Anda di halaman 1dari 763

Ganong

Buku Ajar
Fisiologi
Kedokteran
Edisi 24
Buku medis LANGE

Fisiologi Kedokteran
Ganong
EDISI DUA PULUH EMPAT

Kim E. Barrett, PhD Scott Boitano, PhD


Profesor, Dekan Fakultas Associate Professor,
Kedokteran Pasca Sarjana Physiology, Arizona Respiratory
University of California, San Center, Bio5 Collaborative
Diego La Jolla, California Research Institute, Universitas
Arizona Tucson, Arizona
Susan M. Barman, PhD
Profesor, Departemen Heddwen L. Brooks, PhD
Farmakologi/Toksikologi Associate Professor, Fakultas
Michigan State University Kedokteran Fisiologi
East Lansing, Michigan Bio5 Collaborative Research Institute,
Universitas Arizona
Tucson, Arizona

New York Chicago San Francisco Lisbon London Madrid Mexico City
Milan New Delhi San Juan Seoul Singapore Sydney Toronto
Hak Cipta © 2012 oleh Perusahaan McGraw-Hill, Inc. Semua hak dilindungi undang-undang. Kecuali diizinkan berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta
Amerika Serikat tahun 1976, tidak ada bagian dari publikasi ini yang boleh direproduksi atau didistribusikan dalam bentuk apa pun atau dengan cara apa pun,
atau disimpan dalam sistem basis data atau pengambilan, tanpa izin tertulis sebelumnya dari penerbit.

ISBN: 978-0-07-178004-9

MHID: 0-07-178004-1

Materi dalam eBook ini juga muncul dalam versi cetak judul ini: ISBN: 978-0-07-178003-2,
MHID: 0-07-178003-3.

Semua merek dagang adalah merek dagang dari pemiliknya masing-masing. Daripada menaruh simbol merek dagang setelah setiap kemunculan nama
bermerek dagang, kami menggunakan nama hanya dalam bentuk editorial, dan untuk keuntungan pemilik merek dagang, tanpa bermaksud melanggar merek
dagang. Di mana sebutan tersebut muncul dalam buku ini, mereka telah dicetak dengan topi awal.

E-book McGraw-Hill tersedia dengan diskon kuantitas khusus untuk digunakan sebagai premi dan promosi penjualan, atau untuk digunakan dalam program
pelatihan perusahaan. Untuk menghubungi perwakilan, silakan e-mail kami di bulksales@mcgraw-hill.com.

Pemberitahuan
Kedokteran adalah ilmu yang selalu berubah. Karena penelitian baru dan pengalaman klinis memperluas pengetahuan kita, perubahan dalam pengobatan dan
terapi obat diperlukan. Para penulis dan penerbit karya ini telah memeriksa dengan sumber yang diyakini dapat diandalkan dalam upaya mereka untuk
memberikan informasi yang lengkap dan umumnya sesuai dengan standar yang diterima pada saat publikasi. Namun, mengingat kemungkinan kesalahan
manusia atau perubahan dalam ilmu kedokteran, baik penulis maupun penerbit maupun pihak lain yang telah terlibat dalam persiapan atau publikasi karya ini
menjamin bahwa informasi yang terkandung di sini adalah dalam segala hal yang akurat atau lengkap, dan mereka menolak semua tanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaian atau untuk hasil yang diperoleh dari penggunaan informasi yang terkandung dalam pekerjaan ini. Pembaca didorong untuk
mengkonfirmasi informasi yang terkandung di sini dengan sumber lain. Sebagai contoh dan khususnya, pembaca disarankan untuk memeriksa lembar
informasi produk yang termasuk dalam paket masing-masing obat yang mereka rencanakan untuk dikelola untuk memastikan bahwa informasi yang
terkandung dalam pekerjaan ini akurat dan bahwa perubahan belum dilakukan dalam dosis yang direkomendasikan atau dalam kontraindikasi untuk
administrasi. Rekomendasi ini sangat penting dalam kaitannya dengan obat-obatan baru atau yang jarang digunakan.
SYARAT PENGGUNAAN

Ini adalah karya berhak cipta dan The McGraw-Hill Companies, Inc. ("McGraw-Hill") dan pemegang lisensinya mencadangkan semua hak dalam dan untuk
pekerjaan. Penggunaan karya ini tunduk pada ketentuan-ketentuan ini. Kecuali sebagaimana diizinkan berdasarkan Hak Cipta Undang-Undang 1976 dan hak
untuk menyimpan dan mengambil satu salinan karya, Anda tidak boleh mendekompilasi, membongkar, merekayasa balik, memperbanyak, memodifikasi,
membuat karya turunan berdasarkan, mengirim, mendistribusikan, menyebarluaskan, menjual, publikasikan atau sublisensi pekerjaan atau bagian apa pun tanpa
persetujuan McGraw-Hill. Anda dapat menggunakan karya tersebut untuk penggunaan pribadi dan nonkomersial Anda; setiap penggunaan lain dari karya
tersebut sangat dilarang. Hak Anda untuk menggunakan karya dapat dihentikan jika Anda gagal mematuhi persyaratan ini.

KERJA INI DISEDIAKAN “SEBAGAIMANA.” McGraw-Hill DAN LISENSI TIDAK MEMBUAT JAMINAN ATAU JAMINAN SEBAGAI ATAS
AKURASI, KECUKUPAN ATAU KELENGKAPAN ATAU HASIL YANG DIPEROLEH DARI MENGGUNAKAN KERJA, TERMASUK INFORMASI
YANG DAPAT DIAKSES MELALUI KERJA MELALUI HYPERLINK ATAU LAINNYA, DAN TEGAS MENOLAK JAMINAN, TERSURAT MAUPUN
TERSIRAT, TERMASUK NAMUN TIDAK TERBATAS PADA JAMINAN DAYA JUAL ATAU KESESUAIAN UNTUK TUJUAN TERTENTU.
McGraw-Hill dan pemberi lisensinya tidak menjamin atau menjamin bahwa fungsi yang terkandung dalam pekerjaan akan memenuhi persyaratan Anda atau
bahwa operasinya tidak akan terganggu atau bebas dari kesalahan. Baik McGraw-Hill maupun pemberi lisensinya tidak akan bertanggung jawab kepada Anda
atau orang lain atas ketidaktepatan, kesalahan atau kelalaian, apa pun penyebabnya, dalam pekerjaan atau untuk setiap kerusakan yang diakibatkannya.
McGraw-Hill tidak bertanggung jawab atas isi informasi apa pun yang diakses melalui karya tersebut. Dalam keadaan apa pun, McGraw-Hill dan / atau
pemberi lisensinya tidak bertanggung jawab atas kerugian tidak langsung, insidental, khusus, hukuman, konsekuensial, atau serupa yang diakibatkan oleh
penggunaan atau ketidakmampuan untuk menggunakan karya tersebut, bahkan jika salah satu dari mereka telah diberi tahu tentang kemungkinan kerusakan
tersebut. Batasan tanggung jawab ini berlaku untuk klaim atau penyebab apa pun apakah klaim atau penyebab tersebut timbul dalam kontrak, kesalahan atau
lainnya.
Dedikasi Kepada
William Francis Ganong

W
illiam Francis (“Fran”) Ganong adalah ilmuwan, kalangan ahli fisiologi. Beliau adalah penulis ulung dan
pengajar, dan penulis yang luar biasa. Beliau memiliki pemikiran modern dalam mencapai tujuan untuk
sepenuhnya berdedikasi di bidang fisiologi dan pen- menyaring subjek yang kompleks dan menyajikannya secara
didikan kedokteran pada umumnya. Sebagai Kepala ringkas. Sama seperti sahabatnya, dr. Jack Lange, pendiri
Departemen Fisiologi di Universitas California, San rangkaian buku Lange, Fran mendapat kebanggaan tersendiri
Fransisco, selama bertahun-tahun, Beliau telah meraih dengan diterjemahkannya Review of Medical Physiology ke
berbagai penghargaan di bidang pendidikan dan sangat dalam berbagai bahasa dan selalu senang saat mendapatkan
menyukai berkerja bersama para mahasiswa kedokteran. satu salinan edisi barunya dalam bahasa apapun.
Selama lebih dari 40 tahun di 22 edisi, ia merupakan Beliau adalah penulis panutan, terorganisi, berdedikasi,
penulis tunggal buku terlaris Review of Medical Physiology dan antusias. Bukunya adalah kebanggaan dan sumber
dan co-author di 5 edisi buku Pathophysiology of Disease : An kebahagiaannya, dan seperti penulis laris lainnya, Beliau akan
Introduction to Clinical Medicine. Beliau adalah salah satu mengerjakan edisi berikutnya mungkin setiap hari,
“dekan” di kelompok penulis Lange yang menghasilkan buku memperbarui referensi, menulis ulang jika perlu, serta selalu
teks yang ringkas dan buku-buku kajian yang hingga hari ini siap dan tepat waktu saat bukunya harus diterbitkan. Hal
masih sangat populer, baik dalam bentuk cetak maupun yang sama juga berlaku untuk bukunya yang lain, Patho-
digital. Dr. Ganong memberikan dampak luar biasa di dalam physiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine,
pendidikan mahasiswa kedokteran dan klinisi yang tidak buku yang dikerjakannya dengan cermat setelah pensiun
terhitung jumlahnya. secara resmi dan pengangkatan dirinya sebagai profesor
Sebagai ahli fisiologi umum di atas rata-rata dan sub- emeritus di UCSF.
spesialis fisiologi neuroendokrin, Fran mengembangkan dan Fran Ganong akan selalu memiliki tempat di meja para
memelihara pemahaman langka seluruh bidang fisiologi. Hal pemimpin besar dalam seni pendidikan ilmu kedokteran dan
ini memungkinkannya untuk menulis sendiri semua edisi komunikasi. Beliau meninggal dunia pada 23 Desember
baru (setiap dua tahun sekali!) buku Review of Medical 2007. Semua orang yang mengenal dan pernah bekerja sama
Physiology sebagai penulis tunggal, suatu prestasi yang tidak dengan Beliau sangat merindukan sosoknya.
dapat dilupakan dan dikagumi di dalam setiap diskusi di
Keistimewaan Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ganong Edisi 24
sMenghadirkan cakupan seluruh topik penting secara ringkas tanpa mengorbankan kelengkapan atau
keterbacaannya
sMenggambarkan penelitian dan perkembangan terbaru di bidang nyeri kronik, fisiologi reproduktif, serta
keseimbangan asam-basa
sMenyisipkan contoh-contoh dari kedokteran klinis untuk memberikan gambaran mengenai
konsep-konsep fisiologi yang penting
s BARU: Pendahuluan di setiap Bagian yang membantu untuk membangun dasar-dasar
yang kokoh mengenai topik tersebut
sBARU: Materi-materi pendahuluan yang mencakup prinsip-prinsip pengaturan endokrin di
dalam fisiologi

sBARU: Penjelasan rinci mengenai


pilihan jawaban yang salah.
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 625

sBARU: Contoh kasus dan bagan


alir yang jauh lebih banyak Kapiler
ma
Bronkiolus

sBARU: Setiap ilustrasi diperkaya respiratorik


Duktus alveolaris
Alveolus

cf
dengan legenda yang lebih panjang Alveolus
Pori
alveolus en
a

sehingga tidak perlu kembali epI


a cap
membaca teksnya Alveolus
cf

C
Endotel Udara alveolus Sel tipe II Membran
Ruang udara
kapiler basal
SF

TM
N
N
Eritrosit
Interstisium LB
Plasma dalam
kapiler Makrofag
alveolus
CB
Sel tipe I
Eritrosit Sel Golgi Asam lemak
tipe II N
RER Kolin
Gliserol
Sel tipe I Udara alveolus Asam amino
B D dsbnya

Lebih dari 600 GAMBAR 34-3 Sel-sel yang mencolok pada alveolus manusia
dewasa. A) Potongan melintang zona respirasi memperlihatkan
(LB) terbentuk di sel epitel alveolus tipe II dan disekresikan melalui
eksositosis ke dalam cairan yang melapisi alveolus. Bahan-bahan yang

ilustrasi berwarna
hubungan antara kapiler dan epitel kanal napas. Hanya 4 dari 18 dibebaskan oleh badan lamelar tersebut diubah menjadi mielin tubulus
alveolus yang diberi label. B) Pembesaran kotak dari gambar (A) yang (TM), dan TM adalah sumber lapisan permukaan fosfolipid (SF).
memperlihatkan hubungan erat antara kapiler, interstisial, dan epitel Surfaktan diserap melalui endositosis ke dalam makrofag alveolus dan
alveolus. C) Mikrograf elektron memperlihatkan daerah khas yang sel epitel tipe II. N, nukleus; RER, retikulum endoplasma kasar; CB,
diperlihatkan di (B). Kapiler paru (cap) di septum berisi plasma badan komposit. (Untuk (A) dari Greep RO, Weiss L. Histology, 3rd ed. New York,
dengan sel darah merah. Perhatikan membran-membran sel epitel McGraw-Hill, 1973; (B) Direproduksi, dengan izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT.
IZander's Human Physiology: The Mechanisms of Body Function, 11,h ed. McGraw-Hill,
paru dan endotel yang berdekatan sesekali dipisahkan oleh serat- 2008; (C) Burri PA. Development and growth of the human lung. Dalam: Handbook of
serat jaringan ikat (cf); en, nukleus sel endotel; epl, nukleus sel epitel Physiology, Section 3, The Respiratory System. Fishman AP, Fisher AB (editor).
alveolus tipe I; a, ruang alveolus; ma, makrofag alveolus. D) American Physiological Society, 1985; dan (D) Wright JR. Metabolism and turnover of
Pembentukan sel tipe II dan metabolisme surfaktan. Badan lamelar lung surfactant. Am Rev Respir Dis 136;426:1987).

mengandung sel-sel khusus lain, seperti makrofag alveolus memroses antigen inhalan untuk membentuk serangan
paru (pulmonary alveolar macrophage, PAM atau AM), imunologik, serta menyekresi zat-zat yang menarik granulosit
limfosit, sel plasma, sel neuroendokrin, dan sel mast. PAM ke paru dan zat-zat yang merangsang pembentukan granulosit
merupakan komponen penting dalam sistem pertahanan dan monosit di sumsum tulang. Fungsi PAM juga dapat
paru. Seperti makrofag lainnya, sel-sel ini berasal dari merugikan—ketika menelan sejumlah besar zat yang
sumsum tulang. PAM merupakan fagosit aktif dan terkandung dalam asap rokok atau iritan lain, mereka dapat
menelan partikel-partikel kecil yang lolos dari eskalator mengeluarkan produk-produk lisosom ke dalam ruang
mukosilia dan mencapai alveolus. Sel-sel ini juga membantu ekstrasel yang menimbulkan peradangan.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 253

Traktus kortikospinalis lateral dan rubrospinalis mengontrol 4. Selagi berolahraga, seorang wanita 42 tahun mengalami rasa
otot ekstremitas distal untuk kontrol motorik halus dan kesemutan mendadak di tungkai kanan dan
gerakan volunter terampil. ketidakmampuan mengontrol gerakan di tungkai tersebut.
■ Rigiditas deserebrasi menyebabkan hiperaktivitas otot Pemeriksaan neurologis memperlihatkan refleks sentakan
ekstensor di keempat ekstremitas; rigiditas ini sebenarnya lutut (kneejerk) yang hiperaktif dan tanda Babinski positif.
adalah spastisitas akibat fasilitasi refleks regang. Kelainan ini Mana dari yang berikut yang bukan ciri dari suatu refleks?
mirip dengan yang dijumpai pada herniasi unkus akibat lesi A. Refleks dapat dimodifikasi oleh impuls dari berbagai

Pertanyaan kajian di setiap


supratentorium. Rigiditas dekortikasi adalah fleksi ekstremitas bagian SSP
atas di siku dan hiperaktivitas ekstensor di ekstremitas bawah. B. Refleks mungkin melibatkan kontraksi simultan
Hal ini terjadi di sisi hemiplegik setelah perdarahan atau beberapa otot dan relaksasi otot-otot lainnya
trombosis di kapsula interna. C. Setelah pemutusan medula spinalis terjadi penekanan

akhir bab untuk membantu


refleks secara kronis
■ Ganglia basal mencakup nukleus kaudatus, putamen, globus
D. Refleks melibatkan transmisi melewati paling sedikit
palidus, nukleus subtalamikus, dan substansia nigra.
satu sinaps
Hubungan antara bagian-bagian ganglia basal mencakup suatu
E. Refleks sering terjadi tanpa disadari

menilai pemahaman
proyeksi nigrostriatum dopaminergik dari substansia nigra ke
striatum dan suatu proyeksi GABAergik dari striatum ke 5. Meningkatnya aktivitas saraf sebelum gerakan
substansia nigra. volunter terampil pertama kali terlihat di
■ Penyakit Parkinson disebabkan oleh degenerasi neuron A. neuron motorik spinal
dopaminergik nigrostriatum dan ditandai oleh akinesia, B. korteks motorik presentral
bradikinesia, rigiditas roda-pedati, dan tremor istirahat. C. otak tengah
Penyakit Huntington ditandai oleh gerakan khoreiformis D. serebelum
akibat hilangnya jalur inhibitorik GABAergik ke globus E. daerah asosiasi korteks
palidus 6. Seorang wanita 38 tahun dibawa ke ruang gawat darurat
■ Korteks serebelum mengandung lima jenis neuron: sel Purkinje, rumah sakit lokal karena perubahan mendadak pada
granula, basket, stelata, dan Golgi. Dua masukan utama ke korteks tingkat kesadarannya. Keempat ekstremitasnya dalam
serebeli adalah climbing fibers dan mossy fibers. Sel Purkinje keadaan ekstensi, yang mengisyaratkan rigiditas
adalah satu-satunya keluaran dari korteks serebelum, dan sel ini deserebrasi. CT scan otak memperlihatkan perdarahan
umumnya berproyeksi ke nukleus dalam. Kerusakan pada pons rostral. Mana dari yang berikut yang menjelaskan
serebelum menyebabkan beberapa kelainan khas, termasuk komponen-komponen jalur sentral yang berperan dalam
hipotonia, ataksia, dan intention tremor. kontrol postur?
A. Jalur tektospinalis berakhir di neuron di daerah
dorsolateral kornu ventral spinal yang menyarafi otot-
PERTANYAAN PILIHAN GANDA otot ekstremitas
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling B. Jalur retikulospinalis medula berakhir di neuron di
246 SECTION II Central and Peripheral Neurophysiology
tepat kecuali jika dinyatakan lain daerah ventromedial kornu ventral spinal yang
menyarafi otot aksial dan proksimal
1. Jika neuron motorik-γ dinamik diaktifkan pada saat yang sama C. Jalur retikulospinalis pons berakhir di neuron di daerah
dengan neuron motorik-α ke otot maka dorsomedial kornu ventral spinal yang menyarafi otot-
A. terjadi inhibisi segera impuls di aferen Ia gelendong otot ekstremitas BOKS KLINIS 12-7
B. kemungkinan besar timbul klonus D. Jalur vestibularis medial berakhir di neuron di daerah
C. otot tidak akan berkontraksi dorsomedial kornu ventral spinal yang menyarafi otot
aksial dan proksimal
Penyakit Ganglia Basal kuning. Patologi saraf yang dominan adalah degenerasi
D. jumlah impuls di aferen Ia gelendong lebih kecil daripada putamen, yaitu bagian dari nukleus lentikularis. Gangguan
E. Jalur vestibularis lateral berakhir di neuron di daerah Pada penyakit Huntington, awal kerusakan terdeteksi pada neuron
jika hanya impuls α yang meningkat motorik mencakup tremor"wing-beating" (kepakan sayap)
E. jumlah impuls di aferen Ia gelendong lebih besar daripada dorsolateral kornu ventral spinal yang menyarafi otot berduri medium dl striatum. Hilangnya jalur GABAergik ke segmen
aksial dan proksimal. eksternal globus palidus menghilangkan inhibisi, memungkinkan atau asteriksis, disartria, ayunan langkah yang tidak mantap,
jika hanya impuls α yang meningkat
timbulnya gambaran hiperkinetik penyakit. Tanda awalnya adalah dan ridigitas.
7. Seorang wanita 38 tahun didiagnosis mengidap tumor otak
2. Refleks regang terbalik Penyakit lain yang sering disebut sebagai penyakit ganglia
metastatik. Ia dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit gerakan tangan yang berubah-ubah arahnya secara mendadak
A. terjadi ketika aferen Ia gelendong terhambat basal adalah tardive dyskinesia. Penyakit ini memang
lokal karena pernapasan yang tidak teratur dan penurunan ketika tangan meraih untuk menyentuh suatu titik, khususnya pada
B. adalah refleks monosinaps yang dipicu oleh pengaktifan melibatkan ganglia basal tetapi ditimbulkan oleh pengobatan
progresif kesadaran. Ia juga menunjukkan tanda-tanda akhir peraihan. Setelah itu, gerakan khoreiformis hiperkinetik
organ tendon Golgi
postur deserebrasi. Mana dari yang berikut tidak sesuai muncul dan secara bertahap meningkat sampai pasien akhirnya penyakit lain yang menggunakan obat neuroleptik, misalnya
C. adalah suatu refleks disinaps dengan satu antar-neuron
tersisip antara serat aferen dan eferen dengan rigiditas deserebrasi? fenotiazid atau haloperidol, untuk penyakit lain. Karena itu,
tidak berdaya. Berbicara menjadi terbata-bata lalu tidak dapat
D. adalah suatu refleks polisinaps dengan banyak antarneuron A. Melibatkan hiperaktivitas di otot ekstensor keempat tardive dyskinesia bersifat iatro-genik. Pemakaian jangka-
ekstremitas. dimengerti, dan terjadi demensia progresif yang diikuti oleh
tersisip di antara serat aferen dan eferen kematian, biasanya dalam 10-15 tahun setelah awitan gejala. panjang obat-obat ini dapat menimbulkan kelainan biokimia di
E. menggunakan serat aferen tipe II dari organ tendon Golgi B. Masukan eksitatorik dari jalur retikulospinalis mengaktifkan
Penyakit Huntington mengenai 5 dari 100.000 orang di seluruh striatum. Gangguan motorik yang terjadi dapat berupa gerakan
neuron motorik-γ yang secara tak-langsung mengaktifkan
3. Refleks menarik diri tidak/bukan neuron motorik-α. involunter tak-terkontrol yang sementara atau menetap di
dunia. Penyakit ini diwariskan sebagai penyakit autosom dominan,
A. dimulai oleh rangsangan yang mengganggu C. Sebenarnya adalah suatu jenis spastisitas akibat inhibisi dan awitannya biasanya pada usia antara 30 dan 50 tahun. Gen wajah dan lidah serta rigiditas roda-pedati. Obat neuroleptik
B. prapoten refleks regang. bekerja melalui blokadetransmisi dopaminergik. Pemakaian
abnormal penyebab penyakit terletak dekat ujung lengan pendek
C. memanjang jika rangsangannya kuat. D. Mirip dengan yang terjadi setelah herniasi unkus berkepanjangan obat-obat ini menyebabkan hipersen-sitivitas
kromosom 4. Secara normal gen tersebut mengandung 11-34
D. contoh dari refleks fleksor E. Ekstremitas bawah mengalami ekstensi dengan jari kaki reseptor dopaminergik D3 dan ketidakseimbangan pengaruh
E. disertai oleh respons yang sama di kedua sisi tubuh. mengarah ke dalam. pengulangan sitosin-adenin-guanin (CAG), yang masing-masing
menyandi glutamin. Pada pasien penyakit Huntington, jumlah ini nitrostriatum pada kontrol motorik.
meningkat menjadi 42-86 salinan atau lebih, dan semakin besar
jumlah pengulangan mengakibatkan semakin mudanya usia awitan
dan semakin cepatnya progresivitas penyakit. Gen ini menyandi KIAT TERAPEUTIK
huntingtin, suatu protein yang tidak diketahui fungsinya. Di nukleus Terapi untuk penyakit Huntington ditujukan untuk mengatasi
sel dan di tempat lain terjadi penumpukan protein kurang-larut yang gejala dan mempertahankan kualitas hidup karena belum
bersifat toksik. Namun, hubungan antara penumpukan ini dan gejala ada pengobatan yang menyembuhkan. Secara umum, obat-
belum jelas. Tampaknya terjadi pengurangan fungsi huntingtin yang obat yang digunakan untuk mengatasi gejala penyakit
sebanding dengan ukuran sisipan CAG. Pada hewan percobaan memiliki efek samping misalnya rasa lelah, mual, dan gelisah.
dengan penyakit ini, tandurintrastriatum jaringan striatum janin Pada Agustus 2008, Food and Drug Administration AS
memperbaiki kinerja kognitif. Selain itu, aktivitas kaspase-1 jaringan menyetujui pemakaian tetrabenazin untuk mengurangi
meningkat di otak manusia dan hewan dengan penyakit ini, dan gerakan khoreiformis yang menandai penyakit ini. Obat ini
pada mencit yang gen untuk enzim pengatur apoptosisnya telah berikatan secara reversibel dengan vesicular monoamine
dilumpuhkan, perjalanan penyakitnya dapat diperlambat. transporter (VMAT) dan karenanya menghambat

Contoh kasus
Penyakit ganglia basal lain adalah penyakit Wilson (atau penyerapan monoamin ke dalam vesikel sinaps. Obat ini juga
degenerasi hepatolentikular), yaitu suatu penyakit metabolisme bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin. Tetrabenazin
tembaga yang jarang terjadi, memiliki usia awitan antara 6-25 tahun adalah obat pertama yang mendapat izin untukdiberikan

menambah relevansi
dan mengenai wanita sekitar empat kali lebih sering daripada pria. kepada pengidap penyakit Huntington. Obat ini juga
Penyakit Wilson mengenai sekitar 30.000 orang di seluruh dunia. Ini digunakan untuk mengatasi gangguan hiperkinetik lain
adalah suatu penyakit genetik resesif autosom akibat mutasi di misalnya tardive dyskinesia. Obat chelating (mis. penisilamin,
lengan panjang kromosom 13q. Penyakit ini memengaruhi gen trientin) digunakan untuk mengurangi tembaga di tubuh

teks dengan dunia nyata ATPase pengangkut tembaga (ATP7B) di hati, sehingga terjadi
penimbunan tembaga di hati dan kerusakan hati progresif. Sekitar
1% populasi membawa satu salinan abnormal gen ini tetapi tidak
pada pengidap penyakit Wilson. Tardive dyskinesia terbukti
sulit diatasi. Terapi pada pasien dengan penyakit kejiwaan
sering diarahkan untuk menggunakan neuroleptik yang kecil
memperlihatkan gejala apapun. Anak yang mewarisi gen dari kedua ke-mungkinannya menimbulkan efek samping ini. Klozapin
orang tuanya dapat menderita penyakit ini. Pada pasien, tembaga adalah contoh obat neuroleptik atipikal yang efektif untuk
menumpuk di bagian perifer kornea mata dan menyebabkan menggantikan obat neuroleptik tradisional tetapi dengan
terbentuknya cincin Kayser-Fleischer khas yang berwarna risiko tardive dyskinesia yang lebih kecil.

Juga tersedia di iPad


melalui Inkling
sDiagram penuh warna dan
beranotasi yang jelas
Kuis interaktif-dengan umpan
s
balik yang konstruktif
sVideo dan animasi yang
menunjukkan fungsi sistem manusia
Tentang Penulis
KIM E. BARRET Woman Faculty Award dan MSU Faculty Professional
Womens Association ckn MSU College of Human Medicine
Kim Barret menerima gelar Ph.D di bidang Distinguished Faculty Award. Beliau sangat aktif di
kimia biologis dari University College organisasi American Physiological Society (APS) dan baru-
London pada tahun 1982. Setelah men-jalani baru ini terpilih sebagai Presiden ke-85. Beliau juga bertugas
pelatihan pascadoktoral di National Insti- sebagai Counsillor serta Chair di Central Nervous System
tutes of Health, ia bergabung dengan fakultas Section of APS, Women in Physiology Committee dan
tersebut di University of California, San Section Advisory Committee of APS. Di waktu luangnya,
Diego, School of Medicine pada tahun 1985,
Beliau adalah penggemar jalan kaki, olahraga aerobik, dan
yang membawanya men-jadi Professor of
aktivitas mengasah otak seperti berbagai macam teka-teki.
Medicine pada tahun 1996 hingga sekarang.
Sejak tahun 2006, Beliau juga bertugas di universitas tersebut
sebagai Dean of Graduate Studies. Fokus penelitiannya adalah di
SCOTT BOITANO
bidang fisiologi dan patofisiologi epitel usus, dan bagaimana Scott Boitano meraih gelar Ph.D di
fungsi epitel usus dipengaruhi oleh bakteri komensal, probiotik, bidang genetik dan biologi sel dari
dan patogen, serta penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit Washington State University di
inflamasi usus. Beliau telah menerbitkan lebih dari 200 artikel, Pullman, Washington, tempat ia
bab, dan kajian, dan telah menerima beberapa penghargaan atas menemukan ketertarikan di bidang
penelitian-penelitian yang Melakukannya, di antaranya Bowditch penghantaran sinyal seluler. Beliau
and Davenport Lectureship dari American Physiological Society melanjutkan minat ini di University
dan gelar Doctor of Medical Sciences, honoris causa, dari Queens of California, Los Angeles, tempat
University, Belfast. Beliau juga sangat aktif dalam penyuntingan
Beliau memfokuskan penelitian terhadap messenger kedua
karya ilmiah, saat ini bertugas sebagai Deputy Editor-in-Chief di
Journal of Physiology. Beliau juga merupakan instruktur dan fisiologi sel epitel paru. Beliau terus mengenbangkan
mahasiswa dan lulusan kedokteran dan farmasi yang tetdedikasi minat penelitian ini di University of Wyoming dan posisinya
serta kerap memenangkan penghargaan. Ia juga mengajarkan saat ini di Department of Physiology dan Arizona Respiratory
berbagai topik di bidang kedokteran dan fisiologi sistem kepada Center, yang keduanya terdapat di University of Arizona.
mahasiswa-mahasiswa ini selama lebih dari 20 tahun. Upayanya
sebagai guru dan mentor jkliakui dengan penghargaan Bodil M, HEDDWEN L. BROOKS
Schmidt-Nielson Distinguished Mentor and Scientist Award dari Heddwen Brooks meraih gelar PhD dari
American Physiological Society pada tahun 2012. Pengalaman Imperial College, University of London
mengajarnya mengantarkannya menjadi penulis pada volume dan menjadi Associate Professor di
sebelumnya (Gastrointestinal Physiology, McGraw-Hill, 2005) Department of Physiology di University
dan Beliau merasa terhormat telah diundang untuk mengambil of Arizona (UA). Dr. Brooks merupakan
alih penulisan Ganong pada tahun 2007 untuk edisi ke-23, serta ahli fisiologi ginjal dan dikenal, terutama
membimbing edisi yang baru ini.
berkat andilnya dalam mengembangkan
SUSAN M. BARMAN teknologi microamay untuk mengarah-
kan jalur-jalur penghantaran sinyal in vivo
Susan Barman meraih gelar Ph.D di bidang dalam pengaturan hormonal fungsi ginjal. Penghargaan-
fisiologi dari Loyola University School of penghargaan yang dikoleksi Dr. Brooks di antaranya
Medicine di Maywood, Illinois. Setelah itu American Physiological Society (APS) Lazaro J. Mandel
Beliau bergabung dengan Michigan State Young Investigator Award, berkat demonstrasi pribadinya
University (MSU), tempat Beliau saat ini yang luar biasa di bidang fisiologi epitel dan ginjal. Pada
bertugas sebagai Profesor di Department of tahun 2009, Beliau menerima APS Renal Young Investigator
Pharmacology/Toxicology dan Neuro- Award dalam pertemuan tahunan Federation of American
science Program. Dr. Barman memiliki Society for Experimental Biology. Dr. Brooks saat ini
ketertarikan terhadap kontrol ijiaraf dalam menjabat sebagai Chair of the APS Renal Section Steering
funsgi kardiorespirasi di sepanjang karirnya, Committee. Beliau juga berugas sebagai Editorial Board di
terutama dalam karakterisasi dan asal muasal pelepasan muatan American Journal of Physiology-Renal Physiology (sejak
saraf-saraf simpatis dan frenikus yang terjadi secara alami. Beliau 2001), dan bertugas dalam bidang penelitian di National
adalah penerima penghargaan prestisius National Institutes of Institutes of Health dan American Heart Association. Saat ini
Health MERIT (Method to Extend Research in Time) Award. Beliau merupakan anggota Merit Review Board untuk
Beliau juga menerima penghargaan Outstanding University Department of Veterans’ Affairs.

vi
Daftar Isi
Kata Pengantar ix

B A G I A N
13 Sistem Saraf Otonom 255
Dasar Selular dan

I Molekular Fisiologi
Kedokteran 1
14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-
Terjaga, & Irama Sirkadian 269

15 Belajar, Ingatan, Bahasa,


1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam & Bicara 283
Fisiologi Kedokteran 3

2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam


Fisiologi Kedokteran 35 B A G I A N
Endokrin dan
3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 67

4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 83


III Fisiologi
Reproduksi 297

16 Konsep Dasar Regulasi


5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 97 Endokrin 299
6 Transmisi di Sinaps & Taut 119 17 Regulasi Fungsi Hormon
oleh Hipotalamus 307
7 Neurotransmiter & Neuromodulator 135
18 Hipofisis 323

B A G I A N 19 Kelenjar Tiroid 339


Neurofisiologi Pusat
II dan Tepi 155 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 353

21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium &


8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Fosfat & Fisiologi Tulang 377
Nyeri, & Suhu 157
22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi
9 Penglihatan 177 Sistem Reproduksi Wanita 391

10 Pendengaran & Keseimbangan 199 23 Fungsi Sistem Reproduksi


Pria 419
11 Penciuman & Pengecapan 217
24 Fungsi Endokrin Pankreas &
12 Refleks dan Kontrol Volunter Pengaturan Metabolisme
Postur & Gerakan 227 Karbohidrat 431

vii
viii DAFTAR ISI

B A G I A N B A G I A N
Fisiologi
IV Pencernaan 453
VI Fisiologi Pernapasan 619

25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi 34 Mengenal Struktur &


Gastrointestinal 455 Mekanika Paru 621

26 Pencernaan, Penyerapan, & 35 Perpindahan Gas & pH 641


Prinsip Nutrisi 477
36 Pengaturan Pernapasan 657
27 Motilitas Pencernaan 497

28 Fungsi Transpor &


Metabolik Hati 509 B A G I A N

B A G I A N
VII Fisiologi Ginjal 671

Fisiologi
V Kardiovaskular 519 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 673

38 Pengaturan Komposisi &Volume


29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Cairan Ekstrasel 697
Jantung 521
39 Pengasaman Urine & Ekskresi
30 Jantung Sebagai Pompa 539 Bikarbonat 711

31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Jawaban Pertanyaan Pilihan Ganda 721
Dinamika Aliran Darah & Limfe 555
Indeks 723
32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 587

33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 601


Kata Pengantar
DARI PENULIS TINJAUAN BARU-GANONG INI
Dengan bangga kami meluncurkan edisi ke-24 Buku Ajar FISIOLOGI MEDIS 24/E DATANG
Fisiologi Kedokteran Ganong. Para penulis sebelumnya telah
mencoba untuk mempertahankan standar kualitas,
UNTUK HIDUP DENGAN GANONG IPAD
ketelitian, dan nilai pendidikan tertinggi, demi mendidik VERSI DIGITAL!
mahasiswa yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh dunia • Penilaian terintegrasi
melalui buku ini seperti yang telah dilakukan oleh Fran • Melibatkan interaktivitas dan indah, ilustrasi
Ganong selama 46 tahun. resolusi tinggi.
Kami sangat gembira dengan reaksi terhadap edisi ke-23,
• Konsep dihidupkan dengan film, dan
edisi pertama yang kami pimpin. Meski demikian, kami
mengintegrasikannya langsung ke dalam buku
menyadari bahwa celah bagi perbaikan akan selalu ada, dan
bahwa ilmu kedokteran selalu berkembang, sehingga kami • Peluang untuk membeli bab-bab tersendiri
melakukan rapat baik dengan para sejawat ahli maupun
dengan mahasiswa untuk mendapatkan umpan balik dalam
hal gaya, konten, derajat dan susunan. Berdasarkan masukan BARU! PUSAT PEMBELAJARAN
ini, kami menyusun ulang keseluruhan buku ini dan
melipatgandakan upaya kami untuk memastikan bahwa ONLINE GANONG
buku ini menyajikan ilmu-ilmu terkini. Kami juga WWW.LANGETEXTBOOKS.COM/BARRETT
menambah konten klinis, terutama yang berkaitan dengan Situs web Ganong khusus ini akan mencakup hal-hal berikut:
beban penyakit yang berasal dari fisiologi abnormal pada
sistem yang sedang dibahas. • Film dan Animasi untuk mahasiswa dan profesor untuk
diakses. Lihat konsep menjadi hidup!
Kami tidak lupa berterima kasih kepada para sejawat
dan mahasiswa yang telah memberikan saran-saran berupa • PowerPoint semua gambar dan tabel untuk instruktur
penjelasan dan bahan-bahan baru. Masukan ini membantu • Tinjau Pertanyaan untuk siswa untuk menguji diri
kami untuk memastikan buku ini berguna sebanyak mereka sendiri
mungkin. Kami berharap Anda menikmati buah kerja keras
kami, dan bahan-bahan baru di dalam Edisi ke-24. BARU UNTUK EDISI INI!
Edisi ini adalah revisi karya asli dr. Francis Ganong.
Awal setiap bagian akan terdapat pendahuluan
• Informasi mengena dampak penyakit yang
KIAT TERAPEUTIK BARU berhubungan dengan tiap-tiap sistem organ
• Kami menyadari bahwa ada hubungan penting antara • Bahan pendahuluan baru yang mencakup prinsip-
fisiologi dan pengobatan, untuk itu dalam kasus klinis prinsip pengaturan endokrin di dalam fisiologi
kami mencantumkan rangkuman singkat pendekatan • Jawaban pertanyaan kajian yang terdapat di dalam
farmakologis modern terhadap pengobatan dan buku, disertai dengan penjelasan tambahan
penatalaksanaan penyakit yang sedang dibahas. mengenai jawaban yang salah
• Bagan alir tambahan—Mahasiswa mengatakan bahwa
bagan alir sangat bermanfaat untuk menggabungkan
konsep-konsep fisiologi dan membantu melihat gambaran
besarnya.
• Rangkuman bab yang berhubungan dengan tujuan bab
• Legenda yang besar—Hal ini akan membantu
mahasiswa untuk memahami gambar, tanpa perlu
kembali membaca teks
• Jumlah kasus klinis semakin banyak

ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAGIAN I
Dasar Selular dan Molekular
Fisiologi Kedokteran

Studi terperinci tentang struktur dan fungsi sistem Pada bagian kedua dari bagian pendahuluan ini, kami
fisiologi berlandaskan pada hukum-hukum fisika dan kimia menyajikan pendekatan seluler untuk memberikan dasar
serta susunan molekular dan seluler tiap-tiap sistem pemahaman tentang kelompok-kelompok sel yang
jaringan dan organ. Bagian pertama ini memberikan berinteraksi dengan banyak sistem yang dibahas di bab-bab
gambaran ringkas mengenai berbagai komponen selanjutnya. Kelompok sel pertama yang disajikan adalah
pembangun dasar (basic building blocks) yang kelompok yang berperan dalam reaksi peradangan/
membentuk kerangka utama fisiologi manusia. Perlu inflamasi di tubuh. Para pemain individual, perilaku
diperhatikan bahwa bagian-bagian awal ini bukan terkoordinasi mereka, dan efek akhir “sistem terbuka”
dimaksudkan untuk menyajikan pemahaman mendalam peradangan di tubuh ini akan dibahas secara rinci.
mengenai biofisika, biokimia, atau fisiologi molekular dan Kelompok sel kedua yang dibahas bertanggung jawab atas
selular melainkan berfungsi sebagai pengingat bagaimana respons eksitatorik dalam fisiologi manusia dan mencakup
prinsip-prinsip dasar dari berbagai ilmu ini turut berperan sel saraf dan otot. Pemahaman mendasar tentang
dalam fisiologi kedokteran yang akan dibahas di bagian- bagaimana sel-sel ini bekerja, dan bagaimana mereka
bagian selanjutnya. dikontrol oleh sel-sel di sekitarnya membantu mahasiswa
IPada bagian pertama dari bagian ini, diperkenalkan dan untuk mengerti tentang integrasi sel-sel ini ke dalam
dibahas komponen-komponen pembangun dasar: masing-masing sistem yang akan dibahas di bagian-bagian
elektrolit; karbohidrat, lipid, dan asam lipid; asam amino selanjutnya.
dan protein; dan asam nukleat. Para mahasiswa diingatkan
tentang beberapa dari prinsip dan komponen dasar Pada akhirnya, bagian pertama ini berfungsi sebagai
biofisika dan biokimia serta bagaimana komponen- pendahuluan, penyegar, dan sumber materi ringkas untuk
komponen ini masuk ke dalam lingkungan fisiologi. Contoh memahami fisiologi sistem-sistem yang disajikan di bagian-
mengenai aplikasi klinis langsung disajikan di Boks Klinis bagian selanjutnya. Untuk memahami lebih rinci bab mana
untuk menjembatani kesenjangan antara komponen pun di dalam bagian ini, dicantumkan beberapa buku teks
pembangun dasar, prinsip dasar, dan fisiologi manusia. yang baik dan terkini yang akan memberi ulasan lebih
Prinsip-prinsip dasar ini diikuti oleh pembahasan mengenai mendalam tentang prinsip-prinsip biokimia, biofisika,
sel umum dan berbagai komponennya. Perlu disadari bahwa fisiologi sel, serta fisiologi neuron dan otot pada akhir
sel adalah satuan/unit dasar di dalam tubuh, dan supaya setiap bab. Para mahasiswa yang tertarik dengan ulasan
jaringan, organ, dan organisme dapat berfungsi dengan baik ringkas yang terdapat di bagian ini dipersilakan untuk
dibutuhkanlah suatu kumpulan dan interaksi yang selaras di membaca berbagai buku teks ini untuk lebih memahami
antara dan dengan berbagai satuan mendasar ini. berbagai prinsip dasar tersebut.
Halaman ini sengaja dikosongkan
1
Prinsip Umum & B A B

Produksi Energi dalam


Fisiologi Kedokteran

T U J U A N ■ Mendefinisikan satuan-satuan yang digunakan dalam mengukur parameter


fisiologi.
Setelah mempelajari bab ■ Mendefinisikan pH dan pendaparan.
ini, Anda seyogianya ■ Memahami elektrolit dan mendefinisikan difusi, osmosis, dan tonisitas.
mampu: ■ Mendefinisikan dan menjelaskan makna potensial membran istirahat.
■ Memahami istilah umum berbagai komponen pembangun dasar sel:
nukleotida, asam amino, karbohidrat, dan asam lemak.
■ Memahami struktur ordo-tinggi dari komponen pembangun dasar: DNA,
RNA, protein, dan lipid.
■ Memahami kontribusi komponen pembangun dasar terhadap
struktur dan fungsi sel serta keseimbangan energi.

PENDAHULUAN
Pada organisme satu sel (unisel), semua proses hayati terjadi di nutrien, O2, dan produk metabolisme; sistem reproduksi untuk
dalam satu sel. Seiring dengan berkembangnya evolusi menjaga kelestarian spesies; serta sistem saraf dan endokrin
organisme multisel, terbentuk berbagai kelompok sel yang untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi
kemudian tersusun menjadi jaringan dan organ yang sistem lain. Buku ini membahas tentang bagaimana berbagai
mengambil alih fungsi tertentu. Pada manusia dan hewan sistem tersebut berfungsi dan bagaimana tiap-tiap sistem
vertebrata lainnya, kelompok-kelompok khusus sel ini berperan bagi fungsi tubuh sebagai suatu kesatuan. Bab
mencakup sistem gastrointestinal untuk mencerna dan pertama ini menitikberatkan pada ulasan singkat mengenai
menyerap makanan; sistem pernapasan untuk menyerap O2 prinsip biofisika dan biokimia serta pengenalan komponen
dan mengeluarkan CO2; sistem kemih untuk mengeluarkan dasar molekular yang berperan dalam fisiologi sel.
zat sisa; sistem kardiovaskular untuk mendistribusikan

PRINSIP UMUM lautan primordial yang diperkirakan merupakan asal-mula


semua kehidupan.
Pada hewan dengan sistem vaskular tertutup, CES dibagi
TUBUH SEBAGAI SUATU “LARUTAN” menjadi cairan interstisium, plasma darah yang beredar, dan
cairan limfe yang menjembatani kedua ranah ini. Plasma dan
TERORGANISASI elemen sel darah, terutama sel darah merah, mengisi sistem
Sel-sel yang membentuk tubuh semua hewan multisel vaskular, dan bersama-sama mereka membentuk volume
kecuali yang paling sederhana, baik yang hidup di darat darah total. Cairan interstisium adalah bagian dari CES yang
maupun air, berada di dalam suatu “lautan internal’’ cairan berada di luar sistem vaskular dan limfe, yang membasahi sel.
ekstrasel (CES) yang terbungkus di dalam kulit hewan yang Sekitar sepertiga dari air tubuh total berada di luar sel
bersangkutan. Dari cairan ini, sel-sel menyerap O2 dan (ekstrasel); dua pertiga sisanya terletak di dalam sel (cairan
nutrien; ke dalamnya, sel-sel membuang produk sisa intrasel). Pemisahan kompartemen cairan-cairan tubuh yang
metabolik. CES lebih encer daripada air laut yang ada saat tidak sesuai dapat menimbulkan edema ( Books Klinis 1–1 ).
ini, tetapi komposisinya sangat mirip dengan komposisi Pada pria dewasa muda rerata sehat, 18% dari berat tubuh

3
4 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

massa satu atom karbon-12. Karena merupakan suatu per-


BOKS KLINIS 1-1 bandingan/rasio, berat molekul tidak memiliki dimensi.
Dalton (Da) adalah satuan massa yang sama dengan
Edema seperdua belas massa sebuah atom karbon-12. Kilodalton
Edema adalah penimbunan cairan tubuh di dalam jaringan. (kDa = 1.000 Da) adalah satuan untuk menyatakan massa
Bertambahnya cairan berkaitan dengan meningkatnya molekular protein. Karena itu, sebagai contoh, kita dapat
kebocoran dari darah dan/atau berkurangnya pengeluaran menyatakan protein 64 kDa atau menyatakan bahwa massa
oleh sistem limfe. Edema sering dijumpai di kaki, molekular protein tersebut adalah 64.000 Da. Namun, karena
pergelangan kaki, dan tungkai, tetapi juga dapat timbul di berat molekul adalah suatu rasio tanpa dimensi, tidaklah
banyak bagian tubuh sebagai respons terhadap penyakit,
tepat untuk menyebut bahwa berat molekul protein tersebut
termasuk penyakit jantung, paru, hati, ginjal, atau tiroid.
64 kDa.

KIAT TERAPEUTIK
Ekuivalen
Terapi terbaik untuk edema antara lain adalah Konsep ekuivalensi listrik penting dalam fisiologi karena
mengatasi penyakit yang mendasari. Karena itu,
banyak dari zat terlarut di tubuh berada dalam bentuk
diagnosis yang tepat penyebab edema merupakan
langkah pertama dalam penanganannya. Terapi yang partikel bermuatan. Satu ekuivalen (eq) adalah 1 mol bahan
lebih umum adalah pembatasan asupan natrium dari terionisasi dibagi valensinya. Satu mol NaCl terurai menjadi
makanan untuk mengurangi retensi cairan serta 1 eq Na+ dan 1 eq Cl−. Satu ekuivalen Na+ = 23 g, tetapi 1 eq
pemberian terapi diuretik yang tepat. Ca2+ = 40 g/2 = 20 g. Miliekuivalen (meq) adalah 1/1000 dari
1 eq.
Ekuivalensi listrik tidak selalu sama dengan ekuivalensi
kimiawi. Satu gram ekuivalen adalah berat suatu bahan yang
adalah protein dan bahan terkait, 7% mineral, dan 15% secara kimiawi ekuivalen dengan 8.000 g oksigen. Normalitas
lemak. Sisa 60% adalah air. Distribusi air ini diperlihatkan di (N) suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen dalam 1 L.
Gambar 1–1A. Larutan asam hidroklorida 1 N mengandung ekuivalen H+ (1
Komponen intrasel air tubuh membentuk sekitar 40% g) dan Cl− (35,5 g) = (1 + 35,5 g)/L = 36,5 g/L.
dari berat tubuh dan komponen ekstrasel sekitar 20%. Sekitar
25% dari komponen ekstrasel berada di dalam sistem vaskular
(plasma = 5% berat tubuh) dan 75% di luar pembuluh darah
AIR, ELEKTROLIT, & ASAM/BASA
(cairan interstisium = 15% berat tubuh). Volume darah total Molekul air (H2O) adalah suatu pelarut ideal untuk reaksi-
adalah sekitar 8% dari berat tubuh. Aliran antar reaksi fisiologis. H2O memiliki momen dipol (dipole
kompartemen-kompartemen ini diatur secara ketat. moment), yaitu saat oksigen sedikit menarik elektron dari
atom-atom hidrogen dan menciptakan suatu pemisahan
muatan yang menyebabkan molekul bersifat polar. Hal inilah
SATUAN UNTUK MENGUKUR yang membuat air dapat melarutkan berbagai molekul dan
KONSENTRASI ZAT TERLARUT atom bermuatan. Hal ini juga memungkinkan molekul H2O
berinteraksi dengan molekul H2O lain melalui ikatan
Dalam mempertimbangkan efek berbagai bahan yang secara hidrogen. Anyaman ikatan hidrogen yang terbentuk di air
fisiologis penting serta interaksi di antara mereka, jumlah memungkinkan terbentuknya beberapa sifat kunci yang
molekul, muatan listrik, atau partikel suatu bahan per satuan relevan untuk fisiologi: (1) air memiliki tegangan permukaan
volume dari suatu cairan tubuh sering lebih berarti daripada (.surface tension) yang tinggi, (2) air memiliki panas
hanya berat bahan per satuan volume. Karena itu, konsentrasi penguapan dan kapasitas panas yang tinggi, dan (3) air
fisiologis sering dinyatakan dalam mol, ekuivalen, atau osmol. memiliki konstanta dielektrik yang tinggi. Dalam bahasa
awam, H2O adalah cairan biologis yang sangat baik yang
berfungsi sebagai pelarut; bahan ini secara optimal
Mol memindahkan panas dan menghantarkan arus.
Mol adalah berat molekular-gram suatu bahan, yaitu berat Elektrolit (mis. NaCl) adalah molekul yang terurai di
molekul suatu bahan dalam gram. Setiap mol terdiri dari 6 x dalam air menjadi ekuivalen kation (Na+) dan anionnya (Cl−).
1023 molekul. Milimol (mmol) adalah 1/1000 mol, dan Karena molekul air bermuatan neto, berbagai elektrolit ini
mikromol (pmol) adalah 1/1.000.000 mol. Karena itu, satu cenderung tidak terikat kembali dalam air. Terdapat banyak
mol NaCl = 23 g + 35,5 g = 58,5 g dan 1 mmol = 58,5 mg. elektrolit penting yang berperan dalam fisiologi, terutama Na+,
Mol adalah satuan baku untuk menyatakan jumlah bahan K+, Ca2+, Mg2+, Cl−, dan HCO3−. Penting dicatat bahwa
dalam sistem satuan SI. elektrolit dan senyawa lain yang bermuatan (mis. protein)
Berat molekul suatu bahan adalah perbandingan massa tersebar secara tak-merata di cairan tubuh ( Gambar 1–1B ).
satu molekul bahan tersebut terhadap massa seperdua belas Pemisahan ini berperan penting dalam fisiologi.
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 5

Lambung Usus

Kulit
Plasma darah:
Paru Ginjal
5% berat tubuh

Cairan
ekstrasel:
20% berat Cairan interstisium:
tubuh 15% berat tubuh

Cairan intrasel:
40% berat tubuh

Cairan ekstrasel Cairan intrasel


200

Plasma
Cairan intersium Beragam
150 fosfat
K+
Membran Sel
meq/L H2O

Na+ Cl−
Kapiler

100
Na+ Cl−

Na+
50 HCO3− Prot−
K+ K+ HCO3− HCO3−
Prot−

0
Cl−
B

GAMBAR 1–1 Susunan cairan tubuh dan elektrolit dalam ber- dalam tubuh. Cairan trans-sel, yang hanya merupakan sebagian
bagai kompartemen. A) Cairan tubuh dapat dibagi menjadi kecil dari cairan tubuh total, tidak diperlihatkan. Tanda panah
kompartemen cairan intrasel dan ekstrasel (tiap-tiap CIS dan CES). menunjukkan perpindahan cairan antar-kompartemen. B)
Kontribusi cairan-cairan tersebut terhadap persentase berat tubuh Elektrolit dan protein terdistribusi secara tidak merata di antara
(berdasarkan berat pria dewasa muda sehat; terdapat sedikit variasi berbagai cairan tubuh. Distribusi yang tidak merata ini sangat
berdasarkan jenis kelamin dan usia) menekankan dominasi cairan di penting bagi fisiologi. Prot", protein, yang cenderung memiliki
muatan negatif pada pH fisiologis.
6 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

pH DAN PENDAPARAN BOKS KLINIS 1-2


Pemeliharaan konsentrasi ion hidrogen ([H+]) yang stabil di
dalam cairan tubuh sangat diperlukan bagi kehidupan. pH Gangguan Asam-Basa
suatu larutan didefinisikan sebagai logaritme berbasis 10 dari
Kelebihan asam (asidosis) atau basa (alkalosis) terjadi jika
kebalikan konsentrasi H+ ([H+]), yaitu, logaritme negatif [H darah berada di luar kisaran pH normal (7,35-7,45).
+]. pH air pada suhu 25 °C, dengan ion H+ dan OH− terdapat
Perubahan semacam ini mengganggu penyaluran O2 dan
dalam jumlah setara, adalah 7,0 (Gambar 1–2). Untuk setiap pengeluaran CO2 ke dan dari jaringan. Terdapat beragam
satuan pH yang kurang dari 7,0, konsentrasi [H+] meningkat penyakit dan kondisi yang dapat mengganggu kontrol pH di
10 kali lipat; untuk setiap satuan pH di atas 7,0, konsentrasi tubuh dan menyebabkan pH darah berada di luar batas-batas
tersebut berkurang 10 kali lipat. Di dalam plasma orang kesehatan. Gangguan asam-basa yang terjadi akibat respirasi
sehat, pH sedikit basa, dipertahankan dalam kisaran sempit yang mengubah konsentrasi CO2 disebut asidosis dan
7,35—7,45 (Boks Klinis 1–2). Sebaliknya, pH cairan asam alkalosis respiratorik. Gangguan non-respirasi yang
dapat sangat asam (dalam kisaran 3,0) dan sekresi pankreas memengaruhi konsentrasi HCO3- disebut sebagai asidosis dan
dapat cukup basa (dalam kisaran 8,0). Aktivitas enzim dan alkalosis metabolik. Asidosis/alkalosis metabolik dapat
struktur protein sering peka terhadap pH; di setiap disebabkan oleh gangguan elektrolit, muntah atau diare
kompartemen tubuh atau sel, pH dipertahankan untuk hebat, asupan obat dan toksin tertentu, penyakit ginjal, dan
memaksimalkan efisiensi enzim/protein. penyakit yang memengaruhi metabolisme normal (mis.
diabetes).
Molekul yang berfungsi sebagai donor H+ dalam larutan
dianggap asam, sementara yang cenderung mengeluarkan H+
dari larutan dianggap basa. Asam kuat (mis. HCl) atau basa KIAT TERAPEUTIK
kuat (mis. NaOH) terurai sempurna di air dan karenanya Pengobatan yang tepat untuk gangguan asam-basa
dapat membuat perubahan besar pada [H+] dalam larutan. bergantung pada identifikasi secara tepat proses (-
Dalam senyawa fisiologis, sebagian besar asam atau basa proses) penyebab yang mendasarinya. Hal ini
dianggap “lemah”, karena hanya memberi relatif sedikit H+ terutama berlaku jika dijumpai gangguan yang
atau mengambil relatif sedikit H+ dari larutan. pH tubuh bersifat campuran. Terapi asidosis respiratorik pada
distabilkan oleh kapasitas pendaparan (buffering capacity) awalnya sebaiknya diarahkan pada pemulihan
cairan tubuh. Dapar (larutan penyangga) adalah bahan yang ventilasi, sementara terapi untuk alkalosis respiratorik
memiliki kemampuan untuk mengikat atau melepaskan H+ berfokus pada pemulihan akar penyebabnya.
Bikarbonat biasanya digunakan untuk mengobati
dalam larutan sehingga pH larutan tersebut relatif terjaga
asidosis meta-bolikakut. Jumlah garam klorida yang
meskipun terjadi penambahan asam atau basa dalam jumlah
adekuat dapat memulihkan keseimbangan asam-basa
signifikan. Tentu saja setiap waktu terdapat sejumlah dapar ke normal dalam beberapa hari bagi pasien dengan
yang bekerja di cairan biologis. Semua pasangan dapar dalam alkalosis metabolik peka-klorida sementara alkalosis
suatu larutan homogen berada dalam keseimbangan dengan metabolik resisten-klorida memerlukan pengobatan
[H+] yang sama; hal ini dikenal sebagai prinsip isohidrik. terhadap penyakit yang mendasarinya.
Salah satu konsekuensi prinsip ini adalah bahwa dengan
mengukur satu sistem dapar kita dapat memahami banyak
tentang semua dapar biologis dalam sistem tersebut. protonnya (H+) dan asam bebas (A−). Hal ini sering ditulis
Jika asam dimasukkan ke dalam larutan, terjadi sebagai suatu persamaan:
penguraian sebagian dari komponen asam (HA) menjadi
HA → H+ + A–.

Menurut hukum aksi massa, hubungan untuk


Konsentarsi H+ penguraian tersebut dapat didefinisikan secara matematis
(mol/L) pH
sebagai:
10−1 1
10−2 2 Ka = [H+][A– ]/[HA]
3
ASAM

10−3
4
dengan Ka adalah suatu konstanta, dan tanda kurung
10−4
10−5 5 menunjukkan konsentrasi masing-masing spesies. Dalam
10−6 6 istilah awam, hasil kali konsentrasi proton ([H+]) dengan
Untuk air murni,
10−7 7 konsentrasi asam bebas ([A−] ) dibagi oleh konsentrasi asam
[H+] = 10−7 mol/L
10−8 8 terikat ([HA]) adalah suatu konstanta (K). Hal ini dapat
10−9 9 disusun ulang sebagai:
10−10 10
BASA

10−11 11 [H+] = Ka [HA]/[A–]


10−12 12
10−13 13 Jika dilakukan logaritme di kedua sisi persamaan:
10−14 14 log[H+] = logKa + log[HA]/[A–]
Kedua sisi dapat dikali dengan -1 untuk menghasilkan:
GAMBAR 2–1 Konsentrasi proton dan pH. Diperlihatkan
konsentrasi relatif proton (H+) untuk larutan pada sebuah skala pH. –log[H+] = –logKa + log[A–]/[HA]
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 7

Persamaan ini dapat ditulis dalam suatu bentuk yang dengan -DA menghasilkan nilai positif. Permeabilitas sawar
lebih konvensional yang dikenal sebagai persamaan tempat difusi berlangsung di tubuh berbeda-beda, tetapi
)FOEFSTPO)BTTFMCBMDI: difusi tetap merupakan suatu kekuatan utama yang
memengaruhi distribusi air dan zat terlarut.
pH = pKa + log[A–]/[HA]
Persamaan yang relatif sederhana ini cukup mumpuni. OSMOSIS
Satu hal yang dapat kita langsung ketahui adalah bahwa
Jika suatu bahan larut dalam air, konsentrasi molekul air
kapasitas pendaparan suatu asam lemah adalah paling baik
dalam larutan akan lebih sedikit dibandingkan dalam air
jika pKa, asam tersebut sama dengan pH larutan, atau jika:
murni, karena penambahan zat terlarut ke air menyebabkan
[A–] = [HA], pH = pKa suatu larutan yang menempati volume lebih besar daripada
yang ditempati air saja. Jika larutan diletakkan di satu sisi
Persamaan serupa dapat dibuat untuk basa lemah. Suatu
suatu membran yang permeabel bagi air, tetapi tidak bagi zat
dapar penting dalam tubuh adalah asam karbonat. Asam
terlarut, dan air dalam volume yang sama diletakkan di sisi
karbonat adalah suatu asam lemah, dan hanya sebagian yang
yang lain maka molekul air akan berdifusi menuruni gradien
terurai menjadi H+ dan bikarbonat:
konsentrasi (kimiawi)-nya ke dalam larutan ( Gambar 1–3 ).
H2CO3 ↔ H+ + HCO3– Proses ini—difusi molekul pelarut ke daerah dengan terdapat
Jika H+ ditambahkan ke suatu larutan asam karbonat, konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi melalui membran
keseimbangan akan bergeser ke kiri dan sebagian besar dari impermeabel—disebut osmosis. Ini adalah suatu faktor
H+ yang ditambahkan dikeluarkan dari larutan. Jika penting dalam proses-proses fisiologis. Kecenderungan
ditambahkan OH−, H+ dan OH− akan berikatan, pergerakan molekul pelarut ke daerah dengan konsentrasi zat
mengeluarkan H+ dari larutan. Namun, penurunan ini terlarut yang lebih tinggi dapat dicegah dengan memberikan
dilawan oleh peningkatan penguraian H2CO3, dan tekanan ke larutan yang lebih tinggi konsentrasinya tersebut.
penurunan konsentrasi H+ diperkecil. Suatu gambaran unik Tekanan yang diperlukan untuk mencegah migrasi pelarut
tentang bikarbonat adalah keterkaitan antara kapasitas ini disebut dengan tekanan osmotik larutan.
pendaparannya dan kemampuan paru untuk mengeluarkan Tekanan osmotik—seperti halnya penurunan tekanan uap,
karbon dioksida dari tubuh. Berbagai dapar biologis penting penurunan titik beku, dan peningkatan titik-didih— lebih
lain adalah fosfat dan protein. bergantung pada jumlah daripada jenis partikel dalam
larutan; yaitu, ini merupakan sifat koligatif mendasar dari
DIFUSI larutan. Dalam suatu larutan ideal, tekanan osmotik (P)
berkaitan dengan suhu dan volume dengan cara yang sama
Difusi adalah proses yang memungkinkan suatu gas atau seperti tekanan suatu gas:
bahan dalam larutan mengembang, akibat gerakan partikel- nRT
partikelnya, untuk mengisi semua volume yang tersedia. P=
V
Partikel (molekul atau atom) suatu bahan yang larut dalam
suatu larutan selalu melakukan gerakan acak. Sebuah partikel dengan n adalah jumlah partikel, R adalah konstanta gas, T
tertentu memiliki kemungkinan yang sama untuk bergerak adalah suhu mutlak, dan V adalah volume. Jika T
masuk atau keluar dari suatu daerah tempat partikel tersebut dipertahankan tetap konstan, jelas bahwa tekanan osmotik
berada dalam konsentrasi tinggi. Namun, karena lebih akan setara dengan jumlah partikel dalam larutan per satuan
banyak partikel berada di daerah dengan konsentrasi tinggi,
Membran
maka jumlah total partikel yang berpindah ke daerah dengan semipermeable Tekanan
konsentrasi rendah lebih besar; yaitu, terjadi fluks neto
partikel terlarut dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Waktu yang diperlukan
untuk keseimbangan melalui proses difusi setara dengan
kuadrat jarak difusi. Tingkat kecenderungan difusi dari satu
bagian ke bagian lain berbanding lurus dengan luas potongan
melintang tempat berlangsungnya difusi dan gradien
konsentrasi, atau gradien kimiawi, yaitu beda konsentrasi
bahan yang berdifusi dibagi ketebalan sawar (hukum difusi
Fick). Karena itu: GAMBAR 3–1 Gambaran osmosis dalam bentuk diagram.
Molekul air diwakili oleh lingkaran kecil polos, dan molekul zat terlarut
oleh lingkaran besar gelap, pada diagram di sisi kiri, air diletakkan di
J = –DA ∆c satu sisi membran yang permeabel untuk air, tetapi tidak untuk zat
∆x
terlarut, dan di sisi yang lain diletakkan larutan zat terlarut dengan
dengan J adalah laju neto difusi, D adalah koefisien difusi, A volume yang sama. Molekul air bergerak menuruni gradien
adalah luas, dan ∆c/∆x adalah gradien konsentrasi. Tanda konsentrasi (kimiawi)-nya ke dalam larutan, dan, seperti diperlihatkan
pada diagram di sisi kanan, volume larutan meningkat. Seperti
minus menunjukkan arah difusi. Dalam membicarakan
ditunjukkan oleh tanda panah di kanan, tekanan osmotik adalah
pergerakan molekul dari konsentrasi yang tinggi ke tekanan yang harus diberikan untuk mencegah perpindahan molekul
konsentrasi rendah, ∆c/∆x adalah negatif sehingga pengalian air.
8 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

volume larutan. Karena itu, konsentrasi partikel yang secara jumlah dari semua ekuivalen kation dan anion dalam plasma
osmotis aktif biasanya dinyatakan dalam osmol. Satu osmol adalah lebih dari 300. Angkanya tidak setinggi ini karena
(Osm) setara dengan berat molekular-gram suatu bahan plasma bukan suatu larutan ideal dan interaksi ionik
dibagi oleh jumlah partikel yang bergerak bebas yang mengurangi jumlah partikel bebas yang menghasilkan efek
dilepaskan oleh setiap molekul dalam larutan. Untuk larutan osmotik. Kecuali jika tidak tersedia belum cukup waktu untuk
hayati, miliosmol (mOsm; 1/1000 dari 1 Osm) lebih sering terjadinya keseimbangan setelah suatu perubahan mendadak
digunakan. dalam komposisi, semua kompartemen cairan tubuh sedang
Jika zat terlarut adalah suatu senyawa yang tidak (atau nyaris) berada dalam keseimbangan. Istilah tonisitas
mengalami ionisasi misalnya glukosa, tekanan osmotik (tonicity) digunakan untuk menggambarkan osmolalitas suatu
adalah fungsi dari jumlah molekul glukosa yang ada. Jika zat larutan relatif terhadap plasma. Larutan yang memiliki
terlarut mengalami ionisasi dan membentuk suatu larutan osmolalitas sama seperti plasma disebut isotonik; larutan yang
ideal, tiap-tiap ion adalah partikel yang aktif secara osmotis osmolalitasnya lebih besar disebut hipertonik; dan yang
aktif. Sebagai contoh, NaCl akan terurai menjadi ion Na+ osmolalitasnya lebih rendah disebut hipotonik. Semua larutan
dan Cl− sehingga untuk setiap mol dalam larutan akan yang pada awalnya isosmotik dengan plasma (yi. memiliki
menghasilkan 2 Osm. Satu mol Na2SO4 akan terurai menjadi tekanan osmotik yang sama atau penurunan titik-beku seperti
Na+, Na+, dan SO42− yang menghasilkan 3 Osm. Namun, plasma) akan tetap isotonik jika tidak terdapat kenyataan
cairan tubuh bukanlah larutan ideal, dan meskipun bahwa sebagian zat terlarut berdifusi ke dalam sel dan yang
penguraian elektrolit kuat bersifat sempurna, tetapi jumlah lainnya mengalami metabolisme. Karena itu, suatu larutan
partikel yang berada bebas untuk menghasilkan efek osmotik salin 0,9% akan tetap isotonik karena tidak terjadi
berkurang karena adanya interaksi antara ion-ion. Karena perpindahan neto partikel-partikel yang secara osmotis aktif
itu, sebenarnya konsentrasi efektif (aktivitas) dalam cairan dalam larutan ke dalam sel dan partikel-partikel tersebut tidak
tubuh dan bukan jumlah ekuivalen suatu elektrolit dalam mengalami metabolisme. Di sisi lain, suatu larutan glukosa 5%
larutan yang menentukan kapasitas osmotik. Hal inilah yang bersifat isotonik ketika pertama kali diinfuskan secara
menyebabkan, sebagai contoh, 1 mmol NaCl per liter dalam intravena, tetapi glukosa mengalami metabolisme sehingga
cairan tubuh memberi kontribusi sedikit lebih kecil daripada efek neto adalah efek infus larutan hipotonik.
2 mOsm partikel yang secara osmotis aktif per liter. Semakin Penting dicatat kontribusi relatif berbagai komponen plasma
pekat konsentrasi larutan, semakin besar penyimpangannya terhadap konsentrasi osmolal total plasma. Semua dari 290
dari suatu larutan ideal. mOsm, kecuali 20 mOsm, di setiap liter plasma normal adalah
Konsentrasi osmolal suatu bahan dalam suatu cairan kontribusi Na+ dan anion-anion penyertanya, terutama Cl-
diukur oleh seberapa besar bahan tersebut menurunkan titik dan HCO3-. Kation dan anion lain memberi kontribusi yang
beku, dengan 1 mol larutan ideal menurunkan titik beku relatif kecil. Meskipun konsentrasi protein-protein plasma
sebesar 1,86°C. Jumlah miliosmol per liter dalam suatu tinggi jika dinyatakan dalam gram per liter, tetapi dalam
larutan sama dengan penurunan titik beku dibagi oleh keadaan normal protein tersebut berkontribusi kurang dari 2
0,00186. Osmolaritas adalah jumlah osmol per liter larutan mOsm/L karena berat molekulnya besar. Non-elektrolit utama
(mis. plasma), sementara osmolalitas adalah jumlah osmol dalam plasma adalah glukosa dan urea, yang pada keadaan
per kilogram pelarut. Karena itu, osmolaritas dipengaruhi steady-state berada dalam keseimbangan dengan sel.
oleh volume berbagai zat terlarut dalam larutan serta suhu, Kontribusi glukosa dan urea terhadap osmolalitas normalnya
sementara osmolalitas tidak. Bahan-bahan yang secara masing-masing adalah sekitar 5 mOsm/L, tetapi dapat cukup
osmotis aktif di tubuh larut dalam air dan berat jenis air
besar pada keadaan hiperglikemia atau uremia. Osmolalitas
adalah 1 sehingga konsentrasi osmolal dapat dinyatakan
plasma total penting dalam menilai dehidrasi, overhidrasi, dan
sebagai osmol per liter (Osm/L) air. Di buku ini, yang
kelainan cairan serta elektrolit lainnya (Boks Klinis 1-3).
dibahas adalah konsentrasi osmolal (bukan osmolar) dan
osmolalitas dinyatakan dalam miliosmol per liter (air).
Perhatikan bahwa meskipun suatu larutan homogen
DIFUSINON-IONIK
mengandung partikel-partikel yang aktif secara osmotis dan Beberapa asam dan basa lemah dalam bentuk tidak terurai
dapat dikatakan memiliki tekanan osmotik, tetapi larutan cukup larut di membran sel, sementara dalam bentuk
tersebut menghasilkan tekanan osmotik hanya jika berkontak bermuatan (yi. saat terurai) asam dan basa tersebut tidak
dengan larutan lain melalui suatu membran yang permeabel dapat menembus membran. Karena itu, jika molekul dari
terhadap pelarut, tetapi tidak terhadap zat terlarut. bahan tak-terurai berdifusi dari satu sisi membran ke sisi
lainnya dan kemudian terurai maka terjadi perpindahan neto
KONSETRASI OSMOLAL PLASMA: signifikan bahan tak-terurai dari satu sisi membran ke sisi
lainnya. Fenomena ini disebut difusi non-ionik.
TONISITAS
Titik beku plasma manusia normal rerata adalah -0,54°C,
EFEK DONNAN
yang sesuai dengan konsentrasi osmolal dalam plasma Jika sebuah ion di satu sisi membran tidak dapat berdifusi
sebesar 290 mOsm/L. Hal ini ekuivalen dengan tekanan menembus membran tersebut, distribusi ion-ion lain melalui
osmotik terhadap air murni sebesar 7,3 atm. Osmolalitas membran permeabel akan dipengaruhi dalam suatu cara
dapat diharapkan lebih tinggi daripada angka ini karena yang dapat diperkirakan. Sebagai contoh, muatan negatif
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 9

keseimbangan rasio konsentrasi ion-ion tersebut setara


BOKS KLINIS 1-3
[K + X ] [Cl –Y ]
=
Osmolalitas Plasma & Penyakit [K + Y ] [Cl –X ]
Tidak seperti sel tanaman, yang dindingnya kaku, membran
perkaliansilang,
sel hewan bersifat fleksibel. Karena itu, sel-sel hewan
[K+X] + [Cl–X] = [K+Y] + [Cl–Y]
membengkak ketika terpajan dengan lingkungan ekstrasel
yang hipotonis dan menciut ketika terpajan ke lingkungan Ini adalah persamaan Gibbs-Donnan. Persamaan ini berlaku
ekstrasel yang hipertonis. Sel-sel mengandung pompa dan untuk setiap pasangan kation dan anion dengan valensi yang
kanal ion yang dapat diaktifkan untuk mengatasi perubahan
moderat dalam osmolalitas; tetapi kanal dan pompa ini
sama.
dapat kewalahan pada keadaan patologis tertentu. Efek Donnan pada distribusi ion memiliki tiga efek di tubuh
Hiperosmolalitas dapat menyebabkan koma (koma yang diperkenalkan di sini dan akan dibahas. Pertama, karena
hiperosmolar). Karena peran predominan zat terlarut utama protein memiliki muatan (Prot') di sel maka terdapat lebih
serta penyimpangan plasma dari suatu larutan yang ideal, banyak partikel yang secara osmosis aktif di sel dibandingkan di
maka kita biasanya dapat memperkirakan osmolalitas cairan interstisium, dan karena sel hewan memiliki dinding
plasma dalam beberapa mOsm/liter dengan menggunakan fleksibel maka osmosis akan menyebabkan sel-sel tersebut
rumus berikut, dengan menggunakan konstanta-konstanta
yang mengubah satuan klinis menjadi milimol zat terlarut
membengkak dan akhirnya pecah jika tidak terdapat Na, K
per liter: ATPase yang memompa ion kembali keluar sel. Karenanya,
volume dan tekanan sel normal bergantung pada Na, K ATPase.
Osmolalitas (mOsm/L) = 2[Na+] (mEq/L) +
Kedua, karena pada keseimbangan distribusi ion-ion yang dapat
0,055[Glukosa] (mg/dL) + 0,36[BUN] (mg/dL)
menembus membran di kedua sisi membran (m adalah contoh
BUN adalah blood urea nitrogen (nitrogen urea darah).
yang digunakan di sini) asimetris maka terbentuk perbedaan
Rumus ini juga berguna untuk menimbulkan perhatian
kepada konsentrasi zat-zat terlarut lain yang terlalu tinggi. listrik di kedua sisi membran yang besarnya dapat ditentukan
Osmolalitas plasma (yang diukur dengan depresi titik beku) dengan persamaan Nernst. Pada contoh yang digunakan di sini,
yang jauh melebihi angka yang diperkirakan dari rumus ini sisi X akan relatif lebih negatif dibanding sisi Y. Muatan berjajar
mungkin menunjukkan adanya bahan asing misalnya etanol, di sepanjang membran, dengan gradien konsentrasi untuk Cl-
manitol (kadang disuntikkan untuk menciutkan sel-sel yang secara tepat diseimbangkan oleh gradien listrik dengan arah
membengkak secara osmosis), atau racun seperti etilen berlawanan, dan hal yang sama berlaku untuk K+. Ketiga, karena
glikol (komponen antifreeze) atau metanol (bahan bakar lebih banyak protein di plasma daripada di cairan interstisium
alternatif kendaraan bermotor). maka terjadi efek Donnan pada pergerakan ion menembus
dinding kapiler.
dari suatu anion yang tidak dapat berdifusi menghambat
difusi kation yang dapat berdifusi serta mempermudah difusi
GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA
anion yang dapat berdifusi. Perhatikan situasi berikut, ION
X Y Gaya-gaya yang bekerja menembus membran sel pada
m masing-masing ion dapat dianalisis secara matematis. Ion
klorida (Cl−) terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi di
K+ K+
CES daripada di bagian dalam sel dan ion ini cenderung
Cl – Cl + berdifusi mengikuti gradien konsentrasi ini ke dalam sel.
Prot– Bagian dalam sel bermuatan relatif lebih negatif dibanding
bagian luar sel dan ion klorida didorong keluar sel mengikuti
dengan membran (m) antara kompartemen X dan Y gradien listrik ini. Tercapai suatu keseimbangan antara
imper-meabel terhadap protein bermuatan (Prot−) , tetapi influks Cl− dan efluks CE. Potensial membran ketika
permeabel bebas terhadap K+ dan Cl−. Anggaplah bahwa keseimbangan ini tercapai adalah potensial keseimbangan
konsentrasi anion dan kation di kedua sisi pada awalnya sama. (equilibrium potential). Besarnya dapat dihitung dari
Cl− berdifusi menuruni gradien konsen-trasinya dari Y ke X, persamaan Nernst sebagai berikut
dan sebagian K+ berpindah bersama Cl− yang bermuatan
negatif karena muatannya yang berlawanan. Karena itu, RT [Cl o – ]
ECl = In
[K+X] > [K+Y] FZ Cl [Cl i – ]
dengan
Selain itu,
ECl = potensial keseimbangan untuk Cl-
[K+X] + [Cl–X] + [Prot–X] > [K+Y] + [Cl–Y] R = konstanta gas
yaitu, lebih banyak partikel yang secara osmotis aktif berada T = suhu mutlak
di sisi X daripada di sisi Y. F = angka Faraday (jumlah coulomb per mol muatan)
Donnan dan Gibbs memperlihatkan bahwa terdapat ion ZCl = valensi Cl− (—1)
yang tidak dapat berdifusi, ion-ion yang dapat berdifusi [Clo−] = konsentrasi Cl- di luar sel
mendistribusikan dirinya sedemikian rupa sehingga pada [Cli−] = konsentrasi Cl- di dalam sel
10 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Mengubah persamaan di atas dari log alami ke log basis selektif dan karena kerja Na, K ATPase yang secara aktif
10 dan mengganti sebagian dari konstanta dengan nilai memindahkan Na+ keluar sel dan K+ ke dalam sel (melawan
numeris pada suhu 37°C akan menghasilkan: gradien elektro kimia masing-masing).

E Cl = 61.5 log
[Cli – ]
(pada suhu 37°C). PEMBENTUKAN POTENSIAL
[Cl o – ]
Perhatikan bahwa dalam mengubah menjadi ekspresi yang
MEMBRAN
lebih sederhana, rasio konsentrasi dibalik karena valensi Cl− Distribusi ion-ion di kedua sisi membran dan sifat membran
yang −1 telah dikeluarkan dari persamaan. ini dapat menjelaskan adanya potensial membran. Gradien
Potensial keseimbangan untuk Cl− (ECl−) di neuron konsentrasi untuk K+ mempermudah perpindahan ion ini
spinal mamalia, dihitung dari nilai-nilai baku yang keluar sel melalui kanal K+, tetapi gradien listriknya memiliki
tercantum di Tabel 1–1, adalah -70 mV, suatu nilai yang arah berlawanan (ke dalam). Karena itu, tercapai suatu
identik dengan potensial membran istirahat yang diukur, keseimbangan yakni di saat kecenderungan K+ untuk keluar
yaitu -70 mV. Karena itu, tidak ada gaya selain gaya-gaya sel diimbangi oleh kecenderungannya masuk ke dalam sel,
yang ditimbulkan oleh gradien kimia dan listrik yang perlu dan pada keseimbangan itu terdapat sedikit kelebihan kation
ditampilkan untuk menjelaskan distribusi Cl− di kedua sisi di bagian luar dan anion di bagian dalam. Keadaan ini
membran. dipertahankan oleh Na, K ATPase, yang memakai energi
Potensial keseimbangan serupa dapat dihitung untuk K+ ATP untuk memompa K+ kembali ke dalam sel dan menjaga
(EK; juga pada 37°C): konsentrasi intrasel Na+ rendah. Karena memindahkan tiga
Na+ keluar sel untuk setiap dua K+ yang masuk, Na, K
RT [K +] [K + ]
EK = In o+ = 61.5 log o+ (pada suhu 37°C) ATPase juga ikut berperan membentuk potensial membran,
FZ k [K i ] [K i ] dan karenanya pompa ini dinamai pompa elektrogenik. Perlu
dengan ditekankan bahwa jumlah ion yang bertanggung jawab
EK = potensial keseimbangan untuk K+ membentuk potensial membran adalah sebagian kecil dari
ZK = valensi K+ (+1) jumlah total yang ada dan bahwa konsentrasi total ion positif
[Ko+] = konsentrasi K+ di luar sel dan negatif sama di mana-mana kecuali di sepanjang
[Ki+] = konsentrasi K+ di dalam sel R, T, membran.
dan F seperti di atas
Pada kasus ini, gradien konsentrasi adalah ke arah luar
PRODUKSI ENERGI
dan gradien listrik ke arah dalam. Pada neuron motorik
spinal mamalia EK adalah -90 mV (Tabel 1-1). Karena PEMINDAHAN ENERGI
potensial membran istirahat adalah -70 mV, terdapat sedikit Energi yang digunakan dalam proses-proses seluler terutama
lebih banyak K+ di neuron daripada yang dapat diperkirakan disimpan di dalam ikatan antara berbagai residu asam fosfor
dengan perhitungan gradien listrik dan kimiawi. dan senyawa organik tertentu. Karena energi pembentukan
Keadaan untuk Na+ pada neuron motorik spinal mamalia ikatan di sebagian dari fosfat ini sangat tinggi, ketika ikatan
cukup berbeda dari yang dijumpai untuk K+ atau Cl−. Arah ini mengalami hidrolisis akan dihasilkan energi dalam
gradien kimiawi untuk Na+ adalah ke dalam, ke daerah jumlah relatif besar (10-12 kkal/mol). Senyawa yang
dengan konsentrasi ion ini lebih rendah, dan gradien listrik mengandung ikatan semacam ini disebut senyawa fosfat
memiliki arah yang sama. ENa adalah +60 mV (Tabel 1-1). berenergi tinggi. Tidak semua fosfat organik termasuk dalam
Karena dan EK tidak sama dengan potensial membran, dapat golongan senyawa berenergi tinggi. Banyak, seperti glukosa
diperkirakan bahwa sel secara bertahap mendapat Na+ dan 6-fosfat, adalah fosfat berenergi rendah yang jika terhidrolisis
kehilangan K+ jika hanya terdapat gaya kimia dan listrik akan membebaskan 2-3 kkal/mol. Sebagian dari zat antara
yang bekerja menembus membran. Namun, konsentrasi yang terbentuk dalam metabolisme karbohidrat adalah fosfat
intrasel Na+ dan K+ tetap konstan karena permeabilitas berenergi tinggi, tetapi senyawa fosfat berenergi tinggi
terpenting adalah adenosin trifosfat (ATP). Molekul yang
terdapat di mana-mana ini (Gambar 1–4) adalah gudang
TBAEL 1–1 Konsentrasi beberapa ion di dalam dan di energi tubuh. Ketika mengalami hidrolisis menjadi adenosin
luar neuron motorik spinal mamalia. difosfat (ADP), ATP membebaskan energi secara langsung
ke proses-proses seperti kontraksi otot, transpor aktif, dan
Konsetrasi (mmol/L of H2O) pembentukan banyak senyawa kimia. Hilangnya satu fosfat
Potensial
Ion Di Dalam Sel Di Luar Sel Keseimbangan (mV)
lagi untuk menghasilkan adenosin monofosfat (AMP)
membebaskan lebih banyak energi.
Na+ 15,0 150,0 +60
Golongan lain senyawa berenergi tinggi adalah tioester,
K+ 150,0 5,5 −90 turunan asil dari merkaptan. Koenzim A (KoA) adalah
Cl− 9,0 125,0 −70
adenin, ribosa, asam pantotenat, dan tioetanolamin yang
mengandung merkaptan dan tersebar luas (Gambar 1–5).
Potensial membran istirahat = -70 mV. KoA tereduksi (biasanya disingkat sebagai HS-KoA) bereaksi
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 11

NH2 OKSIDASI BIOLOGIK


N
N Oksidasi adalah kombinasi suatu bahan dengan O2, atau
Adenin
N
hilangnya hidrogen, atau hilangnya elektron. Proses
N
padanannya yang bersifat sebaliknya disebut reduksi. Oksidasi
CH2 biologis dikatalisis oleh enzim-enzim spesifik. Kofaktor (ion
O
sederhana) atau koenzim (bahan organik non-protein) adalah
O CH H C
O− O− O− Ribosa bahan-bahan tambahan yang biasanya berfungsi sebagai
H H pembawa untuk produk-produk reaksi. Tidak seperti enzim,

O P O P O P HO OH
|| || || koenzim dapat mengatalisis berbagai reaksi.
O O O
Sejumlah koenzim berfungsi sebagai penerima hidrogen.
Adenosin 5'-monofosfat (AMP) Satu bentuk umum oksidasi biologis adalah pengeluaran
hidrogen dari suatu gugus R-OH, membentuk R=0. Pada
Adenosin 5'-difosfat (ADP) reaksi dehidrogenasi ini, nikotinamida adenin dinukleotida
Adenosin 5'-trifosfate (ATP)
(NAD+) dan dihidronikotinamid adenin dinukleotida fosfat
(NADP+) mengambil hidrogen, membentuk dihidroni-
GAMBAR 4–1 Turunan adenosin kaya-energi. Adenosin kotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADH) dan
trifosfat terurai menjadi tulang punggungnya basa purin dan gula dihidronikotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADPH)
(di kanan) serta turunan fosfat berenergi tinggi (bagian bawah). (Gambar 1–6). Hidrogen kemudian dipindahkan ke sistem
(Direproduksi, atas izin, dari Murray RK et al. Harper’s Biochemistry, 26th ed.
McGraw-Hill, 2003). flavopro-tein-sitokrom, mereoksidasi NAD+ dan NADP+.
Terbentuk flavin adenin dinukleotida (FAD) ketika riboflavin
mengalami fosforilasi, menghasilkan flavin mononukleotida
(FMN). FMN kemudian berikatan dengan AMP, membentuk
dengan gugus asil (R-CO—) untuk membentuk turunan R-
dinukleotida. FAD dapat menerima hidrogen dengan cara
CO-S-KoA. Contoh utama adalah reaksi HS-KoA dengan
yang sama, membentuk turunan hidro-nya (FADH) dan
asam asetat untuk membentuk asetilkoenzim A (asetil-KoA),
dihidro-nya (FADH2).
suatu senyawa yang sangat penting dalam metabolisme
intermedier. Karena memiliki kandungan energi yang jauh Sistem flavoprotein-sitokrom adalah suatu rangkaian
lebih tinggi daripada asam asetat, asetil-KoA mudah enzim yang memindahkan hidrogen ke oksigen, membentuk
berikatan dengan bahan-bahan dalam reaksi yang air. Proses ini terjadi di mitokondria. Masing-masing enzim
sebenarnya memerlukan energi dari luar. Karena itu asetil- dalam rangkaian ini tereduksi dan kemudian mengalami
KoA sering dinamai “asetat aktif”. Dari segi energetika, reoksidasi sewaktu hidrogen berpindah mengikuti alurnya.
pembentukan 1 mol senyawa asil-KoA ekuivalen dengan Masing-masing dari enzim ini adalah protein dengan sebuah
pembentukan 1 mol ATP. gugus prostetik non-protein melekat padanya. Enzim terakhir
dalam rangkaian ini adalah sitokrom c oksidase, yang
memindahkan hidrogen ke O2 untuk membentuk H2O. Enzim
ini mengandung dua atom Fe dan tiga Cu serta memiliki 13
subunit.
Asam pantotenat β-Alanin Tioetanolamin

H3 C OH O O
H H
CH2 C CH C N CH2 CH2 C N CH2 CH2 SH

H3 C
O NH2

O P O− N N
Pyrophosphate Adenin
O N
N
Koenzim A
O P O CH2
O
O−
H H
H H
OH Ribosa 3-fosfat
O

O P O O O

O − R C OH + HS CoA R C S CoA + HOH

GAMBAR 5–1 Koenzim A (KoA) dan turunannya. Kiri: Rumus koenzim A tereduksi (HS-KoA) dengan komponen-komponennya diperjelas.
Kanan: Rumus untuk reaksi KoA dengan senyawa-senyawa yang secara biologis penting untuk membentuk tioester. R, bagian molekul sisanya.
12 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

NH2
N
N CONH2
OH O-
H H
N N CH2O P O P OCH2 +N

OH* OH




O
H H O O
O
H H
H H
OH OH
Adenin Ribosa Difosfat Ribosa Nikotinamid
H H H

CONH2 CONH2
+ R'H2 + H+ + R'
N+ N

R R
Koenzim teroksidasi Koenzim tereduksi

GAMBAR 6–1 Struktur molekul-molekul yang penting dalam reaksi oksidasi-reduksi untuk menghasilkan energi. Atas: Rumus nikotinamida
adenin dinukleotida (NAD) bentuk teroksidasi. Nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP+) memiliki tambahan gugus fosfat di lokasi yang
ditandai oleh bintang. Bawah: Reaksi reduksi NAD+ dan NADP+ untuk membentuk NADH dan NADPH. R, bagian molekul sisanya. R', donor hidrogen.

Proses utama pembentukan ATP di tubuh adalah fosfo- Nukleosida dan nukleotida membentuk tulang punggung
rilasi oksidatif. Proses ini memanen energi dari gradien bagi RNA dan DNA, serta berbagai koenzim dan molekul
proton di kedua sisi membran mitokondria untuk regulatorik yang penting secara fisiologis (mis. NAD+,
menghasilkan ikatan berenergi-tinggi ATP dan secara NADP+, dan ATP; Tabel 1–2). Asam-asam nukleat dalam
ringkas diperlihatkan di Gambar 1–7. Sembilan puluh makanan dicerna dan konstituennya (purin dan pirimidin)
persen O2 yang dikonsumsi dalam keadaan basal berada di diserap, tetapi sebagian besar dari purin dan pirimidin ini
mitokondria, dan 80% dari jumlah ini dikaitkan dengan disintesis dari asam-asam amino, terutama di hati.
pembentukan ATP. ATP digunakan di seluruh sel, dengan Kemudian nukleotida, RNA dan DNA disintesis. RNA
sebagian besar digunakan dalam sejumlah proses: sekitar berada dalam keseimbangan dinamik dengan kolam asam
27% digunakan untuk membentuk protein, 24% oleh Na, K amino, tetapi DNA, sekali terbentuk, secara metabolik stabil
ATPase untuk membantu menjaga potensial membran, 9%
sepanjang hidup. Purin dan pirimidin yang dibebaskan dari
oleh glukoneogenesis, 6% oleh Ca2+ ATPase, 5% oleh miosin
penguraian nukleotida dapat digunakan kembali atau
ATPase, dan 3% oleh ureagenesis.
mengalami katabolisme. Sejumlah kecil diekskresikan tanpa
diubah di dalam urine.
BAHAN PEMBANGUN MOLEKULAR
NUKLEOSIDA, NUKLEOTIDA, & ASAM C
6
N Adenin: 6-Aminopurin
N1 5C 7 Guanin: 1-Amino-
NUKLEAT H C2 4C
8 CH 6-okspurin
Nukleosida mengandung suatu gula yang berikatan dengan 3
N
9
N Hipoxantin: 6-Okspurin
basa yang mengandung nitrogen. Basa yang secara faali Xantin: 2,6-Diokspurin
H
penting, purin dan pirimidin, memiliki struktur cincin
Nukleus purin
(Gambar 1–8). Struktur-struktur ini terikat ke ribosa atau 2-
deoksiribosa untuk melengkapi nukleosida. H
Sitosin: 4-Amino-
C 2-oksipirimidin
H + 4
Lamela luar N3 5C H
Urasil: 2,4-Dioksipirimidin
H C2 1
6C H Timin: 5-Metil-
Lamela dalam N 2,4-dioksipirimidin
Nukleus pirimidin
ATP ADP

GAMBAR 7–1 Diagram sederhana pemindahan proton GAMBAR 8–1 Berbagai purin dan pirimidin utama yang
menembus lamela dalam dan luar membran mitokondria dalam. penting bagi fisiologi. Struktur purin dan pirimidin diperlihatkan
Sistem transpor elektron (sistem flavoprotein-sitokrom) membantu di samping molekul-molekul representatif dari tiap-tiap
menciptakan perpindahan H+ dari lamela bagian dalam ke bagian luar. golongan. Oksipurin dan oksipirimidin dapat membentuk
Perpindahan proton kembali mengikuti gradien proton menghasilkan turunan enol (hidroksi-purin dan hidroksipirimidin) oleh migrasi
ATP. hidrogen ke substituen oksigen.
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 13

TABEL 1–2 Senyawa yang mengandung purin dan Adenosin Guanosin


pirimidin.
Jenis Senyawa Komponen Hipoxantin
5-PRPP + Glutamin
Purin atau pirimidin plus ribosa atau 2- Xantin oksidase
Nukleosida
deoksiribosa
Xantin O
Nukleotida Nukleosida plus residu asam fosfor Xantin oksidase
(mononukleotida) C NH
HN C
Asam nukleat Nukleotida dalam jumlah banyak membentuk
C O
struktur heliks-ganda rantai polinukleotida
O C C
Nukleoprotein Asam nukleat plus satu atau lebih protein N NH
sederhana H

Mengandung ribosa Asam ribonukleat (RNA) Asam urat (diekskresikan pada manusia)
Mengandung Asam deoksiribonukleat (DNA)
2-deoksiribosa
O
NH
Pirimidin mengalami katabolisme menjadi asam β-amino, P- H2 N C
alanin dan β-aminoisobutirat. Asam-asam amino ini C O
memiliki gugus amino mereka di β-karbon dan bukan α- O C C
H
karbon yang khas untuk asam amino yang secara fisiologis N NH
aktif. Karena b-aminoisobutirat adalah produk penguraian H
timidin, senyawa ini dapat berfungsi sebagai ukuran Alantoin (diekskresikan oleh mamalia lain)
pergantian (turnover) DNA. Asam b-amino terurai lebih
lanjut menjadi CO2 dan NH3. GAMBAR 1–9 Pembentukan dan penguraian asam urat. Adenosin
diubah menjadi hipoxantin, yang kemudian diubah menjadi xantin, dan
Asam urat terbentuk dari penguraian purin dan xantin diubah menjadi asam urat. Dua reaksi terakhir dikatalisis oleh
sintesis langsung dari 5-fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan xantin oksidase. Guanosin diubah secara langsung menjadi xantin,
glutamin (Gambar 1–9). Pada manusia, asam urat sementara 5-PRPP dan glutamin dapat dubah menjadi asam urat. Pada
sebagian mamalia terjadi oksidasi lebih lanjut asam urat menjadi
diekskresikan di urine, tetapi pada mamalia lain, asam urat alantoin.
teroksidasi lebih lanjut menjadi alantoin sebelum
diekskresikan. Kadar asam urat darah normal pada manusia
adalah sekitar 4 mg/ dL (0,24 mmol/L). Di ginjal, asam urat Ekskresi asam urat pada diet bebas purin adalah sekitar 0,5
mengalami filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Dalam keadaan g/24 jam dan pada diet biasa adalah sekitar 1 g/24 jam.
normal, 98% asam urat yang terfiltrasi direabsorpsi dan 2% Kelebihan asam urat di dalam darah atau urine merupakan
sisanya membentuk sekitar 20% dari jumlah yang ciri khas gout (Boks Klinis 1–4).
diekskresikan. Sisa 80%-nya berasal dari sekresi di tubulus.

BOKS KLINIS 1-4

Gout KIAT TERAPEUTIK


Gout adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan
berulang artritis; endapan urat di sendi, ginjal, dan jaringan Terapi gout ditujukan untuk meredakan nyeri akut
dengan obat seperti kolkisin atau obat anti-inflamasi
lain; dan peningkatan kadar asam urat di darah dan urine. Sendi
non-steroid serta mengurangi kadar asam urat dalam
yang paling sering terkena pada awalnya adalah sendi
darah. Kolkisin tidak memengaruhi metabolisme asam
metatarsofalangeal ibu jari kaki. Terdapat dua bentuk gout urat, dan obat ini tampaknya meredakan serangan gout
"primer". Pada salah satu bentuk, produksi asam urat dengan menghambat fagositosis kristal asam urat oleh
meningkat karena berbagai kelainan enzim. Pada yang lain, leukosit, suatu proses yang melalui suatu cara memicu
terdapat defisit selektif pada transpor asam urat di tubulus gejala-gejala sendi. Fenilbutazon dan probenesid
ginjal. Pada gout"sekunder", kadar asam urat di cairan tubuh menghambat reabsorpsi asam urat di tubulus ginjal.
meningkat akibat berkurangnya ekskresi atau meningkatnya Allopurinol, yang secara langsung menghambat xantin
produksi karena proses penyakit lain. Sebagai contoh, ekskresi oksidase dalam jalur penguraian purin, adalah salah satu
berkurang pada pasien yang diberi diuretik tiazid dan mereka obat yang digunakan untuk mengurangi produksi asam
yang menderita penyakit ginjal. Produksi meningkat pada urat.
leukemia dan pneumonia karena meningkatnya penguraian sel
darah putih yang kaya akan asam urat.
14 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

DNA sesuatu yang sangat kompleks adalah ukurannya; genom


manusia terdiri dari 3 x 109 pasangan basa yang dapat
Asam deoksiribonukleat (DNA) terdapat di bakteri, di menyandi sekitar 30.000 gen. Pesan genetik ini adalah cetak-
nukleus sel eukariotik, dan di mitokondria. Senyawa ini terdiri biru untuk karakteristik yang dapat diwariskan bagi sel dan
dari dua rantai nukleotida yang sangat panjang yang turunannya. Protein yang terbentuk dari cetak-biru DNA
mengandung basa adenin (A), guanin (G), timin (T), dan mencakup semua enzim, dan enzim-enzim ini nantinya akan
sitosin (C) (Gambar 1–10). Rantai-rantai ini disatukan oleh mengontrol metabolisme sel.
ikatan hidrogen di antara basa-basa, dengan adenin terikat ke Tiap-tiap sel somatik berinti di tubuh memiliki
timin dan guanin ke sitosin. Ikatan stabil ini membentuk keseluruhan pesan genetik secara lengkap, tetapi terdapat
suatu struktur heliks-ganda (Gambar 1–11). Struktur heliks diferensiasi dan spesialisasi besar dalam fungsi berbagai jenis
ganda DNA diperingkas di sel oleh ikatan dengan histon, dan sel pada orang dewasa. Dalam keadaan normal, hanya
diringkaskan lebih lanjut menjadi kromosom. Sebuah sel sebagian kecil dari pesan-pesan tersebut ditranskripsikan.
diploid manusia mengandung 46 kromosom. Karena itu, pesan genetik dalam situasi normal berada dalam
Satuan mendasar DNA, atau gen, dapat didefinisikan keadaan tertekan. Namun, gen-gen dikontrol baik secara
sebagai rangkaian nukleotida DNA yang mengandung informasi spasial maupun temporal. Heliks ganda membutuhkan
untuk menghasilkan suatu rangkaian teratur asam amino untuk interaksi yang sangat teratur oleh protein agar dapat terurai
sebuah rantai polipeptida tunggal. Yang menarik, protein yang sehingga dapat menjalani replikasi, transkripsi, atau keduanya.
disandi oleh sebuah gen kemudian dapat dibagi menjadi
beberapa protein yang secara fisiologis aktif. Informasi mengenai REPLIKASI: MITOSIS & MEIOSIS
struktur gen dan regulasinya kini terus bertambah dengan cepat.
Pada saat tiap-tiap sel somatik membelah (mitosis), kedua
Struktur dasar sebuah gen eukario-tik tipikal diperlihatkan
rantai DNA memisah, masing-masing berfungsi sebagai
dalam bentuk diagram di Gambar 1–12. regio penyandi (coding
cetakan untuk membentuk satu rantai komplementer baru.
region) dan bukan-penyandi {non-coding region). Pada
DNA polimerase mengatalisis reaksi ini. Satu dari heliks
eukariot, tidak seperti prokariot, bagian dari gen yang mendikte
ganda yang terbentuk berpindah ke satu sel anak dan yang
pembentukan protein biasanya terbagi menjadi beberapa
lain ke sel anak lainnya sehingga jumlah DNA di tiap-tiap sel
segmen (ekson) yang dipisahkan oleh segmen-segmen yang
anak sama seperti yang ada di sel induk. Siklus hidup sel yang
tidak diterjemahkan (intron). Di dekat tempat transkripsi gen
dimulai setelah mitosis diatur secara ketat dan disebut siklus
dimulai terdapat suatu promotor (promoter), yaitu tempat RNA
sel (Gambar 1–13). Fase Gl (atau Gap 1) mencerminkan
polimerase dan kofaktornya berikatan. Bagian ini sering
periode pertumbuhan sel dan memisahkan akhir mitosis
mencakup sekuens (urutan, rangkaian) timidin-adenin-timidin-
dari fase sintesis DNA (atau S). Setelah sintesis DNA, sel
adenin (TATA) (boks TATA), yang memastikan bahwa
kembali masuk ke periode pertumbuhan sel, fase G2 (Gap
transkripsi dimulai di titik yang benar. Lebih jauh di regio 5’
2). Akhir dari stadium ini ditandai oleh pemadatan
terdapat berbagai elemen regulatorik, yang mencakup sekuens
kromosom dan dimulainya mitosis (stadium M).
enhancer (penguat) dan silencer (peredam). Diperkirakan bahwa
setiap gen rerata memiliki lima tempat regulatorik. Sekuens Di sel germinativum, selama pematangan terjadi
regulatorik kadang juga ditemukan di regio pengapit 3’. Di sel pembelahan reduktif (meiosis). Hasil akhir adalah bahwa satu
diploid, masing-masing gen akan memiliki dua alel, atau versi dari masing-masing pasangan kromosom berakhir di masing-
dari gen tersebut. Setiap alel menempati posisi yang sama di masing sel germinativum matang; karena itu, setiap sel
kromosom homolog. Masing-masing alel dapat menghasilkan germinativum matang mengandung separuh dari jumlah bahan
sifat gen yang sedikit berbeda ketika ditranskripsikan seluruhnya. kromosom yang ada di sel somatik. Dengan demikian, ketika
Menarik untuk dicatat bahwa perubahan di nukleotida-nukleo- sebuah sperma menyatu dengan sebuah ovum, zigot yang
tida tunggal di dalam atau luar regio penyandi di sebuah gen dihasilkan memiliki komplemen DNA lengkap, separuhnya
(single nucleotide polymoiphism, SNP) dapat menimbulkan berasal dari ayah dan separuhnya dari ibu. Kata “ploid”
konsekuensi besar bagi fungsi gen. Penelitian SNP pada penyakit terkadang digunakan untuk merujuk kepada jumlah kromosom
manusia adalah bidang penelitian genetika yang menarik dan di sel. Sel diploid normal dalam keadaan istirahat adalah euploid
semakin berkembang. dan menjadi tetraploid tepat sebelum pembelahan. Aneuploidi
Mutasi gen terjadi ketika sekuens basa di DNA berubah adalah kondisi ketika sebuah sel mengandung jumlah kromosom
dari urutan aslinya. Perubahan dapat terjadi karena yang bukan haploid atau kelipatan bulatnya, dan keadaan ini
penyisipan (insersi), penghilangan (delesi), atau penggandaan sering dijumpai di sel-sel kanker.
(duplikasi). Perubahan-perubahan tersebut dapat me-
mengaruhi struktur protein dan dapat diwariskan kepada sel RNA
anak setelah pembelahan sel. Mutasi titik adalah substitusi Untai DNA tidak saja mereplikasi dirinya tetapi juga
satu basa. Berbagai modifikasi kimiawi (mis. obat pengalkilasi berfungsi sebagai cetakan dengan menjajarkan basa-basa
atau intercalating agent, atau radiasi pengion) dapat komplementer untuk membentuk asam ribonukleat (RNA)
menyebabkan perubahan pada urutan DNA dan mutasi. di nukleus. RNA berbeda dari DNA yaitu bahwa molekul
Kumpulan gen di dalam ekspresi lengkap DNA dari sebuah ini beruntai tunggal, memiliki urasil sebagai pengganti
organisme disebut genom. Petunjuk bahwa DNA pada genom timin, dan gugus gulanya adalah ribosa bukan 2’-
haploid manusia (pesan genetik total) merupakan deoksiribosa (Gambar 1-10). Pembentukan RNA dari DNA
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 15

NH2 NH2
Fosfat Fosfat
N N
O Basa (Sitosin) O Basa (Sitosin)

O P O CH2 N O – O
O P O CH2 N
– O O
O O–
C C C C
H H Gula (deoksiribosa) H H Gula (ribosa)
H H H H
C C C C
OH H OH OH

A Deoksiribonukleotida tipikal Ribonukleotida tipikal

Fosfat NH2
N
O N
Adenin (DNA dan RNA)
O P O CH2 N N
O
O–

O
Gula
N
OO HN
Guanin (DNA dan RNA)
O P O CH2 N N NH2
Nukleotida O
O–
NH2

N
O Sitosin (DNA dan RNA)
O P O CH2 N O
O
O–
O
CH3
NH
OO Timin (hanya DNA)
O P O CH2 N O
O
O–
O Urasil (hanya RNA)
NH
OO
O P O CH2 N O
O

O

GAMBAR 1-10 Struktur dasar nukleotida dan asam nukleat. A) gugus 2'-deoksiribosil yang melekat ke nukleobasa oleh sebuah ikatan
Di kiri, diperlihatkan nukleotida sitosin dengan deoksiribosa dan di N-glikosidik. Perhatikan bahwa tulang punggung memiliki polaritas (yi.
kanan dengan ribosa sebagai gula utama. B) Basa purin adenin dan arah 5'dan 3').Timin ditemukan hanya pada DNA sementara urasil
guanin terikat satu sama lain atau dengan basa pirimidin, sitosin, hanya terdapat di RNA.
timin, atau urasil melalui suatu tulang punggung fosfodiester antara
16 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

terbentuk oleh proses penambahan penutup dan penambahan


G C ekor poli(A) kemudian diproses dengan mengeliminasi
intron, dan setelah modifikasi pascatranskripsi ini selesai,
T A
mRNA matang bergerak ke sitoplasma. Modifikasi
pascatranskripsi pra-mRNA adalah suatu proses teratur dan
T A pada proses ini dapat terjadi penggabungan (splicing)
G
diferensial untuk membentuk lebih dari satu mRNA dari
C
sebuah pra-mRNA. Intron-intron dari sebagian gen dibuang
A T oleh spliceosome, unit-unit kompleks yang terdiri dari RNA
kecil dan protein. Intron lainnya dikeluarkan melalui proses
Alur minor self-splicing oleh RNA di tempat intron ini berada. Karena
G C
intron dan splicing, lebih dari satu mRNA dapat dibuat dari
3,4 nm gen yang sama.
C G
Sebagian besar bentuk RNA di sel terlibat dalam proses
A T
translasi, atau sintesis protein. Gambaran singkat transisi
Alur mayor dari transkripsi menjadi translasi diperlihatkan di Gambar
1–15. Di sitoplasma, ribosom memberikan cetakan bagi tRNA
untuk menambahkan asam amino spesifik ke rantai
T A polipeptida yang sedang tumbuh berdasarkan sekuens spesifik
di mRNA. Molekul mRNA lebih kecil daripada molekul
DNA, dan masing-masing mencerminkan suatu transkrip
2,0 nm dari sebuah segmen kecil di rantai DNA. Sebagai
perbandingan, molekul tRNA mengandung hanya 70—80
GAMBAR 1-11 Struktur heliks ganda DNA. Struktur kolmpakta
basa nitrogen, dibandingkan dengan ratusan di mRNA dan 3
memiliki ketebalan sekitar 2,0 nm dan 3,4 nm di antara dua putaran
penuh heliks yang mengandung alur minor dan mayor. Struktur ini milyar di DNA. Baru-baru ini dilaporkan adanya golongan
dipertahankan dalam susunan heliks ganda oleh ikatan hidrogen baru RNA, mikroRNA. MikroRNA adalah RNA kecil,
antara purin dan pirimidin di tiap-tiap untai DNA. Adenin (A) terikat ke panjang sekitar 21-25 nukleotida yang terbukti mengatur
timin (T) dan sitosin (C) ke guanin (G). (Direproduksi dengan izin dari Murray secara negatif ekspresi gen di tingkat pascatranskripsi.
RK et al. Harper's Biochemistry, 28th ed. McGraw-Hill, 2009).
Diperkirakan bahwa peran untuk berbagai RNA kecil ini akan
terus berkembang seiring dengan berlanjutnya penelitian
tentang fungsi mereka.
disebut transkripsi. Transkripsi dapat menghasilkan beberapa
jenis RNA termasuk: messenger RNA (mRNA, RNA
perantara), transfer RNA (tRNA), ribosomal RNA (rRNA), ASAM AMINO & PROTEIN
dan berbagai RNA lain. Transkripsi dikatalisis oleh berbagai
bentuk RNA polimerase.
Transkripsi tipikal sebuah mRNA diperlihatkan
ASAM AMINO
di Gambar 1–14. Jika diaktifkan dengan benar, transkripsi Asam-asam amino yang membentuk bahan pembangun
gen menjadi pra-mRNA dimulai di cap site (tempat penutup) dasar bagi protein tercantum di Tabel 1–3. Asam-asam
dan berakhir sekitar 20 basa setelah rangkaian AATAAA. amino ini sering disebut berdasarkan singkatan tiga-huruf
Transkrip RNA ditambahkan penutup di nukleus melalui atau satu huruf yang bersesuaian. Berbagai asam amino
penambahan 7-metilguanosin trifosfat di ujung 5’; penutup penting lainnya seperti ornitin, 5-hidroksitriptofan, L-dopa,
ini diperlukan untuk pengikatan yang sesuai ke ribosom. taurin, dan tiroksin (T4) terdapat di tubuh tetapi tidak
Ditambahkan sebuah ekor poli(A) berukuran sekitar 100 basa ditemukan dalam protein. Pada hewan tingkat tinggi,
ke segmen yang tidak ditranslasikan di ujung 3’ untuk mem- isomer L asam adalah satu-satunya bentuk yang alami
bantu mempertahankan stabilitas mRNA. Pra-mRNA yang terdapat dalam protein. Isomer L hormon seperti tiroksin

Regio Tempat permulaan Tempat


Regio promotor transkripsi penambahan
regulator basal poli (A)
Ekson Ekson
DNA 5' CAAT TATA AATAAA 3'

5' Intron 3'


Regio Regio
tak-menyandi tak-menyandi

GAMBAR 1-12 Diagram komponen sebuah gen eukariot tipikal. Regio yang menghasilkan intron dan ekson diapit oleh regio-regio tak-
menyandi. Regio pengapit 5' mengandung segmen DNA yang berinteraksi dengan protein untuk mempermudah atau menghambat transkripsi.
Regio pengapit 3’ mengandung tempat penambahan poli(A). (Dimodifikasi dari Murray RK et al. Harper's Biochemistry, 26th ed. McGraw-Hill, 2003).
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 17

Fase mitosis

Anafase

fase
e
afas

Telo
Met
e

is
as

es
r of

kin
P

o
Sit
Mitosis

G2
G1
Pertumbuhan
Sentriol
dan aktivitas
mengalami
sebelum
replikasi
mitosis

S
Replikasi DNA

Interfase
GAMBAR 1-13 Rangkaian kejadian selama siklus sel. Segera setelah mitosis (M) sel masuk ke fase gap (G1) sebelum fase sintesis DNA (S)
fase gap kedua (G2) dan kembali ke mitosis. Secara bersama-sama, fase G1, S, dan G2 disebut sebagai interfase (I).

jauh lebih aktif daripada isomer D. Asam-asam amino ini


bersifat asam, netral, atau basa bergantung pada proporsi
KOLAM ASAM AMINO
relatif gugus asam (-COOH) atau basa (—NH2) yang bebas Meskipun sejumlah kecil protein diserap dari kanal cerna dan
dalam molekul. Sebagian asam amino adalah asam amino sebagian peptida juga diserap, tetapi sebagian besar protein
esensial secara nutrisi, artinya harus diperoleh dari makanan yang kita makan tercerna menjadi asam amino
karena tidak dapat dibentuk di tubuh. Arginin dan histidin pembentuknya sebelum diserap. Protein tubuh secara terus-
harus disediakan melalui makanan sewaktu masa menerus dihidrolisis menjadi asam amino dan diresintesis.
pertumbuhan yang pesat atau pemulihan dari sakit dan Laju pergantian (turn over) protein endogen rerata adalah
disebut esensial kondisional (pada keadaan tertentu). Lainnya 80-100 g/hari, paling tinggi di mukosa usus dan hampir tidak
adalah asam amino non-esensial dalam artian bahwa asam ada di protein struktural ekstrasel, kolagen. Asam-asam
amino ini dapat dibentuk in vivo dalam jumlah yang amino yang terbentuk dari penguraian protein endogen
memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik. identik dengan yang berasal dari makanan. Bersama-sama
mereka membentuk kolam asam amino umum yang
memasok kebutuhan tubuh ( Gambar 1–16 ).
18 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

DNA pengapit Intron Ekson


PROTEIN
Gen Protein terbuat dari sejumlah besar asam amino yang
dihubungkan menjadi rantai oleh ikatan peptida yang
Transkripsi DNA menyatukan gugus amino dari suatu asam amino ke gugus
Penutup pengapit karboksil asam amino berikutnya (Gambar 1–17). Selain itu,
Pre-
Poli(A) sebagian protein mengandung karbohidrat (glikoprotein)
mRNA
dan lemak (lipoprotein). Rantai asam amino yang lebih
pendek disebut peptida atau polipeptida. Batas antara
peptida, polipeptida, dan protein belum ditentukan dengan
Pengolah
jelas. Di buku ajar ini, rantai asam amino yang mengandung
RNA Poli(A)
2—10 residu asam amino disebut peptida, rantai yang
mengandung lebih dari 10, tetapi kurang dari 100 residu
asam amino disebut polipeptida, dan rantai yang
mRNA Poli(A)
mengandung 100 atau lebih residu asam amino disebut
Translasi
protein.
Urutan asam amino dalam rantai peptida disebut
GAMBAR 1-14 Transkripsi sebuah mRNA tipikal. Diperlihatkan struktur primer protein yang bersangkutan. Rantai-rantai ini
langkah-langkah transkripsi dari sebuah gen tipikal menjadi mRNA. terpilih dan terlipat secara kompleks, dan istilah struktur
Penutup, tempat penutup. (Diadaptasi dari Nienhuis AW et al. Thalassemia major: sekunder suatu protein merujuk kepada susunan spasial yang
molecular and clinical aspects. NIH Conference Ann Intern Med 1979 Dec;91 (6):883—
897). dihasilkan akibat pilihan dan pelipatan tersebut. Struktur
sekunder umum adalah kumparan reguler dengan 3,7 residu
asam amino per putaran (α-heliks). Struktur sekunder lain
yang sering dijumpai adalah lembar β (β-sheet). Terbentuk
lembar-β antiparalel jika rantai polipeptida yang panjang

DNA

Untai RNA terbentuk


pada untai DNA
(transkripsi)
tRNA Asam amino
adenilat Modifikasi
Pemisahan rantai
pascatranskripsi
Enzim
pengaktif
RNA perantara

Triplet penyandi untuk


A3
A2 A1
A4 Modifikasi
pascatranslasi
Translasi

Ribosom

Kompleks tRNA-asam A3 A2 A1
amino-adenilat A4 Rantai peptida

GAMBAR 1-15 Diagram proses transkripsi menuju translasi secara ringkas. Dari molekul DNA, dihasilkan RNA perantara yang
kemudian disajikan ke ribosom. Di ribosom tempat tRNA bermuatan mencocokkan kodon-kodon komplementer mRNA-nya untuk
meletakkan asam amino bagi rantai polipeptida yang sedang tumbuh. DNA dan RNA diwakili oleh garis-garis dengan tonjolan pendek
multipel yang mencerminkan masing-masing basa. Kotak kecil berlabel A mencerminkan masing-masing asam amino.
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 19

TABEL 1–3 Asam amino yang terdapat dalam protein. Protein Protein inert
Diet tubuh (rambut, dsb.)
Asam amino dengan rantai Asam amino dengan rantai
samping alifatik samping asam atau amida
Transaminasi
Alanin (Ala, A) Kolam
Asam aspartat (Asp, D) Ekskresi Kolam asam Aminasi metabolik
di urine amino Deaminasi bersama
Valin (Val, V) Asparagin (Asn, N)
Leusin (Leu, L) Glutamin (Gln, Q)
Kreatin Purine, Hormon, NH4+
Isoleusin (IIe, I) Asam glutamat (Glu, E)
pirimidin neurotransmiter
Asam amino Asam γ-karboksiglutamatb
tersubstitusi hidroksil Urea
(Gla)
Serin (Ser, S) Asam amino dengan rantai GAMBAR 1–16 Asam amino di tubuh. Terdapat jaringan ekstensif
samping mengandung gugus basa pergantian asam amino dl tubuh. Kotak mencerminkan kolam besar
asam amino dan sebagian dari pertukaran yang umum terjadi diwakili
Treonin (Thr, T) Argininc (Arg, R) oleh tanda panah. Perhatikan bahwa sebagian besar asam amino
berasal dari makanan dan berakhir menjadi protein; tetapi, cukup
Asam amino yang mengandung sulfur Lisin (Lys, K)
banyak asam amino yang saling bertukaran dan dapat masuk dan keluar
Sistein (Cys, C) Hidroksilisinb (Hyl) dari kolam metabolik bersama melalui reaksi-reaksi aminasi.

Metionin (Met, M) Histidinc (His, H)


dari beberapa protein lain, atau subunit (mis. hemoglobin),
Selenosisteina Asam imino (mengandung gugus dan istilah struktur kuaterner digunakan untuk merujuk ke
imino, tetapi tanpa gugus amino) susunan subunit-subunit menjadi suatu struktur fungsional.
Asam amino dengan rantai Prolin (Pro, P)
samping cincin aromatik SINTESIS PROTEIN
Fenilalanin (Phe, F) 4-hidroksiprolinb (Hyp) Proses sintesis (pembentukan) protein, translasi, adalah
Tirosin (Tyr, Y) 3-hidroksiprolinb konversi informasi yang tersandi di mRNA menjadi
suatu protein (Gambar 1-15). Seperti telah dijelaskan,
Triptofan (Trp, W)
ketika mencapai ribosom di sitoplasma, mRNA definitif
Kata yang ditulis dengan huruf tebal merupakan asam amino yang esensial dari segi mendikte pembentukan suatu rantai polipeptida. Asam-
nutrisi. Singkatan tiga-huruf dan satu-huruf yang umumnya diterima untuk asam- asam amino di sitoplasma diaktifkan oleh kombinasi
asam amino diperlihatkan dalam tanda kurung.
dengan suatu enzim dan adenosin monofosfat
a
Selenosistein adalah asam amino jarang yang sulfur sistein-nya diganti oleh
selenium. Kodon UGA biasanya merupakan kodon berhenti (stop codon), tetapi pada
(adenilat), dan setiap asam amino yang telah diaktifkan
situasi tertentu kodon ini menyandi selenosistein. kemudian berikatan dengan molekul spesifik tRNA.
b
Tidak terdapat tRNA untuk keempat asam amino ini; asam amino ini terbentuk oleh Terdapat paling sedikit satu tRNA untuk masing-masing
modifikasi pascatranslasi asam amino padanannya yang tidak termodifikasi di ikatan
peptida. Terdapat tRNA untuk selenosistein dan 20 asam amino lainnya, dan asam
dari ke-20 asam amino non-modifikasi yang terdapat
amino ini dimasukkan ke dalam peptida dan protein di bawah kendali genetik dalam jumlah besar di dalam protein tubuh hewan,
c
Arginin dan histidin kadang disebut "conditionally essential" (esensial kondisional tetapi sebagian asam amino memiliki lebih dari satu
tertentu)—asam amino ini tidak diperlukan untuk memelihara keseimbangan tRNA. Kompleks tRNA-asam amino-adenilat kemudian
nitrogen, tetapi diperlukan untuk pertumbuhan normal.
direkatkan ke cetakan mRNA, suatu proses yang
berlangsung di ribosom. tRNA “mengenali” titik yang
melipat maju mundur satu sama lain dan terbentuk ikatan
sesuai untuk melekat ke cetakan mRNA karena
hidrogen antara ikatan-ikatan peptida di rantai yang
memiliki suatu rangkaian tiga basa di ujung aktifnya
berdekatan. Lembar-lembar β paralel di antara rantai
yang komplementer dengan rangkaian tiga basa di titik
polipeptida juga terbentuk. Struktur tersier suatu protein
tertentu di rantai mRNA. Sandi genetik terbuat dari
adalah susunan rantai-rantai terpilih yang membentuk
triplet-triplet tersebut (kodon), rangkaian tiga basa
lapisan, kristal, atau serat. Banyak molekul protein terbuat

H O R H O
H H H
H N C C N C
C OH H–N C C
H
R O R

Asam amino Rantai polipeptida

GAMBAR 1–17 Struktur asam amino dan pembentukan ikatan peptida. Garis terputus-putus menunjukkan tempat ikatan peptida
terbentuk di antara dua asam amino. Bagian yang diperjelas dibebaskan sebagai H2O. R, bagian lainnya dari asam amino. Sebagai contoh, pada
glisin, R = H; pada glutamat, R =—(CH2)2—COO−.
20 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

purin, pirimidin, atau purin dan pirimidin; masing-masing 5'


kodon menunjukkan satu asam amino tertentu. 3'
N UAA
Translasi biasanya dimulai di ribosom dengan sebuah SRP
AUG (ditranskripsikan dari ATG di gen), yang menyandi N N N N
metionin. Kemudian ditambahkan asam amino di terminal
amino, dan rantai memanjang dengan penambahan satu C C C C
persatu asam amino tersebut. Selama sintesis protein, mRNA N
N
melekat ke subunit 40S ribosom, sementara rantai polipeptida N
yang sedang terbentuk melekat ke subunit 60S, dan tRNA
melekat ke keduanya. Sewaktu asam-asam amino
ditambahkan sesuai urutan yang ditentukan oleh kodon, GAMBAR 1–18 Translasi protein ke dalam retikulum endoplasma
sesuai dengan hipotesis sinyal. Ribosom yang membentuk suatu
ribosom bergerak di sepanjang molekul mRNA seperti sebuah protein bergerak di sepanjang mRNA dari ujung 5' ke 3' Ketika peptida
manik di sehelai benang. Translasi berhenti di salah satu dari sinyal dari suatu protein yang ditakdirkan untuk disekresikan, diarahkan
kodon berhenti (stop/nonsense codons) yaitu UGA, UAA, ke membran sel, atau diarahkan ke lisosom muncul dari unit besar
atau UAG, dan rantai polipeptida dibebaskan. Molekul tRNA ribosom, peptida tersebut berikatan dengan signal recognition particle
dipakai kembali. Molekul mRNA biasanya digunakan kembali (SRP), dan proses ini menghentikan translasi lebih lanjut sampai ia
sekitar 10 kali sebelum akhirnya diganti. Pada satu waktu berikatan dengan translokon di retikulum endoplasma. N, ujung amino
dari protein C, ujung karboksil dari protein. (Direproduksi, dengan izin, dari
biasanya terdapat lebih dari satu ribosom di sebuah mRNA. Perara E, Lingappa VR: Transport of proteins into and across the endoplasmic reticulum
Rantai mRNA plus kumpulan ribosomnya dapat dilihat di membrane. Dalam: Protein Transfer and Organelle Biogenesis. Das RC, Robbins PW
(editor). Academic Press, 1988).
bawah mikroskop elektron sebagai agregasi ribosom yang
dinamai poliribosom.
peptidase sementara rantai peptida sisanya tetap disintesis.
SRP bukanlah satu-satunya sinyal yang membantu
MODIFIKASI PASCATRANSLASI mengarahkan protein ke tempatnya yang benar di dalam atau
Setelah terbentuk, rantai polipeptida “melipat” (fold) menjadi di luar sel; sekuens sinyal lain, modifikasi pascatranslasi, atau
bentuk biologisnya dan dapat dimodifikasi lebih lanjut keduanya (mis. glikosilasi) dapat melaksanakan fungsi ini.
menjadi protein akhir melalui satu atau lebih kombinasi
reaksi yang mencakup hidroksilasi, karboksilasi, glikosilasi,
atau fosforilasi residu-residu asam amino; pemutusan ikatan
UBIKUITINASI DAN PENGURAIAN
peptida yang mengubah suatu polipeptida besar menjadi PROTEIN
bentuk yang lebih kecil; serta pelipatan, pengemasan, atau Seperti pembentukan protein, penguraian protein juga
pelipatan dan pengemasan protein menjadi konfigurasi merupakan proses kompleks yang diatur secara ketat.
terakhirnya yang sering rumit. Pelipatan protein adalah suatu Diperkirakan bahwa secara keseluruhan, hingga 30% dari
proses rumit yang terutama ditentukan oleh rangkaian asam protein yang baru dibentuk adalah abnormal, seperti yang
amino di rantai polipeptida yang bersangkutan. Namun, pada dapat terjadi akibat kesalahan proses pelipatan. Protein
beberapa kasus, protein nascent (belum termodifikasi) normal yang menua juga perlu dikeluarkan sewaktu diganti.
berikatan dengan protein lain yang dinamai chaperones, yang Konjugasi protein ke polipeptida 74 asam amino ubikuitin
mencegah kontak tak-sesuai dengan protein lain dan menandai protein-protein yang akan diuraikan tersebut.
memastikan bahwa akan tercapai konformasi akhir yang Polipeptida ini highly conserved (tidak banyak mengalami
“benar” dari protein yang belum termodifikasi tersebut. perubahan selama evolusi) dan terdapat dalam spesies yang
Protein juga berisi informasi yang membantu meng- berkisar dari bakteri hingga manusia. Proses pengikatan
arahkannya ke kompartemen masing-masing di dalam sel. ubikuitin ini disebut ubikuitinasi (ubiquitinatiori), dan pada
Banyak protein yang ditakdirkan untuk disekresikan atau beberapa keadaan, terjadi pengikatan dengan banyak molekul
disimpan dalam organel serta sebagian besar protein trans- ubikuitin (poliubikuitinasi). Ubikuitinasi protein-protein
membran memiliki suatu peptida sinyal (leader sequence) di sitoplasma, termasuk protein integral retikulum endoplasma,
terminal aminonya yang menuntun protein ini ke dalam dapat menandai protein-protein untuk diuraikan di partikel
retikulum endoplasma. Sekuens ini dibentuk oleh 15—30 proteolitik multisubunit atau proteasom. Ubikuitinasi
residu asam amino yang umumnya hidrofobik. Peptida sinyal, protein-protein membran, misalnya reseptor hormon
setelah disintesis, berikatan dengan signal recognition particle pertumbuhan, juga menandai protein ini untuk penguraian;
(SRP, partikel pengenal sinyal), suatu molekul kompleks yang tetapi, protein-protein ini juga dapat diuraikan di lisosom
terdiri dari enam polipeptida dan RNA 7S, salah satu RNA serta melalui proteasom. Perubahan protein oleh ubikuitin
kecil. SRP menghentikan translasi sampai ia berikatan dengan atau small ubiquitin-related modifier (SUMO) tidak selalu
suatu translokon, sebuah pori di retikulum endoplasma yang mengarah kepada penguraian. Baru-baru ini dibuktikan
merupakan suatu struktur heterotrimerik yang terdiri dari bahwa berbagai modifikasi pascatranslasi ini dapat berperan
protein See 61. Ribosom juga berikatan, dan peptida sinyal penting dalam interaksi antarprotein serta berbagai jalur
menuntun rantai peptida yang sedang memanjang ke dalam sinyal sel.
rongga retikulum endoplasma (Gambar 1–18). Peptida sinyal Terdapat keseimbangan yang nyata antara laju produksi
kemudian dibebaskan dari peptida sisanya oleh suatu sinyal suatu protein dan penguraiannya, sehingga konjugasi ubikuitin
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 21

merupakan hal yang penting dalam fisiologi sel. Laju ini dihidrolisis menjadi asam keto padanannya, disertai pem-
metabolisme tiap protein bervariasi, dan tubuh memiliki bentukan NH4+:
mekanisme untuk mengenal dan menguraikan protein Asam amino + NAD+ → Asam imino + NADH + H+
abnormal secara lebih cepat daripada konstituen tubuh yang
Asam imino + H2O → Asam keto + NH4 +
normal. Sebagai contoh, pada orang dengan hemoglobinopati
kongenital, hemoglobin yang abnormal dimetabolisme lebih Interkonversi antara kolam asam amino dan kolam
cepat(lihatBab31). metabolik bersama diringkaskan di Gambar 1–19. Leusin,
isoleusin, fenilalanin, dan tirosin dikatakan bersifat ketoge-
nik karena diubah menjadi badan keton asetoasetat. Alanin
KATABOLISME ASAM AMINO dan banyak asam amino lain adalah glukogenik atau gluko-
Fragmen-fragmen rantai-pendek yang diproduksi oleh neogenik; yaitu, asam amino ini menghasilkan senyawa-
katabolisme asam amino, karbohidrat, dan lemak sangat senyawa yang mudah diubah menjadi glukosa.
serupa (lihat bawah). Dari kolam zat-zat antara metabolik
bersama ini dapat dihasilkan karbohidrat, protein, dan
lemak. Berbagai fragmen ini dapat masuk ke siklus asam
PEMBENTUKAN UREA
sitrat, suatu jalur akhir umum katabolisme, di saat zat-zat ini Sebagian besar NH4+ yang terbentuk oleh deaminasi asam
diuraikan menjadi atom hidrogen dan CO2. Interkonversi amino di hati diubah menjadi urea, dan urea diekskresikan di
asam-asam amino melibatkan pemindahan, pengeluaran, urine. NH4+ membentuk karbamoil fosfat, dan di mito-
atau pembentukan gugus amino. Reaksi transaminasi, kondria senyawa ini dipindahkan ke ornitin, membentuk
perubahan satu asam amino menjadi asam keto padanannya sitrulin. Enzim yang berperan adalah ornitin karbamoiltrans-
disertai perubahan asam keto lain menjadi suatu asam ferase. Sitrulin diubah menjadi arginin, setelah itu urea
amino, berlangsung di banyak jaringan: dilepaskan dan ornitin dibentuk kembali (siklus urea;
Gambar 1–20). Reaksi keseluruhan dalam siklus urea
Alanin + α –Ketoglutarat → → piruvat + Glutamat menggunakan 3 ATP (tidak diperlihatkan) dan karenanya
memerlukan energi signifikan. Sebagian besar urea
Deaminasi oksidatif asam amino terjadi di hati. Suatu terbentuk di hati, dan pada penyakit hati berat nitrogen
asam imino terbentuk oleh proses dehidrogenasi, dan senyawa urea darah (BUN) turun sementara NH3 darah meningkat

Hidroksiprolin Laktat
Serin
Sistein
Treonin
Glisin Transaminase
Triptofan Alanine Piruvat Asetil-KoA

Fosfoenolpiruvat
karboksikinase
Glukosa Fosfoenolpiruvat Oksaloasetat

Tirosin
Fenilalanin Fumarat Transaminase

Aspartat
Sitrat

Isoleusin
Metionin Suksinil-KoA
CO2
Valin
α-Ketoglutarat
Propionat
CO2 Transaminase
Histidin
Prolin
Glutamin Glutamat
Arginin

GAMBAR 1–19 Keterlibatan siklus asam sitrat dalam transaminasi dan glukoneogenesis. Tanda panah tebal menunjukkan jalur utama
glukoneogenesis. Perhatikan banyaknya posisi masuk untuk berbagai golongan asam amino ke dalam siklus asam sitrat. (Direproduksi, dengan izin, dari
Murray Rk et al. Harper's Biochemistry, 26th ed. McGraw-Hill, 2003).
22 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

H C O H C O CH2OH

— —

Argininosuccinat
H C OH H C OH C O


Aspartat Fumarat
HO C H HO C H HO C H
Sito H C OH HO C H H C OH
H2 N H2 N
H C OH H C OH H C OH
—O
C— — NH2+
C—
CH2OH CH2OH CH2OH
HN HN
Sitrulin + NO Arginin D-Glukosa D-Galaktosa D-Fruktosa
(CH2)3 (CH2)3

NH3+
GAMBAR 1–21 Struktur heksosa utama dalam makanan.
HC HC NH3+ Glukosa, galaktosa, dan fruktosa diperlihatkan dalam isomer D yang
Ornithine terdapat secara alami.
COO− COO−
H3 N+
Pi
Mito (CH2)3 Urea sinyal. Di bagian ini, kita akan membahas peran utama
HC NH3 +
NH2
karbohidrat dalam fisiologi, pembentukan dan penyimpanan
Karbamoil energi.
fosfat COO − —O
C — Karbohidrat dalam makanan sebagian besar adalah
NH2 polimer heksosa, dengan bagian terpenting adalah glukosa,
NH4+ NH3 galaktosa, dan fruktosa (Gambar 1–21). Sebagian besar
monosakarida yang ada di tubuh adalah berbentuk isomer D.
GAMBAR 1-20 Siklus urea. Pemrosesan NH3 menjadi urea untuk Produk utama pencernaan karbohidrat dan gula utama yang
ekskresi terdiri dari beberapa langkah terkoordinasi di sitoplasma
ada di dalam darah adalah glukosa. Kadar puasa normal
(Sito) dan mitokondria (Mito). Pembentukan karbamoilfosfat dan
perubahannya menjadi sitrulin terjadi di mitokondria, sementara glukosa plasma di darah vena perifer adalah 70—110 mg/dL
proses lain di sitoplasma. (3,9-6,1 mmol/L). Di darah arteri, kadar glukosa plasma
adalah 15-30 mg/dL lebih tinggi daripada di darah vena.
Setelah masuk ke dalam sel, glukosa biasanya
(lihat Bab 28). Defisiensi kongenital ornitin karbamoil- mengalami fosforilasi untuk membentuk glukosa 6-fosfat.
transferase juga dapat menyebabkan intoksikasi NH3. Enzim yang mengatalisis reaksi ini adalah heksokinase. Di
hati, terdapat enzim lain, glukokinase, yang memiliki
FUNGSI METABOLIK ASAM spesifisitas lebih tinggi untuk glukosa dan, tidak seperti
heksokinase, ditingkatkan oleh insulin dan diturunkan oleh
AMINO kelaparan dan diabetes. Glukosa 6-fosfat kemudian
Selain menjadi bahan pembangun dasar untuk protein, asam mengalami polimerisasi menjadi glikogen atau katabolisme.
amino juga memiliki fungsi metabolik. Hormon tiroid, Proses pembentukan glikogen disebut glikogenesis, dan
penguraian glikogen dinamai glikogenolisis. Glikogen,
katekolamin, histamin, serotonin, melatonin, dan zat-zat
bentuk penyimpanan dari glukosa, terdapat di sebagian
antara dalam siklus urea terbentuk dari asam amino spesifik.
besar jaringan tubuh, tetapi paling banyak terdapat di hati
Metionin dan sistein menyediakan sulfur yang terdapat di
dan otot rangka. Penguraian glukosa menjadi piruvat atau
protein, KoA, taurin, dan senyawa lain yang penting secara laktat (atau keduanya) disebut glikolisis. Katabolisme
biologis. Metionin diubah menjadi S-adenosilmetionin, yaitu glukosa berlangsung melalui penguraian melalui fruktosa
bahan pemetilasi aktif dalam sintesis senyawa seperti menjadi berbagai triosa atau melalui oksidasi dan
epinefrin. dekarboksilasi menjadi pentosa. Jalur menjadi piruvat
melalui triosa adalah jalur Embden-Meyerhof, dan yang
KARBOHIDRAT melalui 6-fosfo-glukonat dan pentosa adalah jalur oksidatif
langsung (pirau heksosa monofosfat). Piruvat diubah
Karbohidrat adalah molekul organik yang terbuat dari menjadi asetil-KoA. Interkonversi antara karbohidrat,
karbon dan H2O dalam jumlah yang setara. Gula lemak, dan protein mencakup perubahan gliserol dari lemak
sederhana, atau monosakarida, mencakup pentosa (lima menjadi dihidroksiaseton fosfat dan perubahan sejumlah
karbon; mis. ribosa) dan heksosa (enam karbon; mis. asam amino dengan rangka karbon mirip zat-zat antara
glukosa) melakukan peran struktural (mis. sebagai bagian dalam jalur Embden-Meyerhof dan siklus asam sitrat
dari nukleotida yang telah dibahas sebelumnya) dan menjadi zat-zat antara ini melalui deaminasi. Dengan cara
fungsional (mis. inositol 1,4,5-trisfosfat bekerja sebagai ini, dan melalui konversi laktat menjadi glukosa, berbagai
molekul pembentuk sinyal sel) di tubuh. Monosakarida molekul non-glukosa dapat diubah menjadi glukosa
dapat digabungkan untuk membentuk disakarida (mis. (glukoneogene-sis). Glukosa dapat diubah menjadi lemak
sukrosa), atau polisakarida (mis. glikogen). Penempatan melalui asetil-KoA, tetapi karena konversi piruvat menjadi
gugus gula ke protein (glikoprotein) penting dalam asetil-KoA, tidak seperti kebanyakan reaksi dalam glikolisis,
membantu pergerakan sel dan, dalam kaitannya dengan bersifat ireversibel, maka lemak tidak diubah menjadi
beberapa reseptor, pengenalan molekul-molekul pembentuk glukosa melalui jalur ini. Karena itu, hanya sedikit terjadi
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 23

perubahan neto lemak menjadi karbohidrat di tubuh karena, PRODUKSI ENERGI


kecuali untuk produksi dari gliserol yang secara kuantitatif
kurang bermakna, tidak terdapat jalur untuk perubahan ini. Produksi neto senyawa fosfat berenergi tinggi selama
metabolisme glukosa dan glikogen menjadi piruvat
bergantung pada apakah metabolisme terjadi melalui jalur
SIKLUS ASAM SITRAT Embden-Meyerhof atau melalui pirau heksosa monofosfat.
Siklus asam sitrat (siklus Krebs, siklus asam trikarboksilat) Dengan oksidasi di tingkat substrat, perubahan 1 mol
adalah rangkaian reaksi metabolisasi asetil-KoA menjadi fosfogliseralde-hida menjadi fosfogliserat menghasilkan 1
CO2 dan atom H. Asetil-KoA mula-mula menyatu dengan mol ATP, dan perubahan 1 mol fosfoenolpiruvat menjadi
suatu anion asam empat-karbon, oksaloasetat, untuk piruvat menghasilkan 1 mol lainnya. Karena 1 mol glukosa
membentuk sitrat dan HS-KoA. Dalam satu rangkaian yang 6-fosfat menghasilkan, melalui jalur Embden-Meyerhof, 2
terdiri dari 7 reaksi berurutan, 2 molekul CO2 dipecah mol fosfogliseral-dehida, maka per mol glukosa yang
untuk membentuk kembali oksaloasetat (Gambar 1–22). dimetabolisme menjadi piruvat akan dihasilkan 4 mol ATP.
Empat pasang atom H dipindahkan ke rantai flavoprotein- Semua reaksi ini terjadi tanpa adanya O2 dan karenanya
sitokrom, menghasilkan 12 ATP dan 4 H2O, dengan 2 H2O mencerminkan produksi energi secara anaerob. Namun, 1
digunakan dalam siklus. Siklus asam sitrat adalah jalur mol ATP digunakan dalam membentuk fruktosa 1,6-
umum untuk oksidasi karbohidrat, lemak, dan beberapa difosfat dari fruktosa 6-fosfat dan 1 mol dalam fosforilasi
asam amino menjadi CO2 dan H2O. Pintu masuk utama ke glukosa ketika senyawa ini masuk ke dalam sel. Karena itu,
siklus ini adalah melalui asetil KoA, tetapi sejumlah asam ketika piruvat terbentuk secara anaerob dari glikogen,
amino dapat diubah menjadi zat-zat antara siklus asam sitrat terdapat produksi netto 3 mol ATP per mol glukosa 6-
melalui deaminasi. Siklus asam sitrat memerlukan O2 dan fosfat; tetapi, jika piruvat dihasilkan dari 1 mol glukosa
tidak berfungsi pada keadaan anaerob. darah maka keuntungan bersih hanya 2 mol ATP.

Piruvat 3C

NAD+
CO2
NADH + H+

Asetil-KoA 2C

Oksaloasetat 4C
+
NADH + H Sitrat 6C
NAD+
Malat 4C

Isositrat 6C

Fumarat 4C
NAD+
FADH2 CO2 NADH + H+
FAD
α-Ketoglutarat 5C
Suksinat 4C
P
CO2
GTP NAD+
Suksinil-KoA 4C NADH + H+
GDP

GAMBAR 1–22 Siklus asam sitrat. Angka (6C, 5C, dst.) menunjukkan jumlah atom karbon di tiap-tiap zat antara ini. Perubahan piruvat
menjadi asetil-KoA dan setiap putaran siklus menghasilkan empat NADH dan satu FADH2 untuk oksidasi melalui rantai flavoprotein-sitokrom plus
pembentukan satu GTP yang cepat diubah menjadi ATP.
24 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Diperlukan pasokan NAD+ untuk mengubah fosfoglise- 1. Glukosa masuk ke dalam sel dan glukosa keluar dari sel
raldehida menjadi fosfogliserat. Pada keadaan anaerob
Heksokinase
(glikolisis anaerob), dapat diperkirakan adanya hambatan
pada glikolisis di tahap perubahan fosfogliseraldehida segera 2. Glukosa Glukosa 6-fosfat
setelah NAD+ yang ada diubah menjadi NADH. Namun, Glukosa 6-fosfatase
piruvat dapat menerima hidrogen dari NADH, membentuk
Glikogen sintase
NAD+ dan laktat:
3. Glukosa 1-fosfat Glikogen
Piruvat + NADH ↔ Laktat + NAD+ Fosforilase
Dengan cara ini, metabolisme glukosa dan pembentukan
Fosfo-
energi dapat berlanjut selama beberapa waktu tanpa O2. fruktokinase
Laktat yang menumpuk diubah kembali menjadi piruvat jika 4. Fruktosa 6-fosfat Fruktosa 1,6-
pasokan O2 telah pulih, dengan cara NADH memindahkan bifosfate
Fruktosa 1,6-
hidrogennya ke rantai flavoprotein-sitokrom. bifosfatase
Selama glikolisis aerob, produksi bersih ATP adalah 19
kali lebih banyak dibandingkan dengan dua ATP yang ADP ATP
Piruvat kinase
terbentuk pada keadaan anaerob. Enam ATP terbentuk oleh 5. Fosfoenolpiruvat Piruvate
oksidasi, melalui rantai flavoprotein-sitokrom, dari dua
Fosfoenolpiruvat
NADH yang dihasilkan ketika 2 mol fosfogliseraldehida carboksikinase
diubah menjadi fosfogliserat (Gambar 1-22), enam ATP di- Oksaloasetat Piruvate
bentuk dari dua NADH yang dihasilkan ketika 2 mol piruvat
diubah menjadi asetil-KoA, dan 24 ATP dibentuk selama dua Oksaloasetat
putaran siklus asam sitrat berikutnya. Dari sejumlah tersebut,
18 dibentuk oleh oksidasi enam NADH, 4 oleh oksidasi dua Malat Malat
FADH2, dan dua oleh oksidasi di tingkat substrat, ketika GAMBAR 1–23 Katup pengarah aliran dalam reaksi penghasil
suksinil-KoA diubah menjadi suksinat (reaksi ini sebenarnya energi. Dalam metabolisme karbohidrat terdapat beberapa reaksi
menghasilkan GTP, tetapi GTP diubah menjadi ATP). Karena yang berjalan ke satu arah oleh satu mekanisme dan ke arah
itu, produksi bersih ATP per mol glukosa darah yang sebaliknya oleh mekanisme yang berbeda, yang dinamai "katup
dimetabolisme secara aerob melalui jalur Embden-Meyerhof pengarah aliran". Diperlihatkan lima contoh dari reaksi ini (diberi
angka di kiri). Garis rangkap dalam contoh 5 mencerminkan membran
dan siklus asam sitrat adalah 2 + [2 x 3] + [2 x 3] + [2 x 12] -
mitokondria. Piruvat diubah menjadi malat di dalam mitokondria, dan
38. malat berdifusi keluar mitokondria menuju sitosol, tempat zat ini
Oksidasi glukosa melalui pirau heksosa monofosfat diubah menjadi fosfoenolpiruvat.
menghasilkan banyak NADPH. Pasokan koenzim tereduksi
ini merupakan hal esensial bagi banyak proses metabolik.
Pentosa yang dibentuk dalam proses-proses tersebut adalah
bahan dasar untuk nukleotida (lihat bawah). Jumlah ATP
SINTESIS & PENGURAIAN
yang dihasilkan bergantung pada jumlah NADPH yang GLIKOGEN
diubah menjadi NADH dan kemudian dioksidasi.
Glikogen adalah polimer glukosa bercabang dengan dua jenis
“KATUP PENGARAH ALIRAN” ikatan glikosida: l:4α dan l:6α (Gambar 1–24). Senyawa ini
disintesis pada glikogenin, suatu primer protein, dari glukosa
DALAM METABOLISME 1-fosfat melalui uridin difosfoglukosa (UDPG). Enzim
Metabolisme diatur oleh berbagai hormon dan faktor lain. glikogen sintase mengatalisis tahap sintesis terakhir.
Untuk menimbulkan perubahan netto dalam suatu proses Ketersediaan glikogenin adalah salah satu faktor penentu
metabolik tertentu, faktor-faktor regulatorik jelas harus jumlah glikogen yang dibentuk. Penguraian glikogen dalam
mendorong reaksi kimia menuju satu arah. Sebagian besar ikatan l:4a dikatalisis oleh fosforilase, sementara enzim lain
reaksi dalam metabolisme intermediat bersifat reversibel mengatalisis penguraian glikogen dalam ikatan 1:6α.
bebas, tetapi terdapat sejumlah “katup pengarah aliran”,
yaitu, reaksi yang berlangsung ke satu arah di bawah
pengaruh satu enzim atau mekanisme transpor dan ke FAKTOR YANG MENENTUKAN
arah yang berlawanan di bawah pengaruh faktor lain. Lima
contoh dalam metabolisme intermediat karbohidrat di-
KADAR GLUKOSA PLASMA
perlihatkan di Gambar 1–23. Berbagai jalur untuk sintesis Kadar glukosa plasma pada setiap saat ditentukan oleh
dan katabolisme asam lemak adalah contoh lainnya. Faktor- keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke
faktor regulatorik menimbulkan pengaruhnya pada dalam aliran darah dan jumlah glukosa yang keluar dari
metabolisme dengan bekerja secara langsung atau tak- aliran darah. Karenanya, penentu utama adalah asupan
langsung pada katup-katup pengarah aliran ini. makanan; laju masuknya glukosa ke dalam sel otot,
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 25

CH2OH CH2OH
O O

O
O
Ikatan 1:6α

CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2

Glikogen O O O O O

O O O O O
Glikogen
sintase
Ikatan 1:4α
Uridin
difosfo- Fosforilase a
glukosa
O−

CH2OH CH2O P O
O O
O− O−

O P O

O−
Glukosa Glukosa
1-fosfat 6-fosfat

GAMBAR 1–24 Pembentukan dan penguraian glikogen. Glikogen adalah simpanan utama untuk glukosa di sel. Senyawa ini
mengalami pendauran: dibentuk dari glukosa 6-fosfat ketika energi disimpan dan diuraikan menjadi glukosa 6-fosfat ketika energi
dibutuhkan. Perhatikan zat antara glukosa 1-fosfat dan kontrol enzimatik oleh fosforilase a dan glikogen kinase.

jaringan lemak, dan organ lain; dan aktivitas glukostatik METABOLISME HEKSOSA SELAIN
hati (Gambar 1-25). Lima persen dari glukosa yang tertelan
segera diubah menjadi glikogen di hati, dan 30—40% GLUKOSA
diubah menjadi lemak. Sisanya dimetabolisme di otot dan Heksosa lain yang diserap dari usus adalah galaktosa,
jaringan lain. Selama puasa, glikogen hati diuraikan dan hati yang dibebaskan oleh pencernaan laktosa dan diubah
menambahkan glukosa ke dalam aliran darah. Pada puasa menjadi glukosa di tubuh; dan fruktosa, yang sebagian
yang lebih lama, glikogen terkuras dan terjadi peningkatan dicerna dan sebagian diproduksi oleh hidrolisis sukrosa.
glukoneogenesis dari asam amino dan gliserol di hati. Pada Setelah fosforilasi, galaktosa bereaksi dengan UDPG
orang normal, glukosa plasma berkurang menjadi sekitar 60 untuk membentuk uridin difosfogalaktosa. Uridin
mg/dL selama kelaparan ber-kepanjangan, tetapi gejala difosfogalaktosa diubah kembali menjadi UDPG, dan
hipoglikemia tidak terjadi karena glukoneogenesis UDPG berfungsi dalam pembentukan glikogen. Reaksi
mencegah penurunan lebih lanjut. ini reversibel, dan perubahan UDPG menjadi uridin
Diet Asam Gliserol difosfogalaktosa menyediakan galaktosa yang penting
amino
untuk membentuk glikolipid dan mukoprotein ketika
Usus Hati Laktat
asupan galaktosa dalam makanan kurang memadai.
Pemakaian galaktosa, seperti yang terjadi pada glukosa,
Glukosa plasma bergantung pada insulin. Ketidakmampuan membentuk
70 mg/dL
(3.9 mmol/L)
UDPG dapat menimbulkan dampak serius bagi
kesehatan (Boks Klinis 1–5).
Fruktosa diubah sebagian menjadi fruktosa 6-fosfat
Ginjal Otak Lemak Otot dan
jaringan lain dan kemudian dimetabolisasi melalui fruktosa 1,6-difosfat.
Enzim yang mengatalisis pembentukan fruktosa 6-fosfat
Urin (ketika glukosa plasma
> 180 mg/dL) adalah heksokinase, enzim yang sama yang mengatalisis
perubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Namun, lebih
GAMBAR 1–25 Homeostasis glukosa plasma. Perhatikan banyak fruktosa yang diubah menjadi fruktosa 1-fosfat
fungsi glukostatik hati, serta keluarnya glukosa di urine ketika
ambang ginjal terlampaui (tanda panah terputus-putus). dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh fruktokinase.
26 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

BOKS KLINIS 1-5 TABEL 1–4 Lipid.


Asam lemak tipikal:
Galaktosemia O
Pada suatu kelainan bawaan metabolisme (inborn error of Asam palmitat: CH5(CH2)14—C—OH
metabolism) yang dikenal sebagai galaktosemia, terjadi O
defisiensi kongenital galaktosa 1-fosfat uridil transferase,
Asam stearat: CH5(CH2)16—C—OH
enzim yang bertanggung jawab untuk reaksi antara
galaktosa 1-fosfat dan UDPG sehingga galaktosa yang O

tertelan menumpuk di dalam sirkulasi; terjadi gangguan Asam oleat: CH5(CH2)7CH=CH(CH2)7—C—OH


serius pada pertumbuhan dan perkembangan. (tak jenuh)

Trigliserida (triasilgliserol): ester dari gliserol dan tiga asam


KIAT TERAPEUTIK lemak
Terapi dengan diet bebas galaktosa memperbaiki O
galaktosemia tanpa menyebabkan defisiensi
CH2—O—C—R CH2OH
galaktosa. Hal ini terjadi karena enzim yang
diperlukan untuk membentuk uridin difosfogalaktosa O O

dari UDPG tetap ada. CH2—O—C—R + CHOH + 3HO—C—R


3H2O O

CH2—O—C—R CH2OH
Trigliserida Gliserol
Sebagian besar dari fruktosa 1-fosfat kemudian dipecah
menjadi dihidroksi-aseton fosfat dan gliseraldehida. R = rantai alifatik dengan panjang dan tingkat saturasi bervariasi
Gliseraldehida mengalami fosforilasi, dan senyawa ini serta Fosfolipid:
dihidroksiaseton fosfat masuk ke jalur untuk metabolisme A. Ester dari gliserol, dua asam lemak, dan
glukosa. Karena reaksi-reaksi yang berlangsung melalui
1. Fosfat = asam fosfatidat
fosforilasi fruktosa di posisi 1 dapat terjadi dengan
kecepatan normal tanpa keberadaan insulin, diperkirakan 2. Fosfat plus inositol = fosfatidilinositol
bahwa fruktosa yang diberikan kepada pengidap diabetes 3. Fosfat plus kolin = fosfatidilkolin (lesitin)
memulihkan simpanan karbohidrat mereka. Namun,
4. Fosfat plus etanolamin = fosfatidil-etanolamin
kebanyakan fruktosa dimetabolisme di usus dan hati (cefalin)
sehingga nilainya dalam menggantikan karbohidrat di
5. Fosfat plus serin = fosfatidilserin
bagian tubuh lain terbatas.
Fruktosa 6-fosfat juga dapat mengalami fosforilasi di B. Turunan gliserol lainnya yang mengandung fosfat
posisi 2, membentuk fruktosa 2,6-difosfat. Senyawa ini C. Sfingomielin: ester dari asam lemak, fosfat, kolin, dan amino
merupakan suatu regulator penting glukoneogenesis hati. alkohol sfingosin
Jika kadar fruktosa 2,6-difosfat tinggi, perubahan fruktosa 6- Serebrosida: Senyawa yang mengandung galaktosa, asam lemak,
fosfat menjadi fruktosa 1,6-difosfat dipermudah, dan dan sfingosin
karenanya pemecahan glukosa menjadi piruvat meningkat. Sterol: Kolesterol dan turunannya, termasuk hormon steroid, asam
Penurunan kadar fruktosa 2,6-difosfat mempermudah reaksi empedu, dan berbagai vitamin
kebalikan dan karenanya membantu glukoneogenesis.

OKSIDASI & SINTESIS ASAM


ASAM LEMAK & LIPIP
LEMAK
Lipid yang penting secara biologis adalah asam lemak dan Di tubuh, asam lemak diuraikan menjadi asetil-KoA, yang
turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid dan senyawa masuk ke siklus asam sitrat. Penguraian utama terjadi di
terkait, dan sterol. Trigliserida terbuat dari tiga asam amino mitokondria melalui P-oksidasi. Oksidasi asam lemak
yang terikat ke gliserol (Tabel 1–4). Asam-asam lemak yang dimulai dengan pengaktifan (pembentukan turunan KoA)
ada di alam mengandung atom karbon dalam jumlah genap. asam lemak, suatu reaksi yang terjadi di dalam dan di
Asam ini mungkin jenuh (tidak memiliki ikatan ganda) atau luar mitokondria. Asam lemak rantai sedang dan rantai
tak-jenuh (terdehidrogenasi, dengan jumlah ikatan ganda pendek dapat masuk ke mitokondria tanpa kesulitan, tetapi
bervariasi). Fosfolipid adalah konstituen membran sel dan asam lemak rantai panjang harus terikat ke karnitin dalam
merupakan komponen struktural membran sel, serta sebagai ikatan ester sebelum asam lemak tersebut dapat menembus
sumber penting molekul sinyal intra- dan antarsel. Asam membran dalam mitokondria. Karnitin adalah β-hidroksi-γ-
lemak juga merupakan sumber energi penting di tubuh. trimetilamonium butirat, dan senyawa ini disintesis di tubuh
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 27

$VDPOHPDN $VDPOHPDNDNWLI
O O
Mg2+




R CH2CH2 C OH + HS-CoA H2 O + R CH2CH2 C S KoA
ATP ADP
)ODYRSURWHLQ
WHURNVLGDVL

)ODYRSURWHLQ
WHUHGXNVL
OH O O




R C CH2 C S CoA H2 O + R CH = CH C S CoA

H Asam lemak β-hidroksi-KoA $VDPOHPDNWDNMHQXKα,β.R$


+ +
NAD NADH + H

O O O O





R C CH2 C S CoA + HS-CoA R C S KoA + CH3 C S KoA

Asam lemak βketo–KoA Asam lemak "aktif" + Asetil-KoA

R = rantai asam lemak lainnya.

GAMBAR 1-26 Oksidasi asam lemak. Proses ini, pemisahan dua fragmen karbon pada satu waktu, diulang hingga keujung rantai.

dari lisin dan metionin. Suatu translokase memindahkan ester membran serta dapat berfungsi sebagai progenitor bagi
karnitin-asam lemak ke dalam ruang matriks. Ester molekul-molekul penghantar sinyal sel; dan lemak netral,
mengalami hidrolisis, dan karnitin mengalami daur ulang. β- yang disimpan di sel adiposa. Lemak netral mengalami
oksidasi berlanjut melalui serangkaian pengeluaran fragmen- metabolisme selama kelaparan, tetapi lemak struktural
fragmen dua karbon dari asam lemak (Gambar 1–26). Energi dipertahankan. Endapan lemak jelas memiliki ukuran yang
yang dihasilkan dari proses ini besar. Sebagai contoh, bervariasi, tetapi pada orang yang tidak obesitas, asam lemak
katabolisme 1 mol suatu asam lemak 6-karbon melalui siklus membentuk sekitar 15% dari berat tubuh pada pria dan 21 %
asam sitrat menjadi CO2 dan H2O menghasilkan 44 mol ATP, pada wanita. Lemak netral bukan merupakan struktur inert
dibandingkan dengan 38 mol yang dihasilkan oleh seperti semula diperkirakan, tetapi lebih merupakan jaringan
katabolisme 1 mol karbohidrat enam karbon glukosa. dinamik yang mengalami penguraian dan sintesis kembali
secara terus-menerus. Di tempat penyimpanan (depot),
BADAN KETON glukosa dimetabolisme menjadi asam lemak, dan lemak
netral disintesis. Lemak netral juga diuraikan, dan asam
Di banyak jaringan, unit-unit asetil-KoA memadat untuk lemak bebas (freefatty acids, FFA) yang dihasilkan
membentuk asetoasetil-KoA (Gambar 1–27). Di hati, yang dikeluarkan ke dalam sirkulasi.
(tidak seperti jaringan lain) mengandung suatu deasilase,
terbentuk asetoasetat bebas. Asam β-keto ini diubah Jenis lemak ketiga yang khusus adalah lemak cokelat,
menjadi β-hidroksibutirat dan aseton, dan karena yang merupakan sebagian kecil dari lemak total tubuh.
senyawa-senyawa ini sulit dimetabolisme di hati mereka Lemak cokelat, yang agak lebih banyak pada bayi meskipun
berdifusi ke dalam sirkulasi. Asetoasetat juga terbentuk di juga terdapat pada orang dewasa, terletak di antara skapula,
hati melalui pembentukan 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA, di tengkuk, di sepanjang pembuluh besar di toraks dan
dan jalur ini secara kuantitatif lebih penting daripada abdomen, dan tersebar di berbagai lokasi di tubuh. Di
deasilasi. Asetoasetat, β- hidroksibutirat, dan aseton disebut depot lemak cokelat, sel-sel lemak serta pembuluh darah
badan keton. Jaringan di luar hati memindahkan KoA dari memiliki persarafan simpatis yang ekstensif. Hal ini berbeda
suksinil-KoA ke asetoasetat dan memetabolisme asetoasetat dari depot lemak putih, yaitu sebagian sel lemaknya
“aktif” menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat. mungkin mendapat persarafan, tetapi persarafan simpatis
Badan keton juga dimetabolisme melalui jalur lain. Aseton utama adalah ke pembuluh darah. Selain itu, liposit biasa
dikeluarkan di urine dan udara ekspirasi. Ketidakseimbangan hanya memiliki satu butiran besar lemak putih, sementara
badan-badan keton dapat menyebab-kan masalah kesehatan sel lemak cokelat mengandung beberapa butiran kecil
yang serius (Boks Klinis 1–6). lemak. Sel lemak cokelat juga memiliki banyak
mitokondria. Di mitokondria ini, berlangsung hantaran
proton ke arah dalam yang menghasilkan ATP seperti biasa,
LEMAK SEL tetapi selain itu terdapat hantaran proton kedua yang tidak
Lemak di sel terdiri dari dua jenis utama: lemak struktural, menghasilkan ATP. Hantaran “arus-pendek” ini bergantung
yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pada uncoupling protein 32-kDa (UCP1). Hantaran ini
28 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

O O O O
β-Ketotiolase







CH3 C S CoA + CH3 C S KoA CH3 C CH2 C S KoA + HS-KoA
2 Asetil-KoA Asetoasetil-KoA

O O O O
Deasilase





CH3 C CH2 C S KoA + H2O CH3 C CH2 C O− + H+ + HS-KoA
(hanya di hati)
Asetoasetil-KoA Asetoasetat

OH O




Asetil-KoA + Asetoasetil-KoA CH3 C CH2 C S KoA + H+

CH2 COO−
3-hidroksi-3-metilglutari-KoA
(HMG-KoA)

HMG-KoA Asetoasetat + H+ + Asetil-KoA

Asetoasetat
O O
Jaringan kecuali hati



CH3 C CH2 C O− + H+ CO2 + ATP

–CO2
O
+2H –2H



CH3 C CH3

O Aseton

CH3 CHOH CH2 C O− + H+


β-hidroksibutirat

GAMBAR 1–27 Pembentukan dan metabolisme badan keton. Perhatikan dua jalur pembentukan asetoasetat.

BOKS KLINIS 1-6

Penyakit yang Berkaitan dengan metabolik yang terjadi pada kondisi seperti ketosis diabetes
Ketidakseimbangan β-Oksidasi Asam Lemak dapat parah dan bahkan mematikan. Tiga keadaan yang
menyebabkan defisiensi pasokan glukosa intrasel, dan
Ketoasidosis karenanya terjadi ketoasidosis, adalah kelaparan, diabetes
Kadar keton darah normal pada manusia adalah rendah melitus, dan diet rendah karbohidrat tinggi lemak. Bau aseton
(sekitar 1 mg/dL) dan kurang dari 1 mg diekskresikan per pada napas anak yang mengalami muntah disebabkan oleh
24 jam, karena keton dalam keadaan normal dimetabolisme ketosis kelaparan. Pemberian parenteral glukosa dalam jumlah
secepat pembentukannya. Namun, jika masuknya asetil-KoA kecil menghilangkan ketosis, dan karena hal inilah karbohidrat
ke dalam siklus asam sitrat tertekan karena berkurangnya dikatakan bersifat antiketogenik.
pasokan produk-produk metabolisme glukosa, atau jika Defisiensi Karnitin
pemasukan tersebut tidak meningkat ketika pasokan asetil- Defisiensi β-oksidasi asam lemak dapat terjadi akibat
KoA meningkat, maka terjadi akumulasi asetil-KoA, laju defisiensi karnitin atau defek genetik pada translokase atau
kondensasi menjadi asetoasetil-KoA meningkat, dan lebih enzim lain yang berperan dalam pemindahan asam lemak
banyak asetoasetat terbentuk di hati. Kemampuan jaringan rantai-panjang masuk ke dalam mitokondria. Hal ini
mengoksidasi keton segera terlampaui, dan keton menyebabkan kardiomiopati. Selain itu, defisiensi tersebut
menumpuk di aliran darah (ketosis). Dua dari tiga badan menimbulkan hipoglikemia hipoketonemik disertai koma,
keton, asetoasetat dan β-hidrokslbutirat, adalah anion dari suatu penyakit serius dan sering mematikan yang dipicu oleh
asam berkekuatan sedang yaitu asam asetoasetat dan asam puasa, yaitu saat simpanan glukosa terkuras karena tidak
β-hidroksibutirat. Banyak dari proton mereka terdapar, adanya oksidasi asam lemak untuk menghasilkan energi.
mengurangi penurunan pH yang seharusnya terjadi. Namun, Badan keton tidak terbentuk dalam jumlah normal karena
kemampuan pendaparan dapat terlampaui, dan asidosis kurang adekuatnya KoA di hati.
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 29

menyebabkan terpisahnya metabolisme dan pembentukan Sistem endogen, yang terdiri dari VLDL, lipoprotein
ATP sehingga lebih banyak panas yang dihasilkan. berdensitas sedang (intermediate-density lipoprotein, IDL),
lipoprotein berdensitas rendah (low-density lipoprotein, LD L),
LIPID PLASMA & TRANSPOR LIPID dan lipoprotein berdensitas tinggi (high-density lipoprotein,
Lipid-lipid utama relatif tak-larut dalam larutan air dan tidak HDL), juga mengangkut trigliserida dan kolesterol ke seluruh
beredar dalam bentuk bebas. FFA terikat ke albumin, sementara tubuh. VLDL terbentuk di hati dan mengangkut trigliserida
kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam bentuk yang terbentuk dari asam lemak dan karbohidrat di hati ke
kompleks lipoprotein. Kompleks ini sangat meningkatkan jaringan ekstrahati. Setelah trigliserida mereka sebagian besar
kelarutan lipid. Terdapat enam famili lipoprotein (Tabel 1–5) dikeluarkan oleh kerja lipoprotein lipase, VLDL berubah
yang dibagi berdasarkan ukuran dan kandungan lipidnya. menjadi IDL. IDL menyerahkan fosfolipid dan melalui kerja
Kepadatan (densitas) berbagai lipoprotein ini berbanding enzim plasma lesitin-kolesterol asiltrans-ferase (LCAT)
terbalik dengan kandungan lipidnya. Secara umum, lipoprotein mengambil ester kolesteril yang dibentuk dari kolesterol di
terdiri dari suatu inti hidrofobik trigliserida dan ester kolesterol HDL. Sebagian IDL diambil oleh hati. IDL sisanya kemudian
yang dikelilingi oleh fosfolipid dan protein. Berbagai lipoprotein kehilangan lebih banyak trigliserida dan protein, kemungkin-
ini dapat diangkut dari usus ke hati melalui jalur eksogen, dan an di sinusoid hati, dan menjadi LDL. LDL menyalurkan
antara jaringan-jaringan lain melalui suatu jalur endogen. kolesterol ke jaringan. Kolesterol adalah konstituen esensial di
Lipid makanan diproses oleh beberapa enzim lipase membran sel dan digunakan oleh sel kelenjar untuk
pankreas di usus untuk membentuk misel (micelle) campuran menghasilkan hormon steroid.
yang terutama terdiri dari FFA, 2-monoasilgliserol, dan turunan
kolesterol (lihat Bab 26). Berbagai misel tambahan ini juga dapat METABOLISME ASAM LEMAK
mengandung molekul tak-larut yang penting seperti vitamin A,
D, E, dan K. Misel campuran ini diserap masuk ke dalam sel BEBAS
mukosa usus tempat terbentuknya kompleks lipoprotein besar,
Selain jalur eksogen dan endogen yang telah diuraikan di
kilomikron. Kilomikron dan sisa-sisanya membentuk suatu
atas, FFA juga disintesis di depot lemak tempat FFA
sistem transpor untuk lipid eksogen dari makanan (jalur
disimpan. F FA dapat beredar sebagai lipoprotein yang
eksogen). Kilomikron dapat masuk ke dalam sirkulasi melalui
terikat ke albumin dan merupakan sumber utama energi bagi
duktus limfatikus. Kilomikron dibersihkan dari sirkulasi oleh
banyak organ. Senyawa ini digunakan secara luas di jantung,
kerja lipoprotein lipase, yang terletak di permukaan endotel
tetapi mungkin semua jaringan dapat mengoksidasi FFA
kapiler. Enzim ini mengatalisis penguraian trigliserida dalam
menjadi CO2 dan H2O.
kilomikron menjadi FFA dan gliserol, yang kemudian masuk ke
sel adiposa dan mengalami re-esterifikasi. Selain itu, FFA dapat Pasokan FFA ke jaringan diatur oleh dua lipase. Seperti
tetap berada di dalam darah terikat ke albumin. Lipoprotein disebutkan di atas, lipoprotein lipase di permukaan endotel
lipase, yang memerlukan heparin sebagai kofaktornya, juga kapiler menghidrolisis trigliserida di kilomikron dan VLDL,
mengeluarkan trigliserida dari lipoprotein berdensitas sangat menyediakan FFA dan gliserol, yang kemudian disusun kembali
rendah (very low density lipoprotein, VLDL) dalam darah. Kilo- menjadi trigliserida baru di sel lemak. Lipase peka-hormon di
mikron yang sudah terkuras trigliseridanya tetap berada dalam dalam sel jaringan lemak mengatalisis penguraian simpanan
sirkulasi sebagai lipoprotein kaya-kolesterol yang dinamai sisa trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak, dengan yang
kilomikron (chylomicron remnants) dengan garis tengah 30-80 terakhir masuk ke sirkulasi. Lipase peka-hormon meningkat oleh
nm. Sisa ini diangkut ke hati tempat sisa ini diserap dan terurai. puasa dan stres dan menurun oleh makan dan insulin.

TABEL 1–5 Lipoprotein utamaa.


Komposisi (%)

Kolesteril Ester
Lipoprotein Ukuran (nm) Protein Bebas Kolesterol Trigliserida Fosfolipid Asal

Kilomikron 75–1000 2 2 3 90 3 Usus


Sisa kilomikron 30–80 … … … … … Kapiler
Lipoprotein berdensitas sangat 30–80 8 4 16 55 17 Hati dan
rendah (VLDL) usus
Lipoprotein berdensitas 25–40 10 5 25 40 20 VLDL
sedang (IDL)

Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) 20 20 7 46 6 21 IDL


Lipoprotein berdensitas 7.5–10 50 4 16 5 25 Hati dan
tinggi (HDL) usus
a
Lipid plasma mencakup komponen-komponen ini plus asam lemak bebas dari jaringan lemak yang beredar dalam keadaan terikat ke albumin.
30 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Sebaliknya, makan meningkatkan dan puasa menurunkan


aktivitas lipoprotein lipase.
ASAM LEMAK ESENSIAL
Hewan yang diberi makan diet bebas-lemak gagal untuk
tumbuh, mengalami kelainan kulit dan ginjal, dan menjadi
METABOLISME KOLESTEROL mandul. Penambahan asam linolenat, linoleat, dan arakidonat
ke dalam diet menyembuhkan semua gejala defisiensi tersebut.
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam Ketiga asam ini adalah asam lemak tak-jenuh rantai banyak
empedu serta merupakan konstituen esensial membran sel. (polyunsaturated) dan karena efeknya asam lemak ini dinamai
Senyawa ini ditemukan hanya pada hewan. Sterol-sterol asam lemak esensial. Gejala defisiensi serupa belum pernah
terkait dapat dijumpai dalam tanaman, tetapi sterol tanaman dibuktikan secara meyakinkan pada manusia, tetapi terdapat
kurang dapat diserap melalui kanal cerna. Sebagian besar alasan untuk mempercayai bahwa sebagian lemak tak-jenuh
kolesterol makanan terdapat di dalam kuning telur dan adalah konstituen makanan yang esensial, khususnya bagi
lemak hewani. anak. Dehidrogenasi lemak diketahui terjadi di tubuh, tetapi
Kolesterol diserap dari usus dan dimasukkan ke dalam tampaknya tidak terjadi pembentukan rantai karbon dengan
kilomikron yang terbentuk di mukosa usus. Setelah susunan ikatan ganda seperti yang ditemukan pada asam
kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di jaringan lemak, lemak esensial.
sisa kilomikron membawa kolesterol ke hati. Hati dan
jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian dari
EIKOSANOID
kolesterol di hati diekskresikan di empedu, baik dalam Salah satu alasan mengapa asam lemak esensial diperlukan
bentuk bebas maupun sebagai asam empedu. Sebagian dari bagi kesehatan adalah asam lemak esensial merupakan
kolesterol empedu direabsorpsi dari usus. Sebagian besar prekursor dari prostaglandin, prostasiklin, tromboksan,
kolesterol di hati dimasukkan ke dalam VLDL dan beredar lipoksin, leukotrien, dan senyawa-senyawa terkait. Berbagai
dalam bentuk kompleks lipoprotein. bahan ini dinamai eikosanoid, yang mencerminkan asal
mereka dari asam lemak tak-jenuh rantai banyak 20 karbon (-
Biosintesis kolesterol dari asetat diringkas di Gambar eikosa) asam arakidonat dan turunan 20 karbon asam linoleat
1–28. Kolesterol memberi umpan-balik untuk meng- dan linolenat.
hambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-
Prostaglandin adalah serangkaian asam lemak tak-jenuh
KoA reduktase, enzim yang mengubah 3-hidroksi-3-
20 karbon yang mengandung sebuah cincin siklopentan.
metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam
Prostaglandin pertama kali diisolasi dari air mani, tetapi
mevalonat. Karena itu, ketika asupan kolesterol makanan
sebenarnya disintesis di sebagian besar dan bahkan mungkin
tinggi, sintesis kolesterol di hati berkurang, dan seluruh organ tubuh. Prostaglandin H2 (PGH2) adalah
demikian sebaliknya. Namun, kompensasi umpan balik prekursor dari berbagai prostaglandin lainnya, tromboksan,
berlangsung tak-sempurna, karena diet yang rendah dan prostasiklin. Asam arakidonat dibentuk dari fosfolipid
kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan jaringan oleh fosfolipase A2. Senyawa ini diubah menjadi
ringan kolesterol plasma yang beredar. Obat penurun prostaglandin H2 (PGH2) oleh prostaglandin G/H sintase 1
kolesterol yang paling efektif dan banyak digunakan adalah dan 2. Ini adalah enzim bifungsional yang memiliki aktivitas
lovastatin dan golongan statin lainnya, yang mengurangi siklooksigenase dan peroksidase, tetapi enzim-enzim ini
sintesis kolesterol dengan menghambat HMG-KoA. lebih dikenal sebagai siklooksigenase 1 (COX1) dan
Hubungan antara kolesterol dan penyakit vaskular dibahas siklooksigenase 2 (COX2). Struktur keduanya sangat mirip,
di Boks Klinis 1–7. tetapi COX1 terus-menerus dihasilkan sementara COX2
Asetil-KoA
HMG-KoA
3-hidroksi-3- reduktase
Asetoasetil-KoA Asam mevalonat
metilglutaril-KoA

Asetoasetat Skualen
Asetoasetat
Kolesterol

CH3

HOOC CH2 C CH2 CH2 OH Skualen


(C30H50) HO
OH
Asam mevalonat Kolesterol (C27H46O )

GAMBAR 1-28 Biosintesis kolesterol. Enam molekul asam mevalonat memadat untuk membentuk skualen, yang kemudian
mengalami hidroksilasi menjadi kolesterol. Tanda panah terputus-putus menunjukkan inhibisi umpan-balik oleh kolesterol pada HMG-KoA
reduktase, enzim yang mengatalisis pembentukan asam mevalonat.
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 31

BOKS KLINIS 1-7

Kolesterol & Aterosklerosis iskemik. Di lain pihak, HDL mengambil kolesterol dari jaringan
perifer dan mengangkutnya ke hati sehingga menurunkan
Ketertarikan terhadap obat-obat penurun kolesterol berasal
kolesterol plasma. Menarik bahwa pada wanita, yang angka
dari peran kolesterol dalam etiologi dan perjalanan
kejadian infark miokardiumnya lebih rendah daripada pria,
aterosklerosis. Penyakit yang sangat meluas ini mempermudah
memperlihatkan kadar HDL yang lebih tinggi. Selain itu, kadar
terjadinya infark miokardium, trombosis serebrum, gangren
HDL meningkat pada orang yang berolahraga dan mereka yang
iskemik ekstremitas, dan penyakit serius lainnya. Aterosklerosis
minum satu atau dua gelas alkohol per hari, sementara kadar
ditandai oleh infiltrasi kolesterol dan kolesterol teroksidasi ke
itu berkurang pada mereka yang merokok, kegemukan, atau
dalam makrofag, mengubah sel ini menjadi sel busa di lesi
hidup kurang aktivitas fisik (sederitary). Minum (alkohol) dalam
dinding arteri. Hal ini diikuti oleh serangkaian perubahan
jumlah sedang mengurangi angka kejadian infark miokardium,
kompleks yang melibatkan trombosit, makrofag, sel otot polos,
sementara obesitas dan merokok adalah faktor risiko yang
faktor pertumbuhan, dan mediator peradangan yang
meningkatkannya. Kolesterol plasma dan angka kejadian
menghasilkan lesi proliferatif yang akhirnya mengalami ulserasi
penyakit kardiovaskular meningkat pada hiperkolesterolemia
dan mungkin kalsifikasi. Lesi menyebabkan distorsi pada
familial, akibat berbagai mutasi loss-of-function di gen-gen
pembuluh darah dan menyebabkannya menjadi kaku. Pada
untuk reseptor LDL.
orang yang kadar kolesterol plasmanya tinggi, angka kejadian
aterosklerosis dan penyulitnya meningkat. Kisaran normal
untuk kolesterol plasma adalah 120-200 mg/dL, tetapi pada KIAT TERAPEUTIK
pria, terdapat korelasi yang jelas, erat, dan positif antara angka Meskipun merupakan suatu penyakit progresif,
kematian akibat penyakit jantung iskemik dan kadar kolesterol aterosklerosis juga dapat dicegah pada banyak kasus
plasma di atas 180 mg/ dL. Selain itu, kini menjadi jelas bahwa dengan membatasi faktor risiko, termasuk menurunkan
penurunan kolesterol plasma dengan diet dan obat kolesterol "jahat" melalui diet yang sehat dan olahraga.
memperlambat dan bahkan memulihkan perkembangan lesi Terapi obat untuk kolesterol tinggi, termasuk di antaranya
aterosklerotik serta berbagai penyulit yang ditimbulkannya. adalah golongan statin, dapat membantu melengkapi
Dalam mengevaluasi kadar kolesterol plasma dalam pengobatan dengan diet yang sehat dan olahraga. Jika
kaitannya dengan aterosklerosis, diperlukan juga analisis kadar aterosklerosisnya telah berada dalam tahap lanjut maka
LDL dan HDL. LDL menyalurkan kolesterol ke jaringan perifer, teknik-teknik invasif, misalnya angioplasti dan
termasuk lesi ateromatosa, dan konsentrasi LDL plasma pemasangan stent, dapat digunakan untuk mengatasi
berkorelasi positif dengan infark miokardium dan stroke sumbatan arteri.

nyeri. Obat yang memengaruhi produksi prostaglandin


diinduksi oleh faktor pertumbuhan, sitokin, dan promotor merupakan salah satu obat bebas yang paling banyak
tumor. PGH2 diubah menjadi prostasiklin, tromboksan, dan dijumpai (Boks Klinis 1–8).
prostaglandin oleh berbagai isomerase jaringan. Efek Asam arakidonat juga berfungsi sebagai substrat
prostaglandin sangat banyak dan beragam. Prostaglandin untuk pembentukan beberapa leukotrien dan lipoksin
terutama penting dalam siklus reproduksi wanita, persalinan, yang penting secara fisiologis. Leukotrien, tromboksan,
sistem kardiovaskular, respons peradangan, dan timbulnya lipoksin, dan prostaglandin dinamai hormon lokal.

BOKS KLINIS 1-8

Farmakologi Prostaglandin nyeri dan peradangan, dan prostaglandin yang disintesis oleh
COX1 lebih terlibat dalam perlindungan mukosa kanal cerna
Karena prostaglandin berperan penting dalam timbulnya
dari ulserasi. Telah dikembangkan obat-obat seperti selekoksib
nyeri, peradangan, dan demam, para ahli farmakologi telah
dan rofekoksib yang secara selektif menghambat COX2, dan
lama mencari obat yang dapat menghambat sintesis
dalam pemakaian klinis obat-obat tersebut mengatasi nyeri
senyawa ini. Glukokortikoid menghambat fosfolipase A2 dan
dan peradangan, mungkin dengan angka kejadian ulserasi
karenanya menghambat pembentukan semua eikosanoid.
kanal cerna dan penyulitnya yang lebih rendah dibandingkan
Berbagai obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) meng-
dengan OAINS non-spesifik. Namun, rofekoksib telah ditarik
hambat siklooksigenase, menghambat pembentukan PGH2
dari pasaran di Amerika Serikat karena laporan peningkatan
dan turunan-turunannya. Aspirin adalah yang paling
kasus stroke dan serangan jantung pada orang yang
terkenal, tetapi ibuprofen, indometasin, dan yang lain juga
menggunakannya. Saat ini tengah dilakukan banyak penelitian
digunakan. Namun, terdapat bukti bahwa prostaglandin
untuk memahami semua efek enzim COX, produknya, dan
yang disintesis oleh COX2 lebih terlibat dalam timbulnya
inhibitornya.
32 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Mereka memiliki waktu-paruh singkat dan diinaktifkan di aerob atau anaerob). Produksi netto ATP selama glikolisis
banyak jaringan. Mereka jelas bekerja terutama di jaringan aerob adalah 19 kali lipat dibandingkan glikolisis anaerob.
tempatnya dihasilkan. Leukotrien adalah mediator respons ■ Asam lemak adalah asam karboksilat dengan rantai
alergi dan peradangan. Pelepasan mereka dipicu oleh hidrokarbon yang panjang. Asam lemak merupakan
ikatan alergen spesifik dengan antibodi IgE di permukaan sumber energi penting bagi sel dan turunan asam lemak—
sel mast (lihat Bab 3). Mediator-mediator ini menyebabkan termasuk trigliserida, fosfolipid, dan sterol—juga memiliki
peran selular lain yang penting.
bronkokonstriksi, konstriksi arteriol, peningkatan per-
meabilitas vaskular, dan tertariknya neutrofil dan eosinofil
ke tempat peradangan. Penyakit yang mungkin melibatkan PERTANYAAN PILIHAN GANDA
mereka adalah asma, psoriasis, sindrom distres pernapasan
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling
dewasa, rinitis alergi, artritis reumatoid, penyakit Crohn,
tepat kecuali jika dinyatakan lain
dan kolitis ulseratif.
1. Potensial membran sebuah sel berada pada keseimbangan
K+. Konsentrasi K+ intrasel adalah 150 mmol/L dan
RINGKASAN BAB konsentrasi K+ ekstrasel adalah 5,5 mmol/L. Berapa
potensial istirahat?
■ Sel mengandung sekitar dua pertiga cairan tubuh, sementara A. −70 mv
cairan ekstrasel sisanya ditemukan di antara sel-sel (cairan B. −90 mv
interstisium) atau dalam plasma darah dan limfe yang C. +70 mv
bersirkulasi. D. +90 mv
■ Jumlah molekul, muatan listrik, dan partikel bahan dalam
2. Perbedaan dalam konsentrasi H+ dalam suatu larutan pH
larutan merupakan hal penting dalam fisiologi.
2,0 dibandingkan dengan larutan dengan pH 7,0 adalah
■ Penyangga (dapar) biologis antara lain adalah bikarbonat,
protein, dan fosfat yang dapat mengikat atau melepaskan A. 5 kali lipat
proton dalam larutan untuk membantu mempertahankan pH. B. 1/5-nya
Kapasitas dapar biologis dari suatu asam lemah atau basa C. 105 kali lipat
lemah adalah paling besar jika pKa = pH D. 10−5-nya
■ Meskipun osmolalitas larutan dapat sangat mirip di kedua sisi 3. Transkripsi mengacu kepada
membran plasma, distribusi masing-masing molekul dan A. Proses penggunaan mRNA sebagai cetakan untuk
distribusi muatan di kedua sisi membran plasma dapat cukup produksi protein
berbeda. Pemisahan konsentrasi partikel bermuatan
menyebabkan timbulnya gradien listrik di membran plasma B. Proses penyalinan sekuens DNA ke RNA untuk tujuan
(bagian dalam negatif). Gradien elektrokimia terutama ekspresi gen
dipertahankan oleh Na, K ATPase. Hal ini dipengaruhi oleh C. Proses ketika DNA bergulung mengelilingi histon
keseimbangan Gibbs-Donnan dan dapat dihitung dengan untuk membentuk nukleosom
menggunakan persamaan potensial Nernst. D. Proses replikasi DNA sebelum pembelahan sel
■ Energi sel dapat disimpan dalam senyawa fosfat berenergi 4. Struktur primer suatu protein merujuk kepada
tinggi, termasuk adenosin trifosfat (ATP). Reaksi oksidasi-
A. Pemilinan, pelipatan, atau pemilinan dan pelipatan
reduksi terkoordinasi memungkinkan dihasilkannya suatu
sekuens asam amino untuk membentuk struktur stabil
gradien proton di membran dalam mitokondria yang akhirnya
menyebabkan pembentukan ATP di sel. di dalam protein (mis. α-heliks dan β-sheet)
B. Susunan subunit-subunit untuk membentuk suatu
■ Nukleotida yang terbuat dari basa purin atau pirimidin yang
struktur fungsional
dihubungkan ke gula ribosa atau 2-deoksiribosa dengan fosfat
inorganik adalah bahan pembangun dasar untuk asam nukleat, C. Sekuens asam amino suatu protein
DNA, dan RNA. Satuan mendasar DNA adalah gen, yang D. Susunan rantai yang terpilin dan melipat di dalam
menyandi informasi untuk membuat protein di sel. Gen-gen suatu protein untuk menghasilkan struktur yang stabil
ditranskripsikan menjadi RNA messenger, dan dengan 5. Isilah titik-titik berikut ini: Glikogen adalah bentuk
bantuan RNA ribosom dan RNA transfer, ditranslasikan simpanan dari glukosa. ______ merujuk kepada proses
menjadi protein. pembuatan glikogen dan _______ merujuk kepada proses
■ Asam amino adalah bahan pembangun dasar untuk protein di penguraian glikogen
sel dan juga berfungsi sebagai sumber untuk molekul-molekul
A. Glikogenolisis, glikogenesis
yang secara biologis aktif. Translasi adalah proses sintesis
B. Glikolisis, glikogenolisis
protein. Setelah terbentuk, protein dapat mengalami berbagai
C. Glikogenesis, glikogenolisis
modifikasi pascatranslasi sebelum memperoleh keadaan sel
yang berfungsi penuh. D. Glikogenolisis, glikolisis
■ Karbohidrat adalah molekul organik yang mengandung C dan 6. Lipoprotein sumber utama kolesterol yang digunakan di sel adalah
H2O dalam jumlah setara. Karbohidrat dapat dilekatkan ke A. Kilomikron
protein (glikoprotein) atau asam lemak (glikolipid) serta B. Lipoprotein berdensitas sedang (IDL)
sangat penting untuk menghasilkan dan menyimpan energi sel C. Asam lemak bebas yang terikat albumin
dan tubuh. Penguraian glukosa untuk menghasilkan energi, D. LDL
atau glikolisis, dapat terjadi dengan atau tanpa O2 (secara E. HDL
BAB 1 Prinsip Umum & Produksi Energi dalam Fisiologi Kedokteran 33

7. Mana dari yang berikut ini menghasilkan senyawa fosfat


berenergi tinggi paling banyak?
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell, 5th
A. Metabolisme aerob 1 mol glukosa
ed. Garland Science, 2008.
B. Metabolisme anaerob 1 mol glukosa
Hille B: Ionic Channels of Excitable Membranes, 3rd ed. Sinauer
C. Metabolisme 1 mol galaktosa
Associates, 2001.
D. Metabolisme 1 mol asam amino
Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM: Principles of Neural Science,
E. Metabolisme 1 mol asam lemak rantai-panjang
4th ed. McGraw-Hill, 2000.
8. Ketika LDL masuk ke sel melalui proses endositosis yang Macdonald RG, Chaney WG: USMLE Road Map, Biochemistry.
diperantarai oleh reseptor, mana dari yang berikut yang tidak
McGraw-Hill, 2007.
terjadi?
Murray RK, Bender DA, Botham KM, et al: Harper’s Biochemistry,
A. Penurunan pembentukan kolesterol dari asam mevalonat 28th ed. McGraw-Hill, 2009.
B. Peningkatan konsentrasi ester kolesteril intrasel
Pollard TD, Earnshaw WC: Cell Biology, 2nd ed. Saunders, Elsevier,
C. Peningkatan pemindahan kolesterol dari sel ke HDL
2008.
D. Penurunan laju pembentukan reseptor LDL
E. Penurunan kolesterol dalam endosom Sack GH, Jr: USMLE Road Map, Genetics. McGraw Hill, 2008.
Scriver CR, Beaudet AL, Sly WS, et al (editors): The Metabolic and
Molecular Bases of Inherited Disease, 8th ed. McGraw-Hill, 2001.
Halaman ini sengaja dikosongkan
2
Gambaran Umum B A B

Fisiologi Sel dalam


Fisiologi Kedokteran

T U J U A N ■ Menyebutkan organel-organel utama sel serta fungsinya di sel


■ Menyebutkan berbagai bahan pembangun utama sitoskeleton sel dan
Setelah mempelajari bab ini, kontribusinya dalam struktur dan fungsi sel
Anda seyogianya mampu: ■ Menyebutkan koneksi antarsel dan dari sel ke ekstrasel
■ Mendefinisikan proses eksositosis dan endositosis, serta menjelaskan
kontribusi masing-masing dalam fungsi normal sel
■ Mendefinisikan berbagai protein yang berperan dalam permeabilitas
membran dan transpor
■ Mengenal berbagai bentuk komunikasi antarsel serta menjelaskan cara
bagaimana kurir/perantara kimiawi (Chemical messenger) (termasuk kurir
kedua) memengaruhi fisiologi sel.

PENDAHULUAN
Sel adalah unit kerja paling mendasar dari semua kita mengulas bagaimana bahan pembangun dapat berperan
organisme. Pada manusia, sel-sel dapat sangat terspesialisasi dalam fisiologi dasar sel (mis., replikasi, transkripsi, dan
dari segi struktur dan fungsi; sebaliknya, sel-sel dari translasi DNA). Di bab ini, kita akan secara singkat
berbagai organ mungkin memiliki gambaran dan fungsi membahas lebih banyak tentang aspek fundamental fisiologi
sel dan molekul. Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan
yang sama. Pada bab sebelumnya, kita meneliti beberapa
spesialisasi fisiologi sel dan molekul dibahas di bab
prinsip dasar biofisika serta katabolisme dan metabolisme
berikutnya yang membahas mengenai fungsi imun dan sel
berbagai bahan pembangun (building blocks) yang
peka-rangsang, dan, di bagian-bagian yang menekankan
ditemukan di sel. Pada sebagian dari pembahasan tersebut,
tiap-tiap sistem fisiologis.

MORFOLOGI FUNGSIONAL SEL penelitian tentang struktur dan fungsi sel. Kemajuan
revolusioner dalam teknik biofisika, biokimia, dan biologi
Pengetahuan dasar mengenai biologi sel merupakan hal molekular modern juga sangat membantu dalam
mendasar dalam memahami berbagai sistem organ dan meningkatkan pengetahuan kita mengenai sel.
bagaimana organ tersebut berfungsi di dalam tubuh. Suatu
Spesialisasi sel di berbagai organ cukup besar dan tidak
perangkat kunci untuk meneliti bagian-bagian sel adalah
mikroskop. Mikroskop cahaya dapat memperlihatkan ada satu jenis sel pun yang dapat disebut “tipikal” bagi semua
struktur hingga seukuran 0,2 µm, sementara mikroskop sel di tubuh. Namun, sejumlah struktur (organel) sering
elektron dapat memperlihatkan struktur hingga sekecil 0,002 dijumpai di sebagian besar sel. Struktur-struktur tersebut
µm. Meskipun dimensi sel cukup bervariasi, tetapi resolusi diperlihatkan di Gambar 2–1 . Banyak dari struktur tersebut
ini dapat memberi kita gambaran yang baik mengenai dapat diisolasi dengan teknik ultrasentrifugasi yang
bagaimana bagian dalam sel bekerja. Kemajuan dan akses ke dikombinasi dengan teknik-teknik lain. Jika sel-sel dihomo-
mikroskop fase-kontras, fluoresen, konfokal, dan berbagai genisasi dan suspensi yang dihasilkan kemudian disentri-
teknik mikroskop lain serta berbagai pelacak (probe) khusus fugasi, nukleus akan mengendap lebih dahulu diikuti oleh
untuk struktur sel statis dan dinamis semakin memperluas mitokondria. Sentrifugasi dengan kecepatan tinggi yang
35
36 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Granula sekretorik

Aparatus
Golgi

Sentriol

Retikulum
endoplasma Retikulum
kasar endoplasma
halus

Selubung nukleus Lisosom


(nuclear envelope) Butir
lemak

Mitokondria

Tonjolan globular
Nukleolus

GAMBAR 2–1 Diagram yang memperlihatkan sebuah sel hipotetis di bagian tengah seperti dilihat dengan mikroskop cahaya.
Masing-masing organel diperbesar untuk pemeriksaan lebih dekat. (Diadaptasi dari Bloom and Fawcett. Direproduksi dengan izin dari
Junqueira LC, Carneiro LC, Cameiro J, Kelley RO. Basic Histology, 9th ed. McGraw-Hill, 1998).

menghasilkan gaya 100.000 kali lipat gravitasi atau lebih hidrofobik). Adanya sifat hidrofilik dan hidrofobik ini
menyebabkan mengendapnya fraksi yang terdiri dari granula menyebabkan molekul lipid bersifat amfipatik. Di membran,
yang dinamai mikrosom. Fraksi ini mencakup berbagai ujung hidrofilik molekul terpajan ke lingkungan air yang
organel seperti ribosom dan peroksisom. membasahi bagian luar sel dan sitoplasma yang mengandung
air; ujung-ujung hidrofobik bertemu di bagian dalam
MEMBRAN SEL membran yang tidak mengandung air (Gambar 2–2). Pada
Membran yang mengelilingi sel merupakan suatu struktur prokariot (mis. bakteri yang tidak mempunyai nukleus),
yang luar biasa. Selaput ini terdiri dari lipid dan protein serta membran relatif sederhana, tetapi pada eukariot (sel yang
bersifat semipermeabel, memungkinkan sebagian bahan mengandung nukleus), membran sel mengandung berbagai
melewatinya, tetapi menahan bahan lain. Namun, glikosfingolipid, sfingomielin, dan kolesterol selain fosfolipid
permeabilitasnya juga dapat bervariasi karena membran ini dan fosfatidilkolin.
mengandung banyak kanal ion dan protein pengangkut lain Beragam jenis protein terbenam di membran. Protein-
yang dapat mengubah jumlah bahan yang melewatinya. protein tersebut berada sebagai unit-unit globular terpisah
Membran sel secara umum disebut sebagai membran plasma. dan banyak yang menembus atau terbenam di salah satu
Nukleus dan organel lain di sel juga terbungkus oleh struktur lembar membran (protein integral), sementara yang lain
membran serupa. (protein perifer) berikatan dengan bagian luar atau bagian
Meskipun struktur kimia membran dan sifat-sifatnya dalam membran (Gambar 2-2). Jumlah protein sangat
sangat bervariasi pada satu lokasi dengan lokasi lain, tetapi bervariasi sesuai fungsi membran tetapi rerata membentuk
mereka memiliki beberapa fitur umum. Membran 50% dari massa membran; yaitu, terdapat sekitar satu molekul
umumnya memiliki ketebalan sekitar 7,5 nm (75 A). Lipid protein per 50 molekul fosfolipid yang ukurannya jauh lebih
utama adalah fosfolipid seperti fosfatidilkolin, fosfotidil- kecil. Protein di membran memiliki banyak fungsi. Sebagian
serin, dan fosfatidiletanolamin. Bentuk molekul fosfolipid adalah molekul perekat sel (cell adhesion molecule, CAM)
mencermin-kan sifat kelarutannya: bagian “kepala” molekul yang merekatkan sel ke sel-sel sekitar atau ke lamina basalis.
mengandung bagian fosfat dan relatif larut dalam air (polar, Sebagian protein berfungsi sebagai pompa, secara aktif
hidrofilik) dan bagian “ekor” relatif tak-larut (non-polar, memindahkan ion menembus membran. Protein lain ber-
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 37

fungsi sebagai pengangkut, membawa bahan menuruni


Cairan eksternal gradien elektrokimia melalui proses difusi terfasilitasi
Protein (facilitated diffusion). Sementara peran protein yang lain
Bagian Fosfolipid
karbohidrat
transmembran adalah sebagai kanal/kanal ion, yang, jika diaktifkan,
glikoprotein memungkinkan lewatnya ion masuk atau keluar sel. Peran
pompa, pengangkut, dan kanal ion dalam transpor menembus
Saluran membran sel akan dibahas di bawah. Protein golongan lain
berfungsi sebagai reseptor yang mengikat ligan atau molekul
Protein perantara, memicu perubahan fisiologis di dalam sel. Protein
integral juga berfungsi sebagai enzim, mengatalisis reaksi di
permukaan membran. Contoh dari masing-masing golongan
ini akan dibahas kemudian di bab ini.
Peripheral
protein Bagian hidrofobik yang tidak bermuatan pada protein
biasanya terletak di bagian dalam membran, sementara
Region polar bagian hidrofilik yang bermuatan terletak di permukaan.
Protein perifer melekat ke permukaan membran melalui
Cairan intrasel berbagai cara. Salah satu cara umum adalah pelekatan pada
Regio non-polar
bentuk terglikosilasi dari fosfatidilinositol. Protein yang
melekat melalui jangkar glikosilfosfatidilinositol (GPI
GAMBAR 2-2 Susunan lapis-ganda fosfolipid dan protein-protein anchor) ini (Gambar 2–3) antara lain adalah enzim seperti
terkait pada sebuah membran biologis. Setiap molekul fosfolipid fosfatase alkali, berbagai antigen, sejumlah CAM, dan tiga
memiliki dua rantai asam lemak (garis bergelombang) yang melekat ke
sebuah ujung fosfat (lingkaran terbuka). Protein diperlihatkan sebagai
protein yang melawan lisis sel oleh komplemen. Sejauh ini
globulus-globulus ireguler berwarna. Banyak yang merupakan protein telah ditemukan lebih dari 45 protein permukaan sel
integral, yang terbentang menembus membran, sementara protein terkait-GPI pada manusia. Protein lain mengalami lipidasi
perifer melekat ke bagian dalam atau bagian luar (tidak diperlihatkan) (lipidated), yaitu protein berikatan dengan lemak spesifik
membran. Perlekatan protein spesifik dan kolesterol yang sering (Gambar 2-3). Protein mungkin mengalami miristoilasi,
ditemukan pada lapis-ganda dihilangkan untuk kejelasan gambar. palmitoilasi, atau prenilasi (yi. melekat ke gugus
(Direproduksi, dengan izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang K: Vander's Human
Physiology: The Mechanisms ofBody Function, 11th ed. McGrawHill, 2008).
geranilgeranil atau farnesil).

Membran lemak Permukaan sitoplasma atau eksternal membran


O
N Gli Protein COOH
N-Miristoil
H

S-Sis Protein NH2


S-Palmitoil
O

S-Sis Protein NH2


Geranilgeranil

S-Sis Protein NH2


Farnesil
O

C C CH2
O
C C CH O O
Jangkar GPI N Protein
O C O P O (inti glikan) O P O
(Glikosilfosfatidilinositol) H
H2 O O
Ranah hidrofobik Ranah hidrofilik

GAMBAR 2–3 Ikatan protein ke lipid membran. Sebagian terikat melalui ujung aminonya, yang lain melalui ujung karboksil. Banyak yang
melekat melalui bentuk terglikosilasi dari fosfatidilinositol (jangkar GPI). (Diadaptasi, dengan izin, dari Fuller GM, Shields D: Molecular Basis of Medical Cell Biology.
McGraw-Hill, 1998).
38 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Struktur protein—dan terutama kandungan enzim— ada di genom nukleus, dan 99% dari protein di mitokondria
membran biologis bervariasi tidak saja dari satu sel ke sel lain, adalah produk dari gen-gen nukleus, tetapi DNA mitokondria
tetapi juga di sel yang sama. Sebagai contoh, sebagian dari berperan menentukan komponen kunci tertentu pada jalur
enzim yang terbenam di membran sel berbeda dari yang ada di fosforilasi oksidatif. Secara spesifik, DNA mitokondria manusia
membran mitokondria. Di sel epitel, enzim di membran sel adalah suatu molekul sirkular untai-ganda yang mengandung
pada permukaan mukosa berbeda dari enzim yang terdapat di sekitar 16.500 pasangan basa (dibandingkan dengan lebih dari
batas basal dan lateral sel; yaitu, sel mengalami polarisasi. semiliar pada DNA nukleus). DNA ini menyandi 13 subunit
Polarisasi ini memungkinkan terjadinya transpor terarah protein yang berkaitan dengan protein-protein yang disandi
menembus epitel. Membran adalah struktur yang dinamis, dan oleh gen nukleus untuk membentuk empat kompleks enzim
konstituen-konstituennya secara terus-menerus diperbarui plus dua RNA ribosom dan 22 RNA transfer yang diperlukan
dengan kecepatan berbeda-beda. Sebagian protein melekat ke
untuk membentuk protein oleh ribosom mitokondria.
sitoskeleton, tetapi yang lain bergerak secara lateral di
Kompleks enzim yang bertanggung jawab untuk
membran.
fosforilasi oksidatif menggambarkan interaksi antara produk
Di bagian bawah sebagian besar sel terdapat suatu lapisan genom mitokondria dan genom nukleus. Sebagai contoh,
tipis “samar” dengan beberapa fibril yang secara kolektif
kompleks I, nikotinamid adenin dinukleotida dehidrogenase
membentuk membrana basalis atau, yang lebih tepat, lami-na
(NADH) tereduksi, terdiri dari tujuh subunit protein yang
basalis. Lamina basalis dan, secara lebih umum, matriks
disandi oleh DNA mitokondria dan 39 subunit yang disandi
ekstrasel terdiri dari banyak protein yang menahan sel-sel,
mengatur perkembangannya dan menentukan pertumbuhan oleh DNA nukleus. Asal mula subunit-subunit di kompleks
sel-sel tersebut. Protein-protein tersebut mencakup kolagen, lain diperlihatkan di Gambar 2-4. Kompleks II, suksinat
laminin, fibronektin, tenasin, dan berbagai proteoglikan. dehidrogenase-ubikuinon oksidoreduktase; kompleks III,
ubikuinonsitokrom C oksidoreduktase; dan kompleks IV,
MITOKONDRIA sitokrom c oksidase, bekerja dengan kompleks I, koenzim Q,
dan sitokrom c untuk mengubah metabolit menjadi CO2 dan
Lebih dari satu milyar tahun yang lalu, bakteri aerob yang air. Kompleks I, III, dan IV memompa proton (H+) ke dalam
ditelan oleh sel eukariot berkembang menjadi mitokondria,
ruang antarmembran selama pemindahan elektron ini.
mmberi sel eukariot kemampuan untuk membentuk senyawa
Proton kemudian mengalir menuruni gradien elektro-
kaya-energi ATP melalui fosforilasi oksidatif. Mitokondria
kimianya melalui kompleks V, ATP sintase, yang me-
melakukan fungsi lain, termasuk peran dalam regulasi
apoptosis (kematian sel terprogram), tetapi fosforilasi oksidatif manfaatkan energi ini untuk menghasilkan ATP.
adalah yang terpenting. Setiap sel eukariot dapat memiliki Karena mitokondria zigot berasal dari ovum,
ratusan hingga ribuan mitokondria. Pada mamalia, mito- pewarisannya bersifat maternal. Pewarisan dari ibu ini telah
kondria umumnya digambarkan sebagai organel ber-bentuk digunakan sebagai alat untuk menelusuri keturunan secara
sosis (Gambar 2-1), tetapi bentuknya dapat begitu dinamis. evolusi. Mitokondria memiliki sistem perbaikan DNA (DNA
Masing-masing memiliki suatu membran luar, ruang repair system) yang kurang efektif, dan angka mutasi untuk
antarmembran, membran dalam, yang melipat-lipat mem- DNA mitokondria adalah lebih dari 10 kali angka untuk
bentuk cekungan (krista), dan sebuah ruang matriks di bagian DNA nukleus. Sejumlah besar penyakit yang relatif jarang
tengah. Berbagai kompleks enzim yang berperan dalam kini dapat ditelusuri penyebabnya ke arah mutasi di DNA
fosforilasi oksidatif berjajar di krista (Gambar 2–4). mitokondria. Penyakit-penyakit tersebut mencakup penyakit
Sesuai dengan asalnya, yakni dari bakteri aerob, mito- jaringan dengan laju metabolik tinggi yang produksi
kondria memiliki genom sendiri. Jumlah DNA di genom energinya terganggu akibat kelainan dalam produksi ATP,
mitokondria jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang serta berbagai penyakit lain (Boks Klinis 2–1).
H+ H+ H+ H+
Ruang intramembran
CoQ Cyt c
Membran dalam
mitokondria
AS
Ruang matriks ADP ATP

Kompleks I II III IV V

Subunit dari 7 0 1 3 2
mDNA
Subunit dari 39 4 10 10 14
nDNA
GAMBAR 2–4 Komponen-komponen yang terlibat dalam melalui kompleks V, ATP sintase (AS), yang mengubah ADP
fosforilasi oksidatif di mitokondria dan asalnya. Sewaktu kompleks menjadi ATP. Kompleks enzim terdiri dari subunit-subunit yang
enzim I sampai IV mengubah fragmen-fragmen metabolik 2-karbon disandi oleh DNA mitokondria (mDNA) dan DNA nukleus (nDNA),
menjadi CO2 dan H2O, proton (H+) dipompa ke dalam ruang dan angka-angka menunjukkan kontribusi tiap-tiap DNA bagi
antarmembran. Protein-protein berdifusi kembali ke ruang matriks kompleks.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 39

BOKS KLINIS 2-1 TABEL 2–1 Sebagian dari enzim yang terdapat di
lisosom dan komponen sel yang merupakan
substratnya.
Penyakit Mitokondria
Enzim Substrat
Penyakit mitokondria mencakup paling sedikit 40 penyakit
beragam yang dikelompokkan dalam grup karena Ribonuklease RNA
keterkaitannya dengan kegagalan mitokondria. Penyakit- Deoksiribonuklease DNA
penyakit ini dapat terjadi karena pewarisan atau mutasi Ester fosfat
Fosfatase
spontan di DNA mitokondria atau nukleus yang
Glikosidase Karbohidrat kompleks; glikosida dan
menyebabkan gangguan fungsi protein-protein (atau RNA)
mitokondria. Bergantung pada sel sasaran dan/atau jaringan polisakarida
yang terkena, gejala akibat penyakit mitokondria mencakup Arilsulfatase Ester sulfat
gangguan kontrol motorik, gangguan fungsi otot, disfungsi Kolagenase Kolagen
kanal cerna, gangguan pertumbuhan, diabetes, kejang,
Katepsin Protein
masalah penglihatan/pendengaran, asidosis laktat,
keterlambatan tumbuh-kembang, kerentanan terhadap
infeksi, atau penyakit jantung, hati, dan pernapasan.
Meskipun terdapat bukti adanya isoform spesifik-jaringan
pada protein mitokondria namun mutasi di berbagai protein
ini tidak dapat menjelaskan beragamnya pola atau sistem
organ yang terkena pada penyakit mitokondria. BOKS KLINIS 2-2
KIAT TERAPEUTIK
Dengan beragamnya jenis penyakit dan pentingnya
Penyakit Lisosom
mitokondria dalam produksi energi, tidaklah Jika suatu enzim lisosom tidak terbentuk secara kongenital,
mengherankan bahwa tidak ada satu pengobatan lisosom akan membengkak terisi oleh bahan yang
tunggal untuk penyakit mitokondria dan fokus masih seharusnya dicerna enzim tersebut. Hal ini akhirnya
tertuju pada pengobatan gejala jika mungkin. Sebagai menyebabkan salah satu dari penyakit lisosom (juga
contoh, pada beberapa miopati mitokondria (yi. disebut penyakit penimbunan lisosom). Terdapat lebih dari
penyakit mitokondria yang berkaitan dengan fungsi 50 penyakit jenis ini yang saat ini diketahui. Sebagai
neuromuskulus), terapi fisik dapat membantu contoh, penyakit Fabry disebabkan oleh defisiensi α-
memperluas rentang gerakan otot dan meningkatkan galaktosidase; penyakit Gaucher yang disebabkan oleh
keterampilan motorik. defisiensi β-galaktoserebrosidasedan penyakit Tay-Sachs,
yang menyebabkan retardasi mental dan kebutaan,
disebabkan oleh hilangnya heksosaminidase A, suatu
enzim lisosom yang mengatalisis biodegradasi gangliosida
(turunan asam lemak). Penyakit-penyakit lisosom ini
LISOSOM jarang, tetapi merupakan penyakit yang serius dan dapat
Di sitoplasma sel terdapat struktur-struktur besar yang sedikit mematikan.
ireguler dan dikelilingi membran. Bagian dalam dari struktur
ini, yang dinamai lisosom, bersifat lebih asam daripada bagian KIAT TERAPEUTIK
sitoplasma lainnya, dan bahan eksternal seperti bakteri yang Karena terdapat banyak jenis penyakit lisosom,
diendositosis, serta komponen sel yang aus, tercerna di dalam terapinya sangat bervariasi dan "kesembuhan" masih
struktur ini. Bagian dalam tetap terjaga dalam keadaan asam jauh bagi sebagian besar dari penyakit ini. Sebagian
oleh kerja pompa proton, atau H+ ATPase. Protein membran besar penanganan ditujukan kepada pengendalian
integral ini menggunakan energi ATP untuk mengeluarkan gejala masing-masing penyakit. Terapi sulih enzim
proton dari sitosol melawan gradien elektrokimianya dan terbukti efektif untuk beberapa penyakit lisosom,
menjaga lisosom relatif asam, dengan pH mendekati 5,0. termasuk penyakit Gaucher dan penyakit Fabry.
Lisosom dapat mengandung lebih dari 40 jenis enzim hidrolitik, Namun, efektivitas jangka-panjang dan efek spesifik-
yang sebagian di antaranya tercantum di Tabel 2–1. Tidaklah jaringan dari berbagai terapi sulih enzim ini belum
mengherankan, enzim-enzim ini semua adalah hidrolase asam, diketahui pasti. Pendekatan alternatif antara lain
artinya enzim-enzim ini berfungsi optimal pada pH asam adalah transplantasi sumsum tulang atau sel punca
kompartemen lisosom. Hal ini dapat merupakan fitur (stem cell). Kembali, penerapan metode ini masih
keamanan bagi sel; jika lisosom pecah dan membebaskan isinya, terbatas dan diperlukan kemajuan besar di bidang
enzim-enzim ini tidak akan efisien pada pH sitosol yang kedokteran untuk mengatasi secara penuh kelompok
mendekati netral (7,2) dan karenanya tidak dapat mencerna penyakit ini.
enzim-enzim sitosol yang mungkin ditemuinya. Penyakit yang
berkaitan dengan disfungsi lisosom dibahas di Boks Klinis 2–2.
40 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

PEROKSISOM Filamen Garis tengah Subunit


sitoskeleton (nm) protein
Peroksisom bergaris tengah 0,5 pm, dikelilingi oleh suatu Mikrofilamen 7 Aktin
membran, dan mengandung enzim yang dapat menghasilkan
H2O2 (oksidase) atau menguraikannya (katalase). Protein- Filamen 10 Beberapa
protein diarahkan ke peroksisom oleh suatu rangkaian sinyal intermediat protein
unik dengan bantuan chaperoneprotein, peroksin. Membran
peroksisom mengandung sejumlah protein spesifik-perok-
sisom yang berperan dalam transpor bahan-bahan masuk dan Mikrotubulus 25 Tubulin
keluar matriks peroksisom. Matriks mengandung lebih dari 40
enzim, yang bekerja sama dengan enzim-enzim di luar
peroksisom untuk mengatalisis berbagai reaksi anabolik dan GAMBAR 2–5 Elemen sitoskeleton sel. Gambaran artistik yang
katabolik (mis. penguraian lemak). Peroksisom dapat menjelaskan elemen-elemen utama sitoskeleton diperlihatkan di
terbentuk melalui pembentukan tunas (budding) retikulum kiri, dengan sifat dasar elemen-elemen tersebut di kanan.
endoplasma, atau pembelahan. Sejumlah senyawa sintetis (Direproduksi, dengan izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vcmder's Human
Physiology: The Mechanisms of Body Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).
terbukti dapat menyebabkan proliferasi peroksisom dengan
bekerja pada reseptor di nukleus sel. Berbagai peroxisome
proliferator-activated receptor (PPAR) ini adalah anggota dari
superfamili reseptor nukleus. Jika diaktifkan, peroksisom-
masing cincin biasanya mengandung 13 subunit. Tubulus
peroksisom ini akan berikatan dengan DNA, menimbulkan
berinteraksi dengan GTP untuk mempermudah
perubahan dalam produksi mRNA. Efek PPAR yang telah
pembentukannya. Meskipun subunit-subunit mikrotubulus
diketahui sangatlah banyak dan dapat memengaruhi sebagian
dapat ditambahkan di kedua ujung, tetapi mikrotubulus
besar jaringan dan organ.
bersifat polar dengan penyusunan terutama terjadi di ujung
“+” dan pelepasan terutama di ujung Kedua proses
SITOSKELETON berlangsung bersamaan secara in vitro. Pertumbuhan
mikrotubulus dipengaruhi oleh suhu (pada kondisi yang lebih
Semua sel memiliki sitoskeleton, suatu sistem serat yang tidak
dingin struktur ini cenderung terurai) serta di bawah kontrol
saja mempertahankan struktur sel tetapi juga memungkinkan
berbagai faktor sel yang dapat secara langsung berinteraksi
sel berubah bentuk dan bergerak. Sitoskeleton terutama terbuat
dengan mikrotubulus di sel.
dari mikrotubulus, filamen intermediat, dan mikrofilamen
(Gambar 2–5), bersama dengan protein yang mengikat dan Karena terus-menerus mengalami pembentukan dan
menyatukannya. Selain itu, protein dan organel bergerak di penguraian, mikrotubulus adalah bagian dinamis dari sitoske-
sepanj ang mikrotubulus dan mikrofilamen dari satu bagian sel leton. Mikrotubulus membentuk jalur-jalur tempat berjalannya
ke bagian lainnya, didorong oleh motor molekular. berbagai motor molekular mengangkut vesikel, organel
misalnya granula sekretorik, dan mitokondria dari satu bagian
Mikrotubulus (Gambar 2-5 dan Gambar 2–6 ) adalah
sel ke bagian lain. Struktur ini juga membentuk gelendong
struktur panjang berongga dengan dinding 5 nm
(spindle), yang memindahkan kromosom selama mitosis. Pada
mengelilingi rongga bergaris tengah 15 nm, Struktur ini
mikrotubulus, muatan dapat dipindahkan di kedua arah.
terdiri dari dua subunit protein globular: α- dan β-tubulin.
Subunit ketiga, γ-tubulin, berkaitan dengan produksi Tersedia beberapa obat yang mengganggu fungsi sel
mikrotubulus oleh sentrosom. Subunit α dan β membentuk melalui interaksi dengan mikrotubulus. Penyusunan
heterodimer, yang menyatu untuk membentuk tabung mikrotubulus dihambat oleh kolkisin dan vinblastin. Obat
panjang yang terdiri dari tumpukan cincin, dengan masing- antikanker paklitaksel (Taxol) mengikat mikrotubulus dan

MF

MT

GAMBAR 2-6 Mikrofilamen dan mikrotubulus. Mikrograf elektron dengan menggunakan suatu antibodi terhadap β-tubulin (Kanan). Kedua mikrograf
(kiri) sitoplasma sebuah fibroblas, yang memperlihatkan mikrofilamen (MF) aktin dan fluoresen diberi counterstain dengan pewarna Hoechst (biru) untuk menunjukkan
mikrotubulus (MT). Mikrograf fluoresen sel epitel kanal napas memperlihatkan nukleus. Perhatikan perbedaan nyata struktur-struktur sitoskeleton (Untuk kiri;
mikrofilamen aktin yang dipulas oleh faloidin (Tengah) dan mikrotubulus yang dilihat sumbangan E Katchburian).
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 41

menyebabkan struktur ini begitu stabil sehingga organel tidak permukaan untuk menarik sel itu sendiri. Selain itu, beberapa
dapat bergerak. Gelendong mitosis tidak dapat terbentuk dan motor molekular menggunakan mikrofilamen sebagai jalurnya.
sel mati.
Filamen intermediat (Gambar 2-5) bergaris tengah 8-14
nm dan terdiri dari berbagai subunit. Sebagian dari filamen MOTOR MOLEKULAR
menghubungkan membran nukleus ke membran sel. Struktur Motor molekular yang menggerakkan protein, organel, dan
ini membentuk suatu perancah lentur bagi sel dan bagian sel lainnya (secara kolektif disebut sebagai “muatan”) ke
membantunya menahan tekanan dari luar. Tanpa keberadaan semua bagian sel adalah suatu ATPase 100-500 kDa. Motor
filamen intermediat, sel lebih mudah pecah, dan jika bersifat molekular melekatkan muatannya ke salah satu ujung molekul
abnormal pada manusia, kulit sering melepuh. Protein yang dan ke mikrotubulus atau polimer aktin ke ujung yang lain,
membentuk filamen intermediat adalah spesifik jenis-sel, dan kadang disebut sebagai “kepala”. Motor tersebut mengubah
karena itu sering digunakan sebagai penanda sel. Sebagai energi ATP menjadi pergerakan di sepanjang sitoskeleton,
contoh, vimentin adalah filamen intermediat utama pada membawa serta muatannya. Terdapat tiga superfamili motor
fibroblas, sementara sitokeratin diekspresikan di sel-sel epitel. molekular: kinesin, dinein, dan miosin. Contoh masing-masing
Mikrofilamen (Gambar 2-5 dan 2-6) adalah serat solid protein dari ketiga superfamili diperlihatkan di Gambar 2–7.
panjang dengan garis tengah 4-6 nm serta terbuat dari aktin. Perlu diperhatikan bahwa terdapat variasi yang luas di antara
Meskipun aktin paling sering dikaitkan dengan kontraksi otot, anggota superfamili yang memungkinkan spesialisasi fungsi
tetapi protein ini terdapat di semua jenis sel. Aktin adalah (mis., pemilihan muatan, jenis filamen sitoskeleton, dan/atau
protein paling banyak di sel mamalia, kadang membentuk arah gerakan).
hingga 15% dari protein total di sel. Strukturnya tidak banyak Bentuk konvensional kinesin adalah suatu molekul
mengalami perubahan selama evolusi (highly conserve d)-, berkepala ganda yang cenderung memindahkan muatannya ke
sebagai contoh, 88% sekuens asam amino pada aktin ragi dan arah ujung “+” mikrotubulus. Satu kepala mengikat
kelinci identik. Filamen aktin mengalami polimerisasi dan mikrotubulus dan kemudian menekukkan lehernya sementara
depolimerisasi in vivo, dan tidak jarang dijumpai polimerisasi kepala yang lain berayun ke depan lalu berikatan,
di salah satu ujung filamen sementara di ujung lain terjadi menghasilkan gerakan yang hampir terus-menerus. Sebagian
depolimerisasi. Aktin filamentosa (F) merujuk kepada kinesin berkaitan dengan mitosis dan meiosis. Kinesin-kinesin
mikrofilamen utuh dan aktin globular (G) merujuk kepada lain melakukan fungsi lainnya, termasuk, pada beberapa kasus,
subunit aktin yang tidak terpolimerisasi. Serat aktin-F melekat memindahkan muatan ke ujung mikrotubulus. Dinein
ke berbagai bagian sitoskeleton dan dapat berinteraksi secara memiliki dua kepala, dengan potongan-potongan lehernya
langsung dan tak-langsung dengan protein-protein yang terikat terbenam dalam suatu kompleks protein. Dinein sitoplasma
ke membran. Serat aktin-F mencapai ujung mikrovilus di sel memiliki fungsi seperti kinesin konvensional, kecuali bahwa
epitel mukosa usus. Serat tersebut j uga banyak ditemukan di dinein cenderung memindahkan partikel dan membran ke
lamelipodia yang dibentuk oleh sel ketika sel merambat di ujung ” mikrotubulus. Berbagai bentuk miosin di tubuh dibagi
suatu permukaan. Filamen aktin berinteraksi dengan reseptor menjadi 18 kelas. Kepala molekul miosin berikatan dengan
integrin dan membentuk focal adhesion complexes (kompleks aktin dan menghasilkan gerakan dengan melekukkan regio
perekat fokal), yang berfungsi sebagai titik traksi dengan lehernya (miosin II) atau berjalan di sepanjang mikrofilamen,

Muatan

Rantai
ringan 4 nm
Kinesin konvensional

80 nm Dinein sitoplasma

Ranah pengikat muatan

Kepala 1 Kepala 2 Kepala 2 Kepala 1


ADP ADP ATP
Aktin
Miosin V

GAMBAR 2–7 Tiga contoh motor molekular. Kinesin konvensional diperlihatkan melekat ke muatan, dalam hal ini merupakan suatu organel
terbungkus membran. Cara bagaimana miosin "berjalan" di sepanjang mikrotubulus juga diperlihatkan. Perhatikan bahwa kepala motor
menghidrolisis ATP dan menggunakan energinya untuk menghasilkan gerakan.
42 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

satu kepala menyusul yang lain (miosin V). Dengan cara ini,
mereka melakukan beragam fungsi seperti kontraksi otot dan BOKS KLINIS 2-3
migrasi sel.
Penyakit Silia
SENTROSOM Diskinesia silia primer merujuk kepada sekelompok
Di dekat nukleus di sitoplasma sel eukariot hewan terdapat penyakit herediter dengan gangguan struktur dan/atau
sebuah sentrosom. Sentrosom terdiri dari dua sentriol dan fungsi silia. Gangguan yang berkaitan dengan disfungsi silia
bahan perisentriol amorf di sekelilingnya. Sentriol adalah telah lama dikenali di kanal napas. Perubahan fungsi silia di
silinder-silinder pendek yang tersusun sedemikian sehingga kanal napas dapat memperlambat eskalator mukosilia serta
sentriol-sentriol berada tegak lurus satu sama lain. menyebabkan obstruksi kanal napas dan meningkatnya
Mikrotubulus dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga infeksi. Disregulasi fungsi silia pada sel sperma juga telah
berjalan longitudinal di dinding masing-masing sentriol diketahui dapat menyebabkan kurangnya motilitas dan
(Gambar 2-1). Sembilan dari triplet ini tersusun dengan infertilitas. Defek silia pada fungsi atau struktur silia primer
interval teratur mengelilingi lingkaran. terbukti berefek pada berbagai jaringan/organ. Seperti
Sentrosom adalah pusat organisasi mikrotubulus (micro- dapat diperkirakan, penyakit semacam ini cukup bervariasi
tubule-organizing centers, MTOC) yang mengandung y- gambaran klinisnya, terutama berkaitan dengan jaringan
tubulin. Mikrotubulus tumbuh keluar dari γ-tubulin ini di yang terkena serta mencakup retardasi mental, kebutaan
bahan perisentriol. Ketika sebuah sel membelah, sentrosom retina, obesitas, penyakit ginjal polikistik, fibrosis hati,
menggandakan dirinya sendiri, dan pasangan ini memisah di ataksia, dan beberapa bentuk kanker.
kutub gelendong mitosis, tempat sentrosom memantau tahap-
tahap dalam pembelahan sel. Pada sel multinukleus, terdapat
sebuah sentrosom di dekat setiap nukleus. KIAT TERAPEUTIK
SILIA Keparahan penyakitsilia dapat sangat bervariasi, dan
terapi yang ditujukan ke tiap-tiap organ juga
Silia adalah tonjolan khusus sel yang digunakan oleh bervariasi. Terapi diskinesia silia di kanal napas
organisme unisel untuk mendorong dirinya melalui suatu berfokus pada menjaga agar kanal napas tetap
cairan dan oleh organisme multisel untuk mendorong mukus lancar dan bebas infeksi. Strateginya mencakup
dan bahan lain di atas permukaan berbagai epitel. Selain itu, pencucian dan pengisapan rutin rongga-rongga
hampir semua sel di tubuh manusia mengandung suatu silium sinus dan kanal telinga serta pemakaian antibiotik
primer yang menonjol dari permukaan. Silium primer secara liberal. Terapi lain yang menjaga agar kanal
berfungsi sebagai organel sensorik yang menerima sinyal napas tidak tersumbat (mis., bronkodilator,
mekanis dan kimiawi dari sel lain dan lingkungan. Silia secara mukolitik, dan steroid) juga sering diberikan.
fungsional berbeda dari flagela eukariotik pada sel sperma. Di
dalam silia terdapat sebuah aksonema yang terdiri dari susunan
unik sembilan doublet mikrotubulus di sebelah luar dan dua
mikrotubulus di bagian dalam (susunan “9+2”). Di sepanjang yang lain berikatan dengan molekul non-self (pengikatan
sitoskeleton ini terdapat dinein aksonemal. Interaksi ter- heterofilik). Banyak yang berikatan dengan laminin, suatu
koordinasi dinein-mikrotubulus di dalam aksonema merupa- famili molekul besar berbentuk salib dengan banyak ranah
kan dasar dari gerakan silia dan sperma. Di pangkal aksonema reseptor di matriks ekstrasel.
dan tepat di dalamnya terdapat badan basal. Struktur ini Tata nama di bidang CAM masih agak kacau, sebagian
memiliki sembilan mikrotubulus triplet melingkar, seperti karena bidang ini sedang tumbuh dengan pesat dan sebagian
sentriol, dan terdapat bukti bahwa badan basal dan sentriol karena pemakaian akronim yang luas, seperti di bidang-bidang
dapat saling dipertukarkan. Berbagai penyakit dan gangguan biologi modern lainnya. Namun, CAM dapat dibagi menjadi
dapat timbul akibat disfungsi silia (Boks Klinis 2–3 ). empat famili besar: (1) integrin, heterodimer yang berikatan
dengan berbagai reseptor; (2) molekul perekat su-perfamili IgG
MOLEKUL PEREKAT SEL imunoglobulin; (3) kadherin, molekul de-penden-Ca2+ yang
Sel-sel melekat ke lamina basalis dan ke sesamanya melalui memperantarai perekatan antarsel melalui reaksi homofilik;
CAM yang merupakan bagian mencolok dari koneksi antarsel dan (4) selektin, yang memiliki ranah mirip-lektin yang
yang diuraikan di bawah. Berbagai protein perekat ini menarik mengikat karbohidrat. Fungsi spesifik sebagian dari molekul
banyak perhatian akhir-akhir ini karena fungsi sinyal dan ini akan dibahas di bab-bab selanjutnya.
struktur uniknya yang terbukti penting dalam perkembangan CAM tidak saja merekatkan sel-sel ke sekitarnya, tetapi
mudigah dan pembentukan sistem saraf serta jaringan lain, juga menyalurkan sinyal masuk dan keluar sel. Sebagai
dalam menyatukan jaringan pada makhluk dewasa, dalam contoh, sel yang kehilangan kontaknya dengan matriks
peradangan dan penyembuhan luka, dan dalam metastasis ekstrasel melalui integrin memperlihatkan peningkatan angka
tumor. Banyak CAM dapat menembus membran sel dan terikat apoptosis dibandingkan dengan sel yang melekat, dan
ke sitoskeleton di bagian dalam sel. Sebagian berikatan ke interaksi antara integrin dan sitoskeleton berperan dalam
molekul serupa di sel lain (pengikatan homofilik), sementara pergerakan sel.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 43

KONEKSI ANTARSEL signifikan dari keseluruhan pengaliran ion dan zat terlarut.
Selain itu, taut kedap mencegah perpindahan protein di
Taut (junction) antarsel yang terbentuk di antara sel di bidang membran, membantu mempertahankan distribusi
jaringan secara umum dapat dibagi menjadi dua pengangkut dan kanal di membran sel apikal dan basolateral
kelompok: taut yang mengikatkan sel satu sama lain dan yang memungkinkan transpor menembus epitel.
ke jaringan sekitar, dan taut yang memungkinkan
pemindahan ion dan molekul lain dari satu sel ke sel lain. Di sel epitel, masing-masing zonula adheren biasanya
Jenis taut yang menyatukan sel-sel dan memberi jaringan merupakan suatu struktur kontinu di sisi basal zona okludens,
kekuatan dan stabilitas antara lain adalah taut kedap dan merupakan tempat utama perlekatan untuk mikrofilamen
(tight junction), yang juga dikenal sebagai zonula intrasel. Zonula adheren mengandung kadherin.
okludens (Gambar 2–8). Desmosom dan zonula adheren Desmosom adalah bercak (patch) yang ditandai oleh
juga membantu menyatukan sel-sel, dan hemidesmosom penebalan membran di dua sel yang berdekatan. Ke bagian
dan adhesi fokal melekatkan sel ke lamina basalisnya. Taut yang menebal di masing-masing sel ini melekat filamen
celah (gap junction) membentuk suatu “terowongan” intermediat, sebagian berjalan sejajar dengan membran dan
sitoplasma untuk difusi molekul kecil (<1000 Da) di antara yang lain menyebar menjauhinya. Di antara kedua penebalan
dua sel yang berdampingan. membran ini ruang antarsel mengandung bahan filamentosa
Taut kedap biasanya mengelilingi tepi apikal sel di epitel yang mencakup kadherin dan bagian ekstrasel dari beberapa
misalnya mukosa usus, dinding tubulus ginjal, dan pleksus protein transmembran lain.
koroideus. Taut ini juga penting bagi fungsi sawar endotel. Hemidesmosom terlihat seperti separuh desmosom yang
Taut kedap dibentuk oleh kisi-kisi—separuh dari satu sel dan melekatkan sel-sel ke lamina basalis di bawahnya dan
separuh dari sel yang lain—yang merekat sedemikian erat di terhubung dengan filamen intermediat intrasel. Namun,
taut sel sehingga hampir melenyapkan ruang di antara sel-sel. hemidesmosom mengandung integrin bukan kadherin.
Terdapat tiga famili protein transmembran yang membentuk Adhesi fokal juga melekatkan sel ke lamina basalisnya.
taut kedap: okludin, junctional adhesion molecule (JAM, Seperti telah disebutkan, hemidesmosom merupakan
molekul perekat taut), dan klaudin; dan beberapa protein lain struktur labil yang berhubungan dengan filamen aktin di
bagian dalam sel, serta berperan penting dalam pergerakan
yang berinteraksi dari sisi sitosol. Taut kedap
sel.
memungkinkan lewatnya beberapa ion dan zat terlarut di
antara sel-sel yang berdekatan (jalur paraselular) dan tingkat
“kebocoran” ini bervariasi, sebagian bergantung pada TAUT CELAH
susunan protein taut kedap. Pengaliran ion dan zat terlarut
dari ekstrasel menembus epitel di taut ini merupakan bagian Di taut celah, ruang antarsel menyempit dari 25 menjadi 3
nm, dan unit-unit yang dinamai konekson di membran
masing-masing sel berjajar satu sama lain untuk mem-bentuk
taut celah dodekamerik (Gambar 2–9). Setiap konekson terdiri
dari enam subunit protein yang dinamai koneksin. Koneksin
mengelilingi sebuah kanal yang, jika dijajarkan dengan kanal di
Taut konekson padanannya di sel di sebelahnya, memungkinkan
kedap berpindahnya bahan dari satu sel ke sel lain tanpa melewati
(zonula CES. Garis tengah kanal biasanya adalah sekitar 2 nm, yang
okludens) memungkinkan lewatnya ion, gula, asam amino, dan zat
Zonula
terlarut lain dengan berat molekul hingga sekitar 1000.
adherens Karenanya taut celah memungkinkan perambatan cepat
aktivitas listrik dari sel ke sel, serta pertukaran berbagai kurir
Desmosom kimiawi. Namun, kanal taut celah bukan semata-mata kanal
pasif non-spesifik. Untuk koneksin pada manusia paling sedikit
terdapat 20 gen berbeda yang menyandinya, dan mutasi di
gen-gen ini dapat menyebabkan penyakit yang sangat selektif
Taut dari segi jaringan yang terkena dan jenis komunikasi antara
celah sel-sel yang dihasilkan (Boks Klinis 2–4). Eksperimen-
eksperimen yang melakukan delesi koneksin tertentu melalui
manipulasi gen atau diganti oleh koneksin yang berbeda
memastikan bahwa subunit koneksin tertentu yang
Hemidesmosom membentuk konekson menentukan permeabilitas dan
selektivitasnya. Harus diingat bahwa konekson juga dapat
GAMBAR 2–8 Taut antarsel di mukosa usus halus. Taut kedap membentuk suatu kanal untuk transpor terkontrol molekul
(zonula okludens), taut adheren (zonula adheren), desmosom, taut
celah, dan hemidesmosom diperlihatkan dalam posisi relatif di
kecil antara sitoplasma dan CES. Perpindahan ini
sebuah sel epitel terpolarisasi. memungkinkan jalur sinyal tambahan di antara sel-sel di
sebuah jaringan.
44 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Sitoplasma
prasinaps

3,5 nm 20 nm

Sitoplasma
pascasinaps
Ruang
ekstrasel
normal

Kanal terbentuk
oleh pori di masing-
masing membran

B 6 subunit koneksin = Masing-masing dari 6


1 konekson (hemisaluran) koneksin memiliki 4 regio
yang menembus membran

Lengkung sitoplasma
Sitoplasma untuk regulasi
prasinaps

Ruang
ekstrasel
Lengkung ekstrasel untuk
interaksi homofilik

GAMBAR 2–9 Taut celah yang menghubungkan sitoplasma konekson dan enam protein koneksin yang menembus membran.
dua sel. A) Sebuah plak taut celah, atau kumpulan taut-taut celah, Perhatikan bahwa masing-masing koneksin menembus membran
diperlihatkan membentuk pori-pori antara sel-sel yang empat kali. (Direproduksi, dengan izin, dari Kandel ER, Schwartz JH, JessellTM
memungkinkan pemindahan molekul kecil. Inset adalah mikrograf (editors). Principles of NeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).
elektron dari hati tikus (N. Gilula). B) Gambaran topografis

NUKLEUS & STRUKTUR TERKAIT melilit suatu inti protein histon dengan interval tertentu
untuk membentuk nukleosom. Terdapat sekitar 25 juta
Nukleus terdapat di semua sel eukariot yang membelah. nukleosom di masing-masing nukleus. Karena itu, struktur
Nukleus sebagian besar terdiri dari kromosom, struktur di kromosom dikatakan mirip dengan untai manik-manik.
nukleus yang membawa cetak-biru lengkap untuk semua Manik-manik-nya adalah nukleosom, dan DNA penghubung
karakteristik spesies dan individual yang dapat diwariskan di antara manik-manik itu adalah benangnya. Keseluruhan
dari hewan yang bersangkutan. Kecuali di sel germinativum, kompleks DNA dan protein disebut kromatin. Selama
kromosom terdapat berpasangan, masing-masing berasal pembelahan sel, lilitan mengelilingi histon melonggar,
dari satu orang tua. Setiap kromosom terdiri dari sebuah mungkin akibat asetilasi histon, dan pasangan-pasangan
molekul DNA raksasa. Untai DNA memiliki panjang sekitar kromosom menjadi terlihat, tetapi di antara pembelahan sel
2 m, tetapi dapat masuk ke nukleus karena molekul ini hanya gumpalan kromatin yang
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 45

BOKS KLINIS 2-4 RETIKULUM ENDOPLASMA


Retikulum endoplasma adalah suatu rangkaian kompleks
Koneksin pada Penyakit tubulus di sitoplasma sel (Gambar 2-1; Gambar 2–10 ; dan
Dalam tahun-tahun terakhir, terjadi ledakan informasi yang Gambar 2–11). Bagian dalam membrannya menyambung
berkaitan dengan fungsi in vivo koneksin, berasal dari dengan suatu segmen membran nukleus, sehingga pada
penelitian pada mencit yang gen koneksinnya dilumpuhkan efeknya bagian membran nukleus ini adalah sisterna
(knocked-out) serta analisis mutasi pada koneksin manusia. retikulum endoplasma. Dinding tubulus terdiri dari
Mencit knock-out tersebut memperlihatkan bahwa delesi membran. Pada retikulum endoplasma kasar, atau
koneksin menyebabkan defek elektrofisiologis di jantung granular, ribosom melekat ke sisi sitoplasmik membran,
serta predisposisi terjadinya kematian jantung mendadak,
sterilitas pada hewan betina, kelainan perkembangan tulang,
sementara pada retikulum endoplasma halus, atau
kelainan perkembangan hati, katarak, gangguan pen- agranular, ribosom tidak ada. Di sitoplasma juga terdapat
dengaran, dan sejumlah kelainan lain. Informasi dari ribosom bebas. Retikulum endoplasma granular berkaitan
penelitian ini dan studi lain memungkinkan diidentifikasinya dengan sintesis protein dan pelipatan awal rantai
beberapa mutasi koneksin yang kini diketahui bertanggung
jawab untuk hampir 20 penyakit pada manusia. Penyakit-
penyakit ini mencakup beberapa penyakit kulit seperti Sitoplasma
mRNA dari Gen A mRNA dari Gen B
sindrom Clouston (suatu defek koneksin 30 (Cx30)) dan
eritrokeratoderma variabilis (Cx30.3 dan Cx31); tuli herediter Ribosom
bebas
(Cx26, Cx30, dan Cx31); predisposisi mengalami epilepsi
mioklonik (Cx36), predisposisi mengalami arteriosklerosis
(Cx37); katarak (Cx46 dan Cx50); fibrilasi atrium idiopatik
(Cx40); dan penyakit Charcot-Marie-Tooth terkait-X (Cx32). Rangkaian
Menarik dicatat bahwa masing-masing dari jaringan sasaran sinyal
ini mengandung koneksin lain yang tidak dapat
Retikulum
mengompensasi secara penuh hilangnya koneksin yang endoplasma
sangat penting dalam pembentukan penyakit. Pemahaman kasar
mengenai bagaimana hilangnya suatu koneksin mengubah
fisiologi sel dan menyebabkan penyakit-penyakit ini serta Gugus
karbohidrat
penyakit lain pada manusia merupakan bidang penelitian Rangkaian
yang intens. sinyal yang
membelah
Rantai polipeptida
yang bertambah

dapat terlihat di nukleus. Satuan utama hereditas adalah gen di


kromosom. Seperti dibahas di Bab 1, masing-masing gen
adalah bagian dari molekul DNA. Vesikel

Nukleus sebagian besar sel mengandung nukleolus


(Gambar 2-1), suatu kumpulan granula kaya RNA. Di
sebagian sel, nukleus mengandung beberapa nukleolus. Aparatus Golgi
Nukleolus paling mencolok dan banyak di sel yang sedang
tumbuh. Struktur ini merupakan tempat pembentukan
Lisosom
ribosom, struktur di sitoplasma tempat pembuatan protein.
Bagian dalam nukleus memiliki rangka berupa filamen-
filamen halus yang melekat ke membran nukleus, atau Protein
selubung (envelope) (Gambar 2-1), yang mengelilingi yang
Vesikel sekretorik dicerna
nukleus. Membran ini adalah suatu membran ganda, dan dari
ruang di antara kedua lipatan disebut sisterna perinukleus. Gen B
Eksositosis
Membran hanya permeabel untuk molekul kecil. Namun,
membran mengandung kompleks pori nukleus. Setiap Protein yang
Membran plasma
kompleks memiliki simetri delapan kali dan terbuat dari disekresi dari Gen A Cairan ekstraselular
sekitar 100 protein yang tersusun membentuk sebuah
terowongan untuk menyalurkan protein dan mRNA. GAMBAR 2-10 Retikulum endoplasma kasar dan translasi
Terdapat banyak jalur transpor; banyak protein yang ikut protein. RNA perantara dan ribosom bertemu di sitosol untuk
serta di jalur ini, termasuk importin dan eksportin, telah translasi. Protein yang mempunyai peptida sinyal yang sesuai
berhasil diisolasi dan diketahui karakteristiknya. Banyak memulai translasi, kemudian berkaitan dengan retikulum
penelitian saat ini difokuskan pada pengangkutan ke dalam endoplasma (RE) untuk menuntaskantranslasi.Kaitandengan ribosom
inilahyang memberikan gambaran "kasar" pada RE. (Direproduksi
dan keluar nukleus, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama dengan izin dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander's Human Physiology; The
kiranya proses-proses ini akan lebih dipahami. Mechanisms of Body Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).
46 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

ER Aparatus Golgi Granula sekretorik


Sekresi teratur

Sekresi
konstitutif

Daur ulang

Endositosis

Nukleus Lisosom Endosom lanjut Endosom dini

GAMBAR 2-11 Struktur sel yang terlibat dalam pemrosesan protein. Lihat teks untuk detailnya.

polipeptida disertai pembentukan ikatan disulfida. Retikulum Aparatus Golgi adalah struktur terpolarisasi, dengan sisi
endoplasma agranular adalah tempat sintesis steroid di sel-sel sis dan trans (Gambar 2-1; 2-10; 2-11). Dari retikulum
penghasil steroid dan tempat proses detoksifikasi di sel lain. endoplasma granular terbentuk tunas-tunas berupa vesikel
Suatu retikulum endoplasma modifikasi, retikulum membranosa yang mengandung protein yang baru terbentuk
sarkoplasma, berperan penting di otot rangka dan otot jantung. untuk menyatu dengan sisterna di sisi sis aparatus. Protein
Secara khusus, retikulum endoplasma atau sarkoplasma dapat kemudian dialirkan melalui vesikel lain ke sisterna bagian
memisahkan ion Ca2+ dan memungkinkan pelepasan ion tengah dan akhirnya ke sisterna di sisi trans, dari tempat ini,
tersebut sebagai molekul sinyal di sitosol. vesikel terlepas untuk masuk ke sitoplasma. Dari Golgi trans,
vesikel diangkut ke lisosom dan ke bagian luar sel melalui jalur-
RIBOSOM jalur konstitutif dan non-konsitutif, keduanya melibatkan
eksositosis. Sebaliknya, vesikel dapat terlepas dari membran sel
Ribosom pada eukariot berukuran sekitar 22 x 32 nm. Masing-
melalui proses endositosis dan dibawa ke endosom. Dari sini,
masing terbuat dari sebuah subunit besar dan subunit kecil
vesikel mengalami daur ulang.
yang dinamai, berdasarkan kecepatan pengendapan dalam
ultrasentrifugasi, subunit 60S dan 40S. Ribosom adalah Lalu lintas vesikel di aparatus Golgi, dan di antara kom-
struktur kompleks, mengandung banyak ragam protein dan partemen-kompartemen membranosa lainnya di sel, diatur
paling sedikit tiga RNA ribosom. Ribosom adalah tempat oleh suatu kombinasi mekanisme umum bersama dengan
pembuatan protein. Ribosom yang melekat ke retikulum mekanisme khusus yang menentukan ke bagian mana dari sel
endoplasma menyintesis semua protein trans-membran, vesikel tersebut harus pergi. Salah satu fitur yang mencolok
sebagian besar protein yang disekresikan, dan sebagian besar adalah keterlibatan suatu rangkaian protein regulatorik yang
protein yang disimpan dalam aparatus Golgi, lisosom, dan dikontrol oleh pengikatan GTP atau GDP (protein G kecil)
endosom. Protein-protein ini biasanya memiliki suatu peptida yang berkaitan dengan pembentukan dan penyaluran vesikel.
sinyal hidrofobik di salah satu ujungnya (Gambar 2-10). Rantai Fitur menonjol kedua adalah adanya protein-protein yang
polipeptida yang membentuk protein-protein ini dikeluarkan disebut SNAREs (untuk soluble N-ethylmaleimide-sensitive
ke dalam retikulum endoplasma. Ribosom bebas menyintesis factor attachment receptor). v-SNARE (vesicle-SNARE) di
berbagai protein sitoplasma seperti hemoglobin dan protein membran vesikel berinteraksi seperti kunci dan anak kunci
yang terdapat di peroksisom dan mitokondria. dengan t-SNARE (target-SNARE). Tiap-tiap vesikel juga
mengandung protein atau lipid struktural di membran vesikel
APARATUS GOLGI & LALU-LINTAS untuk membantu mengarahkannya ke kompartemen
membran spesifik (mis., kantong Golgi, membran sel).
VESIKEL
Aparatus Golgi adalah kumpulan kantong terbungkus
KONTROL KUALITAS
membran (sisterna) yang bertumpuk-tumpuk seperti piring Proses-proses yang terlibat dalam pembentukan, pelipatan,
makan (Gambar 2-1). Di semua sel eukariot terdapat satu dan migrasi protein ke berbagai bagian sel sedemikian
atau lebih aparatus Golgi, biasanya di dekat nukleus. Banyak kompleks, bahkan luar biasa karena tidak terjadi banyak
dari pengaturan aparatus Golgi ditujukan untuk glikosilasi kesalahan dan penyimpangan. Kenyataan bahwa proses-
protein dan lipid secara benar. Terdapat lebih dari 200 enzim proses ini bekerja dengan baik adalah karena adanya
yang berfungsi untuk menambahkan, mengeluarkan, atau mekanisme di tiap tingkat yang bertanggung jawab atas
memodifikasi gula dari protein dan lipid di aparatus Golgi. “kontrol kualitas”. DNA yang rusak dideteksi dan
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 47

diperbaiki atau dilewatkan. Berbagai RNA juga diperiksa apoptosis ikut serta dalam penguraian siklis endometrium
selama proses translasi. Yang terakhir, ketika rantai protein yang menyebabkan haid. Di epitel, sel-sel yang kehilangan
berada di retikulum endoplasma dan aparatus Golgi, struktur koneksinya dengan lamina basalis dan sel di sekitarnya
yang cacat dideteksi dan protein yang abnormal diuraikan di mengalami apoptosis. Hal ini berperan dalam kematian
lisosom dan proteasom. Hasil akhirnya adalah keakuratan enterosit yang kemudian dilepaskan dari ujung vilus usus.
produksi protein yang luar biasa yang dibutuhkan agar fungsi Apoptosis abnormal dapat terjadi pada penyakit autoimun,
tubuh berjalan normal. penyakit neurodegeneratif, dan kanker. Menariknya,
apoptosis terjadi pada invertebrata, termasuk nematoda dan
APOPTOSIS serangga. Namun, mekanisme molekularnya jauh lebih
kompleks daripada yang terjadi pada vertebrata.
Selain membelah dan tumbuh di bawah kontrol genetik, sel
juga dapat mati dan diserap di bawah kontrol genetik. Proses Satu jalur umum terakhir yang menimbulkan apoptosis
ini dinamai kematian sel terprogram, atau apoptosis adalah pengaktifan kaspase, sekelompok sistein protease.
(Yunani, apo “menjauhi” + ptosis “jatuh”). Hal ini dapat Banyak dari enzim ini telah berhasil diketahui
disebut “bunuh diri sel” dalam artian bahwa gen-gen sel itu karakteristiknya pada mamalia; 11 telah ditemukan pada
sendiri yang berperan aktif dalam kematiannya. Apoptosis manusia. Enzim ini terdapat di dalam sel sebagai proenzim
perlu dibedakan dari nekrosis (“pembunuhan sel”), yakni inaktif sampai diaktifkan oleh perangkat sel. Hasil akhirnya
ketika sel sehat mengalami kehancuran akibat proses adalah fragmentasi DNA, pemadatan kromatin dan
eksternal misalnya peradangan. sitoplasma, dan akhirnya pembentukan bleb membran,
Apoptosis adalah proses yang sangat sering terjadi selama diikuti oleh pecahnya sel dan pembersihan debris oleh fagosit
perkembangan dan pada masa dewasa. Di sistem saraf pusat (lihat Boks Klinis 2–5 ).
(SSP), sejumlah besar neuron diproduksi dan kemudian mati
selama remodeling yang terjadi selama perkembangan dan
TRANSPOR MENEMBUS
pembentukan sinaps. Pada sistem imun, apoptosis MEMBRAN SEL
menyingkirkan klona-klona imunosit yang tidak sesuai dan
berperan dalam efek lisis glukokortikoid pada limfosit. Terdapat beberapa mekanisme pengangkutan yang
Apoptosis juga merupakan faktor penting dalam proses- menembus membran sel. Mekanisme utama adalah
proses seperti penghilangan selaput (web) antara jari-jari eksositosis, endo-sitosis, perpindahan melalui kanal ion,
tangan pada masa janin serta regresi sistem duktus pada serta transpor aktif primer dan sekunder. Masing-masing
perkembangan jenis kelamin janin. Pada masa dewasa, dari mekanisme akan dibahas di bawah ini.

BOKS KLINIS 2-5

Ilmu Kedokteran Molekular penyakit neurologis lain. Kelainan pada DNA mitokondria juga
Penelitian mendasar tentang aspek-aspek molekular genetika, dapat menyebabkan penyakit manusia seperti neuropati optik
pengaturan ekspresi gen, dan sintesis protein dalam waktu herediter Leber dan beberapa bentuk kardiomiopati. Tidaklah
yang sangat singkat telah membuahkan hasil bagi kedokteran mengherankan, aspek genetik kanker mungkin saat ini
klinis. memperoleh perhatian yang paling besar. Beberapa kanker
Salah satu hasil awal adalah dipahaminya mekanisme disebabkan oleh onkogen, gen yang terdapat di genom sel
bagaimana antibiotika menimbulkan efeknya. Hampir semua kanker dan berperan menyebabkan sifat-sifat ganas sel kanker.
antibiotik bekerja dengan menghambat sintesis protein di satu Gen-gen ini berasal dari mutasi somatik proto-onkogen, yaitu
atau lebih tahap yang telah dijelaskan di atas. Obat antivirus gen normal yang mengontrol pertumbuhan. Lebih dari 100
bekerja dengan cara serupa; sebagai contoh, asiklovir dan onkogen telah diuraikan. Kelompok gen lain menghasilkan
gansiklovir bekerja dengan menghambat DNA polimerase. protein yang menekan tumor, dan lebih dari 10 gen penekan
Sebagian dari obat ini memiliki efek terutama pada bakteri, tumor (tumor suppressor gene) ini telah ditemukan. Yang
tetapi yang lain menghambat sintesis protein di sel hewan lain, paling banyak diteliti adalah gen p53 di kromosom 17 manusia.
termasuk mamalia. Kenyataan ini membuat antibiotik sangat Protein p53 yang dihasilkan oleh gen ini memicu apoptosis.
bernilai bagi penelitian serta terapi infeksi. Protein ini juga merupakan faktor transkripsi nukleus yang
Kelainan genetik tunggal yang menyebabkan lebih dari 600 tampaknya meningkatkan pembentukan suatu protein 21-kDa
penyakit manusia kini telah berhasil diidentifikasi. Banyak dari yang menghambat dua enzim siklus sel, memperlambat siklus
penyakit ini jarang ditemukan, tetapi yang lain cukup sering dan memungkinkan perbaikan mutasi dan cacat lain di DNA.
terjadi dan sebagian menyebabkan penyakit yang parah dan Gen p53 mengalami mutasi pada hampir 50% kanker manusia,
akhirnya mematikan. Contohnya mencakup gangguan regulasi dengan produksi protein p53yang gagal memperlambat siklus
kanal Cl− pada fibrosis kistik dan ketidakstabilan trinucleotide sel dan memungkinkan bertahannya mutasi lain di DNA.
repeats di berbagai bagian genom yang menyebabkan penyakit Akumulasi mutasi ini akhirnya menyebabkan kanker.
Huntington, sindrom X rapuh (fragile X syndrome), dan beberapa
48 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

EKSOSITOSIS penyerapan dependen-kaveolae, dan endositosis non-


klatrin/non-kaveolae.
Vesikel yang mengandung bahan untuk diekspor diarahkan Fagositosis (“pengunyahan sel”) adalah proses ketika
ke membran sel (Gambar 2-11), tempat vesikel ini berikatan bakteri, jaringan mati, atau kepingan bahan mikroskopik
dengan cara serupa seperti yang dibahas dalam lalu lintas lainnya ditelan oleh sel seperti leukosit polimorfonukleus
vesikel antara aparatus Golgi, melalui susunan v-SNARE/t- darah. Bahan berkontak dengan membran sel yang kemudian
SNARE. Daerah fusi kemudian terurai, meninggalkan isi mengalami invaginasi. Invaginasi kemudian terlepas,
vesikel di luar dan membran sel utuh. Ini adalah suatu proses meninggalkan bahan yang tertelan di vakuola terbungkus
eksositosis yang bergantung Ca2+ (Gambar 2–12). membran dan membran sel tetap utuh. Pinositosis (“sel
Perhatikan bahwa sekresi dari sel terjadi melalui dua diminum) adalah proses serupa dengan vesikel berukuran jauh
jalur (Gambar 2-11). Pada jalur non-konstitutif, protein lebih kecil dan bahan yang ditelan adalah larutan. Ukuran
membran yang kecil setiap kali proses menelan sebaiknya
dari aparatus Golgi pada awalnya masuk ke granula
jangan disalahartikan; sel-sel yang sedang menjalani pinositosis
sekretorik, tempat terjadinya pemrosesan prohormon
aktif (mis. makrofag) dapat menelan jumlah yang setara
menjadi hormon matang sebelum eksositosis. Jalur lain,
dengan ukuran keseluruhan membrannya hanya dalam 1 jam.
jalur konstitutif, melibatkan pemindahan cepat protein ke
membran sel dalam vesikel, dengan sedikit atau tanpa Endositosis yang diperantarai oleh klatrin terjadi di
indentasi membran tempat protein klatrin menumpuk.
pemrosesan atau penyimpanan. Jalur non-konstitutif kadang
Molekul klatrin memiliki bentuk triskelion, dengan tiga
disebut jalur teregulasi, tetapi istilah ini menyesatkan
“tungkai” memancar dari sebuah poros di tengah (Gambar
karena pengeluaran protein melalui jalur konstitutif juga
2–13). Seiring dengan proses endositosis, molekul klatrin
teregulasi. membentuk suatu susunan geometrik yang mengelilingi
vesikel endositosis. Di leher vesikel, protein pengikat GTP
ENDOSITOSIS dinamin ikut terlibat, baik secara langsung atau tak-langsung,
dalam memutuskan vesikel. Setelah vesikel terbentuk
Endositosis adalah kebalikan dari eksositosis. Terdapat sempurna, klatrin terlepas dan protein bertungkai tiga tersebut
berbagai jenis endositosis yang dinamai berdasarkan ukuran didaur ulang untuk membentuk vesikel lain. Vesikel berfusi
partikel yang ditelan serta persyaratan regulatorik untuk dengan dan mengeluarkan isinya ke dalam suatu endosom
proses yang bersangkutan. Nama-nama ini mencakup dini (Gambar 2-11). Dari endosom dini, sebuah vesikel baru
fagositosis, pinositosis, endositosis diperantarai-klatrin, muncul dan kembali ke membran sel. Selain itu, endosom dini

Eksositosis

Sitoplasma

Endositosis

GAMBAR 2-12 Eksositosis dan endositosis. Perhatikan bahwa pada eksositosis terjadi fusi sisi sitoplasma kedua membran, sementara pada
endositosis terjadi fusi kedua sisi non-sitoplasma.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 49

mengarahkan protein ke lokasi tertentu. Sebagai contoh,


sekuens asam amino Asn-Pro-asam amino apapun-Tyr
mengarahkan muatan dari permukaan sel ke endosom, dan
gugus manosa-6-fosfat mengarahkan transpor dari Golgi ke
reseptor manosa-6-fosfat (MPR) di lisosom.
Dalam lalu lintas vesikel ini, berbagai protein G kecil
dari famili Rab berperan penting. Protein G tampaknya
menuntun dan mempermudah perlekatan berbagai vesikel
ini. Untuk menggambarkan kerumitan pengaturan lalu lintas
vesikel ini, manusia memiliki 60 protein Rab dan 35 protein
GAMBAR 2-13 Molekul klatrin di permukaan sebuah vesikel
endositotik. Perhatikan bentuk triskelion yang khas dan kenyataan
SNARE.
bahwa dengan molekul klatrin lain molekul ini membentuk suatu jala
yang menopang vesikel. PERMEABILITAS MEMBRAN &
PROTEIN TRANSPOR MEMBRAN
dapat menjadi endosom lanjut dan berfusi dengan lisosom
(Gambar 2-11) tempat isinya dicerna oleh lisosom protease. Suatu teknik penting yang memungkinkan kemajuan besar
Endositosis yang diperantarai oleh klatrin berperan dalam dalam pengetahuan kita tentang protein transpor adalah
internalisasi banyak reseptor dan ligan yang terikat padanya— patch clamping. Sebuah mikropipet diletakkan di membran
termasuk, sebagai contoh, faktor pertumbuhan saraf (nerve sebuah sel dan membentuk suatu tambalan kedap di
growth factor, NGF) dan lipoprotein berdensitas rendah. Proses membran. Bagian patch membran yang berada di bawah
ini juga berperan penting dalam fungsi sinaps. ujung pipet biasanya mengandung hanya beberapa protein
transpor, yang memungkinkan penelitian terinci terhadap ciri
Jelas bahwa eksositosis meningkatkan jumlah total
biofisik mereka (Gambar 2–14). Sel dapat dibiarkan utuh
membran yang membungkus sel, dan jika membran tidak
(cell-attached patch clamp). Selain itu, bagian membran
dikeluarkan di tempat lain dengan kecepatan yang sama, sel
tersebut dapat ditarik longgar dari sel, membentuk suatu
akan membesar. Namun, pengeluaran membran sel terjadi
inside-out patch. Alternatif ketiga adalah menghisap keluar
melalui proses endositosis, dan penggabungan eksositosis-
bagian membran dengan mikropipet yang tetap melekat ke
endositosis semacam ini mempertahankan luas permukaan sel
bagian membran lainnya sehingga diperoleh akses langsung ke
pada ukuran normalnya.
bagian dalam sel (perekaman sel menyeluruh, whole cell
RAKIT & KAVEOLAE recording).

Beberapa bagian membran sel sangat kaya akan kolesterol dan Inside-out patch
sfingolipid dan dinamai rakit (raft). Rakit ini mungkin
merupakan prekursor dari cekungan membran berbentuk vas
yang dinamai kaveolae (gua kecil) jika dinding rakit
terinfiltrasi oleh suatu protein yang dinamai kaveolin yang Elektroda
mirip dengan klatrin. Terdapat banyak silang pendapat
mengenai fungsi rakit dan kaveolae, dengan bukti bahwa Pipet
keduanya berperan dalam regulasi dan transitosis kolesterol.
Namun, telah jelas bahwa kolesterol dapat berinteraksi Membran
langsung dengan kaveolin, secara efektif membatasi sel
kemampuan protein berpindah-pindah di membran.
Internalisasi melalui kaveolae melibatkan pengikatan muatan
ke kaveolin dan regulasi oleh dinamin. Kaveolae mencolok di
sel-sel endotel, tempat struktur ini membantu penyerapan Tertutup
nutrien dari darah.
pA

SELUBUNG & TRANSPOR VESIKEL ms


Terbuka
Kini tampaknya semua vesikel yang berperan dalam transpor
memiliki selubung protein. Pada manusia, lebih dari 50 GAMBAR 2-14 Patch clamp untuk meneliti transpor. Pada
subunit kompleks selubung telah berhasil diidentifikasi. eksperimen patch clamp, sebuah pipet kecil secara hati-hati
Vesikel yang mengangkut protein dari trans Golgi ke lisosom dimanipulasi untuk menjepit sebagian dari membran sel. Pipet
memiliki selubung klatrin assembly protein 1 (AP-1), dan memiliki sebuah elektroda yang dibasahi oleh larutan yang sesuai yang
vesikel endositotik yang mengangkut muatan ke endosom memungkinkan perekaman perubahan listrik melalui setiap pori di
membran (diperlihatkan di bawah). Gambar di atas mencerminkan
memiliki selubung klatrin AP-2. Vesikel yang membawa
"inside-out patch" berdasarkan orientasi membran dari segi elektro-
muatan antara retikulum endoplasma dan aparatus Golgi danya. Konfigurasi lain mencakup cell attached, whole cell recording,
memiliki coat protein I dan II (COPI dan COPII). Sekuens dan outside-out patch. (Dimodifikasi dari Ackerman MJ, Clapham DE. Ion
asam amino atau gugus tertentu pada protein yang diangkut channels: Basic science and clinical disease. N Engl J Med 1997;336;1575).
50 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Molekul-molekul kecil non-polar (termasuk O2 dan N2) Tertutup Terbuka


serta molekul kecil polar tak-bermuatan seperti CO2 berdifusi
A Berpintu ligan
menembus membran lipid sel. Namun, membran memiliki
permeabilitas yang sangat terbatas bagi bahan lain. Bahan-
bahan tersebut menembus membran melalui proses endositosis Mengikat ligan
dan eksositosis serta melalui protein transpor yang sangat
spesifik, yaitu protein transmembran yang membentuk kanal
untuk ion atau mengangkut bahan seperti glukosa, urea, dan
asam amino. Permeabilitas yang terbatas ini bahkan berlaku
untuk air, dengan difusi sederhana berlangsung di seluruh
tubuh melalui berbagai kanal air (akuaporin). Sebagai rujukan,
ukuran ion dan bahan yang secara biologis penting
diringkaskan di Tabel 2–2. B Berpintu fosforilasi
Beberapa protein transpor adalah kanal ion sederhana,
meskipun banyak dari protein ini yang memiliki fitur khusus Fosforilasi
sehingga bersifat selektif bagi bahan tertentu misalnya Ca2+
atau, pada kasus akuaporin, air. Protein (atau kumpulan
protein) transmembran ini memiliki pori yang diatur ketat
yang pintunya dapat dibuka atau ditutup sebagai respons
terhadap perubahan lokal (Gambar 2–15). Beberapa diatur
Defosforilasi
oleh perubahan pada potensial membran (voltage-gated, Pi P
berpintu voltase), sementara yang lain membuka atau menutup
C Berpintu voltase
sebagai respons terhadap suatu ligan (berpintu-ligan, ligand- Perubahan
gated). Ligan sering merupakan faktor eksternal (mis. potensial
neurotransmiter atau hormon). Namun, ligan juga dapat membran
++ ++ –– ––
internal; Ca2+, cAMP, lipid, atau salah satu protein G intrasel
yang dihasilkan di sel dapat berikatan secara langsung dengan
kanal dan mengaktifkannya. Sebagian kanal juga dapat dibuka
oleh peregangan mekanis, dan kanal mekanosensitif ini –– –– ++ ++
berperan penting dalam pergerakan sel.
Protein-protein pengangkut lainnya adalah pembawa (carrier)
yang mengikat ion dan molekul lain lalu mengubah kon- D Berpintu regangan atau tekanan
figurasinya, memindahkan molekul yang telah melekat
tersebut dari salah satu sisi membran ke sisi lainnya. Molekul Peregangan
berpindah dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah (menuruni gradien kimia), dan

TABEL 2–2 Ukuran ion terhidrasi dan bahan lain yang


penting dari segi biologi.
Bahan Berat Atom atau Molekul Jari-jari (nm) Sitoskeleton

Cl −
35 0,12 GAMBAR 2-15 Pengaturan pintu pada kanal ion. Diperlihatkan
beberapa jenis pintu untuk kanal ion. A) Kanal berpintu ligan
K +
39 0,12
membuka sebagai respons terhadap pengikatan ligan. B) Fosforilasi
H2O 18 0,12 dan defosforilasi protein mengatur pembukaan dan penutupan
sebagian kanal ion. C) Perubahan pada potensial membran mengubah
Ca 2+
40 0,15 bukaan kanal. D) Peregangan mekanis membran menyebabkan kanal
terbuka. (Direproduksi, dengan izin dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM (editor).
Na +
23 0,18
Principles of Neural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).
Urea 60 0,23

Li+ 7 0,24 kation berpindah ke daerah bermuatan negatif sementara


anion ke daerah yang bermuatan lebih positif (menuruni
Glukosa 180 0,38
gradien listrik). Jika protein pembawa memindahkan bahan
Sukrosa 342 0,48 sesuai arah gradien listrik atau kimianya, tidak diperlukan
Inulin 5000 0,75
asupan energi dan proses ini dinamai difusi terfasilitasi
(facilitated dijfusiori). Contoh khas adalah transpor glukosa
Albumin 69.000 7,50 oleh pengangkut glukosa, yang membawa glukosa menuruni
gradien konsentrasinya dari CES ke sitoplasma sel.
Data dari Moore EW: Physiology of Intestinal Water and Electrolyte Absorption.
American Gastroenterological Association, 1976. Pembawa lain memindahkan bahan-bahan melawan gradien
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 51

kimia dan listriknya. Bentuk transpor ini memerlukan energi Kanal K+ bakteri sangat mirip dengan kanal K+ berpintu
dan disebut transpor aktif. Pada sel hewan, energi disediakan voltase di beragam spesies, termasuk mamalia. Pada kanal
hampir hanya dari hidrolisis ATP. Karenanya, tidaklah ion asetilkolin dan kanal kation atau anion berpintu ligan
mengherankan bahwa banyak molekul pembawa adalah lainnya, pori terdiri dari lima subunit. Anggota dari famili
ATPase, enzim yang mengatalisis hidrolisis ATP. Salah satu CIC kanal Cl− bersifat dimer, tetapi kanal ini memiliki dua
dari ATPase ini adalah natrium-kalium adenosin trifos- pori, satu di tiap-tiap subunit. Baru-baru ini sejumlah kanal
fatase (Na, K ATPase), yang juga dikenal sebagai pompa Na, ion dengan aktivitas enzimatik intrinsik telah berhasil
K. Juga terdapat H, K ATPase di mukosa lambung dan diklona. Lebih dari 30 jenis kanal Na+ dan Ca2+ berpintu
tubulus ginjal. Ca2+ ATPase memompa Ca2+ keluar sel. voltase atau berpintu nukleotida siklik telah diidentifikasi.
Proton ATPase mengasamkan banyak organel intrasel, Contoh-contoh kanal Na+, Ca2+, dan K+ diperlihatkan dalam
termasuk bagian-bagian kompleks Golgi dan lisosom. bentuk diagramatik yang diperluas di Gambar 2–17.
Sebagian dari protein transpor dinamai uniport Famili lain kanal Na+ dengan struktur berbeda telah
(unipor) karena hanya memindahkan satu bahan. Protein ditemukan di membran apikal sel epitel di ginjal, kolon,
transpor yang lain disebut symport (simpor) karena transpor paru, dan otak. Epithelial sodium channel (ENaC, kanal
memerlukan pengikatan lebih dari satu bahan ke protein natrium epitel) terdiri dari tiga subunit yang disandi oleh
transpor dan bahan-bahan tersebut diangkut menembus tiga gen berbeda. Tiap-tiap subunit mungkin menembus
membran bersama-sama. Salah satu contoh simpor di membran dua kali, dan terminal amino dan karboksil
mukosa usus yang berperan dalam kotranspor Na+ dan terletak di dalam sel. Subunit α mengangkut Na+, sementara
glukosa dari lumen usus ke sel mukosa. Pengangkut lain subunit β dan γ tidak. Namun, penambahan subunit β dan γ
dinamai antiport (antipor) karena mempertukarkan satu meningkatkan transpor Na+ melalui subunit α. ENaC
bahan dengan bahan lain. dihambat oleh diuretik amilorid, yang berikatan dengan
subunit α, dan kanal ini dahulu dinamai amiloride
KANAL ION inhibitable Na+ channels. ENaC di ginjal berperan penting
Terdapat kanal-kanal ion yang spesifik untuk K+, Na+, Ca2+, dalam pengaturan volume CES oleh aldosteron. Mencit
dan Cl-, serta kanal yang non-selektif untuk kation atau anion. knockout ENaC lahir hidup tetapi segera mati karena tidak
Tiap-tiap jenis kanal terdapat dalam berbagai bentuk dengan dapat memindahkan Na+, dan karenanya air, dari paru-paru
sifat beragam. Sebagian besar terdiri dari subunit-subunit yang mereka.
sama atau sangat mirip. Gambar 2–16 memperlihatkan Manusia memiliki beberapa jenis kanal Cl−. Kanal
struktur multiunit berbagai kanal dalam diagram potong- dimerik CIC terdapat pada tanaman, bakteri, dan hewan,
lintang.
dan terdapat sembilan gen CIC berbeda pada manusia.
Sebagian besar kanal K+ adalah tetramer, dengan Kanal Cl− lain memiliki bentuk pentamerik yang sama
masing-masing dari keempat subunit membentuk bagian dengan reseptor asetilkolin; contoh-contohnya mencakup
yang dilalui ion K+. Analisis struktural kanal K+ berpintu reseptor asam γ- aminobutirat A (GABA) dan glisin di SSP.
voltase pada bakteri menunjukkan bahwa tiap-tiap dari Cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CTFR)
keempat subunit memiliki tonjolan mirip dayung (paddle) yang bermutasi pada fibrosis kistik juga merupakan suatu
yang mengandung empat muatan. Ketika kanal tertutup, kanal Cl−. Mutasi kanal ion menyebabkan berbagai
tonjolan-tonjolan ini dekat dengan bagian dalam sel yang channelo-pathies—penyakit yang terutama mengenai otot
bermuatan negatif. Ketika potensial membran berkurang, dan jaringan otak serta menyebabkan paralisis episodik atau
dayung yang mengandung muatan melekuk melalui kejang, meskipun juga dijumpai pada jaringan tak-peka
membran ke permukaan luar, menyebabkan kanal terbuka. rangsang (Boks Klinis 2–6).

A B C D
Na, K ATPase
Seperti telah disebutkan, Na, K ATPase mengatalisis hidrolisis
ATP menjadi adenosin difosfat (ADP) dan memakai
energinya untuk mengeluarkan tiga Na+ dari sel dan
menyerap dua K+ ke dalam sel untuk setiap molekul ATP yang
dihidrolisis. Enzim ini adalah suatu pompa elektrogenik yang
bertugas memindahkan tiga muatan positif keluar sel untuk
GAMBAR 2-16 Berbagai cara kanal ion membentuk pori. Banyak
setiap dua muatan yang dimasukkannya, dan karenanya
kanal K+ bersifat tetramer A), dengan tiap-tiap subunit protein
membentuk bagian dari kanal. Pada kanal kation dan anion berpintu pompa ini dikatakan memiliki coupling ratio 3:2. Pompa ini
ligan B) seperti reseptor asetilkolin, kanal dibentuk oleh lima subunit ditemukan di seluruh bagian tubuh. Aktivitasnya dihambat
yang identik atau sangat mirip. Kanal Cl− dari famili CIC bersifat dimer oleh ouabain dan glikosida digitalis terkait yang digunakan
C), dengan satu pori intrasel di tiap-tiap subunit. Kanal air akuaporin D) dalam pengobatan gagal jantung. Pompa ini adalah suatu
adalah tetramer dengan satu kanal intrasel di masing-masing subunit.
(Direproduksi, dengan izin, dari Jentsch TJ: Chloride channels are different. Nature
heterodimer yang terdiri dari satu subunit α dengan berat
2002;415:276). molekul sekitar 100.000 dan satu subunit β dengan berat
52 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

Kanal Na+ I II III IV


Sisi
ekstrasel

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P P

Sisi
sitoplasma

COOH
NH2

Kanal Ca2+

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P P

COOH
NH2

Kanal K+

1 2 3 4 5 6
P

COOH
NH2

GAMBAR 2-17 Gambaran diagramatik subunit-subunit pori. Perhatikan bahwa bentangan 4 dari setiap pengulangan
pembentuk pori tiga kanal ion. Subunit a kanal Na+ dan Ca2+ diwarnai merah, mencerminkan muatan bersih "+". Kanal K+ hanya
menembus membran 24 kali dalam empat kali pengulangan enam memiliki satu pengulangan berupa enam regio yang menembus
unit penembus membran.Tiap-tiap pengulangan memiliki lengkung membran dan lengkung P. Untuk satu kanal K+ fungsional terdapat
"P"antara bentangan 5 dan 6 yang tidak menembus membran. empat subunit K+. (Direproduksi, dengan izin, dari Kandel ER, Schwartz JH,
Lengkung-lengkung P tersebut diperkirakan membentuk Jessell TM (editor). Principles of Neural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

(Gambar 2–18). Pemisahan subunit-subunit ini menghilang- keduanya terletak intrasel. Subunit ini memiliki tempat peng-
kan aktivitas pompa. Subunit β adalah suatu glikoprotein, ikatan Na+ dan ATP intrasel dan tempat fosforilasi; subunit ini
sementara transpor Na+ dan K+ berlangsung melalui subunit a. juga memiliki tempat pengikatan ekstrasel untuk K+ dan
Subunit b memiliki satu ranah yang menembus membran dan ouabain. Ligan endogen untuk tempat pengikatan ouabain
tiga tempat glikosilasi ekstrasel, yang semuanya tampaknya masih diperdebatkan. Ketika Na+ ber-ikatan dengan subunit α,
dilekati oleh residu karbohidrat. Residu-residu ini membentuk ATP juga berikatan dan diubah menjadi ADP, dengan fosfat
sepertiga dari berat molekul. Subunit α mungkin menembus dipindahkan ke Asp 376, tempat fosforilasi. Hal ini
membran 10 kali, dengan ujung amino dan karboksil menyebabkan perubahan konfigurasi protein, mengeluarkan
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 53

luas tetapi tidak ada di astrosit tertentu, sel vestibulum


BOKS KLINIS 2-6 telinga dalam, dan otot kedut-cepat glikolitik. Otot kedut-
cepat hanya mengandung subunit β2. Berbagai struktur
Channelopathies (kanalopati) subunit α dan β yang berbeda-beda di Na, K ATPase di
Channelopathies mencakup beragam penyakit yang dapat berbagai jaringan mungkin mencerminkan spesialisasi untuk
memengaruhi sel peka-rangsang (mis. neuron dan otot) fungsi jaringan spesifik.
dan sel non-peka-rangsang. Dengan menggunakan metode-
metode genetik molekular, banyak dari defek patologis REGULASI Na, K ATPase
pada channelopathies ini dapat ditelusuri ke mutasi di satu
kanal ion. Contoh channelopathies di sel peka-rangsang
Jumlah Na+ yang normalnya terdapat di sel tidak cukup
antara lain adalah paralisis periodik (mis. Kir2.1, suatu
untuk menjenuhkan pompa sehingga jika Na+ meningkat,
subunit kanal K+, atau Na2.1, suatu subunit kanal Na+), akan lebih banyak yang dipompa keluar. Aktivitas pompa
miastenia (mis. reseptor asetilkolin nikotinik, suatu kanal dipengaruhi oleh molekul-molekul kurir kedua (second
kation non-spesifik berpintu ligan), miotonia (mis. Kiri .1, messenger) (mis. cAMP dan diasilgliserol [DAG]). Besar
suatu subunit kanal K+), hipotermia maligna (reseptor dan arah efek pompa yang berubah bervariasi sesuai kondisi
rianodin, suatu kanal Ca2+), sindrom QT panjang (contoh eksperimen. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas pompa
subunit kanal Na+ dan K+), dan beberapa penyakit lain. dengan efek genomik untuk meningkatkan pembentukan
Contoh channelopathies pada sel non-peka-rangsang molekul Na, K ATPase. Aldosteron juga meningkatkan
adalah penyebab yang mendasari fibrosis kistik (CFTR, jumlah pompa, meskipun efek ini mungkin bersifat
suatu kanal Cl−) dan satu bentuk sindrom Bartter (Kiri .1, sekunder. Dopamin di ginjal menghambat pompa dengan
suatu subunit kanal K+). Hal penting, kemajuan dalam memfos-forilasinya, menyebabkan natriuresis. Insulin
pengobatan berbagai penyakit ini dapat datang dari meningkatkan aktivitas pompa, mungkin melalui
pemahaman mengenai defek dasar dan pembuatan obat mekanisme yang berbeda.
yang bekerja mengubah sifat-sifat kanal yang mengalami
mutasi. TRANSPOR AKTIF SEKUNDER
Pada banyak keadaan, transpor aktif Na+ digabungkan
dengan transpor bahan lain (transpor aktif sekunder).
Sebagai contoh, membran luminal sel mukosa di usus halus
Na+ ke CES. K+ kemudian terikat di luar sel, mendefosforilasi mengandung suatu simpor yang mengangkut glukosa ke
subunit α, yang kembali ke konformasinya semula, dalam sel hanya jika Na+ mengikat protein dan diangkut ke
membebaskan K+ ke dalam sitoplasma. dalam sel pada saat yang sama. Dari sel, glukosa masuk ke
Subunit α dan β bersifat heterogen, dengan sejauh ini darah. Gradien elektrokimia untuk Na+ dipertahankan oleh
telah diidentifikasi subunit α1, α2, dan α3 serta subunit β1, β2, transpor aktif Na+ keluar sel mukosa ke dalam CES. Contoh
dan β3. Isoform α1 ditemukan di membran sebagian besar sel, lain diperlihatkan di (BNCBS o. Di jantung, Na, K
sementara α2 terdapat di otot, jantung, jaringan lemak, dan ATPase secara tak-langsung memengaruhi transpor Ca2+.
otak, dan α3 terdapat di jantung dan otak. Subunit β1 tersebar Suatu antipor di membran sel otot jantung secara normal
mempertukarkan Ca2+ intrasel dengan Na+ ekstrasel.
Transpor aktif Na+ dan K+ adalah salah satu proses
2K+ pemakai energi utama di tubuh. Secara rerata, transpor ini
Ouabain menggunakan sekitar 24% dari energi yang digunakan oleh
β sel, dan di neuron angkanya mencapai 70%. Karena itu,
CES 3
transpor ini membentuk sebagian besar dari metabolisme
2 basal. Hasil utama dari pemakaian energi ini adalah tercipta-
nya gradien elektrokimia di sel.

Sitoplasma
1 α
TRANSPOR MENEMBUS EPITEL
5 Di kanal cerna, kanal napas, tubulus ginjal, dan struktur lain
4
yang dilapisi oleh sel epitel terpolarisasi, bahan-bahan masuk
3Na+ ke satu sisi sel dan keluar dari sisi yang lain, menghasilkan
perpindahan bahan dari satu sisi epitel ke sisi lainnya. Agar
GAMBAR 2-18 Na, K ATPase. Bagian intrasel subunit a memiliki terjadi transpor transepitel, sel perlu terikat erat oleh taut
tempat mengikat Na+ (1), tempat fosforilasi (4), dan tempat mengikat kedap dan, jelaslah, memiliki kanal ion dan protein transpor
ATP (5). Bagian ekstrasel memiliki tempat untuk mengikat K+ (2) dan yang berbeda di berbagai bagian membrannya. Sebagian
tempat mengikat ouabain (3). (Dari Horisberger J-D et al: Structure-function besar dari transpor aktif sekunder yang dikutip di paragraf
relationship of Na,K ATPase. Annu Rev Physiol 1991;53:565. Direproduksi dengan izin
dari Annual Review of Physiology, vol 53. Hak cipta © 1991 oleh Annual Reviews).
sebelumnya melibatkan perpindahan ion dan molekul lain
menembus epitel (transepitel).
54 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

Transpor aktif antara kontrol tekanan hidrostatik dan onkotik di sepanjang


2K+ dinding kapiler dibahas secara rinci di Bab 31.
Ouabain

3Na+
3Na+ Na+ TRANSITOSIS
ATP ADP + Pi
Cl− Di sitoplasma sel endotel terdapat vesikel-vesikel, dan
Ca2+ molekul protein yang diberi label dan disuntikkan ke dalam

Kontranspor
Na+ Na+
Countertransport

Na+ 15 meq/L K+, 2Cl− aliran darah dapat ditemukan di vesikel dan di interstisium.
K+ 150 − Na+ Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah kecil protein diangkut
H+ Cl− 7 −
Sugars keluar kapiler menembus sel endotel oleh endositosis di sisi
K+
K+ or amino kapiler diikuti oleh eksositosis di sisi interstisium sel.
acids
Cl− Mekanisme transpornya memanfaatkan vesikel-vesikel
H+
− − − − berselubung yang tampaknya dilapisi oleh kaveolin dan
Vm = −70 mV disebut transitosis, transpor vesikular, atau sitopemsis.
+ + + +
Na+
Na+ 140 meq/L
K+ 4 −
Cl− 105 −
KOMUNIKASI ANTARSEL
GAMBAR 2-19 Diagram komposit efek sekunder utama Sel-sel berkomunikasi satu sama lain melalui kurir kimia. Di
transpor aktif Na+ dan K+. Na, K ATPase mengubah energi kimia satu jaringan, beberapa kurir berpindah dari sel ke sel melalui
hidrolisis ATP menjadi pemeliharaan gradien masuk untuk Na+ dan taut celah tanpa masuk ke CES. Selain itu, sel-sel dipengaruhi
gradien keluar untuk K+. Energi gradien ini digunakan untuk oleh kurir kimia yang disekresikan ke dalam CES, atau melalui
counter-transport, kotranspor, dan memelihara potensial
membran. Diperlihatkan beberapa contoh kotranspor dan kontak langsung sel ke sel. Kurir kimia biasanya berikatan
countertransport yang menggunakan gradien ini. (Direproduksi, dengan reseptor protein di permukaan sel dan, pada beberapa
denganizin,dariSkouJC:TheNa-Kpump.NewsPhysiolSci1992;7:95). kasus, di sitoplasma atau nukleus, memicu rangkaian
perubahan intrasel yang menghasilkan efek fisiologis. Terdapat
tiga jenis umum komunikasi antarsel yang diperantarai oleh
kurir di CES: (1) komunikasi saraf, yakni neurotrans-miter
TRANSPOR KHUSUS MENEMBUS dibebaskan di taut sinaps dari sel saraf dan bekerja melintasi
celah sinaps di sel pascasinaps; (2) komunikasi endokrin, yakni
DINDING KAPILER hormon dan faktor pertumbuhan mencapai sel melalui
Dinding kapiler yang memisahkan plasma dari cairan peredaran darah atau limfe; dan (3) komunikasi parakrin,
inter-stisium berbeda dari membran sel yang memisahkan yakni produk sel berdifusi ke CES untuk memengaruhi sel-sel
cairan interstisium dari cairan intrasel karena perbedaan yang berada di sekitarnya (Gambar 2–20). Selain itu, sel
tekanan di kedua sisi menyebabkan filtrasi menjadi faktor mengeluarkan kurir kimia yang dalam situasi tertentu
signifikan dalam menimbulkan perpindahan air dan zat berikatan dengan reseptor di sel yang sama, yaitu, sel yang
terlarut. Berdasarkan definisi, filtrasi adalah proses yang mengeluarkan kurir tersebut (komunikasi autokrin). Kurir
memaksa cairan menembus membran atau sawar lain kimia mencakup amina, asam amino, steroid, polipeptida,
karena perbedaan dalam tekanan di kedua sisi. dan pada beberapa keadaan, lipid, nukleotida purin, dan
Struktur dinding kapiler bervariasi dari jaringan vaskular nukleotida pirimidin. Perlu diperhatikan bahwa di berbagai
satu ke jaringan yang lain. Namun, di dekat otot rangka dan bagian tubuh, kurir kimia yang sama dapat berfungsi
banyak organ lain, air dan zat terlarut yang relatif kecil adalah sebagai neurotransmiter, mediator parakrin, hormon yang
satu-satunya bahan yang dapat menembus dinding tersebut disekresikan oleh neuron ke dalam darah (hormon saraf),
dengan mudah. Lubang di taut antara sel-sel endotel terlalu dan hormon yang disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam
kecil untuk dilewati protein plasma dan koloid lain dalam darah.
jumlah signifikan. Koloid memiliki berat molekul tinggi Terdapat suatu bentuk tambahan komunikasi antarsel
tetapi terdapat dalam jumlah besar. Sejumlah kecil melewati yang dinamai komunikasi jukstakrin. Beberapa sel
dinding kapiler dengan transpor vesikular, tetapi efek ini mengekspresikan beberapa pengulangan faktor per-
kecil. Karena itu, dinding kapiler berperilaku seperti tumbuhan misalnya transforming groivth factor alpha
membran yang impermeabel bagi koloid, dan hal ini (TGFα) secara ekstrasel di protein transmembran yang
menimbulkan suatu tekanan osmotik sebesar sekitar 25 mm menjadi jangkar bagi sel. Sel-sel lain memiliki reseptor
Hg. Tekanan osmotik koloid yang disebabkan oleh koloid TGFα. Karena itu, TGFα yang melekat ke sebuah sel dapat
plasma disebut tekanan onkotik. Filtrasi menembus berikatan dengan reseptor TGFa di sel lain, mengaitkan
membran kapiler sebagai akibat tekanan hidrostatik di sistem kedua sel tersebut. Hal ini mungkin penting dalam
vaskular dilawan oleh tekanan onkotik. Keseimbangan pembentukan fokus-fokus lokal pertumbuhan di jaringan.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 55

PARAKRIN DAN
TAUT CELAH SINAPS AUTOKRIN ENDOCRINE

A
P

Penyampaian pesan Langsung dari sel Melewati celah Melalui difusi di Melalui cairan tubuh
ke sel sinaps cairan interstisium yang beredar

Lokal atau umum Local Lokal Difus lokal Umum

Spesifisitas Lokasi anatomis Lokasi anatomis Reseptor Reseptor


bergantungan pada dan reseptor

GAMBAR 2-20 Komunikasi antarsel oleh mediator kimiawi. A, autokrin; P, parakrin.

RESEPTOR UNTUK KURIR KIMIA menimbulkan efeknya di dalam sel dirangkum di dalam
Tabel 2–3. Ligan seperti asetilkolin berikatan langsung
Dikenalinya kurir kimia oleh suatu sel biasanya dimulai dari dengan kanal ion di membran sel, mengubah hantaran
interaksi dengan sebuah reseptor di sel tersebut. Terdapat mereka. Hormon tiroid dan steroid, 1,25-dihidroksi-
lebih dari 20 famili reseptor untuk kurir kimiawi yang telah kolekalsiferol, dan retinoid masuk ke sel dan bekerja pada
diketahui. Berbagai protein ini bukan merupakan komponen satu atau lebih anggota dari famili reseptor sitoplasma atau
sel yang statis, tetapi jumlahnya meningkat dan berkurang nukleus yang secara struktural serupa. Reseptor yang telah
sebagai respons terhadap beragam rangsangan, dan sifat- aktif tersebut berikatan dengan DNA dan meningkatkan
sifatnya berubah seiring dengan perubahan kondisi fisiologis. transkripsi beberapa mRNA. Banyak ligan lain di CES
Jika suatu hormon atau neurotransmiter terdapat secara berikatan dengan reseptor di permukaan sel dan memicu
berlebihan, jumlah reseptor aktif umumnya berkurang pelepasan mediator intrasel seperti cAMP, IP3, dan DAG
(down-regulation), sementara jika terjadi defisiensi kurir yang memicu perubahan dalam fungsi sel. Karena itu, ligan
kimiawi, maka terjadi peningkatan jumlah reseptor aktif (up- ekstrasel dinamai “kurir pertama” (first messenger) dan
regulation). Berdasarkan kerjanya di korteks adrenal, mediator intrasel dinamai “kurir kedua” (second messenger).
angiotensin II adalah suatu pengecualian; senyawa ini Kurir kedua menimbulkan banyak perubahan jangka-pendek
meningkatkan, bukan menurunkan, jumlah reseptornya di dalam fungsi sel dengan mengubah fungsi enzim, memicu
adrenal. Pada kasus reseptor di membran, endositosis yang eksositosis, dan sebagainya, tetapi juga dapat menyebabkan
diperantarai oleh reseptor merupakan penyebab down- perubahan pada transkripsi berbagai gen. Berbagai
regulation pada beberapa keadaan; ligan berikatan dengan perubahan enzim, interaksi antar-protein, atau perubahan
reseptornya, dan kompleks ligan-reseptor bergerak ke lateral kurir kedua dapat diaktifkan di dalam sel secara teratur
di membran ke coated pits, tempat kompleks ini ditelan ke setelah kurir pertama dikenali oleh reseptor. Jalur sinyal sel
dalam sel oleh endositosis (internalisasi). Proses ini yang terjadi menyebabkan penguatan sinyal primer dan
menurunkan jumlah reseptor di membran. Sebagian reseptor distribusi sinyal ke sasaran yang sesuai di dalam sel. Jalur-
mengalami daur-ulang setelah internalisasi, sementara yang jalur sinyal sel yang luas juga memungkinkan dilakukannya
lain diganti oleh sintesis de novo di sel. Jenis down-regulation umpan-balik dan regulasi yang dapat memperhalus sinyal
lainnya adalah desensitisasi, yakni reseptor secara kimiawi agar dihasilkan respons fisiologis yang tepat oleh sel.
dimodifikasi sedemikian sehingga reseptor itu menjadi Modifikasi pascatranslasi yang paling menonjol pada
kurang responsif. protein, fosforilasi, merupakan tema umum dalam jalur
sinyal sel. Fosforilasi sel berada di bawah kendali dua
MEKANISME KERJA KURIR KIMIA kelompok protein: kinase, enzim-enzim yang
mengatalisis fosforilasi residu tirosin atau serin dan
Interaksi reseptor-ligan biasanya hanyalah merupakan awal treonin dalam protein (atau pada sebagian kasus, dalam
dari respons sel. Kejadian ini disalurkan menjadi respons lipid) dan fosfatase, protein yang mengeluarkan fosfat
kedua di dalam sel yang dapat dibagi menjadi empat dari protein (atau lipid). Sebagian dari famili reseptor
kategori besar: (1) pengaktifan kanal ion, (2) pengaktifan yang lebih besar bahkan merupakan kinase. Reseptor
protein G; (3) pengaktifan enzim di dalam sel, atau (4) tirosin kinase memulai fosforilasi pada residu tirosin di
pengaktifan langsung transkripsi. Di dalam tiap-tiap reseptor komplementer setelah berikatan dengan ligan.
kelompok, respons dapat cukup bervariasi. Sebagian dari Reseptor serin/treonin kinase memulai fosforilasi di
mekanisme umum yang digunakan oleh kurir kimia untuk serin atau treonin di reseptor komplementer setelah
56 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

TABEL 2–3 Mekanisme umum yang digunakan kurir TABEL 2–4 Contoh protein kinase.
kimia di CES untuk menimbulkan perubahan pada fungsi Memfosforilasi residu serin atau treonin, atau keduanya
sel.
Dependen-kalmodulin
Mekanisme Contoh
Rantai ringan miosin kinase
Membuka atau menutup Asetilkolin pada reseptor Fosforilase kinase
kanal ion di membran sel kolinergik nikotinik;
Ca2+/kalmodulin kinase I
norepinefrin pada kanal K+ di
jantung Ca2+/kalmodulin kinase II
Ca2+/kalmodulin kinase III
Bekerja melalui reseptor Hormon tiroid, asam
sitoplasma atau nukleus retinoat, hormon steroid
Dependen-kalsium-fosfolipid
untuk meningkatkan
transkripsi mRNA tertentu Protein kinase C (tujuh subspesies)
Mengaktifkan fosfolipase C Angiotensin II, norepinefrin Dependen-nukleotidasiklik
dengan produksi DAG, IP3, melalui reseptor α1-adrenergik,
dan inositol fosfat lain intrasel vasopresin melalui reseptor V1 Kinase dependen-cAMP (protein kinase A; dua subspesies)
Kinase dependen-cGMP
Mengaktifkan atau menghambat Norepinefrin melalui reseptor β1- Memfosforilasi residu tirosin
adenilil siklase, menyebabkan adrenergik (meningkatkan cAMP);
peningkatan atau penurunan norepinefrin melalui reseptor α2- Reseptorinsulin,reseptorEGF,reseptorPDGF,danreseptorM-CSF
produksi cAMP intrasel adrenergik (menurunkan cAMP)
Meningkatkan cGMP di sel Peptida natriuretik
transkripsi laten untuk mengaktifkan transkripsi. Jalur ini
atrium; nitrat oksida
merupakan titik akhir umum dari sinyal yang berjalan
Meningkatkan aktivitas Insulin, faktor pertumbuhan epidermis melalui jenjang mitogen activated protein (MAP) kinase.
tirosin kinase bagian (epidermal growth factor, EGF), platelet-
MAP kinase dapat diaktifkan setelah berbagai interaksi
sitoplasma reseptor derived growth factor (PDGF), monocyte
transmembran colony stimulating factor (M-CSF) reseptor-ligan melalui sinyal kurir kedua. MAP kinase ini
terdiri dari rangkaian tiga kinase yang mengoordinasikan
Meningkatkan aktivitas TGFβ, aktivin, inhibin fosforilasi bertahap untuk mengaktifkan setiap protein dalam
serin atau treonin kinase
rangkaian ini di sitosol. Fosforilasi MAP kinase terakhir
memungkinkan enzim ini bermigrasi ke nukleus tempat ia
mengikat ligan. Reseptor sitokin berkaitan langsung dengan memfosforilasi suatu faktor transkripsi laten. Jalur umum
sekelompok protein kinase yang diaktifkan setelah pengikatan ketiga adalah pengaktifan faktor transkripsi laten di sitosol,
sitokin. Selain itu, perubahan kurir kedua dapat menyebabkan yang kemudian bermigrasi ke nukleus dan mengubah
fosforilasi di bagian hilir jalur sinyal. Lebih dari 500 protein transkripsi. Jalur ini digunakan bersama oleh beragam faktor
kinase telah ditemukan. Sebagian dari prinsip yang penting transkripsi yang mencakup nuclear factor kappa B (NFkB;
dalam penyaluran sinyal pada sel mamalia dirangkum dalam diaktifkan setelah pengikatan reseptor famili nekrosis tumor
Tabel 2–4. Secara umum, penambahan gugus fosfat mengubah dan yang lain), dan signal transducers of activated
konformasi protein, mengubah fungsinya dan dengan transcription (STAT; diaktifkan setelah pengikatan reseptor
sendirinya mengubah fungsi sel. Hubungan erat antara sitokin). Pada semua kasus, pengikatan faktor transkripsi
fosforilasi dan defosforilasi protein sel memungkinkan yang telah aktif ke DNA meningkatkan (atau pada sebagian
dilakukannya kontrol sementara terhadap pengaktifan jalur kasus, menurunkan) transkripsi mRNAyang disandi oleh
sinyal sel. Hal ini kadang disebut “phosphate timer”. gen ke tempat ikatannya. mRNA ditranslasikan di ribosom,
Disregulasi phosphate timer dan penyaluran sinyal sel dapat yang menghasilkan peningkatan jumlah protein yang
menyebabkan penyakit (Boks Klinis 2–7). mengubah fungsi sel.

STIMULASI TRANSKRIPSI Ca2+ INTRASEL SEBAGAI KURIR


Pengaktifan transkripsi, dan translasi selanjutnya, KEDUA
merupakan hasil akhir yang sering terjadi pada
Ca2+ mengatur sejumlah besar proses fisiologis yang sangat
penyaluran sinyal sel. Terdapat tiga jalur berbeda bagi
beragam seperti proliferasi, sinyal saraf, belajar, kontraksi,
kurir primer untuk mengubah transkripsi sel. Pertama, sekresi, dan pembuahan, sehingga regulasi Ca2+ intrasel
seperti pada kasus hormon steroid atau tiroid, kurir sangatlah penting. Konsentrasi Ca2+ bebas dalam sitoplasma
primer mampu menembus membran sel dan berikatan saat istirahat dipertahankan pada sekitar 100 nmol/L.
dengan reseptor di nukleus, yang kemudian dapat secara Konsentrasi Ca2+ dalam cairan interstisium adalah sekitar
langsung berinteraksi dengan DNA untuk mengubah 12.000 kali konsentrasi di sitoplasma (yi., 1.200.000 nmol/L)
ekspresi gen. Jalur kedua untuk transkripsi gen adalah sehingga terdapat gradien konsentrasi besar yang mengarah
pengaktifan protein kinase sitoplasma yang dapat ber- ke dalam serta gradien listrik yang mengarah ke dalam.
gerak ke nukleus untuk memfosforilasi suatu faktor Banyak dari Ca2+ intrasel disimpan dalam konsentrasi yang
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 57

BOKS KLINIS 2-7


Ca2+ CaBP Effects
(volt) 2H+
Kinase dalam Kanker: Leukemia Mieloid Kronis ATP
Kinase sering berperan penting dalam mengatur hasil akhir Ca2+
(lig) Ca2+
fisiologi sel, termasuk pertumbuhan dan kematian sel. Ca2+
Disregulasi proliferasi sel atau kematian sel merupakan tanda Ca2+ 3Na+
utama kanker. Meskipun kanker dapat memiliki banyak (SOCC)
Ca2+
sebab, tetapi peran disregulasi kinase dicontohkan oleh
leukemia mieloid kronis (LMK). LMK adalah kelainan sel
punca hematopoietik pluripoten yang ditandai oleh
translokasi kromosom Philadelphia (Ph). Kromosom Ph
Mitokondria Retikulum endoplasma
terbentuk setelah translokasi kromosom 9 dan 22. Akibatnya
kromosom 22 memendek (kromosom Ph). Di titik fusi sebuah GAMBAR 2-21 Penanganan Ca2+ pada sel mamalia. Ca2+
gen baru (BCR-ABL) yang menyandi ranah tirosin kinase aktif disimpan di retikulum endoplasma dan, dengan tingkat yang lebih
rendah, di mitokondria serta dapat dibebaskan dari tempat-tempat
dari sebuah gen di kromosom 9 (tirosin kinase Abelson, c-
tersebut untuk memulihkan Ca2+ sitoplasma. Protein pengikat kalsium
Abl) berfusi dengan regio regu-latorik baru pada sebuah gen (CaBP) mengikat Ca2+ sitoplasma dan, jika diaktifkan dengan cara ini,
terpisah di kromosom 22 (breakpointdusterregion; bcr). Gen menyebabkan beragam efek fisiologis. Ca2+ masuk ke sel melalui kanal
fusi BCR-ABL menyandi suatu protein sitoplasma dengan Ca2+ berpintu voltase (volt) dan berpintu-ligan (lig) dan store-operated
aktivitas tirosin kinase konstitutif. Disregulasi aktivitas kinase calcium channel (SOCCs). Ion ini diangkut keluar sel oleh Ca, Mg
ATPase (tidak diperlihatkan), Ca, H ATPase dan Na, Ca antipor. Ca2+
pada protein BCR-ABL secara efektif membatasi jalur sinyal
juga diangkut ke dalam RE oleh Ca ATPase.
kematian sel darah putih sekaligus mendorong proliferasi sel
dan instabilitas genetik. Model eksperimental menunjukkan
bahwa translokasi yang menghasilkan protein BCR-ABL fusi
dalam sel, atau dengan kedua mekanisme tersebut. IP3 adalah
sudah memadai untuk menimbulkan LMK pada hewan
kurir kedua utama yang menyebabkan pelepasan Ca2+ dari
percobaan.
retikulum endoplasma melalui pengaktifan langsung kanal
berpintu-ligan, reseptor IP3. Pada efeknya, pembentukan satu
KIAT TERAPEUTIK kurir kedua (IP3) dapat menyebabkan pelepasan kurir kedua
Teridentifikasinya BCR-ABL sebagai proses trans- lainnya (Ca2+). Di banyak jaringan, pelepasan sesaat Ca2+ dari
formasi awal pada LMK memberi sasaran ideal untuk sumber internal ke dalam sitoplasma memicu pembukaan
pengembangan obat. Obat imatinib (Gleevac) suatu populasi kanal Ca2+ di membran sel (store-operated Ca2+
dikembangkan untuk secara spesifik menghambat channels; SOCCs). Influks Ca2+ yang terjadi memulihkan
aktivitas tirosin kinase protein BCR-ABL. Imatinib pasokan Ca2+ intrasel total dan mengisi kembali retikulum
telah terbukti efektif untuk mengobati fase kronis endoplasma, penelitian terkini telah berhasil mengidentifikasi
LMK. hubungan antara SOCC dan interaksi regulatorik protein-
protein dari retikulum plasma yang menjadi pintu dari kanal-
kanal ini.
relatif tinggi di retikulum endoplasma dan organel lain Seperti molekul kurir kedua lainnya, peningkatan Ca2+ di
(Gambar 2–21), dan organel-organel ini merupakan tempat dalam sitosol berlangsung cepat, dan diikuti oleh penurunan
penyimpan dari mana Ca2+ dapat dimobilisasi melalui kanal cepat. Karena pergerakan Ca2+ di luar sitoplasma (yi.
berpintu-ligan untuk meningkatkan konsentrasi Ca2+ bebas menembus membran plasma atau membran simpanan
dalam sitoplasma. Meningkatnya Ca2+ sitoplasma menyebab- internal) mengharuskannya melawan gradien elektrokimianya,
kan ion ini berikatan dan mengaktifkan protein-protein diperlukanlah energi. Perpindahan Ca2+ keluar sel dipermudah
pengikat kalsium. Berbagai protein ini dapat memiliki efek oleh Ca2+ ATPase membran plasma. Selain itu, ion ini dapat
langsung pada fisiologi sel, atau dapat mengaktifkan protein diangkut oleh suatu antipor yang mempertukarkan tiga Na+
lain, umumnya protein kinase, untuk melanjutkan jalur untuk setiap Ca2+ yang digerakkan oleh energi yang tersimpan
sinyal sel. dalam gradien elektrokimia Na+. Perpindahan Ca2+ ke dalam
simpanan internal adalah melalui kerja Ca2+ ATPase sarko-
Ca2+ dapat masuk ke sel dari cairan ekstrasel, menuruni plasma atau retikulum endoplasma, yang juga dikenal sebagai
gradien elektrokimianya, melalui banyak kanal Ca2+ yang pompa SERCA.
berbeda. Sebagian dari kanal ini berpintu ligan dan yang lain
berpintu voltase. Di beberapa sel juga terdapat kanal yang
diaktifkan oleh peregangan.
PROTEIN PENGIKAT KALSIUM
Banyak kurir kedua bekerja dengan meningkatkan Banyak jenis protein pengikat Ca2+ yang telah dijelaskan,
konsentrasi Ca2+ sitoplasma. Peningkatan ini ditimbulkan oleh termasuk troponin, kalmodulin, dan kalbindin. Troponin
pelepasan Ca2+ dari simpanan intrasel—terutama di retikulum adalah protein pengikat Ca2+ yang berperan dalam kontraksi
endoplasma—atau dengan meningkatkan pemasukan Ca2+ ke otot rangka (Bab 5). Kalmodulin mengandung 148
58 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

70
T M M
90
R V F
turun dengan interval teratur, dan terdapat bukti bahwa
L
F
A
R A
F
K D
frekuensi dan, dengan tingkat yang lebih rendah, amplitudo
E P F K E D
D M R G naik-turunnya konsentrasi tersebut merupakan kode informasi
I
Ca I
K
D
E
N
G
Ca
E
L bagi mekanisme efektor. Yang terakhir, peningkatan
E R
V
D
A
G
T
T E Y
I S A
A
H konsentrasi Ca2+ intrasel dapat menyebar dari sel ke sel seperti
D D S
E
N
G N
60 80 100 M
V gelombang, menghasilkan proses terkoordinasi seperti gerakan
(Me)3 T
I 50
M D Q L E A E N
E
G L
N
110 ritmik silia di sel epitel kanal napas.
T K
P L

S L
40
G Q
N T
D E E
120

V
PROTEIN G
R D

V
M E
M
Suatu jalur umum untuk menerjemahkan sebuah sinyal
T T
T I
T COOH E
G D G
D 130
I menjadi efek biologis di dalam sel adalah melalui protein-
G
L E
K 30
Ca
G
N
K
V
N Ca I
E
R
protein regulatorik nukleotida yang diaktifkan setelah
F E
G K
10 A
A
T
Y
N A
mengikat GTP (protein G). Ketika suatu sinyal pengaktifan
D E E E 140
20 E K A I M
M
mencapai protein G, protein mempertukarkan GDP untuk
F L S F Q Q V F
E
GTP. Efek protein G yang mengaktifkan dilaksanakan oleh
E kompleks GTP-protein tersebut. Aktivitas inheren GTPase
L
T
pada protein kemudian mengubah GTP menjadi GDP,
Q memulihkan protein G ke keadaan istirahat inaktifnya. Protein
D
A NH Ac
G dapat dibagi menjadi dua golongan utama yang berperan
dalam penyaluran sinyal sel: protein G kecil dan protein G
GAMBAR 2-22 Struktur sekunder kalmodulin dari otak sapi. heterotrimerik. Golongan lain yang miliki regulasi serupa dan
Digunakan singkatan satu-huruf untuk residu asam amino. Perhatikan juga penting bagi fisiologi sel antara lain adalah faktor elongasi
empat ranah kalsium (residu ungu) yang diapit di kedua sisi oleh (elongation factor), dinamin, dan GTPase translokasi.
rangkaian asam amino yang membentuk heliks-a pada struktur tersier. Terdapat enam famili protein G kecil (atau GTPase
(Direproduksi, dengan izin, dari Cheung WY: Calmodulin: An overview. Fed Proc
1982;41:2253). kecil) yang berbeda-beda dan diatur secara ketat. GTPase
activating protein (GAP) cenderung menginaktifkan protein
residu asam amino (Gambar 2–22) dan memiliki empat ranah G kecil dengan mendorong hidrolisis GTP menjadi GDP di
pengikat Ca2+. Senyawa ini bersifat unik karena residu asam tempat pengikatan sentral. Guanine exchange factor (GEF)
amino 115 mengalami trimetilasi, dan sangat terkonservasi cenderung mengaktifkan protein G kecil dengan mendorong
(tidak banyak mengalami perubahan evolusi), ditemukan pada pertukaran GDP untuk GTP di tempat aktif. Sebagian
tanaman dan hewan. Ketika berikatan dengan Ca2+, kalmodulin protein G kecil mengandung modifikasi lipid yang
mampu mengaktifkan, antara lain, lima kinase dependen- membantunya melekat ke membran, sementara yang lain
kalmodulin (CaMK; Tabel 2-4) yang berbeda di antara protein- bebas berdifusi ke seluruh sitosol. Protein G kecil berperan
protein lain. Salah satu kinase adalah rantai ringan miosin kinase, dalam banyak fungsi sel. Anggota dari famili Rab mengatur
yang memfosforilasi miosin. Hal ini menyebabkan kontraksi otot laju lalu-lintas vesikel antara retikulum endoplasma, aparatus
polos. CaMKI dan CaMKII berkaitan dengan fungsi sinaps, dan Golgi, lisosom, endosom, dan membran sel. Famili lain
CaMKIII berhubungan dengan sintesis protein. Protein lain protein pengikat-GTP kecil, famili Rho/Rac, memperantarai
yang diaktifkan oleh kalmodulin adalah kalsineurin, suatu interaksi antara sitoskeleton dan membran sel; dan famili
fosfatase yang meng-inaktifkan kanal Ca2+ dengan ketiga, famili Ras, mengatur pertumbuhan dengan
mendefosforilasinya. Protein ini juga berperan penting dalam menyalurkan sinyal dari membran sel ke nukleus.
pengaktifan sel T dan dihambat oleh beberapa imunosupresan. Famili protein G yang lain, protein G heterotrimerik
yang lebih besar, menghubungkan reseptor di permukaan sel
MEKANISME KEBERAGAMAN ke unit-unit katalitik yang mengatalisis pembentukan kurir
kedua intrasel atau menghubungkan reseptor langsung ke
KERJA Ca2+ kanal ion. Meskipun diketahui terdapat protein G kecil
Memahami bagaimana Ca2+ intrasel dapat memiliki sedemi- seperti di atas, tetapi protein G heterotrimerik sering disebut
kian banyak efek sebagai kurir kedua tampaknya bukan hal sebagai bentuk “protein G” yang memendek karena
yang mudah. Sebagian dari penjelasan ini adalah bahwa Ca2+ merupakan protein yang pertama teridentifikasi. Protein G
mungkin memiliki efek yang berbeda-beda pada konsentrasi heterotrimerik terdiri dari tiga subunit yang dinamai α, β,
rendah dan konsentrasi tinggi. Ion ini mungkin tinggi dan γ (Gambar 2–23). Subunit α dan γ memiliki modifikasi
konsentrasinya di tempat pelepasannya dari sebuah organel lipid yang menambatkan protein ini ke membran plasma.
atau kanal (letupan Ca2+) dan konsentrasinya kemudian Subunit α terikat ke GDP. Ketika suatu ligan berikatan
berkurang setelah ion ini berdifusi ke seluruh sel. Sebagian dari dengan G protein-coupled receptor (GPCR, reseptor yang
perubahan yang ditimbulkannya dapat bertahan lebih lama terhubung ke protein G; dibahas di bawah), GDP ini ditukar
daripada peningkatan konsentrasi Ca2+ intrasel karena cara ion dengan GTP dan subunit α memisah dari kombinasi subunit
ini berikatan dengan beberapa protein pengikat Ca2+. Selain itu, β dan γ. Subunit α yang terpisah menimbulkan beragam efek
setelah dibebaskan, konsentrasi Ca2+ intrasel sering naik- biologis. Subunit β dan γ terikat erat di sel dan bersama-sama
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 59

Pertukaran TABEL 2-5 Contoh ligan untuk reseptor


nukleotida yang terhubung ke protein G (GPCR).
Keluaran
Masukan GDP GTP Kelas Ligan

Aktivasi Neurotransmiter Epinefrin


GTPase Norepinefrin
Dopamin
5-hidroksitriptamin
Histamin
β β Asetilkolin
α γ α γ
Adenosin
Opioid
Efektor Takikinin Substansi P
GAMBAR 2-23 Protein G heterotrimerik. Atas: Ringkasan reaksi
Neurokinin A
keseluruhan yang terjadi di subunit a protein G. Bawah: Ketika ligan
(kotak) berikatan dengan reseptor yang terhubung ke protein G di Neuropeptida K
membran sel, GTP menggantikan GDP di subunit a. GTP-α memisah
Peptida lain ngiotensin II
dari subunit βγ, dan GTP-α dan GTP-βγ mengaktifkan berbagai efektor,
menimbulkan efek fisiologis. Aktivitas intrinsik GTPase pada GTP-a Arginin vasopresin
kemudian mengubah GTP menjadi GDP, dan subunit a, b, dan g Oksitosin
kembali menyatu. VIP, GRP, TRH, PTH

Hormon glikoprotein TSH, FSH, LH, hCG

Turunan asam arakidonat Tromboksan A2

Lain-lain Odorant
Tastant
Endotelin
membentuk suatu molekul sinyal yang juga dapat Platelet-activating factor
mengaktifkan berbagai efektor. Aktivitas GTPase intrinsik
Kanabinoid
pada subunit a kemudian mengubah GTP menjadi GDP, dan
Cahaya
hal ini menyebabkan re-asosiasi subunit α dengan subunit βγ
dan berakhirnya pengaktifan efektor. Aktivitas GTPase
subunit α dapat dipercepat oleh suatu famili regulator sinyal
protein G (regulators of G protein signaling, RGS).
Protein G heterotrimerik menyalurkan sinyal dari lebih
1000 GPCR, dan efektornya di sel mencakup kanal ion dan
enzim. Terdapat 20 gen α, 6 β, dan 12 γ yang memungkinkan
terbentuknya lebih dari 1400 kombinasi α, β, dan γ. Tidak konformasi yang mengaktifkan protein G heterotrimerik
semua kombinasi terdapat di sel, tetapi lebih dari 20 protein G yang berkaitan dengan lembar sitoplasma membran plasma.
heterotrimerik telah ditemukan dalam penyaluran sinyal sel. Pengaktifan satu reseptor dapat menghasilkan 1,10, atau
Protein ini dapat dibagi menjadi lima famili, masing-masing lebih protein G heterotrimerik aktif, yang merupakan
dengan sekumpulan efektor yang relatif khas. penguatan (amplifikasi) dan transduksi kurir pertama.
Reseptor yang terikat dapat diinaktifkan untuk membatasi
jumlah sinyal sel. Proses ini sering terjadi melalui fosforilasi
RESEPTOR YANG TERHUBUNG KE sisi sitoplasma reseptor. Karena keberagaman dan
pentingnya dalam jalur-jalur sinyal sel, GPCR adalah sasaran
PROTEIN G utama pengembangan obat (Boks Klinis 2–8).
Semua GPCR yang telah diketahui sampai saat ini adalah
protein yang menembus membran sel tujuh kali. Karena
struktur tersebut, reseptor ini juga disebut sebagai reseptor
tujuh-heliks atau serpentine receptor (reseptor ular).
INOSITOL TRIFOSFAT &
Sejumlah besar telah berhasil diklona, dan fungsinya sangat DIASILGLISEROL SEBAGAI KURIR
banyak dan beragam. Fakta ini diperkuat oleh sangat luasnya
variasi ligan yang berikatan dengan GPCR (Tabel 2–5). KEDUA
Struktur empat GPCR diperlihatkan di Gambar 2–24 . Penghubung antara pengikatan membran suatu ligan
Reseptor-reseptor ini memiliki struktur mirip-tong. yang bekerja melalui Ca2+ dan peningkatan cepat
Setelah berikatan dengan ligan, terjadi perubahan konsentrasi Ca2+ sitoplasma yang sering adalah inositol
62 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

Ekstasel

Tempat
pengikatan

Intrasel

Rodopsin/opsin β2-adrenergik β2-adrenergik A2A-adenosin


1U19 2RH1 (karazolol) 2VT4 3EML (ZM
(perbandingan) 2R4R (karazolol) (sianopindolol) 241385)
3CAP 3D4S (timolol)
3DQB

GAMBAR 2-24 Struktur representatif empat reseptor yang berwarna hijau. Gambar ini menekankan perbedaan yang teramati di
terhubung ke protein G dari struktur kristal. Tiap-tiap kelompok ranah ekstrasel dan intrasel serta perbedaan kecil yang terlihat dalam
reseptor diwakili oleh satu struktur, semuanya dibuat berorientasi orientasi pengikatan ligan di antara berbagai ligan keempat GPCR.
(Direproduksi, dengan izin, dari Hanson MA, Stevens RC: Discovery of new GPCR
dan berwarna sama: heliks transmembran berwarna biru muda,
biology: one receptor structureat a time. Structure 1988 Jan 14;17(1 ):8—14).
regio intrasel diwarnai biru tua, dan regio ekstrasel coklat. Setiap
ligan diwarnai oranye dan berbentuk batang, lemak yang terikat
berwarna kuning, dan residu triptofan berbentuk bulat dan

AMP SIKLIK
trifosfat (inositol 1,4,5-trifosfat, IP3). Ketika salah satu dari Kurir kedua yang penting lainnya adalah adenosin 3’,5’-
ligan-ligan tersebut berikatan dengan reseptornya, pengaktifan monofosfat siklik (AMP siklik atau cAMP; Gambar 2-2').
reseptor menyebabkan pengaktifan fosfolipase C (PLC) di AMP siklik dibentuk dari ATP oleh kerja enzim adenilil
permukaan dalam membran. Ligan yang berikatan dengan siklase dan diubah menjadi 5’AMP yang secara fisiologis
GPCR dapat melakukan hal ini melalui protein G
inaktif oleh kerja enzim fosfodiesterase. Sebagian dari
heterotrimerik Gq, sementara ligan yang terikat ke reseptor
isoform fosfodiesterase yang menguraikan cAMP dihambat
tirosin kinase melakukannya melalui jalur sinyal sel yang lain.
oleh metikantin seperti kafein dan teofilin. Karena itu,
PLC memiliki paling sedikit delapan isoform; PLC β diaktifkan
oleh protein G heterotrimerik, sementara PLCy diaktifkan senyawa-senyawa ini dapat memperkuat efek hormon dan
melalui reseptor tirosin kinase. Isoform-isoform PLC dapat transmiter yang diperantarai melalui cAMP. AMP siklik
mengatalisis hidrolisis lipid membran fosfatidilinositol 4,5- mengaktifkan satu dari berbagai protein kinase dependen
difosfat (PIP2) untuk membentuk IP3 dan DAG (Gambar nukleotida siklik (protein kinase A, PKA) yang, seperti
2-25). IP3 berdifusi ke retikulum endoplasma, tempat senyawa protein kinase C, mengatalisis fosforilasi protein, mengubah
ini memicu pelepasan Ca2+ ke dalam sitoplasma dengan konformasi dan memengaruhi aktivitas protein. Selain itu,
mengikat reseptor IP3, suatu kanal Ca2+ berpintu ligan subunit katalitik aktif PKA bergerak ke nukleus dan
(Gambar 2-26). DAG juga merupakan suatu kurir kedua; memfosforilasi cAMP-responsive element-binding protein
senyawa ini menetap di membran sel, tempat senyawa ini (CREB). Faktor transkripsi ini kemudian berikatan dengan
mengaktifkan satu dari beberapa isoform protein kinase C. DNA dan mengubah transkripsi sejumlah gen.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 61

Fosfatidilinositol PIP PIP2 Diasilgliserol


(PI)

Fosfolipase
C

P P P
1 1 1
P IP3
5 1
4 4 4
P P P 5
4 P
P
Inositol IP IP2
+
CDP-diasilgliserol Asam fosfatidat

GAMBAR 2-25 Metabolisme fosfatidilinositol di membran sel. dapat terbentuk. IP3 mengalami defosforilasi menjadi inositol, dan
Fosfatidilinositol secara berturut-turut mengalami fosforilasi untuk diasilgliserol dimetabolisasi menjadi sitosin difosfat (CDP)-
membentuk fosfatidilinositol 4-fosfat (PIP), lalu fosfatidilinositol 4,5- diasilgliserol. CDP-diasilgliserol dan inositol kemudian berkombinasi
bisfosfat (PIP2). Fosfolipase Cp dan fosfolipase Cy mengatalisis untuk membentuk fosfatidilinositol, menuntaskan siklus. (Dimodifikasi
penguraian PIP2 menjadi inositol 1,4,5-trisfosfat (IP3) dan dari Berridge MJ: Inositol triphosphate and diacylglycérol as second messengers.
diasilgliserol. Inositol fosfat lain dan turunan fosfatidilinositol juga Biochem J 1984;220:345).

PEMBENTUKAN cAMP OLEH ADENILIL


SIKLASE enzim ini dan masing-masing dapat memiliki sifat
Adenilil siklase adalah protein terikat membran dengan 12 regulatorik tersendiri, memungkinkan jalur cAMP
regio transmembran. Telah diketahui sepuluh isoform dari disesuaikan dengan kebutuhan jaringan spesifik. Protein G
heterotrimerik stimulatorik (Gs) mengaktifkan adenilil
siklase sementara protein G heterotrimerik inhibitorik (Gi)
Reseptor menghambatnya (Gambar 2–28). Ketika ligan yang sesuai
stimulatorik
ISF berikatan dengan suatu reseptor stimulatorik, subunit α Gs
mengaktifkan salah satu adenilil siklase. Sebaliknya, jika ligan
PIP2 DAG
PLC PKC
yang sesuai berikatan dengan reseptor inhibitorik maka
β subunit α Gi menghambat adenilil siklase. Reseptor bersifat
α γ spesifik, berespons dengan ambang rendah hanya terhadap
IP3 Fosfoprotein
Tirosin Gq, etc satu atau sekelompok ligan tertentu. Namun, protein G
kinase heterotrimerik memperantarai efek stimulatorik dan
Sitoplasma inhibitorik yang ditimbulkan oleh banyak ligan lain. Selain
CaBP Ca2+ itu, terjadi ‘percakapan-silang’ (cross talk) antara sistem
Efek
fosfolipase C dan sistem adenilil siklase, karena beberapa
ER
Efek fisiologis fisiologi isoform adenilil siklase dirangsang oleh kalmodulin. Yang
terakhir, efek protein kinase A dan protein kinase C sangat
GAMBAR 2-26 Gambarandiagramatikpelepasaninositoltrifosfat
luas dan juga dapat memengaruhi secara langsung, atau tak-
(IP3) dan diasilgliserol (DAG) sebagai kurir kedua. Pengikatan ligan ke
reseptor yang terhubung ke protein G mengaktifkan fosfolipase C langsung, aktivitas adenilil siklase. Hubungan erat antara
(PLC)β. Selain itu, pengaktifan reseptor dengan ranah tirosin kinase pengaktifan protein G dan adenilil siklase juga
intrasel dapat mengaktifkan PLCy. Hidrolisis yang terjadi pada memungkinkan regulasi spasial produksi cAMP. Semua
fosfatidilinositol 4,5-difosfat (PIP2) menghasilkan IP3, yang proses ini, dan yang lain, memungkinkan respons cAMP
melepaskan Ca2+ dari retikulum endoplasma (ER), dan DAG, yang
mengaktifkan protein kinase C (PKC). CaBP, Ca2+-binding protein disesuaikan agar diperoleh hasil-akhir fisiologis tertentu di
(protein pengikat Ca2+); ISF, cairan interstisium. sel.
62 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

O O O Reseptor Adenilil Reseptor


stimulatorik siklase inhibitorik
HO P O P O P O CH2 Adenine ISF

OH OH OH O

ATP H H β β
H H γ γ
α α
OH OH GS Gi

Sitoplasma PDE
Adenilil siklase ATP CAMP 5' AMP

Protein kinase A
PP
Fosfoprotein
O CH2 Adenine
O Efek fisiologis
cAMP
H H GAMBAR 2-28 Sistem cAMP. Pengaktifan adenilil siklase
H H mengatalisis perubahan ATP menjadi cAMP. AMP siklik mengaktifkan
protein kinase A, yang memfosforilasi protein, menghasilkan efek
H2 O O P O OH
fisiologis. Ligan stimulatorik berikatan dengan reseptor stimulatorik
OH dan mengaktifkan adenilil siklase melalui Gs. Ligan inhibitorik
menghambat adenilil siklase melalui reseptor inhibitorik dan Gi. ISF,
cairan interstisium.
Fosfodiesterase

AMP O

HO P O CH2 Adenine kerucut. Selain itu, terdapat kanal-kanal ion yang diatur oleh
OH O cGMP, dan cGMP mengaktifkan kinase dependen-cGMP,
menghasilkan sejumlah efek fisiologis.
H H
H H Guanilil siklase adalah suatu famili enzim yang
OH OH
mengatalisis pembentukan cGMP. Enzim ini terdapat dalam
dua bentuk (Gambar 2–29). Satu bentuk memiliki sebuah
GAMBAR 2-27 Pembentukan dan metabolisme cAMP. Kurir ranah amino terminal ekstrasel yang bersifat sebagai reseptor,
kedua cAMP dibuat dari ATP oleh adenilil siklase dan diuraikan satu ranah transmembran, dan satu bagian sitoplasma dengan
menjadi AMP oleh fosfodiesterase.
aktivitas katalitik guanilil siklase. Beberapa guanilil siklase telah
berhasil diidentifikasi. Dua adalah reseptor untuk peptida
natriuretik atrium (ANP; juga dikenal sebagai faktor
natriuretik atrium), dan yang ketiga berikatan dengan
Dua toksin bakteri memiliki efek penting pada adenilil enterotoksin Escherichia coli dan polipeptida kanal cerna
siklase yang diperantarai oleh protein G. Subunit A toksin guanilin. Bentuk lain guanilil siklase bersifat larut,
kolera mengatalisis pemindahan ADP ribosa ke sebuah mengandung heme, dan tidak terikat ke membran. Tampaknya
terdapat beberapa isoform enzim intrasel. Enzim ini diaktifkan
residu arginin di bagian tengah subunit α Gs. Hal ini
oleh nitrat oksida (NO) dan senyawa yang mengandung NO.
menghambat aktivitas GTPase-nya, menyebabkan stimulasi
berkepanjangan adenilil siklase. Toksin pertusis mengatalisis
ADP-ribosilasi residu sistein dekat terminal karboksil FAKTOR PERTUMBUHAN
subunit αGi. Hal ini menghambat fungsi Gi. Selain dampak
Faktor pertumbuhan kini menjadi semakin penting di banyak
pada berbagai perubahan dalam penyakit, kedua toksin
aspek fisiologi. Faktor ini mencakup polipeptida dan protein
digunakan untuk penelitian mendasar tentang fungsi protein yang biasanya dibagi menjadi tiga kelompok. Satu kelompok
G. Obat forskolin juga merangsang aktivitas adenilil siklase terdiri dari senyawa-senyawa yang meningkatkan multiplikasi
melalui kerja langsung pada enzim. atau perkembangan berbagai jenis sel; NGF, insulin-like
growth factor I (IGF-I), aktivin dan inhibin, dan epidermal
growth factor (EGF) adalah contoh-contohnya. Lebih dari 20
GUANILIL SIKLASE yang telah berhasil ditemukan. Sitokin adalah kelompok kedua.
Nukleotida siklik lain yang penting dari segi fisiologi adalah Faktor ini diproduksi oleh makrofag dan limfosit, serta oleh sel
guanosin monofosfat siklik (GMP siklik atau cGMP). GMP lain, dan penting dalam regulasi sistem imun (lihat Bab 3). Juga
siklik penting dalam penglihatan di sel batang dan sel telah diketahui lebih dari 20 faktor dalam
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 63

ANP NH2 Faktor pertumbuhan


NH2 NH2
Reseptor
ST EGF
PDGF Membran sel
ISF
M Ras Ras Ras Ras
inaktif aktif
C NH2
PTK PTK PTP NH2 GDP GTP
NH2 T
K Grb2 SOS
PTK PTP Raf
cyc PTP
cyc
cyc COOH COOH
COOH COOH COOH MAP KK
COOH COOH

Guanilil Tirosin Tirosin MAP K


siklase kinase fosfatase

GAMBAR 2-29 Gambaran diagramatik guanilil siklase, tirosin


TF
kinase, dan tirosin fosfatase. ANP, peptida natriuretik atrium; C,
sitoplasma; cyc, ranah guanilil siklase; EGF, faktor pertumbuhan
epidermis; ISF, cairan interstisium; M, membran sel; PDGF, platelet-
derived growth factor, PTK, ranah tirosin kinase; PTP, ranah tirosin Nukleus
fosfatase; ST, enterotoksin E. coli. (Dimodifikasi dari Koesling D, Bohme E,
Schultz G: Guanylyl cyclases, a growing family of signal transducing enzymes. FASEB
J1991;5:2785). Perubahan aktivitas gen

GAMBAR 2-30 Salah satu jalur langsung yang menunjukkan


cara faktor pertumbuhan memengaruhi aktivitas gen. TK, ranah
kelompok ini. Kelompok ketiga terdiri dari colony- tirosin kinase; Grb2, pengontrol aktivator Ras; Sos, aktivator Ras; Ras,
stimulating factor yang mengatur proliferasi dan pematangan produk gen Ras; MAP K, mitogen-activatedprotein kinase; MAP KK, MAP
sel darah putih dan merah. kinase kinase; TF, faktor transkripsi. Terjadi "percakapan-silang" antara
jalurinidanjalurcAMP,serta"percakapan-silang"denganjalurIP3-DAG.
Reseptor untuk EGF, platelet-derived growth factor
(PDGF), dan banyak faktor lain yang mendorong
multiplikasi dan pertumbuhan sel memiliki satu ranah yang
menembus membran dengan satu ranah tirosin kinase ke nukleus. Namun, perlu ditekankan bahwa jalur Ras dan
intrasel (Gambar 2-29). Ketika berikatan dengan suatu JAK-STAT bersifat kompleks dan terdapat percakapan-silang
reseptor tirosin kinase, ligan pertama-tama menyebabkan antara keduanya serta dengan jalur-jalur sinyal lain yang telah
dimerisasi dua reseptor yang serupa. Dimerisasi dibahas.
menyebabkan pengaktifan parsial ranah tirosin kinase Terakhir, perhatikan bahwa keseluruhan topik kurir
intrasel dan fosforilasi-silang untuk saling meng-aktifkan kedua dan sinyal intrasel telah menjadi sangat kompleks,
secara penuh. Salah satu jalur yang diaktifkan oleh fosforilasi dengan banyak jalur dan interaksi. Dengan buku seukuran
menghasilkan, melalui protein G kecil Ras, ke MAP kinase, ini, kita hanya dapat menyampaikan hal-hal penting dan
dan pada akhirnya pembentukan berbagai faktor transkripsi gambaran umum yang akan membantu pembaca memahami
di nukleus yang mengubah ekspresi gen (Gambar 2–30). fisiologi lainnya (lihat Boks Klinis 2–9 ).
Reseptor untuk sitokin dan colony-stimulating factor
berbeda dari faktor pertumbuhan lainnya yaitu bahwa
sebagian besar tidak memiliki ranah tirosin kinase di HOMEOSTASIS
bagian sitoplasmanya dan sebagian tidak atau hanya sedikit Lingkungan sebenarnya dari sel-sel tubuh adalah komponen
memiliki ekor sitoplasma. Namun, reseptor ini memicu interstisium CES. Karena fungsi sel normal bergantung pada
aktivitas tirosin kinase di sitoplasma. Secara khusus, kekonstanan cairan ini, tidaklah mengherankan bahwa pada
reseptor ini akan mengaktifkan apa yang dinamai Janus hewan multisel, berkembang sedemikian banyak mekanisme
tyrosine kinase (JAK) di sitoplasma (Gambar 2–31). Hal ini regulatorik untuk mempertahankannya. Untuk menjelaskan
pada gilirannya akan memfosforilasi protein STAT. STAT yang “berbagai mekanisme fisiologis yang berfungsi memulihkan
mengalami fosforilasi membentuk homo- dan heterodimer keadaan normal, jika keadaan tersebut telah terganggu”, WB
serta bergerak ke nukleus, tempat protein ini bekerja sebagai Cannon mengajukan istilah homeostasis. Sifat-sifat cairan
faktor transkripsi. Terdapat empat JAK dan tujuh STAT pada tubuh sebagai penyangga (buffer) serta penyesuaian ginjal dan
mamalia yang telah diketahui. Yang menarik, jalur JAK-STAT pernapasan terhadap adanya kelebihan asam atau basa adalah
juga dapat diaktifkan oleh hormon pertumbuhan dan contoh mekanisme homeostatik. Terdapat sedemikian banyak
merupakan jalur langsung penting lainnya dari permukaan sel contoh lain, dan sebagian besar dari fisiologi berkaitan dengan
64 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

Ligan
BOKS KLINIS 2-9
A Reseptor
ISF Reseptor & Penyakit Protein G
Banyak penyakit dapat ditelusuri ke mutasi di gen-gen untuk

JAK

JAK
Sitoplasma reseptor. Sebagai contoh, mutasi reseptor loss-of-function
yang menyebabkan penyakit telah dilaporkan untuk
reseptor 1,25-dihidroksikolekalsiferol dan reseptor insulin.
Beberapa penyakit lain disebabkan oleh produksi antibodi
STAT STAT
terhadap reseptor. Karena itu, antibodi terhadap reseptor
thyroid-stimuloting hormone (TSH) menyebabkan penyakit
Graves, dan antibodi terhadap reseptor asetilko-lin nikotinik
B menyebabkan miastenia gravis.
Ligan Suatu contoh hilangnya fungsi suatu reseptor adalah
jenis diabetes insipidus nefrogenik yang disebabkan oleh
hilangnya kemampuan reseptor vasopresin V2 mutan
JAK

JAK

untuk memekatkan urine. Reseptor mutan dapat


P P
memperoleh atau kehilangan fungsi. Mutasi gain-of-
P P function pada reseptor Ca2+ menyebabkan inhibisi
berlebihan sekresi hormon paratiroid dan hipokalsemia
STAT STAT hiperkalsiurik familial. Protein G juga dapat mengalami
mutasi loss-of-function atau gain-of-function yang
menyebabkan penyakit (Tabel 2–6). Dalam satu bentuk
C pseudohipopara-tiroidisme, Gsa mutan gagal berespons
Ligan terhadap hormon paratiroid, menimbulkan gejala hipopara-
tiroidisme tanpa penurunan kadar hormon paratiroid di
dalam darah. Testotoksikosis adalah suatu penyakit menarik
JAK

JAK

yang menggabungkan penambahan dan kehilangan fungsi.


P P
Dalam penyakit ini, mutasi aktivasi pada Gsa menyebabkan
P P sekresi testosteron berlebihan dan pematangan seksual
STAT P P STAT prapubertas. Namun, mutasi ini peka-suhu dan hanya aktif
pada suhu testis yang relatif rendah (33 °C). Pada 37 °C,
suhu normal untuk bagian tubuh lainnya, hal ini diganti oleh
D loss-of-function, dengan pembentukan hipoparatiroidisme
Ligan
dan berkurangnya responsivitas terhadap TSH. Mutasi
aktivasi lain di Gsa dilaporkan berkaitan dengan lesi-lesi
JAK

JAK

pigmentasi kulit berbatas kasar dan hiperkortisolisme pada


P P
sindrom McCune-AIbright. Mutasi ini terjadi selama
perkembangan janin, menciptakan mosaik sel normal dan
P P abnormal. Mutasi ketiga di Gsa mengurangi aktivitas GTPase
intrinsiknya. Akibatnya, enzim ini jauh lebih aktif daripada
STAT normal dan terjadi pembentukan cAMP berlebihan. Hal ini
menyebabkan hiperplasia dan akhirnya neoplasia sel-sel
P
P
STAT somatotrop hipofisis anterior. Empat puluh persen tumor
somatotrop yang menyebabkan akromegali memiliki sel-sel
Nukleus
yang mengandung mutasi somatik jenis ini.

DNA

GAMBAR 2-31 Transduksi sinyal melalui jalur JAK-STAT. A)


Pengikatan ligan menyebabkan dimerisasi reseptor. B)
Pengaktifan dan fosforilasi tirosin pada JAK. C) JAK
memfosforilasi STAT. D) STAT mengalami dimerisasi dan
bergerak ke nukleus, tempat protein-protein ini berikatan mekanisme regulatorik yang bekerja untuk mempertahankan
dengan elemen respons pada DNA. (Dimodifikasi dari Takeda K, kekonstanan lingkungan internal. Banyak dari mekanisme
Kishimoto T, Akira S: STAT6: Its role in interleukin-4-mediated biological regulatorik bekerja dengan prinsip umpan-balik negatif;
functions. J Mol Med 1997;75:317).
penyimpangan dari suatu titik patokan normal tertentu akan
dideteksi oleh sensor, dan sinyal dari sensor ini memicu
perubahan-perubahan kompensatorik yang terus ber-
langsung sampai titik patokan tersebut kembali tercapai.
BAB 2 Gambaran Umum Fisiologi Sel dalam Fisiologi Kedokteran 65

TABEL 2–6 Contoh kelainan yang disebabkan oleh memungkinkan berlangsungnya fosforilasi oksidatif pada sel
mutasi loss-of-function atau gain-of-function pada eukariot dan juga penting dalam sinyal sel khusus.
reseptor terkait protein G heterotrimerik dan protein G. ■ Sitoskeleton adalah suatu jaringan yang terdiri dari tiga jenis
filamen yang menentukan integritas struktural sel serta menjadi
Tempat Jenis Mutasi Penyakit
jalan untuk lalu-lintas organel dan struktur lain di dalam sel.
Reseptor Filamen aktin penting dalam kontraksi, migrasi, dan sinyal sel.
Filamen ini juga merupakan tulang punggung kontraksi sel.
Opsin sel kerucut Loss Buta warna
Filamen intermediat terutama bersifat struktural. Mikrotubulus
Rodopsin Loss Rabun senja kongenital; merupakan struktur dinamis sel yang memungkinkan
dua bentuk retinitis perpindahan komponen-komponen sel di sekitar sel.
pigmentosa ■ Terdapat tiga superfamili protein motor molekular di sel yang
menggunakan energi ATP untuk menghasilkan gaya,
VasopresinV2 Loss Diabetes insipidus pergerakan, atau keduanya. Miosin adalah generator gaya
nefrogenik terkait-X untuk kontraksi sel otot. Miosin sel juga berinteraksi dengan
ACTH Loss Defisiensi sitoskeleton (terutama filamen tipis) untuk ikut serta dalam
glukokortikoid familial kontraksi serta perpindahan isi sel. Kinesin dan dinein sel
adalah protein motor yang terutama berinteraksi dengan
LH Gain Pubertas prekoks
mikrotubulus untuk memindahkan muatan di sekitar sel.
pria familial
■ Molekul perekat sel membantu sel melekat satu sama lain atau
TSH Gain Hipertiroidisme non- dengan matriks ekstrasel serta berperan dalam memulai sinyal
autoimun familial
sel. Terdapat empat famili utama protein ini: integrin,
imunoglobulin, kadherin, dan selektin.
TSH Loss Hipotiroidisme familial ■ Sel mengandung kompleks-kompleks protein berbeda yang
Ca 2+
Gain Hipokalsemia berfungsi sebagai penghubung dengan sel lain atau dengan
hiperkalsiurik familial matriks ekstrasel. Taut kedap membentuk koneksi antarsel
yang menghubungkan sel-sel ke dalam suatu sawar jaringan
Tromboksan A2 Loss Perdarahan kongenital
teregulasi serta juga membentuk sawar bagi berpindahnya
Endotelin B Loss Penyakit Hirschprung protein di membran sel. Taut celah menghasilkan kontak
Protein G
antara sel yang memungkinkan berpindahnya secara langsung
molekul kecil di antara kedua sel. Desmosom dan taut adheren
Gs α Loss Pseudohipotiroidisme adalah struktur khusus yang menyatukan sel-sel.
tipe 1a Hemidesmosom dan adhesi fokal merekatkan sel ke lamina
Gs α Gain/loss Testotoksikosis basalis.
■ Eksositosis dan endositosis adalah proses fusi vesikel yang
Gs α Gain (mosaic) Sindrom McCune-
AIbright memungkinkan perpindahan protein dan lipid antara bagian
dalam sel, membran plasma, dan bagian luar sel. Eksositosis
Gs α Gain Adenoma somatotrop dapat bersifat konstitutif atau non-konstitutif; keduanya adalah
dengan akromegali
proses yang dikendalikan yang membutuhkan protein-protein
khusus untuk fusi vesikel. Endositosis adalah pembentukan
Gi α Gain Tumor ovarium dan vesikel di membran plasma untuk mengambil bahan ekstrasel ke
adrenokorteks bagian dalam sel.
■ Sel dapat berkomunikasi satu sama lain melalui kurir kimia.
Kurir individual (atau ligan) biasanya berikatan dengan
reseptor membran plasma untuk memicu perubahan intrasel
yang menimbulkan perubahan fisiologis. Famili reseptor
RINGKASAN BAB membran plasma mencakup kanal ion, reseptor terkait-protein
G, atau berbagai reseptor terkait-enzim (mis. reseptor tirosin
■ Sel dan organel intrasel dikelilingi oleh membran semi-
kinase). Terdapat reseptor sitosol tambahan (mis. reseptor
permeabel. Membran biologis memiliki inti lapis-ganda lipid
yang dipenuhi oleh protein struktural dan fungsional. Protein- steroid) yang dapat berikatan dengan senyawa yang dapat
protein ini sangat berperan dalam sifat semiper-meabel menembus membran. Pengaktifan reseptor menyebabkan
membran biologis. perubahan sel yang mencakup perubahan pada potensial
membran, pengaktifan protein G heterotrimerik, peningkatan
■ Sel mengandung beragam organel yang melakukan fungsi molekul kurir kedua, atau inisiasi transkripsi.
khusus sel. Nukleus adalah organel yang mengandung DNA
■ Kurir kedua adalah molekul yang mengalami perubahan
sel dan merupakan tempat transkripsi. Retikulum
konsentrasi yang cepat di sel setelah dikenalinya kurir
endoplasma dan aparatus Golgi penting dalam pemrosesan
pertama. Molekul kurir kedua yang umum adalah Ca2+,
protein dan pengarahan protein ke kompartemen yang tepat
adenosin monofosfat siklik (cAMP), guanin monofosfat siklik
di dalam sel. Lisosom dan peroksisom adalah organel
(cGMP), inositol trifosfat (IP3), dan nitrat oksida (NO).
terbungkus membran yang berperan dalam pemrosesan
protein dan lipid. Mitokondria adalah organel yang
66 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokter

PERTANYAAN PILIHAN GANDA C. merujuk kepada invaginasi membran plasma untuk


menyerap bahan ekstrasel ke dalam sel
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling D. merujuk kepada lalu-lintas vesikular antara tumpukan
tepat kecuali jika dinyatakan lain Golgi
1. Na, K ATPase elektrogenik berperan penting dalam fisiologi 6. Reseptor terkait protein G
sel dengan
A. adalah protein membran intrasel yang membantu
A. menggunakan energi di ATP untuk mengeluarkan 3 Na+
dari sel untuk dipertukarkan dengan menyerap dua K+ mengatur pergerakan di dalam sel
masuk ke dalam sel. B. adalah protein membran plasma yang mengaitkan
B. menggunakan energi di ATP untuk mengeluarkan 3 K+ pengikatan ekstrasel molekul sinyal primer dengan
dari sel untuk dipertukarkan dengan menyerap dua Na+ ke eksositosis
dalam sel. C. adalah protein membran plasma yang mengaitkan
C. menggunakan energi dalam memindahkan Na+ ke dalam pengikatan ekstrasel molekul sinyal primer ke
sel atau K+ keluar sel untuk menghasilkan ATP pengaktifan protein G heterotrimerik
D. menggunakan energi untuk memindahkan Na+ ke luar sel D. adalah protein intrasel yang mengaitkan pengikatan
atau K+ masuk ke sel untuk menghasilkan ATP. molekul kurir primer dengan transkripsi
2. Membran sel
A. mengandung molekul protein yang relatif sedikit
7. Taut celah adalah koneksi antarsel yang
B. mengandung banyak molekul karbohidrat.
C. permeabel bebas terhadap elektrolit tetapi tidak terhadap A. terutama berfungsi agar sel-sel terpisah dan me-
protein. mungkinkan transpor menembus suatu sawar jaringan
D. memiliki kandungan protein dan lipid yang bervariasi B. berfungsi sebagai jembatan sitoplasma terkendali
bergantung pada lokasinya di sel. untuk berbagi molekul kecil antara sel-sel
E. memiliki komposisi stabil sepanjang masa kehidupan sel.
C. berfungsi sebagai sawar untuk mencegah
3. Kurir kedua perpindahan protein di dalam membran sel
A. adalah bahan yang berinteraksi dengan kurir pertama di D. adalah komponen sel untuk eksositosis konstitutif
luar sel.
yang terjadi di antara sel-sel yang berdekatan
B. adalah bahan yang berikatan dengan kurir pertama di
membran sel 8. F-aktin adalah komponen sitoskeleton sel yang
C. adalah hormon yang disekresikan oleh sel sebagai respons
A. menghasilkan komponen struktural bagi pergerakan sel
terhadap stimulasi oleh hormon lain.
D. memperantarai respons intrasel terhadap banyak hormon B. didefinisikan sebagai bentuk “fungsional” aktin di sel
dan neurotransmiter C. merujuk kepada subunit aktin yang merupakan
E. tidak terbentuk di otak bahan pembangun molekular molekul aktin yang
4. Kompleks Golgi diperpanjang di sel
A. adalah suatu organel yang ikut serta dalam penguraian D. membentuk arsitektur molekular untuk komunikasi
protein dan lipid. antarsel.
B. adalah suatu organel yang ikut serta dalam pemrosesan
protein pascatranslasi.
C. adalah suatu organel yang ikut serta dalam pembentukan
energi
DAFTAR PUSTAKA
D. adalah suatu organel yang ikut serta dalam transkripsi dan Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell,
translasi 5th ed. Garland Science, 2008.
E. adalah suatu kompartemen subselular yang menyimpan Cannon WB: The Wisdom of the Body. Norton, 1932.
protein untuk diangkut ke nukleus Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO: Basic Histology, 9th ed.
McGraw-Hill, 1998.
5. Endositosis
Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM (editors): Principles of Neural
A. mencakup fagositosis dan pinositosis, tetapi bukan Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000.
penyerapan bahan ekstrasel dengan diperantarai klatrin Pollard TD, Earnshaw WC: Cell Biology, 2nd ed. Saunders,
atau dependen kaveolae. Elsevier, 2008.
B. merujuk kepada penyatuan suatu vesikel intrasel Sperelakis N (editor): Cell Physiology Sourcebook, 3rd ed. Academic
dengan membran plasma untuk menyampaikan isi Press, 2001.
intrasel ke lingkungan ekstrasel
3
B A B

Imunitas, Infeksi, &


Peradangan

■ Memahami makna imunitas, terutama dalam kaitannya dengan


T U J U A N pertahanan tubuh terhadap serangan mikroba.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Mendefinisikan jenis sel yang beredar dan sel jaringan yang berperan
Anda seyogianya mampu: dalam imunitas dan respons peradangan.
■ Menjelaskan bagaimana fagosit mampu mematikan bakteri yang telah
diinternalisasi.
■ Mengidentifikasi fungsi faktor pertumbuhan hematopoietik, sitokin,
dan kemokin.
■ Menguraikan peran dan mekanisme imunitas bawaan, didapat, humoral, dan
selular.
■ Memahami dasar respons peradangan dan penyembuhan luka.

PENDAHULUAN
Sebagai suatu sistem terbuka, tubuh secara terus-menerus harus subjek dari serangan imun salah-sasaran, seperti pada penyakit
mempertahankan dirinya dari berbagai gangguan yang autoimun atau pada keadaan sel-sel normal yang menjadi
berpotensi membahayakan seperti bakteri, virus, dan mikroba korban ‘peluru nyasar’ ketika sistem imun sedang melakukan
lain. Hal ini dilakukan oleh sistem imun, yang dibagi menjadi respons peradangan terhadap pengganggu. Adalah di luar
cakupan buku ini untuk menyajikan suatu terapi menyeluruh
cabang bawaan dan didapat (adaptif). Sistem imun terdiri dari
bagi semua aspek imunologi modern. Meskipun begitu, para
sel-sel efektor khusus yang mendeteksi dan berespons terhadap
mahasiswa fisiologi perlu memiliki pengetahuan praktis
antigen asing dan pola molekular lain yang tidak terdapat di
mengenai fungsi imun serta regulasinya, karena semakin
jaringan manusia. Demikian juga, sistem imun membersihkan dipahaminya peran sistem imun dalam regulasi fisiologis
sel-sel tubuh sendiri yang sudah aus atau abnormal, misalnya sel normal di berbagai jaringan serta kontribusi efektor imun
kanker. Yang terakhir, jaringan pejamu normal kadang menjadi dalam patofisiologi penyakit.

SEL EFEKTOR IMUN bersama-sama, sel-sel ini memberi tubuh pertahanan yang
kuat terhadap tumor serta infeksi virus, bakteri, dan parasit.
Banyak sel efektor imun beredar di dalam darah sebagai
sel darah putih. Selain itu, darah merupakan penyalur bagi GRANULOSIT
sel-sel prekursor yang kemudian berkembang menjadi sel Semua granulosit memiliki granula sitoplasma yang
imun jaringan. Sel-sel imunologi yang beredar mencakup mengandung bahan-bahan biologis aktif yang terlibat dalam
granulosit (leukosit polimorfonukleus, PMN), yang reaksi peradangan dan alergi.
terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil; limfosit; dan Waktu-paruh rerata sebuah neutrofil dalam darah
monosit. Respons imun di jaringan juga diperkuat oleh adalah 6 jam. Karenanya, untuk mempertahankan kadar
sel-sel ini setelah migrasinya keluar pembuluh darah normal dalam peredaran darah diperlukan pembentukan
(ekstravasasi), serta makrofag jaringan (berasal dari lebih dari 100 milyar neutrofil per hari. Banyak neutrofil
monosit) dan sel mast (berkaitan dengan basofil). Secara masuk ke jaringan, terutama jika dipicu oleh infeksi atau
67
68 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

oleh sitokin peradangan. Sel-sel ini tertarik ke permukaan Neutrofil juga mengeluarkan enzim mieloperoksidase, yang
endotel oleh molekul-molekul perekat sel yang dikenal sebagai mengatalisis perubahan Cl−, Br−, I−, dan SCN- menjadi asam-
selektin, dan sel-sel ini pun menggelinding di atasnya. Neutrofil asam padanannya (HOCl, HOBr, dsb.). Asam-asam ini juga
ini kemudian berikatan dengan molekul perekat neutrofil dari merupakan oksidan kuat. Karena Cl− terdapat dalam jumlah
famili integrin. Kemudian sel-sel ini menyelinap melalui dinding paling banyak di cairan tubuh, produk utamanya adalah HOCl.
kapiler di antara sel-sel endotel melalui suatu proses yang disebut Selain mieloperoksidase dan defensin, granula neutrofil
diapedesis. Banyak dari sel yang keluar dari sirkulasi masuk ke mengandung elastase, metaloproteinase yang menyerang
kanal cerna dan akhirnya keluar dari tubuh. kolagen, dan berbagai protease lain yang membantu peng-
Invasi bakteri ke dalam tubuh memicu respons peradang- hancuran organisme. Enzim-enzim ini bekerja sama dengan O2−,
an. Sumsum tulang dirangsang untuk menghasilkan dan H2O2 dan HOCl untuk menghasilkan ‘ladang pembantaian’ di
melepaskan sejumlah besar neutrofil. Produk bakteri berinteraksi sekitar neutrofil aktif. Ladang ini efektif dalam mematikan
dengan faktor-faktor plasma dan sel untuk menghasilkan bahan organisme pengganggu, tetapi pada penyakit tertentu (mis.
yang menarik neutrofil ke daerah yang terinfeksi (kemotaksis). artritis reumatoid) neutrofil juga dapat menyebabkan kerusakan
Bahan-bahan kemotaktik, yang merupakan bagian dari suatu lokal jaringan pejamu.
famili kemokin yang besar (lihat teks selanjutnya), mencakup Seperti neutrofil, eosinofil memiliki waktu-paruh singkat
suatu komponen sistem komplemen (C5a); leukotrien; dan di dalam sirkulasi, tertarik ke permukaan sel endotel oleh
polipeptida dari limfosit, sel mast, dan basofil. Faktor plasma lain selektin, dan berikatan dengan integrin yang melekatkannya ke
bekerja pada bakteri agar bakteri “terasa lezat" bagi fagosit dinding pembuluh darah, dan masuk ke jaringan melalui
(opsonisasi). Opsonin utama yang melapisi bakteri adalah proses diapedesis. Seperti neutrofil, eosinofil mengeluarkan
imunoglobulin dari kelas tertentu (IgG) dan protein komplemen berbagai protein, sitokin, dan kemokin yang menimbulkan
(lihat teks selanjutnya). Bakteri yang telah dilapisi tersebut peradangan tetapi mampu mematikan organisme pengganggu.
kemudian berikatan dengan reseptor terkait-protein G di Namun, eosinofil memiliki beberapa selektivitas dalam cara
membran sel neutrofil. Hal ini memicu aktivitas motorik sel, bagaimana sel ini berespons dan dalam molekul mematikan
eksositosis, dan apa yang dinamai respiratory burst (letupan yang dikeluarkannya. Pematangan dan pengaktifan eosinofil di
respiratorik). Meningkatnya aktivitas motorik menyebabkan jaringan terutama dirangsang oleh IL-3, IL-5, dan GM-CSF
bakteri segera ditelan melalui proses endositosis (fagositosis). (lihat bawah). Sel ini sangat banyak di mukosa kanal cerna,
Dengan eksositosis, granula neutrofil mengeluarkan isinya ke tempat sel ini mempertahankan tubuh dari serangan parasit,
dalam vakuola fagositik yang mengandung bakteri dan juga ke dan di mukosa kanal napas dan kanal kemih. Eosinofil dalam
ruang interstisium (degranulasi). Granula mengandung darah meningkat pada penyakit alergi seperti asma dan pada
berbagai protease plus protein-protein antibakteri yang dinamai berbagai penyakit kanal napas dan cerna.
defensin. Selain itu, enzim terikat-membran NADPH oksidase
Basofil juga masuk ke jaringan dan melepaskan berbagai
juga diaktifkan, disertai pembentukan berbagai metabolit
protein dan sitokin. Sel ini mirip, tetapi tidak identik dengan sel
oksigen toksik. Kombinasi metabolik oksigen toksik dan enzim
mast, dan seperti sel mast basofil mengandung histamin (lihat
proteolitik dari granula menyebabkan neutrofil menjadi mesin
bawah). Sel ini melepaskan histamin dan mediator peradangan
pemusnah yang sangat efektif.
lain ketika diaktifkan oleh pengikatan antigen spesifik ke
Pengaktifan NADPH oksidase berkaitan dengan pening- molekul IgE yang melekat ke basofil, dan ikut serta dalam
katan tajam penyerapan O2− dan metabolisme di neutrofil reaksi hipersensitivitas tipe cepat (alergik). Reaksi ini berkisar
(letupan respiratorik) dan pembentukan O2− melalui reaksi dari urtikaria ringan dan rinitis hingga syok anafilaktik yang
berikut: parah. Antigen yang memicu pembentukan IgE dan
NADPH + H+ + 2O2 + → NADP+ + 2H+ + 2O2− pengaktifan basofil (dan sel mast) tidak berbahaya bagi
sebagian besar orang, dan disebut sebagai alergen.
O2− adalah suatu radikal bebas yang dibentuk oleh
penambahan satu elektron ke O2−. Dua O2− bereaksi dengan dua SEL MAST
H+ untuk membentuk H2O2 dalam suatu reaksi yang dikatalisis
Sel mast adalah sel dengan banyak granula di jaringan ikat serta
oleh bentuk sitoplasmik superoksida dismutase (SOD-1): sering dijumpai di jaringan yang berkontak dengan lingkungan
O2− + O2− + H+ SOD-1
⎯→ → H2O2 + O2 eksternal, misalnya di bawah permukaan epitel. Granula sel ini
mengandung proteoglikan, histamin, dan banyak protease.
O2− dan H2O2 adalah oksidan yang merupakan bahan
Seperti basofil, sel ini mengalami degranulasi jika alergen
bakterisida efektif, tetapi H2O2 diubah menjadi H2O dan O2
berikatan dengan molekul IgE spesifik yang terikat padanya. Sel
oleh enzim katalase. Bentuk sitoplasmik SOD mengandung
ini berperan dalam respons peradangan yang dipicu oleh
Zn dan Cu. Bentuk ini ditemukan di banyak bagian tubuh.
imunoglobulin IgE dan IgG (lihat bawah). Peradangan yang
Enzim ini mengalami kelainan akibat mutasi genetik pada
ditimbulkannya melawan parasit peng-ganggu. Selain
bentuk familial sklerosis lateral amiotrofik (amyotrophic
keterlibatan dalam imunitas didapat, sel ini mengeluarkan TNF-
lateral sclerosis, ALS; lihat Bab 15). Karena itu, pada salah
a sebagai respons terhadap produk bakteri oleh mekanisme
satu bentuk dari penyakit progresif yang mematikan ini
independen-antibodi, dan karenanya berperan dalam imunitas
mungkin terjadi akumulasi O2− di neuron motorik sehingga
bawaan non-spesifik yang melawan infeksi sebelum
sel-sel tersebut mati. Pada manusia, terdapat dua bentuk
terbentuknya respons imun adaptif (lihat teks selanjutnya).
SOD lainnya yang disandi oleh paling sedikit satu gen lain.
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 69

Folikel
korteks,
Makrofag sel B

Parakorteks,
sel T
Pseudopoda

Bakteri
Korda medula,
sel plasma
GAMBAR 3-1 Makrofag berkontak dengan bakteri dan bersiap
menelannya. Gambar ini adalah versi berwarna dari scanning electron GAMBAR 3-2 Anatomi kelenjar limfe normal. (Berdasarkan
micrograph. Chandrasoma. Direproduksi, dengan izin, dari McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF
[editor]: Pathophysiology of Disease, 4th ed. McGraw-Hill, 2003).

Degranulasi sel mast menimbulkan manifestasi klinis alergi duktus torasikus saja; namun, jumlah ini mencakup sel-sel
termasuk anafilaksis. yang masuk kembali ke pembuluh limfe dan karenanya
melewati duktus torasikus lebih dari sekali. Efek hormon
MONOSIT adrenokorteks pada organ limfoid, limfosit darah, dan
Monosit masuk ke darah dari sumsum tulang dan beredar granulosit dibahas di Bab 20.
selama sekitar 72 jam. Sel-sel ini kemudian masuk ke jaringan Selama masa janin, dan dengan tingkat yang jauh lebih
dan menjadi makrofag jaringan (Gambar 3–1). Usia makro- rendah selama masa dewasa, prekursor limfosit berasal dari
fag di jaringan belum diketahui, tetapi data transplantasi sumsum tulang. Sel-sel yang menempati timus (Gambar 3–
sumsum tulang pada manusia mengisyaratkan bahwa sel-sel 3) mengalami transformasi oleh lingkungan di organ ini
ini menetap selama sekitar 3 bulan. Sel-sel ini tampaknya tidak menjadi limfosit T. Pada unggas, prekursor yang menempati
kembali masuk ke sirkulasi. Sebagian mungkin berakhir bursa Fabricius, suatu struktur limfoid di dekat kloaka,
sebagai sel raksasa (giant cell) berinti banyak yang dijumpai berubah menjadi limfosit B. Tidak terdapat bursa pada
pada penyakit peradangan kronis seperti tuberkulosis. mamalia, dan transformasi menjadi limfosit B terjadi di
Makrofag jaringan mencakup sel Kupffer di hati, makrofag ekuivalen bursa, yaitu hati janin dan, setelah lahir, sumsum
alveolus paru (lihat Bab 34), dan mikroglia di otak, yang tulang. Setelah menetap di timus atau hati, banyak dari
semuanya berasal dari sirkulasi. Dahulu, sel-sel ini dinamai limfosit T dan B bermigrasi ke kelenjar limfe.
sistem retikuloendotel tetapi istilah umum sistem makrofag Limfosit T dan B tidak dapat dibedakan secara morfologis
jaringan tampaknya lebih sesuai. tetapi dapat dikenali berdasarkan penanda (marker) di
Makrofag diaktifkan oleh berbagai sitokin yang membran selnya. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma dan
dikeluarkan antara lain oleh limfosit T. Makrofag aktif sel B pengingat (memory). Terdapat tiga jenis utama sel T: sel
kemudian bermigrasi sebagai respons terhadap rangsang T sitotoksik, sel T penolong (helper), dan sel T pengingat.
kemotaksis serta menelan dan mematikan bakteri melalui Terdapat dua subtipe sel T penolong: sel T penolong 1 (TH1)
proses yang umumnya serupa dengan yang terjadi pada mengeluarkan IL-2 dan interferon γ serta terutama berperan
neutrofil. Makrofag berperan kunci dalam imunitas bawaan dalam imunitas selular; sel T penolong 2 (TH2) mengeluarkan
(lihat bawah). Sel-sel ini juga mengeluarkan hingga 100 bahan IL-4 dan IL-5 serta berinteraksi terutama dengan sel B dalam
berbeda, termasuk faktor yang memengaruhi limfosit dan sel kaitannya dengan imunitas humoral. Sel T sitotoksik
lain, prostaglandin seri E, dan faktor pembekuan darah. menghancurkan sel cangkokan dan sel asing lain, dengan
perkembangan mereka dibantu dan diarahkan oleh sel T
LIMFOSIT penolong. Penanda di permukaan limfosit diberi label CD
Limfosit adalah elemen kunci dalam pembentukan imunitas (clusters of dijferentiation) berdasarkan reaksinya terhadap
didapat (lihat bawah). Setelah lahir, sebagian limfosit suatu panel antibodi monoklonal. Sebagian besar sel T
terbentuk di sumsum tulang. Namun, sebagian besar sitotoksik memperlihatkan glikoprotein CD8, dan sel T
terbentuk di kelenjar limfe (Gambar 3–2 ), timus, dan limpa penolong memperlihatkan glikoprotein CD4. Protein-protein
dari sel prekursor yang semula berasal dari sumsum tulang ini berkaitan erat dengan reseptor sel T dan mungkin
dan telah diproses di timus (sel T) atau ekuivalen bursa (sel B, berfungsi sebagai koreseptor. Berdasarkan perbedaan dalam
lihat bawah). Limfosit masuk ke aliran darah umumnya reseptor dan fungsinya, sel T sitotoksik dibagi menjadi tipe αβ
melalui pembuluh limfe. Pada setiap saat, hanya sekitar 2% dan γδ (lihat bawah). Sel natural killer (NK) (lihat atas) juga
dari limfosit tubuh yang ada di darah perifer. Sebagian besar adalah limfosit sitotoksik, meskipun sel ini bukan sel T.
berdiam di organ limfoid. Diperhitungkan bahwa pada Karena itu, terdapat tiga jenis utama limfosit sitotoksik di
manusia, 3,5 x 1010 limfosit per hari masuk ke sirkulasi melalui dalam tubuh: sel T αβ, sel T γδ, dan sel NK.
70 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

Sel T
pengingat

Timus
Sel T
sitotoksik Imunitas
Limfosit T selular
(terutama sel T)
CD8)

Prekursor
limfosit sumsum Sel T penolong
tulang (sel T CD4)
IgG
IgA
Sel IgM Humoral
Limfosit B
plasma IgD immunity
Ekuivalen bursa (hati, IgE
sumsum tulang)
Sel B
pengingat

GAMBAR 3-3 Perkembangan sistem yang memperantarai imunitas didapat.

3-1) bekerja secara berurutan untuk mengubah sel punca


SEL B & SEL T PENGINGAT pluripoten noncommitted untuk menjadi sel progenitor
Setelah terpajan ke antigen, sejumlah kecil sel T dan sel B aktif committed. IL-3 juga dikenal sebagai multi-CSF. Masing-masing
menetap sebagai sel T dan sel B pengingat. Sel-sel ini mudah dari CSF memiliki suatu efek predominan, tetapi semua CSF dan
diubah menjadi sel efektor jika kemudian bertemu kembali interleukin juga memiliki efek yang tumpang-tindih. Selain itu,
dengan antigen yang sama. Kemampuan untuk menghasilkan mereka mengaktifkan dan mempertahankan berbagai sel darah
respons yang cepat terhadap pajanan kedua terhadap antigen matang. Hal yang menarik dalam hal ini bahwa gen-gen untuk
yang sama merupakan ciri kunci imunitas didapat. berbagai faktor ini terletak di lengan panjang kromosom 5 dan
Kemampuan ini menetap untuk jangka-waktu yang lama, dan mungkin berasal dari duplikasi sebuah gen nenek-moyang. Juga
pada sebagian kasus (mis. imunitas terhadap campak), menarik bahwa hematopoiesis basal tetap normal pada mencit
kemampuan tersebut menetap seumur hidup. yang gen GM-CSF-nya disingkirkan yang menunjukkan bahwa
Setelah diaktifkan di kelenjar limfe, limfosit menyebar ke hilangnya satu faktor dapat dikompensasi oleh faktor yang lain.
seluruh tubuh dan terutama banyak terdapat di tempat-tempat Di pihak lain, tidak adanya GM-CSF menyebabkan akumulasi
masuknya organisme pengganggu ke tubuh, misalnya mukosa surfaktan di paru (lihat Bab 34).
kanal napas dan kanal cerna. Hal ini menempatkan sel pengingat Seperti disebutkan di Bab 38, eritropoietin dihasilkan
dekat dengan tempat reinfeksi dan mungkin ikut berperan sebagian oleh sel ginjal dan merupakan suatu hormon dalam
dalam kecepatan dan kekuatan responsnya. Kemokin ikut darah. Faktor-faktor lain diproduksi oleh makrofag, sel T
berperan dalam menuntun limfosit aktif ke tempat-tempat ini. aktif, fibroblas, dan sel endotel. Umumnya faktor-faktor ini
bekerja lokal di sumsum tulang (Boks Klinis 3–1 ).
GRANULOCYTE & MACROPHAGE
COLONY STIMULATING FACTOR IMUNITAS
Pada orang sehat, pembentukan sel darah putih diatur dengan
sangat seksama, dan pembentukan granulosit secara cepat dan GAMBARAN UMUM
drastis ditingkatkan pada saat infeksi. Proliferasi dan
Serangga dan invertebrata lain hanya memiliki imunitas
pembaruan sel punca hematopoietik (SPH) bergantung pada
bawaan. Sistem ini dipicu oleh reseptor yang mengikat
faktor sel punca (stem cellfactor, SCF). Faktor lain menentukan
sekuens-sekuens gula, lipid, asam amino, atau asam nukleat
turunan tertentu. Proliferasi dan pematangan sel yang masuk ke
yang umum terdapat pada bakteri dan mikroorganisme lain,
darah dari sumsum tulang diatur oleh faktor pertumbuhan tetapi tidak terdapat di sel eukariot. Reseptor-reseptor ini,
yang menyebabkan sel-sel di satu atau lebih sel bakal untuk sebaliknya, mengaktifkan berbagai mekanisme pertahanan.
berproliferasi dan menjadi matang (Tabel 3–1) . Regulasi Reseptor disandi di sel germinativum, dan struktur
produksi eritrosit oleh eritropoietin dibahas di Bab 38. Tiga fundamentalnya tidak termodifikasi oleh pajanan ke antigen.
faktor lain dinamai colony stimulating factor (CSF) karena Pertahanan yang diaktifkan mencakup, di berbagai spesies,
menyebabkan satu sel punca berproliferasi untuk membentuk pelepasan interferon, fagositosis, pembentukan peptida anti-
koloni di agar lunak. Faktor yang merangsang pembentukan bakteri, pengaktifan sistem komplemen, dan beberapa jenjang
sel punca committed mencakup granulocyte-macrophage CSF proteolitik. Bahkan tanaman mengeluarkan peptida antibakteri
(GM-CSF), granulocyte CSF (G-CSF), dan macrophage CSF sebagai respons terhadap infeksi. Sistem imun primitif ini juga
(M-CSF). Interleukin IL-1 dan IL-6 diikuti oleh IL-3 (Tabel penting pada vertebrata, terutama dalam respons awal
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 71

TABEL 3–1 Faktor pertumbuhan hematopoietik. BOKS KLINIS 3-1


Turunan Sel yang
Sitokin Dirangsang Sumber Sitokin
Gangguan Fungsi Fagositik
IL-1 Eritrosit Berbagai jenis sel
Lebih dari 15 defek primerfungsi neutrofil telah diketahui,
Granulosit
bersama dengan paling sedikit 30 penyakit lain yang
Megakariosit menunjukkan adanya penekanan sekunder fungsi neutrofil.
Monosit Pasien dengan penyakit-penyakit ini rentan terhadap infeksi
IL-3 Eritrosit Limfosit T yang relatif ringan jika hanya sistem neutrofil terlibat, tetapi
Granulosit yang parah jika sistem monosit-makrofag jaringan juga
Megakariosit terkena. Pada satu sindrom (hipomotilitas neutrofil), aktin
Monosit pada neutrofil tidak mengalami polimerisasi secara normal,
dan neutrofil bergerak lambat. Pada yang lain, terjadi
IL-4 Basofil Limfosit T
defisiensi kongenital integrin leukosit. Pada penyakit yang
IL-5 Eosinofil Limfosit T lebih serius (penyakit granulomatosa kronis), terjadi
IL-6 Eritrosit Sel endotel kegagalan pembentukan O2− pada neutrofil dan monosit
Granulosit Fibroblas sehingga tubuh tidak mampu mematikan banyak bakteri
Megakariosit Makrofag yang telah difagositosis. Pada defisiensi glukosa 6-fosfat
Monosit dehidrogenase kongenital berat, terjadi infeksi multipel
karena kegagalan tubuh menghasilkan NADPH yang
IL-11 Eritrosit Fibroblas
diperlukan untuk memproduksi O2−. Pada defisiensi
Granulosit Osteoblas mieloperoksidase kongenital, kemampuan sel mematikan
Megakariosit mikroba berkurang karena tidak terbentuk asam hipoklorus.
Erythropoietin Eritrosit Ginjal
Sel Kupffer hati KIAT TERAPEUTIK
SCF Eritrosit Berbagai jenis sel
Hal pokok dalam pengobatan gangguan fungsi fagosit
Granulosit
adalah upaya keras untuk menghindari pajanan ke
Megakariosit penyebab infeksi, serta profilaksis antibiotik dan
Monosit antijamur. Terapi antimikroba juga perlu diberikan
G-CSF Granulosit Sel endotel secara agresif jika terjadi infeksi. Kadang diperlukan
Fibroblas pembedahan untuk memotong dan/atau mendrainase
abses dan mengatasi obstruksi. Transplantasi sumsum
Monosit
tulang mungkin memberi harapan bagi kesembuhan
GM-CSF Eritrosit Sel endotel definitif untuk penyakit yang parah, misalnya penyakit
Fibroblas granulomatosa kronis. Pengidap penyakit ini
Granulosit Monosit memperlihatkan penurunan signifikan usia harapan
Megakariosit Limfosit T hidup karena infeksi berulang dan penyulitnya,
sehingga risiko transplantasi sumsum tulang mungkin
M-CSF Monosit Sel endotel
dapat diterima. Terapi gen, di lain pihak, masih jauh
Fibroblas dari penerapannya.
Monosit

Trombopoietin Megakariosit Hati, ginjal

Kunci: CSF, colony stimulating factor; G, granulosit; IL, interleukin; M, makrofag;


SCF, stem cell factor
Direproduksi, dengan izin, dari McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF (editor):
Pathophysiology of Disease, 6th Ed. McGraw-Flill, 2010.
membentuk klona yang menghasilkan antibodi untuk
menyerang protein asing. Setelah invasi ditundukkan,
sejumlah kecil limfosit menetap sebagai sel pengingat
terhadap infeksi. Namun, pada vertebrata, imunitas bawaan sehingga pajanan kedua ke antigen yang sama akan memicu
juga diperkuat oleh imunitas adaptif atau didapat, suatu sistem serangan imun yang lebih cepat dan kuat. Proses genetik yang
pengaktifan limfosit T dan B oleh antigen spesifik. Sel T menghasilkan imunitas didapat terjadi 450 juta tahun yang
memiliki reseptor yang berkaitan dengan molekul antibodi, lalu pada nenek moyang vertebrata berahang dan mungkin
tetapi tetap terikat ke sel. Ketika reseptor ini bertemu dengan berupa penyisipan suatu trans-poson ke dalam genom dalam
antigen padanannya, sel T terangsang untuk berproliferasi dan suatu cara yang memungkinkan pembentukan ragam
menghasilkan berbagai sitokin yang menggerakkan respons reseptor sel T dan antibodi yang sangat besar yang dapat
imun, termasuk respons sel B. Limfosit B yang telah aktif akan dihasilkan oleh tubuh.
72 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

Sel
plasma

Sel T γδ
Kemokin
TH 2

N M IL-4

Bakteri
Sel
Virus T naif
Tumor
APC

TH 1
Limfosit
sitotoksik

GAMBAR 3-4 Bagaimana bakteri, virus, dan tumor memicu imunitas bawaan dan memulai respons imun didapat. Tanda panah
menunjukkan mediator/sitokin yang bekerja pada sel sasaran yang diperlihatkan dan/atau jalur diferensiasi. APC, sel penyaji antigen M,
monosit; N, neutrofil; TH1 danTH2, masing-masing sel T penolong tipe 1 dan tipe 2.

