Anda di halaman 1dari 25

Meet The Expert

Indikasi Medis Lensa Kontak

Oleh:

Muhammad Gilang D P 1840312667


Cyntia Harkansa 1510311062
Primadialira 1510311130

Preseptor :

dr. Rinda Wati, Sp. M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas meet the expert
dengan judul “Indikasi Medis Lensa Kontak” yang merupakan salah satu tugas
dalam kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas meet the expert ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dr. Rinda Wati, Sp.M (K) selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran
dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas meet the expert ini. Akhir
kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 1 Juli 2019

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


DAFTAR ISI

BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................ 3
BAB 2...................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
2.1 Definisi Lensa Kontak................................................................................................. 4
2.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Lensa Kontak ......................................... 4
2.3 Indikasi pada Pemakaian Lensa Kontak ................................................................. 5
2.3 Pemakaian Lensa Kontak ........................................................................................... 9
2.4 Therapeutic lenses ...................................................................................................... 11
2.7 Pemeriksaan Lensa Kontak ...................................................................................... 13
2.8 Perawatan dan Pemeliharaan Lensa Kontak ........................................................ 14
2.9 Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak................................................................... 16
2.10 Penatalaksanaan .......................................................................................................... 19
BAB 3.................................................................................................................... 20
KESIMPULAN ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lensa kontak saat ini sangat sering, diperkirakan sebanyak 140
juta penduduk di dunia memakai lensa kontak untuk mengkoreksi visusnya. Lensa
kontak merupakan lensa plastik tipis yang diletakkan di permukaan kornea.
Pemakaian lensa kontak ditujukan sebagai alternatif pengganti kacamata selain itu
saat ini juga digunakan sebagai kosmetik.1,2
Penggunaan lensa kontak setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun
2013 di Amerika Serikat didapatkan data bahwa pengguna lensa kontak mencapai
37 juta orang lalu meningkat menjadi 40 juta orang pada tahun 2014. Rata-rata
pemakaian lensa kontak pada usia diatas 18 tahun didapatkan bahwa wanita lebih
banyak menggunakan lensa kontak dibandingkan pria. Saat ini di Indonesia
pengguna lensa kontak diperkirakan meningkat lebih dari 15% pertahunnya.3,4,5
Lensa kontak diindikasikan pada pasien yang memiliki kelainan refraksi
dan tidak dapat menggunakan kacamata seperti aphakia, keratoconus, kornea
irregular dan anisometropia yang tinggi. Selain itu lensa kontak pun dapat
digunakan untuk tatalaksana mata kering seperti pada stevens-johnson syndrome
atau sjogren syndrome, pasca pembedahan refraksi dan defek persisten. Lensa
kontak pun memiliki fungsi terapeutik dengan tujuan mengurangi rasa nyeri atau
tidak nyaman, untuk membantu proses penyembuhan luka atau penyakit okular
dan membantu meningkatkan visus pada pasien dengan kelainan bentuk kornea.6,7
Jenis lensa kontak dibagi dua yakni berdasarkan bahan penyusun dan lama
pemakaian. Berdasarkan bahan penyusun, terdapat dua jenis lensa kontak yaitu
soft contact lens dan rigid gas permeable (RGP) contact lens. Soft contact lens
dibuat dari silikon-hidrogel yang mengandung air sehingga lunak, fleksibel, dan
memudahkan oksigen mencapai kornea. Jika dibandingkan dengan RGP,
pengguna lensa kontak untuk pertama kali lebih mudah menyesuaikan diri dengan
menggunakan soft contact lens karena lebih nyaman dipakai. Lensa silikon-
hidrogel merupakan tipe lensa kontak yang paling sering digunakan dan
dianjurkan untuk pengguna yang memerlukan pemakaian setiap hari. RGP contact
lens dibuat dari plastik yang kurang fleksibel, namun masih memungkinkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


oksigen mencapai kornea. Keunggulan RGP contact lens adalah rigiditasnya
bermanfaat untuk mengoreksi kelainan permukaan kornea yang tidak rata. Bahan
RGP yang rigid menyebabkan pengguna RGP contact lens memerlukan
penyesuaian lebih lama dibandingkan soft contact lens. RGP contact lens bertahan
lebih lama sehingga harganya lebih murah.8,9
Komplikasi akibat penggunaan lensa kontak sering terjadi. Penelitian yang
dilakukan terhadap pengguna lensa kontak menunjukkan bahwa lebih dari tiga
kali lipat terjadi peningkatan angka kejadian komplikasi. Komplikasi lensa kontak
disebabkan oleh iritasi mekanik jangka panjang terhadap struktur kelopak mata
yaitu kelenjar meibomian. Kelenjar meibomian menghasilkan lapisan lemak yang
berfungsi menghambat penguapan lapisan air mata sehingga kelembaban
permukaan mata terjaga. Gangguan fungsi kelenjar meibomian menyebabkan tirai
air mata cepat menguap. Lensa kontak menurunkan sensitivitas permukaan mata
sehingga refleks produksi tirai air mata menurun. Peningkatan penguapan disertai
penurunan produksi tirai air mata menyebabkan sebagian besar (50-75%)
pengguna lensa kontak mengalami mata kering. Keluhan utama adalah rasa seperti
terbakar, iritasi, rasa kering atau pandangan kabur setelah menggunakan lensa
kontak selama beberapa saat.8,10,11
Saat ini penggunaan lensa kontak dapat meningkatkan kualitas hidup
karena tidak hanya mengkoreksi kelainan refraksi saja akan tetapi juga
meningkatkan nilai estetika yang lebih baik, Terdapat hal yang menganggu pasien
yaitu munculnya sebuah komplikasi, sehingga arahan kepada pasien tentang cara
penggunaan lensa kontak dan perawatannya perlu dilakukan untuk mengurangi
kejadian komplikasi tersebut.11,12

