Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Juhri
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. H. Oyar RT/RW 04/02
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh pabrik

B. ANAMNESIS (17 05 2013)

Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian bawah dekat perindikan sejak 1 hari yang lalu.

Keluhan Tambahan:
Demam, mual, muntah, perut kembung.

Riwayat Penyakit Sekarang:


SMRS: nyeri perut bagian bawah dekat perindikan sejak 1 hari yang lalu,
nyeri menjalar ke pinggang sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus dalam
keadaan apapun lalu menghilang setelah pasien meminum obat (batugin),
sakit kepala (-) pilek (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-), demam (+)
dirasakan pada saat pasien merasa nyeri sampai keringat dingin, pucat, dan
kebiruan. Sehabis makan dan minum pasien selalu mual dan muntah, perut
kembung, nafsu makan berkurang, pada saat BAK terasa nyeri, BAK banyak,
BAB tak ada keluhan, flatus (+).
DI RS: pasien terpasang kateter, kemudian dilepas pada saat pasien ingin
BAB. Nyeri masih dirasakan pada perut bagian bawah dekat perindikan dan
menjalar ke pinggang sebelah kiri, nyeri menghilang setelah diberikan obat

1
(supp), demam (-), muntah sudah 4x, muntah cair, berwarna putih kecoklatan,
perut kembung, nafsu makan berkurang. Pada jam 10:00 saat pasien ingin
BAK, terasa nyeri, BAK hanya sedikit dan berwarna merah kecoklatan.
Pasien merasa ingin BAB tetapi tidak bisa, flatus (+).

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah merasakan keluhan yang sama pada bulan puasa tahun
2012.
Riwayat kencing batu sebesar biji kacang hijau keluar setelah pasien
minum batugin.
Pasien pernah dirawat karena penyempitan saraf pada bulan puasa 2012
dan berobat alternatif.
Riwayat operasi disangkal tetapi pernah dilakukan tindakan pada
pengobatan alternatif saat penyempitan saraf.

Riwayat Pengobatan:
Batugin.
Obat obatan alternatif.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada riwayat penyakit seperti ini yang dikeluhkan pasien dalam
keluarga.

Riwayat Psikososial:
Pasien suka minum jamu pegel linu dan diminum pada saat pegal, sering
minum kopi, pasien perokok aktif, dalam sehari merokok 2 bungkus, BAK
sering ditahan, pasien jarang makan sayur, sering makan singkong dan
sambal.

Riwayat Alergi:
Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat.

2
C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan sedang.


Tingkat Kesadaran : Compos mentis.

Tanda Vital
TD = 120/90 mmHg.
Suhu = 36,5 oc axilla.
Nadi = 96 x/menit, reguler, kuat angkat.
RR = 20 x/menit.

Status Generalis
Kulit : Sawo matang.
Kepala : Normocephal, warna rambut hitam.
Mata : Mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
Telinga : Sekret (-/-).
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-).
Mulut : Mukosa bibir tidak pucat.
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

Paru
Inspeksi : Dada simetris (+), retraksi dinding dada (-), bagian dada yang
tertinggal (-).
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing ( -/- ).

Abdomen
Inspeksi : Distensi (+).
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi : Turgor normal, nyeri tekan (+) pada kuadran 8,
hepatomegali (-), splenomegali (-).
Perkusi : Hipertimpani.
Ballottement test : (-)

3
Ekstremitas Atas dan Bawah
Akral : Hangat/hangat.
CRT : 2 s/ 2 s.
Edema : -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Tidak ada keterangan.
2. Radiologi
Tidak ada keterangan (belum dilakukan pemeriksaan).

E. RESUME

Anamnesis :
SMRS: nyeri perut bagian bawah dekat perindikan sejak 1 hari yang lalu,
menjalar ke pinggang sebelah kiri, dirasakan terus menerus dalam keadaan
apapun lalu menghilang setelah pasien meminum obat (batugin), demam (+)
dirasakan pada saat pasien merasa nyeri sampai keringat dingin, pucat, dan
kebiruan. Nausea (+) vomitus (+) sehabis makan dan minum, distensi
abdomen (+), anoreksia(+), disuria (+), poliuria (+).
DI RS: nyeri masih dirasakan pada perut bagian bawah dekat perindikan dan
menjalar ke pinggang sebelah kiri, nyeri menghilang setelah diberikan obat
(supp), vomitus (+) 4x, cair, berwarna putih kecoklatan, distensi abdomen
(+), anoreksia (+), disuria (+), BAK hanya sedikit dan berwarna merah
kecoklatan. Pasien merasa ingin BAB tetapi tidak bisa.

Pemeriksaan Fisik yang Ditemukan :


Abdomen :
Inspeksi : Distensi (+).
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada kuadran 8.
Perkusi : Hipertimpani.