Pada vertebrata, termasuk manusia, imunitas bawaan homodimer. Anggota subfamili 2, yang mencakup reseptor
merupakan lini pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi untuk IL-3, IL-5, dan IL-6, adalah heterodimer. Reseptor untuk
imunitas ini juga memicu respons imun didapat yang lebih IL-2 (dan beberapa sitokin lain), terdiri dari sebuah
lambat tetapi lebih spesifik (Gambar 3–4). Pada vertebrata, heterodimer plus suatu protein tak-terkait, apa yang dinamai
mekanisme imun alami dan didapat juga menyerang tumor sebagai antigen Tac. Anggota lain subfamili 3 memiliki rantai y
dan jaringan yang ditransplantasikan dari hewan lain. yang sama seperti IL-2R. Ranah ekstrasel subunit homo-dimer
Jika telah diaktifkan, sel-sel imun berkomunikasi melalui dan heterodimer semuanya mengandung empat residu sistein
sitokin dan kemokin. Sel-sel ini akan mematikan virus, plus sebuah ranah Trp-Ser-X-Trp-Ser yang terkonservasi, dan
bakteri, dan sel asing lain dengan mengeluarkan sitokin lain meskipun bagian intrasel tidak mengandung ranah katalitik
dan mengaktifkan sistem komplemen. tirosin kinase, tetapi reseptor ini mengaktifkan tirosin kinase
sitoplasma jika ligan berikatan dengannya.
SITOKIN Efek berbagai sitokin utama tercantum di Tabel 3-2.
Sitokin adalah molekul mirip-hormon yang bekerja— Sebagian dari sitokin juga memiliki efek sistemik selain efek
umumnya secara parakrin—untuk mengatur respons imun. parakrin lokal. Sebagai contoh, IL-1, IL-6, dan faktor nekrosis
Molekul ini disekresikan tidak saja oleh limfosit dan makro- tumor a menyebabkan demam, dan IL-1 meningkatkan tidur
fag, tetapi juga oleh sel endotel, neuron, sel glia, dan jenis sel gelombang-lambat dan mengurangi nafsu makan.
lainnya. Sebagian besar dari sitokin pada awalnya dinamai Superfamili lain sitokin adalah famili kemokin. Kemokin
berdasarkan kerjanya, sebagai contoh, faktor diferensiasi sel B, adalah bahan yang menarik neutrofil (lihat teks sebelumnya)
atau faktor stimulasi sel B 2. Namun, tata nama kemudian dan sel darah putih lain ke tempat peradangan atau respons
dirasionalisasi oleh kesepakatan internasional menjadi inter- imun. Lebih dari 40 kemokin kini telah berhasil diketahui, dan
leukin. Sebagai contoh, nama untuk faktor diferensiasi sel B telah jelas bahwa kemokin juga berperan dalam regulasi
diubah menjadi interleukin-4. Sejumlah sitokin yang dipilih pertumbuhan sel dan angiogenesis. Reseptor kemokin adalah
karena makna biologis dan klinisnya dicantumkan di Tabel reseptor terkait-protein G yang menyebabkan, antara lain,
3–2, tetapi adalah di luar cakupan buku ini untuk perpanjangan pseudopodia disertai migrasi sel menuju
mencantumkan semua sitokin yang ada, yang kini telah sumber kemokin.
menjadi lebih dari 100 jenis.
Banyak dari reseptor untuk sitokin dan faktor SISTEM KOMPLEMEN
pertumbuhan hematopoietik (lihat atas), serta reseptor untuk Efek imunitas bawaan dan didapat dalam mematikan sel
prolaktin (lihat Bab 22), dan hormon pertumbuhan (lihat Bab sebagian diperantarai oleh sistem yang terdiri dari lebih dari
18) adalah anggota dari superfamili reseptor sitokin yang 30 protein plasma yang semula dinamai sistem komplemen
memiliki tiga subfamili (Gambar 3–5). Anggota subfamili 1, karena sistem ini “melengkapi” efek antibodi. Terdapat tiga
yang mencakup reseptor untuk IL-4 dan IL-7, adalah jalur atau jenjang enzim yang mengaktifkan sistem ini: jalur
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 73

TABEL 3–2 Contoh sitokin dan makna klinisnya.


Sitokin Sel Sumber Aktivitas Utama Relevansi Klinis

Interleukin-1 Makrofag Mengaktifkan sel T dan Diperkirakan berperan dalam patogenesis syok
makrofag; promosi peradangan septik, artritis reumatoid, dan aterosklerosis

Interleukin-2 Sel T penolong tipe 1 (TH1) Mengaktifkan limfosit, sel Digunakan untuk menginduksi sel killer yang diaktifkan
natural killer, dan makrofag oleh limfokin; digunakan dalam pengobatan karsinoma
sel ginjal metastatik, melanoma, dan berbagai tumor lain

Interleukin-4 Sel T penolong tipe 2 Mengaktifkan limfosit, monosit, Karena kemampuannya merangsang produksi IgE,
(TH2), sel mast, basofil, dan penukaran kelas IgE berperan dalam sensitisasi sel mast dan juga pada
dan eosinofil alergi dan pertahanan terhadap infeksi nematoda

Interleukin-5 Sel T penolong tipe 2 Diferensiasi eosinofil Antibodi monoklonal terhadap interleukin-5 digunakan
(TH2), sel mast, dan untuk menghambat eosinofil fase-lambat imbas-
eosinofil antigen pada alergi terhadap hewan percobaan

Interleukin-6 Sel T penolong tipe 2 Mengaktifkan limfosit; Diproduksi berlebihan pada penyakit Castleman;
(TH2) dan makrofag diferensiasi sel B; merangsang bekerja sebagai faktor pertumbuhan autokrin
pembentukan protein fase akut pada mieloma dan pada glomerulonefritis
mesangium proliferatif

Interleukin-8 Sel T dan makrofag Kemotaksis neutrofil, basofil, Kadar meningkat pada penyakit yang disertai
dan sel T neutrofil, menyebabkannya berpotensi untuk
digunakan sebagai penanda aktivitas penyakit

Interleukin-11 Sel stroma sumsum tulang Stimulasi produksi protein fase Digunakan untuk mengurangi trombositopenia
akut imbas-kemoterapi pada pasien dengan kanker
Interleukin-12 Makrofag dan sel B Stimulasi pembentukan interferon y Dapat berguna sebagai adjuvan untuk vaksin
oleh sel T penolong tipe 1 (TH1) dan
oleh sel natural killer, induksi sel T
penolong tipe 1 (TH1)

Faktor nekrosis Makrofag, sel natural killer, Promosi peradangan Terapi dengan antibodi terhadap faktor
tumor α sel T, sel B, dan sel mast nekrosis tumor a berguna pada artritis
reumatoid dan penyakit Crohn
Umfotoksin Sel T penolong tipe 1 Promosi peradangan Diperkirakan berperan dalam patogenesis
(faktor nekrosis (TH1) dan sel B sklerosis multipel dan diabetes melitus
tumor β) dependen-insulin

Transforming Sel T, makrofag, sel B, dan Imunosupresi Mungkin berguna untuk pengobatan pada
growth factor β sel mast sklerosis multipel dan miastenia gravis

Granulocyte- Sel T, makrofag, sel Promosi pertumbuhan Digunakan untuk mengurangi neutropenia setelah
macrophage natural killer, dan sel B granulosit dan monosit kemoterapi untuk tumor dan pada pasien AIDS yang
colony-stimulating mendapat gansiklovir; digunakan untuk merangsang
factor pertumbuhan sel setelah transplantasi sumsum tulang
Interferon-α Sel yang terinfeksi virus Induksi resistensi sel terhadap Digunakan untuk mengobati sarkoma Kaposi
infeksi virus terkait-AIDS, melanoma, infeksi hepatitis B
kronis, dan infeksi hepatitis C kronis
Interferon-β Sel yang terinfeksi virus Induksi resistensi sel terhadap Digunakan untuk mengurangi frekuensi dan
infeksi virus keparahan kekambuhan pada sklerosis multipel
Interferon-γ Sel T penolong tipe 1 Mengaktifkan makrofag; menghambat Digunakan untuk meningkatkan pemusnahan bakteri yang
(TH1) dan sel natural killer sel T penolong tipe 2 (TH2) telah difagositosis pada penyakit granulomatosa kronis

Direproduksi, dengan izin, dari Delves PJ, Roitt IM:The immune system. Bagian pertama dari dua bagian. N EngIJMed 2000;343:37

klasik, yang dipicu oleh kompleks imun; jalur lektin lisis sel; berfungsi sebagai jembatan antara imunitas bawaan dan
pengikat manosa, yang dipicu ketika lektin ini berikatan didapat dengan mengaktifkan sel B dan membantu sel
dengan gugus manosa pada bakteri; dan jalur alternatif atau pengingat; dan membantu mengeluarkan produk sisa setelah
proper-din, yang dipicu oleh kontak dengan berbagai virus, apoptosis. Lisis sel, salah satu cara utama sistem komplemen
bakteri, jamur, dan sel tumor. Protein-protein yang mematikan sel, ditimbulkan oleh protein sisipan bernama
diproduksi memiliki tiga fungsi: membantu mematikan perforin ke membran sel. Perforin menciptakan lubang sehingga
organisme pengganggu melalui opsonisasi, kemotaksis, dan terjadi aliran ion bebas yang merusak polaritas membran.
74 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

Eritropoietin IL-3 IL-2


Subunit β
G-CSF GM-CSF IL-4
bersama
IL-4 IL-5 IL-7
IL-7 IL-6 IL-9
Hormon pertumbuhan IL-11 IL-15
PRL Subunit gp130
LIF
bersama
OSM
CNTF

ECF

Sitoplasma
α
α
γ

β β
Subfamili 1 Subfamili 2 Subfamili 3

GAMBAR 3-5 Anggota-anggota dari satu superfamili reseptor Banyak subunit juga mengandung suatu ranah regulatorik penting di
sitokin, memperlihatkan elemen-elemen struktur yang dipakai bagian sitoplasmanya (hijau). CNTF, ciliary neurotrophic factor; LIF,
bersama. Perhatikan bahwa semua subunit kecuali subunit α di leukemia inhibitory factor; OSM, onkostatin M; PRL, prolaktin.
subfamili 3 memiliki empat residu sistein terkonservasi (kotak terbuka (Dimodifikasi dari D'Andrea AD: Cytokine receptors in congenital hematopoietic
di atas) dan sebuah motif Trp-Ser-X-Trp-Ser (merah muda). disease. NEngl JMed 1994;330:839).

IMUNITAS BAWAAN suatu molekul yang dikenal sebagai flagelin pada flagela
bakteri; dan TLR9 mengenali DNA bakteri. TLR disebut
Sel-sel yang memperantarai imunitas bawaan antara lain adalah sebagai reseptor pengenal pola {pattern recognition receptor,
neutrofil, makrofag, dan sel natural killer, limfosit sitotoksik PRR) karena reseptor ini mengenali dan berespons terhadap
besar yang berbeda dari sel T dan sel B. Semua sel ini berespons pola molekul yang diekspresikan oleh patogen. PRR lainnya
terhadap pola molekul yang dihasilkan oleh bakteri dan terhadap dapat berada di dalam sel, seperti yang dinamakan sebagai
bahan-bahan lain khas virus, tumor, dan sel transplantasi. protein NOD. Satu protein NOD, NOD2, telah mendapat
Banyak sel yang bukan merupakan imunosit profesional juga banyak perhatian sebagai gen kandidat yang menyebabkan
ikut berperan menghasilkan respons imunitas bawaan, misalnya penyakit peradangan usus, penyakit Crohn (Boks Klinis 3–2).
sel endotel dan epitel. Sel-sel yang telah diaktifkan menimbulkan
efeknya melalui pelepasan sitokin, serta, pada sebagian kasus,
komplemen dan sistem lain.
IMUNITAS DIDAPAT
Imunitas bawaan pada Drosophila berpusat di sekitar suatu Seperti telah disebutkan, kunci untuk imunitas didapat
protein reseptor yang dinamai toll, yang mengikat antigen jamur adalah kemampuan limfosit untuk menghasilkan antibodi
dan memicu pengaktifan gen-gen yang menyandi protein (pada kasus sel B) atau reseptor permukaan sel (pada kasus
sel T) yang spesifik untuk satu dari jutaan agen asing yang
antijamur. Pada manusia dan vertebrata lain, kini semakin
mungkin menyerang tubuh. Antigen yang merangsang
banyak teridentifikasi toll-like receptor (TLR; reseptor mirip
produksi reseptor sel T atau antibodi biasanya adalah
toll). Dari berbagai reseptor tersebut, TLR4 mengikat
protein dan polipeptida, tetapi antibodi juga dapat terbentuk
lipopolisakarida bakteri dan suatu protein yang dinamai CD 14, terhadap asam nukleat dan lipid jika bahan-bahan ini
lalu hal ini memicu proses-proses intrasel yang mengaktifkan disajikan sebagai nukleoprotein dan lipoprotein. Antibodi
transkripsi gen-gen untuk berbagai protein yang berperan dalam terhadap molekul kecil dapat pula terbentuk melalui
respons imun bawaan. Hal ini penting karena lipopolisakarida percobaan jika molekulnya terikat protein. Imunitas didapat
bakteri yang dihasilkan oleh bakteri negatif-gram merupakan memiliki dua komponen: imunitas humoral dan imunitas
penyebab syok septik. TLR2 memperantarai respons terhadap selular. Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi
lipoprotein mikroba, TLR6 6 bekerja sama dengan TLR2 dalam imunoglobulin dalam darah pada fraksi y-globulin protein
mengenali peptidoglikan tertentu, TLR5 mengenali plasma. Imunoglobulin diproduksi oleh bentuk limfosit B
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 75

yang telah berdiferensiasi yang dikenal sebagai sel plasma, dan


imunoglobulin akan mengaktifkan sistem komplemen serta
PENGENALAN ANTIGEN
menyerang dan menetralisir antigen. Imunitas humoral adalah Jumlah berbagai antigen yang dikenal oleh limfosit di tubuh
pertahanan utama terhadap infeksi bakteri. Imunitas selular sangatlah besar. Pada awalnya, keragaman limfosit
diperantarai oleh limfosit T. Imunitas ini berperan dalam berkembang tanpa pajanan ke antigen. Sel-sel punca
reaksi alergi tipe lambat dan penolakan transplantasi jaringan berdiferensiasi menjadi jutaan limfosit T dan B yang berbeda-
asing. Sel-sel T sitotoksik menyerang dan menghancurkan sel beda, masing-masing dengan kemampuan berespons terhadap
yang mengandung antigen yang mengaktifkannya. Sel-sel ini antigen tertentu. Ketika pertama kali masuk ke tubuh, antigen
melakukan pemusnahan dengan memasukkan perforin (lihat dapat berikatan langsung dengan reseptor yang sesuai di sel B.
atas) dan dengan memicu apoptosis. Imunitas selular Namun, respons antibodi penuh mengharuskan sel B
merupakan pertahanan utama terhadap infeksi oleh virus, berkontak dengan sel T penolong. Pada kasus sel T, antigen
jamur, dan beberapa bakteri seperti basil tuberkulosis. diambil oleh sel penyaji antigen (antigenpresenting cell, APC)
Imunitas ini juga membantu pertahanan terhadap tumor. dan dicerna secara parsial. Fragmen peptida dari antigen itu
disajikan ke reseptor yang sesuai di sel T. Pada keduanya, sel
dirangsang untuk membelah, membentuk klona sel yang
berespons terhadap antigen ini (seleksi klonal). Sel-sel efektor
BOKS KLINIS 3-2 juga mengalami seleksi negatif, selama prekursor limfosit yang
reaktif terhadap antigen diri secara normal dilenyapkan. Hal
Penyakit Crohn ini menghasilkan toleransi imun. Proses yang terakhir inilah
yang diperkirakan terganggu pada penyakit autoimun, yakni
Penyakit Crohn adalah suatu penyakit kronis kambuhan dan ketika tubuh bereaksi terhadap dan menghancurkan sel-sel
remiten berupa peradangan transmural usus yang dapat yang mengekspresikan protein normal, disertai peradangan
terjadi di setiap titik di sepanjang kanal cerna meskipun yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
paling sering terbatas di usus halus distal dan kolon. Pasien
dengan penyakit ini menderita perubahan kebiasaan buang
air besar, diare berdarah, nyeri abdomen hebat, penurunan PENYAJIAN ANTIGEN
berat badan, dan malnutrisi. Semakin banyak bukti APC mencakup sel-sel khusus yang disebut sel dendritik di
menunjukkan bahwa penyakit ini mencerminkan kegagalan kelenjar limfe dan limpa serta sel dendritik Langerhans di kulit.
penekanan (down-regulation) respons peradangan terhadap Makrofag dan sel B itu sendiri, dan mungkin banyak sel jenis
mikrobiota komensal usus yang normal. Pada orang yang lain, juga dapat berfungsi sebagai APC. Sebagai contoh, di usus,
rentan secara genetis, mutasi di gen-gen yang mengontrol sel epitel yang melapisi kanal cerna kemungkinan besar penting
respons imun bawaan (mis. NOD2) atau regulator imunitas dalam penyajian antigen yang berasal dari bakteri komensal.
didapat tampaknya mempermudah timbulnya penyakit Pada APC, produk polipeptida pencernaan antigen digabungkan
ketika orang yang bersangkutan terpajan ke faktor dengan produk protein dari gen major histocompatibility
lingkungan yang sesuai, yang dapat mencakup perubahan complex (MHC) dan disajikan di permukaan sel. Produk gen
pada mikrobiota atau stres. MHC disebut human leukocyte antigen (HLA).
Gen-gen MHC, yang terletak di lengan pendek
KIAT TERAPEUTIK kromosom 6 manusia, menyandi glikoprotein dan dibagi
Selama kekambuhan penyakit Crohn, pengobatan menjadi dua kelas berdasarkan struktur dan fungsinya.
utama adalah kortikosteroid dosis-tinggi untuk Antigen kelas I terdiri dari sebuah rantai berat 45-kDa yang
menekan peradangan secara non-spesifik. Sering berikatan secara non-kovalen dengan P2-mikroglobulin yang
diperlukan pembedahan untuk mengobati penyulit disandi oleh sebuah gen di luar MHC (Gambar 3–6). Antigen
seperti striktur, fistula, dan abses. Sebagian pasien ini ditemukan di semua sel berinti. Antigen kelas II adalah
dengan penyakit yang parah juga memperoleh heterodimer yang terbuat dari sebuah rantai a 29—34 kDa yang
manfaat dari terapi dengan obat imunosupresif, atau berikatan secara non-kovalen dengan rantai P 23-28 kDa.
dari terapi dengan antibodi yang ditujukan kepada Antigen ini terdapat di APC “profesional”, termasuk sel B, dan di
faktor nekrosis tumor a. Probiotika, mikroorganisme sel T yang telah aktif.
terapeutik yang dirancang untuk memulihkan Protein MHC kelas I (protein MHC-I) terutama berikatan
mikrobiota yang "sehat", mungkin berperan dalam dengan fragmen peptida yang dihasilkan dari protein yang
profilaksis. Patogenesis penyakit Crohn, serta disintesis di dalam sel. Peptida-peptida yang tidak ditoleransi
inflammatory bowel disease yang terkait, yaitu kolitis oleh pejamu (mis. peptida dari protein virus atau mutan)
ulseratif, masih menjadi subjek dari penelitian intensif, dikenali oleh sel T. Pencernaan protein ini terjadi dalam
dan sedang dikembangkan terapi yang membidik segi
kompleks enzim proteolitik yang dikenal sebagai proteasom, dan
spesifik jenjang peradangan yang mungkin terganggu
fragmen peptida berikatan dengan protein MHC di retikulum
secara selektif pada setiap pasien dengan latar
endoplasma. Protein MHC kelas II (protein MHC-II) terutama
belakang genetik yang beragam.
berkaitan dengan produk peptida antigen ekstrasel, misalnya
bakteri, yang masuk ke sel melalui endositosis dan dicerna di
endosom lanjut.
76 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

Membran sel
penyaji antigen
α1 α2 Sitoplasma

CES
β2m α3 Kompleks molekul
MHC
α1/α2
Fragmen antigen
N
Regio variabel
Regio konstan
N
Membran
sel T
S–S
CES
+ +

Sitoplasma β
α
C
Reseptor sel T
C heterodimer (α:β)

β2m
GAMBAR 3-7 Interaksi antara sel penyajian antigen (atas) dan
limfosit Tαβ (bawah). Protein MHC (dalam hal ini, MHC-I) dan fragmen
α3 antigen peptidanya berikatan dengan subunit α dan β yang
bergantungan untuk membentuk reseptor sel T.

GAMBAR 3-6 Struktur antigen histokompatibilitas manusia HLA-


A2. kantong pengikat antigen terletak di bagian atas dan dibentuk sitotoksik CD8 yang telah aktif memusnahkan sasarannya
oleh bagian dan α2 molekul. Bagian α3 dan β2-mikroglobulin terkaitnya secara langsung, sementara sel T penolong CD4 yang telah
(β2m) terletak dekat dengan membran. Perluasan terminal C dari α3 diaktifkan mengeluarkan berbagai sitokin yang mengaktifkan
yang membentuk ranah transmembran dan bagian sitoplasma kecil
limfosit lain.
molekul dihilangkan. (Direproduksi, dengan izin, dari Bjorkman PJ et al: Structure
of the human histocompatibility antigen HLA-A2. Nature 1987;329:506). Reseptor sel T dikelilingi oleh molekul perekat dan
protein yang berikatan dengan protein-protein komplementer
di APC ketika kedua sel secara transien menyatu untuk
membentuk “sinaps imunologik” yang memungkinkan
diaktifkannya sel T (Gambar 3-7). Kini secara umum diterima
bahwa diperlukan dua sinyal untuk menghasilkan pengaktifan.
RESEPTOR SEL T Salah satunya dihasilkan melalui pengikatan antigen yang
Kompleks peptida-protein MHC di permukaan APC telah dicerna dengan reseptor sel T. Yang lain dihasilkan oleh
berikatan dengan sel T yang sesuai. Karena itu, reseptor di sel penyatuan protein-protein sekitar di “sinaps”.
T harus mengenali beragam variasi kompleks. Sebagian besar
reseptor di sel T dalam darah terbuat dari dua unit
polipeptida yang disebut a dan b. Reseptor ini membentuk
heterodimer yang mengenal protein MHC dan fragmen
antigen, ke kedua bahan inilah reseptor tersebut berikatan MHC MHC
CD4
(Gambar 3–7). Sel-sel ini disebut sel T a.p. Di pihak lain, kelas II CD8 kelas II
sekitar 10% sel T dalam darah memiliki dua polipeptida
berbeda yang dinamai y dan 5 di reseptornya, dan sel T ini
disebut sel T y5. Sel-sel T ini menonjol di mukosa kanal cerna
dan terdapat bukti bahwa sel ini membentuk hubungan TCR TCR
antara sistem imun bawaan dan didapat melalui sitokin yang
dikeluarkan sel T ini (Gambar 3-3).
CD8 terdapat di permukaan sel T sitotoksik yang
berikatan dengan protein MHC-1, dan CD4 terdapat di
permukaan sel T penolong yang berikatan dengan protein
MHC-II (Gambar 3–8). Protein CD4 dan CD8 mem- GAMBAR 3-8 Ringkasan diagramatik struktur CD4 dan CD8, serta
hubungannya dengan protein MHC-I dan MHC-II. Perhatikan bahwa
permudah pengikatan protein MHC ke reseptor sel T, dan CD4 adalah suatu protein tunggal, sementara CD8 adalah suatu
keduanya juga memperkuat perkembangan limfosit. Sel T heterodimer.
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 77

MHC kelas II Tempat


Makrofag mengikat
1 (sel penyaji antigen
antigen) VH
VH
JH D

Fab CH 1
2 IL-1
VL VL
JL
CD4

SS

SS
SS
CL SS
TCR
3 Mengikat Engsel
CH 2
komplemen
Pengaktifan
yang diinduksi IL-2R IL-2 Fc Mengikat
oleh sitokin makrograf
CH 3
4 CD4 4
Sel B aktif Activated
4 T cell
GAMBAR 3-10 Molekul imunoglobulin G tipikal. Fab, bagian
IL-2R molekul yang berkaitan dengan pengikatan antigen; Fc, bagian
Peradangan dan Sel T efektor molekul. Regio konstan berwarna merah muda dan ungu,
hipersensitivitas sitotoksik dan regio variabel oranye. Segmen konstan rantai berat dibagi lagi
tipe lambat CD8 menjadi CH1, CH2, dan CH3. Garis SS menunjukkan ikatan disulfida
antarsegmen. Di sisi kanan, label C dihilangkan untuk
MHC kelas I memperlihatkan regio JH, D, dan JL.
Sel penghasil
antibodi Kematian sel

GAMBAR 3-9 Ringkasan imunitas didapat. (1) Sel penyaji


antigen menelan dan mencerna secara parsial suatu antigen,
IMUNOGLOBULIN
kemudian menyajikan sebagian antigen bersama peptida MHC (dalam Antibodi dalam darah melindungi pejamu dengan mengikat dan
hal ini, peptida MHC kelas II di permukaan sel). (2) Terbentuk "sinaps menetralkan beberapa toksin protein, dengan menghambat
imun" dengan sebuah sel T CD4 naif, yang diaktifkan untuk
menghasilkan IL-2. (3) IL-2 bekerja secara autokrin untuk perlekatan sebagian virus dan bakteri ke sel, dengan
menyebabkan sel berkembang biak, membentuk suatu klona. (4) Sel mengopsonisasi bakteri (lihat atas), dan dengan mengaktifkan
CD4 yang telah aktif mungkin mendorong pengaktifan sel B dan komplemen. Sel plasma menghasilkan lima jenis umum antibodi
pembentukan sel plasma atau mungkin mengaktifkan sel CD8 imunoglobulin. Komponen dasar tiap-tiap antibodi imuno-
sitotoksik. Sel CD8 juga dapat diaktifkan dengan membentuk sinaps
dengan sel penyaji antigen MHC I. (Direproduksi, dengan izin, dari McPhee SJ, globulin adalah suatu unit simetrik yang mengandung empat
Lingappa VR, Ganong WF [editor]: Pathophysiology of Disease, 6th ed. McGraw-Hill, rantai polipeptida (Gambar 3–10 ). Dua rantai panjang disebut
2010).
rantai berat, sementara dua rantai pendek disebut rantai ringan.
Terdapat dua jenis rantai ringan, k dan X, dan delapan jenis
rantai berat. Rantai-rantai ini disatukan oleh jembatan disulfida
Jika sinyal pertama terjadi tetapi yang kedua tidak, sel T yang memungkinkan mobilitas, dan juga terdapat jembatan
mengalami inaktivasi dan menjadi tidak responsif. disulfida intra-rantai. Selain itu, rantai berat bersifat lentur di
suatu regio yang dinamai engsel. Setiap rantai berat memiliki
SEL B sebuah segmen variabel (V) segmen dengan sekuens asam
aminonya yang sangat bervariasi, sebuah segmen diversityl
Seperti disebutkan di atas, sel B dapat mengikat antigen secara keberagaman (D) dengan sekuens asam aminonya yang juga
langsung, tetapi sel ini harus berkontak dengan sel T penolong bervariasi, sebuah segmen penghubung (joining) (J) dengan
agar dapat diaktifkan secara penuh dan membentuk antibodi. sekuensnya yang cukup bervariasi, dan sebuah segmen konstan
Subtipe TH2 lah yang terutama berperan. Sel T penolong (C) dengan sekuensnya yang tetap. Setiap rantai ringan memiliki
berkembang mengikuti turunan TH2 sebagai respons terhadap sebuah segmen V, J, dan C. Segmen V membentuk sebagian
IL-4 (lihat bawah). Di pihak lain, IL-12 mendorong terbentuknya tempat pengikatan antigen (bagian Fab molekul [Gambar 3-10]).
fenotipe TH1. IL-2 bekerja secara autokrin untuk menyebabkan Bagian Fc molekul adalah bagian efektor, yang memperantarai
sel T aktif berproliferasi. Peran berbagai sitokin dalam reaksi yang dimulai oleh antibodi.
pengaktifan sel B dan sel T diringkaskan di Gambar 3–9.
Dua kelas imunoglobulin mengandung komponen
Sel B yang telah aktif kemudian berproliferasi dan polipeptida tambahan (Tabel 3–3). Pada IgM, lima dari unit
berubah menjadi sel B pengingat (lihat atas) dan sel plasma. imunoglobulin dasar menyatu di sekeliling sebuah polipeptida
Sel plasma mengeluarkan antibodi dalam jumlah besar ke yang dinamai rantai J untuk membentuk suatu pentamer. Pada
dalam sirkulasi umum. Antibodi beredar dalam fraksi IgA, imunoglobulin sekretorik, unit-unit imunoglo-bulin
globulin plasma dan, seperti antibodi di tempat lain, disebut membentuk dimer dan trimer di sekeliling sebuah rantai J dan
imunoglobulin. Imunoglobulin sebenarnya adalah bentuk sebuah polipeptida yang berasal dari sel epitel, komponen
sekretorik dari reseptor pengikat antigen di membran sel B. sekretorik (SC).
78 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

TABEL 3–3 Imunoglobulin manusia.a


Konsentrasi
Rantai Rantai Plasma (mg/
Imunoglobulin Fungsi Berat Tambahan Struktur dL)

IgG Mengaktifkan komplemen γ1, γ2, γ3, γ4 Monomer 1000

IgA Proteksi lokal dalam sekresi α1, α2 J, SC Monomer; dimer dengan 200
eksternal (air mata, sekresi rantai J atau SC; trimer
usus, dsb.) dengan rantai J

IgM Mengaktifkan komplemen µ J Pentamer dengan rantai J 120

IgD Mengenal antigen oleh sel B ∆ Monomer 3

IgE Aktivitas reagin; melepaskan ε Monomer 0,05


histamin dari basofil dan sel mast

a
Pada semua keadaan, rantai ringan adalah k atau y.

Di usus, antigen bakteri dan virus diserap oleh sel M (lihat junctional). Diperhitungkan bahwa mekanisme ini me-
Bab 26) dan disalurkan ke agregat jaringan limfoid di bawahnya mungkinkan pembentukan sekitar 1015 molekul imuno-
(bercak Peyer), tempat antigen ini mengaktifkan sel T naif. globulin yang berbeda. Variabilitas juga ditingkatkan oleh
Limfosit-limfosit ini kemudian membentuk sel B yang meng- mutasi somatik.
infiltrasi mukosa kanal cerna, napas, kemih-kelamin, dan Tata-ulang gen dan mekanisme penggabungan serupa
reproduksi wanita serta payudara. Di jaringan-jaringan ini sel B juga bekerja untuk menghasilkan keberagaman pada reseptor
mengeluarkan sejumlah besar IgA jika terpajan kembali ke sel T. Pada manusia, subunit a memiliki regio V yang disandi
antigen yang semula merangsang sel tersebut. Sel-sel epitel oleh 1 dari sekitar 50 gen berbeda dan sebuah regio J yang
menghasilkan SC (komponen sekretorik), yang bekerja sebagai disandi oleh 1 dari 50 gen berbeda. Subunit P memiliki sebuah
reseptor untuk, dan mengikat, IgA. Imunoglobulin sekretorik regio V yang disandi oleh 1 dari sekitar 50 gen, sebuah regio D
yang terbentuk kemudian keluar dari sel epitel untuk disekresi- yang disandi oleh 1 dari 2 gen, dan sebuah regio J yang disandi
kan secara eksositosis. Sistem imunitas sekretorik ini merupakan oleh 1 dari 13 gen. Regio-regio variabel ini memungkinkan
mekanisme pertahanan yang penting dan efektif pada semua pembentukan hingga 1015 reseptor sel T yang berlainan (Boks
permukaan mukosa. Sistem ini juga menghasilkan proteksi imun Klinis 3–3 dan Boks Klinis 3–4 ).
yang diberikan kepada bayi menyusui, yang sistem imunnya Berbagai keadaan imunodefisiensi dapat terjadi akibat
masih imatur, karena IgA disekresikan ke dalam air susu. kelainan dalam berbagai tahap pematangan limfosit B dan T.
Hal ini dirangkum dalam Gambar 3–11.
DASAR GENETIK KEBERAGAMAN
DALAM SISTEM IMUN TROMBOSIT
Mekanisme genetik penyebab sangat beragamnya konfigurasi Trombosit adalah sel dalam sirkulasi yang merupakan
imunoglobulin yang dihasilkan oleh sel B , serta reseptor sel T mediator penting hemostasis. Meskipun bukan sel imun secara
pada manusia, merupakan suatu fenomena biologis yang sangat sendiri, trombosit sering ikut serta dalam respons terhadap
menarik. Keberagaman dihasilkan sebagian oleh fakta bahwa cedera jaringan bekerja sama dengan sel-sel radang (lihat
pada molekul imunoglobulin terdapat dua jenis rantai ringan bawah). Trombosit memiliki sebuah cincin mikrotu-bulus di
dan delapan jenis rantai berat. Seperti telah disebutkan sekitar perifer dan invaginasi membran ekstensif dengan sistem
sebelumn ya, terdapat daerah-daerah dengan variabilitas tinggi kanalikulus rumit yang berkontak dengan CES. Membran
(regio hipervariabel) di tiap-tiap rantai. Bagian variabel pada trombosit mengandung reseptor untuk kolagen, ADP, faktor
rantai berat terdiri dari segmen V, D, dan J. Pada famili gen yang von Willebrand dinding pembuluh darah (lihat bawah), dan
bertanggung jawab untuk regio ini, terdapat ratusan regio fibrinogen. Sitoplasma trombosit mengandung aktin, miosin,
penyandi berbeda-beda untuk segmen V, sekitar 20 untuk glikogen, lisosom, dan dua jenis granula: (1) granula padat,
segmen D, dan empat untuk segmen J. Selama perkembangan yang mengandung bahan non-protein yang disekresikan
sel B, satu regio penyandi V, satu regio penyandi D, dan satu sebagai respons terhadap pengaktifan trombosit, termasuk
regio penyandi J terpilih secara acak dan direkombinasi untuk serotonin, ADP, dan adenin nukleotida lain; dan (2) granula a,
membentuk gen yang menghasilkan bagian variabel tertentu. yang mengandung protein-protein untuk disekresikan.
Rekombinasi variabel serupa berlangsung di regio penyandi Berbagai protein ini mencakup faktor pembekuan dan platelet-
untuk dua segmen variabel (V dan J) di rantai ringan. Selain itu, derived growth factor (PDGF). PDGF juga dihasilkan oleh
segmen J bervariasi karena segmen-segmen gen menyatu secara makrofag dan sel endotel. Bahan ini adalah suatu dimer yang
tidak tepat dan bervariasi (keberagaman tempat junctional) dan terdiri dari subunit polipeptida A dan B. Dihasilkan
kadang ditambahkan nukleotida (keberagaman penyisipan homodimer (AA dan BB) serta heterodimer (AB).
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 79

BOKS KLINIS 3-3 BOKS KLINIS 3-4

Autoimunitas Transplantasi Jaringan


Kadang proses-proses yang mengeliminasi antibodi Sistem limfosit T bertanggung jawab dalam penolakan
terhadap antigen diri mengalami kegagalan dan terjadilah jaringan transplantasi. Jika jaringan seperti kulit dan ginjal
berbagai penyakit autoimun. Penyakit-penyakit ini dapat ditransplantasikan dari satu donor ke resipien dari spesies
diperantarai oleh sel B atau sel T dan mungkin spesifik-organ yang sama, transplantasi "diterima" dan berfungsi beberapa
atau sistemik. Penyakit tersebut mencakup diabetes melitus
saat, tetapi kemudian menjadi nekrosis dan "ditolak" karena
tipe 1 (antibodi terhadap sel B islet pankreas), miastenia
resipien membentuk respons imun terhadap jaringan
gravis (antibodi terhadap reseptor kolinergik nikotinik), dan
sklerosis multipel (antibodi terhadap myelin bosic protein transplantasi tersebut. Hal ini umumnya berlaku bahkan jika
dan beberapa komponen lain mielin). Pada sebagian kasus, donor dan resipien memiliki hubungan darah, dan satu-
antibodi ditujukan terhadap reseptor dan mampu satunya transplantasi yang tidak pernah ditolak adalah yang
mengaktifkan reseptor tersebut; sebagai contoh, antibodi berasal dari kembar identik. Bagaimanapun, transplantasi
terhadap reseptor TSH meningkatkan aktivitas tiroid dan organ masih merupakan satu-satunya pilihan yang ada
menyebabkan penyakit Graves (lihat Bab 19). Penyakit- untuk sejumlah penyakit stadium akhir.
penyakit lain disebabkan oleh pembentukan antibodi
terhadap organisme pengganggu yang bereaksi-silang KIAT TERAPEUTIK
dengan konstituen normal tubuh (mimikri molekul). Salah
satu contoh adalah demam rematik setelah infeksi Sejumlah pengobatan dikembangkan untuk mengatasi
streptokokus; sebagian dari miosin jantung mirip dengan penolakan organ transplantasi pada manusia. Tujuan
sebagian dari protein M streptokokus, dan antibodi yang pengobatan adalah menghentikan penolakan tanpa
dihasilkan oleh yang terakhir menyerang yang pertama dan menyebabkan pasien rentan mengalami infeksi masif.
merusak jantung. Beberapa penyakit mungkin disebabkan Salah satu pendekatannya adalah mematikan limfosit T
oleh efek'peluru nyasar' (bystander effect), yakni suatu dengan mematikan semua sel yang cepat membelah
keadaan ketika peradangan merangsang sel-seITdi sekitar, oleh obat seperti azatioprin, suatu antimetabolit purin,
menyebabkan sel-sel tersebut menjadi aktif meskipun tetapi hal ini menyebabkan pasien rentan terhadap
seharusnya sel tersebut tidak berespons. infeksi dan kanker. Cara lain adalah memberikan
glukokortikoid, yang menghambat proliferasi sel T
sitotoksik dengan menghambat produksi IL-2, tetapi
KIAT TERAPEUTIK obat ini menyebabkan osteoporosis, perubahan
Terapi penyakit autoimun terletak pada upaya untuk mental, dan beberapa aspek sindrom Cushing (lihat
mengganti atau memulihkan fungsi yang terganggu Bab 20). Yang lebih baru, obat imunosupresif seperti
(mis. memberikan insulin eksogen pada diabetes tipe siklosporin atau takrolimus (FK-506), mulai digunakan.
1) serta upaya non-spesifik untuk mengurangi Pengaktifan reseptor sel T normalnya meningkatkan
Ca2+ intrasel, yang bekerja melalui kalmodulin untuk
peradangan (menggunakan kortikosteroid) atau untuk
mengaktifkan kalsineurin. Kalsineurin mendefosforilasi
menekan imunitas. Baru-baru ini, obat yang menguras
faktor transkripsi NF-AT, yang bergerak ke nukleus dan
atau menumpulkan fungsi sel B terbukti memiliki
meningkatkan aktivitas gen-gen penyandi IL-2 dan
efikasi pada beragam penyakit autoimun, termasuk
sitokin-sitokin stimulatorik terkait lainnya. Siklosporin
artritis reumatoid, yang kemungkinan besar terjadi dan takrolimus menghambat defosfo-rilasi NF-AT.
dengan menginterupsi pembentukan auto-antibodi Namun, obat-obat ini menghambat semua respons
yang berperan dalam patogenesis penyakit. imun yang diperantarai oleh sel T, dan siklosporin
menyebabkan kanker dan kerusakan ginjal.
Pendekatan baru yang menjanjikan terhadap
penolakan transplantasi adalah penciptaan ketidak-
PDGF merangsang penyembuhan luka dan merupakan suatu responsifan sel T dengan menggunakan obat-obat yang
mitogen poten untuk otot polos vaskular. Dinding pembuluh menghambat kostimulasi yang dibutuhkan untuk
darah serta trombosit mengandung faktor von Willebrand, pengaktifan normal (lihat teks). Obat yang secara klinis
yang, selain perannya dalam perlekatan, mengatur kadar faktor efektif bekerja melalui mekanisme ini akan sangat
VIII dalam darah (lihat bawah). bermanfaat bagi kedokteran transplantasi.
Ketika pembuluh darah cedera, trombosit melekat ke
kolagen dan faktor von Willebrand yang terpajan di dinding
melalui reseptor di membran trombosit. Faktor von
Willebrand adalah molekul sangat besar di dalam darah yang Manusia memiliki paling sedikit tiga jenis reseptor ADP
dihasilkan oleh sel endotel. Pengikatan menyebabkan trombosit yang berbeda: P2Y1, P2Y2, dan P2X1. Ketiganya
trombosit menjadi aktif, yang kemudian mengeluarkan isi jelas merupakan sasaran menarik untuk pengembangan obat,
granulanya. ADP yang dilepaskan bekerja pada reseptor ADP dan beberapa inhibitor baru memperlihatkan harapan dalam
di membran trombosit untuk meningkatkan akumulasi lebih pencegahan serangan jantung dan stroke. Agregasi juga
banyak trombosit (agregasi trombosit). ditingkatkan oleh platelet-activating factor (PAF), suatu
80 BAGIAN I Imunitas, Infeksi, & Peradangan

Sel punca
pluripoten
SCID resesif
autosom

Progenitor
SUMSUM limfoid
TULANG TIMUS

SCID terkait-X
Sel pra-B

Agama- Sel
globulinemi imatur
a terkait-X
Defisiensi Defisiensi
Sel B MHC kelas I MHC kelas II
Sindrom
Sel Sel
hiper-IgM
CD8 CD4

IgM IgG IgA IgE


FIGURE 3–11 Tempat blokade kongenital pematangan limfosit B dan T pada berbagai keadaan imunodefisiensi. SCID, severe
combined immune deficiency. (Dimodifikasi dari Rosen FS, Cooper MD, Wedgewood RJP:The primary immunodeficiencies. N Engl J Med 1995,333:431).

PERADANGAN &
sitokin yang disekresikan oleh neutrofil dan monosit serta PENYEMBUHAN LUKA
trombosit. Senyawa ini juga memiliki efek peradangan. PAF
adalah suatu eter fosfolipid, l-alkil-2-asetilgliseril-3-fosforil-
CEDERA LOKAL
kolin, yang diproduksi dari lipid membran. Bahan ini bekerja Peradangan adalah suatu respons lokal kompleks terhadap bahan
melalui reseptor terkait-protein G untuk meningkatkan asing seperti bakteri atau pada beberapa kasus terhadap bahan
pembentukan turunan-turunan asam arakidonat, termasuk yang diproduksi internal. Hal ini mencakup suatu rangkaian
tromboksan A2. Peran senyawa ini dalam keseimbangan reaksi yang pada awalnya melibatkan sitokin, neutrofil, molekul
antara aktivitas pembekuan dan anti-pembekuan di tempat perekat, komplemen, dan IgG. PAF, suatu bahan dengan efek
cedera vaskular dibahas di Bab 31. peradangan kuat, juga berperan. Kemudian, monosit dan limfosit
ikut terlibat. Arteriola di daerah peradangan melebar, dan
Pembentukan trombosit diatur oleh CSF yang
permeabilitas kapiler meningkat (lihat Bab 32 dan 33). Ketika
mengontrol pembentukan prekursor trombosit di sumsum
peradangan terjadi di atau tepat di bawah kulit (Gambar 3–12),
tulang, yang dikenal sebagai megakariosit, plus
akan terlihat kemerahan, pembengkakan, nyeri tekan, dan nyeri.
trombopoietin, suatu faktor protein di dalam darah. Faktor
Di tempat lain, peradangan merupakan komponen kunci pada
ini, yang mendorong pematangan megakariosit, dihasilkan
asma, kolitis ulseratif, penyakit Crohn, artritis reumatoid, dan
secara konstitutif oleh hati dan ginjal, dan terdapat reseptor
banyak penyakit lain (Boks Klinis 3-2).
trombopoietin di trombosit. Karena itu, jika jumlah
trombosit turun maka lebih sedikit faktor ini yang terikat Semakin banyak bukti bahwa suatu faktor transkripsi,
dan lebih banyak yang tersedia untuk merangsang produksi nuclear factor-kB, berperan kunci dalam respons peradangan.
trombosit. Sebaliknya, ketika jumlah trombosit tinggi, lebih NF-kB adalah suatu heterodimer yang normalnya terdapat
banyak yang terikat dan lebih sedikit yang tersedia, sehingga dalam sitoplasma sel terikat ke IkBoc, yang menyebabkannya
dihasilkan kontrol umpan-balik produksi trombosit. Bagian inaktif. Rangsangan seperti sitokin, virus, dan oksidan
terminal amino molekul trombopoietin memiliki aktivitas menginduksi sinyal yang memungkinkan NF-kB terlepas dari
merangsang trombosit, sementara bagian terminal karboksil IkBo., yang kemudian mengalami penguraian. NF-kB bergerak
mengandung banyak residu karbohidrat dan berkaitan ke nukleus, tempat faktor transkripsi ini berikatan dengan DNA
dengan ketersediaan hayati molekul ini. gen untuk berbagai mediator peradangan, yang menyebabkan
peningkatan produksi dan sekresi faktor transkripsi tersebut.
Jika hitung trombosit rendah, retraksi bekuan terganggu Glukokortikoid menghambat pengaktifan NF-kB dengan
dan konstriksi pembuluh yang pecah juga menurun. meningkatkan pembentukan IkB (X, dan hal ini mungkin
Sindrom klinis yang terjadi (purpura trombositopenik) menjadi dasar utama dari efek anti-inflamasinya (lihat Bab 20).
ditandai oleh mudahnya terjadi memar dan perdarahan
subkutis multipel. Purpura juga dapat terjadi ketika hitung RESPONS SISTEMIK TERHADAP
trombosit normal, dan pada sebagian dari kasus ini,
trombosit dalam darah terlihat abnormal (purpura trombas-
CEDERA
tenik). Orang dengan trombositosis rentan mengalami Sitokin yang dihasilkan sebagai respons terhadap peradangan
penyulit trombosis. dan cedera lain, serta infeksi diseminata, juga menyebabkan
BAB 3 Imunitas, Infeksi, & Peradangan 81

Bekuan fibrin dapat dikatakan bahwa banyak dari perubahan tersebut dapat
dipahami secara homeostatik. Karena itu, sebagai contoh,
peningkatan protein C-reaktif mengaktifkan monosit dan
Neutrofil
Makrofag menyebabkan pembentukan lebih banyak sitokin. Perubahan
TGF-β1
lain yang terjadi dalam respons terhadap cedera antara lain
Sumbat TGF-α adalah somnolen, keseimbangan nitrogen negatif, dan demam.
trombosit
PENYEMBUHAN LUKA
FGF
VEGF
PDGF BB Ketika jaringan rusak, trombosit melekat ke matriks yang
TGF-β1 IGF
PDGF AB terpajan melalui integrin yang mengikat kolagen dan laminin
Pembuluh darah
(Gambar 3-12). Koagulasi darah menghasilkan trombin, yang
VEGF mendorong agregasi trombosit dan pelepasan granula.
Granula trombosit menimbulkan suatu respons peradangan.
Neutrofil FGF-2
Sel darah putih tertarik oleh selektin dan mengikat integrin di
FGF-2
sel endotel, menyebabkan sel ini keluar menembus dinding
pembuluh darah (ekstravasasi). Sitokin-sitokin yang
Fibroblas dikeluarkan oleh sel darah putih dan trombosit meningkatkan
integrin pada makrofag, yang bermigrasi ke tempat cedera,
dan pada fibroblas serta sel epitel, yang memperantarai
GAMBAR 3-12 Luka kulit 3 hari setelah cedera, memper- penyembuhan luka dan pembentukan jaringan parut. Plasmin
lihatkan berbagai sitokin dan faktor pertumbuhan yang membantu penyembuhan dengan membersihkan kelebihan
memengaruhi proses perbaikan. VEGF, vascular endothelial growth fibrin. Hal ini membantu migrasi keratinosit ke dalam luka
factor. Untuk singkatan lain, lihat Apendiks. Perhatikan epidermis
yang tumbuh ke di bawah bekuan fibrin, memulihkan kontinuitas
untuk memulihkan epitel di bawah keropeng. Kolageno-
kulit. (Dimodifikasi dari Singer AJ, Clark RAF: Cutaneous wound sintesis meningkat, menghasilkan jaringan parut (scar). Luka
healing. N Engl J Med 1999;341:738). mencapai 20% dari kekuatan akhirnya dalam 3 minggu dan
kemudian menjadi semakin kuat, tetapi tidak pernah
respons sistemik. Respons tersebut mencakup perubahan mencapai lebih dari 70% kekuatan kulit normal.
pada berbagai protein fase akut plasma, yang didefinisikan
sebagai protein yang konsentrasinya meningkat atau RINGKASAN BAB
menurun paling sedikit 25% setelah cedera. Banyak dari ■ Respons imun dan peradangan diperantarai oleh beberapa
protein ini berasal dari hati. Sejumlah dari protein ini
jenis sel—granulosit, limfosit, monosit, sel mast, makrofag
diperlihatkan di Gambar 3–13 . Penyebab perubahan dalam
jaringan, dan sel penyaji antigen—yang terutama berasal dari
konsentrasi ini masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi sumsum tulang dan mungkin beredar atau menetap di
jaringan ikat.
30,100 ■ Granulosit melakukan respons fagositik yang menelan dan
30,000 menghancurkan bakteri. Proses ini disertai oleh pelepasan
spesies oksigen reaktif dan mediator lain ke jaringan sekitar
700 yang dapat menyebabkan cedera jaringan.
Change in plasma concentration (%)

C-reactive protein ■ Sel mast dan basofil menyebabkan reaksi alergik terhadap
600
bahan-bahan yang dianggap tidak berbahaya oleh orang non-
500 alergik.
Serum amyloid A
400 ■ Berbagai mediator larut bekerja sama menghasilkan sel-sel efektor
imunologik dan reaksi imun dan peradangan selanjutnya
300
Haptoglobin ■ Imunitas bawaan mencerminkan respons primitif, yang secara
200 Fibrinogen evolusi masih dipertahankan, terhadap komponen mikroba
stereotipikal.
100 C3 ■ Imunitas didapat berkembang lebih lambat daripada imunitas
bawaan tetapi bertahan lebih lama dan lebih efektif.
0
Transferrin ■ Tata-ulang genetik memungkinkan limfosit B dan T memiliki
Albumin
beragam reseptor yang mampu mengenali miliaran antigen
0 7 14 21 asing.
Time after inflammatory stimulus (d) ■ Limfosit yang bereaksi terhadap tubuh sendiri secara normal
GAMBAR 3-13 Perjalanan waktu perubahan dalam beberapa mengalami delesi; kegagalan proses ini menyebabkan penyakit
autoimun. Penyakit juga dapat terjadi akibat kelainan fungsi
protein fase akut utama. C3, komponen C3 komplemen. (Dimodifikasi
dan direproduksi, dengan izin, dari McAdam KP, Ellin RJ, Sipe JD, Wolff SM:
atau perkembangan granulosit dan limfosit. Pada kasus-kasus
Changes in human serum amyloid A and C-reactive protein after etiocholanolone- yang terakhir ini, biasanya terjadi defisiensi respons imun
induced inflammation. J Clin Invest, 1978 Feb;61(2);390-394). terhadap ancaman mikroba.
82 BAGIAN I Imunitas, Infeksi, & Peradangan

■ Respons peradangan terjadi sebagai respons terhadap infeksi C. Degradasi di proteosom


atau cedera, dan berfungsi untuk meredakan ancaman, D. Tata-ulang gen yang menghasilkan reseptor sel T
meskipun respons ini juga dapat menyebabkan cedera pada E. Sinaps imun
jaringan sehat. Sejumlah penyakit kronis merupakan respons
5. Kemampuan darah untuk memfagosit patogen dan melakukan
peradangan berlebihan yang menetap meskipun ancaman telah
letupan respiratorik ditingkatkan oleh
teratasi, atau dipicu oleh rangsangan yang oleh banyak orang
sehat tidak ditanggapi. A. Interleukin-2 (IL-2)
B. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
PERTANYAAN PILIHAN GANDA C. Eritropoietin
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat D. Interleukin-4 (IL-4)
kecuali jika dinyatakan lain E. Interleukin-5 (IL-5)
1. Dalam sebuah eksperimen, seorang ilmuwan mengobati 6. Sel yang bertanggung jawab untuk imunitas bawaan paling
sekelompok mencit dengan sebuah antiserum yang secara sering diaktifkan oleh
substansial mengurangi jumlah neutrofil darah. Dibandingkan A. Glukokortikoid
dengan hewan kontrol yang tidak diterapi, mencit dengan
B. Serbuk sari
jumlah neutrofil berkurang tersebut terbukti lebih rentan
C. Sekuens karbohidrat di dinding sel bakteri
secara signifikan terhadap kematian akibat inokulasi bakteri.
Meningkatnya angka kematian dapat dikaitkan dengan D. Eosinofil
defisiensi relatif yang manakah dari hal-hal berikut ini: E. Trombopoietin
A. Imunitas didapat 7. Seorang pasien yang menderita kekambuhan akut artritis
B. Oksidan reumatoidnya menjalani tindakan pengeluaran cairan dari
C. Trombosit sendi lututnya yang membengkak dan meradang. Analisis
D. Granulocyte/macrophage colony stimulating factor biokimiawi terhadap sel-sel radang yang diperoleh dari cairan
(GM-CSF) tersebut kemungkinan besar akan memperlihatkan
E. Integrin penurunan protein yang manakah dari berikut ini?
2. Seorang mahasiswa 20 tahun datang ke pusat kesehatan A. Interleukin-1
mahasiswa pada bulan April karena menderita pilek dan B. Faktor nekrosis tumor α
hidung tersumbat, mata gatal, dan bersin-bersin. Ia C. Nuclear factor-κB
melaporkan bahwa gejala serupa terjadi pada waktu yang sama D. IκBα
setiap tahun, dan gejalanya mereda setelah ia minum obat E. Faktor von Willebrand
antihistamin non-resep, meskipun obat-obat tersebut
menyebabkannya mengantuk saat kuliah. Gejalanya
kemungkinan besar disebabkan oleh pembentukan tak-sesuai
antibodi spesifik apa terhadap serbuk sari pohon? DAFTAR PUSTAKA
A. IgA Delibro G: The Robin Hood of antigen presentation. Science
B. IgD 2004;302:485.
C. IgE Delves PJ, Roitt IM: The immune system. (Two parts.) N Engl J Med
D. IgG 2000;343:37,108.
E. IgM Dhainaut J-K, Thijs LG, Park G (editors): Septic Shock. WB
Saunders, 2000.
3. Jika dilakukan biopsi hidung pada pasien yang diuraikan di
Ganz T: Defensins and host defense. Science 1999;286:420.
Pertanyaan 2 selagi ia mengalami gejala, pemeriksaan
Karin M, Ben-Neriah Y: Phosphorylation meets ubiquitination:
histologis kemungkinan besar akan memperlihatkan
the control of NF-κB activity. Annu Rev Immunol 2000;
degranulasi yang mana dari jenis sel berikut?
18:621.
A. Sel dendritik Samstein B, Emond JC: Liver transplant from living related donors.
B. Limfosit Annu Rev Med 2001;52:147.
C. Neutrofil Singer AJ, Clark RAF: Cutaneous wound healing. N Engl J Med
D. Monosit 1999;341:738
E. Sel mast Tedder TF, Steeber DA, Chen A, et al: The selectins: Vascular
4. Sebuah perusahaan bioteknologi sedang bekerja mendesain adhesion molecules. FASEB J 1995;9:866.
suatu strategi pengobatan untuk kanker berupa perangsangan Tilney NL: Transplant: From Myth to Reality. Yale University Press,
respons imun terhadap protein-protein sel yang mengalami 2003.
mutasi pada penyakit kanker. Mana dari sel atau proses imun Walport MJ: Complement. (Two parts.) N Engl J Med
berikut yang kemungkinan besar tidak diperlukan untuk 2001;344:1058, 1140.
keberhasilan pendekatan ini?
A. Sel T sitotoksik
B. Penyajian antigen dalam konteks MHC-II
4
B A B

Jaringan Peka-
Rangsang: Saraf

T U J U A N ■ Menyebutkan berbagai jenis glia dan fungsinya


Setelah mempelajari bab ini,
■ Menyebutkan bagian-bagian dari sebuah neuron dan fungsinya
■ Menjelaskan sifat kimiawi mielin, dan meringkaskan perbedaan mengenai cara
Anda seyogianya mampu: neuron tak-bermielin dan bermielin menghantarkan impuls
■ Menjelaskan transpor akson ortograd dan retrograd
■ Menjelaskan perubahan dalam kanal ion yang mendasari potensial aksi
■ Menyebutkan berbagai jenis serat saraf yang terdapat dalam sistem saraf mamalia
■ Menjelaskan fungsi neurotrofin

PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat (SSP) manusia mengandung sekitar 1011 unit fungsional yang diperlukan untuk fungsi normal otak,
(100 miliar) neuron. SSP juga mengandung sel glia yang termasuk aktivitas sinaps, homeostasis cairan ektrasel,
jumlahnya 10-50 kali lipat dari jumlah tersebut. SSP adalah metabolisme energi, dan proteksi saraf. Gangguan dalam
suatu organ kompleks; diperkirakan bahwa 40% dari gen interaksi berbagai elemen ini merupakan dasar patofisiologis
manusia ikut serta, paling tidak dalam tingkatan tertentu, banyak kelainan neurologis (mis. iskemia otak, kejang,
dalam pembentukannya. Neuron, komponen pembangun penyakit neurodegeneratif, dan edema serebrum). Bab ini
dasar sistem saraf, berkembang dari sel neuroefektor primitif menguraikan komponen-komponen selular SSP dan sifat
yang berespons terhadap berbagai rangsangan dengan peka-rangsang neuron, yang melibatkan pembentukan sinyal
berkontraksi. Pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi listrik yang memungkinkan neuron mengintegrasikan dan
menjadi fungsi khusus sel otot, sementara integrasi dan
menyalurkan impuls (mis. potensial aksi, potensial reseptor,
penyaluran impuls saraf menjadi fungsi khusus neuron.
dan potensial sinaps).
Neuron dan sel glia bersama kapiler otak membentuk suatu

ELEMEN SELULAR DI SSP pembersih (scavenger cell) yang mirip makrofag jaringan dan
membersihkan kotoran sisa cedera, infeksi, dan penyakit
(mis. sklerosis multipel, demensia terkait-AIDS, penyakit
SEL GLIA Parkinson, dan penyakit Alzheimer). Mikroglia berasal dari
Selama bertahun-tahun setelah ditemukannya, sel glia (atau makrofag di luar sistem saraf dan secara fisiologis dan
glia) dipandang sebagai jaringan ikat SSP. Pada kenyataannya, embriologis tidak berkaitan dengan jenis sel saraf lainnya.
kata glia adalah bahasa Yunani untuk lem. Namun, saat ini sel- Terdapat tiga jenis makroglia: oligodendrosit, sel
sel ini diakui peranannya dalam komunikasi di dalam SSP Schwann, dan astrosit (Gambar 4-1). Oligodendrosit dan sel
bekerja sama dengan neuron. Tidak seperti neuron, sel glia Schwann berperan dalam pembentukan mielin masing-
terus mengalami pembelahan sel pada masa dewasa dan masing di sekitar akson di SSP dan sistem saraf tepi. Astrosit,
kemampuannya untuk berproliferasi terutama terlihat setelah yang ditemukan di seluruh otak, terdiri dari dua subtipe.
cedera otak (mis. stroke). Astrosit fibrosa, yang mengandung banyak filamen inter-
Terdapat dua jenis utama sel glia pada sistem saraf mediat, terdapat terutama di substansia alba. Astrosit
vertebrata: mikroglia dan makroglia. Mikroglia adalah sel protoplasma terdapat di substansia grisea dan memiliki

83
84 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

A Oligodendrosit B Sel Schwann C Astrosit


Oligodendrosit di
Oligodendrosit
substansia alba perineuron
Nodus Ranvier Kapiler

End-foot

Neuron
Lapisan
mielin

Akson
Sel End-foot Astrosit
Schwann fibrosa
Nukleus

Lidah
dalam Akson
Neuron

GAMBAR 4-1 Jenis-jenis utama makroglia di sistem saraf. A) konsentrik. Interval di antara segmen-segmen mielin adalah nodus
Oligodendrosit berukuran kecil dengan relatif sedikit prosesus. Sel Ranvier. C) Astrosit adalah sel gila paling banyak di SSP dan ditandai
yang berada di substansia alba menghasilkan mielin, dan yang berada oleh bentuknya yang seperti bintang. Sel ini berkontak dengan kapiler
di substansia grisea menunjang neuron. B) Sel Schwann menghasilkan dan neuron dan diperkirakan memiliki fungsi nutritif. Astrosit juga
mielin bagi sistem saraf tepi. Masing-masing sel membentuk sebuah
segmen selubung mielin dengan panjang sekitar 1 mm; selubung berperan dalam pembentukan sawar darah-Otak. (Dari Kandel ER,
memperoleh bentuknya ketika lidah bagian dalam sel Schwann Schwartz JH, JesselTM (editor): Principles of NeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill,
berputar mengelilingi akson beberapa kali, membuat lapisan 2000).

sitoplasma granular. Kedua jenis astrosit tersebut mengirim


tonjolan-tonjolan ke pembuluh darah, tempat keduanya
NEURON
memicu kapiler untuk membentuk taut kedap yang Neuron pada SSP mamalia memiliki beragam bentuk dan
merupakan komponen sawar darah-otak (blood-brain ukuran. Sebagian besar memiliki bagian-bagian yang sama
barrier). Keduanya juga mengirim tonjolan-tonjolan yang dengan neuron motorik spinal yang digambarkan dalam
membungkus sinaps dan permukaan sel saraf. Astrosit Gambar 4–2 . Badan sel (soma) mengandung nukleus dan
protoplasma memiliki potensial membran yang bervariasi merupakan pusat metabolik neuron. Neuron memiliki
sesuai konsentrasi K+ eksternal. Astrosit ini menghasilkan beberapa tonjolan (prosesus) yang dinamai dendrit yang
bahan-bahan yang bersifat tropik bagi neuron, dan terbentang keluar dari badan sel dan bercabang-cabang secara
membantu mempertahankan konsentrasi ion dan ekstensif. Dendrit, terutama di korteks serebri dan korteks
neurotransmiter yang tepat dengan menyerap K+ dan sere-beli, memiliki tonjolan-tonjolan seperti tombol yang
neurotransmiter glutamat dan γ-aminobutirat (GABA). disebut spina dendritik (dendritic spines). Sebuah neuron
tipikal juga memiliki sebuah akson fibrosa panjang yang
berawal dari suatu daerah yang agak menebal di badan sel,
Badan sel axon hillock. Bagian pertama akson disebut segmen awal
(soma) (initial segment). Akson dibagi menjadi terminal prasinaps,

Segmen awal
akson Nodus Ranvier Sel Schwann

Axon hillock
Nukleus Terminal buttons

Dendrit

GAMBAR 4-2 Neuron motorik dengan sebuah akson hillock. Bagian pertama akson disebut segmen awal. Selubung
bermielin. Sebuah neuron motorik terdiri dari sebuah badan sel mielin terbentuk dari sel Schwann dan mengelilingi akson kecuali di
(soma) dengan sebuah nukleus, beberapa tonjolan yang dinamai ujungnya dan di nodus Ranvier. Terminal button (bouton) terletak di
dendrit, dan sebuah akson fibrosa panjang yang berpangkal di axon ujung-ujung terminal.
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 85

A Sel unipolar B Sel bipolar C Sel pseudo-unipolar

Dendrit Akson perifer


Dendrit ke kulit
dan otot

Badan sel

Akson
Prosesus bercabang
Badan sel tunggal

Akson Akson
sentral
Badan sel
Terminal akson
Neuron invertebrata Sel bipolar retina Sel ganglion akar dorsal

D Tiga tipe sel multipolar

Dendrit
Dendrit
apeks
Badan sel
Badan
sel

Dendrit
basal
Akson
Dendrit Badan sel

Akson
Akson

Neuron motorik Sel piramidalis Sel Purkinje serebelum


medula spinalis hipokampus

GAMBAR 4-3 Beberapa jenis neuron pada sistem saraf mamalia. keduanya berfungsi sebagai akson-satu menuju ke kulit atau otot
A) berfungsi sebagai permukaan reseptif dan terminal pelepasan. B) dan yang lain ke medula spinalis. D) Sel multipolar memiliki satu
Neuron bipolar memiliki dua prosesus khusus: sebuah dendrit yang akson dan banyak dendrit. Contoh mencakup neuron motorik, sel
membawa informasi menuju sel dan sebuah akson yang menyalurkan piramidalis hipokampus dengan dendrit di apeks dan basal, dan sel
informasi dari sel. C) Beberapa neuron sensorik berada dalam Purkinje serebelum dengan percabangan dendritik ekstensif dalam
subkelas sel bipolar yang dinamai sel pseudo-unipolar. Sewaktu sel satu bidang. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, JesselTM (editor): Principles of Neural
berkembang, satu prosesus membelah menjadi dua, dengan Science,4th ed. McGraw-Hill, 2000).

yang masing-masing berakhir di sejumlah synaptic knob yang (segmen awal di neuron motorik spinal, nodus Ranvier awal di
juga disebut terminal button atau bouton. Terminal button neuron sensorik kulit); (3) prosesus akson yang menyalurkan
mengandung granula atau vesikel tempat penyimpanan impuls ke ujung saraf; dan (4) ujung saraf, tempat potensial aksi
transmiter yang disekresikan oleh saraf. Berdasarkan jumlah menyebabkan pelepasan transmiter sinaps. Badan sel sering
prosesus yang memancar dari badan selnya, neuron-neuron terletak di zona dendritik ujung akson, meskipun juga dapat
dapat dibagi menjadi unipolar, bipolar, dan multipolar berada di dalam akson (mis. neuron auditorik) atau melekat ke
(Gambar 4–3). sisi akson (mis. neuron kulit). Lokasi ini tidak membuat
Terminologi konvensional yang digunakan untuk bagian- perbedaan dari segi fungsi reseptor zona dendritik dan fungsi
bagian neuron berlaku untuk neuron motorik spinal dan transmisi akson.
antarneuron, tetapi terdapat masalah dalam kata “dendrit” Akson dari banyak neuron mengalami mielinasi, artinya
dan “akson” jika diterapkan untuk jenis neuron lain yang akson memperoleh selubung mielin, suatu kompleks protein-
terdapat di sistem saraf. Dari sudut pandang fungsional, lipid yang membungkus akson (Gambar 4-1 B). Di sistem saraf
neuron umumnya memiliki empat zona penting: (1) reseptor, tepi, mielin terbentuk ketika sebuah sel Schwann mem-
atau zona dendritik, tempat perubahan potensial lokal bungkuskan membrannya mengelilingi sebuah akson hingga
multipel yang dihasilkan oleh koneksi sinaps diintegrasikan; 100 kali. Mielin kemudian memadat ketika bagian ekstrasel
(2) tempat dihasilkannya potensial aksi yang merambat suatu protein membran yang dinamai protein zero (P0)
86 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

BOKS KLINIS 4-1

Penyakit Demielinasi progresif-sekunder). Pasien lain mengalami bentuk penyakit


Hantaran normal potensial aksi bergantung pada sifat insulatif progresif dengan tidak terjadinya periode remisi (SM progresif-
(membatasi) mielin. Karena itu, defek pada mielin dapat primer). Diagnosis SM sangat sulit dan umumnya terlambat
menimbulkan konsekuensi neurologis serius. Satu contoh sampai terjadi serangan multipel disertai defisit yang
adalah sklerosis multipel (SM), suatu penyakit autoimun yang dipisahkan oleh waktu dan ruang. Tes hantaran saraf dapat
mengenai lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia, biasanya mendeteksi perlambatan jalur saraf motorik dan sensorik.
menyerang antara usia 20 dan 50 serta mengenai wanita dua Analisis cairan serebrospinalis dapat mendeteksi keberadaan
kali lebih sering daripada pria. Penyebab SM tampaknya pita oligoklonalyang menunjukkan kelainan reaksi imun
adalah faktor genetik dan lingkungan. Penyakit ini paling terhadap mielin. Pemeriksaan paling definitif adalah
sering pada ras Kaukasia yang tinggal di negara dengan iklim magneticresonanceimaging (MRI) untuk melihat daerah-daerah
sedang termasuk Eropa, Kanada selatan, Amerika Serikat jaringan parut (sklerotik) multipel atau plak di otak. Plak-plak ini
bagian utara, dan Australia tenggara. Pemicu lingkungan sering terlihat di daerah periventrikel hemisferium serebri.
mencakup pajanan dini ke virus seperti virus Epstein-Barr dan
virus yang menyebabkan campak, herpes, cacar air, atau
KIAT TERAPEUTIK
influenza. Pada SM, antibodi dan sel darah putih sistem imun Meskipun SM belum dapat disembuhkan, namun
menyerang mielin, menyebabkan peradangan dan cedera kortikosteroid (mis. prednison) merupakan terapi yang
pada selubung dan akhirnya saraf yang dikelilinginya. paling sering digunakan untuk mengurangi peradangan
Hilangnya mielin menyebabkan kebocoran K+ melalui kanal yang menguat selama kekambuhan. Sebagian terapi obat
berpintu voltase, hiperpolarisasi, dan kegagalan penghantaran dirancang untuk memodifikasi perjalanan penyakit.
Sebagai contoh, penyuntikan harian (S-interferon
potensial aksi. Gambaran awal umumnya adalah paraparesis
menekan respons imun untuk mengurangi keparahan dan
(kelumpuhan ekstremitas bawah) yang mungkin disertai oleh
memperlambat perkembangan penyakit. Glatiramer
spastisitas ringan dan hiper-refleksia; parestesia; baal; asetat mungkin menghambat serangan sistem imun
inkontinensia urine dan into-leransi panas. Penilaian klinis terhadap mielin. Nataiizumab mengganggu kemampuan
sering melaporkan adanya neuritis optik, yang ditandai oleh sel imun yang berpotensi merusak untuk mengalir dari
kekaburan penglihatan, perubahan persepsi warna, defek darah ke SSP. Suatu uji klinis baru-baru ini menggunakan
lapang pandang (sko-toma sentral) dan nyeri pada pergerakan terapi deplesi sel B dengan rituksimab, suatu antibodi
bola mata; disartria; dan disfagia. Gejala sering diperparah monoklonal anti-CD20, memperlihatkan bahwa
oleh meningkatnya suhu tubuh atau suhu lingkungan. perkembangan penyakit diperlambat pada pasien berusia
Progresivitas penyakitnya cukup bervariasi. Pada bentuk kurang dari 51 tahun yang didiagnosis SM bentuk
tersering yang disebut SM kambuh-reda, terjadi serangan- progresif-primer. Uji klinis lain yang baru-baru ini juga
serangan mendadak penyakit yang transien berlangsung dilakukan berupa pemberian oral fingolimod
menunjukkan bahwa perkembangan SM bentuk kambuh-
selama beberapa minggu sampai bulan, lalu penyakit secara
reda dapat diperlambat. Obat imunosupresif ini bekerja
bertahap mereda. Serangan berikutnya dapat terjadi
dengan mengalihkan limfosit di kelenjar limfe sehingga
beberapa tahun kemudian, dan akhirnya tidak terjadi akses ke SSP dibatasi.
pemulihan. Banyak dari pasien ini kemudian mengalami
perburukan penyakit dengan hanya periode remisi sesaat (SM

mengunci bagian ekstrasel P0 membran yang berhadapan banyak tonjolan yang membentuk mielin di banyak akson
dengannya. Berbagai mutasi di gen untuk P0 menyebabkan yang berdekatan. Pada sklerosis multipel, suatu penyakit
neuropati perifer; 29 mutasi berbeda telah dilaporkan autoimun yang melumpuhkan, terjadi bercak-bercak
menjadi penyebab gejala yang berkisar dari ringan sampai destruksi mielin di SSP (lihat Boks Klinis 4–1). Hilangnya
berat. Selubung mielin membungkus akson kecuali di ujung mielin menyebabkan hambatan atau perlambatan hantaran
dan di nodus Ranvier, suatu konstriksi 1 pm periodik yang di akson yang mengalami demielinasi.
terpisah sekitar 1 mm (Gambar 4-2). Fungsi insulasi mielin
dibahas kemudian di bab ini. Tidak semua neuron bermielin;
sebagian tidak bermielin, yaitu, hanya dikelilingi oleh sel
TRANSPOR DI AKSON
Schwann tanpa pembungkusan membran sel Schwann yang Neuron adalah sel sekretorik, tetapi sel-sel ini berbeda dari
membentuk mielin di sekitar akson. sel-sel sekretorik lain yaitu bahwa zona sekresi umumnya
Pada SSP mamalia, sebagian besar neuron bermielin, terletak di ujung akson, jauh dari badan sel. Perangkat untuk
tetapi sel yang membentuk mielin adalah oligodendrosit membentuk protein sebagian besar berada di badan sel, dan
dan bukan sel Schwann (Gambar 4-1). Tidak seperti sel protein dan polipeptida diangkut ke ujung akson oleh aliran
Schwann, yang membentuk mielin antara dua nodus aksoplasmik. Karena itu, badan sel mempertahankan
Ranvier di sebuah neuron, oligodendrosit mengeluarkan integritas anatomik dan fungsional akson; jika akson
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 87

Vesikel
sekretorik

Protein
kinesin

Mikrotubulus
Badan sel Mikrotubulus

Akson
Terminal
akson
Mikrotubulus

Protein
dinein

Vesikel
membran
didaur ulang

GAMBAR 4-4 Transpor di akson di sepanjang mikrotubulus badan sel hingga terminal. Transpor retrograd (200 mm/hari) terjadi
oleh dinein dan kinesin. Transpor ortograd akson cepat (400 mm/ dari terminal ke badan sel. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander's
hari) dan lambat (0,5-10 mm/hari) berlangsung di sepanjang Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).
mikrotubulus yang terbentang di keseluruhan panjang akson dari

terputus, bagian distal potongan akan mengalami degenerasi atau elektrotonik; dan potensial yang merambat, potensial aksi
(dege-nerasi walleri). (atau impuls saraf). Potensial aksi adalah respons listrik utama
Transpor ortograd terjadi di sepanjang mikrotubulus neuron dan jaringan peka-rangsang lainnya, dan potensial aksi
yang berjalan di sepanjang akson dan memerlukan dua ini adalah bentuk utama komunikasi di dalam sistem saraf.
motor molekul, dinein dan kinesin (Gambar 4–4). Transpor Potensial aksi disebabkan oleh perubahan dalam hantaran ion
ortograd bergerak dari badan sel ke arah ujung akson. menembus membran sel. Proses-proses kelistrikan di neuron
Transpor ini memiliki komponen cepat dan lambat; transpor berlangsung cepat, dalam kisaran milidetik (mdtk); dan
akson cepat berlangsung dengan kecepatan sekitar 400 mm/ perubahan potensialnya kecil, diukur dalam milivolt (mV).
hari, dan transpor akson lambat terjadi dengan kecepatan 0,5 Impuls secara normal disalurkan (dihantarkan) di
sampai 10 mm/hari. Transpor retrograd, yang memiliki arah sepanjang akson ke ujungnya. Saraf bukanlah “kabel telepon”
sebaliknya (dari ujung saraf ke badan saraf) berlangsung di yang menghantarkan impuls secara pasif; hantaran impuls
sepanjang mikrotubulus dengan kecepatan sekitar 200 mm/ saraf, meskipun cepat, jauh lebih lambat daripada kecepatan
hari. Vesikel sinaps mengalami daur ulang di membran, tetapi arus listrik. Jaringan saraf pada kenyataannya adalah
sebagian dari vesikel yang telah terpakai dibawa kembali ke konduktor pasif yang relatif buruk, dan diperlukan potensial
badan sel dan diendapkan di lisosom. Beberapa bahan yang listrik beberapa volt untuk menghasilkan sinyal dengan
diserap di ujung oleh endositosis, termasuk faktor kekuatan sepersekian volt di ujung sebuah akson berukuran
pertumbuhan saraf (nerve growth factor, NGF) dan beberapa satu meter tanpa adanya proses aktif di saraf. Hantaran saraf
virus, juga diangkut kembali ke badan sel. Satu pengecualian merupakan proses aktif yang memperkuat diri, dan impuls
yang penting untuk prinsip ini tampaknya terjadi di beberapa merambat di sepanjang saraf dengan amplitudo dan kecepatan
dendrit. Pada dendrit-dendrit ini, untai-untai tunggal mRNA tetap. Proses ini sering dibandingkan dengan apa yang terjadi
yang diangkut dari badan sel berkontak dengan ribosom yang ketika korek dinyalakan di salah satu ujung deretan bubuk
sesuai dan terjadi sintesis protein yang menghasilkan ranah mesiu; dengan menyalakan partikel-partikel bubuk tepat di
protein lokal. depannya, lidah api akan merambat secara tetap mengikuti
urutan hingga ke ujungnya lalu padam.
EKSITASI & HANTARAN
Ciri utama sel saraf adalah membrannya yang peka rangsang.
POTENSIAL MEMBRAN ISTIRAHAT
Sel saraf berespons terhadap rangsangan listrik, kimia, atau Ketika dua elektroda dihubungkan melalui amplifier yang
mekanis. Terjadi dua jenis gangguan fisikokimia yang sesuai dan diletakkan di permukaan sebuah akson, tidak
dihasilkan: potensial lokal tak-merambat yang dinamai, tampak adanya perbedaan potensial. Namun, jika satu
bergantung pada lokasinya, potensial sinaps, generator, elektroda dimasukkan ke bagian dalam sel, diamati adanya
88 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

+ + gradien ion. Hal ini dicegah oleh Na, K ATPase, yang secara
+ + –
– –
– + – aktif memindahkan Na+ dan K+ melawan gradien elektro-
Setara + +
+,– –
+ + + kimianya.
– – – –

+

+ – +
Sisi
FLUKS ION SELAMA
+ + + + + + + + + ekstrasel
POTENSIAL AKSI
Membran sel saraf, seperti pada sel lain, mengandung banyak
– – – – – – – – – Sisi jenis kanal ion. Sebagian di antaranya berpintu voltase dan
sitoplasma
+ + + –
yang lain berpintu ligan. Perilaku kanal inilah, dan terutama
– – – +
+ – kanal Na+ dan K+, yang menjelaskan proses-proses listrik di
Setara + + +
+,– – –
+ + neuron.
– – –
+ + – +
Perubahan pada hantaran membran untuk Na+ dan K+ yang
– –
terjadi selama potensial aksi diperlihatkan oleh langkah 1 sampai
7 di Gambar 4-6. Hantaran sebuah ion adalah kebalikan dari
GAMBAR 4-5 Potensial membran terjadi karena pemisahan resistensi listriknya di membran dan merupakan ukuran
muatan positif dan negatif di kedua sisi membran sel. Kelebihan
muatan positif (lingkaran merah) di luar sel dan muatan negatif
permeabilitas membran terhadap ion tersebut. Sebagai respons
(lingkaran biru) di dalam sel saat istirahat mencerminkan sebagian terhadap rangsang depolarisasi, sebagian dari kanal Na+ berpintu
kecil dari jumlah total ion yang ada. (Dari Kandel ER,SchwartzJH, JessellTM voltase membuka dan Na+ masuk ke dalam sel dan membran
(editor): Prindples ofNeural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000). mencapai potensial ambang (langkah 2) dan kanal Na+ berpintu
voltase mengalahkan kanal K+ dan kanal lain. Masuknya Na+
menyebabkan pembukaan lebih banyak kanal Na+ berpintu
beda potensial konstan, dengan bagian dalam negatif relatif voltase dan depolarisasi lebih lanjut, menciptakan lengkung
terhadap bagian luar sel dalam keadaan istirahat. Potensial umpan balik positif. Kemudian terjadi lonjakan cepat potensial
membran terjadi akibat pemisahan muatan positif dan negatif membran (langkah 3). Potensial membran bergerak menuju
di kedua sisi membran (Gambar 4–5). potensial keseimbangan untuk Na+ (+60 mV) tetapi tidak
Agar terbentuk beda potensial di kedua sisi membran lipid mencapainya selama potensial aksi (langkah 4), terutama karena
yang berlapis ganda, dua kondisi harus dipenuhi. Pertama, peningkatan hantaran Na+ berlangsung singkat. Kanal-kanal Na+
harus terdapat distribusi tak-setara ion-ion dari satu atau lebih cepat kembali ke keadaan tertutup yang disebut keadaan
spesies di kedua sisi membran (yi. gradien konsentrasi). Kedua, inaktivasi dan tetap berada dalam keadaan ini selama beberapa
membran harus permeabel terhadap satu atau lebih dari milidetik sebelum kembali ke keadaan istirahat, saat kanal
spesies-spesies ion ini. Permeabilitas dihasilkan oleh adanya tersebut kembali dapat diaktifkan. Selain itu, arah gradien listrik
kanal atau pori di lapis-ganda ini; kanal-kanal ini biasanya untuk Na+ berbalik selama oversboot karena potensial membran
permeabel terhadap satu spesies ion. Potensial membran menjadi terbalik, dan hal ini membatasi influks Na+; kanal K+
istirahat mencerminkan suatu situasi keseimbangan di saat berpintu voltase juga terbuka. Faktor-faktor ini berperan
gaya pendorong untuk ion-ion yang dapat menembus menyebabkan repola-risasi. Membukanya kanal K+ berpintu
membran mengikuti penurunan gradien konsentrasinya voltase lebih lambat dan lebih lama daripada pembukaan kanal
menembus membran setara dan berlawanan dengan gaya Na+ sehingga banyak dari peningkatan hantaran K+ terjadi
pendorong bagi ion-ion ini mengikuti penurunan gradien setelah peningkatan hantaran Na+ (langkah 5). Perpindahan
listriknya. netto muatan positif keluar sel akibat efluks K+ saat ini
Pada neuron, konsentrasi K+ jauh lebih tinggi di bagian membantu menuntaskan proses repolarisasi. Kembalinya secara
dalam daripada bagian luar sel, sementara kebalikannya lambat kanal K+ ke keadaan tertutup juga menjelaskan after-
berlaku untuk Na+. Perbedaan konsentrasi ini dibentuk oleh hyperpolarization (hiperpolarisasi ikutan) (langkah 6), diikuti
Na, K ATPase. Gradien konsentrasi K+ ke arah luar oleh kembalinya potensial membran istirahat (langkah 7).
menyebabkan perpindahan pasif K+ keluar sel jika kanal Karena itu, kanal K+ berpintu voltase mengakhiri potensial aksi
selektif-K+ sedang terbuka. Demikian juga, gradien konsentrasi dan menyebabkan penutupan pintu voltase melalui proses
Na+ ke arah dalam menyebabkan perpindahan pasif Na+ ke umpan-balik negatif. Gambar 4–7 memperlihatkan rangkaian
dalam sel jika kanal selektif-Na+ terbuka. kontrol umpan-balik pada kanal K+ dan kanal Na+ berpintu
Pada neuron, potensial membran istirahat biasanya voltase selama potensial aksi.
adalah sekitar -70 mV, yang mendekati potensial Berkurangnya konsentrasi Na+ eksternal mengurangi besar
keseimbangan untuk K+ (langkah 1 dalam Gambar 4–6 ). potensial aksi, tetapi hampir tidak berefek pada potensial
Karena terdapat lebih banyak kanal K+ terbuka daripada membran istirahat. Tidak banyaknya efek pada potensial
kanal Na+ saat istirahat maka permeabilitas membran untuk membran istirahat ini dapat diperkirakan karena permeabilitas
K+ lebih tinggi. Karena itu, konsentrasi K+ intrasel dan membran terhadap Na+ saat istirahat relatif rendah. Sebaliknya,
ekstrasel merupakan penentu utama potensial membran karena potensial membran istirahat dekat dengan potensial
istirahat, yang karenanya mendekati potensial keseimbangan keseimbangan untuk K+, perubahan pada konsentrasi eksternal
untuk K+. Kebocoran ion yang menetap tidak dapat ion ini dapat berefek besar pada potensial membran istirahat.
berlangsung terus-menerus tanpa akhirnya menghilangkan Jika kadar K+ ekstrasel meningkat (hiperkalemia), potensial
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 89

Kedua Kanal Kanal Na+ tertutup Kanal Na+ mengalami penyetelan ulang Kedua

Kanal Na+ / K+
Kanal Na+ Kanal K+ terbuka Kanal K+ tetap terbuka Kanal
tertutup terbuka tertutup
Na+

K+ K+ K+

Tinggi Tinggi
Meningkat
Sifat Peka-
Rangsang

Nol
Periode refrakter absolut Periode refrakter relatif
4
30
Potensial membran (mV)

0
3 5

Permeabilitas ion
Potensial aksi
Na+
K+

2
-55

1 7
-70 6

0 1 2 3 4
Waktu (milidetik)
GAMBAR 4-6 Perubahan pada potensial membran dan Perubahan-perubahan dalam ambang untuk pengaktifan (sifat peka-
permeabilitas relatif membran terhadap Na+ dan K+ selama potensial rangsang) ini berkorelasi dengan fase-fase potensial aksi. (Dimodifikasi dari
aksi.Langkah 1 sampai 7 dibahas secara rinci di dalam teks. Silverthorn DU: Human Physiology: An Integrated Approach, 5th ed. Pearson, 2010).

istirahat bergeser mendekati ambang untuk memicu potensial hantaran Na+ dan K+ yang menghasilkan potensial aksi.
aksi, sehingga neuron menjadi lebih peka-rangsang. Jika kadar Sebaliknya, peningkatan konsentrasi Ca2+ ekstrasel dapat
K+ ekstrasel berkurang (hipokalemia), potensial membran menstabilkan membran dengan menurunkan eksitabilitasnya.
berkurang dan neuron mengalami hiperpolarisasi.
Meskipun Na+ masuk ke sel saraf dan K+ meninggal- POTENSIAL AKSI TUNTAS-ATAU-
kannya selama potensial aksi, tetapi sebenarnya sangat sedikit
ion yang benar-benar menembus membran. Diperkirakan
GAGAL
bahwa hanya 1 dalam 100.000 ion K+ yang menembus Kita dapat menentukan intensitas minimal arus stimulatorik
membran untuk mengubah potensial membran dari +30 mV (intensitas ambang) yang, jika bekerja dalam jangka waktu
(puncak potensial aksi) ke -70 mV (potensial istirahat). tertentu, akan tepat menghasilkan suatu potensial aksi.
Perbedaan signifikan dalam konsentrasi ion dapat diukur Intensitas ambang ini bervariasi sesuai durasi; jika
hanya setelah stimulasi berkepanjangan dan berulang. rangsangannya lemah, durasinya panjang, dan pada
Ion lain, terutama Ca2+, dapat memengaruhi potensial rangsangan yang kuat durasinya singkat. Hubungan antara
membran melalui perpindahan kanal dan interaksi membran. kekuatan dan lama rangsangan ambang disebut kurva
Penurunan konsentrasi Ca2+ ekstrasel meningkatkan sifat kekuatan-durasi. Arus yang meningkat secara perlahan gagal
peka-rangsang sel saraf dan otot dengan menurunkan jumlah memicu saraf karena saraf beradaptasi terhadap rangsangan
depolarisasi yang diperlukan untuk memicu perubahan dalam yang diberikan, suatu proses yang disebut adaptasi.
90 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

(A)
Mulai

Berhenti
Rangsangan Terbukanya Inaktivasi
pendepolarisasi kanal Na+ kanal Na+
berpintu voltase
+
Umpan-balik
Depolarisasi positif
potensial Peningkatan PNa
membran

Peningkatan
aliran Na+
ke dalam sel

(B)
Mulai

Depolarisasi Terbukanya
membran oleh kanal K+
influks Na+ berpintu voltase

Umpan balik
Repolarisasi negatif
potensial Peningkatan PK
membran

Peningkatan
aliran K+
keluar sel

GAMBAR 4-7 Kontrol umpan-balik pada kanal ion berpintu voltase di membran. A) Kanal Na+ memperlihatkan umpan-balik positif. B) Kanal K+
memperlihatkan umpan-balik negatif. PNa, PK masing-masing adalah permeabilitas untuk Na+ dan K+. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: lZander's Human
Physiology. McGraw-Hill, 2008).

Jika intensitas ambang tercapai, akan dihasilkan potensial menurun secara eksponensial seiring waktu. Besar respons ini
aksi penuh. Peningkatan lebih lanjut intensitas rangsangan turun cepat seiring dengan semakin jauhnya jarak antara
tidak meningkatkan atau mengubah lebih lanjut potensial aksi elektroda perangsang dan perekam. Sebaliknya, suatu arus
selama kondisi eksperimental lainnya konstan. Potensial aksi anodal menghasilkan perubahan potensial hiperpolarisasi
tidak terbentuk jika kekuatan rangsangan di bawah ambang, dengan durasi sama. Perubahan-perubahan potensial ini
dan potensial aksi terjadi dengan amplitudo dan bentuk yang disebut potensial elektrotonik. Sewaktu kekuatan arus
konstan tanpa bergantung pada kekuatan rangsangan jika meningkat, respons menjadi lebih besar karena meningkatnya
rangsangan tersebut tepat atau di atas intensitas ambang. penambahan respons lokal membran (Gambar 4–8).
Karena itu, potensial aksi bersifat tuntas-atau-gagal (all-or- Akhirnya, pada depolarisasi 7-15 mV (potensial —55 mV),
none). tercapailah firing level (potensial ambang) dan terbentuklah
potensial aksi.
POTENSIAL ELEKTROTONIK, RESPONS
LOKAL, & FIRING LEVEL PERUBAHAN PADA EKSITABILITAS
Meskipun tidak menghasilkan potensial aksi, tetapi SELAMA POTENSIAL ELEKTROTONIK
rangsangan di bawah ambang (subthreshold) berefek pada
potensial membran. Hal ini dapat didemonstrasikan
& POTENSIAL AKSI
dengan meletakkan elektroda perekam berjarak beberapa Selama potensial aksi, serta selama potensial elektrotonik
milimeter dari elektroda perangsang dan memberikan dan respons lokal, ambang neuron terhadap rangsangan
rangsangan di bawah ambang dengan durasi tetap. berubah (Gambar 4-6). Respons hiperpolarisasi meningkat-
Aplikasi arus semacam ini menyebabkan perubahan kan ambang, dan potensial depolarisasi menurunkannya
potensial depolarisasi lokal yang meningkat tajam dan karena potensial tersebut membawa potensial membran
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 91

Potensial aksi
yang menjalar ECF + + + + − − + + +
− − − − + + − − −
Firing level
−55 Axon
Respons lokal − − − − + + − − −
Potensial membran (mV)

Potensial membran + + + + − − + + +
istirahat

−70 Nodus Nodus


0,5 1,0 1,5 aktif inaktif
mdtk CES
_ +
Mielin _
+
−85
Akson
+ _
GAMBAR 4-8
Potensial elektrotonik dan respons lokal.
Diperlihatkan perubahan pada potensial membran sebuah neuron _ +
setelah aplikasi rangsangan 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, dan 1,0 kali dari intensitas
ambang yang digambar tumpang-tindih pada skala waktu yang sama.
Respons di bawah garis horizontal adalah respons yang terekam di Arah perambatan
dekat anoda, dan respons di atas garis horizontal adalah yang direkam
dekat katoda. Rangsangan intensitas ambang diulang dua kali. Satu kali GAMBAR 4-9 Aliran arus lokal (perpindahan muatan positif)
rangsang menyebabkan potensial aksi yang menjalar (garis atas) dan di sekitar suatu impuls di sebuah akson. Atas: Akson tak-bermielin.
satu kali tidak. Bawah: Akson bermielin. Muatan positif dari membran di depan dan
di belakang potensial aksi mengalir ke daerah negativitas yang
diwakili oleh potensial aksi ("current sink"). Di akson bermielin,
mendekati firing level. Selama respons lokal, ambang depolarisasi tampak "meloncat" dari satu nodus Ranvier ke nodus
menurun, tetapi selama fase naik dan sebagian besar fase berikutnya (saltatory conduction).
turun spike potential, neuron refrakter terhadap rangsangan.
Periode refrakter ini dibagi menjadi periode refrakter
mutlak, yang sesuai dengan periode dari saat firing level
Jumlah kanal Na+ per mikrometer persegi membran pada
tercapai sampai repolarisasi tuntas sekitar sepertiganya, dan
periode refrakter relatif, yang berlangsung dari titik ini neuron bermielin mamalia diperkirakan adalah 50-70 di
hingga ke permulaan depolarisasi ikutan (afier- badan sel, 350-500 di segmen awal, kurang dari 25 di
depolarization). Selama periode refrakter mutlak, tidak ada permukaan mielin, 2.000-12.000 di nodus Ranvier, dan 20-75
rangsangan, seberapapun kuatnya, akan menyebabkan di terminal akson. Di sepanjang akson neuron tak-bermielin,
eksitasi saraf, tetapi selama periode refrakter relatif, jumlahnya adalah sekitar 110. Di banyak neuron bermielin,
rangsangan yang lebih kuat daripada normal dapat kanal Na+ diapit oleh kanal K+ yang berperan dalam
menyebabkan eksitasi. Perubahan-perubahan pada ambang repolarisasi.
ini berkorelasi dengan fase-fase potensial aksi di Gambar 4-6. Hantaran di akson bermielin bergantung pada pola
aliran arus sirkular yang serupa seperti dijelaskan di atas.
HANTARAN POTENSIAL AKSI Namun, mielin adalah suatu insulator efektif, dan aliran
Membran sel saraf saat istirahat mengalami polarisasi, arus melaluinya hampir dapat diabaikan. Depolarisasi di
dengan muatan positif berjajar di sepanjang sisi luar akson bermielin berjalan dari satu nodus Ranvier ke nodus
berikutnya, dengan current sink di nodus aktif berfungsi
membran dan muatan negatif di sepanjang sisi dalam.
mendepolarisasi secara elektrotonis nodus di depan
Selama potensial aksi, polaritas ini lenyap dan untuk waktu
potensial aksi ke firing level (Gambar 4-9). “Loncatnya”
singkat bahkan terbalik (Gambar 4–9). Muatan positif dari depolarisasi dari nodus ke nodus ini disebut saltatory
membran di depan dan belakang potensial aksi mengalir ke conduction. Ini adalah suatu proses yang cepat yang
daerah negativitas yang diwakili oleh potensial aksi (“current memungkinkan akson bermielin menghantarkan impuls 50
sink”). Dengan memindahkan muatan positif, aliran ini kali lebih cepat daripada serat tak-bermielin tercepat.
mengurangi polaritas membran di depan potensial aksi.
Depolarisasi elektrotonik ini memulai respons lokal, dan
ketika firing level tercapai, terjadi respons yang merambat
HANTARAN ORTODROMIK &
yang pada gilirannya mendepolarisasi secara elektrotonis ANTIDROMIK
membran di depannya. Suatu akson dapat menghantarkan arus di kedua arah.
Distribusi spasial kanal ion di sepanjang akson Ketika sebuah potensial aksi muncul di bagian tengah
berperan penting dalam inisiasi dan regulasi potensial aksi. akson, terjadi dua impuls yang merambat dalam arah
Kanal Na+ berpintu voltase memiliki konsentrasi tinggi di berlawanan oleh depolarisasi elektrotonik di kedua sisi
nodus Ranvier dan segmen awal di neuron bermielin. current sink awal. Dalam keadaan alami, impuls
92 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

TABEL 4–1 Tipe serat saraf mamalia.


Fiber Conduction Spike Absolute Refractory
Tipe Serat Function Diameter (μm) Velocity (m/s) Duration (ms) Period (ms)

Aα Propriosepsi;motoriksomatik 12–20 70–120

Aβ Sentuhan, tekanan 5–12 30–70 0,4–0,5 0,4–1

Aγ Motorik ke gelendong otot 3–6 15–30


Aδ Nyeri, suhu 2–5 12–30

B Otonom praganglion <3 3–15 1.2 1,2

C, Radiks dorsal Nyeri, suhu 0,4–1,2 0,5–2 2 2

C, Simpatis Pascaganglion,simpatis 0,3–1,3 0,7–2,3 2 2

merambat hanya ke satu arah, yaitu dari taut sinaps atau


reseptor di sepanjang akson ke ter-minasinya. Hantaran ini
JENIS & FUNGSI SERAT SARAF
dinamai ortodromik. Hantaran dalam arah yang berlawanan Erlanger dan Gasser membagi serat saraf mamalia menjadi
disebut antidromik. Karena sinaps, tidak seperti akson, golongan A, B, dan C, lalu membagi lebih lanjut golongan A
hanya memungkinkan hantaran ke satu arah, impuls menjadi serat a, b, g, dan d. Pada Tabel 4–1, tercantum
antidromik tidak dapat melewati sinaps pertama yang berbagai jenis serat disertai garis tengah, karakteristik listrik,
dijumpainya dan lenyap di titik ini. dan fungsinya. Dengan membandingkan defisit neurologis
yang ditimbulkan oleh pemotongan akar dorsal secara hati-
SIFAT SARAF CAMPURAN hati dan berbagai eksperimen pemutusan saraf lainnya
dengan karakteristik histologis di saraf, fungsi dan
Saraf tepi (perifer) pada mamalia terdiri dari banyak akson karakteristik histologis tiap-tiap famili akson yang berperan
yang disatukan dalam suatu selubung fibrosa yang dinamai dalam potensial aksi dapat diketahui. Secara umum, semakin
epineurium. Karenanya, perubahan potensial yang diukur besar garis tengah suatu serat saraf, semakin besar kecepatan
ekstrasel dari saraf semacam ini mencerminkan jumlah hantarannya. Akson besar terutama berkaitan dengan sensasi
aljabar dari potensial aksi tuntas-atau-gagal banyak akson. propriosepsi, fungsi motorik somatik, sentuhan sadar, dan
Ambang masing-masing akson di saraf serta jaraknya dari tekanan, sementara akson yang lebih kecil melayani sensasi
elektroda perangsang bervariasi. Pada rangsangan sub- nyeri dan suhu serta fungsi otonom.
ambang, tidak ada akson yang terangsang dan tidak terjadi Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa tidak semua
respons. Jika rangsangannya mencapai intensitas ambang, komponen-komponen yang dijabarkan secara klasik dengan
akson dengan ambang rendah tereksitasi dan timbul sistem huruf tersebut bersifat homogen, dan sebagian ahli
perubahan potensial yang ringan. Jika intensitas rangsangan fisiologi menggunakan sistem angka (Ia, Ib, II, III, dan IV)
ditingkatkan, akson dengan ambang yang lebih tinggi juga untuk mengklasifikasikan serat sensorik. Sayangnya, hal ini
membentuk potensial aksi. Respons listrik meningkat secara menimbulkan kebingungan. Suatu perbandingan sistem
proporsional sampai rangsangan cukup kuat untuk meng- angka dan sistem huruf diperlihatkan di Tabel 4–2.
eksitasi semua akson di saraf. Rangsangan yang
menghasilkan eksitasi semua akson disebut rangsangan
maksimal, dan aplikasi rangsangan supramaksimal yang TABEL 4–2 Klasifikasi angka untuk serat saraf
lebih besar tidak meningkatkan ukuran potensial yang sensorik.
diamati.
Angka Asal Jenis Serat
Setelah rangsangan diberikan ke suatu saraf, terdapat
suatu periode laten sebelum dimulainya potensial aksi. Ia Gelendong otot, ujung anulo-spiral Aα
Interval ini sesuai dengan waktu yang diperlukan impuls Ib Organ tendon Golgi Aα
untuk berjalan di sepanjang akson dari tempat perangsangan II Gelendong otot, Hower-spray Aβ
ke elektroda perekam. Durasinya sebanding dengan jarak ending; tekanan, sentuhan
antara elektroda stimulatorik dan elektroda perekam dan
III Reseptor nyeri dan dingin; beberapa Aδ
berbanding terbalik dengan kecepatan hantaran. Jika durasi reseptor sentuh
periode laten dan jarak antara elektroda stimulatorik dan
IV Nyeri, suhu, dan reseptor Akar dorsal C
perekam diketahui, kecepatan hantaran akson dapat lain
dihitung.
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 93

TABEL 4–3 Kerentanan relatif serat saraf A, B, dan C TABLE 4–4 Neurotrofin.
mamalia terhadap blok hantaran yang ditimbulkan oleh
Neurotrofin Receptor
beragam bahan.
Nerve growth factor (NGF, faktor pertumbuhan saraf) Trk A
Kerentanan Paling Paling
Terhadap: Rentan Sedang Brain-derived neurotrophic factor (BDNF, faktor
Tidak Rentan neurotrofik asal-otak) Trk B

Hipoksia B A C Neurotrofin 3 (NT-3) Trk C, kurang


pada Trk A & Trk B
Tekanan A B C
Neurotrofin 4/5 (NT-4/5) Trk B
Anestesia lokal C B A

Selain variasi dalam kecepatan hantaran dan garis tengah Neurotrofin mengalami internalisasi lalu diangkut oleh
serat, berbagai golongan serat di saraf perifer berbeda dalam transpor retrograd ke badan sel neuron, tempat protein-
sensitivitasnya terhadap hipoksia dan anestesia (Tabel 4–3). protein ini mendorong produksi protein-protein yang
Kenyataan ini memiliki makna kedokteran sekaligus fisiologis. berkaitan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan
Anestesia lokal menekan transmisi dari serat golongan C
kesintasan neuron. Neurotrofin lain diproduksi di neuron
sebelum memengaruhi serat sentuh golongan A (Lihat Boks
dan diangkut secara anterograd ke ujung saraf, tempat
Klinis 4–2). Sebaliknya, tekanan pada sebuah saraf dapat
protein-protein ini mempertahankan integritas neuron
menyebabkan terganggunya hantaran di serat tekanan, sentuh,
dan motorik bergaris tengah besar sementara sensasi nyeri pascasinaps.
relatif tidak terpengaruh. Pola tipe ini kadang dijumpai pada
orang yang tidur dengan lengan mereka di bawah kepala untuk RESEPTOR
waktu yang lama, menyebabkan penekanan saraf di lengan.
Karena keterkaitan tidur dalam dengan intoksikasi alkohol, Di Table 4–4 tercantum empat neurotrofin dan tiga reseptor
sindrom ini paling sering terjadi pada akhir pekan dan diberi terkait tirosin kinase-nya (Trk) yang berafinitas tinggi.
nama menarik Paralisis Minggu pagi atau malam Minggu. Masing-masing dari reseptor Trk ini mengalami dimerisasi,
dan hal ini memicu autofosforilasi di ranah tirosin kinase
NEUROTROFIN sitoplasma reseptor. Suatu reseptor NGF berafinitas rendah
lain yang merupakan suatu protein 75-kDa adalah p75NTR.
Sejumlah protein yang diperlukan untuk kelangsungan Reseptor ini mengikat keempat neurotrofin dalam daftar di
hidup dan pertumbuhan neuron telah berhasil diisolasi dan atas dengan afinitas setara. Terdapat bukti bahwa reseptor ini
diteliti. Sebagian dari neurotrofin ini adalah produk dari dapat membentuk heterodimer dengan monomer TrkA dan
otot atau struktur lain yang disarafi oleh neuron, tetapi bahwa dimer memiliki afinitas dan spesifisitas yang lebih
banyak di SSP yang dihasilkan oleh astrosit. Protein-protein tinggi terhadap NGF. Namun, kini tampaknya reseptor
ini berikatan dengan reseptor di ujung sebuah neuron. p75NTR dapat membentuk homodimer yang jika tidak

BOKS KLINIS 4-2

Anestesia Lokal atau tindakan lain yang berpotensi menimbulkan rasa tidak
Anestesia lokal atau regional digunakan untuk meng-hambat/ nyaman tanpa menimbulkan nyeri. Kokain (dari semak koka,
memblokade hantaran potensial aksi di serat saraf sensorik dan Erythroxylon coca) adalah bahan kimia pertama yang
motorik. Hal ini biasanya terjadi akibat blokade kanal Na+ diidentifikasi memiliki sifat anestesia lokal dan masih menjadi
berpintu voltase di membran sel saraf. Hal ini menyebabkan satu-satunya anestesia lokal alami. Pada tahun 1860, Albert
peningkatan gradual ambang untuk eksitabilitas listrik saraf, Niemann berhasil mengisolasi bahan kimianya, mencicipinya,
penurunan kecepatan naiknya potensial aksi, dan perlambatan dan melaporkan rasa baal di lidahnya. Pemakaian klinis pertama
kecepatan hantaran akson. Terdapat dua kategori utama kokain sebagai anestesia lokal adalah pada tahun 1886 ketika
anestesia lokal: terkait-ester (mis. kokain, prokain, tetrakain) Cari Koller menggunakannya sebagai anestesia mata topikal.
atau terkait-amida (mis. lidokain, bupivakain). Selain ester atau Sifat adiktif dan toksiknya mendorong dikembangkannya
amida, semua anestesia lokal mengandung satu gugus aromatik anestesia lokal lain. Pada tahun 1905, prokain disintesis sebagai
dan amina. Struktur gugus aromatik menentukan karakteristik pengganti kokain pertama yang dapat digunakan. Serat-serat
hidrofobik obat, dan gugus amina menentukan masa laten nosiseptif (serat C tak-bermielin) merupakan yang paling peka
awitan kerja dan kekuatannya. Aplikasi obat-obat ini ke sekitar terhadap efek blokade anestesia lokal. Hal ini diikuti oleh
saraf pusat (mis. anestesia epidural, spinal) atau saraf tepi dapat hilangnya secara berurutan sensasi terhadap suhu, sentuhan,
menyebabkan interupsi lalu-lintas saraf secara cepat, temporer, dan tekanan dalam. Serat saraf motorik adalah yang paling
dan nyaris total sehingga dapat dilakukan tindakan bedah resisten terhadap efek anestesia lokal.
94 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

BOKS KLINIS 4-3

RegenerasiAkson Pada kenyataannya, mielin SSP adalah inhibitor kuat


pertumbuhan akson. Selain itu, setelah cedera SSP beberapa
Kerusakan saraf tepi sering bersifat reversibel. Meskipun akson
proses—proliferasi astrosit, pengaktifan mikroglia, pembentukan
akan mengalami degenerasi di sebelah distal dari kerusakan,
jaringan parut, peradangan, dan invasi sel imun—menghasilkan
tetapi elemen-elemen konektif yang disebut puntung distal
lingkungan yang menghambat regenerasi. Karena itu, terapi
(distal stump) sering bertahan hidup. Terjadi pertumbuhan
cedera otak dan medula spinalis sering berfokus pada rehabilitasi
tunas akson dari puntung proksimal, tumbuh ke arah ujung
daripada memulihkan kerusakan saraf. Penelitian-penelitian baru
saraf. Hal ini terjadi karena faktor-faktor perangsang
diarahkan untuk mengidentifikasi cara untuk memulai dan
pertumbuhan (growth-promoting factors) yang disekresikan
mempertahankan pertumbuhan akson, untuk mengarahkan
oleh sel Schwann menarik akson ke arah puntung distal.
akson regeneratif agar kembali terhubung dengan neuron
Molekul perekat dari superfamili imunoglobulin (mis. NgCAM/
sasarannya, dan untuk memulihkan sirkuit neuron semula.
LI) mendorong pertumbuhan akson di sepanjang membran sel
dan matriks ekstrasel. Molekul-molekul inhibitorik di KIAT TERAPEUTIK
perineurium memastikan bahwa akson yang mengalami
regenerasi tumbuh dalam lintasan yang benar. Puntung distal Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pemakaian
yang mengalami denervasi mampu meningkatkan produksi obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) seperti ibuprofen
neurotrofin yang mendorong pertumbuhan. Jika akson yang dapat mengatasi faktor-faktor yang menghambat
mengalami regenerasi telah mencapai sasarannya maka pertumbuhan akson setelah cedera. Efek ini diperkirakan
terbentuk koneksi fungsional baru (mis. taut neuromuskulus). diperantarai oleh kemampuan OAINS menghambat RhoA,
Regenerasi memungkinkan pemulihan yang signifikan,
suatu protein GTPase kecil yang normalnya mencegah
meskipun tidak penuh. Sebagai contoh, kontrol motorik halus
perbaikan jalur saraf dan akson. Kolapsnya pertumbuhan
mungkin lenyap selamanya karena sebagian neuron motorik
dituntun ke serat motorik yang salah. Bagaimanapun, sel kerucut sebagai respons terhadap inhibitor terkait-
pemulihan saraf tepi dari kerusakan jauh melebihi yang terjadi mielin setelah cedera saraf dapat dicegah oleh obat
di sistem saraf pusat. Puntung proksimal suatu akson yang seperti toksin pertusis, yang mengganggu hantaran sinyal
rusak di SSP akan membentuk tunas pendek (short sprout), melalui protein G trimerik. Obat-obat eksperimental yang
tetapi puntung distal jarang pulih, dan akson yang rusak kecil menghambat jalur fosfoinositid 3-kinase (PI3) atau
kemungkinannya membentuk sinaps baru. Hal ini sebagian reseptor inositol trifosfat (IP3) juga terbukti mendorong
karena neuron SSP tidak memiliki bahan-bahan kimia regenerasi setelah cedera saraf.
pendorong pertumbuhan yang dibutuhkan untuk regenerasi.

terdapat reseptor Trk menyebabkan apoptosis, suatu efek yang hewan baru lahir menyebabkan kerusakan hampir total
berlawanan bagi efek neurotrofin yang biasanya mendorong ganglion simpatis; karena itu bahan ini menyebabkan
pertumbuhan dan memelihara. Penelitian sedang dilakukan imunosimpatek-tomi. Terdapat bukti bahwa pemeliharaan
untuk mengetahui peran pasti reseptor p75NTR dan Trk serta neuron oleh NGF disebabkan oleh berkurangnya apoptosis.
faktor yang memengaruhi ekspresinya di neuron. Brain-derived nenrotrophic factor (BDNF), neurotrofin 3
(NT-3), NT-4/5, dan NGF masing-masing mempertahankan
FUNGSI NEUROTROFIN pola neuron yang berbeda, meskipun terdapat tumpang-tindih.
Neurotrofin pertama yang diketahui adalah NGF, suatu faktor Gangguan pada NT-3 melalui knockout gen menyebabkan
pertumbuhan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan kehilangan mencolok mekanoreseptor kulit, bahkan pada
dan pemeliharaan neuron simpatis dan beberapa neuron heterozigot. BDNF bekerja cepat dan dapat menyebabkan
sensorik. Bahan ini terdapat di berbagai spesies hewan, depolarisasi neuron. Mencit defisien BDNF kehilangan neuron
termasuk manusia, dan dijumpai di banyak jaringan berbeda. sensorik perifer dan mengalami degenerasi berat ganglion
Pada mencit jantan, konsentrasinya sangat tinggi di kelenjar vestibuläre dan menumpulnya potensiasi jangka-panjang.
liur submandibula, dan kadar ini berkurang oleh kastrasi
hingga setara dengan yang dijumpai pada mencit betina. FAKTOR LAIN YANG MEMENGARUHI
Faktor ini terdiri dari dua subunit a, dua b, dan dua g. Subunit
b, masing-masing memiliki massa molekular 13,200 Da, PERTUMBUHAN NEURON
memiliki semua aktivitas mendorong pertumbuhan saraf, Regulasi pertumbuhan neuron merupakan suatu proses
subunit a memiliki aktivitas mirip-tripsin, dan subunit g adalah yang rumit. Sel Schwann dan astrosit menghasilkan ciliary
serin protease. Fungsi protease belum diketahui. Struktur neurotrophic factor (CNTF, faktor neurotrofik silia). Faktor
subunit b pada NGF mirip dengan pada insulin. ini mendorong kesintasan neuron medula spinalis mudigah
NGF diserap oleh neuron dan diangkut secara retrograd dan yang rusak serta mungkin berguna dalam mengobati
dari ujung neuron ke badan sel. NGF juga terdapat di otak penyakit manusia yang ditandai dengan adanya degenerasi
dan tampaknya berperan dalam pertumbuhan dan neuron motorik. Secara in vitro, glial cell line-derived
pemeliharaan neuron kolinergik di otak depan basal dan neurotrophic factor (GDNF) mempertahankan neuron
striatum. Penyuntikan antiserum terhadap NGF pada bayi dopaminergik otak-tengah. Namun, knockout GDNF
BAB 4 Jaringan Peka-Rangsang: Saraf 95

memiliki neuron dopaminergik yang tampaknya normal tetapi


tidak memiliki ginjal dan gagal mengembangkan sistem saraf
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
enterik. Faktor lain yang meningkatkan pertumbuhan neuron Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling
tepat kecuali jika dinyatakan lain.
adalah leukemia inhibitory factor (LIF, faktor inhi-bitorik
leukemia). Selain itu, neuron serta sel lain berespons terhadap 1. Mana dari pernyataan berikut yang benar tentang glia?
insulin-like growth factor I {IGF-I) dan berbagai bentuk A. Mikroglia berasal dari makrofag di luar sistem saraf
transforming growth factor (TGF), fibroblas growth factor dan secara fisiologis dan embriologis serupa dengan jenis
(FGF, faktor pertumbuhan fibroblas), dan platelet-derived sel saraf lainnya.
growth factor (PDGF). B. Sel glia tidak mengalami proliferasi
C. Astrosit protoplasma menghasilkan bahan yang
Boks Klinis 4–3 membandingkan kemampuan regenerasi bersifat tropik bagi neuron untuk membantu
neuron setelah cedera sistem saraf pusat dan tepi. mempertahankan konsentrasi ion dan neurotransmiter
yang sesuai dengan menyerap K+ dan neurotransmiter
RINGKASAN BAB glutamat dan GABA
■ Terdapat dua jenis sel glia: mikroglia dan makroglia. Mikroglia D. Oligodendrosit dan sel Schwann berperan dalam
adalah sel pembersih. Makroglia mencakup oligodendrosit, sel pembentukan mielin di sekitar akson masing-masing di
Schwann, dan astrosit. Dua yang pertama berperan dalam sistem saraf tepi dan pusat.
pembentukan mielin; astrosit menghasilkan bahan-bahan yang E. Makroglia adalah sel pembersih yang mirip
bersifat trofik bagi neuron, dan membantu mempertahankan makrofag jaringan dan membersihkan debris akibat cedera,
ketepatan konsentrasi ion dan neurotransmiter. infeksi, dan penyakit.
■ Neuron terdiri dari satu badan sel (soma) yang merupakan 2. Seorang anak perempuan 13 tahun sedang diperiksa oleh
pusat metabolik neuron, dendrit-dendrit yang memanjang dokternya karena sering mengalami serangan kemerahan yang
keluar dari badan sel dan bercabang secara ekstensif, dan hangat dan nyeri di ekstremitas. Ia didiagnosis mengidap
sebuah akson fibrosa panjang yang berpangkal dari suatu eritromelalgia primer, yang mungkin disebabkan oleh
bagian yang menebal di badan sel, axon hillock. channelopathy natrium saraf tepi. Bagian mana dari neuron yang
■ Akson dari banyak neuron memiliki suatu selubung mielin, memiliki konsentrasi kanal Na+ per mikrometer persegi
suatu kompleks lipid-protein yang melingkari dan membran sel paling tinggi?
membungkus akson. Mielin adalah insulator efektif, dan A. dendrit
depolarisasi di akson bermielin merambat dari satu nodus B. dendrit dekat badan sel
Ranvier ke nodus berikutnya, dengan current sink di nodus C. segmen awal
aktif berfungsi untuk mendepolarisasi ke firing level secara D. membran akson di bawah mielin
elektrotonis nodus di depan potensial aksi. E. nodus Ranvier
■ Transpor ortograd terjadi di sepanjang mikrotubulus yang 3. Seorang pegawai kantor wanita 45 tahun mengalami kesemutan
terbentang di sepanjang akson dan memerlukan dua motor di jari telunjuk dan tengah serta ibu jari tangan kanannya. Baru-
molekul: dinein dan kinesin. Transpor bergerak dari badan sel baru ini, pergelangan tangan dan tangannya mulai terasa lemah.
ke terminal akson dan memiliki komponen cepat (400 mm/ Dokternya memerintahkan pemeriksaan tes hantaran saraf untuk
hari) dan lambat (0,5-10 mm/hari). Transpor retrograd, yang mengevaluasi carpal tinnel syndrome. Mana dari saraf berikut
memiliki arah berlawanan (dari ujung saraf ke badan sel), yang memperlihatkan kecepatan hantaran paling lambat?
terjadi di sepanjang mikrotubulus dengan kecepatan sekitar A. Serat Aα
200 mm/hari. B. Serat Aβ
■ Sebagai respons terhadap rangsangan depolarisasi, kanal Na+ C. Serat Aγ
berpintu voltase menjadi aktif, dan ketika potensial ambang D. Serat B
tercapai, terbentuklah potensial aksi. Potensial membran E. Serat C
bergerak ke arah potensial keseimbangan untuk Na+. Kanal Na 4. Mana dari yang berikut tidak disandingkan dengan benar?
+ cepat masuk ke keadaan tertutup (keadaan inaktif) sebelum

kembali ke keadaan istirahat. Arah gradien listrik untuk Na+ A. Transmisi sinaps—Hantaran antidromik
berbalik selama overshoot karena potensial membran terbalik, B. Motor molekular—Dinein dan kinesin
dan hal ini membatasi influks Na+. Kanal K+ berpintu voltase C. Transpor akson cepat—- 400 mm/hari
membuka dan terjadi perpindahan netto muatan positif keluar D. Transpor akson lambat—0,5-10 mm/hari
sel yang membantu menuntaskan proses repolarisasi. Pulihnya E. Faktor pertumbuhan saraf—Transpor retrograd
secara lambat kanal K+ ke keadaan tertutup menjelaskan 5. Seorang wanita 32 tahun menerima sebuah suntikan anestesia
terjadinya after-hyperpolarization (hiperpolarisasi ikutan), lokal untuk pencabutan gigi. Dalam 2 jam ia merasakan
diikuti oleh pemulihan ke potensial membran istirahat. berdebar-debar, diaforesis, dan pusing. Mana dari perubahan
■ Serat saraf dibagi menjadi berbagai kategori (A, B, dan C) ion berikut yang cocok dengan komponen potensial aksi?
berdasarkan garis tengah akson, kecepatan hantaran, dan A. Pembukaan kanal K+ berpintu voltase: After-
fungsi. Klasifikasi angka (Ia, lb, II, III, dan IV) juga digunakan
B. Penurunan Ca2+ ekstrasel: Repolarisasi
untuk serat aferen sensorik.
C. Pembukaan kanal Na+ berpintu voltase: Depolarisasi
■ Neurotrofin seperti NGF diangkut secara retrograd ke badan D. Penutupan cepat kanal Na+ berpintu voltase: Potensial
sel neuron, tempat neurotrofin mendorong produksi protein- membran istirahat
protein yang berkaitan dengan perkembangan, pertumbuhan, E. Penutupan cepat kanal K+ berpintu voltase: Periode refrakter
dan kesintasan neuron. relatif
96 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

6. Seorang pria jatuh tertidur lelap dengan satu lengan di bawah


kepalanya. Lengannya mengalami kelumpuhan ketika ia
DAFTAR PUSTAKA
terbangun, tetapi terasa kesemutan, dan sensasi nyeri masih Aidley DJ: The Physiology of Excitable Cells, 4th ed. Cambridge
utuh. Penyebab hilangnya fungsi motorik tanpa hilangnya University Press, 1998.
sensasi nyeri adalah bahwa di saraf lengannya Benarroch EE: Neuron-astrocyte interactions: Partnership for
A. Serat A lebih rentan terhadap hipoksia daripada serat B normal function and disease. Mayo Clin Proc 2005;80:1326.
B. Serat A lebih sensitif terhadap tekanan daripada serat C Boron WF, Boulpaep EL: Medical Physiology, 2nd ed.
C. Serat C lebih sensitif terhadap tekanan daripada serat A Elsevier, 2009.
D. Saraf motorik lebih terpengaruh oleh tidur daripada serat Bradbury EJ, McMahon SB: Spinal cord repair strategies: Why
sensorik. do they work? Nat Rev Neurosci 2006;7:644.
E. Saraf sensorik lebih dekat ke tulang daripada saraf motorik Brunton L, Chabner B, Knollman B (editors): Goodman and
dan karenanya kurang terpengaruh oleh tekanan Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 12th ed.
7. Mana dari pernyataan berikut tentang faktor pertumbuhan McGraw-Hill, 2010.
saraf yang tidak benar? Catterall WA: Structure and function of voltage-sensitive ion
A. Terdiri dari tiga subunit polipeptida channels. Science 1988; 242:649.
B. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan Golan DE, Tashjian AH, Armstrong EJ, Armstrong AW (editors):
neuron adrenergik di otak depan basal dan striatum Principles of Pharmacology: The Pathophysiological Basis of
C. Diperlukan untuk tumbuh-kembang sistem saraf Drug Therapy, 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
simpatis Hille B: Ionic Channels of Excitable Membranes, 3rd ed. Sinauer
D. Diserap oleh saraf dari organ-organ yang mereka persarafi Associates, 2001.
E. Dapat mengekspresikan reseptor p75NTR dan Trk A Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM (editors): Principles of Neural
Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000.
8. Seorang mahasiswi 20 tahun terbangun di suatu pagi dengan
nyeri hebat dan penglihatan kabur di mata kiri; gejala mereda Nicholls JG, Martin AR, Wallace BG: From Neuron to Brain:
dalam beberapa hari. Sekitar 6 bulan kemudian, pada pagi hari A Cellular and Molecular Approach to the Function of the
setelah bermain bola voli dengan teman-temannya, ia Nervous System, 4th ed. Sinauer Associates, 2001.
merasakan tungkai kanannya melemah tetapi tidak nyeri; Thuret S, Moon LDF, Gage FH: Therapeutic interventions after
gejalanya semakin parah sewaktu ia mandi air panas. Mana spinal cord injury. Nat Rev Neurosci 2006;7:628.
dari yang berikut yang kemungkinan besar terjadi pada Volterra A, Meldolesi J: Astrocytes, from brain glue to
mahasiswi ini? communication elements: The revolution continues. Nat Rev
Neurosci 2005;6:626.
A. Kedua episode tersebut tidak berkaitan
Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander’s Human Physiology.
B. Ia mungkin mengidap sklerosis multipel progresif primer
McGraw-Hill, 2008.
C. Ia mungkin mengidap sklerosis multipel kambuh-reda
D. Ia mungkin mengalami ruptur diskus lumbal
E. Ia mungkin mengidap sindrom Guillain-Barre
5
B A B

Jaringan Peka-
Rangsang: Otot

T U J U A N ■ Membedakan kelas-kelas utama otot di tubuh


Setelah mempelajari bab ini.
■ Menjelaskan mekanisme molekular dan listrik dalam penggabungan
eksitasi sel otot dengan kontraksinya
Anda seyogianya mampu: ■ Mendefinisikan elemen-elemen sarkomer yang mendasari kontraksi otot rangka
■ Membedakan peran (-peran) Ca2+ dalam kontraksi otot rangka, otot
jantung, dan otot polos.
■ Mengetahui keberagaman dan fungsi sel otot

PENDAHULUAN
Sel otot, seperti juga neuron, dapat dirangsang secara kimiawi, ototnya, dan secara umum dikendalikan oleh kehendak
listrik dan mekanis untuk menghasilkan potensial aksi yang (volunter). Otot jantung juga berpola seran-lintang, tetapi
dihantarkan sepanjang membran selnya. Berbeda dengan membentuk sinsitium fungsional serta, meskipun dapat
neuron, sel otot berespons terhadap rangsangan dengan dimodulasi melalui sistem saraf otonom, berkontraksi secara
mengaktifkan mekanisme kontraktil. Protein kontraktil miosin ritmis walaupun tanpa persarafan eksternal karena adanya sel-
dan protein sitoskeletal aktin, terdapat dalam jumlah yang sel pemacu di miokardium yang mencetuskan impuls secara
sangat banyak di otot, tempat keduanya merupakan spontan (lihat Bab 29). Otot polos tidak memperlihatkan
komponen struktural primer yang menghasilkan kontraksi. gambaran seran-lintang dan dapat dibagi lagi menjadi dua tipe:
Otot secara umum dibagi atas 3 jenis, yaitu otot rangka, otot polos unit tunggal (atau viseral) dan otot polos multiunit.
otot jantung, dan otot polos; meskipun otot polos bukan suatu Jenis otot yang ditemukan di hampir semua alat visera yang
kategori tunggal yang homogen. Otot rangka menyusun massa berongga secara fungsional membentuk sinsitium dan
memiliki sel-sel pemacu yang melepaskan impuls secara tidak
besar jaringan otot somatik. Otot ini memiliki gambaran
teratur. Jenis otot multiunit yang ada di mata dan beberapa
seran-lintang (cross-striation) yang sangat jelas, tidak
tempat lainnya tidak aktif secara spontan dan menyerupai otot
berkontraksi tanpa adanya rangsang dari saraf, tidak memiliki rangka dalam kemampuan kontraksinya.
hubungan anatomik dan fungsional antara tiap-tiap serat

MORFOLOGI OTOT RANGKA dinamakan sarkolema (Gambar 5–1). Di antara sel-selnya


tidak terdapat jembatan sinsitium. Serat-serat otot tersusun
atas miofibril yang terbagi menjadi filamen-filamennya
SUSUNAN masing-masing. Berbagai miofilamen ini tersusun dari
protein-protein yang bersama-sama membentuk perangkat
Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan
kontraktil otot rangka.
“komponen pembangun” (“building block”) sistem otot
dalam arti yang sama dengan neuron merupakan “komponen Mekanisme kontraktil di otot rangka bergantung pada
pembangun” sistem saraf. Hampir seluruh otot rangka protein miosin-II, aktin, tropomiosin, dan troponin.
berawal dan berakhir di tendon, dan serat-serat otot rangka Troponin terdiri dari 3 subunit, troponin I, troponin T, dan
tersusun sejajar di antara ujung-ujung tendon, sehingga daya troponin C. Protein-protein penting lain di otot berperan
kontraksi setiap unit akan saling menguatkan. Setiap serat dalam mempertahankan protein-protein kontraktil agar
otot merupakan satu sel otot yang berinti banyak, berhubungan secara sesuai satu sama lain dan dengan
memanjang, silindris, dan diliputi oleh membran sel yang matriks ekstrasel.

97
98 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

A
Sisterna Tubulus Retikulum Sarkolema
terminal transversus sarkoplasma (membran serat otot)

Filamen

Mitokondria

Miofibril

B Diskusi Z Sarkomer Diskusi Z

C
Filamen tipis Tropomiosin Troponin
(F-aktin) Aktin

Filamen tebal
(miosin)

GAMBAR 5-1 Otot rangka mamalia. Satu serat otot yang membungkus setiap miofibril. TubulusT merupakan invaginasi
terbungkus oleh sarkolemanya telah dipotong untuk memperlihatkan sarkolema dan berkontak dengan miofibril sebanyak dua kali dalam
tiap-tiap miofibril. Permukaan miofibril yang telah terpotong setiap sarkomer. Mitokondria terdapat di antara miofibril dan lamina
memperlihatkan susunan filamen tebal dan filamen tipis. Retikulum basalis yang mengelilingi sarkolema.
sarkoplasma dengan tubulus transversus (T) dan sisterna terminalnya

SERAN LINTANG dengan huruf (Gambar 5–2 ). Pita I yang terang terbagi oleh
garis Z yang gelap, dan di tengah pita A yang gelap tampak
Perbedaan dalam indeks bias berbagai bagian serat otot pita H yang lebih terang. Garis melintang M tampak di
menyebabkan timbulnya gambaran seran-lintang yang tengah pita H, dan garis ini dengan daerah terang yang
khas pada otot rangka jika dilihat di bawah mikroskop. sempit di kedua sisinya kadang-kadang dinamakan daerah
Bagian-bagian dari pola seran-lintang sering diberi tanda pseudo-H. Daerah di antara dua garis Z yang bersebelahan
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 99

Pita A Pita I Pita H Garis Z Garis M

GAMBAR 5-2 Gambaran mikroskop elektron muskulus gastroknemius manusia. Nama-nama berbagai pita dan garis tertera
pada bagian atas gambar. (x 13.500). (Sumbangan Walker SM, Schrodt GR).

dinamakan satu sarkomer. Susunan teratur dari aktin, miosin, Jenis miosin yang terdapat di otot adalah miosin-II,
dan protein terkait yang menghasilkan pola ini diperlihatkan di dengan dua kepala berbentuk globular serta satu ekor yang
Gambar 5–3.Filamen tebal, yang berdiameter lebih kurang 2 panjang. Kepala molekul miosin membentuk jembatan-silang
kali diameter filamen tipis, tersusun dari miosin; filamen (cross-bridge) dengan aktin. Miosin memiliki rantai berat dan
tipis tersusun dari aktin, tropomiosin, dan troponin. rantai ringan, dan kepalanya terdiri dari rantai ringan dan
Filamen tebal berjajar membentuk pita A, sedangkan bagian terminal amino rantai berat. Di kepala globular ini
susunan filamen tipis setelah pita A membentuk pita I yang terdapat tempat-tempat yang dapat berikatan dengan aktin
kurang padat. Pita H yang lebih terang, di tengah pita A, (actin-binding site) dan bagian-bagian yang bersifat katalitik
merupakan daerah di mana, apabila otot melemas, filamen- yang dapat menghidrolisis ATP. Molekul miosin tersusun
filamen tipis tidak bertumpang tindih dengan filamen tebal. simetris di kedua sisi pada bagian tengah sarkomer, dan
Garis Z merupakan tempat melekatnya filamen tipis. Bila susunan inilah yang membentuk gambaran daerah terang di
potongan melintang pita A diamati dengan mikroskop daerah pseudo-H. Garis M adalah tempat pembalikan polaritas
elektron, tampak bahwa setiap filamen tebal dikelilingi oleh molekul miosin di masing-masing filamen tebal. Di tempat-
enam filamen tipis dalam pola heksagonal yang teratur. tempat tersebut ditemukan penghubung melintang yang tipis

Sarkomer
Pita A

Miosin
Aktin Aktin

Garis Z Relaksasi Garis Z Berkontraksi

Garis Z Filamen Filamen


A tebal tipis B

Garis M

Tropomiosin Troponin
I C I C
T T

Aktin

Aktin Miosin
C D

GAMBAR 5-3 A) Susunan filamen tipis (aktin) dan tebal dengan filamen tebal miosin. Kepala globular miosin berinteraksi
(miosin) pada otot rangka (bandingkan dengan Gambar 5-2). B) dengan filamen tipis untuk menghasilkan kontraksi. Perhatikan
Pergeseran aktin pada miosin selama kontraksi berlangsung bahwa filamen tebal miosin mengalami pembalikan polaritas di garis
sedemikian rupa sehingga garis Z bergerak saling mendekat. C) M di tengah sarkomer, yang memungkinkan terjadinya kontrasi. (C
Rincian hubungan miosin dengan aktin pada tiap sarkomer, satuan dan D dimodifikasi, dengan Izin, dari Kandel ER, SchwartzJH, JessellTM [editor]:
fungsional otot. D) Gambar diagramatik susunan aktin, Principles of Neural Science, 4th ed. McGraw-HIII, 2000).
tropomiosin, dan troponin filamen tipis dalam hubungannya
100 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

yang mengikat/menjaga keteraturan susunan filamen tebal. yang diketahui (dengan massa molekul mendekati 3.000.000
Setiap filamen tebal mengandung beberapa ratus molekul Da), menghubungkan garis Z ke garis M dan membentuk
miosin. perancah (scaffolding) untuk sarkomer. Protein ini
Filamen tipis adalah polimer-polimer yang terdiri dari 2 mengandung dua jenis ranah yang terlipat, dan hal ini
rantai aktin yang membentuk sebuah heliks ganda (double helix) menyebabkan otot memiliki elastisitas. Mula-mula saat otot
yang panjang. Molekul tropomiosin merupakan filamen-filamen teregang hanya sedikit terjadi resistensi sewaktu lipatan ranah
panjang yang terletak di alur di antara dua rantai di aktin membuka, tetapi pada peregangan lebih lanjut terjadi
(Gambar 5-3). Tiap filamen tipis mengandung 300—400 peningkatan resistensi yang melindungi struktur sarkomer.
molekul aktin dan 40—60 molekul tropomiosin. Molekul Desmin menambahkan struktur ke garis Z sebagian dengan
troponin merupakan unit-unit kecil globular yang terletak mengikatkan garis Z ke membran plasma. Beberapa penyakit
dengan jarak tertentu di sepanjang molekul tropomiosin. otot yang berkaitan dengan komponen-komponen struktural
Masing-masing dari ketiga subunit troponin memiliki fungsi ini dijelaskan di Boks Klinis 5–1. Perlu dicatat bahwa
khas: Troponin T mengikatkan komponen lain troponin ke meskipun berbagai protein ini penting dalam struktur/fungsi
tropomiosin; troponin I menghalangi interaksi miosin dengan otot namun ini hanyalah sebagian dari protein yang ada di otot.
aktin; dan troponin C mengandung tempat pengikatan untuk
Ca2+ yang membantu memicu kontraksi. SISTEM SARKOTUBULUS
Beberapa protein struktural tambahan yang penting Fibril-fibril otot dikelilingi oleh struktur yang terbuat dari
dalam fungsi otot rangka adalah aktinin, titin, dan desmin. membran yang tampak dalam fotomikrograf mikroskop
Aktinin, mengikatkan aktin ke garis Z. Titin, protein terbesar elektron sebagai vesikel dan tubulus. Struktur ini mem-
bentuk sistem sarkotubulus, yang terdiri atas sistem T dan

BOKS KLINIS 5-1

Gangguan Struktural dan Metabolik pada Penyakit menggaris bawahi perlunya penelitian mengenai beragam
Otot fungsi titin di berbagai otot, baik dalam kondisi normal maupun
patologis.
Istilah distrofi otot digunakan untuk penyakit-penyakit yang
menyebabkan kelemahan progresif otot rangka. Telah Miopati terkait-desmin merupakan kelompok penyakit otot
diketahui sekitar 50 dari penyakit golongan ini, yang sebagian heterogen yang sangat jarang dan biasanya menyebabkan
di antaranya mengenai otot jantung serta otot rangka. agregat desmin di dalam sel. Gejala penyakit biasanya adalah
Keparahan penyakitnya berkisar dari ringan hingga berat dan melemah dan menciutnya otot-otot distal ekstremitas bawah
sebagian akhirnya menyebabkan kematian. Penyebab yang kemudian berkembang ke bagian tubuh lain. Studi-studi
golongan penyakit ini beragam, tetapi mutasi di gen-gen untuk pada mencit knock-out desmin memperlihatkan adanya defek
berbagai komponen kompleks distrofin-glikoprotein di otot rangka, polos, dan jantung, terutama di diafragma dan
merupakan penyebab yang menonjol. Gen distrofin adalah jantung.
salah satu gen terbesar di tubuh, dan mutasi dapat terjadi di Miopati Metabolik
berbagai bagiannya. Distrofi otot Duchenne merupakan bentuk
Mutasi di gen-gen yang menyandi enzim-enzim yang berperan
distrofi serius yakni otot tidak memiliki protein distrofin.
dalam metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein menjadi CO2
Penyakit ini terkait-X dan biasanya mematikan pada usia 30
tahun. Pada bentuk penyakit yang lebih ringan, distrofi otot dan H2O di otot serta pembentukan ATP dapat menyebabkan
Becker, distrofin terbentuk tetapi jumlahnya berkurang atau miopati metabolik (mis. sindrom McArdle). Semua miopati
berbeda. Distrofi otot gelang ekstremitas (limb-girdle) dari metabolik memperlihatkan intoleransi olahraga dan ke-
berbagai tipe dilaporkan berkaitan dengan mutasi di gen-gen mungkinan kerusakan otot akibat akumulasi metabolit toksik.
yang menyandi sarkoglikan atau komponen lain kompleks
distrofin-glikoprotein.
Karena besarnya ukurannya dan peran strukturalnya KIAT TERAPEUTIK
dalam sarkomer, titin merupakan sasaran penting bagi mutasi Meskipun nyeri dan pegal otot akut dapat diatasi dengan
yang menimbulkan penyakit otot. Mutasi yang menyebabkan obat anti-inflamasi dan istirahat, disfungsi genetik yang
terbentuknya titin yang lebih pendek dilaporkan berkaitan dijelaskan di atas tidaklah mudah diatasi. Tujuan
dengan kardiomiopati dilatasi, sementara mutasi-mutasi lain pengobatan keseluruhannya adalah memperlambat
dilaporkan berhubungan dengan kardiomiopati hipertrofik. penurunan fungsi/struktur otot dan, jika mungkin,
Distrofi muskulus tibilias terkait-otot rangka adalah suatu mengatasi gejala yang berkaitan dengan penyakit.
penyakit otot genetik yang mengenai titin dan diperkirakan Pemantauan ekstensif, terapi fisik, dan obat yang sesuai
menyebabkan destabilisasi protein dalam keadaan terlipat. termasuk kortikosteroid dapat membantu memper-lambat
Yang menarik, banyak dari mutasi titin yang sejauh ini perkembangan penyakit. Alat bantu dan pembedahan
teridentifikasi berada di regio-regio titin yang diekspresikan di tidak jarang dilakukan seiring dengan perkembangan
semua otot seran lintang, namun tidak semua otot terkena penyakit.
secara serupa. Fenotipe spesifik-jenis otot semacam Ini
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 101

α2

β1 γ1

Laminin 2

Rantai samping
karbohidrat yang secara
α fungsional penting
Kompleks
sarkoglikan

Distroglikan
δ β
β
γ α

Sarkospan
Distrofin
F-Aktin

Sintropin

GAMBAR 5-4 Kompleks distrofin-glikoprotein. Distrofm sarkospan, dan sintropin berhubungan dengan kompleks
menghubungkan F-aktin ke dua anggota kompleks distroglikan (DG), α distroglikan.Terdapat penyakit otot yang berkaitan dengan
and β-distroglikan, dan hubungan-hubungan ini kemudian berkaitan lenyapnya dan/atau kelainan sarkoglikan dan merosin. (Diagram ini
dengan subunit merosin laminin 211 di matriks ekstrasel. Kompleks diadaptasi dari diagram oleh Justin Fallon dan Kevin Campbell).
sarkoglikan dari empat glikoprotein, α-, β-, γ-, dan δ-sarkoglikan,

retikulum sarkoplasma. Sistem T tubulus transversa yang sitoplasma, sintrofin. β−distroglikan dihubungkan ke
merupakan kelanjutan dari sarkolema serat otot, membentuk merosin (merosin merujuk kepada laminin yang
suatu jaringan berlubang oleh fibril-fibril otot individual mengandung subunit α2 di susunan trimeriknya) di matriks
(Gambar 5-1). Ruang antara kedua lapis dinding sistem T ekstrasel oleh a-distroglikan (Gambar 5–4 ). Distroglikan
adalah kelanjutan ruang ekstrasel. Retikulum sarkoplasma, kemudian berikatan dengan suatu kompleks yang terdiri dari
membentuk tirai tidak beraturan di sekeliling masing-masing empat glikoprotein transmembran: α−, β−, γ−, δ-
fibril, melebar di bagian ujungnya yang dinamakan sisterna sarkoglikan. Kompleks distrofin-glikoprotein ini menambah
terminal yang berhubungan erat dengan sistem T di tempat- kekuatan otot dengan membentuk perancah bagi fibril dan
tempat pertemuan pita A dan pita I. Di tempat-tempat ini, menghubungkannya ke lingkungan ekstrasel. Gangguan
sistem T pusat dan sisterna retikulum sarkoplasma yang berada pada struktur penting ini dapat menyebabkan beberapa jenis
di kedua sisinya dinamakan triads untuk menggambarkan distrofi otot (lihat Boks Klinis 5-1)
sistem. Fungsi sistem T, yang merupakan kelanjutan dari
sarkolema, adalah menghantarkan potensial aksi dengan
kecepatan tinggi dari membran sel ke seluruh fibril di otot. FENOMENA LISTRIK &
Retikulum sarkoplasma merupakan tempat penyimpanan ALIRAN ION
penting Ca2+ dan juga ikut serta dalam metabolisme otot.
SIFAT LISTRIK OTOT RANGKA
KOMPLEKS DISTROFIN- Peristiwa-peristiwa listrik di otot rangka dan aliran ion yang
mendasari peristiwa itu serupa dengan yang terjadi di saraf,
GLIKOPROTEIN meskipun berbeda kuantitas dalam hal waktu dan
Sebuah protein besar yang disebut distrofin (berat molekul amplitudonya. Potensial membran istirahat otot rangka
427.000 Da) membentuk sebuah batang yang menghubung- adalah sekitar —90 mV. Potensial aksi berlangsung 2—4
kan filamen aktin tipis ke protein transmembran β- distro- mdet dan dihantarkan di sepanjang serat otot dengan
glikan di sarkolema oleh protein-protein yang lebih kecil di kecepatan kira-kira 5 m/det. Masa refrakter absolutnya 1-3
102 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

TABEL 5–1 Sebaran ion di kompartemen intrasel dan


100
ekstrasel dalam keadaan steady-state (mantap) pada otot
rangka mamalia dan potensial ekuilibrium untuk ion-ion

mV
ini.
Konsentrasi (mmol/L) 0
Potensial
Ion a
Cairan Intrasel Cairan Ekstrasel Keseimbangan (mV)

Na+ 12 145 +65


30
K+ 155 4 −95

T
H+ 13 × 10 −5 3,8 × 10 −5 −32 0
Cl − 3,8 120 −90 0 5 10 15 20 25
HCO3− 8 27 −32 ms

A− 155 0 … GAMBAR 5-5 Respons listrik dan mekanis serat otot rangka
mamalia terhadap rangsang tunggal maksimal. Respons listrik
Potensial membran = −90 mV (perubahan potensial mV) dan respons mekanis (T, tegangan dalam
satuan arbitraris) diplot pada absis (waktu) yang sama. Respons
A menunjukkan anion organik. Nilai kadar Cl− intrasel dihitung dari potensial
a −
mekanis berlangsung relatif lebih lama dibandingkan dengan
membran, menggunakan persamaan Nernst
respons listrik yang memicu kontraksi.

mdet, dan polarisasi ikutan yang berkaitan dengan repolarisasi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam,
perubahan ambang terhadap rangsang listrik, relatif lebih sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. Serat-serat otot
panjang. Pembangkitan impuls di taut otot-saraf dibahas di “cepat” (‘‘fast”), yang terutama berperan pada gerakan halus,
bab selanjutnya. cepat dan tepat, mempunyai lama kedutan hanya 7,5 mdet.
Serat-serat otot “lambat” (“slow”), yang terutama berperan
pada gerakan kuat, menyeluruh, dan dipertahankan,
SEBARAN & ALIRAN ION mempunyai lama kedutan hingga 100 mdet.
Sebaran ion di membran serat otot serupa dengan yang
terdapat di membran sel saraf. Perkiraan angka-angka DASAR MOLEKULAR KONTRAKSI
berbagai ion dan potensial ekuilibriumnya dapat dilihat di
Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil
Tabel 5–1. Seperti juga pada saraf, depolarisasi umumnya di otot adalah pergeseran (sliding) filamen-filamen tipis pada
merupakan manifestasi influks Na+, dan repolarisasi filamen-filamen tebal. Perhatikan bahwa pemendekan ini tidak
umumnya terjadi oleh efluks K+. disebabkan oleh perubahan pada panjang sebenarnya filamen
tebal dan tipis, tetapi oleh bertambahnya tumpang-tindih di
RESPONS KONTRAKTIL dalam sel otot. Lebar pita A tetap, sedangkan garis-garis Z
bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling
Peristiwa-peristiwa listrik otot penting untuk dibedakan dari menjauh bila berelaksasi (Gambar 5-3).
peristiwa-peristiwa mekanisnya. Meskipun respons yang satu Pergeseran selama kontraksi otot terjadi bila kepala-kepala
secara normal tidak akan terjadi tanpa respons yang lain, miosin berikatan erat dengan aktin, menekuk di taut kepala
dengan leher, dan kemudian terlepas. “Power stroke” (kayuhan
namun dasar fisiologis dan sifat-sifat keduanya berbeda.
bertenaga) ini bergantung pada hidrolisis simultan ATP.
Depolarisasi membran serat otot dalam keadaan normal
Molekul miosin II adalah dimer yang memiliki dua kepala,
dimulai di motor end plate (lempeng-ujung motorik) otot
tetapi setiap saat hanya satu yang melekat ke aktin.
rangka, yaitu struktur khusus yang terdapat di bawah ujung
Kemungkinan rangkaian kejadian diperlihatkan di Gambar
saraf motorik. Potensial aksi dihantarkan di sepanjang serat 5–6. Pada keadaan otot beristirahat, troponin I berikatan
otot dan kemudian membangkitkan respons kontraktil. dengan aktin dan tropomiosin serta menutupi tempat-tempat
kepala miosin berinteraksi dengan aktin. Saat istirahat kepala
KEDUTAN OTOT miosin juga mengandung ADP yang terikat erat. Setelah
potensial aksi, Ca2+ sitosol meningkat dan Ca2+ bentuk bebas
Satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi berikatan dengan troponin C. Pengikatan ini menyebabkan
singkat yang kemudian diikuti relaksasi. Respons seperti ini melemahnya interaksi troponin I dengan aktin serta
disebut sebagai kontraksi kedutan otot (muscle twitch). Pada menyebabkan tempat pengikatan aktin terpajan ke miosin
Gambar 5–5, potensial aksi dan kedutan diplot pada skala sehingga dapat terbentuk jembatan-silang miosin/ aktin.
waktu yang sama. Kedutan timbul kira-kira 2 mdet setelah Ketika terbentuk jembatan-silang, ADP dilepaskan,
dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa menyebabkan perubahan konformasi di kepala miosin yang
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 103

Troponin menggerakan filamen tipis relatif terhadap filamen tebal,


menghasilkan “power stroke” jembatan-silang. ATP cepat
Filamen berikatan dengan bagian bebas miosin, yang menyebabkan
tipis
terlepasnya kepala miosin dari filamen tipis. ATP mengalami
Aktin hidrolisis dan terjadi pelepasan fosfat inorganik (Pi),
ADP Miosin
Tropomiosin menyebabkan “pengokangan kembali” kepala miosin dan
Filamen
tebal
tuntasnya siklus. Selama Ca2+ tetap meningkat dan tersedia
A cukup ATP, siklus ini berulang. Banyak kepala miosin bersiklus
pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, dan kepala
Ca2+ miosin ini bersiklus secara berulang dan secara kasat mata
menghasilkan kontraksi otot. Setiap kayuhan bertenaga akan
Ca2+
memendekkan sarkomer sekitar 10 nm. Setiap filamen tebal
mengandung 500 kepala miosin, dan setiap kepala bersiklus
sekitar 5 kali per detik selama berlangsungnya kontraksi cepat.
ADP
Tempat ikatan
Proses penggiatan kontraksi oleh depolarisasi serat otot
yang terpajan dinamakan penggabungan eksitasi-kontraksi (excitation-
contraction coupling). Potensial aksi dihantarkan ke seluruh
B fibril yang terdapat dalam serat otot melalui sistem T (Gambar
5–7). Impuls di sistem T ini memicu pelepasan ion Ca2+ dari
Gaya sisterna terminal, yaitu kantong lateral retikulum sarkoplasma
longitudinal
yang bersebelahan dengan sistem T. Depolarisasi membran
tubulus T mengaktifkan retikulum sarkoplasma melalui
ADP reseptor dihidropiridin (DHPR), yang diberi nama berdasar-
kan obat dihidropiridin, yang menghambat reseptor ini
(Gambar 5–8). DHPR adalah kanal Ca2+ berpintu voltase di
C membran tubulus T. Di otot jantung, masuknya Ca2+ melalui
kanal ini memicu pelepasan simpanan Ca2+ di retikulum
sarkoplasma (pelepasan kalsium imbas-kalsium) dengan meng-
aktifkan reseptor rianodin (RyR). RyR diberi nama berdasar-
ATP
kan nama alkaloid tanaman rianodin yang digunakan dalam
penemuannya. RyR adalah kanal Ca2+ berpintu-ligan dengan
Ca2+ sebagai ligan alaminya. Di otot rangka, tidak diperlukan
masukan Ca2+ dari cairan ekstrasel (CES) untuk membebaskan
D Ca2+. DHPR yang berfungsi sebagai sensor voltase
menghilangkan hambatan pelepasan Ca2+ dari retikulum
sarkoplasma sekitar melalui interaksi fisik dengan RyR. Ca2+
yang dibebaskan cepat diperbanyak melalui pelepasan kalsium
imbas-kalsium. Ca2+ di sel otot direduksi oleh Ca2+ ATPase di
ADP
Pi retikulum sarkoplasma atau endoplasma (SERCA). Pompa
SERCA menggunakan energi dari hidrolisis ATP untuk
mengeluarkan Ca2+ dari sitosol kembali ke sisterna terminal,
E
tempat ion ini disimpan sampai dibebaskan oleh potensial aksi
GAMBAR 5-6 Kayuhan bertenaga miosin di otot rangka. A) Saat berikutnya. Jika konsentrasi Ca2+ di luar retikulum telah turun
istirahat, kepala miosin terikat ke adenosin difosfat dan dikatakan secara bermakna maka interaksi kimiawi antara miosin dan
berada dalam posisi "terkokang"dalam kaitannya dengan filamen tipis aktin berhenti dan otot berelaksasi. Perhatikan bahwa ATP
yang tidak memiliki Ca2+ terikat ke kompleks troponin-tropomiosin. B) menyediakan energi untuk kontraksi (di kepala miosin) dan
Ca2+ yang terikat ke kompleks troponin-tropomiosin memicu
relaksasi (melalui SERCA). Jika transpor Ca2+ ke dalam
perubahan konformasi di filamen tipis yang memungkinkan kepala
miosin membentuk jembatan-silang dengan filamen aktin yang tipis. retikulum dihambat, relaksasi tidak terjadi meskipun tidak ada
C). Kepala miosin berputar, memindahkan aktin yang melekat dan potensial aksi tambahan; kontraksi menetap yang terjadi
memperpendek serat otot, membentuk kayuhan bertenaga. D) Pada disebut kontraktur. Perubahan pada respons di otot meng-
akhir kayuhan bertenaga, ATP berikatan dengan tempat yang kini garis-bawahi banyak jenis patologi (Boks Klinis 5–2).
terpajan, dan menyebabkan pelepasan dari filamen aktin. E) ATP
mengalami hidrolisis menjadi ADP dan fosfat inorganik (Pi), dan energi
kimia ini digunakan untuk "mengokang kembali'' kepala miosin.
(Berdasarkan Huxley AF, Simmons RM: Proposed mechanism of force JENIS KONTRAKSI
generation in striated muscle. Nature Oct 22;233(5321 ):533—538 , 1971 dan Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen-elemen
Squire JM: Molecular mechanisms in muscular contraction. Trends Neurosci
6:409-413,1093). kontraktil otot, tetapi karena otot mempunyai elemen-elemen
elastik dan kental yang tersusun seri dengan mekanisme
kontraksi, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang
104 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

Tahap-tahap kontraksia Reseptor dihidropridin


Ruang
ekstrasel
Pelepasan muatan oleh neuron motorik
+ + + +
Pelepasan transmiter (asetilkolin) di
TT
end-plate motorik NH2
COOH
Sitoplasma
Pengikatan asetilkolin oleh COOH
reseptor asetilkolin nikotinik

Peningkatan hantaran Na+ dan K+


Lumen RS
di membran end-plate

Reseptor Rianodin
Pembentukan potensial end-plate
GAMBAR 5-8 Hubungan tubulusT (TT) dengan retikulum sar-
koplasma dalam transpor Ca2+. Pada otot rangka, reseptor
Pembentukan potensial aksi
dihidropiridin berpintu-tegangan di tubulus T memicu pelepasan Ca2+
di serta-serat otot
dari retikulum sarkoplasma (RS) melalui reseptor rianodin (RyR). Jika
terdapat perubahan voltase, terjadi interaksi fisik antara DHPR terikat-
sarkolema dan RyR terikat-SR. Interaksi ini membuka RyR dan
memungkinkan pelepasan Ca2+ dari SR.
Penyebaran depolarisasi ke arah
dalam di sepanjang tubulus T
berarti di seluruh berkas otot (Gambar 5–9). Kontraksi
semacam itu disebut sebagai kontraksi isometrik (“dengan
Pelepasan Ca2+ dari siterna ukuran/panjang yang sama”). Kontraksi melawan beban
terminal retikulum sarkoplasma yang tetap, disertai pemendekan otot, dinamakan kontraksi
serta difusi Ca2+ ke filamen tebal
dan filamen tipis
isotonik (“tegangan yang sama”). Perhatikan bahwa karena
kerja merupakan hasil perkalian gaya dan jarak, kontraksi
isotonik menghasilkan kerja, sedangkan kontraksi isometrik
Pengikatan Ca2+ oleh troponin C tidak. Pada keadaan lain, otot dapat melakukan kerja negatif
yang membuka tempat selagi memanjang menahan suatu beban tetap.
pengikatan miosin di molekul lain
PENJUMLAHAN KONTRAKSI
Pembentukan ikatan-silang (cross Respons listrik suatu serat otot terhadap rangsang berulang
linkage) antara aktin dan miosin dan serupa dengan yang terjadi pada saraf. Serat otot ada pada
pergeseran filamen tipis pada filamen keadaan refrakter secara elektris hanya selama fase naik dan
tebal, menghasilkan pemendekan
sebagian fase turun potensial aksi. Pada saat itu, kontraksi yang
dipicu oleh rangsang pertama baru saja mulai. Namun, karena
mekanisme kontraktil tidak mempunyai masa refrakter,
Tahap-tahap relaksasi rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan
menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen
kontraktil, dan tampak adanya respons berupa peningkatan
Ca2+ dipompa kembali ke dalam kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan
retikulum sarkoplasma kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan
kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi
selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan
Pelepasan Ca2+ dari troponin
berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi
berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Tiap-tiap
Penghentian interaksi antara respons tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang
aktin dan miosin berkesinambungan. Respons semacam ini dinamakan tetanus
aTahap 1-6 kontraksi (kontraksi tetanik). Disebut tetanus komplet jika tidak ada
dibahas di Bab 4. relaksasi di antara rangsang. Tetanus inkomplet apabila
terdapat masa relaksasi yang tidak penuh rangsang. Selama
GAMBAR 5-7 Aliran informasi yang menghasilkan kontraksi tetanus sempurna, dihasilkan tegangan yang besarnya kurang
otot.
lebih 4 kali besar tegangan yang dihasilkan oleh satu kontraksi
kedutan. Kejadian tetanus inkomplet dan tetanus
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 105

BOKS KLINIS 5-2

Channelopathy Otot di membran otot hingga 80%, dan karenanya membatasi


Channelopathy adalah golongan penyakit yang didasari oleh respons otot terhadap pelepasan transmiter neuron.
adanya mutasi atau disregulasi kanal ion. Penyakit-penyakit ini Channelopathy juga dapat terjadi pada kanal pelepasan Ca2+
sering berkaitan dengan sel peka-rangsang, termasuk otot. di otot (reseptor rianodin) yang memperkuat respons Ca2+ di
Dalam berbagai bentuk miotonia klinis, relaksasi otot dalam sel. Mutasi ini dapat menyebabkan hipertermia maligna.
berlangsung berkepanjangan setelah kontraksi volunter. Dasar Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan fungsi otot yang
molekular miotonia adalah disfungsi kanal yang membentuk normal pada keadaan normal. Namun, obat anestesia tertentu
potensial aksi. Distrofi miotonia disebabkan oleh mutasi atau, pada kasus yang jarang, pajanan ke panas lingkungan yang
dominan autosom yang menyebabkan ekspresi berlebihan kanal tinggi atau olahraga berat, dapat memicu pelepasan abnormal
K+ (meskipun mutasi bukan di kanal K+). Berbagai miotonia Ca2+ dari retikulum sarkoplasma di sel otot, menyebabkan
dilaporkan berkaitan dengan mutasi di kanal Na+ (mis. paralisis kontraksi otot menetap dan produksi panas. Pada kasus yang
periodik hiperkalemik, paramiotonia kongenital, atau Na+ parah, pasien dapat meninggal.
channelcongenital) atau kanal Cl− (mis. miotonia kongenital
dominan atau resesif). Miastenia, yang didefinisikan sebagai
penyakit atau kelemahan abnormal otot, juga dapat dikaitkan KIAT TERAPEUTIK
dengan hilangnya fungsi kanal ion di otot. Pada miastenia
kongenital, pasien mengidap gangguan herediter pada satu dari Meskipun gejala yang berkaitan dengan masing-masing
sekelompok kanal ion yang penting dalam transmisi sinyal channelopathy mungkin serupa namun pengobatan
neuron ke respon otot. Mutasi di kanal Ca2+ yang penyakit individual mencakup berbagai obat yang
memungkinkan pelepasan transmiter neuron atau pada kanal ditujukan ke tiap-tiap defek kanal ion (atau protein yang
kation non-spesifik reseptor asetilkolin, yang penting dalam berkaitan dengan kanal ion tersebut). Terapi obat yang
pengenalan transmiter neuron, terbukti menyebabkan tepat membantu memperbaiki gejala dan memper-
miastenia kongenital. Gangguan fungsi kanal juga dapat terjadi tahankan fungsi otot yang layak. Intervensi lebih lanjut
melalui penyakit autoimun, seperti yang diamati pada miastenia untuk masing-masing penyakit adalah menghindari
gravis. Pada penyakit ini, antibodi terhadap reseptor asetilkolin gerakan otot yang memperparah penyakit.
nikotinik dapat mengurangi keberadaan fungsionalnya

komplet sebagai respons terhadap rangsang berulang yang tegangan yang dihasilkan oleh proses kontraksi, tegangan ktif.
frekuensinya ditingkatkan, diperlihatkan pada Gambar 5–10. Rekaman yang diperoleh dengan menyandingkan nilai-nilai
Frekuensi rangsang yang dibutuhkan untuk menimbul- tegangan pasif dan nilai-nilai tegangan total terhadap panjang
kan peristiwa penjumlahan kontraksi ditentukan oleh lamanya otot diperlihatkan pada Gambar 5–11. Kurva yang sama akan
waktu kontraksi kedutan otot. Misalnya, bila lama kontraksi diperoleh dari pengamatan satu serat otot. Panjang otot yang
kedutan 10 mdet, frekuensi rangsang di bawah 1/10 mdet (100/ bertepatan dengan tegangan aktif maksimal disebut sebagai
det) akan menghasilkan respons kontraksi sendiri-sendiri panjang istirahat. Istilah ini diperoleh dari berbagai percobaan
diselingi oleh masa-masa relaksasi penuh. Frekuensi rangsang yang memperlihatkan bahwa panjang dari sejumlah besar otot
yang lebih tinggi dari 100/det akan menghasilkan penjumlahan tubuh pada keadaan istirahat merupakan panjang otot yang
kontraksi. menghasilkan tegangan maksimal.
Hubungan panjang-tegangan yang tampak pada otot
HUBUNGAN ANTARA PANJANG DAN rangka dapat dijelaskan dengan konsep mekanisme
TEGANGAN OTOT SERTA pergeseran filamen sewaktu otot berkontraksi. Ketika serat
berkontraksi isometrik, tegangan yang timbul sebanding
KECEPATAN KONTRAKSINYA dengan jumlah ikatan-silang yang terbentuk antara molekul
aktin dan miosin. Apabila otot diregang, tumpang tindih
Baik tegangan yang dihasilkan otot bila dirangsang untuk
antara aktin dan miosin berkurang, dan karena itu jumlah
kontraksi isometrik (tegangan total) maupun tegangan pasif
ikatan-silang akan berkurang. Sebaliknya, jika otot jauh lebih
yang terbentuk oleh otot yang tidak dirangsang, berbeda-beda
sesuai dengan panjang serat otot. Hubungan ini dapat diamati pendek daripada panjang istirahat, jarak yang dapat
pada satu berkas sediaan otot seperti yang diperlihatkan pada ditempuh oleh filamen-filamen tipis akan berkurang.
Gambar 5-9. Panjang otot dapat diubah-ubah dengan cara Kecepatan kontraksi otot berbanding terbalik dengan
mengubah jarak antara kedua titik fiksasinya. Pada setiap besar beban pada otot. Pada pemberian beban, kecepatan
panjang tertentu, tegangan pasif diukur, kemudian otot diberi kontraksi akan maksimal pada panjang istirahat, dan menurun
rangsang listrik, dan tegangan total diukur. Perbedaan antara bila otot lebih pendek atau lebih panjang daripada panjang
kedua nilai tersebut untuk tiap panjang otot merupakan besar istirahat.
106 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

A variasi serat yang signifikan di dalam dan di antara otot. Sebagai


contoh, serat tipe I pada sebuah otot mungkin lebih besar
daripada serat tipe IIA dari otot yang berbeda pada hewan yang
sama. Banyak perbedaan dalam serat yang membentuk otot
berakar dari perbedaan dalam protein di dalamnya. Sebagian
besar dari protein ini disandi oleh famili-famili multigen. Telah
Titik putar diketahui sepuluh isoform berbeda dari rantai berat miosin
Perekam
(MHC, myosin heavy chain). Masing-masing dari kedua jenis
rantai ringan juga memiliki isoform. Tampaknya hanya terdapat
satu bentuk aktin, tetapi tropo-miosin dan ketiga komponen
troponin memiliki banyak isoform.

Ke stimulator SUMBER & METABOLISME ENERGI


B
Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut
sebagai “mesin pengubah energi kimia menjadi kerja
mekanis.” Sumber energi yang dapat segera digunakan
adalah ATP, dan zat ini diperoleh dari metabolisme
karbohidrat dan lipid.
Pengubah
gaya FOSFORILKREATIN
Perekam
ATP disintesis ulang dari ADP dengan penambahan satu
gugus fosfat. Sebagian energi yang dibutuhkan untuk reaksi
endotermik ini diperoleh dari penguraian glukosa menjadi
CO2 dan H2O, tetapi di otot juga ada senyawa fosfat
GAMBAR 5-9 A) Sediaan otot yang disusun untuk perekaman berenergi tinggi lain yang dapat memasok energi yang
kontraksi isotonik. B) Sediaan otot yang disusun untuk perekaman dibutuhkan ini untuk jangka pendek. Senyawa fosfat itu
kontraksi isometrik. Pada A, otot difiksasi pada tuas pengungkit yang adalah fosforilkreatin, yang dihidrolisis menjadi kreatin dan
berayun pada titik putar. Pada B, otot difiksasi pada transduser elektronik gugus fosfat dengan melepaskan sejumlah besar energi
yang mengukur gaya yang dihasilkan tanpa memungkinkan terjadinya
pemendekanotot.
(Gambar 5–12). Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di
mitokondria melepaskan fosfatnya kepada kreatin, sehingga
terbentuk simpanan fosforilkreatin. Pada waktu kerja,
JENIS SERAT fosforilkreatin mengalami hidrolisis di tempat pertemuan
Meskipun secara umum serat-serat otot rangka serupa satu kepala miosin dengan aktin, membentuk ATP dari ADP,
dengan yang lain, namun otot rangka merupakan jaringan yang menyebabkan proses kontraksi dapat berlanjut.
sangat heterogen yang tersusun dari serat-serat yang berbeda
dalam hal aktivitas miosin ATPase, kecepatan kontraksi, dan
PENGURAIAN KARBOHIDRAT & LIPID
sifat-sifat lainnya. Secara garis besar, serat otot rangka dibagi Dalam keadaan istirahat dan selama kerja ringan, otot
menjadi dua jenis, “cepat” atau “lambat”. Otot-otot ini dapat menggunakan lipid dalam bentuk asam lemak bebas (free fatty
mengandung campuran tiga jenis serat: tipe I (atau SO untuk acid/FVA.; lihat Bab 17) sebagai sumber energi. Bila intensitas
slow-oxidative)-, tipe IIA (FOG, untuk fast-oxidative- kerja meningkat, penyediaan energi yang cukup cepat tidak
glycolytic)-, atau tipe IIB (FG untuk fast glycolytic). Sebagian dapat diperoleh hanya dari lipid sehingga pemakaian
dari sifat yang berkaitan dengan serat tipe I, tipe IIA, dan tipe karbohidrat menjadi penting sebagai komponen campuran
IIB diringkaskan di Tabel 5–2. Meskipun skema klasifikasi ini bahan bakar otot. Jadi selama olahraga, sebagian besar energi
berlaku untuk otot di banyak spesies mamalia namun terdapat untuk fosforilkreatin dan sintesis ulang ATP berasal dari

GAMBAR 5-10 Tetanus. Tegangan isometrik sebuah serat detik. Perhatikan terbentuknya tetanus inkomplet lalu tetanus
otot selama perangsangan berkesinambungan dengan frekuensi komplet sewaktu rangsangan ditingkatkan, dan kembalinya tetanus
rangsang yang ditingkatkan bertahap kemudian diturunkan. Titik- inkomplet, lalu respons penuh, ketika frekuensi rangsangan
titik di atas gambar rekaman menunjukkan sela waktu 0,2 dikurangi.
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 107

30 H 2N Istirahat HN PO3

Panjang istirahat H2 N+ —
—C + ATP +—
H2N — C + ADP

CH3 NCH2COO− Bekerja CH3 NCH2COO−


Tegangan total
Tegangan (kg)

20 Kreatin Fosforilkreatin

Tegangan aktif HN C= O
10
HN = C
Tegangan pasif
CH3 N CH2
0 Kreatinin
0 1 2 3 4 5
Pertambahan panjang otot (cm) GAMBAR 5-12 Daur kreatin, fosforilkreatin, dan kreatinin di
otot. Selama periode aktivitas tinggi, pendauran fosforilkreatin
GAMBAR 5-11 Hubungan panjang-tegangan untuk otot triseps memungkinkan pelepasan ATP secara cepat untuk mempertahankan
manusia. Kurva tegangan pasif menunjukkan tegangan yang aktivitasotot.
dihasilkan otot rangka pada tiap panjang tertentu otot tersebut bila
tidak dirangsang. Kurva tegangan total memperlihatkan tegangan
yang terjadi bila otot berkontraksi isometrik sebagai respons terhadap
rangsang maksimal. Tegangan aktif adalah selisih antara keduanya. dinamakan glikolisis aerob. Metabolisme glukosa atau glikogen
menjadi CO2 dan H2O menghasilkan sejumlah besar ATP dari
penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O. Glukosa di dalam ADP. Bila pasokan O2 tidak mencukupi, piruvat yang dibentuk
darah masuk ke dalam sel dan mengalami penguraian, melalui dari glukosa tidak masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat,
serangkaian reaksi kimia, menjadi piruvat. Sumber glukosa melainkan direduksi menjadi laktat. Proses glikolisis anaerob
intrasel lain, yang berarti juga sumber piruvat, adalah glikogen, ini berkaitan dengan hasil akhir dari sejumlah kecil ikatan-
suatu polimer karbohidrat yang terdapat dalam jumlah sangat ikatan fosfat berenergi tinggi, tetapi proses ini tidak
banyak di hati dan otot rangka. Bila terdapat oksigen yang
membutuhkan adanya O2. Gambaran ringkas berbagai reaksi
cukup, piruvat memasuki siklus asam sitrat dan mengalami
yang berperan dalam menyediakan energi ke otot rangka
metabolisme—melalui siklus ini dan apa yang dinamakan jalur
diperlihatkan dalam Gambar 5–13.
enzim pernapasan—menjadi CO2 dan H2O. Proses ini
MEKANISME UTANG OKSIGEN
Selama kerja otot, pembuluh darah otot berdilatasi dan aliran
TABEL 5–2 Penggolongan jenis serat otot rangka.
darah meningkat sedemikian sehingga pasokan O2 meningkat.
Tipe 1 Tipe IIA Tipe IIB Sampai suatu titik tertentu, peningkatan konsumsi O2
sebanding dengan energi yang dikeluarkan, dan semua
Other names Lambat, Cepat, Cepat,
Oksidatif Oksidatif, Glikolitik
kebutuhan energi dipenuhi melalui proses aerob. Namun, bila
(SO) Glikolitik (FG) kerja otot sangat kuat, resintesis aerob simpanan energi tidak
(FOG) dapat mengimbangi kecepatan penggunaannya. Dalam
Warna Merah Merah Putih ATP + H2O ADP + H3PO4 + 7,3 kcal
Aktivitas Lambat Cepat Cepat
ATPase miosin Fosforilkreatin + ADP Kreatin + ATP

Kapasitas Sedang Tinggi Tinggi Glukosa + 2 ATP (atau glikogen + 1 ATP)


retikulum
sarkoplasma Anaerob
2 Asam laktat + 4 ATP
memompa Ca2+
Glukosa + 2 ATP (atau glikogen + 1 ATP)
Garis tengah Kecil Besar Besar

Kapasitas glikolitik Sedang Tinggi Tinggi Oksigen


6 CO2 + 6 H2O + 40 ATP
Kapasitas oksidatif Tinggi Sedang Rendah
Oksigen
FFA CO2 + H2O + ATP
Tipe unit motorik Lambat (S) Tahan Cepat Cepat
terkait terhadap Fatigable
Kelelahan (FR) (FF) GAMBAR 5-13 Pergantian ATP di sel otot. Energi yang dibebaskan
pada hidrolisis 1 mol ATP dan reaksi-reaksi yang berperan pada sintesis
Potensial membran =
ulang ATP. Jumlah ATP yang terbentuk dari tiap mol asam lemak bebas
−90 mV
(FFA) yang teroksidasi, banyak tetapi beragam sesuai besar FFA.
Kapasitas oksidatif Cepat Sedang Rendah Misalnya, oksidasi sempurna dari 1 mol asam palmitat melepaskan 140
mol ATP.
108 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

keadaan demikian, fosforilkreatin tetap digunakan untuk hanya 0% selama kontraksi isometrik. Simpanan energi dalam
sintesis ulang ATP. Sebagian sintesis ATP dipenuhi dengan bentuk ikatan fosfat merupakan faktor yang kecil. Dengan
menggunakan energi yang dilepaskan melalui penguraian demikian, pembentukan panas merupakan faktor penting. Panas
anaerob glukosa menjadi laktat. Namun, penggunaan jalur yang timbul di otot dapat diukur dengan tepat dengan
anaerob bersifat self-limiting, karena meskipun terjadi difusi menggunakan thermocouple yang sesuai.
cepat laktat ke dalam aliran darah, tetapi cukup banyak yang Panas istirahat (resting heat), panas yang dilepaskan saat
berkumpul di otot yang pada akhirnya melampaui kapasitas istirahat, merupakan manifestasi eksternal proses metabolik
dapar (buffer) jaringan dan menghasilkan penurunan pH basal. Panas yang dihasilkan sebagai kelebihan panas istirahat
yang menghambat enzim. Namun, untuk jangka pendek, selama kontraksi, dinamakan panas awal (initial heat). Panas
adanya jalur anaerob untuk penguraian glukosa memungkin- awal ini terdiri dari panas pengaktifan (activation heat), panas
kan kerja otot yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada yang dihasilkan otot saat berkontraksi, dan panas pemendekan
jalur tersebut. Misalnya, pada lari cepat 100 meter yang (shortening heat), yang sebanding dengan besarnya pemendekan
berlangsung 10 detik, 85% energi yang dipakai diperoleh otot. Panas pemendekan timbul karena beberapa perubahan
secara anaerob; pada lomba lari 2 mil yang berlangsung 10 pada susunan otot selama pemendekan otot.
menit, 20% energi diperoleh secara anaerob; dan pada lomba Setelah kontraksi, pembentukan panas sebagai kelebihan
lari jauh yang berlangsung 60 menit, hanya 5% energi yang panas istirahat berlanjut hingga 30 menit. Panas pemulihan
diperoleh dari metabolisme anaerob. (recovery heat) ini adalah panas yang dilepaskan melalui proses
metabolik yang mengembalikan otot ke keadaan sebelum
Setelah selesainya satu masa kerja, O2 tambahan kontraksi. Panas pemulihan otot kira-kira setara dengan panas
dipergunakan untuk membuang sisa laktat, mengembalikan awal; artinya panas yang dihasilkan selama pemulihan setara
ATP dan simpanan fosforilkreatin, serta mengganti sejumlah dengan panas yang dihasilkan selama kontraksi.
kecil O2 yang berasal dari mioglobin. Jika ATP tidak Bila otot yang telah berkontraksi isotonik dikembalikan ke
dipulihkan, otot masuk ke keadaan kaku (rigor) (Boks Klinis panjang semula, timbul panas tambahan di samping panas
5–3 ). Jumlah O2 tambahan yang dipakai sebanding dengan pemulihan yaitu panas relaksasi (relaxation heat). Untuk
besarnya kebutuhan energi selama aktivitas yang melampaui mengembalikan otot ke panjangnya semula harus dilakukan
kapasitas sintesis aerob simpanan energi, yaitu besarnya kerja luar pada otot, dan panas relaksasi terutama merupakan
utang oksigen (oxygen debt), utang oksigen diukur secara manifestasi kerja tersebut.
eksperimental dengan menetapkan konsumsi oksigen setelah
kerja sampai dicapai konsumsi basal yang menetap, dan
mengurangi konsumsi basal dari jumlah keseluruhan. SIFAT OTOT RANGKA PADA
Jumlah utang oksigen ini dapat mencapai 6 kali konsumsi O2 ORGANISME HIDUP
basal, yang berarti bahwa orang tersebut mampu melakukan
kerja sebesar 6 kalinya, yang tidak mungkin dilakukan tanpa UNIT MOTORIK
utang oksigen.
Persarafan serat-serat otot sangat penting bagi fungsi otot
(Boks Klinis 5–4). Karena akson-akson neuron motorik
PEMBENTUKAN PANAS DI OTOT spinalis yang menyarafi otot rangka masing-masing
Secara termodinamika, energi yang tersalur ke otot harus bercabang untuk menyarafi beberapa serat otot, jumlah
setara dengan energi yang dikeluarkan. Keluaran energi ini
timbul sebagai kerja yang dilakukan otot, dalam pembentukan
ikatan fosfat berenergi tinggi untuk penggunaan berikut, dan
BOKS KLINIS 5-4
sebagai panas. Efisiensi mekanis otot rangka secara
menyeluruh (kerja/penggunaan energi total) berkisar sampai Denervasi Otot
50% ketika mengangkat beban selama kontraksi isotonik dan Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang
normal tidak berkontraksi kecuali sebagai respons terhadap
rangsang saraf motoriknya. Kerusakan saraf ini
BOKS KLINIS 5-3 menimbulkan atrofi otot. Hal ini juga meningkatkan
kepekaan otot secara abnormal dan meningkatkan
kepekaan terhadap asetilkolin darah (hipersensitivitas
Kaku Otot (Rigor)
denervasi; lihat Bab 6). Terjadi kontraksi halus, tidak
Bila serat-serat otot kehabisan ATP dan fosforilkreatin, beraturan pada tiap-tiap serat saraf (fibrilasi). Ini adalah
terjadi kekakuan otot yang hebat yang dinamakan rigor. Bila gambaran klasik lesi neuron motorik bawah (lower motor
terjadi setelah kematian, keadaan ini dinamakan rigor neuron). Bila saraf motorik beregenerasi, fibrilasi
mortis (kaku mayat). Pada rigor, hampir seluruh kepala menghilang. Kontraksi ini biasanya tidak kasat mata dan
miosin melekat ke aktin, tetapi secara tidak normal, jangan dikacaukan dengan fasikulasi, yang merupakan
terfiksasi, dan resisten. Otot secara efektif terkunci ke kontraksi sekumpulan serat otot yang bersifat menyentak
tempatnya dan menjadi cukup kaku jika disentuh. dan terlihat, yang timbul akibat potensial aksi patologis pada
neuron motorik spinalis.
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 109

terkecil otot yang dapat berkontraksi sebagai respons terhadap kontraksi. Serat tipe I—yaitu, serat yang paling sering
perangsangan satu neuron motorik bukanlah satu serat otot digunakan—paling rentan terhadap perubahan ini.
melainkan seluruh serat otot yang disarafi oleh neuron
tersebut. Satu neuron motorik dan serat-serat otot yang ELEKTROMIOGRAFI
disarafinya membentuk satu unit motorik. Jumlah serat otot
Pengaktifan unit motorik dapat dipelajari dengan elektro-
pada satu unit motorik bervariasi. Pada otot tangan dan
miografi, proses perekaman aktivitas listrik otot. Hal ini dapat
penggerak bola mata (yaitu otot-otot yang berkaitan dengan
dilakukan pada manusia yang tidak dianestesi, dengan meng-
gerakan yang halus, bertahap, dan tepat), setiap unit motorik
gunakan cakram logam kecil yang diletakkan pada kulit di atas
menyarafi hanya beberapa (dalam kisaran tiga sampai enam)
otot tersebut sebagai elektroda penyerap (pick-up), atau
serat otot. Sebaliknya, di otot tungkai manusia satu unit
dengan menggunakan elektroda jarum atau elektroda kawat
motorik dapat mencakup 600 serat otot. Kelompok serat otot
yang membentuk satu unit motorik dapat bercampur dengan halus yang dimasukkan ke otot. Gambar rekaman yang
serat-serat lain di dalam sebuah otot. Yaitu, meskipun serat- diperoleh dinamakan elektromiogram (EMG). Dengan meng-
serat tersebut berkontraksi sebagai satu kesatuan namun tidak gunakan elektroda jarum atau kawat halus, biasanya dapat
harus berada berdekatan di dalam otot. direkam aktivitas serat otot tunggal. Gambaran EMG memper-
lihatkan beda potensial antara dua elektroda, yang dipengaruhi
Setiap neuron motorik spinalis hanya menyarafi satu jenis oleh pengaktifan otot-otot di antara kedua elektroda. Suatu
serat otot, sehingga semua serat otot pada unit motorik EMG yang khas disajikan pada Gambar 5–14.
berjenis sama. Berdasarkan jenis serat otot yang disarafinya,
dan dengan demikian berdasarkan lamanya kontraksi kedutan Telah diperlihatkan melalui elektromiografi bahwa
(twitch), unit motorik dibagi dalam unit S (lambat), FR (cepat, hanya ada sedikit aktivitas spontan, kalaupun ada, di otot
resisten terhadap lelah), dan FF (cepat, dapat lelah). Yang rangka manusia normal saat istirahat. Pada aktivitas volunter
menarik, juga terdapat gradasi pada persarafan serat-serat ini, minimal, sedikit unit motorik yang melepaskan potensial
dengan serat S cenderung memiliki rasio persarafan rendah aksi, dan bila kerja volunter meningkat, makin banyak unit
(yi. unit kecil) dan serat FF cenderung memiliki rasio motorik yang berperan untuk memantau pengerahan/
persarafan tinggi (yi. unit besar). Rekrutmen unit motorik rekrutmen unit motorik. Karena itu, gradasi respons otot
selama kontraksi otot tidak bersifat acak; rekrutmen tersebut sebagian merupakan fungsi dari jumlah unit motorik yang
mengikuti suatu skema umum, asas ukuran (sizeprinciple). diaktifkan. Di samping itu, frekuensi lepas muatan pada tiap-
Secara umum, suatu kerja otot spesifik mula-mula terjadi tiap serat saraf ikut berperan, tegangan yang timbul selama
melalui rekrutmen unit-unit otot S yang berkontraksi relatif kontraksi tetanik menjadi lebih besar daripada tegangan
lambat untuk menghasilkan kontraksi terkontrol. Kemudian, selama kontraksi kedutan tunggal. Panjang otot juga
unit-unit otot FR direkrut, menghasilkan respons yang lebih berpengaruh. Akhirnya, unit-unit motorik terbangkit secara
kuat dalam periode yang lebih pendek. Yang terakhir, unit tidak bersamaan, yaitu dengan tahap yang berbeda-beda.
otot FF direkrut untuk tugas-tugas yang paling menuntut. Letupan yang tidak bersamaan ini menyebabkan respons
Sebagai contoh, pada otot-otot tungkai, yang pertama direkrut tiap-tiap serat otot bergabung menjadi suatu kontraksi halus
adalah unit kecil lambat untuk berdiri. Ketika orang mulai dari berkas otot keseluruhan. Secara singkat, EMG dapat
berjalan, rekrutmen terhadap unit FR meningkat. Sewaktu digunakan untuk secara cepat (dan kasar) memantau
gerakan ini berubah menjadi berlari atau melompat, unit-unit kelainan aktivitas listrik yang berkaitan dengan respons otot.
FF direkrut. Tentu saja terjadi tumpang-tindih dalam
perekrutan tetapi, secara umum, prinsip ini berlaku. Fleksi
Perbedaan antara jenis unit otot bukan bersifat bawaan Sudut
melainkan ditentukan oleh, antara lain, aktivitasnya. Apabila sendi 25 deg
saraf untuk otot lambat dipotong dan saraf untuk otot cepat
Ekstensi
disambungkan ke ujung potongan, saraf cepat akan
beregenerasi dan menyarafi otot lambat tadi. Meskipun EMG
1 mV
ekstensor
demikian, otot menjadi cepat, diikuti oleh perubahan dalam
isoform protein-protein otot dan aktivitas miosin ATPase- EMG
nya. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan pola aktivitas 1 mV
fleksor
otot; dalam eksperimen stimulasi, telah dibuktikan bahwa
5 detik
perubahan ekspresi gen MHC dan, dengan demikian, isoform
MHC, dapat ditimbulkan oleh perubahan pola aktivitas listrik GAMBAR 5-14 Sudut sendi relatif dan rekaman elektromio-grafik
yang digunakan untuk merangsang otot. Serat-serat otot dari muskulus ekstensor polisis longus dan muskulus fleksor polisis
dapat diubah dengan mengubah aktivitas melalui olahraga longus manusia sewaktu gerakan fleksi dan ekstensi bergantian pada
(atau sebaliknya tidak melakukannya). Meningkatnya aktivitas sendi distal ibu jari tangan. M. ekstensor polisis longus dan m. fleksor
polisis longus masing-masing menyebabkan ekstensi dan fleksi sendi
dapat menyebabkan hipertrofi sel otot, yang memungkinkan distal ibu jari tangan. Sendi ibu jari distal (atas) disejajarkan dengan
peningkatan kekuatan kontraksi. Serat tipe IIA dan IIB paling EMG m. ekstensor polisis longus (tengah) dan m. fleksor polisis
rentan mengalami perubahan ini. Sebaliknya, inaktivitas dapat longus (bawah). Perhatikan pola pengaktifan dan istirahat yang
menyebabkan atrofi sel otot dan berkurangnya kekuatan bergantian sewaktu satu otot digunakan untuk ekstensi dan yang lain
untuk fleksi. (Sumbangan Andrew J. Fuglevand).
110 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

pengeluaran tenaga yang minimal. Berjalan lebih cepat atau


KEKUATAN OTOT RANGKA lebih lambat memakan tenaga lebih besar.
Otot rangka manusia dapat menahan 3—4 kg tegangan per cm2
potongan melintang. Nilai itu kira-kira sama dengan yang diper- MORFOLOGI OTOT JANTUNG
oleh pada berbagai hewan percobaan dan tampaknya konstan Seran-lintang otot jantung serupa dengan otot rangka, dan
pada semua spesies mamalia. Karena banyak otot manusia terdapat garis-garis Z. Sejumlah besar mitokondria panjang
mempunyai potongan melintang yang relatif besar, tegangan terletak berdekatan dengan fibril-fibril otot. Serat-serat otot
yang dapat terjadi sangat besar. M. gastro-knemius, misalnya, bercabang dan saling menjalin (interdigitate), tetapi masing-
tidak hanya menyangga berat seluruh tubuh selama memanjat, masing merupakan unit lengkap yang dikelilingi oleh
tetapi juga menahan gaya beberapa kali lebih besar daripada membran sel. Di ujung suatu serat otot yang berbatasan
berat tubuh saat kaki menyentuh tanah pada waktu berlari atau dengan lainnya, membran kedua serat otot terletak paralel satu
melompat. Contoh yang lebih mencolok adalah m. gluteus mak- sama lain melalui rangkaian lipatan yang luas. Area ini, yang
simus, yang dapat menahan tegangan 1200 kg. Tegangan total selalu terbentuk di garis Z, dinamakan diskus interkalaris
yang dapat dibuat apabila semua otot pada tubuh seorang laki- (Gambar 5–15). Daerah ini membentuk ikatan an-tarserat
laki dewasa diaktifkan adalah sekitar 22.000 kg (hampir 25 ton). yang kuat, mempertahankan kohesi antarsel, sehingga tarikan
satu sel kontraktil dapat diteruskan sepanjang sumbunya ke
MEKANIKA TUBUH unit di sebelahnya. Di sepanjang sisi serat-serat otot dekat
Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur dengan memanfaatkan diskus, membran sel serat-serat yang berdekatan menyatu
secara maksimal prinsip-prinsip fisiologi seperti yang diuraikan cukup panjang, membentuk taut celah. Tempat pertemuan ini
di atas. Misalnya, otot-otot yang melekat ke tubuh memiliki merupakan jembatan-jembatan bertahanan rendah untuk
panjang awal yang sama dengan atau mendekati panjang penyebaran rangsang dari satu serat ke serat lain. Taut ini
istirahatnya ketika otot akan mengawali kontraksinya. Pada otot memungkinkan otot jantung berfungsi menyerupai sinsitium,
yang mencakup lebih dari satu sendi, gerakan pada satu sendi meskipun tidak terdapat jembatan protoplasma di antara sel-
akan mengompensasi gerakan pada sendi lain sedemikian rupa sel. Sistem T pada otot jantung terletak di garis Z, bukan di
sehingga selama kontraksi otot tidak terlalu memendek. taut A-I, tempat sistem itu terletak pada otot rangka mamalia.
Kontraksi yang hampir isometrik dalam keadaan seperti ini
memungkinkan terbentuknya tegangan maksimal pada tiap SIFAT LISTRIK
kontraksi. Otot-otot paha belakang terentang dari panggul,
dengan melalui sendi panggul dan sendi lutut, sampai ke tibia POTENSIAL MEMBRAN
dan fibula. Kontraksi otot-otot paha belakang menghasilkan
gerak fleksi tungkai di sendi paha. Bila pada saat yang bersamaan
ISTIRAHAT & POTENSIAL AKSI
paha juga dalam keadaan fleksi di sendi panggul, maka Potensial membran istirahat sel otot jantung mamalia kira-kira
pemanjangan otot-otot paha belakang yang melewati sendi -80 mV. Perangsangan menimbulkan potensial aksi merambat
panggul cenderung mengompensasi pemendekan bagian otot yang berperan membangkitkan kontraksi. Meskipun potensial
tersebut yang melalui sendi lutut. Dalam berbagai kegiatan, aksi kardiomiosit berbeda-beda di bagian jantung yang
tubuh bergerak dengan memanfaatkan prinsip-prinsip tersebut. berbeda (dibahas di Bab 29), tetapi potensial aksi kardiomiosit
Faktor-faktor seperti momentum dan keseimbangan dipadukan ventrikel dapat digunakan sebagai contoh (Gambar 5–16).
dalam gerakan tubuh untuk memperoleh gerakan maksimal Depolarisasi terjadi dengan cepat dan terdapat kaduk-julang
dengan kerja otot yang minimal. Salah satu hasil netto-nya (overshoot) potensial nol, seperti halnya pada otot rangka dan
adalah bahwa beban yang ditanggung tendon dan tulang jarang saraf, tetapi ini diikuti dengan dataran (plateau) sebelum
melampaui 50% kekuatannya, dengan demikian tendon dan potensial membran kembali ke keadaan basal. Pada jantung
tulang terlindung dari kerusakan. mamalia, depolarisasi berlangsung sekitar 2 mdet, tetapi tahap
Pada waktu berjalan, tiap-tiap tungkai bergerak melalui fase dataran dan repolarisasi berlangsung kira-kira 200 mdet atau
menyangga atau berdiri ketika kaki menginjak tanah, dan fase lebih. Karena itu, repolarisasi tidak lengkap sampai kontraksi
mengayun saat kaki tidak menginjak tanah. Fase menyangga dari telah berlangsung separuh.
tiap-tiap tungkai terjadi saling tumpang-tindih sehingga periode Seperti pada jaringan peka-rangsang lain, perubahan
penyanggaan ganda oleh kedua tungkai terjadi dua kali dalam konsentrasi K+ ekstrasel memengaruhi potensial membran
satu siklus berjalan. Di awal tiap langkah, sesaat terjadi aktivitas istirahat otot jantung, sedangkan perubahan kadar Na+
penuh pada otot-otot fleksor tungkai; kemudian tungkai berayun ekstrasel memengaruhi amplitudo potensial aksi. Depolarisasi
ke depan dengan sedikit peningkatan aktivitas kontraksi otot. cepat awal dan kaduk julang (tahap 0) disebabkan oleh
Dengan demikian, otot-otot berkontraksi hanya untuk beberapa membukanya kanal Na+ yang berpintu voltase seperti apa yang
saat pada setiap kali tungkai melangkah, dan berjalan kaki untuk terjadi pada saraf dan otot rangka (Gambar 5–17).
waktu yang lama hanya sedikit menyebabkan kelelahan. Repolarisasi cepat awal (tahap 1) disebabkan oleh menutupnya
Seorang dewasa muda berjalan santai dengan kecepatan kanal Na+ dan membukanya satu jenis kanal K+. Dataran
kira-kira 80 m/mnt dan mencurahkan tenaga 150-175 W setiap memanjang berikutnya (tahap 2) disebabkan oleh pembukaan
langkah. Sekelompok dewasa muda yang diminta berjalan kanal Ca2+ berpintu voltase yang lebih lambat tetapi
dengan santai memilih kecepatan mendekati 80 m/ mnt, dan berlangsung lebih lama. Repolarisasi akhir (tahap 3) ke
ditemukan bahwa mereka memilih kecepatan dengan potensial membran istirahat (tahap 4)
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 111

Diskus interkalaris

10 μm
Nukleus SERAT

Fibril
Sarkolema Retikulum sarkoplasma
2 μm

Sistem T

Sisterna
terminal
Kapiler N
N

FIBRIL

Diskus interkalaris
B SARKOMER Mitokondria

GAMBAR 5-15 Otot jantung. A) Fotomikrograf elektron otot jantung seperti tampak di bawah mikroskop cahaya (atas) dan
jantung. Perhatikan kemiripan regio A-l yang terlihat di EM otot rangka mikroskop elektron (bawah). Sekali lagi, perhatikan kemiripannya
Gambar 3-2. Garis-garis tebal yang samar adalah diskus interkalaris dengan struktur otot rangka. N, inti. (Disalin kembali, dengan izin, dari
dan berfungsi serupa dengan garis Z tetapi terdapat di membran sel (x Braunwald E, Ross J, Sonnenblick EH: Mechanisms of contraction of the normal and
12.000). (Disalin kembali, dengan izin, dari Bloom W, Fawcett DW: A Textbook of failing heart. N Engl J Med 1967;277:794)
Histology, ed ke-10. Saunders, 1975.) B) Gambar artistik terhadap otot

disebabkan oleh penutupan kanal Ca2+ dan peningkatan efluks


K+ melalui berbagai jenis kanal K+ yang tertunda dan
SIFAT MEKANIS
berlangsung perlahan. Miosit jantung mengandung paling
sedikit dua jenis kanal Ca2+ (tipe T dan tipe L), tetapi arus Ca2+
RESPONS KONTRAKTIL
paling sering disebabkan oleh terbukanya kanal Ca2+ tipe L Respons kontraktil otot jantung dimulai segera setelah
yang lebih lambat. Mutasi atau disfungsi kanal-kanal ini mulainya depolarisasi dan berlangsung kira-kira 1,5 kali lebih
menyebabkan patologi jantung yang serius (mis. Boks Klinis lama potensial aksi (Gambar 5-16). Peran Ca2+ dalam proses
5–5). penggabungan eksitasi-kontraksi serupa dengan perannya
112 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

+20 1
2
0
150 mV

Potensial aksi
yang direkam
intrasel

mV
0
0,5 g 3

Respons
MRA MRR mekanisme 4
−90
0 100 200 300 INa
mdtk

GAMBAR 5-16 Perbandingan potensial aksi dan respons


kontraktil pada suatu serat otot jantung mamalia di sel ventrikel ICa
tipikal. Pada rekaman atas, perekaman potensial aksi intrasel
menunjukkan depolarisasi cepat dan masa pemulihan yang
memanjang. Pada rekaman di bawah, respons mekanis disandingkan
dengan aktivitas listrik ekstrasel dan intrasel. Perhatikan bahwa pada
MRA (masa refrakter absolut), miosit jantung tidak dapat dirangsang, IK
sementara pada MRR (masa refrakter relatif), dapat terjadi eksitasi
minimal. 0 200
Waktu (mdtk)
GAMBAR 5-17 Diseksi potensial aksi otot jantung. Atas:
Potensial aksi serat otot jantung dapat diuraikan menjadi
pada otot rangka (lihat atas). Namun, adalah influks Ca2+ beberapa fase: 0, depolarisasi; 1, repolarisasi cepat awal; 2, fase
ekstrasel melalui DHPR peka-voltase di sistem T yang memicu datar; 3, repolarisasi cepat akhir; 4, garis dasar. Bawah:
pelepasan kalsium imbas-kalsium melalui RyR di retikulum Ringkasan diagramatik arus Na+, Ca2+, dan K+ kumulatif selama
sarkoplasma. Karena terjadi influks netto Ca2+ selama potensial aksi. Sebagai perjanjian, arus yang mengarah ke dalam
turun, yang keluar naik.
pengaktifan, terdapat pula peran menonjol Ca2+ ATPase
membran plasma dan penukar Na+/Ca2+ dalam pemulihan
konsentrasi Ca2+ intrasel. Efek-efek spesifik berbagai obat yang
secara tidak langsung mengubah konsentrasi Ca2+ dibahas di
HUBUNGAN ANTARA PANJANG
Boks Klinis 5–6. SERAT OTOT & TEGANGAN
Selama fase 0-2 dan kurang lebih separuh fase 3 (sampai Hubungan antara panjang awal serat otot dan tegangan total
potensial membran mencapai kira-kira -50 mV selama fase pada otot jantung adalah sama seperti yang terdapat pada otot
repolarisasi), otot jantung tidak dapat dirangsang kembali; yang rangka; yaitu terdapat panjang istirahat dengan tegangan yang
berarti otot jantung ada dalam masa refrakter absolut. Otot timbul akibat perangsangan adalah maksimal. Dalam tubuh,
jantung tetap relatif refrakter hingga tercapai fase 4. Karena itu, panjang awal serat-serat ditentukan oleh tingkat pengisian
tetanus seperti yang tampak pada otot rangka tidak mungkin diastolik jantung, dan tekanan yang timbul dalam ventrikel
terjadi pada otot jantung. Tentu saja tetanisasi otot jantung, sebanding dengan volume ventrikel pada akhir fase pengisian
sesingkat apapun, akan menimbulkan akibat yang fatal, dan (hukum Starling untuk jantung). Jadi, tegangan yang terbentuk
dalam hal ini, kenyataan bahwa otot jantung tidak dapat (Gambar 5–18) meningkat seiring dengan meningkatnya isi
berkontraksi tetanik, merupakan faktor penyelamat. diastolik sampai peningkatan itu mencapai titik maksimal, dan
kemudian cenderung menurun. Namun, tidak seperti otot
ISOFORM (BENTUK ISO) rangka, penurunan tegangan otot jantung pada peregangan
yang kuat bukan disebabkan oleh penurunan jumlah jembatan
Otot jantung secara umum bersifat lambat dan aktifitas silang (cross-bridges) antara aktin dan miosin, karena jantung
ATPase-nya relatif rendah. Serat-seratnya bergantung pada yang mengalami dilatasi berat sekalipun tidak teregang sampai
metabolisme oksidatif dan itulah sebabnya selalu mendapat sekuat itu. Penurunan tegangan lebih disebabkan oleh gangguan
pasokan O2. Jantung manusia mengandung isoform α dan β pada serat-serat otot jantung.
rantai berat miosin (MHC α dan MHC β). MHC β memiliki Kekuatan kontraksi otot jantung juga meningkat oleh
aktivitas ATPase miosin yang lebih rendah dibandingkan katekolamin, dan peningkatan ini terjadi tanpa perubahan
MHC α. Keduanya terdapat di atrium, dengan isoform α panjang otot. Peningkatan tersebut, yang disebut efek ino-tropik
lebih predominan, sedangkan di ventrikel hanya isoform β positif katekolamin, diperantarai melalui persarafan reseptor
yang ditemukan. Perbedaan spasial dalam ekspresi ikut adrenergik-β1, AMP siklik, dan efeknya pada homeostasis Ca2+.
berperan dalam kontraksi terpadu jantung. Jantung juga memiliki reseptor adrenergik-β2 yang tidak disarafi,
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 113

BOKS KLINIS 5-5 BOKS KLINIS 5-6

Sindrom QT Panjang Obat Glikosidik & Kontraksi Jantung


Sindrom QT panjang (long QTsyndrome, LQTS) didefinisikan Ouabain dan glikosida digitalis lainnya sering digunakan
sebagai pemanjangan interval QT yang diamati pada untuk mengobati jantung yang lemah. Kedua obat ini
elektrokardiogram. LQTS dapat menyebabkan denyut meningkatkan kekuatan kontraksi jantung. Meskipun
jantung yang iregular dan pingsan, kejang, henti jantung, mekanisme lengkapnya masih diperdebatkan, tetapi
atau bahkan kematian. Meskipun obat tertentu dapat dihipotesiskan bahwa obat-obat ini bekerja dengan cara
menimbulkan LQTS namun penyakit ini lebih sering
menghambat enzim Na+-K+ ATPase di membran sel serat
berkaitan dengan mutasi genetik pada berbagai kanal ion
otot jantung (kardiomiosit). Hasilnya adalah peningkatan Na
yang diekspresikan di jantung. Mutasi di gen kanal K+
berpintu-voltase yang diekspresikan di jantung (KCNQ1 atau + intrasel. Peningkatan ini akan menurunkan influks Na+ dan
KCNH2) merupakan penyebab sebagian besar kasus LQTS dengan demikian juga efluks Ca2+ melalui mekanisme
akibat mutasi (sekitar 90%). Mutasi di kanal Na+ berpintu- antiport pertukaran Na+-Ca2+ selama periode pemulihan
voltase yang diekspresikan di jantung (mis. SCN5A) atau Ca2+. Konsentrasi Ca2+ intrasel yang meningkat pada
kanal Ca2+ yang diekspresikan di jantung (mis. CACNA1C) gilirannya menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi
juga dilaporkan dapat menyebabkan penyakit ini. Kenyataan otot jantung. Dengan mengingat mekanisme ini maka obat-
bahwa mutasi di berbagai kanal dapat menyebabkan obat ini juga cukup toksik. Inhibisi berlebihan Na, K ATPase
interval QT memanjang dan patologi terkait mendasari akan menyebabkan sel terdepolarisasi yang dapat
kerumitan keterkaitan berbagai kanal ini dalam membentuk memperlambat hantaran, atau bahkan ter-aktivasi secara
respons listrik jantung. spontan. Selain itu, peningkatan konsentrasi Ca2+ yang
berlebihan juga dapat berefek buruk pada fisiologi
KIAT TERAPEUTIK kardiomiosit.
Pasien dengan sindrom QT panjang (LQTS)
seyogianya menghindari obat-obat yang memper-
tersebut dapat meningkat sampai hampir 10%; tetapi
panjang interval QT atau mengurangi kadar K+ atau
Mg2+ serum mereka; setiap defisiensi K+ atau Mg2+ dalam keadaan anaerob total, energi yang dihasilkan
harus dikoreksi. Intervensi obat pada pasien tidak cukup untuk mempertahankan kontraksi ventrikel.
asimtomatik masih diperdebatkan, meskipun pasien Dalam keadaan basal, 35% dari kebutuhan kalori
dengan cacat bawaan yang menyebabkan LQTS jantung manusia diperoleh dari karbohidrat, 5% dari
dianggap sebagai kandidat untuk intervensi tanpa keton dan asam amino, dan 60% dari lemak. Namun
mempertimbangkan gejala. Secara umum, penyekat perbandingan jumlah substrat yang digunakan sangat
β diberikan kepada pasien LQTS untuk mengurangi beragam, bergantung pada keadaan nutrisi seseorang.
risiko aritmia jantung. Terapi yang lebih spesifik dan Setelah makan sejumlah besar glukosa, laktat dan
efektif dapat diberikan jika kausa yang mendasari
piruvat akan lebih banyak digunakan; dalam keadaan
LQTS teridentifikasi.

270 Tekanan
intraventrikel
240 sistolik
yang juga bekerja melalui AMP siklik, tetapi efek inotropiknya 210
lebih lemah dan paling kuat di atrium. AMP siklik menggiatkan
Tekanan (mm Hg)

180
protein kinase A dan hal ini akan menyebabkan fosforilasi kanal-
kanal Ca2+ yang bergantung-voltase (voltage-dependent) sehingga 150 Tegangan yang
kanal-kanal tersebut terbuka dalam waktu yang lebih lama. AMP terbentuk
120
siklik juga meningkatkan transpor aktif Ca2+ ke dalam retikulum
sarkoplasma, yang akan mempercepat relaksasi sehingga 90
mempersingkat waktu sistolik. Hal ini penting pada keadaan Tekanan
60
jantung berdenyut dengan frekuensi tinggi karena keadaan ini intraventrikel
memungkinkan pengisian diastolik yang memadai (lihat Bab 30). 30 diastolik
0
METABOLISME 10 20 30 40 50 60 70
Volume diastolik (mL)
Jantung mamalia memiliki pasokan darah yang sangat besar,
banyak mitokondria, dan banyak mioglobin, pigmen otot GAMBAR 5-18 Hubungan panjang-tegangan untuk otot
jantung. Perbandingan tekanan intraventrikel sistolik (rekaman
yang berfungsi sebagai mekanisme penyimpan O2. Dalam atas) dan tekanan intraventrikel diastolik (rekaman bawah)
keadaan normal, kurang dari 1 % energi total dihasilkan dari memperlihatkan tegangan yang terbentuk di kardiomiosit. Angka-
metabolisme anaerob. Dalam keadaan hipoksia, angka angka di atas untuk jantung anjing.
114 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

kelaparan yang lama, lemak lebih banyak digunakan. Dalam


keadaan normal, hampir 50% dari lipid yang digunakan adalah
asam lemak bebas dalam darah. Pada penderita diabetes yang 50
mV
tidak mendapat pengobatan, pemakaian karbohidrat otot
jantung berkurang, sedangkan pemakaian lemak meningkat.

MORFOLOGI OTOT POLOS 4d

Otot polos secara anatomis berbeda dari otot rangka dan otot GAMBAR 5-19 Aktivitas listrik spontan pada sel-sel otot polos
jantung karena otot polos tidak memperlihatkan gambaran tunggal taenia coli kolon guinea pig. Kiri: Aktivitas mirip-pemacu
dengan spikes (gelombang runcing) di setiap puncak. Kanan:
seran-lintang. Otot ini memiliki aktin dan miosin-II yang Fluktuasi sinusoid potensial membran disertai lepas muatan selama
menggeser satu sama lain untuk menghasilkan kontraksi. fase naik dari setiap gelombang. Di serat lain, spikes dapat terjadi di
Namun, hlamen-filamen itu tidak tertata dalam susunan yang fase turun fluktuasi sinusoid dan di serat yang sama dapat dijumpai
teratur, seperti pada otot rangka dan jantung, sehingga tidak campuran potensial pemacu dan potensial sinusoidal.
memperlihatkan gambaran seran-lintang. Garis Z digantikan
oleh badan padat (dense body) yang terdapat di sitoplasma dan
melekat ke membran sel, dan badan-badan ini disambungkan ke
dapat memperlihatkan beragam aktivitas listrik (mis. Gambar
filamen aktin oleh aktinin-a. Otot polos juga mengandung
5-19). Terdapat fluktuasi sinusoid lambat yang menyerupai
tropomiosin, tetapi tampaknya tidak memiliki troponin. Isoform
gelombang dengan amplitudo beberapa milivolt, dan
aktin dan miosin berbeda dengan yang terdapat pada otot
gelombang runcing (spikes) potensial aksi yang kadang
rangka. Terdapat retikulum sarkoplasma, tetapi tidak
melampaui garis potensial nol dan kadang tidak. Di banyak
berkembang baik dibanding dengan otot rangka atau otot
jaringan, gelombang runcing ini berdurasi sekitar 50 mdet.
jantung. Secara umum, otot polos mempunyai sedikit
Namun, di beberapa jaringan potensial aksi memperlihatkan
mitokondria, dan sangat bergantung pada proses glikolisis untuk
pemanjangan dataran selama repolarisasi, seperti potensial aksi
memenuhi kebutuhan metabolismenya.
di otot jantung. Seperti di jenis-jenis otot lainnya, terdapat
JENIS kontribusi signifikan kanal K+, Na+, dan Ca2+ serta Na,
KATPase dalam aktivitas listrik ini. Namun, pembahasan
Struktur dan fungsi otot polos di berbagai bagian tubuh sangat mengenai kontribusi pada tiap-tiap jenis otot polos berada di
beragam. Secara umum, otot polos dapat dibagi menjadi otot luar cakupan buku ini.
polos viseral (unitary) dan otot polos multi-unit. Otot polos Karena aktivitasnya yang berkesinambungan, hubungan
viseral terdapat dalam bentuk lembaran yang luas, memiliki antara peristiwa listrik dan mekanik di otot polos viseral sulit
banyak jembatan taut-celah bertahanan-rendah yang
untuk dipelajari, tetapi dengan menggunakan sediaan otot
menghubungkan tiap-tiap sel otot, dan berfungsi sebagai
polos yang relatif inaktif, dapat dihasilkan gelombang
sinsitium. Otot polos viseral ditemukan terutama di dinding
runcing tunggal. Pada sediaan ini, penggabungan eksitasi-
visera yang berongga. Contohnya adalah jaringan otot dinding
usus, uterus, dan ureter. Otot polos multi-unit tersusun dari kon-traksi di sel otot polos viseral dapat terjadi dengan
unit-unit tersendiri tanpa atau dengan sedikit jembatan taut penundaan hingga 500 mdet. Karena itu, hal tersebut adalah
celah. Otot ini ditemukan di struktur seperti iris mata, yang proses yang sangat lambat dibandingkan dengan yang terjadi
dapat menghasilkan kontraksi halus dan bertahap. Otot jenis di otot rangka dan otot jantung, yang jarak waktu antara
ini tidak dapat dikendalikan secara volunter, tetapi memiliki mulai depolarisasi sampai mulainya kontraksi kurang dari 10
banyak persamaan fungsional dengan otot rangka. Setiap sel mdet. Tidak seperti sel otot polos viseral, otot polos
otot polos multiunit memiliki ujung en passant serat saraf, multiunit tidak membentuk sinsitium dan kontraksi tidak
tetapi di otot polos viseral lebih sedikit sel yang memiliki taut menyebar luas. Karena itu, kontraksi otot polos multiunit
en passant, dengan eksitasi menyebar ke sel lain melalui taut lebih diskret, halus, dan terlokalisasi dibandingkan dengan
celah. Selain itu, sel-sel ini berespons terhadap hormon dan kontraksi otot polos viseral.
bahan lain dalam darah. Pembuluh darah memiliki otot polos
multiunit dan viseral di dindingnya. DASAR MOLEKULAR KONTRAKSI
AKTIVITAS LISTRIK & MEKANIS Seperti pada otot rangka dan jantung, Ca2+ berperan
penting dalam bangkitan kontraksi otot polos. Namun,
Kekhasan otot polos viseral adalah ketidakmantapan sumber peningkatan Ca2+ di otot polos viseral mungkin
potensial membrannya dan adanya kontraksi-kontraksi yang cukup berbeda. Bergantung pada rangsangan yang
berkesinambungan tak-teratur yang tidak bergantung pada mengaktifkan, peningkatan kadar Ca2+ intrasel dapat
persarafannya. Keadaan berkontraksi parsial yang terus- disebabkan oleh influks melalui kanal membran plasma
menerus itu disebut sebagai tonus. Potensial membran tidak berpintu-voltase atau berpintu-ligan, efluks dari simpanan
mempunyai nilai potensial “istirahat” yang sebenarnya, yaitu intrasel melalui RyR, efluks dari simpanan intrasel melalui
relatif rendah saat jaringan tersebut aktif dan lebih tinggi bila kanal Ca2+ reseptor inositol trifosfat (IP3R), atau melalui
dihambat, tetapi pada masa-masa yang relatif tenang, rata- kombinasi kanal-kanal ini. Di samping itu, tidak adanya
rata nilainya adalah antara -20 sampai -65 mV. Sel otot polos troponin di otot polos mencegah pengaktifan Ca2+ melalui
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 115

pengikatan troponin. Miosin di otot polos harus terfosforilasi 0 Asetilkolin, rangsang


untuk dapat menggiatkan miosin ATPase. Fosforilasi dan parasimpatis, dingin, regangan
defosforilasi miosin juga terjadi pada otot rangka, tetapi
fosforilasi tidak diperlukan untuk penggiatan ATPase. Di otot
polos, Ca2+ berikatan dengan kalmodulin, dan kompleks yang

mV
terbentuk akan mengaktifkan kinase rantai ringan miosin yang
bergantung pada kalmodulin (calmodulin-dependent myosin
light chain kinase). Enzim ini mengatalisis fosforilasi rantai
ringan miosin pada serin di posisi 19. Fosforilasi ini Potensial membran
−50
meningkatkan aktivitas ATPase.
Miosin mengalami defosforilasi oleh rantai ringan
miosin fosfatase dalam sel. Namun, defosforilasi rantai Epinefrin, rangsang
ringan miosin kinase tidak selalu menyebabkan relaksasi simpatis
otot polos. Berbagai mekanisme berperan. Salah satunya
GAMBAR 5-21 Pengaruh berbagai macam bahan terhadap
tampaknya adalah mekanisme latch bridge, yang potensial membran otot polos usus. Obat dan hormon dapat
menyebabkan jembatan-silang miosin tetap terikat ke aktin mengubah potensial aksi otot polos dengan meningkatkan (rekaman
beberapa lama setelah menurunnya kadar Ca2+ sitoplasma. atas) atau menurunkan (rekaman bawah) potensial membran
Hal ini menimbulkan kontraksi yang menetap dengan istirahat.
penggunaan energi sedikit, yang sangat penting pada otot
polos vaskular. Relaksasi otot kemungkinan terjadi ketika
kompleks Ca2+- kalmodulin akhirnya berdisosiasi atau Otot polos viseral bersifat khas dalam arti, berbeda dengan
ketika mekanisme lain bekerja. Peristiwa-peristiwa yang jenis-jenis otot lain, otot ini akan berkontraksi bila teregang
menyebabkan relaksasi dan kontraksi otot polos viseral tanpa memerlukan persarafan ekstrinsik. Peregangan diikuti
dirangkum dalam Gambar 5–20. Peristiwa-peristiwa pada penurunan potensial membran, peningkatan frekuensi
otot polos multi-unit secara umum serupa. gelombang runcing, dan peningkatan tonus secara umum.
Bila epinefrin atau norepinefrin ditambahkan pada
sediaan otot polos usus halus pada perekaman potensial
Pengikatan asetilkolin ke aksi intrasel in vitro, potensial membran biasanya
reseptor-reseptor muskarinik membesar, frekuensi gelombang runcing menurun, dan
otot berelaksasi (Gambar 5–21). Norepinefrin merupakan
mediator kimiawi yang dilepaskan di ujung-ujung saraf
Peningkatan influks Ca2+ ke dalam sel
noradrenergik, dan perangsangan saraf noradrenergik pada
sediaan itu menghasilkan potensial hambatan. Asetilkolin
Aktivasi kinase miosin rantai ringan mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan norepinefrin
yang bergantung pada kalmodulin terhadap potensial membran dan aktivitas kontraksi otot
polos usus halus. Bila asetilkolin ditambahkan pada cairan
Fosforilasi miosin
perendam sediaan otot polos in vitro, potensial membran
menurun dan frekuensi potensial aksi runcing meningkat.
Otot menjadi lebih aktif, disertai peningkatan tonus dan
Peningkatan aktivasi miosin ATPase jumlah kontraksi ritmik. Efek ini berlangsung dengan
dan pengikatan miosin ke aktin perantaraan fosfolipase C, yang menghasilkan IP3 dan
memungkinkan pelepasan Ca2+ melalui reseptor IP3. Pada
Kontraksi hewan hidup, perangsangan saraf kolinergik menimbulkan
pelepasan asetilkolin, potensial eksitasi, dan peningkatan
kontraksi usus halus.
Defosforilasi miosin oleh rantai Seperti otot polos viseral, otot polos multiunit sangat
ringan miosin fosfatase peka terhadap bahan-bahan kimia dalam darah dan
normalnya diaktifkan oleh mediator kimiawi (asetilkolin dan
Relaksasi atau kontraksi yang nore-pinefrin) yang dilepaskan dari ujung-ujung saraf
menetap karena mekanisme latch motoriknya. Norepinefrin secara khusus cenderung menetap
bridge dan mekanisme lain di otot dan menyebabkan potensial aksi berulang setelah satu
kali perangsangan. Karena itu, respons kontraktil yang
GAMBAR 5-20 Rangkaian kejadian dalam kontraksi dan dihasilkan biasanya adalah tetanus iregular dan bukan satu
relaksasi otot polos. Bagan alur ini memperlihatkan banyak
perubahan molekular yang terjadi dari awal kontraksi hingga
kali kedutan. Sewaktu satu kontraksi kedutan dicapai,
relaksasi. Perhatikan perbedaan nyata dari eksitasi otot rangka kedutan ini mirip dengan kontraksi kedutan otot rangka
dan otot jantung. kecuali bahwa durasinya 10 kali lebih lama.
116 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekul Fisiologi Kedokteran

BOKS KLINIS 5-7 FUNGSI PERSARAFAN KE


OTOT POLOS
Obat Umum yang Bekerja pada Otot Polos Pengaruh asetilkolin dan norepinefrin pada otot polos
Eksitasi berlebihan otot polos di kanal napas, seperti yang
viseral berfungsi menonjolkan adanya dua sifat penting otot
dijumpai pada serangan asma, dapat menyebabkan
polos: (1) aktivitas spontan otot polos viseral tanpa adanya
bronkokonstriksi. Sering digunakan obat inhalan yang
menyalurkan obat ke kanal napas untuk mengatasi
rangsang saraf, dan (2) kepekaannya terhadap bahan kimia
bronkokonstriksi otot polos ini, serta gejala lain di kanal yang dilepaskan saraf setempat atau yang dibawa oleh aliran
napas pada asma. Efek cepat obat pada inhaler berkaitan darah. Pada mamalia, otot viseral biasanya mempunyai
dengan relaksasi otot polos. Respons cepat obat inhalan persarafan ganda dari kedua kelompok sistem saraf otonom.
(mis. ventolin, albuterol, sambuterol) sering membidik Fungsi persarafan bukan untuk memicu aktivitas otot tetapi
reseptor β-adrenergik di otot polos kanal napas untuk lebih untuk mengubahnya. Rangsangan pada satu kelompok
menghasilkan relaksasi. Meskipun agonis reseptor β-adre- sistem saraf otonom biasanya meningkatkan aktivitas otot
nergik yang mengenai otot polos tidak mengatasi semua polos, sedangkan rangsangan pada kelompok yang lain akan
gejala yang berkaitan dengan asma (mis. peradangan dan menurunkannya. Namun, pada beberapa organ, rangsangan
peningkatan mukus), tetapi obat-obat ini bekerja cepat dan noradrenergik meningkatkan aktivitas otot polos, sedangkan
sering memungkinkan terbukanya kanal napas secara rangsangan kolinergik menurunkannya; pada yang lainnya
adekuat sehingga aliran udara pulih dan karenanya terjadi sebaliknya.
memungkinkan pemberian terapi lain yang mengurangi
obstruksi kanal napas.
Otot polos juga merupakan sasaran dari obat-obat yang PEMBENTUKAN GAYA &
dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah. Seperti
dibahas di teks, NO adalah molekul sinyal alami yang
PLASTISITAS OTOT POLOS
melemaskan otot polos dengan meningkatkan cGMP. Jalur Otot polos memperlihatkan ekonomi yang unik dibandingkan
sinyal ini ditekan secara alami oleh efekfosfo-diesterase dengan otot rangka. Meskipun kandungan miosinnya 20% dan
(PDE), yang mengubah cGMP menjadi bentuk non-sinyal, pemakaian ATP-nya berbeda 100 kali lipat dibandingkan otot
GMP. Obat sildenafil, tadalafil, dan vardenafil adalah rangka, tetapi otot polos dapat menghasilkan gaya/kekuatan
inhibitor spesifik PDE V, suatu isoform yang terdapat setara per luas potongan melintang. Salah satu “tumbal” untuk
terutama di otot polos korpus kavernosum penis (lihat Bab memperoleh kekuatan yang sama di bawah kondisi
25 dan 32). Karena itu, pemberian oral obat-obat ini dapat keterbatasan di atas adalah kontraksi yang lebih lambat
menghambat efek PDE V, meningkatkan aliran darah di dibandingkan dengan otot rangka. Terdapat beberapa
regio yang sangat terbatas di tubuh dan mengatasi disfungsi penyebab untuk hal ini yang telah diketahui, termasuk isoform
ereksi. unik miosin dan protein-protein terkait-kontraksi lainnya yang
diekspresikan di otot polos serta regulasinya yang berbeda
(dibahas di atas). Arsitektur sel otot polos yang khas dan
koordinasinya juga mungkin berperan dalam perbedaan ini.
Sifat khas lain otot polos adalah beragamnya tegangan
yang dihasilkan pada setiap panjang tertentu. Bila sepotong
RELAKSASI otot polos viserai diregangkan, mula-mula terjadi peningkatan
Selain mekanisme selular yang meningkatkan kontraksi otot tegangan. Namun, bila otot itu ditarik lebih panjang lagi setelah
polos, terdapat mekanisme selular yang menyebabkan diregangkan, tegangan berangsur menurun. Kadang-kadang
relaksasi (Boks Klinis 5–7). Hal ini sangat penting bagi otot tegangan menurun sampai atau di bawah tingkat tegangan otot
polos yang mengelilingi pembuluh darah untuk meningkatkan sebelum diregangkan. Karena itu tidak mungkin untuk
aliran darah. Telah lama diketahui bahwa sel endotel yang membandingkan panjang dan tegangan yang timbul secara
melapisi bagian dalam pembuluh dapat mengeluarkan bahan tepat, dan panjang istirahat tidak dapat ditetapkan. Jadi, dalam
yang merelaksasi otot polos (endothelial derived relaxing beberapa hal, otot polos lebih bersifat seperti massa yang kental
factor, EDRF). EDRF kemudian diidentifikasi sebagai molekul daripada seperti struktur jaringan yang kaku, dan sifat inilah
kurir kedua berbentuk gas, nitrat oksida (NO). NO yang yang dikenal sebagai plastisitas otot polos.
diproduksi oleh sel endotel berdifusi bebas ke dalam otot polos Konsekuensi sifat plastisitas ini dapat dilihat pada
untuk menimbulkan efek. Setelah berada di otot, NO secara manusia hidup. Misalnya, tegangan yang ditimbulkan oleh
langsung mengaktifkan guanilat siklase larut untuk dinding otot polos kandung kemih dapat diukur pada
menghasilkan molekul kurir kedua lain, guanosin monofosfat berbagai derajat peregangan ketika cairan dimasukkan ke
siklik (cGMP). Molekul ini dapat mengaktifkan protein kinase dalam kandung kencing melalui kateter. Mula-mula terdapat
spesifik-cGMP yang dapat memengaruhi kanal ion, peningkatan tegangan yang relatif kecil ketika volume
homeostasis Ca2+, atau fosfatase, atau semua yang disebutkan ditingkatkan, karena plastisitas kandung kemih. Namun,
di atas, yang menyebabkan relaksasi otot polos (lihat Bab 7 akhirnya tercapai suatu titik saat kandung kemih
dan 32). berkontraksi dengan kuat (lihat Bab 37).
BAB 5 Jaringan Peka-Rangsang: Otot 117

RINGKASAN BAB D. lebih lama daripada potensial aksi otot jantung


E. tidak esensial bagi kontraksi
■ Terdapat tiga jenis sel otot: rangka, jantung, dan polos.
2. Fungsi tropomiosin pada otot rangka mencakup
■ Otot rangka adalah suatu sinsitium sejati di bawah kontrol A. bergeser terhadap aktin untuk menghasilkan pemendekan
kesadaran. Otot rangka menerima rangsangan listrik dari
B. melepaskan Ca2+ setelah dimulainya kontraksi
neuron untuk memicu kontraksi: “penggabungan eksitasi-
C. mengikat miosin selama kontraksi
kontraksi” (excitation-contraction coupling). Potensial aksi di
D. bekerja sebagai “protein pelemas” saat istirahat dengan
sel otot terutama terbentuk melalui koordinasi kanal Na+, K+,
menutupi tempat-tempat pengikatan miosin ke aktin
dan Ca2+. Kontraksi di sel otot rangka terkoordinasi melalui
E. menghasilkan ATP, yang disalurkan ke mekanisme
regulasi Ca2+ sistem aktomiosin yang menyebabkan otot
kontraktil
memiliki pola seran-lintang klasik jika dilihat di bawah
mikroskop. 3. Jembatan-silang sarkomer di otot rangka terdiri dari
■ Terdapat beberapa tipe serat otot rangka (I, IIA, IIB) yang A. aktin
memiliki sifat-sifat tersendiri dari segi susunan protein dan B. miosin
pembentukan gaya. Serat otot rangka tersusun ke dalam unit- C. troponin
unit motorik dari serat-serat serupa dalam sebuah otot. Unit D. tropomiosin
motorik otot rangka direkrut dalam pola spesifik sesuai E. mielin
kebutuhan akan peningkatan kekuatan. 4. Respons kontraktil di otot rangka
■ Otot jantung adalah kumpulan sel individual (kardio-miosit) A. dimulai setelah potensial aksi selesai
yang dihubungkan sebagai suatu sinsitium oleh komunikasi B. tidak bertahan selama potensial aksi
taut celah. Sel otot jantung juga mengalami penggabungan C. menghasilkan tegangan yang lebih besar ketika otot
eksitasi-kontraksi. Sel-sel pemacu di jantung dapat memulai berkontraksi secara isometris daripada ketika otot
potensial aksi yang merambat. Sel otot jantung juga memiliki berkontraksi secara isotonis
sistem aktomiosin seran-lintang yang menentukan D. menghasilkan lebih banyak kerja ketika otot berkontraksi
kontraksinya. secara isometris dibandingkan ketika otot berkontraksi
■ Otot polos terdiri dari sel-sel individual dan sering berada di secara isotonis
bawah kontrol sistem saraf otonom. E. berkurang kekuatannya pada perangsangan berulang
■ Terdapat dua kategori luas sel otot polos: unitary (viseral) dan
multiunit. Kontraksi sel otot polos viseral disinkronkan oleh 5. Taut celah
komunikasi taut-celah untuk mengoordinasikan kontraksi di A. tidak terdapat di otot jantung
antara banyak sel. Kontraksi otot polos multiunit B. terdapat tetapi tidak banyak berfungsi pada otot jantung
dikoordinasikan oleh unit-unit motorik, yang secara C. terdapat dan membentuk jalur untuk penyebaran cepat
fungsional serupa dengan pada otot rangka. eksitasi dari satu serat otot jantung ke serat lainnya
D. tidak terdapat di otot polos
■ Sel otot polos berkontraksi melalui suatu sistem aktomiosin,
E. menghubungkan sistem sarkotubulus ke masing-masing sel
tetapi tanpa seran-lintang yang teratur. Tidak seperti otot
otot rangka
rangka dan otot jantung, regulasi Ca2+ kontraksi terutama
melalui reaksi fosforilasi-defosforilasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biology of the Cell, 5th
ed. Garland Science, 2007.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA Fung YC: Biomechanics, 2nd ed. Springer, 1993.
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling Hille B: Ionic Channels of Excitable Membranes, 3rd ed. Sinaver
tepat kecuali jikadinyatakanlain Associates, 2001.
Horowitz A: Mechanisms of smooth muscle contraction. Physiol
1. Potensial aksi otot rangka Rev 1996;76:967.
A. memiliki fase datar {plateau) yang panjang Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM (editors): Principles of Neural
B. menyebar ke dalam ke semua bagian otot melalui tubulus T Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000.
C. menyebabkan penyerapan segera Ca2+ ke dalam Katz AM: Phyysiology of the Heart, 4th ed. Raven Press, 2006.
kantong lateral retikulum sarkoplasma Sperelakis N (editor): Cell Physiology Sourcebook, 3rd ed. Academic
Press, 2001.
Halaman ini sengaja dikosongkan
6
B A B

Transmisi di Sinaps &


Taut

T U J U A N ■ Menjelaskan fitur morfologi utama sinaps


Setelah mempelajari bab ini,
■ Membedakan antara transmisi listrik dan kimia di sinaps
■ Menjelaskan potensial pascasinaps eksitatorik dan inhibitorik cepat dan
Anda seyogianya mampu: lambat, menguraikan fluks ion yang mendasari potensial ini, dan menjelaskan
bagaimana potensial berinteraksi untuk menghasilkan potensial aksi
■ Mendefinisikan dan memberikan contoh tentang inhibisi langsung, inhibisi tak-
langsung, inhibisi prasinaps, dan inhibisi pascasinaps
■ Menjelaskan taut neuromuskulus, dan menjelaskan bagaimana potensial aksi di
neuron motorik di taut menyebabkan kontraksi otot rangka
■ Mendefinisikan hipersensitivitas denervasi

PENDAHULUAN
Jenis hantaran “tuntas-atau-gagal” yang dijumpai pada akson Apapun jenis sinapsnya, transmisi bukanlah suatu
transmisi sederhana suatu potensial aksi dari sel prasinaps
dan otot rangka telah dibahas di Bab 4 dan 5. Impuls
ke sel pascasinaps. Efek lepas muatan di masing-masing
dihantarkan dari satu sel saraf ke sel lain di sinaps. Sinaps ujung sinaps dapat bersifat eksitatorik atau inhibitorik,
merupakan taut (junction) tempat akson atau bagian sel lain dan jika sel pascasinapsnya adalah neuron, jumlah dari
(sel prasinaps) berakhir pada dendrit, soma, atau akson neuron semua efek eksitatorik dan inhibitorik menentukan
lain ( Gambar 6–1 ) atau, pada beberapa kasus, sebuah sel otot apakah akan dihasilkan potensial aksi. Karena itu,
atau kelenjar (sel pascasinaps). Komunikasi antarsel terjadi baik transmisi di sinaps merupakan proses kompleks yang
memungkinkan gradasi dan penyesuaian aktivitas listrik
di sinaps kimiawi maupun sinaps listrik. Di sinaps kimiawi,
yang diperlukan untuk fungsi normal. Karena sebagian
suatu celah sinaps memisahkan ujung/ terminal sel prasinaps
besar transmisi di sinaps bersifat kimiawi, pembahasan
dari sel pascasinaps. Impuls di akson prasinaps menyebabkan bab ini dibatasi pada transmisi kimiawi kecuali jika
sekresi suatu bahan kimia yang berdifusi melintasi celah sinaps dinyatakan lain.
dan berikatan dengan reseptor di permukaan sel pascasinaps. Transmisi dari saraf ke otot mirip transmisi kimiawi di
Hal ini memicu proses-proses yang membuka atau menutup sinaps dari satu neuron ke neuron lain. Taut
kanal di membran sel pascasinaps. Di sinaps listrik, membran neuromuskulus, daerah khusus tempat suatu saraf motorik
berakhir di sebuah serat otot rangka, adalah tempat proses
neuron prasinaps dan pascasinaps terletak berdekatan satu
transmisi stereotipikal. Kontak antara neuron otonom dan
sama lain, dan terbentuk taut celah {gap junction) di antara
otot polos dan otot jantung kurang mengalami spesialisasi,
keduanya (lihat Bab 2). Seperti taut antarsel di jaringan lain, dan transmisi di kedua lokasi ini adalah suatu proses yang
taut ini membentuk jembatan beresistensi rendah yang dapat lebih difus. Di bab ini juga dibahas bentuk-bentuk transmisi
dilalui ion-ion dengan relatif mudah. Juga terdapat beberapa ini.
sinaps conjoint yang transmisinya bersifat listrik dan kimiawi.

119
120 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

3
4
M

5 P

6
6

GAMBAR 6-2 Elektromikrograf tombol sinaps (S) yang


berakhir di batang sebuah dendrit (D) di sistem saraf pusat. P,
1
densitas pascasinaps; M, mitokondria (x56.000). (Sumbangan DM
McDonald).
GAMBAR 6-1 Sinaps di sebuah neuron motorik tipikal. Neuron
memiliki banyak dendrit (1), sebuah akson (2), dan sebuah nukleus
yang mencolok (3). Perhatikan bahwa retikulum endoplasma kasar Diperhitungkan bahwa di korteks serebri, 98% sinaps
meluas hingga ke dendrit tetapi tidak ke akson. Banyak akson yang
terdapat di dendrit dan hanya 2% di badan sel. Di medula
berbeda berkonvergensi pada neuron, dan terminal boutonnya
membentuk sinaps aksodendritik (4) dan aksosomatik (5). (6) Selubung spinalis, proporsi sinaps yang berakhir di dendrit lebih
mielin. (Direproduksi, dengan izin, dari Krstic RV: Ultrastructure of the Mammalian sedikit; pada sebuah neuron spinal tipikal terdapat sekitar
Cell. Springer, 1979). 8000 sinaps di dendrit dan sekitar 2000 di badan sel, sehingga
soma terlihat dikelilingi oleh sinaps.
TRANSMISI SINAPS: FUNGSI ELEMEN-ELEMEN SINAPS
ANATOMI FUNGSIONAL Setiap ujung prasinaps dari sebuah sinaps kimiawi dipisahkan
Struktur anatomik sinaps sangat bervariasi di berbagai bagian dari struktur pascasinaps oleh sebuah celah sinaps dengan lebar
sistem saraf mamalia. Ujung serat prasinaps umumnya 20-40 nm. Pada celah sinaps terdapat banyak reseptor
membesar untuk membentuk terminal bouton atau synaptic neurotransmiter di membran pascasinaps, dan biasanya sebuah
knob (tombol sinaps, Gambar 6–2). Di korteks serebri dan penebalan pascasinaps yang disebut densitas pascasinaps
korteks serebeli, ujung-ujung umumnya terletak di dendrit dan (Gambar 6-2 dan 6-3). Densitas pascasinaps adalah suatu
sering di spina dendritik, yaitu tombol-tombol kecil yang kompleks berbagai reseptor spesifik, protein pengikat, dan
menonjol dari dendrit (Gambar 6–3). Pada beberapa kasus, enzim yang diinduksi oleh efek pascasinaps.
cabang-cabang terminal dari akson neuron prasinaps mem- Di dalam terminal prasinaps terdapat banyak mitokondria,
bentuk suatu kantong atau jala di sekitar soma sel pascasinaps serta banyak vesikel terbungkus membran, yang mengandung
(mis. sel basket di serebelum). Di lokasi lain, akson-akson neurotransmiter. Terdapat tiga jenis vesikel sinaps: vesikel
tersebut saling menjalin dengan dendrit-dendrit sel pascasinaps sinaps kecil jernih yang mengandung asetilkolin, glisin, GABA,
(mis. climbing fibers di serebelum) atau berakhir di dendrit atau glutamat; vesikel kecil dengan inti padat yang
secara langsung (mis. dendrit apikal sel piramid korteks). mengandung katekolamin; dan vesikel besar dengan inti padat
Sebagian berakhir di akson neuron pascasinaps (ujung yang mengandung neuropeptida. Berbagai vesikel dan protein
aksoaksonal). Secara rerata, masing-masing neuron mem- yang terkandung di dinding mereka disintesis di badan sel
bentuk lebih dari 2000 ujung sinaps, dan karena sistem saraf neuron dan diangkut di sepanjang akson ke ujung oleh
manusia (SSP) memiliki 1011 neuron, diperkirakan jumlah transpor aksoplasma cepat. Neuropeptida di vesikel besar
sinaps adalah sekitar 2 x 1014. Oleh karenanya, komunikasi berinti padat juga harus diproduksi oleh perangkat penghasil
antarneuron sangatlah rumit. Sinaps adalah struktur dinamis, protein di badan sel. Namun, vesikel kecil jernih dan vesikel
meningkat dan menurun dalam kompleksitas dan jumlahnya kecil berinti padat didaur ulang di ujung saraf. Vesikel-vesikel
sesuai pemakaian dan pengalaman. ini menyatu dengan membran sel dan mengeluarkan
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 121

Sel dengan membran, mengeluarkan isinya secara cepat ke dalam


prasinaps celah di bagian-bagian penebalan membran yang disebut zona
Mikrotubulus aktif (Gambar 6-3). Zona aktif mengandung banyak protein dan
deretan kanal Ca2+.
Mitokondria Ca2+ yang memicu eksositosis transmiter masuk ke neuron
prasinaps, dan pelepasan transmiter dimulai dalam 200 pdtk.
Vesikel jerni
Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa kanal-kanal Ca2+
berpintu voltase terletak sangat dekat dengan tempat pelepasan
Zona aktif di zona aktif Selain itu, transmiter harus dilepaskan dekat
Densitas dengan reseptor pascasinaps di neuron pascasinaps agar efektif
pascasinaps Susunan teratur sinaps sebagian bergantung pada neureksin,
protein-protein yang terikat ke membran neuron prasinaps
yang mengikat reseptor neureksin di membran neuron pasca-
Sel sinaps. Di banyak vertebrata, neureksin diproduksi oleh sebuah
pascasinaps gen yang menyandi isoform α. Namun, pada mencit dan
manusia isoform disandi oleh tiga gen, dan dihasilkan baik
isoform α maupun β. Masing-masing dari gen ini memiliki dua
Spina dendritik regio regulatorik dan alternative splicing (penggabungan
alternatif) yang ekstensif di mRNA-nya. Dengan cara ini,
Aksodendritik dihasilkan lebih dari 1000 jenis neureksin. Hal ini menimbulkan
kemungkinan bahwa neureksin tidak saja menyatukan sinaps,
Dendrite tetapi juga menghasilkan mekanisme untuk menghasilkan
spesifisitas sinaps.
Aksodendritik Seperti disebutkan di Bab 2, pembentukan tunas vesikel,
fusi, dan pelepasan isi vesikel yang diikuti oleh pengambilan
kembali membran vesikel merupakan proses-proses mendasar
yang terjadi di sebagian besar, jika tidak semua, sel. Karena itu,
Soma sekresi neurotransmiter di sinaps dan pengambilan kembali
membran yang mengikutinya adalah bentuk khusus dari proses
Aksosomatik umum eksositosis dan endositosis. Rincian proses fusi vesikel
sinaps dengan membran sel masih terus diteliti. Proses ini
melibatkan protein v-snare sinaptobrevin di membran vesikel
yang berikatan dengan protein t-snare sintaksin di membran
Akson sel; suatu kompleks multiprotein yang diatur oleh GTPase kecil
misalnya Rab3 juga berperan dalam proses ini (Gambar 6–5).
Akso-aksonal Pintu satu arah di sinaps diperlukan agar fungsi saraf teratur.
Beberapa toksin mematikan yang menghambat pelepas-
an neurotransmiter adalah zink endopeptidase yang meng-
GAMBAR 6-3 Sinaps aksodendritik, akso-aksonal, dan akso- uraikan, sehingga menginaktifkan protein-protein di
somatik. Banyak neuron prasinaps berakhir di spina dendritik, seperti kompleks fusi-eksositosis. Boks Klinis 6–1 menguraikan
diperlihatkan di bagian atas, tetapi sebagian juga berakhir langsung di bagaimana neurotoksin dari bakteri bernama Clostridium
batang dendrit. Perhatikan adanya vesikel sinaps jernih dan bergranula tetani dan Clostridium botulinum dapat mengganggu pelepas-
di ujung serta berkumpulnya vesikel-vesikel jernih di zona aktif.
an neurotransmiter di SSP atau taut neuromuskulus.

transmiter melalui eksositosis dan kemudian diambil kembali PROSES LISTRIK DI NEURON
melalui endositosis untuk diisi kembali secara lokal. Pada PASCASINAPS
beberapa kasus, vesikel-vesikel ini masuk ke endosom dan
keluar dari endosom untuk diisi kembali, mengulang siklus POTENSIAL PASCASINAPS
kembali. Langkah-langkah yang terjadi diperlihatkan di
Gambar 6–4. Namun, vesikel sinaps lebih sering mengeluar- EKSITATORIK & INHIBITORIK
kan isinya melalui sebuah lubang kecil di membran sel, lalu Penetrasi suatu neuron motorik-α adalah contoh baik dari
lubang tersebut cepat menutup dan vesikel utama tetap berada suatu teknik yang digunakan untuk meneliti aktivitas listrik
di dalam sel (kiss-and-run discharge). Dengan cara ini, proses pascasinaps. Hal ini dicapai dengan memasukkan sebuah
endositotik lengkap dipintas. Vesikel besar berinti padat mikroelektroda melalui bagian ventral medula spinalis.
terletak di seluruh terminal prasinaps yang mengandung Pungsi membran sel ditandai oleh munculnya beda potensial
vesikel-vesikel ini dan melepaskan isi neuropeptidanya melalui tetap 70 mV antara mikroelektroda dan sebuah elektroda di
proses eksositosis dari semua bagian terminal. Di pihak lain, luar sel. Sel dapat diidentifikasi sebagai neuron motorik
vesikel-vesikel kecil terletak di dekat celah sinaps dan berfusi spinalis dengan merangsang akar ventral yang sesuai dan
122 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

NT
Endosom dini

Pembentukan tunas Fusi endosom


Penyerapan NT
H+

Translokasi Translokasi

Docking
(Penambatan) Priming Fusi/
Endositosis
eksositosis
ATP 4 Ca2+ Ca2+ ?
Membran
plasma

Celah Ca2+
sinaps

GAMBAR 6-4 Siklus vesikel kecil di ujung saraf prasinaps. Ca2+ yang memicu fusi dan eksositosis isi granula ke celah sinaps.
Vesikel terbentuk dari penonjolan endosom dini yang kemudian diisi Dinding vesikel kemudian dilapisi oleh klatrin dan diserap oleh
oleh neurotransmiter (NT; kiri atas). Vesikel kemudian bergerak ke endositosis. Di sitoplasma, vesikel berfusi dengan endosom dini dan
membran plasma, tertambat, dan menjadi matang (prime). Jika siklus siap berulang. (Direproduksi, dengan izin, dari SudhorfTC: The synaptic
datang suatu potensial aksi ke ujung saraf prasinaps, terjadi influks vesicle cycle: A Cascade of protein-protein interaction. Nature 1995;375:645).

mengamati aktivitas listrik sel. Stimulasi ini memicu suatu Jika suatu impuls mencapai terminal prasinaps, dapat di-
impuls antidromik (lihat Bab 4) yang dihantarkan ke soma dan hasilkan respons di neuron pascasinaps setelah suatu jeda sinaps
berhenti di titik tersebut. Karena itu, adanya potensial aksi di (synaptic delay). Penundaan ini disebabkan oleh waktu yang
sel setelah stimulasi antidromik menunjukkan bahwa sel yang diperlukan bagi mediator sinaps untuk dilepaskan dan bekerja di
tertembus adalah suatu neuron motorik-α. Stimulasi aferen reseptor di membran sel pascasinaps. Karena itu, hantaran di
akar dorsal (neuron sensorik) dapat digunakan untuk sepanjang suatu rangkaian neuron lebih lambat jika terdapat
mempelajari proses-proses eksitatorik dan inhibitorik di lebih banyak sinaps dibandingkan dengan yang sinaps-nya
neuron motorik-α (Gambar 6–6). sedikit. Karena waktu minimal untuk transmisi menyeb-erangi
satu sinaps adalah 0,5 mdtk, dengan mengukur jeda sinaps dapat
Neuron: ditentukan apakah suatu jalur refleks tertentu ber-sifat mono-
Vesikel sinaps Membran plasma sinaps atau polisinaps (mengandung lebih dari satu sinaps).
Satu rangsangan yang diberikan ke saraf sensorik biasanya
tidak menyebabkan pembentukan potensial aksi yang menjalar
di neuron pascasinaps. Stimulasi tersebut menyebabkan
NSF
depolarisasi parsial transien atau hiper-polarisasi transien.
Respons depolarisasi awal yang dihasilkan oleh satu
α/γ rangsangan dimulai sekitar 0,5 mdtk setelah impuls aferen
SNAPs masuk ke medula spinalis. Respons tersebut mencapai puncak
Sinaptobrevin 11,5 mdtk kemudian lalu menurun secara eksponensial. Selama
Sintaksin potensial ini, eksitabilitas neuron terhadap rangsangan lain
meningkat, dan karenanya potensial tersebut dinamai potensial
Rab3
munc18/ SNAP- pascasinaps eksitatorik (excitatory postsynapticpotential, EPSP)
rbSec1 25 (Gambar 6-6).
GTP EPSP dihasilkan oleh depolarisasi membran sel
pascasinaps tepat di bawah ujung prasinaps. Transmiter
eksitatorik membuka kanal Na+ atau Ca2+ di membran
pascasinaps, menghasilkan arus masuk. Daerah aliran arus
GAMBAR 6-5 Protein-protein utama yang berinteraksi untuk yang tercipta sedemikian kecil sehingga kurang cukup
menyebabkan tertambatnya vesikel sinaps dan fusi di ujung saraf.
Proses-proses penyatuan vesikel dengan sel melibatkan protein v- menguras muatan positif untuk mendepolarisasi membran
snare sinaptobrevin di membran vesikel yang berikatan dengan pascasinaps, menghasilkan arus masuk. Daerah aliran arus
protein t-snare sintaksin di membran sel; suatu kompleks yang tercipta sedemikian kecil sehingga kurang cukup
multiprotein yang diatur oleh GTPase kecil misalnya Rab3 juga menguras muatan positif untuk mendepolarisasi membran
berperan dalam proses ini. (Direproduksi, dengan izin, dari Ferro-NovickS, John
R: Vesicle fusion from yeast to man. Nature 1994;370:191). keseluruhan. Yang terjadi adalah terbentuknya EPSP. EPSP
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 123

BOKS KLINIS 6-1

Toksin Botulinum dan Toksin Tetanus Toksin botulinum B menguraikan sinap-tobrevin, suatu protein
Clostridia adalah bakteri gram-positif. Dua varian, Clostridium membran terkait-vesikel (vesicle-associated membrane protein,
tetani dan Clostridium botulinum menghasilkan sebagian dari VAMP). Dengan menghambat pelepasan asetilkolin di taut
toksin biologis yang paling poten (toksin tetanus dan toksin neuromuskulus, toksin ini menyebabkan paralisis lunglai (flaccid
botulinum) yang diketahui memengaruhi manusia. Kedua paralysis). Gejalanya dapat berupa ptosis, diplopia, disartria,
neurotoksin ini bekerja dengan mencegah pelepasan disfonia, dan disfagia.
neurotransmiter di SSP dan di taut neuromuskulus. Toksin
tetanus berikatan secara ireversibel dengan membran prasinaps KIAT TERAPEUTIK
taut neuromuskulus dan menggunakan transpor akson
retrograd untuk mengalir ke badan sel neuron motorik di Tetanus dapat dicegah dengan pemberian vaksin toksoid
medula spinalis. Dari sini toksin tersebut diserap oleh ujung- tetanus. Pemberian vaksin ini secara meluas di AS dimulai
ujung antarneuron inhibitorik prasinaps. Toksin melekat ke pada pertengahan tahun 1940-an dan menyebabkan
gangliosida di ujung-ujung saraf ini dan menghambat pelepasan penurunan nyata insidensi toksisitas tetanus. Insidensi
glisin dan GABA. Akibatnya, aktivitas neuron motorik meningkat toksisitas botulinum juga rendah (sekitar 100 kasus per
secara nyata. Secara klinis, toksin tetanus menyebabkan tahun di AS), tetapi pada mereka yang terkena, angka
paralisis spastik; gejala khas "lockjaw" (trismus) terjadi karena kematian-nya adalah 5-10%. Tersedia suatu antitoksin
spasme muskulus masseter. Botulisme dapat terjadi akibat sebagai terapi, dan mereka yang berisiko mengalami gagal
asupan makanan yang tercemar, kolonisasi kanal cerna pada napas dipasang ventilator. Di sisi positif, injeksi lokal toksin
bayi, atau infeksi luka.Toksin botulinum sebenarnya adalah satu botulinum (botoks) dosis rendah terbukti efektif dalam
keluarga dari tujuh neurotoksin, tetapi toksin botulinum A, B, mengobati berbagai kondisi yang ditandai oleh
dan E yang terutama toksik bagi manusia. Botulinum toksin A hiperaktivitas otot. Contohnya adalah penyuntikan ke
dan E memutuskan synaptosome-assoclated protein (SNAP-25). sfingter esofagus bawah untuk mengatasi akalasia dan
Ini adalah protein membran prasinaps yang dibutuhkan untuk penyuntikan ke otot-otot wajah untuk menghilangkan
fusi vesikel sinaps yang mengandung asetilkolin ke membran kerutan.
terminal, suatu langkah penting dalam pelepasan transmiter.

disebabkan oleh aktivitas di satu tombol sinaps adalah kecil, Karena merupakan hiperpolarisasi netto, IPSP dapat
tetapi depolarisasi yang dihasilkan oleh masing-masing ditimbulkan oleh perubahan pada kanal-kanal ion lain di
tombol aktif dapat saling menguatkan (sumasi). neuron. Sebagai contoh, IPSP dapat dihasilkan oleh
EPSP dihasilkan oleh stimulasi beberapa masukan, tetapi pembukaan kanal K+, disertai perpindahan K+ keluar sel
stimulasi masukan-masukan lain menghasilkan respons hiper- pascasinaps, atau oleh penutupan kanal Na+ atau Ca2+.
polarisasi. Seperti EPSP, potensial memuncak 11,5 mdtk setelah
rangsangan dan berkurang secara eksponensial. Selama potensial
ini, eksitabilitas neuron terhadap rangsangan lain berkurang;
karena itu, hal ini dinamai potensial pascasinaps inhibitorik POTENSIAL PASCASINAPS LAMBAT
(IPSP, inhibitory postsynaptic potential) (Gambar 6-6). Selain EPSP dan IPSP yang telah dijelaskan, EPSP dan IPSP
Suatu IPSP dapat dihasilkan oleh peningkatan lokal lambat dapat ditemukan di ganglion otonom, otot jantung
transpor Cl−. Jika suatu tombol sinaps inhibitorik menjadi dan otot polos, serta neuron korteks. Potensial pascasinaps
aktif, transmiter yang dilepaskan memicu pembukaan kanal ini memiliki masa laten 100—500 mdtk dan menetap selama
Cl− di daerah membran sel pascasinaps di bawah tombol beberapa detik. EPSP lambat umumnya disebabkan oleh
tersebut. Cl− berpindah menuruni gradien konsentrasinya. penurunan dalam hantaran K+, dan IPSP lambat disebabkan
Efek netto adalah pemindahan muatan negatif ke dalam sel oleh peningkatan hantaran K+.
sehingga potensial membran meningkat.
Berkurangnya eksitabilitas sel saraf selama IPSP
disebabkan oleh pergerakan potensial membran menjauhi
firing level. Karena itu, diperlukan aktivitas eksitatorik
TRANSMISI LISTRIK
(depolarisasi) yang lebih banyak untuk mencapai firing level. Di taut sinaps tempat transmisi bersifat listrik, impuls yang
Kenyataan bahwa IPSP diperantarai oleh Cl− dapat mencapai terminal prasinaps memicu terbentuknya EPSP di
dibuktikan dengan mengulangi rangsangan sambil potensial sel pascasinaps yang, karena jembatan bertahanan rendah di
membran istirahat sel pascasinaps diubah-ubah. Ketika antara keduanya, memiliki masa laten yang jauh lebih
potensial membran berada pada potensial keseimbangan pendek daripada EPSP di sinaps tempat transmisi bersifat
untuk klorida (Eq), potensial pascasinaps lenyap (Gambar 6– kimiawi. Di sinaps conjoint, dapat terjadi baik respons
7), dan pada potensial membran yang lebih negatif, potensial dengan masa laten singkat maupun respons pascasinaps
tersebut menjadi positif (reversalpotential). kimiawi dengan masa laten lama.
124 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

A Sirkuit refleks regang untuk knee jerk Neuron


sensorik
M. kuadriseps Gelendong Medula
(ekstensor) otot spinalis

M. hamstring
(fleksor)
Antarneuron
inhibitorik
Neuron Neuron
motorik motorik
ekstensor fleksor

B Rangkaian eksperimental untuk merekam dari sel-sel di sirkuit

Arus mengalir

Perekaman
Neuron sensorik Perekaman
Elektroda
stimulatorik Neuron motorik
ekstrasel ekstensor EPSP

Serat eferen Neuron motorik


la dari
otot gelendong Neuron sensorik
m. kuadriseps
EPSP

Arus mengalir
Perekaman
Antarneuron
inhibitorik Perekaman
Neuron
motorik IPSP
fleksor
Serat Neuron motorik
aferen la dari
gelendong otot Neuron sensorik
m. kuadriseps EPSP
IPSP

GAMBAR 6-6 Koneksi sinaps eksitatorik dan inhibitorik yang pascasinaps eksitatorik (depolarisasi) atau EPSP di neuron motorik
memperantarai refleks regang adalah contoh sirkuit tipikal di dalam SSP. ekstensor-rangsangan listrik seluruh saraf aferen la dengan
A) Neuron sensorik reseptor regang muskulus kuadriseps membentuk menggunakan elektroda ekstrasel dan arus intrasel yang mengalir
koneksi eksitatorik dengan neuron motorik ekstensor otot yang sama melalui suatu elektroda yang disisipkan ke dalam badan sel neuron
dan antarneuron inhibitorik ke neuron motorik fleksor yang menyarafi sensorik. Panel bawah memperlihatkan bahwa arus yang mengalir
otot antagonistiknya (m. hamstring). B) Rancangan eksperimen untuk melalui suatu antarneuron inhibitorik memicu potensial pascasinaps
mempelajari eksitasi dan inhibisi neuron motorik ekstensor. Panel atas inhibitorik (hiperpolarisasi) atau IPSP di neuron motorik fleksor. (Dari
memperlihatkan dua pendekatan untuk memicu suatu potensial Kandel ER, Schwartz JH, JessellTM [editor]: Principles of Neural Science, 4th ed. McGraw-
Hill, 2000).

PEMBENTUKAN POTENSIAL lepas muatan neuron sedikit lebih rumit daripada hal ini. Di
neuron motorik, bagian sel dengan ambang terendah untuk
AKSI DI NEURON PASCASINAPS pembentukan potensial aksi adalah segmen awal, bagian dari
Hubungan timbal balik yang terus-menerus antara aktivitas akson di dan tepat setelah axon hillock. Segmen tak-bermielin
eksitatorik dan inhibitorik di neuron pascasinaps meng- ini mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi secara
hasilkan fluktuasi potensial membran yang merupakan elektrotonis oleh current sink dan sumber arus di bawah
jumlah aljabar dari berbagai aktivitas hiperpolarisasi dan tombol sinaps eksitatorik dan inhibitorik. Inilah bagian dari
depolarisasi. Karenanya, soma neuron berfungsi sebagai neuron yang pertama kali menghasilkan potensial aksi, dan
integrator. Ketika tingkat depolarisasi mencapai voltase potensial ini menjalar ke kedua arah: mengikuti akson dan
ambang, akan terjadi potensial aksi yang menjalar. Namun, kembali ke soma. Aliran retrograd di soma dengan cara ini
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 125

–40 mV A Penjumlahan temporal B Penjumlahan spasial


Perekaman Perekaman

5 mV

A A
–60 mV RMP Akson Akson

B
–70 mV ECl
Arus
sinaps

–90 mV EK 2 × 10–10 A
A A A B
Potensial
sinaps
–100 mV
5 mdtk

Konstanta Konstanta
GAMBAR 6-7 IPSP disebabkan oleh meningkatnya influks Cl− waktu panjang besar
selama stimulasi. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mengulangi panjang Vm (1 mm) Vm
rangsangan sambil mengubah-ubah potensial membran istirahat (100 mdtk) 2 mV
(RMP) sel pascasinaps. Ketika potensial membran berada di ECl,
potensial lenyap, dan pada potensial membran yang lebih negatif Konstanta Konstanta
(mis. EK dan di bawahnya), potensial menjadi positif (reversal waktu panjang kecil
singkat Vm (0.33 mm) Vm 2 mV
potential). (20 mdtk)
25 mdet

mungkin berguna untuk 'memulai awal yang baru' guna GAMBAR 6-8 Neuron-neuron sentral mengintegrasikan ber-
bagai masukan sinaps melalui penjumlahan temporal dan spasial. A)
terjadinya hubungan timbal-balik aktivitas eksitatorik dan Konstanta waktu neuron pascasinaps memengaruhi amplitudo
inhibitorik di sel yang baru. depolarisasi yang ditimbulkan oleh beberapa EPSP yang berurutan
yang dihasilkan dari satu neuron prasinaps. Pada kasus waktu
PENJUMLAHAN TEMPORAL & konstanta yang lama, jika EPSP kedua timbul sebelum EPSP pertama
lenyap, kedua potensial akan saling menjumlahkan untuk memicu
SPASIAL POTENSIAL PASCASINAPS potensial aksi. B). Konstanta panjang sel pascasinaps memengaruhi
amplitudo dua EPSP yang dihasilkan oleh dua neuron prasinaps, A dan
Terdapat dua sifat membran pasif dari sebuah neuron yang B. Jika konstanta panjang besar, depolarisasi yang diinduksi di dua titik
di neuron dapat menyebar ke zona pemicu tanpa banyak mengalami
memengaruhi kemampuan potensial pascasinaps untuk pelemahan sehingga kedua potensial dapat saling menguatkan dan
bergabung guna memicu potensial aksi (Gambar 6–8). menghasilkan potensial aksi. (Dari Kandel ER, SchwartzJH,JessellTM [editor]:
Konstanta waktu suatu neuron menentukan perjalanan waktu Principles ofNeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

potensial sinaps, serta konstanta panjang suatu neuron


menentukan seberapa besar suatu arus depolarisasi berkurang
sewaktu arus tersebut menyebar secara pasif. Gambar 6-8 juga
FUNGSI DENDRIT
memperlihatkan bagaimana konstanta waktu neuron Selama bertahun-tahun, pandangan baku adalah bahwa dendrit
pascasinaps dapat memengaruhi amplitudo depolarisasi yang hanyalah tempat sumber arus atau current sink yang secara
ditimbulkan oleh beberapa EPSP berturut-turut yang dihasilkan elektrotonis mengubah potensial membran di segmen awal;
oleh satu neuron prasinaps. Semakin lama konstanta waktu, yaitu, dendrit hanya dianggap sebagai perpanjangan soma yang
semakin besar kemungkinan bagi dua potensial untuk saling meningkatkan luas daerah yang tersedia untuk integrasi. Ketika
menjumlahkan guna menginduksi potensial aksi. Jika EPSP percabangan dendrit suatu neuron sangat ekstensif dan memiliki
kedua timbul sebelum EPSP pertama lenyap, kedua potensial banyak terminal prasinaps yang berakhir padanya, terdapat
akan saling menambahkan dan, seperti pada contoh ini, efek ruang untuk terjadinya hubungan timbal-balik antara aktivitas
aditif keduanya cukup untuk memicu suatu potensial aksi di eksitatorik dan inhibitorik yang besar.
neuron pascasinaps (penjumlahan temporal/waktu). Gambar 6-8 Kini telah diketahui pasti bahwa dendrit berperan dalam
juga menunjukkan bagaimana konstanta panjang suatu neuron fungsi neuron dengan cara yang lebih kompleks. Potensial
pascasinaps dapat memengaruhi amplitudo dua EPSP yang aksi dapat direkam di dendrit. Pada banyak kasus, potensial
dihasilkan oleh neuron-neuron prasinaps yang berbeda dalam aksi ini dipicu di segmen awal dan dihantarkan secara retro-
suatu proses yang dinamai penjumlahan spasial/ruang. Jika suatu grad, tetapi potensial aksi yang menjalar dimulai di beberapa
neuron memiliki konstanta panjang yang besar, depolarisasi dendrit. Penelitian-penelitian lebih jauh mengungkapkan
membran yang dipicu oleh masukan yang tiba di dua titik di sifat lentur spina dendritik. Spina dendritik muncul,
neuron dapat menyebar ke zona pemicu neuron dengan tidak berubah, dan bahkan lenyap seiring waktu dalam hitungan
banyak mengalami pelemahan. Kedua potensial dapat saling menit dan jam, bukan hari atau bulan. Juga, meskipun
menguatkan dan memicu potensial aksi. sintesis protein terutama berlangsung di soma dengan
126 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

nukleusnya, terdapat untai mRNA yang bermigrasi ke dendrit. pascasinaps. Pada saat yang sama, dihasilkan IPSP di neuron
Di dendrit, tiap-tiap mRNA tersebut berikatan dengan ribosom motorik yang menyarafi otot-otot antagonistik yang
tunggal di spina dendritik dan menghasilkan protein, yang memiliki suatu antarneuron inhibitorik di antara serat aferen
mengubah efek masukan dari tiap-tiap sinaps pada spina. dan neuron motorik. Karena itu, aktivitas di serat aferen dari
Perubahan pada spina dendritik diperkirakan berperan dalam gelendong otot mengeksitasi neuron motorik yang menyarafi
motivasi, belajar, dan ingatan jangka-panjang. otot dari mana impuls datang, dan menghambat neuron
motorik yang menyarafi otot antagonisnya (reciprocal
INHIBISI & FASILITASI DI innervation, persarafan timbal-balik). Refleks-refleks ini
SINAPS dibahas lebih rinci di Bab 12.
Inhibisi di SSP dapat bersifat prasinaps atau pascasinaps.
Neuron-neuron yang berperan untuk inhibisi pasca- dan
INHIBISI & FASILITASI PRASINAPS
prasinaps dibandingkan di Gambar 6–9. Inhibisi pascasinaps Jenis lain inhibisi terjadi di SSP adalah inhibisi prasinaps,
selama perjalanan suatu IPSP disebut inhibisi langsung karena suatu proses yang diperantarai oleh neuron yang ujung-
bukan merupakan konsekuensi dari lepas muatan sebelumnya ujungnya berada di ujung saraf eksitatorik, membentuk
di neuron pascasinaps. Terdapat berbagai bentuk inhibisi tak- sinaps aksoaksonal (Gambar 6-3). Diketahui terdapat tiga
langsung, yaitu inhibisi karena efek lepas muatan neuron mekanisme inhibisi prasinaps. Pertama, pengaktifan reseptor
pascasinaps sebelumnya. Sebagai contoh, sel pascasinaps prasinaps meningkatkan hantaran Cl−, dan hal ini terbukti
mungkin refrakter terhadap eksitasi karena baru saja menurunkan ukuran potensial aksi yang sampai di ujung
menghasilkan potensial aksi dan sedang dalam masa refrakter. eksitatorik (Gambar 6–10). Hal ini pada gilirannya
Selama hiperpolarisasi-ikutan, sel ini juga kurang dapat mengurangi masuknya Ca2+ dan karenanya jumlah
dirangsang. Di neuron-neuron spinal, khususnya setelah lepas transmiter eksitatorik yang dikeluarkan. Kanal K+ berpintu
muatan berulang, hiperpolarisasi-ikutan ini mungkin besar dan voltase juga terbuka, dan efluks K+ yang terjadi juga
berkepanjangan. menyebabkan berkurangnya influks Ca2+. Yang terakhir,
terdapat bukti adanya inhibisi langsung pelepasan transmiter
INHIBISI PASCASINAPS yang tidak bergantung pada influks Ca2+ ke dalam ujung
saraf eksitatorik.
Inhibisi pascasinaps terjadi ketika transmiter inhibitorik
(mis. glisin, GABA) dilepaskan dari ujung saraf prasinaps Transmiter pertama yang terbukti menyebabkan inhibisi
ke neuron pascasinaps. Berbagai jalur di sistem saraf prasinaps adalah GABA. GABA, dengan bekerja melalui
diketahui memperantarai inhibisi pascasinaps, dan satu reseptor GABAA, meningkatkan hantaran Cl−. Reseptor
contoh ilustratif disajikan di sini. Serat-serat aferen dari GABAB juga terdapat di medula spinalis dan tampaknya
gelendong otot (reseptor regang) di otot rangka berproyeksi memperantarai inhibisi prasinaps melalui suatu protein G yang
menyebabkan peningkatan hantaran K+. Baklofen, suatu
langsung ke neuron motorik spinal di unit-unit motorik
agonis GABAB, adalah terapi efektif untuk mengobati
yang menyarafi otot yang sama (Gambar 6-6). Impuls di
spastisitas pada cedera medula spinalis dan sklerosis multipel,
serat aferen ini menyebabkan EPSP dan, dengan
terutama jika diberikan secara intratekal melalui suatu pompa
penjumlahan, respons yang menjalar di neuron motorik tanam. Transmiter lain juga memperantarai inhibisi prasinaps
melalui efek-efek yang diperantarai oleh protein G pada kanal
Ca2+ dan kanal K+.
Sebaliknya, fasilitasi prasinaps terjadi jika potensial aksi
memanjang (Gambar 6-10) dan kanal Ca2+ terbuka untuk
waktu yang lebih lama. Proses-proses molekular yang
berperan dalam terjadinya fasilitasi prasinaps yang
Inhibisi diperantarai oleh serotonin pada siput laut Aplysia telah
Inhibisi pascasinaps diteliti secara mendalam. Serotonin yang dilepaskan di ujung
prasinaps
aksoaksonal meningkatkan kadar cAMP intraneuron, dan
Motor
neuron fosforilasi yang terjadi pada satu kelompok kanal K+ menutup
kanal, memperlambat repolarisasi dan memperlama potensial
aksi.

SUSUNAN SISTEM INHIBITORIK


Inhibisi prasinaps dan inhibisi pascasinaps biasanya
GAMBAR 6-9 Perbandingan neuron-neuron yang menyebab-kan disebabkan oleh stimulasi sistem-sistem tertentu yang
inhibisi prasinaps dan pascasinaps. Inhibisi prasinaps adalah suatu berkonvergensi di sebuah neuron pascasinaps. Neuron-
proses yang diperantarai oleh neuron-neuron yang ujungnya berada neuron juga mungkin menghambat dirinya sendiri secara
pada ujung saraf eksitatorik, membentuk sinaps aksoaksonal, dan
mengurangi pelepasan transmiter dari neuron eksitatorik. Inhibisi umpan balik negatif (inhibisi umpan-balik negatif). Sebagai
pascasinaps terjadi ketika suatu transmiter inhibitorik (mis. glisin, contoh, sebuah neuron motorik spinal membentuk suatu
GABA) dilepaskan dari ujung saraf prasinaps ke neuron pascasinaps. kolateral rekuren yang bersinaps dengan sebuah antar-
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 127

EPSP di
Potensial neuron pascasinaps
Neuron
aksi motorik
prasinaps

Neuron
motorik

Arus Ca2+
Antarneuron
di neuron prasinaps
inhibitorik
Inhibisi prasinaps

Akson

GAMBAR 6-11 Inhibisi umpan-balik negatif sebuan neuron


motorik spinal melalui sebuah antarneuron inhibitorik. Akson dari
sebuah neuron motorik spinal memiliki kolateral rekuren yang ber-
sinaps dengan sebuah antarneuron inhibitorik yang berakhir di badan
sel neuron motorik yang sama dan neuron motorik yang lain.
Antarneuron inhibitorik ini disebut sel Renshaw dan neurotrans-
Fasilitasi prasinaps
miternya adalah glisin.
GAMBAR 6-10 Efek inhibisi dan fasilitasi prasinaps pada
potensial aksi dan arus Ca2+ di neuron prasinaps dan EPSP di neuron
pascasinaps. Pada masing-masing kasus, garis tebal adalah kontrol dan
garis terputus-putus adalah rekaman yang diperoleh selama inhibisi
atau fasilitasi. Inhibisi prasinaps terjadi ketika pengaktifan reseptor TRANSMISI NEUROMUSKULUS
prasinaps meningkatkan hantaran Cl− yang mengurangi ukuran
potensial aksi. Hal ini mengurangi masuknya Ca2+ dan karenanya
jumlah transmiter eksitatorik yang dilepaskan. Fasilitasi prasinaps TAUT NEUROMUSKULUS
terjadi ketika potensial aksi memanjang dan kanal Ca2+ terbuka untuk
waktu yang lebih lama. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM Sewaktu akson yang menyarafi serat otot rangka mendekati
[editor]: Principles of NeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000). ujungnya, akson tersebut kehilangan selubung mielinnya
dan membagi menjadi sejumlah terminal bouton (Gambar
6–12). Terminal ini mengandung banyak vesikel kecil jernih
yang mengandung asetilkolin, transmiter di taut ini. Ujung-
ujung saraf sesuai dengan lipatan taut (junctional fold), yaitu
cekungan di motor end plate, bagian membran otot yang
neuron inhibitorik, yang kemudian berakhir di badan sel menebal di taut ini. Ruang antara saraf dan membran otot
neuron spinal dan neuron motorik spinal lainnya (Gambar yang menebal setara dengan celah sinaps di pertemuan
6–11). Neuron inhibitorik tertentu ini kadang disebut sel antara dua neuron. Struktur keseluruhan dikenal sebagai taut
Renshaw berdasarkan nama penemunya. Impuls yang neuromuskulus. Hanya satu serat saraf berakhir di tiap-tiap
terbentuk di neuron motorik mengaktifkan antarneuron end plate, tanpa adanya konvergensi banyak masukan.
inhibitorik untuk mengeluarkan neurotransmiter inhibitorik
glisin, dan hal ini mengurangi atau menghentikan lepas RANGKAIAN KEJADIAN SELAMA
muatan neuron motorik. Inhibisi serupa melalui kolateral
rekuren dijumpai di korteks serebri dan sistem limbik. TRANSMISI
Inhibisi prasinaps akibat jalur desendens yang berakhir di Proses-proses yang terjadi selama transmisi impuls dari saraf
jalur-jalur aferen di kornu dorsal mungkin berperan motorik ke otot agak mirip dengan yang terjadi di sinaps
mempermudah transmisi nyeri. neuron ke neuron (Gambar 6–13). Impuls yang tiba di
Jenis lain inhibisi ditemukan di serebelum. Di bagian otak ujung neuron motorik meningkatkan permeabilitas ujung
ini, stimulasi sel-sel basket menyebabkan IPSP di sel Purkinje. saraf tersebut terhadap Ca2+. Ca2+ masuk ke dalam ujung
Namun, sel basket dan sel Purkinje mengalami eksitasi oleh saraf dan memicu peningkatan mencolok eksositosis
masukan eksitatorik serat paralel yang sama (lihat Bab 12). vesikel sinaps yang mengandung asetilkolin. Asetilkolin
Susunan ini, yang dinamai inhibisi feed-forward, untuk berdifusi ke reseptor kolinergik nikotinik (NM) yang
membatasi durasi eksitasi yang ditimbulkan oleh setiap terkonsentrasi di puncak-puncak lipat taut di membran
masukan aferen. motor end plate. Pengikatan asetilkolin ke reseptor ini
128 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

B
Serat saraf motorik
Mielin
Terminal akson
Sel Schwann
Vesikel sinaps
(mengandung
Zona aktif ACh)

Sarkolema Celah
sinaps

Lipat
Regio sarkolema
Nukleus serat otot taut
dengan reseptor
ACh

GAMBAR 6-12 Taut neuromuskulus. A) Scanning electromicrograph yang memperlihatkan percabangan akson-akson motorik dengan
ujung-ujungnya terbenam di alur-alur di permukaan serat otot. B) Struktur taut neuromuskulus. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vanders
Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).

1 Potensial aksi
neuron motorik

Vesikel
asetilkolin
2 2+
Ca masuk 7 Potensial aksi
kanal ber- menjalar di membran
pintu voltase plasma otot

Kanal Na+
berpintu voltase

++ + + + + + +
Asetilkolin +
––– – + 3
– – – –
+ – dilepaskan 4 Na+ masuk – +
+
– + + + + + +
+ +
– – – – – – –

8 Asetilkolin 6 Insiasi
Reseptor asetilkolin
diuraikan potensial
Asetilkolinesterase aksi serat otot

Motor end plate 5 Arus lokal antara end


plate yang mengalami
depolarisasi dan membran
plasma otot di sekitar

GAMBAR 6-13 Proses-proses di taut neuromuskulus yang yang terjadi menghasilkan potensial end plate. Current sink yang
menghasilkan potensial aksi di membran plasma serat otot.Impuls yang tercipta oleh potensial lokal ini mendepolarisasi membran otot sekitar
sampai di ujung neuron motorik meningkatkan permeabilitas ujung ke ambang letupnya. Terbentuk potensial aksi di kedua sisi end plate
tersebut terhadap Ca2+ yang masuk ke ujung neuron dan memicu dan dihantarkan menjauhi end plate di kedua arah di sepanjang serat
eksositosis vesikel sinaps yang mengandung asetilkolin (ACh). ACh otot dan otot berkontraksi. ACh kemudian dibersihkan dari celah
berdifusi dan mengikat reseptor kolinergik nikotinik (NM) di motor end sinaps oleh asetilkolinesterase. (Dari Windmaier EP, Raff H, Strang KT: Vanders
plate yang meningkatkan hantaran Na+ dan K+. Influks Na+ Human Physiology. McGraw-Hill 2008).
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 129

meningkatkan hantaran Na+ dan K+, dan influks Na+ yang menurun secara eksponensial menjauhinya. Pada kondisi ini,
terjadi menyebabkan potensial depolarisasi, potensial endplate. potensial end plate dapat dibuktikan mengalami penjumlah-
Currentsink yang terbentuk oleh potensial lokal ini an temporal.
mendepolarisasi membran otot sekitar ke ambang letupnya.
Potensial aksi terbentuk di kedua sisi end plate dan dihantarkan
menjauhi end plate dalam kedua arah di sepanjang serat otot.
PELEPASAN TRANSMITER SECARA
Potensial aksi otot, pada gilirannya, memicu kontraksi otot, KUANTUM
seperti dijelaskan di Bab 5. Asetilkolin kemudian dibersihkan
Saat istirahat, sejumlah kecil paket (kuantum) asetilkolin
dari celah sinaps oleh asetilkolinesterase, yang terdapat dalam
dilepaskan secara acak dari membran sel saraf. Masing-masing
konsentrasi tinggi di taut neuromuskulus.
menimbulkan letupan depolarisasi kecil yang disebut
Secara rerata endplate manusia mengandung sekitar 15—
miniature end plate potential, yang amplitudonya sekitar 0,5
40 juta reseptor asetilkolin. Tiap-tiap impuls saraf melepaskan
mV. Ukuran kuantum asetilkolin yang dilepaskan dengan cara
asetilkolin dari sekitar 60 vesikel sinaps, dan setiap vesikel
ini bervariasi sesuai dengan konsentrasi Ca2+ dan berbanding
mengandung sekitar 10.000 molekul neurotransmiter. Jumlah ini
cukup untuk mengaktifkan sekitar 10 kali dari jumlah reseptor terbalik dengan konsentrasi Mg2+ di end plate. Ketika suatu
Njyt yang diperlukan untuk menghasilkan potensial end plate impuls saraf mencapai ujung, jumlah kuantum yang
secara penuh. Karena itu, secara teratur dihasilkan potensial aksi dilepaskan meningkat beberapa kali lipat, dan hasilnya adalah
yang menjalar di otot, dan respons besar ini menyamarkan potensial end plate besar yang melebihi ambang letup serat
potensial end plate. Namun, potensial end plate dapat dijumpai otot. Pelepasan asetilkolin secara kuantum yang serupa dengan
jika faktor keamanan 10 kali lipat dapat diatasi dan potensial yang dijumpai di taut mioneuron juga ditemukan di sinaps
berkurang ke ukuran yang kurang memadai untuk kolinergik lain, dan pelepasan transmiter lain secara kuantum
mengaktifkan membran otot sekitar. Hal ini dapat dicapai terjadi di taut noradrenergik, glutaminergik, dan sinaps
dengan pemberian kurare dalam dosis kecil, suatu obat yang lainnya. Dua penyakit taut neuromuskulus, miastenia gravis
bersaing dengan asetilkolin untuk mengikat reseptor NM. dan sindrom Lambert-Eaton, masing-masing diuraikan di
Responsnya kemudian terekam hanya di regio end plate dan Boks Klinis 6–2 dan Boks Klinis 6–3.

BOKS KLINIS 6-2

Miastenia Gravis peningkatan kecenderungan juga mengidap artritis reumatoid,


lupus eritematosus sistemik, dan polimiositis. Sekitar 30%
Miastenia gravis adalah suatu penyakit serius dan kadang
pasien miastenia gravis memiliki keluarga dari pihak ibu yang
mematikan berupa otot rangka yang melemah dan mudah lelah.
mengidap penyakit autoimun. Hubungan ini menunjukkan
Penyakit ini terjadi pada 25 sampai 125 orang dari setiap 1 juta
bahwa pasien miastenia gravis juga memiliki predisposisi genetik
orang di seluruh dunia dan dapat timbul pada semua usia tetapi terhadap penyakit autoimun. Timus mungkin berperan dalam
tampaknya memiliki distribusi bimodus, dengan puncak kejadian patogenesis penyakit dengan memasok sel T penolong yang
pada orang berusia 20-an (terutama wanita) dan 60-an (terutama tersensitisasi terhadap protein-protein timus yang bereaksi-
pria). Penyakit ini disebabkan oleh pembentukan antibodi dalam silang dengan reseptor asetilkolin. Pada sebagian besar pasien,
darah yang ditujukan terhadap reseptor koliner-gik nikotinik tipe timus mengalami hiperplasia; dan 10-15% mengidap timoma.
otot. Antibodi ini merusak sebagian reseptor dan mengikat yang
lain ke reseptor sekitar, memicu pembersihan reseptor-reseptor KIAT TERAPEUTIK
tersebut melalui endositosis. Secara normal, jumlah kuantum
yang dilepaskan dari ujung saraf motorik berkurang jika Kelemahan otot akibat miastenia gravis membaik setelah
rangsangan diberikan secara berulang dan berturut-turut. Pada periode istirahat atau pemberian inhibitor asetil-
miastenia gravis, tidak terjadi transmisi neuro-muskulus pada kolinesterase misalnya neostigmin atau piridostigmin.
tingkat pelepasan kuantum yang rendah ini. Hal ini menimbulkan Inhibitor kolinesterase menghambat metabolisme
gambaran klinis utama penyakit ini, kelemahan otot jika otot asetilkolin dan karenanya mengompensasi penurunan
melakukan aktivitas yang menetap atau berulang. Terdapat dua normal dalam pelepasan neuro-transmiter selama
bentuk utama penyakit ini. Pada satu bentuk, otot mata perangsangan berulang. Obat imunosupresif (mis.
ekstraokular adalah yang terutama terkena. Pada bentuk kedua, prednison, azatioprin, atau siklosporin) dapat menekan
terjadi kelemahan otot rangka generalisata. Pada kasus yang
produksi antibodi dan terbukti memperbaiki kekuatan
berat, semua otot, termasuk diafragma dapat melemah dan dapat
otot pada sebagian pasien dengan miastenia gravis.
terjadi gagal napas dan kematian. Kelainan struktural utama yang
Timektomi diindikasikan khususnya jika dicurigai terdapat
dijumpai pada miastenia gravis adalah keadaan celah sinaps yang
sedikit, dangkal, dan terlalu lebar atau bahkan tidak ada di motor timoma dalam perkembangan miastenia gravis. Bahkan
end plate. Studi-studi menunjukkan bahwa membran pascasinaps pada mereka yang tidak mengidap timoma, timektomi
memperlihatkan penurunan respons terhadap asetilkolin dan menginduksi remisi pada 35% dan memperbaiki gejala
70-90% penurunan dalam jumlah reseptor per end plate di otot pada 45% pasien lainnya.
yang terkena. Pasien dengan miastenia gravis memperlihatkan
130 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

BOKS KLINIS 6-3

Sindrom Lambert-Eaton mendahului diagnosis kanker. Dapat timbul suatu sindrom yang
Pada sebuah penyakit yang relatif jarang yang dinamai sindrom mirip dengan LEMS pada pemakaian antibiotik aminoglikosida,
Lambert-Easton (Lambert-Eaton Syndrome, LEMS), kelemahan yang juga mengganggu fungsi kanal Ca2+.
otot disebabkan oleh serangan auto-imun terhadap salah satu
kanal Ca2+ berpintu voltase di ujung saraf di taut
neuromuskulus. Hal ini menurunkan influks Ca2+ normal yang KIAT TERAPEUTIK
menyebabkan pelepasan asetilkolin. Insidens LEMS di AS
Karena tingginya komorbiditas dengan kanker paru sel
adalah sekitar 1 kasus per 100.000 orang; penyakit ini biasanya
muncul pada masa dewasa dan tampaknya sama seringnya kecil, strategi terapi pertama adalah menentukan apakah
pada wanita dan pria. Otot proksimal ekstremitas bawah pasien juga mengidap kanker dan jika demikian, ia perlu
adalah yang paling sering terkena, menyebabkan waddling gait diterapi sesuai penyakitnya. Pada pasien tanpa kanker,
dan kesulitan mengangkat lengan. Rangsangan berulang saraf imunoterapi dapat diberikan. Pemberian prednison,
motorik mempermudah akumulasi Ca2+ di ujung saraf dan plasmaferesis, dan imu-noglobulin intravena juga contoh-
meningkatkan pelepasan asetilkolin, sehingga kekuatan otot contoh terapi efektif untuk LEMS. Juga pemakaian
meningkat. Hal ini berbeda dari miastenia gravis, yakni amidopiridin mempermudah pelepasan asetilkolin di taut
gejalanya muncul oleh rangsangan berulang. Sekitar 40% neuromuskulus dan dapat meningkatkan kekuatan otot
pasien dengan LEMS juga mengidap kanker, khususnya kanker pada pasien LEMS. Golongan obat ini menyebabkan
sel kecil paru. Salah satu teori menyatakan bahwa antibodi blokade kanal K+ prasinaps dan mendorong pengaktifan
yang diproduksi untuk menyerang sel kanker juga mungkin kanal Ca2+ berpintu voltase. Inhibitor asetilkolin dapat
menyerang kanal Ca2+, menyebabkan LEMS. LEMS juga pernah digunakan, tetapi sering tidak dapat meredakan gejala
dilaporkan berkaitan dengan limfosarkoma, timoma maligna,
LEMS.
dan kanker payudara, lambung, kolon, prostat, kandung kemih,
ginjal, atau kandung empedu. Tanda-tanda klinis biasanya

UJUNG SARAF DI OTOT POLOS diketahui. Di ventrikel, kontak antara serat noradrenergik
dan serat otot jantung mirip dengan yang ditemukan di otot
& OTOT JANTUNG polos.

Neuron pascaganglion di berbagai otot polos yang telah diteliti


secara mendalam membentuk percabangan ekstensif dan
POTENSIAL TAUT
berkontak erat dengan sel-sel otot (Gambar 6–14). Sebagian Di otot polos yang lepas muatan noradrenergiknya bersifat
dari serat saraf ini mengandung vesikel jernih dan bersifat eksitatorik, stimulasi saraf noradrenergik menimbulkan
kolinergik; sementara yang lain mengandung vesikel berinti depolarisasi parsial yang tampak berbeda dan menyerupai
padat khas yang mengandung norepinefrin. Tidak terlihat end potensial endplate kecil yang disebut potensial taut eksitatorik
plate atau spesialisasi pascasinaps lainnya. Serat-serat saraf (excitatory junction potential, EJP). Potensial ini dapat saling
berjalan di sepanjang membran sel otot dan kadang membuat menjumlahkan jika rangsangan berulang. EJP serupa
alur di permukaannya. Cabang-cabang neuron noradrenergik ditemukan di jaringan yang mengalami eksitasi oleh impuls
dan, kemungkinan, kolinergik memiliki pembesaran- kolinergik. Di jaringan yang dihambat oleh rangsangan
pembesaran seperti manik-manik (varises) dan mengandung noradrenergik, potensial taut inhibitorik (inhibitory junction
vesikel sinaps (Gambar 6-14). Pada neuron noradrenergik, potential, IJP) hiperpolarisasi dihasilkan oleh stimulasi saraf
varises-varises ini terpisah sekitar 5 fim, dengan hampir 20.000 noradrenergik. Potensial taut menyebar secara elektrotonis.
varises per neuron. Transmiter tampaknya dilepaskan dari
tiap-tiap varises, yaitu di banyak lokasi di sepanjang akson.
Susunan ini memungkinkan satu neuron menyarafi banyak sel
SUPERSENSITIVITAS DENERVASI
efektor. Jenis kontak berupa sebuah neuron yang membentuk Jika saraf motorik ke otot rangka dipotong dan dibiarkan
sinaps di permukaan neuron lain atau sel otot polos lalu mengalami degenerasi, otot secara perlahan menjadi sangat
berlanjut untuk membentuk kontak serupa dengan sel lain peka terhadap asetilkolin. Hal ini disebut hipersensitivitas atau
disebut synapse en passant. supersensitivitas denervasi. Dalam keadaan normal, reseptor
Di jantung, serat saraf kolinergik dan noradrenergik nikotinik terletak hanya di dekat motor end plate yakni tempat
berakhir di nodus sinoatrium, nodus atrioventrikel, dan berkas berakhirnya akson saraf motorik. Jika saraf motorik putus,
His (lihat Bab 29). Serat noradrenergik juga menyarafi otot terjadi proliferasi mencolok reseptor nikotinik secara luas di
ventrikel. Sifat pasti ujung-ujung saraf di jaringan nodus belum taut neuromuskulus. Supersensitivitas denervasi juga terjadi di
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 131

Serat saraf
otonom

Varises

Lembaran
sel-sel

Mitokondria

Vesikel
sinaps

Varises

GAMBAR 6-14 Ujung neuron otonom pascaganglion di otot (varises) dan mengandung vesikel sinaps. Neurotransmiter dilepaskan
polos. Serat-serat saraf berjalan di sepanjang membran sel otot polos dari varises dan berdifusi ke dalam reseptor di membran plasma sel
dan kadang membuat alur di permukaannya. Cabang-cabang neuron otot polos. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vanders Human Physiology.
pascaganglion 'bermanik-manik' karena adanya pelebaran-pelebaran McGraw-Hill, 2008).

taut otonom. Otot polos, tidak seperti otot rangka, tidak Hipersensitivitas denervasi memiliki banyak sebab.
mengalami atrofi ketika sarafnya terputus, tetapi menjadi Seperti disebutkan di Bab 2, defisiensi suatu kurir kimia
hiperresponsif terhadap mediator-mediator kimia yang tertentu umumnya menyebabkan peningkatan (upregulation)
biasanya mengaktifkannya. Hiperresponsivitas ini dapat reseptornya. Faktor lain adalah tidak adanya penyerapan
diperlihatkan dengan menggunakan metode farma-kologis kembali neuro transmiter yang telah dikeluarkan.
dan bukan pemotongan saraf sebenarnya. Pemberian
berkepanjangan suatu obat seperti reserpin dapat digunakan
Cabang akson Reseptor
untuk menguras simpanan transmiter dan mencegah organ (sustaining collateral)
sasaran terpajan ke norepinefrin untuk periode yang lama.
Jika pemakaian obat dihentikan, otot polos dan otot jantung
akan menjadi supersensitif terhadap pelepasan neurotrans-
miter berikutnya.
Degenerasi Reseptor
Reaksi yang dipicu oleh pemotongan sebuah akson retrograd hipersensitif
dirangkum dalam Gambar 6–15. Hipersensitivitas struktur Tempat acara
pascasinaps terhadap transmiter yang semula dikeluarkan
oleh ujung-ujung akson adalah suatu fenomena umum, X
terutama disebabkan oleh sintesis atau pengaktifan lebih
banyak reseptor. Akan terjadi degenerasi ortograd Reaksi Regenerative Degenerasi
(degenerasi waller) dan degenerasi retrograd puntung akson retrograd: sprouting ortograd
kromatolisis (waller)
ke kolateral terdekat (sustaining collateral). Terjadi
serangkaian perubahan di badan sel yang menyebabkan GAMBAR 6-15 Ringkasan perubahan yang terjadi di sebuah
berkurangnya substansi Nissl (kromatolisis). Saraf neuron dan struktur yang disarafinya ketika aksonnya rusak atau
kemudian mulai tumbuh, dengan cabang-cabang kecil terpotong di titik yang ditandai huruf X. Hipersensitivitas struktur
berproyeksi di sepanjang jalur yang dahulu dilalui akson pascasinaps terhadap transmiter yang semula dikeluarkan oleh akson
(regenerative sprouting). Akson kadang tumbuh kembali ke terjadi terutama disebabkan oleh sintesis atau pengaktifan lebih
banyak reseptor. Terjadi degenerasi ortograd (waller) dari titik
sasaran semula, khususnya di lokasi-lokasi seperti taut kerusakan ke terminal dan degenerasi retrograd puntung akson ke
neuromuskulus. Namun, regenerasi saraf umumnya terbatas kolateral terdekat. Perubahan juga terjadi di badan sel, termasuk
karena akson sering terperangkap di daerah kerusakan kromatolisis. Saraf mulai tumbuh kembali, dengan cabang-cabang
jaringan tempat akson itu putus. Kesulitan ini dapat kecil menonjol di sepanjang jalur yang semula dilalui akson
(regenerative sprouting).
dikurangi dengan pemberian neurotrofin (lihat Bab 4).
132 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

RINGKASAN BAB PERTANYAANPILIHAN GANDA


■ Ujung serat prasinaps mengalami pembesaran yang dinamai Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat
terminal bouton atau tombol sinaps. Ujung prasinaps dipisah- kecuali jika dinyatakan lain
kan dari struktur pascasinaps oleh celah sinaps. Membran
1. Mana dari proses elektrofisiologis berikut yang tepat berpasangan
pascasinaps mengandung reseptor neurotransmiter dan biasa-
dengan perubahan dalam arus ionik yang menyebabkan proses?
nya suatu penebalan pascasinaps yang disebut densitas
pascasinaps. A. Potensial pascasinaps inhibitorik (IPSP) cepat dan penutupan
kanal Cl−.
■ Di sinaps kimiawi, impuls di akson prasinaps menyebabkan B. Potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP) cepat dan
sekresi suatu neurotransmiter yang berdifusi menyeberangi peningkatan hantaran Ca2+.
celah sinaps dan berikatan dengan reseptor pascasinaps, C. Potential end plate dan peningkatan hantaran Na+.
memicu proses-proses yang membuka atau menutup kanal di D. Inhibisi prasinaps dan penutupan kanal K+ berpintu
membran sel pascasinaps. Di sinaps listrik, membran neuron voltase.
prasinaps dan pascasinaps terletak saling berdekatan, dan taut E. EPSP lambat dan peningkatan hantaran K+.
celah membentuk jembatan bertahanan rendah yang dilalui
ion-ion dengan relatif mudah dari satu neuron ke neuron 2. Mana dari proses fisiologis berikut yang tidak tepat dipasangkan
berikutnya. dengan suatu struktur?
A. Transmisi listrik: taut celah
■ EPSP dihasilkan oleh depolarisasi sel pascasinaps setelah masa
B. Inhibisi umpan-balik negatif: sel Renshaw
laten 0,5 mdtk; transmiter eksitatorik membuka kanal ion Na+
C. Vesikel sinaps tertambat dan menyatu: ujung saraf
atau Ca2+ di membran pascasinaps, menyebabkan arus masuk
prasinaps
ke dalam sel. IPSP terjadi oleh hiperpolarisasi sel pascasinaps;
D. Potential end plate: reseptor kolinergik muskarinik
potensial ini dapat dihasilkan oleh peningkatan lokal transpor
E. Pembentukan potensial aksi: segmen awal
Cl−. EPSP dan IPSP lambat terjadi setelah masa laten 100-500
mdtk di ganglion otonom, otot jantung, dan otot polos, dan 3. Inisiasi suatu potensial aksi di otot rangka
neuron korteks. EPSP lambat disebabkan oleh penurunan A. memerlukan fasilitasi spasial/ruang.
hantaran K+, dan IPSP lambat disebabkan oleh peningkatan B. memerlukan fasilitasi temporal/waktu.
hantaran K+. C. dihambat oleh konsentrasi tinggi Ca2+ di taut
■ Inhibisi pascasinaps selama perjalanan suatu IPSP disebut neuromuskulus.
inhibisi langsung. Inhibisi langsung terjadi karena efek lepas D. memerlukan pelepasan norepinefrin.
muatan neuron pascasinaps sebelumnya; sebagai contoh, sel E. memerlukan pelepasan asetilkolin.
pascasinaps tidak dapat diaktifkan selama periode refrakter- 4. Seorang wanita 35 tahun mengunjungi dokternya untuk
nya. Inhibisi prasinaps adalah suatu proses yang diperantarai melaporkan kelemahan otot di otot-otot mata ekstraokular dan
oleh neuron-neuron yang terminalnya berakhir di ujung otot ekstremitas. Ia menyatakan bahwa ia merasa baik-baik saja
eksitatorik, membentuk sinaps aksoaksonal; sebagai respons ketika bangun pagi hari, tetapi kelemahan tersebut dimulai segera
terhadap pengaktifan terminal prasinaps. Pengaktifan reseptor setelah ia mulai aktif. Kelemahan otot membaik dengan istirahat.
prasinaps dapat meningkatkan hantaran Cl−, mengurangi Sensasi tampak normal. Dokternya mengobatinya dengan suatu
ukuran potensial aksi yang mencapai ujung eksitatorik, dan inhibitor anti-kolinesterase, dan ia merasakan pemulihan cepat
mengurangi masuknya Ca2+ serta jumlah transmiter kekuatan ototnya. Dokternya mendiagnosisnya dengan
eksitatorik yang dilepaskan. A. sindrom Lambert-Eaton.
■ Terminal akson neuron motorik bersinaps di motor end plate B. miastenia gravis.
membran otot rangka untuk membentuk taut neuromuskulus. C. sklerosis multipel.
Impuls yang sampai di ujung saraf motorik menyebabkan D. penyakit Parkinson.
masuknya Ca2+ yang memicu eksosi-tosis vesikel-vesikel E. distrofi otot.
sinaps berisi asetilkolin. Asetilkolin berdifusi dan mengikat 5. Seorang wanita 55 tahun mengalami neuropati otonom yang
reseptor kolinergik nikotinik di motor end plate, menyebab- mengganggu persarafan simpatis ke otot dilator pupil mata
kan peningkatan hantaran Na+ dan K+; influks Na+ meng- kanannya. Sewaktu menjalani pemeriksaan mata, dokter spesialis
induksi potensial end plate dan depolarisasi membran otot mata meneteskan fenilefrin ke matanya. Mata kanan menjadi
sekitar. Terbentuk potensial aksi yang dihantarkan di jauh lebih berdilatasi dibandingkan mata kiri. Hal ini meng-
sepanjang serat otot, yang pada gilirannya memicu kontraksi isyaratkan bahwa
otot.
A. saraf simpatis ke mata kanan telah mengalami regenerasi.
■ Ketika sebuah saraf rusak dan kemudian berdegenerasi, B. persarafan parasimpatis ke mata kanan tetap utuh
struktur pascasinaps secara bertahap menjadi sangat sensitif dan mengompensasi berkurangnya saraf simpatis.
terhadap transmiter yang dilepaskan oleh saraf. Hal ini C. fenilefrin menghambat otot konstriktor pupil mata
disebut hipersensitivitas atau supersensitivitas denervasi. kanan.
D. telah terjadi supersensitivitas denervasi.
E. mata kiri juga mengalami kerusakan saraf sehingga
tidak berespons seperti yang diharapkan.
BAB 6 Transmisi di Sinaps & Taut 133

6. Seorang wanita 47 tahun dirawat di rumah sakit setelah


melaporkan bahwa ia mengalami mual dan muntah selama
DAFTAR PUSTAKA
sekitar 2 hari dan kemudian menderita kelemahan otot yang Di Maoi V: Regulation of information passing by synaptic
parah dan gejala neurologis termasuk ptosis dan disfagia. Ia transmission: A short review. Brain Res 2008;1225:26.
mengungkapkan bahwa ia pernah makan di restoran semalam Hille B: Ionic Channels of Excitable Membranes, 3rd ed. Sinauer
sebelum gejalanya dimulai. Pemeriksaan lab positif untuk Associates, 2001.
Clostridium botulinum. Neurotoksin Magee JC: Dendritic integration of excitatory synaptic input. Nature
Rev Neurosci 2000;1:181.
A. menghambat penyerapan ulang neurotransmiter ke dalam
ujung prasinaps. Sabatini B, Regehr WG: Timing of synaptic transmission. Annu Rev
Physiol 1999;61:521.
B. seperti toksin tetanus berikatan secara reversibel dengan
membran prasinaps di taut neuromuskulus. Van der Kloot W, Molg J: Quantal acetylcholine release at the
vertebrate neuromuscular junction. Physiol Rev 1994;74:899.
C. mencapai badan sel neuron motorik melalui difusi
ke dalam medula spinalis. WuH, Xiong WC, Mei L: To build a synapse: signaling pathways in
neuromuscular junction assembly. Development 2010;137:1017.
D. menimbulkan semua efek merugikan dengan bekerja
di sentral bukan perifer.
E. misalnya toksin botulinum mencegah pelepasan asetilkolin
dari neuron motorik karena pemutusan protein terkait-
sinaptosom atau protein membran terkait-vesikel.
Halaman ini sengaja dikosongkan
7
B A B

Neurotransmiter &
Neuromodulator

T U J U A N ■ Menyebutkan jenis-jenis utama neurotransmiter


Setelah mempelajari bab ini,
■ Meringkaskan langkah-langkah yang berperan dalam biosintesis, pelepasan,
kerja, dan pengeluaran dari celah sinaps berbagai neurotransmiter utama
Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan berbagai jenis reseptor untuk asam amino, asetilkolin,
monoamin, ATP, opioid, nitrat oksida, dan kanabinoid
■ Mengidentifikasi berbagai peptida opioid endogen, reseptornya, dan fungsinya.

PENDAHULUAN
Ujung saraf telah disebut sebagai transduser biologis yang satu tanpa persarafannya. Kedua jantung dihubungkan ke
mengubah energi listrik menjadi energi kimiawi. Suatu kanula yang berisi larutan salin. Nervus vagus jantung
pengamatan yang dilakukan oleh Otto Loewi, seorang ahli pertama dirangsang lalu larutan salin dari jantung
farmakologi Jerman, pada tahun 1920 menjadi dasar bagi dipindahkan ke jantung yang tidak memiliki persarafan.
konsep neurotransmisi kimiawi dan pemberian hadiah Nobel Kecepatan kontraksinya melambat seolah-olah nervus
dalam Fisiologi dan Kedokteran. Ia menyajikan bukti paling vagusnya dirangsang. Loewi menyebut bahan kimia yang
meyakinkan pertama bahwa nervus vagus yang menyarafi
dikeluarkan oleh nervus vagus sebagai vagusstoff. Tak lama
jantung mengeluarkan suatu kurir kimiawi untuk mengurangi
kemudian, bahan tersebut diidentifikasi secara kimiawi
kecepatan jantung. Kerangka eksperimen datang kepadanya
sebagai asetilkolin. Loewi juga memperlihatkan bahwa ketika
dalam suatu mimpi pada Minggu Paskah tahun itu. Ia
saraf simpatis jantung pertama dirangsang dan efluennya
terbangun dari tidurnya, menuliskan mimpinya di buku
diberikan ke jantung kedua, kecepatan kontraksi jantung
catatannya dengan segera, tetapi pagi berikutnya catatan
tersebut tidak dapat dibaca. Malam berikutnya, mimpi itu “donor” meningkat seolah-olah serat simpatisnya dirangsang.
kembali dan ia pergi ke laboratoriumnya pada jam 3 pagi Hasil-hasil ini membuktikan bahwa ujung saraf mengeluarkan
untuk melakukan suatu eksperimen sederhana pada jantung bahan kimia yang menyebabkan modifikasi fungsi jantung
katak. Ia mengisolasi jantung dari dua katak, satu dengan dan yang terjadi sebagai respons terhadap stimulasi persarafannya.

TRANSMISI KIMIAWI berakhirnya efek neurotransmiter dan mencakup difusi


menjauhi celah sinaps, penyerapan kembali ke dalam ujung
AKTIVITAS SINAPS saraf, dan penguraian enzimatik. Semua proses ini, serta
Apapun jenis mediator kimia yang terlibat, proses transmisi kejadian-kejadian di neuron pascasinaps, diatur oleh banyak
di sinaps kimiawi terdiri dari beberapa tahap umum. Tahap faktor fisiologis dan dapat dipengaruhi oleh obat. Karena itu,
pertama adalah pembentukan neurotransmiter yang ahli farmakologi (dalam teori) seyogianya mampu
biasanya terjadi di ujung saraf dan disimpan di vesikel mengembangkan obat yang mengatur tidak saja aktivitas
sinaps. Hal ini diikuti oleh pelepasan bahan kimia vesikel motorik somatik dan viseral tetapi juga emosi, perilaku, dan
ke dalam celah sinaps sebagai respons terhadap impuls semua fungsi kompleks lain otak. Sebagian dari bahan kimia
saraf. Neurotransmiter yang disekresikan kemudian dapat yang dibebaskan oleh neuron tidak atau sedikit memiliki efek
bekerja pada reseptor di membran neuron pascasinaps, langsungnya sendiri tetapi dapat memodifikasi efek
organ efektor (mis. otot atau kelenjar), atau bahkan ujung neurotransmiter. Bahan-bahan kimia ini disebut neuro-
saraf prasinaps. Tahap terakhir dalam proses menyebabkan modulator.

135
136 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

KIMIA TRANSMITER sifat mediator itu sendiri. Pengklonaan dan teknik biologi
molekular lain memungkinkan kita memperoleh kemajuan
Banyak neurotransmiter dan enzim-enzim yang terlibat dalam spektakuler dalam pengetahuan mengenai struktur dan
sintesis dan katabolismenya dapat diketahui lokasinya di ujung fungsi reseptor untuk neurotransmiter dan kurir kimiawi
saraf melalui imunohistokimia, suatu teknik pelabelan dan lainnya. Masing-masing reseptor, bersama dengan ligannya
pengaplikasian antibodi terhadap bahan tertentu ke otak dan (molekul yang terikat pada reseptor), dibahas di bagian-
jaringan lain. Antibodi berikatan dengan bahan tersebut, dan bagian selanjutnya dari bab ini. Namun, terdapat lima tema
lokasi bahan kemudian ditentukan dengan mengetahui letak yang perlu disebutkan dalam pembahasan pendahuluan ini.
label dengan mikroskop cahaya atau elektron. Histokimia
Pertama, di setiap kasus yang telah diteliti secara rinci
hibridisasi in situ, yang memungkinkan kita mengetahui
sampai saat ini, masing-masing mediator kimia memiliki
lokasi mRNA untuk sintesis enzim atau reseptor tertentu, juga
potensial untuk bekerja di banyak subtipe reseptor. Karena
merupakan alat yang berguna.
itu, sebagai contoh, norepinefrin bekerja pada reseptor
Terdapat dua kelas utama bahan kimia yang berfungsi
adrenergik α1, α2, β1, β2, dan β3. Jelaslah, hal ini meningkat-
sebagai neurotransmiter dan neuromodulator: transmiter
kan kemungkinan efek suatu ligan dan menyebabkan
molekul-kecil dan transmiter molekul besar. Transmiter
efeknya di suatu sel tertentu menjadi lebih selektif.
molekul kecil mencakup asam amino (mis. glutamat, GABA,
Kedua, bagi banyak transmiter yang disekresikan,
dan glisin), asetilkolin, monoamin (mis. norepinefrin,
terdapat reseptor di elemen prasinaps serta pascasinaps.
epinefrin, dopamin, dan serotonin), dan adenosin trifosfat
Salah satu reseptor prasinaps yang disebut autoreseptor
(ATP). Transmiter molekul-besar mencakup neuropeptida
sering menghambat sekresi transmiter lebih lanjut, meng-
seperti substansi P, enkefalin, vasopresin, dan sejumlah
hasilkan kontrol umpan-balik. Sebagai contoh, norepinefrin
lainnya. Secara umum, neuro-peptida berada bersama dengan
salah satu neurotransmiter molekul kecil (Tabel 7–1). bekerja pada reseptor α2 prasinaps untuk menghambat
sekresi norepinefrin lebih lanjut. Jenis kedua reseptor
Gambar 7–1 memperlihatkan biosintesis beberapa trans-
prasinaps dinamai hetero-reseptor yang ligannya adalah
miter molekul-kecil umum yang dikeluarkan oleh neuron di
bahan kimia selain transmiter yang dilepaskan oleh ujung
sistem saraf pusat (SSP) atau sistem saraf tepi Gambar 7–2
saraf tempat reseptor tersebut berada. Sebagai contoh,
menunjukkan lokasi golongan-golongan utama neuron yang
norepinefrin bekerja pada suatu heteroreseptor di ujung
mengandung norepinefrin, epinefrin, dopamin, dan asetil-
saraf kolinergik untuk menghambat pelepasan asetilkolin.
kolin. Ini adalah sebagian dari sistem neuro-modulatorik
Pada beberapa kasus, reseptor prasinaps memper-mudah
sentral utama.
pelepasan neurotransmiter.
RESEPTOR Ketiga, meskipun terdapat banyak neurotransmiter dan
Kerja suatu mediator kimia pada struktur sasarannya lebih banyak subtipe reseptor untuk masing-masing ligan, reseptor
bergantung pada jenis reseptor tempatnya bekerja daripada pada cenderung berkelompok dalam dua famili besar dari segi
struktur dan fungsi: kanal berpintu ligan (juga dikenal
sebagai reseptor ionotropik) dan reseptor metabotropik.
Pada kasus reseptor ionotropik, kanal membran terbuka
TABEL 7–1 Contoh ko-lokalisasi transmiter molekul-
kecil dengan neuropeptida. ketika ligan berikat-an dengan reseptor; dan pengaktifan
kanal biasanya memicu peningkatan singkat (beberapa
Transmiter sampai puluhan milidetik) hantaran ionik. Karena itu,
Molekul Kecil Neuropeptida
reseptor ini penting untuk transmisi sinaps cepat. Reseptor
Glutamat Substansi P metabotropik adalah reseptor terkait-protein G 7-trans-
GABA Kolesistokinin, enkefalin, somatostatin,
membran (GPCR), dan pengikatan neuro-transmiter ke
substansi P, thyrotropin-releasing hormone reseptor ini memicu pembentukan kurir kedua yang
memodulasi kanal berpintu voltase di membran neuron.
Glisin Neurotensin
Reseptor untuk sebagian neuro-transmiter dan neuro-
Asetilkolin Calcitonin gene-related protein, modulator tercantum di Tabel 7-2 , bersama dengan kurir
enkefalin, galanin, gonadotropin-
kedua utamanya dan, efek netto pada kanal ion, apabila telah
releasing hormone, neurotensin,
somatostatin, substansi P, vasoactive diketahui. Perlu dicatat bahwa tabel ini telah sangat
intestinal polypeptide disederhanakan. Sebagai contoh, pengaktifan reseptor
Dopamin Kolesistokinin, enkefalin, neurotensin
adrenergik-α2 meng-urangi kon-sentrasi cAMP intrasel,
tetapi terdapat bukti bahwa protein G yang diaktifkan oleh
Norepinefrin Enkefalin, neuropeptida Y, neurotensin, reseptor prasinaps adrenergik-α2 juga bekerja langsung pada
somatostatin, vasopresin
kanal Ca2+ untuk menghambat pelepasan norepinefrin.
Epinefrin Enkefalin, neuropeptida Y, neurotensin, Keempat, reseptor terkonsentrasi dalam kelompok-
substansi P
kelompok di membran pascasinaps dekat dengan ujung
Serotonin Kolesistokinin, enkefalin, neuropeptida Y, neuron yang mengeluarkan neurotransmiter spesifik untuk-
substansi P, vasoactive intestinal nya. Hal ini umumnya disebabkan oleh adanya protein-
polypeptide protein pengikat spesifik bagi reseptor.
BAGIAN 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 137

A. Asam amino D. Katekolamin


GABA-T
α-Ketoglutarat Glutamat Tirosin

Glutaminase Tirosin
Glutamin Glutamat hidroksilase

Dihidroksi-fenilalanin
GAD
Glutamat GABA (DOPA)
Asam amino
B. Asetilkolin dekarboksilase

+ Dopamin
Asetil-KoA Kolin
Kolin Dopamin-β-
asetiltransferase hidroksilase

Asetilkolin Norepinefrin

Feniletanolamin-N-
C. Serotonin metiltransferase

Triptofan Epinefrin
Triptofan
hidroksilase

5-Hidroksitriptofan

5-Hidroksitriptofan
dekarboksilase

5-Hidroksitriptamin

GAMBAR 7-1 Biosintesis beberapa neurotransmiter molekul kecil antara ini untuk membentuk 5-hidroksitriptamin (juga disebut
yang banyak ditemukan. A) Glutamat disintesis dalam siklus Krebs oleh serotonin). D) Katekolamin disintesis dari asam amino tirosin melalui
perubahan α-ketoglutarat menjadi asam amino melalui enzim asam γ- suatu proses multi-tahap.Tirosin dioksidasi menjadi dihidroksi-
aminobutirat transferase (GABA-T) atau dl ujung saraf oleh hidrolisis fenilalanin (DOPA) oleh enzim tirosin hidroksilase di sitoplasma
glutamln oleh enzim glutamlnase. GABA disintesis oleh konversi neuron; DOPA kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi
glutamln oleh enzim asam glutamat dekarboksilase (GAD). B) dopamin. Di neuron dopaminergik, dopamin diangkut ke dalam
Asetilkolln disintesis di sitoplasma ujung saraf dari asetil-KoA dan kolin vesikel sinaps tempat zat ini diubah menjadi norepinefrin oleh
oleh enzim kolin asetiltransferase. C) Serotonin disintesis dari asam dopamin-β-hidroksilase. Di neuron yang juga mengandung enzim
amino triptofan dalam suatu proses dua-tahap: hidroksilasi enzimatik feniletanolamin-N-metiltransferase, norepinefrin diubah menjadi
triptofan menjadi 5-hidroksitriptofan dan dekarboksilasi enzimatik zat epinefrin.

Kelima, sebagai respons terhadap pajanan berke- simpatis oleh norepinephrin transporter (NET, pengangkut
panjangan ke ligannya, sebagian besar reseptor menjadi tidak norepinefrin). Sebagian dari norepinefrin yang kembali ke
responsif; yaitu, reseptor tersebut mengalami desensitisasi. neuron dialihkan ke dalam vesikel sinaps melalui vesicular
Hal ini dapat terdiri dari dua tipe: desensitisasi homolog, monoamine transporter (VMAT). Terdapat pengangkut
disertai hilangnya responsivitas hanya terhadap ligan membran dan vesikular analog untuk neurotransmiter
tertentu dan mempertahankan responsivitas sel terhadap molekul-kecil lain yang dikeluarkan di sinaps lain di SSP dan
ligan lain; dan desensitisasi heterolog, yaitu sel juga menjadi sistem saraf tepi.
tidak responsif terhadap ligan lain. Penyerapan kembali adalah suatu faktor utama untuk
mengakhiri kerja transmiter, dan jika hal ini dihambat, efek
PENYERAPAN KEMBALI pelepasan transmiter meningkat dan berkepanjangan. Hal ini
Neurotransmiter cepat diangkut dari celah sinaps kembali ke memiliki konsekuensi klinis. Sebagai contoh, beberapa obat
sitoplasma neuron yang mengeluarkannya melalui suatu proses antidepresan efektif menghambat penyerapan kembali
yang disebut reuptake (penyerapan kembali), yang melibatkan transmiter amin, dan kokain dapat menghambat penyerapan
pengangkut membran dependen-Na+ berafinitas tinggi. kembali dopamin. Penyerapan kembali glutamat ke dalam
Gambar 7–3 memperlihatkan prinsip penyerapan kembali neuron dan glia merupakan hal penting karena glutamat
norepinefrin yang dikeluarkan dari sebuah saraf pasca- adalah suatu eksitotoksin yang dapat mematikan sel dengan
ganglion simpatis. Setelah dilepaskan ke dalam celah sinaps, merangsang sel secara berlebihan (lihat Boks Klinis 7–1).
norepinefrin cepat dialihkan kembali ke dalam ujung saraf Terdapat bukti bahwa selama iskemia dan anoksia, kematian
138 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

A NOREPINEFRIN B SEROTONIN
Ganglia basalis
Neokorteks

Talamus

Hipotalamus

Amigdala Serebelum

Hipokampus
Lokus Nukleus rafe
seruleus Ke medula spinalis

C DOPAMIN D ASETILKOLIN

Nukleus Nukleus kaudatus


akumbens dan putamen
Forniks
Korteks Substansia nigra Berkas
prefrontalis singulata

Nukleus septum

Nukleus basalis
Area tegmental ventral
Kompleks pontomesensefalotegmentum

GAMBAR 7-2 Empat sistem neuromodulator sentral yang dan yang di daerah tegmentum ventral otak tengah berproyeksi ke
terkoneksi secara difus. A) Neuron noradrenergik di lokus seruleus korteks prefrontalis sistem limbik. D) Neuron kolinergikdi kompleks
menyarafi medula spinalis, serebelum, beberapa nukleus otak depan basal berproyeksi ke hipokampus dan neokorteks dan yang
hipotalamus, talamus, telensefalon basal, dan neokorteks. B) di kompleks kolinergik pontomesensefalotegmentum berproyeksi ke
Neuron serotonergik di nukleus rafe berproyeksi ke hipotalamus, talamus dorsal dan otak depan. (Direproduksi, dengan izin, dari Boron WF,
sistem limbik, neokorteks, serebelum, dan medula spinalis. C) Boulpaep EL: Medical Physiology. Elsevier, 2005).
Neuron dopaminergik di substansia nigra berproyeksi ke striatum

neuron meningkat karena penyerapan kembali glutamat ter-


hambat. ASAM AMINO EKSITATORIK &
INHIBITORIK
Glutamat
TRANSMITER MOLEKUL-KECIL Glutamat adalah transmiter eksitatorik utama di otak dan
medula spinalis serta telah diperhitungkan menjadi penyebab
Fisiologi sinaps merupakan suatu bidang kompleks yang 75% dari transmisi eksitatorik di SSP. Terdapat dua jalur
cepat berkembang dan tidak dapat dibahas secara rinci di berbeda yang berperan dalam pembentukan glutamat
buku ini. Namun, ada baiknya disajikan ringkasan informasi (Gambar 7-1). Pada salah satu jalur, a-ketoglutarat yang
mengenai neurotransmiter utama dan reseptornya. dihasilkan oleh siklus Krebs diubah menjadi glutamat oleh
BAGIAN 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 139

TABEL 7–2 Farmakologi beberapa reseptor untuk sebagian neurotransmiter molekul-kecil.


Efek Kanal
Neurotransmiter Reseptor Kurir Kedua Netto Agonis Antagonis

Glutamat AMPA ↑Na+, K+ AMPA CNQX, DNQX

Kainat ↑Na+, K+ Kainat CNQX, DNQX

NMDA ↑Na+, K+,Ca2+ NMDA AP5, AP7

mGluR1 ↑cAMP, ↑IP 3 , DAG ↓K+, ↑Ca2+ DHPG

mGluR5 ↑IP 3 , DAG ↓K , ↑Ca


+ 2+ Kuiskualat

mGluR2, mGluR3 ↓cAMP ↑K+, ↓Ca 2+ DCG-IV

mGluR4, mGluR6-7 ↓cAMP ↓Ca2+ L-AP4

GABA GABAA ↑Cl − Muskimol Bikukulin, Gabazin,


Pikrotoksin

GABAB ↑IP 3, DAG ↑K+,↓Ca2+ Baklofen Saklofen

Glisin Glycine ↑Cl− Taurin, β-alanin Striknin

Asetilkolin NM ↑Na+ , K+ Nikotin Tubokurarin, Galamin


trietiodida
NN ↑Na , K + + Nikotin, lobelin Trimetafan

M1, M3, M5 ↑IP 3 , DAG ↑Ca 2+ Muskarin, Betanekol, Atropin, Pirenzipin (M1)
Oksotremorin (M1)

M2, M4 ↓cAMP ↑K+ Muskarin, Betanekol Atropin,Tropikamid


(M2) (M4)
Norepinefrin α1 ↑IP 3 , DAG ↓K + Fenilefrin Prazosin, Tamsulosin

α2 ↓cAMP ↑K ,↓Ca
+ 2+ Klonidin Yohimbin

β1 ↑cAMP ↓K+ isoproterenol, Atenolol, Esmolol


Dobutamin

β2 ↑cAMP Albuterol Butoksamin

Serotonin 5HT1A ↓cAMP ↑K+ 8-OH-DPAT Metergolin, Spiperon

5HT1B ↓cAMP Sumatriptan

5HT1D ↓cAMP ↓K+ Sumatriptan

5HT2A ↑IP 3 , DAG ↓K+ Dobutamin Ketanserin

5HT2C ↑IP 3 , DAG α-Metil-5-HT

5HT3 ↑Na+ α-Metil-5-HT Ondansetron

5HT4 ↑cAMP ↓K+ 5-Metoksitriptamin

8-OH-DPAT, 8-hidroksi-N,N-dipropil-2-aminotetralin; AMPA, α-amino-3-hidroksil-5-metil-4-isoksazol-propionat; DAG, diasilgliserol; DCG-IV, 2-(2,3-dikarboksisiklopropil) glisin;


DHPG, 3,5-dihidroksifenilglisin; IP3, inositol trifosfat; L-AP4, 2-amino-4-fosfonobutirat; NMDA, N-metil-D-aspartat.

enzim GABA transaminase (GABA-T). Pada jalur kedua, nergik, glutamat dipekatkan di dalam vesikel sinaps oleh
glutamat dilepaskan dari ujung saraf ke dalam celah sinaps oleh vesicular glutamate transporter.
eksositosis dependen-Ca2+ dan diangkut oleh glutamate
reuptake transporter ke glia, tempat senyawa ini diubah Reseptor Glutamat
menjadi glutamin oleh enzim glutamin sintetase (Gambar 7–
4). Glutamin kemudian berdifusi kembali ke ujung saraf tempat Glutamat bekerja pada reseptor ionotropik dan meta-
senyawa ini dihidrolisis kembali menjadi glutamat oleh enzim botropik di SSP (Gambar 7-4). Terdapat tiga subtipe reseptor
glutaminase. Selain menyerap glutamat yang dilepaskan ke glutamat ionotropik, masing-masing dinamai karena
dalam glia, pengangkut membran juga mengembalikan agonisnya yang relatif spesifik. Terdapat reseptor AMPA (α-
glutamat langsung ke ujung saraf. Di dalam neuron glutami- amino-3-hidroksi-5-metilisoksazol-4-propionat), kainat
140 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

(kainat adalah suatu asam yang diisolasi dari rumput laut),


Ujung saraf dan NMDA (N-metil-D-aspartat). Tabel 7-2 merangkum
simpatis sebagian dari sifat utama reseptor-reseptor ini. Reseptor
pascaganglion glutamat ionotro-pik adalah tetramer yang terdiri dari
NET berbagai subunit yang ranah heliksnya menembus membran
tiga kali dan sebuah sekuens pendek yang membentuk pori
VMAT
NE kanal. Telah teridentifikasi empat subunit AMPA (GluR1 —
GluR4), lima subunit kainat (GluR5-GluR7, KA1, KA2), dan
enam subunit NMDA (NR1, NR2A-NR2D), dan masing-
masing disandi oleh gen yang berbeda.
Pelepasan glutamat dan pengikatannya ke reseptor
NET AMPA atau kainat terutama menyebabkan influks Na+ dan
efluks K+, menghasilkan respons pascasinaps eksitatorik
NE (EPSP). Sebagian besar reseptor AMPA memiliki per-
meabilitas Ca2+ yang rendah, tetapi tidak adanya subunit
tertentu di kompleks reseptor di beberapa tempat me-
Sel efektor mungkinkan influks Ca2+, yang mungkin berperan dalam efek
eksitotoksik glutamat (lihat Boks Klinis 7-1).
GAMBAR 7-3 Nasib monoamin yang disekresikan di taut sinaps. Di
Pengaktifan reseptor NMDA memungkinkan influks Ca2+
setiap neuron yang mengeluarkan monoamin, monoamin disintesis di
sitoplasma dan granula sekretorik dan konsentrasinya di granula dalam jumlah relatif besar bersama dengan Na+. Jika terdapat
sekretorik dipertahankan oleh dua vesicular monoamine transporter glutamat secara berlebihan di celah sinaps, influks Ca2+ yang
(VMAT). Monoamin disekresikan melalui eksositosis granula dan dipicu oleh reseptor NMDA ke dalam neuron menjadi dasar
bekerja pada reseptor terkait-protein G. Dalam contoh ini, monoamin- utama efek eksitotoksik glutamat. Reseptor NMDA bersifat unik
nya adalah norepinefrin yang bekerja pada adrenoseptor. Banyak dari dalam beberapa hal (Gambar 7–5). Pertama, glisin memper-
reseptor ini adalah reseptor pascasinaps, tetapi sebagian prasinaps dan mudah fungsinya dengan mengikat reseptor. Bahkan, peng-
sebagian terletak di sel glia. Selain itu, terjadi penyerapan kembali
monoamin secara ekstensif ke dalam sitoplasma ujung prasinaps
ikatan glisin merupakan hal esensial bagi reseptor untuk
melalui suatu pengangkut monoamin, dalam hal ini adalah berespons terhadap glutamat. Kedua, ketika glutamat berikatan
norepinephrine transporter (NET). (Dimodifikasi, dengan izin, dari Katzung BG, dengan reseptor NMDA, kanal membuka, tetapi pada
Masters SB, Trevor AJ: Basic and Clinical Pharmacology, 11th ed. McGraw-Hill, 2009). potensial membran normal, kanal terhambat oleh Mg2+
ekstrasel. Hambatan ini dihilangkan hanya jika neuron yang
mengandung reseptor tersebut mengalami depolarisasi parsial
oleh pengaktifan reseptor AMPA dan kainat di sekitarnya.

BOKS KLINIS 7-1

Eksitotoksin mengeluarkan glutamat dari cairan ekstrasel otak. Karena itu,


glutamat menumpuk hingga ke tingkat yang menyebabkan
Glutamat biasanya dibersihkan dari cairan ekstrasel otak oleh
kerusakan eksitotoksik dan kematian sel di penumbra, daerah
sistem penyerap dependen-Na+ di neuron dan sel glia,
di sekitar area yang mengalami infark sempurna. Selain itu,
sehingga kadar bahan kimia ini di cairan ekstrasel tetap dalam
pengaktifan reseptor glutamat secara berlebihan dapat
kisaran mikromolar meskipun kadar di dalam neuron berada
berperan dalam patofisiologi beberapa penyakit neurodege-
dalam tingkat milimolar. Namun, sebagai respons terhadap
neratif seperti sklerosis lateral amiotrofik (ALS), penyakit
iskemia, anoksia, hipoglikemia, atau trauma, kadar glutamat
Parkinson, dan penyakit Alzheimer.
dapat sangat meningkat. Glutamat dan sebagian dari agonis
sintetisnya bersifat unik yaitu bahwa ketika bekerja pada
badan sel neuron, mereka dapat menyebabkan influks Ca2+
KIAT TERAPEUTIK
sedemikian banyak sehingga neuron tersebut mati. Hal ini Riluzol adalah suatu penghambat kanal berpintu voltase
menjadi penyebab mengapa mikroinjeksi eksitotoksin ini yang mungkin merupakan antagonis reseptor NMDA.
digunakan dalam penelitian untuk menghasilkan lesi-lesi Obat ini terbukti dapat memperlambat perkembangan
diskret yang menghancurkan badan sel saraf tanpa kerusakan dan meningkatkan usia harapan hidup pasien
memengaruhi akson di sekitarnya. Semakin banyak bukti yang dengan ALS. Antagonis reseptor NMDA lainnya memantin
menyatakan bahwa eksitotoksin berperan signifikan dalam telah digunakan untuk memperlambat kemerosotan
kerusakan otak akibat stroke. Ketika suatu arteri serebri progresif pada pasien dengan penyakit Alzheimer.
tersumbat, sel-sel di daerah yang mengalami iskemia berat Antagonis reseptor NMDA ketiga, amantadin, bersama
mati. Sel-sel sekitar yang mengalami iskemia parsial dapat
dengan levo-dopa, terbukti memperbaiki fungsi pada
bertahan hidup tetapi kehilangan kemampuannya untuk
pasien dengan penyakit Parkinson.
mempertahankan gradien Na+ transmembran. Meningkatnya
kadar Na+ intrasel menghambat kemampuan astrosit
BAGIAN 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 141

Gln
Neuron Glutamin
prasinaps sintetase

Gln Glu

Glutaminase
Gl(g)

Glu Gl(n)

Glu
GAMBAR 7-4 Proses-proses biokimia di sinaps
glutamatergik. Glutamat (Glu) dilepaskan ke dalam celah
Glu
sinaps oleh eksositosis dependen-Ca2+. Glu yang dilepaskan
bekerja pada reseptor ionotropikdan reseptor terkait-
Glu protein G di neuron pascasinaps.Transmisi sinaps berakhir
Sel glia oleh transpor aktif Glu melalui pengangkut glutamat
dependen-Na+ yang terletak di membran terminal prasinaps
[Gt(n)] dan sel glia [Gt(g)]. DI sel glia, Glu diubah menjadi
glutamln (Gin) oleh enzim glutamin sintetase; Gin kemudian
berdifusi ke dalam ujung saraf tempat zat ini dihidrolisis
Reseptor kembali menjadi Glu oleh enzim glutaminase. Di ujung saraf,
glutamat
Sel pascasinaps Glu dipekatkan di vesikel sinaps oleh vesicular glutamate
transporter.

Ketiga, potensial pascasinaps eksitatorik yang diinduksi oleh medula spinalis. Reseptor kainat dan AMPA terdapat di sel
pengaktifan reseptor NMDA lebih lambat daripada yang glia serta neuron, tetapi reseptor NMDA hanya ada di
dipicu oleh pengaktifan reseptor AMPA dan kainat. neuron. Konsentrasi reseptor NMDA di hipokampus tinggi,
Pada dasarnya semua neuron di SSP memiliki reseptor dan blokade reseptor-reseptor ini mencegah penguatan
AMPA dan NMDA. Reseptor kainat terletak secara prasinaps jangka-panjang (long-term potentiation), suatu fasilitasi yang
di ujung saraf penghasil GABA dan secara pascasinaps di berkepanjangan di transmisi jalur saraf setelah stimulasi
berbagai tempat, terutama di hipokampus, serebelum, dan frekuensi tinggi secara singkat. Karena itu, reseptor-reseptor
ini mungkin berperan dalam daya ingat dan belajar (lihat
Ca2+ Na+ Bab 15).
K+ Pengaktifan reseptor glutamat metabotropik (mGluR)
L-Glutamat Glisin
menyebabkan peningkatan kadar intrasel inositol 1,4,5-
Mg2+
trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG) atau penurunan
kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) intrasel (Tabel
Ekstrasel MK-801
7-2). Terdapat delapan subtipe mGluR. Reseptor-reseptor ini
terletak di sel prasinaps (mGluR2-4,6-8) dan pascasinaps
(mGluR1,5) dan tersebar luas di otak. Reseptor mGluR
tampaknya terlibat dalam pembentukan plastisitas sinaps,
Intrasel terutama di hipokampus dan serebelum. Pengaktifan
Penghambat autoreseptor mGluR prasinaps di neuron-neuron di
kanal hipokampus membatasi pelepasan glutamat dari neuron-
Kanal ion terbuka neuron ini. Mencit yang gen mGluR 1-nya disingkirkan
Kanal ion tertutup
mengalami inkoordinasi motorik parah dan defisit dalam
GAMBAR 7-5 Gambaran diagramatik reseptor NMDA. Ketika glisin orientasi spasial.
dan glutamat berikatan dengan reseptor, kanal ion yang semula Suatu karakteristik sinaps eksitatorik adalah adanya
tertutup (kiri) menjadi terbuka, tetapi pada potensial membran suatu penebalan daerah yang dinamai densitas pascasinaps
istirahat, kanal dihambat oleh Mg2+ (kanan). Hambatan ini dihilangkan
jika terjadi depolarisasi yang ditimbulkan oleh masukan lain ke neuron
(postsy-naptic density, PSD) di membran neuron
yang mengandung reseptor, dan Ca2+ dan Na+ masuk ke dalam neuron. pascasinaps. Ini adalah suatu struktur kompleks yang
Blokade juga dapat dihasilkan oleh obat dizosilpin maleat (MK-801). mengandung reseptor glutamat ionotropik serta protein-
142 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

protein yang berperan dalam pembentukan sinyal, perancah, Reseptor GABA


dan sitoskeleton. mGluR terletak di dekat PSD.
Telah diketahui tiga subtipe reseptor GABA: GABAA, GABAB,
dan GABAC (Tabel 7-2). Reseptor GABAA dan GABAB ter-
Farmakologi Sinaps Glutamat distribusi secara luas di SSP, sementara pada hewan vertebrata
Tabel 7-2 memperlihatkan beberapa sifat farmakologis dewasa reseptor GABAC terdapat hampir hanya di retina.
berbagai jenis reseptor glutamat, contoh agonis yang Reseptor GABAA dan GABAC adalah reseptor ionotropik yang
berikatan dengan reseptor ini, dan sebagian dari antagonis memungkinkan masuknya Cl− ke dalam neuron (Gambar 7–
6). Reseptor GABAB adalah GPCR metabotropik yang me-
yang mencegah pengaktifan reseptor. Aplikasi klinis obat
ningkatkan hantaran di kanal K+, menghambat adenilil siklase,
yang memo-dulasi transmisi glutamatergik masih berada
dan menghambat influks Ca2+. Peningkatan influks Cl− dan
dalam tahap awal. Hal ini karena peran glutamat sebagai
efluks K+ serta penurunan influks Ca2+ menyebabkan hiper-
neurotransmiter ditemukan jauh lebih belakangan daripada polarisasi neuron, menghasilkan respon pascasinaps inhibitorik
sebagian besar transmiter molekul-kecil lainnya. Glutamat (IPSP).
belum ditemukan sebagai neurotransmiter sampai tabun
Reseptor GABAA adalah pentamer yang terdiri dari
1970-an, lebih dari 50 tahun setelah penemuan
berbagai kombinasi enam subunit α, empat β, empat γ, satu δ,
neurotransmisi kimiawi. Satu bidang baru pengembangan
dan satu ε. Hal ini menyebabkan reseptor memiliki sifat cukup
obat adalah pemberian antagonis reseptor NMDA beragam dari satu lokasi ke lokasi lain. Namun, sebagian besar
intraspinal atau ekstradura untuk mengobati nyeri kronik. reseptor GABAA di sinaps memiliki dua subunit α, dua β, dan
satu γ (Gambar 7-6). Reseptor GABAA di dendrit, akson, atau
GABA soma sering mengandung subunit δ dan ε menggantikan
GABA adalah mediator inhibitorik utama di otak dan subunit γ. Reseptor GABAC relatif sederhana yaitu merupakan
pentamer dengan tiga subunit ρ dalam berbagai kombinasi.
memperantarai inhibisi prasinaps dan pascasinaps. GABA,
yang terdapat sebagai β-aminobutirat di cairan tubuh, Terjadi stimulasi kronis tingkat-rendah reseptor GABAA
terbentuk oleh dekarboksilasi glutamat (Gambar 7-1) oleh di SSP yang dibantu oleh GABA di cairan interstisium.
enzim glutamat dekarboksilase (GAD), yang terdapat di Stimulasi latar ini memutuskan “bising” yang ditimbulkan oleh
lepas-muatan tak-disengaja miliaran unit neuron dan sangat
ujung saraf di banyak bagian otak. GABA terutama dimeta-
meningkatkan rasio sinyal-terhadap-bising di otak.
bolisme oleh transaminasi menjadi suksinat semialdehid dan
kemudian menjadi suksinat dalam siklus asam sitrat. GABA- Farmakologi Sinaps GABA
T adalah enzim yang mengatalisis transaminasi. Selain itu, Tabel 7-2 memperlihatkan beberapa sifat farmakologis reseptor
terdapat penyerapan kembali secara aktif GABA melalui GABA, termasuk contoh-contoh agonis yang berikatan dengan
pengangkut GABA. Vesicular GABA transporter (VGAT) reseptor dan sebagian antagonis yang mencegah pengaktifan
memindahkan GABA dan glisin ke dalam vesikel sekretorik. reseptor-reseptor ini. Meningkatnya hantaran Cl− yang

GABAA GABAB

NH2
Ekstrasel

K+ Ca2+

β β
α α
γ γ

AC −

COOH
Cl−
Intrasel

GAMBAR 7-6 Diagram reseptor GABAA dan GABAB, yang subunit-α protein G. Gi menghambat adenilil siklase (AC) untuk
memperlihatkan kerja utamanya. Dua molekul GABA (kotak) berikatan membuka kanal K+; GO menunda pembukaan kanal Ca2+. (Direproduksi,
dengan reseptor GABAA untuk memungkinkan influks Cl−. Satu molekul dengan izin, dari Bowery NG, Brown DA; The cloning of GABAB receptors. Nature
1997;386:223).
GABA berikatan dengan reseptor GABAB, yang berkaitan dengan
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 143

ditimbulkan oleh reseptor GABAA diperkuat oleh benzo- Asetilkolin umumnya terbungkus di dalam vesikel sinaps
diazepin (mis. diazepam). Karena itu, ini adalah contoh jernih kecil dalam konsentrasi tinggi di ujung neuron
neuromodulator. Obat-obat ini memiliki aktivitas anti-ansietas kolinergik. Senyawa ini disintesis di ujung saraf dari kolin dan
kuat dan juga pelemas otot yang efektif, anti-kejang, dan asetil-KoA oleh enzim kolin asetiltransferase (ChAT)
sedatif. Benzodiazepin berikatan dengan subunit a reseptor (Gambar 7-1 dan Gambar 7–7). Kolin digunakan dalam
GABAA. Golongan barbiturat seperti fenobarbital adalah pembentukan asetilkolin dan diangkut dari ruang ekstrasel ke
antikejang efektif karena meningkatkan inhibisi yang dalam ujung saraf melalui pengangkut kolin (CHT)
diperantarai oleh reseptor GABAA serta menekan eksitasi yang dependen-Na+. Setelah terbentuk, asetilkolin diangkut dari
diperantarai oleh AMPA. Efek anestesi barbiturat (tiopental,
pentobarbital, metoksital) terjadi karena kerja obat-obat ini
Na+
sebagai agonis reseptor GABAA dan juga dengan bekerja Axon
sebagai neuromodulator transmisi GABA. Variasi regional Ujung − Hemikolinium
CHT
dalam efek anestetik di otak tampaknya sejajar dengan variasi saraf Kolin
dalam subtipe reseptor GABAA. Anestesi inhalan lain tidak
bekerja dengan meningkatkan aktivitas reseptor GABA; AsKoA + Kolin
melainkan dengan menghambat reseptor NMDA dan AMPA. Reseptor ChAT
prasinaps

Glisin ACh
Hetero- H+ Vesamikol
Glisin memiliki efek eksitatorik dan inhibitorik di SSP. Jika reseptor −
berikatan dengan reseptor NMDA, glisin menyebabkan
VAT Saluran
reseptor lebih sensitif terhadap efek glutamat. Glisin dapat Autoreseptor kalsium
tumpah dari taut sinaps ke cairan interstisium, dan di medula asetilkolin Ca2+
spinalis; sebagai contoh, glisin mungkin memfasilitasi transmisi
nyeri oleh reseptor NMDA di kornu dorsal. Namun, glisin juga +
ikut berperan dalam inhibisi langsung, terutama di batang otak
dan medula spinalis. Seperti GABA, glisin bekerja dengan VAMPs
ACh
meningkatkan hantaran Cl−. Efeknya diantagonis oleh striknin. ATP, P −
Gambaran klinis kejang dan hiperaktivitas otot yang
ditimbulkan striknin menekankan pentingnya inhibisi Toksin
pascasinaps dalam fungsi normal saraf. Reseptor glisin yang SNAPs botulinum
berperan dalam inhibisi adalah suatu kanal Cl−. Kanal ini ACh
adalah suatu pentamer yang terdiri dari dua subunit: subunit α Asetilkolinesterase
pengikat ligan dan subunit β struktural. Terdapat tiga jenis Kolin
neuron yang berperan dalam inhibisi langsung di medula Asetat
spinalis: neuron yang mengeluarkan glisin, neuron yang
mengeluarkan GABA, dan neuron yang mengeluarkan
keduanya. Neuron yang mengeluarkan hanya glisin memiliki
pengangkut glisin GLYT2, neuron yang hanya mengeluarkan Sel Kolinoseptor
Reseptor
GABA memiliki GAD, dan yang menyekresi glisin dan GABA pascasinaps lain
memiliki keduanya. Neuron jenis ketiga ini menarik perhatian
karena neuron tersebut tampaknya memiliki glisin dan GABA GAMBAR 7-7 Proses-proses biokimiawi di sinaps kolinergik.
Kolin diangkut ke ujung saraf prasinaps oleh suatu pengangkut kolin
dalam vesikel yang sama.
(CHT) dependen-Na+, yang dapat dihambat oleh obat hemikolinium.
Asetilkolin (ACh) disintesis dari kolin dan asetil KoA (AsKoA) oleh enzim
Asetilkolin kolin asetiltransferase (ChAT) di sitoplasma. ACh kemudian diangkut
dari sitoplasma ke dalam vesikel oleh vesicle-associated transporter
Asetilkolin adalah transmiter di taut neuromuskulus, di (VAT) bersama dengan peptida (P) dan adenosin trifosfat (ATP). Tahap
ganglion otonom, dan di taut saraf parasimpatis pascagang- ini dapat dihambat oleh obat vesamikol. ACh dilepaskan dari ujung
lion-organ sasaran serta beberapa taut saraf simpatis pasca- saraf jika kanal Ca2+ peka-voltase terbuka, memungkinkan influks Ca2+,
ganglion-organ sasaran (lihat Bab 13). Bahkan, asetilkolin yang menyebabkan fusi vesikel-vesikel dengan membran permukaan
adalah transmiter yang dikeluarkan oleh semua neuron yang dan dikeluarkannya ACh dan ko-transmiter ke dalam celah sinaps.
Proses ini melibatkan synaptosome-associated proteins (SNAPs) dan
keluar dari SSP (saraf kranial, neuron motorik, dan neuron
vesicle-associated membrane proteins (VAMPs) serta dapat dicegah
praganglion). Asetilkolin juga ditemukan di kompleks otak oleh obat toksin botulinum. ACh yang dibebaskan dapat bekerja pada
depan basal (nukleus septum dan nukleus basalis), yang reseptor muskarinikterkait-protein G di sasaran pascasinaps (mis. otot
berproyeksi ke hipokampus dan neokorteks, dan kompleks polos) atau di reseptor ionotropik nikotinik di ganglion otonom atau
kolinergik pontomesensefalon, yang berproyeksi ke thalamus endplate otot rangka (tidak diperlihatkan). Di taut sinaps, ACh mudah
dorsal dan otak depan (Gambar 7-2). Sistem-sistem ini dimetabolisme oleh enzim asetilkolinesterase. Autoreseptor dan
mungkin berperan dalam regulasi keadaan terjaga-tidur, heteroreseptor di ujung saraf prasinaps memodulasi pelepasan neuro-
belajar, dan daya ingat (lihat Bab 14 dan 15). transmiter.
144 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

sitoplasma ke dalam vesikel oleh vesicle-associated trans- reseptor yang berperan adalah reseptor kolinergik nikotinik.
porter (VAT). Asetilkolin dilepaskan ketika impuls saraf Reseptor nikotinik dibagi lagi menjadi reseptor yang ada di
memicu influks Ca2+ ke dalam ujung saraf. otot di taut neuromuskulus (NM) dan yang ada di SSP dan
Asetilkolin harus cepat dikeluarkan dari sinaps jika ingin ganglion otonom (NN). Baik reseptor asetilkolin muskarinik
terjadi repolarisasi. Pengeluaran terjadi melalui hidrolisis maupun nikotinik juga terdapat di dalam otak.
asetilkolin menjadi kolin dan asetat, suatu reaksi yang Reseptor asetilkolin nikotinik adalah anggota dari suatu
dikatalisis oleh enzim asetilkolinesterase di celah sinaps. superfamili kanal ion berpintu ligan (reseptor ionotropik)
Enzim ini juga dinamai kolinesterase sejati atau spesifik. yang juga mencakup reseptor GABAA dan glisin serta sebagian
Afinitas terbesarnya adalah terhadap asetilkolin, tetapi enzim dari reseptor glutamat. Masing-masing reseptor kolinergik
ini juga menghidrolisis kolin ester lainnya. Molekul nikotinik terdiri dari lima subunit yang membentuk sebuah
asetilkolinesterase berkumpul di membran pascasinaps kanal sentral yang, jika reseptor diaktifkan, memungkinkan
kolinergik. Hidrolisis asetilkolin oleh enzim ini berlangsung lewatnya Na+ dan kation lain. Lima subunit datang dari
cukup cepat untuk menjelaskan perubahan hantaran Na+ beberapa jenis yang dinamai α, β, γ, δ, dan ε yang masing-
dan aktivitas listrik yang diamati selama transmisi sinaps. masing disandi oleh gen berbeda. Reseptor NM terdiri dari dua
Terdapat berbagai kolinesterase di tubuh yang tidak spesifik subunit α, satu β, satu δ, dan satu γ atau satu ε (Gambar 7–8).
untuk asetilkolin. Satu yang terdapat di plasma mampu Reseptor terdiri hanya dari subunit α dan β. Masing-masing
menghidrolisis asetilkolin tetapi memiliki sifat berbeda dari subunit α memiliki tempat untuk mengikat asetilkolin, dan
asetilkolinesterase. Enzim ini dinamai pseudokolinesterase. pengikatan satu molekul asetilkolin ke masing-masing subunit
Gugus plasma sebagian berada di bawah kontrol endokrin akan memicu perubahan konformasi di protein sehingga kanal
dan dipengaruhi oleh variasi dalam fungsi hati. membuka. Hal ini meningkatkan hantaran Na+ dan influks Na+
yang terjadi memicu potensial depolarisasi. Gambaran
Reseptor Asetilkolin menonjol pada reseptor kolinergik nikotinik neuron adalah
Reseptor asetilkolin dibagi menjadi dua jenis utama tingginya permeabilitas mereka terhadap Ca2+. Banyak dari
berdasarkan sifat farmakologisnya. Muskarin, alkaloid reseptor kolinergik nikotinik di otak terletak secara prasinaps
yang berperan dalam toksisitas spora jamur (toadstool), di ujung akson penghasil glutamat, dan reseptor tersebut
meniru efek stimulatorik asetilkolin pada otot polos dan mempermudah pelepasan transmiter ini.
kelenjar. Efek-efek asetilkolin ini disebut efek muska- Terdapat lima jenis reseptor kolinergik muskarinik
rinik, dan reseptor yang terlibat dinamai reseptor (M1-M5), yang disandi oleh lima gen terpisah. Reseptor-
kolinergik muskarinik. Di ganglion simpatis dan otot reseptor ini adalah reseptor metabotropik yang berkaitan
rangka, nikotin meniru efek stimulatorik asetilkolin. melalui protein G dengan adenilil siklase, kanal K+,
Efek-efek asetilkolin ini disebut efek nikotinik, dan dan/atau fosfolipase C (Tabel 7-2). Reseptor M1, M4,

Tidak ada ACh yang terikat: Dua molekul ACh terikat:


kanal tertutup kanal terbuka

ACh Na+

K+

GAMBAR 7-8 Model tiga-dimensi kanal ion berpintu asetilkolin perubahan konformasi. Hal ini membuka pori di bagian kanal
nikotinik. Kompleks reseptor-kanal terdiri dari lima subunit, yang yang terbenam di lapis-ganda lipid, dan K+ dan Na+ mengalir
semuanya berperan membentuk pori. Ketika dua molekul asetilkolin melalui kanal yang terbuka menuruni gradien elektrokimianya.
berikatan dengan bagian-bagian dari subunit α yang terpajan ke (Dari Kandel ER, Schwartz JHJessellTM [editor: Principles of Neural Science, 4th
permukaan membran, kompleks reseptor-kanal mengalami ed. McGraw-Hill, 2000).
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 145

dan M5 terletak di SSP; reseptor M2 berada di jantung, M3 di


kelenjar dan otot polos. Reseptor M1 juga terletak di ganglion
otonom tempat reseptor ini dapat memodulasi neuro- Akson Na+
transmisi. Ujung A Tirosin
saraf
Farmakologi Sinaps Kolinergik Tirosin
− Metirosin
TH
Tabel 7-2 memperlihatkan sebagian agonis utama yang Reseptor Dopa
berikatan dengan reseptor kolinergik serta sebagian prasinaps Hetero-
antagonis reseptor kolinergik. Gambar 7-7 juga menunjuk- receptors
Dopamin
kan tempat kerja berbagai obat yang mengubah transmisi Auto- H+ Reserpin
receptor −
kolinergik. Sebagai contoh, hemikolinium menghambat
pengangkut kolin yang memindahkan kolin ke dalam ujung VMAT Kanal
saraf, dan vesamikol menghambat VAT yang memindahkan NE kalsium
asetilkolin ke dalam vesikel sinaps. Juga, toksin botulinum ATP, P Ca2+
mencegah pelepasan asetilkolin dari ujung saraf. +

VAMPs
MONOAMIN NE
Bretilium
NET ATP, P −
guanetidin
Norepinefrin & Epinefrin

Transmiter kimia yang terdapat di sebagian besar ujung
SNAPs
pascaganglion simpatis adalah norepinefrin. Senyawa ini Kokain, NE
disimpan di tombol sinaps neuron yang mengeluarkannya antidepresan Difusi
dalam vesikel kecil khas yang memiliki inti padat (vesikel trisiklik
bergranula). Norepinefrin dan turunan metil-nya, epinefrin,
juga disekresikan oleh medula adrenal (lihat Bab 20), tetapi
epinefrin bukan mediator di ujung neuron pascaganglion Sel Adrenoseptor
Reseptor
simpatis. Seperti dibahas di Bab 6, masing-masing neuron pascasinaps lain
pascaganglion simpatis memiliki varises-varises di sepanjang
GAMBAR 7-9 Proses biokimia di sinaps noradrenergik. Tirosin
perjalanannya, dan masing-masing varises ini tampaknya (Tyr) diangkut ke dalam ujung saraf noradrenergik oleh suatu
merupakan tempat sekresi norepinefrin. pengangkut dependen-Na+ (A). Tahap-tahap yang berperan dalam
Di otak juga terdapat neuron penghasil norepinefrin dan perubahan Tyr menjadi dopamin dan dopamin menjadi norepinefrin
(NE) dijelaskan di Gambar 7-1. Dopamin diangkut dari sitoplasma ke
penghasil epinefrin. Neuron penghasil norepinefrin disebut
dalam vesikel oleh vesicular monoamine transporter (VMAT), yang
neuron noradrenergik, meskipun istilah neuron adrenergik dapat dihambat oleh obat reserpin. NE dan amin lain juga dapat
juga dipakai. Namun, istilah yang terakhir ini seyogianya diangkut oleh VMAT. Dopamin diubah menjadi NE di vesikel. Suatu
digunakan untuk neuron penghasil epinefrin. Badan sel potensial aksi membuka kanal Ca2+ peka-voltase sehingga terjadi
neuron penghasil norepinefrin terletak di lokus seruleus serta influks Ca2+, dan vesikel kemudian menyatu dengan membran
permukaan untuk memicu pengeluaran NE bersama dengan berbagai
nukleus medula dan nukleus pons lainnya (Gambar 7-2). peptida (P) dan adenosin trifosfat (ATP). Proses ini melibatkan protein
Dari lokus seruleus, akson-akson neuron noradrenergik terkait-sinap-tosom (synaptosome-associatedproteins, SNAPs) dan
turun ke medula spinalis, masuk ke serebelum, dan naik protein membran terkait-vesikel (vesicle-associated membrane
untuk menyarafi nukleus paraventrikel, supraoptik, dan peri- proteins, VAMPs); proses ini dapat dihambat oleh obat seperti
ventrikel hipotalamus, talamus, telensefalon basal, dan guanetidin dan bretilium. NE yang dibebaskan ke dalam ujung saraf
dapat bekerja pada reseptor-reseptor terkait-protein G di neuron
keseluruhan neokorteks. Efek norepinefrin di regio-regio ini pascasinaps atau organ neuro-efektor (mis. pembuluh darah). NE juga
terutama sebagai neuromodulator. dapat berdifusi keluar celah atau diangkut kembali ke ujung saraf oleh
pengangkut norepinefrin (NET). NET dapat dihambat oleh kokain dan
Biosintesis & Pelepasan Katekolamin antidepresan trisiklik. Autoreseptor dan heteroreseptor di ujung saraf
prasinaps memodulasi pelepasan neurotransmiter.
Katekolamin utama yang terdapat di tubuh (norepinefrin,
epinefrin, dan dopamin) dibentuk oleh hidroksilasi dan
dekarboksilasi asam amino tirosin (Gambar 7-1 dan Gambar 7– sitoplasma sel masing-masing oleh tirosin hidroksilase dan
9). Sebagian dari tirosin dibentuk dari fenilalanin, tetapi DOPA dekarboksilase juga disebut asam amino dekar-
sebagian besar berasal dari makanan. Fenilalanin hidroksilase boksilase. Tahap penentu kecepatan sintesis katekolamin
ditemukan terutama di hati (lihat Boks Klinis 7–2). Tirosin adalah perubahan tirosin menjadi DOPA. Tirosin
diangkut ke dalam neuron penghasil katekolamin melalui hidroksilase dapat mengalami inhibisi umpan-balik oleh
suatu pengangkut dependen-Na+. Tirosin diubah menjadi dopamin dan norepinefrin, menghasilkan kontrol internal
dihidroksi-fenilalanin (DOPA) lalu menjadi dopamin di proses sintesis.
146 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

meninggalkan vesikel, diubah menjadi epinefrin di


BOKS KLINIS 7-2 sitoplasma, dan kemudian masuk ke vesikel lain untuk
disimpan sampai dilepaskan secara eksositosis.
Fenilketonuria
Fenilketonuria (PKU) adalah contoh gangguan bawaan Katabolisme Katekolamin
metabolisme (inborn error of metabolism). PKU ditandai
Norepinefrin, seperti amin dan transmiter asam amino lain-
oleh defisiensi mental berat dan akumulasi sejumlah besar
nya, dikeluarkan dari celah sinaps melalui ikatan dengan
fenilalanin, serta turunan asam keto-nya, di darah,
reseptor pascasinaps, ikatan dengan reseptor prasinaps,
jaringan, dan urine. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh
penyerapan kembali ke dalam neuron prasinaps, atau
penurunan fungsi yang terjadi akibat mutasi gen untuk
katabolisme. Penyerapan kembali melalui NET adalah
fenilalanin hidroksilase. Gen ini terletak di lengan panjang mekanisme utama untuk menghentikan kerja norepinefrin
kromosom 12. Katekolamin tetap terbentuk dari tirosin, (Gambar 7-3), dan hipersensitivitas struktur yang mengalami
dan gangguan kognitif terutama disebabkan oleh akumulasi denervasi simpatis sebagian dijelaskan berdasarkan hal ini.
fenilalanin dan turunannya di darah. Penyakit ini juga Setelah neuron noradrenergik diputuskan, ujung-ujung
dapat disebabkan oleh defisiensi tetrahidro-biopterin neuron akan mengalami degenerasi disertai hilangnya NET
(BH4). Karena BH4 adalah kofaktor untuk tirosin untuk mengeluarkan norepinefrin dari celah sinaps. Karena
hidroksilase dan triptofan hidroksilase, serta fenilalanin itu, lebih banyak norepinefrin dari sumber-sumber lain yang
hidroksilase, kasus-kasus PKU karena defisiensi tetra- tersedia untuk merangsang reseptor di efektor otonom.
hidrobiopterin memperlihatkan defisiensi katekolamin dan Epinefrin dan norepinefrin dimetabolisme menjadi
serotonin selain hiperfenilalaninemia. Hal ini menyebabkan produk yang secara biologis inaktif oleh oksidasi dan metilasi.
hipotonia, inaktivitas, dan gangguan perkembangan. BH4 Reaksi oksidasi dikatalisis oleh monoamin oksidase (MAO)
juga esensial untuk pembentukan nitrat oksida (NO) oleh dan reaksi metilasi oleh katekol-O-metiltransferase (COMT).
nitrat oksida sintase. Defisiensi BH4 yang parah dapat MAO terletak di permukaan luar mitokondria. MAO
menyebabkan gangguan pembentukan NO, dan SSP dapat terdistribusi luas, terutama banyak di ujung saraf di tempat
mengalami peningkatan stres oksidatif. Di Amerika Utara, katekolamin disekresikan. COMT juga tersebar luas, terutama
Australia, dan Eropa, bayi baru lahir biasanya menjalani di ginjal, hati, dan otot polos. Di otak, COMT terdapat di sel
pemeriksaan kadar fenilalanin darah; jika terdiagnosis glia, dan sejumlah kecil ditemukan di neuron pascasinaps,
adanya PKU maka intervensi diet harus dimulai sebelum tetapi tidak ada yang dijumpai di neuron noradrenergik
usia 3 minggu untuk mencegah terjadinya retardasi mental. prasinaps. Karena itu metabolisme katekolamin memiliki dua
pola berbeda.
Epinefrin dan norepinefrin ekstrasel sebagian besar
KIAT TERAPEUTIK
mengalami O-metilasi, dan pengukuran konsentrasi turunan
PKU biasanya dapat diterapi dengan baik dengan O-metilasi normetanefrin dan metanefrin di urine merupakan
mengurangi secara nyata jumlah fenilalanin dalam indeks laju sekresi norepinefrin dan epinefrin yang baik.
makanan. Hal ini berarti membatasi asupan makanan Turunan O-metilasi yang tidak diekskresikan umumnya
tinggi protein misalnya susu, telur, keju, daging, dan teroksidasi, dan asam vanililmandelat (VMA) adalah metabolit
kacang-kacangan. Pada orang dengan defisiensi BH4, katekolamin yang paling banyak di urine.
terapi dapat mencakup tetrahidrobiopterin, levodopa, Di ujung saraf noradrenergik, sebagian dari norepinefrin
dan 5-hidroksitriptofan selain diet rendah-fenilala- secara terus-menerus diubah oleh MAO intrasel menjadi
nin. Food and Drug Administration AS menyetujui turunan-turunan deaminasi yang secara fisiologis inaktif, asam
obat sapropterin, suatu BH4 sintetis, untuk mengobati 3,4-dihidroksimandelat (DOMA) dan glikol padanan-nya
sebagian orang dengan PKU. (DHPG). Keduanya kemudian diubah menjadi turunan O-
metilasi, VMA dan 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG).

