Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis Batu Ginjal dan

Penatalaksanaannya
Catherine Osho
102012157
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
thrineosho@gmail.com
Pendahuluan
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolism dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari
tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi ginjal
tersebut akan menurun dan menyebabkan beberapa kelainan. Batu ginjal biasanya terjadi
secara perlahan sehingga biasanya diketahui setelah berada dalam kondisi yang parah. Batu
ginjal dapat terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Untuk itu,
pengetahuan akan batu ginjal mulai dari gejala, penyebab hingga penatalaksanaannya
sangatlah dibutuhkan bagi seorang dokter.1
Berdasarkan skenario, didapatkan seorang laki-laki 50 tahun dengan keluhan utama
nyeri pinggang kanan yang memberat dan buang air kecil (BAK) kemerahan sejak 1 bulan
yang lalu, disertai mual, muntah, dan demam tidak terlalu tinggi. Diduga pasien tersebut
menderita nefrolitiasis berdasarkan informasi yang didapat.
Anamnesis
Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan
yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan banyak data
yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia dan
bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai membina suatu
hubungan saling percaya. Anamnesis dapat diperoleh sendiri (auto-anamnesis) atau
pengantarnya disebut alo-anamnesis.2

Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan
lingkungan yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada
tempat yang dapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan
nyaman.2
Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita
pasien. Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci, dan akurat sehingga dokter bukan saja
dapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit , tetapi juga kelainan yang
terjadi dan penyebabnya.2
Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal
yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.2
Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain:
Identitas pasien:
Nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan
pekerjaan, suku bangsa dan agama.
Keluhan utama:
Pasien merasakan nyeri pinggang kanan dan BAK kemerahan sejak 1 bulan lalu.
Riwayat penyakit sekarang:

Sifat dan deskripsi nyeri, serta lokasi dan penjalarannya

Waktu dan lama nyeri, apakah mendadak atau bertahap

Aktivitas yang sedang dilakukan saat rasa nyeri timbul

Faktor yang memperberat (contohnya bergerak) dan memperingan rasa nyeri


(biasa tidak berkurang dengan berbaring).

Gejala lainnya, seperti mual, muntah, demam, hematuria, demam tinggi, dsb

Riwayat penyakit dahulu:


Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
Cari tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.
Menanyakan pernahkah mengalami masalah genitourinarius sebelumnya?
Adakah riwayat infeksi saluran kemih (ISK), hematuria, atau batu sebelumnya atau
penyakit lain yang mengenai saluran ginjal?
Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang
dialami oleh pasien.
Riwayat pekerjaan / social
Menanyakan kebiasaan pasien apakah sering minum atau tidak, dan buang air lancer
tidak.
Riwayat Obat-Obatan:
Menanyakan apakah ada riwayat pembedahan perut sebelumnya?

Menanyakan setiap obat yang bisa menyebabkan nyeri misalnya obat anti inflamasi
non steroid (OAINS) atau menutupi tanda gangguan perut misalnya kortikosteroid?
Pertimbangkan alkohol sebagai penyebab nyeri, jika ada komplikasi penyakit (misal
pankreatitis)?
Menanyakan apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan (tetapi hematuria masih
menunjukkan kemungkinan abnormalitas yang mendasari)?
Menanyakan apakah pasien telah menggunakan obat analgesik untuk mengurangi
nyeri?3

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan.
o Pemeriksaan fisik umum: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 90x/ menit, RR: 20x/
menit, Suhu: 37,8 C
o Nyeri ketuk costovertebra positif
Pada pemeriksaan fisik lainnya yang biasanya dilakukan adalah inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Di mana pada palpasi dapat dibagi menjadi palpasi umum dan
khusus organ.
o Inspeksi: Pasien akan terlihat menderita sakit perut hebat yang melilit. Sakit perut ini
disebut sebagai nyeri kolik. Pada kolik bilier, yaitu kolik yang disebabkan oleh
peradangan atau batu, dirasakan di daerah hipokondrium kanan. Keluhan lainnya
adalah nausea, vomitus dan demam, dan pasien mungkin menjelaskan bahwa nyeri
tersebut menyebar hingga ke punggung.4
o Palpasi: palpasi khusus organ yang dilakukan adalah palpasi bimanual/ballottement:
yang mana palpasi ini bermanfaat untuk mengetahui garis bentuk organ, struktur
vaskuler, atau massa dengan mempalpasi kedua sisi berlawanan tersebut. Cara ini
dapat memperlihatkan adanya massa atau pembesaran organ yang tidak dapat
diketahui dengan cara palpasi umum.4
o Perkusi: akan didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra. Selain itu juga
mungkin akan didapatkan distensi kandung kemih, yaitu terdengar suara pekak di
daerah kandung kemih yang berisi cairan dikelilingi oleh suara perkusi timpani di
daerah usus yang berisi udara.
o Auskultasi: pada auskultasi akan jarang terdengar kelainan.4