4
F. DAFTAR MASALAH
Kolik ureter.
Disuria.

G. DIAGNOSIS
1. Urolitiasis.
2. ISK (Infeksi Saluran Kemih).

H. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Urolitiasis
Pemeriksaan sedimen urine, untuk menunjukkan adanya
leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal kristal pembentuk batu.
Pemeriksaan kultur urine, untuk menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal, bertujuan untuk mencari kemungkinan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien
menjalani pemeriksaan foto PIV.
Periksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor timbulnya batu
saluran kemih.
Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen).
Pielografi Intra Vena (PIV), pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun batu non-opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.

5
Ultrasonografi, USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan: alergi terhadap kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-
buli, hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.

2. ISK
Analisa urin rutin.
Pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter. Protokol standar untuk
Kultur urin. pendekatan diagnosis ISK.
Jumlah kuman/mL urin.
Urinalisis
a. Leukosuria leukosuria atau piuria merupakan salah satu
petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif
bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan
adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu
menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi
tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
b. Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk
adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin.
Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis,
tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
Bakteriologis
a. Mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri
/lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
criteria Cattell, 1996:

6
- Wanita, simtomatik
1. >10 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau
2. 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau
3. Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik.
- Laki-laki, simtomatik
1. >10 organisme patogen/ml urin.
- Pasien asimtomatik
1. 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.
Tes Kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat
bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini
dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas
90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil
palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis
banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam
tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah
kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa.
Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

7
I. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Urolitiasis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Pengurangan nyeri
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan: morphine atau mepedrine diberikan untuk mencegah
syock dan sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air panas atau hangat
diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan kecuali pasien
mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kendisi lain yang membutuhkan pembatasan cairan hal ini
meningkatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang
batu sehingga mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran yang besar.
Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter uretral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi, akan segera
mengurangi tekanan-tekanan pada ginjal dan mengurangi nyeri.
Terapi Nutrisi dan Medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya Kalsium)
efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien dengan batu
renal paling sedikit harus minum 8 gelas/ hari untuk mempertahankan
keenceran urin, kecuali ada kontraindikasi.
Extracorporeal Shock Wafe Lithotripsy (ESWL)
Prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yang kecil seperti
pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan sepontan.
Metode Endurologi Pengangkatan Batu

8
Menggabungkan ketrampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu ren tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dan nefroskopi dimasukan ke traktus
perkutan yang sudah dilebarkan kedalam parenkim ginjal, batu dapat
diangkat dengan forceps atau jating, tergantung dari ukurannya.
Ureteroskopi
ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sitoskop. Batu dapat dihancurkan
dengan menggunakan laser litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound
kemudian diangkat.
Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik misalnya: agen pembuat basa (alkylating) dan
pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain yang menolak metode lain atau memiliki batu struvit.
Pembedahan Operasi
Sebelum ada lithotripsi pengangkatan batu ginjal secara bedah
merupakan metode terapi utama. Untuk saat ini bedah dilakukan pada
1-2% pasien. Intervensi bedah diakukan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap penanganan lain.

2. ISK
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari.
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila
semua gejala hilang dan tanpa lekositoria.

9
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti
koreksi faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi:
- Asupan cairan banyak.
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg).
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Infeksi saluran kemih atas memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi


klamidia memberikan hasi l yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi
disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal
golongan kuinolon.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. UROLITIASIS
1. Definisi
Urolitiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolitiasis
merupakan penyakit yang salah salah satu tanda gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam saluran kemih.

2. Etiologi
Idiopatik.
Gangguan saluran kemih: fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate,
refluks vesiko-ureteral, konstriksi hubungan ureteropelvik.
Gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia,
hiperkalsiuria. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan
hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:
a. Hiperparatiroidisme.
b. Asidosis tubular renal.
c. Malignasi.
d. Penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang
menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan
granulamatosa.
e. Masukan vitamin D yang berlebihan.
f. Masukan susu dan alkali.
g. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma
multiple), yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah
merah dari sumsum tulang.
Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease
(Proteus mirabilis).
Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
Benda asing : fragmen kateter.

11
Jaringan mati (nekrosis papil).
Multifaktor : penderita multitrauma.

3. Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih


Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau bulibuli. Adanya
kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh
bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine.
Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap
larut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu
agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih,
atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu
kalsium,baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat,
membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat, batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis
pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak
sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,

12
sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa.

4. Manifestasi Klinis
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau
letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang
paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi
karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik ini menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan
kapsul ginjal karena terjadi hidonefrosis atau infeksi pada ginjal. Batu
yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil
mungkin dapat keluar spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan
uretero-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk
ke dalam buli-buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat
trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-
kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa
hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu
urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini
harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih
yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa
drainase dan pemberian antibiotika.

5. Klasifikasi
a. Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya
menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk
susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa.

13
Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran
kemih atau infeks
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau
nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada
pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya
hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah
arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan
yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan
terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak
memberikan kelainan fisik.

b. Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang
memungkinkan batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis
maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai
perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas.
Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik
akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air
kemih untuk lewat. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke
kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga
bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi
batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi
hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi
terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa
hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan
gambaran infeksi umum.