Adrenoseptor α- & β
Epinefrin dan norepinefrin bekerja pada reseptor adrenergik
Jika telah terbentuk, dopamin diangkut ke dalam vesikel α dan β (adrenoseptor), dengan norepinefrin memiliki
oleh VMAT. Di sini dopamin diubah menjadi norepinefrin afinitas lebih besar terhadap adrenoseptor α dan epinefrin
oleh dopamin β-hidroksilase (DBH). Norepinefrin adalah terhadap adrenoseptor β. Kedua reseptor ini adalah GPCR
satu-satunya transmiter molekul-kecil yang disintesis di vesikel metabotropik, dan masing-masing memiliki banyak subtipe
sinaps dan bukan diangkut ke dalam vesikel setelah disintesis. (α1A, α1B, α1D, α2A, α2B, α2C, dan β1-β3). Sebagian besar
Beberapa neuron di SSP dan sel medula adrenal juga adrenoseptor a1 berkaitan dengan fosfolipase C melalui
mengandung enzim feniletanolamin-N-metiltransferase protein Gq, menyebabkan pembentukan IP3 dan DAG, yang
(PNMT) di sitoplasmanya, yang mengatalisis perubahan masing-masing memobilisasi simpanan Ca2+ intrasel dan
norepinefrin menjadi epinefrin. Di sel-sel ini, norepinefrin mengaktifkan protein kinase C. Karena itu, di banyak sinaps,
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 147

pengaktifan adrenoseptor bersifat eksitatorik bagi struktur yang memindahkan dopamin ke dalam vesikel sinaps.
pascasinaps. Sebaliknya, adrenoseptor α2 mengaktifkan Bretilium dan guanetidin mencegah pelepasan norepinefrin
protein Gi inhibitorik untuk menghambat adenilil siklase dan dari ujung saraf. Kokain dan antidepresan trisiklik meng-
menurunkan cAMP. Efek lain adrenoseptor α2 adalah hambat NET. Selain agonis yang tercantum di Tabel 7-2,
mengaktifkan inward rectifier K+ channels terkait-protein G sebagian obat meniru efek norepinefrin dengan melepaskan
untuk menyebabkan hiperpolarisasi membran dan simpanan transmiter dari ujung saraf noradrenergik. Obat-
menghambat kanal Ca2+ neuron. Karena itu, di banyak obat ini disebut simpatomimetik dan mencakup amfetamin
sinaps, pengaktifan adrenoseptor α2 menghambat struktur dan efedrin.
pascasinaps. Adrenoseptor α2 prasinaps adalah autoreseptor
yang, jika diaktifkan, menghambat pelepasan lebih lanjut Dopamin
norepinefrin dari ujung saraf simpatispascaganglion.
Adrenoseptor β mengaktifkan protein Gs stimulatorik untuk Di beberapa bagian otak, sintesis katekolamin berhenti di
mengaktifkan adenilil siklase untuk meningkatkan cAMP. dopamin (Gambar 7-1), yang kemudian dapat disekresikan
ke celah sinaps. Penyerapan kembali dopamin secara aktif
Adrenoseptor α1 terletak di otot polos dan jantung, dan
terjadi melalui pengangkut dopamin dependen Na+ dan Cl−.
adrenoseptor α2 terletak di SSP dan di sel islet pankreas serta Dopamin dimetabolisme menjadi senyawa inaktif oleh MAO
ujung saraf. Adrenoseptor terletak di jantung dan sel dan COMT dengan cara yang analog dengan inaktivasi
jukstaglomerulus ginjal. Adrenoseptor β2 terdapat di otot norepinefrin. Asam 3,4-dihidroksifenilasetat (DOPAC) dan
polos bronkus dan otot rangka. Adrenoseptor β3 terletak di asam homovanilat (HVA) mengalami konjugasi, terutama
jaringan lemak. menjadi sulfat.
Neuron dopaminergik terletak di beberapa regio otak
Farmakologi Sinaps Noradrenergik (Gambar 7-2). Salah satu regio itu adalah sistem
nigrostria-tum, yang berproyeksi dari substansia nigra otak
Tabel 7-2 memperlihatkan beberapa agonis umum yang tengah ke striatum di ganglia basal dan berperan dalam
mengikat adrenoseptor serta sebagian antagonis adrenoseptor kontrol motorik. Sistem dopaminergik lain adalah sistem
yang umum. Gambar 7-9 juga memperlihatkan tempat kerja mesokorteks, yang berasal terutama di area tegmentum
berbagai obat yang mengubah transmisi noradrenergik. ventral dan berproyeksi ke nukleus akumbens dan area
Sebagai contoh, metirosin menghambat kerja tirosin hidrok- subkorteks limbik; sistem ini berperan dalam perilaku
silase, tahap penentu kecepatan dalam jalur sintesis reward dan adiksi serta dalam penyakit kejiwaan seperti
katekolamin di ujung saraf. Reserpin menghambat VMAT skizofrenia (Boks Klinis 7–3). Studi-studi dengan positive

BOKS KLINIS 7-3

Skizofrenia obat antipsikotik yang efektif tetapi hanya mengikat reseptor


Skizofrenia adalah suatu penyakityang mencakup defisit di D2 secara terbatas. Obat ini malah berikatan dengan reseptor
banyak sistem otak yang mengubah pikiran seseorang serta D4, dan tengah dilakukan riset mendalam mengenai
interaksi mereka dengan orang lain. Orang dengan skizofrenia kemungkinan bahwa reseptor ini abnormal pada pasien
menderita halusinasi, waham, dan racing thought (gejala skizofrenia.
positif); dan mereka mengalami apati, kesulitan menghadapi
situasi baru, dan kurangnya spontanitas atau motivasi (gejala KIAT TERAPEUTIK
negatif). Di seluruh dunia, sekitar 1-2% populasi hidup dengan Sejak pertengahan tahun 1950-an banyak obat
skizofrenia. Kombinasi faktor genetik, biologis, budaya, dan antipsikotik (mis. klorpromazin, haloperidol, perfe-nazin,
psikologis berperan menyebabkan penyakit ini. Banyak bukti dan flufenazin) telah digunakan untuk mengobati
menunjukkan bahwa defek di sistem mesokorteks berperan skizofrenia. Pada tahun 1990-an, dikembangkan obat
dalam kemunculan paling sedikit sebagian dari gejala antipsikotik "atipikal" baru. Ini mencakup klozapin, yang
skizofrenia. Perhatian semula ditujukan ke stimulasi berlebihan mengurangi gejala psikotik, halusinasi, dan
reseptor dopamin D2 limbik. Amfetamin, yang menyebabkan penyimpangan dari realitas. Namun, efek samping
pelepasan dopamin serta norepi-nefrin di otak, menyebabkan potensialnya adalah agranulositosis (berkurangnya sel
darah putih) yang mengganggu kemampuan tubuh
psikosis mirip-skizofrenia; kadar reseptor D2 di otak pengidap
melawan infeksi. Antipsikotik atipikal lain tidak
skizofrenia dikatakan meningkat; dan terdapat korelasi positif
menyebabkan agranulositosis, yaitu risperidon,
yang jelas antara aktivitas anti-skizofrenia banyak obat dengan
olanzapin, kuetiapin, ziprasidon, aripiprazol, dan
kemampuan obat-obat tersebut menghambat reseptor D2. paliperidon.
Namun, beberapa obat yang baru dikembangkan adalah
148 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

emission tomography (PET) scanning pada orang normal Pengangkutan asam


memperlihatkan bahwa seiring dengan usia terjadi L-amino aromatik
pengurangan reseptor dopamin secara tetap di ganglia basal. Na+
Pengurangan ini lebih besar pada pria dibandingkan wanita.
Triptofan Triptofan
Reseptor Dopamin Neuron
Lima reseptor dopamin telah berhasil diklona, tetapi reseptor- serotonergik Triptofan hidroksilase
reseptor ini termasuk ke dalam dua kategori utama: mirip-D1 (penentu kecepatan)
(D1 dan D5) dan mirip-D2 (D2, D3, dan D4). Semua reseptor
dopamin adalah GPCR metabotropik. Pengaktifan reseptor 5-Hidroksi-
tipe D1 menyebabkan peningkatan cAMP, sementara triptofan
pengaktifan reseptor mirip-D2 mengurangi kadar cAMP. Aromatic L-amino
Stimulasi berlebihan reseptor D2 mungkin berperan dalam Potensial acid decarboxylase
patofisiologi skizofrenia (Boks Klinis 7-3). Reseptor D3 sangat aksi
CO2
terlokalisir, khususnya di nukleus akumbens (Gambar 7-2).
Serotonin
Reseptor D4 memiliki afinitas lebih besar daripada reseptor Pengangkut
5HT
dopamin lain untuk obat antipsikotik “atipikal” klozapin, yang 5HT
H+
efektif pada skizofrenia tetapi lebih jarang menyebabkan efek Na+
samping ekstrapiramidal dibandingkan dengan obat 5HT
tranquilizer mayor. VMAT
5HT Na+
5HT

Serotonin 5HT
5HT

Ca2+
Serotonin (5-hidroksitriptamin; 5-HT) terdapat dalam
MAO
konsentrasi tertinggi di trombosit darah dan di kanal cerna,
tempat senyawa ini ditemukan di sel enterokromafin dan 5-hidroksiindol Reseptor 5HT1D
pleksus mienterikus. Serotonin juga ditemukan di dalam asetaldehida
5HT
(autoreseptor)
batang otak di nukleus rafes medianus, yang berproyeksi ke
banyak tempat di SSP termasuk hipotalamus, sistem limbik,
neokorteks, serebelum, dan medula spinalis (Gambar 7-2). 5HT
5HT
Serotonin disintesis dari asam amino esensial triptofan
(Gambar 7-1 dan Figure 7–10). Tahap penentu kecepatan GAMBAR 7-10 Proses-proses biokimia di sinaps serotonergik.
adalah konversi asam amino menjadi 5-hidroksitriptofan Triptofan diangkut ke ujung saraf serotonergik oleh suatu pengangkut
oleh triptofan hidroksilase. Senyawa ini kemudian diubah asam L-amino aromatik dependen-Na+. Tahap-tahap yang terlibat
menjadi serotonin oleh asam L-amino aromatik dekarbok- dalam perubahan triptofan menjadi serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-
silase. Serotonin diangkut ke dalam vesikel oleh VMAT. HT) dijelaskan di Gambar 7-1. 5-HT diangkut dari sitoplasma ke dalam
vesikel oleh vesicular monoamine transporter (VMAT). Pelepasan 5-HT
Setelah dilepas dari neuron serotonergik, sebagian besar terjadi ketika potensial aksi membuka kanal Ca2+ peka-voltase
serotonin ditangkap kembali oleh pengangkut serotonin sehingga terjadi influks Ca2+ dan fusi vesikel dengan membran
(serotonin transporter, SERT) yang relatif selektif. Setelah permukaan. 5-HT yang dilepaskan ke ujung saraf dapat bekerja pada
dikembalikan ke ujung saraf, serotonin diserap kembali ke reseptor terkait-protein G di neuron pascasinaps (tidak diperlihatkan).
dalam vesikel atau diinaktifkan oleh MAO untuk 5-HT juga dapat berdifusi keluar dari celah sinaps atau diangkut
membentuk asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA). Bahan ini kembali ke ujung saraf oleh pengangkut 5HT. 5-HT dapat bekerja pada
autoreseptorprasinaps untuk menghambat pelepasan neurotransmiter
adalah metabolit urine utama serotonin, dan pengeluaran 5- lebih lanjut. 5-HT di sitoplasma dimasukkan ke dalam vesikel atau di-
HIAA di urine digunakan sebagai indeks kecepatan metabolisme menjadi 5-hidroksiindol asetaldehid oleh monoamin
metabolisme serotonin di tubuh. oksidasi (MAO) mitokondria.
Triptofan hidroksilase di SSP sedikit berbeda dari
triptofan hidroksilase yang ada di jaringan perifer, dan
disandi oleh gen yang berbeda. Hal ini mungkin menjadi
penyebab mengapa knockout gen TPH1, yang menyandi HT1A, 5-HT1b, 5-HT1D, 5-HT1E, dan 5-HT1P Di kelompok 5-
triptofan hidroksilase di jaringan perifer, jauh lebih sedikit HT2 terdapat subtipe 5-HT2A, 5-HT2B, 5-HT2C. Terdapat dua
berefek pada produksi serotonin otak daripada produksi subtipe 5-HT5: 5-HT5A dan 5-HT5B. Sebagian dari reseptor
serotonin perifer. serotonin adalah reseptor prasinaps, yang lainnya
pascasinaps.
Reseptor Serotonergik Reseptor 5-HT2A memperantarai agregasi trombosit dan
Terdapat tujuh kelas reseptor 5-HT (dari reseptor 5-HT1 kontraksi otot polos. Mencit yang gen untuk reseptor 5-
sampai 5-HT7), dan semua kecuali satu (5-HT3) adalah HT2C-nya mengalami knock out menderita obesitas akibat
GPCR dan memengaruhi adenilil siklase atau fosfolipase C peningkatan asupan makanan meskipun respons terhadap
(Tabel 7-2). Di dalam kelompok 5-HT1 terdapat subtipe 5- leptin normal (lihat Bab 26), dan mencit ini rentan
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 149

BOKS KLINIS 7-4

Depresi Mayor tamfetamin (MDMA atau ekstasi) adalah obat yang sering
Menurut National Institutes of Mental Health, hampir 21 juta disalahgunakan dan menyebabkan euforia diikuti oleh kesulitan
orang Amerika berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan memusatkan perhatian dan depresi. Obat ini menyebabkan
suasana hati (mood dlsorder) yang mencakup gangguan pelepasan serotonin diikuti oleh deplesi serotonin; euforianya
depresif mayor, distimia, dan penyakit bipolar. Kelompok mungkin disebabkan oleh pelepasan dan depresinya oleh delesi
terbesar adalah mereka yang didiagnosis mengidap depresi neurotransmiter ini.
mayor. Depresi mayor memiliki usia awitan median 32 tahun
dan angka kejadiannya lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Gejala depresi mayor antara lain adalah suasana hati yang
tertekan, anhedonia, hilangnya nafsu makan, insomnia atau
KIAT TERAPEUTIK
hipersomnia, kegelisahan, rasa lelah, merasa tidak berguna, Pada kasus depresi tipikal, obat seperti fluoksetin
berkurangnya kemampuan berpikir atau memusatkan (Prozac), yaitu selective serotonin reuptake inhi-bitor
perhatian, dan pikiran bunuh diri berulang. Depresi tipikal (SSRI), manjur sebagai antidepresan. SSRI juga digunakan
ditandai oleh perasaan sedih, terbangun dini hari,
untuk mengobati gangguan cemas. Pada depresi atipikal,
berkurangnya nafsu makan, kegelisahan, dan anhedonia. Gejala
SSRI sering tidak efektif. Inhi-bitor monoamin oksidase
depresi atipikal adalah perilaku mencari kesenangan dan
hipersomnia. (MAOI) misalnya fenelzin dan selegilin justru terbukti
Penyebab pasti depresi belum diketahui, tetapi faktor efektif sebagai antidepresan. Namun, keduanya memiliki
genetik tampaknya ikut berperan. Terdapat bukti kuat adanya efek samping yang mencakup krisis hipertensi jika pasien
peran monoamin sentral, termasuk norepinefrin, serotonin, mengonsumsi produk kaya tiramin dalam jumlah besar,
dan dopamin. Obat halusinogenik lysergic acid diethylamide misalnya keju tua, daging olahan, alpukat, buah kering,
(LSD) adalah agonis reseptor 5-HT2 sentral. Halusinasi transien dan anggur merah (terutama Chianti). Berdasarkan bukti
yang ditimbulkan oleh obat ini ditemukan ketika ahli kimia bahwa depresi atipikal mungkin terjadi karena
yang mensintesisnya secara tidak sengaja menghirupnya. penurunan serotonin dan dopamin, dikembangkanlah
Penemuannya menarik perhatian terhadap hubungan antara
obat yang bekerja secara lebih umum pada monoamin.
perilaku dan variasi dalam kandungan serotonin otak. Psilosin,
Obat-obat ini, yang dinamai antidepresan atipikal,
suatu bahan yang terdapat di jamur tertentu, dan N,N-
dimetiltripta-min (DMT), juga bersifat halusinogenik dan, mencakup bupropion, yang mirip amfetamin dan
seperti serotonin, merupakan turunan triptamin. 2,5- meningkatkan kadar serotonin dan dopamin di otak.
Dimetoksi-4-metil-amfetamin (DOM) dan meskalin serta Bupropion juga digunakan sebagai terapi untuk
halusino-gen sejati lainnya adalah feniletilamin. Namun, menghentikan kebiasaan merokok.
masing-masing dari obat ini dapat menimbulkan efeknya
melalui ikatan dengan reseptor 5-HT2. 3,4-Metilendioksime-

mengalami kejang fatal. Reseptor 5-HT3 terdapat di kanal Histamin


cerna dan area postrema serta berkaitan dengan muntah.
Neuron histamin memiliki badan sel di nukleus tuberoma-
Reseptor 5-HT4 juga terdapat di kanal cerna, tempat reseptor
milaris hipotalamus posterior, dan akson-aksonnya berpro-
ini memfasilitasi sekresi dan peristalsis, dan di otak. Reseptor
yeksi ke semua bagian otak, termasuk korteks serebri dan
5-HT6 dan 5-HT7 di otak terdistribusi di seluruh sistem
medula spinalis. Histamin juga terdapat di sel-sel di mukosa
limbik, dan reseptor 5-HT6 memiliki afinitas tinggi terhadap
lambung dan di sel yang mengandung heparin yang dinamai
obat antidepresan.
sel mast. Sel mast banyak terdapat di lobus anterior dan
Farmakologi Sinaps Serotonergik posterior kelenjar hipofisis serta di permukaan tubuh.
Histamin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino histidin.
Tabel 7-2 memperlihatkan agonis umum yang berikatan Tiga jenis reseptor histamin yang telah diketahui
dengan reseptor 5-HT serta beberapa antagonis reseptor 5- karakteristiknya (H1, H2, dan H3) ditemukan di jaringan
HT yang umum dijumpai. Selain itu, antidepresan trisiklik perifer dan otak. Sebagian besar, jika tidak semua, reseptor
menghambat penyerapan kembali serotonin dengan H3 adalah reseptor prasinaps, dan reseptor ini mempe-
menghambat SERT, serupa dengan yang dijelaskan tentang rantarai inhibisi pelepasan histamin dan transmiter lain
efek obat ini pada sinaps noradrenergik. Selective serotonin melalui protein G. Reseptor H1 mengaktifkan fosfolipase C,
re-uptake inhibitor (SSRI) seperti fluoksetin digunakan dan reseptor H2 meningkatkan cAMP intrasel. Fungsi sistem
secara luas dalam pengobatan depresi (lihat Boks Klinis 7– histaminergik difus ini belum diketahui, tetapi bukti
4 ). mengaitkan histamin otak dengan keadaan terjaga, perilaku
150 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

seks, tekanan darah, minum, ambang nyeri, dan regulasi (enkefalin) yang mengikat reseptor-reseptor opioid ini: met-
sekresi beberapa hormon hipofisis anterior. Selain itu, baru- enkefalin dan leu-enkefalin. Keduanya dan peptida lain yang
baru ini dilaporkan adanya reseptor histamin baru H4 yang berikatan dengan reseptor opioid dinamai peptida opioid.
tampaknya berperan dalam regulasi sel-sel sistem imun. Enkefalin ditemukan di ujung-ujung saraf kanal cerna dan di
banyak bagian otak, dan pentapeptida ini tampaknya
ATP berfungsi sebagai transmiter sinaps. Enkefalin ditemukan di
ATP adalah contoh molekul kecil yang sering mengalami ko- substansia gelatinosa dan memiliki aktivitas analgesik jika
lokalisasi dan ko-sekresi dari vesikel sinaps seperti yang disuntikan ke dalam batang otak. Peptida ini juga
terjadi di neuron simpatis pascaganglion noradrenergik menurunkan motilitas usus. Enkefalin dimetabolisasi terutama
(Gambar 7-7), dan ATP baru-baru ini diidentifikasi sebagai oleh dua peptidase: enkefalinase A, yang menguraikan ikatan
neurotransmiter. ATP terbukti memperantarai respons Gly-Phe, dan enkefalinase B, yang menguraikan ikatan Gly-
sinaps cepat di sistem saraf otonom dan respons cepat di Gly. Aminopeptidase, yang menguraikan ikatan Tyr-Gly, juga
habenula. ATP mengikat reseptor P2X, yaitu reseptor kanal berperan dalam metabolisme enkefalin.
ion berpintu-ligan. Reseptor P2X terdistribusi luas di tubuh, Seperti peptida kecil lainnya, peptida opioid endogen
termasuk kornu dorsal, yang mengisyaratkan peran ATP disintesis sebagai bagian dari molekul prekursor yang lebih
dalam transmisi sensorik. Antagonis reseptor P2X sedang besar. Lebih dari 20 peptida opioid aktif telah teridentifikasi.
dikembangkan untuk mengobati nyeri kronis. ATP juga Namun, tidak seperti peptida lain, peptida opioid memiliki
mengikat reseptor P2Y dan P2U, yang merupakan GPCR. sejumlah prekursor berbeda. Masing-masing memiliki sebuah
bentuk prapro dan sebuah bentuk pro dari mana peptida sinyal
TRANSMITER MOLEKUL-BESAR: telah diputuskan. Proenkefalin pertama kali ditemukan di
medula adrenal, tetapi bahan ini juga merupakan prekursor
NEUROPEPTIDA untuk met-enkefalin dan leu-enkefalin di otak. Setiap molekul
proenkefalin mengandung empat met-enkefalin, satu leu-
Substansi P enkefalin, satu oktapeptida, dan satu heptapeptida.
Substansi P adalah suatu polipeptida yang mengandung 11 Proopiomelanokortin, suatu molekul prekursor besar yang
residu asam amino dan ditemukan di usus, berbagai saraf ditemukan di lobus anterior dan intermediat kelenjar hipofisis
tepi, dan banyak bagian SSP. Ini adalah suatu famili dan otak, mengandung β-endorfin, suatu polipeptida 31 residu
asam amino yang memiliki met-enkefalin di ujung aminonya.
polipeptida yang dinamai takikinin yang berbeda di ujung
Di otak, terdapat sistem neuron pensekresi enkefalin dan
terminal amino tetapi memiliki kesamaan sekuens terminal
pensekresi β-endorfin yang berbeda. β-endorfin juga
karboksil berupa Phe-X-Gly-LeutMet-NH2, dengan X adalah
disekresikan oleh kelenjar hipofisis ke dalam aliran darah.
Val, His, Lys, atau Phe. Anggota lain famili ini adalah Molekul prekursor ketiga adalah prodinorfin, suatu protein
neurokinin A dan neurokinin B. yang mengandung tiga residu leu-enkefalin yang berikatan
Terdapat tiga reseptor neurokinin (NK1 - NK3), yang dengan dinorfin dan neo-endorfin. Di duodenum serta
merupakan GPCR metabotropik. Substansi P adalah ligan hipofisis posterior dan hipotalamus terdapat jenis-jenis
terpilih untuk reseptor NKj di SSP, dan pengaktifan reseptor dinorfin yang berbeda; β-neoendorfin juga ditemukan di
ini menyebabkan peningkatan pembentukan IP3 dan DAG. hipotalamus.
Substansi P dijumpai dalam konsentrasi tinggi di ujung- Terdapat tiga subkelas reseptor opioid: µ, κ, dan δ
ujung neuron aferen primer di medula spinalis, dan bahan dengan berbagai subtipe dari masing-masing namun yang
ini mungkin merupakan mediator di sinaps pertama di jalur baru teridentifikasi dan diketahui karakteristiknya adalah
transmisi nyeri di kornu dorsal. Bahan ini juga ditemukan gen-gen yang menyandi hanya satu subtipe untuk setiap
dalam konsentrasi tinggi di sistem nigrostriatum, tempat reseptor. Seperti diperlihatkan di Tabel 7–3, reseptor-
konsentrasinya proporsional dengan konsentrasi dopamin, reseptor ini berbeda dalam efek fisiologis dan afinitas terhadap
dan di hipotalamus, tempat bahan ini mungkin berperan berbagai peptida opioid. Ketiganya adalah GPCR dan
dalam regulasi neuroendokrin. Pada penyuntikan di kulit, semuanya menghambat adenilil siklase. Pengaktifan reseptor µ
substansi P menimbulkan kemerahan dan pembengkakan, meningkatkan hantaran K+, menyebabkan hiperpolarisasi
dan ini mungkin mediator yang dikeluarkan oleh serat saraf neuron sentral dan aferen primer. Pengaktifan reseptor κ dan
yang berperan dalam refleks akson. Di usus, substansi P δ menutup kanal Ca2+.
terlibat dalam peristaltik. Beberapa antagonis reseptor NK1
yang bekerja sentral dan baru dikembangkan terbukti
Polipeptida Lain
memperlihatkan aktivitas antidepresan. Bahan ini juga telah Banyak polipeptida lain ditemukan di otak. Sebagai
digunakan sebagai antiemetik pada pasien yang menjalani contoh, somatostatin ditemukan di berbagai bagian otak,
kemoterapi. tempat bahan ini mungkin berfungsi sebagai neuro-
transmiter dengan efek pada masukan sensorik, aktivitas
Peptida Opioid lokomotorik, dan fungsi kognitif. Di hipotalamus, growth
Otak dan kanal cerna mengandung reseptor yang mengikat hormone-inhibiting hormone ini disekresikan ke dalam
morfin. Pencarian ligan endogen untuk berbagai reseptor ini pembuluh porta hipofisis; di pankreas endokrin, senyawa
menghasilkan penemuan dua pentapeptida yang berkaitan erat ini menghambat sekresi insulin dan sekresi hormon
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 151

TABEL 7–3 Efek fisiologis yang ditimbulkan hormon penekan kalsium kalsitonin adalah produk dari gen
oleh stimulasi reseptor opiat. kalsitonin. Di kelenjar tiroid, proses penggabungan (splicing)
menghasilkan mRNA yang menyandi kalsitonin, sementara
Afinitas Peptida di otak, penggabungan alternatif menghasilkan mRNA yang
Reseptor Opioid Endogen Efek
menyandi CGRP. CGRP hanya sedikit berefek pada
μ Endorfin > Enkefalin Analgesia supraspinal metabolisme Ca2+, dan kalsitonin adalah vasodilator lemah.
> Dinorfin dan spinal Pelepasan CGRP dari serat aferen trigeminus mungkin
Depresi pernapasan berperan dalam patofisiologi migrain. Kerja peptida ini
Konstipasi diperantarai oleh dua jenis reseptor CGRP metabotropik.
Euforia Neuropeptida Y adalah suatu polipeptida yang sangat
Sedasi banyak ditemukan di seluruh otak dan sistem saraf otonom.
Peningkatan sekresi Neuropeptida Y bekerja pada delapan reseptor berbeda: Y1-
hormon pertumbuhan Y8; kecuali untuk Y3, semua reseptor ini adalah GPCR.
dan prolaktin Pengaktifan reseptor-reseptor ini memobilisasi Ca2+ dan
Miosis menghambat adenilil siklase. Senyawa ini bekerja di dalam
κ Enkefalin > Endorfin dan Analgesia supraspinal SSP untuk meningkatkan asupan makanan, dan antagonis
Dinorfin dan spinal reseptor Y1 dan Y5 mungkin dapat digunakan untuk
Diuresis mengobati obesitas. Peptida ini juga bekerja di perifer untuk
Sedasi
menyebabkan vasokonstriksi. Peptida ini bekerja pada
Miosis
heterore-septor di ujung saraf simpatis pascaganglion untuk
Disforia
mengurangi pengeluaran norepinefrin.

δ Dinorfin >> Endorfin Analgesia supraspinal TRANSMITER KIMIAWI LAINNYA


dan Enkefalin dan spinal
Nitrat oksida (NO), suatu senyawa yang dikeluarkan oleh
endotel pembuluh darah sebagai endothelium-derived relaxing
factor (EDRF), juga dihasilkan di otak. NO disintesis dari
pankreas lainnya; dan di kanal cerna, senyawa ini merupakan arginin, dalam reaksi yang dikatalisis di otak oleh salah satu
regulator inhibitorik penting dalam gastrointestinal. Suatu dari tiga bentuk NO sintase. Senyawa ini mengaktifkan guanilil
famili dari lima reseptor somatostatin berbeda telah siklase dan, tidak seperti transmiter lain, NO adalah gas, yang
teridentifikasi (SSTR1 sampai SSTR5). Semuanya adalah mudah menembus semua membran sel dan berikatan langsung
GPCR yang menghambat adenilil siklase dan menimbulkan dengan guanilil siklase. NO tidak disimpan dalam vesikel
beragam efek pada sistem kurir intrasel. Tampaknya SSTR2 seperti transmiter klasik lainnya; senyawa ini disintesis sesuai
memperantarai efek-efek kognitif dan inhibisi sekresi kebutuhan di struktur pascasinaps dan berdifusi ke daerah
hormon pertumbuhan, sementara SSTR5 memperantarai sekitar di neuron. Sintesis dapat dipicu oleh pengaktifan
inhibisi sekresi insulin. reseptor NMDA, yang menyebabkan influks Ca2+ dan
Vasopresin dan oksitosin tidak saja disekresikan sebagai pengaktifan neuronal nitric oxide synthase (nNOS, nitrat oksida
hormon tetapi juga terdapat di neuron yang berproyeksi ke sintase neuron). NO mungkin merupakan sinyal untuk neuron
batang otak dan medula spinalis. Otak mengandung bradiki-nin, pascasinaps berkomunikasi dengan ujung prasinaps untuk
angiotensin II, dan endotelin. Hormon gastrointestinal, meningkatkan pelepasan glutamat. Senyawa ini juga mungkin
termasuk vasoactive intestinalpolypeptide (VIP, polipeptida usus berperan dalam plastisitas sinaps dan karenanya dalam belajar
vasoaktif), kolesistokinin (CCK-4 dan CCK-8), juga terdapat di dan mengingat.
otak. Terdapat dua jenis reseptor CCK di otak, CCK-A dan Dua jenis kanabinoid endogen dapat diidentifikasi
CCK-B. CCK-8 bekerja di kedua reseptor sementara CCK-4 sebagai neurotransmiter: 2-arakidonil gliserol (2-AG) dan
bekerja pada CCK-B. Gastrin, neuro-tensin, galanin, dan gastrin- anandamid. Keduanya juga tidak disimpan di vesikel;
releasingpeptide juga ditemukan di kanal gastrointestinal dan neurotransmiter ini cepat disintesis sebagai respons terhadap
otak. Reseptor neurotensin, VIP, dan CCK telah berhasil diklona influks Ca2+ setelah neuron mengalami depolarisasi. Kedua-
dan terbukti merupakan GPCR. Hipotalamus mengandung nya bekerja pada reseptor kanabinoid (CB1) dengan afinitas
gastrin 17 dan gastrin 34. VIP menyebabkan vasodilatasi dan tinggi terhadap A9-tetrahidro-kanabinol (THC), bahan
ditemukan di serat saraf vasomotorik. Fungsi berbagai peptida psikoaktif dalam mariyuana. Reseptor ini terutama terletak
ini di sistem saraf belum diketahui, meskipun sebagian dari di ujung saraf prasinaps. Reseptor CB1 memicu penurunan
peptida yang juga diekskresikan di sistem gastrointestinal cAMP intrasel yang diperantarai protein G dan lazim
diperkirakan berperan dalam rasa kenyang (lihat Bab 26). dijumpai di jalur-jalur nyeri sentral serta di bagian-bagian
Calcitonin gene-related peptide (CGRP) terdapat di serebelum, hipokampus, dan korteks serebri. Selain memicu
SSP dan sistem saraf tepi, kanal gastrointestinal, sistem euforia, agonis reseptor CB1 memiliki efek anti-nosiseptif,
kardiovaskular, dan sistem urogenital. CGRP mengalami dan antagonis reseptor CB1 meningkatkan nosisepsi.
ko-lokalisasi bersama substansi P atau asetilkolin. Kanabinoid endogen juga berfungsi sebagai perantara sinaps
Imunoreaktivitas mirip-CGRP terdapat di dalam darah, dan retrograd; transmiter ini mengalir balik menyeberangi sinaps
penyuntikan CGRP menyebabkan vasodilatasi. CGRP dan setelah dibebaskan dibebaskan dan berikatan dengan
152 BAGIAN I Dasar Selular dan Molekular Fisiologi Kedokteran

reseptor CB1 prasinaps untuk menghambat pelepasan PERTANYAAN PILIHAN GANDA


transmiter lebih lanjut. Reseptor CB2, yang juga berkaitan
dengan protein G, juga telah berhasil diklona; reseptor ini Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat
kecuali jika dinyatakan lain
terutama terletak di perifer. Agonis terhadap reseptor kelas
ini tidak menimbulkan efek euforia seperti pengaktifan 1. Mana dari pernyataan berikut yang benar tentang
reseptor CB1 dan mungkin berguna dalam pengobatan nyeri neurotransmiter?
kronis. A. Semua neurotransmiter berasal dari prekursor asam
amino
B. Neurotransmiter molekul-kecil mencakup dopa-min,
RINGKASAN BAB histamin, ATP, glisin, enkefalin, dan norepi-nefrin
■ Neurotransmiter dan neuromodulator dibagi menjadi dua C. Neurotransmiter molekul-besar mencakup ATP,
kategori utama: transmiter molekul-kecil dan transmiter kanabinoid, substansi P, dan vasopresin
molekul-besar (neuropeptida). Neuropeptida biasanya D. Norepinefrin dapat bekerja sebagai neurotransmiter di
mengalami ko-lokalisasi bersama satu neurotransmiter perifer dan neuromodulator di SSP
molekul-kecil. E. Nitrosa oksida adalah neurotransmiter di SSP
■ Pengeluaran cepat transmiter kimiawi dari celah sinaps terjadi 2. Mana dari pernyataan berikut yang tidak benar?
melalui difusi, metabolisme, dan, pada banyak kasus, A. Glutamat neuron disintesis di sel glia oleh perubahan
penyerapan kembali ke dalam neuron prasinaps enzimatik dari glutamin lalu berdifusi ke dalam ujung
■ Neurotransmiter utama adalah glutamat, GABA, dan glisin, neuron tempat zat tersebut disimpan di dalam vesikel
asetilkolin, norepinefrin, serotonin, dan opioid. ATP, NO, dan sampai dilepaskan oleh influks Ca2+ ke dalam sitoplasma
kanabinoid juga dapat berfungsi sebagai neurotransmiter atau setelah suatu potensial aksi mencapai ujung saraf
neuromodulator. B. Setelah serotonin dilepaskan ke celah sinaps, efeknya
■ Asam amino glutamat adalah transmiter eksitatorik utama di diakhiri oleh penyerapan kembali ke dalam ujung saraf
SSP. Terdapat dua jenis reseptor glutamat: metabotropik prasinaps, suatu proses yang dapat dihambat oleh
(GPCR) dan ionotropik (reseptor kanal ion berpintu ligan, antidepresan trisiklik.
termasuk kainat, AMPA, dan NMDA). C. Norepinefrin adalah satu-satunya transmiter molekul
■ GABA adalah mediator inhibitorik utama di otak. Terdapat kecil yang disintesis di vesikel sinaps dan bukan diangkut
tiga subtipe reseptor GABA: GABAA dan GABAC (kanal ion ke dalam vesikel setelah disintesis.
berpintu ligan) dan GABAB (terkait protein G). Reseptor D. Setiap reseptor kolinergik nikotinik terdiri dari lima
GABAA dan GABAB tersebar luas di SSP. subunit yang membentuk sebuah kanal di tengah yang,
■ Asetilkolin ditemukan di taut neuromuskulus, di ganglion jika reseptornya diaktifkan, memungkinkan lewatnya
Na+ dan kation lain.
otonom, dan di taut organ sasaran-saraf parasimpatis
pascaganglion. Senyawa ini juga ditemukan di kompleks otak E. GABA transaminase mengubah glutamat menjadi
depan basal dan kompleks kolinergik pontomesen-sefalon. GABA; vesicular GABA transporter memindahkan
Terdapat dua jenis utama reseptor kolinergik: muskarinik GABA dan glisin ke dalam vesikel sinaps.
(GPCR) dan nikotinik (reseptor kanal ion berpintu ligan). 3. Mana dari reseptor berikut yang secara tepat diidentifikasi sebagai
■ Neuron yang mengandung norepinefrin terletak di lokus reseptor ionotropik atau reseptor terkait protein G (GPCR)?
seruleus dan nukleus medularis dan nukles pons lainnya. A. Reseptor neurokinin: ionotropik
Sebagian neuron juga mengandung PNMT, yang mengatalisis B. Reseptor nikotinik: GPCR
perubahan norepinefrin menjadi epinefrin. Epinefrin dan C. Reseptor GABAA: ionotropik
norepinefrin bekerja pada adrenoseptor-α dan -β, dengan D. Reseptor NMDA: GPCR
norepinefrin memiliki afinitas lebih besar terhadap E. Glisin: GPCR
adrenoseptor-α dan epinefrin terhadap adrenoseptor-β. Kedua 4. Seorang pria 27 tahun dibawa ke ruang gawat-darurat
reseptor ini adalah GPCR, dan masing-masing memiliki dan memperlihatkan gejala-gejala intoksikasi opioid. Ia
banyak bentuk. diberi nalokson intravena. Opioid endogen
■ Serotonin (5-HT) ditemukan di dalam batang otak di nukleus A. berikatan dengan reseptor ionotropik dan GPCR
rafe medianus yang berproyeksi ke bagian-bagian hipotalamus, B. mencakup morfin, endorfin, dan dinorfin
sistem limbik, neokorteks, serebelum, dan medula spinalis. C. memperlihatkan urutan berikut dalam afinitas
Terdapat paling sedikit tujuh tipe reseptor 5-HT, dan banyak terhadap reseptor δ: dinorfin >> endorfin
dari reseptor ini memiliki subtipe. Sebagian besar adalah D. memperlihatkan urutan berikut dalam afinitas
GPCR. terhadap reseptor µ: dinorfin > endorfin
■ Tiga tipe reseptor opioid (µ, κ, dan δ) adalah GPCR yang E. memperlihatkan urutan berikut dalam afinitas
berbeda dalam efek fisiologis, distribusi di otak dan di tempat terhadap reseptor κ: endorfin >> enkefalin
lain, dan afinitas terhadap berbagai peptida opioid.
BAB 7 Neurotransmiter & Neuromodulator 153

5. Seorang wanita 38 tahun dikirim ke seorang psikiater setelah ia


mengungkapkan ke dokter umumnya bahwa ia mengalami
DAFTAR PUSTAKA
kesulitan tidur (sering terbangun jam 4 pagi selama beberapa Cooper JR, Bloom FE, Roth RH: The Biochemical Basis of
bulan terakhir) dan hilangnya nafsu makan sehingga berat Neuropharmacology, 8th ed. Oxford University Press, 2002.
badannya turun hampir 10 kg. Ia juga mengatakan bahwa ia Fink KB, Göthert M: 5-HT receptor regulation of neurotransmitter
tidak lagi menikmati pergi keluar bersama teman-temannya release. Pharmacol Rev 2007;59:360.
atau melakukan pekerjaan relawan untuk anak yang kurang Jacob TJ, Moss SJ, Jurd R: GABAA receptor trafficking and its role
mampu. Jenis obat apa yang dokternya kemungkinan besar in the dynamic modulation of neuronal inhibition. Nat Rev
sarankan sebagai langkah awal pengobatannya? Neurosci 2008;9:331.
A. Antagonis reseptor serotonergik Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ: Basic and Clinical
B. Inhibitor penyerapan kembali serotonin oleh neuron Pharmacology, 11th ed. McGraw-Hill, 2009.
C. Inhibitor monoamin oksidase Madden DR: The structure and function of glutamate receptor ion
D. Obat mirip-amfetamin channels. Nat Rev Neurosci 2002;3:91.
E. Obat yang menyebabkan peningkatan serotonin dan Monaghan DT, Bridges RJ, Cotman CW: The excitatory amino acid
dopamin receptors: Their classes, pharmacology, and distinct properties in
the function of the central nervous system. Annu Rev Pharmacol
6. Seorang wanita 35 tahun telah lama mendapat pengobatan Toxicol 1989;29:365.
fenelzin untuk depresinya. Suatu malam ia sedang berada di Olsen RW: The molecular mechanism of action of general
pesta dan mengonsumsi anggur Chianti, keju cheddar lama, anesthetics: Structural aspects of interactions with GABAA
daging olahan, dan buah kering. Ia kemudian mengalami receptors. Toxicol Lett 1998;100:193.
nyeri kepala hebat, nyeri dada, peningkatan denyut jantung, Owens DF, Kriegstein AR: Is there more to GABA than synaptic
pembesaran pupil, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, inhibition? Nat Rev Neurosci 2002;3:715.
dan mual. Apa kemungkinan besar penyebab gejala-gejala Roth BL: The Serotonin Receptors: From Molecular Pharmacology to
ini? Human Therapeutics, Humana Press, 2006.
A. Makanannya tercemar oleh toksin botulinum Small KM, McGraw DW, Liggett SB: Pharmacology and physiology
B. Ia mengalami infark miokardium of human adrenergic receptor polymorphisms. Annu Rev
C. Ia mengalami nyeri kepala migrain Pharmacol Toxicol 2003;43:381.
D. Ia mengalami efek samping terhadap campuran Snyder SH, Pasternak GW: Historical review: Opioid receptors.
alkohol dan antidepresan Trends Pharamcol Sci 2003;24:198.
E. Ia mengalami krisis hipertensi akibat menyantap
makanan kaya tiramin selagi mendapat inhibitor
monoamin oksidase untuk depresinya.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAGIAN II
Neurofisiologi Pusat
dan Tepi

PENDAHULUAN NEUROFISIOLOGI
Sistem saraf pusat (SSP) bila diibaratkan dengan prosesor secara spesifik menargetkan transmisi sinaps dalam jalur
komputer adalah pusat perintah untuk sebagian besar atau nosiseptif pusat dan transduksi sensorik perifer. Kabar ini
bahkan semua fungsi dalam tubuh. Sistem saraf tepi adalah sangat menggembirakan bagi mereka yang nyerinya tidak
seperti seperangkat kabel yang menghantarkan data mereda dengan pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid
penting dari SSP ke tubuh dan mengumpan balik informasi atau bahkan morfin. Terobosan penelitian semacam ini tidak
yang didapat dari tubuh kembali ke SSP. "Sistem komputer" akan mungkin terjadi tanpa pemahaman yang menyeluruh
ini sangatlah canggih dan dirancang untuk terus-menerus tentang bagaimana otak dan tubuh berkomunikasi satu sama
melakukan penyesuaian yang tepat terhadap segala lain.
masukan (input) dan keluaran (output) agar tubuh dapat Selain nyeri kronis, telah diketahui lebih dari 600 kelainan
bereaksi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan saraf. Hampir 50 juta orang di Amerika dan diperkirakan 1
eksternal dan internal (sistem sensorik), untuk miliar orang di seluruh dunia yang menderita akibat
mempertahankan postur tubuh, memungkinkan
kerusakan pada sistem saraf pusat atau tepi. Hampir 7 juta
pergerakan, menggunakan kontrol motorik halus di tangan
orang meninggal setiap tahunnya akibat kelainan saraf.
kita untuk menciptakan suatu seni (sistem somatomotorik),
Kelainan saraf mencakup kelainan genetik (mis. penyakit
untuk mempertahankan homeostasis (sistem saraf otonom),
Huntington), penyakit demielinisasi (mis. sklerosis multipel),
untuk mengaturtransisi dari keadaan tidur dan terjaga
kelainan perkembangan (mis. palsi serebral), penyakit
(kesadaran), dan untuk memungkinkan kita dapat
mengingat kembali kejadian yang telah lalu dan degeneratif yang menargetkan jenis neuron spesifik (mis.
berkomunikasi dengan dunia luar (fungsi korteks yang lebih penyakit Parkinson dan Alzheimer), ketidakseimbangan
tinggi). Bagian neurofisiologi ini akan menguraikan sifat-sifat neurotransmiter (mis. depresi, ansietas, dan kelainan
dasar dan kemampuan integratif sistem saraf yang makan), trauma (mis. cedera medula spinalis dan cedera
memungkinkan adanya kontrol yang mengagumkan bagi kepala), gangguan kejang (mis. epilepsi). Selain itu, terdapat
susunan fungsi fisiologis yang sangat besar ini. Bidang ilmu komplikasi neurologis terkait dengan masalah serebro-
kedokteran seperti neurologi, bedah saraf, psikologi klinis vaskular (mis. stroke) dan paparan terhadap bahan-bahan
berpijak pada neurofisiologi ini. kimia neurotoksik (mis. gas saraf, keracunan jamur, dan
Salah satu alasan tersering pasien meminta pertolongan pestisida).
dokter adalah karena ia sedang merasa nyeri. Nyeri kronis
Kemajuan dalam biologi sel punca dan teknik pencitraan
yang berat melibatkan penyambungan kembali sirkuit saraf
otak, pemahaman yang lebih luas tentang dasar plastisitas
yang menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan hanya
sinaps otak, pengetahuan yang kaya tentang pengaturan
berupa sentuhan pada kulitnya. Nyeri kronis adalah
reseptor dan pelepasan neurotransmiter, dan deteksi defek
masalah kesehatan yang sangat mengganggu dan
diperkirakan memengaruhi hampir satu dari 10 orang molekular dan genetik menyebabkan masalah neurologis
Amerika (lebih dari 25 juta orang). Dalam beberapa dekade yang turut berperan dalam kemajuan mengindentifikasi
terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman tentang dasar patofisiologis untuk kelainan saraf. Semua ini juga
perubahan aktivitas pada orang-orang ini dan turut berperan dalam memperoleh terapi yang lebih baik
mengidentifikasi jenis reseptor yang unik untuk jalur guna mencegah, memulihkan, atau menstabilkan defisit
nosiseptif. Temuan ini akan mengarah ke penelitian yang fisiologis yang menjadi penyebab lebih dari 600 kelainan
lebih luas untuk mengembangkan terapi-terapi baru yang saraf.
Halaman ini sengaja dikosongkan
8
Neurotransmisi B A B

Somatosensorik: Sentuh,
Nyeri, & Suhu

■ Menyebutkan jenis reseptor sentuh dan tekan yang terdapat di kulit


T U J U A N
■ Menjelaskan reseptor yang memperantarai sensasi nyeri dan suhu
Setelah mempelajari bab ini, ■ Mendefinisikan potensial generator
Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan unsur-unsur dasar sandi sensorik
■ Menjelaskan perbedaan antara nyeri dan nosisepsi, nyeri pertama dan kedua,
nyeri akut dan kronis, hiperalgesia dan alodinia
■ Menguraikan dan menjelaskan nyeri viseral dan nyeri rujukan
■ Membandingkan jalur yang memperantarai masukan sensorik dari sensasi
sentuh, propriosepsi, dan getar dengan yang memperantarai informasi dari
nosiseptor dan termoreseptor
■ Menjelaskan berbagai proses yang berperan dalam modulasi transmisi di jalur
nyeri
■ Menyebutkan obat-obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan
memberikan alasan terhadap pemakaian dan efektivitas klinis mereka

PENDAHULUAN
Kita belajar di sekolah dasar bahwa terdapat “lima panca Reseptor sensorik dapat dianggap sebagai transduser
indra” (peraba/sentuh, penglihatan, pendengaran, yang mengubah berbagai bentuk energi di lingkungan
penciuman, dan pengecapan); tetapi pernyataan ini hanya menjadi potensial aksi di neuron sensorik. Reseptor kulit
memperhitungkan indra yang mencapai kesadaran kita. untuk sentuh dan tekan adalah mekanoreseptor.
Terdapat banyak reseptor sensorik yang menyampaikan Proprioseptor terletak di otot, tendon, dan sendi serta
informasi tentang lingkungan internal dan eksternal ke menyampaikan informasi mengenai panjang dan tegangan
sistem saraf pusat (SSP), tetapi tidak mencapai kesadaran. otot. Termoreseptor mendeteksi sensasi hangat dan dingin.
Sebagai contoh, gelendong otot (muscle spindle) Stimulus yang dapat membahayakan seperti nyeri, panas dan
memberikan informasi mengenai panjang otot, dan reseptor dingin yang ekstrim diperantarai oleh nosiseptor. Istilah
lain memberi informasi mengenai tekanan darah arteri, kemoreseptor merujuk kepada reseptor yang dirangsang oleh
kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dan pH perubahan dalam komposisi kimia lingkungan tempat
reseptor ini berada. Reseptor-reseptor ini mencakup reseptor
cairan serebrospinal. Daftar modalitas sensorik yang
untuk pengecapan dan penciuman serta reseptor viseral
tercantum di Tabel 8–1 telah sangat disederhanakan. Sel
seperti reseptor yang peka terhadap perubahan kadar O2, pH,
batang dan kerucut, sebagai contoh, berespons secara
dan osmolalitas plasma. Fotoreseptor adalah reseptor yang
maksimal terhadap panjang gelombang cahaya yang
ada di sel batang dan sel kerucut retina yang berespons
berlainan, dan terdapat tiga jenis sel kerucut, satu untuk
terhadap cahaya.
masing-masing dari tiga warna utama. Terdapat lima
modalitas berbeda untuk pengecapan: manis, asin, asam, Bab ini terutama membahas karakteristik reseptor kulit
pahit, dan umami. Suara dengan nada berbeda dapat kita yang memperantarai sensasi sentuh, tekanan, nyeri, dan suhu,
dengar terutama karena adanya berbagai kelompok sel cara reseptor-reseptor ini menghasilkan impuls di neuron
rambut di koklea yang teraktifkan secara maksimal oleh aferen, dan jalur-jalur sentral yang memperantarai atau
gelombang suara dengan frekuensi berbeda-beda. memodulasi informasi dari reseptor-reseptor ini. Karena nyeri

157
158 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

adalah salah satu alasan utama seseorang berobat ke dokter, propriosepsi dijelaskan di Bab 12 karena peranan kuncinya
topik tersebut mendapat perhatian yang cukup besar dalam dalam mengontrol keseimbangan, postur, dan gerakan
bab ini. Reseptor yang terlibat dalam modalitas somatosensorik ekstremitas.

RESEPTOR INDRA & ORGAN INDRA irisan bawang. Reseptor ini berespons terhadap tekanan
dalam dan getaran cepat. Saraf-saraf sensorik dari
MEKANORESEPTOR KULIT mekanoreseptor ini adalah serat Aα dan Aβ besar tak-
bermielin yang kecepatan hantarannya masing-masing
Reseptor sensorik dapat berupa ujung-ujung dendritik berkisar dari sekitar -70—120 hingga -40—75 m/dtk.
khusus serat saraf aferen, dan sering berkaitan dengan sel
non-saraf yang mengelilinginya membentuk suatu organ
indra (sense organ). Sentuhan dan tekanan dideteksi oleh NOSISEPTOR
empat jenis mekanoreseptor (Gambar 8–1). Badan Beberapa reseptor sensorik kulit bukanlah organ khusus,
(korpuskulum) Meissner adalah dendrit yang terbungkus tetapi lebih merupakan ujung saraf bebas. Sensasi nyeri dan
oleh jaringan ikat dan berespons terhadap perubahan suhu berasal dari dendrit tak-bermielin neuron-neuron
dalam tekstur dan getaran lambat. Sel Merkel adalah ujung sensorik yang terletak di seluruh kulit glabrosa dan kulit
dendritik yang mengembang, dan sel ini berespons berambut serta jaringan dalam. Nosiseptor dapat dipisahkan
terhadap sentuhan dan tekanan yang menetap. Badan menjadi beberapa tipe. Nosiseptor mekanis berespons
Ruffini adalah ujung dendritik yang membesar dengan terhadap tekanan kuat (mis. dari benda tajam). Nosiseptor
kapsul memanjang, dan badan ini berespons terhadap termal diaktifkan oleh suhu kulit di atas 42°C atau oleh
tekanan yang tetap. Badan Pacini terdiri dari ujung-ujung dingin hebat. Nosiseptor sensitif kimia berespons terhadap
dendritik tak-bermielin dari sebuah serat saraf sensorik, berbagai bahan kimia seperti bradikinin, histamin, keasaman
bergaris tengah 2 µm, terbungkus oleh lamela konsentrik yang tinggi, dan iritan lingkungan. Nosiseptor polimodal
jaringan ikat yang menyebabkan organ ini tampak seperti berespons terhadap kombinasi berbagai rangsangan ini.

TABEL 8–1 Modalitas sensorik utama.


Sistem Sensorik Modalitas Energi Rangsangan Kelas Reseptor Jenis Sel Reseptor

Somatosensorik Sentuh Ketukan, flutter 5–40 Hz Mekanoreseptor kulit Badan Meissner


Gerakan Reseptor folikel rambut
Somatosensorik Sentuh Mekanoreseptor kulit
Tekanan dalam, getaran
Somatosensorik Sentuh Mekanoreseptor kulit Badan Pacini
60–300 Hz
Somatosensorik Sentuh Sentuhan, tekanan Mekanoreseptor kulit Sel Merkel
Somatosensorik Sentuh Tekanan tetap Mekanoreseptor kulit Badan Ruffini
Somatosensorik Propriosepsi Regangan Mekanoreseptor Gelendong otot

Somatosensorik Propriosepsi Tegangan Mekanoreseptor Organ tendon Golgi

Somatosensorik Suhu Termal Termoreseptor Reseptor dingin dan hangat


Kimia, termal, dan Kemoreseptor, termoreseptor, Reseptor polimodal atau
Somatosensorik Nyeri
nosiseptor kimia, termal,
mekanis dan mekanoreseptor
dan mekanis

Somatosensorik Gatal Kimia Kemoreseptor Nosiseptor kimia

Penglihatan Penglihatan Cahaya Fotoreseptor Sel batang, sel kerucut

Pendengaran Pendengaran Suara Mekanoreseptor Sel rambut (koklea)

Vestibular Keseimbangan Akselerasi angular Mekanoreseptor Sel rambut (kanalis


semisirkularis)

Vestibular Keseimbangan Akselerasi linier, gravitasi Mekanoreseptor Sel rambut (organ otolit)

Olfaktorius Penciuman Kimia Kemoreseptor Neuron sensorik olfaktorius

Gustatorik Pengecapan Kimia Kemoreseptor Papil pengecap (taste bud)


BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 159

A Modalitas Sentuh

Reseptor

Badan Sel Badan Ujung


Meissner Merkel Pacini Ruffini
B Lokasi

Medan
reseptif

C Intensitas dan perjalana waktu

Neural
spike train

Rangsangan

GAMBAR 8-1 Sistem sensorik yang menyandi empat atribut ukuran dan responsnya terhadap sentuhan. Sel Merkel dan badan
elementer rangsangan: modalitas, lokasi (medan reseptif), intensitas, dan Meissner memberikan lokalisasi paling presisi karena medan reseptif
durasi (waktu). A) Tangan manusia memiliki empat jenis keduanya paling kecil dan paling sensitif terhadap tekanan yang
mekanoreseptor; pengaktifan kombinasi keempatnya menghasilkan diberikan melalui sebuah probe kecil. C) Intensitas rangsangan ditandai
sensasi berkontak dengan suatu benda. Pengaktifan selektif sel Merkel oleh kecepatan lepas muatan masing-masing reseptor; durasi
dan ujung Ruffini menimbulkan sensasi tekanan tetap; pengaktifan rangsangan ditandai oleh perjalanan waktu lepas muatan. Deretan
selektif badan Meissner dan Pacini menimbulkan sensasi kesemutan sinyal (spike train) menunjukkan potensial-potensial aksi yang
dan getaran. B) Lokasi suatu rangsangan diketahui berdasarkan ditimbulkan oleh tekanan dari sebuah probe di bagian tengah dari
distribusi spasial populasi reseptor yang teraktifkan. Reseptor masing-masing medan reseptif. Badan Meissner dan Pacini beradaptasi
menghasilkan potensial aksi hanya jika kulit yang berada dekat dengan paling cepat, yang lain beradaptasi secara lambat. (Dari Kandel ER, Schwartz
ujung sensoriknya tersentuh. Medan reseptif mekanoreseptor ini JH, JesselTM [editor]. PrinciplesofNeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).
(diperlihatkan sebagai daerah-daerah merah di ujung jari) berbeda

potensial reseptor transien). Ini mencakup reseptor TRPV1 (V


Impuls dari nosiseptor dihantarkan melalui dua jenis serat, merujuk ke sekelompok bahan kimia yang disebut vaniloid)
serat Aδ bermielin tipis (bergaris tengah 2—5 µm) yang yang diaktifkan oleh panas, asam, dan bahan kimia intens seperti
menghantarkan dengan kecepatan sekitar 12-35 m/dtk dan serat kapsaisin (bahan aktif dalam cabai dan suatu contoh vaniloid).
C tak-bermielin (bergaris tengah 0,4-1,2 µm) yang meng- Reseptor TRPV1 juga dapat diaktifkan secara tak-langsung oleh
hantarkan impuls dengan kecepatan rendah sekitar 0,5-2 m/dtk. pengaktifan awal reseptor TRPV3 di keratinosit kulit.
Pengaktifan serat Aδ, yang melepaskan glutamat, berperan Rangsangan kimia, mekanis, dan dingin yang mengganggu dapat
dalam nyeri pertama (juga disebut nyeri cepat atau nyeri mengaktifkan reseptor TRPA1 (A, untuk ankirin) di ujung saraf
epikritik), yaitu respons cepat dan memperantarai aspek sensorik. Ujung saraf sensorik juga memiliki reseptor acid
diskriminatif nyeri atau kemampuan mengetahui lokasi dan sensing ion channel (ASIC, kanal ion pendeteksi asam) yang
intensitas rangsangan pengganggu. Pengaktifan serat C, yang diaktifkan oleh perubahan pH di dalam kisaran fisiologis dan
melepaskan kombinasi glutamat dan substansi P, berperan mungkin merupakan reseptor dominan yang memperantarai
menimbulkan nyeri kedua (juga disebut nyeri lambat atau nyeri nyeri imbas-asam. Selain pengaktifan langsung reseptor di ujung
protopatik), yaitu perasaan tak-enak yang tumpul, intens, dan saraf, sebagian rangsangan nosiseptif melepaskan molekul-
difus yang berkaitan dengan rangsangan pengganggu. Gatal dan molekul intermediat yang kemudian mengaktifkan reseptor di
geli juga berkaitan dengan sensasi nyeri (lihat Boks Klinis 8–1). ujung saraf. Sebagai contoh, rangsangan mekanis nosiseptif
Terdapat berbagai reseptor yang terletak di ujung saraf menyebabkan pelepasan ATP yang bekerja pada reseptor
sensorik nosiseptif yang berespons terhadap rangsangan termal, purinergik (mis. P2X, suatu reseptor ionotropik dan P2Y, suatu
mekanis, atau kimia pengganggu (Gambar 8–2). Banyak dari reseptor terkait-protein G). Tyrosine receptor kinase A (TrkA)
reseptor ini adalah bagian dari suatu famili kanal kation non- diaktifkan oleh faktor pertumbuhan saraf (nerve groivth factor,
selektif yang disebut kanal transient receptor potential (TRP, NGF) yang dilepaskan sebagai akibat dari kerusakan jaringan.
160 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 8-1

Gatal & Geli dua jenis reseptor terkait protein G, B1 dan B2. Pengaktifan
Gatal (pruritus) bukanlah masalah utama bagi orang sehat, reseptor B2 bradikinin merupakan proses hilir pada pengaktifan
melainkan gatal hebat yang sulit diatasi dan terjadi pada protease-activated receptor-2 (PAR-2), yang menginduksi
penyakit seperti gagal ginjal kronis, beberapa bentuk penyakit respons nosiseptif dan pruritogenik.
hati, dermatitis atopik, dan infeksi HIV. Khususnya di daerah
dengan banyak terdapat ujung bebas serat saraf tak-
bermielin, dapat diidentifikasi titik-titik gatal di kulit melalui KIAT TERAPEUTIK
pemetaan yang cermat. Selain itu, serat spesifik-gatal dapat
Menggaruk meredakan rasa gatal karena hal ini
dibuktikan di traktus spino-talamikus ventrolateral. Hal ini dan
mengaktifkan aferen-aferen besar dengan hantaran cepat
bukti lain mengisyaratkan adanya suatu jalur spesifik-gatal.
yang menghentikan transmisi di komu dorsal dengan cara
Rangsangan yang relatif ringan, khususnya jika dihasilkan oleh
serupa seperti inhibisi nyeri oleh stimulasi aferen yang
sesuatu yang bergerak di kulit, menimbulkan gatal dan geli. sama. Antihistamin terutama efektif dalam mengurangi
Menarik bahwa sensasi geli biasanya dianggap menyenangkan, gatal yang berkaitan dengan reaksi alergik. Pada mencit
sementara gatal mengganggu dan nyeri tidak menyenangkan. percobaan yang memperlihatkan perilaku menggaruk
Gatal dapat ditimbulkan tidak saja oleh stimulasi mekanis sebagai respons terhadap pengaktifan PAR-2, terapi
lokal berulang kulit tetapi juga oleh beragam bahan kimia dengan antagonis reseptor B2 mengurangi perilaku
termasuk histamin dan golongan kinin seperti bradikinin yang menggaruk. Antagonis reseptor B2 mungkin bermanfaat
dikeluarkan di kulit sebagai respons terhadap kerusakan dalam mengobati penyakit-penyakit pruriginosa.
jaringan. Kinin menimbulkan efeknya dengan mengaktifkan

Dingin Mekanis H+ Panas

ATP TRPV3

TRPM8? P2X/P2Y TRPA1, ASIC TRPV1 ?


TRP?

Potensial generator

Potensial aksi

Ujung saraf
sensorik

GAMBAR 8-2 Reseptor di ujung saraf tak-bermielin nosiseptif di keratinosit (mis.TRPV3). Nosiseptor (mis. mekanoreseptor) juga
kulit. Rangsangan nosiseptif (mis. panas) dapat mengaktifkan dapat diaktifkan oleh pelepasan molekul-molekul intermediat (mis.
beberapa reseptor secara langsung karena transduksi energi ATP). ASIC, acid-sensitive ion channel; P2X, ionotropic
rangsangan oleh reseptor (mis. kanal potensial reseptor transien purinoceptor; P2Y, G protein-coupledpurinergic receptor.
(TRP)TRPVI) atau secara tak-langsung oleh pengaktifan kanal TRP di
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 161

Ujung-ujung saraf juga memiliki berbagai reseptor yang


berespons terhadap mediator imun yang dilepaskan sebagai
respons terhadap cedera jaringan. Reseptor-reseptor tersebut
mencakup reseptor B1 dan B2 (bradikinin), reseptor prosta-
noid (prostaglandin), dan reseptor sitokin (interleukin).
Berbagai reseptor ini memperantarai nyeri peradangan.

TERMORESEPTOR
Reseptor dingin (cold) dan reseptor sejuk (cool) yang tidak
berbahaya berada di ujung dendritik serat Aδ dan serat C,
sementara reseptor hangat yang tidak berbahaya berada di serat
C. Eksperimen-eksperimen pemetaan memperlihatkan bahwa
kulit memiliki titik-titik peka-dingin dan peka-panas yang GAMBAR 8-3 Pembuktian bahwa potensial generator di badan
tersendiri. Terdapat 4-10 kali lebih banyak titik peka-dingin Pacini berasal dari ujung saraf tak-bermielin. Diperlihatkan respons
dibandingkan dengan titik peka-panas. listrik terhadap tekanan (tanda panah hitam) 1,2x, 3x, dan 4x.
Rangsangan terkuat menghasilkan potensial aksi di saraf sensorik,
Ambang untuk pengaktifan reseptor hangat adalah 30°C, yang berasal dari bagian tengah badan. (Dari Waxman SG. Clinical
dan reseptor ini meningkatkan frekuensi lepas muatannya Neuroanatomy, 26th ed. McGraw-Hill, 2010).
seiring dengan peningkatan suhu kulit hingga 46°C. Reseptor
dingin inaktif pada suhu 40°C, tetapi meningkatkan frekuensi
lepas muatannya sewaktu suhu kulit turun hingga sekitar 24°C.
potensial generator cukup besar untuk membawa potensial
Sewaktu suhu kulit terus turun, frekuensi lepas muatan reseptor
membran nodus ke ambang letup. Karena itu, nodus mengubah
dingin menurun sampai suhu mencapai 10°C. Di bawah suhu
respons berjenjang reseptor menjadi potensial aksi, yang
ini, reseptor tersebut inaktif dan dingin menjadi anestesi lokal
frekuensinya setara dengan besar rangsangan yang diberikan.
yang efektif.
Reseptor yang diaktifkan oleh suhu dingin sedang adalah
TRPM8. M merujuk kepada mentol, bahan dalam mint yang PENYANDIAN SENSORIK
menyebabkannya terasa “sejuk”. Reseptor TRPV4 diaktifkan
oleh suhu hangat hingga 34°C; reseptor TRPV3 berespons Mengubah suatu rangsangan reseptor menjadi sensasi yang
terhadap suhu yang sedikit lebih tinggi, yaitu 35-39°C. dapat diketahui disebut sensory coding (penyandian
sensorik). Semua sistem sensorik menyandi empat atribut
PEMBENTUKAN IMPULS DI dasar dari suatu rangsangan: modalitas, lokasi, intensitas,
dan durasi. Modalitas adalah jenis energi yang disalurkan
RESEPTOR KULIT oleh rangsangan. Lokasi adalah letak di tubuh atau ruang
Cara reseptor sensorik menghasilkan potensial aksi di saraf yang tempat asal rangsangan. Intensitas ditandai oleh amplitudo
menyarafinya bervariasi berdasarkan kompleksitas organ indra. respons atau frekuensi pembentukan potensial aksi. Durasi
Di kulit, badan Pacini telah diteliti secara rinci. Selubung mielin merujuk kepada waktu dari awal hingga akhir suatu respons
saraf sensorik dimulai di bagian dalam badan (Gambar 8–3). di reseptor. Berbagai atribut pengodean sensorik ini
Nodus Ranvier pertama juga terletak di bagian dalam; yang diperlihatkan untuk modalitas sentuh di Gambar 8-1.
kedua biasanya dekat dengan titik tempat serat saraf Ketika saraf dari suatu reseptor sensorik tertentu
meninggalkan badan. dirangsang, sensasi yang ditimbulkan adalah sensasi yang
dikhususkan untuk reseptor tanpa bergantung pada
POTENSIAL GENERATOR bagaimana atau di mana di sepanjang saraf tersebut aktivitas
Ketika sejumlah kecil tekanan diberikan ke badan Pacini, dimulai. Prinsip ini, pertama kali diajukan oleh Johannes
terekam potensial depolarisasi tak-merambat yang mirip Miiller pada tahun 1835, disebut hukum energi saraf spesifik.
dengan potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP). Hal ini Sebagai contoh, jika saraf sensorik dari sebuah badan Pacini di
disebut potensial generator atau potensial reseptor (Gambar tangan dirangsang oleh tekanan di siku atau oleh iritasi akibat
8-3). Jika tekanan ditingkatkan, besar potensial reseptor sebuah tumor di pleksus brakialis, sensasi yang ditimbulkan
meningkat. Karena itu, reseptor mengubah energi mekanis adalah sensasi sentuh. Prinsip umum energi saraf spesifik
menjadi respons listrik, yang besarnya sebanding dengan masih merupakan salah satu tonggak dalam fisiologi sensorik.
intensitas rangsangan. Karena itu, respons disebut sebagai
graded potential (potensial berjenjang) dan bukan potensial
MODALITAS
tuntas-atau-gagal seperti pada kasus potensial aksi. Ketika besar Manusia memiliki empat kelas utama reseptor berdasarkan
potensial generator mencapai sekitar 10 mV, dihasilkan sensitivitas mereka terhadap satu bentuk predominan
potensial aksi di nodus Ranvier pertama. Saraf kemudian energi: mekanis, termal, elektromagnetik, atau kimia.
mengalami repolarisasi. Jika potensial generator cukup besar, Bentuk khusus energi yang membuat reseptor paling peka
neuron kembali melepaskan muatan segera setelah mengalami disebut rangsang adekuat (adequate stimulus). Rangsang
repolarisasi, dan akan terus melepaskan muatan selama adekuat untuk sel batang dan sel kerucut di mata, sebagai
162 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

contoh, adalah cahaya (contoh energi elektromagnetik). 50-200 mm2. Daerah yang disarafi oleh satu unit sensorik
Reseptor memang berespons terhadap bentuk-bentuk energi biasanya bertumpang-tindih dan berjalin dengan daerah-
selain rangsang adekuatnya, tetapi ambang untuk respons daerah yang disarafi oleh unit lain.
non-spesifik ini jauh lebih tinggi. Misalnya, tekanan pada Salah satu mekanisme terpenting yang memungkinkan
bola mata akan merangsang sel batang dan sel kerucut, tetapi lokalisasi suatu rangsangan adalah inhibisi lateral. Informasi
ambang kedua reseptor ini untuk tekanan jauh lebih tinggi dari neuron sensorik yang reseptornya berada di bagian tepi
daripada ambang reseptor tekanan di kulit. rangsangan terhambat dibandingkan dengan informasi dari
neuron sensorik di bagian tengah rangsangan. Karena itu,
LOKASI inhibisi lateral meningkatkan kontras antara bagian tengah
Istilah unit sensorik merujuk ke satu akson sensorik dan dan tepi daerah rangsangan dan meningkatkan kemampuan
semua cabang perifernya. Cabang-cabang ini jumlahnya otak mengetahui lokasi masukan sensorik. Inhibisi lateral
bervariasi, tetapi mungkin sangat banyak, khususnya di mendasari diskriminasi dua-titik (lihat Boks Klinis 8–2).
sensasi kulit. Medan reseptif (receptive field) suatu unit
sensorik adalah distribusi ruang tempat suatu rangsangan INTENSITAS
yang menghasilkan respons di unit tersebut berasal (Gambar
8-1). Representasi sensasi di kulit bersifat pungtata. Jika kulit Intensitas sensasi ditentukan oleh amplitudo rangsangan
dipetakan secara cermat, milimeter demi milimeter, dengan yang dikenakan ke reseptor. Hal ini diperlihatkan di
suatu rambut halus, sensasi sentuh ditimbulkan dari titik- Gambar 8–4. Sewaktu diberikan tekanan yang lebih besar
titik yang terletak di atas reseptor sentuh. Tidak ada yang ke kulit, potensial reseptor di mekanoreseptor meningkat
ditimbulkan dari daerah-daerah di antaranya. Demikian juga (tidak diperlihatkan), dan frekuensi potensial aksi di satu
sensasi suhu dan nyeri dihasilkan oleh stimulasi kulit hanya akson yang mengirimkan informasi ke SSP juga meningkat.
di atas tempat-tempat reseptor untuk kedua modalitas itu Selain meningkatkan frekuensi lepas muatan di satu akson,
berada. Di kornea dan sklera mata di sekitarnya, luas rangsangan dengan intensitas yang lebih besar juga akan
permukaan yang disarafi oleh satu unit sensorik adalah merekrut lebih banyak reseptor ke dalam medan reseptif.

BOKS KLINIS 8-2

Pemeriksaan Neurologis merasakan getaran mekanis. Reseptor yang berperan adalah


Ukuran medan reseptif untuk sentuhan ringan dapat diukur reseptor sentuh, khususnya badan Pacini, tetapi faktor waktu
melalui tes ambang dua-titik. Dalam prosedur ini, dua titik dari juga penting. Pola rangsangan tekanan berirama diinterpretasi-
sepasang jangka secara bersamaan diletakkan di kulit dan kan sebagai getaran. Impuls yang bertanggung jawab untuk
pasien menentukan jarak minimal antara kedua ujung jangka sensasi getar disalurkan di kolumna dorsal. Degenerasi bagian
yang dapat dirasakan sebagai dua titik rangsangan yang medula spinalis ini terjadi pada diabetes yang kurang
terpisah. Ini disebut ambang diskriminasi dua-titik. Jika jarak terkontrol, anemia pernisiosa, defisiensi vitamin B12, atau tabes
terlalu kecil, masing-masing ujung jangka menyentuh medan dorsalis dini. Peningkatan ambang rangsangan getaran
reseptif hanya dari satu neuron. Jika jarak antara titik stimulasi merupakan gejala awal degenerasi ini. Sensasi getar dan
kurang dari ambang ini, hanya dapat dirasakan satu titik propriosepsi berkaitan erat; jika salah satu berkurang, yang lain
rangsangan. Karena itu, ambang diskriminasi dua-titik adalah juga akan berkurang.
ukuran ketajaman taktil (tactile acuity). Besar ambang Stereognosis adalah persepsi bentuk dan sifat suatu benda
diskriminasi dua-titik bervariasi dari satu bagian tubuh ke tanpa melihatnya. Orang normal dapat cepat mengidentifikasi
bagian lainnya dan ambang diskriminasi terkecil terdapat di benda misalnya kunci dan koin dari berbagai denominasi.
daerah yang reseptor sentuhnya paling banyak. Titik-titik Kemampuan ini bergantung pada sensasi sentuh dan tekanan
rangsangan di punggung, sebagai contoh, harus dipisahkan yang relatif utuh dan akan terganggu jika kolumna dorsal
paling sedikit 65 mm sebelum keduanya dapat dibedakan mengalami kerusakan. Ketidakmampuan untuk mengenali
sebagai dua titik, sementara di ujung jari dua rangsangan dapat objek melalui sentuhan disebut agnosia taktil. Kemampuan ini
dikenali jika keduanya dipisahkan hanya oleh jarak 2 mm. Orang
juga memiliki komponen korteks yang besar; gangguan
buta memperoleh manfaat dari ketajaman taktil ujung jari
tangan untuk mempermudah mereka membaca huruf Braille; stereognosis adalah tanda awal kerusakan korteks serebri dan
titik-titik yang membentuk simbol Braille terpisah dengan jarak kadang terjadi tanpa adanya defek yang terdeteksi pada sensasi
2,5 mm. Diskriminasi dua-titik digunakan untuk menguji sentuh dan tekan jika terdapat lesi di korteks sensorik primer.
integritas sistem kolumna dorsal (lemniskus medialis), jalur Stereoagnosia juga dapat terjadi karena kegagalan meng-
sentral untuk sentuh dan propriosepsi. identifikasi benda melalui penglihatan (agnosia penglihatan),
Sensibilitas getaran diperiksa dengan menempelkan garpu ketidakmampuan mengidentifikasi suara atau kata (agnosia
tala bergetar (128 Hz) ke kulit ujung jari tangan, ujung jari kaki, auditorik) atau warna (agnosia warna), atau ketidakmampuan
atau tonjolan tulang jari kaki. Respons normal adalah sensasi mengidentifikasi lokasi atau posisi suatu ekstremitas (agnosia
"berdenging" (buzzing). Sensasi paling terasa di atas tulang. posisi).
Kata palestesia juga digunakan untuk menjelaskan kemampuan
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 163

Potensial
aksi

Neuron aferen

Kulit

Probe kaca
(mm Hg)
Tekanan

180
120
60

Waktu

GAMBAR 8-4 Hubungan antara rangsangan dan frekuensi sewaktu cabang-cabang dari neuron aferen ini dirangsang oleh
impuls di serat aferen. Potensial aksi di serat aferen dari sebuah tekanan dengan kekuatan semakin besar. (Dari Widmaier EP, Raff H,
mekanoreseptor satu unit sensorik meningkat frekuensinya Strang KT: Vender's Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).

Sewaktu kekuatannya ditingkatkan, rangsangan cenderung adalah gelendong otot dan nosiseptor. Berbagai jenis adaptasi
menyebar ke daerah yang luas dan umumnya tidak saja sensorik tampaknya bermanfaat bagi individu. Sensasi sentuhan
mengaktifkan organ-organ indra yang berkontak langsung ringan akan mengganggu jika menetap; dan, sebaliknya,
dengannya, tetapi juga “merekrut” yang ada di daerah sekitar. diperlukan masukan gelendong otot yang beradaptasi lambat
Selain itu, rangsangan yang lemah mengaktifkan reseptor untuk mempertahankan postur. Demikian juga, masukan dari
dengan ambang terendah, dan rangsangan yang lebih kuat juga nosiseptor memberikan peringatan yang nilainya akan hilang
mengaktifkan reseptor dengan ambang lebih tinggi. Sebagian jika reseptor itu cepat beradaptasi dan sensasinya lenyap.
dari reseptor yang diaktifkan adalah bagian dari unit sensorik
yang sama, dan karenanya frekuensi impuls di unit tersebut PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
meningkat. Namun, karena adanya tumpang-tindih dan saling- Komponen sensorik pada pemeriksaan neurologis mencakup
jalin antara satu unit dengan yang lain, reseptor dari unit lain penilaian berbagai modalitas sensorik termasuk sentuh,
juga ikut terangsang, dan karenanya lebih banyak unit sensorik propriosepsi, sensasi getar, dan nyeri. Fungsi sensorik korteks
membentuk potensial aksi. Dengan cara ini, lebih banyak jalur dapat diperiksa dengan menempatkan benda-benda biasa di
aferen yang diaktifkan, yang diinterpretasikan di otak sebagai tangan pasien dan meminta mereka mengidentifikasinya dengan
peningkatan intensitas sensasi. mata tertutup. Boks Klinis 8-2 menjelaskan sebagian penilaian
umum yang dilakukan pada pemeriksaan neurologis.
DURASI
Jika rangsangan dengan kekuatan tetap pada suatu reseptor
NYERI
sensorik dipertahankan, frekuensi potensial aksi di saraf Salah satu alasan tersering seseorang meminta pertolongan
sensorik akan berkurang seiring dengan waktu. Fenomena ini dokter adalah karena ia sedang merasa nyeri. Nyeri disebut oleh
dikenal sebagai adaptasi reseptor atau desensitisasi. Derajat Sherrington, “tbe physical adjunct of an imperative protective
adaptasi bervariasi dari satu sensasi ke sensasi lain. Reseptor reflex”(pelengkap tubuh yang sangat penting dalam refleks
dapat diklasifikasikan menjadi reseptor cepat beradaptasi (fasik) pertahanan diri). Rangsangan nyeri umumnya memicu respons
dan reseptor lambat beradaptasi (tonik). Hal ini digambarkan penarikan (withdrawal) dan penghindaran (avoidance) yang
untuk berbagai jenis reseptor sentuh di Gambar 8-1. Badan kuat. Nyeri berbeda dari sensasi lain yaitu bahwa hal ini
Meissner dan Pacini adalah contoh reseptor cepat beradaptasi, memberikan peringatan bahwa ada sesuatu yang salah,
dan sel Merkel dan ujung Ruffini adalah contoh reseptor mendahului sinyal lain, dan berkaitan dengan afek yang tidak
beradaptasi lambat. Contoh lain reseptor beradaptasi lambat menyenangkan. Sensasi ini demikian kompleks karena
164 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 8-3

Nyeri Kronis menyebabkan respons peradangan karena pengaktifan


mikroglia di medula spinalis. Umumnya, nyeri ini terasa hebat
Sebuah laporan tahun 2009 di Scientific American menunjukkan
dan sulit diatasi. Sebagai contoh, pada kausalgia, timbul nyeri
bahwa 10-20% populasi di AS dan Eropa mengalami nyeri
seperti terbakar secara spontan jauh setelah cedera yang
kronis; 59% dari mereka adalah wanita. Berdasarkan suatu
tampaknya ringan. Nyeri sering disertai oleh hiperalgesia dan
survei terhadap dokter pelayanan primer, hanya 15%
alodinia. Distrofi simpatis refleks juga sering dijumpai. Pada
mengisyaratkan bahwa mereka merasa yakin dalam mengobati
penyakit ini, kulit di bagian yang terkena menipis dan berkilap,
pasien dengan nyeri kronis; dan 41% mengatakan bahwa
dan terjadi peningkatan pertumbuhan rambut. Hal ini mungkin
mereka menunggu sampai pasien secara spesifik meminta
disebabkan oleh pembentukan tunas (sprouting) dan
penghilang nyeri jenis narkotik sebelum meresepkannya.
pertumbuhan secara berlebihan serat-serat saraf simpatis
Hampir 20% orang dewasa dengan nyeri kronis memperlihatkan
noradrenergik ke dalam ganglion radiks dorsal saraf sensorik
bahwa mereka mengunjungi ahli pengobatan alternatif. Faktor
dari daerah yang cedera. Lepas muatan simpatis kemudian
risiko untuk nyeri punggung dan leher kronis adalah penuaan,
memicu nyeri. Karena itu, saraf perifer tampaknya mengalami
wanita, rasa cemas, pekerjaan berulang, obesitas, depresi,
"korsleting" dan bahwa serat-serat relevan dirangsang oleh
mengangkat beban berat, dan pemakaian nikotin. Satu contoh
norepinefrin di tingkat ganglion radiks dorsal.
nyeri kronis adalah nyeri neuropatik yang mungkin terjadi
ketika serat saraf mengalami cedera. Kerusakan saraf dapat

KIAT TERAPEUTIK
Nyeri kronis sering membandel terhadap sebagian Na+, sedang dikembangkan untuk mengobati nyeri
besarterapi konvensional seperti OAINSdan bahkan opioid. neuropatik. Zikonotid, suatu penghambat kanal Ca2+ tipe N
Dalam upaya baru untuk mengobati nyeri kronis, beberapa berpintu voltase, telah disetujui untuk analgesia intratekal
pada pasien dengan nyeri kronis refrakter. Gabapentin
terapi berfokus pada transmisi sinaps di jalur nosiseptif dan
adalah suatu obat antikejang yang merupakan analog GABA;
transduksi sensorik perifer. TRPV1, suatu reseptor kapsaisin,
obat ini terbukti efektif dalam mengobati nyeri neuropatik
diaktifkan oleh rangsangan pengganggu misalnya panas, dan nyeri inflamatorik dengan bekerja pada kanal Ca2+
proton, dan produk peradangan. Obat tempel (koyok) atau berpintu voltase. Topiramat, suatu penghambat kanal Na+,
krim transdermis kapsaisin mengurangi nyeri dengan adalah contoh lain obat antikejang yang dapat digunakan
menguras pasokan substansi P di saraf. Nav1.8 (suatu kanal untuk mengobati nyeri kepala migrain. Antagonis reseptor
natrium berpintu voltase resisten-tetrodotoksin) berkaitan NMDA dapat diberikan bersama dengan suatu opioid untuk
secara unik dengan neuron-neuron nosiseptif di ganglion mengurangi toleransi terhadap opioid. Kanabinoid endogen
radiks dorsal. Lidokain dan meksiletin berguna pada memiliki efek analgesik selain efek euforia. Obat yang
bekerja pada reseptor CB2 yang tidak memiliki efek euforia
sebagian kasus nyeri kronis dan mungkin bekerja dengan
sedang dikembangkan untuk mengobati nyeri neuropatik.
menghambat kanal ini. Ralfinamid, suatu penghambat kanal

ketika jaringan rusak, jalur-jalur nosiseptif sentral mengalami karena berfungsi sebagai mekanisme protektif penting. Refleks
sensitisasi dan reorganisasi yang menyebabkan terjadinya nyeri penarikan (withdrawal reflex) adalah contoh ekspresi peran
persisten atau nyeri kronis (lihat Boks Klinis 8–3). protektif dari nyeri.
Nyeri kronis dapat dianggap sebagai “nyeri buruk” karena
KLASIFIKASI NYERI menetap jauh setelah pemulihan dari suatu cedera dan sering
Untuk tujuan ilmiah dan klinis, nyeri didefinisikan oleh refrakter terhadap obat analgesik biasa, termasuk obat anti-
International Association flor the Study ofPain (IASP) sebagai inflamasi non-steroid (OAINS) dan opioid. Nyeri kronis dapat
“suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak terjadi karena cedera saraf (nyeri neuropatik) termasuk
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik neuropati diabetes, kerusakan saraf imbas-toksin, dan iskemia.
yang sudah atau mungkin terjadi”. Hal ini harus dibedakan dari Kausalgia adalah suatu jenis nyeri neuropatik (lihat Boks Klinis
kata nosisepsi, yang oleh IASP didefinisikan sebagai aktivitas tak- 8-3).
sadar yang dipicu oleh rangsangan merugikan yang mengenai
reseptor indra. HIPERALGESIA DAN ALODINIA
Nyeri sering diklasifikasikan sebagai nyeri fisiologis atau Nyeri sering disertai oleh hiperalgesia dan alodinia. Hiperal-
akut dan nyeri patologik atau kronis, yang mencakup nyeri gesia adalah respons berlebihan terhadap rangsangan peng-
peradangan dan nyeri neuropatik. Nyeri akut biasanya ganggu, alodinia adalah sensasi nyeri sebagai respons terhadap
memiliki awitan mendadak dan mereda selama proses rangsangan yang normalnya tidak mengganggu. Contoh dari
penyembuhan; nyeri ini dapat dianggap sebagai “nyeri baik” alodinia adalah sensasi nyeri akibat mandi air hangat
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 165

Sel mast

CGRP
Substansi P

Histamin Neuron ganglion


Bradikinin radiks dorsal
Lesi 5-HT
Prostaglandin
K+
CGRP
Substansi P

Pembuluh
darah
Medula spinalis

GAMBAR 8-5 Mediator kimiawi dilepaskan sebagai respons untuk menyebabkan degranulasi dan pelepasan histamin, yang
terhadap kerusakan jaringan dan dapat mensensitisasi atau secara mengaktifkan nosiseptor. Substansi P menyebabkan ekstravasasi
langsung mengaktifkan nosiseptor. Faktor-faktor ini berperan dalam plasma dan CGRP melebarkan pembuluh darah; edema yang terjadi
hiperalgesia dan alodinia. Jaringan yang cedera mengeluarkan semakin meningkatkan pelepasan bradikinin. Serotonin (5-HT)
bradikinin dan prostaglandin yang mensensitisasi atau mengaktifkan dilepaskan dari trombosit dan mengaktifkan nosiseptor. (Dari Lembeck
nosiseptor,yang sebaliknya melepaskan substansi P dan calcitonin F: CIBA Foundatioun Symposium, London: Pitman Medical; Summit, NJ, 1981).
gen-related polypeptide (CGRP). Substansi P bekerja pada sel mast

ketika kulit mengalami kerusakan karena sinar matahari ekspresi kanal natrium resisten-tetrodotoksin (Navl.8) di
(sunburn). ganglion radiks dorsal, semakin meningkatkan aktivitas.
Hiperalgesia dan alodinia menandakan peningkatan Ujung saraf yang rusak mengalami pembentukan tunas,
sensitivitas serat-serat aferen nosiseptif. Gambar 8–5 sehingga serat-serat dari reseptor sentuh bersinaps di neuron
memperlihatkan bagaimana bahan kimia yang dilepaskan di kornu dorsal spinal yang normalnya hanya menerima masukan
tempat cedera dapat secara langsung mengaktifkan reseptor di nosiseptif (lihat bawah). Hal ini dapat menjelaskan mengapa
ujung saraf sensorik yang menyebabkan nyeri peradangan. Sel- setelah cedera rangsangan ringan saja dapat memicu nyeri.
sel yang cedera juga mengeluarkan bahan kimia seperti K+ yang Kombinasi pelepasan substansi P dan glutamat dari aferen
secara langsung mendepolarisasi ujung saraf, menyebabkan nosiseptif di medula spinalis menyebabkan pengaktifan
nosiseptor menjadi lebih responsif (sensitisasi). Sel yang cedera berlebihan reseptor NMDA (n-metil-D-aspartat) di neuron
juga mengeluarkan bradikinin dan substansi P, yang semakin spinal, suatu fenomena yang disebut “wind-up” yang
menyensitisasi ujung saraf nosiseptif. Histamin dikeluarkan dari menyebabkan peningkatan aktivitas dalam jalur-jalur transmisi
sel mast, serotonin (5-HT) dari trombosit, dan prostaglandin nyeri. Perubahan lain di medula spinalis disebabkan oleh
dari membran sel, semua berkontribusi dalam proses pengaktifan mikroglia dekat ujung-ujung saraf aferen di medula
peradangan dan mengaktifkan atau menyensitisasi nosiseptor. spinalis oleh pelepasan transmiter dari aferen sensorik. Hal ini,
Sebagian dari bahan yang dilepaskan bekerja dengan selanjutnya, menyebabkan pelepasan berbagai sitokin dan
membebaskan yang lain (mis. bradikinin mengaktifkan ujung kemokin pro-inflamasi yang memodulasi pemrosesan nyeri
saraf C dan AS serta meningkatkan sintesis dan pelepasan dengan memengaruhi pelepasan neurotransmiter prasinaps dan
prostaglandin). Prostaglandin E2 (suatu metabolit siklo- eksitabilitas pascasinaps. Terdapat reseptor P2X di mikroglia;
oksigenase asam arakidonat) dilepaskan dari sel yang rusak dan antagonis terhadap reseptor ini mungkin berguna dalam
menghasilkan hiperalgesia. Hal ini yang menjadi penyebab mengobati nyeri kronis.
mengapa aspirin dan OAINS lain (inhibitor siklo-oksigenase)
dapat meredakan nyeri. NYERI DALAM DAN VISERAL
Selain sensitisasi ujung saraf oleh mediator kimiawi, Perbedaan utama antara nyeri superfisial dan dalam atau viseral
beberapa perubahan lain terjadi di perifer dan SSP yang dapat adalah sifat nyeri yang ditimbulkan oleh rangsangan
berperan menyebabkan nyeri kronis. NGF yang dilepaskan pengganggu. Hal ini mungkin disebabkan oleh defisiensi relatif
oleh jaringan rusak diserap oleh ujung saraf dan diangkut serat saraf A5 di struktur-struktur dalam, sehingga hanya
secara retrograd ke badan sel di ganglion radiks dorsal tempat sedikit timbul nyeri cepat-tajam. Selain itu, nyeri dalam dan
zat ini mungkin mengubah ekspresi gen. Transpor mungkin viseral tidak jelas lokalisasinya, menyebabkan mual, dan sering
dipermudah oleh pengaktifan reseptor TrkA di ujung saraf. Di disertai oleh berkeringat dan perubahan tekanan darah. Nyeri
ganglion radiks dorsal, NGF meningkatkan produksi substansi dapat ditimbulkan secara eksperimental dari periosteum dan
P dan mengubah neuron non-nosiseptif menjadi neuron ligamentum dengan menyuntikkan salin hipertonik ke
nosiseptif (suatu perubahan fenotipe). NGF juga memengaruhi dalamnya. Nyeri yang ditimbulkan dengan cara ini memicu
166 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

menjadi iskemik, dan iskemia merangsang reseptor nyeri di otot. Pengaruhan


Nyeri sebaliknya memicu spasme lebih lanjut, menghasilkan korteks
suatu lingkaran setan.
Selain tidak terlokalisasi dengan jelas, rasa tidak nyaman, Substansia grisea
dan adanya mual dan gejala otonom terkait lainnya, nyeri periakuaduktus
viseral sering menyebar atau dialihkan ke bagian lain. Sistem Otak tengah
saraf otonom, seperti somatik, memiliki komponen aferen, Jalur nyeri
ventrolateral
pusat-pusat integrasi di sentral, dan jalur efektor. Reseptor
untuk nyeri dan modalitas sensorik lain yang terdapat di visera
serupa dengan yang ada di kulit, tetapi terdapat perbedaan
mencolok dalam distribusinya. Tidak terdapat proprioseptor di
visera, dan reseptor suhu dan sentuh hanya sedikit. Terdapat Nukleus rafe Medula
nosiseptor, meskipun reseptor ini tersebar lebih jarang (magnus)
daripada di struktur somatik. Medula ventro- Jalur
medial rostal katekolaminergik
Serat-serat aferen dari struktur viseral mencapai SSP
melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Badan selnya terletak Jalur
di ganglion radiks dorsal dan ganglion saraf kranial homolog. serotonergik
Serat nyeri
Secara spesifik, terdapat aferen-aferen viseral di nervus fasialis, aferen
glosofaringeus, dan vagus; di radiks dorsal torakal dan lumbal
atas; dan di radiks dorsal sakrum. Medula
Seperti yang hampir semua orang ketahui dari spinalis
pengalaman, nyeri visera dapat sangat hebat. Reseptor di Struktur
dinding visera berongga sangat sensitif terhadap peregangan somatik
organ-organ ini. Peregangan ini dapat ditimbulkan secara Struktur
eksperimen di kanal cerna dengan mengembangkan balon viseral
yang ditelan dan terhubung ke selang. Hal ini menimbulkan
nyeri yang hilang timbul (kolik usus) sewaktu usus GAMBAR 8-6 Ilustrasi skematik teori konvergensi-proyeksi untuk
berkontraksi dan melemas pada balon. Kolik serupa timbul nyeri alih dan jalur-jalur desendens yang berperan dalam kontrol
pada obstruksi usus oleh kontraksi usus yang berdilatasi di nyeri. Dasar dari nyeri alih kemungkinan adalah konvergensi serat-
bagian proksimal obstruksi. Jika organ viseral mengalami serat nyeri somatik dan visera di neuron ordo kedua yang sama di
peradangan atau hiperemis, rangsangan yang kecil pun sudah komu dorsal medula spinalis yang memproyeksikan regio-regio otak
dapat menyebabkan nyeri hebat, suatu bentuk hiperalgesia. yang lebih tinggi. Substansia grisea periakuaduktus (periaqueductal
gray, PAG) adalah bagian dari jalur desendens yang mencakup neuron-
neuron serotonergik di nukleus rafe magnus dan neuron-neuron
katekolaminergik di medula ventromedial rostral untuk memodulasi
NYERI ALIH transmisi nyeri melalui inhibisi transmisi aferen primer di kornu dorsal.
(Sumbangan Al Basbaum).
Iritasi organ visera sering menimbulkan nyeri yang tidak
dirasakan di tempat tersebut tetapi di suatu struktur somatik
yang mungkin terletak di tempat yang agak jauh. Nyeri ini
dikatakan dijalarkan ke struktur somatik (nyeri alih, referred Dasar untuk nyeri alih kemungkinan adalah konvergensi
pain). Pengetahuan tentang tempat-tempat umum penjalaran serat-serat nyeri somatik dan viseral di neuron ordo-kedua
nyeri dari tiap-tiap organ visera sangatlah penting bagi dokter. yang sama di kornu dorsal yang berproyeksi ke talamus dan
Salah satu contoh paling dikenal adalah penjalaran nyeri kemudian ke korteks somatosensorik (Gambar 8–6). Hal
jantung ke bagian dalam lengan kiri. Contoh lain adalah nyeri ini disebut teori konvergensi-proyeksi. Neuron-neuron
di ujung bahu akibat iritasi bagian sentral diafragma dan nyeri somatik dan viseral berkonvergensi di kornu dorsal
di testis karena peregangan ureter. Banyak terdapat contoh lain ipsilateral. Serat-serat nosiseptif somatik normalnya tidak
dalam praktik ilmu penyakit dalam, bedah, dan gigi. Namun, mengaktifkan neuron ordo-kedua, tetapi ketika rangsangan
tempat penjalaran tidaklah stereo tipikal, dan tempat viseral berkepanjangan, maka terjadi fasilitasi ujung-ujung
penjalaran tidak lazim juga cukup sering terjadi. Nyeri jantung, serat somatik. Serat-serat tersebut kini merangsang neuron
sebagai contoh, dapat dijalarkan ke lengan kanan, daerah ordo-kedua, dan tentu saja otak tidak dapat menentukan
abdomen, atau bahkan punggung, leher, atau rahang. apakah rangsangan berasal dari visera atau dari daerah
Jika nyeri dijalarkan, biasanya ke suatu struktur yang penjalaran.
berkembang dari segmen embrionik atau dermatom yang
sama dengan struktur tempat nyeri berasal. Sebagai contoh,
JALUR SOMATOSENSORIK
jantung dan lengan memiliki asal segmental yang sama, dan Sensasi yang dipicu oleh impuls yang dihasilkan di suatu reseptor
testis bermigrasi bersama pasokan sarafnya dari rigi sensorik sebagian bergantung pada bagian spesifik otak yang
urogenital primitif tempat ginjal dan ureter juga akhirnya teraktifkan. Jalur-jalur asendens dari reseptor sensorik
berkembang. ke korteks berbeda untuk berbagai sensasi. Di bawah ini adalah
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 167

Girus
postsentralis

Akson
neuron
ordo-ketiga

Thalamus

Korteks
serebri

Traktus lemniskus medialis


(akson neuron ordo-kedua)

Medula oblongata

Fasikulus kuneatus
Traktus spinotalamikus lateralis
(akson neuron sensorik
(akson neuron ordo-kedua)
ordo-pertama)

Reseptor regang sendi


(proprioseptor)
Reseptor nyeri
Medula
spinalis
Akson neuron ordo-
Fasikulus grasilis pertama (bukan bagian
(neuron sensorik dari traktus spinotalamikus
ordo-pertama) lateralis)

Reseptor
suhu
A Reseptor sentuh B

GAMBAR 8-7 Traktus-traktus asendens yang membawa informasi somatosensorik primer. BJTraktus spinotalamikus ventrolateral
sensorik dari reseptor di perifer ke korteks serebri. A) Jalur kolumna memperantarai nyeri dan suhu. Serat-serat sensorik ini berakhir di
dorsal memperantaral sensasi sentuh, getar, dan proprlosepsi. Serat- kornu dorsal dan proyeksi dari sini menyeberangi garis tengah dan
serat sensorik naik secara ipsilateral melalui kolumna dorsal spinal ke naik di kuadran ventrolateral medula spinalis ke VPL dan kemudian ke
nukleus grasilis dan nukleus kuneatus medula; dari sini serat-serat korteks somatosensorik primer. (Dari Fox SI, Human Physiology. McGraw-Hill,
menyeberang garis tengah dan naik di lemniskus medialis ke lateral 2008).
posterior ventral talamus kontralateral (VPL) lalu ke korteks

perbandingan jalur sensorik asendens yang memperantarai talamus. Sistem asendens ini disebut sistem lemniskus
sentuhan, sensasi getaran, dan pro-priosepsi (jalur lemniskus medialis atau kolumna dorsal. Serat-serat di dalam jalur
medialis kolumna dorsal) dan yang memperantarai nyeri dan kolumna dorsal disatukan di batang otak oleh serat-serat
suhu (jalur spinotalamikus ventrolateral). yang memperantarai sensasi dari kepala. Sensasi sentuh dan
propriosepsi dari kepala sebagian besar dijalarkan melalui
JALUR KOLUMNA DORSAL nukleus mesensefalon dan sensorik utama nervus trigeminus.
Jalur-jalur utama ke korteks serebri untuk sensasi sentuh, getar,
dan propriosepsi diperlihatkan di Gambar 8–7.Serat-serat yang Organisasi Somatotopik
memperantarai sensasi-sensasi ini naik secara ipsilateral di Di dalam kolumna dorsal, serat-serat yang berasal dari
kolumna dorsal medula spinalis ke medula, tempat serat-serat berbagai level korda ditata secara somatotopis (Gambar
ini bersinaps di nukleus grasilis dan nukleus kuneatus. Neuron- 8-7). Secara spesifik, serat-serat dari korda sakral
neuron ordo-kedua dari kedua nukleus ini menyeberangi garis diletakkan paling medial dan yang dari korda servikal
tengah dan naik di lemniskus medialis untuk berakhir di diletakkan paling lateral. Susunan ini berlanjut di medula
nukleus ventral posterior lateral (VPL) kontralateral dan dengan representasi tubuh bagian bawah (mis. kaki) di
nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik terkait di nukleus grasilis dan representasi tubuh
168 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Area Area motorik


pramotorik prima
Medan penglihatan
frontal Area sensorik
primer
Tungkai Tungkai

Lengan
Lengan

Wajah
Wajah

Faring

Faring
Area penglihatan
primer

Area bicara
motorik (Broca) Area pemahaman bahasa
(Wernicke)

GAMBAR 8-8 Hemisfer kiri dilihat dari lateral, yang di girus pascasentralis lobus parietalis, dan korteks motorik primer
memperlihatkan beberapa area korteks utama dan padanan adalah di girus presentralis. (Dari Waxman SG: Clinical Neuroanatomy, 26th
fungsionalnya di otak manusia. Area somatosensorik primer adalah ed. McGraw-Hill, 2010).

atas (mis. jari tangan) di nukleus kuneatus. Lemniskus


medialis tersusun dorsal ke ventral yang merepresentasikan
dari leher hingga kaki.
Susunan somatotopik berlanjut melalui talamus dan
korteks. Neuron-neuron talamus VPL yang membawa
informasi sensorik berproyeksi dengan cara sangat spesifik
ke korteks somatosensorik primer di girus pascasentralis
lobus parietalis (Gambar 8–8). Susunan proyeksi ke regio ini Kepala

Badan
Tu nggul
Leher
Bahu
Lengan
Siku

i
ka
Lengan bawah

adalah sedemikian rupa sehingga bagian-bagian tubuh


ng
Pergelangan tangan
Tangan

Pa
ki
Ka
diwakili dalam urutan di sepanjang girus pascasentralis,
Ke
Ja

ling is
ri m eng

ki
Ja

i ka
dengan tungkai di atas dan kepala di bagian bawah girus.
kin
ri

Jar
an ah
Ja

Ib
t

u
Gen.
ri t

M ja
Tidak saja terdapat lokalisasi terinci serat-serat dari berbagai
elu

Hi ata ri ta
du
juk

ng ng
Wa an
bagian tubuh di girus pascasentralis, tetapi juga ukuran luas jah
Bibir
korteks penerima impuls dari bagian tertentu tubuh setara atas

dengan pemakaian bagian tersebut. Ukuran relatif daerah Bibir

penerima korteks diperlihatkan secara dramatis di Gambar Bibir bawah


8–9, dengan proporsi homunkulus telah didistorsi agar Gigi, gusi, dan rahang

sesuai dengan ukuran daerah penerima korteks untuk Lidah

masing-masing. Perhatikan bahwa daerah korteks untuk Faring


sensasi dari badan dan punggung kecil, sementara daerah Intra-

yang berkaitan dengan impuls dari tangan dan bagian-bagian abdominal

mulut yang berkaitan dengan bicara sangat luas.


Studi-studi mengenai daerah penerima sensorik
menekankan sifat diskret lokalisasi titik-ke-titik daerah-
daerah perifer di korteks dan memberi bukti lebih lanjut GAMBAR 8-9 Homunkulus sensorik, digambar di atas irisan
tentang kesahihan umum hukum energi saraf spesifik. koronal melalui girus pascasentralis. Bagian-bagian tubuh diwakili
Rangsangan di berbagai bagian girus pascasentralis dalam urutan di sepanjang girus pascasentralis, dengan tungkai di atas
dan kepala di bagian bawah girus. Ukuran daerah penerima korteks
menimbulkan sensasi yang diproyeksikan ke bagian tubuh untuk impuls dari suatu bagian tubuh setara dengan pemakaian bagian
yang sesuai. Sensasi yang dihasilkan biasanya berupa rasa tersebut. Gen., genitalia. (Direproduksi, dengan izin, dari Penfield W, Rasmussen
baal, kesemutan, atau sensasi gerakan, tetapi dengan G: The Cerebral Cortex of Man. MacMillan, 1950).
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 169

elektroda yang cukup halus dapat dihasilkan sensasi sentuhan,


hangat, dan dingin yang relatif murni. Sel-sel di girus
PLASTISITAS KORTEKS
pascasentralis tersusun dalam kolom-kolom vertikal. Sel-sel di Kini telah jelas bahwa koneksi-koneksi neuron ekstensif yang
sebuah kolom semuanya diaktifkan oleh aferen dari satu bagian dijelaskan di atas tidak bersifat bawaan dan tidak bersifat tetap,
tubuh, dan semua berespons terhadap modalitas sensorik yang tetapi dapat berubah dengan cepat oleh pengalaman untuk
sama. mencerminkan pemakaian daerah yang bersangkutan. Boks
Klinis 8–4 menjelaskan perubahan luar biasa dalam organisasi
Selain korteks somatosensorik primer, terdapat dua regio
korteks dan talamus yang terjadi sebagai respons terhadap
korteks lain yang ikut berperan dalam integrasi informasi
amputasi ekstremitas yang menimbulkan fenomena nyeri
sensorik. Area asosiasi sensorik terletak di korteks parietal dan
ekstremitas khayali (phantom limb pain).
korteks somatosensorik sekunder terletak di dinding fisura
lateral (juga disebut fisura sylvii) yang memisahkan lobus
temporalis dari lobus frontalis dan parietalis. Regio-regio ini BOKS KLINIS 8-4
menerima asupan dari korteks somatosensorik primer.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang Nyeri Ekstremitas Khayali
sebagian bergantung pada reseptor sensorik di dan sekitar Pada tahun 1551, seorang dokter bedah tentara, Ambroise Pare,
sendi. Impuls dari reseptor-reseptor ini, dari reseptor sentuh di menulis, "... para pasien, lama setelah amputasi dilakukan,
kulit dan jaringan lain, dan dari gelendong otot disintesis di mengatakan bahwa mereka masih merasakan nyeri di bagian
korteks menjadi suatu gambaran sadar mengenai posisi tubuh yang diamputasi. Mereka sangat mengeluhkan hal ini, suatu hal
dalam ruang. yang patut direnungkan dan hampir merupakan hal luar biasa
bagi mereka yang belum pernah mengalaminya". Ini mungkin
TRAKTUS SPINOTALAMIKUS merupakan penjelasan paling dini mengenai phantom limb pain
(nyeri ekstremitas khayali). Antara 50 sampai 80% penderita
VENTROLATERAL amputasi mengalami sensasi khayali, biasanya nyeri, di bagian
ekstremitas yang teramputasi. Sensasi khayali ini juga dapat
Serat-serat dari nosiseptor dan termoreseptor bersinaps di
terjadi setelah pengangkatan bagian-bagian tubuh selain
neuron-neuron kornu dorsal medula spinalis. Akson-akson
ekstremitas, misalnya setelah amputasi payudara, pencabutan
dari neuron-neuron kornu dorsal ini menyilang garis tengah
gigi (nyeri gigi khayali), atau pengangkatan mata (sindrom mata
dan naik di kuadran ventrolateral medula spinalis, tempat
khayali). Banyak teori diajukan untuk menjelaskan fenomena
akson-akson tersebut membentuk jalur spinotalamikus
ini.Teori saat ini didasarkan pada bukti bahwa otak dapat
ventrolateral (Gambar 8-7). Serat-serat di dalam traktus ini
mengalami reorganisasi jika asupan sensorik terputus. Nukleus
bersinaps di VPL. Sebagian neuron kornu dorsal yang talamus posterior ventral adalah salah satu contoh tempat dapat
menerima asupan nosiseptif bersinaps di formasio retikularis terjadinya perubahan ini. Pada pasien yang mengalami amputasi
batang otak (jalur spinoretikular) lalu berproyeksi ke nukleus tungkai, perekaman neuron tunggal memperlihatkan bahwa
sentrolateral talamus. regio talamus yang semula menerima asupan dari tungkai dan
Penelitian dengan positron emission tomography (PET) kaki kini berespons terhadap rangsangan pada puntung tungkai
dan functional magnetic resonance imaging (fMRI) pada (paha). Yang lain memperlihatkan pemetaan ulang korteks
orang normal menunjukkan bahwa nyeri mengaktifkan somato-sensorik. Sebagai contoh, pada sebagian orang yang
korteks somatosensorik primer dan sekunder dan girus mengalami amputasi lengan, perabaan di berbagai bagian wajah
singuli di sisi yang berlawanan dari rangsangan. Selain itu, dapat menimbulkan perasaan sedang diraba di daerah lengan
amigdala, lobus frontalis, dan korteks insular juga diaktifkan. yang telah diamputasi.
Teknologi-teknologi ini penting dalam membedakan dua
komponen jalur nyeri. Para peneliti menemukan bahwa KIAT TERAPEUTIK
rangsangan pengganggu yang tidak memicu perubahan pada
Terdapat bukti bahwa pemberian anestesia epidural
afek menyebabkan peningkatan metabolisme di korteks selama bedah amputasi dapat mencegah nyeri akut
somatosensorik primer, sementara rangsangan yang memicu yang berkaitan dengan pembedahan, karenanya
respons motivasional-afektif mengaktifkan bagian korteks mengurangi kebutuhan akan terapi opioid pada
yang lebih luas. Hal ini memperlihatkan bahwa jalur korteks periode pascaoperasi dini. Juga dilaporkan bahwa
somatosensorik primer berperan dalam aspek diskriminatif prosedur anestetik ini menyebabkan penurunan
nyeri. Sebaliknya, jalur yang mencakup sinaps di formasio angka kejadian nyeri khayali. Stimulasi medula
retikularis batang otak dan nukleus sentrolateral talamus spinalis terbukti merupakan terapi efektif untuk nyeri
berproyeksi ke lobus frontalis, sistem limbik, dan korteks khayali. Arus listrik dialirkan melalui sebuah elektroda
insular. Jalur ini memperantarai komponen motivasional- yang diletakkan di samping medula spinalis untuk
afektif nyeri. merangsang jalur-jalur spinal. Hal ini mengganggu
impuls yang naik ke otak dan mengurangi nyeri yang
Sensasi viseral berjalan di sepanjang jalur sentral yang
dirasakan di ekstremitas khayali. Penderita akan
sama dengan sensasi somatik di traktus spinotalamikus dan mengalami perasaan geli di ekstremitas khayali.
radiasi talamikus, dan area penerima korteks untuk sensasi
viseral bercampur dengan area penerima somatik.
170 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Banyak studi pada hewan menunjukkan adanya re-


organisasi drastis struktur-struktur korteks. Jika pada seekor BOKS KLINIS 8-5
monyet dilakukan amputasi sebuah jari tangan, representasi
korteks jari-jari di sekitarnya menyebar ke daerah korteks yang Sindrom Brown-Séquard
semula ditempati oleh representasi jari yang teramputasi. Suatu hemiseksi fungsional medula spinalis menyebabkan
Sebaliknya, jika daerah korteks yang mewakili sebuah jari tangan gambaran klinis khas dan mudah dikenali yang mencermin-
diangkat, peta somatosensorik jari tangan berpindah ke korteks kan kerusakan jalur sensorik asendens (jalur kolumna dorsal,
sekitar. Diferensiasi jangka-panjang ekstensif ekstremitas bahkan traktus spinotalamikus ventrolateral) dan jalur motorik
menyebabkan pergeseran lebih drastis dalam representasi desendens (traktus kortikospinalis),yang dinamai sindrom
somatosensorik di korteks dengan, sebagai contoh, daerah Brown-Séquard. Lesi di fasikulus grasilis atau fasikulus
korteks untuk tangan berespons terhadap sentuhan pada wajah. kuneatus menyebabkan hilangnya sensasi sentuh diskrimi-
Penjelasan untuk pergeseran ini tampaknya adalah bahwa natif, getar, dan propriosepsi ipsilateral di bawah level lesi.
koneksi-koneksi unit sensorik ke korteks memiliki konvergensi Kerusakan traktus spinotalamikus menyebabkan hilangnya
dan divergensi yang ekstensif, dengan koneksi akan menjadi sensasi nyeri dan suhu kontralateral yang dimulai satu atau
lemah jika tidak digunakan dan menguat jika digunakan. dua segmen di bawah lesi. Kerusakan traktus kortikospinalis
menyebabkan kelemahan dan spastisitas di kelompok-
Plastisitas jenis ini terjadi tidak saja dengan masukan dari kelompok otot tertentu di sisi tubuh yang sama. Meskipun
reseptor kulit, tetapi juga dengan masukan di sistem sensorik hemiseksi spinal yang sifatnya presisi jarang terjadi namun
lain. Sebagai contoh, pada kucing dengan lesi kecil di retina, sindrom ini cukup sering karena dapat disebabkan oleh
daerah korteks untuk bintik buta mulai berespons terhadap sinar tumor medula spinalis, trauma medula spinalis, penyakit
yang mengenai bagian lain retina. Berkembangnya pola dewasa diskus degeneratif, dan iskemia.
proyeksi retina ke korteks penglihatan adalah contoh lain
plastisitas ini. Di tingkat yang lebih ekstrem, pengalihan secara KIAT TERAPEUTIK
eksperimental masukan penglihatan ke korteks pendengaran Terapi obat untuk sindrom Brown-Sequard didasarkan
selama perkembangan menciptakan medan reseptif penglihatan pada etiologi dan waktu sejak awitan. Kortikosteroid
di sistem pendengaran. dosis tinggi terbukti bermanfaat terutama jika
Pemindaian PET pada manusia juga membuktikan adanya diberikan segera setelah awitan misalnya cedera
perubahan plastis, kadang dari satu modalitas sensorik ke yang medula spinalis. Steroid mengurangi peradangan
lain. Karena itu, sebagai contoh, rangsangan taktil dan dengan menekan leukosit polimorfo nukleus dan
pendengaran meningkatkan aktivitas metabolik di korteks mengembalikan permeabilitas kapiler yang semula
penglihatan pada orang buta. Sebaliknya, orang tuli berespons meningkat.
lebih cepat dan lebih akurat daripada orang normal terhadap
rangsangan yang bergerak di bagian tepi lapang pandang.
Plastisitas juga terjadi di korteks motorik. Temuan-temuan ini Infark di hipotalamus dapat menyebabkan hilangnya
menggambarkan sifat lentur otak dan kemampuannya ber- sensasi. Sindrom nyeri talamus kadang dijumpai sewaktu
adaptasi. pemulihan dari infark talamus. Sindrom ini ditandai oleh
nyeri kronis di bagian kontralateral dari sisi stroke.
EFEK LESI SSP MODULASI TRANSMISI NYERI
Boks Klinis 8-2 menjelaskan sebagian dari defisit yang diketahui
terjadi setelah kerusakan di dalam jalur somatosensorik. Boks PEMROSESAN INFORMASI DI
Klinis 8–5 menjelaskan karakteristik perubahan dalam fungsi
sensorik dan motorik yang terjadi sebagai respons terhadap KORNU DORSAL
hemiseksi spinal. Transmisi di jalur-jalur nosiseptif dapat terganggu oleh proses-
Kerusakan pada kolumna dorsal menyebabkan hilangnya proses di dalam kornu dorsal medula spinalis di tempat
kemampuan mendeteksi sentuhan ringan, getaran, dan berakhirnya aferen sensorik. Banyak orang belajar dari
propriosepsi dari struktur-struktur tubuh ipsilateral yang pengalaman praktis bahwa menggosok atau menggoyang suatu
direpresentasikan di sebelah kaudal dari level kerusakan. bagian yang cedera mengurangi nyeri akibat cedera tersebut.
Kerusakan pada jalur spinotalamikus ventrolateral menyebab- Meredanya nyeri ini mungkin disebabkan oleh pengaktifan
kan hilangnya sensasi nyeri dan suhu kontralateral di bawah simultan mekanoreseptor kulit yang tidak menganggu yang
level kerusakan. Kerusakan medula spinalis semacam ini dapat aferen-aferennya memancarkan kolateral dan berakhir di
disebabkan oleh luka tembus atau tumor. kornu dorsal. Aktivitas berbagai aferen meka-nosensitif kulit
Lesi di korteks somatosensorik primer tidak menghilangkan ini dapat mengurangi responsivitas neuron-neuron kornu
sensasi somatik. Iritasi di regio ini menyebabkan parestesia atau dorsal terhadap masukan dari ujung aferen nosiseptif. Hal ini
sensasi abnormal rasa baal dan kesemutan di sisi kontralateral disebut mekanisme kontrol gerbang (gate-control mechanism)
tubuh. Lesi destruktif mengganggu kemampuan pasien modulasi nyeri dan merupakan alasan pemakaian
melokalisasi rangsangan pengganggu dari segi waktu, ruang, dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) untuk
intensitas. Kerusakan korteks singulum mengganggu pasien meredakan nyeri. Metode ini menggunakan elektroda untuk
menyadari sifat merugikan dari suatu rangsangan pengganggu. mengaktifkan serat Aa dan Aβ di sekitar tempat cedera.
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 171

A Norepinefrin
Nosiseptor Serotonin

ENK

Neuron
proyeksi

B1 Masukan sensorik B2 Masukan sensorik + opiat/opioid

Control Kontrol
Opiat
Nosiseptor Morfin

Glutamat
Neuropeptida

Glutamat Neuropeptida

Enkefalin Enkefalin
Morfin

Ca2+ Ca2+

Tidak ada masukan + opiat


Tidak ada masukan Enkefalin

Masukan sensorik Masukan sensorik + opiat


Kontrol Kontrol
Neuron Enkefalin
proyeksi

GAMBAR 8-10 Antarneuron sirkuit-lokal di kornu dorsal superfisial spinotalamikus. B1) Pengaktifan nosiseptor menyebabkan pelepasan
medula spinalis mengintegrasikan jalur desendens dan aferen. A) glutamat dan neuropeptida dari ujung sensorik yang mendepolarisasi
Interaksi serat-serat aferen nosiseptif, antarneuron, dan serat-serat dan mengaktifkan neuron-neuron proyeksi. B2) Opioid mengurangi
desendens di kornu dorsal. Serat nosiseptif berakhir di neuron proyeksi influks Ca2+ yang menyebabkan berkurangnya durasi potensial aksi
spinotalamikus. Antarneuron yang mengandung enkefalin (ENK) nosiseptor serta menurunnya pelepasan transmiter. Opioid juga
menghasilkan efek inhibitorik prasinaps dan pascasinaps. Neuron menyebabkan hiperpolarisasi membran neuron kornu dorsal dengan
serotonergik dan noradrenergik di batang otak mengaktifkan mengaktifkan hantaran K+ dan menurunkan amplitudo EPSP yang
antarneuron ENK dan menekan aktivitas neuron proyeksi ditimbulkan oleh stimulasi nosiseptor. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessel
TM [editor]. Principles ofNeural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

Opioid adalah analgesik yang sering digunakan dan dapat sehingga opioid dapat bekerja di struktur prasinaps dan
menimbulkan efek di berbagai bagian SSP, termasuk di medula pascasinaps. Pengaktifan OR pasca-sinaps menyebabkan
spinalis dan ganglion radiks dorsal. Gambar8–10 memperlihat- hiperpolarisasi antarneuron kornu dorsal dengan menimbulkan
kan beberapa cara kerja opioid untuk mengurangi transmisi peningkatan hantaran K+. Pengaktifan OR prasinaps
nosiseptif. Terdapat antarneuron di regio superfisial kornu menyebabkan penurunan influks Ca2+, yang menyebabkan
dorsal yang mengandung peptida opioid endogen (enkefalin dan penurunan pelepasan glutamat dan substansi P. Bersama-sama,
dinorfin). Anterneuron ini berakhir di regio kornu dorsal tempat kedua efek ini mengurangi durasi EPSP di neuron kornu dorsal.
aferen nosiseptif berakhir. Reseptor opioid (OR) terletak di Pengaktifan OR di badan sel ganglion radiks dorsal ikut berperan
ujung-ujung serat nosiseptif dan di dendrit neuron kornu dorsal, mengurangi transmisi dari berbagai aferen nosiseptif.
172 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Pemakaian kronis morfin untuk meredakan nyeri dapat 8-6). Neuron-neuron PAG ini berproyeksi langsung ke dan
menyebabkan timbulnya resistensi terhadap obat sehingga mengaktifkan dua kelompok neuron di batang otak: neuron
diperlukan dosis yang semakin tinggi untuk meredakan serotonergik di nukleus rafe magnus dan neuron kateko-
nyeri. Toleransi didapat ini berbeda dari adiksi, yang laminergik di medula ventromedial rostral. Neuron di kedua
merujuk kepada ketagihan psikologis. Ketagihan psikologis regio ini berproyeksi ke kornu dorsal medula spinalis tempat
jarang terjadi ketika morfin digunakan untuk mengatasi serotonin dan norepinefrin yang dilepaskan menghambat
nyeri kronis, asalkan pasien tidak memiliki riwayat aktivitas neuron kornu dorsal yang menerima masukan dari
penyalahgunaan obat. Boks Klinis 8–6 menjelaskan serat aferen nosiseptif (Gambar 8-10). Inhibisi ini terjadi, paling
mekanisme yang berperan dalam motivasi dan adiksi. tidak sebagian, karena pengaktifan antarneuron yang
mengandung enkefalin di kornu dorsal. Juga terdapat
PERAN SUBSTANSIA GRISEA sekelompok neuron katekolaminergik batang otak di lokus
seruleus yang merupakan elemen dari jalur desendens pemo-
PERIAKUADUKTUS & BATANG OTAK dulasi nyeri. Neuron-neuron pons ini juga menimbulkan efek
analgesik dengan mengeluarkan norepinefrin di kornu dorsal.
Tempat kerja lain dari morfin dan peptida opioid endogen
adalah substansia grisea periakuaduktus (periaqueductal gray, Efek analgesik elektroakupunktur mungkin melibatkan
PAG) mesensefalon. Penyuntikan opioid ke dalam PAG pelepasan opioid endogen dan pengaktifan jalur modulasi
menyebabkan analgesia. PAG adalah bagian dari jalur nyeri desendens ini. Elektroakupunktur mengaktifkan
desendens yang memodulasi transmisi nyeri dengan jalur-jalur sensorik asendens yang memancarkan kolateral
menghambat transmisi aferen primer di kornu dorsal (Gambar di PAG dan di regio serotonergik dan katekolaminergik

BOKS KLINIS 8-6

Motivasi & Adiksi Korteks frontalis medialis, hipokampus, dan amigdala berkaitan
dengan ingatan, dan kesemuanya berproyeksi melalui jalur-jalur
Neuron-neuron di daerah tegmental ventral dan nukleus akumbens
glutaminergik eksitatorik ke nukleus akumbens. Meskipun telah
otak depan berperan dalam perilaku-perilaku yang dimotivasi,
dilakukan penelitian intensif, masih relatif sedikit yang diketahui
misalnya reward(penghargaan), tertawa, kenikmatan, ketagihan
tentang mekanisme otak yang menyebabkan toleransi dan
(adiksi), dan ketakutan. Daerah-daerah ini disebut sebagai pusat
ketergantungan. Namun, keduanya dapat dipisahkan. Tidak adanya
kenikmatan atau reward center otak. Neuron dopaminergik
mesokorteks yang berproyeksi dari otak tengah ke nukleus β-arestin-2 menghambat toleransi, tetapi tidak berefek pada
akumbens dan korteks frontalis juga terlibat. Adiksi, yang ketergantungan. β-Arestin-2 adalah anggota dari suatu famili
protein yang menghambat protein G heterotrimerik dengan
didefinisikan sebagai pemakaian kompulsif berulang suatu bahan
memfosforilasi protein tersebut.
meskipun bahan tersebut menimbulkan konsekuensi kesehatan
negatif, dapat ditimbulkan oleh berbagai obat. Menurut World
Health Organization, lebih dari 76 juta orang di seluruh dunia KIAT TERAPEUTIK
menderita penyalahgunaan alkohol, dan lebih dari 15 juta Gejala lucut (withdrawal symptom) dan ketagihan yang
menderita penyalahgunaan obat. Tidaklah mengherankan, berkaitan dengan adiksi terhadap opioid dapat dipulihkan
ketagihan alkohol dan obat terlarang berkaitan dengan sistem
dengan pemberian berbagai obat yang bekerja di reseptor
penghargaan otak. Obat adiktif yang paling banyak diteliti adalah
SSP yang sama seperti morfin dan heroin. Obat-obat ini
golongan opioid (mis. morfin dan heroin); yang lain mencakup
mencakup metadon dan buprenorfin. Food and Drug
kokain, amfetamin, alkohol, kanabi-noid, dan nikotin. Berbagai obat
Administration AS telah menyetujui pemakaian tiga obat
ini memengaruhi otak melalui berbagai cara, tetapi semuanya
memiliki kesamaan yaitu meningkatkan jumlah dopamin yang untuk terapi penyalahgunaan alkohol: naltrekson,
tersedia untuk bekerja di reseptor D3 di nukleus akumbens. Karena akamprosat, dan disulfiram. Naltrekson adalah suatu
itu, obat-obat ini secara akut merangsang sistem penghargaan otak. antagonis reseptor opioid yang menghambat sistem
Ketagihan jangka-panjang melibatkan pembentukan toleransi, yaitu penghargaan dan ketagihan akan alkohol. Akamprosat
kebutuhan untuk perlunya peningkatan jumlah obat untuk dapat mengurangi efek lucut yang berkaitan dengan
menghasilkan efek "fly". Penghentian obat (withdrawal) juga penyalahgunaan alkohol. Disulfiram menyebabkan
menimbulkan gejala psikologis dan fisik. Salah satu ciri adiksi adalah akumulasi asetaldehida dengan mencegah penguraian
kecenderungan pecandu kambuh setelah pengobatan. Untuk penuh alkohol. Hal ini menyebabkan timbulnya reaksi tidak
pecandu opioid, angka kekambuhan pada tahun pertama adalah menyenangkan terhadap asupan alkohol (mis. flushing,
sekitar 80%. Kekambuhan sering dipicu oleh pajanan ke mual, dan berdebar-debar). Topiramat, suatu penghambat
penglihatan, pendengaran, dan situasi yang dahulu berkaitan kanal Na+, menunjukkan harapan dalam uji-uji klinis untuk
dengan pemakaian obat. Bahkan satu dosis obat adiktif sudah adiksi alkohol. Ini adalah obat yang sama yang terbukti
dapat mempermudah pelepasan berbagai neurotransmiter efektif untuk mengobati nyeri kepala migrain.
eksitatorik di daerah-daerah otak yang berkaitan dengan ingatan.
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 173

batang otak. Efek analgesik elektroakupunktur dihambat ■ Mengubah rangsangan di reseptor menjadi suatu sensasi yang
oleh pemberian nalokson, suatu antagonis OR. dapat dirasakan disebut penyandian sensorik (sensory coding).
Semua sistem sensorik menyandi empat atribut elementer dari
ANALGESIA IMBAS-STRES suatu rangsangan: modalitas, lokasi, intensitas, dan lama (durasi).
■ Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional tidak
Telah diketahui bahwa tentara yang terluka di tengah medan menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
pertempuran sering tidak merasa nyeri sampai pertempuran (sudah atau berpotensi), sementara nosisepsi adalah aktivitas
berakhir. Ini adalah contoh analgesia imbas-stres yang juga bawah-sadar yang dipicu oleh rangsangan merugikan yang
dapat dicontohkan oleh berkurangnya sensitivitas nyeri dikenakan ke reseptor indra. Nyeri pertama diperantarai oleh
ketika seseorang tengah diserang oleh predator atau kejadian serat A5 dan menyebabkan sensasi yang tajam terlokalisasi. Nyeri
kedua diperantarai oleh serat C dan menyebabkan perasaan yang
penuh stres lainnya. Pelepasan norepinefrin, mungkin
tumpul, intens, difus, dan tidak menyenangkan. Nyeri akut
berasal dari neuron-neuron katekolaminergik batang otak, di memiliki awitan mendadak, mereda sewaktu proses
amigdala mungkin berperan dalam fenomena ini. Seperti penyembuhan, dan berfungsi sebagai mekanisme proteksi yang
dijelaskan di atas, amigdala adalah bagian dari sistem limbik penting. Nyeri kronis bersifat menetap dan disebabkan oleh
yang berperan dalam memperantarai respons motivasional- kerusakan saraf; nyeri ini sering berkaitan dengan hiperalgesia
afektif terhadap nyeri. (respons berlebihan terhadap rangsangan pengganggu) dan
alodinia (sensasi nyeri sebagai respons terhadap rangsangan yang
Pelepasan kanabinoid endogen seperti 2-arakidonoil-
tak-mengganggu). Nyeri kronis sering refrakter terhadap
gliserol (2AG) dan anandamid juga dapat berperan dalam pemberian OAINS dan opioid.
analgesia imbas-stres. Berbagai bahan kimia ini dapat bekerja ■ Nyeri viseral memiliki lokalisasi yang kurang jelas, tidak
pada paling sedikit dua jenis reseptor terkait-protein G (CB1 menyenangkan, dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala
dan CB2). Reseptor CB1 terletak di banyak regio otak, dan otonom. Nyeri ini sering menyebar (atau menjalar) ke struktur
pengaktifan reseptor ini berperan dalam efek euforia somatik lain mungkin karena konvergensi serat-serat aferen
kanabinoid. Reseptor CB2 diekspresikan di mikroglia aktif nosiseptif somatik dan viseral di neuron ordo-kedua yang
dalam berbagai patologi yang berkaitan dengan nyeri sama di kornu dorsal spinal yang ber-proyeksi ke hipotalamus
neuropatik kronis (lihat Boks Klinis 8-3). Pengikatan suatu dan kemudian ke korteks so-matosensorik primer.
agonis ke reseptor CB2 di mikroglia mengurangi respons ■ Sensasi sentuh, propriosepsi, dan getar diskriminatorik
peradangan dan memiliki efek analgesik. Kini tengah disalurkan melalui jalur kolumna dorsal (lemniskus medialis)
dilakukan upaya untuk mengembangkan agonis CB2 selektif ke VPL di talamus dan kemudian ke korteks somatosensorik
untuk mengobati nyeri neuropati. primer. Sensasi nyeri dan suhu diperantarai melalui traktus
spinotalamikus ventrolateral, yang berproyeksi ke VPL dan
RINGKASAN BAB kemudian ke korteks. Aspek diskriminatif nyeri terjadi karena
pengaktifan korteks somatosensorik primer; komponen
■ Sentuhan dan tekanan dideteksi oleh empat jenis meka- motivasional-afektif dari nyeri berasal dari pengaktifan lobus
noreseptor yang disarafi oleh aferen sensorik Aa dan A(3 frontalis, sistem limbik, dan korteks insula.
dengan hantaran cepat. Keempat mekanoreseptor ini adalah
badan Meissner yang cepat beradaptasi (berespons terhadap
■ Transmisi di jalur nyeri dimodulasi oleh opioid endogen yang
perubahan tekstur dan getaran lambat), sel Merkel yang dapat bekerja di PAG, batang otak, medula spinalis, dan
beradaptasi lambat (berespons terhadap tekanan tetap dan ganglion radiks dorsal. Jalur modulasi nyeri desendens
sentuhan), badan Ruffini yang beradaptasi lambat (berespons mencakup neuron-neuron di PAG, nukleus rafe magnus,
terhadap tekanan tetap), dan badan Pacini yang beradaptasi medula ventromedial rostral, dan lokus seruleus.
cepat (berespons terhadap tekanan dalam dan getaran cepat). ■ Terapi nyeri yang baru berfokus pada transmisi sinaps dalam
■ Nosiseptor dan termoreseptor adalah ujung saraf bebas di serat transduksi sensorik nosisepsi dan perifer. Tempelan
C tak-bermielin atau serat A5 yang sedikit bermielin di kulit transdermis atau krim kapsaisin dapat mengurangi nyeri
berambut dan kulit glabrosa serta jaringan dalam. Kedua dengan menguras pasokan substansi P di saraf dan dengan
ujung saraf ini memiliki berbagai tipe reseptor yang diaktifkan bekerja pada reseptor TRPV1 di kulit. Lidokain dan meksiletin
oleh rangsangan yang mengganggu dari kimia (mis. TRPV1, berguna pada sebagian kasus nyeri kronis dan bekerja dengan
ASIC), mekanis (mis. P2X, P2Y, TRPA1), dan termal (mis. menghambat Navl.8, yang secara unik berkaitan dengan neuron
TRPV1). Selain itu, mediator kimia (mis. bradikinin, prosta- nosiseptif di ganglion radiks dorsal. Zikonotid, suatu
glandin, serotonin, histamin) yang dilepaskan sebagai respons penghambat kanal Ca2+ tipe N berpintu voltase, berguna untuk
terhadap cedera jaringan secara langsung mengaktifkan atau analgesia intratekal pada pasien dengan nyeri kronis refrakter.
menyensitisasi nosiseptor. Gabapentin, suatu obat antikejang, efektif untuk mengobati
nyeri neuropatik dan inflamatorik dengan bekerja pada kanal
■ Potensial generator atau reseptor adalah potensial depolarisasi Ca2+ berpintu voltase. Topiramat, suatu penghambat kanal Na+,
tak-merambat yang terekam di organ sensorik setelah diberi adalah obat antikejang lain yang dapat digunakan untuk
rangsangan adekuat. Seiring dengan meningkatnya mengatasi migrain. Antagonis reseptor NMDA dapat diberikan
rangsangan, besar potensial reseptor juga meningkat. Ketika bersama dengan opioid untuk mengurangi toleransi terhadap
potensial itu mencapai suatu ambang kritis, akan terbentuk opioid.
potensial aksi di saraf sensorik.
174 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

PERTANYAAN PILIHAN GANDA 8. Mana dari regio SSP berikut yang tidak secara tepat dipasangkan
dengan neurotransmiter atau bahan kimia yang terlibat dalam
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat modulasi nyeri?
kecuali jika dinyatakan lain A. Substansia grisea periakuaduktus dan morfin
B. Nukleus rafe magnus dan norepinefrin
1. Seorang pria 28 tahun diperiksa oleh ahli neurologi karena C. Kornu dorsal spinal dan enkefalin
mengalami episode-episode kesemutan dan baal berkepanjang- D. Ganglion radiks dorsal dan opioid
an di tangan kanannya. Ia menjalani pemeriksaan neurologis E. Kornu dorsal spinal dan serotonin
untuk mengevaluasi sistem saraf sensoriknya. Mana dari
reseptor berikut yang secara tepat berpasangan dengan jenis 9. Seorang wanita 47 tahun mengalami nyeri kepala migrain yang
rangsangan kepada mana reseptor tersebut paling berespons? tidak mereda dengan obat-obat penghilang nyeri yang biasa.
Dokternya meresepkan satu dari obat analgesik baru yang
A. Badan Pacini dan gerakan menimbulkan efek dengan membidik transmisi sinaps dalam
B. Badan Meissner dan tekanan dalam tranduksi sensorik perifer dan nosisepsi. Mana dari obat berikut
C. Sel Merkel dan kehangatan yang berpasangan dengat tepat dengan jenis reseptor tempatnya
D. Badan Rufini dan tekanan menetap bekerja untuk menghasilkan efek antino-siseptif?
E. Gelendong otot dan tegangan A. Topiramat dan kanal Na+
2. Nosiseptor B. Zikonotid dan reseptor NMDA
A. diaktifkan oleh tekanan kuat, dingin hebat, panas hebat, dan C. Nalokson dan reseptor opioid
bahan kimia D. Lidokain dan kanal TRPVI
B. tidak terdapat di organ visera E. Gapabentin dan Navl.8
C. adalah struktur khusus yang terletak di kulit dan sendi
D. disarafi oleh aferen golongan II 10. Seorang pria 40 tahun kehilangan tangan kanannya dalam suatu
E. berperan dalam nyeri akut tetapi tidak pada nyeri kronis kecelakaan di pertanian. Empat tahun kemudian, ia mengalami
serangan-serangan nyeri hebat di tangannya yang hilang (nyeri
3. Potensial generator
ekstremitas khayali). Pemeriksaan PET scan terinci terhadap
A. selalu menghasilkan potensial aksi
B. meningkat amplitudonya jika rangsangan yang diberikan korteks serebrinya dapat diharapkan memperlihatkan
ditingkatkan A. perluasan daerah tangan kanan di korteks somatosensorik
C. adalah suatu fenomena tuntas-atau-gagal primer kanan
D. tidak berubah ketika suatu rangsangan diberikan secara B. perluasan daerah tangan kanan di korteks somatosensorik
berulang seiring waktu primer kiri
E. semua benar C. suatu titik yang secara metabolis inaktif tempat daerah tangan
4. Sistem sensorik menyandi atribut-atribut berikut dari suatu di korteks somatosensorik primer kiri normalnya berada
rangsangan: D. proyeksi serat-serat dari daerah sensorik sekitar ke dalam
A. modalitas, lokasi, intensitas, dan durasi daerah tangan kanan di korteks somatosensorik primer kanan
B. ambang, medan reseptif, adaptasi, dan diskriminasi E. proyeksi serat-serat dari daerah sensorik sekitar ke daerah
C. sentuh, pengecapan, pendengaran, dan penciuman tangan kanan di korteks somatosensorik primer kiri.
D. ambang, lateralitas, sensasi, dan durasi 11. Seorang wanita 50 tahun menjalani pemeriksaan neurologis
E. sensitisasi, diskriminasi, energi, dan proyeksi yang menunjukkan hilangnya sensitivitas nyeri dan suhu,
5. Mana dari yang berikut dipasangkan dengan benar? sensasi getar, dan propriosepsi di tungkai kiri. Gejala-gejala ini
A. Nyeri neuropatik dan refleks tarik (withdrawal reflex) dapat dijelaskan oleh
B. Nyeri pertama dan perasaan tumpul, intens, difus, dan tidak A. Tumor di jalur lemniskus medialis kanan di medula spinalis
menyenangkan sakral
C. Nyeri fisiologis dan alodinia B. Neuropati perifer
D. Nyeri kedua dan serat C C. Tumor di jalur lemniskus medialis kiri di medula spinalis
E. Nyeri nosiseptif dan kerusakan saraf sakral
6. Seorang wanita 32 tahun mengalami serangan mendadak D. Tumor yang mengenai girus parasentralis posterior kanan
nyeri kram hebat di bagian perutnya. Ia juga merasa mual. E. Tumor besar di medula spinalis ventrolateral lumbal kanan
Nyeri viseral
A. memperlihatkan adaptasi yang relatif cepat
B. diperantarai oleh serat B di radiks dorsal saraf spinal
C. lokalisasinya tidak jelas
DAFTAR PUSTAKA
Baron R, Maier C: Phantom limb pain: Are cutaneous nociceptors
D. mirip “nyeri cepat” yang ditimbulkan oleh rangsangan
and spinothalamic neurons involved in the signaling and
pengganggu pada kulit
maintenance of spontaneous and touch-evoked pain? A case
E. menyebabkan relaksasi otot-otot rangka sekitar
report. Pain 1995;60:223.
7. Suatu kordotomi ventrolateral dilakukan untuk meredakan Bell J, Bolanowski S, Holmes MH: The structure and function of
nyeri di tungkai kanan. Hal ini efektif karena menginterupsi Pacinian corpuscles: A review. Prog Neurobiol 1994;42:79.
A. kolumna dorsal kiri Blumenfeld H: Neuroanatomy Through Clinical Cases. Sinauer
B. traktus spinotalamikus ventrolateral kiri Associates, 2002.
C. traktus spinotalamikus ventrolateral kanan Brownjohn PW, Ashton JC. Novel targets in pain research: The case
D. jalur lemniskus medialis kanan for CB2 receptors as a biorational pain target. Current Anesth
E. proyeksi langsung ke korteks somatosensorik primer Critical Care 2009;20:198.
BAB 8 Neurotransmisi Somatosensorik: Sentuh, Nyeri, & Suhu 175

Craig AD: How do you feel? Interoception: The sense of the Marchand F, Perretti M, McMahon SB: Role of the immune system
physiological condition of the body. Nat Rev Neurosci in chronic pain. Nat Rev Neurosci 2005;6:521.
2002;3:655. Mendell JR, Sahenk Z: Painful sensory neuropathy. N Engl J Med
Fields RD: New culprits in chronic pain. Scientific American 2003;348:1243.
2009;301:50. Mountcastle VB: Perceptual Neuroscience. Harvard University Press,
Garry EM, Jones E, Fleetwood-Walker SM: Nociception in 1999.
vertebrates: Key receptors participating in spinal mechanisms of Willis WD: The somatosensory system, with emphasis on structures
chronic pain in animals. Brain Res Rev 2004;46: 216. important for pain. Brain Res Rev 2007;55:297.
Herman J: Phantom limb: From medical knowledge to folk wisdom Wu MC, David SV, Gallant JL: Complete functional characterization
and back. Ann Int Med 1998;128:76. of sensory neurons by system identification. Annu Rev Neurosci
Hopkins K: Show me where it hurts: Tracing the pathways of pain. J 2006;29:477.
NIH Res 1997;9:37.
Halaman ini sengaja dikosongkan
9
B A B

Penglihatan

T U J U A N ■ Menjelaskan berbagai bagian mata dan mencantumkan fungsi masing-masing.


Setelah mempelajari bab Ini,
■ Menjelaskan susunan retina.
■ Menjelaskan bagaimana berkas cahaya di lingkungan difokuskan di retina dan
Anda seyogianya mampu: peran akomodasi dalam proses ini.
■ Mendefinisikan hiperopia, miopia, astigmatisme, presbiopia, dan strabismus.
■ Menjelaskan respons listrik yang ditimbulkan oleh sel kerucut dan sel batang, dan
menjelaskan bagaimana respons-respons ini dihasilkan.
■ Menjelaskan respons listrik dan fungsi sel bipolar, horizontal, amakrin dan
ganglion.
■ Menelusuri jalur saraf yang menyalurkan informasi penglihatan dari sel batang
dan sel kerucut ke korteks penglihatan.
■ Menjelaskan respons sel-sel di korteks penglihatan dan organisasi
fungsional jalur dorsal dan ventral ke korteks parietal.
■ Mendefinisikan dan menjelaskan adaptasi gelap dan ketajaman penglihatan.
■ Menjelaskan jalur-jalur saraf yang berperan dalam penglihatan warna.
■ Mengidentifikasi otot-otot yang terlibat dalam gerakan mata.
■ Mengidentifikasi otot-otot yang terlibat dalam gerakan mata.

PENDAHULUAN
Mata adalah organ indra kompleks yang telah berkembang bahkan bila dibandingkan kamera paling mahal. Di dalam
dari bercak-bercak primitif peka-cahaya di permukaan pembungkus protektifnya, tiap-tiap mata memiliki sebuah
invertebrata. Bercak-bercak ini menghimpun informasi lapisan fotoreseptor yang berespons terhadap cahaya, suatu
mengenai lingkungan; dan otak menginterpretasikan sistem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor-reseptor
informasi ini untuk membentuk suatu bayangan tentang apa tersebut, dan suatu sistem saraf yang menghantarkan impuls
dari reseptor ke otak. Telah banyak dilakukan penelitian
yang muncul di dalam lapang pandang. Mata sering
tentang neuro-fisiologi penglihatan; pada kenyataannya,
dibandingkan dengan kamera, dengan kornea berfungsi
dikatakan bahwa penglihatan adalah sistem sensorik yang
sebagai lensa, garis tengah pupil berfungsi sebagai bukaan paling banyak dipelajari dan mungkin paling dipahami. Cara
(apertura) pada kamera, dan retina berfungsi sebagai film- komponen-komponen sistem penglihatan beroperasi untuk
nya. Namun, mata, khususnya retina, jauh lebih canggih menghasilkan citra penglihatan sadar adalah subjek bab ini.

ANATOMI MATA mengalami modifikasi di anteriornya untuk membentuk


kornea yang transparan, tempat masuknya berkas cahaya ke
Struktur utama mata diperlihatkan di Gambar 9–1. Lapisan mata. Batas lateral kornea bersambungan dengan konjungtiva,
pelindung luar bola mata adalah sklera atau “bagian putih suatu membran mukosa jernih yang menutupi sklera. Tepat di
mata” yang tidak dapat dilalui oleh cahaya. Lapisan ini bagian dalam sklera terdapat koroid, yaitu suatu lapisan
vaskular yang menyalurkan oksigen dan nutrien ke struktur-

177
178 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

M. rektus superior

Sklera Konjungtiva

Koroid Korpus siliare


Kamera
Retina anterior Rongga
Kamera anterior
Fovea sentralis posterior
Arteri sentralis Kornea
Vena sentralis Pupil
Lensa
Iris
Kamera posterior
Nervus optikus Serat zonula ligamentum
suspensorium

Kamera vitrea
(rongga posterior)
M. rektus inferior

GAMBAR 9-1 Skema anatomi mata. (Dari Fox SI. Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).

struktur di mata. Di dua pertiga posterior koroid terdapat lapisan


retina, jaringan saraf yang mengandung fotoreseptor.
RETINA
Retina terbentang ke arah anterior hingga hampir ke korpus
Lensa kristalina adalah suatu struktur transparan yang
siliare. Retina tersusun menjadi lapisan-lapisan yang mengan-
dipertahankan di tempatnya oleh ligamentum Suspensorium
dung beragam sel dan prosesus saraf (Gambar 9–2). Lapisan
lensa (zonula) melingkar. Zonula melekat ke korpus siliare,
nukleus luar mengandung fotoreseptor, sel batang (rod), dan sel
yang mengandung serat-serat otot sirkular dan serat-serat otot
kerucut (cone). Lapisan nukleus dalam mengandung badan sel
longitudinal yang melekat ke dekat taut korneasklera. Di depan
dari berbagai jenis antarneuron eksita-torik dan inhibitorik
lensa terdapat iris yang berpigmen dan opak, yaitu bagian mata
termasuk sel bipolar, sel horizontal, dan sel amakrin. Lapisan sel
yang berwarna. Iris, korpus siliare, dan koroid secara kolektif
ganglion mengandung berbagai jenis sel ganglion yang dapat
dinamai uvea. Iris mengandung serat-serat otot sirkular yang
dibedakan berdasarkan morfologi, proyeksi, dan fungsi. Sel
menyebabkan konstriksi dan serat-serat radial yang menyebab-
ganglion adalah neuron keluaran (output) satu-satunya di retina;
kan dilatasi pupil. Variasi dalam garis tengah pupil dapat
akson-aksonnya membentuk nervus optikus. Lapisan pleksiform
menyebabkan perubahan lima kali lipat jumlah cahaya yang
luar berada di antara lapisan nukleus luar dan dalam; lapisan
mencapai retina.
pleksiform dalam terletak di antara lapisan nukleus dalam dan
Humor aquosus (aqueous humour) adalah cairan jernih lapisan sel ganglion. Elemen-elemen saraf retina disatukan oleh
bebas-protein yang memelihara kornea dan iris; cairan ini suatu jenis sel glia yang dinamai sel Müller, yang membentuk
dihasilkan oleh korpus siliare melalui difusi dan transpor aktif stratum limitans internum (inner limiting membrane), batas
dari plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengisi antara retina dan kamera vitreous. Prosesus-prosesus sel-sel ini
kamera anterior mata. Secara normal, cairan ini diserap kembali yang memanjang terbentang ke keseluruhan tebal retina.
melalui suatu anyaman trabekula ke dalam kanalis Schlemm, Stratum limitans eksternum (outer limiting membrane)
yaitu suatu kanal venosa di pertemuan antara iris dan kornea memisahkan bagian segmen dalam sel batang dan sel kerucut
(sudut kamera anterior). Obstruksi kanal keluar ini dari badan-badan sel mereka.
menyebabkan peningkatan tekanan intraokulus, suatu faktor
risiko kritis untuk glaukoma (lihat Boks Klinis 9–1 ). Sel batang dan sel kerucut, yang terletak di samping
koroid, bersinaps dengan sel bipolar, dan sel bipolar
Kamera posterior adalah suatu ruang sempit berisi bersinaps dengan sel ganglion. Terdapat berbagai jenis sel
aquosus antara iris, zonula, dan lensa. Kamera vitrea adalah bipolar yang berbeda dari segi morfologi dan fungsi. Sel
ruang antara lensa dan retina yang berisi terutama bahan horizontal menghubungkan sel fotoreseptor ke sel
gelatinosa jernih yang disebut vitreous (humor vitreous). fotoreseptor lain di lapisan pleksiform luar. Sel amakrin
Mata dilindungi dengan baik dari cedera oleh dinding menghubungkan sel-sel ganglion satu sama lain di lapisan
tulang orbita. Kornea dijaga kelembaban dan kebersihannya pleksiform dalam melalui prosesus-prosesus yang panjang
oleh air mata yang berasal dari glandula lakrimalis di bagian dan polanya bervariasi. Sel amakrin juga membentuk
atas masing-masing orbita di seluruh permukaan mata untuk koneksi di ujung-ujung sel bipolar. Setidaknya 29 jenis sel
dialirkan ke duktus lakrimalis ke hidung. Berkedip amakrin telah dijelaskan berdasarkan koneksinya. Taut celah
membantu kornea tetap lembab. juga menghubungkan neuron-neuron retina satu sama lain.
BAB 9 Penglihatan 179

BOKS KLINIS 9-1

Glaukoma KIAT TERAPEUTIK


Meningkatnya tekanan intraokulus (TIO) bukanlah satu-satunya
penyebab glaukoma, suatu penyakit degeneratif yang ditandai Glaukoma dapat diobati dengan obat-obat yang
dengan hilangnya sel-sel ganglion retina; namun, TIO adalah suatu mengurangi sekresi atau produksi humor aquosus atau
faktor risiko kritis. Pada sejumlah kecil pasien dengan penyakit ini, dengan obat-obat yang meningkatkan aliran keluar humor
TIO normal (10-20 mmHg); meningkatnya TIO menyebabkan aquosus. Obat penghambat β-adre-nergik seperti timolol
glaukoma memburuk, dan terapi ditujukan untuk menurunkan mengurangi sekresi cairan aquosus. Inhibitor karbonat
tekanan. Memang, peningkatan TIO akibat cedera atau pem- anhidrase (mis. dorzo-lamid, asetazolamid) juga memberi
bedahan dapat menyebabkan glaukoma. Glaukoma disebabkan efek menguntungkan dengan mengurangi sekresi humor
oleh buruknya drainase humor aquosus melalui sudut filtrasi yang aquosus. Glaukoma juga dapat diobati dengan agonis
terbentuk antara iris dan kornea. Glaukoma sudut terbuka, suatu kolinergik (mis. pilokarpin, karbakol, fisostigmin) yang
penyakit kronis, disebabkan oleh berkurangnya permeabilitas meningkatkan aliran keluar aquosus dengan menyebabkan
melalui trabekula ke dalam kanalis Schlemm, yang menyebabkan kontraksi muskulus siliaris. Aliran keluar humor aquosus
peningkatan TIO. Pada sebagian kasus, glaukoma tipe ini juga ditingkatkan oleh prostaglandin. Pemakaian
disebabkan oleh defek genetik. Glaukoma sudut tertutup terjadi berkepanjangan kortikosteroid dapat menyebabkan
karena penggelembungan iris ke arah depan sehingga struktur ini glaukoma dan meningkatkan risiko kekambuhan infeksi
mencapai bagian belakang kornea dan menghilangkan sudut
mata karena jamur atau virus.
filtrasi sehingga aliran keluar humor aquosus terhambat. Jika tidak
diobati, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.

Epitel pigmen

Sel batang dan sel kerucut


Segmen luar

Segmen dalam

Lapisan nukleus luar C C C C


R R R R
R

Lapisan pleksiform luar

H
FB
Lapisan nikleus dalam MB
RB FB
MB RB
A
A

Lapisan pleksiform dalam

Lapisan sel ganglion MG DG MG


DG

Serat nervus optikus

GAMBAR 9-2 Komponen-komponen saraf bagian ekstrafovea retina. C, sel kerucut; R, sel batang; MB, RB, dan FB, sel midget, batang, dan
bipolar datar; DG dan MG, sel ganglion difus dan midget; H, sel horizontal; A, sel amakrin. (Dimodifikasi dari Dowling JE, Boycott BB: Organization of the
primate retina: Electron microscopy. Proc R Soc Lond Ser B [Biol], 1966;166:80).
180 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Hal ini merupakan penyebab mengapa terlepasnya retina


menimbulkan kerusakan parah pada sel-sel reseptor.
Glaukoma (Boks Klinis 9-1) menyebabkan perubahan-
perubahan dalam penampakan fundus mata seperti terlihat
Diskus melalui sebuah oftalmoskop (Gambar 9–4). Foto di kiri berasal
optikus Fovea dari seekor primata dengan mata normal dan memperlihatkan
Makula diskus optikus dengan warna “merah-muda” merata. Pembuluh
darah tampak relatif datar sewaktu melewati tepi diskus. Hal ini
karena jumlah serat sel ganglion normal, dan pembuluh darah
memiliki jaringan penunjang yang utuh di sekitar mereka. Foto
di kanan berasal dari seekor primata dengan glaukoma yang
GAMBAR 9-3 Fundus mata pada orang yang sehat seperti yang secara eksperimental diinduksi dengan menimbulkan peningkat-
dilihat melalui oftalmoskop. Fundus mata merujuk ke permukaan
an tekanan intraokulus kronis. Seperti yang dijumpai pada
interior mata, berlawanan dengan lensa, dan mencakup retina, diskus
optikus, makula dan fovea, serta kutub posterior. Serat-serat nervus neuropati optik glauko-matosa, diskus terlihat pucat, khususnya
optikus meninggalkan bola mata di diskus optikus untuk membentuk di bagian tengah. Pembuluh darah retina mengalami distorsi,
nervus optikus. Arteri, arteriola, dan vena di lapisan superifsial retina khususnya di tepi diskus, karena tidak adanya jaringan
dekat permukaan vitreousnya dapat terlihat melalui oftalmoskop. penunjang; dan terjadi peningkatan cekungan (cupping) diskus.
(Sumbangan dr. AJ Weber, Michigan State University).
FOTORESEPTOR
Karena lapisan reseptor retina terletak di epitel pigmen di Setiap fotoreseptor sel kerucut dan sel batang dibagi menjadi
samping koroid, berkas cahaya harus melewati lapisan sel sebuah segmen luar, sebuah segmen dalam yang mencakup regio
ganglion dan sel bipolar untuk mencapai sel kerucut dan sel nukleus, dan zona terminal sinaps (Gambar 9–5). Segmen luar
batang. Epitel pigmen menyerap cahaya, mencegah pantulan adalah silia termodifikasi yang terdiri dari tumpukan teratur
cahaya kembali ke retina. Pantulan ini dapat menyebabkan sakulus gepeng atau diskus membranosa. Segmen dalam kaya
bayangan terlihat kabur. akan mitokondria; ini adalah regio tempat pembentukan
Nervus optikus meninggalkan mata di sebuah titik 3 mm senyawa-senyawa fotosensitif. Segmen dalam dan luar
medial dari dan sedikit di atas kutub posterior bola mata. Regio dihubungkan oleh suatu tangkai siliaris yang dilewati senyawa
ini terlihat melalui oftalmoskop sebagai diskus optikus fotosensitif dari segmen dalam ke segmen luar sel batang dan sel
(Gambar 9–3). Karena tidak ada reseptor penglihatan di atas kerucut.
diskus, daerah retina ini tidak berespons terhadap cahaya dan Sel batang diberi nama demikian karena segmen luarnya
dikenal sebagai bintik/titik buta (blind spot). Dekat kutub terlihat tipis seperti batang. Setiap sel batang mengandung satu
posterior mata, terdapat suatu bercak kekuningan yang disebut tumpukan membran diskus yang merupakan organel-organel
makula. Fovea adalah bagian tengah makula; ini adalah bagian intrasel terbungkus membran dan menggepeng yang telah
retina yang menipis dan bebas sel batang pada manusia dan terlepas dari membran luar dan karenanya terapung bebas. Sel
primata lain. Di fovea, sel-sel kerucut tersusun rapat, dan kerucut umumnya memiliki segmen dalam tebal dan segmen
masing-masing bersinaps dengan sebuah sel bipolar, yang, pada luar seperti kerucut, meskipun morfologi sel ini bervariasi dari
gilirannya, bersinaps pada sebuah sel ganglion, menghasilkan satu tempat ke tempat lain di retina. Sakulus sel kerucut
jalur langsung ke otak. Hanya sedikit sel yang terletak di atasnya terbentuk dari pelipatan membran segmen luar ke arah dalam.
dan tidak terdapat pembuluh darah. Karenanya, fovea adalah Sakulus dan diskus mengandung senyawa fotosensitif yang
titik dengan ketajaman penglihatan tertinggi. Ketika perhatian bereaksi terhadap cahaya, memicu potensial aksi di jalur
diarahkan ke atau terfiksasi pada satu objek, mata secara normal penglihatan.
bergerak sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari objek Segmen luar sel batang terus-menerus diperbarui oleh
jatuh ke fovea. Degenerasi makula terkait-usia adalah penyakit pembentukan diskus-diskus baru di tepi dalam segmen dan
yang ditandai dengan berkurangnya penglihatan sentral tajam fagositosis diskus tua dari ujung luar oleh sel-sel epitel pigmen.
secara bertahap (Boks Klinis 9–2 ). Pembaruan sel kerucut adalah proses yang lebih difus dan
tampaknya terjadi di banyak tempat di segmen luar.
Oftalmoskop digunakan untuk melihat fundus mata,
Di bagian ekstrafovea retina, sel batang mendominasi
yaitu permukaan interior mata yang berlawanan dengan
(Gambar 9–6 ), dan terdapat banyak konvergensi. Sel bipolar
lensa; fundus mencakup retina, diskus optikus, makula dan datar (flat bipolar cell) (Gambar 9-2) membentuk kontak sinaptik
fovea, dan kutub posterior (Gambar 9-3). Arteri, arteriol, dan dengan beberapa sel kerucut, dan sel bipolar batang membentuk
vena di lapisan-lapisan superfisial retina dekat permukaan sinaps dengan beberapa sel batang. Karena terdapat sekitar 6 juta
vitreousnya dapat diperiksa. Karena ini adalah salah satu sel kerucut dan 120 juta sel batang di tiap-tiap mata manusia,
tempat di tubuh yang arteriolnya mudah dilihat, tetapi hanya 1,2 juta serat saraf di tiap-tiap nervus optikus,
pemeriksaan oftalmoskop sangat bermanfaat dalam diag- konvergensi keseluruhan reseptor melalui sel bipolar pada sel
nosis dan evaluasi diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ganglion adalah sekitar 105:1. Namun, dari titik ini terdapat
lain yang memengaruhi pembuluh darah. Pembuluh retina divergensi. Sebagai contoh, di korteks penglihatan jumlah
mendarahi sel bipolar dan sel ganglion, tetapi reseptor neuron yang berkaitan dengan penglihatan adalah 1000 kali lebih
mendapat nutrisi, umumnya, dari pleksus kapiler di koroid. banyak daripada jumlah serat di nervus optikus.
BAB 9 Penglihatan 181

BOKS KLINIS 9-2

Ketajaman Penglihatan dan Terdapat lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat dan
Eropa mengalami degenerasi makula terkait-usia (age-related
Degenerasi Makula Terkait-Usia
macular degeneration, AMD), yaitu kemerosotan ketajaman
Ketajaman penglihatan adalah tingkat kejelasan penglihatan penglihatan sentral. Hampir 30% dari mereka yang berusia 75
rincian dan kontur objek, dan biasanya didefinisikan berdasarkan tahun atau lebih mengalami gangguan ini, dan ini merupakan
jarak terpendek masih terlihatnya dua garis secara terpisah dan penyebab tersering penurunan penglihatan pada mereka yang
tetap terlihat sebagai dua garis. Secara klinis, ketajaman berusia 50 tahun atau lebih. Wanita berisiko lebih besar
penglihatan sering ditentukan dengan menggunakan kartu daripada pria untuk mengalami AMD; orang Kaukasoid juga
Snellen (bagan huruf Snellen) yang dilihat dari jarak 20 kaki (6 berisiko lebih besar daripada orang kulit hitam. Terdapat dua
m). Orang yang sedang diperiksa membaca dengan keras garis jenis: basah dan kering. AMD basah terjadi ketika pembuluh
terkecil yang masih dapat dibedakan. Hasilnya dinyatakan darah yang rapuh mulai terbentuk di bawah makula. Darah dan
sebagai pecahan. Pembilang pecahan ini adalah 20, jarak subjek cairan bocor dari pembuluh ini dan merusak makula dengan
membaca bagan. Penyebutnya adalah jarak terjauh dari bagan cepat. Voscular endothelial growth foctor (VEGF) mungkin
tempat orang normal dapat membaca garis terkecil. Ketajaman berperan dalam pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah ini.
penglihatan normal adalah 20/20; orang dengan ketajaman AMD kering terjadi ketika sel kerucut di makula secara perlahan
penglihatan 20/15 memiliki penglihatan yang lebih baik daripada mengalami kerusakan, menyebabkan penurunan penglihatan
normal (tidak rabun jauh/farsightedness); dan orang dengan sentral secara bertahap.
ketajaman penglihatan 20/100 memiliki penglihatan subnormal.
Ketajaman penglihatan adalah suatu fenomena kompleks dan
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor optis (mis. KIAT TERAPEUTIK
keadaan mekanisme pembentuk bayangan di mata), faktor
Food and Drug Administration AS telah menyetujui
retina (mis. keadaan sel kerucut), dan faktor rangsangan (mis.
pemakaian ranibizumab (Lucentis) untuk mengobati
pencahayaan, kecerahan rangsangan, kontras antara rangsangan AMD basah. Obat ini bekerja dengan menghambat VEGF.
dan latar, lama subjekterpajan ke rangsangan). Banyak obat juga Obat lain yang disetujui untuk mengobati AMD basah
dapat berefek buruk pada ketajaman penglihatan. Banyak pasien adalah natrium pegaptanib (Macugen), yang menyerang
yang diterapi obat anti-aritmia amiodaron melaporkan VEGF. Terapi fotodi-namik menggunakan obat yang
perubahan kornea (keratopati) termasuk keluhan penglihatan dinamai visudin, yang disuntikkan ke dalam vena di
kabur, silau dan adanya 'halo' di sekitar cahaya atau sensitivitas lengan dan diaktifkan oleh sinar laser untuk meng-
terhadap cahaya. Aspirin dan obat anti-koagulan lain dapat hasilkan reaksi kimia yang menghancurkan pembuluh
menyebabkan perdarahan retina atau konjungtiva yang dapat darah abnormal. Bedah laser dapat digunakan untuk
mengganggu penglihatan. Makulopati adalah faktor risiko bagi memperbaiki pembuluh darah yang rusak jika terletak
mereka yang diterapi tamoksifen untuk kanker payudara. Obat agak jauh dari fovea. Namun, dapat terbentuk pembuluh
anti-psikotik misalnya tioridazin dapat menyebabkan kelainan baru setelah pembedahan, dan kemerosotan penglihatan
pigmentasi, yang dapat memengaruhi ketajaman penglihatan, dapat semakin parah.
penglihatan warna, dan adaptasi gelap.

GAMBAR 9-4 Fundus mata pada seekor primata normal (kiri) dan jaringan penunjang sekitar masih utuh. Glaukomatosa: diskus
dan pada seekor primata yang secara eksperimental dibuat mengidap tampak pucat, khususnya di bagian tengah, pembuluh mengalami
glaukoma (kanan) seperti yang dilihat dari sebuah oftalmoskop. distorsi, khususnya di tepi diskus karena tidak adanya jaringan
Normal: warna "merah mudah" merata, pembuluh tampak relatif penunjang dan meningkatnya "cekungan" diskus. (Sumbangan dr. AJ
datar melintasi tepi diskus karena jumlah serat sel ganglion normal Weber, Michigan State University).
182 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Sel batang Sel kerucut tidak mampu mengetahui detail dan batas-batas objek atau
Membran plasma menentukan warnanya. Sel kerucut memiliki ambang jauh
lebih tinggi, tetapi sistem sel kerucut memiliki tingkat
ketajaman yang jauh lebih besar dan merupakan sistem yang
30 nm Segmen berperan dalam penglihatan di bawah sinar terang (penglihatan
luar
Diskus Kantong
fotopik) dan penglihatan warna. Karenanya terdapat dua jenis
masukan ke sistem saraf pusat (SSP) dari mata: masukan dari
Leher siliaris sel batang dan masukan dari sel kerucut. Eksistensi kedua jenis
masukan ini, yang masing-masing bekerja maksimal di bawah
Mitokondria kondisi pencahayaan yang berlainan, disebut teori duplisitas.
Segmen
dalam

Nukleus MEKANISME FOTORESEPTOR


Perubahan potensial yang memicu potensial aksi di retina
Terminal
sinaps
ditimbulkan oleh efek cahaya pada senyawa-senyawa
fotosensitif di sel batang dan sel kerucut. Ketika cahaya
GAMBAR 9-5 Diagram skematik sel batang dan sel kerucut. diserap oleh bahan-bahan ini, strukturnya pun berubah, dan
Tiap-tiap sel batang dan sel kerucut terbagi menjadi sebuah hal ini memicu rangkaian kejadian yang memicu aktivitas
segmen luar, sebuah segmen dalam dengan regio nukleus, dan saraf.
satu zona sinaps. Sakulus dan diskus di segmen luar mengandung
senyawa-senyawa fotosensitif yang bereaksi dengan cahaya untuk
Mata bersifat unik, yaitu bahwa potensial reseptor di
memicu potensial aksi di jalur penglihatan. (Direproduksi, dengan izin, fotoreseptor dan respons listrik sebagian besar dari elemen
dari LambTD: Electrical responses of photoreceptors. Dalam: Recent Advances in saraf lainnya di retina bersifat lokal, potensial berjenjang
Physiology, no. 10. Baker PF [editor]. Churchill Livingstone, 1984).
(graded potential), dan hanya di sel ganglion dihasilkan
potensial aksi tuntas-atau-gagal yang merambat dalam jarak
Salah satu karakteristik paling penting sistem penglihatan
signifikan. Respons sel kerucut, sel batang, dan sel horizontal
adalah kemampuannya untuk berfungsi dalam beragam
adalah hiperpolarisasi, dan respons sel bipolar adalah hiper-
intensitas cahaya. Ketika seseorang berpindah dari tempat gelap
polarisasi atau depolarisasi, sementara sel amakrin
ke tempat terik matahari, intensitas cahaya meningkat sebesar 10
log satuan, yaitu oleh faktor 10 miliar kali. Satu faktor yang menghasilkan potensial depolarisasi dan spike yang mungkin
mengurangi fluktuasi intensitas adalah penyesuaian garis tengah berfungsi sebagai potensial generator untuk spike yang
pupil; ketika garis tengah berkurang dari 8 menjadi 2 mm, luas dijalarkan yang dihasilkan di sel ganglion.
berkurang oleh faktor hingga 16 dan intensitas cahaya di retina Potensial reseptor sel kerucut memiliki onset dan offset
berkurang lebih dari 1 log satuan. tajam, sementara potensial reseptor sel batang memiliki
Faktor lain dalam reaksi terhadap fluktuasi intensitas onset tajam dan offset lambat. Kurva yang menghubungkan
adalah adanya dua jenis fotoreseptor. Sel batang sangat sensitif amplitudo potensial reseptor dengan intensitas rangsangan
terhadap cahaya dan merupakan reseptor untuk penglihatan memiliki bentuk serupa di sel batang dan sel kerucut, tetapi
malam (penglihatan skotopik). Perangkat penglihatan skotopik sel batang jauh lebih sensitif Karena itu, respons sel batang

2000
Jumlah sel batang atau kerucut di

Sel kerucut
Sel batang
sebuah daerah dengan luas

1600
0,0069 mm2

1200
Blind spot

800

400

0
100° 80° 60° 40° 20° 0° 20° 40° 60° 80°
Retina nasal Fovea Retina temporal
Jarak dari fovea

GAMBAR 9-6 Densitas sel batang dan sel kerucut di sepanjang meridian horizontal melalui retina manusia. Plot ketajaman penglihatan
relatif di berbagal bagian mata yang beradaptasi terang akan sejajar dengan kurva densitas sel kerucut; plot serupa tentang ketajaman relatif
mata yang beradaptasi gelap akan sejajar dengan kurva densitas sel batang.
BAB 9 Penglihatan 183

proporsional dengan intensitas rangsangan di tingkat


pencahayaan yang berada di bawah ambang untuk sel
kerucut. Di pihak lain, respons sel kerucut proporsional
dengan intensitas rangsangan pada tingkat pencahayaan Na+
yang tinggi ketika respons sel batang maksimal dan tidak
dapat berubah. Hal ini merupakan penyebab mengapa sel
kerucut menghasilkan respons yang baik terhadap
perubahan intensitas cahaya di atas latar tetapi tidak
menggambarkan pencahayaan mutlak dengan baik,
sementara sel batang mendeteksi pencahayaan absolut.
K+ K+
DASAR IONIK POTENSIAL
FOTORESEPTOR
Kanal Na+ di segmen luar sel batang dan kerucut terbuka
dalam keadaan gelap sehingga arus mengalir dari segmen Na+ Na+
Gelap Terang
dalam ke segmen luar (Gambar 9–7). Arus juga mengalir ke
ujung sinaptik fotoreseptor. Na, K ATPase di segmen dalam GAMBAR 9-7 Efek cahaya pada aliran arus di reseptor
mempertahankan keseimbangan ion. Pelepasan transmiter di penglihatan. Pada keadaan gelap, kanal Na+ di segmen luar ditahan
sinaps (glutamat) bersifat tetap pada keadaan gelap. Ketika terbuka oleh cGMP. Cahaya menyebabkan peningkatan perubahan
cahaya mengenai segmen luar, reaksi yang terpicu menutup cGMP menjadi 5'-GMP, dan sebagian dari kanal Ini menutup. Hal Ini
menyebabkan hiperpolarisasi terminal sinaps fotoreseptor.
sebagian kanal Na+, dan hasilnya adalah potensial reseptor
hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi mengurangi pelepasan
glutamat, dan proses ini menghasilkan sinyal di sel bipolar
yang akhirnya menyebabkan potensial aksi di sel ganglion.
bahwa defisiensi vitamin ini menyebabkan gangguan peng-
Potensial aksi ini disalurkan ke otak.
lihatan (lihat Boks Klinis 9–3).
Opsin memiliki berat molekul 41 kDa. Bahan ini
ditemukan di membran diskus sel batang dan membentuk
RODOPSIN 90% dari protein total di membran ini. Opsin adalah bagian
Pigmen fotosensitif di sel batang dinamai rodopsin (ungu dari famili besar reseptor terkait protein G (GPCR). Retinal
visual). Rodopsin terdiri dari retinal, suatu aldehida vitamin terletak sejajar dengan permukaan membran (Gambar 9–8)
A, dan protein yang disebut opsin. Karena pentingnya dan melekat ke sebuah residu lisin di posisi 296 di ranah
vitamin A dalam sintesis retinal, tidaklah mengherankan transmembran ketujuh.

BOKS KLINIS 9-3

Defisiensi Vitamin A kering, yang merusak kornea (xeroftalmia) dan retina. Defisiensi
vitamin A mula-mula mengganggu fungsi sel batang, tetapi
Vitamin A adalah vitamin larut-lemak pertama yang
seiring dengan berlanjutnya defisiensi juga terjadi degenerasi
teridentifikasi dan terdiri dari suatu famili senyawa yang
sel kerucut. Defisiensi yang berkepanjangan menyebabkan
disebut retinoid. Defisiensi jarang terjadi di Amerika Serikat,
perubahan anatomis di sel batang dan sel kerucut diikuti oleh
tetapi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
degenerasi lapisan saraf retina.
negara-negara yang sedang berkembang. Pertahun,
sekitar80.000 orang di seluruh dunia (terutama anak di KIAT TERAPEUTIK
negara yang belum berkembang) kehilangan penglihatan
mereka akibat defisiensi vitamin A yang parah. Defisiensi Terapi dengan vitamin A dapat memulihkan fungsi retina
vitamin A disebabkan oleh kurang memadainya asupan jika diberikan sebelum reseptor rusak. Makanan kaya-
makanan yang kaya vitamin A (hati, ginjal, telur utuh, susu, vitamin A mencakup hati, ayam, daging sapi, telur, susu,
krim, dan keju) atau p-karoten, prekursor vitamin A, yang yams, wortel, bayam, kale, dan sayuran hijau lainnya.
terdapat di sayuran berdaun hijau gelap dan buah dan
Vitamin lain, khususnya dari golongan vitamin B
sayuran berwarna oranye atau kuning. Salah satu defek
kompleks, juga diperlukan untuk fungsi normal retina dan
penglihatan paling dini akibat defisiensi vitamin A adalah
rabun senja (niktalopia). Defisiensi vitamin A juga berperan jaringan saraf lainnya.
dalam kebutaan karena menyebabkan mata menjadi sangat
184 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

N
Cahaya datang

Perubahan struktur di
Intradiskal
retinal fotopigmen
surface

Perubahan konformasi
fotopigmen
R Rod disk
membrane
Pengaktifan transdusin

Cytoplasmic Pengaktifan
surface
fosfodiesterase
C
OH
OH Penurunan
OH
cGMP intrasel
OH
OH
OH
Penutupan kanal Na+
GAMBAR 9-8 Gambaran diagramatik struktur rodopsin, yang
memperlihatkanposisiretinadimembrandiskusselbatang. Retinal (R)
terletak sejajar dengan permukaan membran dan melekat ke residu Hiperpolarisasi
lisin di posisi 296 di ranah transmembran ke-7.
Penurunan pelepasan
transmiter di sinaps

Rangkaian kejadian di fotoreseptor yang menyebabkan Respons di sel bipolar


pembentukan suatu sinyal di unit saraf berikutnya di retina oleh dan elemen saraf lainnya
cahaya yang datang dirangkum pada Gambar 9–9. Pada ke-
adaan gelap, retinal di rodopsin berada dalam konfigurasi 11-sis. GAMBAR 9-9 Rangkaian kejadian yang berperan dalam foto-
transduksi di sel batang dan sel kerucut.
Satu-satunya efek cahaya adalah mengubah bentuk retinal,
mengubahnya menjadi isomer all-trans. Hal ini, pada gilirannya,
mengubah konfigurasi opsin, dan perubahan opsin meng-
aktifkan protein G heterotrimerik terkaitnya, yang dalam hal ini menjelaskan sensitivitas luar biasa fotoreseptor sel batang;
reseptor ini mampu menghasilkan respons yang terdeteksi
disebut transdusin, yang memiliki beberapa subunit Tα, Gβ1,
terhadap hanya satu foton cahaya.
dan Gγ1. Setelah retinal 11-sis diubah menjadi konfigurasi all-
trans, senyawa ini terpisah dari opsin dalam suatu proses yang Cahaya mengurangi konsentrasi Ca2+ serta Na+ di
disebut bleaching (pemutihan). Proses ini mengubah warna fotoreseptor. Penurunan konsentrasi Ca2+ yang terjadi meng-
rodopsin dari merah mawar menjadi kuning pucat opsin. aktifkan guanilil siklase, yang menghasilkan lebih banyak cGMP.
Sebagian dari retinal all-trans diubah kembali menjadi Hal ini juga menghambat fosfodiesterase yang diaktifkan oleh
retinal 11-sis oleh retinal isomerase, dan kemudian kembali cahaya. Kedua efek mempercepat pemulihan, mengembalikan
berikatan dengan skotopsin, memulihkan pasokan rodopsin. kanal Na+ ke posisi terbuka.
Sebagian dari retinal 11-sis juga disintesis dari vitamin A. Semua
reaksi ini, kecuali pembentukan isomer retinal all-trans, tidak PIGMEN SEL KERUCUT
bergantung pada intensitas cahaya, berjalan sama baiknya dalam Primata memiliki tiga jenis sel kerucut. Reseptor-reseptor ini
keadaan gelap atau terang. Karenanya, jumlah rodopsin di melayani penglihatan warna dan berespons maksimal terhadap
reseptor bervariasi berbanding terbalik dengan tingkat cahaya cahaya pada panjang gelombang 440, 535, dan 565 nm. Masing-
yang datang. masing mengandung retinal dan suatu opsin. Opsin mirip
Protein G transdusin menukar GDP untuk GTP, dan rodopsin dan menembus membran sel kerucut tujuh kali tetapi
subunit α memisah. Subunit ini tetap aktif sampai aktivitas memiliki struktur khas di setiap jenis sel kerucut. Rincian
GTPase intrinsiknya menghidrolisis GTP. Penghentian aktivitas respons sel kerucut terhadap cahaya mungkin serupa dengan
transdusin juga dipercepat oleh pengikatannya dengan P-arestin. yang terjadi di sel batang. Cahaya mengaktifkan retinal dan
Subunit a mengaktifkan cGMP fosfodiesterase, yang mengubah proses ini mengaktifkan transdusin sel kerucut, suatu protein G
cGMP menjadi 5’-GMP. cGMP normalnya bekerja langsung yang agak berbeda dari transdusin sel batang. Transdusin sel
pada kanal Na+ untuk mempertahankan kanal ini tetap terbuka kerucut pada gilirannya mengaktifkan fosfodiesterase, meng-
sehingga penurunan konsentrasi cGMP sitoplasma menyebab- atalisis perubahan cGMP menjadi 5’-GMP. Hal ini
kan sebagian kanal Na+ menutup. Hal ini menghasilkan menyebabkan tertutupnya kanal Na+ antara cairan ekstrasel dan
potensial hiperpolarisasi. Jenjang reaksi ini berlangsung sangat sitoplasma sel kerucut, penurunan konsentrasi Na+ intrasel, dan
cepat dan memperkuat sinyal cahaya Amplifikasi membantu hiperpolarisasi ujung sinaps sel kerucut.
BAB 9 Penglihatan 185

MELANOPSIN dengan sekitarnya eksitatorik (suatu “off-center” cell). Inhibisi


respons pusat oleh sekitar mungkin disebabkan oleh umpan-
Beberapa sel ganglion retina mengandung melanopsin dan balik inhibitorik dari satu fotoreseptor ke fotoreseptor lain yang
bukan rodopsin atau pigmen sel kerucut. Akson dari neuron- diperantarai oleh sel horizontal. Karena itu, pengaktifan
neuron ini berproyeksi ke nukleus suprakiasmatik hipotalamus, fotoreseptor-fotoreseptor sekitar oleh penambahan cincin
tempat akson-akson ini membentuk koneksi-koneksi yang memicu hiperpolarisasi sel horizontal, yang nantinya
mensinkronkan berbagai irama endokrin dan irama sirkadian menghambat respons fotoreseptor yang diaktifkan secara
lain dengan siklus gelap-terang (Bab 14). Jika gen untuk sentral. Inhibisi respons terhadap pencahayaan sentral oleh
melanopsin diinaktifkan, irama sirkadian yang berkaitan dengan peningkatan pencahayaan sekitar adalah contoh dari inhibisi
gelap-terang lenyap. Refleks cahaya pupil (dijelaskan di bawah) lateral—bentuk inhibisi yang pengaktifan suatu unit saraf
juga berkurang, dan refleks ini hilang jika sel batang dan sel tertentunya berkaitan dengan inhibisi aktivitas unit sekitar. Ini
kerucut juga diinaktifkan. Karena itu, sebagian dari respons pupil adalah suatu fenomena umum dalam sistem sensorik mamalia
dan semua respons sirkadian terhadap perubahan terang-gelap dan membantu mempertajam batas-batas rangsangan dan
dikendalikan oleh suatu sistem yang berbeda dari sel batang dan meningkatkan diskriminasi.
sel kerucut. Di retina terjadi tingkat pemrosesan masukan visual yang
cukup besar, terutama melalui sel amakrin. Sebagai contoh,
PEMROSESAN INFORMASI pergerakan suatu objek di dalam lapang pandang dipisahkan
PENGLIHATAN DI RETINA dari pergerakan latar yang disebabkan oleh perubahan pada
postur dan gerakan mata. Hal ini dibuktikan oleh perekaman
Dari satu segi, pemrosesan informasi penglihatan di retina dari neuron optik. Ketika suatu objek bergerak dengan
melibatkan pembentukan tiga bayangan. Bayangan pertama, kecepatan berbeda atau dalam arah berbeda daripada latar,
dibentuk oleh kerja cahaya pada fotoreseptor, diubah menjadi akan terbentuk suatu impuls. Namun, ketika objek bergerak
bayangan kedua di sel bipolar, dan hal ini kemudian diubah seperti latar, terjadi inhibisi dan tidak terbentuk sinyal nervus
menjadi bayangan ketiga di sel ganglion. Dalam pembentukan optikus.
bayangan kedua, sinyal mengalami perubahan oleh sel
horizontal, dan dalam pembentukan bayangan ketiga, sinyal
diubah oleh sel amakrin. Hanya sedikit terjadi perubahan dalam MEKANISME PEMBENTUKAN
pola impuls di korpus genikulatum lateral, sehingga bayangan BAYANGAN
ketiga mencapai korteks oksipitalis.
Suatu ciri dari sel bipolar dan sel ganglion (serta sel Mata mengubah energi dalam spektrum cahaya tampak
genikulatum lateral dan sel-sel di lapisan 4 korteks penglihatan) menjadi potensial aksi di nervus optikus. Panjang gelombang
adalah bahwa kedua sel ini berespons paling baik terhadap cahaya tampak berkisar dari sekitar 397 hingga 723 nm.
rangsangan kecil sirkular dan bahwa, di dalam medan reseptif Bayangan objek di lingkungan difokuskan ke retina. Berkas-
masing-masing, suatu cincin cahaya mengelilingi bagian tengah berkas cahaya yang mengenai retina menghasilkan potensial
(pencahayaan sekitar) mengantagonis respons terhadap titik di sel batang dan sel kerucut. Impuls-impuls yang berasal
sentral (Gambar 9–10). Bagian tengah dapat menjadi eksitatorik dari retina dihantarkan ke korteks serebri tempat impuls-
jika sekitarnya inhibitorik (suatu “on-center” cell) atau inhibitorik impuls ini menghasilkan sensasi penglihatan.

On-center field Off-center field


Cahaya Cahaya

Pencahayaan
sentral

Pencahayaan
sekitar

GAMBAR 9-10 Respons sel-sel ganglion retina terhadap cahaya dinyalakan atau dimatikan. Perhatikan bahwa dalam tiga dari
yang difokuskan pada bagian-bagian medan reseptif yang empat situasi, terjadi peningkatan lepas muatan ketika cahaya
ditunjukkan dalam warna putih. Di sebelah kanan dari tiap-tiap dipadamkan. (Diadaptasi dari Kuffler SW. Discharge patterns and functional
diagram medan reseptif digambarkan potensial aksi yang terekam organization of mammalian retina. J Neurophysiol 1953 Jan;16(1 ):37—68).
dari sebuah sel ganglion sebagai respons terhadap cahaya yang
186 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

PRINSIP-PRINSIP OPTIK fokus utama 0,25 m memiliki daya refraksi 1/0,25 atau 4 dioptri.
Mata manusia memiliki daya refraksi sekitar 60 dioptri saat
Berkas cahaya berbelok jika berjalan dari suatu medium dengan istirahat.
satu densitas ke medium dengan densitas berbeda, kecuali jika Pada mata, cahaya sebenarnya mengalami refraksi di per-
berkas tersebut jatuh tegak lurus terhadap pertemuan kedua mukaan anterior kornea dan di permukaan anterior dan
medium tersebut (Gambar 9–11). Berbeloknya berkas cahaya posterior lensa. Namun, proses refraksi dapat diperlihatkan
disebut refraksi dan merupakan mekanisme yang memungkin- secara diagramatis tanpa menimbulkan banyak kesalahan,
kan seseorang memfokuskan secara akurat bayangan ke retina. dengan menggambar berkas-berkas cahaya seolah-olah semua
Berkas-berkas cahaya sejajar yang mengenai sebuah lensa refraksi terjadi di permukaan anterior kornea (Gambar 9-11).
bikonveks dibelokkan ke satu titik (fokus utama, principal focus) Perlu dicatat bahwa bayangan retina terbalik. Hubungan
di belakang lensa. Fokus utama berada di sebuah garis yang reseptor-reseptor retina adalah sedemikian rupa sehingga sejak
melewati bagian tengah kelengkungan lensa, yaitu sumbu utama lahir setiap bayangan terbalik di retina akan dipandang sebagai
(principal axis). Jarak antara lensa dan fokus utama adalah jarak bayangan tegak dan diproyeksikan ke lapang pandang di sisi
fokus utama (principalfocal distance). Untuk tujuan praktis, berlawanan dari daerah retina yang dirangsang. Persepsi ini
berkas-berkas cahaya dari sebuah objek yang mengenai lensa sudah ada pada masa bayi dan bersifat bawaan. Jika bayangan
dari jarak lebih daripada 6 m (20 kaki) dianggap sejajar. Berkas- retina diputar ke arah yang tegak melalui pemakaian lensa
berkas dari sebuah objek yang berada lebih dekat daripada 6 m khusus, objek ini dilihat seolah-olah terbalik.
akan mengalami divergensi dan karenanya berfokus lebih di
belakang di sumbu utama dibandingkan dengan fokus utama.
Lensa bikonkaf menyebabkan berkas-berkas cahaya mengalami DEFEK UMUM PADA MEKANISME
divergensi (menyebar).
Kekuatan/daya refraksi paling besar jika kelengkungan lensa
PEMBENTUKAN BAYANGAN
lebih besar. Daya refraksi sebuah lensa biasanya diukur dalam Pada sebagian orang, bola mata lebih pendek daripada normal
dioptri, dengan jumlah dioptri adalah kebalikan dari jarak fokus dan berkas-berkas sejajar cahaya difokuskan di belakang retina.
utama dalam meter. Sebagai contoh, sebuah lensa dengan jarak Kelainan ini disebut hiperopia atau berpenglihatan jauh (rabun

A)

Kaca Udara
Refraksi
Sumber cahaya
berupa titik
Tidak ada refraksi

Refraksi

B)

b' a

a' b

GAMBAR 9-11 Memfokuskan berkas dari sumber cahaya diperlihatkan hanya di permukaan kornea (tempat refraksi terbesar)
berupa titik. A) Ketika berkas-berkas cahaya divergen masuk meskipun refraksi juga terjadi di lensa dan bagian lain. Cahaya datang
medium padat dengan membentuk sudut terhadap permukaan dari a (atas) dan b (bawah) dibelokkan dengan arah yang berlawanan,
konveks lensa, refraksi akan membelokkan berkas-berkas tersebut. menghasilkan b' yang terletak di atas a' di retina. (Dari WidmaierEP, Raff H,
B) Refraksi cahaya oleh sistem lensa. Agar lebih sederhana, refraksi Strang KT: Vander's Human Physiology, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).
BAB 9 Penglihatan 187

A) BOKS KLINIS 9-4


Penglihatan normal
(objek jau terlihat jelas)
Strabismus & Ambliopia
Strabismus adalah ketidakpaduan (misalignment) mata dan
salah satu masalah mata tersering pada anak, mengenai sekitar
Miopia 4% anak berusia kurang dari 6 tahun. Keadaan Ini ditandai oleh
(bola mata terlalu panjang) satu atau kedua mata mengarah ke dalam (esotropia), ke luar
(eksotropia), ke atas, atau ke bawah. Pada sebagian kasus,
terdapat lebih dari satu kondisi-kondisi ini. Strabismus juga
sering disebut "wandering eye" atau “crossed-eyes" (juling). Hal
ini menyebabkan bayangan penglihatan yang tidak jatuh di titik-
titik retina yang sesuai. Ketika bayangan penglihatan secara
Miopia terkoreksi kronis jatuh di titik-titik non-korespondensinya di kedua retina
pada anak, salah satu mata akan mengalami penekanan
(skotoma supresi). Penekanan ini adalah suatu fenomena
korteks, dan hal ini biasanya tidak terjadi pada masa dewasa.
Pada anak yang terkena, terapi perlu diberikan sebelum usia 6
tahun karena jika supresi berlanjut, hilangnya ketajaman
B) penglihatan di mata yang menghasilkan bayangan yang
tertekan tersebut akan permanen. Penekanan serupa yang
Penglihatan normal diikuti oleh hilangnya secara permanen ketajaman penglihatan
(objek dekat terlihat jelas) dapat terjadi pada anak yang penglihatan di satu matanya kabur
atau terdistorsi karena kelainan refraksi. Hilangnya penglihatan
dalam kasus ini disebut ambliopia eks anopsia, suatu istilah
yang merujuk ke hilangnya ketajaman penglihatan yang tidak
dapat dikoreksi dan tidak secara langsung disebabkan oleh
Hiperopia penyakit organik pada mata. Biasanya, anak yang terkena
(bola mata terlalu pendek) memiliki satu mata dengan penglihatan kurang dan satu mata
dengan penglihatan normal. Kondisi ini mengenai sekitar 3%
dari populasi umum. Ambliopia juga disebut sebagai "mata
malas" (lozy eyes), dan hal ini sering terdapat bersama dengan
strabismus.
Hiperopia terkoreksi

KIAT TERAPEUTIK
Atropin (suatu antagonis reseptor muskarinik koli-nergik)
dan miotika seperti ekotiopat iodida dapat diberikan ke
GAMBAR 9-12 Defek umum sistem optis mata. A) Pada miopia mata untuk mengoreksi strabismus dan ambliopia.
(berpenglihatan dekat), bola mata terlalu panjang dan berkas cahaya Atropin akan mengaburkan penglihatan di mata yang
terfokus di depan retina. Meletakkan sebuah lensa bikonkaf di depan mata baik untuk memaksa penderita yang bersangkutan
menyebabkan berkas-berkas cahaya sedikit divergen sebelum mengenai menggunakan mata yang lebih lemah. Pelatihan otot
mata, sehingga berkas-berkas tersebut dapat difokuskan di retina. B) Pada mata melalui terapi penglihatan optometrikjuga terbukti
hiperopia (berpenglihatan jauh), bola mata terlalu pendek dan berkas bermanfaat, bahkan pada pasien yang berusia di atas 17
cahaya datang terfokus di belakang retina. Sebuah lensa bikonveks tahun. Beberapa jenis strabismus dapat dikoreksi dengan
mengoreksi hal ini dengan meningkatkan daya refraksi lensa mata. (Dari
Widmaier EP, Raff H, Strang KT. Vander's Human Physiology, 11th ed. McGraw-Hill, 2008). pemendekan sebagian otot mata melalui pembedahan,
dengan latihan otot mata, dan dengan pemakaian
kacamata dengan prisma yang membelokkan berkas
dekat) (Gambar 9–12). Akomodasi yang terus-menerus, bahkan cahaya secukupnya untuk mengompensasi posisi bola
ketika melihat objek jauh, dapat secara parsial mengompensasi mata yang abnormal. Namun, defek ringan pada persepsi
defek, tetapi kerja otot yang berkepanjangan melelahkan dan kedalaman (depth perception) akan tetap ada.
dapat menyebabkan nyeri kepala dan penglihatan kabur. Diperkirakan bahwa defek kongenital pada mekanisme
Konvergensi berkepanjangan sumbu-sumbu penglihatan yang penelusuran penglihatan (visual tracking mechanism)
berkaitan dengan akomodasi akhirnya dapat menyebabkan dapat menyebabkan strabismus dan gangguan persepsi
strabismus (Boks Klinis 9–4). Defek dapat diperbaiki dengan kedalaman. Pada bayi monyet, penutupan satu mata
pemakaian kacamata dengan lensa konveks, yang membantu dengan tempelan selama 3 bulan menyebabkan
daya refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus. hilangnya kolom-kolom dominansi okular; masukan dari
mata yang masih aktif menyebar untuk mengambil alih
Pada miopia (berpenglihatan dekat, rabun jauh), garis
semua sel korteks, dan mata yang tertutup menjadi buta
tengah anteroposterior bola mata terlalu panjang (Gambar 9-12).
secara fungsional. Perubahan setara dapat terjadi pada
Miopia dikatakan memiliki asal genetik. Namun, terdapat anak dengan strabismus.
korelasi positif antara tidur dengan kamar terang sebelum usia 2
tahun dan terjadinya miopia di kemudian hari. Karena itu,
188 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

bentuk mata tampaknya sebagian ditentukan oleh refraksi yang


disajikan kepadanya. Pada orang dewasa muda kerja dekat yang
ekstensif, misalnya belajar, mempercepat terjadinya miopia.
Defek ini dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa bikonkaf,
yang menyebabkan berkas cahaya sejajar sedikit menyebar
sebelum mengenai mata.
Astigmatisme adalah kelainan umum yang ditandai dengan
kelengkungan kornea yang tidak seragam. Jika kelengkungan di
satu meridian berbeda dari kelengkungan di meridian lain,
berkas cahaya di meridian tersebut akan di-refraksikan ke fokus GAMBAR 9-13 Akomodasi. Garis tidak terputus mencerminkan
yang berbeda, sehingga bayangan retina di bagian tersebut kabur. bentuk lensa, iris, dan korpus siliare saat istirahat, dan garis terputus-
Defek serupa dapat ditimbulkan jika lensa terdorong keluar dari putus mencerminkan bentuk selama akomodasi. Ketika pandangan
diarahkan ke objek dekat, muskulus siliaris berkontraksi. Proses ini
tempatnya atau kelengkungan lensa tidak seragam, tetapi
mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliare dan melemaskan
kondisi-kondisi ini jarang dijumpai. Astigmatisme biasanya ligamentum lensa, dan lensa menjadi lebih cembung. (Dari Waxman SG:
dapat diperbaiki dengan lensa silindris yang diletakkan ClinicalNeuroanatomy, 26th ed. McGraw-Hill, 2010).
sedemikian rupa sehingga lensa tersebut menyetarakan refraksi
di semua meridian.

AKOMODASI REFLEKS CAHAYA PUPIL


Ketika muskulus siliaris berelaksasi, berkas-berkas cahaya Ketika cahaya diarahkan ke salah satu mata, pupil berkonstriksi
sejajar yang mengenai mata normal secara optik (emetropik) (respons cahaya langsung). Pupil di mata yang lain juga
akan difokuskan di retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, berkonstriksi (respons cahaya konsensual). Serat-serat saraf optik
berkas-berkas dari objek yang terletak kurang dari 6 m dari yang membawa impuls yang memicu refleks pupil ini
pengamat akan difokuskan di belakang retina, dan akibatnya meninggalkan traktus optikus dekat korpus genikulatum lateral.
objek tampak kabur. Masalah pembelokan berkas-berkas Di kedua sisi, serat-serat saraf ini masuk ke otak tengah melalui
cahaya divergen dari objek dekat untuk difokuskan di retina brakium kolikulus superior dan berakhir di nukleus pretektalis.
dapat dipecahkan dengan meningkatkan jarak antara lensa Dari nukleus ini, serat-serat saraf ber-proyeksi ke nukleus
dan retina atau dengan meningkatkan kelengkungan atau daya Edinger-Westphal ipsilateral dan kon-tralateral yang
refraksi lensa. Pada ikan bertulang, masalah ini diatasi dengan mengandung neuron parasimpatis praganglion di dalam nervus
meningkatkan panjang bola mata, suatu solusi yang analog
dengan cara bayangan objek yang terletak kurang dari 6 m
difokuskan ke film sebuah kamera dengan menggerakkan
lensa menjauhi film. Pada mamalia, masalah ini dipecahkan
dengan meningkatkan kelengkungan lensa.
BOKS KLINIS 9-5
Proses bagaimana kelengkungan lensa ditingkatkan disebut
akomodasi. Saat istirahat, lensa dipertahankan dalam posisi
tegang oleh ligamentum-ligamentum lensa. Karena bahan lensa Akomodasi & Penuaan
bersifat lentur dan kapsul lensa memiliki elastisitas signifikan, Akomodasi adalah suatu proses aktif, memerlukan kerja
lensa tertarik ke suatu bentuk yang menggepeng. Jika pandangan otot, dan karenanya dapat menyebabkan kelelahan. Karena
diarahkan ke objek dekat, muskulus siliaris akan berkontraksi. memang, muskulus siliaris adalah salah satu otot tubuh yang
Hal ini mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliare dan paling sering digunakan. Tingkat penambahan kelengkungan
melemaskan ligamentum lensa sehingga lensa berubah bentuk lensa terbatas, dan berkas cahaya dari sebuah objek yang
menjadi lebih cembung (konveks) (Gambar 9–13). Perubahan sangat dekat tidak dapat difokuskan di retina, bahkan
paling besar di permukaan anterior lensa. Pada orang berusia dengan upaya paling besar.Titikterdekat ke mata di mana
muda, perubahan bentuk ini dapat menambahkan hingga 12 suatu objek masih dapat difokuskan secara jelas oleh
dioptri ke daya refraksi mata. Relaksasi ligamentum lensa yang akomodasi disebut titik dekat penglihatan (near point of
ditimbulkan oleh kontraksi muskulus siliaris sebagian vision). Titik dekat memanjang seumur hidup, mula-mula
disebabkan oleh efek serat-serat otot sirkular mirip-sfingter di secara perlahan dan kemudian secara cepat seiring dengan
korpus siliare dan sebagian oleh kontraksi serat-serat otot bertambahnya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun
longitudinal yang melekat ke anterior, dekat taut korneosklera. menjadi sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Penurunan ini
Sewaktu serat-serat ini berkontraksi, seluruh korpus siliare terutama disebabkan oleh meningkatnya kekerasan lensa,
tertarik ke depan dan ke dalam. Gerakan ini membawa tepi-tepi sehingga akomodasi berkurang akibat terus merosotnya
korpus siliare saling mendekati. Perubahan dalam akomodasi kemampuan penambahan kelengkungan lensa. Pada saat
seiring usia dijelaskan di Boks Klinis 9–5 . orang normal mencapai usia 40-45 tahun, berkurangnya
akomodasi biasanya sudah cukup untuk menyulitkan yang
Selain akomodasi, sumbu penglihatan berkonvergensi dan
bersangkutan membaca atau bekerja dekat. Keadaan ini,
pupil berkonstriksi ketika seseorang melihat objek dekat.
yang dinamai presbiopia, dapat dikoreksi dengan kacamata
Respons tiga bagian ini—akomodasi, konvergensi sumbu
berlensa konveks.
penglihatan, dan konstriksi pupil—disebut respons dekat.
BAB 9 Penglihatan 189

okulomotorius. Neuron-neuron ini berakhir di ganglion siliare dan separuh temporal dari yang lain bersinaps di sel-sel yang
tempat asal saraf pascaganglion yang berproyeksi ke muskulus aksonnya membentuk traktus genikulokal-karina. Traktus ini
siliaris. Jalur ini terletak dorsal dari jalur untuk respons dekat. berjalan ke lobus oksipitalis korteks serebri. Efek dari lesi-lesi di
Karena itu, respons cahaya kadang hilang ketika respons jalur ini pada fungsi penglihatan akan dibahas di bawah.
terhadap akomodasi masih utuh (pupil Argyll Robertson). Salah Beberapa akson sel ganglion memintas nukleus geniku-
satu penyebab kelainan ini adalah sifilis SSP, tetapi pupil Argyll latum lateral (lateral geniculate nucleus, LGN) untuk ber-
Robertson juga dijumpai pada penyakit lain yang menyebabkan proyeksi langsung ke daerah pratektum; jalur ini memperantarai
lesi selektif di otak tengah. refleks cahaya pupil dan gerakan mata. Korteks frontalis juga
berkaitan dengan gerakan mata dan khususnya gerakan halus.
RESPONS DI JALUR & KORTEKS Lapang pandang frontal bilateral di bagian korteks ini berkaitan
dengan kontrol gerakan sakade, dan daerah tepat anterior dari
PENGLIHATAN daerah-daerah ini berkaitan dengan vergensi serta respons dekat.
Daerah-daerah otak yang diaktifkan oleh rangsangan
JALUR SARAF penglihatan telah diteliti pada monyet dan manusia dengan
Akson-akson dari sel ganglion berjalan ke kaudal di nervus positron emission tomograpby (PET) dan teknik pencitraan
optikus dan traktus optikus untuk berakhir di korpus lainnya. Pengaktifan terjadi tidak saja di lobus oksipitalis tetapi
genikulatum lateral di talamus (Gambar 9–14 ). Serat-serat dari juga di bagian-bagian korteks temporal inferior, korteks
masing-masing hemiretina nasal bersilangan di kiasma optikum. parietal posteroinferior, bagian-bagian lobus frontalis, dan
Di korpus genikulatum, serat-serat dari separuh nasal satu retina amigdala. Struktur subkorteks yang diaktifkan lateral adalah

Lapang pandang Lapang


temporal pandang KIRI KANAN
nasal
A
MATA MATA
KIRI KANAN

B
Sel
ganglion B Nervus
optikus
A C
Kiasma optikum

Regio
C praktekum D
Traktus
optikus

Korpus
genikulatum
laterale
Traktus genikulo-
kalkarina

Korteks oksipital

GAMBAR 9-14 Jalur penglihatan. Pemotongan jalur di lokasi tersebut (A). Lesi di salah satu traktus optikus menyebabkan
yang ditunjukkan oleh huruf menyebabkan defek lapang pandang kebutaan di separuh lapang pandang (C) dan disebut hemianopia
seperti diperlihatkan pada diagram di kanan. Serat-serat dari (buta separuh) homonimus (sisi yang sama pada lapang pandang).
separuh nasal tiap-tiap retina bersilangan di kiasma optikum Lesi yang mengenai kiasma optikum merusak serat-serat dari kedua
sehingga serat-serat di traktus optikus berasal dari separuh hemiretina nasal dan menyebabkan hemianopia heteronimus (sisi
temporal satu retina dan separuh nasal retina yang lain. Lesi yang yang berlawanan pada lapang pandang) (B). Lesi oksipital dapat tidak
mengganggu satu nervus optikus menyebabkan kebutaan di mata mengenai serat dari makula (seperti pada D) karena pemisahan
serat-serat ini dari serat-serat lain di otak membantu penglihatan.
190 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

menambahkan respons-respons dari berbagai jenis sel kerucut


dan berkaitan dengan gerakan dan stereopsis. Jenis lain adalah
Nervus sel ganglion kecil (sel parvo, atau P), yang mengurangi masukan
optikus dari satu jenis sel kerucut dari masukan sel lain dan berkaitan
Kiasma dengan warna, tekstur, dan bentuk. Sel ganglion M berproyeksi
optikum ke bagian magnoselular korpus genikulatum lateral, sementara
sel ganglion P berproyeksi ke bagian parvoselular. Dari LGN,
jalur magnoselular dan jalur parvoselular berproyeksi ke korteks
Nukleus genikulatum penglihatan. Jalur magnoselular, dari lapisan 1 dan 2, membawa
lateral sinyal untuk mendeteksi gerakan, kedalaman, dan getaran. Jalur
Traktus C
optikus I
Dorsal parvoselular, dari lapisan 3-6, membawa sinyal untuk
penglihatan warna, tekstur, bentuk, dan detil halus. Sel ganglion
C
bistratifikasi medan-kecil mungkin berperan dalam penglihatan
I warna dan membawa informasi panjang gelombang pendek
I (biru) ke zona intralaminar LGN.
C
6 Sel-sel di regio interlaminar LGN juga menerima
5
Ventral 4 masukan dari sel ganglion P, mungkin melalui dendrit sel
3 interlaminar yang menembus lapisan parvoselular. Sel-sel ini
1 2
Jalur Jalur berproyeksi melalui suatu komponen terpisah jalur P ke
magnoselular parvoselular blobs di korteks penglihatan.

EFEK LESI DI JALUR OPTIK


Korteks penglihatan
Lesi di sepanjang jalur penglihatan dapat dilokalisasikan dengan
primer (daerah 17) tingkat keakuratan tinggi oleh efek yang dihasilkan oleh lesi ini
pada lapang pandang. Serat-serat dari separuh nasal masing-
GAMBAR 9-15 Proyeksi sel ganglion dari hemiretina kanan masing retina bersilangan di kiasma optikum, sehingga serat-
masing-masing mata ke korpus genikulatum lateral kanan dan dari serat di traktus optikus adalah serat yang berasal dari separuh
nukleus ini ke korteks penglihatan primer kanan. Perhatikan enam temporal satu retina dan separuh nasal retina yang lain. Dengan
lapisan genikulatum. Sel ganglion P berproyeksi ke lapisan 3-6, dan sel
kata lain, masing-masing traktus optikus melayani separuh
ganglion M berproyeksi ke lapisan 1 dan 2. Mata ipsilateral (I) dan
kontralateral (C) berproyeksi ke lapisan-lapisan secara bergantian. Sel- lapang pandang. Karena itu, lesi yang mengganggu satu nervus
sel daerah interlaminar, yang berproyeksi melalui komponen terpisah optikus menyebabkan kebutaan di mata tersebut, tetapi lesi di
jalur P ke blobs di korteks penglihatan, tidak diperlihatkan. (Dimodifikasi satu traktus optikus menyebabkan kebutaan di separuh lapang
dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM [editor]: Principles of Neural Science, 4,h ed. pandang (Gambar 9-14). Defek ini diklasifikasikan sebagai
McGraw-Hill, 2000).
hemianopia (buta separuh) homonim (sisi yang sama pada
kedua lapang pandang).
Lesi yang mengenai kiasma optikum, misalnya tumor
kolikulus superior, pulvinar, nukleus kaudatus, putamen, dan
hipofisis yang membesar keluar sela tursika, menyebabkan
klaustrum.
kerusakan serat-serat dari kedua hemiretina nasal dan
Akson-akson dari sel ganglion retina memproyeksikan
menyebabkan hemianopia heteronim (sisi berlawanan pada
representasi spasial terinci retina di korpus genikulatum lateral.
kedua lapang pandang). Karena serat-serat dari makula
Masing-masing korpus genikulatum lateral mengandung enam
terletak di sebelah posterior di kiasma optikum, skotoma
lapisan yang jelas (Gambar 9–15). Lapisan 3-6 memiliki sel kecil
hemianopia terjadi sebelum penglihatan di kedua hemiretina
dan disebut parvoselular, sementara lapisan 1 dan 2 memiliki sel
hilang total. Defek lapang pandang selektif diklasifikasikan
besar dan disebut magnoselular. Di masing-masing sisi, lapisan
lebih lanjut menjadi bitemporal, binasai, dan kanan atau kiri.
1, 4, dan 6 menerima masukan dari mata kontralateral,
sementara lapisan 2, 3, dan 5 menerima masukan dari mata Serat-serat nervus optikus dari kuadran atas retina yang
ipsilateral. Di masing-masing lapisan, terdapat representasi melayani penglihatan di separuh bawah lapang pandang
retina titik-demi-titik yang penuh ketepatan, dan keenam lapisan berakhir di separuh medial korpus genikulatum lateral,
begitu tertata sehingga di sepanjang garis yang tegak lurus sementara serat-serat dari kuadran bawah retina berakhir di
terhadap lapisan, medan reseptif masing-masing sel di setiap separuh lateral. Serat-serat genikulokalkarina dari separuh
lapisan hampir identik. Perlu dicatat bahwa hanya 10-20% dari medial korpus genikulatum lateral berakhir di bibir superior
masukan ke LGN berasal dari retina. Masukan-masukan besar fisura kalkarina, dan yang dari separuh lateral berakhir di
juga datang dari korteks penglihatan dan regio otak lainnya. Jalur bibir inferior. Selain itu, serat-serat dari korpus genikulatum
umpan-balik dari korteks penglihatan terbukti berperan dalam lateral yang melayani penglihatan makular terpisah dari serat
pemrosesan penglihatan yang berkaitan dengan persepsi yang melayani penglihatan perifer dan berakhir lebih
orientasi dan gerakan. posterior di bibir fisura kalkarina (Gambar 9–16). Karena
Terdapat beberapa tipe sel ganglion retina. Sel-sel ini susunan anatomi ini, lesi di lobus oksipitalis dapat
mencakup sel ganglion besar (sel magno, atau M), yang menimbulkan defek lapang pandang kuadrantik diskret
BAB 9 Penglihatan 191

Kuadran perifer lapisan 4C. Banyak dari akson yang membentuk jalur
atas retina parvoselular juga berakhir di lapisan 4C. Namun, akson-akson
Kuadran
dari regio interlaminar berakhir di lapisan 2 dan 3.
atas Lapisan 2 dan 3 korteks mengandung kelompok-kelompok
makula sel bergaris tengah sekitar 0,2 mm yang, tidak seperti sel-sel
sekitar, mengandung banyak enzim mitokondria sitokrom
Kuadran
bawah oksidase. Kelompok-kelompok ini dinamai blobs dan tersusun
makula dalam suatu mosaik di korteks penglihatan dan berkaitan
Kuadran perifer dengan penglihatan warna. Namun, jalur parvoselular juga
bawah retina membawa data oponen warna ke bagian dalam lapisan 4.
Seperti sel ganglion, neuron genikulatum lateral dan neuron
GAMBAR 9-16 Pandangan medial hemisferium serebri kanan di lapisan 4 korteks penglihatan berespons terhadap rangsangan
manusia yang memperlihatkan proyeksi retina pada korteks
penglihatan primer dikorteks oksipitalis disekitar fisura kalkarina. di medan reseptifnya dengan on center dan sekitar inhibitorik
Serat-serat genikulokalkarina dari separuh medial korpus genikulatum atau ojf center dan sekitar eksitatorik. Sebuah palang cahaya yang
lateral berakhir di bibir superior fisura kalkarina, dan yang dari separuh menutupi bagian tengah merupakan rangsangan efektif bagi
lateral berakhir di bibir inferior. Serat-serat dari korpus genikulatum kedua neuron tersebut karena cahaya itu merangsang bagian
lateral yang menghantarkan kembali penglihatan makula terpisah dari tengah secara keseluruhan sementara sekitarnya relatif sedikit.
yang menghantarkan kembali penglihatan perifer dan berakhir lebih
posterior di bibir fisura kalkarina. Namun, palang tidak memiliki orientasi khusus dan, sebagai
suatu rangsangan, sama efektifnya pada semua sudut.
Respons neuron di lapisan lain korteks penglihatan sangat
(kuadran atas dan bawah dari masing-masing separuh lapang berbeda. Apa yang dinamai sel sederhana (simple cell) berespons
pandang). terhadap palang, garis, atau tepi cahaya, tetapi hanya jika
Macular sparing, yaitu hilangnya penglihatan perifer orientasinya tertentu. Jika, sebagai contoh, palang cahaya diputar
sementara penglihatan makular utuh, juga sering terjadi pada lesi hanya 10° dari orientasi optimal, lepas muatan sel-sel sederhana
oksipital (Gambar 9-14) karena representasi makula terpisah dari biasanya berkurang, dan jika rangsangan diputar lebih jauh,
representasi lapang pandang perifer dan sangat besar relatif respons lenyap. Juga terdapat sel kompleks, yang mirip sel
terhadap lapang pandang perifer. Karena itu, lesi di korteks sederhana dalam memerlukan orientasi khusus rangsangan
oksipitalis harus cukup luas untuk dapat merusak penglihatan linier, tetapi kurang bergantung pada lokasi rangsangan di
makular dan perifer. Kerusakan bilateral korteks oksipitalis pada lapang pandang dibandingkan dengan sel sederhana dan sel-sel
manusia menyebabkan kebutaan subjektif. Namun, terdapat di lapisan 4. Sel-sel kompleks sering berespons secara maksimal
blind-sight yang signifikan, yaitu respons residual terhadap ketika suatu rangsangan linier digerakkan ke lateral tanpa diubah
rangsangan penglihatan meskipun respons tersebut tidak orientasinya. Sel-sel ini mungkin menerima masukan dari sel-sel
mencapai kesadaran. Sebagai contoh, ketika para individu ini sederhana.
diminta untuk menebak di mana letak rangsangan sewaktu Korteks penglihatan, seperti korteks somatosensorik,
perimetri, mereka berespons dengan keakuratan yang jauh lebih tersusun dalam kolom-kolom vertikal yang berkaitan dengan
besar daripada yang dapat dijelaskan hanya oleh kebetulan. orientasi (kolom orientasi). Masing-masing bergaris tengah
Mereka juga mampu membedakan secara cukup baik gerakan, sekitar 1 mm. Namun, preferensi orientasi kolom-kolom sekitar
kelap-kelip, orientasi, dan bahkan warna. Pembiasan respons berbeda secara sistematis; ketika kita berpindah dari satu kolom
serupa dapat dihasilkan oleh rangsangan di daerah buta pada ke kolom lain sepanjang korteks, terjadi perubahan sekuensial
pasien dengan hemianopia akibat lesi di korteks penglihatan. dalam preferensi orientasi sebesar 5-10°. Karena itu, untuk setiap
Serat-serat ke regio pratektum yang melayani refleks pupil medan reseptif sel ganglion di lapang pandang, kemungkinan
yang dihasilkan oleh penyinaran terhadap mata meninggalkan terdapat satu kumpulan kolom di suatu daerah kecil korteks
traktus optikus di dekat korpus genikulatum. Karena itu, penglihatan yang mencerminkan orientasi-orientasi dengan
kebutaan yang disertai oleh utuhnya refleks cahaya pupil biasanya interval kecil di keseluruhan 360°. Sel-sel sederhana dan
disebabkan oleh lesi bilateral kaudal dari traktus optikus. kompleks diberi nama feature detector karena sel-sel ini
berespons dan menganalisis fitur-fitur tertentu dari rangsangan.
KORTEKS PENGLIHATAN PRIMER Feature detector juga terdapat di daerah-daerah korteks untuk
Daerah penerima penglihatan primer (korteks penglihatan modalitas sensorik lain.
primer; juga dikenal sebagai VI) terletak terutama di samping Kolom-kolom orientasi dapat dipetakan dengan bantuan 2-
fisura kalkarina (Gambar 9-16). Seperti akson-akson sel ganglion deoksiglukosa radioaktif. Penyerapan turunan glukosa ini setara
yang memproyeksikan representasi spasial retina terinci di dengan aktivitas neuron. Ketika teknik ini diterapkan pada
korpus genikulatum lateral, korpus genikulatum lateral itu hewan percobaan yang diberi rangsangan penglihatan misalnya
sendiri memproyeksikan representasi titik-demi-titik serupa di garis-garis vertikal, otak memperlihatkan suatu susunan luar
korteks penglihatan primer. Di korteks penglihatan, banyak sel biasa dari kolom-kolom orientasi yang melengkung, tetapi
saraf berkaitan dengan setiap serat yang datang. Seperti bagian berjarak teratur di daerah yang luas pada korteks penglihatan.
neokorteks lainnya, korteks penglihatan memiliki enam lapisan. Gambaran lain korteks penglihatan adalah adanya kolom
Akson-akson dari LGN yang membentuk jalur magnoselular dominan okular. Sel-sel genikulatum dan sel-sel di lapisan 4
berakhir di lapisan 4, secara spesifik di bagian yang paling dalam, menerima masukan hanya dari satu mata, dan sel-sel lapisan 4
192 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

preferensi orientasi. Namun, sel-sel ini berbeda dalam


kekuatan, sehingga antara sel-sel yang seluruh masukannya
berasal dari mata ipsilateral atau kontralateral, terdapat suatu
spektrum sel-sel yang dipengaruhi oleh kedua mata dengan
derajat berbeda.
Karena itu, korteks penglihatan primer memisahkan
informasi tentang warna dari informasi mengenai bentuk
dan gerakan, mengombinasikan masukan dari kedua mata,
dan mengubah dunia penglihatan menjadi segmen-segmen
garis pendek dengan berbagai orientasi.

DAERAH KORTEKS LAIN YANG


5 mm
BERKAITAN DENGAN PENGLIHATAN
GAMBAR 9-17 Rekonstruksi kolom dominasi okular di suatu Seperti disebutkan di atas, korteks penglihatan primer (VI)
subdivisi lapisan 4 pada sebagian dari korteks penglihatan kanan berproyeksi ke banyak bagian lain di lobus oksipitalis dan
seekor monyet rhesus. Garis-garis hitam mencerminkan satu mata, bagian-bagian lain otak. Bagian-bagian ini sering diidentifikasi
garis-garis putih dari mata yang lain. (Direproduksi, dengan izin, dari LeVay S, oleh angka (V2, V3, dstnya) atau huruf (LO, MT, dsbnya).
Hubei DH, Wiesel TN: The pattern of ocular dominance columns in macaque visual
cortex revealed by a reduced silver stain. J Comp Neurol 1975;159:559).
Distribusi sebagian dari ini di otak manusia diperlihatkan di
Gambar 9–18, dan perkiraan fungsinya tercantum di Table 9–1.
Studi-studi terhadap bagian ini telah dilakukan pada monyet
bergantian dengan sel-sel yang menerima masukan dari mata yang dilatih untuk melakukan berbagai tugas dan kemudian
yang lain. Jika sejumlah besar asam amino radioaktif disuntikkan dipasangi mikroelektroda. Selain itu, ketersediaan pemindaian
ke dalam satu mata, asam amino akan diserap ke dalam protein dengan PET dan functional magnetic resonance imaging (fMRI)
dan diangkut melalui aliran aksoplasma ke terminal sel ganglion, memungkinkan kita melakukan eksperimen-eksperimen
melewati sinaps-sinaps genikulatum, dan di sepanjang serat canggih pada pengenalan visual dan fungsi penglihatan korteks
genikulokalkarina ke korteks penglihatan. Di lapisan 4, ujung- lainnya pada orang normal dalam keadaan sadar. Proyeksi visual
ujung berlabel dari mata yang mendapat suntikan bergantian dari V1 dapat secara kasar dibagi menjadi jalur dorsal atau
dengan ujung-ujung tak-berlabel dari mata yang tidak diberi asam parietal, yang terutama berkenaan dengan gerakan, dan jalur
amino. Hasilnya, jika dilihat dari atas, adalah pola jelas garis-garis ventral atau temporal, yang berkenaan dengan bentuk dan
yang menutupi sebagian besar korteks penglihatan ( Gambar 9– pengenalan wajah. Selain itu, koneksi-koneksi ke daerah sensorik
17 ) serta terpisah dan independen dari kisi kolom orientasi. merupakan hal penting. Sebagai contoh, di korteks oksipitalis,
Sekitar separuh dari sel sederhana dan sel kompleks menerima respons penglihatan terhadap sebuah objek akan lebih baik jika
masukan dari kedua mata. Masukan ini identik atau nyaris objek tersebut dirasakan pada saat yang sama. Terdapat banyak
demikian dari segi bagian lapang pandang yang terlibat dan koneksi relevan lain ke sistem lain.

Lobus parietalis
Lobus oksipitalis

V7
V7 V3A
MT/V5 V3A V3

LO V3 V1
V2 V2

V1 VP
V4v
V8
VP
V4v
V8
Serebelum

GAMBAR 9-18 Sebagian dari daerah utama di otak manusia tempat proyeksi korteks penglihatan primer (V1). Dilihat dari lateral dan
medial. LO, oksipitalis lateral; MT, temporalis medial; VP, parietalis ventral. Lihat juga Tabel 9-1. (Dimodifikasi dari Logothetis N: Vision: A window on
consciousness.SciAm[Nov]1999;281:69-75).
BAB 9 Penglihatan 193

TABEL 9–1 Fungsi daerah proyeksi penglihatan di BOKS KLINIS 9-6


otak manusia.
V1 Korteks penglihatan utama; menerima masukan
dari nukleus genikulatum lateral, memulai Buta Warna
pemrosesan dari segi orientasi, tepi, dsbnya Tes paling umum untuk buta warna adalah dengan
menggunakan bagan Ishihara, yaitu lempeng-lempeng berisi
V2, V3, VP Pemrosesanberlanjut,lapangpandanglebihbesar
gambaryang terbuat dari bulatan-bulatan berwarna dengan
V3A Gerakan latar belakang bulatan-bulatan serupa yang juga berwarna.
Gambar sengaja dibuat dari warna-warna yang akan terlihat
V4v Tidak diketahui
sama seperti warna latar oleh orang yang buta warna.
MT/V5 Gerakan; kontrol gerakan Sebagian dari orang buta warna tidak mampu membedakan
LO Pengenalan objek besar
warna tertentu, sementara yang lain hanya mengalami
kelemahan warna (color weakness). Awalan "prot-",
V7 Tidak diketahui "deuter-", dan "trit-" masing-masing merujuk ke defek sistem
V8 Penglihatan warna
sel kerucut merah, hijau, dan biru. Orang dengan penglihatan
warna normal disebut trikromat. Dikromat adalah orang yang
LO, oksipitalis lateral; MT, temporalis medial; VP, parietalis ventral. Dimodifikasi dari hanya memiliki dua sistem sel kerucut; mereka mungkin
Logothetis N: Vision: a window on consciousness. Sci Am [Nov] 1999;281:69-75. mengidap protanopia, deu-teranopia, atau tritanopia.
Monokromat hanya memiliki satu sistem sel kerucut.
Dikromat dapat mencocokkan spektrum warnanya dengan
Telah jelas dari paragraf-paragraf sebelumnya bahwa mencampurkan kedua warna primer saja, dan monokromat
informasi penglihatan diproses secara paralel di banyak jalur. mencocokkan spektrum warnanya dengan memvariasikan
Dengan suatu cara yang belum diketahui, semua informasi intensitas satu warna saja. Gangguan penglihatan warna
akhirnya dipadukan menjadi apa yang kita alami sebagai terdapat sebagai kelainan herediter pada orang-orang
bayangan penglihatan sadar. Kaukasia pada sekitar 8% pria dan 0,4% wanita. Tritanopia
jarang dijumpai dan tidak memperlihatkan perbedaan jenis
PENGLIHATAN WARNA kelamin. Namun, sekitar 2% pria buta warna adalah dikromat
yang mengalami protanopia atau deuteranopia, dan sekitar
6% adalah trikromat anomali yaitu pigmen peka-merah atau
Warna memiliki tiga atribut; hue, intensitas, dan saturasi peka-hijau memperlihatkan pergeseran sensitivitas
(derajat kebebasan dari pengenceran dengan putih). Untuk spektrum. Kelainan-kelainan ini diwariskan sebagai
setiap warna terdapat warna komplementer yang, jika karakteristik resesif dan terkait-X. Buta warna terdapat pada
dicampurkan dengan benar, akan menghasilkan sensasi warna pria jika kromosom X memiliki gen yang abnormal. Wanita
putih. Hitam adalah sensasi yang dihasilkan oleh tidak adanya memperlihatkan defek hanya jika kedua kromosom X
cahaya, tetapi mungkin merupakan sensasi positif karena mata mengandung gen abnormal. Namun, anak perempuan dari
yang buta tidak “melihat hitam”; mata yang buta lebih ke arah pria dengan buta warna terkait-X adalah pembawa sifat buta
“melihat kekosongan”. warna dan mewariskan cacat tersebut ke separuh anak laki-
Pengamatan lain tentang hal utama adalah pembuktian lakinya. Karena itu, buta warna terkait-X tidak muncul di
bahwa sensasi putih, setiap spektrum warna, dan bahkan warna setiap generasi dan muncul pada pria setiap generasi kedua.
Buta warna juga dapat terjadi pada orang dengan lesi di
di luar spektrum, ungu, dapat dihasilkan dengan mencampurkan
daerah V8 korteks penglihatan karena regio ini pada manusia
berbagai proporsi sinar merah (panjang gelombang 723-647
tampaknya secara unik berkenaan dengan penglihatan
nm), sinar hijau (575-492 nm), dan sinar biru (492-450 nm). warna. Defisit ini disebut akromatopsia. Kelemahan transien
Karena itu, merah, hijau, dan biru disebut warna primer. Hal warna biru-hijau terjadi sebagai efek samping pada orang
ketiga yang penting adalah bahwa warna yang dipersepsikan yang menggunakan sildenafil (Viagra) untuk mengobati
sebagian bergantung pada warna objek-objek lain di lapang disfungsi ereksi karena obat ini menghambat fosfodiesterase
pandang. Karena itu, sebagai contoh, sebuah objek merah di retina dan penis.
terlihat merah jika lapang pandang diterangi oleh warna hijau
atau biru, tetapi terlihat berwarna merah muda pucat atau putih
jika diterangi oleh cahaya merah. Boks Klinis 9–6 menjelaskan
buta warna.
kimiawi masing-masing dari ketiga pigmen tersebut (Gambar
MEKANISME RETINA 9–19). Satu pigmen (pigmen peka-biru, atau gelombang
pendek) menyerap cahaya secara maksimal dalam spektrum
Teori Young-Helmholtz tentang penglihatan warna pada biru-ungu. Yang lain (pigmen peka-hijau, atau gelombang
manusia mempostulasikan adanya tiga jenis sel kerucut, tengah) menyerap secara maksimal bagian hijau. Yang ketiga
masing-masing mengandung fotopigmen yang berbeda dan (pigmen peka-merah, atau gelombang panjang) menyerap
secara maksimal sensitif terhadap satu dari tiga warna primer, secara maksimal spektrum kuning. Biru, hijau, dan merah
dengan sensasi setiap warna ditentukan oleh frekuensi relatif adalah warna primer, tetapi sel kerucut dengan sensitivitas
impuls dari masing-masing sistem sel kerucut ini. Ketepatan maksimal terhadap bagian kuning spektrum cahaya bagian
teori ini telah dibuktikan oleh identifikasi dan karakterisasi merah cukup peka untuk berespon terhadap sinar merah pada
194 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Penyerapan blobs dan lapisan 4, informasi warna diproyeksikan ke V8.


Namun, belum diketahui bagaimana V8 mengubah masukan
warna menjadi sensasi warna.

ASPEK LAIN FUNGSI PENGLIHATAN


400 500 600 700 nm ADAPTASI GELAP
Panjang gelombang Jika seseorang berada cukup lama di lingkungan yang terang
GAMBAR 9-19 Spektrum absorpsi tiga pigmen sel kerucut di retina benderang dan kemudian berpindah ke lingkungan temaram,
manusia. Pigmen S yang memuncak pada 440 nm mendeteksi biru, dan retina secara perlahan menjadi lebih sensitif terhadap cahaya
pigmen M yang memuncak di 535 nm mendeteksi hijau. Pigmen L sisanya sewaktu orang tersebut menjadi “terbiasa di dalam gelap”.
memuncak di bagian kuning spektrum, pada 565 nm, tetapi spektrumnya Penurunan ambang penglihatan ini dikenal sebagai adaptasi
melebar cukup jauh ke panjang gelombang yang panjang untuk mendeteksi gelap. Adaptasi ini hampir maksimal dalam waktu sekitar 20
merah. (Direproduksi, dengan izin, dari Michael CR: Color Vision. N Engl J Med
1973;288:724). menit, meskipun dalam periode yang lebih lama akan terjadi
penurunan lebih lanjut. Di pihak lain, ketika seseorang secara
ambang yang lebih rendah daripada ambang terhadap warna mendadak berpindah dari lingkungan temaram ke tempat yang
hijau. Semua inilah yang diperlukan teori Young-Helmholtz. terang, cahaya akan terlihat intens dan bahkan menyebabkan
Gen untuk rodopsin manusia terletak di kromosom 3, dan rasa tak-nyaman sampai mata beradaptasi terhadap peningkatan
gen untuk pigmen sel kerucut S peka-biru terletak di kromosom pencahayaan ini dan ambang penglihatan meningkat. Adaptasi
7. Dua pigmen sel kerucut lainnya disandi oleh gen-gen yang ini berlangsung dalam waktu sekitar 5 menit dan dinamai
tersusun berurutan di lengan q kromosom X. Pigmen M peka- adaptasi terang, meskipun, sebenarnya, hal ini hanyalah
hijau dan pigmen L peka-merah memiliki struktur sangat mirip; penghilangan adaptasi gelap.
opsin-opsin kedua pigmen ini menunjukkan homologi sekuens Respons adaptasi gelap sebenarnya memiliki dua
asam amino sebesar 96%, sementara masing-masing pigmen ini komponen. Penurunan pertama dalam ambang penglihatan,
hanya memiliki homologi 43% dengan opsin pigmen peka-biru, cepat tetapi kecil ukurannya, diketahui disebabkan oleh adaptasi
dan ketiganya memiliki homologi sekitar 41% dengan rodopsin. gelap sel-sel kerucut karena jika hanya fovea, bagian retina
Banyak mamalia bersifat dikromat; yaitu, hanya memiliki dua bebas-sel batang, yang diperiksa, tidak terjadi penurunan lebih
pigmen sel kerucut, pigmen gelombang-pendek dan pigmen lanjut. Di bagian perifer retina, terjadi penurunan lebih lanjut
gelombang-panjang. Monyet Old-World, kera, dan manusia karena adaptasi sel batang. Perubahan total dalam ambang
adalah trikromat, dengan pigmen gelombang tengah dan antara mata yang telah beradaptasi terang dan yang telah
gelombang panjang berbeda—kemungkinan besar karena terjadi beradaptasi gelap sepenuhnya sangatlah besar.
duplikasi gen gelombang-panjang nenek moyang yang diikuti Ahli radiologi, pilot, dan orang lain yang memerlukan
oleh divergensi. sensitivitas penglihatan maksimal dalam cahaya temaram dapat
Pada manusia, terdapat variasi dalam pigmen merah menghindari waktu tunggu 20 menit di tempat gelap untuk
gelombang-panjang. Telah lama diketahui bahwa respons beradaptasi dengan gelap jika mereka mengenakan kaca mata
terhadap Rayleigh match, jumlah cahaya merah dan hijau yang merah ketika berada di tempat terang. Panjang gelombang
dicampurkan oleh seseorang untuk menyamai suatu warna cahaya di ujung merah spektrum hanya sedikit merangsang sel
oranye monokromatik, bersifat bimodus. Hal ini berkorelasi batang tetapi memungkinkan sel kerucut berfungsi cukup baik.
dengan bukti baru bahwa 62% orang dengan penglihatan warna Karena itu, orang yang mengenakan kacamata merah dapat
normal memiliki serin di posisi 180 opsin sel kerucut melihat di lingkungan terang selama periode yang dibutuhkan
gelombang-panjang mereka, sementara 38% memiliki alanin. bagi sel batang untuk beradaptasi dengan gelap.
Kurva absorpsi orang dengan serin di posisi 180 memuncak Waktu yang diperlukan untuk adaptasi gelap sebagian
pada 336,7 nm dan mereka lebih peka terhadap sinar merah, ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
sementara kurva absorpsi orang dengan alanin di posisi 180 simpanan rodopsin. Pada cahaya terang, banyak dari pigmen
memuncak pada 552,4 nm. secara terus-menerus diuraikan, dan diperlukan beberapa waktu
dalam cahaya temaram untuk mengumpulkan rodopsin dalam
MEKANISME SARAF jumlah yang diperlukan agar sel batang berfungsi optimal.
Warna diperantarai oleh sel-sel ganglion yang mengurangi atau Namun, adaptasi gelap juga terjadi di sel kerucut, dan faktor-
menambahkan masukan dari satu jenis sel kerucut ke masukan faktor lain jelas ikut berperan.
dari jenis sel kerucut yang lain. Pemrosesan di sel ganglion dan
LGN menghasilkan impuls yang berjalan di sepanjang tiga jenis FREKUENSI FUSI KRITIS
jalur saraf yang berproyeksi ke V1: jalur merah-hijau yang Kemampuan mata membedakan waktu ditentukan dengan
memberi sinyal mengenai perbedaan antara respons-respons sel mengukur critical fusion frequency (CFF, frekuensi fusi kritis),
kerucut M dan L, jalur biru-kuning yang memberi sinyal kecepatan di saat rangsangan dapat diberikan dan masih
mengenai perbedaan antara respons sel kerucut S dan jumlah dipersepsikan sebagai rangsangan yang terpisah. Rangsangan
respons sel kerucut L dan M, serta rangkaian jalur yang memberi yang diberikan dengan kecepatan lebih tinggi daripada CFF akan
sinyal jumlah respons sel kerucut L dan M. Jalur-jalur ini dipersepsikan sebagai rangsangan yang kontinu. Gambar di film
berproyeksi ke blobs dan bagian dalam lapisan 4C dari VI. Dari terlihat bergerak karena gambar-gambar tersebut disajikan
BAB 9 Penglihatan 195

0° sentral ini di sepanjang meridian-meridian terpilih, dan, di setiap


meridian, lokasi tempat objek tersebut pertama kali terlihat
diplotkan dalam derajat arkus dari titik sentral (Gambar 9-20).
Lapang pandang tengah dipetakan dengan tangent screen, suatu
layar yang tampak hitam tempat dilewatkannya objek berwarna
putih. Dengan menentukan lokasi-lokasi lenyap dan munculnya
kembali objek tersebut, dapat diketahui letak bintik/titik buta
90° 90° dan setiap skotoma objektif (bintik buta karena penyakit).
Bagian-bagian tengah lapang pandang dari kedua mata
bertumpang-tindih; karena itu, segala sesuatu yang ada di bagian
ini dilihat dengan penglihatan binokular. Impuls-impuls yang
terbentuk di kedua retina oleh berkas-berkas cahaya dari sebuah
objek disatukan di tingkat korteks menjadi satu bayangan (fusi).
Istilah titik korespondensi digunakan untuk menjelaskan titik-
180° titik di retina tempat bayangan suatu objek harus jatuh agar
terlihat secara binokular sebagai satu objek. Jika salah satu mata
GAMBAR 9-20 Lapang pandang monokular dan binokular. secara perlahan didorong keluar dari posisi sejajarnya selagi
Garis terputus-putus membatasi lapang pandang mata kiri; garis menatap ke sebuah objek di tengah lapang pandang, akan terjadi
tidak terputus, untuk mata kanan. Daerah bersama (zona jernih penglihatan ganda (diplopia); bayangan di retina mata yang
berbentuk hati di tengah) terlihat dengan penglihatan binokular.
Daerah berwarna terlihat dengan penglihatan monokular. bergeser tidak lagi jatuh di titik-titik korespondensinya. Jika
bayangan tidak lagi jatuh di titik-titik korespondensi di retina,
timbul strabismus (lihat Boks Klinis 9-4).
dengan kecepatan di atas CFF, dan gambar di film mulai terlihat
Penglihatan binokular memiliki peran penting dalam
berkedip-kedip ketika proyektor melambat.
persepsi kedalaman. Namun, persepsi kedalaman juga
LAPANG PANDANG & memiliki banyak komponen monokular, misalnya ukuran
relatif objek, besar derajat pandangan orang terhadap objek,
PENGLIHATAN BINOKULAR bayangannya, dan, untuk objek bergerak, gerakan mereka
Lapang pandang tiap-tiap mata adalah bagian dari dunia luar relatif terhadap satu sama lain (paralaks gerakan).
yang terlihat dari mata tersebut. Secara teoritis, lapang pandang
itu seharusnya sirkular, tetapi sebenarnya lapang pandang GERAKAN MATA
terpotong di medial oleh hidung dan di atas oleh atap orbita Mata digerakkan di dalam orbita oleh enam otot mata yang
(Gambar 9–20). Pemetaan lapang pandang penting dalam disarafi oleh nervus okulomotorius, nervus troklearis, dan nervus
diagnosis neurologis. Bagian perifer lapang pandang dipetakan abdusens. Gambar 9–21 menunjukkan gerakan-gerakan yang
dengan alat yang dinamai perimeter, dan prosesnya disebut dihasilkan oleh enam pasang otot. Karena otot-otot oblikuus
perimetri. Satu mata ditutup sementara yang lain difiksasi ke menarik ke arah medial, kerjanya bervariasi sesuai posisi bola
sebuah titik sentral. Sebuah objek kecil digerakkan ke arah titik mata. Ketika mata berputar ke arah hidung, muskulus

M. rektus M. oblikuus M. rektus


superior inferior superior

M. rektus
medialis
M. rektus M. rektus
lateralis lateralis

M. rektus M. oblikuus M. rektus


inferior superior inferior

Kanan Kiri

GAMBAR 9-21 Diagram kerja otot-otot mata. Mata mengalami aduksi oleh m. rektus medialis dan abduksi oleh m. rektus lateralis. Mata yang
mengalami aduksi akan digerakkan ke atas oleh m. oblikuus inferior dan digerakkan ke bawah oleh m. oblikuus superior; mata yang mengalami
abduksi akan digerakkan ke atas oleh m. rektus superior dan digerakkan ke bawah oleh m. rektus inferior. (Dari Waxman SG: Clinical Neuroanatomy, 26th
ed. McGraw-Hill, 2010).
196 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

oblikuus inferior menggerakkannya ke atas dan muskulus lapisan nukleus dalam mengandung sel bipolar, sel horizontal, dan
oblikuus superior menggerakkannya ke bawah. Ketika mata sel amakrin, dan lapisan sel ganglion mengandung satu-satunya
berputar ke lateral, muskulus rektus superior menggerakkannya neuron retina yang menghasilkan keluaran.
ke atas dan muskulus rektus inferior menggerakkannya ke ■ Membeloknya berkas cahaya (refraksi) memungkinkan seseorang
bawah. memfokuskan bayangan secara akurat ke retina. Cahaya
Karena sebagian besar lapang pandang adalah binokular, dibelokkan di permukaan anterior kornea dan di permukaan
jelas diperlukan koordinasi gerakan kedua mata yang sangat anterior dan posterior lensa. Agar berkas-berkas cahaya divergen
teratur agar bayangan objek jatuh di titik-titik korespondensinya dari objek dekat berfokus di retina maka kelengkungan lensa
ditingkatkan, suatu proses yang dinamai akomodasi.
di kedua retina setiap saat dan agar tidak terjadi diplopia.
■ Pada hiperopia (berpenglihatan jauh), bola mata terlalu pendek
Terdapat empat jenis gerakan mata, masing-masing
dan berkas cahaya difokuskan di belakang retina. Pada miopia
dikendalikan oleh sistem saraf yang berbeda, tetapi berbagi jalur (berpenglihatan dekat), garis tengah anteroposterior bola mata
akhir bersama, neuron-neuron motorik yang menyarafi otot- terlalu panjang. Astigmatisme adalah suatu keadaan umum yang
otot okulus eksternal. Saccades (sakade), gerakan menyentak ditandai dengan kelengkungan kornea yang tidak seragam.
mendadak, terjadi sewaktu tatapan berpindah dari satu objek ke Presbiopia adalah hilangnya akomodasi untuk penglihatan dekat.
objek lain. Gerakan ini membawa objek baru tersebut ke fovea Strabismus adalah ketidakpaduan posisi kedua bola mata; keadaan
dan mengurangi adaptasi di jalur penglihatan yang akan terjadi ini juga dikenal sebagai mata juling (crossed-eye). Mata dapat
seandainya tatapan difiksasi ke satu objek untuk waktu yang mengarah keluar (eksotropia) atau ke dalam (esotropia).
lama. Smoothpursuit movement (gerakan membuntuti yang ■ Kanal Na+ di segmen luar sel batang dan sel kerucut terbuka pada
halus) adalah gerakan mata mengikuti jejak suatu objek yang keadaan gelap, sehingga arus mengalir dari bagian dalam segmen
sedang bergerak. Gerakan vestibular, penyesuaian yang terjadi ke bagian luar. Ketika cahaya mengenai segmen luar, sebagian dari
sebagai respons terhadap rangsangan yang dicetuskan di kanalis kanal Na+ menutup dan sel mengalami hiperpolarisasi.
semisirkularis, mempertahankan fiksasi penglihatan selagi kepala ■ Sebagai respons terhadap cahaya, sel horizontal mengalami
bergerak. Gerakan konvergensi membawa sumbu-sumbu hiperpolarisasi, sel bipolar mengalami hiperpolarisasi atau
penglihatan ke arah satu sama lain sewaktu perhatian ditujukan depolarisasi, dan sel amakrin mengalami depolarisasi dan
kepada objek yang terletak dekat dengan pengamat. Tampak membentuk spike yang mungkin berfungsi sebagai potensial
adanya kemiripan sistem pelacak buatan manusia yang terdapat generator untuk spike yang dijalarkan di sel ganglion.
di landasan yang tidak stabil misalnya kapal: gerakan sakade
■ Jalur penglihatan adalah dari sel batang dan sel kerucut ke sel
mencari sasaran visual; gerakan membuntuti akan mengikuti
bipolar, ke sel ganglion lalu melalui traktus optikus ke korpus
sasaran ketika sasaran tersebut berpindah-pindah; dan gerakan
genikulatum lateral talamus dan ke lobus oksipitalis korteks
vestibular menstabilkan alat pelacak sewaktu landasan tempat serebri. Serat-serat dari masing-masing hemiretina nasal
alat tersebut terletak (mis. kepala) bergerak. Pada primata, bersilangan di kiasma optikum; serat-serat dari separuh nasal
gerakan-gerakan mata ini bergantung pada keutuhan korteks satu retina dan separuh temporal dari retina yang lain bersinaps
penglihatan. Sakade diprogram di korteks frontalis dan kolikulus di sel-sel yang aksonnya membentuk traktus genikulokalkarina.
superior dan gerakan membuntuti di serebelum. ■ Neuron-neuron di lapisan 4 korteks penglihatan berespons
KOLIKULUS SUPERIOR terhadap rangsangan di medan reseptifnya dengan on center
dan sekitar inhibitorik atau off center dan sekitar eksitatorik.
Kolikulus superior, yang mengatur sakade, disarafi oleh serat- Neuron-neuron di lapisan lain disebut sel sederhana jika
serat M dari retina. Kolikulus juga mendapat persarafan ekstensif berespons terhadap palang cahaya, garis, atau tepi tetapi hanya
dari korteks serebri. Masing-masing kolikulus superior memiliki jika sel ini memiliki orientasi tertentu. Sel kompleks juga
peta ruang penglihatan ditambah peta permukaan tubuh dan memerlukan orientasi tertentu dari suatu rangsangan linier
peta untuk suara dalam ruang. Terdapat sebuah peta motorik tetapi kurang bergantung pada lokasi rangsangan di lapang
yang berproyeksi ke daerah-daerah batang otak yang mengontrol pandang. Proyeksi dari daerah VI dapat dibagi menjadi jalur
gerakan mata. Juga terdapat proyeksi melalui traktus tektopontin dorsal atau pariétal (terutama berkaitan dengan gerakan) dan
ke serebelum dan melalui traktus tektospinalis ke daerah-daerah jalur ventral atau temporal (berkaitan dengan bentuk dan
yang berperan dalam gerakan refleks kepala dan leher. Kolikulus wajah).
superior secara terus-menerus dan aktif mengatur posisi mata, ■ Penurunan ambang penglihatan setelah menghabiskan waktu
dan bagian ini memiliki tingkat aliran darah dan metabolisme lama di tempat berpenerangan temaram disebut adaptasi
tertinggi dibandingkan dengan bagian-bagian otak lainnya. gelap. Fovea di bagian tengah retina adalah titik dengan
ketajaman penglihatan paling tinggi.
■ Teori penglihatan warna Young-Helmholtz mempostulasikan
adanya tiga jenis sel kerucut, masing-masing mengandung
RINGKASAN BAB fotopigmen berbeda dan paling peka terhadap satu dari tiga warna
■ Bagian-bagian utama mata adalah sklera (penutup protektif), primer, dengan sensasi suatu warna ditentukan oleh frekuensi
kornea (menyalurkan berkas cahaya), koroid (pemberi relatif impuls dari masing-masing sistem sel kerucut ini.
nutrisi), retina (sel-sel reseptor), lensa, dan iris. ■ Gerakan mata dikendalikan oleh enam otot bola mata yang
■ Retina tersusun menjadi beberapa lapisan: lapisan nukleus luar disarafi oleh nervus okulomotorius, nervus troklearis, dan
mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut), nervus abdusens. M. oblikuus inferior memutar mata ke atas
BAB 9 Penglihatan 197

dan keluar; m. oblikuus superior memutarnya ke bawah dan D. hanya mengandung sel batang
keluar. M. rektus superior memutar mata ke atas dan ke dalam; E. terletak di atas kepala/ujung nervus optikus
m. rektus inferior memutarnya ke bawah dan ke dalam. M. 5. Mana dari bagian mata berikut yang memiliki konsentrasi sel
rektus medial memutar mata ke arah dalam; m. rektus lateral batang paling tinggi?
memutar bola mata ke arah luar
A. Korpus siliare
■ Sakade (gerakan menyentak mendadak) terjadi ketika tatapan B. Iris
berpindah dari satu objek ke objek lain, dan gerakan ini C. Diskus optikus
mengurangi adaptasi di jalur penglihatan yang akan terjadi jika D. Fovea
tatapan terfiksasi ke satu objek untuk waktu lama. Gerakan E. Regio parafovea
membuntuti halus adalah gerakan bola mata mengikuti objek yang
bergerak. Gerakan vestibular terjadi sebagai respons terhadap 6. Mana dari hal-hal berikut ini yang tidak tepat dipasangkan?
rangsangan di kanalis semisirkularis untuk mempertahankan A. Rodopsin: retinal dan opsin
fiksasi penglihatan sewaktu kepala bergerak. Gerakan konvergensi B. Obstruksi kanalis Schlemm: peningkatan tekanan
membawa sumbu-sumbu penglihatan saling mendekat sewaktu intraokulus
perhatian difokuskan ke objek-objek dekat pengamat. C. Miopia: lensa konveks
D. Astigmatisme: kelengkungan kornea yang tidak seragam
PERTANYAAN PILIHAN GANDA E. Segmen dalam sel batang dan sel kerucut: sintesis senyawa
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat fotosensitif
kecuali jika dinyatakan lain 7. Rangkaian kejadian yang benar yang berperan dalam
fototransduksi di sel batang dan sel kerucut sebagai respons
1. Pemeriksaan penglihatan terhadap seorang pria 80 tahun terhadap cahaya adalah:
memperlihatkan bahwa ia mengalami penurunan kemampuan
A. pengaktifan transdusin, penurunan pelepasan glutamat,
melihat objek di kuadran atas dan bawah lapang pandang kiri kedua
perubahan struktur rodopsin, penutupan kanal Na+, dan
matanya tetapi di bagian tengah lapang pandang penglihatan tetap
penurunan cGMP intrasel
ada. Diagnosisnya adalah
B. penurunan pelepasan glutamat, pengaktifan transdusin,
A. skotoma sentral penutupan kanal Na+, penurunan cGMP intrasel, dan
B. hemianopia heteronim dengan macular sparing perubahan struktur rodopsin
C. lesi di kiasma optikum C. perubahan struktur rodopsin, penurunan cGMP intrasel,
D. hemianopia homonim dengan macular sparing penurunan pelepasan glutamat, penutupan kanal Na+, dan
E. retinopati pengaktifan transdusin
2. Seorang wanita 45 tahun, yang belum pernah merasa harus D. perubahan struktur rodopsin, pengaktifan transdusin,
memakai kacamata, mengalami kesulitan membaca menu di penurunan cGMP intrasel, penutupan kanal Na+, dan
sebuah restoran berpenerangan temaram. Ia kemudian ingat penurunan pelepasan glutamat
bahwa bila malam ia perlu mendekatkan koran ke matanya E. pengaktifan transdusin, perubahan struktur rodopsin,
agar dapat membacanya. Seorang teman menganjurkan agar ia penutupan kanal Na+, penurunan cGMP intrasel, dan
membeli kacamata baca. Akomodasi penglihatan melibatkan penurunan pelepasan glutamat
A. peningkatan tegangan di ligamentum lensa 8. Seorang mahasiswa kedokteran 25 tahun menghabiskan liburan
B. penurunan kelengkungan lensa musim panas menjadi relawan di Afrika sub-Sahara. Di sana ia
C. relaksasi otot sfingter iris memerhatikan tingginya insidens orang yang melaporkan
D. kontraksi muskulus siliaris kesulitan melihat malam karena kurangnya vitamin A dalam diet
E. peningkatan tekanan intraokulus mereka. Vitamin A adalah prekursor untuk membentuk
3. Seorang pria 28 tahun dengan miopia berat datang memeriksakan A. sel batang dan sel kerucut
diri ke dokter spesialis mata karena ia mulai melihat adanya kilatan- B. retinal
kilatan cahaya dan objek-objek mengapung di lapang pandangnya. C. transdusin sel batang
Ia didiagnosis mengalami ablasio retina. Retina D. opsin
E. transdusin sel kerucut
A. adalah jaringan epitel yang mengandung foto-reseptor
B. melapisi sepertiga anterior koroid 9. Seorang anak laki-laki 11 tahun mengalami kesulitan membaca
C. memiliki satu lapisan nukleus dalam yang mengandung sel gambar yang diperlihatkan oleh gurunya di depan kelas. Gurunya
bipolar, sel horizontal, dan sel amakrin menganjurkannya untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis
D. mengandung sel ganglion yang akson-aksonnya membentuk mata. Ia tidak saja diminta untuk melihat kartu Snellen untuk
nervus okulomotorius ketajaman penglihatan tetapi juga diminta menyebut angka-
E. mengandung diskus optikus yaitu tempat dengan ketajaman angka dalam bagan Ishihara. Ia berespons bahwa ia hanya
penglihatan paling tinggi melihat kumpulan bulatan. Kelainan penglihatan warna 20 kali
4. Seorang wanita Kaukasia 62 tahun mengalami penglihatan kabur lebih sering pada pria daripada wanita karena sebagian besar
dengan awitan cepat disertai hilangnya penglihatan sentral. kasus disebabkan oleh kelainan
Pemeriksaan mata lengkap menunjukkan bahwa ia mengalami A. gen dominan di kromosom Y
degenerasi makula terkait-usia tipe basah. Fovea mata B. gen resesif di kromosom Y
A. memiliki ambang cahaya paling rendah C. gen dominan di kromosom X
B. adalah daerah dengan ketajaman penglihatan paling tinggi D. gen resesif di kromosom X
C. mengandung hanya sel kerucut merah dan hijau E. gen resesif di kromosom 22
198 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

10. Mana dari yang berikut tidak terlibat dalam penglihatan warna?
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengaktifan jalur yang memberi sinyal tentang perbedaan
Baccus SA: Timing and computation in inner retinal circuitry. Annu
antara respons sel kerucut S dan jumlah respons sel kerucut
Rev Physiol 2007; 69:271.
L dan M
Chiu C, Weliky M: Synaptic modification by vision. Science
B. Lapisan genikulatum 3-6
2003;300:1890.
C. Jalur P
Gegenfurtner KR, Kiper DC: Color vision. Annu Rev Neurosci
D. Daerah V3A korteks penglihatan
2003;26:181.
E. Daerah V8 korteks penglihatan
Logothetis N: Vision: A window on consciousness. Sci Am
11. Seorang wanita 56 tahun didiagnosis menderita suatu tumor di 1999;281:99.
dekat dasar tengkorak, menekan traktus op-tikusnya. Mana Masland RH: The fundamental plan of the retina. Nat Neurosci
dari pernyataan berikut tentang jalur penglihatan sentral yang 2001;4:877.
benar? Oyster CW: The Human Eye: Structure and Function. Sinauer, 1999.
A. Serat-serat dari masing-masing hemiretina temporal Pugh EN, Nikonov S, Lamb TD: Molecular mechanisms of
bersilangan di kiasma optikum, sehingga serat-serat di vertebrate photoreceptor light adaptation. Curr Opin Neurobiol
traktus optikus berasal dari separuh temporal satu retina dan 1999;9:410.
separuh nasal retina yang lain. Tobimatsu S, Celesia GG, Haug BA, Onofri M, Sartucci F, Porciatti
B. Di korpus genikulatum, serat-serat dari separuh nasal satu V: Recent advances in clinical neurophysiology of vision. Suppl
retina dan separuh temporal retina yang lain bersinaps di Clin Neurophysiol 2000;53:312.
sel-sel yang aksonnya membentuk traktus genikulokalkarina Wässle H, Boycott BB: Functional architecture of the mammalian
C. Lapisan 2 dan 3 korteks penglihatan mengandung retina. Physiol Rev 1991;71:447.
kelompok-kelompok sel yang disebut blobs yang Wu S: Synaptic Organization of the Vertebrate Retina: General
mengandung sitokrom oksidase dengan konsentrasi tinggi Principles and Species-Specific Variations (The Friedenwald
D. Sel kompleks memiliki orientasi preferensi terhadap suatu Lecture). Invest Ophthalmol Vis Sci 2010;51:1264.
rangsangan linier dan, dibandingkan dengan sel sederhana,
lebih bergantung pada lokasi rangsangan di dalam lapang
pandang.
E. Korteks penglihatan tersusun dalam kolom-kolom
horizontal yang berkaitan dengan orientasi.
10
B A B

Pendengaran &
Keseimbangan

■ Menjelaskan berbagai komponen dan fungsi telinga luar, tengah, dan dalam
T U J U A N ■ Menjelaskan cara bagaimana gerakan molekul di udara diubah menjadi impuls
Setelah mempelajari bab ini, yang dihasilkan di sel-sel rambut koklea.

Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan peran membrana timpanika, osikula auditus (maleus, inkus,
dan stapes) serta skala vestibuli dalam penghantaran suara
■ Menjelaskan bagaimana impuls pendengaran berjalan dari sel rambut koklea
ke korteks pendengaran
■ Menjelaskan bagaimana pola titinada, kekerasan, dan warna nada disandi di
jalur pendengaran
■ Menjelaskan berbagai bentuk ketulian dan pemeriksaan yang digunakan untuk
membedakan bentuk-bentuk tersebut
■ Menjelaskan bagaimana reseptor di kanalis semisirkularis mendeteksi percepatan
rotasional dan bagaimana reseptor di sakulus dan utrikulus mendeteksi
percepatan linear
■ Menyebutkan masukan-masukan sensorik utama yang memberi informasi yang
disintesis di otak menjadi sensasi posisi dalam ruang

PENDAHULUAN
Telinga kita tidak saja memungkinkan kita mendengar, tetapi disebut sel rambut. Terdapat enam kelompok sel rambut di
juga membantu mempertahankan keseimbangan. Reseptor masing-masing telinga dalam: satu di masing-masing dari tiga
untuk dua modalitas sensorik (pendengaran dan kanalis semisirkularis, satu di utrikulus, satu di sakulus, dan
keseimbangan) berada di telinga. Telinga luar, telinga tengah, satu di koklea. Reseptor di kanalis semisirkularis mendeteksi
dan koklea telinga dalam berperan untuk pendengaran. Kanalis percepatan rotasional, reseptor di utrikulus mendeteksi
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus telinga dalam berperan percepatan linear dalam arah horizontal, dan reseptor di
untuk keseimbangan. Baik pendengaran maupun keseimbang- sakulus mendeteksi percepatan linear dalam arah vertikal.
an mengandalkan jenis reseptor yang sangat khusus yang

STRUKTUR DAN FUNGSI Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam os
temporale yang terbuka melalui tuba auditiva (eustachio) ke
TELINGA nasofaring dan melalui nasofaring ke eksterior. Tuba biasanya
tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap
TELINGA LUAR & TENGAH kanal ini terbuka sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang
Telinga luar menyalurkan gelombang suara ke meatus akustikus telinga seimbang. Tiga tulang pendengaran (osikula auditus),
eksternus (Gambar 10–1). Pada beberapa hewan, telinga dapat yaitu maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah
bergerak seperti antena radar yang mencari suara. Dari meatus (Gambar 10–2). Manubrium (tangkai maleus) melekat ke bagian
akustikus eksternus, gelombang suara mengalir masuk ke belakang membrana timpanika. Bagian kepala tulang ini melekat
membrana timpanika (gendang telinga). ke dinding telinga tengah, dan prosesusnya yang pendek melekat

199
200 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Telinga Telinga Telinga


luar tengah dalam

Kanalis semisirkularis

Nervus fasialis
Heliks
Nervus vestibularis

Nervus koklearis
Aurikula
Koklea

Os temporale

Fenestra kokleae
Meatus
akustikus Kavitas timpani
eksternus
Tuba auditiva
Osikula
auditus

Cuping telinga
Mebran
timpanika

GAMBAR 10-1 Struktur bagian luar, tengah, dan dalam mengandung tulang-tulang pendengaran.Telinga dalam terdiri dari
telinga manusia. Gelombang suara merambat dari telinga luar ke labirintus osseus dan labirintus membranaseus. Untuk memperjelas
membrana timpanika melalui meatus akustikus eksternus.Telinga hubungan struktur-struktur ini, koklea sedikit diputar dan otot-otot
tengah adalah rongga berisi udara di os temporale; bagian ini telinga tengah dihilangkan. (Dari Fox SI, Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).

ke inkus, yang kemudian bersendi dengan bagian kaput stapedis (Gambar 10–3). Di sepanjang struktur ini terdapat lamina
(head of stapes). Stapes diberi nama demikian karena mirip basilaris dan membrana Reissner (membrana vestibularis) yang
dengan sanggurdi (pijakan kaki pada pelana). Basis stapedis (foot membaginya menjadi tiga ruang atau skala (Gambar 10–4).
plate) terekat oleh ligamentum anulare ke dinding fenestra Skala vestibuli di bagian atas dan skala timpani di bagian bawah
vestibuli (oval window). Dua otot rangka kecil, m. tensor timpani mengandung perilimfe dan berhubungan satu sama lain di apeks
dan m. stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi koklea melalui sebuah lubang kecil yang disebut helikotrema. Di
muskulus tensor timpani menarik manubrium maleus ke arah basis kokleae, skala vestibuli berakhir di fenestra vestibuli, yang
medial dan mengurangi getaran di membrana timpanika; tertutup oleh basis stapedis. Skala timpani berakhir di fenestra
kontraksi muskulus stapedius menarik basis stapedis menjauhi kokleae (round window), sebuah foramen di dinding medial
fenestra vestibuli. Fungsi tulang-tulang pendengaran dan otot- telinga tengah yang tertutup oleh membrana timpanika sekunder
otot ini dibahas secara lebih rinci di bawah. yang lentur. Skala media, ruang koklea tengah, bersambungan
dengan labirintus membranaseus dan tidak berhubungan
TELINGA DALAM dengan dua skala lainnya.
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari dua bagian, satu Organ Corti (organum spirale) di lamina basilaris mem-
di dalam lainnya. Labirintus osseus (labirin tulang) adalah bentang dari apeks ke basis kokleae dan dengan demikian
serangkaian kanal di dalam bagian petrosa os temporale dan bentuknya seperti spiral. Struktur ini mengandung reseptor
terisi oleh cairan yang dinamai perilimfe, yang memiliki auditorik yang sangat khusus (sel rambut) yang prosesus-
konsentrasi K+ relatif rendah serupa dengan plasma atau cairan prosesusnya menembus lamina retikularis yang kuat dan mirip
serebrospinalis. Di dalam kanal-kanal tulang ini, dikelilingi oleh selaput serta ditunjang oleh sel pilar atau pilar/batang Corti
perilimfe, terdapat labirintus membranaseus. Labirintus (Gambar 10-4). Sel-sel rambut tersusun dalam empat baris: tiga
membranaseus ini kurang lebih mirip dengan bentuk kanal baris sel rambut luar yang terletak lateral dari terowongan yang
tulang dan terisi oleh cairan kaya K+ yang disebut endolimfe. dibentuk oleh pilar-pilar Corti, dan satu baris sel rambut dalam
Labirin memiliki tiga komponen: koklea (mengandung reseptor yang terletak sebelah medial dari terowongan. Di setiap koklea
untuk pendengaran), kanalis semisirkularis (mengandung manusia terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3500 sel rambut
reseptor yang berespons terhadap rotasi kepala), dan organ otolit dalam. Terdapat membrana tektoria yang tipis, liat, tetapi elastis
(mengandung reseptor yang berespons terhadap gravitasi dan yang menutupi barisan sel-sel rambut. Ujung-ujung sel rambut
kemiringan kepala). luar terbenam di dalamnya, tetapi ujung sel rambut dalam tidak.
Koklea adalah suatu kanal melingkar yang pada manusia Badan-badan sel neuron sensorik yang menyebar di sekitar dasar
panjangnya 35 mm dan membentuk 2% kali putaran sel rambut terletak di ganglion spirale di dalam modiolus, bagian
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 201

Piramid
M. stapedius
Tendon
Resesus m. stapedius
epitimpanikus Osikula
Maleus
Tendon Inkus
m. tensor timpani
Stapes

Fenestra
vestibuli
Tendon m. stapedius Fenestra kokleae
Piramid
M. tensor timpani

Membrana timpanika

Kavitas timpani

Tuba auditiva
(eustachio)

Gordon/W
aldrop

GAMBAR 10-2 Pandangan medial telinga tengah yang dengan kaput stapedis. Basis stapedis melekat ke dinding fenestra
mengandung tiga tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) vestibuli melalui ligamentum anulare. Kontraksi m. tensor timpani
serta dua otot rangka kecil (m. tensor timpani dan m. stapedius). menarik manubrium ke arah medial dan mengurangi getaran
Manubrium (tangkai maleus) melekat ke bagian belakang membrana membrana timpanika; kontraksi m. stapedius menarik basis stapedis
timpanika. Kepalanya melekat ke dinding telinga tengah, dan menjauhi fenestra vestibuli. (Dari Fox SI: Human Physioloay. McGraw-Hill,
prosesus pendeknya melekat ke inkus, yang sebaliknya bersendi 2008).

tengah yang bertulang tempat koklea melingkar. Sembilan puluh ujung masing-masing kanalis membranosa yang melebar
sampai 95% dari neuron sensorik ini menyarafi sel rambut (ampula). Setiap krista terdiri dari sel-sel rambut dan sel
dalam; hanya 5-10% yang menyarafi sel rambut luar yang sustentakular (penunjang) yang dilapisi oleh pemisah
jumlahnya lebih banyak, dan setiap neuron sensorik menyarafi gelatinosa (kupula) yang menutup ampula (Gambar 10-3).
beberapa sel rambut luar. Sebaliknya, sebagian besar serat eferen Prosesus sel-sel rambut terbenam dalam kupula, dan dasar
di nervus koklearis berakhir di sel rambut luar dan bukan di sel sel rambut berkontak erat dengan serat-serat aferen cabang
rambut dalam. Akson neuron aferen yang menyarafi sel rambut vestibular (nervus vestibularis) nervus vestibulokoklearis.
membentuk cabang koklear (auditory, nervus koklearis) nervus Di dekat bagian tengah labirintus membranaseus ter-
kranialis kedelapan (nervus vestibulokoklearis). dapat sepasang organ otolit, sakulus dan utrikulus. Epitel
Di koklea, terdapat taut kedap antara sel rambut dan sel sensorik kedua organ ini dinamai makula. Makula ber-
falang di dekatnya yang mencegah endolimfe mencapai dasar sel. orientasi tegak lurus di sakulus dan horizontal di utrikulus
Namun, lamina basilaris relatif permeabel terhadap perilimfe di ketika posisi kepala tegak. Makula mengandung sel
skala timpani, dan dengan demikian, terowongan organ Corti penunjang dan sel rambut, dikelilingi oleh membran otolit
dan dasar sel rambut dibasahi oleh perilimfe. Karena adanya (membrana statokoniorum) tempat terbenamnya kristal-
taut-taut kedap serupa, susunan sel rambut di bagian lain telinga kristal kalsium karbonat, otolit (statokonium) (Gambar
dalam serupa; yaitu prosesus-prosesus sel rambut dibasahi oleh 10-3). Otolit, yang juga dikenal sebagai otokonia atau debu
endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh perilimfe. telinga, pada manusia memiliki panjang 3 sampai 19 pm.
Di kedua sisi kepala, terdapat kanalis-kanalis semisir- Prosesus sel rambut terbenam dalam membran. Serat-serat
kularis yang tegak lurus satu sama lain, sehingga kanal-kanal saraf dari sel rambut bergabung dengan serat-serat dari
ini berorientasi dalam 3 bidang dalam ruang. Terdapat krista di nervus vestibularis cabang nervus vestibulo-
sebuah struktur reseptor, krista ampularis, di koklearis.
202 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Kupula

Kanalis semisirkularis

VIII

Membrana tektoria

Lamina
basilaris

Membran otolit
Koklea

Sakulus

GAMBAR 10-3 Skema telinga dalam manusia yang organ Corti. Gelombang suara menyebabkan gendang telinga
memperlihatkan labirintus membranaseus dengan pembesaran bergetar, yang kemudian disalurkan ke koklea oleh tulang-tulang
struktur-struktur tempat sel rambut terbenam. Labirintus telinga tengah. Proses ini menyebabkan membran melengkung naik
membranaseus terendam dalam perilimfe dan terisi oleh endolimfe turun. Sel-sel rambut di organ Corti terangsang oleh gerakan seperti
kaya-K+, yang membasahi reseptor. Sel-sel rambut (digelapkan supaya menggunting ini. Organ otolit (sakulus dan utrikulus) peka terhadap
lebih jelas) terdapat dalam berbagai susunan khas organ reseptor. Tiga percepatan linear dalam bidang horizontal dan vertikal. Sel-sel rambut
kanalis semisirkularis peka terhadap percepatan angular yang melekat ke membran otolit. VIII, nervus kranialis kedelapan, dengan
menyebabkan defleksi kupula gelatinosa dan sel-sel rambut terkaitnya. nervus koklearis dan nervus vestibularis. (Diadaptasi dengan izin dari
Di koklea, sel rambut membentuk spiral di sepanjang lamina basilaris Hudspeth AJ: How the ear's works work. Nature 1989;341 (6241 ):397-404).

RESEPTOR SENSORIK DI TELINGA: Stereosilia memiliki inti yang terdiri dari filamen-filamen aktin
sejajar. Aktin dilapisi oleh berbagai isoform miosin. Di dalam
SEL RAMBUT rumpun prosesus-prosesus pada masing-masing sel terdapat
Reseptor sensorik khusus di telinga terdiri dari enam susunan yang teratur. Di sepanjang sumbu yang menuju
kumpulan sel rambut di labirintus membranaseus. Ini adalah kinosilium, stereosilia menjadi semakin tinggi; di sepanjang
contoh mekanoreseptor. Sel rambut di organ Corti sumbu tegak lurus, semua stereosilia tingginya sama.
menyalurkan sinyal pendengaran; sel rambut di utrikulus
menyalurkan sinyal akselerasi horizontal; sel rambut di sakulus RESPONS LISTRIK
menyalurkan sinyal akselerasi vertikal; dan satu kelompok di Prosesus-prosesus sangat halus yang disebut tip links (Gambar
masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis menyalurkan 10–6) mengikat ujung dari masing-masing stereosilia ke bagian
sinyal akselerasi rotasional. Sel-sel rambut ini memiliki suatu samping tetangganya yang lebih tinggi, dan di pertautan
struktur umum (Gambar 10–5). Masing-masing sel terbenam tersebut tampaknya terdapat kanal-kanal kation yang secara
di suatu epitel yang dibentuk oleh sel penunjang, dengan ujung mekanis sensitif di prosesus yang lebih tinggi. Apabila stereosilia
basal berkontak erat dengan neuron aferen. Dari ujung apeks yang lebih pendek terdorong ke arah yang lebih tinggi, waktu
muncul rambut atau prosesus berbentuk batang sebanyak buka kanal-kanal tersebut meningkat. K+—kation paling banyak
30-150 buah. Kecuali di koklea, salah satu prosesus ini, di endolimfe—dan Ca2+ masuk melalui kanal dan menimbul-
kinosilium, adalah silia sejati tetapi tidak dapat bergerak, kan depolarisasi. Suatu motor molekular berbasis-miosin di
mempunyai sembilan pasang mikrotubulus yang tempat yang lebih tinggi kemudian menggerakkan kanal ke
mengelilinginya dan sepasang mikrotubulus di tengah. arah basal, melepaskan tegangan di tip link (Gambar 10-6). Hal
Kinosilium adalah salah satu prosesus yang paling besar dan ini menyebabkan kanal menutup dan memungkin-kan
memiliki ujung membesar. Pada mamalia dewasa, kinosilium pulihnya keadaan istirahat. Depolarisasi sel rambut menyebab-
tidak terdapat pada sel-sel rambut koklea. Namun, prosesus kan sel ini melepaskan suatu neuro-transmiter, mungkin
lain, yang disebut stereosilia, terdapat di semua sel rambut. glutamat, yang memicu depolarisasi neuron aferen di dekatnya.
BBAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 203

bermuatan positif sebesar 85 mV relatif terhadap skala


vestibuli dan skala timpani.
Stria
Skala
vaskularis
Potensial membran istirahat sel rambut adalah sekitar -60
vestibuli
Membrana Ligamentum
mV. Apabila stereosilia terdorong menuju kinosilium, potensial
Reissner spirale membran menurun menjadi sekitar-50 mV. Sewaktu berkas
Membrana prosesus terdorong dengan arah berlawanan, sel mengalami
tektoria Skala
Limbus media hiperpolarisasi. Pergerakan prosesus dengan arah tegak lurus
terhadap sumbu ini tidak menyebabkan perubahan potensial
Prominensia
membran, dan pergerakan prosesus dengan arah di antara kedua
spiralis arah tersebut menimbulkan depolarisasi atau hiperpolarisasi
Ganglion yang setara dengan besar derajat arah menuju atau menjauhi
spirale Skala Ligamentum
timpani spirale
kinosilium. Dengan demikian, prosesus rambut membentuk
Modiolus mekanisme untuk menimbulkan perubahan potensial membran
yang setara dengan arah dan jarak pergerakan rambut.
Lamina Lamina
spiralis Organ
Corti basilaris

PENDENGARAN
Membrana Sel rambut
retikularis luar DCs GELOMBANG SUARA
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal
Membrana molekul di lingkungan luar—yaitu, fase pemadatan dan
tektoria
pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling—mengenai
Sel rambut
dalam Arkus membrana timpanika. Plot gerakan-gerakan ini sebagai
IPC perubahan tekanan di membrana timpanika per satuan waktu
Terowongan
adalah serangkaian gelombang (Gambar 10–8); gerakan
semacam itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang
Serat suara. Gelombang merambat melalui udara dengan kecepatan
saraf Habenula Sel pilar Lamina
perforata (pilar Corti) basilaris
sekitar 344 m/det (770 mil/jam) pada 20°C setinggi permukaan
laut. Kecepatan suara meningkat seiring suhu dan ketinggian.
Lamina
spiralis Medium lain juga dapat menghantarkan gelombang suara, tetapi
dengan kecepatan berbeda. Misalnya, kecepatan suara adalah
GAMBAR 10-4 Skema koklea dan organ Corti di labirintus 1450 m/det pada 20°C dalam air tawar dan bahkan lebih besar
membranaseus telinga dalam. Atas: Potongan melintang koklea dalam air laut. Dikatakan bahwa siulan ikan paus biru memiliki
memperlihatkan organ Corti dan tiga skala koklea. Bawah: Gambar ini kekuatan 188 dB dan dapat terdengar dari jarak 500 mil.
memperlihatkan struktur organ Corti seperti terlihat di putaran basal
koklea. DC, sel falang luar (sel Deiter) yang menunjang sel rambut Secara umum, kekerasan/kekuatan (loudness) suara ber-
luar; IPC, sel falang dalam yang menunjang sel rambut dalam. kaitan dengan amplitudo gelombang suara. Pola titinada (pitch)
(Direproduksi, dengan izin, dari Plckels JO: An Introduction to the Physiology of suara berkaitan dengan frekuensi (jumlah gelombang per satuan
Hearing, 2nd ed. Academic Press, 1988).
waktu). Gelombang suara yang memiliki pola berulang,
walaupun masing-masing gelombang bersifat kompleks,
didengar sebagai suara musik; getaran aperiodik yang tidak
K+ yang masuk ke sel rambut melalui kanal kation peka- berulang menyebabkan sensasi bising. Sebagian besar suara
mekanik menjalani daur-ulang (Gambar 10–7). Ion ini masuk musik terbentuk dari gelombang dengan frekuensi primer yang
ke sel penunjang dan kemudian ke sel penunjang lain melalui menentukan pola titinada suara ditambah sejumlah getaran
taut kedap. Di koklea, K+ akhirnya mencapai stria vaskularis dan harmonik (overtone) yang menyebabkan suara memiliki timbre
disekresikan kembali ke dalam endolimfe, menuntaskan (warna-nada, kualitas) khas. Variasi warna-nada memungkinkan
siklusnya. kita mengetahui suara berbagai alat musik walaupun alat-alat
Seperti dijelaskan di atas, prosesus sel rambut berproyeksi tersebut memberikan pola titinada yang sama.
ke dalam endolimfe sementara bagian basalnya terendam dalam Meskipun pola titinada suatu suara terutama bergantung
perilimfe. Susunan ini diperlukan untuk menghasilkan potensial pada frekuensi gelombang suara namun kekerasan juga
reseptor normal. Perilimfe dibentuk terutama dari plasma. Di berperan; nada rendah (di bawah 500 Hz) terdengar lebih
pihak lain, endolimfe dibentuk di skala media oleh stria rendah dan nada tinggi (di atas 4000 Hz) terdengar lebih keras
vaskularis dan memiliki kadar K+ yang tinggi dan kadar Na+ sewaktu kekuatannya diperbesar. Durasi juga sedikit
yang rendah (Gambar 10-7). Sel-sel di stria vaskularis memiliki memengaruhi pola titinada. Pola titinada suatu suara tidak dapat
konsentrasi Na-K-ATPase yang tinggi. Selain itu, tampaknya didengar kecuali nada tersebut berlangsung lebih dari 0,01 dtk,
terdapat pompa K+ elektrogenik unik di stria vaskularis, yang dan dengan durasi antara 0,01 dan 0,1 dtk, nada meningkat
merupakan penyebab mengapa skala media secara elektris seiring dengan bertambahnya durasi.
204 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

OM OM
OL

K
S

RC SC

A E

GAMBAR 10-5 Struktur sel rambut di sakulus. Kiri: Sel rambut di stereosilia (S), terdapat di semua sel rambut; stereosilia memiliki inti
labirintus membranaseus telinga memiliki suatu struktur umum, dan filamen aktin yang dilapisi oleh isoform miosin. Struktur di dalam
masing-masing berada di dalam epitel sel penunjang (SC) dan ditutupi kumpulan prosesus di masing-masing sel bersifat teratur. Di
oleh suatu membran otolit (OM) yang mengandung kristal-kristal sepanjang sumbu menuju kinosilium, stereosilia semakin tinggi; di
kalsium karbonat, otolit (OL). Dari ujung apikal muncul prosesus- sepanjang sumbu tegak lurus, semua stereosilia memiliki tinggi yang
prosesus berbentuk batang, atau sel rambut (RC), yang berkontak sama. (Direproduksi dengan izin, dari Hillman DE: Morphology of peripheral and
dengan serat saraf aferen (A) dan eferen (E). Kecuali di koklea, salah Central vestibular systems. Dalam: Llinas R, Precht W [editor]: Frog Neurobiology.
satunya, kinosilium (K), adalah suatu silia sejati tidak bergerak dengan Springer, 1976). Kanan: Pemindaian elektromikrograf pada prosesus
sembilan pasang mikrotubulus membentuk lingkaran mengelilingi sebuah sel rambut di sakulus. Membran otolit telah dihilangkan.
satu pasang mikrotubulus di tengah. Prosesus-prosesus lain, Prosesus-prosesus kecil di sekitar sel rambut adalah mikrovilus sel-sel
penunjang. (Sumbangan AJ Hudspeth).

Miosin
Ca2+ K+

Tip link

GAMBAR 10-6 Gambaran skematik peran tip link dalam karena adanya suatu motor molekular. Hal ini menyebabkan
respons sel rambut. Ketika sebuah stereosilium terdorong ke arah tegangan tip link lenyap. Ketika sel rambut kembali ke posisi
stereosilium yang lebih tinggi, tip link teregang dan membuka sebuah istirahatnya, motor molekular kembali ke atas stereosilium.
kanal ion di tetangganya yang lebih tinggi. Kanal kemudian (Direproduksi, dengan izin, dari Hudspeth AJ, Gillespie PG: Pulling springs to tune
diperkirakan bergerak ke bawah di stereosilium yang lebih tinggi transduction: adaptation by hair cells. Neuron 1994 Jan;12(1 ):1 —9).
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 205

tidak berarti tidak ada suara melainkan intensitas suara yang


Skala vestibuli SL and setara dengan standar. Selain itu, rentang 0-140 dB dari tekanan
+
Na 150
SV ambang ke suatu tekanan yang berpotensi merusak organ Corti
K
+
5 sebenarnya mencerminkan variasi tekanan suara sebesar 10 (10
Cl− 125 juta) kali lipat. Dengan kata lain, tekanan atmosfir setinggi
permukaan laut adalah 15 lb/in2 atau 1 bar, dan rentang dari
ambang pendengaran sampai ke yang berpotensi menimbulkan
Na+ 1 kerusakan koklea adalah 0,0002-2000 pbar.
+
K 150
Cl− 130 Rentang intensitas suara sebesar 120-160 dB (mis. letusan
senjata, jackhammer, pesawat jet lepas landas) diklasifikasikan
sebagai suara menyakitkan; 90-110 dB (mis. kereta bawah tanah,
+
drum genderang bas, gergaji mesin, mesin pemotong rumput)
Organ Corti Na 150
K
+
3
diklasifikasikan sebagai sangat tinggi; 60-80 dB (mis. alarm jam,
Cl− 125 bising lalu-lintas padat, mesin pencuci piring, percakapan)
diklasifikasikan sebagai sangat keras; 40-50 dB (mis. hujan
Skala timpani
intensitas sedang, percakapan normal dalam ruangan) sebagai
GAMBAR 10-7 Komposisi ion perilimfe di skala vestibuli, sedang; dan 30 dB (mis. bisikan, dalam perpustakaan) sebagai
endolimfe di skala media, dan perilimfe di skala timpani. SL, sayup. Pajanan yang lama dan sering terhadap suara melebihi 85
ligamentum spirale; SV, stria vaskularis. Tanda panah terputus-putus dB dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.
menunjukkan alur daur ulang K+ dari sel rambut ke sel penunjang ke
ligamentum spirale dan kemudian disekresikan kembali ke dalam Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar
endolimfe oleh sel-sel di stria vaskularis. dari sekitar 20 hingga maksimal 20.000 siklus per detik (spd,
Hz). Pada kelelawar dan anjing, frekuensi yang jauh lebih tinggi
Yang terakhir, pola titinada dari suara-suara kompleks yang masih dapat didengar. Ambang untuk telinga manusia ber-
mencakup harmoni suatu frekuensi akan tetap terdengar variasi sesuai titinada suara (Gambar 10–9), dengan sensitivitas
meskipun frekuensi primer (missing fundamental) tidak ada. tertinggi pada kisaran 1000 sampai 4000 Hz. Pola titinada suara
Amplitudo gelombang suara dapat dinyatakan berdasarkan pria rerata dalam percakapan adalah sekitar 120 Hz dan untuk
perubahan tekanan maksimal di gendang telinga, tetapi skala wanita adalah sekitar 250 Hz. Jumlah titinada yang dapat
relatif lebih mudah digunakan. Skala desibel adalah salah dibedakan oleh orang biasa adalah sekitar 2000, tetapi musisi
satunya. Intensitas suara dalam bel adalah logaritma rasio yang terlatih dapat meningkatkan angka ini cukup besar.
intensitas suatu suara terhadap suara standar. Satu desibel (dB) Pembedaan pola titinada paling baik pada rentang 1000 sampai
adalah 0,1 bel. Tingkat suara standar yang dijadikan patokan 3000 Hz dan kurang pada nada-nada rendah dan tinggi.
oleh Acoustical Society of America sesuai dengan 0 dB pada Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurun-
tingkat tekanan 0,000204 x dyne/cm2, suatu nilai yang terletak kan kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini
tepat pada ambang pendengaran rerata manusia. Angka 0 dB dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkira-
kan disebabkan oleh sifat refrakter relatif atau absolut pada
1 siklus
reseptor dan serat saraf auditorik yang sebelumnya terangsang
Perubahan tekanan

Amplitudo
terhadap rangsangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara
A lain berkaitan dengan pola titinadanya. Kecuali pada lingkungan
Waktu
140 Ambang perasaan
B (Gelitik di telinga)
Tingkat intensitas (desibel)

100
C

D Ambang dengar-audiometer

Ambang
E dengar–ideal
0
Frekuensi (siklus per satuan waktu) 10 102 103 104 2 × 104
GAMBAR 10-8 Karakteristik gelombang suara. A adalah rekaman Frekuensi (Hz)
sebuah nada murni. B memiliki amplitudo lebih besar dan lebih keras
daripada A. C memiliki amplitudo sama seperti A tetapi frekuensinya lebih GAMBAR 10-9 Kurva audibilitas manusia. Kurva tengah
tinggi, dan pola tltinadanya lebih tinggi. D adalah bentuk gelombang
kompleks yang berulang secara teratur. Pola semacam ini terdengar diperoleh dengan audiometer di bawah kondisi biasa. Kurva bawah
sebagai suara musik, sementara gelombang seperti yang diperlihatkan di diperoleh di bawah kondisi ideal. Pada sekitar 140 db (kurva atas),
E, tanpa pola teratur, didengar sebagai kebisingan. suara selain didengar juga terasa.
206 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Maleus Dengan demikian, tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai


Inkus sistem pengungkit yang mengubah getaran resonan membrana
Poros
Stapes timpanika menjadi gerakan stapes terhadap skala vestibuli
Membrana
kokleayang berisi perilimfe (Gambar 10-10). Sistem ini
Fenestra
vestibuli Reissner meningkatkan tekanan suara yang tiba di fenestra vestibuli,
karena efek pengungkit maleus dan inkus melipatgandakan gaya
1,3 kali lebih kuat dan luas membrana timpanika jauh lebih besar
daripada luas basis stapedis. Akibat adanya resistensi terjadi
Organ pengurangan energi suara, tetapi telah diperhitungkan bahwa,
Corti pada frekuensi di bawah 3000 Hz, 60% energi suara yang jatuh di
membrana timpanika akan disalurkan ke cairan dalam koklea.
Fenestra Kontraksi otot-otot telinga tengah—m. tensor timpani dan
kokleae
m. stapedius—menyebabkan manubrium maleus tertarik ke
Lamina dalam dan basis stapedis ke luar (Gambar 10-10). Proses ini akan
Tuba auditiva basilaris
menurunkan penghantaran suara. Suara keras akan
mencetuskan kontraksi refleks otot-otot ini yang disebut refleks
GAMBAR 10-10 Gambaran skematik tulang-tulang pendengar-an timpani. Fungsinya adalah proteksi, mencegah gelombang suara
dan bagaimana gerakannya mengubah gerakan membrana timpanika kuat menimbulkan rangsangan berlebihan pada reseptor-
menjadi gelombang dalam cairan telinga dalam. Gelombang
mengalami pelemahan di fenestra kokleae. Pergerakan tulang-tulang reseptor pendengaran. Namun, waktu reaksi untuk refleks ini
pendengaran, labirintus membranaseus, dan fenestra kokleae ditandai adalah 40-160 mdet, sehingga refleks ini tidak dapat melindungi
oleh garis terputus-putus. Gelombang diubah oleh gendang telinga dan telinga dari rangsangan kuat yang singkat seperti yang dihasilkan
tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan basis stapedis Gerakan- oleh suara tembakan.
gerakan ini memicu gelombang di cairan telinga dalam. Sebagai
respons terhadap perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh
gelombang suara di permukaan eksternalnya, membrana timpanika
HANTARAN TULANG & UDARA
bergerak keluar masuk untuk berfungsi sebagai resonator yang Hantaran (konduksi) gelombang suara ke cairan di telinga
mereproduksi getaran sumber suara. Gerakan membrana timpanika dalam melalui membrana timpanika dan tulang-tulang
mengenai manubrium maleus, yang bergoyang pada sebuah sumbu pendengaran, jalur utama untuk pendengaran normal,
melalui pertemuan prosesus panjang dan pendeknya, sedemikian
sehingga prosesus pendek menyalurkan getaran ke manubrium inkus. disebut hantaran osikular. Gelombang suara juga
Inkus bergerak sehingga getaran disalurkan ke kaput stapedis. Gerakan mencetuskan getaran membrana timpanika sekunder yang
kaput stapedis menyebabkan basis stapedis bergoyang. menutup fenestra kokleae. Proses ini, yang tidak penting
untuk pendengaran normal, adalah hantaran udara.
Hantaran tipe ketiga, hantaran tulang, adalah penghantaran
yang sangat kedap suara, efek penyamaran suara latar akan getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga
meningkatkan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita
dan dapat diukur. menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar
langsung ke tengkorak. Jalur ini juga berperan dalam
PENGHANTARAN SUARA penghantaran suara yang sangat keras.
Telinga mengubah gelombang suara di lingkungan luar menjadi
potensial aksi di nervus koklearis. Gelombang diubah oleh GELOMBANG YANG ERAMBAT
gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerak- Pergerakan basis stapedis memicu serangkaian gelombang
an-gerakan basis stapedis. Gerakan ini menimbulkan gelombang yang merambat dalam perilimfe skala vestibuli. Diagram
dalam cairan telinga dalam (Gambar 10–10). Efek gelombang gelombang ini diperlihatkan di Gambar 10–11. Sewaktu
pada organ Corti menimbulkan potensial aksi di serat-serat bergerak ke koklea, tinggi gelombang meningkat mencapai
saraf. maksimal lalu turun dengan cepat. Jarak dari stapes ke titik
Sebagai respons terhadap perubahan tekanan yang dihasil- tinggi maksimal ini bervariasi sesuai frekuensi getaran yang
kan oleh gelombang suara di permukaan luarnya, membrana mencetuskan gelombang. Suara bernada tinggi menimbul-kan
timpanika bergerak keluar masuk. Dengan demikian, membran gelombang yang mencapai tinggi maksimal di dekat basis
berfungsi sebagai yang menghasilkan ulang getaran dari sumber kokleae; suara bernada rendah menghasilkan gelombang yang
suara. Membran ini berhenti bergetar hampir segera setelah puncaknya dekat dengan apeks. Dinding tulang skala vestibuli
gelombang suara berhenti. Gerakan membrana timpanika bersifat kaku, tetapi membrana Reissner bersifat lentur.
disalurkan ke manubrium maleus. Maleus bergoyang pada suatu Lamina basilaris tidak berada dalam tegangan, dan lamina ini
sumbu melalui taut prosesus panjang dan pendeknya, juga mudah tertekan ke dalam skala timpani oleh puncak-
sedemikian rupa sehingga prosesus pendek menyalurkan getaran puncak gelombang di skala vestibuli. Pergeseran cairan dalam
manubrium ke inkus. Inkus bergerak sedemikian rupa sehingga skala timpani terhambur ke udara di fenestra kokleae. Dengan
getaran disalurkan ke bagian kaput stapedis. Pergerakan kaput demikian, suara menimbulkan distorsi lamina basilaris, dan
stapedis menyebabkan basis stapedis bergerak maju mundur tempat di mana distorsi ini mencapai maksimal ditentukan
seperti pintu yang berengsel di tepi posterior fenestra vestibuli. oleh frekuensi gelombang suara. Bagian atas sel-sel rambut
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 207

Amplitudo POTENSIAL AKSI DI SERAT


relatif
NERVUS KOKLEARIS
Frekuensi potensial aksi di masing-masing serat nervus koklearis
setara dengan kekerasan rangsang suara. Pada intensitas suara
22 24 26 28 30 32 yang rendah, setiap akson melepaskan muatan terhadap suara
Jarak dari stapes (mm) dari satu frekuensi, dan frekuensi ini bervariasi dari akson ke
akson bergantung pada bagian koklea tempat asal serat. Pada
1600 Hz 800 Hz 400 Hz 50 Hz
intensitas suara yang lebih kuat, masing-masing akson
melepaskan muatan untuk spektrum frekuensi suara yang lebih
Pergeseran lebar, terutama terhadap frekuensi yang lebih rendah daripada
lamina frekuensi terjadinya stimulasi ambang.
basilaris
0 10 20 30 Penentu utama pola titinada yang terdengar saat
Jarak dari stapes (mm) gelombang suara mengenai telinga adalah tempat di organ
Corti yang terangsang paling maksimal. Gelombang
GAMBAR 10-11 Gelombang yang merambat. Atas: Garis tak merambat yang ditimbulkan oleh suatu nada menghasilkan
terputus dan terputus-putus pendek mencerminkan gelombang di
dua waktu. Garis terputus-putus panjang memperlihatkan "selubung" depresi puncak pada lamina basilaris, dan akibatnya
gelombang yang dibentuk dengan menghubungkan puncak-puncak perangsangan reseptor maksimal, di satu titik. Seperti
gelombang yang berurutan. Bawah: Pergeseran lamina basilaris oleh dinyatakan di atas, jarak antara titik ini dan stapes
gelombang yang dihasilkan oleh getaran stapes dengan frekuensi-
frekuensi yang diperlihatkan di bagian atas kurva. berbanding terbalik dengan pola titinada suara, dengan
nada-nada rendah menghasilkan rangsangan maksimal di
apeks koklea dan nada-nada tinggi menghasilkan rangsangan
dalam organ Corti dipegang kaku oleh lamina retikularis, maksimal di dasar. Dari berbagai bagian koklea terdapat
dan rambut-rambut pada sel rambut luar terbenam dalam jalur-jalur tersendiri menuju otak. Faktor lain yang berperan
membrana tektoria (Gambar 10-4). Apabila stapes bergerak, dalam persepsi nada pada frekuensi suara yang kurang dari
kedua membran bergerak ke arah yang sama, tetapi 2000 Hz mungkin adalah pola potensial aksi di nervus
keduanya berengsel pada sumbu yang berbeda, sehingga koklearis. Bila frekuensi cukup rendah, serat-serat saraf
terjadi gerakan menggunting yang menekuk rambut. Rambut mulai berespons dengan sebuah impuls untuk setiap siklus
sel rambut dalam mungkin tidak melekat ke membrana gelombang suara. Namun, peran efek voli ini terbatas;
tektoria, tetapi rambut-rambut ini tampaknya dibengkokkan frekuensi potensial aksi di suatu serat nervus koklearis lebih
oleh gerakan cairan antara membrana tektoria dan sel-sel menentukan kekerasan suara, bukan pola titinada.
rambut di bawahnya.
JALUR SENTRAL
FUNGSI SEL RAMBUT DALAM & LUAR Serat-serat aferen di nervus koklearis cabang nervus kranialis
kedelapan berakhir di nuklei kokleares dorsal dan ventral
Sel rambut dalam adalah reseptor sensorik utama yang (Gambar 10–12). Dari sini, impuls pendengaran mengalir
menghasilkan potensial aksi di nervus koklearis dan dirangsang melalui berbagai rute ke kolikulus inferior, pusat refleks
oleh gerakan cairan yang dibicarakan di atas. Sel rambut luar, pendengaran, dan melalui korpus genikulatum medial di
di pihak lain, berespons terhadap suara seperti sel rambut talamus ke korteks pendengaran yang terletak di girus temporalis
dalam, tetapi depolarisasi menyebabkannya memendek dan superior lobus temporalis. Informasi dari kedua telinga menyatu
hiperpolarisasi menyebabkannya meman-jang. Sel-sel ini di masing-masing oliva superior, dan setelah ini sebagian besar
melakukannya di atas bagian lentur lamina basalis, dan gerakan neuron berespons terhadap masukan dari kedua sisi. Pada
ini sedikit banyak meningkatkan amplitudo dan kejernihan manusia, nada rendah direpresentasikan di anterolateral dan
suara. Karena itu, sel rambut luar memperkuat getaran suara nada tinggi di posteromedial korteks pendengaran.
yang masuk telinga dalam dari telinga tengah. Perubahan- Respons masing-masing neuron ordo-kedua di nuklei
perubahan pada sel rambut luar ini terjadi sejajar dengan kokleares terhadap rangsangan suara adalah seperti respons
perubahan pada prestin, suatu protein membran, dan protein tiap-tiap serat nervus koklearis. Frekuensi ketika suara dengan
ini mungkin merupakan protein motor bagi sel rambut luar. intensitas terendah memicu respons berbeda-beda dari unit ke
Berkas olivokoklear adalah suatu berkas menonjol serat- unit; dengan peningkatan intensitas suara, pita frekuensi yang
serat eferen di masing-masing nervus koklearis yang berasal memicu respons juga melebar. Perbedaan utama antara
dari kompleks olivarius ipsilateral dan kontralateral superior respons neuron ordo-pertama dan -kedua adalah adanya
serta berakhir terutama di sekitar pangkal sel rambut luar “pemutusan” yang lebih tajam pada sisi yang berfrekuensi
organ Corti. Aktivitas di berkas saraf ini memodulasi rendah neuron-neuron medula. Spesifisitas neuron ordo-
sensitivitas sel-sel rambut ini melalui pelepasan asetilkolin. kedua yang lebih besar ini mungkin disebabkan oleh semacam
Efeknya bersifat inhibitorik, dan hal ini mungkin berfungsi proses inhibisi di batang otak. Di korteks pendengaran primer,
untuk menghambat bising latar sembari mempersilahkan sebagian besar neuron berespons terhadap masukan dari
suara-suara lain untuk dapat didengar. kedua telinga, tetapi sebagian sel dirangsang oleh
208 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Ke korteks
somatosensorik
Ke korteks (girus
temporalis superior)

Talamus

Talamus
Korpus
genikulatum III
mediale
IV
Fasikulus
Pineal Ke longitudinalis
serebelum medialis
Kolikulus inferior VI
Formasio
retikularis
Ventrikel IV

Nuklei kokleares
dorsal dan ventral Ganglion
vestibulare
Nukleus vestibularis:
superior, lateral
(Deiter's), medial,
Ganglion Medula Traktus spinal
spirale vestibulo-
Oliva spinalis Traktus vestibulo-
superior lateralis spinalis anterior
Dari utrikulus
Dari kanalis
koklea semisirkularis

KOKLEAR VESTIBULAR

GAMBAR 10-12 Diagram sederhana jalur koklear (pendengaran) temporalis. Untukjalur vestibular, nervus vestibularis berakhir di nukleus
utama (kiri) dan vestibular (kanan) yang digambarkan pada vestibularis ipsilateral. Sebagian besar serat dari kanalis semisirkularis
pandangan dorsal batang otak. Serebelum dan korteks serebri berakhir di cabang superior dan medial nukleus vestibularis dan
disingkirkan. Untukjalur pendengaran, serat-serat aferen nervus berproyeksi ke nukleus-nukleus yang mengontrol gerakan mata.
vestibulokoklearis membentuk ujung koklear di nuklei kokleares dorsal Sebagian besar serat dari utrikulus dan sakulus berakhir di cabang
dan ventral. Dari sini, sebagian besar serat menyeberangi garis tengah lateral, yang kemudian berproyeksi ke medula spinalis. Serat-serat ini
dan berakhir di kolikulus inferior kontralateral. Dari sini, serat-serat juga berakhir di neuron-neuron yang berproyeksi ke serebelum dan
berproyeksi ke korpus genikulatum medial di talamus lalu ke korteks formasio retikularis. Nukleus vestibularis juga berproyeksi ke talamus
pendengaran yang terletak di girus temporalis superior lobus kemudian ke korteks somatosensorik primer. Koneksi-koneksi asendens
ke nukleus nervus kranialis berkaitan dengan gerakan mata.

masukan dari telinga kontralateral dan dihambat oleh masukan pada manusia antara lain adalah pengamatan bahwa pada orang-
dari telinga ipsilateral. orang yang tuli sebelum keterampilan berbahasa berkembang
Peningkatan ketersediaan PETscanning (positron emission sempurna, bahasa isyarat akan mengaktifkan daerah-daerah
tomography) dan fMRI (functionalmagnetic resonance imaging) asosiasi pendengaran. Sebaliknya, orang yang buta pada awal
telah menyebabkan peningkatan pesat dalam pengetahuan kehidupannya terbukti lebih baik dibandingkan dengan orang
mengenai daerah-daerah asosiasi pendengaran pada manusia. berpenglihatan normal dalam menentukan lokalisasi suara.
Jalur-jalur pendengaran di korteks mirip dengan jalur-jalur Musisi merupakan contoh lain dari plastisitas korteks.
penglihatan, yaitu bahwa di sepanjang jalur tersebut terjadi Pada orang-orang ini, ukuran daerah-daerah pendengaran
peningkatan kompleksitas pengolahan informasi pendengaran. yang diaktifkan oleh nada musik meningkat. Selain itu,
Suatu pengamatan yang menarik adalah bahwa meskipun daerah pemain biola mengalami perubahan representasi somato-
pendengaran tampak sama di kedua sisi otak, namun dijumpai sensorik daerah-daerah proyeksi dari jari-jari tangan yang
spesialisasi hemisferik yang mencolok. Sebagai contoh, area mereka gunakan untuk memainkan instrumennya. Musisi
Wernicke (lihat Gambar 8-7) berhubungan dengan pemrosesan juga memiliki serebelum yang lebih besar daripada
sinyal pendengaran yang berkaitan dengan bicara. Selama nonmusisi, mungkin karena mereka memiliki gerakan-
pemrosesan bahasa, daerah ini jauh lebih aktif di sisi kiri daripada gerakan jari yang presisi.
di sisi kanan. Area Wernicke di sisi kanan lebih berhubungan Sebagian dari girus temporalis posterior superior yang
dengan melodi, pola titinada, dan intensitas suara. Jalur dikenal sebagai planum temporale, yang terletak antara girus
pendengaran juga sangat lentur, dan, seperti jalur penglihatan Heschl (girus temporalis transversal) dan fisura silvii (Gambar
dan somatosensorik, jalur tersebut dimodifikasi oleh 10–13) selalu lebih besar di hemisferium serebri kiri daripada
pengalaman. Contoh kelenturan (plastisitas) jalur pendengaran kanan, terutama pada orang yang tangan kanannya dominan.
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 209

Kutub ke bawah, dan perubahan dalam gelombang suara adalah


Sulkus frontal faktor utama dalam menentukan letak suara dalam bidang
Heschl
vertikal. Lokalisasi suara sangat terganggu oleh lesi di korteks
pendengaran.

TULI
Tuli dapat dibagi menjadi dua kategori: tuli hantaran (konduksi)
dan tuli sensorineural. Tuli hantaran merujuk ke gangguan
transmisi suara di telinga luar atau tengah dan memengaruhi
semua frekuensi suara. Penyebab tuli hantaran antara lain adalah
tersumbatnya meatus akustikus eksternus oleh serumen (kotor-
an telinga) atau benda asing, otitis eks-terna (peradangan telinga
luar, “telinga perenang”), dan otitis media (peradangan telinga
tengah) yang menyebabkan penimbunan cairan, perforasi
Kutub
oksipital gendang telinga, dan osteosklerosis yaitu proses penyerapan dan
Planum Planum temporale
temporale kiri kanan penggantian tulang oleh tulang sklerotik yang tumbuh menutupi
fenestra vestibuli.
Tuli sensorineural (tuli saraf) paling sering disebabkan
oleh hilangnya sel-sel rambut koklea meskipun dapat juga
disebabkan oleh masalah di nervus vestibulokoklearis atau
di dalam jalur pendengaran sentral. Kelainan ini sering
mengganggu kemampuan untuk mendengar titinada tertentu
sementara titinada lain tidak terpengaruh. Antibiotik amino-
glikosida seperti streptomisin dan gentamisin menghambat
GAMBAR 10-13 Planum temporale kiri dan kanan pada sebuah kanal mekanosensitif di stereosilia sel-sel rambut (terutama sel
otak yang dipotong secara horizontal di sepanjang bidang fisura rambut luar) dan dapat menyebabkan sel berdegenerasi,
silvii. Bidang potongan diperlihatkan di gambar sisipan pada bagian menimbulkan tuli sensorineural dan gangguan fungsi vesti-
bawah. (Direproduksi, dengan izin, dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM
[editor]: Principles of Neural Science, 3rd ed. McGraw-Hill, 1991).
bular. Kerusakan sel rambut oleh pajanan suara bising terus-
menerus menyebabkan gangguan pendengaran (lihat Boks
klinis 10–1). Penyebab lain adalah tumor nervus vestibulo-
Daerah ini tampaknya terlibat dalam pengolahan pendengar- koklearis dan angulus pontoserebelaris, dan kerusakan vaskular
an terkait-bahasa. Suatu pengamatan menarik adalah bahwa di medula.
planum temporale bahkan lebih besar dari normal di sisi kiri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan audiometer.
pada para musisi dan mereka yang memiliki telinga yang Alat ini memberi subjek nada-nada murni dengan berbagai
tajam (terhadap titinada). frekuensi melalui alat pendengar (earphone). Di masing-masing
frekuensi, intensitas ambang ditentukan dan diplotkan di
LOKALISASI SUARA sebuah grafik sebagai persentase dari pendengaran normal.
Penentuan arah asal suara dalam bidang horizontal bergantung Proses ini menghasilkan pengukuran objektif mengenai tingkat
pada deteksi perbedaan waktu antara kedatangan rangsangan di ketulian dan gambaran mengenai kisaran nada yang paling
kedua telinga dan, dengan demikian, perbedaan fase gelombang terkena.
suara di kedua sisi; penentuan ini juga bergantung pada Tuli hantaran dan tuli sensorineural dapat dibedakan
kenyataan bahwa suara akan terdengar lebih keras di sisi yang dengan sejumlah uji sederhana menggunakan garpu tala. Tiga
paling dekat dengan sumber suara. Perbedaan waktu yang dapat dari uji-uji tersebut, yang diberi nama berdasarkan penemu-
dideteksi, yang dapat sampai sesingkat 20 µdet, dikatakan nya, diperlihatkan di Tabel 10–1. Uji Weber dan Schwabach
merupakan faktor terpenting pada frekuensi di bawah 3000 Hz memperlihatkan pentingnya efek penyamaran suara lingkungan
dan perbedaan kekerasan suara paling penting pada frekuensi di terhadap ambang pendengaran.
atas 3000 Hz. Neuron-neuron di korteks pendengaran yang
menerima masukan dari kedua telinga berespons maksimal atau SISTEM VESTIBULAR
minimal apabila waktu kedatangan suatu rangsangan di satu
telinga tertunda oleh suatu periode tetap yang relatif terhadap Sistem vestibular dapat dibagi menjadi aparatus vestibular
waktu kedatangan di telinga yang lain. Periode tetap ini dan nuklei vestibulares sentral. Aparatus vestibular di telinga
bervariasi dari neuron ke neuron. dalam mendeteksi gerakan dan posisi kepala serta mengubah
Suara yang datang langsung dari depan individu informasi ini menjadi sinyal saraf (Gambar 10-3). Nukleus
kualitasnya berbeda dengan yang datang dari belakang, karena vestibularis terutama berkaitan dengan pemeliharaan posisi
tiap-tiap pina (bagian telinga luar yang tampak) mengarah kepala dalam ruang. Traktus-traktus yang turun dari
sedikit ke depan. Selain itu, pantulan gelombang suara dari nukleus-nukleus ini memperantarai penyesuaian kepala
permukaan pina berubah sewaktu suara bergerak ke atas dan terhadap leher dan kepala terhadap tubuh.
210 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 10-1

Gangguan Pendengaran yang mengatur tegangan di tip links; dan miosin-VI, yang sedikit
banyak penting untuk pembentukan silia normal. Tuli juga
Gangguan pendengaran adalah defek sensorik yang paling
berkaitan dengan bentuk-bentuk mutan a-tektin, salah satu
sering terjadi pada manusia. Menurut World Health
protein utama di membrana tektoria. Salah satu contoh tuli
Organization, lebih dari 270 juta orang di seluruh dunia
sindromik adalah sindrom Pendred, yang disebabkan oleh
mengidap gangguan pendengaran sedang sampai berat,
mutasi pada gen penukar anion multifungsi sehingga terjadi tuli
dengan seperempat dari kasus-kasus ini dimulai sejak masa
dan gondok. Contoh lain adalah salah satu bentuk sindrom QT
anak. Menurut National Institutes of Health, sekitar 15% orang
panjang yang disebabkan oleh mutasi pada salah satu protein
Amerika antara 20 dan 69 tahun mengalami penurunan
kanal K+, KVLQT1. Di stria vaskularis, bentuk normal dari
pendengaran terhadap frekuensi tinggi karena pajanan ke
protein ini penting untuk mempertahankan konsentrasi K+ yang
suara yang bising atau keras di tempat kerja atau ketika
tinggi di endolimfe, dan di jantung protein ini membantu
melakukan aktivitas hiburan (no/se-induced hearing loss,
mempertahankan interval QTyang normal. Orang yang
NIHL). Suara yang berlebihan merusak sel rambut dalam dan
homozigot untuk mutan KVLQT1 mengalami tuli dan rentan
luar, tetapi sel rambut luar tampaknya lebih rentan.
terhadap aritmia ventrikel dan kematian mendadak yang
Pemakaian berbagai bahan kimia juga menyebabkan gangguan
menjadi ciri khas sindrom QT panjang. Mutasi pada protein
pendengaran; bahan-bahan kimia tersebut disebut ototoksin.
membran barttin dapat menyebabkan tuli dan manifestasi
Bahan-bahan ini mencakup beberapa antibiotik (streptomisin),
ginjal sindrom Bartter.
loop diuretic (furosemid), dan obat kemoterapi berbasis
platinum (sisplatin). Berbagai obat ototoksik ini merusak sel
rambut luar atau stria vaskularis. Presbikusis, penurunan KIAT TERAPEUTIK
pendengaran yang terjadi bertahap yang berkaitan dengan
penuaan, mengenai lebih dari sepertiga orang yang berusia di Impian koklea digunakan untuk mengobati anak dan
atas 75 tahun dan mungkin disebabkan oleh hilangnya sel-sel dewasa dengan gangguan pendengaran berat. Food and
rambut dan neuron secara bertahap dan kumulatif. Pada Drug Administratlon Amerika Serikat melaporkan bahwa,
sebagian besar kasus, gangguan pendengaran adalah suatu hingga April 2009, sekitar 188.000 orang di seluruh dunia
penyakit multifaktor yang disebabkan oleh faktor genetik dan telah mendapat impian koklea. Impian dapat digunakan
lingkungan. Mutasi gen-tunggal terbukti dapat menyebabkan pada anak semuda 12 bulan. Alat ini terdiri dari mikrofon
gangguan pendengaran. Jenis gangguan pendengaran ini (menyerap suara lingkungan), prosesor bicara (memilih
adalah suatu kelainan monogenik dengan cara pewarisan dan menyusun suara-suara ini), transmiter dan pe-
dominan autosom, resesif autosom, terkait-X, atau mode nerima/stimulator (mengubah suara menjadi impuls
mitokondria. Bentuk monogenik tuli dapat didefinisikan
listrik), dan rangkaian elektroda (mengirim impuls ke
sebagai sindromik (gangguan pendengaran disertai oleh
nervus koklearis). Meskipun tidak dapat memulihkan
kelainan lain) atau non-sindromik (hanya gangguan
pendengaran). Sekitar 0,1% bayi baru lahir memiliki mutasi pendengaran normal, impian memberikan gambaran
genetik yang menyebabkan tuli. Tuli non-sindromik akibat mengenai suara lingkungan kepada orang tuli. Mereka
mutasi genetik dapat muncul pertama kali pada masa dewasa yang mengalami tuli awitan dewasa dan mendapat
dan bukan kanak-kanak serta mungkin menjadi penyebab 16% impian koklea dapat belajar mengaitkan sinyal yang
orang dewasa yang mengalami gangguan pendengaran yang dihasilkan alat dengan suara yang mereka ingat. Anak
signifikan. Sekarang diperkirakan bahwa produk dari 100 gen yang menerima impian koklea bersama denganterapi
atau lebih penting untuk proses pendengaran yang normal, intensif mampu memperoleh keterampilan bicara dan
dan lokus-lokus ketulian dapat ditemukan pada 19 dari 24 bahasa. Kini juga tengah dilakukan riset untuk
kromosom manusia. Mutasi tersering yang menyebabkan mengembangkan sel-sel yang dapat menggantikan sel
gangguan pendengaran kongenital adalah yang mengenai rambut di telinga dalam. Sebagai contoh, para peneliti di
protein koneksin 26. Defek ini menghambat daur-ulang normal
Universitas Stanford mampu menghasilkan sel-sel mirip
K+ melalui sel penunjang (sel sustenakular). Mutasi di tiga
miosin non-otot juga menyebabkan tuli. Ketiganya adalah sel rambut mekanosensitif dari sel punca (stem cell)
miosin-Vlla, yang berkaitan dengan aktin di prosesus sel embrional dan pluripoten.
rambut; miosin-lb, yang mungkin bagian dari "motor adaptasi"

JALUR SENTRAL Serat-serat dari utrikulus dan sakulus terutama berproyeksi ke


Badan-badan sel dari 19.000 neuron yang menyarafi krista dan cabang lateral (nukleus Deiters) nukleus vestibularis yang
makula di kedua sisi terletak di ganglion vestibulare. Tiap-tiap kemudian berproyeksi ke medula spinalis (traktus vestibulo-
nervus vestibularis berakhir di nukleus vestibularis empat-bagian spinalis lateralis). Serat-serat dari utrikulus dan sakulus juga
ipsilateral (Gambar 10-12) dan di lobus flokulonodularis berakhir di neuron-neuron yang berproyeksi ke serebelum dan
serebelum (tidak terlihat di gambar). Serat-serat dari kanalis formasio retikularis. Nukleus vestibularis juga berproyeksi ke
semisirkularis berakhir terutama di cabang superior dan medial talamus dan dari sini ke dua bagian korteks somatosensorik
nukleus vestibularis; neuron-neuron di regio ini berproyeksi primer. Koneksi-koneksi asendens ke berbagai nukleus nervus
terutama ke nukleus-nukleus yang mengontrol gerakan mata. kranialis umumnya berkaitan dengan gerakan mata.
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 211

TABEL 10–1 Tes umum dengan garpu tala untuk membedakan antara tuli sensorineural dan tuli hantaran.
Weber Rinne Schwabach

Metode Pangkal garpu tala yang bergetar Pangkal garpu tala yang bergetar ditempelkan di prosesus Hantaran tulang pada pasien
ditempelkan di verteks tengkorak mastoideus sampai subjek tidak lagi mendengarnya, lalu dibandingkan dengan
garpu tala diletakkan di udara di samping telinga. hantaran pada orang normal

Normal Mendengar sama baik di kedua sisi Mendengar getaran di udara


setelah hantaran tulang hilang

Tuli hantaran (satu Suara terdengar lebih keras di telinga Getaran di udara tidak terdengar Hantaran tulang lebih baik
telinga) yang sakit karena efek penyamar setelah hantaran tulang selesai daripada normal (defek hantaran
lingkungan tidak ada di sisi yang sakit menghilangkan bising penyamar)
Tuli sensorineural (satu Suara lebih keras di telinga yang sehat Getaran terdengar di udara setelah Hantaran tulang lebih buruk
telinga) hantaran tulang selesai, selama tuli daripada normal
saraf bersifat parsial

RESPONS TERHADAP AKSELERASI Rotasi menyebabkan rangsangan maksimal pada kanalis


semisirkularis yang paling dekat dengan bidang rotasi. Karena
ROTASIONAL kanalis di satu sisi kepala merupakan bayangan cermin dari
Percepatan (akselerasi) rotasional dalam salah satu bidang kanalis di sisi lainnya, endolimfe bergeser menuju ampula di
kanalis semisirkularis tertentu akan merangsang kristanya. satu sisi dan menjauhinya di sisi yang lain. Dengan demikian,
Endolimfe, akibat kelembamannya, akan bergeser dengan arah pola rangsangan yang mencapai otak beragam sesuai arah
berlawanan terhadap arah rotasi. Cairan ini mendorong serta bidang rotasi. Percepatan linear mungkin tidak dapat
kupula, menyebabkan perubahan bentuk. Hal ini akan menyebabkan perubahan kupula sehingga tidak menimbulkan
menekukkan prosesus-prosesus sel rambut (Gambar 10-3). rangsangan pada krista. Namun, terdapat banyak bukti bahwa
Apabila telah tercapai kecepatan rotasi yang konstan, cairan apabila salah satu bagian labirin rusak, bagian lain akan
berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan mengambil alih fungsinya. Boks Klinis 10–2 menjelaskan
posisi kupula kembali tegak. Bila rotasi dihentikan, perlambat- gerakan-gerakan mata khas yang terjadi selama suatu periode
an akan menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan rotasi.
rotasi, dan kupula mengalami perubahan bentuk dalam arah
berlawanan dengan arah sewaktu percepatan. Kupula kembali RESPONS TERHADAP
ke posisi di tengah dalam 25-30 detik. Pergerakan kupula
dalam satu arah biasanya menimbulkan peningkatan lepas PERCEPATAN LINEAR
muatan satu serat saraf dari kristanya, sementara pergerakan Makula utrikulus berespons terhadap percepatan horizontal dan
dalam arah berlawanan umumnya menghambat aktivitas saraf makula sakulus terhadap percepatan vertikal. Otolit di membran
(Gambar 10-14). sekitar bersifat lebih padat daripada endolimfe, dan percepatan
dalam semua arah menyebabkannya tergeser ke arah berlawan-
an, mendistorsi prosesus sel rambut dan mencetuskan aktivitas
60
di serat saraf. Makula juga melepaskan muatan secara tonis
Frekuensi implus/dtk

40
20 walaupun tidak terdapat gerakan kepala, karena gaya tarik bumi
0 pada otolit.
60 Impuls yang dihasilkan oleh reseptor-reseptor ini sebagian
40 berperan pada labyrinth righting reflexes. Refleks-refleks ini
20 adalah serangkaian respons yang terutama dipadukan di
0
sebagian besar nukleus-nukleus otak tengah. Rangsangan untuk
Rotasi refleks ini adalah miringnya kepala, yang merangsang organ-
Kecepatan 0 10 20 30 40 50 60 organ otolit; responsnya adalah kontraksi kompensa-torik otot-
angular
Waktu (dtk) otot leher agar kepala tetap tegak. Pada kucing, anjing, dan
primata, isyarat visual dapat memicu optical righting reflex
GAMBAR 10-14 Respons ampula terhadap rotasi. Perjalanan yang menegakkan hewan tanpa masukan dari labirin atau
waktu rerata pengeluaran impuls dari ampula dua kanalis tubuh. Pada manusia, bekerjanya refleks-refleks ini
semisirkularis sewaktu percepatan rotasional, rotasi tetap, dan mempertahankan kepala dalam posisi stabil dan mata terfiksasi
perlambatan. Gerakan kupula di satu arah meningkatkan frekuensi ke sasaran visual meskipun tubuh bergerak dan terjadi
lepas muatan serat-serat saraf tunggal dari krista, dan gerakan dalam guncangan atau hentakan setiap hari. Respons dimulai oleh
arah berlawanan menghambat aktivitas saraf. (Direproduksi, dengan izin,
dari Adrian ED: Discharge from vestibular receptors in the cat. J Physiol [Lond]
rangsangan vestibular, peregangan otot leher, dan pergerakan
1943;101:389). bayangan visual di retina, dan responsnya adalah refleks
212 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 10-2

Nistagmus dapat terjadi karena stroke, sklerosis multipel, cedera kepala,


Gerakan menyentak khas pada mata yang tampak pada saat dan tumor otak. Beberapa obat (terutama obat antikejang),
awal dan akhir periode rotasi disebut nistagmus. Gerakan ini alkohol, dan sedatif dapat menyebabkan nistagmus.
sebenarnya suatu refleks yang mempertahankan fiksasi Nistagmus dapat digunakan sebagai indikator diagnostik
penglihatan di titik-titik yang diam sementara tubuh berputar, integritas sistem vestibular. Dapat dilakukan stimulasi kalori
walaupun gerakan ini tidak dicetuskan oleh impuls untuk menguji fungsi labirin vestibular. Kanalis semisirkularis
penglihatan dan dijumpai pada orang buta. Sewaktu rotasi dirangsang dengan meneteskan air hangat (40°C) atau dingin
dimulai, mata bergerak lambat dalam arah berlawanan (30°C) ke dalam meatus akustikus eksternus. Perbedaan suhu
dengan arah rotasi, untuk mempertahankan fiksasi akan menimbulkan arus konveksi di endolimfe, yang kemudian
penglihatan (refleks vestibulo-okulus, VOR). Bila batas menggerakkan kupula. Pada orang sehat, air hangat menyebab-
gerakan ini tercapai, mata dengan cepat berputar kembali ke kan timbulnya nistagmus ke arah stimulus, sementara air dingin
titik fiksasi baru lalu kembali bergerak lambat ke arah lain. memicu nistagmus ke arah telinga yang berlawanan. Tes ini
Komponen lambat dicetuskan oleh impuls dari labirin diberi singkatan COWS (Cold waternystagmusis Opposite sides,
vestibular; komponen cepat dicetuskan oleh suatu pusat di Warm water nystagmus is Same side). Pada kasus lesi unilateral
batang otak. Nistagmus sering bersifat horizontal (yaitu mata di jalur vestibularis, nistagmus berkurang atau hilang di sisi lesi.
bergerak dalam bidang horizontal), tetapi nistagmus juga
Untuk menghindari nistagmus, vertigo, dan mual sewaktu
dapat vertikal, bila kepala dimiringkan ke sisi selama rotasi),
melakukan irigasi kanal telinga dalam pengobatan infeksi
atau berputar, bila kepala dimiringkan ke depan. Berdasarkan
telinga, harus dipastikan bahwa suhu cairan yang digunakan
perjanjian, arah gerakan mata dalam nistagmus dinyatakan
sama dengan suhu tubuh.
oleh arah komponen cepat. Arah komponen cepat selama
rotasi sama dengan arah rotasi, tetapi nistagmus pascarotasi
KIAT TERAPEUTIK
yang terjadi akibat pergeseran kupula sewaktu rotasi
dihentikan memiliki arah berlawanan. Jika dijumpai dalam Belum ada terapi yang menyembuhkan nistagmus didapat
keadaan istirahat, nistagmus merupakan tanda suatu patologi. dan pengobatan bergantung pada penyebab. Mengoreksi
Dua contohnya adalah nistagmus kongenital yang dijumpai penyebab yang mendasari (menghentikan pemakaian obat
saat lahir dan nistagmus didapat yang terjadi pada masa penyebab, pengangkatan tumor secara bedah) sering
kehidupan selanjutnya. Pada kasus-kasus klinis ini, nistagmus menjadi terapi pilihan. Bedah otot rektus juga pernah
dapat menetap berjam-jam saat istirahat. Nistagmus didapat berhasil digunakan untuk mengatasi beberapa kasus
nistagmus didapat. Koreksi jangka-pendek nistagmus
mungkin dijumpai pada pasien dengan fraktur os temporale
dapat dilakukan dengan penyuntikan toksin botulinum
akut yang mengenai kanalis semisirkularis atau setelah
(Botox) untuk melumpuhkan otot-otot bola mata.
kerusakan lobus flokulonodularis atau struktur-struktur di
garis tengah misalnya nukleus fastigialis. Kelainan ini juga

vestibulo-okular serta kontraksi-kontraksi refleks yang eksteroseptor kulit, terutama reseptor sentuh dan tekanan.
sangat presisi pada otot leher dan otot ekstraokular. Keempat masukan ini disintesis di tingkat korteks menjadi
Walaupun sebagian besar respons terhadap rangsangan gambaran kontinu orientasi seseorang dalam ruang. Boks Klinis
pada makula bersifat refleks, impuls vestibular juga mencapai 10–3 menguraikan beberapa gangguan vestibular yang umum.
korteks serebri. Impuls-impuls ini diperkirakan berperan
dalam persepsi gerakan yang disadari dan memberi sebagian
informasi yang penting untuk orientasi dalam ruang. Vertigo RINGKASAN BAB
adalah sensasi rotasi tanpa adanya rotasi sebenarnya dan
■ Telinga luar menyalurkan gelombang suara ke meatus
merupakan gejala yang menonjol apabila salah satu labirin
akustikus eksternus dan membrana timpanika. Dari sini,
meradang. gelombang suara disalurkan lewat tiga tulang pendengaran
(osikula auditus; maleus, inkus, dan stapes) di telinga tengah.
ORIENTASI RUANG Telinga dalam meliputi koklea dan organ Corti.
■ Sel-sel rambut di organ Corti memberi sinyal pendengaran.
Orientasi dalam ruang sebagian besar bergantung pada masukan Stereosilia menghasilkan suatu mekanisme untuk menimbul-
dari reseptor-reseptor vestibular, tetapi isyarat penglihatan juga kan perubahan di potensial membran yang setara dengan arah
penting. Informasi yang berkaitan juga diperoleh dari impuls- dan jarak pergerakan rambut. Suara adalah sensasi yang
impuls dari proprioseptor di kapsul sendi, yang memberi data dihasilkan ketika getaran longitudinal molekul-molekul udara
mengenai posisi relatif berbagai bagian tubuh, dan impuls dari mengenai membrana timpanika.
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 213

BOKS KLINIS 10-3

Gangguan Vestibular lainnya. Gejala-gejala tersebut mungkin disebabkan oleh


refleks-refleks yang diperantarai melalui hubungan-hubungan
Gangguan keseimbangan vestibular merupakan penyebab
vestibulus ke batang otak dan lobus flokulonodularis
kesembilan tersering orang berobat ke dokter umum. Kelainan ini
serebelum. Mabuk perjalanan luar angkasa (space motion
adaah salah satu penyebab tersering orang berusia lanjut pergi
sickness), yaitu mual, muntah, dan vertigo yang terjadi pada
berobat. Pasien sering mengeluhkan masalah keseimbangan dalam
para astronot, timbul sewaktu para astronot pertama kali
bentuk vertigo, pening {dizziness), kepala terasa ringan, dan mabuk
terpajan mikrogravitasi dan sering menghilang setelah
perjalanan (motion sickness). Kepala terasa ringan atau pening tidak
beberapa hari di luar angkasa. Gejala ini dapat kambuh sewaktu
selalu merupakan gejala gangguan vestibular, tetapi vertigo adalah
kembali ke bumi, karena gaya tarik meningkat kembali. Mabuk
gejala penting adanya gangguan telinga dalam atau sistem
perjalanan ini diperkirakan disebabkan oleh ketidakseimbangan
vestibular, khususnya jika salah satu labirin meradang. Benign
masukan saraf karena perubahan-perubahan masukan dari
paroxysmal positional vertigo (BPPV, serangan-serangan vertigo
beberapa bagian perangkat vestibular dan sensor gravitasi lain
posisional jinak) adalah gangguan vestibular tersering yang ditandai
tanpa perubahan setara pada masukan orientasi ruang lainnya.
oleh serangan-serangan vertigo ketika terjadi perubahan posisi
tubuh (mis. berputar di tempat tidur, membungkuk). Salah satu
kemungkinan penyebabnya adalah bahwa otokonia dari utrikulus KIAT TERAPEUTIK
terpisah dari membran otolit dan tersangkut di kanalis atau kupula
kanalis semisirkularis. Hal ini menyebabkan defleksi abnormal ketika Gejala BPPV sering mereda setelah beberapa minggu
kepala berubah posisi relatif terhadap gravitasi. atau bulan, tetapi jika diperlukan pengobatan maka salah
Penyakit Meniere adalah kelainan telinga dalam yang satu pilihannya adalah prosedur yang dinamai reposisi
menyebabkan vertigo atau pening hebat, tinitus, fluktuasi kanalit. Hal ini berupa perasat sederhana dan perlahan
gangguan pendengaran, dan sensasi tekanan atau nyeri di untuk meletakkan kepala anda agar otokonia berpindah
telinga yang terkena selama beberapa jam. Gejala dapat timbul dari kanalis semisirkularis kembali ke dalam vestibulum
mendadak dan kambuh setiap hari atau jarang sekali. Gangguan yang ditempati oleh utrikulus. Belum ada terapi yang
pendengaran bersifat transien pada awalnya tetapi dapat menyembuhkan penyakit Meniere, tetapi gejala dapat
menjadi permanen. Patofisiologinya kemungkinan melibatkan diatasi dengan mengurangi retensi cairan melalui
suatu reaksi imun. Respons peradangan dapat meningkatkan perubahan diet (diet rendah atau bebas garam, tanpa
volume cairan di dalam labirintus membranaseus, menyebab- kafein, tanpa alkohol) atau obat seperti diuretik (mis.
kannya pecah sehingga endolimfe dan perilimfe bercampur. hidroklorotiazid). Orang dengan penyakit Meniere sering
Angka kejadian penyakit Meniere di seluruh dunia adalah berespons terhadap obat-obat untuk mengatasi vertigo.
sekitar 12 per 1000 orang. Penyakit ini didiagnosis paling sering Vestibulosupresan seperti meklizin (suatu antihistamin)
pada usia antara 30-60 tahun dan mengenai kedua jenis mengurangi sifat peka-rangsang labirin telinga tengah
kelamin sama banyaknya. dan menghambat hantaran di jalur vestibulum telinga
Mual, perubahan tekanan darah, berkeringat, pucat, dan tengah ke serebelum. Mabuk perjalanan sering dapat
muntah yang merupakan gejala-gejala umum mabuk perjalan- dicegah dengan pemakaian antihistamin atau skopo-
an (motion sickness) terjadi akibat stimulasi vestibulus yang lamin, suatu antagonis reseptor kolinergik muskarinik.
berlebihan dan timbul ketika informasi yang saling ber-
tentangan dikirim ke sistem vestibular dan sistem sensorik

■ Perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang suara Tuli sensorineural biasanya disebabkan oleh hilangnya sel-
menyebabkan membrana timpanika bergerak keluar masuk; sel rambut koklea meskipun dapat juga akibat kerusakan
karena itu, membran ini berfungsi sebagai resonator untuk pada nervus vestibulokoklearis atau jalur pendengaran
menghasilkan getaran dari sumber suara. Tulang-tulang sentral. Tuli hantaran dan sensorineural dapat dibedakan
pendengaran berfungsi sebagai sistem tuas yang mengubah oleh tes-tes sederhana dengan garpu tala.
getaran membrana timpanika menjadi gerakan stapes terhadap ■ Akselerasi rotasional merangsang krista di kanalis
skala vestibuli berisi perilimfe di koklea. semisirkularis, menggeser endolimfe dalam arah berlawan-
■ Aktivitas di dalam jalur pendengaran berjalan dari serat-serat an dari arah gerakan rotasi, menyebabkan deformasi
aferen nervus vestibulokoklearis ke nuklei kokleares dorsal dan kupula dan melengkungnya sel rambut. Utrikulus
ventral ke kolikulus inferior ke korpus geni-kulatum mediale berespons terhadap akselerasi horizontal dan sakulus
talamus lalu ke korteks pendengaran. terhadap akselerasi vertikal. Percepatan di semua arah
■ Kekerasan (kekuatan) suara berkorelasi dengan amplitudo menyebabkan otolit bergeser, mendistorsi prosesus sel
gelombang suara, pola titinada dengan frekuensi, dan warna- rambut dan memicu aktivitas saraf.
nada dengan getaran harmonik. ■ Orientasi ruang bergantung pada masukan dari reseptor
■ Tuli hantaran disebabkan oleh terganggunya transmisi suara di vestibular, isyarat penglihatan, proprioseptor di kapsul
telinga luar atau tengah dan mengenai semua frekuensi suara. sendi, dan reseptor tekanan dan sentuh di kulit.
214 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

PERTANYAAN PILIHAN GANDA maupun tulang abnormal, tetapi hantaran udara bertahan lebih
lama daripada hantaran tulang. Diagnosisnya adalah:
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling A. tuli sensorik di kedua telinga.
tepat kecuali jika dinyatakan lain B. tuli hantaran di telinga kanan.
1. Seorang wanita 45 tahun datang ke dokter setelah secara C. tuli sensorik di telinga kanan.
mendadak mengalami vertigo, tinitus, gangguan pendengaran di D. tuli hantaran di telinga kiri.
telinga kiri, mual, dan muntah. Ini adalah serangan kedua dalam E. tuli sensorineural di telinga kiri.
beberapa bulan terakhir. Ia dirujuk ke dokter spesialis telinga, 5. Apa diagnosisnya jika seorang pasien memperlihatkan hasil-hasil
hidung, dan tenggorokan untuk menyingkirkan kemungkinan tes berikut? Tes Weber memperlihatkan bahwa suara dari garpu
penyakit Meniere. Mana dari pernyataan berikut secara tepat tala yang bergetar lebih keras daripada normal; tes Schwabach
menjelaskan fungsi telinga luar, tengah, dan dalam? memperlihatkan bahwa hantaran tulang lebih baik daripada
A. Gelombang suara disalurkan melalui telinga luar ke meatus normal; dan tes Rinne menunjukkan bahwa durasi hantaran udara
akustikus eksternus dan kemudian masuk ke membrana tidak mengalahkan hantaran tulang
timpanika. A. Tuli sensorik di kedua telinga.
B. Koklea telinga dalam mengandung reseptor untuk mendengar, B. Tuli hantaran di kedua telinga.
kanalis semisirkularis mengandung reseptor yang berespons C. Pendengaran normal.
terhadap pergerakan kepala, dan organ otolit mengandung D. Tuli hantaran dan sensorik.
reseptor yang berespons terhadap rotasi. E. Kemungkinan tumor di nervus vestibulokoklearis.
C. Kontraksi m. tensor timpani dan m. stapedius telinga 6. Jalur pendengaran
tengah menyebabkan manubrium maleus tertarik keluar A. dan jalur vestibularis memiliki sebuah sinaps di
dan basis stapedis tertarik ke dalam. serebelum.
D. Gelombang suara diubah oleh gendang telinga dan tulang- B. dan jalur vestibularis berproyeksi ke regio-regio yang sama
tulang pendengaran menjadi gerakan lempeng kaki maleus. di korteks serebri.
E. Kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus telinga tengah C. terdiri dari serat-serat aferen nervus vestibulokoklearis, nuklei
berkaitan dengan keseimbangan. kokleares dorsal dan ventral, kolikulus superior, korpus
2. Seorang pria 45 tahun dengan kanker testis menjalani genikulatum lateral, dan korteks pendengaran.
kemoterapi dengan sisplatin. Ia melaporkan beberapa efek D. terdiri dari serat-serat aferen nervus vestibulokoklearis, nuklei
samping termasuk perubahan pengecapan, rasa baal dan kokleares dorsal dan ventral, kolikulus inferior, korpus
kesemutan di ujung jari tangan, dan berkurangnya kejernihan genikulatum mediale, dan korteks pendengaran.
suara. Ketika kerusakan sel rambut luar lebih besar daripada E. tidak memperlihatkan plastisitas seperti jalur penglihatan.
kerusakan sel rambut dalam, 7. Seorang mahasiswa kedokteran sehat bersedia menjalani evaluasi
A. Persepsi percepatan vertikal terganggu. fungsi sistem vestibularnya untuk demonstrasi kelas. Arah
B. Konsentrasi K+ di endolimfe berkurang. nistagmusnya diperkirakan vertikal jika ia diputar
C. Konsentrasi K+ di perilimfe berkurang. A. Setelah air hangat dimasukkan ke salah satu telinganya.
D. Terjadi gangguan pendengaran berat. B. Dengan kepala menekuk ke arah belakang.
E. Sel rambut yang terkena tidak memendek ketika terpajan C. Setelah air dingin dimasukkan ke kedua telinganya.
ke suara. D. Dengan kepala miring ke samping.
E. Dengan kepala miring ke depan.
3. Mana dari pernyataan berikut yang benar?
A. Protein motor untuk telinga dalam adalah prestin. 8. Di utrikulus, tip links di sel rambut berperan dalam
B. Tulang pendengaran berfungsi sebagai sistem tuas A. Pembentukan perilimfe
untuk mengubah getaran resonan membrana timpanika B. Depolarisasi stria vaskularis
menjadi gerakan stapes terhadap skala timpani yang C. Pergerakan membran dasar
berisi endolimfe. D. Persepsi suara
C. Kekerasan (kepekakan) suara berbanding lurus E. Regulasi kanal ion yang diaktifkan oleh distorsi
dengan amplitudo gelombang suara, dan pola titinada 9. Nistagmus pascarotasi disebabkan oleh gerakan berkelanjutan dari
berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang suara. A. Humor aquosus di atas korpus siliare mata.
D. Hantaran gelombang suara ke cairan di telinga B. Cairan serebrospinal melalui bagian-bagian batang otak yang
dalam melalui membrana timpanika dan tulang mengandung nukleus vestibularis.
pendengaran disebut hantaran tulang.
C. Endolimfe di kanalis semisirkularis, disertai melengkungnya
E. Suara bernada tinggi menghasilkan gelombang yang
kupula dan stimulasi sel rambut.
mencapai tinggi maksimal di dekat basis ko-kleae; suara
bernada rendah menghasilkan gelombang yang D. Endolimfe ke arah helikotrema.
memuncak dekat apeks. E. Perilimfe di atas sel rambut yang prosesusnya terbenam di
4. Seorang pria 40 tahun, yang bekerja sebagai pembuat jalan selama membrana tektoria.
hampir 20 tahun, pergi berobat ke dokter untuk melaporkan 10. Seorang pasien datang ke rumah sakit untuk evalusi tuli. Ia
bahwa ia baru-baru ini mulai merasakan kesulitan mendengar ternyata mengalami peningkatan kadar renin plasma, meskipun
pembicaraan normal. Tes Weber memperlihatkan bahwa suara tekanan darahnya 118/75 mmHg. Mutasi di gen tunggal apa yang
dari garpu tala yang bergetar terlokalisasikan ke telinga kanan. Tes dapat menjelaskan temuan ini?
Schwabach memper-lihatkan bahwa hantaran tulang di bawah A. Gen untuk barttin
normal. Tes Rinne menunjukkan bahwa baik hantaran udara B. Gen untuk kanal Na+
BAB 10 Pendengaran & Keseimbangan 215

C. Gen untuk renin Hudspeth AJ: How the ear’s works work. Nature 1989;341:397.
D. Gen untuk cystic fibrosis transmembrane conductance Oertel D, Fay RR, Popper AN (editors): Integrative Functions in the
regulator Mammalian Auditory Pathway. Springer, 2002.
E. Gen untuk tirosin hidroksilase Oshima K, Shin K, Diensthuber M, Peng AW, Ricci AJ, Heller
S. Mechanosensitive hair cell-like cells from embryonic and
induced pluripotent stem cells. Cell 2010;141:704.
DAFTAR PUSTAKA Pickles JO: An Introduction to the Physiology of Hearing, 2nd ed.
Angelaki DE, Cullen KE: Vestibular system: The many facets of a Academic Press, 1988.
multimodal sense. Annu Rev Neurosci 2008;31:125. Richardson GP, Boutet-de Monvel J, Petit C: How the genetics of
Ashmore J: Cochlear outer hair cell motility. Physiol Rev deafness illuminates auditory physiology. Annu Rev Physiol
2008;88:173. 2011;73:311.
Baloh RW, Halmagyi M: Disorders of the Vestibular System. Oxford Robles L, Ruggero MA: Mechanics of the mammalian cochlea.
University Press, 1996. Physiol Rev 2001;81:1305.
Eatock RA, Songer JE: Mammalian vestibular hair cells and primary Vollrath MA, Kwan KY, Corey DP: The micromachinery of
afferents: Channeling motion signals. Annu Rev Neurosci mechanotransduction in hair cells. Annu Rev Neurosci
2011;34: 2007;30:339.
Highstein SM, Fay RR, Popper AN (editors): The Vestibular System. Willems PJ: Genetic causes of hearing loss. NE J Med 2000;342:1101.
Springer, 2004.
Halaman ini sengaja dikosongkan
11
B A B

Penciuman &
Pengecapan

T U J U A N ■ Menjelaskan fitur dasar unsur-unsur saraf di epitel olfaktorius dan bulbus


olfaktorius.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menjelaskan transduksi sinyal di reseptor odoran.
Anda seyogianya mampu: ■ Meringkaskan jalur impuls yang terbentuk di epitel olfaktorius sehingga
mencapai korteks olfaktorius.
■ Menjelaskan lokasi dan komposisi seluler papil pengecap.
■ Menyebutkan lima reseptor pengecap utama dan mekanisme transduksi
sinyal di berbagai reseptor ini.
■ Meringkaskanjalurimpulsyangterbentukdireseptorpengecapsehinggamencapai
korteksinsula.

PENDAHULUAN
Penciuman (penghidu, olfaction) dan pengecapan adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul yang larut
(gustation) secara umum diklasifikasikan sebagai indra dalam mukus di hidung dan dalam air liur di mulut. Karena
viserai karena kaitannya yang erat dengan fungsi kanal
rangsangan datang dari suatu sumber eksternal, keduanya juga
cerna. Secara fisiologis, keduanya berkaitan satu sama lain.
diklasifikasikan sebagai ekstero-septor. Sensasi penciuman dan
Aroma berbagai makanan sebagian besar merupakan
kombinasi dari penciuman dan pengecapan. Dengan pengecapan memungkinkan individu membedakan hingga
demikian, makanan dapat terasa “berbeda” apabila sekitar 30 juta senyawa yang terdapat di makanan, predator,
seseorang menderita flu yang menurunkan indra dan pasangan serta mengubah informasi yang diterima
penciuman. Baik reseptor penciuman maupun pengecapan menjadi perilaku yang sesuai.

PENCIUMAN Epitel olfaktorius manusia mengandung sekitar 50 juta


neuron sensorik olfaktorius bipolar yang diselingi oleh sel
penunjang (sel sustentakular) mirip sel glia dan sel punca
EPITEL OLFAKTORIUS DAN BULBUS basal. Neuron-neuron sensorik olfaktorius baru dihasilkan
OLFAKTORIUS oleh sel punca basal sesuai kebutuhan untuk menggantikan
sel yang rusak akibat terpajan ke lingkungan. Epitel
Neuron sensorik olfaktorius terletak di bagian khusus olfaktorius dilapisi oleh suatu lapisan tipis mukus yang
mukosa hidung, epitel olfaktorius yang berpigmen disekresikan oleh sel penunjang dan kelenjar Bowman yang
kekuningan. Pada anjing dan hewan lain dengan indra terletak di bawah epitel.
penciuman yang sangat berkembang (hewan makrosmatik), Setiap neuron sensorik olfaktorius memiliki sebuah
daerah yang diliputi oleh membran ini luas; pada hewan dendrit pendek tebal yang berproyeksi ke dalam rongga
mikrosmatik seperti manusia, membran ini kecil. Pada hidung tempat neuron ini berakhir di suatu tonjolan yang
manusia, membran ini menutupi daerah dengan luas 10 cm2 mengandung 6-12 silia (Gambar 11-1). Pada manusia, silia
di atap rongga hidung dekat septum (Gambar 11–1). Epitel adalah prosesus tak-bermielin, memiliki panjang sekitar 5-10
olfaktorius dikatakan merupakan tempat di dalam tubuh pm dan garis tengah 0,1-2 pm yang menonjol ke dalam mukus
yang sistem sarafnya terletak paling dekat dengan dunia luar. yang terletak di atas epitel. Molekul odoran (molekul bau;

217
218 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Bulbus
olfaktorius Bulbus
olfaktorius

Lamina
kribrosa

Epitel
Neuron Akson
olfaktorius
sensorik
olfaktorius
Sel punca basal
Dendrit

Sel Silia
penunjang

GAMBAR 11-1 Struktur epitel olfaktorius. Terdapat tiga reseptor odoran spesifik di silia dan memicu rangkaian proses yang
jenis sel: neuron sensorik olfaktorius, sel penunjang berakhir pada pembentukan potensial aksi di akson sensorik. Tiap-tiap
(sustentakular), dan sel punca basal di dasar epitel. Tiap-tiap neuron sensorik olfaktorius memiliki sebuah akson yang berproyeksi
neuron sensorik olfaktorius memiliki sebuah dendrit yang ke bulbus olfaktorius, sebuah struktur ovoid kecil yang terletak di
berproyeksi ke permukaan epitel. Banyak silia menonjol ke dalam lamina kribrosa ossis etmoidalis. (Dari Kandel ER, SchwartzJH, JessellTM
lapisan mukus yang melapisi lumen hidung. Bau melekat ke [editor]: PrinciplesofNeural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

suatu bahan kimia) larut dalam mukus dan mengikat


reseptor odoran di silia neuron sensorik olfaktorius. Mukus Ke korteks olfaktorius
membentuk lingkungan molekular dan ionik yang sesuai
untuk mendeteksi bau.
Akson neuron sensorik olfaktorius (nervus kranialis
Gr
pertama; nervus olfaktorius) menembus lamina kribrosa ossis
etmoidalis dan masuk ke bulbus olfaktorius (Gambar 11-1). Di
bulbus olfaktorius, akson-akson neuron sensorik olfaktorius ini
berkontak dengan dendrit primer sel mitrai dan sel tuft M
(Gambar 11–2) untuk membentuk unit-unit sinaps diskret yang
disebut glomerulus olfaktorius. Bulbus olfaktorius juga
mengandung sel periglomerulus, yaitu neuron inhibitorik yang PG
T
menghubungkan satu glomerulus ke lainnya, dan sel granula,
yang tidak memiliki akson dan membentuk sinaps timbal-balik
dengan dendrit-dendrit lateral sel mitrai dan sel tuft (Gambar
11-2). Di sinaps-sinaps ini, sel mitrai atau sel tuft OG
merangsang sel granula dengan melepaskan glutamat, dan
pada gilirannya sel granula menghambat sel mitrai atau sel
tuft dengan melepaskan GABA.
Ujung-ujung bebas dari banyak serat nyeri trigeminus
ditemukan di epitel olfaktorius. Ujung-ujung bebas ini CP
dirangsang oleh bahan-bahan iritan, yang menghasilkan “bau”
khas dari bahan-bahan tersebut seperti pepermin, mentol, dan
klorin. Pengaktifan ujung-ujung bebas ini oleh iritan hidung
juga memicu bersin, lakrimasi, inhibisi pernapasan, dan refleks-
refleks lainnya.
GAMBAR 11-2 Sirkuit saraf dasar di bulbus olfaktorius.
KORTEKS OLFAKTORIUS Perhatikan bahwa sel-sel reseptor olfaktorius dengan satu tipe reseptor
odoran berproyeksi ke satu glomerulus olfaktorius (OG) dan sel reseptor
Sel tuft berukuran lebih kecil daripada sel mitrai dan aksonnya olfaktorius dengan reseptor jenis lain berproyeksi ke glomerulus
lebih halus, tetapi dari segi fungsional keduanya serupa. Akson olfaktorius yang berbeda. Tanda panah tebal menunjukkan inhibisi
sel mitrai dan sel tuft berjalan ke posterior melalui stria melalui pelepasan GABA, dan tanda panah putih memperlihatkan
olfaktorius lateral untuk berakhir di dendrit apikal sel piramid koneksi eksitatorik melalui pelepasan glutamat. CP, lempeng/lamina
kribriformis; Gr, sel granula; M, sel mitral; PG, sel periglomerulus; T, sel
di lima regio korteks olfaktorius: nukleus olfaktorius anterior, tuft. (Diadaptasi, dengan izin, dari Mori K et al. The olfactory bulb: coding and
tuberkulum olfaktorium, korteks piriformis, amigdala, dan processing of odor molecular information. Science 1999;286(5440):711-715).
BAB 11 Penciuman & Pengecapan 219

Bulbus
Traktus olfaktorius
olfaktorius
lateral
aksesorius
Sel
mitral
Sel
mitral
Sel
tuft

Bulbus Nukleus Tuberkulum Korteks Amigdala Korteks


olfaktorius olfaktorius olfaktorius piriformis entorinal
anterior
Organ Epitel
vomeronasal olfaktorius
Hipotalamus
Bulbus
olfaktorius
kontralateral
Hipokampus

Talamus

Korteks Korteks frontalis


orbitofrontalis

GAMBAR 11-3 Diagram jalur olfaktorius. Informasi disalurkan olfaktorium; sel mitrai di bulbus olfaktorius aksesorius berproyeksi
dari bulbus olfaktorius oleh akson neuron sel mitrai dan tuft di traktus hanya ke amigdala. Diskriminasi bau secara sadar bergantung pada
olfaktorius lateral. Sel mitrai berproyeksi ke lima regio korteks neokorteks (korteks orbitofrontalis dan frontalis). Aspek emosi dari
olfaktorius: nukleus olfaktorius anterior, tuberkulum olfaktorium, penciuman berasal dari proyeksi limbus (amigdala dan hipotalamus).
korteks piriformis, dan bagian-bagian amigdala dan korteks entorinal. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM [editor]: Principles of Neural Science, 4th
ed. McGraw-Hill, 2000).
Sel tuft berproyeksi ke nukleus olfaktorius anterior dan tuberkulum

korteks entorinal (Gambar 11–3). Dari regio-regio ini, struktur homolog. Terdapat bukti adanya feromon pada
informasi mengalir langsung ke korteks frontalis atau melalui manusia, dan terdapat hubungan erat antara bau dan fungsi
talamus ke korteks orbitofrontalis. Diskriminasi sadar seksual. Iklan parfum merupakan saksi dari hal ini. Indra
terhadap bau-bauan bergantung pada jalur ke korteks orbito- penciuman dikatakan lebih tajam pada wanita daripada pria, dan
frontalis. Pengaktifan orbitofrontal umumnya lebih besar di pada wanita paling tajam adalah saat ovulasi. Penciuman dan,
sisi kanan daripada kiri. Dengan demikian, representasi dengan tingkat yang lebih rendah, pengecapan, memiliki
penciuman pada korteks bersifat asimetris. Jalur ke ke kemampuan unik membangkitkan ingatan jangka-panjang,
amigdala mungkin ber-peran dalam respons emosi terhadap suatu kenyataan yang sering ditulis oleh para novelis dan
rangsangan penciuman, dan jalur ke korteks entorinal dibuktikan oleh para ahli psikologi eksperimental.
berkaitan dengan ingatan penciuman.
Pada hewan pengerat dan berbagai mamalia lain, rongga RESEPTOR ODORAN DAN
hidung mengandung lempeng epitel olfaktorius lain yang
terletak di sepanjang septum nasi (sekat hidung) di organ
TRANSDUKSI SINYAL
vomeronasal yang terbentuk sempurna. Struktur ini berkaitan Sejak tahun-tahun terakhir, sistem penciuman mendapat
dengan persepsi bau yang bekerja sebagai feromon (p hero- perhatian besar karena adanya pertanyaan biologis menarik
mones). Neuron-neuron sensorik vomeronasal berproyeksi ke tentang bagaimana suatu organ indra sederhana seperti epitel
bulbus olfaktorius aksesorius (Gambar 11-3) dan dari sini ke olfaktorius dan representasinya di otak, yang tampaknya tidak
amigdala dan hipotalamus yang berkaitan dengan reproduksi memiliki tingkat kerumitan tinggi, dapat membedakan lebih dari
dan perilaku ingestif. Masukan vomeronasal memiliki efek 10.000 macam bau. Salah satu jawaban untuk pertanyaan ini
besar pada fungsi-fungsi ini. Salah satu contohnya adalah adalah bahwa terdapat bermacam-macam reseptor bau.
hambatan kehamilan pada mencit; feromon seekor mencit Terdapat sekitar 500 gen penciuman fungsional pada
jantan dari galur (strain) yang berbeda mencegah kehamilan manusia, membentuk sekitar 2% dari genom manusia. Sekuens
karena perkawinan dengan jantan tersebut, tetapi perkawinan asam amino reseptor-reseptor odoran sangatlah beragam, tetapi
dengan jantan dari galur yang sama tidak menimbulkan semua reseptor odoran adalah reseptor terkait protein G (G
hambatan tersebut. Organ vomeronasal memiliki sekitar 100 protein coupled receptor, GPCR). Ketika sebuah molekul odoran
reseptor bau terkait-protein G yang strukturnya cukup berikatan dengan reseptornya, subunit protein G (α, β, γ) terlepas
berbeda dari reseptor di bagian epitel olfaktorius lainnya. (Gambar 11–4). Subunit α mengaktifkan adenilat siklase
Pada manusia, organ ini kurang berkembang, tetapi untuk mengatalisis pembentukan cAMP, yang bekerja
terdapat suatu daerah epitel olfaktorius yang secara anatomis sebagai kurir kedua untuk membuka kanal-kanal kation,
terpisah dan secara biokimiawi unik di suatu cekungan di meningkatkan permeabilitas terhadap Na+, K+, dan Ca2+.
sepertiga anterior septum nasi yang tampaknya merupakan Efek akhirnya adalah arus Ca2+ yang mengarah ke dalam
220 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Odoran Kanal
Adenilat
siklase Na+/Ca2+
Reseptor
odoran

Protein G

A)

Ca2+ Na+
Odoran Reseptor Adenilat
odoran siklase Kanal
Na+/Ca2+

cAMP

ATP

cAMP
B)

GAMBAR 11-4 Transduksi sinyal di sebuah reseptor odoran. subunit tersebut terlepas. Subunit α protein G mengaktifkan adenilat
A) Reseptor olfaktorius adalah contoh reseptor terkait-protein G; siklase untuk mengatalisis produksi cAMP. cAMP bekerja sebagai kurir
mis. reseptor ini berhubungan dengan tiga subunit protein G (α, β, kedua untuk membuka kanal kation. Difusi Na+ dan Ca2+ ke dalam sel
γ). B) Ketika sebuah odoran berikatan dengan reseptor, subunit- menyebabkan depolarisasi. (Dari Fox SI: Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).

yang menghasilkan graded receptor potential (potensial reseptor atom karbon yang sama tetapi dengan konfigurasi struktur
berjenjang). Hal ini kemudian membuka kanal Cl− yang berbeda memiliki bau yang berbeda. Bahan yang sangat
diaktifkan oleh Ca2+, semakin mendepolarisasi sel karena berbau biasanya memiliki sifat relatif mudah larut dalam air
tingginya kadar Cl− intrasel di neuron sensorik olfaktorius. Jika dan lemak. Beberapa kelainan dalam deteksi bau dibahas di
rangsangan cukup kuat sehingga potensial reseptor melewati Boks Klinis 11–1.
ambang, terbentuk potensial aksi di nervus olfaktorius (nervus Ambang deteksi bau adalah konsentrasi terendah suatu
kranialis pertama). bahan kimia yang masih dapat dideteksi. Besarnya variasi
Bagian kedua dari jawaban terhadap pertanyaan tentang ambang mencerminkan sensitivitas reseptor odoran yang luar
bagaimana 10.000 bau yang berbeda dapat dideteksi terletak biasa. Sebagian contoh bahan yang dapat dideteksi pada
pada susunan saraf pada jalur olfaktorius. Meskipun terdapat konsentrasi sangat rendah adalah hidrogen sulfida (0,0005
jutaan neuron sensorik olfaktorius, masing-masing meng- bagian per sejuta, ppm), asam asetat (0,016 ppm), minyak tanah
ekspresikan hanya satu dari 500 gen olfaktorius. Setiap neuron (0,1 ppm), dan bensin (0,3 ppm). Di ujung lain spektrum,
berproyeksi ke satu atau dua glomerulus (Gambar 11-2). Hal ini beberapa bahan toksik pada hakikatnya tidak berbau; bahan-
menghasilkan peta dua-dimensi yang berbeda di bulbus bahan ini memiliki ambang deteksi bau lebih tinggi daripada
olfaktorius yang unik bagi bau. Sel-sel mitrai dengan glome- konsentrasi mematikan. Contohnya adalah karbon dioksida,
rulusnya berproyeksi ke berbagai bagian korteks olfaktorius. yang terdeteksi pada 74.000 ppm tetapi mematikan pada 50.000
Glomerulus olfaktorius memperlihatkan inhibisi lateral ppm. Tidak semua orang memiliki ambang deteksi bau yang
yang diperantarai oleh sel-sel periglomerulus dan sel-sel sama untuk suatu odoran. Sementara seseorang dapat
granula. Hal ini mempertajam dan memfokuskan sinyal-sinyal mendeteksi dan mengenali suatu odoran dengan konsentrasi
penciuman. Selain itu, potensial medan ekstrasel di masing- tertentu, orang lain mungkin hampir tidak menyadarinya.
masing glomerulus mengalami osilasi, dan sel granula tampak- Pembedaan/diskriminasi penciuman merupakan hal
nya mengatur frekuensi osilasi tersebut. Fungsi pasti osilasi yang luar biasa. Di pihak lain, penentuan perbedaan
tersebut tidak diketahui, tetapi mungkin membantu mem- intensitas pada satu bau sangatlah kurang. Konsentrasi
fokuskan sinyal-sinyal penciuman yang mencapai korteks. bahan penghasil bau harus berubah sekitar 30% sebelum
perubahan tersebut dapat terdeteksi. Sebagai perbandingan,
ambang pembedaan penglihatan adalah perubahan intensitas
AMBANG DETEKSI BAU cahaya hanya sebesar 1%. Arah asal suatu bau tampaknya
Molekul penghasil bau (odoran) umumnya berukuran kecil, didasarkan pada perbedaan kecil dalam waktu kedatangan
mengandung 3-20 atom karbon; dan molekul dengan jumlah molekul odoran yang bersangkutan di kedua lubang hidung.
BAB 11 Penciuman & Pengecapan 221

BOKS KLINIS 11-1

Gangguan dalam Deteksi Bau penciuman. Selain tidak mampu merasakan kenikmatan aroma
yang menyenangkan dan beragam rasa pengecapan, orang
Anosmia (ketidakmampuan mencium bau) dan hiposmia atau
dengan anosmia berisiko karena mereka tidak mampu
hipestesia (berkurangnya kepekaan penciuman) dapat terjadi
mendeteksi bau yang merupakan penanda adanya bahaya
hanya karena hidung tersumbat atau karena polip hidung.
misalnya kebocoran gas, api, dan makanan basi. Hiperosmia
Kelainan ini juga dapat merupakan tanda dari masalah yang
(peningkatan kepekaan penciuman) lebih jarang terjadi daripada
lebih serius seperti kerusakan nervus olfaktorius karena fraktur
penurunan penciuman, tetapi wanita hamil sering menjadi
lamina kribrosa atau trauma kepala, tumor seperti neuro-
terlalu sensitif terhadap bau. Disosmia (distorsi indra
blastoma atau meningioma, dan infeksi kanal napas (misalnya
penciuman) dapat disebabkan oleh beberapa penyakit termasuk
abses). Anosmia kongenital adalah suatu kelainan yang jarang
infeksi sinus, kerusakan parsial nervus olfaktorius, dan higiene
terjadi yang ditandai dengan tidak adanya kemampuan
gigi yang kurang.
mencium bau sejak lahir. Pemakaian berkepanjangan deko-
ngestan hidung juga dapat menyebabkan anosmia, dan
kerusakan nervus olfaktorius sering dijumpai pada pasien KIAT TERAPEUTIK
dengan penyakit Alzheimer. Menurut National Institutesof Anosmia cukup sering merupakan suatu keadaan sementara
Health, 1-2% orang Amerika Utara di bawah usia 65 tahun akibat infeksi sinus atau flu, tetapi kelainan ini juga dapat
mengalami penurunan signifikan kemampuan penciuman. menetap jika disebabkan oleh polip hidung atau trauma.
Namun, penuaan berkaitan dengan kelainan pada indra Antibiotik dapat diresepkan untuk mengurangi peradangan
penciuman; 50% orang berusia antara 65-80 tahun serta >75% akibat polip dan memperbaiki kemampuan penciuman. Pada
mereka yang berusia lebih dari 80 tahun mengalami gangguan sebagian kasus, dilakukan pembedahan untuk mengangkat
kemampuan mengidentifikasi bau. Karena antara pengecapan polip hidung. Kortikosteroid topikal juga terbukti efektif
dan penciuman berhubungan erat, anosmia berkaitan dengan dalam memulihkan kemampuan penciuman akibat penyakit
penurunan sensitivitas pengecapan (hipogeusia). Anosmia hidung dan sinus.
umumnya permanen pada kasus-kasus dengan kerusakan
nervus olfaktorius atau elemen saraf lain di jalur saraf

PROTEIN PENGIKAT BAU suatu jalur umpan-balik yang melibatkan protein kinase II
dependen-kalsium/ kalmodulin yang bekerja pada adenilil
Epitel olfaktorius mengandung satu atau lebih protein pengikat siklase. Langkah selanjutnya disebut adaptasi jangka-panjang,
bau (odorant-binding protein, OBP) yang dihasilkan oleh sel yang mencakup pengaktifan guanilat siklase dan produksi
penunjang dan dilepaskan ke ruang ekstrasel. Saat ini telah cGMP. Suatu penukar Na+/Ca2+ untuk memulihkan
berhasil diisolasi sebuah OBP 18-kDa yang unik terhadap rongga keseimbangan ion juga berperan dalam adaptasi jangka-panjang.
hidung, dan protein terkait lainnya mungkin juga ada. Protein
ini memiliki homologi yang cukup besar dengan protein lain PENGECAPAN
dalam tubuh yang dikenal sebagai pembawa molekul-molekul
lipofilik kecil. Protein pengikat serupa juga tampaknya terdapat
pada sistem pengecapan. Berbagai OBP ini mungkin berfungsi
PAPIL PENGECAP
dalam beberapa cara. Pertama, OBP mungkin memekatkan Organ indra khusus untuk pengecapan terdiri dari sekitar 10.000
odoran dan memindahkannya ke reseptor. Kedua, OBP papil pengecap (taste bud) yang merupakan badan-badan ovoid
mungkin memisahkan ligan hidrofobik dari udara ke fase air. yang berukuran 50-70 mm. Tiap-tiap papil pengecap
Ketiga, OBP mungkin menjauhkan odoran dari tempat mengandung empat jenis sel yang secara morfologis berbeda: sel
pengenalan bau agar bau dapat dibersihkan. basal; sel gelap, sel terang, dan sel intermediat (Gambar 11–5).
Ketiga sel terakhir juga disebut sebagai sel pengecap tipe I, II,
dan III. Sel-sel ini adalah neuron sensorik yang berespons
ADAPTASI terhadap rangsangan pengecapan atau tastant. Tiap-tiap papil
Telah lazim diketahui bahwa apabila seseorang secara terus- pengecap mengandung 50 sampai 100 sel pengecap. Ketiga
menerus terpajan bau tertentu (bahkan bau yang paling tidak jenis sel ini mungkin mencerminkan berbagai tahap diferensiasi
mengenakkan), persepsi bau akan menurun dan akhirnya dalam perkembangan sel pengecap, dengan sel terang adalah
berhenti. Fenomena yang kadang-kadang bermanfaat ini yang paling matur. Selain itu, tiap-tiap jenis sel juga mungkin
disebabkan oleh adaptasi, atau desensitisasi, yang relatif cukup mencerminkan turunan sel yang berbeda-beda. Ujung apikal sel
cepat terjadi pada sistem penciuman. Adaptasi di sistem pengecap memiliki mikrovilus yang berproyeksi ke dalam pori
penciuman ini berlangsung dalam beberapa tahap. Tahap pengecap, sebuah lubang kecil di permukaan dorsal lidah
pertama mungkin diperantarai oleh protein pengikat kalsium tempat sel-sel pengecap terpajan ke isi mulut. Setiap papil
(kalsium/kalmodulin) yang berikatan dengan protein kanal pengecap disarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya,
reseptor untuk menurunkan afinitasnya terhadap nukleotida setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata lima papil
siklik. Langkah berikutnya disebut adaptasi jangka-pendek, yang pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel epitel yang mengelilingi
terjadi sebagai respons terhadap cAMP dan mengisyaratkan papil pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel pengecap
222 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Saraf korda
timpani (VII)

Nervus gloso-
faringeus (IX)

Pori pengecap

Air liur
Valata

Sel epitel

Glandula
serosa
A) Foliata Sel pengecap

Sel basal

Papil Saraf aferen gustatorik


pengecap
Ke ganglion sensorik
Fungiformis
B) C)

GAMBAR 11-5 Papil pengecap terletak di papila lidah manusia. bagian-bagian spesifik lidah. C) Papil pengecap terdiri dari sel punca
A) Papil pengecap di dua pertiga anterior lidah disarafi oleh cabang basal dan tiga jenis sel pengecap (gelap, terang, dan intermediat). Sel-
korda timpani nervus fasialis; yang terletak di sepertiga posterior sel pengecap terbentang dari dasar papil pengecap hingga ke pori
lidah disarafi oleh cabang lingualis nervus glosofaringeus. B) Tiga pengecap, tempat mikrovilus berkontak dengan tastant yang larut
jenis utama papila (valata, foliata, dan fungiformis) terletak di dalam air liur dan mukus. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH, JessellTM
[editor]: Principles of NeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

baru, dan sel pengecap lama secara terus-menerus diganti nervus fasialis, dan serat-serat dari sepertiga posterior lidah
dengan waktu paruh sekitar 10 hari. Apabila saraf sensorik mencapai batang otak melalui nervus glosofaringeus
dipotong, papil pengecap yang di-sarafinya akan mengalami (Gambar 11–6). Serat-serat dari daerah lain selain lidah
degenerasi dan akhirnya menghilang. (mis. faring) mencapai batang otak melalui nervus vagus. Di
Pada manusia, papil pengecap terletak di mukosa kedua sisi, serat-serat pengecap yang bermielin, tetapi meng-
epiglotis, palatum, dan faring di dinding papila lidah (Gambar hantarkan impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut
11-5). Papila fungiformis merupakan struktur bulat yang menyatu di bagian gustatorik nukleus traktus solitarius
paling banyak ditemukan dekat ujung lidah; papila valata (NTS) di medula oblongata (Gambar 11-6). Dari sini, akson-
(circumvallate papillaej adalah struktur menonjol yang akson dari neuron ordo-kedua naik di lemniskus medialis
tersusun membentuk huruf V di belakang lidah; papila foliata ipsilateral dan berjalan langsung ke nukleus posteromedial
terletak di batas posterior lidah. Setiap papila fungiformis ventral talamus. Dari talamus, akson-akson dari neuron
memiliki hingga lima papil pengecap, dan papil-papil tersebut ordo-ketiga berjalan ke neuron-neuron di insula anterior dan
biasanya terletak di puncak papila, sementara setiap papila
operkulum frontal di korteks serebri ipsilateral. Regio ini
valata dan papila foliata mengandung sampai 100 papil
terletak rostral dari daerah wajah girus postsentralis, yang
pengecap, biasanya terletak di sisi papila. Kelenjar von Ebner
mungkin merupakan daerah yang memperantarai persepsi
(juga disebut kelenjar gustatorik atau glandula serosa)
mengeluarkan air liur ke dalam celah di sekitar papila valata sadar pengecapan dan diskriminasi pengecapan.
dan papila foliata. Sekresi dari kelenjar ini mungkin berfungsi
membersihkan mulut untuk mempersiapkan reseptor MODALITAS PENGECAPAN,
pengecap bagi rangsangan baru. Penelitian-penelitian terakhir
juga menyarankan bahwa papila valata dan kelenjar von Ebner RESEPTOR, & TRANSDUKSI
membentuk suatu kompleks fungsional yang penting dalam Manusia memiliki lima pengecapan (rasa) dasar: manis, asam/
deteksi rasa yang sebenarnya berkat enzim-enzim yang kecut, pahit, asin dan umami. Rasa umami ditambahkan ke
dihasilkan oleh kelenjar. empat rasa klasik relatif baru meskipun telah diketahui selama
JALUR PENGECAPAN hampir 100 tahun. Umami baru diakui sebagai modalitas rasa
setelah reseptornya teridentifikasi. Rasa ini dipicu terutama oleh
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua mononatrium glutamat (MSG) yang banyak digunakan dalam
pertiga anterior lidah berjalan dalam cabang korda timpani makanan di Asia. Rasa ini menyenangkan dan manis, tetapi
BAB 11 Penciuman & Pengecapan 223

Korteks gustatorik
(insula anterior-
operkulum frontal)

Nukleus ventralis
posteromedalis
talami

Ganglion
Korda genikulatum
timpani

N. VII

Lidah Nukleus
N. IX
Ganglion traktus solitarius
Glosofaringeus petrosa
N. X Daerah
gustatorik

Ganglion
nodosa

Faring

GAMBAR 11-6 Diagram jalur pengecapan. Sinyal dari papil pengecap berjalan melalui saraf-saraf berbeda ke daerah gustatorik nukleus
traktus solitarius, yang menyalurkan informasi ke talamus; talamus berproyeksi ke korteks gustatorik. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH,
JessellTM [editor]. Principles ofNeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

berbeda dari rasa manis standar. Selama ini diperkirakan bahwa Rasa asin dipicu oleh NaCl. Pengecap peka-asin ini
permukaan lidah memiliki daerah-daerah khusus untuk masing- diperantarai oleh kanal selektif-Na+ yang dikenal sebagai
masing dari keempat sensasi pertama ini, tetapi sekarang telah ENaC, kanal natrium epitel peka-amilorid. Masuknya Na+ ke
jelas bahwa semua rasa dapat dirasakan di seluruh bagian lidah dalam reseptor asin menyebabkan depolarisasi membran dan
dan struktur sekitar. Saraf aferen ke nukleus traktus solitarius memicu potensial reseptor. Pada manusia, pengecap peka
mengandung serat dari semua jenis reseptor pengecap, tanpa amilorid rasa asin kurang menonjol dibandingkan pada
jelas memperlihatkan lokalisasi jenis rasa. spesies lain, yang mengisyaratkan bahwa terdapat mekanisme
Reseptor yang diduga berperan untuk kelima modalitas lain yang meng-aktifkan reseptor peka-asin.
rasa diperlihatkan secara diagramatis di Gambar 11–7. Rasa asam (kecut) dipicu oleh proton (ion H+). ENaC
Reseptor-reseptor ini mencakup dua jenis utama: kanal memungkinkan masuknya proton dan mungkin bertanggung
berpintu ligan (reseptor ionotropik) dan GPCR (reseptor jawab untuk sensasi rasa asam. Ion H+ juga dapat berikatan
metabotropik). Rasa asin dan asam dipicu oleh pengaktifan dan menghambat kanal peka-K+. Turunnya permeabilitas K+
reseptor ionotropik; rasa asam, pahit, dan umami dipicu oleh dapat mendepolarisasi membran. HCN, suatu kanal kation
pengaktifan reseptor metabotropik. Banyak GPCR di genom gerbang-nukleotida siklik yang diaktifkan oleh hiper-
manusia adalah reseptor rasa (famili T1R dan T2R). Pada polarisasi, dan mekanisme lain mungkin berperan dalam
sebagian kasus, reseptor-reseptor ini berkaitan dengan protein transduksi sinyal asam.
G heterotrimerik, gustducin. Gustducin menurunkan cAMP Bahan yang terasa manis bekerja melalui protein G
dan meningkatkan pembentukan inositol trifosfat (IP3), yang gustducin. Famili T1R3 GPCR diekspresikan oleh sekitar 20%
dapat menyebabkan depolarisasi. sel pengecap, sebagian di antaranya juga mengekspresikan
224 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Asin Asam Perkiraan reseptor Pahit Umami


manis (L-glutamat)
α γ
N

N N N N
C C C C C C C
ENaC, lain-lain ENaC, HCN, lain-lain T1R3 (lokus sac) Famili T2R, lain-lain Pengecapan mGluR4

GAMBAR 11-7 Signal transduction in taste receptors. Rasa diperantarai oleh famili T2R reseptor terkait-protein G; rasa umami
asin diperantarai oleh kanal selektif-Na+ (ENaC); rasa asam diperantarai oleh glutamat yang bekerja pada suatu reseptor
diperantarai oleh ion H+ permeabel melalui ENaC; rasa manis metabotropik, mGluR4. (Diadaptasi, dengan izin, dari Lindemann B: Receptors
mungkin bergantung pada famili T1R3 reseptor terkait-protein G and transduction in taste. Nature 2001 ;413(6852):219-225).
yang berikatan dengan protein G gustducin; rasa pahit

gustducin. Gula terasa manis, demikian juga senyawa seperti sangat rendah, mencegah asupan bahan kimia ini secara tak-
sakarin yang memiliki struktur yang sama sekali berbeda. sengaja, yang menyebabkan kejang fatal.
Gula alami seperti sukrosa dan pemanis buatan mungkin Telah berhasil diklona suatu protein yang berikatan
bekerja pada gustducin melalui reseptor yang berbeda. dengan molekul penghasil rasa. Protein ini dihasilkan oleh
Reseptor responsif-manis bekerja melalui nukleotida siklik kelenjar von Ebner, kelenjar yang menyekresi mukus ke dalam
dan metabolisme inositol fosfat. celah di sekitar papila valata (Gambar 11-3), dan mungkin
Rasa pahit ditimbulkan oleh berbagai senyawa yang tidak memiliki fungsi pengangkutan dan pemekatan serupa dengan
saling berkaitan. Banyak dari senyawa ini bersifat racun, dan rasa yang dimiliki oleh OBP (protein pengikat bau) pada bagian
pahit berfungsi sebagai peringatan untuk menghindarinya. penciuman. Beberapa kelainan umum dalam deteksi rasa
Sebagian senyawa yang pahit berikatan dan menghambat kanal dijelaskan di Boks Klinis 11–2 .
selektif-K+. Banyak reseptor terkait-protein G (famili T2R) yang Pengecapan memperlihatkan reaksi-ikutan {after-reaction)
berinteraksi dengan gustducin dirangsang oleh substansi pahit dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa hal dengan
seperti striknin. Beberapa senyawa pahit dapat menembus citra-ikutan {after-image) dan kontras penglihatan. Sebagian
membran dan deteksinya mungkin tidak melibatkan protein G; adalah “tipuan” kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar
contohnya adalah kina. merupakan fenomena sentral. Suatu protein pengubah rasa,
Rasa umami disebabkan oleh pengaktifan reseptor glutamat mirakulin, berhasil ditemukan pada suatu tumbuhan. Apabila
metabotropik puntung, mGluR4, di papil pengecap. Bagaimana diaplikasikan di lidah, protein ini membuat asam terasa manis.
pengaktifan reseptor menimbulkan depolarisasi masih belum Hewan, termasuk manusia, membentuk penolakan kuat
diketahui pasti. Glutamat dalam makanan juga dapat meng- terhadap makanan baru apabila memakan makanan tersebut
aktifkan reseptor glutamat ionotropik untuk mendepolarisasi kemudian diikuti oleh penyakit. Nilai kesintasan (kelangsungan
reseptor umami. hidup) penolakan ini tampak jelas bila dikaitkan dengan
penghindaran racun.
AMBANG PENGECAPAN &
DISKRIMINASI INTENSITAS TABEL 11–1 Beberapa ambang pengecapan.
Kemampuan manusia dalam mendiskriminasi (membedakan) Konsentrasi Ambang
Bahan Rasa (μmol/L)
intensitas rasa, seperti pembedaan intensitas pada penciuman,
relatif kasar. Diperlukan perubahan konsentrasi rasa bahan Asam hidroklorida Asam 100
sebesar 30% sebelum perbedaan intensitas dapat dideteksi. Natrium klorida Asin 2000
Ambang pengecapan (taste threshold) merujuk ke konsentrasi
Striknin hidroklorida Pahit 1,6
minimal agar suatu bahan dapat dirasakan. Papil pengecap
berespons terhadap bahan-bahan tertentu, yang masing-masing Sukrosa Manis 80.000
konsentrasi ambangnya bervariasi (Tabel 11–1). Rasa pahit Sakarin Manis 10.000
cenderung memiliki ambang terendah. Beberapa bahan toksik
Manis 23
misalnya striknin memiliki rasa pahit pada konsentrasi yang
BAB 11 Penciuman & Pengecapan 225

■ Papil pengecap adalah organ indra khusus untuk pengecapan


BOKS KLINIS 11-2 dan terdiri dari sel punca basal dan tiga jenis sel pengecap (sel
gelap, terang, dan intermediat). Tiga jenis sel pengecap
Kelainan dalam Deteksi Rasa mungkin mencerminkan berbagai tahap diferensiasi dari sel
pengecap yang sedang berkembang, dengan sel terang adalah
Ageusia (hilangnya daya pengecapan) dan hipogeusia sel paling matang. Papil pengecap terletak di mukosa epiglotis,
(berkurangnya kepekaan pengecapan) dapat disebabkan oleh palatum, dan faring serta di dinding papila lidah.
kerusakan pada nervus lingualis atau nervus gloso-faringeus.
■ Terdapat reseptor rasa untuk manis, asam/kecut, pahit, asin,
Gangguan neurologis seperti schwannoma vestibular, Bell
dan umami (gurih). Mekanisme transduksi sinyal mencakup
palsy, disautonomia familial, sklerosis multipel, infeksi
pasase melalui kanal ion, pengikatan dan penghambatan kanal
tertentu (mis. meningoensefalopati amuboid primer), dan
ion, dan sistem kurir kedua yang memerlukan GPCR.
kurangnya higiene mulut juga dapat menimbulkan masalah
dalam kepekaan pengecapan. Ageusia dapat merupakan efek ■ Aferen dari papil pengecap di lidah berjalan melalui nervus
samping berbagai obat, termasuk sisplatin dan kaptopril, atau kranialis ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh untuk bersinaps
di nukleus traktus solitarius. Dari sini, akson naik melalui
defisiensi vitamin B3 atau seng. Penuaan dan penyalahgunaan
lemniskus medialis ipsilateral ke nukleus posteromedial
tembakau juga menyebabkan berkurangnya pengecapan.
ventral talamus, dan ke insula anterior dan operkulum frontal
Disgeusia atau parageusia (persepsi pengecapan yang tidak
di korteks serebri ipsilateral.
menyenangkan) menyebabkan rasa logam, asin, busuk, atau
anyir. Pada banyak kasus, disgeusia bersifat sementara.
Faktor yang berperan dalam ageusia atau hipogeusia juga PERTANYAAN PILIHAN GANDA
dapat menyebabkan kelainan sensitivitas rasa. Gangguan Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat kecuali
pengecapan juga dapat terjadi pada kondisi-kondisi dengan jika dinyatakan lain
kadar serotonin (5-HT) dan norepinefrin (NE) berubah (mis. 1. Seorang anak laki-laki didiagnosis mengidap anosmia kongenital,
sewaktu merasa cemas atau depresi). Hal ini mengisyaratkan suatu penyakit jarang yang ditandai dengan tidak adanya
bahwa kedua neuro-modulator ini ikut berperan menentukan kemampuan penciuman sejak lahir. Reseptor odoran
ambang pengecapan. Pemberian 5-HT reuptake inhibitor A. terletak di bulbus olfaktorius
mengurangi sensitivitas terhadap sukrosa (rasa manis) dan B. terletak di dendrit sel mitrai dan sel tuft
kina (rasa pahit). Sebaliknya, pemberian NE reuptake C. terletak di neuron yang berproyeksi langsung ke korteks
inhibitor mengurangi ambang rasa pahit dan asam. Sekitar olfaktorius
25% dari populasi memperlihatkan peningkatan sensitivitas D. terletak di neuron di epitel olfaktorius yang berproyeksi ke
terhadap rasa, khususnya terhadap rasa pahit. Orang-orang sel mitrai dan dari sini langsung ke korteks olfaktorius
ini dinamai superfasfer; hal ini mungkin disebabkan oleh E. terletak di sel sustentakular yang berproyeksi ke bulbus
meningkatnya jumlah papila fungiformis di lidah mereka. olfaktorius
2. Seorang wanita 37 tahun didiagnosis mengidap sklerosis
multipel. Salah satu konsekuensi potensial penyakit ini adalah
KIAT TERAPEUTIK berkurangnya kepekaan pengecapan. Reseptor pengecapan
A. untuk rasa manis, asam, pahit, asin, dan umami terpisah
Pada sebagian orang, perbaikan higiene mulut dan secara spasial di permukaan lidah
penambahan suplemen seng ke dalam diet dapat B. sinonim dengan papil pengecap
memperbaiki penurunan pengecapan. C. adalah suatu kemoreseptor
D. disarafi oleh aferen di nervus fasialis, trigeminus, dan
glosofaringeus
E. semua di atas benar
3. Mana dari yang berikut tidak meningkatkan
kemampuan seseorang membedakan berbagai bau?
A. Beragam jenis reseptor
RINGKASAN BAB B. Pola reseptor olfaktorius yang diaktifkan oleh suatu bau
■ Neuron sensorik olfaktorius, sel penunjang (sustentaku-lar), C. Proyeksi berbagai akson sel mitrai ke berbagai bagian otak
dan sel punca basal terletak di epitel olfaktorius di dalam D. Tingginya kandungan β-arestin di neuron olfaktorius
bagian atas rongga hidung. E. Mengendus
■ Silia yang terletak di tonjolan dendritik neuron sensorik 4. Akibat suatu kecelakaan mobil, seorang anak 10 tahun
olfaktorius mengandung reseptor bau yang berkaitan dengan menderita kerusakan otak yang mengenai korteks periamig-
protein G. Akson dari neuron sensorik olfaktorius berkontak daloid, piriform, dan entorinal. Mana dari defisit sensorik
dengan dendrit dari sel mitrai dan sel tuft di bulbus berikut yang kemungkinan besar akan ia alami?
olfaktorius untuk membentuk glomerulus olfak-torius. A. Gangguan penglihatan
B. Hiperosmia
■ Informasi dari bulbus olfaktorius mengalir melalui stria
C. Gangguan pendengaran
olfaktorius lateral langsung ke korteks olfaktorius, termasuk
D. Kelainan pengecapan dan penciuman
nukleus olfaktorius anterior, tuberkulum olfaktorium,
E. Tidak terjadi defisit sensorik signifikan
korteks piriformis, amigdala, dan korteks entorinal.
226 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

5. Mana dari yang berikut dipadankan secara tidak tepat? 8. Seorang wanita 20 tahun didiagnosis menderita Bell palsy
A. ENaC : Rasa asam (kerusakan nervus fasialis). Mana dari gejala berikut ini yang
B. Gustducin : Rasa pahit kemungkinan besar ia alami?
C. Famili T1R3 GPCR : Rasa manis A. Hilangnya sensasi pengecapan
D. Sulkus Heschel: Penciuman B. Kedutan di wajah
E. Kelenjar Ebner : Ketajaman pengecapan C. Kelopak mata turun/lunglai
6. Seorang anak laki-laki 9 tahun sering mengalami serangan D. Paralisis wajah ipsilateral
mimisan tak-terkontrol. Atas saran dokternya, ia menjalani E. Semua di atas benar
pembedahan untuk memperbaiki masalah di sekat hidungnya.
Beberapa hari setelah pembedahan, ia memberi tahu ibunya
bahwa ia tidak dapat mencium bau kue bolu kayu manis yang
DAFTAR PUSTAKA
dipanggang ibunya di oven. Mana dari hal-hal berikut ini yang Adler E, Melichar JK, Nutt DJ, et al: A novel family of mammalian
benar mengenai transmisi penciuman? taste receptors. Cell 2000;100:693.
Anholt RRH: Odor recognition and olfactory transduction: The new
A. Sebuah neuron sensorikolfaktorius mengekspresikan
frontier. Chem Senses 1991;16:421.
beragam reseptor odoran.
Bachmanov AA, Beauchamp GK: Taste receptor genes. Annu Rev
B. Inhibisi lateral di dalam glomerulus olfaktorius mengurangi
Nutrition 2007;27:389.
kemampuan seseorang membedakan berbagai jenis reseptor
Gilbertson TA, Damak S, Margolskee RF: The molecular physiology
odoran.
of taste transduction. Curr Opin Neurobiol 2000;10:519.
C. Diskriminasi sadar mengenai bau bergantung pada jalur ke
Gold GH: Controversial issues in vertebrate olfactory transduction.
korteks orbitofrontalis.
Annu Rev Physiol 1999;61:857.
D. Penciuman berkaitan erat dengan pengecapan karena
Heath TP, Melichar JK, Nutt DJ, Donaldson LF. Human taste
odoran dan reseptor gustatorik menggunakan jalur-jalur
sentral yang sama. thresholds are modulated by serotonin and noradrenaline.
E. Semua di atas benar. J Neurosci 2006;26:12664.
Herness HM, Gilbertson TA: Cellular mechanisms of taste
7. Seorang wanita 31 tahun adalah perokok dengan higiene transduction. Annu Rev Physiol 1999;61:873.
mulut yang buruk hampir sepanjang hidupnya. Dalam Kato A, Touhara K. Mammalian olfactory receptors: pharmacology,
beberapa tahun terakhir ia merasakan adanya penurunan G protein coupling and desensitization. Cell Mol Life Sci
kepekaan terhadap rasa berbagai makanan yang dahulu ia 2009;66:3743.
sukai. Mana dari yang berikut tidak benar mengenai sensasi Lindemann B: Receptors and transduction in taste. Nature
pengecapan? 2001;413:219.
A. Serat-serat saraf sensorik dari papil pengecap di dua pertiga Mombaerts P: Genes and ligands for odorant, vomeronasal and taste
anterior lidah berjalan di cabang korda timpani nervus receptors. Nature Rev Neurosci 2004;5:263.
fasialis Reisert J, Restrepo D: Molecular tuning of odorant receptors and its
B. Serat-serat saraf sensorik dari papil pengecap di sepertiga implication for odor signal processing. Chem Senses 2009;34:535.
posterior lidah berjalan di cabang petrosal nervus Ronnett GV, Moon C: G proteins and olfactory signal transduction.
glosofaringeus Annu Rev Physiol 2002;64:189.
C. Jalur dari papil pengecap di sisi kiri lidah disalurkan secara Shepherd GM, Singer MS, Greer CA: Olfactory receptors: A
ipsilateral ke korteks serebri large gene family with broad affinities and multiple functions
D. Sel sustentakular di papil pengecap berfungsi sebagai sel (Review). Neuroscientist 1996;2:262.
punca agar papil pengecap baru dapat terbentuk Stern P, Marks J (editors): Making sense of scents. Science
E. Jalur dari reseptor pengecapan mencakup sinaps-sinaps di 1999;286:703.
nukleus traktus solitarius di batang otak dan nukleus
posteromedial ventral di talamus
Refleks dan Kontrol

12
B A B

Volunter Postur &


Gerakan

T U J U A N ■ Menjelaskan elemen-elemen refleks regang dan bagaimana aktivitas neuron


motorik-γ mengubah respons terhadap peregangan otot.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menjelaskan peran organ tendon Golgi dalam kontrol otot rangka.
Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan elemen-elemen refleks withdrawal.
■ Mendefinisikan syok spinal dan menjelaskan perubahan awal dan jangka-panjang
pada refleks-refleks spinal yang terjadi setelah pemutusan medula spinalis.
■ Menjelaskan bagaimana gerakan terampil direncanakan dan dilaksanakan.
■ Membandingkan organisasi jalur-jalur sentral yang berperan dalam kontrol otot
aksial (postur) dan distal (gerakan terampil, gerakan motorik halus).
■ Mendefinisikan rigiditas deserebrasi dan dekortikasi, dan ulasan mengenai
kausa dan makna fisiologis masing-masing.
■ Mengidentifikasi komponen-komponen ganglia basal dan jalur-jalur yang saling
menghubungkannya, bersama dengan neurotransmiter masing-masing jalur.
■ Menjelaskan patofisiologi dan gejala penyakit Parkinson dan penyakit
Huntington.
■ Membahas fungsi serebelum dan kelainan neurologis yang ditimbulkan oleh
penyakit di bagian otak ini.