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan agar dapat menyingkirkan diagnosis banding
yang tidak dapat dibedakan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik selain itu juga
memastikan kebenaran diagnosis kerja yang akan diambil. Berikut pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan:
1. Tes darah perifer lengkap (DPL): ureum positif elektrolit, kreatinin, kalsium, fosfat,
urat, protein, fosfatase alkali serum.
2. Pemeriksaan biokimiawi.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pengukuran pH, berat jenis urin, dan sedimen air
kemih untuk melihat adanya kelainan seperti hematuria, leukosituria, dan kristaluria.
Pemeriksaan lain yang penting untuk melihat adanya infeksi saluran kemih adalah
pemeriksaan kultur kuman. Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko
dan mekanisme timbulnya batu. 1
Pada pemeriksaan urinalisis, hematuria baik mikro maupun makroskopik terlihat
pada banyak pasien dengan batu. Hasil urinalisis yang normal tidak menyingkirikan
kemungkinan batu ginjal. Biakan urin harus dilakukan, dan sampel urin yang baru
diambil harus diperiksa untuk mencari adanya kristal. Jumlah leukosit dapat
meningkat pada hitung darah lengkap akibat nyeri dan demarginasi. Ureum dan
kreatinin darah juga harus diperiksa serta bahan-bahan pembentuk batu. 5
3. Radiologi
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui: batu dalam saluran kemih, tulang-tulang, ileo
spoas lining, dan contour ginjal. Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk
melihat kemungkinan adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai
diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak (radiolusen).5
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu dalam ginjal dan batu luar ginjal. Oleh
karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain
itu PIV dapat mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde. IVP merupakan standar emas dan harus dilakukan
4

pada sebagian besar pasien dengan kecurigaan batu ginjal. Pada semua kasus lain,
IVP harus dilakukan untuk mengevaluasi anatomi ginjal, menyingkirkan obstruksi,
dan membuktikan adanya batu dalam saluran kemih. 2,5
4. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada
keadaan-keadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal. Selain itu juga dapat
menilai ukuran, bentuk dan posisi batu serta adanya batu radiolusen.1
Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan
ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencFoegah tertinggalnya batu. 5
5. Urogram
Urogram dapat mendeteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (batu asam urat,
xantin, 2,8-dihidroksiadenin ammonium urat), menunjukkan lokasi batu dalam sistem
kolektikus, dan menunjukkan kelainan anamtomis. 1
6. CT-scan helical dan kontras1
Diagnosa Kerja
Diagnosa kerja yang diambil yaitu nefrolitiasis atau batu ginjal. Hal tersebut diperkuat oleh
gejala dari anamnesis dimana terdapat nyeri pinggang kanan dan BAK kemerahan yang
memberat, serta mual, muntah, dan demam tidak terlalu tinggi.
Batu ginjal adalah massa padat yang terbentuk di dalam ginjal yang terbuat dari gabungan
kristal-kristal garam dan mineral. Satu atau lebih batu dapat berada dalam ginjal atau ureter
pada saat yang sama. Batu dapat terjadi sebagai akibat dari ISK.6

