SPINE DEGENERATIVE
Oleh:
Presptor :
PENDAHULUAN
Vertebra terdiri dari korpus berbentuk bulat di anterior dan arkus vertebra
di posterior. Kedua struktur ini mengelilingi ruangan yang disebut foramen
vertebralis dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus vertebra terdiri atas sepasang
pedikuli yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi arkus, serta sepasang
lamina pipih yang melengkapi arkus vertebra di posterior.5
Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus
spinosus, 2 prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis (Gambar 2.2).
Prosesus spinosus atau spina, mengarah ke posterior dari pertemuan kedua
lamina. Prosesus transversus mengarah ke lateral dari pertemuan lamina dan
pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus berperan sebagai
pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligame.5
Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus
artikularis superior dan 2 prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus
artikularis superior dari satu arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus
artikularis inferior dari arkus vertebra yang terletak di atasnya, membentuk
dua sendi sinovial.5
Pedikuli mempunyai lekukan di pinggir atas dan bawah, membentuk
insisura vertebralis superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura vertebralis
superior dari sebuah vertebra bersama dengan insisura vertebralis inferior
vertebra di dekatnya membentuk foramen intervertebralis. Pada rangka yang
bersendi, foramen-foramen ini menjadi tempat lewatnya nervus spinalis dan
Gambar 2.2 A: Kolumna vertebralis tampak lateral. B: Ciri-ciri umum berbagai vertebra
Arcus post.atlas
Proc. spinosus
Foramen
intervertebralis
Proc.tranversusus
Hal-hal yang dinilai dalam foto servikal yaitu : (1) Alignment : kesegarisan,
dinilai pada posterior corpus vertebra. (2) Tulang sevikal: densitas tulang untuk
menilai apakah ada osteofit, osteoporosis, lesi litik, lesi blastik dan fraktur.
(3)Diskus intervertebralis apakah ada penyempitan. (4) Foramen intervertebralis
apakah ada penyempitan. (5) Ligamentum nuchae, untuk mengetahui apakah ada
kalsifikasi.
2.3.2. Torakal
Psoas line
Proc.spinosus
Facies articularis
Proc. tranversus
Art. sacroiliaka
sacrum
2.4.1 Spondilosis
2.4.1.1 Definisi
Spondilosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang yang disebabkan
oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus intervertebralis. Proses
degeneratif tersebut mengakibatkan menyempitnya jarak antar vertebra,
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebralis dan iritasi pada persendian posterior. 5 Rasa nyeri pada spondilosis
ini dapat disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong
durameter yang mengakibatkan iskemik dan radang.
Nyeri punggung karena osteofit yang menonjol biasanya akan lebih buruk
dengan berdiri lama, duduk, dan membungkuk maju dan seringkali lebih baik
dengan perubahan posisi yang sering dan berjalan. Terdapat perbedaan
manisfestasi nyeri punggung, seperti LBP akibat osteoarthritis sendi facet
biasanya lebih buruk dengan berjalan dan berdiri dan lega dengan lentur ke
depan.8
Apabila terjadi penekanan yang amat berat, kelemahan ekstremitas yang
terkena dapat terjadi. Jika hernia diskus mendorong sumsum tulang belakang, ini
bisa menyebabkan luka pada sumsum tulang belakang (mielopati). Spondilosis
dengan mielopati mengacu pada spondilosis yang melukai sumsum tulang
belakang. Spondilosis tanpa mielopati mengacu pada spondilosis tanpa cedera
pada sumsum tulang belakang. Gejala mielopati meliputi mati rasa, kesemutan,
dan kelemahan. Misalnya, hernia yang besar terjadi pada diskus di tulang
belakang servikal dapat menyebabkan mielopati servikal jika cukup besar untuk
mendorong sumsum tulang belakang dengan gejala mati rasa, kesemutan, dan
kelemahan di lengan dan kemungkinan kaki.
2.4.1.4 Tatalaksana
Tidak ada pengobatan untuk membalikkan proses spondilosis, karena ini
adalah proses degeneratif. Perawatan untuk spondilosis menargetkan nyeri
punggung dan nyeri leher yang dapat menyebabkan spondilosis. Karena itu,
pengobatan spondilosis ini mirip dengan pengobatan nyeri punggung dan nyeri
leher. Pengobatan yang tersedia termasuk dalam beberapa kategori: obat-obatan,
perawatan diri, latihan dan terapi fisik, terapi tambahan alternatif (chiropractics
and akupunktur), prosedur invasif minimal seperti suntikan, dan pembedahan.
2.4.2 Spondilolistesis
2.4.2.1 Definisi
Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata
terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya defek
antara sendi pacet superior dan inferior (pars interartikularis). Kebanyakan
penderita tidak menunjukkan gejala atau gejalanya hanya minimal, dan sebagian
besar kasus dengan tindakan konservatif memberikan hasil yang baik.