PENDAHULUAN
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan menyesuaikan postur tubuh untuk menghasilkan landasan
kecepatan lepas-muatan neuron motorik spinal dan neuron yang kuat bagi gerakan; dan mengoordinasikan kerja
homolog yang terdapat di nukleus motorik nervus kranialis. berbagai otot agar gerakan yang timbul mulus dan tepat.
Neuron-neuron ini, yang merupakan jalur bersama terakhir Pola aktivitas volunter direncanakan di otak, lalu
ke otot rangka, dibombardir oleh impuls dari berbagai jalur perintahnya dikirim ke otot terutama melalui sistem
desendens yang sangat teratur, neuron spinal lain, dan aferen kortikospinal dan kortikobulbar. Postur tubuh secara
perifer. Sebagian dari masukan berakhir langsung di neuron terus-menerus disesuaikan tidak saja sebelum tetapi juga
motorik-α, tetapi banyak yang efeknya dilanjutkan melalui sewaktu melakukan gerakan oleh informasi yang dibawa di
neuron antara (antarneuron) atau melalui neuron motorik-γ jalur-jalur batang otak desendens dan aferen perifer.
ke gelendong otot dan kembali melalui serat aferen Ia ke Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebelum
medula spinalis. Aktivitas terintegrasi masukan multipel dari bagian medial dan intermediat (spinoserebelum) dan
tingkat spinal, medula oblongata, otak tengah dan korteks hubungan-hubungannya. Ganglia basal dan serebelum
inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan bagian lateral (serebroserebelum) merupakan bagian dari
terjadinya gerakan terkoordinasi. sirkuit umpan-balik ke korteks premotorik dan motorik
Masukan-masukan yang bertemu di neuron motorik yang berkaitan dengan perencanaan dan pengaturan
melayani tiga fungsi: menghasilkan aktivitas volunter; gerakan volunter.

227
228 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Bab ini membahas dua jenis keluaran motorik: mengunyah, menggaruk, dan berjalan, yang umumnya
refleks (involunter) dan volunter. Subbab respons refleks involunter tetapi dapat disesuaikan dan dikontrol secara
mencakup beberapa gerakan ritmik, misalnya menelan, volunter.

SIFAT UMUM REFLEKS dirangsang secara adekuat oleh sentuhan linear multipel
seperti yang dihasilkan oleh seekor serangga yang merayap di
kulit. Responsnya adalah gerakan menggaruk hebat di bagian
Satuan dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks yang dirangsang. Jika sentuhan-sentuhan multipel tersebut
(reflex arc). Lengkung ini terdiri dari organ indera, neuron terpisah jauh atau tidak berada dalam satu garis, tidak
aferen, satu atau lebih sinaps di pusat integrasi, neuron eferen, terbentuk rangsang adekuat dan tidak terjadi refleks
dan efektor. Neuron-neuron aferen masuk melalui radiks dorsal menggaruk. Kutu memang merayap, tetapi juga melompat
atau nervus kranialis dan memiliki badan sel yang terletak di dari satu tempat ke tempat lain. Gerakan melompat ini
ganglion radiks dorsal atau di ganglion homolog nervus memisahkan rangsangan sentuhan sehingga tidak dihasilkan
kranialis. Serat-serat eferen keluar melalui radiks ventral atau rangsang adekuat untuk refleks menggaruk.
nervus kranialis motorik padanannya.
Aktivitas refleks bersifat stereotipikal dan spesifik yaitu
Aktivitas di lengkung refleks berawal di reseptor sensorik bahwa rangsang tertentu memicu respons tertentu. Fakta bahwa
dengan potensial reseptor yang besarnya setara dengan respons refleks bersifat stereotipikal tidak menyingkirkan
kekuatan rangsangan (Gambar 12–1). Hal ini menghasilkan kemungkinan bahwa refleks dapat dimodifikasi oleh
potensial aksi tuntas-atau-gagal di saraf aferen, dengan jumlah pengalaman. Refleks dapat beradaptasi dan dapat dimodifikasi
potensial aksi setara dengan ukuran potensial reseptor. Di untuk melaksanakan aktivitas motorik dan mempertahankan
sistem saraf pusat (SSP), respons kembali mengalami gradasi keseimbangan. Masukan desendens dari regio-regio otak yang
dari segi potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP) dan potensial lebih tinggi berperan penting dalam memodulasi dan
pascasinaps inhibitorik (IPSP) di taut sinaps. Respons tuntas- mengadaptasi refleks spinal.
atau-gagal (potensial aksi) terbentuk di saraf eferen. Ketika
Neuron motorik-a yang menyarafi serat ekstrafusal di otot
mencapai efektor, respons ini kembali menghasilkan respons
rangka merupakan sisi eferen dari banyak lengkung refleks.
tergradasi. Jika efektornya adalah otot polos, respons-respons
Semua pengaruh saraf yang memengaruhi kontraksi otot
saling menjumlahkan untuk menghasilkan potensial aksi di otot
akhirnya disalurkan melalui neuron ini ke otot rangka sehingga
polos, tetapi jika efektornya adalah otot rangka maka respons
neuron ini disebut final common pathway (jalur bersama/umum
tergradasi telah adekuat untuk menghasilkan potensial aksi yang
terakhir). Berbagai masukan berkonvergensi pada neuron
menyebabkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen
dan eferen di SSP, dan aktivitas di lengkung refleks dimodifikasi motorik-α. Memang, permukaan neuron motorik rerata dan
dendrit-dendritnya mengakomodasi sekitar 10.000 tonjolan
oleh banyak masukan yang berkonvergensi di neuron eferen
sinaps. Paling tidak lima masukan berjalan dari segmen spinal
atau di setiap sinaps yang terdapat dalam lengkung refleks.
yang sama ke sebuah neuron motorik spinal tipikal. Selain itu,
Rangsangan yang memicu refleks umumnya sangat terdapat masukan eksitatorik dan inhibitorik, yang umumnya
presisi. Rangsangan ini dinamai rangsang adekuat (adequate disampaikan melalui antar-neuron, dari bagian lain medula
stimulus) untuk refleks yang bersangkutan. Contoh jelas spinalis dan berbagai traktus desendens-panjang dari otak.
adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini Semua jalur ini menyatu dan menentukan aktivitas jalur bersama
terakhir tersebut.

Organ Neuron Sinaps Neuron Taut Otot


indra aferen aferen Neuromuskular

Potensial Potensial EPSP Potensial Potensial Potensial


generator aksi (dan IPSP) aksi end-plate aksi

GAMBAR 12-1 Lengkung refleks. Perhatikan bahwa di respons tersebut selalu cukup besar untuk menghasilkan respons di otot
reseptor dan di SSP terjadi respons tergradasi yang tak-merambat rangka. Di pihak lain, di bagian-bagian lengkung yang khusus untuk
yang setara dengan besar rangsangan. Respons di taut transmisi (serat saraf aferen dan eferen, membran otot), respons adalah
neuromuskulus juga tergradasi, meskipun dalam kondisi normal potensialaksituntas-atau-gagal.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 229

REFLEKS MONOSINAPS: STRUKTUR GELENDONG OTOT


REFLEKS REGANG Setiap gelendong otot memiliki tiga unsur esensial: (1)
sekelompok serat otot intrafusal dengan ujung-ujung polar
Lengkung refleks paling sederhana adalah lengkung dengan satu kontraktil dan pusat non-kontraktil, (2) saraf aferen bermielin
sinaps antara neuron aferen dan eferen, dan refleks yang bergaris tengah besar (tipe Ia dan II) yang berasal dari bagian
dihasilkannya disebut refleks monosinaps. Lengkung refleks sentral serat intrafusal, dan (3) saraf eferen bermielin bergaris
dengan antarneuron tersisip di antara neuron aferen dan eferen tengah kecil yang menyarafi regio kontraktil polar serat-serat
disebut refleks polisinaps. Dalam sebuah lengkung refleks intrafusal (Gambar 12–2A). Penting dipahami hubungan
polisinaps mungkin terdapat dua sampai ratusan sinaps. elemen-elemen tersebut satu sama lain dan dengan ototnya
Ketika sebuah otot rangka dengan pasokan saraf utuh sendiri untuk menyadari peran organ indera ini dalam
diregangkan, otot tersebut akan berkontraksi. Respons ini menyampaikan sinyal adanya perubahan panjang otot tempat
disebut refleks regang (stretch reflex) atau refleks miotatik. organ indera itu berada. Perubahan panjang otot berkaitan
Rangsangan yang memicu refleks ini adalah peregangan otot, dengan perubahan di sudut sendi; karena itu gelendong otot
dan responsnya adalah kontraksi otot yang diregangkan. Organ memberi informasi mengenai posisi (yi. propriosepsi).
indranya adalah sebuah struktur kecil berkapsul mirip Serat intrafusal terletak sejajar dengan serat ekstrafusal
gelendong atau fusiform yang dinamai gelendong otot (muscle (unit kontraktil reguler otot) dengan ujung-ujung kapsul
spindle), yang terletak di dalam bagian daging dari otot. Impuls gelendong melekat ke tendon di salah satu ujung otot. Serat
yang berasal dari gelendong disalurkan ke SSP oleh serat intrafusal tidak berperan dalam kekuatan kontraksi keseluruhan
sensorik cepat yang berjalan langsung ke neuron-neuron otot tetapi berfungsi semata sebagai alat sensorik. Terdapat dua
motorik yang menyarafi otot yang sama. Neurotransmiter di jenis serat intrafusal pada gelendong otot mamalia. Tipe
sinaps sentral adalah glutamat. Refleks regang adalah refleks pertama mengandung banyak nukleus dalam suatu daerah
monosinaps yang paling banyak dipelajari dan diketahui serta sentral yang melebar dan disebut nuclear bag fiber (serat
dicontohkan oleh refleks sentakan lutut (knee-jerk reflex) (lihat kantong nukleus/inti (Gambar 12–2B). Terdapat dua subtipe
Boks Klinis 12–1). serat kantong nukleus, dinamik dan statik. Tipe serat intrafusal
kedua, nuclear chain fiber (serat rantai nukleus/ inti), lebih tipis
dan pendek serta tidak memperlihatkan adanya kantong.
Biasanya masing-masing gelendong otot mengandung dua atau
BOKS KLINIS 12-1 tiga serat kantong nukleus dan sekitar lima serat rantai nukleus.
Terdapat dua jenis ujung sensorik di masing-masing
Refleks Sentakan Lutut gelendong otot, ujung primer (kelompok Ia) tunggal dan ujung
Pengetukan tendon patela memicu refleks sentakan lutut sekunder (kelompok II) yang jumlahnya hingga delapan
(knee-jerk), suatu refleks regang muskulus kuadri-seps (Gambar 12-2B). Serat aferen Ia mengelilingi pusat serat
femoris, karena ketukan pada tendon meregangkan otot. kantong nukleus dinamik dan statik serta serat rantai nukleus
Kontraksi serupa diamati jika m. kuadriseps diregangkan di bagian tengah. Serat sensorik kelompok II terletak di dekat
secara manual. Refleks regang juga dapat dipicu pada kantong nukleus statik dan serat rantai nukleus di bagian
sebagian besar otot besar di tubuh. Pengetukan pada tengah; serat-serat ini tidak menyarafi serat kantong nukleus
tendon m. triseps brakii, sebagai contoh, menyebabkan dinamik. Serat aferen Ia sangat sensitif terhadap kecepatan
respons ekstensor di siku akibat kontraksi refleks perubahan dalam panjang otot sewaktu peregangan (respons
otottriseps; pengetukan di tendon Achilles menyebabkan dinamik); karena itu aferen ini memberi informasi mengenai
refleks sentakan pergelangan kaki (ankle jerk) karena kecepatan gerakan dan memungkinkan gerakan koreksi cepat.
kontraksi refleks m. gastroknemius; dan pengetukan pada
Aktivitas steady-state (tonik) aferen kelompok Ia dan II
sisi wajah menyebabkan refleks regang di m. maseter.
Refleks sentakan lutut adalah contoh refleks tendon dalam
memberi informasi mengenai panjang otot dalam keadaan
(deep tendon reflex, DTR) dalam pemeriksaan neurologis stabil (respons statik). Rekaman di Gambar 12–2C bagian atas
dan dibagi berjenjang sesuai skala berikut: 0 (tidak ada), 1+ menunjukkan komponen aktivitas dinamik dan statik pada
(hipoaktif), 2+ (cepat, normal), 3+ (hiperaktif tanpa klonus), sebuah serat aferen Ia sewaktu peregangan otot. Perhatikan
4+ (hiperaktif dengan klonus ringan), dan 5+ (hiperaktif bahwa komponen-komponen ini membentuk impuls paling
dengan klonus menetap).Tidak adanya refleks sentakan cepat sewaktu otot sedang diregang (bagian grafik yang berarsir)
lutut mungkin menunjukkan kelainan di lengkung refleks, dan kurang cepat sewaktu otot teregang tetap.
termasuk gelendong otot, serat saraf aferen la, atau Gelendong memiliki persarafan motoriknya sendiri.
neuron motorik ke m. kuadriseps femoris. Kausa tersering Saraf-saraf ini bergaris tengah 3-6 pm, membentuk
adalah neuropati perifer akibat misalnya diabetes melitus, sekitar 30% dari serat di radiks ventral, dan disebut neuron
alkoholisme, dan toksin. Refleks hiperaktif dapat
menunjukkan adanya interupsi jalurdesendens kortiko-
motorik-γ. Terdapat dua jenis neuron motorik-γ: dinamik,
spinal atau jalur desendens lain yang memengaruhi yang menyarafi serat kantong nukleus dinamik dan statik,
lengkung refleks. yang menyarafi serat kantong nukleus statik dan serat rantai
nukleus. Pengaktifan neuron motorik-γ dinamik meningkat-
kan sensitivitas dinamik ujung-ujung
230 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

A Gelendong otot B Serat intrafusal gelendong otot C Respons serat sensorik la terhadap pengaktifan
selektif neuron motorik
Serat kantong 200
Serat kantong nukleus statik
nukleus dinamik

Imp/s
Respons dinamik

Serat Response steady-state


otot 0 Hanya peregangan
intrafusal Serat rantai
nukleus
200
Kapsul
II

Imp/s
Ujung Ia
sensorik
0
Merangsang serat gamma statik
Statik
Akson
200
aferen

Imp/s
Akson
aferen Dinamik

0
Merangsang serat gamma dinamik
Ujung

Peregangan
motorik 6
gamma
0

0,2 dt

GAMBAR 12-2 Gelendong otot mamalia. A) Gambaran saja dan selama stimulasi neuron motorik-γ statik dan dinamik. Tanpa
diagramatik komponen-komponen utama gelendong otot mamalia stimulasi γ, serat la memperlihatkan respons dinamik kecil terhadap
termasuk serat otot intrafusal, ujung serat sensorik aferen, dan serat peregangan otot dan peningkatan ringan lepas muatan steady-state.
motorik eferen (neuron motorik-γ). B) Tiga jenis serat otot intrafusal: serat Ketika neuron motorik-γ statik diaktifkan, respons steady-state
kantong nukleus dinamik, kantong nukleus statik, dan rantai nukleus. Satu meningkat dan respons dinamik menurun. Ketika neuron motorik-γ
serat aferen la menyarafi ketiga jenis serat untuk membentuk ujung dinamik diaktifkan, respons dinamik sangat meningkat tetapi respons
sensorik primer. Serat sensorik kelompok II menyarafi serat rantai nukleus steady-state secara bertahap kembali ke tingkat semula. (Diadaptasi,
dan serat kantong statik untuk membentuk ujung sensorik sekunder. dengan izin, dari Brown MC, Matthews PBC: On the sub-cabangon of the efferent
Neuron motorik-γ dinamik menyarafi serat kantong dinamik; neuron fibers to muscle spindles into staticand dynamic fusimotorfibers. Dalam Andrew BL
motorik-γ statik menyarafi kombinasi serat kantong statik dan rantai. C) (editor): Controland Innervation ofSkeletalMusde, h. 18-31. Dundee, Scotland:
Perbandingan pola lepas-muatan aktivitas aferen la selama peregangan University of St. Andrews, 1966).

saraf kelompok Ia. Pengaktifan neuron motorik-y statik maka sisanya, dinamakan lambatan pusat (Central delay)
meningkatkan kadar tonik aktivitas di ujung kelompok Ia dan adalah waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas refleks untuk
II, menurunkan sensitivitas dinamik aferen kelompok Ia, dan melewati medula spinalis. Lambatan pusat pada refleks
dapat mencegah peredaman aferen Ia sewaktu peregangan sentakan lutut adalah 0,6—0,9 milidetik. Karena lambatan
otot (Gambar 12-2C). sinaps minimal adalah 0,5 milidetik, maka hanya satu sinaps
yang telah dilewati.
KONEKSI SENTRAL SERAT AFEREN
Serat Ia berakhir langsung di neuron motorik yang menyarafi
serat ekstrafusal otot yang sama (Gambar 12–3 ). Waktu antara FUNGSI GELENDONG OTOT
aplikasi rangsangan dan respons disebut waktu reaksi (reaction Bila gelendong otot teregang, ujung-ujung sensoriknya terusik
time). Pada manusia, waktu reaksi untuk refleks regang dan potensial reseptor terbangkit. Hal ini pada gilirannya
misalnya refleks sentakan lutut adalah 19-24 mdtk. Stimulasi menimbulkan potensial aksi di serat sensorik dengan frekuensi
lemah pada saraf sensorik dari otot, yang diketahui hanya yang sebanding dengan derajat peregangan. Karena gelendong
merangsang serat Ia, menyebabkan respons kontraktil dengan otot itu sejajar dengan serat-serat ekstrafusal, apabila otot
masa laten serupa. Karena kecepatan hantar pada jenis serat diregangkan secara pasif, maka gelendong juga teregang
aferen dan eferen diketahui dan jarak dari otot ke medula (“loading the spindle”). Hal ini memicu kontraksi refleks serat
spinalis dapat diukur, kita dapat menghitung besarnya waktu ekstrafusal pada otot tersebut. Sebaliknya, serat-serat aferen
reaksi yang dibutuhkan untuk penghantaran dari dan ke gelendong secara khas berhenti melepaskan impuls bila otot
medula spinalis. Bila angka ini dikurangi dari waktu reaksi, berkontraksi akibat perangsangan listrik pada neuron
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 231

Radikal dorsal Gelendong


Tendon Serat ekstrafusal
Saraf sensorik
Antarneuron mengeluarkan
mediator inhibitorik

Implus di saraf
Neuron motorik
Serat Ib sensorik
dari Otot saat istirahat
Serat Ia
organ dari
tendon gelendong
Golgi otot Radiks ventral

Endplate motorik
di serat ekstrafusal Otot teregang

GAMBAR 12-3 Diagram yang memperlihatkan jalur-jalur untuk


refleks regang dan refleks regang terbalik. Peregangan merangsang
gelendong otot, yang mengaktifkan serat-serat la yang kemudian
merangsang neuron motorik. Peregangan juga merangsang organ tendon
Golgi, yang mengaktifkan serat Ib untuk kemudian merangsang
antarneuron yang mengeluarkan mediator inhibitorik glisin. Pada
peregangan yang kuat, hiperpolarisasi yang terjadi di neuron motorik Otot berkontraksi
sedemikian besar sehingga neuron tersebut berhenti mengeluarkan
impuls.

motorik-α yang menuju ke serat ekstrafusal, karena otot


memendek sedangkan gelendongnya tidak (Gambar 12–4 ).
Gelendong otot dan hubungan refleksnya membentuk
sebuah perangkat umpan-balik yang berperan mempertahankan
panjang otot. Jika otot teregang, impuls gelendong meningkat Peningkatan implus eferen γ
dan terjadi refleks pemendekan otot. Apabila otot memendek
tanpa terjadi perubahan impuls pada neuron motorik-γ, impuls
aferen gelendong menurun dan otot berelaksasi.
Respons dinamik dan statik aferen gelendong otot me-
mengaruhi tremor fisiologis. Respons ujung serat sensorik Ia
terhadap proses-proses dinamik (fasik) dan statik di otot
penting karena respons fasik yang cepat dan nyata
membantu meredam osilasi yang ditimbulkan oleh lambatan
hantaran pada lengkung umpan-balik yang mengatur
Peningkatan implus
panjang otot. Dalam keadaan normal terdapat osilasi kecil eferen γ−otot teregang
pada lengkung umpan-balik tersebut. Tremor fisiologis ini
memiliki amplitudo rendah (sulit dilihat dengan mata
telanjang) dan frekuensinya kira-kira 10 Hz. Tremor GAMBAR 12-4 Efek berbagai kondisi pada lepas-muatan
fisiologis adalah fenomena normal yang memengaruhi setiap gelendong otot. Ketika keseluruhan otot diregangkan, gelendong otot
juga teregang dan ujung-ujung sensoriknya diaktifkan dengan
orang selagi mempertahankan postur atau sewaktu
frekuensi setara dengan derajat peregangan ("loading the spindle").
melakukan gerakan. Namun, tremor itu akan memburuk Aferen-aferen gelendong berhenti mengeluarkan impuls ketika otot
seandainya tidak ada kepekaan gelendong otot terhadap berkontraksi ("unloading the spindle"). Stimulasi neuron motorik-γ
kecepat-an regang. Tremor ini dapat diperparah oleh situasi- menyebabkan ujung-ujung kontraktil serat intrafusal memendek. Hal
situasi seperti ketika seseorang cemas atau lelah atau karena ini meregangkan regio kantong nukleus, memicu impuls di serat
toksisitas obat. Banyak faktor berperan dalam timbulnya sensorik. Jika keseluruhan otot diregangkan sewaktu perangsangan
neuron motorik-γ, laju impuls di serat sensorik semakin meningkat.
tremor fisiologis. Tremor ini kemungkinan besar bergantung
tidak saja pada sumber-sumber sentral (oliva inferior) tetapi
juga faktor perifer termasuk frekuensi impuls unit motorik,
refleks, dan resonansi mekanis.
232 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

PENGARUH IMPULS NEURON Berbagai faktor lain juga memengaruhi pelepasan impuls
neuron motorik-y. Kecemasan menimbulkan peningkatan
MOTORIK-γ impuls, suatu fakta yang mungkin menjelaskan refleks tendon
Perangsangan neuron motorik-y menimbulkan gambaran yang hiperaktif yang kadang tampak pada pasien yang cemas. Di
sangat berbeda dengan yang terjadi pada perangsangan neuron samping itu, gerakan tidak diduga dapat disebabkan oleh
motorik-a. Perangsangan neuron motorik-y tidak langsung pelepasan impuls eferen yang lebih besar. Perangsangan kulit,
mengakibatkan kontraksi otot yang jelas karena serat intrafusal terutama oleh bahan pengganggu (noxious), meningkatkan
tidak cukup kuat atau cukup banyak untuk menimbulkan pelepasan impuls neuron motorik-y ke gelendong otot fleksor
pemendekan. Namun, perangsangan akan menyebabkan ipsilateral, sekaligus menurunkan impuls ke gelendong otot
pemendekan ujung-ujung kontraktil serat intrafusal, sehingga ekstensor, sehingga menghasilkan gerak yang berlawanan di
meregangkan bagian kantong nukleus gelendong, mengubah ekstremitas kontralateral. Telah diketahui bahwa percobaan
bentuk ujung-ujungnya, dan membangkitkan impuls di serat- dengan saling memisahkan kedua tangan ketika jari-jari yang
serat Ia (Gambar 12-4). Hal itu selanjutnya akan menimbulkan difleksikan saling bertaut akan meningkatkan refleks sentakan
kontraksi refleks pada otot. Jadi, otot dapat dibuat berkontraksi lutut (manuver Jendrassik), dan hal ini mungkin disebabkan oleh
melalui perangsangan neuron motorik-a yang menyarafi serat meningkatnya pelepasan impuls neuron motorik-y yang dipicu
ekstrafusal atau dengan merangsang neuron motorik-y yang oleh impuls aferen dari kedua tangan.
secara tidak langsung membangkitkan kontraksi melalui refleks
regang. PERSARAFAN RESIPROKAL
Bila seluruh otot teregang saat perangsangan neuron Bila terjadi refleks regang, otot-otot yang bekerja sebagai
motorik-y, kecepatan pelepasan impuls di serat Ia makin antagonis otot-otot tersebut akan berelaksasi. Fenomena ini
meningkat (Gambar 12-4). Dengan demikian, peningkatan dikatakan disebabkan oleh persarafan resiprokal (persarafan
aktivitas neuron motorik-y akan meningkatkan kepekaan timbal-balik). Impuls di serat Ia dari gelendong otot pada otot
gelendong sewaktu peregangan. protagonis menimbulkan inhibisi pascasinaps neuron-neuron
Sebagai respons terhadap masukan eksitatorik desendens ke motorik ke otot antagonisnya. Jalur yang mempe-rantarai
sirkuit-sirkuit motorik spinal, terjadi pengaktifan neuron peristiwa ini bersifat bisinaptik. Suatu kolateral dari setiap serat Ia
motorik-a dan -y. Karena “pengaktifan bersama a-y” ini, serat berjalan dalam medula spinalis ke suatu antar-neuron inhibitorik
intrafusal dan ekstrafusal memendek bersama-sama, dan dapat yang bersinaps dengan salah satu neuron motorik yang menyarafi
terjadi aktivitas aferen gelendong selama periode kontraksi otot. otot-otot antagonis. Contoh inhibisi pascasinaps ini dibahas di
Dengan cara ini, gelendong tetap sanggup berespons terhadap Bab 6, sedangkan jalurnya ditampilkan di Gambar 6-6.
regangan dan secara refleks menyesuaikan impuls neuron
motorik-a. REFLEKS REGANG TERBALIK
KONTROL IMPULS NEURON Sampai suatu titik tertentu, makin kuat suatu otot
diregangkan, makin kuat kontraksi refleksnya. Namun, bila
MOTORIK-γ tegangan makin kuat, kontraksi tiba-tiba berhenti dan otot
Neuron-neuron motorik-y sebagian besar diatur oleh jalur- melemas. Relaksasi sebagai jawaban terhadap regangan yang
jalur saraf yang turun dari sejumlah daerah di otak yang juga kuat ini dinamakan refleks regang terbalik (inverse stretch
mengontrol neuron motorik-a (dijelaskan di bawah). Melalui reflex). Reseptor untuk refleks regang terbalik terdapat di
jalur-jalur ini, kepekaan gelendong otot dan, karenanya, organ tendon Golgi (Gambar 12–5). Organ ini terdiri atas
ambang refleks regang di berbagai bagian tubuh dapat kumpulan anyaman ujung-ujung saraf yang membulat di
disesuaikan dan digeser mengikuti kebutuhan posisi tubuh. antara fasikulus suatu tendon. Terdapat 3-25 serat otot untuk
tiap organ tendon. Serat-serat dari organ tendon Golgi

Serat saraf
Berkas tendon

Organ Golgi, memperlihatkan Serat otot


ramifikasi fibril saraf

GAMBAR 12-5 Organ tendon Golgi. Organ ini merupakan reseptor untuk refleks regang tebalik dan terdiri atas kumpulan anyaman
ujung-ujung saraf yang membulat di antara fasikulus suatu tendon. Persarafannya adalah serat-serat saraf sensorik kelompok Ib yang bermielin
dan merupakan penghantar cepat. (Direproduksi dengan izin dari Gray H [editor]: Gray's Anatomy of the Human Body, 29th ed. Lea & Febiger, 1973).
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 233

BOKS KLINIS 12-2

Klonus kaki berkontak dengan sel Renshaw (serta antarneuron


inhibitorik tipe la) yang menghambat otot-otot ekstensor
Temuan khas untuk keadaan peningkatan impuls neuron
pergelangan kaki antagonistik. Sirkuit ini mencegah stimulasi
motorik-γ adalah klonus. Tanda neurologis ini merupakan
refleks otot-otot ekstensor ketika otot-otot fleksor aktif. Karena
peristiwa kontraksi otot yang teratur, berulang dan berirama
itu, jika serat-serat desendens korteks mengalami kerusakan
akibat regangan yang mendadak dan bertahan. Hanya klonus
(lesi neuron motorik bagian atas), inhibisi otot antagonis
menetap dengan lima atau lebih kontraksi yang dianggap
lenyap. Akibatnya adalah kontraksi sekuensial berulang otot
abnormal. Klonus pergelangan kaki merupakan contoh yang
fleksor dan ekstensor pergelangan kaki (klonus). Klonus
khas. Klonus ini dipicu oleh dorsifleksi kaki yang cepat dan
mungkin dijumpai pada pasien dengan sklerosis lateral
mantap, dan responsnya adalah fleksi plantar pergelangan
amiotrofik, stroke, sklerosis multipel, kerusakan medula
kaki berirama. Rangkaian refleks regang-refleks regang
spinalis, epilepsi, gagal hati atau ginjal, dan ensefalopati hati.
terbalik yang dibahas di atas mungkin berperan dalam
respons ini. Namun, ini dapat terjadi akibat pelepasan impuls
neuron motorik yang sinkron tanpa ada impuls organ tendon KIAT TERAPEUTIK
Golgi. Gelendong pada otot yang diuji dalam keadaan
Karena terdapat banyak penyebab klonus, pengobatan
hiperaktif, dan pancaran impuls dari gelendong-gelendong
tersebut membangkitkan sekaligus semua neuron motorik berpusat pada kausa yang mendasari. Bagi sebagian
yang menyarafi otot tersebut. Kontraksi otot yang timbul pasien, latihan peregangan dapat mengurangi serangan
menyebabkan gelendong berhenti melepaskan impuls. Tetapi, klonus. Imunosupresan (mis. azatioprin dan kortiko-
regangan telah dipertahankan, dan begitu otot berelaksasi, steroid), antikejang (mis. primidon dan levetirasetam),
otot itu akan teregang kembali dan gelendong terangsang. dan obat penenang (mis. klonazepam) terbukti
Klonus juga dapat terjadi setelah gangguan pada masukan
bermanfaat dalam pengobatan klonus. Toksin botulinum
korteks desendens ke antarneuron inhibitorik glisinergik spinal
yang dinamai sel Renshaw. Sel ini menerima impuls juga telah digunakan untuk menghambat pelepasan
eksitatorik dari neuron motorik-a melalui kolateral akson (dan asetilkolin di otot, yang memicu kontraksi otot berirama.
selanjutnya sel ini akan menghambatnya). Selain itu, serat-
serat korteks yang mengaktifkan otot-otot fleksor pergelangan

membentuk serat-serat saraf sensorik kelompok Ib yang


bermielin dan merupakan penghantar cepat. Perangsangan pada
TONUS OTOT
serat Ib ini menyebabkan terbentuknya IPSP pada neuron Tahanan (resistensi) otot terhadap regangan kerap disebut tonus
motorik yang menyarafi otot tempat asal serat tersebut. Serat Ib (tone). Bila neuron motorik ke suatu otot dipotong maka
berakhir di medula spinalis pada antarneuron inhibitorik yang tahanan otot itu melemah dan otot dikatakan flaksid (lunglai).
kemudian berakhir langsung di neuron motorik (Gambar 12-3). Otot yang hipertonik (spastik) adalah otot yang mempunyai
Serat-serat itu juga mengadakan hubungan eksitasi dengan tahanan yang tinggi terhadap peregangan karena adanya refleks
neuron motorik yang menyarafi otot-otot antagonis. regang yang hiperaktif. Di antara keadaan flaksid dan spastis
terdapat daerah yang secara samar dinamakan daerah tonus
Karena organ tendon Golgi, berbeda dengan gelendong, normal. Otot umumnya hipotonik bila pelepasan impuls neuron
tersusun berangkaian dengan serat-serat otot, organ ini akan motorik-γ- nya rendah dan hipertonik bila tinggi.
terangsang oleh peregangan pasif maupun kontraksi aktif otot.
Bila otot dalam keadaan hipertonik, urutan regangan sedang
Ambang rangsang organ tendon Golgi rendah. Derajat
→ kontraksi otot, regangan kuat → relaksasi otot tampak jelas.
perangsangan oleh peregangan pasif tidak tinggi, karena serat
Fleksi pasif siku, misalnya, langsung mengalami tahanan akibat
otot yang lebih elastis menerima sebagian besar regangan itu. Hal
refleks regang di otot triseps. Peregangan lebih lanjut
ini menjelaskan mengapa dibutuhkan peregangan yang kuat
menggiatkan refleks regang terbalik. Tahanan terhadap fleksi ini
agar terjadi relaksasi. Namun, pelepasan impuls selalu terjadi
tiba-tiba melemah, dan lengan mengalami fleksi. Fleksi pasif
dengan teratur karena kontraksi otot, sehingga organ tendon
yang berkesinambungan akan meregangkan otot kembali, dan
Golgi berfungsi sebagai transduser dalam sirkuit umpan-balik
urutan itu dapat terulang. Urutan tahanan yang diikuti
yang mengatur kekuatan otot dengan cara yang analog dengan
pelemasan saat alat gerak digerakkan secara pasif dikenal sebagai
sirkuit umpan-balik gelendong yang mengatur panjang otot.
efek pisau lipat (clasp-knife effect), karena menyerupai menutup-
Makna penting ujung primer dalam gelendong otot dan nya pisau lipat. Efek ini juga dikenal sebagai reaksi pemanjangan
organ tendon Golgi dalam pengaturan kecepatan kontraksi otot, karena merupakan respons otot spastik terhadap pemanjangan.
panjang otot, dan kekuatan otot digambarkan dengan kenyataan
bahwa pemotongan saraf aferen pada lengan menyebabkan REFLEKS POLISINAPTIK:
lengan itu menggantung lemas dalam keadaan setengah lumpuh.
Interaksi lepas muatan gelendong, lepas muatan alat tendon, dan
REFLEKS MENARIK DIRI
persarafan resiprokal menentukan kecepatan pelepasan impuls Jalur-jalur refleks polisinaptik bercabang-cabang sangat rumit
neuron motorik-α (lihat Boks Klinis 12–2). (Gambar 12–6). Jumlah sinaps di tiap cabang beragam. Karena
234 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Neuron B C mengganggu itu. Refleks menarik-diri bersifat prapoten; yaitu


sensorik refleks ini lebih dahulu mencapai jaras-jaras spinal sehingga
A
membatalkan semua aktivitas refleks lain yang terjadi pada saat
yang bersamaan.
Sifat-sifat refleks polisinaptik dapat diperlihatkan melalui
penelitian terhadap refleks menarik-diri. Rangsang pengganggu
lemah di satu kaki membangkitkan respons fleksi yang minimal;
rangsang-rangsang yang lebih kuat menghasilkan respons fleksi
yang lebih kuat, karena rangsang menyebar ke lebih banyak
Neuron kelompok neuron motorik yang menyarafi otot-otot ekstremitas.
motorik Rangsang yang lebih kuat juga menimbulkan respons yang lebih
lama. Rangsang lemah membangkitkan satu gerak fleksi cepat;
GAMBAR 12-6 Diagram hubungan polisinaps antara neuron- rangsang kuat menyebabkan gerak fleksi yang berlangsung lama
neuron aferen dan eferen di medula spinalis. Serat radiks dorsal
mengaktifkan jalur A dengan tiga antarneuron, jalur B dengan empat dan kadang berupa serangkaian gerakan fleksi. Respons yang
antarneuron, dan jalur C dengan empat antarneuron. Perhatikan bahwa lebih lama ini disebabkan oleh cetusan potensial aksi di neuron-
salah satu antarneuron di jalur C berhubungan dengan sebuah neuron neuron motorik yang berulang-ulang dalam waktu yang lebih
yang berbalik ke antarneuron sebelumnya, membentuk sirkuit gema
(reverberating Circuit). lama. Cetusan potensial aksi yang berulang-ulang ini disebut
sebagai lepas-muatan ikutan (after discbarge) dan disebabkan
terjadinya lambatan sinaptik di tiap sinaps, aktivitas di cabang- oleh perangsangan berulang-ulang pada neuron motorik secara
cabang yang mempunyai sinaps sedikit, mencapai neuron berkesinambungan oleh impuls-impuls yang datang ke neuron
motorik lebih dahulu, baru diikuti oleh aktivitas di jalur yang motorik tersebut melalui jalur pascasinaps yang rumit dan
lebih panjang. Hal ini menyebabkan neuron motorik menerima melingkar-lingkar.
bombardir impuls untuk waktu yang lama dari satu rangsangan Dengan semakin kuatnya rangsang pengganggu, waktu
saja, dan akibatnya terjadi respons yang memanjang pula. reaksi menjadi lebih singkat. Fasilitasi ruang (spasial) dan waktu
Terlebih lagi, sebagian jalur cabang berbalik di jalurnya sendiri, (temporal) terjadi di sinaps yang ada pada jalur polisinaptik.
sehingga memungkinkan impuls tersebut “bergema” sampai Rangsang yang lebih kuat menghasilkan potensial aksi yang lebih
tidak mampu lagi menimbulkan perambatan respons trans- banyak per detik pada cabang-cabang akson yang terbangkit, dan
inaptik dan menghilang sendiri. Sirkuit gema (reverberating menyebabkan lebih banyak lagi cabang-cabang akson yang
circuit) semacam ini sering terdapat di otak dan medula spinalis. terbangkit. Sumasi EPSP yang mencapai ambang letup dengan
Refleks menarik-diri (withdrawal reflex) merupakan refleks demikian terjadi lebih cepat.
polisinaptik tipikal, yang terjadi sebagai jawaban terhadap
rangsang pengganggu (noxious) di kulit atau jaringan subkutis
FRAKSIONASI & OKLUSI
serta otot. Respons yang timbul adalah kontraksi otot fleksor dan Kekhasan lain refleks menarik-diri adalah bahwa rangsang
inhibisi otot ekstensor, sehingga bagian yang terangsang meng- supramaksimal yang diberikan pada saraf sensorik manapun di
alami fleksi dan menjauhi rangsang tersebut. Bila diberikan rang- suatu ekstremitas tidak akan pernah menghasilkan kontraksi
sang yang kuat pada suatu ekstremitas, respons yang timbul otot fleksor sekuat kontraksi yang timbul akibat rangsang listrik
bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri ekstremitas tersebut, langsung pada otot-otot tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
melainkan juga ekstensi ekstremitas kontralateral. Respons asupan (masukan) aferen memisahkan (fractionate) kelompok
ekstensor silang (crossed extensor response) ini merupakan bagian neuron motorik; yaitu, setiap asupan hanya masuk ke sebagian
yang tepat dari refleks menarik-diri. Rangsang kuat dapat mem- dari kelompok neuron motorik untuk otot fleksor pada ekstre-
bangkitkan aktivitas di pusat (pool) antarneuron yang menyebar mitas itu saja. Sebaliknya, bila seluruh asupan sensorik dipotong
menuju keempat ekstremitas. Penyebaran impuls eksitasi ke atas dan dirangsang satu persatu, sumasi tegangan yang ditimbulkan
dan ke bawah di sepanjang medula spinalis ke lebih banyak oleh perangsangan pada tiap asupan lebih kuat daripada yang
neuron motorik dinamakan pemancaran stimulus (irradiation of ditimbulkan oleh rangsang listrik langsung pada otot itu atau
stimulus), dan peningkatan jumlah unit-unit motorik yang perangsangan seluruh asupan sensorik secara bersamaan. Hal ini
diaktifkan dinamakan pengerahan/rekrutmen unit motorik. menunjukkan bahwa berbagai asupan aferen tersebut meng-
gunakan sebagian dari neuron motorik yang sama dan bahwa
MANFAAT REFLEKS MENARIK DIRI terjadi oklusi bila seluruh impuls dirangsang sekaligus.
Respons fleksor dapat ditimbulkan dengan rangsang yang tidak INTEGRASI REFLEKS DI TULANG
berbahaya di kulit atau dengan peregangan otot, tetapi respons
fleksor kuat yang disertai gerakan menarik-diri hanya BELAKANG
dibangkitkan oleh rangsang pengganggu atau paling tidak Respons hewan dan manusia terhadap cedera medula spinalis
berpotensi membahayakan (yi. rangsangan nosiseptif). Refleks (spinal cord injury, SCI) menggambarkan integrasi refleks di
menarik-diri memiliki fungsi proteksi karena fleksi ekstremitas tingkat spinal. Defisit yang terjadi setelah SCI tentu saja
yang dirangsang menjauhkan tungkai tersebut dari sumber bervariasi, bergantung pada ketinggian/level cedera. Boks
iritasi, dan ekstensi ekstremitas yang lain menyangga tubuh. Pola Klinis 12–3 menyajikan informasi mengenai masalah jangka-
respons yang diambil oleh keempat ekstremitas menempatkan panjang yang berkaitan dengan SCI dan kemajuan-kemajuan
seseorang dalam posisi untuk menghindari rangsang yang terkini dalam pengobatannya.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 235

BOKS KLINIS 12-3

Cedera Medula spinalis yang relatif ringan pada kulit sudah dapat mengaktifkan
Diperkirakan bahwa di seluruh dunia insidensi cedera medula neuron-neuron otonom dan menyebabkan buang air kecil dan
spinalis (spinal cord injury, SCI) setiap tahunnya adalah antara besar, berkeringat, pucat, dan perubahan tekanan darah selain
10 dan 83 per sejuta populasi. Penyebab utama adalah respons menarik diri tersebut. Refleks massa yang mengganggu
kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan cedera olahraga. Usia ini kadang dapat digunakan untuk memberi pasien paraplegia
rerata pasien yang mengalami SCI adalah 33 tahun, dan pria sedikit kontrol rektum dan kandung kemih mereka. Mereka
mengalahkan wanita dengan rasio hampir 4:1. Sekitar 52% dapat dilatih untuk memulai berkemih dan buang air besar
kasus SCI menyebabkan kuadriplegia dan sekitar 42% dengan menggosok atau mencubit paha mereka, memicu
menyebabkan paraplegia. Pada manusia dengan kuadriplegia, refleks massa secara sengaja. Jika medula spinalis tidak
ambang refleks menarik diri sangat rendah; bahkan rangsangan terputus total, spasme fleksor yang dipicu oleh rangsang yang
mengganggu yang ringan menyebabkan tidak saja penarikan mengganggu dapat berkaitan dengan letupan-letupan nyeri
berkepanjangan satu ekstremitas melainkan juga pola fleksi- yang sangat mengganggu pasien. Mereka dapat sukses diterapi
ekstensi mencolok di ketiga ekstremitas lainnya. Refleks regang
dengan baklofen, suatu agonis reseptor GABAb yang
juga hiperaktif. Setelah SCI, rangsangan aferen menyebar dari
menembus sawar darah-otak dan meningkatkan inhibisi.
satu pusat refleks ke pusat lain. Rangsangan pengganggu

KIAT TERAPEUTIK
Terapi pasien SCI tidaklah mudah. Pemberian dosis besar hal ini, plus ¡mobilisasi, menyebabkan pelepasan Ca2+ dalam
glukokortikoid terbukti mempercepat pemulihan dan jumlah besar, menimbulkan hiperkalsemia, hiperkal-siuria,
memperkecil kehilangan fungsi setelah SCI. Obat ini perlu dan pembentukan batu kalsium di kanal kemih. Kombinasi
segera diberikan setelah cedera dan kemudian dihentikan batu dan paralisis kandung kemih menyebabkan stasis urine,
karena pemberian steroid jangka-panjang dipastikan yang mempermudah infeksi kanal kemih, penyulit tersering
menyebabkan efek samping yang merugikan. Manfaat obat SCI. Saat ini terus dilakukan penelitian untuk merangsang
ini kemungkinan besar adalah karena berkurangnya respons
akson-akson neuron di medula spinalis beregenerasi.
peradangan di jaringan yang rusak. Karena ¡mobilisasi, pasien
Pemberian neurotrofin memperlihatkan harapan pada hewan
SCI mengalami keseimbangan nitrogen negatif dan
percobaan, demikian juga implantasi sel punca mudigah di
mengalami katabolisme sejumlah besar protein tubuh. Berat
tubuh mereka menekan sirkulasi kulit di atas tonjolan tulang, tempat cedera. Kemungkinan lain yang dikaji adalah
menyebabkan terbentuknya ulkus dekubitus. Ulkus ini sulit melakukan byposs bagian SCI dengan brain-computer
sembuh dan rentan terinfeksi karena deplesi protein tubuh. interface devices. Namun, pendekatan-pendekatan baru ini
Jaringan yang terurai mencakup matriks protein tulang dan masih jauh dari penerapan klinis sehari-hari.

Pada semua vertebrata, pemutusan medula spinalis akan kolateral dari neuron yang ada, disertai pembentukan ujung-
diikuti oleh periode syok spinal yang selama itu semua respons ujung eksitatorik tambahan di antarneuron dan neuron motorik.
refleks spinal sangat tertekan. Selanjutnya, respons refleks Pada manusia, respons refleks pertama yang muncul
kembali dan menjadi hiperaktif. Lama syok spinal sebanding sewaktu syok spinal mereda sering berupa kontraksi ringan otot-
dengan derajat ensefalisasi fungsi motorik di berbagai spesies. otot fleksor dan aduktor tungkai sebagai respons terhadap
Pada kodok dan tikus periode ini berlangsung selama beberapa rangsangan pengganggu (yi. refleks menarik diri). Pada sebagian
menit; pada anjing dan kucing berlangsung selama 1—2 jam; pasien, refleks yang pertama kali pulih adalah refleks sentakan
pada monyet berlangsung beberapa hari; dan pada manusia lutut. Interval antara pemutusan medula spinalis dan pulihnya
biasanya berlangsung paling sedikit 2 minggu. aktivitas refleks adalah sekitar 2 minggu jika tidak terdapat
Berhentinya pembombardiran tonik neuron spinal oleh penyulit lain; tetapi jika ada penyulit, interval tersebut akan jauh
impuls eksitatorik di jalur desendens (lihat bawah) jelas berperan lebih lama. Jika refleks spinal mulai pulih setelah syok spinal,
dalam terjadinya syok spinal. Selain itu, antarneuron spinal ambang refleks akan terus turun.
inhibitorik yang normalnya mengalami inhibisi sendiri mungkin Pada kucing dan anjing, sirkuit-sirkuit yang intrinsik bagi
dibebaskan dari inhibisi desendens tersebut sehingga menjadi medula spinalis dapat menghasilkan gerakan berjalan ketika
tak-terhambat. Hal ini, selanjutnya, akan menghambat neuron dirangsang secara benar bahkan setelah pemutusan medula
motorik. Pulihnya eksitabilitas refleks dapat disebabkan oleh spinalis. Terdapat dua generator pola lokomotorik (locomotor
terbentuknya hipersensitivitas dener-vasi terhadap mediator yang pattern generator) di medula spinalis: satu di regio servikal dan
dilepaskan oleh ujung-ujung eksitatorik saraf spinal yang masih satu di regio lumbal. Namun, hal ini bukan berarti bahwa
ada. Kemungkinan lain yang telah terbukti adalah tumbuhnya hewan atau manusia spinal dapat berjalan tanpa
236 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 12-4

Cerebral palsy (CP) diperkirakan mencerminkan kerusakan pada daerah motorik


ekstrapiramidal. Tidak jarang tanda-tanda kedua tipe CP
Cerebralpalsy (CP) adalah istilah yang digunakan untuk
dijumpai pada satu pasien. Yang paling jarang adalah CP
menjelaskan salah satu dari beberapa gangguan neurologis
hipotonus, yang bermanifestasi sebagai hipotonia badan dan
non-progresif yang terjadi sebelum atau selama persalinan atau
ekstremitas, hiperrefleksia, dan refleks primitif persisten.
selama masa anak dini. Faktor pranatal, termasuk terpajannya
otak yang sedang berkembang ke hipoksia, infeksi, atau toksin,
kemungkinan menjadi penyebab 70-80% kasus CP. Gejala khas KIAT TERAPEUTIK
penyakit ini adalah spastisitas, ataksia, defisit kontrol motorik
Belum ada terapi yang menyembuhkan CP. Terapi sering
halus, dan kelainan ayunan langkah (membungkuk atau
mencakup terapi fisik dan okupasi. Penyuntikan toksin
"langkah menggunting"). Defisit sensorik mencakup gangguan
botulinum ke otot yang terkena dapat dilakukan untuk
penglihatan dan pendengaran serta kesulitan belajar dan
mengurangi spastisitas otot, khususnya muskulus
kejang sering terjadi pada anak dengan CP. Di negara-negara
gastroknemius. Obat lain yang digunakan untuk
maju, prevalensi CP adalah 2-2,5 kasus per 1000 kelahiran
mengatasi spastisitas otot pada pasien dengan CP adalah
hidup, tetapi insidensi CP pada anak yang lahir prematur jauh
diazepam (suatu benzo-diazepin yang berikatan dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan anak lahir aterm. Berdasarkan
reseptor GABAA), baklofen (suatu agonis di reseptor
perbedaan dalam tonus istirahat di otot-otot dan ekstremitas
GABAB prasinaps di medula spinalis), dan dantrolen
yang terkena, CP diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok
(pelemas otot langsung). Berbagai pembedahan juga
berbeda. Tipe paling lazim terjadi adalah CP spastik, yang
pernah dilakukan untuk mengobati CP, termasuk rizotomi
ditandai oleh spastisitas, hiperrefleksia, klonus, dan tanda
dorsal selektif (pemotongan radiks dorsal) dan tenotomi
Babinski positif. Semua ini adalah tanda kerusakan traktus
(pemutusan tendon di m. gastroknemius).
kortiko-spinalis (lihat Boks Klinis 12-5). CP diskinetik ditandai
oleh gerakan involunter abnormal (khorea dan atetosis) dan

rangsangan; generator pola harus diaktifkan oleh lepas-muatan hemisferium serebelum, seperti ditandai oleh peningkatan
tonik suatu daerah diskret di otak tengah, regio lokomotorik aktivitas listrik sebelum gerakan. Ganglia basal serta serebelum
mesensefalon dan, tentu saja, hal ini hanya mungkin pada pasien menyalurkan informasi ke korteks premotorik dan motorik
dengan pemutusan medula spinalis inkomplit. Yang menarik, melalui talamus. Perintah motorik dari korteks motorik
generator juga dapat diaktifkan pada hewan percobaan dengan sebagian besar dipancarkan melalui traktus kortikospinalis ke
pemberian prekursor nore-pinefrin L-dopa (levodopa) setelah medula spinalis dan sebagian lagi melalui traktus
pemutusan total medula spinalis. Kini telah diperoleh kemajuan- kortikobulbaris yang sesuai ke neuron motorik di batang otak.
kemajuan dalam mengajari pasien dengan SCI untuk berjalan Namun, kolateral dari jalur ini dan beberapa hubungan
beberapa langkah dengan menempatkan mereka, dengan langsung dari korteks motorik berakhir di nukleus-nukleus
penopang, di jentera berjalan (treadmill). batang otak, yang juga berproyeksi ke neuron motorik di
batang otak dan medula spinalis, dan jalur ini dapat juga
PRINSIP UMUM ORGANISASI memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan
SENTRAL JALUR MOTORIK perubahan masukan sensorik dari indera dan dari otot,
tendon, sendi, dan kulit. Informasi umpan balik ini, yang
Untuk menggerakkan sebuah anggota badan secara sadar, otak menyesuaikan dan memuluskan gerakan, dijalarkan secara
harus merencanakan gerakan, menyusun gerakan yang sesuai di langsung ke korteks motorik dan ke spinoserebelum.
berbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan Spinoserebelum pada akhirnya berproyeksi ke batang otak.
dengan membandingkan rencana dengan kinerja. Sistem Jalur batang otak utama yang berperan dalam postur dan
motorik “belajar dengan mengerjakan” (learning by doing), dan koordinasi adalah traktus rubrospinalis, retikulospinalis,
kinerja akan membaik apabila gerakan diulang-ulang. Hal ini tektospinalis, dan vestibulospinalis.
melibatkan plastisitas sinaps. Kerusakan korteks serebri sebelum
atau selama persalinan atau selama 2-3 tahun pertama KORTEKS MOTORIK &
perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy, suatu
gangguan yang mengenai tonus otot, gerakan, dan koordinasi
GERAKAN VOLUNTER
(Boks Klinis 12–4).
Bagaimanapun, terdapat cukup banyak bukti adanya KORTEKS MOTORIK PRIMER
skema kontrol motorik umum seperti yang diperlihatkan Pembaca dipersilahkan merujuk ke Gambar 8-8 untuk
dalam Gambar 12–7. Perintah untuk gerakan volunter berasal lokasi berbagai regio korteks utama yang berperan dalam
dari daerah-daerah asosiasi korteks. Gerakan direncanakan di kontrol motorik. Korteks motorik primer (M1) terletak di
korteks serta di ganglia basal dan bagian lateral dari girus presentralis lobus frontalis, meluas ke dalam sulkus
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 237

Rencana Pelaksanaan
Ganglia basalis

Daerah
Gagasan asosiasi Korteks Gerakan
korteks premotorik
dan motorik
Lateral
cerebellum
Serebelum
intermediat

GAMBAR 12-7 Kontrol gerakan volunter.Perintah untuk gerakan traktus kortikospinalis dan traktus kortikobulbaris ke neuron
volunter berawal di daerah-daerah asosiasi di korteks. Korteks, motorik. Serebelum memberikan umpan-balik untuk menyesuaikan
ganglia basal, dan serebelum bekerja sama untuk merencanakan dan menghaluskan gerakan.
gerakan. Gerakan yang dilakukan oleh korteks disalurkan melalui

sentralis. Melalui berbagai eksperimen stimulasi pada pasien Teknik-teknik pencitraan otak modern misalnya positive
yang sedang menjalani kraniotomi di bawah anestesia lokal, emission tomography (PET) dan functional magnetic re-
regio ini dipetakan untuk memperlihatkan representasi berbagai sonance imaging (fMRI) telah digunakan untuk memetakan
bagian tubuh di girus presentralis. Gambar 12–8 menunjukkan korteks guna mengetahui daerah-daerah motorik. Gambar12–9
homunkulus motorik dengan kaki di puncak girus dan wajah memperlihatkan pengaktifan daerah tangan korteks motorik
di dasar. Daerah wajah dipetakan di dua sisi (bilateral), tetapi selagi pasien meremas sebuah bola secara berulang-ulang
pemetaan sisanya umumnya terjadi secara unilateral, dengan dengan tangan kanan atau tangan kiri.
daerah motorik korteks mengontrol otot-otot di sisi tubuh Sel-sel di daerah korteks motorik tersusun dalam organisasi
yang berlawanan. Ukuran pemetaan di korteks setiap bagian kolumnar. Kemampuan untuk menghasilkan gerakan diskret di
tubuh setara dengan keterampilan bagian tubuh yang sebuah otot oleh stimulasi listrik sebuah kolom di Ml
bersangkutan melakukan gerakan volunter halus. Daerah yang menghasilkan pandangan bahwa daerah ini bertanggung jawab
terlibat dalam berbicara dan menggerakkan tangan berukuran untuk kontrol otot individual. Penelitian-penelitian yang lebih
besar di korteks; kemampuan menggunakan faring, bibir, dan baru membuktikan bahwa neuron-neuron di beberapa kolom
lidah untuk membentuk kata dan menggunakan jari serta ibu korteks berproyeksi ke otot yang sama; pada kenyataannya,
jari yang dapat beraposisi untuk memanipulasi lingkungan sebagian besar rangsangan mengaktifkan lebih dari satu otot.
merupakan aktivitas yang khususnya terampil dilakukan oleh Selain itu, sel-sel di masing-masing kolom menerima masukan
manusia. sensorik yang cukup ekstensif dari daerah perifer tempat sel-sel
ini menghasilkan gerakan, membentuk dasar bagi kontrol
umpan-balik atas gerakan. Sebagian dari masukan ini mungkin
bersifat langsung dan sebagian disalurkan dari bagian lain
Bahu
Siku
gan
Badan
Paha
Lut

gan
tangan
Pergelan

Pe
ut

Tan

rg
ri an g

ela
Ja ri m g ki n

Ibu ng
te is
ah

jar a uk
Ja elin

ik nk nj ri
ng

ak ak lu ja
K

i i Te Ibu eher
L Alis
ta
ma
b ola
d a n a jah
pak W
Kelo
Bibir
VOK ALISASI

Rah
a ng
Lid
ah
SI

Me
L I VA

ne
lan
AH
SA
NY

GAMBAR 12-9 Daerah tangan korteks motorik yang diperlihatkan


U
G

E
N

M
oleh functional magnetic resonance imaging (fMRI) terhadap seorang
anak laki-laki 7 tahun. Perubahan intensitas sinyal, yang diukur dengan
menggunakan suatu metode yang dinamai echoplanar magnetic
resonance imaging, terjadi akibat perubahan pada aliran, volume, dan
oksigenasi darah. Anak diperintahkan untuk meremas secara berulang-
GAMBAR 12-8 Homunkulus motorik. Iustrasi menggambarkan, ulang sebuah bola karet busa dengan kecepatan dua sampai empat
pada irisan koronal girus presentralis, lokasi representasi berbagai bagian remasan per detik dengan tangan kanan atau kiri. Perubahan pada
tubuh di korteks. Ukuran berbagai bagian setara dengan daerah korteks aktivitas korteks dengan bola di tangan kanan diperlihatkan dalam
yang dialokasikan kepada mereka. Bandingkan dengan Gambar 8-9 yang warna hitam. Perubahan pada aktivitas korteks dengan bola di tangan
menunjukkan homunkulus sensorik. (Direproduksi, dengan izin, dari Penfield W, kiri diperlihatkan dalam putih. (Data dari Novotny EJ et al: Functional magnetic
Rasmussen G: The Cerebral Cortex of Man. Macmillan, 1950). resonance imaging (fMRI) in pediatric epilepsy. Epilepsia 1994;35(Suppl 8):36).
238 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

korteks. Pandangan saat ini adalah bahwa neuron-neuron M1 dideteksi setelah 1 minggu, dan maksimal pada 4 minggu.
mencerminkan gerakan kelompok-kelompok otot untuk Daerah korteks yang menuju ke otot lain juga membesar
berbagai tugas. ukurannya jika pembelajaran motorik melibatkan otot-otot ini.
Jika terjadi lesi iskemik kecil setempat di daerah tangan korteks
DAERAH MOTORIK SUPLEMENTER motorik pada monyet, daerah tangan tersebut dapat muncul
kembali, bersamaan dengan kembalinya fungsi motorik, di
Daerah motorik suplementer berada pada dan di atas tepi
daerah korteks sekitar yang tidak mengalami kerusakan. Dengan
superior sulkus singuli di sisi medial hemisfer. Daerah ini
demikian, peta korteks motorik bukan tidak dapat diubah, tetapi
berproyeksi ke korteks motorik primer dan juga mengandung
berubah sejalan dengan pengalaman.
peta tubuh meskipun dengan presisi yang lebih rendah
dibanding M1. Daerah motorik suplementer ini tampaknya
terlibat terutama dalam penyusunan atau perencanaan urutan
motorik, sementara M1 melaksanakan gerakan. Pada monyet,
KONTROL OTOT AKSIAL & DISTAL
lesi di daerah ini menyebabkan aktivitas motorik yang kompleks Di batang otak dan medula spinalis, jalur medial atau ventral
dikerjakan secara kikuk dan kesukaran koordinasi bimanual. serta neuron-neuronnya berperan dalam kontrol otot rangka
Apabila subjek manusia menghitung dalam hati tanpa batang badan (aksial) dan ekstremitas bagian proksimal,
berbicara, korteks motorik tidak menunjukkan aktivitas, sedangkan jalur lateral dan neuronnya berperan dalam kontrol
tetapi jika mereka menyebutkan angka-angka dengan keras otot rangka ekstremitas bagian distal. Otot aksial berperan dalam
sewaktu menghitung, terjadi peningkatan aliran darah di M1 penyesuaian postur dan gerakan kasar, sedangkan otot
dan daerah motorik suplementer. Dengan demikian, M1 dan ekstremitas distal merupakan otot yang memperantarai gerakan
daerah motorik suplementer berperan dalam gerakan halus dan terampil. Dengan demikian, neuron di bagian medial
volunter apabila gerakan yang dilakukan bersifat kompleks kornu ventralis menyarafi otot ekstremitas proksimal, terutama
dan melibatkan perencanaan. otot fleksor, sedangkan neuron di bagian lateral kornu ventralis
menyarafi otot ekstremitas distal. Dengan penataan yang sama,
KORTEKS PREMOTORIK traktus kortikospinalis ventral dan jalur desendens medial dari
Korteks premotorik terletak di sebelah anterior dari girus batang otak (traktus tektospinalis, retikulospinalis, dan
presentralis, di permukaan korteks lateral dan medial; korteks ini vestibulospinalis) berperan dalam penyesuaian otot proksimal
juga mengandung peta somatotropik. Regio ini menerima dan postur, sedangkan traktus kortikospinalis lateral dan traktus
masukan dari regio-regio sensorik korteks parietalis dan rubrospinalis mengendalikan otot ekstremitas distal, dengan
berproyeksi ke M1, medula spinalis, dan formasio retikularis traktus kortikospinalis lateral lebih khusus berhubungan dengan
batang otak. Fungsi regio ini mungkin berkaitan dengan gerakan volunter terlatih. Secara filogenetis, jalur lateral
penentuan sikap pada permulaan gerakan terencana dan dengan merupakan jalur yang lebih baru.
menyiapkan seseorang melakukan suatu gerakan. Bagian ini
terutama terlibat dalam kontrol otot-otot ekstremitas proksimal
yang diperlukan untuk mengorientasikan tubuh sebelum
TRAKTUS KORTIKOSPINALIS &
melakukan gerakan. KORTIKOBULBARIS
KORTEKS PARIETALIS POSTERIOR Susunan somatotopik yang baru dijelaskan untuk korteks
motorik berlanjut ke seluruh jalur dari korteks ke neuron
Daerah sensorik somatik dan bagian-bagian terkait di lobus motorik. Akson-akson neuron dari korteks motorik yang
parietalis posterior berproyeksi ke korteks premotorik. Lesi di berproyeksi ke neuron motorik spinal membentuk traktus
daerah sensorik somatik menyebabkan defek pada kinerja kortikospinalis, suatu berkas besar yang terdiri dari 1 juta
motorik yang ditandai oleh ketidakmampuan melakukan serat. Sekitar 80% dari serat ini memotong garis tengah di
rangkaian gerakan yang dipelajari misalnya makan dengan pisau piramid medula untuk membentuk traktus kortikospinalis
dan garpu. Sebagian neuron berperan pada gerakan lateral (Gambar 12–10). Sisanya (20%) membentuk traktus
mengarahkan tangan ke suatu benda dan menggunakannya, kortikospinalis ventral, yang tidak memotong garis tengah
sedangkan sebagian neuron lainnya berkaitan dengan koordinasi sampai jaras ini mencapai level medula spinalis tempatnya
tangan-mata. Seperti dijelaskan di atas, neuron-neuron di berakhir. Neuron-neuron traktus kortikospinalis lateral
korteks parietalis posterior ini ikut berperan membentuk jalur- membentuk hubungan monosinaps dengan neuron motorik,
jalur desendens yang terlibat dalam kontrol motorik. khususnya yang berkaitan dengan gerakan terampil. Banyak
neuron traktus kortikospinalis juga bersinaps pada antar-neuron
PLASTISITAS spinal sebelum ke neuron motorik; jalur tak-langsung ini penting
dalam pengoordinasian kelompok-kelompok otot.
Penemuan bermakna yang dimungkinkan oleh adanya PET dan
fMRI adalah bahwa korteks motorik memperlihatkan plastisitas Jalur dari korteks ke medula spinalis melewati korona
yang sama dengan yang dijelaskan untuk korteks sensorik (lihat radiata ke bagian posterior kapsula interna. Di dalam otak
Bab 8). Sebagai contoh, daerah jari dari korteks motorik tengah, jalur ini melewati pedunkulus serebri dan pons
kontralateral membesar akibat dipelajarinya suatu pola gerakan basilaris sampai mencapai piramid medula dalam
jari yang cepat oleh jari di satu tangan; perubahan ini dapat perjalanan ke medula spinalis.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 239

Girus
ASAL TRAKTUS KORTIKOSPINALIS &
presentralis
(area 4,
KORTIKOBULBARIS
dst.) Neuron-neuron traktus kortikospinalis dan kortikobulbaris
berbentuk seperti piramid dan terletak di lapisan V korteks
serebri (lihat Bab 14). Daerah korteks tempat traktus-traktus ini
berasal diidentifikasi berdasarkan stimulasi listrik yang langsung
memicu terjadinya gerakan diskret. Sekitar 31% neuron traktus
kortikospinalis berasal dari korteks motorik primer. Korteks
Traktus kortikospinalis premotorik dan korteks motorik suplementer membentuk 29%
dari neuron traktus kortikospinalis. Sisa 40% dari neuron traktus
kortikospinalis berasal dari lobus parietalis dan daerah
Kapsula interna somatosensorik primer di girus postsentralis.

Dekusasio
piramidalis
PERAN DALAM GERAKAN
Pyramids Sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris merupakan jalur
primer untuk mencetuskan gerakan volunter terlatih. Hal ini
tidak berarti bahwa gerakan—bahkan gerakan terlatih—tidak
Traktus
dapat dilakukan tanpa sistem tersebut. Vertebrata non-mamalia
kortikospinalis
Traktus lateralis (80% serat) pada dasarnya tidak memiliki sistem kortikospinalis dan
kortikospinalis kortikobulbaris, tetapi dapat bergerak dengan cekatan. Kucing
sentral (20% serat) Sel kornu dan anjing dapat berdiri, berjalan, berlari setelah destruksi total
anterior
sistem ini. Hanya pada primata destruksi ini menimbulkan
Interneuron gangguan yang relatif nyata.
Nervus spinalis
Pemotongan piramid secara cermat pada primata percoba-
an yang merusak secara selektif traktus kortikospinalis lateral
menyebabkan hilangnya kemampuan memegang benda kecil
Otot antara dua jari dan kemampuan membuat gerakan tersendiri
distal pergelangan tangan. Gangguan ini timbul segera dan menetap.
Otot Namun, hewan tersebut masih dapat menggunakan tangannya
proksimal secara kasar dan dapat berdiri serta berjalan. Defisit ini konsisten
dengan hilangnya kontrol otot-otot distal ekstremitas, yang
GAMBAR 12-10 Traktus kortikospinalis. Traktus ini berasal dari
berperan dalam gerakan halus terlatih. Di pihak lain, lesi di
girus presentralis dan berjalan melalui kapsula interna. Sebagian besar
serat menyilang di piramid dan turun di substansia alba lateral medula traktus kortikospinalis ventral menimbulkan defisit otot aksial
spinalis untuk membentuk cabang lateral traktus yang dapat yang menyebabkan gangguan keseimbangan, berjalan, dan
membentuk koneksi monosinaps dengan neuron motorik spinal. memanjat.
cabang ventral traktus tetap tidak menyilang sampai mencapai medula
spinalis tempat akson berakhir di antarneuron spinal sebelum ke
neuron motorik. JALUR-JALUR BATANG OTAK YANG
BERPERAN DALAM POSTUR DAN
Traktus kortikobulbaris terdiri dari serat-serat yang
berjalan dari korteks motorik ke neuron motorik di nukleus
GERAKAN VOLUNTER
trigeminus, n. fasialis, dan n. hipoglosus. Neuron kortiko-bulbar Seperti disebutkan di atas, neuron motorik spinal tersusun
berakhir secara langsung pada nukleus nervus kranialis atau sedemikian rupa sehingga neuron yang menyarafi otot paling
pada antarneuron sebelumnya di dalam batang otak. Akson- proksimal terletak paling medial dan yang menyarafi otot
akson neuron ini berjalan melewati genu kapsula interna, lebih distal terletak lebih lateral. Susunan ini juga tercermin
pedunkulus serebri (medial dari neuron traktus kortikospinalis), di jalur-jalur desendens batang otak (Gambar 12–11).
untuk turun dengan serat-serat traktus kortikospinalis di pons
dan medula.
Sistem motorik dapat dibagi menjadi neuron motorik
JALUR-JALUR BATANG OTAK MEDIAL
bawah dan atas. Neuron motorik bawah merujuk kepada Jalur-jalur batang otak medial, yang bekerja bersama dengan
neuron motorik spinal dan kranial yang secara langsung traktus kortikospinalis ventral, adalah traktus retikulospi-nalis
menyarafi otot rangka. Neuron motorik atas adalah neuron pons dan medula, vestibulospinalis, dan tektospi-nalis. Jalur-
di korteks dan batang otak yang mengaktifkan neuron jalur ini turun di kolom-kolom ventral ipsilateral medula
motorik bawah. Respons patofisiologis terhadap kerusakan spinalis dan berakhir terutama di antarneuron dan neuron
neuron motorik bawah dan atas sangatlah berbeda (lihat propriospinal panjang di bagian ventromedial kornu ventral
Boks Klinis 12–5). untuk mengontrol otot aksial dan proksimal. Beberapa neuron
240 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 12-5

Kerusakan Neuron Motorik Bawah versus Atas Neuron motorik atas biasanya merujuk ke neuron-neuron
Neuron motorik bawah adalah neuron yang aksonnya berakhir traktus kortikospinalis yang menyarafi neuron motorik spinal,
di otot rangka. Kerusakan pada neuron ini menyebabkan meskipun juga dapat mencakup neuron batang otak yang
paralisis flaksid (lumpuh lunglai), atrofi otot, fasikulasi (kedutan mengontrol neuron motorik spinal. Kerusakan pada neuron ini
pada awalnya menyebabkan otot menjadi lemah dan lunglai,
otot yang tampak sebagai kerjapan di bawah kulit), hipotonia
tetapi akhirnya menyebabkan spastisitas, hipertonia (peningkat-
(berkurangnya tonus otot), dan hiporefleksia atau arefleksia.
an resistensi terhadap gerakan pasif), hiperaktivitas refleks
Suatu contoh penyakit yang menyebabkan kerusakan neuron
regang, dan kelainan refleks ekstensor plantar (tanda Babinski
motorik bawah adalah sklerosis lateral amiotrofik (amyotrophic
positif). Tanda Babinski adalah dorsifleksi ibu jari kaki dan
lateral sderosis, ALS). "Amiotrofik" adalah "tidak adanya nutrisi meregangnya jari-jari kaki lain ketika aspek lateral telapak kaki
otot” dan menjelaskan atrofi yang dialami otot akibat tidak digores. Pada orang dewasa, respons normal terhadap
terpakai. "Sklerosis" merujuk ke sifat keras yang diraba ketika rangsangan ini adalah fleksi plantar di semua jari kaki. Tanda
ahli patologi memeriksa medula spinalis pada aoutopsi; sifat Babinski dipercaya merupakan refleks menarik diri fleksor yang
keras ini disebabkan oleh proliferasi astrosit dan adanya normalnya ditekan oleh traktus kortikospinalis lateral. Tanda ini
jaringan parut di kolumna lateral medula spinalis. ALS adalah berguna dalam lokalisasi proses penyakit, tetapi makna
penyakit degeneratif progresif selektif pada neuron-neuron fisiologisnya belum diketahui. Namun, pada bayi yang traktus
motorik-a. Penyakit fatal ini juga dikenal sebagai penyakit Lou kortiko-spinalisnya belum berkembang sempurna, dorsifleksi ibu
Gehrig karena Gehrig, seorang pemain baseball tersohor di jari kaki dan merekahnya jari-jari kaki lainnya merupakan respons
Amerika, meninggal karenanya. Insidensi ALS tahunan di alami terhadap rangsangan yang diberikan ke telapak kaki.
seluruh dunia diperkirakan adalah 0,5-3 kasus per 100.000
orang. Penyakit ini tidak memiliki batas ras, sosio-ekonomi,
atau etnik. Usia harapan hidup pasien ALS biasanya adalah 3-5 KIAT TERAPEUTIK
tahun setelah diagnosis. ALS paling sering didiagnosis pada usia
Salah satu dari sedikit obat yang dapat sedikit
pertengahan dan lebih sering mengenai pria daripada wanita.
memperlambat perkembangan ALS adalah riluzol, suatu
Sebagian besar kasus bersifat sporadik, tetapi 5-10% kasus
obat yang membuka kanal SK. Spastisitas yang berkaitan
memiliki keterkaitan keluarga. Kemungkinan penyebabnya
dengan penyakit neuron motorik dapat dikurangi oleh
mencakup virus, neurotoksin, logam berat, defek DNA pelemas otot baklofen (suatu turunan GABA); pada
(terutama pada ALS familial), kelainan sistem imun, dan sebagian kasus dilakukan pemberian infus subaraknoid
kelainan enzim. Sekitar 40% kasus familial memiliki suatu baklofen melalui sebuah pompa yang ditanam di lumbal.
mutasi pada gen untuk Cu/Zn superoksida dismutase (SOD-1) Spastisitas juga dapat diterapi dengan tizanidin, suatu
di kromosom 21. SOD adalah pembersih radikal bebas yang agonis adre-noseptora2 kerja sentral; efektivitasnya
mengurangi stres oksidatif. Gen SOD-I yang defektif diperkirakan disebabkan oleh peningkatan inhibisi
memungkinkan penumpukan radikal bebas yang mematikan prasinaps neuron motorik spinal. Toksin botulinum juga
neuron. Beberapa bukti mengisyaratkan adanya peningkatan disetujui untuk mengobati spastisitas; toksin ini bekerja
sifat peka-rangsang nukleus-nuklei serebeli dalam akibat dengan mengikat reseptor di ujung saraf koli-nergik untuk
inhibisi small-conductance calcium-activatedpotassium (SK) mengurangi pelepasan asetilkolin, menimbulkan blokade
channel (kanal kalium berhantaran kecil yang diaktifkan oleh neuromuskulus.
kalsium) yang ikut berperan menyebabkan ataksia serebelum.

jalur medial bersinaps langsung dengan neuron motorik yang ke neuron motorik-γ. Neuron retikulospinalis pons terutama
mengontrol otot-otot aksial. bersifat eksitatorik sementara neuron retikulospinalis medula
Traktus vestibulospinalis medial dan lateral berperan terutama bersifat inhibitorik.
dalam fungsi vestibulum dan secara singkat diuraikan di Bab Traktus tektospinal berasal dari kolikulus superior otak
10. Traktus medial berasal dari nukleus vestibularis medial tengah. Ini memproyeksikan ke sumsum tulang belakang
dan inferior dan berproyeksi secara bilateral ke neuron- servikal kontralateral untuk mengontrol gerakan kepala dan
neuron motorik spinal servikal yang mengendalikan otot-otot mata.
leher. Traktus lateral berasal dari nukleus vestibularis lateral
dan berproyeksi secara ipsilateral ke neuron-neuron di semua JALUR BATANG OTAK LATERAL
level spinal. Traktus ini mengaktifkan neuron-neuron moto- Kontrol utama otot-otot distal berasal dari traktus
rik yang menyarafi otot-otot antigravitasi (mis. proksimal kortikospinalis lateral, tetapi neuron-neuron di dalam
ekstensor ekstremitas) untuk mengontrol postur dan nukleus rubra otak tengah memotong garis tengah dan
keseimbangan. berproyeksi ke antarneuron di bagian dorsolateral kornu
Traktus retikulospinalis pons dan medula berproyeksi ke ventral spinal untuk juga memengaruhi neuron-neuron
semua level spinal. Traktus ini berperan dalam pemeliharaan motorik yang mengontrol otot-otot ekstremitas distal.
postur dan modulasi tonus otot, khususnya melalui masukan Traktus rubrospinalis menggiatkan neuron motorik
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 241

A Jalur batang otak medial B Jalur batang otak lateral

Tektum Nukleus rubra


(bagian magnoselular)

Formasio
retikularis
medial

Traktus
tektospinalis
Nukleus vestibularis
lateral dan medial
Traktus
vestibulospinalis

Traktus
retikulospinalis

Traktus
rubrospinalis

GAMBAR 12-11 Jalur-jalur batang otak desendens medial otot aksial dan proksimal. B) Jalur lateral (rubrospinalis) berakhir di
dan lateral yang berperan dalam kontrol motorik. A) Jalur medial daerah dorsolateral substansia grisea spinal dan mengontrol otot-otot
(retikulospinalis, vestibulospinalis, dan tektospinalis) berakhir di distal. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM [editor]. Principles of Neural Science,
daerah ventromedial substansia grisea spinal dan mengontrol 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

fleksor dan menghambat neuron motorik ekstensor. Jalur ini


tidak terlalu menonjol pada manusia, tetapi mungkin berperan
DESEREBRASI
dalam postur khas rigiditas dekortikasi (lihat bawah). Pemutusan sempurna batang otak antara kolikulus superior
dan inferior memungkinkan jalur-jalur batang otak untuk
SISTEM PENGATUR-POSTUR berfungsi tanpa dipengaruhi oleh masukan dari struktur-
struktur otak yang lebih tinggi. Proses ini disebut
Pada hewan utuh, respons motorik individual terbenam dalam deserebrasi midkolikulus dan diperlihatkan di Gambar 12–
pola total aktivitas motorik. Jika aksis saraf terputus, aktivitas- 12 oleh garis terputus-putus A. Lesi ini memutuskan
aktivitas yang diintegrasikan di bawah potongan akan terputus, semua masukan dari korteks (traktus kortikospinalis dan
atau dibebaskan, dari kontrol oleh pusat-pusat otak yang lebih kortikobulbaris) dan nukleus rubra (traktus rubrospinalis),
tinggi dan sering terlihat mengalami aksentuasi. Pelepasan jenis terutama ke otot-otot distal ekstremitas. Jalur retikulo-
ini, yang telah lama menjadi prinsip kardinal dalam neurologi, spinalis eksitatorik dan inhibitorik (terutama ke otot
mungkin disebabkan pada beberapa situasi oleh hilangnya ekstensor postural) tetap utuh. Dominasi dorongan dari
kontrol inhibitorik oleh pusat-pusat saraf yang lebih tinggi. jalur-jalur sensorik asendens ke jalur retikulospinalis
Kausa yang lebih penting dari hiperaktivitas yang jelas ini adalah eksitatorik menyebabkan hiperaktivitas otot-otot ekstensor
hilangnya diferensiasi reaksi sehingga aktivitas tidak lagi sesuai keempat ekstremitas yang disebut rigiditas deserebrasi. Hal
dengan pola aktivitas motorik yang lebih luas. Penelitian ini mirip dengan yang terjadi setelah herniasi unkus akibat
menggunakan hewan percobaan memberi informasi mengenai lesi supratentorium. Herniasi unkus dapat terjadi pada
peran mekanisme korteks dan batang otak dalam kontrol pasien dengan tumor besar atau perdarahan di hemi-
gerakan volunter dan postur. Defisit pada kontrol motorik yang sferium serebri. Gambar 12–13A memperlihatkan postur
dijumpai setelah berbagai lesi menyerupai yang terlihat pada khas pada pasien ini. Boks Klinis 12–6 menjelaskan penyulit
manusia yang mengalami kerusakan di struktur yang sama. yang berkaitan dengan herniasi unkus.
242 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Sel purkinje
Korteks serebri Serat C
kortikorubra

D
Nukleus lateral Nukleus
Serat
dan interposed fastigii
kortikoretikularis

Serat
serebelorubra

RF eksitatorik RF inhibitorik Nukleus rubra


pons medula Nukleus
vestibularis
Serat retikulospinalis

Serat retikulospinalis

Serat kortikulospinalis

s
ali
Serat rubrospinalis

pin
los
bu
sti
ve
rat
Se
Serat sensorik Radiks dan ganglion posterior
asendens
melalui ALS
Gelendong otot

Otot ekstensor
Neuron motorik
gamma ekstensor

Neuron motorik
alfa fleksor

Neuron motorik
alfa ekstensor

Radiks anterior

Otot fleksor
Lesi/respons motorik

A= Regiditas ekstensor di semua ekstremitas, regiditas/postur desrebrasi


A+B = Relaksasi rigiditas ekstensor di ekstremitas yang radiksnya terputus
A+C = Penguatan ringan rigiditas deserebrasi dibandingkan dengan A
A+C+B = Tidak ada relaksasi rigiditas deserebrasi
D= fleksi ekstremitas atas, ekstensi ekstremitas bawah, rigiditas/postur dekortikasi

GAMBAR 12-12 Sebuah gambar sirkuit yang memperlihatkan substrat-substrat anatomik yang berperan dalam rigiditas/postur
lesi-lesi pada hewan percobaan untuk meniru keadaan deserebrasi deserebrasi atau dekortikasi yang dijumpai pada manusia dengan lesi
dan dekortikasi pada manusia. Pemotongan bilateral ditunjukkan yang mengisolasi otak depan dari batang otak atau memisahkan
oleh garis terputus-putus A, B, C, dan D. Deserebrasi terletak di batang otak rostral dari kaudal dan medula spinalis. (Direproduksi,
midkolikulus (A), dekortikasi terletak rostral dari kolikulus superior, dengan izin, dari Haines DE [editor]. Fundamental Neuroscience for Basic and
Clinical Applications, 3rd ed. Elsevier, 2006).
radiks dorsal ke satu ekstremitas terpotong (B), dan pengangkatan
lobus anterior serebelum (C). Tujuannya adalah mengidentifikasi

Pada kucing dengan deserebrasi midkolikulus, fasilitasi refleks regang miotatik. Yaitu, masukan eksitatorik
pemotongan radiks-radiks dorsal ke sebuah ekstremitas dari jalur retikulospinalis mengaktifkan neuron motorik-γ
(garis terputus-putus B di Gambar 12-12) segera melenyap- yang secara tak-langsung mengaktifkan neuron motorik-α
kan hiperaktivitas otot-otot ekstensor. Hal ini mengisyarat- (melalui aktivitas aferen gelendong Ia). Hal ini disebut
kan bahwa rigiditas deserebrasi adalah spastisitas akibat lengkung gamma.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 243

A Kerusakan pons atas

GAMBAR 12-13 Postur deserebrasi dan


dekortikasi. A) Kerusakan pons atas dan otak tengah
bawah menyebabkan postur deserebrasi berupa
ekstremitas bawah mengalami ekstensi dengan jari-
jari kaki mengarah ke dalam dan ekstremitas atas
B Kerusakan otot tengah atas
mengalami ekstensi dengan jari-jari tangan fleksi dan
lengan bawah pronasi. Leher dan kepala mengalami
ekstensi. B) Kerusakan pada otak tengah atas dapat
menyebabkan postur dekortikasi berupa ekstremitas
atas mengalami fleksi, ekstremitas bawah ekstensi
dengan jari-jari kaki mengarah sedikit ke dalam, dan
kepala ekstensi. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH,
Jessell TM [editor]: Principles ofNeuralScience, 4th ed. McGraw-
Hill, 2000).

Asal lokasi sebenarnya dari serat yang menghambat refleks 12-12), timbul hiperaktivitas otot ekstensor yang berlebihan
regang di korteks serebri masih belum diketahui. Di bawah (rigiditas deserebrasi). Pemotongan ini melenyapkan hambatan
kondisi tertentu, perangsangan tepi anterior girus presentralis korteks di nukleus fastigii serebelum dan akibatnya meningkat-
dapat menghambat refleks regang dan menimbulkan gerakan kan perangsangan ke nukleus vestibularis. Pemotongan radiks
yang berasal dari korteks. Daerah ini, yang juga berproyeksi ke dorsal selanjutnya tidak memulihkan keadaan rigiditas, karena
ganglia basal, disebut suppressor strip. keadaan ini disebabkan pengaktifan neuron motorik-A yang
Bukti lain juga menunjukkan adanya rigiditas deserebrasi tidak ada hubungannya dengan lengkung gamma.
yang menyebabkan pengaktifan langsung neuron motorik-α.
Jika lobus anterior serebelum diangkat pada hewan yang
mengalami deserebrasi (garis terputus-putus C di Gambar DEKORTIKASI
Pengangkatan korteks serebri (dekortikasi; garis terputus-putus
D di Gambar 12-12) menyebabkan rigiditas dekortikasi yang
BOKS KLINIS 12-6 ditandai oleh fleksi ekstremitas atas di siku dan hiperaktivitas
ekstensor di ekstremitas bawah (Gambar 12–13B). Fleksi dapat
dijelaskan oleh eksitasi rubrospinal otot-otot fleksor di
Herniasi Unkus ekstremitas atas; hiperekstensi ekstremitas bawah disebabkan
Lesi desak-ruang akibat tumor besar, perdarahan, stroke, oleh perubahan yang sama seperti yang terjadi setelah
atau abses di hemisferium serebri dapat mendorong unkus deserebrasi midkolikulus.
lobus temporalis melewati tepi tentorium serebelum, Rigiditas dekortikasi dijumpai di sisi hemiplegik setelah
menekan nervus kranialis III ipsilateral (herniasi unkus). perdarahan atau trombosis di kapsula interna. Mungkin
Sebelum herniasi, pasien mengalami penurunan kesadaran, karena anatominya, arteri-arteri kecil di kapsula interna
letargi, pupil yang kurang reaktif, penyimpangan mata sangat rentan mengalami ruptur atau tersumbat oleh
dengan posisi "ke bawah dan keluar", refleks hiperaktif, dan trombus, sehingga jenis rigiditas dekortikasi ini cukup sering
tanda Babinski bilateral (karena penekanan traktus dijumpai. Enam puluh persen perdarahan intraserebrum
kortikospinalis ipsilateral). Setelah otak mengalami herniasi, terjadi di kapsula interna, sementara di korteks serebri 10%,
pasien mengalami deserebrasi dan koma, memperlihatkan di pons 10%, di talamus 10%, dan di serebelum 10%.
pupil yang melebar dan menetap, tanpa gerakan mata. Jika
kerusakan meluas ke otak tengah, timbul pola pernapasan
Cheyne-Stokes, yang ditandai oleh pola kedalaman napas
yang naik-turun diselingi oleh periode apnea. Akhirnya,
GANGLIA BASAL
fungsi medula lenyap, napas berhenti, dan kecil
kemungkinan terjadinya pemulihan. Massa di hemisfer yang ORGANISASI GANGLIA BASAL
terletak dekat dengan garis tengah menekan formasio
Istilah ganglia basal (atau nukleus basalis) secara umum
retikularis talamus dan dapat menyebabkan koma sebelum
dipakai untuk lima struktur interaktif di kedua sisi otak
kelainan mata terjadi (herniasi sentral). Sewaktu massa
(Gambar 12–14). nukleus kaudatus, putamen, dan globus
membesar, fungsi otak tengah terpengaruh, pupil melebar,
palidus (tiga massa nukleus besar yang mendasari mantel
dan timbul postur deserebrasi. Jika herniasi berlanjut, fungsi
korteks), nukleus subtalamikus, serta substansia nigra.
vestibular pons dan kemudian fungsi pernapasan medula
Nukleus kaudatus dan putamen secara bersama-sama
lenyap.
membentuk striatum; putamen dan globus palidus secara
244 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Nukleus kaudatus
Talamus
Talamus
Kapsula
interna

Ventrikel lateral

Nukleus
amigdalae Nukleus kaudatus
Putamen dan
globus palidus Putamen

Pandangan lateral Globus palidus:


Segmen eksternal
Nukleus kaudatus Talamus Segmen internal

Ka Nukleus
psu Substantia subtalamikus
la i
nte nigra
rna
Amigdala
Globus
palidus Ekor nukleus Potongan frontal
Putamen kaudatus

Potongan horizontal

GAMBAR 12-14 Ganglia basal. Ganglia basal terdiri dari nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus serta nukleus subtalamikus
dan substansia nigra yang secara fungsional terkait. Potongan frontal (koronal) memperlihatkan lokasi ganglia basal dalam kaitannya
dengan struktur-struktur sekitar.

bersama-sama membentuk nukleus lentiformis (lenticular GABA-ergik yang sesuai dari striatum ke pars retikulata
nucleus). substansia nigra. Terdapat suatu proyeksi inhibitorik dari
Globus palidus dibagi menjadi segmen dalam dan luar (GPe striatum ke GPe dan GPi. Nukleus subtalamikus menerima
dan GPi); kedua regio mengandung neuron-neuron GABAergik masukan inhibitorik dari GPe, dan pada gilirannya nukleus
inhibitorik. Substansia nigra dibagi menjadi pars kompakta yang subtalamikus membentuk proyeksi eksitatorik (glutamat) ke
menggunakan dopamin sebagai neuro-transmiter dan pars GPe dan GPi.
retikulata yang menggunakan GABA sebagai neurotransmiter.
Terdapat paling sedikit empat jenis neuron di dalam striatum. Korteks
Sekitar 95% neuron striatum adalah neuron berduri medium serebri
yang menggunakan GABA sebagai neurotransmiter. Neuron Glu
striatum lainnya adalah antarneuron berduri yang berbeda dari
Globus GABA Striatum
segi ukuran dan neurotransmiter: besar (asetilkolin), medium palidus, ES (asetilkolin)
(somatostatin), dan kecil (GABA).
Gambar 12–15 memperlihatkan hubungan-hubungan GABA Glu GABA GABA DA
utama ke dan dari ganglia basal bersama dengan neuro- Nukleus Glu Globus
SNPR SNPC
transmiter di jalur-jalur ini. Terdapat dua masukan utama ke subtalamikus palidus, IS
ganglia basal; keduanya bersifat eksitatorik (glutamat) dan GABA GABA GABA
Batang otak
keduanya berakhir di striatum. Masukan utama ini berasal dari dan PPN Talamus
regio korteks serebri yang luas (jalur kortikostriatum) dan dari medula spinalis
nukleus intralaminar talamus (jalur talamos-triatum). Dua
proyeksi utama ganglia basal adalah dari GPi dan substansia GAMBAR 12-15 Representasi diagramatik hubungan-hubungan
utama ganglia basal. Garis tak terputus-putus menunjukkan jalur
nigra pars retikulata. Keduanya bersifat inhibitorik (GABAergik)
eksitatorik, garis terputus-putus jalur inhibitorik. Di diagram
dan berproyeksi ke talamus. Dari talamus, terdapat suatu diperlihatkan transmiter, jika diketahui. DA, dopamin; Glu, glutamat.
proyeksi eksitatorik (kemungkinan glutamat) ke korteks Asetilkolin adalah transmiter yang dihasilkan oleh antarneuron di
prefrontalis dan premotorik. Hal ini menyempurnakan lengkung striatum. ES, segmen eksternal; IS, segmen internal; PPN, nukleus
korteks-ganglia basal-talamus-korteks. pedunkulopontinus; SNPC, substansia nigra, pars kompakta; SNPR,
substansia nigra, pars retikulata. Nukleus subtalamikus juga berpro-
Hubungan antara bagian-bagian ganglia basal mencakup yeksi ke pars kompakta substansia nigra; jalur ini dihilangkan untuk
sebuah proyeksi nigrostriatum dopaminergik dari pars memperjelas diagram.
kompakta substansia nigra ke striatum dan sebuah proyeksi
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 245

FUNGSI TABEL 12–1 Contoh penyakit pengulangan


trinukleotida.
Neuron-neuron di ganglia basal, seperti yang terdapat di
bagian lateral hemisferium serebri, menghasilkan impuls Ekspansi Pengulangan Protein yang
Penyakit Trinukleotida Terkena
sebelum gerakan dimulai. Pengamatan ini, ditambah analisis
cermat mengenai efek penyakit ganglia basal pada manusia Penyakit Huntington CAG Huntingtin
dan efek obat yang merusak neuron dopaminergik pada Ataksia spinoserebelar, CAG Ataksin 1, 2, 3, 7
hewan, mendorong timbulnya konsep bahwa ganglia basal tipe 1, 2, 3, 7
terlibat dalam perencanaan dan penyusunan gerakan atau,
Ataksia CAG Subunit α 1A
secara lebih luas, dalam proses yang mengubah pikiran spinoserebelar, tipe 6 kanal Ca2+
abstrak menjadi gerakan volunter (Gambar 12-7). Neuron-
Atrofi CAG Atrofin
neuron ini memengaruhi korteks motorik melalui talamus,
dentatorubral-
dan jalur kortikospinalis menjadi jalur bersama terakhir ke palidoluysian
neuron motorik. Selain itu, GPi berproyeksi ke nukleus-
Atrofi otot CAG Reseptor
nukleus di batang otak, dan dari sini ke neuron-neuron spinobulbar androgen
motorik di batang otak dan medula spinalis. Ganglia basal,
terutama nukleus kaudatus, juga berperan dalam proses Sindrom X rapuh CGG FMR-1
kognitif. Mungkin karena interkoneksi nukleus ini dengan Distrofi miotonik CTG DM protein
bagian frontal neokorteks, lesi di nukleus kaudatus kinase
mengganggu hasil tes yang melibatkan pembalikan benda Ataksia Friedreich GAA Frataxin
dan gerakan bergantian. Selain itu, lesi di bagian kepala
nukleus kaudatus kiri (bukan di kanan) dan substansi alba di
sekitarnya pada manusia berkaitan dengan bentuk disartrik
afasia yang mirip dengan afasia Wernicke (lihat Bab 15).
trinukleotida). Sebagian besar dari kelainan ini mengenai
pengulangan sitosin-adenin-guanin (CAG) (Tabel 12–1),
PENYAKIT GANGLIA BASAL PADA tetapi satu mengenai pengulangan CGG dan yang lain mengenai
pengulangan CTG (T merujuk kepada timin). Semua
MANUSIA pengulangan ini adalah ekson; namun, ataksia Friedreich
Secara normal, tiga jalur biokimia di ganglia basal bekerja berkaitan dengan pengulangan GAA di sebuah intron. Juga
secara seimbang: (1) sistem dopaminergik nigrostriatum, (2) terdapat bukti awal bahwa peningkatan jumlah pengulangan 12-
sistem kolinergik intrastriatum, dan (3) sistem GABAergik, nukleotida berkaitan dengan suatu bentuk epilepsi yang jarang.
yang berproyeksi dari striatum ke globus palidus dan
substansia nigra. Jika satu atau lebih dari jalur-jalur ini
mengalami disfungsi, timbul kelainan motorik khas.
PENYAKIT PARKINSON
Penyakit-penyakit ganglia basal pada manusia terdiri dari Penyakit Parkinson memiliki baik gambaran hipokinetik
dua jenis umum: hiperkinetik dan hipokinetik. Kelainan maupun hiperkinetik. Penyakit ini semula dilaporkan oleh James
hiperkinetik, dengan gerakan yang berlebihan dan abnormal, Parkinson pada tahun 1817 dan diberi nama sesuai namanya.
mencakup khorea, atetosis, dan balismus. Kelainan Penyakit Parkinson adalah penyakit pertama yang diketahui
hipokinetik mencakup akinesia dan bradikinesia. disebabkan oleh defisiensi suatu neurotransmiter spesifik (lihat
Boks Klinis 12–8). Pada tahun 1960-an, penyakit Parkinson
Khorea ditandai oleh gerakan “menari” yang involunter dibuktikan timbul karena degenerasi neuron dopaminergik di
dan cepat. Atetosis ditandai oleh gerakan menggeliat terus- substansia nigra pars striata. Kerusakan berat terjadi terutama
menerus yang lambat. Gerakan khoreiformis dan atetotik
pada serat yang menuju putamen (bagian dari striatum).
disamakan dengan awal gerakan volunter yang berlangsung
dengan cara yang involunter dan tidak teratur. Pada Gambaran hipokinetik pada penyakit Parkinson adalah
balismus, terjadi gerakan involunter yang menyentak, hebat, akinesia dan bradikinesia, sedangkan gambaran hiperkinetiknya
dan kasar. Akinesia adalah kesulitan dalam memulai gerakan adalah rigiditas roda pedati dan tremor saat istirahat. Tidak
dan penurunan gerakan spontan. Bradikinesia adalah adanya aktivitas motorik dan kesulitan memulai gerakan
lambatnya gerakan. volunter sangat mencolok. Terjadi penurunan gerakan normal
yang tidak disadari misalnya mengayunkan lengan sewaktu
Selain penyakit Parkinson, yang diuraikan di bawah, berjalan, gambaran ekspresi wajah yang berkaitan dengan isi
terdapat beberapa penyakit lain yang diketahui berkaitan emosi pikiran dan percakapan, dan berbagai gerakan dan sikap
dengan malfungsi di dalam ganglia basal. Beberapa dari “gelisah” yang terdapat pada kita semua. Rigiditas berbeda dari
penyakit ini dijelaskan di Boks Klinis 12–7. Penyakit spastisitas karena peningkatan lepas-muatan neuron motorik
Huntington adalah salah satu penyakit genetik manusia yang terjadi ke otot agonis dan antagonis. Gerakan pasif salah satu
semakin banyak jumlahnya dan mengenai sistem saraf yang anggota badan bertemu dengan tahanan kaku (plastis) dan mati-
ditandai oleh ekspansi trinucleotide repeat (pengulangan rasa yang diibaratkan seperti membengkokkan sebuah pipa
246 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 12-7

Penyakit Ganglia Basal kuning. Patologi saraf yang dominan adalah degenerasi
Pada penyakit Huntington, awal kerusakan terdeteksi pada putamen, yaitu bagian dari nukleus lentikularis. Gangguan
neuron berduri medium dl striatum. Hilangnya jalur GABAergik motorik mencakup tremor"wing-beating" (kepakan sayap)
ke segmen eksternal globus palidus menghilangkan inhibisi, atau asteriksis, disartria, ayunan langkah yang tidak mantap,
memungkinkan timbulnya gambaran hiperkinetik penyakit. dan ridigitas.
Tanda awalnya adalah gerakan tangan yang berubah-ubah Penyakit lain yang sering disebut sebagai penyakit ganglia
arahnya secara mendadak ketika tangan meraih untuk basal adalah tardive dyskinesia. Penyakit ini memang
menyentuh suatu titik, khususnya pada akhir peraihan. Setelah melibatkan ganglia basal tetapi ditimbulkan oleh pengobatan
itu, gerakan khoreiformis hiperkinetik muncul dan secara penyakit lain yang menggunakan obat neuroleptik, misalnya
bertahap meningkat sampai pasien akhirnya tidak berdaya. fenotiazid atau haloperidol, untuk penyakit lain. Karena itu,
Berbicara menjadi terbata-bata lalu tidak dapat dimengerti, dan tardive dyskinesia bersifat iatro-genik. Pemakaian jangka-
terjadi demensia progresif yang diikuti oleh kematian, biasanya
panjang obat-obat ini dapat menimbulkan kelainan biokimia di
dalam 10-15 tahun setelah awitan gejala. Penyakit Huntington
striatum. Gangguan motorik yang terjadi dapat berupa gerakan
mengenai 5 dari 100.000 orang di seluruh dunia. Penyakit ini
involunter tak-terkontrol yang sementara atau menetap di
diwariskan sebagai penyakit autosom dominan, dan awitannya
biasanya pada usia antara 30 dan 50 tahun. Gen abnormal wajah dan lidah serta rigiditas roda-pedati. Obat neuroleptik
penyebab penyakit terletak dekat ujung lengan pendek bekerja melalui blokadetransmisi dopaminergik. Pemakaian
kromosom 4. Secara normal gen tersebut mengandung 11-34 berkepanjangan obat-obat ini menyebabkan hipersen-sitivitas
pengulangan sitosin-adenin-guanin (CAG), yang masing-masing reseptor dopaminergik D3 dan ketidakseimbangan pengaruh
menyandi glutamin. Pada pasien penyakit Huntington, jumlah nitrostriatum pada kontrol motorik.
ini meningkat menjadi 42-86 salinan atau lebih, dan semakin
besar jumlah pengulangan mengakibatkan semakin mudanya
usia awitan dan semakin cepatnya progresivitas penyakit. Gen KIAT TERAPEUTIK
ini menyandi huntingtin, suatu protein yang tidak diketahui
fungsinya. Di nukleus sel dan di tempat lain terjadi Terapi untuk penyakit Huntington ditujukan untuk
penumpukan protein kurang-larut yang bersifat toksik. Namun, mengatasi gejala dan mempertahankan kualitas hidup
hubungan antara penumpukan ini dan gejala belum jelas. karena belum ada pengobatan yang menyembuhkan.
Tampaknya terjadi pengurangan fungsi huntingtin yang Secara umum, obat-obat yang digunakan untuk
sebanding dengan ukuran sisipan CAG. Pada hewan percobaan mengatasi gejala penyakit memiliki efek samping
dengan penyakit ini, tandurintrastriatum jaringan striatum janin misalnya rasa lelah, mual, dan gelisah. Pada Agustus
memperbaiki kinerja kognitif. Selain itu, aktivitas kaspase-1 2008, Food and Drug Administration AS menyetujui
jaringan meningkat di otak manusia dan hewan dengan pemakaian tetrabenazin untuk mengurangi gerakan
penyakit ini, dan pada mencit yang gen untuk enzim pengatur khoreiformis yang menandai penyakit ini. Obat ini
apoptosisnya telah dilumpuhkan, perjalanan penyakitnya dapat berikatan secara reversibel dengan vesicular monoamine
diperlambat. transporter (VMAT) dan karenanya menghambat
penyerapan monoamin ke dalam vesikel sinaps. Obat ini
Penyakit ganglia basal lain adalah penyakit Wilson (atau
juga bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin.
degenerasi hepatolentikular), yaitu suatu penyakit metabolisme
Tetrabenazin adalah obat pertama yang mendapat izin
tembaga yang jarang terjadi, memiliki usia awitan antara 6-25
untukdiberikan kepada pengidap penyakit Huntington.
tahun dan mengenai wanita sekitar empat kali lebih sering
Obat ini juga digunakan untuk mengatasi gangguan
daripada pria. Penyakit Wilson mengenai sekitar 30.000 orang
hiperkinetik lain misalnya tardive dyskinesia. Obat
di seluruh dunia. Ini adalah suatu penyakit genetik resesif
chelating (mis. penisilamin, trientin) digunakan untuk
autosom akibat mutasi di lengan panjang kromosom 13q.
mengurangi tembaga di tubuh pada pengidap penyakit
Penyakit ini memengaruhi gen ATPase pengangkut tembaga
Wilson. Tardive dyskinesia terbukti sulit diatasi. Terapi
(ATP7B) di hati, sehingga terjadi penimbunan tembaga di hati
pada pasien dengan penyakit kejiwaan sering diarahkan
dan kerusakan hati progresif. Sekitar 1% populasi membawa
untuk menggunakan neuroleptik yang kecil ke-
satu salinan abnormal gen ini tetapi tidak memperlihatkan
mungkinannya menimbulkan efek samping ini. Klozapin
gejala apapun. Anak yang mewarisi gen dari kedua orang
adalah contoh obat neuroleptik atipikal yang efektif
tuanya dapat menderita penyakit ini. Pada pasien, tembaga
untuk menggantikan obat neuroleptik tradisional tetapi
menumpuk di bagian perifer kornea mata dan menyebabkan
dengan risiko tardive dyskinesia yang lebih kecil.
terbentuknya cincin Kayser-Fleischer khas yang berwarna
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 247

BOKS KLINIS 12-8

Penyakit Parkinson lain yang menghambat reseptor dopaminergik D2. Gejala ini
Terdapat 7-10 juta orang di seluruh dunia yang didiagnosis dapat ditimbulkan dengan cepat dan drastis melalui penyuntikan
penyakit Parkinson. Pria 1,5 kali lebih sering terkena daripada 1-metil-4-fenil-1,2,5,6-tetrahidropiridin (MPTP). Efek ini
wanita. Di AS, hampir 60.000 kasus baru penyakit ini ditemukan secara kebetulan ketika seorang pedagang narkotik di
ditemukan setiap tahun. Parkinsonisme muncul dalam bentuk California utara memberi sebagian kliennya dengan sediaan
idiopatik sporadik pada banyak orang berusia pertengahan heroin sintetik buatan rumahan yang mengandung MPTP. MPTP
dan lanjut serta merupakan salah satu penyakit adalah prodrug yang dimetabolisme di astrosit oleh enzim
neurodegeneratif tersering. Diperkirakan bahwa penyakit ini monoamin oksidase (MAO-B) untukmenghasilkan suatu oksidan
mengenai 1-2% orang berusia lebih dari 65 tahun. Pada orang kuat, 1-metil-4-fenilpiridinium (MPP+). Pada hewan pengerat,
normal, neuron dopaminergik dan reseptor dopamin di MPP+ cepat dikeluarkan dari otak, tetapi pada primata bahan ini
ganglia basal terus-menerus berkurang seiring usia, dan dikeluarkan secara lebih lambat dan diserap oleh pengangkut
akselerasi penurunan ini tampaknya memicu parkinsonisme. dopamin ke dalam neuron dopaminergik di substansia nigra,
Gejala muncul jika 60-80% neuron dopaminergik yang menghancurkannya tanpa banyak memengaruhi neuron
nigrostriatum mengalami degenerasi. dopaminergik lain. Karena itu, MPTP dapat digunakan untuk
Parkinsonisme juga dijumpai sebagai penyulit terapi menimbulkan parkinsonisme pada monyet, dan ketersediaannya
dengan obat penenang golongan fenotiazin dan obat telah mempercepat penelitian mengenai fungsi ganglia basal.

KIAT TERAPEUTIK
Penyakit Parkinsonisme belum dapat disembuhkan, dan kan kematian sel otak dan bukan sekedar mengatasi gejala
pemberian obat dirancang untuk mengatasi gejala. Sinemet, gangguan neurologis.
yaitu kombinasi levodopa (L-dopa) dan karbidopa, adalah obat Food and Drug Administration AS telah menyetujui
yang paling sering digunakan untuk penyakit Parkinson. pemakaian stimulasi otak dalam(deep brainstimulation; DBS)
Penambahan karbidopa ke L-dopa meningkatkan efektivitas sebagai metode untuk mengobati penyakit Parkinson. DBS
pengobatan dan mencegah perubahan L-dopa menjadi mengurangi jumlah L-dopa yang dibutuhkan pasien dan
dopamin di jaringan perifer sehingga sebagian dari efek karenanya mengurangi efek samping obat tersebut (mis.
samping L-dopa (mual, muntah, dan gangguan irama jantung) gerakan involunter yang dinamai diskinesia). DBS dilaporkan
dapat dikurangi. Agonis dopamin juga terbukti efektif pada dapat mengurangi tremor, kelambanan gerakan, dan masalah
sebagian pasien dengan penyakit Parkinson; agonis ini ayunan langkah pada sebagian pasien. Terapi bedah secara
mencakup apomorfin, bromo-kriptin, pramipeksol, dan umum dicadangkan bagi mereka yang tidak toleran atau
ropinirol. Inhibitor katekol-O-metiltrans-ferase (COMT) (mis. refrakter terhadap pemberian obat. Pembedahan dengan cara
entekapon), yang digunakan dalam kombinasi dengan membuat lesi di bagian dalam globus palidus/GPi (palidotomi)
levodopa, adalah golongan lain obat yang digunakan untuk atau di nukleus subtalamikus (talamotomi) dapat membantu
mengatasi penyakit ini. Obat ini bekerja dengan menghambat mengembalikan keseimbangan keluaran ganglia basal ke arah
penguraian L-dopa, memungkinkan senyawa ini mencapai otak normal (lihat Gambar 12-17). Pendekatan pembedahan
dalam jumlah lebih besar untuk meningkatkan kadar dopamin. lainnya adalah dengan menanam jaringan penghasil dopamin
Inhibitor MAO-B (mis. selegilin) juga mencegah penguraian di atau dekat ganglia basal. Pencangkokan jaringan medula
dopamin. Obat golongan ini dapat diberikan segera setelah adrenal pasien sendiri atau glomus karotikum (carotid body)
diagnosis dan memperlambat kebutuhan akan levodopa. dapat bekerja untuk sementara waktu, tampaknya dengan
Pada bulan Desember 2010, para peneliti di Southern berfungsi sebagai semacam pompa mini dopamin, tetapi hasil
Methodist University dan The University of Texas di Dallas jangka panjang metode ini mengecewakan. Pencangkokan
melaporkan bahwa mereka telah mengidentifikasi suatu famili jaringan striatum janin memberi hasil yang lebih baik, dan
molekul kecil yang memperlihatkan harapan dalam terdapat bukti yang menunjukkan bahwa sel yang
melindungi sel otak dari kerusakan pada penyakit-penyakit dicangkokkan tidak hanya bertahan hidup, tetapi membuat
seperti Parkinson, Alzheimer, dan Huntington. Ini dapat hubungan yang serasi dengan ganglia basal penerima. Namun,
merupakan suatu langkah maju yang besar karena obat ini sebagian pasien dengan transplantasi mengalami diskinesia
dapat bekerja sebagai obat neuroprotektif untuk menghenti- akibat kadar dopamin yang berlebihan.
248 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Normal Parkinsonisme Salah satu aspek penting dalam penyakit Parkinson adalah
KORTEKS KORTEKS keseimbangan antara lepas-muatan eksitasi antar-neuron
kolinergik dan masukan inhibisi dopaminergik di striatum.
PUTAMEN PUTAMEN Terjadi sedikit perbaikan dengan pemberian obat antikolinergik
D2 D1 D2 D1 yang menurunkan pengaruh kolinergik. Perbaikan yang lebih
dramatis terjadi bila diberikan L-dopa (levodopa). Tidak seperti
SNC SNC dopamin, prekursor dopamin ini dapat menembus sawar darah-
otak dan membantu memperbaiki defisiensi dopamin. Namun,
GPe GPe degenerasi neuron ini berlangsung terus dan dalam 5-7 tahun
Thal Thal kemanjuran L-dopa lenyap.
STN STN

GPi GPi SEREBELUM


Batang otak Batang
medula spinalis
PPN otak PPN Serebelum terletak melingkupi sistem sensorik dan motorik
medula utama di batang otak ( Gambar 12–17). Vermis yang terletak di
spinalis
medial dan hemisferium serebelum yang terletak di lateral
Gambar 12-16 Kemungkinan sirkuit ganglia basal-talamo-korteks mengalami pelipatan dan memiliki fisura yang lebih hebat
pada penyakit Parkinson. Panah tak terputus-putus menunjukkan
keluaran eksitatorik dan panah terputus-putus menunjukkan keluaran daripada korteks serebri; berat serebelum hanya 10% berat
inhibitorik. Kekuatan setiap keluaran ditunjukkan dengan lebar panah. korteks serebri, tetapi luas permukaannya 75% dari korteks
GPe, globus palidus segmen eksternal; GPi, globus palidus segmen
internal; PPN, nukleus pedinkulopontinus; SNC, substansia nigra pars serebri. Secara anatomis, serebelum terbagi menjadi tiga bagian
kompakta; STN, nukleus subtalamikus; Tal, thalamus. Liat bahasan untuk oleh dua fisura transversal. Fisura posterolateral memisahkan
lebih detil. (Dimodifikasi dari Grafton SC, Delong M: Tracing the brain circuitry with nodulus medial dan flokulus lateral di kedua sisi bagian
functional imaging. Nat med 1997;3:602).
serebelum lainnya, dan fisura primer membagi sisanya menjadi
sebuah lobus anterior dan sebuah posterior. Fisura yang lebih
kecil membagi vermis menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga
timah sehingga disebut rigiditas pipa-timah (lead-pipe rigidity).
vermis mengandung 10 lobulus primer yang diberi nomor I—X
Kadang-kadang terdapat “sendatan-sendatan” selama gerakan
dari superior ke inferior.
pasif (rigiditas roda-pedati, cog-wheel rigidity), tetapi tidak
terdapat kehilangan resistensi mendadak seperti yang dijumpai Serebelum dihubungkan ke batang otak oleh tiga pasang
pada ekstremitas spastik. Tremor, yang muncul pada saat pedunkulus yang terletak di atas dan di sekitar ventrikel
istirahat dan menghilang dengan aktivitas, disebabkan oleh keempat. Pedunkulus serebelaris superior mencakup serat-
kontraksi otot-otot antagonis yang reguler, berganti-ganti, serat dari berbagai nuklei serebeli dalam yang berproyeksi ke
dengan frekuensi 8 Hz. batang otak, nukleus rubra, dan talamus. Pedunkulus
Pandangan terkini tentang patogenesis gangguan gerak- serebelaris medius hanya mengandung serat aferen dari
an pada penyakit Parkinson diperlihatkan di Gambar 12– nuklei pontis kontralateral, dan pedunkulus serebelaris
16. Perhatikan bahwa pada orang normal, lepas-muatan ganglia inferior mengandung campuran serat aferen dari batang
basal bersifat inhibitorik melalui serat-serat saraf GABAergik. otak dan medula spinalis serta serat eferen ke nukleus
Neuron dopaminergik yang berproyeksi dari substansia nigra ke vestibularis.
putamen biasanya memiliki dua efek; neuron-neuron tersebut
merangsang reseptor dopaminergik D1; yang menghambat GPi Kolikulus
melalui reseptor GABAergik langsung, serta menghambat Vermis terpotong
reseptor D2, yang juga menghambat GPi. Selain itu, hambatan
ini mengurangi lepas-muatan eksitatorik dari nukleus sub-
talamikus ke GPi. Keseimbangan antara inhibisi dan eksitasi ini
agaknya mempertahankan fungsi motorik normal. Pada
penyakit Parkinson, asupan dopaminergik ke putamen lenyap.
Hal ini menyebabkan berkurangnya inhibisi dan meningkatnya Pons
eksitasi dari nukleus subtalamikus ke GPi. Seluruh peningkatan
keluaran inhibitorik ke talamus dan batang otak ini mengganggu Hemisferium
gerakan. serebeli
Kasus-kasus familial penyakit Parkinson dapat ditemukan, Nodulus vermis
Ventrikel keempat
meskipun jarang. Dapat terjadi mutasi pada gen-gen untuk Tonsila serebeli
paling sedikit lima protein. Protein-protein ini tampaknya
berperan dalam ubikuitinasi. Dua dari protein ini, α-sinuklein GAMBAR 12-17 Potongan midsagital melalui serebelum.
dan barkin, berinteraksi dan ditemukan di badan Lewy. Badan Vermis medial dan hemisferium serebeli lateral memiliki banyak
lipatan sempit mirip bubungan yang disebut folia. Meskipun tidak
Lewy adalah badan inklusi di neuron yang terdapat di semua
diperlihatkan, serebelum terhubung ke batang otak melalui tiga
bentuk penyakit Parkinson. Namun, makna temuan ini belum pasang pe-dunkulus (superior, medius, inferior). (Direproduksi, dengan
diketahui pasti. izin, dari Waxman SG: Clinical Neuroanatomy, 26th ed. McGraw-Hill, 2010).
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 249

5 Sel
stelata Serat paralel:
Akson-akson sel
granula
Akson
1 Sel
Purkinje

Lapisan
molekular 2
1
Lapisan
Purkinje
5
Akson Lapisan 4
granula 3 2 Sel
golgi
4 Sel
3 Sel
granula
Basket
Axons

GAMBAR 12-18 Lokasi dan struktur lima jenis neuron di korteks prosesus sel Purkinje di lapisan molekular. Sel Golgi (2), basket (3),
serebelum. Gambar didasarkan pada sediaan yang dipulas Golgi. Sel dan stelata (5) memiliki posisi, bentuk, pola percabangan, dan
Purkinje (1) memiliki tonjolan-tonjolan yang terletak dalam satu hubungan sinaps yang khas. (Untuk 1 dan 2, berdasarkan Ramon y Cajal S:
bidang; akson-akson sel ini adalah satu-satunya keluaran dari Histologie du Systeme Nerveux II., C.S.I.C. Madrid; Untuk 3-5, berdasarkan Palay SL,
serebelum. Akson sel granula (4) melintasi dan berhubungan dengan Chan-Palay V: Cerebellar Cortex. Berlin: Springer-Verlag, 1974).

Serebelum memiliki sebuah korteks serebeli eksterna Sel granula serebelum, yang badan selnya terletak di
yang dipisahkan oleh substansia alba dari nuklei serebeli lapisan granula, menerima masukan eksitatorik dari mossy fiber
dalam. Pedunkulus serebelaris medius dan inferior dan menyarafi sel Purkinje (Gambar 12–19). Masing-masing
membawa serat-serat aferen primer ke dalam serebelum mengirim sebuah akson ke lapisan molekular, tempat akson
tempat serat-serat ini dinamai mossy fiber dan climbing mengalami percabangan berbentuk T. Cabang-cabang T tersebut
fiber. Serat-serat ini mengirim kolateral ke nukleus-nukleus berbentuk lurus dan berjalan jauh sehingga disebut serat sejajar
dalam dan ke korteks. Terdapat empat nukleus dalam: (paralel). Percabangan dendritik sel Purkinje berbentuk sangat
nukleus dentatus, globosus, emboliformis, dan fastigii. gepeng dan memiliki arah tegak lurus terhadap serat sejajar.
Nukleus globosus dan emboliformis kadang-kadang ber- Serat-serat sejajar membentuk hubungan sinaps eksitatorik
kelompok menjadi satu sebagai nukleus interpositus. dengan dendrit dari banyak sel Purkinje, dan serat sejajar serta
percabangan dendritik sel Purkinje membentuk suatu jaringan
yang proporsinya sangat teratur.
ORGANISASI SEREBELUM Ketiga jenis neuron lain di korteks serebeli antarneuron
inhibitorik. Sel basket (Gambar 12-18) terletak di lapisan
Korteks serebelum memiliki tiga lapisan: lapisan molekular
molekular. Sel ini menerima masukan eksitatorik dari serat
eksterna, lapisan sel Purkinje yang ketebalannya hanya
sejajar, dan masing-masing berproyeksi ke banyak sel Purkinje
selapis sel, dan lapisan granula interna. Terdapat lima jenis
(Gambar 12-19). Akson-aksonnya membentuk sebuah
neuron di korteks: sel Purkinje, granula, basket, stelata, dan keranjang (basket) mengelilingi badan sel dan bukit akson (axon
Golgi (Gambar 12–18). Sel Purkinje adalah salah satu hillock) setiap sel Purkinje yang disarafinya. Sel stelata serupa
neuron paling besar di SSP. Sel ini memiliki percabangan dengan sel basket, tetapi terletak di lapisan molekular yang lebih
dendritik yang sangat luas dan meluas ke seluruh lapisan superfisial. Sel Golgi terletak di lapisan granula. Dendritnya,
molekular. Akson-aksonnya, yang merupakan satu-satunya yang berproyeksi ke lapisan molekular, menerima masukan
keluaran dari korteks serebelum, berproyeksi ke nukleus eksitatorik dari serat-serat sejajar (Gambar 12-19). Badan selnya
dalam, terutama nukleus dentatus, tempat akson-akson ini menerima masukan eksitatorik melalui kolateral dari mossy fiber
membentuk sinaps inhibitorik. Sel Purkinje juga membentuk yang datang. Aksonnya berproyeksi ke dendrit sel granula
hubungan inhibitorik dengan neuron di nukleus vestibularis. tempat mereka membentuk sinaps inhibitorik.
250 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Serat sejajar TABEL 12-2 Fungsi sistem-sistem aferen utama ke


+ + + serebelum. a
Korteks
+
serebeli Traktus Aferen Menyalurkan
BC Vestibuloserebelum Impuls vestibulum dari labirin, langsung
GC dan melalui nukleus vestibularis
PC
Spinoserebelaris dorsal Impuls propriosepsi dan
− GR + eksterosepsi dari tubuh

Climbing + Spinoserebelaris ventral Impuls propriosepsi dan
fiber eksterosepsi dari tubuh

Kuneoserebelaris Impuls propriosepsi, khususnya dari


− kepala dan leher
Nukleus
dalam NC + Mossy fiber Tektoserebelaris Impuls pendengaran dan penglihatan
+ + melalui kolikulus inferior dan superior
Masukan Pontoserebelaris Impuls dari korteks serebri motorik dan
lain bagian korteks lain melalui nuklei pontis
+
Olivoserebelaris Masukan propriosepsi dari tubuh keseluruhan
GAMBAR 12-19 Diagram hubungan saraf di serebelum. Tanda melalui penyaluran di oliva inferior
plus (+) dan minus (-) menunjukkan apakah ujung saraf bersifat aJalur olivoserebelaris berproyeksi ke korteks serebeli melalui climbing fibers; jalur-
eksitatorik atau inhibitorik. BC, sel basket; GC, sel Golgi; GR, sel jalur lainnya berproyeksi melalui mossy fiber. Beberapa jalur lain menyalurkan
granula; NC, sel di nukleus dalam; PC, sel Purkinje. Perhatikan bahwa impuls dari nukleus di batang otak ke korteks serebeli dan ke nukleus dalam,
PC dan BC bersifat inhibitorik. Hubungan-hubungan sel stelata, yang termasuk masukan serotonerglk dari nukleus rafe ke lapisan granula dan molekular
tidak diperlihatkan, serupa dengan yang dimiliki oleh sel basket, dan masukan noradrenergik dari lokus seruleus ke ketiga lapisan.
kecuali bahwa hubungan-hubungan tersebut sebagian besar berakhir
di dendrit sel Purkinje.

Seperti telah disebutkan, dua masukan utama ke korteks Keluaran sel Purkinje kemudian menghambat nuklei
serebelum adalah climbing fiber (serat merambat) dan mossy fiber serebeli dalam. Seperti dinyatakan di atas, nukleus ini juga
(serat berlumut). Keduanya bersifat eksitatorik (Gambar 12-19). menerima masukan eksitatorik melalui kolateral dari mossy fiber
Climbing fiber datang dari satu sumber, nukleus olivaris inferior. dan climbingfiber. Sangat menarik, ditinjau dari masukkan sel
Masing-masing berproyeksi ke dendrit primer sel Purkinje, yang Purkinje inhibitorik, bahwa keluaran nuklei serebeli dalam ke
dikelilinginya seperti tumbuhan yang memanjat. Masukan batang otak dan talamus selalu bersifat eksitatorik. Dengan
proprioseptif ke nukleus olivaris inferior datang dari seluruh demikian, hampir semua sirkuit serebelum tampaknya terutama
tubuh. Di pihak lain, mossy fiber memberi masukan berperan semata-mata dalam modulasi dan penentuan waktu
proprioseptif langsung dari semua bagian tubuh ditambah (timing) keluaran eksitatorik nuklei serebeli dalam ke batang
masukan dari korteks serebri melalui nuklei pontis ke korteks otak dan talamus. Sistem aferen primer yang bergabung
serebeli. Serat ini berakhir pada dendrit sel granula di kelompok membentuk masukan mossy fiber atau climbingfiber ke
sinaptik kompleks yang disebut glomerulus. Glomerulus juga serebelum diringkas dalam Tabel 12–2.
mengandung ujung-ujung inhibitorik sel Golgi yang disebutkan
di atas. PEMBAGIAN FUNGSIONAL
Dengan demikian, sirkuit-sirkuit utama pada korteks Dari segi fungsional, serebelum juga dibagi menjadi tiga bagian
serebeli relatif sederhana (Gambar 12-19). Masukan dari (Gambar 12–20). Nodulus di vermis dan flokulus pengapit di
climbing fiber menghasilkan efek eksitasi kuat pada satu sel hemisfer pada kedua sisi membentuk vestibulo-serebelum
Purkinje, sedangkan masukan dari mossy fiber menimbulkan (atau lobus flokulonodularis). Lobus ini, yang secara asal-
efek eksitasi lemah pada banyak sel Purkinje melalui sel granula. usulnya merupakan bagian tertua serebelum, memiliki
Sel basket dan sel stelata juga tereksitasi oleh sel granula melalui hubungan vestibular dan berperan dalam keseimbangan dan
serat-serat sejajarnya, dan keluaran kedua sel ini menghambat gerakan mata. Bagian vermis lainnya serta bagian medial
lepas-muatan sel Purkinje (inhibisi feed forivard). Sel Golgi hemisfer di dekatnya membentuk spinoserebelum, yaitu
tereksitasi oleh kolateral mossy fiber, dan serat sejajar, dan sel ini daerah yang menerima masukan propriosepsi dari tubuh
menghambat penyaluran dari mossy fiber ke sel granula. ataupun salinan “rencana motorik” dari korteks motorik.
Neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel stelata, basket, Golgi, Dengan membandingkan rencana dengan kinerja, bagian ini
dan Purkinje tampaknya adalah GABA, sedangkan sel granula memperhalus dan mengoordinasikan berbagai gerakan yang
melepaskan glutamat. GABA bekerja melalui reseptor GABAA, berjalan terus-menerus. Vermis berproyeksi ke daerah batang
tetapi kombinasi subunit di reseptor ini beragam dari satu jenis otak yang berperan dalam kontrol otot ekstremitas proksimal
sel ke jenis lainnya. Sel granula bersifat unik, yaitu bahwa sel ini dan aksial (jalur batang otak medial), sedang hemisfer
tampaknya merupakan satu-satunya jenis neuron di SSP yang spinoserebelum berproyeksi ke daerah batang otak yang
memiliki reseptor GABAA yang mengandung subunit α6. berperan pada kontrol otot ekstremitas distal (jalur batang
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 251

Spinoserebelum A Mulai
Ke sistem
desendens
medial Eksekusi
Ke sistem motorik
Normal
desendens
lateral

Abnormal
Ke korteks
motorik Perencanaan
dan pre- motorik Penundaan
motorik
Serebroserebelum Ke Keseimbangan B
nukleus dan gerakan Abnormal
Normal
vestibularis mata
Vestibuloserebelum

GAMBAR 12-20 Tiga pembagian fungsional serebelum. Nodulus


di vermis dan flokulus pengapit di hemisfer di kedua sisi membentuk
vestibuloserebelum yang memiliki koneksi vestibular dan berkaitan
dengan keseimbangan dan gerakan mata. Bagian vermis lainnya dan
bagian-bagian medial hemisfer sekitar membentuk spinoserebelum,
regio yang menerima impuls propriosepsi dari tubuh serta salinan
"rencana motorik" dari korteks motorik. Bagian lateral hemisferium Mulai Selesai
serebelum disebut serebroserebelum yang berinteraksi dengan
korteks motorik dalam merencanakan dan memprogram gerakan.
(Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM [editor]: Principles of Neural C
Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

Normal

otak lateral). Bagian lateral hemisferium serebelum disebut


serebroserebelum. Berdasarkan asal-usulnya, bagian ini
merupakan bagian yang paling baru dan berkembang paling Abnormal
baik pada manusia. Bagian ini berinteraksi dengan korteks
GAMBAR 12-21 Defek khas yang berkaitan dengan penyakit
motorik dalam merencanakan dan menyusun gerakan. serebelum. A) Lesi di hemisferium serebelum kanan memperlambat
Sebagian besar keluaran vestibuloserebelum mengalir inisiasi gerakan. Pasien diminta untuk mengepalkan kedua tangannya
langsung ke batang otak, tetapi bagian korteks serebelum secara bersamaan;tangan kanan mengepal lebih belakangan daripada
yang kiri (diperlihatkan oleh rekaman dari transduser bola karet
lainnya berproyeksi ke nukleus dalam, yang sebaliknya bertekanan yang diperas oleh pasien). B) Dismetria dan dekomposisi
berproyeksi ke batang otak. Nukleus dalam merupakan satu- gerakan yang diperlihatkan oleh seorang pasien yang menggerakkan
satunya tempat keluaran untuk spinoserebelum dan serebro- sebuah lengannya dari posisi terangkat ke hidungnya. Tremor
serebelum. Bagian medial spinoserebelum berproyeksi ke meningkat sewaktu tangannya mendekati hidung. C) Disdiadokokinesia
terjadi pada rekaman posisi abnormal tangan dan lengan bawah ketika
nukleus fastigii dan dari sini ke batang otak. Bagian-bagian
pasien dengan kelainan serebelum mencoba melakukan pronasi dan
hemisfer spinoserebelum sekitar berproyeksi ke nukleus supinasi lengan bawah secara bergantian sembari menekuk dan
emboliformis dan nukleus globosus dan dari sini ke batang meluruskan siku secepat mungkin. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM
otak. Serebroserebelum berproyeksi ke nukleus dentatus dan [editor]. Principles ofNeural Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

dari sini menuju ke nukleus ventrolateral talamus secara


langsung atau tak-langsung. SEREBELUM & BELAJAR
Serebelum berperan dalam penyesuaian yang dipelajari
yang menyebabkan koordinasi menjadi lebih mudah
PENYAKIT SEREBELUM apabila suatu gerakan dilakukan berulang-ulang. Sewaktu
seseorang mempelajari suatu tugas motorik, aktivitas di
Kerusakan pada serebelum menyebabkan beberapa otaknya beralih dari daerah prefrontal ke korteks parietal
kelainan khas, termasuk hipotonia, ataksia, dan intention dan motorik dan serebelum. Dasar bagi proses belajar ini
tremor. Kelainan motorik yang berkaitan dengan di serebelum mungkin melalui masukan ke nukleus
kerusakan serebelum bervariasi bergantung pada bagian olivaris. Jalur mossy fiber—sel granula—sel Purkinje
yang terkena. Gambar 12–21memperlihatkan sebagian dari bersifat sangat divergen, memungkinkan setiap sel Purkinje
kelainan ini. Informasi lain disajikan di Boks Klinis 12–9. menerima masukan dari banyak mossy fiber yang berasal
252 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 12-9

Penyakit Serebelum memisahkan gerakan tersebut dan melakukannya satu per satu
sendi, suatu fenomena yang dikenal sebagai dekomposisi
Sebagian besar kelainan yang berkaitan dengan kerusakan
gerakan. Tanda-tanda lain defisit serebelum pada manusia
serebelum muncul sewaktu pasien melakukan gerakan. Ataksia
menunjukkan pentingnya serebelum dalam kontrol gerakan.
ditandai oleh inkoordinasi akibat kesalahan dalam kecepatan,
jangkauan, kekuatan, dan arah gerakan. Ataksia bermanifestasi tidak Kelainan motorik yang berkaitan dengan kerusakan
saja pada gaya berjalan pasien dengan langkah lebar, tidak mantap, serebelum bervariasi bergantung pada regio yang terkena.
dan seperti "mabuk"tetapi juga mengganggu gerakan terlatih yang Disfungsi utama yang ditemukan setelah kerusakan vestibulo-
terlibat dalam berbicara, sehingga terjadi pembicaraan yang terbata- serebelum adalah ataksia, disekuilibrium, dan nistagmus.
bata/gagap, scanning speech (bicara lambat dengan interupsi). Kerusakan pada vermis dan nukleus fastigii (bagian dari
Banyak jenis ataksia bersifat herediter, termasuk ataksia Friedreich spinoserebelum) menyebabkan gangguan dalam kontrol otot-otot
dan penyakit Machado-Joseph. Belum ada pengobatan yang aksial dan badan sewaktu yang bersangkutan mencoba
menyembuhkan untuk ataksia herediter. Gerakan volunter lain juga menghasilkan postur untuk menahan gravitasi dan scanning
sangat abnormal jika terjadi kerusakan serebelum. Misalnya, usaha speech. Degenerasi bagian serebelum ini dapat terjadi karena
untuk menyentuh suatu benda dengan sebuah jari akan melampaui defisiensi tiamin pada pecandu alkohol atau orang dengan
benda tersebut ke salah satu sisi atau sisi lainnya. Dismetria ini, yang malnutrisi. Disfungsi utama yang ditemukan setelah kerusakan
juga disebut past-pointing, segera mencetuskan gerakan korektif serebroserebelum adalah penundaan dalam memulai gerakan
yang mencolok, tetapi gerakan ini berlebihan ke sisi lain. Akibatnya, dan dekomposisi gerakan.
jari bergerak maju mundur. Osilasi ini merupakan intention tremor
KIAT TERAPEUTIK
pada penyakit serebelum. Ciri lain penyakit serebelum adalah
ketidakmampuan "mengerem", yaitu menghentikan gerakan Penatalaksanaan ataksia terutama bersifat suportif; ini
dengan cepat. Misalnya, dalam keadaan normal fleksi lengan bawah sering berupa terapi fisik, pekerjaan, dan bicara. Upaya
terhadap tahanan cepat terhenti bila kekuatan tahanan tersebut untuk mencari obat yang efektif belum berhasil.
tiba-tiba hilang. Pasien dengan penyakit serebelum tidak dapat Stimulasi otak dalam terhadap nukleus intermediat
dengan cepat menghentikan gerakan ekstremitas, sehingga lengan
ventral talamus mungkin mengurangi tremor
bawah melayang ke belakang dengan sudut yang lebar. Respons
abnormal ini dikenal sebagai reboundphenomenon. Hal ini serebelum, tetapi kurang efektif untuk mengatasi
merupakan salah satu sebab yang penting mengapa pasien ataksia. Terdapat bukti bahwa defisiensi koenzim Q10
memperlihatkan disdiadokokinesia, ketidakmampuan melakukan (KoQ10) ikut berperan dalam kelainan yang dijumpai
gerakan berlawanan berganti-ganti dengan cepat, misalnya pronasi pada beberapa bentuk ataksia familial. Jika terdeteksi
dan supinasi tangan berulang-ulang. Akhirnya, pasien dengan penurunan kadar KoQ10, terapi sulih untuk mengatasi
penyakit serebelum sulit melakukan gerakan yang melibatkan kadar KoQ10 terbukti bermanfaat.
beberapa gerakan sekaligus pada satu atau lebih sendi. Pasien

dari berbagai regio. Sebaliknya, sebuah sel Purkinje yang terletak sejajar dengan serat otot ekstrafusal serta disarafi
menerima masukan dari satu climbing fiber, tetapi membuat oleh aferen tipe Ib. Struktur ini dirangsang oleh peregangan
2000-3000 sinaps dengannya. Pengaktifan climbing fiber pasif dan kontraksi aktif otot untuk merelaksasi otot (refleks
menghasilkan impuls runcing {spike) besar dan kompleks di tegang terbalik) dan berfungsi sebagai transduser untuk
mengatur kekuatan otot.
sel Purkinje, dan impuls ini menyebabkan modifikasi jangka
panjang pada pola masukan mossy fiber ke sel Purkinje ■ Refleks menarik diri (withdrawal reflex) fleksor adalah suatu
tersebut. Aktivitas climbing fiber meningkat apabila kita refleks polisinaps yang dipicu oleh rangsangan pengganggu
(nosiseptif); refleks ini dapat berfungsi protektif untuk
mempelajari suatu gerakan baru, dan lesi selektif di
mencegah kerusakan lebih lanjut.
kompleks olivarius menghilangkan kemampuan penyesuaian
■ Terputusnya medula spinalis diikuti oleh suatu periode syok
jangka panjang pada respons motorik tertentu.
spinal ketika semua respons refleks spinal sangat berkurang.
Pada manusia, pemulihan dimulai sekitar 2 minggu setelah
RINGKASAN BAB cedera.
■ Gelendong otot adalah sekelompok serat otot intrafusal khusus ■ Korteks suplementer, ganglia basal, dan serebelum ikut serta
dengan ujung-ujung polar kontraktil dan bagian tengah non- dalam perencanaan gerakan terampil. Perintah dari korteks
kontraktil yang terletak sejajar dengan serat otot ekstrafusal motorik primer dan regio korteks lain disalurkan melalui
serta disarafi oleh serat aferen tipe Ia dan II serta neuron traktus kortikospinalis dan kortikobulbaris ke neuron motorik
motorik-y eferen. Peregangan otot mengaktifkan gelendong spinal dan batang otak. Daerah korteks dan jalur motorik yang
otot untuk memulai kontraksi refleks serat-serat otot turun dari korteks tertata secara somatotopis.
ekstrafusal di otot yang sama (refleks regang).
■ Traktus kortikospinalis ventral dan jalur-jalur batang otak
■ Organ tendon Golgi adalah suatu kumpulan anyaman ujung- desendens medial (traktus tektospinalis, retikulospi-nalis, dan
ujung saraf yang membulat di antara fasikulus suatu tendon vestibulospinalis) mengatur otot proksimal dan postur.
BAB 12 Refleks dan Kontrol Volunter Postur & Gerakan 253

Traktus kortikospinalis lateral dan rubrospinalis mengontrol C. memanjang jika rangsangannya kuat.
otot ekstremitas distal untuk kontrol motorik halus dan D. contoh dari refleks fleksor
gerakan volunter terampil. E. disertai oleh respons yang sama di kedua sisi tubuh.
■ Rigiditas deserebrasi menyebabkan hiperaktivitas otot 4. Selagi berolahraga, seorang wanita 42 tahun mengalami rasa
ekstensor di keempat ekstremitas; rigiditas ini sebenarnya kesemutan mendadak di tungkai kanan dan ketidakmampuan
adalah spastisitas akibat fasilitasi refleks regang. Kelainan ini mengontrol gerakan di tungkai tersebut. Pemeriksaan
mirip dengan yang dijumpai pada herniasi unkus akibat lesi neurologis memperlihatkan refleks sentakan lutut (kneejerk)
supratentorium. Rigiditas dekortikasi adalah fleksi yang hiperaktif dan tanda Babinski positif. Mana dari yang
ekstremitas atas di siku dan hiperaktivitas ekstensor di berikut yang bukan ciri dari suatu refleks?
ekstremitas bawah. Hal ini terjadi di sisi hemiplegik setelah A. Refleks dapat dimodifikasi oleh impuls dari berbagai bagian
perdarahan atau trombosis di kapsula interna. SSP
B. Refleks mungkin melibatkan kontraksi simultan beberapa
■ Ganglia basal mencakup nukleus kaudatus, putamen, globus
otot dan relaksasi otot-otot lainnya
palidus, nukleus subtalamikus, dan substansia nigra.
C. Setelah pemutusan medula spinalis terjadi penekanan
Hubungan antara bagian-bagian ganglia basal mencakup
refleks secara kronis
suatu proyeksi nigrostriatum dopaminergik dari substansia
D. Refleks melibatkan transmisi melewati paling sedikit satu
nigra ke striatum dan suatu proyeksi GABAergik dari
sinaps
striatum ke substansia nigra. E. Refleks sering terjadi tanpa disadari
■ Penyakit Parkinson disebabkan oleh degenerasi neuron 5. Meningkatnya aktivitas saraf sebelum gerakan volunter
dopaminergik nigrostriatum dan ditandai oleh akinesia, terampil pertama kali terlihat di
bradikinesia, rigiditas roda-pedati, dan tremor istirahat.
A. neuron motorik spinal
Penyakit Huntington ditandai oleh gerakan khoreiformis
B. korteks motorik presentral
akibat hilangnya jalur inhibitorik GABAergik ke globus
C. otak tengah
palidus
D. serebelum
■ Korteks serebelum mengandung lima jenis neuron: sel E. daerah asosiasi korteks
Purkinje, granula, basket, stelata, dan Golgi. Dua masukan
6. Seorang wanita 38 tahun dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit
utama ke korteks serebeli adalah climbing fibers dan mossy
lokal karena perubahan mendadak pada tingkat kesadarannya.
fibers. Sel Purkinje adalah satu-satunya keluaran dari korteks Keempat ekstremitasnya dalam keadaan ekstensi, yang mengisyaratkan
serebelum, dan sel ini umumnya berproyeksi ke nukleus rigiditas deserebrasi. CT scan otak memperlihatkan perdarahan pons
dalam. Kerusakan pada serebelum menyebabkan beberapa rostral. Mana dari yang berikut yang menjelaskan komponen-
kelainan khas, termasuk hipotonia, ataksia, dan intention komponen jalur sentral yang berperan dalam kontrol postur?
tremor.
A. Jalur tektospinalis berakhir di neuron di daerah dorsolateral
kornu ventral spinal yang menyarafi otot-otot ekstremitas
PERTANYAAN PILIHAN GANDA B. Jalur retikulospinalis medula berakhir di neuron di daerah
ventromedial kornu ventral spinal yang menyarafi otot aksial
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat dan proksimal
kecuali jika dinyatakan lain C. Jalur retikulospinalis pons berakhir di neuron di daerah
dorsomedial kornu ventral spinal yang menyarafi otot-otot
1. Jika neuron motorik-γ dinamik diaktifkan pada saat yang ekstremitas
sama dengan neuron motorik-α ke otot maka D. Jalur vestibularis medial berakhir di neuron di daerah
A. terjadi inhibisi segera impuls di aferen Ia ge-lendong dorsomedial kornu ventral spinal yang menyarafi otot aksial
B. kemungkinan besar timbul klonus dan proksimal
C. otot tidak akan berkontraksi E. Jalur vestibularis lateral berakhir di neuron di daerah
D. jumlah impuls di aferen Ia gelendong lebih kecil dorsolateral kornu ventral spinal yang menyarafi otot aksial dan
daripada jika hanya impuls a yang meningkat proksimal.
E. jumlah impuls di aferen Ia gelendong lebih besar 7. Seorang wanita 38 tahun didiagnosis mengidap tumor otak
daripada jika hanya impuls a yang meningkat metastatik. Ia dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit lokal
2. Refleks regang terbalik karena pernapasan yang tidak teratur dan penurunan progresif
kesadaran. Ia juga menunjukkan tanda-tanda postur deserebrasi.
A. terjadi ketika aferen Ia gelendong terhambat
Mana dari yang berikut tidak sesuai dengan rigiditas deserebrasi?
B. adalah refleks monosinaps yang dipicu oleh pengaktifan
organ tendon Golgi A. Melibatkan hiperaktivitas di otot ekstensor keempat
C. adalah suatu refleks disinaps dengan satu antar-neuron ekstremitas.
tersisip antara serat aferen dan eferen B. Masukan eksitatorik dari jalur retikulospinalis mengaktifkan
D. adalah suatu refleks polisinaps dengan banyak antarneuron neuron motorik-γ yang secara tak-langsung mengaktifkan
tersisip di antara serat aferen dan eferen neuron motorik-α.
E. menggunakan serat aferen tipe II dari organ tendon Golgi C. Sebenarnya adalah suatu jenis spastisitas akibat inhibisi
refleks regang.
3. Refleks menarik diri tidak/bukan
D. Mirip dengan yang terjadi setelah herniasi unkus
A. dimulai oleh rangsangan yang mengganggu E. Ekstremitas bawah mengalami ekstensi dengan jari kaki
B. prapoten mengarah ke dalam.
254 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

8. Mana dari yang berikut menjelaskan koneksi antara E. terputusnya separuh dorsal medula spinalis di regio
komponen-komponen ganglia basal? toraks atas
A. Nukleus subtalamikus melepaskan glutamat untuk 12. Pada usia 30 tahun, seorang petugas pos pria melaporkan
merangsang globus palidus, segmen internal rasa lemah di tungkai kanannya. Dalam setahun kelemahan
B. Substansia nigra pars retikulata melepaskan dopa-min tersebut menyebar ke seluruh sisi kanan tubuhnya.
untuk menghambat striatum Pemeriksaan neurologis mengungkapkan paralisis lunglai,
C. Substansia nigra pars kompakta melepaskan dopa-min atrofi otot, fasikulasi, hipotonia, dan hiporef-leksia otot-otot
untuk merangsang globus palidus, segmen eksternal lengan dan tungkai kanan. Tes fungsi sensorik dan kognitif
D. Striatum melepaskan asetilkolin untuk merangsang normal. Mana dari diagnosis ini yang mungkin?
substansia nigra pars retikulata
A. Sebuah tumor besar di korteks motorik primer kiri
E. Globus palidus, segmen eksternal melepaskan glutamat
B. Infark serebrum di regio korona radiata
untuk merangsang striatum
C. Tumor vestibuloserebelum
9. Seorang pria 60 tahun didiagnosis 15 tahun yang lalu dengan D. Kerusakan ganglia basal
penyakit Parkinson. Ia selama ini mendapat Sinemet dan, E. Sklerosis lateral amiotrofik
sampai baru-baru ini, mampu melanjutkan pekerjaannya dan
membantu pekerjaan rumah tangganya sehari-hari. Kini
tremor dan rigiditasnya mengganggu aktivitasnya. Dokternya
menyarankan agar ia menjalani terapi stimulasi otak dalam.
Efek terapetik L-dopa pada pasien dengan penyakit Parkinson DAFTAR PUSTAKA
akhirnya lenyap karena Alexi T, Liu X-Z, Qu Y, et al: Neuroprotective strategies for basal
A. Terbentuk antibodi terhadap reseptor dopamin ganglia degeneration: Parkinson’s and Huntington’s diseases.
B. Tumbuh jalur-jalur inhibitorik ke dalam ganglia basal Prog Neurbiol 2000;60:409.
dari lobus frontalis De Zeeuw CI, Strata P, Voogd J: The Cerebellum: From Structure to
C. Terjadi peningkatan dalam a-sinuklein dalam darah Control. Elsevier, 1997.
D. Efek normal faktor pertumbuhan saraf (nerve growth Ditunno JF Jr, Formal CF: Chronic spinal cord injury. N Engl J Med
factor, NGF) terganggu 1994; 330:550.
E. Neuron dopaminergik di substansia nigra terus Graybiel AM, Delong MR, Kitai ST: The Basal Ganglia VI. Springer,
mengalami degenerasi 2003.
10. Seorang anak perempuan 8 tahun dibawa ke dokter anak Hunt CC: Mammalian muscle spindle: Peripheral mechanisms.
karena orang tuanya memerhatikan bahwa anak mereka Physiol Rev 1990;70: 643.
berjalan dengan tidak mantap dan mengalami kesulitan Jankowska E: Interneuronal relay in spinal pathways from
bicara. Ibunya khawatir karena adanya riwayat ataksia proprioceptors. Prog Neurobiol 1992;38:335.
Friedreich dalam keluarga. Mana dari yang berikut Jueptner M, Weiller C: A review of differences between basal ganglia
merupakan penjelasan benar mengenai neuron serebelum? and cerebellar control of movements as revealed by functional
imaging studies. Brain 1998;121:1437.
A. Sel basket melepaskan glutamat untuk mengaktifkan sel
Purkinje Latash ML: Neurophysiological Basis of Movement, 2nd ed. Human
B. Masukan climbing fiber menimbulkan efek eksita-torik Kinetics, 2008.
kuat pada sel Purkinje, dan sebagian besar masukan mossy Lemon RN: Descending pathways in motor control. Annu Rev
fiber bersifat inhibitorik pada sel Purkinje Neurosci 2008;31:195.
C. Sel granula mengeluarkan glutamat untuk merangsang sel Lundberg A: Multisensory control of spinal reflex pathways. Prog
basket dan sel stelata Brain Res 1979;50:11.
D. Akson sel Purkinje adalah satu-satunya keluaran korteks Manto MU, Pandolfo M: The Cerebellum and its Disorders.
serebeli, dan akson ini mengeluarkan glutamat untuk Cambridge University Press, 2001.
merangsang nuklei serebeli dalam. Matyas F, Sreenivasan V, Marbach F, Wacongne C, Barsy B, Mateo C,
E. Sel Golgi dihambat oleh kolateral mossy fiber. Aronoff R, Petersen CCH: Motor control of sensory cortex.
Science 2010;26:1240.
11. Setelah jatuh dari tangga, seorang wanita muda mengalami
McDonald JW, Liu X-Z, Qu Y, et al: Transplanted embryonic stem
penurunan parsial gerakan volunter di sisi kanan tubuh dan
cells survive, differentiate and promote recovery in injured rat
hilangnya sensasi nyeri dan suhu di sisi kiri di bawah regio
spinal cord. Nature Med 1999;5:1410.
midtoraks. Ada kemungkinan bahwa ia mengalami lesi
Nudo RJ: Postinfarct cortical plasticity and behavioral recovery.
A. terputusnya separuh medula spinalis di regio lumbal Stroke 2007;38:840.
B. terputusnya separuh medula spinalis di regio toraks atas Ramer LM, Ramer MS, Steeves JD: Setting the stage for functional
C. terputusnya jalur sensorik dan motorik di sisi kanan pons repair of spinal cord injuries: a cast of thousands. Spinal Cord
D. terputusnya separuh kanan medula spinalis di regio toraks 2005;43:134.
atas Stein RB, Thompson AK: Muscle reflexes and motion: How, what,
and why? Exerc Sport Sci Rev 2006;34:145.
13
B A B

Sistem Saraf
Otonom

■ Menjelaskan lokasi badan sel dan lintasan akson neuron simpatis dan
T U J U A N paraslmpatls praganglion dan pascaganlion.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menyebutkan neurotransmiter yang dilepaskan oleh neuron otonom
Anda seyogianya mampu: praganglion, neuron simpatis pascaganglion, neuron parasimpatis
pascaganglion, dan sel medula adrenal.
■ Menyebutkan jenis-jenis reseptor di ganglion otonom dan di berbagai organ
sasaran serta menyebutkan cara-cara bagaimana obat dapat bekerja untuk
mengubah fungsi proses-proses yang berperan dalam transmisi di dalam
sistem saraf otonom.
■ Menjelaskan fungsi sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
■ Menjelaskan lokasi beberapa neuron otak depan dan batang otak yang
merupakan komponen dari jalur otonom sentral.
■ Menjelaskan komposisi dan fungsi sistem saraf enterik.

PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom (SSO) adalah bagian dari sistem saraf akan dijelaskan kemudian, beberapa organ sasaran disarafi
yang berperan dalam homeostasis. Kecuali otot rangka, oleh kedua cabang dan yang lain dikontrol oleh hanya satu.
yang mendapat persarafan dari sistem saraf Selain itu, SSO mencakup sistem saraf enterik di kanal
somatomotorik, persarafan ke semua organ lain diberikan cerna. Definisi klasik SSO adalah neuron praganglion dan
oleh SSO. Ujung saraf terletak di otot polos (mis. pascaganglion di dalam cabang simpatis dan parasimpatis.
pembuluh darah, dinding kanal cerna, kandung kemih), Hal ini ekuivalen dengan mendefinisikan sistem saraf
otot jantung, dan kelenjar (mis. kelenjar keringat, kelenjar somatomotorik sebagai neuron motorik kranial dan spinal.
liur). Meskipun kita dapat bertahan hidup tanpa SSO, Definisi modern SSO juga mempertimbangkan jalur-jalur
kemampuan untuk beradaptasi terhadap stresor desendens dari beberapa bagian otak depan dan batang
lingkungan dan tantangan lain sangat menurun (lihat otak serta jalur-jalur aferen viseral yang menentukan
Boks Klinis 13–1). Pentingnya pemahaman tentang tingkat aktivitas di saraf simpatis dan parasimpatis. Hal ini
fungsi SSO dipertegas oleh kenyataan bahwa sedemikian analog dengan menyertakan banyak jalur desendens dan
banyak obat yang digunakan untuk mengatasi beragam asendens yang memengaruhi aktivitas neuron motorik
penyakit bekerja melalui elemen-elemen SSO. somatik sebagai elemen-elemen sistem saraf somato-
SSO memiliki dua cabang yang secara anatomis motorik.
berbeda: sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Seperti

255
256 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 13-1

Atrofi Sistem Multipel & hipotensi ortostatik yang berat. Selain turunnya tekanan
Sindrom Shy-Drager darah, hipotensi ortostatik menyebabkan pusing, penglihatan
kabur, dan bahkan pingsan. MSA juga disertai oleh disfungsi
Atrofi sistem multipel (multiple system atrophy, MSA) adalah
parasimpatis, termasuk disfungsi berkemih dan seksual. MSA
suatu penyakit neurodegeneratif yang berkaitan dengan paling sering didiagnosis pada orang berusia antara 50 dan 70
kegagalan otonom akibat lenyapnya neuron otonom tahun; penyakit ini lebih sering mengenai pria daripada wanita.
praganglion di medula spinalis dan batang otak. Tanpa adanya Disfungsi ereksi adalah gejala pertama yang sering muncul. Juga
sistem saraf otonom, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan terdapat kelainan dalam refleks baroreseptor dan mekanisme
elektrolit, dan tekanan darah sulit dikendalikan. Selain kontrol pernapasan. Meskipun kelainan otonom sering
kelainan otonom ini, MSA juga bermanifestasi sebagai defisit merupakan gejala pertama, 75% pasien dengan MSA juga
serebelum, ganglia basal, lokus seruleus, nukleus olivaris mengalami gangguan motorik.
inferior, dan traktus piramidalis. MSA didefinisikan sebagai
"suatu penyakit awitan dewasa yang sporadik, progresif, dan KIAT TERAPEUTIK
ditandai oleh disfungsi otonom, parkinsonisme, dan ataksia Belum ada pengobatan yang menyembuhkan untuk MSA
serebelum dalam berbagai kombinasi". Sindrom Shy-Drager tetapi tersedia beragam terapi untuk mengatasi gejala
adalah subtipe MSA yang didominasi kegagalan otonom.Tanda dan tanda spesifik penyakit ini. Kortikosteroid sering
patologis utama MSA adalah badan inklusi sitoplasma dan diresepkan untuk menahan garam dan air guna
nukleus di oligodendrosit dan neuron di daerah otonom dan meningkatkan tekanan darah. Pada sebagian pasien,
tanda-tanda mirip-Parkinsonisme dapat diatasi dengan
motorik sentral. Juga terjadi deplesi penanda monoaminergik,
pemberian levodopa dan karbidopa. Berbagai uji klinis
kolinergik, dan peptidergik di beberapa regio otakdan di cairan
sedang dijalankan untuk menguji efektivitas pemakaian
serebrospinal. Penyebab MSA masih belum diketahui, tetapi imunoglobulin intravena untuk melawan proses
terdapat bukti bahwa di otak pasien MSA mungkin terjadi neuroinflamasi yang terjadi pada MSA; fluoksetin (suatu
suatu mekanisme neuroinflamasi yang menyebabkan peng- serotonin reuptake inhibitor) untuk mencegah hipotensi
aktifan mikroglia dan produksi sitokin toksik. Tingkat basal ortostatik, memperbaiki suasana hati, dan mengatasi
aktivitas simpatis dan kadar norepinefrin plasma pasien MSA gangguan tidur, nyeri, dan rasa lelah pada MSA; dan
normal, tetapi kadar tersebut tidak meningkat sebagai respons rasagilin (suatu inhibitor monoamin oksidase) pada
terhadap posisi berdiri atau rangsangan lain dan menyebabkan pasien MSA dengan parkinsonisme.

SUSUNAN ANATOMIK bersifat difus. Akson neuron pascaganglion, yang sebagian


besar merupakan serat C tak-bermielin, berakhir di efektor
SISTEM OTONOM visera.
Salah satu fitur serupa neuron praganglion otonom dan
GAMBARAN UMUM neuron motorik-α adalah bahwa ujung saraf keduanya
mengeluarkan asetilkolin (Gambar 13-1). Asetilkolin adalah
Gambar 13–1 membandingkan beberapa karakteristik dasar
neurotransmiter yang dikeluarkan oleh semua neuron yang
persarafan ke otot rangka dengan persarafan ke otot polos otot
aksonnya keluar dari SSP, termasuk neuron motorik kranial,
jantung, dan kelenjar. Seperti dibahas di bab-bab sebelumnya,
jalur umum bersama yang mengaitkan sistem saraf pusat neuron motorik-α, neuron motorik-γ, neuron simpatis
praganglion, dan neuron parasimpatis praganglion. Neuron
(SSP) ke otot rangka adalah neuron motorik α. Demikian
juga, neuron simpatis dan parasimpatis berfungsi sebagai jalur parasimpatis pascaganglion juga mengeluarkan asetilkolin,
umum bersama dari SSP ke sasaran viseral. Namun, berbeda sementara neuron simpatis pascaganglion mengeluarkan
dari sistem saraf somatomotorik, bagian motorik perifer SSO norepinefrin atau asetilkolin.
terdiri dari dua neuron: neuron praganglion dan
pascaganglion. Badan sel neuron praganglion terletak di
kolumna intermediolateral (IML) medula spinalis dan di CABANG SIMPATIS
nukleus motorik beberapa nervus kranialis. Berbeda dari Berbeda dari neuron motorik α, yang berada di semua segmen
neuron motorik α yang bergaris tengah besar dan spinal, neuron praganglion simpatis terletak di IML dari
menghantarkan impuls dengan cepat, akson praganglion segmen torakal pertama hingga lumbal ketiga atau keempat.
adalah serat B penghantar lambat, bermielin, dan bergaris Hal ini yang menjadi penyebab mengapa sistem saraf simpatis
tengah kecil. Setiap akson praganglion terbagi menjadi sekitar kadang disebut cabang torakolumbal SSO. Akson neuron
delapan atau sembilan neuron pascaganglion. Dengan praganglion simpatis meninggalkan medula spinalis di level
demikian, persarafan otonom tempat badan selnya berada dan keluar melalui radiks ventral
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 257

SSP Sistem saraf somatik

Organ
efektor
ACh

Sistem saraf otonom:


SSP cabang parasimpatis
Organ
efektor

Ganglion ACh GAMBAR 13-1 Perbandingan susunan perifer dan


transmiter yang dikeluarkan oleh sistem saraf
Sistem saraf otonom: somatomotorik dan otonom. Pada sistem saraf
SSP cabang simpatis
somatomotorik, neuron yang keluar dari medula spinalis
Organ berproyeksi langsung ke organ efektor. Pada sistem saraf
efektor otonom, terdapat sinaps antara neuron yang keluar dari
medula spinalis dan organ efektor (kecuali untuk neuron
ACh Ganglion ACh NE yang menyarafi medula adrenal). Perhatikan bahwa
semua neuron yang meninggalkan sistem saraf pusat
Organ
efektor mengeluarkan asetilkolin (ACh). DA, dopamin; Epi,
(melalui aliran darah)
epinefrin; NE, norepinefrin. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang
Medula Epi (juga NE, DA, peptida) KT: Vander's Human Physiology. McGraw-Hill, 2008).
adrenal

bersama dengan akson-akson neuron motorik-α dan -γ Ganglion-ganglion paravertebra terletak di samping masing-
( Gambar 13–2 ). Akson-akson ini kemudian terpisah dari masing segmen spinal torakal dan lumbal atas; selain itu,
radiks ventral melalui rami komunikantes albi dan terdapat beberapa ganglion di samping segmen spinal
berproyeksi ke ganglion simpatis paravertebra di dekatnya, servikal dan sakral. Ganglion-ganglion dihubungkan satu
tempat sebagian dari akson-akson tersebut berakhir di badan sama lain melalui akson neuron praganglion yang berjalan di
sel neuron pascaganglion. sebelah rostral atau kaudal untuk berakhir di neuron
pascaganglion pada jarak tertentu. Bersama-sama, ganglion
dan akson membentuk rantai simpatis bilateral. Susunan ini
Neuron dapat dilihat di Gambar 13-2 dan Gambar 13–3 .
Medula spinalis praganglion Radiks Sebagian neuron praganglion berjalan melalui rantai
simpatis dorsal
ganglion paravertebra dan berakhir di neuron pascaganglion
yang terletak di ganglion pravertebra (kolateral) dekat visera,
termasuk ganglion seliaka, mesenterikum superior, dan
mesenterikum inferior (Gambar 13-3). Juga terdapat neuron
praganglion yang aksonnya berakhir langsung di organ
Nervus efektor, kelenjar adrenal.
Ganglion spinalis
radiks Akson sebagian neuron pascaganglion keluar dari
dorsal ganglia rantai dan masuk kembali ke dalam nervus spinalis
Ramus grisea
Radiks ventral melalui rami komunikantes grisei dan terdistribusi ke
Ramus alba efektor-efektor otonom di bagian-bagian yang disarafi oleh
Akson praganglion
Ganglion nervus spinalis ini (Gambar 13-2). Saraf-saraf simpatis
Neuron pascaganglion
paravertebral pascaganglion ini terutama berakhir di otot polos (mis.
simpatis simpatis pembuluh darah, folikel rambut) dan di kelenjar keringat
Ganglion pravertebral Rantai ekstremitas. Serat pascaganglion lainnya meninggalkan
Ke sel sasaran simpatis ganglia rantai untuk masuk ke rongga toraks dan berakhir di
organ visera. Serat pascaganglion dari ganglion pravertebra
Neuron pascaganglioni juga berakhir di target visera.
Neuron praganglion simpatis

GAMBAR 13-2 Proyeksi serat-serat praganglion dan pasca- CABANG PARASIMPATIS


ganglion simpatis. Gambar memperlihatkan medula spinalis torakal,
Sistem saraf parasimpatis kadang disebut cabang kraniosa-
ganglion paravertebra, dan ganglion pravertebra. Neuron pra-
ganglion diperlihatkan berwarna merah, dan neuron pascaganglion kral SSO karena lokasi neuron-neuron praganglionnya;
berwarna biru gelap. (Sumbangan P. Banyas, Michigan State University). neuron praganglion terletak di beberapa nukleus nervus
258 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Simpatis Parasimpatis

M. sfingter pupillae
dan m. siliaris
Nukleus Edinger-Westphal Ganglion siliare

III Kelenjar lakrimal dan hidung


Ganglion pterigopalatinum
Nukleus salivatorius sup.
M. dilator pupillae Kelenjar submaksila
dan sublingua
Kelenjar submaksila Nukleus salivatorius inf. Ganglion submaksila
VII
dan sublingua Nukleus vagus motorik dorsal IX Kelenjar parotis
Kelenjar parotis X
Nucleus ambiguus Ganglion otikum

Ganglion servikale

Jantung
T1 Paru
T2
Lambung
Jantung
T3
Hati
Usus halus
T4
Kolon
T5
Lambung T6
Hati
T7
Pankreas Ganglion
Limpas seliaka T8
T9
Medula adrenal
T10
Usus halus
T11
Kolon
Ganglion T12
mesenterikum sup.
Kolon
L1
Ginjal
L2
Kandung kemih
Ganglion L3
Organ seks mesenterikum inf.

Kolon
Pembuluh darah S2 Kandung kemih
Folikel rambut S3
Organ seks
Ganglion sakral S4
Kelenjar keringat

Rantai simpatis

GAMBAR 13-3 Susunan sistem saraf simpatis (kiri) dan parasimpatis (kanan). Saraf kolinergik berwarna merah dan saraf noradrenergik
berwarna biru. Saraf praganglion ditunjukkan oleh garis tidak terputus, saraf pascaganglion oleh garis terputus-putus. (Sumbangan P. Banyas, Michigan
State University).
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 259

kranialis (III, VII, IX, dan X) dan di IML medula spinalis nya berikatan dengan berbagai kanal ion atau reseptor terkait-
sakral (Gambar 13-3). Badan sel di nukleus Edinger- protein G (GPCR). Bahan transmiter tersebut berikatan dengan
Westphal nervus okulomotorius berproyeksi ke ganglion reseptor di sel-sel ini dan kemudian memulai efek khasnya, dan
siliare untuk menyarafi muskulus sfingter (konstriktor) kemudian disingkirkan dari tempat tersebut oleh proses
pupillae dan muskulus siliaris. Neuron-neuron di nukleus reuptake atau metabolisme. Masing-masing dari tahap ini dapat
salivatorius superior nervus fasialis berproyeksi ke ganglion dirangsang atau dihambat, dengan konsekuensi yang dapat
pterigopalatinum (sphenopalatineganglion) untuk menyarafi diperkirakan. Tabel 13–2 memperlihatkan daftar bagaimana
kelenjar lakrimal dan serta membran mukosa hidung dan berbagai obat dapat memengaruhi neurotransmisi di neuron
palatum dan ke ganglion submandibulare untuk menyarafi otonom dan tempat efektornya.
kelenjar submandibula dan submaksila. Badan sel di nukleus
salivatorius inferior nervus glosofaringeus berproyeksi ke
ganglion otikum untuk menyarafi kelenjar liur parotis. NEUROTRANSMISI KOLINERGIK
Sinaps-sinaps serat praganglion vagus di sel-sel ganglion
Proses-proses yang berperan dalam pembentukan dan
berkumpul di dalam dinding organ-organ visera; karena itu
penguraian asetilkolin dijelaskan di Bab 7. Asetilkolin
serat pascaganglion parasimpatis sangat pendek. Neuron di
biasanya tidak beredar dalam darah, dan efek impuls
nukleus ambiguus menyarafi nodus sinoatrium (SA) dan
kolinergik lokal biasanya diskret dan berlangsung singkat
atrioventrikel (AV) di jantung dan neuron di nukleus vagus
karena tingginya konsentrasi asetilkolinesterase di ujung
motorik dorsal menyarafi esofagus, trakea, paru, dan kanal
saraf kolinergik. Enzim ini cepat menguraikan asetilkolin,
cerna. Sistem saraf parasimpatis sakral (saraf pelvis)
menghilangkan efeknya.
menyarafi visera pelvis melalui cabang-cabang nervus
spinalis sakral kedua sampai keempat. Transmisi di ganglion otonom diperantarai terutama
oleh efek asetilkolin pada reseptor kolinergik nikotinik yang
dihambat oleh heksametonium (Gambar 13–4). Reseptor-
reseptor ini dinamai reseptor NN untuk membedakannya
TRANSMISI KIMIA DI TAUT dari reseptor kolinergik nikotinik (NM) yang terletak di taut
OTONOM neuromuskulus dan dihambat oleh D-tubokurare. Reseptor
nikotinik adalah contoh kanal berpintu ion; pengikatan suatu
ASETILKOLIN & NOREPINEFRIN agonis ke reseptor nikotinik membuka kanal Na+ dan K+
untuk menimbulkan depolarisasi.
Bukti pertama adanya neurotransmisi kimia diajukan oleh
Respons yang dihasilkan oleh neuron pascaganglion oleh
suatu penelitian yang sederhana tetapi luar biasa oleh Otto stimulasi persarafan praganglionnya yang mencakup
Loewi pada tahun 1920 sewaktu ia menunjukkan bahwa depolarisasi cepat yang disebut potensial pascasinaps
perlambatan kecepatan jantung yang dihasilkan oleh stimulasi eksitatorik cepat (EPSP) yang membangkitkan potensial aksi
saraf parasimpatis vagus disebabkan oleh pengeluaran dan potensial pascasinaps eksitatorik berkepanjangan (EPSP
asetilkolin (lihat Bab 7). Transmisi di taut sinaps antara lambat). Respons lambat ini dapat memodulasi dan mengatur
neuron pra- dan pascaganglion dan antara neuron pasca- transmisi melalui ganglion simpatis. Depolarisasi awal
ganglion dan efektor otonom diperantarai secara kimiawi. ditimbulkan oleh asetilkolin yang bekerja pada reseptor NN.
Transmiter utama yang berperan adalah asetilkolin dan EPSP lambat dihasilkan oleh asetilkolin yang bekerja pada
norepinefrin. Neuron otonom yang kolinergik (yi. reseptor muskarinik di membran neuron pascaganglion.
mengeluarkan asetilkolin) adalah (1) semua neuron pragang- Asetilkolin yang dilepaskan dari serat pascaganglion
lion, (2) semua neuron pascaganglion parasimpatis, (3) bekerja pada reseptor kolinergik muskarinik, yang dihambat
neuron pascaganglion simpatis yang menyarafi kelenjar oleh atropin. Reseptor muskarinik adalah GPCR dan dibagi
keringat, dan (4) neuron pascaganglion simpatis yang berakhir menjadi subtipe M1-M5, tetapi M2 dan M3 adalah subtipe utama
pada pembuluh darah di beberapa otot rangka dan yang ditemukan di organ sasaran otonom. Reseptor M2 terletak
menimbulkan vasodilatasi bila dirangsang (saraf vasodilator di jantung; pengikatan suatu agonis ke reseptor-reseptor ini
simpatis). Neuron pascaganglion simpatis lainnya bersifat membuka kanal K+ dan menghambat adenilil siklase. Reseptor
noradrenergik (yi. mengeluarkan norepinefrin). Medula M3 terletak di otot polos dan kelenjar; pengikatan agonis ke
adrenal sebenarnya merupakan ganglion simpatis yang sel reseptor ini menyebabkan pembentukan inositol 1,4,5-trifosfat
pascagang-lionnya telah kehilangan aksonnya dan menyekresi (IP3) dan diasilgliserol (DAG) serta peningkatan Ca2+ intrasel.
norepinefrin dan epinefrin langsung ke dalam aliran darah. Senyawa dengan efek muskarinik antara lain adalah
Tabel 13–1 memperlihatkan jenis-jenis reseptor turunan asetilkolin dan obat yang menghambat asetil-
kolinergik dan adrenergik di berbagai taut di SSO. Taut di kolinesterase. Boks Klinis 13–2 menjelaskan sebagian
jalur-jalur motorik otonom perifer adalah tempat logis untuk dari tanda dan strategi terapeutik untuk mengobati
manipulasi farmakologis fungsi visera. Bahan-bahan intoksikasi akut akibat inhibitor kolinesterase organo-
transmiter disintesis, disimpan di ujung saraf, dan di- fosfat. Boks Klinis 13–3 menjelaskan suatu contoh
keluarkan di dekat neuron, sel otot, atau sel kelenjar tempat- keracunan kolinergik akibat konsumsi jamur toksik.
260 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

TABEL 13–1 Respons beberapa organ efektor terhadap aktivitas saraf otonom.
Sistem Saraf Simpatis

Organ efektor Sistem Saraf Parasimpatis Jenis reseptor Respons

Mata
Otot radial iris — α1 Kontraksi (midriasis)
Otot sfinkter iris Kontraksi (miosis) —
M. siliaris Kontraksi untuk penglihatan dekat —

Jantung
Nodus S-A Penurunan frekuensi denyut jantung β1 Peningkatan frekuensi denyut jantung
Atrium & ventrikel Penurunan kontraktilitas atrium β1, β2 Peningkatan kontraktilitas
Nodus A-V & Purkinje Penurunan kecepatan hantaran β1 Peningkatan kecepatan hantaran
Arteriol
Kulit, pembuluh splanknik — α1 Konstriksi
Otot rangka — α1 / β2, M Konstriksi/dilatasi
Vena sistemik — α 1 , α2 / β 2 Konstriksi/dilatasi
Otot polos bronkus Kontraksi β2 Relaksasi

Lambung & Usus


Motilitas dan tonus Meningkat α1, α2, β2 Menurun
Sfinkter Relaksasi α1 Kontraksi
Sekresi Stimulasi —

Kandung empedu Kontraksi β2 Relaksasi


Kandung kemih
Detrusor Kontraksi β2 Relaksasi
Sfingter Relaksasi α1 Kontraksi
Uterus (hamil) — α1/β2 Kontraksi/relaksasi
Organ seks pria Ereksi α1 Ejakulasi

Kulit
Otot pilomotorik — α1 Kontraksi
Kelenjar keringat — M Sekresi

Hati — α1, β2 Glikogenolisis

Pankreas
Asinus Peningkatan sekresi α Penurunan sekresi
Sel islet — α/β2 Penurunan/peningkatan sekresi
Kelenjar liur Banyak, sekresi cair α1/β Sekresi kental, lengket/
sekresi amilase

Kelenjar lakrimal Sekresi —

Jaringan adiposa — β3 Lipolisis

Titik-titik berarti jaringan sasaran tidak disarafi oleh cabang sistem saraf otonom ini. Dimodifikasi dari Brunton LL, Chabner BA, Knollmann BC (editor). Goodman and Gillman's
The Pharmacological Basis of Therapeutics, 12th ed. McGraw-Hill, 2011.

NEUROTRANSMISI efek yang lebih lama daripada asetilkolin. Norepinefrin,


epinefrin, dan dopamin terdapat di dalam plasma. Epinefrin
NORADRENERGIK dan sebagian dopamin berasal dari medula adrenal, tetapi
Proses-proses yang berperan dalam sintesis, penyerapan sebagian besar norepinefrin berdifusi ke dalam aliran darah
kembali, dan penguraian norepinefrin dijelaskan di Bab dari ujung-ujung saraf simpatis. Metabolit norepinefrin dan
7. Norepinefrin menyebar lebih jauh dan menimbulkan dopamin juga masuk ke dalam sirkulasi.
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 261

TABEL 13–2 Contoh obat yang memengaruhi proses yang berperan dalam neurotransmisi otonom.
Proses Transmisi Obat Tempat Kerja Obat Kerja Obat

Sintesis neurotransmiter ,ĞŵŝŬŽůŝŶŝƵŵ Membran ujung saraf kolinergik Menghambat penyerapan kolin; memper-
lambat sintesis
DĞƚŝƌŽƐŝŶ Sitoplasma ujung saraf noradrenergik Menghambat tirosin hidroksilase; meng-
hambat sintesis
Mekanisme penyimpanan sĞƐĂŵŝŬŽů Vesikel di ujung saraf kolinergik Mencegah penyimpanan asetilkolin
neurotransmiter

ZĞƐĞƌƉŝŶ Vesikel di ujung saraf noradrenergik Mencegah penyimpanan norepinefrin


Reseptor pada ujung saraf kolinergik dan Memodulasi pelepasan transmiter
Mekanisme pelepasan EŽƌĞƉŝŶĞĨƌŝŶ͕
neurotransmiter ĚŽƉĂŵŝŶ͕ adrenergik
ĂƐĞƚŝůŬŽůŝŶ͕
ƉƌŽƐƚĂŐůĂŶĚŝŶ
Mekanisme penyerapan <ŽŬĂŝŶ͕ĂŶƚŝĚĞƉƌĞƐĂŶ Ujung saraf adrenergik Menghambat penyerapan; memperlama
kembali neurotransmiter ƚƌŝƐŝŬůŝŬ efek transmiter pada reseptor pascasinaps
Inaktivasi ĚƌŽĨŽŶŝƵŵ͕ Asetilkolinesterase di sinaps Menghambat enzim; memperlama
neurotransmiter ŶĞŽƐƚŝŐŵŝŶ͕ kolinergik dan mengintensifkan kerja
ĨŝƐŽƐƚŝŐŵŝŶ asetilkolin
Pengaktifanadrenoseptor α1 : &ĞŶŝůĞĨƌŝŶ Taut saraf pascaganglion simpatis— Mengikat dan mengaktifkan adrenoseptor-α
organ efektor (mis. pembuluh ;β jenjang IP3/DAG atau↓ cAMP (α2)
α2 : <ůŽŶŝĚŝŶ darah, folikel rambut, otot radialis)

β1 : ŽďƵƚĂŵŝŶ Taut saraf pascaganglion simpatis Mengikat dan mengaktifkan


β2 : ůďƵƚĞƌŽů͕ —organ efektor (mis. jantung, adrenoseptor-β; ↑ cAMP
ƌŝƚŽĚƌŝŶ͕ƐĂůŵĞƚĞƌŽů͕ otot polos bronkus, otot polos
ƚĞƌďƵƚĂůŝŶ uterus)
ůŽŬĂĚĞĂĚƌĞŶŽƐĞƉƚŽƌ EŽŶͲƐĞůĞŬƚŝĨ͗ Taut saraf pascaganglion simpatis— Mengikat dan menghambat
&ĞŶŽŬƐŝďĞŶnjĂŵŝŶ organ efektor (mis. pembuluh adrenoseptor-α
α1 : Prazosin, terazosin darah)
α2 : zŽŚŝŵďŝŶ

β1, β2 : Propranolol Taut saraf pascaganglion simpatis— Mengikat dan menghambat


β 1>β 2 : Atenolol, organ efektor (mis. jantung, otot adrenoseptor-β
esmolol polos bronkus)

WĞŶŐĂŬƚŝĨĂŶƌĞƐĞƉƚŽƌŶŝŬŽƚŝŶŝŬ EŝŬŽƚŝŶ Reseptor di ganglion otonom Mengikat reseptor nikotinik; membuka


kanal Na+, K+ di membran pascasinaps

ůŽŬĂĚĞƌĞƐĞƉƚŽƌŶŝŬŽƚŝŶŝŬ ,ĞŬƐĂŵĞƚŽŶŝƵŵ, Reseptor di ganglion otonom Mengikat dan menghambat


ƚƌŝŵĞƚĂĨĂŶ reseptor nikotinik
WĞŶŐĂŬƚŝĨĂŶ Bethanecol Reseptor kolinergik di otot polos, otot Mengikat dan mengaktifkan reseptor
ƌĞƐĞƉƚŽƌŵƵƐŬĂƌŝŶŝŬ jantung, dan kelenjar muskarinik; ↑ jenjang IP 3 /DAG atau ↓ cAMP
ůŽŬĂĚĞƌĞƐĞƉƚŽƌ Atropine, ipratropium, Reseptor kolinergik di otot polos, otot Mengikat dan menghambat
ŵƵƐŬĂƌŝŶŝŬ scopolamine, jantung, dan kelenjar reseptor muskarinik
tropicamide

Banyak dari obat ini juga dapat bekerja pada reseptor kolinergik dan adrenergik di sistem saraf pusat. Sebagai contoh, efek utama klonidin dan yohimbin untuk mengubah
tekanan darah adalah melalui efek keduanya di otak. cAMP, adenosin monofosfat siklik; IP3/DAG, inositol 1,4,5-trifosfat dan diasilgliserol.

Norepinefrin yang dibebaskan dari serat pascaganglion menyebabkan disosiasi protein G inhibitorik Gi untuk
simpatis berikatan dengan adrenoseptor. Reseptor ini juga menghambat adenilil siklase dan penurunan adenosin mo-
GPCR dan dibagi menjadi beberapa subtipe: α1; α2, β1, β2, nofosfat siklik (cAMP). Pengikatan suatu agonis ke adre-
dan β3. Tabel 13-1 memperlihatkan beberapa lokasi dari noseptor β mengaktifkan coupling protein-Gs untuk meng-
subtipe-subtipe reseptor ini di otot polos, otot jantung, dan aktifkan adenilil siklase dan meningkatkan cAMP.
kelenjar pada target efektor otonom. Pengikatan suatu agonis Terdapat beberapa penyakit atau sindrom yang terjadi
ke adrenoseptor-α1 mengaktifkan couplingprotein-Gq, yang akibat disfungsi persarafan simpatis di regio tubuh tertentu.
menyebabkan terbentuknya IP3 dan DAG serta peningkatan Boks Klinis 13-4 menjelaskan sindrom Horner, yang
Ca2+ intrasel. Pengikatan suatu agonis ke adrenoseptor-α2 disebabkan oleh gangguan saraf simpatis ke wajah
262 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Akson Potensial
praganglion membran
0 Spike

EPSP EPSP lambat


EPSP IPSP lambat belakangan
mV

M1 Peptida
Elektrode N N
M2 (Jenis reseptor)
–100
Akson Milidetik Detik Menit
pascaganglion
Waktu

GAMBAR 13-4 Skema potensial pascasinaps eksitatorik dan memicu potensial aksi. Hal ini diikuti oleh sebuah IPSP, mungkin
dan inhibitorik (EPSP dan IPSP) yang direkam melalui sebuah dipicu oleh pengaktifan reseptor muskarinik (M2). IPSP kemudian
elektroda di sel ganglion otonom. Sebagai respons terhadap diikuti oleh EPSP dependent yang lebih lambat, dan hal ini dapat
pelepasan asetilkolin dari neuron praganglion, terbentuk dua diikuti pula oleh EPSP imbas-peptida yang lebih lambat lagi. (Dari
EPSP di neuron pascaganglion karena pengaktifan reseptor Katzung BG, Maters SB, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology, 11th ed.
nikotinik (N). EPSP pertama di bawah ambang untuk memicu McGraw-Hill, 2009).
suatu potensial aksi, tetapi EPSP kedua berada supra-ambang

BOKS KLINIS 13-2

Organofosfat: Pestisida dan oleh efek nikotinik seperti depolarisasi blokade neuro-
Gas Saraf muskulus.
World Health Organization memperkirakan bahwa 1-3%
pekerja pertanian menderita keracunan pestisida akut; hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas signifikan, KIAT TERAPEUTIK
khususnya di negara-negara berkembang. Seperti pestisida Antagonis reseptor kolinergik muskarinik atropin sering
organofosfat (mis. paration, malation), gas saraf (mis. soman, diberikan secara parenteral dalam dosis besar untuk
sarin) yang digunakan dalam perang kimia dan terorisme mengatasi tanda-tanda kelebihan pengaktifan reseptor-
menghambat asetilkolinesterase di sinaps kolinergik perifer reseptor tersebut. Jika diberikan segera setelah pajanan
dan sentral, memperlama kerja asetilkolin di sinaps-sinaps ke organofosfat dan sebelum terjadinya penuaan,
tersebut. Organofosfat inhibitor kolinesterase mudah diserap nukleofil seperti pralidoksim mampu memutuskan ikatan
oleh kulit, paru, usus, dan konjungtiva, membuat zat ini antara organofosfat dan asetilkolinesterase. Karena itu,
sangat berbahaya. Organofosfat ini berikatan dengan enzim obat ini disebut "pembentuk kembali kolinesterase". Jika
piridostigmin diberikan sebelum terjadinya pajanan ke
dan mengalami hidrolisis, menyebabkan fosforilasi tempat
inhibitor kolinesterase, obat ini akan berikatan dengan
aktif enzim. Ikatan kovalen fosfor-enzim sangat stabil dan
enzim dan mencegah pengikatan oleh bahan
terurai dengan sangat lambat. Kompleks enzim yang
organofosfat toksik tersebut. Efek protektif piridostigmin
mengalami fosforilasi mungkin mengalami suatu proses yang menghilang dalam 3-6 jam, tetapi waktu ini cukup untuk
dinamai aging (menua) yaitu satu dari ikatan-ikatan oksigen- membersihkan organofosfat dari tubuh. Karena obat ini
fosfor terurai, yang memperkuat ikatan fosfor-enzim. Proses tidak dapat menembus sawar darah otak, proteksi
ini hanya memerlukan waktu 10 menit setelah pajanan ke terbatas pada sinaps kolinergik perifer. Campuran
soman. Tanda-tanda awal toksisitas organofosfat biasanya piridostigmin, karbamat, dan atropin dapat diberikan
menunjukkan pengaktifan berlebihan reseptor muskarinik secara profilaksis kepada tentara dan orang sipil yang
otonom; berupa miosis, salivasi, berkeringat, konstriksi berisiko terpapar ke gas saraf. Benzodiazepin dapat
bronkus, muntah, dan diare. Tanda-tanda toksisitas pada SSP digunakan untuk mengatasi kejang akibat pajanan ke
adalah gangguan kognitif, kejang, dan bahkan koma; tanda- organofosfat.
tanda ini sering disertai
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 263

BOKS KLINIS 13-3

Keracunan Jamur Jamur-jamur ini mengandung amatoksin yang menghambat


Lebih dari 5000 spesies jamur yang ditemukan di AS, sekitar RNA poli-merase. Angka kematian yang berkaitan dengan
100 beracun dan asupan sekitar 12 dari jamur-jamur ini dapat asupan jamur golongan ini adalah 60%.
menyebabkan kematian. Di AS, insidensi per tahun
diperkirakan adalah 5 kasus per 100.000 orang; tidak tersedia
data untuk kasus di seluruh dunia. Keracunan jamur atau KIAT TERAPEUTIK
mycetism dibagi menjadi tipe awitan cepat (15-30 menit
Keracunan jamur tipe awitan-cepat dapat diterapi secara
setelah asupan) dan lambat (6-12 jam setelah asupan). Pada
kasus awitan-cepat akibat jamur genus Inocybe, gejala efektif dengan atropin. Orang yang memperlihatkan
disebabkan oleh pengaktifan berlebihan sinaps kolinergik tanda-tanda sindrom antimuskarinik dapat diobati
muskarinik. Tanda utama keracunan muskarinik adalah mual, dengan fisostigmin, yaitu inhibitor kolines-terase dengan
muntah, diare, urgensi berkemih, vasodilatasi, berkeringat, masa kerja 2-4 jam dan bekerja di sentral dan perifer. Jika
dan salivasi. Asupan jamur seperti Amcmita muscaria lebih gelisah, pasien mungkin memerlukan sedasi dengan suatu
menyebabkan tanda-tanda sindrom antimuskarinik daripada benzodiazepin atau obat antipsikotik.Toksisitastipe-
keracunan muskarinik karena jamur ini juga mengandung lambat akibat asupan jamur yang mengandung amatoksin
alkaloid yang menghambat reseptor kolinergik muskarinik. tidak berespons terhadap obat kolinergik. Terapi asupan
Gejala klasik sindrom ini adalah “red as a beef (flushing/ amatoksin adalah pemberian intravena cairan dan
kemerahan pada kulit), “hot as a hare" (hipertermia), "dry as elektrolit untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat.
a bone" (membran mukosa kering, tidak berkeringat), "blind Pemberian kombinasi penisilin G dosis tinggi dan silibinin
as a bat" (penglihatan kabur, sikloplegia), dan "mad as a (suatu flavonolignan yang ditemukan pada tanaman
hatter" (kebingungan, delirium). Keracunan jamur tipe awitan-
tertentu dengan sifat antioksidan dan hepatoprotektif)
lambat terjadi setelah asupan Amanita phalloides, Amanita
terbukti memperbaiki kesintasan. Jika diperlukan, dapat
virosa, Galerina autumnalis, dan Galerina marginata. Jamur-
dilakukan induksi muntah dengan arang aktif untuk
jamur ini menyebabkan kram perut, mual, muntah, dan diare
berat; tetapi efek toksik utama adalah kerusakan hati (ikterus, mengurangi penyerapan toksin.
memar) dan efek sentral terkait (kebingungan, letargis, koma).

BOKS KLINIS 13-4

Sindrom Horner atau tumor di paru. Pada sebagian besar kasus penyakit
Sindrom Horner adalah suatu penyakit jarang akibat interupsi bersifat unilateral, dengan gejala timbul hanya di sisi yang
persarafan simpatis praganglion atau pasca-ganglion ke wajah. rusak. Tanda utama sindrom Horner adalah trias anhidrosis
Penyakit ini dapat timbul akibat kerusakan pada saraf, (berkurangnya keringat), ptosis (kelopak mata turun), dan
kerusakan pada arteri karotis, stroke atau lesi di batang otak, miosis (pupil konstriksi). Gejala juga mencakup enoftalmos
(bola mata masuk) dan vasodilatasi.

KIAT TERAPEUTIK
Belum ada terapi farmakologis spesifik untuk sindrom lenyap. Jika serat praganglion yang rusak, saraf
Horner, tetapi obat-obat yang memengaruhi neuro-transmisi noradrenergik pascaganglion akan tetap utuh (tetapi inaktif)
noradrenergik dapat digunakan untuk menentukan apakah dan tetap memiliki simpanan katekolamin di ujungnya. Jika
sumber masalah adalah interupsi persarafan praganglion atau seseorang memberikan suatu obatyang menyebabkan
pascaganglion ke wajah. Karena iris mata berespons terhadap pelepasan simpanan katekolamin (mis. hidroksiam-fetamin)
dan pupil yang berkonstriksi tidak melebar, dapat
pemberian topikal obat simpatomimetik (mis. obat yang
disimpulkan bahwa saraf noradrenergik rusak. Jika mata
merupakan agonis langsung pada adrenoseptor atau obat
berdilatasi sebagai respons terhadap obat ini, simpanan
yang meningkatkan pelepasan atau mencegah penyerapan
katekolamin masih dapat dikeluarkan sehingga kerusakannya
kembali norepinefrin dari ujung saraf), dokter dapat dengan pastilah di saraf praganglion. Pemberian fenilefrin (agonis
mudah menguji viabilitas saraf noradrenergik ke mata. Jika adrenoseptor-a) akan melebarkan pupil tanpa bergantung
serat simpatis pascaganglion rusak, ujung-ujung sarafnya akan pada letak cedera karena obat ini berikatan dengan reseptor
mengalami degenerasi dan simpanan katekolamin akan dan otot radialis iris.
264 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 13-5

Fenomena Raynaud merujuk ke adanya gejala-gejala ini akibat penyakit lain, seperti
skleroderma, lupus, artritis reu-matoid, sindrom Sjogren,
Sekitar 5% pria dan 8% wanita mengalami suatu serangan
sindrom terowongan kar-pal, dan anoreksia. Meskipun pada
pengurangan aliran darah terutama kejari tangan, sering
awalnya diduga mencerminkan peningkatan aktivitas simpatis
sewaktu terpajan ke dingin atau selama situasi penuh stres.
ke pembuluh darah jari, tetapi gejala ini tidak lagi dipandang
Vasospasme di jari kaki, ujung hidung, telinga, dan penis juga
sebagai mekanisme yang mendasari serangan-serangan
dapat terjadi. Merokok dilaporkan berkaitan dengan
vasospasme.
peningkatan insidensi dan keparahan gejala fenomena
Raynaud. Gejala mulai muncul pada usia antara 15 dan 25
tahun; gejala paling sering timbul pada cuaca dingin. Gejala
sering mencakup perubahan trifasik warna kulit jari. Pada
KIAT TERAPEUTIK
awalnya, kulit berwarna pucat atau putih (pallor), dingin, dan Strategi pengobatan awal untukfenomena Raynaud
baal. Hal ini dapat diikuti oleh periode sianotik berupa adalah menghindari pajanan ke dingin, mengurangi stres,
perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau bahkan berhenti merokok, dan menghindari pemakaian obat-
keunguan, yang pada saat ini penurunan aliran darah tersebut obat yang bersifat Vasokonstriktor (mis. antagonis
dapat menimbulkan nyeri hebat. Jika aliran darah pulih, jari adrenoseptor-ß, obat flu, kafein, dan narkotika). Jika
tangan sering berubah warna menjadi merah tua (rubor) dan gejalanya parah, mungkin diperlukan pemberian obat
dapat terjadi pembengkakan dan kesemutan. Fenomena untuk mencegah kerusakan jaringan. Obat-obat ini
Raynaud primer atau penyakit Raynaud merujuk ke kemunculan mencakup penghambat kanal kalsium (mis. nifedipin) dan
gejala secara idiopatik pada orang yang tidak mengidap
antagonis adreno-septor-a (mis. prazosin). Pada orang
penyakit lain yang dapat menyebabkan gejala ini. Pada kasus-
yang tidak berespons terhadap terapi farmakologis,
kasus seperti ini, serangan vasospastik ini mungkin hanyalah
simpatek-tomi melalui pembedahan dapat dilakukan.
respons normal yang berlebihan terhadap suhu dingin atau
stres. Fenomena Raynaud sekunder atau sindrom Raynaud

Boks Klinis 13–5 menjelaskan suatu penyakit vasospastik asetilkolin. Neuron pascaganglion parasimpatis vagus di
berupa berkurangnya aliran darah ke jari tangan dan kaki kanal cerna mengandung VIP dan perangkat enzimatik
secara transien, biasanya ketika orang yang sensitif terpajan untuk membentuk nitrat oksida (NO).
ke dingin atau stres.

TRANSMITER NONADRENERGIK, RESPONS ORGAN EFEKTOR


TERHADAP IMPULS SARAF
NONKOLINERGIK OTONOM
Selain “neurotransmiter klasik”, sebagian serat otonom juga
mengeluarkan neuropeptida, meskipun fungsi pasti bahan-
bahan ini dalam kontrol otonom belum dipastikan. Vesikel-
PRINSIP UMUM
vesikel kecil bergranula di neuron noradrenergik pascagang- SSO berperan dalam mengatur dan mengoordinasikan berbagai
lion mengandung adenosin trifosfat (ATP) dan norepinefrin, fungsi fisiologis yang mencakup aliran darah, tekanan darah,
dan vesikel besar bergranula mengandung neuropeptida Y frekuensi denyut jantung, aliran udara melalui kanal bronkus,
(NPY). Terdapat bukti bahwa stimulasi frekuensi-rendah motilitas kanal cerna, kontraksi kandung kemih, sekresi kelenjar,
mendorong pelepasan ATP, sementara stimulasi frekuensi- garis tengah pupil, suhu tubuh, dan fisiologi seksual.
tinggi menyebabkan pelepasan NPY. Beberapa organ visera Pengaruh perangsangan serat-serat saraf pascaganglion
mengandung reseptor purinergik, dan semakin banyak bukti noradrenergik dan kolinergik terhadap visera tertera di Gambar
yang memperlihatkan bahwa ATP adalah mediator di SSO 13-3 dan Tabel 13-1. Temuan-temuan ini menunjukkan
bersama dengan norepinefrin. perbedaan lain antara SSO dan sistem saraf somato-motorik.
Banyak serat simpatis yang menyarafi pembuluh darah Pelepasan asetilkolin oleh neuron motorik-a hanya
visera, kulit, dan otot rangka mengeluarkan NPY dan galanin menyebabkan kontraksi otot rangka. Sebaliknya, pelepasan
selain norepinefrin. Vasoactive intestinal peptide (VIP, peptida asetilkolin ke otot polos di sebagian organ menyebabkan
usus vasoaktif), calcitonin gene-related peptide (CGRP), atau kontraksi (mis. dinding kanal cerna) sementara pelepasan ke
substansi P juga dibebaskan bersama dengan asetilkolin dari organ lain menyebabkan relaksasi (mis. sfingter di kanal cerna).
neuron simpatis yang menyarafi kelenjar keringat (serat Satu-satunya cara untuk melemaskan otot rangka adalah
sudomotorik). Di banyak neuron pascagang-lion parasimpatis dengan menghambat impuls neuron motorik a; tetapi untuk
yang menyarafi kelenjar, VIP terdapat bersama-sama dengan beberapa sasaran yang disarafi oleh SSO, respons dapat
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 265

berubah dari kontraksi menjadi relaksasi dengan mengubah dari Cabang simpatis (noradrenergik) melepaskan muatan
pengaktifan sistem saraf parasimpatis ke pengaktifan sistem saraf sebagai suatu kesatuan dalam keadaan darurat dan dapat
simpatis. Hal ini terjadi di banyak organ yang mendapat dikatakan sebagai sistem saraf katabolik. Efek pelepasan
persarafan ganda dengan efek antagonistik, termasuk kanal muatan ini menyiapkan individu menghadapi keadaan darurat.
cerna, kanal napas, dan kandung kemih. Jantung adalah contoh Kegiatan simpatis menyebabkan dilatasi pupil (membiarkan
lain suatu organ dengan kontrol antagonistik ganda. Stimulasi lebih banyak cahaya masuk ke dalam mata), mempercepat
saraf simpatis meningkatkan frekuensi denyut jantung; stimulasi denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah (me-
saraf parasimpatis menurunkan frekuensi denyut jantung. mungkinkan perfusi lebih baik ke organ vital dan otot), serta
Pada kasus yang lain, efek pengaktifan parasimpatis dan menyempitkan pembuluh darah kulit (yang membatasi
simpatis dapat dianggap komplementer. Contohnya adalah perdarahan pada luka). Lepas-muatan noradrenergik juga
persarafan kelenjar liur. Pengaktifan parasimpatis meningkatkan kadar glukosa plasma serta asam lemak bebas
menyebabkan pengeluaran liur encer, sementara pengaktifan (memberikan lebih banyak energi). Berdasarkan berbagai
simpatis menyebabkan pengeluaran liur kental. pengaruh tersebut, Walter Cannon menamakan lepas muatan
Kedua cabang SSO juga dapat bekerja secara sinergistis yang dipicu oleh keadaan darurat pada sistem saraf simpatis itu
atau kooperatif dalam mengontrol beberapa fungsi. Satu sebagai “persiapan untuk lari atau melawan”.
contoh adalah kontrol garis tengah pupil mata. Persarafan Penekanan pada lepas-muatan massal pada situasi stres
simpatis dan parasimpatis bersifat eksitatorik, tetapi yang seyogianya tidak mengaburkan kenyataan bahwa serat saraf
pertama menyebabkan kontraksi otot radialis untuk simpatis juga melayani berbagai fungsi lain. Misalnya, lepas-
menimbulkan midriasis (pelebaran pupil) dan yang terakhir muatan tonik simpatis pada arteriol mempertahankan tekanan
menyebabkan kontraksi otot sfingter (atau konstriktor) untuk arteri, dan variasi pada lepas-muatan tonik ini merupakan
menyebabkan miosis (penyempitan pupil). Contoh lain adalah mekanisme yang memengaruhi pengaturan umpan-balik
efek sinergistik kedua persarafan ini pada fungsi seksual. sinus karotis terhadap tekanan darah (lihat Bab 32). Di
Pengaktifan saraf parasimpatis ke penis meningkatkan aliran samping itu, lepas-muatan simpatis menurun pada hewan
darah dan menyebabkan ereksi sementara pengaktifan saraf yang puasa dan meningkat bila hewan puasa itu diberi makan
simpatis ke penis menyebabkan ejakulasi. kembali. Perubahan-perubahan ini dapat menerangkan
Juga terdapat beberapa organ yang disarafi oleh hanya penurunan tekanan darah dan kecepatan metabolisme yang
satu cabang SSO. Selain kelenjar adrenal, sebagian besar ditimbulkan oleh puasa serta perubahan yang berlawanan
pembuluh darah, otot pilomotor di kulit (folikel rambut), akibat pemberian makanan.
dan kelenjar keringat hanya disarafi oleh saraf simpatis (serat
sudomotorik). Otot lakrimalis (kelenjar air mata), otot INPUT DESENDENS KE
siliaris (untuk akomodasi guna melihat dekat), dan kelenjar NEURON PRAGANGLION
liur sublingua hanya disarafi oleh saraf parasimpatis.
OTONOM
LEPAS MUATAN KOLINERGIK
Seperti pada kasus neuron motorik-α, aktivitas saraf otonom
PARASIMPATIS & NORADRENERGIK bergantung pada refleks (mis. refleks baroreseptor dan kemo-
reseptor) dan keseimbangan antara masukan (input)
SIMPATIS eksitatorik dan inhibitorik desendens dari beberapa regio
Secara umum, berbagai fungsi yang ditimbulkan oleh otak. Untuk mengidentifikasi bagian-bagian otak yang
kegiatan sistem saraf otonom cabang kolinergik adalah memberikan masukan ke neuron simpatis praganglion, dapat
yang berkaitan dengan aspek vegetatif kehidupan sehari- dilakukan penyuntikan bahan kimia pelacak neuroanatomis
hari. Misalnya, kegiatan parasimpatis membantu ke dalam IML torakal. Bahan-bahan kimia ini diserap oleh
pencernaan dan absorpsi makanan dengan meningkatkan ujung akson dan diangkut secara retrograd ke badan sel.
kegiatan otot usus, meningkatkan sekresi lambung dan Gambar 13–5 memperlihatkan sumber dari beberapa
merelaksasi sfingter pilorus. Karena itu, cabang kolinergik masukan otak depan dan batang otak ke neuron
kadang-kadang dinamakan sistem saraf anabolik. praganglion simpatis. Terdapat jalur-jalur paralel dari

Nukleus paraventrikularis Kelompok sel Medula Nukleus rafé


hipotalamus A5 pons ventrolateral rostral medularis

Nukleus intermediolateral

GAMBAR 13-5 Jalur yang mengontrol respons otonom. Proyeksi langsung (garis padat) ke neuron praganglion otonom mencakup
nukleus paraventrlkularls hipotalamus, kelompok sel AS pons, medula ventolateral rostral, dan rave medula.
266 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

nukleus paraven-trikularis hipotalami, kelompok sel A5 fungsi normal kanal cerna sering memerlukan komunikasi
katekolaminergik pons, medula ventrolateral rostral, dan antara SSP dan sistem saraf enterik (lihat Bab 25).
nukleus rafe medula. Ini analog dengan proyeksi dari batang
otak dan korteks yang berkonvergensi di neuron-neuron
somatomotorik di medula spinalis. Medula ventrolateral
rostral umumnya dianggap sebagai sumber utama masukan RINGKASAN BAB
eksitatorik ke neuron simpatis. Selain jalur-jalur langsung ke ■ Neuron simpatis praganglion terletak di IML medula spinalis
neuron praganglion ini, terdapat banyak regio otak yang torakolumbal dan berproyeksi ke neuron pasca-ganglion di
memberi masukan ke jalur-jalur ini, termasuk amigdala, ganglion paravertebra dan pravertebra atau medula adrenal.
substansia grisea periakuaduktus mesensefalon, medula Neuron parasimpatis praganglion terletak di nukleus-nukleus
ventrolateral kaudal, nukleus traktus solitarius, dan medan motorik nervus kranialis III, VII, IX, danXserta IML sakral.
tegmentum lateral medula. Ini analog dengan kontrol fungsi Ujung saraf pascaganglion terletak di otot polos (mis.
somatomotorik oleh bagian-bagian seperti ganglia basal dan pembuluh darah, dinding usus, kandung kemih), otot jantung,
serebelum. Bab 32 menguraikan peran sebagian dari regio- dan kelenjar (mis. kelenjar keringat, kelenjar liur).
regio otak ini serta peran berbagai refleks dalam menentukan ■ Asetilkolin dikeluarkan di ujung saraf semua neuron
tingkat aktivitas saraf-saraf otonom yang menyarafi organ- praganglion, neuron parasimpatis pascaganglion, dan beberapa
organ efektor kardiovaskular. neuron simpatis pascaganglion (kelenjar keringat, serat
vasodilator simpatis). Neuron pascaganglion simpatis lainnya
DISFUNGSI OTONOM mengeluarkan norepinefrin.

Obat, penyakit neurodegeneratif, trauma, proses peradangan, ■ Transmisi ganglion terjadi karena pengaktifan reseptor niko
tinik. Transmisi kolinergik pascaganglion diperantarai oleh
dan neoplasia adalah beberapa contoh faktor yang dapat
pengaktifan reseptor muskarinik. Transmisi adrenergik
menyebabkan disfungsi SSO (lihat Boks Klinis 13-1 sampai
pascaganglion diperantarai oleh pengaktifan adrenoseptor α1,
13-4). Jenis disfungsi dapat berkisar dari kegagalan otonom β1, atau β2, bergantung pada organ sasaran. Banyak obat
total hingga hiperaktivitas otonom. Di antara berbagai melaksanakan efek terapeutiknya dengan berfungsi sebagai
penyakit yang berkaitan dengan kegagalan otonom terdapat agonis atau antagonis di sinaps otonom.
hipotensi ortostatik, sinkop neurogenik (respons vasovagus), ■ Aktivitas simpatis menyiapkan individu untuk menghadapi
impotensi, neurogenic bladder, dismotilitas kanal cerna, kedaruratan dengan mempercepat denyut jantung, meningkat-
kegagalan sudomotorik, dan sindrom Horner. Hiperaktivitas kan tekanan darah (perfusi organ vital), dan mempersempit
otonom dapat merupakan dasar dari terjadinya hipertensi pembuluh darah kulit (membatasi perdarahan akibat luka).
neurogenik, aritmia jantung, edema paru neurogenik, cedera Aktivitas parasimpatis berkaitan dengan aspek vegetatif
miokardium, hiperhidrosis, hipertermia, dan hipotermia. kehidupan sehari-hari serta mendorong pencernaan dan
penyerapan makanan dengan meningkatkan aktivitas otot usus,
SISTEM SARAF ENTERIK meningkatkan sekresi lambung, dan melemaskan otot sfingter.
■ Proyeksi langsung ke neuron praganglion simpatis di IML
Sistem saraf enterik, yang dapat dianggap sebagai cabang berasal dari nukleus paraventrikularis hipotalamus, kelompok
ketiga SSO, terletak di dalam dinding kanal cerna, dari sel A5 katekolaminergik pons, medula ventro-lateral rostral,
esofagus hingga ke anus. Sistem saraf ini terdiri dari dua dan nukleus rafe medula.
pleksus saraf yang tertata baik. Pleksus mienterikus terletak ■ Sistem saraf enterik terletak di dinding kanal cerna dan terdiri
antara lapisan longitudinal dan sirkular otot; pleksus ini dari pleksus mienterikus (kontrol motilitas kanal cerna) dan
berperan dalam kontrol motilitas kanal cerna. Pleksus sub- pleksus submukosus (mengatur aliran darah kanal cerna dan
mukosus terletak antara otot sirkular dan mukosa lumen; fungsi sel epitel).
pleksus ini mendeteksi lingkungan lumen dan mengatur
aliran darah dan fungsi sel epitel kanal cerna.
Sistem saraf enterik mengandung neuron sama banyaknya
dengan keseluruhan medula spinalis. Sistem ini kadang disebut PERTANYAAN PILIHAN GANDA
sebagai “otak mini” karena mengandung semua elemen suatu Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat
sistem saraf termasuk neuron sensorik, antar-neuron, dan kecuali jika dinyatakan lain
neuron motorik. Sistem saraf enterik mengandung neuron
1. Seorang pria 26 tahun mengalami hipertensi setelah ia mulai
sensorik yang menyarafi reseptor di mukosa yang berespons
menggunakan amfetamin untuk meningkatkan energinya dan
terhadap rangsang mekanis, suhu, osmotik, dan kimia. Neuron menekan nafsu makannya. Mana dari obat berikut yang
motorik mengontrol motilitas, sekresi, dan penyerapan dengan diperkirakan dapat meniru efek peningkatan lepas-muatan
bekerja pada otot polos dan sel sekretorik. Antarneuron simpatis pada pembuluh darah?
mengintegrasikan informasi dari neuron sensorik dan memberi
A. Fenilefrin
umpan-balik ke neuron motorik enterik. B. Trimetafan
Saraf parasimpatis dan simpatis menghubungkan SSP ke C. Atropin
sistem saraf enterik atau langsung ke kanal cerna. Meskipun D. Reserpin
sistem saraf enterik dapat berfungsi secara otonom, tetapi E. Albuterol
BAB 13 Sistem Saraf Otonom 267

2. Seorang wanita 35 tahun didiagnosis mengidap atrofi sistem C. Aktivitas neuron praganglion simpatis dapat dipengaruhi
multipel dan memperlihatkan gejala-gejala kegagalan aktivitas oleh aktivitas neuron di amigdala.
saraf simpatis. Mana dari pernyataan berikut tentang sistem D. Tidak seperti aktivitas neuron motorik-5, neuron
saraf simpatis yang tepat? praganglion simpatis tidak berada di bawah kontrol refleks
A. Semua saraf simpatis pascaganglion mengeluarkan yang signifikan.
norepinefrin dari ujungnya. E. Pada keadaan istirahat, sistem saraf simpatis tidak aktif;
B. Badan sel neuron simpatis praganglion terletak di kolumna sistem ini hanya aktif sewaktu stres untuk menghasilkan
intermediolateral medula spinalis torakal dan sakral. respons “lawan atau lari”.
C. Sistem sarafsimpatis diperlukan untuk kelangsungan hidup. 6. Seorang wanita 53 tahun dengan diabetes didiagnosis
D. Asetilkolin dibebaskan dari semua ujung saraf simpatis mengidap neuropati otonom diabetes beberapa tahun yang
praganglion. lalu. Ia baru-baru ini menyadari adanya distensi abdomen dan
E. Sistem saraf simpatis menyesuaikan garis tengah pupil merasa cepat kenyang meski baru makan sedikit, yang
dengan melemaskan m. sfingter pupillae. mengisyaratkan bahwa neuropatinya telah meluas ke sistem
2. Seorang pria 45 tahun menyantap makanan yang mengandung saraf enterik dan menyebabkan gastro-paresis. Mana dari
jamur liar yang ia petik di kebun pada pagi hari. Dalam pernyataan berikut mengenai sistem saraf enterik yang benar?
beberapa jam setelah makan, ia mengalami mual, muntah, A. Sistem saraf enterik adalah subcabang dari sistem saraf
diare, urgensi berkemih, vasodilatasi, berkeringat, dan parasimpatis untuk mengontrol fungsi kanal cerna.
mengeluarkan liur. Mana dari pernyataan berikut tentang B. Pleksus mienterikus adalah sekelompok neuron motorik
sistem saraf parasimpatis yang benar? yang terletak di dalam lapisan sirkular otot di sebagian kanal
A. Saraf parasimpatis pascaganglion mengeluarkan asetilkolin cerna.
untuk mengaktifkan reseptor muskarinik di kelenjar C. Pleksus submukosus adalah sekelompok neuron sensorik
keringat. yang terletak antara otot sirkular dan mukosa lumen kanal
B. Aktivitas saraf parasimpatis hanya memengaruhi otot polos cerna.
dan kelenjar. D. Neuron-neuron yang membentuk sistem saraf enterik
C. Aktivitas saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot hanya terdapat di lambung dan usus.
polos dinding kanal cerna dan melemaskan sfingter kanal E. Sistem saraf enterik dapat berfungsi independen dari
cerna. persarafan otonom ke kanal cerna.
D. Aktivitas saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
radialis mata untuk akomodasi guna melihat dekat.
E. Peningkatan aktivitas parasimpatis menyebabkan
peningkatan frekuensi denyut jantung.
4. Mana dari yang berikut dipasangkan dengan benar? DAFTAR PUSTAKA
A. Nodus sinoatrium: Reseptor kolinergik nikotinik. Benarroch EE: Central Autonomic Network. Functional Organization
B. Ganglion otonom: Reseptor kolinergik muskarinik. and Clinical Correlations. Futura Publishing, 1997.
C. Otot polos pilomotorik: Reseptor adrenergik-β2. Cheshire WP: Autonomic physiology. In: Clinical Neurophysiology,
D. Pembuluh darah beberapa otot rangka: Reseptor 3rd ed. Oxford University Press, 2009.
kolinergik muskarinik. Elvin LG, Lindh B, Hokfelt T: The chemical neuroanatomy of
E. Kelenjar keringat: Reseptor adrenergik-α2. sympathetic ganglia. Annu Rev Neurosci 1993;16:471.
5. Seorang pria 57 tahun mengalami hipertensi berat yang ternyata Jänig W: The Integrative Action of the Autonomic Nervous
disebabkan oleh sebuah tumor yang menekan permukaan System. Neurobiology of Homeostasis. Cambridge University
medula. Mana dari pernyataan berikut mengenai jalur-jalur yang Press, 2006.
berperan dalam kontrol aktivitas saraf simpatis benar? Loewy AD, Spyer KM (editors): Central Regulation of Autonomic
A. Saraf simpatis praganglion menerima masukan inhibitorik Function. Oxford University Press, 1990.
dari medula ventrolateral rostral. Saper CB: The central autonomic nervous system: Conscious
B. Sumber utama masukan eksitatorik ke saraf simpatis visceral perception and autonomic pattern generation. Annu Rev
praganglion adalah nukleus paraventrikularis hipotalami Neurosci 2002;25:433.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Aktivitas Listrik Otak,

14
B A B

Keadaan Tidur-Terjaga, &


Irama Sirkadian

T U J U A N ■ Menjelaskan jenis-jenis primer irama yang membentuk


elektroensefalogram (EEG).
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menyebutkan kegunaan klinis utama EEG.
Anda seyogianya mampu: ■ Meringkaskan perilaku dan karakteristik EEG dari masing-masing tahap tidur
non rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM) serta
mekanisme yang berperan menyebabkannya.
■ Menjelaskan pola tidur malam normal pada orang dewasa dan variasi dalam
pola ini dari lahir hingga usia lanjut.
■ Menjelaskan hubungan timbal-balik antara neuron batang otak yang
mengandung norepinefrin, serotonin, dan asetilkolin serta GABA dan histamin
dalam memperantarai transisi antara tidur dan keadaan sadar.
■ Membahas irama sirkadian dan peran nukleus suprakiasmatikus
(suprachiasmatic nuclei, SCN) dalam pengaturannya.
■ Menjelaskan regulasi diurnal pembentukan melatonin dari serotonin di glandula
pinealis dan sekresinya ke dalam aliran darah.

PENDAHULUAN
Sebagian besar dari berbagai jalur sensorik yang dijelaskan di pola kegiatan listrik otak tertentu untuk setiap rentang
Bab 8-11 menyalurkan impuls dari organ-organ indra kesadaran tersebut. Osilasi umpan-balik di dalam korteks
melalui rantai tiga- dan empat-neuron ke tempat tertentu di serebri dan antara talamus dan korteks berfungsi sebagai
korteks serebri. Impuls-impuls ini berperan untuk persepsi pembentuk aktivitas ini dan mungkin menjadi penentu
dan penentuan letak tiap sensasi. Namun, untuk dapat keadaan perilaku. Keadaan terjaga (arousal) dapat dihasil-
dipersepsikan, impuls ini harus diproses oleh otak yang kan oleh rangsangan sensorik dan oleh impuls yang naik di
sadar. Terdapat rentang perilaku mulai dari keadaan tidur inti retikular otak tengah. Banyak dari aktivitas ini
pulas sampai tidur ringan, tidur REM, dan dua keadaan memperlihatkan fluktuasi ritmik yang lamanya sekitar 24
sadar: sadar-tenang/istirahat dan sadar-siaga penuh. Ada jam; yang disebut irama sirkadian.

TALAMUS, KORTEKS SEREBRI, & sehingga talamus disebut juga “gerbang menuju korteks
serebri”.
FORMASIO RETIKULARIS Talamus dapat dibagi menjadi nukleus-nukleus yang
ber-proyeksi secara difus ke berbagai regio neokorteks dan
NUKLEUS TALAMUS nukleus-nukleus yang berproyeksi ke regio spesifik
neokorteks dan sistem limbik. Nukleus yang berproyeksi ke
Talamus adalah kumpulan besar kelompok-kelompok semua bagian neokorteks adalah nukleus garis tengah dan
neuron di dalam diensefalon; struktur ini ikut serta dalam nukleus intralaminaris. Nukleus yang berproyeksi ke
fungsi sensorik, motorik, dan limbik. Hampir semua daerah-daerah spesifik mencakup nukleus-nukleus penyalur
informasi yang mencapai korteks diproses oleh talamus, sensorik spesifik (specific sensory relay nuclei) dan nukleus-

269
270 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Permukaan pia meter Pewarna Golgi Pewarnaan Nissl Pewarnaan Weigert

Lapisan
I
molekular

Lapisan
II sel
granular
sel

Lapisan
III sel
piramid
luar

Lapisan
IV sel
granular
dalam

Lapisan
V sel
piramid
dalam

Lapisan
VI
multiformis

Substansia alba

GAMBAR 14-1 Struktur korteks serebri. Lapisan-lapisan korteks ditandai oleh angka. Pewarnaan Golgi menunjukkan badan sel saraf dan
dendrlt. Pewarnaan Nissl menunjukkan badan sel, dan pewarnaan selubung mielin Weigert menunjukkan serat saraf bermielin. (Dimodifikasi dari
Ranson SW, Clark SL: The Anatomy of the Nervous System, ed ke-10. WB Saunders, 1959.)

nukleus yang berkaitan dengan mekanisme kontrol eferen.


Nukleus penyalur sensorik spesifik mencakup korpus
SUSUNAN KORTEKS
genikulatum mediale dan lateral, yang meneruskan impuls Neokorteks secara umum tersusun dalam enam lapisan
pendengaran dan penglihatan ke korteks pendengaran dan (Gambar 14–1). Tipe sel yang paling banyak adalah neuron
penglihatan, serta nukleus ventral posterior lateral (VPL) dan piramid dengan percabangan dendritik vertikal yang luas
nukleus ventral posteromedial, yang meneruskan informasi (Gambar 14-1 dan Gambar 14–2) yang mungkin mencapai
somato-sensorik ke girus postsentralis. Nukleus ventral permukaan korteks. Badan selnya dapat ditemukan di
anterior dan nukleus ventral lateral berperan dalam fungsi semua lapisan korteks kecuali di lapisan I. Akson dari sel
motorik. Berbagai nukleus ini menerima masukan dari ganglia ini biasanya membentuk kolateral rekuren yang kembali
basal dan serebelum dan berproyeksi ke korteks motorik. dan bersinaps di bagian superfisial percabangan dendritik.
Nukleus anterior menerima aferen dari korpus mamilare dan Aferen dari nukleus-nukleus spesifik talamus terutama
berproyeksi ke korteks limbik, yang mungkin berperan dalam berakhir di lapisan korteks IV sedangkan aferen nonspesifik
ingatan dan emosi. Sebagian besar dari nukleus talamus yang tersebar di lapisan I-IV. Neuron-neuron piramid adalah
dijelaskan di atas adalah neuron eksitatorikyang mengeluarkan satu-satunya neuron proyeksi di korteks, dan merupakan
glutamat. Talamus juga mengandung neuron-neuron inhibi- neuron eksitatorik yang mengeluarkan glutamat dari ujung-
torik di nukleus retikularis talami. Neuron-neuron ini ujung sel. Jenis sel korteks lain adalah neuron sirkuit lokal
mengeluarkan GABA, dan tidak seperti neuron talamus lain (antarneuron) yang telah diklasifikasikan berdasarkan
yang baru disebutkan, akson-aksonnya tidak berproyeksi ke bentuk, pola proyeksi, dan neurotransmiternya. Antar-
korteks. Neuron ini merupakan antarneuron talamus dan neuron inhibitorik (sel basket dan chandelier cells)
memodulasi respons neuron-neuron talamus lain terhadap mengeluarkan GABA sebagai neurotransmiternya. Sel basket
masukan yang datang dari korteks. memiliki ujung akson panjang yang mengelilingi soma
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 271

Formasio retikularis berperan penting dalam menentukan


tingkat kesadaran, dan karenanya disebut reticular activating
system (RAS) asendens.
RAS adalah suatu jaras polisinaps yang kompleks yang
B
berasal dari formasio retikularis batang otak dan hipotalamus
dengan proyeksi ke nukleus intralaminaris dan retikularis talami
C
A yang, sebaliknya, berproyeksi secara difus dan nonspesifik ke
D berbagai bagian korteks termasuk korteks frontal, parietal,
temporal, dan oksipital (Gambar 14–3). Kolateral yang menuju
ke dalamnya berasal tidak saja dari traktus sensorik asendens
panjang tetapi juga dari sistem trigeminus, pendengaran, dan
penglihatan serta sistem penciuman. Kompleksnya jaringan
B
neuron dan derajat konvergensi di dalamnya menghilangkan
spesifisitas modalitas, dan sebagian besar neuron retikular
diaktifkan dengan fasilitas yang setara oleh bermacam-macam
rangsang sensorik. Dengan demikian, sistem ini tidak spesifik,
sedangkan jaras sensorik klasik bersifat spesifik yaitu bahwa
Akson serat-seratnya digiatkan oleh hanya satu jenis rangsang sensorik.

GAMBAR 14-2 Sel piramid neokorteks, memperlihatkan POTENSIAL KORTEKS BANGKITAN


penyebaran neuron yang berakhir di sel tersebut. A menyatakan
aferen nonspesifik dari formasio retikularis dan talamus; B
menyatakan kolateral rekuren akson sel piramid; C menyatakan serat-
(EVOKED CORTICAL POTENTIAL)
serat komisura dari tempat-tempat bayangan cermin di hemisfer Proses-proses listrik yang terjadi di korteks setelah perangsangan
kontralateral; D menyatakan aferen spesifik dari nukleus penyalur
sensorik talamus. (Berdasarkan Scheibel ME, Scheibel AB: Structural organization suatu organ indra dapat dipantau dengan memasang sebuah
of nonspecific thalamic nuclei and their projection toward cortex. Brain Res 1967 elektroda perekam. Jika elektroda perekam diletakkan di daerah
Sep;6(1 ):60—94)
penerima primer untuk indra tertentu, timbul gelombang
positif-permukaan dengan masa laten 5-12 mdtk. Hal ini
kemudian diikuti oleh gelombang negatif kecil, lalu sering timbul
neuron piramid; sel ini membentuk sebagian besar sinaps defleksi positif yang lebih besar dan berlangsung lebih lama
inhibitorik pada soma dan dendrit sei piramid. Chandelier cell dengan masa laten 20-80 mdtk. Rangkaian gelombang positif-
adalah penghambat kuat neuron piramid karena memiliki negatif pertama adalah primary evoked potential (potensial
ujung-ujung akson yang berakhir hanya pada segmen awal bangkitan primer); yang kedua adalah respons sekunder difus.
akson sel piramid. Terminal bouton sel ini membentuk barisan Potensial bangkitan primer bersifat sangat spesifik dalam hal
vertikal pendek yang mirip batang lilin, yang menjadi asal letaknya dan hanya dapat diamati di tempat berakhirnya jaras
penamaan sel ini. Spiny stellate cell (sel stelata berduri) adalah dari suatu organ indra tertentu. Rangkaian gelombang positif-
antarneuron eksitatorik yang mengeluarkan glutamat sebagai negatif yang direkam dari permukaan korteks terjadi karena
neurotransmiter. Sel-sel ini terutama terletak di lapisan IV dan lapisan korteks permukaan bersifat relatif positif terhadap
merupakan penerima utama informasi sensorik yang berasal kenegatifan awal, lalu relatif negatif terhadap hiper-polarisasi
dari talamus; sel ini adalah contoh dari neuron multipolar (Bab dalam. Respons sekunder difus permukaan-positif, tidak seperti
4) dengan percabangan dendritik dan aksonal lokal. respons primer, tidak terlokalisasi dengan baik. Respons ini
Selain tersusun menjadi lapisan-lapisan, korteks serebri tampak pada saat yang sama di hampir seluruh korteks dan
juga tersusun dalam kolom-kolom. Neuron-neuron di dalam disebabkan oleh aktivitas di proyeksi dari nukleus garis tengah
suatu kolom memiliki sifat respons serupa, yang meng- dan nukleus talamus lainnya yang terkait.
isyaratkan bahwa neuron-neuron ini membentuk suatu
jaringan pemrosesan lokal (mis. kolom orientasi dan DASAR FISIOLOGIS
dominasi okular di korteks penglihatan). ELEKTROENSEFALOGRAM
SISTEM PENGAKTIF RETIKULARIS Aktivitas listrik latar pada otak hewan yang tidak dianestesi
pertama kali dilaporkan pada abad ke-19. Kemudian hal ini
(RETICULAR ACTIVATING SYSTEM) mulai dianalisis secara sistematik oleh psikiater Jerman,
Formasio retikularis, inti retikular otak yang secara filoge-netis Hans Berger, yang mengajukan istilah elektroensefalogram
berusia tua, menempati bagian sentral medula dan otak tengah (EEG) untuk menyatakan catatan variasi potensial listrik
(midbrain), mengelilingi ventrikel keempat dan akueduktus otak. EEG dapat diukur dengan elektroda kulit kepala
serebri. Bagian ini mengandung badan sel dan serat dari banyak melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda
sistem serotonergik, noradrenergik, dan kolinergik. Jalur-jalur yang diletakkan di atas atau di dalam otak. Istilah
ini diperlihatkan di Gambar 7-2. Formasio retikularis juga elektrokortikogram (ECoG) digunakan untuk rekaman
mengandung banyak area yang berperan dalam mengatur yang diperoleh dari elektroda yang dipasang di permukaan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan. korteks yang menghadap pia mater.
272 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

Talamus

Korteks
Korteks pariental
frontal

Nukleus septum medial

Hipotalamus

Korteks
Nucleus basalis oksipital
Korteks temporal
Batang
otak

Formasio retikularis

GAMBAR 14-3 Potongan melintang melalui garis tengah ke berbagai bagian korteks serebri. Pengaktifan daerah-daerah Ini
otak manusia yang memperlihatkan reticular activating system dapat diperlihatkan oleh positive emission tomography scanning
asendens di batang otak dengan proyeksi ke nukleus ketika subjek berpindah dari keadaan sadar yang santai ke keadaan
intralaminaris talamus dan keluaran dari nukleus intralaminaris yang memerlukan konsentrasi.

EEG yang terekam dari kulit kepala adalah suatu ukuran


yang cenderung merupakan jumlah potensial pascasinaps
dendrit daripada potensial aksi (Gambar 14–4). Dendrit neuron-
100 μV
neuron korteks adalah belantara dari unit-unit yang terkemas
rapat dan berorientasi serupa di lapisan superfisial korteks Aktivitas gelombang
serebri (Gambar 14-1). Di dendrit dapat dihasilkan potensial
yang kemudian merambat. Selain itu, kolateral-kolateral akson
rekuren berakhir di dendrit di lapisan superfisial. Sewaktu ujung
eksitatorik atau inhibitorik pada dendrit dari masing-masing sel Pohon dendrit
menjadi aktif, arus mengalir masuk dan keluar dari current sink
dan sumber-sumber dari prosesus dendritik sisanya dan badan
sel. Karena itu, hubungan badan sel-dendrit adalah hubungan
dipol yang terus-menerus berubah. Pada suatu konduktor
volume, aliran arus di dipol ini menghasilkan fluktuasi potensial
berbentuk gelombang (Gambar 14-4). Jika jumlah aktivitas
dendritik negatif relatif terhadap badan sel, neuron mengalami 200 mV
depo-larisasi dan sangat peka-rangsang; jika positif, neuron Akson
mengalami hiperpolarisasi dan kurang dapat dirangsang. Potensial aksi

SIKLUS TIDUR-TERJAGA: GAMBAR 14-4 Diagram perbandingan respons listrik akson dan
dendrit neuron korteks besar. Aliran arus menuju dan dari tonjolan
IRAMA ALFA, BETA, & GAMA sinaps aktif di dendrit yang menghasilkan aktivitas gelombang,
sementara potensial akis tuntas-atau-gagal dihantarkan di sepanjang
Pada manusia dewasa yang terjaga, tetapi beristirahat dengan akson. Jika jumlah aktivitas dendritik negatif relatif terhadap badan sel,
neuron mengalami depolarisasi; jika jumlahnya positif, neuron
pikiran melayang dan mata tertutup, komponen EEG yang mengalami hiperpolarisasi. Rekaman EEG dari kulit kepala adalah
paling menonjol adalah pola gelombang yang relatif teratur ukuran yang cenderung merupakan jumlah potensial pascasinaps
dengan frekuensi 8-13 Hz dan amplitudo sekitar 30-100 pV dendrit daripada potensial aksi.
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 273

oleh setiap bentuk stimulasi sensorik atau konsentrasi mental,


(a) Irama alfa (relaks dengan mata tertutup)
misalnya memecahkan soal aritmetika. Istilah lain untuk
fenomena ini adalah arousal/alerting response (respons
kewaspadaan) karena berkaitan dengan keadaan terjaga dan
siaga. Keadaan ini juga disebut desinkronisasi karena
mencerminkan runtuhnya aktivitas saraf sinkron yang
diperlukan untuk menghasilkan gelombang teratur. Namun,
(b) Irama beta (siaga) aktivitas EEG cepat yang terlihat pada keadaan waspada ini
juga tersinkronisasi, tetapi dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Karena itu istilah desinkronisasi sebenarnya menyesatkan.
Osilasi gama pada 30-80 Hz sering terlihat pada orang yang
Waktu terjaga dan memfokuskan perhatiannya pada sesuatu. Irama ini
sering digantikan dengan aktivitas yang cepat dan tidak teratur
sewaktu orang tersebut memulai kegiatan motorik sebagai
GAMBAR 14-5 Rekaman EEG yang memperlihatkan irama alfa
dan beta. Jika perhatian difokuskan pada sesuatu, irama alfa 8-13 Hz
respons terhadap suatu rangsang.
digantikan oleh irama beta, yaitu aktivitas tak teratur berfrekuensi
13-30 Hz dan bervoltase rendah. Fenomena ini disebut sebagai blok LENGKUNG TALAMOKORTEKS
alfa, respons terjaga, atau siaga. (Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander's Suatu sirkuit yang menghubungkan korteks dan talamus
Human Physiology, ed ke-11. McGraw-Hill, 2008).
diperkirakan penting dalam menghasilkan pola aktivitas otak
dalam keadaan tidur-terjaga. Gambar 14–6 memperlihatkan
bila direkam dari kulit kepala. Pola ini adalah irama (ritme) sifat-sifat aktivitas di sirkuit talamokorteks yang dihipotesis-kan
alfa (Gambar 14–5). Irama ini paling jelas di lobus parietalis berperan dalam pembentukan aktivitas berirama. Pengaktifan
dan oksipitalis dan berkaitan dengan penurunan tingkat yang diperkuat pada kanal Ca2+ tipe-T berambang rendah di
kewaspadaan. Irama serupa dapat ditemukan pada neuron-neuron talamus tampaknya ikut berperan dalam
bermacam-macam spesies mamalia. Terdapat variasi kecil sinkronisitas fisiologis dan patofisiologis di sirkuit-sirkuit
lain antar spesies, tetapi pada semua mamalia polanya sangat talamokorteks. Meskipun tidak diperlihatkan, neuron-neuron
serupa (Lihat Boks Klinis 14–1). retikular talamus inhibitorik adalah elemen dari jaringan ini.
EEG memperlihatkan pola aktivitas terjaga, tidur ringan, dan
Jika perhatian dipusatkan pada suatu hal, irama alfa
tidur dalam. Demikian juga, perekaman dari masing-masing
diganti oleh suatu aktivitas tak teratur berfrekuensi 13-30 Hz
neuron talamus dan korteks memperlihatkan berbagai pola
dan bervoltase rendah yang disebut irama beta (Gambar
aktivitas berirama. Dalam keadaan terjaga, jaringan
14-5). Fenomena ini disebut blok alfa dan dapat ditimbulkan
kortikokorteks dan talamokorteks menghasilkan aktivitas
berirama berfrekuensi tinggi (30—80 Hz; irama gama). Irama ini
dapat dihasilkan di dalam sel dan sirkuit korteks serebri atau di
BOKS KLINIS 14-1 dalam lengkung talamokorteks. Irama gama telah diajukan
sebagai mekanisme untuk “menyatukan” berbagai informasi
Variasi Irama Alfa sensorik menjadi satu persepsi dan aksi, tetapi teori ini masih
Pada manusia, frekuensi irama EEG dominan saat istirahat diperdebatkan. Pada kenyataannya, gangguan pada integritas
bervariasi menurut usia. Pada bayi, terdapat aktivitas mirip- lengkung talamokorteks ini dan interaksinya dengan struktur
irama beta yang cepat, tetapi dengan pola irama oksipital otak lain mungkin mendasari beberapa penyakit neurologis,
yang berfrekuensi lambat 0,5-2 Hz. Selama masa kanak-
termasuk aktivitas bangkitan/kejang.
kanak, irama oksipital ini bertambah cepat, dan pola irama
alfa dewasa mulai tampak pada masa remaja. Frekuensi
TAHAPAN TIDUR
irama alfa diperlambat dengan kadar glukosa darah yang Terdapat dua jenis tidur yang berlainan: tidur rapid eye
rendah, suhu tubuh yang rendah, kadar hormon gluko- movement (REM) dan tidur non-REM (NREM) atau tidur
kortikoid adrenal yang rendah, dan tekanan parsial CO2 gelombang-lambat. Tidur REM diberi nama demikian karena
(PaCO2) yang tinggi di arteri. Frekuensi irama ini dipercepat terjadinya gerakan-gerakan mata khas selama tidur tahap ini.
dengan kondisi-kondisi sebaliknya. Pernapasan yang Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium (Gambar 14–7).
berlebihan dan dipaksa untuk menurunkan kadar PaCO2 Sewaktu seseorang mulai tertidur dan memasuki stadium 1,
terkadang digunakan secara klinis untuk menimbulkan EEG memperlihatkan pola berfrekuensi campuran dan
kelainan EEG yang laten. Frekuensi dan besarnya irama alfa bervoltase rendah. Irama teta (4—7 Hz) dapat dijumpai pada
juga diperlambat oleh ensefalopati metabolik dan toksik stadium tidur gelombang lambat ini. Sepanjang tidur NREM,
termasuk akibat hiponatremia dan defisiensi vitamin B12. terdapat aktivitas di otot rangka, tetapi tidak terjadi gerakan
Frekuensi irama alfa berkurang pada intoksikasi akut karena mata. Tidur NREM stadium 2 ditandai oleh munculnya
alkohol, amfetamin, barbiturat, fenitoin, dan anti psikotik. gelombang sinusoid yang dinamai kumparan tidur (sleep
Propofol, obat hipnotik/sedatif, dapat menimbulkan irama spindle, 12—14 Hz) dan kadang gelombang bifasik bervoltase
EEG yang analog dengan irama alfa klasik. tinggi yang dinamai kompleks K. Pada tidur NREM stadium
274 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

EEG Lengkungan talamokorteksloop Sifat sel tunggal

Sel piramid osilasi gama


Terjaga Lepas-muatan tonik 30–50 Hz

Irama 20–80 Hz Korteks serebri

Tidur ringan/tidur
ayam

Sel talamokorteks
Lepas-muatan letup 0,5-4 Hz Lepas-muatan tonik
Irama 7–15 Hz

Tidur nyenyak

Talamus

Transisi dari tidur menjadi bangun


Irama 0,5–4 Hz

GAMBAR 14-6 Hubungan antara keadaan terjaga-tidur, EEG, letupan potensial aksi pada keadaan terjaga. Sebagian besar
dan respons sel tunggal di korteks serebri dan talamus. Pada neuron piramid di korteks hanya menghasilkan rentetan potensial
keadaan terjaga, EEG ditandai oleh osilasi berfrekuensi tinggi dan aksi yang bersifat tonik, meskipun yang lain mungkin ikut serta
sewaktu tidur irama berfrekuensi rendah. Neuron-neuron talamus dalam pembentukan irama berfrekuensi tinggi melalui pengaktifan
dan korteks juga dapat memperlihatkan pola aktivitas berirama letupan-letupan spike berirama. Talamus dan korteks serebri
yang berbeda. Neuron talamokorteks menunjukkan osilasi ritmik terhubung melalui suatu lengkung. (Dimodifikasi dari McCormick DA: Are
thalamocortical rhythms the Rosetta stone of a subset of neurological disorders?
lambat sewaktu tidur nyenyak, dan memperlihatkan rentetan Nat Med 1999;5:1349.)

3, irama delta beramplitudo tinggi (0,3-4 Hz) mendominasi


gelombang EEG. Perlambatan maksimal dengan gelombang-
TIDUR REM
gelombang besar dijumpai pada stadium 4 tidur NREM. Dengan Gelombang lambat beramplitudo tinggi yang tampak pada
demikian, karakteristik tidur dalam/ nyenyak adalah pola EEG selama tidur secara berkala diganti oleh aktivitas
gelombang lambat ritmis, yang menunjukkan adanya EEG cepat dan bervoltase rendah yang mirip dengan yang
sinkronisasi yang jelas; ini kadang disebut sebagai tidur dijumpai dalam keadaan terjaga, sadar dan tidur stadium
gelombang-lambat. Sementara munculnya irama teta dan delta 1 (Gambar 14-7). Karena itu, tidur REM juga disebut
selama tidur merupakan hal normal, kemunculan keduanya tidur paradoks. Namun, tidur tidak terganggu; bahkan
sewaktu keadaan terjaga merupakan tanda disfungsi otak. ambang untuk terjaga oleh rangsang sensorik dan oleh

Terjaga Tidur stadium 1 2 3 4 REM

EOG

EMG

EEG
50 μV
1 dtk

GAMBAR 14-7 EEG dan aktivitas otot selama berbagai 3 mencerminkan aktivitas EEG beramplitudo tinggi di daerah
stadium siklus tidur-terjaga. Tidur NREM memiliki empat stadium. prafrontal dan bukan gerakan mata. EOG, elektro-okulogram yang
Stadium 1 ditandai oleh perlambatan ringan EEG. Stadium 2 mencatat gerakan mata; EMG, elektromiogram yang mencatat
memiliki kumparan dan kompleks K beramplitudo tinggi. Stadium 3 aktivitas otot rangka. (Disalin, dengan izin, dari Rechtschaffen A, Kales A: A
dan 4 memiliki gelombang delta lambat yang beramplitudo tinggi. Manual of Standardized Terminology, Techniques and Scoring-System and Sleep
Tidur REM ditandai oleh gerakan mata, hilangnya tonus otot, dan Stages of Human Subjects. Los Angeles: University of California Brain Information
pola aktivitas beramplitudo rendah berfrekuensi tinggi. Aktivitas Service, 1968).
bervoltase lebih tinggi pada perekaman EOG selama stadium 2 dan
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 275

rangsang formasio retiku-laris meningkat. Selama tidur paradoks Anak


Terjaga
terjadi gerakan-gerakan mata cepat dan mengembara, dan
karena hal inilah maka tidur tersebut dinamakan tidur REM. Ciri REM

Stadium tidur
lain tidur REM adalah adanya potensial fasik besar yang berasal 1
dari neuron-neuron kolinergik di pons dan cepat berpindah ke 2
korpus genikulatum lateral dan dari sini ke korteks oksipital. 3
Oleh karena itu, potensial ini disebut ponto-geniculo-occipital 4
(PGO) spike. Tonus otot rangka leher secara nyata menurun
selama tidur REM. 1 2 3 4 5 6 7
Orang yang dibangunkan pada saat mereka memperlihat-
kan EEG khas untuk tidur REM biasanya melaporkan bahwa Dewasa muda
Terjaga
mereka sedang bermimpi, sedangkan orang yang dibangunkan
dari tidur gelombang lambat tidak. Pengamatan ini dan bukti REM

Stadium tidur
lain menunjukkan bahwa terdapat kaitan erat antara tidur REM 1
dan bermimpi. 2
PET scanning pada manusia yang sedang tidur REM mem- 3
perlihatkan peningkatan aktivitas di daerah pons, amigdala, dan 4
girus singuli anterior, tetapi terjadi penurunan aktivitas di korteks
prafrontal dan parietal. Aktivitas di daerah asosiasi peng-lihatan 1 2 3 4 5 6 7
juga meningkat, tetapi terjadi penurunan di korteks penglihatan
primer. Hal ini sesuai dengan peningkatan emosi dan bekerjanya Usia lanjut
sistem saraf tertutup yang tidak mendapat masukan dari daerah Terjaga
yang menghubungkan aktivitas otak dengan dunia luar. REM
Stadium tidur 1
DISTRIBUSI STADIUM TIDUR 2
Pada proses tidur malam yang biasa, seorang dewasa muda 3
pertama-tama memasuki tidur NREM, melewati stadium 1 dan 2, 4
dan berada dalam stadium 3 dan 4 selama 70-100 menit. Tidur
kemudian menjadi lebih dangkal, dan timbul periode REM. Siklus 1 2 3 4 5 6 7
ini berulang dengan interval sekitar 90 menit sepanjang malam Jam tidur
(Gambar 14–8). Menjelang pagi, siklus yang terjadi serupa,
walaupun tidur stadium 3 dan 4 berkurang sedangkan tidur REM GAMBAR 14-8 Siklus tidur normal pada berbagai usia. Tidur REM
bertambah. Dengan demikian, terdapat 4 sampai 6 periode REM dinyatakan sebagai daerah-daerah berwarna gelap. Pada proses tidur
setiap malam. Tidur REM membentuk sekitar 80% dari total malam yang biasa, seorang dewasa muda pertama-tama memasuki
tidur NREM, melewati stadium 1 dan 2, dan berada dalam stadium 3
waktu tidur pada bayi prematur dan 50% pada bayi cukup-bulan. dan 4 selama 70-100 menit. Tidur kemudian menjadi lebih dangkal,
Setelah itu, proporsi tidur REM turun cepat dan mendatar dan timbul periode REM. Siklus ini berulang dengan interval sekitar 90
menjadi sekitar 25% sampai turun lagi menjadi sekitar 20% pada menit sepanjang malam. Menjelang pagi, siklus yang terjadi serupa,
walaupun tidur stadium 3 dan 4 berkurang sedangkan tidur REM
usia lanjut. Anak-anak memiliki waktu tidur total (8-10 jam) bertambah. Tidur REM membentuk sekitar 50% dari total waktu tidur
yang lebih lama daripada orang dewasa (sekitar 6 jam). pada bayi baru lahir; proporsi ini turun cepat dan mendatar menjadi
sekitar 25% sampai turun lagi pada usia lanjut. (Disalin, dengan izin, dari
Kales AM, Kales JD: Sleep disorders. N Engl J Med 1974;290:487.)
PENTINGNYA TIDUR
Tidur selalu ada sepanjang evolusi mamalia dan unggas, sehingga kecuali telah mengalami periode tidur gelombang-lambat
besar kemungkinannya bahwa tidur penting secara fungsional. atau gelombang-lambat plus REM. Boks Klinis 14–2 meng-
Memang, apabila orang dibangunkan setiap kali mereka uraikan beberapa gangguan tidur yang sering dijumpai.
memperlihatkan tidur REM, lalu dibiarkan tidur tanpa gangguan,
dalam beberapa malam mereka memperlihatkan jumlah tidur MANFAAT KLINIS EEG
REM yang lebih besar daripada normal. Pengurangan tidur REM EEG kadang-kadang bermanfaat untuk mengetahui lokasi proses
yang relatif lama tampaknya tidak menimbulkan efek kejiwaan patologis. Apabila terdapat kumpulan cairan di atas suatu bagian
yang merugikan. Namun, tikus yang sama sekali tidak diberi korteks, aktivitas di atas bagian ini mungkin teredam. Fakta ini
kesempatan untuk tidur REM dalam jangka panjang akan dapat membantu mendiagnosis dan menentukan letak kelainan,
kehilangan berat walaupun masukan kalori ditingkatkan dan misalnya hematom subdura. Lesi di korteks serebri menyebabkan
akhirnya mati. Berbagai penelitian mengisyaratkan bahwa tidur pembentukan lokal gangguan transien dalam aktivitas otak, yang
diperlukan untuk mempertahan-kan keseimbangan metabolik- ditandai oleh gelombang abnormal bervoltase tinggi yang dapat
kalorik, keseimbangan suhu, dan kompetensi imun. direkam oleh EEG. Aktivitas kejang dapat terjadi akibat pe-
Pada hewan percobaan, tidur merupakan hal yang ningkatan lepas-muatan neuron-neuron yang bersifat eksitatorik
dibutuhkan untuk bentuk-bentuk tertentu belajar dan (mis. pelepasan glutamat) atau penurunan lepas-muatan neuron-
ingatan. Sesi-sesi belajar tidak akan meningkatkan kinerja neuron yang bersifat inhibitorik (mis. pelepasan GABA).
276 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 14-2

Gangguan Tidur sekitar 0,5-10 detik dan kambuh dengan interval 20-90 detik.
Gerakan sebenarnya dapat berkisar dari gerakan dangkal terus-
Narkolepsi adalah penyakit neurologis kronis akibat
menerus pergelangan kaki atau jari kaki, hingga gerakan
ketidakmampuan otak mengatur siklus tidur-terjaga secara normal,
menendang kuat dan tidak terkontrol serta ayunan tungkai dan
dan terjadi kehilangan tonus otot volunter mendadak (katapleksi),
lengan. Rekaman elektromiografik (EMG) memperlihatkan letupan-
keinginan yang tidak tertahankan untuk tidur pada siang hari, dan
letupan aktivitas selama jam-jam awal tidur NREM yang berkaitan
mungkin serangan-serangan singkat paralisis total pada awal atau
dengan tanda-tanda bangun singkat pada EEG. Durasi tidur NREM
akhir tidur. Narkolepsi ditandai oleh awitan tidur REM yang
stadium 1 mungkin meningkat sementara stadium 3 dan 4 mungkin
mendadak, tidak seperti tidur normal yang dimulai dengan tidur
berkurang dibandingkan dengan kontrol seusia. PLMD dilaporkan
gelombang lambat, NREM. Prevalensi narkolepsi berkisar dari 1 dari
terjadi pada 5% orang berusia antara 30 dan 50 tahun dan
600 di Jepang hingga 1 dari 500.000 di Israel, dengan 1 dari 1000
meningkat menjadi 44% pada mereka yang berusia lebih dari 65
orang Amerika mengidapnya. Narkolepsi memiliki insidensi familial
tahun. PLMD serupa dengan restless leg syndrome, yaitu orang
yang terkait erat dengan antigen kelas II kompleks
mengalami keinginan tak-tertahankan untuk menggerak-gerakkan
histokompatibilitas mayor pada kromosom 6 di lokus HLA-DR2 atau
tungkai mereka selagi beristirahat sepanjang hari.
HLA-DQW1,yang mengisyaratkan adanya kerentanan genetik
terhadap narkolepsi. Kompleks HLA adalah gen-gen yang saling Tidur berjalan (sleepwalking, somnambulisme), mengompol
berkaitan dan mengatur sistem imun (lihat Bab 3). Dibandingkan (enuresis nokturnal), dan mimpi buruk malam hari disebut sebagai
dengan otak orang sehat, otak penderita narkolepsi sering parasomnia, yaitu gangguan tidur yang berkaitan dengan terjaga
mengandung lebih sedikit neuron penghasil hipokretin (oreksin) di dari tidur NREM dan REM. Episode tidur berjalan lebih sering terjadi
hipotalamus. Diperkirakan bahwa kompleks HLA mungkin pada anak daripada orang dewasa dan terutama timbul pada pria.
meningkatkan kerentanan terhadap serangan imun pada neuron- Serangan ini dapat berlangsung beberapa menit. Penderita
neuron ini sehingga neuron ini mengalami degenerasi. somnambulisme berjalan dengan mata terbuka dan dapat
Obstructive sleep apnea (OSA, apneutidurobstruktif) adalah menghindari rintangan,tetapi apabila dibangunkan mereka tidak
penyebab tersering mengantuk pada siang hari akibat tidur malam dapat mengingat serangan tersebut.
yang terpotong-potong dan mengenai sekitar 24% pria usia
pertengahan dan 9% wanita di Amerika Serikat. Henti napas selama KIAT TERAPEUTIK
lebih dari 10 detik sewaktu terjadi serangan-serangan obstruksi
kanal napas atas (khususnya faring) terjadi akibat berkurangnya Rasa kantuk berlebihan saat siang hari pada pasien
tonus otot yang sering timbul. Apneu menyebabkan pasien terjaga dengan narkolepsi dapat diobati dengan stimulan mirip-
sesaat untuk memulihkan kembali tonus kanal napas atas. Orang amfetamin, termasuk modafinil, metilfenidat (Ritalin),
dengan OSA biasanya mulai mengorok segera setelah jatuh tertidur. dan metamfetamin. Gama hidroksibu-tirat (GHB)
Mengorok akan menjadi semakin keras sampai tersela oleh episode digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan
apneu, yang kemudian diikuti oleh suara hirupan napas dan katapleksi dan insidens mengantuk siang hari. Katapleksi
hembusan napas yang keras, sewaktu yang bersangkutan mencoba sering diterapi dengan antidepresan seperti imipramin
bernapas. OSA tidak menyebabkan pengurangan waktu tidur total, dan desipramin, tetapi obat-obat ini belum secara resmi
tetapi orang dengan OSA menjalani tidur NREM stadium 1 jauh disetujui oleh Food ond Drug Administration AS untuk
lebih lama (dari rerata 10% waktu tidur total menjadi 30-50%) dan indikasi tersebut. Terapi tersering untuk OSA adalah
penurunan mencolok tidur gelombang lambat (tidur NREM stadium continuous positive airflow pressure (CPAP, tekanan
3 dan 4). Patofisiologi OSA mencakup penurunan tonus neuro- aliran udara positif kontinu), suatu mesin yang
muskulus saat permulaan tidur dan perubahan pada dorongan meningkatkan tekanan kanal napas untuk mencegah
respiratorik sentral. kolapsnya kanal napas. Obat umumnya terbukti kurang
atau tidak efektif untuk mengobati OSA. Obat yang
Periodic Umb movement disorder (PLMD, gangguan
digunakan untuk penyakit Parkinson, agonis dopa-min,
periodik gerakan ekstremitas) adalah gerakan ritmik
stereotipikal berupa ekstensi jempol kaki serta dorsifleksi dapat digunakan untuk mengobati PLMD.
pergelangan kaki dan lutut sewaktu tidur yang berlangsung

tumor, tetapi umumnya penyebabnya tidak diketahui. Gejala


JENIS KEJANG bergantung pada fokus kejang. Kejang ini dibagi lagi menjadi
Epilepsi adalah penyakit yang gejalanya berupa kejang kejang parsial sederhana (tanpa kehilangan kesadaran) dan
berulang tanpa provokasi yang dapat terjadi akibat kerusakan kejang parsial kompleks (disertai perubahan kesadaran). Contoh
pada otak. Kejang/bangkitan (seizure) mencerminkan aktivitas kejang parsial sederhana adalah gerakan-gerakan menyentak
neuron yang abnormal dan sangat sinkron. Epilepsi merupa- lokal di satu tangan yang berkembang menjadi gerakan klonik
kan sindrom dengan banyak penyebab. Pada beberapa bentuk, keseluruhan lengan yang berlangsung selama 60—90 detik. Aura
terdapat pola-pola EEG khas selama serangan kejang; tetapi, di biasanya mendahului awitan kejang parsial dan berupa sensasi
antara serangan kelainan sering sulit ditemukan. Kejang dibagi abnormal. Waktu setelah kejang sampai pulihnya fungsi normal
menjadi kejang parsial (fokal) dan kejang umum (generalisata). saraf disebut periode pascaiktus.
Kejang parsial berasal dari sekelompok kecil neuron dan Kejang umum berkaitan dengan aktivitas listrik luas dan
dapat disebabkan oleh cedera kepala, infeksi otak, stroke, atau melibatkan kedua hemisfer secara bersamaan. Kejang ini
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 277

dibagi lagi menjadi kategori kejang (konvulsif) dan non-kejang


(non-konvulsif) bergantung pada apakah terjadi gerakan tonik
atau klonik. Absence seizure (bangkitan lena; dahulu dinamai
kejang petit mal) adalah salah satu bentuk kejang umum non-
konvulsif yang ditandai oleh penurunan kesadaran sesaat. Pada
EEG, kejang ini ditandai oleh doublet 3/dtk, masing-masing
terdiri dari pola aktivitas spike-and-wave khas yang berlangsung
sekitar 10 detik (Gambar 14–9). Kejang ini tidak disertai oleh 1 dtk
aura atau periode pascaiktus. Pola spike and wave ini
GAMBAR 14-9 Absence seizure. Ini adalah rekaman dari 4
kemungkinan besar dihasilkan oleh kanal Ca2+ tipe T berambang
sadapan EEG korteks seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang,
rendah di neuron-neuron talamus. sewaktu perekaman, mengalami satu "serangan melamun", sewaktu ia
Kejang umum konvulsif tersering adalah kejang tonik- secara sesaat tidak menyadari lingkungannya dan mengedip-ngedipkan
klonik (dahulu dinamai kejang grand mal). Kejang ini berkaitan kelopak matanya. Absence seizure berkaitan dengan doublet 3/dtk,
dengan kontraksi mendadak otot-otot ekstremitas (fase tonik) masing-masing terdiri dari pola gelombang spike-and-wave tipikal yang
yang berlangsung sekitar 30 dtk, diikuti oleh fase klonik dengan berlangsung sekitar 10 detik. Waktu dinyatakan dengan garis kalibrasi
horizontal. (Disalin, dengan izin, dari Waxman SG: Neuroanatomywth Clinical
gerakan menyentak simetrik di ekstremitas akibat pergantian Corrélation, 25th ed. McGraw-Hill, 2003.)
kontraksi dan relaksasi (fase klonik) yang menetap 1-2 menit.
Selama fase tonik terjadi aktivitas EEG cepat. Gelombang lambat, Klinis 14–3 menjelaskan informasi mengenai peran mutasi
yang masing-masing didahului oleh spike, terjadi pada saat
genetik pada beberapa bentuk epilepsi.
kejang klonik. Untuk beberapa waktu setelah serangan, terdapat
gelombang lambat. PENGOBATAN KEJANG
Penelitian terkini memberikan pemahaman mengenai
kemungkinan peran pelepasan glutamat dari astrosit dalam Hanya sekitar 2/3 dari mereka yang menderita aktivitas kejang
patofisiologi epilepsi. Juga terdapat bukti yang menunjang berespons terhadap pemberian obat. Sebagian berespons
pandangan bahwa reorganisasi astrosit bersama dengan terhadap intervensi bedah (mis. mereka yang mengidap kejang
pembentukan tunas dendrit dan sinaps baru membentuk dasar lobus temporalis), sementara yang lain berespons terhadap
struktural bagi eksitasi rekuren di otak dengan epilepsi. Boks stimulasi nervus vagus (mis. mereka yang mengalami kejang
parsial). Sebelum tahun 1990-an, obat yang tersering digunakan

BOKS KLINIS 14-3

Mutasi Genetik & Epilepsi adalah gen subunit kanal natrium yang diekspresikan secara
Epilepsi tidak memperlihatkan bias geografis, ras, jenis kelamin, luas di sistem saraf. Mutasi SCN1A dicurigai berperan dalam
atau sosial. Penyakit ini dapat timbul pada semua usia, tetapi beberapa bentuk epilepsi lainnya.
paling sering didiagnosis pada masa bayi, kanak-kanak, remaja,
dan lanjut usia. Epilepsi adalah penyakit neurologis kedua
tersering setelah stroke. Menurut World Health Organization, KIAT TERAPEUTIK
diperkirakan bahwa 50 juta orang di seluruh dunia (8,2 per Terdapat tiga mekanisme kerja umum obat antikon-
1000 orang) mengalami kejang epileptik. Prevalensi di negara vulsan lama dan baru: meningkatkan neurotransmisi
berkembang (misalnya Kolombia, Ekuador, India, Liberia, inhibitorik (meningkatkan pelepasan GABA), mengurangi
Nigeria, Panama, Republik Tanzania, dan Venezuela) adalah neurotransmisi eksitatorik (mengurangi pelepasan
lebih dari 10 per 1000. Banyak orang yang terkena mengalami glutamat), atau mengubah hantaran ion. Gabapentin
kejang tanpa-pemicu, oleh sebab yang tak-jelas, dan tanpa adalah suatu analog GABA yang bekerja dengan
kelainan neurologis lain. Ini disebut epilepsi idiopatik dan mengurangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan mengurangi
dianggap disebabkan oleh faktor genetik. Mutasi di kanal pelepasan glutamat; obat ini digunakan untuk mengobati
kalium, natrium, dan klorida berpintu voltase dilaporkan kejang umum. Topiramat menghambat kanal Na+
berkaitan dengan beberapa bentuk epilepsi idiopatik. Kanal ion berpintu voltase yang berkaitan dengan reseptor
glutamat dan memperkuat efek inhibisi GABA; obat ini
mutan dapat menyebabkan hipereksitabilitas neuron melalui
juga digunakan untuk mengobati kejang umum.
berbagai mekanisme patogenetik. Para ilmuwan baru-baru ini
Etosuksimid mengurangi ambang rendah arus Ca2+ tipe T
menemukan gen mutan yang berperan dalam timbulnya di neuron talamus dan karenanya terutama efektif dalam
childhood absence epilepsy (CAE). Beberapa pasien dengan CAE pengobatan absence seizure. Valproat dan fenitoin
terbukti memperlihatkan mutasi di gen subunit reseptor GABA menghambat lepas-muatan berfrekuensi tinggi oleh
yang dinamai GABRB3. Mutasi SCN1A dan SCN1B juga diketahui neuron dengan bekerja pada kanal Na+ berpintu voltase
berkaitan dengan bentuk herediter epilepsi yang dinamai untuk mengurangi pelepasan glutamat.
epilepsi umum dengan kejang demam. SCN1A dan SCN1B
278 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

untuk mengobati kejang (antikonvulsan) adalah fenitoin, beragam irama sirkadian yang diketahui termasuk siklus
valproat, dan barbiturat. Kini telah tersedia obat-obat yang tidur-terjaga dan sekresi hormon pineal melatonin.
lebih baru, tetapi, seperti halnya obat lama, obat-obat ini Bukti menunjukkan bahwa SCN memiliki dua puncak irama
hanya bersifat paliatif dan bukan kuratif. Boks Klinis 14—3 sirkadian. Hal ini mungkin berkorelasi dengan pengamatan
menjelaskan mekanisme kerja sebagian obat yang digunakan bahwa pajanan ke sinar terang dapat memajukan, menunda, atau
untuk mengobati kejang. tidak berefek pada siklus tidur-terjaga pada manusia bergantung
pada waktu ketika hal tersebut dialami. Selama siang hari, hal ini
tidak berefek, tetapi tepat setelah malam hari pajanan akan
IRAMA SIRKADIAN & menunda awitan periode tidur, dan tepat sebelum fajar hal ini
SIKLUS TIDUR-TERJAGA mempercepat awitan periode tidur berikutnya. Penyuntikan
melatonin menimbulkan efek serupa. Pada hewan percobaan,
pajanan ke sinar mengaktifkan gen-gen immediate-early di SCN,
IRAMA SIRKADIAN tetapi hanya selama irama sirkadian ketika cahaya mampu
Sebagian besar, jika tidak semua, sel hidup pada tumbuhan dan memengaruhi sinkronisasi. Stimulasi pada siang hari tidak efektif.
hewan memiliki fluktuasi ritmik dalam fungsinya secara Boks Klinis 14–4 menjelaskan gangguan irama sirkadian yang
sirkadian. Dalam keadaan normal, fluktuasi tersebut memengaruhi keadaan tidur-terjaga.
tersinkronisasi dengan siklus sinar siang-malam dari
lingkungan. Jika tidak tersinkronisasi, fluktuasi tersebut MEKANISME NEUROKIMIAWI YANG
menjadi semakin menyimpang dari siklus terang-gelap karena
berlangsung lebih lama atau singkat daripada 24 jam. Proses MENDORONG TIDUR & TERJAGA
sinkronisasi umumnya bergantung pada nukleus suprakias- Transisi antara tidur dan terjaga memperlihatkan suatu
matikus (SCN) yang terletak secara bilateral di atas kiasma irama sirkadian yang terdiri dari tidur rerata 6-8 jam dan
optikum (Gambar 14–10). Nukleus-nukleus ini menerima terjaga 16-18 jam. Nukleus-nukleus di batang otak dan
informasi mengenai siklus terang-gelap melalui jalur saraf hipotalamus sangat penting untuk transisi antara kedua
khusus, serat retinohipotalamus. Eferen dari SCN memulai keadaan kesadaran ini. Sebuah studi klasik oleh Moruzzi
sinyal saraf dan humoral yang menyinkronkan dan Magoun pada tahun 1949 memperlihatkan bahwa

Melatonin
H H H O
CH3O C C N C CH3
N H H
H

Galndula
pinealis

Siang

Inhibisi

Neuron
simpatis

Malam
Traktus
Stimulasi retinohipotalamikus
Ganglion
Nukleus suprakiasmatikus
servikale superius
("jam biologis")

GAMBAR 14-10 Sekresi melatonin. Serat-serat retino- glandula pinealis yang mengeluarkan melatonin. Aktivitas siklik SCN
hipotalamus bersinaps di nukleus suprakiasmatikus (SCN), dan menghasilkan irama sirkadian untuk pengeluaran melatonin. Irama
terdapat koneksi dari SCN ke neuron-neuron praganglion simpatis di ini disinkronkan dengan siklus terang/gelap oleh neuron-neuron di
medula spinalis yang berproyeksi ke ganglion servikale superlus. retina. (From Fox SI: Human Physiology. McGraw-Hill, 2008.)
Neuron-neuron pascaganglion berproyeksi dari ganglion ini ke
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 279

BOKS KLINIS 14-4 Nukleus-nukleus batang otak


yang merupakan bagian dari
reticular activing system
Insomnia dan Gangguan Irama Sirkadian Siklus
Tidur-Terjaga
Norepinefrin Norepinefrin
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan memulai dan/ atau
dan dan
mempertahankan tidur beberapa kali seminggu. Hampir 30% serotonin serotonin
orang dewasa melaporkan episode-episode insomnia, dan lebih
dari 50% dari mereka berusia 65 tahun atau lebih mengalami
gangguan tidur. Orang dengan episode insomnia yang menetap
Asetilkolin Asetikolin
lebih besar kemungkinannya mengalami kecelakaan, penurunan
kinerja di tempat kerja, dan penurunan kualitas hidup secara
keseluruhan. Insomnia sering terjadi bersama dengan depresi,
dan kedua gangguan ini memperlihatkan kelainan regulasi Terjaga Tidur NREM Tidur REM
corticotropin-releasing factor.
Terdapat dua jenis utama gangguan tidur yang
berkaitan dengan kelainan irama sirkadian. Ini adalah
gangguan tidur sementara (tronsient sleep disorders; jet lag, Pengaktifan Pengaktifan
perubahan siklus tidur karena perubahan jadwal kerja, dan talamus dan talamus dan
korteks korteks
sakit) dan gangguan tidur kronis (delayed/ advanced sleep
phase syndrome). Mereka yang mengidap delayed sleep
phase syndrome tidak mampu jatuh tertidur pada malam
Histamin Histamin
hari dan terbangun pagi hari. Namun, waktu tidur total
mereka normal. Mereka yang mengidap advanced sleep
phase syndrome secara konsisten jatuh tertidur pada awal
malam dan terbangun dini hari. Hal ini dijumpai terutama GABA GABA
pada orang berusia lanjut dan pengidap depresi.

Hipotalamus dengan
KIAT TERAPEUTIK pusat sirkandian dan
homeostatik
Terapi sinar terbukti efektif untuk mengobati orang
yang mengalami gangguan dalam irama sirkadian
mereka. Melatonin dapat digunakan untuk mengobati GAMBAR 14-11 Sebuah model yang memperlihatkan bagaimana
jet lag dan insomnia pada usia lanjut. Ramelteon perubahan aktivitas neuron-neuron batang otak dan hipotalamus
adalah suatu agonis reseptor melatonin MT1 dan MT2 memengaruhi berbagai tingkat kesadaran. Dalam model ini, keadaan
yang lebih efektif daripada melatonin dalam mengobati terjaga dan tidur REM berada sangat bertentangan. Jika aktivitas neuron
insomnia. Zolpidem (ambien) adalah suatu contoh obat yang mengandung norepinefrin dan serotonin (lokus seruleus dan
hipnotik-sedatif yang memperlambat aktivitas otak nukleus rafe) dominan, terjadi penurunan tingkat aktivitas neuron yang
untuk memicu tidur. Selain mengobati rasa mengantuk mengandung asetilkolin di formasio retikularis pons yang menyebabkan
keadaan terjaga. Kebalikan dari pola ini menghasilkan tidur REM.
siang hari pada narkolepsi, modafinil juga terbukti
Keseimbangan antara aktivitas kelompok-kelompok neuron tersebut
berguna untuk mengobati rasa mengantuk siang hari
berkaitan dengan tidur NREM. Meningkatnya GABA dan menurunnya
akibat perubahan jadwal kerja dan mungkin untuk histamin mendorong tidur NREM melalui deaktivasi talamus dan korteks.
mengobati sindrom gangguan tidur. Keadaan terjaga terjadi ketika GABA berkurang dan histamin dilepaskan.
(Dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander's Human Physiology, 11th ed. McGraw-Hill,
2008).

stimulasi frekuensi-tinggi formasio retikularis otak tengah (RAS) terjaga, neuron praoptik di hipotalamus melepaskan GABA dan
menghasilkan respons siaga (alerting) EEG dan membangunkan neuron hipotalamus posterior melepaskan histamin. Neuron-
hewan yang sedang tidur. Kerusakan di daerah ini menyebabkan neuron di hipotalamus juga menghasilkan oreksin yang
keadaan koma. Rangsangan listrik hipotalamus posterior juga tampaknya penting dalam pergantian antara tidur dan terjaga.
menyebabkan kebangkitan serupa dengan yang dipicu oleh
Salah satu teori mengenai dasar untuk transisi dari tidur ke
stimulasi otak tengah, sementara rangsangan listrik pada keadaan terjaga adalah aktivitas timbal-balik bergantian dari
hipotalamus anterior dan regio otak depan basal di dekatnya
berbagai kelompok neuron RAS. Dalam model ini (Gambar
memicu tidur.
14–11), keadaan terjaga dan tidur REM adalah dua ujung
Seperti dijelaskan di atas, RAS batang otak terdiri dari yang bertentangan. Ketika aktivitas neuron-neuron yang
beberapa kelompok neuron yang melepaskan norepinefrin, mengandung norepinefrin dan serotonin (lokus seruleus dan
serotonin, atau asetilkolin. Lokasi dan proyeksi luas berbagai nukleus rafe) dominan, terjadi penurunan tingkat aktivitas di
populasi neuron ini diperlihatkan di Gambar 7-2. Pada kasus neuron-neuron yang mengandung asetilkolin di formasio
neuron otak depan yang berperan dalam kontrol siklus tidur- retikularis pons. Pola aktivitas ini berperan dalam terjadinya
280 BAGIAN II Neurofisiologi Pusat dan Tepi

keadaan terjaga. Kebalikan dari pola ini menyebabkan tidur dan MT2) dapat ditemukan di neuron-neuron di SCN.
REM. Jika terjadi keseimbangan antara aktivitas aminergik Keduanya adalah reseptor terkait-protein G, dengan reseptor
dan kolinergik, yang terjadi adalah tidur NREM. Oreksin MT1 menghambat adenilil siklase dan menyebabkan rasa
yang dikeluarkan oleh neuron hipotalamus mungkin meng- kantuk. Reseptor MT2 merangsang hidrolisis fosfoinositid dan
atur perubahan aktivitas di neuron-neuron batang otak ini. mungkin berfungsi dalam sinkronisasi siklus terang-gelap.
Selain itu, peningkatan pelepasan GABA dan berkurang- Perubahan diurnal sekresi melatonin mungkin berfungsi
nya pelepasan histamin meningkatkan ke-mungkinan tidur sebagai sinyal waktu untuk mengoordinasikan proses-proses
NREM melalui deaktivasi talamus dan korteks. Keadaan dengan siklus terang-gelap di lingkungan. Pembentukan dan
terjadi terjadi jika pelepasan GABA berkurang dan pelepasan sekresi melatonin meningkat sewaktu periode gelap dan
histamin meningkat. dipertahankan pada kadar rendah selama jam-jam terang
(Gambar 14-12). Variasi diurnal dalam sekresi ini ditimbulkan
MELATONIN DAN KEADAAN oleh norepinefrin yang disekresikan oleh saraf simpatis pasca -
ganglion yang menyarafi glandula pinealis (Gambar 14-10).
TIDUR-TERJAGA Norepinefrin bekerja melalui reseptor adrenergik-β untuk
Selain berbagai mekanisme neurokimia yang dijelaskan di atas meningkatkan cAMP intrasel, dan cAMP pada gilirannya
yang menyebabkan perubahan dalam keadaan tidur-ter-jaga, menyebabkan peningkatan mencolok aktivitas N-asetil-trans-
pelepasan melatonin dari glandula pinealis yang kaya pembuluh ferase. Proses ini menyebabkan peningkatan sintesis dan sekresi
darah juga berperan penting dalam mekanisme tidur (Gambar melatonin. Melatonin dalam darah cepat dimetabolisme di hati
14–12). Pineal berasal dari atap ventrikel ketiga di diensefalon oleh 6-hidroksilasi diikuti oleh konjugasi, dan lebih dari 90%
dan dibungkus oleh meningen. Stroma pineal mengandung sel- melatonin yang muncul di urine berada dalam bentukkonjugat
sel glia dan pinealosit dengan gambaran yang mengisyaratkan 6-hidroksi dan 6-sulfatoksimelatonin. Jalur metabolisme
bahwa struktur ini memiliki fungsi sekretorik. Seperti kelenjar melatonin di otak belum diketahui tetapi mungkin berupa
endokrin lainnya, pineal memiliki kapiler berpori yang sangat pemutusan nukleus indol.
permeabel. Pada bayi, glandula pinealis besar dan sel-selnya Impuls saraf-saraf simpatis ke pineal disinkronkan
cenderung tersusun dalam alveolus. Kelenjar ini mulai dengan siklus terang-gelap di lingkungan melalui serat saraf
mengalami involusi sebelum pubertas untuk membentuk retino-hipotalamus ke SCN. Dari hipotalamus, jalur-jalur
gumpalan kecil kalsium fosfat dan karbonat (pineal sand) di desendens menyatu di neuron-neuron simpatis praganglion
jaringan. Karena gumpalan ini radioopak, pineal sering terlihat yang kemudian menyarafi ganglion servikal superius, tempat
pada foto sinar-X tengkorak orang dewasa. Bergesernya pineal asal neuron-neuron pascaganglion ke glandula pinealis.
yang telah mengalami kalsifikasi ini dari posisi normalnya
mengisyaratkan adanya lesi desak-ruang misalnya tumor di otak.
Melatonin dan enzim-enzim yang berperan untuk
sintesisnya dari serotonin melalui proses N-asetilasi dan O-
RINGKASAN BAB
metilasi terdapat di pinealosit pineal, dan hormon ini ■ Irama utama di EEG adalah osilasi alfa (8-13 Hz), beta (13-30
disekresikan oleh sel ini ke dalam darah dan cairan Hz), teta (4-7 Hz), delta (0,3-4 Hz), dan gama (30-80 Hz).
serebrospinal (Gambar 14-12). Dua reseptor melatonin (MT1 ■ EEG berguna untuk mengetahui lokasi proses patologis, dan
dimanfaatkan dalam mengetahui berbagai jenis kejang

Serotonin
■ Sepanjang tidur NREM, terjadi aktivitas di otot rangka. Irama
teta dapat ditemukan selama tidur stadium 1. Stadium 2
N-Asetil- ditandai oleh munculnya kumparan tidur dan kadang
transferase kompleks K. Pada stadium 3 yang dominan adalah irama delta.
Sel Perlambatan maksimal disertai gelombang lambat dijumpai
parenkim N-asetilserotonin pada stadium 4. Tidur REM ditandai oleh aktivitas EEG
pineal bervoltase rendah dan berfrekuensi tinggi serta gerakan mata
Hidroksiindol-
O-metiltransferase yang cepat dan mengembara.
■ Seorang dewasa muda biasanya melewati stadium 1 dan 2, dan
Melatonin menghabiskan 70-100 menit di stadium 3 dan 4. Tidur
kemudian menjadi lebih dangkal dan kemudian timbul
periode REM. Siklus ini berulang dengan interval 90 menit
Darah Melatonin
sepanjang malam. Pada neonatus cukup bulan, tidur REM
0 12 24 menghabiskan 50% dari waktu tidur total; proporsi ini cepat
Waktu (jam) berkurang dan mendatar pada sekitar 25% sampai kemudian
turun lagi pada usia lanjut.
GAMBAR 14-12 Irama diurnal senyawa-senyawa yang berperan ■ Transisi dari tidur menjadi terjaga mungkin melibatkan
dalam sintesis melatonin di pineal. Melatonin dan enzim yang
berperan dalam sintesisnya dari serotonin ditemukan di pinealosit aktivitas timbal-balik bergantian berbagai kelompok neuron
pineal; melatonin disekresikan ke dalam darah. Pembentukan dan RAS. Jika aktivitas neuron yang mengandung norepinefrin dan
sekresi melatonin meningkat selama periode gelap (daerah berarsir) serotonin dominan, aktivitas neuron yang mengandung
dan dipertahankan pada tingkat rendah sewaktu periode terang. asetilkolin berkurang sehingga terjadi perubahan ke keadaan
BAB 14 Aktivitas Listrik Otak, Keadaan Tidur-Terjaga, & Irama Sirkadian 281

terjaga. Kebalikan dari pola ini menyebabkan tidur REM. C. infus intravena epinefrin.
Keadaan terjaga juga terjadi ketika pelepasan GABA berkurang D. stimulasi nervus optikus.
dan pelepasan histamin meningkat. E. induksi hidroksiindol-O-metiltransferase pineal.
■ Sinkronisasi proses biologis dengan siklus terang-gelap diatur 5. Seorang anak laki-laki 10 tahun didiagnosis mengidap
oleh SCN. childhoodabsence epilepsy. EEG-nya menunjukkan lepas
■ Perubahan diurnal dalam sekresi melatonin dari serotonin di muatan spike-and-wave 3 Hz simetris, sinkron, dan bilateral.
glandula pinealis mungkin berfungsi sebagai sinyal waktu Absence seizure:
untuk memadukan proses-proses di tubuh dengan siklus A. adalah suatu bentuk kejang umum non-konvulsif disertai
terang-gelap, termasuk siklus tidur-terjaga. kehilangan kesadaran sesaat.
B. adalah suatu bentuk kejang parsial kompleks disertai
PERTANYAAN PILIHAN GANDA kehilangan kesadaran sesaat.
C. adalah suatu bentuk kejang umum non-konvulsif tanpa
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat kehilangan kesadaran.
kecuali jika dinyatakan lain D. adalah suatu bentuk kejang parsial sederhana tanpa
1. Pada seorang dewasa sehat dalam keadaan siaga dengan mata kehilangan kesadaran.
tertutup, irama EEG dominan yang terekam di atas lobus E. adalah suatu bentuk kejang umum konvulsif disertai oleh
oksipitalis adalah kehilangan kesadaran sesaat.
A. delta (0,5—4 Hz). 6. Seorang profesor fakultas kedokteran berusia 57 tahun
B. teta (4—7 Hz). mengalami serangan-serangan hilangnya secara mendadak
C. alfa (8-13 Hz). tonus otot dan keinginan tak-tertahankan untuk tidur pada
D. beta (18—30 Hz). siang hari. Ia didiagnosis mengidap narkolepsi yang
E. aktivitas cepat, tak teratur, bervoltase rendah. A. ditandai oleh awitan mendadak tidur NREM.
2. Seorang pria 35 tahun menghabiskan malam hari di klinik B. memiliki insidensi familial dan berkaitan dengan antigen
tidur untuk menentukan apakah ia mengalami apneu tidur kelas II kompleks histokompatiblitas mayor.
obstruktif. Tes-tes memperlihatkan bahwa tidur NREM C. mungkin disebabkan oleh adanya neuron penghasil
membentuk lebih dari 30% waktu tidur totalnya. Mana dari oreksin dalam jumlah berlebihan di hipotalamus.
pola perubahan berikut di neuro-transmiter atau neuro- D. sering dapat diatasi dengan efektif dengan agonis reseptor
modulator sentral yang berkaitan dengan transisi dari NREM dopamin.
ke keadaan terjaga? E. adalah penyebab tersering rasa mengantuk siang hari.
A. Penurunan norepinefrin, peningkatan serotonin,
peningkatan asetilkolin, penurunan histamin, dan
penurunan GABA. DAFTAR PUSTAKA
B. Penurunan norepinefrin, peningkatan serotonin, Blackman S: Consciousness: An Introduction. Oxford University
peningkatan asetilkolin, penurunan histamin, dan Press, 2004.
peningkatan GABA. Feely M: Drug treatment of epilepsy. British Med J 1999;318:106.
C. Penurunan norepinefrin, penurunan serotonin, peningkatan McCormick DA, Contreras D: Of the cellular and network bases of
asetilkolin, peningkatan histamin, dan peningkatan GABA. epileptic seizures. Annu Rev Physiol 2001;63:815.
D. Peningkatan norepinefrin, peningkatan serotonin, Merica H, Fortune RD: State transitions between wake and sleep,
penurunan asetilkolin, peningkatan histamin, dan and within the ultradian cycle, with focus on the link to neuronal
penurunan GABA. activity. Sleep Med Rev 2004;8:473.
E. Peningkatan norepinefrin, penurunan serotonin, penurunan Oberheim NA, Tian GF, Han X, et al: Loss of astrocytic domain
asetilkolin, peningkatan histamin, dan penurunan GABA. organization in the epileptic brain. J Neurosci 2008;28:3264.
3. Irama gama(30-80Hz) Sakurai T: The neural circuit of orexin (hypocretin): maintaining
sleep and wakefulness. Nature Rev Neurosci 2007;8:171.
A. khas untuk aktivitas kejang/bangkitan.
Saper CB, Fuller PM, Pedersen NP, Lu J, Scrammell TE: Sleep state
B. dijumpai pada orang yang terjaga tetapi tidak fokus.
switching. Neuron 2010;68:1023.
C. mungkin merupakan mekanisme yang menyatukan
Shaw JC (editor): The Brain’s Alpha Rhythms and the Mind. Elsevier,
informasi sensorik ke dalam satu persepsi dan tindakan.
2003.
D. tidak bergantung pada lengkung talamokorteks.
Siegel JM: Narcolepsy. Sci Am 2000;282:76.
E. dihasilkan di hipokampus.
Stafstrom CE: Epilepsy: A review of selected clinical syndromes
4. Selama beberapa bulan terakhir, seorang wanita 67 tahun and advances in basic science. J Cereb Blood Flow Metab
mengalami kesulitan dalam memulai dan/atau 2006;26:983.
mempertahankan tidur beberapa kali seminggu. Seorang Steinlein O: Genetic mechanisms that underlie epilepsy. Nat Rev
temannya menganjurkan agar ia mengonsumsi melatonin Neurosci 2004;5:400.
untuk mengatur siklus tidur-terjaganya. Sekresi melatonin Steriade M, McCarley RW: Brain Stem Control of Wakefulness and
mungkin tidak akan ditingkatkan oleh Sleep. Plenum, 1990.
A. simulasi ganglion servikale superius. Steriade M, Paré D: Gating in Cerebral Networks. Cambridge
B. infus intravena triptofan. University Press, 2007.
Thorpy M (editor): Handbook of Sleep Disorders. Marcel Dekker, 1990.
Halaman ini sengaja dikosongkan
15
B A B

Belajar, Ingatan,
Bahasa, & Bicara

■ Menjelaskan berbagai bentuk ingatan.


T U J U A N ■ Mengidentifikasi bagian-bagian otak yang berperan dalam pengolahan dan
Setelah mempelajari bab ini, penyimpanan ingatan.
■ Mendefinisikan plastisitas sinaps, long-term potentiation (LTP, penguatan jangka-
Anda seyogianya mampu:
panjang), long-term dépréssion (LTD; pelemahan jangka-panjang), habituasi, dan
sensitisasi, serta peran masing-masing dalam belajar dan mengingat.
■ Menjelaskan kelainan struktur dan fungsi otak yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer.
■ Mendefinisikan istilah-istilah hemisfer kategoris dan hemisfer representasional
serta meringkaskan perbedaan antara hemisfer-hemisfer ini.
■ Meringkaskan perbedaan antara afasia fasih dan non-fasih, serta menjelaskan
tiap-tiap tipe berdasarkan patofisiologinya.

PENDAHULUAN
Revolusi dalam pemahaman kita mengenai fungsi otak mendengar, melihat, berbicara, atau menghasilkan kata-
pada manusia terjadi karena tercipta dan meluasnya kata. Salah satu contoh pemakaian teknik pencitraan
ketersediaan PET (positron emission tomographic), MRI tersebut untuk membandingkan fungsi korteks serebri
(magnetic resonance imaging) fungsional (fMRI) scanning, dalam memproses kata pada subjek pria dan wanita
dan teknik-teknik pencitraan dan diagnostik terkait diperlihatkan di Gambar 15–1.
lainnya. PET sering digunakan untuk mengukur Teknik lain yang memberikan informasi mengenai fungsi
metabolisme glukosa lokal, yang setara dengan aktivitas korteks antara lain adalah stimulasi korteks serebri yang
saraf, dan fMRI untuk mengukur jumlah lokal darah terpajan pada manusia sadar yang sedang menjalani prosedur
beroksigen. Teknik-teknik ini memungkinkan kita bedah saraf dan, pada beberapa keadaan, penelitian memakai
menentukan indeks aktivitas berbagai bagian otak pada elektroda yang ditanam. Informasi berharga juga diperoleh
manusia yang sangat sehat dan pada manusia yang dari penelitian terhadap primata laboratorium. Namun, perlu
mengidap berbagai penyakit atau cedera otak (lihat Boks diingat bahwa selain kesulitan berkomunikasi dengan hewan
Klinis 15–1). Teknik-teknik tersebut telah digunakan tersebut, otak monyet rhesus hanya berukuran seperempat
untuk meneliti tidak saja respons sederhana tetapi juga daripada otak simpanse, keluarga primata yang terdekat
aspek kompleks dari belajar, mengingat, dan persepsi. dengan manusia, dan ukuran otak simpanse sebaliknya hanya
Berbagai bagian korteks diaktifkan ketika seseorang seperempat daripada otak manusia.

BELAJAR & INGATAN BENTUK INGATAN


Ciri khas hewan, dan terutama manusia, adalah kemampuan- Dari sudut pandang ilmu faal, ingatan (mengingat) dapat
nya untuk mengubah perilaku berdasarkan pengalaman. dibagi menjadi bentuk eksplisit dan implisit (Gambar 15–2).
Belajar adalah akuisisi informasi yang menyebabkan hal Ingatan eksplisit, atau ingatan deklaratif, berkaitan dengan
tersebut dapat terjadi, dan ingatan (memori) adalah retensi kesadaran atau—paling tidak keadaan terjaga—dan retensinya
dan penyimpanan informasi tersebut. Keduanya jelas bergantung pada hipokampus dan bagian lain dari lobus
berkaitan erat dan selayaknya dibahas bersama di Bab ini. temporalis medial otak. Boks Klinis 15–2 menjelaskan
bagaimana penelitian terhadap seorang pasien dengan
kerusakan otak menghasilkan kesadaran bahwa lobus

283
284 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 15-1

Cedera Otak Traumatik sistem tersering yang digunakan untuk mendefinisi-kan tingkat
keparahan TBI dan mengevaluasi respons motorik, respons
Cedera otak traumatik (traumatic brain injury, TBI) didefinisi-
verbal, dan pembukaan mata untuk menilai tingkat kesadaran
kan sebagai gangguan non-degeneratif non-kongenital otak
dan fungsi neurologis setelah suatu cedera. Gejala TBI ringan
akibat gaya mekanis berlebihan atau cedera tembus ke kepala.
mencakup nyeri kepala, kebingungan, pusing, penglihatan
Hal ini menyebabkan gangguan sementara atau permanen
kabur, telinga berdenging, rasa tidak enak pada mulut, gang-
terhadap fungsi kognitif, fisik, emosi, dan perilaku, dan mungkin
guan tidur, perubahan suasana hati, dan masalah dengan daya
berkaitan dengan penurunan atau perubahan tingkat
ingat, konsentrasi, atau berpikir. Orang dengan TBI sedang
kesadaran.TBI adalah salah satu penyebab utama kematian
sampai berat menunjukkan gejala-gejala ini serta mual atau
atau disabilitas di seluruh dunia. Menurut Center for Disease
muntah, kejang atau bangkitan, ketidakmampuan untuk
Control, setiap tahun paling sedikit 1,5 juta orang di Amerika
dibangunkan, pupil menetap dan melebar, bicara meracau,
Serikat mengalamiTBI.TBI paling sering terjadi pada anak
kelemahan ekstremitas, hilangnya koordinasi, dan meningkat-
berusia kurang dari 4 tahun, pada remaja berusia 15-19 tahun,
nya kebingungan, kegelisahan, atau agitasi. Pada kasus TBI yang
dan orang dewasa berusia lebih dari 65 tahun. Pada semua
paling parah, orang yang mengalaminya mungkin masuk ke
kelompok usia, insidensi kejadianTBI dua kali lebih sering pada
keadaan vegetatif permanen.
laki-laki daripada perempuan. Pada sekitar 75% kasus, TBI
dianggap ringan dan bermanifestasi sebagai komosio KIAT TERAPEUTIK
(concussion). Orang dewasa dengan TBI berat yang diterapi
memperlihatkan angka kematian sekitar 30%, tetapi 50% Kemajuan dalam teknologi pencitraan otak telah
memperoleh kembali sebagian besar atau semua fungsi mereka meningkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk
dengan pengobatan. Penyebab utama TBI adalah jatuh, mendiagnosis dan mengevaluasi tingkat cedera otak.
kecelakaan lalu lintas, terhantam suatu benda, dan penganiaya- Karena tidak banyak yang dapat dilakukan untuk
an. Pada sebagian kasus, bagian yang jauh letaknya dari cedera memulihkan otak yang cedera, terapi awal ditujukan
sebenarnya juga mulai mengalami malfungsi, suatu proses yang untuk menstabilkan pasien dan mencoba mencegah
dinamai diaskisis. TBI sering dibagi menjadi stadium primerdan cedera lebih lanjut (sekunder). Hal ini diikuti oleh
sekunder. Cedera primer adalah yang disebabkan oleh gaya rehabilitasi yang mencakup terapi fisik, pekerjaan, dan
mekanis (mis. fraktur tengkorak dan kontusio permukaan) atau bicara/bahasa. Pulihnya fungsi otak dapat disebabkan
akselerasi-deselerasi akibat gerakan tak-terbatas kepala yang oleh beberapa faktor: regio otak yang tertekan, tetapi
menyebabkan cedera robekan (shear), tarikan, atau tekanan. tidak rusak dapat memperoleh kembali fungsinya,
Cedera ini dapat menyebabkan hematom intrakranium pertumbuhan tunas akson dan kolateral yang berlebihan
(epidura, sub-dura, atau subaraknoid) dan cedera akson difus. memungkinkan bagian lain otak mengambil alih fungsi
Cedera sekunder sering merupakan respons tertunda serta yang hilang akibat cedera, dan substitusi perilaku,
mungkin disebabkan oleh gangguan aliran darah yang akhirnya dengan mempelajari strategi-strategi baru untuk
menyebabkan kematian sel. Skala koma Glasgow merupakan mengompensasi kekurangan.

temporalis berperan dalam ingatan deklaratif. Ingatan implisit


atau ingatan non-deklaratif tidak melibatkan kesadaran dan
retensinya tidak melibatkan pengolahan di hipokampus.
Ingatan eksplisit adalah untuk pengetahuan faktual tentang
orang, tempat, dan benda. Ingatan ini dibagi menjadi ingatan
semantik untuk fakta (mis. kata, aturan, dan bahasa) dan ingatan
episodik untuk kejadian. Ingatan eksplisit yang semula diperoleh
untuk aktivitas misalnya naik sepeda dapat menjadi implisit
setelah kemampuan tersebut dikuasai sepenuhnya.
Ingatan implisit penting untuk melatih keterampilan
motorik refleksif atau keterampilan perseptual dan dibagi lagi
menjadi empat tipe. Priming adalah fasilitasi pengenalan kata
atau benda oleh pajanan sebelumnya ke mereka dan bergantung
pada neokorteks. Salah satu contoh priming adalah
meningkatnya recall (mengingat kembali) sebuah kata ketika
subjek diberi tahu beberapa huruf pertamanya. Ingatan
GAMBAR 15-1 Perbandingan citra bagian-bagian aktif otak prosedural mencakup keterampilan dan kebiasaan, yang, sekali
pada seorang pria (kiri) dan seorang wanita (kanan) sewaktu diperoleh, menjadi di bawah sadar dan otomatis. Jenis ingatan
mereka melakukan kegiatan berbasis-bahasa. Wanita mengguna-
kan kedua sisi otak mereka sementara pria hanya menggunakan ini diproses di striatum. Associative learning (belajar asosiatif)
satu sisi. Perbedaan ini mungkin mencerminkan strategi berbeda berkaitan dengan classical conditioning dan operant condi-
yang digunakan untuk memproses bahasa. (Dari Shaywitz et al., 1995.
NMR Research/ Yale Medical School). tioning, yakni seseorang belajar mengenai hubungan antara satu
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 285
Dua bentuk ingatan
jangka-panjang

Eksplisist Implicit
(deklaratif) (nondeclarative)

Fakta Kejadian Priming Prosedural Belajar asosiatif: Belajar non-asosiatif:


(Semantik) (Episodik) (keterampilan classical dan operant habituasi dan
dan kebiasaan) conditioning sensitisasi

Emotional Skeletal
responses musculature

Lobus temporalis Neokorteks Striatum Amigdala Serebelum Jalur


medial Hipokampus refleks

GAMBAR 15-2 Bentuk-bentuk ingatan. Ingatan eksplisit refleksif. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH, JessellTM [editor].
(deklaratif) berkaitan dengan kesadaran dan bergantung pada Principlesof NeuralScience, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).
hipokampus dan bagian-bagian lain lobus temporalis medial otak
untuk retensinya. Ingatan ini adalah untuk pengetahuan faktual
rangsangan dengan rangsangan lainnya. Jenis ingatan ini
tentang orang, tempat, dan benda. Ingatan implisit (non-deklaratif)
tidak melibatkan kesadaran dan tidak diproses di hipokampus. Ingatan
bergantung pada amigdala untuk respons emosinya dan
ini penting untuk melatih keterampilan perseptual atau motorik serebelum untuk respons motoriknya. Belajar non-asosiatif
mencakup habituasi (kebiasaan) dan sensitisasi serta bergantung
pada berbagai jalur refleks.
BOKS KLINIS 15-2 Ingatan eksplisit dan banyak bentuk ingatan implisit
melibatkan (1) ingatan jangka-pendek, yang berlangsung selama
beberapa detik sampai jam, saat pemrosesan di hipo-kampus
Kasus HM: Mendefinisikan Keterkaitan Antara dan bagian-bagian otak lain meletakkan perubahan-perubahan
Fungsi Otak & Ingatan jangka-panjang dalam kekuatan sinaps; dan (2) ingatan jangka-
HM adalah seorang pasien yang menderita kejang lobus panjang, yang menyimpan ingatan selama bertahun-tahun dan
temporalis bilateral yang dimulai setelah ia mengalami kadang-kadang seumur hidup. Selama ingatan jangka-pendek,
kecelakaan sepeda pada usia 9 tahun. Kasusnya telah diteliti
jejak ingatan mudah mengalami gangguan oleh trauma dan
oleh banyak ilmuwan dan telah menghasilkan peningkatan
pemahaman mengenai hubungan antara lobus temporalis dan berbagai obat, sedangkan jejak ingatan jangka-panjang sangat
ingatan deklaratif. HM mengalami kejang parsial selama resisten terhadap gangguan. Ingatan kerja (working memory)
bertahun-tahun, lalu beberapa kejang tonik-klonik pada usia adalah suatu bentuk ingatan jangka-pendek yang memberikan
16 tahun. Pada tahun 1953, saat berusia 27 tahun, HM informasi, biasanya untuk jangka yang sangat pendek,
menjalani pembedahan bilateral untuk mengangkat amigdala, sementara orang yang bersangkutan merencanakan tindakan
sebagian besar formasio hipokampus, dan bagian-bagian area berdasarkan ingatan tersebut.
asosiatif korteks temporal. Kejang HM dapat lebih dikontrol
setelah pembedahan, tetapi pengangkatan lobus temporalis
menyebabkan defisit ingatan yang parah, la dapat memper-
DASAR SARAF UNTUK INGATAN
tahankan ingatan jangka-panjang untuk kejadian-kejadian yang Kunci untuk ingatan adalah perubahan dalam kekuatan
berlangsung sebelum pembedahan, tetapi ia mengalami hubungan-hubungan sinaps tertentu. Sistem kurir kedua ikut
amnesia anterograd. Ingatan jangka-pendeknya utuh, tetapi ia berperan dalam perubahan sirkuit saraf yang diperlukan
tidak dapat menjadikan ingatan baru menjadi ingatan jangka- untuk belajar dan mengingat. Perubahan pada kanal membran
panjang. Ingatan proseduralnya normal dan ia dapat mem- sel sering berkorelasi dengan belajar dan mengingat. Kecuali
pelajari teka-teki baru dan tugas motorik. Kasusnya adalah pada kasus paling sederhana, perubahan umumnya
yang pertama yang membawa perhatian kepada peran kritis
melibatkan sintesis protein dan pengaktifan gen. Hal ini
lobus temporalis dalam pembentukan ingatan deklaratif
jangka-panjang dan mengisyaratkan bahwa bagian ini terjadi selama perubahan dari ingatan kerja jangka-pendek ke
berperan dalam perubahan ingatan jangka-pendek menjadi ingatan jangka-panjang.
jangka-panjang. Penelitian selanjutnya memperlihat-kan Pada hewan, akuisisi suatu respons yang dipelajari jangka-
bahwa hipokampus adalah struktur primer di dalam lobus panjang dapat dicegah apabila, dalam 5 menit setelah setiap sesi
temporalis yang berperan dalam perubahan ini. Karena HM latihan, hewan tersebut dianestesi, diberikan kejutan listrik,
mempertahankan ingatan dari sebelum pembedahan, kasus- dibuat hipotermia, atau diberikan obat, antibodi, atau
nya juga menunjukkan bahwa hipokampus tidak terlibat
oligonukletida yang menghambat sintesis protein. Apabila
dalam penyimpanan ingatan deklaratif. HM meninggal pada
tahun 2008 dan baru saat itulah identitasnya diumumkan. intervensi-intervensi ini dilakukan 4 jam setelah sesi latihan,
Sebuah rekaman suara oleh National Public Radio dari tahun akuisisi tidak terpengaruh. Padanan fenomena ini pada manusia
1990-an mengenai HM yang berbicara dengan ilmuwan adalah hilangnya ingatan akan kejadian-kejadian yang terjadi
dikeluarkan pada tahun 2007 dan tersedia di http:// sesaat sebelum kontusio otak atau terapi kejut-listrik (amnesia
www.npr.org/templates/story/ story.php?storyld=7584970. retrograd). Amnesia ini meliputi periode waktu yang lebih lama
daripada yang dijumpai pada hewan percobaan (kadang-kadang
286 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

sampai berhari-hari), tetapi ingatan jangka-panjang tidak ter- sebagian dependen pada perubahan dalam reseptor N-metil-D-
pengaruh. aspartat (NMDA) dan sebagian tidak bergantung pada reseptor
NMDA. LTP diawali oleh peningkatan ion Ca2+ intrasel di
PLASTISITAS SINAPS & BELAJAR neuron pascasinaps atau neuron prasinaps.
Perubahan jangka-pendek dan -panjang dalam fungsi sinaps LTP terjadi di berbagai tempat pada sistem saraf, tetapi yang
dapat terjadi akibat riwayat impuls di sinaps tersebut; yaitu, paling banyak diteliti adalah yang terjadi di sinaps di hipo-
hantaran sinaps dapat diperkuat atau diperlemah berdasar- kampus, khususnya koneksi sel piramid di regio CA3 dan sel
kan pengalaman sebelumnya. Perubahan-perubahan ini piramid di regio CAI melalui kolateral Schafifer. Ini adalah
sangatlah menarik karena mencerminkan bentuk-bentuk contoh bentuk LTP dependen-reseptor NMDA yang melibatkan
belajar dan mengingat. Perubahan tersebut dapat terjadi di peningkatan Ca2+ di neuron pascasinaps. Ingatlah bahwa reseptor
prasinaps atau pascasinaps. NMDA permeabel untuk Ca2+ serta untuk Na+ dan K+. Dasar
Salah satu perubahan plastis tersebut adalah posttetanic hipotesis LTP kolateral Schaffer dirangkum pada Gambar 15–3.
potentiation (potensial pascatetani), pembentukan potensial Pada potensial membran istirahat, glutamat yang dilepaskan dari
pascasinaps yang lebih kuat sebagai respons terhadap rang- neuron prasinaps berikatan dengan reseptor NMDA dan non-
sangan. Penguatan ini berlangsung selama 60 dtk dan terjadi NMDA di neuron pascasinaps. Pada kasus kolateral Schaffer
setelah suatu rentetan tetanik rangsangan di neuron prasinaps. reseptor non-NMDA yang terkait adalah reseptor asam a-
Rangsangan tetanik tersebut menyebabkan akumulasi Ca2+ di amino-3-hidroksi-5-metilisoksazol-4-propionat (AMPA). Na+
neuron prasinaps sedemikian sehingga tempat-tempat dan K+ dapat mengalir hanya melalui reseptor AMPA karena
pengikat-an intrasel yang berfungsi menjaga Ca2+ sitoplasma adanya Mg2+ di reseptor NMDA menghambatnya. Namun, depo-
tetap rendah kewalahan. larisasi membran yang terjadi sebagai respons terhadap stimulasi
Habituasi (pembiasaan) adalah bentuk belajar yang tetanik berfrekuensi tinggi pada neuron prasinaps sudah cukup
sederhana dengan rangsangan netral diulang berkali-kali. Saat untuk mengeluarkan Mg2+ dari reseptor NMDA sehingga Ca2+
pertama kali diberikan, rangsangan ini bersifat baru dan dapat mengalir masuk ke dalam neuron pasca-sinaps. Hal ini
mencetuskan suatu reaksi (refleks orientasi atau respons “apakah menyebabkan pengaktifan Ca2+/ kalmodulin kinase, protein
itu?”). Namun, apabila diulang, rangsangan tersebut mencetus- kinase C, dan tirosin kinase yang bersama-sama menginduksi
kan respons listrik yang semakin lama semakin kurang. LTP. Ca2+/kalmodulin kinase memfosforilasi reseptor AMPA,
Akhirnya, subjek menjadi terbiasa dengan rangsangan tersebut meningkatkan hantarannya, dan memindahkan lebih banyak
dan mengabaikannya. Hal ini berkaitan dengan penurunan reseptor ini ke membran sel sinaps dari tempat penyimpanan di
pelepasan neurotransmiter dari ujung prasinaps karena ber- sitoplasma. Selain itu, sekali LTP terinduksi, terjadi pelepasan su-
kurangnya Ca2+ intrasel. Penurunan Ca2+ intrasel disebabkan atu sinyal kimia (mungkin nitrat oksida, NO) oleh neuron pasca-
oleh inaktivasi gradual kanal Ca2+. Hal ini dapat bersifat jangka- sinaps yang mengalir retrograd ke neuron prasinaps, menyebab-
pendek, atau dapat berkepanjangan jika pajanan ringan ke kan peningkatan jangka-panjang pelepasan kuantal glutamat.
rangsangan diulang berkali-kali. Pembiasaan adalah contoh LTP yang teridentifikasi di mossy fiber hipokampus
klasik belajar non-asosiatif. (menghubungkan sel granula di korteks dentata) disebabkan
Sensitisasi pada dasarnya adalah lawan dari habituasi. oleh meningkatnya Ca2+ di neuron prasinaps bukan di neuron
Sensitisasi adalah respons pascasinaps yang menguat dan berke- pascasinaps sebagai respons terhadap rangsangan tetanik dan
panjangan setelah suatu rangsangan yang terhadapnya seseorang tidak bergantung pada reseptor NMDA. Influks Ca2+ di neuron
telah terbiasa, digabungkan dengan satu atau lebih rangsangan prasinaps diperkirakan mengaktifkan adenilil siklase dependen-
yang tidak menyenangkan. Paling tidak pada siput laut Aplysia, Ca2+/kalmodulin untuk meningkatkan cAMP.
rangsangan pengganggu menyebabkan lepas-muatan neuron- Depresi jangka panjang (long-term depression, LTD)
neuron serotonergik yang berakhir di ujung prasinaps neuron pertama kali ditemukan di hipokampus, tetapi kemudian
sensorik. Karena itu, sensitisasi terjadi karena fasilitasi prasinaps. dibuktikan terdapat di seluruh otak di serat yang sama
Sensitisasi dapat terjadi sebagai suatu respons sesaat, atau jika hal dengan LTP. LTD adalah keadaan yang berlawanan dengan
ini diperkuat oleh penggabungan antara rangsang pengganggu LTP. Walaupun mirip dengan LTP dalam banyak hal, LTD
dan rangsang awal, sensitisasi dapat memperlihatkan ciri-ciri ditandai oleh penurunan kekuatan sinaps. LTD dihasilkan
ingatan jangka-pendek atau jangka-panjang. Pemanjangan oleh stimulasi lambat neuron-neuron prasinaps dan
jangka-pendek sensitisasi disebabkan oleh perubahan pada berkaitan dengan peningkatan Ca2+ intrasel yang lebih kecil
adenilil siklase, yang diperantarai oleh Ca2+, yang menyebabkan dibandingkan dengan yang terjadi pada LTP. Di serebelum,
peningkatan pembentukan cAMP. Penguatan jangka-panjang untuk terjadinya LTD tampaknya diperlukan fosforilasi
(long-term potentiation, LTP) juga melibatkan sintesis protein subunit GluR2 reseptor AMPA. LTD mungkin terlibat dalam
dan pertumbuhan neuron prasinaps dan pascasinaps serta mekanisme proses belajar di serebelum.
koneksi-koneksinya.
LTP adalah penguatan menetap respons potensial PEMINDAHAN INGATAN
pascasinaps terhadap stimulasi prasinaps setelah rangsang
singkat dan berulang pada neuron prasinaps. Penguatan
ANTARKORTEKS
respons ini menyerupai potensiasi pascatetanik, tetapi Apabila seekor kucing atau monyet dikondisikan untuk
berlangsung lebih lama dan dapat bertahan beberapa hari. berespons terhadap suatu rangsangan penglihatan dengan
Terdapat banyak mekanisme yang dapat menimbulkan LTP, salah satu mata tertutup lalu diuji dengan mata lainnya yang
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 287

Glu

Mg2+
Ca2+
Ca2+ Ca2+/kalmodulin

Na+ K+
Glu Ca2+/
kalmodulin PKC Tirosin
Peningkatan Na +
kinase kinase (Fyn)
pelepasan
transmiter K+
P ?
Generator sinyal
retrograd
Na+ Reseptor
AMPA
K+ baru
P

Kurir
retrograd
NO?

GAMBAR 15-3 Pembentukan LTP di kolateral Schaffer di II memfosforilasi reseptor AMPA, meningkatkan hantarannya, dan
hipokampus. Glutamat (Glu) yang dikeluarkan dari neuron prasinaps memindahkan lebih banyak reseptor AMPA ke membran sel sinaps dari
berikatan dengan reseptor AMPA dan NMDA di membran neuron tempat-tempat penyimpanan di sitoplasma. Selain itu, jika LTF telah
pascasinaps. Depolarisasi yang dipicu oleh pengaktifan reseptor terinduksi maka terjadi pembebasan suatu sinyal kimia (mungkin nitrat
AMPA membebaskan blok Mg2+ di kanal reseptor NMDA, dan Ca2+ oksida, NO) oleh neuron pascasinaps yang mengalir retrograd ke
masuk ke dalam neuron bersama Na+. Meningkatnya Ca2+ sitoplasma neuron prasinaps, menimbulkan peningkatan jangka-panjang dalam
mengaktifkan Ca2+/kalmodulin kinase, protein kinase C, dan tirosin pelepasan kuantal glutamat. (Dimodifikasi dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM
kinase yang bersama-sama menginduksi LTP. Ca2+/kalmodulin kinase [editor]. Prindples of Neura! Science, 4th ed. McGraw-Hill, 2000).

ditutup, hewan ini melakukan respons terkondisi tersebut. Hal satu bentuk produksi ingatan hipokampus. Namun, masih
ini tetap terjadi walaupun kiasma optikum dipotong, sehingga banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan hubungan
masukan penglihatan dari satu mata hanya pergi ke korteks sel baru dengan pengolahan ingatan.
ipsilateral. Apabila, selain kiasma optikum, komisura anterior
dan posterior serta korpus kalosum dipotong (“split-brain
animal”), tidak terjadi pemindahan ingatan. Eksperimen- BELAJAR ASOSIATIF:
eksperimen pemotongan korpus kalosum secara parsial
mengisyaratkan bahwa pemindahan ingatan terjadi di bagian
REFLEKS TERKONDISI
anterior korpus kalosum. Hasil serupa pernah diperoleh dari Contoh klasik belajar asosiatif adalah refleks terkondisi
manusia yang korpus kalosumnya tidak ada secara kongenital (conditioned reflex). Refleks terkondisi adalah suatu respons
atau dipotong melalui pembedahan untuk mengendalikan refleks terhadap rangsangan yang sebelumnya tidak atau sedikit
serangan kejang epilepsi. Hal ini membuktikan bahwa pe- mencetuskan respons, yang diperoleh dengan secara berulang-
nyandian saraf yang diperlukan agar "apa yang dipelajari oleh ulang menggabungkan rangsangan dengan rangsangan lain
satu mata dapat diingat oleh mata yang lain" agaknya telah yang secara normal menimbulkan respons. Pada percobaan
dipindahkan ke korteks kontralateral melalui komisura. Bukti klasik oleh Pavlov, dilakukan penelitian terhadap pengeluaran
menunjukkan bahwa pemindahan informasi serupa terjadi air liur yang secara normal dirangsang oleh daging yang ditaruh
melalui jalur-jalur sensorik lain. di mulut anjing. Sebuah bel dibunyikan tepat sebelum daging
ditaruh di mulut anjing dan hal ini dilakukan berulang-ulang
sampai hewan tersebut mengeluarkan liur saat bel dibunyikan
NEUROGENESIS walaupun tidak ada daging yang ditaruh di mulutnya. Dalam
Pandangan tradisional bahwa sel otak tidak bertambah setelah percobaan ini, daging yang ditaruh di mulut adalah rangsangan
lahir kini dipastikan salah; seumur hidup terjadi pembentukan tak-terkondisi (unconditioned stimulus, US), yaitu rangsangan
neuron baru dari sel punca (stem cell) paling tidak di dua yang secara normal menimbulkan respons bawaan tersendiri.
bagian: bulbus olfaktorius dan hipokampus. Ini adalah suatu Rangsangan terkondisi (conditioned stimulus, CS) adalah bunyi
proses yang dinamai neurogenesis. Terdapat bukti yang bel. Setelah US dan CS digabungkan beberapa kali, CS
menunjukkan bahwa pertumbuhan sel granula baru yang menimbulkan respons yang semula hanya dicetuskan oleh US.
bergantung pada pengalaman di girus dentatus hipokampus CS harus mendahului US. Banyak perubahan somatik, viseral,
ikut berperan dalam belajar dan mengingat. Pengurangan dan saraf lain dapat ditimbulkan dengan respons refleks
jumlah neuron baru yang terbentuk mengurangi paling sedikit terkondisi.
288 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

Pengondisian respons viseral sering disebut biofeedback Proses ingatan implisit mereka umumnya utuh. Dalam hal
(umpan-balik hayati). Perubahan-perubahan yang dapat ingatan yang disadari, mereka memperlihatkan kinerja yang
dihasilkan adalah perubahan kecepatan denyut jantung dan adekuat sepanjang mereka berkonsentrasi pada apa yang sedang
tekanan darah, dan penurunan terkondisi tekanan darah dikerjakan. Namun, apabila mereka mengalihkan perhatian
pernah dianjurkan sebagai pengobatan untuk hipertensi. walaupun sangat singkat, semua ingatan mengenai apa yang
Namun, respons penurunan tekanan darah yang dihasilkan sedang dan akan mereka kerjakan hilang. Dengan demikian,
dengan cara ini hanya sedikit. mereka mampu belajar hal-hal baru dan mempertahankan
ingatan jangka lama pralesi, tetapi mereka tidak dapat mem-
INGATAN KERJA bentuk ingatan jangka-panjang baru.
Seperti dinyatakan di atas, ingatan kerja menahan informasi Hipokampus berkaitan erat dengan korteks parahipo-
yang datang untuk digunakan jangka-pendek sambil memutus- kampus di atasnya di lobus frontalis media (Gambar 15-4).
kan apa yang akan dilakukan dengan informasi tersebut. Ini Proses-proses ingatan sekarang dipelajari tidak saja dengan
adalah bentuk ingatan yang memungkinkan kita, sebagai contoh, fMRI, tetapi dengan pengukuran evoked potentials (event-
mencari nomor telepon, kemudian mengingat nomor tersebut relatedpotentials, ERPs) pada pasien epilepsi melalui elektroda
sementara kita mengangkat telepon dan menekan nomor yang ditanam. Saat subjek mengingat kata-kata, aktivitas di lobus
tersebut. Ingatan kerja terdiri dari apa yang dahulu disebut frontalis kiri dan korteks parahipokampus kiri mereka
sebagai central executive yang terletak di korteks prafrontal, dan meningkat, tetapi jika mereka mengingat gambar atau
dua “rehearsal system” (sistem pengulangan), suatu sistem verbal pemandangan, terdapat aktivitas di lobus frontalis kanan dan
untuk menahan ingatan verbal, dan sebuah sistem visuospasial korteks parahipokampus kiri dan dan kanan mereka.
paralel untuk menahan aspek-aspek visual dan spasial dari Hubungan hipokampus ke diensefalon juga berperan dalam
benda. Central executive mengarahkan informasi ke dalam ingatan. Beberapa pecandu alkohol dengan kerusakan otak
berbagai sistem pengulangan ini. mengalami gangguan ingatan jangka-pendek, dan hilangnya
daya ingat ini berkorelasi erat dengan adanya perubahan
HIPOKAMPUS & LOBUS patologis di korpus mamilare, yang memiliki hubungan eferen
luas ke hipokampus melalui forniks. Korpus mamilare
TEMPORALIS MEDIAL berproyeksi ke talamus anterior melalui traktus mamilo-
Daerah-daerah ingatan kerja dihubungkan dengan hipo-kampus talamikus, dan pada monyet, lesi talamus menyebabkan
dan bagian-bagian parahipokampus korteks temporal media di hilangnya ingatan jangka-pendek. Dari talamus, serat yang
sekitarnya (Gambar 15–4). Impuls dari hipokampus keluar dari berperan dalam ingatan berproyeksi ke korteks pre-frontal dan
subikulum dan korteks entorinal dan agaknya menyatukan dan dari sini ke otak depan basah Di otak depan basal, terdapat
memperkuat sirkuit-sirkuit di banyak daerah neokorteks, seiring proyeksi kolinergik difus ke semua neokorteks, amigdala, dan
waktu membentuk ingatan jangka-panjang stabil yang kini dapat hipokampus dari nukleus basalis Meynert. Pada penyakit
dibangkitkan oleh beragam petunjuk berbeda. Alzheimer, serat-serat ini sebagian besar menghilang.
Pada manusia, destruksi bilateral hipokampus ventral, atau Amigdala berkaitan erat dengan hipokampus dan
penyakit Alzheimer dan proses penyakit serupa yang merusak berperan dalam penyandian dan pemanggilan kembali ingatan
neuron-neuron CAI, dapat menyebabkan gangguan ingatan bermuatan emosional. Selama pemanggilan kembali ingatan
jangka-pendek yang hebat. Manusia yang mengalami destruksi yang menakutkan, irama teta amigdala dan hipokampus
seperti itu memiliki ingatan kerja dan jangka-panjang yang utuh. mengalami sinkronisasi. Pada manusia normal, kejadian-
kejadian yang berkaitan dengan emosi yang kuat lebih diingat
Korteks daripada kejadian tanpa muatan emosional, tetapi pada pasien
prefrontal
dengan lesi bilateral di amigdala, perbedaan ini lenyap.
Berbohong (confabulation) adalah suatu keadaan yang
menarik, tetapi masih belum dipahami yang kadang-kadang
terjadi pada individu dengan lesi di bagian ventromedial
lobus frontalis. Individu-individu ini memperlihatkan hasil
yang payah pada uji ingatan, tetapi mereka secara spontan
menjelaskan kejadian yang tidak pernah terjadi. Hal ini juga
disebut sebagai “berbohong jujur”.

Korteks
INGATAN JANGKA-PANJANG
Hipokampus parahipokampus Walaupun proses penyandian untuk ingatan jangka-pendek
GAMBAR 15-4 Daerah-daerah yang berkaitan dengan pe- melibatkan hipokampus, ingatan jangka-panjang disimpan di
nyandian ingatan eksplisit. Korteks prafrontal dan korteks parahipo- berbagai bagian neokorteks. Tampaknya, berbagai bagian
kampus otak aktif selama penyandian ingatan. Impuls dari ingatan—penglihatan, penciuman, pendengaran, dll—terletak di
hipokampus keluar melalui subikulum dan korteks entorinal serta
memperkuat sirkuit di banyak daerah neokorteks, membentuk tiap-tiap daerah korteks yang berperan dalam fungsi-fungsi ini,
ingatan jangka-panjang stabil yang dapat diingat kembali oleh dan potongan-potongan ingatan tersebut disatukan oleh
berbagai petunjuk. (Dimodifikasi dari Rugg MD. Memories are made of this. perubahan-perubahan jangka-panjang dalam kekuatan transmisi
Science 1998;281:1151).
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 289

di taut sinaps yang relevan sehingga semua komponen lingkungan. Pada lingkungan yang asing, seseorang akan siap
dibawa ke alam sadar ketika ingatan dibangkitkan kembali. dan waspada, sedangkan pada lingkungan yang akrab,
Setelah terbentuk, ingatan jangka-panjang dapat dipanggil kewaspadaan berkurang. Suatu perasaan tidak asing yang tidak
atau diakses melalui sejumlah besar asosiasi yang berlainan. tepat pada peristiwa atau lingkungan baru secara klinis dikenal
Sebagai contoh, ingatan tentang suatu kejadian yang jelas dapat sebagai fenomena dejavu, dari bahasa Perancis yang berarti
ditimbulkan tidak saja oleh kejadian serupa tetapi juga oleh suara “pernah melihat”. Fenomena ini terjadi kadang-kadang pada
dan bau yang berkaitan dengan kejadian tersebut dan oleh kata- orang normal, tetapi juga timbul sebagai aura (sensasi yang
kata misalnya “kejadian”, “jelas”, dan “menyaksikan”. Dengan timbul beberapa saat sebelum kejang) pada pasien epilepsi
demikian, kemungkinan besar terdapat banyak rute atau kunci lobus temporalis.
untuk masing-masing simpanan ingatan. Selain itu, banyak
ingatan memiliki komponen emosi atau “warna”, yakni dalam
PENYAKIT ALZHEIMER &
istilah paling sederhana, ingatan dapat menyenangkan atau tidak DEMENSIA SENILIS
menyenangkan.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif ter-kait-
PERASAAN ASING & AKRAB usia tersering. Penurunan daya ingat pada awalnya bermani-
festasi sebagai hilangnya ingatan episodik, yang mengganggu
(STRANGENESS & FAMILIARITY) kemampuan pasien mengingat kejadian-kejadian yang baru
berlangsung. Hilangnya ingatan jangka-pendek diikuti oleh
Sangat menarik bahwa rangsangan pada beberapa bagian lobus
penurunan umum fungsi kognitif dan fungsi otak lainnya,
temporalis pada manusia menyebabkan perubahan penilaian
agitasi, depresi, perlunya perawatan yang terus-menerus, dan,
seseorang terhadap lingkungannya. Misalnya, apabila dilakukan
rangsangan, subjek mungkin merasa asing di tempat yang biasa akhirnya, kematian. Boks Klinis 15–3 menjelaskan etiologi dan
strategi pengobatan untuk penyakit Alzheimer.
dikunjunginya atau mungkin merasa bahwa apa yang sedang
terjadi pernah terjadi sebelumnya. Timbulnya perasaan keakrab- Gambar 15–5 merangkum sebagian dari faktor risiko,
an atau perasaan asing pada situasi yang sesuai mungkin proses patogenesis, dan tanda klinis yang berkaitan dengan
membantu orang normal menyesuaikan diri dengan kelainan selular yang terjadi pada penyakit Alzheimer.

BOKS KLINIS 15-3

Penyakit Alzheimer serupa untuk pria dan wanita. Penyakit Alzheimer plus bentuk-
Penyakit ini semula ditemukan pada orang berusia bentuk lain demensia senilis adalah masalah medis yang besar.
pertengahan, dan kemunduran serupa pada orang tua secara
teknis adalah demensia senilis tipe Alzheimer, meskipun KIAT TERAPEUTIK
kelainan ini juga sering disebut hanya sebagai penyakit
Penelitian ditujukan untuk mengidentifikasi strategi-
Alzheimer. Faktor genetik dan lingkungan diperkirakan
berperan dalam etiologi penyakit. Sebagian besar kasus strategi untuk mencegah kekambuhan, menunda awitan,
bersifat sporadis, tetapi bentuk familial penyakit ini memperlambat perkembangan, atau mengatasi gejala
(membentuk sekitar 5% kasus) dijumpai pada bentuk awitan- penyakit Alzheimer. Penggunaan inhibitor asetilkolin-
dini penyakit. Pada kasus-kasus ini, penyakit disebabkan oleh esterase (mis. rivastigmin, donezepil, atau galantamin)
mutasi di gen-gen untuk protein prekursor amiloid di pada tahap-tahap awal penyakit meningkatkan keter-
kromosom 21, presenilin I di kromosom 14, atau presenilin II di sediaan asetilkolin di celah sinaps. Terapi ini terbukti
kromosom 1. Penyakit ini diwariskan secara dominan autosom, memberi harapan dalam mengurangi disfungsi kognitif
sehingga keturunan di generasi yang sama memiliki global, tetapi tidak memperbaiki gangguan belajar dan
kemungkinan 50/50 untuk mengidap penyakit Alzheimer daya ingat pasien. Obat-obat ini juga memperlambat
familial jika salah satu orang tua mereka terkena. Setiap mutasi perburukan penyakit hingga 12 bulan pada hampir 50%
menyebabkan produksi berlebihan protein (3-amiloid yang kasus yang diteliti. Antidepresan (mis. paroksetin,
terdapat di plak neuritik. Demensia senilis dapat disebabkan imipramin) pernah digunakan untuk mengobati depresi
oleh penyakit vaskular dan penyakit lain, tetapi penyakit pada pasien Alzheimer. Memantin (suatu antagonis
Alzheimer adalah penyebab tersering, membentuk 50-60% reseptor NMDA) mencegah eksitotoksisitas imbas-
kasus. Penyakit Alzheimer terdapat pada sekitar 8-17% glutamat di otak dan digunakan untuk mengobati
populasi berusia 65 tahun, dengan insidensinya meningkat penyakit Alzheimersedang sampai berat. Obat ini terbukti
secara tetap seiring dengan usia (hampir dua kali lipat setiap 5 memperlambat perburukan gejala pada sebagian pasien.
tahun setelah mencapai usia 60 tahun). Pada mereka yang Kini tengah dikembangkan obat-obat yang digunakan
berusia 95 tahun atau lebih, insidensinya adalah 40-50%. untuk menghambat pembentukan protein β-amiloid.
Diperkirakan bahwa di AS saja pada tahun 2050, hingga 16 juta Salah satu contoh adalah R-flurbiprofen. Juga dilakukan
orang berusia 65 tahun atau lebih akan mengidap penyakit
upaya-upaya untuk mengembangkan vaksin yang me-
Alzheimer. Meskipun prevalensi penyakit tampaknya lebih
mungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk meng-
tinggi pada wanita namun hal ini mungkin disebabkan oleh usia
hasilkan antibodi yang menyerang protein-protein ini.
harapan mereka yang lebih tinggi karena angka insidensinya
290 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

Faktor risiko*
- Usia
- Mutasi presenilin 1 (kromosom 14)
- Mutasi presenilin 2 (kromosom 1)
- Mutasi gen protein prekursor amiloid
(kromosom 21) Tanda klinis
- Alel apoE (kromosom 19) Penurunan daya ingat,
- Trisomi 21 Mekanisme patogenesis defisit kognitif

Neuron yang rentan Sitopatologis Penyakit stadium-akhir


GAMBAR 15-5 Hubungan antara faktor Sistem monoaminergik,
sistem kolinergik otak
Neurofibrillary tangles,
neurit, pengendapan
Plak senilis,
kematian neuron,
risiko, proses patogenesis, dan tanda klinis depan basal, hipokampus, peptida Aβ, kelainan gliosis
dengan kelainan selular di otak pada korteks entorinal, dan selular lainnya
neokorteks
penyakit Alzheime. (Dari Kandel ER, Schwartz JH,
Jessell TM [editor]: Principles of Neural Science, 4th ed. * Baru-baru ini suatu mutasi di gen makroglobulin-α2
McGraw-Hill, 2000). diperkirakan berperan pada penyakit awitan-lanjut

Tanda sitopatologis utama penyakit Alzheimer adalah dari masing-masing produk bervariasi karena variasi di tempat
neurofibrillary tangles (kekusutan neurofibrilar) intrasel, yang γ-sekretase memotong rantai protein. Berbagai polipeptida ini
sebagian terbuat dari bentuk-bentuk hiperfosforilasi protein tau bersifat toksik, peptida yang paling toksik adalah αβδ1-42.
yang secara normal berikatan dengan mikrotubulus (lihat Bab 1), Polipeptida membentuk agregat ekstrasel, yang dapat melekat ke
dan plak senilis ekstrasel, yang memiliki inti peptida amiloid-β reseptor AMPA dan kanal ion Ca2+, meningkatkan influks Ca2+.
dikelilingi oleh serat-serat saraf yang berubah dan sel-sel glia Polipeptida itu juga memicu respons peradangan yang
reaktif. Gambar 15–6 membandingkan sel saraf normal dengan menyebabkan terbentuknya kekusutan intrasel. Sel yang rusak
sel yang memper-lihatkan kelainan-kelainan terkait penyakit akhirnya mati.
Alzheimer.
Suatu temuan menarik yang mungkin memiliki dampak
Peptida amiloid-β adalah produk dari suatu protein normal,
fisiologis luas adalah pengamatan, yang kini sudah dipastikan
protein prekursor amiloid (amyloid precursor protein, APP),
suatu protein transmembran yang menonjol ke dalam cairan melalui studi prospektif ketat, bahwa aktivitas mental yang
ekstrasel (CES) dari semua sel saraf. Protein ini mengalami sulit dan sering dilakukan, misalnya mengisi teka-teki silang atau
hidrolisis di tiga tempat berbeda, masing-masing oleh α- main catur, memperlambat munculnya demensia kognitif akibat
sekretase, β- sekretase, dan γ- sekretase. Jika APP dihidrolisis oleh penyakit Alzheimer dan penyakit vaskular. Penjelasan untuk
a-sekretase, dihasilkan produk peptida nontoksik. Namun, jika fenomena “rusak jika tidak dipakai” (use it orlose it) ini masih
molekul itu dihidrolisis oleh β- sekretase dan γ- sekretase, belum diketahui, tetapi fenonema ini jelas menunjukkan bahwa
dihasilkan berbagai polipeptida dengan 40-42 asam amino; hipokampus dan koneksi-koneksinya memiliki plastisitas seperti
panjang sebenarnya bagian-bagian otak lain serta otot rangka dan otot jantung.

A Normal Nerve
terminals

B Penyakit Alzheimer Aβ Filamen heliks


(fibrilar) berpasangan
Benang Organ
neuropil membranosa
Neurofibrillary abnormal
GAMBAR 15-6 Perbandingan sebuah tangles
neuron normal dan neuron dengan kelainan
yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer.
Tanda-utama sitopatologis adalah neuro-
fibrillary tangles intrasel dan plak senilis
ekstrasel yang memiliki inti peptida β-amiloid Neurit
dikelilingi oleh serat saraf rusak dan sel glia
reaktif. (Dari Kandel ER, Schwartz JH, Jessell TM
[editor]: Principles of Neural Science, 4th ed. McGraw-
Hill, 2000). Plak senilis
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 291

BAHASA & BICARA sering disebut hemisfer dominan. Namun, hemisfer lainnya
bukanlah kurang berkembang atau “non-dominan”;
Mengingat dan belajar adalah fungsi bagian-bagian besar melainkan, hemisfer ini memiliki kekhususan dalam bidang
otak, tetapi pusat-pusat yang mengontrol sebagian dari hubungan spasiotemporal. Hemisfer inilah yang berperan,
“fungsi luhur sistem saraf” (higherfunctions ofnervous system) misalnya, dalam mengidentifikasi benda berdasarkan
lainnya, terutama mekanisme yang berkaitan dengan bahasa, bentuknya dan pengenalan tema musik. Hemisfer ini juga
sedikit banyak lebih terlokalisasi di neokorteks. Berbicara berperan utama dalam pengenalan wajah. Dengan demikian,
dan fungsi intelektual lainnya sangat berkembang pada konsep “dominansi serebrum” serta hemisfer dominan dan
manusia—spesies hewan yang selubung neokorteksnya nondominan telah diganti oleh konsep pengkhususan
paling berkembang. komplementer hemisfer, satu untuk proses sekuensial-
analisis (hemisfer kategoris) dan satu untuk hubungan
SPESIALISASI KOMPLEMENTER visuospasial (hemisfer representasional). Hemisfer kategoris
berperan dalam fungsi bahasa, tetapi spesialisasi hemisfer
PADA HEMISFER VERSUS juga terdapat pada monyet, sehingga hal ini mendahului
“DOMINANSI SEREBRUM” evolusi bahasa. Boks Klinis 15–4 menjelaskan defisit yang
terjadi pada orang dengan lesi di hemisfer representasional
Pada manusia, satu kelompok fungsi yang kurang lebih terletak atau kategoris.
di neokorteks terdiri dari fungsi-fungsi yang berkaitan dengan
bahasa, yaitu pemahaman kata yang diucapkan dan tertulis serta Pengkhususan hemisfer berkaitan dengan sifat dominan
menyatakan ide dalam percakapan dan penulisan. Adalah suatu kinan-kidal (handedness). Sifat ini tampaknya ditentukan secara
kenyataan bahwa fungsi bahasa manusia lebih bergantung pada genetis. Pada 96% orang kinan (right handedness), yang
salah satu hemisferium serebri daripada hemisfer lainnya. merupakan 91% dari populasi manusia, hemisfer kiri adalah
Hemisfer ini berperan dalam kategorisasi dan simbolisasi dan hemisfer dominan atau kategoris, dan pada 4% sisanya,

BOKS KLINIS 15-4

Lesi di Hemisfer Representasional & bahkan euforik. Lesi di berbagai bagian hemisfer kategori
Hemisfer Kategoris menyebabkan afasia fasih, non-fasih, dan anomik. Meskipun
Lesi di hemisfer kategoris menimbulkan gangguan bahasa, afasia ditimbulkan oleh lesi di hemisfer kategoris namun lesi di
sedangkan lesi luas di hemisfer representasional tidak. Lesi di hemisfer representasional juga berdampak. Sebagai contoh,
hemisfer representasional menimbulkan astereognosis— lesi-lesi tersebut mungkin menyebabkan gangguan kemampuan
ketidakmampuan mengidentifikasi benda dengan merasakan- menuturkan cerita atau membuat lelucon. Lesi-lesi tersebut
nya—dan agnosia-agnosia lain. Agnosia adalah istilah umum juga mungkin mengganggu kemampuan seseorang untuk
yang digunakan untuk ketidakmampuan mengenali objek memahami lelucon dan, yang lebih luas, mengerti arti
berdasarkan modalitas sensorik tertentu walaupun modalitas perbedaan dalam bentuk kata dan "warna" pembicaraan. Ini
sensorik itu sendiri utuh. Lesi yang menimbulkan defek ini adalah salah satu contoh bagaimana hemisfer lebih mengalami
biasanya terletak di lobus parietalis. Lesi lobulus parietalis spesialisasi daripada sekedar dominan dan non-dominan.
inferior, suatu daerah di bagian posterior lobus parietalis yang
terletak dekat dengan lobus oksipitalis, terutama bila terdapat KIAT TERAPEUTIK
di hemisfer representasional, menyebabkan ina-tensi atau
pengabaian unilateral. Orang-orang dengan lesi ini tidak Terapi untuk agnosia dan afasia bersifat simtomatis dan
mengalami defeksomatestetik, pendengaran, atau penglihatan suportif. Orang dengan agnosia dapat diberi latihan-
primer yang jelas, tetapi mereka mengabaikan rangsangan dari latihan untuk membantu mereka mengidentifikasi benda
bagian kontralateral tubuh atau ruang di sekitar bagian ini. Hal yang penting untuk kemandirian mereka.Terapi untuk
ini menimbulkan kegagalan merawat separuh bagian tubuh orang dengan afasia membantu mereka menggunakan
mereka dan, pada kasus yang ekstrem, individu mencukur kemampuan bahasa yang tersisa, mengompensasi
masalah bahasa, dan belajar metode lain untuk
separuh wajah mereka, memakai baju hanya separuh tubuh,
berkomunikasi. Beberapa orang dengan afasia meng-
atau membaca separuh halaman. Ketidakmampuan memadu-
alami pemulihan tetapi umumnya masih tersisa
kan sebuah gambar ruang visual di satu sisi disebabkan oleh
kecacatan. Faktor yang memengaruhi tingkat perbaikan
pergeseran dalam perhatian visual ke sisi lesi otak dan dapat
adalah penyebab dan luas kerusakan otak, daerah otak
diperbaiki, apabila tidak dapat dikoreksi total, dengan yang rusak, serta usia dan kesehatan individu. Terapi-
pemakaian kacamata yang mengandung prisma. Pengkhususan terapi dengan bantuan komputer terbukti memperbaiki
hemisfer juga meluas ke bagian korteks lain. Pasien dengan lesi kemampuan pasien memperoleh kembali bagian-bagian
di hemisfer kategoris terganggu oleh ketidakmampuan mereka tertentu kemampuan bicara serta memungkinkan
dan sering mengalami depresi, sedangkan pasien dengan lesi mereka belajar cara alternatif dalam berkomunikasi.
dihemisfer representasional kadang-kadang tidak peduli atau
292 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

BOKS KLINIS 15-5

Disleksia penyimpanan, dan/atau pengambilan kembali suara bahasa.


Disleksia, yaitu suatu istilah luas yang digunakan untuk Teori rapid auditory processing mengemukakan bahwa defisit
gangguan kemampuan membaca, ditandai oleh kesulitan primernya adalah dalam persepsi suara yang cepat berubah
dalam belajar bagaimana memahami di tingkat kata, mengeja, atau singkat. Teori visual menyatakan bahwa defek di bagian
dan membaca secara akurat dan fasih meskipun tingkat magnoselular sistem penglihatan memperlambat pemrosesan
intelegensi normal atau bahkan lebih tinggi daripada normal. dan juga menyebabkan defisit fonemik. Defek-defek bicara
Penyakit ini sering disebabkan oleh kelainan herediter yang yang lebih selektif juga pernah dilaporkan. Sebagai contoh, lesi
mengenai 5% populasi dengan insidensi setara antara anak yang terbatas di kutub temporalis kiri menyebabkan
laki-laki dan perempuan. Disleksia adalah gangguan belajar ketidakmampuan menyebut kembali nama tempat atau orang
yang paling sering dan prevalen. Gangguan ini sering ada tetapi tetap memiliki kemampuan menyebut kembali kata
bersama dengan attention deficit disorder. Banyak orang benda, yaitu nama benda yang tidak khusus. Kemampuan
dengan gejala disleksia juga mengalami masalah dalam menyebut kembali kata sifat dan kata kerja juga utuh.
ingatan jangka-pendek dan masalah dalam memahami bahasa
lisan. Meskipun penyebabnya pasti tidak diketahui, tetapi KIAT TERAPEUTIK
disleksia berkaitan dengan kelainan neurologis. Disleksia
Terapi untuk anak dengan disleksia sering mengandalkan
didapat sering terjadi karena kerusakan otak di daerah-daerah
strategi pengajaran yang dimodifikasi yang mencakup
bahasa kunci hemisfer kiri. Juga pada banyak kasus sering
penyertaan berbagai indera (pendengaran, penglihatan,
dijumpai penurunan aliran darah di girus angularis di
sentuhan) untuk meningkatkan keterampilan membaca.
hemisfer kategoris. Banyak teori yang menjelaskan penyebab
Semakin dini diagnosis ditegakkan dan intervensi
disleksia. Hipotesis fonologis menyatakan bahwa pengidap
dilakukan, semakin baik prognosisnya.
disleksia mengalami gangguan dalam representasi,

hemisfer kanannya yang dominan. Pada sekitar 15% orang tinggi di sisi kiri pada orang kinan dan lebih tinggi di sisi kanan
kidal, hemisfer kanan adalah hemisfer kategoris dan pada pada orang kidal. Makna fisiologis perbedaan ini tidak diketahui.
15% tidak terdapat lateralisasi yang jelas. Namun, pada 70% Pada pasien skizofrenia, penelitian-penelitian MRI
orang kidal sisanya, hemisfer kiri adalah hemisfer kategoris. membuktikan adanya pengurangan volume substansia grisea
Sangat menarik bahwa ketidakmampuan belajar misalnya di sisi kiri di hipokampus anterior, amigdala, girus parahipo-
disleksia (lihat Boks Klinis 15–5), yaitu gangguan kampalis, dan girus temporalis superior posterior. Pada
kemampuan belajar membaca, 12 kali lebih sering pada penyakit ini, derajat pengurangan di girus temporalis
orang kidal daripada orang kinan, kemungkinan karena superior kiri setara dengan derajat gangguan berpikir. Juga
adanya suatu kelainan mendasar di hemisfer kiri yang terjadi kelainan nyata pada sistem dopaminergik dan aliran
menyebabkan perubahan sifat kinan-kidal pada awal darah serebrum pada penyakit ini.
perkembangan. Namun, bakat spasial orang kidal mungkin
berada di atas rerata orang normal; sejumlah besar artis, FISIOLOGI BAHASA
pemusik, dan ahli matematika adalah orang kidal. Dengan Bahasa adalah salah satu fondasi intelegensia manusia dan
alasan yang tidak diketahui, orang kidal memiliki usia merupakan hal kunci bagi budaya manusia. Daerah-daerah otak
harapan hidup yang sedikit lebih singkat secara bermakna yang terutama berperan dalam bahasa tersebar di sepanjang dan
daripada orang kinan. di dekat fisura silvii (sulkus serebrum lateral) hemisfer kategoris.
Beberapa perbedaan anatomis antara dua hemisfer Suatu daerah di ujung posterior girus temporalis superior yang
mungkin berkaitan dengan perbedaan fungsional. Planum disebut area Wernicke (Gambar 15–7) berperan dalam
temporale, suatu daerah girus temporalis superior yang pemahaman mengenai informasi penglihatan dan
berperan dalam pengolahan indera pendengaran yang pendengaran. Daerah ini berproyeksi melalui fasikulus
berkaitan dengan bahasa, selalu lebih besar di sisi kiri arkuatus ke area Broca di lobus frontalis tepat di depan ujung
daripada sisi kanan (lihat Gambar 10-13). Daerah ini juga inferior korteks motorik. Daerah Broca mengolah informasi
lebih besar di sisi kiri otak simpanse walaupun bahasa yang datang dari daerah Wernicke menjadi pola yang terinci
hampir eksklusif milik manusia. Pemeriksaan dengan dan terkoordinasi untuk vokalisasi lalu memproyeksikan pola
teknik pencitraan memperlihatkan bahwa bagian-bagian tersebut melalui suatu daerah artikulasi bicara di insula ke
lain di permukaan atas dari lobus temporalis kiri lebih korteks motorik, yang mencetuskan gerakan-gerakan bibir,
besar pada individu kinan, dan bahwa lobus frontalis kanan lidah, dan laring yang tepat untuk menghasilkan suara.
secara normal lebih tebal daripada kiri dan lobus oksipitalis Rangkaian peristiwa yang diperkirakan terjadi apabila
kiri lebih lebar dan menonjol melintasi garis tengah. Selain seseorang menyebut nama objek visual diperlihatkan dalam
itu, terdapat perbedaan kimiawi antara kedua sisi otak. Gambar 15–8. Girus angularis di belakang area Wernicke
Misalnya, konsentrasi do-pamin di jalur nigrostriatum lebih tampaknya mengolah informasi dari kata-kata yang dibaca
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 293

Fasikulus Kiri Kanan


arkuatus

Area Broca

Area fasialis
korteks motorik
(area 4) 6 Fasikulus
arkuatus

Area
Broca Girus angularis Area 5
Area Wernicke Wernicke Dari nukleus
(area 22) genikulatum lateral
GAMBAR 15-7 Lokasi sebagian daerah di hemisfer kategoris 4
yang berkaitan dengan fungsi bahasa. Area Wernicke berada di 1
ujung posterior girus temporalis superior dan berkaitan dengan Girus angularis
pemahaman terhadap informasi penglihatan dan pendengaran. 3
(area 39) 2
Area ini berproyeksi melalui fasikulus arkuatus ke area Broca di
lobus frontalis. Area Broca mengolah informasi yang datang dari
daerah Wernicke menjadi pola yang terinci dan terkoordinasi untuk Daerah korteks
vokalisasi lalu memproyeksikan pola tersebut melalui suatu daerah penglihatan ordo yang
artikulasi bicara di insula ke korteks motorik, yang mencetuskan lebih tinggi (area 18) Korteks penglihatan
gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang tepat untuk primer (area 17)
menghasilkan suara.
GAMBAR 15-8 Jalur yang dijalani oleh impuls saat subjek
menyebut nama suatu objek visual, yang diproyeksikan ke potongan
sedemikian rupa sehingga kata-kata tersebut dapat diubah horizontal otak manusia. Informasi mengalir dari nukleus genikulatum
lateral di talamus ke korteks penglihatan primer, ke daerah-daerah
menjadi bentuk auditorik kata-kata di area Wernicke. kritis penglihatan yang lebih tinggi, dan ke girus angularis. Informasi
Yang menarik adalah bahwa pada orang-orang yang kemudian berjalan dari area Wernicke ke area Broca melalui fasikulus
arkuatus. Area Broca mengolah informasi menjadi pola yang terinci
belajar bahasa kedua semasa dewasa, fMRI memperlihatkan dan terkoordinasi untuk vokalisasi dan kemudian memproyeksikan
bahwa bagian area Broca yang berkaitan dengan hal ini pola melalui daerah artikulasi bicara di insula ke korteks motorik, yang
memulai gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang sesuai untuk
terletak berdekatan tetapi terpisah dari daerah yang berkaitan menghasilkan suara.
dengan bahasa ibu. Namun, pada anak yang belajar dua
bahasa pada awal kehidupan, hanya ada satu daerah yang
terlibat dengan kedua bahasa tersebut. Tentu saja telah lama Bentuk lain afasia fasih adalah kelainan dengan pasien yang
diketahui bahwa anak lebih mudah fasih dalam bahasa kedua dapat berbicara relatif baik dan memiliki pengertian yang baik
dibandingkan dengan orang dewasa. tentang apa yang didengar tetapi tidak dapat menyatukan
bagian-bagian kata atau memunculkan kata-kata. Hal ini disebut
GANGGUAN BAHASA afasia konduksi karena diperkirakan disebabkan oleh lesi di
Afasia adalah kelainan fungsi bahasa yang tidak disebabkan oleh fasikulus arkuatus yang menghubungkan area Wernicke dan
defek penglihatan atau pendengaran atau oleh paralisis motorik. Broca. Namun, tampaknya penyakit ini disebabkan oleh lesi di
Afasia disebabkan oleh lesi di hemisfer kategoris (lihat Boks dekat korteks pendengaran di girus perisilvii posterior.
Klinis 15-4). Penyebab tersering adalah embolus atau trombosis Apabila terdapat suatu lesi yang merusak girus angularis di
pembuluh darah serebrum. Dalam kepustakaan terdapat hemisfer kategoris tanpa mengenai area Wernicke atau Broca,
bermacam-macam klasifikasi afasia, tetapi klasifikasi yang
tidak terdapat kesulitan dalam berbicara atau memahami
mudah adalah pembagian afasia menjadi non-fluent aphasia
informasi yang didengar, tetapi terjadi gangguan pada
(afasia non-fasih), fluent aphasia (afasia fasih), dan afasia
pemahaman bahasa tertulis atau gambar, karena informasi
anomik. Pada afasia non-fasih, lesi terletak di area Broca.
Kecepatan bicara melambat, dan kata-kata sulit keluar. Pasien penglihatan tidak diolah dan dikirim ke daerah Wernicke.
yang mengalami kerusakan hebat di daerah ini hanya mampu Kelainan yang terjadi disebut afasia anomik.
mengucapkan dua atau tiga patah kata untuk mengekspresikan Lesi tersendiri yang menyebabkan defek selektif yang
segala arti dan emosi. Kadang-kadang kata-kata yang teringat dijelaskan di atas terjadi pada beberapa pasien, tetapi
adalah kata-kata yang diucapkan saat terjadinya cedera atau kerusakan otak lebih sering generalisata. Akibatnya, sering
kelainan vaskular yang menyebabkan afasia. terdapat lebih dari satu bentuk afasia. Afasia sering bersifat
Pada salah satu bentuk afasia fasih, lesi terletak di area menyeluruh (global), mengenai baik fungsi reseptif maupun
Wernicke. Pada kelainan ini, kemampuan berbicara itu sendiri ekspresif. Pada keadaan ini, pembicaraan menjadi sedikit
normal dan kadang-kadang pasien banyak berbicara. Namun, dan tidak lancar. Kemampuan menulis terganggu pada
apa yang mereka ucapkan penuh dengan jargon dan neologisme semua afasia dengan kemampuan berbicara abnormal, tetapi
(bentukan kata baru) yang tidak memiliki arti. Pasien juga tidak sirkuit saraf yang terlibat tidak diketahui. Selain itu, orang
dapat mengerti kata yang tertulis atau diucapkan, sehingga aspek tuli yang mengalami lesi di hemisfer kategoris kehilangan
lain pada penggunaan bahasa juga terganggu. kemampuan berkomunikasi dalam bahasa isyarat.
294 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

Analisis daerah-daerah otak yang terlibat dalam perhitungan


aritmetika menunjukkan adanya dua daerah yang berperan. Di
bagian inferior lobus frontalis kiri terdapat sebuah daerah yang
berkaitan dengan fakta angka dan perhitungan pasti. Lesi lobus
frontalis dapat menyebabkan akalkulia, gangguan selektif pada
Menyimpan
kemampuan matematika. Terdapat daerah-daerah di sekitar
informasi sulkus intraparietal di kedua lobus parietalis yang berperan
biografis dalam representasi visuospasial angka dan, mungkin,
Mengektraksi
menghitung dengan jari.
Menghubungkan ciri wajah gambar Dua struktur subkorteks di sisi kanan berperan dalam
dengan infromasi biografis wajah navigasi yang akurat pada manusia. Salah satunya adalah
GAMBAR 15-9 Daerah-daerah di hemisferium serebri kanan, hipokampus kanan, yang berkaitan dengan mempelajari
pada orang kinan, yang berperan dalam pengenalan wajah. Suatu keberadaan tempat-tempat, dan yang lain adalah nukleus
bagian penting dari input penglihatan mengalir ke lobus temporalis kaudatus kanan, yang memudahkan perpindahan ke suatu
inferior, tempat representasi objek, terutama wajah, disimpan. tempat. Pria memiliki otak yang lebih besar daripada wanita dan
Pada manusia, penyimpanan dan pengenalan wajah lebih kuat dikatakan memiliki keterampilan spasial dan kemampuan
direpresentasikan di lobus temporalis inferior kanan pada orang navigasi yang lebih baik.
kinan, meskipun lobus kiri juga aktif. (Dimodifikasi dari Szpir M:
Accustomed to your face. Am Sci 1992,80:539.) Defek-defek lain yang dijumpai pada pasien dengan lesi
korteks lokalisata antara lain adalah ketidakmampuan menyebut
nama-nama hewan, walaupun kemampuan menyebut nama
Gagap (stuttering) telah terbukti berkaitan dengan makhluk hidup atau objek lain tidak terganggu. Seorang pasien
dominansi serebrum kanan dan overaktivitas luas di korteks lain dengan lesi pariétal kiri mengalami kesulitan dengan
serebri dan serebelum. Hal ini mencakup peningkatan separuh kata yang kedua tetapi tidak dengan separuh pertama.
aktivitas daerah motorik suplementer. Stimulasi terhadap Beberapa pasien dengan lesi parieto-oksipitalis hanya menulis
sebagian daerah ini dilaporkan menyebabkan tertawa, huruf mati dan mengabaikan huruf hidup. Pola yang muncul
dengan durasi dan intensitas tertawa sesuai dengan intensitas dari penelitian-penelitian jenis ini adalah pola pengolahan
rangsangan. informasi secara tepat dan sekuensial di daerah otak tertentu.
Penelitian tambahan serupa akan sangat menambah pemaham-
PENGENALAN WAJAH an kita tentang fungsi neokorteks.
Suatu bagian penting dari masukan visual berjalan ke lobus
temporalis inferior, tempat representasi objek, terutama
RINGKASAN BAB
■ Ingatan dibagi menjadi eksplisit (deklaratif) dan implisit (non-
wajah, disimpan (Gambar 15–9). Wajah sangat penting untuk
deklaratif). Ingatan eksplisit dibagi lagi menjadi semantik dan
membedakan teman dari lawan dan keadaan emosional dari
episodik. Ingatan implisit dibagi lagi menjadi priming, pro-
orang yang dilihat. Pada orang kinan, penyimpanan dan
sedural, belajar asosiatif, dan belajar non-asosiatif.
pengenalan wajah lebih kuat direpre-sentasikan di lobus
temporalis inferior kanan, meskipun lobus kiri juga aktif. Lesi di ■ Ingatan deklaratif melibatkan hipokampus dan lobus
daerah ini menyebabkan prosopagnosia, yaitu ketidakmampuan temporalis medial untuk retensi. Priming bergantung pada
neokorteks. Ingatan prosedural diproses di striatum. Belajar
mengenali wajah. Pasien yang menderita kelainan ini dapat
asosiatif bergantung pada amigdala untuk respons emosional-
mengenali bentuk dan menirunya. Mereka dapat mengenal
nya dan serebelum untuk respons motoriknya. Belajar non-
orang berdasarkan suara, dan banyak di antaranya yang
asosiatif bergantung pada beragam jalur refleks.
memperlihatkan respons otonom apabila mereka melihat wajah
■ Plastisitas sinaps adalah kemampuan jaringan saraf untuk
yang dikenal daripada wajah yang tidak dikenal. Namun, mereka
berubah seperti tercermin oleh LTP (peningkatan efektivitas
tidak dapat mengidentifikasi wajah dikenal yang mereka lihat
aktivitas sinaps) atau LTD (penurunan efektivitas aktivitas
tersebut. Hemisfer kiri juga terlibat, tetapi yang terutama sinaps) setelah pemakaian yang terus-menerus. Habituasi
berperan adalah hemisfer kanan. Adanya respons otonom (pembiasaan) adalah bentuk sederhana belajar melalui
terhadap wajah yang dikenal tanpa dapat mengidentifikasi rangsangan netral yang diulang berkali-kali. Sensitisasi adalah
dijelaskan oleh postulat yang menyatakan adanya jalur dorsal respons pascasinaps yang menguat dan berkepanjangan
terpisah untuk pengolahan informasi mengenai wajah yang setelah suatu rangsangan yang terhadapnya seseorang terbiasa,
menyebabkan pengenalan hanya terjadi pada tingkat bawah digabungkan satu atau beberapa kali dengan suatu rangsangan
sadar. pengganggu.

LOKALISASI FUNGSI LAIN ■ Penyakit Alzheimer ditandai oleh penurunan progresif ingatan
jangka-pendek diikuti oleh kemunduran umum fungsi kognitif.
Pemakaian pemindaian (scanning) fMRI dan PET disertai Tanda utama sitopatologis penyakit Alzheimer adalah
penelitian terhadap pasien stroke dan cedera kepala neurofibrillary tangle intrasel dan plak senilis ekstrasel.
memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai bagaimana ■ Hemisfer kategoris dan representasional masing-masing
cara-cara pengolahan rangkaian informasi sensorik meng- berfungsi untuk proses sekuensial-analisis dan hubungan
hasilkan daya nalar, pemikiran, pemahaman, dan bahasa. visuospasial. Lesi di hemisfer kategoris menyebabkan
BAB 15 Belajar, Ingatan, Bahasa, & Bicara 295

gangguan bahasa, sementara lesi di hemisfer representasional C. Kerusakan korpus mamilare: Hilangnya ingatan jangka-
menyebabkan astereognosis. pendek.
D. Kerusakan girus angularis di hemisfer kategoris: Afasia
■ Afasia adalah kelainan fungsi bahasa dan disebabkan oleh lesi
non-fasih.
di hemisfer kategoris. Afasia diklasifikasikan sebagai fasih
(daerah Wernicke), non-fasih (daerah Broca), dan anomik E. Kerusakan daerah Broca di hemisfer kategoris: Bicara
(girus angularis) berdasarkan lokasi lesi otak. lambat.
5. Hemisfer representasional lebih baik daripada hemisfer
PERTANYAAN PILIHAN GANDA kategoris dalam
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling tepat A. fungsi bahasa.
kecuali jika dinyatakan lain. B. mengenal benda berdasarkan bentuknya.
C. memahami kata tertulis.
1. Seorang pria 17 tahun menderita cedera otak traumatik akibat D. memahami kata terucap.
kecelakaan sepeda motor. Ia tidak sadar dan dilarikan ke
E. perhitungan matematis.
ruang gawat darurat rumah sakit setempat. CT scan dilakukan
dan pasien mendapat intervensi yang sesuai. Sekitar 6 bulan 6. Seorang wanita 67 tahun menderita stroke yang merusak
kemudian ia masih mengalami defisit ingatan. Mana dari ujung posterior girus temporalis superiornya. Lesi di area
berikut yang dipasangkan secara benar untuk memperlihatkan Wernicke hemisfer kategoris menyebabkannya
hubungan antara suatu daerah otak dan jenis ingatan?
A. kehilangan ingatan jangka-pendek.
A. Hipokampus dan ingatan implisit
B. Neokorteks dan belajar asosiatif B. mengalami afasia non-fasih sehingga ia berbicara dengan
C. Lobus temporalis medial dengan ingatan deklaratif suara lambat dan terbata-bata.
D. Girus angularis dan ingatan prosedural C. mengalami déjà vu.
E. Striatum dan priming D. berbicara cepat tetapi tanpa arti, yang khas untuk afasia
fasih.
2. Pada seekor anjing dilakukan pemotongan kiasma optikum
E. kehilangan kemampuan mengenal wajah, yang disebut
dan korpus kalosum, dengan dengan mata kanan tertutup,
prosopagnosia.
hewan dilatih untuk menyalak jika melihat kotak berwarna
merah. Tutup mata kanan kemudian dibuka dan mata kiri 7. Mana dari yang berikut paling besar kemungkinannya tidak
ditutup. Hewan akan berperan dalam pembentukan LTP?
A. tidak berespons terhadap kotak merah karena kotak tidak A. NO
menimbulkan impuls yang mencapai korteks oksipital B. Ca2+
kanan. C. Reseptor NMDA
B. tidak berespons terhadap kotak merah karena hewan D. Hiperpolarisasi membran
mengalami hemianopia bitemporal. E. Depolarisasi membran
C. tidak berespons terhadap kotak merah jika komisura 8. Seorang wanita 79 tahun mengalami kesulitan dalam
posterior juga dipotong. menemukan arah pulang setelah jalan-jalan pagi. Suaminya
D. berespons terhadap kotak merah hanya setelah dilatih ulang. juga memperhatikan bahwa istrinya memerlukan waktu lebih
E. segera berespons terhadap kotak merah meskipun tidak lama untuk melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari
terdapat input ke korteks oksipital kiri. dan sering tampak kebingungan. Ia berharap bahwa hal ini
3. Seorang pria 32 tahun mengalami epilepsi lobus temporalis hanyalah karena “usia tua” tetapi mengkhawatirkan
medial selama lebih dari 10 tahun. Hal ini menyebabkan kemungkinan penyakit Alzheimer. Mana dari yang berikut
hilangnya fungsi hipokampus bilateral. Akibatnya, orang ini adalah tanda definitif penyakit Alzheimer?
dapat diperkirakan akan mengalami A. Hilangnya ingatan jangka-pendek.
A. kehilangan ingatan jangka-panjang. B. Adanya neurofibrillary tangles intrasel dan plak
B. kehilangan ingatan kerja (working memory). neuritik ekstrasel dengan inti peptida P-amiloid.
C. kehilangan kemampuan untuk memindahkan kejadian- C. Mutasi di gen-gen untuk protein prekursor amiloid
kejadian baru menjadi ingatan jangka-panjang. (APP) di kromosom 21.
D. kehilangan kemampuan untuk mengenal wajah dan D. Pulihnya secara cepat gejala pada pemberian inhibitor
bentuk tetapi bukan kemampuan mengingat kata tulisan asetilkolinesterase.
atau lisan. E. Berkurangnya neuron kolinergik di nukleus basalis
E. respons emosional yang tidak sesuai ketika mengingat Meynert.
kejadian-kejadian yang baru berlangsung.
4. Seorang wanita 70 tahun jatuh dari tangga, kepalanya
terbentuk ke beton jalan. Trauma ini menyebabkan
DAFTAR PUSTAKA
perdarahan intrakranium hebat. Gejala yang ia mungkin alami Aimone JB, Wiles J, Gage FH: Computational influence of adult
bergantung pada daerah otak yang paling terkena. Mana dari neurogenesis on memory encoding. Neuron 2009;61:187.
yang berikut dipasangkan secara tidak tepat? Andersen P, Morris R, Amaral D, Bliss T, O’Keefe J: The
A. Kerusakan lobus parietalis hemisfer representasional: Hippocampus Book. Oxford University Press, 2007.
Inatensi dan pengabaian unilateral. Bird CM, Burgess N: The hippocampus and memory: Insights from
B. Hilangnya neuron kolinergik di nukleus basalis Meynert spatial processing. Nature Rev Neurosci 2008;9:182.
dan daerah terkait di otak depan: Hilangnya ingatan jangka- Eichenbaum H: A cortical-hippocampal system for declarative
pendek. memory. Nat Neurosci Rev 2000;1:41.
296 BAGIAN II Neuronfisiologi Pusat dan Tepi

Goodglass H: Understanding Aphasia. Academic Press, 1993. Russ MD: Memories are made of this. Science 1998;281:1151.
Ingram VM: Alzheimer’s disease. Am Scientist 2003;91:312. Selkoe DJ: Translating cell biology into therapeutic advances in
Kandel ER: The molecular biology of memory: A dialogue between Alzheimer’s disease. Nature 1999;399 (Suppl): A23.
genes and synapses. Science 2001;294:1028. Shaywitz S: Dyslexia. N Engl J Med 1998;338:307.
LaFerla FM, Green KN, Oddo S: Intracellular amyloid-β in Squire LR, Stark CE, Clark RE: The medial temporal lobe. Annu Rev
Alzheimer’s disease. Nature Rev Neurosci 2007;8:499. Neurosci 2004;27:279.
Ramus F: Developmental dyslexia: Specific phonological defect Squire LR, Zola SM: Structure and function of declarative
or general sensorimotor dysfunction. Curr Opin Neurobiol and nondeclarative memory systems. Proc Natl Acad Sci
2003;13:212. 1996;93:13515.
BAGIAN III
Endokrin dan Fisiologi
Reproduksi

Peran sistem endokrin adalah untuk mempertahankan lebih mirip steroid daripada hormon peptida dengan
homeostasis tubuh keseluruhan. Hal ini dicapai melalui berikatan dengan reseptor intrasel. Namun, sebagian besar
koordinasi berbagai jalur sinyal hormon yang mengatur hormon adalah peptida dan biasanya dibentuk sebagai suatu
aktivitas sel di organ-organ sasaran di seluruh tubuh. praprohormon sebelum diuraikan menjadi prohor-mon di
Mekanisme endokrin juga berkenaan dengan kemampuan retikulum endoplasma lalu menjadi hormon aktif di vesikel
manusia untuk berkembang biak, dan untuk fungsi ini sekretorik.
diperlukan pematangan seksual. Kelenjar endokrin klasik Penyakit sistem endokrin beragam. Memang, gangguan
tersebar di seluruh tubuh dan mengeluarkan hormon ke endokrin dan metabolikadalah termasuk penyakittersering
dalam sistem sirkulasi, biasanya melalui sekresi tanpa- di negara-negara maju, terutama ketika gizi dan akses ke
duktus ke dalam cairan interstisium. Organ sasaran pelayanan kesehatan berlimpah sehingga individu berisiko
mengekspresikan reseptor yang berikatan dengan hormon tinggi sering terdeteksi dengan skrining rutin. Paling tidak 11
spesifik untuk memulai suatu respons sel. Sistem endokrin penyakit endokrin dan metabolik terdapat pada 5% atau
dapat diperbandingkan dengan regulasi saraf fungsi fisiologis lebih penduduk dewasa AS, termasuk diabetes melitus,
yang merupakan fokus dari bagian sebelumnya. Efektor- osteopenia, dislipidemia, sindrom metabolik, dan tiroiditis.
efektor endokrin biasanya melakukan regulasi terhadap Sebagai contoh, diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu
banyak jaringan dan organ secara bersamaan, dengan gangguan endokrin paling sering di abad ke-21 dan
spesifisitas ditentukan oleh ekspresi reseptor-reseptor yang berkaitan dengan ketidakmampuan tubuh berespons
relevan. Perubahan dalam kondisi lingkungan, sebagai terhadap insulin. Tingginya glukosa darah merusak banyak
jaringan yang menyebabkan penyulit sekunder (lihat Bab
contoh, sering mengharuskan dilakukannya respons terpadu
24). Umumnya, prevalensi yang tinggi dan meningkat untuk
yang melibatkan banyak sistem organ. Pengaturan oleh
diabetes dan gangguan metabolik lain berkaitan dengan
saraf, di pihak lain, sering terbatas secara spasial, misalnya
tingginya prevalensi obesitas di negara-negara maju, dengan
kemampuan untuk mengerutkan satu otot. Bagaimanapun,
hampir sepertiga penduduk dewasa AS kini dianggap
sistem-sistem tubuh harus bekerja sama untuk memper-
mengidap obesitas, dan dua pertiganya kelebihan berat
tahankan stabilitas lingkungan internal tubuh baik menit-
(overweight). Memang, berdasarkan sebuah laporan tahun
demi-menit maupun dalam jangka-panjang.
2009, obesitas juga mengenai 28% anak-anak AS berusia
Hormon adalah kurir larut sistem endokrin dan
12-17 tahun, dan sementara prevalensi diabetes tipe 2 pada
diklasifikasikan menjadi steroid, peptida, dan amina (lihat
anak saat ini cukup rendah, tetapi diperkirakan prevalensi
Bab 1 dan 2). Hormon steroid dapat menembus membran ini akan meningkat karenanya. Selain itu, sejumlah
plasma sel yang mengandung lipid dan biasanya berikatan gangguan endokrin lebih sering pada kelompok etnik
dengan reseptor intrasel. Hormon peptida dan amina tertentu, atau pada jenis kelamin tertentu. Secara
berikatan dengan reseptor di permukaan sel. Hormon steroid keseluruhan, beban yang ditimbulkan oleh gangguan
dihasilkan oleh korteks adrenal (Bab 20), gonad, testis (Bab endokrin dan metabolik, dengan manifestasi dan
23), dan ovarium (Bab 22) selain hormon steroid yang penyulitnya yang beragam, menimbulkan krisis kesehatan
dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan (Bab 22). Hormon masyarakat yang serius dan bahkan mengungkapkan
amina adalah turunan dari asam amino tirosin dan dibentuk keadaan kekurangan dokter endokrinologi terlatih di tingkat
oleh tiroid (Bab 19) dan medula adrenal (Bab 20). Yang nasional. Akibatnya, banyak penyakit endokrin harus
menarik, hormon tiroid yang berasal dari tirosin berperilaku ditangani oleh dokter umum.
Halaman ini sengaja dikosongkan
16
B A B

Konsep Dasar
Regulasi Endokrin

T U J U A N ■ Menjelaskan hormon dan kontribusinya terhadap mekanisme


homeostatik tubuh keseluruhan.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Memahami sifat kimiawi berbagai kelas hormon dan bagaimana hal ini
Anda seyogianya mampu: menentukan mekanisme kerjanya pada sel sasaran.
■ Mendefinisikan bagaimana hormon disintesis dan disekresikan oleh sel-sel
kelenjar endokrin, termasuk bagaimana hormon peptida diuraikan dari
prekursor yang lebih panjang.
■ Menjelaskan relevansi protein pengangkut di darah untuk hormon hidrofobik,
dan mekanisme yang menentukan kadar hormon bebas dalam darah.
■ Memahami prinsip-prinsip kontrol umpan-balik untuk pelepasan hormon
serta relevansinya dengan homeostasis.
■ Memahami prinsip-prinsip yang mengatur keadaan sakit akibat kelebihan
atau kekurangan produksi hormon-hormon kunci.

PENDAHULUAN
Bagian ini membahas mengenai berbagai kelenjar mengupas tentang beberapa konsep regulasi endokrin
endokrin yang mengontrol fungsi beragam sistem organ yang umum dijumpai pada semua sistem.
di tubuh. Secara umum, fisiologi endokrin berkaitan Fitur lain fisiologi endokrin yang perlu diingat adalah
dengan pemeliharaan berbagai aspek homeostasis. bahwa, tidak seperti sistem fisiologis lain yang dibahas di
Mediator untuk mekanisme kontrol ini adalah faktor larut buku ini, sistem endokrin secara anatomis tidak dapat
yang dinamai hormon. Kata hormon berasal dari bahasa didefinisikan dengan jelas. Sistem endokrin lebih
Yunani horman, yang artinya menggerakkan. Sebagai merupakan suatu sistem kelenjar tersebar dan kurir dalam
persiapan untuk pembahasan spesifik mengenai berbagai darah yang sering dirangsang oleh sistem saraf pusat dan/
sistem endokrin dan hormon-hormonnya, bab ini akan atau sistem saraf otonom.

EVOLUSI DAN KERJA HORMON lebih kompleks. Sebagai contoh, di antara hormon-hormon
peptida, beberapa adalah heterodimer yang memiliki kesamaan
PADA SEL SASARAN rantai α, dengan spesifisitas ditentukan oleh rantai β. Pada kasus
spesifik thyroid-stimulating hormone (TSH), follicle-stimulating
Seperti disebutkan di pendahuluan bagian ini, hormon terdiri hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH), terdapat bukti
dari steroid, amina, dan peptida. Sejauh ini, hormon peptida bahwa rantai β berasal dari serangkaian duplikasi satu gen
adalah yang paling banyak. Banyak hormon dapat nenek-moyang yang sama. Untuk hormon-hormon ini dan
dikelompokkan menjadi famili-famili yang mencerminkan hormon-hormon lain, evolusi molekular ini mengisyaratkan
kemiripan struktural serta kemiripan reseptor-reseptor yang bahwa reseptor hormon juga perlu berevolusi agar kerja/
diaktifkannya. Namun, jumlah hormon dan keberagamannya spesifisitas hormon juga meluas. Hal ini dicapai dengan ko-
meningkat ketika kita bergeser dari bentuk kehidupan sederhana evolusi reseptor terkait-protein G (G-protein coupled receptor,
ke yang lebih tinggi, yang mencerminkan bertambahnya GPCR) dasar dan tirosin kinase reseptor yang memperantarai
tantangan untuk menciptakan homeostasis pada organisme yang efek hormon peptida dan amina yang bekerja di permukaan

299
300 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

sel (lihat Bab 2). Namun, hubungan lama yang mendasari ini tarai oleh kemampuan glukosa meningkatkan interaksi mRNA
kadang muncul kembali dalam bentuk reaktivitas silang yang insulin dengan protein-protein pengikat RNA spesifik, yang
mungkin dijumpai ketika hormon meningkat ke kadar yang meningkatkan stabilitasnya dan memperbanyak translasi. Efek
sangat tinggi (mis. tumor endokrin). akhirnya adalah regulasi kadar insulin, dan karenanya meta-
Hormon steroid dan tiroid dibedakan oleh tempat kerjanya bolisme energi, yang lebih presisi dan tepat waktu dibandingkan
yang terutama intrasel, karena keduanya dapat berdifusi bebas dengan yang dapat dicapai oleh regulasi transkripsi saja.
menembus membran sel. Hormon-hormon ini berikatan Prekursor untuk hormon peptida diproses melalui
dengan suatu famili protein yang terutama berada di sitoplasma perangkat sel yang menangani protein-protein untuk diekspor,
yang dinamai reseptor nukleus. Setelah berikatan dengan ligan, termasuk lalu-lintas melalui vesikel spesifik di mana bentuk
kompleks reseptor-ligan berpindah ke nukleus tempat kompleks propeptida dapat diuraikan menjadi hormon final yang aktif.
ini mengalami homodimerisasi, atau berikatan dengan suatu Hormon matang juga menjadi subjek berbagai tahap pengolahan
reseptor nukleus terikat ligan untuk membentuk heterodimer. pascatranslasi, misalnya glikosilasi, yang dapat memengaruhi
Bagaimanapun, dimer kemudian berikatan dengan DNA untuk aktifitas biologis akhir hormon yang bersangkutan dan/atau
meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen di jaringan stabilitasnya dalam sirkulasi. Pada akhirnya, semua hormon
sasaran. Tiap-tiap anggota dari famili reseptor nukleus memiliki masuk ke jalur sekretorik yang bersifat konstitutif atau
derajat homologi yang cukup besar, mungkin mengisyaratkan regulatorik (lihat Bab 2).
kesamaan gen nenek-moyang, dan memiliki banyak kesamaan
ranah fungsional, misalnya zinc fingers yang memungkinkan SEKRESI
pengikatan DNA. Namun, adanya variasi sekuens menyebabkan Banyak hormon yang disekresikan melalui proses eksositosis
terbentuknya spesifisitas ligan serta pengikatan ke motif DNA granula simpanan, seperti dibahas di Bab 2. Perangkat eksositosis
spesifik. Dengan cara ini, tiap-tiap hormon mengatur transkripsi menjadi aktif ketika jenis sel yang membentuk dan menyimpan
gen tertentu. hormon yang bersangkutan diaktifkan oleh suatu sinyal spesifik,
misalnya neurotransmiter atau peptide releasingfactor. Namun,
SEKRESI HORMON perlu diperbandingkan antara sekresi hormon simpanan dengan
sekresi hormon yang secara terus-menerus dikeluarkan melalui
PEMBENTUKAN DAN PENGOLAHAN proses difusi (mis. steroid). Kontrol sekresi hormon yang
Regulasi pembentukan hormon, tentu saja, bergantung pada terakhir ini terjadi melalui pengaruh-pengaruh kinetik pada
sifat kimiawinya. Untuk hormon peptida serta reseptor enzim sintetik atau protein pembawa yang berperan dalam
hormon, pembentukan terutama dikendalikan di tingkat produksi hormon. Sebagai contoh, steroidogenic acute regulatory
transkripsi. Untuk hormon steroid dan amina, pembentukan protein (StAR) adalah suatu protein labil yang ekspresi,
dikontrol secara tak-langsung dengan mengatur pembentukan pengaktifan, dan pende-aktifannya diatur oleh jenjang sinyal
enzim-enzim sintetik kunci, serta oleh ketersediaan substrat. intrasel dan efektor-efektornya, termasuk berbagai protein kinase
Hal yang menarik, sebagian besar hormon peptida disintesis dan fosfatase. StAR mengangkut kolesterol dari lembar
pada awalnya sebagai rantai polipeptida yang jauh lebih besar, membran luar mitokondria ke lembar dalam. Karena ini adalah
dan kemudian diolah di dalam sel oleh protease-protease spesifik tahap pertama penentu kecepatan sintesis prekursor steroid
untuk menghasilkan molekul hormon final. Pada sebagian kasus, yakni pregnenolon, susunan ini memungkinkan perubahan pada
dari prekursor awal yang sama dapat dihasilkan banyak hormon, laju sintesis steroid, dan karenanya sekresinya, sebagai respons
bergantung pada langkah-langkah pemrosesan spesifik yang terhadap petunjuk-petunjuk homeostatik misalnya hormon
terdapat di suatu sel. Hal ini mungkin menghasilkan proses trofik, sitokin, dan stres (Gambar 16–1).
genetik yang “ekonomis”. Perlu dicatat bahwa prekursor- Suatu kompleksitas tambahan yang berkaitan dengan
prekursor hormon itu sendiri biasanya inaktif. Ini mungkin sekresi hormon adalah kenyataan bahwa sebagian hormon
merupakan suatu mekanisme kontrol pengatur tambahan atau, disekresikan secara berdenyut. Laju sekresi mungkin naik dan
pada kasus hormon tiroid, menentukan letak ketersediaan turun relatif terhadap irama sirkadian, sebagai respons terhadap
hormon tertinggi. waktu makan, atau diatur oleh penentu pola lain yang
Pembentukan semua protein/peptida yang dibahas di periodisitasnya berkisar dari milidetik hingga tahunan. Sekresi
atas berada di bawah mekanisme normal kontrol transkripsi pulsatil ini sering berkaitan dengan aktifitas osilator di
di sel (lihat Bab 2). Selain itu, terdapat regulasi spesifik oleh hipotalamus yang mengatur potensial membran neuron, pada
hormon-hormon lain, karena regio-regio regulatorik dari gilirannya menyebabkan letupan-letupan sekresi hormone
banyak gen hormon peptida mengandung motif pengikatan releasing factor ke dalam aliran darah hipofisis yang kemudian
untuk reseptor-reseptor nukleus yang dibahas di atas. Sebagai menyebabkan pembebasan hormon hipofisis atau hormon-
contoh, hormon tiroid secara langsung menekan ekspresi hormon hilir lain secara berdenyut pula (lihat Bab 17 dan 18).
TSH melalui reseptor hormon tiroid. Mekanisme spesifik Terdapat bukti bahwa sifat sekresi hormon-hormon yang
untuk mengatur transkripsi hormon ini merupakan hal berdenyut ini menyampaikan informasi yang berbeda ke
esensial bagi fungsi lengkung umpan-balik, seperti akan jaringan sasaran tempatnya bekerja dibandingkan jika
dibahas secara lebih rinci di bawah ini. Pada beberapa kasus, paparannya bersifat tetap terhadap satu konsentrasi hormon saja.
jumlah hormon tertentu juga dapat diatur melalui efek pada Secara terapeutis, sekresi pulsatil dapat menimbulkan kesulitan
translasi. Sebagai contoh, meningkatnya kadar glukosa dalam jika, karena defisiensi, diperlukan penggantian hormon tertentu
darah merangsang translasi mRNA insulin. Efek ini diperan- yang normalnya disekresikan dengan cara ini.
BAB 16 Konsep Dasar Regulasi Endokrin 301
Hormon, faktor
pertumbuhan, sitokin

Membran sel

Kinase Faktor transkripsi

StAR

P
Kolesterol

Pregnenolon

Steroid
Mitokondria Nukleus

GAMBAR 16-1 Regulasi biosintesis steroid oleh steroidogenic mempermudah pemindahan kolesterol dari lembar luar membran
acute regulatory protein (StAR). Sinyal ekstrasel mengaktifkan kinase mitokondria ke membran dalam. Hal ini kemudian memungkinkan
intrasel yang, pada gilirannya, memfosforilasi faktor transkripsi yang masuknya kolesterol ke dalam jalur biosintesis steroid, yang dimulai
meningkatkan ekspresi StAR. StAR diaktifkan oleh fosforilasi, dan denganpregnenolon.