Diagnosa Diferensiasi / Pembanding


1. Ureterolitiasis
Batu yang lebih kecil, berukuran antara beberapa milimeter sampai 1-2 cm dapat
menyebabkan masalah karena menyumbat saluran kemih, biasanya ureter. Kolik ureter
adalah nyeri kolik hebat yang menjalar dari pinggang menuju lipat paha dan menuju testis
atau labia yang berhubungan dengan hematuria makro maupun mikroskopik. Batu yang

menyumbat juga dapat menyebabkan infeksi. Batu pada ureter bagian atas atau tengah
biasanya akan menyebabkan rasa nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian
bawah. Rasa nyeri itu akan bertambah hebat apabila batu bergerak turun dan menyebabkan
sumbatan pada ureter. Sedangkan nyeri pada ureter bagian bawah akan menyebabkan rasa
nyeri di sekitar testis pada pria atau labia mayora pada wanita.6
2. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme dalam urin. ISK dibagi menjadi ISK bawah dan atas. Hampir semua ISK
disebabkan invasi MO ascending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa
pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah
refluks vesikoureter. 1
ISK atas yaitu pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala seperti demam,
menggigil, nyeri pinggang, disuria. Sementara pielonefritis kronik memperlihatkan
gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat menimbulkan hipertensi dan
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. 7
Gejala dari ISK bagian atas: demam, mengigil, nyeri pinggang, malaise, anoreksia,
nyeri tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen. ISK bagian bawah: disuria, frekuensi
dan urgensi, nyeri suprapubik, hematuria, nyeri pada skrotum (epidimo-orkitis) atau nyeri
pada perineum (prostatitis). 1
Pielonefritis dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada infeksi ginjal,
terjadi respon imun dan peradangan yang menyebabkan edema interstisium dan
kemungkinan pembentukan jaringan parut. Yang paling sering terkena yaitu tubulus dan
dapat mengalami atrofi. Pada pielonefritis kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan
obstruksi tubulus yang luas. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena
rusaknya tubulus-tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena. Dapat timbul gagal ginjal
kronik. 1
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut

adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.8
Faktor intrinsik: 8
1. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
Faktor ekstrinsik: 8
1. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi.
2. Diet: Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
3. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Epidemiologi
Pria lebih banyak dibanding wanita. Terjadi pada usia dewasa muda. Di antara penduduk
Eropa prevalensinya sekitar 3%.6
Di Indonesia, proporsi batu ginjal lebih besar dibandingkan batu kandung kemih.
Jenis batu terbanyak yaitu batu dengan kandungan asam urat tinggi, kedua yang tertinggi
yaitu campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat. 1
Faktor Risiko Penyebab Batu / Patogenesis
Faktor risiko di bawah ini merupakan faktor untuk predisposisi kejadian batu ginjal, dan
menggambarkan kadar normal dalam air kemih. Lebih dari 85% batu laki-laki dan 70%
pada perempuan mengandung kalsium terutama kalsium oksalat. Predisposisi kejadian
khususnya batu kalsium dapat dijelaskan sebagai berikut. 1
Hiperkalsiuria: Kelainan ini dapat menyebabkan hematuri tanpa ditemukan
pembentukan batu. Kejadian hematuri diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal oleh
agregasi kristal kecil. Peningkatan ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa
faktor risiko lainnya, ditemukan setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik. Kejadian
hiperkalsiuria idiopatik diajukan dalam tiga bentuk: (1) Hiperkalsiuria absortif ditandai
oleh adanya kenaikan absorpsi kalsium dari lumen usus. Kejadian ini paling banyak
dijumpai. (2) Hiperkalsiuria puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari

tulang. (3) Hiperkalsiuria ginjal yang diakibatkan kelainan reabsorbsi kalsium di tubulus
ginjal. 1
Kemaknaan klinis dan patogenesis klasifikasi di atas masih belum jelas. Masalah
hiperkalsiuria idiopatik ini dapat disebabkan oleh: a) faktor genetic (autonom dominan) dan
sering dihubungkan dengan kenaikan konsentrasi kalsitriol plasma atau 1,25-dihidroksi
vitamin D3 ringan sampai sedang; b) masukan protein tinggi diduga meningkatkan kadar
kalsitriol dan kecenderungan pembentukan batu ginjal. Faktor yang meningkatkan kadar
kalsitriol belum jelas, kemungkinan faktor kebocoran fosfat dalam air kemih dianggap
sebagai kelainan primer. Penurunan kadar fosfat plasma dianggap akan memacu sistesis
kalsitriol. Mekanisme ini dijumpai pada sebagian kecil pasien. 1
Hipositraturia: Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal.
Masukan protein merupakan salah satu faktor utama yang dapat membatasi ekskresi sitrat.
Peningkatan reabsorbsi sitrat akibat peningkatan asam di proksimal dijumpai pada asidosis
metabolik kronik, diare kronik, asidosis tubulus ginjal, diversi ureter atau masukan protein
tinggi. Sitrat pada lumen tubulus akan mengikat kalsium membentuk larutan kompleks
yang tidak terdisosiasi. Hasilnya kalsium bebas untuk mengikat oksalat berkurang. Sitrat
juga dianggap menghambat proses aglomerasi kristal. 1
Kekurangan inhibitor pembentukan batu selain sitrat, meliputi glikoprotein yang
disekresi oleh sel epitel tubulus ansa Henle asenden seperti mukoprotein Temm-Horsfall
dan nefrokalsin. Nefrokalsin muncul untuk mengganggu pertumbuhan kristal dengan
mengabsorpsi permukaan kristal dan memutus interaksi dengan larutan kristal lainnya.
Produk seperti mukoprotein Tamm-Horsfall berperan dalam kontribusi batu kambuh.1
Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium, minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan
membentuk nidus untuk presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi kalsium fosfat. Pada
kebanyakan pasien dengan lebih ke arah diet purin yang tinggi. 1
Penurunan Jumlah Air Kemih: Keadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan
sedikit. Selanjutnya dapat menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan
dan pengurangan aliran air kemih. Penambahan masukan air dapat dihubungkan dengan
rendahnya jumlah kejadian batu kambuh. 1
Jenis Cairan yang Diminum: Jenis cairan yang diminum dapat memperbaiki
masukan cairan yang kurang. Minuman soft drink lebih 1 liter perminggu menyebabkan

pengasaman dengan asam fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit batu. Kejadian ini
tidak jelas, tetapi sedikit beban asam dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan eksresi
asam urat dalam air kemih serta mengurangi kadar sitrat air kemih. Jus apel dan jus anggur
juga dihubungkan dengan peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan kopi, teh, bir,
dan anggur diduga dapat mengurangi risiko kejadian batu ginjal. 1
Hiperoksaluria merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. Ekskresi
oksalat air kemih normal di bawah 45 mg/hari (0,5 mmol/hari). Peningkatan kecil ekskresi
oksalat menyebabkan perubahan cukup besar. Kemungkinannya sebagai pemacu presipitasi
kalsium oksalat lebih besar dibandingkan kenaikan absolut ekskresi kalsium. Oksalat air
kemih berasal dari metabolisme glisin (40%), dari asam askorbat (40%), dari oksalat diet
(10%). Kontribusi oksalat dan diet disebabkan sebagian garam kalsium oksalat tidak larut
di lumen intestinal. Absorbsi oksalat intestinal dan ekskresi oksalat dalam air kemih dapat
meningkat bila kekurangan kalsium pada lumen intestinal untuk mengikat oksalat.
Kejadian ini dapat terjadi pada tiga keadaan: a) diet kalsium rendah, biasanya tidak
dianjurkan untuk pasien batu kalsium, b) hiperkalsiuria disebabkan oleh peningkatan
absorbsi kalsium intestinal, c) penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi asam lemak dan absorbsi garam empedu. Peningkatan absorbsi
oksalat disebabkan oleh pengikatan kalsium bebas dengan asam lemak pada lumen
intestinal dan peningkatan permeabilitas kolon terhadap oksalat. 1
Hiperoksaluria dapat disebabkan oleh hiperoksaluria primer. Kelainan ini berbentuk
kerusakan akibat kekurangan enzim dan menyebabkan kelebihan produksi oksalat dari
glikoksalat. 1
\
Faktor Diet: Suplementasi vitamin dapat meningkatkan absorbsi kalsium dan
ekskresi kalsium. Namun suplementasi kalsium tinggi dianggap tidak bermakna karena
hanya diabsorbsi sekitar 6% dari kelebihan kalsium yang bebas dari oksalat intestinal.
Kenaikan kalsium air kemih ini terjadi penurunan absorbsi oksalat dan penurunan ekskresi
oksalat air kemih. Faktor diet yang berperan penting: 1
1. Masukan natrium klorida
Masukan natrium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi kalsium. Disebabkan oleh
reabsorbsi kalsium secara pasif mengikuti natrium dan air pada tubulus proksimal dan
spanjang lengkung Henle. Ekskresi kalsium akan meningkat jika terjadi penurunan