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai Indikasi Medis Lensa Kontak.

1.3 Metode Penulisan


Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


1.4 Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk informasi dan
pengetahuan tentang Indikasi Medis Lensa Kontak.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak merupakan lensa plastik tipis yang diletakkan di permukaan
kornea dan akan melekat dengan baik karena adanya tearfilm yang menutup
permukaan anterior mata dan tekanan dari palpebral.1,13
2.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Lensa Kontak
1. Keuntungan dan kerugian pemakaian soft lens
Keuntungan dan kerugian pemakaian soft lens dapat dilihat pada tabel
dibawah ini13
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian pemakaian soft lens
Keuntungan Kerugian
• Pemakaian soft lens lebih nyaman • Daya tahan soft lens terbatas, karena
• Adaptasi terhadap soft lens lebih beberapa soft lens hanya bisa bertahan 3
minimal, tidak perlu menunggu waktu bulan, atau 6 bulan
yang lama untuk beradaptasi dengan • Resiko kontaminasi bakteri atau infeksi
pemakaian soft lens tinggi pada pemakaian soft lens
• Resiko untuk distorsi kornea minimal • Bisa terbentuk Giant Papillary
• Sensasi adanya benda asing minimal Conjunctivitis (GPC)
• Jarang terjadi dilokasi dalam • Sangat mudah terbentuk deposit pada
pemakaian soft lens pemakaian soft lens
• Bisa untuk mengganti warna yang
diinginkan
• Pemasangan pada soft lens mudah
untuk dilakukan

2. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak rigid gas permeable


Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak rigid gas permeable
dapat dilihat pada tabel dibawah ini13

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian pemakaian Lensa Kontak Rigid Gas
Permeable
Keuntungan Kerugian
• Lensa kontak rigid gas memiliki • Permukaannya hidrofobik.
transmisi oksigen sangat tinggi.

• Waktu pemakaiannya lebih lama • Mudah timbul deposit.


dari pada soft lens
• Dapat untuk koreksi astigmat • Mudah pecah
tinggi. • Fitting dengan fluoresen.
• Dapat digunakan untuk kondisi • Waktu adaptasi pemakaian lensa
dry eye dan gangguan lapisan air kontak lama dibandingkan soft lens
mata. • Sensasi adanya benda asing lebih
• Tahan lama dibandingkan soft terasa daripada pemakaian soft lens
lens
• Lensa kontak rigid gas lebih
stabil
• Lensa kontak rigid gas bisa
digunakan untuk terapi kornea
yang irregular
• Bisa melindungi permukaan
depan mata
• Waktu pemakaiannya lebih
lama dari pada soft lens

2.3 Indikasi pada Pemakaian Lensa Kontak


Indikasi pemakaian lensa kontak yaitu :
1. Indikasi Optik
Lensa kontak diletakkan di depan kornea sehingga dapat berfungsi sebagai
media refraksi tambahan untuk media refraksi yang sudah ada yaitu kornea,
aqueos humor, lensa, dan bada kaca, untuk koreksi ametropia sama dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


kacamata, dan untuk koreksi anomali refraksi yang tinggi dan anisometropia lebih
dari 3 dioptri untuk mencegah terjadinya aniseikonia.13
2. Indikasi medik
Lensa kontak sebagai alat medik dapat diberikan sebagai alat oklusi/terapi
ambliopia, alat pelindung kornea yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kelainan seperti koloboma iris, aniridia, alat yang mempercepat penyembuhan
luka kornea/bandage contact lense pada kasus Bullous keratopati, erosi kornea,
defek epitel kronik, trauma mekanik, mata kering, Sindrom Steven Johnson dan
sebagainya, juga sebagai alat diagnostik.13
3. Indikasi kosmetik
Yaitu untuk menggantikan kebutuhan kacamata yang berfungsi sebagai
koreksi untuk kelainan refraksi sepeti myopia, hipermetropia dan astigmatisme.
Lensa kontak sebagai kosmetik pada umumnya digunakan setiap hari, maka dari
itu pemakaian lensa kontak seperti ini harus dijaga kebersihannya untuk
mengurangi resiko infeksi.16
4. Indikasi Preventif
Indikasi preventif penggunaan lensa kontak antara lain; mencegah
simbleparon dan restorasi forniks pada luka bakar kimiawi, keratitis, dan
trikiasis.13
5. Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik penggunaan lensa kontak antara lain; gonioskopi,
elektroretinografi, pemeriksaan funduk pada astigmatisma regular, fundus
photoghrapy, Goldmann’s 3 mirror examination.13
6. Indikasi Operatif
Lensa kontak dapat digunakan pada operasi goniotomi pada glaucoma
congenital, vitrektomi, dan fotokoagulasi endokuler.13
7. Indikasi Okupasi
Indikasi okupasi penggunaan lensa kontak antara lain pada atlet, pilot dan
aktor.13
Terdapat beberapa indikasi terapeutik pada penggunaan lensa kontak, diantaranya:
1. Bentuk Korneal yang Tidak Normal atau Terdistorsi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