PENGANGKUTAN HORMON
DALAM DARAH
Selain laju sekresi dan sifatnya (tetap atau berdenyut), Reseptor
sejumlah faktor memengaruhi kadar hormon dalam darah.
Faktor-faktor ini mencakup laju penguraian dan/atau
penyerapan hormon, pengikatan dan ketersediaan reseptor,
dan afinitas suatu hormon terhadap pembawanya di plasma
(Gambar 16–2). Stabilitas memengaruhi waktu-paruh suatu Sintesis Hormon bebas Penguraian
hormon dalam darah dan memiliki dampak terapeutik pada Sekresi (aktif) Penyerapan
terapi sulih hormon, selain dampak yang ditimbulkan oleh
sekresi berdenyut di atas.
Berbagai pengangkut hormon dalam plasma memiliki
sejumlah fungsi fisiologis penting. Pertama, pengangkut
hormon ini berfungsi sebagai reservoar hormon inaktif dan Hormon terikat
karenanya berfungsi sebagai cadangan hormon. Hormon yang (inaktif)
terikat biasanya tidak dapat diuraikan atau diserap. Karena itu,
cadangan hormon dalam bentuk terikat memungkinkan
fluktuasi kadar hormon menjadi lebih mulus seiring waktu.
Pengangkut hormon dalam plasma juga membatasi akses
hormon ke beberapa tempat. Yang terakhir, pengangkut Pengangkut
dalam plasma mungkin penting untuk memodulasi kadar diplasma
hormon bebas. Biasanya hanya hormon bentuk bebas yang
secara biologis aktif di jaringan sasaran atau yang dapat
memperantarai regulasi umpan-balik (lihat bawah) karena GAMBAR 16-2 Ringkasan faktor-faktor yang menentukan
bentuk bebas inilah yang satu-satunya dapat mengakses kadar hormon bebas dalam darah. Diperlihatkan faktor yang
kompartemen ekstra-vaskular. meningkatkan (tanda panah hijau ke atas) atau menurunkan (tanda
panah merah ke bawah) kadar hormon. Hormon bentuk bebas juga
Katekolamin dan sebagian besar hormon peptida larut berada dalam keseimbangan dengan hormon yang terikat ke
dalam plasma dan diangkut dengan cara tersebut. Sebaliknya, reseptor atau protein pengangkut di plasma.
302 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

hormon steroid bersifat hidrofobik dan sebagian besar terikat ke ketika melewati sirkulasi paru atau hati. Hal ini dapat sangat
protein besar yang dinamai steroid bindingprotein (SBP, protein mengurangi rentang waktu kerja suatu hormon.
pengikat steroid), yang dibentuk di hati. Akibatnya, hanya
sejumlah kecil hormon bebas yang larut dalam plasma. Secara
spesifik, sex hormone-binding globulin (SHBG, globulin
KERJA HORMON
pengikat hormon seks) adalah suatu glikoprotein yang mengikat Seperti akan kita lihat di bab-bab selanjutnya, hormon
hormon-hormon seks, testosteron dan 17β-estradiol. Proge- memiliki beragam efek pada sejumlah besar sel sasaran untuk
steron, kortisol, dan kortikosteroid lain diikat oleh transkortin. antara lain memengaruhi perubahan dalam metabolisme,
Kompleks SBP-hormon dan hormon bebas berada dalam pelepasan hormon lain dan bahan-bahan regulatorik, per-
keseimbangan di plasma, dan hanya hormon bebas yang ubahan aktifitas kanal ion, dan pertumbuhan sel (Boks
mampu berdifusi menembus membran sel. SBP memiliki tiga Klinis 16–1). Pada akhirnya, efek bersama berbagai hormon
fungsi utama: meningkatkan kelarutan hormon-hormon tubuh memastikan terpeliharanya homeostasis. Memang,
berbasis lipid dalam darah, mengurangi laju pengeluaran hingga tahap tertentu semua hormon memengaruhi homeo-
hormon di urine dengan mencegah hormon terfiltrasi oleh stasis. Namun, sekelompok hormon, seperti dirinci di Tabel
ginjal, dan seperti disebutkan di atas, menjadi sumber hormon 16–1, adalah kontributor kunci dalam homeostasis. Hormon-
dalam darah yang dapat melepaskan hormon bebas jika hormon ini mencakup hormon tiroid, kortisol, hormon
keseimbangan berubah. Karena itu, cara lain untuk mengatur paratiroid, vasopresin, mineralokortikoid, dan insulin. Informasi
ketersediaan hormon yang berikatan dengan protein terinci mengenai efek biologis berbagai molekul ini dapat
pengangkut, seperti steroid, adalah mengatur ekspresi dan ditemukan di bab-bab berikutnya.
sekresi protein pengangkut itu sendiri. Ini merupakan suatu Hormon hidrofilik, termasuk peptida dan katekolamin,
mekanisme penting yang mengatur ketersediaan-hayati menimbulkan efek akutnya dengan mengikat reseptor di
hormon tiroid, sebagai contoh (lihat Bab 19). permukaan sel. Sebagian besar dari reseptor ini adalah dari famili
Dalam situasi patofisiologis, beberapa obat dapat mengubah GPCR. Hormon hidrofobik, di lain pihak, sebagian besar
kadar protein pengikat atau menggeser hormon yang terikat menimbulkan efek melalui reseptor di nukleus. Terdapat dua
kepadanya. Selain itu, sebagian protein pengikat dapat berikatan kelas reseptor nukleus yang penting dalam fisiologi endokrin.
Yang pertama berfungsi untuk menyalurkan rangsangan
dengan banyak hormon (mis. SHBG). Pengamatan ini mungkin
langsung terhadap transkripsi melalui induksi pengikatan suatu
memiliki dampak klinis untuk homeostasis endokrin, karena
ko-aktifator transkripsi ketika ligan hormon terikat. Pada kelas
diperlukan hormon bebas untuk umpan-balik dan mengontrol
kedua, pengikatan hormon memicu terlepasnya ko-represor
laju sintesis dan sekresinya (lihat bawah). transkripsi dibarengi oleh rekrutmen ko-aktifator. Kelas reseptor
Yang terakhir, hubungan anatomis antara tempat pelepasan yang terakhir memungkinkan ragam regulasi yang lebih luas
dan tempat kerja hormon mungkin berperan penting dalam terhadap gen-gen yang menjadi sasaran hormon yang
regulasinya. Sebagai contoh, sejumlah hormon rusak bersangkutan.

BOKS KLINIS 16-1

Kanker Payudara dengan ketersediaan pilihan pengobatan yang efektif untuk


Kanker payudara adalah keganasan tersering pada wanita, tumor positif-ER dibandingkan dengan mereka yang tumornya
dengan sekitar 1 juta kasus baru terdiagnosis setiap tahun di negatif-ER - lihat bawah).
seluruh dunia. Proliferasi lebih dari dua pertiga tumor
payudara didorong oleh hormon ovarium, estrogen, karena KIAT TERAPEUTIK
sel-sel tumor mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang
Untuk tumbuh, tumor payudara responsif-estrogen ber-
telah termodifikasi pascatranslasi dengan kadar tinggi. Makna
gantung pada keberadaan hormon. Di zaman modern, efek
klinis temuan molekular ini telah diketahui selama lebih dari
estrogen terhadap sel-sel tumor dapat dicegah secara
100 tahun, sejak dokter bedah Skotlandia, SirThomas
farmakologis tanpa perlu melakukan ooforektoml.
Beatson, melaporkan melambatnya perkembangan penyakit
Tamoksifen dan obat-obat terkait secara spesifik
pada pasien dengan kanker payudara stadium lanjut setelah
menghambat reseptor dan juga mungkin mempercepat
ovarium mereka diangkat. Pada jaman modern, penentuan
penguraiannya. Pada wanita pascamenopause, estrogen
apakah suatu kanker payudara positif-ER atau tidak menjadi
lebih berasal dari metabolisme testosteron di jaringan
suatu tes diagnostik penting yang digunakan sebagai
ekstragonad daripada dari ovarium, inhibitor aromatase
pedoman pengobatan, serta faktor prognostikyang penting.
menghambat perubahan androgen menjadi estrogen, dan
Tumor positif-ER biasanya memiliki derajat lebih rendah dan
karenanya sel-sel tumor tidak memperoleh sinyal yang
pasien dengan tumor ini memperlihatkan perbaikan
penting untuk terus berproliferasi.
kesintasan (meskipun yang terakhir ini mungkin berkaitan
BAB 16 Konsep Dasar Regulasi Endokrin 303

TABEL 16–1 Hormon kontributor utama untuk


homeostasis. Hipotalamus
CNS
Hormon Sumber Efek

Hormon Tiroid Mengontrol


tiroid Releasing
metabolisme basal di
sebagian besar jaringan factors +

Kortisol Korteks Metabolisme energi;


adrenal efek permisif untuk
hormon lain

Mineralokortikoid Korteks Mengatur volume


adrenal plasma melalui efek Hipofisis
pada elektrolit serum
Inhibisi
Vasopresin Hipofisis Mengatur osmolalitas umpan-balik
Hormon
posterior plasma melalui efek + hormon sasaran
trofik
pada ekskresi air

Hormon Paratiroid Mengatur kadar


paratiroid kalsium dan fosfor

Insulin Pankreas Mengatur kadar glukosa


plasma

Dalam tahun-tahun terakhir, menjadi jelas bahwa sejumlah Adrenal Gonad


reseptor untuk steroid dan hormon hidrofobik lain terletak di
luar nukleus, dan sebagian bahkan terdapat di permukaan sel. Tiroid
Karakterisasi reseptor-reseptor tersebut di tingkat molekular,
jalur-jalur sinyal terkaitnya, dan bukti keberadaannya diperumit
GAMBAR 16-3 Ringkasan lengkung umpan-balikyang
mengatur sumbu endokrin. SSP, susunan saraf pusat. (Disalin,
oleh kemampuan hormon hidrofobik berdifusi relatif bebas ke dengan izin, dari Jameson JL [editor]: Harrison's Endocrinology, 2nd ed.
dalam semua kompartemen sel. Reseptor ekstranukleus ini, yang McGraw-Hill, 2010).
sebagian secara struktural berkaitan atau bahkan identik dengan
reseptor nukleus klasik, diperkirakan memperantarai respons
cepat terhadap steroid dan hormon lain yang tidak memerlukan
perubahan pada transkripsi gen. Karenanya, efek fisiologis di ditemukan dalam situasi-situasi yang membutuhkan
reseptor ini mungkin berbeda dari efek yang secara klasik momentum untuk mencapai suatu hasil akhir, misalnya
dikaitkan dengan hormon yang bersangkutan. Sebagai contoh, persalinan. Umpan-balik negatif adalah mekanisme kontrol yang
semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa reseptor di jauh lebih sering ditemukan dan berupa penghambatan atau
membran plasma untuk estrogen dapat memperantarai peredaman mekanisme/rangsangan pelepasan hormon awal.
vasodilatasi arteri akut serta mengurangi hipertrofi jantung Skema umum inhibisi umpan-balik sumbu-sumbu endokrin
dalam situasi patofisiologis. Fungsi-fungsi ini mungkin menjadi diperlihatkan di Gambar 16–3.
penyebab perbedaan dalam prevalensi penyakit kardiovaskular Secara umum, sistem endokrin menggunakan suatu
pada wanita pra- dan pascamenopause. Bidang penelitian jaringan respons umpan-balik untuk mempertahankan keadaan
biomedis yang tengah aktif ini kemungkinan besar akan
steady-state. Steady-state dapat dijelaskan dengan menggunakan
memperluas cakrawala kita mengenai keseluruhan spektrum
osmolalitas darah sebagai contoh (Gambar 16–4). Osmolalitas
kerja hormon-hormon steroid.
darah pada manusia harus dipertahankan dalam kisaran
PRINSIP KONTROL fisiologis 275-299 mOsm, dan untuk mempertahankan
homeostasis variabel ini tidak boleh melewati kisaran
UMPAN-BALIK tersebut. Untuk menjamin bahwa osmolalitas tidak berubah
Suatu prinsip umum yang sangat penting dalam fisiologi dalam konteks suatu sistem terbuka, maka berlangsung
endokrin adalah prinsip regulasi umpan-balik. Hal ini proses-proses yang akan menambahkan atau mengeluarkan
memiliki arti bahwa responsivitas sel sasaran terhadap kerja air dari sistem agar osmolalitas konstan. Osmolalitas darah
hormon kemudian “memberi masukan balik” untuk me- akan meningkat dengan dehidrasi dan berkurang dengan
ngontrol organ endokrinnya. Umpan-balik dapat mengatur hidrasi berlebihan. Jika osmolalitas darah meningkat di luar
pelepasan lebih lanjut hormon melalui lengkung umpan kisaran ideal (sebesar 10 mOsm atau lebih), osmoreseptor
balik negatif atau (yang lebih jarang) positif. Umpan balik akan diaktifkan. Pengaktifan ini menghasilkan sinyal untuk
positif berkaitan dengan stimulasi yang menguat atau melepaskan hormon peptida, vasopresin, ke dalam sirkulasi
berlanjut terhadap mekanisme/rangsangan yang menyebab- (dari hipofisis). Vasopresin bekerja pada duktus koligens
kan pengeluaran hormon. Mekanisme semacam ini jarang ginjal, dan meningkatkan permeabilitas membran plasma
304 bAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Meningkatnya menimbulkan umpan-balik negatif ke sel-sel hipotalamus dan


osmolalitas darah hipofisis dan vasopresin dihambat, yang berarti bahwa
reabsorpsi air dari urine berkurang. Rincian lebih lanjut
Merangsang mengenai kerja-sama antara ginjal, hipotalamus, dan hipofisis
osmoreseptor di ini dibahas di Bab 38.
hipotalamus
Sistem kontrol umpan-balik negatif seperti yang dijelaskan
di atas merupakan sistem umpan-balik/homeostasis tersering
Meningkatnya Mengaktifkan ditemukan di tubuh. Contoh lain adalah regulasi suhu (lihat Bab
vasopresin pusat haus
dalam darah
17) dan regulasi konsentrasi glukosa darah (lihat Bab 24).
di hipotalamus
Lengkung kontrol umpan-balik juga memungkinkan diterap-
kannya strategi diagnostik dalam evaluasi pasien yang dicurigai
Meningkatnya Meningkatnya
permeabilitas mengidap gangguan endokrin. Sebagai contoh, pada seorang
rasa haus
duktus koligentes pasien yang sedang dievaluasi untuk hipoti-roidisme, kadar
normal TSH (lihat Bab 19) cenderung menyingkirkan defek
Meningkatnya primer di tingkat kelenjar tiroid itu sendiri, dan cenderung
Meningkatnya asupan H2O
reabsirpsi H2O mengisyaratkan bahwa perlu dicari kemungkinan gangguan di
dari urin tingkat hipofisis anterior. Sebaliknya, jika TSH meningkat,
kemampuan normal hormon tiroid dalam darah untuk
Berkurangnya menekan sintesis TSH mungkin terganggu, mungkin karena
osmolalitas berkurangnya kemampuan kelenjar tiroid menyintesis hormon
darah (Boks Klinis 16–2).
GAMBAR 16-4 Lengkung umpan-balikyang menjamin
homeostasis osmolalitas darah. Peningkatan osmolalitas darah
JENIS GANGGUAN ENDOKRIN
memicu mekanisme haus serta konservasi air oleh ginjal melalui
pelepasan vasopresin dari hipotalamus. Kedua proses di atas Juga perlu dibahas secara singkat mengenai jenis keadaan
mengurangi osmolalitas darah kembali ke kisaran normal, yang penyakit yang dapat mengganggu fisiologi endokrin. Rincian
mengumpan balik untuk mengakhiri sinyal hipotalamus tersebut. tambahan mengenai berbagai keadaan penyakit ini dapat
ditemukan di bab-bab berikutnya.
terhadap air dengan menyisipkan suatu protein yang dinamai
akuaporin. Air kemudian dipindahkan dari urine ke dalam
DEFISIENSI HORMON
sirkulasi melalui transpor transelular. Reabsorpsi air dari Defisiensi hormon tertentu paling sering ditemukan pada
urine ke darah “menyetel-ulang” osmolalitas darah ke dalam keadaan di mana terjadi kerusakan struktur kelenjar yang
kisaran fisiologis. Berkurangnya osmolalitas darah kemudian berperan menghasilkan hormon tersebut, sering karena

BOKS KLINIS 16-2

Pendekatan Kepada Pasien yang Dicurigai testosteron rendah tetapi kadar luteinizing hormone (LH) tinggi,
Mengidap Penyakit Endokrin hal ini mengisyaratkan bahwa testis tidak mampu berespons
terhadap LH. Sebaliknya, jika baik testosteron maupun LH
Tidak seperti banyak gangguan pada sistem organ individual yang
rendah, masalahnya kemungkinan besar berada di tingkat
dibahas di bagian lain buku ini, gejala penyakit endokrin mungkin hipofisis. Hormon sintetik juga dapat diberikan secara eksogen
beragam karena banyaknya sistem tubuh yang dipengaruhi oleh untuk mengetahui apakah peningkatan kadar basal suatu
kerja hormon. Selain itu, banyak kelenjar endokrin relatif tidak hormon dapat ditekan, atau kadar yang terlalu rendah dapat
dapat diakses oleh pemeriksaan fisik langsung. Karena itu, dirangsang oleh bahan relevan di hulu. Salah satu contoh aplikasi
gangguan endokrin harus didiagnosis berdasarkan gejala yang cara berpikir ini terhadap evaluasi pasien yang dicurigai
timbul serta pemeriksaan biologis yang sesuai. Radio- menghidap hipotiroidisme disajikan di Gambar 16–5.
immunoassay untuk hormon spesifik masih merupakan hal utama
dalam endokrinologi diagnostik dan dapat digunakan untuk KIAT TERAPEUTIK
mengetahui konsentrasi steady-state serta perubahan dinamik Terapi yang sesuai pada gangguan endokrin bergantung
hormon yang bersangkutan (yang terakhir memerlukan pada kelainan yang mendasari. Sebagai contoh, jika
pengambilan sampel darah berulang dalam waktu tertentu). terjadi defisiensi hormon atau releasing factor tertentu,
Selain itu, prinsip-prinsip regulasi umpan-balik pada sintesis dan sering diindikasikan terapi sulih hormon (hormone
pelepasan hormon memungkinkan dokter memperkirakan replacement therapy) untuk meredakan gejala serta
kemungkinan letak defek dengan membandingkan kadar dampak negatif jangka-panjang (Gambar 16-5).
hormon-hormon di sumbu yang sama. Sebagai contoh, jika kadar
BAB 16 Konsep Dasar Regulasi Endokrin 305

Evaluasi Hipotiroidisme
Ukur TSH

Meningkat Normal

Ukur T4 tak-terikat Dicurigai penyakit hipofisis?

Normal Low No Ya

Hipotiroidisme Primary Tidak perlu Ukur T4 tak-terikat


dilakukan
ringan hypothyroidism pemeriksaan
lebih lanjut
Rendah Normal
TPOAb+ atau TPOAb-, tidak TPOAb+ TPOAb-
simotamik ada gejala Tidak perlu dilakukan
Hipotirodisme Singkirkan pemeriksaan lebih
autoimun penyebab lain lanjut
hipotiroidisme
Singkirkan efek obat,
Terapi T4 Pemantauan Terapi T4 sick euthyroid
tiap tahun syndrome, lalu evaluasi
fungsi hipofisis anterior

GAMBAR 16-5 Ringkasan strategi untuk evaluasi laboratorium pada hipotiroidisme. TSH, thyroid stimulating hormone; T4, hormon
tiroid; TPOAb+, positif untuk autoantibodi terhadap peroksidase tiroid; TPOAb“, tidak terdapat antibodi antiperoksidase. (Disalin, dengan izin, dari
Jameson JL [editor]: Harrison's Endocrinology, 2nd ed. McGraw-Hill, 2010).

serangan autoimunitas yang tidak sesuai. Sebagai contoh, pada melitus tipe 2. Jaringan sasaran insulin secara bertahap
diabetes melitus tipe 1, sel β pankreas mengalami kerusakan menjadi semakin resisten terhadap kerja hormon ini, akibat
sehingga tidak mampu membentuk insulin, sering sejak usia berkurangnya pengaktifan fosfatidilinositol 3-kinase dan jalur
muda. Demikian juga, defisiensi hormon dapat timbul jika sinyal intrasel lainnya. Satu faktor kunci yang memicu hal ini
terjadi mutasi herediter pada faktor-faktor yang berperan dalam adalah obesitas. Selain itu, karena sekresi insulin yang
pelepasannya atau pada reseptor untuk faktor-faktor pelepasan berlebihan, sel-sel β pankreas menjadi “kelelahan” dan
(releasing factors) tersebut. Defek pada perangkat enzimatik akhirnya rusak, yang mengharuskan terapi insulin eksogen.
yang dibutuhkan untuk membentuk hormon, atau ketiadaan Karena itu, salah satu tujuan pengobatan yang penting adalah
prekursor yang sesuai (mis. defisiensi iodium menyebabkan mengurangi perkembangan menuju kegagalan sel β sebelum
hipotiroidisme) juga akan mengurangi jumlah hormon relevan resistensi insulin ireversibel terjadi, dengan diet, olahraga, dan
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
pemberian pemeka insulin [insulin sensitizer, misalnya
metformin dan rosiglitazon).
RESISTENSI HORMON
Banyak dari konsekuensi defisiensi hormon dapat ditimbulkan
pada keadaan penyakit yang hormonnya dibentuk dan KELEBIHAN HORMON
dibebaskan dalam jumlah memadai, tetapi jaringan sasaran Kebalikan dari defisiensi atau resistensi hormon dijumpai
menjadi resisten terhadap efek hormon. Memang, sering terjadi pada penyakit-penyakit dengan kelebihan hormon dan/atau
pembentukan berlebihan hormon yang bersangkutan pada stimulasi berlebihan reseptor hormon. Berbagai tumor
penyakit-penyakit ini karena lengkung umpan-balik yang endokrin dapat menghasilkan hormon dalam jumlah besar
normalnya berfungsi untuk menghentikan sintesis dan/atau dan tak-terkendali. Perhatikan bahwa sekresi hormon dari sel
sekresi hormon juga mengalami desensitisasi. Mutasi pada tumor tidak mengalami regulasi umpan-balik serupa dengan
reseptor hormon (khususnya reseptor nukleus) dapat yang dijumpai pada sumber normal hormon tersebut. Pada
menyebabkan sindrom resistensi hormon herediter. Sindrom- tumor endokrin, dijumpai efek hormon yang berlebihan.
sindrom ini, meskipun relatif jarang, biasanya menimbulkan Sebagai contoh, akromegali, atau gigantisme, terjadi pada
dampak parah, dan memberi pemahaman tentang biologi sel pasien dengan adenoma yang berasal dari somatotrop
dasar dalam sinyal hormon. Juga terdapat resistensi hormon hipofisis yang mengeluarkan hormon pertumbuhan secara
fungsional yang terjadi seiring waktu. Resistensi muncul akibat berlebihan (lihat Bab 18). Selain itu, tumor endokrin lain
kegagalan relatif sinyal reseptor untuk menyatu dengan jalur- mungkin mengeluarkan hormon-hormon di luar hormon
jalur efektor intrasel hilir yang biasanya memperantarai efek yang khas untuk jenis sel atau jaringan tempat hormon
hormon. Contoh tersering dari hal ini ditemukan pada diabetes tersebut semula berasal. Jika produksi hormon meningkat
306 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

pada semua kasus ini, biasanya juga terdapat penekanan keseimbangan dengan bentuk yang terikat ke pengangkut
terhadap releasing factor di sebelah hulu akibat terpicunya protein di plasma, dengan yang terakhir mencerminkan
lengkung umpan-balik negatif. reservoar hormon sekaligus mekanisme tambahan untuk
Gangguan berupa kelebihan hormon juga dapat ditiru mengatur ketersediaan hayati hormon.
oleh antibodi yang berikatan dengan, dan mengaktifkan, ■ Pembentukan dan pelepasan banyak hormon berada di bawah
reseptor hormon. Contoh klasik gangguan jenis ini adalah regulasi umpan-balik negatif.
penyakit Graves, pada kondisi ini pasien membentuk ■ Penyakit dapat timbul jika terdapat defisiensi atau kelebihan
thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang berikatan hormon. Defisiensi hormon dapat ditiru oleh defek herediter
dengan reseptor untuk TSH. Hal ini menyebabkan di reseptor atau jalur-jalur sinyal di hilir; kelebihan hormon
perubahan kon-formasi yang memicu pengaktifan reseptor, dapat ditiru oleh autoantibodi yang berikatan dengan dan
mengaktifkan reseptor hormon, atau oleh mutasi yang
dan karenanya, sekresi hormon tiroid tanpa adanya pemicu
mengaktifkan reseptor-reseptor ini.
fisiologis untuk proses ini. Penyakit yang berkaitan dengan
kelebihan hormon juga dapat terjadi melalui cara herediter
akibat mutasi aktivasi reseptor untuk releasing factor atau
sasaran-sasarannya di hilir. Seperti pada tumor endokrin, DAFTAR PUSTAKA
patofisiologis pelepasan hormon yang berlebihan ini tentu Jameson JL (editor): Harrison’s Endocrinology, 2nd ed. McGraw Hill,
tidak berada di bawah kendali lengkung umpan-balik negatif. 2010.
Lee EK, Gorospe M: Minireview: Posttranslational regulation of
the insulin and insulin-like growth factor systems. Endocrinol
RINGKASAN BAB 2010;151:1403.
Levin ER: Minireview: Extranuclear steroid receptors: Roles in
■ Sistem endokrin terdiri dari serangkaian kelenjar dan kurir-
modulation of cell functions. Mol Endocrinol 2011;25:377.
kurir kimiawi yang dihasilkannya, yang disebut sebagai
Manna PR, Stocco DM: The role of specific mitogen-activated
hormon. Hormon berperan penting dalam memastikan
protein kinase signaling cascades in the regulation of
stabilitas relatif sistem-sistem tubuh, yaitu homeostasis.
steroidogenesis. J Signal Transduct 2011. Article ID 821615;
■ Hormon dapat dikelompokkan ke dalam kategori peptida/ 13 pp.
protein, amina, dan steroid. Hormon larut-air (peptida dan Musso C, Cochran E, Moran SA, Skarulis MC, Oral EA, Taylor
katekolamin) berikatan dengan reseptor di permukaan sel; S, Gorden P: Clinical course of genetic diseases of the insulin
hormon hidrofobik berdifusi ke dalam sel dan mengaktifkan receptor (Type A and Rabson-Mendenhall syndromes).
reseptor nukleus untuk mengatur transkripsi gen. Reseptor A 30-year perspective. Medicine 2004;83:209.
dan hormon tampaknya berevolusi secara sejajar. Walker JJ, Terry JR, Tsaneva-Atanasova K, Armstrong SP, McArdle
■ Ketersediaan hormon ditentukan oleh laju pembentukan, CA, Lightman SL: Encoding and decoding mechanisms of
adanya releasing factor, dan laju penguraian atau pulsatile hormone secretion. J Neuroendocrinol 2010;22:1226.
penyerapannya. Hormon hidrofobik bebas juga berada dalam
17
B A B

Regulasi Fungsi Hormon


oleh Hipotalamus

T U J U A N ■ Menjelaskan berbagai hubungan anatomi antara hipotalamus dan


hipofisis serta fungsi masing-masing hubungan.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menyebutkan faktor-faktor yang mengontrol asupan air, dan menguraikan
Anda seyogianya mampu: cara bagaimana faktor-faktor itu bekerja.
■ Menjelaskan pembentukan, pengolahan, penyimpanan, dan sekresi hormon
hipofisis posterior.
■ Membahas efek vasopresin, reseptor tempatnya bekerja, dan bagaimana
sekresinya dikendalikan.
■ Membahas efek oksitosin, reseptor tempatnya bekerja, dan bagaimana
sekresinya dikendalikan.
■ Menyebutkan hormon-hormon hipofisiotropik, dan menerangkan efek masing-
masing pada fungsi hipofisis anterior.
■ Menyebutkan mekanisme pembentukan dan pengeluaran panas tubuh, serta
mengomentari tentang perbedaan suhu hipotalamus, rektum, rongga mulut,
dan kulit.
■ Menyebutkan berbagai mekanisme yang mengatur suhu, dan menjelaskan
bagaimana mekanisme-mekanisme ini terintegrasi di bawah kontrol
hipotalamus untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
■ Membahas patofisiologi demam.

PENDAHULUAN
Banyak dari mekanisme otonom kompleks yang Hipotalamus juga berfungsi bersama sistem limbik sebagai
mempertahankan sifat konstan kimiawi dan suhu satu kesatuan yang mengatur emosi dan perilaku insting.
lingkungan internal terintegrasi di hipotalamus.

HIPOTALAMUS: GAMBARAN KONEKSI AFEREN &


ANATOMI EFEREN HIPOTALAMUS
Hipotalamus (Gambar 17–1) adalah bagian dari ujung Jalur-jalur saraf aferen dan eferen utama ke dan dari
anterior diensefalon yang terletak di bawah sulkus hipotalamus umumnya tidak bermielin. Banyak yang
hipotalamikus dan di depan nukleus interpedunkularis. Bagian menghubungkan hipotalamus dengan sistem limbik. Juga
ini dibagi menjadi berbagai nukleus dan daerah nukleus. terdapat koneksi-koneksi penting antara hipotalamus

307
308 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Daerah hipotalamus dorsal Nukleus hipotalamus posterior

Nukleus dorsomedial
Nukelus paraventrikularis
Nukleus ventromedial
Daerah hipotalamus anterior
Nukleus premamilaris
Daerah praoptik

Nukleus mamilaris medial


Nukleus supraoptikus
Nukleus mamilaris lateral
Nukleus suprakiasmatikus

Nukleus arkuatus Korpus mamilare

Kiasma optikum Pleksus


primer
Eminensia mediana

Arteri hipofisialis superior

Pembuluh hipofisis porta

Lobus anterior Hipofisis Lobus posterior

GAMBAR 17-1 Hipotalamus manusia, dengan diagram yang menggambarkan pembuluh porta hipofisis.

dan berbagai nukleus di tegmentum otak tengah, pons, dan


otak belakang.
Neuron-neuron penghasil norepinefrin dengan badan sel
mereka di otak belakang berakhir di banyak bagian hipotalamus
(lihat Gambar 7-2). Neuron-neuron paraventrikel yang
menyekresi oksitosin dan vasopresin sebaliknya berproyeksi ke Nukleus Nukleus supraoptikus
dan paraventrikularis
otak belakang dan medula spinalis. Neuron-neuron yang arkuatus
menyekresi epinefrin memiliki badan sel di otak belakang dan dan
nukleus lain
berakhir di hipotalamus ventral.
Sistem intrahipotalamus terdiri dari neuron penghasil
dopamin dengan badan sel di nukleus arkuatus dan berakhir
di atau dekat dengan kapiler-kapiler yang membentuk MB
pembuluh porta di eminensia mediana. Neuron penghasil
serotonin berproyeksi ke hipotalamus dari nukeus rafe.
OC
HUBUNGAN DENGAN HIPOFISIS
Terdapat hubungan saraf antara hipotalamus dan lobus
posterior hipofisis dan hubungan vaskular antara hipotalamus
dan lobus anterior hipofisis. Secara embriologis, hipofisis
AL PL
posterior berasal dari evaginasi dasar ventrikel ketiga. Bagian
ini sebagian besar terdiri dari ujung-ujung akson yang berasal
dari badan sel di nukleus supraoptikus dan paraventrikularis Hormon
serta berjalan ke hipofisis posterior (Gambar 17–2) melalui hipofisis posterior
traktus hipo-talamohipofisialis. Sebagian besar dari serat Hormon
hipofisis anterior
supraoptik berakhir di lobus posterior itu sendiri, sementara
sebagian dari serat paraventrikel berakhir di eminensia GAMBAR 17-2 Sekresi hormon hipotalamus. Hormon-hormon
mediana. Lobus anterior dan intermediat hipofisis berasal dari lobus posterior (PL) dilepaskan ke dalam sirkulasi umum dari ujung-
kantong Rathke pada mudigah, suatu evaginasi dari atap ujung neuron supraoptik dan paraventrikel, sementara hormon-
hormon hipofisiotropik disekresikan ke dalam sirkulasi porta hipofisis
faring (lihat Gambar 18-1). Serat saraf simpatis mencapai
dari ujung-ujung neuron arkuata dan neuron hipotalamus lainnya. AL,
lobus anterior dari kapsulnya, dan serat parasimpatis lobus anterior; MB, korpus mamilare; OC, kiasma optikum.
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 309

TABEL 17–1 Ringkasan mekanisme utama regulasi hipotalamus.


Fungsi Aferen dari Daerah Integrasi

Mengatur suhu Reseptor suhu di kulit, jaringan dalam, medula spinalis, Hipotalamus anterior, berespons terhadap panas;
hipotalamus, dan bagian lain otak hipotalamus posterior, berespons terhadap dingin
Kontrol neuroendokrin atas:

Katekolamin Daerah limbik yang berkaitan dengan emosi Hipotalamus dorsal dan posterior
Vasopresin Osmoreseptor, "reseptor volume", lain-lain Nukleus supraoptikus dan paraventrikularis
Oksitosin Reseptor sentuh di payudara, uterus, genitalia Nukleus supraoptikus dan paraventrikularis
Thyroid-stimulating hormone Reseptor suhu pada bayi, mungkin yang lain Nukleus paraventrikularis dan daerah sekitar
(TSH, tirotropin) melalui TRH
Hormon adrenokortikotropik Sistem limbik (rangsangan emosional); formasio Nukleus paraventrikularis
(ACTH) dan β-lipotropin (β-LPH) retikularis (rangsangan "sistemik"); sel-sel hipotalamus
melalui CRH dan hipofisis anterior yang peka terhadap kadar kortisol
darah; nukleus suprakiasmatikus (irama diurnal)
Follicle-stimulating hormone Sel-sel hipotalamus yang peka terhadap estrogen, Daerah praoptik; daerah lain
(FSH) dan luteinizing hormone mata, reseptor sentuh di kulit dan genitalia spesies-
(LH) melalui GnRH spesies yang berovulasi
Prolaktin melalui PIH dan PRH Reseptor sentuh di payudara, reseptor lain yang Nukleus arkuatus; daerah lain (hipotalamus
belum diketahui menghambat sekresi)
Hormon pertumbuhan melalui Reseptor belum diketahui Nukleus paraventrikularis, nukleus arkuatus
somatostatin dan GRH
Perilaku "appetitive"
Haus Osmoreseptor, mungkin terletak di organum Hipotalamus superior lateral
vaskulosum lamina terminalis; penyerapan
angiotensin II di organ subforniks
Lapar Sel glukostat yang peka terhadap laju pemakaian Nukleus ventromedial, arkuatus, dan
glukosa; reseptor leptin; reseptor untuk polipeptida lain paraventrikularis; hipotalamus lateral
Perilaku seks Sel-sel yang peka terhadap estrogen dan androgen dalam Hipotalamus ventral anterior plus, pada
darah, lain-lain pria, korteks piriformis
Reaksi pertahanan Organ indra dan neokorteks, jalur belum diketahui Difus, di sistem limbik dan hipotalamus
(takut, marah)

Kontrol irama tubuh Retina melalui serat retinohipotalamus Nukleus suprakiasmatikus

mencapainya dari nervus petrosus, tetapi hanya sedikit,


kalaupun ada, serat saraf yang berjalan dari hipotalamus.
FUNGSI HIPOTALAMUS
Namun, pembuluh porta hipofisis membentuk suatu hubungan Fungsi utama hipotalamus dirangkum dalam Tabel 17–1.
vaskular langsung antara hipotalamus dan hipofisis anterior. Sebagian adalah refleks visera yang jelas, dan yang lain
Cabang-cabang arteri dari arteri karotis dan sirkulus Wilisi mencakup perilaku kompleks dan reaksi emosi; namun,
membentuk suatu anyaman kapiler berpori yang dinamai semua melibatkan respons tertentu terhadap rangsangan
pleksus primer di permukaan ventral hipotalamus (Gambar tertentu. Hal ini perlu selalu diingat dalam membahas fungsi
17-1). Lengkung kapiler juga menembus eminensia mediana. hipotalamus.
Kapiler mengalirkan isinya ke dalam pembuluh-pembuluh porta
sinusoid hipofisis yang mengangkut darah menuruni tangkai HUBUNGAN DENGAN FUNGSI
hipofisis ke kapiler hipofisis anterior. Sistem ini berawal dan
berakhir di kapiler-kapiler tanpa mengalir ke jantung dan
OTONOM
karenanya merupakan suatu sistem porta sejati. Pada unggas dan Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebut hipo-
beberapa mamalia, termasuk manusia, tidak ada pasokan arteri talamus sebagai “ganglion pemimpin pada sistem otonom”.
hipofisis anterior lain selain pembuluh kapsul dan hubungan Stimulasi hipotalamus menimbulkan respons otonom, tetapi
anastomosis dari kapiler-kapiler hipofisis posterior. Eminensia hipotalamus tampaknya tidak berkaitan dengan regulasi oleh
mediana umumnya didefinisikan sebagai bagian dari fungsi visera. Respons-respons otonom yang dipicu di
hipotalamus ventral tempat pembuluh-pembuluh porta berasal. hipotalamus tampaknya lebih merupakan merupakan bagian
Regio ini berada di luar sawar darah-otak (lihat Bab 33). dari fenomena yang lebih
310 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

kompleks misalnya makan, dan emosi seperti marah. Sebagai Hipertonisitas Hipovolemia
contoh, stimulasi di berbagai bagian hipotalamus, khususnya
daerah lateral, menyebabkan lepas-muatan simpatis difus
dan peningkatan sekresi medula adrenal— lepas-muatan
simpatis massal seperti terlihat pada hewan yang mengalami Osmoreseptor
Baroreseptors
stres (reaksi lawan atau lari; lihat Bab 13). Angiotensin II
Telah diketahui bahwa sekresi epinefrin dan
norepinefrin diatur oleh daerah-daerah hipotalamus yang
Hipotalamus
berbeda. Sekresi diferensial salah satu dari katekolamin
medula adrenal ini memang terjadi pada situasi tertentu
(lihat Bab 20), tetapi peningkatan selektifnya kecil.
Berat badan bergantung pada keseimbangan antara asupan
kalori dan pemakaian kalori. Obesitas terjadi jika yang asupan Rasa haus
kalori melebihi pemakaian kalori. Hipotalamus dan bagian-
bagian terkait otak berperan penting dalam regulasi asupan GAMBAR 17-4 Gambaran diagramatikbagaimana perubahan
osmolalitas plasma dan perubahan volume CES memengaruhi rasa
makanan. Obesitas dibahas secara lebih rinci di Bab 26, dan haus melalui jalur berbeda.
hubungan obesitas dengan diabetes melitus dibahas di Bab 24.
Pengendalian tidur dan irama sirkadian oleh hipo- Berkurangnya volume CES juga merangsang rasa haus
talamus dibahas di Bab 14. melalui jalur yang independen dari jalur yang mem-perantarai
rasa haus sebagai respons terhadap peningkatan osmolalitas
plasma ( Gambar 17–4 ). Karena itu, perdarahan menyebabkan
RASA HAUS peningkatan minum meskipun tidak terjadi perubahan osmo-
Mekanisme appetitive lain yang berada di bawah kontrol lalitas plasma. Efek deplesi volume CES pada rasa haus sebagian
hipotalamus adalah haus. Minum diatur oleh osmolalitas diperantarai oleh sistem renin-angiotensin (lihat Bab 38). Sekresi
plasma dan volume cairan ekstrasel (CES) mirip dengan renin meningkat oleh hipovolemia dan menyebabkan pening-
sekresi vasopresin (lihat Bab 38). Asupan air meningkat katan angiotensin II dalam darah. Angiotensin II bekerja pada
jika tekanan osmotik efektif plasma bertambah (Gambar organ subforniks, suatu daerah reseptor khusus di diensefalon
17–3), volume CES berkurang, serta faktor psikologis dan (lihat Gambar 33-7), untuk merangsang daerah-daerah saraf
faktor lain. Osmolalitas bekerja melalui osmoreseptor, yang berkaitan dengan rasa haus. Beberapa bukti menyarankan
reseptor yang mendeteksi osmolalitas cairan tubuh. bahwa bahan ini juga bekerja pada organum vaskulosum lamina
Osmoreseptor-osmoreseptor ini terletak di hipotalamus terminalis (OVLT). Daerah-daerah ini sangat permeabel dan
merupakan dua organ sirkum ventrikel yang terletak di luar
anterior.
sawar darah-otak (lihat Bab 33). Namun, obat yang menghambat
kerja angiotensin II tidak secara total menghambat respons haus
10
terhadap hipovolemia, dan tampaknya bahwa baroreseptor di
jantung dan pembuluh darah juga berperan.
Asupan cairan meningkat selama makan (minum pran-
8 dial). Peningkatan ini disebut respons yang dipelajari atau
kebiasaan, tetapi belum pernah diteliti secara mendalam. Salah
Intensitas rasa haus

satu faktornya adalah peningkatan osmolalitas plasma yang


6 terjadi ketika makanan diserap. Yang lain mungkin adalah efek
satu atau lebih hormon pencernaan pada hipotalamus.
Jika sensasi haus dihambat, baik akibat kerusakan
4 langsung pada diensefalon atau karena penekanan kesadaran,
pasien berhenti minum cairan dalam jumlah adekuat. Terjadi
dehidrasi jika tidak dilakukan tindakan yang sesuai untuk
2 mempertahankan keseimbangan air. Jika asupan protein
tinggi, produk-produk metabolisme protein dapat menyebab-
kan diuresis osmotik (lihat Bab 38), dan jumlah air yang
0 dibutuhkan untuk mempertahankan hidrasi besar. Sebagian
280 300 320 besar kasus hiper-natremia sebenarnya hanyalah suatu
Osmolalitas plasma (mOsm/kg) dehidrasi sederhana pada pasien dengan psikosis atau penyakit
hipotalamus yang tidak dapat atau tidak ingin meningkatkan
GAMBAR 17-3 Hubungan osmolalitas plasma dengan rasa haus asupan air mereka ketika mekanisme rasa haus terangsang.
pada orang dewasa sehat selama infus larutan salin hiper-tonik.
Lesi di arteri komunikans anterior juga meredam rasa haus
Intensitas rasa haus diukur pada skala analog khusus. (Disalin, dengan
izin, dari Thompson CJ et al: The osmotic thresholds for thirst and vasopressin
karena cabang-cabang arteri ini mendarahi daerah-daerah
release are similar in healthy humans. Clin Sci Lond 1986,71:651). hipotalamus yang berkaitan dengan rasa haus.
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 311

FAKTOR LAIN YANG S S

MEMENGARUHI ASUPAN AIR Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn-Cys-Pro-Arg-Gly-NH2


1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sejumlah faktor lain dipastikan ikut berperan dalam regulasi
asupan air. Faktor psikologis dan sosial penting. Kekeringan Vasopresin arginin
membran mukosa faring menyebabkan sensasi haus. Pasien
yang asupan cairannya harus dibatasi kadang dapat S S
mengurangi rasa haus mereka dengan mengisap kepingan es Cys-Tyr-Ile-Gln-Asn-Cys-Pro-Leu-Gly-NH2
atau handuk basah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Anjing, kucing, unta, dan beberapa hewan lain yang
kehausan minum air dengan cepat dalam jumlah cukup Oksitosin
untuk mengatasi defisit airnya. Hewan-hewan ini berhenti
minum sebelum air diserap (selagi plasma masih hipertonik), GAMBAR 17-5 Vasopresin arginin dan oksitosin.
sehingga pastilah terdapat sejenis “pencatat” faring-gastro-
intestinal yang berperan. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa manusia memiliki kemampuan mencatat tersebut tersebut disekresikan sebagai respons terhadap aktivitas
meskipun tidak berkembang sempurna. listrik di ujung-ujung akson tersebut. Sebagian dari neuron
membentuk oksitosin dan yang lain membentuk vasopresin,
KONTROL SEKRESI dan sel yang mengandung oksitosin dan yang mengandung
HIPOFISIS POSTERIOR vasopresin ditemukan di kedua nukleus.
Oksitosin dan vasopresin adalah hormon saraf tipikal,
VASOPRESIN & OKSITOSIN yaitu, hormon yang disekresikan ke dalam sirkulasi oleh sel
saraf. Di Gambar 17–6, jenis regulasi saraf ini dibandingkan
Pada sebagian besar hewan, hormon-hormon yang disekresi- dengan jenis lain. Istilah neurosekresi semula diajukan
kan oleh hipofisis posterior adalah vasopresin arginin (AVP) untuk menjelaskan sekresi hormon oleh neuron, tetapi
dan oksitosin. Pada kuda nil dan sebagian besar babi, arginin istilah ini agak menyesatkan karena tampaknya semua
dalam molekul vasopresin diganti oleh lisin untuk mem- neuron mengeluarkan kurir kimiawi (lihat Bab 7).
bentuk vasopresin lisin. Hipofisis posterior beberapa spesies Seperti hormon peptida lainnya, hormon lobus posterior
babi dan hewan berkantong mengandung campuran disintesis sebagai bagian dari molekul prekursor yang lebih
vasopresin arginin dan lisin. Hormon-hormon lobus besar. Vasopresin dan oksitosin masing-masing memiliki
posterior adalah nanopeptida dengan cincin disulfida di neurofisin khas yang berkaitan dengan keduanya di granula
salah satu ujungnya (Gambar 17–5). neuron yang menghasilkannya—neurofisin I pada kasus
oksitosin dan neurofisin II pada kasus vasopresin. Neurofisin
BIOSINTESIS, TRANSPOR semula diperkirakan adalah poli-peptida pengikat tetapi kini
INTRANEURON, & SEKRESI tampaknya neurofisin hanyalah bagian dari molekul
prekursor. Prekursor untuk AVP, prepropresofisin,
Hormon-hormon hipofisis posterior disintesis di badan sel
mengandung leader sequence residu 19 asam amino diikuti
neuron magnoselular di nukleus supraoptikus dan paraven-
oleh AVP, neurofisin II, dan suatu glikopeptida (Gambar
trikularis dan diangkut menuruni akson neuron-neuron ini
17–7). Prepro-oksifisin, prekursor oksitosin, adalah molekul
ke ujung-ujung di lobus posterior, tempat hormon-hormon
serupa tetapi lebih kecil dan tidak memiliki glikopeptida.

Releasing/
inhibiting
hormones
Asetilkolin Asetilkolin Asetilkolin
Pembuluh Vasopresin
porta
Norepinefrin Norepinefrin Sirkulasi
atau umum
Asetilkolin asetilkolin Epinefrin, ACTH, TSH,
norepinefrin GH, FSH, LH,
Renin prolaktin

Saraf motorik Saraf motorik Sel Medula Hipofisis Hipofisis


ke otot ke otot polos dan juksta- adrenal anterior posterior
rangka otot jantung glomerulus

GAMBAR 17-6 Mekanisme kontrol saraf. Dalam dua situasi di kiri, neurotransmiter bekerja di ujung saraf pada otot; pada dua di tengah,
neurotransmiter mengatur sekresi kelenjar endokrin; dan pada dua di kanan, neuron mengeluarkan hormon ke dalam sirkulasi porta hipofisis
dan sirkulasi umum.
312 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

1 Peptida sinyal 19 aa 1 Peptida sinyal 19 aa


2 Vasopresin 9 aa 2 Oksitosin 9 aa
3 Neurofisin II 95 aa 3 Neurofisin I 93 aa
4 Glikopeptida 39 aa

1 2 3 4 1 2 3

-Gly-Lys-Arg- -Arg- -Gly-Lys-Arg- -Arg/His

GAMBAR 17-7 Struktur prepropresofisin (kiri) dan prepro-oksifisin (kanan) sapi. Gly di posisi 10 di kedua peptida penting untukamidasi
residu Gly di posisi 9. aa, residu asam amino. (Disalin, dengan izin, dari Richter D: Molecular events in expression of vasopressin and oxytocin and their cognate
receptors. Am J Physiol 1988;255:F207).

Molekul prekursor disintesis di ribosom badan sel secara bergantian dengan periode-periode peredaman listrik
neuron. Leader sequence molekul ini disingkirkan di (phasic bursting). Letupan-letupan fasik ini umumnya tidak
retikulum endoplasma dan molekul dikemas ke dalam sinkron di neuron-neuron penghasil vasopresin. Letupan ini
granula sekretorik di aparatus Golgi untuk diangkut cocok untuk mempertahankan peningkatan terus-menerus
menuruni akson dengan arus aksoplasmik ke ujung-ujung di pengeluaran vasopresin, yang berbeda dari lepas-muatan
hipofisis posterior. Granula sekretorik, yang dinamai badan neuron penghasil oksitosin yang sinkron, relatif singkat, dan
Herring, mudah diwarnai pada potongan jaringan, dan berfrekuensi tinggi sebagai respons terhadap rangsangan
granula ini telah diteliti secara mendalam. Pemutusan pada puting payudara.
molekul prekursor terjadi ketika molekul sedang diangkut,
dan granula penyimpanan di ujung akson mengandung A HFD
vasopresin atau oksitosin bebas serta neurofisin terkaitnya. Laju
Pada kasus vasopresin, glikopeptida juga ditemukan. Semua
produk ini disekresikan, tetapi fungsi komponen-komponen
selain hormon hipofisis posterior belum diketahui. Kontrol Rate ME 50/dtk
fisiologis sekresi vasopresin dijelaskan secara rinci di Bab 38.
Tekanan intramamaria

AKTIVITAS LISTRIK NEURON B


Kontrol
MAGNOSELULAR
Neuron penghasil oksitosin dan penghasil vasopresin juga ME
menghasilkan dan menghantarkan potensial aksi, dan
5 mL darah dikeluarkan
potensial aksi yang mencapai ujung-ujung neuron ini
memicu pelepasan hormon oleh eksositosis dependen-Ca2+.
Paling tidak pada tikus yang dianestesi, neuron-neuron ini
inaktif pada keadaan istirahat atau menghasilkan impuls 5 mL darah dikeluarkan (+ 20 min)
dengan kecepatan rendah dan ireguler (0,1-3 spikes per
detik). Namun, respons tikus ini terhadap rangsangan
bervariasi (Gambar 17–8). Stimulasi pada puting payudara 1 mnt 10/dtk
menyebabkan impuls sinkron berfrekuensi tinggi neuron-
neuron oksitosin setelah masa laten yang cukup. Lepas GAMBAR 17-8 Respons neuron magnoselular terhadap
rangsangan. Rekaman ini memperlihatkan potensial aksi yang
muatan ini menyebabkan pelepasan oksitosin secara direkam ekstrasel secara individual, kecepatan lepas muatan, dan
berdenyut dan, karenanya, ejeksi/semburan susu pada wanita tekanan duktus intramamaria. A) Respons neuron penghasil oksitosin.
pascapartus. Di sisi lain, stimulasi neuron penghasil HFD, lepas muatan berfrekuensi tinggi; ME, ejeksi/semburan susu.
Stimulasi puting payudara dimulai sebelum rekaman dimulai. B)
vasopresin oleh rangsangan seperti peningkatan osmolalitas Respons neuron penghasil vasopresin, yang tidak memperlihatkan
darah sewaktu dehidrasi, atau kehilangan volume darah perubahan pada kecepatan lepas muatan yang rendah sebagai
respons terhadap perangsangan puting dan peningkatan segera
karena perdarahan, menyebabkan peningkatan tetap kecepatan lepas muatan ketika dilakukan pengambilan darah 5 mL,
frekuensi lepas-muatan diikuti oleh pola lepas-muatan fasik diikuti oleh lepas muatan fasik khas. (Dimodifikasi dari Wakerly JB:
Hypothalamic neurosecretory function: Insights from electrophysiological studies of
berkepanjangan saat lepas muatan berfrekuensi tinggi timbul the magno-cellular nuclei. IBRO News 1985;4:15).
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 313

VASOPRESIN & OKSITOSIN sekresi oksitosin dari hipofisis posterior (Gambar 17-8).
Pengisapan payudara oleh bayi merangsang reseptor sentuh,
DI LOKASI LAIN nukleus terangsang, oksitosin dibebaskan, dan susu
Neuron penghasil vasopresin ditemukan di nukleus supra- disemburkan ke dalam sinus, siap untuk mengalir ke dalam
kiasmatikus, dan vasopresin dan oksitosin juga ditemukan di mulut bayi tersebut. Pada wanita menyusui, stimulasi genital
ujung-ujung neuron yang berproyeksi dari nukleus paraven- dan emosi juga menyebabkan sekresi oksitosin, kadang
trikularis ke batang otak dan medula spinalis. Neuron-neuron ini menyebabkan keluarnya susu dari payudara.
tampaknya berperan dalam kontrol kardiovaskular. Selain itu,
vasopresin dan oksitosin disintesis di gonad dan korteks adrenal,
Efek Lain Oksitosin
dan oksitosin terdapat di timus. Fungsi peptida-peptida tersebut Oksitosin menyebabkan kontraksi otot polos uterus.
di organ-organ ini belum diketahui. Sensitivitas otot uterus terhadap oksitosin ditingkatkan oleh
estrogen dan dihambat oleh progesteron. Efek inhibitorik
Reseptor Vasopresin progesteron disebabkan oleh efek langsung steroid pada
Terdapat paling sedikit tiga jenis reseptor vasopresin: V1A, reseptor oksitosin uterus. Pada kehamilan tahap lanjut, uterus
V1B, dan V2. Semuanya berkaitan dengan protein G. Reseptor menjadi sangat peka terhadap oksitosin yang bersamaan
V1A dan V1B bekerja melalui hidrolisis fosfatidilinositol untuk dengan peningkatan mencolok jumlah reseptor oksitosin dan
meningkatkan konsentrasi Ca2+ intrasel. Reseptor V2 bekerja mRNA reseptor oksitosin (lihat Bab 22). Sekresi oksitosin
melalui Gs untuk meningkatkan kadar cAMP. kemudian meningkat selama persalinan. Setelah pembukaan
serviks, penurunan janin melalui jalan lahir memicu impuls-
Efek Vasopresin impuls di saraf aferen yang disalurkan ke nukleus
Karena salah satu efek fisiologis utama adalah retensi air oleh supraoptikus dan paraventrikularis, menyebabkan sekresi
ginjal, vasopresin sering dinamai hormon antidiuretik oksitosin dalam jumlah memadai untuk merangsang
(ADH). Bahan ini meningkatkan permeabilitas duktus koli- persalinan (Gambar 22-4). Jumlah oksitosin dalam plasma
gens ginjal sehingga air masuk ke interstisium yang normal pada awal persalinan. Ada kemungkinan bahwa
hipertonik piramid ginjal (lihat Bab 37). Urine menjadi lebih peningkatan mencolok reseptor oksitosin pada saat ini
pekat dan volumenya berkurang. Karena itu, efek memungkinkan kadar oksitosin normal memicu kontraksi,
keseluruhan yang terakhir adalah retensi air melebihi zat mempersiapkan umpan-balik positif. Namun, jumlah
terlarut; akibatnya, tekanan osmotik efektif cairan tubuh oksitosin di uterus juga meningkat, dan oksitosin produksi
berkurang. Tanpa vasopresin, urine menjadi hipotonik lokal juga mungkin berperan.
dibandingkan dengan plasma, volume urine meningkat, dan Oksitosin juga dapat bekerja pada uterus non-hamil
terjadi pengeluaran netto air. Akibatnya, osmolalitas cairan untuk meningkatkan transpor sperma. Mengalirnya sperma
tubuh meningkat. menaiki kanal genitalia wanita ke tuba uterina tempat
Efek Oksitosin pembuahan normalnya berlangsung, bergantung tidak saja
pada kekuatan gerak sperma tetapi juga, paling tidak pada
Pada manusia, oksitosin terutama bekerja pada payudara dan beberapa spesies, pada kontraksi uterus. Stimulasi genital
uterus, meskipun hormon ini tampaknya juga berperan dalam yang terjadi pada koitus melepaskan oksitosin, tetapi belum
luteolisis (lihat Bab 22). Di miometrium manusia dapat diketahui apakah oksitosin memicu kontraksi uterus khusus
ditemukan reseptor oksitosin terkait-protein G, dan reseptor yang mempermudah transpor sperma. Sekresi oksitosin juga
serupa atau identik ditemukan di jaringan payudara dan meningkat oleh rangsangan stres dan, seperti pada
ovarium. Reseptor ini memicu peningkatan kadar Ca2+ intrasel. vasopresin, dihambat oleh alkohol.
Refleks Ejeksi/Semburan Susu Pada pria, oksitosin dalam darah meningkat pada saat
Oksitosin menyebabkan kontraksi sel mioepitel yang ejakulasi, dan ada kemungkinan bahwa hal ini meningkatkan
melapisi bagian dalam duktus payudara. Proses ini kontraksi otot polos vas deferens, mendorong sperma ke
menyebabkan air susu terperas keluar dari alveolus payudara arah uretra.
laktasi menuju duktus besar (sinus) dan kemudian keluar
melalui puting (ejeksi susu). Banyak hormon yang bekerja KONTROL SEKRESI
sama untuk menyebabkan pertumbuhan payudara dan HIPOFISIS ANTERIOR
sekresi susu ke dalam duktus (lihat Bab 22), tetapi ejeksi susu
di sebagian besar spesies memerlukan oksitosin.
HORMON HIPOFISIS
Ejeksi susu biasanya dipicu oleh suatu refleks neuroen-
dokrin. Reseptor yang terlibat adalah reseptor sentuh, yang ANTERIOR
banyak terdapat di payudara—khususnya di sekitar puting. Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon: hormon
Impuls yang dihasilkan di reseptor ini dipancarkan dari jalur- adrenokortikotropik (kortikotropin, ACTH), thyroid-stimu-
jalur sentuh somatik ke nukleus supraoptikus dan paraventri- lating hormone (tirotropin, TSH), hormon pertumbuhan,
kularis. Lepas muatan neuron penghasil oksitosin menyebabkan follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH),
314 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Hipofisis anterior

Hormon
β-LPH ACTH TSH FSH LH Prolaktin
pertumbuhan

? Payudara

17-Hidroksi- Somato- Tiroksin Estrogen Progesteron


kortikosteroid medin
Aldosteron,
hormon seks

GAMBAR 1 7-9 Hormon hipofisis anterior. Pada wanita, FSH dan LH bekerja secara berurutan pada ovarium untuk merangsang
pertumbuhan folikel ovarium, ovulasi, dan pembentukan serta pemeliharaan korpus luteum. Prolaktin merangsang laktasi. Pada pria, FSH
dan LH mengontrol fungsi testis.

dan prolaktin (PRL). Suatu polipeptida tambahan, β-lipotropin HORMON HIPOFISIOTROPIK


(β-LPH), disekresikan bersama ACTH, tetapi peran fisiologisnya
belum diketahui. Efek hormon-hormon hipofisis anterior Terdapat enam releasing hormone dan inhibiting hormone
diringkaskan di Gambar 17–9. Hormon-hormon dibahas secara hipotalamus (Gambar 17–10): corticotropin-releasing
rinci di bab-bab berikutnya. Hipotalamus memiliki peran hormone CRH); thyrotropin-releasing hormone (TRH);
stimulatorik penting dalam regulasi sekresi ACTH, β-LPH, TSH, growth hormone-releasing hormone (GRH); growth
hormon pertumbuhan, FSH, dan LH. Organ ini juga mengatur hormone inhibiting hormone (GIH, kini umumnya
sekresi prolaktin, tetapi efeknya terutama bersifat inhibitorik disebut somatostatin); luteinizing hormone-releasing
bukan stimulatorik. hormone (LHRH, kini dikenal sebagai gonadotropin
releasing hormone, GnRH); dan prolactin inhibiting
hormone (PIH). Selain itu, ekstrak hipotalamus
SIFAT KONTROL HIPOTALAMUS mengandung prolactin-releasing activity, dan dipostulasikan
Sekresi hipofisis anterior dikendalikan oleh bahan-bahan bahwa terdapat prolacting-releasing hormone (PRH). TRH,
kimia yang diangkut dalam pembuluh porta hipofisis dari VIP, dan beberapa polipeptida lain yang ditemukan di
hipotalamus ke hipofisis. Bahan-bahan ini dahulu biasa hipotalamus merangsang sekresi prolaktin, tetapi belum jelas
disebut releasing factor dan inhibiting factor, tetapi kini sering apakah satu atau lebih dari peptida-peptida ini yang
disebut hormon hipofisiotropik. Istilah terakhir ini tampaknya merupakan PRH fisiologis. Baru-baru ini, suatu reseptor yatim
tepat karena kedua bahan ini disekresikan ke dalam aliran berhasil diisolasi dari hipofisis anterior, dan pencarian
darah dan bekerja di luar dari tempat asalnya. Sejumlah kecil terhadap ligannya menghasilkan isolasi suatu polipeptida 31
bahan lolos ke dalam sirkulasi umum, tetapi konsentrasi asam amino dari hipotalamus manusia. Polipeptida ini
tertinggi keduanya terdapat dalam darah porta hipofisis. merangsang sekresi prolaktin melalui efek pada reseptor

Hipotalamus
GRH PRH
CRH TRH GnRH GIH PIH

Hipofisis
anterior

β-LPH ACTH TSH LH FSH Hormon Prolaktin


pertumbuhan

GAMBAR17-10 Efek hormon hipofisiotropik pada sekresi hormon-hormon hipofisis anterior.


BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 315

TRH (pyro)Glu-His-Pro-NH2

GnRH (pyro)Glu-His-Trp-Ser-Tyr-Gly-Leu-Arg-Pro-Gly-NH2

S S
Somatostatin Ala-Gly-Cys-Lys-Asn-Phe-Phe-Trp-Lys-Thr-Phe-Thr-Ser-Cys

CRH Ser-Glu-Glu-Pro-Pro-Ile-Ser-Leu-Asp-Leu-Thr-Phe-His-Leu-Leu-Arg-Glu-Val-Leu-Glu-Met-Ala-Arg-Ala-Glu-Gln-
Leu-Ala-Gln-Gln-Ala-His-Ser-Asn-Arg-Lys-Leu-Met-Glu-Ile-Ile-NH2

GRH Tyr-Ala-Asp-Ala-Ile-Phe-Thr-Asn-Ser-Tyr-Arg-Lys-Val-Leu-Gly-Gln-Leu-Ser-Ala-Arg-Lys-Leu-Leu-Gln-Asp-Ile-
Met-Ser-Arg-Gln-Gln-Gly-Glu-Ser-Asn-Gln-Glu-Arg-Gly-Ala-Arg-Ala-Arg-Leu-NH2

PIH Dopamine

GAMBAR 17-11 Strukturhormon-hormonhipofisiotropikpadamanusia. Preprosomatostatin diproses menjadi suatu tetradekapeptida


(somatostatin 14, [SS14], diperlihatkan di atas) dan juga menjadi suatu polipeptida yang mengandung 28 asam amino (SS28).

hipofisis anterior, tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut pankreas (lihat Bab 24), GRH disekresikan oleh tumor
untuk menentukan apakah polipeptida ini merupakan PRH pankreas, serta somatostatin dan TRH ditemukan di kanal
fisiologis. GnRH merangsang sekresi FSH serta LH, dan kecil cerna (lihat Bab 25).
kemungkinannya bahwa terdapat FSH-releasing hormone
tersendiri.
Struktur enam hormon hipofisiotropik di atas diper-
Oksitosin
lihatkan di Gambar 17–11. Struktur gen dan prapro- TRH
hormon untuk TRH, GnRH, somatostatin, CRH, dan GRH Vasopresin GRH
telah diketahui. PraproTRH mengandung enam salinan DA
TRH. Beberapa praprohormon lain mungkin mengandung SS
peptida-peptida yang secara hormonal aktif selain hormon GnRH
MC
hipofisiotropik. Peri
CRH
SO
Tempat sekresi releasing hormone dan inhibiting PV TRH
hormone hipotalamus adalah eminensia mediana hipo- ME
talamus. Regio ini mengandung sedikit badan sel saraf, tetapi
DA ARC
banyak ujung saraf yang terletak berdekatan dengan
lengkung-lengkung kapiler tempat asal pembuluh porta. GRH
IC
Lokasi badan sel neuron yang berproyeksi ke lapisan
luar eminensiamedianadan mengeluarkan hormon hipo-
fisiotropik diperlihatkan di Gambar 17–12, yang juga PC
menunjukkan lokasi neuron-neuron penghasil oksitosin dan
vasopresin. Neuron penghasil GnRH terutama terletak di
PL
daerah pra-optik medial, neuron penghasil somatostatin
berada di nukleus periventrikularis, neuron penghasil TRH
IL
dan CRH terletak di bagian medial nukleus paraventri-
kularis, dan neuron penghasil GRH (dan penghasil dopamin) AL
terletak di nukleus arkuatus.
Sebagian besar, jika tidak semua, hormon
hipofisiotropik memengaruhi sekresi lebih dari satu hormon
hipofisis anterior (Gambar 17-10). Aktivitas GnRH dalam
BA
merangsang FSH telah disebutkan sebelumnya. TRH
merangsang sekresi prolaktin serta TSH. Somatostatin meng- 0,5 mm
hambat sekresi TSH serta hormon pertumbuhan. Bahan ini GAMBAR 17-12 Lokasi badan-badan sel neuron penghasil
secara normal tidak menghambat sekresi hormon hipofisis hormon hipofisiotropik yang diproyeksikan pada hipotalamus dan
anterior lainnya tetapi menghambat peningkatan berlebihan hipofisis tikus dilihat dari depan. AL, lobus anterior; ARC, nukleus
sekresi ACTH pada pasien dengan sindrom Nelson. CRH arkuatus; BA, arteri basilaris; DA, dopamin; IC,arteri karotis interna; IL,
merangsang sekresi ACTH dan β-LPH. lobus intermedius; MC, arteri serebri media; ME, eminensia mediana;
PC, arteri serebri posterior; Peri, nukleus periventrikularis; PL, lobus
Hormon hipofisiotropik berfungsi sebagai neurotrans-
posterior; PV, nukleus paraventrikularis; SO, nukleus supraoptikus.
miter di bagian lain otak, retina, dan sistem saraf otonom Nama-nama hormon dituliskan dalam kotak. (Sumbangan LW Swanson dan
(lihat Bab 7). Selain itu, somatostatin ditemukan di islet ET Cunningham Jr).
316 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Reseptor untuk sebagian besar hormon hipofisiotropik TABEL 17–2 Gejala dan tanda pada 60 pasien
berkaitan dengan protein G (GPCR). Terdapat dua reseptor dengan penyakit hipotalamus.
CRH pada manusia: hRCH-RI dan hCRH-RII. Peran
Gejala dan Tanda Persentase Kasus
fisiologis hCRH-RII belum diketahui, meskipun reseptor ini
ditemukan di banyak bagian otak. Selain itu, terdapat suatu Kelainan endokrin dan metabolik
protein pengikat CRH di sirkulasi perifer yang menginak-
Pubertas prekoks 40
tifkan CRH. Protein ini juga ditemukan di sitoplasma kor-
tikotrop di hipofisis anterior, dan di lokasi ini protein Hipogonadisme 32
tersebut mungkin berperan dalam internalisasi reseptor. Diabetes insipidus 35
Namun, peran fisiologis pasti protein ini belum diketahui.
Obesitas 25
Hormon-hormon hipofisiotropik lain tidak diketahui
memiliki protein pengikat. Kelainan regulasi suhu 22

MAKNA & DAMPAK KLINIS Emasiasi 18

Bulimia 8
Penelitian yang menjabarkan fungsi-fungsi regulatorik neu-
Anoreksia 7
roendokrin hipotalamus penting karena membantu men-
jelaskan bagaimana sekresi endokrin disesuaikan dengan Kelainan neurologis
kebutuhan lingkungan yang selalu berubah. Sistem saraf Kelainan mata 78
menerima informasi mengenai perubahan di lingkungan
internal dan eksternal dari organ indra. Sistem ini me- Defisit piramid dan sensorik 75
lakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan ter- Nyeri kepala 65
sebut melalui mekanisme efektor yang mencakup tidak saja Gejala-gejala ekstrapiramidal 62
gerakan somatik tetapi juga perubahan kecepatan sekresi
hormon. Muntah 40

Manifestasi penyakit hipotalamus adalah defek neuro- Gangguan kejiwaan, serangan mengamuk, dsbnya 35
logis, perubahan endokrin, dan kelainan metabolik misalnya Somnolen 30
hiperfagia dan hipertermia. Frekuensi relatif gejala dan tanda
Kejang 15
penyakit hipotalamus di sebuah penelitian kasus dalam skala
besar diperlihatkan di Tabel 17–2. Kemungkinan patologi Data dari Bauer HG: Endocrine and other clinical manifestations of hypothalamic
hipotalamus perlu selalu diingat dalam mengevaluasi semua disease. J Clin Endocrinol 1954;14:13. Lihat juga Kahana L, et al: Endocrine
manifestations of intracranial extrasellar lesions. J Clin Endocrinol 1962;22:304
pasien dengan disfungsi hipofisis, terutama mereka dengan
defisiensi hanya satu hormon tropik hipofisis.
Suatu penyakit yang sangat menarik dalam konteks ini
adalah sindrom Kallmann, kombinasi hipogonadisme akibat
melalui urine dan tinja. Keseimbangan antara produksi
rendahnya kadar gonadotropin darah (hipogonadisme
panas dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh.
hipogonadotropik) disertai hilangnya secara total atau parsial
Karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan
indra penghidu (anosmia atau hiposmia). Secara
karena sistem enzim tubuh memiliki kisaran suhu yang
embriologis, neuron GnRH berkembang di hidung dan
sempit untuk fungsi optimalnya, fungsi tubuh normal
bermigrasi naik ke nervus olfaktorius lalu melalui otak ke
bergantung pada suhu tubuh yang relatif tetap.
hipotalamus. Jika migrasi ini terhambat oleh kelainan Hewan tidak bertulang belakang tidak dapat menyesuai-
kongenital di jalur olfaktorius, neuron-neuron GnRH tidak kan suhu tubuhnya dan karenanya sangat bergantung pada
dapat mencapai hipotalamus dan tidak terjadi pematangan lingkungan. Pada vertebrata, mekanisme untuk memper-
pubertas gonad. Sindrom ini paling sering terjadi pada pria, tahankan suhu tubuh dengan menyesuaikan produksi panas
dan penyebab pada banyak kasus adalah mutasi gen KALIGI, dan pengeluaran panas telah berkembang. Pada reptilia,
gen di kromosom X yang menyandi suatu molekul perekat amfibi, dan ikan, mekanisme penyesuaian relatif rudimenter,
yang dibutuhkan untuk perkembangan normal nervus dan spesies-spesies ini dikatakan “berdarah dingin" (poikilo-
olfaktorius. Namun, penyakit ini juga timbul pada wanita termik) karena suhu tubuhnya berfluktuasi dalam kisaran
dan dapat disebabkan oleh kelainan genetik lain. yang cukup besar. Pada unggas dan mamalia, hewan
REGULASI SUHU “berdarah panas” (homeotermik), terdapat sekelompok
respons refleks yang terutama terintegrasi di hipotalamus
Di tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran sempit
makanan, dan semua proses vital yang berperan menghasil- meskipun suhu lingkungan sangat berfluktuasi. Mamalia
kan laju metabolisme basal (basal metabolic rate). Panas hibernasi adalah pengecualian parsial. Selagi terjaga mamalia
hilang dari tubuh melalui radiasi, konduksi, dan penguapan ini adalah homeotermik, tetapi sewaktu hibernasi suhu
air di kanal napas dan kulit. Sejumlah kecil panas juga keluar tubuhnya turun.
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 317

37 Rektum
36 38
Masuk rumah sakit

Suhu oral (°C)


35 Kepala Hiper-
tiroidisme
34 37
Badan Normal
33
Kulit Hipo-
32 rerata 36
Suhu (°C) subjek

tiroidisme
31
1 2 3 4 5
30 Tangan Hari
29
28 GAMBAR 17-14 Bagan suhu tipikal seorang pasien rawat inap
27
yang tidak mengidap penyakit demam. Perhatikan peningkatan ringan
suhu, akibat kegembiraan dan ketakutan, saat masuk ke rumah sakit,
26 dan siklus suhu sirkadian reguler.
25 Kaki
24
23 Sewaktu olahraga, panas yang dihasilkan oleh kontraksi
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
otot menumpuk di tubuh dan suhu rektum normalnya
meningkat hingga 40°C (104°F). Peningkatan ini sebagian
Suhu kalorimetrik (°C)
disebabkan oleh ketidakmampuan mekanisme pengeluaran
GAMBAR 17-13 Suhu berbagai bagian tubuh seseorang yang panas untuk menangani produksi panas yang sangat
telanjang pada berbagai suhu lingkungan dalam sebuah kalori- meningkat, tetapi bukti menunjukkan bahwa selama
meter. (Digambar ulang dan disalin, dengan izin, dari Hardy JD, DuBois EF. Basal olahraga terjadi peningkatan suhu tubuh di saat mekanisme
heat production and elimination of thirteen normal women at temperatures from
22 degrees C to 35 degrees C. J Nutr 1938 Oct;48(2):257-293). pengeluaran panas teraktifkan. Suhu tubuh juga sedikit
meningkat ketika terjadi kegembiraan emosional, mungkin
SUHU TUBUH NORMAL karena ketegangan otot yang tidak disadari. Suhu meningkat
secara kronis hingga 0,5°C ketika laju metabolik tinggi,
Pada hewan homeotermik, suhu sebenarnya yang dipertahankan seperti pada hipertiroidisme, dan menurun ketika laju
berbeda dari spesies ke spesies dan, dengan derajat yang lebih metabolik rendah, misalnya pada hipotiroidisme (Gambar
rendah, dari individu ke individu. Pada manusia, nilai normal 17-14). Beberapa orang dewasa yang tampak normal
tradisional untuk suhu oral adalah 37°C (98,6°F), tetapi dalam memiliki suhu yang secara kronis berada di atas kisaran
sebuah penelitian besar terhadap orang muda normal, suhu oral normal (hipertermia konstitusional).
pagi hari rerata adalah 36,7°C, dengan simpang baku 0,2°C.
Karena itu, 93% dari semua orang dewasa muda diperkirakan PRODUKSI PANAS
memiliki suhu oral pagi hari 36,3-37,1°C (97,3-98,8°F; rerata Berbagai reaksi kimia dasar ikut berperan dalam produksi
+1,96 simpang baku). Berbagai bagian tubuh berada pada suhu panas tubuh setiap waktu. Asupan makanan meningkatkan
yang berbeda-beda, dan besar perbedaan suhu di antara bagian- produksi panas, tetapi sumber utama panas adalah
bagian tubuh bervariasi sesuai suhu lingkungan (Gambar 17– kontraksi otot rangka (Tabel 17–3). Produksi panas dapat
13). Ekstremitas umumnya lebih dingin daripada bagian tubuh berubah-ubah oleh mekanisme endokrin tanpa asupan
lain. Suhu skrotum secara hati-hati diatur pada 32°C. Suhu makanan atau kontraksi otot. Epinefrin dan norepinefrin
rektum adalah representasi dari suhu inti tubuh dan paling menyebabkan peningkatan produksi panas yang cepat
sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu oral normal tetapi berlangsung singkat; hormon tiroid menyebabkan
adalah 0,3°C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini peningkatan yang perlahan tetapi berkepanjangan. Selain itu,
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk asupan cairan panas
atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernapas
melalui mulut.
Suhu inti normal pada manusia mengalami fluktuasi TABEL 17–3 Produksi panas dan pengeluaran panas
sirkadian normal 0,5-0,7°C. Pada orang yang tidur pada tubuh.
malam hari dan bangun pagi hari (bahkan ketika dirawat di Panas tubuh dihasilkan oleh
rumah sakit), suhu paling rendah pada sekitar jam 6 pagi Proses metabolik dasar
dan paling tinggi pada malam hari (Gambar 17–14). Suhu Asupan makanan (specific dynamic action)
paling rendah sewaktu tidur, sedikit lebih tinggi ketika Aktivitas otot
terjaga tetapi dalam keadaan santai, dan meningkat dengan
aktivitas. Pada wanita, terdapat siklus variasi suhu bulanan Panas tubuh keluar melalui Persentase pengeluaran panas pada 21 °C
yang ditandai oleh meningkatnya suhu basal saat ovulasi Radiasi dan konduksi 70
(Gambar 22-15). Regulasi suhu pada anak tidak terlalu ketat Penguapan keringat 27
dan mereka mungkin secara normal memiliki suhu sekitar Pernapasan 2
0,5°C di atas suhu normal untuk dewasa. Berkemih dan defekasi 1
318 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

lepas muatan simpatis berkurang sewaktu puasa dan atau ereksi rambut (horipilasi), pemindahan panas melewati
meningkat ketika makan. lapisan berkurang dan pengeluaran panas (atau, di lingkungan
Sumber panas yang cukup signifikan, terutama pada bayi, panas, penambahan panas) berkurang. Pada manusia,
adalah lemak coklat. Lemak ini memiliki laju metabolisme “merinding” (goose pimples) adalah akibat dari horipilasi; ini
yang tinggi dan fungsi termogeniknya diibaratkan seperti adalah manifestasi kontraksi imbas-dingin otot piloerektor yang
selimut listrik. melekat ke rambut. Manusia biasanya menambah lapisan
rambut ini dengan satu atau lebih lapisan baju. Panas dihantar-
PENGELUARAN PANAS kan dari kulit ke lapisan udara yang terperangkap oleh baju, dari
Proses-proses pengeluaran panas dari tubuh ketika suhu bagian dalam baju ke bagian luar, dan dari bagian luar baju ke
lingkungan di bawah suhu tubuh tercantum di Tabel 17-3. lingkungan luar. Tingkat pemindahan panas melewati baju,
Konduksi (hantaran) adalah pertukaran panas antara berbagai suatu fungsi dari tekstur dan ketebalan, adalah penentu
objek atau bahan dengan suhu berbeda yang berkontak satu terpenting seberapa hangat atau dingin baju terasa, tetapi faktor
sama lain. Karakteristik dasar benda adalah bahwa molekul- lain, khususnya ukuran lapisan udara hangat yang terperangkap,
molekulnya selalu bergerak, dengan jumlah gerakan setara juga penting. Busana gelap menyerap panas radiasi dan busana
dengan suhu. Molekul-molekul ini bertumbukan dengan berwarna terang memantulkannya kembali ke lingkungan luar.
molekul-molekul benda yang lebih dingin, memindahkan energi Proses-proses utama lain yang memindahkan panas dari
termal ke benda lain tersebut. Jumlah panas yang dipindahkan tubuh pada manusia dan hewan lain yang berkeringat adalah
setara dengan perbedaan suhu antara benda-benda yang penguapan air di kulit dan membran mukosa mulut dan kanal
berkontak (gradien termal). Konduksi diper-mudah oleh napas. Penguapan 1 g air mengeluarkan panas sekitar 0,6 kkal.
konveksi, pergerakan molekul menjauhi daerah kontak. Sejumlah tertentu air menguap setiap waktu. Pada manusia,
Karenanya, sebagai contoh, suatu objek yang berkontak dengan insensible water loss (pengeluaran air yang tidak dirasakan) ini
udara pada suhu yang berbeda mengubah gravitasi tertentu pada berjumlah 50 mL/jam. Jika pengeluaran keringat meningkat,
udara, dan karena udara hangat naik dan udara dingin turun, derajat penguapan keringat bergantung pada kelembaban
pasokan udara baru akan berkontak dengan benda. Tentu saja, lingkungan. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa orang
konveksi sangat dibantu jika benda bergerak di dalam medium merasa lebih panas pada hari yang lembab. Hal ini sebagian
atau medium bergerak melewati benda, sebagai contoh, ketika disebabkan oleh berkurangnya penguapan keringat, tetapi
subjek berenang melalui air atau kipas angin meniup udara bahkan pada kondisi yang penguapan keringatnya
melalui ruangan. Radiasi adalah pemindahan panas oleh radiasi berlangsung sempurna, seseorang yang berada di lingkungan
elektromagnetik inframerah dari satu benda ke benda lain lembap akan merasa lebih hangat dibandingkan dengan orang
dengan suhu berbeda tetapi tidak berkontak satu sama lain. yang berada di lingkungan kering. Penyebab perbedaan ini
Ketika seseorang berada di lingkungan dingin, panas keluar belum diketahui, tetapi tampaknya berkaitan dengan
melalui konduksi ke udara sekitar dan oleh radiasi ke benda- kenyataan bahwa di lingkungan yang lembab keringat
benda dingin di dekatnya. Sebaliknya, tentu saja, panas menyebar ke bagian kulit yang lebih luas sebelum menguap.
dipindahkan ke individu dan beban panas meningkat oleh Sewaktu berolahraga di lingkungan yang panas, sekresi
proses-proses ini ketika suhu lingkungan di atas suhu tubuh. keringat mencapai nilai hingga 1600 mL/ jam, dan di
Perhatikan bahwa karena radiasi, seseorang dapat merasa lingkungan kering, sebagian besar dari keringat ini menguap.
kedinginan dalam sebuah ruangan dengan dinding yang dingin Karenanya, pengeluaran panas melalui penguapan air
meskipun ruangan itu relatif hangat. Pada hari yang dingin tetapi bervariasi dari 30 hingga lebih dari 900 kkal/jam.
cerah, panas dari matahari yang dipantulkan oleh benda terang Beberapa mamalia mengeluarkan panas dengan terengah-
menimbulkan efek yang cukup menghangatkan. Panas yang engah (panting). Pernapasan yang cepat dan dangkal ini sangat
terpantul dari salju, sebagai contoh, yang ikut memungkinkan meningkatkan jumlah penguapan air di mulut dan kanal napas
seseorang bermain ski dengan busana yang relatif tipis meskipun dan karenanya jumlah panas. Karena pernapasan dangkal,
suhu udara di bawah titik beku. komposisi udara alveolus tidak banyak berubah (lihat Bab 34).
Karena konduksi terjadi dari permukaan satu benda ke
Kontribusi relatif masing-masing proses yang memindah-
permukaan benda lain, suhu kulit cukup menentukan derajat
kan panas keluar dari tubuh (Tabel 17-3) ber-variasi sesuai suhu
pengeluaran atau penerimaan panas tubuh. Jumlah panas yang
lingkungan. Pada 21°C, penguapan merupakan komponen kecil
mencapai kulit dari jaringan dalam dapat diubah-ubah dengan
pada orang yang sedang beristirahat. Jika suhu lingkungan
mengubah aliran darah ke kulit. Ketika pembuluh kulit
mendekati suhu tubuh, pengeluaran panas melalui radiasi ber-
melebar, darah hangat akan membasahi kulit, sementara pada
kurang sementara pengeluaran melalui penguapan meningkat.
keadaan vasokonstriksi maksimal, panas ditahan di bagian
tengah tubuh. Kecepatan pemindahan panas dari jaringan
dalam ke kulit dinamai tissue conductance (hantaran
MEKANISME PENGATUR SUHU
jaringan). Selain itu, unggas memiliki lapisan bulu setelah kulit, Respons termoregulasi yang bersifat refleks atau semi-refleks
dan sebagian besar mamalia memiliki lapisan rambut atau bulu pada manusia tercantum di Tabel 17–4. Respons-respons ini
yang signifikan. Panas dihantarkan dari kulit ke udara yang mencakup perubahan otonom, somatik, endokrin, dan perilaku.
terperangkap di lapisan ini dan dari lapisan udara Satu kelompok respons meningkatkan pengeluaran panas dan
terperangkap ke lingkungan luar. Jika ketebalan lapisan mengurangi produksi panas; yang lain mengurangi pengeluaran
perangkap ini ditingkatkan dengan mengembangnya bulu panas dan meningkatkan produksi panas. Secara umum,
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 319

TABEL 17–4 Mekanisme pengatur suhu. darah arteri ke darah di ekstremitas. Vena-vena dalam (venae
komitantes) ber-jalan berdampingan dengan arteri yang
Mekanisme yang diaktifkan oleh dingin
mendarahi ekstre-mitas dan panas dipindahkan dari darah arteri
Menggigil hangat yang mengalir ke ekstremitas ke darah vena dingin yang
datang dari ekstremitas (countercurrent exchange; lihat Bab 37).
Lapar
Hal ini membatasi kemampuan ujung-ujung ekstremitas untuk
Peningkatan aktivitas volunter mempertahankan panas tetapi menghemat panas tubuh.
Peningkatan sekresi norepinefrin dan epinefrin Respons refleks yang diaktifkan oleh dingin dikontrol
dari hipotalamus posterior. Respons yang diaktifkan oleh
Penurunan pengeluaran panas
panas dikontrol terutama dari hipotalamus anterior,
Vasokonstriksi kulit meskipun sebagian termoregulasi melawan panas tetap
Meringkuk terjadi setelah deserebrasi setinggi otak tengah rostral.
Stimulasi hipotalamus anterior menyebabkan vasodilatasi
Horipilasi kulit dan berkeringat, dan lesi di bagian ini menyebabkan
Mekanisme yang diaktifkan oleh panas hipertermia, dengan suhu rektum kadang mencapai 43°C
(109,4°F). Stimulasi hipotalamus posterior menyebabkan
Peningkatan pengeluaran panas Vasodilatasi kulit
menggigil, dan suhu tubuh hewan dengan lesi hipotalamus
Berkeringat posterior turun mendekati suhu lingkungan.
Peningkatan pernapasan
AFEREN
Penurunan produksi panas
Hipotalamus dikatakan mengintegrasikan informasi suhu tubuh
Penurunan produksi panas dari reseptor sensorik (terutama reseptor dingin) di kulit,
Anoreksia jaringan dalam, medula spinalis, bagian otak di luar hipotalamus,
dan hipotalamus itu sendiri. Masing-masing dari kelima
Apati dan inersia
masukan ini berkontribusi sekitar 20% dari informasi yang
dipadukan. Terdapat suhu inti ambang untuk masing-masing
respons pengatur suhu utama dan jika ambang ini tercapai maka
paparan ke panas merangsang kelompok respons pertama dan
respons diaktifkan. Ambang untuk berkeringat dan vasodilatasi
menghambat yang terakhir, sementara pajanan ke dingin
menyebabkan hal yang sebaliknya. adalah 37°C, untuk vasokonstriksi 36,8°C, untuk termogenesis
non-menggigil 36°C, dan untuk menggigil 35°C.
Meringkuk atau menggulung membentuk “bola”
merupakan reaksi umum terhadap dingin pada hewan dan DEMAM
memiliki padanan pada posisi yang diambil sebagian orang
ketika mereka naik ke tempat tidur yang dingin. Meringkuk Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang
paling tua dan paling dikenal secara universal. Demam terjadi
mengurangi luas permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan.
tidak saja pada mamalia tetapi juga pada unggas, reptil, amfibi,
Menggigil adalah respons involunter otot rangka, tetapi dingin
dan ikan. Jika terjadi pada hewan homeotermik, mekanisme
juga menyebabkan peningkatan umum aktivitas motorik
termoregulasi berperilaku seolah-olah mereka disesuaikan
setengah sadar. Contohnya adalah menginjak-injakkan kaki dan untuk mempertahankan suhu tubuh di tingkat yang lebih
menari naik turun pada hari yang dingin. Meningkatnya sekresi tinggi daripada normal, yaitu, “seperti termostat yang disetel
katekolamin merupakan respons endokrin terhadap dingin yang ulang” ke titik baru di atas 37°C. Reseptor suhu kemudian
penting. Mencit yang tidak mampu membentuk norepinefrin memberi sinyal bahwa suhu yang sebenarnya berada di bawah
dan epinefrin karena gen dopamin β-hidroksilase-nya titik patokan baru, dan mekanisme-mekanisme peningkat
diinaktifkan tidak dapat menoleransi dingin; hewan ini tidak suhu mulai bekerja. Hal ini biasanya menimbulkan sensasi
dapat melakukan vasokonstriksi dan tidak mampu meningkat- dingin karena vaso-konstriksi kulit dan kadang hingga
kan termo-genesis di jaringan lemak coklat melalui UCP 1. Pada menyebabkan menggigil. Namun, sifat respons bergantung
hewan percobaan, sekresi TSH meningkat oleh dingin dan pada suhu sekitar. Peningkatan suhu pada hewan percobaan
berkurang oleh panas, tetapi perubahan sekresi TSH yang yang disuntik oleh suatu pirogen terutama disebabkan oleh
ditimbulkan oleh dingin pada orang dewasa, kecil dan maknanya peningkatan produksi panas jika hewan ini berada di
diragukan. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa aktivitas lingkungan dingin dan terutama disebabkan oleh penurunan
berkurang pada cuaca panas—reaksi “too hot to move”. pengeluaran panas jika berada di lingkungan hangat.
Penyesuaian termoregulasi melibatkan respons-respons Patogenesis demam diringkaskan di Gambar 17–15.
lokal serta respons refleks yang lebih umum. Jika Toksin dari bakteri, misalnya endotoksin, bekerja pada
didinginkan, pembuluh darah kulit menjadi lebih sensitif monosit, makrofag, dan sel Kupffer untuk menghasilkan
terhadap katekolamin dan arteriol dan venula berkonstriksi. beragam sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen (EP).
Efek lokal dingin ini mengalihkan darah menjauhi kulit. Terdapat banyak bukti bahwa IL-1 β, IL-6, IFN-β, IFN-γ, dan
Mekanisme lain penghemat panas yang penting bagi hewan TNF-α (lihat Bab 3) dapat bekerja secara independen untuk
yang tinggal di air dingin adalah pemindahan panas dari menimbulkan demam. Sitokin-sitokin dalam darah ini adalah
320 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Endotoksin Pada hipertermia maligna, terjadi berbagai mutasi gen


Peradangan yang menyandi reseptor rianodin (lihat Bab 5) yang menye-
Rangsangan pirogenik lain babkan pelepasan berlebihan Ca2+ selama kontraksi otot
yang dipicu oleh stres. Hal ini pada gilirannya menyebabkan
kontraktur otot, peningkatan metabolisme otot, dan pening-
Monosit katan hebat produksi panas di otot. Meningkatnya produksi
Makrofag panas menyebabkan peningkatan mencolok suhu tubuh yang
Sel Kupffer mematikan jika tidak diatasi.
Sitokin
Demam berkala juga terjadi pada manusia dengan mutasi di
gen untuk pirin, suatu protein yang terdapat di neutrofil; gen
Daerah praoptik untuk mevalonat kinase, suatu enzim yang terlibat dalam
hipotalamus pembentukan kolesterol; dan gen untuk reseptor TNF tipe 1,
yang berperan dalam respons peradangan. Namun, belum
Prostaglandin
diketahui bagaimana produk-produk gen mutan ini menyebab-
Peningkatan titik kan demam.
patokan suhu
HIPOTERMIA
Pada mamalia yang berhibernasi, suhu tubuh turun di bawah
patokan tanpa menyebabkan efek merugikan yang nyata ketika
Demam hewan tersebut bangun kembali. Pengamatan ini mendorong
dilakukannya eksperimen-eksperimen pada hipotermia induksi.
GAMBAR17-15 Patogenesis demam. Jika kulit atau darah didinginkan cukup rendah untuk
menurunkan suhu tubuh pada hewan non-hibernasi atau
manusia, proses metabolik dan fisiologis melambat. Pernapasan
polipeptida dan kecil kemungkinannya untuk menembus otak. dan kecepatan jantung menjadi sangat lambat, tekanan darah
Bukti menunjukkan bahwa sitokin ini bekerja pada OVLT, salah merendah, dan kesadaran hilang. Pada suhu rektum sekitar 28°
satu organ sirkumventrikel (lihat Bab 33). Hal ini pada gilirannya C, kemampuan untuk pulih secara spontan ke suhu normal
mengaktifkan daerah praoptik hipotalamus. Sitokin juga hilang, tetapi individu terus bertahan hidup dan, jika
dihasilkan oleh sel-sel di sistem saraf pusat (SSP) ketika sel-sel dihangatkan kembali oleh panas eksternal, kembali ke keadaan
tersebut terangsang oleh infeksi, dan hal ini dapat secara normal. Jika pembentukan kristal es di jaringan dapat dicegah,
langsung bekerja pada pusat-pusat termoregulasi. suhu tubuh hewan percobaan dapat diturunkan ke tingkat sub-
Demam yang ditimbulkan oleh sitokin mungkin disebab- beku tanpa menimbulkan kerusakan nyata setelah tubuh
kan oleh pelepasan lokal prostaglandin di hipotalamus. dihangatkan kembali.
Penyuntikan prostaglandin intrahipotalamus menyebabkan Manusia dapat menoleransi suhu tubuh 21-24°C (70-75°F)
demam. Selain itu, efek antipiretik aspirin bekerja secara tanpa efek merugikan yang permanen, dan hipotermia induksi
langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat pem- telah digunakan pada pembedahan. Di pihak lain, hipotermia
bentukan prostaglandin. PGE2 adalah salah satu prostaglandin tak-sengaja akibat pajanan berkepanjangan ke udara dingin atau
yang menyebabkan demam. Bahan ini bekerja pada empat air dingin merupakan suatu kondisi yang serius dan me-
subtipe reseptor prostaglandin—EP1, EP2, EP3, dan EP4—dan merlukan pemantauan ketat serta penghangatan kembali
mencit yang gen reseptor EP3-nya diinaktifkan tidak meng-alami secepatnya.
respons demam terhadap PGE2, IL-1β, dan endotoksin, atau
lipopolisakarida (LPS) bakteri. RINGKASAN BAB
Manfaat demam bagi organisme belum diketahui. Demam ■ Terdapat koneksi-koneksi saraf antara hipotalamus dan lobus
dianggap berguna karena telah berevolusi dan menetap sebagai posterior kelenjar hipofisis, dan hubungan vaskular antara
respons terhadap infeksi dan penyakit lain. Banyak mikro- hipotalamus dan lobus anterior hipofisis.
organisme tumbuh subur pada rentang suhu yang relatif sempit ■ Pada sebagian besar mamalia, hormon-hormon yang
dan peningkatan suhu menghambat pertumbuhannya. Selain disekresikan oleh hipofisis posterior adalah vasopresin dan
itu, produksi antibodi meningkat jika suhu tubuh meningkat. oksitosin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas duktus
Sebelum ditemukannya antibiotik, demam secara sengaja koligens ginjal terhadap air sehingga urine menjadi lebih pekat.
ditimbulkan untuk mengobati neurosifilis dan terbukti Oksitosin bekerja pada payudara (laktasi) dan uterus (kontraksi)
bermanfaat. Hipertermia juga bermanfaat bagi orang yang ■ Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon: hormon
terinfeksi antraks, pneumonia pneumokokus, kusta, dan adrenokortikotropik (ACTH, kortikotropin), thyroid-
berbagai penyakit jamur, riketsia, dan virus. Hipertermia juga stimulating hormone (tirotropin, TSH), hormon pertumbuhan,
memperlambat pertumbuhan sebagian tumor. Namun, suhu follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH),
yang sangat tinggi berbahaya. Suhu rektum di atas 4l°C (106°F) dan prolaktin (PRL).
untuk waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak ■ Mekanisme-mekanisme otonom kompleks lain yang
permanen. Jika suhu di atas 43°C, terjadi heat stroke dan sering mempertahankan kekonstanan kimiawi dan suhu lingkungan
menyebabkan kematian. internal terintegrasi di hipotalamus
BAB 17 Regulasi Fungsi Hormon oleh Hipotalamus 321

PERTANYAAN PILIHAN GANDA DAFTAR PUSTAKA


Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling Brunton PJ, Russell JA, Douglas AJ: Adaptive responses
tepat kecuali jika dinyatakan lain of the maternal hypothalamic-pituitary-adrenal axis
during pregnancy and lactation. J Neuroendocrinol 2008;
1. Rasa haus dirangsang oleh
20:764.
A. Peningkatan osmolalitas dan volume plasma Lamberts SWJ, Hofland LJ, Nobels FRE: Neuroendocrine tumor
B. Peningkatan osmolalitas plasma dan penurunan volume markers. Front Neuroendocrinol 2001;22:309.
plasma Loh JA, Verbalis JG: Disorders of water and salt metabolism
C. Penurunan osmolalitas plasma dan peningkatan volume associated with pituitary disease. Endocrinol Metab Clin
plasma 2008;37:213.
D. Penurunan osmolalitas dan volume plasma McKinley MS, Johnson AK: The physiologic regulation of thirst and
E. Injeksi vasopresin ke dalam hipotalamus fluid intake. News Physiol Sci 2004;19:1.
2. Jika seseorang yang telanjang berada di ruangan dengan
suhu udara 21°C (69,8°F) dan kelembaban 80%, jumlah
terbesar panas yang hilang dari tubuh adalah melalui
A. Peningkatan metabolisme
B. Pernapasan
C. Berkemih
D. Penguapan keringat
E. Radiasi dan konduksi

Pada pertanyaan 3-8, pilihlah A jika item yang berkaitan dengan


(a) di bawah, B jika item berkaitan dengan (b) di bawah, C jika
item berkaitan dengan (a) dan (b), dan D jika item tidak
berkaitan dengan (a) atau (b).
(a) Reseptor vasopresin V1A
(b) Reseptor vasopresin V2
3. Pengaktifan Gs
4. Vasokonstriksi
5. Peningkatan inositol trifosfat intrasel
6. Pergerakan akuaporin
7. Proteinuria
8. Ejeksi susu
Halaman ini sengaja dikosongkan
18
B A B

Hipofisis

T U J U A N ■ Menjelaskan struktur hipofisis dan bagaimana hal itu berkaitan dengan fungsinya.
■ Memahami jenis sel yang ada dalam hipofisis anterior dan memahami bagaimana
Setelah mempelajari bab ini,
jumlah sel-sel ini dikendalikan sebagai respons terhadap kebutuhan fisiologis.
Anda seyogianya mampu: ■ Memahami fungsi hormon-hormon yang berasal dari proopiomelanokortin
pada manusia, dan bagaimana peranannya dalam mengatur pigmentasi pada
manusia, mamalia lain, dan vertebrata rendah.
■ Mendefinisikan efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan dan fungsi
metabolik, dan bagaimana insulin-like growth factor l (IGF-I) mungkin
memperantarai sebagian dari efek hormon ini di perifer.
■ Menyebutkan rangsangan yang mengatur sekresi hormon pertumbuhan
dan mendefinisikan mekanisme-mekanisme yang mendasarinya.
■ Memahami relevansi sekresi gonadotropin dan prolaktin oleh hipofisis, dan
bagaimana sekresi ini diatur.
■ Memahami dasar kondisi-kondisi kelainan fungsi hipofisis serta sekresi dan
fungsi hormon pertumbuhan, dan bagaimana pengobatannya.

PENDAHULUAN
Hipofisis (glandula pituitaria) berada dalam sebuah tercantum di atas, prolaktin bekerja pada payudara. Lima
kantong os sfenoidale di dasar otak. Kelenjar ini adalah sisanya adalah, paling tidak sebagian, hormon tropik; yaitu,
pusat koordinasi untuk mengontrol banyak kelenjar hormon yang merangsang sekresi bahan yang aktif secara
endokrin di hilir, yang sebagian di antaranya dibahas di hormonal oleh kelenjar endokrin lain atau, pada kasus
bab-bab selanjutnya. Dalam banyak hal, kelenjar ini dapat hormon pertumbuhan, hati dan jaringan lain (lihat bawah).
dianggap terdiri dari paling sedikit dua (dan pada Hormon-hormon tropik untuk beberapa kelenjar endokrin
beberapa spesies, tiga) organ endokrin berbeda yang dibahas di bab tentang kelenjar tersebut: TSH di Bab 19; dan
mengandung beragam bahan yang secara hormonal aktif. ACTH di Bab 20. Namun, gonadotropin FSH dan LH,
Hipofisis anterior mengeluarkan thyroid stimulating bersama dengan prolaktin, dicakup di sini.
hormone (TSH, tirotropin), adrenocorticotropic Hipofisis posterior pada mamalia terutama terdiri dari
hormone (ACTH), luteinizing hormone (LH), follicle- saraf yang badan sel-nya berada di hipotalamus, dan
stimulating hormone (FSH), prolaktin, dan hormon menyimpan oksitosin dan vasopresin di ujung neuron-
pertumbuhan (growth hormone, GH) (lihat Gambar neuron ini, untuk dilepaskan ke dalam darah. Sekresi
17-9), dan menerima hampir semua pasokan darahnya hormon-hormon ini, serta pembahasan tentang peran
dari pembuluh-pembuluh porta hipofisis yang pada keseluruhan hipotalamus dan eminensia mediana dalam
awalnya melewati eminensia mediana, suatu struktur yang mengatur hipofisis anterior dan posterior, dibahas di Bab 17.
terletak tepat di bawah hipotalamus. Susunan vaskular ini Pada sebagian spesies, juga terdapat lobus intermedius
menempatkan sel-sel hipofisis anterior untuk berespons hipofisis yang berkembang baik, sementara pada manusia
secara efisien terhadap faktor-faktor regulatorik yang lobus ini bersifat rudimenter. Bagaimanapun, lobus
dikeluarkan oleh hipotalamus. Dari hormon-hormon yang intermedius, serta hipofisis anterior, mengandung turunan-

323
324 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

turunan molekul proopiomelanokortin (POMC) yang aktivitas hormon-hormon lain, bersama dengan sejumlah
secara hormonal aktif dan mengatur, antara lain, pembahasan umum mengenai hipofisis. Melanocyte
pigmentasi kulit. Untuk menghindari tumpang-tindih, bab stimulating hormone (MSH) dari lobus intermedius
ini akan berfokus terutama pada hormon pertumbuhan hipofisis, α-MSH dan β-MSH, juga akan disinggung.
dan perannya dalam pertumbuhan dan memfasilitasi

MORFOLOGI yang luas. Endotel kapiler memiliki pori, seperti pada organ
endokrin lainnya. Sel mengandung granula hormon
simpanan yang dikeluarkan dari sel melalui proses
ANATOMI MAKROSKOPIK eksositosis. Isi granula kemudian masuk ke kapiler untuk
Anatomi hipofisis diringkas dalam Gambar 18–1 dan disalurkan ke jaringan sasaran.
dibahas secara rinci di Bab 17. Hipofisis posterior sebagian
besar terbentuk dari ujung-ujung akson dari nukleus
JENIS SEL DI HIPOFISIS ANTERIOR
supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus dan pada Dengan teknik imunositokimia dan mikroskop elektron
awalnya muncul sebagai perluasan dari struktur ini. dapat teridentifikasi lima jenis sel sekretorik di hipofisis
Hipofisis anterior, di lain pihak, mengandung sel-sel anterior. Sel-sel tersebut adalah somatotrop, yang
endokrin yang menyimpan hormon-hormon khasnya dan menyekresi hormon pertumbuhan, laktotrop (juga disebut
secara embriologis berasal dari invaginasi faring (kantong mamotrop), yang menyekresi prolaktin; kortikotrop, yang
Rathke). Pada spesies yang kelenjarnya berkembang baik, menyekresi ACTH; tirotrop, yang menyekresi TSH; dan
lobus intermedius terbentuk di mudigah dari separuh gonadotrop, yang menyekresi LH dan FSH. Karakteristik
dorsal kantong Rathke, tetapi pada dewasa struktur ini sel-sel ini diringkas di Tabel 18–1. Sebagian sel mungkin
melekat erat ke lobus posterior. Lobus ini dipisahkan dari mengandung dua atau lebih hormon. Perlu juga dicatat
lobus anterior oleh sisa-sisa rongga kantong Rathke, bahwa tiga hormon glikoprotein hipofisis, FSH, LH, dan
residual cleft. TSH, meskipun tersusun dari dua subunit, semuanya
memiliki subunit α yang sama yang merupakan produk dari
HISTOLOGI sebuah gen dan memiliki komposisi asam amino yang sama,
Di lobus posterior, ujung akson supraoptik dan paraventrikel walaupun residu karbohidratnya berbeda. Subunit α harus
dapat diamati berhubungan erat dengan pembuluh darah. berkombinasi dengan subunit β yang khas untuk masing-
Juga terdapat pituisit, sel stelata yang merupakan modifikasi masing hormon agar aktivitas fisiologisnya maksimal.
dari astrosit. Subunit β, yang dibentuk oleh gen yang berbeda dan
Seperti dinyatakan di atas, lobus intermedius tidak berlainan dalam strukturnya, menentukan spesifisitas
berkembang pada manusia dan beberapa spesies mamalia hormon (lihat Bab 16). Subunit α sangat mudah
lainnya. Pada spesies-spesies ini, sebagian besar selnya dipertukarkan, dan dapat diciptakan molekul-molekul
tergabung ke lobus anterior. Di sepanjang residual cleft hibrid. Selain itu, gonadotropin glikoprotein plasenta yaitu
terdapat folikel-folikel kecil mirip tiroid, sebagian berisi sedikit human chorionic gonadotropin (hCG) memiliki subunit α
koloid (lihat Bab 19). Fungsi koloid, bila ada, tidak diketahui. dan β (lihat Bab 22).
Hipofisis anterior dibentuk oleh genjel-genjel (korda) Hipofisis anterior juga mengandung sel-sel folikulo-
sel yang saling berjalin dan jaringan kapiler sinusoid stelata yang mengirim prosesus di antara sel-sel sekre-

Ventrikel ketiga Ventrikel ketiga


TABEL 18–1 Sel penghasil hormon di hipofisis
anterior manusia.
Hormon yang Persentase dari Sel
Lobus
Jenis Sel Disintesis Sekretorik Total
Pars posterior
tuberalis Somatotrop Growth hormone 50

Laktotrop Prolactin 10–30


Lobus
Kantong Rathke anterior Lobus intermedius Kortikotrop ACTH 10

Tirotrop TSH 5
GAMBAR 18-1 Diagram pembentukan hipofisis (kiri) dan
berbagai bagian organ ini pada orang dewasa (kanan). Gonadotrop FSH, LH 20
BAB 18 Hipofisis 325

torik bergranula. Sel-sel ini menghasilkan faktor parakrin yang


mengatur pertumbuhan dan fungsi sel-sel sekretorik yang
PENGONTROLAN WARNA KULIT &
dibahas di atas. Memang, hipofisis anterior dapat menyesuaikan KELAINAN PIGMEN
proporsi relatif jenis-jenis sel sekretorik untuk memenuhi Ikan, reptil, dan amfibi mengubah warna kulitnya untuk meng-
kebutuhan yang berbeda-beda untuk berbagai hormon pada atur suhu tubuh, kamuflase, dan manifestasi perilaku. Hewan-
berbagai tahap kehidupan. Baru-baru ini plastisitas tersebut hewan tersebut melakukan hal ini sebagian dengan memindah-
diperkirakan disebabkan oleh adanya sejumlah kecil sel punca kan granula hitam atau coklat masuk atau keluar bagian perifer
pluripoten yang menetap di kelenjar dewasa. sel-sel pigmen yang disebut melanofor. Granula terdiri dari
melanin, yang disintesis dari dopamin (lihat Bab 7) dan dopa-
PROOPIOMELANOKORTIN & kuinon. Perpindahan granula-granula ini dikontrol oleh berbagai
TURUNANNYA hormon dan neurotransmiter, termasuk α- dan β-MSH,
melanin concentrating hormone (hormon pemekat melanin),
BIOSINTESIS melatonin, dan katekolamin.
Mamalia tidak memiliki melanofor yang mengandung
Sel lobus intermedius, jika ada, dan kortikotrop lobus granula pigmen yang menyebar dan mengumpul, tetapi
anterior keduanya menyintesis suatu protein prekursor yang memiliki melanosit, yang memiliki tonjolan-tonjolan berisi
besar yang diuraikan untuk membentuk sekelompok hormon. granula melanin. Melanosit memiliki reseptor melanotropin-1.
Setelah pengeluaran peptida sinyal, prohormon ini dikenal Pemberian MSH mempercepat sintesis melanin sehingga
sebagai proopiomelanokortin (POMC). Molekul ini juga warna kulit manusia menjadi gelap dalam 24 jam. Seperti
disintesis di hipotalamus, paru, kanal cerna, dan plasenta. dinyatakan di atas, pada manusia dewasa a- dan P-MSH tidak
Struktur POMC, serta turunan-turunannya diperlihatkan beredar dalam darah, dan fungsi keduanya belum diketahui.
dalam Gambar 18–2. Di kortikotrop, molekul ini mengalami Namun, ACTH diketahui berikatan dengan reseptor
hidrolisis menjadi ACTH dan β-lipotropin (LPH), ditambah melanotropin-1. Memang, kelainan pigmentasi pada beberapa
sejumlah kecil β-endorfin, dan bahan-bahan ini kemudian penyakit endokrin manusia disebabkan oleh perubahan
disekresikan. Di sel lobus intermedius, POMC mengalami ACTH dalam darah. Misalnya, kepucatan abnormal
hidrolisis lebih lanjut menjadi corticotropin-like intermediate-lobe merupakan tanda utama hipopituitarisme. Hiper-pigmentasi
peptide (CLIP), γ-LPH, dan β-endorfin dalam jumlah yang terjadi pada pasien insufisiensi adrenal akibat penyakit adrenal
cukup bermakna. Fungsi CLIP dan β-LPH, kalaupun ada, tidak primer. Memang, adanya hiperpigmentasi yang berkaitan
diketahui, sementara β-endorfin adalah suatu peptida opioid dengan insufisiensi adrenal menyingkirkan kemungkinan
(lihat Bab 7) yang memiliki lima residu asam amino bahwa insufisiensi disebabkan oleh penyakit hipofisis atau
metenkefalin di ujung-ujung terminal aminonya. Juga terbentuk hipotalamus, karena pada keadaan-keadaan ini, ACTH plasma
tidak meningkat (lihat Bab 20). Gangguan pigmentasi lainnya
melanotropin α-dan β-MSH. Namun, lobus intermedius pada
terjadi akibat mekanisme-mekanisme perifer. Karenanya,
manusia tidak berkembang, dan tampaknya pada orang dewasa
penderita albino secara kongenital tidak mampu menyintesis
lobus ini tidak menyekresi α-MSH atau pun β-MSH. Namun, melanin. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berbagai defek
pada beberapa spesies, melanotropin memiliki fungsi fisiologis genetik berbeda dalam jalur sintesis melanin. Piebaldisme
penting, seperti dibahas di bawah. ditandai oleh bercak-bercak kulit yang tidak mengandung
melanin akibat defek kongenital pada migrasi prekursor sel
pigmen dari krista neuralis selama perkembangan masa
mudigah. Tidak hanya penyakit, tetapi pola khas berkurang-
Arg-Lys

Arg-Arg

Lys-Arg

Lys-Arg
Lys-Lys
Arg-Arg

Lys-Arg

Lys-Lys

Lys-Arg

Lys-Lys

GAMBAR 18-2 Gambaran skematik molekul


Peptida γ−MSH ACTH (1–39) β-LPH (42–134) prepro-opiomelanokortin yang terbentuk di sel
sinyal (–55 sampai –44) hipofisis, neuron, dan jaringan lain. Angka dalam
(–131) AL dan IL tanda kurung menandakan sekuens asam amino
pada tiap-tiap fragmen polipeptida. Untuk me-
mudahkan, sekuens asam amino diberi nomor dari
Fragmen terminal amino ACTH β-LPH terminal amino ACTH dan dibaca ke arah terminal
Cepat pada IL
karboksil ACTH molekul induk, sedangkan sekuens
AL dan IL Hanya IL Lambat pada AL asam amino di bagian lain molekul dibaca ke kiri
ke-131, terminal amino molekul induk. Letak Lys-Arg
dan pasangan-pasangan lain residu asam amino basa
γ−MSH α-MSH CLIP γ-LPH β-Endorphin juga diperlihatkan; lokasi-lokasi tersebut adalah
(1–13) (18–39) (42–101) (104–134) tempat penguraian proteolitik dalam pembentukan
fragmen-fragmen molekul induk yang lebih kecil. AL,
β-MSH Met-enkefalin lobus anterior; IL, lobus intermedius.
(84–101) (104–108)
326 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

nya pigmen juga diwariskan dari satu generasi ke generasi pada manusia, dan konsentrasinya merupakan indeks jumlah
berikutnya. Vitiligo disebabkan oleh hilangnya melanin dalam reseptor hormon pertumbuhan di jaringan. Sekitar 50% dari
pola bebercak yang serupa, tetapi kehilangan tersebut terjadi aktivitas hormon pertumbuhan dalam darah berada dalam
setelah lahir dan progresif akibat suatu proses autoimun yang keadaan terikat, yang membentuk cadangan hormon untuk
menyerang melanosit. mengompensasi besarnya fluktuasi sekresi (lihat bawah).
Kadar hormon pertumbuhan plasma basal yang diukur
HORMON PERTUMBUHAN dengan radioimmunoassay pada manusia dewasa normal
adalah kurang dari 3 ng/mL. Jumlah ini mencerminkan
BIOSINTESIS & KIMIA hormon bentuk terikat ke protein dan bentuk bebas. Hormon
Lengan panjang kromosom 17 manusia mengandung pertumbuhan mengalami metabolisasi dengan cepat, sebagian
kelompok growth hormone-hCS yang terdiri dari lima gen; mungkin di hati. Waktu paruh hormon pertumbuhan dalam
yang pertama, hGH-N mengkode bentuk terbanyak darah adalah 6-20 menit, dan pada orang dewasa pengeluaran
(“normal”) hormon pertumbuhan, yang kedua, hGH-V, hormon pertumbuhan harian diperkirakan 0,2-1,0 mg/hari.
mengkode hormon pertumbuhan bentuk varian (lihat
bawah); dua menyandi human chorionic somatomam- RESEPTOR HORMON
motropin (hCS) (lihat Bab 22); dan yang kelima mungkin
suatu pseudogen hCS.
PERTUMBUHAN
Reseptor hormon pertumbuhan adalah suatu protein 620-asam-
Hormon pertumbuhan yang disekresikan ke dalam
amino dengan sebuah bagian ekstrasel yang besar, sebuah ranah
sirkulasi oleh hipofisis terdiri dari campuran kompleks hGH-
transmembran, dan sebuah bagian yang besar di dalam
N, peptida-peptida yang berasal dari molekul ini dengan
sitoplasma. Reseptor ini merupakan anggota super-famili
tingkat modifikasi pascatranslasi (mis. glikosilasi) yang
reseptor sitokin yang dibahas di Bab 3. Hormon pertumbuhan
berbeda-beda, dan varian penyatuan hGH-N yang tidak
memiliki dua tempat pengikatan untuk reseptor, dan ketika
memiliki asam amino 32-46. Makna fisiologis beragam
hormon ini berikatan dengan salah satu reseptor, tempat
kompleks hormon ini masih belum dipahami, terutama
pengikatan kedua menarik yang lain, dan menghasilkan sebuah
karena kemiripan strukturalnya yang menyulitkan pemeriksa-
homodimer (Gambar 18–3). Dimerisasi merupakan hal
an masing-masing spesies secara terpisah. Bagaimanapun,
penting untuk mengaktifkan reseptor.
mulai muncul bukti-bukti bahwa, meskipun peptida-peptida
ini sama-sama memiliki fungsi yang luas namun kadang- Hormon pertumbuhan memiliki efek yang luas dalam
kadang menimbulkan efek yang saling bertentangan. hGH-V tubuh (lihat bawah), sehingga walaupun sampai saat ini belum
dan hCS, di sisi lain, umumnya adalah produk plasenta, dan dapat diketahui korelasi antara proses intrasel dan efek pada
karenanya hanya ditemukan dalam jumlah signifikan di dalam tubuh keseluruhan, tidaklah mengherankan bahwa, seperti
sirkulasi saat kehamilan (lihat Bab 22). insulin, hormon pertumbuhan mengaktifkan banyak jenjang
penyaluran sinyal intrasel yang berlainan (Gambar 18-3). Yang
perlu dicatat adalah pengaktifan jalur JAK2-STAT. JAK2 adalah
SPESIFISITAS SPESIES anggota dari famili tirosin kinase sito-plasmik Janus. STATs
Struktur hormon pertumbuhan dari satu spesies ke spesies lain (untuk signal transducers and activators of transcription) adalah
cukup bervariasi. Hormon pertumbuhan golongan babi dan suatu famili faktor transkripsi sitoplasma yang, apabila
monyet hanya menimbulkan efek sementara pada marmut. Pada mengalami fosforilasi oleh JAK kinase, akan bermigrasi ke inti sel
monyet dan manusia, hormon pertumbuhan sapi dan babi dan mengaktifkan banyak gen. Jalur JAK-STAT juga mem-
bahkan tidak menimbulkan efek sementara pada pertumbuhan perantarai efek prolaktin dan berbagai faktor pertumbuhan lain.
yang berarti, walaupun hormon pertumbuhan monyet dan
manusia sangat aktif baik pada monyet maupun manusia. Fakta- EFEK PADA PERTUMBUHAN
fakta ini relevan bagi pembahasan kesehatan masyarakat seputar
keberadaan hormon pertumbuhan sapi (digunakan untuk Pada hewan muda yang epifisisnya belum menyatu dengan
meningkatkan produksi susu) dalam produk-produk susu, serta tulang panjang (lihat Bab 21), pertumbuhan terhambat oleh
popularitas suplemen hormon pertumbuhan, yang dipasarkan hipofisektomi dan dirangsang oleh hormon pertumbuhan.
melalui Internet, bagi para binaragawan. Secara kontroversial, Kondrogenesis dipercepat, dan sewaktu lempeng epifisis kartila-
hormon pertumbuhan manusia rekombinan juga diberikan ginosa melebar, terjadi pengendapan lebih banyak matriks tulang
kepada anak yang bertubuh pendek tetapi sebenarnya sehat (yi. di ujung-ujung tulang panjang. Dengan cara ini, postur
tanpa defisiensi hormon), dengan hasil yang tampaknya terbatas. meningkat. Pemberian jangka panjang hormon pertumbuhan
pada hewan menyebabkan gigantisme.
KADAR PLASMA, PENGIKATAN, Bila epifisis menutup, pertumbuhan linear tidak dapat
berlangsung. Bila terdapat dalam jumlah yang sangat
& METABOLISME berlebihan, hormon pertumbuhan menyebabkan pola
Sebagian dari hormon pertumbuhan dalam darah terikat ke deformitas tulang dan jaringan lunak yang pada manusia
suatu protein plasma yang merupakan sebuah fragmen besar dikenal sebagai akromegali. Ukuran sebagian besar organ
dari ranah ekstrasel reseptor hormon pertumbuhan (lihat dalam membesar. Kandungan protein tubuh meningkat, dan
bawah). Tampaknya zat ini dihasilkan oleh pemutusan reseptor kandungan lemak menurun (lihat Boks Klinis 18–1 ).
BAB 18 Hipofisis 327

GH
P
IRS
GHR P

P
JAK2 P Grb2
P P
P P
P P SHC p90RSK MAP K PLA2

STAT1
STAT3

SRF
SRF
TCF
P
STATs
SIE SRE c-fos
PLC

STAT5
GLE-2 P450-3A10
DAG

STAT5
PKC
GLE-1 Spi 2.1

Ca2+

GAMBAR 18-3 Sebagian dari jalur penyampaian sinyal penting Bab 2. Huruf atas P kecil dalam heksagonal kuning mencerminkan
yang diaktifkan oleh reseptor hormon pertumbuhan (GHR) bentuk fosforilasi faktor yang ditunjukkan. GLE-1 dan GLE-2, response
dimer . Efek hormon pertumbuhan yang sudah dibuktikan ditandai element yang diaktifkan oleh interferon-γ; IRS, substrat reseptor
oleh panah tebal dan molekul berwarna; tanda panah terputus-putus insulin; p90RSK, suatu S6 kinase; PLA2, fosfolipase A2; SIE, Sis-induced
adalah efek yang mungkin ditimbulkan oleh hormon pertumbuhan. element; SRE, response element serum; SRF, faktor respons serum;
Rincian mengenai jalur PLC dan jalur dari Grb2 ke MAP K dibahas di TCF, ternary complex factor.

EFEK PADA HOMEOSTASIS darah. Peningkatan ALB plasma, yang memerlukan waktu
beberapa jam untuk timbul, merupakan persediaan energi
PROTEIN & ELEKTROLIT siap-pakai untuk jaringan selama hipoglikemia, puasa, dan
Hormon pertumbuhan adalah suatu hormon anabolik protein rangsangan stres. Hormon pertumbuhan tidak merangsang
dan menyebabkan keseimbangan nitrogen dan fosfor yang sel β pankreas secara langsung tetapi meningkatkan
positif, peningkatan fosfor plasma, dan penurunan kadar asam kemampuan pankreas berespons terhadap rangsangan
amino dan nitrogen urea darah. Pada orang dewasa yang insulinogenik misalnya arginin dan glukosa. Ini adalah cara
mengalami defisiensi hormon pertumbuhan, pemberian lain hormon pertumbuhan merangsang pertumbuhan,
hormon pertumbuhan manusia rekombinan menyebabkan karena insulin memiliki efek anabolik protein (lihat Bab 24).
peningkatan massa tubuh non lemak dan penurunan lemak
tubuh, disertai peningkatan kecepatan metabolik dan SOMATOMEDIN
penurunan kolesterol plasma. Penyerapan Ca2+ melalui kanal Efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan, tulang
cerna meningkat. Ekskresi Na+ dan K+ menurun oleh efek yang rawan, dan metabolisme protein bergantung pada interaksi
tidak berkaitan dengan kelenjar adrenal, mungkin karena antara hormon pertumbuhan dan somatomedin, yaitu faktor
elektrolit-elektrolit ini dialihkan dari ginjal ke jaringan yang pertumbuhan polipeptida yang disekresikan oleh hati dan
tumbuh. Ekskresi asam amino 4-hidroksiprolin meningkat jaringan lain Faktor pertama yang diisolasi disebut faktor
selama pertumbuhan ini, mencerminkan kemampuan hormon sulfasi karena faktor ini merangsang penggabungan sulfat ke
pertumbuhan dalam merangsang sintesis kolagen larut. dalam tulang rawan. Namun, faktor ini juga merangsang
pembentukan kolagen, dan namanya kemudian diganti men-
EFEK PADA METABOLISME jadi somatomedin. Kemudian menjadi jelas bahwa terdapat
KARBOHIDRAT & LEMAK berbagai somatomedin dan merupakan anggota famili faktor
Efek hormon pertumbuhan pada metabolisme karbohidrat pertumbuhan yang makin luas yang memengaruhi berbagai
dibahas di Bab 24. Paling tidak sebagian bentuk hormon jaringan dan organ.
pertumbuhan bersifat diabetogenik karena meningkatkan Somatomedin utama (dan pada manusia mungkin satu-
pengeluaran glukosa hati dan memperlihatkan efek anti-insulin satunya) dalam darah adalah insulin-like growth factor I (IGF-
pada otot. Hormon pertumbuhan ini juga bersifat ketogenik I, somatomedin C) dan IGF-II. Faktor-faktor ini berkaitan erat
karena meningkatkan kadar asam lemak bebas (ALB) dalam dengan insulin, kecuali bahwa rantai C faktor ini tidak terpisah
328 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

BOKS KLINIS 18-1

Gigantisme & Akromegali penghasil hormon pertumbuhan ekstra- maupun intrahipofisis


Tumor somatotrop hipofisis anterior (adenoma hipofisis) serta oleh tumor hipotalamus yang mengeluarkan GHRH,
menyekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan, yang pada meskipun tumor terakhir ini jarang terjadi.
anak menyebabkan gigantisme dan pada orang dewasa
menyebabkan akromegali. Jika tumor muncul sebelum KIAT TERAPEUTIK
pubertas, pengidapnya dapat tumbuh sangat tinggi. Di sisi lain, Terapi utama akromegali masih berupa pemberian analog
setelah pertumbuhan linear tidak mungkin lagi terjadi, muncul somatostatin yang menghambat sekresi hormon
gambaran khas akromegali, termasuk pembesaran berlebihan pertumbuhan. Baru-baru ini tersedia suatu antagonis
tangan dan kaki, gangguan vertebra akibat osteoartritis, reseptor hormon pertumbuhan yang terbukti mengurangi
pembengkakan jaringan lunak, hirsutisme, dan menonjolnya IGF-I plasma dan menghasilkan perbaikan klinis pada kasus-
dahi dan rahang. Pertumbuhan abnormal organ-organ dalam kasus akromegali yang tidak berespons terhadap
mungkin akhirnya mengganggu fungsi sedemikian sehingga pengobatan lain. Pengangkatan tumor hipofisis secara
penyakit ini, yang awitannya perlahan, dapat mematikan jika bedah juga bermanfaat pada akromegali dan gigantisme,
dibiarkan tanpa diobati. Hipersekresi hormon pertumbuhan tetapi kadang hal ini tidak mudah dilakukan karena sifat
disertai oleh hipersekresi prolaktin pada 20-40% pasien tumor yang invasif. Bagaimanapun, terapi farmakologis
akromegali. Sekitar 25% pasien memperlihatkan uji toleransi adjuvan sering harus dilanjutkan setelah pembedahan
glukosa yang abnormal, dan 4% mengalami laktasi walaupun untuk mengatasi gejala yang ada.
tidak hamil. Akromegali dapat disebabkan oleh tumor

(Gambar 18–4) dan memiliki perluasan rantai A yang manusia, ditemukan bentuk varian IGF-I yang tidak
disebut ranah D. Hormon relaksin (lihat Bab 22) juga memiliki tiga residu asam amino terminal-amino di otak,
merupakan anggota famili ini. Manusia memiliki dua dan terdapat beberapa bentuk varian IGF-II manusia
isoform relaksin, dan keduanya mirip dengan IGF-II. Pada (Gambar 18-4). mRNA untuk IGF-I dan IGF-II

B C A D

I II II II I

hlGF-I GPETLCGAELVDALQFVCGDRGFYFNKPTGYGSSSRRAPQTGIVDECCFRSCDLRRLEMYCAPLKPAKSA
hlGF-II AYRPSETLCGGELVDTLQFVCGDRGFYFSRPA--SRVSRRSR--GIVEECCFRSCDLALLETYCAT--PAKSE

h ins FVNQHLCGSHLVEALYLVCGERGFFYTPKT GIVEQCCTSICSLYQLENYCN

D G
C
S V R S G
R R A P
A S P
R L
Y G R
S R
R I
21 1 S F
P V E K
Y
E A
S D L A L P F
E C
E L G
C E T
T S T A R
C R Y C
L F D
C G
G C
G V
E L F
V D T L Q

GAMBAR 18-4 Struktur IGF-I, IGF-II, dan insulin (ins) manusia (atas). Panel bawah memperlihatkan struktur IGF-II manusia dengan Ikatan
disulfidanya, serta tiga struktur varian: suatu ekstensi 21 -aa di terminal C, sebuah substitusi tetrapeptida di Ser-29, dan sebuah substitusi
tripeptida Ser-33.
BAB 18 Hipofisis 329

TABEL 18–2 Perbandingan insulin dan faktor sebelum lahir tidak bergantung pada hormon pertumbuhan
pertumbuhan mirip-insulin. tetapi setelah lahir dirangsang oleh hormon pertumbuhan, dan
molekul ini memiliki efek kuat menstimulasi pertumbuhan.
Insulin GF-I IGF-II
Konsentrasinya dalam plasma meningkat selama masa anak dan
Nama … Somatomedin C Multiplication- memuncak saat pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah
lain stimulating pada usia lanjut. IGF-II umumnya independen dari pengaruh
activity (MSA)
hormon per-tumbuhan dan berperan dalam pertumbuhan janin
Jumlah 51 70 67 sebelum lahir. Pada janin manusia, zat ini mengalami ekspresi
asam berlebihan sehingga pertumbuhan di berbagai organ, terutama
amino
lidah, otot lain, ginjal, jantung, dan hati menjadi tidak seimbang
Sumber Sel B Hati dan Berbagai dibanding organ tubuh lainnya. Pada orang dewasa, gen untuk
pankreas jaringan lain jaringan
IGF-II diekspresikan hanya di pleksus koroideus dan meningen.
Kadar Glukosa Hormon Tidak
diatur pertumbuhan diketahui
oleh setelah lahir, EFEK LANGSUNG & TAK-
status gizi
LANGSUNG HORMON
Kadar 0,3–2 ng/mL 10–700 ng/ 300–800 ng/mL
plasma mL; memuncak PERTUMBUHAN
saat pubertas
Pemahaman kita tentang mekanisme kerja hormon
Protein Tidak Ya Ya pertumbuhan telah berkembang. Hormon pertumbuhan semula
pengikat
dalam plasma
diduga menimbulkan pertumbuhan melalui efek langsung pada
jaringan, dan kemudian dianggap bahwa hormon ini bekerja
Peran Kontrol Pertumbuhan Pertumbuhan hanya melalui somatomedin. Namun, bila hormon
fisiologis metabolisme tulang rangka dan selama masa
pertumbuhan disuntikkan ke dalam satu epifisis tibia proksimal,
utama tulang rawan janin
terjadi peningkatan lebar tulang rawan unilateral, dan tulang
rawan, seperti jaringan lain, membentuk IGF-I. Hipotesis yang
ditemukan di hati, tulang rawan, dan banyak jaringan lain, berlaku sekarang untuk menjelaskan hasil-hasil ini berpendapat
yang menunjukkan bahwa molekul-molekul tersebut mungkin bahwa hormon pertumbuhan bekerja pada tulang rawan untuk
mengubah sel punca menjadi sel yang berespons terhadap IGF-I.
disintesis di jaringan-jaringan ini.
IGF-I yang terbentuk secara lokal dan beredar dalam darah
Sifat IGF-I, IGF -II, dan insulin diperbandingkan dalam menyebabkan tulang rawan tumbuh. Namun, peran independen
Tabel 18–2. IGF-I dan IGF-II berikatan erat dengan protein IGF-I dalam darah tetap penting, karena pemberian infus IGF-I
dalam plasma, dan, paling tidak untuk IGF-I, hal ini kepada tikus yang telah dihipofisektomi memulihkan
memperpanjang waktu-paruh IGF dalam sirkulasi. Saat ini pertumbuhan tulang dan tubuh. Secara keseluruhan, hormon
telah diidentifikasi enam protein pengikat-IGF yang berbeda- pertumbuhan dan somatomedin tampaknya dapat bekerja baik
beda, dengan pola distribusi di berbagai jaringan yang secara bersama-sama maupun secara independen untuk
berlainan pula. Semua terdapat di dalam plasma, dengan mengaktifkan jalur-jalur yang menghasilkan pertumbuhan.
protein pengikat-IGF 3 (IGFBP-3) berperan pada 95% Situasi ini hampir pasti diperumit oleh keberadaan berbagai
pengikatan dalam sirkulasi. Kontribusi IGF bagi aktivitas bentuk hormon pertumbuhan dalam darah yang dapat, pada
mirip-insulin dalam darah dibahas di Bab 24. Reseptor IGF-I beberapa keadaan, memiliki efek yang saling bertentangan.
sangat mirip dengan reseptor insulin dan mungkin
Gambar 18–5 adalah ringkasan dari pandangan yang
menggunakan jalur-jalur penyalur sinyal intrasel yang serupa
sekarang berlaku mengenai efek-efek lain hormon per-
atau identik. Reseptor IGF-II memiliki struktur tersendiri
tumbuhan dan IGF-I. Namun, hormon pertumbuhan
(lihat Gambar 24-5) dan berperan dalam membawa hidrolase
mungkin bergabung dengan IGF-I yang beredar dan
asam dan protein intrasel lain ke organel intrasel. Sekresi IGF-I
dibentuk secara lokal dalam berbagai perbandingan untuk
menghasilkan paling tidak beberapa dari efek tersebut.
GH

Retensi Penurunan Lipolisis Sintesis Pertumbuhan


Na+ kepekaan protein epifisis
insulin
IGF-I

GAMBAR 18-5 Efek langsung dan tak-langsung hormon


pertumbuhan (GH). Efek tak-langsung diperan-tarai oleh
Aktivitas Aktivitas Sintesis Pertumbuhan kemampuan hormon pertumbuhan untuk menginduksi
mirip-insulin antilipolisis protein epifisis pembentukan IGF-I. (Sumbangan R Clark dan N Gesundheit.)
330 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

KONTROL HIPOTALAMUS &


SS GHRH Hipotalamus
JARINGAN PERIFER ATAS SEKRESI
HORMON PERTUMBUHAN
Sekresi hormon pertumbuhan tidak stabil seiring waktu. Orang Ghrelin
dewasa muda memiliki kadar hormon pertumbuhan dalam
darah paling tinggi, diikuti oleh anak dan akhirnya dewasa.
Hipofisis
Kadar menurun pada usia lanjut, dan banyak perhatian GH
anterior
ditujukan terhadap kemungkinan penyuntikan hormon per-
tumbuhan untuk melawan efek penuaan. Hormon ini
meningkatkan massa tubuh non-lemak (lean body mass) dan
mengurangi lemak tubuh, tetapi tidak meningkatkan secara
signifikan kekuatan otot atau status mental. Juga terdapat variasi IGF-I Hati
diurnal dalam sekresi hormon pertumbuhan selain variasi sesuai (dan organ
lain)
tahap perkembangan. Hormon pertumbuhan terdapat dalam
kadar relatif rendah pada siang hari, kecuali jika terdapat hal-hal Jaringan
spesifik yang memicu pengeluarannya (lihat bawah). Sewaktu
tidur, di pihak lain, terjadi letupan-letupan sekresi hormon GAMBAR 18-6 Kontrol umpan balik sekresi hormon pertumbuh-
an. Tanda panah tebal menggambarkan efek positif dan tanda panah
pertumbuhan dalam jumlah besar. Karena itu, tidak meng- terputus-putus menggambarkan inhibisi. GH, hormon pertumbuhan;
herankan bahwa sekresi hormon ini berada di bawah kontrol GHRH, growth hormone releasing hormone; IGF-1, insulin-like growth
hipotalamus. Hipotalamus mengontrol produksi hormon factor-I; SS, somatostatin.
pertumbuhan dengan mengeluarkan growth hormone-releasing
hormone (GHRH) serta somatostatin, yang menghambat di sel; (2) keadaan terjadinya peningkatan jumlah asam amino
pelepasan hormon pertumbuhan (lihat Bab 17). Karena itu, tertentu dalam plasma; dan (3) rangsangan stres. Respons
keseimbangan antara efek faktor-faktor hipotalamus pada terhadap glukagon telah digunakan sebagai pemeriksaan cadang-
hipofisis ini akan menentukan tingkat pengeluaran hormon an hormon pertumbuhan. Sekresi hormon pertumbuhan juga
pertumbuhan. Karena itu, rangsangan bagi sekresi hormon meningkat pada orang-orang yang tidak
pertumbuhan dapat bekerja dengan meningkatkan sekresi
GHRH oleh hipotalamus, menurunkan sekresi somatostatin, TABEL 18–3 Rangsang yang memengaruhi sekresi
atau keduanya. Regulator ketiga sekresi hormon pertumbuhan hormon pertumbuhan pada manusia.
adalah ghrelin. Tempat utama sintesis dan sekresi ghrelin adalah
Rangsang yang meningkatkan sekresi
lambung, meskipun zat ini juga diproduksi di hipotalamus dan
memiliki aktivitas perangsang hormon pertumbuhan yang nyata. Hipoglikemia
Selain itu, ghrelin tampaknya berperan dalam pengendalian 2-Deoksiglukosa
asupan makanan (lihat Bab 26). Olahraga
Sekresi hormon pertumbuhan berada dalam kontrol Puasa
umpan-balik (lihat Bab 16), seperti sekresi hormon-hormon Peningkatan kadar asam amino tertentu dalam darah
hipofisis anterior lainnya. Hormon ini bekerja pada Makanan protein
hipotalamus untuk menekan pelepasan GHRH. Hormon Pemberian infus arginin dan asam amino lain
pertumbuhan juga meningkatkan IGF-I dalam darah dan Glukagon
IGF-I sebaliknya menimbulkan efek inhibisi langsung pada Rangsangan stres
sekresi hormon pertumbuhan dari hipofisis. Hormon ini Pirogen
juga merangsang sekresi somatostatin (Gambar 18–6). Vasopresin lisin
Berbagai stres psikologis
Rangsang yang Memengaruhi Berangkat tidur
Sekresi Hormon Pertumbuhan L-Dopa dan agonis adrenergik-α yang menembus otak
Konsentrasi plasma basal hormon pertumbuhan berkisar antar Apomorfin dan agonis reseptor dopamin lainnya
0 sampai 3 ng/mL pada orang dewasa normal. Namun, laju Estrogen dan androgen
sekresi tidak dapat diperkirakan dari satu angka, sifat sekresi
yang ireguler. Karena itu, kadar rerata selama 24 jam (lihat Rangsang yang menurunkan sekresi
bawah) dan kadar-kadar puncak mungkin lebih berarti, Tidur REM
meskipun lebih sulit dinilai dalam situasi-situasi klinis. Glukosa
Rangsangan yang meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan Kortisol
diringkas dalam Tabel 18–3. Sebagian besar dapat digolongkan
Asam lemak bebas
ke dalam tiga kategori umum; (1) keadaan misalnya
Medroksiprogesteron
hipoglikemia dan/atau puasa, yaitu suatu keadaan telah atau
Hormon pertumbuhan dan IGF-I
akan terjadinya penurunan substrat untuk pembentukan energi
BAB 18 Hipofisis 331

mengalami tidur rapid eye movement (REM) (lihat Bab 14) 25,4
dan dihambat selama tidur REM normal.
Pemberian infus glukosa menurunkan kadar hormon
pertumbuhan dalam plasma dan menghambat respons terhadap
20,3
olahraga. Peningkatan yang ditimbulkan oleh 2-deoksiglukosa

Pertambahan tinggi (cm/th)


diperkirakan disebabkan oleh defisiensi glukosa intrasel, karena
senyawa ini menghambat katabolisme glukosa 6-fosfat. Hormon
seks memicu sekresi hormon pertumbuhan, meningkatkan 15,2
respons hormon pertumbuhan terhadap rangsangan provokatif,
misalnya arginin dan insulin, dan juga berfungsi sebagai faktor
permisif untuk kerja hormon pertumbuhan di jaringan perifer.
Hal ini mungkin ikut berperan menyebabkan relatif tingginya 10,2
kadar hormon pertumbuhan dalam darah dan terjadinya Anak
lonjakan pertumbuhan terkait pada remaja. Sekresi hormon perempuan Anak laki-laki
pertumbuhan juga diinduksi oleh hormon tiroid. Di pihak lain, 5,1
sekresi hormon pertumbuhan dihambat oleh kortisol, asam
lemak bebas, dan medroksiprogesteron.
Sekresi hormon pertumbuhan ditingkatkan oleh L-dopa,
0
yang meningkatkan pelepasan dopamin dan norepinefrin di 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
otak, dan oleh agonis reseptor dopamin apomorfin. Usia dalam tahun

FISIOLOGI PERTUMBUHAN GAMBAR 18-7 Kecepatan pertumbuhan pada anak laki-laki dan
anak perempuan dari lahir sampai usia 20 tahun.
Hormon pertumbuhan, meskipun pada hakikatnya tidak masa bayi dan kedua pada masa pubertas lanjut tepat sebelum
penting untuk perkembangan janin, adalah hormon ter- pertumbuhan terhenti. Periode pertama percepatan pertumbuh-
penting untuk pertumbuhan setelah lahir. Namun, secara an sebagian merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan
keseluruhan pertumbuhan adalah suatu fenomena kompleks masa janin. Lonjakan pertumbuhan kedua, pada masa pubertas,
yang dipengaruhi tidak saja oleh hormon pertumbuhan dan disebabkan oleh hormon pertumbuhan, androgen, dan estrogen,
somatomedin, tetapi juga, seperti dapat diperkirakan dari dan terhentinya pertumbuhan kemudian sebagian besar disebab-
pembahasan-pembahasan sebelumnya, oleh hormon tiroid, kan oleh penutupan epifisis di tulang panjang oleh estrogen
androgen, estrogen, glukokortikoid, dan insulin. Pertumbuh- (lihat Bab 21). Setelah waktu ini, tidak mungkin terjadi
an juga dipengaruhi, tentu saja, oleh faktor genetik, dan juga penambahan tinggi lebih lanjut. Karena anak perempuan lebih
bergantung pada gizi yang adekuat. Pertumbuhan secara cepat matang daripada anak laki-laki, lonjakan pertumbuhan
normal disertai oleh rangkaian perubahan pematangan yang muncul lebih awal pada anak perempuan. Tentu saja, pada
terjadi secara teratur, dan proses ini melibatkan peningkatan kedua jenis kelamin kecepatan pertumbuhan jaringan individual
protein dan penambahan panjang serta ukuran, tidak bervariasi (Gambar 18–8 ).
sekedar peningkatan berat (yang dapat disebabkan lebih oleh
pembentukan lemak atau retensi garam dan air daripada 200
pertumbuhan itu sendiri). Jaringan
180
PERAN GIZI limfoid
Persen ukuran pada usia 20

160
Pasokan makanan adalah faktor ekstrinsik terpenting yang
memengaruhi pertumbuhan. Makanan harus adekuat tidak 140
hanya dalam kandungan protein tetapi juga vitamin dan mineral Otak
120 dan
esensial (lihat Bab 26) dan dalam kalori, sehingga protein yang kepala
dimakan tidak dibakar menjadi energi. Namun, usia saat 100
terjadinya defisiensi gizi tampaknya merupakan hal yang perlu 80 Tubuh dan
dipertimbangkan. Misalnya, sekali lonjakan pertumbuhan masa sebagian besar
organ visera
pubertas berlangsung, akan tetap terjadi pertumbuhan linear 60
walaupun asupan kalori menurun. Cedera dan penyakit, di pihak 40
lain, memperlambat pertumbuhan karena keduanya meningkat- Organ
repreduksi
kan katabolisme protein. 20

PERIODE PERTUMBUHAN 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Pola pertumbuhan agak bervariasi dari satu spesies ke spesies Usia dalam tahun
lain. Tikus terus tumbuh, walaupun dengan kecepatan yang
GAMBAR 18-8 Pertumbuhan di berbagai jaringan pada berbagai
menurun, sepanjang hidupnya. Pada manusia, terdapat dua usia sebagai persentase ukuran pada usia 20 tahun. Kurva merupakan
periode pertumbuhan cepat (Gambar 18–7): pertama pada gabungan dari pertumbuhan anak laki-laki dan anak perempuan.
332 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Sangatlah menarik bahwa paling tidak selama masa Bila hormon pertumbuhan diberikan kepada hewan yang
janin, pertumbuhan bukan proses yang bersifat kontinu dihipofisektomi, hewan tersebut tidak tumbuh secepat bila
tetapi merupakan proses episodik atau “saltatorik”. Pe- hewan tersebut diberi hormon pertumbuhan plus hormon
nambahan panjang bayi manusia sebesar 0,5—2,5 cm dalam tiroid. Dalam keadaan ini, hormon tiroid sendiri tidak memiliki
beberapa hari dipisahkan oleh periode 2-63 hari saat tidak efek pada pertumbuhan. Dengan demikian, efek hormon tiroid
terjadinya pertumbuhan yang bermakna yang dapat terlihat. bersifat permisif terhadap efek hormon pertumbuhan, mungkin
Penyebab pertumbuhan episodik ini tidak diketahui. melalui potensiasi efek somatomedin. Hormon tiroid juga
tampaknya penting untuk laju normal sekresi hormon
EFEK HORMON pertumbuhan; pada hipotiroidisme, kadar hormon pertumbuh-
Peran hormon pada pertumbuhan setelah lahir diperlihat- an basal adalah normal, tetapi respons terhadap hipoglikemia
kan secara diagramatis dalam Gambar 18–9. Hormon sering subnormal. Hormon tiroid memiliki beragam efek pada
pertumbuhan dalam plasma meningkat pada bayi baru lahir. penulangan tulang rawan, pertumbuhan gigi, kontur wajah, dan
Kemudian, kadar rerata saat istirahat turun tetapi letupan- proporsi tubuh. Karena itu, penderita kretinisme cebol (cretin)
letupan sekresi hormon pertumbuhan berukuran lebih besar, memiliki postur seperti bayi ( Gambar 18–10). Pasien yang
khususnya selama pubertas, sehingga kadar plasma rerata selama menderita kecebolan akibat panhipopituitarisme memperlihat-
24 jam meningkat; kadar tersebut adalah 2—4 ng/ml pada orang kan ciri-ciri yang konsisten dengan usia kronologis sampai
dewasa normal, tetapi 5—8 ng/ml pada anak-anak. Salah satu pubertas, tetapi karena mereka tidak mengalami kematangan
faktor yang merangsang sekresi IGF-I adalah hormon seksual, pada masa dewasa postur mereka seperti anak-anak
pertumbuhan, dan kadar IGF-I plasma meningkat selama masa (Boks Klinis 18–2 ).
anak-anak, mencapai puncak pada usia 13-17 tahun. Sebaliknya, Efek insulin pada pertumbuhan dibahas di Bab 24. Hewan
kadar IGF-II konstan sepanjang pertumbuhan pascanatal. diabetik tidak dapat tumbuh, dan insulin menyebabkan
Lonjakan pertumbuhan yang terjadi pada saat pubertas pertumbuhan pada hewan yang dihipofisektomi. Namun,
(Gambar 18-7) sebagian disebabkan oleh efek anabolik protein pertumbuhan akan bermakna hanya apabila juga diberikan
androgen, dan pada kedua jenis kelamin sekresi androgen karbohidrat dan protein dalam jumlah besar bersama insulin.
adrenal meningkat pada saat ini. Namun, lonjakan pertumbuhan Hormon adrenokorteks selain androgen memiliki efek
tersebut juga disebabkan oleh interaksi antara steroid-steroid permisif pada pertumbuhan paling tidak bahwa pada hewan
seks, hormon pertumbuhan, dan IGF-I. Pemberian estrogen dan yang diadrenalektomi menyebabkan gagal tumbuh kecuali
androgen meningkatkan respons sekresi hormon pertumbuhan tekanan darah dan sirkulasi mereka dipertahankan oleh
terhadap berbagai rangsangan dan meningkatkan IGF-I plasma terapi penggantian. Di pihak lain, glukokortikoid adalah
akibat peningkatan kadar hormon pertumbuhan dalam darah. inhibitor kuat pertumbuhan karena efek langsung pada sel,
Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan pertumbuhan. dan pemberian steroid dosis farmakologis pada anak-anak
Walaupun androgen dan estrogen pada awalnya me- akan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
rangsang pertumbuhan, namun estrogen akhirnya menghenti- selama pengobatan diberikan.
kan pertumbuhan dengan menyebabkan epifisis menyatu
dengan tulang panjang (penutupan epifisis). Sekali epifisis MENGEJAR PERTUMBUHAN
menutup, pertumbuhan linear terhenti (lihat Bab 21). Hal ini Setelah anak menderita sakit atau kelaparan, terjadi periode
merupakan penyebab mengapa pasien yang mengalami prekoks “mengejar pertumbuhan” (“catch-up growth”, Gambar 18–
seks cenderung cebol. Di pihak lain, pria yang dikebiri sebelum 11) yaitu suatu proses kecepatan pertumbuhan yang lebih besar
pubertas cenderung berbadan tinggi karena produksi estrogen daripada normal. Percepatan pertumbuhan ini berlanjut sampai
berkurang dan epifisis tetap terbuka sehingga sebagian per- kurva pertumbuhan sebelumnya tercapai, kemudian melambat
tumbuhan terus berlanjut melewati usia normal pubertas. hingga ke normal. Mekanisme yang menimbulkan dan
mengontrol “catch-up growth” tidak diketahui.

GONADOTROPIN & PROLAKTIN


Hormon
tiroid HIPOFISIS
Hormon
KIMIA
pertumbuhan FSH dan LH masing-masing terdiri dari sebuah subunit α dan
sebuah subunit β. Keduanya adalah glikoprotein yang
Androgen mengandung heksosa manosa dan galaktosa, heksosamin. N-
dan asetilgalaktosamin dan N-asetilglikosamin, dan metilpen-tosa
estrogen fukosa. Keduanya juga mengandung asam sialat. Karbohidrat
dalam molekul gonadotropin meningkatkan potensinya karena
Lahir 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
sangat memperlambat metabolisme molekul. Waktu paruh FSH
Usia (tahun) manusia adalah sekitar 170 menit; waktu paruh LH adalah
GAMBAR 18-9 Peran relatif hormon pada pertumbuhan sekitar 60 menit. Mutasi loss-of-function di reseptor FSH
manusia dalam berbagai usia. (Sumbangan Fisher DA). menyebabkan hipogonadisme. Mutasi gain-of-function
BAB 18 Hipofisis 333

Inci Sentimeter
60
150

55 Tingkat simfisis 140

50 130

120
45
110
40 100

35 90

80
30
70
25
60
20 50

15 40

30
10
20
5
10

0 0
Normal Hipotiroid Dwarf–tidak hipotiroid Normal
2 tahun 8 tahun 8 tahun 8 tahun

GAMBAR 18-10 Pertumbuhan normal dan abnormal. sesuai umur kronologisnya. Lihat Boks Klinis 18-2. (Disalin atas izin,
Dwarfisme hipotiroid (kretin) tetap mempertahankan proporsi dari WILKINS I: The Diagnosis and Treatment of Endocrine Disorders in
tubuh semasa bayinya sementara dwarfisme tipe konstitusional dan, Childhood and Adolescence, 3rd ed. Thomas, 1966).
yang lebih tepatnya tipe hipofisis memiliki karakteristik proporsi

menyebabkan bentuk spontan sindrom hiperstimulasi jalur Janus kinase/signal transducers and activators of
ovarium, suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya transcription (JAK-STAT) dan jenjang enzim intrasel lainnya
stimulasi banyak folikel dan pelepasan sitokin dari ovarium, (Gambar 18-3).
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan syok.
Prolaktin hipofisis manusia mengandung 199 residu EFEK
asam amino dan tiga jembatan disulfida serta memiliki Testis dan ovarium menjadi atrofi bila hipofisis diangkat
kemiripan struktural yang cukup besar dengan hormon atau rusak. Efek prolaktin dan gonadotropin FSH dan LH,
pertumbuhan manusia dan human chorionic somatomam- serta efek gonadotropin yang disekresikan oleh plasenta,
motropin (hCS). Waktu-paruh prolaktin, seperti hormon dijelaskan secara rinci di Bab 22 dan 23. Secara ringkas, FSH
pertumbuhan, adalah sekitar 20 menit. Prolaktin yang secara membantu mempertahankan epitel spermatogenik dengan
struktural mirip disekresikan oleh endometrium dan oleh merangsang sel Sertoli pada pria dan berperan dalam
plasenta. pertumbuhan awal folikel ovarium pada wanita. LH bersifat
RESEPTOR tropik untuk sel Leydig dan, pada wanita, berperan dalam
pematangan akhir folikel ovarium dan sekresi estrogen dari
Reseptor FSH dan LH adalah reseptor terkait protein G folikel tersebut. Hormon ini juga berperan dalam ovulasi,
(GPCR) yang terhubung ke adenilil siklase melalui protein G awal pembentukan korpus luteum, dan sekresi progesteron.
stimulatorik (Gs; lihat Bab 2). Selain itu, masing-masing
Prolaktin menyebabkan sekresi susu dari payudara yang
memiliki perluasan sebuah ranah ekstrasel yang terglikosilasi.
telah mendapat rangsangan estrogen dan progesteron.
Reseptor prolaktin manusia mirip reseptor hormon Efeknya pada payudara terdiri dari peningkatan kerja
pertumbuhan dan merupakan salah satu dari superfamili mRNA dan peningkatan pembentukan kasein dan
reseptor yang mencakup reseptor hormon pertumbuhan laktalbumin. Namun, efek hormon tidak terjadi pada inti sel
dan reseptor untuk berbagai sitokin dan faktor dan dihambat oleh inhibitor mikrotubulus. Prolaktin juga
pertumbuhan hematopoietik (lihat Bab 2 dan 3). menghambat efek gonadotropin, mungkin melalui suatu
Reseptor ini mengalami dimerisasi dan mengaktifkan efek di tingkat ovarium. Hormon ini juga mencegah
334 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

BOKS KLINIS 18-2

Dwarfisme (Cebol) tampak pada para pasien dengan pola kromosom XO bukannya
pola XX atau XY (lihat Bab 22). Berbagai penyakit tulang dan
Pembahasan mengenai kontrol pertumbuhan mengisyaratkan
metabolik juga dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat,
bahwa tubuh pendek memiliki beragam etiologi. Keadaan ini
dan pada banyak kasus, penyebab kecebolan tidak diketahui
dapat disebabkan oleh defisiensi GHRH, defisiensi hormon
("perlambatan pertumbuhan konstitusional"). Anak yang tidak
pertumbuhan, atau defisiensi sekresi IGF-I. Defisiensi hormon
malnutrisi, tetapi telantar atau mengalami kekerasan kronis
pertumbuhan terisolasi biasanya disebabkan oleh defisiensi
juga dapat menjadi cebol. Keadaan ini dikenal sebagai
GHRH, dan pada keadaan ini, respons hormon pertumbuhan
dwarfisme psikososial atau sindrom Kaspar Hauser,
terhadap GHRH normal. Namun, sebagian pasien defisiensi
berdasarkan nama kasus yang pertama kali dilaporkan. Yang
hormon pertumbuhan terisolasi memiliki kelainan sel-sel
terakhir, akondroplasia, bentuk dwarfisme yang paling sering
pensekresi hormon pertumbuhannya. Pada golongan anak
dijumpai pada manusia, ditandai oleh anggota badan yang
cebol lainnya, konsentrasi hormon pertumbuhan dalam plasma
pendek sedangkan badan normal. Kelainan ini merupakan
normal atau meningkat tetapi reseptor hormon pertumbuhan
penyakit genetik dominan otosom akibat mutasi di gen yang
mereka tidak responsif akibat mutasi loss-of-function di gen
menyandi reseptor faktor pertumbuhan fibroblas 3 (fibroblast
untuk reseptor-reseptor tersebut. Keadaan yang terjadi dikenal
growth factor receptor 3; FGFR3). Anggota dari famili reseptor
sebagai insensitivitas hormon pertumbuhan atau Laron
pertumbuhan fibroblas ini dalam keadaan normal diekspresi-
dwarfism. IGF-I plasma sangat berkurang, demikian juga
kan di tulang rawan dan otak.
IGFBP-3, yang juga dependen hormon pertumbuhan. Orang
pygmi (kerdil) Afrika memiliki kadar hormon pertumbuhan yang KIAT TERAPEUTIK
normal dan penurunan (tingkat sedang) kadar protein pengikat
hormon pertumbuhan dalam plasma. Namun, konsentrasi IGF-I Terapi dwarfisme ditentukan oleh penyebab yang
plasma mereka tidak meningkat pada saat pubertas dan mendasari. Jika terapi untuk menggantikan hormon
sepanjang periode prapubertas pertumbuhan orang pygmi lebih relevan diberikan segera pada kasus anak yang sesuai,
rendah dibandingkan dengan kontrol nonpygmi. pasien dapat mencapai tubuh yang hampir normal.
Tubuh pendek juga dapat disebabkan oleh mekanisme di Karena itu, ketersediaan bentuk-bentuk rekombinan
luar defek spesifik sumbu hormon pertumbuhan. Tubuh yang hormon pertumbuhan dan IGF-I sangat meningkatkan
pendek merupakan ciri khas hipotiroidisme anak (kretinisme) pengobatan pada kasus-kasus dengan defisiensi kedua
dan terjadi pada pasien pubertas prekoks. Tubuh pendek juga hormon ini.
merupakan bagian dari sindrom disgenesis gonad yang

ovulasi pada wanita menyusui. Fungsi prolaktin pada pria meningkat selama tidur, peningkatan dimulai setelah awitan
normal belum diketahui pasti, tetapi sekresi prolaktin yang tidur dan menetap sepanjang periode tidur. Sekresi
berlebihan oleh tumor menimbulkan impotensi. meningkat selama kehamilan, mencapai puncak pada saat
melahirkan. Setelah persalinan, konsentrasi dalam plasma
PENGATURAN SEKRESI turun ke kadar sebelum hamil dalam waktu sekitar 8 hari.
Pengisapan puting oleh bayi segera menyebabkan peningkat-
PROLAKTIN an sekresi, tetapi derajat peningkatan ini secara bertahap
Faktor-faktor yang mengatur sekresi prolaktin oleh menurun setelah wanita menyusui selama lebih dari 3 bulan.
hipofisis bertumpang-tindih, sebagian, dengan faktor- Semakin lama menyusui, sekresi susu terjadi dengan kadar
faktor yang menyebabkan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin dalam rentang normal.
dan sebagian rangsangan meningkatkan sekresi prolaktin L-Dopa menurunkan sekresi prolaktin dengan
tetapi menurunkan sekresi hormon pertumbuhan (dan meningkatkan pembentukan dopamin, dan bromokriptin
demikian sebaliknya) (Tabel 18–4). Konsentrasi prolaktin serta agonis dopamin lainnya menghambat sekresi karena
plasma normal adalah sekitar 5 ng/mL pada pria dan 8 ng/ obat-obat ini merangsang reseptor dopamin. Klorpromazin
mL pada wanita. Sekresi secara tonis dihambat oleh dan obat-obat terkait yang menghambat reseptor dopamin
hipotalamus, dan pemotongan tangkai hipofisis menyebab- meningkatkan sekresi prolaktin. Thyrotropin-releasing
kan peningkatan prolaktin dalam darah. Dengan demikian, hormone (TRH) merangsang sekresi prolaktin selain TSH,
efek prolactin-inhibiting hormone (PIH) hipotalamus, dan terdapat polipeptida-polipeptida lain yang membebas-
dopamin, biasanya lebih besar daripada efek berbagai kan prolaktin di jaringan hipotalamus. Estrogen menyebab-
peptida hipotalamus dengan aktivitas prolactin-releasing. kan peningkatan sekresi prolaktin secara lambat akibat efek
Pada manusia, sekresi prolaktin ditingkatkan oleh olahraga, langsung pada laktotrop.
stres psikologis dan pembedahan, dan stimulasi puting Sekarang telah dipastikan bahwa prolaktin memudahkan
payudara (Tabel 18-4). Kadar prolaktin plasma sekresi dopamin di eminensia mediana. Dengan demikian,
BAB 18 Hipofisis 335

200 Catch-up
growth
TABEL 18–4 Perbandingan faktor-faktor yang
memengaruhi sekresi prolaktin dan hormon
190
pertumbuhan manusia.
180
Hormon
170 Faktor Prolaktin Pertumbuhan
160 Tidur I+ I+
150
Menyusui I++ N
Tinggi (cm)

140
Stimulasi payudara pada I N
130 wanita non-menyusui

120 Stres I+ I+
110 Hipoglikemia I I+
100 Olahraga berat I I
90 Hubungan seks pada I N
Sakit
wanita
80
70 Kehamilan I++ N

60 Estrogen I I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Hipotiroidisme I N
Usia (th)
TRH I+ N
GAMBAR 18-11 Kurva pertumbuhan pada seorang anak
laki-laki normal yang pernah sakit dari usia 5 tahun sampai 7 Fenotiazin, I+ N
tahun. Daerah berarsir memperlihatkan kisaran tinggi normal butirofenon
untuk usia yang bersangkutan. Garis merah memperlihatkan per-
Opioid I I
tumbuhan sebenarnya anak laki-laki tersebut. Periode mengejar
pertumbuhan (catch-up growth) akhirnya memulihkan tingginya Glukosa N D
ke kurva pertumbuhan normal sebelumnya. (Dimodifikasi dari Boersma
B, Wit JM: Catch-up growth. Endocr Rev 1997;18:646). Somatostatin N D+
L-Dopa D+ I+
prolaktin bekerja di hipotalamus dengan cara umpan-balik
Apomorfin D+ I+
negatif untuk menghambat sekresinya sendiri.
Bromokriptin dan D+ I

EFEK INSUFISIENSI HIPOFISIS turunan ergot terkait

I, peningkatan sedang; l+, peningkatan nyata; I++, peningkatan sangat nyata; N,


PERUBAHAN PADA tidak ada perubahan; D, penurunan sedang; D+, penurunan nyata; TRH,
thyrotropin-releasing hormone
KELENJAR ENDOKRIN LAIN
Perubahan luas yang terjadi bila hipofisis diangkat secara
bedah atau rusak akibat penyakit pada manusia atau hewan SENSITIVITAS INSULIN
dapat diperkirakan berdasarkan fungsi hormonal kelenjar Hewan yang dihipofisektomi memiliki kecenderungan
yang telah diketahui. Pada hipopituitarisme, korteks adrenal menjadi hipoglikemik, terutama bila puasa. Hipofisektomi
mengalami atrofi, dan sekresi hormon seks dan glukokor- memperbaiki diabetes melitus (lihat Bab 24) dan sangat
tikoid adrenal turun ke kadar yang rendah. Tidak terjadi meningkatkan efek hipoglikemik insulin. Hal ini sebagian
peningkatan sekresi aldosteron setelah rangsangan stres, tetapi disebabkan oleh defisiensi hormon-hormon adrenokorteks,
sekresi aldosteron basal dan peningkatan yang diinduksi oleh tetapi hewan yang dihipofisektomi lebih peka terhadap
deplesi garam tetap normal, paling sedikit untuk beberapa insulin daripada hewan yang diadrenalektomi karena hewan
waktu. Karena tidak terjadi defisiensi mineralokortikoid, tidak tersebut tidak memiliki efek anti-insulin hormon per-
timbul kehilangan garam dan syok hipovolemik, tetapi tumbuhan.
ketidakmampuan meningkatkan sekresi glukokortikoid
menyebabkan pasien insufisiensi hipofisis peka terhadap stres. METABOLISME AIR
Timbulnya keadaan kekurangan garam pada pasien Walaupun destruksi selektif mekanisme supraoptik-
hipopituitarisme jangka panjang dibahas di Bab 20. hipofisis posterior menyebabkan diabetes insipidus (lihat
Pertumbuhan terhambat (lihat atas). Fungsi tiroid menurun Bab 17) namun pengangkatan kedua lobus anterior dan
ke tingkat yang rendah, dan pasien tidak dapat mentoleransi posterior hipofisis biasanya menyebabkan tidak lebih
udara dingin. Gonad mengalami atrofi, siklus seks terhenti, dari poliuria transien. Dahulu, terdapat spekulasi bahwa
dan sebagian karakteristik seks sekunder menghilang. hipofisis anterior menyekresi suatu “hormon diuretik”,
336 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

tetapi kesembuhan diabetes insipidus sebenarnya dapat mengendalikan warna kulit pada ikan, amfibi, dan reptil,
dijelaskan oleh penurunan beban osmotik yang tersedia untuk sementara ACTH adalah regulator utama pigmentasi kulit
diekskresikan. Partikel-partikel yang aktif secara osmotik pada mamalia.
menahan air di tubulus ginjal (lihat Bab 38). Pada hewan yang ■ Hormon pertumbuhan dibentuk oleh somatotrop. Hormon ini
dihipofisektomi, karena defisiensi ACTH, kecepatan disekresikan secara episodik sebagai respons terhadap faktor-faktor
katabolisme protein menurun. Karena defisiensi TSH, tingkat hipotalamus, dan sekresi berada di bawah pengaruh inhibisi
metabolisme menjadi rendah. Akibatnya, lebih sedikit produk umpan-balik. Sebagian hormon di darah terikat ke protein.
katabolik yang aktif secara osmotik yang terfiltrasi dan volume ■ Hormon pertumbuhan mengaktifkan pertumbuhan dan
urine menurun, walaupun tidak ada vasopresin. Pada hewan memengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak
yang dihipofisektomi, defisiensi hormon pertumbuhan ikut untuk bereaksi terhadap kondisi-kondisi stres. Banyak, tetapi
berperan dalam penurunan laju filtrasi glomerulus, dan tidak semua, efek perifer hormon pertumbuhan dapat dikaitkan
hormon pertumbuhan meningkatkan laju filtrasi glomerulus dengan kemampuannya merangsang produksi IGF-I.
dan aliran plasma ginjal pada manusia. Akhirnya, karena ■ Pertumbuhan mencerminkan suatu hubungan kompleks antara
defisiensi glukokortikoid, terjadi gangguan ekskresi beban air hormon pertumbuhan, IGF-I, dan banyak hormon lain serta
yang serupa dengan yang dijumpai pada hewan yang pengaruh ekstrinsik dan faktor genetik. Konsekuensi pembentukan
diadrena-lektomi. Dengan demikian, aktivitas “diuretik” yang berlebihan atau kurang dari pengaruh-pengaruh di atas
hipofisis anterior dapat dijelaskan berdasarkan efek ACTH, bergantung pada apakah hal tersebut terjadi sebelum atau setelah
TSH, dan hormon pertumbuhan. pubertas. Defisiensi komponen-komponen jalur hormon per-
tumbuhan pada masa anak menyebabkan dwarfisme (cebol);
GANGGUAN LAIN produksi yang berlebihan menyebabkan gigantisme, akromegali,
atau keduanya.
Pada pasien dengan defisiensi hormon pertumbuhan yang
terjadi pada masa dewasa juga mengalami defisiensi hormon ■ Hipofisis juga menghasilkan hormon-hormon yang mengatur
jaringan reproduksi dan menyusui—follicle-stimulating hormone,
hipofisis anterior lainnya. Defisiensi ACTH dan hormon
luteinizing hormone, dan prolaktin. Prolaktin, khususnya, diatur
hipofisis lain dengan aktivitas MSH mungkin berperan
oleh banyak faktor yang juga mengatur sekresi hormon
menimbulkan kepucatan pada kulit pasien hipopituitarisme. pertumbuhan, meskipun masing-masing faktor regulatorik
Pada orang dewasa mungkin terjadi kehilangan protein, mungkin menimbulkan efek yang saling bertentangan.
tetapi tubuh yang kurus bukan merupakan gambaran
hipopituitarisme pada manusia, dan sebagian besar pasien
insu-fisiensi hipofisis bergizi baik.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling
PENYEBAB INSUFISIENSI tepat kecuali jika dinyatakan lain

HIPOFISIS PADA MANUSIA 1. Seorang ahli saraf tengah meneliti komunikasi antara hipotalamus
dan hipofisis pada seekor tikus percobaan. Ia menghentikan aliran
Tumor hipofisis anterior menyebabkan insufisiensi hipofisis. darah melalui eminensia mediana dan kemudian mengukur kadar
Kista supraselar, sisa kantong Rathke yang membesar dan hormon-hormon hipofisis dalam darah setelah rangsangan
menekan hipofisis, adalah penyebab lain hipopituitarisme. fisiologis yang sesuai. Sekresi hormon apa yang tidak akan
Pada wanita yang pernah mengalami syok akibat perdarahan terpengaruh oleh manipulasi eksperimental ini?
pascapartus, hipofisis mungkin mengalami infark, disertai A. Hormon pertumbuhan
nekrosis pascapartus (sindrom Sheehan). Aliran darah ke B. Prolaktin
lobus anterior rentan karena pasokan tersebut turun pada C. Thyroid-stimulating hormone
tangkai hipofisis melintasi sela diafragma yang kaku, dan D. Follicle-stimulating hormone
selama kehamilan hipofisis membesar. Infark hipofisis E. Vasopresin
biasanya sangat jarang pada pria. 2. Mana dari hormon hipofisis berikut yang merupakan suatu
peptida opioid?
A. α-melanocyte stimulatim hormone (α-MSH)
RINGKASAN BAB B. β-MSH
■ Hipofisis berperan krusial dalam mengatur fungsi kelenjar- C. ACTH
kelenjar di hilir, dan juga memiliki efek endokrin independen D. Hormon pertumbuhan
terhadap beragam organ dan jaringan perifer. Pada manusia, E. β-Endorfin
kelenjar ini terdiri dari dua bagian fungsional: hipofisis 3. Sewaktu persalinan, seorang wanita mengalami perdarahan
anterior, yang terutama mengeluarkan hormon-hormon serius dan jatuh syok. Setelah pulih, ia memperlihatkan gejala-
tropik; dan hipofisis posterior, yang mengandung ujung saraf gejala hipopituitarisme. Mana dari yang berikut yang tidak
yang mengeluarkan oksitosin dan vasopresin. Lobus diharapkan dijumpai pada pasien ini?
intermedius menonjol pada vertebrata rendah tetapi tidak pada A. Kakeksia
manusia dan mamalia lain. B. Infertilitas
■ Kortikotrop lobus anterior membentuk proopiomelano-kortin, C. Pucat
yang merupakan prekursor ACTH, endorfin, dan mela- D. Laju metabolisme basal rendah
notropin. Melanotropin memiliki peran penting dalam E. Intoleransi terhadap stres
BAB 18 Hipofisis 337

4. Seorang ilmuwan menemukan bahwa pemberian infus hormon


pertumbuhan ke dalam eminensia mediana hipotalamus pada
DAFTAR PUSTAKA
hewan percobaan menghambat sekresi hormon pertumbuhan Ayuk J, Sheppard MC: Growth hormone and its disorders. Postgrad
dan menyimpulkan bahwa hal ini membuktikan bahwa hormon Med J 2006;82:24.
pertumbuhan memberi umpan-balik negatif terhadap sekresi Boissy RE, Nordlund JJ: Molecular basis of congenital
GHRH. Apakah anda menerima kesimpulan ini? hypopigmentary disorders in humans: A review. Pigment Cell
Res 1997;10:12.
A. Tidak, karena hormon pertumbuhan tidak menembus
Brooks AJ, Waters MJ: The growth hormone receptor: mechanism
sawar darah otak
of activation and clinical implications. Nat Rev Endocrinol
B. Tidak, karena infus hormon pertumbuhan tersebut dapat
2010;6:515.
merangsang sekresi dopamin
Buzi F, Mella P, Pilotta A, Prandi E, Lanfranchi F, Carapella T:
C. Tidak, karena bahan yang dimasukkan ke eminensia
Growth hormone receptor polymorphisms. Endocr Dev
mediana dapat diangkut ke hipofisis anterior
D. Ya, karena pemberian hormon pertumbuhan secara 2007;11:28.
sistemik menghambat sekresi hormon pertumbuhan Fauquier T, Rizzoti K, Dattani M, Lovell-Badge R, Robinson ICAF:
E. Ya, karena hormon pertumbuhan mengikat GHRH dan SOX2-expressing progenitor cells generate all of the major cell
menginaktifkannya. types in the adult mouse pituitary gland. Proc Natl Acad Sci USA
2008;105:2907.
5. Reseptor hormon pertumbuhan Hindmarsh PC, Dattani MT: Use of growth hormone in children.
A. Mengaktifkan Gs Nat Clin Pract Endocrinol Metab 2006;2:260.
B. Memerlukan dimerisasi untuk dapat berefek
C. Harus diinternalisasi agar berefek
D. Mirip reseptor IGF-I
E. Mirip reseptor ACTH
Halaman ini sengaja dikosongkan
19
B A B

Kelenjar Tiroid

T U J U A N ■ Menjelaskan struktur kelenjar tiroid dan bagaimana hal tersebut berkaitan


dengan fungsinya.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Mendefinisikan sifat kimia hormon-hormon tiroid dan bagaimana proses sintesisnya.
Anda seyogianya mampu: ■ Memahami peran kritis iodium dalam kelenjar tiroid dan bagaimana
transpornya dikendalikan.
■ Menjelaskan peran pengikatan protein dalam transpor hormon tiroid dan
metabolisme perifer.
■ Mengidentifikasi peran hipotalamus dan hipofisis dalam mengatur fungsi tiroid.
■ Mendefinisikan efek-efek hormon tiroid dalam homeostasis dan perkembangan.
■ Memahami dasar penyakit kelainan fungsi tiroid abnormal dan bagaimana
pengobatannya.

PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid (glandula tiroidea) adalah salah saru kelenjar tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus,
endokrin besar di tubuh. Kelenjar ini memiliki dua fungsi gelisah, takikardia, tremor, dan pembentukan panas yang
utama. Yang pertama adalah menyekresi hormon tiroid, berlebihan. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang
yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai tiroid (thyroid-stimulating hormone, TSH, tirotropin) dari
jaringan agar fungsi normalnya dapat optimal. Hormon
hipofisis anterior. Sebaliknya, sekresi hormon tropik ini
tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di
sebagian diatur oleh thyrotropin-releasing hormone (TRH)
tubuh, membantu mengatur metabolisme lipid dan
dari hipotalamus dan berada di bawah kontrol umpan-balik
karbohidrat, dan karenanya memengaruhi massa tubuh dan
negatif oleh peningkatan kadar hormon tiroid yang bekerja
kemampuan mental. Akibat disfungsi kelenjar tiroid
bergantung pada tahap kehidupan saat disfungsi tersebut di hipofisis anterior dan hipotalamus.
terjadi. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi Fungsi kedua kelenjar tiroid adalah menyekresi
ketiadaannya atau hipofungsi selama masa kehidupan janin kalsitonin, suatu hormon yang mengatur kadar kalsium
dan neonatus menyebabkan retardasi mental berat dan darah. Fungsi kelenjar tiroid ini dibahas di Bab 21 dalam
kecebolan (dwarfisme). Pada orang dewasa, hipotiroidisme konteks yang lebih luas tentang homeostasis kalsium tubuh
menyebabkan perlambatan fisik dan mental serta secara keseluruhan.
kurangnya resistensi terhadap dingin. Sebaliknya, sekresi

GAMBARAN ANATOMI dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan, yaitu istmus


tiroid, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang
Tiroid adalah suatu kelenjar berbentuk kupu-kupu yang muncul dari istmus di depan laring (Gambar 19–1).
menempel seperti pelana di atas trakea pada leher bagian Kelenjar memiliki vaskularisasi yang baik, dan tiroid
depan. Kelenjar ini berkembang dari evaginasi dasar faring, merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki jumlah
dan duktus tiroglosus menandai jalur perjalanan tiroid dari aliran darah tertinggi per gram jaringan-nya.
lidah ke leher, yang kadang-kadang menetap sampai Bagian tiroid yang berkaitan dengan pembentukan
dewasa. Kedua lobus kelenjar tiroid pada manusia hormon tiroid terdiri dari asinus (folikel) multipel. Masing-

339
340 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Os hioidea Lumen
Butir folikel
sekretorik Penyerapan
koloid melalui
endositosis

Lisosom
bergabung
dengan
vakuola
endositik
Laring Aparatus
Golgi

Lobus
piramidalis

Lobus Lobu
kanan kiri
Lamina
basalis sel
Lamina
basalis kapiler
Normal Terangsang Endotel
oleh TSH kapiler

GAMBAR 19-3 Sel tiroid. Kiri: Pola normal. Kanan: Setelah


rangsangan oleh TSH. Tanda panah di kanan memperlihatkan sekresi
GAMBAR 19-1 Tiroid manusia. tiroglobulin ke dalam koloid. Di kanan, juga diperlihatkan endositosis
koloid dan penyatuan sebuah vakuola yang mengandung koloid dengan
sebuah lisosom. Sel terletak di atas kapiler dengan pori (fenestrasi) pada
dinding endotelnya.
masing folikel sferis dikelilingi oleh satu lapisan sel
terpolarisasi dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna menonjol, suatu gambaran yang lazim terdapat pada
merah muda yang disebut koloid. Koloid terutama terdiri sebagian besar sel kelenjar, dan tampak granula sekretorik
dari glikoprotein, tiroglobulin. Saat kelenjar tidak aktif, yang mengandung tiroglobulin (Gambar 19–3). Masing-
koloid berjumlah banyak, folikel berukuran besar, dan sel- masing sel tiroid terdapat di atas lamina basalis yang
sel yang membatasinya tipis. Bila kelenjar aktif, folikel memisahkan sel-sel ini dari kapiler di sekitarnya. Kapiler
menjadi kecil, sel-selnya kuboid atau kolumnar, dan mengalami fenestrasi (berlubang-lubang), seperti kapiler di
daerah tempat koloid diserap secara aktif ke dalam tirosit kelenjar endokrin lain (lihat Bab 31).
tampak sebagai “lakuna reabsorpsi” (Gambar19–2).
PEMBENTUKAN & SEKRESI
Dari apeks sel tiroid terdapat mikrovili yang
menonjol ke dalam koloid, dan di dalam mikrovili HORMON TIROID
terdapat kanalikuli. Retikulum endoplasma tampak
KIMIA
Hormon utama yang disekresi oleh tiroid adalah
Inaktif Aktif tiroksin (T4) serta triiodotironin (T3) dalam jumlah
yang jauh lebih sedikit. T3 memiliki aktivitas biologis
yang jauh lebih besar daripada T4 dan secara spesifik
dibentuk di tempat kerja di jaringan perifer melalui
deiodinasi T4 (lihat bawah). Kedua hormon adalah asam
amino yang mengandung iodium (Gambar 19–4).
Sejumlah kecil triiodotironin reverse (3,3’,5’-triiodotironin,
RT3) dan senyawa-senyawa lain juga ditemukan dalam darah
vena tiroidea. RT3 tidak aktif secara biologis.
Koloid Lakuna
reabsorpsi
Sel
parafolikel HOMEOSTASIS IODIUM
Iodium adalah bahan mentah yang penting untuk sintesis
GAMBAR 19-2 Histologi tiroid. Diperlihatkan kelenjar dalam
hormon tiroid. Iodida dalam makanan diserap oleh usus dan
keadaan inaktif (kiri) dan aktif menyekresi (kanan). Perhatikan
"lakuna reabsorpsi kecil" yang tampak cekung (punched-out) dalam masuk ke dalam sirkulasi; nasib selanjutnya diringkas dalam
koloid di samping sel-sel pada kelenjar yang aktif. Gambar 19–5. Asupan iodium harian minimal yang dapat
BAB 19 Kelenjar Tiroid 341

Ι Ι
TRANSPOR IODIDA
HO
3'
O
3
CH2 CH C OH MENEMBUS TIROSIT
5' 5
NH2 O Membran basolateral tirosit yang menghadap ke kapiler
Ι Ι
mengandung suatu simporter yang mengangkut dua ion Na+
3,5,3',5',-Tetraiodotironin (tiroksin, T4)
dan satu ion I− ke dalam sel dalam satu siklus, melawan gradien
Ι Ι elektrokimia untuk I−. Simporter Na+/I− (NIS) ini mampu
menghasilkan konsentrasi I- intrasel yang 20-40 kali lebih tinggi
HO O CH2 CH C OH daripada konsentrasi di plasma. Proses yang berperan adalah
NH2 O transpor aktif sekunder (lihat Bab 2), dengan energi disediakan
Ι oleh transpor aktif Na+ keluar sel tiroid oleh Na+-K+ ATPase. NIS
3,5,3',-Triiodotironin (T3) diatur melalui proses transkripsi serta dengan pemindahan aktif
masuk dan keluar membran basolateral tirosit; secara khusus,
GAMBAR 19-4 Hormon tiroid. Angka di cincin dalam rumus T4
thyroid stimulating hormone (TSH, lihat selanjutnya) meng-
menandakan nomor posisi dalam molekul. RT3 adalah 3,3',5',-triiodo-
tironin. induksi ekspresi NIS dan retensi NIS di membran basolateral,
tempat pengangkut ini dapat melakukan penyerapan iodida
secara terus-menerus.
Iodida juga harus keluar dari tirosit menembus membran
mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 130 pg pada
apikal untuk mengakses koloid, tempat langkah-langkah awal
orang dewasa. Di sebagian besar negara maju, suplementasi
terjadinya sintesis hormon tiroid. Tahap pemindahan ini
garam dapur memiliki arti bahwa asupan harian rata-rata dipercayai diperantarai, paling tidak sebagian, oleh penukar Cl−/
adalah sekitar 500 pg/h. Organ utama yang menyerap I− dalam I− yang dikenal sebagai pendrin. Protein ini pertama kali
darah adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat ditemukan sebagai produk dari gen yang berperan dalam
hormon-hormon tiroid, dan ginjal, yang mengekskresi- sindrom Pendred, yang ditandai dengan adanya disfungsi tiroid
kannya ke dalam urine. Sekitar 120 pg/h masuk ke dalam dan tuli. Pendrin (SLC26A4) adalah salah satu anggota dari
tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormon tiroid yang famili besar penukar anion SLC26.
normal. Tiroid menyekresi 80 pg/h dalam bentuk T3 dan T4, Hubungan fungsi tiroid dengan iodida bersifat unik; seperti
sementara 40 pg/hari berdifusi balik ke cairan ekstrasel (CES). akan dibahas secara lebih rinci di bawah, iodida merupakan zat
T4 dan T3 dalam darah dimetabolisme di dalam hati dan esensial agar tiroid dapat berfungsi dengan normal, tetapi baik
jaringan lain, yang akan melepaskan tambahan 60 pg I− per defisiensi maupun kelebihan iodida menghambat fungsi tiroid.
hari ke dalam CES. Beberapa turunan hormon tiroid Kelenjar liur, mukosa lambung, plasenta, korpus siliare
diekskresikan melalui empedu, dan sebagian iodium di mata, pleksus koroideus, glandula mamaria, dan kanker tertentu
dalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi yang berasal dari jaringan-jaringan ini juga mengekspresikan
pengeluaran bersih I− dalam tinja adalah sekitar 20 pg/h. NIS dan mengangkut iodida melawan gradien konsentrasi, tetapi
Karena itu, jumlah total I− yang masuk ke dalam CES adalah pengangkut iodida di jaringan ini tidak dipengaruhi oleh TSH.
500 + 40 + 60, atau 600 µg/h; 20% dari I− ini masuk ke dalam Makna fisiologis berbagai mekanisme pemekat iodida ekstra-
kelenjar tiroid, sementara 80% diekskresikan melalui urine. tiroid ini masih belum diketahui, tetapi mungkin dengan
membentuk jalur untuk radioablasi terhadap sel-sel kanker yang
mengekspresikan NIS dengan menggunakan radioisotop iodida.
500 μg I−
dalam makanan Pendekatan ini juga bermanfaat untuk ablasi kanker tiroid.

120 μg I−
SINTESIS & SEKRESI
Tiroid HORMON TIROID
40 μg I− Di pertemuan antara tirosit dan koloid, iodida mengalami
suatu proses yang disebut sebagai organifikasi. Pertama-tama,
Cairan 80 μg in bahan ini dioksidasi menjadi iodium, dan kemudian dimasuk-
ekstrasel T3, T4
kan ke posisi karbon 3 residu tirosin yang merupakan bagian
Hati dari molekul tiroglobulin di koloid (Gambar 19–6).
60 μg I− dan jaringan Tiroglobulin adalah glikoprotein yang terbentuk dari dua
lain subunit dan memiliki berat molekul 660 kDa. Molekul ini
Empedu mengandung karbohidrat sebanyak 10% dari beratnya. Molekul
ini juga mengandung 123 residu tirosin, tetapi hanya empat
480 μg I− 20 μg I− sampai delapan yang secara normal bergabung menjadi hormon
dalam urin dalam tinja tiroid. Tiroglobulin disintesis oleh sel-sel tiroid dan disintesis ke
dalam koloid oleh eksositosis granula. Oksidasi dan reaksi iodida
GAMBAR 19-5 Metabolisme iodium. Gambar memperlihat- dengan tiroglobulin yang disekresikan diperantarai oleh tiroid
kan pergerakan harian iodida di antara berbagai kompartemen
tubuh. peroksidase, enzim terikat membran yang terdapat di membran
342 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

MOLEKUL
PLASMA SEL KOLOID TIRO-
TIROID GLOBULIN

HO CH2− CH
Transpor
aktif TIROSIN
Ι− Ι− Ι
Ι
(iodida) (iodium)

HO CH2− CH

3-Monoiodotirosin (MIT)
Ι

HO CH2− CH

Ι
3,5-Diiodotirosin (DIT)
Ι− Ι− Ι
Ι Ι

DIT + DIT Alanin + HO O CH2− CH

Ι Ι
Tiroksin (T4)

MIT + DIT Alanin + 3,5,3'-Triiodotironin (T3)


DIT + MIT Alanin + 3,3',5'-Triiodotironin (T3 terbalik)

GAMBAR 19-6 Skema biosintesis hormon tiroid. Iodida permukaan molekul tiroglobulin yang ada di koloid. Iodinasi tirosin
diangkut dari plasma menembus sel kelenjar tiroid melalui proses terjadi di batas apikal sel tiroid, sedangkan molekul berikatan dalam
transpor pasif dan aktif sekunder. Iodida diubah menjadi iodium, ikatan peptida di dalam tiroglobulin.
yang bereaksi dengan residu-residu tirosin yang terpajan di

apikal tirosit. Hormon tiroid yang dihasilkan tetap menjadi penggabungan terjadi dengan dua molekul DIT melekat ke
bagian dari molekul tiroglobulin sampai diperlukan. Karena itu, tiroglobulin (penggabungan intramolekul). Yang lain berpen-
koloid merupakan suatu cadangan hormon tiroid, dan manusia dapat bahwa DIT yang membentuk cincin luar mula-mula
dapat tidak memperoleh iodida sama sekali hingga 2 bulan dari dilepaskan dari tiroglobulin (penggabungan antarmolekul). Pada
asupan makanannya sebelum terjadi penurunan kadar hormon kedua keadaan tersebut, tiroid peroksidase berperan dalam
tiroid dalam darah. Jika terdapat kebutuhan akan sekresi penggabungan serta iodinasi. T3 dibentuk melalui kondensasi
hormon tiroid, koloid mengalami internalisasi oleh tirosit MIT dengan DIT. Sejumlah kecil RT3 juga terbentuk, mungkin
melalui proses endositosis, dan diarahkan ke lisosom untuk melalui kondensasi DIT dengan MIT. Dalam tiroid manusia
diuraikan. Ikatan peptida tiroglobulin kemudian mengalami normal, distribusi rerata senyawa-senyawa beriodium adalah 3%
hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam sitosol MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. RT3 dan komponen lain
kemudian ke kapiler (lihat bawah). Dengan demikian, tirosit terdapat hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.
memiliki empat fungsi. Sel-sel ini mengumpulkan dan Kelenjar tiroid manusia menyekresi sekitar 80 pg (103
memindahkan iodium, membentuk tiroglobulin dan mengeluar- nmol) T4, 4 µg (7 nmol) T3, dan 2 pg (3,5 nmol) RT3 per hari
kannya ke dalam koloid, memasukkan iodium ke tiroglobulin (Gambar 19–7). MIT dan DIT tidak disekresikan. Tirosin
untuk meng-hasilkan hormon tiroid, dan mengeluarkan beriodium ini mengalami deiodinasi oleh enzim mikrosom
hormon tiroid dari tiroglobulin dan menyekresi-kannya ke iodotirosin deiodinase. Ini merupakan mekanisme untuk meng-
dalam sirkulasi. ambil kembali iodium dan mengikat tirosin serta mendaur-ulang
Sintesis hormon tiroid adalah suatu proses multitahap. mereka untuk sintesis hormon baru. Iodium yang dilepaskan
Tiroid peroksidase menghasilkan spesies-spesies iodium oleh deiodinasi MIT dan DIT digunakan kembali oleh kelenjar
reaktif yang dapat menyerang tiroglobulin. Produk pertama dan secara normal menyediakan iodida sebanyak dua kali lipat
adalah monoiodotirosin (MIT). MIT kemudian mengalami untuk sintesis hormon dibandingkan dengan yang dihasilkan
iodinasi di posisi 5 untuk membentuk diiodotirosin (DIT). oleh NIS. Pada pasien yang tidak memiliki iodotirosin deiodinase
Dua molekul DIT kemudian mengalami suatu kondensasi secara kongenital, MIT dan DIT dapat dijumpai di dalam urine
oksidatif membentuk T4 dengan pengeluaran rantai sisi dan terdapat gejala-gejala defisiensi iodium (lihat bawah).
alanin dari molekul yang membentuk cincin luar. Terdapat Tironin yang mengalami iodinasi resisten terhadap aktivitas
dua teori yang menerangkan terjadinya reaksi penggabungan iodotirosin deiodinase, sehingga T4 dan T3 dapat masuk ke
(coupling reaction) ini. Salah satu berpendapat bahwa dalam sirkulasi.
BAB 19 Kelenjar Tiroid 343

Tiroid TABEL 19–1 Pengikatan hormon tiroid ke protein


plasma orang dewasa normal.
4 80 2 Sekresi
Jumlah Hormon Terikat
Konsentrasi dalam Darah (%)
T3 T4 RT3 Plasma
Interkonversi Protein (mg/dL) T4 T3
31 μg 27 80 μg 36 38 μg
17 Metabolisme Globulin pengikat 2 67 46
& Ekskresi tiroksin (TBG)
Konjungat,
Transtiretrin 15 20 1
dsbnya
(praalbumin pengikat
GAMBAR 19-7 Sekresi dan interkonversi hormon-hormon tiroid tiroksin, TBPA)
pada manusia dewasa normal. Angka-angka adalah dalam satuan Albumin 3500 13 53
mikrogram per hari. Perhatikan bahwa sebagian besar T3 dan RT3
dibentuk dari deiodinasi T4 dalam jaringan, dan hanya sejumlah kecil
disekresikan oleh tiroid. T4 juga terkonjugasi untuk ekskresi lebih
lanjut dari tubuh. pemeriksaan langsung yang secara spesifik mengukur hanya
bentuk-bentuk bebas hormon. Yang terakhir mungkin lebih
relevan secara klinis karena bentuk bebaslah yang bersifat aktif,
TRANSPOR & METABOLISME dan juga karena adanya variasi didapat atau kongenital dalam
HORMON TIROID konsentrasi protein pengikat di antara berbagai invididu.
Protein plasma yang mengikat hormon tiroid adalah
PENGIKATAN PROTEIN albumin; suatu pra-albumin yang dinamai transtiretin (semula
disebut pra-albumin pengikat tiroksin; thyroxinebinding
Kadar T4 plasma total normal pada orang dewasa adalah sekitar prealbumin, TBPA), dan suatu globulin yang dikenal sebagai
8 µg/dL (103 nmol/L), dan kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 globulin pengikat tiroksin (thyroxinebinding globulin, TBG). Dari
µg/dL (2,3 nmol/L). T4 dan T3 relatif lipofilik; karenanya, bentuk- ketiga protein, albumin memiliki kapasitas terbesar untuk
bentuk bebasnya dalam plasma berada dalam keseimbangan mengikat T4 (yaitu, protein ini dapat mengikat T4 paling banyak
dengan hormon tiroid terikat-protein di plasma dan di jaringan sebelum menjadi jenuh) dan TBG paling kecil kapasitasnya.
yang jumlahnya jauh lebih besar. Hormon tiroid bebas Namun, afinitas protein terhadap T4 (yaitu, aviditas ikatan
ditambahkan ke cadangan sirkulasi oleh kelenjar tiroid. Adalah protein dengan T4 pada keadaan fisiologis) adalah sedemikian
hormon tiroid bebas dalam plasma yang secara fisiologis aktif sehingga sebagian besar T4 dalam sirkulasi terikat ke TBG (Tabel
dan mengumpan-balik untuk menghambat sekresi TSH oleh 19–1), dengan lebih dari sepertiga tempat ikatan pada protein
hipofisis (Gambar 19–8). Fungsi pengikatan protein tampaknya ditempati. T4 dalam jumlah yang lebih kecil terikat pada
adalah untuk mempertahankan cadangan hormon yang siap transtiretin dan albumin. Waktu paruh transtiretin adalah 2 hari,
dibebaskan dalam jumlah besar sesuai kebutuhan. Selain itu, TBG 5 hari, dan albumin 13 hari.
paling tidak untuk T3, pengikatan hormon mencegah
Secara normal, 99,98% T4 dalam plasma terikat; kadar T4
penyerapan berlebihan oleh sel-sel pertama yang dijumpai dan
bebas hanya sekitar 2 ng/dL. Hanya terdapat sedikit T4 dalam
meningkatkan distribusi jaringan yang merata. T4 dan T3 total
urine. Waktu-paruh biologisnya panjang (sekitar 6-7 hari), dan
dapat diukur dengan radioimmunoassay. Juga terdapat
volume distribusinya kurang dibandingkan dengan CES (10 L,
Hipofisis
atau sekitar 15% berat tubuh). Semua sifat di atas adalah khas
bagi bahan yang terikat kuat pada protein.
TSH T3 tidak terlalu terikat; dari 0,15 pg/dL yang secara normal
terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan
Tiroid
bebas. Sisa 99,8% terikat ke protein, 46% ke TBG dan sebagian
T4
besar sisanya ke albumin, dengan pengikatan ke transtiretin
sangat sedikit (Tabel 19-1). Lebih sedikitnya T3 yang terikat ini
berkaitan dengan fakta bahwa T3 memiliki waktu-paruh yang
T4 bebas lebih singkat daripada T4 dan bahwa kerjanya di jaringan jauh
0,002 μg/dL lebih cepat. RT3 juga berikatan dengan TBG.

FLUKTUASI DALAM PENGIKATAN


T4 terikat ke protein T4 terikat ke protein Bila terjadi peningkatan konsentrasi protein pengikat tiroid
plasma (8 μg/dL) jaringan
dalam plasma yang mendadak dan menetap, konsentrasi
hormon tiroid bebas turun. Namun, perubahan ini sementara
GAMBAR 19-8 Regulasi sintesis hormon tiroid. T4 disekresikan karena penurunan konsentrasi hormon tiroid bebas dalam
oleh tiroid sebagai respons terhadap TSH. T4 bebas yang disekresikan
oleh tiroid ke dalam sirkulasi berada dalam keseimbangan dengan T4 sirkulasi akan merangsang sekresi TSH, yang pada gilirannya
yang terikat ke protein plasma dan jaringan. T4 bebas juga memberi akan menyebabkan peningkatan pembentukan hormon tiroid
umpan-balik untuk menghambat sekresi TSH oleh hipofisis. bebas. Akhirnya akan tercapai keseimbangan baru yang
344 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

TABEL 19–2 Efek variasi konsentrasi protein-protein pengikat hormon tiroid dalam plasma terhadap berbagai
parameter fungsi tiroid setelah keseimbangan tercapai.
Konsentrasi T4, T3, RT3 T4, T3, RT3 TSH Keadaan Klinis
Keadaan Protein Pengikat Plasma Total Plasma Bebas Plasma

Hipertiroidisme Normal Tinggi Tinggi Rendah Hipertiroid

Hipertiroidisme Normal Rendah Rendah Tinggi Hipertiroid


Estrogen, metadon, heroin, Tinggi Tinggi Normal Normal Eutiroid
tranquilizer mayor, klofibrat

Glukokortikoid, androgen, danazol, Rendah Rendah Normal Normal Eutiroid


asparaginase

menunjukkan kuantitas total hormon tiroid yang meningkat tampaknya terutama bertanggung jawab untuk memantau pem-
tetapi konsentrasi hormon bebas, laju metabolismenya, dan bentukan T3 dari T4 di perifer. D2 terdapat di otak, hipofisis, dan
kecepatan sekresi TSH normal. Perubahan serupa dengan lemak coklat. Enzim ini juga berperan dalam pembentukan T3.
arah sebaliknya juga terjadi apabila konsentrasi protein Di otak, D2 terletak di astroglia dan menghasilkan T3 untuk
pengikat tiroid menurun. Dengan demikian, pasien yang dipasok ke neuron. D3 juga terdapat di otak dan di jaringan
mengalami peningkatan atau penurunan konsentrasi reproduksi. Enzim ini hanya bekerja pada posisi 5 di T3 dan T4
protein-protein pengikat, terutama TBG, tidak mengalami dan mungkin merupakan sumber utama RT3 di darah dan
hipertiroid atau hipotiroid; yaitu, mereka termasuk eutiroid. jaringan. Secara keseluruhan, deiodinase tampaknya berperan
Kadar TBG meningkat pada pasien yang mendapat estrogen mempertahankan perbedaan dalam rasio T3/T4 di berbagai
dan selama kehamilan, serta setelah pengobatan dengan berbagai jaringan tubuh. Di otak, khususnya, tingginya aktivitas
macam obat (Tabel 19–2). Kadar tersebut menurun pada deiodinase memastikan bahwa tersedia pasokan T3 aktif dalam
pemberian glukokortikoid, androgen, androgen lemah danazol, jumlah banyak.
dan obat kemoterapi kanker L-aspara-ginase. Sejumlah obat lain, Sebagian dari T4 dan T3 hati mengalami perubahan lebih
termasuk salisilat, anti kejang fenitoin, dan obat kemoterapi lanjut menjadi deiodotirosin oleh deiodinase. T4 dan T3 juga
kanker mitotan (o,p’-DDD) dan 5-fluorourasil menghambat mengalami konjugasi di hati untuk membentuk sulfat serta
pengikatan T4 dan T3 ke TBG dan dengan demikian menimbul- glukuronida. Konjugat-konjugat ini masuk ke dalam empedu
kan perubahan-perubahan serupa dengan yang ditimbulkan oleh lalu ke usus. Konjugat tiroid mengalami hidrolisis, dan
penurunan konsentrasi TBG. Perubahan dalam T4 dan T3 sebagian diserap kembali (sirkulasi enterohepatik), tetapi yang
plasma total juga dapat ditimbulkan oleh adanya perubahan lain diekskresikan melalui tinja. Selain itu, sebagian T4 dan T3
konsentrasi albumin dan pra-albumin plasma. berpindah langsung dari sirkulasi ke lumen usus. Iodida yang
METABOLISME HORMON TIROID hilang melalui jalan ini berjumlah sekitar 4% dari jumlah
iodida total yang hilang per hari.
T4 dan T3 mengalami deiodinasi di hati, ginjal, dan banyak
jaringan lain. Reaksi-reaksi deiodinasi ini berfungsi tidak saja
untuk katabolisme hormon, tetapi juga membentuk pasokan
FLUKTUASI DALAM DEIODINASI
lokal khusus T3, yang dipercayai merupakan mediator utama Banyak RT3 dan sedikit T3 yang terbentuk selama masa janin,
efek-efek fisiologis sekresi tiroid. Pada orang dewasa normal, dan rasio ini bergeser ke nilai dewasa sekitar 6 minggu setelah
sepertiga T4 dalam darah secara normal diubah menjadi T3, lahir. Berbagai obat menghambat deiodinase, menyebabkan
dan 45% diubah menjadi RT3. Seperti diperlihatkan dalam penurunan kadar T3 plasma dan sebaliknya peningkatan kadar
Gambar 19-7, hanya sekitar 13% T3 dalam darah disekresi RT3 plasma. Defisiensi selenium menyebabkan efek serupa.
oleh kelenjar tiroid sementara 87% dibentuk melalui Berbagai penyakit non-tiroid juga menekan deiodinase.
deiodinasi T4; demikian juga, hanya 3% RT3 dalam darah Penyakit-penyakit tersebut mencakup luka bakar, trauma,
disekresi oleh kelenjar tiroid dan 95% dibentuk dari kanker lanjut, sirosis, gagal ginjal, infark miokardium, dan
deiodinasi T4. Juga perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan keadaan demam. Keadaan T3 yang rendah yang timbul akibat
mencolok dalam rasio T3 terhadap T4 di berbagai jaringan. penyakit-penyakit di atas akan pulih setelah pasien sembuh. Sulit
Dua jaringan yang memiliki rasio T3/T4 yang sangat tinggi dipastikan apakah orang yang mengalami keadaan T3 rendah
adalah hipofisis dan korteks serebri, karena ekspresi berbagai akibat obat dan penyakit mengalami hipo-tiroidisme ringan.
deiodinase spesifik, seperti akan dibahas di bawah. Makanan juga memiliki efek yang nyata terhadap
Diketahui terdapat tiga deiodinase berbeda yang bekerja perubahan T4 menjadi T3. Pada orang yang berpuasa, T3
pada hormon tiroid: D1, D2, dan D3. Ketiganya bersifat unik plasma menurun 10-20% dalam 24 jam dan sekitar 50%
karena mengandung asam amino selenosistein yang jarang dalam 3—7 hari, dengan disertai peningkatan RT3 (Gambar
ditemukan, dengan sulfur dalam sistein diganti oleh selenium 19–9). Kadar T4 bebas dan terikat pada hakikatnya tetap
yang esensial untuk aktivitas enzim. D1 terdapat dalam normal. Selamakelaparan jangka panjang, RT3 kembali normal
konsentrasi tinggi di hati, ginjal, tiroid, dan hipofisis. Di tetapi T3 tetap rendah. Pada saat yang sama BMR (basal
BAB 19 Kelenjar Tiroid 345

240 Kelaparan 12 bervariasi dari spesies ke spesies, tetapi TSH mamalia lain
secara biologis aktif pada manusia.
200 10
Waktu-paruh biologis TSH manusia adalah sekitar 60
menit. Sebagian besar TSH mengalami degradasi di ginjal
T4
dan sedikit di hati. Sekresi bersifat pulsatil, dan keluaran
160 8 rata-rata mulai meningkat pada sekitar pukul 21.00 malam,
T3 memuncak pada tengah malam, dan kemudian menurun
selama siang hari. Kecepatan sekresi normal adalah sekitar

μg/dL
ng/dL

120 6
110 pg/hari. Kadar plasma rata-rata adalah sekitar 2 µg/mL.
Karena subunit α hCG sama seperti yang terdapat pada
80 4 TSH, hCG dalam jumlah besar dapat mengaktifkan reseptor
RT3 tiroid (TR) secara nonspesifik. Pada beberapa pasien dengan
tumor jinak atau ganas yang berasal dari plasenta, kadar hCG
40 2 plasma dapat meningkat sehingga mengakibatkan hiper-
tiroidisme ringan.
0 0
EFEK TSH PADA TIROID
−4 −2 0 2 4 6 8 10 +2 +4
Hari Bila hipofisis diangkat, fungsi tiroid tertekan dan kelenjar
mengalami atrofi; bila diberikan TSH, fungsi tiroid
GAMBAR 19-9 Efek kelaparan pada kadar T4, T3, dan RT3 dalam terangsang. Dalam beberapa menit setelah penyuntikan TSH
plasmamanusia. Skala untukT3 dan RT3 terletak di sebelah kiri dan skala
terjadi peningkatan pengikatan iodida; sintesis T3, T4, dan
untukT4di kanan. Efek paling mencolok adalah berkurangnya kadar T3
disertai peningkatan RT3. Perubahan-perubahan ini, yang menghemat iodotirosin; sekresi tiroglobulin ke dalam koloid; dan
kalori dengan menurunkan metabolisme jaringan, segera pulih pada endositosis koloid. Pengambilan iodida meningkat dalam
pemberian makan. Perubahan serupa terjadi pada penyakit-penyakit beberapa jam; aliran darah meningkat; dan, pada pemberian
yang menyebabkan tubuh mengurus (wasting disease). (Disalin, dengan izin, TSH jangka panjang, sel-sel mengalami hipertrofi dan berat
dari Burger AG: New aspects of the peripheral action of thyroid hormones. Triangle
1983;22:175. Hak cipta © pada Sandoz Ltd., Basel, Switzerland.)
kelenjar meningkat.
Bilamana stimulasi TSH memanjang, tiroid membesar
secara nyata. Pembesaran tiroid disebut gondok (goiter).
dan ekskresi nitrogen urine, suatu indeks pemecahan
protein, menurun. Dengan demikian, penurunan T3 akan RESEPTOR TSH
mengurangi pemakaian kalori dan protein. Sebaliknya, Reseptor TSH adalah reseptor terkait-protein G tipikal
makan berlebihan akan meningkatkan T3 dan menurunkan dengan tujuh reseptor transmembran tipikal yang meng-
RT3. aktifkan adenilil siklase melalui Gs. Reseptor ini juga
mengaktifkan fosfolipase C (PLC). Seperti reseptor hormon
PENGATURAN SEKRESI TIROID gliko-protein lainnya, reseptor ini memiliki ranah ekstrasel
yang memanjang dan mengalami glikosilasi.
Fungsi tiroid diatur terutama oleh variasi kadar TSH
hipofisis dalam darah (Gambar 19-8). Sekresi TSH FAKTOR LAIN YANG MEMENGARUHI
meningkat oleh hormon hipotalamus thyrotropin-releasing PERTUMBUHAN TIROID
bormone (TRH; lihat Bab 17) dan dihambat melalui umpan-
balik negatif olehT4 danT3 bebas dalam darah. EfekT4 Selain reseptor TSH, tirosit mengandung reseptor untuk
ditingkatkan oleh pembentukan T3 di dalam sitoplasma sel- insulin-like growth factor I (IGF-I), EGF, dan faktor
sel hipofisis oleh 5’D2 yang dikandungnya. Sekresi TSH juga pertumbuhan lain. IGF-I dan EGF mendorong pertumbuhan
terhambat oleh stres, dan pada hewan percobaan, sekresi sedangkan interferon y dan faktor nekrosis tumor a (TNF-a)
meningkat oleh suasana dingin dan menurun oleh panas. menghambat pertumbuhan. Peran fisiologis faktor-faktor ini
pada tiroid belum diketahui pasti, tetapi efek sitokin
mengisyaratkan bahwa fungsi tiroid mungkin terhambat
KIMIA & METABOLISME TSH pada keadaan peradangan kronik, yang dapat berperan
TSH manusia adalah suatu glikoprotein yang mengandung menyebabkan kakeksia, atau penurunan berat badan.
211 residu asam amino. Molekul ini terbentuk dari dua
subunit, yang diberi nama α dan β. Subunit δ dikode oleh MEKANISME KONTROL
suatu gen di kromosom 6 dan subunit b oleh gen di kromosom Mekanisme yang mengatur sekresi tiroid dirangkum dalam
1. Subunit α dan β terikat secara nonkovalen di dalam tirotrop Gambar 19-8. Efek umpan-balik negatif hormon tiroid pada
hipofisis. Struktur TSH-α identik dengan struktur subunit α sekresi TSH sebagian bekerja di tingkat hipotalamus, tetapi hal
pada LH, FSH, dan hCG-α (lihat Bab 18 dan 22). Spesifisitas ini juga sebagian besar disebabkan oleh kerja pada hipofisis,
fungsional TSH dihasilkan oleh subunit β. Struktur TSH karena T4 dan T3 menghambat peningkatan sekresi TSH yang
346 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

BOKS KLINIS 19-1

Penurunan Fungsi Tiroid hipotiroidisme kongenital merupakan salah satu penyebab


tersering retardasi mental yang dapat dicegah. Penyebab utama
Sindrom hipotiroidisme pada orang dewasa secara umum disebut
tercantum di Tabel 19-3. Penyebab-penyebab tersebut
miksedema, walaupun istilah ini juga secara khusus digunakan
mencakup tidak saja defisiensi iodium pada ibu dan berbagai
untuk mengacu kelainan kulit pada sindrom ini. Hipotiroidisme
kelainan kongenital sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid janin,
mungkin merupakan hasil akhir sejumlah penyakit pada kelenjar
tetapi juga antibodi antitiroid ibu yang menembus plasenta dan
tiroid, atau mungkin sekunder akibat kegagalan hipofisis atau
merusak tiroid janin. T4 menembus plasenta, dan, kecuali bila ibu
kegagalan hipotalamus. Pada kedua penyakit terakhir, tidak seperti
hipotiroid, pertumbuhan dan perkembangan janin normal
yang pertama, tiroid tetap berespons terhadap TSH. Fungsi tiroid
sampai lahir. Apabila pengobatan dimulai sejak lahir, prognosis
dapat berkurang akibat sejumlah keadaan (Tabel 19–3). Sebagai
untuktumbuh kembang normal baik, dan retardasi mental
contoh, jika asupan iodium dalam makanan turun di bawah 50 pg/
umumnya dapat dicegah; karena itu, pemeriksaan penapisan
hari, sintesis hormon tiroid menjadi kurang memadai dan sekresi
untuk mencari hipotiroidisme kongenital dilakukan secara rutin.
turun. Akibat peningkatan sekresi TSH, tiroid mengalami hipertrofi,
Apabila ibu juga mengalami hipotiroidisme, seperti pada kasus
menimbulkan gondok defisiensi iodium yang dapat berukuran
defisiensi iodium, defisiensi mental lebih parah dan kurang
sangat besar. "Gondok endemik" ini telah jauh berkurang berkat
responsif terhadap pengobatan setelah lahir. Diperkirakan
praktek penambahan iodida ke dalam garam dapur. Obat juga
bahwa 20 juta orang di seluruh dunia sekarang mengalami
dapat menghambat fungsi tiroid. Sebagian besar hambatan
kerusakan otak dengan berbagai tingkatan akibat defisiensi
tersebut terjadi karena gangguan pada mekanisme penyerapan
iodium in utero.
iodida atau hambatan pengikatan organik iodium. Pada keduanya,
sekresi TSH dirangsang akibat berkurangnya hormon tiroid dalam Penyerapan iodium radioaktif dosis tracer (pelacak) dapat
darah, dan terjadilah gondok. Secara paradoks, bahan lain yang digunakan untuk menilai fungsi tiroid (bandingkan hal ini
menghambat fungsi tiroid pada kondisi tertentu adalah iodida itu dengan penggunaan dosis besar untuk melakukan ablasi
sendiri. Pada orang normal, iodida dosis tinggi bekerja langsung jaringan tiroid pada kasus hipertiroidisme (Boks Klinis 19-2).
pada tiroid untuk menimbulkan inhibisi ringan-transien pengikatan
organik iodida dan, karenanya, sintesis hormon. Inhibisi ini dikenal KIAT TERAPEUTIK
sebagai efek Wolff-Chaikoff.
Pengobatan hipotiroidisme bergantung pada mekanisme
Pada manusia yang sama sekali atireotik, BMR turun menjadi yang mendasari. Defisiensi iodium dapat diatasi dengan
sekitar 40%. Rambut menjadi kasar dan jarang, kulit kering dan menambahkan bahan ini ke dalam makanan, seperti yang
kekuningan (karotenemia), dan pasien tidak tahan dingin. Proses dilakukan secara rutin di negara maju dengan pemakaian
mental melambat dan daya ingat berkurang, dan pada beberapa garam beriodium. Pada hipotiroidisme kongenital, dapat
diberikan levotiroksin—suatu bentuk sintetik hormon
pasien terjadi gejala-gejala mental berat ("myxedema madness").
tiroid T4. Hal ini perlu dilakukan sesegera mungkin setelah
Kolesterol plasma meningkat. Anak yang hipotiroid sejak lahir lahir, dengan kadar dipantau secara teratur, untuk
atau sebelumnya disebut kretin. Anak-anak ini bertubuh cebol memperkecil efek samping jangka-panjang.
dan mengalami retardasi mental. Di seluruh dunia,

disebabkan oleh TRH. Pemberian infus T4 serta T3 diperkirakan, penurunan sekresi akibat panas. Ada baiknya
menurunkan kadar TSH dalam darah, yang sudah terukur diperhatikan bahwa walaupun dingin menyebabkan pening-
dalam 1 jam. Pada hewan percobaan, mula-mula terjadi katan TSH dalam darah pada hewan percobaan dan bayi
peningkatan kandungan TSH hipofisis sebelum penurunan, manusia, namun peningkatan yang disebabkan oleh dingin pada
yang mengisyaratkan bahwa hormon-hormon tiroid orang dewasa hampir tidak berarti. Dengan demikian, pada
menghambat sekresi sebelum menghambat sintesis. Sekresi orang dewasa, peningkatan pembentukan panas akibat
tiroid setiap hari dipertahankan oleh umpan-balik hormon peningkatan sekresi hormon tiroid (termogenesis hormon
tiroid pada TSH dan TRH (Gambar 19-8). Penyesuaian yang tiroid) berperan kecil, bila ada, pada respons terhadap dingin.
tampaknya diperantarai melalui TRH meliputi peningkatan Stres menimbulkan efek penghambatan pada sekresi TRH.
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh dingin dan, Dopamin dan somatostatin bekerja pada tingkat hipofisis untuk
menghambat sekresi TSH, tetapi tidak diketahui apakah
keduanya memiliki peran fisiologis dalam pengaturan sekresi
TABEL 19–3 Penyebab hipotiroidisme kongenital. TSH. Glukokortikoid juga menghambat sekresi TSH.
Defisiensi iodium ibu Jumlah hormon tiroid yang diperlukan untuk memper-
Disgenesis tiroid janin
tahankan fungsi sel normal pada orang yang mengalami
tiroidektomi didefinisikan sebagai jumlah yang diperlukan
Kelainan sintesis hormon tiroid kongenital untuk menormalkan BMR, tetapi sekarang didefinisikan
Antibodi antitiroid ibu yang menembus plasenta sebagai jumlah yang diperlukan untuk mengembalikan TSH
plasma menjadi normal. Memang, dengan tingkat akurasi
Hipotiroidisme hipofisis janin
dan kepekaan pemeriksaan modern untuk TSH dan korelasi
BAB 19 Kelenjar Tiroid 347

BOKS KLINIS 19-2

Hipertiroidisme tahap awal penyakit, peradangan kelenjar menyebabkan


Gejala kelenjar tiroid yang aktif berlebihan secara logis sekresi hormon tiroid yang berlebihan dan tirotoksikosis,
mengikuti efek hormon tiroid yang dibahas di bab ini. seperti yang dijumpai pada penyakit Graves.
Karenanya, hipertiroidisme ditandai oleh kegelisahan;
penurunan berat badan; hiperfagia; intoleransi panas;
peningkatan tekanan nadi; tremor halus bila jari diluruskan; KIAT TERAPEUTIK
kulit hangat dan lembut; berkeringat; dan BMR dari +10 sampai
Sebagian dari gejala hipertiroidisme dapat diatasi dengan
setinggi +100. Penyakit ini memiliki banyak penyebab (Tabel
tiourilen. Ini adalah suatu kelompok senyawa yang
19–4); namun, penyebab tersering adalah penyakit Graves
berkaitan dengan tiourea, menghambat iodinasi
(hipertiroidisme Graves), yang mencakup 60-80% kasus.
monoiodo-tirosin dan menghambat reaksi penggabungan.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada wanita dan merupakan
Dua yang digunakan secara klinis adalah propiltiourasil dan
penyakit autoimun berupa terbentuknya autoantibodi terhadap
metimazol. Iodinasi tirosin dihambat karena propiltiourasil
reseptor TSH yang merangsang reseptor tersebut. Hal ini
dan metimazol bersaing dengan residu tirosin mengambil
menyebabkan peningkatan mencolok sekresi T4 dan T3 dan
iodium dan mengalami iodinasi. Selain itu, propiltiourasil
membesarnya kelenjar tiroid (gondok). Namun, akibat efek
(bukan metimazol) menghambat D2 deiodinase, menurun-
umpan-balik T4 dan T3, TSH plasma rendah, tidak tinggi. Tanda
kan perubahan T4 menjadi T3 pada banyak jaringan ekstra-
utama lain pada penyakit Graves adalah pembengkakan
tiroid. Pada kasus yang parah, hipertiroidisme juga dapat
jaringan di orbita yang menyebabkan bola mata menonjol
diterapi dengan infus iodium radioaktif, yang menumpuk di
(eksoftalmos). Kelainan ini terjadi pada 50% pasien dan sering
kelenjar dan kemudian secara parsial menghancurkannya.
mendahului terjadinya hipertiroidisme yang nyata. Pada
Pembedahan juga dapat dipertimbangkan jika tiroid
penyakit Graves terdapat antibodi antitiroid lain, termasuk
menjadi sedemikian besar sehingga memengaruhi proses
antibodi terhadap tiro-globulin dan tiroid peroksidase. Pada
menelan dan/atau bernapas.
tiroiditis Hashimoto, antibodi autoimun dan infiltrasi sel T
sitotoksik akhirnya menghancurkan tiroid, tetapi selama tahap-

terbalik yang nyata antara kadar hormon tiroid bebas plasma mengisyaratkan bahwa pada manusia, tidak seperti pada
dan TSH plasma, maka pengukuran TSH sekarang secara beberapa hewan percobaan, T3 dalam darahlah, bukan T4,
luas dianggap sebagai salah satu pemeriksaan fungsi tiroid yang merupakan pengatur umpan-balik utama sekresi TSH
yang terbaik. Jumlah T4 untuk menormalkan TSH plasma (Lihat Boks Klinis 19-1 dan 19-2).
pada orang yang atireotik rata-rata 112 µg T4 per oral per
hari pada orang dewasa. Sekitar 80% dari dosis ini diserap EFEK HORMON TIROID
dari kanal cerna. T4 ini menghasilkan FT4I yang sedikit lebih
besar daripada normal tetapi dengan FT3I normal, yang Sebagian dari efek hormon tiroid yang luas pada tubuh
disebabkan oleh stimulasi konsumsi O2 (efek kalorigenik),
walaupun hormon tiroid juga memengaruhi tumbuh-
TABEL 19–4 Penyebab hipertiroidisme. kembang pada mamalia, membantu mengatur metabolisme
Aktivitas berlebihan tiroid lipid, dan meningkatkan penyerapan karbohidrat dari usus
Penyakit Graves
(Tabel 19–5). Hormon ini juga meningkatkan disosiasi
oksigen dari hemoglobin dengan meningkatkan 2,3-disfosfo-
Adenoma toksik soliter gliserat (DPG) sel darah merah (lihat Bab 35).
Struma multinodular toksik

Stadium awal tiroiditis Hashimotoa


MEKANISME KERJA
Hormon tiroid masuk ke dalam sel, dan T3 berikatan dengan TR
Tumor hipofisis yang menyekresi TSH
di inti. T4 juga dapat berikatan, tetapi tidak terlalu erat. Kompleks
Mutasi yang menyebabkan pengaktifan terus-menerus reseptor TSH hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui zinc
Penyebab jarang lainnya finger dan meningkatkan (atau, pada sebagian kasus, menurun-
kan) ekspresi berbagai gen yang menyandi protein yang
Ekstratiroid
mengatur fungsi sel (lihat Bab 1 dan 16). Dengan demikian,
Pemberian T3 atau T4 (sengaja atau hipertiroidisme iatrogenik) reseptor untuk hormon tiroid di inti sel adalah anggota dari
Jaringan tiroid ektopik superfamili faktor transkripsi inti peka-hormon.
aPerhatikan
Terdapat dua gen TR manusia: sebuah gen reseptor a di
bahwa akhirnya tiroid akan hancur pada penyakit Hashimoto,
menyebabkan hipotiroidisme. Banyak pasien baru datang setelah mereka menjadi kromosom 17 dan sebuah gen reseptor β di kromosom 3.
hipotiroid, dan tidak mengingat fase hipertiroidisme yang bersifat transien. Melalui proses alternativesplicing, masing-masing mem-
348 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

TABLE 19–5 Efek fisiologis hormon tiroid.


Jaringan Sasaran Efek Mekanisme

Jantung Kronotropik dan inotropik Memperkuat respons terhadap katekolamin darah


Meningkatkan proporsi rantai berat miosin α (dengan aktivitas ATPase yang lebih tinggi)
Meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-β

Jaringan adiposa Katabolik Merangsang lipolisis

Otot Katabolik Meningkatkan penguraian protein

Tulang Perkembangan Mendorong pertumbuhan normal dan perkembangan tulang

Sistem saraf Perkembangan Mendorong perkembangan otak normal

Kanal cerna Metabolik Meningkatkan laju penyerapan karbohidrat

Lipoprotein Metabolik Merangsang pembentukan reseptor LDL

Lain-lain Kalorigenik Merangsang konsumsi oksigen oleh jaringan yang aktif secara metabolik (kecuali:
testis, uterus, kelenjar limfe, limpa, hipofisis anterior)
Meningkatkan laju metabolisme

Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari McPhee SJ, Lingarra VR, Ganong WF (editor): Pathophysiology of Disease, ed ke-6. McGraw-Hill, 2010.

bentuk paling sedikit dua mRNA yang berbeda sehingga hormon tiroid. Seperti telah disebutkan, RT3 bersifat inert
terbentuk dua protein reseptor yang berlainan. TRβ2 hanya (lihat Boks Klinis 19–3).
dijumpai di otak, tetapi TRα1, TRα2, dan TRβ1 tersebar
luas. TRα2 tidak mengikat T3 dan fungsinya masih belum EFEK KALORIGENIK
jelas. TRs berikatan ke DNA sebagai monomer, homodimer, T4 dan T3 meningkatkan konsumsi O2 hampir di semua
dan heterodimer dengan reseptor inti lainnya, terutama jaringan yang aktif secara metabolik. Pengecualian adalah otak
reseptor X retinoid (RXR). Heterodimer TR/RXR tidak orang dewasa, testis, uterus, kelenjar limfe, limpa, dan hipofisis
mengikat 9-sis asam retinoat, ligan yang lazim untuk RXR, anterior. T4 sebenarnya menekan konsumsi O2 hipofisis
tetapi pengikatan TR ke DNA sangat meningkat sebagai anterior, mungkin karena T4 menghambat sekresi TSH.
respons terhadap hormon tiroid jika reseptor berada dalam Peningkatan laju metabolisme yang ditimbulkan oleh pem-
bentuk heterodimer ini. Juga terdapat protein koaktivator berian hormon T4 dosis tunggal dapat diukur setelah periode
dan korepresor yang memengaruhi kerja TRs. Diperkirakan, laten beberapa jam dan menetap 6 hari atau lebih.
kompleksitas ini memungkinkan hormon tiroid menimbul- Sebagian dari efek kalorigenik hormon tiroid disebabkan
kan berbagai efek di tubuh. oleh metabolisme asam-asam lemak yang dimobilisasi oleh
Pada umumnya, T3 bekerja lebih cepat dan tiga sampai hormon ini. Selain itu, hormon-hormon tiroid meningkatkan
lima kali lebih kuat daripada T4 (Gambar 19–10). Hal ini aktivitas Na-K ATPase yang terikat ke membran di banyak
disebabkan ikatan T3 kurang erat ke protein plasma jaringan.
dibandingkan dengan T4, tetapi lebih erat dengan reseptor
Efek Sekunder Akibat Kalorigenesis
80
T3 Bila pada orang dewasa laju metabolisme ditingkatkan oleh T4
dan T3, ekskresi nitrogen meningkat; bila asupan makanan tidak
Increased metabolism

60 meningkat, protein endogen dan simpanan lemak akan


(mL O2/100 g/h)

mengalami katabolisme sehingga terjadi penurunan berat badan.


T4
Pada anak-anak yang mengalami hipotiroid, hormon tiroid
40 dalam dosis kecil menyebabkan keseimbangan nitrogen positif
karena hormon ini merangsang pertumbuhan, tetapi dosis yang
20 lebih besar menimbulkan katabolisme protein serupa dengan
yang timbul pada orang dewasa. Kalium yang dilepaskan
sewaktu katabolisme protein muncul dalam urine, dan terjadi
20 40 60 80 100 peningkatan ekskresi heksosamin dan asam urat urine.
Dose (μg/kg/d) Bila laju metabolisme meningkat, kebutuhan seluruh
vitamin meningkat dan dapat mencetuskan sindroma
GAMBAR 19-10 Respons kalorigenik tikus yang mengalami defisiensi vitamin. Hormon tiroid penting untuk perubahan
tiroidektomi terhadap penyuntikan subkutis T4 dan T3. Perhatikan karoten menjadi vitamin A di dalam hati, dan penumpukan
potensi T3 yang secara substansial lebih besar. (Digambar kembali dan
disalin, dengan izin, dari Barker SB: Peripheral actions of thyroid hormones. Fed
karoten dalam darah (karotenemia) pada hipotiroidisme
Proc1962;21:635.) menyebabkan kulit berwarna kuning. Karotenemia dapat
BAB 19 Kelenjar Tiroid 349

BOKS KLINIS 19-3 EFEK PADA SISTEM


KARDIOVASKULAR
Resistensi Hormon Tiroid Hormon tiroid dalam dosis besar menyebabkan pembentukan
Sebagian mutasi pada gen-gen yang menyandi TRP berkaitan panas ekstra yang cukup besar sehingga terjadi peningkatan
dengan resistensi terhadap efek T3 dan T4. Umumnya terjadi ringan suhu tubuh (Bab 17), yang pada gilirannya mengaktifkan
resistensi terhadap hormon tiroid di jaringan perifer dan mekanisme pengeluaran panas. Resistensi perifer menurun
hipofisis anterior. Pasien yang menderita kelainan ini biasanya karena vasodilatasi kulit, dan hal ini meningkatkan kadar Na+
secara klinis tidak hipotiroid, karena mereka memper- ginjal dan penyerapan air, meningkatkan volume darah. Curah
tahankan kadar T3 dan T4 plasma yang cukup tinggi untuk jantung meningkat oleh kerja langsung hormon tiroid dan
mengatasi resistensi, dan hTRa tidak terpengaruh. Namun, katekolamin pada jantung, sehingga tekanan nadi dan kecepatan
kadar TSH plasma meningkat secara tidak tepat relatif
denyut jantung meningkat dan waktu sirkulasi memendek.
terhadap kadar T3 dan T4 dalam darah dan sulit ditekan
dengan hormon tiroid eksogen. Sebagian pasien mengalami Di miosit jantung, T3 tidak dibentuk dari T4, tetapi T3 dalam
resistensi hormon tiroid hanya pada hipofisis. Mereka darah masuk ke miosit, berikatan dengan reseptornya, dan
mengalami hipermetabolisme dan peningkatan kadar T3 dan masuk ke nukleus, tempat zat ini meningkatkan ekspresi
T4 plasma dengan kadar TSH normal yang tidak dapat ditekan. sebagian gen dan menghambat ekspresi gen yang lain. Gen yang
Beberapa pasien tampaknya mengalami resistensi perifer ditingkatkan antara lain adalah gen untuk rantai berat α-miosin,
dengan kepekaan hipofisis normal. Para pasien ini menderita Ca2+ ATPase retikulum sarkoplasma, reseptor β-adrenergik,
hipometabolisme walaupun kadar T3, T4, danTSH normal pada protein G, Na-K ATPase, dan kanal K+ tertentu. Gen yang
plasma. Suatu temuan baru yang menarik adalah bahwa dihambat antara lain adalah gen untuk rantai berat β-miosin,
attention deficit-hyperactivity disorder, suatu gangguan yang fosfolamban, dua tipe adenilil siklase, reseptor T3 nukleus, dan
sering didiagnosis pada anak yang aktif berlebihan dan NCX, penukar Na+-Ca2+. Hasil akhirnya adalah peningkatan
impulsif, jauh lebih sering ditemukan pada orang dengan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung.
resistensi hormon tiroid daripada populasi umum. Hal ini
mengisyaratkan bahwa hTR β mungkin memiliki peran khusus
Jantung mengandung dua isoform rantai berat miosin
dalam perkembangan otak. (MHC), α-MHC dan β-MHC. Keduanya disandi oleh dua gen
yang sangat homolog yang pada manusia terletak berurutan di
KIAT TERAPEUTIK lengan pendek kromosom 17. Masing-masing molekul miosin
mengandung dua rantai berat dan dua pasang rantai ringan
Sebagian besar pasien penyakit ini tetap eutiroid, (lihat Bab 5). Miosin yang mengandung β-MHC memiliki
meskipun mengidap gondok. Dalam diagnosis banding aktivitas ATPase yang lebih rendah daripada miosin yang
penyakit Graves perlu dipertimbangkan kemungkinan
mengandung α-MHC. α-MHC merupakan bentuk pre-
resistensi hormon tiroid untuk menghindari
dominan di atrium orang dewasa, dan kadarnya meningkat
pemberian yang tidak tepat obat antitiroid atau
bahkan ablasi tiroid. Resistensi perifer terisolasi
pada pemberian hormon tiroid. Peningkatan ini mempercepat
terhadap hormon tiroid dapat diterapi dengan kontraksi jantung. Sebaliknya, ekspresi gen α-MHC tertekan
pemberian T4 sintetik dosis besar. Terapi ini sudah dan gen β-MHC meningkat pada hipotiroidisme.
memadai untuk mengatasi resistensi dan
meningkatkan laju metabolisme. EFEK PADA SISTEM SARAF
Pada hipotiroidisme, proses mental melambat dan kadar protein
cairan serebrospinal (CSS) meningkat. Hormon tiroid
memulihkan perubahan-perubahan tersebut, dan dosis besar
menyebabkan proses mental bertambah cepat, iritabi-litas, dan
dibedakan dari ikterus karena pada karotenemia sklera tidak kegelisahan. Secara keseluruhan aliran darah otak serta
berwarna kuning. konsumsi glukosa dan O2 oleh otak adalah normal, baik pada
Kulit secara normal mengandung berbagai protein yang orang dewasa yang mengalami hipo- maupun hipertiroidisme.
berikatan dengan polisakarida, asam hialuronat, dan asam Namun, pada orang dewasa hormon tiroid masuk ke dalam
kondroitin sulfat. Pada hipotiroidisme, kompleks-kompleks otak dan ditemukan di substansia grisea pada beberapa tempat
ini menumpuk, menimbulkan retensi air dan pembengkakan yang berbeda. Selain itu, astrosit di otak mengubah T4 menjadi
kulit yang khas (miksedema). Bila diberikan hormon tiroid, T3, dan terjadi peningkatan tajam aktivitas D2 otak setelah
protein mengalami mobilisasi, dan diuresis berlanjut sampai tiroidektomi yang pulih dalam 4 jam oleh suntikan T3 intravena
miksedema hilang. dosis tunggal. Sebagian efek hormon tiroid pada otak mungkin
Sekresi susu menurun pada hipotiroidisme dan disebabkan oleh peningkatan responsivitas terhadap kate-
dirangsang oleh hormon tiroid, suatu fakta yang kadang- kolamin, dengan konsekuensi pengaktifan reticular activating
kadang digunakan dalam industri susu. Hormon tiroid tidak system (lihat Bab 14). Selain itu, hormon tiroid memiliki efek
merangsang metabolisme uterus tetapi penting untuk siklus kuat pada perkembangan otak. Bagian-bagian SSP yang paling
haid normal dan kesuburan. terpengaruh adalah korteks serebri dan ganglia basal. Selain itu,
350 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

koklea juga terpengaruh. Akibatnya, defisiensi hormon tiroid


selama perkembangan menyebabkan retardasi mental,
EFEK PADA METABOLISME
rigiditas motorik, dan tuli-bisu. Defisiensi sintesis hormon KARBOHIDRAT
tiroid akibat kegagalan tirosit mengangkut iodida mungkin Hormon tiroid meningkatkan kecepatan penyerapan
juga berperan dalam tuli pada sindrom Pendred yang dibahas karbohidrat dari kanal cerna, suatu kerja yang mungkin tidak
di atas. bergantung pada efek kalorigeniknya. Dengan demikian,
Hormon tiroid juga menimbulkan efek pada refleks- pada hipertiroidisme, kadar glukosa plasma meningkat cepat
refleks. Waktu reaksi refleks regang (lihat Bab 12) menjadi setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat,
lebih singkat pada hipertiroidisme dan memanjang pada kadang-kadang melebihi ambang ginjal. Namun, kadar ini
hipotiroidisme. Pengukuran waktu reaksi pada refleks tumit turun kembali dengan cepat.
(refleks Achilles) menarik untuk dijadikan uji klinis dalam
evalusi fungsi tiroid, tetapi waktu reaksi juga dipengaruhi EFEK PADA METABOLISME
oleh penyakit lainnya dan karenanya tidak spesifik untuk
menilai aktivitas tiroid.
KOLESTEROL
Hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
HUBUNGAN DENGAN Kadar kolesterol plasma turun sebelum laju metabolisme
KATEKOLAMIN meningkat, yang mengisyaratkan bahwa efek ini tidak
bergantung pada stimulasi konsumsi O2. Penurunan konsentrasi
Kerja hormon tiroid serta katekolamin norepinefrin dan kolesterol plasma disebabkan oleh peningkatan pembentukan
epinefrin berkaitan sangat erat. Epinefrin meningkatkan laju reseptor lipoprotein berdensitas rendah (LDL) di hati, yang
metabolisme, merangsang sistem saraf, dan menimbulkan menyebabkan peningkatan pengeluaran kolesterol dari sirkulasi
efek kardiovaskular serupa dengan yang ditimbulkan oleh oleh hati. Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan, namun
hormon tiroid, walaupun durasi efek-efek tersebut singkat. analog hormon tiroid belum dapat secara klinis digunakan untuk
Norepinefrin memiliki efek yang pada umumnya serupa. menurunkan kadar kolesterol plasma tanpa menyebabkan
Toksisitas katekolamin sangat meningkat pada tikus yang peningkatan metabolisme.
mendapat T4. Walaupun pada hipertiroidisme kadar
katekolamin plasma normal, namun efek kardiovaskular,
gemetar, dan berkeringat yang disebabkan oleh hormon
EFEK PADA PERTUMBUHAN
tiroid yang berlebihan dapat dikurangi atau dihilangkan Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan pematang-
dengan simpatektomi. Efek-efek tersebut juga dapat an tulang yang normal (lihat Bab 21). Pada anak hipotiroid,
dikurangi dengan obat misalnya propranolol yang pertumbuhan tulang melambat dan penutupan epifisis
menghambat reseptor adrenergik-β. Memang, propranolol tertunda. Tanpa adanya hormon tiroid, sekresi hormon
dan penghambat β lainnya sering digunakan dalam pertumbuhan juga terhambat. Hal ini semakin mengganggu
pengobatan tirotoksikosis dan dalam pengobatan eksaserbasi tumbuh-kembang karena secara normal hormon tiroid
hipertiroidisme hebat yang disebut thyroidstorm (badai memperkuat efek hormon pertumbuhan pada jaringan.
tiroid). Namun, walaupun penghambat β merupakan
inhibitor lemah terhadap perubahan ekstra-tiroid T4 menjadi RINGKASAN BAB
T3, dan dengan demikian dapat sedikit menurunkan T3 ■ Kelenjar tiroid mengangkut dan memfiksasi iodida ke asam-
plasma, namun penghambat β kurang berpengaruh pada asam amino yang ada di tiroglobulin untuk menghasilkan
efek lain hormon tiroid. Diperkirakan sinergisme fungsional hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
yang diamati antara katekolamin dan hormon tiroid, ■ Pembentukan dan sekresi hormon tiroid dirangsang oleh
terutama pada situasi patologis, berasal dari fungsi thyroid-stimulating hormone (TSH) dari hipofisis, yang sebalik-
biologisnya yang tumpang-tindih serta kemampuan hormon nya dikeluarkan sebagai respons terhadap thyro-tropin-releasing
tiroid meningkatkan ekspresi reseptor katekolamin dan hormone (TRH) dari hipotalamus. Berbagai releasing-factor ini
efektor-efektor sinyal yang terhadapnya mereka terkait. dikontrol oleh perubahan-perubahan dalam status tubuh
keseluruhan (mis. pajanan ke dingin atau stres).
EFEK PADA OTOT RANGKA ■ Hormon tiroid beredar dalam plasma terutama dalam bentuk
terikat ke protein. Hanya hormon bentuk bebas yang aktif
Pada sebagian besar pasien hipertiroidisme terjadi kelemah- secara biologis, dan keduanya memberi umpan-balik untuk
an otot (miopati tirotoksik), dan bila hipertiroidismenya mengurangi sekresi TSH.
berat dan berkepanjangan, miopati yang terjadi mungkin ■ Hormon tiroid menimbulkan efek dengan masuk ke dalam sel
parah. Kelemahan otot mungkin sebagian disebabkan oleh dan mengikat reseptor tiroid. Reseptor tiroid yang telah
peningkatan katabolisme protein. Hormon tiroid berikatan dengan ligannya adalah faktor transkripsi nukleus
memengaruhi ekspresi gen MHC baik di otot rangka yang mengubah ekspresi gen.
maupun otot jantung (lihat Bab 5). Namun, efek yang di- ■ Hormon tiroid merangsang laju metabolisme, kalorige-
timbulkan bersifat kompleks dan kaitannya dengan miopati nesis, fungsi jantung, dan fungsi mental yang normal,
masih belum diketahui pasti. Hipotiroidisme juga berkaitan serta berinteraksi secara sinergis dengan katekolamin.
dengan kelemahan otot, kejang, dan kekakuan otot.
BAB 19 Kelenjar Tiroid 351

Hormon tiroid juga berperan penting dalam perkembangan, dengan aktivitas TSH dalam darah
terutama sistem saraf, dan pertumbuhan. D. Hipertiroidisme akibat hiperplasia difus tirotrop hipofisis anterior
■ Penyakit terjadi akibat aktivitas kelenjar tiroid yang kurang E. Defisiensi iodium
atau berlebihan. Hipotiroidisme menyebabkan perlambatan 6. Hipotiroidisme akibat penyakit kelenjar tiroid berkaitan
mental dan fisik pada orang dewasa, serta retardasi mental dan dengan peningkatan kadar plasma dari
dwarfisme jika terjadi pada masa neonatus. Aktivitas A. Kolesterol
berlebihan kelenjar tiroid, yang umumnya disebabkan oleh B. Albumin
autoantibodi yang memicu sekresi (penyakit Graves), C. RT3
menyebabkan tubuh mengurus, kegelisahan, dan takikardia. D. Iodida
E. TBG
PERTANYAAN PILIHAN GANDA 7. Seorang wanita muda mengalami kulit sembab dan suara serak.
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling Konsentrasi TSH plasmanya rendah tetapi meningkat men-
tepat kecuali jika dinyatakan lain colok jika ia diberi TRH. Ia mungkin mengidap
1. Seorang wanita 40 tahun berobat ke dokter umum dengan A. hipertiroidisme akibat suatu tumor tiroid
keluhan gelisah dan penurunan berat tanpa sebab yang jelas B. hipotiroidisme karena kelainan primer di kelenjar tiroid
sebanyak 10 kg dalam 3 bulan terakhir meskipun ia merasa C. hipotiroidisme karena kelainan primer di kelenjar hipofisis
sering makan. Pada pemeriksaan fisik, matanya terlihat D. hipotiroidisme karena kelainan primer di hipotalamus
menonjol, kulitnya lembap dan hangat, dan jari-jari tangannya E. hipertiroidisme karena kelainan primer di hipotalamus
sedikit gemetar. Dibandingkan dengan orang normal, biopsi 8. Enzim yang terutama berperan dalam perubahan T4 menjadi
kelenjar tiroidnya kemungkinan besar akan mengungkapkan T3 di jaringan perifer adalah
A. Berkurangnya jumlah lakuna reabsorpsi A. D1 tiroid deiodinase
B. Berkurangnya tanda-tanda endositosis B. D2 tiroid deiodinase
C. Penurunan luas potong-lintang yang ditempati oleh C. D3 tiroid deiodinase
koloid D. Tiroid peroksidase
D. Peningkatan kadar NIS di membran basolateral tirosit E. Bukan salah satu dari di atas.
E. Penurunan tanda-tanda aktivitas lisosom 9. Mana dari yang berikut yang paling kurang dipengaruhi oleh
2. Mana dari yang berikut tidak esensial bagi biosintesis normal injeksi TSH?
hormon tiroid? A. Penyerapan iodium oleh tiroid
A. Iodium B. Pembentukan tiroglobulin
B. Feritin C. Adenosin monofosfat siklik (cAMP) di sel tiroid
C. Tiroglobulin D. Guanosin monofosfat siklik (cGMP) di sel tiroid
D. Sintesis protein E. Ukuran tiroid
E. TSH 10. Reseptor hormon tiroid mengikat DNA dalam bentuk mana
3. Peningkatan I− intrasel akibat efek NIS adalah contoh dari dari uraian berikut?
A. Endositosis A. Heterodimer dengan reseptor prolaktin
B. Difusi pasif B. Heterodimer dengan reseptor hormon pertumbuhan
C. Kotranspor Na+ dan K+ C. Heterodimer dengan reseptor retinoid X
D. Transpor aktif primer D. Heterodimer dengan reseptor insulin
E. Transpor aktif sekunder E. Heterodimer dengan reseptor progesteron

4. Laju metabolik paling kurang dipengaruhi oleh peningkatan


kadar plasma dari:
A. TSH
B. TRH
C. TBG
D. T4 bebas
E. T3 bebas DAFTAR PUSTAKA
5. Mana dari keadaan berikut yang memperlihatkan bahwa Brent GA: Graves’ disease. N Engl J Med 2008;358:2594.
respons TSH terhadap TRH kemungkinan besar akan ber- Dohan O, Carrasco N: Advances in Na+/I– symporter (NIS) research
kurang? in the thyroid and beyond. Mol Cell Endocrinol 2003;213:59.
Glaser B: Pendred syndrome. Pediatr Endocrinol Rev
A. Hipotiroidisme karena resistensi jaringan terhadap
2003;1(Suppl 2):199.
hormon tiroid
Peeters RP, van der Deure WM, Visser TJ: Genetic variation in
B. Hipotiroidisme karena penyakit yang merusak
thyroid hormone pathway genes: Polymorphisms in the TSH
kelenjar tiroid
receptor and the iodothyronine deiodinases. Eur J Endocrinol
C. Hipertiroidisme akibat antibodi antitiroid
2006;155:655.
Halaman ini sengaja dikosongkan
20
B A B

Medula Adrenal &


Korteks Adrenal

■ Menyebutkan tiga katekolamin yang disekresikan oleh medula


T U J U A N adrenal dan meringkaskan biosintesis, metabolisme, dan fungsinya.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menyebutkan rangsangan yang meningkatkan sekresi medula adrenal.
Anda seyogianya mampu: ■ Membedakan antara steroid C18, C19, dan C21 serta memberi contoh masing-masing.
■ Merangkum langkah-langkah yang berperan dalam biosintesis steroid di
korteks adrenal.
■ Menyebutkan protein-protein plasma yang mengikat steroid adrenokorteks
dan membahas peran fisiologisnya.
■ Menyebutkan tempat utama metabolisme hormon adrenokorteks dan
metabolit-metabolit utama yang dihasilkan dari glukokortikoid, androgen
adrenal, dan aldosteron.
■ Menjelaskan mekanisme bagaimana glukokortikoid dan aldosteron
menyebabkan perubahan pada fungsi sel.
■ Menyebutkan dan menguraikan secara singkat efek fisiologis dan
farmakologis glukokortikoid.
■ Membandingkan efek fisiologis dan patologis androgen adrenal.
■ Menjelaskan mekanisme yang mengatur sekresi glukokortikoid dan hormon
seks adrenal.
■ Menyebutkan efek aldosteron dan menjelaskan mekanisme yang
mengatur sekresi aldosteron.
■ Menjelaskan ciri utama penyakit yang disebabkan oleh kelebihan atau
defisiensi masing-masing hormon kelenjar adrenal.

PENDAHULUAN
Terdapat dua organ endokrin di kelenjar adrenal, yang satu untuk mempersiapkan individu untuk menghadapi keadaan
mengelilingi yang lain. Sekresi utama medula adrenal yang darurat, apa yang dinamai sebagai respons “lawan atau
terletak di sebelah dalam ( Gambar 20–1 ) adalah golongan lari” (“fight or flight”).
katekolamin epinefrin, norepinefrin, dan dopamin; korteks Korteks adrenal menyekresi berbagai glukokortikoid,
adrenal yang terletak di sebelah luar menyekresi hormon- steroid dengan bermacam-macam efek pada metabolisme
hormon steroid. karbohidrat dan protein; dan suatu mineralokortikoid yang
Medula adrenal pada dasarnya adalah suatu ganglion penting untuk mempertahankan keseimbangan Na+ dan
simpatis yang didalamnya terdapat neuron-neuron pasca- volume cairan ekstrasel (CES). Korteks adrenal juga
ganglion yang telah kehilangan aksonnya dan menjadi sel merupakan tempat sekunder untuk sintesis androgen,
sekretorik. Sel-sel bersekresi bila dirangsang oleh serat saraf mengeluarkan hormon-hormon seks misalnya testosteron,
praganglion yang mencapai kelenjar melalui nervus splank- yang dapat berefek pada fungsi reproduksi. Mineralo-
nikus. Hormon-hormon medula adrenal bekerja terutama kortikoid dan glukokortikoid penting untuk kesintasan

353
354 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

(kelangsungan hidup). Sekresi adrenokorteks dikontrol dapat dikontrol secara independen oleh faktor-faktor dalam
terutama oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari darah, faktor yang terpenting adalah angiotensin II, suatu
hipofisis anterior, tetapi sekresi mineralokortikoid juga peptida yang dibentuk di dalam darah oleh kerja renin.

MORFOLOGI ADRENAL banyak lipid, terutama di bagian luar zona fasikulata. Ketiga zona
korteks tersebut menyekresi kortiko-steron, tetapi mekanisme
Medula adrenal, yang menyusun 28% dari massa kelenjar enzimatik aktif untuk biosintesis aldosteron terbatas di zona
adrenal, tersusun oleh genjel-genjel sel berisi granula yang saling glomerulosa, sementara mekanisme enzimatik untuk mem-
mengait dan memiliki persarafan yang padat dan berdampingan bentuk kortisol dan hormon seks ditemukan di dua zona bagian
dengan sinus-sinus venosa. Secara morfologis dapat dibedakan dalam. Selain itu, di dalam dua zona dalam terjadi sub-
dua jenis sel: tipe pensekresi epinefrin yang memiliki granula- spesialisasi, zona fasikulata, terutama menyekresi glukokortikoid
granula lebih besar namun kurang padat; dan tipe pensekresi dan zona retikularis, terutama hormon seks.
norepinefrin dengan granula-granula yang kecil dan sangat Darah arteri mencapai adrenal dari banyak cabang kecil
padat tidak mampu mengisi vesikel tempatnya. Pada manusia, arteri frenikus dan arteri renalis serta aorta. Dari sebuah pleksus
90% sel adalah tipe pensekresi epinefrin dan 10% adalah tipe di kapsul, darah mengalir melalui korteks ke sinusoid-sinusoid
pensekresi norepinefrin. Tipe sel yang menyekresi dopamin medula. Medula juga didarahi oleh beberapa arteriola yang
tidak diketahui. Paraganglia, kelompok-kelompok kecil sel yang secara langsung masuk ke dalamnya dari kapsul. Pada sebagian
menyerupai sel di medula adrenal, ditemukan dekat ganglia besar spesies, termasuk manusia, darah dari medula mengalir ke
simpatis toraks dan abdomen (Gambar 20-1). dalam sebuah vena adrenal sentral. Darah mengaliri adrenal
Pada mamalia dewasa, korteks adrenal dibagi menjadi 3 zona dengan deras, seperti pada sebagian besar kelenjar endokrin
(Gambar 20–2). Zona glomerulosa di sebelah luar tersusun lainnya.
oleh kumparan-kumparan sel yang bersambungan dengan Selama masa janin, adrenal manusia berukuran besar
kolumna sel-sel yang membentuk zona fasikulata. Kolumna- dan berada di bawah kontrol hipofisis, tetapi ketiga zona
kolumna ini dipisahkan oleh sinus venosa. Bagian dalam zona korteks permanen menyusun hanya 20% kelenjar. Sisa 80%
fasikulata menyatu menjadi zona retikularis, di sini kolumna adalah korteks adrenal janin yang besar dan cepat
sel menjadi saling kait dalam suatu anyaman. Zona glomerulosa mengalami degenerasi pada saat lahir. Fungsi utama adrenal
membentuk 15% massa kelenjar adrenal, zona fasikulata 50%, janin ini adalah sintesis dan sekresi konjugat-konjugat sulfat
dan zona retikularis 7%. Sel-sel adrenokorteks mengandung androgen yang di plasenta diubah menjadi estrogen (lihat
Bab 22). Pada hewan percobaan tidak terdapat struktur yang
sepadan dengan adrenal janin manusia.
Suatu fungsi penting zona glomerulosa, selain sintesis
aldosteron, adalah membentuk sel-sel korteks baru. Medula
adrenal tidak mengalami regenerasi; tetapi bila kedua zona
bagian dalam korteks diangkat, akan terbentuk zona
fasikulata dan retikularis yang baru yang beregenerasi dari
sel-sel glomerular yang melekat ke kapsul. Sedikit sisa kapsul
dapat membentuk kembali jaringan adrenokorteks baru yang
besar. Segera setelah hipofisektomi, zona fasikulata dan zona
retikularis mulai atrofi, sementara zona glomerulosa tidak
berubah karena efek angiotensin II pada zona ini. Setelah
hipofisektomi, kemampuan menyekresi aldosteron dan
mempertahankan Na+ normal selama beberapa waktu, tetapi
pada hipopituitarisme kronik, dapat terjadi defisiensi
aldosteron, tampaknya karena tidak adanya faktor hipofisis
yang mempertahankan responsivitas zona glomerulosa.
Penyuntikan ACTH dan rangsangan yang menyebabkan
sekresi ACTH endogen menyebabkan hipertrofi zona
fasikulata dan zona retikularis tetapi menyebabkan
penurunan, bukan peningkatan, ukuran zona glomerulosa.
Sel-sel korteks adrenal mengandung banyak retikulum
GAMBAR 20-1 Kelenjar adrenal manusia. Jaringan adreno- endoplasma halus, yang berperan dalam proses pem-
korteks berwarna kuning; jaringan medula adrenal berwarna oranye. bentukan steroid. Langkah-langkah lain dalam biosintesis
Perhatikan lokasi adrenal di kutub superior kedua ginjal. Juga steroid terjadi di mitokondria. Struktur sel penghasil steroid
diperlihatkan tempat-tempat di luar adrenal (abu-abu) tempat
kadang-kadang ditemukan jaringan korteks dan medulla. (Disalin,
sangat mirip di seluruh tubuh. Gambaran khas sel semacam
denganizin,dariWilliamsRH[ed]:TextbookofEndocrinology,edke-4.Saunders,1968) ini diperlihatkan dalam Gambar 20–3.
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 355

Zona Aldosteron
glomerulosa

Zona
Korteks

fasikulata Kortisol
dan
androgen

Zona
retikularis

Epinefrin
Medula

dan
norepinefrin

GAMBAR 20-2 Potongan melalui sebuah


Korteks kelenjar adrenal yang memperlihatkan medula dan
zona-zona korteks, serta hormon-hormon yang
Medula dikeluarkannya. (Disalin, dengan izin, dari Widmaier EP, Raff
H, Strang KT: lZander's Human Physiology: The Mechanisms of
Body Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).

tampaknya penting untuk perkembangan normal medula


MEDULA ADRENAL: STRUKTUR adrenal; pada defisiensi 21 β-hidroksilase (lihat bawah), sekresi
DAN FUNGSI HORMON MEDULA gluko-kortikoid berkurang selama masa janin dan medula
adrenal menjadi displastik. Pada defisiensi 21 β-hidroksilase
KATEKOLAMIN yang tidak diobati, kadar katekolamin dalam darah setelah lahir
rendah.
Norepinefrin, epinefrin, dan sejumlah kecil dopamin disintesis Dalam plasma, sekitar 95% dopamin dan 70%
oleh medula adrenal. Kucing dan beberapa spesies lain norepinefrin dan epinefrin terkonjugasi dengan sulfat.
menyekresi terutama norepinefrin, tetapi pada anjing dan Konjugat sulfat bersifat inaktif, dan fungsinya masih belum
manusia, sebagian besar katekolamin yang dikeluarkan dalam diketahui. Pada orang yang berbaring terlentang, kadar
vena adrenal adalah epinefrin. Norepinefrin juga masuk ke norepinefrin bebas yang normal dalam plasma adalah sekitar
dalam sirkulasi dari ujung-ujung saraf noradre-nergik. 300 pg/mL (1,8 nmol/L). Saat berdiri, kadar meningkat
Struktur norepinefrin, epinefrin, dan dopamin serta jalur 50-100% (Gambar 20–4). Kadar norepinefrin plasma secara
biosintesis dan metabolisme ketiganya dibahas di Bab 7. umum tidak berubah setelah adrenalektomi, tetapi kadar
Norepinefrin terbentuk melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi epinefrin bebas, yang normalnya sekitar 30 pg/mL (0,16
tirosin, dan epinefrin melalui metilasi norepinefrin. Feniletano- nmol/L), turun sampai hampir nol. Epinefrin yang
lamin-N-metiltransferase (PNMT), enzim yang mengatalisis ditemukan dalam jaringan di luar medula adrenal dan otak
pembentukan epinefrin dari norepinefrin, ditemukan dalam sebagian besar diserap dari darah dan bukan disintesis in
jumlah cukup banyak hanya di otak dan medula adrenal. PNMT situ. Hal yang menarik, epinefrin kadar rendah kembali
medula adrenal diinduksi oleh glukokortikoid, dan walaupun muncul dalam darah beberapa waktu setelah adrenalektomi
diperlukan jumlah relatif besar, konsentrasi glukokortikoid bilateral, dan kadar ini diatur seperti yang disekresi oleh
dalam darah yang mengalir dari korteks ke medula cukup tinggi. medula adrenal. Epinefrin mungkin berasal dari sel-sel
Setelah hipofisektomi, konsentrasi glukokortikoid darah ini seperti sel ICA (intrinsic cardiac adrenergic, lihat Bab 13),
turun dan sintesis epinefrin menurun. Selain itu, glukokortikoid namun sumber pastinya belum diketahui.
356 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Protein G Adenilil siklase


H 1

2
ATP
7 cAMP
Reseptor

Di
si

fu
hor
m PKA PKA
on aktif
inaktif Butiran lemak
ste
ro (dari LDL)
id 3
ke
da Protein Fosfoprotein 4
Nukleus lam (kolesterol esterase)
dar
ah
5 Kolesterol
Perpindahan
zat-zat antara bebas

6
Enzim P450
yang terletak di
Retikulum Mitokondria membran dalam
endoplasma
halus
GAMBAR 20-3 Gambaran skematik struktur sel
penyekresi steroid dan jalur intrasel sintesis steroid. LDL,
lipoprotein berdensitas rendah; PKA, protein kinase A. (Disalin,
dengan izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander's Human
Physiology: The Mechanism of Body Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).

Kadar dopamin bebas dalam plasma normalnya sangat katekolamin yang disekresikan ditemukan di urine sebagai
rendah, sekitar 0,13 nmol/L. Sebagian besar dopamin plasma metanefrin dan normetanefrin bebas atau terkonjugasi, dan
diperkirakan berasal dari ganglion noradrenergik simpatis. 33% sebagai VMA. Hanya sejumlah kecil norepinefrin dan
Katekolamin memiliki waktu-paruh sekitar 2 menit epinefrin bebas yang diekskresikan. Pada orang normal,
dalam darah. Umumnya katekolamin mengalami metoksilasi sekitar 30 pg norepinefrin, 6 pg epinefrin, dan 700 pg VMA
lalu dioksidasi menjadi asam 3-metoksi-4-hidroksimandelat diekskresikan per hari.
(asam vanililmandelat, VMA; lihat Bab 7). Sekitar 30%

0 500 1000 1500 2000 2500 0 100 200 300 400 500 1000 5000

Istirahat telentang (60)


Berdiri diam (40)
Merokok sigaret (10)
Hingga < 40 mg/dL (6)
Hipoglikemia
95 → 60 mg/dL (10)
Ringan (8)
Olahraga Sedang (8)
Berat (8)
Sewaktu (11)
Surgery
Setelah (11)
Ketoasidosis (10)
Infark miokardium (11)
Feolromositoma (16) (5310)

0 500 1000 1500 2000 2500 0 100 200 300 400 500 1000 5000
Norepinefrin plasma (pg/mL) Epinefrin plasma (pg/mL)

GAMBAR 20-4 Kadar norepinefrin dan epinefrin dalam darah kasus, garis vertikal terputus-putus menandakan konsentrasi plasma
vena manusia pada berbagai keadaan fisiologis dan patologis. ambang saat perubahan fisiologis teramati. (Dimodifikasi dan disalin,
Perhatikan bahwa skala horizontal berbeda. Angka dalam tanda kurung dengan izin, dari Cryer PE: Physiology and pathophysiology ofthe human
(sebelah kiri) adalah jumlah subjek yang diperiksa. Pada masing-masing sympathoadrenal neuroendocrine system. N Engl J Med 1980;303:436.)
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 357

BAHAN LAIN YANG DISEKRESIKAN Epi Nor

OLEH MEDULA ADRENAL

Kecepatan
100

jantung
Di medula, norepinefrin dan epinefrin disimpan dalam
granula dengan ATP. Granula juga mengandung kromo- 50
granin A (lihat Bab 7). Sekresi dicetuskan oleh asetilkolin yang 150
dilepaskan dari neuron praganglion yang mempersarafi sel

TD arteri
(mm Hg)
sekretorik. Asetilkolin membuka kanal kation, dan Ca2+ yang 100
masuk ke dalam sel dari CES mencetuskan eksositosis granula.
Dengan cara ini, katekolamin, ATP, dan protein dalam 50

Curah jantung
8
granula semuanya dilepaskan bersamaan ke dalam darah.

(L/min)
6
Sel-sel medula yang mengandung epinefrin juga
mengandung dan menyekresi peptida opioid (lihat Bab 7). 30 4

perifer total
Resistensi
Molekul prekursor adalah preproenkefalin. Sebagian besar
metenkefalin dalam darah berasal dari medula adrenal. 20
Peptida opioid dalam darah tidak melintasi sawar darah-otak.
10
Adrenomedulin, suatu polipeptida vasodepresor yang
ditemukan di medula adrenal, dibahas di Bab 32. 15 20 35 40
Waktu (mnt)
EFEK EPINEFRIN DAN NOREPINEFRIN Epi = Epinefrin Nor = Norepinefrin

Selain meniru efek lepas muatan saraf noradrenergik, GAMBAR 20-5 Perubahan sirkulasi pada manusia yang
norepinefrin dan epinefrin memperlihatkan efek metabolik ditimbulkan oleh infus intravena lambat epinefrin dan
norepinefrin.
yang mencakup glikogenolisis di hati dan otot rangka,
mobilisasi ALB (asam lemak bebas), peningkatan laktat Katekolamin memiliki beberapa efek berbeda yang
plasma, dan stimulasi tingkat metabolik. Efek norepinefrin memengaruhi glukosa darah. Epinefrin dan norepinefrin
dan epinefrin dilakukan melalui kerja dua kelas reseptor, keduanya menyebabkan glikogenolisis. Efek ini terjadi melalui
reseptor adrenergik-α dan -β. Reseptor a dibagi menjadi dua reseptor adrenergik-β yang meningkatkan adenosin monofosfat
kelompok, reseptor α1 dan α2, dan reseptor β menjadi reseptor siklik (cAMP), disertai pengaktifan fosforilase, dan melalui
β1, β2, dan β3, seperti dijelaskan di Bab 7. Terdapat tiga subtipe reseptor adrenergik-α yang meningkatkan Ca2+ intrasel (lihat
reseptor α1 dan tiga subtipe reseptor α2 (lihat Tabel 7-2). Bab 7). Selain itu, katekolamin meningkatkan sekresi insulin dan
Baik norepinefrin maupun epinefrin meningkatkan glukagon melalui mekanisme adrenergik-β dan menghambat
kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung terisolasi. Respons sekresi hormon-hormon ini melalui mekanisme adrenergik-α.
ini diperantarai oleh reseptor β1. Katekolamin juga Norepinefrin dan epinefrin juga menyebabkan
meningkatkan eksitabilitas miokardium, menyebabkan peningkatan cepat laju metabolik yang independen terhadap
ekstrasistol dan, kadang, aritmia jantung yang lebih serius. hati dan peningkatan ringan yang timbul lebih lambat yang
Norepinefrin menyebabkan vasokonstriksi pada sebagian hilang dengan hepatektomi serta bersamaan dengan
peningkatan konsentrasi laktat darah. Peningkatan awal pada
besar organ melalui reseptor α1, tetapi epinefrin
laju metabolik mungkin disebabkan oleh vasokonstriksi kulit,
menyebabkan dilatasi pembuluh darah di otot rangka dan
yang menurun-kan kehilangan panas dan menyebabkan
hati melalui reseptor β2. Hal ini biasanya mengatasi
peningkatan suhu tubuh, atau oleh peningkatan aktivitas otot,
vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh epinefrin di tempat
atau oleh keduanya. Peningkatan kedua mungkin disebabkan
lain, dan resistensi perifer total menurun. Bila norepinefrin oleh oksidasi laktat di hati. Mencit yang tidak mampu
diinfuskan secara lambat pada manusia atau hewan normal, membentuk epinefrin atau norepinefrin karena gen dopamin
tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat. Hipertensi β- hidroksilasenya di knockout menjadi intoleran terhadap
merangsang baroreseptor karotis dan aorta, menimbulkan dingin, tetapi yang mengejutkan, laju metabolisme basalnya
bradikardia refleks yang mengatasi efek kardioakselerasi meningkat. Penyebab peningkatan ini tidak diketahui.
langsung norepinefrin. Akibatnya, curah jantung per menit Bila disuntikkan, epinefrin dan norepinefrin mula-mula
turun. Epinefrin menyebabkan melebarnya tekanan nadi, menyebabkan peningkatan K+ plasma karena pelepasan K+ dari
tetapi karena stimulasi baroreseptor tidak cukup untuk hati, kemudian penurunan K+ plasma yang berkepanjangan
menutupi efek langsung hormon pada jantung, kecepatan karena meningkatnya pemasukan K+ ke dalam otot rangka yang
denyut dan curah jantung meningkat. Perubahan-perubahan diperantarai oleh reseptor adrenergik-β2. Beberapa bukti me-
ini dirangkum dalam Gambar 20–5. nunjukkan bahwa pengaktifan reseptor α menghambat efek ini.
Katekolamin meningkatkan kewaspadaan (lihat Bab 14). Peningkatan norepinefrin dan epinefrin plasma yang
Dalam hal ini, epinefrin dan norepinefrin sama kuatnya, dibutuhkan untuk menimbulkan berbagai efek yang tercantum
walaupun pada manusia epinefrin biasanya lebih menimbul- di atas ditentukan melalui infus katekolamin pada manusia
kan kecemasan dan ketakutan. istirahat. Secara umum, ambang untuk efek kardiovaskular dan
358 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

metabolik norepinefrin adalah sekitar 1500 pg/mL, yaitu sekitar salah satu contoh, demikian juga efek glikogenolisis (lihat
lima kali nilai istirahat (Gambar 20-4). Epinefrin, di pihak lain, Bab 24) dalam melawan hipoglikemia.
menimbulkan takikardia bila kadar plasma sekitar 50 pg/mL,
yaitu sekitar dua kali nilai istirahat. Ambang untuk peningkat- SEKRESI SELEKTIF
an tekanan darah sistolik dan lipolisis adalah sekitar 75 pg/mL; Bila sekresi medula adrenal meningkat, rasio norepinefrin
ambang untuk hiperglikemia, peningkatan laktat plasma, dan terhadap epinefrin yang dikeluarkan adrenal biasanya tidak
penurunan tekanan darah diastolik adalah sekitar 150 pg/mL; berubah. Namun, sekresi norepinefrin cenderung meningkat
dan ambang untuk penurunan sekresi insulin yang secara selektif oleh stres emosional yang biasa dialami
diperantarai oleh reseptor-α adalah sekitar 400 pg/mL. individu, sedangkan sekresi epinefrin meningkat secara
Epinefrin plasma sering melebihi ambang-ambang tersebut. Di selektif pada situasi yang individunya tidak mengetahui apa
pihak lain, norepinefrin plasma jarang melebihi ambang untuk yang akan terjadi.
efek kardiovaskular dan metaboliknya, dan sebagian besar
efeknya disebabkan oleh pelepasan lokal dari neuron-neuron KORTEKS ADRENAL: STRUKTUR
simpatis pascaganglion. Sebagian besar tumor medula adrenal
(feokromositoma) menyekresi norepinefrin, atau epinefrin,
DAN BIOSINTESIS HORMON
atau keduanya, dan menyebabkan hipertensi menetap. Namun, ADRENOKORTEKS
15% tumor penghasil epinefrin mengeluarkan katekolamin ini
secara periodik, yang menimbulkan serangan-serangan KLASIFIKASI & STRUKTUR
intermiten palpitasi, nyeri kepala, glikosuria, dan hipertensi Hormon korteks adrenal adalah turunan kolesterol. Seperti
sistolik ekstrim. Gejala-gejala yang sama ditimbulkan oleh kolesterol, asam-asam empedu, vitamin D, dan steroid
penyuntikan intravena epinefrin dosis besar. ovarium dan testis, hormon ini mengandung inti siklopen-
tanoperhidrofenantren (Gambar 20–6). Steroid gonad dan
EFEK DOPAMIN adrenokorteks terdiri dari tiga jenis: steroid C21, yang
Fungsi fisiologis dopamin dalam sirkulasi tidak diketahui. memiliki sebuah rantai sisi 2-karbon di posisi 17; steroid C19,
Namun, dopamin yang disuntikkan menimbulkan vasodilatasi yang memiliki sebuah gugus keto atau hidroksil di posisi 17;
ginjal, mungkin dengan bekerja pada reseptor dopaminergik
spesifik. Dopamin juga menyebabkan vasodilatasi di mesen-
terium. Di bagian lain, hormon ini menimbulkan vasokonstriksi,
mungkin dengan melepaskan norepinefrin, dan ia memiliki efek
inotropik positif pada jantung melalui efek pada reseptor
Inti siklopentanoperhidrofenantren
adrenergik-β1. Efek akhir dopamin dosis sedang adalah
peningkatan tekanan darah sistolik dan tidak terjadi perubahan 21 22
tekanan diastolik. Karena efek ini, dopamin berguna dalam 23 26
pengobatan syok traumatik dan kardiogenik (lihat Bab 32). 18 20
25
12 17 16 24 27
Dopamin dibentuk di korteks ginjal. Zat ini menyebab- 19
11
C
13
D
kan natriuresis dan mungkin menimbulkan efek ini melalui 2
1
8
9 14 15
inhibisi terhadap Na, K, ATPase ginjal. Kolesterol A 10 B CH3
7
(27 karbon) HO 3 4 5 6
PENGATURAN SEKRESI C O

MEDULA ADRENAL
Turunan Progesteron
KONTROL SARAF pregnan Kortikoid
(21 karbon)
Obat-obat tertentu bekerja langsung pada medula adrenal,
tetapi rangsang fisiologis memengaruhi sekresi medula melalui
sistem saraf. Sekresi katekolamin rendah pada keadaan basal,
tetapi sekresi epinefrin dan, dengan tingkat yang lebih rendah, Androgen
Turunan
sekresi norepinefrin lebih rendah lagi selama tidur. androstan
Peningkatan sekresi medula adrenal adalah bagian dari (19 karbon)
lepas-muatan simpatis difus yang tercetus pada keadaan-
keadaan darurat, yang oleh Cannon disebut “fungsi darurat
sistem simpatoadrenal”. Bagaimana cara pelepasan muatan ini Estrogen
Turunan
mempersiapkan seseorang fight (melawan) atau flight (lari) estran
dijelaskan di Bab 13, dan peningkatan katekolamin plasma di (18 karbon)
bawah berbagai kondisi diperlihatkan dalam Gambar 20-4. GAMBAR 20-6 Struktur dasar steroid adrenokorteks dan gonad.
Efek metabolik katekolamin dalam darah mungkin Huruf pada rumus untuk kolesterol menandakan empat cincin dasar,
penting, terutama pada situasi-situasi tertentu. Efek kalori- dan angka-angka menandakan posisi di molekul. Seperti diperlihatkan
di sini, gugus metil angular (posisi 18 dan 19) biasanya cukup ditandai
genik katekolamin pada hewan yang terpajan dingin adalah dengan garis lurus.
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 359

17α-Hidroksilase 17,20-Liase
CH3 CH3

Kolesterol C O C O O Sulfo-
OH kinase DHEA
ACTH
sulfat
Kolesterol 17-+LGURNVL-
desmolase Pregnenolon Dehydroepiandros-
pregnenolon
HO teron
CH3 HO CH3 HO
3β-Hidroksisteroid C O C O O
dehidrogenase OH

17-+LGURNVL- Androstenedion
Progesteron
SURJHVWHURQ
O CH2OH O CH2OH O
21β-Hidroksilase C O C O
OH

Testosteron
11-Deoksi-
kortikosteron 11-'HRNVLNRUWLVRO
O CH2OH O CH2OH
11β-Hidroksilase C O C O
Estradiol
HO HO OH

Kortikosteron .RUWLVRO
O O

GAMBAR 20-7 Garis besar biosintesis hormon di zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal. Produk sekresi utama diberi garis
bawah. Enzim-enzim untuk reaksi diperlihatkan di sebelah kiri dan atas bagan. Bila terjadi defisiensi suatu enzim, produksi hormon terhambat di
titik-titik yang ditandai oleh bentuk batang yang diarsir.

dan steroid C18, yang, selain gugus 17-keto atau hidroksil, tidak
memiliki gugus metil angular yang melekat ke posisi 10. Korteks
STEROID YANG DISEKRESIKAN
adrenal menyekresi terutama steroid C21 dan C19. Sebagian besar Dari jaringan adrenal telah berhasil diisolasi sangat banyak
steroid C19 memiliki sebuah gugus keto di posisi 17 sehingga steroid, tetapi steroid-steroid yang secara normal disekresikan
disebut 17-keto-steroid. Steroid C21 yang memiliki sebuah gugus dalam jumlah yang secara fisiologis bermakna adalah
hidroksil di posisi 17 selain rantai sisi sering disebut 17- mineralokortikoid aldosteron, glukokortikoid kortisol dan
hidroksikortikoid atau 17-hidroksikortikosteroid. kortikosteron, dan androgen dehidroepiandrosteron (DHEA)
dan androstenedion. Struktur steroid-steroid ini diperlihatkan
Steroid C19 memiliki aktivitas androgenik. Steroid C21
diklasifikasikan, menggunakan terminologi Selye, sebagai dalam Gambar 20–7 dan Gambar 20–8. Deoksikortiko-
mineralokortikoid atau glukokortikoid. Semua steroid C21 steron adalah suatu mineralokortikoid yang secara normal
yang disekresikan memiliki aktivitas mineralokortikoid dan disekresikan dalam jumlah setara dengan aldosteron (Tabel
glukokortikoid; mineralokortikoid adalah hormon yang efek 20–1) tetapi memiliki hanya 3% aktivitas mineralokortikoid
pada ekskresi Na+ dan K+nya menonjol, dan glukokortikoid aldosteron. Efeknya pada metabolisme mineral biasanya dapat
adalah hormon yang efeknya pada metabolisme glukosa dan diabaikan, tetapi pada penyakit dengan peningkatan
protein menonjol. sekresinya, efeknya dapat nyata. Sebagian besar estrogen yang
Rincian tata nama dan isomerisme steroid dapat dijumpai di tidak terbentuk di ovarium dihasilkan di dalam sirkulasi dari
tempat lain. Namun, perlu disampaikan bahwa huruf A Yunani androstenedion adrenal. Hampir semua dehidroepiandro-
menandakan ikatan ganda dan bahwa gugus-gugus yang terletak steron disekresikan terkonjugasi dengan sulfat, walaupun
di atas bidang masing-masing cincin steroid ditandai oleh huruf sebagian besar steroid lain disekresikan dalam keadaan bebas,
Yunani β dan garis tebal (—OH), sedangkan yang terletak di tidak terkonjugasi (Boks Klinis 20–1).
bawah ditandai dengan α dan garis terputus-putus (---OH).
Dengan demikian, steroid C21 yang disekresikan oleh adrenal PERBEDAAN SPESIES
memiliki konfigurasi ∆4-3-keto di cincin A. Pada sebagian besar Pada semua spesies dari amfibi sampai manusia, hormon
steroid adrenal yang terdapat alami, gugus 17-hidroksi berada steroid C21 utama yang disekresikan oleh jaringan
dalam konfigurasi α, sedangkan gugus 3-, 11-, dan 21-hidroksi adrenokorteks tampaknya adalah aldosteron, kortisol, dan
berada dalam konfigurasi β. Konfigurasi 18-aldehida pada kortikosteron, walaupun rasio kortisol terhadap korti-
aldosteron alami adalah bentuk D. L-Aldosteron secara fisiologis kosteron bervariasi. Burung, mencit, dan tikus hampir
tidak aktif. hanya menyekresi kortikosteron; anjing menyekresi kedua
360 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Kolesterol
BOKS KLINIS 20-1
ACTH
ANG II

Pregnenolon Steroid Sintetik


Kortisol Seperti pada banyak zat alami lainnya, aktivitas steroid-
dan steroid adrenokorteks dapat ditingkatkan dengan
steroid seks mengubah strukturnya. Sekarang tersedia sejumlah steroid
Progesteron sintetik yang memiliki aktivitas beberapa kali lipat
dibandingkan kortisol. Potensi relatif glukokortikoid dan
mine-ralokortikoid pada steroid alami dibandingkan dengan
steroid sintetik 9α-fluorokortisol, prednisolon, dan deksa-
Deoksikortikosteron metason tercantum di Tabel 20–2. Potensi deksametason
Aldosteron disebabkan oleh afinitas yang tinggi terhadap reseptor
sintase glukokortikoid dan waktu paruh yang panjang. Prednisolon
CH2OH
HO juga memiliki waktu paruh yang panjang.
Kortikosteron C O
HO CH2
Aldosteron
sintase
ANG II
O banyak ditemukan di sel-sel adrenokorteks. Kolesterol
18-Hidroksikortikosteron CH2OH mengalami esterifikasi dan disimpan dalam butir-butir lemak.
O
HC
C O Kolesterol ester hidrolase mengatalisis pembentukan kolesterol
HO
Aldosteron bebas dalam butir-butir lemak (Gambar 20–9). Kolesterol
sintase diangkut ke mitokondria oleh suatu protein pembawa sterol. Di
mitokondria, zat ini diubah menjadi pregnenolon dalam suatu
O reaksi yang dikatalisis oleh kolesterol desmolase atau enzim
Aldosteron pengurai rantai sisi (side chain cleavage enzyme). Enzim ini,
seperti kebanyakan enzim yang terlibat dalam biosintesis steroid,
GAMBAR 20-8 Sintesis hormon di zona glomerulosa. Zona adalah anggota dari superfamili sitokrom P450 dan juga dikenal
glomerulosa tidak memiliki aktivitas 17α-hidroksilase, dan hanya zona
glomerulosa yang dapat mengubah kortikosteron menjadi aldosteron sebagai P450scc atau CYP11A1. Untuk memudahkan, berbagai
karena merupakan satu-satunya zona yang secara normal nama enzim yang berperan dalam biosintesis steroid adre-
mengandung aldosteron sintase. ANG II, angiotensin II. nokorteks dirangkum dalam Tabel 20–3.
Pregnenolon kemudian bergerak ke retikulum endo-
glukokortikoid dalam jumlah hampir sama; dan kucing, plasma halus, di sini sebagian dari pregnenolon mengalami
domba, monyet, dan manusia menyekresi terutama kortisol. dehidro-genasi menjadi bentuk progesteron dalam suatu
Pada manusia, rasio kortisol terhadap kortikosteron yang reaksi yang dikatalisis oleh 3β-hidroksisteroid dehidro-
disekresi mendekati 7:1. genase. Enzim ini memiliki berat molekul 46.000 dan bukan
sitokrom P450. Enzim ini juga mengatalisis perubahan 17α-
BIOSINTESIS STEROID hidroksipregnenolon menjadi 17α-hidroksiprogesteron, dan
Jalur utama sintesis hormon adrenokorteks yang terjadi dehidroepiandrosteron menjadi androstenedion (Gambar
secara alami di dalam tubuh diringkas dalam Gambar 20-7 20-7) di retikulum endoplasma halus. 17α-hidroksi-
dan 20-8. Prekursor dari semua steroid adalah kolesterol. pregnenolon dan 17α-hidroksiprogesteron masing-masing
Sebagian kolesterol disintesis dari asetat, tetapi sebagian terbentuk dari pregnenolon dan progesteron (Gambar 20-7)
besar diambil dari LDL dalam sirkulasi. Reseptor LDL oleh kerja 17α-hidroksilase. Ini adalah suatu P450

TABEL 20–1 Hormon-hormon adrenokorteks utama pada manusia dewasa.a


Konsentrasi Plasma Rerata Jumlah Rerata yang
Nama Sinonim (Bebas dan Terikat)a μg/dL Disekresikan (mg/24jam

Kortisol Senyawa F, hidrokortison 13,9 10

Kortikosteron Senyawa B 0,4 3

Aldosteron 0,0006 0,15

Deoksikortikosteron DOC 0,0006 0,20

Dehidroepiandrosteron sulfat DHEAS 175,0 20

a
Semua nilai konsentrasi plasma, kecuali DHEAS, adalah nilai pagi hari saat puasa setelah berbaring semalam.
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 361

TABEL 20–2 Potensi relatif kortikosteroid 11-deoksikortikosteron dan 11-deoksikortisol bergerak


dibandingkan dengan kortisola. kembali ke mitokondria, tempat hormon-hormon ini meng-
alami 11-hidroksilasi untuk membentuk kortikosteron dan
Aktivitas Aktivitas kortisol. Reaksi ini terjadi di zona fasikulata dan zona retikularis
Steroid Glukokortikoid Mineralokortikoid
serta dikatalisis oleh 11 β-hidroksilase, suatu sitokrom P450 yang
Kortisol 1,0 1,0 juga dikenal sebagai P450c11 atau CYP11B1.
Kortikosteron 0,3 15 Di zona glomerulosa tidak terdapat 11 β-hidroksilase tetapi
terdapat suatu enzim terkait yang disebut aldosteron sintase.
Aldosteron 0,3 3000
Sitokrom P450 ini 95% identik dengan 11 β-hidroksilase dan
Deoksikortikosteron 0,2 100 juga dikenal sebagai P450c11AS atau CYP11B2. Gen yang
Kortison 0,7 0,8
menyandi CYP11B1 dan CYP11B2 terletak di kromosom 8.
Namun, aldosteron sintase dalam keadaan normal hanya
Prednisolon 4 0,8 dijumpai di zona glomerulosa. Zona glomerulosa juga tidak
9α-Fluorokortisol 10 125 memiliki 17α-hidroksilase. Hal ini yang menjadi penyebab
mengapa zona glomerulosa membentuk aldosteron tetapi tidak
Deksametason 25 –0
dapat membentuk kortisol atau hormon seks.
a
Angka-angka adalah perkiraan didasarkan pada pemeriksaan endapan glikogen hati atau Selain itu, terdapat subspesialisasi di dua zona dalam. Zona
antiinflamasi untuk aktivitas glukokortikoid, dan efek pada Na+/K+ urine atau pemeliharaan fasikulata memiliki lebih banyak aktivitas 3β-hidroksisteroid
pada hewan yang mengalami adrenalektomi untuk aktivitas mineralokortikoid.Tiga steroid
yang terakhir dalam tabel adalah senyawa sintetik yang tidak terdapat secara alami. dehidrogenase daripada zona retikularis, dan zona retikularis
lebih banyak memiliki kofaktor yang diperlukan untuk ekspresi
mitokondria lain yang juga dikenal sebagai P450c17 atau aktivitas 17,20-liase dari 17α-hidroksilase. Karena itu, zona
CYP17. Di bagian yang lain dari enzim yang sama terdapat fasikulata menghasilkan lebih banyak kortisol dan kortikosteron,
aktivitas 17,20-liase yang memutuskan ikatan 17,20, meng- dan zona retikularis menghasilkan lebih banyak androgen.
ubah 17α-hidroksipregnenolon dan 17α-hidroksiproge- Sebagian besar dehidroepiandrosteron yang terbentuk diubah
steron masing-masing menjadi steroid C19 dehidro- menjadi dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) oleh sulfokinase
epiandrosteron dan androste-nedion. adrenal, dan enzim ini juga terletak di zona retikularis.
Hidroksilasi progesteron menjadi 11-deoksikortiko- EFEK ACTH
steron dan 17a-hidroksiprogesteron menjadi 11-deoksi-
ACTH berikatan dengan reseptor berafinitas tinggi di
kortisol terjadi di retikulum endoplasma halus. Reaksi-reaksi
membran plasma sel adrenokorteks. Proses ini mengaktifkan
ini dikatalisis oleh 21 β-hidroksilase, suatu sitokrom P450
adenilil siklase melalui Gs. Reaksi-reaksi yang terjadi
yang juga disebut P450c21 atau CYP21A2.
(Gambar 20-9) menyebabkan peningkatan cepat pembentuk-
an pregnenolon dan turunan-turunannya, dengan sekresi
yang terakhir. Dalam waktu lama, ACTH juga meningkatkan
sintesis berbagai P450 yang berperan dalam sintesis
Butir
LDL glukokortikoid.
lemak

cAMP Protein
Ester
kolesterol
EFEK ANGIOTENSIN II
kinase A Angiotensin II berikatan dengan reseptor AT1 (lihat Bab 38) di
ACTH GS AC CEH
R Kolesterol zona glomerulosa yang bekerja melalui protein G untuk
ATP
Mitochondrion mengaktifkan fosfolipase C. Peningkatan protein kinase C
yang terjadi mendorong perubahan kolesterol menjadi
Kortisol Preg pregnenolon (Gambar 20-8), dan meningkatkan kerja aldo-
steron sintase, sehingga terjadi peningkatan sekresi aldosteron.
11-Deoksi-
kortisol
17-OH
preg DEFISIENSI ENZIM
SER Konsekuensi penghambatan setiap sistem enzim yang terlibat
GAMBAR 20-9 Mekanisme kerja ACTH pada sel penyekresi
dalam biosintesis steroid dapat dilihat dari Gambar 20-7 dan
kortisol di dua zona bagian dalam korteks adrenal. Sewaktu ACTH 20-8. Defek kongenital enzim menyebabkan defisiensi sekresi
berikatan dengan reseptornya (R), adenilil siklase (AC) diaktifkan melalui kortisol dan sindrom hiperplasia adrenal kongenital.
Gs. Peningkatan cAMP yang terjadi mengaktifkan protein kinase A, dan Hiperplasia disebabkan oleh peningkatan sekresi ACTH.
kinase menyebabkan fosforilasi kolesteril ester hidrolase (CEH), Defisiensi kolesterol desmolase bersifat fatal in utero karena
meningkatkan aktivitasnya. Akibatnya, lebih banyak kolesterol bebas yang
dibentuk dan diubah menjadi pregnenolon. Perhatikan bahwa pada
defisiensi ini mencegah plasenta membentuk progesteron
langkah-langkah berikutnya dalam biosintesis steroid, produk berpindah- yang diperlukan untuk kelangsungan kehamilan. Penyebab
pindah dari mitokondria ke retikulum endoplasma halus (REH). hiperplasia adrenal kongenital berat pada neonatus adalah
Kortikosteronjugadisintesisdandisekresikan. mutasi loss-of-function di gen untuk steroidogenic acute
362 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

TABEL 20–3 Tata-nama untuk enzim steroidogenik adrenal dan lokasinya di sel adrenal.
Nama umum P450 CYP Lokasi

Kolesterol desmolase; side-chain cleavage enzyme P450SCC CYP11A1 Mitokondria


3β-Hidroksisteroid dehidrogenase ... ... SER
17α-Hidroksilase, 17,20-liase P450C17 CYP17 Mitokondria
21β-Hidroksilase P450C21 CYP21A2 SER
11β-Hidroksilase P450C11 CYP11B1 Mitokondria
Aldosteron sintase P450C11AS CYP11B2 Mitokondria

SER= retikulum endoplasma halus

regulatory (StAR) protein. Protein ini esensial bagi adrenal dan pemeriksaan laboratorium. Pada 73% kasus, defisiensi
gonad tetapi tidak bagi plasenta untuk memindahkan aldosteron menyebabkan hilangnya Na+ dalam jumlah signifikan
kolesterol ke dalam mitokondria secara normal untuk (salt-losing form dari hiperplasia adrenal). Hipovolemia yang
mencapai kolesterol desmolase, yang terletak di sisi ruang terjadi dapat parah.
matriks dari membran mitokondria dalam (lihat Bab 16). Jika Pada defisiensi 11 β-hidroksilase, terjadi virilisasi plus
protein ini tidak ada, hanya sedikit steroid yang dibentuk. kelebihan sekresi 11-deoksikortisol dan 11-deoksikortikoste-
Derajat stimulasi ACTH meningkat tajam sehingga akhirnya ron. Karena 11-deoksikortisol adalah mineralokortikoid
terjadi akumulasi sejumlah besar butir lipoid di adrenal. aktif, pasien dengan penyakit ini juga mengalami retensi air
Karena itu, kelainan ini disebut hiperplasia adrenal lipoid dan garam serta, pada dua pertiga kasus, hipertensi
kongenital. Karena androgen tidak terbentuk, akan terbentuk (hiperplasia adrenal kongenital bentuk hipertensif).
genitalia wanita apapun jenis kelamin genetiknya (lihat Bab Pengobatan glukokortikoid diindikasikan untuk semua
22). Pada defisiensi 3P-hidroksisteroid dehidro-genase, suatu bentuk virilisasi hiperplasia adrenal kongenital karena obat
keadaan lain yang jarang, sekresi DHEA meningkat. Steroid ini memperbaiki defisit glukokortikoid dan menghambat
ini adalah androgen lemah yang dapat menyebabkan sedikit sekresi ACTH (lihat bawah), menurunkan sekresi abnormal
maskulinisasi pada wanita dengan penyakit ini, tetapi kurang androgen dan steroid lain.
adekuat untuk menyebabkan maskulinisasi penuh genitalia Ekspresi enzim-enzim sitokrom P450 yang berperan dalam
pada pria genetik. Karena itu, sering terjadi hipospadia, suatu biosintesis hormon steroid bergantung pada faktor steroid 1
keadaan lubang uretra berada di sisi bawah penis bukan di (SF-1), suatu reseptor yatim di nukleus. Jika F2-F1 (gen untuk
ujungnya. Pada defisiensi penuh 17a-hidroksilase, yaitu suatu SF-1) diknockout, tidak terbentuk gonad dan adrenal dan juga
penyakit jarang ketiga yang disebabkan oleh mutasi gen untuk terjadi kelainan di tingkat hipofisis dan hipotalamus.
CYP17, tidak dihasilkan hormon seks sehingga terbentuk
genitalia eksterna wanita. Namun, jalur untuk membentuk
kortikosteron dan aldosteron utuh, dan peningkatan kadar 11-
TRANSPOR, METABOLISME,
deoksikortiko-steron dan mineralo-kortikoid lain DAN EKSKRESI HORMON
menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Terjadi defisiensi ADRENOKORTEKS
kortisol, tetapi hal ini dikompensasi secara parsial oleh
aktivitas glukokortikoid kortikosteron. PENGIKATAN GLUKOKORTIKOID
Tidak seperti defisiensi-defisiensi yang dibahas di
Dalam sirkulasi kortisol terikat ke suatu globulin a yang disebut
paragraf sebelumnya, defisiensi 21 β- hidroksilase sering
terjadi, merupakan 90% atau lebih kasus defisiensi enzim. transkortin atau globulin pengikat kortikosteroid (corticosteroid-
Gen 21β- hidroksilase, yang terletak di kompleks gen HLA binding globulin, CBG). Juga terdapat sedikit ikatan ke albumin.
(human leucocyte antigen) di lengan pendek kromosom 6 Kortikosteron juga terikat secara serupa, tetapi dengan derajat
(lihat Bab 3), adalah salah satu gen yang paling polimorfik yang lebih rendah. Dengan demikian, waktu paruh kortisol
dalam genom manusia. Mutasi terjadi di berbagai tempat di dalam sirkulasi lebih lama (sekitar 60-90 menit) daripada
gen ini, dan karenanya kelainan yang ditimbulkannya kortikosteron (50 menit). Steroid yang terikat tampaknya secara
berkisar dari ringan hingga parah. Pembentukan kortisol dan fisiologis tidak aktif (lihat Bab 16). Selain itu, karena ikatan
aldosteron umumnya berkurang, sehingga sekresi ACTH protein ini, relatif sedikit kortisol dan kortikosteron bebas yang
dan pembentukan prekursor steroid meningkat. Steroid- terdapat di urine.
steroid ini diubah menjadi androgen, menimbulkan virilisasi. Keseimbangan antara kortisol dan protein pengikatnya
Pola khas yang terbentuk pada wanita yang tidak mendapat serta dampak pengikatan dalam kaitannya dengan pasokan
pengobatan adalah sindrom adrenogenital. Maskulinisasi jaringan dan sekresi ACTH dirangkum dalam Gambar
mungkin tidak mencolok sampai tahap lanjut dalam 20–10. Kortisol yang terikat berfungsi sebagai cadangan
kehidupan, dan kasus ringan hanya dapat dideteksi dengan hormon dalam darah untuk mempertahankan agar
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 363

ACTH CBG meningkat, lebih banyak kortisol yang terikat, dan pada
awalnya kadar kortisol bebas akan turun. Hal ini merangsang
Korteks Hipofisis sekresi ACTH, dan akan lebih banyak kortisol disekresikan
adrenal anterior sampai keseimbangan baru tercapai yakni kortisol yang terikat
meningkat tetapi kortisol bebas normal. Perubahan dengan arah
Koerisol bebas
berlawanan terjadi bila kadar CBG turun. Hal ini menjelaskan
dalam plasma mengapa wanita hamil memiliki kadar kortisol plasma total yang
(~0,5 μg/dL) tinggi tanpa gejala-gejala kelebihan glukokortikoid dan,
sebaliknya, mengapa sebagian pasien nefrosis memiliki kortisol
plasma total yang rendah tanpa gejala defisiensi glukokortikoid.
Koertisol terikat
protein dalam
Kortisol
jaringan METABOLISME & EKSKRESI
plasma (13 μg/dL)
GLUKOKORTIKOID
GAMBAR 20-10 Hubungan antara kortisol bebas dan terikat. Kortisol dimetabolisasi di hati, yang merupakan tempat utama
Panah terputus-putus menandakan bahwa kortisol menghambat katabolisme glukokortikoid. Sebagian besar kortisol direduksi
sekresi ACTH. Nilai untuk kortisol bebas adalah perkiraan; pada menjadi dihidrokortisol lalu menjadi tetrahidro-kortisol, yang
sebagian besar penelitian, nilai ini dihitung dengan mengurangi
kortisol plasma total dengan kortisol terikat protein. dikonjugasi menjadi asam glukuronat (Gambar 20–11). Sistem
glukuronil transferase yang berperan dalam perubahan ini juga
pasokan kortisol bebas tetap tersedia bagi jaringan. Hubungan mengatalisis pembentukan glukuronida bilirubin (lihat Bab 28)
ini serupa dengan hubungan T4 dengan protein pengikatnya serta sejumlah hormon dan obat. Terdapat inhibisi kompetitif
(lihat Bab 19). Pada kadar kortisol plasma total yang normal antara substrat-substrat ini untuk memperebutkan sistem enzim
(13,5 pg/ dL, atau 375 nmol/L), hanya sedikit terdapat kortisol tersebut.
bebas dalam plasma, tetapi tempat ikatan pada CBG menjadi Hati dan jaringan lain mengandung enzim 1 lP-hidroksi-
jenuh bila kortisol plasma total melebihi 20 pg/dL. Pada kadar steroid dehidrogenase. Paling tidak terdapat dua bentuk dari
plasma yang lebih tinggi, pengikatan ke albumin meningkat enzim ini. Tipe 1 mengatalisis perubahan kortisol menjadi
tetapi peningkatan utama adalah pada fraksi yang tidak terikat. kortison dan reaksi kebalikannya, meskipun enzim ini berfungsi
CBG disintesis di hati, dan pembentukannya ditingkatkan terutama sebagai reduktase, membentuk kortisol dari
oleh estrogen. Kadar CBG meningkat selama kehamilan dan kortikosteron. Tipe 2 mengatalisis perubahan satu-arah kortisol
menurun pada sirosis, nefrosis, dan mieloma multipel. Bila kadar menjadi kortison. Kortison adalah suatu glukokortikoid aktif

CH2OH CH2OH CH2OH


C O C O C O
OH OH OH
HO HO HO

3α-Hidroksisteroid
Δ4-Hidrogenase; dehidrogenase;
NADPH NADPH atau NADH
O O
H HO H

Kortisol Dihidrokortisol Tetrahidrokortisol

Glukuronil transferase;
11β-Hidroksisteroid 17-Ketosteroid asam uridin-
CH2OH CH2OH
dehidrogenase difoglukuronat
C O C O
OH OH
O HO

O
HC O H
kortison HCOH Tetrahidrokortisol
glukuronida
HOCH
17-Ketosteroid
HCOH
HC O
Tetrahidrokortisol glukuronida COO–

GAMBAR 20-11 Garis besar metabolisme kortisol di hati.


364 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

dewasa normal adalah 15 mg pada pria dan 10 mg pada


BOKS KLINIS 20-2 wanita, sekitar dua pertiga ketosteroid urine pada pria
disekresi oleh adrenal atau dibentuk dari kortisol di hati, dan
Variasi dalam Laju Metabolisme Hati sekitar sepertiga berasal dari testis.
Kecepatan inaktivasi glukokortikoid oleh hati menurun pada Etiokolanolon, salah satu metabolit androgen adrenal
penyakit hati dan, yang menarik, selama pembedahan dan dan testosteron, dapat menyebabkan demam bila berada
stres lain. Dengan demikian, pada orang yang menderita dalam bentuk tidak terkonjugasi (lihat Bab 17). Orang-orang
stres, kadar kortisol bebas plasma meningkat lebih tinggi tertentu mengalami serangan episodik demam akibat
daripada kadar setelah stimulasi ACTH maksimal tanpa penumpukan periodik etiokolanolon tidak terkonjugasi
adanya stres. dalam darah (“demam etiokolanolon”).

karena zat ini diubah menjadi kortisol, dan dikenal baik karena EFEK ANDROGEN DAN
penggunaannya yang luas di dunia kedokteran. Kortison tidak ESTROGEN ADRENAL
disekresikan dalam jumlah yang bermakna oleh kelenjar adrenal.
Hanya sedikit, kalaupun ada, kortison yang dibentuk di hati ANDROGEN
masuk ke dalam sirkulasi, karena molekul ini segera direduksi
Androgen adalah golongan hormon yang memperlihatkan
dan dikonjugasi membentuk tetra-hidrokortison glukuronida.
Turunan tetrahidroglukuronida ("konjugat") kortisol dan efek maskulinisasi, dan hormon ini mendorong anabolisme
kortikosteron bersifat mudah larut. Turunan-turunan ini masuk protein dan pertumbuhan (lihat Bab 23). Testosteron dari
ke dalam sirkulasi namun tidak terikat ke protein serta dengan testis adalah androgen yang paling aktif, dan androgen
cepat diekskresikan dalam urine. adrenal memiliki kurang dari 20% aktivitasnya. Sekresi
Sekitar 10% kortisol yang disekresikan diubah di hati androgen adrenal dikontrol secara akut oleh ACTH dan
menjadi turunan-turunan 17-ketosteroid kortisol dan kortison. bukan oleh gonadotropin. Namun, konsentrasi DHEAS
Ketosteroid sebagian besar mengalami konjugasi dengan sulfat meningkat hingga memuncak pada sekitar 225 mg/dL pada
lalu diekskresikan dalam urine. Terbentuk metabolit lain, usia duapuluhan awal, kemudian turun ke kadar yang
termasuk turunan 20-hidroksi. Terdapat sirkulasi ente-rohepatik sangat rendah pada usia lanjut (Gambar 20–12).
untuk glukokortikoid, dan sekitar 15% kortisol yang disekresikan Perubahan-perubahan jangka-panjang bukan disebabkan
diekskresikan di tinja. Metabolisme kortikosteron serupa dengan oleh perubahan sekresi ACTH dan tampaknya disebabkan
metabolisme kortisol, kecuali bahwa molekul ini tidak oleh peningkatan lalu penurunan bertahap aktivitas liase dari
membentuk turunan 17-ketosteroid (lihat Boks Klinis 20–2). 17a-hidroksilase.
Hampir semua (99,7%) DHEA dalam darah dikonjugasi
ALDOSTERON ke sulfat (DHEAS). Sekresi androgen adrenal pada wanita dan
Aldosteron hanya sedikit terikat ke protein, dan waktu-paruhnya pria yang dikastrasi sama besarnya dengan pria normal,
singkat (sekitar 20 menit). Jumlah yang disekresikan kecil (Tabel sehingga jelas bahwa hormon-hormon ini hanya menimbulkan
20-1), dan kadar aldosteron plasma total pada manusia secara efek maskulinisasi minimal bila disekresikan dalam jumlah
normal sekitar 0,006 pg/dL (0,17 nmol/L), dibandingkan dengan normal. Namun, hormon-hormon ini dapat menimbulkan
kadar kortisol (bebas dan terikat) sekitar 13,5 pg/dL (375 nmol/ maskulinisasi bila disekresi dalam jumlah berlebihan. Pada
L). Banyak aldosteron yang diubah di hati menjadi turunan
tetrahidroglukuronida, tetapi sebagian diubah di hati dan di 600 Pria
ginjal menjadi 18-glukuronida. Glukuronida ini, yang tidak Wanita
seperti produk-produk pecahan steroid lainnya, diubah menjadi 500
aldosteron bebas oleh hidrolisis pada pH 1,0, dan dengan
DHEAS (μg/dL)

demikian molekul ini sering disebut sebagai "konjugat labil- 400


asam". Kurang dari 1% aldosteron yang disekresikan terdapat di
300
urine dalam bentuk bebas. Lima persen lainnya berada dalam
bentuk konjugat labil-asam, dan hampir 40% berada dalam 200
bentuk tetrahidroglukuronida.
100
17-KETOSTEROID
Androgen adrenal utama adalah 17-ketosteroid dehidro-epian- 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
drosteron, walaupun androstenedion juga disekresi-kan. Usia (tahun)
Turunan 11-hidroksi dari androstenedion dan 17-ketosteroid
yang terbentuk dari kortisol dan kortison dengan pemecahan GAMBAR 20-12 Perubahan dalam dehidroepiandrosteron sulfat
rantai sisi di hati adalah satu-satunya 17-ketosteroid yang (DHEAS) serum seiring usia. Garis di tengah adalah rerata, dan garis
memiliki sebuah gugus =O atau—OH di posisi 11 (“11- terputus-putus menunjukkan ± 1,96 simpang baku. (Disalin, dengan izin,
dari Smith MR, et al: A radioimmunoassay for the estimation of serum
oksi-17-ketosteroid”). Testosteron juga diubah menjadi 17- dehydroepiandrosterone sulfate in normal and pathological sera. Clin Chim Acta
ketosteroid. Karena ekskresi 17-ketosteroid harian pada orang 1975;65:5)
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 365

pria dewasa, androgen adrenal yang berlebihan hanya mem- organ-organ vital ini. Pada pasien diabetes, glukokortikoid
pertegas karakteristik yang sudah terbentuk; tetapi pada anak meningkatkan kadar lipid plasma dan meningkatkan
laki-laki prapubertas, hormon ini dapat menimbulkan pembentukan badan keton, tetapi pada orang normal,
perkembangan karakteristik seks sekunder prekoks tanpa peningkatan sekresi insulin yang tercetus oleh peningkatan
pertumbuhan testis (pseudopubertas prekoks). Pada wanita, glukosa plasma mengaburkan efek tersebut. Pada insufisiensi
hormon ini dapat menyebabkan pseudohermafroditisme adrenal, kadar glukosa plasma normal sepanjang asupan
wanita dan sindrom adrenogenital. Sebagian dokter meng- kalori tetap adekuat, tetapi puasa menyebabkan hipoglikemia
anjurkan penyuntikan dehidroepiandrosteron untuk melawan yang dapat fatal. Korteks adrenal tidak penting untuk
efek penuaan (lihat Bab 1), tetapi sampai saat ini hasilnya respons ketogenik terhadap puasa.
masih diperdebatkan.

ESTROGEN EFEK PERMISIF


Harus tersedia glukokortikoid dalam jumlah kecil agar
Androstenedion androgen adrenal diubah menjadi
sejumlah reaksi metabolik dapat berlangsung, walaupun
testosteron dan menjadi estrogen (aromatisasi) di jaringan
glukokortikoid sendiri tidak menimbulkan reaksi tersebut.
lemak dan jaringan perifer lain. Androgen adrenal ini
Efek ini disebut efek permisif. Efek permisif mencakup
merupakan sumber penting estrogen pada pria dan wanita
pascameno-pause (lihat Bab 22 dan 23). kebutuhan tersedianya glukokortikoid agar glukagon dan
katekolamin dapat memperlihatkan efek kalorigeniknya (lihat
EFEK FISIOLOGIS atas dan Bab 24), agar katekolamin dapat memperlihatkan
efek lipolitiknya, dan agar katekolamin dapat menghasilkan
GLUKOKORTIKOID respons peningkatan tekanan darah dan bronkodilatasi.

INSUFISIENSI ADRENAL EFEK PADA SEKRESI ACTH


Pada insufisiensi adrenal yang tidak diobati, terjadi kehilangan Glukokortikoid menghambat sekresi ACTH, yang
Na+ dan syok akibat tidak adanya aktivitas mineralokortikoid, mencerminkan suatu respons umpan-balik negatif pada
serta kelainan metabolisme air, karbohidrat, protein, dan hipofisis. Sekresi ACTH meningkat pada hewan yang
lemak akibat tidak adanya glukokortikoid. Berbagai kelainan mengalami adrenalektomi. Konsekuensi efek umpan balik
metabolik ini akhirnya menyebabkan kematian meskipun kortisol pada sekresi ACTH dibahas di bawah dalam bagian
pasien mendapat terapi mineralokortikoid. Glukokortikoid pengaturan sekresi glukokortikoid.
dalam jumlah kecil memperbaiki kelainan metabolik, sebagian
secara langsung dan sebagian dengan memungkinkan reaksi REAKTIVITAS VASKULAR
lain berjalan. Efek-efek fisiologis glukokortikoid ini perlu Pada hewan yang mengalami insufisiensi adrenal, otot polos
dipisahkan dari efek yang agak berbeda yang ditimbulkan oleh vaskular menjadi tidak responsif terhadap norepinefrin dan
hormon dalam jumlah besar. epinefrin. Kapiler berdilatasi dan, pada akhirnya, menjadi
permeabel terhadap zat warna koloid. Kegagalan berespons
MEKANISME KERJA terhadap norepinefrin yang dilepaskan di ujung-ujung saraf
Berbagai efek glukokortikoid tercetus oleh pengikatan noradrenergik mungkin mengganggu kompensasi vaskular
hormon pada reseptor glukokortikoid, dan kompleks terhadap hipovolemia akibat insufisiensi adrenal dan
reseptor steroid yang berperan sebagai faktor transkripsi mendorong kolaps vaskular. Glukokortikoid memulihkan
yang mendorong transkripsi segmen tertentu DNA (lihat reaktivitas vaskular.
Bab 1). Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan mRNA yang
sesuai menyintesis enzim-enzim yang mengubah fungsi sel. EFEK PADA SISTEM SARAF
Selain itu, glukokortikoid tampaknya memiliki efek Perubahan dalam sistem saraf pada insufisiensi adrenal yang
nongenomik. dipulihkan hanya oleh glukokortikoid adalah munculnya
gelombang elektroensefalografik yang lebih lambat daripada
EFEK PADA METABOLISME irama β normal, dan perubahan kepribadian. Perubahan
INTERMEDIAT kepribadiannya ringan, mencakup iritabilitas, ketakutan, dan
ketidakmampuan berkonsentrasi.
Efek glukokortikoid pada metabolisme intermediat
karbohidrat, protein, dan lemak dibahas di Bab 24. Efek-efek
tersebut mencakup peningkatan katabolisme protein serta
EFEK PADA METABOLISME AIR
peningkatan glikogenesis dan glukoneogenesis hati. Aktivitas Insufisiensi adrenal ditandai oleh ketidakmampuan meng-
glukosa 6-fosfatase meningkat, dan kadar glukosa plasma ekskresikan kelebihan beban air sehingga memungkinkan
meninggi. Glukokortikoid memiliki efek anti-insulin di terjadinya intoksikasi air. Hanya glukokortikoid yang
jaringan perifer dan menyebabkan diabetes memburuk. memperbaiki defisit ini. Pada pasien insufisiensi adrenal
Namun, otak dan jantung tidak terpengaruh, sehingga yang tidak mendapat glukokortikoid, pemberian infus
peningkatan glukosa plasma memberi glukosa ekstra kepada glukosa dapat menimbulkan demam tinggi (“demam
366 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

glukosa”) diikuti oleh kolaps dan kematian. Diperkirakan tidak semua) stres merangsang sekresi ACTH. Peningkatan
glukosa dime-tabolisme, air melarutkan plasma, dan gradien sekresi ACTH ini penting untuk kesin-tasan (kelangsungan
osmotik yang terbentuk antara plasma dan sel menyebabkan hidup) jika stresnya berat. Jika hewan kemudian menjalani
sel-sel di pusat pengaturan suhu hipotalamus membengkak hipofisektomi, atau hewan yang mengalami adrenalektomi
sampai ke tahap yang menyebabkan fungsinya terganggu. yang diberi terapi glukokortikoid dosis rumatan, akan mati
Penyebab gangguan ekskresi air pada insufisiensi bila terpajan stres serupa.
adrenal masih belum diketahui. Kadar vasopresin plasma Penyebab perlunya peningkatan kadar ACTH dan,
meningkat pada insufisiensi adrenal dan menurun dengan dengan demikian, glukokortikoid dalam darah untuk
pemberian glukokortikoid. Laju filtrasi glomerulus rendah, menahan stres sebagian besar belum diketahui. Sebagian
dan hal ini mungkin berperan dalam penurunan ekskresi air. besar rangsang stres yang meningkatkan sekresi ACTH juga
Efek selektif glukokortikoid pada ekskresi air yang abnormal mengaktifkan sistem saraf simpatis, dan sebagian fungsi
konsisten dengan kemungkinan ini, karena walaupun mine- glukokortikoid dalam darah mungkin adalah untuk mem-
ralokortikoid memperbaiki filtrasi dengan memulihkan pertahankan reaktivitas vaskular terhadap katekolamin.
volume plasma, namun glukokortikoid meningkatkan laju Glukokortikoid juga penting bagi katekolamin untuk
filtrasi glomerulus ke tingkat yang lebih tinggi. menerapkan efek mobilisasi asam lemak bebas secara penuh,
dan ALB adalah pasokan energi darurat yang penting.
EFEK PADA SEL DARAH & Namun, hewan yang disimpatektomi dapat menoleransi
ORGAN LIMFATIK berbagai stres dengan cukup baik. Teori lain berpendapat
bahwa glukokortikoid mencegah perubahan-perubahan yang
Glukokortikoid menurunkan jumlah eosinofil dalam darah
diinduksi oleh stres agar tidak terlalu berlebihan. Saat ini,
dengan meningkatkan sekuestrasinya di limpa dan paru.
yang dapat dikatakan hanyalah bahwa stres menyebabkan
Glukokortikoid juga menurunkan jumlah basofil dalam peningkatan kadar glukokortikoid plasma ke kadar
sirkulasi dan meningkatkan jumlah neutrofil, trombosit, dan “farmakologis” yang tinggi yang dalam jangka pendek dapat
sel darah merah (Tabel 20–4). menyelamatkan nyawa.
Glukokortikoid menurunkan hitung limfosit dalam Juga perlu dicatat bahwa peningkatan ACTH, yang ber-
darah dan ukuran kelenjar limfe dan timus dengan manfaat dalam jangka-pendek, menjadi hal yang merugikan
menghambat aktivitas mitosis limfosit. Glukokortikoid dan mengganggu dalam jangka-panjang, menimbulkan
mengurangi sekresi sitokin dengan menghambat efek NF-kB antara lain kelainan-kelainan sindrom Cushing.
pada nukleus. Berkurangnya sekresi sitokin IL-2
menyebabkan berkurangnya proliferasi limfosit (lihat Bab 3),
dan sel-sel ini mengalami apoptosis. EFEK FARMAKOLOGIS DAN
PATOLOGIS GLUKOKORTIKOID
RESISTENSI TERHADAP STRES
Kata stres yang digunakan dalam biologi didefinisikan sebagai SINDROM CUSHING
semua perubahan dalam lingkungan yang mengubah atau Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan gluko-
hendak mengubah keadaan mantap optimal (steady state) yang kortikoid plasma yang berkepanjangan diuraikan oleh Harvey
sudah ada. Sebagian besar, jika tidak semua, stres ini akan Cushing, dan disebut sindrom Cushing (Gambar 20–13).
mengaktifkan proses-proses di tingkat molekul, sel, atau Penyakit ini mungkin independen-ACTH atau dependen-
sistemik yang cenderung memulihkan keadaan sebelumnya, yi, ACTH. Penyebab sindrom Cushing independen-ACTH
respons tersebut adalah reaksi homeostatik. Sebagian (tetapi mencakup tumor adrenal penghasil glukokortikoid,
hiperplasia adrenal, dan pemberian jangka-panjang
glukokortikoid eksogen untuk berbagai penyakit misalnya
TABEL 20–4 Efek khas kortisol pada hitung sel darah artritis reumatoid. Telah dilaporkan kasus-kasus independen-
putih dan merah manusia (sel/ μL).
ACTH yang jarang tetapi menarik berupa sel adrenokorteks
Sel Normal Diberi Kortiso yang secara abnormal mengekspresikan reseptor untuk GIP
(gastric inhibitory polypeptide, lihat Bab 25), vasopresin (lihat
Sel darah putih
Bab 38), agonis β-adrenergik, IL-1, atau gonadotropin-
Total 9000 10.000 releasing hormone (GnRH; lihat Bab 22), menyebabkan
PMN 5760 8330
peptida-peptida ini meningkatkan sekresi gluko-kortikoid.
Penyebab sindom Cushing dependen-ACTH antara lain
Limfosit 2370 1080 adalah tumor hipofisis anterior penghasil ACTH dan tumor di
Eosinofil 270 20 organ lain, biasanya paru, yang mengeluarkan ACTH
(sindrom ACTH ektopik) atau corticotropin releasing
Basofil 60 30
hormone (CRH). Sindrom Cushing akibat tumor hipofisis
Monosit 450 540 anterior sering disebut sebagai penyakit Cushing karena tumor
Sel darah merah 5 juta 5,2 juta inilah yang menjadi penyebab kasus-kasus yang dilaporkan
oleh Cushing. Namun, pembahasan penyakit Cushing sebagai
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 367

bermakna dan kelemahan otot. Sekitar 85% pasien sindrom


Bantalan lemak Wajah bulan
Cushing mengalami hipertensi. Hipertensi mungkin disebab-
Pipi kemerahan
kan oleh peningkatan sekresi deoksikortikosteron, peningkat-
Perut an sekresi angiotensinogen, atau efek glukokortikoid langsung
menggantung Mudah memar pada pembuluh darah (lihat Bab 32).
disertai ekimosis
Kelebihan glukokortikoid menyebabkan tulang larut
Kulit menipis
dengan penurunan pembentukan dan peningkatan resorpsi
Striae
tulang. Hal ini mendorong terjadinya osteoporosis,
hilangnya massa tulang yang akhirnya menyebabkan kolaps-
nya korpus vertebrae dan fraktur lain. Mekanisme gluko-
Gangguan kortikoid menimbulkan efek pada tulang dibahas di Bab 21.
perkembangan otot
Glukokortikoid yang berlebihan mempercepat irama
Gangguan
elektroensefalografik dasar dan menimbulkan gangguan
penyembuhan luka mental yang berkisar dari peningkatan nafsu makan,
insomnia, dan euforia sampai psikosis toksik yang jelas.
Seperti dinyatakan di atas, defisiensi glukokortikoid juga
GAMBAR 20-13 Temuan khas pada sindrom Cushing. (Disalin, berkaitan dengan gejala-gejala mental, tetapi gejala yang
dengan izin, dari Forsham PH, Di Raimondo VCTraumatic Medicine and Surgery for the ditimbulkan oleh kelebihan glukokortikoid lebih parah.
Attorney, Butterworth, 1960.)
EFEK ANTI-INFLAMASI &
subtipe dari sindrom Cushing menimbulkan kebingungan,
dan pembedaan ini tampaknya hanya bernilai sejarah.
ANTI-ALERGIK
Penderita sindrom Cushing mengalami penyusutan GLUKOKORTIKOID
protein akibat katabolisme protein yang berlebihan. Dengan
Glukokortikoid menghambat respons peradangan terhadap
demikian, kulit dan jaringan subkutis menjadi tipis, dan otot
tidak berkembang. Luka sulit sembuh, dan trauma ringan cedera jaringan. Glukokortikoid juga menekan manifestasi
menyebabkan memar dan ekimosis. Rambut menipis dan penyakit alergi yang disebabkan oleh pelepasan histamin
jarang. Banyak pasien dengan penyakit ini mengalami dari sel mast dan basofil. Kedua efek ini memerlukan kadar
peningkatan jumlah rambut wajah dan jerawat, tetapi hal ini glukokortikoid dalam darah yang tinggi dan tidak dapat
disebabkan oleh peningkatan sekresi androgen adrenal dan ditimbulkan tanpa menyebabkan manifestasi kelebihan
sering menyertai peningkatan sekresi glukokortikoid. glukokortikoid yang lain. Selain itu, glukokortikoid eksogen
Lemak tubuh mengalami distribusi ulang dengan cara dalam dosis besar menghambat sekresi ACTH sampai ke
yang khas. Ekstremitas menjadi kurus, tetapi lemak ber- titik bila terapi dihentikan, insufisiensi adrenal dapat
kumpul di dinding abdomen, wajah, dan punggung bagian menimbulkan masalah berbahaya. Namun, pemberian lokal
atas, di situ timbunan lemak tersebut menimbulkan “punuk glukokortikoid, mis. penyuntikan ke dalam sendi yang
sapi’’ (buffalo hump). Karena kulit abdomen yang tipis tere- meradang atau di dekat saraf yang mengalami iritasi,
gang oleh peningkatan timbunan lemak subkutis, jaringan menghasilkan konsentrasi steroid lokal yang tinggi, sering
subdermis robek dan membentuk striae merah keunguan yang tanpa disertai penyerapan sistemik yang dapat
mencolok. Jaringan parut ini normalnya dijumpai apabila menimbulkan efek samping serius.
terjadi peregangan kulit secara cepat, tetapi pada orang Efek glukokortikoid pada pasien yang terinfeksi bakteri
normal, striae biasanya tidak terlalu mencolok dan tidak bersifat dramatis tetapi berbahaya. Misalnya, pada
memperlihatkan warna keunguan yang kuat. pneumonia pneumokokus atau tuberkulosis aktif, reaksi
Banyak asam amino yang dilepaskan dari katabolisme demam, toksi-sitas, dan gejala paru menghilang; tetapi bila
protein diubah menjadi glukosa di hati, dan timbulnya hiper- tidak diberikan antibiotik secara bersamaan, bakteri akan
glikemia dan penurunan penggunaan glukosa di jaringan perifer menyebar ke seluruh tubuh. Perlu diingat bahwa gejala
cukup untuk mencetuskan diabetes melitus resisten-insulin, adalah peringatan bahwa terdapat penyakit; bila gejala-gejala
terutama pada pasien yang secara genetis memiliki predisposisi tersebut tersamar oleh pemberian glukokortikoid, dapat
diabetes. Hiperlipidemia dan ketosis berkaitan dengan diabetes, terjadi kelambatan diagnosis dan pemberian obat
namun asidosis yang terjadi biasanya tidak berat. antimikroba yang serius atau bahkan fatal.
Glukokortikoid terdapat dalam jumlah sedemikian besar Peran NF-kB dalam efek anti-inflamasi dan antialergi
pada sindrom Cushing sehingga menimbulkan efek mineralo- glukokortikoid telah disinggung di atas dan dibahas di Bab 3.
kortikoid yang nyata. Sekresi deoksikortikosteron juga me- Efek tambahan yang melawan inflamasi lokal adalah inhibisi
ningkat pada kasus yang disebabkan oleh hipersekresi ACTH. fosfolipase A2. Proses ini menurunkan pelepasan asam
Retensi air dan garam ditambah obesitas wajah menyebabkan arakidonat dari fosfolipid jaringan dan dengan demikian
kemerahan (pletorik) yang khas, penampakan “wajah mengurangi pembentukan leukotrien, tromboksan,
bulan” (moon face), dan mungkin terjadi penurunan K+ yang prostaglandin, dan prostasiklin (lihat Bab 32).
368 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

EFEK LAIN 50
N
Glukokortikoid dosis besar menghambat pertumbuhan,

Kortisol plasma (μg/dL)


40
menurunkan sekresi hormon pertumbuhan (lihat Bab 18),
menginduksi PNMT, dan menurunkan sekresi thyroid- DX
stimulating hormone (TSH). Selama masa kehidupan janin, 30
glukokortikoid mempercepat pematangan surfaktan di paru
CST
(lihat Bab 34). 20
HI
PENGATURAN SEKRESI 10
GLUKOKORTIKOID ACTH IV

PERAN ACTH 0 2 4 8 24
Baik sekresi basal glukokortikoid maupun peningkatan Waktu (jam)
sekresi yang dicetuskan oleh stres bergantung pada ACTH GAMBAR 20-14 Hilangnya responsivitas ACTH sewaktu sekresi
dari hipofisis anterior. Angiotensin II juga merangsang ACTH menurun pada manusia. Rangkaian asam amino-1-24 ACTH
korteks adrenal, tetapi efeknya terutama pada sekresi diberikan secara infus intravena (IV) dengan dosis 250 pg selama 8
aldosteron. Sejumlah bahan alami dalam dosis besar, antara jam. N, subjek normal; DX, deksametason 0,75 mg setiap 8 jam
lain vasopresin, serotonin, dan vasoactive intestinal peptide selama 3 hari; CST, terapi kortikosteroid jangka panjang; HI,
insufisiensi hipofisis anterior. (Disalin, dengan izin, dari Kolanowski J et al:
(VIP), mampu merangsang adrenal secara langsung, tetapi Adrenocortical response upon repeated stimulation with corticotropin in patients
tidak terdapat bukti bahwa bahan-bahan ini memiliki peran lacking endogenous corticotropin secretion. Acta Endocrinol [Kbh] 1977;85:595).
dalam pengaturan fisiologis sekresi glukokortikoid.

KIMIA & METABOLISME RESPONSIVITAS ADRENAL


ACTH ACTH tidak hanya menyebabkan peningkatan cepat sekresi
ACTH adalah polipeptida rantai tunggal yang mengandung glukokortikoid tetapi juga meningkatkan kepekaan adrenal
39 asam amino. Asalnya dari pro-opiomelanokortin terhadap dosis ACTH berikutnya. Sebaliknya, ACTH dosis
(POMC) di hipofisis dibahas di Bab 18. Dua puluh tiga asam tunggal tidak meningkatkan sekresi glukokortikoid pada
amino pertama pada rantai, yang pada semua spesies yang hewan yang mengalami hipofisektomi kronis dan pasien
telah diperiksa sama, merupakan “inti” aktif molekul. hipopituitarisme, dan diperlukan penyuntikan berulang atau
Dengan demikian, asam amino 24-39 adalah “ekor” yang pemberian infus lama ACTH untuk memulihkan respons
menstabilkan molekul dan bervariasi sedikit dalam normal adrenal terhadap ACTH. Penurunan responsivitas juga
komposisi asam amino dari spesies ke spesies. Masing- ditimbulkan oleh dosis glukokortikoid yang menghambat sekresi
masing ACTH yang telah diisolasi bersifat aktif pada semua ACTH. Penurunan responsivitas adrenal terhadap ACTH dapat
spesies tetapi biasanya antigenik pada spesies heterolog. dideteksi dalam 24 jam setelah hipofisektomi dan meningkat
ACTH dibuat inaktif dalam darah in vitro lebih lambat secara progresif seiring waktu (Gambar 20–14). Hal ini jelas bila
daripada in vivo; waktu-paruhnya dalam sirkulasi pada manusia adrenal mengalami atrofi tetapi timbul sebelum ukuran atau
adalah sekitar 10 menit. Sebagian besar ACTH yang disuntikkan morfologi adrenal mengalami perubahan yang nyata.
ditemukan di ginjal, tetapi nefrektomi maupun eviserasi
(pengeluaran organ visera) tidak meningkatkan aktivitasnya in IRAMA SIRKADIAN
vivo, dan tempat inaktivasinya masih belum diketahui. ACTH disekresikan dalam letupan-letupan tidak teratur
sepanjang hari, dan kortisol plasma cenderung meningkat
EFEK ACTH PADA ADRENAL dan menurun sebagai respons terhadap letupan-letupan
Setelah hipofisektomi, sintesis dan pengeluaran gluko- tersebut (Gambar 20–15). Pada manusia, letupan paling
kortikoid menurun dalam 1 jam sampai ke kadar yang sangat sering terjadi pada pagi hari, dan sekitar 75%
rendah, walaupun masih terjadi sekresi sebagian hormon. pembentukan kortisol setiap hari terjadi antara pukul
Dalam waktu singkat setelah penyuntikan ACTH (pada 04.00 dan 10.00. Letupan paling jarang terjadi malam
anjing, kurang dari 2 menit), pengeluaran glukokortikoid hari. Ritme diurnal (sirkadian) dalam sekresi ACTH ini
meningkat. Dengan ACTH dosis rendah, hubungan antara terjadi pada pasien insufisiensi adrenal yang mendapat
log dosis dan peningkatan sekresi glukokortikoid bersifat glukokortikoid dosis konstan. Hal ini tidak disebabkan
linear. Namun, kecepatan maksimal sekresi glukokortikoid oleh stres bangun pagi hari, walaupun mungkin bersifat
cepat tercapai; dan pada manusia juga terdapat “pembatasan traumatik, karena peningkatan sekresi ACTH terjadi
pengeluaran” (ceiling on output) serupa. Efek ACTH pada sebelum orang sadar. Apabila “hari” diperpanjang secara
morfologi adrenal dan bagaimana mekanismenya eksperimental menjadi lebih dari 24 jam— yaitu bila
meningkatkan sekresi steroid telah dibahas di atas. individu diisolasi dan aktivitas harian disebar melebihi
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 369

200 oleh neuron di nukleus paraventrikularis. Polipeptida ini di-


180 sekresi di eminensia mediana dan disalurkan dalam
160
pembuluh darah portal-hipofisis ke hipofisis anterior, tempat
peptida ini merangsang sekresi ACTH (lihat Bab 18). Bila
140
eminensia mediana dirusak, peningkatan sekresi sebagai
ACTH plasma (pg/mL)

120 25
respons terhadap berbagai stres terhambat. Jalur saraf aferen

11-OHCS plasma (μg/dL)


100 20 dari berbagai bagian otak menyatu di nukleus para-
80 ventrikularis. Serat-serat dari nukleus amigdala mempe-
15
60 rantarai respons terhadap stres emosional, dan rasa takut,
10
40 kecemasan, dan ketegangan menyebabkan peningkatan
20 Snack
5 mencolok sekresi ACTH. Masukan dari nukleus suprakia-
Lunch Dinner Snack Sleep B'kfast
0 0 smatikus juga merupakan pendorong untuk ritme diurnal.
Tengah 16.00 20.00 Tengah 04.00 08.00 Tengah Impuls-impuls yang naik ke hipotalamus melalui jalur
hari malam hari
nosiseptif dan formasio retikularis mencetuskan peningkatan
GAMBAR 20-15 Fluktuasi kadar ACTH dan glukokortikoid plasma sekresi ACTH sebagai respons terhadap cedera (Gambar
sepanjang hari pada seorang gadis normal (usia 16 tahun). ACTH 20-16). Baroreseptor memberikan asupan inhibi-torik
diukur dengan immunoassay dan glukokortikoid sebagai 11- melalui nukleus traktus solitarius.
oksisteroid (11-OHCS). Perhatikan peningkatan ACTH dan gluko-
kortikoid yang lebih besar pada pagi hari, sebelum bangun tidur.
(Disalin, dengan izin, dari Krieger DT, et al: Characterization of the normal temporal
UMPAN-BALIK
pattern of plasma corticosteroid levels. J Clin Endocrinol Metab 1971;32:266.) GLUKOKORTIKOID
Glukokortikoid bentuk bebas menghambat sekresi ACTH,
24 jam—siklus adrenal juga memanjang, tetapi peningkatan dan derajat inhibisi hipofisis setara dengan kadar gluko-
sekresi ACTH tetap terjadi selama periode tidur. Jam
kortikoid dalam darah. Efek inhibisi bekerja baik pada
biologis yang berperan dalam ritme ACTH diurnal terletak
tingkat hipofisis maupun hipotalamus. Inhibisi disebabkan
di nukleus suprakiasmatikus hipotalamus (lihat Bab 14).
oleh kerja pada DNA, dan timbulnya inhibisi maksimal
RESPONS TERHADAP STRES memerlukan waktu beberapa jam, walaupun selain itu
terdapat “umpan-balik cepat”. Aktivitas berbagai steroid
Konsentrasi ACTH plasma pagi hari pada seorang dewasa sehat
yang beristirahat adalah sekitar 25 pg/mL (5,5 pmol/L). Nilai dalam menghambat ACTH setara dengan potensi glukokor-
ACTH dan kortisol pada berbagai keadaan abnormal diringkas tikoidnya. Penurunan kadar kortikoid istirahat merangsang
dalam Gambar 20–16. Selama stres berat, jumlah ACTH yang sekresi ACTH, dan pada insufisiensi adrenal kronik terjadi
disekresikan melebihi jumlah yang diperlukan untuk menghasil- peningkatan mencolok kecepatan sintesis dan sekresi ACTH.
kan pengeluaran glukokortikoid yang maksimal. Namun, pajan- Dengan demikian, kecepatan sekresi ACTH ditentukan
an ACTH yang berkepanjangan pada keadaan-keadaan misalnya oleh 2 kekuatan yang saling bertentangan: jumlah rangsang
sindrom ACTH ektopik meningkatkan maksimum adrenal. saraf dan mungkin rangsang lain melalui hipotalamus yang
Peningkatan sekresi ACTH untuk memenuhi kebutuh- meningkatkan sekresi ACTH, dan tingkat efek pengereman
an dalam situasi darurat diperantarai hampir semata-mata oleh sekresi ACTH oleh glukokortikoid, yang sebanding dengan
hipotalamus via pelepasan CRH. Polipeptida ini dihasilkan kadarnya dalam darah (Gambar 20–17).

ACTH plasma Kortisol plasma


Keadaan (pg/mL) (μg/dL)
0 5 50 500 5000 0 12 25 50 100

Normal, pagi
Normal, malam
Normal, deksametason
Normal, metirapon
Normal, stres
Penyakit Addison
Hipopituitarisme
Hiperplasia adrenal kongenital
Cushing, hiperplasia
Cushing, deksametason
Cushing, pasca-adrenalektomi
Cushing, sindrom ACTH ektopik
Cushing, tumor adrenal
0 5 50 500 5000 0 12 25 50 100

GAMBAR 20-16 Konsentrasi ACTH dan kortisol plasma dalam berbagai keadaan klinis. (Disalin, dengan izin, dari Williams RH [editor]. Textbook of
Endocrinology, 5th ed. Saunders, 1974.)
370 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Trauma
melalui jalur
Emosi melalui
sistem limbik EFEK
nosiseptif
Pendorong
MINERALOKORTIKOID
Aferen ritme
dari NTS sirkadian
EFEK
CRH Aldosteron dan steroid lain dengan aktivitas mineralo-
Hipotalamus kortikoid meningkatkan reabsorpsi Na+ dari urine, keringat,
air liur, dan isi kolon. Karena itu, mineralo-kortikoid
menyebabkan retensi Na+ di CES. Hal ini meningkatkan
volume CES. Di ginjal, hormon-hormon ini terutama bekerja
pada sel utama (sel P) di duktus koligentes (lihat Bab 37). Di
Hipofisis bawah pengaruh aldosteron, lebih banyak Na+ yang ditukar
ACTH anterior dengan K+ dan H+ di tubulus renalis, menimbulkan diuresis
K+ (Gambar 20–19) dan meningkat-kan keasaman urine.
Kortisol
MEKANISME KERJA
Seperti banyak steroid lain, aldosteron berikatan dengan suatu
reseptor di sitoplasma, dan kompleks hormon-reseptor
bergerak ke nukleus untuk mengubah transkripsi mRNA. Hal
Efek Korteks
sistematik adrenal ini kemudian meningkatkan produksi protein yang mengubah
fungsi sel. Protein-protein yang dirangsang oleh aldosteron
GAMBAR 20-17 Kontrol umpan-balik sekresi kortisol dan gluko- memiliki dua efek—suatu efek cepat, untuk meningkatkan
kortikoid lain melalui sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal. Panah
terputus-putus menandakan efek inhibisi, dan panah tebal menanda- aktivitas kanal natrium epitel (ENaC) dengan meningkatkan
kan efek stimulasi. NTS, nukleus traktus solitarius. insersi kanal-kanal ini ke dalam membran sel dari depot di
sitoplasma; dan efek yang lebih lambat untuk meningkatkan
Bahaya yang timbul bila pemberian glukokortikoid dosis sintesis ENaC. Di antara gen-gen yang diaktifkan oleh aldosteron
anti-inflamasi jangka panjang dihentikan perlu mendapat adalah gen untuk serum-and-glucocorticoid-regulated kinase (sgk,
perhatian. Kelenjar adrenal tidak saja atrofik dan tidak responsif kinase yang dikendalikan oleh serum dan glukokortikoid), suatu
setelah pengobatan tersebut, tetapi bahkan bila responsivitasnya protein kinase serin-treonin. Gen untuk sgk adalah suatu gen
dipulihkan dengan menyuntikkan ACTH, hipofisis mungkin respons dini (early response gene), dan sgk meningkatkan
tidak mampu menyekresi ACTH dalam jumlah normal sampai aktivitas ENaC. Aldosteron juga meningkatkan mRNA untuk
selama sebulan. Penyebab defisiensi diperkirakan adalah tiga subunit yang membentuk ENaC. Fakta bahwa sgk diaktifkan
berkurangnya sintesis ACTH. Setelah itu, sekresi ACTH secara
perlahan meningkat menuju kadar supranormal. Hal ini 98
Persen reabsorpsi Na+ yang difiltrasi

mL/mnt
kemudian merangsang adrenal, dan pengeluaran glukokortikoid 96
meningkat, dengan inhibisi umpan-balik yang secara bertahap 94
menurunkan kadar ACTH ke normal (Gambar 20–18). 45
92
Penyulit penghentian mendadak terapi steroid biasanya dapat
Persen

dihindari dengan menurunkan dosis steroid secara perlahan 40


Creatinine clearance
dalam jangka waktu lama. 90 35

80
Persen reabsorpsi
Tinggi 70 K+ yang difiltrasi
400
Konsentrasi plasma

Aldosterone

300
ACTH
Normal
μeq/mnt

Ekskresi Na+
200
60
40
Rendah Kortisol
20
0 Ekskresi K+
0 2 4 6 8 10 12
Bulan setelah penghentian 0 30 60 80 110 140 170 200 230 260
pengobatan glukokortikoid Waktu (mnt)

GAMBAR 20-18 Pola kadar ACTH dan kortisol plasma pada GAMBAR 20-19 Efek aldosteron (dosis tunggal 5pg disuntikan ke
pasien yang pulih dari pengobatan glukokortikoid dosis besar yang dalam aorta) pada ekskresi elektrolit pada anjing yang telah
diberikan setiap hari dalam jangka panjang. (Sumbangan R Ney). diadrenalektomi. Skala untuk creatinin dearance ada di sebelah kanan.
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 371

oleh glukokortikoid dan aldosteron bukan merupakan


masalah karena glukokortikoid diinaktifkan di tempat reseptor BOKS KLINIS 20-3
mineralokortikoid. Namun, aldo-steron mengaktifkan gen-
gen untuk protein lain selain sgk dan ENaC dan menghambat Kelebihan Mineralokortikoid
yang lain. Karena itu, mekanisme pasti bagaimana protein Jika 11β-hidrokslsteroid dehidrogenase tipe 2 tidak terdapat
yang diinduksi oleh aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ atau terhambat, kortisol akan memiliki efek mineralo-
masih belum jelas. kortikoid yang mencolok. Sindrom yang terjadi disebut
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa aldosteron juga apparent mineralocorticoid excess (AME). Pasien dengan
berikatan dengan membran sel dan, melalui efek nongenomik penyakit ini memperlihatkan gambaran klinis hiperaldo-
yang cepat, meningkatkan aktivitas pertukaran Na+-K+ steronisme, karena kortisol bekerja pada reseptor mineralo-
membran. Hal ini menyebabkan peningkatan Na+ intrasel, dan kortikoid, dan kadar aldosteron plasma serta aktivitas renin
kurir kedua yang mungkin berperan adalah IP3. Efek utama plasma rendah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
aldosteron pada transpor Na+ memerlukan waktu 10-30 menit ketiadaan kongenital enzim.
untuk timbul dan memuncak pada waktu sesudahnya (Gambar
20-19), yang menandakan bahwa efek tersebut bergantung pada KIAT TERAPEUTIK
sintesis protein baru oleh mekanisme genomik.
Asupan berkepanjangan Ucorice (gula-gula hitam) juga
HUBUNGAN dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Di
luar Amerika Serikat, Ucorice mengandung asam
MINERALOKORTIKOID DENGAN glisirretinat, yang menghambat 11β-hidroksisteroid
RESEPTOR GLUKOKORTIKOID dehidrogenase tipe 2. Orang yang mengonsumsi
Ucorice dalam jumlah besar memperlihatkan
Menarik perhatian bahwa secara in vitro, reseptor mineralo-
peningkatan penyerapan natrium yang diaktifkan oleh
kortikoid memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap MR melalui kanal natrium epitel ENaC di duktus
glukokortikoid daripada reseptor glukokortikoid itu sendiri, dan koligens ginjal, dan tekanan darah dapat meningkat.
secara in vivo glukokortikoid terdapat dalam jumlah besar. Hal
ini menimbulkan pertanyaan mengapa glukokortikoid tidak
berikatan dengan reseptor mineralokortikoid di ginjal atau
tempat lain dan menimbulkan efek mineralokortikoid. Paling akhirnya, syok fatal. Perubahan-perubahan ini dapat dicegah
tidak sebagian, jawabannya adalah bahwa ginjal dan jaringan sampai suatu tahap dengan meningkatkan asupan NaCl makan-
peka-mineralokortikoid lainnya juga mengandung suatu enzim, an. Tikus bertahan hidup hanya dengan tambahan garam, tetapi
11 β- hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2. Enzim ini tidak anjing dan sebagian besar manusia, jumlah garam suplemen
memengaruhi aldosteron tetapi mengatalisis perubahan kortisol yang diperlukan sedemikian besar sehingga hampir tidak
menjadi kortison (Gambar 20-11) dan kortikosteron menjadi mungkin dilakukan pencegahan terjadinya kolaps dan kematian
turunan 11-oksi-nya. Turunan 11-oksi ini tidak berikatan
kecuali bila juga diberikan terapi mineralokortikoid (lihat Boks
dengan reseptor (Boks Klinis 20–3).
Klinis 20–4).
STEROID LAIN YANG PENGATURAN SEKRESI
MEMENGARUHI EKSKRESI Na+ ALDOSTERON
Aldosteron adalah mineralokortikoid utama yang disekresikan
oleh adrenal, walaupun kortikosteron disekresikan dalam jumlah RANGSANGAN
cukup untuk menimbulkan efek mineralokortikoid minor (Tabel
20-1 dan 20-2). Deoksikortikosteron, yang disekresikan dalam Keadaan-keadaan yang merangsang sekresi aldosteron dirang-
jumlah memadai hanya pada keadaan abnormal, memiliki kum dalam Tabel 20–6. Sebagian rangsang tersebut juga
meningkatkan sekresi glukokortikoid; yang lain secara selektif
aktivitas aldosteron sekitar 3%. Progesteron dalam jumlah besar
memengaruhi pengeluaran aldosteron. Faktor pengatur utama
dan beberapa steroid lain menyebabkan natriuresis, tetapi hanya
sedikit bukti yang menunjukkan bahwa zat-zat ini berperan
dalam mengontrol ekskresi Na+. TABEL 20–5 Kadar elektrolit plasma tipikal pada
manusia normal dan pasien dengan penyakit
EFEK ADRENALEKTOMI adrenokortikal.
Pada insufisiensi adrenal, Na+ keluar melalui urine; K+ Elektrolit plasma (mEq/L)
dipertahankan, dan K+ plasma meningkat. Bila insufisiensi
adrenal timbul dengan cepat, jumlah Na+ yang hilang dari CES Kaadaan Na+ K+ Cl– HCO3 –
melebihi jumlah yang diekskresikan di urine, yang mengisyarat- Normal 142 4,5 105 25
kan bahwa Na+ juga masuk ke dalam sel. Bila hipofisis posterior
Insufisiensi adrenal 120 6,7 85 25
utuh, kehilangan garam melebihi kehilangan air, dan Na+ plasma
turun (Tabel 20–5). Namun, volume plasma juga berkurang, Hiperaldosteronisme 145 2,4 96 41
primer
yang menyebabkan hipotensi, insufisiensi sirkulasi, dan,
372 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

dalam 1 atau 2 hari. Di pihak lain, pengeluaran mineralo-


BOKS KLINIS 20-4 kortikoid deoksikortikosteron tetap meningkat. Penurunan
pengeluaran aldosteron sebagian disebabkan oleh penurunan
Efek Sekunder Mineralokortikoid sekresi renin akibat hipervolemia, tetapi terdapat
yang Berlebihan kemungkinan bahwa sebagian faktor lain juga menurunkan
Penurunan jumlah K+ akibat diuresis K+ yang berkepanjangan
perubahan kortikosteron menjadi aldosteron. Setelah
adalah gambaran yang menonjol kelebihan mineralokortikoid
hipofisektomi, kecepatan basal sekresi aldosteron normal.
Peningkatan yang secara normal ditimbulkan oleh pem-
lama (Tabel 20-5). H+ juga keluar melalui urine. Pada awalnya
bedahan atau stres lain tidak terjadi, tetapi peningkatan yang
Na+ dipertahankan, tetapi Na+ plasma hanya meningkat
disebabkan oleh restriksi garam dalam makanan tidak
sedikit (kalaupun terjadi), karena air dipertahankan dengan
dipengaruhi selama beberapa waktu. Kemudian, terjadi atrofi
ion-ion natrium yang secara osmotis aktif. Akibatnya, volume
zona glomerulosa yang memperumit gambaran hipopitui-
CES meningkat dan tekanan darah naik. Bila ekspansi CES
tarisme kronik, dan hal ini dapat menyebabkan berkurang-
mencapai titik tertentu, ekskresi Na+ biasanya meningkat
nya garam dan hipoaldosteronisme.
walaupun mineralokortikoid terus bekerja pada tubulus
renalis. Escapephenomenon ini (Gambar 20–20) mungkin Secara normal, pengobatan glukokortikoid tidak
disebabkan oleh peningkatan sekresi ANP (lihat Bab 38). menekan sekresi aldosteron. Namun, dilaporkan suatu
Karena peningkatan ekskresi Na+ sewaktu volume CES sindrom baru yang menarik, glucocorticoid-remediable
meningkat, mineralokortikoid tidak menimbulkan edema aldosteronism (GRA). Sindrom ini adalah penyakit dominan
pada orang normal dan pasien hiperaldosteronisme. Namun, autosom yang ditandai dengan adanya peningkatan sekresi
penyelamatan (escape) mungkin tidak terjadi pada keadaan
aldosteron yang ditimbulkan oleh ACTH tidak lagi bersifat
penyakit tertentu, dan pada situasi-situasi ini, terus terjadi
sementara. Hipersekresi aldosteron dan hipertensi yang
peningkatan volume CES yang menimbulkan edema (lihat Bab
menyertainya mereda jika sekresi ACTH ditekan dengan
pemberian gluko-kortikoid. Gen-gen pengkode aldosteron
37 dan 38).
sintase dan 11 β-hidroksilase 95% identik dan terletak
berdekatan di kromosom 8. Pada pasien GRA, terjadi
penyeberangan yang tidak seimbang sehingga regio pengatur
yang berperan adalah ACTH dari hipofisis, renin dari ginjal 5' gen 11 β-hidroksilase menyatu dengan regio pengkode gen
melalui angiotensin II, dan efek stimulasi langsung pening- aldosteron sintase. Produk gen hibrid ini adalah aldosteron
katan konsentrasi K+ plasma pada korteks adrenal. sintase peka-ACTH.

EFEK ACTH EFEK ANGIOTENSIN II & RENIN


Sewaktu pertama kali diberikan, ACTH merangsang peng- Oktapeptida angiotensin II dibentuk dalam tubuh dari
eluaran aldosteron serta glukokortikoid dan hormon seks. angiotensin I, yang dibebaskan oleh kerja renin pada
Walaupun jumlah ACTH yang diperlukan untuk meningkat- angio-tensinogen dalam darah (lihat Bab 38). Penyuntikan
kan pengeluaran aldosteron agak lebih besar daripada jumlah angiotensin II merangsang sekresi adrenokorteks dan,
yang merangsang sekresi glukokortikoid maksimal (Gambar dalam dosis kecil, terutama memengaruhi sekresi aldosteron
20–21), jumlah tersebut masih berada dalam rentang sekresi (Gambar 20–22). Tempat kerja angiotensin II adalah di awal
ACTH endogen. Efek tersebut bersifat sementara, dan walaupun dan di akhir jalur biosintetik steroid. Efek awal adalah pada
sekresi ACTH tetap meningkat, pengeluaran aldosteron perubahan kolesterol menjadi pregnenolon, dan efek akhir
adalah pada perubahan kortikosteron menjadi aldosteron
TABEL 20–6 Keadaan yang (Gambar 20-8). Angiotensin II tidak meningkatkan sekresi
meningkatkan sekresi aldosteron. deoksikortikosteron, yang dikontrol oleh ACTH.
Sekresi glukokortikoid juga ditingkatkan Renin disekresikan dari sel-sel jukstaglomerulus yang
mengelilingi arteriol aferen ginjal sewaktu masuk ke glome-rulus
Pembedahan
(lihat Bab 38). Sekresi aldosteron diatur melalui sistem renin-
Kecemasan
angiotensin dalam suatu mekanisme umpan-balik (Gambar 20–
Trauma fisik 23). Penurunan volume CES atau volume vaskular intra-arteri
Perdarahan menyebabkan peningkatan pelepasan muatan saraf ginjal secara
Sekresi glukokortikoid tidak terpengaruh refleks dan penurunan tekanan arteri renalis. Kedua perubahan
meningkatkan sekresi renin, dan angiotensin II yang terbentuk
Asupan tinggi kalium
oleh kerja renin meningkatkan kecepatan sekresi aldosteron.
Asupan rendah natrium
Aldosteron menyebabkan retensi Na+ dan, secara sekunder,
Konstriksi vena kava inferior di toraks
retensi air, meningkatkan volume CES dan menghentikan
Berdiri
rangsangan yang mencetuskan sekresi renin.
Hipoaldosteronisme sekunder (pada beberapa kasus gagal jantung
kongestif, sirosis, dan nefrosis)
Perdarahan merangsang sekresi ACTH dan renin. Seperti
perdarahan, berdiri dan konstriksi vena kava inferior toraks
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 373

Pria, usia 29
DOCA 10 mg IM setiap 12 jam
Adrenalektomi bilateral
Deksametason, 0,25 mg/6 jam
6 K+ serum
150 4 (meq/L)

K+ urine 100
Asupan
(meq/24 jam) 50
0

300 150 Na+ serum


130 (meq/L)
200 Asupan
Na+ urine
(meq/24 jam)
100

60
Berat badan 58
(kg)
56

ECF 9,14 L 11,40 L


TBV 3,55 L 4,26 L
RCV 1,48 L 1,14 L
PV 2,07 L 3,12 L

Hari 1 3 5 7 9 11 13 15 17

GAMBAR 20-20 "Escape"dari efekdesoksikortikosteron asetat (DOCA) menahan natrium pada pasien yang menjalani adrenalektomi. CES,
cairan ekstrasel; VTT, volume total tubuh; VSDM, volume sel darah merah; VP, volume plasma. (Sumbangan EG Biglieri.)

menurunkan tekanan arteri intra-renal. Pembatasan natrium korteks adrenal sehingga meningkatkan respons terhadap
makanan juga meningkatkan sekresi aldosteron melalui sistem angiotensin II, sekaligus menekan reseptor angiotensin II di
renin-angiotensin (Gambar 20–24). Restriksi semacam ini pembuluh darah.
menurunkan volume CES, tetapi sekresi aldosteron dan renin
meningkat sebelum terjadi penurunan tekanan darah yang ELEKTROLIT & FAKTOR LAIN
konsisten. Akibatnya, peningkatan awal sekresi renin yang Penurunan akut Na+ plasma sekitar 20 mEq/L merangsang
ditimbulkan oleh restriksi natrium dalam makanan mungkin sekresi aldosteron, tetapi perubahan sebesar ini jarang terjadi.
disebabkan oleh peningkatan aktivitas saraf ginjal secara Namun, kadar K+ plasma hanya perlu meningkat 1 mEq/L
refleks. Peningkatan angiotensin II dalam darah akibat deplesi atau kurang untuk merangsang sekresi aldosteron, dan
garam meningkatkan ekspresi reseptor angiotensin II di peningkatan sementara sebesar ini dapat terjadi setelah makan,

12 40 30
25
10 25 8 20
Perubahan dalam Perubahan dalam
Perubahan dalam 8 20 Perubahan dalam pengeluaran 6 15 pengeluaran
pengeluaran pengeluaran 17-hidroksi- aldosteron
17-hidroksi- 6 15 aldosteron 4
(ng/mnt) kortikoid 10 (ng/mnt)
kortikoid
(μg/mnt)
(μg/mnt) 4 10 2 5
2 5 0 0
0,042 0,083 0,167 0,42 1,67
0 0 Dosis angiotensin II
2 5 10 100 1000
Dosis ACTH (μg/min)
(mU) Jumlah anjing (5)* (2) (8) (7) (7)
Jumlah anjing (4) (8) (6) (3) (10) *Nilai aldosteron pada 3 ekor anjing

GAMBAR 20-21 Perubahan pengeluaran steroid dalam vena GAMBAR 20-22 Perubahan pengeluaran steroid dalam
adrenal yang ditimbulkan oleh ACTH pada anjing yang menjalani vena adrenal yang ditimbulkan oleh angiotensin II pada anjing
nefrektomi dan hipofisektomi. yang menjalani nefrektomi dan hipofisektomi.
374 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Aparatus Peningkatan tekanan rerata


jukstaglomerulus arteri ginjal, penurunan lepas-
muatan saraf ginjal

Angiotensinogen Renin

Peningkatan volume
Angiotensin I cairan eksternal
Enzim
pengkonversi-angiotensin
Angiotensin II
Aldosteron Penurunan ekskresi
Korteks Na+ (dan air)
adrenal

GAMBAR 20-23 Mekanisme umpan-balik yang mengatur sekresi aldosteron. Panah terputus-putus menandakan inhibisi.

terutama bila makanannya mengandung banyak K+. Seperti primer mekanisme sekresi aldosteron mungkin adalah mem-
angiotensin II, K+ merangsang perubahan kolesterol menjadi pertahankan volume intravaskular, tetapi hal ini hanyalah
pregnenolon dan perubahan deoksikortikosteron menjadi salah satu dari mekanisme-mekanisme homeostatik yang
aldosteron. K+ tampaknya bekerja dengan mendepolarisasi berperan dalam regulasi ini.
sel, yang membuka kanal Ca2+ berpintu-voltase, meningkat-
kan Ca2+ intrasel. Kepekaan zona glomerulosa terhadap
angiotensin II dan terhadap diet rendah natrium menurun RINGKASAN EFEK HIPER- DAN
oleh diet rendah kalium. HIPOFUNGSI ADRENOKORTEKS
Pada orang normal, terjadi peningkatan konsentrasi
aldosteron plasma selama paruh hari saat individu
PADA MANUSIA
melakukan aktivitas dalam posisi berdiri. Peningkatan ini Cara mudah untuk merangkum efek steroid adrenokorteks
disebabkan oleh penurunan kecepatan pengeluaran aldo- yang beragam dan kompleks adalah melakukan rekapitulasi
steron dari sirkulasi oleh hati dan peningkatan sekresi manifestasi kelebihan dan kekurangan hormon adreno-
aldosteron akibat peningkatan sekresi renin yang ditimbul- korteks pada manusia. Sindrom klinis khas berkaitan dengan
kan oleh postur tubuh. Orang yang harus tirah baring sekresi berlebihan masing-masing jenis hormon ini.
memperlihatkan ritme sekresi aldosteron dan renin yang
Sekresi androgen yang berlebihan menyebabkan masku-
sirkadian, dengan nilai tertinggi pada pagi hari sebelum
linisasi (sindrom adrenogenital) dan pseudopubertas pre-
bangun. Atrial natriuretic peptide (ANP, peptida
koks atau pseudohermafroditisme wanita.
natriuretik atrium) menghambat sekresi renin dan
menurunkan kepekaan zona glomerulosa terhadap angio- Sekresi glukokortikoid yang berlebihan menyebabkan wajah
tensin II (lihat Bab 38). Mekanisme bagaimana ACTH, bulan, penampakan pletorik, dengan obesitas badan, striae
angiotensin II, dan K+ merangsang sekresi aldosteron keunguan pada abdomen, hipertensi, osteoporosis, deplesi
diringkas dalam Table 20–7. protein, kelainan mental, dan, sering, diabetes melitus (sindrom
Cushing). Sekresi mineralokortikoid yang berlebihan
PERAN MINERALOKORTIKOID menyebabkan deplesi K+ dan retensi Na+, biasanya tanpa edema
tetapi dengan rasa lemah, hipertensi, tetani, poliuria, dan
DALAM MENGATUR alkalosis hipokalemi (hiperaldosteronisme). Hal ini dapat
KESEIMBANGAN GARAM disebabkan oleh penyakit adrenal primer (hiperaldosteronisme
primer; sindrom Conn) misalnya suatu adenoma zona
Variasi sekresi aldosteron hanyalah salah satu dari banyak glomerulosa, hiperplasia adrenal unilateral atau bilateral,
faktor yang memengaruhi ekskresi Na+. Faktor-faktor utama karsinoma adrenal, atau GRA. Pada pasien dengan hiperaldo-
lainnya adalah laju filtrasi glomerulus, ANP, ada tidaknya steronisme primer, sekresi renin tertekan. Hiperaldosteronisme
diuresis osmotik, dan perubahan reabsorpsi Na+ tubulus yang sekunder dengan aktivitas renin plasma yang tinggi disebabkan
independen terhadap aldosteron. Aldosteron memerlukan oleh sirosis, gagal jantung, dan nefrosis. Peningkatan sekresi
waktu untuk bekerja. Dengan demikian, bila seseorang renin juga ditemukan pada orang-orang yang menderita
bangkit dari posisi telentang menjadi berdiri, sekresi sindrom adrenogenital bentuk salt-losing (lihat atas), karena
aldosteron meningkat dan terjadi retensi Na+ dari urine. volume CES mereka rendah. Pada pasien dengan peningkatan
Namun, penurunan ekskresi Na+ terjadi terlalu cepat untuk sekresi renin akibat konstriksi arteri renalis, sekresi aldosteron
dapat diterangkan hanya oleh peningkatan sekresi aldosteron. meningkat; pada mereka yang sekresi reninnya tidak
BAB 20 Medula Adrenal & Korteks Adrenal 375

150 meningkat, sekresi aldosteron normal. Hubungan aldosteron


dengan hipertensi dibahas di Bab 32.
Natrium plasma
140 Insufisiensi adrenal primer akibat proses penyakit yang
(mmol/L)
merusak korteks adrenal disebut penyakit Addison. Penyakit ini
130 dahulu merupakan penyulit tuberkulosis yang relatif sering
dijumpai, dan sekarang penyakit ini biasanya disebabkan oleh
120 400 peradangan autoimun adrenal. Pasien mengalami penurunan
berat badan, mudah lelah, dan menderita hipotensi kronis.
300 Jantung mereka kecil, mungkin karena hipotensi menurunkan

(mmol/hari)
Ekskresi
Na+ urin
200 kerja jantung. Akhirnya mereka mengalami hipotensi berat dan
syok (krisis addisonian). Hal ini disebabkan tidak saja oleh
100 defisiensi mineralokortikoid tetapi juga defisiensi glukokortikoid.
15 0 Berpuasa menimbulkan hipo-glikemia yang fatal, dan setiap stres
Aktivitas renin plasma

menyebabkan kolaps. Air diretensi, dan selalu terdapat bahaya


intoksikasi air. Kadar ACTH darah meningkat. Tanning kulit
(ng AI/mL/h)

10
yang difus serta bercak-bercak pigmentasi yang khas pada
5
defisiensi gluko kortikoid kronik disebabkan, paling tidak
sebagian, oleh aktivitas melanocyte-stimulating hormone (MSH)
dari ACTH dalam darah. Sering dijumpai pigmentasi alur kulit
0
di tangan dan gusi. Pada wanita terjadi kelainan haid minor,
Aldosteron plasma

2000
tetapi defisiensi hormon seks adrenal biasanya tidak banyak
(pmol/L)

1500 berefek pada keberadaan testis atau ovarium normal.


1000 Insufisiensi adrenal sekunder disebabkan oleh penyakit
500 hipofisis yang menurunkan sekresi ACTH, dan insufisiensi
adrenal tersier disebabkan oleh penyakit hipotalamus yang
2,5 0
mengganggu sekresi CRH. Keduanya lebih ringan daripada
Vasopresin plasma

2,0 insufisiensi adrenal primer karena metabolisme elektrolit tidak


(pg/mL)

1,5 banyak terpengaruh. Selain itu, pada kedua penyakit ini tidak
1,0 terjadi pigmentasi karena pada keduanya kadar ACTH plasma
0,5
rendah, tidak tinggi.
Kasus-kasus defisiensi aldosteron terisolasi juga pernah
0 20
dilaporkan pada pasien penyakit ginjal dengan kadar renin darah
15 yang rendah (hipoaldosteronisme hiporeninemik). Selain itu,
ANP plasma

terjadi pseudohipoaldosteronisme bila terdapat resistensi ter-


(pg/mL)

10
hadap efek aldosteron. Pasien sindrom-sindrom ini mengalami
5 hiperkalemia berat, kehilangan garam, dan hipotensi, dan
mereka mungkin mengalami asidosis metabolik.
0
Rendah Normal Tinggi
Asupan natrium RINGKASAN BAB
GAMBAR 20-24 Efek diet rendah-, normal-, dan tinggi ■ Kelenjar adrenal terdiri dari medula adrenal yang
natrium pada metabolisme natrium dan aktivitas renin plasma, mengeluarkan dopamin dan katekolamin epinefrin dan
aldosteron, vasopresin, dan ANP pada orang normal. (Data dari nore-pinefrin, serta korteks adrenal yang mengeluarkan
Sagnella GA et al: Plasma atrial natriuretic peptide: Its relationship to changes hormon steroid.
in sodium intake, plasma renin activity, and aldosterone in man. Clin Sci
1987;72:25.)
■ Norepinefrin dan epinefrin bekerja pada dua golongan
reseptor, reseptor adrenergik α dan β, dan menimbulkan efek
metabolik yang mencakup glikogenolisis di hati dan otot
rangka, mobilisasi asam lemak bebas, peningkatan laktat
plasma, dan stimulasi tingkat metabolisme.
■ Hormon korteks adrenal adalah turunan kolesterol dan
TABEL 20–7 Kurir kedua yang berperan
mencakup mineralokortikoid aldosteron, glukokortikoid
mengatur sekresi aldosteron.
kortisol dan kortikosteron, dan androgen dehidroepi-
Secretagogue Mediator Intrasel androsteron (DHEA) dan androstenedion.
ACTH AMP siklik, protein kinase A
■ Androgen adalah hormon yang memiliki efek masku-linisasi,
dan hormon golongan ini meningkatkan anabolisme protein
Angiotensin II Diasilgliserol, protein kinase C dan pertumbuhan. Androgen adrenal androstenedion diubah
K +
Ca2+ melalui kanal Ca2+ berpintu-voltase menjadi testosteron dan menjadi estrogen (teraromatisasi) di
jaringan lemak dan jaringan perifer lain. Ini merupakan
376 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

sumber penting estrogen pada pria dan wanita pasca- 6. Sekresi mana dari yang berikut yang paling sedikit
menopause. dipengaruhi oleh penurunan volume cairan ekstrasel?
■ Mineralokortikoid aldosteron memiliki efek pada ekskresi A. CRH
Na+ dan K+ dan glukokortikoid memengaruhi meta- B. Vasopresin arginin
bolisme protein dan glukosa. C. Dehidroepiandrosteron
■ Sekresi glukokortikoid bergantung pada ACTH dari D. Estrogen
hipofisis anterior dan ditingkatkan oleh stres. Angiotensin E. Aldosteron
II meningkatkan sekresi aldosteron. 7. Seorang pria muda datang dengan tekanan darah 173/100
mm Hg. Dari pemeriksaan ditemukan bahwa kadar
PERTANYAAN PILIHAN GANDA aldosteron darahnya tinggi tetapi kadar kortisol-nya rendah.
Pemberian glukokortikoid menurunkan kadar aldosteron
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling darah dan menurunkan tekanan darahnya menjadi 140/85
tepat kecuali jika dinyatakan lain mm Hg. Ia mungkin mengalami kelainan
1. Mana dari yang berikut yang ditimbulkan hanya oleh A. 17a-hidroksilase
glukokortikoid dalam jumlah besar? B. 21 β-hidroksilase
A. Responsivitas normal cadangan lemak terhadap C. 3β-hidroksisteroid dehidrogenase
norepinefrin D. Aldosteron sintase
B. Pemeliharaan reaktivitas vaskular normal E. Kolesterol desmolas
C. Peningkatan ekskresi beban air 8. Seorang wanita 32 tahun datang dengan tekanan darah 155/96
D. Inhibisi respons peradangan mm Hg. Dari anamnesis ia mengaku bahwa ia menyukai
E. Inhibisi sekresi ACTH licorice dan menyantapnya paling tidak tiga kali seminggu. Ia
2. Mana dari yang berikut ini dipasangkan secara tidak tepat? mungkin mengalami penurunan
A. Glukoneogenesis: Kortisol A. Tingkat aktivitas 11β-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2
B. Mobilisasi asam lemak bebas: Dehidroepiandro-steron B. ACTH
C. Glikogenolisis otot: Epinefrin C. Aktivitas 11β-hidroksilase
D. Kaliuresis: Aldosteron D. Glukuronil transferase
E. Glikogenesis hati: Insulin E. Norepinefrin
3. Mana dari hormon berikut yang memiliki waktu-paruh 9. Dalam efeknya pada sel, aldosteron
plasma paling singkat? A. Meningkatkan transpor ENaC dari sitoplasma ke membran sel
A. Kortikosteron B. Tidak bekerja pada membran sel
B. Renin C. Berikatan dengan suatu reseptor yang dikeluarkan dari nukleus
C. Dehidroepiandrosteron D. Mungkin mengaktifkan heat shock protein
D. Aldosteron E. Juga berikatan dengan reseptor glukokortikoid
E. Norepinefrin
4. Untuk mol yang sama, mana dari yang berikut yang efeknya
paling besar pada ekskresi Na+? DAFTAR PUSTAKA
A. Progesteron Goldstein JL, Brown MS: The cholesterol quartet. Science
B. Kortisol 2001;292:1510.
C. Vasopresin Goodman HM (editor): Handbook of Physiology, Section 7: The
D. Aldosteron Endocrine System. Oxford University Press, 2000.
E. Dehidroepiandrosteron Larsen PR, Kronenberg HM, Melmed S, et al. (editors). Williams
Textbook of Endocrinology, 9th ed. Saunders, 2003.
5. Untuk mol yang sama, mana dari yang berikut yang efeknya
Stocco DM: A review of the characteristics of the protein required
paling besar pada osmolalitas plasma?
for the acute regulation of steroid hormone biosynthesis: The
A. Progesteron case for the steroidogenic acute regulatory (StAR) protein. Proc
B. Kortisol Soc Exp Biol Med 1998;217:123.
C. Vasopresin White PC: Disorders of aldosterone biosynthesis and action. N Engl
D. Aldosteron J Med 1994;331:250.
E. Dehidroepiandrosteron
Kontrol Hormonal

21
B A B

Metabolisme Kalsium &


Fosfat & Fisiologi Tulang

■ Memahami pentingnya mempertahankan homeostasis konsentrasi kalsium


T U J U A N dan fosfat tubuh, dan bagaimana hal ini dapat dicapai.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menjelaskan simpanan kalsium tubuh, kecepatan pertukarannya, dan organ-
Anda seyoginya mampu: organ yang berperan penting dalam mengatur perpindahan kalsium di antara
kompartemen.
■ Menguraikan mekanisme penyerapan dan ekskresi kalsium dan fosfat
■ Mengidentifikasi hormon-hormon utama dan faktor lain yang mengatur
homeostasis kalsium dan fosfat serta sintesis dan sasaran efeknya.
■ Menjelaskan anatomi dasar tulang.
■ Menguraikan berbagai sel dan fungsinya dalam pembentukan dan resorpsi tulang.

PENDAHULUAN
Kalsium adalah molekul penyalur sinyal intrasel esensial dan hidroksilasi berurutan di hati dan ginjal. Efek primernya
juga berperan penting dalam berbagai fungsi ekstrasel, adalah meningkatkan penyerapan kalsium dari usus. Kalsi-
sehingga kontrol terhadap konsentrasi kalsium tubuh tonin, suatu hormon penurun kalsium yang pada hewan
sangatlah penting. Komponen-komponen dari sistem yang menyusui disekresikan terutama oleh sel-sel kelenjar tiroid,
mempertahankan homeostasis kalsium mencakup jenis-jenis menghambat resorpsi tulang. Walaupun peran kalsitonin
sel yang mendeteksi perubahan dalam kalsium ekstrasel dan tampaknya relatif kecil, namun ketiga hormon mungkin
melepaskan hormon yang mengatur kalsium, serta sasaran bekerja secara terpadu untuk mempertahankan kadar Ca2+
hormon-hormon ini, termasuk ginjal, tulang, dan usus, yang yang konstan dalam cairan tubuh. Homeostasis fosfat juga
berespons terhadap mobilisasi, ekskresi, penyerapan kalsium. penting bagi fungsi tubuh normal, terutama karena
Terdapat tiga hormon yang berperan penting dalam keberadaannya dalam adenosin trifosfat (ATP), perannya
pengaturan homeostasis kalsium. Hormon paratiroid (PTH) sebagai dapar biologis, dan perannya sebagai pemodifikasi
disekresikan oleh kelenjar paratiroid. Kerja utamanya adalah protein yang dapat mengubah fungsinya. Banyak dari sistem
memobilisasi kalsium dari tulang dan meningkatkan ekskresi yang mengatur homeostasis kalsium juga berperan dalam
fosfat urine. 1,25-Dihidroksikolekalsiferol adalah suatu homeostasis fosfat, meskipun kadang secara berkebalikan,
hormon steroid yang dibentuk dari vitamin D melalui akan dibahas juga di dalam bab ini.

METABOLISME KALSIUM & sebagian terikat pada protein dan sebagian dapat berdifusi
(Tabel 21–1). Distribusi kalsium di dalam sel dan peran Ca2+
FOSFOR sebagai molekul perantara/kurir kedua dibahas di Bab 2.
Kalsium bentuk bebas terionisasi (Ca2+) dalam cairan
KALSIUM tubuh adalah kurir kedua yang penting dan diperlukan
untuk pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi saraf.
Tubuh manusia dewasa muda mengandung sekitar 1100 g Penurunan Ca2+ ekstrasel menimbulkan efek netto
(27,5 mol) kalsium. Sembilan puluh sembilan persen kalsium eksitatorik pada sel saraf dan sel otot in vivo (lihat Bab 4 dan
berada di kerangka tubuh. Kalsium plasma, yang pada 5). Akibatnya adalah tetani hipokalsemik, yang ditandai oleh
keadaan normal sekitar 10 mg/dL (5 meq/L, 2,5 mmol/L), spasme luas otot rangka, terutama mengenai otot ekstremitas
377
378 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

TABEL 21–1 Distribusi (mg/dL) kalsium dalam satunya adalah sistem yang mengatur Ca2+ plasma. Dalam
plasma manusia normal. operasi sistem ini, sekitar 500 mmol Ca2+ per hari berpindah
keluar masuk dari cadangan yang mudah dipertukarkan di
Total yang dapat berdifusi 5.36 tulang (Gambar 21–1). Sistem lainnya adalah sistem yang
Terionisasi (Ca )
2+
4.72 berperan dalam remodeling tulang melalui penyerapan
(resorpsi) dan deposisi tulang yang terus-menerus (lihat
Berkompleks dengan HCO3 , sitrat, dst.

0.64
bawah). Namun, pertukaran Ca2+ antara plasma dan cadangan
Total yang tidak dapat berdifusi (terikat-protein) 4.64 stabil kalsium tulang hanyalah sekitar 7,5 mmol/ hari.
Berikatan dengan albumin 3.68 Ca2+ diangkut melewati brush border sel epitel usus
melalui kanal-kanal yang dikenal sebagai transient receptor
Berikatan dengan albumin 0.96
potential vanilloid type 6 (TRPV6) dan berikatan dengan suatu
Kalsium plasma total 10.00 protein intrasel yang dikenal sebagai kalbindin-D9k. Kal-
bindin-D9k memindahkan kalsium yang terserap sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu proses-proses pensinyalan
dan laring. Laringospasme dapat menjadi sedemikian parah epitel yang melibatkan kalsium. Karenanya, Ca2+ yang terserap
sehingga jalan napas tersumbat dan terjadi asfiksia fatal. Ca2+ disalurkan ke membran basolateral sel epitel untuk kemudian
berperan penting dalam pembekuan darah (lihat Bab 31), diangkut ke dalam aliran darah oleh penukar Na+/ Ca2+
namun secara in vivo, tetani yang fatal sudah timbul sebelum (NCX1) atau ATPase dependen-Ca2+. Bagaimanapun, perlu
terjadinya gangguan pembekuan. dicatat bahwa penelitian-penelitian terakhir menunjukkan
Karena tingkat pengikatan Ca2+ oleh protein plasma setara bahwa meskipun tidak terdapat TRPV6 dan kalbindin-D9k
dengan kadar protein plasma, perlu diketahui kadar protein tetap terjadi penyerap-an Ca2+ di usus, yang mengisyaratkan
plasma sewaktu menilai kalsium plasma total. Elektrolit lain dan bahwa dalam proses penting ini terdapat jalur-jalur lain yang
pH memengaruhi kadar Ca2+ bebas. Dengan demikian, misal- juga terlibat. Proses transpor keseluruhan diatur oleh 1,25-
nya, gejala-gejala tetani muncul pada kadar kalsium total yang dihidroksikolekalsiferol (lihat bawah). Selain itu, bila asupan
jauh lebih tinggi bila pasien melakukan hiperventilasi, yang akan Ca2+ tinggi, kadar 1,25-dihidroksikolekalsiferol turun karena
meningkatkan pH plasma. Protein plasma lebih mengalami Ca2+ plasma meningkat.
ionisasi bila pH tinggi, yang menyebabkan lebih banyak anion Ca2+ plasma disaring di ginjal, tetapi 98-99% Ca2+ yang
protein berikatan dengan Ca2+. disaring akan diserap kembali. Sekitar 60% reabsorpsi terjadi
Kalsium dalam tulang terdiri dari 2 tipe: cadangan yang di tubulus proksimal dan sisanya di pars asendens ansa
dapat cepat dipertukarkan dan cadangan kalsium stabil yang Henle dan tubulus distal. Reabsorpsi di tubulus distal
jauh lebih besar, yang dipertukarkan secara lambat. Terdapat bergantung pada kanal TRPV5, yang berkaitan dengan
dua sistem homeostatik yang independen, tetapi saling TRPV6 yang dibahas di atas, yang ekspresinya diatur oleh
berinteraksi yang memengaruhi kalsium dalam tulang. Salah hormon paratiroid (PTH).