reabsorbsi natrium proksimal yang disebabkan oleh volume berlebih. Untuk


timbulnya kalsiuresis dibutuhkan klorida. 1
2. Masukan protein
Berhubungan dengan peningkatan insiden penyakit batu karena peningkatan kalsium
dan asam urat, fosfat dan penurunan ekskresi sitrat. Sebagian besar protein hewani
mempunyai proporsi kandungan fosfat 10-15 kali lebih banyak dibanding kalsium,
kecuali keong sawah (fosfat < kalsium). Masukan protein dan metabolisme purin dan
sulfur menghasilkan asam amino dan asam urat. Keadaan ini akan memacu
pembentukan batu kalsium karena terjadi peningkatan ekskresi kalsium dan asam
urat, serta penurunan ekskresi sitrat. Gangguan tersebut dapat diperberat dengan
masukan natrium tinggi. Kenaikan ekskresi kalsium dalam air kemih dapat pula
disebabkan oleh pengelepasan kalsium dari tulang. Penurunan pH air kemih
disebabkan oleh peningkatan asam air kemih, sehingga menyebabkan presipitasi asam
urat menjadi nidus pembentukan batu kalsium. Presipitasi kalsium oksalat berbeda
dengan presipitasi asam urat karena tidak bergantung pada pH. Pembentukan batu
bertambah dengan kenaikan turunan asam urat dan kenaikan ekskresi asam urat.
Penurunan pH carian tubular dapat menurunkan ekskresi sitrat disebabkan oleh
peningkatan reabsorbsi sitrat di proksimal. Peningkatan ion hidrogen dapat mengubah
anion sitrat menjadi bentuk yang lebih mudah diabsorbsi. Penurunan sitrat dalam sel
menyebabkan sitrat mengalir dari lumer tubular ke dalam sel. Hipositraturia akibat
asidosis dapat menambah bentukan batu pada pasien dengan diet protein tinggi. 1
3. Masukan kalsium
Masukan kalsium memiliki efek paradoks pada pembentukan batu. Diet kalsium
tinggi diperkirakan dapat menimbulkan penyakit batu. Pemberian masukan kalsium
pada waktu makan akan mengikat masukan oksalat secara maksimal. Sehingga akan
terjadi penurunan ekskresi oksalat air kemih. Sementara jika diberikan di luar saat
makan, kalsium kehilangan kesempatan mengikat masukan oksalat, sehingga oksalat
tetap diekskresi dan kalsium tetap bebas dalam lumen intestinal. Akhirnya akan
terjadi kenaikan absorbsi kalsium dan kenaikan ekskresi kalsium dalam air kemih. 1
4. Masukan kalium
Diet tinggi kalium dapat mengurangi risiko pembentukan batu dengan menurunkan
ekskresi kalsium dan dengan meningkatkan ekskresi sitrat dalam air kemih. Suplemen
kalium sitrat meunjukkan efek protektif. 1

10

5. Sukrosa
Sukrosa dan turunan karbohidat lainnya dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam
air kemih dengan mekanisme yang belum diketahui, penelitian dilakukan pada
wanita. 1
6. Vitamin
Vitamin C (asam askorbat) dalam dosis besar merupakan salah satu risiko
pembentukan batu kalsium oksalat. Secara invivo, asam askorbat dimetabolisir
menjadi oksalat yang diekskresikan dalam air kemih. Vitamin B6 (piridoksin)
bermanfaat mengurangi ekskresi oksalat dalam air kemih pada pasien edngan
hiperoksaluria idiopatik. 1
7. Asam lemak
Terjadi penurunan ekskresi kalsium air kemih pada pasien hiperkalsiuria idiopatik
setelah pemberian suplemen kapsul minyak ikan (eicosapentanoic acid), juga
menurunkan ekskresi oksalat. 1
8. Masukan air
Peningkatan volume masukan air dapat mengurangi risiko pembentukan batu
sehingga sangat dianjurkan bagi pada pasien batu ginjal, maupun untuk proteksi.
Dengan meningkatnya volume air kemih maka tingkat kejenuhan kalsium oksalat
menurun sehingga mengurangi kemungkinan pembentukan kristal. 1
9. Infeksi
Batu tripel fosfat / batu struvit / batu ammonium fosfat berbentuk staghorn dibentuk
oleh organisme penghasil urease (Proteus, Klebsiella), yang memproduksi amonia
dan membuat urin alkali. Skistosomiasis memiliki predisposisi untuk terjadinya batu
kandung kemih (dan kanker). 6
Patofisiologi
Sekitar 80% pasien batu ginjal merupakan batu kalsium, dan kebanyakan terdiri kalsium
oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Jenis batu lainnya terdiri dari batu sistin,
batu asam dan batu struvit. 1
Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu masih belum
sejelas proses pembuangan kristal melalui aliran air kemih yang banyak. Batu dapat terjadi
akibat adanya kelainan morfologi, gangguan aliran air kemih, infeksi saluran kemih,
kelainan metabolic maupun factor genetik. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya

11

bahan-bahan pembentuk batu dan menurunkan ekskresi inhibitor pembentukan batu


sehingga terjadilah agregasi kristal menjadi cukup besar yang kemudian tertinggal dan
biasanya ditimbun pada duktus kolektikus akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan
akan membesar. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang
mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal sendiri. 1
Batu kaliks dapat menyebabkan hematuria dan batu kandung kemih dapat
menyebabkan infeksi. Batu kandung kemih dapat menyebabkan infeksi. Batu kandung
kemih kronis memiliki predisposisi menjadi karsinoma skuamosa pada kandung kemih
yang jarang ditemui. 6

Gejala Klinis
Batu di ginjal dapat menimbulkan 2 macam nyeri: kolik dan non kolik. Bila batu lebih
besar dari 1 cm pada piala ginjal biasanya akan menyebabkan nyeri berat pada punggung
bagian bawah terutama di tulang iga paling bawah. Batu staghorn menimbulkan nyeri
pinggang dan ISK bagian atas.6,7
Penurunan pengeluaran urin akan terjadi apabila ada obstruksi aliran, maka timbul
rasa tidak lampias setelah berkemih. Jika terjadi obstruksi, maka akan terjadi pengenceran
urin, karena kemampuan ginjal memekatkan urin terganggu oleh pembengkakkan yang
terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri,
mual dan muntah. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urin. 7
Penatalaksanaan
A. Pengobatan awal
Analgesik, hidrasi yang mencukupi, dan pengambilan spesimen urine untuk
analisis. Antibiotik diberikan jika diindikasikan untuk pielonefritis atau UTI yang
bersamaan. 2
1. Penghilang nyeri/analgesik, yaitu NSAID misalnya diklofenak dan ketorolak 15 30 mg IV, dan narkotik (misalnya morfin 2 - 10 mg atau lebih IV dan meperidine).
NSAID sama atau lebih efektif untuk kolik ginjal dibanding narkotik. Namun,

12

NSAID harus digunakan sebagai suplemen narkotik IV. Tidak terdapat indikasi
untuk pemakaian obat-obatan IM dalam pengobatan kolik ginjal. 2
2. Cairan IV harus digunakan untuk mempertahankan hidrasi. Namun, penggunaan
cairan dalam volume besar masih diperdebatkan dan dapat meningkatkan nyeri
pada penderita obstruksi ureter dengan meninggikan tekanan hidrostatik di belakang
batu. Pada kasus yang ringan dapat dianjurkan konsumsi air yang adekuat. 2
B. Pemeriksaan Lanjutan
Semua pasien dengan batu ginjal harus meninggikan masukan cairan harian mereka tanpa
memandang komposisi batu. Analisis batu dapat menunjukkan tindakan pencegahan yang
spesifik. Terdapat bukti bahwa mengurangi protein hewani dalam makanan dapat
mengurangi pembentukan batu. 2

Batu asam urat


Berjumlah 10% dari semua batu. Pasien harus dievaluasi adanya hiperurikosuria.

Alopurinol 200 - 300 mg/hari menghambat sintesis asam urat dan dapat mengurangi
pembentukan batu. Purin dalam makanan harus dibatasi. Alkalinisasi urine (bikarbonat per
oral 1,0 - 1,5 mEq/Kg/hari) juga bermanfaat. 2

Batu kalsium oksalat


Berjumlah 75% dari semua batu. Hiperkalsiuria seringkali idiopatik, tetapi dapat

terjadi pada hiperparatiroidisme, sarkoidosis, dan asidosis tubulus ginjal tipe I (disertai
asidosis non-gap anion, pH urine basa). Mengurangi masukan natrium dalam diet dapat
mengurangi hiperkalsiuria dan pembentukan batu. Diureik tiazid (25-100 mg/hari)
menurunkan ekskresi kalsium dan menyebabkan berkurangnya pembentukan batu dalam 12 tahun. Kalium fosfat juga mengurangi pembentukan batu, tetapi tidak berguna karena
perlu pemberian 4 kali sehari. 2

Batu magnesium amonium fosfat (batu struvit)


Berjumlah 10% dari semua batu. Terjadi dalam keadaan pH urine tinggi yang

terdapat pada infeksi saluran kemih kronik dengan organisme penghasil urease.
Diindikasikan pemberian antibiotik dan pengasaman urine. Litotripsi harus digunakan
untuk mengeluarkan semua batu yang terlihat dari saluran kemih. 2
C. Prosedur intervensi6

ESWL untuk batu ginjal berukuran kecil/sedang.

13

Nefrolitotomi perkutan untuk batu ginjal yang berukuran besar dan batu staghorn.

ESWL atau litotripsi kontak untuk batu ureter bagian atas (di atas tepi pelvis).

Litotripsi kontak atau ekstraksi dengan keranjang Dormia untuk batu saluran kemih
bagian bawah.

Pembedahan terbuka: ureterolitotomi atau nefrolitotomi.

Litotripsi mekanik atau pembedahan terbuka untuk batu kandung kemih.

Komplikasi
1. Hidroureter dan Hidronefrosis
Obstruksi urin dapat terjdi di sebelah hulu dari batu, dibagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter karena ureter
membengkak oleh urin. Hidroureter yang tidak teratasi, atau obstruksi pada atau di atas
tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis/kaliektasis yaitu
pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. 7
2. Gagal ginjal
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak teratasi dapat menyebabkan kolapsnya
nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal. 7
3. Infeksi Sekunder
Setiap kali terjadi obstruksi aliran urin (stasis), maka kemungkinan infeksi bakteri
meningkat. 7
Prognosis
Prognosis tergantung besarnya batu dan lokasi penyumbatan, cepatnya penatalaksanaan
serta komplikasi yang timbul. Prognosis buruk jika terjadi penurunan fungsi ginjal. 8
Pencegahan

Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium, oksalat) 1

Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu1


o Sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon sesudah
makan malam)

14

o Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan, mengontrol secara berkala


pembentukan batu baru)

Pengaturan diet1
o Meningkatkan masukan cairan
o Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih.
o Hindari masukan minuman bersoda lebih dari 1 liter per minggu.
o Kurangi masukan protein (sebesar 1g/kg berat badan/hari). Masukan protein tinggi
dapat meningkatkan ekskresi kalsium, ekskresi asam urat dan menurunkan sitrat
dalam air kemih. Protein hewani dapat menurunkan pH air kemih lebih banyak
dibandingkan protein nabati.
o Membatas masukan natrium. Diet natrium rendah (80-100 meq/hari) dapat
memperbaiki reabsorbsi kalsium proksimal, sehingga terjadi pengurangan ekskresi
natrium dan ekskresi kalsium.
o Masukan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan, karena
penurunan kalsium intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorbsi
oksalat oleh pencernaan, peningkatan ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi
kalsium oksalat air kemih. Diet kalsium rendah dapat merugikan pasien dengan
hiperkalsiuria idiopatik karena keseimbangan kalsium negatif akan memacu
pengambilan kalsium dari tulang dan ginjal sehingga terjadi penurunan densitas
tulang.

Kesimpulan
Batu ginjal adalah benda padat yang terbentuk dari zat terlarut dalam urin.
Pembentukan batu ginjal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Batu kalsium
oksalat adalah penyebab batu tersering. Pembentukan batu tersebut akan menyebabkan
nyeri pinggang, mual, muntah dan hematuria. Penyakit ini bersifat progresif sehingga butuh
penanganan segera agar tidak timbul komplikasi yang memperberat keadaan pasien.
Daftar Pustaka
1. Sjabani M. Batu saluran kemih. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h.1025-31.
15

2. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku dokter keluarga. Jakarta: EGC; 2006.
h. 535-7.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010. h.106.
4. Burnside, McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke 17. Jakarta: EGC; 2005. h. 257
5. Sjamsuhidrajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : EGC. 2004. h.75663.
6. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h.
171
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2004. h. 477-9.
8. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Yogyakarta: Sagung Seto; 2006. h.57-68

16

Anda mungkin juga menyukai