Kelainan kornea baik kongenital maupun didapat, seperti ektasia kornea
primer (contoh keratokonus dan keratoglobus) dan plana kornea biasanya akan
mengakibatkan kehilangan penglihatan pada pasien. Kelainan ini dapat dikoreksi
dengan menggunakan lensa kontak baik kornea maupun sclera. Beberapa kasus
kornea ektasia dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa kontak lunak, seperti
kerasoft IC lens. Kondisi jarang terjadi namun pasien biasanya memiliki motivasi
yang tinggi untuk menggunakan lensa. Terapi pembedahan pada keratokonus
yang parah dan keratoglobus mungkin sulit dilakukan. Meskipun terapi andalan
seperti deep anterior lamellar keratoplasti (DALK) tetap masih ada resiko
kegagalan dari pemasangan allograft. Bagaimanapun, tatalaksana dengan
menggunakan lensa kontak tetap menjadi pilihan.7
2. Menurunkan Rasa Nyeri
Nyeri pada epitel kornea dapat menjadi parah dan menyebabkan kecacatan.
Abrasi kornea sederhana biasanya dapat sembuh dengan cepat dan tidak
membutuhkan pertolongan dari klinisi. Namun, gangguan epitel kornea yang
bersifat persisten atau rekuren mungkin dapat ditangani dengan menggunakan
lensa soft bandage baik tipe hydrogel maupun silicon hydrogen yang akan
bertindak sebagai pembatas antara kornea yang terluka dan kelopak mata.7
3. Sindrom Erosi Rekuren
Minor trauma yang terjadi pada kornea dapat menjadi factor predisposisi
kondisi ini. DIstrofi pada membran basal kornea juga dapat ditemukan pada
keadaan ini, biasanya bilateral, sehingga kedua mata harus diperiksa. Mata yang
mengalami erosi dapat menimbukan rasa nyeri akut saat mata terbuka dikarenakan
produksi air mata yang menurun namun gesekan yang meningkat. Untuk
meminimalisir gesekan tersebut lensa kontak dapat digunakan.7
4. Distrofi Kornea yang Melibatkan Epitel
Distrofi membrane basal epitel sejauh ini merupakan distrofi epitel kornea
yang paling sering, namun distrofi lainnya juga dapat menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan yang dapat ditangani dengan pemakaian lensa kontak.7
5. Keratitis Filamen
Keratitis filamen bentuk basah kadang dapat terjadi tanpa adanya desifiensi
dari tear film seperti pada keratitis herpers simpleks, erosi rekuren, dystonia dan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


superior keratokonjungtivitis endotel limbus. Kondisi ini biasanya berespon
dengan baik terhadap penggunaan lensa hydrogel. Kondisi ini biasanya dalam
bentuk “dry” keratopati filamen yang terjadi akibat defisiensi air mata, meskipun
lensa kontak dapat memberikan efek pada penyakit ini namun ini lebih sedikit.
Lensa sclera dianggap dapat menangani penyakit ini lebih baik.7
6. Degenerasi Kornea yang Melibatkan Epitel
Kondisi seperti degenerasi nodular salaman, keratopati rosea dan
keratokonjungtivitis atopic baik dengan atau tanpa ektasia dapat membuat pasien
menjadi tidak nyaman sehingga diperlukan penggunaan lensa kontak. Pada kasus
tersebut, lensa kontak dapat meningkatkan visus pasien. Apabila terjadi
bersamaan dengan penyakit konjungtiva dan abnormalitas “tear film”, lensa sclera
dapat digunakan.7
7. Degenerasi Kornea yang Melibatkan Endotel
Trauma dan operasi pada kornea yang menyebabkan hilangnya fungsi
endotel dapat menilbulkan keratopati bulosa, ketidaknyamanan yang terjadi dapat
diatasi dengan penggunaan lensa hydrogel atau silicon hydrogel. Pada beberapa
kasus transplantasi kornea dapat menjadi pilihan tatalaksana pada kasus ini.
Kombinasi dari keratektomi fototerapi dan lensa kontak terapeutik untuk waktu
yang tebatas dapat digunakan pada kasus keratopati bulosa yang tidak bisa
mendapat transplantasi kornea.7
8. Trauma Kimia
Banyak sumber yang menyatakan bahwa penggunaan lensa kontak dapat
menjadi tatalaksana pada trauma kimia, terutama luka bakar alkali. Lensa kontak
dapat membantu penyembuhan dengan penggunaan medikasi topikal, tatalaksana
ini harus mendapat supervisi yang ketat.7
9. Konjungtivitis Cicatricial
Tidak ada jenis lensa kontak yang dapat mencegah penyusutan konjungtiva.
Namun, lensa atau cincin scleral dapat digunakan untuk mendukung proses
penyembuhan setelah transplantasi membrane mukosa. Biasanya, lensa kontak
lebih cocok digunakan untuk menjaga kornea dari lingkungan yang tidak
bersahabat yang terjadi sebagai akibat dari penyakitnya.7
10. Defisiensi Air Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


Defisiensi air mata biasanya ditatalaksana dengan penggunaan obat tetes air
mata dan salep pelumas dan pada beberapa kasus punktum dan kanalikuli sengaja
di blok. Lensa kontak jarang digunakan. Pada satu waktu dapat dipertimbangkan
bahwa tingginya kadar air pada lensa hydrogel dapat membantu merehidrasi mata
kering, namun hal ini tidak memungkinkan karena kurangnya produksi air mata
dapat menyebabkan lensa menjadi kering. Lensa kontak yang paling banyak
digunakan adalah lensa skeral yang menutupi seluruh permukaan mata, menjaga
kadar cairan pada prekorneal dan membatasi evaporasi dari air mata.7
2.3 Pemakaian Lensa Kontak
a. Pemasangan lensa kontak
Ada 2 metode dalam pemasangan lensa kontak yaitu pertama letakkan
lensa kontak pada jari telunjuk, jari telunjuk harus kering, karena jika terlalu
basah maka lensa kontak akan menempel pada jari telunjuk. Ketika palpebral
superior ditahan oleh jari ketiga oleh tangan lainnya, arahkan lensa kontak ke
sclera ketika pasien melihat ke atas.14

Gambar 2.1 Cara Pemasangan Soft Lens Metode Satu14


Cara yang kedua letakkan lensa kontak pada jari telunjuk, jari telunjuk
harus kering, karena jika terlalu basah maka lensa kontak akan menempel pada
jari telunjuk. Ketika palpebral superior ditahan oleh jari ketiga oleh tangan
lainnya, arahkan lensa kontak ke kornea langsung dan mata lurus melihat ke
cermin. Direkomendasikan jika pasien awalnya memasang lensa kontak pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


mata kanan maka ketika melepas lensa kontak juga pada mata kanan terlebih
dahulu.14

Gambar 2.2 Cara Pemasangan Soft Lens Metode Dua14


b. Pelepasan lensa kontak
Palpebral superior ditahan oleh jari ketiga pada tangan lainnya, posisikan
jari telunjuk ke kornea, dan digeser lensa kontak kea rah sclera ketika pasien
melihat ke atas. Lensa kontak yang berada di sclera diambil dengan gentel diambil
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan mencabut lensa kontak tepat di kornea,
karena akan menyebabkan abrasi kornea, atau jangan memakai kuku ketika
melepaskan lensa kontak.14

Gambar 2.3 Cara Pengeluaran Soft Lens14


Higienitas terkait lensa kontak harus diperhatikan, mulai dari tempat lensa
kontak yang terkontaminasi, lensa kontak yang terkontaminasi dan tangan pasien
sendiri. Cuci tangan sebelum pemakaian dan pelepasan lensa kontak penting

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


untuk dilakukan. Jangan mencuci tangan dengan sabun yang mengandung lanolin,
cream, oil, gunakan sabun yang tidak mengandung bahan bahan tersebut.14
Hanya beberapa lensa yang direkomendasikan oleh U.S food drug
administration (FDA) untuk terapi. Monitoring yang ketat dan penggantian secara
rutin perlu diperhatikan. Silicone hydrogel lenses dengan permiabilitas oksigen
yang tinggi direkomendasikan oleh FDA, seperti Alcon, Vistakon, dan Bausch +
Lomb. Lensa kontak juga digunakan setelah operasi mata untuk penyembuhan
luka kornea, atau untuk media untuk menyalurkan obat. Pemakaian lensa kontak
dengan diameter yang besar pada anak-anak cukup sulit. Lensa kontak yang
tersedia lebih banyak berdiameter minimal 13,8 mm. Pada anak-anak dilakukan
pemasangan lensa kontak dengan diameter 9 – 10 mm pada kasus aphakia, atau
anisometropia.14
2.4 Therapeutic lenses
Therapeutic lenses atau bandage lenses digunakan untuk penatalaksanaan
kelainan pada permukaan luar bola mata terutama kelainan pada kornea.Tujuan
penggunaan bandage lenses adalah meredakan nyeri , proteksi secara mekanik,
bagian terluar epitel kornea terlindungi dari agent penyakit, kimia , Pada ulkus
kornea, pemakaian bandage lenses bertujuan untuk melindungi korena yang
masih dalam masa penyembuhan, memperbaiki irregularitas kornea dan
memperbaiki ketajaman penglihatan.15
Pada kornea yang normal pemasangan dari bandage lenses ini akan
membuat kondisi mata terganggu dan akan beresiko untuk hipoksia serta infeksi
sehingga keuntungan dan resiko untuk terjadiya infeksi harus dipertimbangkan
beberapa kondisi mata yang bisa dilakukan pemasangan therapeutic lenses adalah
abnormalitas dari kelopak mata seperti entropion, trikiasis, ektropion, dan
lagofthalmus, kelainan permukaan okuler yaitu mata kering dan kelainan
permukaan kornea seperti recurrent erosion syndrome, keratitis, traumatic
epithelium dan bullous keratophaty.15
Macam – macam lensa kontak yang diberikan adalah
1. Soft lens
a. High water content soft lenses

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Lensa ini mengandung 80% air Soft lens ini digunakan untuk pasien yang
memiliki defek pada epitel kornea sehingga bisa memproteksi epitel dari
gangguan yang berlebihan dan mengurangi nyeri.

Gambar 2.4 High Water Content Soft Lenses untuk Epithelial Defect15
b. Mid water content lenses
Lensa ini mengandung 45 – 60% air, digunakan untuk perforasi kecil, yang
bertujuan sebagai splint.
c. Low water content lenses
Mengandung kurang dari 45%, lensanya tipis, digunakan untuk melindungi
kornea dari trikiasis.

2. Lensa kontak yang bewarna


Selain untuk kosmetik , lensa kontak yang berwarna juga berguna untuk terapi
seperti aniridia, Albinism dan post surgical scars.15
2.6 Kontraindikasi Lensa Kontak
Kontraindikasi absolut dari pemakaian lensa kontak adalah sebagai berikut9
1. Radang akut atau subakut di bagian depan bola mata
2. Infeksi bola mata akut atau kronik
3. Setiap kelainan yang memengaruhi kelopak mata, konjungtiva, dan
kornea.
4. Gangguan sensasi di kornea
5. Glaukoma tidak terkontrol
6. Tidak dapat mentoleransi pemasangan benda asing di mata

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


7. Penyakit sistemik atau alergi yang dapat kambuh karena dipicu lensa
kontak

Kontraindikasi relatif dari pemakaian lensa kontak adalah sebagai berikut 9


1. Kebersihan individu yang buruk terutama tangan dan kuku
2. Ketidakpatuhan mengikuti petunjuk perawatan lensa kontak
3. Ketidakmampuan memahami risiko penggunaan lensa kontak misalnya
infeksi
4. Menderita penurunan daya tahan tubuh
5. Mengonsumsi obat yang menurunkan produksi air mata
6. Hamil, menyusui, dan menopause
7. Berusia terlalu tua atau terlalu muda sehingga tidak mampu memasang
atau melepas lensa kontak dengan benar.

Gambar 2.5 Indikasi dan KontraIndikasi Soft Lens14


2.7 Pemeriksaan Lensa Kontak
Sebelum memakai lensa kontak, pasien perlu menjalani pemeriksaan.
Kondisi mata yang harus diperhatikan adalah infeksi kelopak mata, konjungtivitis,
katarak, glaukoma, mata kering, riwayat trauma dan operasi mata. Kondisi yang
dapat mempengaruhi penggunaan lensa kontak adalah alergi, diabetes melitus,
hamil, menopause, dan penyakit saluran napas kronik.9,17
Pasien alergi lebih sensitif terhadap bahan lensa kontak atau zat kimia dalam
cairan perendam sehingga lebih rentan mengalami komplikasi pemakaian lensa

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


kontak. Pasien diabetes melitus dapat mengalami neuropati perifer yang
mengganggu fungsi sensorik kornea sehingga pasien terlambat menyadari
kerusakan permukaan kornea. Jika pasien diabetes melitus memerlukan lensa
kontak, disarankan lensa kontak jenis disposable dengan pemakaian singkat.9,17
Kehamilan meningkatkan retensi air sehingga mata mudah kering dan
mudah mengalami iritasi, inflamasi, dan infeksi. Pasien menopause mengalami
penurunan produksi air mata yang akan memperberat kondisi mata kering pada
penggunaan lensa kontak. Hamil, menyusui, dan menopause dapat mempengaruhi
toleransi terhadap lensa kontak dan kekuatan refraksi.9,17
Penderita penyakit saluran pernapasan kronik seperti asma dan sinusitis,
saat mengalami serangan akut dapat mengalami mata merah, produksi air mata
berlebih, dan sensitif terhadap cahaya. Kondisi itu dapat diperberat dengan benda
asing berupa lensa kontak sehingga tidak dianjurkan untuk menggunakannya.
Obat tertentu (diuretik, antihistamin, antikolinergik dan obat psikotropik)
menurunkan produksi air mata sehingga permukaan luar mata lebih kering dan
mempersulit penggunaan lensa kontak.9,17
Pada pemeriksaan dan pemasangan lensa kontak harus dilakukan evaluasi
pada segmen anterior mata, tear film, dan semua kelainan pada permukaan okular
dan kelopak mata ( seperti jaringan parut pada kornea, blefaritis, disfungsi
kelenjar meibom, dan folikel papil pada kelopak mata). Kemudian yang harus
dilakukan yaitu18:
• Pemilihan jenis lensa kontak yang tepat
• Penentuan daya optik
• Penentuan desain fitur khusus
• Perhatian khusus (Presbiopi, dry eye, extended wear)