Spondilolistesis dapat terjadi pada semua lever vertebrata, tapi yang paling sering
terjadi pada vertebrata lumbal bagian bawah seperti (gambar 4.7) terlihat adanya
subluksasi ke anterior dan pada foto polos menunjukan adanya spondilolistesis
pada lumbal 5.11
Curvatura normal dan tulang belakang menjaga keseimbangan berat badan
dengan mempertahankan pusat gravitasi pada kaki. Bentuk abnormal dari
kurvatura tulang belakang berhubungan erat dengan spondilolistesis. Lindholm
dkk melaporkan bahwa 60% (dari 75 pasien dengan isthmic spondilolistesis) yang
mengalami peningkatan lordosis, memerlukan tindakan operasi.12
Ada dua metode klinis untuk mengukur derajat slip pada spondilolistesis
yakni metode Meyerding dan Taillard. Metode Meyerding: permukaan superior
sakrum dibagi empat bagian sepanjang diameter anterior posterior. Derajat slip
dihitung sesuai dengan pembagian tersebut.13
2.4.2.4 Tatalaksana
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservatif. Pengobatan non
operatif diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit
neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan,
stretching exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting
dalam manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien.
Pasien dengan defisit neurologis atau pain yang mengganggu aktifitas,
yang gagal dengan non operatif manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila
radiologis tidak stabil atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan
untuk operasi stabilisasi. Jika progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip
50% pada waktu diagnosis, ini indikasi untuk fusi. Pada high grade
spondilolistesis walaupun tanpa gejala fusi harus dilakukan. Dekompresi tanpa
fusi adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena neural kompresi. Bila
manajemen operative dilakukan pada adolescent, dewasa muda maka fusi harus
dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang bermakna bila dilakukan
operasi tanpa fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia muda, progresivitas slip lebih
besar 25%, pekerja yang sangat aktif, pergeseran 3mm pada fleksi/ekstensi lateral
x-ray. Fusi tidak dilakukan bila multi level disease, motivasi rendah, aktivitas
rendah, osteoporosis, habitual tobacco abuse.15
2.4.3.1 Definisi
Facet Joint Arthropathy merupakan penyakit degeneratif yang mengenai
sendi facet tulang belakang. Degenerasi yang terjadi diawali dengan degradasi
tulang rawan sendi kemudian menyebabkan erosi dan penyempitan celah sendi,
serta terjadinya sklerosis pada tulang subchondral.16
Gambar 2.12 Penjalaran nyeri facet joint pain. a. penjalaran ke bagian anterior. b.
penjalaran kebagian tubuh posterior, frekuensi penjalaran tersering di area
berwarna biru tua.2
Gambar 2.14 CT-Scan vertebrae lumbal. Potongan sagital (A) dan aksial (B)
menunjukkan adanya degenerasi sendi facet dengan anterolistesis L4, juga
ditemukan osteofit, hilangnya ruang antar sendi, dan sklerosis subkondral.19
c. MRI
Gambar 2.15 MRI vertebrae lumbal. Peradangan aktif sinovial dan edema intra
artikular; potongan aksial (a) dan sagital (b,c).18
2.4.3.4 Tatalaksana
Tatalaksana Facet Joint Arthropathy adalah :
1. Analgetik :
Terapi awal yang dapat diberikan berupa terapi anti nyeri seperti;
asetaminofen, NSAID, muscle relaxan.
2. Steroid
Pemberian terapi steroid untuk mengurangi inflamasi sehingga dapat
mencegah progresifitas degenerasi dan nyeri.
3. Bedah
2.4.4.1 Definisi
Spinal kanal stenosis adalah suatu kondisi penyempitan kanalis spinalis
atau foramen intervertebralis disertai dengan penekanan akar saraf yang keluar
dari foramen tersebut. Struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap
penyempitan kanal meliputi struktur tulang dan jaringan lunak. Struktur tulang
meliputi: osteofit sendi facet (merupakan penyebab tersering), penebalan lamina,
osteofit pada corpus vertebra, subluksasi maupun dislokasi sendi facet
(spondilolistesis), hipertrofi atau defek spondilolisis, anomali sendi facet
kongenital. Struktur jaringan lunak meliputi: hipertrofi ligamentum flavum
(penyebab tersering), penonjolan annulus atau fragmen nukleus pulposus,
penebalan kapsul sendi facet dan sinovitis, dan ganglion yang bersal dari sendi
facet. Akibat kelainan struktur tulang jaringan lunak tersebut dapat mengakibatkan
beberapa kondisi yang mendasari terjadinya spinal canal stenosis.22,23
c. CT-Scan
CT-Scan dapat digunakan untuk mengevaluasi kanalis spinalis dan
membedakan kompresi kanalis spinalis yang disebabkan oleh diskus, ligamen,
dan struktur tulang. Keterbatasan CT-Scan ini tidak dapat menggambarkan serabut
saraf dan medula spinalis karena memililki densitas yang sama dengan cairan
serebrospinal.21
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA