Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1 Konsep Penyakit Cholelithiasis


1.1.1 Definisi Penyakit Cholelithiasis

Cholelithiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung


empedu atau saluran empedu (Duktus Koledokus) atau keduannya.
Perkembangan batu dapat asimtomatik selama beberapa dekade. Migrasi dari
batu empedu dapat mengakibatkan oklusi dari saluran empedu dan
pancreas,menyebabkan rasa sakit (kolikbilier) dan mengkhasilkan komplikasi
akut,seperti kolesistitis akut,asending,kolangitis,atau pankreatitis akut. Kondisi
kronis penyakit batu empedu dapat menyebabkan vibrosis dan hilangnya
fungsi kandung empedu dan menjadi predisposisi untuk kanker kandung
empedu. (Muttaqin & Sari,2013)

Cholelithiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya


terbentuk dalam kandung empedu dari unsur unsur padat yang membentuk
cairan empedu. Brunner & Suddarth (2001) dalam (Utami, 2017)

Cholelithiasis disebut juga batu empedu , istilah cholelithiasis


dimaksudkan dalam pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu
empedu adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut
cholilithiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut
choledokolitiasis. (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011)

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen


empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak
dan fosfolipid. (Price & Wilson, 2012)
1.1.2 Penyebab Penyakit Cholelithiasis ( Price & Wilson, 2012)
1.1.2.1 Kolesterol yang banyak di dalam empedu
kolesterol yang banyak dalam empedu beresiko
menyebabkan batu kolesterol kuning. Batu batu keras
ini bisa berkembang jika hati menghasilkan lebih
banyak kolesterol daripada yang bisa dilarutkan
empedu.
1.1.2.2 Biliribin yang banyak dalam empedu
bilirubin adalah bahan kimia yang diproduksi saat hati
menghancurkan sel darah merah tua. Kerusakan hati
dan kelain darah menyebabkan hati memperoduksi
lebih banyak bilirubin dari pada yang seharusnya. Batu
empedu pikmen terbentuk ketika kantung empedu
tidak dapat memecah kelebihan birirubin. Batu batu
keras ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam.
1.1.2.3 Kantung empedu penuh
kantung empedu perlu mengosongkan diri agar sehat
dan berfungsi dengan baik. Jika gagal mengosongkan,
empedu menjadi terlau terkonsentrasi, yang kemudian
menjadi menyebabkan batu empedu.
1.1.2.4 Genetika
1.1.2.5 Berat badan
1.1.2.6 Penurunan motilitas (gerakan) dari kantung empedu

1.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit Cholelithiasis (Muttaqin & sari, 2013)
1.1.3.1 Perut atas, epigastric, atau sakit abdominal kanan
atas yang dapat menyebar ke bahu kanan
1.1.3.2 Rasa sakit pada Right Upper Quadrant (RUQ)
meningkat dengan palpasi abdomen kanan atas
selama inspirasi (tanda Murphy) menyebabkan pasien
berhenti mengambil napas panjang
1.1.3.3 Mual dan muntah, terutama setelah makan makanan
berlemak
1.1.3.4 Selera makan hilang
1.1.3.5 Demam
1.1.3.6 Udara bertambah pada saluran usus (bersendawa,
kentut)
1.1.3.7 Kulit gatal gatal karena terbentuknya garam empedu
1.1.3.8 Feses berwarna merah tanah liat karena kurangnya
ulobilinogendi dalam usus (biasanya dikonversi dari
bilirubin yang telah diblok dengan aliran empedu)
1.1.3.9 Penyakit kuning- kulit berwarna kekuningan dan
membran mukosa berubah warna
1.1.3.10 Icterus- perubahan warna menjadi kekuningan
pada sklera (putih pada mata)
1.1.3.11 Urin berwarna gelap dan berbusa karena ginjal
beusaha membersihkan bilirubin.

1.1.4 Patofisologi Penyakit Cholelithiasis (Price & Wilson, 2012)


Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:
Pembentukan empedu yang supersaturasi, nukleasi atau
pembentukan inti baru, dan berkembang karena bertambahnya
pengendapan. Kelarutan kolesterol adalah masalah yang terpenting
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi
emepedu dengan kolesterol terjadi ila perbandingan asam empedu dan
fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga
tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
mengandung air. Empedu di pertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang memiliki inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh
mantel yang hidrofilix dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi
kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi
sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik. Pembentukan batu
dimulai hanya bila terdapat suatu nindus atau intei pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, Kristal kolesterol keluar
dari larutan membentuk suatu lindus,dan membentuk suatu
pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri,
fragmenparasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain
diperluka sebagai benih pengkristalan.

Pathway Penyakit Cholelithiasis

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam


empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi

1.1.5 Pemerikasaan Penunjang Penyakit Cholelithiasis (Utami, 2017)


1.1.5.1 Radiologi
Pemeriksaan USG akan memberikan hasil yang paling
akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadaan distensi. Penggunaan ultrasound
berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan
kembali. Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli
dalam kandung empedu atau duktus choleductus yang
mengalami dilatasi.
1.1.5.2 Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan
apakah dinding kandung empedu telah menebal.
1.1.5.3 Radiografi: kolesistografi
Digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan. Digunakan untuk mendeteksi batu
empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu
untuk melakukan pengisian, memekatkan isiya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya.
1.1.5.4 Pemeriksaan laboratorium
a. kenaikan serum kolesterol
b. kenaikan bilirubin (normal kurang dari 0,4 mg/dm)
c. peningkatan sel darah putih (normal: 5000-1000/iu)
d. peningkatan serum amylase, bilan pancreas
terlibat atau bila ada batu di duktus utama (normal
17-115 unit/ 100ml)
e. kenaikan fosfolipid

1.1.6 Komplikasi Penyakit Cholelithiasis (Utami, 2017)

1.1 6.1 Asimtomatik


1.1.6.2 Obstruksi duktus sistikus
1.1.6.3 Kolik bilier
1.1.6.4 Kolesistitis akut
1.1.6.5 Perkolesistitis
1.1.6.6 Peradangan pancreas (pankreatitis )
1.1.6.7 Perforasi
1.1.6.8 Kolesistitis kronis
1.1.6.9 Hidrop kandung empedu
1.1.6.10 Empiema kandung empedu
1.1.6.11 Fistel kolesistoenterik
1.1.6.12 Batu empedu sekunder (pada 2 - 6 % penderita, saluran
menciut kembali dan batu empedu muncul lagi )
1.1.6.13 Ileus batu empedu (gallstone ileus)
1.1.7 Penatalaksana Medis (Brunner & Suddarth, 2013)

Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi


episode nyeri akut kantung empedu dan kolesistitis dengan
penatalaksanaan suportif dan dietbdan, jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya dengan menggunakan farmako terapi,
prosedur endoskopik, atau intervensi bedah.

1.1.7.1 Terapi Nutrisi dan Suportif


a. Capai remisi dengan istirahat, cairan IV,
pengisapan nasogastric, dan antibiotic.
b. Diet segera setelah episode biasanya berupa
cairan rendah lemak dengan protein dan karbohidrat tinggi
dilanjutkan dengan makanan padat yang lembut, hindari
telur, krim, babi, makanan gorengan, keju, rich dressings,
sayuran pembentuk gas, dan alcohol.
1.1.7.2 Terapi Farmakologis
a. Asam ursodeoksikolat (UDCA [Urso, Actigall]) dan
asam kenodeoksikolat (kenodiol atau CDCA [Chenix])
efektif dalam melarutkan batu kolesterol primer.
b. Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan
ductus kristik atau batu pigmen bukan merupakan
kandidat untuk terapi dengan UDCA.

1.1.7.3 Pengangkatan Batu Empedu secara Non-Bedah

Selain dengan melarutkan batu empedu, batu


empedu dapat dikeluarkan dengan instrument lain
(misalnya, kateter dan instrument yang dilengkapi
keranjang disusupkan ke saluran silang T atau fistula yang
dibentuk pada saat pemasangan selang T, endoskopi
ERCP), litotripsi intracorporeal (denyut nadi laser), atau
terapi gelombang syok ekstrakorporeal ( litotripsi atau
litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal [eswl]).
Penatalaksanaan Bedah

Tujuan pembedahan adalah untuk meredakan gejala yang


persisten, untuk menghilangkan penyebeb kolikbilier, dan untuk
mengatasi kolesistitis akut.

a. Koleksisistektomi laparoskopik:dilakukan melalui insisi atau


tusukan kecil yang dibuat menembus dinding abdomen
diubilikus.
b. Koleksistektomi :kantung empedu dikeluarkan melalui sebuah
insisi abdomen (biasanya subkosta kanan )setelah ligase
ductus kistik dan arteri.
c. Minikolesistektomi :kantung empedu dikeluarkan melalui
sebuah insisi kecil.
d. Kolesistostomi (bedah atau perkutan ):kantung empedu
dibuka,dan batu ,empedu ,atau drainase purulen dikeluarkan

1.2 Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit


cholelithiasis
1.2.1 Pengkajian (Utami, 2017)
1.2.1.1 Identitas
Berisi tentang identitas pasien dan penanggung jawab
1.2.1.2 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
merupakan keluhan yang paling utama yang
dirasakan oleh pasien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan
adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan
atas , dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan
utama melalui metode PQRST, paliatif atau
propokatif (focus utama keluhan klien ,kuality
atau kualitas ( Q yaitu bagaimana nyeri
dirasakan oleh klien ) , regional ( R yaitu nyeri
menjalar kemana ) , safety,( S yaitu posisi
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau
klien merasa nyaman dan time ) ( T yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri tersebut )
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
penyakit sama atau pernah memiliki riwayat
penyakit sebelumnya
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien
pernah menderita penyakit cholelithiasis
Penyakit cholelithiasis ini tidak menurun
penyakit ini menyerang manusia yang memiliki
pola makan dan gaya hidup tidak sehat,tetapi
orang dengan riwayat keluarga cholelithiasis
mempunyai resiko lebih besar
1.2.1.3 Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi
e. Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan
kantung empedu. Biasanya pada penyakit ini
kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh
tangan karna terjadi pembengkakan pada
kandung empedu
1.2.1.4 Pemeriksaan pola
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
c. Eliminasi
Gejala : perubahan warna urine dan feses
Tanda : distensi abdomen, Teraba masa pada
kuadran atas, Urine pekat, gelap, Feses warna
tanah liat, steatorea
d. Makanan/cairan
Gejiala : anereksia, mual/muntah, tidak toleran
terhadap lemak dan makanan “pembentuk
lemak. Regurgitas berulang, nyeri epigastrium,
tidak dapat makan, flatus dyspepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat
badan
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat atas abdomen, dapat
menyebar ke punggung atau bahu kanan, nyeri
mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam
30 menit
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila
kuadran kanan atas ditekan; tanda Murphy
positif
f. Pernapasan
Tanda : peningkatan prekuensi pernapasan
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas
pendek, dangkal
g. Keamanan : demam, menggigil dengan kulit
berkeringat dan gatal (pruritus), Kecendrungan
perdarahan (kekurangn vitamin K)

1.2.1 Diagnosa Keperawatan (Taylor & Ralph, 2010)


1.2.2.1 Nyeri b.d respons inflamasibilier, kerusakan jaringan
lunak pascabedah.
1.2.2.2 Aktual/ resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang tidak adekuat.
1.2.2.3 Aktual/resiko pola nafas tidak efektif b.d. nyeri pasca-
kolesistektomi pada saat ekspansi paru.

1.2.2 Rencana Keperawatan (NandaNIC-NOC Nurarif ,2015) dan


Taylor&Ralph, 2010)

Nyeri b.d. respons inflamasi bilier,kerusakan jaringan lunak pasca bedah


Tujuan: dalam waktu 3 jam pasca-intervensi nonbedah dan 7x24 jam
pascabedah nyeri berkurang atau teradaptasi.

Kriteria evaluasi:
-secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
-skala nyeri 0-1 (0-4)
- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan


tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
dan noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri Manajemen nyeri merupaka kunci dari
keperawatan pada pasien tanpa penatalaksanaan pasien pasca bedah.
intervensi bedah, meliputi:
 Kaji nyeri dengan pendekatan Pendekatan PQRST dapat secara
PQRST komprehensif menggali kondisi nyeri
pasien.

 Berikan posisi fowler Posisi fowler menurunkan tekanan


intraabdominal.

 Kompres hangat pada area Efek dilaasi dinding empedu


abdomen kanan atas. memberikan respon spasme akan
menurun.
 Istirahatkan pasien pada saat nyeri Istirahat akan menurunkan kebutuhan
muncul oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
basal.

 Ajarkan teknik relaksasi Intake oksigen akan menurunkan nyeri


pernapasan dalam pada saat nyeri sekunder dari iskemia jaringan lokal.
muncul

 Ajarkan teknik distraksi pada saat Dikstraksi dapat menurunkan stimulasi


nyeri internal.

 Lakukan manajemen sentuhan Sentuhan dukungan psikologis dapat


membantu menurunkan nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan pada pasien pasca-
itervensi bedah, meliputi:

 Kaji nyeri dengan pendekatan Bila pasien mengalami skala nyeri 3 (0-
PQRST 4), ini merupakan periingatan yang
perlu diwaspadai karena memberikan
manifestasi klinik yang bervariasi dari
komplikasi pasca bedah kolesistektomi

 Atur posisi fisiologis Lokasi insisi pada pembedahan


kandung empedu membuat pasien
tidak ingin menggerakan tubuh dan
bernapas dangkal untuk mencegah
nyeri.

 Bantu aktivitas penurun respon Peningkatan aktivitas secara bertahap


nyeri diperlukan untuk mencegah komplikasi
pascaoperatif. Pemberian analgesik
dilakukan sesuai resep. Penggunaan
bantal atau binder pada luka insisi
dapat mengurangi rasa nyeri saat
melakukan manuver ini.

 Beri oksigen 3 l/menit. Pemberian oksigen sebagai


pemeliharaan intake oksigen optimal
dan menurunkan respon nyeri akibat
kekurangan oksigen pascabedah.

Tingkatan pengetahuan tentang: Pengetahuan akan membatu


sebab-sebab nyeri dan mengurangi nyeri dan dapat membantu
menghubungkan berapa lama nyeri mengembangkan kepatuhan pasien
akan berlangsung terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian:
 Analgetik Analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri berkurang.

 Intervensi nonbedah dengan Prosedur litotripsi atau ESWL berhasil


litotripsi memecah batu empedu tanpa
pembedahan.

 Pelarutan batu empedu Beberpa metode telah digunakan untuk


melarutkan batu empedu dengan
menginfuskan suatu bahan pelarut
moonooktanoin kedalam kantung
empedu.

 Terapi endoskopi Penggunaan endoskopi. Sesudah


endoskopi terpasang alat pemotong
dimasukkan melalui endoskop tersebut
kedalam ampula fater dari duktus
koledotus.
Prosedur endoskop berguna dalam
menegakkan diagnosis dan menangani
pasien dengan gejala yang muncul
setelah menjalani pembedahan saluran
empedu

 Intervensi bedah Penanganan bedah pada batu empedu


dilaksanakan untuk mengurangi
keluhan nyeri.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan


yang kurang adekuat
Tujuan:
Dalam watu 3x24 jam pada pasien non bedah dan 5x24 jam pada pasien pasca
bedah kolesistekomi akan mempertahankankebutuhan nutrisi yang adekuat

Kriteria evaluasi:
-membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu
-menunjukkan peningkatan berat badan
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, Memvalidasi dan menetapkan derajat
berat badan, derajat penurunan berat masalah untuk menetapkan pilihan
badan, integritas mukosa intervensi yang tepat
oral,kemampuan menelan, riwayat
mual atau muntah, dan diare
Kaji pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
intake nutrisi kondisi sosial ekonomi pasien.
Pertahankan kebersihan mulut Akumulasi partikel makanan dimulut
dapat menambah bau dan rasa tak
sedap yang menurunkan napsu makan
Beri diet sesuai kondisi klinik atau Diet yang diterapkan segera setelah
tingkat toleransi suatu serangan yang kuat biasanya
dibatasi oleh makanan cair dan rendah
lemak.
Beri diet pascabedah kolesistektomi Diet pasien dapat berupa diet rendah
lemak, tinggi karbohidrat dan protein
yang diberikan segera sesudah
pembedaahan
Berikan makan dengan perlahan pada Pasien dapat berkonsentrasi pada
lingkungan yang tenang mekanisme makan tanpa adanya
distraksi atau gangguan dari luar
Kolaborasi dengan ahli diet untuk Merencanakan diet dengan kandungan
menetapkan komposisi dan jenis diet nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
yang tepat kebutuhan energi dan kalori.
Monitor perkembangan berat badan Penimbangan berat badan dilakukan
sebagai evaluasi terhadap intervensi
yang diberikan.

Aktual/Resiko pola nafas tidak efektif b.d. nyeri pasca –kolesistektomi ada saat
ekspansi paru-paru
Tujuan : Dalam waktu 1X24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria Evaluasi :
- Laporan secara subyektif tidak sesak napas,bisa bernapas oktimal tanpa
disertai nyeri pada insisi luka.
- RR dalam batas normal 16-20 X per menit
- Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 , HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO2 40
mmHg.
- kadar elektrolit normal.

Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab pola napas tidak Mengidentifikasi untuk mengatasi
efektif. penyebab dasar dari penurunan
ekspansi pasca bedah kolesistektomi.
Pasien yang menjalani pembedahan
saluran bilier cenderung mengalami
komplikasi paru seperti pada semua
pasien dengan insisi abdomen bagian
atas.pasien harus diingatkan untuk
menarik napas dalam setiap jam agar
paru - paru dapat berkembang penuh
dan terjadinya atlektasis dapat
dicegah.ambulasi yang dini mencegah
komplikasi paru disamping komplikasi
lain,seperti tromboflebitis.komplikasi
paru lebih cenderung terjadi pada
pasien lansia dan obesitas.
Istirahatkan pasien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan
fowler ekspansi paru optimal.Istirahat akan
mengurangi kerja
jantung,meningkatkan tenaja cadangan
jantung,dan menurunkan tegangan otot
abdominal sehingga dapat menurunkan
respons nyeri pasca bedah
Manajemen lingkungan tenang dan Lingkungan tenang akan menurunkan
batasi pengunjung. stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan
Beri kosigen 3 liter/menit. Terapi pemeliharaan untuk kebutuhan
oksigenasi.
Ajarkan dan bantu menyangga sekitar Menurunkan penarikan pada kulit akibat
luka pasien pada saat latihan napas peningkatan intraabdomen sekunder
dalam. dan batuk akan menurunkan stimulus
nyeri dan pasien mendapat
dukungan,serta kepercayaan diri untuk
melakukan pernapasan diafragma
karena pada kondisi klinik sebagian
besar pasien pascabedah takut untuk
melakukan latihan pernapasan
diafragma.
Ajarkan mengatur posisi atau Posisi disesuaikan dengan toleransi
menggunakan bantal apabila pasien pasien pasca bedah.Biasanya posisi
mengalami nyeri saat melakukan fowler atau miring ke sisi yang sehat
pernapasan dalam. atau duduk dengan menggunakan
bantal dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan menurunkan
respons nyeri pada pasien.
Kolaborasi Tujuan intervensi keperawatan pada
 Pantau data laboratorium alkalosis adalah menurunkan pH
analisis gas darah sistemik sampai ke batas yang aman
berkelanjutan. dan menanggulangi sebab-sebab
alkalosis yang mendasarinya.Dengan
monitoring,perubahan dari analisis gas
darah berguna untuk menghindari
komplikasi yang tidak diharapkan.
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Cholelithiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam
kandung empedu atau didalam duktus koledokus atau pada kedua duanya.
Kejadian cholelithiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin
terdapat peningkatan kejadian cholelithiasis yang progresif berhubungan
dengan peningkatan usia seseorang selain umur dan jenis kelamin angka
kejadian cholelithiasis juga dipengarui oleh obesitas, kehamilan, intoleransi
glukosa, resistensi insulin, diabetes militus, hipertrigliseridemia, pola diet dan
faktor lain.
Cholelithiasis umumnya berada di kandung empedu, tetap
cholelithiasis dapat juga berada di saluran empedu ketika batu di kandung
empedu bermigrasi dan disebut batu saluran empedu sekunder. Batu di
saluran empedu juga dapat terbentuk tanpa melibatkan kandung empedu
disebut sebagai batu saluran empeduprimer.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah medical bedah
keperawatan I dan mendapatkan gambaran tentang penyakit
cholelithiasis
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 untuk mengetahui dan mengerti akan pengertian cholelithiasis
1.2.2.2 untuk mengetahui penyebab dari cholelithiasis
1.2.2.3 untuk memahami tanda dan gejala cholelithiasis
1.2.2.4 untuk memahami patofisiologis cholelithiasis
1.2.2.5 untuk memahami pemeriksaan penunjang cholelithiasis
1.2.2.6 untuk memahami komplikasi cholelithiasis
1.2.2.7 untuk memahami penatalaksanaan cholelithiasis
1.2.2.8 untuk memahami pemberian asuhan keperawatan klien
cholelithiasis
BAB 3
Kesimpulan

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,


atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsure
yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu.Asuhan keperawatan yang baik diperlukan dalam penatalaksanaan
kolelitiasis ini sehingga dapat membantu klien untuk dapat memaksimalkan
fungsi hidupnya kembali serta dapat memandirikan klien untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth (12 ed). Jakarta: EGC.

Price & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit , Volume I,


edisi 6, EGC, Jakarta, 2012

Taylor,C.M. &Ralph,S.S.2010.Diagnosa Keperawatan dengan Rencana


Asuhan.Jakarta:EGC

Herman H T.2018. NANDA-1 diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi


2018-2020. Jakarta. EGC

Muttaqin,Arif;Sari,Kumala.2013.Gangguan Gastrointestinal:Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika

Nucleus Precise Newsletter. (2011). Batu Empedu. Jakarta : PT.Nucleus Precise


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
CHOLELITHIASIS

DI SUSUN OLEH :

1. FRISKA YULIANA S 201811065


2. MAUDY ANITA SARI 201811082
3. RADEN BENEDICTUS P 201811088
4. YULIANTI AYU WARDANI 201811098

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2019

Anda mungkin juga menyukai