2.8 Perawatan dan Pemeliharaan Lensa Kontak


Tujuan perawatan dan pemeliharaan lensa kontak adalah mempertahankan
lensa kontak tetap bersih, mencegah terbentuknya deposit dan mempertahankan
kebasahan sehingga terjamin kenyamanan dan visus yang baik serta desinfeksi
lensa kontak untuk mencegah terjadinya inflamasi okuler.18 Perawatan lensa
kontak dimulai dengan memilih cairan perendam, menyimpan, dan merawat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


kotak penyimpan lensa kontak dengan tepat.19 Karena sifat bahan lensa lunak,
lensa kontak rentan terhadap kontaminasi oleh bakteri dan jamur. Perawatan
lensa rutin, termasuk disinfeksi dan menggosok lensa, diperlukan untuk
mencegah kontaminasi lensa oleh bakteri. Terdapat tiga metode desinfeksi yang
digunakan dengan lensa lunak14:
• Chemical Desinfection
Chemical desinfection bersifat membersihkan, membilas dan
mendesinfeksi yang paling sering dipilih karena kepraktisannya. Namun pada
beberapa orang penggunaan chemical disinfection dapat menimbullkan reaksi
sensitivitas. Hal ini dikaitkan dengan terdapatnya komponen bahan pengawet
didalamnya yaitu thimerosal dan chlorhexidin. Meskipun kedua pengawet ini
merupakan pengawet yang sangat baik karena sifatnya yang memiliki berat
molekul yang lebih besar namun beberapa pasien masih menunjukan gejala
sensitivitas. Gejala yang dapat ditunjukan yaitu mata kering, gatal, terbakar,
injeksi dan ketidaknyamanan.14
• Desinfeksi Oksidatif (Hydrogen Peroksida)
Hidrogen peroksida merupakan larutan hipotonik yang memiliki pH 4,
yang membuatnya efektif dalam menghilangkan protein, lipid, dan debris yang
terperangkap. Hidrogen peroksida bersifat aman, efektid dan bebas pengawet.
Hidrogen peroksida juga terkenal dengan karakteristiknya sebagai antimikroba.
Waktu pemaparan lensa kontak dan hidrogen peroksida disarankan lebih lama
agar cairan ini dapat secara efektif melawan jamur dan Achantamoeba.
Perendaman dilakukan selama 45 sampai 60 menit.14
• Desinfeksi Termal
Desinfeksi termal adalah sistem desinfeksi yang paling murah dan paling
efektif untuk penggunaan jangka pendek. Namun, karena terdapat endapan pada
lensa akibat panas, masa pakai lensa dipersingkat dan komplikasi seperti
konjungtivitis papiler raksasa atau reaksi mata merah dapat timbul dari lensa
yang disimpan. . Sebagai desinfektan, desinfeksi termal efektif terhadap semua
bentuk bakteri, termasuk Pseudomonas, baik bentuk kista maupun trofozoit dari
Acanthamoeba, dan virus HIV. Solusi yang digunakan dengan desinfeksi termal
dapat menjadi bebas pengawet bagi pasien yang sensitif terhadap solusi yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


diawetkan. Terlepas dari kelebihannya, popularitas desinfeksi termal telah
menurun hingga tidak digunakan oleh pemakai lensa kontak karena kebutuhan
listrik dan masalah jangka panjang dari endapan yang dipanggang.14
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan menurut American
Optometric Association20:
1. Selalu mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak.
2. Bersihkan lensa kontak dengan hati-hati secara rutin, gosok lensa kontak
dengan menggunakan jari-jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum
merendam lensa kontak dalam larutan multi-fungsi pada malam hari.
3. Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dan ganti kotak
tersebut setiap 3 bulan. Selain itu, bersihkan kotak setelah menggunakannya.
4. Gunakan produk-produk yang telah disarankan oleh dokter mata anda
untuk membersihkan dan mendesinfeksi lensa kontak anda.
5. Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter
mata anda.
6. Lepaskan lensa kontak anda sebelum berenang atau mandi
2.9 Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak
Komplikasi penggunaan lensa kontak dapat terjadi pada kelopak mata, tear
film, konjugtiva, limbus dan kornea.21
• Ptosis
Suatu keadaan dimana didapatkan kelopak mata menurun, kejadian ini dapat
terjadi pada penggunaan lensa RGP. Ptosis terjadi akibat edema akibat trauma
saat memasukkan dan mengeluarkan lensa, menekan paksa kelopak mata,
ekstensi kelopak mata lateral, blepharospasms dan papillary conjuncitivitis
(GPC). Lensa harus dilepas selama satu hingga tiga bulan, GPC harus dirawat,
lensa kontak lunak dipasang, dan dalam kasus yang lebih parah operasi kelopak
mata juga dilakukan.21
• Hipoksia Kornea
Hipoksia kornea adalah salah satu komplikasi yang paling umum pada
pemakai lensa kontak. Pada kondisi ini kornea kekurangan oksigen yang sangat
dibutuhkan. Kornea tidak memiliki suplai darah sendiri, sehingga kornea hanya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