Makanan
25 mmol
Tulang
Pertukaran Dapat
cepat
Absorpsi dipertukarkan
500 mmol 100 mmol
15 mmol
CES Penambahan
Sekresi 35 mmol
Saluran 7,5 mmol
12,5 mmol Stabil
cerna Reabsorpsi 27.200 mmol
7,5 mmol
Reabsorpsi
247,5 mmol
Filtrat
glomerulus
250 mmol

Feses
22,5 mmol
Urine
2,5 mmol

GAMBAR 21-1 Metabolisme kalsium pada manusia dewasa normal. Asupan harian tipikal Ca2+ dari makanan sebanyak 25 mmol (1000 mg)
mengalir melalui berbagai kompartemen tubuh. Perhatikan bahwa sebagian besar kalsium tubuh ada di tulang, dalam suatu cadangan yang hanya
dapat dipertukarkan secara lambat dengan cairan ekstrasel (CES).
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 379

FOSFOR aliran darah belum diketahui. Banyak rangsangan yang


meningkatkan penyerapan Ca2+, termasuk 1,25-dihidroksi-
Fosfor ditemukan pada ATP, adenosin monofosfat siklik kolekalsiferol, yang juga meningkatkan penyerapan Pi
(cAMP), 2,3-difosfogliserat, banyak protein, dan berbagai melalui peningkatan ekspresi NaPi-IIb dan/atau penyisipan-
senyawa penting lain dalam tubuh. Fosforilasi dan nya ke membran apikal enterosit.
defosforilasi protein berperan dalam pengendalian fungsi sel
(lihat Bab 2). Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa VITAMIN D &
seperti halnya kalsium, metabolisme fosfat juga dikendalikan
secara ketat. Fosfor tubuh total adalah 500-800 gr (16,1-25,8 HIDROKSIKOLEKALSIFEROL
mol), 85-90%nya berada dalam kerangka. Fosfor plasma total
adalah sekitar 12 mg/dL, dengan dua pertiga dari total ini
KIMIA
berbentuk senyawa organik dan sisanya berbentuk fosfor Transpor aktif Ca2+ dan PO43− dari usus ditingkatkan oleh
inorganik (Pi) sebagian besar dalam PO43−, HPO42−, dan suatu metabolit vitamin D. Istilah “vitamin D” digunakan
H2PO4−. Jumlah fosfor yang secara normal masuk ke dalam untuk menunjukkan sekelompok sterol yang berkaitan erat,
tulang adalah sekitar 3 mg (97 µmol)/kg/hari, dengan jumlah yang dihasilkan oleh efek sinar ultraviolet pada provitamin
yang sama meninggalkan tulang melalui reabsorpsi. tertentu (Gambar 21-2). Vitamin D3, yang juga disebut
Pi dalam plasma disaring dalam glomerulus, dan 85-90% kolekalsiferol, dihasilkan di kulit mamalia dari 7-dehidro-
dari Pi yang disaring akan direabsorpsi. Transpor aktif di kolesterol oleh kerja sinar matahari. Pada reaksi ini terjadi
tubulus proksimal merupakan penyebab utama reabsorpsi dan pembentukan pravitamin D3 secara cepat, yang kemudian
melibat-kan dua kotransporter Pi dependen-natrium terkait, diubah secara lambat menjadi vitamin D3. Vitamin D3 dan
NaPi-IIa dan NaPi-Iic. NaPi-IIa dihambat secara kuat oleh turunan-turunan hidroksilasinya diangkut dalam plasma
PTH, yang menyebabkan internalisasi dan penguraian dalam bentuk terikat ke suatu protein globulin pengikat
pengangkut ini dan, karenanya, penurunan reabsorpsi Pi oleh vitamin D (DPB). Vitamin D3 juga terdapat dalam makanan.
ginjal (lihat bawah). Vitamin D3 dimetabolisme oleh enzim-enzim yang
Pi diserap di duodenum dan usus halus. Penyerapan merupakan anggota dari superfamili sitokrom P450 (CYP)
berlangsung melalui suatu pengangkut yang berkaitan dengan (lihat Bab 1 dan 28). Di hati, vitamin D3 diubah menjadi 25-
yang ada di ginjal, NaPi-IIb, yang memanfaatkan rendahnya hidroksikolekaIsiferol (kalsidiol, 25-OHD3). 25-hidroksiko-
konsentrasi Na+ intrasel yang diciptakan oleh Na, K ATPase di lekalsiferol diubah di sel tubulus proksimal ginjal menjadi
membran basolateral sel epitel untuk mengangkut Pi melawan metabolit yang lebih aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang
gradien konsentrasinya. Namun, jalur keluarnya Pi ke dalam juga disebut kalsitriol atau 1,25-(OH)2D3. 1.25-dihidrok-

Sinar matahari

Vitamin D3
7-Dehidrokolesterol Pravitamin D3 SKIN
(kolekalsiferol)

HATI 25-Hidroksilase

Metabolit 25-Hidroksikoleskalsiferol
lain
24-Hidroklase 1α-Hidroksilase

GINJAL
24,25-Dihidroksikoleskalsiferol 1,25-Hidroksikoleskalsiferol
24 26
25 OH
27

CH2 CH2

HO
HO HO OH
7-Dehidrokolesterol Vitamin D3 1,25-Dihidroksikoleskalsiferol

GAMBAR 21-2 Pembentukan dan hidroksilasi vitamin D3. 25-Hidroksilasi terjadi di hati, dan hidroksilasi lainnya terjadi terutama di ginjal. Di
dalam kotak juga diperlihatkan struktur 7-dehidrokolesterol, vitamin D3, dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol.
380 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

sikolekalsiferol juga dibentuk di plasenta, di keratinosit kulit,


dan di makrofag. Kadar plasma normal 25-hidroksi-
PENGATURAN SINTESIS
kolekalsiferol adalah sekitar 30 ng/mL, dan kadar 1.25- Pembentukan 25-hidroksikolekalsiferol tampaknya tidak
dihidroksikolekalsiferol adalah sekitar 0,03 ng/mL (sekitar diatur secara ketat. Namun, pembentukan 1,25-dihidroksi-
100pmol/L). Metabolit 24,25-dihidroksikolekalsiferol yang kolekalsiferol di ginjal, yang dikatalisis oleh 1α-hidroksilase
kurang aktif juga terbentuk di ginjal (Gambar 21-2). ginjal, diatur secara umpan-balik oleh Ca2+ dan PO43− plasma
(Gambar 21-3). Apabila kadar Ca2+ plasma tinggi, hanya
sedikit 1,25-dihidroksikolekalsiferol yang dibentuk, dan
MEKANISME KERJA ginjal menghasilkan metabolit 24,25-dihidroksikolekalsiferol
yang relatif kurang aktif. Efek Ca2+ pada pembentukan 1,25-
1.25-Dihidroksikolekalsiferol merangsang ekspresi sejumlah dihidroksikolekalsiferol ini adalah mekanisme yang meng-
produk gen yang berperan dalam transpor dan penanganan atur adaptasi penyerapan Ca2+ dari usus (lihat atas). Sebalik-
Ca2+ melalui reseptornya, yang bekerja sebagai regulator nya, ekspresi 1α-hidroksilase dirangsang oleh PTH, dan jika
transkripsi jika berada dalam bentuk terikat ke ligannya. kadar Ca2+ plasma rendah, sekresi PTH meningkat. Pem-
Salah satu kelompok adalah famili protein kalbindin-D. bentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol juga meningkat oleh
Protein-protein ini merupakan anggota dari superfamili kadar PO43− plasma yang rendah dan dihambat pada kadar
protein pengikat Ca2+ troponin C yang juga mencakup yang tinggi, melalui efek inhibisi langsung PO43− pada 1α-
kalmodulin (lihat Bab 2). Kalbindin-D ditemukan di usus, hidroksilase. Kontrol lain terhadap pembentukan 1,25-dihi-
otak, dan ginjal manusia. Di epitel usus dan di banyak droksikolekalsiferol datang dari efek umpan-balik negatif
jaringan lain, terbentuk 2 kalbindin: kalbindin-D9K, yang metabolit pada 1α-hidroksilase, efek umpan-balik positif
memiliki berat molekul 9000 dan kalbindin-D28K yang pada pembentukan 24,25-dihidroksikolekalsiferol, dan efek
memiliki berat molekul 28.000. Juga terdapat bukti bahwa langsung pada kelenjar paratiroid untuk menghambat
1,25-dihidroksikolekalsiferol meningkatkan jumlah molekul ekspresi PTH.
Ca2+ ATPase dan TRPV6 di sel usus dan, karenanya, Suatu protein “anti-penuaan” yang dinamai α-Klotho
kapasitas keseluruhan untuk menyerap kalsium dalam (berdasarkan Klotho, nama anak perempuan Zeus dalam
makanan. mitologi Yunani yang memintal benang kehidupan) baru-
Selain meningkatkan penyerapan Ca2+ dari usus, 1,25- baru ini ditemukan berperan penting dalam homeostasis
dihidroksikolekalsiferol mempermudah reabsorpsi Ca2+ di kalsium dan fosfat, sebagian melalui efek timbal-balik pada
ginjal melalui peningkatan ekspresi TRPV5 di tubulus kadar 1,25-dihidroksikolekalsiferol. Mencit dengan defisiensi
proksimal, meningkatkan aktivitas sintetik osteoblas, dan α-Klotho memperlihatkan percepatan penuaan, penurunan
diperlukan untuk kalsifikasi normal matriks (lihat Boks kepadatan mineral tulang, kalsifikasi, serta hiperkalsemia dan
Klinis 21-1). Stimulasi osteoblas menyebabkan peningkatan hiperfosfatemia. α-Klotho berperan penting dalam men-
sekunder aktivitas osteoklas (lihat bawah). stabilkan lokalisasi protein-protein di membran yang

BOKS KLINIS 21-1

Rakitis & Osteomalasia terhadap vitamin D, tetapi berespons normal terhadap 1.25-
Defisiensi vitamin D menyebabkan gangguan kalsifikasi matriks dihidroksikolekalsiferol (rakitis resisten-vitamin D tipe I). Pada
tulang dan penyakitnya disebut rakitis pada anak dan osteomalasia kasus-kasus yang jarang, penyakit ini disebabkan oleh mutasi
pada dewasa. Meskipun 1,25-dihidroksikolekalsiferol diperlukan inaktivasi di gen untuk reseptor 1.25-dihidroksikolekalsiferol
untuk mineralisasi normal matriks tulang, namun defek utama pada (rakitis resisten-vitamin D tipe II), yang berupa kurang
penyakit ini adalah kegagalan penyaluran Ca2+ dan PO43− dalam beresponsnya pasien terhadap vitamin D dan 1,25-
jumlah memadai ke tempat-tempat mineralisasi. Penyakit pada anak dihidroksikolekalsiferol.
ditandai oleh melemah dan melengkungnya tulang-tulang yang
menyangga beban, kelainan gigi, dan hipokalsemia. Pada orang KIAT TERAPEUTIK
dewasa, penyakit ini tidak terlalu mencolok. Dahulu penyakit ini Terapi penyakit-penyakit ini bergantung pada kelainan
terutama disebabkan oleh kurangnya pajanan ke sinar matahari di biokimia yang mendasari, seperti disebutkan di atas.
kota-kota yang penuh kabut-asap, tetapi saat ini penyakit ini Suplementasi rutin susu dengan vitamin D telah sangat
terutama disebabkan oleh kurangnya asupan provitamin yang akan menurunkan kejadian rakitis di negara-negara Barat,
diubah oleh sinar matahari di kulit. Kasus-kasus ini berespons tetapi kondisi ini masih merupakan penyakit anak
tersering di negara-negara berkembang. Mungkin
terhadap pemberian vitamin D. Penyakit ini dapat juga disebabkan
diperlukan bedah ortopedik untuk anak yang sakitnya
oleh mutasi inaktivasi di gen untuk 1 α-hidroksilase ginjal, atau pada
parah.
penyakit hati atau ginjal yang parah, dengan pasien tidak berespons
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 381

Klasium plasma Arteri


karotis
Faring komunis

Kelenjar paratiroid
Sekresi hormon paratiroid

Hormon paratiroid plasma

Paratiroid
kanan
Ginjal Bone
Reabsorpsi Pembentukan Resorption
kalsium 1,25–(OH)2D3

Nervus
Ekskresi kalsium 1,25–(OH)2D3 Pelepasan kalsium Arteri laringeus
urin plasma ke dalam plasma tiroidea rekurens
inferior

Usus GAMBAR 21-4 Kelenjar paratiroid manusia, dilihat dari


Penyerapan kalsium belakang. Kelenjar-kelenjar ini adalah struktur kecil yang melekat ke
permukaan posterior kelenjar tiroid.

Pemulihan kalsium plasma menuju normal

lebih besar, mengandung granula oksifil dan sejumlah besar


GAMBAR 21-3 Efek PTH dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol pada
homeostasis kalsium keseluruhan pada tubuh. Berkurangnya kalsium
mitokondria dalam sitoplasmanya. Pada manusia, sebelum
plasma akan merangsang sekresi hormon paratiroid. PTH kemudian pubertas hanya sedikit sel oksifil dijumpai, dan setelah itu
menyebabkan penghematan kalsium dan produksi 1,25- jumlah sel ini meningkat seiring usia. Fungsinya tidak
dihidroksikolekalsiferol di ginjal yang menyebabkan peningkatan diketahui. Akibat yang ditimbulkan oleh hilangnya kelenjar
penyerapan kalsium di usus. PTH juga membebaskan kalsium dari paratiroid dibahas di Boks Klinis 21-2.
kompartemen yang mudah dipertukarkan di tulang. Semua efek ini
bekerja untuk memulihkan kalsium plasma ke normal. (Disalin, dengan
izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT. Vander's Human Physiology, 10th ed.
SINTESIS & METABOLISME PTH
McGraw-Hill, 2006).
PTH manusia adalah suatu polipeptida linear dengan berat
molekul 9500 yang mengandung 84 residu asam amino
(Gambar 21-6). PTH disintesis sebagai bagian dari suatu
penting dalam (re) absorpsi kalsium dan fosfat, misalnya molekul yang lebih besar yang mengandung 115 residu
TRPV5 dan Na,K ATPase. Demikian juga, protein ini asam amino (praproPTH). Setelah praproPTH masuk ke
meningkatkan aktivitas faktor lain, fibroblast growth factor 23 dalam retikulum endoplasma, leader sequence dikeluarkan
(FGF23, faktor pertumbuhan fibroblas 23), di reseptor-nya.
FGF23 menurunkan ekspresi NaPi-IIa dan NaPi-IIc serta
menghambat pembentukan 1α-hidroksilase, mengurangi
kadar 1,25-dihidroksikolekalsiferol (Boks Klinis 21-1).

KELENJAR PARATIROID
ANATOMI
Manusia biasanya memiliki empat kelenjar paratiroid: dua
tertanam di kutub superior tiroid dan dua di kutub
inferiornya (Gambar 21-4). Masing-masing kelenjar
paratiroid adalah suatu lempeng yang kaya vaskularisasi,
berukuran sekitar 3 x 6 x 2 mm, dan mengandung dua
jenis sel yang berbeda (Gambar 21-5). Chief cells, yang
berjumlah banyak dan mengandung aparatus Golgi yang GAMBAR 21-5 Potongan paratiroid manusia. (Dikurangi 50%
mencolok plus retikulum endoplasma dan granula dari x960). Sel-sel kecil adalah chief cells-, sel besar berisi butir-butir
sekretorik, menyintesis dan menye-kresikan hormon (terutama menonjol di kiri bawah foto) adalah sel oksifil. (Disalin,
dengan izin, dari Fawcett DW: Bloom and Fawcett, A Textbook of Histology, 11th
paratiroid (PTH). Sel oksifil, yang lebih sedikit namun ed. Saunders, 1986.)
382 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

BOKS KLINIS 21-2

Efek Paratiroidektomi atas yang menyebabkan fleksi pergelangan tangan dan ibu jari
disertai ekstensi jari lainnya. Pada orang yang menderita
Pada manusia, kadang terjadi paratiroidektomi secara tak-
tetani ringan berupa spasme yang tidak terlihat jelas, tanda
sengaja selama pembedahan tiroid. Hal ini dapat menimbulkan Trousseau kadang-kadang dapat ditimbulkan dengan
konsekuensi yang serius karena PTH penting untuk hidup. menyumbat sirkulasi selama beberapa menit dengan manset
Setelah paratiroidektomi, terjadi penurunan menetap kadar tensimeter.
kalsium plasma. Muncul tanda-tanda hipereksitabilitas
neuromuskular, diikuti oleh tetani hipokalsemik full-blown (lihat KIAT TERAPEUTIK
teks). Kadar fosfat plasma biasanya meningkat sewaktu kadar Terapi berpusat pada penggantian PTH yang normalnya
kalsium turun. Gejala-gejala biasanya timbul 2-3 hari diproduksi oleh kelenjaryang hilang. Penyuntikan PTH
pascaoperasi tetapi mungkin belum timbul setelah beberapa
dapat diberikan untuk mengoreksi kelainan kimiawi, dan
minggu atau lebih. Tanda-tanda tetani pada manusia meliputi
gejala kemudian akan mereda. Penyuntikan garam Ca2+
tanda Chvostek, suatu kontraksi cepat otot-otot wajah
juga dapat meredakan gejala secara temporer.
ipsilateral yang dicetuskan oleh perkusi nervus fasialis di sudut
rahang; dan tanda Trousseau, suatu spasme otot ekstremitas

dari terminal amino untuk membentuk polipeptida proPTH Kadar normal PTH utuh dalam plasma adalah 10-55 pg/
yang terdiri dari 90 asam amino. Enam residu asam amino mL. Waktu-paruh PTH adalah sekitar 10 menit, dan
lainnya juga dikeluarkan dari terminal amino pro-PTH di polipeptida yang disekresikan ini cepat diuraikan oleh sel
aparatus Golgi, dan polipeptida PTH yang terdiri dari 84 Kupffer di hati menjadi fragmen yang mungkin tidak aktif
asam amino dikemas dalam granula sekretorik dan secara biologis. PTH dan pecahan-pecahan ini kemudian
dilepaskan sebagai produk sekretorik utama chief cells. dibersihkan oleh ginjal. Immunoassay yang saat ini digunakan
untuk PTH dirancang hanya untuk mengukur PTH matang
(yi. memiliki 84 asam amino) dan bukan fragmen-fragmen ini
untuk memperoleh ukuran PTH “aktif” secara akurat.

EFEK
A F 10 15
5
S V S E I Q L M H N L G K H L S
N
S
S PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan
L M resorpsi tulang dan memobilisasi Ca2+. Selain meningkatkan
30 25 E Ca2+ plasma, PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam urine
N H V D Q L K K R L W E V R
20
sehingga menurunkan kadar fosfat plasma. Efek fosfaturik ini
F
disebabkan oleh penurunan reabsorpsi fosfat melalui efek
35 V
pada NaPi-IIa di tubulus proksimal, seperti telah dibahas
A
L
S I Y 45 G S 50 sebelumnya. PTH juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di
G A P L A P R D A G S Q R P tubulus distal, walaupun ekskresi Ca2+ melalui urine biasanya
R
S I V H G
K
meningkat pada hiperparatiroidisme akibat peningkatan
K
jumlah yang difiltrasi melebihi efek reabsorpsi (Boks Klinis
65 Q 60 E 55
21-3). PTH juga meningkatkan pembentukan 1,25-
70 E G L S K E H S E V L V N D dihidroksikolekalsiferol, dan hal ini meningkatkan absorpsi
A
Q Ca2+ dari usus. Pada skala waktu yang lebih lama, PTH
D
merangsang baik osteoblas maupun osteoklas.
K
75 80
MEKANISME KERJA
I P
A
D V D V L T K A K S Q
A I P Tampaknya terdapat paling sedikit tiga reseptor PTH
yang berbeda. Salah satunya juga mengikat parathyroid
MANUSIA SAPI BABI hormone-related protein (PTHrP; lihat bawah) dan dikenal
sebagai reseptor hPTH/PTHrP. Reseptor kedua, PTH2
GAMBAR 21-6 Hormon paratiroid. Simbol-simbol di atas dan di (hPTH2-R), tidak mengikat PTHrP dan ditemukan di otak,
bawah struktur manusia memperlihatkan letak residu asam amino plasenta, dan pankreas. Selain itu, terdapat bukti adanya
berbeda pada PTH sapi dan babi. (Disalin, dengan izin, dari Keutmann HT et al:
Complete amino acid sequence of human parathyroid hormone. Biochemistry
reseptor ketiga, CPTH, yang bereaksi dengan terminal
1978;17:5723. Hak cipta © oleh American Chemical Society.) karboksil (bukan terminal amino) PTH. Dua reseptor yang
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 383

BOKS KLINIS 21-3

Kelebihan Hormon Paratiroid menunjukkan peningkatan sedang berkepanjangan Ca2+ plasma


Hiperparatiroidisme akibat hipersekresi tumor paratiroid karena inhibisi umpan-balik sekresi PTH oleh Ca2+ berkurang.
fungsional pada manusia ditandai oleh hiperkalsemia dan Kadar PTH plasma normal atau bahkan meningkat. Namun, anak
hipofosfatemia. Manusia yang mengidap adenoma penghasil yang homozigot untuk mutasi inaktivasi mengalami hiperpara-
PTH biasanya asimtomatik, dan kelainan terdeteksi ketika tiroidisme primer neonatal berat. Sebaliknya, orang dengan
dilakukan pengukuran Ca2+ plasma bersama dengan mutasi gain-of-function di gen CaR mengalami hipokalsemia
pemeriksaan fisik rutin. Namun, mungkin dijumpai perubahan hiperkalsiurik familial akibat meningkatnya sensitivitas kelenjar
ringan pada kepribadian, dan kadang-kadang terbentuk batu paratiroid terhadap Ca2+ plasma.
ginjal yang mengandung kalsium. Pada keadaan-keadaan
seperti penyakit ginjal kronik dan rakitis, yang menunjukkan KIAT TERAPEUTIK
kadar Ca2+ plasma secara kronik rendah, stimulasi kelenjar Paratiroidektomi subtotal kadang diperlukan untuk
paratiroid menyebabkan hipertrofi paratiroid kompensatorik pasien yang mengalami adenoma atau hiperplasia
dan hiperparatiroidisme sekunder. Pada penyakit ginjal kronik, paratiroid disertai hiperkalsemia dan gejala-gejala
kadar Ca2+ plasma rendah terutama karena ginjal yang sakit terkaitnya. Namun, karena penyakit paratiroid sering
kehilangan kemampuan membentuk 1,25-dihidroksiko- jinak atau berkembang lambat, pembedahan masih
lekalsiferol. Yang terakhir, mutasi di gen untuk reseptor Ca2+ diperdebatkan pada sebagian besar pasien dan biasanya
(CaR) menyebabkan perubahan jangka-panjang Ca2+ plasma. dicadangkan untuk mereka yang pernah mengalami
Orang yang heterozigot untuk mutasi inaktivasi mengalami penyulit hiperkalsemia yang mengancam nyawa.
hiperkalsemia hipokalsiurik jinak familial, suatu penyakit yang

pertama berkaitan dengan protein Gs, dan melalui protein G Peningkatan fosfat plasma merangsang sekresi PTH dengan
heterotrimerik ini kedua reseptor tersebut mengaktifkan menurunkan kadar Ca2+ bebas dalam plasma dan
adenilil siklase, meningkatkan cAMP intrasel. Reseptor menghambat pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol.
hPTH/PTHrP juga mengaktifkan PLC melalui Gq, Magnesium diperlukan untuk mempertahankan respons
meningkatkan Ca2+ intrasel dan mengaktifkan protein kinase sekretorik normal paratiroid. Gangguan pelepasan PTH
C (Gambar 21-7). Namun, bagaimana perantara/kurir kedua disertai oleh menurunnya respons organ sasaran terhadap
ini memengaruhi Ca2+ tulang masih belum dipastikan. PTH merupakan penyebab hipokalsemia yang kadang-
Pada penyakit yang disebut pseudohipoparatiroidisme, kadang terjadi pada defisiensi magnesium (Boks Klinis 21-2
timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme, tetapi kadar PTH dan Boks Klinis 21-3).
dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespons terhadap hormon, penyakit ini adalah penyakit
reseptor. Terdapat dua bentuk. Pada bentuk yang lebih sering, PTHrP PTH
terjadi pengurangan kongenital aktivitas Gs sebesar 50%, dan
PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi
cAMP. Pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu. Gs PTH-R Gq
AC PLC
PENGATURAN SEKRESI PIP2

Ca2+ dalam darah bekerja langsung pada kelenjar paratiroid


ATP cAMP
dalam suatu mekanisme umpan-balik negatif untuk meng-
atur sekresi PTH. Kunci untuk pengaturan ini adalah suatu Diasilgliserol 1,4,5-InsP3
reseptor Ca2+ membran sel. Pengaktifan reseptor terkait-
protein-G ini menyebabkan pertukaran fosfoinositid di Pengaktifan Mobilisasi
banyak jaringan. Di kelenjar paratiroid, pengaktifannya protein Ca2+
kinase C intrasel
menghambat sekresi PTH. Dengan cara ini, jika kadar Ca2+
plasma tinggi, sekresi PTH dihambat dan Ca2+ diendapkan di GAMBAR 21-7 Jalur transduksi sinyal yang diaktifkan oleh
tulang. Bila kadar tersebut rendah, sekresi meningkat dan terikatnya PTH atau PTHrP ke reseptor hPTH/hPTHrP. cAMP intrasel
Ca2+ dimobilisasi dari tulang. meningkat melalui Gs dan adenilil siklase (AC). Diasilgliserol dan IP3
(1,4,5-lnsP3) meningkat melalui Gq dan fosfolipase C (PLC).
1,25-Dihidroksikolekalsiferol bekerja langsung pada (Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF
kelenjar paratiroid untuk menurunkan mRNA praproPTH. [ed]. Pathophysiology ofDisease, 6th ed. McGraw-Hill, 2010).
384 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

PTHrP pengamatan lain mendorong penemuan bahwa struktur di leher


mengeluarkan hormon yang menurunkan dan meningkatkan
Suatu protein dengan aktivitas PTH, parathyroid hormone- Ca2+. Hormon penurun Ca2+ diberi nama kalsitonin. Pada
relatedprotein (PTHrP), dihasilkan oleh banyak jaringan di mamalia, kalsitonin diproduksi oleh sel parafolikel kelenjar
tubuh. Protein ini memiliki 140 residu asam amino, tiroid, yang juga dikenal sebagai sel jernih atau sel C (clear cell).
dibandingkan dengan 84 pada PTH, dan pada manusia dikode
oleh sebuah gen di kromosom 12, sementara PTH dikode oleh SEKRESI & METABOLISME
sebuah gen di kromosom 11. PTHrP dan PTH memiliki Kalsitonin manusia memiliki berat molekul 3500 dan
homologi yang mencolok di ujung terminal aminonya dan
mengandung 32 residu asam amino. Sekresi kalsitonin
keduanya berikatan dengan reseptor hPTH/PTHrP, tetapi efek
meningkat bila kelenjar tiroid diperfusi dengan larutan yang
fisiologis keduanya sangat berbeda. Bagaimana mungkin hal
mengandung kadar kalsium plasma sekitar 9,5 mg/dL. Di atas
ini terjadi ketika keduanya berikatan dengan reseptor yang
sama? Alasan pertama, PTHrP terutama adalah suatu faktor kadar kalsium ini, kalsitonin plasma berbanding lurus dengan
parakrin, bekerja di dekat tempat protein ini dihasilkan. kalsium plasma. Agonis adrenergik-β, dopamin, dan estrogen
Mungkin PTH dalam sirkulasi tidak dapat mencapai juga merangsang sekresi kalsitonin. Gastrin, kolesistokinin
setidaknya beberapa tempat ini. Kedua, mungkin terjadi (CCK), glukagon, dan sekretin juga dilapor-kan merangsang
perubahan konformasi ringan akibat pengikatan PTH, sekresi kalsitonin, dengan gastrin adalah perangsang paling
dibandingkan PTHrP, ke reseptornya, meskipun struktur kuat (lihat Bab 25). Karenanya, kadar kalsitonin plasma
keduanya mirip. Ke-mungkinan lain adalah efek salah satu meningkat pada sindrom Zollinger-Ellison dan pada anemia
hormon pada reseptor lain yang lebih selektif. pernisiosa (lihat Bab 25). Namun, dosis gastrin yang dibutuh-
PTHrP menimbulkan efek yang nyata pada pertumbuhan kan untuk merangsang sekresi kalsitonin adalah dosis supra-
dan perkembangan tulang rawan in utero. Mencit yang kedua fisiologis dan tidak dijumpai pada orang normal pascamakan,
alel gen PTHrPnya di-knockout mengalami cacat tulang yang sehingga kalsium makanan di usus mungkin tidak menyebab-
parah dan mati segera setelah lahir. Pada hewan normal, di kan sekresi hormon penurun-kalsium sebelum kalsium
pihak lain, sel tulang rawan yang dirangsang oleh PTHrP diserap. Bagaimanapun, efek kalsitonin berlangsung singkat
berproliferasi dan diferensiasi terminalnya dihambat. PTHrP karena pada manusia waktu-paruhnya kurang dari 10 menit.
juga diekspresi-kan di otak, tempat yang menunjukkan bukti
bahwa bahwa zat ini menghambat kerusakan eksito-toksik EFEK
pada neuron-neuron yang sedang berkembang. Selain itu, Reseptor untuk kalsitonin ditemukan di tulang dan ginjal.
terdapat bukti bahwa PTHrP berperan dalam transpor Ca2+ di Kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan fosfat dalam
plasenta. PTHrP juga ditemukan di keratinosit kulit, di otot darah. Hormon ini melakukan efek menurunkan kalsium
polos, dan di gigi, tempat zat ini terletak di email epitel yang dengan menghambat resorpsi tulang. Efek ini bersifat
menutupi semua gigi. Tanpa adanya PTHrP, gigi tidak dapat langsung, dan in vitro kalsitonin menghambat aktivitas osteo-
tumbuh. klas. Hormon ini juga meningkatkan ekskresi Ca2+ di urine.
Peran fisiologis pasti kalsitonin masih belum jelas.
HIPERKALSEMIA PADA Kandungan kalsitonin pada tiroid manusia rendah, dan
KEGANASAN setelah tiroidektomi, densitas tulang dan kadar Ca2+
plasma normal sepanjang kelenjar paratiroid utuh. Selain
Hiperkalsemia adalah penyulit metabolik yang sering itu, hanya terjadi kelainan transien metabolisme Ca2+ bila
dijumpai pada kanker. Sekitar 20% pasien hiperkalsemik dilakukan penyuntikan Ca2+ setelah tiroidektomi. Hal ini
mengalami metastasis tulang yang menyebabkan hiper- sebagian dapat dijelaskan oleh sekresi kalsitonin dari
kalsemia akibat erosi tulang (hiperkalsemia osteolitik lokal). jaringan di luar tiroid. Namun, terdapat kesepakatan
Bukti mengisyaratkan bahwa erosi ini ditimbulkan oleh umum bahwa hormon ini memiliki sedikit efek jangka-
prostaglandin seperti PGE2 yang berasal dari tumor. panjang pada kadar Ca2+ plasma pada hewan dan manusia
Hiperkalsemia pada 80% pasien sisanya disebabkan oleh dewasa. Tidak seperti PTH dan 1,25-dihidroksikolekal-
peningkatan kadar PTHrP darah (hiperkalsemia humoral siferol, kalsitonin tampaknya tidak terlibat dalam homeo-
pada keganasan). Tumor penyebab hipersekresi ini antara stasis fosfat. Selain itu, para pasien karsinoma medularis
lain adalah kanker payudara, ginjal, ovarium, dan kulit. tiroid memiliki kadar kalsitonin dalam darah yang sangat
tinggi tetapi tidak memperlihatkan gejala-gejala yang ber-
KALSITONIN kaitan langsung dengan hormon ini, dan tulang mereka
pada dasarnya normal. Belum pernah dilaporkan adanya
ASAL sindrom yang disebabkan oleh defisiensi kalsitonin. Pada
Pada anjing, perfusi regio tiroproparatiroid dengan larutan orang berusia muda hormon lebih banyak disekresikan,
yang mengandung konsentrasi Ca2+ tinggi menyebabkan dan hormon ini mungkin berperan dalam perkembangan
penurunan Ca2+ plasma perifer, dan setelah kerusakan tulang. Selain itu, kalsitonin mungkin melindungi tulang
pada daerah ini, pemberian infus Ca2+ menyebabkan ibu dari kehilangan kalsium berlebihan selama kehamilan.
peningkatan Ca2+ plasma yang lebih besar daripada Pembentukan tulang pada bayi dan laktasi adalah
peningkatan pada hewan kontrol. Pengamatan ini dan penyebab utama berkurangnya kalsium, dan konsentrasi
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 385

1,25-dihidroksikolekalsiferol dalam plasma meningkat selama sehingga terjadi remodeling yang memungkinkan tulang
kehamilan. Hal ini menyebabkan berkurangnya tulang pada berespons terhadap stres dan tekanan yang mengenainya.
ibu apabila resorpsi tulang tidak secara bersamaan dihambat Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi baik
oleh peningkatan kadar kalsitonin plasma. dengan aliran darah total 200-400 mL/mnt pada orang dewasa.

RINGKASAN MEKANISME STRUKTUR


Tulang pada anak dan dewasa terdiri dari dua jenis: substansia
HOMEOSTASIS KALSIUM kompakta atau substansia kortikalis, yang membentuk lapisan
Efek ketiga hormon utama yang mengatur konsentrasi Ca2+ luar sebagian besar tulang (Gambar 21-8) dan membentuk 80%
plasma sekarang dapat diringkas. PTH meningkatkan Ca2+ dari tulang tubuh; dan substansia trabekularis atau substansia
plasma dengan memobilisasi ion ini dari tulang. PTH spongiosa di dalam substansia kortikalis, yang membentuk sisa
meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di ginjal, tetapi hal ini 20% dari tulang tubuh. Pada substansia kompakta, perbandingan
mungkin dikalahkan oleh peningkatan Ca2+ yang difiltrasi. luas permukaan terhadap volume rendah, dan sel tulang terdapat
Hormon ini juga meningkatkan pembentukan 1,25- di lakuna. Sel-sel ini menerima nutrien melalui kanalikulus yang
dihidroksikolekalsiferol. 1,25-Dihidroksikolekalsiferol me- bercabang-cabang ke seluruh substansia kompakta (Gambar
ningkatkan penyerapan Ca2+ dari usus dan meningkatkan 21-8). Substansia trabekularis terdiri dari spikulum atau
reabsorpsi Ca2+ di ginjal. Kalsitonin menghambat resorpsi lempeng, dengan rasio luas permukaan terhadap volume tinggi
tulang dan meningkatkan jumlah Ca2+ di urine. dan banyak sel terletak di permukaan lempeng. Nutrien berdifusi
dari CES tulang ke dalam trabekula, tetapi pada substansia
EFEK HORMON LAIN & BAHAN kompakta, nutrien disediakan melalui kanalis Havers (Gambar
HUMORAL PADA 21-8), yang mengandung pembuluh darah. Di sekeliling tiap
kanalis Havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentrik,
METABOLISME KALSIUM membentuk silinder-silinder yang disebut osteon atau sistem
Metabolisme kalsium dipengaruhi oleh berbagai hormon selain haversian.
1,25-dihidroksikolekalsiferol, PTH, dan kalsitonin. Gluko- Lebih dari 90% protein dalam matriks tulang adalah
kortikoid menurunkan kadar Ca2+ plasma dengan meng- kolagen tipe I, yang juga merupakan protein struktural utama di
hambat pembentukan dan aktivitas osteoklas, tetapi dalam tendon dan kulit. Kolagen ini, yang berat per berat sama
jangka panjang bahan ini menyebabkan osteoporosis dengan kuatnya dengan baja, tersusun oleh suatu heliks tripel 3
menurunkan pembentukan tulang dan meningkatkan resorpsi polipeptida yang berikatan erat. Dua di antaranya adalah
tulang. Glukokortikoid menurunkan pembentukan tulang polipeptida α1 identik yang dikode oleh sebuah gen, dan yang
dengan menghambat sintesis protein di osteoblas. Obat satunya adalah polipeptida α2 yang dikode oleh gen yang
golongan ini juga menurunkan penyerapan Ca2+ dan PO43− berbeda. Kolagen membentuk suatu famili protein yang secara
dari usus dan meningkatkan eksresi ion-ion ini di ginjal. struktural saling berkaitan dan berfungsi mempertahankan
Penurunan konsentrasi Ca2+ plasma juga meningkatkan sekresi integritas berbagai organ. Telah berhasil diidentifikasi 13 jenis
PTH, dan terjadi resorpsi tulang. Hormon pertumbuhan kolagen yang berbeda, dan jenis-jenis ini dikode oleh lebih dari
meningkatkan ekskresi kalsium di urine, tetapi hormon ini juga 20 gen yang berbeda.
meningkatkan penyerapan Ca2+ di usus, dan efek ini mungkin
lebih besar daripada efek pada ekskresi, sehingga terjadi PERTUMBUHAN TULANG
keseimbangan kalsium yang positif. Insulin-like growth factor I Selama perkembangan janin, sebagian besar tulang dibentuk
(IGF-I) yang terbentuk oleh kerja hormon pertumbuhan dalam tulang rawan dan kemudian diubah menjadi tulang
merangsang sintesis protein di tulang. Seperti telah dijelaskan melalui osifikasi (pembentukan tulang enkondral). Penge-
sebelumnya, hormon tiroid dapat menyebabkan hiperkalsemia,
cualiannya adalah klavikula, mandíbula, dan tulang tengkorak
hiperkalsiuria, dan pada beberapa keadaan, osteoporosis.
tertentu tempat tulang dibentuk oleh sel mesenkim secara
Estrogen mencegah osteoporosis dengan menghambat efek
langsung (pembentukan tulang intramembranosa).
stimulatorik sitokin-sitokin tertentu pada osteoklas. Insulin
meningkatkan pembentukan tulang, dan terjadi kehilangan Selama pertumbuhan, terjadi pemisahan daerah-daerah
tulang yang bermakna pada diabetes yang tidak diobati. khusus di ujung-ujung setiap tulang panjang (epífisis) dari
batang tulang oleh suatu lempeng tulang rawan yang aktif
FISIOLOGI TULANG berproliferasi, lempeng epífisis (Gambar 21-9). Dengan
diletakkannya tulang baru pada ujung batang tulang oleh
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan lempeng ini, tulang memanjang. Lebar lempeng epífisis setara
kerangka kolagen yang mengandung garam Ca2+ dan PO43−, dengan kecepatan pertumbuhan tulang. Lebar dipengaruhi
terutama hidroksiapatit, yang memiliki rumus umum oleh jumlah hormon, tetapi paling mencolok oleh hormon
Ca10(PO4)6(OH)2. Tulang juga berperan dalam homeostasis pertumbuhan hipofisis dan IGF-I (lihat Bab 18).
Ca2+ dan PO43− keseluruhan. Tulang melindungi organ- Pertumbuhan tulang linear dapat terjadi selama epifisis
organ vital, dan kekakuannya memungkinkan tubuh ber- terpisah dari batang tulang, tetapi pertumbuhan ini terhenti
gerak dan menyangga beban terhadap gravitasi. Tulang tua setelah epifisis menyatu dengan batang (penutupan epifisis).
secara terus-menerus diserap dan tulang baru dibentuk, Sel tulang rawan berhenti berproliferasi, menjadi hipertrofik,
386 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Osteons

Kanalis
Havers

Ruang
resorpsi

Substansia
trabekularis
(cancellous bone)

Kanalikuli

Lakuna

Subtansia kortikalis (kompakta)


GAMBAR 21-8 Struktur substansia kompakta dan substansia trabekularis. Substansia kompakta diperlihatkan dalam potongan horizontal
(atas) dan vertikal (kiri). (Disalin, dengan izin, dari Williams PL et al [ed]: Cray's Anatomy, ed ke-37. Churchill Livingstone, 1989.)

dan mengeluarkan vascular endotbelial growth factor (VEGF, ligamentum dan tendon. Seiring dengan pertambahan usia,
faktor pertumbuhan endotel vaskular), yang menyebabkan periosteum menjadi lebih tipis dan kehilangan sebagian
vaskularisasi dan osifikasi. Epifisis dari berbagai tulang menutup pembuluh darahnya. Hal ini menyebabkan tulang lebih
dengan urutan yang teratur, epifisis yang terakhir menutup rentan mengalami cedera dan penyakit.
setelah pubertas. Usia normal saat tiap-tiap epifisis menutup
telah diketahui, dan “usia tulang” seorang yang berusia muda PEMBENTUKAN &
dapat ditentukan dengan melakukan pemeriksaan sinar-X
terhadap tulang dan melihat epifisis mana yang masih terbuka
PENYERAPAN TULANG
dan yang sudah menutup. Sel yang berperan membentuk tulang adalah osteoblas dan
Periosteum adalah membran fibrosa vaskular yang sel yang berperan menyerap tulang adalah osteoklas.
padat dan memiliki persarafan serta menutupi permukaan Osteoblas adalah fibroblas yang mengalami modifikasi.
tulang. Lapisan ini terdiri dari satu lapisan luar jaringan Perkembangan awal sel ini dari mesenkim sama seperti
kolagenosa dan satu lapisan dalam serat elastis halus yang perkembangan fibroblas serta melibatkan sejumlah besar
mengandung sel-sel yang berpotensi ikut berperan dalam regulasi faktor pertumbuhan yang sama. Kemudian,
pertumbuhan tulang. Periosteum menutupi semua berbagai faktor transkripsi spesifik-osifikasi mulai muncul,
permukaan tulang kecuali yang ditutupi oleh tulang rawan misalnya Cbfa1/Runx2, yang ikut berperan dalam
(mis. di sendi) dan berfungsi sebagai tempat melekatnya diferensiasinya. Peran penting faktor transkripsi ini dalam
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 387

Membran mi Integrin
basolateral n
Zona penutup
n
Epifisis (sealing zone) n
n
Lempeng Rongga
epifisis sumsum

Substansia
kompakta
Matriks
Diafisis tulang
Periosteum
Substansia
trabekularis Kompartemen Membran apeks
penyerapan tulang yang berkerut-kerut

GAMBAR 21-10 Tulang yang diserap osteoklas. Tepi sel secara


erat melekat ke tulang, yang memungkinkan sekresi asam dari
membran apeks yang berkerut-kerut dan erosi tulang di bawah sel.
Epifisis Perhatikan inti (n) yang multipel dan mitokondria (mi). (Sumbangan R
Baron).

yang dibentuk oleh osteoklas mirip dengan lisosom berukuran


GAMBAR 21-9 Struktur khas sebuah tulang panjang sebelum besar. pH asam melarutkan hidroksiapatit, dan berbagai
(kiri) dan sesudah (kanan) penutupan epifisis. Perhatikan tata-ulang protease asam yang dikeluarkan oleh sel menghancurkan
sel dan pertumbuhan tulang sewaktu lempeng epifisis menutup kolagen, membentuk cekungan dangkal di tulang (Gambar
(lihat teks untuk detailnya).
21-10). Produk pencernaan ini kemudian diendositosis dan
berjalan melintasi osteoklas melalui proses transitosis (lihat Bab
2), disertai pelepasan ke cairan interstisium. Produk pe-
perkembangan tulang dipertegas oleh percobaan mencit yang mecahan kolagen memiliki struktur piridinolin, dan dapat
gen untuk Cbfal/ Runx-nya diknockout. Mencit ini akan dilakukan pengukuran piridinolin di urine sebagai indeks laju
berkembang hingga aterm dengan tulang yang terbuat semata- penyerapan tulang.
mata dari tulang rawan; tidak terjadi osifikasi. Osteoblas normal
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan
mampu meletakkan kolagen tipe 1 dan membentuk tulang baru.
tulang baru dibentuk. Kalsium dalam tulang mengalami
Osteoklas, sebaliknya, adalah anggota dari famili pertukaran dengan kecepatan 100% per tahun pada bayi dan
monosit. Sel stroma di sumsum tulang, osteoblas, dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang sebagian
limfosit T mengekspresikan aktivator reseptor untuk ligan besar adalah proses lokal yang berlangsung di daerah-daerah
nuclearfactor kappa beta (RANKL) di permukaannya. Jika terbatas oleh populasi sel yang disebut unit remodeling tulang.
sel-sel ini berkontak dengan monosit yang sesuai untuk Mula-mula osteoklas menyerap tulang, lalu osteoblas meletakkan
mengekspresikan RANK (yi. reseptor RANKL), terjadi tulang baru di daerah yang sama. Siklus ini memerlukan waktu
pengaktifan dua jalur sinyal berbeda: (1) terjadi interaksi sekitar 100 hari. Namun, juga terjadi modeling drifts, yakni
RANKL/RANK antara pasangan-pasangan sel, (2) sekresi bentuk tulang yang berubah sewaktu tulang mengalami
mononuclear phagocyte colony stimulating factor (M-CSF) penyerapan di satu lokasi dan penambahan di lokasi lain.
oleh sel-sel non-monositik dan faktor ini berikatan dengan Osteoklas membuat terowongan ke dalam substansia kortikalis
reseptornya yang sesuai di monosit (c-fins). Kombinasi dua diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling substansia
sinyal ini menyebabkan monosit berdiferensiasi menjadi trabekularis terjadi di permukaan trabekula. Pada kerangka
osteoklas. Sel prekursor juga mengeluarkan osteoprotegerin manusia setiap saat sekitar 5% massa tulang mengalami
(OPG), yang mengontrol diferensiasi monosit dengan remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan
bersaing dengan RANK untuk mengikat RANKL. pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah substansia kompakta dan 20% per tahun untuk substansia
terbentuk. Sel ini melekat ke tulang melalui integrin di trabekularis. Remodeling sebagian berkaitan dengan stres dan
tonjolan membran yang disebut sealing zone. Hal ini regangan yang dialami tulang akibat gaya tarik bumi.
menciptakan suatu daerah terisolasi antara tulang dan sebagi- Di tingkat sel, osteoblas mengatur pembentukan
an osteoklas. Pompa proton, yaitu ATPase dependen-H+, osteoklas melalui RANKL-RANK dan mekanisme M-CSF-
kemudian bergerak dari endosom ke membran sel yang OPG; tetapi tidak diketahui adanya mekanisme umpan-balik
berhadapan dengan daerah terisolasi tersebut, dan pompa ini spesifik dari osteoklas pada osteoblas. Secara keseluruhan,
mengasamkan daerah tersebut hingga pHnya menjadi sekitar proses remodeling tulang terutama berada di bawah kendali
4,0. Pompa proton serupa ditemukan di endosom dan endokrin. Hormon paratiroid mempercepat resorpsi tulang
lisosom semua sel eukariotik, tetapi jarang yang bergerak ke dan estrogen memperlambat resorpsi tulang dengan meng-
membran sel. Perhatikan dalam hal ini bahwa ruang terpisah hambat pembentukan berbagai sitokin yang mengikis tulang.
388 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

I
1500

I III

Kalsium tubuh total (gram)


1000 II

III

500

0
0 20 40 60 80 100
Usia (tahun)
GAMBAR 21-11 Substansia trabekularis normal (kiri) dibanding-
kan dengan substansia trabekularis dari seorang pasien osteoporosis GAMBAR 21-12 Kalsium tubuh total, suatu indeks massa
(kanan). Berkurangnya massa pada osteoporosis ini menyebabkan
tulang, pada berbagai usia pada pria dan wanita. Perhatikan
tulang rentan patah.
peningkatan pesat ke kadar dewasa muda (fase I) diikuti oleh
pengurangan tetap tulang seiring usia pada kedua jenis kelamin (fase
Suatu pengamatan baru yang menarik adalah bahwa leptin
III) dan penurunan pesat pada wanita setelah pascamenopause (fase
intraserebroventrikel (bukan intravena) mengurangi pem- II). (Disalin, dengan izin dari Oxford University Press, dari Riggs BL, Melton LJ III:
bentukan tulang. Temuan ini konsisten dengan pengamatan Involutional osteoporosis. Dalam Evans TG, Williams TF [ed]: Oxford Textbook of
bahwa obesitas melindungi tulang dari resorpsi dan ke- Geriatric Medicine. Oxford University Press, London, 1992).
banyakan orang dengan obesitas resisten terhadap efek leptin
pada nafsu makan. Karena itu, massa tulang mungkin diatur Semua manusia normal mengalami penambahan tulang pada
oleh sistem neuroendokrin melalui leptin. awal kehidupan, selama masa pertumbuhan. Setelah suatu
fase datar, manusia mulai kehilangan tulang seiring dengan
PENYAKIT TULANG bertambahnya usia (Gambar 21-12). Jika berlangsung cepat
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh kelainan selektif sel atau berlebihan, kehilangan ini menyebabkan osteoporosis
dan proses yang dibahas di atas menggambarkan hubungan (lihat Boks Klinis 21-4). Peningkatan asupan kalsium,
antar berbagai faktor yang mempertahankan fungsi tulang terutama dari sumber alami misalnya susu, dan olahraga
normal. tingkat sedang juga dapat mencegah atau memperlambat
Pada osteopetrosis, suatu penyakit yang jarang dan sering perkembangan osteoporosis, walaupun efeknya tidak besar.
parah, osteoklas mengalami gangguan dan tidak mampu Obat golongan bisfosfonat misalnya etidronat yang
menyerap tulang secara wajar sehingga osteoblas bekerja tanpa menghambat aktivitas osteoklas, meningkatkan kandungan
ada yang mengimbangi. Akibatnya adalah peningkatan mineral dalam tulang bila diberikan secara siklik dan
kepadatan tulang, gangguan neurologis akibat penyempitan menurunkan angka fraktur vertebra baru. Fluorida
dan distorsi foramen tempat lewatnya berbagai saraf, dan merangsang osteoblas, menyebabkan tulang lebih padat,
kelainan hematologis akibat dipenuhinya rongga sumsum. tetapi bahan ini terbukti kurang bermanfaat dalam
Mencit yang tidak memiliki protein yang dikode oleh gen pengobatan penyakit ini.
immediate-early (c-fos) mengalami osteopetrosis, dan
osteopetrosis juga terjadi pada mencit yang tidak memiliki
RINGKASAN BAB
faktor transkripsi PU.l. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua ■ Kadar ion kalsium dan fosfat dalam darah dikontrol oleh sel-
sel yang mendeteksi kadar kedua elektrolit ini di darah dan
faktor ini berperan dalam pembentukan dan fungsi osteoklas.
berbagai release hormone (hormon pelepas), dan efek
Di pihak lain, osteoporosis disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon ini terlihat dalam mobilisasi mineral dari
relatif fungsi osteoklastik. Matriks tulang pada penyakit ini tulang, penyerapan usus, dan/atau pengeluaran di ginjal.
(Gambar 21-11) sangat berkurang, dan insidensi fraktur ■ Sebagian besar kalsium di tubuh tersimpan di tulang tetapi ion
meningkat. Fraktur terutama sering terjadi di lengan bawah kalsium bentuk bebas di sel dan cairan ekstrasel-lah yang
distal (fraktur Colles), korpus vertebrae, dan panggul. Semua melakukan peran fisiologis mineral ini, antara lain, dalam
daerah ini memiliki banyak substansia trabekularis, dan pembentukan sinyal sel, fungsi saraf, kontraksi otot, dan
karena secara metabolis lebih aktif, substansia trabekularis koagulasi darah.
menghilang lebih cepat. Fraktur vertebra disertai kompresi ■ Fosfat juga terutama disimpan di tulang dan diatur oleh
menyebabkan kifosis, disertai terjadinya widows hump khas banyak faktor yang sama dengan yang memengaruhi kadar
yang sering dijumpai pada wanita tua dengan osteoporosis. kalsium, kadang secara timbal-balik.
Fraktur panggul pada orang tua memiliki angka mortalitas ■ Dua hormon utama yang mengatur homeostasis kalsium dan
12-20%, dan separuh dari mereka yang bertahan hidup fosfat adalah 1,25-dihidroksikolekalsiferol (suatu turunan
memerlukan perawatan berkepanjangan yang mahal. vitamin D) dan hormon paratiroid; kalsitonin juga mampu
Osteoporosis disebabkan oleh banyak faktor, tetapi mengatur kadar ion-ion ini, tetapi kontribusi fisiologisnya
sejauh ini yang tersering adalah osteoporosis involusional. masih belum diketahui penuh.
BAB 21 Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium & Fosfat & Fisiologi Tulang 389

BOKS KLINIS 21-4

Osteoporosis pembentukan osteoklas. Estrogen juga merangsang pem-


Wanita dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit bentukan transforming growth factor β (TGF-β) , dan sitokin ini
daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka pada meningkatkan apoptosis osteoklas.
Kehilangan tulang juga dapat terjadi pada pria dan wanita
awalnya kehilangan tulang lebih cepat daripada pria dengan
akibat kurangnya aktivitas fisik. Pada pasien yang mengalami
usia setara. Akibatnya, wanita lebih rentan menderita
imobilisasi oleh sebab apapun, dan selama penerbangan ruang
osteoporosis serius. Penyebab utama berkurangnya tulang angkasa, penyerapan tulang melebihi pembentukan tulang dan
setelah menopause adalah defisiensi estrogen, dan pemberian terjadi disuse osteoporosis. Kadar kalsium plasma tidak
estrogen menghentikan perkembangan penyakit. Estrogen meningkat mencolok, tetapi konsentrasi hormon paratiroid
menghambat sekresi sitokin seperti IL-1, IL-6, dan faktor plasma dan 1,25-dihidrok-sikolekalsiferol turun dan sejumlah
nekrosis tumor (TNF-a), dan sitokin-sitokin ini mendorong besar kalsium keluar dari urine.

KIAT TERAPEUTIK
Terapi hormon secara tradisional telah digunakan untuk risiko efek samping (mis. pembekuan darah). Terapi hormon
mengatasi osteoporosis. Terapi sulih hormon estrogen yang lain adalah pemberian kalsitonin dan analog hormon
dimulai segera setelah menopause dapat membantu paratiroid Teriparatid. Alternatif untuk terapi hormon
mempertahankan densitas tulang. Namun, kini diketahui adalah obat golongan bisfosfonat. Obat-obat ini dapat
bahwa bahkan estrogen dosis kecil dapat meningkatkan menghambat pemecahan tulang, mempertahankan massa
insidensi kanker rahim dan payudara, dan dalam penelitian- tulang, dan bahkan meningkatkan densitas tulang di tulang
penelitian yang terkontrol cermat, estrogen tidak belakang dan panggul untuk mengurangi risiko fraktur.
melindungi pemakainya dari penyakit kardiovaskular. Karena Sayangnya, obat-obat ini juga dapat menyebabkan efek
itu, pemberian estrogen bagi wanita pascamenopause samping ringan hingga serius serta memerlukan pemantau-
bukan lagi menjadi pilihan utama. Raloksifen adalah suatu an. Selain hormon dan obat yang tercantum di atas, terapi
modulator reseptor estrogen selektif yang dapat meniru fisik untuk meningkatkan beban mekanis yang sesuai serta
efek-efek positif estrogen pada densitas tulang pada wanita memperbaiki keseimbangan dan kekuatan otot dapat
pascamenopause tanpa beberapa risiko yang berkaitan memperbaiki kualitas hidup secara signifikan.
dengan pemberian estrogen. Namun, obat ini juga memiliki

■ 1,25-dihidroksikolekalsiferol bekerja untuk meningkatkan kalsium


dan fosfat plasma terutama dengan mekanisme transkripsi,
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
sementara hormon paratiroid meningkatkan kadar kalsium tetapi Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling
menurunkan kadar fosfat dengan meningkatkan ekskresi fosfat di tepat kecuali jika dinyatakan lain
ginjal. Kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan fosfat. 1. Seorang pasien dengan defisiensi paratiroid 10 hari setelah
■ Defisiensi 1,25-dihidroksikolekalsiferol, atau mutasi di kerusakan tak-disengaja pada kelenjar paratiroidnya sewaktu
reseptornya, menyebabkan berkurangnya kalsium darah, bedah tiroid mungkin akan mengalami
gangguan kalsifikasi tulang, dan pelemahan tulang. Keadaan A. Kadar fosfat dan Ca2+ plasma yang rendah dan tetani.
penyakit juga menyebabkan defisiensi atau kelebihan produksi B. Kadar fosfat dan Ca2+ plasma yang rendah dan tetanus.
hormon paratiroid, dengan efek timbal-balik pada kalsium C. Kadar Ca2+ plasma yang rendah, peningkatan eksi-tabilitas
dan fosfat. otot, dan spasme otot ekstremitas atas (tanda Trousseau).
■ Tulang adalah massa sangat terstruktur dengan lapisan D. Kadar fosfat dan Ca2+ plasma yang tinggi dan
korteks di luar dan trabekular di dalam. Lapisan korteks yang demineralisasi tulang.
lebih besar memiliki perbandingan lapisan permukaan ter- E. Peningkatan eksitabilitas otot, kadar Ca2+ plasma yang
hadap volume yang tinggi disertai kanalis Fiavers yang tinggi, dan demineralisasi tulang.
menyalurkan nutrien dan celah-celah (lakuna) berisi sel tulang
yang dihubungkan oleh anyaman kanalikulus. Lapisan 2. Dalam sebuah eksperimen, tikus diberi infus larutan kalsium
trabekular yang lebih kecil memiliki perbandingan lapisan klorida dalam jumlah kecil, atau natrium klorida sebagai
permukaan terhadap volume yang jauh lebih tinggi dan kontrol. Dibandingkan dengan kondisi kontrol, mana dari yang
mengandalkan difusi untuk memperoleh nutrisi. berikut yang akan menyebabkan beban kalsium?
■ Pertumbuhan tulang selama pubertas diatur melalui lempeng A. Demineralisasi tulang.
epifisis. Lempeng ini terletak di ujung batang tulang dan B. Peningkatan pembentukan 1,25 dihidroksikolekal-siferol.
menyatu dengan batang tulang untuk menghentikan C. Penurunan sekresi kalsitonin.
pertumbuhan linear tulang. D. Penurunan koagulabilitas darah.
■ Tulang secara terus-menerus mengalami remodeling oleh E. Peningkatan pembentukan 24,25-dihidroksikole-kalsiferol.
osteoklas, yang mengikis dan menyerap tulang, dan osteoblas, 3. Mana dari yang berikut yang tidak berperan dalam mengatur
yang meletakkan tulang baru. kadar Ca2+ plasma?
390 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

A. Ginjal. C. Proliferasi osteoblas.


B. Kulit. D. Sekresi protease asam.
C. Hati. E. Kolagen tulang.
D. Paru. 7. Tulang seorang mahasiswa diharapkan akan memperlihatkan
E. Usus. mana dari gambaran berikut, dibandingkan dengan adik laki-
4. 1,25-dihidroksikolekalsiferol memengaruhi penyerapan Ca2+ di lakinya yang berusia 7 tahun?
usus melalui suatu mekanisme yang A. Menyatunya substansia kortikalis dan substansia
A. Mencakup perubahan aktivitas gen-gen. trabekularis.
B. Mengaktifkan adenilil siklase. B. Diferensiasi osteoklas dan osteoblas.
C. Menurunkan pertukaran (turnover) sel. C. Meningkatnya jumlah tulang rawan proliferatif yang
D. Mengubah sekresi asam lambung. berperan dalam pemanjangan tulang.
E. Melibatkan penguraian kanal kalsium apikah D. Bertemunya lakuna dengan substansia trabekularis.
5. Mana dari berikut yang Anda harapkan akan dijumpai pada E. Epifisis yang menyatu dengan batang tulang.
seorang pasien dengan diet rendah kalsium selama 2 bulan
terakhir? DAFTAR PUSTAKA
A. Meningkatnya pembentukan 24,25-dihidrokole-kalsiferol. Brown EM: The calcium-sensing receptor: Physiology,
B. Berkurangnya jumlah protein pengikat kalsium di sel pathophysiology and CaR-based therapeutics. Subcell Biochem
epitel usus. 2007;45:139.
C. Meningkatnya sekresi hormon paratiroid. Murer H, Hernanado N, Forster L, Biber J: Molecular mechanisms
D. Tingginya konsentrasi kalsitonin plasma. in proximal tubular and small intestinal phosphate reabsorption.
E. Meningkatnya fosfat plasma. Mol Membr Biol 2001;18:3.
Nijenhuis T, Hoenderop JGJ, Bindels RJM: TRPV5 and TRPV6 in
6. Seekor mencit dirancang untuk tidak memiliki suatu faktor
Ca2+ (re)absorption: Regulating Ca2+ entry at the gate. Pflugers
transkripsi yang penting untuk perkembangan normal
Arch Eur J Physiol 2005;451:181.
osteoklas. Dibandingkan dengan mencit normal, mana dari
Renkema KY, Alexander RT, Bindels FJ, Hoenderop JF: Calcium and
berikut yang akan berkurang pada mencit knock-out tersebut?
phosphate homeostasis: Concerted interplay of new regulators.
A. Pengendapan fosfat di substansia trabekularis. Ann Med 2008;40:82.
B. Kadar hidroksiapatit di tulang.
Perkembangan Reproduksi

22
B A B

& Fungsi Sistem


Reproduksi Wanita

T U J U A N ■ Menyebutkan hormon-hormon kunci yang disekresikan oleh sel Leydig dan sel
Sertoli testis dan oleh folikel Graaf dan korpus luteum ovarium.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menguraikan peran kromosom, hormon, dan faktor-faktor terkait
Anda seyogianya mampu: dalam penentuan dan perkembangan jenis kelamin.
■ Meringkaskan perubahan hormon yang terjadi selama pubertas pada pria dan wanita.
■ Menguraikan perubahan hormon dan efek fisiologisnya selama perimenopause
dan menopause.
■ Mendeskripsikan perubahan fisiologis yang terjadi pada organ reproduksi
wanita selama daur haid.
■ Mengetahui struktur umum 17β-estradiol dan progesteron, dan
mendeskripsikan biosintesis, transpor, metabolisme, dan kerja mereka.
■ Mendeskripsikan peran hipofisis dan hipotalamus dalam mengatur fungsi
ovarium, dan peran lengkung umpan-balik dalam proses ini.
■ Mendeskripsikan perubahan hormon yang menyertai kehamilan dan persalinan.
■ Menguraikan proses-proses yang berperan dalam laktasi.

PENDAHULUAN
Genetika modern dan embriologi eksperimental memastikan daur seksual terhenti (menopause, henti haid). Pada pria,
secara gamblang bahwa, pada sebagian besar spesies mamalia, terjadi penurunan lambat dalam fungsi gonad pada usia lanjut,
berbagai perbedaan antara pria dan wanita terutama tetapi kemampuan menghasilkan garnet tetap ada.
bergantung pada sebuah kromosom (kromosom Y) dan Pada kedua jenis kelamin, gonad memiliki fungsi ganda:
sepasang struktur endokrin, yaitu testis pada pria dan ovarium membentuk sel-sel germinativum (gametogenesis) dan
pada wanita. Pada manusia, diferensiasi gonad primitif menjadi sekresi hormon seks. Androgen adalah hormon seks steroid
testis atau ovarium in utero ditentukan secara genetis, tetapi yang menyebabkan maskulinisasi; estrogen adalah hormon
pembentukan genitalia pria bergantung pada adanya testis yang yang menyebabkan feminisasi. Kedua jenis hormon secara
fungsional dan mengeluarkan sekresi; tanpa adanya jaringan normal disekresikan oleh kedua jenis kelamin. Ovarium
testis, perkembangan menuju genitalia wanita. Bukti
menyekresi sejumlah besar estrogen dan sedikit androgen,
menunjukkan bahwa perilaku seksual pria dan, pada beberapa
suatu pola yang terbalik pada pria. Pada kedua jenis kelamin,
spesies, pola sekresi gonadotropin pria disebabkan oleh efek
androgen disekresikan oleh korteks adrenal, dan sebagian
hormon pria pada otak selama masa perkembangan awal.
androgen diubah menjadi estrogen di jaringan lemak serta
Setelah lahir, gonad beristirahat sampai masa akil balik, saat
jaringan esktragonad dan ekstra-adrenal. Ovarium juga
gonad diaktifkan oleh gonadotropin dari hipofisis anterior.
menyekresi progesteron, suatu steroid yang memiliki fungsi
Hormon-hormon yang disekresikan oleh gonad pada saat
khusus dalam mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
tersebut menyebabkan timbulnya gambaran khas pria atau
wanita dewasa dan awitan daur seksual pada wanita. Pada Terutama selama kehamilan, ovarium menyekresi hormon
wanita, fungsi ovarium menurun setelah beberapa tahundan polipeptida relaksin, yang melemaskan ligamentum simfisis

391
392 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

pubis dan melunakkan serviks, sehingga janin mudah lewat. luteinizing hormone (LH). Hormon-hormon seks dan inhibin
Pada kedua jenis kelamin, gonad menyekresi polipeptida- B memberi umpan-balik untuk menghambat sekresi
polipeptida lain, termasuk inhibin B, suatu polipeptida yang gonadotropin. Pada pria, sekresi gonadotropin tidak siklik;
menghambat sekresi follicle-stimulating hormone (FSH). tetapi pada wanita pascapubertas perlu terjadi sekresi yang
Fungsi sekretorik dan gametogenik gonad bergantung teratur dan berurutan agar terjadi menstruasi, kehamilan, dan
pada sekresi gonadotropin hipofisis anterior, FSH dan laktasi.

DIFERENSIASI & kromosom Y membuahi sebuah ovum, terjadi pola XY dan zigot
berkembang menjadi pria genetik. Bila terjadi fertilisasi oleh
PERKEMBANGAN SEKS sperma yang mengandung kromosom X, terjadi pola XX dan
dihasilkan wanita genetik. Pembelahan sel dan sifat kimia
JENIS KELAMIN KROMOSOMAL kromosom dibahas di Bab 1.

Kromosom Seks Kromosom Manusia


Jenis kelamin ditentukan secara genetis oleh dua kromosom, Kromosom manusia dapat dipelajari secara rinci. Sel-sel manusia
yang disebut kromosom seks untuk membedakannya dari ditumbuhkan dalam biakan jaringan; diberi obat kolkisin, yang
kromosom somatik (autosom). Pada manusia dan mamalia menghentikan mitosis pada tahap metafase; dipajankan ke suatu
lain, kromosom seks disebut kromosom X dan Y. Kromosom larutan hipotonik yang menyebabkan kromosom membengkak
Y penting dan cukup untuk perkembangan testis, dan produk dan tersebar; lalu “dilumatkan” ke kaca objek (slide). Teknik
gen penentu testis disebut SRY (.sex-determining region of pewarnaan memungkinkan masing-masing kromosom
the Y chromosome). SRY adalah suatu protein regulatorik diidentifikasi dan dipelajari secara rinci (Gambar 22-2). Ter-
pengikat DNA. Zat ini membengkokkan DNA dan bekerja dapat 46 kromosom: pada pria, 22 pasang autosom ditambah
sebagai faktor transkripsi yang memicu transkripsi sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y; pada wanita, 22
serangkaian gen yang penting untuk diferensiasi testis, pasang autosom ditambah dua kromosom X. Masing-masing
termasuk gen untuk mullerian inhibiting substance (MIS; kromosom biasanya tersusun dengan suatu pola yang berbeda-
lihat bawah). Gen untuk SRY terletak dekat ujung lengan beda (kariotipe). Tiap-tiap pasangan autosom diidentifikasi
pendek kromosom Y manusia. Sel pria dengan jumlah dengan nomor 1-22 berdasarkan karakteristik morfologisnya.
kromosom diploid mengandung sebuah kromosom X dan
sebuah Y (pola XY), sementara sel wanita mengandung dua
Kromatin Seks
kromosom X (pola XX). Akibat meiosis selama gameto- Segera setelah pembelahan sel dimulai selama perkembangan
genesis, masing-masing ovum normal mengandung sebuah embrionik, salah satu kromosom X pada sel somatik pada
kromosom X, tetapi separuh sperma normal mengandung wanita normal secara fungsional menjadi inaktif. Pada
sebuah kromosom X dan separuh mengandung kromosom Y individu abnormal dengan lebih dari dua kromosom X, hanya
(Gambar 22-1). Bila sebuah sperma yang mengandung sebuah satu yang tetap aktif. Proses yang secara normal bertanggung

Meiosis Fertilisasi Meiosis

22Y
22
GAMBAR 22-1 Dasar penentuan jenis kelamin Y
44 22 22 44
genetik. Pada pembelahan meiosis dua-tahap pada
XX X X XY
wanita, hanya satu sel yang bertahan hidup sebagai 22Y
ovum (sel telur) matang. Pada pria, pembelahan meiosis 22X 22X
(Badan (Badan 44
menghasilkan pembentukan empat sperma, dua
polar pertama) polar kedua) XY
mengandung kromosom X dan dua mengandung
kromosom Y. Fertilisasi dengan demikian menghasilkan 44 44
22 22
zigot pria dengan 22 pasang autosom ditambah satu X XX X X XX
dan satu Y atau zigot wanita dengan 22 pasang autosom 22X
22X 22X 22
dan dua kromosom X. Perhatikan bahwa untuk X
memperjelas, gambar ini dan Gambar 25-6 dan 25-7
berbeda dari tata nama internasional untuk kariotipe,
yang mencantumkan jumlah total kromosom diikuti oleh 22X
pola kromosom seks. Dengan demikian, XO adalah 45, X; Ovum Ovum Zigot Sperma Spermatosit
XY adalah 46, XY; XXY adalah 47, XXY, dst. imatur matang matang primer
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 393

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18
GAMBAR 22-2 Kariotipe kromosom dari seorang
pria normal. Kromosom telah diwarnai dengan pewarna
Giemsa, yang menghasilkan pola pita khas. (Disalin dengan
izin, dari Lingappa VJ, Farey K: Physiological Medicine. McGraw-Hill,
19 20 21 22 X Y 2000.)

jawab terhadap inaktivasi dicetuskan di pusat in-aktivasi-X di


kromosom, mungkin melalui faktor transaktivasi CTCF (untuk
EMBRIOLOGI SISTEM
CCCTC-bindingfactor), yang juga terinduksi pada pencetakan REPRODUKSI MANUSIA
gen. Namun, rincian proses inaktivasi ini masih belum Perkembangan Gonad
sepenuhnya dipahami. Pemilihan kromosom X mana yang tetap
aktif terjadi secara acak, sehingga secara normal pada sekitar Pada masing-masing sisi embrio muncul suatu gonad primitif
separuh sel, satu kromosom X tetap aktif, sementara pada dari genital ridge, suatu pemadatan jaringan dekat kelenjar
separuh sel lainnya, kromosom X yang lain yang tetap aktif. adrenal. Gonad membentuk suatu korteks dan medula. Sampai
Seleksi ini menetap sepanjang pembelahan selanjutnya sel-sel minggu keenam perkembangan, struktur-struktur ini identik
tersebut, dan dengan demikian sebagian sel somatik pada wanita pada kedua jenis kelamin. Pada pria genetik, medula ber-
dewasa mengandung sebuah kromosom X aktif yang berasal dari kembang selama minggu ketujuh dan kedelapan menjadi testis,
ayah dan sebagian mengandung kromosom X aktif yang berasal dan korteks mengalami regresi. Muncul sel Leydig dan sel
dari ibu. Sertoli, dan disekresikan testosteron dan MIS. Pada wanita
Pada sel normal, kromosom X inaktif memadat dan genetik, korteks berkembang menjadi ovarium dan medula
dapat dijumpai di berbagai jenis sel, biasanya dekat mengalami regresi. Ovarium embrionik tidak menyekresi
membran inti, sebagai badan Barr, juga disebut kromatin hormon. Pemberian hormon kepada ibu tidak memengaruhi
seks (Gambar 22-3). Dengan demikian, terdapat sebuah diferensiasi gonad (berlainan dengan perkembangan duktus dan
badan Barr untuk setiap kelebihan kromosom X di sel. genital) pada manusia, walaupun hal ini terjadi pada beberapa
Kromosom X inaktif juga tampak sebagai idrumsticki hewan percobaan.
kromatin kecil yang menonjol dari 1-15% nukleus lekosit Embriologi Genitalia
polimorfonukleus pada wanita tetapi tidak pada pria
Embriologi gonad dirangkum dalam Gambar 22-4 dan 22-5.
(Gambar 22-3).
Pada minggu ketujuh gestasi, mudigah memiliki duktus
genitalis primordial pria dan wanita (Gambar 22-4). Pada

a b a b

GAMBAR 22-3 Kiri: Badan Barr (tanda panah) di lapisan sel spinosa epidermis. Kanan; Apendiks inti ("drumstick") ditunjukkan oleh tanda
panah di sel darah putih. (Disalin dengan izin dari Grumbach MM, Barr ML: Cytologic tests of chromosomal sex in relation to sex anomalies in
man. Recent Prog Horm Res 1958;14:255.)
394 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Fimbria

Gonad

Mesonefros

Ligamentum gonad

Duktus Wolffian
Duktus Mullerian

:
Kanalis
uterovaginalis

Hidatid Kandung kemih

Epididimis

Testis Epooforon
Ovarium
Sinus urogenitalis

Vas
deferens
Tuba uterina
INDIFEREN
Ligamentum ovarium
Gubernakulum

Uterus
Vasikula
seminalis

Rudimen vagina
Prostat

Uretra Duktus Gartner

PRIA WANITA

GAMBAR 22-4 Diferensiasi embrionik genitalia interna pria dan wanita (duktus genitalis) dari primordia wotffian (pria) dan muiterian
(wanita). ( Menurut Coming HK, Wilkins L Digambar kembali dan disalin, dengan izin dari Williams Textbook of Endocrinology, 7th ed. Wilson JD.
Foster DW (editor]. Saunders, 1985.)

janin wanita normal, sistem duktus mülleri berkembang menjadi Bila mudigah memiliki testis fungsional, terbentuk
tuba uterina (oviduktus) dan uterus. Pada janin pria normal, genitalia interna dan eksterna pria. Sel-sel Leydig pada testis
sistem duktus wolffian di kedua sisi berkembang menjadi janin menyekresi testosteron, dan sel-sel Sertoli menyekresi
epididimis dan vas deferens. Genitalia eksterna memiliki potensi MIS (juga disebut müllerian regression factor, atau MRF).
berkembang menjadi kedua jenis kelamin sampai minggu MIS adalah suatu homodimer 536 asam amino yang
kedelapan (Gambar 22-5). Setelah itu, celah urogenital merupakan anggota dari superfamili faktor pertumbuhan
menghilang dan terbentuk genitalia pria atau, alternatifnya, celah transforming growth factor β (TGFβ) yang meliputi inhibin
tersebut tetap terbuka dan terbentuk genitalia wanita. dan aktivin.
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 395

Falus

Celah uretra
Tonjolan genitalia

Ekor

STADIUM INDIFEREN
PRIA FEMALE
Glans

Tuberculum
genitalis
Celah
urogenitalis
Lipat uretra

Pembengkakan
labioskrotum
Anus

MINGGU KETUJUH SAMPAI KEDELAPAN

Meatus uretra
Glans penis
Klitoris
Labia
minora
Meatus
uretra
Orifisium
vafina
Labia
mayora
Skrotum

Rafe
Anus
MINGGU KEDUA BELAS

GAMBAR 5–22 Diferensiasi genitalia eksterna pria dan wanita dari struktur primordia indiferen pada mudigah.

Dalam efeknya pada genitalia interna, berlawanan kira sama seperti pada pria dewasa, yaitu sekitar 2 ng/mL.
dengan genitalia ekterna, MIS dan testosteron bekerja Fungsi MIS setelah masa embrionik dini belum dipastikan,
secara unilateral. MIS menyebabkan regresi duktus mülleri tetapi zat ini mungkin berkaitan dengan pematangan sel
melalui apoptosis pada sisi tempat bahan ini disekresikan, germinativum pada kedua jenis kelamin dan dengan kontrol
dan testosteron mendorong perkembangan vas deferens penurunan testis pada anak laki-laki.
dan struktur-struktur terkait dari duktus wolffian.
Metabolit testosteron, dihidrotes-tosteron, menginduksi Perkembangan Otak
pembentukan genitalia eksterna pria dan ciri seks sekunder Paling sedikit pada beberapa spesies, perkembangan otak
pria (Gambar 22-6). serta genitaiia eksterna dipengaruhi oleh androgen pada
MIS terus disekresi oleh sel Sertoli dan mencapai nilai awal kehidupan. Pada tikus, pajanan singkat androgen
rerata 48 ng/mL dalam plasma pada anak laki-laki berusia 1 selama beberapa hari pertama kehidupan menimbulkan
—2 tahun. Setelah itu, MIS menurun sehingga kadarnya perilaku seksual berpola pria dan terbentuknya pola kontrol
rendah pada saat akil balik dan menetap dengan kadar sekresi gonadotropin oleh hipotalamus bersifat pria setelah
rendah tetapi dapat terdeteksi selama hidup. Pada gadis, pubertas. Tanpa adanya androgen, terbentuk pola wanita
MIS dibentuk oleh sel granulosa di folikel kecil ovarium, (lihat Bab 17). Pada monyet, pajanan androgen in utero
tetapi kadar dalam plasma sangat rendah atau tidak menimbulkan efek serupa pada perilaku seksual, tetapi pola
terdeteksi sampai akil balik. Setelah itu, MIS plasma kira- sekresi gonadotropin tetap siklik. Pajanan androgen pada
396 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

PRIA WANITA
X X
22 22
Y + 22 X + 22

44 44
XY XX

Bipotential Primordia
Gonad primordia Gonad bipotensial
bipotensial bipotensial
MIS Tidak ada
genitalia
SRY interna wanita

Genital Genitalia
interna interna
T pria wanita
Testis Ovarium
embrionik Genital embrionik Genitalia
eksterna eksterna
DHT pria wanita
"Otak "Otak
pria" wanita"
T
Testis Ovarium
dewasa dewasa
Karakteristik Karakteristik
seks sekunder seks sekunder
DHT pria Estrogen wanita

GAMBAR 22-6 Diagram ringkasan penentuan, diferensiasi, dan pembentukan jenis kelamin normal pada
manusia. MIS, mullerian inhibiting substance; T1 testosteron; DHT, dihidrotestosteron.

janin manusia wanita pada awal kehidupan tampaknya juga yang sederhana dapat terjadi selama pembelahan meiosis
menyebabkan efek maskulinisasi perilaku yang ringan tetapi dini setelah pembuahan. Kesalahan mitosis pada awal zigot
bermakna. Namun, wanita penderita sindrom adrenogenital akan menyebabkan terjadinya mosaikisme, yaitu dua atau
akibat defisiensi enzim adreno-korteks kongenital (lihat Bab lebih populasi sel memiliki komplemen kromosom yang
20) mengalami siklus haid yang normal bila diberi kortisol. berlainan. Hermafroditisme sejati, keadaan seseorang
Dengan demikian, manusia, seperti pada monyet, tampaknya memiliki baik ovarium maupun testis, mungkin disebabkan
mempertahan-kan pola siklik sekresi gonadotropin oleh mosaikisme XX/XY dan pola-pola mosaik terkait,
walaupun terpajan androgen in utero. walaupun kelainan genetik lain juga mungkin terjadi.
Kelainan kromosom juga mencakup transposisi bagian-
DIFERENSIASI SEKSUAL bagian suatu kromosom ke kromosom lain. Walaupun jarang,
MENYIMPANG dapat ditemukan pria-pria genetik yang memiliki kariotipe XX
karena lengan pendek kromosom Y dari ayah mereka
Kelainan Kromosom mengalami transposisi ke kromosom X ayah selama meiosis dan
mereka menerima kromosom X tersebut bersama kromosom
Dari pembahasan sebelumnya, dapat diperkirakan bahwa ibu. Demikian juga, delesi sebagian kecil kromosom Y yang
kelainan perkembangan seksual dapat disebabkan oleh kelainan mengandung SRY menghasilkan wanita dengan kariotipe XY.
genetik atau hormonal serta oleh pengaruh teratogenik
nonspesifik lain, dan hal-hal ini memang terjadi. Kelompok Kelainan Hormonal
utama kelainan-kelainan ini tercantum dalam Tabel 22-1. Perkembangan genitalia eksterna pria terjadi secara normal
Nondisjunction kromosom-kromosom seks selama pada pria genetik sebagai respons terhadap androgen yang
pembelahan pertama dalam meiosis menyebabkan kelainan disekresikan oleh testis embrionik, tetapi perkembangan
khas (lihat Boks Klinis 22-1; Gambar 22-7). Meiosis adalah genitalia pria juga dapat terjadi pada wanita genetik yang
suatu proses yang terdiri dari dua tahap, dan walaupun selama dalam rahim terpajan androgen dari sumber lain
biasanya terjadi selama pembelahan meiosis pertama, selama minggu kedelapan sampai ketiga belas gestasi.
nondisjunction dapat terjadi selama pembelahan kedua, dan Sindrom yang terjadi disebut pseudohermafroditisme
menghasilkan kelainan kromosom yang lebih kompleks. wanita. Pseudohermafrodit adalah seseorang yang memiliki
Selain itu, nondisjunction atau hilangnya kromosom seks konstitusi genetik dan gonad salah satu jenis kelamin tetapi
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 397

TABEL 22–1 Klasifikasi gangguan utama diferensiasi BOKS KLINIS 22-1


seksual pada manusia a.
Gangguan kromosom
Kelainan Kromosom
Disgenesis gonad (XO dan varian-variannya) Salah satu gangguan gametogenesis yang telah dikenal
“Superfemales” (XXX) adalah nondisjunction, suatu fenomena kegagalan
pemisahan sepasang kromosom, sehingga keduanya
Disgenesis tubulus seminiferosa (XXY dan varian-variannya) berpindah ke salah satu dari sel-sel anak selama meiosis.
Hermafroditisme sejati Empat zigot abnormal yang dapat terjadi akibat
nondisjunction satu kromosom X selama oogenesis
Gangguan perkembangan diperlihatkan dalam Gambar 25-7. Pada orang yang memiliki
Pseudohermafroditisme wanita pola kromosom XO, gonad bersifat rudimenter atau tidak
ditemukan, sehingga yang terbentuk adalah genitalia
Hiperplasia adrenal virilisasi kongenital pada janin eksterna wanita., perawakan pendek, sering terdapat
Kelebihan androgen ibu kelainan kongenital lain, dan tidak terjadi pematangan
seksual sewaktu pubertas. Sindrom ini sekarang disebut
Tumor ovarium virilisasi disgenesis gonad atau, nama lain, agenesis ovarium atau
latrogenik: Pemberian androgen atau obat progestasional sindrom Turner. Orang dengan pola XXY, gangguan
sintetik tertentu kromosom seks yang paling sering ditemukan, memiliki
genitalia pria normal. Sekresi testosteron pada pubertas
Pseudohermafroditisme pria cukup besar untuk menghasilkan sifat khas pria; namun,
Resistensi androgen tubulus seminiferosa abnormal, dan insidens retardasi
mental lebih tinggi. Sindrom ini dikenal sebagai disgenesis
Gangguan perkembangan testis tubulus seminiferosa atau sindrom Klinefelter. Pola XXX
Defisiensi 17α-hidroksilase kongenital ("superfemale") merupakan pola kedua terbanyak setelah
pola XXY dan mungkin lebih sering dijumpai pada populasi
Hiperplasia adrenal kongenital akibat hambatan pembentukan
umum, karena keadaan ini tampaknya tidak berkaitan
pregnenolon
dengan kelainan apapun. Kombinasi YO mungkin bersifat
Berbagai anomali non-hormonal letal.
aBanyakdari sindrom ini memiliki beragam tingkat keparahan dan, dengan Nondisjunction kromosom 21 menghasilkan trisomi 21,
demikian, beragam manifestasi. kelainan kromosom yang berkaitan dengan sindrom Down
(mongolism). Kromosom 21 tambahan tersebut bersifat
memiliki genitalia dari jenis kelamin yang lain. Setelah minggu normal, sehingga sindrom Down adalah kasus murni
ketiga belas, genitalia telah terbentuk sempurna, tetapi pajanan kelebihan gen yang menyebabkan kelainan.
androgen dapat menimbulkan hipertrofi klitoris. Pseudo- Terdapat banyak kelainan kromosom lain serta berbagai
hermafroditisme wanita juga dapat disebabkan oleh hiperplasia penyakit yang disebabkan oleh defek pada satu gen. Kelainan-
adrenal virilisasi kongenital (lihat Bab 20), atau dapat disebabkan kelainan ini biasanya didiagnosis in utero dengan analisis sel-
oleh androgen yang diberikan kepada ibu. Sebaliknya, salah satu sel janin dalam sampel cairan amnion yang diambil dengan
kausa pembentukan genitalia eksterna wanita pada pria genetik memasukkan sebuah jarum menembus dinding abdomen
(pseudohermafroditisme pria) adalah gangguan pembentukan (amniosentesis) atau, pada kehamilan yang lebih dini, dengan
testis. Karena testis juga menyekresi MIS, pria genetik dengan memeriksa sel janin yang diperoleh dari biopsi jarum
gangguan testis memiliki genitalia interna wanita. terhadap vilus korion (chorionic villus sampling).
Penyebab lain pseudohermafroditisme pria adalah
resistensi androgen, kondisi ketika, akibat berbagai kelainan KIAT TERAPEUTIK
kongenital, hormon-hormon pria tidak dapat mengeluarkan Banyak dari sindrom yang disebutkan di atas berefek
seluruh efeknya pada jaringan. Salah satu bentuk resistensi pada berbagai sistem organ, dan pasien harus
androgen adalah defisiensi 5α-reduktase, kondisi menurunnya dipantau secara cermat dengan pendekatan
enzim yang berperan untuk pembentukan dihidrotes-tosteron, multidisiplin untuk menghindari konsekuensi-
bentuk aktif testosteron, (Gambar 22-8). Akibat defisiensi ini konsekuensi defek kardiovaskular, infeksi akibat
dibahas di Bab 23. Bentuk-bentuk lain resistensi androgen malformasi kanal kemih dan ginjal, dan dampak
disebabkan oleh berbagai mutasi pada gen reseptor androgen, psikologis gangguan reproduksi. Gadis dengan
dan gangguan fungsi reseptor yang terjadi berkisar dari ringan sindromTurner dan tanda-tanda kegagalan gonad
sampai berat. Gangguan ringan menyebabkan kemandulan juga diterapi dengan estrogen dosis rendah untuk
dengan atau tanpa ginekomastia. Bila hilangnya fungsi reseptor merangsang pubertas, diikuti oleh pemberian gradual
terjadi secara sempurna, maka timbul sindrom feminisasi testis, kadar estrogen dewasa untuk memungkinkan mereka
yang sekarang dikenal sebagai sindrom resistensi androgen mengalami feminisasi. Sebaliknya, pasien dengan
komplit. Pada kelainan ini, terdapat MIS dan testosteron sindrom Klinefelter sering diberi androgen untuk
disekresikan dengan kadar normal atau bahkan meningkat. memperbaiki virilisasi dan libido.
Genitalia eksterna adalah wanita, tetapi vagina
398 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Meiosis
abnormal
Ovum Zigot Sperma
PUBERTAS
Seperti dinyatakan di atas, terdapat letupan-letupan (lonjakan)
sekresi testosteron pada janin pria sebelum lahir (lihat Bab 23).
Pada periode neonatus terjadi letupan lain, yang fungsinya
44 22 44 belum diketahui, tetapi setelah itu sel-sel Leydig menjadi inaktif.
XX O XO
22X Pada semua mamalia kemudian timbul periode saat gonad pada
Disgenesis gonad kedua jenis kelamin inaktif sampai diaktifkan oleh gonadotropin
dari hipofisis untuk menyelesaikan pematangan sistem
44 22 44 reproduksi. Periode pematangan akhir ini dikenal sebagai akil-
XX XX XXX balik. Periode ini juga disebut pubertas, walaupun pubertas,
22X
dalam definisi yang ketat, adalah periode berkembangnya fungsi
Superfemale endokrin dan gametogenik gonad pertama kali mencapai titik
yang memungkinkan reproduksi. Pada gadis, peristiwa pertama
44 22 44 adalah telarke, terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke,
XX O YO
22Y timbulnya rambut pubis dan ketiak, lalu oleh menarke, periode
Letal haid pertama. Periode awal biasanya anovulatorik, dan ovulasi
teratur muncul sekitar setahun sesudahnya. Berlawanan dengan
keadaan pada masa dewasa, pengangkatan gonad selama periode
44 44
XX
22 dari segera setelah lahir sampai pubertas sedikit menyebabkan
XX XXY
22Y peningkatan sekresi gonadotropin, sehingga sekresi gona-
Disgenesis tubulus dotropin tidak mengalami hambatan oleh hormon gonad. Pada
seminiferosa anak berusia antara 7 dan 10, terjadi peningkatan lambat sekresi
estrogen dan androgen yang mendahului peningkatan cepat
GAMBAR 22-7 Ringkasan empat kemungkinan gangguan yang
ditimbulkan oleh nondisjunction maternal pada kromosom seks saat
pada masa remaja dini (Gambar 22–9).
meiosis. Kombinasi YO diperkirakan bersifat letal, dan janin meninggal Usia terjadinya pubertas bervariasi. Di Eropa dan
in utero. Amerika Serikat, usia tersebut menurun dengan kecepatan
1-3 bulan tiap dasawarsa selama lebih dari 175 tahun. Di
Amerika Serikat selama tahun-tahun terakhir, pubertas
buntu karena tidak terdapat genitalia interna wanita. Orang-
biasanya terjadi antara usia 8 dan 13 pada gadis serta 9 dan
orang dengan sindrom ini mengalami pembesaran payudara
14 pada pemuda.
sewaktu pubertas dan biasanya dianggap wanita normal Peristiwa lain yang terjadi pada manusia pada saat pubertas
sampai didiagnosis sewaktu mereka mencari pertolongan adalah peningkatan sekresi androgen-androgen adrenal (lihat
medis karena tidak mengalami haid. Gambar 20-12). Awitan peningkatan ini disebut adrenarke. Hal
Perlu dicatat bahwa pria genetik dengan hambatan ini terjadi pada usia 8-10 tahun pada anak perempuan dan 10-12
kongenital dalam pembentukan pregnenolon adalah tahun pada anak laki-laki. Kadar dehidroepiandrosteron
pseudohermafrodit karena secara normal androgen testis (DHEA) memuncak pada usia sekitar 25 tahun pada wanita dan
maupun adrenal terbentuk dari pregnenolon. Pseudo- sedikit lebih lambat dibandingkan pada pria. Kadar tersebut
hermafrodit pria juga timbul bila terdapat defisiensi kemudian turun secara perlahan sampai rendah pada usia lanjut.
kongenital 17α-hidroksi-lase (lihat Bab 20). Peningkatan tersebut tampaknya disebabkan oleh peningkatan
aktivitas liase 17α- hidroksilase.
600
Kontrol Awitan Pubertas
500 Gonad pada anak dapat dirangsang oleh gonadotropin; hipofisis
Testosteron plasma (ng/dL)

mereka mengandung gonadotropin; dan hipotalamus mereka


400 mengandung gonadotropin-releasing hormone (GnRH) (lihat
Bab 17). Namun, gonadotropin tersebut tidak disekresikan. Pada
300 monyet imatur, siklus haid normal dapat ditimbulkan dengan
penyuntikan GnRH secara denyut (pulsa), dan siklus tersebut
200 menetap selama penyuntikan denyut tersebut dilanjutkan.
Dengan demikian, tampaknya jelas bahwa sekresi berdenyut
100 GnRH menyebabkan terjadinya pubertas. Selama periode dari
lahir sampai pubertas, terdapat suatu mekanisme saraf yang
0 mencegah pelepasan denyut GnRH. Sifat mekanisme yang
Janin Neo- Pre- pubertas Dewasa Usia
natus pubertas lanjut
menghambat timbulnya sekresi pulsa GnRH ini belum
diketahui. Namun, satu atau lebih gen menghasilkan produk
GAMBAR 22-8 Kadar testosteron plasma di berbagai usia pria. yang merangsang sekresi GnRH, dan mungkin terjadi inhibisi
terhadap gen-gen ini sebelum pubertas (lihat Boks Klinis 22–2).
CHAPTER 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 399

3.0 BOKS KLINIS 22-2


FSH FSH
2.0 LH Leptin
LH 6
(ng/mL) Selama ini telah diperdebatkan bahwa dalam keadaan normal
1.0
terdapat suatu berat badan kritis yang harus dicapai agar
0.5 4
Testosteron pubertas dapat terjadi. Dengan demikian, sebagai contoh,
(ng/mL) wanita muda yang melakukan olahraga berat akan kehilangan
2
berat dan berhenti haid, demikian juga wanita muda yang
mengidap anoreksia nervosa. Apabila wanita-wanita tersebut
1 2 3 4–5 Dewasa mulai makan dan mengalami penambahan berat, haid akan
Tahap pubertas kembali datang, yi. mereka "kembali mengalami pubertas".
7.7 12 13.7 15.7 Usia tulang Sekarang diketahui bahwa tampaknya leptin, suatu hormon yang
menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak
mungkin merupakan penghubung antara berat tubuh dan
3.0 FSH
FSH pubertas. Mencit ob/ob yang kegemukan yang tidak dapat
2.0
menghasilkan leptin akan mandul, dan kesuburan mencit
LH LH tersebut dipulihkan dengan penyuntikan leptin. Pengobatan
60
(ng/mL) leptin juga memicu pubertas prekoks pada mencit betina imatur.
1.0
17β- Namun, bagaimana leptin berperan dalam kontrol pubertas
0.5 40 Estradiol
(pg/mL)
keseluruhan masih perlu ditentukan.
20
terjadinya sekresi berdenyut GnRH. Tumor pinealis kadang-
1 2 3 4 5 kadang berkaitan dengan pubertas prekoks, tetapi bukti
Tahap pubertas mengisyaratkan bahwa tumor ini berhubungan dengan
7.0 10.5 11.6 13.0 14.0 Usia tulang prekoksitas hanya bila terjadi kerusakan sekunder pada
GAMBAR 22-9 Perubahan konsentrasi hormon plasma selama hipotalamus.
pubertas pada pemuda (atas) dan gadis (bawah). Pada kedua jenis Gametogenesis dan steroidogenesis prekoks dapat terjadi
kelamin, stadium 1 pubertas adalah praakil-balik. Pada pemuda, stadium tanpa pola sekresi gonadotropin pubertas (prekoksitas yang
2 ditandai oleh pembesaran awal testis, stadium 3 oleh pembesaran tidak bergantung pada gonadotropin). Paling tidak pada
penis, stadium 4 oleh pertumbuhan glans penis, dan stadium 5 oleh beberapa kasus kelainan ini, kepekaan reseptor LH terhadap
genitalia dewasa. Pada gadis, stadium 2 ditandai oleh penonjolan
payudara, stadium 3 oleh peninggian dan pembesaran payudara,
stadium 4 oleh penonjolan areola, dan stadium 5 oleh payudara dewasa. TABEL 22–2 Klasifikasi penyebab perkembangan
(Dimodifikasi dan disalin dengan izin dari Berenberg SR [editor]: Puberty: Biologic and seksual prekoks pada manusia.
Psychosocial Components. HE Stenfoert Kroese BV, 1975.)
Pubertas prekoks sejati

PUBERTAS PREKOKS & Konstitusional

PUBERTAS TERTUNDA Serebrum: Gangguan yang mengenai hipotalamus posterior

Prekoks Seksual Tumor

Berbagai penyebab utama perkembangan seksual prekoks Infeksi


tercantum dalam Tabel 22-2. Munculnya sifat seks sekunder Kelainan perkembangan
secara dini tanpa gametogenesis disebabkan oleh pajanan Prekoks tidak bergantung-gonadotropin
abnormal pria imatur ke androgen atau wanita ke estrogen.
Sindrom ini sebaiknya disebut pseudopubertas prekoks Pseudopubertas prekoks (tanpa spermatogenesis atau
perkembangan ovarium)
untuk membedakannya dari pubertas prekoks sejati akibat
pola sekresi gonadotropin pubertas dari hipofisis yang terjadi Adrenal
secara dini tetapi normal.
Hiperplasia adrenal virilisasi kongenital
Pubertas prekoks konstitusional—yi. pubertas prekoks yang
kausanya tidak diketahui—lebih sering pada gadis daripada Tumor pensekresi androgen (pada pria)
pemuda. Pada kedua jenis kelamin, tumor atau infeksi yang Tumor pensekresi estrogen (pada wanita)
mengenai hipotalamus menyebabkan pubertas prekoks.
Gonad
Memang, pada sebuah penelitian kasus dalam jumlah besar,
pubertas prekoks merupakan gejala endokrin tersering dari Tumor sel Leydig testis
penyakit hipotalamus. Pada hewan percobaan, pubertas prekoks Tumor sel granulosa ovarium
dapat ditimbulkan oleh lesi hipotalamus. Tampaknya lesi Lain-lain
mengganggu suatu jalur yang secara normal menahan
400 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

BOKS KLINIS 22-3

Hiperprolaktinemia KIAT TERAPEUTIK


Hampir 70% pasien adenoma kromofob hipofisis anterior
mengalami peningkatan kadar prolaktin plasma. Pada Pemberian obat adalah salah satu kausa umum
beberapa keadaan, peningkatan mungkin disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Sekresi prolaktin di hipofisis
kerusakan tangkai hipofisis, tetapi umumnya sel-sel tumor ditekan oleh bahan kimia otakdopamin. Pemakaian
benar-benar menyekresi hormon tersebut. Hiperprolak- obat yang menghambat efek dopamin dapat
tinemia dapat menyebabkan galaktorea, tetapi pada banyak menyebabkan hipofisis mengeluarkan prolaktin.
orang tidak timbul kelainan endokrin yang nyata. Sebaliknya, Contoh dari beberapa obat resep yang dapat
sebagian besar wanita yang mengalami galaktorea memiliki
menyebabkan hiperprolaktinemia adalah tranquilizer
kadar prolaktin yang normal; peningkatan yang nyata
dijumpai pada kurang dari sepertiga pasien kelainan ini. mayor haloperidol (Haldol) dan fenotiazin, sebagian
Pengamatan lain yang menarik adalah bahwa 15-20% besar obat antipsikotik, dan cisapride, yang digunakan
wanita dengan amenorea sekunder mengalami peningkatan untuk mengobati mual dan refluks gastro-esofagus
kadar prolaktin dan bahwa bila sekresi prolaktin diturunkan, pada pasien kanker. Jika mungkin, obat yang dicurigai
maka daur haid normal dan kesuburan pulih. Tampaknya menyebabkan hiperprolaktinemia perlu dihentikan,
prolaktin dapat menimbulkan amenorea dengan menghambat atau dosisnya dititrasi. Apapun etiologinya, terapi
efek gonadotropin pada ovarium, tetapi bukti pasti yang perlu mengupayakan pemulihan kadar prolaktin untuk
mendukung hipotesis ini masih harus menunggu penelitian menghindari efek supresif ovarium dan menjaga
lebih lanjut. Hipogonadisme yang ditimbulkan oleh
kepadatan tulang. Agonis dopamin juga berguna pada
prolaktinoma berkaitan dengan osteoporosis akibat defisiensi
banyak kasus, termasuk proaktinoma, dan dapat
estrogen.
diberikan untuk pasien yang obat pemicunya tidak
Seperti dinyatakan di atas, hiperprolaktinemia pada pria
berkaitan dengan impotensi dan hipogonadisme menghilang dapat dihentikan.
bila sekresi prolaktin diturunkan.

gonadotropin meningkat karena terjadi mutasi aktivasi pada menjadi atrofi. Karena efek umpan-balik negatif estrogen
protein G yang menggabungkan reseptor ke adenilil siklase. dan progesteron menurun, maka sekresi FSH dan LH
meningkat, dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat
Pubertas Tertunda atau Tidak Ada yang tinggi. Mencit dan tikus betina tua memiliki periode
Variasi normal usia saat timbulnya perubahan akil balik diestrus dan peningkatan sekresi gonadotropin yang
sangatlah luas sehingga pubertas tidak dapat dianggap tertunda panjang, tetapi “menopause” yang jelas tampaknya hanya
secara patologis sampai menarke tidak timbul pada usia 17
tahun atau testis tidak berkembang sampai usia 20 tahun.
Folikel primordial/ovarium

Kegagalan pematangan akibat panhipopituitarisme berkaitan 100,000


dengan kecebolan dan bukti kelainan endokrin lain. Pasien
10,000
dengan pola kromosom XO dan disgenesis gonad juga cebol.
Pada beberapa orang, pubertas tertunda walaupun terdapat 1000
gonad dan fungsi endokrin lain normal. Pada pria, gambaran
klinis ini disebut eunukoidisme. Pada wanita, gambaran ini 100

disebut amenore primer (lihat Boks Klinis 22–3). 10

MENOPAUSE 1

Ovarium manusia menjadi tidak responsif terhadap 0


gonadotropin seiring dengan pertambahan usia, dan 10 20 30 40 50 60
fungsinya menurun, sehingga daur seksual menghilang Usia dalam tahun
(menopause). Ovarium yang tidak responsif ini berkaitan GAMBAR 22-10 Jumlah folikel primordial per ovarium pada
dengan dan mungkin disebabkan oleh penurunan jumlah wanita berbagai usia. Kotak berwarna biru, wanita pramenopause (haid
folikel primordial, yang terjadi mendadak pada saat teratur); kotak merah, wanita perimenopause (haid tidak teratur paling
menopause (Gambar 22–10). Ovarium tidak lagi sedikit selama 1 tahun);segitiga merah, wanita pascamenopause (tanpa
menyekresi progesteron dan 17β-estradiol dalam jumlah haid paling sedikit selama 1 tahun). Perhatikan bahwa skala vertikal
yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah adalah skala log dan bahwa angka-angka berasal dari satu, bukan kedua,
ovarium. (Digambar ulang oleh PM Wise dan disalin dengan izin dari Richardson SJ,
kecil melalui aromatisasi androstenedion di jaringan perifer Senikas V, Nelson JF: Follicular depletion during the menopausal transition: Evidence for
(lihat Bab 20). Uterus dan vagina perlahan-lahan accelerated loss and ultimate exhaustion. J Clin Endocrinol Metab 1987;65:1231.)
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 401

dijumpai pada wanita. Pada wanita, terdapat suatu periode cairan folikel. Pada manusia, biasanya satu folikel dari salah
yang dinamai perimenopause yang mendahului menopause, satu ovarium mulai tumbuh cepat pada sekitar hari keenam
dan periode ini dapat berlangsung hingga 10 tahun. Selama dan menjadi folikel dominan, sementara yang lain mengalami
periomenopause, kadar FSH akan meningkat sebelum regresi, membentuk folikel atretik. Proses atretik melibatkan
dijumpai peningkatan LH akibat berkurangnya estrogen, apoptosis. Tidak diketahui bagaimana satu folikel terpilih
progesteron, dan inhibin dan haid mulai tidak teratur. Hal menjadi folikel dominan dalam fase folikular daur haid ini,
ini biasanya terjadi antara usia 45 dan 55. Usia rerata awitan tetapi hal ini tampaknya berkaitan dengan kemampuan folikel
menopause adalah sekitar 52 tahun. menyekresi estrogen di dalamnya yang diperlukan untuk
Hilangnya fungsi ovarium menyebabkan banyak gejala pematangan akhir. Bila wanita diberi preparat gonadotropin
seperti rasa hangat yang menyebar dari batang tubuh ke hipofisis manusia yang sangat murni melalui suntikan,
wajah (hot flushes, juga disebut bot flashes) dan keringat banyak folikel terbentuk secara serentak.
malam. Selain itu, dimulainya menopause meningkatkan
Struktur sebuah folikel ovarium matang (folikel graaf)
risiko banyak penyakit misalnya osteoporosis, penyakit
diperlihatkan dalam Gambar 22-11. Sumber utama estrogen
jantung iskemik, dan penyakit ginjal.
darah adalah sel granulosa ovarium; namun, sel-sel teka
Hotflushes dikatakan terjadi pada 75% wanita menopause interna dari folikel diperlukan untuk menghasilkan estrogen
dan mungkin berlanjut secara intermiten sampai selama 40 karena mereka mengeluarkan androgen yang mengalami
tahun. Hot flushes juga timbul bila terjadi menopause dini aromatisasi menjadi estrogen oleh sel granulosa.
akibat ovariektomi bilateral, dan hal ini dapat dicegah dengan
Pada sekitar hari ke-14 siklus, folikel yang membesar pecah,
pemberian estrogen. Selain itu, pada pria hal ini terjadi setelah
dan ovum terlepas ke dalam rongga abdomen. Ini adalah proses
kastrasi. Penyebabnya tidak diketahui. Namun, keluhan-
ovulasi. Ovum diambil oleh ujung-ujung tuba uterina yang
keluhan tersebut bersamaan dengan lonjakan sekresi LH. LH
berfimbria (oviduktus). Ovum disalurkan ke uterus dan, bila
disekresikan dalam letupan-letupan episodik dengan interval
tidak terjadi pembuahan, keluar melalui vagina.
30-60 menit atau lebih (circhoral secretion), dan tanpa adanya
hormon-hormon gonad letupan-letupan tersebut semakin Folikel yang pecah pada saat ovulasi segera terisi darah,
besar. Setiap hot flushes berawal dengan dimulainya letupan membentuk apa yang kadang-kadang disebut sebagai korpus
tersebut. Namun, LH itu sendiri bukan merupakan penyebab hemoragikum. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga
gejala, karena gejala-gejala tersebut menetap setelah abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri
pengangkatan hipofisis. Tampaknya terjadi proses peka- abdomen bawah singkat (mittelschmerz). Sel-sel granulosa dan
estrogen di hipotalamus yang mencetuskan pelepasan LH dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi, dan bekuan darah
episode flushing. dengan cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan
berwarna kekuningan, membentuk korpus luteum. Hal ini
Walaupun fungsi testis cenderung turun secara perlahan mencetuskan fase luteal daur haid, saat sel-sel luteum menyekresi
seiring dengan pertambahan usia, telah terbukti bahwa tidak estrogen dan progesteron. Pertumbuhan korpus luteum
terdapat “menopause pria” (andropause) yang serupa dengan bergantung pada kemampuannya membentuk vaskularisasi
yang terjadi pada wanita. untuk mendapatkan darah, dan terdapat bukti bahwa vascular
endothelial growth factor (VEGF) (lihat Bab 31) penting untuk
SISTEM REPRODUKSI WANITA proses ini.
Bila terjadi kehamilan, korpus luteum menetap dan
biasanya tidak terjadi lagi periode haid sampai setelah
DAUR HAID melahirkan. Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum
Sistem reproduksi wanita (Gambar 22-11), tidak seperti pria, mulai mengalami degenerasi sekitar 4 hari sebelum haid
memperlihatkan perubahan siklik reguler yang secara berikutnya (hari ke-24 daur haid) dan akhirnya diganti oleh
teleologis dapat dianggap sebagai persiapan periodik untuk jaringan ikat, membentuk korpus albikans.
fertilisasi dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain, Siklus ovarium pada mamalia lain serupa, kecuali bahwa
siklus ini adalah daur haid (siklus menstruasi), dan pada banyak spesies terjadi ovulasi lebih dari satu folikel dan
gambaran paling nyata adalah perdarahan vagina periodik biasanya terjadi kelahiran multipel. Pada beberapa spesies
yang terjadi dengan terlepasnya mukosa uterus (haid, submamalia, tetapi tidak pada yang lain, terbentuk korpus
menstruasi). Lama daur ini sangat bervariasi, tetapi angka luteum.
rerata adalah 28 hari dari permulaan satu periode haid Pada manusia, setelah lahir tidak terbentuk ovum baru.
sampai permulaan periode berikutnya. Biasanya, hari-hari Selama perkembangan masa janin, ovarium mengandung
haid diberi nomor, yang dimulai dengan hari pertama haid. lebih dari 7 juta folikel primordial. Namun, banyak yang
mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan yang lain
Siklus Ovarium hilang setelah lahir. Pada saat lahir, terdapat 2 juta ovum,
Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di bawah tetapi 50% bersifat atretik. Satu juta ovum yang normal
kapsul ovarium. Masing-masing folikel mengandung sebuah mengalami bagian pertama pembelahan meiosis pertama
ovum imatur (Gambar 22-11). Pada permulaan setiap daur, pada sekitar waktu ini dan masuk ke dalam stadium
beberapa folikel membesar, dan terbentuk suatu rongga di penghentian dalam profase, yaitu menetapnya ovum yang
sekitar ovum (pembentukan antrum). Rongga ini terisi oleh bertahan sampai masa dewasa. Atresia berlanjut selama
402 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Tuba uterina Arteri oavrika Tuba uterina


Ovarium
Ligamentum ovarium
Rektum Uterus
Fundus

Ovarium
Kavum uteri

Ligamnetum latum
Kandung kemih
Serviks Uretra
Vagina Vagina

Teka eksterna
Epitel Folikel Massa sel Folikel
germinativum primordial interstisium antrum Teka interna

Granulosa
Stroma
ovarium Cairan folik

Folikel
matang

Antrum

Pembuluh
darah

Korpus
Korpus hemoragikum
albikans
Oosit yang
mengalami
ovulasi

Korpus luteum Korpus Korpus Folikel


GAMBAR 22-11 Anatomi fungsional kanal reproduksi wanita. Organ-organ reproduksi wanita mencakup ovarium, uterus, dan tuba
fallopii, serta kelenjar payudara/mamaria.Tampak urutan perkembangan sebuah folikel, pembentukan korpus luteum dan atresi folikular.

perkembangan, dan jumlah ovum di kedua ovarium pada saat spesies, disebabkan oleh pembentukan protein pp39mos dalam
pubertas adalah kurang dari 300.000 (Gambar 22-10). Hanya ovum yang dikodekan oleh proto-onkogen c-mos. Bila terjadi
satu dari ovum-ovum ini yang secara normal mencapai pembuahan, maka pp39mos dihancurkan dalam 30 menit oleh
kematangan pada tiap siklus (atau sekitar 500 selama masa kalpain, suatu sistein protease yang tergantung-kalsium.
reproduksi normal). Tepat sebelum ovulasi, pembelahan meiosis
pertama selesai. Salah satu sel anak, oosit sekunder, menerima Siklus Uterus
sebagian besar sitoplasma, sementara yang lain, badan polar Pada akhir menstruasi, semua endometrium kecuali lapisan
pertama, terpecah-pecah dan menghilang. Oosit sekunder segera dalam telah terlepas. Kemudian terbentuk kembali
memulai pembelahan meiosis kedua, tetapi pembelahan ini endometrium baru di bawah pengaruh estrogen dari folikel
terhenti pada metafase dan dilanjutkan hanya apabila sperma yang sedang tumbuh. Ketebalan endometrium cepat
menembus oosit. Pada saat itu, badan polar kedua terlepas dan meningkat dari hari ke-5 sampai ke-14 daur haid. Seiring
ovum yang dibuahi terus berkembang menjadi individu baru. dengan peningkatan ketebalan, kelenjar-kelenjar uterus
Penghentian pada metafase, paling tidak pada beberapa tertarik keluar sehingga memanjang (Gambar 22-12), tetapi
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 403

Folikel Ovulasi Korpus luteum


Proses
di ovarium

Ovum
Estrogen Progesterone
Estrogen

Ketebalan
endometrium

Hari 1 5 10 15 20 25 28 5

Fase Haid Proliferasi Sekretorik Haid


uterus

Fase
ovarium Folikular Luteal Folikular

GAMBAR 22-12 Hubungan antara perubahan ovarium dan uterus selama daur haid. (Direproduksi dengan izin dari Windmaier EP, Raff H, Strang KT:
lZander's Human Physiology: The Mechanisms of Body Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008).

belum berkelok-kelok atau mengeluarkan sekresi. Perubahan Lumen uterus


endometrium ini disebut prolifératif, dan bagian daur haid
ini kadang-kadang disebut fase prolifératif. Fase ini juga
disebut fase praovulasi atau folikular. Setelah ovulasi,
vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan
endometrium agak sembab di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron dari korpus luteum. Kelenjar-kelenjar mulai
berkelok-kelok dan mengumpar, lalu mulai menyekresi
cairan jernih. Akibatnya, fase daur ini disebut fase sekretorik
atau luteal. Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti
hipofisis anterior, menghasilkan prolaktin, tetapi fungsi
prolaktin endometrium ini tidak diketahui.
Endometrium didarahi oleh dua jenis arteri. Dua pertiga
endometrium bagian superfisial yang terlepas sewaktu haid,
stratum fungsionale, dipasok oleh arteri spiralis yang
panjang dan berkelok-kelok (Gambar 22-13), sedangkan
lapisan sebelah dalam yang tidak terlepas, stratum basale,
diperdarahi oleh arteri basilaris yang pendek dan lurus.
Sewaktu korpus luteum mengalami regresi, pasokan
hormon untuk endometrium terhenti. Endometrium
menjadi lebih tipis, yang menambah gulungan-gulungan
arteri spiralis. Muncul fokus-fokus nekrosis di endo-
metrium, dan fokus-fokus ini kemudian bersatu. Selain itu,
terjadi spasme lalu nekrosis dinding arteri spiralis, yang
menyebabkan timbulnya bercak perdarahan yang kemudian
menyatu dan menghasilkan darah haid. Miometrium
Vasospasme mungkin ditimbulkan oleh prostaglandin
yang dilepaskan secara lokal. Dalam endometrium fase GAMBAR 22-13 Arteri spiralis pada endometrium. Gambar
sekretorik dan darah haid banyak ditemukan prostaglandin, sebuah arteri spiralis (kiri) dan dua kelenjar uterus (kanan) dari
endometrium monyet rhesus; fase sekretorik dini. (Disalin dengan izin
dan infus Prostaglandin F2α (PGF2α) menyebabkan nekrosis dari Daron GH: The arterial pattern of the tunica mucosa of the uterus in the
endometrium dan perdarahan. Macacus rhesus. Am J Anat 1936;58:349.)
404 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Ditinjau dari fungsi endometrium, fase prolifératif daur Siklus normal, hari ke-14
haid mencerminkan pemulihan epitel dari haid sebelumnya,
dan fase sekretorik mencerminkan persiapan uterus untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi. Panjang fase sekretorik
sangat konstan yaitu 14 hari, dan variasi lama daur haid
tampaknya sebagian besar disebabkan oleh variasi panjang fase
prolifératif. Bila tidak terjadi fertilisasi selama fase sekretorik,
maka endometrium terlepas dan dimulai daur baru. Fase midluteal, siklus normal

Haid Normal
Darah haid terutama merupakan darah arteri, dengan hanya
25% darah berasal dari vena. Darah ini mengandung sisa
jaringan, prostaglandin, dan fibrinolisin dalam jumlah relatif
besar dari jaringan endometrium. Fibrinolisin melisiskan
bekuan, sehingga dalam keadaan normal darah haid tidak Siklus anovilatorik dengan adanya estrogen
mengandung bekuan kecuali bila jumlahnya berlebihan.
Lama haid biasanya adalah 3-5 hari, tetapi pada wanita
normal pengeluaran darah dapat sesingkat 1 hari atau selama
8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat
berkisar dari hanya bercak-bercak sampai 80 mL; jumlah
rerata yang keluar adalah 30 mL. Pengeluaran lebih dari 80
mL adalah abnormal. Jelaslah, jumlah darah yang keluar GAMBAR 22-14 Pola yang terbentuk sewaktu mukus serviks
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketebalan diapuskan pada kaca objek, dibiarkan kering, dan diperiksa di bawah
mikroskop. Progesteron menyebabkan mukus kental dan selular. Pada
endometrium, pengobatan, dan penyakit yang memengaruhi apusan dari pasien yang tidak mengalami ovulasi (bawah), tidak terdapat
mekanisme pembekuan. progesteron untuk menghambat pola daun pakis yang diinduksi oleh
estrogen.
Siklus Anovulatorik
Pada beberapa keadaan, ovulasi tidak terjadi selama siklus
haid. Siklus anovulatorik tersebut sering terjadi pada 12-18 Siklus Vagina
bulan pertama setelah menarke dan juga sebelum awitan Di bawah pengaruh estrogen, epitel vagina mengalami
menopause. Bila tidak terjadi ovulasi, tidak terbentuk korpus kornifikasi, dan pada apusan vagina dapat dilihat sel-sel
luteum dan tidak ada efek progesteron terhadap endo- epitel kornifikasi. Di bawah pengaruh progesteron, terjadi
metrium. Namun, estrogen terus menyebabkan pertumbuhan sekresi mukus kental, dan epitel berproliferasi dan disebuk
endometrium dan endometrium prolifératif tersebut menjadi oleh leukosit. Perubahan siklis pada apusan vagina tikus
cukup tebal untuk pecah dan mulai terlepas. Waktu yang relatif lebih jelas. Perubahan pada manusia dan spesies lain
diperlukan untuk terjadinya perdarahan bervariasi, tetapi serupa, tetapi tidak begitu jelas.
biasanya terjadi kurang dari 28 hari dari periode haid terakhir.
Jumlah darah yang keluar juga bervariasi dan berkisar dari
Perubahan Siklis pada Payudara
sedikit sampai relatif banyak. Walaupun dalam keadaan normal tidak terjadi laktasi
sampai akhir kehamilan, namun terjadi perubahan-
Perubahan Siklis pada Serviks Uterus perubahan siklis pada payudara selama daur haid. Estrogen
Walaupun menyatu dengan korpus uteri, serviks uteri berbeda menyebabkan proliferasi duktus mamaria, sementara
dalam beberapa hal. Mukosa serviks uteri tidak mengalami progesteron menyebabkan pertumbuhan lobulus dan
deskuamasi siklis, tetapi terjadi perubahan teratur pada mukus alveolus. Payudara yang membengkak dan terasa nyeri
serviks. Estrogen menyebabkan mukus menipis dan lebih basa, spontan atau bila ditekan yang dirasakan oleh wanita selama
yaitu perubahan yang meningkatkan kesintasan dan pergerakan 10 hari sebelum haid mendatang mungkin disebabkan oleh
sperma. Progesteron menyebab-kan mukus menebal, kental, dan peregangan duktus, hiperemia, dan edema jaringan
selular. Mukus berada dalam keadaan paling tipis pada saat interstisium payudara. Semua perubahan tersebut, disertai
ovulasi, dan elastisitasnya, atau spinnbarkeit, meningkat gejala-gejalanya, berkurang selama haid.
sedemikian rupa sehingga pada pertengahan daur haid, satu
tetesan mukus dapat diregangkan menjadi sehelai benang tipis
Perubahan Selama Hubungan Kelamin
yang panjangnya dapat mencapai 8-12 cm atau lebih. Selain itu, Selama rangsangan seksual pada wanita, terjadi sekresi cairan
mukus ini mengering dengan pola yang bercabang-cabang dan di atas dinding vagina, mungkin karena pelepasan VIP dari
seperti daun pakis (Gambar 22-14) bila lapisan tipis diapuskan saraf-saraf vagina. Kelenjar vestibulum juga menyekresi cairan
ke kaca objek. Setelah ovulasi dan selama kehamilan, mukus pelumas. Bagian atas vagina peka terhadap regangan,
menjadi tebal dan tidak membentuk pola pakis. sementara stimulasi raba dari labia minora dan klitoris
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 405

menambah rangsangan seksual. Berbagai rangsangan ini Indikator Ovulasi


diperkuat oleh rangsangan visual, auditorik, dan olfaktorik,
Mengetahui apakah ovulasi telah terjadi selama daur haid
yang dapat berkembang makin meningkat mencapai puncak
penting untuk meningkatkan kesuburan atau, sebaliknya,
kepuasan yang disebut orgasme. Selama orgasme, terjadi
dalam keluarga berencana. Indikator yang cukup mudah dan
kontraksi ritmik dinding vagina yang diperantarai secara relatif handal mengenai saat ovulasi adalah perubahan—
otonom. Impuls juga berjalan melalui saraf pudendus dan biasanya peningkatan—suhu tubuh basal (Gambar 22-15).
menimbulkan kontraksi ritmik otot bulbokavernosa dan Peningkatan ini dimulai 1-2 hari setelah ovulasi. Wanita yang
iskiokavernosa. Kontraksi vagina mungkin membantu berkeinginan memperoleh bagan suhu akurat harus meng-
pergerakan sperma, tetapi tidak esensial, karena fertilisasi gunakan termometer dengan gradasi yang lebar dan meng-
ovum tidak bergantung pada orgasme. ukur suhu (oral atau rektum) pada pagi hari sebelum

Fase folikular Fase luteal

Basal body
36.8
temperature
˚C 36.6
36.4
80 200

Inhibin B (pg/mL)
60 150
Inhibin A (pg/mL)

40 100

20 50

0 0

50 1500

40

Estradiol (pmol/L)
Progesteron (nmol/L)

1000
30

20
500
10

0 0

40 15

30
10
FSH (U/L)
LH (U/L)

20

5
10

0 M 0

-14 -7 0 7 14
Hari relatif terhadap puncak LH pertengahan siklus
GAMBAR 22-15 Suhu tubuh basal dan konsentrasi hormon plasma, (rerata ± simpang baku) selama daur haid manusia normal. Angka-
angka dihubungkan dengan hari puncak LH pertengahan siklus. FSH, follicle-stimulating hormone; LH, luteinizing hormone; M, menstruasi.
406 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

turun dari tempat tidur. Penyebab perubahan suhu pada saat yang mencolok pada saat ovulasi, yang biasanya merupakan
ovulasi kemungkinan adalah peningkatan sekresi progesteron, satu-satunya waktu terjadinya peningkatan keinginan
karena progesteron bersifat termogenik. seksual pada hewan betina. Pada spesies-spesies yang
Terjadi lonjakan sekresi LH yang memicu ovulasi, dan mengalami ovulasi spontan dengan siklus estrosa, misalnya
ovulasi umumnya terjadi 9 jam setelah puncak lonjakan LH pada tikus, tidak terjadi perdarahan vagina episodik tetapi proses
pertengahan siklus (Gambar 22-15). Ovum hidup sekitar 72 jam endokrin yang mendasari pada prinsipnya sama seperti
setelah dikeluarkan dari folikel, tetapi ovum ini dapat dibuahi proses pada daur haid. Pada spesies lain, ovulasi diinduksi
hanya dalam waktu yang jauh lebih singkat dari periode ini. oleh kopulasi (ovulasi refleks).
Dalam suatu penelitian mengenai keterkaitan antara hubungan
kelamin dan kehamilan, 36% wanita mengalami kehamilan HORMON OVARIUM
setelah berhubungan kelamin pada hari ovulasi, tetapi pada
hubungan kelamin yang dilakukan beberapa hari setelah ovulasi, Kimia, Biosintesis, dan
persentasenya nol. Hubungan kelamin pada hari pertama dan Metabolisme Estrogen
kedua sebelum ovulasi juga menyebabkan kehamilan pada
Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17β-estradiol,
sekitar 36% wanita. Beberapa kehamilan terjadi setelah
estron, dan estriol (Gambar 22-16). Zat-zat ini adalah
hubungan kelamin pada hari ke-3, ke-4, atau ke-3 sebelum
steroid C18 yang tidak memiliki gugus metil angular yang
ovulasi, walaupun persentasenya jauh lebih kecil, mis. 8% pada
hari ke-5 sebelum ovulasi. Namun demikian, sebagian sperma melekat ke posisi 10 atau (konfigurasi e4-3-keto) di cincin A.
dapat bertahan dalam kanal genitalia wanita dan membuahi Hormon-hormon ini disekresikan terutama oleh sel
ovum sampai 120 jam sebelum ovulasi, tetapi masa yang paling granulosa folikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta.
subur jelaslah 48 jam sebelum ovulasi. Namun, bagi mereka yang Biosintesis mereka bergantung pada enzim aromatase
tertarik dengan kontrasepsi “metode irama”, perlu dicatat bahwa (CYP19), yang mengubah testosteron menjadi estradiol dan
terdapat kasus-kasus kehamilan, walaupun jarang, yang timbul androstenedion menjadi estron (Gambar 22-16). Reaksi yang
dari koitus yang dilakukan sekali (pada hari keberapa saja) terakhir juga terjadi di lemak, hati, otot, dan otak.
selama siklus. Sel teka interna memilik banyak reseptor LH, dan LH
bekerja melalui cAMP untuk meningkatkan perubahan
Siklus Estrosa kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian andro-
Mamalia selain primata tidak mengalami haid, dan daur stenedion diubah menjadi estradiol, yang masuk ke dalam
seksual mereka disebut siklus estrosa. Daur ini diberi sirkulasi. Sel-sel teka interna juga memberikan andro-
nama demikian karena adanya periode “birahi” (estrus) stenedion kepada sel granulosa. Sel granulosa membuat

Kolesterol Pregnenolon 17α-Hidroksipregnenolon Dehidroepiandrosteron

Progesteron 17α-Hidroksipregnenolon Androstenedion

Aromatase Testosteron
O
Aromatase
OH

HO
Estron (E1) HO
17β-Estradiol (E2)
16-Ketoestron

16α-Hidroksiestron OH

OH

HO
Estriol (E3)

GAMBAR 22-16 Biosintesis dan metabolisme estrogen. Rumus steroid prekursor diperlihatkan dalam Gambar 22-7.
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 407

Sel teka Sel


Sirkulasi interna granulosa Antrum

Kolesterol Kolesterol

Androstenedion Androstenedion

Estradiol Estron Estron Estradiol

GAMBAR 22-17 Interaksi antara sel teka dan sel granulosa dalam sintesis dan sekresi estradiol.

estradiol bila mendapat androgen (Gambar 22-17), dan Pemberian estrogen jangka panjang menyebabkan
tampaknya bahwa pada primata estradiol yang terbentuk endometrium mengalami hipertrofi. Bila terapi estrogen
disekresikan ke dalam cairan folikel. Sel granulosa dihentikan, maka terjadi pelepasan disertai withdrawal
memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH meningkatkan bleeding (perdarahan lucut). Dapat terjadi perdarahan
sekresi estradiol dari sel granulosa dengan bekerja melalui “breakthrough” selama pemberian estrogen jangka panjang.
cAMP untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel Pajanan berkepanjangan ke hanya estrogen (tidak diimbangi
granulosa matang juga memiliki reseptor LH, dan LH juga oleh progeste-ron) dindikasikan merupakan faktor risiko
merangsang pembentukan estradiol. terbentuknya kanker endometrium.
Dua persen estradiol dalam darah berada dalam keadaan Efek pada Organ Endokrin
bebas, dan sisanya terikat ke protein: 60% ke albumin dan
Estrogen menurunkan sekresi FSH. Pada keadaan-keadaan
38% ke gonadal steroid-binding globulin (GBG) serupa
tertentu, estrogen menghambat sekresi LH (umpan-balik
dengan yang mengikat testosteron.
negatif); pada keadaan lain, estrogen meningkatkan sekresi LH
Di hati, estradiol, estron, dan estriol diubah menjadi
(umpan-balik positif). Wanita kadang-kadang mendapat
konjugat glukuronida dan sulfat. Semua senyawa ini,
estrogen dosis besar selama 4-6 hari untuk mencegah konsepsi
bersama dengan metabolit lain, diekskresikan di urine.
setelah koitus selama masa subur (kontrasepsi pascakoitus atau
Sejumlah tertentu disekresikan dalam empedu dan diserap
"morning-after"). Namun pada keadaan ini, kehamilan mungkin
kembali ke dalam darah (sirkulasi enterohepatik).
dicegah karena gangguan implantasi ovum yang telah dibuahi,
Sekresi bukannya karena perubahan sekresi gonadotropin.
Konsentrasi estradiol dalam plasma selama daur haid Estrogen menyebabkan peningkatan sekresi angioten-
diperlihatkan dalam Gambar 22-15. Hampir semua estrogen sinogen dan globulin pengikat tiroid. Estrogen memiliki
ini berasal dari ovarium, dan terdapat dua puncak sekresi: efek anabolik protein penting pada ayam dan sapi,
satu tepat sebelum ovulasi dan satu selama fase midluteal. mungkin melalui stimulasi sekresi androgen dari adrenal,
Kecepatan sekresi estradiol adalah 36 pg/h (133 nmol/h)
pada fase folikular awal, 380 µg/h tepat sebelum ovulasi, dan
250 pg/h selama fase midluteal (Tabel 22–3). Setelah TABEL 22-3 Kecepatan pembentukan steroid-
menopause, sekresi estrogen menurun sampai ke kadar yang steroid seks selama 24 jam pada wanita dalam
rendah. berbagai stadium daur haid.
Seperti dinyatakan di atas, kecepatan pembentukan Folikular
estradiol pada pria adalah sekitar 50 µg/h (184 nmol/h). Steroid Seks Dini Praovulasi Midluteal

Efek pada Genitalia Wanita Progesteron (mg) 1,0 4,0 25,0


17-Hidroksiproges-
Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium dan 0,5 4,0 4,0
teron (mg)
meningkatkan motilitas tuba uterina. Peran estrogen dalam
perubahan siklik endometrium, serviks, dan vagina telah dibahas Dehidroepian- 7,0 7,0 7,0
di atas. Hormon-hormon ini meningkatkan aliran darah uterus drosteron (mg)
dan memiliki efek penting pada otot polos uterus. Pada wanita Androstenedion (µg) 2,6 4,7 3,4
imatur dan yang menjalani kastrasi, uterus berukuran kecil serta
Testosteron (µg) 144,0 171,0 126,0
miometriumnya atrofi dan inaktif. Estrogen meningkatkan
jumlah otot uterus dan kandungan protein kontraktilnya. Di Estron (µg) 50,0 350,0 250,0
bawah pengaruh estrogen, otot menjadi lebih aktif dan mudah Estradiol (µg) 36,0 380,0 250,0
terangsang, dan potensial aksi pada masing-masing serat
menjadi lebih sering. Uterus yang "didominasi oleh estrogen" Data dari Baird DT, Fraser IS. Blood production and ovarian secretion rates of
estradiol-17 beta and estrone in women throughout the menstrual cycle. J
juga lebih peka terhadap oksitosin. Clin Endocrinal Metab 1974 Jun;38(6):1009-1017.
408 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

dan pemberian estrogen pernah digunakan secara komersial Estrogen memiliki efek menurunkan kolesterol plasma
untuk meningkatkan berat hewan peliharaan. Pada manusia, secara bermakna, dan hormon ini cepat menyebabkan vaso-
estrogen menyebabkan penutupan epifisis (lihat Bab 21). dilatasi dengan meningkatkan produksi NO setempat. Efek
hormon ini pada tulang dibahas di Bab 21.
Efek pada Susunan Saraf Pusat
Estrogen berperan menimbulkan perilaku estrus pada
Mekanisme Kerja
hewan, dan pada manusia hormon ini meningkatkan libido. Terdapat dua tipe utama reseptor estrogen di nukleus sel:
Hormon ini tampaknya menimbulkan efeknya melalui efek reseptor estrogen α (ERa) yang dikode oleh sebuah gen di
langsung pada neuron tertentu di hipotalamus. Pada tikus, kromosom 6; dan reseptor estrogen β (ERP), yang dikode oleh
estrogen meningkatkan proliferasi dendrit pada neuron dan sebuah gen di kromosom 14. Keduanya adalah anggota dari
jumlah synaptic knobs. superfamili reseptor nukleus (lihat Bab 2). Setelah mengikat
estrogen, reseptor ini membentuk homodimer dan berikatan
Efek pada Payudara dengan DNA, mengubah transkripsinya. Sebagian jaringan
Estrogen menyebabkan pertumbuhan duktus pada payudara mengandung salah satu tipe reseptor atau yang lain, tetapi juga
dan terutama berperan dalam pembesaran payudara selama terdapat tumpang-tindih, dengan sebagian jaringan memiliki
pubertas pada gadis; estrogen juga disebut sebagai hormon baik ERa maupun ER β. ERα terutama ditemukan di uterus,
ginjal, hati, dan jantung, sedangkan ERβ terutama ditemukan di
pertumbuhan payudara. Hormon ini menyebabkan
ovarium, prostat, paru, kanal cerna, sistem hematopoietik, dan
pigmentasi areola, meskipun pigmentasi biasanya lebih nyata
SSP. ERα dapat juga berikatan dengan ERβ membentuk
selama kehamilan pertama dibandingkan masa pubertas.
heterodimer. Mencit jantan dan betina yang gen untuk ERα-nya
Peran estrogen dalam kontrol keseluruhan pertumbuhan telah di-knockout menjadi mandul, mengalami osteoporosis, dan
payudara dan laktasi dibahas di bawah. terus tumbuh karena epifisis tidak menutup. Mencit betina yang
Karakteristik Seks Sekunder Wanita gen ERβ-nya di-knockout menjadi mandul, tetapi yang
jantannya tetap subur meskipun mengalami hiperplasia prostat
Perubahan tubuh yang terjadi pada gadis selama masa dan kehilangan lemak. Kedua reseptor terdapat dalam beberapa
pubertas—selain pembesaran payudara, uterus, dan vagina— bentuk iso dan, seperti reseptor tiroid, dapat berikatan dengan
sebagian disebabkan oleh estrogen, yang merupakan berbagai faktor penggiat dan perangsang. Pada beberapa
“hormon feminisasi”, dan sebagian lagi disebabkan oleh keadaan, ERP dapat menghambat transkripsi ERa. Karena itu,
tidak adanya androgen testis. Wanita memiliki bahu yang efek keduanya kompleks, multipel, dan beragam.
sempit dan panggul yang lebar, paha menyatu, dan lengan Sebagian besar efek estrogen bersifat genomik, yi.
melebar (carrying angleyang lebar). Konfigurasi tubuh ini, disebabkan oleh efek pada nukleus, tetapi beberapa efek terjadi
ditambah distribusi lemak pada payudara dan bokong, juga sedemikian cepat sehingga sulit dipercayai bahwa efek tersebut
dijumpai pada pria kasim (yang dikastrasi). Pada wanita, diperantarai oleh pembentukan mRNA. Efek-efek tersebut
laring mempertahankan proporsi prapubertasnya dan suara meliputi efek pada lepas-muatan neuron di otak dan,
mungkin, efek umpan-balik pada sekresi gonadotropin.
tetap bernada tinggi. Wanita memiliki lebih sedikit rambut
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa efek-efek ini
tubuh dan rambut kepala lebih banyak, dan rambut pubis
diperantarai oleh reseptor di membran sel yang tampaknya
biasanya memiliki karakteristik pola datar di puncaknya
secara struktural berkaitan dengan reseptor di nukleus dan
(escutcheon wanita). Namun, pertumbuhan rambut pubis menimbulkan efek melalui jalur protein kinase intrasel yang
dan ketiak pada kedua jenis kelamin lebih disebabkan oleh diaktifkan oleh mitogen. Efek cepat serupa yang dijumpai
androgen daripada oleh estrogen. pada progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron, dan
Efek Lain 1,25-dihidroksikolekalsiferol juga mungkin ditimbulkan oleh
reseptor di membran (lihat Bab 16).
Secara normal, wanita menahan garam dan air serta
memperoleh berat tubuh tepat sebelum haid. Estrogen Estrogen Sintetik & Lingkungan
sedikit banyak menyebabkan retensi garam dan air. Namun, Turunan etinil estradiol adalah suatu estrogen kuat dan—
sekresi aldosteron sedikit meningkat pada fase luteal, dan tidak seperti estrogen alami—relatif aktif bila diberikan per
hal ini juga berperan dalam retensi cairan prahaid. oral karena resisten terhadap metabolisme hati. Aktivitas
Estrogen dikatakan menyebabkan sekresi kelenjar hormon alami rendah bila diberikan per oral karena
sebasea lebih cair dan dengan demikian melawan efek pendarahan usus melalui vena porta membawa hormon ini ke
testosteron serta menghambat pembentukan komedo hati dan di sana dibuat tidak aktif sebelum mencapai sirkulasi
("blackheads") dan akne. Kemerahan pada telapak tangan umum. Beberapa bahan nonsteroid dan senyawa yang
(eritema palmaris), spider angioma, dan pembesaran terdapat dalam tumbuhan memiliki aktivitas estrogenik.
payudara ringan yang terjadi pada penyakit hati lanjut Estrogen tumbuhan jarang menimbulkan masalah pada
disebabkan oleh peningkatan estrogen dalam darah. nutrisi manusia, tetapi dapat menimbulkan efek merugikan
Peningkatan ini tampaknya disebabkan oleh penurunan pada hewan ternak. Dioksin, yang ditemukan di lingkungan
metabolisme androstenedion di hati, sehingga androgen ini dan dihasilkan oleh berbagai proses industri, dapat
banyak tersedia untuk diubah menjadi estrogen. mengaktifkan elemen respons estrogen di gen. Namun, zat
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 409

tersebut dilaporkan memiliki efek antiestrogenik dan estro- Kolesterol CH3


genik, dan perannya, jika ada, dalam menimbulkan penyakit
pada manusia masih diperdebatkan dan belum disepakati. C O

Karena estrogen alami memiliki efek yang merugikan


maupun menguntungkan (mis. mempertahankan tulang pada
osteoporosis tetapi dapat menyebabkan kanker rahim dan
payudara), maka banyak riset dilakukan untuk membuat Pregnenolon
estrogen sintetik (“tailor made”) yang memiliki efek selektif
pada manusia. Dalam hal ini dua senyawa, tamoksifen dan HO
raloksifen, memberikan harapan. Keduanya tidak mengatasi CH3
gejala menopause, tetapi memiliki efek mempertahankan C O
tulang dan efek kardiovaskular seperti estradiol. Selain itu,
tamoksifen tidak merangsang payudara, dan raloksifen tidak
merangsang payudara atau uterus. Bagaimana efek modulator
selektif reseptor estrogen (selective estrogen receptor modulator,
SERMs) ini timbul berkaitan dengan kompleksitas reseptor Progesteron
estrogen dan, karenanya, dengan perbedaan cara kompleks
reseptor-ligan yang terbentuk berikatan dengan DNA. O
CH3

Kimia, Biosintesis, & CHOH

Metabolisme Progesteron
Progesteron adalah suatu steroid C21 (Gambar 22-18) yang
disekresikan oleh korpus luteum, plasenta, dan (dalam jumlah
kecil) folikel. Hormon ini merupakan zat antara penting dalam Pregnanediol
biosintesis steroid pada semua jaringan yang menyekresi
hormon steroid, dan sejumlah kecil tampaknya masuk sirkulasi HO
dari testis dan korteks adrenal. Sekitar 2% progesteron dalam
darah berada dalam keadaan bebas, sementara 80% terikat ke
albumin dan 18% terikat ke glo-bulin pengikat kortikosteroid. Natrium pregnandiol-20-glukuronida
Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat dan diubah
menjadi pregnandiol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan GAMBAR 22-18 Biosintesis progesteron dan jalur utama
asam glukuronat dan diekskresikan dalam urine. metabolismenya. Metabolit lain juga terbentuk.

Sekresi
terhadap oksitosin, dan aktivitas listrik spontan sementara
Pada pria, kadar progesteron plasma adalah sekitar 0,3 ng/
mL (1 nmol/L). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9 ng/mL (3 meningkatkan potensial membran. Hormon ini juga
nmol/L) selama fase folikular daur haid (Gambar 22-15). menurunkan jumlah reseptor estrogen di endometrium dan
Perbedaan di atas disebabkan oleh sekresi sejumlah kecil meningkatkan kecepatan perubahan 17β-estradiol menjadi
progesteron oleh sel-sel di folikel ovarium; sel teka estrogen yang kurang aktif.
memberikan pregnenolon kepada sel granulosa, yang Di payudara, progesteron merangsang pembentukan
mengubahnya menjadi progesteron. Pada fase folikular lobulus dan alveolus. Hormon ini menginduksi diferensiasi
lanjut, sekresi progesteron mulai meningkat. Selama fase jaringan duktus yang telah dipersiapkan oleh estrogen dan
luteal, korpus luteum menghasilkan banyak progesteron mendorong fungsi sekresi payudara selama laktasi.
(Tabel 22-3) dan progesteron plasma meningkat pesat hingga Efek umpan-balik progesteron bersifat kompleks dan
mencapai kadar puncak sekitar 18 ng/mL (60 nmol/L). terjadi pada tingkat hipotalamus maupun hipofisis.
Efek stimulasi LH pada sekresi progesteron oleh korpus Progesteron dosis besar menghambat sekresi LH dan
luteum disebabkan oleh pengaktifan adenilil siklase dan meningkatkan efek inhibisi estrogen, yang mencegah ovulasi.
melibatkan langkah selanjutnya yang bergantung pada sintesis Progesteron bersifat termogenik dan mungkin berperan
protein. meningkatkan suhu tubuh basal pada saat ovulasi. Hormon
ini merangsang pernapasan, dan PCO2 alveolus (lihat Bab
Efek 34) pada wanita selama fase luteal daur haid lebih rendah
Organ sasaran utama progesteron adalah uterus, payudara, daripada PCO2 pada pria. Pada kehamilan, PCO2 turun
dan otak. Progesteron berperan dalam perubahan progesta- seiring dengan peningkatan sekresi progesteron. Namun,
sional di endometrium dan perubahan siklis di serviks dan makna faali dari respons pernapasan ini tidak diketahui.
vagina yang telah dijelaskan di atas. Hormon ini memiliki Progesteron dosis besar menimbulkan natriuresis,
efek antiestrogenik pada sel miometrium, menurunkan mungkin dengan menghambat efek aldosteron pada ginjal.
kemudahan otot uterus untuk terangsang, kepekaannya Hormon ini tidak memiliki efek anabolik yang bermakna.
410 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Mekanisme Kerja NH3

B1 Asp A1
Efek progesteron, seperti steroid-steroid lain, terjadi melalui A5
Ser Tyr Leu Pca
Ser Ala
efek pada DNA sehingga tercetus sintesis mRNA baru. Seperti Trp Leu
dinyatakan di Bab 1, reseptor progesteron terikat ke suatu heat Ala COO−
Met
shockprotein tanpa adanya steroid, dan pengikatan proge- B5 Glu
Asn Lys
Arg Ser A20
Leu
B29 Ser
Thr
steron menyebabkan pelepasan heat shock protein sehingga Glu
Lys
Cys A15 Ala
Trp

ranah pengikat DNA pada reseptor terpajan. Steroid sintetik A10 Cys S S Arg Thr
Val
Gly COO−
Cys Phe Ser
mifepriston (RU-486) berikatan dengan reseptor tetapi tidak Ile
S His Val Cys
Met
Lys A24
menyebabkan pelepasan heat shock protein, dan obat ini Leu
S S
S Gly
B25
menghambat pengikatan progesteron. Karena bertahannya B10 Cys
Gly Cys
Arg Glu Leu Val Arg Ala Gln Ile Ala Ile
kehamilan muda bergantung pada efek stimulasi progesteron
B15 B20
pada pertumbuhan endometrium dan inhibisinya terhadap
kontraksi uterus, penggunaan mifepriston yang dikombinasi GAMBAR 22-19 Struktur relaksin luteal dan seminal manusia.
dengan prostaglandin dapat digunakan untuk menimbulkan Pca, asam piroglutamat. (Dimodifikasi dan disalin dengan izin dari Winslow JW,
abortus elektif. et al: Human seminal relaxin is a product of the same gene as human luteal relaxin.
Endocrinology 1992; 130:2660. Hak Cipta © 1992 pada The Endocrine Society.)
Terdapat dua bentuk-iso reseptor progesteron—PRA dan
PRB—yang dihasilkan dari satu gen yang diolah secara
berbeda. PRA adalah bentuk buntung, tetapi besar pertengahan daur, yang maknanya masih belum diketahui. LH
kemungkinannya bahwa kedua bentuk-iso memperantarai merangsang sekresi estrogen dan progesteron dari korpus
efek-efek khusus progesteron. luteum.
Bahan-bahan yang kerjanya mirip dengan progesteron
kadang-kadang disebut obat progestasional, gestagen, atau Komponen Hipotalamus
progestin. Bahan-bahan ini digunakan bersama estrogen Hipotalamus menempati posisi kunci dalam pengendalian
sintetik sebagai obat kontrasepsi oral (lihat bawah). sekresi gonadotropin. Kontrol hipotalamus dilakukan oleh
GnRH yang disekresikan ke dalam pembuluh hipofisis
Relaksin portal. GnRH merangsang sekresi FSH serta LH.
Relaksin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi di GnRH biasanya disekresikan dalam letupan-letupan
korpus luteum, uterus, plasenta, dan kelenjar mamaria pada episodik, dan letupan-letupan tersebut menyebabkan puncak-
wanita dan di kelenjar prostat pada pria. Selama kehamilan, puncak circhoral sekresi LH. Letupan-letupan tersebut penting
hormon ini melemaskan simfisis pubis dan sendi-sendi untuk sekresi normal gonadotropin. Bila GnRH diberikan
panggul lainnya serta melunakkan dan menyebabkan dilatasi melalui infus konstan, reseptor GnRH di hipofisis anterior
serviks uteri. Dengan demikian, hormon ini mempermudah berkurang (down-regulate) dan sekresi LH menurun menjadi
persalinan. Relaksin juga menghambat kontraksi uterus dan nol. Namun, bila GnRH diberikan secara episodik dengan
mungkin berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria. kecepatan satu pulsa per jam, sekresi LH terangsang. Hal ini
Pada wanita yang tidak hamil, relaksin ditemukan di korpus dapat terjadi bahkan bila sekresi GnRH endogen terhambat
luteum dan endometrium selama fase sekretorik namun tidak dengan adanya lesi di hipotalamus ventral.
ditemukan pada fase proliferatif daur haid. Fungsinya pada Sekarang telah jelas bahwa sekresi episodik GnRH tidak
wanita tidak hamil tidak diketahui. Pada pria, hormon ini saja merupakan suatu fenomena umum, tetapi juga bahwa
ditemukan dalam semen, tempat hormon ini mungkin fluktuasi dalam frekuensi dan amplitudo letupan GnRH
membantu mempertahankan motilitas sperma dan membantu penting untuk menimbulkan perubahan-perubahan
penetrasi sperma ke dalam ovum. hormonal lain yang bertanggung jawab dalam daur haid.
Pada sebagian besar spesies hanya terdapat satu gen Frekuensi ditingkatkan oleh estrogen dan diturunkan oleh
relaksin, tetapi pada manusia terdapat dua gen di kromosom progesteron dan testosteron. Frekuensi meningkat pada fase
9 yang mengkode dua polipeptida yang secara struktural folikular lanjut daur haid, yang berakhir dengan letupan
berbeda yang keduanya memiliki aktivitas relaksin. Namun, sekresi LH. Selama fase sekretorik, frekuensi menurun akibat
hanya satu dari kedua gen ini yang aktif di ovarium dan efek progesteron (Gambar 22-20), tetapi sewaktu sekresi
prostat. Struktur polipeptida yang dihasilkan di kedua estrogen dan progesteron menurun pada akhir daur,
jaringan ini diperlihatkan dalam Gambar 22-19. frekuensi kembali meningkat.
KONTROL FUNGSI OVARIUM Pada saat letupan LH di pertengahan daur, kepekaan
gonadotrop terhadap GnRH sangat meningkat karena
FSH dari hipofisis bertanggung jawab terhadap pemata- gonadotrop tersebut terpajan pulsa frekuensi GnRH yang
ngan awal folikel ovarium, dan FSH serta LH bersama- berlangsung saat itu. Efek self-priming GnRH ini penting
sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. untuk menghasilkan respons LH yang maksimum.
Letupan sekresi LH (Gambar 22-15) berperan menyebab- Sifat dan letak pasti generator pulsa GnRH di
kan ovulasi dan pembentukan awal korpus luteum. Juga hipotalamus masih belum diketahui. Namun, secara umum
terdapat letupan-letupan sekresi FSH yang lebih kecil pada diketahui bahwa norepinefrin dan mungkin epinefrin di
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 411

16 Pulsa LH E2 98 pg/mL
(7,5/12J) P 0,4 ng/mL GnRH Hipotalamus
12

4
LH ( ), FSH ( ) mlU/mL

Hipofisis
0 LH FSH anterior

20 Pulsa LH E2 192 pg/mL


(4/12j) P 20 ng/mL Estrogen
16
Inhibin B

12
Efek
estrogenik Teka Granu-
8 interna losa Ovarium

4
Androgen
0
8 4 12 8
GAMBAR 22-21 Pengaturan umpan-balik fungsi ovarium. Sel
AM PM AM PM teka interna memberi androgen kepada sel granulosa, dan sel teka
Waktu juga menghasilkan estrogen dalam sirkulasi yang menghambat
sekresi GnRH, LH, dan FSH. Inhibin dari sel granulosa menghambat
GAMBAR 22-20 Sekresi episodik LH (i) dan FSH (I) selama sekresi FSH. LH mengatur sel-sel teka, sedangkan sel granulosa diatur
stadium folikular (atas) dan stadium luteal (bawah) daur haid. baik oleh FSH maupun LH. Panah terputus-putus menandakan efek
Angka-angka di atas setiap grafik menandakan jumlah pulsa LH per 12 inhibisi dan panah tebal menandakan efek stimulasi.
jam dan konsentrasi estradiol (E2) serta progesteron (P) plasma pada
kedua waktu daur ini. (Disalin dengan izin dari Marshall JC, Kelch RO:
Gonadotropin-releasing hormone: role of pulsatile secretion in the regulation of Perlu ditekankan bahwa kadar estrogen dalam darah yang
reproduction. N Engl J Med 1986;315:1459.)
sedang dan konstan menimbulkan efek umpan-balik negatif
pada sekresi LH, sedangkan selama siklus, peningkatan kadar
estrogen menimbulkan efek umpan-balik positif dan merang-
sang sekresi LH. Telah dibuktikan bahwa pada monyet, estrogen
hipotalamus meningkatkan frekuensi pulsa GnRH. Sebalik- juga harus meningkat untuk suatu waktu minimal agar dapat
nya, peptida opioid misalnya enkefalin dan β-endorfin menghasilkan umpan-balik positif. Bila estrogen dalam darah
menurunkan frekuensi pulsa GnRH. ditingkatkan sekitar 300% selama 24 jam, hanya akan terlihat
Penekanan reseptor hipofisis dan penurunan sekresi LH efek umpan-balik negatif; tetapi bila kadar tersebut ditingkatkan
yang ditimbulkan oleh kadar GnRH yang secara terus- sebesar 300% selama 36 jam atau lebih, terjadi penurunan
menerus tinggi, mendorong penggunaan analog GnRH singkat sekresi yang diikuti oleh letupan sekresi LH yang mirip
kerja-lama untuk menghambat sekresi LH pada pubertas dengan letupan pertengahan daur haid. Bila kadar progesteron
prekoks dan pada kanker prostat. dalam darah tinggi, efek umpan-balik positif estrogen terhambat.
Efek Umpan-Balik Terdapat bukti bahwa pada primata, efek umpan-balik estrogen
yang negatif dan positif bekerja melalui hipotalamus mediobasal,
Perubahan dalam LH, FSH, steroid seks, dan inhibin plasma tetapi bagaimana persisnya umpan-balik negatif diubah menjadi
selama daur haid diperlihatkan dalam Gambar 22-15, dan umpan-balik positif serta kembali ke umpan-balik negatif selama
hubungan umpan-balik disajikan dengan diagram dalam fase luteal masih belum diketahui.
Gambar 22-21. Selama bagian awal fase folikular, inhibin B
rendah dan FSH meningkat sedang, yang mendorong Kontrol Siklus
pertumbuhan folikel. Sekresi LH tertahan oleh efek umpan- Dalam arti yang penting, regresi korpus luteum (luteolisis)
balik negatif peningkatan kadar estrogen plasma. Pada 36— yang dimulai 3-4 hari sebelum haid adalah kunci bagi daur
48 jam sebelum ovulasi, efek umpan-balik estrogen menjadi haid. PGF2α tampaknya merupakan luteolisin fisiologik,
positif, dan hal ini mencetuskan lonjakan sekresi LH (LH tetapi prostaglandin ini hanya aktif terdapat ET-1 penghasil
surge) yang menimbulkan ovulasi. Ovulasi berlangsung sel endotel (lihat Bab 32). Dengan demikian, tampaknya
sekitar 9 jam setelah puncak LH. Sekresi FSH juga paling tidak pada sebagian spesies luteolisis terjadi karena
memuncak, walaupun terjadi peningkatan ringan inhibin, kombinasi efek PGF2α dan ET-1. Pada beberapa hewan
mungkin karena rangsangan kuat gonadotrop oleh GnRH. peliharaan, oksitosin yang disekresikan oleh korpus luteum
Selama fase luteal, sekresi LH dan FSH rendah karena tampaknya memiliki efek luteolitik lokal, mungkin dengan
peningkatan kadar estrogen, progesteron, dan inhibin. menyebabkan pelepasan prostaglandin. Setelah luteolisis
412 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

dimulai, kadar estrogen dan progesteron turun dan sekresi LH TABEL 22-4 Efektivitas relatif berbagai metode
serta FSH meningkat. Tumbuh folikel-folikel baru, lalu sebuah kontrasepsi yang sering digunakan.
folikel dominan menjadi matang akibat kerja FSH dan LH.
Metode Kegagalan per 100 Wanita-Tahun
Menjelang pertengahan daur, sekresi estrogen dari folikel
meningkat. Peningkatan ini memperkuat responsivitas Vasektomi 0,02
hipofisis terhadap GnRH dan mencetuskan letupan-letupan Ligasi tuba dan tindakan- 0,13
sekresi LH. Ovulasi yang terjadi diikuti oleh pembentukan tindakan serupa
sebuah korpus luteum. Sekresi estrogen menurun, tetapi kadar
Kontrasepsi oral
progesteron dan estrogen kemudian naik bersama-sama,
disertai inhibin B. Peningkatan kadar tersebut menghambat >50 mg estrogen dan 0,32
progestin
sekresi FSH dan LH selama beberapa waktu, tetapi kemudian
terjadi luteolisis lagi dan daur baru dimulai. <50 mg estrogen dan 0,27
progestin
Ovulasi Refleks Hanya progestin 1,2
Kucing, kelinci, mink (semacam cerpelai), dan hewan betina lain
IUD
memiliki masa estrus yang panjang, selama masa ini, mereka
berovulasi hanya setelah kopulasi. Ovulasi refleks semacam ini Copper 7 1,5
terjadi akibat impuls-impuls aferen dari genitalia dan mata, Loop D 1,3
telinga, serta hidung yang menyatu di hipotalamus ventral dan
Diafragma 1,9
mencetuskan pelepasan LH dari hipofisis yang mencetuskan
ovulasi. Pada spesies seperti tikus, monyet, dan manusia, ovulasi Kondom 3,6
adalah suatu fenomena periodik spontan, tetapi mekanisme saraf Koitus interuptus 6,7
juga berperan. Pada tikus ovulasi dapat ditunda 24 jam dengan
Spermisida 11,9
memberikan pentobarbital atau obat-obat aktif-neural lain 12
jam sebelum perkiraan saat ruptur folikel. Sistem kalender 15,5

Kontrasepsi Data dari Vessey M, Lawless M, Yeates D: Efficacy of different contraceptive


methods. Lancet 1982;1:841. Disalin dengan izin.
Metode-metode yang sering digunakan untuk mencegah
konsepsi tercantum dalam Tabel 22–4, bersama angka-
angka kegagalannya. Bila konsepsi telah terjadi, maka itu, progestin menyebabkan mukus serviks mengental yang
abortus dapat diinduksi dengan pemberian antagonis menghambat migrasi sperma, dan progestin juga dapat
progesteron misalnya mifepriston. mengganggu implantasi. Untuk kontrasepsi, sering digunakan
Implantasi benda asing dalam uterus menyebabkan kombinasi suatu estrogen yang aktif secara oral misalnya etinil
perubahan lama daur haid pada sejumlah spesies mamalia. Pada estradiol dengan progestin sintetik misalnya noretindron. Pil
manusia, benda asing semacam itu tidak mengubah daur haid, diberikan selama 21 hari, lalu dihentikan selama 5-7 hari agar
tetapi bekerja efektif sebagai alat kontrasepsi. Penanaman benda terjadi pengeluaran darah haid, lalu dimulai kembali. Seperti
logam atau plastik intrauterus (alat kontrasepsi dalam rahim/ etinil estradiol, noretindron memiliki sebuah gugus etinil di
AKDR atau intrauterine devices/IUD), telah digunakan dalam posisi 17 inti steroid, sehingga obat ini resisten terhadap
program yang ditujukan untuk mengendalikan pertumbuhan metabolisme hati dan efektif bila diberikan per oral. Selain
populasi. Walaupun mekanisme kerja IUD masih belum dapat bersifat progestin, obat ini sebagian dimetabolisme menjadi etinil
dipastikan, secara umum IUD tampaknya mencegah sperma estradiol, dan karenanya memiliki aktivitas estrogenik. Estrogen
membuahi ovum. IUD yang mengandung tembaga tampaknya dosis besar maupun kecil efektif (Tabel 22-4).
memiliki efek spermatosidal. IUD yang mengeluarkan Di beberapa bagian dunia sekarang semakin sering
progesteron atau progestin sintetik secara lambat juga memiliki digunakan impian (susuk KB) yang dibuat terutama dari
efek menebalkan mukus serviks sehingga sperma sulit masuk ke progestin misalnya levonorgestrel. Susuk-susuk ini dimasuk-
dalam rahim. IUD dapat menyebabkan infeksi intrauterus, tetapi kan di bawah kulit dan dapat mencegah kehamilan sampai 5
hal ini biasanya terjadi pada bulan pertama setelah pemasangan tahun. Susuk ini sering menyebabkan amenorea, tetapi
dan pada wanita yang terpajan ke penyakit menular seksual. metode ini tampaknya efektif dan ditoleransi baik.
Wanita yang menjalani pengobatan jangka-panjang
estrogen dengan dosis relatif besar tidak mengalami
KELAINAN FUNGSI OVARIUM
ovulasi, mungkin karena kadar FSH-nya tertekan dan
terjadi letupan-letupan sekresi LH multipel yang tidak
Kelainan Menstruasi
teratur, bukan letupan tunggal pada pertengahan daur. Sebagian wanita yang tidak subur mengalami siklus anovu-
Wanita yang diterapi dengan estrogen dosis serupa latorik; mereka tidak mengalami ovulasi, tetapi mendapat
ditambah suatu obat progestasional tidak mengalami haid dengan interval yang relatif teratur. Seperti dinyatakan
ovulasi karena sekresi kedua gonadotropin tertekan. Selain di atas, siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada 1—2
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 413

tahun pertama setelah menarke dan juga sebelum menopause.


Amenorea adalah tidak adanya periode haid. Bila perdarahan BOKS KLINIS 22-4
menstruasi tidak pernah terjadi, keadaan tersebut dinamai
amenorea primer. Beberapa wanita dengan amenorea primer Defek Genetik yang Menyebabkan
memiliki payudara kecil dan tanda-tanda lain kegagalan Kelainan Reproduksi
pematangan seksual. Terhentinya siklus pada wanita yang Sejumlah mutasi gen-tunggal menyebabkan kelainan apabila
sebelumnya mengalami daur yang normal disebut amenorea terjadi pada wanita. Contohnya antara lain adalah (1)
sekunder. Penyebab tersering amenorea sekunder adalah sindrom Kallman, yang menyebabkan hipogonadisme
kehamilan, dan pepatah klinis lama bahwa "amenorea sekunder hipogonadotropik; (2) resistensi GnRH, resistensi FSH, dan
harus dianggap disebabkan oleh kehamilan sampai dibuktikan resistensi LH, yang masing-masing disebabkan oleh defek
lain" memang benar. Penyebab lain amenorea adalah rangsangan pada reseptor GnRH, FSH, atau LH; dan (3) defisiensi
emosi dan perubahan lingkungan, penyakit hipotalamus, aromatase, yang menghambat pembentukan estrogen.
gangguan hipofisis, penyakit ovarium primer, dan berbagai Semua ini disebabkan oleh mutasi loss-of-function. Mutasi
penyakit sistemik. Bukti memperlihatkan bahwa pada beberapa gain-of-function menyebabkan sindrom McCune-Albright,
wanita dengan amenorea hipotalamus, frekuensi pulsa GnRH suatu kondisi aktifnya Gsa secara konstitutif hanya di sel-sel
melambat akibat aktivitas opioid yang berlebihan di tertentu (mosaikisme) akibat mutasi so-matik setelah
hipotalamus. Pada penelitian-penelitian pendahuluan, frekuensi pembelahan sel awal telah terjadi pada mudigah. Penyakit
pulsa GnRH dapat ditingkatkan dengan pemberian penghambat ini dikaitkan dengan berbagai kelainan endokrin, termasuk
opioid yang aktif secara oral yaitu naltrekson. pubertas prekoks dan amenorea disertai galaktorea.
Istilah hipomenorea dan menoragia masing-masing
mengacu ke darah haid yang sedikit atau berlebihan, pada
daur yang teratur. Metroragia adalah perdarahan dari uterus
yang terjadi di antara periode haid, dan oligomenorea adalah (3) penetrasi zona pelusida dan reaksi akrosom; dan (4)
frekuensi haid yang berkurang. Dismenorea adalah haid yang melekatnya kepala sperma ke membran sel ovum, disertai
nyeri. Keram haid berat yang sering terjadi pada wanita penguraian tempat fusi dan pembebasan inti sperma ke
muda sering menghilang setelah kehamilan pertama. dalam sitoplasma ovum (Gambar 22-22). Jutaan sperma
Sebagian besar gejala dismenorea disebabkan oleh disemprotkan ke dalam vagina selama hubungan kelamin.
penimbunan prostaglandin dalam uterus, dan pemberian Akhirnya, 50-100 sperma mencapai ovum dan banyak dari
inhibitor sintesis prostaglandin dapat menghilangkan gejala. sperma ini berkontak dengan zona pelusida. Sperma-sperma
SSebagian wanita mengalami gejala-gejala seperti mudah berikatan dengan reseptor sperma di zona, dah hal ini diikuti
tersinggung, bengkak, edema, emosi yang labil, penurunan oleh reaksi akrosom, yi. terurainya akrosom, organel mirip-
kemampuan berkonsentrasi, depresi, nyeri kepala, dan lisosom di kepala sperma (Gambar 23-4). Berbagai enzim
konstipasi selama 7—10 hari terakhir daur haid mereka. Gejala- dilepaskan, termasuk akrosin, yaitu protease mirip-tripsin.
gejala sindrom prahaid/SPH (PMS/premenstrual syndrome) ini Akrosin mempermudah (tetapi tidak mutlak dibutuhkan
diperkirakan disebabkan oleh retensi garam dan air. Namun, untuk) penetrasi sperma melalui zona pelusida. Bila satu
kecil kemungkinannya bahwa hal ini atau perubahan hormonal
lain yang terjadi selama fase luteal akhir berperan sebagai
penyebab karena perjalanan waktu dan keparahan gejala tidak
Ekor
berubah bila fase luteal dihentikan secara dini dan menstruasi sperma
ditimbulkan dengan pemberian mifepriston. Antidepresan
fluoksetin (Prozac), yaitu inhibitor penyerapan-ulang
(reuptake) serotonin, dan benzodiazepin alprazolam (Xanax) Nukleus
menghilang-kan gejala-gejala, demikian juga agonis yang Akrosom
membebaskan GnRH dalam dosis yang menekan sumbu
Zona
hipofisis-ovarium. Bagaimana gejala klinis yang beragam ini pelusida
berpadu untuk menghasilkan gambaran patofisiologi SPH Sitoplasma telur
masih belum diketahui (lihat Boks Klinis 22–4).
Membran sel telur
KEHAMILAN
GAMBAR 22-22 Rangkaian kejadian dalam fertilisasi pada
Fertilisasi dan Implantasi mamalia. Sperma tertarik ke ovum, berikatan dengan zona pelusida,
Pada manusia, pembuahan (fertilisasi) ovum oleh sperma membebaskan enzim-enzim akrosom, menembus zona pelusida, dan
(lihat Bab 23) biasanya terjadi di ampula tuba uterina. menyatu dengan membran ovum, membebaskan inti sel sperma ke
Fertilisasi meliputi (1) kemoatraksi sperma ke ovum oleh zat- dalam sitoplasma sel telur. Bukti yang ada menunjukkan bahwa
bagian sisi sperma-lah, bukan ujung, yang menyatu dengan membran
zat yang dihasilkan oleh ovum; (2) perlekatan ke zona sel telur. (Dimodifikasi dari VacquierVD: Evolution of gamete recognition proteins.
pelusida, yi. struktur membranosa yang mengelilingi ovum; Science 1998;281:1995).
414 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

sperma mencapai membran ovum, sperma tersebut berfusi sebagai respons terhadap stimulasi oleh hormon gonadotropik
dengan membran melalui perantaraan fertilin, suatu protein yang disekresikan oleh plasenta. Gonadotropin plasenta pada
di permukaan kepala sperma yang mirip dengan protein fusi manusia disebut human chorionic gonadotropin (hCG).
virus yang memungkinkan virus menyerang sel. Fusi tersebut Korpus luteum kehamilan yang membesar menyekresi
menghasilkan sinyal untuk memulai perkembangan. Selain estrogen, progesteron, dan relaksin. Progesteron dan relaksin
itu, fusi menyebabkan reduksi potensial membran ovum membantu mempertahankan kehamilan dengan menghambat
yang mencegah polispermia, yaitu fertilisasi sebuah ovum kontraksi miometrium; progesteron mencegah pembentukan
oleh lebih dari satu sperma. Perubahan potensial yang sesaat prostag-landin oleh uterus, sehingga mencegah terjadinya
ini kemudian diikuti oleh perubahan struktural pada zona kontraksi. Pada manusia plasenta menghasilkan cukup banyak
pelusida yang menghasilkan proteksi jangka panjang estrogen dan progesteron dari prekursor maternal dan fetal
terhadap polispermia. untuk mengambil alih fungsi korpus luteum setelah minggu
Embrio (mudigah) yang sedang berkembang, yang keenam kehamilan. Ovariektomi sebelum minggu keenam
sekarang disebut blastokista, bergerak ke bawah sepanjang menyebabkan abortus tetapi ovariektomi setelah waktu
tuba menuju uterus. Perjalanan ini memerlukan waktu 3 hari, tersebut tidak memengaruhi kehamilan. Fungsi korpus luteum
dan selama itu blastokista mencapai stadium 8- atau 16-sel. mulai menurun setelah 8 minggu kehamilan, tetapi korpus
Setelah berkontak dengan endometrium, blastokista kemudian luteum menetap selama kehamilan. Sekresi hCG menurun
dikelilingi oleh sebuah lapisan luar sinsitiotro-foblas, suatu setelah peningkatan mencolok pada awal kehamilan, tetapi
massa multinukleus tanpa batas sel yang jelas, dan sebuah sekresi estrogen dan progesteron meningkat tepat sebelum
lapisan dalam sitotrofoblas yang terbentuk dari sel-sel persalinan (Tabel 22-5).
individual. Sinsitiotrofoblas menyebabkan erosi endometrium,
dan blastokista terbenam ke dalamnya (impiantasi). Tempat
Human Chorionic Gonadotropin
implantasi biasanya di dinding dorsal uterus. Kemudian hCG adalah suatu glikoprotein yang mengandung galaktosa
terbentuk plasenta, dan trofoblas tetap berhubungan dan heksosamin. Molekul ini dihasilkan oleh sinsitiotro-
dengannya. foblas. Seperti hormon-hormon glikoprotein hipofisis, hCG
terbentuk dari subunit α dan β. hCG-α identik dengan
Kegagalan Menolak “Tandur Janin” subunit α pada LH, FSH, dan TSH. Berat molekul hCG-a
Perlu dicatat bahwa janin dan ibunya adalah dua individu adalah 18.000, dan hCG-β adalah 28.000. hCG terutama
yang secara genetik berbeda, dan janin pada dasarnya adalah bersifat luteinizing dan luteotropik serta memiliki sedikit
suatu transplantasi jaringan asing dalam ibunya. Namun, aktivitas FSH. Hormon ini dapat diukur dengan radio-
transplan ini ditoleransi, dan reaksi penolakan yang biasanya immunoassay dan dideteksi dalam darah sedini 6 hari setelah
timbul bila jaringan asing lain ditransplantasikan (lihat Bab 3) konsepsi. Keberadaannya dalam urine pada awal kehamilan
tidak terjadi. Bagaimana “tandur janin” ini dilindungi tidak adalah dasar bagi berbagai uji laboratorium untuk ke-
diketahui. Namun, salah satu penjelasan mungkin adalah hamilan, dan hormon ini kadang-kadang dapat terdeteksi
bahwa trofoblas plasenta, yang memisahkan jaringan ibu dan sedini 14 hari setelah konsepsi. Tampaknya hCG bekerja pada
janin, tidak mengekspresikan gen-gen MHC kelas I dan II reseptor yang sama seperti LH. hCG tidak mutlak spesifik
polimorfik, dan sebagai gantinya mengekspresikan HLA-G, untuk kehamilan. Sejumlah kecil disekresikan oleh berbagai
suatu gen nonpolimorfik. Dengan demikian, tidak terbentuk tumor kanal cerna dan tumor lain pada kedua jenis kelamin,
antibodi terhadap protein-protein janin. Selain itu, terdapat dan hCG diukur pada orang yang dicurigai menderita tumor
ligan Fas di permukaan plasenta, dan ligan ini mengikat sel T sebagai suatu “penanda tumor”. Tampak-nya hati dan ginjal
dan menyebabkan sel T mengalami apoptosis (lihat Bab 3). janin secara normal menghasilkan sedikit hCG.

Infertilitas
Masalah klinis infertilitas (kemandulan) sering memerlukan TABEL 22-5 Kadar hormon dalam darah ibu
pemeriksaan yang luas sebelum penyebabnya ditemukan. selama kehamilan normal.
Pada 30% kasus masalahnya terletak pada pria, pada 45%, Perkiraan Waktu Sekresi
masalahnya terletak pada wanita, dan pada 20% terdapat Hormon Nilai Puncak Puncak
masalah pada keduanya. Fertilisasi in vitro, yaitu hCG 5 mg/mL Trimester pertama
pengambilan ovum-ovum matang, membuahinya dengan
sperma, dan menanam satu atau lebih dari ovum-ovum Relaksin 1 ng/mL Trimester pertama
tersebut dalam uterus pada stadium empat-sel bermanfaat hCS 15 mg/mL Cukup bulan
pada kasus-kasus ini. Teknik ini memiliki kemungkinan Estradiol 16 ng/mL Cukup bulan
5-10% menghasilkan kelahiran hidup.
Estriol 14 ng/mL Cukup bulan
Perubahan Endokrin Progesteron 190 ng/mL Cukup bulan
Pada semua mamalia, korpus luteum di ovarium pada
saat fertilisasi tidak mengalami regresi, tetapi membesar Prolaktin 200 ng/mL Cukup bulan
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 415

Human Chorionic Unit Fetoplasenta


Somatomammotropin Janin dan plasenta berinteraksi dalam pembentukan
Sinsitiotrofoblas juga menyekresi sejumlah besar hormon hormon-hormon steroid. Plasenta menyintesis pregnenolon
protein yang bersifat laktogenik dan memiliki sedikit aktivitas dan progesteron dari kolesterol. Sebagian progesteron masuk
perangsang pertumbuhan. Hormon ini dahulu disebut ke dalam sirkulasi janin dan menjadi substrat untuk
chorionic growth hormone-prolactin (CGP) dan human pembentukan kortisol dan kortikosteron dalam kelenjar
placental lactogen (hPL), tetapi sekarang biasanya disebut adrenal janin (Gambar 22-23). Sebagian pregnenolon masuk
human chorionic somatomammotropin (hCS). Struktur hCS ke dalam janin dan, bersama dengan pregnenolon yang
sangat mirip dengan hormon pertumbuhan manusia (lihat disintesis dalam hati janin, menjadi substrat untuk
Bab 18), dan tampaknya kedua hormon ini dan prolaktin pembentukan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) dan
berkembang dari sebuah hormon progenitor yang sama. 16-hidroksidehi-droepiandrosteron sulfat (16-OHDHEAS)
Dalam darah ibu ditemukan sejumlah besar hCS, tetapi hanya di adrenal janin. Di hati janin juga terjadi 16-hidroksilasi.
sedikit yang mencapai janin. Sekresi hormon pertumbuhan DHEAS dan 16-OHDHEAS disalurkan kembali ke plasenta,
dari hipofisis ibu tidak meningkat selama kehamilan dan di situ DHEAS membentuk estradiol dan 16-OHDHEAS
mungkin sebenarnya diturunkan oleh hCS. Namun, hCS membentuk estriol. Estrogen utama yang terbentuk adalah
memiliki sebagian besar efek hormon pertumbuhan dan estriol, dan karena 16-OHDHEAS janin adalah substrat
tampaknya berfungsi sebagai “hormon pertumbuhan maternal utama untuk estrogen, maka ekskresi estriol urine ibu dapat
pada kehamilan” yang menyebabkan retensi nitrogen, kalium, dipantau sebagai indeks status janin.
dan kalsium, lipolisis, dan penurunan penggunaan glukosa Persalinan
yang dijumpai pada keadaan ini. Dua efek yang terakhir
mengalihkan glukosa ke janin. Jumlah hCS yang disekresikan Lama kehamilan pada manusia rerata adalah 270 hari dari
setara dengan ukuran plasenta, yang secara normal memiliki fertilisasi (284 hari dari hari pertama periode haid sebelum
konsepsi). Frekuensi kontraksi uterus yang tidak teratur
berat sekitar seperenam berat janin, dan kadar hCS yang
meningkat dalam bulan terakhir kehamilan.
rendah adalah tanda insufisiensi plasenta.
Perbedaan antara korpus uteri dan serviks menjadi
Hormon Plasenta Lainnya nyata pada saat persalinan. Serviks, yang kaku pada keadaan
Selain hCG, hCS, progesteron, dan estrogen, plasenta tidak hamil dan selama kehamilan sampai beberapa waktu
menyekresi hormon-hormon lain. Fragmen plasenta manusia sebelum persalinan, kini melunak dan berdilatasi, sedangkan
korpus uteri berkontraksi dan mendorong keluar janin.
mungkin menghasilkan proopiomelanokortin (POMC).
Dalam biakan, fragmen-fragmen tersebut melepaskan corti- Masih banyak terdapat ketidakpastian mengenai
mekanisme yang memicu terjadinya persalinan. Salah satu
cotropin-releasing hormone (CRH), β-endorfin, α-melanocyte-
faktor adalah peningkatan estrogen dalam darah yang
stimulating hormone (α-MSH), dan dinorfin A, yang
disebabkan oleh peningkatan DHEAS darah. Hal ini
kesemuanya tampaknya identik dengan hormon-hormon
menyebabkan uterus lebih mudah terangsang, meningkatkan
hipotalamus. Plasenta juga menyekresi GnRH dan inhibin,
jumlah taut-celah antara sel-sel miometrium, dan menyebab-
dan karena GnRH merangsang dan inhibin menghambat kan pembentukan lebih banyak prostaglandin, yang pada
sekresi hCG, maka GnRH dan inhibin yang dibentuk secara gilirannya menyebabkan kontraksi uterus. Pada manusia,
lokal dapat bekerja secara parakrin mengatur sekresi hCG. Sel- sekresi CRH oleh hipotalamus janin meningkat dan
sel trofoblas dan sel-sel amnion juga mengeluarkan leptin, dan diperkuat oleh peningkatan produksi CRH oleh plasenta. Hal
hormon ‘kenyang’ ini masuk ke sirkulasi ibu dalam jumlah
sedang. Sebagian juga masuk ke cairan amnion. Fungsinya Plasenta Adrenal Janin
pada kehamilan tidak diketahui. Plasenta juga menyekresi
prolaktin dalam berbagai bentuk. Kolesterol

Akhirnya, plasenta juga menyekresi subunit α hCG, dan


Pregnenolon DHEAS
konsentrasi subunit α bebas dalam plasma meningkat selama
kehamilan. Subunit α ini memiliki suatu komposisi
karbohidrat yang menyebabkannya tidak dapat ber- 16-OHDHEAS
kombinasi dengan subunit β, dan diperkirakan subunit ini Kortisol,
Progesteron
memiliki fungsi tersendiri. Sangat menarik dalam hal ini kortikosteron
bahwa sekresi prolaktin yang dihasilkan oleh endometrium
juga tampaknya meningkat sepanjang kehamilan, dan
mungkin subunit α dalam darah merangsang sekresi Estradiol DHEAS
prolaktin endometrium. Estriol 16-OHDHEAS
Sitotrofoblas korion manusia mengandung prorenin
(lihat Bab 38). Terdapat banyak prorenin dalam cairan GAMBAR 22-23 Interaksi antara plasenta dan korteks
amnion, tetapi fungsinya di sini tidak diketahui. adrenal janin dalam pembentukan steroid.
416 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

ini meningkatkan ACTH dalam darah janin, dan Peningkatan jumlah reseptor oksitosin
peningkatan kortisol yang ditimbulkannya mempercepat
pematangan sistem pernapasan. Karena itu, dapat diartikan
bahwa janin memilih tanggal lahirnya dengan meningkatkan Prostaglandin
sekresi CRH.
Jumlah reseptor oksitosin di miometrium dan desidua Kontraksi uterus
(endometrium kehamilan) meningkat lebih dari 100 kali
selama kehamilan dan mencapai puncak selama awal
persalinan. Estrogen meningkatkan jumlah reseptor oksitosin,
Dilatasi serviks dan
dan peregangan uterus pada akhir kehamilan juga mungkin
peregangan vagina
meningkatkan pembentukan reseptor tersebut. Pada awal
persalinan, konsentrasi oksitosin dalam plasma ibu tidak lebih
tinggi dari kadar prapersalinan yaitu sekitar 25 pg/mL.
Diperkirakan peningkatan mencolok reseptor oksitosin Rangsangan dari
menyebabkan uterus berespons terhadap konsentrasi oksitosin serviks dan vagina
plasma yang normal. Namun, paling tidak pada tikus, jumlah
mRNA oksitosin dalam uterus meningkat, mencapai puncak
pada kehamilan cukup bulan; hal ini mengisyaratkan bahwa Peningkatan
oksitosin yang dibentuk lokal juga berperan dalam proses sekresi oksitosin
persalinan.
GAMBAR 22-24 Peran oksitosin dalam persalinan.
Awitan persalinan yang prematur adalah suatu masalah
karena bayi prematur memiliki angka kematian yang tinggi dan
sering memerlukan perawatan intensif yang mahal. Pemberian
17α-hidroksiprogesteron intramuskulus menyebabkan perkembangan lobulus. Pada tikus, juga diperlukan sedikit
penurunan bermakna insidens persalinan prematur. Mekanisme prolaktin untuk perkembangan kelenjar semasa pubertas,
obat ini menimbulkan efeknya masih belum diketahui, tetapi tetapi tidak diketahui apakah prolaktin penting pada
diperkirakan steroid menyebabkan kadar progesteron darah manusia. Selama kehamilan, kadar prolaktin terus meningkat
menjadi stabil. Progesteron melemaskan otot polos uterus, sampai aterm, dan kadar estrogen dan progesteron juga
menghambat efek oksitosin pada otot, dan mengurangi meningkat, yang menyebabkan lobuloalveolus berkembang
pembentukan taut celah di antara serat-serat otot. Semua reaksi sempurna.
ini diperkirakan dapat menghambat awitan persalinan.
Setelah persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan Sekresi dan Keluarnya Susu
dilatasi serviks, dan dilatasi ini selanjutnya menimbulkan sinyal Komposisi susu manusia dan sapi diperlihatkan pada Tabel 22-6.
pada saraf-saraf aferen yang meningkatkan sekresi oksitosin Pada hewan pengerat yang telah diberi estrogen dan progesteron,
(Gambar 22-24). Kadar oksitosin plasma meningkat, dan lebih
penyuntikan prolaktin menyebabkan terbentuknya butir-butir
banyak oksitosin tersedia untuk bekerja pada uterus. Dengan
susu serta sekresinya ke dalam duktus. Oksitosin menyebabkan
demikian, terjadi umpan-balik positif yang membantu persalin-
kontraksi sel-sel mioepitel yang melapisi dinding duktus, dengan
an dan berakhir setelah hasil konsepsi dikeluarkan. Oksitosin
meningkatkan kontraksi uterus dengan dua cara: (1) Bekerja akibat keluarnya susu melalui puting payudara.
langsung pada sel otot polos uterus untuk membuatnya Permulaan Laktasi Setelah Persalinan
berkontraksi, dan (2) merangsang pembentukan prostaglandin
di desidua. Prostaglandin meningkatkan kontraksi yang Selama kehamilan, payudara membesar sebagai respons
diinduksi oleh oksitosin. terhadap kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan
mungkin hCG yang tinggi dalam darah. Sebagian susu
Selama persalinan, refleks-refleks spinal dan kontraksi
disekresikan ke dalam duktus sejak bulan kelima kehamilan,
volunter otot-otot abdomen (“mengejan”, bearingdown) juga
membantu pengeluaran janin. Namun, pengeluaran janin tetapi jumlahnya kecil dibandingkan dengan sekresi susu
tampaknya dapat terjadi tanpa usaha mendorong ke bawah dan yang terjadi setelah persalinan. Pada sebagian besar hewan,
tanpa peningkatan secara refleks sekresi oksitosin dari kelenjar susu disekresikan dalam satu jam setelah persalinan, tetapi
hipofisis posterior, karena wanita dengan paraplegia dapat pada wanita diperlukan waktu 1-3 hari agar susu “datang”.
menjalani persalinan dan melahirkan anak. Setelah plasenta keluar pada saat persalinan, kadar
estrogen dan progesteron dalam darah turun mendadak.
LAKTASI Turunnya estrogen dalam darah mencetuskan laktasi.
Prolaktin dan estrogen bersifat sinergis dalam menyebabkan
Perkembangan Payudara pertumbuhan payudara, tetapi estrogen melawan efek
Banyak hormon diperlukan untuk perkembangan mamaria prolaktin membentuk susu pada payudara. Memang, pada
yang sempurna. Secara umum, estrogen terutama berperan wanita yang tidak ingin menyusui sendiri bayinya, dapat
untuk proliferasi duktus mamaria dan progesteron untuk diberikan estrogen untuk menghentikan laktasi.
BAB 22 Perkembangan Reproduksi & Fungsi Sistem Reproduksi Wanita 417

TABEL 22-6 Komposisi kolostrum dan susu. a BOKS KLINIS 22-5


Kolostrum Susu
Komponen Manusia Manusia Susu Sapi
Sindrom Chiari-Frommel
Air (g) ... 88 88 Terdapatsuatu keadaan yang walaupun jarang ditemukan
Laktosa (g) 5,3 6,8 5,0 namun menarik yaitu menetapnya laktasi (galaktorea) dan
amenorea pada wanita yang tidak menyusui setelah
Protein (g) 2,7 1,2 3,3
melahirkan. Keadaan ini, disebut sindrom Chiari-Frommel,
Nisbah ... 1:2 3:1 mungkin berkaitan dengan atrofi genital dan disebabkan
kasein: laktalbumin oleh menetapnya sekresi prolaktin tanpa sekresi FSH dan LH
Lemak (g) 2,9 3,8 3,7 yang diperlukan untuk menghasilkan pematangan folikel
baru dan ovulasi. Pola serupa berupa galaktorea dan
Asam linoleat ... 8,3% lemak 1,6% lemak amenorea dengan kadar prolaktin darah yang tinggi
Natrium (mg) 92 15 58 dijumpai pada wanita tidak hamil yang menderita tumor
hipofisis kromofob dan pada wanita yang tangkai
Kalium (mg) 55 55 138
hipofisisnya telah dipotong sebagai pengobatan kanker.
Klorida (mg) 117 43 103

Kalsium (mg) 31 33 125


hampir 50% siklus dalam 6 bulan pertama setelah kembalinya
Magnesium (mg) 4 4 12 haid bersifat anovulatorik (lihat Boks Klinis 22-5).
Fosfor (mg) 14 15 100
Ginekomastia
Besi (mg) 0,092 0,15b 0,10b
Membesarnya payudara pada pria disebut ginekomastia.
Vit A (μg) 89 53 34 Keadaan ini dapat unilateral tetapi lebih sering bilateral.
Vit D (μg) ... Keadaan ini sering terjadi, ditemukan pada sekitar 75% bayi
0,03b 0,06b
baru lahir karena masuknya estrogen ibu melalui plasenta.
Tiamin (μg) 15 16 42 Keadaan ini, dalam bentuk ringan dan sementara, juga
Riboflavin (μg) 30 43 157 terjadi pada 70% anak laki-laki normal pada saat pubertas
dan pada banyak pria berusia di atas 50 tahun. Ginekomastia
Asam 75 172 85
terjadi pada resistensi androgen. Keadaan ini merupakan
nikotinat (μg)
penyulit terapi estrogen dan dijumpai pada pasien dengan
Asam askorbat 4,4b 4,3b 1,6b tumor pensekresi estrogen. Ginekomastia dijumpai pada
(mg) berbagai keadaan yang tampaknya tidak berkaitan, termasuk
aBerat per desiliter eunuchoidism, hipertiroidisme, dan sirosis hati. Digitalis
bSumber buruk dapat menimbulkan keadaan ini, tampaknya karena
Disalin dengan izin dari Findlay ALR: Lactation. Res Reprod (Nov)
1974;6(6). glikosida jantung bersifat estrogenik lemah. Keadaan ini juga
dapat ditimbulkan oleh banyak obat lain. Ginekomastia
pernah ditemukan pada para tahanan perang yang menderita
Pengisapan oleh bayi tidak saja mencetuskan pelepasan kurang gizi, tetapi hanya setelah mereka dibebaskan dan
oksitosin dan pengeluaran susu; tindakan ini juga memper- makan makanan yang cukup. Gambaran yang sering
tahankan dan meningkatkan sekresi susu karena adanya ditemukan pada banyak dan mungkin semua kasus
stimulasi sekresi prolaktin yang terjadi akibat pengisapan ginekomastia adalah peningkatan nisbah estrogemandrogen
puting susu oleh bayi. plasma akibat peningkatan estrogen atau penurunan
androgen dalam darah.
Efek Laktasi pada Daur Haid
Wanita yang tidak menyusui bayinya biasanya mendapat HORMON & KANKER
periode haid pertamanya 6 minggu setelah persalinan. Sekitar 35% karsinoma payudara pada wanita berusia subur
Namun, wanita yang menyusui secara teratur mengalami bersifat dependen-estrogen; pertumbuhannya bergantung
amenorea selama 25-30 minggu. Laktasi merangsang sekresi pada adanya estrogen dalam darah. Tumor tidak dapat
prolaktin, dan bukti memperlihatkan bahwa prolaktin disembuhkan dengan menurunkan sekresi estrogen, tetapi
menghambat sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada gejala-gejala secara dramatis menghilang, dan tumor
hipofisis, dan melawan efek gonadotropin pada ovarium. mengecil selama beberapa bulan atau tahun sebelum kambuh
Ovulasi dihambat, dan ovarium menjadi tidak aktif, sehingga (lihat Bab 16). Wanita yang menderita tumor dependen-
pengeluaran estrogen dan progesteron turun ke kadar estrogen sering mengalami remisi jika ovariumnya diangkat.
rendah. Akibatnya, hanya 5—10% wanita menjadi hamil Inhibisi efek estrogen oleh tamoksifen juga menyebabkan
kembali selama periode laktasi, dan telah lama diketahui remisi, dan hambatan terhadap pembentukan estrogen oleh
bahwa laktasi merupakan salah satu cara pengendalian obat-obat yang menghambat aromatase (Gambar 22-16)
kehamilan yang penting walaupun kurang efektif. Selain itu, bahkan lebih efektif.
418 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

RINGKASAN BAB C. Ia berada dalam trimester ketiga kehamilan.


D. Ia mengidap suatu tumor adrenokorteks.
■ Perbedaan antara pria dan wanita bergantung terutama pada E. Ia telah mengalami stres kronik.
sebuah kromosom (kromosom Y) dan sepasang struktur
2. Pada manusia, pembuahan biasanya terjadi di
endokrin (gonad) testis pada pria dan ovarium pada wanita.
■ Gonad memiliki fungsi ganda: pembentukan sel germinativum A. Vagina.
(gametogenesis) dan sekresi hormon seks. Testis mengeluarkan B. Serviks.
sejumlah besar androgen, terutama testosteron, serta sejumlah C. Rongga uterus.
kecil estrogen. Ovarium mengeluarkan sejumlah besar estrogen D. Tuba uterina.
dan sedikit androgen. E. Rongga abdomen.
■ Sistem reproduksi wanita memperlihatkan perubahan siklis 3. Mana dari yang berikut bukan steroid?
teratur yang dapat dianggap sebagai persiapan berkala untuk A. 17α-hidroksiprogesteron
fertilisasi dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain, B. Estron
siklusnya adalah daur haid, dan berupa perdarahan vagina C. Relaksin
periodik yang terjadi karena terlepasnya mukosa uterus (haid). D. Pregnenolon
■ Ovarium juga mengeluarkan progesteron, suatu steroid yang E. Etiokolanolol
memiliki fungsi khusus dalam mempersiapkan uterus untuk 4. Mana dari berikut yang mungkin memicu dimulainya persalinan?
kehamilan. Selama kehamilan, ovarium mengeluarkan A. ACTH di janin
relaksin, yang mempermudah pengeluaran janin. Pada kedua B. ACTH di ibu
jenis kelamin, gonad mengeluarkan polipepdda lain, termasuk C. Prostaglandin
inhibin B, suatu polipeptida yang menghambat sekresi FSH. D. Oksitosin
■ Pada wanita, suatu periode yang dinamai perimenopause E. Renin plasenta
mendahului menopause, dan periode ini dapat berlangsung
hingga 10 tahun; selama waktu ini, daur haid menjadi tidak
teratur dan kadar inhibin berkurang.
■ Jika telah mencapai menopause, ovarium tidak lagi DAFTAR PUSTAKA
mengeluarkan progesteron dan 17β-estradiol dan estrogen Bole-Feysot C, Goffin V, Edery M et al: Prolactin (PRL) and its
dibentuk hanya dalam jumlah kecil melalui aro-matisasi receptor: Actions, signal transduction pathways, and phenotypes
androstenedion di jaringan perifer. observed in PRL receptor knockout mice. Endocrinol Rev
■ Estrogen alami adalah 17β-estradiol, estron, dan estriol. 1998;19:225.
Mereka terutama dihasilkan oleh sel granulosa folikel ovarium, Mather JP, Moore A, Li R-H: Activins, inhibins, and follistatins:
korpus luteum, dan plasenta. Biosintesis mereka bergantung Further thoughts on a growing family of regulators. Proc Soc
pada enzim aromatase (CYP19), yang mengubah testosteron Exper Biol Med 1997;215:209.
menjadi estradiol dan androstenedion menjadi estron. Reaksi Matthews J, Gustafson J-A: Estrogen signaling: A subtle balance
yang terakhir juga berlangsung di lemak, hati, otot, dan otak. between ERα and ERβ. Mol Interv 2003;3:281.
McLaughlin DT, Donahoe PR: Sex determination and
PERTANYAAN PILIHAN GANDA differentiation. N Engl J Med 2004;350:367.
Naz RK (editor): Endocrine Disruptors. CRC Press, 1998.
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali jika Norwitz ER, Robinson JN, Challis JRG: The control of labor. N Engl
dinyatakan lain. J Med 1999;341:660.
1. Jika seorang wanita muda memiliki tingkat aktivitas T3, Primakoff P, Nyles DG: Penetration, adhesion, and fusion in
kortisol, dan renin plasma yang tinggi, tetapi tekanan darahnya mammalian sperm–egg interaction. Science 2002;296:2183.
hanya sedikit meningkat dan ia tidak memiliki gejala atau Simpson ER, Clyne C, Rubin G, et al. Aromatase—A brief overview.
tanda tirotoksikosis atau sindrom Cushing, penjelasan yang Annu Rev Physiol. 2002;64:93-127.
paling mungkin adalah bahwa Yen SSC, Jaffe RB, Barbieri RL: Reproductive Endocrinology:
A. Ia telah diterapi dengan TSH dan ACTH. Physiology, Pathophysiology, and Clinical Management, 4th ed.
B. Ia telah diterapi dengan T3 dan kortisol. Saunders, 1999.
23
B A B

Fungsi Sistem
Reproduksi Pria

■ Menyebutkan hormon-hormon kunci yang disekresikan oleh sel Leydig dan sel
T U J U A N Sertoli testis.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menguraikan langkah-langkah yang terlibat dalam spermatogenesis.
■ Menguraikan mekanisme yang menimbulkan ereksi dan ejakulasi.
Anda seyogianya mampu:
■ Mengetahui struktur umum testosteron, dan menjelaskan biosintesis,
transpor, metabolisme, dan kerjanya.
■ Menjelaskan proses-proses yang berperan dalam regulasi sekresi testosteron.

PENDAHULUAN
Peran fungsional dan sekresi testis dalam pembentukan Testis menyekresi sejumlah besar androgen, terutama
genitalia pria, efek hormon pria terhadap otak pada testosteron, tetapi testis juga menyekresi sedikit estrogen.
Tidak seperti yang dijumpai pada wanita, sekresi
perkembangan awal, dan pembentukan sistem reproduksi
gonadotropin pada pria tidak bersifat siklik, dan setelah
pria melalui masa remaja hingga dewasa telah dibahas di bab
mencapai kematangan, fungsi gonad pria menurun secara
sebelumnya. Seperti diamati pada wanita, gonad pria
perlahan seiring dengan usia, tetapi kemampuan untuk
memiliki fungsi ganda: pembentukan sel-sel germinativum menghasilkan garnet tetap ada. Di bab ini kita akan
(gametogenesis) dan sekresi hormon seks. Androgen adalah memfokuskan pembahasan pada struktur dan fisiologi sistem
hormon seks steroid yang efeknya adalah maskulinisasi. reproduksi pria dewasa.

SISTEM REPRODUKSI Susunan anatomik ini memungkinkan pertukaran arus-balik


PRIA Ccountercurrent) panas dan testosteron. Prinsip-prinsip
pertukaran arus-balik tersebut dibahas mendalam dalam
STRUKTUR kaitannya dengan ginjal di Bab 37.

Testis terbentuk dari lengkungan-lengkungan tubulus semi- GAMETOGENESIS DAN EJAKULASI


niferosa yang bergelung, yang dindingnya merupakan
tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel germinativum Sawar Darah-Testis
primitif (spermatogenesis). Kedua ujung masing-masing Dinding tubulus seminiferosa dilapisi oleh sel-sel
lengkungan disalurkan ke dalam jaringan duktus di kepala germinativum primitif dan oleh sel Sertoli, sel besar yang
epididimis. Dari sini, spermatozoa berjalan melalui ekor mengandung glikogen kompleks yang melebar dari lamina
epididimis menuju vas deferens. Spermatozoa masuk melalui basalis tubulus ke lumen (Gambar 23-3). Sel germinativum
duktus ejakulatorius ke dalam uretra di badan prostat pada harus terus berkontak dengan sel Sertoli agar dapat bertahan
saat ejakulasi (Gambar 23–1). Di antara tubulus-tubulus hidup, dan kontak ini dipertahankan oleh jembatan-
testis terdapat sarang-sarang sel yang mengandung granula jembatan sitoplasma. Tight junction (taut-kedap) antara sel-
lemak, sel interstisium Leydig, (Gambar 23–2 dan 23–3), sel Sertoli dekat lamina basalis membentuk sawar darah-
yang menyekresi testosteron ke dalam aliran darah. Arteri testis yang mencegah banyak molekul besar berpindah dari
spermatika ke testis bergelung-gelung, dan darah yang jaringan interstisium dan bagian tubulus dekat lamina
mengalir di dalamnya sejajar tetapi berlawanan arah dengan basalis (kompartemen basalis) ke daerah dekat lumen
darah dalam pleksus pampiniformis vena spermatika. tubulus (kompartemen adluminal) dan lumen. Namun,

419
420 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Kandung kemih Ureter


Vas deferens Vesikula seminalis Kaput epididimis

Septum Rete testis


Simfisis
Prostat

Uretra
Tubulus seminiferosa
Vas deferens

Duktus ejakulatorius
Epididimis Testis
Tunika albuginea
Kelenjar Cowper
(bulbouretra) Kauda epididimis
Skrotum

GAMBAR 23-1 Gambaran anatomis sistem reproduksi pria. Kiri: Sistem reproduksi pria. Kanan: Sistem duktus pada testis.

steroid mudah menembus sawar ini, dan bukti menunjukkan pengganggu yang terdapat dalam darah, mencegah produk-
bahwa sebagian protein berpindah dari sel Sertoli ke sel produk antigen pembelahan dan pematangan sel germina-
Leydig dan demikian sebaliknya melalui proses parakrin. tivum masuk ke dalam sirkulasi dan menimbulkan respons
Selain itu, sel germinativum matang harus melewati sawar ini autoimun, dan mungkin memantapkan gradien osmotik yang
sewaktu bergerak ke lumen. Hal ini tampaknya berlangsung memudahkan pergerakan cairan ke dalam lumen tubulus.
tanpa pemutusan sawar oleh pemecahan progresif taut-
kedap di atas sel germinativum, dengan pembentukan taut- Spermatogenesis
kedap baru di bawahnya.
Spermatogonia, sel germinativum primitif yang terletak di
Cairan dalam lumen tubulus seminiferosa agak berbeda samping lamina basalis tubulus seminiferosa, berkembang
dengan cairan plasma; cairan ini mengandung sangat sedikit menjadi spermatosit primer (Gambar 23-3). Proses ini dimulai
protein dan glukosa tetapi banyak mengandung androgen, pada masa akil balik. Spermatosit primer mengalami
estrogen, K+, inositol, dan asam glutamat serta aspartat. pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya berkurang.
Komposisi ini dipertahankan oleh sawar darah-testis. Sawar Dalam proses dua-tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi
juga melindungi sel-sel germinativum dari bahan-bahan spermatosit sekunder lalu menjadi spermatid, yang mengandung
Tubulus jumlah kromosom haploid (23). Spermatid berkembang menjadi
seminiferous spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium
membelah dan menjadi matang, turunan-turunannya tetap
terikat oleh jembatan sitoplasma sampai stadium spermatid
lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisitas diferensiasi
masing-masing klon sel germinativum. Perkiraan jumlah
spermatid yang terbentuk dari sebuah spermatogonium adalah
Spermatosit 312. Pada manusia, melalui proses spermatogenesis yang teratur
primer
ini diperlukan waktu rerata 74 hari untuk membentuk sebuah
sperma matang dari sel germinativum primitif.
Masing-masing sperma adalah sebuah sel motil rumit, yang
kaya DNA, dengan sebuah kepala yang tersusun sebagian besar
Spermato-
oleh bahan kromosom (Gambar 23-4). Penutup kepala disebut
gonium akrosom, suatu organel mirip-lisosom yang kaya enzim-enzim
yang bertanggung jawab dalam penetrasi sperma ke ovum dan
proses-proses lain yang terjadi selama pembuahan. Bagian
proksimal ekor sperma yang motil ditutupi oleh suatu selaput
yang berisi banyak mitokondria. Membran spermatid lanjut dan
spermatozoa mengandung enzim pengonversi angiotensin tipe
kecil khusus yang disebut germinal angiotensin Il-converting
enzyme (gACE). gACE ditranskripsikan dari gen yang sama
seperti ACE somatik (sACE); namun, gACE memperlihatkan
Sel ekspresi spesifik jaringan berdasarkan tempat-tempat inisiasi
interstisium transkripsi alternatif dan pola alternate splicing. Fungsi
keseluruhan enzim ini belum diketahui, namun mencit jantan
GAMBAR 23-2 Potongan testis manusia. yang gen gACE-nya di-knockout menjadi steril.
BAB 23 Fungsi Sistem Reproduksi Pria 421

Jembatan
sitoplasma

Spermatid lanjut Spermatid dini

Spermiogenesis Spermatosit sekunder


Sel
Meiosis Sertoli

Sel
Sertoli
Spermatosit primer

Spermatogonium
Membran basal

Fibroblas
Sel mioid
Kapiler
Kapiler

Sel interstisium

GAMBAR 23-3 Epitel seminiferosa. Perhatikan bahwa sel-sel germinativum matang tetap dihubungkan oleh jembatan-jembatan sitoplasma
melalui stadium spermatid dini dan bahwa sel-sel ini berhubungan erat dengan sitoplasma sel Sertoli sewaktu bergerak dari lamina basalis ke
lumen. (Disalin dengan izin dari Junqueira LC, Carneiro J: Basic Histology: Text and Atlas, 10th ed. McGraw-Hill, 2003.)

Spermatid berkembang menjadi spermatozoa di lipatan- pada sel Sertoli tempat terbenamnya spermatozoa yang
lipatan sitoplasma yang dalam pada sel Sertoli (Gambar sedang tumbuh. FSH bekerja pada sel Sertoli untuk
23-3). Spermatozoa matang dilepaskan dari sel Sertoli dan memperlancar stadium-stadium akhir pematangan
menjadi bebas dalam lumen tubulus. Sel-sel Sertoli menye- spermatid. Selain itu, FSH mendorong pembentukan ABP.
kresi protein pengikat androgen (ABP, androgen-binding Suatu pengamatan yang menarik adalah bahwa kandungan
protein), inhibin, dan MIS. Sel-sel ini tidak menyintesis estrogen cairan di rete testis tinggi (Gambar 23-1), dan dinding-
androgen, tetapi mengandung aromatase (CYP19), enzim dinding rete mengandung banyak reseptor estrogen a (ERa). Di
yang berperan dalam perubahan androgen menjadi estrogen, regio ini, cairan direabsorpsi dan spermatozoa dipekatkan.
dan sel-sel ini dapat menghasilkan estrogen. ABP mungkin
Apabila hal ini tidak terjadi, sperma yang masuk ke epididimis
berfungsi untuk mempertahankan pasokan androgen yang
mengalami pengenceran dalam volume cairan yang besar
tinggi dan stabil dalam cairan tubulus. Inhibin menghambat
sehingga terjadi penurunan kesuburan.
sekresi follicle-stimulating hormone (FSH).
FSH dan androgen mempertahankan fungsi gametogenik Perkembangan Spermatozoa Lebih Lanjut
testis. Setelah hipofisektomi, penyuntikan luteinizing-hormo-ne
(LH) menghasilkan konsentrasi androgen lokal yang tinggi di Spermatozoa yang meninggalkan testis belum sepenuhnya
testis, dan hal ini mempertahankan spermatogenesis. Stadium- mampu bergerak. Spermatozoa melanjutkan pematangannya
stadium spermatogonia menjadi spermatid tampaknya tidak dan memperoleh motilitas sewaktu melintasi epididimis.
bergantung pada androgen. Namun, pematangan dari spermatid Motilitas jelas penting secara in vivo, tetapi secara in vitro dapat
menjadi spermatozoa bergantung pada androgen yang bekerja terjadi pembuahan jika sebuah spermatozoon imotil dari kaput

Mitokondria Akrosom

5 μm 50 μm 5 μm 5 μm
Bagian ujung Bagian utama Bagian tengah Kepala
GAMBAR 23-4 Spermatozoon manusia, tampak profil. Perhatikan akrosom, suatu organel yang menutupi separuh kepala sperma di
dalam membran plasma sperma. (Disalin dengan izin dari Junqueira LC, Carneiro J: Basic Histology: Text and Atlas, 11th ed. McGraw-Hill, 2005).
422 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

epididimis disuntikkan secara mikro langsung ke dalam sebuah TABEL 23–1 Komposisi semen manusia.
ovum. Kemampuan bergerak maju (motilitas progresif), yang
Warna: Putih, opalesen
diperoleh di epididimis, melibatkan pengaktifan serangkaian
protein unik dari famili CatSper, yang terletak di bagian utama Berat jenis: 1,028
ekor sperma. CatSpers membentuk suatu kanal Ca2+ peka-basa pH: 7,35-7,50
yang menjadi aktif sewaktu sperma berpindah dari vagina yang
asam (pH sekitar 5) ke mukus serviks (pH sekitar 8). Sperma Hitung sperma: Rerata sekitar 100 juta/mL, dengan bentuk
abnormal kurang dari 20%
dari mencit knockout yang tidak mengekspresikan CatSper 1-4
memperlihatkan gangguan motilitas dan infertil, menekankan Komponen lain: ⎫
pentingnya peran protein-protein ini. Selain itu, spermatozoa Fruktosa (1,5-6,5 mg/mL) 
mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium meng- Fosforilkolin  Dari vesikula seminalis
hasilkan molekul mirip-odoran. Bukti-bukti terakhir meng-
Ergotionein ⎬ (membentuk 60%
Asam askorbat  volume total)
isyaratkan bahwa berbagai molekul ini dan reseptornya saling Flavin 
berinteraksi, memperkuat gerakan spermatozoa ke arah Prostaglandin ⎭
ovarium (kemotaksis). Spermin ⎫
Ejakulasi spermatozoon melibatkan kontraksi vas Asam sitrat 
deferens yang sebagian diperantarai oleh reseptor P2X, Kolesterol, fosfolipid  Dari prostat (membentuk 20%
Fibrinolisin, fibrinogenase ⎬ volume total)
kanal-kanal kation berpintu-ligan yang berespons terhadap 
ATP (lihat Bab 7), dan fertilitas berkurang pada mencit yang
Seng 
Fosfatase asam ⎭
gen untuk reseptor ini di-knockout.
Fosfat ⎫
Setelah ditumpahkan ke dalam vagina, spermatozoa Bikarbonat ⎬ Penyangga
bergerak ke atas hingga mencapai ismus tuba uterina, tempat Hialuronidase ⎭
spermatozoa mengalami perlambatan dan menjalani proses
kapasitasi. Proses pematangan lebih lanjut ini melibatkan
dua komponen: peningkatan motilitas spermatozoa, dan
persiapan spermatozoa mengalami reaksi akrosom. Namun, ovum, setiap mililiter semen secara normal mengandung 100
peran kapasitasi tampaknya lebih bersifat fasilitatorik juta sperma. Berkurangnya produksi sperma berkaitan dengan
dibandingkan obligatorik (yi. bukan keharusan), karena infertilitas: lima puluh persen pria dengan hitung sperma
fertilisasi dapat terjadi in vitro. Dari ismus, spermatozoa 20-40 juta/mL dan pada dasarnya semua yang hitung
yang telah menjalani kapasitasi ini bergerak cepat ke ampula spermanya kurang dari 20 juta/mL adalah mandul. Adanya
tuba, tempat terjadinya pembuahan. banyak spermatozoa imotil atau cacat juga berkorelasi dengan
infertilitas. Prostaglandin dalam semen, yang sebenarnya
Efek Suhu datang dari vesikula seminalis, berkadar tinggi, tetapi fungsi
Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah turunan asam lemak ini dalam semen tidak diketahui.
daripada suhu bagian dalam tubuh. Testis dalam keadaan Penyebab infertilitas pria, serta mekanisme yang mendasari
normal memiliki suhu sekitar 32°C. Testis dipertahankan sperma dalam pembuahan, digunakan sebagai petunjuk untuk
dingin oleh udara yang bersikulasi mengelilingi skrotum dan mengembangkan kontrasepsi pria (lihat Boks Klinis 23–1).
mungkin oleh pertukaran panas melalui arus balik antara
arteri dan vena spermatika. Bila testis tetap berada dalam Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3
abdomen atau bila, pada hewan percobaan, didekatkan ke mm/mnt melintasi kanal genitalia wanita. Sperma mencapai
tubuh dengan pakaian yang erat, akan terjadi degenerasi tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi. Kontraksi organ
dinding tubulus dan sterilitas. Mandi air panas (43—45°C wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina.
selama 30 menit per hari) dan busana penyokong atletik ber-
insulasi menurunkan hitung sperma pada manusia, kadang- Ereksi
kadang sebesar 90%. Namun, penurunan dengan cara ini Ereksi diawali oleh dilatasi arteriol-arteriol penis. Sewaktu
tidak cukup konsisten untuk menjadikannya suatu tindakan jaringan erektil penis terisi darah, vena tertekan dan aliran
untuk kontrasepsi pria. Selain itu, bukti mengisyaratkan keluar terhambat sehingga turgor organ bertambah. Pusat-
adanya efek musim pada pria, dengan hitung sperma lebih pusat integrasi di segmen lumbal medula spinalis diaktifkan
tinggi pada musim dingin berapapun suhu pajanan skrotum.
oleh impuls di saraf aferen dari genitalia dan traktus
Semen desendens yang memerantarai ereksi sebagai respons
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, semen (air terhadap rangsangan psikis erotik. Serat parasimpatis eferen
mani), mengandung sperma dan sekresi vesikula seminalis, berada dalam saraf splanknik panggul (nervi erigentes).
prostat, kelenjar Cowper, dan, mungkin, kelenjar uretra Serat-serat tersebut diperkirakan mengeluarkan asetilkolin
(Tabel 23–1). Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL dan vasodilator vasoactive intestinal polypeptide (VIP)
setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen sebagai kotrans-miter (lihat Bab 7).
dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berulang. Juga terdapat serat nonkolinergik nonadrenergik di
Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi nervi erigentes, dan serat-serat ini mengandung sejumlah
BAB 23 Fungsi Sistem Reproduksi Pria 423

BOKS KLINIS 23-1

Kontrasepsi Pria samping lain. Alternatif untuk ligasi adalah metode oklusi vas,
Beberapa metode di luar intervensi fisik (misalnya kontrol misalnya sumbat silikon, yang bertujuan untuk menghambat
hormonal atas pembentukan sperma; membidik protein- vas deferens namun tuba dipertahankan utuh sehingga
protein yang penting dalam pembuahan (mis. CatSpers) serta pemulihan, jika diinginkan, akan lebih mudah. Tidaklah
pemakaian senyawa alami yang membatasi fungi sperma) telah mengherankan, metode-metode ini tidak seefektif vasektomi
dieksplorasi sebagai kontrasepsi pria. Namun, karena besarnya tradisional.
jumlah sperma dan kemampuannya untuk mengalami
regenerasi, metode-metode yang dapat mengurangi produksi KIAT TERAPEUTIK
sperma secara memadai atau membatasi fungsi tanpa Vasectomy reversal: Dahulu, bagi mereka yang ingin
menimbulkan efek samping sulit dicapai. Di luar kontrol memulihkan kesuburannya, penyambungan kembali vas
farmakologis, kontrasepsi pria yag paling banyak diterapkan merupakan tindakan yang sulit, namun angka keberhasil-
adalah ligasi bilateral vas deferens (vasektomi), suatu tindakan an operasi semacam ini kini terus meningkat. Keberhasil-
kontrasepsi yang relatif aman dan nyaman. Hal yang menarik, an pemulihan vasektomi biasanya menghasilkan hitung
sperma yang bermakna dalam beberapa bulan, meskipun
sekitar 50% dari pria yang telah divasektomi membentuk
tidak jarang pemulihan tersebut memerlukan waktu
antibodi terhadap spermatozoa; pada monyet, adanya antibodi setahun atau lebih. Keberhasilan akhir, berdasarkan
tersebut menyebabkan insidens infertilitas yang lebih tinggi terjadinya kehamilan, tercatat pada sekitar 50% dari para
setelah tindakan pemulihan keutuhan vas deferens. Namun, pasien ini dicapai dalam waktu 2 tahun.
antibodi antisperma ini tampaknya tidak menimbulkan efek

besar nitric oxide synthase (NOS), enzim yang mengatalisis sebagai respons terhadap rangsangan di saraf hipogastrik.
pembentukan nitrat oksida (NO; lihat Bab 32). NO Semen terdorong keluar uretra oleh kontraksi otot
vasodilator kuat. Pada hewan percobaan, penyuntikan bulbokavernosa, suatu otot rangka. Pusat refleks spinal untuk
inhibitor NO sintase mencegah ereksi yang secara normal bagian refleks ini terletak di segmen sakral bagian atas dan
timbul setelah rangsangan pada saraf-saraf panggul. Dengan lumbal terbawah medula spinalis, dan jalur motorik melintasi
demikian, jelaslah bahwa NO berperan penting dalam radiks sakrum pertama sampai ketiga dan saraf pudendus
terjadinya ereksi. Obat sildenafi, tadalafil, dan vardenafil internus.
menghambat penguraian cGMP oleh fosfodiesterase dan
telah terkenal di seluruh dunia sebagai obat untuk disfungsi PSA
ereksi. Berbagai fosfodiesterase (PDE) dalam tubuh telah Protease membentuk dan mengeluarkan suatu serin protease
dibagi menjadi tujuh famili isoenzim, dan obat-obat ini 30-kDa yang secara umum disebut antigen spesifik prostat
adalah yang paling aktif melawan PDE V, jenis fosfo- (prostate-specific antigen, PSA) ke dalam semen dan darah.
diesterase yang terdapat di korpus kavernosum (lihat Boks Gen untuk PSA memiliki dua elemen respons androgen. Zat
Klinis 5-7). Namun, perlu dicatat bahwa sildenafil juga ini menghidrolisis inhibitor motilitas sperma semenogelin
menghambat PDE VI (dan yang lain jika dikonsumsi dalam dalam semen, dan memiliki beberapa substrat di plasma,
dosis tinggi) secara bermakna. Fosfodiesterase VI ditemu- tetapi fungsi pastinya dalam sirkulasi masih belum diketahui.
kan di retina, dan salah satu efek samping sildenafil adalah Peningkatan PSA plasma dijumpai pada kanker prostat dan
hilangnya kemampuan membedakan warna biru dan hijau digunakan secara luas sebagai uji penyaring untuk
secara transien (lihat Bab 9). mendeteksi penyakit ini, walaupun PSA juga meningkat pada
hipertrofi prostat jinak dan prostatitis, dan efektivitas
Pada keadaan normal, ereksi diakhiri oleh impuls
pemeriksaan penyaring PSA sebagai satu-satunya cara untuk
Vasokonstriktor simpatis pada arteriol.
mendiagnosis kanker prostat kini dipertanyakan.
Ejakulasi FUNGSI ENDOKRIN TESTIS
Ejakulasi adalah suatu refleks spinal dua-tahap yang
melibatkan emisi, pergerakan semen ke dalam uretra; dan Kimia dan Biosintesis
ejakulasi sebenarnya, terdorongnya semen keluar uretra
pada saat orgasme. Jalur aferen sebagian besar merupakan
Testosteron
serat dari reseptor sentuh di glans penis yang mencapai Testosteron, hormon utama testis, adalah suatu steroid C19
medula spinalis melalui saraf pudendus internus. Emisi dengan sebuah gugus -OH di posisi 17 (Gambar 23–5).
adalah suatu respons simpatis, terintegrasi di segmen Hormon ini disintesis dari kolesterol di sel-sel Leydig
lumbal bagian atas medula spinalis dan terjadi akibat dan juga terbentuk dari androstenedion yang
kontraksi otot polos vasa deferensia dan vesikula seminalis disekresikan oleh korteks adrenal. Jalur biosintetik pada
424 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Kolesterol

Pregnenolon Progesteron

17α-Hidroksipregnenolon 17α-Hidroksiprogesteron

Dehidroepiandrosteron Androstenedion

OH OH
Pada beberapa
jaringan sasaran
5α-reduktase,
tipe 1 atau 2

O O
H
Dihidrotestosteron Testosteron

GAMBAR 23-5 Biosintesis testosteron. Rumus steroid prekursor diperlihatkan di Gambar 22-7. Walaupun produk sekretorik utama sel Leydig
adalah testosteron, sebagian prekursor juga masuk ke dalam darah.

semua organ endokrin yang membentuk hormon steroid Sejumlah kecil testosteron dalam darah diubah menjadi
serupa, organ-organ tersebut hanya berbeda dalam sistem estradiol, tetapi sebagian besar testosteron diubah menjadi
enzim yang dikandungnya. Di sel Leydig, tidak terdapat 11- 17-ketosteroid, terutama androsteron dan isomernya etioko-
dan 21-hidroksilase yang dijumpai di korteks adrenal (lihat lanolon (Gambar 23-6), dan diekskresikan di urine. Sekitar
Gambar 20-7), tetapi ditemukan 17a-hidroksilase. Dengan dua pertiga 17-ketosteroid urine berasal dari adrenal, dan
demikian pregnenolon mengalami hidroksilasi di posisi 17 sepertiga berasal dari testis. Walaupun sebagian besar 17-
untuk membentuk dehidroepi-androsteron. Androstenedion ketosteroid merupakan androgen lemah (memiliki potensi
juga terbentuk melalui progesteron dan 17- testosteron sebesar 20% atau kurang), perlu ditekankan
hidroksiprogesteron, tetapi jalur ini kurang menonjol pada bahwa tidak semua 17-ketosteroid adalah androgen dan
manusia. Dehidroepiandrosteron dan androstenedion tidak semua androgen adalah 17-ketosteroid. Etiokolanolon,
kemudian diubah menjadi testosteron. misalnya, tidak memiliki aktivitas androgenik, dan
Sekresi testosteron berada di bawah kontrol LH, dan testosteron itu sendiri bukan suatu 17-ketosteroid.
mekanisme bagaimana LH merangsang sel Leydig adalah
melalui peningkatan pembentukan cAMP melalui Gs dan
Efek
reseptor LH terkait-protein G. AMP siklik meningkatkan Selain efeknya selama perkembangan, testosteron dan
pembentukan kolesterol dari ester-ester kolesteril dan androgen lain memiliki efek umpan-balik inhibitorik pada
perubahan kolesterol menjadi pregnenolon melalui peng- sekresi LH hipofisis; membentuk dan mempertahankan
aktifan protein kinase A. karakteristik seks sekunder pria; memiliki efek penting
anabolik-protein pendorong-pertumbuhan; dan, bersama FS
Sekresi H, mempertahankan spermatogenesis.
Kecepatan sekresi testosteron adalah 4-9 mg/hari (13,9-31,33
pmol/hari) pada pria dewasa normal. Sejumlah kecil TABEL 23–2 Distribusi steroid dan kortisol
testosteron juga disekresikan pada wanita, mungkin berasal gonad dalam plasma.
dari ovarium tetapi dapat juga berasal dari adrenal.
% Terikat ke
Transpor & Metabolisme
Steroid % Bebas CBG GBG Albumin
Sembilan puluh delapan persen testosteron dalam plasma
Testosteron 2 0 65 33
terikat ke protein: 65% terikat ke β-globulin yang disebut
gonadal steroid-binding globulin (GBG) atau sex Androstenedion 7 0 8 85
steroidbinding globulin, dan 33% ke albumin (Tabel 23-2). Estradiol 2 0 38 60
GBG juga mengikat estradiol. Kadar testosteron plasma
Progesteron 2 18 0 80
(bebas dan terikat) adalah 300-1000 ng/dL (10,4-34,7
nmol/1) pada pria dewasa (Gambar 22-8) dan 30—70 ng/dL Kortisol 4 90 0 6
(1,04—2,43 nmol/L) pada wanita dewasa. Kadar ini sedikit
CBG, corticosteroid-binding globulin; GBG, gonadal steroid-binding
menurun seiring pertambahan usia pada pria. globulin. (Sumbangan S. Munroe.)
BAB 23 Fungsi Sistem Reproduksi Pria 425

O TABEL 23–3 Perubahan tubuh saat pubertas pada


pemuda (karakteristik seks sekunder pria).
Genitalia eksterna: Penis memanjang dan melebar. Skrotum
menjadi gelap dan berlipat-lipat.
HO Genitalia interna: Vesikula seminalis membesar dan mengeluarkan
H sekret dan mulai membentuk fruktosa. Prostat dan kelenjar
bulbouretralis membesar dan mengeluarkan sekret.
Androsteron Suara: Laring membesar, pita suara memanjang dan menebal, dan
suara menjadi berat.
O
Pertumbuhan rambut: Muncul janggut. Garis rambut di kulit kepala
mundur secara anterolateral.Tumbuh rambut pubis dengan pola pria
(segitiga dengan apeks di atas). Rambut tumbuh di ketiak, dada, dan
di sekitar anus; rambut tubuh secara umum meningkat.
Mental: Lebih agresif, sikap aktif.Timbul ketertarikan terhadap
HO
lawan jenis.
H
Etiokolanolon Konformasi tubuh: Bahu melebar, otot membesar.

Kulit: Sekresi kelenjar sebasea mengental dan meningkat


GAMBAR 23-6 Dua metabolit 17-ketosteroid dari testosteron. (predisposisi timbulnya jerawat).

Karakteristik Seks Sekunder estrogen (lihat Bab 21). Akibat efek anaboliknya, androgen
menyebabkan retensi sedang natrium, kalium, air, kalsium,
Perubahan luas dalam distribusi rambut, konfigurasi tubuh,
sulfat, dan fosfat; androgen juga meningkatkan ukuran ginjal.
dan ukuran genitalia yang terjadi pada pemuda pada masa
Dosis testosteron eksogen yang menimbulkan efek anabolik
pubertas—karakteristik seks sekunder pria—dirangkum
bermakna juga menimbulkan maskulinisasi dan meningkat-
dalam Tabel 23-3. Prostat dan vesikula seminalis membesar,
kan libido, yang membatasi penggunaan hormon ini sebagai
dan vesikula seminalis mulai menyekresi fruktosa. Gula ini
obat anabolik untuk pasien yang kurus akibat penyakit.
tampaknya berfungsi sebagai pasokan nutrisi utama untuk
Usaha-usaha untuk menciptakan steroid sintetik yang kerja
spermatozoa. Pada manusia, efek psikis testosteron sulit
anaboliknya terpisah dari kerja androgenik belum berhasil.
dinilai, tetapi pada hewan percobaan, androgen mencetuskan
perilaku yang kasar dan agresif. Efek androgen dan estrogen Mekanisme Kerja
pada perilaku seksual dibahas secara rinci dalam Bab 15. Seperti steroid lainnya, testosteron berikatan dengan
Walaupun rambut tubuh meningkat oleh androgen, rambut suatu reseptor intrasel, dan kompleks steroid-reseptor
kepala berkurang (Gambar 23-7). Kebotakan herediter sering kemudian berikatan dengan DNA di nukleus,
tidak terjadi bila tidak terdapat dihidrotestosteron (DHT). menyebabkan transkripsi berbagai gen. Selain itu,
testosteron diubah menjadi dihidro-testosteron (DHT)
Efek Anabolik oleh 5a-reduktase di beberapa jaringan sasaran (Gambar
Androgen meningkatkan sintesis dan menurunkan 23-5 dan Gambar 23-8), dan DHT berikatan dengan
pemecahan protein, menyebabkan peningkatan kecepatan reseptor intrasel yang sama seperti testosteron. DHT juga
pertumbuhan. Dahulu diperdebatkan bahwa androgen juga bersirkulasi, dengan kadar plasma sekitar 10% kadar
menyebabkan epifisis menyatu dengan tulang panjang, testosteron. Kompleks testosteron-reseptor kurang stabil
sehingga pertumbuhan akhirnya terhenti, tetapi sekarang bila dibandingkan dengan kompleks DHT-reseptor di sel
tampaknya bahwa penutupan epifisis disebabkan oleh sasaran, dan kompleks tersebut tidak terlalu pas dengan

GAMBAR 23-7 Garis rambut pada anakdan dewasa. Garis rambut pada wanita seperti pada anak, sementara garis rambut pria mengalami
pencekungan di daerah lateral frontal.
426 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Luteinizing Pengaturan
hormone gonadotropin

Spermato-
genesis
Sel Reseptor
sasaran Diferensiasi
Testosteron seksual
Stimulasi
Testis Wolffian
Virilisasi
5α- eksternal
Reduktase
Pematangan
Dihidrotestosteron seksual saat
pubertas

GAMBAR 23-8 Diagram skematik efek testosteron (tanda panah padat) dan dihidrotestosteron (tanda panah terputus-putus). Perhatikan
bahwa keduanya berikatan dengan reseptor yang sama, tetapi DHT berikatan secara lebih efektif. (Disalin dengan izin dari Wilson JD, Griffin JE, Russell
W: Steroid 5a-reductase 2 deficiency. Endocr Rev 1993; 14577. Hak Cipta © 1993 pada The Endocrine Society).

status pengikatan DNA. Dengan demikian, pembentukan Pembentukan Estrogen oleh Testis
DHT adalah salah satu cara untuk meningkatkan efek
testosteron di jaringan sasaran. Terdapat dua 5a-reduktase Lebih 80% estradiol dan 93% estron dalam plasma pria dewasa
pada manusia yang dikode oleh gen yang berbeda. 5a- dibentuk melalui aromatisasi testosteron dan androstenedion
reduktase tipe 1 ditemukan di kulit di seluruh tubuh dan dalam darah di jaringan ekstragonad dan ekstra-adrenal. Sisanya
merupakan enzim dominan di kulit kepala. 5a-reduktase tipe 2 berasal dari testis. Sebagian estradiol di darah vena testis berasal
terdapat di kulit genitalia, prostat, dan jaringan genital lainnya. dari sel Leydig, tetapi sebagian juga dibentuk melalui aromatisasi
Kompleks reseptor-testosteron berperan dalam pe- androgen di sel Sertoli. Pada pria, kadar estradiol plasma adalah
matangan struktur-struktur duktus wolffian dan, dengan 20-50 pg/mL (73— 184 pmol/L) dan kecepatan produksi total
demikian, bertanggung jawab terhadap pembentukan adalah sekitar 50 pg/hari (184 nmol/hari). Berlainan dengan
genitalia interna pria selama perkembangan, tetapi keadaan pada wanita, pada pria terjadi peningkatan sedang
kompleks reseptor-DHT diperlukan untuk mem-bentuk produksi estrogen seiring dengan pertambahan usia.
genitalia eksterna pria (Gambar 23-8). Kompleks
reseptor-DHT juga berperan dalam pembesaran prostat
KONTROL FUNGSI TESTIS
dan mungkin penis pada saat pubertas serta rambut FSH bersifat tropik bagi sel Sertoli, dan FSH serta androgen
wajah, jerawat, dan pengunduran temporal garis rambut. mempertahankan fungsi gametogenik testis. FSH juga
Di pihak lain, peningkatan massa otot dan munculnya merangsang sekresi ABP dan inhibin. Inhibin memberi
dorongan seks dan libido pria lebih bergantung pada umpan-balik untuk menghambat sekresi FSH. LH bersifat
testosteron daripada pada DHT (lihat Boks Klinis 23–2). tropik bagi sel Leydig dan merangsang sekresi testosteron,

BOKS KLINIS 23-2

Defisiensi 5α-Reduktase Kongenital Klitoris mereka membesar ("penis-at-12 syndrome", sindrom


Defisiensi 5α-reduktase kongenital, kondisi ketika 5a- penis di umur 12) sampai ke tahap sebagian dari mereka dapat
reduktase tipe 2 mengalami mutasi, sering dijumpai di berhubungan kelamin dengan wanita. Pembesaran ini mungkin
daerah-daerah tertentu di Republik Dominika. Kelainan ini terjadi karena dengan tingginya LH, tersedia testosteron dalam
jumlah cukup untuk mengatasi kebutuhan akan amplifikasi DHT
menimbulkan tipe pseudohermafroditisme pria yang
di genitalia.
menarik. Orang-orang dengan sindrom ini lahir dengan
genitalia interna pria termasuk testis, tetapi genitalia KIAT TERAPEUTIK
eksternanya wanita dan biasanya dibesarkan sebagai
wanita. Namun, saat mereka mencapai pubertas, sekresi Obat-obat penghambat 5α-reduktase sekarang digunakan
LH dan kadar testosteron dalam darah meningkat. secara klinis untuk mengobati hiperplasia prostat jinak,
Akibatnya, mereka membentuk kontur tubuh pria dan dan finasterid, yaitu obat yang paling luas digunakan,
memiliki libido pria. Pada tahap ini, mereka biasanya memiliki efek terbesarnya pada 5α-reduktase tipe 2.
mengubah identitas jenis kelamin dan"menjadi pemuda".
BAB 23 Fungsi Sistem Reproduksi Pria 427

yang selanjutnya memberi umpan-balik untuk menghambat putih. Pada masa kehidupan mudigah, aktivin terlibat dalam
sekresi LH. Lesi hipotalamus pada hewan dan penyakit pembentukan mesoderm. Semua mencit dengan delesi pada gen
hipotalamus pada manusia menyebabkan atrofi dan hilang- subunit a-inhibin pada awalnya tumbuh secara normal tetapi
nya fungsi testis. kemudian menderita tumor-tumor stroma gonad, sehingga gen
ini adalah suatu gen penekan tumor (tumor suppressor gene).
Inhibin Dalam plasma, aktivin dan inhibin diikat oleh α2-
Testosteron menurunkan LH plasma, tetapi kecuali pada makroglobulin. Dalam jaringan, aktivin berikatan dengan famili
dosis besar, hormon ini tidak memiliki efek pada FSH plasma. empat glikoprotein yang disebut folistatin. Pengikatan aktivin
Pada pasien yang mengalami atrofi tubulus seminiferosa membuat aktivitas biologik molekul ini tidak aktif, tetapi kaitan
tetapi kadar testosteron dan sekresi LH normal, kadar FSH
antara folistatin dan inhibin serta fungsi fisiologiknya masih
plasma meningkat. Pengamatan ini menyebabkan ditemukan-
belum diketahui.
nya inhibin, suatu faktor yang berasal dari testis dan
menghambat sekresi FSH. Terdapat dua jenis inhibin dalam Umpan-Balik Steroid
ekstrak testis pada pria dan dalam cairan antral dari folikel
ovarium pada wanita. Keduanya dibentuk dari tiga subunit “Hipotesis kerja” yang sekarang berlaku mengenai bagaimana
polipeptida: sebuah subunit α terglikosilasi dengan berat fungsi testis diatur diperlihatkan pada Gambar 23-10. Kastrasi
molekul 18.000 dan dua subunit β nonglikosilasi, βA dan bB, akan diikuti oleh peningkatan isi dan sekresi FSH dan LH dari
masing-masing dengan berat molekul 14.000. Subunit- hipofisis, dan lesi hipotalamus mencegah kenaikan ini.
subunit tersebut terbentuk dari protein prekursor (Gambar Testosteron menghambat sekresi LH dengan bekerja secara
23-9). Subunit α bergabung dengan βA untuk membentuk langsung pada hipofisis anterior dan dengan menghambat
sebuah heterodimer dan dengan βB untuk membentuk sekresi GnRH dari hipotalamus. Inhibin bekerja secara langsung
heterodimer yang lain, dengan ikatan disulfida meng- pada hipofisis anterior untuk menghambat sekresi FSH.
hubungkan subunit-subunit tersebut. Baik αβA (inhibin A) Sebagai respons terhadap LH, sebagian testosteron yang
maupun αβB (inhibin B) menghambat sekresi FSH melalui disekresi dari sel Leydig membasahi epitel seminiferus dan
efek langsung pada hipofisis, walaupun sekarang tampaknya memberikan sel Sertoli konsentrasi lokal androgen yang
bahwa inhibin B-lah yang merupakan inhibin pengatur FSH tinggi yang penting untuk spermatogenesis normal.
pada pria dan wanita dewasa. Inhibin dibentuk oleh sel Sertoli Testosteron yang diberikan secara sistemis tidak meningkat-
pada pria dan sel granulosa pada wanita. kan kadar androgen di testis sampai setinggi itu, dan hal ini
Juga terbentuk heterodimer βAβB serta homodimer menghambat sekresi LH. Akibatnya, efek akhir testosteron
βAβA dan βBβB- Dimer-dimer ini merangsang, bukan yang diberikan sistemik secara umum adalah penurunan
menghambat, sekresi FSH dan dengan demikian disebut hitung sperma. Terapi testosteron pernah dianjurkan sebagai
aktivin. Fungsinya dalam reproduksi masih belum dipasti- salah satu cara kontrasepsi pria. Namun, dosis testosteron
kan. Namun, inhibin dan aktivin adalah anggota super- yang diperlukan untuk menekan spermatogenesis me-
famili TGFP faktor pertumbuhan dimerik yang juga nyebabkan retensi natrium dan air. Sekarang sedang dijajaki
kemungkinan penggunaan inhibin sebagai kontrasepsi pria.
mencakup MIS. Telah berhasil diidentifikasi berbagai
reseptor aktivin yang termasuk famili reseptor serin/treonin
kinase. Inhibin dan aktivin ditemukan tidak hanya di gonad
tetapi juga di otak dan banyak jaringan lain. Di sumsum
GnRH Hipotalamus
tulang, aktivin berperan dalam pembentukan sel

Prekursor α

Prekursor βA
Hipofisis
LH FSH anterior
Prekursor βB

Testosteron
βA Inhibin B
SS
α βA
SS Inhibin A
βA βB
SS Aktivin Efek
α βB Sel Sel
androgenik Testis
SS Inhibin B Leydig Sertoli
βB βA dan anabolik
SS
βB

GAMBAR 23-9 Protein prekursor inhibin serta berbagai inhibin GAMBAR 23-10 Perkiraan hubungan antara hipotalamus,
dan aktivin yang terbentuk dari regio-regio terminal-karboksil dari hipofisis anterior, dan testis. Tanda panah tebal menandakan efek
prekursor-prekursor tersebut. SS, ikatan disulfida. eksitasi; tanda panah terputus-putus menandakan efek inhibisi.
428 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

KELAINAN FUNGSI TESTIS Tumor Penyekresi Androgen


Tidak dikenal adanya “hiperfungsi” testis tanpa pem-
Kriptorkidismus bentukan tumor. Tumor sel Leydig yang menghasilkan
Testis terbentuk di dalam rongga abdomen dan secara normal androgen jarang ditemukan dan menyebabkan gejala-gejala
bermigrasi ke skrotum selama perkembangan masa janin. endokrin hanya pada anak laki-laki prapubertas, yang
Penurunan testis ke daerah inguinal bergantung pada MIS, mengalami pseudo-pubertas prekoks (Tabel 22-2).
dan penurunan dari daerah inguinal ke skrotum bergantung
pada faktor-faktor lain. Penurunan ini tidak sempurna pada Hormon dan Kanker
satu atau, yang lebih jarang, kedua testis pada 10% bayi laki- Beberapa karsinoma prostat bersifat dependen-androgen
laki baru lahir, testis tetap berada di dalam rongga abdomen dan untuk sementara waktu mengecil setelah pengangkatan
atau kanalis inguinalis. Pemberian hormon gonadotropik testis atau pemberian agonis GnRH dalam dosis yang cukup
mempercepat penurunan pada sebagian kasus, atau kelainan untuk menekan reseptor GnRH pada gonadotrop dan
ini dapat diperbaiki secara bedah. Biasanya terjadi penurunan menurunkan sekresi LH.
spontan testis, dan proporsi anak laki-laki yang testisnya tidak
turun (kriptorkidismus) turun menjadi 2% pada usia 1 tahun RINGKASAN BAB
dan 0,3% setelah pubertas. Namun, sekarang dianjurkan ■ Gonad memiliki fungsi ganda: membentuk sel germina-tivum
pengobatan dini walaupun angka-angka di atas kecil, karena (gametogenesis) dan mengeluarkan hormon seks. Testis
insidens tumor ganas pada testis yang tidak turun lebih tinggi mengeluarkan sejumlah besar androgen, terutama testosteron,
dibandingkan dengan testis yang berada di skrotum dan meskipun organ ini juga menghasilkan sedikit estrogen.
karena setelah pubertas suhu di abdomen yang lebih tinggi ■ Spermatogonia berkembang menjadi spermatozoa matang di
akhirnya menyebabkan kerusakan ireversibel epitel tubulus seminiferosa melalui suatu proses yang dinamai
spermatogenik. spermatogenesis. Ini adalah suatu proses multi-tahap yang
mencakup pematangan spermatogonia menjadi spermatosit
Hipogonadisme Pria primer, yang mengalami pembelahan meiosis, menghasilkan
Gambaran klinis hipogonadisme pria bergantung pada apakah spermatosit sekunder haploid. Beberapa pembelahan lebih
defisiensi testis terjadi sebelum atau setelah pubertas. Pada lanjut menghasilkan spermatid. Masing-masing pembelahan
sel dari sebuah spermatogonium menjadi spermatid bersifat
orang dewasa, bila hal ini disebabkan oleh penyakit testis,
tak-sempurna, dengan sel-sel tetap berkontak melalui
kadar gonadotropin dalam darah meningkat (hipogo-nadisme
jembatan sitoplasma. Spermatid akhirnya matang menjadi
hipergonadotropik), bila disebabkan oleh penyakit pada
spermatozoa motil untuk menuntaskan spermatogenesis;
hipofisis atau hipotalamus (mis. sindrom Kallman), kadar bagian terakhir pematangan ini disebut spermiogenesis.
gonadotropin dalam darah menurun (hipogonadisme
■ Testosteron adalah hormon utama testis. Hormon ini
hipogonadotropik). Bila fungsi endokrin testis menghilang
disintesis dari kolesterol di sel Leydig. Sekresi testosteron dari
pada masa dewasa, karakteristik seks sekunder menghilang sel Leydig berada di bawah kendali luteinizing hormone
secara bertahap karena untuk mempertahankan karakteristik- dengan kecepatan 4—9 mg/hari pada pria dewasa. Sebagian
karakteristik tersebut, bila telah terbentuk, hanya diperlukan besar testosteron terikat ke albumin atau ke gonadal steroid-
sedikit androgen. Pertumbuhan laring selama masa akil balik binding globulin di plasma. Testosteron berperan penting
bersifat permanen, dan suara tetap berat. Para pria yang dalam pembentukan dan pemeliharaan karakteristik seks
dikastrasi pada masa dewasa mengalami kehilangan sebagian sekunder pria, serta fungsi-fungsi lain.
libido, walaupun kemampuan berkopulasi menetap untuk
beberapa waktu. Mereka kadang-kadang mengalami hot PERTANYAAN PILIHAN GANDA
flushes dan biasanya lebih mudah tersinggung, pasif, dan
menderita depresi dibandingkan pria dengan testis utuh. Bila Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali jika
defisiensi sel Leydig berlangsung sejak masa kanak-kanak, dinyatakan lain.
gambaran klinisnya adalah eunukoidisme. Orang-orang 1. Agar dapat terbentuk dan berfungsi sempurna, tubulus
eunukoid (kasim) yang berusia di atas 20 tahun biasanya seminiferosa memerlukan
tinggi, walaupun tidak setinggi raksasa hiperpituitarisme, A. Somatostatin.
karena epifisis tetap terbuka dan terjadi pertumbuhan B. LH.
melampaui usia normal pubertas. Mereka memiliki bahu C. Oksitosin.
sempit dan otot kecil, yaitu konfigurasi tubuh yang mirip D. FSH.
dengan wanita dewasa. Genitalia kecil dan suara memiliki E. Androgen dan FSH.
nada tinggi. Terdapat rambut pubis dan ketiak karena sekresi 2. Pada pria, testosteron dihasilkan terutama oleh
androgen adrenokorteks. Namun, rambut jarang, dan
A. Sel Leydig.
memiliki distribusi rambut pubis wanita, yaitu “segitiga B. Sel Sertoli.
dengan dasar di atas”, bukan pola “segitiga dengan dasar di C. Tubulus seminiferosa.
bawah” (escutcheon pria) seperti yang dijumpai pada pria D. Epididimis.
normal. E. Vas deferens.
BAB 23 Fungsi Sistem Reproduksi Pria 429

3. Nitrat oksida sintase berperan dalam ereksi dengan


A. Meningkatkan kadar cAMP yang melemaskan otot polos
DAFTAR PUSTAKA
dan meningkatkan aliran darah. Mather JP, Moore A, Li R-H: Activins, inhibins, and follistatins:
B. Menghambat fosfodiesterase untuk meningkatkan kadar Further thoughts on a growing family of regulators. Proc Soc
cGMP yang melemaskan otot polos dan meningkatkan Exper Biol Med 1997;215:209.
aliran darah. Primakoff P, Nyles DG: Penetration, adhesion, and fusion in
C. Mengaktifkan guanilat siklase larut untuk meningkatkan mammalian sperm–egg interaction. Science 2002;296:2183.
kadar cGMP yang melemaskan otot polos dan Yen SSC, Jaffe RB, Barbieri RL: Reproductive Endocrinology:
meningkatkan aliran darah. Physiology, Pathophysiology, and Clinical Management, 4th ed.
D. Meningkatkan konsentrasi Ca2+ intrasel yang melemaskan Saunders, 1999.
otot polos dan meningkatkan aliran darah. Yu H-S: Human Reproductive Biology, CRC Press, 1994.
4. Testosteron dihasilkan
A. Di testis setelah reduksi dihidrotestosteron.
B. Di sel Leydig dari prekursor kolesterol dan pregnenolon.
C. Oleh luteinizing hormone di sel Leydig.
D. Sebagai prekursor untuk beberapa lemak membran.
Halaman ini sengaja dikosongkan
24
Fungsi Endokrin Pankreas B A B

& Pengaturan
Metabolisme Karbohidrat

T U J U A N ■ Menyebutkan hormon-hormon yang memengaruhi konsentrasi glukosa


plasma dan secara singkat menjelaskan efek masing-masing.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menjelaskan struktur sel pulau Langerhans pankreas dan menyebutkan hormon-
Anda seyogianya mampu: hormon yang disekresikan oleh masing-masing tipe sel di sel tersebut.
■ Menjelaskan struktur insulin dan meringkaskan langkah-langkah yang
terlibat dalam biosintesis dan pelepasannya ke dalam aliran darah.
■ Menyebutkan konsekuensi defisiensi insulin dan menjelaskan bagaimana
masing-masing kelainan ini terjadi.
■ Menjelaskan reseptor insulin, cara reseptor tersebut memperantarai efek
insulin, dan bagaimana mereka dikontrol.
■ Menjelaskan jenis-jenis pengangkut glukosa yang terdapat di tubuh dan fungsi
masing-masing.
■ Menyebutkan faktor-faktor utama yang memengaruhi sekresi insulin.
■ Menjelaskan struktur glukagon dan berbagai peptida lain yang dihasilkan dari
prekursornya.
■ Menyebutkan efek-efek yang bermakna secara fisiologik dari glukagon dan
faktor-faktor yang mengatur sekresi glukagon.
■ Menjelaskan efek fisiologik somatostatin di pankreas.
■ Menguraikan mekanisme bagaimana hormon tiroid, glukokortikoid adrenal,
katekolamin, dan hormon pertumbuhan memengaruhi metabolisme
karbohidrat.
■ Memahami perbedaan utama antara diabetes tipe 1 dan tipe 2.

PENDAHULUAN
Paling sedikit terdapat empat polipeptida yang memiliki Glukagon bersifat katabolik, memobilisasi glukosa, asam-
aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) asam lemak, dan asam-asam amino dari penyimpanan ke
Langerhans di pankreas. Dua dari bahan-bahan tersebut, dalam aliran darah. Dengan demikian, kedua hormon ini
insulin dan glukagon, adalah hormon dan memiliki fungsi bersifat berlawanan/timbal-balik dalam efek keseluruhannya
penting dalam pengaturan metabolisme intermediat dan disekresikan secara timbal-balik pada sebagian besar
karbohidrat, protein, dan lemak. Polipeptida ketiga, keadaan. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipo-
somatostatin, berperan mengatur sekresi sel pulau, dan yang glikemia, yang menimbulkan kejang dan koma. Defisiensi
keempat, polipeptida pankreas, mungkin terutama berperan insulin, baik absolut maupun relatif, menyebabkan diabetes
dalam mengatur transpor ion di kanal cerna. Glukagon, melitus (peningkatan kronik glukosa darah), suatu penyakit
stoma-tostatin, dan mungkin polipeptida pankreas juga kompleks yang bila tidak diobati dapat mematikan.
disekresikan oleh sel-sel di mukosa kanal cerna. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia, dan
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk.
glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam amino. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh pankreas

431
432 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes Berbagai hormon lain juga memiliki peran penting
lainnya. dalam pengaturan metabolisme karbohidrat.

STRUKTUR SEL PULAU LANGERHANS pulau yang kaya akan sel A (kaya-glukagon) secara
embriologis berasal dari tonjolan pankreas dorsal, dan pulau
Pulau-pulau Langerhans (Gambar 24-1) adalah kumpulan yang kaya akan sel F (kaya-polipeptida pankreas) berasal dari
sel berbentuk ovoid, berukuran 76 x 175 pm. Pulau-pulau ini tonjolan pankreas ventral. Kedua tonjolan ini berasal dari
tersebar di seluruh pankreas, walaupun lebih banyak tempat yang berbeda di duodenum.
ditemukan di kauda (ekor) daripada kaput (kepala) dan Granula sel B adalah paket-paket insulin dalam
korpus (badan) pankreas. Pulau-pulau ini menyusun sekitar sitoplasma sel. Bentuk paket bervariasi dari spesies ke
2% volume kelenjar, sedangkan bagian eksokrin pankreas spesies; pada manusia, sebagian bundar sedangkan yang lain
(lihat Bab 25) membentuk 80% volume serta duktus dan persegi (Gambar 24-2). Di dalam sel B, molekul insulin
pembuluh darah membentuk sisanya. Manusia memiliki 1 membentuk polimer dan juga berikatan dengan seng.
sampai 2 juta pulau. Masing-masing mendapat pasokan Perbedaan dalam bentuk paket mungkin disebabkan oleh
darah yang melimpah; darah dari pulau Langerhans, seperti perbedaan ukuran agregat seng atau polimer insulin.
darah dari kanal cerna (tetapi tidak seperti darah dari organ Granula A, yang mengandung glukagon, berbentuk relatif
endokrin lain) mengalir ke vena porta hepatika. seragam dari spesies ke spesies Gambar 24-3. Sel D juga
Sel-sel dalam pulau dapat dibagi menjadi beberapa mengandung banyak granula yang relatif homogen.
jenis bergantung pada sifat pewarnaan dan morfologinya.
Manusia memiliki paling sedikit empat jenis sel: sel A, B, D, STRUKTUR, BIOSINTESIS, &
dan F. Sel A, B, dan D juga disebut sel α, β, dan δ. Namun,
hal ini menimbulkan kebingungan mengingat penggunaan
SEKRESI INSULIN
huruf Yunani untuk menjelaskan struktur lain di tubuh,
terutama reseptor-reseptor adrenergik (lihat Bab 7). Sel A STRUKTUR & SPESIFISITAS SPESIES
menyekresi glukagon, sel B menyekresi insulin, sel D Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua
menyekresi somatostatin, dan sel F menyekresi polipeptida
rantai asam amino yang dihubungkan oleh jembatan
pankreas. Sel B, yang merupakan sel terbanyak dan
disulfida. Terdapat perbedaan kecil dalam komposisi asam
membentuk 60-75% sel dalam pulau, umumnya terletak di
amino molekul dari satu spesies ke spesies lain. Perbedaan
bagian tengah pulau. Sel-sel ini cenderung dikelilingi oleh sel
A, yang membentuk 20% dari sel total, serta sel D dan F yang ini biasanya tidak cukup besar untuk dapat memengaruhi
lebih jarang ditemukan. Pulau Langerhans di kauda, korpus, aktivitas biologik suatu insulin pada spesies heterolog,
dan bagian anterior dan superior kaput pankreas manusia tetapi cukup besar untuk menyebabkan insulin bersifat
mengandung banyak sel A dan sedikit, kalaupun ada, sel F di
cincin sebelah luar, sedangkan pada tikus dan mungkin pada
manusia, pulau di bagian posterior kaput pankreas memiliki
sel F dalam jumlah relatif besar dan sedikit sel A. Pulau-

GAMBAR 24-2 Mikrograf elektron dua sel B yang berdekatan


pada pankreas manusia. Granula B merupakan vesikel berselaput
membran yang mengandung kristal-kristal yang bentuknya bervariasi
GAMBAR 24-1 Pulau Langerhans pada pankreas tikus. Sel yang dari romboid sampai bundar. (x 26.000). (sumbangan A Like. Disalin dengan
berwarna gelap adalah sel B. Jaringan aslnus pankreas di se- izin dari Fawcett DW: Bloom and Fawcett, A Textbook of Histology, 11th ed.
kelilingnya berwarna lebih terang. (x 400; sumbangan LL Bennett). Saunders, 1986).
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 433

Fenestrasi memiliki dua intron dan tiga ekson. Praproinsulin memiliki


peptida sinyal 23 asam amino yang dikeluarkan sewaktu
Lamina basalis molekul ini memasuki retikulum endoplasma. Molekul
sisanya kemudian berlipat, lalu terbentuk ikatan disulfida
Capillary sehingga akhirnya terbentuk proinsulin. Segmen peptida yang
menghubungkan rantai A dan B, connecting peptide (peptida
C), mempermudah melipatnya molekul dan kemudian
terlepas dari granula sebelum sekresi. Dua protease berperan
dalam pengolahan proinsulin; proinsulin sejauh ini diketahui
tidak memiliki aktivitas fisiologik. Dalam keadaan normal,
Desmosom
90-97% produk yang dilepaskan dari sel B adalah insulin
disertai peptida C dalam jumlah ekuimolar. Sisanya sebagian
Golgi besar adalah proinsulin. Peptida C dapat diukur dengan
Sel A
radioimmunoassay, dan kadarnya merupakan indeks fungsi
sel B pada pasien yang mendapat insulin eksogen.

NASIB INSULIN YANG DISEKRESIKAN


REK
Sel A INSULIN & AKTIVITAS MIRIP-
GAMBAR 24-3 Sel A dan B, memperlihatkan hubungan mereka INSULIN DALAM DARAH
dengan pembuluh darah. REK, retikulum endoplasma kasar. Insulin Selain insulin, plasma mengandung sejumlah zat dengan
dari sel B dan glukagon dari sel A disekresikan melalui eksositosis dan aktivitas mirip-insulin. Aktivitas yang tidak ditekan oleh
melintasi lamina basalis sel dan lamina basalis kapiler sebelum masuk
antibodi anti-insulin disebut sebagai aktivitas mirip-insulin
ke lumen kapiler yang berfenestrasi. (Disalin dengan izin dari Junqueria IC,
Carneiro J: Basic Histology: Text and Atlas, 10th ed. McGraw-Hill, 2003.)
yang tidak dapat ditekan (nonsuppressible insulin-like activity,
NSILA). Sebagian besar, bila tidak semua, aktivitas ini
menetap setelah pankreatektomi dan disebabkan oleh faktor
pertumbuhan mirip-insulin (insulin-like growth factor, IGF-I
dan IGF-II) (lihat Bab 18). IGF ini adalah polipeptida.
antigenik. Bila insulin dari satu spesies disuntikkan dalam Sejumlah kecil IGF berada bebas dalam plasma (fraksi berberat
jangka lama kepada spesies lain, maka akan terbentuk molekul rendah), tetapi sebagian besar terikat ke protein
antibodi antiinsulin yang menghambat insulin yang (fraksi berberat molekul tinggi).
disuntikkan. Hampir semua pasien yang pernah mendapat Mungkin dipertanyakan mengapa pankreatektomi
insulin sapi komersial selama lebih dari 2 bulan membentuk menyebabkan diabetes melitus apabila NSILA tetap ditemu-
antibodi terhadap insulin sapi, tetapi titernya biasanya kan dalam plasma. Namun, aktivitas mirip-insulin IGF-I dan
rendah. Insulin babi berbeda dari insulin manusia hanya IGF-II lebih lemah dibandingkan dengan aktivitas insulin dan
pada satu residu asam amino dan memiliki antigenisitas yang kemungkinan berperan kecil dalam fungsi spesifik lain.
rendah. Insulin manusia yang dihasilkan dalam bakteri oleh
teknologi DNA rekombinan sekarang digunakan secara luas METABOLISME
untuk menghindari pembentukan antibodi. Waktu-paruh insulin dalam sirkulasi pada manusia adalah
sekitar 3 menit. Insulin berikatan dengan reseptor insulin
BIOSINTESIS & SEKRESI lalu sebagian mengalami internalisasi. Insulin dirusak oleh
Insulin dibentuk di retikulum endoplasma kasar sel B protease di dalam endosom yang terbentuk melalui proses
(Gambar 24-3). Insulin kemudian dipindahkan ke aparatus endositosis.
Golgi, tempat ia dikemas dalam granula-granula berlapis
membran. Granula-granula ini bergerak ke membran plasma EFEK INSULIN
melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulus, dan isi
granula dikeluarkan melalui eksositosis (lihat Bab 2 dan 16). Efek faali insulin bersifat luas dan kompleks. Efek-efek tersebut
Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta kapiler biasanya dibagi menjadi efek cepat, menengah, dan lambat,
dan endotel kapiler yang berfenestrasi untuk mencapai aliran seperti tercantum dalam Tabel 24-1. Efek yang paling banyak
darah. Fenestrasi (perforasi kecil serupa jendela) dibahas diketahui adalah efek hipoglikemik, tetapi terdapat efek-efek lain
secara lebih rinci di Bab 31. pada transportasi elektrolit dan asam amino, berbagai enzim,
Seperti hormon polipeptida dan protein serupa lainnya dan pertumbuhan. Efek akhir hormon ini adalah penyimpanan
yang masuk ke dalam retikulum endoplasma, insulin disin- karbohidrat, protein, dan lemak. Dengan demikian, insulin dapat
tesis sebagai suatu bagian dari praprohormon yang disebut sebagai “hormone ofabundance”.
berukuran besar (lihat Bab 1). Pada manusia, gen untuk Efek insulin pada jaringan adiposa; otot rangka, jantung,
insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Gen ini dan polos; serta hati diringkas di label 24-2.
434 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

TABEL 24–1 Efek utama insulin. TABEL 24–2 Efek insulin pada berbagai jaringan.
Cepat (detik) Jaringan adiposa

Meningkatkan transpor glukosa, asam amino, dan K+ ke Meningkatkan masuknya glukosa


dalam sel peka-insulin
Meningkatkan sintesis asam lemak
Menengah (menit) Meningkatkan sintesis gliserol fosfat

Stimulasi sintesis protein Meningkatkan pengendapan trigliserida

Penghambatan pemecahan protein Mengaktifkan lipoprotein lipase

Pengaktifan glikogen sintetase dan enzim glikolitik Menghambat lipase peka-hormon

Penghambatan fosforilase dan enzim glukoneogenik Meningkatkan ambilan K+

Lambat (jam) Otot

Meningkatkan mRNA enzim lipogenik dan enzim lain Meningkatkan masuknya glukosa
Meningkatkan sintesis glikogen
Sumbangan ID Goldfine.
Meningkatkan ambilan asam amino
PENGANGKUT GLUKOSA Meningkatkan sintesis protein di ribosom
Glukosa masuk ke dalam semua sel melalui difusi terfasilitasi Menurunkan katabolisme protein
(facilitated diffusion, lihat Bab 1) atau, di usus dan ginjal, melalui Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik
transportasi aktif sekunder dengan Na+. Di otot, jaringan lemak,
Meningkatkan ambilan keton
dan sebagian jaringan lain, insulin memper-mudah masuknya
glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan jumlah pengangkut Meningkatkan ambilan K+
glukosa {glucosepengangkut, GLUTs) di membran sel.
Hati
Pengangkut glukosa yang berperan dalam difusi fasilitasi
glukosa melintasi membran sel adalah sekelompok protein Menurunkan ketogenesis
yang saling berhubungan yang memotong membran sel 12 Meningkatkan sintesis protein
kali dan memiliki terminal amino dan karboksil di dalam sel. Meningkatkan sintesis lemak
Mereka berbeda, dan tidak memiliki homologi, dengan
Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan glukoneogenesis
pengangkut glukosa dependen natrium (sodium-dependent
glucose pengangkut), SGLT 1 dan SGLT 2, yang berperan dan peningkatan sintesis glikogen, dan peningkatan glikolisis
dalam transportasi aktif sekunder gluksoa keluar usus (lihat Umum
Bab 26) dan tubulus ginjal (lihat Bab 38), walaupun SGLT
juga memiliki 12 ranah transmembran. Meningkatkan pertumbuhan sel

Telah diketahui tujuh pengangkut glukosa yang berbeda-


beda, yang diberi nama sesuai urutan penemuan GLUT 1—7 normal berlangsung sedemikian cepat sehingga bukan
(Tabel 24-3). Molekul-molekul ini mengandung 492—324 asam merupakan reaksi pembatas-kecepatan (rate-limiting step)
amino, dan afinitasnya terhadap glukosa bervariasi. Masing- dalam metabolisme glukosa. Namun, proses ini merupakan
masing pengangkut tampaknya memiliki tugas khusus. GLUT 4 reaksi pembatas kecepatan di sel B.
adalah pengangkut di jaringan otot dan adiposa yang dirangsang Insulin juga meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam
oleh insulin. Dalam vesikel di sitoplasma sel-sel peka-insulin sel hati, tetapi bukan melalui peningkatan jumlah pengangkut
terdapat cadangan molekul GLUT 4. Bila reseptor insulin di sel- glukosa GLUT-4 di membran sel. Melainkan insulin memicu
sel ini diaktifkan, maka vesikel tersebut bergerak cepat ke glukokinase, dan hal ini meningkatkan fosforilasi glukosa
membran sel dan berfusi dengannya, memasukkan pengangkut sehingga konsentrasi glukosa bebas intrasel tetap rendah,
ke dalam membran sel (Gambar 24-4). Saat kerja insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel.
terhenti, bercak-bercak membran yang mengandung pengang- Jaringan peka-insulin juga mengandung populasi vesikel
kut mengalami endo-sitosis, dan vesikel siap terpajan ke insulin GLUT 4 yang masuk ke dalam membran sel sebagai respons
berikutnya. Pengaktifan reseptor insulin menyebabkan pergerak- terhadap olahraga dan independen terhadap kerja insulin.
an vesikel ke membran sel dengan mengaktifkan fosfatidilino- Hal inilah menjadi penyebab mengapa olahraga menurunkan
sitol 3-kinase (Gambar 24-4). Sebagian besar dari pengangkut gula darah. Suatu kinase yang diaktifkan oleh 5’-AMP
GLUT yang tidak peka-insulin tampaknya diekspresikan secara mungkin berperan dalam insersi vesikel ini ke membran sel.
terus-menerus di membran sel.
Di jaringan tempat insulin meningkatkan jumlah
pengangkut glukosa di membran sel, kecepatan fosforilasi
SEDIAAN INSULIN
glukosa, setelah masuk ke dalam sel, diatur oleh hormon lain. Penurunan maksimal glukosa plasma terjadi 30 menit
Hormon pertumbuhan dan kortisol keduanya menghambat setelah penyuntikan intravena insulin. Setelah pemberian
fosforilasi di jaringan tertentu. Proses ini dalam keadaan subkutan, penurunan maksimal terjadi dalam 2-3 jam.
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 435

TABEL 24–3 Pengangkut glukosa pada hewan menyusui.


Fungsi Km(mM)a Tempat Utama Ekspresi
Transportasi aktif sekunder
(kotransportasi Na+-glukosa)

SGLT 1 Penyerapan glukosa 0,1–1,0 Usus halus, tubulus ginjal

SGLT 2 Penyerapan glukosa 1,6 Tubulus ginjal

Difusi fasilitasi

GLUT 1 Ambilan glukosa basal 1–2 Plasenta, sawar darah-otak, otak, sel darah
merah, ginjal, kolon, banyak organ lain

GLUT 2 Sensor glukosa sel B; membawa keluar 12–20 Sel B pulau Langerhans, hati, sel
sel epitel ginjal dan usus epitel usus halus, ginjal

GLUT 3 Ambilan glukosa basal <1 Otak, plasenta, ginjal, banyak organ lain

GLUT 4 Ambilan glukosa yang dirangsang 5 Otot rangka dan jantung, jaringan
oleh insulin adiposa, jaringan lain
GLUT 5 Transportasi fruktosa 1–2 Jejunum, sperma

GLUT 6 Tidak diketahui — Otak, limpa, dan leukosit


Pengangkut glukosa 6-fosfat di
GLUT 7 — Hati
retikulum endoplasma

aK adalah konsentrasi glukosa sewaktu transportasi separuh maksimum.


m
Data dari Stephens JM, Pilch PF: The metabolic regulation and vesicular transport of GLUT 4, the major insulin-responsive glucose transporter. Endocr Rev 1995;16:259

Saat ini di pasaran tersedia bermacam-macam sediaan


insulin. Sediaan-sediaan tersebut mencakup insulin yang
HUBUNGAN DENGAN KALIUM
telah digabungkan dengan proteamin dan polipeptida lain Insulin menyebabkan K+ masuk ke dalam sel, disertai
untuk memperlambat penyerapan dan insulin sintetik di penurunan konsentrasi K+ ekstrasel. Pemberian infus insulin
mana terdapat perubahan dalam residu asam amino. Secara dan glukosa secara bermakna menurunkan kadar K+ plasma
umum, sediaan insulin terbagi dalam tiga kelompok: bekerja pada orang normal dan sangat efektif untuk mengatasi
cepat, menengah, dan lama (24-36 jam). hiperkalemia secara temporer pada pasien gagal ginjal.

Transpor glukosa
Reseptor insulin
Fusi Internalisasi

Fosfatidilinositol
3-kinase

GAMBAR 24-4 Daur-ulang pengangkut GLUT 4 melalui endosom di jaringan peka-insulin. Pengaktifan reseptor insulin menyebabkan
pengaktifan fosfatidilinositol 3-kinase, yang mempercepat translokasi endosom yang berisi GLUT 4 ke dalam membran sel. Pengangkut GLUT 4
kemudian memerantarai pemindahan glukosa ke dalam sel.
436 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Hipokalemia sering terjadi pada pasien asidosis diabetik Insulin IGF-I IGF-II
yang mendapat insulin. Penyebab migrasi intrasel K+ masih
belum diketahui. Namun, insulin meningkatkan aktivitas
1
Na+, K+-ATPase di membran sel, sehingga lebih banyak K+ 2
dipompa ke dalam sel. 3
4

EFEK LAIN 5
6
7
Efek hipoglikemik dan efek lain insulin diringkas dalam 8
α α α α 9
aspek temporal di Tabel 24-1, dan efek akhir pada berbagai 10
jaringan diringkas dalam Tabel 24-2. Efek pada glikogen 11
12
sintase meningkatkan penyimpanan glikogen, dan efek pada β β β β 13
enzim-enzim glikolitik mendorong metabolisme glukosa 14
15 ISF
menjadi fragmen dua karbon (lihat Bab 1), dengan akibat
Sitoplasma
peningkatan lipogenesis. Rangsangan sintesis protein akibat
masuknya asam-asam amino ke dalam sel dan hambatan Reseptor Reseptor Reseptor
pemecahan protein juga mendorong pertumbuhan. insulin IGF-I IGF-II
Efek anabolik insulin dibantu oleh efek pasokan glukosa GAMBAR 24-5 Reseptor insulin, IGF-I, dan IGF-II. Masing-masing
intrasel cukup yang menyebabkan protein utuh. Kegagalan hormon terutama berikatan dengan reseptornya, tetapi insulin juga
pertumbuhan adalah salah satu gejala diabetes pada anak, berikatan dengan reseptor IGF-I, dan IGF-I dan IGF-II berikatan dengan
dan insulin merangsang pertumbuhan tikus imatur yang ketiganya. Kotak-kotak yang berwarna ungu adalah ranah tirosin kinase
intrasel. Perhatikan kemiripan mencolok antara reseptor insulin dan
mengalami hipofisektomi sampai ke tingkat yang mendekati
reseptor IGF-I; juga perhatikan 15 repeat sequence di bagian ekstrasel
hormon pertumbuhan. reseptor IGF-II. ISF, interstitial fluid/cairan interstisium.

MEKANISME KERJA
Efek anabolik protein dari insulin yang mendorong
RESEPTOR INSULIN pertumbuhan diperantarai melalui fosfatidilinositol 3-
kinase (PI3K), dan bukti-bukti menunjukkan bahwa pada
Reseptor insulin dijumpai di berbagai jenis sel dalam tubuh,
invertebrata, jalur ini berperan dalam pertumbuhan sel saraf
termasuk sel-sel tempat insulin tidak menyebabkan pening-
dan akson pada sistem penglihatan.
katan ambilan glukosa.
Sangatlah menarik untuk membandingkan reseptor
Reseptor insulin, yang memiliki berat molekul sekitar insulin dengan reseptor terkait lainnya. Reseptor insulin
340.000, adalah suatu tetramer yang terdiri dari dua subunit sangat mirip dengan reseptor untuk IGF-I tetapi berbeda
glikoprotein α dan dua subunit glikoprotein β (Gambar 24-5). dari reseptor untuk IGF-II (Gambar 24-5). Reseptor lain
Kesemuanya disintesis pada satu mRNA dan kemudian meng-
alami pemisahan secara proteolitis lalu berikatan satu sama lain Insulin
Reseptor
dengan ikatan-ikatan disulfida. Gen untuk reseptor insulin insulin
memiliki 22 ekson dan pada manusia terletak di kromosom 19.
Subunit α mengikat insulin dan terletak ekstrasel, sementara
subunit β melintasi membran. Ujung intrasel subunit β me-
miliki aktivitas tirosin kinase. Subunit α dan β mengalami gliko-
silasi, dengan residu gula meluas ke dalam cairan interstisium. ATP
Pengikatan insulin mencetuskan aktivitas tirosin kinase
subunit β, menyebabkan otofosforilasi subunit β pada residu
tirosin. Otofosforilasi, yang penting bagi efek biologik insulin,
memicu fosforilasi sebagian protein sitoplasma dan de-
P IRS-1 P
fosforilasi pada protein lainnya, umumnya pada residu serin
dan treonin. Substrat reseptor insulin (insulin receptor
P P
substrate, IRS-1) memerantarai sebagian dari efek pada
manusia tetapi sistem efektor lain juga berperan (Gambar
24-6). Sebagai contoh, mencit yang gen reseptor insulinnya di-
knockout memperlihatkan retardasi pertumbuhan yang parah Sistem efektor dan Berbagai
in utero, mengalami kelainan SSP dan kulit, dan mati saat lahir perantara kedua efek
lainnya
akibat kegagalan pernapasan, sementara mencit yang
mengalami knockout IRS-1 hanya mengalami retardasi
GAMBAR 24-6 Respons intrasel yang dipicu oleh pengikatan
pertumbuhan tingkat sedang in utero, dapat bertahan hidup, insulin ke reseptor insulin. Lingkaran merah dan lingkaran
dan resisten insulin namun selain itu tetap normal. berlabel P mewakili gugus fosfat. IRS-1, substrat reseptor insulin-1.
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 437

untuk faktor pertumbuhan dan reseptor untuk berbagai


onkogen juga merupakan tirosin kinase. Namun, komposisi BOKS KLINIS 24-1
asam amino reseptor-reseptor ini cukup berbeda.
Sewaktu berikatan dengan reseptornya, insulin meng- Diabetes Melitus
gumpal dalam bercak-bercak dan diserap oleh sel melalui Konstelasi kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin
proses endositosisyang diperantarai reseptor (lihat Bab 2). disebut diabetes melitus. Dokter Yunani dan Romawi
Akhirnya, kompleks insulin-reseptor masuk ke dalam menggunakan kata "diabetes" untuk mengacu ke keadaan
lisosom, tempat reseptor terurai atau didaur ulang. Waktu dengan temuan utamanya adalah jumlah urine yang besar,
paruh reseptor insulin adalah sekitar 7 jam. dan terdapat dua jenis: "diabetes melitus", yaitu urine terasa
manis; dan "diabetes insipidus", yaitu urine tidak terlalu
KONSEKUENSI DEFISIENSI INSULIN terasa. Saat ini, istilah diabetes insipidus dicadangkan untuk
kelainan dengan timbulnya defisiensi pembentukan atau
Efek faali insulin yang luas jelas tampak dengan adanya efek vasopresin (lihat Bab 38), dan kata diabetes umumnya
konsekuensi defisiensi insulin yang luas dan serius (Boks digunakan sebagai sinonim diabetes melitus.
Klinis 24–1). Penyebab diabetes klinis selalu adalah defisiensi efek
Pada manusia, defisiensi insulin merupakan keadaan insulin di tingkat jaringan. Diabetes tipe 1, atau diabetes
patologik yang sering terjadi. Pada hewan, keadaan ini dapat melitus dependen-insulin (insulin-dependent diabetes
ditimbulkan dengan pankreatektomi; dengan pemberian mellitus, IDDM), disebabkan oleh defisiensi insulin karena
aloksan, streptozosin, atau toksin lain yang dengan dosis sesuai destruksi autoimun sel B di pulau pankreas, dan jenis ini
akan secara selektif merusak sel-sel B pulau Langerhans; dengan membentuk 3-5% dari kasus serta biasanya muncul sejak
pemberian obat-obat yang menghambat sekresi insulin; dan masa anak. Diabetes tipe 2, atau diabetes melitus non-
dengan pemberian antibodi antiinsulin. Juga dilaporkan adanya dependen insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus,
galur-galur mencit, tikus, tupai, marmut, babi, dan monyet yang NIDDM), ditandai oleh disregulasi pelepasan insulin dari sel
memiliki insidens tinggi menderita diabetes melitus spontan. B, disertai oleh resistensi insulin di jaringan perifer misalnya
otot rangka, otak, dan hati. Diabetes tipe 2 secara historis
TOLERANSI GLUKOSA muncul pada orang dewasa dengan kelebihan berat badan
Pada diabetes, glukosa menumpuk dalam aliran darah, terutama atau obesitas, meskipun akhir-akhir ini sering didiagnosis
setelah makan. Bila beban glukosa diberikan pada seorang pasien pada anak karena meningkatnya obesitas anak.
diabetes, maka glukosa plasma meningkat lebih tinggi dan Diabetes ditandai oleh poliuria (keluarnya urine dalam
kembali ke nilai normal lebih lambat daripada yang terjadi pada jumlah besar), polidipsia (minum berlebihan), penurunan
orang normal. Respons terhadap dosis uji glukosa oral standar, berat tubuh walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu
uji toleransi glukosa oral, digunakan secara klinis untuk makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, asidosis, dan koma.
mendiagnosis diabetes (Gambar 24–7). Terjadi bermacam-macam kelainan biokimia, tetapi gangguan
Gangguan toleransi glukosa pada diabetes sebagian yang mendasari sebagian besar kelainan tersebut adalah (1)
disebabkan oleh penurunan pemasukan glukosa ke dalam penurunan pemasukan glukosa ke dalam berbagai jaringan
sel (penurunan penggunaan perifer). Tanpa insulin, "perifer" dan (2) peningkatan pembebasan glukosa ke dalam
pemasukan glukosa ke dalam jaringan otot rangka, jantung, sirkulasi dari hati. Dengan demikian, terjadi kelebihan glukosa
dan polos serta jaringan lain menurun (Gambar 24–8). ekstrasel dan, pada banyak sel, defisiensi glukosa intrasel,
Penyerapan glukosa oleh hati juga berkurang, tetapi efek ini suatu situasi yang disebut sebagai "kelaparan di tengah
tidak langsung. Penyerapan glukosa oleh usus tidak ter- lumbung beras". Juga terjadi penurunan pemasukan asam
pengaruh, demikian juga reabsorpsi dari urine oleh sel-sel di amino ke dalam otot dan peningkatan lipolisis.
tubulus proksimal ginjal. Penyerapan glukosa oleh sebagian
besar sel di otak dan sel darah merah juga normal.
KIAT TERAPEUTIK
Penyebab hiperglikemia yang kedua dan utama pada
diabetes adalah gangguan fungsi glukostatik hati (lihat Bab Pada diabetes tipe 1, terapi utama adalah pemberian
28). Hati mengambil glukosa dari darah dan menyimpannya insulin eksogen, yang dititrasi secara cermat sesuai
sebagai glikogen, tetapi karena memiliki glukosa 6-fosfatase, asupan glukosa makanan. Pada diabetes tipe 2, per-
hati juga mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. ubahan gaya hidup misalnya perubahan diet atau
Insulin mempermudah sintesis glikogen dan menghambat peningkatan olahraga sering dapat menunda gejala pada
keluarnya glukosa dari hati. Bila glukosa plasma tinggi, maka awal penyakit, tetapi hal ini sulit dipastikan. Obat
sekresi insulin secara normal meningkat dan glukogenesis pemeka-insulin merupakan obat lini kedua (lihat Bab 16).
hati berkurang. Efek ini tidak terjadi pada diabetes tipe 1
(karena tidak terdapat insulin) dan pada diabetes tipe 2
(karena jaringan resisten insulin). Glukagon juga berperan
menimbulkan hiperglikemia karena hormon ini merangsang
glukoneogenesis. Pengeluaran glukosa oleh hati dirangsang
438 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

250 peningkatan glukosa plasma lebih lanjut dan memperparah


Diabetes glukosuria, sehingga mobilisasi protein endogen dan simpan-
an lemak serta penurunan berat tidak terhambat.
200 Bila glukosa plasma secara episodik meningkat dalam
Glukosa plasma (mg/dL)

jangka waktu tertentu, maka sejumlah kecil hemoglobin A


150 akan mengalami glikasi non-enzimatik membentuk HbAIC
(lihat Bab 31). Pengendalian diabetes secara ketat dengan
insulin akan menurunkan jumlah HbAIC yang terbentuk, dan
100 dengan demikian pengukuran konsentrasi HbAIC secara
klinis digunakan sebagai indeks kontrol diabetes selama
Normal
50 periode 4-6 minggu sebelum pengukuran.
Peran hiperglikemia kronik pada timbulnya penyulit
jangka-panjang diabetes dibahas di bawah.
0
1 2
Waktu setelah glukosa oral (j)
EFEK DEFISIENSI GLUKOSA
GAMBAR 24-7 Uji toleransi glukosa oral. Orang dewasa diberi
INTRASEL
75 g glukosa dalam 300 ml air. Pada orang normal, glukosa plasma Kelebihan glukosa di luar sel pada diabetes berbeda dengan
vena puasa adalah kurang dari 115 mg/dl, nilai 2 jam adalah kurang defisit intrasel. Katabolisme glukosa secara normal adalah
dari 140 mg/dl. Terdapat diabetes melitus apabila nilai 2 jam dan satu sumber utama energi untuk proses-proses sel, dan pada
nilai lain lebih besar daripada 200 mg/dl. Gangguan toleransi glukosa
didiagnosis apabila nilai melebihi batas atas normal tetapi lebih diabetes, kebutuhan energi hanya dapat dipenuhi dengan
rendah daripada nilai diagnostik diabetes. menggunakan cadangan protein dan lemak. Terjadi peng-
aktifan mekanisme-mekanisme yang sangat meningkatkan
katabolisme protein dan lemak, dan salah satu akibat
katabolisme lemak adalah ketosis.
oleh katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan (yi. Kurangnya penggunaan glukosa dan defisiensi deteksi
sewaktu respons stres). hormon (insulin, leptin, CCK) di sel-sel hipotalamus yang
mengatur rasa kenyang mungkin merupakan penyebab hi-
EFEK HIPERGLIKEMIA perfagia pada diabetes. Area makan hipotalamus tidak ter-
Hiperglikemia itu sendiri dapat menimbulkan gejala-gejala hambat dan karenanya pasien tidak merasa kenyang se-
yang terjadi akibat hiperosmolalitas darah. Selain itu, terjadi hingga asupan makanan meningkat.
glikosuria karena kapasitas ginjal menyerap kembali glukosa Deplesi glikogen adalah konsekuensi defisit glukosa in-
terlampaui. Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara trasel yang biasa terjadi, dan kandungan glikogen dalam hati
osmotis menyebabkan hilangnya sejumlah besar air (diuresis dan otot rangka pada hewan diabetes biasanya menurun.
osmotik; lihat Bab 38). Dehidrasi yang terjadi mengaktifkan
mekanisme yang mengatur asupan air sehingga timbul PERUBAHAN DALAM
polidipsia. Terjadi pengeluaran Na+ dan K+ melalui urine METABOLISME PROTEIN
yang juga cukup banyak. Untuk setiap gram glukosa yang
Pada diabetes, kecepatan katabolisme asam amino menjadi
dikeluarkan, tubuh kehilangan 4,1 kkal. Peningkatan asupan
CO2 dan H2O meningkat. Selain itu, lebih banyak asam
kalori untuk menutupi pengeluaran ini akan menyebabkan
amino diubah menjadi glukosa di hati. Peningkatan gluko-
neogenesis memiliki banyak sebab. Glukagon merangsang
Gliserol
Makanan
Asam glukoneogenesis, dan pada diabetes biasanya terjadi hiper-
amino glukagonemia. Glukokortikoid adrenal juga berperan
meningkatkan glukoneogenesis jika meningkat kadarnya
Usus Hati Asam pada pengidap diabetes yang parah. Pasokan asam amino
laktat
untuk glukoneogenesis meningkat karena, tanpa adanya
Glukosa plasma
300 mg/dL
insulin, sintesis protein di otot menurun dan kadar asam
amino dalam darah meningkat. Alanin mudah diubah
menjadi glukosa. Selain itu, aktivitas enzim yang meng-
Ginjal Otak
Otot dan
atalisis perubahan piruvat dan fragmen metabolik 2-karbon
Lemak jaringan lain lain menjadi glukosa juga meningkat. Enzim-enzim tersebut
Urine
(glikosuria)
mencakup fosfoenolpiruvat karboksikinase, yang memper-
mudah perubahan oksaloasetat menjadi fosfo-enolpiruvat
GAMBAR 24-8 Gangguan homeostasis glukosa plasma pada (lihat Bab 1). Mereka juga mencakup fruktosa 1,6-difosfatase,
defisiensi insulin. Tanda panah tebal menunjukkan reaksi-reaksi yang mengatalisis perubahan fruktosa difosfat menjadi
yang meningkat.Tanda persegi yang merintangi tanda panah fruktosa 6-fosfat, dan glukosa 6-fosfatase, yang mengontrol
menunjukkan reaksi yang terhambat. masuknya glukosa ke dalam sirkulasi dari hati. Peningkatan
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 439

asetil-KoA meningkatkan aktivitas piruvat karboksilase, dan


defisiensi insulin meningkatkan pasokan asetil-KoA karena BOKS KLINIS 24-2
lipogenesis berkurang. Piruvat karbok-silase mengatalisis
perubahan piruvat menjadi oksaloasetat (lihat Gambar 1-22). Ketosis
Pada diabetes, efek akhir peningkatan perubahan Bila terjadi kelebihan asetil-KoA dalam tubuh, sebagian dari
protein menjadi CO2, H2O, dan glukosa, ditambah ber- zat ini diubah menjadi asetoasetil-KoA dan kemudian, di
kurangnya sintesis protein, adalah terkurasnya protein, dan hati, menjadi asetoasetat. Asetoasetat dan turunan-
tubuh menjadi kurus. Deplesi protein oleh sebab apapun turunannya, aseton dan β-hidroksibutirat, masuk ke dalam
berkaitan dengan penurunan “resistensi” terhadap infeksi. sirkulasi dalam jumlah besar (lihat Bab 1).
Badan keton dalam darah ini merupakan sumber energi
METABOLISME LEMAK penting pada keadaan puasa. Separuh dari tingkat metabolik
pada anjing normal yang puasa dikatakan disebabkan oleh
PADA DIABETES metabolisme keton. Tingkat penggunaan keton pada
Kelainan utama metabolisme lemak pada diabetes adalah penderita diabetes juga cukup tinggi. Telah diperhitungkan
akselerasi katabolisme lemak, disertai peningkatan pembentukan bahwa angka maksimum lemak yang dapat dikatabolisme
badan-badan keton, dan penurunan sintesis asam lemak dan tanpa timbulnya ketosis adalah 2,5 g/kg berat tubuh/h pada
trigliserida. Pada diabetes, manifestasi gangguan metabolisme pasien diabetes. Pada diabetes yang tidak diobati,
lemak sedemikian menonjol sehingga penyakit ini pernah pembentukan lebih besar dari angka ini, dan badan-badan
disebut “lebih merupakan penyakit metabolisme lemak daripada keton menumpuk dalam aliran darah.
metabolisme karbohidrat”.
Lima puluh persen jumlah glukosa yang dimakan secara
normal dibakar menjadi CO2 dan H2O; 5% diubah menjadi
glikogen; dan 30—40% diubah menjadi lemak di jaringan
ASIDOSIS
adiposa. Pada diabetes, kurang dari 5% diubah menjadi lemak Seperti dinyatakan di Bab 1, asetoasetat dan β-
walaupun jumlah yang dibakar menjadi CO2 dan H2O juga hidroksibutirat adalah anion dari asam yang cukup kuat
menurun dan jumlah yang diubah menjadi glikogen tidak asam asetoasetat dan asam β-hidroksibutirat. Ion-ion
meningkat. Dengan demikian, glukosa tertimbun dalam aliran hidrogen dari asam-asam ini disangga, tetapi kapasitas
darah dan bocor melalui urine. pendaparan ini segera terlampaui jika produksi meningkat.
Peran lipoprotein lipase dan lipase peka-hormon dalam Asidosis yang terjadi merangsang pernapasan, menimbulkan
mengatur metabolisme deposit lemak dibahas di Bab 1. Pada respirasi cepat dan dalam yang oleh Kussmaul disebut
diabetes, perubahan glukosa menjadi asam lemak di depot sebagai air hunger dan diberi nama pernapasan Kussmaul.
menurun karena defisiensi glukosa intrasel. Insulin meng- Urine menjadi asam. Namun, bila kemampuan ginjal
hambat lipase peka-hormon di jaringan adiposa, dan, dengan mengganti kation-kation plasma yang menyertai anion-
tidak adanya hormon ini, kadar plasma asam lemak bebas anion organik dengan H+ dan NH4+ terlampaui, maka Na+
(NEFA, UFA, FFA) menjadi lebih dari dua kali lipat. dan K+ keluar melalui urine. Keluarnya elektrolit dan air
Peningkatan glukagon juga berperan dalam mobilisasi FFA. menyebabkan dehidrasi, hipovolemia, dan hipotensi.
Dengan demikian, pada diabetes kadar FFA setara dengan kadar Akhirnya, asidosis dan dehidrasi menekan kesadaran
glukosa plasma dan dalam beberapa hal merupakan indikator menjadi koma. Asidosis diabetes merupakan kedaruratan
keparahan status diabetes yang lebih baik. Di hati dan jaringan medis. Karena saat ini infeksi yang dahulu sering menjadi
lain, asam lemak mengalami katabolisme menjadi asetil-KoA. penyulit diabetes dapat dikontrol dengan antibiotik, asidosis
Sebagian asetil-KoA dibakar bersama residu asam amino untuk
menjadi penyebab tersering kematian dini pada diabetes
menghasilkan CO2 dan H2O dalam siklus asam sitrat. Namun,
klinis.
pasokan melebihi kapasitas jaringan melakukan katabolisme
asetil-KoA. Pada asidosis berat, Na+ tubuh total sangat menurun,
Selain peningkatan glukoneogenesis dan meningkatnya dan bila kehilangan Na+ melebihi kehilangan air, Na+ plasma
glukosa dalam sirkulasi seperti yang disebutkan di atas, juga rendah. Kalium tubuh total juga rendah, tetapi K+
terjadi gangguan mencolok dalam perubahan asetil-KoA plasma biasanya normal, sebagian karena volume CES
menjadi malonil-KoA lalu menjadi asam lemak. Hal ini menurun dan sebagian karena K+ berpindah dari sel ke CES
disebabkan oleh karena defisiensi asetil karboksilase, enzim bila konsentrasi H+ CES tinggi. Faktor lain yang cenderung
yang mengatalisis perubahan. Kelebihan asetil-KoA diubah mempertahankan K+ plasma adalah tidak adanya pemasukan
menjadi badan-badan keton (Boks Klinis 24–2). K+ ke dalam sel yang diinduksi oleh insulin.
Pada diabetes yang tidak terkontrol, konsentrasi plasma
trigliserida dan kilomikron serta FFA meningkat, dan plasma KOMA
sering lipemik. Peningkatan konstituen-konstituen ini terutama Koma pada diabetes dapat disebabkan oleh asidosis dan
disebabkan oleh penurunan pengangkutan trigliserida ke dalam dehidrasi. Namun, glukosa plasma dapat meningkat sampai ke
depot lemak. Penurunan aktivitas lipoprotein lipase juga tahap tertentu yang tanpa bergantung pada pH plasma,
berperan dalam penurunan pengangkutan ini. hiperosmolaritas plasma menyebabkan ketidaksadaran (koma
440 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

hiperosmolar). Penumpukan laktat dalam darah (asidosis Katabolisme lemak meningkat, dan sistem dibanjiri oleh
laktat) juga mempersulit ketoasidosis diabetes bila jaringan trigliserida dan FFA. Sintesis lemak terhambat, dan jalur ka-
mengalami hipoksia, dan asidosis laktat itu sendiri dapat tabolik yang kelebihan beban tidak dapat mengatasi kelebihan
menyebabkan koma. Terjadi edema otak pada sekitar 1 % asetil-KoA yang terbentuk. Di hati, asetil-KoA diubah menjadi
dari anak dengan ketoasidosis, dan hal ini dapat badan-badan keton. Dua dari badan keton ini adalah asam
menyebabkan koma. Penyebab edema otak ini tidak organik, dan timbul asidosis metabolik jika keton menumpuk.
diketahui, tetapi hal ini merupakan penyulit serius dengan Selain dehidrasi terjadi deplesi Na+ dan K+ karena kation-
angka ke-matian sekitar 25%. kation plasma ini diekskresikan dengan anion-anion organik
yang tidak diganti oleh H+ dan NH4+ yang disekresi oleh
METABOLISME KOLESTEROL ginjal. Akhirnya, pasien atau hewan yang mengalami asidosis,
Pada diabetes, kadar kolesterol plasma biasanya meningkat, hipovolemi, dan hipotensi menjadi ko-matosa karena efek
dan hal ini berperan dalam percepatan timbulnya penyakit toksik asidosis, dehidrasi, dan hiperosmo-laritas pada sistem
vaskular aterosklerotik yang merupakan penyulit jangka saraf dan meninggal bila tidak diobati.
panjang utama diabetes pada manusia. Peningkatan kadar Semua kelainan tersebut diperbaiki dengan pemberian
kolesterol plasma disebabkan oleh peningkatan konsentrasi insulin. Walaupun pengobatan darurat untuk asidosis juga
very low density lipoprotein (VLDL) dan low density mencakup pemberian alkali untuk mengatasi asidosis dan
lipoprotein (LDL) plasma (lihat Bab 1). Hal ini sebaliknya air, Na+, dan K+ parenteral untuk memulihkan simpanan
mungkin disebabkan oleh peningkatan produksi VLDL oleh tubuh, hanya insulin yang memperbaiki gangguan mendasar
hati atau penurunan pengeluaran VLDL dan LDL dari dengan suatu cara yang memungkinkan pulihnya pasien ke
sirkulasi. keadaan normal.

RINGKASAN KELEBIHAN INSULIN


Karena kompleksnya kelainan metabolik pada diabetes,
maka perlu dibuat ringkasan. Salah satu gambaran kunci GEJALA
pada defisiensi insulin (Gambar 24–9) adalah menurunnya Semua konsekuensi kelebihan insulin yang diketahui adalah
pemasukan glukosa ke dalam berbagai jaringan (penurunan manifestasi, langsung atau tidak langsung, dari efek hipo-
penggunaan perifer). Peningkatan pelepasan glukosa dari glikemia pada sistem saraf. Kecuali pada orang yang telah
hati juga meningkat (peningkatan produksi), sebagian berpuasa cukup lama, glukosa adalah satu-satunya bahan
disebabkan oleh kelebihan glukagon. Hiperglikemia yang bakar yang digunakan dalam jumlah besar oleh otak.
terjadi menyebabkan glikosuria dan diuresis osmotik yang Simpanan karbohidrat dalam jaringan saraf sangat terbatas,
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi menimbulkan polidipsia. dan fungsi normal bergantung pada pasokan glukosa yang
Karena defisiensi glukosa intrasel, maka nafsu makan berkelanjutan. Bila kadar glukosa plasma turun, gejala-gejala
meningkat, glukosa dibentuk dari protein (glukoneogenesis), awal adalah berdebar-debar, berkeringat, dan kegelisahan
dan pasokan energi dipertahankan dengan metabolisme karena efek saraf otonom. Gejala-gejala ini tampak pada
protein dan lemak. Akibatnya terjadi penurunan berat, kadar glukosa yang sedikit lebih rendah daripada kadar saat
defisiensi protein, dan penurunan fungsi mental. pengaktifan otonom dimulai, karena ambang untuk gejala
sedikit di atas ambang untuk pengaktifan awal. Pada kadar
Definisi insulin
(dan kelebihan glukagon) glukosa plasma yang lebih rendah, timbul apa yang disebut
sebagai gejala neuroglikopenik. Gejala-gejala ini mencakup
rasa lapar serta kebingungan dan kelainan kognitif lain. Pada
Penurunan Peningkatan kadar glukosa plasma yang lebih rendah lagi, terjadi letargi,
Peningkatan
ambilan katabolisme
lipolisis koma, kejang, dan akhirnya kematian, Jelaslah, awitan gejala
glukosa protein
hipoglikemik mengharuskan terapi segera dengan glukosa
atau minuman yang mengandung glukosa misalnya jus
Hiperglikemia, Peningkatan Peningkatan jeruk. Walaupun respons yang lazim terjadi adalah hilangnya
glikosuria, asam amino FFA plasma, gejala dengan cepat, namun dapat terjadi kelainan yang
diuresis osmotik, plasma, hilang- ketogenesis,
deplesi nya nitrogen ketonuria, berkisar dari penurunan daya intelektual sampai koma
elektrolit melalui urine ketonemia apabila hipo-glikemianya berat dan berkepanjangan.

Dehidrasi,
asidosis
MEKANISME KOMPENSASI
Salah satu kompensasi penting untuk hipoglikemia adalah
penghentian sekresi insulin endogen. Inhibisi sekresi
Koma,
kematian insulin terjadi pada kadar glukosa plasma sekitar 80 mg/
dL (Gmabar 24–10). Selain itu hipoglikemia mencetus-
GAMBAR 24-9 Efek defisiensi insulin. (Sumbangan RJ Havel). kan peningkatan sekresi paling sedikit empat hormon
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 441

Glukosa plasma TABEL 24–4 Faktor yang memengaruhi sekresi insulin.


mmol/L mg/dL
Stimulator Inhibitor
90
4,6 Inhibisi sekresi insulin Glukosa Somatostatin

75 Manosa 2-Deoksiglukosa

3,8 Sekresi glukagon, epinefrin, Asam amino (leusin, arginin, Manoheptulosa


hormon pertumbuhan lain-lain)
60
Hormon usus (GIP, GLP-1 Stimulator adrenergik-α
3,2 Sekresi kortisol (norepinefrin, epinefrin)
2,8 Disfungsi kognitif [7-36], gastrin, sekretin, CCK;
lain-lain?)
45
Asam β-keto Penghambat adrenergik-β
2,2 Letargi
(propranolol)
1,7 30 Koma Asetilkolin

1,1 Kejang GLukagon Galanin


15 AMP siklik dan berbagai bahan
Diazoksid
0,6 Kerusakan otak permanen, kematian penghasil cAMP
Diuretik tiazid
0 0 Stimulator adrenergik β Deplesi K+
GAMBAR 24-10 Kadar glukosa plasma pada darah vena saat Teofilin Fenitoin
munculnya berbagai tanda hipoglikemia.
Sulfonilurea Aloksan
Inhibitor mikrotubulus
Insulin
pengatur lainnya: glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan,
dan kortisol. Respons epinefrin berkurang selama tidur.
Glukagon dan epinefrin meningkatkan pengeluaran glukosa oleh
Faktor yang merangsang dan menghambat sekresi
hati dengan meningkatkan glukoneogenesis. Hormon per-
tumbuhan menurunkan penggunaan glukosa di berbagai insulin dirangkum dalam Tabel 24–4.
jaringan tepi, dan kortisol memiliki efek serupa. Kunci EFEK KADAR GLUKOSA PLASMA
pengaturan-imbangan (counter-regulation) ini tampaknya
adalah epinefrin dan glukagon: bila konsentrasi plasma salah Telah lama diketahui bahwa glukosa bekerja secara langsung
satunya meningkat, penurunan kadar glukosa plasma diperbaiki; pada sel B pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin.
tetapi bila keduanya tidak dapat meningkat, tidak atau hanya Respons terhadap glukosa bersifat bifasik; terjadi
sedikit terjadi peningkatan kadar glukosa plasma kompensatorik. peningkatan sekresi yang pesat tetapi singkat diikuti oleh
Kerja hormon-hormon lain bersifat suplementer. peningkatan yang lambat dan berkepanjangan.
Perhatikan bahwa lepas-muatan saraf otonom dan Glukosa masuk ke dalam sel B melalui pengangkut
pelepasan hormon-hormon penyeimbang biasanya terjadi pada GLUT 2 dan mengalami fosforilasi oleh glukokinase,
konsentrasi glukosa plasma yang lebih tinggi daripada kemudian dimetabolisme menjadi piruvat di sitoplasma
konsentrasi glukosa terjadinya defisit kognitif atau perubahan (Gambar 24–11). Piruvat masuk mitokondria dan dime-
SSP yang lebih serius lainnya (Gambar 24-10). Untuk pengidap tabolisasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat
diabetes yang diterapi insulin, gejala-gejala yang disebabkan oleh disertai pembentukan ATP oleh fosforilasi oksidatif. ATP
lepas-muatan otonom berfungsi sebagai peringatan untuk masuk ke sitoplasma, tempat zat ini menghambat kanal K+
mencari penggantian glukosa. Namun, terutama pada pasien peka-ATP, mengurangi efluks K+. Hal ini menyebabkan
diabetes yang telah lama yang dikontrol secara ketat, gejala depolarisasi sel B, dan Ca2+ masuk ke kanal Ca2+ gerbang-
otonom mungkin tidak muncul, dan timbul hypoglicemia tegangan. Influks Ca2+ menyebabkan eksositosis depot
unawareness yang dapat menimbulkan masalah klinis. granula sekretorik yang mengandung insulin dan
menyebabkan lonjakan awal sekresi insulin.
PENGATURAN Metabolisme piruvat melalui siklus asam sitrat juga
SEKRESI INSULIN menyebabkan peningkatan glutamat intrasel. Glutamat
tampaknya bekerja pada depot granula sekretorik kedua,
Konsentrasi normal insulin yang diukur dengan radioimmu- membuat granula-granula ini mudah dibebaskan. Glutamat
noassay pada plasma vena perifer manusia normal dalam mungkin bekerja dengan menurunkan pH dalam granula
keadaan puasa adalah 0-70 pU/mL (0-502 pmol/L). Jumlah sekretorik, suatu langkah penting dalam pematangan granula.
insulin yang disekresikan pada keadaan basal adalah sekitar 1 Pembebasan granula-granula ini kemudian menghasilkan fase
U/j, dengan peningkatan 5-10 kali lipat setelah makan. kedua dari respons insulin terhadap glukosa. Karena itu,
Dengan demikian, jumlah rerata yang disekresikan per hari glutamat tampaknya berfungsi sebagai caraka kedua intrasel
pada orang normal adalah sekitar 40 U (287 nmol). yang menyiapkan granula untuk sekresi.
442 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Glukosa Hipoglikemia hiperinsulinemik persisten pada neonatus


GLUT 2 merupakan suatu penyakit dengan peningkatan insulin
plasma walaupun terjadi hipoglikemia. Penyakit ini
Glukokinase
disebabkan oleh mutasi di gen-gen untuk berbagai enzim di
sel B yang mengurangi efluks K+ melalui kanal K+ rentan-
Glukosa-P
ATP. Pengobatan berupa pemberian diazoksid, suatu obat
yang meningkatkan aktivitas kanal K+, pada kasus yang lebih
Pyr
Glu
parah, pankreatektomi subtotal.
Biguanid metformin adalah obat hipoglikemik oral yang
Insulin bekerja tanpa keberadaan insulin. Metformin terutama
Siklus asam
sitrat bekerja dengan mengurangi glukoneogenesis sehingga
Ca2+
keluaran glukosa oleh hati berkurang. Obat ini kadang-
kadang dikombinasikan dengan sulfonilurea dalam
ATP ATP pengobatan diabetes tipe 2. Metformin dapat menyebabkan
asidosis laktat, namun insidensnya umumnya rendah.
K+ K+
Troglitazon (Rezulin) dan tiazolidinedion terkait juga
digunakan dalam pengobatan diabetes karena obat-obat ini
meningkatkan pembuangan glukosa perifer yang diperantarai
GAMBAR 24-11 Sekresi insulin. Glukosa masuk ke sel B melalui oleh insulin sehingga terjadi penurunan resistensi terhadap
pengangkut glukosa GLUT 2. Glukosa mengalami fosforilasi dan
dimetabolisme menjadi piruvat (Pyr) di sitoplasma. Pyr masuk ke insulin. Obat-obat ini berikatan dengan, dan mengaktifkan,
mitokondria dan dimetabolisme melalui siklus asam sitrat. ATP yang peroxisomeproliferator-activated receptor y (PPARy) di inti sel.
dibentuk oleh fosforilasi oksidatif menghambat kanal K+ peka-ATP, Pengaktifan reseptor ini, yang merupakan anggota dari super-
menurunkan efluks K+. Hal menyebabkan depolarisasi sel B dan famili faktor transkripsi inti sel peka-hormon, menyebabkan
influks Ca2+ meningkat. Ca2+ merangsang pengeluaran insulin melalui
eksositosis. Glutamat (Glu) juga terbentuk, dan zat ini mematangkan
normalisasi berbagai fungsi metabolik.
granula sekretorik, mempersiapkan granula-granula ini untuk
eksositosis. AMP SIKLIK & SEKRESI
INSULIN
Kontrol umpan-balik glukosa plasma pada sekresi Rangsangan yang meningkatkan kadar AMP di sel B akan
normal secara normal beroperasi dengan presisi yang tinggi, meningkatkan sekresi insulin, termasuk agonis adrenergik-β,
sehingga kadar insulin dan glukosa plasma setara satu sama glukagon, dan inhibitor fosfodiesterase misalnya teofilin.
lain dengan konsistensi yang luar biasa. Golongan katekolamin memiliki efek ganda pada sekresi
insulin; mereka menghambat sekresi insulin melalui reseptor
TURUNAN PROTEIN & LEMAK adrenergik α2 dan merangsang sekresi insulin melalui
Insulin merangsang masuknya asam-asam amino ke dalam reseptor adrenergik-β. Efek akhir epinetrin dan norepinefrin
protein dan melawan katabolisme lemak yang menghasilkan biasanya adalah inhibisi. Namun, bila dilakukan infus
asam-asam β-keto. Dengan demikian, tidak mengherankan katekolamin setelah pemberian obat penghambat adre-
bahwa arginin, leusin, dan beberapa asam amino tertentu nergika, maka inhibisi diubah menjadi stimulasi.
merangsang sekresi insulin, seperti juga asam-asam β-keto
misalnya asetoasetat. Seperti glukosa, senyawa-senyawa ini EFEK SARAF OTONOM
menghasilkan ATP bila dimetabolisme, dan hal ini menutup Cabang-cabang saraf vagus kanan mempersarafi pulau-pulau
kanal K+ yang peka-ATP di sel-sel B. Selain itu, L-arginin Langerhans di pankreas, dan stimulasi vagus kanan
adalah prekursor NO, dan NO merangsang sekresi insulin. menyebabkan peningkatan sekresi insulin melalui reseptor
M4 (lihat Tabel 7-2). Atropin menghambat respons, dan
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL asetil-kolin merangsang sekresi insulin. Efek asetilkolin,
Tolbutamid dan turunan sulfonilurea lainnya misalnya seperti efek glukosa, disebabkan oleh peningkatan Ca2+
asetoheksamid, tolazamid, glipizid, dan gliburid merupakan sitoplasma, tetapi asetilkolin mengaktifkan fosfolipase C,
obat hipoglikemik yang secara oral aktif yang menurunkan disertai pelepasan IP3 yang membebaskan Ca2+ dari
gula darah dengan meningkatkan pelepasan insulin. Obat- retikulum endoplasma.
obat ini hanya bekerja pada pasien yang masih memiliki sel B Rangsangan saraf simpatis ke pankreas menghambat
dan tidak efektif setelah pankreatektomi atau pada diabetes sekresi insulin. Penghambatan ditimbulkan oleh pelepasan
tipe 1. Mereka berikatan dengan kanal K+ peka-ATP di norepinefrin yang bekerja pada reseptor adrenergik a2.
membran sel B dan menghambat aktivitas kanal, menyebab- Namun, apabila reseptor adrenergik a dihambat, maka
kan depolarisasi membran sel B, dan meningkatkan influks stimulasi terhadap saraf simpatis menyebabkan peningkat-
Ca2+ sehingga terjadi pembebasan insulin, tanpa bergantung an sekresi insulin yang diperantarai oleh reseptor adre-
pada peningkatan glukosa plasma. nergik Polipeptida galanin ditemukan pada beberapa saraf
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 443

otonom yang mempersarafi pulau Langerhans, dan galanin


menghambat sekresi insulin dengan mengaktifkan kanal K+
PERUBAHAN JANGKA-
yang terhambat oleh ATP. Dengan demikian, meskipun PANJANG PADA RESPONS SEL B
pankreas yang mengalami denervasi berespons terhadap Besar respons insulin terhadap suatu rangsangan sebagian
glukosa, namun persarafan otonom pankreas berperan ditentukan oleh riwayat sekretorik sel B. Orang yang diberi
dalam pengaturan sekresi insulin (Boks Klinis 24–3). diet tinggi karbohidrat selama beberapa minggu tidak saja
memiliki kadar insulin plasma puasa yang lebih tinggi tetapi
HORMON USUS juga memperlihatkan respons sekretorik yang lebih besar
Glukosa yang diberikan per oral menimbulkan efek stimulasi terhadap glukosa daripada orang yang diberi makan
yang lebih besar daripada glukosa yang diberikan secara isokalorik rendah-karbohidrat.
intravena, dan asam amino yang diberikan per oral juga Walaupun berespons terhadap stimulasi dengan hipertrofi
menimbulkan respons insulin yang lebih besar daripada asam seperti sel-sel endokrin lainnya, sel B akan mengalami kelelahan
amino intravena. Pengamatan ini mendorong eksplorasi dan berhenti melakukan sekresi (B-cellexhaustion) apabila rang-
kemungkinan bahwa suatu zat yang disekresikan oleh mukosa sangan besar dan berkepanjangan. Cadangan pankreas cukup
kanal cerna merangsang sekresi insulin. Glukagon, turunan besar, dan pada hewan percobaan sulit dibuat kelelahan sel B;
glukagon, sekretin, kolesistokinin (CCK), gastrin, dan peptida tetapi bila cadangan pankreas dikurangi dengan pankreatektomi
penghambat lambung (gastric inhibitory peptide, GIP) semuanya parsial atau aloksan dosis kecil, dapat dihasilkan kelelahan sel B
memiliki efek tersebut (lihat Bab 25), dan CCK memperkuat efek dengan semua tindakan yang secara terus-menerus meningkat-
asam amino merangsang insulin. Namun, GIP adalah satu- kan kadar glukosa plasma. Sebagai contoh, pada hewan dengan
satunya dari peptida-peptida ini yang menyebabkan stimulasi cadangan pankreas terbatas diabetes dapat ditimbulkan oleh
apabila diberikan dalam dosis yang menghasilkan kadar GIP ekstrak hipofisis anterior, hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
darah setara dengan yang ditimbulkan oleh glukosa oral.
atau pemberian infus glukosa berkepanjangan. Diabetes yang
Baru-baru ini, perhatian terarah ke polipeptida mirip- dicetuskan oleh hormon pada hewan pada awalnya reversibel,
glukagon 1 (7-36) (GLP-1 [7-36]) sebagai faktor usus lain tetapi pemberian jangka panjang akan menyebab-kannya
yang merangsang sekresi insulin. Polipeptida ini adalah menetap. Diabetes transien biasanya diberi nama sesuai
produk praproglukagon (lihat bawah). Sel B memiliki penyebabnya, mis. “diabetes hipofisis”, “diabetes tiroid”. Diabetes
reseptor GLP-1 (7-36) serta reseptor GIP, dan GLP-1 (7-36) permanen yang menetap setelah pemberian bahan-bahan di atas
merupakan hormon insulinotropik yang lebih poten dihentikan diberi awalan meta, mis. “diabetes metahipofisis” atau
daripada GIP. GIP dan GLP-1 (7-36) tampaknya bekerja “diabetes metatiroid”. Bila insulin diberikan bersama dengan
dengan meningkatkan influks Ca2+ melalui kanal Ca2+ hormon-hormon diabetogenik, sel B akan terlindung, mungkin
berpintu-tegangan. karena glukosa plasma menurun, dan diabetes tidak terjadi.
Kemungkinan peran somatostatin dan glukagon Hal yang menarik dalam hal ini adalah bahwa faktor
pankreas dalam pengaturan sekresi insulin dibahas di bawah. genetik mungkin berperan dalam kontrol cadangan sel B. Pada
mencit dengan gen untuk IRS-1 yang telah di-knockout (lihat
atas), terjadi respons kompensatorik sel B yang kuat. Namun,
pada knockout IRS-2, kompensasi tersebut berkurang dan
BOKS KLINIS 24-3 timbul fenotipe diabetes yang lebih parah.

Efek Deplesi K+
GLUKAGON
Deplesi K+ menurunkan sekresi insulin, dan pasien yang
kekurangan K+, misal, pasien hiperaldosteronisme primer
KIMIA
(lihat Bab 20), memperlihatkan kurva toleransi glukosa Glukagon manusia, suatu polipeptida linear dengan berat
diabetes. Kurva ini pulih ke normal dengan penggantian K+. molekul 3485, dihasilkan oleh sel A pulau Langerhans pankreas
dan kanal cerna bagian atas. Polipeptida ini mengandung 29
residu asam amino. Semua glukagon mamalia tampaknya
KIAT TERAPEUTIK memiliki struktur serupa. Prapro-glukagon manusia (Gambar
24-12) adalah suatu polipeptida 179 asam amino yang dijumpai
Diuretik tiazid, yang menyebabkan hilangnya K+ serta
Na+ melalui urine (lihat Bab 37), menurunkan toleransi
di sel A pankreas, di sel L di kanal cerna bagian bawah, dan di
glukosa dan menyebabkan diabetes semakin parah. otak. Molekul ini merupakan produk sebuah mRNA, tetapi di
Obat-obat ini tampaknya menimbulkan efek tersebut jaringan yang berbeda diolah secara berlainan. Di sel A, molekul
terutama karena efek penurunan K+-nya, walaupun ini diolah terutama menjadi glukagon dan fragmen proglukagon
sebagian juga menyebabkan kerusakan sel pulau utama (major proglucagon fragment-, MPGF). Di sel L, ia
Langerhans. Diuretik hemat-kalium, misalnya amilorid, terutama diolah menjadi glisentin, suatu polipeptida yang terdiri
seyogianya diberikan kepada pasien diabetes yang dari glukagon yang diperpanjang oleh residu asam amino
memerlukan pengobatan ini. tambahan di salah satu ujung, plus glucagon-like polypeptides 1
dan 2 (GLP-1 dan GLP-2) Oksintomodulin juga terbentuk, dan
baik pada sel A maupun L, tersisa glycentin-related-
444 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

Glikogen

S GRPP Glukagon GLP-1 GLP-2


Oksi Glukagon
Glukosa 6-PO4 Glucose
Glisentin MPGF
AMP siklik
Sel A Sel L
Glukagon Glisentin Fruktosa 6-PO4
MPGF GLP-1 Fruktosa Protein
GRPP GLP-2 2, 6-biPO4 kinase A
Oksintomodulin
GRPP Fruktosa 1, 6-biPO4

GAMBAR 24-12 Pengolahan pascatranslasi praproglukagon di


sel A dan L. S, peptida sinyal; GRPP, glycentin-related polypeptide;
Fosfoenolpiruvat
GLP, glucagon-like polypeptide; Oxy, Oxyntomodulin; MPGF, major
proglucagon fragment. (Dimodifikasi dari Drucker DJ: Glucagon and
glucagon-like peptides. Pancreas 1990;5:484).

Piruvat

polypeptide (GRPP). Glisentin memiliki sebagian aktivitas GAMBAR 24-13 Mekanisme bagaimana glukagon
glukagon. GLP-1 dan GLP-2 sendiri tidak memiliki aktivitas meningkatkan keluaran glukosa dari hati. Tanda panah tebal
biologik yang jelas. Namun, GLP-1 mengalami pengolahan menandakan fasilitasi, dan tanda panah terputus-putus
menandakan inhibisi.
lebih lanjut dengan pengeluaran tujuh residu asam amino
terminal N, dan produknya, GLP-1 (7-36), merupakan stimu-
lator kuat sekresi insulin yang juga meningkatkan penggunaan
glukagon (lihat atas). GLP-1 dan GLP-2 juga dihasilkan di Aktivitas lipolitiknya, yang menyebabkan peningkatan keto-
otak. Fungsi GLP-1 di lokasi ini belum jelas, tetapi GLP-2 genesis, dibahas di Bab 1. Efek kalorigenik glukagon tidak
tampaknya merupakan mediator di suatu jalur dari nukleus disebabkan hanya oleh hiperglikemia tetapi mungkin oleh
traktus solitarius (NTS) ke nukleus dorsomedial hipotalamus, peningkatan deaminasi asam amino di hati.
dan penyuntikan GLP-2 menghambat asupan makanan. Glukagon eksogen dosis besar menimbulkan efek
Oksintomodulin menghambat sekresi asam lambung, inotropik positif pada jantung (lihat Bab 30) tanpa
walaupun peran fisiologik masih belum dipastikan, dan GRPP menyebabkan peningkatan eksitabilitas miokardium,
belum diketahui memiliki peran fisiologik yang jelas. mungkin karena hormon ini meningkatkan AMP miokar-
dium. Penggunaan hormon ini dalam pengobatan penyakit
EFEK jantung telah dianjurkan, tetapi tidak terdapat bukti peran
Glukagon bersifat glikogenolitik, glukoneogenik, lipolitik, dan fisiologik glukagon dalam pengaturan fungsi jantung.
ketogenik. Hormon ini bekerja pada reseptor terikat protein-G Glukagon juga merangsang sekresi hormon pertumbuhan,
dengan berat molekul sekitar 190.000. Di hati, hormon ini insulin, dan somatostatin pankreas.
bekerja melalui Gs untuk mengaktifkan adenilil siklase dan
meningkatkan AMP siklik intrasel. Hal ini menyebabkan METABOLISME
pengaktifan fosforilase melalui protein kinase A sehingga Glukagon memiliki waktu-paruh dalam sirkulasi 3-10 menit.
terjadi peningkatan pemecahan glikogen dan peningkatan Hormon ini dipecah oleh banyak jaringan tetapi terutama
glukosa plasma. Namun, glukagon bekerja di reseptor oleh hati. Karena glukagon disekresi ke dalam vena porta dan
glukagon yang berbeda yang terletak di sel hati yang sama mencapai hati sebelum mencapai sirkulasi perifer, maka
untuk mengaktifkan fosfolipase C, sehingga menyebabkan
kadar di darah perifer relatif rendah. Peningkatan kadar
peningkatan Ca2+ sitoplasma yang juga merangsang
glukagon di darah perifer yang disebabkan oleh rangsangan
glikogenolisis. Protein kinase A juga menurunkan meta-
eksitasi sangat mencolok pada pasien sirosis, mungkin
bolisme glukosa 6-fosfat (Gambar 24–13) dengan meng-
hambat perubahan fosfoenolpiruvat menjadi piruvat. Enzim karena penurunan penguraian hormon oleh hati.
ini juga menurunkan konsentrasi fruktosa 2,6-difosfat, dan hal
ini menghambat perubahan fruk-tosa 6-fosfat menjadi
fruktosa 1,6-difosfat. Terjadi peningkatan penimbunan
PENGATURAN SEKRESI
glukosa 6-fosfat yang menyebabkan peningkatan pembentuk- Faktor utama yang diketahui memengaruhi sekresi glukagon
an dan pelepasan glukosa. diringkas dalam Tabel 24-5. Sekresi meningkat oleh hipo-
Glukagon tidak menyebabkan glikogenolisis di otot. glikemia dan menurun oleh peningkatan glukosa plasma. Sel
Hormon ini meningkatkan glukoneogenesis dari asam-asam B mengandung GABA, dan terdapat bukti bahwa seiring
amino yang tersedia di hati dan meningkatkan kecepatan dengan peningkatan sekresi insulin yang ditimbulkan oleh
metabolik. Glukagon meningkatkan pembentukan badan hiperglikemia, GABA dilepaskan dan bekerja pada sel A
keton dengan menurunkan kadar malonil-KoA di hati. untuk menghambat sekresi glukagon dengan mengaktifkan
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 445

TABEL 24–5 Faktor yang memengaruhi sekresi glukagon. glukagon, sementara sekretin menghambatnya. Karena
sekresi CCK dan gastrin keduanya ditingkatkan oleh
Stimulator Inhibitor
konsumsi protein, kedua hormon dapat menjadi perantara
Asam amino (terutama asam Glukosa kanal cerna respons glukagon. Inhibisi yang ditimbulkan
amino glukogenik: alanin, serin, oleh somatostatin dibahas di bawah.
glisin, sistein, dan treonin)
Sekresi glukagon juga dihambat oleh FFA dan keton.
Namun, penghambatan ini dapat diatasi, karena kadar
CCK, gastrin Somatostatin
glukagon plasma tinggi pada ketoasidosis diabetes.
Kortisol Sekretin

Olahraga FFA
RASIO MOLAR INSULIN-GLUKAGON
Seperti dinyatakan sebelumnya, insulin bersifat glikogenik,
Infeksi Keton
antiglukoneogenik, antilipolitik, dan antiketotik. Dengan
Stres lain Insulin demikian, hormon ini meningkatkan penyimpanan nutrien-
Stimulator adrenergik-β Fenitoin nutrien yang diserap dan disebut “hormon penyimpanan
energi”. Glukagon, di pihak lain, bersifat glikogenolitik,
Teofilin Stimulator adrenergik-α
glukoneogenetik, lipolitik, dan ketogenik. Fiormon ini memo-
Asetilkolin GABA bilisasi simpanan energi dan disebut “hormon pelepas-an
energi”. Karena efek yang saling bertentangan ini, maka kadar
kedua hormon dalam darah harus dipertimbangkan dalam
setiap keadaan. Akan lebih sesuai bila kita berpikir dalam
reseptor GABAA. Reseptor GABAA adalah kanal Cl− dan kerangka rasio molar kedua hormon ini.
influks Cl− yang terjadi menyebabkan hiperpolarisasi sel A. Rasio molar insulin-glukagon sangat berfluktuasi karena
Sekresi juga ditingkatkan oleh rangsangan saraf simpatis sekresi glukagon dan insulin keduanya dimodifikasi oleh
pada pankreas, dan efek simpatis ini diperantarai oleh keadaan-keadaan yang mendahului penerapan setiap
reseptor adrenergik-β dan cAMP. Tampaknya sel A mirip rangsangan (Tabel 24–6). Dengan demikian, sebagai contoh,
dengan sel B, yaitu bahwa stimulasi reseptor adrenergik-β rasio molar insulin-glukagon pada diet berimbang adalah
meningkatkan sekresi dan stimulasi reseptor adrenergik-α sekitar 2,3. Pemberian infus arginin meningkatkan sekresi
menghambat sekresi. Namun, respons pankreas terhadap kedua hormon dan meningkatkan rasio menjadi 3,0. Setelah
rangsangan simpatis tanpa adanya obat-obat penghambat 3 hari kelaparan, rasio turun menjadi 0,4, dan pemberian
adalah peningkatan sekresi glukagon, sehingga efek reseptor infus arginin dalam keadaan ini menurunkan rasio menjadi
β predominan pada sel-sel penyekresi glukagon. Efek 0,3. Sebaliknya, rasio menjadi 25 pada orang yang secara
stimulatorik berbagai stres dan mungkin olahraga dan terus-menerus mendapat infus glukosa dan meningkat
infeksi diperantarai paling sedikit oleh sistem saraf simpatis. menjadi 170 setelah makan diet protein sewaktu pemberian
Rangsangan vagus juga meningkatkan sekresi glukagon. infus (Tabel 24-6). Peningkatan terjadi karena sekresi insulin
Diet protein dan pemberian infus berbagai asam amino meningkat tajam, sementara respons glukagon yang biasa
meningkatkan sekresi glukagon. Asam-asam amino gluko-
genik tampaknya sangat poten dalam hal ini, karena mereka TABEL 24–6 Rasio molar insulin-glukagon (l/G) dalam
adalah asam amino yang diubah menjadi glukosa di hati di darah dalam berbagai keadaan.
bawah pengaruh glukagon. Peningkatan sekresi glukagon
setelah makan protein juga perlu diperhatikan, karena asam Simpanan (S) atau
Produksi (P)
amino merangsang sekresi insulin, dan glukagon yang Keadaan Glukosa oleh Hatia I/G
dikeluarkan mencegah terbentuknya hipoglikemia sementara
insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat, lemak, dan Ketersediaan glukosa
protein yang diserap. Sekresi glukagon meningkat selama Makan karbohidrat 4+ (S) 70
kelaparan. Sekresi mencapai puncak pada hari ketiga puasa, jumlah besar
pada saat glukoneogenesis maksimal. Setelah itu, kadar
Glukosa intravena 2+ (S) 25
glukagon plasma menurun karena asam lemak dan keton
menjadi sumber utama energi. Makan ringan 1+ (S) 7
Selama olahraga, terjadi peningkatan penggunaan glukosa Glukosa dibutuhkan
yang diimbangi dengan peningkatan produksi glukosa yang
Puasa semalam 1+ (P) 2,3
disebabkan oleh peningkatan kadar glukagon dalam darah.
Diet rendah 2+ (P) 1,8
Respons glukagon terhadap pemberian asam amino per karbohidrat
oral lebih besar daripada respons terhadap pemberian asam
Kelaparan 4+ (P) 0,4
amino per infus, yang mengisyaratkan bahwa terdapat
faktor perangsang glukagon yang disekresi dari mukosa a
1+ sampai 4+ menandakan ukuran relatif.
kanal cerna. CCK dan gastrin meningkatkan sekresi Sumbangan RH Unger.
446 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

somatostatin pankreas meningkat oleh beberapa rangsangan


BOKS KLINIS 24-4 yang juga merangsang sekresi insulin, yakni glukosa dan asam
amino, terutama arginin dan leusin. Sekresi juga ditingkatkan
Makrosomia & Defisiensi GLUT 1 oleh CCK. Somatostatin dikeluarkan dari pankreas dan kanal
Bayi yang lahir dari ibu diabetes sering memiliki berat lahir cerna ke dalam darah perifer.
yang tinggi dan organ besar (makrosomia). Keadaan ini
disebabkan oleh insulin yang berlebihan dalam janin, yang POLIPEPTIDA PANKREAS
sebagian disebabkan oleh stimulasi pankreas janin oleh Polipeptida pankreas manusia adalah suatu polipeptida linear,
glukosa dan asam amino dari darah ibu yang diabetes. mengandung 36 residu asam amino, yang dibentuk oleh sel F
Insulin bebas dalam darah ibu dirusak oleh protease di pulau Langerhans. Hormon ini berkaitan erat dengan 2
plasenta, tetapi insulin yang terikat ke antibodi terlindung, polipeptida 36-asam-amino lain: polipeptida YY, suatu
sehingga dapat mencapai janin. Dengan demikian, hormon kanal cerna (lihat Bab 25), dan neuropeptida Y, yang
makrosomia janin juga terjadi pada wanita yang membentuk ditemukan di otak dan sistem saraf otonom (lihat Bab 7).
antibodi terhadap berbagai insulin hewan lalu terus Semuanya berujung di tirosin dan mengalami amidasi di
mendapat insulin hewan selama hamil. terminal karboksilnya. Paling tidak sebagian sekresi
Bayi dengan defisiensi GLUT-1 mengalami gangguan polipeptida pankreas berada di bawah kontrol kolinergik;
transportasi glukosa melintasi sawar darah-otak. Kadar kadar plasma turun setelah pemberian atropin. Sekresinya
glukosa CSS mereka rendah walaupun glukosa plasma normal meningkat oleh makanan yang mengandung protein dan oleh
dan mereka mengalami kejang dan gangguan perkembangan. puasa, olahraga, dan hipoglikemia akut. Sekresinya menurun
oleh somatostatin dan glukosa intravena. Pemberian infus
leusin, arginin, dan alanin tidak memengaruhinya, sehingga
efek stimulasi makanan berprotein mungkin diperantarai
secara tidak langsung. Pada manusia, polipeptida pankreas
terhadap protein hilang. Dengan demikian, sewaktu diperlu-
memperlambat penyerapan makanan, dan hormon ini
kan energi selama kelaparan, rasio molar insulin-glukagon
mungkin memperkecil fluktuasi dalam penyerapan. Namun,
rendah, mendorong pemecahan glikogen dan glukoneo-
fungsi faali sebenarnya masih belum diketahui.
genesis; sebaliknya, bila kebutuhan akan mobilisasi energi
rendah, maka rasio menjadi tinggi, mendorong penyimpanan
glikogen, protein, dan lemak (Boks Klinis 24–4).
SUSUNAN PULAU LANGERHANS
PANKREAS
HORMON SEL PULAU Adanya hormon-hormon dalam pulau-pulau pankreas yang
LANGERHANS YANG LAIN memengaruhi sekresi hormon pulau lainnya mengisyaratkan
bahwa pulau-pulau tersebut berfungsi sebagai unit-unit
Selain insulin dan glukagon, pulau Langerhans pankreas sekretorik dalam pengaturan homeostasis nutrien. Somato-
menyekresi somatostatin dan polipeptida pankreas ke dalam statin menghambat sekresi insulin, glukagon, dan polipeptida
aliran darah. Zat-zat ini dilepaskan dari pankreas. Selain itu, pankreas (Gambar 24–14); insulin menghambat sekresi
somatostatin mungkin berperan dalam proses pengaturan di glukagon; dan glukagon merangsang sekresi insulin dan
dalam pulau Langerhans yang menyesuaikan pola hormon somatostatin. Seperti dinyatakan di atas, sel A dan D dan sel-
yang disekresi sebagai respons terhadap beragam rangsang. sel pensekresi polipeptida pankreas umumnya terletak di
daerah tepi pulau, dengan sel B di tengah. Jelas terdapat dua
SOMATOSTATIN jenis pulau Langerhans, pulau yang kaya-glukagon dan pulau
Somatostatin dan reseptornya dibahas di Bab 7. Somatostatin
14 (SS 14) dan bentuk perluasan terminal aminonya Glukagon Insulin
somatostatin 28 (SS 28), dijumpai di sel D pulau Langerhans
pankreas. Kedua bentuk menghambat sekresi insulin, glu-
kagon, dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja lokal di
dalam pulau-pulau pankreas secara parakrin. SS 28 lebih aktif Somatostatin
daripada SS 14 dalam menghambat sekresi insulin, dan zat ini
tampaknya bekerja melalui reseptor SSTR 5 (lihat Bab 7).
Penderita tumor pankreas penyekresi somatostatin (somato-
statinoma) meng-alami hiperglikemia dan gejala-gejala Polipeptida
diabetes lain yang menghilang setelah tumor diangkat. Para pankreas
pasien tersebut juga mengalami dispepsia akibat lambatnya
pengosongan lambung dan penurunan sekresi asam lambung, GAMBAR 24-14 Efek hormon-hormon sel pulau Langerhans
pada sekresi hormon sel pulau Langerhans lainnya. Tanda panah
dan batu empedu, yang tercetus oleh penurunan kontraksi padat menunjukkan stimulasi; tanda panah terputus-putus
kandung empedu akibat inhibisi sekresi CCK. Sekresi menunjukkan inhibisi.
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 447

yang kaya-polipeptida pankreas, tetapi makna fungsional +100

% perubahan dari tingkat awal


pemisahan ini tidak diketahui. Hormon-hormon sel pulau
yang dilepaskan ke dalam CES mungkin berdifusi ke sel
+50
pulau lain dan memengaruhi fungsinya (komunikasi Glikogen hati
parakrin; lihat Bab 25). Telah dibuktikan bahwa terdapat taut Glukosa plasma
celah (gap junction) antara sel A, B, dan D dan hal ini 0
memungkinkan lewatnya ion dan molekul kecil lain dari satu
sel ke sel lain, yang dapat mengoordinasikan fungsi Laktat darah
sekretorik mereka. −50 Glikogen otot
0 1 2 3
EFEK HORMON LAIN & Waktu setelah penyuntikan epinefrin (j)
OLAHRAGA PADA METABOLISME GAMBAR 24-15 Efek epinefrin pada glikogen jaringan,
KARBOHIDRAT glukosa plasma, dan laktat darah pada tikus yang diberi makan.
(Disalin dengan izin dari Ruch TC, Patton HD [editors]: Physiology and Biophysics,
Olahraga memiliki efek langsung pada metabolisme 20th ed, Vol 3. Saunders, 1973.)

karbohidrat. Banyak hormon selain insulin, IGF-I, IGF-II,


gluka-gon, dan somatostatin juga berperan penting dalam
pengaturan metabolisme karbohidrat. Hormon-hormon
tersebut adalah epinefrin, hormon tiroid, glukokortikoid, epinefrin (lihat Bab 20). Epinefrin dan norepinefrin juga
dan hormon pertumbuhan. Fungsi lain hormon-hormon ini membebaskan FFA ke dalam sirkulasi, dan epinefrin
dibahas di tempat lain, tetapi ada baiknya bila efek mereka menurunkan penggunaan glukosa di jaringan perifer.
pada metabolisme karbohidrat diringkas dalam konteks bab
ini.
HORMON TIROID
Hormon-hormon tiroid menyebabkan diabetes eksperi-
OLAHRAGA mental semakin parah; tirotoksikosis memperberat diabetes
Masuknya glukosa ke dalam otot rangka meningkat selama klinis; dan pada hewan percobaan dengan penurunan
olahraga tanpa adanya insulin dengan menyebabkan cadangan pankreas dapat ditimbulkan diabetes metatiroid.
peningkatan jumlah pengangkut GLUT-4 independen- Efek diabe-togenik utama dari hormon tiroid adalah
insulin di membran sel otot (lihat atas). Meningkatnya meningkatkan penyerapan glukosa dari kanal cerna, tetapi
pemasukan glukosa ini menetap selama beberapa jam setelah hormon juga menyebabkan (mungkin dengan memperkuat
olahraga, dan olahraga teratur dapat menghasilkan efek katekolamin) deplesi glikogen hati. Sel-sel hati yang
peningkatan kepekaan terhadap insulin yang berkepanjang- kekurangan glikogen mudah rusak. Bila hati rusak, maka
an. Olahraga dapat mencetuskan hipoglikemia pada pasien kurva toleransi glukosa bertipe diabetes karena hati sedikit
diabetes tidak hanya karena peningkatan ambilan glukosa mengambil glukosa yang diserap. Hormon tiroid juga
oleh otot tetapi juga oleh peningkatan penyerapan insulin mungkin mempercepat pemecahan insulin. Semua efek ini
yang disuntikkan selama olahraga. Pasien diabetes harus bersifat hiperglikemik dan, bila cadangan pankreas kurang,
mendapat kalori tambahan atau menurunkan dosis insulin dapat menyebabkan kelelahan sel B.
mereka sewaktu berolahraga.
GLUKOKORTIKOID ADRENAL
KATEKOLAMIN Hormon-hormon glukokortikoid dari korteks adrenal (lihat
Pengaktifan fosforilase di hati oleh katekolamin dibahas di Bab 20) meningkatkan glukosa darah dan menimbulkan
Bab 1. Pengaktifan terjadi melalui reseptor adrenergik-β, kurva toleransi glukosa tipe diabetes. Pada manusia, efek ini
yang meningkatkan AMP siklik intrasel, dan reseptor mungkin hanya terjadi pada orang yang memiliki
adrenergik-a, yang meningkatkan Ca2+ intrasel. Pengeluaran predisposisi genetik menderita diabetes. Toleransi glukosa
glukosa oleh hati meningkat, menimbulkan hiperglikemia. menurun pada 80% pasien sindrom Cushing (lihat Bab 20),
Di otot, fosforilase juga diaktifkan melalui AMP dan dan 20% dari pasien ini mengidap diabetes klinis.
mungkin melalui Ca2+, tetapi glukosa 6-fosfat yang terbentuk Glukokortikoid diperlukan bagi efek glukoneogenik
dapat dikatabolisme hanya menjadi piruvat karena tidak glukagon selama puasa. Hormon-hormon ini sendiri bersifat
adanya glukosa 6-fosfatase. Karena alasan yang masih belum glukoneogenik, tetapi peran utamanya bersifat permisif.
jelas, sejumlah besar piruvat diubah menjadi laktat, yang Pada insufisiensi adrenal, glukosa darah tetap normal
berdifusi dari otot ke dalam sirkulasi (Gambar 24–15). sepanjang asupan makanan dipertahankan, tetapi puasa
Laktat mengalami oksidasi di hati menjadi piruvat dan mencetuskan hipoglikemia dan kolaps. Efek insulin yang
diubah menjadi glikogen. Dengan demikian, respons menurunkan glukosa plasma sangat meningkat pada
terhadap suntikan epinefrin mula-mula adalah glikogenolisis insufisiensi adrenal. Pada hewan dengan diabetes
yang diikuti oleh peningkatan kandungan glikogen hati. eksperimental, adrenalektomi secara mencolok menghilang-
Oksidasi laktat mungkin berperan dalam efek kalorigenik kan diabetes. Efek diabetogenik utama adalah peningkatan
448 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

katabolisme protein disertai peningkatan glukoneogenesis di Normal


hati; peningkatan glikogenesis dan ketogenesis di hati; dan Penyerapan karbohidrat
penurunan penggunaan glukosa di jaringan perifer relatif yang sangat cepat

Glukosa plasma (mg/dL)


terhadap kadar insulin darah yang mungkin disebabkan oleh Penyakit hati
150
penghambatan fosforilasi glukosa. 125

HORMON PERTUMBUHAN 100

Hormon pertumbuhan manusia menyebabkan diabetes 75


klinis memburuk, dan 25% pasien tumor hipofisis anterior 50
penyekresi hormon pertumbuhan menderita diabetes. Hipo- 25
fisektomi menghilangkan diabetes dan mengurangi resistensi
insulin lebih besar daripada adrenalektomi, sedangkan 0 1 2 3 4
pemberian hormon pertumbuhan meningkatkan resistensi
Waktu (j)
insulin.
Efek hormon pertumbuhan sebagian bersifat langsung GAMBAR 24-16 Kurva toleransi glukosa setelah beban
dan sebagian diperantarai oleh IGF-I (lihat Bab 18). Hormon glukosa oral pada penyakit hati dan pada keadaan-keadaan yang
menyebabkan penyerapan glukosa dari usus yang cepat. Garis
pertumbuhan memobilisasi FFA dari jaringan adiposa,
horizontal adalah kadar glukosa plasma perkiraan saat gejala-gejala
sehingga mendorong ketogenesis. Hormon ini menurunkan hipoglikemik dapat muncul.
penyerapan glukosa ke dalam sebagian jaringan (“efek anti-
insulin”), meningkatkan pengeluaran glukosa oleh hati, dan
mungkin menurunkan pengikatan insulin oleh jaringan. Seperti dinyatakan di atas, lepas-muatan saraf otonom
Memang, telah diajukan pendapat bahwa ketosis dan akibat penurunan gula darah yang menimbulkan rasa ber-
penurunan toleransi glukosa akibat kelaparan disebabkan goyang, berkeringat, rasa cemas, dan rasa lapar secara normal
oleh hipersekresi hormon pertumbuhan. Hormon terjadi pada kadar glukosa plasma yang lebih tinggi daripada
pertumbuhan tidak merangsang sekresi insulin secara kadar glukosa yang menyebabkan gangguan kognitif dan oleh
langsung, tetapi hiperglikemia yang ditimbulkannya secara karenanya berlaku sebagai peringatan untuk segera menelan
sekunder merangsang pankreas dan akhirnya dapat gula. Namun, pada beberapa orang, gejala-gejala peringatan
menyebabkan kelelahan sel B. ini tidak terjadi karena disfungsi serebrum, dan hypoglycemia
unawareness ini dapat berbahaya. Keadaan ini cenderung
HIPOGLIKEMIA & DIABETES timbul pada pasien insulinoma dan pada pasien diabetes yang
MELITUS PADA MANUSIA mendapat terapi insulin intensif, sehingga tampaknya
serangan berulang hipoglikemia lama kelamaan dapat
HIPOGLIKEMIA menyebabkan hypoglycemia unawareness tersebut. Apabila
gula darah kembali meningkat selama beberapa lama, gejala-
“Reaksi insulin” sering terjadi pada diabetes tipe 1, dan pada gejala peringatan muncul pada kadar glukosa plasma yang
banyak pasien diabetes kadang-kadang terjadi episode- lebih tinggi daripada kelainan kognitif dan koma. Alasan
episode hipoglikemik akibat tindakan pengontrolan diabetes. mengapa hipoglikemia berkepanjangan menyebabkan hilang-
Selama olahraga terjadi peningkatan ambilan glukosa oleh nya gejala-gejala peringatan masih belum diketahui.
otot rangka dan peningkatan penyerapan insulin yang Pada penyakit hati, kurva toleransi glukosa bertipe
disuntikkan (lihat atas). diabetes tetapi kadar glukosa plasma puasa rendah (Gambar
Hipoglikemia simtomatik juga terjadi pada orang non- 24–16). Pada hipoglikemia fungsional, peningkatan glukosa
diabetik, dan telaah atas beberapa penyebabnya yang terpenting plasma normal setelah glukosa dosis uji, tetapi kemudian jatuh
berfungsi sebagai penekan pentingnya variabel-variabel yang ke kadar hipoglikemik, menyebabkan gejala 3-4 jam setelah
memengaruhi homeostasis glukosa plasma. Hipoglikemia ringan makan. Pola ini kadang-kadang dijumpai pada orang yang
kronik dapat menyebabkan inkoordinasi dan bicara tidak jelas, kemudian menderita diabetes. Pasien sindrom ini harus
dan keadaan ini dapat disangka disebabkan oleh mabuk. Juga
dibedakan dari pasien (yang jumlahnya lebih banyak) dengan
dapat terjadi gangguan mental dan kejang tanpa koma. Bila
gejala serupa akibat masalah psikologik atau masalah lain yang
tingkat sekresi insulin secara kronis meningkat oleh insulinoma,
tidak mengalami hipoglikemia sewaktu darahnya diambil
suatu tumor pankreas penyekresi insulin yang jarang, gejala
paling sering timbul pada pagi hari. Hal ini karena puasa selama episode simtomatik. Dipostulasikan bahwa glukosa
semalam menyebabkan berkurangnya cadangan glikogen hati. plasma yang melampaui batas disebabkan oleh sekresi insulin
Namun, gejala dapat timbul kapan saja, dan pada pasien yang dirangsang oleh impuls di vagus kanan, tetapi obat-obat
semacam ini, diagnosis mungkin terlewatkan. Beberapa kasus penghambat kolinergik tidak selalu memperbaiki kelainan.
insulinoma secara salah didiagnosis sebagai epilepsi atau Pada beberapa pasien tirotoksik dan pada pasien yang
psikosis. Hipoglikemia juga terjadi pada beberapa pasien tumor menjalani gastrektomi atau operasi lain yang mempercepat
maligna besar yang tidak mengenai pulau Langerhans pankreas, lewatnya makanan ke dalam usus, penyerapan glukosa
dan hipoglikemia pada kasus-kasus ini tampaknya disebabkan meningkat secara berlebihan. Glukosa plasma meningkat
oleh sekresi IGF-II yang berlebihan. mencapai puncak secara dini tetapi kemudian turun cepat ke
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 449

kadar hipoglikemik karena gelombang hiperglikemia men- Diabetes tipe 1 biasanya timbul sebelum usia 40 tahun
cetuskan peningkatan sekresi insulin yang lebih besar dari- sehingga disebut diabetes juvenilis. Pasien dengan penyakit ini
pada normal. Gejala-gejala secara khas muncul sekitar 2 jam tidak kegemukan, dan mereka sering mengalami penyulit
setelah makan. ketosis dan asidosis. Ditemukan berbagai antibodi anti-sel B
dalam plasma, tetapi pendapat yang sekarang berlaku adalah
DIABETES MELITUS bahwa diabetes tipe 1 adalah penyakit yang diperantarai oleh
Insidens diabetes melitus pada umat manusia telah mencapai sel T. Juga terdapat kerentanan genetik; apabila salah satu
tingkat epidemik di seluruh dunia, dan insidens ini meningkat kembar identik mengalami penyakit ini, maka kemungkinan
secara pesat. Pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 285 juta kembar lainnya terjangkit penyakit serupa adalah sepertiga.
kasus di seluruh dunia, menurut International Diabetes Dengan kata lain, concordance rate adalah sekitar 33%.
Federation. Badan ini memperkirakan bahwa angka ini akan Kelainan genetik utama adalah major histocompatibility
meningkat menjadi 438 juta pada tahun 2030. Sembilan puluh complex di kromosom 6, sehingga individu dengan jenis-jenis
persen kasus adalah diabetes tipe 2, dan sebagian besar antigen histokompatibilitas tertentu (lihat Bab 3) jauh lebih
peningkatan akan terjadi pada tipe 2, sejajar dengan pening- rentan terjangkit penyakit ini. Gen-gen lain juga berperan.
katan insidens obesitas. Imunosupresi oleh obat misalnya siklosporin meng-
Diabetes kadang-kadang menimbulkan penyulit asidosis hilangkan diabetes tipe 1 apabila diberikan pada awal perjalanan
dan koma, dan pada diabetes jangka-panjang, terjadi penyu- penyakit sebelum semua sel B lenyap. Telah dilakukan upaya-
lit-penyulit lain. Penyulit-penyulit ini mencakup gangguan upaya untuk mengobati diabetes tipe 1 dengan transplantasi
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropatik. Kelainan jaringan pankreas atau sel pulau Langerhans, tetapi sampai saat
mikrovaskular adalah pembentukan jaringan parut proliferatif ini hasilnya kurang memuaskan terutama karena sel B mudah
di retina (retinopati diabetes) mengarah pada kebutaan dan rusak dan transplantasi sel ini dalam jumlah besar untuk
penyakit ginjal (nefropati diabetes) mengarah pada gagal menormalkan respons glukosa sulit dilakukan.
ginjal. Kelainan makrovaskular disebabkan oleh aterosklerosis Seperti disebutkan di atas, diabetes tipe 2 merupakan
yang dipercepat, yang ditimbulkan oleh peningkatan LDL bentuk tersering dan biasanya berkaitan dengan obesitas.
plasma. Akibatnya adalah peningkatan insidens stroke dan Penyakit ini biasanya timbul setelah usia 40 tahun dan tidak
infark miokardium. Kelainan neuropatik (neuropati diabetes) berkaitan dengan hilangnya seluruh kemampuan menyekresi
insulin. Awitan penyakit perlahan, jarang berkaitan dengan
mengenai sistem saraf otonom dan saraf perifer. Neuropati
ketosis, dan biasanya memperlihatkan morfologi dan
ditambah insufisiensi sirkulasi aterosklerotik di ekstremitas
kandungan insulin sel B yang normal apabila sel B belum
dan penurunan resistensi terhadap infeksi dapat menyebabkan
mengalami kelelahan. Komponen genetik pada diabetes tipe 2
ulkus kronik dan gangren, terutama di kaki. sebenarnya lebih kuat daripada komponen genetik pada
Penyebab utama penyulit mikrovaskular dan neuropatik diabetes tipe 1; pada kembar identik, concordance rate lebih
adalah hiperglikemia kronik, dan kontrol ketat terhadap diabetes tinggi, yang pada sebagian penelitian mendekati 100%.
menurunkan insidens keduanya. Hiperglikemia intrasel meng- Pada sebagian pasien tipe 2, penyakit disebabkan oleh
aktifkan enzim aldosa reduktase. Hal ini meningkatkan pem- defek pada gen-gen tertentu. Lebih dari 60 defek telah
bentukan sorbitol di sel, yang pada gilirannya menurunkan Na+- ditemukan. Defek-defek tersebut mencakup defek pada gluko-
K+-ATPase sel. Selain itu, glukosa intrasel dapat diubah menjadi kinase (sekitar 1% kasus), molekul insulin itu sendiri (sekitar
apa yang disebut “produk-produk Amadori”, dan produk- 0,5% kasus), reseptor insulin (sekitar 1% kasus), GLUT 4
produk ini kemudian dapat membentuk advanced glycosilation (sekitar 1% kasus), atau IRS-1 (sekitar 15% kasus). Pada
end product (AGE), yang menyebabkan pembentukan ikatan diabetes awitan-dewasa yang terjadi pada orang berusia muda
silang protein-protein matriks. Hal ini merusak pembuluh darah. (maturity-onset diabetes occuring in young individuals',
AGE juga mengganggu respons leukosit terhadap infeksi. MODY), yang membentuk sekitar 1% kasus diabetes tipe 2,
ditemukan mutasi-mutasi loss-of-function di enam gen
JENIS DIABETES berbeda. Lima menyandi faktor transkripsi yang memeng-
Penyebab diabetes klinis adalah selalu defisiensi efek insulin aruhi produksi enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
glukosa. Yang keenam adalah gen untuk glukokinase (Gambar
di tingkat jaringan, tetapi defisiensi tersebut mungkin relatif.
24-11), enzim yang mengontrol laju fosforilasi glukosa dan,
Salah satu bentuk, tipe 1, atau diabetes melitus dependen-
karenanya, metabolisme glukosa di sel B. Namun, sebagian
insulin (IDDM), disebabkan oleh defisiensi insulin yang
besar kasus diabetes tipe 2 hampir pasti bersifat poligenik, dan
ditimbulkan oleh destruksi autoimun sel-sel B di pulau-pulau gen-gen yang sebenarnya terlibat tetap belum diketahui.
pankreas; sel A, D, dan F tetap utuh. Bentuk tersering kedua,
tipe 2, atau diabetes melitus nondependen-insulin (NIDDM), OBESITAS, SINDROM METABOLIK,
ditandai oleh resistensi insulin.
Selain itu terdapat kasus-kasus diabetes akibat penyakit atau
& DIABETES TIPE 2
kondisi lain misalnya pankreatitis kronik, pankrea-tektomi total, Insidens obesitas terus meningkat, dan keadaan ini
sindrom Cushing (lihat Bab 20), dan akro-megali (lihat Bab 18). berkaitan dengan pengendalian asupan makanan dan
Kasus-kasus ini membentuk sekitar 5% dari kasus total dan keseimbangan energi serta nutrisi keseluruhan. Obesitas
kadang-kadang diklasifikasikan sebagai diabetes sekunder. layak dibahas kembali di bab ini karena hubungannya yang
450 BAGIAN III Endokrin dan Fisiologi Reproduksi

khusus dengan gangguan metabolisme karbohidrat dan diabetes. yang meningkatkan fosforilasi glukosa, mempermudah
Seiring dengan bertambahnya berat badan, resistensi insulin masuknya glukosa ke dalam sel.
meningkat, yi. terjadi penurunan kemampuan insulin memin- ■ Insulin menyebabkan K+ masuk ke dalam sel, yang berakibat pada
dahkan glukosa ke dalam lemak dan otot dan menghentikan berkurangnya konsentrasi K+ ekstrasel. Insulin meningkatkan
pengeluaran glukosa dari hati. Penurunan berat mengurangi aktivitas Na+, K+ ATPase di membran sel sehingga semakin banyak
resistensi insulin. Hal-hal yang berkaitan dengan obesitas adalah K+ dipompa ke dalam sel. Pada pasien dengan asidosis diabetes
hiperinsulinemia, dislipidemia—ditandai oleh tingginya trig- yang diberi insulin sering terjadi hipokalemia.
liserida dan rendahnya HDL dalam darah—serta percepatan ■ Reseptor insulin ditemukan di berbagai jenis sel tubuh dan
pembentukan aterosklerosis. Kombinasi temuan ini sering memiliki dua subunit, α dan β. Pengikatan insulin ke
disebut sebagai sindrom metabolik atau sindrom X. Sebagian reseptornya memicu suatu jalur sinyal yang melibatkan
autofosforilasi beberapa protein sitoplasma dan defosforilasi
pasien dengan sindrom ini berada dalam keadaan pradiabetes,
protein-protein lainnya, terutama pada residu serin dan
sedangkan yang lain mengalami diabetes tipe 2. Hal ini belum
treonin.
dibuktikan tetapi masuk akal jika dianggap bahwa hiperinsuli-
■ Kumpulan kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin
nemia merupakan suatu respons kompensasi terhadap
disebut diabetes melitus. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh
meningkatnya resistensi insulin dan bahwa diabetes klinis akan
defisiensi insulin akibat kerusakan autoimun sel B di pulau
timbul pada orang yang cadangan sel B-nya menurun. Langerhans pankreas; diabetes tipe 2 ditandai oleh disregulasi
Pengamatan-pengamatan ini serta data lain memberi pelepasan insulin dari sel B disertai resistensi insulin di
petunjuk kuat bahwa lemak menghasilkan suatu sinyal (-sinyal) jaringan perifer seperti otot rangka, otak, dan hati.
kimiawi yang bekerja pada otot dan hati untuk meningkatkan
resistensi insulin. Bukti untuk ini antara lain adalah pengamatan
terakhir bahwa jika pengangkut glukosa di jaringan lemak
secara selektif di-knockout, maka terjadi penurunan transpor PERTANYAAN PILIHAN GANDA
glukosa di otot in vivo, tetapi jika otot dari hewan tersebut Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik
diperiksa in vitro, maka transpor tersebut normal. kecuali jika dinyatakan lain
Salah satu yang mungkin merupakan sinyal adalah kadar
asam lemak bebas dalam darah, yang meningkat pada banyak 1. Mana dari yang berikut dipadankan secara tidak tepat?
keadaan resisten-insulin. Kemungkinan lain adalah berbagai A. Sel B: insulin
peptida dan protein yang dikeluarkan oleh sel lemak. Saat ini B. Sel D: somatostatin
telah jelas bahwa simpanan lemak putih bukan suatu C. Sel A: glukagon
onggokan inert tetapi sebenarnya adalah jaringan endokrin D. Sel eksokrin pankreas: kimotripsinogen
yang mengeluarkan tidak saja leptin tetapi juga hormon yang E. Sel F: gastrin
memengaruhi metabolisme lemak. Berbagai hormon yang 2. Mana dari berikut yang dipadankan secara tidak tepat?
berasal dari jaringan lemak ini dinamai adipokin karena A. Epinefrin: peningkatan glikogenolisis di otot rangka
merupakan sitokin yang disekresikan oleh jaringan adiposa. B. Insulin: peningkatan pembentukan protein
Adipokin yang telah diketahui adalah leptin, adiponektin, dan C. Glukagon: peningkatan glukoneogenesis
resistin. D. Progesteron: peningkatan kadar glukosa plasma
Sebagian dari adipokin ini menurunkan, bukan E. Hormon pertumbuhan: peningkatan kadar glukosa plasma
meningkatkan, resistensi insulin. Leptin dan adiponektin, 3. Mana dari berikut yang paling kecil kemungkinannya
sebagai contoh, menurunkan resistensi insulin, sementara dijumpai 14 hari setelah seekor tikus disuntik oleh suatu obat
resistin meningkatkan resistensi insulin. Yang semakin yang mematikan semua sel B pankreasnya?
memperumit situasi adalah bahwa adanya resistensi insulin yang A. Peningkatan konsentrasi H+ plasma
mencolok pada lipodistrofi kongenital, suatu keadaan tidak B. Peningkatan konsentrasi glukagon plasma
terbentuknya depot lemak. Resistensi ini dikurangi oleh leptin C. Penurunan konsentrasi HCO3− plasma
dan adiponektin. Yang terakhir, berbagai knockout dari kurir D. Penurunan konsentrasi asam amino plasma
kedua intrasel dilaporkan dapat meningkatkan resistensi insulin. E. Peningkatan osmolalitas plasma
Belum jelas bagaimana—atau kapan—temuan-temuan ini 4. Jika konsentrasi glukosa plasma turun ke kadar yang rendah,
akhirnya dapat digabungkan untuk memberi penjelasan tentang sejumlah hormon bekerja untuk melawan hi-poglikemia.
hubungan obesitas dengan toleransi insulin, tetapi topik ini jelas Setelah pemberian intravena insulin dosis besar, pemulihan
penting dan saat ini tengah diteliti secara mendalam. kadar gula darah ke normal berkurang pada

RINGKASAN BAB A. insufisiensi medula adrenal


B. defisiensi glukagon
■ Pankreas mengeluarkan empat polipeptida yang memiliki C. kombinasi insufisiensi adrenal dan defisiensi glukagon
aktivitas hormonal: insulin, glukagon, somatostatin, dan D. tirotoksikosis
polipeptida pankreas. E. akromegali
■ Insulin meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel. Di sel
otot rangka, hormon ini meningkatkan jumlah pengangkut
GLUT 4 di membran sel. Di hati, insulin memicu glukokinase,
BAB 24 Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat 451

5. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam


A. semua jaringan
DAFTAR PUSTAKA
B. sel tubulus ginjal Banerjee RR, Rangwala SM, Shapiro JS et al: Regulation of fasted
C. mukosa usus halus blood glucose by resistin. Science 2004;303:1195.
D. sebagian besar neuron di korteks serebrum Gehlert DR: Multiple receptors for the pancreatic polypeptide (PP-
E. otot rangka fold) family: Physiological implications. Proc Soc Exper Biol
Med 1998;218:7.
6. Glukagon meningkatkan glikogenolisis di sel hati tetapi ACTH Harmel AP, Mothur R: Davidson’s Diabetes Mellitus, 5th ed.
tidak karena Elsvier, 2004.
A. kortisol meningkatkan kadar glukosa plasma Kjos SL, Buchanan TA: Gestational diabetes mellitus. N Engl J Med
B. sel hati memiliki adenilil siklase yang berbeda dari yang 1999;341:1749.
terdapat di sel adrenokorteks Kulkarni RN, Kahn CR: HNFs-linking the liver and pancreatic islets
C. aCTH tidak dapat masuk ke nukleus sel hati in diabetes. Science 2004;303:1311.
D. membran sel hati mengandung reseptor yang berbeda Larsen PR, et al (editors): Williams Textbook of Endocrinology,
dari yang ada di sel adrenokorteks 9th ed. Saunders, 2003.
E. sel hati mengandung suatu protein yang menghambat Lechner D, Habner JF: Stem cells for the treatment of diabetes
kerja ACTH mellitus. Endocrinol Rounds 2003;2(2).
7. Makanan kaya protein yang mengandung asam-asam amino LeRoith D: Insulin-like growth factors. N Engl J Med
yang merangsang sekresi insulin tetapi rendah karbohidrat 1997;336:633.
tidak menyebabkan hipoglikemia karena Meigs JB, Avruch J: The metabolic syndrome. Endocrinol Rounds
A. makanan menyebabkan peningkatan kompensato-rik 2003;2(5).
sekresi T4 Sealey RJ (basic research), Rolls BJ (clinical research), Hensrud
B. kortisol dalam darah mencegah glukosa masuk ke otot DD (clinical practice): Three perspectives on obesity. Endocrine
C. sekresi glukagon juga terangsang oleh makanan News 2004;29:7.
D. asam-asam amino dalam makanan cepat diubah
menjadi glukosa
E. insulin tidak berikatan dengan reseptor insulin jika
konsentrasi asam amino plasma meningkat
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Untuk organisme bersel satu yang berada di tengah tetapi kini mungkin malah berperan menyebabkan epidemi
lautan nutrien, kebutuhan gizi dapat dipenuhi hanya obesitas dunia modern.
dengan aktivitas protein-protein transpor membran
Hati, sementara berperan penting dalam metabolisme
yang memungkinkan penyerapan molekul spesifik ke
dalam sitosol. Namun, untuk organisme multisel, tubuh, biasanya dianggap sebagai bagian dari sistem
termasuk manusia, tantangan untuk menyampaikan pencernaan karena dua alasan utama. Pertama, hati dapat
nutrien ke tempat yang sesuai di tubuh jelas lebih besar, mengekskresikan produk-produk sisa larut-lemak yang tidak
terutama jika organisme tersebut hidup di darat. Selain dapat masuk ke urine. Produk-produk ini disekresikan ke
itu, sebagian besar makanan yang kita santap berada dalam empedu dan kemudian ke dalam usus untuk dike-
dalam bentuk makromolekul, dan bahkan jika bahan ini luarkan bersama tinja. Kedua, aliran darah yang mengalir
telah dicerna hingga menjadi monomer-monomer
dari usus disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan
komponennya, sebagian besar dari produk akhir ini
yang terserap pertama kali akan melewati hati sehingga
larut air dan tidak mudah menembus membran sel
(kecuali tentu konstituen lemak makanan). Karena dapat dilakukan pengeluaran dan metabolisme setiap toksin
itu, sistem pencernaan berkembang agar dapat terjadi yang secara tak-sengaja terserap, serta pembersihan bahan-
akuisisi dan asimilasi nutrien ke dalam tubuh, sembari bahan berbentuk partikel, misalnya sejumlah kecil bakteri
mencegah terserapnya bahan-bahan tak-diinginkan usus.
(toksin dan produk mikroba, serta mikroba itu sendiri). Di bagian ini, akan dibahas fungsi sistem gastrointestinal
Situasi yang terakhir ini diperumit oleh kenyataan bahwa
dan hati, dan cara-cara bagaimana berbagai segmen ini
usus mempertahankan hubungan seumur hidup dengan
berkomunikasi untuk menghasilkan suatu respons terpadu
suatu ekosistem kaya mikroba yang berada di lumennya,
terhadap beragam makanan (protein, karbohidrat, dan
suatu hubungan yang umumnya sama-sama
menguntungkan jika mikroba-mikroba tersebut tidak lemak). Relevansi fisiologi pencernaan dalam terjadinya
masuk ke kompartemen sistemik. penyakit pencernaan juga dibahas. Meskipun banyak yang
Usus adalah suatu tabun kontinu yang terbentang dari jarang mengancam nyawa (dengan beberapa pengecualian
mulut ke anus dan secara formal bersambungan penting, misalnya kanker spesifik) penyakit pencernaan
dengan lingkungan eksternal.Terdapat sawar menimbulkan beban substansial dari segi morbiditas dan
semipermeabel yang dibentuk oleh satu lapisan sel berkurangnya produktivitas. Sebuah laporan tahun 2009
epitel kolumnar tempat berlangsungnya penyerapan oleh US National Institute of Diabetes, Digestive, and Kidney
nutrien. Berbagai struktur kelenjar mengosongkan isinya Diseases mendapatkan bahwa per tahunnya, untuk setiap
ke dalam lumen usus di titik-titik di sepanjang kanal 100 penduduk AS, terdapat 35 kasus rawat-jalan dan hampir
cerna, yang berperan dalam pencernaan komponen lima kasus rawat-inap yang berkaitan dengan diagnosis
makanan, pemberian sinyal ke segmen distal, dan gastrointestinal. Penyakit pencernaan juga tampaknya
regulasi mikrobiota. Juga terdapat fungsi motilitas yang meningkat pada populasi ini (meskipun mortalitas, terutama
menggerakkan isi usus serta produk sisa yang terbentuk
akibat kanker, berkurang). Di pihak lain, penyakit
menyusuri panjang kanal cerna, serta suatu persarafan
pencernaan, dan khususnya diare infeksi, masih merupakan
kaya yang mengatur motilitas, sekresi, dan
penyebab mortalitas penting di negara-negara yang sedang
penyerapan nutrien, yang dalam banyak kasus bersifat
independen dari susunan saraf pusat. Juga berkembang dengan sumber air dan makanan yang bersih
terdapat sejumlah besar sel endokrin yang masih langka. Bagaimanapun, besarnya beban yang
mengeluarkan hormon untuk bekerja sama dengan ditimbulkan oleh penyakit pencernaan mendorong upaya
neurotransmiter untuk mengoordinasikan regulasi untuk lebih memahami faal pencernaan, karena kegagalan
keseluruhan sistem Gl. Secara umum, sistem kontrol dan fisiologi itulah yang umumnya menyebabkan penyakit.
kapasitas untuk pencernaan dan penyerapan tampak Sebaliknya, pemahaman tentang suatu penyakit pencernaan
berlebihan. Hal ini sangat bermanfaat di masa lampau ketika spesifik sering dapat memperjelas prinsip-prinsip fisiologis,
sumber makanan jarang dijumpai, seperti yang akan ditekankan di bagian ini.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Gambaran Umum

25
B A B

Fungsi & Regulasi


Gastrointestinal

T U J U A N ■ Memahami makna fungsional sistem pencernaan, dan secara khusus,


perannya dalam asimilasi nutrien, ekskresi, dan imunitas.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Mendeskripsikan struktur kanal cerna, kelenjar yang mengalirkan isinya ke
Anda seyogianya mampu: dalamnya, dan pembagiannya menjadi segmen-segmen fungsional.
■ Menyebutkan berbagai sekresi utama gastrointestinal, komponen-
komponennya, serta rangsang yang mengatur produksi mereka.
■ Menjelaskan keseimbangan air di kanal gastrointestinal dan menjelaskan
bagaimana tingkat fluiditas lumen diatur untuk memungkinkan terjadinya
pencernaan dan penyerapan.
■ Mengidentifikasi berbagai hormon utama, peptida lain, dan neurotransmiter
kunci pada kanal cerna.
■ Menjelaskan gambaran khusus sistem saraf enterik dan sirkulasi splanknik.

PENDAHULUAN
Fungsi utama kanal cerna adalah sebagai pintu tempat sekresi pencernaan dan mengalirkannya di sepanjang kanal
nutrien dan air dapat diserap ke dalam tubuh. Dalam cerna. Pada akhirnya, residu makanan yang tidak dapat
memenuhi fungsi ini, makanan dicampur dengan berbagai diserap, bersama dengan debris sel, dikeluarkan dari tubuh.
sekresi yang berasal dari kanal cerna itu sendiri serta organ- Semua fungsi ini diatur secara ketat dan disesuaikan
dengan proses menelan makanan. Karena itu, sistem
organ yang mengalirkan sekresinya ke dalam kanal cerna,
pencernaan telah mengembangkan banyak mekanisme
misalnya pankreas, kandung empedu, dan kelenjar liur.
regulasi yang bekerja lokal dan sistemik untuk memadukan
Demikian juga, usus memperlihatkan beragam pola
fungsi usus dan organ-organ yang mengalirkan isinya ke
motilitas yang berfungsi mencampur makanan dengan
dalamnya.

GAMBARAN STRUKTURAL segmen-segmen, oleh cincin-cincin otot yang dinamai


sfingter, yang membatasi aliran isi usus untuk meng-
Bagian-bagian kanal cerna yang dijumpai oleh makanan optimalkan pencernaan dan penyerapan. Berbagai sfingter
atau residunya mencakup, sesuai urutan, mulut, esofagus, tersebut mencakup sfingter esofagus atas dan bawah, pilorus
lambung, duodenum, jejunum, ileum, sekum, kolon, yang memperlambat pengosongan lambung, katup ileo-
rektum, dan anus. Di sepanjang kanal cerna, struktur- sekum yang menahan isi kolon (termasuk sejumlah besar
struktur kelenjar mengeluarkan sekresi ke dalam lumen, bakteri) di usus besar, dan sfingter anus dalam dan luar.
terutama di lambung dan mulut. Yang juga penting dalam Setelah toilet training, sfingter anus luar dapat menunda
proses pencernaan adalah sekresi dari pankreas dan sistem eliminasi produk sisa sampai waktu yang tepat secara sosial.
empedu hati. Usus itu sendiri juga memiliki luas Usus terdiri dari beberapa lapisan fungsional (Gambar
permukaan yang substansial, yang penting untuk fungsi 25–1). Tepat di samping nutrien di lumen terdapat suatu
penyerapan. Kanal cerna secara fungsional dibagi menjadi lapisan sel epitel kolumnar. Lapisan ini

455
456 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Lumen

Epitel
Membran basal
Mukosa
Lamina propria

Muskularis mukosa

Submukosa

Otot sirkular

Muskularis
Pleksus mienterikus propria

Otot longitudinal

Mesotel (Serosa)

GAMBAR 25-1 Pembagian dinding usus menjadi lapisan-lapisan fungsional. (Diadaptasi dari Yamada: Textbook of Gastroenterology, 4th ed. h.
151-165. Hak cipta LWW,2003).

mencerminkan suatu sawar yang harus dilintasi oleh nutrien


untuk dapat masuk ke dalam tubuh. Di bawah epitel terdapat
SEKRESI PENCERNAAN
satu lapisan jaringan ikat longgar yang dikenal sebagai
lamina propria, yang sebaliknya dikelilingi oleh lapisan-
lapisan konsentrik otot polos, yang berorientasi melingkar
SEKRESILIUR
kemudian longitudinal terhadap sumbu usus (masing- Sekresi pertama yang dijumpai ketika makanan disantap
masing adalah lapisan otot sirkular dan longitudinal). Usus adalah (air) liur (saliva). Saliva dihasilkan oleh tiga pasang
juga banyak mengandung pembuluh darah, ujung saraf, dan kelenjar liur (kelenjar parotis, submandibula, dan sublingua)
pembuluh limfe, yang semuanya penting dalam fungsinya. yang mengalirkan isinya ke dalam rongga mulut. Liur
Epitel usus juga mengalami spesialisasi lebih lanjut mengandung sejumlah konstituen organik yang berfungsi
sedemikian rupa untuk memaksimalkan luas permukaan memulai pencernaan (terutama untuk kanji/tepung, yang
yang tersedia untuk menyerap nutrien. Di sepanjang usus diperantarai oleh amilase) dan yang juga melindungi rongga
halus, epitel membentuk lipatan-lipatan menonjol seperti jari mulut dari bakteri (misalnya imunoglobulin A dan lisozim).
yang disebut vilus (Gambar 25–2). Di antara vilus-vilus Liur juga berfungsi melumasi bolus makanan (dibantu oleh
terdapat lipatan ke dalam yang dinamai kriptus. Sel-sel musin). Sekresi ketiga kelenjar berbeda dalam proporsi relatif
punca yang menghasilkan sel epitel kriptus dan vilus berada komponen protein dan musin, yang disebabkan oleh jumlah
di dasar kriptus dan berperan memperbarui secara total relatif sel asinus saliva serosa dan mukosa. Liur juga
epitel setiap beberapa hari. Memang, epitel pencernaan hipotonik dibandingkan dengan plasma dan bersifat basa;
adalah salah satu jaringan yang paling cepat membelah di sifat yang terakhir ini penting untuk menetralkan sekresi
tubuh. Sel-sel anak mengalami beberapa kali pembelahan sel lambung yang mengalami refluks ke dalam esofagus.
di kriptus untuk kemudian bermigrasi naik ke vilus, tempat Kelenjar liur terdiri dari bagian ujung buntu (asinus) yang
mereka akhirnya dilepaskan dan keluar melalui tinja. Sel menghasilkan sekresi utama. Sekresi utama ini mengandung
epitel vilus juga mikrovilus ekstensif yang menandai konstituen-konstituen organik yang larut dalam suatu cairan
membran apikal mereka. Mikrovilus ini dilengkapi oleh yang pada hakikatnya identik dalam komposisinya dengan
glikokaliks padat (brush border) yang mungkin hingga tahap plasma. Kelenjar liur sangat aktif jika dirangsang secara
tertentu melindungi sel dari efek enzim-enzim pencernaan. maksimal, setiap menit mengeluarkan liur seberat dirinya.
Sebagian dari enzim pencernaan sebenarnya adalah bagian Untuk melakukan hal ini, mereka mendapat banyak pembuluh
dari brush border, karena merupakan protein terbungkus darah yang melebar ketika sekresi liur dimulai. Komposisi liur
membran. Berbagai hidrolase brush border ini kemudian mengalami modifikasi sewaktu mengalir dari asinus
menyelesaikan tahap-tahap akhir pencernaan nutrien keluar menuju duktus-duktus yang akhirnya menyatu dan
spesifik. menyalurkan liur ke dalam mulut.
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 457

diaktifkan oleh berpikir tentang, melihat, atau mencium


makanan. Memang, sekresi liur dapat dengan mudah
dikondisikan, seperti dalam eksperimen klasik Pavlov yang
mengondisikan anjing untuk mengeluarkan liur sebagai
Epitel kolumnar
sederhana
respons terhadap dering bel dengan mengaitkan rangsangan
ini dengan makanan. Sekresi liur juga dipicu oleh mual,
tetapi dihambat oleh rasa takut atau sewaktu tidur.
Liur melakukan sejumlah fungsi penting: memper-
Lakteal mudah menelan, menjaga mulut tetap lembab, melarutkan
Villus
molekul yang merangsang papil pengecap, membantu bicara
Anyaman kapiler dengan mempermudah gerakan lidah dan bibir, dan menjaga
kebersihan mulut dan gigi. Liur juga memiliki beberapa efek
antibakteri, dan pasien dengan defisiensi liur (xerostomia)
Sel goblet memperlihatkan peningkatan insidens karies gigi dibanding-
kan normal. Penyangga dalam liur membantu memper-
tahankan pH mulut sekitar 7,0.