14
c. Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba
akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak,
menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga
tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit
tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan
dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi
infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik.

d. Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara
retrograde terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang
akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak
memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan
pasase air kemih.

e. Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau
vesika urinaria yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke
uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra
yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular.
Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain. Gejala yang
ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi
menetes dan terasa nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel,
abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sedimen urine, untuk menunjukkan adanya
leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal kristal pembentuk batu.
Pemeriksaan kultur urine, untuk menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.

15
Pemeriksaan faal ginjal, bertujuan untuk mencari kemungkinan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien
menjalani pemeriksaan foto PIV.
Periksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor timbulnya batu
saluran kemih.
Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen).
Pielografi Intra Vena (PIV), pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun batu non-opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
Ultrasonografi, USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan: alergi terhadap kontras, faal
ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-
buli, hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.

7. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Pengurangan nyeri
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan: morphine atau mepedrine diberikan untuk mencegah
syock dan sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air panas atau hangat
diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan kecuali pasien

16
mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kendisi lain yang membutuhkan pembatasan cairan hal ini
meningkatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang
batu sehingga mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran yang besar.
Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter uretral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi, akan segera
mengurangi tekanan-tekanan pada ginjal dan mengurangi nyeri.

Terapi Nutrisi dan Medikasi


Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya Kalsium)
efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien dengan batu
renal paling sedikit harus minum 8 gelas/ hari untuk mempertahankan
keenceran urin, kecuali ada kontraindikasi.
Extracorporeal Shock Wafe Lithotripsy (ESWL)
Prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yang kecil seperti
pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan sepontan.
Metode Endurologi Pengangkatan Batu
Menggabungkan ketrampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu ren tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dan nefroskopi dimasukan ke traktus
perkutan yang sudah dilebarkan kedalam parenkim ginjal, batu dapat
diangkat dengan forceps atau jating, tergantung dari ukurannya.
Ureteroskopi
ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sitoskop. Batu dapat dihancurkan

17
dengan menggunakan laser litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound
kemudian diangkat.
Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik misalnya: agen pembuat basa (alkylating) dan
pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain yang menolak metode lain atau memiliki batu struvit.
Pembedahan Operasi
Sebelum ada lithotripsi pengangkatan batu ginjal secara bedah
merupakan metode terapi utama. Untuk saat ini bedah dilakukan pada
1-2% pasien. Intervensi bedah diakukan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap penanganan lain.

B. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum
yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin.

2. Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam
saluran kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan
lokasi lain sering didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda.
Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang
dimodifikasikan dari panduan EAU (European Association of Urology)
dan IDSA (Infectious Disease Society of America) terbagi kepada ISK
non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non komplikata akut, ISK
komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis dan urosepsis
(Naber KG et al). Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis
(PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter

18
dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang spesifik.
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated
(simple) dan ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi
pada insan sehat dan tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK
simple ini biasanya sembuh sempurna sesuai dengan pemberian obat.
Sementara ISK complicated adalah infeksi yang disebabkan oleh kelainan
anatomis pada seluran kemih, menyebar ke bagian tubuh yang lain,
bertambah berat dengan underlying disease, ataupun bersifat resisten
terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK complicated
lebih sukar diobati.

3. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan
lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan
laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai
faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih
sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1
% meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi
infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis,
obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar,
diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit
sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table
progesterone, serta kateterisasi.

4. Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan
oleh kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab
terbanyak baik pada

19
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%.
Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih
pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ),
Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai
penyebab.Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis
(enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans
jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran
kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK
nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus
dan Pseudomonas.

5. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin
selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero
distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic
fastidious Gram-positive dan gram negative. Hampir semua ISK
disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung
kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses
invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik,
mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat
Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis
(Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian
melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi
hematogen.

6. Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin.
Pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter. Protokol standar untuk
Kultur urin. pendekatan diagnosis ISK.
Jumlah kuman/mL urin.

20
Urinalisis
a. Leukosuria leukosuria atau piuria merupakan salah satu
petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif
bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan
adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu
menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi
tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
b. Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk
adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin.
Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis,
tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
Bakteriologis
a. Mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri
/lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
criteria Cattell, 1996:
- Wanita, simtomatik
1. >10 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau
2. 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau
3. Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik.
- Laki-laki, simtomatik
>10 organisme patogen/ml urin.
- Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.

21
Tes Kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat
bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini
dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas
90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil
palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis
banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam
tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah
kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada
lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa.
Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

7. Penatalaksanaan
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari.
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila
semua gejala hilang dan tanpa lekositoria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

22
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti
koreksi faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi:
- Asupan cairan banyak.
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg).
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Infeksi saluran kemih atas memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi


klamidia memberikan hasi l yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi
disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal
golongan kuinolon.

23

Anda mungkin juga menyukai