mendapat oksigen dari air mata. Lensa kontak mengurangi pasokan oksigen ke
kornea, sehingga akan terjadi edema kornea. Dengan demikian, hipoksia dapat
menyebabkan perubahan kornea seperti, mengurangi sensitivitas, adhesi dan
beberapa kasus infiltrat.21
• Dry Eye
Mata kering adalah gangguan umum dari film air mata ditandai dengan
defisiensi volume air mata. Hal ini salah satunya dikarenakan bentuk lensa
kontak yang sepuluh kali lebih tebal dibandingkan lapisan tear film. Sehingga
menyebabkan mobilitas air mata terganggu dan mengurangi aliran air mata ke
kornea. Komplikasi ini ditandai dengan adanya fotofobia, perasaan benda asing,
menyengat, gatal, kemerahan, peningkatan robekan dan keluarnya cairan
berserat. Ketebalan lensa, bahan, dan desain, dan cairan perawatan dari lensa
kontak juga harus diubah. Penderita harus menggunakan air mata buatan,
mengontrol penguapan air mata, mengurangi drainase air mata dan mengurangi
waktu pemakaian lensa.21

Gambar 2.5 Gambaran Klinis Dry Eye21


• Giant Papillary Conjunctivitis
Merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penggunaan lensa kontak.
Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian
lensa, penurunan lama pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih
yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas.
Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati
konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata,
dan akan menimbulkan gejala yang relatif asimptomatik. Akibatnya, jaringan
yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi dan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


menimbulkan abses yang steril. Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan
terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk
kista.21 Pasien biasanya mengeluhkan adanya iritasi, kemerahan, gatal,
penurunan toleransi pada lensa, perpindahan lensa yang terlalu sering dan
peningkatan sekresi mucus.14

Gambar 2.6 Manifestasi Giant Papillary Conjunctivitis14


• Abrasi Kornea
Merupakan komplikasi yang potensial pada semua jenis lensa kontak.
Etiologi dari abrasi kornea harus ditelusuri terlebih dahulu sebelum pasien
melanjutkan menggunakan lensa kontak. Sebagai contohnya, jika abrasi terjadi
sebagai akibat ketidakmampuan pasien dalam pemasangan dan pelepasan lensa
kontak secara tepat, pasien harus diajarkan kembali cara pemasangan yang benar.
Jika abrasi kornea terjadi berulang maka pasien harus melakukan pencocokan
ulang pemasangan lemsa kontak.14
• Mikrobial Keratitis
Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu nyeri pada bola mata dan kornea,
fotofobia, mata merah dan discharge. Mikrobial keratitis sering diikuti dengan
reaksi pada kamera okuli anterior ( pada beberapa kasus yaitu hipopion),
discharge pada konjungtiva, kelopak mata bengkak dan injeksi konjungtiva.14

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Gambar 2.7 Gambaran Klinis Mikrobial Keratitis14

• Contact Lens Acute Red Eye (CLARE)


Merupakan infeksi yang bersifat unilateral dan akut yang terjadi akibat
kolonisasi bakteri gram negative (contoh : Pseudomonas spp.) pada lensa yang
mengeluarkan endotoxin. Kejadian CLARE lebih tinggi terjadi pada pasien yang
mengalami infeksi saluran pernapasan atas, dan kasus-kasus ini mungkin
disebabkan oleh adanya organisme gram negatif lain termasuk Haemophilus
influenzae. Pasien dengan CLARE biasanya terbangun di pagi hari karena mata
merah yang cukup menyakitkan (sensasi benda asing), dengan infiltrat. Infiltrat
jarang bernoda dan cepat sembuh. CLARE umumnya ditatalaksana dengan
penghentian sementara pemakaian lensa kontak selama tahap akut.14

2.10 Penatalaksanaan
Saat pemakai lensa kontak mengalami komplikasi mata hal yang paling
utama dilakukan ialah melepas lensa kontak, sementara untuk tatalaksana yang
akan diberikan tergantung kepada penyebab terjadinya gangguan, kemudian
dilakukan fitting ulang dari lensa kontak.18

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


BAB 3
KESIMPULAN

Lensa kontak merupakan lensa plastik tipis yang diletakkan di permukaan


kornea. Pemakaian lensa kontak ditujukan sebagai alternatif pengganti kacamata
selain itu saat ini juga digunakan sebagai kosmetik. Lensa kontak diindikasikan
pada pasien yang memiliki kelainan refraksi dan tidak dapat menggunakan
kacamata seperti aphakia, keratoconus, kornea irregular dan anisometropia yang
tinggi. Selain itu lensa kontak pun dapat digunakan untuk tatalaksana mata kering
seperti pada stevens-johnson syndrome atau sjogren syndrome, pasca pembedahan
refraksi dan defek persisten. Lensa kontak pun memiliki fungsi terapeutik dengan
tujuan mengurangi rasa nyeri atau tidak nyaman, untuk membantu proses
penyembuhan luka atau penyakit okular dan membantu meningkatkan visus pada
pasien dengan kelainan bentuk kornea. Saat ini penggunaan lensa kontak dapat
meningkatkan kualitas hidup karena tidak hanya mengkoreksi kelainan refraksi
saja akan tetapi juga meningkatkan nilai estetika yang lebih baik, Terdapat hal
yang menganggu pasien yaitu munculnya sebuah komplikasi, sehingga arahan
kepada pasien tentang cara penggunaan lensa kontak dan perawatannya perlu
dilakukan untuk mengurangi kejadian komplikasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


DAFTAR PUSTAKA

1. Rohit A, Willcox M, Stapleton F. Tear Lipid Layer and Contact Lens


Comfort : A Review. 2013;39(3):247–53.
2. Boyd K. Contact Lenses for Vision Correction [Internet]. American
Academy of Ophthalmology. 2016 [cited 2019 July ]. p. 1–4. Available
from: https://www.aao.org/eye- health/glasses-contacts/contact-lens-102
3. Kurniawati AT, Prihatningtias R. Hubungan Lensa Kontak dengan.
2018;7(2):406–14.
4. J. Nichols J. Contact Lenses [Internet]. American Academy of
Ophthalmology. 2014 [cited 2019 Jul 19]. Available from:
https://www.aao.org/newsroom/eye-health-statistics
5. Cope JR, Collier SA, Rao MM, Chalmers R, Mitchell GL, Richdale K, et
al. Contact Lens Wearer Demographics and Risk Behaviors for Contact
Lens-Related Eye Infections--United States, 2014 [Internet]. Vol. 64,
MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report. 2015 [cited 2019 Jul
19]. p. 865–70. Available from: https://www.cdc.gov/mmwr/preview
/mmwrhtml/mm6432a2.htm
6. Alipour F, Khaheshi S, Soleimanzadeh M, Heidarzadeh S, Hospital FE.
Review Article Contact Lens - related Complications : A Review.
2017;193–204.
7. Efron N. Contact Lens Practice Third Edition.Edinburgh, Elsevier.
2018;275-78
8. Flynn LS, Ahearn DG, Barr J, Benjamin W, Kiang T, Nicholas JJ, Schein
OD et al. History evolution and evolving standards of contact lens care.
Cont Lens Anterior Eye. 2013:6 (Suppl 1):S4-8.
9. Sitompul R. Perawatan Lensa Kontak untuk Mencegah Komplikasi.
2015;3(1):1–9.
10. Beljan J1, Beljan K, Beljan Z. Complications caused by contact lens
wearing. Coll Antropol. 2013;37 (Suppl 1):179-87.
11. Lim CHL, Hons BSM, Med B, Stapleton F, Hons BS, Optom MC, et al.
Review of Contact Lens – Related Complications. 2018;0(0):1–10.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


12. Walker MK, Bergmanson JP, Miller WL, Marsack JD, Johnson LA.
Complications and tting challenges associated with scleral contact lenses:
A review. Cont Lens Anterior Eye 2016;39:88‐96.
13. Budiono S et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya, Airlangga
University Press.2014.
14. Bennett ES. Clinical Manual of Contact lenses. USA,Lippincott Williams
and Wilkins.2014;456-465.
15. Chaudhry M. Contact lens Primer. New Delhi. Jitender P Vij.2007:112-
117.
16. Weissman BA. Care of the Contact lens patient. American Optametric
Association.2010:68-72.
17. Wu Y1, Carnt N, Willcox M, Stapleton F. Contact lens and lens storage
case cleaning instructions: whose advice should we follow? Eye Contact
Lens. 2010;36(2):68-72.
18. Weissman BA, Barr JT, Harris MG, Kame RT, McMahon TT, Rah M et
al. Optometric clinical practice guideline care of the contact lens patient
2nd edition. American Optometric Association. 2010;18-33.
19. Alipour F, Khaheshi S, Soleimanzadeh M, Heidarzadeh S, Heydarzadeh
M. Contact lens-related complications: A review. J Oph Vis Res. 2017 ;
12(2): 193–204.
20. American Optometric Association (AOA). What you need to know about
contact lens hygiene and compliance. https://www.aoa.org/patients-and-
public/caring-for-your-vision/contact-lenses/what-you-need-to-know-
about-contact-lens-hygiene-and-compliance. Diakses Juli 2017.
21. Beljan Jasna, Kristina Beljan, Zdravko Beljan, 2013, Complications
Caused by Contact Lens Wearing, Vo 1, pp. 179-187.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22

Anda mungkin juga menyukai