SEKRESI LAMBUNG
Makanan disimpan di lambung; dicampur dengan asam,
mukus, dan pepsin; dan dibebaskan secara terkontrol dan
tetap ke dalam duodenum (lihat Boks Klinis 25–1 ).
Kriptus
intestinalis
GAMBARAN ANATOMIK
Anatomi makroskopik lambung diperlihatkan di Gambar
25-4. Mukosa lambung mengandung banyak kelenjar dalam.
Di regio kardia dan pilorus, kelenjar mengeluarkan mukus.
Pembuluh limfe Di korpus lambung, termasuk fundus, kelenjar juga
mengandung sel parietal (oksintik), yang mengeluarkan
Arteriol asam lambung dan faktor intrinsik, dan chief cells (sel
Venula zimogen, sel peptik), yang mengeluarkan pepsinogen
(Gambar 25-5). Berbagai sekresi ini bercampur dengan
GAMBAR 25-2 Struktur vilus dan kriptus usus. Lapisan epitel mukus yang dikeluarkan oleh sel di leher kelenjar. Beberapa
juga mengandung sel-sel endokrin dan limfosit intraepitel. Dasar kelenjar bermuara ke satu rongga bersama (gastric pit) yang
kriptus mengandung sel Paneth, yang mengeluarkan peptida-peptida sebaliknya bermuara ke permukaan mukosa. Mukus juga
antimikroba, serta sel punca yang bertanggung jawab atas
pergantian (turn over) epitel kriptus dan vilus secara terus-menerus.
disekresikan bersama dengan HCO3− oleh sel mukus di
Pada orang dewasa sehat, epitel berganti baru setiap 3-5 hari. (Disalin permukaan epitel di antara kelenjar-kelenjar.
dengan izin dari Fox SI: Human Physiology, 10th ed. McGraw-Hill, 2008.) Lambung memiliki pasokan darah dan limfe yang
berlimpah. Persarafan parasimpatisnya berasal dari saraf
vagus dan simpatisnya dari pleksus seliaka.
Na+ dan Cl− diekstraksi sementara K+ dan bikarbonat di-
tambahkan. Karena duktus relatif impermeabel terhadap air
maka berkurangnya NaCl menyebabkan liur hipotonik, ASAL & REGULASI
terutama jika kecepatan sekresi rendah. Seiring dengan SEKRESI LAMBUNG
meningkatnya kecepatan sekresi, waktu untuk ekstraksi NaCl
Lambung juga memberi tambahan volume getah pencernaan
menjadi lebih terbatas dan tonisitas liur meningkat, tetapi
yang signifkan ke dalam makanan. Seperti sekresi liur,
liur tetap hipotonik dibandingkan dengan plasma. Secara
keseluruhan, ketiga pasang kelenjar liur yang mengalirkan lambung sebenarnya menyiapkan diri untuk menerima
isinya ke mulut menyalurkan 1000-1500 mL liur setiap hari. makanan sebelum makanan tersebut masuk, sewaktu apa
yang dinamai fase sefalik yang dapat dipengaruhi oleh
Sekresi liur hampir seluruhnya dikendalikan oleh
pengaruh saraf, dengan cabang parasimpatis sistem saraf preferensi makanan. Kemudian terjadi sekresi fase lambung
otonom berperan paling besar (Gambar 25–3). Sinyal yang secara kuantitatif paling signifikan, dan akhirnya fase
simpatis sedikit memodifikasi komposisi liur (terutama usus setelah makanan meninggalkan lambung. Masing-
dengan meningkatkan kandungan bahan berprotein), tetapi masing fase diatur secara ketat oleh faktor lokal dan jauh.
tidak banyak berpengaruh pada volume. Sekresi dipicu oleh Sekresi lambung (Tabel 25–1) berasal dari kelenjar-kelenjar
refleks yang dirangsang oleh tindakan fisik mengunyah, di dinding lambung yang mengalirkan isinya ke dalam lumen
tetapi sekresi ini sebenarnya telah dimulai bahkan sebelum lambung, dan juga dari sel permukaan yang terutama
makanan dibawa ke mulut akibat sinyal dari pusat yang menghasilkan mukus dan bikarbonat untuk melindungi
458 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Penciuman,
pengecapan,
suara,
penglihatan

Pusat-pusat yang
lebih tinggi
Tekanan
Kelenjar ACh Ganglion di mulut
patotis otik
Parasimpatis Nukleus
salivatorius
medula
Kelenjar ACh Kelenjar −
submandibula submandibula

Tidur,
kelelahan,
Meningkatnya rasa takut
sekresi liur
melalui
efek pada
• Sekresi asinus
• Vasodilatasi

GAMBAR 25-3 Regulasi sekresi liur oleh sistem saraf parasimpatis. ACh, asetilkolin. Liur juga dihasilkan oleh kelenjar sublingua (tidak
diperlihatkan), tetapi kontribusi ini relatif kecil baik saat istirahat atau terstimulasi. (Diadaptasi dari Barrett KE: GastrointestinalPhysiology. McGraw-Hill, 2006.)

lambung dari proses pencernaan-diri, serta bahan-bahan yang mensterilkan makanan dan juga memulai hidrolisis
dikenal sebagai trefoilpeptide yang menstabilkan lapisan makromolekul makanan. Faktor intrinsik penting untuk
mukus-bikarbonat. Sekresi kelenjar lambung berbeda-beda di penyerapan vitamin B12, atau kobalamin. Pepsinogen adalah
regio organ yang berbeda. Sekresi paling khas berasal dari prekursor pepsin, yang memulai pencernaan protein.
kelenjar-kelenjar di fundus atau korpus lambung. Bagian ini Demikian juga, lipase memulai pencernaan lemak makanan.
mengandung sel parietal, yang mengeluarkan asam Terdapat tiga rangsangan utama sekresi lambung, masing-
hidroklorida dan faktor intrinsik; dan chiefcells, yang masing dengan peran spesifik dalam menyesuaikan kecepatan
menghasilkan pepsinogen dan lipase lambung (Gambar 25-5). sekresi sesuai kebutuhan fungsional (Gambar 25–6). Gastrin
Asam yang disekresikan oleh sel parietal berfungsi untuk adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh sel G antrum

BOKS KLINIS 25-1

Penyakit Tukak Peptik pankreas. Gastrin menyebabkan hipersekresi asam berke-


Tukak lambung dan duodenum pada manusia terutama panjangan yang kemudian menyebabkan tukak-tukak berat.
berkaitan dengan rusaknya sawar yang normalnya melindungi
iritasi atau autodigesti mukosa oleh sekresi lambung. Infeksi KIAT TERAPEUTIK
oleh bakteri Helicobacter pylori mengganggu sawar ini,
Tukak lambung dan duodenum dapat diberi kesempatan
demikian juga aspirin dan obat anti-inflamasi non-steroid
sembuh dengan menghambat sekresi asam oleh obat-
(OAINS), yang menghambat pembentukan prostaglandin dan
obat seperti omeprazol dan obat terkait yang
karenanya mengurangi sekresi mukus dan HCO3−. OAINS
menghambat H+, K+ ATPase ("inhibitor pompa proton").
sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan mengobati Jika ada, H. pylori dapat dibasmi dengan antibiotik, dan
artritis. Penyebab lain tukak adalah sekresi berkepanjangan tukak imbas-OAINS dapat diatasi dengan menghentikan
asam dalam jumlah besar. Salah satu contohnya adalah tukak OAINS atau, jika hal ini tidak dapat dilakukan, dengan
pada sindrom Zollinger-Ellison. Sindrom ini dijumpai pada pemberian agonis prostaglandin misoprostol. Gastrinoma
pasien dengan gastrinoma.Tumor ini dapat terbentuk di kadang dapat diangkat secara bedah.
lambung dan duodenum, tetapi umumnya ditemukan di
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 459

Asam, faktor intrinsik, pepsinogen


Fundus

Esofagus
Lapisan mukus

Sfingter esofagus
bawah
Korpus (mengeluarkan
Sel mukosa permukaan
mukus, pepsinogen dan HCI)
(mukus, trefoil peptide,
sekresi bikarbonat)
Duodenum

Cell migration Sel leher mukosa


(kompartemen sel punca)

Antrum Sel parietal


(mengeluarkan (sekresi asam,
Sfingter mukus, faktor intrinsik)
pilorus pepsinogenm
dan gastrin)

GAMBAR 25-4 Anatomi lambung. Sekresi utama korpus dan


antrum tercantum dalam tanda kurung. (Disalin dengan izin dari Widmaier Sel ECL
EP, Raff H, Strang KT: Vander's Human Physiology: The Mechanism of Body (sekresi histamin)
Function, 11th ed. McGraw-Hill, 2008.)

lambung sebagai respons terhadap neurotransmiter spesifik yang


Chief cells
dibebaskan dari ujung-ujung saraf enterik, yang dikenal sebagai (sekresi pepsinogen)
gastrin releasing peptide (GRP) atau bombesin, dan juga sebagai
respons terhadap keberadaan oligopeptida di lumen lambung.
Gastrin kemudian diangkut melalui aliran darah ke kelenjar-
kelenjar di fundus, tempat hormon ini berikatan dengan reseptor
tidak saja di sel parietal (dan kemungkinan di chiefcelt) untuk
mengaktifkan sekresi, tetapi juga pada apa yang dinamai GAMBAR 25-5 Struktur sebuah kelenjar lambung dari fundus
enterochromaffin-like cells (sel ECL) yang terletak di kelenjar, dan atau korpus lambung. Kelenjar-kelenjar penghasil asam dan
pepsinogen ini kadang disebut sebagai kelenjar "oksintik". Demikian
mengeluarkan histamin. Histamin juga merupakan pemicu
juga, beberapa sumber menyebut sel parietal sebagai sel oksintik.
sekresi sel parietal, melalui ikatan dengan reseptor histamin H2. (Diadaptasi dari Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.)
Yang terakhir, sel parietal dan chiefcell juga dapat dirangsang
oleh asetilkolin, yang dibebaskan dari ujung-ujung saraf enterik
di fundus. Sel parietal lambung adalah sel yang sangat khusus
Selama sekresi lambung fase sefalik, sekresi terutama dengan tugas tak-lazim yaitu menyekresi asam pekat
diaktifkan oleh impuls vagus yang berasal dari regio otak yang (Gambar 25–7). Sel-sel ini dipenuhi oleh mitokondria yang
dinamai kompleks vagus dorsal, yang memadukan masukan dari memasok energi untuk menjalankan H,K-ATPase apikal,
pusat-pusat yang lebih tinggi. Impuls vagus ke lambung atau pompa proton, yang memindahkan ion H+ keluar sel
kemudian menyebabkan pelepasan GRP dan asetilkolin, dan parietal melawan gradien konsentrasi lebih dari sejuta kali
karenanya memulai fungsi sekresi. Namun, sebelum makanan lipat. Saat istirahat, pompa proton terdapat di dalam sel
masuk ke lambung, terdapat sedikit pemicu tambahan dan parietal dalam serangkaian kompartemen membran yang
karenanya jumlah sekresi terbatas. Setelah makanan ditelan, di
pihak lain, konstituen-konstituen makanan memicu pelepasan
gastrin dalam jumlah substansial dan keberadaan fisik makanan TABEL 25–1 Isi getah lambung normal
juga meregangkan lambung dan mengaktifkan reseptor regang, (keadaan puasa).
yang memicu suatu refleks “vago-vagus” serta refleks lokal yang
Kation: Na+, K+, Mg2+, H+ (pH sekitar 3,0)
semakin meningkatkan sekresi. Keberadaan makanan juga
mendapat keasaman lambung yang, bila tidak disangga, akan Anion: Cl − , HPO 42− , SO 42−
menjadi sinyal inhibitorik umpan-balik untuk menghentikan Pepsin
sekresi akibat pelepasan somatostatin, yang menghambat sel G
Lipase
dan ECL serta sekresi oleh sel parietal itu sendiri (Gambar 25-6).
Hal ini mungkin merupakan suatu mekanisme kunci, yaitu Mukus
sekresi lambung dihentikan setelah makanan mengalir dari Faktor intrinsik
lambung ke usus halus.
460 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

ANTRUM
Peptida/asam amino

GRP
H+
Sel G ACh
H+
Sel parietal
Sel D
P

SST Gastrin
Chief cell
ACh

Histamin

ACh
Sirkulasi
Sel ECL
Ujung saraf

GAMBAR 25-6 Regulasi sekresi asam lambung dan pepsin oleh berbagai mediator larut dan impuls saraf. Gastrin dibebaskan dari sel G di
antrum sebagai respons terhadap gastrin releasing peptide (GRP) dan mengalir melalui sirkulasi untuk memengruhi aktivitas sel ECL dan sel
parietal. Sel ECL mengeluarkan histamin, yang juga bekerja pada sel parietal. Asetilkolin (ACh), yang dibebaskan dari saraf, adalah agonis untuk sel
ECL, chief cell, dan sel parietal. Agonis spesifik lain untuk chief cell belum sepenuhnya diketahui. Pelepasan gastrin diatur secara negatif oleh
keasaman lumen melalui pelepasan somatostatin dari sel D antrum. P, pepsinogen. (Diadaptasi dari Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.)

dinamai tubulovesikel. Ketika sel parietal mulai menge-


luarkan sekresinya, vesikel-vesikel ini menyatu dengan
kanal kalium, yang menyalurkan ion K+ untuk dipertukarkan
invaginasi membran apikal yang dikenal sebagai kanalikulus,
dengan H+, dan kanal Cl− yang memasok ion pengimbang
sehingga luas membran apikel bertambah secara signifikan
dan menempatkan pompa proton untuk memulai sekresi untuk sekresi HCl (Gambar 25-9). Sekresi proton juga disertai
asam (Gambar 25-8). Membran apikal juga mengandung oleh pelepasan ion bikarbonat dalam jumlah ekuivalen ke
dalam aliran darah, yang akan kita lihat digunakan untuk
menetralkan keasaman lambung jika tugasnya telah selesai
(Gambar 25-9).
Tiga agonis sel parietal—gastrin, histamin, dan asetilkolin
IC
—masing-masing berikatan dengan reseptor tersendiri di
membran basolateral (Gambar 25-8). Gastrin dan asetilkolin
MV meningkatkan sekresi dengan meningkatkan konsentrasi
M
IC kalsium bebas sitosol, sementara histamin meningkatkan
M adenosin 3’,5’-monofosfatsiklik (cAMP). Efek akhir berbagai
kurir kedua ini adalah perubahan morfologis dan transpor
TV seperti dijelaskan di atas. Namun, perlu disadari bahwa kedua
jalur untuk aktivasi tersebut bersifat sinergistik, dengan efek
G M
IC pada laju sekresi yang lebih besar daripada efek penjumlahan
IC jika secara bersamaan terdapat histamin dengan gastrin atau
asetilkolin, atau ketiganya. Makna fisiologik sinergisme ini
adalah bahwa dapat dihasilkan laju sekresi yang tinggi hanya
dengan perubahan kecil pada masing-masing rangsangan.
Sinergisme juga bemakna dari segi pengobatan karena sekresi
GAMBAR 25-7 Diagram sebuah sel parietal, yang dapat sangat ditekan hanya dengan menghambat pengaktifan
memperlihatkan keadaan istirahat (kiri bawah) dan keadaan aktif
(kanan atas). Sel dalam keadaan istirahat memiliki kanalikulus intrasel
salah satu pemicu (terutama efek histamin, melalui antagonis
(1C), yang membuka ke membran apikal sel, dan banyak struktur histamin H2 yang digunakan secara luas untuk efek simpang
tubulo-vesikel (TV) di sitoplasma. Ketika sel menjadi aktif,TV menyatu sekresi lambung yang berlebihan, misalnya refluks).
dengan membran sel dan mikrovilus (MV) menonjol ke dalam
kanalikulus sehingga luas membran sel yang berkontak dengan lumen
Setiap hari, sekresi lambung menambahkan sekitar 2,5 L ke
lambung meningkat drastis. M, mitokondria; G, aparatus Golgi. dalam isi usus. Namun, meskipun jumlahnya substansial dan
(Didasarkan karya Ito S, Schofield GC: Studies on the depletion and accumulation of dikendalikan secara ketat, sekresi lambung tidak mutlak
microvilli and changes in tubuloveslcular compartment of mouse parietal cells in
relation to gastric acid secretion. J Cell Biol 1974;Nov;63(2 Pt 1 ):364—382). diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan suatu makanan,
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 461

Istirahat Sekresi
Kanalikulus

Tubulo- H+, K+ ATPase


vesikel

Ca++ Ca++
M3
cAMP CCK−B
ACh
M3 CCK−B Gastrin
H2 H2
Histamin

GAMBAR 25-8 Reseptor sel parietal dan gambaran skematik perubahan morfologis yang diperlihatkan di Gambar 25-7. Penambahan luas
permukaan apikal disertai oleh peningkatan densitas molekul H+, K+ ATPase di tempat ini. Perhatikan bahwa asetilkolin (ACh) dan gastrin
memberi sinyal melalui kalsium, sementara histamin memberi sinyal melalui cAMP. (Diadaptasi dari Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill,
2006.)

kecuali penyerapan kobalamin. Hal ini menggambarkan aspek


penting dalam fisiologi pencernaan, yaitu bahwa kapasitas
SEKRESI PANKREAS
pencernaan dan penyerapan jauh melebihi kebutuhan normal. Getah pankreas mengandung enzim-enzim yang penting
Di pihak lain, jika sekresi lambung terus-menerus berkurang, dalam pencernaan (lihat Tabel 25-2). Sekresinya sebagian
individu yang bersangkutan mungkin mengalami peningkatan dikontrol oleh suatu mekanisme refleks dan sebagian oleh
kerentanan terhadap infeksi yang masuk melalui rute oral. hormon pencernaan sekretin dan kolesistokinin (CCK).

Lumen Aliran Darah

Na+, K+ ATPase

Kanal 2K+
kalium
3Na+
H2O + CO2 Na+
+
NHE-1
H
C.A.II
K+ HCO3−
H+, K+ ATPase
H+ H+ + HCO3− −
HCO3

Cl− Cl−
ClC Penukar
Cl−/HCO3−
Kanal
klorida

Apikal Basolateral

GAMBAR 25-9 Protein pengangkut ion di sel parietal. Proton di membran basolateral dianggap sebagai suatu pengangkut
terbentuk di sitoplasma melalui efek karbonat anhidrase II (C.A.II). Ion "rumah tangga" yang mempertahankan pH intrasel saat terjadi
bikarbonat diekspor dari kutub basolateral sel melalui fusi vesikel atau metabolisme pada sel yang tidak terstimulasi. (Diadaptasi dari Barrett
melalui penukar klorida/bikarbonat. Penukar natrium/hidrogen, NHE1, KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.)
462 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

TABEL 25–2 Enzim pencernaan utamaa.


Sumber Enzim Aktivator Substrat Fungsi Katalitik atau Produk

Kelenjar liur α-amilase liur Cl −


Tepung (kanji) Menghidrolisis ikatan 1:4α,
menghasilkan dekstrin α-terbatas,
maltotriosa, dan maltosa

Lambung Golongan pepsin (pepsinogen) HCl Protein dan Memutuskan ikatan peptida di
polipeptida dekat asam amino aromatik
Lipase lambung Trigliserida Asam lemak dan gliserol
Pankreas eksokrin Tripsin (tripsinogen) Enteropeptidase Protein dan Memutuskan ikatan peptida di sisi
polipeptida karboksil asam amino basa
(arginin atau lisin)
Kimotripsin Tripsin Protein dan Memutuskan ikatan peptida di
(kimotripsinogen) polipeptida sisi karboksil asam amino
aromatik
Elastase (proelastase) Tripsin Elastin, beberapa Memutuskan ikatan di sisi
protein lain karboksil asam amino alifatik
Karboksipeptidase A Tripsin Protein dan Memutuskan asam amino terminal
(prokarboksipeptidase A) polipeptida karboksil yang memiliki rantai samping
alifatik bercabang atau aromatik
Karboksipeptidase B Tripsin Protein dan Memutuskan asam amino terminal karboksil
(prokarboksipeptidase B) polipeptida yang memiliki rantai samping basa
Kolipase (prokolipase) Tripsin Butiran lemak Mengikat lipase pankreas ke
butiran minyak jika terdapat
asam empedu
Lipase pankreas … Trigliserida Monogliserida dan asam lemak
Kolesteril ester hidrolase … Ester kolesteril Kolesterol
α-amilase pankreas Cl − Tepung (kanji) Sama seperti α-amilase liur
Ribonuklease … RNA Nukleotida
Deoksiribonuklease … DNA Nukleotida
Fosfolipase A2 Tripsin Fosfolipid Asam lemak, lisofosfolipid
(pro-fosfolipase A2)

Mukosa usus Enteropeptidase … Tripsinogen Tripsin


Aminopeptidase … Polipeptida Memutuskan asam amino
terminal amino dari peptida
Karboksipeptidase … Polipeptida Memutuskan asam amino
terminal karboksil dari peptida
Endopeptidase … Polipeptida Memutuskan residu-residu
di bagian tengah peptida
Dipeptidase … Dipeptida Dua asam amino
Maltase … Maltosa, maltotriosa Glukosa
Laktase … Laktosa Galaktosa dan glukosa
Sukraseb … Sukrosa; juga Fruktosa dan galaktosa
maltotriosa dan
maltosa
lsomaltaseb … α-limit dekstrin, Glukosa
maltosa
maltotriosa
Nuklease dan enzim- … Asam nukleat Pentosa dan basa
enzim terkait purin dan pirimidin
Sitoplasma Berbagai peptidase … Di-, tri-, dan Asam amino
sel mukosa tetrapeptida

aProenzim terkait, jika relevan, diberikan dalam tanda kurung.


bSukrase dan isomaltase adalah subunit terpisah dari satu protein.
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 463

GAMBARAN ANATOMIK Duktus hepatikus kanan Duktus hepatikus kiri

Bagian pankreas yang mengeluarkan getah pankreas adalah


suatu kelenjar alveolar gabungan yang mirip dengan kelenjar Duktus
liur. Di sel terbentuk granula-granula yang mengandung sistikus Duktus
hepatikus
enzim pencernaan (granula zimogen) untuk dikeluarkan komunis
Kandung
secara eksositosis (lihat Bab 2) dari apeks sel ke dalam lumen empedu Duktus
duktus pankreatikus (Gambar 25-10). Radikulus-radikulus biliaris
duktus yang halus menyatu membentuk sebuah duktus
(duktus pankreatikus Wirsungi), yang biasanya menyatu
dengan duktus biliaris komunis untuk membentuk ampula
Vateri Gambar 25-11). Ampula membuka melalui papila Pankreas
duodenum, dan lubangnya dikelilingi oleh sfingter Oddi.
Beberapa orang memiliki duktus pankreatikus aksesorius Duktus
pankreatikus
(duktus Santorini) yang masuk ke duodenum lebih proksimal. aksesorius Duktus
pankreatikus
Ampula duktus biliaris Duodenum
KOMPOSISI GETAH
PANKREAS GAMBAR 25-11 Hubungan berbagai kanal kandung empedu,
hati, dan pankreas. (Diadaptasi dari Bell GH, Emslie-Smith D, Paterson CR:
Getah pankreas bersifat basa (Tabel 25-3) dan kandungan Textbook of Physiology and Biochemistry, 9th ed. Churchill Livingstone, 1976.)
HCO3−-nya tinggi (sekitar 113 mEq/L vs 24 mEq/L dalam
plasma). Sekitar 1500 mL getah pankreas disekresikan per Getah pankreas juga mengandung berbagai enzim
hari. Empedu dan getah usus juga netral atau basa, dan pencernaan, tetapi sebagian besar dari enzim ini dibebaskan
ketiga sekresi ini menetralkan asam lambung, meningkatkan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif hanya jika mereka
pH isi duodenum menjadi 6,0-7,0. Pada saat kimus mencapai telah mencapai lumen usus (lihat Bab 26). Enzim-enzim ini
jejunum, pH-nya hampir netral tetapi isi usus jarang bersifat menjadi aktif setelah pemutusan oleh tripsin, yaitu protease
basa. pankreas yang dibebaskan sebagai suatu prekursor inaktif
(tripsinogen). Potensi bahaya jika terjadi pelepasan tripsin
dalam jumlah kecil ke dalam pankreas sudah jelas; reaksi
berantai yang terjadi akan mengaktifkan berbagai enzim
Sel endokrin
pankreas yang dapat mencerna pankreas itu sendiri. Karena itu,
Sel eksokrin tidaklah mengherankan bahwa pankreas juga secara normal
(menyekresikan mengeluarkan suatu inhibitor tripsin.
enzim) Enzim lain yang diaktifkan oleh tripsin adalah fosfolipase
A2. Enzim ini mengeluarkan satu asam lemak dari fosfatidil-
kolin (PC), membantuk liso-PC. Liso-PC merusak membran sel.
Dihipotesiskan bahwa pada pankreatitis akut, suatu penyakit
Sel duktus yang parah dan kadang mematikan, terjadi pengaktifan dini
(menyekresikan
bikarbonat) fosfolipase A2 di duktus pankreatikus, disertai pembentukan liso-
PC dari PC yang merupakan konstituen normal empedu. Hal ini
Kandung empedu Pankreas menyebabkan kerusakan jaringan pankreas dan nekrosis lemak
di sekitarnya.
Sejumlah kecil enzim pencernaan pankreas secara
normal bocor ke dalam sirkulasi, tetapi pada pankreatitis
akut, kadar enzim-enzim pencernaan dalam darah sangat
meningkat. Karenanya, pengukuran konsentrasi amilase atau
Duktus pankreatikus lipase pankreas bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit ini.

TABEL 25–3 Komposisi getah pankreas


manusia normal.
Kation: Na+, K+, Ca2+, Mg2+ (pH sekitar 8,0)
Duktus biliaris komunis dari
Duodenum kandung empedu Anion: HCO 3− , Cl − , SO 42− , HPO 42−

Enzim pencernaan (lihatTabel 25-1; 95% protein dalam getah)


GAMBAR 25-10 Struktur pankreas. (Direproduksi dengan izin dari
Widmaier EP, Raff H, Strang KT: Vander’s Human Physiology: The Mechanism of Protein lain
Body Functions, 11th ed. McGraw-Hill, 2008.)
464 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

REGULASI SEKRESI Sekretin 12,5 unit/kg IV

GETAH PANKREAS 150

Sekresi getah pankreas terutama dibawah kontrol hormon.


Sekretin bekerja pada duktus pankreatikus untuk menimbul-kan
120
sekresi berlimpah getah pankreas yang sangat basa dan kaya

(mEq/L) dan amilase (U/mL)


HCO3−, tetapi sedikit enzim. Efek pada sel duktus disebabkan

Konsentrasi elektrolit
oleh peningkatan cAMP intrasel. Sekretin juga merangsang
90
sekresi empedu. CCK bekerja pada sel asinus untuk (HCO3−)
menyebabkan pelepasan granula zimogen dan pembentukan
getah pankreas yang kaya enzim tetapi volumenya sedikit. Efek
60 −
ini diperantarai oleh fosfolipase C (lihat Bab 2). (CI )
Respons terhadap sekretin intravena diperlihatkan di
Gambar 25-12. Perhatikan bahwa ketika volume sekresi 30 (Amilase)
pankreas meningkat, konsentrasi CE-nya turun dan konsen-trasi
HCO3−-nya meningkat. Meskipun HCO3− disekresikan di (K+)
duktus-duktus kecil namun zat ini direabsorpsi di duktus-duktus 0
besar untuk dipertukarkan dengan Cl− (Gambar 25-13). Derajat −20 −10 0 +10 +20 +30 +40
pertukaran ini berbanding terbalik dengan kecepatan aliran. Waktu (mnt)
Seperti CCK, asetilkolin bekerja pada sel asinus melalui Volume
sekresi (mL) 0,3 0,2 17,7 15,2 5,1 0,6
fosfolipase C untuk menyebabkan pengeluaran granula
zimogen, dan stimulasi vagus menyebabkan sekresi sejumlah GAMBAR 25-12 Efek satu dosis sekretin pada komposisi dan
kecil getah pankreas kaya enzim. Terdapat bukti bahwa volume getah pankreas pada manusia. Perhatikan perubahan
sebagai respons terhadap penglihatan atau penciuman berbanding terbalik dalam konsentrasi klorida dan bikarbonat setelah
makanan dapat timbul refleks terkondisi sekresi pankreas infus sekretin. Turunnya konsentrasi amilase mencerminkan
yang diperantarai oleh saraf vagus. pengenceran karena meningkatnya volume getah pankreas.

SEKRESI EMPEDU
Suatu sekresi tambahan yang penting untuk fungsi setelah perubahan menjadi asam empedu. Di bab ini dan
pencernaan, yaitu empedu, berasal dari hati. Asam-asam bab berikutnya, kita akan membahas peran empedu sebagai
empedu yang terkandung di dalamnya penting dalam cairan pencernaan. Di Bab 28, akan disajikan pembahasan
pencernaan dan penyerapan lemak. Selain itu, empedu lebih umum tentang fungsi transpor dan metabolik hati.
berfungsi sebagai cairan ekskresi penting yang digunakan
tubuh untuk membuang produk akhir metabolisme yang Empedu
larut lemak serta xenobiotika larut lemak. Empedu juga Empedu terdiri dari berbagai asam empedu, pigmen
merupakan satu-satunya rute yang digunakan tubuh untuk empedu, dan bahan lain yang larut dalam suatu larutan
mengeluarkan kolesterol—baik dalam bentuk asli, atau elektrolit alkali yang mirip getah pankreas. Jumlah yang

Lumen duktus Basolateral


CO2 + H2O
C.A H+
− −
NHE-1
HCO3 HCO3 + H+
Na+

Penukar 2HCO3
− NBC
Cl /HCO3

Na+
3Na+
Na+, K+
+ ATPase
2K
Cl−
+ Kanal K+
CFTR cAMP

GAMBAR 25-13 Jalur transpor ion yang ada di sel duktus pankreatikus. CA, karbonat anhidrase; NHE-1, penukar natrium/hidrogen-1; NBC,
kotransporter natrium-bikarbonat. (Diadaptasi dari Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.)
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 465

disekresikan per hari adalah sekitar 500 mL. Sebagian dari Rantai samping bermuatan
komponen empedu diserap kembali di usus dan kemudian
diekskresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik). Gugus OH
Glukuronida pada pigmen empedu, bilirubin dan
biliverdin, merupakan penyebab empedu berwarna kuning
emas. Pembentukan produk-produk penguraian hemoglobin
ini dibahas secara rinci di Bab 28.
Dalam memandang empedu sebagai suatu sekresi
pencernaan, asam-asam empedu merupakan komponen
terpenting. Asam-asam ini dibentuk dari kolesterol dan Misel sederhana
disekresikan ke dalam empedu terkonjugasi ke glisin atau Monomer asam empedu
taurin, suatu turunan sistein. Empat asam empedu utama yang
terdapat pada manusia tercantum di dambar 25-14. Seperti
vitamin D, kolesterol, berbagai hormon steroid, dan glikosida
digitalis, asam-asam empedu mengandung inti steroid (lihat
Bab 20). Dua asam empedu utama yang terbentuk di hati
adalah asam kolat (cbolic acid) dan asam kenodeoksikolat. Di
kolon, bakteri mengubah asam kolat menjadi asam deoksi-
kolat dan asam kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Selain Misel campuran
itu, sejumlah kecil asam ursodeoksikolat terbentuk dari asam
kenodeoksikolat. Asam ursodeoksikolat adalah tautomer dari
asam kenodeoksikolat di posisi 7. Karena terbentuk dari kerja
bakteri, maka asam deoksikolat, litokolat, dan ursodeoksikolat
disebut asam empedu sekunder.
Asam-asam empedu memiliki sejumlah efek penting:
mereka mengurangi tegangan permukaan (surface tension)
dan, bersama dengan fosfolipid dan monogliserida, Fosfatidilkolin
Kolesterol
bertanggung jawab untuk emulsifikasi lemak agar mudah
dicerna dan diserap di usus halus (lihat Bab 26). Asam-asam GAMBAR 25-15 Bentuk fisik yang diambil oleh asam-asam
empedu bersifat amfipatik, yaitu mereka memiliki baik ranah empedu dalam larutan. Misel diperlihatkan dalam potongan
hidro-filik maupun hidrofobik; salah satu permukaan melintang, dan sebenarnya diduga berbentuk silindris. Misel
molekul bersifat hidrofilik karena ikatan peptida polar dan campuran asam-asam empedu yang terdapat dalam empedu juga
gugus karboksil dan hidroksil berada di permukaan tersebut, mengandung kolesterol dan fosfatidilkolin. (Diadaptasi dari Barrett KE:
Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.)
sementara permukaan yang lain bersifat hidrofobik. Karena
itu, asam empedu cenderung membentuk lempeng-lempeng
silindris yang dinamai misel (Gambar 25-15). Bagian
disebut konsentrasi misel kritis, semua garam empedu yang
hidrofilik mereka menghadap keluar dan bagian hidrofobik
ditambahkan ke dalam larutan membentuk misel. Sembilan
menghadap ke dalam. Di atas konsentrasi tertentu, yang
puluh hingga 95% asam empedu diserap dari usus halus.
Setelah mengalami dekonjugasi, asam-asam empedu tersebut
dapat diserap oleh difusi non-ionik, tetapi sebagian besar
OH
CH3 diserap dalam bentuk terkonjugasi dari ileum terminal
12
(Gambar 25-16) oleh suatu sistem kotranspor N+-garam
empedu (ABST) yang sangat efisien yang aktivitasnya
CH3
didorong oleh rendahnya konsentrasi natrium intrasel yang
dibentuk oleh Na, K ATPase basolateral. Sisa 5-10% garam
3 7 empedu masuk ke kolon dan diubah menjadi garam-garam
HO OH asam deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat relatif tak-
Asam kolat larut dan sebagian besar diekskresikan di tinja; hanya 1%
yang diserap. Namun, deoksikolat diserap.
Gugus di posisi
Persen dalam Asam-asam empedu yang diserap diangkut kembali ke
3 7 12 empedu manusia hati di vena porta dan diekskresikan kembali di empedu
Asam kolat OH OH OH 50 (sirkulasi enterohepatik) (Gambar 25-16). Mereka yang keluar
Asam kenodeoksikolat OH OH H 30 bersama tinja diganti oleh sintesis di hati; kecepatan normal
Asam deoksikolat OH H OH 15 pembentukan asam empedu adalah 0,2-0,4 g/hari. Terjadi
Asam litokolat OH H H 5 daur-ulang total sekitar 3,5 g asam empedu melalui sirkulasi
GAMBAR 25-14 Asam empedu manusia. Angka-angka di enterohepatik; diperkirakan bahwa keseluruhan asam empedu
rumus kimia untuk asam kolat merujuk kepada posisi di cincin steroid. mengalami daur ulang dua kali per makan dan 6-8 kali sehari.
466 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Pembentukan di hati TABEL 25–4 Perputaran (turnover) air harian (mL)


Sfingter Oddi di kanal cerna.
Tumpahan
dari hati Tertelan 2000
ke dalam Gallbladder
Sekresi endogen 7000
sirkulasi Usus halus
Active Kelenjar liur 1500
sistemik
ileal Lambung 2500
uptake
Empedu 500
Usus besar Pankreas 1500
Kembali
ke hati Usus +1000
Tumpahan
Penyerapan pasif dari kolon 7000
asam empedu Asupan total 9000
terdekonjugasi dari kolon
Diserap kembali 8800
Pengeluaran melalui tinja (= pembentukan di hati) Jejunum 5500
Ileum 2000
GAMBAR 25-16 Aspek kuantitatif sirkulasi asam empedu.
Kolon +1300
Sebagian besar asam empedu beredar antara usus halus dan hati.
Sebagian kecil asam empedu berada dalam dalam sirkulasi sistemik 8800
(karena penyerapan tak-lengkap hepatosit dari darah porta) atau Keseimbangan di tinja 200
tumpah ke kolon dan keluar bersama tinja. Dalam keadaan steady-
state, pengeluaran melalui tinja harus sama dengan pembentukan Data dari Moore EW: Physiology of Intestinal Water and Electrolyte
asam empedu di hati. (Diadaptasi dari Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. Absorption. American Gastroenterology Society, 1976.
McGraw-Hill, 2006.)

CAIRAN USUS & membran apikal, dalam apa yang dinamai sebagai
mekanisme elektronetral (Gambar 25–17). Air kemudian
TRANSPOR ELEKTROLIT mengikuti untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
Usus itu sendiri juga berperan membentuk lingkungan cair yang Selain itu, di kolon, terdapat mekanisme elektrogenik
memungkinkan terjadinya proses pencernaan dan penyerapan. tambahan untuk menyerap natrium, terutama di bagian
Kemudian, ketika makanan telah terasimilasi, cairan yang distal. Dalam mekanisme ini, natrium masuk menembus
digunakan selama pencernaan dan penyerapan diklaim kembali membran apikal melalui suatu kanal ENaC (natrium epitel)
oleh transpor balik menembus epitel untuk menghindari yang identik dengan yang ada di tubulus distal ginjal
dehidrasi. Air berpindah secara pasif masuk dan keluar lumen (Gambar 25–18). Hal ini menggaris-bawahi kemampuan
pencernaan, terdorong oleh gradien elektrokimia yang terbentuk kolon untuk mengeringkan tinja dan memastikan hanya
oleh transpor aktif ion-ion dan zat-zat terlarut lainnya. Pada sebagian kecil dari cairan yang digunakan dalam pencernaan
periode setelah makan, sebagian besar cairan yang diserap dan penyerapan makanan sehari-hari keluar dari tubuh.
kembali tersebut digerakkan oleh transpor nutrien, misalnya Setelah diet rendah-garam, peningkatan ekspresi ENaC
glukosa, yang dikaitkan dengan ion natrium. Pada periode di sebagai respons terhadap aldosteron meningkatkan kemam-
antara makan, mekanisme penyerapan berpusat secara eksklusif puan tubuh mengklaim kembali natrium dari tinja.
di sekitar elektrolit. Pada kedua keadaan, fluks sekresi cairan
terutama didorong oleh transpor aktif ion klorida ke dalam
lumen, meskipun secara keseluruhan absorpsi masih men-
dominasi. 2K+ 3Na+
NHE-3?
Keseimbangan air keseluruhan di kanal cerna dirang- H+ NHE-2?
Na+
Na+,K+ -
kum dalam Tabel 25-4. Setiap hari, usus disajikan sekitar ATPase
2000 mL cairan yang tertelan plus 7000 mL sekresi dari
mukosa kanal cerna dan kelenjar-kelenjar terkaitnya.
Sembilan puluh persen dari cairan ini direabsorpsi, dengan KCC1 K+
Cl− ?
CLD
pengeluaran cairan harian hanya sekitar 200 mL di tinja. HCO3 –

Di usus halus, transpor aktif sekunder Na+ penting Cl−


untuk melakukan penyerapan glukosa, beberapa asam
amino, dan bahan lain seperti asam empedu (lihat atas).
Sebaliknya, keberadaan glukosa di lumen usus memper- GAMBAR 25-17 Penyerapan NaCI elektronetral di usus halus
mudah reabsorpsi Na+. Pada periode antara makanan, ketika dan kolon. NaCI masuk melewati membran apikal melalui peng-
gabungan aktivitas penukar natrium/hidrogen (NHE) dan penukar
tidak terdapat nutrien, natrium dan klorida diserap bersama klorida/bikarbonat (CLD). Diperkirakan terdapat suatu kotransporter
dari lumen oleh gabungan aktivitas penukar natrium/ kalium/klorida (KCC1) di membran basolateral yang memungkinkan
hidrogen (NHE) dan penukar klorida/bikarbonat di klorida keluar, sementara natrium dikeluarkan oleh Na, K ATPase.
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 467

BOKS KLINIS 25-2

EN
aC Kolera
Kolera adalah penyakit diare refrakter yang parah yang
Na+ K+
2K+ sering terjadi dalam bentuk epidemi yang berkaitan
3Na+ dengan bencana alam ketika praktik sanitasi normal tidak
Na+,K+ - berjalan. Bersama dengan penyakit diare sekretorik lain
ATPase yang ditimbulkan oleh bakteri dan virus, kolera
menimbulkan morbiditas dan mortalitas signifikan,
terutama pada mereka yang berusia muda dan di negara
Cl− yang sedang berkembang. Pada kolera, konsentrasi cAMP
di sel epitel usus meningkat. Basil kolera berdiam di lumen
usustetapi menghasilkan suatu toksin yang mengikat
GAMBAR 25-18 Penyerapan natrium elektrogenik di kolon.
reseptor gangliosida GM-1 di membran apikal sel epitel
Natrium masuk ke sel epitel melalui kanal natrium epitel apikal (ENaC)
dan keluar melalui Na,K ATPase. usus, dan hal ini memungkinkan subunit A (peptida A1)
toksin masuk ke dalam sel. Peptida A1 mengikat adenosin
difosfat ribosa ke subunit a Gs, menghambat aktivitas
GTPase-nya (lihat Bab 2). Karena itu, terjadi pengaktifan
Meskipun mekanisme-mekanisme absorptif mendo- terus-menerus protein G yang menyebabkan stimulasi
minasi, tetapi sekresi juga terjadi di sepanjang usus halus dan berkepanjangan adenilil siklase dan peningkatan mencolok
kolon untuk menyesuaikan fluiditas isi usus sesuai kebutuh- konsentrasi cAMP intrasel. Selain peningkatan sekresi Cl-,
an untuk mencampur, menyerap, dan menggerakkan fungsi pengangkut NHE mukosa untuk Na+ berkurang
makanan dan residunya di sepanjang kanal cerna. Secara sehingga penyerapan NaCI berkurang. Peningkatan
normal Cl− masuk ke enterosit dari cairan interstisium kandungan elektrolit dan air isi usus yang terjadi kemudian
melalui kotransporter Na+-K+-2Cl− di membran basolateral menyebabkan diare. Namun, Na, K ATPase dan
(Gambar 25–19), dan Cl− kemudian disekresikan ke dalam kotransporter Na+/glukosa tidak terpengaruh sehingga
lumen usus melalui kanal-kanal yang dikendalikan oleh reabsorpsi glukosa dan Na+ tidak terpengaruh oleh defek.
berbagai protein kinase. Kanal cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator (CFTR) yang mengalami gangguan
pada penyakit fibrosis kistik secara kuantitatif adalah yang KIAT TERAPEUTIK
terpenting, dan kanal ini diaktifkan oleh protein kinase A Terapi kolera umumnya bersifat suportif, karena
dan karenanya oleh cAMP (lihat Boks Klinis 25–2 ). infeksi akhirnya akan mereda, meskipun kadang
Air masuk dan keluar usus sampai tekanan osmotik isi digunakan antibiotik. Pendekatan terapeutik
usus setara dengan tekanan plasma. Osmolalitas isi terpenting adalah memastikan bahwa cairan dalam
duodenum mungkin hipertonik atau hipotonik, bergantung jumlah besar, bersama elektrolit, yang keluar melalui
tinja diganti untuk menghindari dehidrasi. Volume
tinja dapat mendekati 20 L per hari. Jika tersedia
cairan dan elektrolit steril maka rehidrasi dapat
Na+ _ diberikan melalui intravena. Namun, hal ini sering
2CI
tidak mungkin dilakukan pada keadaan epidemi.
TR
CF K+ NKCC1 Tetap aktifnya kotransporter Na+/glukosa merupakan
Cl− Na+ dasar fisiologik pengobatan kehilangan Na+ dan air
2K+ 3Na+ melalui pemberian larutan oral yang mengandung
+ +
Na , K - NaCI dan glukosa. Sereal yang mengandung
ATPase
karbohidrat dan dibubuhi garam juga berguna untuk
mengobati diare. Larutan rehidrasi oral, suatu
K+
campuran jadi yang terdiri dari gula dan garam untuk
dilarutkan ke dalam air, merupakan obat sederhana
yang telah secara drastis mengurangi mortalitas pada
GAMBAR 25-19 Sekresi klorida di usus halus dan kolon. epidemi kolera dan penyakit diare lain di negara-
Penyerapan klorida terjadi melalui kotransporter natrium/kalium/2 negara yang sedang berkembang.
klorida, NKCC1. Klorida keluar melalui cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator (CFTR) serta mungkin melalui kanal klorida
lain yang tidak diperlihakan di sini.
468 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

pada makanan yang disantap, tetapi pada saat makanan melalui jalur endokrin, parakrin, dan neurokrin (mis. CCK,
masuk ke jejunum, osmolalitasnya mendekati osmolalitas lihat bawah).
plasma. Osmolalitas ini dipertahankan di sepanjang sisa
usus; partikel-partikel yang aktif secara osmotis dan HORMON/PARAKRIN
dihasilkan oleh proses pencernaan dikeluarkan melalui
proses penyerapan, dan air berpindah secara pasif keluar Berbagai polipeptida yang secara biologis aktif dan disekresikan
dari usus mengikuti gradien osmotik yang tercipta. Di oleh sel saraf dan sel kelenjar di mukosa bekerja secara parakrin,
kolon, Na+ dipompa keluar dan air mengikutinya secara meskipun mereka juga masuk ke dalam aliran darah.
pasif, juga sesuai gradien osmotik. Katartik (pencahar) salin, Pengukuran konsentrasi mereka di darah setelah makan dapat
misalnya magnesium sulfat adalah garam yang kurang memberi petunjuk mengenai peran berbagai hormon
terserap dan mempertahankan ekivalen osmotik air mereka pencernaan ini dalam regulasi sekresi dan motilitas kanal cerna.
di usus sehingga volume usus meningkat dan terbentuk efek Jika dilakukan pemberian hormon-hormon dalam jumlah
pencahar. besar, efek mereka akan tumpang-tindih. Namun, efek
Sebagian K+ disekresikan ke dalam lumen usus, fisiologik mereka tampaknya relatif terpisah. Berdasarkan
khususnya sebagai komponen mukus. Kanal K+ terdapat di kemiripan struktur dan, hingga ke tahap tertentu, kemiripan
membran luminal serta membran basolateral enterosit kolon fungsi, hormon-hormon kunci dapat digolongkan ke dalam
sehingga K+ disekresikan ke dalam kolon. Selain itu, K+ satu dari dua famili: famili gastrin, dengan anggota utamanya
berpindah secara pasif mengikuti gradien elektrokimianya. adalah gastrin dan CCK; dan famili sekretin, dengan anggota
Akumulasi K+ di kolon dikurangi secara parsial oleh H+-K+ utamanya adalah sekretin, glukagon, vasoactive intestinal
ATPase di membran luminal sel-sel kolon distal yang peptida (VIP; sebenarnya suatu neurotransmiter, atau
menyebabkan transpor aktif K+ masuk ke dalam sel. neurokrin), dan gastric inhibitory polypeptide (juga dikenal
Bagaimanapun, pengeluaran cairan ileum atau kolon pada sebagai peptida insulinotropik dependen-glukosa, atau GIP).
diare kronik dapat menyebabkan hipokalemia berat. Jika Juga terdapat hormon lain yang tidak dapat dengan mudah
asupan K+ makanan tinggi untuk waktu yang lama maka dimasukkan ke dalam salah satu dari famili-famili ini.
sekresi aldosteron meningkat dan lebih banyak K+ akan
masuk ke lumen kolon. Hal ini sebagian disebabkan oleh
SEL ENTEROENDOKRIN
munculnya lebih banyak pompa Na,K ATPase di membran Di mukosa lambung, usus halus, dan kolon telah teridenti-
basolateral sel, yang meningkatkan K+ intrasel dan difusi K+ fikasi lebih dari 15 jenis sel enteroendokrin penghasil
menembus membran luminal sel. hormon. Banyak dari sel ini hanya mengeluarkan satu
hormon dan diidentifikasi dengan huruf (mis. sel G, sel S).
REGULASI PENCERNAAN Yang lain membentuk serotonin atau histamin dan masing-
masing dinamai sel enterokromafin atau sel ECL.
Berbagai fungsi kanal cerna, termasuk sekresi,
pencernaan, dan penyerapan (Bab 26) dan motilitas (Bab GASTRIN
27) harus dikendalikan secara terpadu untuk menjamin Gastrin dihasilkan oleh sel-sel yang dinamai sel G di bagian
efisiensi asimilasi nutrien setelah makan. Terdapat tiga antrum mukosa lambung (Gambar 25–20). Sel G berbentuk
modalitas utama untuk regulasi pencernaan yang bekerja vas, dengan dasar lebar dan mengandung banyak granula
secara komplementer untuk memastikan fungsi optimal. gastrin dan apeks sempit yang mencapai permukaan mukosa.
Pertama, regulasi endokrin diperantarai oleh pelepasan Dari ujung apikal lumen menonjol banyak mikrovilus. Di
berbagai hormon yang dipicu oleh makanan. Hormon- mikrovilus terdapat reseptor-reseptor yang memperantarai
hormon ini mengalir dalam darah untuk mengubah respons gastrin terhadap perubahan isi lambung. Sel-sel lain
aktivitas segmen-segmen kanal cerna, organ yang di kanal cerna yang mengeluarkan hormon memiliki
mengalirkan sekresinya ke kanal cerna (mis. pankreas), atau morfologi serupa.
keduanya. Kedua, beberapa mediator serupa tidak cukup Prekursor gastrin, praprogastrin, diproses menjadi
stabil untuk berada di dalam darah, tetapi mampu potongan-potongan dengan beragam ukuran. Tiga potongan
mengubah fungsi sel di sekitar tempat mereka dibebaskan, utama mengandung 34, 17, dan 14 residu asam amino. Semua
melalui mekanisme parakrin. Yang terakhir, sistem memiliki konfigurasi terminal karboksil yang sama (Tabel
pencernaan memiliki persarafan ekstensif. Persarafan ini 25–5). Bentuk-bentuk ini masing-masing juga dikenal
mencakup koneksi ke susunan saraf pusat (persarafan sebagai gastrin G 34, G17, dan G14. Bentuk lain adalah
ekstrinsik) serta aktivitas sistem saraf enterik yang tetrapeptida terminal karboksil, dan juga terdapat suatu
umumnya otonom dan mencakup neuron sensorik dan bentuk besar yang memperlihatkan pemanjangan di
sekreto-motorik. Sistem saraf enterik mengintegrasikan terminal amino dan mengandung lebih dari 45 residu
input sentral ke usus, tetapi juga dapat mengatur fungsi asam amino. Salah satu bentuk turunan adalah sulfasi
usus secara independen sebagai respons terhadap tirosin yaitu residu asam amino keenam dari ujung
perubahan dalam lingkungan lumen kanal cerna. Pada karboksil. Di darah dan jaringan jumlah bentuk tersulfasi
sebagian kasus, bahan yang sama dapat memediasi regulasi dan tak-tersulfasi kira-kira sama, dan keduanya
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 469

Gastrin CCK Sekretin GIP Motilin

Fundus

Antrum

Duodenum

Jejunum

Ileum

Kolon

GAMBAR 25-20 Tempat-tempat pembentukan lima hormon pencernaan di sepanjang kanal cerna. Lebar kotak mencerminkan jumlah relatif
di masing-masing lokasi.

sama aktif. Turunan lain adalah amidasi fenilalanin ujung dengan reseptor primer (CCK-A) untuk kolesistokinin (lihat
karboksil, yang kemungkinan meningkatkan stabilitas peptida di bawah). Hal ini mungkin mencerminkan kemiripan
plasma dengan menjadi resisten terhadap karboksipeptidase. struktural kedua hormon, dan mungkin terjadi karena
Di antara berbagai peptida gastrin terdapat perbedaan adanya tumpang-tindih efek jika salah satu hormon terdapat
aktivitas, dan proporsi komponen-komponen juga berbeda di dalam jumlah berlebihan (mis. pada kasus tumor penghasil
berbagai jaringan yang mengandung gastrin. Hal ini gastrin, gastrinoma).
mengisyaratkan bahwa berbagai bentuk tersebut disesuaikan Asam di antrum menghambat sekresi gastrin, sebagian
dengan beragam efek yang diperlukan. Namun, hal yang dapat melalui efek langsung pada sel G dan sebagian melalui pelepasan
disimpulkan saat ini adalah bahwa G 17 adalah bentuk utama somatostatin, suatu inhibitor sekresi gastrin yang relatif poten.
dari segi sekresi asam lambung. Tetrapeptida terminal Efek asam adalah dasar bagi lengkung umpan-balik negatif yang
karboksil memiliki semua aktivitas gastrin tetapi hanya 10% mengatur sekresi gastrin. Meningkatnya sekresi hormon
dari kekuatan G 17. meningkatkan sekresi asam, tetapi asam kemudian memberi
G 14 dan G 17 memiliki waktu-paruh 2-3 mnt dalam umpan-balik untuk menghambat sekresi gastrin lebih lanjut.
sirkulasi, sementara G 34 memiliki waktu-paruh 15 menit. Pada keadaan-keadaan seperti anemia pernisiosa, suatu keadaan
Gastrin diinaktifkan terutama di ginjal dan usus halus. dengan sel penghasil asam di lambung rusak, sekresi gastrin
Dalam dosis besar, gastrin memiliki beragam efek, secara terus-menerus meningkat.
tetapi efek fisiologik utamanya adalah stimulasi sekresi asam
lambung dan pepsin serta stimulasi pertumbuhan mukosa KOLESISTOKININ
lambung serta usus halus dan usus besar (efek trofik). CCK disekresikan oleh sel endokrin yang dikenal sebagai sel
Sekresi gastrin dipengaruhi oleh isi lambung, kecepatan I di mukosa usus halus bagian atas. Hormon ini memiliki
impuls saraf vagus, dan faktor-faktor di dalam darah (Tabel banyak efek pada sistem pencernaan, tetapi yang terpenting
25–6). Pada manusia, atropin tidak menghambat respons tampaknya adalah stimulasi sekresi enzim pankreas,
gastrin terhadap makanan, karena transmiter yang kontraksi kandung empedu (efek yang dikaitkan dengan
dibebaskan oleh serat vagus pascaganglion yang menyarafi namanya), dan relaksasi sfingter Oddi, yang memungkinkan
sel G adalah gastrin-releasing peptide (GRP; lihat bawah) empedu dan getah pankreas mengalir ke dalam lumen usus.
dan bukan asetilkolin. Sekresi gastrin juga ditingkatkan oleh Seperti gastrin, CCK diproduksi dari suatu prekursor
adanya produk-produk pencernaan protein di lambung, besar. Prapro-CCK juga diproses menjadi banyak fragmen.
terutama asam amino, yang bekerja langsung pada sel G. Suatu CCK besar mengandung 58 residu asam amino (CCK
Fenilalanin dan triptofan adalah yang paling efektif. Gastrin 58). Selain itu, terdapat peptida-peptida CCK yang
bekerja melalui suatu reseptor (CCK-B) yang berkaitan mengandung 39 residu asam amino (CCK 39) dan 33 residu
TABEL 25–5 Struktur sebagian polipeptida yang secara hormonal aktif yang disekresikan oleh sel-sel di
kanal cerna manusia. a
Famili Gastrin Famili Sekretin GIP Polipeptida Lain

CCK 39 Gastrin 34 Glukagon Sekretin VIP Motilin Substansi P GRP Guanilin

Tyr Tyr His His His Phe Arg Val Pro


Ile Ala Ser Ser Ser Val Pro Pro Asn
Gln Glu Gln Asp Asp Pro Lys Leu Thr
Gln Gly Gly Gly Ala Ile Pro Pro Cys
Ala Thr Thr Thr Val Phe Gln Ala Glu
Arg (pyro)Glu Phe Phe Phe Phe Thr Gln Gly Ile
Lys Leu Ile Thr Thr Thr Tyr Phe Gly Cys

Ala Gly Ser Ser Ser Asp Gly Phe Gly Ala
Pro Pro Asp Asp Glu Asn Glu Gly Thr Tyr
Ser Gln Tyr Tyr Leu Tyr Leu Leu Val Ala
Gly Gly Ser Ser Ser Thr Gln Met-NH2 Leu Ala
Arg Pro Ile Lys Arg Arg Arg Thr Cys
Met Pro Ala Tyr Leu Leu Met Lys Thr
Ser His Met Leu Arg Arg Gln Met Gly
Ile Leu Asp Asp Glu Lys Glu Tyr Cys
Val Val Lys Ser Gly Gln Lys Pro
Lys Ala Ile Arg Ala Met Glu Arg
Asn Asp His Arg Arg Ala Arg Gly
Leu Pro Gln Ala Leu Val Asn Asn
Gln Ser Gln Gln Gln Lys Lys His
Asn Lys Asp Asp Arg Lys Gly Trp
Leu Lys Phe Phe Leu Tyr Gln Ala

Asp Gln Val Val Leu Leu Val
Pro Gly Asn Gln Gln Asn Gly
Ser Pro Trp Trp Gly Ser His

His Trp Leu Leu Leu Ile Leu
Arg Leu Leu Met Val-NH2 Leu Met-NH2

Ile Glu Ala Asn Asn-NH2
Ser Glu Glu Thr
Asp Glu Lys
Arg Glu Gly

Asp Glu Lys
Tys Ala Lys
Met Tys Asn
Gly Gly Asp
→ →
Trp Trp Trp
Met Met Lys
Asp Asp His
Phe-NH2 Phe-NH2 Asn
Ile
Thr
Gln
aResidu
asam amino homolog tertutup oleh garis-garis yang umumnya bersilangan dari satu polipeptida ke polipeptida lain. Panah menunjukkan titik-titik pembelahan untuk
membentuk varian yang lebih kecil. Tys, tirosin sulfat. Semua gastrin terjadi pada bentuk-bentuk yang tidak tersulfat (gastrin I) dan sulfat (gastrin II). Glicentin, anggota
tambahan dari keluarga sekretin, adalah relatif glukagon C-terminal yang diperpanjang.
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 471

TABEL 25–6 Rangsang yang memengaruhi sekresi gastrin. terdapat dua releasingfactor yang mengaktifkan sekresi CCK,
yaitu CCK-releasing peptide dan peptida monitor, yang
Rangsang yang meningkatkan sekresi gastrin
masing-masing berasal dari mukosa usus dan pankreas.
Lumen Karena empedu dan getah pankreas yang masuk ke
Peptida dan asam amino duodenum sebagai respons terhadap CCK meningkatkan
Peregangan pencernaan protein dan lemak, maka terdapat mekanisme
umpan-balik positif yang bekerja mengontrol sekresi CCK.
Saraf
Namun, umpan-balik positif ini berakhir ketika produk
Peningkatan lepas-muatan vagus melalui GRP pencernaan mengalir ke bagian bawah kanal cerna, dan juga
Darah karena CCK-releasing peptide dan peptida monitor
diuraikan oleh enzim-enzim proteolitik jika enzim-enzim ini
Kalsium
tidak lagi ditempati oleh protein makanan.
Epinefrin

Rangsang yang menghambat sekresi gastrin SEKRETIN


Lumen Sekretin menempati posisi unik dalam sejarah fisiologi. Pada
tahun 1902, Bayliss dan Starling pertama kali membuktikan
Asam
bahwa efek eksitatorik stimulasi duodenum pada sekresi
Somatostatin
pankreas disebabkan oleh suatu faktor yang ada di dalam
Darah darah. Riset mereka kemudian berhasil mengidentifikasi
Sekretin, VIP, GIP, glukagon, kalsitonin hormon pertama, sekretin. Mereka juga menyarankan bahwa
banyak bahan kimia yang mungkin dihasilkan oleh sel-sel di
tubuh dan masuk ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi
organ-organ yang jaraknya jauh. Starling memperkenalkan
asam amino (CCK 33), beberapa bentuk yang mengandung 21 kata hormon untuk menggolongkan “kurir kimiawi jenis ini.
residu asam amino (CCK 21) atau sedikit lebih banyak, dan Endokrinologi modern adalah bukti atas kebenaran hipotesis
suatu bentuk yang mengandung 8 residu asam amino (CCK 8). ini.
Semua bentuk ini memiliki lima asam amino yang sama di Sekretin dihasilkan oleh sel S yang terletak jauh di dalam
terminal karboksil seperti gastrin (Tabel 25-5). Di jaringan juga kelenjar mukosa bagian atas usus halus. Struktur sekretin
terdapat tetrapeptida terminal karboksil (CCK 4). Terminal (Tabel 25-5) berbeda dari CCK dan gastrin, tetapi sangat
karboksil mengalami amidasi, dan tirosin yang merupakan
mirip dengan glukagon, VIP, dan GIP (tidak diperlihatkan).
residu asam amio ketujuh mengalami sulfasi. Tidak seperti
Hanya satu bentuk sekretin yang telah diisolasi, dan semua
gastrin, bentuk CCK non-sulfasi belum pernah ditemukan di
fragmen dari molekul ini yang telah diuji sampai saat ini
jaringan. Waktu-paruh CCK dalam darah adalah sekitar 5 menit,
tetapi belum banyak yang diketahui tentang metabolismenya. bersifat inaktif. Waktu-paruhnya adalah sekitar 5 menit,
tetapi tidak banyak yang diketahui tentang metabolismenya.
Selain sekresinya oleh sel I, CCK ditemukan di saraf-saraf
ileum distal dan kolon. Bahan ini juga ditemukan di neuron di Sekretin meningkatkan sekresi bikarbonat oleh sel-sel
otak, khususnya korteks serebrum, dan di saraf di banyak duktus pankreas dan kanal empedu. Karenanya, hormon ini
bagian tubuh (lihat Bab 7). Di otak, CCK mungkin berperan menyebabkan sekresi getah pankreas basa yang encer.
dalam regulasi asupan makanan, dan bahan ini tampaknya Efeknya pada sel duktus pankreas diperantarai oleh cAMP.
berkaitan dengan timbulnya rasa cemas dan analgesia. Hormon ini juga memperkuat efek CCK dalam
Selain efek-efek primernya, CCK juga memperkuat efek menyebabkan sekresi enzim pencernaan pankreas. Sekretin
sekretin dalam menghasilkan getah pankreas basa. CCK juga mengurangi sekresi asam lambung dan mungkin
menghambat pengosongan lambung, memiliki efek trofik menyebabkan kontraksi sfingter pilorus.
pada pankreas, meningkatkan pembentukan enterokinase, Sekresi sekretin ditingkatkan oleh produk-produk
dan mungkin meningkatkan motilitas usus halus dan kolon. pencernaan protein dan oleh asam yang membasahi mukosa
Terdapat bukti bahwa, bersama sekretin, CCK meningkatkan usus halus atas. Pelepasan sekretin oleh asam adalah contoh
kontraksi sfingter pilorus, sehingga mencegah refluks isi lain kontrol umpan-balik: sekretin menyebabkan getah
duodenum ke dalam lambung. Telah ditemukan dua pankreas basa membanjiri duodenum, menetralkan asam
reseptor CCK. Reseptor CCK-A terutama terletak di perifer, dari lambung dan karenanya menghambat sekresi lebih lanjut
sementara reseptor CCK-A dan CCK-B (gastrin) terdapat di hormon ini.
otak. Keduanya mengaktifkan PLC, menyebabkan pening-
katan pembentukan IP3 dan DAG (lihat Bab 2). GIP
Sekresi CCK ditingkatkan oleh kontak mukosa usus GIP mengandung 42 residu asam amino dan diproduksi
dengan produk-produk pencernaan, terutama peptida dan oleh sel K di mukosa duodenum dan jejunum. Sekresinya
asam amino, serta oleh keberadaan asam-asam lemak yang dirangsang oleh glukosa dan lemak di duodenum, dan
mengandung lebih dari 10 atom karbon di duodenum. Juga karena dalam dosis besar bahan ini menghambat sekresi
472 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

dan motilitas lambung, ia dinamai gastric inhibitory peptide. Makanan di lambung


Namun, kini tampaknya bahan ini tidak memiliki aktivitas
menghambat lambung yang signifikan jika diberikan dalam Sekresi gastrin
jumlah sedikit yang setara dengan yang dijumpai setelah
makan. Sementara itu, ditemukan bahwa GIP merangsang
sekresi insulin. Gastrin, CCK, sekretin, dan glukagon juga Meningkatnya Meningkatnya
sekresi asam motilitas
memiliki efek ini, tetapi GIP adalah satu-satunya yang
merangsang sekresi insulin jika diberikan pada kadar darah
yang setara dengan yang dihasilkan oleh glukosa oral. Karena
Makanan dan asam
itu, GIP sering disebut glucose-dependent insulinotropic masuk ke duodenum Peptida YY?
peptide (peptida insulinotropik dependen-glukosa). Turunan
glukagon GLP-1 (7-36) (lihat Bab 24) juga merangsang sekresi
insulin dan dikatakan lebih poten dalam hal ini dibandingkan
Sekresi Sekresi
dengan GIP. Karena itu, bahan ini juga mungkin merupakan CCK dan GIP
hormon perangsang sel B fisiologik pada kanal cerna. sekretin GLP-1 (7–26)
Efek terpadu gastrin, CCK, sekretin, dan GIP dalam
mempermudah pencernaan dan pemanfaatan nutrien yang Sekresi
diserap dirangkum dalam Gambar 25–21. Sekresi pankreas insulin
dan empedu

VIP Pencernaan
VIP mengandung 28 residu asam amino (Tabel 25-5). makanan di usus
Bahan ini ditemukan di saraf-saraf kanal cerna dan
karenanya bukan hormon, meskipun mirip dengan GAMBAR 25-21 Efek terpadu berbagai hormon pencernaan
dalam mengatur pencernaan dan pemanfaatan nutrien yang
sekretin. Namun, VIP dapat ditemukan dalam darah, diserap. Tanda panah terputus-putus menunjukkan inhibisi. Identitas
dengan waktu paruhnya di dalam adalah sekitar 2 menit. Di pasti faktor(-faktor) hormon dari usus yang menghambat sekresi dan
usus, VIP secara poten meningkatkan sekresi elektrolit dan motilitas asam lambung belum diketahui, mungkin peptida YY.
air oleh usus. Efek lain mencakup relaksasi otot polos usus,
termasuk sfingter; dilatasi pembuluh darah perifer; dan
inhibisi sekresi asam lambung. VIP juga ditemukan di otak
dan banyak saraf otonom (lihat Bab 7), tempat bahan ini
sering terdapat di neuron yang sama seperti asetilkolin. VIP motilin. Sekresinya dirangsang oleh asam di lumen, dan
memperkuat efek asetilkolin di kelenjar liur. Namun, VIP bahan ini mungkin bekerja secara parakrin untuk
dan asetilkolin tidak terdapat bersama-sama di neuron yang memperantarai inhibisi sekresi gastrin yang ditimbulkan
menyarafi bagian-bagian lain kanal cerna. Tumor penghasil oleh asam. Somatostatin juga menghambat sekresi eksokrin
VIP (VlPoma) pernah dilaporkan pada pasien dengan diare pankreas; motilitas dan sekresi asam lambung; kontraksi
berat. kandung empedu; dan penyerapan glukosa, asam amino, dan
trigliserida.
MOTILIN
Motilin adalah suatu polipeptida yang mengandung 22 residu
PEPTIDA KANAL CERNA
asam amino yang disekresikan oleh sel enterokromafin dan sel LAINNYA
Mo di lambung, usus halus, dan kolon. Motilin bekerja pada
reseptor terkait-protein G di neuron-neuron usus di Peptida YY
duodenum dan kolon serta menyebabkan kontraksi otot polos
Struktur peptida YY dibahas di Bab 24. Bahan ini juga
di lambung dan usus dalam periode di antara makan (lihat
menghambat sekresi asam dan motilitas lambung serta
Bab 27).
merupakan kandidat yang baik untuk peptida penghambat
lambung (Gambar 25-21). Pelepasannya dari jejunum
SOMATOSTATIN dirangsang oleh lemak.
Somatostatin, growth-hormone-inhibiting hormone yang
semula diisolasi dari hipotalamus, disekresikan secara Lain-lain
parakrin oleh sel D di sel islet pankreas (lihat Bab 24) dan Ghrelin disekresikan terutama oleh lambung dan tampaknya
oleh sel D serupa di kanal cerna. Bahan ini terdapat di berperan penting dalam kontrol asupan makanan oleh otak
jaringan dalam dua bentuk, somatostatin 14 dan (lihat Bab 26). Bahan ini juga merangsang sekresi hormon
Somatostatin 28, dan keduanya disekresikan. Somatostatin pertumbuhan dengan bekerja langsung pada reseptor di
menghambat sekresi gastrin, VIP, GIP, sekretin, dan hipofisis (lihat Bab 18).
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 473

Substansi P (Tabel 25-5) ditemukan di sel endokrin dan asam amino γ-aminobutirat (GABA), purin adenosin
saraf di kanal cerna dan mungkin masuk ke dalam sirkulasi. trifosfat (ATP), gas NO dan CO, dan berbagai peptida dan
Bahan ini meningkatkan motilitas usus halus. Neuro- polipeptida. Sebagian dari peptida ini juga bekerja secara
transmiter GRP mengandung 27 residu asam amino, dan 10 parakrin, dan sebagian masuk ke dalam darah untuk
residu asam amino di ujung karboksilnya hampir identik menjadi hormon. Tidaklah mengherankan, sebagian besar
dengan yang terdapat pada bombesin amfibi. Bahan ini dari mereka juga terdapat di otak.
terdapat di uj ung-uj ung saraf vagus yang berakhir di sel G
dan merupakan neurotransmiter yang meningkatkan sekresi
gastrin. Glukagon dari kanal cerna mungkin berperan PERSARAFAN EKSTRINSIK
(paling tidak sebagian) dalam hipoglikemiayang terjadi
Usus menerima persarafan ekstinsik ganda dari sistem saraf
setelah pankreatektomi.
otonom, dengan aktivitas kolinergik parasimpatis terutama
Guanilin adalah suatu polipeptida pencernaan yang meningkatkan aktivitas otot polos usus dan aktivitas
mengikat guanilil siklase. Bahan ini terdiri dari 15 residu noradre-nergik simpatis yang terutama menguranginya
asam amino (Tabel 25-5) dan disekresikan oleh sel-sel sembari menyebabkan kontraksi sfingter. Serat-serat
mukosa usus. Stimulasi guanilil siklase meningkatkan parasimpatis praganglion terdiri dari sekitar 2000 eferen
konsentrasi 3’,5’-guanosin monofosfat siklik (cGMP), dan vagus dan eferen lain di saraf sakralis. Mereka umumnya
hal ini kemudian menyebabkan peningkatan sekresi Cl− ke berakhir di sel saraf kolinergik pleksus mienterikus dan
dalam lumen usus. Guanilil tampaknya bekerja terutama submukosa. Serat simpatis adalah serat pascaganglion, di
secara parakrin, dan ia dihasilkan di sel-sel dari pilorus mana norepinefrin yang dikeluarkan menghambat sekresi
hingga rektum. Dalam suatu contoh menarik mimikri asetilkolin dengan mengaktifkan reseptor prasinaps a2.
molekular, enterotoksin stabil-panas galur-galur tertentu E. Serat simpatis lain tampaknya berakhir langsung pada sel
coli penyebab diare memiliki struktur sangat mirip dengan otot polos usus. Sifat listrik otot polos usus dibahas di Bab
guanilin dan mengaktifkan reseptor guanilin di usus. 5. Serat-serat lain ada yang menya-rafi pembuluh darah,
Reseptor guanilin juga ditemukan di ginjal, hati, dan kanal tempat mereka menyebabkan vasokon-striksi. Tampaknya
reproduksi wanita, dan guanilin mungkin juga bekerja secara pembuluh darah usus memiliki persarafan ganda: mereka
endokrin untuk mengatur perpindahan cairan di jaringan- memiliki persarafan noradrenergik ekstrinsik dan
jaringan ini, dan terutama untuk mengintegrasikan efek-efek persarafan intrinsik oleh serat-serat sistem saraf enterik.
di usus dan ginjal. VIP dan NO adalah salah satu mediator yang berperan
dalam persarafan intrinsik, yang tampaknya berperan
antara lain dalam meningkatkan aliran darah lokal
(hiperemia) yang menyertai pencernaan makanan. Masih
belum dipastikan apakah pembuluh darah memiliki
SISTEM SARAF ENTERIK persarafan kolinergik tambahan.
Dua jaringan utama serat saraf yang entrinsik bagi kanal
cerna adalah pleksus mienterikus (pleksus Auerbach),
antara lapisan otot sirkular tengah dan longitudinal luar,
serta pleksus submukosa (pleksus Meissner), antara lapisan SISTEM IMUN PENCERNAAN
sirkular tengah dan mukosa (Gambar 25-1). Secara (MUKOSA)
bersama-sama, neuron-neuron ini membentuk sistem saraf
enterik. Pada manusia, sistem ini mengandung sekitar 100 Sistem imun mukosa disinggung di Bab 3, tetapi layak
juta neuron sensorik, antar-neuron, dan neuron motorik— diulang di sini bahwa kontinuitas lumen usus dengan
sebanyak yang ditemukan di keseluruhan medula spinalis dunia luar menyebabkan sistem pencernaan juga menjadi
— dan sistem ini mungkin sebaiknya dipandang sebagai pintu penting untuk infeksi. Demikian juga, usus mendapat
bagian susunan saraf pusat (SSP) yang “tergeser” dan manfaat dari interaksi dengan komunitas bakteri komensal
berkenan dengan regulasi fungsi pencernaan. Karena itu, (yi. non-patogenik) yang kompleks yang memberi
susunan saraf enterik kadang disebut sebagai “otak kecil”. keuntungan metabolik serta peningkatan resistensi
Sistem ini terhubung ke SSP melalui serat parasimpatis terhadap patogen. Karena menghadapi stimulasi mikroba
dan simpatis tetapi dapat berfungsi secara otonom tanpa yang terus-menerus, tidaklah mengherankan usus mamalia
koneksi ini (lihat bawah). Pleksus mienterikus menyarafi mengembangkan serangkaian mekanisme imun bawaan
lapisan otot polos longitudinal dan sirkular serta berkaitan dan adaptif untuk membedakan kawan dari lawan.
terutama dengan kontrol motorik, sementara pleksus Memang, mukosa usus mengandung lebih banyak limfosit
submukosa menyarafi epitel kelenjar, sel endokrin usus, dan daripada yang ditemukan dalam sirkulasi, serta banyak sel
pembuluh darah mukosa serta terutama terlibat dalam radang yang cepat berpindah utuk mempertahankan
kontrol sekresi usus. Neurotransmiter di sistem ini mukosa jika pertahanan epitel diterabas. Besar
mencakup asetilkolin, amina norepinefrin dan serotonin, kemungkinannya bahwa sel-sel imun, dan produk-
474 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

produknya, juga berdampak pada fungsi fisiologis epitel, sel dan mesenterika inferior. Hati menerima sekitar 1300 mL/
endokrin, saraf dan otot polos, terutama saat infeksi dan jika mnt dari vena porta dan 500 mL/mnt dari arteri hepatika
terjadi respons imun yang tidak pada tempatnya, misalnya selama puasa, dan setelah makan pasokan porta meningkat
inflammatory bowel disease (lihat Bab 3). lebih lanjut.

RINGKASAN BAB
SIRKULASI PENCERNAAN ■ Pada organisme multisel, sistem pencernaan berkembang
sebagai suatu pintu masuk untuk memungkinkan penyerapan
(SPLANKNIK) nutrien secara terkontrol. Sistem ini secara fungsional
bersambungan dengan lingkungan luar.
Gambaran umum terakhir yang perlu dibuat tentang ■ Sekresi pencernaan berfungsi untuk mengubah secara kimiawi
kanal cerna berkaitan dengan fitur sirkulasinya yang tak- komponen-komponen makanan (terutama makromolekul)
lazim. Darah yang mengalir ke lambung, usus, pankreas, sedemikian rupa sehingga konstituen-konstituen mereka dapat
danhati tersusun dalam suatu rangkaian sirkuit paralel, diserap menembus epitel. Komponen makanan diproses secara
dengan semua darah dari usus dan pankreas mengalir berurutan oleh liur, getah lambung, getah pankreas, dan
melalui vena porta ke hati (Gambar 25–22). Darah dari empedu, yang mengandung berbagai enzim, ion, air, dan
usus, pankreas, dan limpa mengalir melalui vena porta komponen-komponen khusus lainnya.
hepatika ke hati dan dari hati melalui vena hepatika ke vena ■ Usus dan organ-organ yang mengalirkan sekresinya ke dalam
kava inferior. Visera dan hati menerima sekitar 30% dari usus menyekresikan sekitar 8 L cairan per hari, yang
ditambahkan ke air yang dikonsumsi melalui makanan dan
curah jantung melalui arteri seliaka, mesenterika superior,
minuman. Sebagian besar dari cairan ini diserap kembali,
meninggalkan hanya sekitar 200 mL untuk dikeluarkan
melalui tinja. Sekresi dan penyerapan cairan bergantung pada
transpor aktif ion, nutrien, atau keduanya.
Jantung ■ Fungsi pencernaan diatur secara terpadu oleh mekanisme
endokrin, parakrin, dan neurokrin. Hormon dan faktor
Vena parakrin dibebaskan dari sel enteroendokrin sebagai respons
kava Vena-vena hati
terhadap sinyal yang timbul bersamaan dengan masuknya
1300 mL/mnt makanan.
500 mL/min
a
■ Sistem saraf enterik menyampaikan informasi dari susunan
atik Hati
hep saraf pusat ke kanal cerna, tetapi juga sering dapat
mengaktifkan berbagai respons terprogram sekresi dan
i
ter

700 mL/mnt
Ar

motilitas secara otonom.


Arteri seliaka
■ Usus memiliki sistem imun mukosa yang ekstensif yang
Limpa
mengatur respons terhadap mikrobiota kompleks yang secara
Vena porta

normal menghuni lumen pencernaan, serta mempertahankan


Lambung
tubuh terhadap invasi oleh patogen.
Pankreas ■ Usus memiliki sirkulasi yang tak-lazim, yaitu bahwa mayoritas
aliran keluar venanya tidak kembali langsung ke jantung,
700 mL/min
Usus tetapi mula-mula diarahkan ke hati melalui vena porta.
Aorta

halus
Arteri mesen-
terika superior
Kolon

400 mL/mnt
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
Untuk semua pertanyaan pilihlah satu jawaban terbaik
kecuali jika dinyatakan lain.
Arteri 1. Air diserap di jejunum, ileum, dan kolon serta dieks-kresikan
mesenterika inferior di tinja. Pilihlah susunan berdasarkan jumlah penyerapan atau
ekskresi air dari terbesar hingga terkecil.
Bagian A. Kolon, jejunum, ileum, tinja
tubuh lainnya
B. Tinja, kolon, ileum, jejunum
* Cabang-cabang arteri hepatika juga menyuplai
C. Jejunum, ileum, kolon, tinja
lambung, pankreas dan usus halus
D. Kolon, ileum, jejunum, tinja
E. Tinja, jejunum, ileum, kolon
GAMBAR 25-22 Skema sirkulasi splanknik pada kondisi
puasa. Perhatikan bahwa bahkan selama puasa, hati menerima 2. Setelah bencana alam di Haiti, terjadi ledakan kasus (wabah)
sebagian besar dari pasokan darahnya melalui vena porta. kolera pada orang-orang yang mengungsi dan tinggal di
BAB 25 Gambaran Umum Fungsi & Regulasi Gastrointestinal 475

tenda penampungan. Orang yang terkena mengalami gejala Hersey SJ, Sachs G: Gastric acid secretion. Physiol Rev 1995;
diare berat karena perubahan apa dalam transpor ususnya? 75:155.
A. Meningkatnya kotranspor Na+-K+ di usus halus. Hofmann AF: Bile acids: The good, the bad, and the ugly. News
B. Meningkatnya sekresi K+ di ke dalam kolon. Physiol Sci 1999;14:24.
C. Berkurangnya penyerapan K+ di kriptus Lieberkiihn. Hunt RH, Tytgat GN (editors): Helicobacter pylori: Basic Mechanisms
D. Meningkatnya penyerapan Na+ di usus halus. to Clinical Cure. Kluwer Academic, 2000.
E. Meningkatnya sekresi Cl− ke dalam lumen usus. Itoh Z: Motilin and clinical application. Peptides 1997;18:593.
Johnston DE, Kaplan MM: Pathogenesis and treatment of gallstones.
3. Seorang pria 50 tahun datang berobat ke dokter dengan
N Engl J Med 1993;328:412.
keluhan nyeri epigastrium hebat, sering mengalami nyeri ulu
Kunzelmann K, Mall M: Electrolyte transport in the mammalian
hati, dan penurunan berat sebesar 10 kilogram dalam periode
colon: Mechanisms and implications for disease. Physiol Rev
6 bulan terakhir tanpa diketahui sebabnya. Ia mengaku tidak
2002;82:245.
mengalami perbaikan dengan pemberian antihistamin H2
Lamberts SWJ, et al: Octreotide. N Engl J Med 1996;334:246.
bebas. Ia dirujuk ke spesialis gastroenterologi, dan endoskopi
Lewis JH (editor): A Pharmacological Approach to Gastrointestinal
atas memperlihatkan erosi dan ulserasi multipel di duodenum
proksimal dan peningkatan pengeluaran asam lambung pada Disorders. Williams & Wilkins, 1994.
keadaan puasa. Pasien kemungkinan besar mengidap suatu Meier PJ, Stieger B: Molecular mechanisms of bile formation. News
tumor yang menghasilkan hormon ... Physiol Sci 2000;15:89.
Montecucco C, Rappuoli R: Living dangerously: How Helicobacter
A. Sekretin pylori survives in the human stomach. Nat Rev Mol Cell Biol
B. Somatostatin 2001;2:457.
C. Motilin Nakazato M: Guanylin family: New intestinal peptides regulating
D. Gastrin electrolyte and water homeostasis. J Gastroenterol 2001;
E. Kolesistokinin 36:219.
4. Berikut ini, mana yang pH-nya paling tinggi? Rabon EC, Reuben MA: The mechanism and structure of the gastric
A. Getah lambung H+, K+–ATPase. Annu Rev Physiol 1990;52:321.
B. Isi lumen kolon Sachs G, Zeng N, Prinz C: Pathophysiology of isolated gastric
C. Getah pankreas endocrine cells. Annu Rev Physiol 1997;59:234.
D. Air liur Sellin JH: SCFAs: The enigma of weak electrolyte transport in the
E. Isi kriptus intestinalis colon. News Physiol Sci 1999;14:58.
Specian RD, Oliver MG: Functional biology of intestinal goblet cells.
5. Seorang wanita 60 tahun menjalani pankreatektomi total
Am J Med 1991;260:C183.
karena adanya sebuah tumor. Mana dari hasil akhir berikut
Topping DL, Clifton PM: Short-chain fatty acids and human colonic
yang tidak diharapkan setelah ia pulih dari operasi?
function: Select resistant starch and nonstarch polysaccharides.
A. Steatorea Physiol Rev 2001;81:1031.
B. Hiperglikemia Trauner M, Meier PJ, Boyer JL: Molecular mechanisms of
C. Asidosis metabolik cholestasis. N Engl J Med 1998;339:1217.
D. Penambahan berat Walsh JH (editor): Gastrin. Raven Press, 1993.
E. Penurunan penyerapan asam amino Williams JA, Blevins GT Jr: Cholecystokinin and regulation
of pancreatic acinar cell function. Physiol Rev 1993;
DAFTAR PUSTAKA 73:701.
Wolfe MM, Lichtenstein DR, Singh G: Gastrointestinal toxicity
Baron TH, Morgan DE: Current concepts: Acute necrotizing of nonsteroidal anti-inflammatory drugs. N Engl J Med
pancreatitis. N Engl J Med 1999;340:1412. 1999;340:1888.
Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006. Wright EM: The intestinal Na+/glucose cotransporter. Annu Rev
Bengmark S: Econutrition and health maintenance—A new concept Physiol 1993;55:575.
to prevent GI inflammation, ulceration, and sepsis. Clin Nutr Young JA, van Lennep EW: The Morphology of Salivary Glands.
1996;15:1. Academic Press, 1978.
Chong L, Marx J (editors): Lipids in the limelight. Science 2001; Zoetendal EG, et al: Molecular ecological analysis of the
294:1861. gastrointestinal microbiota: A review. J Nutr 2004;134:465.
Go VLW, et al: The Pancreas: Biology, Pathobiology and Disease,
2nd ed. Raven Press, 1993.
Halaman ini sengaja dikosongkan
26
B A B

Pencernaan, Penyerapan,
& Prinsip Nutrisi

T U J U A N ■ Memahami bagaimana nutrien disalurkan ke tubuh dan proses-proses kimiawi


yang diperlukan untuk mengubah mereka menjadi bentuk yang dapat diserap.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menyebutkan berbagai karbohidrat makanan utama dan mendefinisikan
Anda seyogianya mampu: proses-proses di lumen dan brush border yang menghasilkan monosakarida
yang dapat diserap serta mekanisme transpor untuk menyerap molekul-
molekul hidrofilik ini.
■ Memahami proses asimilasi protein, dan bagaimana hal tersebut setara dengan,
atau berkonvergensi dari, proses yang digunakan untuk karbohidrat.
■ Mendefinisikan proses-proses pencernaan dan penyerapan lemak, peran asam
empedu dalam melarutkan produk-produk lipolisis, dan konsekuensi
malabsorpsi lemak.
■ Mengidentifikasi sumber dan fungsi asam lemak rantai-pendek di kolon
■ Menyebutkan mekanisme penyerapan vitamin dan mineral.
■ Memahami prinsip dasar metabolisme energi dan nutrisi.

PENDAHULUAN
Sistem gastrointestinal merupakan pintu gerbang tempat eksokrin pankreas mencerna karbohidrat, protein, lemak,
masuknya bahan makanan, vitamin, mineral, dan cairan ke DNA, dan RNA. Enzim-enzim lainnya yang menuntaskan
dalam tubuh. Protein, lemak, dan karbohidrat kompleks proses pencernaan ditemukan di membran luminal dan
diuraikan menjadi unit-unit yang dapat diserap (dicerna), sitoplasma sel yang melapisi dinding usus halus. Kerja
berbagai enzim tersebut dibantu oleh asam hidroklorida
terutama, tetapi tidak hanya, di usus halus. Hasil pencernaan
yang disekresikan lambung dan empedu yang disekresikan
dan vitamin, mineral, dan air menembus mukosa dan masuk
oleh hati.
ke dalam limfe atau darah (penyerapan). Proses pencernaan
Kebanyakan zat berjalan dari lumen usus halus untuk
dan penyerapan akan dibahas dalam bab ini.
masuk ke dalam enterosit dan kemudian keluar dari
Pencernaan bahan-bahan makanan utama merupakan enterosit menuju ke cairan interstisium. Proses yang
proses yang teratur yang melibatkan kerja sejumlah besar berperan pada pemindahan zat melalui membran sel luminal
enzim-enzim pencernaan yang telah dibahas di bab seringkah cukup berbeda dari proses pemindahan zat
sebelumnya. Berbagai enzim kelenjar liur mencerna melalui membran sel basal dan lateral yang masuk ke dalam
karbohidrat (dan lemak pada sebagian spesies); enzim cairan interstisium.

477
478 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

PENCERNAAN & PENYERAPAN: Akibatnya, hasil akhir pencernaan α-amilase adalah oligosa-
karida: disakarida maltosa; trisakarida maltotriosa; dan
KARBOHIDRAT dekstrin batas-α, polimer glukosa yang mengandung rerata
sekitar delapan molekul glukosa dengan ikatan 1:6α
PENCERNAAN (Gambar 26-1).
Berbagai oligosakaridase yang bertanggung jawab pada
Karbohidrat makanan yang utama adalah polisakarida, pencernaan lebih lanjut turunan zat tepung terletak di brush
disakarida, dan monosakarida. Zat tepung (polimer glukosa) border sel epitel usus halus (Gambar 26-1). Sebagian dari
dan turunannya merupakan satu-satunya polisakarida yang enzim-enzim ini memiliki lebih dari satu substrat. Isomaltase
dicerna di dalam kanal cerna manusia. Amilopektin, yang terutama berperan dalam hidrolisis ikatan 1:6α. Bersama
biasanya membentuk sekitar 75% dari zat tepung makanan, maltase dan sukrase, enzim ini juga menguraikan maltotriosa
adalah molekul bercabang, sedangkan amilosa berbentuk rantai dan maltosa. Sukrase dan isomaltase disintesis sebagai rantai
lurus dengan hanya ikatan 1:4α (Gambar 26–1). Disakarida glikoprotein tunggal yang disisipkan ke membran brush
laktosa (gula susu) dan sukrosa (gula meja/pasir) juga dicerna, border. Rantai glikoprotein tersebut kemudian dihidrolisis
bersama dengan monosakarida fruktosa dan glukosa. oleh protease pankreas menjadi subunit sukrase dan
Di mulut, zat tepung dicerna oleh α-amilase dalam air isomaltase.
liur. pH optimal untuk enzim ini adalah 6,7. Namun, enzim Sukrase menghidrolisis sukrosa menjadi satu molekul
ini tetap aktif secara parsial bahkan ketika masuk ke dalam glukosa dan satu molekul fruktosa. Selain itu, laktase
lambung, meskipun getah lambung bersifat asam, karena menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
tempat aktif enzim ini sedikit banyak terlindung oleh adanya Defisiensi salah satu dari oligosakaridase brush border
substrat. Di usus halus, α-amilase liur dan pankreas juga dapat menyebabkan diare, kembung, dan flatulens setelah
bekerja pada polisakarida yang dimakan. Baik α-amilase makan gula (Boks Klinis 26–1). Diare disebabkan oleh
saliva maupun pankreas menghidrolisis ikatan 1:4α tetapi peningkatan jumlah molekul oligosakarida aktif osmotik
tidak menyerang ikatan 1:6α dan ikatan 1:4α terminal. yang tertinggal di dalam lumen usus halus, menyebabkan

Glukosa Maltosa
Ikatan α1,4 1
Maltotriosa
Amilosa
Glukoamilase
Sukrase
Isomaltase

Amilase

Ikatan α1,6 2
Amilopektin
Dekstrin batas-α

Glukoamilase

Maltosa

Maltotriosa +
Oligomer glukosa
Isomaltase

+
Dekstrin batas-α Glukoamilase
Sukrase
Isomaltase

GAMBAR 26-1 Kiri: Struktur amilosa dan amilopektin, yaitu polimer glukosa (ditandai oleh lingkaran). Kedua molekul ini secara parsial
dicerna oleh enzim amilase, menghasilkan produk-produk yang diperlihatkan di bagian bawah gambar. Kanan: Berbagai hidrolase brush border
berperan mencerna secara sekuensial produk-produk pencernaan tepung lumen (1, oligomer linier; 2, dekstrin batas-alfa).
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 479

BOKS KLINIS 26-1

Intoleransi Laktosa sehingga muncul gejala seperti kembung, nyeri, gas, dan diare
Pada kebanyakan mamalia dan pada banyak ras manusia, akibat osmol yang tak-terserap yang kemudian dicerna oleh
kegiatan laktase usus halus tinggi waktu lahir, kemudian bakteri kolon.
menurun sampai tingkat rendah selama masa kanak-kanak
dan dewasa. Kadar laktase yang rendah berhubungan dengan KIAT TERAPEUTIK
intoleransi terhadap susu (intoleransi laktosa). Pada Cara paling mudah untuk mengobati intoleransi laktosa
kebanyakan orang Eropa dan keturunannya di Amerika, adalah menghindari produk susu dalam makanan, tetapi
aktivitas laktase usus halus menetap pada saat dewasa; hal ini kadang sulit dilakukan (atau tidak diinginkan oleh
insidens defisiensi laktase pada orang Eropa utara dan barat mereka yang suka es krim). Gejala dapat dikurangi
hanya kira-kira 15%. Namun, insidens pada masyarakat kulit dengan pemberian preparat laktase komersial, tetapi
preparat ini mahal. Yogurt dapat ditoleransi lebih
hitam, suku Indian Amerika, Asia, dan Timur Tengah adalah
baikdaripada susu oleh individu yang intoleran karena
70-100%. Jika orang-orang ini mengonsumsi produk susu, yogurt mengandung laktase kumannya sendiri.
mereka tidak mampu mencerna laktosa secara memadai

volume isi usus halus meningkat. Di kolon, kuman meng-


uraikan beberapa oligosakarida, yang semakin meningkatkan
PENYERAPAN
jumlah partikel aktif osmotik. Kembung dan flatulens Heksosa dan pentosa cepat diserap melalui dinding usus halus
disebabkan oleh pembentukan gas (CO2 dan H2) dari sisa (Tabel 26–1). Hampir semua heksosa diserap sebelum sisa
disakarida di dalam usus halus distal dan kolon. makanan mencapai bagian ujung ileum. Molekul gula

TABEL 26–1 Transpor normal bahan-bahan oleh usus halus dan tempat penyerapan atau sekresi maksimal.a
Usus halus

Penyerapan: Atasb Tengah Bawah Kolon

Gula (glukosa, galaktosa, dll.) ++ +++ ++ 0


Asam amino ++ ++ ++ 0

Vitamin larut dalam air dan larut dalam lemak kecuali vitamin B12 +++ ++ 0 0

Betain, dimetilglisin, sarkosin + ++ ++ ?


Antibodi pada bayi baru lahir + ++ +++ ?
Pirimidin (timin dan urasil) + + ? ?

Penyerapan asam lemak rantai-panjang dan konversi menjadi trigliserida +++ ++ + 0

Asam empedu + + +++

Vitamin B12 0 + +++ 0

Na+ +++ ++ +++ +++

K+ + + + Sek

Ca2+ +++ ++ + ?

Fe2+ +++ + + ?

Cl− +++ ++ + +

SO42− ++ + 0 ?
aJumlahpenyerapan dinilai + sampai +++. Sek, disekresi bila K+ lumen rendah.
bYangdimaksud usus halus bagian atas terutama adalah jejunum, meskipun serupa pada duodenum pada kebanyakan kasus yang diteliti (dengan pengecualian bahwa
duodenum menyekresi HC03− dan memperlihatkan sedikit absorpsi atau sekresi netto NaCI).
480 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

1
Sukrosa

Sukrase

Isomaltase
Na+

Membran
brush border SGLT-1 GLUT5

Sitosol
Glukosa

Fruktosa

Laktosa

2
Laktosa
Na+

SGLT-1

Sitosol

Glukosa

Galaktosa

GAMBAR 26-2 Pencernaan dan asimilasi disakarida sukrosa (panel 1) dan laktosa (panel 2) di brush border. Penyerapan glukosa dan
galaktosa diatur secara sekunder oleh konsentrasi natrium intrasel rendah yang diciptakan oleh Na, K ATPase basolateral (tidak diperlihatkan).
SGLT-1, kotransporter natrium-glukosa 1.

bergerak dari sel mukosa ke dalam darah kapiler lalu masuk dengan gradien konsentrasinya. Glukosa bergerak bersama
ke dalam vena porta. Na+ dan dilepaskan di dalam sel (Gambar 26-2). Na+
Transpor glukosa dan galaktosa bergantung pada Na+ di diangkut ke ruang antarsel lateral, dan glukosa diangkut oleh
dalam lumen usus halus; konsentrasi Na+ yang tinggi di GLUT 2 ke dalam interstisium lalu masuk ke dalam kapiler.
permukaan mukosa sel mempermudah dan konsentrasi yang Jadi, transpor glukosa merupakan contoh transpor aktif
rendah menghambat influks gula ke dalam sel epitel. Ini sekunder (lihat Bab 2); energi untuk memindahkan glukosa
disebabkan karena glukosa dan Na+ menggunakan kotrans- diperoleh secara tidak langsung, melalui transpor aktif Na+
porter yang sama, atau symport, sodium-dependent glucose keluar sel. Hal ini akan mempertahankan beda konsentrasi di
transporter (SGLT , kotransporter glukosa-Na+) (Gambar 26– kedua sisi batas luminal sel, sehingga lebih banyak Na+ dan
2). Anggota dari famili pengangkut ini, SGLT 1 dan SGLT2, akibatnya lebih banyak glukosa yang masuk. Bila kotrans-
menyerupai pengangkut glukosa (GLUT) yang berperan pada porter glukosa/Na+ cacat sejak lahir, malabsorpsi glukosa/
difusi terfasilitasi (lihat Bab 24), yaitu bahwa pengangkut ini galaktosa yang diakibatkannya menyebabkan diare hebat
menembus membran sel 12 kali dan mempunyai terminal- yang sering mematikan bila glukosa dan galaktosa tidak
COOH dan -NH2 di sisi sitoplasmik membran. Namun, tidak segera dihilangkan dari makanan. Glukosa dan polimernya
ada homologi terhadap pengangkut seri GLUT. SGLT 1 juga dapat digunakan untuk menahan Na+ pada penyakit
berperan menyerap glukosa makanan dari usus. Pengangkut diare, seperti dibahas di Bab 25.
terkait, SGLT 2, bertanggung jawab untuk mengangkut Seperti disebutkan, SGLT-1 juga mengangkut galaktosa,
glukosa keluar dari tubulus ginjal (lihat Bab 37). tetapi fruktosa menggunakan mekanisme yang berbeda.
Karena konsentrasi Na+ intrasel di sel usus rendah Penyerapannya tidak bergantung pada Na+ atau transpor
(seperti juga di dalam sel lainnya), Na+ bergerak ke dalam glukosa dan galaktosa; transpornya berlangsung dengan
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 481

GLUT 5 dan keluar dari enterosit untuk masuk ke dalam pilorus. Sekresi asam maksimal berkorelasi dengan kadar
interstisium melalui GLUT 2. Sebagian fruktosa diubah pepsinogen I.
menjadi glukosa di dalam sel mukosa. Pepsin menghidrolisis ikatan antara asam amino aromatik
Insulin hanya sedikit berpengaruh pada transpor seperti fenilalanin atau tirosin dan asam amino kedua, sehingga
glukosa dalam usus. Sehubungan dengan ini, penyerapan di hasil pencernaan peptik adalah berbagai polipeptida dengan
usus menyerupai penyerapan kembali glukosa di tubulus ukuran yang sangat berbeda. Karena pH optimal untuk pepsin
kontortus proksimal ginjal (lihat Bab 37); kedua proses tidak adalah 1,6-3,2, maka kerja enzim ini terhenti bila isi lambung
memerlukan fosforilasi, dan keduanya normal pada diabetes bercampur dengan getah pankreas yang alkalis di duodenum
tetapi dihambat oleh obat florizin. Kecepatan maksimal dan jejunum. pH isi usus halus di bagian superior duodenum
absorpsi glukosa dari usus adalah sekitar 120 g/jam. adalah 3,0—4,0, tetapi cepat meningkat; pada bagian duo-
denum lainnya pH adalah sekitar 6,5.
PROTEIN & ASAM NUKLEAT Di usus halus, polipeptida yang terbentuk melalui
pencernaan di lambung dicerna lebih lanjut oleh enzim-enzim
PENCERNAAN PROTEIN proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, tempat halus. Tripsin, kimotripsin, dan elastase bekerja pada ikatan
pepsin menguraikan beberapa ikatan peptida. Seperti banyak peptida interior pada molekul-molekul peptida dan disebut
enzim lainnya yang berperan mencerna protein, pepsin endopeptidase. Pembentukan endopeptidase aktif dari
disekresi dalam bentuk prekursor inaktif (proenzim) dan prekursor yang inaktif terjadi hanya jika enzim-enzim ini telah
diaktifkan di dalam kanal cerna. Prekursor pepsin mencapai tempat kerja mereka, akibat kerja hidrolase brush
dinamakan pepsinogen dan diaktifkan oleh asam lambung. border, enterokinase (Gambar 26–3). Enzim-enzim poten
Mukosa lambung manusia mengandung sejumlah pemecah protein dalam getah pankreas disekresikan sebagai
pepsinogen yang saling berhubungan, yang dapat dibagi proenzim inaktif. Tripsi-nogen diubah menjadi enzim aktin
menjadi dua kelompok yang berbeda secara imunohisto- tripsin oleh enterokinase ketika getah pankreas masuk ke
kimiawi, pepsinogen I dan pepsinogen II. Pepsinogen I duodenum. Enterokinase mengandung 41% polisakarida,
hanya ditemukan di daerah yang menyekresi asam, dan tingginya kandungan polisakarida ini tampaknya
sedangkan pepsinogen II juga ditemukan di daerah mencegah enzim ini tercerna sendiri sebelum ia dapat

Getah pankreas

Enterokinase

Tripsinogen
Tripsin

Tripsinogen Tripsin

Kimotripsinogen Kimotripsin

Proelastase Elastase

Prokarboksipeptidase A Karboksi-
peptidase A

Prokarboksipeptidase B Karboksi-
peptidase B

Lumen Epitel

GAMBAR 26-3 Mekanisme untuk menghindari pengaktifan duodenum, tripsinogen berkontak dengan enterokinase yang
protease-protease pankreas hingga mereka berada di lumen terdapat di permukaan apikal enterosit. Tripsinogen kemudian
duodenum. Getah pankreas mengandung enzim-enzim proteolitik terurai menjadi tripsin, yang selanjutnya dapat mengaktifkan
dalam bentuk prekursor inaktif. Ketika getah masuk ke lumen molekul-molekul tripsin lain serta enzim-enzim protelitik sisanya.
482 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Ser
Karboksipeptidase A
Kimotripsin Peptida dengan
Elastase AA netral
di ujung C

Peptida Arg
panjang Ser
Peptida pendek
dengan AA
netral dan basa
Tripsin
Karboksipeptidase B
Arg
Peptida dengan
AA basa
di ujung C

GAMBAR 26-4 Pencernaan peptida di lumen oleh endopeptidase dan eksopeptidase pankreas. Asam-asam amino digambarkan sebagai
persegi.

melaksanakan fungsinya. Tripsin mengubah kimotrip- diangkut keluar enterosit di sepanjang batas basolateral oleh
sinogen menjadi kimotripsin dan proenzim-proenzim lain paling sedikit lima sistem transpor. Dari sini, asam-asam
menjadi enzim aktif (Gambar 26-3). Tripsin juga dapat amino tersebut masuk ke darah porta hepatika.
mengaktifkan tripsinogen; karena itu, jika telah terbentuk Penyerapan asam amino di duodenum dan jejunum
beberapa tripsin maka terjadi reaksi berantai autokatalitik. berlangsung cepat. Pada keadaan sehat, hanya sedikit terjadi
Defisiensi enterokinase terjadi karena kelainan kongenital penyerapan di ileum karena sebagian besar asam amino bebas
dan menyebabkan malnutrisi protein. sudah terasimilasi di titik ini. Hampir 50% protein yang
Karboksipeptidase pankreas merupakan eksopeptidase yang dicerna berasal dari makanan yang masuk, 25% dari protein
menghidrolisis asam amino di ujung karboksil polipeptida getah pencernaan, dan 25% dari deskuamasi sel mukosa.
(Gambar 26–4). Beberapa asam amino bebas dilepaskan di Hanya 2-5% protein dalam usus halus lolos dari pencernaan
dalam lumen usus halus, tetapi yang lainnya dilepaskan pada dan penyerapan. Sebagian dari jumlah ini akhirnya dicerna
permukaan sel oleh aminopeptidase, karboksipeptidase, oleh bakteri di kolon. Hampir semua protein dalam feses
endopeptidase, dan dipeptidase dalam brush border sel mukosa. tidak berasal dari makanan tetapi dari bakteri dan debris sel.
Beberapa di- dan tripeptida diangkut secara aktif ke dalam sel Bukti menunjukkan bahwa kegiatan peptidase brush border
usus halus dan dihidrolisis oleh peptidase intrasel, di mana asam- dan sitoplasma sel mukosa meningkat dengan reseksi sebagian
asam aminonya memasuki aliran darah. Jadi, pencernaan akhir
terhadap asam amino terjadi di tiga tempat: lumen usus halus,
brush border, dan sitoplasma sel mukosa.
Na+ 3Na+
PENYERAPAN NHE
H+ 2K+
Terdapat paling sedikit tujuh sistem transpor berbeda yang Pencernaan
mengangkut asam amino ke dalam enterosit. Lima dari sistem di sitosol
tersebut memerlukan Na+ dan melakukan kotransportasi asam H+
PEPT1
amino dan Na+ dengan cara serupa dengan ko transportasi Na+
Pengangkut
dan glukosa (Gambar 26-3). Dua dari kelima ini juga asam amino
memerlukan Cl−. Pada dua sistem, pengangkutan tidak Di-, tripeptida di membran
bergantung pada Na+. basolateral

Di- dan tripeptida diangkut ke dalam enterosit oleh GAMBAR 26-5 Pengangkutan peptida pendek di sel epitel usus.
suatu sistem yang memerlukan H+ (bukan Na+) dan dikenal Peptida diserap bersama dengan proton yang dipasok oleh penukar
sebagai PepTl (atau peptide transporter 1) (Gambar 26–5). natrium/hidrogen (NHE) oleh peptide transporter 1 (PepT1). Peptida
Peptida-peptida yang lebih besar hampir tidak yang diserap dicerna oleh protease sitosol, dan setiap kelebihan asam
diabsorpsi. Di enterosit, asam amino yang dibebaskan amino disalurkan ke aliran darah oleh serangkaian protein pengangkut
basolateral.
dari peptida oleh hidrolisis intrasel ditambah asam
amino yang diserap dari lumen usus dan brush border
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 483

ileum dan akan berubah dengan sendirinya pada keadaan


kelaparan. Jadi, enzim-enzim ini tampaknya merupakan
LIPID
subjek pengaturan homeostatik. Pada manusia, cacat
kongenital pada mekanisme yang mengangkut asam amino PENCERNAAN LEMAK
netral di usus halus dan tubulus ginjal menyebabkan
penyakit Hartnup. Cacat kongenital pada transpor asam Lipase lidah disekresi oleh kelenjar Ebner di permukaan dorsal
amino basa menyebabkan sistinuria. Namun, sebagian besar lidah pada sebagian spesies, dan lambung juga menyekresi lipase
pasien tidak mengalami defisiensi nutrisi asam-asam amino (Tabel 26-1). Enzim-enzim ini tidak begitu penting secara
ini karena terjadi kompensasi oleh transpor peptida. kuantitatif untuk pencernaan lemak kecuali pada insufisiensi
Pada bayi, terjadi penyerapan protein yang tidak dicerna pankreas, tetapi mereka dapat menghasilkan asam lemak bebas
dalam jumlah sedang. Antibodi protein dalam kolostrum yang memberi sinyal ke sebagian besar bagian distal kanal GI
sebagian besar adalah imunoglobulin sekretorik (IgA), yang (mis. menyebabkan pelepasan CCK; lihat Bab 23).
pembentukannya dalam payudara meningkat menjelang Karenanya, sebagian besar pencernaan lemak dimulai di
akhir kehamilan. Antibodi ini menembus epitel mamaria duodenum, dengan salah satu enzim terpenting adalah lipase
melalui transitosis dan masuk ke dalam sirkulasi janin pankreas. Enzim ini menghidrolisis ikatan-1 dan -3 trigliserida
melalui usus halus, membentuk imunisasi pasif terhadap (triasilgliserol) dengan relatif mudah tetapi bekerja pada
infeksi. Penyerapannya adalah dengan endositosis dan ikatan-2 dengan kecepatan sangat rendah, sehingga hasil
diikuti eksositosis. utama kerjanya adalah asam lemak bebas dan 2-monogliserida
Penyerapan protein utuh berkurang tajam setelah (2-monoasil-gliserol). Enzim ini bekerja pada lemak yang telah
penyapihan, tetapi orang dewasa tetap menyerap sejumlah mengalami emulsifikasi (lihat bawah). Kegiatannya difasilitasi
bila heliks amfipatik yang menutupi sisi aktifnya yang seperti
kecil. Protein asing yang memasuki sirkulasi menimbulkan
sebuah tutup dibengkokkan ke belakang. Koli-pase, suatu
pembentukan antibodi, dan reaksi antigen-antibodi yang
protein dengan berat molekul kira-kira 11.000, juga disekresi
terjadi terhadap pemasukan lebih banyak lagi protein yang
dalam getah pankreas, dan jika molekul ini mengikat ranah
sama secara lebih lanjut dapat menyebabkan gejala alergi. terminal-COOH lipase pankreas, tutup tersebut lebih mudah
Jadi, penyerapan protein dari usus halus dapat menerangkan dibuka. Kolipase disekresi dalam bentukproform inaktif
terjadinya gejala alergi setelah makan makanan tertentu. (Tabel 26-1) dan diaktifkan di lumen usus halus oleh tripsin.
Insidens alergi makanan pada anak dikatakan setinggi 8%. Kolipase juga penting untuk kerja lipase karena bahan ini
Makanan tertentu lebih alergenik daripada yang lain. memungkinkan lipase tetap berikatan dengan butir-butir
Krustasea, moluska, dan ikan merupakan penyebab yang lemak makanan meskipun terdapat asam empedu.
sering, dan reaksi alergi terhadap leguminosa, susu sapi, dan Saat ini telah ditemukan lipase pankreas yang diaktifkan
putih telur juga relatif sering dijumpai. Namun, pada oleh asam empedu. Kolesterol esterase berberat 100.000-
sebagian besar orang tidak terjadi alergi makanan, dan kDa ini membentuk sekitar 4% dari protein total dalam getah
terdapat bukti adanya komponen genetik dalam kerentanan. pankreas. Pada orang dewasa, lipase pankreas 10-60 kali
Penyerapan antigen protein, terutama protein bakteri lebih aktif, tetapi tidak seperti lipase pankreas, kolesterol
dan virus, terjadi di dalam microfold cells atau sel M besar, esterase mengatalisis hidrolisis ester kolesterol, ester vitamin
yaitu sel epitel usus khusus yang terletak di atas agregasi larut-lemak, dan fosfolipid, serta trigliserida. Enzim yang
jaringan limfoid (bercak Peyer). Sel ini membawa antigen ke sangat mirip juga ditemukan di air susu manusia.
sel limfoid, dan terjadi pengaktifan limfosit. Limfoblas yang Lemak relatif tak-larut, sehingga kemampuannya menem-
telah diaktifkan masuk ke sirkulasi, tetapi kemudian kembali bus lapisan statis (unstirred layer) dan mencapai permukaan sel
ke mukosa usus halus dan epitel lain untuk menyekresi IgA mukosa terbatas. Namun, lemak diemulsifikasi dengan halus di
sebagai respons terhadap pajanan antigen yang sama usus halus oleh efek deterjen dari asam-asam empedu,
selanjutnya. Kekebalan sekretorik ini merupakan mekanisme fosfatidilkolin, dan monogliserida. Bila konsentrasi asam
pertahanan penting (lihat Bab 3). empedu dalam usus halus tinggi, seperti setelah kontraksi
kandung empedu, lemak dan garam empedu berinteraksi
spontan membentuk misel (Gambar 26–6). Agregat silindris
ASAM NUKLEAT ini mengikat lipid, dan meskipun konsentrasi lipidnya berbeda-
Asam nukleat diuraikan menjadi nukleotida di usus halus beda, namun umumnya mengandung asam lemak, monogli-
oleh nuklease pankreas, dan nukleotida itu diuraikan serida, dan kolesterol di pusat hidrofobiknya. Pembentukan
menjadi nukleosida dan asam fosfor oleh enzim yang misel selanjutnya melarutkan lipid dan menghasilkan
tampaknya terdapat di permukaan luminal sel mukosa. mekanisme untuk pengangkutannya ke enterosit. Jadi, misel
Nukleosida kemudian diuraikan menjadi unsur-unsurnya, bergerak ke konsentrasi yang lebih rendah melalui lapisan statis
yaitu gula serta basa pirimidin dan purin. Unsur-unsur basa ke brush border sel mukosa. Lipid berdifusi keluar dari misel,
tersebut diserap oleh transpor aktif. Baru-baru ini ditemukan dan terbentuk suatu larutan cair jenuh lipid yang berkontak
famili pengangkut nukleosida ekulibratif (yi. pasif) dan dengan brush border sel mukosa (Gambar 26-6).
konsentratif (yi. aktif sekunder) yang diekspresikan di Lemak berkumpul di misel, dengan kolesterol di
membran apikal enterosit. pusat hidrofobik dan fosfolipid amfipatik dan
484 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

SEJUMLAH BESAR
LARUTAN ISI
RE halus FA/MG Pembentukan TG
USUS HALUS TG
dan fosfolipid

Pembentukan
AL
p an a GE apolipoprotein
era ny
ny da RE kasar Glikosilasi
Pe an a
ng LAPISAN apolipoprotein
Trigliserida de STATIS
Pe
makanan tan nye Eksositosis
pa rap Golgi
ad an
an
ya AL
GE Kilomikron
Lipase
pankreas GAMBAR 26-7 Penanganan produk-produk pencernaan lemak di
dalam sel. Asam lemak dan monogliserida (MG) yang diserap
mengalami re-esterifikasi untuk membentuk trigliserida (TG) di
Mukosa retikulum endoplasma halus. Apoprotein yang disintesis di retikulum
endoplasma kasar menyelubungi inti lemak, dan kilomikron yang
GAMBAR 26-6 Pencernaan lipid dan gerakannya ke mukosa usus terbentuk disekresikan dari kutub basolateral sel epitel melalui proses
halus. Asam lemak (AL) dibebaskan oleh kerja lipase pankreas terhadap eksositosis.
trigliserida makanan dan, dengan adanya garam empedu (GE),
membentuk misel (struktur-struktur bundar), yang berdifusi melalui
lapisan air statis ke permukaan mukosa. Tidak diperlihatkan koli-pase
mengikat asam-asam empedu di permukaan butir trigliserida untuk
PENYERAPAN LEMAK
merekatkan lipase ke permukaan dan memungkinkan efek lipolitiknya Biasanya lemak dianggap masuk ke enterosit melalui proses
bekerja. (Dimodifikasi dari Westergaard H, Dietschy JM: Normal mechanisms of fat difusi pasif, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa
absorption and derangements induced by various gastrointestinal diseases. Med Clin
North Am 1974 Nov;58(6):1413-1427.)
pembawa (carrier) juga terlibat. Di dalam sel, lemak cepat
mengalami esterifikasi sehingga tetap terjadi gradien
konsentrasi antara lumen dan sel (Gambar 26–7). Juga
terdapat pembawa yang mengekspor lemak tertentu kembali
ke lumen sehingga ketersediaan oral mereka menjadi
monogliserida berjajar dengan ujung hidrofilik mereka di sisi
terbatas. Hal ini terjadi pada sterol tanaman serta kolesterol.
luar dan ekor hidrofobik mereka di bagian tengah. Misel
Nasib asam lemak di enterosit bergantung pada
berperan penting dalam mempertahankan lemak dalam
ukurannya. Asam lemak yang atom karbonnya kurang dari
lauran dan mengangkut mereka ke brush border sel epitel
10-12 relatif larut air sehingga dapat melewati enterosit
usus, tempat mereka diserap.
tanpa perlu dimodifikasi dan secara aktif diangkut ke darah
STEATOREA portal. Asam lemak ini beredar dalam darah sebagai asam
lemak bebas (tanpa esterifikasi). Asam lemak yang atom
Hewan yang menjalani pankreatektomi dan penderita karbonnya lebih dari 10-12 terlalu sulit larut untuk dapat
dengan penyakit yang merusak bagian eksokrin pankreas menjalani proses ini. Asam-asam ini kembali diesterifikasi
fesesnya berlemak, bergumpal, dan berwarna seperti tanah menjadi trigliserida di enterosit. Selain itu, sebagian
liat (steatorea) karena terganggunya pencernaan dan kolesterol yang diserap diesterifikasi. Trigliserida dan ester
penyerapan lemak. Steatorea terutama disebabkan oleh kolesteril kemudian di-bungkus oleh lapisan protein,
defisiensi lipase. Namun, asam menghambat lipase, dan kolesterol, dan fosfolipid untuk membentuk kilomikron.
ketiadaan sekresi basa dari pankreas juga berperan Kilomikron meninggalkan sel dan masuk ke pembuluh limfe,
menurunkan pH isi usus. Pada sebagian kasus, hipersekresi karena mereka terlalu besar untuk melewati taut antara sel-
asam lambung dapat menyebabkan steatorea. Sebab lain sel endotel kapiler (Gambar 26-7).
steatorea adalah gangguan penyerapan kembali garam Di sel mukosa, sebagian besar trigliserida dibentuk dari
empedu di ileum distal (lihat Bab 29). asilasi 2-monogliserida yang diserap, terutama di dalam
Jika empedu dikeluarkan dari usus, hampir 50% dari retikulum endoplasma halus. Namun, sebagian trigliserida
lemak yang tertelan akan muncul di tinja. Juga terjadi dibentuk dari gliserofosfat, yang sebaliknya adalah hasil
malabsorpsi berat vitamin larut-lemak. Jika reabsorpsi garam katabolisme glukosa. Gliserofosfat juga diubah menjadi
empedu dihambat oleh reseksi ileum terminal atau oleh gliserofos-folipid yang ikut berperan dalam pembentukan
penyakit di bagian usus halus ini, jumlah lemak di tinja juga kilomikron. Asilasi gliserofosfat dan pembentukan
meningkat karena sirkulasi enterohepatik terganggu, hati lipoprotein terjadi di dalam retikulum endoplasma kasar.
tidak dapat meningkatkan kecepatan produksi garam Gugus karbohidrat ditambahkan ke protein di dalam
empedu ke tingkat yang memadai untuk mengompensasi aparatus Golgi, dan kilomikron yang telah selesai terbentuk
kehilangan. dikeluarkan melalui eksositosis dari bagian basolateral sel.
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 485

Penyerapan asam lemak rantai-panjang terbesar terjadi Penyerapan vitamin B12 dan folat tidak bergantung pada
di usus halus bagian atas, tetapi sejumlah tertentu juga Na+, tetapi ketujuh vitamin larut air lainnya—tiamin,
diserap di ileum. Pada asupan lemak jumlah sedang, 95% riboflavin, niasin, piridoksin, pantotenat, biotin, dan asam
atau lebih lemak yang dimakan diserap. Proses-proses yang askorbat—diserap oleh pengangkut yang merupakan
terlibat dalam penyerapan lemak belum seluruhnya kotransporter Na+.
sempurna pada waktu lahir, dan bayi tidak menyerap 10-15%
lemak yang dimakan. Jadi, mereka lebih peka terhadap efek
KALSIUM
buruk proses penyakit yang mengurangi penyerapan lemak. Sekitar 30 sampai 80% kalsium yang dimakan akan diserap.
Proses penyerapan dan hubungannya dengan 1,25-dihidrok-
ASAM LEMAK sikolekalsiferol dibahas di Bab 21. Melalui turunan vitamin D
RANTAI-PENDEK DI KOLON ini, penyerapan Ca2+ disesuaikan dengan kebutuhan tubuh;
penyerapan meningkat jika terdapat defisiensi Ca2+ dan
Semakin banyak perhatian ditujukan ke asam-asam lemak menurun jika terdapat kelebihan Ca2+. Penyerapan Ca2+ juga
rantai pendek (short-chain fatty acid, SCFA) yang dihasilkan dipermudah oleh protein. Penyerapan dihambat oleh fosfat
di kolon dan diserap darinya. SCFA adalah asam-asam lemah dan oksalat sebab anion-anion tersebut membentuk garam
dua- sampai lima-karbon yang memiliki konsentrasi normal tidak larut dengan Ca2+ di dalam usus. Penyerapan
rata-rata 80 mmol/1 di lumen. Sekitar 60% dari jumlah total magnesium difasilitasi oleh protein.
ini adalah asetat, 25% propionat, dan 15% butirat. Asam-
asam ini terbentuk oleh kerja bakteri kolon pada karbohidrat
BESI
kompleks, tepung resisten, dan komponen-komponen lain Pada orang dewasa, jumlah besi yang hilang dari tubuh
serat makanan, yi. bahan yang lolos dari proses pencernaan relatif kecil. Kehilangannya umumnya tidak diatur, dan total
di kanal cerna bagian atas dan masuk ke kolon. persediaan besi tubuh diatur oleh perubahan kecepatan
penyerapan di usus. Laki-laki kehilangan kira-kira 0,6 mg/
SCFA yang diserap dimetabolisme dan secara bermakna
hari, terutama melalui tinja. Pada perempuan pramenopause
memberi kontribusi bagi asupan kalori total. Selain itu,
kehilangannya lebih bervariasi dan lebih besar, rata-rata dua
asam-asam ini memiliki efek trofik pada sel epitel kolon, kali angka tersebut karena penambahan kehilangan besi
melawan peradangan, dan sebagian diserap melalui dalam darah selama haid. Asupan besi harian rata-rata di
pertukaran dengan H+ yang membantu mempertahankan Amerika Serikat dan Eropa adalah sekitar 20 mg, tetapi
keseimbangan asam-basa. SCFA diabsorbsi oleh pembawa jumlah yang diserap hanya seimbang dengan yang hilang.
spesifik yang tedapat di sel epitel kolon. SCFA juga Jadi, jumlah besi yang diserap normalnya berkisar antara
mendorong penyerapan Na+, walaupun mekanisme pasti kira-kira 3-6% dari jumlah yang dimakan. Berbagai faktor
penggabungan Na+-SCFA masih belum diketahui pasti. makanan memengaruhi ketersediaan besi untuk diserap;
sebagai contoh, asam fitat yang terdapat di biji-bijian
PENYERAPAN VITAMIN bereaksi dengan besi untuk membentuk senyawa tidak larut
DAN MINERAL di usus. Demikian juga fosfat dan oksalat.
Sebagian besar besi dalam makanan berada dalam
bentuk ferri (Fe3+), sementara bentuk ferro (Fe2+) lah diserap.
VITAMIN Aktivitas Fe3+ reduktase berkaitan dengan transporter besi di
Vitamin didefinisikan sebagai molekul kecil yang berperan brush border enterosit (Gambar 26–8). Sekresi lambung
penting dalam reaksi biokimia tubuh, dan harus diperoleh dari melarutkan besi dan memungkinkan besi membentuk
makanan karena tidak dapat disintesis secara endogen. kompleks larut dengan asam askorbat dan bahan lain yang
Pembahasan tentang vitamin-vitamin yang penting bagi membantu reduksinya menjadi bentuk Fe2+. Pentingnya
nutrisi manusia akan disajikan menjelang akhir bab ini, tetapi fungsi ini pada manusia ditunjukkan oleh kenyataan bahwa
di sini kita terutama membahas prinsip-prinsip umum anemia defisiensi besi merupakan penyulit yang sering terjadi
pencernaan dan penyerapan mereka. Vitamin larut-lemak A, dan mengganggu pada gastrektomi parsial.
D, E, dan K dikonsumsi sebagai ester dan harus dicerna oleh Hampir semua penyerapan besi terjadi di duodénum.
kolesterol esterase sebelum diserap. Vitamin-vitamin ini juga Transpor Fe2+ ke dalam enterosit terjadi melalui divalent metal
transporter 1 (DMT-1) (Gambar 26-8). Sebagian disimpan
sangat tidak larut di usus, dan karenanya penyerapan mereka
dalam feritin, dan sisanya diangkut keluar enterosit oleh suatu
sangat bergantung pada penyatuan mereka ke dalam misel.
transporter basolateral yang disebut feroportin 1. Suatu protein
Penyerapan mereka akan berkurang bila penyerapan lemak
yang disebut hephaestin (Hp) berkaitan dengan feroportin 1.
rendah karena kurangnya enzim pankreas atau bila empedu Protein ini sendiri bukan suatu pengangkut, tetapi
tidak dikeluarkan ke usus akibat penyumbatan kanal empedu. mempermudah transpor basolateral. Di plasma, Fe2+ diubah
Kebanyakan vitamin diserap di usus halus bagian atas, menjadi Fe3+ dan terikat ke protein pengangkut besi transferin.
tetapi vitamin B12 diserap di ileum. Vitamin ini diikat oleh Protein ini memiliki dua tempat untuk mengikat besi.
faktor intrinsik, suatu protein yang disekresikan oleh sel Normalnya, kira-kira 35% transferin jenuh dengan besi, dan
pariétal lambung, dan kompleks tersebut diserap mukosa kadar normal besi plasma kira-kira 130 pg/dL (23 pmol/L) pada
ileum. pria dan 110 pg/dL (19 pmol/L) pada wanita.
486 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Brush
border
Lumen Enterosit Darah
usus

Hem HT Hem
HO2 Hp
Fe3+
Reduktase Fe2+ Fe2+ FP Fe2+
Fe2+ DMT1 Fe2+
Fe3+-feritin Fe3+

Terlepas
Fe3+−TF

GAMBAR 26-8 Penyerapan besi. Fe3+ diubah menjadi Fe2+ menjadi Fe3+ dan diikat ke feritin. Sisanya berikatan dengan
oleh feri reduktase, dan Fe2+ diangkut ke dalam enterosit oleh pengangkut Fe2+ basolateral feroportin (FP) dan dibawa ke cairan
pengangkut besi DMT1 di membran apikal. Hem diangkut ke dalam interstisium. Pemindahan dibantu oleh hephaestin (Hp). Di plasma,
enterosit oleh pengangkut hem tersendiri (HT), dan HO2 Fe2+ diubah menjadi Fe3+ dan diikatkan ke protein pengangkut besi
membebaskan Fe2+ dari hem. Sebagian dari Fe2+ intrasel diubah transferin (TF).

Hem (lihat Bab 31) berikatan dengan suatu protein


pengangkut di membran apikal enterosit dan dibawa ke
dalam sitoplasma. Di sitoplasma, HO2, suatu subtipe hem BOKS KLINIS 26-2
oksigenase, mengeluarkan Fe2+ dari porfirin dan memindah-
kannya ke simpanan Fe2+ intrasel.
Tujuh puluh persen besi dalam tubuh berada dalam Gangguan Penyerapan Besi
hemoglobin, 3% dalam mioglobin, dan sisanya dalam feritin, Defisiensi besi menyebabkan anemia. Sebaliknya, kelebihan
yang terdapat tidak saja di enterosit tetapi juga di banyak sel besi menyebabkan hemosiderin menumpuk di jaringan,
lain. Apoferitin adalah suatu protein globular yang terdiri dari menimbulkan hemosiderosis. Hemosiderin dalam jumlah
24 subunit. Feritin mudah terlihat di bawah mikroskop banyak dapat merusak jaringan, seperti yang dijumpai pada
elektron dan telah digunakan sebagai penjejak (tracer) dalam gangguan genetik umum hemo-kromatosis. Sindrom ini
penelitian-penelitian fagositosis dan fenomena terkait. ditandai oleh pigmentasi kulit, kerusakan pankreas disertai
Molekul feritin di membran lisosom dapat menggumpal diabetes ("bronze diabetes"), sirosis hati, insidens karsinoma
menjadi endapan yang mengandung sampai sebanyak 50% hati yang tinggi, dan atrofi gonad. Hemokromatosis dapat
besi. Endapan ini disebut hemosiderin. herediter atau didapat. Penyebab tersering bentuk herediter
Penyerapan besi di usus diatur oleh tiga faktor: asupan adalah mutasi di gen HFE, yang sering terdapat pada
besi dari makanan, keadaan simpanan besi di tubuh, dan populasi Kaukasus. Gen ini terletak di lengan pendek
keadaan eritropoiesis di sumsum tulang. Berfungsinya secara kromosom 6, dan berkaitan erat dengan lokus human
normal faktor-faktor yang mempertahankan keseimbangan leukocyte antigen A (HLA-A). Masih belum diketahui
besi penting untuk kesehatan (Boks Klinis 26–2). bagaimana mutasi di HFE menyebabkan hemokromatosis,
tetapi orang yang homogen untuk mutasi HFE menyerap
KONTROL ASUPAN MAKANAN besi dalam jumlah besar karena dalam keadaan normal HFE
menghambat ekspresi pengangkut di duodenum yang ikut
Asupan nutrien berada di bawah kontrol kompleks yang serta dalam penyerapan besi. Hemokromatosis bentuk
melibatkan sinyal-sinyal dari susunan saraf pusat dan perifer. Hal didapat terjadi bila sistem pengendali besi dikalahkan oleh
ini diperumit oleh fungsi-fungsi luhur yang memodulasi respons beban besi berlebihan karena penghancuran kronik sel
terhadap sinyal sentral dan perifer dan memicu atau meng- darah merah, penyakit hati, atau transfusi berulang pada
hambat asupan makanan. Karena itu, preferensi makanan, penyakit seperti anemia rekalsitran.
emosi, lingkungan, gaya hidup, dan irama sirkadian mungkin
berdampak besar pada apakah yang bersangkutan mencari KIAT TERAPEUTIK
makanan atau tidak, serta jenis makanan yang dikonsumsi.
Banyak dari hormon dan faktor lain yang dibebaskan Jika hemokromatosis herediter didiagnosis sebelum
bersamaan dengan saat makan, dan mungkin memiliki peran terjadi penimbunan berlebihan besi di jaringan maka
penting lain dalam pencernaan dan penyerapan (lihat Bab usia harapan hidup dapat diperpanjang secara sub-
25), juga berperan mengatur perilaku makan (Gambar 26– stansial dengan mengeluarkan darah secara berulang.
9). Sebagai contoh, CCK yang dihasilkan oleh sel I di usus,
atau dibebaskan oleh ujung-ujung saraf di otak,
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 487

Faktor yang memodulasi


Menyukai
Menginginkan (reward, ketagihan)
Emosi
Petunjukan, kebiasaan, stres, porsi
Irama sirkandian
FUNGSI EKSEKUTIF (korteks frontalis)

Inhibitor sentral
POMC Rangsangan sentral
CART NPY
CCK Oreksin-A
NE Kanabinoid
CRH Hipotalamus

Asupan
makanan

Glukosa/AA/FFA
CCK Lambung
Ghrelin
PYY Jaringan lemak
Kortisol
Insulin Adrenal
Leptin

GAMBAR 26-9 Ringkasan mekanisme yang mengendalikan makanan lebih lanjut. Asupan makanan juga dapat dipengaruhi oleh
asupan makanan. Rangsangan dan inhibitor perifer, yang dilepaskan sinyal-sinyal dari pusat-pusat yang lebih tinggi, seperti diperlihatkan.
sebagai antisipasi atau respons terhadap asupan makanan, melewati Yang tidak diperlihatkan adalah bahwa oreksin perifer dapat
sawar darah-otak (ditunjukkan oleh garis merah terputus-putus) dan mengurangi pembentukan berbagai inhibitor sentral, dan demikian
mengaktifkan pelepasan dan/atau pembentukan faktor-faktor sebaliknya. (Didasarkan pada gambar yang disumbangkan oleh Dr Samuel Klein,
sentral di hipotalamus yang meningkatkan atau menurunkan asupan Washington University.)

menghambat asupan makan lebih lanjut dan karenanya terutama dihasilkan oleh lambung, serta jaringan lain
didefinisikan sebagai satiety factor (faktor kenyang) atau misalnya pankreas dan kelenjar adrenal sebagai respons
anoreksin. CCK dan faktor serupa lain banyak menarik terhadap perubahan pada status gizi—kadar ghrelin dalam
perhatian industri farmasi dengan harapan bahwa turunan- sirkulasi meningkat sebelum makan, lalu menurun setelah
turunannya mungkin berguna untuk membantu dalam diet, makan. Diperkirakan bahwa bahan ini terutama terlibat
suatu tujuan yang kini semakin dibutuhkan mengingat dalam inisiasi makan, tidak seperti efek leptin yang lebih
epidemi obesitas yang saat ini melanda negara-negara Barat bersifat jangka-panjang. Namun, seperti leptin, efek ghrelin
(Boks Klinis 26–3). timbul terutama melalui efek pada hipotalamus. Ghrelin
Leptin dan ghrelin adalah faktor perifer yang bekerja secara meningkatkan pembentukan dan/atau pelepasan berbagai
bertentangan terhadap asupan makanan, serta muncul sebagai oreksin sentral, termasuk neuropeptida Y dan kanabinoid,
regulator penting dalam hal ini. Keduanya mengaktifkan serta menekan kemampuan leptin untuk merangsang faktor-
reseptor mereka di hipotalamus yang memicu rangkaian sinyal faktor anoreksigenik yang dibahas di atas. Hilangnya
yang berakhir pada perubahan asupan makanan. Leptin aktivitas ghrelin mungkin ikut berperan dalam efektivitas
dihasilkan oleh jaringan lemak, dan memberi sinyal tentang operasi bedah-pintas lambung untuk obesitas. Sekresinya
status simpanan lemak. Jika ukuran adiposit meningkat maka juga dapat dihambat oleh leptin, yang menggaris bawahi sifat
jumlah leptin yang dibebaskan akan meningkat dan hal ini bertentangan dari kedua hormon ini. Namun, terdapat
cenderung menurunkan asupan makanan, sebagian dengan bukti-bukti bahwa kemampuan leptin untuk mengurangi
meningkatkan ekspresi faktor anoreksigenik lain di hipotalamus sekresi ghrelin lenyap pada keadaan obesitas.
seperti pro-opiomelanokortin (POMC), cocaine- and
amphetamine-regulated transcript (CART), neurotensin, dan PRINSIP NUTRISI &
corticotropin-releasing hormone (CRH). Leptin juga merangsang
laju metabolisme (lihat Bab 18). Namun, penelitian pada hewan
METABOLISME ENERGI
menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan timbulnya Manusia mengoksidasi karbohidrat, protein, dan lemak,
resistensi terhadap efek leptin dan pada keadaan ini asupan menghasilkan terutama CO2, H2O, dan energi yang
makanan terus berlangsung meskipun simpanan lemak adekuat dibutuhkan untuk proses-proses kehidupan (Boks Klinis
(atau bahkan bertambah)—karenanya terjadi obesitas. 26-3). CO2, H2O, dan energi juga dihasilkan ketika makanan
Ghrelin, di pihak lain, adalah oreksin yang terutama dibakar di luar tubuh. Namun, di tubuh, oksidasi bukanlah
bekerja cepat dan merangsang asupan makanan. Bahan ini suatu reaksi satu-tahap semieksplosif tetapi merupakan
488 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

BOKS KLINIS 26-3

Obesitas relawan manusia diberi makan diettinggi-kalori dalam jumlah


tetap, sebagian mengalami pertambahan berat lebih cepat dari
Obesitas (kegemukan) adalah masalah gizi yang paling sering
yang lain, tetapi pertambahan berat yang lebih lambat
dan mahal di AS. Indikator yang mudah digunakan dan handal
disebabkan oleh peningkatan pengeluaran energi dalam bentuk
untuk lemak tubuh adalah indeks massa tubuh (body mass
gerakan-gerakan kecil yang gelisah (nonexercise activity
index; BMI), yakni berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
thermogenesis; NEAT). Selama masa dewasa, berat badan
tinggi badan pangkat dua (dalam meter). Nilai di atas 25 adalah
umumnya meningkat secara perlahan, tetapi tetap. Berkurang-
abnormal. Orang dengan nilai 25-30 mengalami kelebihan berat
nya aktivitas fisik jelas berperan dalam peningkatan ini, tetapi
(overweight), dan mereka yang nilainya >30 mengalami
penurunan kepekaan terhadap leptin juga mungkin berperan.
obesitas. Di Amerika Serikat, 34% populasi mengalami kelebihan
berat dan 34% obes. Insidens obesitas juga meningkat di
negara-negara lain. Memang, Worldwatch Institute memper- KIAT TERAPEUTIK
kirakan bahwa meskipun kelaparan masih menjadi masalah di
berbagai belahan dunia, tetapi jumlah orang yang mengalami Obesitas adalah masalah medis dan kesehatan masyarakat
kelebihan berat di dunia saat ini sama banyaknya dengan jumlah yang mencemaskan karena keberhasilan pengobatannya
yang kekurangan makan. Obesitas adalah masalah karena sangat bergantung pada perubahan gaya hidup.
penyulit yang ditimbulkannya. Obesitas berkaitan dengan Penurunan berat jangka-panjang hanya dapat dicapai
percepatan aterosklerosis dan peningkatan insidens penyakit dengan penurunan asupan makanan, peningkatan
kandung empedu dan penyakit lain. Keterkaitannya dengan pengeluaran energi, atau, idealnya, kombinasi keduanya.
diabetes tipe 2 sangat mencolok. Seiring dengan pertambahan Olahraga sajajarang memadai karena hal ini biasanya
berat badan, resistensi insulin juga meningkat dan dapat timbul memicu pasien untuk mengonsumsi lebih banyak
diabetes. Paling tidak pada sebagian kasus, toleransi glukosa karbohidrat. Bagi mereka yang mengalami obesitas serius
pulih jika berat diturunkan. Selain itu, angka kematian akibat dan yang mengidap penyulit kesehatan serius sebagai
berbagai jenis kanker meningkat pada orang obes. Penyebab akibatnya, telah dikembangkan berbagai prosedur bedah
tingginya insidens obesitas pada populasi umum mungkin untuk mengurangi ukuran cadangan lambung dan/atau
beragam. Studi-studi terhadap kembar yang dibesarkan secara sekalian memdypossnya. Tindakan-tindakan bedah ini
terpisah jelas memperlihatkan adanya komponen genetik. dimaksudkan untuk mengurangi ukuran makanan yang
Dibuktikan bahwa selama sebagian besar masa evolusinya, dapat ditoleransi, tetapi juga berdampak besar pada
manusia mengalami kelaparan, dan mekanisme-mekanisme metabolisme bahkan sebelum terjadi penurunan berat
yang memungkinkan peningkatan simpanan energi dalam yang signifikan, mungkin akibat berkurangnya pembentuk-
bentuk lemak menjadi penting bagi kelangsungan hidup. an oreksin perifer oleh usus. Perusahaan-perusahaan
Namun, saat ini makanan berkelimpahan di banyak negara, dan farmasi juga secara aktif mengeksplorasi oreksin dan
kemampuan untuk memperoleh dan mempertahankan lemak anoreksin untuk mengembangkan obat yang dapat
tersebut kini menjadi kelemahan. Seperti dinyatakan di atas, bekerja secara sentral untuk memodifikasi asupan
kausa mendasar dari obesitas tetaplah kelebihan asupan energi makanan (Gambar 26-9).
dalam makanan dibandingkan pemakaian energi. Jika para

suatu proses kompleks, perlahan, dan bertahap yang dinamai makanan, termoregulasi, dan aktivitas fisik. Energi ini tampil
katabolisme, yang membebaskan energi dalam jumlah sebagai kerja eksternal, panas, dan simpanan energi:
sedikit-sedikit dan dapat digunakan. Energi dapat disimpan
Keluaran Energi = Kerja Eksternal + Simpanan Energi + Panas
di tubuh dalam bentuk senyawa fosfat khusus kaya-energi
serta dalam bentuk protein, lemak, dan karbohidrat yang Jumlah energi yang dibebaskan per satuan waktu
disintesis dari molekul-molekul yang lebih sederhana. disebut laju/kecepatan metabolisme. Kontraksi otot isotonik
Pembentukan berbagai bahan ini oleh proses-proses yang melalukan kerja dengan efisiensi puncak mendekati 50%:
menggunakan dan bukan membebaskan energi disebut Kerja yang dilakukan
anabolisme. Bab ini menyajikan ringkasan tentang Efisiensi =
pembentukan dan pemakaian energi serta metabolisme Total energi yang dikeluarkan
karbohidrat, protein, dan lemak. Pada dasarnya semua energi kontraksi isometrik muncul
sebagai panas, karena sedikit atau tidak ada kerja eksternal (gaya
dikalikan dengan jarak yang dihasilkan gaya tersebut untuk
KECEPATAN METABOLISME memindahkan suatu massa) yang dilakukan (lihat Bab 5). Energi
Banyaknya energi yang dibebaskan oleh katabolisme disimpan dengan membentuk berbagai senyawa kaya energi.
makanan di dalam tubuh sama besar dengan jumlah Jumlah simpanan energi bervariasi, tetapi pada orang yang
yang dibebaskan kalau makanan tersebut dibakar di sedang berpuasa nilainya nol atau negatif. Karena itu, pada
luar tubuh. Energi yang dibebaskan oleh proses seseorang dewasa yang tidak bergerak (atau tumbuh,
katabolisme di dalam tubuh digunakan untuk bereproduksi, atau menyusui) dan tidak baru selesai makan,
memelihara fungsi tubuh, mencerna dan memetabolisasi pada dasarnya semua keluaran energi tampil sebagai panas.
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 489

KALORI TABEL 26–2 Faktor yang memengaruhi laju metabolisme.


Satuan baku energi panas adalah kalori (kal), yang Kerja otot sewaktu atau tepat sebelum pengukuran
didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang diperlukan Baru makan
untuk menaikkan suhu 1 gr air 1 derajat, dari 15°C menjadi
Suhu lingkungan tinggi atau rendah
16°C. Satuan ini juga disebut sebagai gram kalori, kalori
kecil, atau kalori standar. Satuan yang biasanya digunakan Berat, tinggi, dan luas permukaan
dalam fisiologi dan kedokteran adalah Kalori (kilokalori, Jeniskelamin
kkal), yang sama dengan 1000 kal.
Usia
Nilai kalori bahan makanan umum, kalau diukur dengan
kalorimeter bom, ternyata adalah 4,1 kkal/gr unruk karbohidrat, Pertumbuhan
9,3 kkal/gr untuk lemak, dan 5,3 kkal/gr untuk protein. Di dalam Reproduksi
tubuh, didapatkan angka serupa untuk karbohidrat dan lemak,
tetapi oksidasi protein tidak sempurna, produk akhir Menyusui
katabolisme protein adalah urea dan senyawa nitrogen terkait Keadaan emosi
lainnya ditambah CO2 dan EEO (lihat bawah). Karena itu, nilai
Suhu tubuh
kalori protein di dalam tubuh hanyalah 4,1 kkal/gr.
Kadar hormon tiroid dalam darah
KUOSIEN PERNAPASAN (RQ = Kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah
RESPIRATORY QUOTIENT)
Kuosien pernapasan (RQ) adalah rasio dalam keadaan mantap Konsumsi O2 dan produksi CO2 di suatu organ dapat
(steady state) volume CO2 yang dihasilkan dengan volume O2 dihitung, pada keadaan keseimbangan, dengan mengalikan
yang dikonsumsi per satuan waktu. Rasio ini harus dibedakan aliran darahnya per satuan waktu dengan beda O2 dan CO2
dari rasio pertukaran pernapasan (R = respiratory exchange arteri-vena yang masuk dan ke luar organ tersebut. Selanjutnya
ratio), yang merupakan rasio CO2 terhadap O2 pada suatu saat RQ dapat dihitung. Data tentang RQ pada masing-masing organ
tanpa melihat apakah telah dicapai keseimbangan atau belum. R sangat menarik untuk menarik kesimpulan tentang proses
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar metabolisme. RQ dan R metabolisme yang terjadi pada organ-organ tersebut. Misalnya,
dapat dihitung untuk reaksi-reaksi di luar tubuh, untuk tiap-tiap RQ otak selalu 0,97-0,99, yang menunjukkan bahwa bahan bakar
organ dan jaringan, dan untuk seluruh tubuh. RQ karbohidrat utamanya, meskipun bukan satu-satunya, adalah karbohidrat.
adalah 1,00 dan untuk lemak sekitar 0,70. Ini disebabkan oleh H Selama sekresi getah lambung, lambung mempunyai R negatif
dan O yang terdapat di dalam karbohidrat dalam perbandingan karena organ ini mengambil CO2 lebih banyak dari darah arteri
yang sama dengan air, sementara pada aneka macam lemak, daripada menyerahkan CO2 ke dalam darah vena (lihat Bab 26).
diperlukan kelebihan O2 untuk pembentukan H2O.
Karbohidrat:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
KECEPATAN METABOLISME
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O
(glukosa) Kecepatan metabolisme dipengaruhi oleh banyak faktor (Tabel
RQ = 6/6 = 1.00 26-2). Hal yang paling penting adalah pengerahan otot.
Lemak: Konsumsi O2 meningkat bukan saja selama masa pengerahan
otot melainkan juga sesudahnya hingga utang O2-nya terbayar
2C51H98O6 + 145O2 → 102CO2 + 98H2O (lihat Bab 5). Makanan-makanan yang baru saja dimakan juga
(tripalmitin) meningkatkan kecepatan metabolisme karena mereka mem-
RQ = 102/145 = 0,703 punyai kerja/aksi dinamik spesifik (SDA = specific dynamic
Menentukan RQ protein di dalam tubuh merupakan action). SDA suatu makanan adalah banyaknya energi yang
sebuah proses yang kompleks, tetapi diperkirakan angka rata- harus dikeluarkan selama proses asimilasinya dalam tubuh.
ratanya adalah 0,82. Perkiraan jumlah karbohidrat, protein, dan Diperlukan 30 kkal untuk mengasimilasi jumlah protein yang
lemak yang dioksidasi di dalam tubuh pada suatu saat dapat cukup untuk meningkatkan laju metabolisme sebesar 100 kkal; 6
dihitung dari RQ dan ekskresi nitrogen dalam urine. RQ dan R kkal untuk mengasimilasi karbohidrat dalam jumlah setara; dan
untuk seluruh tubuh berbeda pada berbagai kondisi. Sebagai 5 kkal untuk mengasimilasi lemak dalam jumlah setara.
contoh, selama hiperventilasi, R meningkat karena CO2 dibuang Penyebab SDA, yang dapat berlangsung hingga 6 jam, tidak
ke luar. Pada waktu olahraga berat, R dapat mencapai 2,00 diketahui dengan jelas.
karena CO2 dihembuskan ke luar dan asam laktat dari glikolisis Faktor lain yang merangsang metabolisme adalah suhu
anaerob diubah menjadi CO2 (lihat bawah). Setelah olahraga, R lingkungan. Kurva yang menghubungkan kecepatan
dapat turun untuk sementara waktu sampai 0,50 atau kurang. metabolisme dengan suhu lingkungan berbentuk huruf U.
Pada asidosis metabolik, R meningkat karena kompensasi Kalau suhu lingkungan lebih rendah daripada suhu tubuh,
respiratorik untuk asidosisnya menyebabkan jumlah CO2 mekanisme penghasil panas seperti menggigil diaktifkan
ekspirasi meningkat (lihat Bab 35). Pada asidosis berat, R dan laju metabolisme meningkat. Jika suhu cukup tinggi
mungkin lebih dari 1,00. Pada alkalosis metabolik, R turun. sehingga menaikkan suhu tubuh, proses metabolik
490 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

umumnya bertambah cepat, dan laju metabolisme meningkat BMR seseorang adalah 65% di atas standar untuk umur dan
sekitar 14% untuk setiap peningkatan satu derajat Celsius. jenis kelamin yang bersangkutan.
Kecepatan metabolisme yang diukur pada saat istirahat di Penurunan laju metabolik adalah bagian dari penjelasan
ruang yang bersuhu nyaman dalam zona termonetral 12— 14 mengapa, jika seseorang mencoba menurunkan berat badan,
jam setelah makan terakhir disebut laju metabolisme basal (BMR penurunan berat pada awalnya berlangsung cepat tetapi
= basal metabolic rate). Angka ini bernilai sekitar 10% selama kemudian melambat.
tidur dan sampai 40% selama kelaparan jangka-panjang.
Kecepatan selama aktivitas normal siang hari, tentu saja, lebih KESEIMBANGAN ENERGI
tinggi daripada BMR karena aktivitas otot dan asupan makanan. Hukum pertama termodinamika, prinsip yang menyebutkan
Laju metabolisme maksimal dicapai selama berolahraga dan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak hilang ketika
sering dikatakan sampai sepuluh kali lipat BMR, tetapi atlet yang energi ini diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, berlaku
terlatih dapat meningkatkan kecepatan metabolisme mereka untuk makhluk hidup dan sistem tak-bernyawa. Karena itu,
sampai 20 kali lipat. orang dapat berbicara tentang keseimbangan energi antara
BMR seorang laki-laki berukuran rata-rata adalah sekitar pemasukan kalori dan pengeluaran energi. Kalau kandungan
2000 kkal/hari. Binatang-binatang besar mempunyai BMR kalori makanan yang dimakan kurang dari keluaran energi—
absolut yang lebih tinggi, tetapi rasio BMR terhadap berat badan yi. kalau keseimbangannya negatif—simpanan endogen
pada binatang kecil jauh lebih tinggi. Satu variabel yang
digunakan. Glikogen, protein tubuh, dan lemak dikata-
berkorelasi baik dengan kecepatan metabolisme pada berbagai
bolisasi, dan orang tersebut menurun berat badannya. Kalau
spesies yang berbeda adalah luas permukaan tubuh. Hal ini dapat
nilai kalori makanan yang dimakan lebih besar dari energi
diperkirakan, karena pertukaran panas terjadi di permukaan
tubuh. Hubungan sebenarnya dengan berat tubuh (W) adalah: yang hilang karena panas dan kerja dan makanan tersebut
dicerna dan diabsorpsi dengan baik—yi. kalau
BMR = 3.52W0.67 keseimbangannya positif—energi disimpan, dan orang
Namun, pengukuran berulang oleh banyak peneliti tersebut bertambah berat badannya.
menghasilkan pangkat yang lebih tinggi, rerata 0,75: Untuk menyeimbangkan keluaran basal sehingga tugas-
BMR = 3.52W0.75 tugas yang memerlukan energi dan penting untuk hidup dapat
dilaksanakan, orang dewasa rata-rata harus mengkon-sumsi
Karena itu, kecuraman garis yang menghubungkan laju
sekitar 2000 kkal/hari. Kebutuhan kalori di atas tingkat basal
metabolik dan berat badan lebih terjal daripada jika hubungan
tersebut bergantung pada aktivitas orang tersebut. Mahasiswa
tersebut hanya disebabkan oleh luas permukaan tubuh
(atau profesor) yang pekerjaannya biasanya duduk rata-rata
(Gambar 26–10). Penyebab lebih besarnya kecuraman telah
memerlukan 500 kkal lagi, sedangkan penebang pohon
sering diperdebatkan tetapi masih belum disepakati.
memerlukan tambahan sampai 3000 kkal per hari.
Untuk penggunaan klinis, BMR biasanya dinyatakan
sebagai persentase peningkatan atau penurunan di atas atau NUTRISI
di bawah satu perangkat nilai normal standar normal yang
umum dipakai. Dengan demikian, angka +65 berarti bahwa Tujuan ilmu gizi adalah menentukan jenis dan jumlah makanan
yang meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Ilmu ini tidak
hanya mencakup masalah kurang gizi melainkan juga kelebihan
105 gizi, rasa, dan ketersediaan (Boks Klinis 26–4). Namun, ter-
Gajah dapat zat-zat tertentu yang merupakan unsur esensial dalam
104 setiap makanan manusia. Banyak di antara senyawa ini telah
Sapi
Produksi panas (kcal/d)

Kerbau
dibahas di bagian-bagian sebelumnya dalam bab ini, dan di
103
Simpanse bawah ini disajikan sebuah ringkasan tentang komponen-
Kambing Domba komponen diet yang esensial dan dianjurkan.
Kelinci
Kucing Macaque
102
Mencit
KOMPONEN MAKANAN ESENSIAL
Marmot
101 Makanan yang optimal mengandung, di samping air yang
cukup (lihat Bab 37), juga kalori yang adekuat, protein,
Tikus
100
lemak, mineral, dan vitamin.
10−3 10−2 10−1 100 101 102 103 104
Berat badan (kg) ASUPAN & DISTRIBUSI KALORI
GAMBAR 26-10 Hubungan antara laju metabolik dan berat Seperti telah disebutkan di atas, nilai kalori dari seharusnya
tubuh, diplotkan terhadap skala logaritmik. Kecuraman garis mendekati jumlah energi yang dikeluarkan sebagai panas
berwarna adalah 0,75. Garis hitam mencerminkan bagaimana luas
dan kerja kalau berat badan akan dipertahankan. Di samping
permukaan meningkat seiring berat untuk bentuk yang secara
geometris serupa dan memiliki kecuraman 0,67 (Direproduksi dengan izin 2000 kkal/hari yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dari McMahonTA: Size and shape in biology. Science 1973,-179:1201. Hak cipta © dasar, diperlukan 500-2500 kkal/hari (atau lebih) untuk
1973 oleh the American Association for the Advancement of Science.) memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari.
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 491

BOKS KLINIS 26-4

Sindrom Malabsorpsi memadai. Salah satu penyakit paling menarik yang menyebab-
Fungsi pencernaan dan penyerapan usus halus sangat kan sindrom malabsorpsi adalah celiacdisease. Penyakit ini
penting untuk kehidupan. Namun, kapasitas pencernaan terjadi pada individu dengan predisposisi genetik yang memiliki
dan penyerapan usus lebih besar daripada yang diperlukan antigen major histocompatibility complex (MHC) kelas II HLA-
untukfungsi normal (cadangananatomik).Pengangkatan DQ2 atau -DQ8 (lihat Bab 3). Pada individu-individu ini, gluten
segmen pendek yeyunum atau ileum biasanya tidak atau protein terkait lainnya menyebabkan sel T usus
menimbulkan gejala berat, dan terjadi hipertrofi dan hiper- membentuk respons imun yang merusakvilus dan melicinkan
plasia kompensatorik mukosa yang tersisa. Namun, apabila mukosa usus. Protein ini ditemukan gandum, gandum hitam
lebih dari 50% usus halus direseksi atau dipintas (shortgut (rye), barley, dan oat (sedikit)—tetapi tidak ditemukan di beras
syndrome, sindrom usus pendek), penyerapan nutrien dan atau jagung. Apabila pasien makan makanan yang tidak
vitamin akan sangat terganggu sehingga sulit dicegah mengandung gluten, fungsi usus umumnya pulih ke normal.
timbulnya malnutrisi dan pengurusan badan (wasting;
malabsorpsi). Reseksi ileum terminal juga mencegah KIAT TERAPEUTIK
penyerapan asam-asam empedu, dan hal ini kemudian Pengobatan malabsorpsi bergantung pada penyebab
menyebabkan defisiensi penyerapan lemak. Hal ini juga yang mendasari. Pada celiac disease, mukosa kembali ke
menimbulkan diare karena garam empedu yang tidak normal jika makanan yang mengandung gluten sama
diserap masuk ke dalam kolon, tempat mereka sekali dikeluarkan dari diet, meskipun hal ini mungkin
mengaktifkan sekresi klorida (lihat Bab 25). Penyulit lain sulit dicapai. Diare yang menyertai malabsorpsi asam
pada reseksi atau bedah pintas usus adalah hipokalsemia, empedu dapat diobati dengan suatu resin (kolestiramin)
artritis, hiperurisemia, dan mungkin infiltrasi lemak pada yang mengikat asam empedu di lumen dan mencegah
hati, diikuti oleh sirosis. Berbagai proses penyakit juga efek sekretoriknya pada kolonosit. Pasien yang
mengganggu penyerapan tanpa menyebabkan mengalami defisiensi vitamin larut lemak dapat diberikan
berkurangnya panjang usus. Pola defisiensi yang terjadi senyawa-senyawa ini sebagai turunan larut air. Untuk
kadang-kadang disebut sindrom malabsorpsi. Pola ini agak kasus serius sindrom usus pendek, pasien kadang perlu
berbeda-beda sesuai penyebab, tetapi dapat meliputi diberi nutrisi parenteral.Terdapat harapan bahwa
defisiensi absorpsi asam amino, disertai pengurusan tubuh transplantasi usus halus akan menjadi suatu prosedur
yang mencolok dan, akhirnya, hipoproteinemia dan edema. rutin, tetapi tentu saja transplantasi itu sendiri memiliki
Penyerapan karbohidrat dan lemak juga tertekan. Karena kekurangan jangka-panjangnya sendiri serta memerlukan
gangguan penyerapan lemak, vitamin-vitamin larut-lemak pasokan jaringan donor yang memadai.
(vitamin A, D, E, dan K) tidak diserap dalam jumlah

Distribusi kalori antara makanan dari karbohidrat, protein, dunia Barat mengandung lemak dalam jumlah yang sedang-
dan lemak sebagian ditentukan oleh faktor fisiologik dan besar (100 g/hari atau lebih). Bukti yang menunjukkan bahwa
sebagian lagi oleh rasa dan pertimbangan ekonomi. Dianjurkan rasio yang tinggi dari lemak tak jenuh/ jenuh dalam diet penting
asupan protein harian sekurang-kurangnya 1 g/kg BB untuk dalam pencegahan aterosklerosis dan minat sekarang dalam
memenuhi kebutuhan delapan asam amino esensial dan asam mencegah obesitas dapat mengubah pernyataan ini. Pada
amino lainnya. Sumber protein juga penting. Protein tingkat I, masyarakat-masyarakat Indian Amerika Tengah dan Selatan
protein hewani dari daging, ikan, produk susu, dan telur, yang menggunakan jagung (karbohidrat) sebagai makanan
mengandung asam-asam amino dengan perbandingan yang pokok, orang dewasa hidup tanpa efek buruk selama bertahun-
mendekati cukup untuk keperluan sintesis protein atau tahun dengan asupan lemak yang sangat rendah. Karena itu,
penggunaan lain. Beberapa protein nabati juga merupakan selama keperluan asam lemak esensial terpenuhi, asupan lemak
protein tingkat I, tetapi kebanyakan adalah tingkat II karena yang rendah tampaknya tidak membahayakan, dan dianjurkan
protein-protein ini memberikan proporsi asam amino yang diet dengan lemak jenuh yang rendah.
berbeda-beda dan beberapa tidak mempunyai satu atau beberapa Karbohidrat adalah sumber kalori yang paling murah
asam amino esensial. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan dan menyediakan 50% atau lebih kalori pada kebanyakan
campuran dari berbagai protein tingkat II, tetapi masukannya diet. Dalam diet rata-rata masyarakat Amerika kelas
harus besar karena ada asam amino yang terbuang. menengah, sekitar 50% kalori berasal dari karbohidrat, 15%
Lemak adalah bentuk makanan yang paling padat, karena dari protein, dan 35% dari lemak. Ketika menghitung
zat makanan ini mensuplai 9,3 kkal/g. Memang, secara kebutuhan diet, biasanya pertama kali diupayakan untuk
internasional terdapat korelasi positif yang cukup bagus antara memenuhi keperluan protein baru kemudian membagi
asupan lemak dan standar hidup. Di masa lalu, makanan di kalori sisanya antara lemak dan karbohidrat, bergantung
492 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

TABEL 26–3 Unsur renik yang diyakini esensial VITAMIN


untuk kehidupan.
Vitamin ditemukan ketika diamati bahwa makanan yang
Arsenik Mangan meskipun adekuat kalori, asam amino esensial, lemak, dan
Krom Molibdenum mineralnya ternyata tidak dapat mempertahankan kesehatan
(sebagai contoh, pada pelaut yang berlayar untuk waktu yang
Kobalt Nikel
lama tanpa memiliki akses ke buah dan sayuran). Kata
Tembaga Selenium vitamin sekarang ini digunakan untuk menyebut berbagai
Fluor Silikon unsur pokok diet organik yang diperlukan untuk hidup,
kesehatan, dan pertumbuhan, tetapi tidak berfungsi sebagai
Iodium Vanadium
pemasok energi.
Besi Seng Karena adanya perbedaan-perbedaan kecil metabolisme di
antara berbagai spesies mamalia, maka beberapa zat merupakan
vitamin bagi satu spesies dan bukan bagi spesies lainnya.
pada rasa, penghasilan, dan faktor lain. Sebagai contoh,
Sumber dan fungsi vitamin-vitamin utama pada manusia tertera
seorang pria 65 kg yang mempunyai aktivitas sedang
dalam Tabel 26–4. Kebanyakan vitamin mempunyai fungsi
memerlukan sekitar 2800 kkal/hari. Ia harus makan
yang penting dalam metabolisme antara atau metabolisme
sekurang-kurangnya 65 g protein sehari, untuk memenuhi
khusus di berbagai sistem organ. Vitamin-vitamin yang larut
267 (65 x 4,1) kkal. Beberapa di antaranya adalah protein
dalam air (vitamin B kompleks, vitamin C) mudah diabsorpsi,
tingkat I. Jumlah yang pantas untuk asupan lemak adalah
tetapi vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E,
50-60 g. Sisa kebutuhan kalori dipenuhi dengan suplai dari
dan K) sulit diabsorpsi tanpa bantuan empedu atau lipase
karbohidrat.
pankreas. Diperlukan sedikit masukan lemak dari makanan
untuk absorpsi vitamin-vitamin ini, dan pada ikterus obstruktif
KEBUTUHAN MINERAL atau penyakit pankreas eksokrin, dapat terjadi defisiensi vitamin
Sejumlah mineral harus dimakan setiap hari untuk memelihara larut-lemak sekalipun asupan vitamin ini adekuat. Vitamin A
kesehatan. Di samping yang telah ditetapkan sebagai kebutuhan dan D berikatan dengan protein pengangkut dalam darah.
diet harian yang dianjurkan, hendaknya dimasukkan pula aneka Bentuk α-tokoferol dari vitamin E dalam keadaan normal
macam unsur renik (trace element). Unsur renik didefinisikan berikatan dengan kilo-mikron. Di hati, vitamin ini dipindahkan
sebagai unsur yang ditemukan di dalam jaringan-jaringan dalam ke very low density lipoprotein (VLDL) dan didistribusikan ke
jumlah yang sangat kecil. Unsur-unsur yang dipercaya esensial jaringan oleh suatu protein pengangkut α-tokoferol. Apabila
untuk kehidupan, sekurang-kurangnya pada binatang protein ini abnormal akibat mutasi gen, sel mengalami defisiensi
percobaan, terdapat dalam Tabel 26–3. Pada manusia, defisiensi vitamin E dan timbul kelainan mirip ataksia Friedreich. Baru-
besi menyebabkan anemia. Kobalt adalah bagian dari molekul baru ini berhasil diisolasi dua pengangkut asam L-askorbat
vitamin B12, dan defisiensi vitamin Bi2 menimbulkan anemia dependen Na+. Satu ditemukan di ginjal, usus, dan hati, dan
megaloblastik (lihat Bab 31). Defisiensi iodium menyebabkan yang lain di otak dan mata.
gangguan tiroid (lihat Bab 19). Defisiensi seng menyebabkan Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi tiap-tiap vitamin
ulkus kulit, penekanan respons imun, dan cebol hipogonad. juga tertera dalam Tabel 26-4. Perlu diingat bahwa, khususnya
Defisiensi tembaga menyebabkan anemia dan gangguan dari segi promosi iklan untuk pil dan suplemen vitamin,
osifikasi. Defisiensi krom menyebabkan resistensi insulin. bahwa dosis yang sangat besar dari vitamin yang larut- lemak
Defisiensi fluor meningkatkan insidensi karies dentis. pasti bersifat toksik. Hipervitaminosis A ditandai oleh
Sebaliknya, beberapa mineral dapat bersifat toksik kalau anoreksia, nyeri kepala, hepatomegali, iritabilitas, dermatitis
berada di dalam tubuh secara berlebihan. Sebagai contoh, dengan krusta, rambut rontok menyebar, nyeri tulang, dan
kelebihan beban besi yang parah dengan efek toksik dijumpai hiperostosis. Keracunan vitamin A akut pertama disampaikan
pada hemokromatosis, suatu penyakit terjadinya gangguan oleh para penjelajah kutub utara, yang mengalami nyeri
genetik mekanisme homeostatik normal yang mengatur kepala, diare, dan pusing setelah menyantap hati beruang
penyerapan besi dari makanan (Gambar 26-8). Demikian juga, kutub. Hati binatang ini sangat kaya vitamin A.
kelebihan tembaga menyebabkan kerusakan otak (penyakit Hipervitaminosis D dikaitkan dengan penurunan berat badan
Wilson), dan keracunan aluminium pada pasien gagal ginjal dan kalsifikasi di banyak jaringan lunak. Masukan vitamin D
yang menerima terapi dialisis menyebabkan demensia progresif yang berlebihan akhirnya menyebabkan gagal ginjal.
cepat yang menyerupai penyakit Alzheimer (lihat Bab 15). Hipervitaminosis K ditandai dengan gangguan gastrointestinal
Natrium dan kalium juga merupakan mineral esensial, dan anemia. Dosis besar vitamin-vitamin yang larut dalam air
tetapi pembuatan daftar bagi mineral ini hanyalah demi diperkirakan lebih kecil kemungkinannya untuk menyebab-
kepentingan akademik, karena diet bebas natrium atau bebas kan masalah karena vitamin-vitamin ini cepat dibersihkan
kalium sangat sulit disediakan. Namun, diet rendah garam dari dalam tubuh. Namun, sekarang sudah ditunjukkan bahwa
ditoleransi dengan baik untuk jangka waktu yang panjang karena konsumsi piridoksin (vitamin Bg), dalam megadosis dapat
adanya mekanisme kompensasi yang menahan Na+. menimbulkan neuropati perifer.
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 493

TABEL 26–4 Vitamin yang esensial atau mungkin esensial bagi nutrisi manusiaa.
Gejala
Vitamin Kerja Defisiensi Sumber Rumus Kimia

A (A1, A2) Unsur pokok Buta senja, Buah dan H3C CH3 CH3
dalam pigmen kulit kering sayur C
H2C C (CH CH C CH)2 OH
visual (lihat Bab berwarna
12; Penglihatan); kuning H2C C CH3
perlu untuk C
perkembangan Vitamin A1 alkohol (retinol).
H2
janin dan untuk
perkembangan sel
sepanjang hidup.

B kompleks

Tiamin Kofaktor dalam Beri-beri, neuritis Hati, NH2


S
(vitamin B1) reaksi dekarboksilasi biji-bijian
yang N CH2 +
N
tidak
dirafinasi CH3
N CH3 CH2CH2OH

Riboflavin Unsur pokok Glositis, Hati, susu H CH2(CHOH)3 CH2OH N


(vitamin B2) dalam flavoprotein keilosis
C N
H3C C C C C O

H3C C C C N H
C N C
H O

Niasin Unsur pokok dalam Pelagra Ragi, daging


COOH
NAD+ DAN NADP+ tanpa Dapat disintesis di
lemak, hati dalam tubuh dari
N triptofan

Piridoksin Membentuk gugus Kejang-kejang, Ragi, CH2OH


(vitamin B6) prostetik pada hiperiritabilitas gandum,
dekarboksilase dan jagung, hati HO CH2OH
transaminase
tertentu. Di dalam H3C
N
tubuh diubah
menjadi piridoksal
fosfat dan
piridoksamin fosfat

Asam Unsur pokok Dermatitis, Telur, hati, H CH3 H O


pantotenat dalam KoA enteritis, ragi
HO C C C C N CH2CH2COOH
alopesia,
insufisiensi H CH3 OH H
adrenal
Biotin Mengatalisis Dermatitis, Kuning telur, O
"fiksasi" CO2 enteritis hati, tomat
C
(dalam sintesis H N N H
asam lemak, dll.)
H C C H

H2C CH (CH2)4COOH
S

Folat (asam Koenzim untuk Sprue, anemia. Sayuran HOOC N N


folat) dan pemindahan Cacat tabung berdaun H NH2
CH2 O
senyawa- "1-karbon"; saraf (neural tube) hijau
senyawa sejenis terlibat dalam pada anak-anak CH2 CHNH C NH CH2 N
N
reaksi metilasi yang lahir dari COOH
wanita-wanita Asam folat OH
yang mengalami
defisiensi folat

(Lanjutan)
494 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

TABEL 26-4 Vitamin yang esensial atau mungkin esensial bagi nutrisi manusiaa. (Lanjutan)
Gejala
Vitamin Kerja Defisiensi Sumber Rumus Kimia

Sianokobalamin Koenzim Anemia Hati, Kompleks dari empat cincin pirol substitusi di sekeliling
(vitamin B12) dalam pernisiosa (lihat daging, sebuah atom kobalt (lihat Bab 26: Gambaran Umum Fungsi &
metabolisme Bab 26: telur, susu Regulasi Pencernaan)
asam amino. Gambaran
Merangsang Umum Fungsi &
eritropoiesis Regulasi
Pencernaan)
C Mempertahankan Skorbut Buah jeruk, CH2OH
ion-ion logam sayur-
HO C H Asam askorbat (disintesis pada CO
prostetik dalam sayuran O
bentuk tereduksi; berdaun C CO kebanyakan mamalia kecuali marmot
C C dan primata, termasuk manusia).
membersihkan hijau H
radikal bebas OH OH

Kelompok D Meningkatkan Rakitis Hati ikan Keluarga sterol (lihat Bab 21: Kontrol Hormonal Kalsium &
absorpsi usus untuk Metabolisme Fosfat & Fisiologi Tulang)
kalsium dan fosfat
(lihat Bab 21:
Kontrol Hormonal
Metabolisme
Kalsium, Fosfat,
Fisiologi tulang)

Kelompok E Antioksidan; Ataksia dan gejala Susu, telur, CH3 H2


kofaktor pada dan tanda lain daging,
transpor elektron disfungsi sayur- HO H2 CH3 CH3 CH3
di rantai spinoserebelum sayuran
sitokrom? H3C (CH2)3 CH (CH2)3 CH (CH2)3 CH
berdaun
O CH3 CH3
CH3

Kelompok K Mengatalisis Fenomena Sayur- O


karboksilasi γ residu- perdarahan sayuran
residu asam glutamat berdaun CH3
pada aneka protein hijau
yang bertanggung Vitamin K3; banyak sakali
senyawa serupa mempunyai
jawab atas
O aktivitas biologi.
pembekuan darah
aKolin disintesis di tubuh dalam jumlah kecil, tetapi bahan ini baru-baru ini ditambahkan ke dalam daftar nutrien esensial.

RINGKASAN BAB ■ Lemak menghadapi tantangan khusus dalam asimilasi karena


sifat hidrofobisitas mereka. Asam empedu melarutkan produk
■ Makanan sehari-hari biasanya mengandung karbohidrat, protein, lipolisis dalam misel dan mempercepat kemampuan produk-
dan lemak (yang terakhir umumnya dalam bentuk trigliserida). produk tersebut untuk berdifusi ke permukaan epitel.
Masing-masing harus dicerna agar dapat diserap ke dalam tubuh. Asimilasi trigliserida ditingkatkan oleh mekanisme ini,
Pengangkut khusus membawa produk-produk pencernaan masuk sementara asimilasi kolesterol dan vitamin larut lemak
ke dalam tubuh. memerlukannya secara mutlak.
■ Dalam proses asimilasi karbohidrat, epitel hanya dapat meng- ■ Katabolisme nutrien menghasilkan energi bagi tubuh secara
angkut monomer, sementara untuk protein, selain asam terkontrol, melalui oksidasi bertahap dan reaksi-reaksi lain.
amino peptida pendek juga dapat diserap.
■ Diet yang seimbang penting bagi kesehatan, dan bahan
■ Perangkat asimilasi protein, yang sangat bergantung pada tertentu yang diperoleh dari diet bersifat esensial bagi
berbagai protease dalam getah pankreas, tertata sedemikian kehidupan. Nilai kalori makanan harus kira-kira setara dengan
rupa sehingga enzim-enzim ini belum diaktifkan sampai pengeluaran energi untuk homeostasis.
mereka mencapai substrat mereka di lumen usus halus. Hal
ini dicapai karena terbatasnya lokasi enzim pengaktifnya,
enterokinase.
BAB 26 Pencernaan, Penyerapan, & Prinsip Nutrisi 495

PERTANYAAN PILIHAN GANDA 5. Seorang bayi baru lahir dibawa ke dokter anak karena
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali menderita diare berat yang memburuk dengan makan. Gejala
berkurang jika nutrien diberikan secara intra-vena. Bayi ini
jika dinyatakan lain.
mungkin mengidap mutasi di pengangkut usus?
1. Penyerapan maksimal asam lemak rantai-pendek yang A. Na,K ATPase
dihasilkan oleh bakteri terjadi di B. NHE3
A. lambung. C. SGLT1
B. duodenum. D. H+, K+ ATPase
C. jejunum. E. NKCC1
D. ileum.
E. kolon.
2. Seorang wanita pramenopause yang aktif secara fisik datang
berobat ke dokter umum untuk menanyakan tentang
DAFTAR PUSTAKA
tindakan-tindakan yang dapat ia lakukan untuk menjamin Andrews NC: Disorders of iron metabolism. N Engl J Med
ketersediaan kalsium dalam makanan agar kesehatan 1999;341:1986.
tulangnya di masa depan terjaga. Mana dari komponen Chong L, Marx J (editors): Lipids in the limelight. Science
makanan berikut yang meningkatkan penyerapan kalsium? 2001;294:1861.
A. Protein Farrell RJ, Kelly CP: Celiac sprue. N Engl J Med 2002;346:180.
B. Oksalat Hofmann AF: Bile acids: The good, the bad, and the ugly. News
C. Besi Physiol Sci 1999;14:24.
D. Vitamin D Klok MD, Jakobsdottir S, Drent ML: The role of leptin and ghrelin
E. Natrium in the regulation of food intake and body weight in humans: a
review. Obesity Rev 2007;8:21.
3. Berikut ini penurunan mana yang diperkirakan terjadi pada Levitt MD, Bond JH: Volume, composition and source of intestinal
anak dengan ketiadaan kongenital enterokinase? gas. Gastroenterology 1970;59:921.
A. Insidens pankreatitis Mann NS, Mann SK: Enterokinase. Proc Soc Exp Biol Med
B. Absorpsi glukosa 1994;206:114.
C. Reabsorpsi asam empedu Meier PJ, Stieger B: Molecular mechanisms of bile formation. News
D. pH lambung Physiol Sci 2000;15:89.
E. Asimilasi protein Topping DL, Clifton PM: Short-chain fatty acids and human colonic
4. Pada penyakit Hartnup (suatu defek pada transpor asam function: Select resistant starch and nonstarch polysaccharides.
amino netral), pasien tidak mengalami defisiensi asam-asam Physiol Rev 2001;81:1031.
amino ini karena aktivitas Wright EM: The intestinal Na+/glucose cotransporter. Annu Rev
A. pepTl. Physiol 1993;55:575.
B. peptidase brush border.
C. Na, K ATPase.
D. cystic fibrosis transmembrane conductance regulator
(CFTR).
E. tripsin.
Halaman ini sengaja dikosongkan
27
B A B

Motilitas Pencernaan

T U J U A N ■ Menyebutkan bentuk-bentuk utama motilitas di kanal cerna dan peran


mereka dalam pencernaan dan ekskresi.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Membedakan antara peristalsis dan segmentasi.
Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan dasar listrik kontraksi kanal cerna dan peran aktivitas
listrik dasar dalam mengatur pola motilitas.
■ Menjelaskan bagaimana motilitas kanal cerna berubah selama puasa.
■ Memahami bagaimana makanan ditelan dan dipindahkan ke lambung.
■ Mendefinisikan faktor-faktor yang mengatur pengosongan lambung
dan respons abnormal muntah.
■ Mendefinisikan bagaimana pola motilitas kolon menjalankan
fungsi kolon untuk mengeringkan dan mengeluarkan tinja.

PENDAHULUAN
Fungsi pencernaan dan penyerapan sistem gastrointestinal yang Sebagian dari mekanisme ini bergantung pada sifat intrinsik
dibahas di bab sebelumnya bergantung pada berbagai otot polos usus. Hal yang lain berkaitan dengan kerja refleks-
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di refleks yang melibatkan neuron intrinsik usus, refleks yang
sepanjang kanal cerna ( Tabel 27–1 ), dan mencampurnya melibatkan susunan saraf pusat (SSP), efek parakrin berbagai
dengan empedu dari kandung empedu dan enzim-enzim kurir kimia, dan hormon pencernaan.
pencernaan yang disekresikan oleh kelenjar liur dan pankreas.

POLA UMUM MOTILITAS maju isi usus tidak terhambat oleh pengangkatan dan
penyambungan kembali suatu segmen usus pada tempat
asalnya dan tertahan hanya bila segmen dibalik sebelum
PERISTALSIS dijahit kembali ke tempatnya. Peristalsis merupakan suatu
Peristalsis merupakan respons refleks yang timbul bila contoh yang sempurna kegiatan sistem persarafan usus
dinding kanal cerna teregang oleh isi lumen, dan ini terjadi terintegrasi. Peregangan lokal tampaknya menyebabkan
pada semua bagian kanal cerna mulai dari esofagus sampai pelepasan serotonin, yang mengaktifkan neuron sensorik yang
rektum. Regangan menimbulkan kontraksi sirkular di mengaktifkan pleksus mienterikus. Neuron kolinergik yang
belakang rangsang dan daerah relaksasi di depannya berjalan dengan arah retrograd di pleksus ini mengaktifkan
(Gambar 27–1). Gelombang kontraksi kemudian bergerak neuron yang membebaskan substansi P dan asetilkolin
dalam arah oral ke kaudal, mendorong isi lumen maju sehingga terjadi kontraksi otot polos di belakang bolus
dengan kecepatan berkisar dari 2 sampai 25 cm/det. makanan. Pada saat yang sama, neuron kolinergik yang
Kegiatan peristaltik dapat meningkat atau menurun dengan berjalan dengan arah anterograd mengaktifkan neuron yang
asupan otonomik ke kanal cerna, tetapi kejadiannya tidak mengeluarkan NO dan vasoactive intestinal polypeptide (VIP)
bergantung pada persarafan ekstrinsik. Ternyata, pergerakan sehingga terjadi relaksasi di bagian depan dari rangsangan.

497
498 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

TABEL 27–1 Panjang rerata berbagai segmen kanal AKTIVITAS LISTRIK DASAR &
cerna seperti diukur oleh intubasi pada manusia
hidup. PENGATURAN MOTILITAS
Kecuali di esofagus dan bagian proksimal lambung, otot
Segmen Panjang (cm)
polos kanal pencernaan memiliki fluktuasi potensial
Faring, esofagus, dan lambung 65 membran yang spontan dan ritmik antara -65mV dan —
Duodenum 25 45mV. Irama listrik dasar (basic electrical rhythm, BER) ini
dipicu oleh sel interstisium Cajal, yaitu sel-sel pemacu
Jejunum dan ileum 260
mesenkim stelata dengan gambaran mirip otot polos yang
Kolon 110 mengirim prosesus panjang bercabang-cabang ke dalam otot
polos usus. Di lambung dan usus halus, sel-sel ini terletak di
Data dari Hirsch JE, Ahrens EH, Blankenhorn DH: Measurement of human
intestinal length in vivo and some causes of variation. Gastroenterology lapisan otot polos sirkular luar dekat pleksus mienterikus; di
1956;31:274. kolon, sel-sel ini berada di batas submukosa lapisan otot
sirkular. Di lambung dan usus halus, dijumpai gradien
penurunan frekuensi pemacu, seperti di jantung, tempat
SEGMENTASI & PENCAMPURAN pemacu dengan frekuensi tertinggi biasanya mendominasi.
Jika terdapat makanan, sistem saraf enterik memicu suatu BER itu sendiri jarang menyebabkan kontraksi otot,
pola motilitas yang bekaitan dengan peristalsis, tetapi tetapi spike potentials yang bertumpang tindih dengan
dirancang untuk menahan pergerakan isi usus di sepanjang bagian paling terdepolarisasi dari gelombang BER
kanal cerna agar tersedia cukup waktu untuk pencernaan menyebabkan peningkatan tegangan otot (Gambar 27–2).
dan penyerapan (Gambar 27-1). Pola motilitas ini dikenal Bagian depolarisasi dari tiap-tiap spike terjadi karena adanya
sebagai segmentasi, dan hal ini memungkinkan influks Ca2+, dan bagian repolarisasi disebabkan oleh efluks
bercampurnya isi usus (yang dikenal sebagai kimus) dengan K+. Banyak polipeptida dan neurotransmiter memengaruhi
getah pencernaan. Satu segmen usus berkontraksi di kedua BER. Sebagai contoh, asetilkolin meningkatkan jumlah spike
ujungnya, dan kemudian kontraksi kedua terjadi di bagian dan tegangan otot polos. Kecepatan BER adalah sekitar 4/
tengah segmen untuk mendorong kimus ke depan dan ke mnt di lambung. Di duodenum kecepatannya sekitar 12/mnt
belakang. Karena itu, tidak seperti peristalsis, dalam dan turun menjadi 8/mnt di ileum distal. Di kolon,
segmentasi terjadi pergerakan retrograd kimus secara rutin. kecepatan BER meningkat dari sekitar 2/mnt di sekum
Pola pencampuran ini terus berlanjut selama nutrien ada di sampai sekitar 6/ mnt di sigmoid. Fungsi BER adalah untuk
lumen untuk diserap. Pola ini mungkin mencerminkan mengoordinasikan peristalsis dan aktivitas motorik lainnya;
aktivitas terprogram usus yang ditentukan oleh sistem saraf kontraksi hanya terjadi selama bagian depolarisasi
enterik, dan dapat berlangsung independen dari impuls gelombang. Setelah vagotomi atau pemotongan dinding
sentral, meskipun susunan saraf pusat dapat memodulasinya. lambung, sebagai contoh, peristalsis di lambung menjadi
ireguler dan kacau.

Kontraksi tersendiri MIGRATING MOTOR COMPLEX


Selama puasa di antara periode pencernaan, pola aktivitas
listrik dan motorik di otot polos kanal cerna termodifikasi
Segmentasi sedemikian rupa sehingga siklus-siklus aktivitas motorik
bermigrasi dari lambung ke ileum distal. Setiap siklus, atau
migrating motor complex (MMC), berawal dari periode
tenang (fase I), berlanjut dengan periode aktivitas listrik dan
mekanis yang ireguler (fase II), dan berakhir dengan
Peristalsis
letupan-letupan aktivitas reguler (fase III) (Gambar 27–3).
MMC dipicu oleh motilin. Kadar darah hormon ini
meningkat pada interval-interval sekitar 100 mnt dalam
periode di antara pencernaan, terkoordinasikan dengan fase
Kontraksi kontraktil MMC. MMC bermigrasi secara aboral dengan
Relaksasi kecepatan sekitar 5 cm/mnt, dan MMC timbul dengan
GAMBAR 27-1 Pola motilitas dan pendorongan kanal cerna. interval sekitar 100 menit. Sekresi lambung, aliran empedu,
Kontraksi tersendiri akan mendorong isi usus ke arah oral (mulut) dan sekresi pankreas meningkat setiap kali MMC. MMC
dan aboral. Segmentasi mencampur isi usus yang terdapat dalam mungkin mengosongkan isi lambung dan usus halus
suatu segmen pendek usus, seperti ditunjukkan oleh sekuens sebagai persiapan untuk makanan berikutnya.
waktu dari kiri ke kanan. Pada diagram di kiri, tanda panah vertikal
menunjukkan tempat kontraksi berikutnya. Peristalsis terdiri dari Sebaliknya, ketika makanan masuk, sekresi motilin
kontraksi dan relaksasi, dan mendorong isi usus ke arah aboral. tertekan (masuknya makanan menekan pelepasan motilin
BAB 27 Motilitas Pencernaan 499

–15

Spike potentials
Perekaman
listrik mV

–50 BER

10 s

Perekaman
mekanis 1,5 g
(tegangan)

Asetilkolin Epinefrin
–15 mV
Perekaman
listrik
–50 mV

10 s

Perekaman 1,5 g
mekanisme

GAMBAR 27-2 Irama listrik dasar (BER) otot polos pencernaan. Atas: Morfologi, dan hubungan dengan kontraksi otot. Bawah: Efek
stimulatorlk asetilkolin dan efek inhibitorik epinefrin. (Dimodifikasi dan direproduksi dengan izin dari Chang EB, Sitrin MD, Black DD: Gastrointestinal, Hepatobiliary, and
Nutritional Physiology. Lippincott-Raven, 1996.)

Fase-fase
Fase I - Tidak ada spike potential, MMC III
tidak ada kontraksi

Fase II - Spike potentials dan


kontraksi reguler

II
Fase III - Spike potentials dan
kontraksi teratur I

MAKANAN

Lambung

Lanjut
perambatan
(5 cm/mnt)

Ileum
distal
Kembalinya
~90 mnt MMCs

GAMBAR 27-3 Migrating motor complex (MMC). Perhatikan bahwa kompleks merambat ke bagian distal kanal cerna dengan kecepatan
teratur selama puasa, bahwa kompleks terhambat secara total oleh makanan, dan bahwa kompleks aktif kembali 90-120 menit setelah makan.
(Direproduksi dengan izin dari Chang EB, Sitrin MD, Black DD: Gastrointestinal, Hepatobiliary, and Nutritional Physiology. Lippincott-Raven, 1996.)
500 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Palatum durum Palatum mole Faring

Makan-
an

Lidah
Epiglotis

Glotis Sfingtre
esofagus
Trakea atas
Esofagus
(a) (b) (c) (d)

GAMBAR 27-4 Pergerakan makanan melalui faring dan esofagus atas sewaktu proses menelan. (a) Lidah mendorong bolus makanan ke
bagian belakang mulut, (b) Palatum mole terangkat untuk mencegah makanan masuk ke kanal hidung, (c) Epiglotis menutup glotis untuk mencegah
makanan masuk ke trakea dan sfingter esofagus atas melemas, (d) Makanan turun ke dalam esofagus.

melalui mekanisme yang belum diketahui), dan MMC


berhenti sampai pencernaan dan penyerapan selesai. Selama
MENELAN
waktu ini, terjadi pemulihan peristalsis dan bentuk-bentuk Menelan (deglutition) adalah suatu respons refleks yang
lain BER dan spikepotentials. Antibiotik eritromisin dicetuskan oleh impuls aferen di saraf trigeminus, glosofa-
mengikat reseptor motilin, dan turunan senyawa ini ringeus, dan vagus (Gambar 27–4). Impuls-impuls ini terin-
mungkin bermanfaat untuk mengobati pasien yang motilitas tegrasi di nukleus traktus soliatrius dan nukleus ambigus.
kanal cernanya berkurang. Serat-serat eferen berjalan ke perototan faring dan lidah
melalui saraf trigeminus, fasialis, dan hipoglosus. Menelan
diawali oleh kerja volunter mengumpulkan isi mulut di lidah
POLA MOTILITAS dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini
SPESIFIK-SEGMEN mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter
pada otot-otot faring yang mendorong makanan ke dalam
esofagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan glotis merupa-
MULUT & ESOFAGUS kan bagian dari respons refleks ini. Terjadi suatu kontraksi
Di mulut, makanan dicampur dengan air liur dan didorong peristaltik berbentuk cincin dari otot esofagus di belakang
ke dalam esofagus. Gelombang peristalsis di esofagus makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni
mendorong makanan ke dalam lambung. esofagus dengan kecepatan sekitar 4 cm/dtk. Jika manusia
berada dalam posisi tegak, maka cairan dan makanan setengah
padat umumnya jatuh oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah
PENGUNYAHAN mendahului gelombang peristaltik. Namun, jika masih tersisa
makanan di esofagus maka sisa ini akan dibersihkan oleh
Pengunyahan (mastikasi) memecahkan partikel makanan gelombang kedua peristalsis yang terjadi melalui mekanisme
besar dan mencampur makanan dengan sekret kelenjar yang dibahas di atas. Karena itu, makanan dapat ditelan
saliva. Aksi pembasahan dan homogenisasi ini membantu meskipun kita berada dalam posisi kepala di bawah.
proses menelan dan pencernaan selanjutnya. Partikel
makanan besar dapat dicerna, tetapi menyebabkan kontraksi
yang kuat dan sering menyakitkan pada otot-otot esofagus. SFINGTER ESOFAGUS BAWAH
Partikel yang kecil cenderung menyebar apabila tidak ada air Tidak seperti bagian esofagus lainnya, otot-otot pada taut
liur dan juga menyebabkan proses menelan sulit karena gastroesofagus (sfingter esofagus bawah, SEB) secara tonis
partikel-partikel tersebut tidak membentuk bolus. Jumlah aktif, tetapi melemas sewaktu menelan. Aktivitas tonik SEB
kunyahan yang optimal bergantung pada makanan, tetapi antara waktu makan mencegah refluks isi lambung ke dalam
biasanya berkisar dari 20 sampai 25. esofagus. SEB terdiri dari tiga komponen (Gambar 27–5).
Penderita tak-bergigi biasanya dibatasi makan makanan Otot polos esofagus lebih menonjol di taut dengan
lunak dan sangat sukar makan makanan kering. lambung (sfingter intrinsik). Serat-serat dari bagian krural
BAB 27 Motilitas Pencernaan 501

Otot memanjang

Sfingter Internal Otot melingkar


esofagus
bawah Eksternal

Bagian kostal
Diafragma
Bagian krural

Sling fibers

Ligamentum
frenoesofagus

Taut skuamokolumnar Lambung

GAMBAR 27-5 Taut esofagosgaster. Perhatikan bahwa sfingter esofagus bawah (sfingter intrinsik) diperkuat oleh bagian krural diafragma
(sfingter ekstrinsik), dan bahwa keduanya saling diikatkan oleh ligamentum frenoesofagus. (Direproduksi dengan izin dari Mittal RK, Balaban DH:The
esophagogastric junction. N Engl J Med 1997,-336:924. Hak cipta © 1997 oleh the Massachusetts Medical Society. Hak cipta dilindungi undang-undang).

suatu otot rangka, mengelilingi esofagus di titik ini (sfingter diafragma bagian krural, yang disarafi oleh saraf frenikus,
ekstrinsik) dan menimbulkan efek pinchcock-like pada dikoordinasikan dengan pernapasan dan kontraksi otot dada
esofagus. Selain itu, serat-serat oblik di dinding lambung dan perut. Dengan demikian, sfingter intrinsik dan ekstrinsik
membentuk suatu katup flap yang membantu menutup taut bekerja sama sehingga makanan mengalir dengan baik ke
esofagogaster dan mencegah regurgitasi apabila tekanan lambung dan tidak terjadi refluks isi lambung ke dalam
intragastrik meningkat. esofagus (Boks Klinis 27-1).
Tonus SEB berada di bawah kontrol saraf. Pengeluaran
asetilkolin dari ujung-ujung saraf vagus menyebabkan sfingter
intrinsik berkontraksi, dan pengeluaran NO dan VIP dari AEROFAGIA & GAS USUS
antarneuron yang disarafi oleh serat vagus yang lain Sewaktu kita makan atau minum sebagian udara mau tidak mau
menyebabkan sfingter tersebut melemas. Kontraksi akan tertelan (aerofagia). Sebagian dari udara yang tertelan

BOKS KLINIS 27-1

Gangguan Motorik Esofagus


Akalasia (secara harfiah, kegagalan melemas) adalah suatu
KIAT TERAPEUTIK
keadaan terkumpulnya makanan di dalam esofagus dan organ Akalasia dapat diobati dengan dilatasi pneumatik sfingter
ini menjadi sangat melebar. Kelainan ini disebabkan oleh atau insisi otot esofagus (miotomi). Inhibisi pelepasan
peningkatan tonus SEB dan relaksasi sfingter yang tidak asetilkolin oleh penyuntikan toksin botulinum ke dalam SEB
sempurna sewaktu menelan. Pada kelainan ini, pleksus juga efektif dan menghasilkan perbaikan yang menetap
mienterikus esofagus di SEB berkurang, dan pelepasan NO dan selama beberapa bulan. Penyakit refluks gastroesofagus
VIP terganggu. Keadaan yang berlawanan adalah inkompetensi dapat diobati dengan menghambat sekresi asam dengan
sfingter esofagus bawah, yang memungkinkan refluks isi menggunakan penghambat reseptor H2 atau penghambat
lambung yang asam ke dalam esofagus (penyakit refluks pompa proton (lihat Bab 25). Terapi bedah dengan
gastroesofagus). Kondisi umum ini merupakan gangguan sebagian dari fundus lambung dibungkuskan mengelilingi
pencernaan yang paling sering membuat pasien mengunjungi esofagus bawah sehingga SEB berada di dalam sebuah
dokter. Kelainan ini menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan terowongan pendek lambung (fundoplikasi) juga dapat
esofagitis serta dapat menimbulkan ulkus dan striktur esofagus dicoba, meskipun pada banyak pasien yang menjalani
akibat pembentukan jaringan parut. Pada kasus yang parah, prosedur ini gejala akhirnya kembali lagi.
sfingter intrinsik, sfingter ekstrinsik, dan kadang-kadang
keduanya, melemah, tetapi kasus yang lebih ringan disebabkan
oleh penurunan intermiten impuls saraf ke kedua sfingter.
502 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

akan kembali ke luar (bersendawa), dan sebagian gas yang (300-mL makanan cair)

Volume makanan uji yang dikosongkan (mL)


terkandung di dalamnya diserap, tetapi sebagian besar akan
berjalan menuju kolon. Di sini, sebagian oksigen diserap, dan 300 Makanan standar
ditambahkan hidrogen, hidrogen sulfida, karbon dioksida, (pektin inert)
serta metana yang dibentuk oleh bakteri-bakteri kolon dari
karbohidrat dan bahan lain. Gas ini kemudian dikeluarkan 200 Protein Protein
sebagai flatus (kentut). Bau flatus sebagian besar disebabkan + lemak
oleh sulfida. Volume gas yang secara normal terdapat dalam
kanal cerna manusia adalah sekitar 200 mL, dan
100
pembentukannya setiap hari adalah 500-1500 mL. Pada
Rerata
sebagian individu, gas dalam kanal cerna menyebabkan ± S.E.
keram, borborigmi (suara ‘keroncongan’), dan rasa tidak enak
pada abdomen. 0
20 60 100
Waktu setelah makan (mnt)
LAMBUNG GAMBAR 27-6 Efek protein dan lemak pada kecepatan
Makanan disimpan di lambung; dicampur dengan asam, pengosongan lambung manusia. Subjek diberi makanan cair
sebanyak 300 mL. (Direproduksi dengan izin dari Brooks FP: Integrative
mukus, dan pepsin; dan disalurkan dengan kecepatan lecture. Response of the Gl tract to a meal. Undergraduate Teaching Project.
terkontrol dan tetap ke dalam duodenum. American Gastroenterological Association, 1974.)

MOTILITAS & PENGOSONGAN banyak mengandung karbohidrat meninggalkan lambung


LAMBUNG dalam beberapa jam. Makanan kaya-protein meninggalkan
Apabila makanan masuk lambung, fundus dan bagian atas lambung lebih lambat, dan pengosongan paling lambat setelah
korpus melemas dan mengakomodasi makanan tanpa atau makan makanan yang mengandung lemak (Gambar 27–6).
dengan sedikit peningkatan tekanan (relaksasi reseptif). Kecepatan pengosongan juga bergantung pada tekanan
Peristalsis kemudian dimulai di bagian bawah korpus, osmotik bahan yang masuk ke dalam duodenum.
mencampur dan menggiling makanan serta memungkinkan Hiperosmolalitas isi duodenum akan dirasakan oleh
makanan dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit-sedikit “osmoreseptor duodenum” yang mencetuskan penurunan
ke pilorus dan masuk ke duodenum. pengosongan lambung yang mungkin berasal dari saraf.
Relaksasi reseptif diperantarai oleh saraf vagus dan dipicu Lemak, karbohidrat, dan asam di duodenum menghambat
oleh gerakan faring dan esofagus. Refleks instrinsik juga sekresi asam lambung dan pepsin serta motilitas lambung
mengakibatkan relaksasi seiring teregangnya dinding melalui mekanisme saraf dan hormon. Kurir yang terlibat
lambung. Gelombang peristalsis yang dikontrol oleh SEB mungkin adalah peptida YY. CCK juga diperkirakan berperan
lambung muncul tidak lama kemudian dan menyapu ke arah sebagai inhibitor pengosongan lambung (Boks Klinis 27–2 ).
pilorus. Kontraksi lambung distal yang ditimbulkan oleh
setiap gelombang kadang-kadang disebut sistol antrum dan MUNTAH
dapat berlangsung sampai 10 detik. Gelombang-gelombang ini
timbul tiga sampai empat kali setiap menit. Muntah adalah suatu contoh regulasi sentral terhadap fungsi
motilitas usus. Muntah dimulai dari pengeluaran air liur
Dalam pengaturan pengosongan lambung, antrum,
(salivasi) dan rasa mual. Peristalsis terbalik (reverseperi-
pilorus, dan duodenum bagian atas tampaknya berfungsi
stalsis) mengosongkan isi perut dari bagian atas usus halus
sebagai satu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh
ke dalam lambung. Glotis menutup, mencegah aspirasi
kontraksi berturutan daerah pilorus dan duodenum. Di
vomitus ke dalam trakea. Pernapasan tertahan pada per-
antrum, kontraksi parsial di depan isi lambung yang sedang
tengahan inspirasi. Otot-otot dinding abdomen berkontraksi,
bergerak maju akan mencegah massa padat memasuki
dan karena dada tertahan dalam posisi tetap, kontraksi ini
duodenum, dan isi lambung akan dicampur dan
meningkatkan tekanan intra-abdomen. Sfingter esofagus
dihancurkan. Isi lambung yang lebih cair disemprotkan
bawah dan esofagus melemas, dan isi lambung disemburkan.
sedikit demi sedikit ke dalam usus halus. Secara normal,
“Pusat muntah” di formasio retikularis medula (Gambar
regurgitasi dari duodenum tidak terjadi, karena kontraksi
27–7) terdiri dari berbagai kelompok neuron di regio ini yang
segmen pilorus cenderung menetap sedikit lebih lama
mengontrol berbagai komponen pada refleks muntah.
daripada kontraksi duodenum. Pencegahan regurgitasi ini
juga mungkin disebabkan oleh stimulasi kolesistokinin Iritasi mukosa kanal cerna atas adalah salah satu pemicu
(CCK) dan sekretin pada sfingter pilorus. muntah. Impuls disalurkan dari mukosa ke medula melalui
jalur-jalur aferen visera di saraf simpatis dan saraf vagus. Kausa
PENGATURAN MOTILITAS & lain muntah mungkin muncul di susunan saraf pusat. Sebagai
contoh, aferen dari nukleus vestibularis memper-antarai mual
PENGOSONGAN LAMBUNG dan muntah pada mabuk perjalanan. Aferen-aferen lain
Kecepatan lambung mengosongkan isinya ke dalam duodenum mungkin mencapai daerah kontrol muntah dari diensefalon dan
bergantung pada jenis makanan yang dimakan. Makanan yang sistem limbik, karena juga terdapat respons muntah terhadap
BAB 27 Motilitas Pencernaan 503

BOKS KLINIS 27-2

Konsekuensi Bedah Pintas Lambung anastomosis jejunum-lambung. Kausa lain gejala-gejala tersebut
Pasien yang mengalami obes berat (morbid obese) sering adalah masuknya makanan hipertonik secara cepat ke dalam
menjalani suatu prosedur pembedahan dengan lambung usus; hal ini memicu perpindahan banyak air ke dalam usus
dijahit sehingga sebagian besarnya dilewatkan oleh makanan, sehingga terjadi hipovolemia signifikan dan hipotensi.
dan karenanya fungsi lambung sebagai penampung dihilang-
kan. Akibatnya, pasien harus sering makan dalam jumlah
kecil. Jika mereka makan dalam jumlah besar, pasien dengan
KIAT TERAPEUTIK
gastrektomi kadang mengalami gejala hipoglikemia sekitar 2 Tidak ada pengobatan, per se, untuk dumping syndrome,
jam setelah makan karena penyerapan cepat glukosa dari selain menghindari makan banyak, dan terutama makanan
usus dan hiperglikemia yang terjadi serta peningkatan dengan konsentrasi gula sederhana yang tinggi. Memang,
mendadak sekresi insulin. Rasa lemah, pusing bergoyang, dan terjadinya efek ini mungkin ikut berperan dalam
berkeringat setelah makan, sebagian disebabkan oleh keberhasilan keseluruhan bedah pintas lambung dalam
hipoglikemia, adalah bagian dari gambaran "dumping mengurangi asupan makanan, dan karenanya obesitas,
syndrome", suatu sindrom yang terjadi pada pasien yang pada banyak pasien yang menjalani operasi ini.
sebagian dari lambungnya telah diangkat atau menjalani

rangsangan bermuatan emosi. Karena itu, kita mengatakan “bau Bab 33) dan tidak dilindungi oleh sawar darah-otak. Lesi di
yang membuat mual” dan “penglihatan yang memuakkan”. area postrema tidak berefek pada respons muntah akibat iritasi
Sel-sel kemoreseptor di medula juga dapat memicu pencernaan atau mabuk perjalanan, tetapi menghilangkan
muntah jika mereka dirangsang oleh bahan kimia tertentu. muntah yang terjadi setelah penyuntikan apomorfin dan
Chemoreceptor trigger zone tempat sel-sel ini berada sejumlah obat emetik lain. Lesi semacam ini juga mengurangi
(Gambar 27-7) terletak di area postrema, suatu pita jaringan muntah pada uremia dan akibat radiasi, di mana keduanya
berbentuk V di dinding lateral ventrikel keempat dekat obeks. berkaitan dengan produksi endogen bahan-bahan emetik
Struktur ini adalah salah satu organ sirkumventrikel (lihat dalam darah.

Respons Nyeri
Stimulasi muntah Penglihatan
faring terprogram Antisipasi

Saraf Pusat-pusat
glosofaringeus yang lebih
tinggi

Nukleus traktus Pusat muntah


solitarius batang otak

Saraf vagus Chemoreceptor Serebelum


trigger zone
area postrema

Labirin
Mukosa
lambung
Obat
mis. opiat, kemoterapi
Hormon Gerakan
mis. kehamilan Vertigo
Ipekak
Obat sitotoksik
Iritan

GAMBAR 27-7 Jalur-jalur saraf yang memicu muntah sebagai respons terhadap berbagai rangsangan.
504 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Serotonin (5-HT) yang dibebaskan dari sel-sel enterokro-


mafin di usus halus tampaknya menimbulkan impuls melalui BOKS KLINIS 27-3
reseptor 5-HT3 yang memicu muntah. Selain itu, terdapat
reseptor dopamin D2 dan reseptor 5-HT3 di area postrema dan lleus
nukleus traktus solitarius di dekatnya. Antagonis 5-HT3 misalnya Jika usus mengalami trauma, terjadi inhibisi langsung otot
ondansetron dan antagonis D2 misalnya klorpromazin dan polos yang menyebabkan penurunan motilitas usus. Hal ini
haloperidol adalah obat antiemetik efektif Kortikosteroid, sebagian disebabkan oleh pengaktifan reseptor opioid dan
kanabinoid, dan benzodiazepin, bersama atau dalam kombinasi dihilangkan dengan obat penghambat-opioid. Apabila
dengan antagonis 5-HT3 dan D2, juga berguna dalam peritoneum mengalami iritasi, terjadi inhibisi refleks akibat
pengobatan muntah yang ditimbulkan oleh kemoterapi. peningkatan lepas muatan serat-serat noradrenergik di
Mekanisme kerja kortikosteroid dan kanabinoid tidak diketahui,
saraf splanknikus. Kedua jenis inhibisi tersebut menyebab-
sementara benzodiazepin mungkin mengurangi ansietas yang
kan ileus paralitik (adinamik) setelah tindakan bedah
berkaitan dengan kemoterapi.
abdomen. Karena penurunan difus aktivitas peristaltik di
USUS HALUS usus halus, isi usus tidak dapat didorong ke kolon, dan
mengembang tidak teratur oleh kantong-kantong gas dan
Di usus halus, isi usus dicampur dengan sekresi sel mukosa cairan. Peristalsis usus kembali dalam 6-8 jam, diikuti oleh
dan dengan getah pankreas dan empedu. peristalsis lambung, tetapi aktivitas kolon memerlukan 2-3
hari untuk pulih.
MOTILITAS USUS
KIAT TERAPEUTIK
MMC yang berjalan sepanjang usus dengan interval teratur
pada keadaan puasa dan digantikannya MMC oleh peristalsis lleus adinamik dapat diatasi dengan memasukkan
dan kontraksi lain yang dikontrol oleh SEB telah dijelaskan di sebuah selang melalui hidung ke usus halus dan
atas. Di usus halus, rata-rata terdapat 12 siklus SEB/mnt di menyedot cairan dan gas selama beberapa hari
jejunum proksimal, yang berkurang menjadi 8/mnt di ileum sampai peristalsis pulih. Kejadian ileus telah
distal. Terdapat tiga jenis kontraksi otot polos: gelombang berkurang oleh meluasnya penggunaan bedah invasif
peristalsis, kontraksi segmentasi, dan kontraksi tonik. minimal (mis. laparoskopik). Berbagai obat pasca-
Peristalsis telah dijelaskan di atas. Kontraksi ini mendorong isi bedah juga kini mendorong ambulasi dini, jika
usus (kimus) ke arah usus besar. Kontraksi segmentasi mungkin, yang cenderung meningkatkan motilitas
(Gambar 27-1), juga dijelaskan di atas, mendorong kimus maju usus. Juga tengah dilakukan uji-uji klinis terhadap
mundur dan meningkatkan pajanannya ke permukaan antagonis opioid spesifik pada keadaan ini.
mukosa. Kontraksi segmentasi ini dipicu oleh peningkatan
lokal influks Ca2+ disertai gelombang peningkatan konsentrasi
Ca2+ yang menyebar dari tiap-tiap fokus. Kontraksi tonik
adalah kontraksi yang relatif lama yang pada dasarnya
mengisolasi satu segmen usus dari segmen yang lain.
Perhatikan bahwa dua jenis kontraksi terakhir memperlambat
waktu transit di usus halus sehingga waktu transit sebenarnya Fleksura lienalis
lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan puasa. Hal Kolon transversus
Fleksura hepatika
ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan
enterosit sehingga absorpsi meningkat (Boks Klinis 27–3).

KOLON
Kolon berfungsi sebagai reservoar untuk sisa makanan yang Kolon
desendens
tidak dapat dicerna atau diserap (Gambar 27–8). Motilitas di
Tenia
segmen ini juga melambat agar kolon dapat menyerap air, Kolon koli
asendens
Na+, dan mineral lain. Dengan mengeluarkan sekitar 90%
cairan, kolon mengubah 1000-2000 mL kimus isotonik yang Ileum
memasukinya setiap hari dari ileum menjadi sekitar 200-250
mL tinja setengah padat. Haustra
Sekum
MOTILITAS KOLON
Apendiks Kolon sigmoid
Ileum terhubung ke kolon oleh suatu struktur yang dikenal
sebagai katup ileosekum, yang membatasi refluks isi kolon, dan Rektum
Internal Sfingter
terutama bakteri komensal yang berjumlah besar, ke dalam Eksternal anus
ileum yang relatif steril. Bagian ileum yang mengandung katup
ileosekum menonjol sedikit ke dalam sekum, sehingga GAMBAR 27-8 Kolon manusia.
BAB 27 Motilitas Pencernaan 505

peningkatan tekanan kolon akan menutupnya sedangkan Pergerakan kolon dikoordinasikan oleh BER kolon.
peningkatan tekanan ileum akan menyebabkan katup tersebut Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang di usus
membuka. Katup ini dalam keadaan normal tertutup. Setiap kali halus, meningkat di sepanjang kolon, dari sekitar 2/mnt di
gelombang peristaltik mencapainya, katup ini terbuka sebentar, katup ileosekum menjadi 6/mnt di sigmoid.
memungkinkan sebagian kimus ileum tersembur masuk ke
dalam sekum. Ketika makanan meninggalkan lambung, sekum WAKTU TRANSIT DI USUS
melemas dan terjadi peningkatan pemindahan kimus melalui
katup ileosekum (refleks gastroileum). Hal ini mungkin
HALUS & KOLON
merupakan refleks vago-vagus. Pada sebagian besar orang, bagian pertama makanan
Gerakan kolon mencakup kontraksi segmentasi dan mencapai sekum dalam waktu sekitar 4 jam, dan semua
gelombang peristaltik seperti yang terjadi pada usus halus. bagian makanan yang tidak tercerna telah masuk kolon
Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan, dengan dalam 8 sampai 9 jam. Secara rerata, sisa makanan yang
terpajanannya lebih banyak isi kolon ke mukosa, penyerapan pertama mencapai sepertiga pertama kolon dalam 6 jam,
meningkat. Gelombang peristaltik mendorong isi kolon sepertiga kedua dalam 9 jam, dan bagian akhir kolon (kolon
menuju rektum, walaupun kadang-kadang ditemukan anti- sigmoid) dalam 12 jam. Dari kolon sigmoid ke anus,
peristalsis lemah. Kontraksi jenis ketiga yang terjadi hanya di pergerakan makanan jauh lebih lambat (Boks Klinis 27–5).
kolon adalah kontraksi kerja massal (mass action
contraction), yang berlangsung sekitar 10 kali sehari, di mana
terjadi kontraksi simultan otot polos di daerah-daerah yang BOKS KLINIS 27-5
luas. Kontraksi ini mendorong isi kolon dari satu bagian kolon
ke bagian lain (Boks Klinis 27–4). Kontraksi ini juga
mendorong isi kolon ke rektum, dan peregangan rektum Konstipasi
kemudian mencetuskan refleks defekasi (lihat bawah). Konstipasi merujuk ke penurunan patologis buang air besar.
Dahulu hal ini dianggap mencerminkan perubahan dalam
motilitas, tetapi keberhasilan akhir-akhir ini dari suatu obat yang
BOKS KLINIS 27-4 dirancang untuk meningkatkan sekresi klorida untuk mengobati
konstipasi kronik mengisyaratkan bahwa perubahan dalam
Penyakit Hirschprung keseimbangan antara sekresi dan absorpsi di kolon juga dapat
menimbulkan gejala ini. Pasien dengan konstipasi persisten, dan
Sebagian anak lahir dengan gangguan motilitas kolon
terutama yang baru mengalami perubahan kebiasaan buang air
genetis yang dikenal sebagai penyakit Hirschprung atau
besar, tentu saja harus diperiksa secara teliti untuk
megakolon aganglionik, yang ditandai oleh distensi
menyingkirkan penyakit organik yang mendasarinya. Namun,
abdomen, anoreksia, dan kelesuan. Penyakit ini biasanya banyak orang normal berdefekasi hanya 2-3 hari sekali,
didiagnosis pada masa bayi, dan mengenai hingga 1 dari walaupun yang lain berdefekasi sekali sehari dan sebagian
5000 kelahiran hidup. Penyakit ini terjadi akibat tidak bahkan 3 kali sehari. Selain itu, satu-satunya gejala yang timbul
adanya secara kongenital sel ganglion di pleksus mienterik akibat konstipasi adalah anoreksia ringan dan rasa tidak nyaman
dan submukosa pada segmen kolon distal, akibat kegagalan serta peregangan ringan di abdomen. Gejala-gejala ini bukan
migrasi normal kranial-ke-kaudal neuroblas selama disebabkan oleh penyerapan "bahan-bahan toksik", karena
perkembangan. Efek endotelin pada reseptor endotelin B gejala-gejala tersebut segera menghilang setelah pengosongan
(lihat Bab 7) diperlukan agar sel-sel krista neuralis tertentu rektum dan dapat ditimbulkan kembali dengan meregangkan
dapat bermigrasi normal, dan mencit knock out yang tidak rektum dengan bahan inert. Di dunia barat, jumlah kesalahan
memiliki reseptor endotelin B mengalami megakolon. Selain informasi dan ketakutan yang tidak pada tempatnya mengenai
itu, salah satu penyebab megakolon aganglionik kongenital konstipasi mungkin melebihi yang terjadi pada topik kesehatan
pada manusia tampaknya adalah mutasi di gen reseptor lain. Gejala lain yang dikaitkan dengan konstipasi oleh orang
awam disebabkan oleh kecemasan atau penyebab lain.
endotelin B. Tidak adanya peristalsis menyebabkan feses
sulit melewati segmen aganglionik, dan anak dengan
KIAT TERAPEUTIK
penyakit ini mungkin buang air besar hanya 3 minggu sekali.
Sebagian besar kasus konstipasi dapat diatasi oleh
KIAT TERAPEUTIK perubahan diet untuk menyertakan lebih banyak serat,
atau pemakaian pencahar yang menahan cairan di
Gejala penyakit Hirschprung dapat diatasi secara kolon sehingga jumlah tinja meningkat dan timbul
sempurna apabila bagian kolon yang aganglionik refleks yang memicu evakuasi. Seperti disebutkan di
tersebut diangkat dan bagian kolon di atasnya atas, lubiproston baru-baru ini masuk ke dalam
dianastomosiskan dengan rektum. Namun, hal ini tidak perbendaharaan obat konstipasi, dan diperkirakan
mungkin dilakukan jika segmen yang terkena luas. Pada bekerja dengan meningkatkan sekresi klorida, dan
kasus ini, pasien mungkin memerlukan kolektomi. karenanya air, ke dalam kolon yang meningkatkan
fluiditas isi kolon.
506 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Bila manik-manik kecil berwarna dimasukkan ke dalam Tekanan


makanan, rerata 70%-nya dikeluarkan di tinja dalam 72 jam,
tetapi pengeluaran seluruhnya memerlukan waktu lebih dari
seminggu. Waktu transit, fluktuasi tekanan, dan perubahan Aktif
pH dalam kanal cerna dapat diamati dengan memantau
kemajuan sebuah pil kecil yang mengandung sensor dan Pasif
pemancar radio miniatur.

DEFEKASI Rektum
Peregangan rektum oleh feses akan mencetuskan kontraksi
refleks otot-otot rektum dan keinginan buang air besar. Pada
manusia, persarafan simpatis ke sfingter ani internus Sfingter
(involunter) bersifat eksitatorik, sedangkan persarafan anus
internus
parasimpatis bersifat inhibitorik. Sfingter melemas sewaktu
rektum tere-gang. Persarafan ke sfingter ani eksternus, suatu
otot rangka, datang dari nervus pudendus. Sfingter
Sfingter
dipertahankan dalam keadaan kontraksi tonik, dan anus
peregangan sedang rektum meningkatkan kekuatan eksternus
kontraksinya (Gambar 27–9). Keinginan berdefekasi
pertama kali muncul saat tekanan rektum meningkat sampai Sebagian Lebih banyak Lebih banyak lagi
sekitar 18 mm Hg. Ketika tekanan ini mencapai 55 mm Hg, Distention of rectum
sfingter internus maupun eksternus melemas dan timbul
refleks ekspulsi isi rektum. Hal ini merupakan penyebab GAMBAR 27-9 Respons terhadap peregangan rektum oleh
tekanan kurang dari 55 mm Hg. Peregangan menyebabkan tegangan
mengapa dapat terjadi refleks pengosongan rektum
pasif karena teregangnya dinding rektum, dan tegangan aktif
meskipun terdapat cedera tulang belakang. tambahan jika otot polos di dinding berkontraksi. (Untuk internal,
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter anus Diadaptasi dari Denny-Brown D, Robertson EG: An investigation of the nervous
control of defaecation. Brain 1935;58:256-310; Untuk eksternal, Diadaptasi dari
eksternus tercapai, defekasi volunter dapat dimulai dengan Schuster MM et al: Simultaneous manometric recording of internal dan external anal
sphincteric reflexes. Bull Johns Hopkins Hosp 1965 Feb;116:79-88).
mengejan. Dalam keadaan normal sudut antara anus dan
rektum adalah sekitar 90° (Gambar 27–10), dan hal ini plus
kontraksi otot puborektalis menghambat defekasi. Dengan terjadilah defekasi. Dengan demikian, defekasi adalah suatu
mengejan, otot abdomen berkontraksi, dasar panggul refleks spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan
menurun 1-3 cm, dan otot puborektalis melemas. Sudut menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau
anorektum berkurang menjadi 15° atau kurang. Hal ini dibantu dengan melemaskan sfingter dan mengkontraksikan
berkombinasi dengan relaksasi sfingter anus eksternus dan otot-otot abdomen.

A SAAT ISTIRAHAT B SEWAKTU MENGEJAN

Pubis

Koksigeus
Puborektalis

Sfingter anus Sudut Sudut


eksternus anorektum anorektum
Sfingter anus
internus Turunnya dasar panggul

GAMBAR 27-10 Pandangan sagital daerah anorektum saat istirahat (atas) dan sewaktu mengejan (bawah). Perhatikan berkurangnya sudut
anorektum dan turunnya dasar panggul sewaktu mengejan. (Dimodifikasi dan direproduksi dengan izin dari Lembo A, Camilleri M: Chronic constipation. N Engl J Med
2003;349:1360.)
BAB 27 Motilitas Pencernaan 507

Peregangan lambung oleh makanan mencetuskan kontraksi 2. Gejala dumping syndrome (rasa tidak nyaman setelah
rektum dan, sering, menimbulkan keinginan berdefekasi. makan pada pasien dengan sirkuit pendek usus misalnya
Respons ini disebut refleks gastrokolon, walaupun terdapat anastomosis jejunum dengan lambung) sebagian
beberapa bukti bahwa refleks ini disebabkan oleh kerja gastrin disebabkan oleh
pada kolon dan tidak diperantarai oleh saraf. Karena respons ini, A. meningkatnya tekanan darah.
defekasi setelah makan sering terjadi pada anak-anak. Pada B. meningkatnya sekresi glukagon.
orang dewasa, faktor kebiasaan dan budaya berperan besar C. meningkatnya sekresi CCK.
dalam menentukan kapan defekasi terjadi. D. hipoglikemia.
E. hiperglikemia.
RINGKASAN BAB 3. Tekanan lambung jarang melewati tekanan sfingter
■ Faktor-faktor yang mengatur sekresi pencernaan juga mengatur esofagus bawah, bahkan ketika lambung terisi makanan.
motilitasnya untuk melunakkan makanan, mencampurnya Hal ini disebabkan oleh proses
dengan sekresi, dan mendorongnya di sepanjang kanal cerna. A. peristalsis.
■ Dua pola utama motilitas adalah peristalsis dan segmentasi, B. refleks gastroileum.
yang masing-masing berfungsi mendorong atau menahan/ C. segmentasi.
mencampur isi lumen. Peristalsis melibatkan kontraksi dan D. stimulasi pusat muntah.
relaksasi terpadu di bagian atas dan bawah bolus makanan. E. relaksasi reseptif.
■ Potensial membran sebagian besar otot polos pencernaan 4. Migrating motor complex dipicu oleh
mengalami fluktuasi ritmik yang menyapu di sepanjang usus. A. Motilin
Irama bervariasi di segmen usus yang berbeda dan ditentukan B. NO
oleh sel-sel pemacu yang dikenal sebagai sel interstisium Cajal. C. CCK
Irama listrik dasar ini berperan dalam kontraksi otot ketika D. Somatostatin
rangsang menyebabkan terbentuknya spike pada bagian E. Sekretin
depolarisasi dari gelombang BER.
5. Seorang pasien dirujuk ke dokter ahli gastroenterologi
■ Pada periode di antara makan, usus relatif tenang, tetapi karena kesulitan menelan yang menetap. Pemeriksaan
sekitar setiap 90 menit terjadi gelombang peristaltik besar yang endoskopik memperlihatkan bahwa sfingter esofagus
menyapu usus yang dipicu oleh hormon motilin. Migrating bawah gagal membuka sev/aktu bolus makanan
motor complex ini diperkirakan memiliki fungsi mencapainya, dan ditegakkan diagnosis akalasia. Sewaktu
“memelihara”. pemeriksaan, atau pada biopsi yang diambil dari daerah
■ Menelan dipicu oleh susunan saraf pusat dan dikoordinasikan sfingter, mana dari berikut yang diharapkan menurun?
dengan gelombang peristaltik di sepanjang esofagus yang A. Peristalsis esofagus
mendorong bolus makanan ke dalam lambung, bahkan terhadap B. Ekspresi NO sintase neuron
gravitasi. Relaksasi sfingter esofagus bawah disesuaikan tepat C. Reseptor asetilkolin
sebelum datangnya bolus sehingga tidak terjadi refluks isi lambung. D. Pelepasan substansi P
Bagaimanapun, penyakit refluks gastroesofagus adalah salah satu E. Kontraksi diafragma krural
keluhan pencernaan yang tersering.
■ Lambung mengakomodasi makanan melalui suatu proses
relaksasi reseptif. Hal ini memungkinkan terjadinya
penambahan volume tanpa peningkatan signifikan tekanan. DAFTAR PUSTAKA
Lambung kemudian berfungsi mencampur makanan dan
Barrett KE: Gastrointestinal Physiology. McGraw-Hill, 2006.
mengontrol penyalurannya ke segmen-segmen di hilir.
Cohen S, Parkman HP: Heartburn—A serious symptom. N Engl J
■ Isi lumen bergerak secara lambat di sepanjang kolon, yang Med 1999;340:878.
meningkatkan penyerapan air. Peregangan rektum menyebab- Itoh Z: Motilin and clinical application. Peptides 1997;18:593.
kan kontraksi refleks sfingter anus internus dan keinginan Lembo A, Camilleri M: Chronic constipation. N Engl J Med
buang air besar. Setelah toilet training, defekasi dapat ditunda 2003;349:1360.
sampai waktu yang tepat melalui kontraksi volunter sfingter Levitt MD, Bond JH: Volume, composition and source of intestinal
anus eksternus. gas. Gastroenterology 1970;59:921.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA Mayer EA, Sun XP, Willenbucher RF: Contraction coupling in
colonic smooth muscle. Annu Rev Physiol 1992;54:395.
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali Mittal RK, Balaban DH: The esophagogastric junction. N Engl J
jika dinyatakan lain. Med 1997;336:924.
1. Pada bayi, defekasi sering terjadi setelah makan. Penyebab Sanders KM, Ward SM: Nitric oxide as a mediator of noncholinergic
kontraksi kolon dalam situasi ini adalah neurotransmission. Am J Physiol 1992;262:G379.
A. histamin. Ward SM, Sanders KM: Involvement of intramuscular interstitial
B. meningkatnya kadar CCK darah. cells of Cajal in neuroeffector transmission in the gastrointestinal
C. refleks gastrokolon. tract. J Physiol 2006;576:675.
D. meningkatnya kadar somatostatin darah.
E. refleks enterogastrik.
Halaman ini sengaja dikosongkan
28
B A B

Fungsi Transpor &


Metabolik Hati

T U J U A N ■ Mendeskripsikan fungsi-fungsi utama hati dalam kaitannya dengan


metabolisme, detoksifikasi, dan ekskresi bahan-bahan hidrofobik.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Memahami anatomi fungsional hati dan susunan relatif hepatosit, kolangiosit,
Anda seyogianya mampu: sel endotel, dan sel Kupffer.
■ Mendefinisikan karakteristik sirkulasi hati dan perannya dalam melayani
fungsi hati.
■ Mengidentifikasi protein plasma yang dibentuk oleh hati.
■ Menjelaskan pembentukan empedu, bahan-bahan pembentuknya, dan
perannya dalam ekskresi kolesterol dan bilirubin.
■ Merangkum mekanisme yang diperankan hati dalam homeostasis
amonia keseluruhan dan konsekuensi dari kegagalan mekanisme ini,
terutama bagi fungsi otak.
■ Mengidentifikasi mekanisme yang memungkinkan kandung empedu berfungsi
normal serta penyebab terbentuknya batu empedu.

PENDAHULUAN
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh. Organ ini esensial bagi dinding usus, memasok sebagian besar protein plasma, dan
kehidupan karena melaksanakan beragam fungsi biokimia dan membentuk empedu yang mengoptimalkan penyerapan
metabolik, termasuk mengeluarkan dari tubuh bahan-bahan lemak serta berfungsi sebagai cairan ekskresi. Karenanya, hati
yang dapat merugikan jika dibiarkan menumpuk, dan dan sistem empedu terkait telah mengembangkan beragam
mengeluarkan metabolit obat. Hati juga merupakan pelabuhan fitur struktural dan fisiologik untuk menjalankan berbagai
pertama bagi sebagian besar nutrien yang diserap melalui fungsi kritis tersebut.

HATI empedu di sisi lain dari tiap-tiap lempeng. Empedu mengalir


ke usus melalui duktus hepatikus (Gambar 28–1).
Di setiap lobulus hati, lempeng sel-sel hati biasanya
ANATOMI FUNGSIONAL memiliki ketebalan hanya satu sel. Terdapat celah-celah
Fungsi penting hati adalah sebagai penyaring antara darah besar antara sel-sel endotel, dan plasma berkontak erat
yang datang dari kanal cerna dan darah dari bagian tubuh dengan sel hati (Gambar 28–2). Darah arteri hepatika juga
lainnya. Darah dari usus dan visera lain mencapai hati masuk ke dalam sinusoid. Vena-vena sentral bergabung
melalui vena porta. Darah ini mengalir di dalam sinusoid- untuk membentuk vena hepatika, yang mengalir ke dalam
sinusoid di antara lempeng-lempeng hepatosit dan akhirnya vena kava inferior. Waktu transit rerata untuk darah
mengalir ke vena-vena hati, yang masuk ke vena kava melintasi lobulus hati dari venula portal ke vena hepatika
inferior. Sewaktu melalui lempeng hepatosit, darah sentral adalah sekitar 8,4 detik. Rincian tambahan mengenai
mengalami modifikasi kimiawi yang ekstensif. Terbentuk mikro- dan makro-sirkulasi hati, yang sangat penting bagi

509
510 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

Sel Kupffer Sinusoid hati


PS PS Ruang Disse
PS PS PS Lipoprotein
Lobulus hati
Retikulum
CV CV agranular
Retikulum
granular Kanalukulus biliaris

Lisosom
PS PS PS Lisosom
PS PS
CV

Kompleks
Golgi
Sinusoid
Kanalikulus biliaris Badan mikro

Duktus biliaris Vena Mitokondria Kompleks Golgi


sentralis
GAMBAR 28-2 Hepatosit. Perhatikan hubungan sel dengan ka-
nalikulus biliaris dan sinusoid. Perhatikan juga lubang besar
(fenestrasi) antara sel-sel endotel di dekat hepatosit. (Gambar oleh Sylvia
Colard Keene).

Duktus biliaris komunis masuk ke duodenum di papila


duodenum. Orifisiumnya dikelilingi oleh sfingter Oddi, dan
duktus ini biasanya bersatu dengan duktus pankreatikus
mayor tepat sebelum masuk ke duodenum. Sfingter biasanya
tertutup, tetapi jika isi lambung masuk ke duodenum, terjadi
pelepasan CCK dan hormon gastroin-testinal ini melemaskan
sfingter dan menyebabkan kandung empedu berkontraksi.
Dinding duktus biliaris ekstrahati dan kandung empedu
Cabang arteri mengandung jaringan fibrosa dan otot polos. Membran mukosa
hepatika mengandung kelenjar-kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis
Cabang sel kolumnar. Di kandung empedu, membran mukosa
vena porta membentuk lipatan-lipatan dalam; hal ini meningkatkan luas
permukaan dan menyebabkan bagian dalam kandung empedu
GAMBAR 28-1 Skema anatomi hati. Atas: Susunan hati. CV, vena tampak seperti sarang lebah. Pada primata, membran mukosa
sentralis. PS, ruang porta yang mengandung cabang-cabang duktus
biliaris (hijau), vena porta (biru), dan arteri hepatika (merah). Bawah:
duktus sistikus juga berlipat-lipat membentuk apa yang disebut
Susunan lempeng sel-sel hati, sinusoid, dan kanal empedu di sebuah sebagai katup spiral. Susunan ini dipercayai meningkatkan
lobulus hati, yang memperlihatkan aliran sentripetal darah di sinusoid turbulensi empedu sewaktu cairan ini mengalir keluar kandung
ke vena sentralis dan aliran sentrifugal empedu di kanalikulus biliaris empedu sehingga risiko pengendapan dan pembentukan batu
ke duktus biliaris. (Digambar ulang dan dimodifikasi dari Ham AW: Textbook of empedu dapat dikurangi.
Histology, 5th ed. Philadelphia, JB Lippincott Co., 1965.)
SIRKULASI HATI
fungsi organ ini, disajikan di bawah. Di endotel sinusoid Di dinding sinusoid-sinusoid hati terdapat banyak celah besar
banyak melekat makrofag (sel Kupffer) yang berproyeksi ke antara sel-sel endotel, dan sinusoid ini sangat permeabel.
dalam lumen. Fungsi sel-sel fagosidk ini dibahas di Bab 3. Bagaimana cabang-cabang intrahepatik arteri hepatika dan
Masing-masing sel hati juga terletak dekat dengan vena porta menyatu pada sinusoid-sinusoid dan mengalir ke
beberapa kanalikulus biliaris (Gambar 28-2). Kanalikulus vena lobularis sentral di hati diperlihatkan di Gambar 28-1.
mengalir ke dalam duktus biliaris intralobulus, dan duktus- Unit fungsional hati adalah asinus. Masing-masing asinus
duktus ini bergabung melalui duktus biliaris antarlobulus terletak di akhir suatu tangkai vaskular yang mengandung
membentuk duktus hepatikus kiri dan kanan. Duktusduktus cabang-cabang terminal vena porta, arteri hepatika, dan
ini bersatu di luar hati untuk membentuk duktus hepatikus duktus biliaris. Darah mengalir dari bagian tengah unit
komunis. Duktus sistikus mengalir keluar dari kandung fungsional ini ke cabang-cabang terminal vena hepatika di
empedu. Duktus hepatikus bersatu dengan duktus sistikus perifer (Gambar 28–3). Hal ini merupakan penyebab
untuk membentuk duktus biliaris komunis (Gambar 28-1). mengapa bagian sentral asinus, yang kadang disebut zona 1,
BAB 28 Fungsi Transpor & Metabolik Hati 511

Cabang-cabang vena porta intrahepatik memiliki otot


polos di dindingnya yang disarafi oleh serat saraf Vaso-
konstriktor noradrenergik yang mencapai hati melalui akar
ventral torakal ketiga sampai kesebelas dan nervus splanknikus.
Arteriol Persarafan Vasokonstriktor arteri hepatika berasal dari pleksus
hati simpatikus hepatika. Tidak diketahui adanya serat-serat vaso-
terminal
dilator yang mencapai hati. Pada keadaan istirahat, sirkulasi di
bagian perifer hati berlangsung lambat, dan hanya sebagian
dari organ yang mendapat perfusi aktif. Apabila tekanan vena
sistemik meningkat, maka cabang-cabang vena porta meng-
Venula
hati
alami dilatasi pasif dan jumlah darah dalam hati meningkat.
terminal Pada gagal jantung kongestif, kongesti vena hepatika ini dapat
Venula
hati sangat hebat. Sebaliknya, apabila terjadi lepas muatan norad-
terminal renergik difus sebagai respons terhadap penurunan tekanan
Saluran Venula porta darah sistemik, maka cabang-cabang porta intrahepatik ber-
empedu terminal terminal kontriksi, tekanan porta meningkat, dan aliran darah di hati
berlangsung cepat, melewatkan sebagian besar organ. Sebagian
GAMBAR 28-3 Konsep asinus sebagai satuan fungsional hati. besar darah dalam hati masuk ke sirkulasi sistemik. Konstriksi
Di masing-masing asinus, darah di venula porta dan arteriol hati
arteriol-arteriol hati membelokkan darah dari hati, dan kon-
masuk ke bagian tengah asinus dan mengalir ke arah luar ke venula
hati. (Didasarkan pada konsep asinus Rappaport AM: The microcirculatory striksi arteriol-arteriol mesenterium menurunkan aliran masuk
hepatic unit. Microvasc Res 1973 Sep;6(2):212-28.) darah porta. Pada renjatan berat, aliran darah hati dapat turun
sampai ke tingkatan timbulnya nekrosis bebercak (patchy
necrosis) pada hati.

mendapat oksigenasi baik, zona intermedia (zona 2) FUNGSI HATI


mendapat oksigenasi sedang, dan zona perifer (zona 3) Hati memiliki banyak fungsi kompleks. Fungsi-fungsi ini
kurang mendapat oksigen dan paling rentan terhadap cedera diringkas dalam Tabel 28-1. Beberapa akan dibahas secara
anoksik. Vena-vena hepatika mengalir menuju ke vena kava singkat di sini.
inferior. Asinus sering disamakan dengan anggur atau arbei,
yang masing-masing terletak pada tangkai vaskular. Hati
manusia memiliki sekitar 100.000 asinus.
TABEL 28–1 Fungsi utama hati.
Pada manusia, tekanan vena porta pada keadaan normal Membentuk dan menyekresi empedu
adalah sekitar 10 mm Hg, dan tekanan vena hepatika adalah Metabolisme nutrien dan vitamin
sekitar 5 mm Hg. Tekanan rerata di dalam cabang arteri
Glukosa dan gula lain
hepatika yang menyatu ke dalam sinusoid adalah sekitar 90
mm Hg, tetapi tekanan di dalam sinusoid lebih rendah Asam amino
daripada tekanan vena porta, sehingga terjadi penurunan Lemak
tekanan yang besar di sepanjang arteriol-arteriol hati. Asam lemak
Penurunan tekanan ini mengalami penyesuaian sehingga Kolesterol
terjadi hubungan terbalik antara aliran darah arteri hepatika
Lipoprotein
dan vena porta. Hubungan terbalik ini diperkirakan diper-
tahankan sebagian oleh kecepatan pengeluaran adenosin dari Vitamin larut-lemak
daerah di sekitar arteriol. Menurut hipotesis ini, adenosin Vitamin larut-air
dibentuk oleh metabolisme dengan kecepatan yang konstan. Inaktivasi berbagai bahan
Apabila aliran porta berkurang, maka adenosin lebih lambat
Toksin
dikeluarkan, dan penimbunan lokal adenosin menyebabkan
dilatasi arteriol terminal. Selain itu, pada periode di antara Steroid
makan, banyak sinusoid kolaps. Setelah makan, di pihak lain, Hormon lain
ketika aliran porta ke hati dari usus meningkat secara Pembentukan protein plasma
substansial, sinusoid-sinusoid “cadangan” ini direkrut.
Susunan ini memiliki arti bahwa tekanan porta tidak Protein fase akut
meningkat secara linier seiring aliran porta sampai semua Albumin
sinusoid telah direkrut. Hal ini mungkin penting untuk Faktor pembekuan
mencegah kehilangan cairan dari hati yang sangat permeabel Protein pengikat steroid dan pengikat hormon lainnya
dalam keadaan normal. Memang, jika tekanan hati meningkat
pada keadaan sakit (misalnya akibat pengerasan hati yang Imunitas
dijumpai pada sirosis), dapat terjadi penimbunan cairan dalam
Sel Kupffer
jumlah besar (literan) di rongga peritoneum sebagai asites.
512 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

METABOLISME & DETOKSIFIKASI BOKS KLINIS 28-1


Adalah di luar cakupan buku ini untuk membahas semua
fungsi metabolik hati. Sebaliknya, kita akan membahas fungsi- Ensefalopati Hati
fungsi yang paling berkaitan dengan fisiologi pencernaan. Makna klinis metabolisme amonia oleh hati terlihat pada
Pertama, hati berperan kunci dalam metabolisme karbohidrat, gagal hati, ketika peningkatan kadar amonia darah
termasuk penyimpanan glikogen, perubahan galaktosa dan menyebabkan keadaan ensefalopati hati. Pada awalnya,
fruktosa menjadi glukosa, dan glukoneogenesis, serta banyak pasien mungkin hanya tampak bingung, tetapi jika tidak
reaksi yang dibahas di Bab 1. Substrat untuk reaksi-reaksi ini diobati maka kondisi akan memburuk menjadi koma dan
berasal dari produk pencernaan dan penyerapan karbohidrat perubahan ireversibel dalam kognisi. Penyakit timbul bukan
yang diangkut dari usus ke hati dalam darah porta. Hati juga saja karena berkurangnya hepatosit fungsional tetapi juga
berperan penting dalam mempertahankan stabilitas kadar akibat pirau darah porta disekeliling hati yang mengeras, yang
glukosa darah pada periode setelah makan, mengeluarkan berarti bahwa jumlah amonia yang dikeluarkan dari darah
kelebihan glukosa dari darah dan mengembalikannya sesuai oleh sisa massa hati menjadi lebih sedikit. Bahan-bahan lain
kebutuhan—apa yang disebut sebagai fungsi penyangga yang normalnya didetoksifikasi oleh hati juga mungkin
glukosa dari hati. Pada gagal hati, sering terjadi hipoglikemia. berperan menyebabkan perubahan status mental pasien.
Demikian juga, hati ikut berperan dalam metabolisme lemak.
Organ ini menunjang laju oksidasi asam lemak yang tinggi KIAT TERAPEUTIK
untuk menyalurkan energi kepada dirinya sendiri dan organ
Gejala kognitif pada penyakit hati stadium lanjut dapat
lain. Di hati, asam amino dan fragmen-fragmen dua karbon
dikurangi dengan mengurangi jumlah amonia yang
yang berasal dari karbohidrat juga diubah menjadi lemak
masuk ke hati dari kolon (mis. dengan mengonsumsi
untuk disimpan. Hati juga membentuk sebagian besar
karbohidrat tak-terserap, laktulosa, yang diubah
lipoprotein yang dibutuhkan oleh tubuh dan menjaga
menjadi asam lemak rantai-pendek di lumen kolon dan
homeostasis kolesterol dengan membentuk molekul ini dan
mengikat amonia lumen dalam bentuk terionisasinya).
juga mengubah kelebihan kolesterol menjadi asam empedu.
Namun, pada penyakit yang parah, satu-satunya
Hati juga mendetoksifikasi darah dari bahan-bahan yang pengobatan yang efektif adalah transplantasi hati,
berasal dari usus atau bagian tubuh lain (Boks Klinis 28-1). meskipun kelangkaan organ donor memiliki arti bahwa
Sebagian dari fungsi ini bersifat fisik—bakteri dan partikel terdapat minat yang besar akan alat bantu hati artifisial
lain dijaring dan diuraikan oleh sel-sel Kupffer yang yang dapat membersihkan darah.
memiliki letak strategis. Reaksi-reaksi sisanya bersifat
biokimiawi, dan diperantarai dalam tahap-tahap awalnya
oleh sejumlah besar enzim sitokrom P450 yang diekspresi-
kan di hepatosit. Enzim-enzim ini mengubah xenobiotika
dan toksin lain menjadi metabolit inaktif yang kurang
lipofilik. Reaksi detoksifikasi dibagi menjadi fase I (oksidasi, EMPEDU
hidroksilasi, dan reaksi lain yang diperantarai oleh sitokrom
P450) dan fase II (esterifikasi). Akhirnya, metabolit Empedu terdiri dari asam empedu, pigmen empedu, dan
disekresikan ke dalam empedu untuk dieliminasi melalui bahan-bahan lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis
kanal cerna. Dalam hal ini, selain mengeluarkan obat, hati yang mirip dengan getah pankreas (Tabel 28-2). Sekitar
berperan dalam metabolisme hampir semua hormon steroid. 500 mL disekresikan setiap hari. Sebagian komponen
Karena itu, penyakit hati dapat menyebabkan peningkatan
berlebihan aktivitas sistem hormon terkait.
TABEL 28–2 Komposisi duktus biliaris hati
SINTESIS PROTEIN PLASMA manusia.
Protein-protein utama yang dibentuk oleh hati tercantum di Air 97,0%
Tabel 28-1. Albumin adalah yang paling signifikan dari segi Garam Empedu 0,7%
kuantitas, dan merupakan penentu utama tekanan onkotik
Pigmen Empedu 0,2%
plasma. Banyak dari produk protein adalah protein fase-akut,
yaitu protein yang disintesis dan disekresikan ke dalam Kolesterol 0,06%
plasma apabila ada rangsang stres (lihat Bab 3). Yang lain Garam inorganik 0,7%
adalah protein-protein yang mengangkut steroid dan
Asam-asam lemak 0,15%
hormon lain dalam plasma, dan yang lain lagi adalah faktor
pembekuan. Setelah pengeluaran darah, hati mengganti Fosfatidilkolin 0,2%
protein plasma dalam hitungan hari sampai minggu. Satu- Lemak 0,1%
satunya golongan utama protein yang tidak dihasilkan oleh
Fosfatase alkali ...
hati adalah imunoglobulin.
BAB 28 Fungsi Transpor & Metabolik Hati 513

empedu diserap ulang dalam usus kemudian diekskresikan Alb B


hati (sirkulasi enterohepatik). Selain perannya dalam Refluks ke plasma
pencernaan dan penyerapan lemak (Bab 26), empedu (dan
kemudian tinja) adalah rute ekskresi utama produk-produk Alb + B
sisa yang larut lemak. OATP Ruang Disse
Glukuronida pada pigmen empedu, bilirubin dan
biliverdin, menyebabkan empedu berwarna kuning keemas-
B
an. Pembentukan hasil-hasil pemecahan hemoglobin ini
dibahas lebih rinci di Bab 31, dan ekskresinya dibahas di UDP glukuronil UDP-G
bawah. transferase UDP
BG
METABOLISME & BG
BG2 MRP2 BG2
Kanalikulus

EKSKRESI BILIRUBIN
Sebagian besar bilirubin dalam tubuh terbentuk di
jaringan dari pemecahan hemoglobin (lihat Bab 31 dan
Gambar 28-4). Dalam peredaran darah, bilirubin berikat-
an dengan albumin. Sebagian berikatan dengan erat, Hepatosit
tetapi sebagian besar dapat terurai di hati, dan bilirubin
bebas masuk ke dalam sel-sel hati melalui satu anggota GAMBAR 28-5 Penanganan bilirubin oleh hepatosit. Bilirubin (B)
dari famili organic anion transporting polypeptide (OATP, yang terikat ke albumin (Aib) masuk ke ruang Disse di dekat membran
basolateral hepatosit, dan bilirubin secara selektif diangkut ke dalam
polipeptida pengangkut anion organik) lalu berikatan hepatosit. Di sini, bahan ini dikonjugasikan dengan asam glukuronat
(G). Konjugat kemudian disekresikan ke dalam empedu melalui
multidrug resistance protein-2 (MRP-2). Sebagian dari bilirubin yang
tak-terkonjugasi dan terkonjugasi juga mengalir balik ke dalam
COO− COO− plasma. OATP, polipeptida pengangkut anion organik.

CH3
H 3C
N N
Heme dengan protein-protein sitoplasma (Gambar 28–5). Bilirubin
Fe
kemudian dikonjugasikan dengan asam glukuronat dalam
N N
suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim glukuronil transferase
H 2C CH3
(UDP-glukuronosiltrans-ferase). Enzim ini terutama terdapat
CH3 CH2 di retikulum endoplasma halus. Setiap molekul bilirubin
bereaksi dengan dua molekul asam uridin difosfaglukuronat
(UDPG) untuk membentuk bilirubin diglukuronida.
NADPH + O2 Glukuronida ini, yang lebih mudah larut dalam air daripada
Hem oksigenase
CO + Fe3+ + NADP+ bilirubin bebas, lalu diangkut melawan gradien konsentrasi
mungkin oleh suatu pengangkut aktif yang dikenal sebagai
multidrug resistance protein-2 (MRP-2) ke dalam kanalikulus
M V M P P M M V biliaris. Sejumlah kecil bilirubin glukuronida masuk ke dalam
Biliverdin darah, dan di sana berikatan dengan albumin, tetapi dengan
kekuatan yang lebih rendah daripada bilirubin bebas, lalu
O N N N N O
H H H diekskresikan di urine. Dengan demikian, bilirubin plasma
total secara normal mencakup bilirubin bebas ditambah
sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi. Sebagian besar bilirubin
NADPH
Biliverdin glukuronida disalurkan melalui duktus biliaris ke dalam usus.
reductase
NADP+ Mukosa usus relatif tidak permeabel terhadap bilirubin
terkonjugasi tetapi permeabel terhadap bilirubin tak-
M V M P P M M V terkonjugasi dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian
turunan bilirubin yang tidak berwarna yang terbentuk oleh
Bilirubin
kerja bakteri usus. Akibatnya, sebagian pigmen empedu dan
O N N N N O urobilinogen diserap kembali ke dalam sirkulasi porta.
H H H H H H
Sebagian bahan yang diserap ulang ini kemudian
GAMBAR 28-4 Perubahan hem menjadi bilirubin adalah suatu diekskresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik),
reaksi dua-tahap yang dikatalisis oleh hem oksigenase dan biliverdin tetapi sejumlah kecil urobilinogen masuk ke dalam sirkulasi
reduktase. M, metil; P, propionat; V, vinil. umum dan diekskresikan di urine.
514 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

IKTERUS menembus sawar darah-otak. Hati adalah satu-satunya organ


yang mengekspresikan siklus urea (juga dikenal sebagai
Apabila bilirubin bebas atau terkonjugasi menumpuk dalam siklus Krebs-Henseleit) secara lengkap (Gambar 28–6).
darah, warna kulit, sklera, dan membran mukosa menjadi Siklus ini mengubah amonia dalam darah menjadi urea, yang
kuning. Warna kuning ini dikenal sebagai ikterus (jaundice) kemudian dapat diekskresikan di urine (Gambar 28–7 ).
dan biasanya dapat terdeteksi apabila bilirubin plasma total
Amonia dalam sirkulasi terutama berasal dari kolon dan
lebih besar daripada 2 mg/dL (34 mmol/L). Hiperbiliru- ginjal dengan jumlah yang lebih kecil berasal dari penguraian
binemia dapat disebabkan oleh (1) pembentukan bilirubin sel darah merah dan dari metabolisme di otot. Sewaktu
berlebihan (anemia hemolitik, dsb; lihat Bab 31); (2) melewati hati, sebagian besar amonia dalam sirkulasi
penurunan ambilan bilirubin oleh sel-sel hati; (3) gangguan dibersihkan ke dalam hepatosit. Di hepatosit, amonia diubah
konjugasi atau pengikatan protein intrasel; (4) gangguan di mito-kondria menjadi karbamoil fosfat, yang kemudian
sekresi bilirubin terkonjugasi ke dalam kanalikulus biliaris; bereaksi dengan ornitin untuk menghasilkan sitrulin.
atau (5) sumbatan duktus biliaris intra- atau ekstrahati. Kemudian terjadi serangkaian reaksi di sitoplasma yang
Apabila disebabkan oleh salah satu dari 3 proses pertama, yang menghasilkan arginin, dan bahan ini dapat mengalami
meningkat adalah bilirubin bebas. Apabila disebabkan oleh dehidrasi untuk menjadi urea dan ornitin. Yang terakhir
gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi atau sumbatan duktus kembali ke mitokon-dria untuk memulai siklus baru, dan
biliaris, bilirubin glukuronida akan tumpah kembali ke dalam urea, karena berukuran kecil, cepat berdifusi kembali ke
darah, dan di dalam plasma yang terutama meningkat adalah darah sinusoid. Urea kemudian disaring di ginjal dan keluar
bilirubin terkonjugasi. dari tubuh melalui urine.

BAHAN LAIN YANG


DIKONJUGASIKAN OLEH SISTEM EMPEDU
GLUKURONIL TRANSFERASE PEMBENTUKAN EMPEDU
Sistem glukuronil transferase dalam retikulum endoplasma
halus mengatalisis pembentukan glukuronida pada berbagai Empedu mengandung bahan-bahan yang secara aktif
bahan selain bilirubin. Seperti dibahas di atas, bahan-bahan disekresikan ke dalamnya menembus membran kanalikulus,
tersebut mencakup steroid (lihat Bab 20) dan bermacam- misalnya asam empedu, fosfatidilkolin, bilirubin terkonjugasi,
macam obat. Senyawa-senyawa lainnya ini, apabila terdapat kolesterol, dan xenobiotika. Tiap-tiap bahan ini masuk ke
dalam jumlah yang cukup besar, dapat berkompetisi dengan empedu melalui pengangkut spesifik di kanalikulus. Namun,
bilirubin memperebutkan sistem enzim tersebut. Selain itu, sekresi aktif asam-asam empedu lah yang dipercayai menjadi
beberapa barbiturat, antihistamin, antikejang, dan senyawa pendorong utama pembentukan awal empedu kanalikulus.
lain menyebabkan proliferasi mencolok retikulum endo- Karena mereka secara osmotis aktif, empedu kanalikulus
plasma halus dalam sel-sel hati sehingga aktivitas glukuronil bersifat hipertonik sementara. Namun, taut-taut kedap yang
transferase hati secara bersamaan meningkat. Fenobarbital menyatukan hepatosit relatif permeabel dan karenanya
telah digunakan untuk pengobatan penyakit kongenital sejumlah bahan lain secara pasif masuk ke dalam empedu dari
dengan defisiensi relatif glukuronil transferase (defisiensi plasma melalui proses difusi. Bahan-bahan tersebut mencakup
UDP glukuronil transferase tipe 2) dengan hasil yang baik. air, glukosa, kalsium, glutation, asam amino, dan urea.
Fosfatidilkolin yang masuk ke empedu membentuk
BAHAN LAIN YANG misel campuran dengan asam empedu dan kolesterol.
DIEKSKRESIKAN DALAM EMPEDU Perbandingan asam empedu:fosfatidilkolin:kolesterol di
empedu kanalikulus adalah sekitar 10:3:1. Penyimpangan
Kolesterol dan fosfatase alkali diekskresikan ke dalam
dari rasio ini dapat menyebabkan kolesterol mengendap,
empedu. Pada pasien ikterus akibat sumbatan duktus biliaris
menimbulkan salah satu jenis batu empedu (Gambar 28–8 ).
intra- atau ekstrahepatik, kadar kedua zat ini dalam darah
biasanya meningkat. Peningkatan yang jauh lebih rendah Empedu dipindahkan ke duktulus dan duktus empedu
biasanya dijumpai pada ikterus yang disebabkan oleh yang semakin besar, tempat bahan ini mengalami modifikasi
komposisinya. Duktulus empedu dilapisi oleh kolangiosit,
penyakit hepatoselular non-obstruktif. Hormon adreno-
suatu sel epitel kolumnar khusus. Taut kedap sel ini kurang
korteks dan steroid lainnya serta sejumlah obat diekskresikan
permeabel dibandingkan dengan yang terdapat pada hepa-
melalui empedu dan kemudian diserap ulang (sirkulasi
tosit, meskipun taut tersebut masih permeabel terhadap air
enterohepatik). dan karenanya empedu tetap isotonik. Duktulus membersih-
METABOLISME & kan konstituen-konstituen plasma, misalnya glukosa dan
asam amino, dan mengembalikan mereka ke sirkulasi dengan
EKSKRESI AMONIA transpor aktif. Glutation juga dihidrolisasi menjadi asam-
Hati sangat penting dalam penanganan amonia di tubuh. asam amino pembentuknya oleh suatu enzim, gama glutamil-
Kadar amonia harus dikontrol dengan cermat karena bahan transpeptidase (GGT), yang diekspresikan di membran
ini toksik bagi susunan saraf pusat (SSP), dan dapat bebas apikal kolangiosit. Pengeluaran glukosa dan asam amino
BAB 28 Fungsi Transpor & Metabolik Hati 515

Reaksi bersih
Hepatosit 2NH3 + CO2 = Urea + H2O

NH3 O NH3+

ATP P
H2N C NH (CH2)3 CH COO−
HCO3− ADP O O
Sitrulin
Aspartat
1
+
NH4 H2 N C O P O− 2
1
Karbamoil AMP
Mitokondria O−
fosfat
COO− NH2+ NH3+

OOC CH2 CH NH C NH (CH2)3 CH COO−


Arginin suksinat
3
Orinitin NH3+ Fumarat
+

H3 N (CH2)2 CH COO
NH2+ NH3+
H2N C NH (CH2)3 CH COO−
Arginin
Siklus urea
4 H2 O

O
Sitosol
H2N C NH2
Urea
Ke sirkulasi
1 Karbamoil sintetase 2 Argininosuksinat sintetase 3 Arginin suksinat liase 4 Arginase

GAMBAR 28-6 Siklus urea, yang mengubah amonia menjadi urea, berlangsung di mitokondria dan sitosol hepatosit.

Sirkulasi
sistemik
lasi porta
15% Sirku
85%

NH3 0
100

ik Urea 20
80
em
sist
Pe
rol
lasi

rse

40
ste

60
Sirku

nl
ole

es
nk

itin

60
NH3 H
25% +
40
rse

Urea Dua atau lebih fase


75%
Pe

(kristal kolesterol dan


cairan miselar) 80
20
NH4+
Protein B
+ A
Cairan
P miselar C 100
Asam 0
amino 100 80 60 40 20 0
Persen garam empedu
Ekskresi di
urine
GAMBAR 28-8 Kelarutan kolesterol dalam empedu sebagai
sebagai urea Ekskresi di tinja fungsi dari perbandingan lesitin, garam empedu, dan kolesterol.
sebagai ion amonium Pada empedu yang memiliki komposisi seperti diuraikan oleh titik
manapun di bawah garis ABC (mis. titik P), kolesterol semata-mata
GAMBAR 28-7 Homeostasis amonia dalam tubuh pada keadaan berada dalam larutan miselar; titik-titik di atas garis ABC
sehat. Sebagian besar amonia yang dihasilkan oleh tubuh diekskresi- menjelaskan empedu yang juga mengandung kristal kolesterol.
kan oleh ginjal dalam bentuk urea. (Direproduksi dengan izin dari Small DM: Gallstones. N Engl J Med 1968;279:588.)
516 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

TABEL 28–3 Perbandingan empedu di duktus hepatikus Kompleks


dan empedu di kandung empedu pada manusia. n vagus
ere
Ef agus dorsal
Empedu di Duktus Empedu di v
Hepatikus Kandung Empedu
Persentase bahan padat 2–4 10–12

Asam empedu (mmol/L) 10–20 50–200

pH 7,8–8,6 7,0–7,4 ACh Aferen


ACh dan CCK
vagus
menyebabkan Gall-
kontraksi otot polos bladder NO
VIP
CCK Sfingter
mungkin penting untuk mencegah pertumbuhan berlebihan
Oddi Duodenum
bakteri di empedu, terutama selama penyimpanan di kandung
empedu (lihat bawah). Duktulus juga menyekresi bikarbonat Nutrien

M
ela
sebagai respons terhadap sekretin pada masa pascamakan, CCK CCK

l
aliran darah

ui
serta IgA dan mukus untuk proteksi.
GAMBAR 28-9 Kontrol neurohumoral kontraksi kandung empedu
dan sekresi empedu. Pelepasan hormon kolesistokinin (CCK) sebagai
FUNGSI KANDUNG EMPEDU respons terhadap nutrien menyebabkan kontraksi kandung empedu.
CCK juga mengaktifkan aferen vagus untuk memicu suatu refleks vago-
Pada orang normal, empedu mengalir ke dalam kandung vagus yang memperkuat kontraksi kandung empedu (melalui
empedu apabila sfingter Oddi menutup (yi. periode di antara asetllkolin (ACh)) dan relaksasi sfingter Oddi agar empedu dapat
mengalir keluar (melalui NO dan polipeptida usus vasoaktif (VIP)).
waktu makan). Dalam kandung empedu, empedu menjadi
lebih pekat akibat absorpsi air. Derajat pemekatan ini di-
perlihatkan oleh peningkatan konsentrasi bahan padat (Tabel
28-3); 97% empedu hati terdiri dari air, sedangkan empedu
kandung empedu rerata mengandung air sebesar 89%.
Namun, karena asam empedu adalah suatu larutan miselar,
EFEK KOLESISTEKTOMI
maka misel akan menjadi lebih besar, dan karena osmolaritas Pengeluaran empedu secara periodik dari kandung empedu
adalah suatu sifat koligatif, empedu tetap isotonik. Namun, membantu pencernaan tetapi bukan merupakan hal yang sangat
empedu menjadi sedikit asam karena ion natrium diper- penting untuk itu. Pasien-pasien yang menjalani kolesistektomi
tukarkan untuk proton (meskipun konsentrasi keseluruhan dapat mempertahankan kesehatan dan gizi mereka dengan
ion natrium meningkat diiringi oleh penurunan klorida dan pengeluaran empedu yang lambat dan konstan ke dalam
bikarbonat sewaktu empedu mengalami pemekatan). duodenum, walaupun akhirnya duktus koledokus akan sedikit
Apabila duktus koledokus dan duktus sistikus dijepit, melebar, dan akan lebih banyak empedu yang masuk ke dalam
tekanan intrabiliaris meningkat sampai sekitar 320 mm duodenum setelah makan daripada saat lain. Pasien yang
empedu dalam 30 menit, dan sekresi empedu terhenti. menjalani kolesistektomi bahkan dapat mentoleransi makanan
Namun, apabila duktus koledokus dijepit dan duktus sistikus gorengan, walaupun umumnya mereka harus menghindari
dibiarkan terbuka, air akan diserap dalam kandung empedu makanan yang banyak mengandung lemak.
dan tekanan intrabiliaris meningkat hanya sampai sekitar
100 mm empedu dalam beberapa jam.
VISUALISASI KANDUNG EMPEDU
Eksplorasi kuadran kanan atas dengan berkas ultrasonik
(ultrasonografi) dan computed tomography (CT) telah
PENGATURAN SEKRESI EMPEDU menjadi metode visualisasi kandung empedu dan deteksi
Bila makanan masuk ke dalam mulut, resistensi sfingter batu empedu yang paling luas digunakan. Metode ketiga
Oddi menurun akibat pengaruh saraf dan hormon (Gambar untuk mendiagnosis penyakit kandung empedu adalah
28-9). Asam lemak dan asam amino dalam duodenum akan koleskintigrafi nuklir (nuclear cholescintigraphy). Apabila
menyebabkan pelepasan CCK, yang menyebabkan kandung dimasukkan secara intravena, turunan asam iminodiasetat
empedu berkontraksi. berlabel technetium-99m akan diekskresikan melalui
Pembentukan empedu ditingkatkan oleh rangsangan empedu dan menghasilkan citra kandung empedu dan
pada saraf vagus dan oleh hormon sekretin, yang duktus koledokus yang baik dengan kamera gamma. Dapat
meningkatkan kandungan air dan HCO3− dalam empedu. diamati respons kandung empedu terhadap CCK setelah
Bahan-bahan yang meningkatkan sekresi empedu diberi pemberian hormon ini secara intravena. Kanal empedu juga
nama koleretik. Asam-asam empedu itu sendiri merupakan dapat dilihat dengan menyuntikkan medium kontras dari
salah satu koleretik fisiologik yang paling penting. sebuah kanal endoskop ke dalam sfingter Oddi, dalam
BAB 28 Fungsi Transpor & Metabolik Hati 517

BOKS KLINIS 28-2

Batu Empedu komponen-komponen antinukleasi yang mencegah pembentuk-


Kolelitiasis, yaitu adanya batu empedu, merupakan kelainan yang an batu pada orang normal.
sering ditemukan. Insidensnya meningkat seiring dengan Batu empedu yang menyumbat aliran keluar empedu dari
pertambahan usia, sehingga di Amerika Serikat, misalnya, 20% hati dapat menyebabkan ikterus obstruktif. Jika aliran empedu
wanita dan 5% pria berusia antara 50 dan 65 memiliki batu keluar hati tersumbat total maka bahan-bahan yang normalnya
empedu. Batu ini terdiri dari dua tipe: batu kalsium bilirubinat dan diekskresikan dalam empedu, misalnya kolesterol, menumpuk
batu kolesterol. Di Amerika Serikat dan Eropa, 85% batu adalah di dalam darah. Terganggunya sirkulasi enterohepatik asam-
batu kolesterol. Di Amerika Serikat dan Eropa, 85% batu adalah asam empedu juga memicu hati untuk membentuk asam
batu kolesterol. Tampaknya terdapat tiga faktor yang berperan empedu dengan kecepatan yang lebih tinggi. Sebagian dari
dalam pembentukan batu kolesterol. Salah satunya adalah stasis asam empedu ini dapat diekskresikan oleh ginjal, dan
empedu; yaitu batu yang terbentuk dalam empedu yang karenanya mencerminkan suatu mekanisme untuk ekskresi tak-
mengalami sekuestrasi di kandung empedu dan bukan empedu langsung paling tidak sebagian kolesterol. Namun, konstituen
yang mengalir dalam duktus koledokus. Faktor kedua adalah empedu yang tertahan juga dapat menyebabkan toksisitas hati.
supersaturasi empedu oleh kolesterol. Kolesterol sangat tidak larut
dalam empedu, dan zat ini dipertahankan di larutan dalam misel-
misel hanya pada konsentrasi garam empedu dan lesitin yang KIAT TERAPEUTIK
tertentu. Pada konsentrasi di atas garis ABC dalam Gambar 28-8, Terapi batu empedu bergantung pada sifat batu dan
empedu mengalami supersaturasi dan mengandung kristal-kristal keparahan gejala. Banyak kasus, terutama jika batu
kecil kolesterol selain misel. Namun, banyak orang normal yang berukuran kecil dan tertahan di kandung empedu, dapat
tidak menderita batu empedu juga memiliki empedu yang sangat asimtomatik. Batu yang lebih besar dan menyebabkan
jenuh. Faktor ketiga adalah campuran faktor-faktor nukleasi yang obstruksi mungkin perlu dikeluarkan secara bedah, atau
memudahkan terbentuk-nya batu dari empedu yang sangat jenuh melalui ERCP. Obat-obat pelarut oral mungkin
tersebut. Di luar tubuh, empedu dari pasien kolelitiasis membentuk melarutkan batu kolesterol berukuran kecil, tetapi
batu dalam 2-3 hari, sedangkan waktu yang diperlukan oleh efeknya lambat dan batu sering kambuh jika pengobatan
empedu orang normal untuk membentuk batu adalah lebih dari 2 dihentikan. Penyembuhan definitif bagi pasien yang
minggu. Sifat pasti faktor-faktor nukleasi masih belum diketahui, mengalami serangan berulang kolelitiasis simtomatik
walaupun melibatkan glikoprotein dalam mukus kandung empedu. adalah pengangkatan kandung empedu, yang kini
Selain itu, masih belum dapat dipastikan apakah batu terbentuk biasanya dilakukan secara laparoskopis.
akibat pembentukan berlebihan komponen-komponen yang
memudahkan nukleasi atau akibat penurunan pembentukan

suatu tindakan yang dinamai endoscopic retrograde ■ Hati berfungsi menyangga glukosa darah, membentuk sebagian
cholangiopancreatography (ERCP). Bahkan dapat dimasuk- besar protein plasma, berperan dalam metabolisme lemak, dan
kan instrumen halus untuk mengeluarkan kepingan batu mempertahankan homeostasis kolesterol.
empedu yang mungkin menghambat aliran empedu, aliran ■ Bilirubin adalah produk akhir metabolisme hem yang
getah pankreas, atau keduanya (Boks Klinis 28–2). mengalami glukuronidasi oleh hepatosit agar dapat
diekskresikan di empedu. Bilirubin dan metabolit-metabolit-
nya menyebabkan empedu dan tinja berwarna.
■ Hati mengeluarkan amonia dari darah dan mengubahnya men-
jadi urea untuk diekskresikan oleh ginjal. Pada gagal hati,
akumulasi amonia dan toksin-toksin lain menyebabkan ense-
RINGKASAN BAB falopati hati.
■ Hati melakukan beragam reaksi metabolik dan berfungsi ■ Empedu mengandung bahan-bahan yang secara aktif
mendetoksifikasi serta membuang banyak bahan eksogen, disekresikan menembus membran kanalikulus oleh hepatosit,
serta metabolit yang endogen bagi tubuh dan merugikan jika terutama asam empedu, fosfatidilkolin, dan kolesterol.
dibiarkan menumpuk. Komposisi empedu mengalami modifikasi ketika cairan ini
■ Struktur hati adalah sedemikian rupa sehingga organ ini dapat mengalir melalui duktus empedu dan disimpan di kandung
menyaring darah dalam jumlah besar dan mengeluarkan empedu. Kontraksi kandung empedu diatur untuk mengo-
bahkan bahan-bahan hidrofobik yang terikat ke protein. ordinasikan ketersediaan empedu dengan waktu makan.
Fungsi ini dilaksanakan oleh endotel yang berpori. Hati juga
pada hakikatnya menerima semua darah vena dari usus
sebelum disalurkan ke bagian tubuh lain.
518 BAGIAN IV Fisiologi Pencernaan

PERTANYAAN PILIHAN GANDA 5. Seorang wanita 40 tahun datang berobat ke dokter keluarga
dengan keluhan serangan-serangan nyeri abdomen hebat yang
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling terutama terasa jika ia mengonsumsi makanan berlemak.
tepat kecuali jika dinyatakan lain. Pemeriksaan pencitraan memperlihatkan dilatasi akut
1. Seorang pasien yang menderita kolitis ulseratif berat menjalani kandung empedu, dan ditegakkan diagnosis kolelitiasis. Di
kolektomi total disertai pembuatan stoma. Setelah pulih lokasi mana batu empedu tersangkut yang akan meningkatkan
sempurna dari pembedahan, dan dibandingkan dengan risiko terjadinya pankreatitis?
keadaannya sebelum pembedahan, mana dari berikut yang A. Duktus hepatikus kiri
diperkirakan berkurang? B. Duktus hepatikus kanan
A. Kemampuan menyerap lemak C. Duktus sistik
B. Kemampuan membekukan darah D. Duktus biliaris komunis
C. Kadar asam empedu terkonjugasi dalam darah E. Sfingter Oddi
D. Urea urine 6. Dibandingkan dengan empedu hati, empedu di kandung
E. Urobilinogen urine empedu mengandung lebih sedikit konsentrasi
2. Seorang ahli bedah tengah mempelajari metode baru A. asam empedu
transplantasi hati. Ia melakukan hepatektomi total pada hewan B. ion natrium
percobaan. Sebelum hati donor ditandur, diperkirakan akan C. proton
terjadi peningkatan kadar darah D. glukosa
A. glukosa. E. proton
B. fibrinogen.
C. 25-hidroksikolekalsiferol.
D. bilirubin terkonjugasi.
DAFTAR PUSTAKA
E. estrogen. Ankoma-Sey V: Hepatic regeneration—Revising the myth of
Prometheus. News Physiol Sci 1999;14:149.
3. Mana dari jenis sel berikut yang melindungi tubuh dari sepsis Arias I, Wolkoff A, Boyer J, et al (editors): The Liver: Biology and
akibat translokasi bakteri usus? Pathobiology, 5th ed. John Wiley and Sons, 2010.
A. sel stelata hati Chong L, Marx J (editors): Lipids in the limelight. Science
B. kolangiosit 2001;294:1861.
C. sel Kupffer Hofmann AF: Bile acids: The good, the bad, and the ugly. News
D. hepatosit Physiol Sci 1999;14:24.
E. sel epitel kandung empedu Lee WM: Drug-induced hepatoxicity. N Engl J Med 2003;349:474.
4. P450 (CYP) banyak diekspresikan oleh hepatosit. Berikut ini, Meier PJ, Stieger B: Molecular mechanisms of bile formation. News
pada hal apa P450 tidak berperan penting? Physiol Sci 2000;15:89.
A. Pembentukan asam empedu Michalopoulos GK, DeFrances MC: Liver regeneration. Science
B. Karsinogenesis 1997;276:60.
C. Pembentukan hormon steroid Trauner M, Meier PJ, Boyer JL: Molecular mechanisms of
D. Detoksifikasi obat cholestasis. N Engl J Med 1998;339:1217.
E. Pembentukan glikogen
BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Sel-sel berada dalam suatu kompartemen cairan tubuh yang menerus keluar ke lingkungan. Sirkulasi, dan organ yang
dikenal sebagai cairan interstisium, dan sistem mengaturnya, harus cepat berespons terhadap berbagai
kardiovaskular telah berkembang untuk memastikan bahwa ancaman terhadap homeostasis ini untuk menjamin
komposisi cairan interstisium dipertahankan dalam kisaran berfungsinya secara normal sistem-sistem tubuh vital, yang
yang sempit. Homeostasis dicapai dengan memompa suatu biasanya bekerja dalam kisaran sempit osmolaritas, pH,
kompartemen cairan terpisah—plasma—ke seluruh tubuh, saturasi oksigen, dsb.
tempat cairan tersebut dapat"dikondisikan"sewaktu Di bagian ini, kita akan membahas komponen-komponen sistem
melewati organ-organ spesifik yang menambahkan nutrien, kardiovaskular yang memungkinkan sistem ini melayani
oksigen, hormon dan metabolit yang dibutuhkan, dan/atau kebutuhan tubuh akan pemindahan bahan. Kita mula-mula
mengeluarkan bahan sisa. Plasma kemudian menyalurkan akan membicarakan aktivitas listrik yang memungkinkan
bahan-bahan yang dibutuhkan ke organ dan jaringan lain. bagian-bagian jantung berkontraksi secara teratur, untuk
menjalankan sirkulasi dalam satu arah. Kita kemudian akan
Pemindahan secara efisien bahan-bahan antara sel dan
membahas sifat darah dan komponen-komponennya yang
plasma tercapai oleh adanya anyaman luas kapiler, yang
menyebabkan mereka mampu mengangkut zat-zat terlarut ke
resistensinya rendah terhadap pemindahan bahan-bahan
dan dari cairan interstisium. Kemudian akan dibahas sifat
menembus dinding mereka, dan memungkinkan difusi jarak "selang" sirkulasi, atau pembuluh darah, bersama dengan
pendek antara kapiler dan tempat bahan akan digunakan. mekanisme yang mengaturnya. Yang terakhir, kita akan
Fungsi pemompaan dalam sistem ini dihasilkan oleh membahas sifat-sifat khusus sirkulasi di bagian-bagian tubuh
jantung, suatu organ berongga empat yang mendorong dengan kebutuhan unik.
darah mengaliri dua sirkuit serial, satu yang membasahi Jelaslah, sistem kardiovaskular yang fungsional sangat
paru dan satu yang melayani bagian tubuh lainnya. penting bagi kehidupan, dan kerusakan ireversibel cepat
terjadi pada sejumlah organ jika jantung berhenti berdetak.
Secara prinsip, ini terlihat sebagai suatu sistem yang
Gangguan sistem kardiovaskularyang tidakterlalu dramatik
sederhana. Namun, dalam praktik, diperlukan regulasi ketat
juga menimbulkan beban penyakit yang tidak sedikit. Pada
setiap saat untuk menjamin bahwa organ-organ menerima kenyataannya, penyakit kardiovaskular, secara kolektif,
bahan yang mereka perlukan saat mereka butuhkan, adalah penyebab utama kematian dan berperan
terutama dalam menghadapi kebutuhan yang selalu menyebabkan morbiditas signifikan di seluruh dunia. Di
berubah. Sebagai contoh, ketika seseorang mulai Amerika Serikat, penyakit jantung dan stroke adalah
berolahraga, timbul kebutuhan segera akan oksigen dan penyebab kematian tersering pertama dan ketiga, dan
glukosa tambahan di otot-otot yang berkontraksi untuk diperkirakan satu dari tiga orang dewasa Amerika mengidap
suatu bentuk penyakit kardiovaskular. Penyakit kardio-
mempertahankan aktivitas otot. Di otak, tidak ada tempat
vaskular juga merupakan penyebab utama rawat-inap, dan
untuk menyimpan glukosa dan aliran darah harus menimbulkan beban ekonomi tertinggi dari semua kategori
dipertahankan agar kesadaran tetap terjaga, bahkan ketika penyakit. Yang terakhir, meskipun telah dicapai kemajuan
menghadapi tantangan hidrostatik (mis. berpindah dari posisi mengesankan dalam pengobatan dan pencegahan beberapa
berbaring ke posisi tegak). Karenanya, sistem kardiovaskular penyakit kardiovaskular, berkembangnya epidemi obesitas,
harus mampu menyesuaikan kecepatan sirkulasi plasma dan bertambahnya proporsi populasi yang memiliki paling
dalam tubuh sebagai satu keseluruhan dan mengarahkan sedikit satu faktor risiko kardiovaskular, telah menimbulkan
kekhawatiran signifikan di antara para petugas kesehatan
aliran plasma ke tempat-tempat yang paling membutuhkan.
masyarakat. Semua kenyataan ini menggaris-bawahi relevansi
Selain itu, tubuh adalah suatu sistem "terbuka", yang berarti perlunya pemahaman menyeluruh fisiologi kardiovaskular
bahwa beberapa konstituen tubuh (mis. air) secara terus bagi para petugas kesehatan.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Asal Denyut Jantung

29
B A B

& Aktivitas Listrik


Jantung

T U J U A N ■ Menjelaskan struktur dan fungsi sistem hantaran jantung dan


membandingkan potensial aksi di tiap-tiap bagian.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menjelaskan bagaimana elektrokardiogram (EKG) direkam, gelombang-
Anda seyogianya mampu: gelombang EKG, dan hubungan EKG dengan sumbu listrik jantung.
■ Menyebutkan berbagai aritmia jantung yang umum dan menjelaskan
proses-proses yang menyebabkannya.
■ Menyebutkan manifestasi utama dini dan lanjut EKG pada infark miokardium
dan menjelaskan perubahan-perubahan awal dari segi proses-proses ionik
yang mendasarinya.
■ Menjelaskan perubahan EKG dan perubahan pada fungsi jantung yang
ditimbulkan oleh perubahan komposisi ion cairan tubuh.

PENDAHULUAN
Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan Meskipun demikian, nodus SA secara normal mengeluar-
urutan teratur: Kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kan impuls listrik paling cepat, dengan depolarisasi
menyebar dari sini ke bagian lain sebelum bagian-bagian
kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol
tersebut mengeluarkan impuls listrik secara spontan.
semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut Karena itu nodus SA merupakan pacu jantung normal,
jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dengan kecepatannya mengeluarkan impuls listrik
dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang
miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar dibentuk di nodus SA berjalan melalui jalur atrium ke
adalah nodus sinoatrium (nodus SA), jalur antarnodus di nodus AV, melalui nodus ini ke berkas His, dan melintasi
cabang-cabang berkas His melalui sistem Purkinje ke otot
atrium, nodus atrioventrikel (nodus AV), berkas His dan
ventrikel. Masing-masing dari jenis sel di jantung
cabang-cabangnya, dan sistem Purkinje. Berbagai bagian mengandung pola impuls listrik yang unik; jumlah
sistem penghantar, dan, pada keadaan abnormal, sebagian berbagai impuls listrik ini dapat direkam sebagai
miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. elektrokardiogram (EKG).

ASAL & PENYEBARAN Terdapat tiga berkas serat di atrium yang mengandung serat
jenis Purkinje dan menghubungkan nodus SA dengan nodus
EKSITASI JANTUNG AV: traktus anterior, medial (traktus Wenckebach), dan
posterior (traktus Thorel). Berkas Bachmann kadang digunakan
TINJAUAN ANATOMI untuk mengidentifikasi suatu cabang dari traktus antarnodus
anterior yang menghubungkan atrium kanan dan kiri. Hantaran
Pada jantung manusia, nodus SA terletak di taut antara vena
juga terjadi melalui miosit atrium, tetapi hantaran lebih cepat di
kava superior dengan atrium kanan. Nodus AV terletak pada
berkas-berkas ini. Nodus AV bersambungan dengan berkas His,
bagian posterior kanan septum antaratrium (Gambar 29-1).
yang membentuk cabang berkas kiri pada puncak septum

521
522 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Aorta

Potensial aksi
Nodus SA
Vena kava superior

Otot atrium
Nodus sinoatrium Nodus AV
LAF
Jalur
Berkas biasa
antarmodus
Cabang berkas
Nodus
artioventrikel Serat Purkinje

Berkas His Otot ventrikel

Cabang berkas
kanan EKG P T
U
Sistem Purkinje QRS
0,2 0,4 0,6
Fasikulus posterior kiri Waktu (dektik)

GAMBAR 29-1 Sistem penghantar jantung. Kiri: Gambaran otot atrium dan ventrikel diperlihatkan bersamaan dan dihubung-
anatomis jantung manusia dengan fokus tambahan pada daerah- kan dengan aktivitas listrik yang dicatat secara ekstrasel, yaitu
daerah sistem penghantar. Kanan: Potensial aksi transmembran elektrokardiogram (EKG). Potensial aksi dan EKG diletakkan pada
khas pada nodus SA dan AV, bagian lain sistem penghantar, serta sumbu yang sama tetapi dengan titik nol yang berbeda pada skala
vertikal. LAF, fasikulus anterior kiri.

antarventrikel dan berlanjut sebagai cabang berkas kanan. vagus bersifat endokardial. Namun, terdapat hubungan efek
Cabang berkas kiri dibagi menjadi fasikulus anterior dan penghambatan timbal-balik pada persarafan simpatis dan
fasikulus posterior. Cabang-cabang dan fasikulus berjalan di parasimpatis jantung. Jadi asetilkolin bekerja di prasinaps
bawah endokardium turun pada kedua sisi septum dan untuk mengurangi pelepasan norepinefrin dari saraf simpatis,
berhubungan dengan sistem Purkinje, yang seratnya dan sebaliknya neuropeptida Y yang dilepaskan dari ujung
menyebar ke semua bagian mio-kardium ventrikel. noradrenergik dapat menghambat pelepasan asetilkolin.
Histologi sel otot jantung tipikal (mis. miosit ventrikel)
diuraikan di Bab 5. Sistem penghantar sebagian besar terdiri dari SIFAT OTOT JANTUNG
modifikasi otot jantung dengan serat lintang lebih sedikit dan Respons listrik otot jantung dan jaringan nodus serta aliran
batas sel tidak tegas. Tiap-tiap sel di bagian-bagian jantung ion yang mendasarinya dibahas secara rinci di Bab 5 dan
memiliki gambaran histologik unik. Serat Purkinje, yaitu sel-sel diringkas di sini untuk pembandingan dengan sel-sel
penghantar khusus, berukuran besar dengan mitokondria dan pemacu di bawah. Serat miokardium mempunyai potensial
seran lintang lebih sedikit serta jelas berbeda dari miosit yang membran istirahat sekitar -90 mV (Gambar 29-2A). Tiap-
dikhususkan untuk berkontraksi. Sel-sel di nodus SA dan, tiap serat dipisahkan oleh membran, tetapi depolarisasi
dengan tingkatan yang lebih rendah, nodus AV, berukuran lebih menyebar melalui serat-serat tersebut secara radial seolah-
kecil dengan sedikit serat lintang, tetapi tidak seperti serat olah serat-serat tersebut merupakan suatu kesatuan
Purkinje, kurang konduktif karena resistensi internal yang lebih (sinsitium), karena adanya taut-celah. Potensial aksi
transmembran satu sel otot jantung ditandai oleh
tinggi. Serat otot atrium dipisahkan dari serat otot ventrikel oleh
depolarisasi cepat (fase 0), repolarisasi cepat awal (fase 1)
cincin jaringan fibrosa, dan secara normal satu-satunya jaringan
pendataran (plateau) (fase 2), dan proses repolariasi lambat
penghantar antara atrium dan ventrikel adalah berkas His.
(fase 3) yang memungkinkan pulihnya potensial membran
Nodus SA berkembang dari struktur di sisi kanan istirahat (fase 4). Depolarisasi awal ditimbulkan oleh aliran
embrio dan nodus AV dari struktur di sisi kiri. Hal inilah masuk Na+ melalui pembukaan cepat kanal Na+ (arus Na+,
yang menjadi alasan mengapa pada orang dewasa saraf INa). Inaktivasi kanal Na+ berperan menyebabkan fase
vagus kanan terutama tersebar pada nodus SA dan vagus repolarisasi cepat. Aliran masuk Ca2+ melalui pembukaan
kiri ke nodus AV. Begitu pula persarafan simpatis di sisi kanal Ca2+ yang lebih lambat (arus Ca2+, INa) menghasilkan
kanan disebarkan terutama ke nodus SA dan persarafan fase mendatar, dan repolarisasi disebabkan aliran K+ keluar
simpatis pada sisi kiri terutama ke nodus AV. Di kedua sisi melalui banyak tipe kanal K+. Perekaman ekstrasel
sebagian besar serat simpatis datang dari ganglion stelata. keseluruhan aktivitas listrik semua serat otot jantung
Serat noradrenergik bersifat epikardial, sedangkan serat dilakukan dengan EKG (dibahas di bawah). Waktu
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 523

A B
↓INA ↑ICA↑IK
+20 1 GAMBAR 29-2 Perbandingan potensial-potensial
2 aksi di otot ventrikel dan diagram potensial membran
0 ↓ICa 0 jaringan pacu jantung. A) Fase-fase potensial aksi di miosit
↑ICaL ventrikel (0-4, lihat teks untuk rincian) diplotkan pada
↑IK perubahan-perubahan utama dalam arus yang berperan
menyebabkan perubahan potensial membran. B) Arus

MV
–40 utama yang bertanggung jawab untuk masing-masing
MV

0 ↑Ih potensial dari jaringan pacu jantung diperlihatkan di


3 ↑ICaT bawah atau di samping komponen. L, bertahan lama; T,
–60
↓IK sesaat. Kanal-kanal ion lain ikut berperan dalam
menentukan respons listrik. Perhatikan bahwa potensial
↑INA membran istirahat jaringan pacu jantung sedikit lebih
4 ↓IK
–90 rendah daripada potensial otot atrium dan ventrikel.

lepas muatan tiap-tiap unit relatif terhadap EKG diperlihatkan kecuraman lereng prapotensial menurun (Gambar 29-3)
pada Gambar 29-1. Perhatikan bahwa EKG adalah rekaman karena asetilkolin yang dilepaskan pada ujung saraf meningkat-
listrik kombinasi dan karenanya bentuk keseluruhan kan hantaran K+ jaringan nodus. Efek ini diperantarai oleh
mencerminkan aktivitas listrik dari sel-sel dari berbagai reseptor muskarinik M2 yang, melalui subunit βγ protein G,
bagian jantung. membuka serangkaian kanal K+ khusus. IKAch yang dihasilkan
memperlambat efek depolarisasi Ih. Di samping itu,
POTENSIAL PACU JANTUNG pengaktifan reseptor M2 menurunkan adenosin 3-5-mono-
Sel-sel yang secara ritmis mengeluarkan muatan listrik fosfat siklik (cAMP) dalam sel, dan hal ini memperlambat
mempunyai potensial membran yang, sesudah tiap impuls, pembukaan kanal Ca2+. Hasilnya adalah penurunan kecepatan
turun ke ambang letup. Jadi prapotensial atau potensial pacu lepas muatan. Rangsang kuat vagus dapat menghapus lepas
jantung ini (Gambar 29-2B) memicu impuls berikutnya. muatan listrik spontan untuk beberapa saat.
Pada puncak tiap impuls, IK dimulai dan menyebabkan Sebaliknya, perangsangan saraf simpatis jantung
repolarisasi. IK kemudian menurun, dan suatu kanal yang mempercepat efek depolarisasi Ih, dan kecepatan lepas
permeabel terhadap Na+ dan K+ diaktifkan. Karena muatan spontan meningkat (Gambar 29-3). Norepinefrin
diaktifkan setelah hiperpolarisasi, kanal ini disebut sebagai yang disekresikan oleh ujung simpatis berikatan dengan
kanal “h”; namun, karena pengaktifan tak-lazim (funny) reseptor β1 dan peningkatan cAMP intrasel yang terjadi
kanal ini juga dinamai kanal “f” dan arus yang dihasilkannya mempermudah pembukaan kanal L, meningkatkan ICa dan
dinamai “funny currenf”. Sewaktu IK meningkat, membran kecepatan fase depolarisasi impuls.
mulai mengalami depolarisasi, membentuk bagian pertama Kecepatan lepas-muatan nodus SA dan jaringan nodus
dari prapotensial. Kanal Ca2+ kemudian membuka. Pada yang lain dipengaruhi oleh suhu dan obat-obatan. Frekuensi
jantung terdapat dua tipe kanal Ca2+ yaitu kanal T (transien, lepas muatan meningkat bila suhu meningkat dan hal inilah
sekejap) dan kanal L (bertahan lama). Arus kalsium (ICa) yang berperan pada terjadinya takikardia pada waktu
yang terjadi karena pembukaan kanal T melengkapi demam. Digitalis menekan jaringan nodus dan menimbul-
prapotensial, dan ICa yang disebabkan oleh pembukaan kanal kan efek seperti perangsangan vagus, terutama pada nodus
L menghasilkan impuls. Kanal ion lain juga berperan, dan AV (Boks Klinis 29–1; lihat juga Boks Klinis 5–6).
terdapat bukti bahwa terjadi pelepasan Ca2+ lokal dari
retikulum sarkoplasma (Ca2+ sparks) selama prapotensial.
Potensial aksi di nodus SA dan AV sebagian besar oleh Ca2+, 0
tanpa kontribusi oleh influks Na+. Akibatnya tidak terdapat mV
gelombang runcing depolarisasi yang tajam dan cepat sebelum 60
Perangsangan
pendataran, seperti terlihat pada bagian lain sistem penghantar simpatis
serta serat otot atrium dan ventrikel. Selain itu, prapotensial
biasanya menonjol hanya pada nodus SA dan AV. Meskipun 0
demikian, terdapat “pacu jantung laten” pada bagian lain sistem mV
penghantar yang dapat mengambil alih apabila nodus SA dan Perangsangan
60
AV tertekan atau hantaran dari keduanya terhambat. Serat otot vagus
atrium dan ventrikel tidak mempunyai prapotensial, dan
mengeluarkan listrik secara spontan hanya bila terjadi kerusakan GAMBAR 29-3 Efek perangsangan simpatis (noradrenergik)
dan vagus (kolinergik) pada potensial membran nodus SA.
jaringan atau keadaan abnormal. Perhatikan cekungan yang berkurang pada prapotensial setelah
Bila serat vagus kolinergik yang ke jaringan nodus rangsangan vagusdan peningkatan pengeluaran listrikspontan setelah
dirangsang, membran mengalami hiperpolarisasi dan rangsangan simpatis.
524 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 29-1 TABEL 29–1 Kecepatan hantaran di jaringan jantung.


Jaringan Kecepatan Hantaran (m/dtk)

Pemakaian Digitalis Nodus SA 0,05


Digitalis, atau sediaannya yang digunakan secara klinis Jalur atrium 1
(digoksin dan digitoksin), telah dilaporkan dalam literatur
Nodus AV 0,05
kedokteran sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Bahan ini
semula berasal dari tanaman foxglove (Digitalis purpureo Berkas His 1
adalah nama foxglove umum). Pemberian yang tepat dapat Sistem Purkinje 4
memperkuat kontraksi melalui efek inhibitorik digitalis pada
Otot ventrikel 1
Na, K ATPase, sehingga terjadi peningkatan pelepasan Ca2+
dan perubahan kekuatan kontraksi. Digitalis juga dapat
menimbulkan efek listrik dalam mengurangi kecepatan kemudian kembali di sepanjang dinding ventrikel ke alur
hantaran nodus AV dan karenanya mengubah transmisi AV AV, berjalan terus dari permukaan endokardium ke
ke ventrikel. epikardium (Gambar 29–4). Bagian terakhir jantung yang
mengalami depolarisasi adalah bagian posterobasal ventrikel
KIAT TERAPEUTIK kiri, konus pulmonalis, dan bagian paling atas septum.
Digitalis telah digunakan untuk mengobati gagal
jantung sistolik. Obat ini memperkuat kontraktilitas, ELEKTROKARDIOGRAM
sehingga memperbaiki curah jantung, memperbaiki
pengosongan ventrikel kiri, dan mengurangi tekanan Karena cairan tubuh adalah konduktor yang baik (yaitu
pengisian ventrikel. Digitalis juga telah digunakan karena tubuh adalah konduktor volume), maka fluktuasi
untuk mengobati fibrilasi atrium dan fiutter atrium. potensial yang menggambarkan jumlah aljabar potensial aksi
Dalam skenario ini, digitalis mengurangi jumlah impuls serat-serat miokardium, dapat direkam secara ekstrasel.
yang disalurkan melalui nodus AV dan karenanya,
Perekaman fluktuasi potensial ini selama siklus jantung
menghasilkan kontrol kecepatan yang efektif.
Pada kedua keadaan di atas telah dikembangkan
adalah elektrokardiogram (EKG).
terapi alternatif sejak 20 tahun terakhir dan kebutuh- EKG dapat direkam dengan menggunakan elektroda
kan akan pengaturan dosis yang ketat karena potensi aktif atau elektroda eksplorasi yang dihubungkan ke sebuah
efek samping telah mengurangi pemakaian digitalis. elektroda indiferen pada potensial nol (perekaman unipolar),
Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang atau dengan menggunakan dua elektroda aktif (perekaman
mekanisme dan toksisitasnya, digitalis dan turunan- bipolar). Dalam konduktor volume, jumlah potensial di titik-
turunan klinisnya tetap merupakan obat penting
titik pada sebuah segitiga sama sisi dengan sumber arus di
dalam kedokteran modern.
pusat adalah nol pada setiap waktu. Segitiga dengan jantung
pada pusatnya (segitiga Einthoven, lihat bawah) dapat
diperkirakan dengan menempatkan elektroda pada kedua
lengan dan tungkai kiri. Ini adalah tiga sadapan (lead)
ekstremitas standar yang digunakan pada elektrokar-diografi.
PENYEBARAN EKSITASI JANTUNG Bila semua elektroda tersebut dihubungkan ke ujung
Depolarisasi yang dimulai di nodus SA disebarkan secara bersama, diperoleh elektroda indiferen yang potensialnya
radial ke seluruh atrium kemudian menyatu di nodus AV. tetap mendekati nol. Depolarisasi yang bergerak menuju
Depolarisasi atrium tuntas dalam waktu kira-kira 0,1 detik. elektroda aktif dalam suatu konduktor volume menghasilkan
Karena hantaran di nodus AV lambat (Tabel 29–1), maka defleksi/penyimpangan positif, sedangkan depolarisasi yang
terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik (perlambatan nodus bergerak ke arah berlawanan menghasilkan defleksi negatif.
AV) sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel. Perlu dicatat di Nama berbagai gelombang dan segmen dalam EKG
sini bahwa jika tidak terdapat kontribusi ICa dalam manusia diperlihatkan di Gambar 29-5. Berdasarkan
depolarisasi (fase 0) potensial aksi maka akan dijumpai konvensi, defleksi ke atas ditulis bila elektroda aktif menjadi
penurunan nyata dalam hantaran. Perlambatan ini diper- relatif positif terhadap elektroda indiferen, dan defleksi ke
pendek oleh perangsangan saraf simpatis ke jantung dan bawah ditulis bila elektroda aktif menjadi negatif. Seperti
akan memanjang akibat perangsangan vagus. Dari puncak dapat dilihat di Gambar 29-1, gelombang P terutama
septum, gelombang depolarisasi menyebar secara cepat di dihasilkan oleh depolarisasi atrium, kompleks QRS
dalam serat penghantar Purkinje ke semua bagian ventrikel didominasi oleh depolarisasi ventrikel, dan gelombang T
dalam waktu 0,08-0,1 detik. Pada manusia, depolarisasi otot oleh repolarisasi ventrikel. Gelombang U tidak selalu
ventrikel dimulai dari sisi kiri septum antarventrikel dan ditemukan yang mungkin disebabkan oleh miosit ventrikel
bergerak pertama-tama ke kanan menyeberangi bagian dengan potensial aksi panjang. Interval antara berbagai
tengah septum. Gelombang depolarisasi kemudian menyebar gelombang EKG dan peristiwa pada jantung yang terjadi
ke bagian bawah septum menuju apeks jantung. Gelombang selama interval tersebut diperlihatkan pada Tabel 29-2.
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 525

Vena kava Nodus atrioventrikel


superior
Berkas His

Nodus
sinoatrium Atrium
kiri
Atrium
kanan

Cabang
berkas
kanan Ventrikel
kiri
Ventrikel
kanan

Serat
Purkinje
Vena kava
inferior

Sekat Cabang berkas kiri


A antarventrikel

Eksitasi atrium Eksitasi ventrikel Relaksasi ventrikel

Mulai Selesai Mulai Selesai

Nodus SA Nodus AV Relaksasi


atrium

Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu

Elektrokardiogram
B

GAMBAR 29-4 Penyebaran normal aktivitas listrik di jantung. A) depolarisasi. (Disalin dengan izin dari Goldman MJ: Principles of Clinical
Sistem hantaran jantung. B) Urutan pengaktifan/eksitasi jantung. Atas: Electrocardiography, 12th ed. Semula diterbitkan oleh Appleton & Lange. Hak Cipta
Posisi anatomis aktivitas listrik. Bawah: Gambaran elektrokardiogram- © 1986 pada The McGraw-Hill.)
nya. Warna kuning menunjukkan daerah-daerah yang mengalami
526 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

R
1,0

aVR
Garis aVL
Isoelektrik
0,5 V1 V2
Segmen PR Segmen ST
V3
T
mV

P
U
0 V4 V6
V5

Interval PR Q

−0,5 S
Durasi QRS
Interval QT
0 0,2 0,4 0,6
Waktu (detik)

GAMBAR 29-5 Gelombang pada EKG. Diperlihatkan nama-nama aVF


standar untuk masing-masing gelombang dan segmen yang mem-
bentuk EKG. Aktivitas listrikyang berperan menyebabkan defleksi GAMBAR 29-6 Sadapan unipolar elektrokardiografi. Diperlihat-
dibahas di teks dan di Tabel 29-2. kan posisi untuk sadapan unipolar standar. Sadapan ekstremitas
augmented (aVR, aVL, dan aVF) masing-masing diperlihatkan di lengan
kanan, lengan kiri, dan tungkai kiri. Enam sadapan dada (V1-V6)
diperlihatkan sesuai penempatannya.

SADAPAN BIPOLAR
Sadapan bipolar dipergunakan sebelum dikembangkan SADAPAN UNIPOLAR (V)
sadapan unipolar. Sadapan ekstremitas standar, sadapan I, II, Tambahan sembilan sadapan unipolar, yaitu sadapan yang
dan III (Gambar 29-6), masing-masing merekam perbedaan merekam perbedaan potensial antara elektroda eksplorasi dan
potensial antara dua ekstremitas. Karena arus mengalir elektroda indiferen, lazim dipergunakan dalam elektro-
hanya dalam cairan tubuh, rekaman yang diperoleh adalah kardiografi klinik. Terdapat enam sadapan unipolar dada
rekaman yang akan diperoleh bila elektroda berada di titik- (sadapan prakordial) yang diberi nama V1-V6 (Gambar 29-6)
titik perlekatan di ekstremitas, tanpa memedulikan di dan tiga sadapan unipolar ekstremitas: VR (lengan kanan), VL
ekstremitas mana elektroda ditempatkan. Pada sadapan I (lengan kiri), dan VF (kaki kiri). Elektroda indiferen dibuat
elektroda dihubungkan sedemikian rupa sehingga defleksi ke dengan menghubungkan elektroda-elektroda yang diletakkan
atas dicatat ketika lengan kiri menjadi relatif positif terhadap di kedua lengan dan tungkai kiri ke sebuah terminal sentral.
kanan (positif lengan kiri). Pada sadapan II, elektroda Sadapan “V” ini secara efektif merekam potensial “nol” karena
terletak di lengan kanan dan tungkai kiri, dengan tungkai terletak sedemikian rupa sehingga aktivitas listrik saling
positif; dan pada sadapan III elektroda terletak di lengan kiri meniadakan. Biasanya digunakan sadapan ekstremitas yang
dan tungkai kiri, dengan tungkai positif. diperkuat Caugmented), yang diberi nama dengan huruf a
(aVR, aVL, aVF). Sadapan ekstremitas yang diperkuat tidak
TABEL 29–2 Interval EKG. menggunakan elektroda “V” sebagai nol, tetapi merekam
antara satu ekstremitas yang diperkuat dengan dua ekstremitas
Durasi Normal Peristiwa di lain. Fial ini meningkatkan ukuran potensial sebesar 50%
Jantung tanpa perubahan apapun pada konfigurasi dari rekaman yang
Interval Rerata Rentang Selama Interval
tidak diperkuat.
Interval PRa 0,18b 0,12–0,20 Hantaran Sadapan unipolar dapat juga ditempatkan pada ujung
atrioventrikel
kateter dan dimasukkan ke dalam esofagus atau jantung.
Durasi QRS 0,08 sampai 0,10 Depolarisasi Meskipun sensitivitas dapat ditingkatkan, tetapi hal ini jelas
ventrikel lebih invasif dan karenanya bukan merupakan lini pertama
Interval QT 0,40c sampai 0,43 Potensial dalam memperoleh rekaman listrik.
aksi ventrikel

Interval ST (QT 0,32 … Bagian datar


EKG NORMAL
dikurangi QRS) dari potensial EKG pada orang normal diperlihatkan pada Gambar 29-4b
aksi ventrikel dan Gambar 29–7. Rangkaian bagian jantung yang meng-
aDiukur
alami depolarisasi (Gambar 29-4) dan posisi jantung relatif
dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
bMemendek sesuai peningkatan frekuensi denyut jantung dari rata-rata 0,18 dtk terhadap elektroda merupakan pertimbangan penting dalam
pada frekuensi 70 denyut/menit menjadi 0,14 dtk pada frekuensi 130 denyut/menit.
cDapat lebih rendah (0,35), bergantung pada kecepatan jantung
menafsirkan konfigurasi gelombang di tiap-tiap sadapan
(Gambar 29-7). Atrium terletak di bagian posterior dalam
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 527

aVR aVL

V1 V2

V3
V5
V4 V6

V1 V2 V3 V4 V5 V6

II III

aVF

GAMBAR 29-7 Diperlihatkan rekaman dari tiap-tiap elektroda (posisi ditandai di gambar) pada EKG normal. Lihat teks untuk rincian
tambahan. (Disalin dengan izin dari Goldman MJ: Principles of Clinical Electrocardiography, 12th ed. Semula diterbitkan oleh Appleton & Lange. Hak Cipta © 1986 pada
McGraw-Hill.)

rongga dada. Ventrikel membentuk dasar dan permukaan menuruni septum dan ke ventrikel kiri menjauhi elektroda
anterior jantung, dan ventrikel kanan terletak anterolateral menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya bergerak
ke kiri. Jadi, aVR “melihat ke” rongga ventrikel. Depolarisasi kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda,
atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel menyebabkan kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya, pada
bergerak menjauhi elektroda eksplorasi, sehingga sadapan ventrikel kiri (V4—V5) mungkin terdapat awal
gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T semuanya gelombang Q kecil (depolarisasi septum dari kiri ke kanan),
adalah defleksi negatif (ke arah bawah); aVL dan aVF dan terdapat gelombang R besar (depolarisasi septum dan
melihat ke ventrikel, dan karena itu defleksinya dominan ventrikel kiri) diikuti dengan gelombang S sedang pada V4
positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V1 dan dan V5 (depolarisasi lambat dinding ventrikel bergerak
V2, dan bagian awal kompleks QRS adalah defleksi kecil ke kembali menuju sambungan AV). Perlu dicatat bahwa
atas karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak terdapat variasi dalam posisi jantung normal, dan posisi
melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju memengaruhi konfigurasi kompleks elektrokardiografi pada
elektroda eksplorasi. Gelombang eksitasi kemudian bergerak berbagai sadapan.
528 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

15
10
mm 5 +5
0 −0
−5 +5 mm
I
Sadapan I − +
RA LA −120∞ −60∞
− + − −

180∞ 0∞


+

II
+
Sa

nI
da

pa

+120∞ +60∞
pa

da
n

Sa
II

LL
II III
+ +
+16 +11
−1 −1
+15mm +10mm

GAMBAR 29-8 Vektor jantung. Kiri: Segitiga Einthoven. kompleks QRS diukur dari titik tengah sisi segitiga yang mewakili
Garis tegak lurus yang ditarik dari titik tengah sisi-sisi segitiga sama sadapan tersebut. Sebuah tanda panah yang digambar dari pusat
sisi berpotongan di tengah-tengah aktivitas listrik. RA, lengan aktivitas listrik ke titik potong garis tegak lurus yang diperpanjang dari
kanan; LA, lengan kiri; LL, tungkai kiri. Tengah: Perhitungan vektor jarak yang diukur pada sisi-sisi menggambarkan besar dan arah vektor
QRS rata-rata. Pada tiap-tiap sadapan, jarak yang sesuai dengan QRS rerata. Kanan: Sumbu pedoman untuk menentukan arah vektor.
tinggi gelombang R dikurangi tinggi defleksi negatif terbesar pada

SADAPAN EKSTREMITAS BIPOLAR ELEKTROGRAM BERKAS HIS


& VEKTOR JANTUNG Pada pasien dengan blok jantung, peristiwa-peristiwa listrik
Karena sadapan ekstremitas standar merekam perbedaan di nodus AV, berkas His, dan sistem Purkinje sering
potensial antara dua titik, defleksi tiap sadapan pada setiap dipelajari dengan kateter yang mengandung sebuah elektroda
keadaan menunjukkan besar dan arah (pada sumbu sadapan) pada ujungnya yang dimasukkan melalui suatu vena ke sisi
tenaga elektromotif yang dibentuk jantung (vektor atau kanan jantung dan dimanipulasi ke posisi dekat dengan katup
sumbu jantung). Vektor pada suatu saat dalam dua dimensi trikuspidalis. Tiga atau lebih sadapan elektro-kardiografi
bidang frontal dapat dihitung dari setiap dua sadapan standar direkam secara simultan. Rekaman aktivitas listrik
ekstremitas standar (Gambar 29-8) bila diasumsikan bahwa yang diperoleh dengan kateter (Gambar 29-9) adalah
tiga lokasi elektroda membentuk titik segitiga sama sisi elektrogram berkas His (EBH). EBH secara normal
(segitiga Einthoven) dan bahwa jantung terletak di pusat memperlihatkan suatu defleksi A bila nodus AV diaktifkan,
segitiga. Asumsi ini tidak seluruhnya benar, tetapi per- dan suatu gelombang runcing H selama transmisi melalui
hitungan vektor merupakan perkiraan yang bermanfaat. berkas His, dan suatu defleksi V selama depolarisasi ventrikel.
Perkiraan vektor QRS rerata (“sumbu listrik jantung”) sering Dengan EBH dan sadapan elektrokardiografi standar, dapat
kali digambarkan dengan menggunakan defleksi rata-rata diukur tiga waktu interval: (1) interval PA, waktu sejak
QRS pada tiap sadapan seperti diperlihatkan pada Gambar depolarisasi atrium pertama kali tampak sampai gelombang A
29-8. Vektor rata-rata ini berlawanan dengan vektor seketika, pada EBH, yang menggambarkan waktu penghantaran dari
dan defleksi QRS rata-rata harus diukur dengan meng-
integrasikan kompleks QRS. Akan tetapi, vektor-vektor ini
dapat diperkirakan dengan mengukur perbedaan netto
Elektrogram berkas His
antara puncak positif dan negatif QRS. Arah normal vektor
H
QRS rata-rata umumnya dikatakan -30 sampai +110 derajat V
pada sistem koordinat yang diperlihatkan dalam Gambar A
29-8. Deviasi sumbu listrik ke kiri atau kanan dikatakan ada
bila sumbu yang dihitung jatuh ke kiri -30 derajat atau ke
kanan +110 derajat. Deviasi sumbu kanan menunjukkan ECG
hipertrofi ventrikel kanan dan deviasi sumbu kiri mungkin
disebabkan oleh hipertrofi ventrikel kiri, tetapi terdapat
GAMBAR 29-9 Elektrogram berkas His (EBH) normal dengan
perekaman EKG secara bersamaan. Suatu EBH yang direkam
kriteria elektro-kardiografi lain yang lebih baik dan lebih dengan elektroda invasif disandingkan dengan rekaman EKG baku.
dapat dipercaya untuk hipertrofi ventrikel. Penentuan waktu depolarisasi EBH dijelaskan di teks.
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 529

nodus SA ke nodus AV; (2) interval AH, dari gelombang A ke 1500 40


permulaan gelombang runcing H, yang menggambarkan Pria
waktu penghantaran nodus AV; dan (3) interval HV, waktu

Kecepatan jantung (DPM)


22 tahun

Interval RR (msec)
1300
dari permulaan gelombang runcing H ke permulaan defleksi normal
QRS pada EKG, yang menggambarkan penghantaran dalam 50

berkas His dan cabang berkas. Perkiraan nilai normal untuk 1100
interval ini pada orang dewasa adalah PA, 27 mdet; AH, 92 Pria 60
mdet; dan HV, 43 mdet. Nilai-nilai ini menggambarkan 900 79 tahun
kelambatan relatif hantaran pada nodus AV. normal
75

PEMANTAUAN 15 30 45 60
EKG telah lama digunakan dalam perawatan rutin pasien. Waktu (dtk)
Dahulu, EKG sering direkam secara terus-menerus di unit
koroner rumah sakit, dengan alarm yang diatur untuk berbunyi GAMBAR 29-10 Aritmia sinus pada orang muda dan orang tua.
Subjek bernapas 5 kali per menit. Pada setiap inspirasi interval RR
apabila timbul aritmia yang mengancam nyawa. Dengan meng- (interval antara gelombang-gelombang R) menurun, menunjukkan
gunakan alat perekam suara kecil yang mudah dibawa (monitor peningkatan frekuensi denyut jantung. Perhatikan penurunan nyata
Holter), kita dapat merekam EKG pada pasien yang berobat- derajat aritmia pada orang tua. Rekaman ini didapat setelah
jalan saat mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Rekaman penghambatan adrenergik-β, tetapi tanpa itupun secara umum
kemudian diputar balik pada kecepatan tinggi dan dianalisis. akanserupa. (Disalin dengan izin dari Pfiefer MA et al: Differential changes of
autonomic nervous system function with age in man. Am J Med 1983,75:249.)
Rekaman yang diperoleh dengan monitor telah terbukti berguna
dalam diagnosis aritmia dan dalam perencana-an pengobatan
pasien yang sembuh dari infark miokardium. Saat ini, sistem
modern dapat dihubungkan ke pasien serta memperoleh dan BOKS KLINIS 29-2
menyimpan data irama jantung selama berhari-hari untuk
evaluasi aktivitas listrik jangka-panjang yang lebih baik.
Sick Sinus Syndrome
APLIKASI KLINIS: ARITMIA JANTUNG Sick sinus syndrome (sindrom bradikardia-takikardia; disfungsi
nodus sinus) adalah kumpulan gangguan irama jantung yang
mencakup bradikardia sinus (kecepatan jantung lambat dari
FREKUENSI JANTUNG NORMAL pemacu jantung alami), takikardia (kecepatan jantung tinggi),
Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari nodus dan bradikardia-takikardia (irama jantung lambat dan cepat
SA (irama sinus normal, ISN). Jantung berdenyut kira-kira bergantian). Sick sinus syndrome relatif jarang dijumpai dan
70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi biasanya terjadi pada orang berusia lebih dari 50 tahun, yang
melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat biasanya disebabkan degenerasi non-spesifik mirip-jaringan
(takikardia) oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsang lain. parut di sistem hantaran jantung. Jika ditemukan pada orang
Pada orang muda sehat yang bernapas dengan frekuensi berusia muda, khususnya pada anak, kausa umum sick sinus
normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase pernapasan: syndrome adalah bedah jantung, khususnya di rongga-rongga
meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi, atas. Pemantauan Holter merupakan alat diagnostik yang
terutama bila kedalaman pernapasan meningkat. Aritmia efektif untuk mendiagnosis sick sinus syndrome karena sifat
sinus ini (Gambar 29-10) adalah fenomena normal dan penyakit yang episodik. Kecepatan jantung yang sangat lambat
terutama disebabkan oleh fluktuasi impuls parasimpatis ke dan jeda yang lama dapat telihat pada pemantauan Holter,
jantung. Selama inspirasi, impuls vagus dari reseptor regang juga episode-episode takikardia atrium.
dalam paru menghambat daerah kardioinhibitorik di medula
oblongata. Lepas muatan tonus vagus yang menjaga
KIAT TERAPEUTIK
frekuensi denyut jantung lambat menurun, dan frekuensi Terapi bergantung pada keparahan dan jenis penyakit.
denyut jantung meningkat. Proses penyakit yang Takikardia sering diatasi dengan obat. Jika terjadi
memengaruhi nodus sinus menyebabkan bradikardia nyata bradikardia hebat pada pasien dengan sick sinus
disertai oleh pusing dan pingsan (Boks Klinis 29-2). syndrome atau blok jantung derajat-tiga, maka sering
dilakukan pemasangan alat pacu elektronik. Alat ini,
PACU JANTUNG ABNORMAL yang menjadi semakin canggih dan handal, berguna
Pada keadaan abnormal, nodus AV dan bagian lain sistem bagi pasien dengan disfungsi nodus sinus, blok AV, dan
penghantar dapat menjadi pemacu jantung. Selain itu, serat blok bifasikular atau trifasikular. Alat ini juga berguna
otot atrium dan ventrikel yang sakit dapat mengalami pada pasien dengan sinkop neuro-genik berat, yang
penurunan potensial membran dan menghasilkan lepas stimulasi sinus karotikusnya menyebabkan jeda lebih
muatan yang berulang-ulang. dari 3 detik antara dua denyut jantung.
Seperti dinyatakan di atas, kecepatan lepas muatan nodus
SA lebih tinggi daripada kecepatan lepas muatan bagian-
530 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

PR = 0,16 dtk PR = 0.38 s


Kompleks normal First-degree heart block

aVF aVF
Blok jantung derajat-dua Blok jantung derajat-dua
(blok jantung 2:1) (fenomena Wenckebach)

aVF
V5
Blok jantung komplit. Frekuensi atrium, 107; frekuensi ventrikel 43 V6
Dua sadapan V di blok
cabang berkas kiri

GAMBAR 29-11 EKG pada blok jantung. Diperlihatkan tiap-tiap rekaman yang menjelaskan berbagai bentuk blokjantung.Jika sesuai, juga
diperlihatkan sadapan unipolar. Lihat teks untuk rincian lebih lanjut.

Bila hantaran dari atrium ke ventrikel dihalangi secara total, kedua atau ketiga (blok 2:1, blok 3:1 dsb). Pada bentuk blok
maka timbul blok jantung komplit (derajat-tiga), dan jantung inkomplit lainnya, terdapat ulangan rangkaian denyut
ventrikel berdenyut dengan frekuensi lambat (irama idio- dengan interval PR memanjang secara progresif sampai
ventrikel) tanpa bergantung pada atrium (Gambar 29-11). denyut ventrikel hilang (fenomena Wenckebach). Interval PR
Blok mungkin disebabkan oleh penyakit pada nodus AV siklus jantung yang mengikuti tiap denyut yang hilang
(blok nodus AV) atau pada sistem penghantar di bawah biasanya normal atau sedikit memanjang (Gambar 29-11).
nodus tersebut (blok infranodus). Pada pasien dengan blok Kadang-kadang satu cabang berkas His terganggu,
nodus AV, jaringan nodus sisanya menjadi pemacu dan mengakibatkan blok cabang berkas kanan atau kiri. Pada blok
frekuensi irama idioventrikel kurang lebih 45 denyut/menit. cabang berkas (bundle branch block), eksitasi berjalan secara
Pada pasien dengan blok bawah nodus karena penyakit pada normal ke bawah berkas pada sisi yang utuh dan kemudian
berkas His, pemacu ventrikel terletak lebih perifer dalam menjalar balik melalui otot untuk mengaktifkan ventrikel pada
susunan hantaran dan frekuensi ventrikel lebih lambat, rata- sisi yang mengalami blok. Karena itu frekuensi ventrikel
rata 35 denyut/menit, tetapi pada kasus-kasus tertentu dapat normal, tetapi kompleks QRS memanjang dan berubah bentuk
serendah 15 denyut/menit. Pada individu yang demikian, (Gambar 29-11). Blok dapat juga terjadi di fasikulus anterior
mungkin juga didapati periode asistol yang berlangsung
atau posterior cabang berkas kiri, menimbulkan kondisi yang
selama satu menit atau lebih. Iskemia serebrum yang terjadi
disebut hemiblok atau blok fasikulus. Hemi-blok anterior kiri
menyebabkan pusing dan pingsan (sindrom Stokes-Adam).
menimbulkan deviasi sumbu listrik kiri abnormal pada kurva
Penyebab blok jantung derajat-tiga antara lain adalah infark
miokardium septum dan kerusakan berkas His selama EKG, sedangkan hemiblok posterior kiri menghasilkan deviasi
koreksi bedah pada defek septum antarventrikel kongenital. sumbu kanan abnormal. Tidak jarang didapatkan kombinasi
blok fasikulus dan cabang (blok bifasikular atau trifasikular).
Bila hantaran antara atrium dan ventrikel diperlambat
Elektrogram berkas His memungkinkan analisis rinci lokasi
tetapi tetapi tidak diputus secara komplit, terjadi blok
blok bila terdapat kerusakan dalam sistem penghantar.
jantung inkomplit. Pada bentuk yang dinamakan blok
jantung derajat-satu, semua impuls atrium mencapai
ventrikel tetapi interval PR memanjang abnormal. Dalam
FOKUS EKSITASI EKTOPIK
bentuk yang dinamakan blok jantung derajat-dua, tidak Pada keadaan normal, sel miokardium tidak melepaskan
semua impuls atrium dihantarkan ke ventrikel. Mungkin saja muatan listrik secara spontan, dan kecil kemungkinannya
misalnya, ventrikel berdenyut mengikuti tiap denyut atrium terjadi pelepasan muatan spontan oleh berkas His dan
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 531

sistem Purkinje karena pelepasan muatan listrik pemacu nodus II


SA lebih cepat daripada kecepatan pelepasan muatan spontan
kedua sistem ini. Meskipun demikian, pada keadaan abnormal,
serat His-Purkinje atau serat miokardium dapat melepas muatan
secara spontan. Pada kondisi ini, jantung dikatakan mengalami
peningkatan automatisitas. Bila suatu fokus ektopik yang mudah
terangsang melepaskan muatan listrik, hasilnya adalah denyut
yang terjadi sebelum denyut jantung berikut yang diharapkan
Ekstrasistol atrium
dan mengganggu irama jantung untuk sementara (ekstrasistol
atau denyut prematur atrium, nodus, atau ventrikel). Bila fokus II
tersebut melepaskan muatan listrik berulang kali pada frekuensi
yang lebih tinggi daripada nodus SA, akan dihasilkan takikardia
yang cepat dan teratur (takikardia paroksismal atrium, ventrikel,
atau nodus atau flutter atrium).

MASUK KEMBALI (REENTRY)


Penyebab aritmia paroksismal yang lebih sering adalah
Takikardia atrium
kerusakan hantaran yang membuat gelombang eksitasi menjalar
secara kontinu di dalam sirkuit tertutup (gerakan sirkus).
Misalnya, bila terdapat blok sementara pada satu sisi bagian
sistem penghantar, maka impuls dapat berjalan ke bawah sisi
yang lain. Bila kemudian blok menghilang, impuls mungkin
V1
dihantarkan ke arah yang berlawanan pada sisi yang sebelumnya
mengalami blok, kembali ke asal dan kemudian turun lagi, Flutter atrium
membuat gerakan sirkus. Contoh seperti ini dalam cincin
jaringan diperlihatkan pada Gambar 29-12. Bila pemasukan
kembali tersebut terjadi di dalam nodus AV, aktivitas yang
masuk kembali menyebabkan depolarisasi atrium dan
V1
menghasilkan denyut atrium yang disebut denyut pantulan/
gema (echo). Selain itu, aktivitas yang masuk kembali di nodus Fibrilasi atrium
menjalar balik ke bawah ke ventrikel, menghasilkan takikardia GAMBAR 29-13 Aritmia atrium. Ilustrasi memperlihatkan
nodus paroksismal. Gerakan sirkus dapat juga terjadi dalam serat sebuah denyut atrium prematur dengan gelombang P-nya menimpa
otot atrium atau ventrikel. Pada individu dengan berkas gelombang T denyut sebelumnya (tanda panah); takikardia atrium;
tambahan abnormal jaringan penghantar yang menghubungkan flutter atrium dengan blok AV 4:1, dan fibrilasi atrium dengan
atrium dan ventrikel (berkas Kent), aktivitas sirkus dapat ketidakteraturan total frekuensi ventrikel. (Disalin dengan izin dari
berjalan satu arah melalui nodus AV dan dengan arah lain Goldschlager N, Goldman MJ: Principles of Clinical Electrocardiography, 13th ed.
melalui berkas, sehingga melibatkan atrium dan ventrikel. Semula diterbitkan oleh Appleton & Lange. Hak Cipta © 1989 pada McGraw-Hill.)

ARITMIA ATRIUM
Eksitasi yang menyebar dari fokus independen yang konfigurasi QRST biasanya normal (Gambar 29–13). Eksitasi
melepaskan muatan listrik di atrium merangsang nodus AV mungkin mendepolarisasi nodus SA, yang harus mengalami
sebelum waktunya dan dihantarkan ke ventrikel. Gelombang repolarisasi dan kemudian depolarisasi ke ambang letup
P ekstra-sistol atrium adalah gelombang abnormal, tetapi sebelum dapat memulai denyut normal berikutnya. Akibatnya,
terdapat jeda antara ekstrasistol dan denyut normal berikutnya
yang biasanya sama dengan panjang interval antara denyut
normal yang mendahului ekstrasistol, dan irama mengalami
"penyetelan ulang" (lihat bawah).
Takikardia atrium terjadi ketika suatu fokus atrium melepas
muatan listrik secara teratur atau terdapat aktivitas re-entrant
(masuk kembali) yang menghasilkan denyut sampai 220/menit.
Kadang-kadang, khususnya pada pasien yang diberi digitalis,
takikardia berkaitan dengan blokatrioventrikel dalam derajat
GAMBAR 29-12 Depolarisasi suatu cincin otot jantung. Secara
normal impuls menyebar ke kedua arah dalam cincin (kiri) dan
tertentu (takikardia atrium paroksismal dengan blok).
jaringan tepat di belakang tiap cabang impuls berada dalam Pada flutter atrium, frekuensi denyut atrium mencapai
keadaan refrakter. Bila terdapat blok sementara di satu sisi 200-350/mnt (Gambar 29-13). Pada bentuk tersering dari
(tengah), maka impuls dari sisi lain berjalan mengelilingi cincin, dan
bila blok sementara sekarang telah hilang (kanan), maka impuls aritmia ini, terjadi gerakan sirkus besar berlawanan arah
melalui daerah ini dan terus melingkar tak-terbatas (gerakan sirkus). jarum jam di atrium kanan. Hal ini menghasilkan gambaran
532 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

khas pola gigi gergaji gelombang flutter akibat kontraksi


atrium. Flutter atrium hampir selalu disebabkan oleh blok
AV 2:1 atau lebih besar, karena pada orang dewasa nodus AV
tidak dapat menghantarkan lebih dari 230 impuls per menit.
Pada fibrilasi atrium, atrium berdenyut sangat cepat (300
VPB
—500/mnt) secara sama sekali tidak teratur dan kacau. Karena
nodus AV melepas muatan listrik dengan interval tidak Rehat
teratur, maka ventrikel berdenyut dengan frekuensi amat tidak komp.
teratur, biasanya 80-160/mnt (Gambar 29-13). Kelainan ini N N N P N
dapat bersifat paroksismal atau kronik, dan pada sebagian
kasus tampaknya terdapat predisposisi genetik. Penyebab
fibrilasi atrium masih diperdebatkan, tetapi pada sebagian
besar kasus kelainan ini tampaknya disebabkan oleh
gelombang-gelombang eksitasi reentrant yang bersirkulasi di
kedua atrium. Namun, sebagian kasus fibrilasi atrium
paroksismal tampaknya disebabkan oleh lepas muatan dari
satu atau lebih fokus. Banyak dari fokus ini tampaknya terletak
di vena pulmonalis sampai sejauh 4 cm dari jantung. Serat- GAMBAR 29-14 Atas: Denyut prematur ventrikel (DPV). Garis di
serat otot atrium meluas sepanjang vena pulmonalis dan bawah rekaman menggambarkan jeda kompensasi dan mem-
merupakan asal muasal dari lepas muatan tersebut. perlihatkan bahwa lama denyut prematur ditambah lama denyut
normal sebelumnya sama dengan lama 2 denyut normal. Bawah:
Takikardia ventrikel.
KONSEKUENSI ARITMIA ATRIUM
Ada kalanya ekstrasistol terjadi sekali-sekali pada kebanyak-
an orang normal dan tidak mempunyai makna patologik.
Pada takikardia paroksismal atrium dan flutter atrium, Meskipun demikian, impuls kedua dari nodus SA meng-
frekuensi denyut ventrikel mungkin sedemikian tinggi hasilkan denyut normal. Jadi, denyut prematur ventrikel
sehingga diastol terlalu singkat untuk pengisian ventrikel diikuti oleh jeda kompensasi yang sering lebih lama
dengan darah yang cukup di antara kontraksi. Akibatnya, dibandingkan dengan jeda setelah ekstrasistol atrium. Lebih
curah jantung berkurang dan muncul gejala gagal jantung. lagi, denyut prematur ventrikel tidak mengganggu pelepasan
Gagal jantung dapat juga mempersulit fibrilasi atrium bila muatan listrik nodus SA yang teratur, sedangkan denyut
frekuensi denyut ventrikel tinggi. Asetilkolin yang prematur atrium sering mengganggu dan “menyetel ulang”
dilepaskan dari ujung saraf vagus menekan hantaran dalam irama normal.
otot atrium dan nodus AV. Inilah sebabnya mengapa Denyut prematur atrium dan ventrikel tidak cukup kuat
perangsangan refleks lepas-muatan vagus dengan menekan untuk menghasilkan denyut di pergelangan tangan bila
bola mata (refleks okulokardia) atau memijat sinus terjadi pada awal diastol, saat ventrikel belum mempunyai
karotikus sering mengubah takikardia dan kadang-kadang cukup waktu terisi darah dan otot ventrikel tetap dalam
flutter atrium menjadi irama sinus normal. Kemungkinan periode refrakter relatif. Bahkan mungkin saja katup aorta
lain, rangsangan vagus meningkatkan derajat blok AV dan dan pulmonalis tidak terbuka, dan pada kasus ini, selain itu,
secara mendadak menurunkan frekuensi denyut ventrikel. tidak ada bunyi jantung kedua.
Digitalis juga menekan hantaran AV dan dipergunakan Takikardia paroksismal ventrikel (Gambar 29-14) pada
untuk menurunkan frekuensi ventrikel yang cepat pada dasarnya adalah serangkaian depolarisasi ventrikel yang
fibrilasi atrium. cepat dan teratur yang biasanya karena gerakan sirkus yang
melibatkan ventrikel. Torsade de pointes adalah suatu
bentuk takikardia ventrikel dengan morfologi QRS yang
ARITMIA VENTRIKEL bervariasi (Gambar 29-15). Takikardia yang berasal dari atas
Denyut prematur yang berasal dari fokus ektopik ventrikel ventrikel (takikardia supraventrikel misalnya takikardia
biasanya mempunyai pemanjangan kompleks QRS yang nodai paroksismal) dapat dibedakan dari takikardia ventrikel
berbentuk aneh (Gambar 29-14) karena penyebaran lambat paroksismal dengan menggunakan EBH; pada takikardia
impuls dari fokus melalui otot ventrikel ke bagian ventrikel supraventrikel, terdapat defleksi berkas His (H), sedangkan
lainnya. Biasanya denyut tersebut tidak mampu merangsang pada takikardia ventrikel tidak ada. Denyut prematur
berkas His, karena itu tidak terjadi hantaran arah mundur ventrikel biasa didapati dan, tanpa adanya penyakit iskemia
(retrograd) ke atrium. Sementara itu, impuls nodus SA normal jantung, biasanya tidak berbahaya. Takikardia ventrikel lebih
berikutnya menyebabkan depolarisasi atrium. Gelombang P serius karena curah jantung berkurang, dan fibrilasi ventrikel
biasanya terkubur dalam QRS ekstrasistol. Bila impuls normal kadang-kadang merupakan penyulit takikardia ventrikel.
mencapai ventrikel, impuls tersebut tetap berada dalam Pada fibrilasi ventrikel (Gambar 29-15), serat otot
periode refrakter setelah depolarisasi dari fokus ektopik. ventrikel berkontraksi dengan sangat tidak teratur dan tidak
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 533

Irama sinus

Torsade de pointes

Fibrilasi ventrikel
dan irama sinus

Discharge

GAMBAR 29-15 Rekaman yang diperoleh dari sebuah 7,5 dtk setelah dimulainya takikardia ventrikel, mengubah irama
impian kardioverter-defibrilator pada seorang anak laki-laki 12 jantung menjadi irama sinus. Anak laki-laki tersebut tersadar dalam 2
tahun dengan sindrom QT panjang kongenital yang kolaps selagi menit tanpa sekuele neurologik. (Disalin dengan izin dari Moss AJ, Daubert JP:
menjawab sebuah pertanyaan di sekolah. Atas: Irama sinus normal Images in clinical medicine. Internal ventricular fibrillation. N Engl J Med
dengan interval QT panjang. Tengah: Torsade de pointes. Bawah: 2000;342:398.)
Fibrilasi ventrikel dengan lepas-muatan defibrilator, yang diprogram

efektif karena pelepasan muatan listrik sangat cepat dari sindrom ini. Enam mutasi menyebabkan berkurangnya
fokus ektopik ventrikel atau gerakan sirkus. Fibrilasi fungsi berbagai kanal K+ akibat perubahan struktur; satu
ventrikel, seperti fibrilasi atrium, terlihat seperti “sekantong menghambat kanal K+ dengan mengurangi isoform ankirin
cacing” yang sedang bergetar. Fibrilasi ventrikel dapat yang menghubungkan kanal dengan sitoskeleton; dan satu
ditimbulkan oleh syok listrik atau suatu ekstrasistol selama meningkatkan fungsi kanal Na+ jantung. Sindrom QT
interval kritis, periode rentan (vulnerable period). Periode panjang dibahas di Boks Klinis 5-5.
rentan ini bersamaan waktunya dengan bagian tengah
gelombang T, yaitu terjadi ketika sebagian miokardium
ventrikel berdepolarisasi, sebagian repolarisasi inkomplit, HANTARAN AV YANG DIPERCEPAT
dan sebagian repolarisasi komplit. Ini adalah kondisi yang Suatu fenomena menarik yang terlihat pada sejumlah
hebat yang menyebabkan masuk kembali dan gerakan sirkus. individu normal yang rentan terkena serangan aritmia
Ventrikel yang mengalami fibrilasi tidak dapat memompa atrium paroksismal adalah hantaran AV yang dipercepat
darah secara efektif, dan sirkulasi darah berhenti. Karena itu, (sindrom Wolff-Parkinson-White). Dalam keadaan normal,
tanpa adanya penanganan darurat, fibrilasi ventrikel yang satu-satunya lintasan penghantar antara atrium dan ventrikel
berlangsung lebih dari beberapa menit adalah fatal. Penyebab adalah nodus AV. Pengidap sindrom Wolff-Parkinson-
paling sering mati mendadak pada penderita infark White mempunyai tambahan hubungan jaringan nodus atau
miokardium adalah fibrilasi ventrikel. otot yang menyimpang (berkas Kent) antara atrium dan
ventrikel. Berkas ini menghantar lebih cepat dibandingkan
hantaran nodus AV yang lambat, dan satu ventrikel
SINDROM QT PANJANG terangsang lebih dulu. Manifestasi pengaktifannya ber-
Indikasi adanya kerentanan jantung selama repolarisasi gabung dengan pola QRS yang normal dan menghasilkan
adalah kenyataan bahwa pada pasien yang interval QT- interval PR yang pendek dan pemanjangan defleksi QRS
nya memanjang, repolarisasi jantung ireguler dan insidens yang tidak mulus pada bagian atasnya (Gambar 29-16),
aritmia ventrikel dan kematian mendadak meningkat. dengan interval normal antara permulaan gelombang P dan
Sindrom ini dapat disebabkan oleh sejumlah obat berbeda, akhir kompleks QRS (“interval PJ”). Takikardia paroksismal
oleh kelainan elektrolit, dan oleh iskemia miokardium. atrium yang terlihat pada sindrom ini sering mengikuti
Sindrom ini juga dapat bersifat kongenital. Mutasi di denyut prematur atrium. Denyut ini dihantarkan secara
delapan gen berbeda pernah dilaporkan menyebabkan normal sampai ke nodus AV tetapi menyebar ke ujung
534 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

P J verapamil, diltiazem). Yang terakhir, obat-obat yang meng-


hambat reseptor adrenergik β dapat mengurangi pengaktifan
leaL (mis. propranolol, metoprolol). Yang menarik, sekarang
menjadi jelas bahwa pada sebagian pasien obat-obat tersebut
dapat bersifat proaritmik, bukannya antiaritmik; yaitu obat-obat
itu juga dapat menyebabkan bermacam-macam aritmia. Dengan
demikian, pemantauan yang cermat dan prosedur alternatif
sangat penting jika menggunakan obat-obat anti-aritmia.
Salah satu terapi alternatif adalah ablasi lintasan reentrant
dengan kateter radiofrekuensi. Kateter dengan elektroda pada
ujungnya dapat dimasukkan ke dalam rongga-rongga jantung
dan daerah di sekitarnya dan digunakan untuk memetakan
lokasi pasti fokus ektopik atau berkas aksesori yang bertanggung
GAMBAR 29-16 Hantaran AV yang dipercepat. Atas: Denyut jawab menghasilkan takikardia supraventrikel dan reentry.
sinus normal. Tengah: Interval PR pendek; kompleks QRS lebar, kabur; Lintasan ini kemudian dapat dipotong dengan melewatkan arus
interval PJ normal (sindrom Wolff-Parkinson-White). Bawah: Interval radiofrekuensi dengan ujung kateter yang ditempatkan dekat
PR pendek, kompleks QRS normal (sindrom Lown-Ganong-Levine. berkas atau fokus. Di tangan yang terampil, bentuk pengobatan
(Disalin dengan izin dari Goldschlager N. Goldman MJ: Principles of Clinical ini dapat sangat efektif dan hanya menyebabkan sedikit
Electrocardiography, 13th ed. Semula diterbitkan oleh Appleton & Lange. Hak Cipta ©
1990 pada McGraw-Hill.)
penyulit. Teknik ini terutama bermanfaat pada kelainan yang
menyebabkan takikardia supraventrikel, termasuk sindrom
Wolff-Parkinson-White dan flutter atrium. Teknik ini juga
ventrikel dari berkas yang menyimpang tersebut, dan impuls digunakan untuk melenyapkan fokus-fokus di vena-vena
dihantarkan berbalik arah ke atrium. Dengan demikian, terjadi pulmonalis yang menyebabkan fibrilasi atrium paroksismal.
gerakan sirkus. Yang lebih jarang, denyut prematur atrium
mendapatkan bahwa nodus AV refrakter, tetapi mencapai GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAFI
ventrikel melalui berkas Kent, membuat gerakan sirkus dengan PADA PENYAKIT JANTUNG DAN
impuls berjalan dari ventrikel ke atrium melalui nodus AV. SISTEMIK LAIN
Pada beberapa keadaan, sindrom Wolff-Parkinson-White
bersifat familial. Pada dua keluarga yang menderita sindrom INFARK MIOKARDIUM
ini, dijumpai mutasi di sebuah gen yang menyandi suatu
Bila suplai darah ke bagian miokardium diganggu, terdapat
protein kinase yang diaktifkan oleh AMP. Diper-kirakan
perubahan besar dalam miokardium yang menyebabkan
kinase ini secara normal berperan dalam supresi jalur-jalur
perubahan ireversibel dan kematian sel-sel otot. EKG sangat
atrioventrikel abnormal selama perkembangan masa janin.
berguna untuk mendiagnosis iskemia dan menentukan
Serangan takikardia paroksismal supraventrikular, biasa- lokasi daerah infark. Peristiwa listrik yang mendasari dan
nya takikardia nodus, terlihat pada individu dengan interval hasil perubahan elektrokardiografi bersifat rumit, dan di sini
PR yang pendek dan kompleks QRS normal (sindrom Lown- hanya dapat disajikan secara singkat.
Ganong-Levine). Pada kelainan ini, depolarisasi diperkirakan
Tiga kelainan utama yang menyebabkan perubahan
berjalan dari atrium ke ventrikel melalui berkas yang
elektrokardiografi pada infark miokardium akut diringkas
menyimpang yang melalui nodus AV tetapi memasuki sistem
dalam Tabel 29-3. Perubahan pertama—repolarisasi cepat
hantar intraventrikel distal terhadap nodus.
abnormal setelah lepas muatan listrik serat otot yang infark
TERAPI UNTUK ARITMIA
TABEL 29–3 Ringkasan tiga abnormalitas utama
Tersedia banyak jenis obat yang berguna dalam pengobatan polarisasi membran yang terkait dengan infark
aritmia karena obat-obat ini memperlambat hantaran dalam miokardium.
sistem penghantar dan miokardium. Hal ini menekan
aktivitas ektopik dan mengurangi kesenjangan antara jalur Hasil Perubahan
Kelainan pada EKG pada Sadapan
normal dan jalur masuk kembali sehingga reentry tidak Sel Infark Aliran Arus di atas Infark
terjadi. Obat yang memengaruhi kanal Na+ (mis. kuinidin)
dapat memperlambat ICa dan memperlama masa refrakter Repolarisasi Keluar dari Infark Elevasi
cepat segmen ST
(mis. kuinidin, disopiramid), menghambat Itanpa memper-
panjang masa refrakter (mis. fekainid, propafenon), atau Potensi membran Masuk ke Infark Depresi segmen TQ
Istirahat Menurun (bermanifestasi
mempersingkat masa refrakter pada sel yang terdepolarisasi
sebagai elevasi
(mis. lidokain, meksilitin). Obat yang membidik kanal K+ segmen ST)
dapat memperlama masa refrakter (mis. amiodaron, sotalol,
Delayed Keluar dari Infark Elevasi
dofetilid). Obat yang menghambat kanal Ca2+ tipe L dapat depolarization segmen ST
memperlambat pemacu SA dan hantaran AV (mis. nifedipin,
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 535

sebagai hasil akselerasi pembukaan kanal K+—timbul mulai berde-polarisasi lebih lambat daripada serat normal
beberapa detik setelah oklusi arteri koronaria pada binatang sekelilingnya.
percobaan. Hal itu berlangsung hanya beberapa menit, Ketiga perubahan ini menyebabkan arus listrik yang
tetapi sebelum berlalu potensial membran istirahat serat menghasilkan elevasi segmen ST dalam sadapan elektro-
yang mengalami infark menurun sebab K+ intrasel turun. kardiografik yang direkam dengan elektroda di atas daerah
Kurang lebih 30 menit kemudian, serat yang infark juga infark (Gambar 29-17). Akibat repolarisasi cepat dalam

II

III

aVR

aVL

aVF

V1–2

V3–4

V5–6

A B C D E
GAMBAR 29-17 Ilustrasi diagramatik pola elektrokardiogram hari sampai beberapa minggu): Gelombang Q dan kompleks QS
serial pada infark anterior. A) Rekaman normal. B) Pola sangat dini menetap, segmen ST isoelektrik, dan gelombang T simetris dan amat
(beberapa jam setelah infark): Elevasi segmen ST pada I, aVL, dan terbalik pada sadapan yang mempunyai elevasi segmen ST dan
V3-6; depresi segmen ST resiprokal pada II, III dan aVF. C: Pola lebih tinggi pada sadapan yang mempunyai depresi ST. Pola ini dapat
lanjut (beberapa jam sampai beberapa hari):Tampak gelombang Q menetap seumur hidup pasien. E: pola sangat lanjut: Ini mungkin
pada I, aVL, dan V5-6. Kompleks QRS tampak pada V3-4. Ini didapat pada beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infark.
menunjukkan bahwa infark transmural utama mendasari daerah Gelombang Q abnormal dan kompleks QS menetap. Gelombang T
yang direkam oleh V3-4; perubahan segmen ST menetap tetapi pada bertahap kembali ke normal. (Disalin dengan izin dari Goldschlager N,
derajat yang lebih rendah, dan gelombang T mulai berbalik pada Goldman MJ: Principles ofClinical Electrocardiography, 13th ed. Semula diterbitkan
sadapan dengan elevasi segmen ST. D: Pola lanjut (beberapa oleh Appleton & Lange. Hak Cipta © 1989 pada McGraw-Hill.)
536 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Rekaman normal (K+ plasma 4-5,5 meq/L). Interval PR = 0,16 detik; interval QRS =
0,06 detik; interval QT = 0,4 detik (normal untuk anggapan frekuensi denyut jantung 60).

Hiperkalemia (K+ plasma ±7,0 meq/L). Interval PR dan QRS dalam batas normal.
Terdapat gelombang T sangat tinggi, ramping.

Hiperkalemia (K+ plasma ±8,5 meq/L). Tidak ada bukti aktivitas atrium; kompleks QRS
lebar dan tidak mulus dan interval QRS melebar menjadi 0,2 detik. Gelombang T tetap
tinggi dan ramping. Peningkatan kadar K+ plasma lebih lanjut dapat menghasilkan
takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.

R
Hipokalemia (K+ plasma ±3,5 meq/L). Interval PR = 0,2 detik; interval QRS 0,06 detik;
depresi segmen ST. Gelombang U menonjol sekarang tampak segera setelah T.
Interval QT yang sebenarnya tetap 0,4 detik. Bila gelombang U secara salah dianggap
P T U sebagai bagian T, maka akan terukur pemanjangan interval QT palsu 0,6 detik.

Hipokalemia (K+ plasma ±2,5 meq/L). Interval PR memanjang mencapai 0,32 detik;
segmen ST depresi; gelombang T terbalik; tampak gelombang U menonjol. Interval QT
U yang sebenarnya tetap normal.
T

GAMBAR 29-18 Hubungan kadar K+ plasma dan EKG, dengan menganggap bahwa kadar Ca2+ normal. Kompleks pada diagram
adalah sadapan epikardial ventrikel kiri. (Disalin dengan izin dari Goldman MJ: Principles of Clinical Electrocardiography, 12th ed. Semula diterbitkan oleh
Appleton & Lange. Hak Cipta © 1986 pada McGraw-Hill.)

daerah infark, maka potensial membran daerah ini lebih 17). Sadapan di sisi jantung yang berlawanan memper-
besar daripada daerah normal selama bagian akhir lihatkan depresi segmen ST.
repolarisasi, membuat daerah normal relatif negatif Sesudah beberapa hari atau minggu, kelainan segmen ST
terhadap infark. Di luar sel arus mengalir keluar dari infark berkurang. Otot yang mati dan jaringan parut tidak
ke daerah normal (karena, berdasarkan konvensi, arus beraktivitas listrik lagi. Karena itu daerah infark relatif
mengalir dari positif ke negatif). Arus ini mengalir menuju negatif terhadap miokardium normal selama sistol, dan gagal
elektroda di atas daerah yang cedera, menyebabkan membuat kepositifan pada kompleks EKG. Manifestasi
peningkatan positif antara gelombang S dan T pada EKG. negativitas ini beragam dan samar. Perubahan yang sering
Demikian juga, depolarisasi lambat pada sel yang terjadi antara lain munculnya gelombang Q di beberapa
mengalami infark menjadi relatif positif terhadap jaringan sadapan yang sebelumnya tidak ada dan peningkatan ukuran
sehat (Tabel 29-3) selama repolarisasi awal, dan hasilnya gelombang Q normal pada sadapan lainnya, meskipun juga
juga elevasi segmen ST. Perubahan lainnya, penurunan tampak infark gelombang non Q\non-Qwave infarcts).
potensial membran istirahat selama diastol, menyebabkan Infark ini cenderung kurang parah, tetapi terdapat insidens
arus listrik mengalir ke tempat infark selama diastol reinfark tinggi. Temuan lain pada infark ventrikel kiri
ventrikel. Hasil dari aliran listrik ini adalah depresi segmen anterior adalah “kegagalan kemajuan gelombang R”; yaitu
TQ pada kurva EKG. Meskipun demikian, pengaturan gelombang R tidak menunjukkan peningkatan amplitudo
listrik pada rekaman EKG sedemikian rupa sehingga pada sadapan prekordial sewaktu elektroda bergerak dari
depresi segmen TQ direkam sebagai elevasi segmen ST. kanan ke kiri di atas ventrikel kiri. Bila septum mengalami
Jadi, tanda khusus infark akut miokardium adalah elevasi infark, maka sistem hantaran dapat rusak yang menyebabkan
segmen ST pada sadapan di atas daerah infark (Gambar 29- blok cabang berkas atau bentuk lain blok jantung.
BAB 29 Asal Denyut Jantung & Aktivitas Listrik Jantung 537

Infark miokardium sering dipersulit oleh aritmia


ventrikel yang serius, dengan ancaman fibrilasi ventrikel dan
RINGKASAN BAB
kematian. Pada binatang percobaan dan mungkin juga pada ■ Kontraksi di jantung dikontrol melalui suatu jenjang sinyal
manusia, aritmia ventrikel terjadi selama tiga periode. listrik teratur yang berasal dari sel-sel pemacu di nodus
Selama 30 menit pertama infark, sering terjadi aritmia yang sinoatrium (SA) dan dialirkan melalui jalur-jalur atrium
antarnodus ke nodus atrioventrikel (AV), berkas His, serat
disebabkan oleh reentry. Kemudian timbul periode yang
Purkinje, dan ke semua bagian ventrikel.
relatif bebas aritmia, tetapi mulai 12 jam setelah terjadi infark
terjadi aritmia yang disebabkan oleh peningkatan ■ Sebagian besar sel jantung memiliki potensial aksi yang
otomatisitas. Aritmia yang terjadi 3 hari sampai beberapa mencakup depolarisasi cepat, repolarisasi cepat awal,
pendataran, dan repolarisasi lambat untuk kembali ke
minggu sesudah infark lagi-lagi biasanya disebabkan oleh
potensial istirahat. Perubahan-perubahan ini terjadi karena
reentry. Perlu dicatat dalam hal ini, bahwa infark yang
rangkaian aktivasi dan inaktivasi kanal Na+, Ca2+, dan K+.
merusak bagian epikardial miokardium mengganggu saraf
simpatis, menghasilkan kepekaan yang berlebihan terhadap ■ Dibandingkan dengan miosit biasa, sel-sel pemacu memiliki
katekolamin akibat denervasi pada area di luar infark. urutan kejadian yang sedikit berbeda. Setelah repolarisasi ke
Kemungkinan lain, lesi endokardium dapat secara selektif potensial istirahat, terjadi depolarisasi lambat yang disebabkan
oleh suatu kanal yang dapat melewatkan Na+ dan K+. Sewaktu
mengganggu serat vagus, sehingga tidak ada yang
funny current ini terus mendepolarisasi sel, kanal Ca2+
mengimbangi efek serat simpatis.
menjadi aktif untuk mendepolarisasi sel secara cepat. Fase
EFEK PERUBAHAN KOMPOSISI hiperpolarisasi kembali didominasi oleh kanal K+.

ION DARAH ■ Penyebaran sinyal listrik dari sel ke sel berlangsung melalui
taut celah. Laju penyebaran bergantung pada fitur anatomis,
Perubahan konsentrasi Na+ dan K+ dalam cairan ekstrasel tetapi juga dapat berubah (hingga ke tingkat tertentu) oleh
diharapkan memengaruhi potensial serat miokardium, impuls saraf.
karena aktivitas listrik jantung bergantung pada distribusi ■ Elektrokardiogram (EKG) adalah jumlah aljabar aktivitas
ion-ion tersebut melintasi membran sel otot. Secara klinis, listrik jantung. EKG normal mencakup beberapa gelombang
penurunan kadar Na+ plasma dapat berkaitan dengan dan segmen yang jelas, termasuk gelombang P (depolarisasi
atrium), kompleks QRS (depolarisasi ventrikel), dan
kompleks EKG voltase rendah, tetapi perubahan kadar K+
gelombang T (repolarisasi ventrikel). Berbagai aritmia dapat
plasma menyebabkan kelainan jantung berat. Hiperkalemia dideteksi dalam rekaman EKG yang ireguler.
sangat berbahaya dan dapat mematikan karena efeknya pada
■ Karena kontribusi perpindahan ion dalam kontraksi otot
jantung. Dengan meningkatnya kadar K+ plasma, perubahan jantung, jaringan jantung peka terhadap komposisi ion dalam
pertama pada EKG adalah tampaknya gelombang T dengan darah. Yang paling serius adalah peningkatan [K+] yang dapat
puncak tinggi, suatu manifestasi perubahan repolarisasi menyebabkan kelainan jantung hebat, termasuk paralisis
(Gambar 29-18). Pada kadar K+ yang lebih tinggi, terjadi atrium dan aritmia ventrikel.
paralisis atrium dan pemanjangan kompleks QRS. Mungkin
terjadi aritmia ventrikel. Potensial membran istirahat serat
otot menurun dengan adanya peningkatan konsentrasi K+
ekstrasel. Serat menjadi tidak peka rangsang, dan akhirnya
jantung berhenti dalam diastol. Hal sebaliknya, penurunan
kadar K+ plasma menyebabkan pemanjangan interval PR,
gelombang U menonjol dan, kadang-kadang terbaliknya PERTANYAAN PILIHAN GANDA
gelombang T lanjut pada sadapan prakordial. Bila
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali jika
gelombang T dan U bergabung, maka interval QT yang dinyatakan lain.
seringkali tampak memanjang; bila gelombang T dan U
terpisah, interval QT yang sebenarnya tampak berdurasi 1. Bagian mana dari EKG (mis. Gambar 29-5) yang sesuai
dengan depolarisasi ventrikel?
normal. Hipokalemia adalah keadaan serius, tetapi tidak
mematikan secepat hiperkalemia. A. Gelombang P
B. Durasi QRS
Kenaikan kadar Ca2+ ekstrasel meningkatkan kontrakti- C. Gelombang T
litas miokardium. Bila sejumlah besar Ca2+ diinfus ke binatang D. Gelombang U
percobaan, jantung kurang beristirahat selama diastol dan E. Interval PR
berhenti dalam sistol (rigor kalsium). Namun, pada keadaan 2. Mana dari berikut yang normalnya memiliki “prapo-
klinis yang berkaitan dengan hiperkalsemia, kadar kalsium tensial” yang mengalami depolarisasi lambat?
dalam plasma jarang cukup tinggi untuk memengaruhi A. Nodus sinoatrium
jantung. Hipokalsemia menyebabkan pemanjangan segmen B. Sel otot atrium
ST dan akibatnya pemanjangan interval QT, suatu perubahan C. Berkas His
yang juga dihasilkan oleh fenotiazin dan obat antidepresan D. Serat Purkinje
trisiklik dan bermacam-macam penyakit susunan saraf pusat. E. Sel otot ventrikel
538 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

3. Pada blok jantung derajat dua


A. kecepatan ventrikel lebih lambat daripada
DAFTAR PUSTAKA
Hile B: Ionic Channels of Excitable Membranes, 3rd ed. Sinauer
kecepatan atrium.
Associates, Inc., 2001.
B. kompleks EKG ventrikel mengalami distorsi.
Jackson WF: Ion channels and vascular tone. Hypertension
C. terjadi peningkatan insidens takikardia ventrikel.
2000;35:173.
D. isi sekuncup berkurang.
Jessup M, Brozena S: Heart failure. N Engl J Med 2003;348:2007.
E. curah jantung meningkat.
Katz, AM: Physiology of the Heart, 4th ed. Lippincott Williams and
4. Arus yang disebabkan oleh pembukaan kanal mana Wilkins, 2006.
yang berperan dalam fase repolarisasi potensial aksi Morady F: Radiofrequency ablation as treatment for cardiac
serat otot ventrikel? arrhythmias. N Engl J Med 1999;340:534.
A. kanal Na+ Nabel EG: Genomic medicine: cardiovascular disease. N Engl J Med
B. kanal Cl− 2003;349:60.
C. kanal Ca2+ Opie, LH: Heart Physiology from Cell to Circulation. Lipincott
D. kanal K+ Williams and Wilkins, 2004.
E. kanal HCO3− Roder DM: Drug-induced prolongation of the Q-T interval. N Engl
5. Pada blok jantung sempurna J Med 2004;350:1013.
Rowell LB: Human Cardiovascular Control. Oxford University Press,
A. pasien dapat pingsan karena atrium tidak mampu
1993.
memompa darah ke dalam ventrikel.
Wagner GS: Marriott’s Practical Electrocardiography, 10th ed.
B. sering terjadi fibrilasi ventrikel.
Lippincott Williams and Wilkins, 2000.
C. kecepatan atrium lebih rendah daripada kecepatan
ventrikel.
D. pasien dapat pingsan karena lamanya periode
ventrikel tidak berkontraksi.
30
B A B

Jantung Sebagai Pompa

T U J U A N ■ Menjelaskan bagaimana pola kontraksi dan relaksasi yang berurutan dl jantung


menghasilkan pola normal aliran darah.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Memahami perubahan tekanan, volume, dan aliran yang terjadi selama
Anda seyogianya mampu: siklus jantung.
■ Menjelaskan dasar terjadinya denyut arteri, bunyi jantung, dan murmur.
■ Menjelaskan cara-cara untuk meningkatkan curah jantung pada kebutuhan
fisiologik tertentu untuk menambah pasokan oksigen ke jaringan, misalnya saat
olahraga.
■ Menjelaskan bagaimana kerja jantung sebagai pompa dapat terganggu
akibat keadaan penyakit tertentu.

PENDAHULUAN
Tentu saja, aktivitas listrik jantung yang dibahas di bab P elektrokardiogram (EKG); sistol ventrikel dimulai dekat
sebelumnya dirancang untuk melayani peran fisiologik akhir gelombang R dan berakhir tepat setelah gelombang T.
utama jantung—untuk memompa darah melalui paru, Di bab ini kita akan membahas bagaimana perubahan
tempat terjadinya pertukaran gas, dan kemudian ke bagian dalam kontraksi ini menimbulkan perubahan sekuensial
tubuh lainnya (Boks Klinis 30-1). Hal ini dicapai ketika dalam tekanan dan aliran di rongga-rongga jantung dan
proses depolarisasi teratur yang dijelaskan di bab pembuluh darah, dan karenanya mendorong darah sesuai
sebelumnya memicu suatu gelombang kontraksi yang kebutuhan keseluruhan tubuh akan oksigen dan nutrien.
menyebar melalui miokardium. Di masing-masing serat Perlu dicatat bahwa istilah tekanan sistolik di sistem
otot, kontraksi dimulai tepat setelah depolarisasi dan vaskular mengacu kepada tekanan puncak yang tercapai
bertahan sampai sekitar 50 mdet setelah repolarisasi selesai selama sistol, bukan tekanan rerata; demikian juga, tekanan
(lihat Gambar 5-15). Sistol atrium mulai setelah gelombang diastolik mengacu kepada tekanan terendah selama diastol.

PERISTIWA MEKANIS terutama saat kecepatan denyut jantung lambat—daun katup


atrioventrikel (AV) bergeser ke arah posisi tertutup (Gambar
PADA SIKLUS JANTUNG 30-1). Tekanan di ventrikel tetap rendah. Sekitar 70%
pengisian ventrikel terjadi secara pasif selama diastol.
PERISTIWA PADA DIASTOL AKHIR
Pada akhir diastol, katup mitralis (bikuspid) dan SISTOL ATRIUM
trikuspidalis antara atrium dan ventrikel (katup atrio- Kontraksi atrium mendorong darah ke dalam ventrikel.
ventrikel [AV]) terbuka dan katup aorta dan pulmonalis Kontraksi otot atrium yang mengelilingi orifisium vena kava
tertutup. Darah mengalir ke dalam jantung sepanjang superior dan inferior dan vena pulmonalis mempersempit
diastol, mengisi atrium dan ventrikel. Kecepatan pengisian lubang orifisium-orifisium tersebut, dan kelembaman darah
berkurang seiring dengan mengembangnya ventrikel, dan yang bergerak ke arah jantung cenderung menahan darah di

539
540 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 30-1

Gagal Jantung KIAT TERAPEUTIK


Gagal (payah) jantung terjadi ketika jantung tidak mampu
memompa darah dalam jumlah yang memadai untuk Terapi gagal jantung kongestif ditujukan untuk
kebutuhan jaringan. Keadaan ini dapat bersifat akut dan memperbaiki kontraktilitas jantung, mengobati gejala,
berkaitan dengan kematian mendadak, atau kronik. Kegagalan dan mengurangi beban pada jantung. Saat ini, terapi
mungkin terutama mengenai ventrikel kanan (kor pulmonale), paling efektif yang digunakan secara umum adalah
tetapi umumnya mengenai ventrikel kiri yang lebih besar dan inhibisi produksi angiotensin II dengan penghambat
tebal, atau kedua ventrikel. Gagal jantung juga dapat bersifat angiotensin-converting enzyme (ACE). Blokade efek
diastolik atau sistolik. Pada gagal sistolik, isi sekuncup
angiotensin II pada reseptor AT dengan antagonis non-
berkurang karena kontraksi ventrikel lemah. Hal ini menyebab-
peptida juga berguna. Penghambatan produksi
kan peningkatan volume ventrikel sistolik akhir, sehingga fraksi
ejeksi turun dari 65% hingga serendah 20%. Respons awal angiotensin II atau efeknya juga mengurangi kadar
terhadap kegagalan adalah pengaktifan gen-gen yang aldosteron darah dan mengurangi tekanan darah,
menyebabkan hipertrofi miosit jantung, dan penebalan dinding mengurangi afterload terhadap mana jantung harus
ventrikel (remodeling jantung). Pengisian sistem arteri yang memompa. Efek aldosteron dapat semakin dikurangi
tidak sempurna menyebabkan peningkatan lepas-muatan dengan pemberian penghambat reseptor aldosteron.
sistem saraf simpatis dan peningkatan sekresi renin dan Penurunan tonus vena dengan nitrat atau hidralazin
aldosteron, sehingga Na+ dan air tertahan. Respons-respons ini meningkatkan kapasitas vena sehingga jumlah darah
pada awalnya bersifat kompensatorik, tetapi akhirnya keadaan yang kembali ke jantung berkurang, menurunkan
jantung memburuk dan ventrikel mengalami dilatasi. preload. Diuretika mengurangi kelebihan cairan. Obat
Pada gagal diastolik, fraksi ejeksi pada awalnya dipertahan- yang menghambat reseptor adrenergik β terbukti
kan, tetapi elastisitas miokardium berkurang sehingga mengurangi mortalitas dan morbiditas. Turunan digitalis
pengisian selama diastol juga berkurang. Hal ini menyebabkan seperti digoksin secara klasik digunakan untuk mengatasi
isi sekuncup menjadi tidak adekuat dan terjadi remodeling gagal jantung kongestif karena kemampuannya
jantung serta retensi Na+ dan air seperti pada gagal sistolik. meningkatkan simpanan Ca2+ intrasel dan karenanya
Perlu dicatat bahwa kurang adekuatnya curah jantung pada
menghasilkan efek inotropik positif, tetapi mereka kini
gagal jantung mungkin bersifat relatif dan bukan absolut. Jika
digunakan secara sekunder untuk mengobati disfungsi
terdapat suatu fistula arteriovena besar, pada tirotoksikosis dan
sistolik dan perlambatan kecepatan ventrikel pada
defisiensi tiamin, curah jantung mungkin meningkat secara
pasien dengan fibrilasi atrium.
absolut, tetapi tetap belum memadai untuk memenuhi
kebutuhan jaringan (gagal high-output).

dalamnya. Namun, meskipun terdapat pengaruh-pengaruh 25 mm Hg atau lebih kecil. Pada akhir sistol, tekanan aorta
inhibitorik ini, terjadi sedikit regurgitasi darah ke dalam vena. sebenarnya melebihi tekanan ventrikel, tetapi untuk jangka
waktu yang singkat momentum tetap mendorong darah. Katup
SISTOL VENTRIKEL AV tertarik ke bawah oleh kontraksi otot ventrikel, dan tekanan
Pada permulaan sistol ventrikel, katup mitralis dan trikuspi- atrium turun. Saat istirahat, jumlah darah yang disemprotkan
dalis (AV) menutup. Otot ventrikel pada mulanya hanya oleh masing-masing ventrikel per denyut adalah 70—90 mL.
sedikit memendek, tetapi tekanan intraventrikel meningkat Volume ventrikel diastolik-akhir adalah sekitar 130 mL. Dengan
secara tajam sewaktu miokardium menekan darah di dalam demikian, sekitar 50 mL darah tetap berada di masing-masing
ventrikel (Gambar 30-2). Periode kontraksi ventrikel iso- ventrikel pada akhir sistol (volume ventrikel sistolik-akhir), dan
volumetrik (isovolumik, isometrik) ini berlangsung sekitar fraksi ejeksi (ejection Jraction), persen volume ventrikel
0,05 detik, sampai tekanan di ventrikel kanan dan kiri diastolik-akhir yang disemprotkan setiap denyut, adalah sekitar
melebihi tekanan di aorta (80 mm Hg; 10,6 kPa) dan arteri 65%. Fraksi ejeksi merupakan indeks fungsi ventrikel yang
pulmonalis (10 mm Hg) dan katup aorta dan pulmonalis bermanfaat. Besaran ini dapat diukur dengan menyuntikkan sel
terbuka. Selama kontraksi isovolumetrik, katup AV darah merah berlabel radionuklida dan melakukan pencitraan
menonjol ke dalam atrium, menyebabkan peningkatan jumlah darah jantung pada akhir diastol dan akhir sistol
tekanan atrium yang kecil tetapi tajam (Gambar 30-3). (angiokardiografi radionuklida seimbang), atau dengan
Saat katup aorta dan pulmonalis terbuka, dimulailah fase computed tomography.
penyemprotan ventrikel (ejeksi ventrikel). Penyemprotan
mula-mula berlangsung cepat, kemudian melambat seiring
DIASTOL AWAL
dengan kemajuan sistol. Tekanan intraventrikel meningkat Setelah otot ventrikel berkontraksi penuh, tekanan ventrikel
sampai maksimum dan kemudian sedikit menurun sebelum yang sudah turun semakin cepat turun. Ini adalah periode
sistol ventrikel berakhir. Tekanan ventrikel kiri puncak adalah protodiastol. Periode ini berlangsung sekitar 0,04 detik.
sekitar 120 mm Hg, dan tekanan ventrikel kanan puncak adalah Periode ini berakhir saat momentum darah yang
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 541

A Sitosol Kontraksi ventrikel isovolumetrik Semprotan ventrikel


Darah mengalir keluar ventrikel

Atrium Atrium
relaksasi relaksasi

Ventrikel Ventrikel
berkontraksi berkontraksi

Katup AV: Tertutup Tertutup


Katup aorta
dan pulmonalis Tertutup Terbuka

B Diastol
Relaksasi ventrikel isovolumetrik Pengisian ventrikel
Darah mengalir ke dalam ventrikel

Atrium berkontraksi

Atrium Atrium Atrium


relaksasi relaksasi berkontraksi

Ventrikel
relaksasi Ventrikel Ventrikel
relaksasi relaksasi

Katup AV: Menutup Terbuka Terbuka


Katup aorta
dan pulmonalis: Menutup Menutup Menutup

GAMBAR 30-1 Pembagian siklus jantung: A) Sistol dan B) Diastol. Fase-fase siklus identik di kedua paruh jantung. Arah bagaimana
perbedaan tekanan menyebabkan terjadinya aliran ditandai oleh tanda panah; namun, perhatikan bahwa aliran tidak terjadi jika ada katup yang
mencegahnya. AV, atrioventrikel.

disemprotkan dikalahkan dan katup aorta dan pulmonalis katup AV membuka, dan kemudian turun dan secara
menutup sehingga timbul getaran sesaat di darah dan perlahan kembali meningkat sampai sistol atrium berikutnya.
dinding pembuluh-pembuluh darah. Setelah katup menutup,
tekanan terus turun dengan cepat selama periode relaksasi TIMING (PENENTUAN WAKTU)
ventrikel isovolumetrik. Relaksasi isovolumetrik berakhir Walaupun kejadian-kejadian di kedua sisi jantung serupa,
saat tekanan ventrikel turun di bawah tekanan atrium dan kejadian-kejadian tersebut agak asinkron. Sistol atrium kanan
katup AV membuka dan ventrikel terisi. Mula-mula mendahului sistol atrium kiri, dan kontraksi ventrikel kanan
pengisian ventrikel berlangsung cepat, kemudian melambat dimulai setelah kontraksi sisi kiri (lihat Bab 29). Namun,
sewaktu kontraksi jantung berikutnya mendekat. Tekanan karena tekanan arteri pulmonalis lebih rendah daripada
atrium tetap meningkat setelah akhir sistol ventrikel sampai tekanan aorta, semprotan ventrikel kanan dimulai sebelum
542 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Karena memiliki potensial aksi yang memanjang, maka


otot jantung masih berada dalam periode refrakternya dan
tidak akan berkontraksi sebagai respons terhadap stimulus
200 kedua sampai mendekati akhir kontraksi sebelumnya (lihat
Gambar 5-15). Dengan demikian, otot jantung tidak dapat
mengalami tetani seperti otot rangka. Secara teoritis, kecepatan
Tekanan (mm Hg)

Kurva tekanan
isovolumetrik-volume tertinggi ventrikel berkontraksi adalah sekitar 400/mnt, tetapi
pada orang dewasa nodus AV tidakakan menghantarkan lebih
c b
dari 230 impuls/mnt karena periode refrakter nodus ini
100
panjang. Kecepatan ventrikel lebih dari 230 hanya dijumpai
pada takikardia ventrikel paroksismal (lihat Bab 29).
Pengukuran pasti durasi kontraksi ventrikel isovolumetrik
sulit dilakukan pada situasi klinis, tetapi durasi sistol
Hubungan tekanan elektromekanis total (QS2), periode praejeksi (PEP, pre-ejection
a
d diastolik-volume period), dan waktu semprotan ventrikel kiri (left ventricular
0 ejection time, LVET) mudah diukur dengan melakukan
50 130
perekaman EKG, fonokardiogram, dan denyut karotis secara
Volume (mL)
bersamaan. QS2 adalah periode dari awitan kompleks QRS
GAMBAR 30-2 Lengkung tekanan-volume di ventrikel kiri. Selama sampai penutupan katup aorta, seperti ditentukan oleh awitan
diastol, ventrikel terisi dan tekanan meningkat dari d ke a. Tekanan bunyi jantung kedua. LVET adalah periode dari awal
kemudian meningkat tajam dari a ke b selama kontraksi isovolumetrik peningkatan tekanan karotis sampai takik dikrotik (dicrotic
dari dari b ke c selama semprotan ventrikel. Di c, katup aorta menutup notcb\ lihat bawah). PEP adalah perbedaan antara QS2 dan
dan tekanan turun selama relaksasi isovolumetrik dari C kembali ke d. LVET dan mencerminkan waktu kejadian-kejadian listrik serta
(Disalin dengan izin dari McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF [editor]:
Pathophysiology of Disease, 6th ed.McGraw-Hill, 2010.) mekanis yang terjadi sebelum ejeksi sistolik. Dalam keadaan
normal, nisbah PEP/LVET adalah sekitar 0,33, dan nisbah ini
meningkat tanpa perubahan pada QS2 saat kinerja ventrikel kiri
semprotan ventrikel kiri. Selama ekspirasi, katup pulmonalis dan terganggu oleh berbagai penyakit jantung.
aorta menutup pada saat yang sama; tetapi selama inspirasi,
katup aorta menutup sedikit lebih dahulu daripada katup DENYUT ATRIUM
pulmonalis. Penutupan katup pulmonalis yang lebih lambat Darah yang terdorong ke dalam aorta selama sistol tidak saja
disebabkan oleh lebih rendahnya impedansi percabangan mendorong darah di dalam pembuluh ke depan, tetapi juga
pembuluh paru. Apabila diukur dalam periode menit, output menimbulkan gelombang tekanan yang menjalar di sepanjang
kedua ventrikel tentu saja sama, tetapi pada orang normal terjadi arteri-arteri. Gelombang tekanan mengembangkan dinding
perbedaan output transien selama siklus pernapasan. arteri sewaktugelombangtersebut menjalar, dan pengembangan
ini teraba sebagai denyut. Kecepatan gelombang menjalar, yang
LAMA SISTOL & DIASTOL independen dari dan jauh lebih besar daripada kecepatan aliran
Otot jantung memiliki sifat unik yaitu berkontraksi dan darah, adalah sekitar 4 m/dtk di aorta, 8 m/dtk di arteri besar,
mengalami repolarisasi lebih cepat saat kecepatan denyut dan 16 m/dtk di arteri kecil pada dewasa muda. Karena itu,
jantung tinggi (lihat Bab 5), dan durasi sistol menurun dari 0,27 denyut teraba di arteri radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1
detik pada kecepatan denyut jantung 65 menjadi 0,16 detik pada detik setelah puncak ejeksi sistolik ke dalam aorta (Gambar
kecepatan 200 denyut/mnt (Tabel 30-1). Pemendekan interval 30-3). Seiring dengan pertambahan usia, arteri menjadi kaku,
waktu ini terutama disebabkan oleh penurunan durasi dan gelombang denyut bergerak lebih cepat.
semprotan sistolik. Namun, durasi sistol jauh lebih menetap Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan
daripada durasi diastol, dan apabila kecepatan denyut jantung hanya sedikit hubungannya dengan tekanan rata-rata. Pada
meningkat, diastol mengalami pemendekan yang lebih besar. syok, denyut melemah (“thready"). Denyut kuat apabila isi
Sebagai contoh, pada kecepatan denyut jantung 65, durasi sekuncup besar, mis. selama olahraga atau setelah pemberian
diastol adalah 0,62 detik, sedangkan pada kecepatan 200, histamin. Apabila tekanan denyut tinggi, gelombang denyut
durasinya hanya 0,14 detik. Kenyataan ini memiliki dampak mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan
fisiologis dan klinis yang penting. Selama diastol-lah otot didengar oleh individu yang bersangkutan (palpitasi, “deg-
jantung beristirahat, dan darah koroner mengalir ke bagian degan”). Apabila katup aorta inkompeten (insufisiensi aorta),
subendokardium ventrikel kiri terjadi hanya selama diastol denyut sangat kuat, dan gaya ejeksi sistolik mungkin cukup
(lihat Bab 33). Selain itu, sebagian besar pengisian ventrikel untuk menyebabkan kepala mengangguk setiap kali jantung
terjadi selama diastol. Pada kecepatan denyut sampai 180, berdenyut. Denyut pada insufisiensi aorta disebut denyut
pengisian masih adekuat selama aliran balik vena (venous collapsing, Corrigan, atau palu-air (water-hammer).
return) cukup banyak, dan curah jantung per menit meningkat Takik dikrotik, suatu osilasi kecil pada fase menurun
apabila kecepatan denyut meningkat. Namun, pada kecepatan gelombang denyut yang disebabkan oleh getaran saat katup
denyut jantung yang sangat tinggi, pengisian mungkin terganggu aorta menutup (Gambar 30-3), tampak apabila gelombang
sampai tahap curah jantung per menit turun. tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan tangan.
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 543

0 0,2 0,4 0,6 0,8


Waktu (dtk)

Sist. Sist.
atr. vent. Diastol

R T
P U Elektrokardiogram
Q S
Bunyi jantung
4 1 2 3 (fonokardiogram)

120 o c
Tekanan aorta
80 (di o, katup aorta terbuka;
Tekanan
di c, katup menutup)
(mm Hg) 40
Tekanan ventrikel kiri ( )
0
c' Tekanan atrium kiri ( )
130
(kanan serupa)
o'
Volume Volume ventrikel kiri
65
ventrikel (mL) (di c', katup mitral tertutup; di
o', katup membuka)
0

25
Aliran
15
darah aorta
(L/mnt)
0

a c
v
Tekanan vena jugularis,
memperlihatkan gelombang
a, c, dan v

Tekanan karotis
n (n = takik dikrotik)
Tekanan radialis
30
Tekanan
15 Tekanan arteri pulmonaris
(mm Hg)
0 Tekanan ventrikel kanan

1 2 3 4 5
Fase siklus jantung

GAMBAR 30-3 Kejadian-kejadian pada siklus jantung akhir sistol, tekanan aorta sebenarnya melebihi tekanan ventrikel
dengan kecepatan denyut jantung 75 kali/mnt. Fase-fase siklus kiri. Namun, momentum darah menyebabkan darah tetap mengalir
jantung yang ditunjukkan oleh angka-angka di bawah adalah keluar ventrikel untuk beberapa saat. Hubungan tekanan di
sebagai berikut: 1, sistol atrium; 2, kontraksi ventrikel ventrikel kanan dan arteri pulmonalis juga serupa. Sist. atr., sistol
isovolumetrik; 3, penyemprotan ventrikel; 4, relaksasi ventrikel atrium; Sist. vent., sistol ventrikel.
isovolumetrik; 5, pengisian ventrikel. Perhatikan bahwa pada
544 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 30–1 Variasi panjang potensial aksi dan penutupan katup aorta dan pulmonalis tepat setelah akhir sistol
fenomena terkait pada siklus jantunga. ventrikel. Pada banyak orang dewasa muda, terdengar bunyi
ketiga yang lembut dan bernada rendah pada sekitar sepertiga
Kecepatan Kecepatan jalan menuju diastol. Bunyi ini bersamaan dengan periode peng-
Denyut Jantung Denyut Jantung Otot
75/mnt 200/mnt Rangka isian cepat ventrikel dan mungkin disebabkan oleh getaran yang
ditimbulkan oleh ‘gerojokan’ darah masuk. Kadang-kadang ter-
Durasi, siklus jantung 0,80 0,30 … dengar bunyi keempat sesaat sebelum bunyi pertama saat
Durasi sistol 0,27 0,16 … tekanan atrium tinggi atau ventrikel kaku dalam keadaan-keada-
an seperti hipertrofi ventrikel. Bunyi ini disebabkan oleh peng-
Durasi potensial aksi 0,25 0,15 0,007
isian ventrikel dan jarang terdengar padar orang dewasa normal.
Durasi periode 0,20 0,13 0,004 Bunyi pertama memiliki durasi sekitar 0,15 detik dan
refrakter absolut frekuensi 25-45 Hz. Bunyi ini lembut saat kecepatan denyut jan-
Durasi periode 0,05 0,02 0,003 tung lambat, karena ventrikel terisi penuh oleh darah dan daun-
refrakter relatif daun katup AV mengapung bersama sebelum sistol. Bunyi ke-dua
Durasi diastol 0,53 0,14 … berlangsung sekitar 0,12 detik dengan frekuensi 50 Hz. Bunyi ini
keras dan tajam apabila tekanan diastol di aorta atau arteri
aSemuaangka dalam detik pulmonalis meningkat, yang menyebabkan katup-katup menutup
Sumbangan AC Barger dan GS Richardson dengan cepat pada akhir sistol. Interval antara penutupan katup
aorta dan pulmonalis selama inspirasi sering cukup panjang
Juga terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri sehingga bunyi kedua mengalami reduplikasi (pemisahan
pulmonalis yang ditimbulkan oleh penutupan katup pulmonalis. fisiologis bunyi jantung kedua). Pemisahan juga terjadi pada
berbagai penyakit. Bunyi ketiga memiliki durasi 0,1 detik.
PERUBAHAN TEKANAN ATRIUM
& DENYUT JUGULARIS MURMUR
Tekanan atrium meningkat selama sistol atrium dan terus Murmur (bising), atau bruits, adalah bunyi abnormal yang
meningkat selama kontraksi ventrikel isovolumetrik saat katup terdengar di berbagai bagian sistem vaskular. Kedua istilah
AV menonjol ke dalam atrium. Saat katup AV tertarik ke bawah tersebut dapat dipertukarkan, walaupun “murmur” lebih sering
oleh kontraksi otot ventrikel, tekanan dengan cepat turun dan digunakan untuk menamai bunyi yang terdengar di atas jantung
kemudian meningkat sewaktu darah mengalir ke dalam atrium daripada di atas pembuluh. Seperti dibahas secara rinci di Bab
sampai katup AV membuka pada awal diastol. Kembalinya 31, aliran darah bersifat laminar, non-turbulen, dan senyap
katup AV ke posisi relaksasinya juga berperan menimbulkan sampai ke kecepatan kritis tertentu; di atas kecepatan ini
peningkatan tekanan tersebut dengan menurunkan kapasitas (misalnya setelah suatu obstruksi) aliran darah menjadi turbulen
atrium. Perubahan tekanan atrium disalurkan ke vena-vena dan menghasilkan suara. Aliran darah bertambah cepat apabila
besar sehingga timbul tiga gelombang khas pada perekaman arteri atau katup jantung menyempit.
tekanan jugularis (Gambar 30-3). Gelombang a disebabkan oleh Contoh-contoh bunyi vaskular di luar jantung adalah bruit
sistol atrium. Seperti dinyatakan di atas, sebagian darah yang terdengar di atas gondok besar yang sangat vaskular, bruit
mengalami regurgitasi ke dalam vena-vena besar saat atrium yang terdengar di atas arteri karotis apabila lumen arteri ini
berkontraksi, walaupun orifisium vena-vena besar mengalami menyempit dan mengalami distorsi akibat aterosklerosis, dan
konstriksi. Selain itu, aliran masuk vena berhenti, dan murmur yang terdengar di atas dilatasi aneurisma pada salah
peningkatan tekanan vena yang terjadi ikut membentuk satu arteri besar, fístula arteriovenosa (AV), atau duktus
gelombang a. Gelombang c adalah manifestasi peningkatan arteriosus paten.
tekanan atriumm yang ditimbulkan oleh penonjolan katup Penyebab utama, tetapi tentu bukan satu-satunya, murmur
trikuspid ke dalam atrium selama kontraksi ventrikel jantung adalah penyakit katup jantung. Apabila orifisium suatu
isovolumetrik. Gelombang v mencerminkan peningkatan katup menyempit (stenosis), darah yang mengalir melaluinya
tekanan atrium sebelum katup trikuspidalis membuka selama dengan arah normal mengalami percepatan dan turbulen.
diastol. Gelombang denyut jugularis ‘menimpa’ fluktuasi Apabila katup inkompeten, darah yang mengalir berbalik
tekanan vena yang ditimbulkan oleh respirasi. Tekanan vena melaluinya (regurgitasi atau insufisiensi), juga melalui orifisium
turun selama inspirasi akibat peningkatan tekanan intratoraks yang menyempit yang mempercepat aliran. Saat kemunculan
negatif dan kembali meningkat selama ekspirasi. (sistolik atau diastolik) suatu murmur akibat stenosis atau
insufisiensi katup tertentu (Tabel 30-2) dapat diperkirakan
BUNYI JANTUNG berdasarkan pengetahuan tentang kejadian-kejadian mekanis
Dalam keadaan normal terdengar dua bunyi jantung melalui pada siklus jantung. Murmur akibat penyakit pada katup
sebuah stetoskop selama setiap siklus jantung. Bunyi pertama tertentu umumnya dapat didengar secara maksimal apabila
berbunyi “lub” yang bernada rendah dan sedikit memanjang dan stetoskop diletakkan di atas katup tersebut; dengan demikian,
disebabkan oleh getaran yang ditimbulkan oleh penutupan murmur akibat Terdapat aspek lain berupa durasi, karakter,
mendadak katup mitralis dan trikuspidalis pada permulaan sistol aksentuasi, dan penyaluran bunyi yang membantu menentukan
ventrikel (Gambar 30-3). Bunyi kedua adalah "dup” yang lebih lokasi asal apakah dari katup tertentu atau dari katup lain. Salah
singkat dan bernada tinggi yang disebabkan oleh getaran pada satu murmur yang paling keras adalah murmur yang disebabkan
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 545

TABEL 30–2 Murmur jantung. dapat diterapkan, tentu saja, hanya dalam situasi-situasi dengan
darah arteri sebagai satu-satunya sumber dari bahan yang
Katup Kelainan Saat Murmur
diserap tersebut. Prinsip ini dapat digunakan untuk menentukan
Aorta atau pulmonalis Stenosis Sistolik curah jantung dengan mengukur jumlah O2 yang dikonsumsi
Insufisiensi Diastolik oleh tubuh pada suatu waktu tertentu dan membagi angka ini
Mitralis atau trikuspidalis Stenosis Diastolik
dengan perbedaan A-V di paru. Karena darah arteri sistemik
memiliki kandungan O2 yang sama di seluruh bagian tubuh,
Insufisiensi Sistolik
kandungan O2 arteri dapat diukur dari sampel yang diperoleh
dari arteri manapun. Sampel darah vena di arteri pulmonalis
oleh aliran balik darah saat diastol melalui sebuah lubang di daun diperoleh melalui sebuah kateter jantung. Dahulu yang
katup aorta. Sebagian besar murmur hanya dapat didengar digunakan adalah darah atrium kanan, tetapi pencampuran
dengan bantuan stetoskop, tetapi murmur diastolik bernada darah ini mungkin inkomplit, sehingga sampel bukan
tinggi ini kadang-kadang terdengar dengan kuping telanjang
merupakan representatif dari seluruh tubuh. Salah satu contoh
dalam jarak beberapa kaki dari pasien.gangguan katup aorta dan
perhitungan curah jantung dengan menggunakan serangkaian
pulmonalis biasanya paling baik didengar di basis jantung, dan
angka tipikal adalah sebagai berikut.
murmur akibat penyakit katup mitralis biasanya paling baik
didengar di apeks jantung. Curah ventrikel kiri
Pada pasien dengan defek kongenital septum antarven- =
Konsumsi O2 (mL/mnt)
trikel, aliran darah dari ventrikel kiri ke kanan menyebab- [A02] – [V02]
kan murmur sistolik. Murmur lembut juga dapat didengar 250 mL/mnt
pada pasien dengan defek septum antaratrium, walaupun =
190 mL/L darah arteri – 140 mL/L darah vena di arteri pulmonaris
tidak selalu ditemukan.
= 250 mL/mnt
Murmur sistolik lembut sering dijumpai pada individu,
50 mL/mnt
terutama anak-anak, tanpa penyakit jantung. Murmur sistolik = 5 L/mnt
juga sering dijumpai pada pasien anemik akibat rendahnya
viskositas darah dan cepatnya aliran (lihat Bab 31). Pada teknik pengenceran indikator, sejumlah bahan ter-
tentu misalnya zat warna atau, yang lebih sering, isotop radio-
EKOKARDIOGRAFI aktif disuntikkan ke dalam sebuah vena lengan dan dilakukan
Gerakan dinding dan aspek-aspek lain fungsi jantung dapat pengukuran konsentrasi indikator dalam sampel serial darah
dievaluasi oleh teknik non-invasif ekokardiografi. Pada eko- arteri. Curah jantung setara dengan jumlah indikator yang
kardiografi, pulsa-pulsa gelombang ultrasonik dipancarkan dari disuntikkan dibagi oleh konsentrasi rata-ratanya dalam darah
sebuah transducer yang juga berfungsi sebagai penerima untuk arteri setelah satu kali sirkulasi melalui jantung (Gambar 30-4).
mendeteksi gelombang yang dipantulkan dari berbagai bagian Indikator harus, tentu saja, merupakan suatu bahan yang tetap
jantung. Pantulan terjadi apabila impedansi akustik berubah, dan berada dalam aliran darah selama tes dan tidak menimbulkan
rekaman pantul/gema (echo) yang ditampilkan melawan waktu efek hemodinamik atau efek yang berbahaya. Pada praktiknya,
pada sebuah osiloskop akan merupakan rekaman gerakan log konsentrasi indikator dari sampel serial darah arteri
dinding ventrikel, septum, dan katup selama siklus jantung. diplotkan terhadap waktu sewaktu konsentrasi meningkat,
Apabila dikombinasikan dengan teknik Doppler, ekokardiografi menurun, dan kemudian meningkat kembali sewaktu indikator
dapat digunakan untuk mengukur kecepatan dan volume aliran mengalami resirkulasi. Penurunan konsentrasi permulaan, yang
melalui katup. Teknik ini sangat bermanfaat secara klinis, pada plot semilog tampak linier, diekstrapolasikan ke absis,
terutama dalam mengevaluasi dan merencanakan, terapi pada menghasilkan waktu untuk pasase pertama indikator melalui
pasien dengan lesi katup jantung. sirkulasi. Curah jantung untuk periode itu kemudian dihitung
(Gambar 30-4) dan kemudian dikonversikan menjadi curah per
CURAH JANTUNG menit.
Teknik pengenceran indikator yang populer adalah ter-
METODE PENGUKURAN modilusi, dengan menggunakan indikator salin dingin. Salin
Pada hewan percobaan, curah jantung (cardiac output) disuntikkan ke dalam atrium kanan melalui salah satu sisi dari
dapat diukur dengan sebuah flow meter elektromagnetik kateter berlumen-ganda, dan perubahan suhu di darah
yang di letakkan di aorta asendens. Dua metode untuk direkam di arteri pulmonalis, dengan menggunakan sebuah
mengukur curah yang dapat diterapkan pada manusia, selain termistor di sisi lain kateter yang lebih panjang. Perubahan
Doppler yang dikombinasikan dengan ekokardiografi, adalah suhu berbanding terbalik dengan jumlah darah yang mengalir
metode langsung Fick dan metode pengenceran indikator melalui arteri pulmonalis, yi. sesuai tingkat pengenceran salin
(indicator dilution method). dingin oleh darah. Teknik ini memiliki dua keunggulan
Prinsip Fick menyatakan bahwa jumlah suatu bahan yang penting: (1) salin merupakan bahan yang benar-benar aman;
diserap oleh suatu organ (atau seluruh tubuh) per satuan waktu dan (2) suhu dingin mengalami penyebaran di jaringan
sama dengan kadar bahan tersebut di dalam arteri dikurangi sehingga resirkulasi tidak menjadi masalah, dan kita dengan
kadar vena (perbedaan A-V) dikali aliran darah. Prinsip ini mudah dapat melakukan pengukuran ulang.
546 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 30–3 Efek berbagai keadaan pada


5,0
4,0 curah jantung.
3,0
Keadaan atau Faktora
2,0
Tidak ada perubahan Tidur
1,0 Perubahan moderat pada suhu
mg/L

0,8 lingkungan
0,6
Meningkat Rasa cemas atau gembira (50-100%)
0,4
0,3 Makan (30%)
Rest Olahraga (sampai 700%)
0,2 Exercise
Suhu lingkungan tinggi
0,1 Kehamilan
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
Waktu (dtk) Epinefrin

Menurun Duduk atau berdiri dari posisi


berbaring (20-30%)
F = E
α Aritmia cepat
∫ ο
Cdt
Penyakit jantung
F = aliran a
Perkiraan persentase perubahan disajikan dalam tanda kurung.
E = Jumlah indikator yang disuntikan
C = konsentrasi instan indikator
di daerah arteri

Pada contoh saat istirahat di atas,


FAKTOR YANG MENGONTROL
CURAH JANTUNG
Aliran dalam 39 dtk 5 mg penyuntikan
(waktu pasase pertama) =
Dapatlah diduga bahwa perubahan pada curah jantung yang
1.6 mg/L
(konsentrasi rata-rata)
dituntun oleh kondisi-kondisi fisiologik dapat dihasilkan dengan
mengubah kecepatan denyut jantung, isi sekuncup, atau
Aliran = 3,1 L dalam 39 dtk
60 keduanya (Gambar 30-5). Kecepatan denyut jantung terutama
Aliran (curah jantung)/mnt = 3.1 × = 4,7 L dikontrol oleh saraf otonom, dengan stimulasi simpatis
39
meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis menurun-
Pada contoh saat olah raga di atas,
kannya (lihat Bab 29). Isi sekuncup sebagian juga sebagian
Aliran dalam 9 dtk =
5 mg
= 3,3 L
ditentukan oleh input saraf, dengan rangsang simpatis
1,51 mg/L menyebabkan serat-serat otot miokardium berkontraksi lebih
kuat untuk setiap panjang sedangkan rangsang parasimpatis
60
Aliran/mnt = 3.3 × = 22,0 L
9
Afterload Kontraktilitas Preload
GAMBAR 30-4 Penentuan curah jantung dengan pengenceran
indikator (zat warna). Diperlihatkan dua contoh—saat istirahat dan
saat olahraga.

