks. TNF
menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein
lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis
aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung
pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2006).
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks yang
lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi Namun, pada fase
awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif (Felson,
2006).
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan
dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada
7
kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson,
2006). Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi (Felson, 2006).
II.6 Diagnosis
Menentukan diagnosis OA didapatkan dari keluhan klinis dan juga gambaran
radiologi.
II.6.1 Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya
telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan atau bersifat progresif. Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang
dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan
meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan
semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur,
hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah
gerakan saja). Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum
tulang (Felson, 2006).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembus bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke
osteofit yang sedang berkembang. Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2006). Nyeri dapat
timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di
lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2006).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri, bahkan pada stadium/grade 4 bisa menyebabkan pergerakan
minimal.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari <30 menit.
8
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemertak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA genu. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu
yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu.
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah.
f. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis.
Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih
jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA Genu.
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA Genu.
II.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, sendi yg terkena osteoartritis akan terasa nyeri tekan yg
terlokalisasi dan pembengkakan dari tulang atau jaringan lunak. Jika di gerakkan maka akan
terdengar bunyi krepitasi. Akan terasa hangat pada sendi. Atrofi otot periarticular dikarenakan
otot-otot yang tidak digunakan atau penghambatan reflek kontraksi otot. Pada OA tahap
lanjut, maka akan terlihat deformitas dan hipertrofi tulang, subluksasi, dan hilangnya
pergerakan sendi.
10
serta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi pada pagi hari < 30 menit dan
adanya krepitasi.
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi.
Namun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali masih normal. Gambaran
radiologis
sendi
yang
merupakan
tanda
kardinal OA adalah :
Penyempitan celah sendi yang sering kali
asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban, seringnya pada Genu)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang
subkondral
Kista tulang subchondral
Osteofit pada pinggir sendi (marginal)
Perubahan struktur anatomi sendi.
Grading Osterarthritis
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan
menjasi:
1. Grade 1
2. Grade 2
3.
menyempit asimetris.
: Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat/tepi tulang,
Grade 3
Grade 4
11
12
Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari
ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan
Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena
risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi
obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi
dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan
menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat
ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya ( Felson, 2006 ).
Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari hari.
13
Perbedaan :
Lokasi
1. OA : sendi-sendi besar (yang menanggung beban/berat badan kita), contohnya lutut,
tulang belakang, panggul.
2. RA : biasanya sendi-sendi kecil (dan biasanya 1 sendi), contohnya sendi jari
tangan/kaki, pergelangan tangan/kaki, siku, lutut.
3. GA : sendi yang terserang pada GA biasanya tidak spesifik, namun biasanya pada
sendi kaki, dan apabila keluhan terletak pada sendi pangkal ibu jari kaki biasanya
meningkatkan kemungkinan terjadinya GA.
Gejala (paling penting mengetahui kapan biasanya nyeri terjadi) :
1. OA : waktu nyeri biasanya saat dipakai berjalan/aktivitas lain, bisa pagi, siang, atau
malam hari. Biasanya nyeri akan membaik bila diistirahatkan.
2. RA : biasanya nyeri sendi terjadi pada pagi hari. Nyeri berlangsung lebih dari 1 jam
dan berangsur-angsur sembuh. Ada gejala tambahan yang biasanya meningkatkan
kecurigaan RA, yaitu bila adanya kaku sendi, disamping nyeri sendi itu sendiri, serta
adanya tonjolan-tonjolan. Pasien juga dapat mengalami gejala sistemik seperti
demam, lemah, atau nafsu makan yang menurun. Bila didiamkan atau berlangsung
secara kronis maka dapat terjadi suatu deformitas atau perubahan bentuk pada tangan
atau jari.
3. GA : biasanya nyeri sendi terjadi malam hari atau menjelang pagi hari. Nyeri pada GA
bersifat sangat nyeri dan semakin nyeri dengan sedikit saja pergerakan. Nyeri
14
contoh
gambaran
radiologis
Osteoarthritis
1. Pasien Ny.RN, wanita, 60 tahun.
dekstra
- Eminentia intercondilaris meruncing
- Joint space menyempit
Kesan : OA Genu Bilateral terutama dekstra.
15
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
16
kerusakan biokimia kartilago sendi di sendi sinovial. Hal ini ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang di
dekat persendian tersebut, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula
sendi, timbulnya peradangan, dan
Resikonya meningkat seiring dengan pertambahan usia. OA primer terjadi lebih sering
daripada OA sekunder, dan penyebab tersering dari OA ini adalah idiopatik.
Mekanisme yang diduga sebagai penyebab dari OA ini dikenal dengan istilah wear
and tear mechanism dimana OA terjadi akibat adanya penggunaan sendi tersebut selama
bertahun-tahun menyebabkan kerusakan di sana, Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan
mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada
akhirnya menimbulkan cedera. Derajat keparahan OA dapat ditentukan dengan melihat
gambaran radiologis dan menggunakan Kellgren and Lawrence Grading.
Penanganan Osteoarthritis dapat dilakukan dengan 3 cara yakni secara nonfarmakologis yang meliputi edukasi, rehabilitasi, dan penurunan berat badan. Selain itu bisa
juga dengan cara memberikan terapi medika mentosa, dimana yang sering digunakan adalah
analgesik, dan agen kondroprotektor. Sedangkan cara yang terakhir adalah dengan dilakukan
pembedahan dan pengkoreksian apabila sudah terjadi suatu deformitas.
DAFTAR PUSTAKA
Felson, D. T. 2006. Osteoarthritis of the knee. New England Journal of Medicine, 354(8),
841-848.
Joewono, Soeroso, Harry Isbagio, Handono Kalim, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu
Dalam Bab Osteoartritis. FK-UI:Jakarta.
Penyakit
Kellgren JH, Lawrence JS. Radiological Assessment of Osteoarthrosis. Ann Rheum Dis 1957;
16:494-501
17
Lane, N. E. 2007. Osteoarthritis of the hip. New England Journal of Medicine,357(14), 14131421.
Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., & Loscalzo, J. 2012. Harrison's
Principles of Internal Medicine 18Ed. McGraw Hill Professional:US
Parjoto, S. 2000. Assesment Fisioterapi Pada Osteoartritis Sendi Lutut, TITAFI
XV:Semarang.
Solomon, L., Warwick, D., & Nayagam, S. (Eds.). 2010. Apley's system of orthopaedics and
fractures. CRC Press: US
18