CURAH JANTUNG PADA Pemendekan Ukuran


BERBAGAI KEADAAN serat
miokardium
ventrikel
kiri
Jumlah darah yang dipompa keluar dari tiap-tiap ventrikel
per denyutan, isi sekuncup (stroke volume), adalah sekitar 70 Kecepatan Isi
mL pada keadaan istirahat pada pria dengan ukuran rata-rata denyut jantung secukupnya
dalam posisi telentang (70 mL dari ventrikel kiri dan 70 m L
dari ventrikel kanan, dengan dua pompa ventrikel dalam Curah Resistensi
rangkaian). Darah yang keluar dari jantung per satuan waktu jantung perifer
adalah curah jantung. Pada seorang pria dalam keadaan
istirahat dan telentang, curah jantung rata-rata adalah 5,0 L/ Tekanan
mnt (70 mL x 72 denyut/mnt). Terdapat korelasi antara arteri
curah jantung istirahat dan luas permukaan tubuh. Curah GAMBAR 30-5 Interaksi antara komponen-komponen yang
per menit per meter persegi permukaan tubuh (indeks mengatur curah jantung dan tekanan arteri. Tanda panah tebal
jantung) rata-rata adalah 3,2 liter. Efek berbagai keadaan menunjukkan peningkatan, dan tanda panah terputus-putus menunjuk-
pada curah jantung dirangkum dalam di Tabel 30-3. kan penurunan.
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 547

A B C Pengaturan curah jantung sebagai akibat dari perubahan


panjang serat otot jantung kadang-kadang disebut peng-
Pemendekan
CE
CE
CE aturan heterometrik, sedangkan pengaturan akibat perubah-
an pada kontraktilitas yang tidak bergantung panjang
kadang-kadang disebut pengaturan homometrik.
SE
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
Tegangan

SE
Beban SE
L VOLUME DIASTOLIK AKHIR
Waktu L L
L = Beban
Perubahan Fungsi sistolik dan diastolik menimbulkan efek yang
Stimulasi
berbeda pada jantung. Apabila kontraksi sistolik berkurang,
GAMBAR 30-6 Model untuk kontraksi otot dengan afterload. terjadi pengurangan primer isi sekuncup. Fungsi diastolik juga
A) Istirahat. B) Kontraksi parsial elemen kontraktil otot (CE), disertai memengaruhi isi sekuncup, tetapi dengan cara yang berbeda.
peregangan elemen elastik (SE) tetapi tanpa pemendekan. C: Miokardium dibungkus oleh suatu lapisan fibrosa yang
Kontraksi komplit, disertai pemendekan. (Disalin dengan Izin dari dinamai epikardium. Epikardium, sebaliknya, dikelilingi
Sonnenblick EH dalam: The Myocardial Cell: Structure, Function, and Modification.
Briller SA, Conn HL [edj. Univ. Pennsylvania Press, 1966.)
oleh perikardium, yang memisahkan jantung dari visera
toraks lainnya. Ruang antara epikardium dan perikardium
(kantong perikardium) normalnya mengandung 5-30 ml.
cairan jernih, yang melumasi jantung dan memungkinkan-
menimbulkan efek sebaliknya. Apabila kekuatan kontraksi nya berkontraksi dengan gesekan minimal.
meningkat tanpa peningkatan panjang serat, lebih banyak Peningkatan tekanan intraperikardium (mis. akibat
darah (yang dalam keadaan normal tetap ada di ventrikel) infeksi atau tekanan dari suatu tumor) membatasi seberapa
yang disemprotkan keluar; yi. fraksi ejeksi meningkat. Efek banyak ventrikel dapat terisi. Demikian juga penurunan
katekolamin yang dikeluarkan oleh stimulasi simpatis pada compliance ventrikel, yi. peningkatan kekakuan ventrikel
akselerasi jantung disebut sebagai efek krono-tropik, yang ditimbulkan oleh infark miokardium, penyakit
sedangkan efeknya pada kekuatan kontraksi jantung disebut infiltratif, dan kelainan lain. Kontraksi atrium meningkatkan
efek inotropik. pengisian ventrikel. Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah
Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung pada darah yang kembali ke jantung juga memengaruhi derajat
preload dan afterload-nya. Faktor-faktor ini diringkaskan pengisian jantung selama diastol. Peningkatan volume darah
dalam Gambar 30-6, yang memperlihatkan seberkas otot total meningkatkan aliran balik vena (Boks Klinis 30-2).
diregangkan oleh suatu beban (preload) yang terletak pada Konstriksi vena mengurangi ukuran reservoar vena,
sebuah platform. Fase awal kontraksi bersifat isometrik; menurunkan venouspoolitig, dan, dengan demikian,
komponen elastik yang terangkai dengan komponen meningkatkan aliran balik vena. Peningkatan pada tekanan
kontraktil diregangkan, dan tegangan meningkat sampai negatif intratoraks meningkatkan gradien tekanan untuk
cukup untuk mengangkat beban. Tegangan sewaktu beban darah mengalir ke jantung, sedangkan penurunannya
terangkat adalah afterload. Otot kemudian berkontraksi menghambat aliran balik vena. Berdiri menurunkan aliran
secara isotonis tanpa menambah tegangan lebih lanjut. In balik vena, dan aktivitas otot meningkatkannya akibat kerja
vivo, preload adalah derajat peregangan miokardium pompa dari otot-otot rangka.
sebelum miokardium berkontraksi dan afterload adalah Efek disfungsi sistolik dan diastolik pada lengkung
resistensi yang dihadapi darah sewaktu dikeluarkan. tekanan-volume ventrikel kiri diringkas di Gambar 30-7.

HUBUNGAN TEGANGAN DENGAN KONTRAKTILITAS MIOKARDIUM


PANJANG PADA OTOT JANTUNG Kontraktilitas miokardium memiliki pengaruh besar pada isi
Hubungan tegangan-panjang pada otot jantung (lihat sekuncup. Apabila saraf simpatis yang ke jantung dirangsang,
Gambar 5-17) serupa dengan hubungan pada otot rangka keseluruhan kurva panjang-tegangan bergeser ke atas dan ke
(lihat Gambar 5-11); sewaktu otot diregangkan, tegangan kiri (Gambar 30-8). Efek inotropik positif norepinefrin yang
yang terbentuk meningkat sampai maksimum dan kemudian dibebaskan dari ujung-ujung saraf diperkuat oleh norepinefrin
menurun apabila peregangan menjadi berlebihan. Starling darah, dan epinefrin menimbulkan efek yang sama. Stimulasi
menunjukkan hal ini sewaktu ia menyatakan bahwa “energi vagus menimbulkan efek inotropik negatif pada otot atrium,
kontraksi setara dengan panjang awal serat otot jantung”. dan efek inotropik negatif ringan pada otot ventrikel.
Pernyataan ini sekarang dikenal sebagai hukum jantung Perubahan pada kecepatan denyut dan irama jantung juga
Starling atau hukum Frank-Starling. Bagi jantung, panjang memengaruhi kontraktilitas miokardium (hubungan gaya-
serat otot (yi. tingkat preload) setara dengan volume frekuensi, Gambar 30-8). Ekstrasistol ventrikel mengondisikan
diastolik-akhir. Hubungan antara isi sekuncup dan volume miokardium sedemikian rupa sehingga kontraksi berikutnya
diastolik-akhir disebut kurva Frank-Starling. lebih kuat daripada kontraksi normal sebelumnya. Penguatan
548 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 30-2

Syok Jika darah yang hilang semakin banyak maka takikardia akan
diganti oleh bradikardia; hal ini terjadi sementara syok masih
Syok sirkulatorik terdiri dari sekumpulan entitas berbeda namun
reversibel. Bradikardia diperkirakan disebabkan oleh bekerjanya
memiliki gambaran umum tertentu. Namun, gambaran yang
refleks depresor yang diperantarai vagus, dan respons ini timbul
terdapat pada semua entitas tersebut adalah perfusi jaringan
sebagai mekanisme untuk menghentikan kehilangan darah lebih
yang tidak adekuat disertai curah jantung yang tidak adekuat baik lanjut. Jika perdarahan lebih besar lagi maka kecepatan jantung
secara relatif maupun absolut. Curah jantung mungkin tidak kembali meningkat. Vasokonstriksi yang terjadi bersifat
adekuat karena jumlah cairan dalam sistem vaskular tidak cukup generalisata, menyisakan hanya pembuluh-pembuluh di otak dan
untuk mengisinya (syok hipovolemik). Selain itu, curah jantung jantung. Refleks venokonstriksi luas juga membantu
inadekuat secara relatif karena ukuran sistem vaskular membesar mempertahankan tekanan pengisian jantung. Di ginjal, baik
akibat vasodilatasi walaupun volume darah normal (syok arteriol aferen maupun eferen mengalami konstriksi, tetapi
distributif, vasogenik, atau resistensi-rendah). Syok juga dapat pembuluh eferen mengalami derajat konstriksi yang lebih besar.
disebabkan oleh kerja pompa jantung yang tidak adekuat akibat Kecepatan filtrasi glomerulus berkurang, tetapi aliran plasma
kelainan miokardium (syok kardiogenik), dan oleh karena curah ginjal lebih menurun lagi, sehingga fraksi filtrasi (kecepatan
jantung yang tidak adekuat akibat sumbatan aliran darah di paru filtrasi glomerulus dibagi dengan aliran plasma ginjal) meningkat.
atau jantung (syok obstruktif). Retensi Na+ mencolok, dan terjadi retensi produk-produk
Syok hipovolemik juga disebut "syok dingin". Syok ini metabolisme bernitrogen di dalam darah (azotemia atau uremia).
ditandai oleh hipotensi; denyut yang cepat dan halus; kulit yang Mungkin terjadi kerusakan tubulus ginjal (gagal ginjal akut)
pucat, dingin, dan lembab; rasa haus yang hebat; pernapasan terutama jika hipotensi yang terjadi berkepanjangan. Setelah
perdarahan dalam jumlah sedang, volume plasma pulih dalam
yang cepat; dan gelisah atau sebaliknya diam. Namun, tidak ada
12-72 jam. Preformed albumin dari cadangan ekstravaskular juga
satupun temuan ini yang selalu muncul. Syok hipovolemik sering
cepat masuk, tetapi sebagian besar cairan jaringan yang
dibagi menjadi kategori-kategori berdasarkan penyebabnya. Dari
dimobilisasi bersifat bebas-protein. Setelah influks awal dari
berbagai kategori tersebut, adalah baiknya kita memikirkan
preformed albumin ini, maka sisa kekurangan protein plasma
pengaruh perdarahan secara lebih rinci karena bekerjanya
diganti, mungkin dari sintesis protein di hati, setelah periode 3-4
berbagai reaksi kompensatorik untuk mempertahankan volume
hari. Eritropoietin dijumpai dalam sirkulasi, dan hitung retikulosit
cairan ekstra-sel (CES). Penurunan volume darah akibat
meningkat, mencapai puncak dalam 10 hari. Massa sel darah
perdarahan menyebabkan alir balik vena menurun, dan curah
merah pulih ke normal dalam 4-8 minggu.
jantung berkurang. Kecepatan denyut jantung meningkat, dan
pada perdarahan hebat, tekanan darah selalu turun. Pada
perdarahan sedang (5-15 mL/kg berat badan), tekanan nadi KIAT TERAPEUTIK
berkurang tetapi tekanan arteri rerata mungkin normal.
Perubahan tekanan darah bervariasi dari orang ke orang, Terapi syok ditujukan untuk mengoreksi penyebab dan
walaupun jumlah darah yang hilang sama persis. Kulit menjadi membantu mekanisme kompensasi fisiologik untuk
pucat dan dingin serta mungkin memperlihatkan warna keabu- memulihkan tingkat perfusi jaringan yang adekuat. Jika
abuan karena stasis di kapiler dan adanya sedikit sianosis. Perfusi kausa utama syok adalah kehilangan darah, terapi
jaringan yang tidakadekuat menyebabkan peningkatan glikolisis seharusnya mencakup transfusi darah lengkap (whole
blood) yang cocok dalam jumlah memadai secara dini
anaerob, disertai pembentukan asam laktat dalam jumlah besar.
dan cepat. Pada syok akibat luka bakar dan penyakit lain
Pada kasus yang parah, kadar laktat darah meningkat dari nilai
dengan timbulnya hemokon-sentrasi, plasma adalah
normal sekitar 1 mmol/L menjadi 9 mmol/L atau lebih. Asidosis
terapi pilihan untuk memulihkan defek mendasar, yi.
laktat yang terjadi menekan miokardium, menurunkan
hilangnya plasma. Albumin serum manusia yang pekat
responsivitas vaskular perifer terhadap katekolamin, dan dapat
dan larutan hipertonik lain dapat memperbesar volume
cukup berat untuk menyebabkan koma. Apabila volume darah
darah dengan menarik keluar cairan dari ruang
berkurang dan alir balik vena menurun, maka baroreseptor arteri
interstisium. Larutan-larutan ini berguna dalam
kurang teregang dan keluaran simpatis meningkat. Bahkan
pengobatan darurat tetapi memiliki kekurangan karena
walaupun tidak terdapat penurunan tekanan arteri rerata, menyebabkan dehidrasi jaringan pada pasien yang sudah
penurunan tekanan nadi menurunkan kecepatan lepas muatan di mengalami dehidrasi.
baroreseptor arteri, dan timbul vasokonstriksi dan takikardia
refleks.

pascaekstrasistol ini tidak bergantung pada pengisian dapat dihasilkan dengan menyalurkan rangsang listrik
ventrikel, karena terjadi pada otot jantung yang berpasangan ke jantung sedemikian rupa sehingga
diisolasi, dan disebabkan oleh peningkatan ketersediaan rangsang kedua disalurkan segera setelah periode
Ca2+ intrasel. Peningkatan kontraktilitas yang menetap refrakter rangsang pertama. Juga telah dibuktikan bahwa
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 549

200 200
Tekanan (mm Hg)

Tekanan (mm Hg)


c' b'
c b b
c
c' b'
100 100

a'
a'
a
d' a d'
d d
0 0
50 130 50 130
Volume (mL) Volume (mL)

GAMBAR 30-7 Efek disfungsi sistolik dan diastolik pada lengkung menurunkan isi sekuncup dari b-c ke b'-c'. Kanan: Disfungsi diastolik
tekanan-volume di ventrikel kiri. Pada kedua panel, garis solid meningkatkan volume diastolik-akhir dan menggeser hubungan
mencerminkan lengkung tekanan-volume normal (ekivalen dengan tekanan diastolik-volume ke atas dan ke kiri. Hal ini menurunkan isi
yang diperlihatkan di Gambar 30-2 dan garis terputus-putus sekuncup dari b-c ke b'-c'. (Disalin dengan izin dari McPhee SJ, Lingappa VR,
menunjukkan lengkung tergeser oleh proses penyakit. Kiri: Disfungsi Ganong WF [ed]: Pathophysiology of Disease, 6,h ed. McGraw-Hill, 2010.)
sistolik menggeser kurva tekanan-volume isovolumetrik ke kanan,

kontraktilitas miokardium meningkat seiring dengan peningkat- monofosfat siklik (cAMP) intrasel. Golongan xantin
an kecepatan denyut jantung, walaupun efek ini relatif kecil. misalnya kafein dan teofilin yang menghambat penguraian
Katekolamin menimbulkan efek inotropik melalui kerja pada cAMP bersifat inotropik positif. Efek inotropik positif
reseptor adrenergik-β1 jantung dan Gs, yang menyebabkan digitalis dan obat terkait (Gambar 30-8) disebabkan oleh
pengaktifan adenilil siklase dan peningkatan adenosin 3' ,5'- efek inhibitorik obat-obat ini pada Na+-K+ ATPase di

Hubungan gaya-
frekuensi
Katekolamin Digitalis,
dalam darah zat inotropik lain

Implus saraf Hipoksia


Status kontrak-
simpatis dan Hiperkapnia
parasimpatis tilitas miokardium Asidosis

Depresi Depresan
intrinsik farmakologik
Stroke volume

Berkurangnya miokardium

EDV ventrikel

GAMBAR 30-8 Efek perubahan kontraktilitas miokardium sewaktu kontraktilitas maksimum sudah terlampaui; yi. garis
pada kurva Frank-Starling. Kurva bergeser ke arah bawah dan ke tersebut menunjukkan "pars desendens" pada kurva Frank-Starling.
kanan apabila kontraktilitas menurun. Faktor-faktor utama yang EDV, volume diastolik-akhir. (Disalin dengan izin dari Braunwald E, Ross J,
memengaruhi kontraktilitas miokardium diringkas di sebelah kanan. Sonnenblick EH: Mechanisms of contraction of the normal and failing heart. N
Garis terputus-putus menandakan bagian dari kurva fungsi ventrikel Engl J Med 1967;277:794.)
550 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

miokardium, dan diikuti penurunan pengeluaran kalsium dari perifer dan, tentu saja, afierload berkurang. Hasil akhir pada
sitosol oleh pertukaran Na2+/Ca2+ (lihat Bab 5). Hiperkapnia, jantung normal maupun cangkokan adalah peningkatan curah
hipoksia, asidosis, dan obat misalnya kuinidin, prokainamid, jantung yang cepat dan mencolok.
dan barbiturat menekan kontraktilitas miokardium. Kontrak Salah satu perbedaan antara orang yang tidak terlatih
tilitas miokardium juga berkurang pada gagal jantung (depresi dengan atlet terlatih adalah bahwa atlet memiliki kecepatan
intrinsik). Penyebab penekanan ini tidak diketahui, tetapi hal denyut jantung yang lebih lambat, volume ventrikel sistolik-
ini mungkin mencerminkan penurunan reseptor adrenergik akhir yang lebih besar, dan isi sekuncup yang lebih besar saat
(3 dan jalur-jalur sinyal terkait serta gangguan pembebasan istirahat. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan
kalsium dari retikulum sarkoplasma. Pada gagal jantung akut, curah jantung dengan meningkatkan isi sekuncup tanpa
seperti yang berkaitan dengan sepsis, respons ini dapat harus meningkatkan kecepatan denyut jantung sebesar yang
dianggap sebagai adaptasi yang sesuai (apa yang disebut harus dilakukan oleh orang yang tidak terlatih.
sebagai “hibernasi miokardium”) terhadap situasi dengan
pasokan energi ke jantung terbatas sehingga pengeluaran
KONSUMSI OKSIGEN OLEH JANTUNG
energi dapat dikurangi dan kematian sel dapat dihindari. Konsumsi O2 basal oleh miokardium, yang dapat ditentukan
dengan menghentikan jantung sementara sirkulasi koroner
KONTROL TERPADU secara artifisial dipertahankan, adalah sekitar 2 mL/100 g/
CURAH JANTUNG mnt. Angka ini lebih besar daripada angka untuk otot rangka
dalam keadaan istirahat. Konsumsi CL oleh jantung yang
Mekanisme-mekanisme yang dicantumkan di atas bekerja berdenyut adalah sekitar 9 mL/100 g/mnt saat istirahat.
secara terpadu untuk mempertahankan curah jantung. Peningkatan terjadi selama olahraga dan keadaan-keadaan
Sebagai contoh, selama olahraga terjadi peningkatan lepas tertentu. Tekanan CL vena jantung rendah, dan hanya sedikit
muatan simpatis, sehingga kontraktilitas miokardium dan tambahan CL yang dapat diekstraksi dari darah di pembuluh
kecepatan denyut jantung meningkat. Peningkatan kecepatan koroner, sehingga peningkatan konsumsi O2 memerlukan
denyut jantung terutama menonjol pada orang normal, dan peningkatan aliran darah koroner. Pengaturan aliran
hanya sedikit terjadi peningkatan isi sekuncup (lihat Tabel koroner dibahas di Bab 33.
30-4 dan Boks Klinis 30-3). Namun, pada pasien dengan Konsumsi O2 oleh jantung terutama ditentukan oleh
jantung cangkokan mampu meningkatkan curah jantung tegangan intramiokardium, kontraktilitas miokardium, dan
mereka selama berolahraga walaupun tanpa persarafan kecepatan denyut jantung. Kerja ventrikel per denyutan
jantung melalui kerja mekanisme Frank-Starling (Gambar berkorelasi dengan konsumsi O2. Kerja (work) adalah hasil
30-9). Katekolamin dalam darah juga berperan. Apabila kali isi sekuncup dan tekanan arteri rata-rata di arteri
aliran balik vena meningkat dan tidak terdapat perubahan pulmonalis (untuk ventrikel kanan) atau aorta (untuk
dalam tonus simpatis, tekanan vena meningkat, inflow ventrikel kiri). Karena tekanan aorta adalah tujuh kali lebih
diastolik lebih besar, tekanan diastolik-akhir ventrikel besar daripada tekanan arteri pulmonalis, maka stroke work
meningkat, dan otot jantung berkontraksi lebih kuat. Selama ventrikel kiri kira-kira tujuh kali stroke work ventrikel
olahraga, aliran balik vena meningkat oleh kerja pompa dari kanan. Dalam teori, peningkatan 25% isi sekuncup tanpa
otot-otot dan peningkatan respirasi (lihat Bab 32). Selain itu, perubahan dalam tekanan arteri seyogyanya menyebabkan
karena vasodilatasi di otot-otot yang berkontraksi, resistensi peningkatan konsumsi O2 yang sama dengan peningkatan

TABEL 30–4 Perubahan fungsi jantung pada olahraga. Perhatikan bahwa isi sekuncup mendatar,
kemudian agak menurun (akibat pemendekan diastol) saat kecepatan denyut jantung meningkat
mencapai kecepatan yang tinggi.
Beda O2 A-V
Kerja (kg-m/mnt) Pemakaian O2 (mL/mnt) Kecepatan nadi (per mnt) Curah Jantung (L/mnt) Isi Sekuncup (mL) (mL/dL)

Istirahat 267 64 6,4 100 4,3

288 910 104 13,1 126 7,0

540 1430 122 15,2 125 9,4

900 2143 161 17,8 110 12,3

1260 3007 173 20,9 120 14,5

Disalin dengan izin dari Asmussen E, Nielsen M: The cardiac output in rest and work determined by the acetylene and the dye injection methods. Acta Physiol Scand
1952;27:217.
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 551

BOKS KLINIS 30-3

Perubahan Sirkulasi Selama Olahraga sedang, sementara tekanan diastolik biasanya tidak berubah atau
Aliran darah otot rangka pada keadaan istirahat adalah rendah turun.
(2-4 mL/100 g/mnt). Sewaktu suatu otot berkontraksi terjadi Perbedaan respons terhadap olahraga isometrik dan isotonik
kompresi pembuluh-pembuluh di dalamnya apabila kontraksi sebagian dijelaskan oleh kenyataan bahwa otot yang aktif selama
olahraga isometrik berkontraksi secara tonik dan hal tersebut
mencapai lebih dari 10% tegangan maksimum; jika tegangan
berperan meningkatkan resistensi perifer total. Curah jantung
yang terjadi lebih besar daripada 70% tegangan maksimum,
meningkat selama olahraga isotonik sampai angka yang dapat
aliran darah akan terhenti sama sekali. Namun, di antara
melebihi 35 L/mnt, jumlah yang setara dengan peningkatan
kontraksi aliran darah akan sangat meningkat sehingga aliran
konsumsi oksigen. Kecepatan denyut jantung maksimal selama
darah per satuan waktu dalam sebuah otot yang berkontraksi
olahraga menurun seiring dengan pertambahan usia. Pada anak-
secara ritmik meningkat sampai 30 kali lipat. Mekanisme- anak, denyut meningkat mencapai 200 kali atau lebih per menit;
mekanisme lokal yang mempertahankan tingginya aliran darah pada orang dewasa, denyut jarang melebihi 195 kali per menit,
sewaktu otot berolahraga adalah penurunan PO2 jaringan, dan pada orang tua peningkatan yang terjadi bahkan lebih
peningkatan Pco2 jaringan, dan penumpukan K+ dan metabolit rendah. Baik saat istirahat maupun saat olahraga dengan tingkat
vasodilator lain. Pada otot yang aktif suhu meningkat, dan hal berapapun, atlet terlatih memiliki isi sekuncup yang lebih besar
ini menambah dilatasi pembuluh. Dilatasi sfingter prakapilerdan dan kecepatan jantung lebih rendah daripada orang tak-terlatih
arteriol menyebabkan peningkatan 10-100 kali lipat jumlah dan mereka cenderung memiliki jantung yang lebih besar.
kapiler yang terbuka. Jarak rerata antara darah dan sel aktif— Latihan meningkatkan konsumsi oksigen maksimal (VO2max) yang
dan jarak difusi yang harus ditempuh O2 dan produk metabolik dapat dihasilkan oleh olahraga pada seseorang. VO2max terata
—sangat berkurang. Dilatasi meningkatkan luas potongan adalah sekitar 38 mL/kg/mnt pada pria sehat aktif dan sekitar 29
melintang jaringan vaskular, dan dengan demikian kecepatan mL/kg/ mnt pada wanita sehat aktif. Angka ini lebih rendah pada
aliran melambat. orang yang tidak banyak beraktifitas fisik (sedentary). VO2max
Respons kardiovaskular sistemik terhadap olahraga yang adalah hasil kali curah jantung maksimal dan ekstraksi maksimal
menghasilkan peningkatan aliran darah ke otot-otot yang O2 oleh jaringan, dan keduanya meningkat dengan latihan.
berkontraksi bergantung pada apakah kontraksi otot terutama Sewaktu berolahraga terjadi peningkatan mencolok alir
bersifat isometrik atau isotonik dalam kaitannya dengan kerja balik vena (venous return), walaupun peningkatan ini bukan
eksternal. Pada awal suatu kontraksi otot isometrik, kecepatan merupakan penyebab utama peningkatan curah jantung. Alir
denyut jantung meningkat, mungkin akibat rangsang psikis pada balik vena meningkat akibat peningkatan aktivitas otot dan
medula oblongata. Peningkatan sebagian besar disebabkan oleh pompa toraks; akibat mobilisasi darah dari visera; akibat
penurunan tonus vagus, walaupun peningkatan lepas muatan peningkatan tekanan yang disalurkan melalui arteriol yang
saraf simpatis jantung juga berperan. Dalam beberapa detik melebar ke vena;dan akibat vasokonstriksi yang diperantarai
setelah dimulainya kontraksi otot isometrik, tekanan darah oleh saraf adrenergik, yang menurunkan volume darah dalam
sistolik dan diastolik meningkat tajam. Isi sekuncup tidak banyak vena. Selama olahraga berat, jumlah darah yang dimobilisasi
berubah, dan aliran darah berkurang pada otot yang dari daerah splanknik dan tempat cadangan lain dapat
berkontraksi secara tetap akibat kompresi pada pembuluh- meningkatkan jumlah darah dalam arteri sampai sebanyak 30%.
pembuluh darahnya. Respons terhadap olahraga yang melibat- Setelah olahraga selesai, tekanan darah dapat secara
kan kontraksi otot isotonik adalah serupa yaitu terjadi sementara turun di bawah normal, mungkin akibat
peningkatan segera kecepatan denyut jantung, tetapi berbeda penumpukan metabolit yang menyebabkan pembuluh-
yaitu terjadi peningkatan mencolok isi sekuncup. Selain itu, pada pembuluh otot tetap berdilatasi dalam periode yang singkat.
otot yang berolahraga terjadi penurunan netto resistensi perifer Namun, tekanan darah segera kembali ke tingkat praolahraga.
total. Akibatnya, tekanan darah sistolik hanya meningkat secara Kecepatan denyut jantung kembali ke normal lebih lambat.

25% tekanan arteri tanpa perubahan isi sekuncup. Namun, darah menyebabkan peningkatan isi sekuncup tanpa banyak
dengan alasan-alasan yang belum diketahui, pressure work mengubah impedansi aorta.
menyebabkan peningkatan konsumsi O2 yang lebih besar Perlu dicatat bahwa peningkatan konsumsi O2 yang
daripada yang disebabkan oleh peningkatan preload. Hal ditimbulkan oleh peningkatan isi sekuncup saat serat-serat
ini merupakan penyebab mengapa angina pektoris akibat miokardium teregang adalah salah satu contoh bekerjanya
defisiensi penyaluran O2 ke miokardium lebih sering hukum Laplace. Hukum ini, yang dibahas secara rinci di
terjadi pada stenosis aorta daripada pada insufisiensi aorta. Bab 31, menyatakan bahwa tegangan yang terbentuk di
Pada stenosis aorta, tekanan intraventrikel harus dinding suatu organ berongga setara dengan jari-jari organ,
ditingkatkan untuk memaksa darah melewati katup yang dan jari-jari jantung yang berdilatasi meningkat. Konsumsi
menyempit, sedangkan pada insufisiensi aorta, regurgitasi O2 per satuan waktu meningkat apabila kecepatan denyut
552 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Normal Transplan ■ Curah jantung sangat meningkat ketika olahraga.


■ Pada gagal jantung, fraksi ejeksi jantung berkurang akibat
Konsumsi gangguan kontraktilitas pada sistol atau berkurangnya
O2
pengisian selama diastol; hal ini menyebabkan tidak
adekuatnya pasokan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Pada awalnya, hal ini hanya muncul sewaktu berolahraga,
Curah tetapi akhirnya jantung tidak akan mampu memasok darah
jantung dalam jumlah memadai bahkan saat istirahat.

Kecepatan
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
denyut jantung Untuk setiap pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik
kecuali jika dinyatakan lain
1. Bunyi jantung kedua disebabkan oleh
A. penutupan katup aorta dan pulmonalis.
Isi B. getaran di dinding ventrikel sewaktu sistol.
sekuncup Olah raga Olah raga C. pengisian ventrikel.
Waktu D. penutupan katup mitrai dan trikuspid.
E. aliran retrograd di vena kava.
GAMBAR 30-9 Respons jantung terhadap olahraga moderat
dalam keadaan telentang pada orang normal dan pasien dengan 2. Bunyi jantung keempat disebabkan oleh.
jantung cangkokan dan tentunya denervasi. Perhatikan bahwa A. penutupan katup aorta dan pulmonalis.
jantung cangkokan, tanpa mendapat masukan dari saraf, lebih B. getaran di dinding ventrikel sewaktu sistol.
mengandalkan isi sekuncup daripada kecepatan denyut untuk C. pengisian ventrikel.
meningkatkan curah jantung saat berolahraga. (Disalin dengan izin dari D. penutupan katup mitrai dan trikuspid.
Kent KM, CooperT: The denervated heart. N Engl J Med 1974;291:1017.)
E. aliran retrograd di vena kava.
3. Takik dikrotik pada kurva tekanan aorta disebabkan oleh
jantung meningkat oleh stimulasi simpatis karena A. penutupan katup mitrai.
meningkatnya jumlah denyut serta meningkatnya kecepatan B. penutupan katup trikuspid.
dan kekuatan setiap kontraksi. Namun, hal ini sedikit C. penutupan katup aorta.
dikurangi oleh penurunan volume sistolik-akhir dan, tentu D. penutupan katup pulmonalis.
saja, jari-jari jantung. E. pengisian cepat ventrikel kiri.
4. Sewaktu olahraga, seorang pria mengonsumsi 1,8 L oksigen
RINGKASAN BAB per menit. Kandungan O2 arterinya adalah 190 mL/L dan
kandungan O2 darah vena campurannya adalah 134 mL/L.
■ Darah mengalir ke dalam atrium lalu ke ventrikel jantung Curah jantungnya adalah sekitar
sewaktu diastol dan sistol atrium, dan disemburkan selama A. 3,2 L/mnt.
sistol ketika ventrikel berkontraksi dan tekanan melebihi B. 16 L/mnt.
tekanan di arteri pulmonalis dan aorta. C. 32 L/mnt.
■ Penentuan waktu yang cermat saat pembukaan dan D. 54 L/mnt.
penutupan katup atrioventrikel (AV), pulmonalis, dan aorta E. 160 mL/mnt.
memungkinkan darah mengalir ke arah yang benar melalui 5. Kerja yang dilakukan oleh ventrikel kiri secara substansial lebih
jantung dengan regurgitasi minimal. besar daripada yang dilakukan ventrikel kanan, karena di
■ Proporsi darah yang meninggalkan ventrikel di tiap-tiap siklus ventrikel kiri
jantung disebut fraksi ejeksi dan merupakan indikator sensitif A. kontraksi lebih lambat.
kesehatan jantung. B. dinding lebih tebal.
■ Denyut arteri mencerminkan suatu gelombang tekanan yang C. isi sekuncup lebih besar.
terjadi ketika darah dipaksa masuk ke dalam aorta; denyut ini D. preload-nya lebih besar.
merambat jauh lebih cepat daripada darah itu sendiri. E. afterload-nya lebih besar.
■ Bunyi jantung mencerminkan getaran normal yang terbentuk 6. HukumStarlinguntukjantung.
akibat penutupan mendadak katup-katup; murmur jantung A. tidak berlaku pada gagal jantung.
dapat terjadi karena aliran abnormal yang sering (tetapi tidak B. tidak berlaku pada saat olahraga.
selalu) disebabkan oleh penyakit katup. C. menjelaskan peningkatan kecepatan jantung yang
■ Perubahan pada curah jantung mencerminkan variasi dalam ditimbulkan oleh olahraga.
kecepatan jantung, isi sekuncup, atau keduanya; sebaliknya, D. menjelaskan peningkatan curah jantung yang terjadi
faktor-faktor ini dikontrol oleh masukan saraf dan hormon ke ketika aliran balik vena meningkat.
miosit jantung. E. menjelaskan peningkatan curah jantung ketika saraf
simpatis yang menyarafi jantung terangsang.
BAB 30 Jantung Sebagai Pompa 553

DAFTAR PUSTAKA Overgaard CB, Dzavik V: Inotropes and vasopressors: Review of


physiology and clinical use in cardiovascular disease. Circulation
Hunter JD, Doddi M: Sepsis and the heart. Br J Anaesth 2008;118:1047.
2010;104:3. Wang J, Nagueh SF: Current perspectives on cardiac function
Leach JK, Priola DV, Grimes LA, Skipper BJ: Shortening in patients with diastolic heart failure. Circulation
deactivation of cardiac muscle: Physiological mechanisms and 2009;119:1146.
clinical implications. J Investig Med 1999;47:369.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Darah Sebagai Cairan

31
B A B

yang Beredar & Dinamika


Aliran Darah & Limfe

■ Menjelaskan komponen-komponen darah dan limfe dan asalnya, serta


T U J U A N rigriginsins,,
peran hemoglobin dalam mengangkut oksigen di sel darah merah.
..
Setelah mempelajari bab ini, ■ Memahami dasar molekular penggolongan darah dan penyebab terjadinya
Anda seyogianya mampu: reaksi transfusi.
■ Menguraikan proses hemostasis yang membatasi pengeluaran darah ketika
pembuluh darah mengalami kerusakan, dan dampak penyimpangan
hemostasis berupa trombosis intravaskular.
■ Mengidentifikasi jenis-jenis pembuluh darah dan limfe yang membentuk sistem
sirkulasi serta regulasi dan fungsi jenis-jenis sel pembentuk utamanya.
■ Menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip fisika menentukan aliran darah dan
limfe di seluruh tubuh.
■ Memahami dasar metode-metode yang digunakan untuk mengukur aliran
darah dan tekanan darah di berbagai segmen vaskular.
■ Memahami dasar keadaan penyakit yang menyebabkan kelainan, disre-
gulasi, atau keduanya pada komponen darah dan pembuluh darah.

PENDAHULUAN
Sistem sirkulasi adalah sistem yang mengangkut O2 yang kapiler yang adekuat di seluruh tubuh, terutama di jantung
terhirup dan berbagai zat yang diserap dari kanal cerna ke dan otak.
jaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan hasil Aliran sirkulasi darah terutama terjadi karena gerakan
metabolisme lainnya menuju ke ginjal. Sistem sirkulasi juga maju yang didorong oleh pemompaan jantung, meskipun
berperan mengatur suhu tubuh dan mendistribusikan pada sirkulasi sistemik majunya darah juga didorong oleh
hormon serta berbagai zat yang mengatur fungsi sel. recoil diastolik dinding arteri, kompresi vena oleh otot
Berbagai zat tersebut dibawa oleh darah dan dipompa oleh rangka sewaktu gerak badan, dan tekanan negatif di toraks
jantung melalui suatu sistem pembuluh darah tertutup. Dari sewaktu inspirasi. Resistensi aliran darah sedikit
ventrikel kiri, darah dipompa melalui arteri dan arteriol dipengaruhi oleh kekentalan darah, tetapi terutama
menuju ke kapiler, tempat terjadinya keseimbangan dengan dipengaruhi oleh diameter pembuluh, khususnya diameter
cairan interstisial. Dari kapiler, darah dikembalikan ke dalam arteriol. Aliran darah yang menuju setiap jaringan diatur
atrium kanan melalui venula dan vena. Sebagian cairan oleh mekanisme kimia lokal serta mekanisme saraf dan
jaringan akan memasuki suatu sistem pembuluh tertutup humoral umum, yang memperlebar atau mempersempit
lain, sistem limfatik, yang menyalurkan cairan limfe melalui pembuluh. Semua darah mengalir melalui paru, tetapi
duktus torasikus dan duktus limfatikus dekstra ke dalam sirkulasi sistemik terdiri dari berbagai sirkuit yang paralel
sistem vena (sirkulasi limfatik). Sistem sirkulasi dikendalikan (Gambar 31-1). Susunan ini memungkinkan terjadinya
oleh berbagai sistem pengaturan yang secara umum variasi aliran darah regional yang luas tanpa mengubah
berfungsi sedapat mungkin mempertahankan aliran darah aliran sistemik total.

555
556 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Bab ini membahas mengenai darah dan limfe, serta menyesuaikan aliran darah akan dibahas pada Bab 32.
berbagai fungsi sel yang terkandung di dalamnya. Bab ini Karakteristik khusus sirkulasi paru dan ginjal dibahas di Bab
juga akan membicarakan prinsip-prinsip umum yang 34 dan 37. Demikian juga, peran darah sebagai pengangkut
berlaku di seluruh sirkulasi, serta tekanan dan aliran dalam banyak sel efektor imun tidak akan dibahas di sini,
sirkulasi sistemik. Mekanisme homeostatik yang bertugas melainkan di Bab 3.

DARAH SEBAGAI CAIRAN


YANG BEREDAR 100

Selularitas (%)
Vertebra
Darah terdiri dari cairan kaya-protein yang disebut plasma,
tempat elemen-elemen selular darah—sel darah putih, sel 50 Sternum
darah merah, dan trombosit—tersuspcnsi di dalamnya. Costae
Volume darah total yang beredar pada keadaan normal Tibia Femur
adalah sekitar 8% dari berat badan (5600 mL pada pria 70 0
kg). Sekitar 55% dari volume tersebut adalah plasma. 10 30 50 70
Tahun
SUMSUM TULANG
GAMBAR 31-2 Perubahan selularitas sumsum tulang merah di
Pada orang dewasa, sel darah merah, sebagian besar sel darah berbagai tulang dikaitkan dengan usia. Nilai 100% setara dengan
putih, serta trombosit dibentuk di dalam sumsum tulang. Pada derajat selularitas saat lahir. (Disalin, dengan izin, dari Whitby LEH, Britton
CJC: Disorders of Blood, 10th ed. Churchill Livingstone, 1969).
janin, sel darah juga dibentuk di hati dan limpa. Hema-topoiesis
ekstramedula tersebut dapat terjadi pada orang dewasa dengan
jumlah sel darah merah dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak
penyakit yang menyebabkan kerusakan atau fibrosis sumsum
dibandingkan sel darah putih. Perbedaan sumsum tulang ini
tulang. Pada anak-anak, sel darah dihasilkan secara aktif di
mencerminkan bahwa sel darah putih memiliki masa-hidup
dalam rongga sumsum semua tulang. Menjelang usia 20 tahun,
rata-rata yang singkat, sedangkan usia sel darah merah lebih
sumsum di rongga tulang panjang tidak aktif lagi, kecuali di
panjang.
tulang humerus atas dan femur (Gambar 31-2). Sumsum tulang
selular yang aktif disebut sumsum merah; sumsum tulang inaktif Sel punca hematopoietik (SPH; hematopoietic stem cell)
yang diinfiltrasi oleh lemak disebut sumsum kuning. adalah sel-sel sumsum tulang yang mampu membentuk
semua jenis sel darah. Sel ini berdiferensiasi menjadi sel
Pada hakekatnya, sumsum tulang merupakan salah satu
punca khusus/committed (sel progenitor), yang selanjutnya
organ terbesar di tubuh, dengan ukuran dan berat yang
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah.
hampir sama dengan hati. Organ ini juga merupakan salah
Mcgakariosit, limfosit, eritrosit, eosinofil dan basofil masing-
satu organ yang paling aktif. Pada keadaan normal, 75% sel di
masing memiliki kelompok sel progenitor yang berbeda,
dalam sumsum merupakan seri mieloid penghasil sel darah
sedangkan neutrofil dan monosit terbentuk dari prekursor
putih dan hanya sekitar 25% yang merupakan sel darah merah
yang sama. Sel punca sumsum tulang juga merupakan asal
yang sedang mengalami maturasi, walaupun kenyataannya
osteoklas (lihat Bab 21), sel Kupffer (lihat Bab 26), sel mas,
sel den-dritik, dan sel Langerhans. Meski jumlahnya sedikit,
KEPALA, LENGAN
tetapi SPH mampu mengganti seluruh sumsum tulang jika
disuntikkan ke pejamu yang sumsum tulangnya rusak total.
OTAK SPH berasal dari sel punca totipotent-nncommitted yang
dapat dirangsang untuk membentuk sel apapun di tubuh. Sel ini
PEMBULUH KORONARIA terdapat pada manusia dewasa dalam jumlah sedikit, tetapi ia
JANTUNG
lebih mudah diperoleh dari blastokista mudigah. Tidak
PARU JANTUNG
KANAN KIRI mengherankan jika minat terhadap riset sel punca (stem cell
research) sangat tinggi, mengingat potensinya untuk meregene-
rasi jaringan yang sakit. Namun, hal ini melibatkan masalah etis,
ARTERI HEPATIKA dan perdebatan tentang masalah ini pasti akan berlanjut.

HATI
LIMPA,
SALURAN SEL DARAH PUTIH
VENA CERNA
PORTA
Pada keadaan normal, darah manusia mengandung
GINJAL 4.000-11.000 sel darah putih per mikroliter (Tabel 31-1). Dari
jumlah tersebut, jenis terbanyak adalah granulosit (leukosit
BADAN, TUNGKAI
polimorfonukleus, PMN). Sel granulosit muda memiliki inti
berbentuk sepatu kuda, yang akan berubah menjadi
GAMBAR 31-1 Diagram sirkulasi pada orang dewasa. multilobular dengan bertambahnya umur sel (Gambar 31-3).
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 557

TABEL 31–1 Nilai normal berbagai komponen sel selama lebih kurang 120 hari. Hitung rata-rata normal sel
dalam darah manusia. darah merah adalah 5,4 juta/mL pada pria dan 4,8 juta/mL
pada wanita. Setiap sel darah merah manusia memiliki
Perkiraan Persentase diameter sekitar 7,5 pm dan tebal 2 pm, dan setiap sel
Sel/μL Kisaran Sel Darah
Sel (rerata) Normal Putih Total mengandung sekitar 29 pg hemoglobin (Tabel 31-2).
Dengan demikian, ada sekitar 3 x 1013 sel darah merah dan
Sel darah 9000 4000–11.000 … sekitar 900 g hemoglobin di dalam peredaran darah seorang
putih total pria dewasa (Gambar 31-5).
Granulosit Kontrol umpan-balik eritropoiesis oleh eritropoietin
Neutrofil 5400 3000–6000 50–70 dibahas di Bab 38, dan peran IL-1, IL-3, IL-6 (interleukin),
dan GM-CSF (granulocyte-macrophage colony stimulating
Eosinofil 275 150–300 1–4 factor) dalam pengembangan sel bakal eritroid yang
Basofil 35 0–100 0,4 bersangkutan diperlihatkan dalam Gambar 31-3.
Limfosit 2750 1500–4000 20–40 PERAN LIMPA
Monosit 540 300–600 2–8 Limpa berperan penting sebagai penyaring darah, yang
Eritrosit menyingkirkan sel darah merah yang sudah tua atau
abnormal. Organ ini juga mengandung banyak trombosit
Wanita 4,8 × 106 … …
dan berperan besar dalam sistem imun. Sel darah merah
Pria 5,4 × 106 … … yang abnormal akan disingkirkan jika tidak lentur seperti
Trombosit 300.000 200,000– … layaknya sel darah merah normal, sehingga tidak mampu
500,000 menyusup melewati celah antar sel endotel yang melapisi
sinus-sinus limpa (lihat Boks Klinis 31-1).
Sebagian besar granulosit mengandung granula neutrofilik
(neutrofil), sebagian kecil mengandung granula yang dapat
HEMOGLOBIN
diwarnai dengan zat warna asam (eosinofil), dan sebagian lagi Sel darah merah vertebrata mengandung pigmen merah yang
mengandung granula yang menyerap zat warna basa/basofilik membawa oksigen, yaitu hemoglobin, suatu protein yang
(basofil). Dua jenis sel lain yang lazim ditemukan dalam darah mempunyai berat molekul 64.450. Hemoglobin adalah suatu
tepi adalah limfosit, yang memiliki inti bulat besar dan molekul berbentuk bulat yang terdiri dari empat subunit
sitoplasma sedikit, serta monosit, yang mengandung banyak (Gambar 31-6). Tiap-tiap subunit mengandung satu gugus
sitoplasma tidak bergranula dan mempunyai inti berbentuk heme (heme) yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida.
menyerupai ginjal (Gambar 31-3). Kerja sama sel-sel tersebut Heme adalah derivat porfirin yang mengandung besi (Gambar
menyebabkan tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat 31-7). Sedangkan polipeptida secara kolektif adalah bagian
terhadap berbagai tumor dan infeksi virus, bakteri, serta parasit globin dari molekul hemoglobin. Setiap molekul hemoglobin
yang dibahas di Bab 3. mengandung dua pasang polipeptida. Pada hemoglobin manusia
dewasa normal (hemoglobin A), dua jenis polipeptida tersebut
TROMBOSIT disebut rantai α dan rantai β. Oleh sebab itu, hemoglobin A
disebut α2β2. Tidak semua hemoglobin dalam darah orang
Trombosit adalah benda kecil bergranula yang beragregasi di dewasa normal adalah hemoglobin A. Sekitar 2,5% hemoglobin
tempat terjadinya cedera pembuluh darah. Sel ini tidak memiliki adalah hemoglobin A2, yang rantai β-nya digantikan oleh rantai
nukleus dan berdiameter 2-4 pm (Gambar 31-3). Di dalam δ (α2δ2). Rantai d mengandung 10 macam residu asam amino
sirkulasi ada sekitar 300.000/mL trombosit, yang pada keadaan yang berbeda dari rantai b.
normal mempunyai waktu-paruh sekitar 4 hari. Trombosit Ada sejumlah kecil derivat hemoglobin A yang berkaitan
dibentuk oleh megakariosit, yaitu sel raksasa di dalam sumsum erat dengan hemoglobin A dan merupakan hemoglobin
tulang, dengan cara mengeluarkan secuil sitoplasmanya ke terglikasi. Salah satunya, hemoglobin A1C (HbA1C), mempunyai
dalam sirkulasi. Sekitar 60% dan 75% trombosit yang telah satu glukosa yang menempel pada valin terminal di setiap rantai
dilepas dari sumsum tulang berada di dalam peredaran darah, β. HbA1C sangat menarik karena jumlahnya dalam darah
sedangkan sebagian besar sisanya terdapat di dalam limpa. meningkat pada pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol
Tindakan pengangkatan limpa (splenektomi) mengakibatkan (lihat Bab 24) dan dapat diukur sebagai penanda perkembangan
peningkatan hitung trombosit (trombositosis).
penyakit dan/atau efektivitas pengobatan.
SEL DARAH MERAH REAKSI-REAKSI HEMOGLOBIN
Sel darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin dalam O2 berikatan dengan Fe2+ di gugus heme hemoglobin untuk
sirkulasi. Sel darah merah berbentuk lempeng bikonkaf (lihat membentuk oksihemoglobin. Afinitas hemoglobin terhadap
Gambar 31-4) dan dibentuk di sumsum tulang. Pada mamalia, O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan konsentrasi 2,3-difosfo-
sel ini kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah. gliserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. 2,3-DPG dan H+
Pada manusia, sel darah merah berada di dalam sirkulasi berkompetisi dengan O2 untuk berikatan dengan hemoglobin
558 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Sel punca
hemopoietik

IL-1 GM-CSF
IL-6 G-CSF
IL-3 SCF
Prekursor
limfosit
sumsum tulang
Sel punca khusus (Committed stem cells;
sel progenitor)

GM-CSF GM-CSF GM-CSF GM-CSF IL-4 Ekivalen


Timus
eritro trombo IL-5 IL-3 bursa

Megakariosit

M-CSF G-CSF

Normoblas lanjut
Muda

Monosit

Retikulosit
Bersegmen

Monosit

Sel darah Trombosit Neutrofil Eosinofil Basofil B T


merah
Makrograf Sel Limfosit
jaringan polimorfonukleus

GAMBAR 31-3 Perkembangan berbagai bentuk komponen perangsang koloni (colony-stimulating factors, CSF) yang merangsang
darah dari sel sumsum tulang. Sel-sel di bawah garis horizontal dapat diferensiasi berbagai komponen sel. G, granulosit; M, makrofag; IL,
ditemukan di dalam darah tepi normal. Diagram memperlihatkan interleukin; trombo, trombopoietin; eritro, eritropoietin; SCF, faktor
tempat kerja utama eritropoietin (eritro) dan berbagai faktor sel punca.

tak-beroksigen, sehingga menurunkan afinitas hemoglobin methemoglobin. Methemoglobin berwarna lebih gelap, dan
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida dalam jumlah besar di sirkulasi akan menyebabkan
(struktur kuartener). Bahasan rinci tentang oksigenasi dan perubahan warna kehitaman pada kulit menyerupai sianosis
deoksigenasi hemoglobin dan peran fisiologi reaksi-reaksi ini (lihat Bab 35). Dalam keadaan normal, oksidasi hemoglobin
dalam transpor O2 dibahas di Bab 35. menjadi methemoglobin terjadi dalam jumlah kecil. Namun,
Jika darah dipajankan ke berbagai macam obat dan methemoglobin ini akan diubah kembali menjadi
bahan pengoksidasi lainnya in vitro atau in vivo, besi ferro hemoglobin oleh sistem dehidronikoti-namid adenin
(Fe2+) yang normalnya terdapat dalam hemoglobin akan dinukleotida (NADH)-methemoglobin reduktase, suatu
dikonversi menjadi besi ferri (Fe3+) dan membentuk sistem enzim di dalam sel darah merah. Ketiadaan
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 559

Sirkulasi
3 × 1013 sel darah
merah 900 g hemoglobin

1 × 1010 SDM 1 × 1010 SDM


0,3 g hemoglobin 0,3 g hemoglobin
per jam per jam

Zat Sistem
Sumsum Besi Makrofag
Tulang
Jaringan
Diet
Pigmen empedu
dalam tinja, urin
Asam
Amino Sejumlah
kecil zat besi

GAMBAR 31-5 Pembentukan dan penghancuran sel darah


merah. SDM, sel darah merah.

GAMBAR 31-4 Sel darah merah dan benang fibrin manusia.


Darah diteteskan pada permukaan polivinil klorida, kemudian
difiksasi dan difoto menggunakan mikroskop elektron pemindai HEMOGLOBIN PADA JANIN
(scanning). Diperkecil dari x 2590. (Sumbangan NF Rodman).
Darah janin manusia normalnya mengandung hemoglobin
janin (hemoglobin F). Strukturnya mirip dengan struktur
sistem ini secara kongenital merupakan salah satu hemoglobin A, tetapi rantai β-nya diganti dengan rantai γ;
penyebab methemoglobinemia herediter. sehingga hemoglobin F adalah α2γ2. Rantai y mempunyai 37
Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin mem- residu yang berbeda dari residu asam amino pada rantai β.
bentuk karbon monoksihemoglobin (karboksihemoglobin). Pada keadaan normal, hemoglobin janin akan digantikan
dengan hemoglobin dewasa segera setelah lahir (Gambar
Afinitas hemoglobin terhadap O2 jauh lebih rendah daripada
31-8). Pada orang-orang tertentu, hemoglobin ini tidak
afinitasnya terhadap karbon monoksida, sehingga CO2 akan
hilang dan tetap ada sepanjang hidup. Di dalam tubuh,
menggantikan O2 pada hemoglobin dan menurunkan
kandungan O2 hemoglobin F pada PO2 tertentu lebih besar
kapasitas darah mengangkut oksigen (lihat Bab 35). daripada kandungan O2 pada hemoglobin dewasa karena
hemoglobin janin kurang kuat mengikat 2,3-BPG. Karena
itu, hemoglobin F sangat penting untuk membantu
TABEL 31–2 Karakteristik sel darah merah perpindahan O2 dari sirkulasi ibu ke sirkulasi janin, terutama
manusia. a muda terdapat rantai ζ, dan ε, yang membentuk hemoglobin
Gower 1 (ζ2ε2) dan hemoglobin Gower2 (α2ε2).
Pria Wanita
Perpindahan hemoglobin dari bentuk satu ke bentuk lainnya
Hematokrlt (Ht) (%) 47 42 selama perkembangan terutama diatur oleh ketersediaan
oksigen. Hipoksia relatif akan mendorong pembentukan
Sel darah merah 5,4 4,8
(SDM) (10 6 /μL) hemoglobin F melalui efek langsung pada ekspresi gen
globin, serta peningkatan produksi eritropoietin.
Hemoglobin (Hb) 16 14
(g/dL)
SINTESIS HEMOGLOBIN
Volume eritrosit rerata (Mean Ht X 10 87 87
corpuscular volume, MCV) (fL)
=
SDM (106/μL)
Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah
adalah 16 g/dL pada laki-laki dan 14 g/dL pada perempuan,
Hemoglobin eritrosit Hb X 10 29 29 dan semuanya berada di dalam sel darah merah. Pada tubuh
=
rerata (mean corpuscular SDM (106/μL)
hemoglobin, MCH) (pg) seorang laki-laki 70 kg, terdapat sekitar 900 g hemoglobin;
0,3 g hemoglobin dihancurkan dan 0,3 g disintesis setiap jam
Konsentrasi hemoglobin Hb X 10 34 34
= (Gambar 31-5). Bagian heme dalam molekul hemoglobin
eritrosit rerata (mean Ht
corpuscular hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil-KoA (lihat Boks Klinis
concentration, MCHC) (g/ dL) 31-2).
Diameter eritrosit
rerata (mean cell
= Diameter rata-
rata 500 sel pada
7,5 7,5
KATABOLISME HEMOGLOBIN
diameter, MCD) μm) sediaan hapus Saat sel darah merah tua dihancurkan oleh makrofag
jaringan, bagian globin molekul hemoglobin akan dipecah,
a
Sel dengan nilai MCV > 95 fL disebut makrosit; sel dengan MCV < 80 fL
disebut mikrosit; sel dengan MCHC <25 g/dL disebut hipokrom. dan hemenya dikonversi menjadi biliverdin. Enzim yang
560 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 31-1

Fragilitas Sel Darah Merah membran sel darah merah, di antaranya spektrin, protein
transmembran band 3, dan protein penghubung ankirin. Sel
Sel darah merah, seperti sel lainnya, menciut di dalam larutan
darah merah juga dapat mengalami lisis karena obat (terutama
yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar daripada obat penisilin dan sulfa) dan infeksi. Kerentanan sel darah
tekanan osmotik normal plasma. Dalam larutan yang tekanan merah terhadap hemolisis oleh bahan-bahan ini meningkat
osmotiknya lebih rendah, sel darah merah membengkak, pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD),
menjadi bulat dan tidak berbentuk cakram lagi, dan akhirnya yang mengatalisis tahap awal oksidasi glukosa pada jalur
kehilangan hemoglobin-nya (hemolisis). Hemoglobin sel darah heksosa monofosfat (lihat Bab 1). Jalan ini menghasilkan
merah yang mengalami hemolisis larut di dalam plasma, dihidro-nikotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADPH), yang
sehingga plasma berwarna merah. Larutan natrium klorida diperlukan untuk memelihara fragilitas sel darah merah normal.
Defisiensi G6PD berat juga menghambat pembunuhan bakteri
0,9% adalah isotonik dengan plasma. Sel darah merah dengan
oleh granulosit dan merupakan predisposisi infeksi berat.
fragilitas osmotik normal akan mulai mengalami hemolisis jika
disuspensikan dalam larutan NaCI 0,5%; 50% lisis terjadi pada
larutan NaCI 0,40-0,42%, dan lisis sempurna pada larutan NaCI KIAT TERAPETIK
0,35%. Pada sferositosis herediter (ikterus hemolitik Kasus sferositosis herediter yang berat dapat diatasi
kongenital), eritrosit berbentuk sferis dalam plasma normal dengan splenektomi, tetapi tindakan ini bukannya tidak
dan lebih mudah mengalami hemolisis daripada sel normal memiliki risiko lain, misalnya sepsis. Kasus sferositosis
pada larutan natrium klorida hipotonik. Sferosit abnormal ringan dapat diobati dengan suplementasi folat dan/atau
juga ditangkap dan dihancurkan oleh limpa. Artinya, transfusi darah. Terapi bentuk-bentuk lain anemia
sferositosis herediter adalah salah satu penyebab tersering hemolitik bergantung pada penyebab yang mendasari.
anemia hemolitik herediter. Sferositosis disebabkan oleh Beberapa bentuk anemia hemolitik bersifat autoimun,
mutasi protein-protein pembentuk rangka membran eritrosit, dan terbukti berespons terhadap pemberian
kortikosteroid.
yang normalnya mempertahankan bentuk dan fleksibilitas

terlibat adalah heme oksigenase (lihat Gambar 28-4), dan CO Kulit yang terpajan cahaya putih mengubah bilirubin
terbentuk dalam proses ini. CO adalah suatu caraka (kurir, menjadi lumirubin, yang mempunyai waktu-paruh lebih singkat
messenger) antarsel, seperti NO (lihat Bab 2 dan 3). Pada daripada bilirubin. Fototerapi (pemajanan ke cahaya) ber-
manusia, sebagian besar biliverdin diubah menjadi bilirubin manfaat untuk terapi bayi yang mengalami ikterus akibat
dan diekskresikan ke dalam empedu (lihat Bab 28). Besi dari hemolisis. Besi bersifat esensial untuk sinresis hemoglobin; jika
heme digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin. darah dalam tubuh berkurang dan defisiensi besinya tidak
dikoreksi, maka akan terjadi anemia defisiensi besi.

+ +
GOLONGAN DARAH
NH3 NH3 Membran sel darah merah manusia mengandung bermacam-
β − β macam antigen golongan darah, yang juga disebut agluti-
COO
nogen. Antigen golongan darah yang paling penting dan
paling dikenal di antaranya adalah antigen A dan B, tetapi
ada lebih banyak lagi.

SISTEM ABO
Antigen A dan B diturunkan secara dominan menurut hukum
Mendel. Berdasarkan hal ini, manusia dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan darah. Orang bergolongan A
mempunyai antigen A, golongan B antigen B, golongan AB
mempunyai keduanya, dan golongan O tidak mempunyai
keduanya. Antigen A dan B merupakan oligosakarida kompleks
COO
− yang gula terminalnya berbeda. Gen H menyandi suatu fukosa
α α transferase yang meletakkan satu fukosa di ujung glikolipid atau
+
NH3 1 nm glikoprotein ini, membentuk antigen H yang biasanya ada pada
individu-individu golongan darah apapun (Gambar 31-9).
GAMBAR 31-6 Gambar diagramatik sebuah molekul hemoglobin Orang yang bergolongan darah A juga mengekspresikan
A, dengan empat subunitnya. Ada dua rantai polipeptida α dan dua
rantai polipeptida β, yang masing-masing mengandung satu gugus
transferase kedua yang mengatalisis penempatan N-asetil-
heme. Gugus-gugus ini diwakili oleh cakram berwarna biru. (Disalin, galaktosamin terminal pada antigen H, sedangkan orang yang
dengan izin, dari Harper HA et al: Physiologische Chemie. Springer-Verlag, 1975.) bergolongan B mengekspresikan suatu transferase yang
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 561

CH3 CH=CH2 M V

HC CH HC CH
CH3 N CH3 M N M

+ O2
N Fe N N Fe N
Heme
H 2C N CH=CH2 P N V
HC CH HC CH
CH2
COOH
CH2 CH3 P M
CH2
N N N O2
(imidazol) COOH (imidazol)
Rantai polipeptida Rantai polipeptida

Hemoglobin deoksigenasi Oksihemoglobin

GAMBAR 31-7 Reaksi heme dengan O2. Singkatan M, V, dan P menggantikan gugus-gugus yang diperlihatkan pada molekul di sebelah kiri.

menempatkan satu galaktosa terminal. Orang yang bergolongan


50 AB mempunyai kedua transferase. Individu yang bergolongan O
Rantai α
tidak mempunyai keduanya, sehingga antigen H tetap ada.
Sintesis rantai globin (% total)

Rantai γ
40 (janin)
Antibodi terhadap aglutinogen sel darah merah disebut
aglutinin. Antigen yang sangat mirip dengan A dan B sering
Rantai β (dewasa)
30 ditemukan pada bakteri usus dan mungkin terdapat dalam
makanan yang dipajankan pada bayi-bayi. Karena itu, bayi
20 dengan cepat mengembangkan antibodi terhadap antigen-
Rantai ϵ dan ζ antigen yang tidak ada di dalam sel mereka sendiri. Jadi,
(mudigah)
10 individu-individu bergolongan A mengembangkan antibodi
Rantai δ
anti-B, individu golongan B mengembangkan antibodi anti-A.
0 Individu golongan O mengembangkan keduanya, dan individu
3 6 Lahir 3 6 golongan AB tidak mengembangkan keduanya (Tabel 31-3). Bila
Gestasi (bulan) Umur (bulan) plasma seorang bergolongan A dicampurkan dengan sel darah
GAMBAR 31-8 Perkembangan rantai-rantai hemoglobin merah golongan B, maka antibodi anti-B menyebabkan sel darah
manusia. Gambar memperlihatkan kecepatan normal pembentukan merah golongan B tersebut menggumpal (aglutinasi), seperti
berbagai rantai hemoglobin in utero, dan bagaimana hal ini berubah yang diperlihatkan pada Gambar 31-10. Reaksi aglutinasi lain
setelahlahir. yang ditimbulkan oleh plasma dan sel darah merah yang tidak
cocok diringkaskan dalam label 31-3. Penggolongan darah ABO
G G dilakukan dengan mencampurkan sel darah merah seseorang
dengan antiserum yang mengandung aneka aglutinin pada kaca
F G
F G F G objek dan melihat apakah terjadi aglutinasi.
A G
G
H
G
antigen
G
B
antigen REAKSI TRANSFUSI
G antigen G
Reaksi transfusi hemolitik yang berbahaya dapat terjadi jika
G
G G darah ditransfusikan kepada orang dengan golongan darah
C C C yang tidak cocok; yaitu, orang yang mempunyai aglutinin

TABEL 31–3 Ringkasan sistem ABO.


Plasma Menggumpal-
Golongan Aglutinin Frekuensi di kan Sel Darah Merah
Darah dalam Plasma Amerika Serikat % Golongan:
F = Fukosa G = Galaktosa
O Anti-A, 45 A, B, AB
G = N-asetilgalaktosamin C = Seramid anti-B

G = Glukosa = Lapis-ganda lemak A Anti-B 41 B, AB

B Anti-A 10 A, AB
GAMBAR 31-9 Antigen pada sistem golongan darah ABO di
AB Tidak ada 4 Tidak ada
permukaan sel darah merah.
562 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 31-2

Kelainan Produksi Hemoglobin juga yang menyebabkan anemia. Sebagai contoh, hemoglobin S
Ada dua tipe utama gangguan herediter hemoglobin pada mengalami polimerisasi pada tekanan O2 yang rendah, dan hal
ini menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk bulan
manusia: hemoglobinopati, yang membentuk rantai-rantai
sabit, mengalami hemolisis, dan membentuk gumpalan-
polipeptida abnormal, dan talasemia serta gangguan sejenis,
gumpalan yang menyumbat pembuluh darah. Gen sel sabit
yang struktur rantai-rantainya normal, tetapi dihasilkan hanya adalah salah satu contoh dari gen yang bertahan dan menyebar
sedikit atau tidak diproduksi karena cacat pada bagian di dalam populasi karena memiliki efek positif jika terdapat
pengendali gen globin. Gen mutan yang menyebabkan dalam bentuk heterozigot. Gen ini berasal dari Afrika, dan
pembentukan hemoglobin abnormal sangat banyak, dan lebih memberikan resistensi terhadap salah satu jenis malaria. Di
dari 1000 hemoglobin abnormal pernah dilaporkan dijumpai beberapa bagian di Afrika, 40% penduduknya bersifat
pada manusia. Pada salah satu contoh paling umum, heterozigot untuk hemoglobin S. Pada orang Afrika Amerika di
hemoglobin S, memiliki rantai a yang normal, tetapi rantai β Amerika Serikat, prevalens hemoglobin S adalah sekitar 10%.
mengalami satu substitusi residu valin untuk asam glutamat,
menyebabkan anemia sel sabit (Tabel 31-4). Jika gen abnormal KIAT TERAPETIK
yang diwariskan dari salah satu orang tua memerintahkan
Hemoglobin F memiliki kemampuan menurunkan
pembentukan hemoglobin abnormal—yi. jika individu tersebut
polimerisasi hemoglobin S tak-beroksigen, dan hidroksi-
hetero-zigot—separuh hemoglobin yang beredar abnormal dan
urea menyebabkan pembentukan hemoglobin F pada
separuhnya lagi normal. Jika gen-gen abnormal yang identik
anak dan dewasa. Karenanya, hidroksiurea terbukti
diturunkan dari kedua orang tua, individu tersebut homozigot
bermanfaat untuk mengobati penyakit sel sabit. Pada
dan semua hemoglobinnya abnormal. Secara teoretis, pasien dengan penyakit sel sabit yang berat,
seseorang dapat mewarisi dua hemoglobin abnormal yang transplantasi sumsum tulang juga terbukti bermanfaat,
berbeda, satu dari ayah dan satu dari ibu. Penelitian tentang dan terapi profilaktik dengan antibiotik juga terbukti
penurunan dan distribusi geografik hemoglobin abnormal, pada membantu. Beberapa talasemia penting secara klinis
beberapa kasus memungkinkan kita menentukan asal gen karena menyebabkan anemia berat yang sering
mutan dan memperkirakan telah berapa lama mutasi tersebut memerlukan transfusi darah berulang. Namun, transfusi
terjadi. Secara umum, mutasi-mutasi yang membahayakan berisiko menyebabkan kelebihan besi dan sering harus
cenderung lenyap, dan gen-gen mutan yang menguntungkan disertai pemberian obat yang mengikat besi.
bagi kesintasan menetap dan menyebar dalam populasi. Banyak Transplantasi sumsum tulang juga tengah diteliti untuk
hemoglobin abnormal yang tidak membahayakan; namun, pengobatan talasemia.
beberapa menyebabkan gangguan keseimbangan O2 dan ada

terhadap sel darah merah yang ditransfusikan. Plasma yang sistem-sistem selain sistem ABO. Pencocokan-silang dilakukan
ditransfusikan biasanya sangat encer di dalam tubuh resipien dengan mencampurkan sel darah merah donor dengan plasma
sehingga jarang menyebabkan aglutinasi sekalipun titer aglutinin resipien pada kaca objek dan diperiksa apakah terjadi aglutinasi.
terhadap sel darah resipien tinggi. Namun, jika plasma resipien Selain itu, dianjurkan untuk memeriksa efek plasma donor
mengandung aglutinin terhadap sel darah merah donor, sel-sel terhadap sel resipien, sekalipun, seperti yang disebutkan di atas,
tersebut mengalami aglutinasi dan hemolisis. Hemoglobin bebas hal ini jarang menjadi sumber masalah.
dilepaskan ke dalam plasma. Keparahan reaksi transfusi yang Satu prosedur yang baru-baru ini menjadi populer adalah
timbul dapat bervariasi, mulai dari peningkatan ringan kadar mengambil darah pasien sendiri sebelum pembedahan elektif
bilirubin plasma yang asimtomatik hingga ikterus berat dan dan kemudian menginfuskan darah ini kembali (transfusi
kerusakan tubulus ginjal diikuti dengan anuria dan kematian. autolog) kalau diperlukan transfusi selama pembedahan. Dengan
Inkompatibilitas dalam sistem golongan darah ABO terapi zat besi, 1000-1500 mL darah dapat diambil selama jangka
terangkum dalam Tabel 31-3. Orang bergolongan darah AB waktu 3 minggu. Semakin populernya menitipkan darah sendiri
adalah “resipien universal” karena tidak memiliki aglutinin ke bank darah terutama disebabkan oleh ketakutan akan
dalam darah dan dapat diberi darah dari golongan mana pun penularan penyakit infeksi melalui transfusi heterolog, dan
tanpa menimbulkan reaksi transfusi yang menyebabkan tentunya memiliki keuntungan lain, yaitu menghilangkan risiko
inkompatibilitas ABO. Orang yang bergolongan O adalah reaksi transfusi.
“donor universal” karena tidak memiliki antigen A dan B, dan
darah golongan O dapat diberikan kepada siapa pun tanpa PEWARISAN ANTIGEN A & B
menimbulkan reaksi transfusi akibat inkompatibilitas ABO. Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel,
Tetapi, tidak berarti bahwa darah boleh ditransfusikan tanpa dengan A dan B bersifat dominan. Misalnya, seseorang yang
melakukan “crossmatcti” (pencocokan-silang) kecuali dalam bergolongan darah B mungkin mewarisi masing-masing satu
keadaan yang sangat darurat, karena selalu ada kemungkinan antigen B dari ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu
timbul reaksi atau sensitisasi akibat inkompatibilitas dalam orang tua dan satu O dari orang tua lainnya; jadi, seorang
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 563

Anti-B Anti-A

Golongan A

Golongan B

Golongan AB

GAMBAR 31-10 Aglutinasi sel darah merah pada plasma yang tidak cocok (incompatible).

individu yang ber-fenotipe B dapat mempunyai genotipe BB punyai anak bergenotipe BB (antigen B dari kedua orang
(homozigot) atau BO (heterozigot). tua), BO (antigen B dari salah satu orang tua, O dari orang
Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkin- tua lainnya yang heterozigot), atau OO (antigen O dari
an genotipe pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orang tua, yang keduanya heterozigot). Kalau golong-
kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat mem- an darah seorang ibu dan anaknya diketahui, penentuan

TABEL 30–4 Komposisi asam amino parsial pada rantai β manusia normal, dan beberapa hemoglobin
dengan rantai β abnormal.a
Posisi pada rantai polipeptida hemoglobin

Hemoglobin 123 67 26 63 67 121 146

A (normal) Val-His-Leu Glu-Glu Glu His Val Glu His


S (sel sabit) Val

C Lys

GSan Jose Gly

E Lys

MSaskatoon Tyr

MMilwaukee Glu

OArabia Lys

a
Hemoglobin-hemoglobin lain mempunyai rantai a abnormal. Hemoglobin abnormal yang secara elektroforetlk sangat mirip tetapi komposisinya sedikit berbeda
ditunjukkan dengan huruf yang sama dan tulisan di bawahnya menunjukkan lokasi geografi tempat ditemukannya pertama kali; misalnya M Saskatoon dan MMilwaukee.
564 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

golongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah merembes ke dalam sirkulasi ibu. Akibatnya, beberapa ibu
bukan ayah anak tersebut, meskipun tidak dapat membuktikan membentuk titer aglutinin anti-Rh yang cukup tinggi pada
bahwa ia adalah ayahnya. Manfaat prediktif semakin besar jika masa postpartum. Pada kehamilan berikutnya, aglutinin ibu
penggolongan darah orang-orang yang bersangkutan ini juga menyeberangi plasenta menuju janin. Di samping itu, ada
disertai dengan identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. beberapa kasus perdarahan feto-maternal dan sensitisasi
Dengan penggunaan sidik jari DNA (DNA fingerprintitig) (lihat selama masa kehamilan. Pada semua kasus ini, aglutinin anti-
Bab 1), angka eksklusi paternitas dapat mendekati 100%. Rh yang melintasi plasenta menuju ke janin Rh-positif dapat
menyebabkan hemolisis dan berbagai bentuk penyakit
AGLUTINOGEN LAIN hemolitik pada neonatus (eritroblastosis fetalis). Kalau
Di samping sistem antigen ABO dalam sel darah merah hemolisisnya berat, bayi dapat meninggal in útero atau dapat
manusia, ada sistem-sistem semacam Rh, MNS, Lutheran, Kell, mengalami anemia, ikterus berat, dan edema (hidrops
Kidd, dan banyak lainnya. Ada lebih dari 500 miliar kemung- fetalis). Dapat juga terjadi kernikterus, sindrom neurologis
kinan fenotipe golongan darah yang sudah dikenal, dan karena yang ditandai oleh pengendapan bilirubin tidak terkonjugasi
tentu saja ada antigen-antigen yang belum ditemukan, maka di ganglia basalis, terutama jika disertai periode hipoksia
diperkirakan bahwa fenotipe sebenarnya berjumlah triliunan. pada saat lahir. Meski bilirubin jarang menembus otak orang
Jumlah golongan darah pada hewan sama banyaknya dewasa, tetapi pada bayi dengan eritroblastosis hal ini dapat
dengan yang ada pada manusia. Pertanyaan yang menarik terjadi, sebagian mungkin karena sawar darah-otak lebih
adalah mengapa derajat polimorfisme ini terjadi dan menetap permeabel pada masa bayi. Namun, penyebab utama
sepanjang evolusi. Penyakit-penyakit tertentu memang lebih tingginya konsentrasi bilirubin tak-terkonjugasi pada
sering ditemukan pada orang-orang yang mempunyai golongan
penyakit ini adalah karena produksi meningkat sementara
darah tertentu atau pada golongan darah lainnya, tetapi
sistem pengkonjugasi bilirubin belum matang.
perbedaannya tidak besar. Karenanya, makna dari kode
pengenalan yang kompleks ini belum diketahui. Sekitar 50% individu Rh-negatif mengalami sensitisasi
(membentuk titer anti-Rh) dengan transfusi darah Rh-positif.
GOLONGAN DARAH Rh Karena sensitisasi ibu Rh-negatif yang mengandung janin Rh-
Di samping antigen dari sistem ABO, antigen sistem Rh juga positif umumnya terjadi pada saat persalinan, anak pertama
mempunyai arti klinis yang sangat penting. Faktor Rh, yang biasanya normal. Namun, penyakit hemolitik terjadi pada
dinamai sesuai dengan nama monyet rhesus karena antigen ini sekitar 17% janin Rh-positif yang dilahirkan oleh ibu Rh-
pertama kali diteliti dengan menggunakan darah hewan ini, negatif yang sebelumnya pernah mengandung janin Rh-positif
adalah sistem yang terutama tersusun dari antigen C, D, dan E, sekali atau beberapa kali. Untungnya, biasanya sensitisasi
meskipun sebenarnya mengandung banyak lagi yang lain. Tidak pertama dapat dicegah dengan memberikan antibodi anti-Rh
seperti antigen ABO, sistem ini belum pernah ditemukan di dosis tunggal dalam bentuk imunoglobulin Rh pada masa
jaringan selain sel darah merah. D adalah komponen yang paling postpartum. Imunisasi pasif seperti ini tidak berbahaya bagi
antigenik. Jika seseorang mempunyai aglutinogen D, ini sering ibu dan telah terbukti mencegah pembentukan antibodi aktif
disebut dengan Rh-positif. Protein D tidak mengalami glikosilasi oleh sang ibu. Di klinik obstetri, pemberian rutin terapi ini
dan fungsinya tidak diketahui. Individu dengan Rh-negatif tidak pada wanita-wanita Rh-negatif yang belum tersensitisasi dan
mempunyai antigen D dan baru membentuk aglutinin anti-D yang pernah melahirkan bayi Rh-positif berhasil menurunkan
kalau disuntik dengan sel D-positif. Dalam pemeriksaan insidensi total penyakit hemolitik lebih dari 90%. Di samping
golongan darah rutin, serum Rh yang digunakan adalah serum itu, sekarang penggolongan Rh pada janin dapat dilakukan
anti-D. Delapan puluh lima persen orang Kaukasia adalah D- menggunakan sampel yang diperoleh dari amniosentesis atau
positif dan 15% adalah D-negatif; lebih dari 99% orang Asia villi chorialis, dan terapi serum imun Rh dengan dosis kecil
adalah D-positif. Tidak seperti antibodi dalam sistem ABO, akan mencegah sensitisasi selama kehamilan.
antibodi anti-D tidak dapat timbul pada individu D-negatif
tanpa pajanan terhadap sel darah merah D-positif melalui
PLASMA
transfusi atau masuknya darah janin ke dalam sirkulasi ibu. Bagian cairan pada darah, yi. plasma, adalah larutan luar
Namun, individu-individu D-negatif yang pernah menerima biasa yang mengandung banyak sekali ion, molekul anor-
transfusi darah D-positif (sekalipun bertahun-tahun sebelum- ganik, dan molekul organik, yang sedang diangkut ke
nya) dapat mempunyai titer anti-D yang cukup tinggi sehingga berbagai bagian tubuh atau membantu pengangkutan zat-zat
dapat mengalami reaksi transfusi bila ditransfusi kembali dengan lain. Volume plasma normal adalah sekitar 5% dari berat
darah D-positif badan, atau sekitar 3500 mL pada seorang laki-laki 70 kg.
Dalam keadaan diam plasma akan menggumpal, dan tetap
WEz</d,DK>/d/< cair hanya kalau ditambahkan antikoagulan. Kalau darah
lengkap dibiarkan menggumpal dan gumpalannya diambil,
WEKEdh^ akan menyisakan cairan yang disebut serum. Serum pada
Inkompatibilitas Rh dapat menyebabkan komplikasi lain jika dasarnya mempunyai komposisi yang sama dengan plasma,
seorang ibu yang Rh-negatif mengandung janin yang Rh- tetapi tanpa fibrinogen dan faktor pembekuan II, V, dan
positif. Pada saat persalinan, sejumlah kecil darah janin VIII (Tabel 31-5). Kandungan serotonin serum juga lebih
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 565

TABEL 31–5 Sistem penamaan albumin yang dapat dipertukarkan adalah 4,0-5,0 g/kg berat
faktor-faktor pembekuan darah. badan; 38-45% albumin ini berada intravaskular, dan banyak
sisanya yang berada di kulit. Sekitar 6% hingga 10% albumin
Faktora Nama
yang dapat dipertukarkan mengalami degradasi setiap hari,
I Fibrinogen dan digantikan melalui sintesis oleh hati 200-400 mg/kg/
II Protrombin
hari. Albumin kemungkinan diangkut ke ekstravaskular
menyeberangi dinding kapiler oleh transport vesikel (lihat
III Tromboplastin Bab 2). Sintesis albumin diatur dengan cermat. Kadarnya
IV Kalsium menurun pada waktu puasa dan meningkat pada kondisi-
V Proakselerin, faktor labil, globulin akselerator
kondisi seperti nefrosis yang menyebabkan pengeluaran
albumin dalam jumlah besar.
VII Prokonvertin, SPCA, faktor stabil

VIII Faktor antihemofilia (AHF), faktor antihemofilia A, HIPOPROTEINEMIA


globulin antihemofilia (AHG) Kadar protein plasma dipertahankan selama kelaparan
IX Komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor sampai simpanan protein tubuh benar-benar terkuras.
Christmas, faktor antihemofilia B Namun, pada keadaan lapar yang lama dan sindrom malab-
X Faktor Stuart-Prower sorpsi akibat penyakit usus, kadar protein plasma rendah
(hipoproteinemia). Demikian juga pada penyakit hati, karena
XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA),
faktor antihemofilia C sintesis protein di hati terganggu, dan pada nefrosis karena
banyak albumin yang hilang melalui urine. Karena tekanan
XII Faktor Flageman, faktor gelas
onkotik plasma menurun, maka cenderung terjadi edema
XIII Faktor penstabil fibrin, faktor Lakl-Lorand (lihat Bab 30). Walaupun jarang, terdapat kelainan
HMW-K Kinlnogen berberat molekul tinggi, faktor Fitzgerald kongenital yang menyebabkan ketiadaan satu atau lebih
protein plasma. Salah satu contoh defisiensi protein
Pre-Ka Prakallikreln, faktor Fletcher
kongenital adalah afibrinogenemia kongenital, yang ditandai
Ka Kallikrein oleh gangguan pembekuan darah.
PL Fosfolipid trombosit
HEMOSTASIS
a
Faktor VI bukan merupakan faktor yang tersendiri dan telah dihilangkan.
Hemostasis adalah proses pembentukan bekuan di dinding
pembuluh darah yang rusak dan pencegahan pengeluaran
tinggi karena pemecahan trombosit selama terjadi peng-
darah sambil mempertahankan darah dalam keadaan cair di
gumpalan.
dalam sistem vaskular. Untuk mempertahankan
PROTEIN PLASMA keseimbangan antara koagulasi dan antikoagulasi, diperlukan
sekumpulan mekanisme sistemik terkait yang kompleks.
Protein plasma terdiri dari fraksi-fraksi albumin, globulin, dan
fibrinogen. Sebagian besar dinding kapiler relatif tak-permeabel
terhadap protein di dalam plasma, sehingga protein-protein
RESPONS TERHADAP CEDERA
tersebut menghasilkan gaya osmotik sekitar 25 mmHg terhadap Jika ada pembuluh darah kecil yang terpotong atau rusak,
dinding kapiler (tekanan onkotik; lihat Bab 1) yang menarik air cedera tersebut akan memicu suatu rangkaian peristiwa
ke dalam darah. Protein plasma juga menyumbang 15% daya (Gambar 31-11) yang menyebabkan terbentuknya bekuan.
penyangga (buffer) pada darah (lihat Bab 39), berkat ionisasi Bekuan ini menutup daerah yang rusak dan mencegah
lemah gugus substituen COOH dan NH2nya. Pada pH plasma perdarahan lebih lanjut. Yang pertama terjadi adalah
normal 7,40, protein kebanyakan berada dalam bentuk anion konstriksi pembuluh darah dan pembentukan sumbat
(lihat Bab 1). Protein plasma dapat memiliki fungsi spesifik (mis. hemostatik sementara oleh trombosit, yang tercetus bila
sebagai antibodi dan protein-protein yang berfungsi dalam trombosit mengikat kolagen dan menggumpal. Sumbat
pembekuan darah), sementara yang lain berfungsi sebagai tersebut kemudian diubah menjadi bekuan definitif.
pengangkut bagi berbagai hormon, zat terlarut lain, dan obat. Konstriksi arteriol atau tonin dan Vasokonstriktor lain yang
ASAL USUL PROTEIN PLASMA dilepaskan dari trombosit yang menempel ke dinding
pembuluh darah yang rusak.
Antibodi yang beredar dalam darah dibentuk oleh limfosit.
Sebagian besar protein plasma lainnya disintesis di hati. Protein- MEKANISME PEMBEKUAN
protein ini dan fungsi utama mereka tercantum di Tabel 31-6. Agregasi longgar trombosit dalam sumbat temporer
Data tentang turnover (pertukaran) albumin menunjuk- disatukan dan diubah menjadi bekuan definitifoleh fibrin.
kan bahwa sintesis berperan penting dalam memelihara Pembentukan fibrin memerlukan suatu kaskade reaksi
kadar albumin yang normal. Pada manusia dewasa normal, enzimatik dan serangkaian faktor pembekuan bernomor
kadar albumin plasma adalah 3,5-5,0 g/dL, dan depot total (Tabel 31-5). Reaksi yang paling penting adalah pengubahan
566 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 31–6 Sebagian protein yang disintesis oleh hati: Fungsi fisiologis dan sifat.
Nama Fungsi Utama Ciri Pengikatan Serum or Plasma Concentration

Albumin Mengikat dan mengangkut protein; Hormon, asam amino, steroid, 4500–5000 mg/dL
pengatur tekanan osmotik vitamin, asam lemak

Orosomukoid Tidak jelas; mungkin Sedikit; meningkat pada peradangan


berperan dalam peradangan

Antiprotease α1 Inhibitor protease umum dan Protease dalam serum dan 1,3–1,4 mg/dL
tripsin sekresi jaringan
Fetoprotein-α Pengaturan tekanan osmotik; Hormon, asam amino Dalam keadaan normal
protein pengikat dan pengangkut a ditemukan dalam darah janin

Makroglobulin-α2 Inhibitor endoprotease serum Protease 150–420 mg/dL

Antitrombin-lll Inhibitor protease pada Pengikatan 1:1 dengan protease 17–30 mg/dL
sistem koagulasi intrinsik

Seruloplasmin Pengangkutan tembaga Enam atom tembaga/ molekul 15–60 mg/dL


Protein reaktif-C Tidak jelas; berperan dalam Komplemen C1q < 1 mg/dL; meningkat pada peradangan
peradangan jaringan

Fibrinogen Prekursor fibrin dalam hemostasis 200–450 mg/dL

Haptoglobin Mengikat dan mengangkut Pengikatan hemoglobin 1:1 40–180 mg/dL


hemoglobin bebas-sel
Hemopeksin Mengikat porfirin, terutama 1:1 dengan hem 50–100 mg/dL
heme untuk daur-ulang heme

Transferin Mengangkut zat besi Dua atom besi/molekul 3,0–6,5 mg/dL

Apolipoprotein B Pembentukan partikel lipoprotein Pengangkut lemak

Angiotensinogen Prekursor peptida angiotensin II

Protein, faktor pembekuan Pembekuan darah 20 mg/dL


II, VII, IX, X

Antitrombin C, protein C Inhibisi pembekuan darah

Faktor pertumbuhan Perantara efek anabolik Reseptor IGF-I


mirip-insulin I hormon pertumbuhan
Globulin pengikat hormon Protein pengangkut untuk Hormon steroid 3,3 mg/dL
steroid steroid dalam darah

Globulin pengikat tiroksin Protein pengangkut hormon Hormon tiroid 1,5 mg/dL
tiroid dalam darah

Transtiretin (prealbumin Protein pengangkut untuk Hormon tiroid 25 mg/dL


pengikat tiroid) hormon tiroid dalam darah

Fungsi fetoprotein-alfa tidak jelas, tetapi karena homologi strukturalnya dengan albumin, protein ini dianggap memiliki fungsi seperti albumin.
a

protein fibrinogen plasma yang larut menjadi fibrin yang tidak dari protrombin (prekusornya di sirkulasi), oleh aktivitas
larut (Gambar 31-12). Proses ini melepaskan dua pasang poli- htktor X yang telah aktif Selain mengubah fibrinogen
peptida dari masing-masing molekul fibrinogen. Bagian yang menjadi fibrin, trombin memiliki efek lain, di antaranya
tersisa, monomer fibrin, kemudian mengalami polimerisasi mengaktifkan trombosit, sel endotel, dan leukosit melalui
dengan molekul-molekul monomer lain sehingga membentuk reseptor yang diaktifkan proteinase, yaitu reseptor yang
fibrin. Fibrin mula-mula berupa jaring longgar benang-benang terangkai ke protein G.
yang saling menjalin. Zat ini diubah melalui pembentukan Faktor X dapat diaktifkan melalui dua sistem yang
ikatan-ikatan silang kovalen sehingga menjadi agregat yang disebut dengan sistem intrinsik dan sistem ekstrinsik
padat dan kencang (stabilisasi). Reaksi terakhir ini dikatalisis (Gambar 31-12). Reaksi awal pada sistem intrinsik
oleh faktor XIII yang telah aktif dan memerlukan Ca2+. adalah konversi faktor XII inaktif menjadi faktor XII
Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dikatalisis oleh aktif (XIIa). Pengaktifan ini dikatalisis oleh kininogen
trombin. Trombin adalah suatu serin protease yang terbentuk berberat molekul tinggi dan kallikrein (lihat Bab 32),
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 567

Cedera pada dinding SISTEM INTRINSIK


pembuluh darah
Kininogen HMW
Kallikrein
Kontraksi Kolagen Tromboplastin
jaringan XII XIIa

Kininogen HMW
Reaksi-reaksi Pengaktifan SISTEM
trombosit koagulation XI XIa EKSTRINSIK

Agregasi longgar TPL TFI


Trombin
trombosit
IX IXa VIIA VII
Sumbat Sumbat PL Ca2+
hemostatik hemostatik Ca2+ PL
sementara definitif
VIII
VIIIa TPL
Reaksi-reaksi X Xa
pembatas PL
GAMBAR 31-11 Ringkasan reaksi yang terlibat dalam hemostasis. V Ca2+
Va
Tanda panah terputus-putus menunjukkan penghambatan. (Dimodifikasi
dari Deykin D: Thrombogenesis. N Engl J Med 1967;276:622.) Protrombin Trombin

dan dapat dilaksanakan in vitro dengan memajankan darah


ke kaca, atau in vivo di serat kolagen lapisan endotel pada
pembuluh darah. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan Fibrinogen Fibrin
faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor IX. Faktor
IX yang telah aktif membentuk suatu kompleks dengan asi
bilis
faktor VIII aktif, yang menjadi aktif kalau terpisah dari XIII XIIIa Sta
faktor von Willebrand. Kompleks IXa dan Vllla GAMBAR 31-12 Mekanisme pembekuan. a, bentuk aktif faktor
mengaktifkan faktor X. Diperlukan fosfolipid-fosfolipid dari pembekuan; TFI, inhibitor jalur faktor jaringan; TPL, tromboplastin
agregat trombosit (PL) dan Ca2+ untuk pengaktifan jaringan. Untuk singkatan lainnya, lihat Tabel 31-5.
sempurna faktor X. Sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan
tromboplastin jaringan, suatu campuran protein-fosfolipid
yang mengaktifkan faktor VII. Tromboplastin jaringan dan Endotel pembuluh darah juga berperan aktif dalam
faktor VII mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya PL, mencegah meluasnya pembekuan. Semua sel endotel kecuali
Ca2+, dan faktor V, faktor X yang telah diaktifkan yang ada di dalam mikrosirkulasi otak menghasilkan trombo-
mengkatalisis perubahan protrombin menjadi trombin. Jalur modulin di permukaannya. Trombomodulin adalah suatu
ekstrinsik dihambat oleh inhibitor jalur faktor jaringan protein pengikat trombin. Dalam darah sirkulasi, trombin
(tissue factor pathway inhibitor) yang membentuk suatu merupakan prokoagulan yang mengaktifkan faktor V dan
struktur kuarterner dengan TPL, faktor Vllla, dan faktor Xa. VIII. Namun, jika trombin berikatan dengan trombo-
modulin, ia menjadi suatu antikoagulan karena kompleks
MEKANISME ANTIPEMBEKUAN trombomodulin-trombin mengaktifkan protein C (Gambar
Kecenderungan darah untuk membeku in vivo diimbangi 31-13). Protein C aktif (APC), bersama dengan kofaktornya
oleh reaksi-reaksi yang mencegah pembekuan di dalam protein S, menginaktifkan faktor V dan VIII, serta mengin-
pembuluh darah, menguraikan bekuan yang sudah aktifkan penghambat aktivator plasminogen jaringan,
terbentuk, atau keduanya. Reaksi ini mencakup interaksi sehingga pembentukan plasmin meningkat.
antara efek agregasi trombosit oleh tromboksan A2 dan Plasmin (fibrinolisin) adalah komponen aktif sistem
efek antiagregasi prostasiklin, yang menyebabkan bekuan plasminogen (fibrinolitik) (Gambar 31-13). Enzim ini me-
terbentuk sewaktu suatu pembuluh darah mengalami lisiskan fibrin dan fibrinogen, dengan menghasilkan produk
cedera tetapi tetap menjaga lumen bebas dari bekuan (lihat penguraian fibrin (fibrin degradation product, FDP) yang
Bab 32 dan Boks Klinis 31–3). menghambat trombin. Plasmin dibentuk dari prekursornya
Antitrombin III adalah suatu penghambat protease dalam yang inaktif, plasminogen, dengan bantuan trombin dan
sirkulasi yang mengikat serin protease pada sistem suatu aktivator plasminogen jaringan (t-PA). Plasminogen
pembekuan, menghambat aktivitas enzim ini sebagai faktor diubah menjadi plasmin aktif jika t-PA menghidrolisis ikatan
pembekuan. Pengikatan ini dipermudah oleh heparin, suatu antara Arg 560 dan Val 561. Plasmin juga diaktifkan oleh
antikoagulan alami yang merupakan campuran dari polisa- aktivator plasminogen tipe-urokinase (u-PA). Pada mencit,
karida-polisakarida sulfat. Faktor-faktor pembekuan yang apabila gen t-PA atau u-PA diknockout maka terjadi sedikit
dihambat adalah bentuk-bentuk aktif faktor IX, X, XI, dan XII. pengendapan fibrin dan lisis bekuan melambat. Namun,
568 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 31-3

Kelainan Hemostasis mengakibatkan pembekuan intravaskular yang tidak terkontrol


dan, umumnya, menyebabkan kematian pada masa bayi. Kalau
Di samping kelainan pembekuan akibat gangguan trombosit,
kondisi ini terdiagnosis dan diberikan terapi yang sesuai, defek
penyakit perdarahan dapat ditimbulkan oleh kekurangan
koagulasi akan menghilang. Resistensi terhadap protein C aktif
selektif sebagian besar faktor pembekuan (Tabel 31-7).
adalah penyebab lain trombosis, dan kondisi ini sering terjadi.
Hemofilia A, yang disebabkan oleh defisiensi faktor VIII, relatif Resistensi ini disebabkan oleh mutasi titik pada gen untuk
sering ditemukan. Defisiensi faktor von Willebrand juga faktor V, yang menghambat protein C aktif untuk menon-
menyebabkan gangguan perdarahan (penyakit von Willebrand) aktifkan faktor V. Mutasi pada protein S dan antitrombin III juga
dengan mengurangi adhesi trombosit dan menurunkan kadar meningkatkan insidensi trombosis tetapi lebih jarang terjadi.
faktor VIII plasma. Penyakit ini dapat bersifat kongenital atau Disseminated intravascular coagulation (pembekuan
didapat. Molekul von Willebrand yang besar dapat mengalami intravaskular diseminata) adalah komplikasi serius akibat
pemecahan dan inaktivasi oleh metaloprotease plasma ADAM septikemia, cedera jaringan yang luas, dan penyakit-penyakit
13 di daerah-daerah vaskular yang shear stress cairannya tinggi.
lain, yang menyebabkan pengendapan fibrin di sistem vaskular
Jika terjadi penurunan penyerapan vitamin K bersama dengan
dan trombosis di banyak pembuluh kecil dan sedang.
vitamin larut-lemak lainnya (lihat Bab 26), defisiensi faktor
Peningkatan konsumsi trombosit dan faktor pembekuan
pembekuan yang terjadi dapat menyebabkan kecenderungan
perdarahan yang signifikan. menyebabkan perdarahan terjadi pada saat yang bersamaan.
Untuk membedakan dari pembekuan darah ekstravas- Kondisi ini tampaknya disebabkan oleh meningkatnya
kular yang normal, pembentukan bekuan di dalam pembuluh pembentukan trombin akibat peningkatan aktivitas TPL, tanpa
darah disebut trombosis. Trombosis merupakan masalah disertai aktivitas jalur inhibitorik faktor jaringan yang memadai.
kesehatan yang serius. Trombosis lebih mudah terbentuk di
tempat yang aliran darahnya lambat karena memungkinkan KIAT TERAPETIK
penumpukan faktor-faktor pembekuan yang telah diaktifkan,
yang seharusnya dibuang.Trombosis juga terjadi di pembuluh Hemofilia selama ini diobati dengan preparat kaya-faktor
yang tunika intima-nya rusak karena plak aterosklerotik, dan VIII yang dibuat dari plasma atau, yang lebih baru, faktor
di daerah-daerah yang rusak pada endokardium. Trombosis VIII yang dihasilkan melalui teknik DNA rekombinan.
ini sering kali menyumbat arteri yang memasok darah ke Beberapa pasien dengan penyakit von Willebrand
organ tempatnya terbentuk, dan kepingan-kepingan trombus diterapi menggunakan desmopresin, yang merangsang
(emboli) kadang kala terlepas dan berjalan mengikuti aliran pembentukan faktor VIII, terutama sebelum tindakan gigi
darah sampai ke tempat yang jauh, dan merusak organ-organ
atau pembedahan. Sedangkan gangguan trombotik
lain. Contohnya sumbatan arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya oleh trombus yang berasal dari vena tungkai diterapi dengan antikoagulan seperti heparin.
(embolisme paru). Ketiadaan protein C secara kongenital

apabila keduanya di-knockout, terjadi pengendapan fibrin


yang luas.
Sel endotel
Reseptor plasminogen terletak di permukaan berbagai
Trombomodulin
sel dan banyak ditemukan di sel endotel. Saat plasminogen
Trombin berikatan dengan reseptornya, ia menjadi aktif, sehingga
dinding pembuluh darah yang intak memiliki mekanisme
Protein C Protein C aktif (APC) yang mencegah pembentukan bekuan.
+ Protein S t-PA manusia sekarang sudah dapat dibuat dengan
teknik DNA rekombinan untuk digunakan secara klinis pada
kasus-kasus infark miokardium dan stroke. Streptokinase,
VIlIa VIIIa inaktif Va Va inaktif suatu enzim bakteri, juga bersifat fibrinolitik dan juga
digunakan untuk terapi infark miokardium (lihat Bab 33).
Menginaktifkan inhibitor aktivator
plasminogen jaringan (t-PA) ANTIKOAGULAN
Seperti telah yang disebutkan di atas, heparin adalah
Plasminogen Plasmin antikoagulan alami yang mempermudah kerja antitrombin
III. Dari heparin unfractionated dapat dihasilkan fragmen-
Trombin
t-PA, u-PA fragmen berberat molekul rendah, yang semakin banyak
digunakan secara klinis karena memiliki waktu-paruh yang
Melisiskan fibrin lebih panjang dan menghasilkan respons antikoagulan yang
GAMBAR31-13Sistem fibrinolitik dan pengaturannya oleh lebih dapat diperkirakan daripada heparin unfractionated.
protein C. Protein yang sangat basa, protamin, membentuk kompleks
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 569

TABEL 31–7 Contoh penyakit yang disebabkan oleh vitro. Di kebanyakan jaringan, limfe juga mengandung protein
defisiensi faktor pembekuan. yang melintasi dinding kapiler dan dapat kembali ke dalam
darah melalui limfe. Meski demikian, kandungan protein limfe
Defisiensi umumnya lebih rendah dibanding plasma, yang mengandung
Faktor Sindrom Klinis Penyebab
sekitar 7 g/dL, tetapi kandungan protein limfe bervariasi
I Afibrinogenemia Deplesi selama bergantung dari mana aliran limfe tersebut berasal (Tabel 31-8).
kehamilan disertai Lemak yang tak-larut dalam air diabsorpsi dari usus masuk ke
pelepasan plasenta pembuluh limfe. Cairan limfe di duetus thoracicus setelah
secara prematur; juga
kongenital (jarang). makan ber-bentuk seperti susu karena kandungan lemaknya
yang tinggi (lihat Bab 26). Limfosit memasuki sirkulasi juga
II Hipoprotrombinemia Sintesis oleh hati terutama melalui pembuluh limfe, dan terdapat cukup banyak
(kecenderungan menurun, biasanya
perdarahan pada akibat defisiensi
limfosit di dalam cairan limfe duetus thoracicus.
penyakit hati) vitamin K
GAMBARAN STRUKTURAL SIRKULASI
V Parahemofilia Kongenital

VII Hipokonvertinemia Kongenital


Di sini kita akan membahas dua jenis sel utama yang
membentuk pembuluh darah dan bagaimana mereka
VIII Hemofilia A Cacat kongenital tersusun membentuk beragam jenis pembuluh yang
(hemofilia klasik) akibat berbagai
kelainan gen pada melayani kebutuhan sirkulasi.
kromosom X yang
menyandi faktor VIII; ENDOTEL
karena itu penyakit
ini diturunkan Sel-sel endotel, yang terletak antara darah dan tunica media
sebagai sifat yang dan adventitia pembuluh darah, merupakan organ yang
terkait jenis kelamin. besar dan penting. Sel-sel ini berespons terhadap perubahan
IX Hemofilia B (penyakit Kongenital aliran, regangan, berbagai zat yang beredar dalam darah, dan
Christmas) zat-zat perantara peradangan. Sel endotel menyekresikan zat
X Defisiensi faktor Kongenital pengatur pertumbuhan dan zat-zat vasoaktif (lihat bawah
Stuart-Prower dan Bab 32).
XI Defisiensi PTA Kongenital OTOT POLOS VASKULAR
XII Sifat Hageman Kongenital Otot polos di dinding pembuluh darah merupakan salah satu
otot polos viseral yang paling banyak diteliti karena berperan
ireversibel dengan heparin dan digunakan secara klinis penting dalam pengaturan tekanan darah dan hipertensi.
untuk menetralkan heparin. Membran sel otot mengandung berbagai kanal K+, Ca2+, dan
In vivo, kadar Ca2+ plasma yang cukup rendah untuk Cl−. Kontraksi terjadi terutama melalui mekanisme rantai
mengganggu pembekuan, tidak memungkinkan dalam ringan miosin yang telah dijelaskan di Bab 5. Namun, otot
kehidupan, tetapi pembekuan dapat dicegah in vitro kalau Ca2+ polos pembuluh darah juga dapat mengalami kontraksi
dihilangkan dari darah dengan menambahkan zat-zat lain berkepanjangan yang menentukan tonus vaskular. Hal ini
seperti oksalat, yang membentuk garam tak-larut dengan Ca2+, sebagian mungkin disebabkan oleh mekanisme latch-bridge
atau chelating agent, yang mengikat Ca2+. Derivat-derivat (lihat Bab 5), serta peran faktor-faktor lainnya. Sebagian
kumarin seperti dikumarol dan warfarin juga merupakan mekanisme molekular yang tampaknya terlibat dalam
antikoagulan yang efektif. Turunan kumarin ini menghambat kontraksi dan relaksasi diperlihatkan di Gambar 31-14.
kerja vitamin K, yaitu kofaktor yang diperlukan enzim yang Sel otot polos pembuluh darah merupakan contoh
mengkatalisis konversi residu asam glutamat menjadi residu
menarik tentang bagaimana Ca2+ sitosol kadar tinggi dan
asam y-karboksiglutamat. Enam protein yang terlibat dalam
rendah menimbulkan efek yang berbeda dan bahkan
pembekuan memerlukan konversi sejumlah residu asam glu-
bertentangan (lihat Bab 2). Di sel-sel ini, influks Ca2+ melalui
tamat menjadi residu asam y-karboksiglutamat sebelum dilepas-
kanal Ca2+ gerbang-tegangan menyebabkan peningkatan
kan ke dalam sirkulasi, sehingga keenam-enamnya bergantung
difus Ca2+ sitosol yang memicu kontraksi. Namun, influks
pada vitamin K. Protein-protein ini adalah faktor II (pro-
Ca2+ juga memicu pembebasan Ca2+ dari retikulum
trombin), VII, IX, dan X , protein C, dan protein S (lihat atas).
sarkoplasma melalui reseptor rianodin (lihat Bab 5), dan
LIMFE konsentrasi Ca2+ lokal yang tinggi akibat letupan Ca2+ ini
meningkatkan aktivitas kanal K+ yang diaktifkan Ca2+. Kanal
Limfe adalah cairan jaringan yang masuk ke dalam ini disebut juga kanal big K atau BK karena K+ melalui
pembuluh-pembuluh limfe. Cairan ini mengalir ke darah kanal ini dengan kecepatan tinggi. Meningkatnya efluks K+
vena melalui duetus thoracicus dan duetus limfaticus meningkatkan potensial membran, menutup kanal Ca2+
dekstra. Cairan limfe mengandung faktor-faktor gerbang-tegangan, dan menyebabkan relaksasi. Tempat kerja
pembekuan darah dan membeku pada keadaan tegak in letupan Ca2+ tersebut adalah di subunit β1 kanal BK, dan
570 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 31–8 Perkiraan kandungan protein ARTERI & ARTERIOL


dalam limfe manusia.
Karakteristik berbagai macam pembuluh darah diperlihatkan
Sumber limfe Kandungan Protein (g/dL) dalam Tabel 31-9. Semua arteri memiliki dinding yang
Pleksus choroideus 0
tersusun dari jaringan ikat di lapisan luar, adventitia; otot
polos di lapisan tengah, media; dan lapisan dalam, intima,
Corpusciliaris 0 yang membentuk endotelium serta jaringan ikat di bawahnya
Otot rangka 2 (Gambar 31-15). Dinding aorta dan arteri yang berdiameter
besar lainnya mengandung jaringan elastis relatif banyak,
Kulit 2
terutama di lamina elastica interna dan eksterna. Dinding ini
Paru 4 teregang selama sistol dan mengalami recoil pada waktu
Kanal pencernaan 4,1
diastol. Dinding arteriol mengandung jaringan elastis lebih
sedikit tetapi kandungan otot polosnya jauh lebih banyak.
Jantung 4,4 Otot tersebut dipersarafi oleh serat saraf adrenergik yang
Hati 6,2 berfungsi sebagai konstriktor dan, pada beberapa keadaan,
oleh serat kolinergik yang menyebabkan dilatasi pembuluh.
Data terutama berasal dari JN Diana. Arteriol adalah tempat utama yang membentuk tahanan
aliran darah. Perubahan sedikit saja pada diameter arteriol
akan membuat perubahan besar dalam tahanan perifer total.
mencit yang subunit β1-nya di-knockout memperlihatkan
peningkatan tonus vaskular dan tekanan darah. Karena itu, KAPILER
jelaslah bahwa sensitivitas subunit β1 terhadap letupan Ca2+ Arteriol membentuk percabangan menjadi pembuluh-
berperan penting dalam mengendalikan tonus vaskular. pembuluh kecil berdinding otot, yang kadang-kadang disebut
metarteriol, dan pembuluh ini selanjutnya menyalurkan
darahnya ke kapiler (Gambar 31-16). Sisi hulu ujung kapiler

K+

A Cairan
VGCC interstisium

R PC PS

AA PLD DAG
PKC
BK
G
Raf Sitoplasma
Ca2+
Ca2+ sparks GTP GDP Kolin
CaM PKC
RR

MLCK MLCK SR
aktif inaktif MEK

ADP ATP CaP- P


Rho-kinase

CPI-17 Aktin-CaP Aktin


P -MLC MLC Aktin-CaD
PI
MAPK
MLC fosfatase CPI-17- P
AKTIN MIOSIN CaD- P

Kontraksi

GAMBAR 31-14 Sebagian mekanisme yang telah terbukti dan R, reseptor; SF, retikulum sarkoplasma; VGCC, kanal Ca2+ berpintu
masih diduga yang berperan dalam kontraksi dan relaksasi otot voltase. Untuk singkatan yang lain, lihat Bab 2 dan Apendiks.
polos pembuluh darah. A, agonis; AA, asam arakidonat; BK, kanal K+ (Dimodifikasi dari Khahl R: Mechanisms of vascular smooth muscle contraction.
yang diaktifkan oleh Ca2+; G, protein G heterotrimerik; MLC, rantai Council for High Blood Pressure Newsletter, Spring 2001.)
ringan miosin; MLCK, kinase rantai rinan miosin; PLD, fosfolipase D;
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 571

TABEL 31–9 Karakteristik berbagai tipe Arteri Ujung vena


> 50 μm kapiler Venula
pembuluh darah pada manusia.
9 μm kecil
Sfingter
Vena 20 μm
Semua Pembuluh Setiap Jenis prakapiler
pengumpul
Ujung
Perkiraan Persentase arterial kapiler
Luas Volume 5 μm
Pem- Diameter Tebal Penampang Darah yang
buluh Lumen Dinding Total (cm2) Dikandunga

Aorta 2.5 cm 2 mm 4,5 2

Arteri 0,4 cm 1 mm 20 8

Arteriol 30 μm 20 μm 400 1

Kapiler 5 μm 1 μm 4500 5
Arteriol Metarteriol Kapiler
Venula 20 μm 2 μm 4000 20–50 μm 10–15 μm sejati
Vena 0,5 cm 0,5 mm 40 54
GAMBAR 31-16 Sirkulasi mikro. Arteriol bercabang menjadi
Vena 3 cm 1,5 mm 18 metarteriol yang kemudian bercabang lagi menjadi kapiler. Kapiler
cava mengalirkan darah melalui venula pengumpul pendek ke venula.
Dinding arteri, arteriol, dan venula kecil mengandung otot polos yang
a
Pada pembuluh sistemik, terdapat tambahan 12% di jantung dan 18% di relatif banyak. Sel otot polos tersebar di dinding metarteriol, dan
sirkulasi paru.
ujung kapiler dijaga oleh otot sfingter prakapiler. Diameter berbagai
pembuluh juga diperlihatkan. (Sumbangan dari JN Diana.)

dikelilingi oleh sfingter prakapiler berupa otot polos halus.


Belum dapat dipastikan apakah metarteriol dipersarafi, dan Luas total seluruh dinding kapiler dalam tubuh orang
tampaknya bahwa sfingter prakapiler tidak dipersarafi. dewasa lebih dari 6300 trr. Dinding ini memiliki tebal sekitar
Meskipun demikian, metarteriol tentu dapat memberi 1 pm, yang tersusun dari satu lapis sel endotel. Struktur
respons terhadap zat-zat Vasokonstriktor lokal maupun yang dinding kapiler setiap organ berbeda-beda. Banyak struktur,
ada dalam sirkulasi. Diameter kapiler ujung arteri adalah seperti di otot rangka, otot jantung, dan otot polos, yang taut
sekitar 5 µm dan di ujung vena 9 pm. Bila sfingter berdilatasi, antara sel-sel endotelnya (Gambar 31-17) dapat dilewati oleh
diameter kapiler hanya dapat dilalui oleh sel darah merah molekul dengan diameter hingga 10 nm. Plasma dan protein
"satu-persatu". Ketika melalui kapiler, sel darah merah yang larut di dalamnya juga diduga diserap melalui
menjadi berbentuk tudung atau parasut, dengan aliran endositosis, diangkut melewati sel endotel, dan dikeluarkan
mendorong pusat sel darah merah mendahului bagian melalui eksositosis (transpor vesikular; lihat Bab 2). Namun,
pinggirnya. Konfigurasi ini tampaknya semata-mata hanya sebagian kecil pengangkutan yang melewati endotel
disebabkan oleh tekanan pada bagian tengah pembuluh, yang termasuk dalam proses ini. Di otak, struktur kapilernya
terlepas dari ada atau tidaknya kontak antara tepi sel darah menyerupai kapiler di otot, tetapi taut antara sel-sel endotel
merah dengan dinding kapiler. lebih ketat, sehingga celah ini sangat terbatas untuk
transportasi molekul berukuran kecil (meskipun kondisi
patologis dapat menyebabkan terbukanya celah ini).
Sebaliknya, sitoplasma sel endotel di kebanyakan kelenjar
endokrin, vili usus, dan sebagian ginjal, mengalami
penipisan membentuk celah yang disebut fenestrasi.
Endotel Fenestrasi (pori-pori) ini berdiameter 20-100 nm dan dapat
terbuka untuk memungkinkan lewatnya molekul yang lebih
Lamina Intima besar, meskipun permeabilitasnya umumnya sangat rendah
elastica
interna
pada keadaan normal oleh adanya suatu lapisan tebal gliko-
Media kaliks endotel. Namun, hal ini tidak terjadi di hati. Kapiler
Lamina sinusoid hati memiliki banyak pori, endotel yang tidak saling
elastica bertaut, dan celah besar di antara sel-sel endotel yang tidak
eksterna Adventisia tertutup oleh membran (lihat Gambar 28-2). Sebagian celah
ini berdiameter 600 nm dan ada yang diameternya mencapai
3000 nm. Hal ini memungkinkan lewatnya molekul-molekul
GAMBAR 31-15 Struktur arteri otot normal. (Disalin, dengan
izin, dari Ross R, Glomset JA: The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J
besar, termasuk protein plasma, yang penting bagi fungsi
Med 1976;295:369). hati (lihat Bab 28). Permeabilitas kapiler di berbagai bagian
572 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Perisit

Vesikel Fenestrasi
atau pori

Taut
Lamina
interdigitasi
basalis

Perisit

GAMBAR 31-17 Potongan melintang kapiler. Kiri: Jenis kapiler yang terdapat di otot. Kanan: Kapiler jenis fenestrasi. (Disalin, dengan izin, dari
Orbison JL dan D Smith (editor). Peripheral Bloodvessels. Baltimore: Williams & Wilkins, 1962.)

tubuh, yang disebut dengan konduktivitas hidrolik, diringkas


dalam Tabel 31-10.
PEMBULUH LIMFE
Kapiler dan venula pascakapiler mengandung perisit di Pembuluh limfe berfungsi menampung plasma dan unsur-
sekitar sel-sel endotelnya (Gambar 30-4). Sel-sel ini mem- unsur di dalamnya yang keluar dari kapiler ke ruang inter-
punyai tonjolan panjang yang membungkus pembuluh stisial (yi. limfe). Limfe dialirkan dari jaringan melalui sistem
darah. Sel endotel bersifat kontraktil dan melepaskan ber- pembuluh yang bergabung dan akhirnya masuk ke dalam
bagai zat vasoaktif. Mereka juga menyintesis dan melepaskan vena subklavia dekstra dan sinistra pada pertemuannya
konstituen-konstituen membran basal dan matriks ektrasel. dengan vena jugularis interna masing-masing. Pembuluh
Tampaknya salah satu fungsi faali sel endotel adalah limfe memiliki katup dan secara teratur melintasi kelenjar
mengatur aliran melalui taut antar sel endotel, terutama saat limfe di sepanjang pembuluh. Ultrastruktur pembuluh limfe
terjadi peradangan. Sel-sel endotel berhubungan erat dengan kecil berbeda dengan kapiler dalam beberapa hal: dalam
sel mesangium di glomerulus ginjal (lihat Bab 37). endotel pembuluh limfe tidak tampak adanya fenestrasi;
kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit, dan hanya jika ada
lamina basalis di bawah endotel; dan taut antara sel-sel
endotelnya terbuka, tanpa hubungan antarsel yang erat.

TABEL 31–10 Konduktivitas hidrolik kapiler di


ANASTOMOSIS ARTERIOVENA
berbagai bagian tubuh. Di jari, telapak tangan, dan cuping telinga terdapat kanal-
kanal pendek yang menghubungkan arteriol dengan venula,
Organ Konduktivitasa Jenis endotel memintas kapiler. Anastomosis atau shunt (pirau) arterio-
vena (A-V) ini mempunyai dinding otot yang tebal dan
Otak (selain 3
organ kaya persarafan, yang mungkin serat saraf Vasokonstriktor.
sirkumventrikular)
Kulit 100 Kontinu
VENULA & VENA
Dinding venula hanya sedikit lebih tebal dibandingkan kapiler.
Otot rangka 250
Dinding vena juga tipis dan mudah diregangkan. Vena
Paru 340 mengandung otot polos yang relatif sedikit, tetapi ber-
Jantung 860 konstriksi kuat apabila mendapat rangsangan dari saraf nor-
adrenergik dan Vasokonstriktor yang beredar seperti endo-
Kanal pencernaan 13.000
(mukosa usus) telin. Variasi tonus vena penting dalam penyesuaian sirkulasi.
Tunika intima pembuluh vena di anggota gerak, melipat
Berpori
pada jarak-jarak tertentu dan membentuk katup vena yang
Glomerulus 15.000 mencegah aliran balik. Cara kerja katup ini pertama kali
di ginjal
diperlihatkan oleh William Harvey pada ahad ke-17. Vena
a
Satuan konduktivitas adalah 10−13cm3dtk−1 dyne−1 yang sangat kecil, vena besar, atau vena dari otak dan viseral
Data sumbangan dari JN Diana. tidak memiliki katup.
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 573

ANGIOGENESIS Karenanya, aliran di setiap bagian sistem vaskular setara


dengan tekanan perfusi efektif di bagian tersebut dibagi
Saat jaringan tumbuh, pembuluh darah harus berproliferasi tahanan (resistensi). Tekanan perfusi efektif adalah tekanan
untuk mempertahankan pasokan darah yang normal. Karena intraluminal rata-rata di ujung arteri dikurangi tekanan rata-
itu, angiogenesis, pembentukan pembuluh darah baru, penting rata di ujung vena. Satuan tahanan (tekanan dibagi aliran)
selama masa kehidupan janin dan pertumbuhan sampai dewasa. adalah dyne.dtk/cm5. Untuk menghindari pemakaian satuan
Angiogenesis juga diperlukan pada masa dewasa untuk berbagai
yang rumit ini, tahanan dalam sistem kardiovaskular kadang-
proses, misalnya penyembuhan luka, pembentukan korpus
kadang dinyatakan dalam satuan R, yang diperoleh dengan
luteum setelah ovulasi, dan pembentukan endometrium baru
membagi tekanan dalam mm Hg dengan aliran dalam m L/
setelah menstruasi. Secara abnormal, angiogenesis diperlukan
untuk pertumbuhan tumor; bila tumor tidak membentuk suplai dtk (lihat juga Tabel 33-1). Jadi, misalnya, bila tekanan rata-
darah, maka ia tidak tumbuh. rata aorta adalah 90 mm Hg dan curah ventrikel kiri 90 mL/
dtk, maka tahanan perifer total adalah
Selama perkembangan mudigah, angioblast membentuk
jalinan kapiler ‘bocor’ di jaringan; proses ini disebut vaskulo- 90 mm Hg
= 1 satuan R
genesis. Pembuluh kemudian membentuk cabang baru yang 90 mL/detik
terpisah dari pembuluh di dekatnya, menyatu dengan kapiler,
dan menyalurkan otot polos ke kapiler dan menjadikannya METODE PENGUKURAN
pembuluh matang. Angiogenesis pada orang dewasa juga ALIRAN DARAH
mirip seperti ini, tetapi pembentukan pembuluh darah baru
terjadi dengan membentuk percabangan dari pembuluh- Aliran darah dapat diukur dengan memasukkan kanula ke
pembuluh yang sudah ada, bukan dari angioblast. dalam pembuluh darah, tetapi cara ini jelas terbatas
Ada banyak faktor yang berperan dalam angiogenesis. penggunaannya. Berbagai alat non-invasif telah dikembang-kan
Senyawa kunci angiogenesis adalah faktor pertumbuhan endotel untuk mengukur aliran darah. Umumnya kecepatan aliran
vaskular (vaseular endothelial growth faetor, VEGF). Faktor ini darah dapat diukur dengan flow meter Doppler. Gelombang
memiliki banyak isoform, dan ada tiga reseptor VEGF yang ultrasonik dikirim ke pembuluh secara diagonal, dan
merupakan tirosin kinase, yang juga bekerja sama dengan ko- gelombang yang dipantulkan dari sel darah merah dan putih
reseptor non-kinase (neuropilin) pada beberapa jenis sel. VEGF diserap oleh sensor di sebelah hilir. Frekuensi gelombang yang
terutama berperan dalam vaskulogenesis, sedangkan pem- dipantulkan lebih tinggi dibandingkan dengan laju aliran
bentukan tunas (budding) pembuluh yang kemudian menyatu menuju sensor karena adanya efek Doppler.
dengan jalinan kapiler imatur diatur oleh faktor-faktor lain yang Metode tak-langsung untuk mengukur aliran darah
belum teridentifikasi. Sebagian isoform dan reseptor VEGF berbagai organ manusia antara lain adalah adaptasi teknik
mungkin lebih terlibat dalam pembentukan pembuluh limfe Fick dan pengenceran indikator seperti diuraikan di Bab 30.
(limfangiogenesis) daripada pembuluh darah.
Salah satu contohnya adalah penggunaan metode N^O Kety
Kerja VEGF dan faktor-faktor terkait mendapat perhati- untuk mengukur aliran darah serebral (lihat Bab 32). Contoh
an besar akhir-akhir ini mengingat angiogenesis dibutuhkan
lain adalah penentuan aliran darah ginjal dengan mengukur
dalam perkembangan tumor. Antagonis VEGF dan inhibitor
ber-sihan asam paraaminohipurat (lihat Bab 37). Cukup
angiogenesis lain kini mulai digunakan di klinis sebagai
banyak data mengenai aliran darah di anggota gerak yang
terapi adjuvan untuk berbagai keganasan dan sedang diuji
sebagai terapi lini pertama. diperoleh dengan pletismografi. Misalnya dengan memasuk-
kan lengan bawah dalam ruang kedap berisi air (pletis-
GAMBARAN BIOFISIKA UNTUK mograf). Perubahan volume lengan bawah menunjukkan
FISIOLOGI SIRKULASI perubahan jumlah darah dan cairan interstisial yang ada di
dalamnya, memindahkan air, dan perpindahan ini diukur
ALIRAN, TEKANAN, & RESISTENSI dengan pencatat volume. Bila aliran vena lengan bawah
dioklusi, kecepatan peningkatan volume lengan bawah
Darah selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke adalah fungsi aliran darah arteri (pletismografi oklusi vena).
daerah bertekanan rendah, kecuali pada situasi tertentu
ketika momentum secara singkat mempertahankan aliran PENERAPAN PRINSIP FISIKA PADA
(lihat Gambar 30-3). Secara umum, hubungan antara aliran
rata-rata, tekanan rata-rata, dan resistensi dalam pembuluh ALIRAN DALAM PEMBULUH DARAH
darah adalah analog dengan hubungan antara arus, gaya Untuk menjelaskan perilaku darah dalam pembuluh darah
elektromotif (voltase) dan resistensi dalam sirkuit listrik yang sering digunakan prinsip dan persamaan fisika yang diterapkan
dinyatakan dalam hukum Ohm: untuk menjelaskan perilaku cairan sempurna dalam pembuluh
Gaya elektromotif (E) yang kaku. Padahal, pembuluh darah bukan kanal yang kaku,
Arus (I) = dan darah bukanlah cairan yang sempurna, melainkan suatu
Resistensi (R) sistem dua-fase yang terdiri dari cairan dan sel. Karena itu, sifat
Tekanan (P) sirkulasi dapat menyimpang, bahkan kadang jauh dari yang
Aliran (F) = diperkirakan melalui prinsip-prinsip ini. Akan tetapi, prinsip
Resistensi (R)
574 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

fisika tersebut tetap berguna sebagai alat bantu untuk C


memahami apa yang terjadi dalam tubuh.
Arus atas
ALIRAN LAMINAR Laminar Kecepatan Turbulen Laminar
tinggi
Aliran darah dalam pembuluh darah yang lurus, seperti aliran
dalam pembuluh yang kaku sempit, normalnya bersifat

Kecepatan
laminar (berlapis). Di dalam pembuluh darah, terdapat lapisan A
tipis darah yang bersentuhan dengan dinding pembuluh dan
tidak bergerak. Lapisan berikutnya di dalam pembuluh 0
mempunyai kecepatan rendah, berikutnya lebih cepat, dan R
seterusnya, dengan kecepatan paling tinggi di pusat arus
(Gambar 31-18). Aliran laminar terus berjalan hingga GAMBAR 31-19 Atas; Efek konstriksi (C) terhadap profil
kecepatan kritis tertentu. Pada kecepatan kritis atau lebih, kecepatan dalam sebuah pembuluh darah. Panah menunjukkan arah
aliran darah menjadi turbulen. Kemungkinan terjadinya komponen kecepatan, dan panjangnya sebanding dengan besarnya.
Bawah: Kisaran kecepatan di tiap titik sepanjang pembuluh. Di
turbulensi juga berhubungan dengan diameter pembuluh dan
daerah turbulen terdapat beragam kecepatan anterograd (A) dan
viskositas darah. Kemungkinan ini dinyatakan dengan sebagian retrograd (R). (Dimodifikasi dan direproduksi dengan izin dari Richards
perbandingan kelembaman (inersia) terhadap gaya viskosa KE: Doppler echocardiographie diagnosis and quantification of vaseular disease. Curr
(kekentalan) sebagai berikut. ProblCardiol1985Feb;l0(2):1-49.)

ρDV

Re = _____η
dengan Re adalah angka Reynolds, dinamai berdasarkan orang SHEAR STRESS &
yang menguraikan hubungan ini; p adalah densitas cairan; D PENGAKTIFAN GEN
adalah diameter pembuluh yang dibahas; V adalah kecepatan
aliran; dan η adalah viskositas cairan. Makin besar nilai Re Darah yang mengalir menimbulkan gaya terhadap
makin besar kemungkinan terjadi turbulensi. Bila D dalam cm, endotelium yang sejajar dengan sumbu panjang pembuluh.
V dalam cm/dtk, dan η dalam poise, aliran biasanya tidak Shear stress (γ) ini setara dengan viskositas (η) dikali shear
turbulen bila Re kurang dari 2000. Bila lebih dari 3000, hampir rate (dy/dr), yaitu kecepatan peningkatan laju aksial dari
selalu terjadi turbulensi. Aliran laminar dapat terganggu pada dinding pembuluh ke arah lumen.
titik-titik percabangan arteri, dan turbulensi yang terjadi dapat γ = η (dy/dr)
meningkatkan kecenderungan penumpukan plak aterosklerosis. Perubahan pada shear stress dan variabel-variabel fisik
Konstriksi arteri juga meningkatkan kecepatan aliran darah yang lainnya misalnya strain dan regangan berulang, menimbul-
melalui konstriksi, menimbulkan turbulensi dan bising setelah kan perubahan mencolok pada ekspresi gen di sel-sel
konstriksi (Gambar 31-19). Contohnya bunyi bising (bruit) yang endotel. Gen-gen yang diaktifkan adalah gen yang
terdengar sepanjang arteri yang menyempit akibat plak memproduksi faktor pertumbuhan, integrin, dan molekul-
aterosklerotik dan bunyi Korotkoff yang terdengar saat molekul terkait (Tabel 31-11).
mengukur tekanan darah (lihat bawah). Pada orang sehat,
kecepatan kritis kadang-kadang terlampaui di dalam aorta KECEPATAN RERATA
asendens saat puncak ejeksi sistol, tetapi hal ini biasanya terjadi Dalam membahas aliran dalam suatu sistem tabung, perlu
hanya bila arteri mengalami penyempitan. dibedakan antara kecepatan, yang merupakan perpindahan
per satuan waktu (misalnya cm/dtk), dan aliran, yang
merupakan volume per satuan waktu (misalnya cm 3/dtk).
Dinding pembuluh darah Kecepatan (V) sama dengan dengan aliran (Q) dibagi luas
daerah yang dilewati (A):
Q
V = __

A
Dengan demikian, Q = A x V, dan apabila aliran berlangsung
tetap, kecepatan meningkat sebanding dengan penurunan A
(Gambar 31-19).
Kecepatan terata gerakan cairan pada sebuah titik di
suatu sistem tabung paralel berbanding terbalik dengan luas
Aliran penampang total di titik tersebut. Karena itu, kecepatan re-
rata darah di aorta tinggi, menurun bertahap dalam pembuluh
GAMBAR 31-18 Diagram kecepatan lapisan konsentrik
yang lebih kecil, dan paling lambat di kapiler, yang
cairan kental yang mengalir dalam tabung, menggambarkan
distribusi kecepatan menyerupai parabola. mempunyai luas penampang total 1000 x luas penampang
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 575

TABEL 31-11 Gen pada sel endotel manusia, sapi, dan


kelinci yang dipengaruhi oleh shear stress, dan faktor Tempat titik
transkripsi yang berperan. akhir (lidah)

Gen Faktor Transkripsi

Endotelin-1 AP-1

VCAM-1 AP-1, NF-κB

ACE SSRE, AP-1, Egr-1


Faktor jaringan SP1, Egr-1

TM AP-1

PDGF-α SSRE, Egr-1

PDGF-β SSRE

ICAM-1 SSRE, AP-1, NF-κB

TGF-β SSRE, AP-1, NF-κB Tempat


penyuntikan
Egr-1 SREs (vena antecubiti)

c-fos SSRE GAMBAR31-20 Jalur yang dilalui oleh bahan yang disuntikkan
c-jun SSRE, AP-1 saat pengukuran waktu sirkulasi lengan-ke-lidah.

NOS 3 SSRE, AP-1, NF-κB

MCP-1 SSRE, AP-1, NF-κB


Karena aliran setara dengan selisih tekanan dibagi
ACE, angiotensin converting enzyme; AP-1, activator protein-1; Egr-1, early growth dengan tahanan (R),
response protein-1; ICAM-1; intercellular adhesion molecule-1; MCP-1, monocyte
chemoattractant protein-1; NF-κB, nuclear factor-κB; NOS 3, Nitrogen monoksida 8ηL
sintase 3; PDGF, platelet-derived growth factor; SP1, specificity protein 1; SSRE, R = ____4
shear stress responsive element; TGF-β, transforming growth factor-β; TM, πr
trombomodulin; VCAM-1, vascular cell adhesion molecule-1.
Dimodifikasi dari Braddock M et al: Fluid shear stress modulation of gene Karena aliran berbanding lurus dan tahanan berbanding
expression in endothelial cells. News Physiol Sci 1998;13:241. terbalik dengan jari-jari pangkat empat, aliran dan tahanan
in vivo akan sangat terpengaruh hanya dengan sedikit
perubahan kaliber pembuluh. Misalnya, aliran melalui
total aorta (Tabel 31-9). Kecepatan rerata aliran darah pembuluh akan menjadi dua kali lipat hanya dengan
meningkat lagi ketika darah masuk ke vena dan relatif tinggi meningkatkan radius sebesar 19%; dan bila radius
di dalam vena kava meskipun tidak setinggi di aorta. Secara digandakan, tahanan berkurang menjadi hanya 6% dari nilai
klinis, kecepatan sirkulasi dapat diukur dengan menyuntik- awalnya. Inilah penyebab mengapa pengaturan aliran darah
kan preparat garam empedu ke sebuah vena di lengan dan organ bisa sangat efektif hanya dengan sedikit perubahan
mengukur waktu pertama kali timbulnya rasa pahit ukuran arteriol, serta mengapa variasi diameter arteriol
(Gambar 31-20). Waktu sirkulasi normal rerata lengan-ke- menimbulkan efek yang mencolok terhadap tekanan arteri
lidah adalah 15 detik. sistemik.
RUMUS POISEULLE-HAGEN VISKOSITAS & TAHANAN
Hubungan antara aliran dalam suatu pipa panjang yang Tahanan terhadap aliran darah ditentukan tidak hanya oleh
sempit, viskositas cairan, dan jari-jari (radius) pipa, jari-jari pembuluh darah (halangan vaskular, vascular
dinyatakan secara matematis dalam rumus Poiseuille- hindrance) tetapi juga oleh viskositas darah. Plasma kira-kira
Hagen: 1,8 kali lebih kental dibandingkan air, sedangkan darah
lengkap 3-4 kali lebih kental dibandingkan air. Jadi viskositas
terutama bergantung pada hematokrit. Efek viskositas in
π × __
F = (PA – PB) × __
8
1
( ) ( ) ( )
r4
__
η × L vivo berbeda dari yang diperkirakan menggunakan rumus
Poiseuille-Hagen. Di pembuluh besar, peningkatan
dimana hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas yang cukup
F = aliran besar. Tetapi, di pembuluh yang berdiameter lebih kecil dari
PA–PB = perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa 100 pm, yaitu dalam arteriol, kapiler, dan venula, perubahan
η = viskositas viskositas per satuan perubahan hematokrit jauh lebih
r = jari-jari pipa sedikit dibandingkan dengan di pembuluh besar. Ini karena
L = panjang pipa adanya perbedaan sifat aliran yang melalui pembuluh kecil.
576 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

14
Viskometer Pembuluh darah
12 kaca

10
Viskositas relatif

Aliran
Tekanan
8 penutupan kritis

6 Anggota
gerak
4 belakang Tekanan

2 GAMBAR 31-22 Hubungan antara tekanan dan aliran dalam


pembuluh darah berdinding tipis.

20 40 60 80%
Hematokrit

GAMBAR 31-21 Efek perubahan hematokrit terhadap viskositas


relatif darah yang diukur daiam viskometer kaca dan dalam tungkai HUKUM LAPLACE
belakang anjing. Garis tengah masing-masing gambar menunjukkan Mungkin mengherankan bahwa struktur kapiler yang
rata-rata, dan garis di atas dan di bawah garis adalah simpang baku. berdinding tipis dan halus tidak mudah robek. Alasan utama
(Disalin, dengan izin, dari Whittaker SRF, Winton FR: The apparent viscosity of blood
flowing in the isolated hind limb of the dog, and its variation with corpuscular
ketahanan relatif kapiler ini adalah diameternya yang kecil.
concentration. J Physiol (Lond) 1933;78:338.) Efek protektif ukuran kecil kapiler adalah salah satu contoh
penerapan hukum Laplace, sebuah prinsip fisika penting yang
juga memiliki beberapa aplikasi lain dalam ilmu faal. Hukum
Karena itu, perubahan netto viskositas per satuan perubahan ini menyatakan bahwa tegangan (tension) dalam dinding
hematokrit jauh lebih kecil di dalam tubuh dibandingkan dengan suatu silinder (T) setara dengan hasil kali tekanan transmural
in vitro (Gambar 31-21). Hal inilah yang menyebabkan mengapa (P) dan jari-jari (r) dibagi oleh ketebalan dinding (w).
perubahan hematokrit hanya berpengaruh relatif kecil pada
tahanan perifer kecuali apabila perubahan tersebut besar. Pada T = Pr/w
polisitemia berat (produksi berlebihan sel darah merah), Tekanan transmural adalah tekanan di dalam silinder
meningkatnya tahanan ini akan sangat memperberat kerja dikurangi tekanan di luar silinder, tetapi karena tekanan
jantung. Sebaliknya, pada anemia berat, tahanan perifer jaringan di tubuh ini rendah dapat diabaikan dan P
menurun, sebagian karena penurunan viskositas. Penurunan disamakan dengan tekanan di dalam organ berongga. Pada
hemoglobin tentu akan menurunkan kemampuan darah organ berongga yang berdinding tipis, w sangat kecil dan
mengangkut CV, tetapi hal ini dikompensasi oleh peningkatan juga dapat diabaikan, tetapi w akan menjadi faktor signifikan
aliran akibat menurunnya viskositas. di pembuluh seperti arteri. Karena itu, di organ berongga
Viskositas juga dipengaruhi oleh komposisi plasma dan berdinding tipis, P = T dibagi oleh dua jari-jari prinsipal
daya tahan sel terhadap perubahan bentuk. Peningkatan kurvatura (kelengkungan) organ berongga tersebut.
viskositas yang bermakna secara klinis terlihat pada penyakit-
penyakit dengan protein plasma (misalnya immunoglobulin)
sangat meningkat dan penyakit dengan sel darah merahnya
(
1 + __
P = T __ 1
r1 r2 )
terlalu kaku (sferositosis herediter).
Dalam sebuah bola r1 = r2, sehingga
TEKANAN PENUTUPAN KRITIS
2T
P = ___
Pada pipa yang kaku, hubungan antara tekanan dan aliran r
cairan yang homogen bersilat linier, tetapi dalam pembuluh
darah berdinding tipis in vivo tidak demikian. Bila tekanan Dalam sebuah silinder seperti pembuluh darah, salah satu jari-
dalam sebuah pembuluh kecil berkurang, akan ada suatu jari adalah tak-terhingga, sehingga
titik saat tidak ada aliran darah meskipun tekanannya tidak
nol (Gambar 31-22). Ini karena pembuluh dikelilingi oleh T
jaringan yang menimbulkan tekanan yang selalu ada pada P = __
r
pembuluh walaupun kecil, dan bila tekanan intralumen
menurun lebih rendah dibanding tekanan jaringan, Akibatnya, makin kecil jari-jari pembuluh darah, makin
pembuluh akan mengempis (kolaps). Pada jaringan inaktif, rendah tegangan dinding yang dibutuhkan untuk
misalnya, banyak kapiler yang tekanannya rendah karena mengimbangi tekanan regangan. Pada aorta manusia,
sfingter prakapiler dan metarteriol berkonstriksi, dan banyak misalnya, tegangan pada tekanan normal kira-kira 170.000
di antaranya yang kolaps. Tekanan pada saat aliran berhenti dyne/cm, dan pada vena cava kira-kira 21.000 dyne/cm,
disebut criticalclosingpressure (tekanan penutupan kritis). tetapi dalam kapiler, hanya sekitar 16 dyne/cm.
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 577

Hukum Laplace juga menjelaskan kerugian yang dihadapi


oleh jantung yang berdilatasi. Bila jari-jari suatu bilik jantung Sistolik
120
memanjang, miokardium harus menciptakan tegangan yang

Tekanan (mm Hg)


lebih besar untuk menghasilkan tekanan; akibatnya, jantung
yang berdilatasi harus melakukan kerja lebih dibandingkan 80
dengan yang tidak berdilatasi. Di paru, jari-jari kelengkungan Diastolik
alveoli akan menjadi lebih kecil selama ekspirasi, dan struktur ini TA
cenderung mengempis (kolaps) akibat tarikan tegangan per- 40
mukaan seandainya tegangan tidak dikurangi oleh zat penurun
tegangan permukaan, surfaktan (lihat Bab 34). Contoh lain ber- 0
lakunya hukum ini terlihat pada kandung kemih (lihat Bab 37).

Kecepatan rata-rata (cm/dtk)


PEMBULUH RESISTENSI &

Aorta

Arteri

Arteriol

Kapiler

Venula

Vena

Vena cava
KAPASITANSI
In vivo, vena merupakan tempat penampungan darah yang
penting. Dalam keadaan normal, vena sedikit kolaps dan
memiliki penampang berbentuk lonjong. Darah dalam jumlah Kecepatan
besar dapat ditambahkan ke dalam sistem vena sebelum RR
mencapai titik regangan tertentu, saat penambahan volume
lebih lanjut akan sangat meningkatkan tekanan vena. Karena 0
itu vena-vena disebut pembuluh kapasitansi (capa-citance GAMBAR 31-23 Diagram perubahan tekanan dan kecepatan
vessels). Sedangkan arteri kecil dan arteriol disebut sebagai aliran darah melalui sirkulasi sistemik. TA, luas penampang total
pembuluh resistensi karena merupakan tempat utama pembuluh, yang meningkat dari 4,5 cm2 pada aorta sampai 4500 cm2
terbentuknya tahanan perifer (lihat bawah). pada kapiler (Tabel 30-1). RR, tahanan relatif, yang nilai tertingginya
pada arteriol.
Pada keadaan istirahat, sedikitnya 30% volume darah
yang beredar berada di dalam sistem vena, 12% di dalam
rongga jantung, dan 18% di dalam sirkulasi paru bertekanan menghasilkan aliran tanpa denyut, penanda-penanda
rendah. Hanya 2% yang ada di dalam aorta, 8% di dalam peradangan akan terbentuk, resistensi vaskular meningkat
arteri, 1% di dalam arteriol, dan 5% di dalam kapiler (Tabel secara bertahap, dan akhirnya terjadi kegagalan perfusi
31-9). Bila dilakukan penambahan darah melalui transfusi, jaringan.
kurang dari 1% darah tersebut dialirkan ke dalam sistem
arteri (“sistem bertekanan tinggi”), dan seluruh sisanya
ditemukan dalam vena sistemik, sirkulasi paru, dan rongga Ao
jantung selain ventrikel kiri (“sistem bertekanan rendah”).

SIRKULASI ARTERI & ARTERIOL 100


PA

Tekanan dan kecepatan darah dalam berbagai bagian


sirkulasi sistemik diringkas dalam Gambar 31-23. Hubungan 0
Aliran (mL/dtk)

ini dalam sirkulasi paru serupa dengan sirkulasi sistemik, 10


tetapi tekanan dalam arteri pulmonalisnya adalah 25/10 mm
PV
Hg atau kurang.
0
KECEPATAN & ALIRAN DARAH 50 IVC
Meskipun kecepatan rerata darah di bagian proksimal aorta
adalah 40 cm/dtk, namun aliran bersifat fasik, dan 0
kecepatannya dapat berkisar antara 120 cm/dtk selama sistol, 5 RA
hingga negatif pada waktu aliran berbalik sesaat sebelum
katup aorta menutup pada waktu diastol. Di bagian distal
0
aorta dan arteri besar, kecepatan aliran pada waktu sistol juga 0,2 0,4 0,6
jauh lebih besar dibandingkan diastolik. Meski demikian, Waktu (dtk)
pembuluh bersifat elastis, dan aliran majunya darah dapat
terus berlangsung berkat recoil dinding pembuluh selama GAMBAR 31 -24 Perubahan dalam aliran darah selama siklus
diastol yang sebelumnya teregang selama sistol (Gambar jantung pada anjing. Diastol diikuti oleh sistol dimulai pada 0,1 dan
31-24). Aliran pulsatif sepertinya mempertahankan fungsi kemudian pada 0,5 detik. Pola aliran pada manusia serupa. Ao,
aorta; PA, arteri pulmonalis; PV, vena pulmonalis; IVC, vena cava
optimal jaringan melalui efek lain terhadap transkripsi gen. inferior; RA, arteri renalis. (Disalin, dengan izin, dari Milnor WR: Pulsatile
Jika organ mendapat perfusi melalui pompa yang blood flow. N Engl J Med 1972:287:27.)
578 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TEKANAN ARTERI
Tekanan dalam aorta dan arteri brakialis serra arteri besar −80

Peningkatan atau penrunan tekanan arteri rerata


lainnya pada orang dewasa muda meningkat hingga nilai puncak
(tekanan sistolik) sekitar 120 mm Hg selama tiap siklus jantung −60
dan turun ke nilai minimal (tekanan diastolik) sekitar 70 mm
Hg. Secara konvensional, tekanan arteri ditulis dengan tekanan −40
sistolik di atas tekanan diastolik, misalnya 120/70 mm Hg. Satu
A B C
mm Hg setara dengan 0,133 kPa, sehingga dalam satuan SI (lihat −20

(mm Hg)
lampiran) tekanan arteri adalah 16,0/9,3 kPa. Tekanan nadi,
perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik, 0 0
memiliki nilai normal sekitar 50 mm Hg. Tekanan rerata adalah

Peningkatan tekanan vena


akibat gravitasi (mm Hg)
tekanan rata-rata sepanjang siklus jantung. Karena sistol lebih 20 20
singkat dibandingkan dengan diastol, tekanan rerata sedikit lebih
rendah dari nilai tengah tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan 40 40
ini sebenarnya dapat ditentukan hanya dengan mengintegrasi-
kan luas daerah kurva tekanan (Gambar 31-25); namun, sebagai
60 60
perkiraan, tekanan rerata setara dengan tekanan diastolik
ditambah sepertiga tekanan nadi.
80 80
Di arteri berukuran besar dan sedang penurunan tekanan
sangat sedikit karena kecilnya tahanan terhadap aliran, tetapi GAMBAR 31-26 Skala di kanan menunjukkan peningkatan (atau
tekanan menurun dengan cepat di arteri kecil dan arteriol, penurunan) tekanan rerata arteri pada arteri besar di tiap-tiap
yang merupakan tempat utama tahanan perifer terhadap ketinggian. Tekanan rerata dalam semua arteri besar saat setinggi
ventrikel kiri mendekati 100 mm Hg. Skala di kiri menunjukkan
pompa jantung. Tekanan rerata di ujung arteriol adalah 30-38 peningkatan tekanan vena karena faktor gravitasi pada semua ketinggi-
mm Hg. Tekanan nadi juga menurun dengan cepat menjadi an. Manometer pada sebelah kiri gambar menunjukkan tinggi peningkat-
sekitar 5 mm Hg di ujung arteriol. Besarnya penurunan an kolum darah dalam tabung bila dihubungkan dengan vena pergelang-
tekanan sepanjang arteriol bervariasi sangat bergantung pada an kaki (A), vena femoralis (B), atau atrium kanan (C), pada subjek dalam
apakah pembuluh tersebut berkonstriksi atau berdilatasi. posisi berdiri. Perkiraan tekanan pada lokasi ini dalam posisi berbaring—
yaitu bila pergelangan kaki, paha, dan atrium kanan pada tinggi yang
EFEK GRAVITASI sama—adalah A, 10 mm Hg; B, 7,5 mm Hg; dan C, 4,6 mm Hg.

Tekanan dalam Gambar 31-24 adalah tekanan di pembuluh


darah setinggi jantung. Tekanan di setiap pembuluh di
bawah jantung lebih tinggi dan di pembuluh di atas jantung
METODE PENGUKURAN
lebih rendah akibat efek gravitasi. Besarnya efek gravitasi TEKANAN DARAH
adalah 0,77 mm Hg/cm pada jarak vertikal di atas atau di Bila sebuah kanula disisipkan ke arteri, tekanan arteri dapat
bawah jantung pada densitas darah normal. Jadi, pada orang diukur secara langsung dengan manometer air raksa atau
dewasa dengan posisi berdiri, bila tekanan arteri rerata straingauge (pengukur tekanan) yang sudah terkalibrasi. Bila
setinggi jantung adalah 100 mm Hg, tekanan rerata di arteri arteri diikat di tempat setelah titik masuk kanula, akan
besar di kepala (50 cm di atas jantung) adalah 62 mm Hg terekam tekanan ujung (end-pressure), aliran dalam arteri
(100 — [0,77 x 50]) dan tekanan di arteri besar di kaki (105 terganggu, dan semua energi kinetik aliran dikonversi
cm di bawah jantung) adalah 180 mm Hg (100 + [0,77 x menjadi energi tekanan. Bila, dalam cara lain, sebuah tabung
105]). Hal yang sama terjadi pada efek gravitasi pada tekanan ber-bentuk T disisipkan ke dalam pembuluh dan tekanan
vena (Gambar 31 -26). pada lengan samping tabung diukur, tekanan samping yang
terekam saat tekanan turun karena tahanan hampir tidak
ada, adalah lebih rendah dibandingkan tekanan ujung oleh
Tekanan
120 sistolik
energi kinetik dari aliran. Hal ini karena dalam tabung atau
(mm Hg)
Tekanan

pembuluh darah, energi total—jumlah energi kinetik aliran


Tekanan rerata dan energi tekanan—bersifat konstan (prinsip Bernoulli).
70 Tekanan Perlu diketahui bahwa penurunan tekanan di setiap
diastolik
segmen sistem pembuluh arteri disebabkan oleh tahanan dan
perubahan energi potensial menjadi energi kinetik. Penurun-
0 1 2 3 4 an tekanan akibat hilangnya energi untuk mengatasi tahanan
Waktu (dtk)
bersifat ireversibel, karena energi berubah menjadi panas;
GAMBAR 31-25 Kurva tekanan arteri brakialis pada orang akan tetapi, penurunan tekanan akibat perubahan energi
muda normal, memperlihatkan hubungan tekanan sistolik dan potensial menjadi energi kinetik sewaktu pembuluh
diastolik terhadap tekanan rerata. Daerah yang diarsir di atas garis menyempit, dapat kembali seperti semula saat pembuluh
tekanan rata-rata sama dengan daerah yang diarsir di bawahnya. kembali melebar (Gambar 31-27).
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 579

kritis dan menghasilkan arus turbulen (Gambar 31-19). Saat


tekanan manset tepat di bawah tekanan sistolik, darah hanya
mengalir pada puncak sistol, dan arus turbulen yang
P
terputus-putus menghasilkan bunyi detak. Selama tekanan
dalam manset melebihi tekanan diastolik dalam arteri, aliran
tersendat setidaknya selama sebagian diastol, dan bunyi
intermiten yang terjadi memiliki kualitas staccato (ber-
Aliran tambah jelas). Saat tekanan manset mendekati tekanan
diastolik arteri, pembuluh masih dalam keadaan konstriksi,
GAMBAR 31-27 Prinsip Bernoulli. Bila cairan mengalir melalui tetapi arus turbulen menjadi kontinu. Kualitas bunyi kontinu
bagian pipa yang sempit, maka energi kinetik aliran meningkat sesuai ini bersifat teredam dan bukan staccato.
dengan peningkatan kecepatan, dan energi potensial berkurang.
Akibatnya, hasil pengukuran tekanan (P) lebih rendah dibandingkan di
tempat yang tidak menyempit. Garis putus-putus menunjukkan
TEKANAN DARAH ARTERI NORMAL
penurunan tekanan yang akan terjadi akibat gaya gesekan seandainya Tekanan darah arteri brakialis pada orang dewasa muda yang
pipa mempunyai diameter yang sama. beristirahat pada posisi duduk adalah sekitar 120/70 mm Hg.
Karena dihasilkan oleh curah jantung dan tahanan perifer, maka
tekanan darah dipengaruhi oleh kondisi yang memengaruhi
salah satu atau kedua faktor tersebut. Emosi meningkatkan curah
Prinsip Bernoulli juga memiliki aplikasi penting di jantung dan tahanan perifer, dan sekitar 20% pasien hipertensi
bidang patofisiologi. Berdasarkan prinsip ini, makin besar memiliki tekanan darah yang lebih tinggi di kamar praktek
kecepatan aliran dalam pembuluh, makin rendah tekanan dokter daripada di rumah, saat melakukan aktivitas harian
lateral yang menyebabkan distensi pada dinding pembuluh (“hipertensi jubah putih”, “white coat hypertension”). Normal-
tersebut. Bila pembuluh menyempit, kecepatan aliran di nya, tekanan darah turun hingga 20 mmHg sewaktu tidur.
bagian yang menyempit meningkat dan tekanan yang Penurunan ini berkurang atau lenyap pada hipertensi.
menyebabkan distensi menurun. Karena itu, bila pembuluh
Telah disepakati bahwa tekanan darah meningkat seiring
menyempit oleh suatu proses patologik seperti plak
dengan pertambahan usia, tetapi besar peningkatan ini tidak
aterosklerosis, tekanan lateral di tempat konstriksi menurun
dan penyempitan akan tetap terus ada. dapat dipastikan karena hipertensi adalah penyakit yang umum
dijumpai dan insidensnya meningkat seiring dengan usia (lihat
METODE AUSKULTASI Boks Klinis 31-4). Orang yang memiliki tekanan darah sistolik
Pengukuran rutin tekanan darah arteri pada manusia dilakukan <120 mmHg pada usia 50-60 tahun dan tidak pernah mengalami
dengan metode auskultasi. Sebuah manset yang dapat hipertensi klinis, tekanan sistoliknya akan tetap meningkat
dikembangkan (manset Riva-Rocci) yang dihubungkan ke sepanjang hidup (Gambar 31-28). Peningkatan ini mungkin
manometer air raksa (sfigmomanometer) dililitkan di sekitar yang paling mendekati peningkatan pada orang normal.
lengan atas dan stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis di Penderita hipertensi ringan yang tidak diobati memperlihatkan
siku. Manset dipompa dengan cepat sampai tekanannya peningkatan tekanan darah sistolik yang jauh lebih cepat. Pada
melebihi tekanan sistolik arteri brakialis yang diperkirakan. kedua kelompok, tekanan diastolik juga meningkat, tetapi
Arteri disumbat oleh manset, dan tidak terdengar suara melalui kemudian mulai turun pada usia pertengahan karena
stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan secara bertambahnya kekakuan arteri. Akibatnya, tekanan nadi
perlahan-lahan. Pada titik saat tekanan sistolik arteri melampaui meningkat seiring dengan pertambahan usia.
tekanan manset, darah menyembur melewati arteri setiap kali Hal yang menarik adalah tekanan darah sistolik dan
jantung berdenyut dan, secara sinkron dengan tiap denyut, diastolik pada wanita muda lebih rendah daripada pria muda
terdengar bunyi ketukan/detak di bawah manset. Tekanan sampai usia 55-65 tahun, saat keduanya menjadi setara.
manset pada waktu bunyi pertama kali terdengar adalah Karena terdapat korelasi positif antara tekanan darah dan
tekanan sistolik. Saat tekanan terus diturunkan, suara menjadi insidens serangan jantung dan stroke (lihat bawah), tekanan
makin keras, kemudian menjadi tidak jelas dan tersamar. Ini darah yang lebih rendah sebelum menopause pada wanita
adalah bunyi Korotkoff. Akhirnya, pada kebanyakan orang, mungkin merupakan salah satu alasan mengapa rata-rata
suara ini akan menghilang. Bila pengukuran langsung dan tidak wanita hidup lebih lama daripada pria.
langsung dilakukan secara simultan, tekanan diastolik orang
dewasa dalam keadaan istirahat paling mendekati tekanan pada SIRKULASI KAPILER
saat bunyi menghilang. Namun, pada anak dan orang dewasa
setelah berolahraga, tekanan diastolik paling mendekati saat Setiap saat, hanya ada 5% darah sirkulasi yang berada di
bunyi melemah. Hal ini juga berlaku pada beberapa penyakit dalam kapiler, tetapi 5% ini adalah bagian volume darah
seperti hipertiroidisme dan insufisiensi aorta. yang terpenting karena merupakan satu-satunya tempat O2
Bunyi Korotkoff dihasilkan oleh arus turbulen dalam dan nutrien masuk ke cairan interstisial, dan CO2 beserta
arteri brakialis. Ketika arteri dipersempit oleh manset, produk sisa masuk ke aliran darah. Pertukaran melewati
kecepatan aliran melalui konstriksi melampaui kecepatan dinding kapiler ini penting untuk kehidupan jaringan.
580 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 31-4

Hipertensi thoracalis, yang meningkatkan sekresi renin dan meningkatkan


Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. resistensi perifer. Feokromositoma, tumor medula adrenal yang
Hipertensi paling sering disebabkan oleh meningkatnya mengeluarkan norepinefrin dan epinefrin, dapat menyebabkan
resistensi (tahanan) perifer dan merupakan kelainan yang sangat hipertensi sporadik atau menetap (lihat Bab 20). Estrogen
umum pada manusia. Hipertensi dapat disebabkan oleh meningkatkan sekresi angiotensi-nogen, dan karena itu pil
berbagai penyakit (Tabel 31–12) dan menyebabkan sejumlah kontrasepsi yang banyak mengandung estrogen menyebabkan
gangguan serius. Jika tahanan yang harus dilawan oleh pompa hipertensi (hipertensi pil) (lihat Bab 22). Peningkatan sekresi
ventrikel kiri (afterload) meningkat dalam jangka waktu yang aldosteron atau mineralo-kortikoid lain menyebabkan retensi
lama, otot jantung akan mengalami hipertrofi. Hipertrofi dimulai Na+ oleh ginjal, yang menimbulkan hipertensi. Peningkatan
dengan pengaktifan gen-gen immediate-early dalam otot primer mineralokor-tikoid plasma menghambat sekresi renin.
ventrikel, diikuti pengaktifan serangkaian gen yang berperan Entah mengapa, renin plasma juga rendah pada 10-15% pasien
dalam pertumbuhan selama masa janin. Hipertrofi ventrikel kiri dengan hipertensi esensial dan kadar mineralokortikoid darah
memiliki prognosis yang buruk. Konsumsi 02 total jantung, yang normal (hipertensi rendah-renin). Mutasi sejumlah gen tunggal
sudah bertambah karena harus memompa darah melawan diketahui menyebabkan hipertensi. Kasus-kasus hipertensi
tekanan yang meningkat (lihat Bab 30), semakin bertambah monogenik ini jarang dijumpai tetapi informatif. Salah satunya
karena terdapat lebih banyak otot. Karena itu, berkurangnya adalah glucocorticoid-remediable aldoste-ronism (GRA), yaitu
aliran darah koroner menimbulkan konsekuensi yang lebih serius gen hibrid penyandi aldosteron sintase peka-ACTH, yang
pada pasien hipertensi daripada orang normal, dan derajat
menyebabkan hiperaldosteronisme (lihat Bab 20). Defisiensi 11-
penyempitan koroner yang tidak menimbulkan gejala pada
β hidroksilase juga menyebabkan hipertensi melalui sekresi
jantung berukuran normal, dapat menyebabkan infark
deoksikortikosteron (lihat Bab 20). Tekanan darah akan kembali
miokardium pada jantung yang membesar.
normal jika sekresi ACTH dihambat dengan memberikan suatu
Insidens aterosklerosis meningkat pada hipertensi, dan
glukokortikoid. Mutasi yang mengurangi 11-β hidroksisteroid
infark miokardium sering terjadi walaupun jantung tidak
dehidroge-nase menyebabkan hilangnya spesifisitas reseptor
membesar. Pada akhirnya, peningkatan resistensi perifer akan
mineralokortikoid (lihat Bab 20) disertai stimulasi reseptor oleh
melampaui kemampuan kompensasi jantung, dan timbul gagal
kortisol dan pada kehamilan, oleh peningkatan kadar
jantung. Penderita hipertensi juga rentan terhadap trombosis
progesteron dalam darah. Yang terakhir, mutasi di gen-gen
pembuluh otak dan perdarahan otak. Komplikasi lain adalah
untuk ENaC yang mengganggu subunit β atau γ meningkatkan
gagal ginjal. Meski demikian, insidens gagal jantung, stroke, dan
aktivitas ENaC serta menyebabkan retensi Na+ berlebihan dan
gagal ginjal dapat sangat berkurang dengan pengobatan
hipertensi (sindrom Liddle; lihat Bab 38).
hipertensi secara aktif, walaupun hipertensinya relatif ringan.
Mayoritas pasien dengan peningkatan tekanan darah,
penyebab hipertensinya tidak diketahui, dan disebut hipertensi
esensial (Tabel 31-12). Saat ini, hipertensi esensial dapat diobati
KIAT TERAPETIK
tetapi tidak dapat disembuhkan. Hipertensi esensial mungkin
memiliki sebab poligenik, dan melibatkan faktor lingkungan. Penurunan tekanan darah secara efektif dapat dihasilkan
Pada bentuk hipertensi lain yang relatif jarang, oleh obat-obat yang menghambat reseptor adrenergik α,
baik di perifer maupun di susunan saraf pusat; obat yang
penyebabnya diketahui. Ulasan singkat mengenai hal ini
menghambat reseptor adrenergik β; obat yang
bermanfaat karena menjelaskan bagaimana gangguan
menghambat aktivitas angiotensin-converting enzyme;
fisiologi dapat menyebabkan penyakit. Patologi yang dan penyekat kanal kalsium yang melemaskan otot polos
mengganggu aliran darah ginjal menyebabkan hipertensi vaskular.
ginjal, demikian juga penyempitan (koarktasio) aorta

METODE PENELITIAN TEKANAN & ALIRAN KAPILER


Ukuran tekanan dan aliran kapiler yang akurat sulit didapat- Tekanan kapiler sangat bervariasi, tetapi umumnya tekanan
kan. Tekanan kapiler dapat diperkirakan dengan menentu- di dasar kuku manusia adalah 32 mm Hg di ujung arteriol
kan besar tekanan luar yang diperlukan untuk menutup dan 15 mm Hg di ujung vena. Tekanan nadi sekitar 5 mm
kapiler atau besar tekanan yang diperlukan agar cairan Hg di ujung arteriol dan nol di ujung vena. Kapiler
garam mulai mengalir melalui pipet mikro yang disisipkan berukuran pendek, tetapi darah di dalamnya bergerak
dengan bagian ujung menghadap ujung arteriolar kapiler. lambat (sekitar 0,07 cm/dtk) karena kapiler memiliki luas
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 581

Sistolik TABEL 31-12 Perkiraan frekuensi berbagai


175
bentuk hipertensi pada populasi hipertensi secara
165 umum.
4
Tekanan sistolik (mm Hg)

155 Persentase
Populasi
145
Hipertensi esensial 88
135
4 Hipertensi renal
1
125 Renovaskular 2
115 Parenkimal 3
1
105 Hipertensi endokrin

Aldosteronisme primer 5

Sindroma Cushing 0.1


Diastolik
95 Feokromositoma 0.1

Bentuk adrenal lainnya 0.2


Tekanan diastolik (mm Hg)

90
Terapi estrogen ("hipertensi pil") 1
85 4 Lain-lain (sindrom Liddle, koarktasio 0.6
4 aorta, dsb)
80
Data dari Williams GH. Hypertensive vascular disease. Dalam: Braunwald E
75 et al. (editor). Harrison's Principles of Internal Medicine, 15th ed. McGraw-
1 Hill, 2001).
70
1
penampang total yang besar. Waktu transit dari ujung
65
arteriolar ke ujung venula pada kapiler yang berukuran
standar adalah 1-2 detik.

Nadi
95 KESEIMBANGAN DENGAN
85
CAIRAN INTERSTISIAL
4
Tekanan nadi (mm Hg)

Seperti dikatakan di atas, dinding kapiler adalah membran


75 tipis yang tersusun dari sel endotel. Bahan-bahan melewati
taut antar sel endotel dan melalui fenestrasi bila ada.
65
Beberapa bahan juga melewati sel melalui transpor vesikular.
1
55 Faktor selain transportasi vesikular yang berperan
sebagai transportasi melewati dinding kapiler adalah difusi
45 dan filtrasi (lihat Bab 1). Secara kuantitatif, difusi lebih
penting. Konsentrasi CT dan glukosa di dalam aliran darah
35
lebih tinggi dibandingkan dengan cairan interstisial dan
kedua zat berdifusi ke dalam cairan interstisium, sedangkan
CCL berdifusi dengan arah yang berlawanan.
Usia (tahun)
Laju filtrasi di semua tempat di sepanjang kapiler
GAMBAR 31-28 Efek usia dan jenis kelamin pada komponen- bergantung pada keseimbangan gaya-gaya yang kadang
komponen tekanan arteri pada manusia. Data berasal dari disebut gaya Starling, yaitu nama ahli ilmu faal yang pertama
sekelompok besar orang yang diperiksa setiap 2 tahun sepanjang kali menguraikan cara kerja gaya ini. Salah satu gaya Starling
masa dewasa mereka. Kelompok 1: Orang yang tekanan darah adalah gradien tekanan hidrostatik (tekanan hidrostatik
sistoliknya <120 mm Hg pada usia 50-60 tahun. Kelompok 4: orang kapiler dikurangi tekanan hidrostatik cairan interstisial) di
yang tekanan darah sistoliknya >160 mm Hg pada usia 50-60 tahun,
tempat tersebut. Tekanan cairan interstisial setiap organ
yi, orang dengan hipertensi ringan yang tidak diterapi. Garis merah
menunjukkan angka pada wanita, dan garis biru menunjukkan berbeda satu sama lain, dan tekanan ini terbukti kuat lebih
angka pada pria. (Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari Franklin SS et al: kecil dari tekanan atmosfir—kira-kira -2 mm Hg—di
Hémodynamie patterns of age-related changes in blood pressure.The Framingham jaringan subkutis. Namun, tekanan ini positif di hati dan
HeartStudy.Circulation1997;96:308)
ginjal, serta dapat mencapai 6 mm Hg di otak. Gaya lain
adalah gradien tekanan osmotik yang melintasi dinding
582 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

kapiler (tekanan osmotik koloid plasma dikurangi tekanan


osmotik koloid cairan interstisium). Komponen ini
mengarah ke dalam.

Konsentrasi dalam
Jadi:

darah kapiler
Pergerakan cairan = k [(Pc − Pi) − (πc − πi)] Y

dengan X
k = koefisien filtrasi kapiler
Pc = tekanan hidrostatik kapiler
Pi = tekanan hidrostatik interstisium
πc = tekanan osmotik koloid kapiler A Jarak sepanjang kapiler V
πi = tekanan osmotik koloid interstisium
GAMBAR 31-30 Pertukaran melintasi dinding kapiler yang
πi biasanya dapat diabaikan, sehingga perbedaan dibatasi aliran dan dibatasi difusi. A dan V menunjukkan ujung
tekanan osmotik (πc–πi) biasanya setara dengan tekanan arteriol dan venula kapiler. Bahan X dalam keseimbangan dengan
jaringan (pergerakan ke dalam jaringan setara dengan pergerakan ke
onkotik. Koefisien filtrasi kapiler ikut diperhitungkan, dan luar) sebelum darah meninggalkan kapiler, sedangkan bahan Y tidak
sebanding dengan permeabilitas dinding kapiler dan luas dalam keseimbangan. Bila faktor lain tetap, jumlah X yang masuk ke
daerah yang tersedia untuk filtrasi. Besarnya gaya Starling di dalam jaringan hanya dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
sepanjang otot kapiler diperlihatkan dalam Gambar 31-29. aliran darah; yaitu, disebut dibatasi aliran. Perpindahan Y adalah
Cairan bergerak ke ruang interstisial di ujung arteriol kapiler gerakan yang dibatasi difusi.
dan masuk ke kapiler di ujung venula. Di kapiler-kapiler lain,
keseimbangan gaya Starling mungkin berbeda. Contohnya,
cairan bergerak keluar dari hampir sepanjang kapiler glo- KAPILER AKTIF & INAKTIF
merulus ginjal. Sebaliknya, cairan bergerak masuk ke dalam Pada jaringan yang beristirahat, sebagian besar kapilernya
kapiler hampir di sepanjang usus. Setiap hari, sekitar 24 L berada dalam keadaan kolaps. Pada jaringan yang aktif, me-
cairan disaring melalui kapiler. Jumlah ini sekitar 0,3% curah tarteriol dan sfingter prakapiler membuka. Tekanan
jantung. Sekitar 85% cairan yang disaring direabsorpsi ke intraka-piler meningkat, melawan tekanan penutup kritis
dalam kapiler dan sisanya kembali ke sirkulasi melalui pembuluh, dan darah mengalir melalui semua kapiler.
pembuluh limfe. Relaksasi otot polos metarteriol dan sfingter prakapiler
Perlu diketahui bahwa molekul kecil sering dalam disebabkan oleh kerja metabolit vasodilator yang dibentuk
keadaan seimbang dengan jaringan dekat ujung arteriol di jaringan aktif (lihat Bab 32).
setiap kapiler. Pada keadaan ini, difusi total dapat Sesudah rangsang berbahaya, refleks akson melepaskan
ditingkatkan dengan meningkatkan aliran darah; yaitu, substansi P (lihat Bab 33) yang meningkatkan permeabilitas
pertukaran yang dibatasi aliran (flow-limited (Gambar kapiler. Bradikinin dan histamin juga meningkatkan
31-30)). Sebaliknya, pemindahan bahan yang tidak permeabilitas kapiler. Bila kapiler dirangsang secara
mencapai keseimbangan dengan jaringan selama bahan mekanis, kapiler menjadi kosong (reaksi pucat; lihat Bab 33),
tersebut melintas melalui kapiler dikatakan sebagai mungkin karena kontraksi sfingter prakapiler.
pertukaran yang dibatasi difusi (diffiision-limited).

Arteriole Venule
SIRKULASI VENA
Aliran darah melalui pembuluh darah, termasuk vena,
Interstitial terutama disebabkan oleh kerja pompa jantung. Namun,
space aliran vena dibantu oleh denyut jantung, peningkatan
37 17 tekanan negatif intratoraks setiap inspirasi, dan kontraksi
otot rangka yang menekan vena (pompa otot).
P Onkotik = 25
P Interstisial = 1
TEKANAN & ALIRAN VENA
GAMBAR 31-29 Gambaran skematik gradien tekanan melintasi
dinding kapiler otot. Angka di ujung arteriol dan venula kapiler adalah Tekanan di venula adalah 12-18 mm Hg. Tekanan ini terus
tekanan hidrostatik dalam mm Hg di lokasi tersebut. Tanda panah menurun di vena yang lebih besar sampai sekitar 5,5 mm Hg
menunjukkan perkiraan besar dan arah gerakan cairan. Pada contoh di vena-vena besar di luar thoraks. Tekanan di vena-vena
ini, perbedaan tekanan pada ujung arteriol kapiler adalah 11 mm Hg
besar saat memasuki atrium kanan (tekanan vena sentral)
([37 -1] -25) ke arah luar; pada ujung yang berlawanan, adalah 9 mm
Hg (25 - [17 - 1]) ke arah dalam. rata-rata 4,6 mm Hg tetapi dapat berfluktuasi seiring
pernapasan dan kerja jantung.
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 583

Sama seperti tekanan arteri, tekanan vena perifer juga varikosa (varises) karena memiliki katup-katup vena yang
dipengaruhi oleh gravitasi. Tekanan meningkat sebesar 0,77 inkompeten. Para pasien ini mungkin mengalami stasis vena
mm Hg untuk setiap sentimeter di bawah atrium kanan dan dan edema pergelangan kaki. Namun, meskipun katup inkom-
menurun dengan jumlah yang sama untuk setiap sentimeter peten, kontraksi otot akan terus menghasilkan gerakan dasar
di atas atrium kanan tempat tekanan diukur (Gambar 31-26). darah ke arah jantung karena tahanan vena yang berukuran
Karena itu, secara proporsional, gravitasi memiliki efek lebih lebih besar ke arah jantung lebih kecil dibandingkan dengan
besar pada tekanan vena dibandingkan pada tekanan arteri. tahanan pembuluh kecil yang meninggalkan jantung.
Saat darah mengalir dari venula ke vena besar, kecepatan
reratanya meningkat karena luas penampang total pembuluh TEKANAN VENA DI KEPALA
menurun. Di vena-vena besar, kecepatan darah sekitar
Pada posisi berdiri, tekanan vena di bagian-bagian tubuh di
seperempat daripada kecepatan di aorta, dengan rerata atas jantung menurun oleh gaya gravitasi. Vena leher
sekitar 10 cm/dtk. mengempis di atas titik tempat tekanan vena mendekati nol.
Namun, sinus dura mempunyai dinding yang kaku dan tidak
POMPA THORAKS dapat mengempis. Oleh karena itu, tekanan di dalam sinus
Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun dari -2,5 menjadi dura pada posisi berdiri atau duduk adalah subatmosfir.
-6 mm Hg. Tekanan negatif ini dihantarkan ke vena besar Besarnya tekanan negatif ini sebanding dengan jarak vertikal
dan dalam jumlah lebih sedikit ke atrium, sehingga tekanan di atas puncak vena leher yang kolaps, dan tekanan di sinus
vena sentral berfluktuasi ciari sekitar 6 mm Hg selama sagitalis superior dapat sebesar -10 mm Hg. Fakta ini harus
ekspirasi menjadi sekitar 2 mm Hg selama inspirasi tenang. diingat oleh ahli bedah saraf. Prosedur bedah saraf kadang-
Penurunan tekanan vena selama inspirasi membantu arus kadang dilakukan dengan pasien duduk. Bila ada salah satu
balik vena. Ketika diafragma turun selama inspirasi, maka sinus ini yang dibuka selama prosedur, maka sinus akan
tekanan intra-abdomen meningkat, dan hal ini juga memeras menyedot udara, menimbulkan embolisme udara.
darah menuju jantung karena aliran balik ke vena dicegah
oleh katup vena.
EMBOLISME UDARA
Tidak seperti air, udara dapat dimampatkan, karena itu
EFEK DENYUT JANTUNG adanya udara dalam sirkulasi menimbulkan konsekuensi
serius. Gerakan maju darah mengandalkan fakta bahwa darah
Variasi tekanan atrium dihantarkan ke vena besar, dan
tidak dapat dimampatkan. Adanya udara dalam jumlah besar
menghasilkan gelombang a, c, dan v pada kurva denyut-
akan mengisi jantung dan secara efektif menghentikan
tekanan vena (lihat Bab 30). Tekanan atrium menurun tajam sirkulasi, menimbulkan kematian mendadak karena sebagian
selama fase ejcksi sistol ventrikel karena katup atrioventrikel besar udara tersebut akan dimampatkan oleh kontraksi
tertarik ke bawah, meningkatkan kapasitas atrium. Hal ini ventrikel bukannya didorong ke dalam arteri. Udara dalam
menyedot darah dari vena besar ke dalam atrium. Penyedotan jumlah kecil akan tersapu melewati jantung bersama darah,
darah ke dalam atrium selama sistol sangat membantu arus tetapi gelembung udara tersebut akan bersarang di pembuluh-
balik vena, terutama pada frekuensi denyut jantung yang pembuluh kecil. Kapilaritas permukaan gelembung sangat
cepat. meningkatkan tahanan aliran darah, dan aliran darah
Mendekati jantung, arus vena menjadi berdenyut. Bila berkurang atau bahkan lenyap. Sumbatan pembuluh kecil di
frekuensi denyut jantung lambat, dapat terdeteksi duperiode otak dapat menimbulkan kelainan neurologik yang serius
aliran puncak, satu selama sistol ventrikel karena tarikan bahkan fatal. Pengobatan dengan oksigen hiperbarik (lihat Bab
katup atrioventrikel ke bawah, dan satu pada awal diastol, 36) bermanfaat karena tekanan mengurangi ukuran emboli
selama periode pengisian cepat ventrikel (Gambar 31-24). gas. Pada binatang percobaan, jumlah udara yang
menyebabkan emboli udara yang fatal sangat bervariasi,
POMPA OTOT bergantung sebagian pada kecepatan udara memasuki vena.
Terkadang sebanyak 100 mL dapat disuntikkan tanpa efek
Di ekstremitas, vena dikelilingi oleh otot rangka, dan kontraksi membahayakan, sedangkan di waktu lain hanya sebanyak 5
otot-otot ini selama aktivitas menekan vena. Pulsasi arteri di mL sudah menyebabkan kematian.
sekitarnya juga dapat menekan vena. Karena katup vena
mencegah aliran balik, darah bergerak menuju jantung. Selama MENGUKUR TEKANAN VENA
berdiri tenang, yaitu saat efek gravitasi maksimum, tekanan Tekanan vena sentral dapat diukur secara langsung dengan
vena di pergelangan kaki adalah 85—90 mm Hg (Gambar memasukkan kateter ke dalam vena-vena besar thoraks.
31-26). Berkumpulnya darah di vena-vena tungkai mengurangi Umumnya tekanan vena perifer berhubungan erat dengan
arus balik vena, yang menyebabkan curah jantung berkurang, tekanan vena sentral. Untuk mengukur tekanan vena perifer,
kadang-kadang mencapai titik yang menyebabkan pingsan. sebuah jarum dihubungkan ke manometer yang mengandung
Kontraksi ritmik otot tungkai ketika orang berdiri membantu larutan garam steril, dan dimasukkan ke dalam sebuah vena di
menurunkan tekanan vena di tungkai menjadi kurang dari 30 lengan. Vena perifer yang diukur hendaknya setinggi atrium
mm Hg dengan mendorong darah menuju jantung. Aliran kanan (titik di pertengahan diameter dada dari punggung
darah ke jantung ini menurun pada pasien dengan vena pada posisi telentang). Nilai yang diperoleh dalam milimeter
584 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

larutan salin dapat diubah ke dalam milimeter air raksa (mm pengumpul (Gambar 31-31). Pembuluh inisial tidak
Hg) dengan membaginya dengan 13,6 (berat jenis air raksa). memiliki katup dan otot polos di dindingnya. Pembuluh ini
Jumlah tekanan saat vena perifer melebihi tekanan vena terdapat di daerah-daerah seperti usus atau otot rangka.
sentral meningkat seiring bertambahnya jarak dari jantung Cairan jaringan tampaknya memasuki pembuluh ini melalui
sepanjang vena. Normalnya tekanan rata-rata vena taut-taut longgar antar sel endotel yang membentuk dinding
antecubiti adalah 7,1 mm Hg, sedangkan tekanan rata-rata di pembuluh. Cairan dalam pembuluh ini rupanya terperas
vena sentral sebesar 4,6 mm Hg. oleh kontraksi otot organ serta kontraksi arteriol dan venula,
Perkiraan tekanan vena sentral yang cukup akurat dapat yang berhubungan dengannya. Pembuluh ini mengalirkan
dibuat tanpa menggunakan alat apapun, yaitu hanya dengan isinya ke pembuluh limfe pengumpul, yang memiliki katup
mengukur tinggi distensi vena jugularis eksterna pada waktu dan otot polos di dindingnya serta berkontraksi secara
pasien berbaring dengan letak kepala sedikit di atas jantung. peristaltis, mendorong limfe sepanjang pembuluh. Aliran di
Jarak vertikal antara atrium kanan dan tempat vena kempis pembuluh limfe pengumpul juga dibantu oleh gerakan otot
(tempat tekanan adalah nol) adalah tekanan vena dalam mm rangka, tekanan negatif intratoraks selama inspirasi, dan efek
darah. hisap aliran darah berkecepatan tinggi dari vena tempat
Tekanan vena sentral menurun selama pernapasan pembuluh limfe bermuara. Namun, kontraksi merupakan
tekanan negatif dan syok. Tekanan ini meningkat pada faktor utama yang mendorong limfe.
pernapasan tekanan positif, ketegangan, peningkatan volume
darah, serta gagal jantung. Pada gagal jantung kongestif FUNGSI LAIN SISTEM LIMFE
lanjut atau obstruksi vena cava superior, tekanan di vena
Sejumlah besar protein memasuki cairan interstisial hati dan
antecubiti dapat mencapai 20 mm Hg atau lebih.
usus. Di jaringan lain, protein dalam jumlah lebih sedikit
SIRKULASI LIMFE & VOLUME masuk dari darah. Makromolekul memasuki kanal limfe,
sepertinya melalui taut antar sel endotel, dan protein
CAIRAN INTERSTISIUM dikembalikan ke dalam aliran darah melalui kanal limfe.
Jumlah protein yang dikembalikan melalui cara ini dalam 1
SIRKULASI LIMFE hari setara dengan 25-50% dari total protein plasma yang
Efluks cairan yang menyebrangi dinding kapiler normalnya beredar. Transportasi asam lemak rantai panjang dan
lebih besar daripada influks, tetapi kelebihan cairan ini kolesterol yang diabsorpsi dari usus melalui kanal limfe telah
memasuki kanal limfe dan dialirkan kembali ke darah. Hal dibahas di Bab 26.
ini mencegah peningkatan tekanan cairan interstisial dan
membantu pertukaran cairan jaringan. Aliran limfe normal VOLUME CAIRAN INTERSTISIAL
selama 24 jam adalah 2—4 L. Jumlah cairan di ruang interstisial bergantung pada tekanan
Pembuluh limfe dapat dikelompokkan menjadi dua kapiler, tekanan cairan interstisial, tekanan onkotik,
jenis: pembuluh limfe inisial dan pembuluh limfe koefisien filtrasi kapiler, jumlah kapiler aktif, aliran limfe,
Pembuluh limfe pengumpulan
dan volume total cairan ekstrasel (CES). Perbandingan
antara tahanan venula prakapiler terhadap pascakapiler juga
penting. Kons-triksi venula prakapiler menurunkan tekanan
filtrasi, sedangkan konstriksi pascakapiler meningkatkannya.
Katup Perubahan salah satu variabel di atas menyebabkan
perubahan volume cairan interstisial. Faktor-faktor yang
meningkatkan volume ini dirangkum dalam Tabel 31-13.
Edema adalah penumpukan cairan interstisial secara
berlebihan.
Pada jaringan yang aktif, tekanan kapiler meningkat,
seringkali mencapai titik yang melebihi tekanan onkotik
sepanjang kapiler. Selain itu, dapat terjadi penimbunan
sementara metabolit-metabolit aktif osmotik di dalam cairan
Arcading interstisial karena metabolit ini tidak dapat dikeluarkan
arteriole
secepat pembentukannya. Besarnya penumpukan metabolit,
akan menimbulkan efek osmotik yang menurunkan besar
Pembuluh limfe inisial gradien osmotik yang dihasilkan oleh tekanan onkotik.
Akibatnya, jumlah cairan yang meninggalkan kapiler sangat
GAMBAR 31-31 Pembuluh limfe inisial mengalirkan isinya ke meningkat dan jumlah yang masuk berkurang. Aliran limfe
dalam pembuluh limfe pengumpul di mesenterium. Perhatikan
meningkat dan menurunkan derajat penimbunan cairan,
hubungan erat dengan arcading arteriol, yang ditunjukkan oleh garis
merah. (Disalin, dengan izin, dari Schmid-Schonbein GW, Zeifach BW: Fluid pump tetapi otot yang berolahraga, misalnya, tetap meningkat
mechanisms in initial lymphatics. News Physiol Sci 1994;9:67.) volumenya sampai 25%.
BAB 31 Darah Sebagai Cairan yang Beredar & Dinamika Aliran Darah & Limfe 585

TABEL 31-13 Penyebab peningkatan volume cairan RINGKASAN BAB


interstisial dan edema.
■ Darah mengandung suspensi sel darah merah (eritrosit), sel
Peningkatan tekanan filtrasi darah putih, dan trombosit dalam suatu cairan kaya-protein
yang disebut plasma.
Konstriksi venula
■ Sel darah berasal dari sumsum tulang dan terus-menerus
Peningkatan tekanan vena (gagal jantung, katup inkompeten, obstruksi mengalami pembaruan; sebagian besar protein plasma
vena, peningkatan volume CES total, pengaruh gravitasi, dsb) dibentuk oleh hati.
Penurunan gradien tekanan osmotik melintasi kapiler ■ Hemoglobin, yang disimpan dalam sel darah merah,
mengangkut oksigen ke jaringan perifer. Hemoglobin janin
Penurunan kadar protein plasma
memiliki tugas khusus untuk mempermudah difusi oksigen
Penumpukan bahan-bahan osmotik aktif di ruang interstisial dari ibu ke janin selama perkembangan. Bentuk-bentuk
mutan hemoglobin menyebabkan kelainan sel darah merah
Peningkatan permeabilitas kapiler
dan anemia.
Substansi P ■ Struktur oligosakarida kompleks yang spesifik pada tiap-tiap
Histamin dan zat-zat terkait kelompok individu, merupakan dasar sistem penggolongan
darah ABO. Oligosakarida golongan darah AB, serta molekul
Kinin, dsb. golongan darah lain, dapat memicu pembentukan antibodi
Aliran limfe yang tidak adekuat pada orang yang naif setelah kesalahan transfusi, dan
berpotensi menimbulkan dampak serius akibat penggumpalan
sel darah merah.
Cairan interstisial cenderung berakumulasi di bagian- ■ Darah mengalir dari jantung ke arteri dan arteriol, lalu ke
bagian yang menggantung karena adanya efek gravitasi. Pada kapiler, dan akhirnya ke venula dan vena, lalu kembali ke
posisi berdiri, kapiler di tungkai dilindungi dari tekanan jantung. Setiap segmen sistem pembuluh darah memiliki sifat
arteri yang tinggi oleh arteriol, tetapi tekanan vena yang kontraktil dan mekanisme regulasi spesifik untuk
tinggi disalurkan ke kapiler melalui venula. Kontraksi otot melaksanakan fungsi fisiologis masing-masing. Prinsip-
rangka menjaga tekanan vena agar tetap rendah dengan prinsip fisika tekanan, tegangan dinding, dan kaliber
memompa darah menuju jantung (lihat atas) saat seseorang pembuluh menentukan aliran melalui setiap segmen sirkulasi.
bergerak; namun, apabila seseorang berdiri diam dalam ■ Pemindahan oksigen dan nutrien dari darah ke jaringan, serta
waktu lama, cairan menumpuk dan akhirnya timbul edema. pengumpulan produk-produk sisa metabolik, hanya terjadi di
Pergelangan kaki juga dapat membengkak selama perjalanan jaringan kapiler.
jauh jika seseorang duduk dalam waktu lama dengan kaki ■ Cairan juga keluar dari sirkulasi menembus dinding kapiler.
menggantung. Pada keadaan ini, obstruksi vena ikut Sebagian direabsorpsi; sisanya masuk ke sistem limfe, yang
berperan menimbulkan edema. akhirnya mengalir ke dalam vena subklavia untuk kembali ke
aliran darah.
Bila terjadi retensi abnormal garam di tubuh, air juga
■ Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah rerata yang
tertahan. Garam dan air terdistribusi ke seluruh cairan biasanya kronik dan sering terjadi pada manusia. Hipertensi
ekstrasel, dan karena volume cairan interstisial meningkat, dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan serius jika tidak
maka mudah terjadi edema. Retensi garam dan air adalah diatasi. Sebagian besar hipertensi tidak diketahui sebabnya,
faktor penyebab edema pada gagal jantung, nefrosis, dan tetapi beberapa bentuk hipertensi yang jarang disebabkan oleh
sirosis, tetapi pada penyakit-penyakit ini juga terdapat variasi mutasi gen dan memberi informasi mengenai mekanisme
mekanisme yang mengatur gerakan cairan melalui dinding pengatur dinamika sistem sirkulasi dan integrasinya dengan
kapiler. Pada gagal jantung kongestif, misalnya, tekanan vena organ-organ lain.
biasanya meningkat, sehingga tekanan kapiler juga
meningkat. Pada sirosis hati, tekanan onkotik rendah karena PERTANYAAN PILIHAN GANDA
tertekannya sintesis protein plasma hati, dan pada nefrosis, Pilihlah satu jawaban terbaik untuk semua pertanyaan di bawah ini.
tekanan onkotik rendah karena sejumlah besar protein 1. Mana dari berikut yang memiliki luas penampang total
hilang melalui urine. terbesar?
Penyebab lain edema adalah aliran limfe yang tidak A. Arteri.
adekuat. Edema yang disebabkan oleh obstruksi limfe B. Arteriol.
disebut limfedema, dan cairan edema mengandung banyak C. Kapiler.
protein. Bila menetap, edema ini dapat menyebabkan D. Venula.
peradangan kronik yang mengakibatkan fibrosis jaringan E. Vena.
interstisial. Salah satu penyebab limfedema adalah 2. Aliran limfe dari kaki
mastektomi radikal, dengan pengangkatan kelenjar getah A. meningkat ketika seseorang bangun dari posisi
bening ketiak yang mengurangi drainase limfe. Pada terlentang ke berdiri.
filariasis, cacing parasit bermigrasi ke pembuluh limfe dan B. meningkat dengan pemijatan kaki.
menimbulkan obstruksi. Akumulasi cairan ditambah reaksi C. meningkat jika permeabilitas kapiler berkurang.
jaringan mengakibatkan pembengkakan masif, biasanya di D. berkurang jika katup-katup vena tungkai inkom-peten.
tungkai atau skrotum (elefantiasis). E. berkurang dengan olahraga.
586 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

3. Tekanan di sebuah kapiler otot rangka adalah 35 mm Hg di 7. Seorang ahli farmakologi menemukan obat yang merangsang
ujung arteriol dan 14 mm Hg di ujung venula. Tekanan pembentukan reseptor VEGE Ia sangat gembira karena
interstisialnya adalah 0 mm Hg. Tekanan osmotik koloid adalah obatnya mungkin bermanfaat untuk mengobati
25 mm Hg di kapiler dan 1 mm Hg di interstisium. Gaya netto A. penyakit arteri koronaria.
yang menyebabkan perpindahan cairan menembus dinding B. kanker.
kapiler di ujung arteriol adalah C. emfisema.
A. 3 mm Hg keluar kapiler. D. diabetes insipidus.
B. 3 mm Hg masuk ke kapiler. E. dismenorea.
C. 10 mm Hg keluar kapiler. 8. Mengapa respons dilator terhadap penyuntikan asetil-kolin
D. 11 mm Hg keluar kapiler. berubah menjadi respons konstriktor jika endotel rusak?
E. 11 mm Hg masuk ke kapiler.
A. Na+ yang dihasilkan lebih banyak.
4. Kecepatan aliran darah B. Bradikinin yang dihasilkan lebih banyak.
A. lebih tinggi di kapiler daripada di arteriol. C. Kerusakan menurunkan pH lapisan-lapisan arteri yang
B. lebih tinggi di vena daripada di venula. tersisa.
C. lebih tinggi di vena daripada di arteri. D. Kerusakan menambah pembentukan endotelin oleh endotel.
D. turun menjadi nol di aorta desendens sewaktu diastol. E. Kerusakan mengganggu produksi NO oleh endotel.
E. berkurang di bagian pembuluh darah yang menyempit.
5. Jika jari-jari pembuluh resistensi meningkat, hal berikut mana
yang meningkat?
A. Tekanan darah sistolik.
B. Tekanan darah diastolik.
REFERENSI BAB
C. Kekentalan darah. Curry, RE, Adamson RH: Vascular permeability modulation at the
D. Hematokrit. cell, microvessel, or whole organ level: towards closing gaps in
E. Aliran darah kapiler. our knowledge. Cardiovasc Res 2010;87:218.
de Montalembert M: Management of sickle cell disease. Br Med J
6. Seorang pasien 30 tahun datang ke dokter pribadinya 2008;337:626.
mengeluh nyeri kepala dan vertigo. Pemeriksaan darah Miller JL: Signaled expression of fetal hemoglobin during
memperlihatkan hematokrit 55%, dan ditegakkan diagnosis development. Transfusion 2005;45:1229.
polisitemia. Mana dari berikut yang juga meningkat? Perrotta S, Gallagher PG, Mohandas N: Hereditary spherocytosis.
A. Tekanan darah rerata Lancet 2008;372:1411.
B. Jari-jari pembuluh resistensi. Semenza GL: Vasculogenesis, angiogenesis, and arteriogenesis:
C. Jari-jari pembuluh kapasitansi. Mechanisms of blood vessel formation and remodeling. J Cell
D. Tekanan vena sentral. Biochem 2007;102:840.
E. Aliran darah kapiler.
32
B A B

Mekanisme Pengaturan
Kardiovaskular

T U J U A N ■ Menjelaskan secara singkat mekanisme-mekanisme saraf yang mengontrol


tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung, termasuk reseptor, jalur
Setelah mempelajari bab ini, aferen dan eferen, jalur integrasi sentral, dan mekanisme efektor yang terlibat.
Anda seyogianya mampu: ■ Menjelaskan efek langsung CO2 dan hipoksia pada medula ventrolateral rostral.
■ Menjelaskan bagaimana proses autoregulasi ikut berperan mengontrol
kaliber pembuluh darah.
■ Mengetahui faktor-faktor parakrin dan hormon yang mengatur tonus
vaskular, asalnya, serta mekanisme kerjanya.

PENDAHULUAN
Manusia dan mamalia lain mengembangkan beberapa Kaliber arteriol sebagian disesuaikan melalui autoregulasi
mekanisme yang mengatur sistem kardiovaskular. Meka- (Tabel 32-1). Kaliber arteriol ini juga diperbesar di jaringan
nisme-mekanisme ini meningkatkan suplai darah ke jaringan aktif oleh metabolit vasodilator yang dibentuk secara lokal,
aktif dan meningkatkan atau menurunkan pengeluaran dipengaruhi zat-zat yang disekresikan oleh endotel, dan
panas dari tubuh melalui redistribusi darah. Saat dihadapkan diatur secara sistematis oleh zat-zat vasoaktif dalam darah
dengan masalah seperti perdarahan, mekanisme ini memper- dan saraf yang mempersarafi arteriol. Kaliber pembuluh
tahankan aliran darah ke jantung dan otak. Bila masalah yang kapasitansi juga dipengaruhi oleh zat-zat vasoaktif dalam
terjadi berat, aliran ke organ vital tersebut dipertahankan darah dan oleh saraf vasomotor. Mekanisme regulasi
dengan mengorbankan sirkulasi ke bagian tubuh yang lain. sistemik bekerja sama dengan mekanisme lokal dan
Penyesuaian sirkulasi dilakukan dengan mengubah menyesuaikan respons vaskular di seluruh tubuh.
curah pompa (jantung), mengubah diameter pembuluh Vasokonstriksi dan vasodilatasi adalah istilah umum
tahanan (terutama arteriol), atau mengubah jumlah yang digunakan untuk menyebut konstriksi atau dilatasi
darah yang berkumpul dalam pembuluh kapasitansi pembuluh resistensi (arteri). Sedangkan perubahan kaliber
(vena). Pengaturan curah jantung dibahas di Bab 30. vena disebut sebagai venokonstriksi atau venodilatasi.

KONTROL SISTEM perantarai terjadinya vasokostriksi. Pada beberapa spesies,


pembuluh arteri di otot rangka ekstremitas juga dipersarafi
KARDIOVASKULAR OLEH SARAF oleh serat-serat vasodilator yang bersifat kolinergik,
meskipun berjalan dengan saraf simpatis (sistem
PERSARAFAN PEMBULUH DARAH vasodilator kolinergik simpatis). Saraf-saraf ini inaktif pada
Sebagian besar pembuluh darah adalah contoh organ keadaan istirahat tetapi dapat diaktifkan saat stres atau
efektor otonom yang menerima persarafan dari sistem olahraga. Sistem vasodilator kolinergik simpatis tidak
saraf otonom simpatis, tetapi tidak mendapat persarafan ditemukan pada manusia. Vasodilatasi pembuluh darah
parasimpatis. Serat noradrenergik simpatis berakhir di otot otot rangka sebagai respons terhadap pengaktifan sistem
polos pembuluh darah di seluruh tubuh untuk mem- saraf sirnpatis mungkin disebabkan oleh aktivitas epinefrin

587
588 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

yang dikeluarkan oleh medula adrenal. Pengaktifan TABEL 32-1 Ringkasan faktor-faktor yang
adrenoseptor-β2 di pembuluh darah otot rangka membantu memengaruhi kaliber arteriol.
terjadinya vasodilatasi.
Vasokonstriksi Vasodilatasi
Otot polos pembuluh darah hanya dikendalikan oleh
sistem saraf sirnpatis, dengan sedikit pengecualian. Arteri- Faktor lokal
arteri di jaringan erektil organ reproduksi, pembuluh darah Penurunan suhu lokal Peningkatan CO2 dan penurunan O2
uterus dan beberapa pembuluh darah wajah, serta pembuluh Autoregulasi Peningkatan K+, adenosin, laktat
darah di kelenjar liur, juga dapat dikendalikan oleh saraf Penurunan pH lokal Peningkatan
parasimpatis. suhu lokal
Meskipun arteriol dan pembuluh resistensi lainnya
Produk endotel
merupakan pembuluh yang paling kaya persaratan, tetapi
semua pembuluh darah kecuali kapiler dan venula Endotelin-1 Nitrogen monoksida
mengandung otot polos dan menerima serat-serat saraf Serotonin trombosit yang Kinin
motorik dari bagian sirnpatis sistem saraf otonom. Serat dikeluarkan secara lokal
yang mempersarafi pembuluh resistensi mengatur aliran Tromboksan A2 Prostasiklin
darah dan tekanan arteri. Sedangkan serat yang Zat neurohormonal dalam darah
mempersarafi pembuluh kapasitansi vena mengubah volume
Epinefrin (kecuali di otot Epinefrin di otot rangka dan hati
darah “yang disimpan” di vena. Sebagian besar vena
rangka dan hati)
persarafannya lebih jarang, tetapi vena-vena splanknikum
Norepinefrin Calcitonin G-reiated protein
memiliki persarafan yang baik. Venokon-striksi ditimbulkan Substansi P
Arginin vasopresin
oleh rangsang yang juga mengaktifkan saraf Vasokonstriktor Angiotensin II Histamin
ke arteriol. Penurunan kapasitas vena yang terjadi Bahan endogen mirip- Atrial natriuretic polypeptide
menyebabkan peningkatan aliran balik vena, memindahkan digitalis (ANP)
darah ke sirkulasi arteri. Neuropeptida Y Vasoactive intestinal polypeptide (VIP)
Bila saraf sirnpatis dipotong (simpatektomi), pembuluh
Faktor saraf
darah akan berdilatasi. Perubahan derajat aktivitas
(peningkatan atau penurunan) saraf sirnpatis hanyalah satu Peningkatan pelepasan Penurunan pelepasan
saraf sirnpatis saraf sirnpatis
dari banyak faktor yang memperantarai vasokonstriksi atau
Pengaktifan saraf vasodilator
vasodilatasi (Tabel 32-1). kolinergik sirnpatis pada

PERSARAFAN JANTUNG pembuluh darah otot rangka di


tungkai
Jantung adalah contoh organ efektor yang menerima
pengaruh sistem saraf otonom sirnpatis dan parasimpatis
yang saling bertentangan. Pelepasan norepinefrin dari saraf
sirnpatis pascaganglion mengaktifkan adrenoseptor-β1 di
jantung, terutama di nodus sinoatrium (SA), nodus atrioven-
trikel (AV), jaringan penghantar His-Purkinje, serta jaringan Dalam keadaan istirahat, terdapat pelepasan tonus saraf
kontraktil atrium dan ventrikel. Sebagai respons terhadap sirnpatis jantung dalam jumlah sedang, tetapi pada manusia
stimulasi saraf sirnpatis, terjadi peningkatan frekuensi dan hewan besar lainnya pelepasan tonus vagal yang terjadi
denyut jantung (kronotropi), kecepatan hantaran di jaringan cukup besar (tonus vagus). Setelah pemberian antagonis
penghantar di jantung (dromotropi), dan kekuatan kontraksi reseptor kolinergik nikotinik seperti atropin, frekuensi
ventrikel (inotropi). Di pihak lain, pengeluaran asetilkolin denyut jantung manusia meningkat dari 70, yaitu nilai
dari saraf parasimpatis pascaganglion (vagus) mengaktifkan istirahat normal, menjadi 150-180/menit karena tidak ada
reseptor nikotinik di jantung, terutama di nodus SA dan AV yang melawan tonus sirnpatis. Pada manusia yang sistem
serta otot atrium. Sebagai respons terhadap stimulasi saraf noradrenergik dan kolinergiknya dihambat, frekuensi denyut
vagus, frekuensi denyut jantung, kecepatan transmisi melalui jantung hampir mendekati 100 kali per menit.
nodus AV, dan kontraktilitas atrium berkurang.
Penjelasan di atas adalah penjelasan kontrol otonom KONTROL KARDIOVASKULAR
fungsi jantung yang terlampau sederhana. Di ujung-ujung Sistem kardiovaskular berada di bawah pengaruh saraf
saraf otonom terdapat reseptor adrenergik dan kolinergik yang berasal dari beberapa bagian batang otak, otak depan,
yang memodulasi pelepasan transmiter dari ujung saraf. dan korteks insula. Batang otak menerima umpan-balik
Misalnya, pelepasan asetilkolin dari ujung saraf vagus dari reseptor-reseptor sensorik di pembuluh darah (mis.
menghambat pelepasan norepinefrin dari ujung saraf baroreseptor dan kemoreseptor). Di Gambar 32-1
sirnpatis, sehingga hal ini dapat meningkatkan efek diperlihatkan model sirkuit kontrol umpan-balik yang
pengaktifan saraf vagus pada jantung. telah disederhanakan. Peningkatan impuls saraf dari
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 589

Baroreseptors berkaitan dengan beberapa kasus hipertensi esensial pada


manusia (lihat Boks Klinis 32-1).
Aktivitas neuron RVLM ditentukan oleh banyak faktor
Tekanan Batang (lihat Tabel 32-2). Mereka tidak hanya mencakup serat-serat
darah otak
dari baroreseptor arteri yang sangat penting, tetapi juga
serat-serat dari bagian lain sistem saraf dan dari kemo-
Frekuensi reseptor karotis dan aorta. Selain itu, beberapa rangsangan
denyut jantung
bekerja langsung pada daerah vasomotor.
Ada jaras yang turun ke daerah vasomotor dari korteks
Isi sekuncup serebri (terutama korteks limbik) yang dipancarkan di
hipotalamus. Serat-serat ini bertanggung jawab terhadap
Diameter kenaikan tekanan darah dan takikardia yang disebabkan oleh
pembuluh emosi seperti rangsangan seksual dan marah. Hubungan antara
hipotalamus dan daerah vasomotor bersifat timbal-balik, dengan
GAMBAR 32-1 Kontrol umpan balik tekanan darah. Impuls
eksitatorik dari batang otak ke saraf simpatis jantung dan pembuluh aferen-aferen dari batang otak yang menutup lengkung.
darah menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung dan Isi Pengembangan paru menyebabkan vasodilatasi dan
sekuncup serta memperkecil diameter pembuluh. Semua hal ini penurunan tekanan darah. Respons ini diperantarai melalui
menyebabkan peningkatan tekanan darah, yang kemudian aferen vagus dari paru yang menghalangi pelepasan vaso-
mengaktifkan refleks baroreseptor untuk mengurangi aktivitas di
batang otak. motor. Nyeri biasanya meningkatkan tekanan darah melalui
impuls aferen di formatio retikularis yang bertemu di RVLM.
Namun, nyeri berat yang berkepanjangan dapat menimbul-
batang otak ke saraf simpatis menyebabkan mengecilnya kan vasodilatasi dan pingsan. Aktivitas di serat-serat aferen
diameter pembuluh darah (vasokon-striksi arteriol) serta dari otot yang sedang aktif mungkin menimbulkan efek
peningkatan isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung, presor serupa melalui suatu jalur ke RVLM. Respons presor
yang berperan meningkatkan tekanan darah. Hal ini terhadap rangsangan saraf-saraf aferen somatik ini disebut
akhirnya menyebabkan peningkatan aktivitas baroreseptor, refleks somatosimpatis.
yang memberi sinyal ke batang otak untuk mengurangi Medula juga merupakan tempat asal utama impuls
impuls saraf ke saraf simpatis. eksitatorik ke neuron motorik vagus jantung di nukleus ambigus
Venokonstriksi dan berkurangnya simpanan darah di (Gambar 32-3). Tabel 32-3 adalah ringkasan faktor-faktor yang
reservoir vena biasanya menyertai konstriksi arteriol, memengaruhi frekuensi denyut jantung. Umumnya, rangsangan
meskipun perubahan di pembuluh kapasitansi tidak selalu yang meningkatkan frekuensi denyut jantung juga meningkat-
sebanding dengan perubahan di pembuluh resistensi. kan tekanan darah, sementara yang menurunkan frekuensi
Peningkatan aktivitas saraf simpatis ke jantung dan denyut jantung menurunkan tekanan darah. Namun, terdapat
pembuluh darah biasanya juga disertai penurunan aktivitas pengecualian, misalnya timbulnya hipotensi dan takikardia oleh
serat vagus ke jantung. Sebaliknya, penurunan aktivitas stimulasi reseptor regang atrium dan terjadinya hipertensi dan
simpatis menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan bradikardia akibat peningkatan tekanan intrakranium.
darah, dan bertambahnya jumlah darah yang disimpan di
reservoir vena. Biasanya frekuensi denyut jantung ikut
BARORESEPTOR
menurun, tetapi hal ini lebih karena stimulasi persarafan Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan
vagus ke jantung. pembuluh darah. Reseptor sinus caroticus dan arcus aortae
memantau sirkulasi arteri. Reseptor juga terletak di dinding
KONTROL SISTEM atrium kanan dan kiri di tempat masuk vena cava superior
KARDIOVASKULAR OLEH dan inferior serta vena-vena pulmonalis, juga dalam sirkulasi
paru. Reseptor-reseptor yang ada di bagian-bagian bertekan-
MEDULA an-rendah dalam sirkulasi ini secara kolektif disebut sebagai
Salah satu sumber utama impuls eksitatorik saraf simpatis reseptor kardiopulmonaris.
yang mengontrol pembuluh darah adalah sekelompok neuron Sinus caroticus adalah pelebaran kecil pada arteri carotis
yang terletak dekat permukaan pia medula oblongata di interna tepat di atas percabangan arteri carotis communis
medula ventrolateral rostral (RVLM; Gambar 32-2). Bagian ini menjadi arteri carotis externa dan interna (Gambar 32-4).
kadang disebut daerah vasomotor. Akson neuron-neuron Baroreseptor terletak pada dilatasi ini. Baroreseptor juga
RVLM berjalan di dorsal dan medial lalu turun di columna didapatkan di dinding arcus aortae. Reseptor-reseptor ini
lateralis medula spinalis ke columna grisea interme-diolateral terdapat di tunika adventitia pembuluh. Serat saraf aferen
torakolumbal (IML). Akson-akson ini mengandung dari sinus carotis membentuk cabang nervus
feniletanolamin-N-metiltransferase (PNMT; lihat Bab 7), glossopharyngeus yang berbeda, ramus sinus carotici. Serat
tetapi transmiter eksitatorik yang disekresikannya adalah dari arcus aorta membentuk cabang nervus vagus, nervus
glutamat, bukan epinefrin. Penekanan neurovaskular RVLM depresor aorta (aortic depressor nerve).
590 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Medula oblongata
Aferen
baroreseptor
(Glu) NTS

(GABA)
IX
(Glu) RVLM
X CVLM
IVLM
Jaras
bulbospinal
(Glu)

Sinus
caroticus
Chorda
IML thoracalis

Arcus
aorta
Neuron
praganglion
simpatis (Ach)
Medula
adrenal
Jantung

Neuron
pascaganglion Arteriol
simpatis (NE) atau venula

GAMBAR 32-2 Jalur-jalur dasar yang terlibat dalam pengaturan solitarius (NTS) adalah tempat berakhirnya serat-serat aferen baro-
tekanan darah oleh medula oblongata. Medula ventrolateral rostral reseptor. Neurotransmiter yang diperkirakan berperan dalam jalur
(RVLM) adalah salah satu sumber utama input eksitatorik ke saraf diperlihatkan dalam tanda kurung. Ach, asetilkolin; Glu, glutamat; GABA,
simpatis yang mengontrol pembuluh darah. Neuron-neuron ini asam γ-aminobutirat; IML, kolumna grisea intermediolateral; IVLM,
menerima input inhibitorik dari baroreseptor melalui suatu neuron medula ventrolateral intermediat; NE, norepinefrin; NTS, nucleus tractus
inhibitorik di medula ventrolateral kaudal (CVLM). Nukleus traktus solitarius; IX dan X, nervus glossopharyngeus dan vagus.

Baroreseptor dirangsang oleh peregangan terhadap AKTIVITAS SARAF BARORESEPTOR


struktur di tempat ia berada, sehingga baroreseptor tersebut
melepaskan muatan dengan kecepatan tinggi ketika tekanan Baroreseptor lebih peka terhadap tekanan berdenyut daripada
dalam struktur ini meningkat. Serat aferennya lewat melalui tekanan konstan. Penurunan tekanan nadi tanpa disertai
perubahan tekanan rerata akan mengurangi kecepatan
nervus glossopharyngeus dan vagus ke medula oblongata.
pelepasan muatan baroreseptor dan memicu peningkatan
Kebanyakan serat ini berakhir di nucleus tractus solitarius
tekanan darah sistemik dan takikardia. Pada saat tekanan darah
(NTS) dan transmiter eksitatorik yang dikeluarkan adalah
normal (tekanan rerata sekitar 100 mm Hg), terbentuk letupan-
glutamat (Gambar 32-3). Proyeksi-proyeksi eksitatorik letupan potensial aksi di satu serat baroreseptor selama sistol,
(glutamat) berjalan dari NTS ke medulla ventrolateral caudal dan hanya beberapa potensial aksi pada awal diastol (Gambar
(CVLM), tempat proyeksi-proyeksi tersebut merangsang 32-5). Pada tekanan rerata yang lebih rendah, perubahan fasik
neuron inhibitorik penghasil-y-aminobutirat (GABA) yang letupan ini bahkan lebih dramatis karena aktivitas hanya terjadi
berproyeksi ke RVLM. Proyeksi-proyeksi eksitatorik juga selama sistol. Pada tekanan yang rendah ini, kecepatan letupan
berjalan dari NTS ke neuron motorik vagus di nukleus keseluruhan jauh berkurang. Aktivitas di ramus sinus carotici
motorik dorsal dan nukleus ambigus (Gambar 32-2). Karena akan tercetus pada ambang sekitar 50 mm Hg; aktivitas
itu, meningkatnya pelepasan baroreseptor menghambat maksimal terjadi pada sekitar 200 mm Hg di sepanjang siklus
pelepasan tonus saraf simpatis dan menggiatkan persarafan jantung.
vagus jantung, yang menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi, Bila satu sinus caroticus diasingkan dan diperfusi sedangkan
hipo-tensi, bradikardia, dan penurunan curah jantung. baroreseptor yang lain didenervasi, sinus yang diperfusi
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 591

BOKS KLINIS 32-1 TABEL 32-2 Faktor yang memengaruhi aktivitas RVLM.
Rangsang langsung

Hipertensi Esensial & Kompresi Neurovaskular CO2


pada RVLM Hipoksia
Sekitar 88% pasien yang tekanan darahnya meningkat, tidak Masukan eksitatorik
diketahui penyebab hipertensinya, dan mereka dikatakan
Korteks melalui hipotalamus
mengalami hipertensi esensial (lihat Bab 31). Ada data yang
Substansla grisea perlakuaduktus mesensefalon
mendukung pandangan bahwa penekanan neurovaskular
Formatio reticularis batang otak
RVLM pada beberapa pasien menyebabkan hipertensi
esensial. Misalnya, pasien dengan schwannoma (neuroma Jaras nyeri
akustik) atau meningioma yang letaknya dekat dengan Aferen somatik (refleks somatosimpatis)
RVLM juga akan mengalami hipertensi. Beberapa penelitian Kemoreseptor karotis dan aorta
menggunakan Magnetic resonance angiography (MRA) Masukan inhibitorik
untuk membandingkan insidens kompresi neurovaskular
Korteks melalui hipotalamus
pada pengidap hipertensi dan orang normal, serta untuk
Medula ventrolateral kaudal
menghubungkan tanda-tanda aktivitas saraf simpatis
Nukleus rafe medulaH kaudal
dengan ada tidaknya penekanan. Beberapa penelitian
tersebut menunjukkan adanya insidens yang lebih tinggi Aferen inflasi paru
terhadap koeksistensi penekanan neurovaskular dengan Baroreseptor dl karotis, aorta dan kardiopulmonal
hipertensi esensial dibandingkan bentuk hipertensi lain atau
normotensl, tetapi ada juga penelitian yang menunjukkan
adanya penekanan pada orang normotensi. Sebaliknya, ada Dari pembahasan sebelumnya, tampak bahwa
hubungan positif yang kuat antara adanya penekanan hubungan-hubungan aferen baroreseptor di sirkulasi arteri
neurovaskular dan peningkatan aktivitas simpatis. ke daerah kardiovaskuler medula, dan jalur-jalur eferen dari
KIAT TERAPETIK daerah ini membentuk mekanisme refleks umpan-balik yang
bekerja untuk menstabilkan tekanan darah dan denyut
Pada tahun 1970-an, dr. Peter Jannetta, seorang
dokter bedah saraf di Pittsburgh, PA, mengembang-
kan teknik "dekompresi mikrovaskular" medula untuk Nukleus motorik AP
mengobati neuralgia trigeminus dan spasme hemi- NTS dorsal
fasial, yang ia katakan berkaitan dengan penekanan
pulsatil arteri vertebralis dan arteri cerebellaris
inferior posterior yang menekan saraf kranlalis kelima
dan ketujuh. Menjauhkan arteri dari saraf-saraf ini XII
memulihkan gejala neurologis pada banyak kasus.
Sebagian pasien ini juga mengidap hipertensi, dan
memperlihatkan penurunan tekanan darah pas-
caoperasi. Setelahnya, beberapa studi pada manusia
menyatakan bahwa dekompresi bedah RVLM kadang
Pyr
dapat meredakan hipertensi. Ada juga beberapa
Nukleus
laporan bahwa hipertensi berkurang setelah ambigu Saraf vagus
dekompresi bedah pasien dengan schwannoma atau
meningioma di dekat RVLM.
Jantung

tersebut tidak melepaskan muatan di serat aferen dan


penurunan tekanan arteri atau denyut jantung hewan saat
tekanan perfusi di bawah 30 mm Hg tidak terjadi (Gambar
32-6). Pada tekanan perfusi sinus caroticus 70-110 mm Hg, GAMBAR 32-3 Jalur-jalur dasar yang berperan dalam pengaturan
terdapat hubungan linier antara tekanan perfusi serta medula terhadap frekuensi denyut jantung oleh saraf vagus. Neuron-
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. neuron di nukleus traktus solitarius (NTS) berproyeksi dan
Pada tekanan perfusi di atas 150 mm Hg peningkatan merangsang neuron-neuron parasimpatis praganglion jantung
terutama di nukleus ambigus. Sebagian proyeksi juga terdapat di
respons tidak berlanjut, kemungkinan karena laju pelepasan nukleus motorik dorsal vagus; namun, nukleus ini terutama
muatan baroreseptor dan derajat penghambatan pusat mengandung neuron motorik vagus yang berproyeksi ke kanal cerna.
aktivitas simpatis sudah maksimal. AP, area postrema; Pyr, piramid; XII, nucleus hypoglossus.
592 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 32-3 Faktor-faktor yang memengaruhi Arteri Arteri


carotis carotis
frekuensi denyut jantung. eksterna eksterna
dextra sinistra
Frekuensi denyut jantung ditingkatkan oleh:
Saraf
Arteri sinus Arteri
Penurunan aktivitas baroreseptor arteri carotis carotis
caroticus
Peningkatan aktivitas reseptor regang atrium interna ke glossopharyngeus interna
Inspirasi dextra sinistra

Kegembiraan
Kemarahan Reseptor
Sebagian besar rangsang nyeri sinus caroticus
Hipoksia
Olahraga Vagus
Hormon tiroid
Arteri
Demam carotis
communis
Frekuensi denyut jantung diturunkan oleh

Peningkatan aktivitas baroreseptor arteri


Ekspirasi
Ketakutan Reseptor
arkus aorta
Kesedihan
Stimulasi serat nyeri di nervus trigeminus
Peningkatan tekanan intrakranium

Nervus
depressor
penurunan tekanan arteri sistemik akan menurunkan aorta
pelepasan listrik dalam saraf penyangga, dan terjadi
peningkatan kompensatorik tekanan darah dan curah
jantung. Setiap kenaikan tekanan menyebabkan dilatasi GAMBAR 32-4 Daerah-daerah baroreseptordi sinuscaroticus dan
arteriol dan menurunkan curah jantung sampai tekanan arcus aorta. Satu kelompok baroreseptor (reseptor regang) terletak di
darah kembali ke tingkat awal sebelumnya. sinus caroticus, yaitu pelebaran kecil arteri carotis interna tepat di atas
percabangan arteri carotis communis menjadi cabang karotis externa
PENYETELAN ULANG dan interna. Reseptor-reseptor ini dipersarafi oleh cabang nervus
glossopharyngeus, nervus sinus caroticus. Kelompok baroreseptor ke
BARORESEPTOR dua terletak di dinding arcus aorta. Reseptor-reseptor ini dipersarafi
oleh cabang nervus vagus, nervus depressor aorta.
Pada hipertensi kronik, mekanisme refleks baroreseptor
“disetel ulang” untuk mempertahankan tekanan darah yang
meninggi dan bukannya tekanan darah normal. Pada
penelitian perfusi terhadap hewan percobaan yang hipertensi, sekitar 120—150 mm Hg, terdapat hubungan linier antara
peningkatan tekanan dalam sinus caroticus yang diisolasi tekanan dan penurunan frekuensi denyut jantung (interval RR
menurunkan tekanan sistemik yang meninggi, dan penurunan lebih lama). Baroreseptor sangat penting dalam pengaturan
tekanan perfusi meningkatkan tekanan yang meninggi jangka pendek tekanan arteri. Pengaktifan refleks memung-
(Gambar 32-6). Sedikit yang diketahui mengenai bagaimana
kinkan tubuh menyesuaikan tekanan darah secara cepat
dan mengapa hal ini terjadi, tetapi penyetelan ulang terjadi
sebagai respons perubahan mendadak pada postur, volume
dengan cepat pada hewan percobaan. Hal ini juga secara cepat
darah, curah jantung, atau resistensi perifer sewaktu olahraga.
pulih baik pada hewan percobaan maupun situasi klinis.
Tekanan darah awalnya meningkat secara drastis setelah
PERAN BARORESEPTOR pemotongan bilateral saraf-saraf baroreseptor atau lesi
DALAM KONTROL JANGKA- bilateral NTS. Namun, setelah beberapa waktu, tekanan darah
rerata akan kembali mendekati tingkat kontrol, tetapi terjadi
PENDEK TEKANAN DARAH fluktuasi tekanan yang besar sepanjang hari. Hilangnya refleks
Perubahan frekuensi denyut dan tekanan darah yang baroreseptor akan mengganggu kemampuan seseorang dalam
terjadi pada manusia saat berdiri atau berbaring, sebagian menyesuaikan tekanan darah, sebagai respons terhadap
besar disebabkan oleh refleks baroreseptor. Fungsi reseptor rangsangan yang menyebabkan perubahan mendadak pada
dapat diuji dengan memantau perubahan frekuensi denyut volume darah, curah jantung, atau resistensi perifer, termasuk
jantung sebagai fungsi peningkatan tekanan arteri sewaktu olahraga dan perubahan postural. Perubahan jangka panjang
diinfuskan fenilefrin, suatu agonis adrenoseptor a. Respons tekanan darah yang terjadi akibat hilangnya kontrol refleks
normal diperlihatkan di Gambar 32-7; mulai dari tekanan baroreseptor disebut hipertensi neurogenik.
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 593

1800

Tekanan fasik
aorta
1600 Kecuraman = 33.3 ms mm Hg−1
Ambang = 124 mm Hg

Interval RR (ms)
1400
50
1200
Tekanan arteri rerata (mm Hg)

1000
75
800
100
600

125 80 100 120 140 160


Tekanan sistolik (mm Hg)

200 GAMBAR 32-7 Penurunan frekuensi denyut jantung yang


diperantarai oleh barorefleks selama infus fenilefrin pada subjek
0 0,5 1,0 1,5 2,0 manusia. Perhatikan bahwa nilai interval RR elektrokardiogram, yang
Waktu (dtk)
diplotkan pada sumbu vertikal, berbanding terbalik dengan frekuensi
denyut jantung. (Direproduksi, dengan izin, dari Kotrly K et al. Effects of fentanyl-
GAMBAR 32-5 Pelepasan muatan (garis tegak lurus) di sebuah diazepam-nitrous oxide anesthesia on arterial baroreflex control of heart rate in man.
Br J Anaesth 1986;58:406).
serat saraf dari sinus caroticus pada berbagai tingkat tekanan arteri
rerata, yang diplotkan terhadap perubahan tekanan aorta seiring
waktu. Baroreseptor sangat peka terhadap perubahan tekanan nadi
reaksi baroreseptor tipe B terutama dicetuskan oleh
seperti diperlihatkan dalam rekaman tekanan fasik aorta. (Direproduksi,
dengan izin, dari Levy MN, Pappano AJ. Cardiovascular Physiology, 9th ed. Mosby, peregangan dinding atrium. Penyesuaian refleks sirkulasi
2007). yang dimulai dengan peningkatan lepas-muatan listrik dari
kebanyakan reseptor (bila tidak semua) meliputi vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah. Namun, frekuensi denyut
jantung meningkat dan bukannya menurun.
RESEPTOR KARDIOPULMONAL Selama peregangan ventrikel terjadi pengaktifan
DAN REGANG ATRIUM reseptor di permukaan endokardium ventrikel. Respons ini
Reseptor regang di atrium terdiri dari dua jenis: reseptor berupa bradikardia vagus dan hipotensi, sama seperti refleks
yang melepaskan muatan listrik terutama selama sistol baroreseptor. Reseptor regang di ventrikel kiri dapat
atrium (tipe A), dan reseptor yang melepas muatan listrik berperan memelihara tonus vagus yang menjaga frekuensi
terutama pada akhir diastol, pada puncak pengisian denyut jantung tetap rendah saat istirahat. Ada berbagai
atrium (tipe B). Pelepasan baroreseptor tipe B meningkat bahan kimia yang diketahui dapat memicu refleks melalui
bila aliran balik vena ditingkatkan dan menurun oleh pengaktifan kemore-septor kardiopulmonal dan bahan-
pernapasan tekanan-positif. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ini mungkin berperan dalam berbagai gangguan
kardiovaskular (lihat Boks Klinis 32–2).

80 PERASAT VALSALVA
% penurunan tekanan darah sistemik

70 Fungsi reseptor juga dapat diuji dengan memantau


60
perubahan denyut dan tekanan darah yang terjadi sebagai
respons terhadap mengejan singkat (ekspirasi paksa dengan
50 glotis tertutup; perasat Valsalva). Perasat Valsalva terjadi
40 setiap kita batuk, buang air besar, dan mengangkat beban
berat. Pada permulaan mengejan, tekanan darah meningkat
30
(Gambar 32–8) karena peningkatan tekanan intratorakal
20 yang ditambahkan ke tekanan darah dalam aorta. Tekanan
10
darah kemudian turun karena tekanan intratorakal yang tinggi
menekan vena, menurunkan arus balik vena dan curah
0 jantung. Penurunan tekanan arteri dan tekanan nadi
50 100 150 200
Tekanan pada sinus caroticus (mm Hg) menghambat baroreseptor, menimbulkan takikardia dan
peningkatan tahanan perifer. Bila glotis dibuka dan tekanan
GAMBAR 32-6 Penurunan tekanan darah sistemik yang terjadi intratorakal kembali normal, curah jantung pulih tetapi
akibat peningkatan tekanan sinus caroticus yang diisolasi pada
berbagai tekanan. Garis tebal: Respons pada monyet normal. Garis pembuluh perifer berkonstriksi. Karena itu tekanan darah naik
terputus-putus: Respons pada monyet hipertensif, yang memper- di atas normal, dan ini merangsang baroreseptor, menimbul-
lihatkan penyetelan-ulang baroreseptor (tanda panah). kan bradikardia dan tekanan menurun kembali ke normal.
594 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 32-2

Reseptor Kemosensitif Kardiopulmonal terjadi setelah berdiri lama yang menyebabkan berkumpul-
Selama hampir 150 tahun, telah diketahui bahwa pengaktifan nya darah di ekstremitas bawah dan berkurangnya volume
serat C vagus kemosensitif di daerah kardiopulmonal (mis. darah di dalam jantung (juga disebut sinkop postural).
daerah jukstakapilaris alveolus, ventrikel, atrium, vena-vena Fenomena ini makin berat jika terdapat dehidrasi. Hipotensi
besar, dan arteri pulmonalis) menyebabkan bradikardia hebat, arterial yang dihasilkan terdeteksi di baroreseptor sinus
hipotensi, dan apnea singkat, yang diikuti oleh pernapasan caroticus, dan serat-serat aferen dari reseptor ini mencetus-
cepat dan dangkal. Pola respons ini disebut refleks Bezold- kan sinyal otonom yang meningkatkan frekuensi denyut dan
Jarisch dan dinamai berdasarkan orang-orang yang pertama kon-traktilitas jantung. Namun, reseptor tekanan di dinding
kali melaporkannya. Refleks ini dapatditimbulkan oleh ventrikel kiri bereaksi dengan mengirim sinyal yang memicu
berbagaizatdi antaranya kapsaisin, serotonin, fenilbiguanid, bradikardia paradoksal dan penurunan kontraktilitas,
dan veratridin. Refleks Bezold-Jarisch awalnya dipandang sehingga terjadi hipotensi berat secara mendadak. Yang
sebagai penyimpangan farma-kologis, tetapi semakin banyak bersangkutan juga merasa seperti melayang dan dapat
bukti yang menunjang bahwa reflex ini diaktifkan pada kondisi mengalami kehilangan kesadaran sesaat.
patofisiologis tertentu. Sebagai contoh, refleks ini dapat
diaktifkan saat terjadi iskemia dan reperfusi miokardium KIAT TERAPETIK
akibat meningkatnya produksi radikal oksigen dan oleh bahan-
bahan yang digunakan sebagai radiokontras dalam angiografi Intervensi paling penting untuk orang yang mengalami
koronaria. Hal ini dapat menyebabkan hipotensi yang sering serangan sinkop neurogenik adalah menghindari
menjadi komplikasi membandel pada penyakit jantung. dehidrasi dan menghindari situasi yang memicu serangan
Pengaktifan reseptor kemosensitif kardiopulmonal juga dapat tersebut. Episode sinkop dapat dikurangi atau dicegah
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan yang dengan meningkatkan asupan garam dalam makanan
melindungi individu dari bahan-bahan kimia toksik, karena atau pemberian mineralokortikoid. Sinkop vasovagus
dapat membantu mengurangi jumlah polutan inhalan yang dapat diobati dengan antagonis adrenoseptor β dan
terserap ke dalam darah, melindungi organ-organ vital dari disopiramid, suatu obat antiaritmia yang menghambat
potensi toksisitas polutan-polutan ini, dan mempermudah kanal Na+. Alat pacu jantung juga telah digunakan untuk
eliminasi mereka. Yang terakhir, sindrom perlambatan jantung menstabilkan frekuensi denyut jantung selama episode-
disertai hipotensi (sinkop vasovagus) juga dikaitkan dengan episode yang biasanya memicu bradikardia.
pengaktifan refleks Bezold-Jarisch. Sinkop vasovagus ini dapat

+
40
Tekanan
esofagus 0
(cm H2O)

40

Mulai Berhenti 10 dtk

200
Tekanan
arteri
(mm Hg)

GAMBAR 32-8 Diagram respons terhadap mengejan (perasat tekanan darah di aorta. Tekanan kemudian turun karena tekanan
Valsaiva) pada seorang pria normal, yang direkam dengan jarum di intratorakal yang tinggi menekan vena, sehingga mengurangi aliran
arteri brakialis. Tekanan darah meningkat pada awal mengejan balik vena dan curah jantung. (Sumbangan M Mclllroy).
karena meningkatnya tekanan intratorakal yang ditambahkan ke
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 595

Pada pasien yang sistem saraf simpatisnya tidak Peningkatan Pco2 arteri merangsang RVLM, tetapi efek
fungsional, perubahan denyut jantung masih terjadi karena perifer langsung hiperkapnea adalah vasodilatasi. Karena itu,
baroreseptor dan vagus masih utuh. Namun, pada pasien efek perifer dan sentral cenderung saling meniadakan. Hiper-
dengan insufisiensi otonom, yaitu sindrom dengan gangguan ventilasi sedang, yang sangat menurunkan tegangan CO2
fungsi otonom yang luas, perubahan frekuensi denyut dalam darah, menyebabkan vasokonstriksi kulit dan otak
jantung tidak terjadi. Dengan alasan yang masih belum jelas, pada manusia, tetapi tidak terjadi banyak perubahan pada
pasien dengan hiperaldosteronisme primer juga tidak tekanan darah. Pajanan ke CO2 konsentrasi tinggi
mengalami perubahan frekuensi denyut jantung dan menyebabkan vasodilatasi mencolok di kulit dan otak, tetapi
peningkatan tekanan darah bila tekanan intratorakal kembali di tempat lain terjadi vasokonstriksi dan biasanya terjadi
ke normal. Respons terhadap perasat Valsalva kembali peningkatan lambat tekanan darah.
normal sesudah pengangkatan tumor penghasil aldosteron. MEKANISME PENGATURAN LOKAL
REFLEKS KEMORESEPTOR PERIFER
Kemoreseptor arteri perifer di badan karotis dan badan PENGATURAN MANDIRI
aorta memiliki kecepatan aliran darah yang sangat tinggi. Kemampuan jaringan untuk mengatur aliran darahnya sendiri
Reseptor-reseptor ini terutama diaktifkan oleh penurunan disebut dengan pengaturan mandiri (autoregulasi). Sebagian
tekanan parsial oksigen (PaO2), tetapi juga bereaksi terhadap besar pembuluh darah mempunyai kemampuan intrinsik untuk
peningkatan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) dan mengkompensasi perubahan tekanan perfusi dalam jumlah
pH. Efek utama kemoreseptor adalah pada respirasi; meski sedang dengan mengubah tahanan pembuluh, sehingga aliran
demikian, pengaktifan kemoreseptor juga menyebabkan darah relatif konstan. Kemampuan ini berkembang baikdi ginjal
vasokonstriksi. Perubahan frekuensi denyut jantung (lihat Bab 37), tetapi ia juga ditemukan pada mesenterium, otot
bervariasi dan bergantung pada banyak faktor, termasuk rangka, otak, hati, dan miokardium. Hal ini mungkin sebagian
disebabkan oleh respons kontraktil intrinsik otot polos terhadap
perubahan pernapasan. Efek langsung pengaktifan kemo-
regangan (teori miogenik autoregulasi). Dengan meningkatnya
reseptor adalah peningkatan aktivitas saraf vagus. Namun,
tekanan, pembuluh darah teregang dan serat otot polos vaskular
hipoksia juga menyebabkan hiperpnea dan peningkatan
yang mengelilingi pembuluh berkontraksi. Bila didalilkan bahwa
sekresi katekolamin dari medula adrenal, yang keduanya otot bereaksi terhadap tegangan dalam dinding pembuluh, teori
menyebabkan takikardia dan peningkatan curah jantung. ini dapat menjelaskan mengapa kontraksi akan makin kuat pada
Perdarahan yang menyebabkan hipotensi akan merangsang tekanan yang lebih tinggi; tegangan dinding sebanding dengan
kemoreseptor karena berkurangnya aliran darah ke tekanan regangan dikali radius pembuluh (hukum Laplace; lihat
kemoreseptor dan adanya anoksia stagnan di organ-organ Bab 31), dan untuk mempertahankan tegangan dinding tertentu
ini. Lepas muatan kemoreseptor juga dapat berperan seiring meningkatnya tekanan, radius perlu dikurangi. Zat-zat
menghasilkan gelombang Mayer. Gelombang ini tidak sama vasodilator cenderung terakumulasi di dalam jaringan aktif, dan
dengan gelombang Traube-Hering, yang merupakan “metabolit” ini juga turut membantu pengaturan mandiri (teori
fluktuasi tekanan darah yang sinkron dengan pernapasan. metabolik autoregulasi). Bila aliran darah menurun, ia akan
Gelombang Mayer adalah osilasi tekanan arteri yang lambat terakumulasi dan pembuluh berdilatasi; bila aliran darah
dan teratur dengan frekuensi sekitar satu per 20-40 detik meningkat, zat-zat ini cenderung dibuang.
sewaktu hipotensi. Pada kondisi-kondisi ini, hipoksia
merangsang kemoreseptor. Rangsangan ini meningkatkan METABOLIT VASODILATOR
tekanan darah, yang memperbaiki aliran darah di organ Di sebagian besar jaringan, perubahan metabolik yang
reseptor dan menghilangkan rangsangan ke kemoreseptor, menghasilkan vasodilatasi antara lain penurunan tegangan
sehingga tekanan turun dan siklus baru kembali dimulai. O2 dan pH. Perubahan ini menyebabkan relaksasi arteriol
dan sfmgter prakapiler. Penurunan lokal tegangan O2,
KEMORESEPTOR SENTRAL khususnya, dapat memicu program ekspresi gen vaso-
Jika tekanan intrakranial meningkat, pasokan darah ke dilatorik akibat pembentukan hypoxia-inducible factor-1α
neuron RVLM akan terganggu, dan hipoksia serta hiperkap- (HIF-1α), suatu faktor transkripsi yang mempunyai banyak
nea meningkatkan lepas-muatan neuron-neuron ini. Hal ini target. Peningkatan tegangan CO2 dan osmolalitas juga
mengaktifkan kemoreseptor sentral yang terletak di menyebabkan dilatasi pembuluh. Kerja CO2 sebagai dilator
permukaan ventrolateral medula. Peningkatan tekanan arteri langsung paling jelas terlihat di kulit dan otak. Efek
sistemik yang terjadi (refleks Cushing) cenderung vasokonstrisi sistemik (yang diperantarai oleh saraf) yang
memulihkan aliran darah ke medula. Peningkatan tekanan berlawanan dengan efek lokal hipoksia dan hiperkapnia
darah, dalam kisaran yang luas, sebanding dengan telah dibahas di atas. Peningkatan tegangan CO2 dan
peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan osmolalitas juga menyebabkan dilatasi pembuluh. Kerja
darah menyebabkan penurunan refleks frekuensi denyut CO2 sebagai dilator langsung paling jelas terlihat di kulit
jantung melalui baroreseptor arteri. Hal inilah yang dan otak. Efek vasokonstrisi sistemik (yang diperantarai
menyebabkan mengapa pasien dengan peningkatan tekanan oleh saraf) yang berlawanan dengan efek lokal hipoksia dan
intrakranial memperlihatkan bradikardia bukan takikardia. hiperkapnia telah dibahas di atas. Peningkatan suhu
596 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

menimbulkan efek vasodilatasi langsung, dan peningkatan hari. Karena itu, pemberian sejumlah kecil aspirin dalam
suhu dalam jaringan aktif (karena panas metabolisme) turut jangka waktu lama dapat mengurangi pembentukan bekuan
membantu terjadinya vasodilatasi. K+ adalah bahan lain yang dan telah terbukti bermanfaat dalam mencegah infark
terakumulasi setempat, dan memperlihatkan aktivitas miokardium, angina tidak stabil, serangan iskemia sekejap
vasodilatasi melalui hiperpolarisasi sel otot polos pembuluh (transient ischemic attack), dan stroke.
darah. Laktat juga dapat berperan menyebabkan vasodilatasi.
Pada jaringan yang cedera, pelepasan histamin dari sel yang NITROGEN MONOKSIDA
rusak meningkatkan permeabilitas kapiler. Jadi, histamin Dua dekade yang lalu, sebuah observasi tidak sengaja
mungkin bertanggung jawab terhadap pembengkakan di menemukan bahwa endotel memegang peran kunci dalam
daerah peradangan. Adenosin dapat berperan sebagai vasodilatasi. Ada berbagai rangsang yang bekerja pada sel
vasodilator pada otot jantung, tetapi tidak pada otot rangka. endotel untuk menghasilkan endotbelium-derived relaxing
Adenosin juga menghambat pelepasan norepinefrin. factor (EDRF, faktor relaksasi dari endotelium), yaitu zat
VASOKONSTRIKSI SETEMPAT yang sekarang dikenal dengan nitrogen monoksida (NO).
NO disintesis dari arginin (Gambar 32-9) dalam reaksi yang
Arteri dan arteriol yang cedera berkonstriksi secara kuat. di-katalisis oleh nitrogen monoksidasintase (NO sintase,
Konstriksi tampaknya sebagian disebabkan oleh pembebasan NOS). Saat ini, terdapat 3 bentuk-iso NO sintase yang
serotonin setempat dari trombosit yang melekat pada diketahui; NOS 1, ditemukan di sistem saraf; NOS 2,
dinding pembuluh di tempat yang cedera (lihat Bab 27). ditemukan di makrofag dan sel imun lainnya; dan NOS 3,
Vena yang cedera juga berkonstriksi. ditemukan di sel endotel. NOS 1 dan NOS 3 diaktifkan oleh
Penurunan suhu jaringan menyebabkan vasokonstriksi, zat-zat yang meningkatkan konsentrasi Ca2+ intrasel,
dan respons lokal ini terhadap dingin ikut berperan dalam termasuk vasodilator asetilkolin dan bradikinin. NOS di sel-
pengaturan suhu (lihat Bab 17). sel imun tidak diin-duksi oleh Ca2+ tetapi diaktifkan oleh
sitokin. NO yang terbentuk di endotel berdifusi ke dalam sel
ZAT-ZAT YANG DISEKRESI otot polos lalu mengaktifkan guanilil siklase yang larut,
OLEH ENDOTEL menghasilkan 3,5-guanosin monofosfat siklik (cGMP;
Gambar 31-1), yang selanjutnya bertindak sebagai perantara
relaksasi otot polos pembuluh darah. NO diinaktifkan oleh
SEL ENDOTEL hemoglobin.
Seperti dinyatakan di Bab 31, sel-sel endotel membentuk Adenosin, atrial natrinretic peptide (ANP), dan histamin
suatu organ yang besar dan penting. Organ ini mengeluarkan melalui reseptor H, menyebabkan relaksasi otot polos
banyak faktor pertumbuhan dan zat vasoaktif. Zat-zat pembuluh darah yang independen terhadap endotel. Namun,
vasoaktif tersebut antara lain prostaglandin dan tromboksan,
nitrat oksida (NO), dan endotelin.
L-Arginin + O2 + NADPH
PROSTASIKLIN & TROMBOKSAN A2 Ach
Tiol
Tetrahidro-
Prostasiklin (oleh sel endotel) dan tromboksan A2 (oleh Bradikinin biopterin
Ca2+ NOS
trombosit) dibentuk dari prekursor yang sama, yaitu asam FAD
Shear FMN
arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Tromboksan A2 stress
meningkatkan agregasi trombosit dan vasokonstriksi, Sitrulin + NO + NADP
sedangkan prostasiklin menghambat agregasi trombosit dan
meningkatkan vasodilatasi. Keseimbangan antara tromboksan
A2 dan prostasiklin trombosit membantu agregasi trombosit GTP
secara lokal dan membentuk bekuan (lihat Bab 31), sekaligus Guanilil
siklase
mencegah perluasan bekuan yang berlebihan dan terlarut cGMP
mempertahankan aliran darah sekitarnya.
Keseimbangan tromboksan A2—prostasiklin dapat Relaksasi otot polos
bergeser ke arah prostasiklin dengan pemberian aspirin
dosis kecil. Aspirin menyebabkan hambatan ireversibel GAMBAR 32-9 Sintesis NO dari arginin di sel endotel dan kerjanya
siklooksigenase melalui asetilasi residu serin di tempat melalui stimulasi guanilil siklase terlarut dan pembentukan cGMP
untuk menimbulkan relaksasi di sel otot polos pembuluh darah.
aktifnya. Hal ini jelas mengurangi pembentukan Bentuk nitrogen monoksida sintase (NOS) di endotel diaktifkan oleh
tromboksan A2 dan prostasiklin. Meski demikian, sel peningkatan konsentrasi Ca2+ intrasel (atas), dan peningkatan tersebut
endotel dapat menghasilkan siklooksigenase baru dalam ditimbulkan oleh asetllkolin (ACh), bradikinln, atau shear stress yang
beberapa jam sedangkan trombosit tidak dapat membuat bekerja pada membran sel. Tiol, tetrahidro-biopterin, FAD, dan FMN
enzim tersebut, dan kadarnya hanya meningkat sewaktu adalah kofaktor yang diperlukan. NO kemudian berdifusi ke sel-sel otot
polos sekitar di dinding pembuluh (bawah), berdifusi menembus
trombosit baru masuk ke sirkulasi. Proses ini berlangsung membran plasma, dan mengaktifkan guanilil siklase larut untuk
lambat karena trombosit mempunyai waktu-paruh sekitar 4 menimbulkan peningkatan cGMP intrasel dan relaksasi otot polos.
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 597

asetilkolin, histamin melalui reseptor H1; bradikinin, vaso-


active intestinalpeptide (VIP), substansi P, dan beberapa
ENDOTELIN
polipeptida lain bekerja melalui endotel, dan berbagai Sel endotel juga menghasilkan endotelin-1, salah satu
Vasokonstriktor yang bekerja secara langsung pada otot polos Vasokonstriktor paling kuat yang berhasil diisolasi.
pembuluh darah akan menghasilkan konstriksi lebih kuat Endotelin-1 (ET-1), endotelin-2 (ET-2), dan endotelin-3
seandainya efeknya tidak dibatasi oleh kemampuannya (ET-3) adalah anggota famili tiga polipeptida 21-asam amino
menyebabkan pelepasan NO secara simultan. Bila aliran ke serupa (Gambar 31-2). Tiap-tiap jenis endotelin disandikan
jaringan tiba-tiba meningkat oleh dilatasi arteriol, arteri besar oleh gen yang berbeda. Struktur endotelin yang unik mirip
ke jaringan juga berdilatasi. Dilatasi yang diinduksi oleh aliran dengan struktur sarafotoksin, yaitu polipeptida yang
ini mungkin disebabkan oleh pelepasan NO secara lokal. terdapat dalam bisa ular Israeli burrowing asp.
Produk agregasi trombosit juga menyebabkan pelepasan NO,
dan vasodilatasi yang terjadi membantu menjaga pembuluh
ENDOTELIN-1
darah dengan endotel utuh agar tetap terbuka. Hal sebaliknya Di sel-sel endotel, produk gen endotelin-1 diproses untuk
terjadi di pembuluh darah yang cedera, dengan kerusakan membentuk prohormon dengan 39-asam amino, big
endotel pada lokasi cedera akan menyebabkan agregasi endothelin-1, yang memiliki sekitar 1 % aktivitas
trombosit dan vasokonstriksi (lihat Bab 31). endotelin-1. Prohormon ini diputus pada ikatan triptofan-
valin (Trp-Val) oleh endothelin-converting enzyme untuk
Peran fisiologis NO, lebih lanjut dibuktikan pada mencit
membentuk endotelin-1. Sejumlah kecil big endothelin-1
yang tidak memiliki NOS 3, yang diketahui mengalami
dan endotelin-1 disekresikan ke dalam darah, tetapi
hipertensi. Ini menunjukkan bahwa pelepasan tonus NO
keduanya umumnya disekresikan secara lokal dan bekerja
penting untuk mempertahankan tekanan darah yang normal.
secara parakrin.
NO juga berperan dalam remodeling pembuluh darah dan
Ada dua jenis reseptor endotelin yang telah berhasil
angiogenesis, dan NO mungkin terlibat dalam patogenesis
diklon, keduanya terangkai dengan fosfolipase C melalui
aterosklerosis. Hal yang menarik dalam kaitan ini adalah
protein G (lihat Bab 2). Reseptor ETA yang khusus untuk
beberapa pasien transplantasi jantung mengalami percepatan
endotelin-1, terdapat di banyak jaringan dan memperantarai
aterosklerosis di dalam pembuluh-pembuluh darah jantung yang
vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh endotelin-1. Reseptor
ditransplantasikan, dan wajar jika hal ini dipercaya dipicu oleh
ETb bereaksi terhadap ketiga jenis endotelin, dan terangkai
kerusakan endotel. Nitrogliserin dan nitrovasodilator lain yang
ke Gi. Reseptor ini dapat memperantarai vasodilatasi dan
sangat bermanfaat dalam pengobatan angina bekerja dengan
tampaknya juga memperantarai efek endotelin dalam
merangsang guanilil siklase dalam cara yang sama dengan NO.
perkembangan (lihat bawah).
Ereksi penis juga terjadi karena pelepasan NO, yang
kemudian menyebabkan vasodilatasi dan pelebaran korpus PENGATURAN SEKRESI
kavernosum (lihat Bab 23). Hal ini menjadi penyebab Endotelin-1 tidak disimpan dalam granula-granula-
manjurnya obat-obat seperti Viagra, yang memperlambat sekretorik, dan sebagian besar faktor pengatur mengubah
penguraian cGMP. transkripsi gen endotelin, yang segera diikuti dengan
FUNGSI LAIN NO perubahan sekresi. Faktor-faktor yang mengaktifkan dan
menghambat gen terangkum dalam Tabel 32–4.
NO terdapat di otak, dan penting bagi fungsi otak dengan
bekerja melalui cGMP (lihat Bab 7). NO juga diperlukan FUNGSI KARDIOVASKULAR
untuk aktivitas antimiroba dan sitotoksik berbagai sel Seperti dinyatakan di atas, endotelin-1 tampaknya bekerja
radang, meskipun efek akhir NO dalam peradangan dan terutama sebagai pengatur parakrin tonus vaskular. Namun,
cedera jaringan bergantung pada jumlah dan kinetika endotelin-1 tidak meningkat pada hipertensi, dan pada
pelepasan, sehingga dapat bergantung pada jenis isoform mencit yang salah satu alel gen endotelin-1 -nya diknockont,
NOS yang terlibat. Pada kanal cerna, NO adalah dilator tekanan darah malah meningkat bukan menurun.
utama otot polos. Fungsi NO lainnya dibahas di bagian- Konsentrasi endotelin-1 dalam darah meningkat pada gagal
bagian lain dari buku ini. jantung kongestif dan setelah infark miokardium sehingga
KARBON MONOKSIDA zat ini mungkin berperan dalam patofisiologi penyakit-
penyakit tersebut.
Pembentukan karbon monoksida (CO) dari heme diperlihat-
kan di Gambar 28-4. HO2, enzim yang mengatalisis reaksi FUNGSI LAIN ENDOTELIN
ini, terdapat di jaringan kardiovaskular, dan semakin banyak Endotelin-1 ditemukan di otak dan ginjal serta di sel-sel
bukti yang menunjukkan bahwa CO, sama seperti NO, endotel. Endotelin-2 ditemukan terutama di ginjal dan usus.
menyebabkan dilatasi lokal pembuluh darah. Yang menarik, Endotelin-3 ditemukan dalam darah dan ditemukan dalam
hidrogen sulfida juga muncul sebagai gaseotransmiter ketiga konsentrasi tinggi di otak. Zat ini juga dijumpai di ginjal
yang mengatur tonus vaskular, meskipun peran relatif NO, dan kanal cerna. Di otak, jumlah endotelin sangat
CO, dan H2S masih perlu dipastikan lebih lanjut. berlimpah dan, pada awal kehidupan, dihasilkan oleh
598 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 32-4 Pengaturan sekresi endotelin-1 KII KI


melalui transkripsi gennya. Lys Arg Pro Pro Gly Phe Ser Pro Phe Arg

Stimulator Aminopeptidase

Angiotensin II ArgArg
Pro Pro Gly Phe Ser Pro Phe Arg
Katekolamin KII KI
Faktor pertumbuhan GAMBAR 32-10 Kinin. Lisllbradlklnin (atas) dapat diubah
Hipoksia menjadi bradikinin (bawah) oleh aminopeptidase. Kedua peptida
diinak-tifkan oleh kininase I (Kl) atau kininase II (Kll) pada tempat
Insulin yang ditunjukkan oleh tanda panah.
LDL teroksidasi
HDL
Shear stress
fragmen tidak aktif oleh kininase I, suatu karbok-sipeptidase
Trombin
yang menghilangkan terminal karboksil arginin (Arg). Selain
Inhibitor itu, dipeptidilkarboksipeptidase kininase II menginaktifkan
NO
bradikinin dan lisilbradikinin dengan menghilangkan
fenilalanin-arginin (Phe-Arg) dari terminal karboksil.
ANP
Kininase II adalah enzim yang sama seperti enzim
PGE2
pengkonversi angiotensin (angiotensin converting enzyme)
Prostasiklin
yang menghilangkan histidin-leusin (His-Leu) dari ujung
ANP, atrial natriuretic polypeptide; HDL, high-density lipoprotein; LDL, low terminal karboksil angiotensin I.
density lipoprotein; NO, nitrogen monoksida; PGE2, prostaglandin E2; VIP,
vasoactive intestinal polypeptide.
Bradikinin dan lisilbradikinin dibentuk dari dua protein
prekursor: kininogen berberat molekul tinggi dan kini-nogen
berberat molekul rendah (Gambar 32-11). Keduanya
astrosit dan neuron. Endotelin ditemukan di ganglia radiks dibentuk melalui altemative splicing sebuah gen yang
dorsalis, sel-sel cornu ventralis, korteks, hipotalamus, dan terletak di kromosom 3. Protease yang disebut kalikrein
sel Purkinjc sere-belum. Endotelin juga berperan dalam melepas peptida dari prekursor-prekursornya. Pada manusia,
pengaturan transportasi menembus sawar darah-otak. kalikrein dihasilkan oleh suatu famili yang terdiri dari tiga
Reseptor endotelin dapat dijumpai di sel-sel mesangium gen yang terletak di kromosom 19. Terdapat dua jenis
(lihat Bab 37), dan polipeptida ini ikut berperan dalam kalikrein: kalikrein plasma yang beredar dalam bentuk tidak
umpan-balik tubuloglomeruius. aktif, dan kalikrein jaringan yang tampaknya terletak
Mencit yang kedua alel gen endotelin-1-nya didelesi akan terutama di membran apikal sel yang berhubungan dengan
mengalami kelainan kraniofasial berat dan mati akibat gagal pengangkutan elektrolit antar sel. Kalikrein jaringan
napas saat lahir. Mencit ini juga mengalami megakolon ditemukan di banyak jaringan, termasuk kelenjar keringat
(penyakit Hirschprung), yang terjadi karena sel-sel yang dan liur, pankreas, prostat, usus, dan ginjal. Kalikrein
seharusnya membentuk pleksus mienterikus tidak dapat jaringan bekerja pada kininogen berat molekul tinggi untuk
bermigrasi ke kolon distal (lihat Bab 27). Selain itu, endotelin membentuk bradikinin dan kininogen berat molekul rendah
berperan dalam penutupan ductus arteriosus saat lahir. untuk membentuk lisilbradikinin. Ketika diaktifkan,
kalikrein plasma bekerja pada kininogen berat molekul tinggi
PENGATURAN SISTEMIK untuk membentuk bradikinin.
OLEH ZAT-ZAT Kalikrein plasma yang tidak aktif (prakalikrein) diubah
menjadi bentuk aktif, kalikrein, oleh faktor aktif XII, faktor
NEUROHUMORAL
XII XIIa Pembekuan
Ada banyak zat dalam sirkulasi yang memengaruhi sistem
vaskular. Regulator vasodilator antara lain kinin, VIP dan Kalikrein
plasma Prakalikrein
ANP. Hormon vasokonsrriktor dalam darah antara lain
adalah vasopresin, norepinefrin, epinefrin, dan angiotensin II.
Kininogen HMW Bradikinin
KININ Kininogen LMW Lisilbradikinin
Di tubuh, terdapat dua peptida vasodilator yang berkaitan
yang disebut kinin. Peptida vasodilator yang satu adalah Kalikrein
nonapeptida bradikinin dan yang lainnya adalah dekapeptida jaringan
lisilbradikinin, yang juga dikenal sebagai kalidin (Gambar GAMBAR 32-11 Pembentukan kinin dari kininogen berberat
32-10). Lisilbradikinin dapat diubah menjadi bradikinin oleh molekul tinggi (HMW, high molecular-weight) dan berberat
aminopeptidase. Kedua peptida ini dimetabolisme menjadi molekul rendah (LMW, law-molecular-weight).
BAB 32 Mekanisme Pengaturan Kardiovaskular 599

yang memulai jenjang pembekuan darah intrinsik. Kalikrein juga meningkatkan masuknya air dan merangsang sekresi
juga mengaktifkan faktor XII melalui lengkung umpan-balik aldosteron, dan peningkatan pembentukan angiotensin II
positif, dan kininogen berberat molekul tinggi memiliki efek adalah bagian mekanisme homeostatik yang berperan
mengaktifkan faktor XII (lihat Gambar 31-12). mempertahankan volume CES (lihat Bab 20). Selain itu,
Kedua kinin bekerja menyerupai kerja histamin. Kinin sistem renin-angio-tensin juga terdapat dalam berbagai
adalah parakrin, walaupun sejumlah kecil juga ditemukan organ dan mungkin juga terdapat di dinding pembuluh
beredar dalam darah. Kinin menyebabkan kontraksi otot polos darah. Angiotensin II yang dihasilkan dalam dinding
viseral, tetapi menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh pembuluh darah mungkin penting dalam beberapa bentuk
darah melalui NO, yang menurunkan tekanan darah. Kinin hipertensi klinis. Peran angiotensin II dalam regulasi
juga meningkatkan permeabilitas kapiler, menarik leukosit, kardiovaskular juga dibuktikan oleh luasnya pemakaian
dan menyebabkan nyeri saat penyuntikan di bawah kulit. inhibitor ACE sebagai obat antihipertensi.
Senyawa ini dibentuk selama sekresi aktif di kelenjar keringat, Urotensin-II, suatu polipeptida yang pertama kali
kelenjar liur, dan bagian eksokrin pankreas, dan mungkin diisolasi dari medula spinalis ikan, terdapat di jaringan
berperan untuk meningkatkan aliran darah ketika jaringan- vaskular dan jantung manusia. Zat ini merupakan salah satu
jaringan ini secara aktif menyekresikan produknya. Vasokonstriktor terkuat yang ditemukan, dan perannya
Ada dua reseptor bradikinin yang telah teridentifikasi, dalam berbagai penyakit manusia tengah diteliti. Contohnya,
yaitu B1 dan B2. Residu asam-asam amino mereka memiliki kadar urotensin-II dan reseptornya terbukti meningkat pada
kesamaan 36%, dan keduanya terangkai dengan protein G. hipertensi dan gagal jantung, dan dapat menjadi penanda
Reseptor B1 dapat memerantarai efek nyeri yang dihasilkan penyakit-penyakit tersebut dan penyakit lain.
kinin, tetapi hanya sedikit yang diketahui mengenai distribusi
dan fungsi reseptor ini. Reseptor B2 memiliki homologi kuat RINGKASAN BAB
dengan reseptor H2 dan ditemukan di berbagai jaringan. ■ Neuron-neuron RVLM berproyeksi ke IML torakolumbal dan
melepaskan glutamat pada neuron simpatis pra-ganglion yang
HORMON NATRIURETIK mempersarafi jantung dan pembuluh darah.
Terdapat suatu famili peptida natriuretik yang berperan dalam ■ NTS adalah input eksitatorik utama ke neuron motorik vagus
regulasi vaskular, di antaranya ANP yang disekresikan oleh jantung di nukleus ambigus.
jantung, peptida natriuretik otak (brain natriuretic peptide, ■ Sinus caroticus dan baroreseptor depresor aorta masing-
BNP), dan peptida natriuretik tipe-C (CNP). Mereka masing dipersarafi oleh cabang nervus cranialis ke IX dan ke
dibebaskan sebagai respons terhadap hipervolemia. ANP dan X (nervus giossopharyngeus dan depresor aorta). Reseptor-
BNP beredar dalam darah, sementara CNP terutama bekerja reseptor ini paling peka terhadap perubahan tekanan nadi,
secara parakrin. Secara umum, peptida-peptida ini mengan- tetapi juga bereaksi terhadap perubahan pada tekanan arteri
tagonis kerja berbagai agen Vasokonstriktor dan menurunkan rerata.
tekanan darah. ANP dan BNP juga bekerja mengoordinasikan ■ Saraf-saraf baroreseptor berakhir di NTS dan melepaskan
kontrol tonus vaskular dengan homeostasis cairan dan glutamat. Neuron-neuron NTS berproyeksi ke CVLM dan
elektrolit melalui efek pada ginjal. nukleus ambigus serta mengeluarkan glutamat. Neuron-
neuron CVLM berproyeksi ke RVLM dan melepaskan GABA.
VASOKONSTRIKTOR DALAM DARAH Hal ini menyebabkan penurunan aktivitas simpatis dan
Vasopresin adalah Vasokonstriktor kuat, tetapi bila peningkatan aktivitas vagus (yi. refleks baroreseptor).
disuntikkan pada individu normal akan timbul kompensasi ■ Pengaktifan kemoreseptor perifer di badan karotis dan aorta
penurunan curah jantung, sehingga hanya terjadi sedikit akibat penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2 menyebab-
perubahan pada tekanan darah. Peran vasopresin dalam kan peningkatan vasokonstriksi. Perubahan frekuensi denyut
jantung bervariasi dan bergantung pada sejumlah faktor
pengaturan tekanan darah dibahas di Bab 17.
termasuk perubahan pernapasan.
Norepinefrin mempunyai efek Vasokonstriktor umum,
■ Selain berbagai masukan saraf, neuron-neuron RVLM juga
sedangkan epinefrin menyebabkan dilatasi pembuluh darah
diaktifkan secara langsung oleh hipoksia dan hiper-kapnia.
otot rangka dan hati. Norepinefrin yang beredar relatif tidak
■ Sebagian besar jaringan pembuluh darah memiliki
penting dibandingkan dengan norepinefrin yang dilepaskan
kemampuan intrinsik untuk bereaksi terhadap perubahan
dari saraf vasomotor. Hal ini disajikan di Bab 20, yang
tekanan darah dalam kisaran tertentu dengan mengubah
membahas secara rinci kerja kardiovaskular katekolamin. resistensi vaskular guna mempertahankan stabilitas aliran
Angiotensin II mempunyai efek Vasokonstriktor umum. darah. Sifat ini dikenal sebagai autoregulasi.
Senyawa ini dibentuk melalui aktivitas angiotensin converting ■ Faktor lokal seperti tegangan oksigen, pH, suhu, dan produk
enzyme (ACE) pada angiotensin I. Angiotensin I sendiri metabolik ikut berperan dalam pengaturan pembuluh darah;
dibebaskan dari ginjal melalui aktivitas renin pada angioten- banyak di antaranya yang menyebabkan vasodilatasi untuk
sinogen dalam darah (lihat Bab 38). Dan sekresi renin memulihkan aliran darah.
meningkat bila tekanan darah turun atau volume cairan ■ Endotel merupakan sumber penting berbagai mediator
ekstrasel (CES) berkurang, dan karena itu angiotensin II vasoaktif yang bekerja untuk menyebabkan kontraksi atau
membantu mempertahankan tekanan darah. Angiotensin II relaksasi otot polos vaskular.
600 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

■ Liga mediator berbentuk gas—NO, CO, dan H2S— adalah 5. Seorang wanita 53 tahun dengan penyakit paru kronik
regulator penting dalam vasodilatasi. mengalami kesulitan bernapas. Po2 dan Pco2 arterinya
■ Endotelin dan angiotensin II memicu vasokonstriksi dan masing-masing adalah 50 dan 60 mm Hg. Mana dari
mungkin berperan dalam patogenesis beberapa bentuk pernyataan berikut yang tepat tentang kemoreseptor?
hipertensi. A. Kemoreseptor perifer sangat sensitif terhadap peningkatan
kecil Pco2 arteri.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA B. Pengaktifan kemoreseptor arteri menyebabkan penurunan
tekanan arteri.
Pilihlah satu jawaban terbaik untuk semua pertanyaan di C. Kemoreseptor perifer terdapat di NTS.
bawah ini, kecuali jika ada petunjuk lain. D. Kemoreseptor perifer dapat diaktifkan oleh peningkatan
1. Jika suatu feokromositoma (tumor medula adrenal) tiba-tiba tekanan intrakranial yang mengurangi aliran darah di
mengeluarkan epinefrin dalam jumlah besar ke dalam medulla.
sirkulasi, frekuensi denyut jantung pasien diperkirakan akan E. Kemoreseptor sentral diaktifkan oleh peningkatan pH
jaringan.
A. meningkat, karena peningkatan tekanan darah merangsang
baroreseptor karotis dan aorta. 6. Seorang pria 55 tahun berobat ke dokter pribadinya dengan
B. meningkat, karena epinefrin memiliki efek krono-tropik keluhan disfungsi ereksi. Ia diberi resep Viagra, dan pada
langsung pada jantung. pemeriksaan berikutnya, pria tersebut melaporkan bahwa
C. meningkat, karena meningkatnya lepas-muatan tonus kemampuannya mempertahankan ereksi telah sangat membaik
parasimpatis ke jantung. dengan pengobatan tersebut. Mediator vasoaktif mana yang
D. menurun, karena meningkatnya tekanan darah merangsang efeknya meningkat pada pasien ini?
baroreseptor karotis dan aorta. A. Histamin
E. menurun, karena meningkatnya lepas-muatan tonus B. Endotelin-1
parasimpatis ke jantung. C. Prostasiklin
2. Seorang pria 65 tahun sering mengalami serangan sinkop saat ia D. Nitrogen monoksida
bangun tidur pagi. Ia didiagnosis mengidap hipotensi ortostatik E. Peptida natriuretik atrium
karena malfungsi refleks baro-reseptornya. Pengaktifan refleks
baroreseptor.
A. terutama berperan dalam regulasi jangka-pendek tekanan
darah sistemik.
REFERENSI BAB
B. menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung karena Ahluwalia A, MacAllister RJ, Hobbs AJ: Vascular actions of
inhibisi neuron motorik jantung vagus. natriuretic peptides. Cyclic GMP-dependent and -independent
C. menghambat neuron-neuron CVLM. mechanisms. Basic Res Cardiol 2004;99:83.
D. merangsang neuron-neuron RVLM. Benarroch EE: Central Autonomic Network. Functional Organization
E. hanya terjadi pada saat tekanan darah sangat meningkat. and Clinical Correlations. Futura Publishing, 1997.
3. Seorang wanita 45 tahun memiliki tekanan darah 155/95 mm Chapleau MW, Abboud F (editors): Neuro-cardiovascular regulation:
Hg ketika ia berada di kamar praktik dokter untuk From molecules to man. Ann NY Acad Sci 2001;940.
pemeriksaan fisik. Ini adalah kali pertama ia menjumpai dokter Charkoudian N, Rabbitts JA: Sympathetic neural mechanisms in
tersebut dan merupakan pemeriksaan fisik pertama dalam human cardiovascular health and disease. Mayo Clinic Proc
lebih dari 10 tahun terakhir. Dokter menyarankan agar ia 2009;84:822.
mulai memantau tekanan darahnya di rumah. Aktivitas saraf de Burgh Daly M: Peripheral Arterial Chemoreceptors and
simpatis diperkirakan meningkat Respiratory-Cardiovascular Integration. Clarendon Press, 1997.
Haddy FJ, Vanhouttee PM, Feletou M: Role of potassium in
A. Jika reseptor glutamat di NTS diaktifkan.
regulating blood flow and blood pressure. Am J Physiol Regul
B. Jika reseptor GABA di RVLM diaktifkan.
Integr Comp Physiol 2006;290:R546.
C. Jika reseptor glutamat di CVLM diaktifkan.
Loewy AD, Spyer KM (editors): Central Regulation of Autonomic
D. Sewaktu stress.
Function. Oxford University Press, 1990.
E. Jika seseorang berubah posisi dari tegak menjadi berbaring.
Marshall JM: Peripheral chemoreceptors and cardiovascular
4. Neurotransmiter mana yang sesuai dengan jalur saraf otonom? regulation. Physiol Rev 1994;74:543.
A. GABA dilepaskan oleh neuron NTS yang berproyeksi Paffett ML, Walker BR: Vascular adaptations to hypoxia: Molecular
ke RVLM. and cellular mechanisms regulating vascular tone. Essays
B. Glutamat dilepaskan oleh neuron CVLM yang Biochem 2007;43:105.
berproyeksi ke IML. Ross B, McKendy K, Giaid A: Role of urotensin II in health
C. GABA dilepaskan oleh neuron NTS yang berproyeksi ke and disease. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol
nukleus ambigus. 2010;298:R1156.
D. GABA dilepaskan oleh neuron CVLM yang berproyeksi Trouth CO, Millis RM, Kiwull-Schöne HF, Schläfke ME: Ventral
ke RVLM. Brainstem Mechanisms and Control of Respiration and Blood
E. Glutamat dilepaskan oleh neuron CVLM yang ber- Pressure. Marcel Dekker, 1995.
proyeks ke NTS.
33
B A B

Sirkulasi Melalui
Daerah Khusus

■ Menjelaskan ciri-ciri khusus sirkulasi di otak, pembuluh koroher, kulit, dan janin,
T U J U A N serta bagaimana hal tersebut diatur.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menjelaskan bagaimana cairan serebrospinal (CSS) terbentuk dan direabsorpsi,
Anda seyogianya mampu: dan perannya dalam melindungi otak dari cedera.
■ Memahami bagaimana sawar darah otak menghambat masuknya bahan-bahan
tertentu ke dalam otak.
■ Menjelaskan bagaimana kebutuhan oksigen miokardium yang sedang berkontraksi
dipenuhi oleh arteri-arteri koronaria, dan dampaknya jika mereka tersumbat.
■ Menyebutkan reaksi vaskular kulit dan refleks-refleks yang memerantarainya.
■ Memahami bagaimana janin mendapat oksigen dan nutrien in utero, dan proses-
proses sirkulasi yang diperlukan untuk transisi menuju kehidupan independen
setelah lahir.

PENDAHULUAN
Penyaluran darah yang keluar dari jantung (curah jantung) keistimewaan tersendiri, yang penting bagi fungsi fisiologis-
ke berbagai bagian tubuh dalam keadaan istirahat pada nya. Sirkulasi portal di hipofisis anterior dibahas di Bab 18,
seorang pria normal diperlihatkan dalam Tabel 33-1. sirkulasi paru di Bab 35, sirkulasi ginjal di Bab 37, dan
Prinsip-prinsip umum yang dijelaskan di bab-bab sirkulasi daerah splanknikum, terutama usus dan hati, di
sebelumnya berlaku di seluruh bagian sirkulasi tersebut, Bab 25 dan 28. Bab ini membahas sirkulasi khusus di otak,
tetapi ada banyak organ yang pembuluh darahnya memiliki jantung, kulit, serta plasenta dan janin.

SIRKULASI OTAK: GAMBARAN tidak menyeberang ke sisi yang lain, mungkin karena tekanan
di kedua sisi seimbang. Bila tekanan tersebut tidak seimbang
ANATOMI sekalipun, kanal-kanal anastomosis di dalam circulus tidak
memungkinkan aliran yang deras. Sumbatan pada salah satu
PEMBULUH arteri carotis, terutama pada orang lanjut usia, sering
menimbulkan gejala serius iskemia serebrum. Antar
Aliran arteri utama ke otak manusia masuk melalui
pembuluh darah di otak memang terdapat anastomosis
empat arteri: dua arteri carotis interna dan dua arteri
prakapiler, tetapi aliran melalui pembuluh ini biasanya tidak
vertebralis. Pada manusia, yang paling penting secara
cukup untuk mempertahankan sirkulasi dan mencegah infark
kuantitatif adalah arteri carotis. Arteri vertebralis
apabila salah satu arteri cerebralis tersumbat.
menyatu membentuk arteri basilaris, kemudian arteri
basilaris dan carotis membentuk circulus Wilisi di bawah Pada manusia, darah vena keluar dari otak melalui vena
hipotalamus. Circulus Wilisi merupakan tempat bermula- profunda dan sinus dura terutama ke dalam vena jugularis
nya enam pembuluh besar yang mendarahi korteks interna, walaupun sejumlah kecil darah vena juga mengalir
serebrum. Bahan yang disuntikkan ke dalam salah satu melalui plexus venosus ophtalmicus dan pterygoideus, vena
arteri carotis akan terdistribusi hampir secara eksklusif ke emisaria pada kulit kepala, dan turun ke sistem vena para-
hemisfer serebrum di sisi tersebut. Normalnya, aliran vertebralis di dalam canalis spinalis.

601
602 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

TABEL 33–1 Aliran darah dan konsumsi O2 dalam keadaan istirahat di berbagai organ pada seorang pria
dewasa berberat 63 kg dengan tekanan darah arteri rata-rata 90 mm Hg dan konsumsi O2 250 mL/mnt.
Konsumsi Resistensi
Aliran Darah Perbedaan Oksigen (satuan R) a Persentase dari Total
Oksigen
Mass mL/ mL/100 Arteriovena mL/ mL/100 per Curah Konsumsi
Regio (kg) mnt g/mnt (mL/L) mnt g/mnt Mutlak kg Jantung Oksigen

Hati 2,6 1500 57,7 34 51 2,0 3,6 9,4 27,8 20,4

Ginjal 0,3 1260 420,0 14 18 6,0 4,3 1,3 23,3 7,2

Otak 1,4 750 54,0 62 46 3,3 7,2 10,1 13,9 18,4

Kulit 3,6 462 12,8 25 12 0,3 11,7 42,1 8,6 4,8

Otot rangka 31,0 840 2,7 60 50 0,2 6,4 198,4 15,6 20,0

Otot jantung 0,3 250 84,0 114 29 9,7 21,4 6,4 4,7 11,6
Bagian tubuh yang lain 23,8 336 1,4 129 44 0,2 16,1 383,2 6,2 17,6

Seluruh tubuh 63,0 5400 8,6 46 250 0,4 1,0 63,0 100,0 100,0
aSatuan R adalah tekanan (mm Hg) dibagi dengan aliran darah (mL/dtk).
Disalin, dengan izin, dari Bard P (editor): MedicalPhysiology, 11th ed. Mosby, 1961.

Pembuluh-pembuluh otak memiliki sejumlah ciri anatomi sejumlah kecil transpor vesikular. Namun, di sel kapiler
yang khas. Dinding kapiler plexus choroideus memiliki celah terdapat banyak sistem transpor. Kapiler otak dikelilingi oleh
antar sel endotel, tetapi sel-sel epitel choroid yang berbatasan ujung-ujung kaki (endfeet) astrosit (Gambar 33-1). Ujung
dengan cairan serebrospinalis (CSS) berhubungan satu sama kaki ini melekat erat ke lamina basalis kapiler, tetapi tidak
lain melalui taut kedap (tight junction). Kapiler di dalam otak menutupi seluruh dinding kapiler, dan membentuk celah
mirip dengan kapiler tidak berpori di otot dan bagian tubuh sekitar 20 nm antara ujung-ujung kaki (Gambar 33-2).
lain (lihat Bab 31), tetapi kapiler otak memiliki taut-taut Namun, ujung kaki mendorong terbentuknya taut kedap di
kedap antar sel endotel yang membatasi lewatnya bahan- kapiler (lihat Bab 31). Protoplasma astrosit juga ditemukan
bahan melalui jalur paraselular. Selain itu, vesikel di di sekitar sinaps, tempat protoplasma tersebut tampaknya
sitoplasma sel endotel otak relatif lebih sedikit, dengan memisahkan masing-masing sinaps di otak satu sama lain.

Nukleus Mitokondria

1
2

4 Difusi bahan
larut lemak, transpor Glukosa,
yang diperantarai dll.
oleh pembawa

Ujung-kaki
3
sel glia

Taut kedap

GAMBAR 33-1 Hubungan astrosit fibrosa (3) dengan sebuah GAMBAR 33-2 Transpor menembus kapiler otak. Hanya bahan
kapiler (2) dan neuron (4) di otak. Ujung-kaki (endfeet) prosesus larut-lemak bebas yang dapat berpindah secara pasif menembus sel
astrosit membentuk suatu membran diskontinu yang membungkus endotel. Bahan larut air, seperti glukosa, memerlukan mekanisme
kapiler (1). Prosesus astrosit juga membungkus neuron. (Diadaptasikan pengangkutan aktif. Protein dan lemak terikat-protein tidak dapat
dari Krstic RV: Die Gewebe des Menschen und der Saugetiere. Springer, 1978). menembus.
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 603

PERSARAFAN TABLE 33–2 Concentration of various substances in


human CSF and plasma.
Ada tiga sistem saraf yang mempersarafi pembuluh darah
otak. Badan sel neuron simpatis pascaganglion terletak di Ratio CSF/
ganglion cervicalis superior, dan ujung-ujungnya Satuan CSS Plasma Plasma
mengandung norepinefrin. Banyak yang juga mengandung Na+ (meq/kg 147,0 150,0 0,98
neuropeptida Y. Neuron kolinergik yang mungkin berasal H2O)
dari ganglion sfenopalatinum juga mempersarafi pembuluh- K+ (meq/kg 2,9 4,6 0,62
pembuluh otak, sedangkan neuron kolinergik pascaganglion H2O)
pada pembuluh darah mengandung asetilkolin. Banyak yang
Mg2+ (meq/kg 2,2 1,6 1,39
juga mengandung vasoactive intestinal peptide (VIP) dan
H2O)
peptide histidyl methionine (PHM-27) (lihat Bab 7). Saraf-
saraf ini berujung terutama di arteri-arteri besar. Saraf-saraf Ca2+ (meq/kg 2,3 4,7 0,49
sensorik ditemukan di arteri yang letaknya lebih distal. H2O)
Badan sel-sel saraf tersebut terletak di ganglion trigeminus Cl– (meq/kg 113,0 99,0 1,14
dan mengandung substansi P, neurokinin A, dan calcitonin H2O)
gene-related peptide (CGRP). Substansi P, CGRP, VIP, dan HCO3– (meq/L) 25,1 24,8 1,01
PHM-27 menyebabkan vasodilatasi, sedangkan neuropeptida
Y merupakan suatu vasokonstriktor. Sentuhan atau tarikan PCO2 (mm Hg) 50,2 39,5 1,28
pada pembuluh darah otak menimbulkan nyeri. pH 7,33 7,40 ...

CAIRAN SEREBROSPINALIS Osmolalitas (mosm/kg


H2O)
289,0 289,0 1,00

PEMBENTUKAN & PENYERAPAN Protein (mg/dL) 20,0 6000,0 0,003

Cairan serebrospinalis (CSS) mengisi ventrikel dan ruang Glukosa (mg/dL) 64,0 100,0 0,64
subaraknoid. Pada manusia, volume CSS adalah sekitar 150 P inorganlk (mg/dL) 3,4 4,7 0,73
mL dan kecepatan produksinya adalah sekitar 550 mL/hari.
Urea (mg/dL) 12,0 15,0 0,80
Dengan demikian, CSS mengalami pertukaran sekitar 3,7 kali
sehari. Melalui percobaan hewan, diperkirakan bahwa 50-70% Kreatinin (mg/dL) 1,5 1,2 1,25
CSS dibentuk di plexus choroideus dan sisanya dibentuk di Asam urat (mg/dL) 1,5 5,0 0,30
sekitar pembuluh darah dan di sepanjang dinding ventrikel.
Hal yang sama diperkirakan terjadi pada manusia. CSS dalam Kolesterol (mg/dL) 0,2 175,0 0,001
ventrikel mengalir melalui foramen Magendie dan Luschka
menuju ruang subarachnoid dan diserap melalui villi kanal di membran apikal sel epitel. Perpindahan air untuk
arachnoidalis ke dalam vena, terutama sinus venosus menyeimbangkan gradien osmotik berlangsung melalui akua-
cerebralis. Villi terdiri dari tonjolan-tonjolan membran porin. Komposisi CSS (Tabel 32-2) pada dasarnya sama
araknoid dan endotel sinus yang menyatu ke dalam sinus dengan komposisi CES otak, yang pada manusia hidup
venosus. Villi serupa yang lebih kecil menonjol ke dalam vena merupakan 15% bagian volume otak. Pada orang dewasa,
di sekitar jaras saraf spinalis. Tonjolan-tonjolan ini mungkin tampaknya terdapat komunikasi bebas antara cairan inter-
berperan mengalirkan CSS ke dalam vena melalui proses yang stisial otak dan CSS, walaupun jarak difusi beberapa bagian
dikenal sebagai bulk flow, yang bersifat satu arah. Namun, otak ke CSS cukup jauh. Akibatnya, agar dicapai keseimbang-
studi-studi terbaru mengisyaratkankan bahwa jalur reabsorpsi an diperlukan waktu yang cukup lama, dan daerahdaerah
CSS ke dalam aliran darah yang lebih penting pada keadaan tertentu di otak mungkin memiliki lingkungan mikro ekstrasel
sehat adalah melalui lempeng cribriformis di atas hidung dan yang berbeda dengan CSS secara transien.
kemudian ke pembuluh limfe servikalis, paling tidak pada Tekanan CSS lumbal dalam keadaan normal adalah
hewan. Namun, reabsorpsi melalui katup satu arah (yang 70-180 mm H2O. Sampai tekanan jauh di atas rentang ini,
dasar strukturalnya belum jelas) di villi arachnoidalis kecepatan pembentukan CSS tidak bergantung pada tekanan
menunjuk-kan peran yang lebih besar jika tekanan CSS intra-ventrikel. Namun, penyerapannya sebanding dengan
meningkat. Demikian juga, ketika CSS tertimbun secara tekanan (Gambar 33-3). Pada tekanan 112 mm H2O, yang
abnormal, plexus choroideus dan pembuluh-pembuluh mikro merupakan tekanan rata-rata CSS normal, filtrasi dan absorpsi
otak mungkin mengekspresikan kanal air akuaporin sebagai seimbang. Di bawah tekanan sekitar 68 mm H2O, absorpsi
adaptasi kompensatorik. terhenti. Apabila kapasitas reabsorpsi villi arachnoid menurun,
CSS dibentuk secara terus-menerus oleh plexus akan terjadi penimbunan cairan dalam jumlah banyak (hidro-
choroideus melalui dua tahap. Pertama, plasma disaring sefalus eksternus, hidrosefalus komunikans). Penimbunan
secara pasif menembus endotel kapiler koroidalis. cairan juga terjadi di proksimal sumbatan dan menyebabkan
Kemudian, terjadi sekresi air dan ion-ion melewati epitel pelebaran ventrikel apabila foramen Luschka dan Magendie
koroidalis untuk mengatur komposisi dan kuantitas CSS. Ion tersumbat atau terdapat obstruksi dalam sistem ventrikel
bikarbonat, klorida, dan kalium masuk ke CSS melalui kanal- (hidrosefalus internus, hidrosefalus non-komunikans).
604 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

1,6
Lamina externa
calvaria
1,2 Os trabecularis
Aliran (mL/mnt)

n (diploe)
pa
ra
0,8 nye Lamina interna
Pe calvaria
Dura mater
0,4 Pembukaan Ruang
subdural
(potensial)
0 Arachnoidea
Ruang
0 68 100 112 200 subarachnoid
Tekanan keluar (mm CSS)
Trabekula
GAMBAR 33-3 Pembentukan dan penyerapan CSS manusia arachnoid
pada berbagai tekanan CSS. Perhatikan bahwa pada 112 mm CSS, Arteri
pembentukan dan penyerapan seimbang, dan pada 68 mm CSS,
penyerapan nol. (Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari Cutler RWP et al: Pia mater
Formation and absorption of cerebrospinal fluid in man. Brain 1968;91:707.)
Ruang
perivaskular

FUNGSI PROTEKTIF Otak


Peran CSS (dan meningen) yang paling penting adalah untuk
melindungi otak. Lapisan dura melekat erat ke tulang. Dalam
keadaan normal tidak terdapat “ruang subdural”, dengan
araknoid melekat pada dura oleh adanya tegangan permukaan
lapisan tipis cairan yang terdapat di antara kedua membran
tersebut. Seperti diperlihatkan dalam Gambar 33-4, otak sendiri
disokong di dalam araknoid oleh pembuluh-pembuluh darah
dan radiks saraf, serta oleh sejumlah jaringan fibrosa halus
trabekula araknoidalis. Di udara, otak memiliki berat sekitar GAMBAR 33-4 Membran-membran di otak, yang memper-
1400 gram, tetapi di dalam “air tempatnya terendam” (CSS), lihatkan hubungannya dengan tengkorak dan jaringan otak. (Disalin
berat bersih otak hanya 50 gram. Daya apung otak di dalam ulang, dengan izin, dari Young B, Heath JW. Wheater's Functional Histology. 4th ed.
Churchill Livingstone, 2000.)
CSS, memungkinkan perlekatan otak yang relatif lemah tetap
dapat menyangga otak dengan sangat efektif. Apabila kepala
mendapat benturan, araknoid bergeserterhadap dura dan otak SAWAR DARAH-OTAK
bergerak, tetapi gerakan tersebut dengan lembut dihentikan
oleh bantalan CSS dan oleh trabekula araknoidalis. Pada orang dewasa, taut-taut kedap antara sel-sel endotel
Nyeri yang timbul akibat defisiensi cairan spinal meng- kapiler di otak dan antara sel-sel epitel di plexus choroideus
gambarkan betapa pentingnya CSS untuk menopang otak. secara efektif mencegah protein masuk ke dalam otak dan
Pengeluaran CSS selama pungsi lumbal dapat menimbulkan juga memperlambat penetrasi molekul-molekul yang lebih
nyeri kepala hebat setelah cairan dikeluarkan, karena otak kecil. Salah satu contohnya adalah penetrasi urea yang
hanya ditopang oleh pembuluh dan akar saraf, dan traksi lambat (Gambar 33-5). Pertukaran zat terbatas yang unik ke
terhadap struktur-struktur tersebut merangsang serat nyeri. dalam otak ini disebut sebagai sawar darah-otak (blood-brain
Nyeri dapat dihilangkan dengan menyuntikkan cairan salin barrier), yaitu istilah yang paling sering digunakan untuk
isotonik steril intratekal. menyebut sawar ini secara keseluruhan dan khususnya sawar
di epitel choroideus antara darah dan CSS.
CEDERA KEPALA Difusi pasif melalui kapiler-kapiler serebrum yang kedap
Tanpa perlindungan cairan spinal dan meningen, otak sangat terbatas, dan transpor vesikular yang terjadi hanya
mungkin tidak akan tahan terhadap trauma bahkan yang sedikit. Namun, di kapiler serebrum banyak dijumpai sistem
paling ringan sekalipun dalam kehidupan sehari-hari; tetapi transportasi yang diperantarai oleh pembawa (carrier-
dengan adanya proteksi di atas, diperlukan benturan yang mediated). Sistem ini membawa bahan-bahan keluar atau
relatif kuat untuk dapat menimbulkan kerusakan serebrum. masuk otak, meskipun pergerakan keluar dari otak biasanya
Kerusakan otak paling sering jika terjadi fraktur tengkorak dan lebih mudah dibanding pergerakan masuk.
tulang terdorong masuk ke dalam jaringan saraf (fraktur
tengkorak depresi/cekung), bila otak bergerak cukup jauh
PENETRASI BAHAN KE DALAM OTAK
sehingga merobek vena-vena halus yang menjembatani korteks Air, CO2, dan O2 dapat menembus otak dengan mudah.
dan tulang, atau bila otak dipercepat oleh benturan di kepala Demikian juga hormon-hormon steroid larut lemak dalam
sehingga terdorong ke tengkorak atau tentorium di titik yang bentuk bebas, sedangkan hormon yang terikat ke protein
berlawanan dengan tempat pukulan (cedera countrecoup). dan semua protein dan polipeptida pada umumnya tidak
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 605

1,0 Otot GLUT 3


Oligodendroglia
Otak GLUT 1 55K
GLUT 1 45K
0,8 CSS
GLUT 5
Konsentrasi

0,6 Astroglia
GLUT 1
Sel 55K GLUT 1
0,4 endotel 45K
Jaringan

Neuron
Plasma

Mikroglia
0,2

Lumen
0 pembuluh mikro
30 60 90 120 150 180
Menit setelah permulaan infus
GAMBAR 33-5 Penetrasi urea ke dalam otot, otak, dan CSS. GLUT 3
GLUT 5
Urea diberikan melalui infus konstan.
GAMBAR 33-6 Penempatan berbagai pengangkut GLUT di otak.
(Disalin, dengan izin, dari Maher F, Vannucci SJ, Simpson IA: Glucose transporter
proteins in brain. FASEB J1994;8:1003).

mudah menembus otak. Penetrasi pasif CO2 yang cepat, ORGAN SIRKUMVENTRIKEL
berlawanan dengan penetrasi H+ dan HCO3− yang terbatas, Apabila suatu zat warna yang berikatan dengan protein di
dan hal ini penting secara fisiologis dalam pengaturan plasma disuntikkan, zat ini akan mewarnai banyak jaringan
pernapasan (lihat Bab 35). tetapi menyisakan sebagian besar otak. Meski demikian, zat
Glukosa adalah sumber energi akhir utama bagi sel-sel akan mewarnai 4 daerah kecil di dalam atau dekat batang
saraf. Difusi glukosa menembus sawar darah-otak berlangsung otak. Daerah-daerah tersebut adalah (1) hipofisis posterior
lambat, tetapi kecepatan pengangkutan ke dalam CSS sangat (neurohipofisis) dan bagian yang berdekatan dengan sisi
tinggi berkat adanya pengangkut-pengangkut khusus, ventral eminensia mediana hipotalamus, (2) area postrema,
termasuk pengangkut glukosa GLUT 1. Otak memiliki dua (3) organum vaskulosum lamina terminalis (OVLT, celah
bentuk GLUT 1: GLUT 1 55K dan GLUT 1 45K. Keduanya supraoptik), dan (4) organ subforniks (SFO).
disandikan oleh gen yang sama, tetapi tingkat glikosilasinya Secara kolektif, daerah-daerah ini disebut organ sirkum-
berbeda. GLUT 1 55K terdapat dalam konsentrasi tinggi di ventrikel (Gambar 33–7). Semua daerah ini mengandung
kapiler otak (Gambar 33-6). Bayi dengan defisiensi GLUT 1 kapiler berpori, dan berdasarkan permeabilitasnya mereka
kongenital memperlihatkan penurunan kadar glukosa CSS dikatakan berada “di luar sawar darah-otak.” Sebagian organ
walaupun glukosa plasmanya normal, dan mereka mengalami sirkumventrikel berfungsi sebagai organ neurohemal, yaitu
kejang serta perlambatan perkembangan. Selain itu, di sawar tempat masuknya polipeptida yang disekresikan oleh neuron
darah-otak terdapat pengangkut untuk hormon tiroid, ke dalam sirkulasi. Sebagian lain mengandung reseptor untuk
beberapa asam organik, kolin, prekursor asam nukleat, dan berbagai peptida dan bahan lain, serta berfungsi sebagai zona
asam-asam amino netral, basa, dan asam. kemoreseptor, tempat zat yang beredar dapat mencetuskan
perubahan fungsi otak tanpa menembus sawar darah-otak.
Berbagai obat dan peptida sebenarnya menembus Sebagai contoh, area postrema adalah zona pemicu
kapiler serebrum tetapi segera diangkut kembali ke dalam kemoreseptor (chemoreceptor trigger zone) yang mencetuskan
darah oleh suatu transporter obat non-spesifik di membran muntah sebagai respons terhadap perubahan-perubahan
apikal sel endotel. Transporter P-glikoprotein ini adalah kimiawi dalam plasma (lihat Bab 27). Daerah ini juga berperan
anggota dari famili adenosine triphosphate (ATP)-binding mengontrol sistem kardiovaskular, dan pada banyak spesies
cassette yang mengangkut berbagai protein dan lemak angiotensin II dalam darah bekerja pada area postrema untuk
menembus membran sel (lihat Bab 2). Pada mencit yang mencetuskan peningkatan tekanan darah melalui aktivitas
tidak memiliki transporter ini, proporsi berbagai obat saraf. Angiotensin II juga bekerja pada SFO dan mungkin
kemoterapi, analgesik, dan peptida opioid yang diberikan pada OVLT untuk meningkatan masukan air. Selain itu,
secara sistemik di otak jauh lebih besar daripada hewan OVLT tampaknya merupakan tempat osmoreseptor yang
kontrol. Jika dapat diciptakan bahan farmakologik yang mengontrol sekresi vasopresin (lihat Bab 38), dan bukti
menghambat pengangkut ini, maka bahan tersebut akan menunjukkan bahwa interleukin-1 (IL-1) dalam darah
bermanfaat dalam pengobatan tumor otak dan penyakit menimbulkan demam dengan bekerja pada OVLT.
susunan saraf pusat (SSP) lain mengingat obat sulit Organ subkomisura (Gambar 33-7) berkaitan erat
dimasukkan dalam jumlah memadai ke dalam otak. dengan kelenjar pineal dan secara histologis mirip dengan
606 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 33-1

Dampak Klinis Sawar Darah


Otak
Dokter harus mengetahui seberapa besar suatu obat dapat
menembus otak untuk mengobati penyakit susunan saraf
SFO dengan cerdik. Contoh kaitannya dalam klinis adalah bahwa
dopamin dan serotonin sangat sedikit menembus otak,
SCO PI
tetapi prekursor-prekursor asamnya, masing-masing L-dopa
OVLT dan 5-hidroksitriptofan, relatif mudah masuk (lihat Bab 7
dan 12). Perhatian klinis penting lainnya adalah bahwa
sawar darah-otak cenderung rusak di daerah-daerah otak
NH yang terinfeksi atau mengalami cedera. Tumor membentuk
pembuluh-pembuluh baru, dan kapiler yang terbentuk tidak
berhubungan dengan astrosit normal. Dengan demikian,
AP tidak terdapat taut-kedap, dan pembuluh-pembuluh
tersebut bahkan mungkin berpori. Tidak adanya sawar ini
membantu mengidentifikasi letak tumor; zat-zat seperti
Gambar 33-7 Organ-organ sirkumventrikular. Neurohipofisis (NH), albumin yang dilabel iodium radioaktif dapat menembus
organum vasculosum of the lamina terminalis (OVLT), organ subforniks jaringan otak normal dengan sangat lambat, tetapi bahan
(SFO), dan area postrema (AP) terlihat digambarkan dalam potongan ini masuk ke dalam jaringan tumor sehingga tumor tampak
sagital otak manusia. Pl, pineal; SCO, organ subkomisura. menonjol sebagai sebuah pulau radioaktivitas yang
dikelilingi jaringan otak normal. Sawar darah-otak juga
dapat terganggu secara temporer oleh peningkatan
tekanan darah yang mencolok secara tiba-tiba atau oleh
organ sirkumventrikel. Namun, organ ini tidak memiliki penyuntikan cairan hipertonik intravena.
kapiler berpori, kurang permeabel, dan fungsinya belum
jelas. Sebaliknya, pineal dan hipofisis anterior memiliki
kapiler berpori dan terletak di luar sawar darah-otak, tetapi
keduanya adalah organ endokrin dan bukan bagian dari otak. berbagai hewan percobaan lainnya, dan data terperinci
mengenai permeabilitas pasif sawar darah-otak manusia
FUNGSI SAWAR tidak tersedia. Namun, bayi yang mengalami ikterus berat
DARAH-OTAK dengan kadar bilirubin bebas plasma yang tinggi dan sistem
pengkonjugasi bilirubin hati yang imatur, bilirubin bentuk
Sawar darah-otak berupaya mempertahankan agar bebas masuk ke otak dan, apabila terjadi asfiksia, akan
lingkungan neuron di susunan saraf pusat tetap konstan merusak ganglia basalis (kernikterus). Hal serupa yang
(lihat Boks Klinis 33-1). Perubahan sedikit saja dalam terjadi pada masa kehidupan lebih lanjut adalah sindrom
konsentrasi K+, Ca2+, Mg2+, H+, dan ion lain akan Crigler-Najjar, yang pengidapnya mengalami defisiensi
menimbulkan konsekuensi yang luas. Sifat komposisi CES
kongenital glukuronil transferase. Para pengidap sindrom ini
yang konstan di seluruh bagian tubuh dipertahankan oleh
memiliki kadar bilirubin yang sangat tinggi di dalam darah
beberapa mekanisme ho-meostatik (lihat Bab 1 dan 38),
dan mengalami ensefalopati. Pada keadaan-keadaan lain,
tetapi karena tingginya kepekaan neuron korteks terhadap
kadar bilirubin bebas umumnya tidak cukup tinggi untuk
perubahan ion, tidaklah mengherankan jika timbul
menimbulkan kerusakan otak.
pertahanan lain yang melindungi neuron-neuron tersebut.
Fungsi lain sawar darah-otak adalah melindungi otak dari
toksin endogen dan eksogen dalam darah dan mencegah
lolosnya neurotransmiter ke dalam sirkulasi umum. ALIRAN DARAH OTAK &
PERKEMBANGAN SAWAR PENGATURANNYA
DARAH-OTAK
Pada hewan percobaan, banyak molekul kecil yang lebih METODE KETY
mudah menembus otak pada masa janin dan neonatus Menurut prinsip Fick (lihat Bab 30), aliran darah di suatu
dibandingkan pada orang dewasa. Berdasarkan hal ini, sering organ dapat diukur dengan menentukan jumlah suatu bahan
dikatakan bahwa sawar darah-otak masih belum matang saat (Qx) yang dikeluarkan dari aliran darah oleh organ per
lahir. Manusia lebih matang saat lahir daripada tikus dan satuan waktu dan membaginya dengan selisih antara
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 607

Tekanan Kranium
intrakranium 100
Brain, spinal
cord, and
Konstriksi

CBF
spinal fluid
dan dilatasi 50
lokal
arteriol
serebrum

70 140
Tekanan arteri rerata Tekanan arteri (mm Hg)
pada tingkat otak
GAMBAR 33-9 Autoregulasi aliran darah serebrum (CBF) dalam
Kekentalan darah keadaan keseimbangan dinamis. Garis biru memperlihatkan
Tekanan vena rerata Kolumna perubahan yang ditimbulkan akibat stimulasi simpatis selama
pada tingkat otak vertebralis autoregulasi.

GAMBAR 33-8 Diagram ringkasan faktor-faktor yang


memengaruhi aliran darah serebrum. dengan menekan pembuluh otak. Hubungan ini membantu
mengompensasi perubahan tekanan darah arteri di kepala.
konsentrasi bahan dalam darah arteri dan konsentrasi dalam Contohnya, jika tubuh mengalami akselerasi ke atas (g positif),
darah vena dari organ ([Ax]-[Vx]). Sehingga: darah bergerak ke arah kaki dan tekanan arteri di kepala
menurun. Namun, tekanan vena dan tekanan intrakranial juga
Qx
Aliran darah otak (CBF) = ________ turun, sehingga tekanan pada pembuluh berkurang dan aliran
[Ax] – [Vx]
darah tidak terlalu terganggu dibandingkan bila hal ini tidak
Hal ini dapat diterapkan secara klinis, dengan meng- terjadi. Sebaliknya, selama percepatan ke arah bawah, gaya
gunakan dinitrogen monoksida (N2O) inhalasi (metode yang bekerja ke arah kepala (g negatif) meningkatkan tekanan
Kety). Aliran darah otak rerata pada orang dewasa muda arteri di kepala, tetapi tekanan intrakranial juga meningkat
adalah 34 mL/100 g/mnt. Berat rerata otak manusia dewasa sehingga pembuluh dapat dijaga dan tidak pecah. Pembuluh-
adalah sekitar 1400 g, sehingga aliran untuk seluruh otak pembuluh di otak dilindungi selama mengejan saat defekasi
adalah 756 mL/mnt. Perlu dicatat bahwa metode Kety atau melahirkan dengan cara yang sama.
menghasilkan nilai rerata untuk daerah-daerah otak yang
diperfusi; metode ini tidak memberi informasi mengenai AUTOREGULASI
selisih aliran darah setempat; dan metode ini hanya Sama seperti jaringan vaskular lain, autoregulasi sangat
mengukur aliran ke bagian-bagian otak yang mendapat menonjol di otak (Gambar 33-9). Proses ini mempertahan-
perfusi. Apabila aliran darah ke suatu bagian otak tersumbat, kan aliran ke berbagai jaringan agar relatif konstan meskipun
aliran yang diukur tidak berubah, karena daerah yang tidak tekanan perfusi berubah-ubah, dan dibahas dalam Bab 31. Di
mendapat perfusi tidak menyerap N2O. otak, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak
Meskipun aliran darah otak lokal dapat sangat normal pada tekanan arteri 65—140 mmHg.
berfluktuasi akibat aktivitas saraf, tetapi sirkulasi otak diatur
sedemikian rupa sehingga aliran darah total tetap konstan. PERAN SARAF VASOMOTOR &
Faktor-faktor yang berperan dalam mengatur aliran tersebut SENSORIK
terangkum dalam Gambar 33–8.
Persarafan pembuluh-pembuluh besar di otak oleh saraf pa-
PERAN TEKANAN rasimpatis dan simpatis pascaganglion serta persarafan distal
tambahan oleh saraf sensorik telah dijelaskan di atas. Saraf-
INTRAKRANIUM saraf ini juga dapat memodulasi tonus secara tidak langsung,
Pada orang dewasa, otak, medula spinalis, dan cairan spinal dengan melepaskan zat-zat parakrin dari astrosit. Meski
terbungkus bersama pembuluh-pembuluh otak, dalam suatu demikian, peran pasti saraf-saraf ini masih diper-debatkan.
wadah tulang yang kaku. Cavum cranii normal berisi otak Ada perdebatan bahwa lepas-muatan noradre-nergik terjadi
yang beratnya sekitar 1400 g, 75 mL darah, dan 75 mL cairan ketika tekanan darah sangat meningkat. Hal ini menurunkan
spinal. Karena jaringan otak dan cairan spinal pada dasarnya peningkatan pasif aliran darah dan membantu melindungi
tidak dapat dimampatkan (incompressible), volume darah, sawar darah-otak dari kerusakan yang akan terjadi
cairan spinal, dan otak di kranium harus relatif konstan setiap seandainya mekanisme ini tidak ada (lihat atas). Karena itu,
saat (doktrin Monro-Kellie). Hal yang lebih penting, pem- lepas-muatan vasomotor memengaruhi auto-regulasi. Pada
buluh otak akan tertekan jika tekanan intrakranial meningkat. perangsangan simpatis, bagian mendatar (aliran konstan;
Perubahan pada tekanan vena akan segera menyebabkan plateau) pada kurva tekanan-aliran meluas ke kanan
perubahan serupa dalam tekanan intrakranial. Karena itu, (Gambar 33-9); yi, dapat terjadi peningkatan tekanan yang
peningkatan tekanan vena menurunkan aliran darah otak, lebih besar tanpa peningkatan aliran. Di pihak lain,
baik dengan mengurangi tekanan perfusi efektif maupun vasodilator hidralazin dan inhibitor angiotensin converting
608 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

GAMBAR 33-10 Aktivitas pada otak manusia di lima ketinggian horizontal yang berbeda sementara subjek menyebutkan kata kerja yang
sesuai untuk setiap kata benda yang diberikan oleh pemeriksa. Tugas mental ini mengaktifkan korteks frontalis (potongan 1-4), girus cinguli
anterior (potongan 1), dan lobus temporalis posterior (potongan 3) di sisi kiri dan cerebellum (potongan 4 dan 5) di sisi kanan. Warna ungu muda,
pengaktifan sedang; warna ungu tua, pengaktifan kuat. (Didasarkan pada pemindaian PET dalam Posner Ml, Raichle ME: Images of Mind. Scientific American Library,
1994).

enzyme (ACE) kaptopril mengurangi panjang bagian datar diperlihatkan pada Gambar 33-10. Pada subjek yang sadar
tersebut. Keterkaitan saraf-pembuluh ini mungkin berperan tetapi dalam keadaan istirahat, aliran darah paling banyak
menyesuaikan perfusi sebagai respons terhadap perubahan terdapat di regio pramotorik dan frontalis. Ini adalah bagian
aktivitas otak (lihat bawah). otak yang dianggap berperan menguraikan kode dan
menganalisis masukan aferen serta dalam aktivitas intelektual.
ALIRAN DARAH DI BERBAGAI Selama gerakan mengepal tangan kanan secara volunter, aliran
BAGIAN OTAK darah meningkat di daerah tangan di korteks motorik kiri dan
daerah sensorik terkait di girus postsentralis. Apabila gerakan
Kemajuan besar dalam beberapa dekade terakhir adalah
yang dilakukan bersifat berurutan, aliran darah di daerah
dikembangkannya teknik-teknik untuk memantau aliran darah
motorik suplementer juga meningkat. Saat subjek berbicara,
regional pada manusia hidup dalam keadaan sadar. Di antara
terjadi peningkatan bilateral aliran darah di daerah sensorik
metode tersebut yang paling bermanfaat adalah positron emission
dan motorik wajah, lidah, dan mulut, serta di korteks
tomography (PET) dan teknik-teknik terkait yang menggunakan
premotorik di hemisfer kategoris (biasanya kiri). Apabila
radioisotop kerja singkat untuk melabel suatu senyawa, yang
pembicaraan bersifat stereotipikal, maka daerah Broca dan
kemudian disuntikkan. Masuknya dan bersih-an perunut
Wernicke tidak memperlihatkan peningkatan aliran, tetapi
dipantau oleh serangkaian detektor kelipan yang dipasang di
apabila pembicaraan bersifat kreatif, yaitu apabila melibatkan
kepala. Karena aliran darah berkaitan erat dengan metabolisme
ide-ide, maka terjadi peningkatan aliran di kedua daerah
otak, maka penyerapan lokal 2-deoksiglukosa juga merupakan
tersebut. Kegiatan membaca menyebabkan peningkatan aliran
indeks aliran darah yang baik (lihat bawah dan Bab 1). Apabila 2-
darah yang luas. Memecahkan masalah, berpikir, dan
deoksiglukosa dilabel dengan pemancar positron (positron
merancang gerakan tanpa melakukannya menyebabkan
emitter) yang memiliki waktu paruh singkat misalnya 18F 11O,
peningkatan di daerah-daerah tertentu di korteks pramotorik
dan 15O, konsentrasinya di setiap bagian otak dapat dipantau.
dan frontalis. Saat mengantisipasi suatu tugas kognitif, banyak
Teknik lain yang bermanfaat adalah magnetic resonance daerah otak (yang akan diaktifkan selama tugas tersebut) telah
imaging (MRI). Dasar pemeriksaan MRI adalah pendeteksian mengalami pengaktifan, seakan-akan otak membentuk model
sinyal yang dipantulkan dari berbagai jaringan dalam suatu internal mengenai tugas yang akan dilakukan. Pada orang
medan magnet. Functional magnetic resonance imaging (fMRI) Kihan, aliran darah ke hemisfer kiri lebih besar apabila sedang
mengukur jumlah darah di suatu jaringan. Pada saat neuron melakukan tugas-tugas verbal, tetapi apabila sedang
menjadi aktif, peningkatan lepas-muatan yang terjadi akan melakukan tugas-tugas spatial, aliran darah ke hemisfer kanan
mengubah potensial medan lokal. Suatu mekanisme yang belum yang lebih besar (lihat Boks Klinis 33-2).
dipahami kemudian memicu peningkatan aliran darah dan
oksigen lokal. Peningkatan darah beroksigen ini dideteksi oleh METABOLISME OTAK &
fMRI. Pemindaian dengan PET dapat digunakan untuk
mengukur tidak saja aliran darah, tetapi juga konsentrasi
KEBUTUHAN OKSIGEN
molekul, seperti dopamin, di berbagai bagian otak yang hidup.
Di pihak lain, fMRI tidak melibatkan penggunaan radioaktivitas.
PENYERAPAN & PELEPASAN
Karena itu, fMRI dapat digunakan berkali-kali untuk mengukur BERBAGAI BAHAN OLEH OTAK
perubahan aliran darah regional pada seorang pasien. Apabila aliran darah serebral diketahui, maka kita dapat
Pada manusia dalam keadaan istirahat, aliran darah rerata menghitung konsumsi atau produksi O2, CO2, glukosa,
dalam substansia grisea adalah 69 mL/100 g/mnt dibandingkan atau semua zat yang terdapat dalam aliran darah dengan
dengan 28 mL/100 g/mnt dalam substansia alba. Ciri utama mengalikan aliran darah serebral dengan selisih antara
fungsi otak adalah bervariasinya aliran darah lokal seiring konsentrasi zat dalam darah arteri dan konsentrasinya
dengan perubahan aktivitas otak. Salah satu contohnya dalam darah vena serebral (Tabel 33-3). Apabila dihitung
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 609

BOKS KLINIS 33-2 TABEL 33–3 Penggunaan dan pembentukan


bahan oleh otak manusia dewasa in vivo.
Ambilan (+) atau Keluaran
Perubahan Aliran Darah Otak pada Penyakit Bahan (-) per 100 g otak/mnt Total/mnt
Beberapa penyakit sekarang diketahui menyebabkan
perubahan aliran darah lokal atau umum, hal ini terungkap Bahan yang digunakan
melalui pemindaian PET dan fMRI. Misalnya, fokus-fokus Oksigen +3,5 mL +49 mL
epilepsi menjadi hiperemis selama serangan kejang,
Glukosa +5,5 mg +77 mg
sedangkan aliran di bagian-bagian otak lain berkurang. Di
antara serangan kejang, aliran darah ke fokus yang Glutamat +0,4 mg +5,6 mg
menimbulkan kejang kadang berkurang. Aliran darah Bahan yang dihasilkan
parieto-oksipital menurun pada pasien dengan gejala
agnosia (lihat Bab 11). Pada penyakit Alzheimer, perubahan Karbon dioksida –3,5 mL –49 mL
paling awal adalah penurunan metabolisme dan aliran darah Glutamin –0,6 mL –8,4 mg
di korteks parietalis superior, disertai penyebaran ke korteks
temporalis dan akhirnya ke frontalis. Girus precentralis dan Bahan yang tidak digunakan atau dihasilkan dalam keadaan kenyang: laktat,
postcentralis, ganglia basalis, thalamus, batang otak, dan piruvat, keton total, α-ketoglutarat

cerebellum relatif tidak terpengaruh. Pada penyakit


Huntington, aliran darah ke nucleus caudatus menurun
secara bilateral, dan perubahan ini terjadi pada awal
perjalanan penyakit. Pada pengidap manik depresi (tetapi
anehnya tidak terjadi pada penderita depresi unipolar) Glukosa memasuki otak melalui GLUT 1 di kapiler otak
terjadi penurunan umum aliran darah korteks sewaktu (lihat atas). Pengangkut lain kemudian mendistribusikannya
pasien mengalami depresi. Pada skizofrenia ada beberapa ke neuron dan sel glia.
bukti yang mengisyaratkan adanya penurunan aliran darah Glukosa diserap dari darah dalam jumlah besar, dan RQ
di lobus frontalis, lobus temporalis, dan ganglia basalis. Pada (:respiratory quotient, lihat bab 24) jaringan otak pada orang
pasien dengan migren, selama aura terjadi penurunan aliran normal adalah 0,93-0,99. Penting diketahui, sebagian besar
darah bilateral, mulai dari korteks oksipitalis dan menyebar sel otak tidak memerlukan insulin untuk memanfaatkan
ke anterior ke lobus temporalis dan parietalis.
glukosa. Secara umum, penggunaan glukosa pada keadaaan
istirahat setara dengan aliran darah dan konsumsi O2. Hal ini
tidak berarti bahwa sumber energi total selalu glukosa.
Selama kelaparan jangka panjang, juga terjadi penggunaan
dengan cara ini, hasil berupa nilai negatif menunjukkan bahan-bahan lain dalam jumlah banyak. Memang, bukti
bahwa otak membentuk bahan tersebut. menunjukkan bahwa 30% glukosa yang diserap pada
KONSUMSI OKSIGEN keadaan normal diubah menjadi asam amino, lemak, dan
protein dan bahwa selama serangan kejang terjadi
Konsumsi O2 otak manusia (laju metabolik serebral untuk
metabolisme bahan-bahan selain glukosa untuk energi. Asam
O2, CMRO2) rata-rata adalah sekitar 20% konsumsi O2 tubuh
amino dari sirkulasi juga mungkin digunakan walaupun
total dalam keadaan istirahat (Tabel 33-1). Otak sangat peka
selisih kadar asam amino arteriovena di otak normalnya
terhadap hipoksia, dan sumbatan pada suplai darah otak
akan menyebabkan pingsan hanya dalam waktu 10 detik. sangat kecil.
Struktur-struktur vegetatif di batang otak lebih resisten Dampak hipoglikemia terhadap fungsi saraf dibahas
terhadap hipoksia daripada korteks serebrum. Pada dalam Bab 24.
ketidaksengajaan seperti henti jantung dan kelainan lain
yang menyebabkan hipoksia yang cukup panjang, pasien PENGELUARAN GLUTAMAT &
dapat pulih dengan fungsi vegetatif normal, tetapi
mengalami defisit intelektual berat yang menetap. Ganglia
AMONIA
basalis menggunakan sangat banyak O2, dan hipoksia kronik Ambilan glutamat oleh otak diimbangi oleh pengeluaran
dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit Parkinson serta glutamin. Glutamat yang masuk ke dalam otak berikatan
defisit intelektual. Thalamus dan colliculus inferior juga dengan amonia dan keluar sebagai glutamin. Perubahan
sangat rentan terhadap kerusakan akibat hipoksia (lihat glutamat menjadi glutamin di otak (berlawanan dengan
Boks Klinis 33-3). reaksi di ginjal yang menghasilkan sejumlah amonia yang
masuk ke dalam tubulus) berfungsi sebagai mekanisme
SUMBER ENERGI detoksifikasi untuk menjaga agar otak tetap bebas dari
Glukosa adalah sumber energi utama untuk otak: pada amonia. Amonia bersifat sangat toksik bagi sel-sel saraf, dan
keadaan normal, 90% energi yang dibutuhkan untuk intoksikasi amonia diyakini merupakan penyebab utama
mempertahankan gradien ion di kedua sisi membran sel timbulnya gejala-gejala neurologik aneh pada koma
dan menyalurkan impuls listrik berasal dari glukosa. hepatikum (lihat Bab 28).
610 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Arteri coronaria Arteri coronaria


BOKS KLINIS 33-3 dextra sinistra

Ramus circumflexus
Stroke
Apabila pasokan darah ke suatu bagian otak terganggu, akan
terjadi iskemia yang merusak atau mematikan sel-sel di Ramus
daerah tersebut dan menimbulkan gejala dan tanda stroke. interventricularis
Ada dua jenis umum stroke: hemoragik dan iskemik. Stroke anterior
hemoragik terjadi apabila suatu arteri atau arteriol di otak Ramus interven-
mengalami ruptur, kadang-kadang di tempat aneurisma triculares septales
kecil meski tidak selalu. Stroke iskemik terjadi apabila aliran Ramus
dalam suatu pembuluh terganggu oleh plak aterosklerotik marginalis
tempat terbentuknya trombus. Trombus juga dapat
dibentuk di tempat lain (mis. di atrium pada pasien dengan Ramus
fibrilasi atrium) dan masuk ke otak sebagai embolus tempat marginalis
trombus tersebut tersangkut dan menyumbat aliran.
Ramus interventricularis posterior
Dahulu, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mem-
batasi terjadinya stroke dan dampak yang ditimbulkannya. GAMBAR 33-11 Arteri koronaria dan cabang-cabang utamanya
Namun, sekarang telah diketahui bahwa di penumbra, pada manusia. (Disalin, dengan izin, dari Ross G: The cardiovascular system.
daerah di sekeliling bagian otakyang paling berat kerusakan- Dalam: Essentials of Human Physiology. Ross G [ed.]. Hak cipta © 1978 pada Year
nya, iskemia mengurangi penyerapan glutamat oleh astrosit Book Medical Publishers.)
dan peningkatan glutamat setempat menyebabkan kerusak-
an eksitotoksik dan kematian neuron (lihat Bab 7).

KIAT TERAPETIK
Obat pelarut bekuan, tissue-type plasminogen pembuluh-pembuluh lain yang langsung bermuara ke dalam
activator (t-PA) (lihat Bab 31) sangat bermanfaat bagi rongga-rongga jantung. Di antaranya adalah pembuluh
stroke iskemik. Pada hewan percobaan, obat-obat arteriosinusoid, suatu pembuluh sinusoidal mirip kapiler
yang mencegah kerusakan eksitotoksik juga dapat yang menghubungkan arteriol dengan rongga-rongga
sangat mengurangi efek stroke, dan obat-obat yang jantung; vena thebesian yang menghubungkan kapiler ke
dapat menghasilkan efek ini pada manusia kini rongga; dan beberapa pembuluh arterioluminal yang
sedang diuji coba. Namun, t-PA dan terapi antieksi- merupakan arteri-arteri kecil yang bermuara langsung ke
totoksik harus diberikan pada awal perjalanan
dalam rongga jantung. Antara arteriol koroner dan arteriol
penyakit stroke agar memberi manfaat maksimal.
ekstra-kardiak terdapat beberapa anastomosis, terutama di
Inilah mengapa diagnosis dan terapi secara cepat
pada stroke sangat penting. Selain itu, tentu saja,
sekitar ostium vena-vena besar. Anastomosis antar arteriol
perlu ditentukan apakah suatu stroke bersifat koroner pada manusia hanya mengalirkan partikel dengan
hemoragik atau iskemik, karena penghancuran diameter kurang dari 40 pm, tetapi bukti mengisyaratkan
bekuan merupakan kontraindikasi pada stroke bahwa kanal-kanal ini membesar dan bertambah jumlahnya
hemoragik. pada pasien dengan penyakit arteri koroner.

Arteri Arteri
ekstrakoroner koroner

SIRKULASI KORONER Arteriol Arteriol

GAMBARAN ANATOMIS Pembuluh


Kapiler
Pembuluh
Dua arteri coronaria yang memberi suplai darah ke arteriosinusoidal Vena arterioluminal
miokardium berasal dari sinus-sinus di belakang dua daun Vena
katup aorta di pangkal aorta (Gambar 33-11). Arus pusar Sinus coronarius thebesian
(arus Eddy) menjaga posisi katup tetap jauh dari orifisium atau vena cardiaca
anterior
arteri, sehingga orifisium tersebut tetap terbuka sepanjang
siklus jantung. Sebagian besar darah vena kembali ke jantung
Rongga jantung
melalui sinus coronaria dan vena cardiaca anterior (Gambar
33-12), yang mengalir ke atrium kanan. Selain itu, terdapat GAMBAR 33-12 Diagram sirkulasi koroner.
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 611

GRADIEN TEKANAN & ALIRAN 120

DALAM PEMBULUH KORONER

Tekanan aorta
(mm Hg)
100
Seperti otot rangka, jantung merupakan otot yang menekan
pembuluh darahnya saat berkontraksi. Selama sistol, tekanan
di dalam ventrikel kiri sedikit lebih tinggi daripada di dalam 80
aorta (Tabel 33-4). Akibatnya, aliran di dalam arteri-arteri
yang mendarahi subendokardium ventrikel kiri hanya
berlangsung selama diastol, meskipun dorongan tersebut 100
berkurang di bagian superfisial miokardium ventrikel kiri agar 80
aliran di daerah ini dapat terus berlangsung sepanjang siklus
60
jantung. Saat frekuensi denyut jantung tinggi, diastol akan

Aliran darah koroner fasik


lebih singkat, sehingga aliran koroner ventrikel kiri menurun 40
Arteri coronaria
selama takikardia. Di pihak lain, perbedaan tekanan antara 20 sinistra

(mL/mnt)
aorta dan ventrikel kanan, dan perbedaan antara aorta dan
0
atrium, sedikit lebih besar selama sistol dibandingkan selama
diastol. Akibatnya, aliran koroner di bagian-bagian jantung
tersebut hanya sedikit berkurang selama sistol. Aliran di arteri 15
coronaria dextra dan sinistra diperlihatkan dalam Gambar
10
33-1. Karena subendokardium ventrikel kiri tidak mendapat
5 Arteri coronaria
aliran darah selama sistol, bagian ini rentan terhadap kerusak- dextra
an iskemik dan merupakan tempat tersering terjadinya infark 0
miokardium. Pada pasien dengan stenosis katup aorta, aliran
darah ke ventrikel kiri menurun karena tekanan di dalam 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
ventrikel kiri harus jauh lebih besar daripada tekanan di dalam Waktu (dtk)
aorta agar darah terdorong. Akibatnya, selama sistol arteri GAMBAR 33-13 Aliran darah dalam arteri coronaria dextra dan
coronaria mengalami kompresi hebat. Pasien penyakit ini sinistra selama berbagai fase siklus jantung. Sistol terjadi di antara
sangat rentan terhadap iskemia miokardium, sebagian karena dua garis vertikal terputus-putus. (Disalin, dengan izin, dari Berne RM, Levy
kompresi ini dan sebagian karena miokardium memerlukan MN: Physiology, 2nd ed. Mosby, 1988.)
lebih banyak CE untuk mendorong darah melewati katup
aorta yang stenesis. Aliran koroner juga berkurang apabila
tekanan diastolik aorta rendah. Peningkatan tekanan vena 201 (201Tl) dipompa ke dalam sel-sel otot jantung oleh Na+, K+
pada kelainan misalnya gagal jantung mengurangi aliran ATPase dan membentuk keseimbangan dengan K+ intrasel.
koroner karena akan menurunkan tekanan perfusi koroner Selama 10-15 menit pertama setelah penyuntikan intravena,
efektif (lihat Boks Klinis 33-4). distribusi 201Tl berbanding lurus dengan aliran darah
Aliran darah koroner diukur dengan memasukkan sebuah miokardium, dan daerah-daerah iskemia dapat dideteksi
kateter ke dalam sinus coronarius dan menerapkan metode berdasarkan penyerapannya yang rendah. Penyerapan isotop
Kety pada jantung dengan asumsi bahwa kandungan N2O
ini biasanya dipastikan segera setelah berolahraga dan diulang
darah vena coronaria melambangkan aliran miokardium
beberapa jam kemudian untuk mengetahui daerah-daerah
keseluruhan. Pada manusia, aliran koroner selama istirahat
yang aliran darahnya terganggu selama olahraga. Sebaliknya,
adalah sekitar 250 mL/mnt (5% curah jantung). Sejumlah
radiofarmaka seperti teknetium 99m stanosa pirofosfat
teknik yang menggunakan radionuklida, perunut radioaktif
(99mTc-PYP) secara selektif diserap oleh jaringan infark
yang dapat dideteksi menggunakan detektor radiasi di dada,
melalui mekanisme yang belum diketahui dan menyebabkan
telah digunakan untuk mempelajari aliran darah regional di
jantung, mendeteksi daerah iskemia dan infark, serta untuk infark menonjol sebagai “bintik-bintik panas” (“hot spot”)
mengevaluasi fungsi ventrikel. Radionuklida misalnya talium pada scintigram dada. Angiografi koroner dapat dikombinasi-
kan dengan pengukuran washout 133Xe (lihat atas) untuk
memberikan gambaran rinci aliran darah koroner. Medium
TABEL 33–4 Tekanan dalam aorta serta ventrikel kontras radio-opak mula-mula disuntikkan ke dalam arteri
(vent) kiri dan kanan selama sistol dan diastol. koroner, dan sinar X digunakan untuk mengetahui distribusi-
Pressure Differential nya. Kamera angiografik kemudian digantikan oleh kamera
(mm Hg) between skintilasi dan washout 133Xe diukur.
Perbedaan Tekanan (mm Hg) Aorta and

Vent Vent Vent Vent


VARIASI ALIRAN KORONER
Aorta Kiri Kanan Kiri Kanan Pada keadaan istirahat, jantung mengekstraksi 70—80% O2
Sistol 120 121 25 –1 95 per satuan darah yang dialirkan ke dalamnya (Tabel 33-1).
Konsumsi O2 hanya dapat ditingkatkan secara bermakna
Diastol 80 0 0 80 80 dengan meningkatkan aliran darah. Dengan demikian, tidak-
612 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

BOKS KLINIS 33-4

Penyakit Arteri Coronaria Lp(a) memiliki selubung luar apo(a). Lp(a) mengganggu
Apabila aliran arteri coronaria berkurang hingga titik saat fibrinolisis dengan melakukan pengaturan turun (down-
miokardium yang dipasoknya mengalami hipoksia, terjadi angina regulation) pembentukan plasmin (lihat Bab 31). Saat ini
pektoris (lihat Bab 30). Apabila iskemia miokardium yang terjadi tampak bahwa aterosklerosis juga memiliki komponen
bersifat berat dan berkepanjangan, akan timbul perubahan peradangan penting. Lesi aterosklerotik mengandung sel-sel
ireversibel pada otot dan menyebabkan infark miokardium. radang, dan terdapat korelasi positif antara peningkatan
Banyak orang mengalami angina hanya sewaktu berolahraga, protein reaktif-C dan penanda peradangan lainnya dalam darah
dan aliran darahnya normal saat istirahat. Namun, ada juga yang dengan kemungkinan infark miokardium.
mengalami restriksi aliran darah yang lebih berat dan mengalami
nyeri angina bahkan saat istirahat. Arteri coronaria yang
tersumbat secara parsial dapat semakin menyempit akibat vaso- KIAT TERAPETIK
spasme, menyebabkan infark miokardium. Namun, saat ini telah
dipastikan bahwa penyebab tersering infark miokardium adalah Terapi infarkmiokardium bertujuan untukmemulihkan
rupturatau perdarahan di plakaterosklerotik, yang memicu aliran ke daerah yang terkena secepat mungkin sembari
pembentukan bekuan yang menyumbat arteri koroner di tempat meminimalkan cedera reperfusi. Tanpa perlu diperintah,
plak tersebut. Perubahan elektro-kardiografik pada infark terapi ini harus diberikan sesegera mungkin untuk meng-
miokardium dibahas di Bab 29. Ketika mati, sel-sel miokardium hindari perubahan fungsi jantung yang ireversibel. Pada
mengeluarkan enzim ke dalam darah. Pengukuran peningkatan keadaan akut, pasien sering diberi obat antitrombotik,
tetapi hal ini dapat menimbulkan masalah, karena
kadar enzim dan isoenzim dalam serum akibat infark sel
meningkatkan mortalitas akibat perdarahan jika diperlu-
miokardium juga berperan penting dalam diagnosis infark
kan tindakan bedah jantung di kemudian hari. Pendekatan
miokardium. Enzim yang paling sering diukur adalah isomer MB
mekanis/bedah terhadap penyakit arteri coronaria di
kreatin kinase (CK-MB), troponin T, dan troponin I. Infark
antaranya angioplasti balon dan/atau pemasangan stent
miokardium merupakan penyebab kematian yang sangat sering untuk menjaga agar pembuluh tetap terbuka, atau tandur
dijumpai di negara-negara maju karena banyaknya kasus pembuluh koronaria untuk memintas (byposs) segmen
aterosklerosis. Selain itu, terdapat hubungan antara yang tersumbat (CABG).
aterosklerosis dan kadar darah lipoprotein(a) (Lp(a)).

lah mengherankan jika aliran darah meningkat apabila


metabolisme miokardium meningkat. Kaliber pembuluh
FAKTOR SARAF
koroner dan tentunya kecepatan aliran darah koroner, Arteriol koroner mengandung reseptor adrenergik-α, yang
dipengaruhi tidak saja oleh perubahan tekanan dalam aorta memperantarai vasokonstriksi, dan reseptor adrenergik-β,
tetapi juga oleh faktor-faktor kimiawi dan saraf. Sirkulasi yang memperantarai vasodilatasi. Aktivitas saraf-saraf nora-
koroner juga memperlihatkan autoregulasi yang cukup besar. drenergik di jantung dan penyuntikan norepinefrin menimbul-
kan vasodilatasi koroner. Meski demikian, norepinefrin
FAKTOR KIMIA meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan
kontraksi jantung, sedangkan vasodilatasi terjadi karena
Hubungan erat antara aliran darah koroner dan konsumsi O2 pembentukan metabolit-metabolit vasodilator di dalam
miokardium mengisyaratkan bahwa satu atau lebih produk miokardium akibat peningkatan aktivitasnya. Apabila efek
metabolisme menyebabkan vasodilatasi koroner. Faktor- inotropik dan kronotropik impuls noradrenergik dihambat
faktor yang diduga berperan antara lain kekurangan O2 dan oleh obat penghambat adrenergik-β, rangsangan terhadap saraf
peningkatan konsentrasi lokal CO2, H+, K+, laktat, noradrenergik atau penyuntikan norepinefrin ke hewan yang
prostaglandin, nukleotida adenin, dan adenosin. Tampaknya, tidak dianestesi akan menyebabkan vasokonstriksi koroner.
beberapa atau seluruh metabolit vasodilator ini bekerja secara Dengan demikian, efek langsung rangsangan noradrenergik
terpadu, secara berlebihan, atau keduanya. Asfiksia, hipoksia, cenderung menimbulkan konstriksi daripada dilatasi
dan penyuntikan sianida intrakoroner meningkatkan aliran pembuluh-pembuluh koroner. Di sisi lain, rangsangan serat
darah koroner 200-300% pada jantung yang didenervasi vagus ke jantung menyebabkan pelebaran pembuluh koroner.
maupun yang utuh, dan ketiga rangsangan di atas Apabila tekanan darah sistemik menurun, efek
menimbulkan gambaran umum berupa hipoksia serat keseluruhan peningkatan refleks akibat lepas muatan
miokardium. Peningkatan aliran serupa terjadi di daerah yang noradrenergik adalah peningkatan aliran darah koroner
didarahi sebuah arteri coronaria saat arteri tersebut tersumbat karena adanya perubahan metabolik di miokardium pada
lalu terbuka. Hiperemia reaktif ini serupa dengan yang saat pembuluh di kulit, ginjal, dan splanknik mengalami
dijumpai di kulit (lihat bawah). Bukti menunjukkan bahwa konstriksi. Melalui cara ini, sirkulasi jantung dan di otak
hiperemia reaktif jantung disebabkan oleh pelepasan adenosin. tetap dipertahankan sewaktu aliran ke organ lain terganggu.
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 613

SIRKULASI KULIT Medula spinalis Neuron sensorik

Jumlah panas yang keluar dari tubuh sebagian besar diatur


oleh variasi jumlah darah yang mengalir ke kulit. Jari tangan,
jari kaki, telapak tangan, dan cuping telinga mengandung
hubungan anastomosis antara arteriol dan venula yang
diper-sarafi dengan baik (anastomosis arteriovenosa; lihat
Ujung-ujung
Bab 31). Respons aliran darah terhadap rangsang termore- di kulit
gulatorik dapat bervariasi dari 1 hingga 150 mL/100 g kulit/
mnt, dan variasi ini diduga dapat terjadi karena darah bisa
dialihkan melalui anastomosis. Kapiler dan pleksus vena
subdermis adalah tempat penampungan darah yang cukup
penting, dan kulit adalah salah satu tempat untuk dapat
mengamati reaksi pembuluh darah secara visual.
Hantaran ortodromik
REAKSI PUCAT Hantaran antidromik
Arah perjalanan implus Ujung-ujung
Apabila suatu benda runcing digoreskan secara lembut ke dekat arteriol
kulit, maka garis goresan akan menjadi pucat (reaksi pucat;
white reactiori). Rangsangan mekanis tampaknya mencetus- GAMBAR 33-14 Refleks akson.
kan kontraksi sfingter prakapiler, dan darah terdorong ke
luar dari kapiler dan vena kecil. Respons ini tampak selama
sekitar 15 detik.

RESPONS TRIPEL HIPEREMIA REAKTIF


Salah satu respons pembuluh darah yang terjadi di banyak
Apabila kulit digores lebih kuat dengan suatu benda runcing,
organ tetapi dapat terlihat di kulit adalah hiperemia reaktif,
reaksi pucat tidak terjadi dan digantikan oleh kemerahan
yaitu peningkatan jumlah darah di suatu daerah saat pulihnya
selama sekitar 10 detik (reaksi merah). Kemerahan ini
sirkulasi setelah periode oklusi. Apabila pasokan darah ke
beberapa menit kemudian diikuti dengan pembengkakan
suatu ekstremitas tersumbat, arteriol kulit di bawah oklusi
lokal dan kemerahan difus bebercak di sekitar cedera.
akan berdilatasi. Saat sirkulasi pulih, darah mengalir ke dalam
Kemerahan pertama terjadi akibat dilatasi kapiler, sebagai
pembuluh yang berdilatasi dan membuat kulit tampak merah
respons langsung kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan
menyala. O2 di atmosfer dapat berdifusi ke dalam kulit dengan
(wheat) merupakan edema lokal akibat peningkatan
jarak pendek, dan hiperemia reaktif dapat dicegah jika
permeabilitas kapiler dan venula pascakapiler, disertai
sumbatan sirkulasi ekstremitas terjadi di lingkungan atmosfer
ekstravasasi cairan. Kemerahan yang meluas dari daerah
cedera (flare) disebabkan oleh dilatasi arteriol. Respons tiga dengan O2 100%. Oleh sebab itu, dilatasi arteriol tampaknya
tahap ini—reaksi merah, wheal, dan flare—disebut respons disebabkan oleh efek hipoksia lokal.
tripel dan merupakan bagian reaksi normal terhadap cedera RESPONS UMUM
(lihat Bab 3). Respons ini tetap ada setelah simpatektomi
total. Di sisi lain, flare tidak muncul pada kulit yang Rangsangan saraf noradrenergik, serta epinefrin dan norepi-
mendapat anestesi lokal dan yang mengalami denervasi nefrin dalam darah menyebabkan konstriksi pembuluh
akibat degenerasi saraf sensorik, tetapi flare tetap muncul darah kulit. Serat saraf vasodilator tidak ada yang mencapai
setelah blok atau pemotongan saraf di atas tempat cedera. ke pembuluh darah kulit, sehingga vasodilatasi terjadi akibat
Hal ini, ditambah bukti lain, mengisyaratkan bahwa flare penurunan tonus konstriktor serta pembentukan lokal
disebabkan oleh refleks akson, yaitu respons pemancaran metabolit vasodilator. Warna dan suhu kulit juga bergantung
antidromis impuls yang dicetuskan di saraf sensorik oleh pada keadaan kapiler dan venula. Kulit yang dingin, kebiru-
cedera ke cabang-cabang serat saraf sensorik lainnya biruan atau keabu-abuan terjadi akibat konstriksi arteriol
(Gambar 33-14). Ini merupakan salah satu bukti penting dan dilatasi kapiler; kulit yang merah dan hangat terjadi
efek fisiologik yang disebabkan hantaran antidromis. apabila keduanya berdilatasi.
Transmiter yang dilepaskan di terminasi sentral neuron serat Karena rangsang nyeri menimbulkan pelepasan difus
C sensorik adalah substansi P (lihat Bab 7). Substansi P serta noradrenergik, selain respons tripel lokal, cedera yang
CGRP terdapat di seluruh bagian neuron. Keduanya menimbulkan nyeri juga akan menyebabkan vasokonstriksi
menyebabkan dilatasi arteriol, dan substansi P juga kulit secara merata. Apabila suhu tubuh meningkat sewaktu
menyebabkan ekstravasasi cairan. Saat ini telah ditemukan berolahraga, pembuluh darah kulit berdilatasi walaupun di
antagonis nonpeptida yang efektif terhadap substansi P dan bagian tubuh lain terus-menerus melepaskan noradrenergik.
dapat mengurangi ekstravasasi. Dengan demikian, peptida- Dilatasi pembuluh darah kulit yang terjadi akibat peningkat-
peptida ini tampaknya menimbulkan wheal. an suhu hipotalamus lebih kuat dibanding aktivitas refleks
614 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

lain. Dingin menyebabkan vasokonstriksi kulit; namun, pada jaringan yang bertambah. Meski demikian, pada manusia,
keadaan dingin yang hebat, dapat terjadi vasodilatasi walaupun aliran darah uterus meningkat 20 kali selama
superfisial. Vasodilatasi ini merupakan penyebab kulit wajah kehamilan, ukuran janin jauh lebih meningkat, mulai dari
tampak kemerahan pada cuaca dingin. satu sel menjadi janin ditambah plasenta dengan berat 4-5 kg
Syok akan lebih mencolok pada pasien yang bersuhu pada saat aterm. Akibatnya, pada kehamilan lanjut O2 yang
tinggi karena adanya vasodilatasi kulit, dan pasien yang diekstraksi dari darah uterus makin banyak, dan saturasi O2
mengalami syok tidak boleh dihangatkan sehingga suhu darah uterus menurun. Corticotropin-releasing hormone
tubuhnya meningkat. Hal ini kadang-kadang menimbulkan tampak berperan meningkatkan aliran darah uterus, serta
masalah karena orang awam yang bermaksud baik pernah menentukan waktu persalinan.
membaca buku pertolongan pertama yang mengatakan
bahwa “pasien yang mengalami cedera harus dijaga agar PLASENTA
tetap hangat”, dan mereka membungkus korban kecelakaan
Plasenta adalah “paru janin” (Gambar 33-16 dan 33-17).
yang syok dengan selimut tebal.
Bagian maternal plasenta berfungsi sebagai sinus darah yang
SIRKULASI PLASENTA & JANIN besar. Di dalam “danau” ini terdapat penonjolan villi-villi
dari bagian janin yang mengandung cabang-cabang halus
SIRKULASI UTERUS arteri dan vena umbilikalis janin (Gambar 33-16). O2
diserap oleh darah janin dan CO2 dikeluarkan ke dalam
Aliran darah uterus sebanding dengan aktivitas metabolik sirkulasi ibu menembus dinding villi dengan cara yang sama
miometrium dan endometrium, serta mengalami fluktuasi seperti pertukaran O2 dan CO2 di paru (lihat Bab 35).
siklik sesuai dengan siklus haid pada wanita yang tidak Namun, lapisan sel yang membungkus villi lebih tebal dan
hamil. Fungsi arteri-arteri spiralis dan basilaris pada kurang permeabel dibandingkan dengan membran alveolus
endometrium dalam menstruasi dibahas dalam Bab 22. paru, dan pertukaran yang terjadi jauh kurang efisien.
Pada kehamilan, aliran darah bertambah dengan cepat Plasenta juga merupakan jalur masuk semua bahan
seiring dengan membesarnya uterus (Gambar 33-15). makanan ke janin dan jalur keluar zat sisa dari janin ke
Sama seperti jaringan aktif lain, uterus juga membentuk dalam darah ibu.
metabolit-metabolit vasodilator. Pada awal kehamilan,
kadar O2 arteriovena di uterus tidak jauh berbeda, dan
estrogen memengaruhi pembuluh darah untuk meningkat-
kan aliran darah uterus guna memenuhi kebutuhan O2 Amnion
Septum
Arteri umbilicalis
Vena
umbilicalis
Persalinan

Tali pusat
Aliran darah uterus
Korion
Satuan relatif

Villus
Berat janin
Ruang
antar vilus
Areriol spiral
Lempeng basal
Lempeng korionik
Darah Endometrium
vena
Saturasi O2

sistemik Miometrium
Darah
vena
uterus
Persalinan
Waktu setelah konsepsi
GAMBAR 33-16 Diagram suatu potongan melalui plasenta
GAMBAR 33-15 Perubahan aliran darah uterus dan jumlah manusia yang memperlihatkan penonjolan villi-villi janin ke dalam sinus-
O2 dalam darah vena uterus selama kehamilan. (Berdasarkan Bancroft sinus maternal. (Disalin, dengan izin, dari Benson RC: Handbook of Obstetrics and
H. Dimodifikasi dan digambar ulang, dengan izin, dari Keele CA, Neil E: Samson Gynecology, ed ke-8, dan dimodifikasi berdasarkan Netter. Gambar asli diterbitkan oleh
Wright's Applied Physiology, 12th ed. Oxford Univ Press, 1971.) Appleton&Lange.HakCipta©1983McGraw-Hill.)
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 615

Plasenta

Tubuh Tubuh Tubuh

FO

Jantung Ki Jantung Ki Jantung Ki

DA DA
Paru Paru Paru

Jantung Ka Jantung Ka Jantung Ka

JANIN BAYI BARU LAHIR DEWASA

GAMBAR 33-17 Diagram sirkulasi pada janin, bayi baru lahir, dan dewasa. DA, ductus arteriosus; FO, foramen ovale. (Digambar ulang dan
disalin, dengan izin, dari Born GVR et al: Changes in the heart and lungs at birth. Cold Spring Harbor Symp Quant Biol 1954;19:102.)

SIRKULASI JANIN RESPIRASI JANIN


Susunan sirkulasi janin diperlihatkan secara diagramatis Jaringan janin dan bayi mamalia memiliki resistensi yang luar
dalam Gambar 33-17. Lima puluh lima persen curah jantung biasa terhadap hipoksia, tetapi belum begitu dimengerti. Meski
janin mengalir ke plasenta. Darah dalam vena umbilicalis demikian, saturasi O2 darah maternal di dalam plasenta sangat
pada manusia dipercaya mengandung saturasi O2 sebesar rendah sehingga janin dapat mengalami hipoksia seandainya
80%, dibandingkan dengan saturasi sirkulasi arteri pada sel darah merah janin tidak memiliki afinitas O2 yang lebih
orang dewasa yang sebesar 98%. Duktus venosus (Gambar besar dibanding sel darah merah orang dewasa (Gambar
33-18) mengalihkan sebagian darah ini secara langsung ke 33-19). Sel darah merah janin mengandung hemoglobin janin
vena cava inferior, dan sisanya bercampur dengan darah (hemoglobin F), sedangkan sel darah merah orang dewasa
porta janin. Darah vena porta dan sistemik janin hanya mengandung hemoglobin dewasa (hemoglobin A). Penyebab
memiliki saturasi 26%, dan saturasi darah campuran di vena perbedaan afinitas O2 di antara keduanya adalah karena
cava inferior adalah sekitar 67%. Sebagian besar darah yang hemoglobin F kurang mengikat 2,3-DPG dibandingkan
masuk jantung melalui vena cava inferior dialihkan secara dengan hemoglobin A. Berkurangnya afinitas O2 akibat
langsung ke atrium kiri melalui foramen ovale paten. pengikatan dengan 2,3-DGP dibahas di Bab 31.
Sebagian besar darah dari vena cava superior masuk
ventrikel kanan dan dikeluarkan ke dalam arteri pulmonalis.
PERUBAHAN SIRKULASI &
Resistensi paru yang kolaps sangat tinggi, dan tekanan dalam PERNAPASAN JANIN SETELAH LAHIR
arteri pulmonalis beberapa mm Hg lebih tinggi daripada Karena ductus arteriosus dan foramen ovale terbuka
tekanan dalam aorta, sehingga sebagian besar darah dalam (Gambar 33-18), pemompaan jantung kiri dan jantung
arteri pulmonalis lewat melalui ductus arteriosus ke aorta. kanan pada janin terjadi bersamaan, tidak berurutan
Dengan demikian, darah yang relatif tidak tersaturasi dari seperti pada orang dewasa. Pada saat lahir, sirkulasi
ventrikel kanan dialihkan ke badan dan tubuh bagian bawah plasenta terputus dan resistensi perifer tiba-tiba bertambah.
janin, sedangkan kepala janin menerima darah yang Sementara itu, karena sirkulasi plasenta terputus, bayi
teroksigenasi lebih banyak mengandung oksigen dari menjadi semakin asfiksik. Akhirnya, bayi menarik napas
ventrikel kiri. Dari aorta, sebagian darah dipompa ke dalam beberapa kali, dan paru mengembang. Tekanan intrapleura
arteri umbilicalis dan kembali ke plasenta. Saturasi O2 darah yang sangat negatif (-30 sampai -50 mm Hg) selama
di aorta bagian bawah dan arteri umbilicalis pada janin menarik napas ikut membantu pengembangan paru, tetapi
adalah sekitar 60%. sepertinya ada beberapa faktor lain yang juga berperan.
616 BAGIAN V Fisiologi Kardiovaskular

Atrium kiri Janin


Vena cava Ductus 22
superior arteriosus
20

Kandungan O2 (mL/dL)
18
Ibu
Foramen 16
ovale
14
12
Arteri
Atrium kanan pilmonaris 10
Ventrikel 8
Ventrikel kanan kiri 6
Ductus venosus Vena
4
cava inferior 2
Aorta 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PO2 (mm Hg)

GAMBAR 33-19 Kurva disosiasi hemoglobin dalam darah


janin dan ibu.

prostaglandin ini dihambat melalui inhibisi siklooksigenase


Vena
porta
Arteri saat lahir. Banyak bayi prematur yang ductus arteriosusnya
umbilicalis tidak dapat menutup secara spontan, tetapi penutupan dapat
Vena
umbilicalis dilakukan dengan pemberian obat-obat penghambat siklo-
oksigenase melalui infus. Pada keadaan ini, NO juga
Dari mungkin berperan dalam mempertahankan ductus agar
plasenta tetap terbuka.
Ke plasenta

RINGKASAN BAB
■ Cairan serebrospinalis dihasilkan terutama di pleksus
GAMBAR 33-18 Sirkulasi janin. Sebagian besar darah beroksigen koroidalis otak, sebagian melalui mekanisme transpor aktif di
yang mencapai jantung melalui vena umbilicalis dan vena cava
inferior dialihkan melalui foramen ovale dan dipompa keluar aorta sel epitel koroid. Cairan direabsorpsi ke dalam aliran darah
menuju kepala, sedangkan darah terdeoksigenasi yang kembali untuk mempertahankan tekanan saat produksi terus berlanjut.
melalui vena cava superior sebagian besar dipompa melalui arteri ■ Perembesan bahan-bahan di dalam darah ke dalam otak diatur
pulmonalis dan ductus arteriosus ke kaki dan arteri umbilicalis. secara ketat. Air, CO2, dan O2 dapat berpindah dengan bebas.
Bahan-bahan lain (seperti glukosa) memerlukan mekanisme
pengangkutan khusus, sementara masuknya makromolekul
hampir dapat diabaikan. Efektivitas sawar darah-otak dalam
mencegah masuknya xenobiotika diperkuat oleh efluks efektif
Penghirupan napas pertama ditambah konstriksi vena yang diperantarai oleh P-glikoprotein.
umbilicalis, memeras sekitar 100 ml darah dari plasenta ■ Sirkulasi koroner memasok oksigen ke miokardium yang
(“transfusi plasenta”). berkontraksi. Produk metabolik dan masukan saraf menyebab-
Begitu paru mengembang, maka resistensi pembuluh kan vasodilatasi sesuai kebutuhan oksigen. Penyumbatan arteri
paru akan menurun hingga kurang dari 20% nilai in utero, koronaria dapat menyebabkan cedera ireversibel jaringan
dan aliran darah paru meningkat tajam. Darah yang kembali jantung.
dari paru akan meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri, ■ Kontrol aliran darah kulit merupakan kunci dalam pe-
dan menutup foramen ovale dengan mendorong katup yang ngendalian suhu, dan hal ini diperkuat oleh adanya beragam
melindunginya ke arah septum antar atrium. Ductus tingkatan pirau melalui anastomosis arteriovena. Hipoksia,
arteriosus berkonstriksi dalam beberapa jam setelah lahir, refleks akson, dan sinyal simpatis berperan penting dalam
menentukan aliran melalui pembuluh darah kulit.
menyebabkan penutupan fungsional, dan penutupan
anatomis permanen terjadi dalam 24—48 jam berikutnya ■ Sirkulasi janin bekerja sama dengan sirkulasi plasenta dan
akibat penebalan ekstensif tunika intima. Mekanisme yang uterus untuk menyalurkan oksigen dan nutrien ke janin yang
tengah tumbuh, serta membawa keluar produk-produk sisa.
menyebabkan konstriksi awal antara lain peningkatan
Gambaran anatomis sirkulasi janin yang unik serta sifat
tegangan O2 arteri dan bradikinin, yang dilepaskan dari paru biokimiawi hemoglobin janin berfungsi menjamin pasokan
selama pengembangan awal. Selain itu, di ductus in utero O2 yang memadai, terutama ke kepala. Saat lahir, foramen
terdapat sejumlah vasodilator dengan konsentrasi yang relatif ovale dan ductus arteriosus menutup sehingga paru neonatus
tinggi— khususnya prostaglandin F2α—dan sintesis kini berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen.
BAB 33 Sirkulasi Melalui Daerah Khusus 617

PERTANYAAN PILIHAN GANDA D. Hati


E. Ginjal
Pilihlah satu jawaban terbaik untuk semua pertanyaan di bawah
5. Hal berikut mana yang tidak menyebabkan dilatasi arteriol kulit?
ini, kecuali jika ada petunjuk lain.
A. Meningkatnya suhu tubuh
1. Darah dari pembuluh berikut mana biasanya memiliki PO2 B. Epinefrin
terendah? C. Bradikinin
A. Arteri ibu D. Substansi P
B. Vena uterina ibu E. Vasopresin
C. Vena femoralis ibu 6. Seorang bayi laki-laki dibawa ke rumah sakit karena kejang.
D. Arteri umbilikalis Pada pemeriksaan dijumpai bahwa suhu tubuh dan glukosa
E. Vena umbilikalis plasmanya normal, tetapi glukosa cairan serebrospinalisnya
2. Selisih tekanan antara jantung dan aorta yang paling kecil 12 mg/dL (nromal 63 mg/dL). Penjelasan yang mungkin
adalah di untuk keadaan bayi ini adalah
A. ventrikel kiri sewaktu sistol. A. pengaktifan konstitutif GLUT 3 di neuron.
B. ventrikel kiri sewaktu diastol. B. defisiensi SGLT 1 di astrosit.
C. ventrikel kanan sewaktu sistol. C. defisiensi GLUT 5 di kapiler serebrum.
D. ventrikel kanan sewaktu diastol. D. defisiensi GLUT 1 55K di kapiler serebrum.
E. atrium kiri sewaktu sistol. E. defisiensi GLUT 1 45K di microglia.
3. Penyuntikan tissue plasminogen activator (t-PA) kemungkinan
besar bermanfaat
A. setelah paling sedikit 1 tahun pemulihan tanpa penyulit
REFERENSI BAB
setelah oklusi salah satu arteri coronaria Begley DJ, Bradbury MW, Kreater J (editors): The Blood–Brain
B. setelah paling sedikit 2 bulan istirahat dan pemulihan Barrier and Drug Delivery to the CNS. Marcel Dekker, 2000.
setelah oklusi suatu arteri coronaria Birmingham K (editor): The heart. Nature 2002;415:197.
C. selama minggu kedua setelah sumbatan arteri coronaria Duncker DJ, Bache RJ: Regulation of coronary blood flow during
D. selama hari kedua setelah oklusi arteri coronaria exercise. Physiol Rev 2008;88:1009.
E. selama jam kedua setelah oklusi arteri coronaria Hamel E: Perivascular nerves and the regulation of cerebrovascular
tone. J Appl Physiol 2006;100:1059.
4. Organ berikut mana yang aliran darahnya paling besar per Johanson CE, Duncan JA 3rd, Klinge PM, et al. Multiplicity of
100 g jaringan? cerebrospinal fluid functions: New challenges in health and
A. Otak disease. Cerebrospinal Fluid Res 2008;5:10.
B. Otot jantung Ward JPT: Oxygen sensing in context. Biochim Biophys Acta
C. Kulit 2008;1777:1.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Respirasi (pernapasan), atau pengambilan O2 dan penge- mengeluarkan CO2 secara bersamaan dari jaringan ke
luaran CO2 dari tubuh sebagai secara keseluruhan, adalah lingkungan luar. Selama pembahasan ini, peran penting pH
sasaran utama paru. Saat beristirahat, manusia normal dalam pertukaran gas serta kemampuan paru dalam ikut
bernapas 12-15 kali per menit. Setiap napas mengandung mengatur pH darah juga diulas. Pembahasan tentang
500 mL udara, ini berarti ada 6-8 L udara yang dihirup dan respons pernapasan terhadap perubahan konsentrasi O2
dihembuskan setiap menit. Saat udara telah mencapai paru
atau CO2, yang disebabkan oleh perubahan lingkungan dan/
sedalam alveolus, akan terjadi difusi sederhana yang
memungkinkan O2 masuk ke dalam darah di kapiler paru atau fisiologis, digunakan untuk lebih memahami kontrol
dan CO2 masuk ke alveolus untuk kemudian dihembuskan keseluruhan penyerapan O2 dan ekskresi CO2 secara
keluar. Secara matematika dasar, rata-rata setiap menit ada terpadu.
250 mL O2 yang masuk dan 200 mL CO2 yang diekskresikan Pengaturan pernapasan merupakan hal yang cukup
oleh tubuh. Selain O2 yang masuk ke sistem pernapasan, kompleks, dan mencakup tidak saja lepas-muatan repetitif
udara yang terhirup juga mengandung berbagai partikel
oleh neuron yang mengontrol gerakan otot-otot yang
yang harus disaring dengan baik dan/atau dikeluarkan agar
mengembangkan/mengempiskan paru, tetapi juga
paru tetap sehat. Terakhir, meskipun kita memiliki sejumlah
kontrol atas pernapasan, tetapi fungsi pernapasan dari serangkaian lengkung umpan-balik yang meningkatkan/
menit ke menit, termasuk penyesuaian halus yang diperlu- mengu-rangi deflasi paru berdasarkan kandungan gas dalam
kan agar paru berfungsi baik, terlaksana dengan sendirinya darah. Bab terakhir di bagian ini dimulai dengan ikhtisar
tanpa kontrol secara sadar. Tujuan bagian ini adalah mengenai beberapa faktor kunci yang membantu regulasi
membahas konsep dasar yang mendasari aspek-aspek pernapasan. Contoh-contoh spesifik kelainan pernapasan
penting dalam pengaturan dan hasil pernapasan, serta juga dibahas untuk lebih memahami lengkung umpan-balik
menekankan fungsi penting fisiologi pernapasan lainnya. rumit yang membantu pengaturan pernapasan.
Sistem pernapasan terhubung ke dunia luar oleh kanal Karena paru bersifat kompleks, sehingga terdapat berbagai
napas atas yang selanjutnya membentuk serangkaian kanal bagian dapat mengalami gangguan, banyak sekali penyakit
penghubung sebelum mencapai tempat pertukaran gas yang dapat memengaruhi fungsi paru. Di antaranya infeksi
(alveolus). Fungsi paru ditunjang oleh berbagai sarana pernapasan umum (dan tak-umum), asma, penyakit paru
anatomis yang berfungsi mengembangkan/mengempiskan obstruktif kronis (PPOK), sindrom distres pernapasan akut,
paru sehingga gas dapat mengalir masuk dan keluar dari
hipertensi pulmoner, kanker paru, dan lain sebagainya.
bagian tubuh lainnya. Sarana penunjang ini di antaranya
Beban kesehatan yang ditimbulkan oleh beragam penyakit
dinding dada; otot-otot pernapasan (yang memperbesar
dan memperkecil ukuran rongga toraks); daerah-daerah di tersebut tidak dapat diabaikan. PPOK, misalnya, perkiraan
otak yang mengontrol otot-otot tersebut; serta traktus dan konservatif saat ini menyatakan bahwa lebih dari 12 juta
saraf yang menghubungkan otak dengan otot. Terakhir, orang dewasa di Amerika Serikat mengidap penyakit ini.
paru menunjang sirkulasi pulmonal, yang memungkinkan Bahkan, PPOK adalah penyebab kematian tersering
perpindahan gas ke organ dan jaringan tubuh lain. Pada bab keempat (dan terus meningkat) dan merupakan faktor
pertama di bagian ini kita akan mengeksplorasi gambaran kontributor pada kematian non-PPOK dengan jumlah yang
anatomik dan selular unik sistem pernapasan dan sama. Meskipun strategi pengobatan PPOK yang
bagaimana struktur rumit paru ikut berperan dalam fisiologi dilandaskan pada upaya riset dan pemahaman secara terus
pernapasan. Pengkajian ini akan menghasilkan pengukuran menerus telah berhasil memperbaiki kualitas hidup, tetapi
dasar paru yang menentukan dan memungkinkan paru penyebab yang mendasarinya masih belum dapat
mengembang/mengempis, serta beberapa fungsi non-
disembuhkan. Pemahaman mengenai fisiologi pernapasan
pernapasan yang esensial bagi kesehatan paru.
dan fungsi (serta disfungsi) paru yang berkelanjutan dan
Pembahasan kita akan dilanjutkan dengan gambaran umum semakin baik, akan membuka kesempatan berkembangnya
fungsi utama sistem pernapasan—mengambil O2 dari strategi baru untuk mengobati PPOK serta berbagai
lingkungan luar dan menyalurkannya ke jaringan, serta penyakit paru lainnya.
Halaman ini sengaja dikosongkan
34
B A B

Mengenal Struktur &


Mekanika Paru

■ Menyebutkan kanal yang dilewati udara dari eksterior hingga ke alveolus,


T U J U A N dan menjelaskan sel-sel yang melapisi setiap kanal tersebut.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Menyebutkan otot-otot utama yang berperan dalam pernapasan, serta
menyebutkan peran masing-masing.
Anda seyogianya mampu:
■ Menjelaskan ukuran-ukuran dasar volume paru dan perkiraan nilai
ukuran tersebut pada orang dewasa normal.
■ Menjelaskan comptiance paru dan resistensi kanal napas.
■ Membandingkan sirkulasi paru dan sistemik, dan menyebutkan sejumlah
perbedaan utama antara keduanya.
■ Menjelaskan pertahanan dasar dan fungsi metabolik paru.
■ Menjelaskan tekanan parsial dan menghitung tekanan parsial tiap-tiap
gas penting di dalam atmosfir di permukaan laut.

PENDAHULUAN
Struktur sistem pernapasan bersifat unik sesuai dengan menangani aliran darah. Bab ini dimulai dengan anatomi
fungsi utamanya, yaitu mengangkut gas-gas masuk dan dasar dan fisiologi sel yang berperan dalam sistem
keluar tubuh. Selain itu, sistem pernapasan adalah jaringan pernapasan beserta ciri-ciri unik yang dimilikinya. Bab ini
bervolume besar yang terus menerus terpajan ke lingkungan juga membahas mengenai bagaimana gambaran anatomik
luar, sehingga berpotensi mengalami infeksi dan cedera. ikut berperan dalam mekanika dasar pernapasan, dan
Sistem paru juga mengandung sirkulasi unik yang harus beberapa fisiologi non-pernapasan penting yang ada di paru.

ANATOMI PARU memiliki dua fungsi penting tambahan—(1) menyaring partikel


besar agar tidak masuk ke kanal napas penghantar dan kanal
alveolus dan (2) menghangatkan dan melembabkan udara saat
Regio-regio Kanal Napas masuk ke tubuh. Partikel berukuran lebih dari 30-50 pm
Kanal napas (airway) pada sistem pernapasan dapat cenderung tidak terhirup melalui hidung, sementara parrikel
diuraikan menjadi tiga regio yang saling berkaitan: kanal berukuran 5—10 pm akan terbentur ke nasofaring dan masuk ke
napas atas; kanal napas penghantar (conducting airway); kanal napas penghantar. Sebagian besar partikel kedua ini
dan kanal napas alveolus (juga dikenal sebagai parenkim mengendap di membran mukosa hidung dan faring. Karena
paru atau jaringan asinus). Kanal napas atas terdiri dari dua adanya momentum, partikel-partikel itu tidak mengikuti arus
pintu masuk, yaitu rongga hidung/nasal dan mulut yang udara saat udara berbelok ke dalam paru, dan menumbuk di
menuju ke faring. Laring terbentang dari bagian bawah atau dekat tonsil dan adenoid, yaitu kumpulan besar jaringan
faring sampai ke ujung kanal napas atas. Hidung adalah limfoid yang aktif secara imunologis di bagian belakang faring.
pintu masuk utama udara yang terhirup; karena itu, lapisan
epitel mukosa nasofaring adalah bagian yang terpajan Saluran Napas Penghantar
alergen inhalan, toksikan, dan partikel dengan konsentrasi Kanal napas penghantar dimulai di trakea yang bercabang-
paling tinggi. Dengan demikian, wajar jika selain berfungsi cabang secara dikotomi sehingga memperluas permukaan
sebagai penghidu, hidung dan kanal napas atas juga dalam jaringan paru. Enam belas turunan pertama kanal ini

621
622 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Jumlah
Nama cabang saluran
pada cabang

Trakea 1

Bronkus 2

Zona respirasi
4

Bronkiolus 16
32

Bronkiolus terminal
6 x 104
A

Bronkiolus respiratorik

Zona penghantar
500 5 x 105

Duktus alveolaris

400
Luas penampang-lintang total (cm2)

Saccus alveolaris 8 x 106

300

GAMBAR 34-1 Zona penghantar dan respirasi kanal napas. A)


200 Cetakan resin pohon kanal napas manusia memperlihatkan
Conducting zone Zona percabangan dikotomi yang dimulai dari trakea. Perhatikan
respirasi
tambahan arteri (merah) dan vena (biru) paru yang diperlihatkan di
paru kiri. B) Pola percabangan kanal napas dari zona penghantar ke
zona transisi dan zona respirasi (tidak semua divisi digambar, dan
100
gambar tidak sesuai skala). Angka menunjukkan perkiraan jumlah
kanal napas yang terbentuk melalui percabangan. C) Luas
Bronkiolus penampang kanal napas total meningkat pesat setelah transisi dari
terminal zona penghantar menjadi zona respirasi. (Direproduksi, dengan izin, dari
Fishman AP. Fishman's Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed. McGraw-Hill
5 10 15 20 23 Medical, 2008; B dan C direproduksi dengan izin dari West JB. Respiratory
Physiology: The Essentials, 7th ed. Williams & Wilkins, 2005).
C Generasi saluran napas

membentuk zona penghantar kanal napas yang membawa terdapat lamina propria. Struktur ini secara kolektif disebut
gas dari dan ke kanal napas atas seperti dijelaskan di “mukosa kanal napas”. Di bawah epitel terdapat sel-sel otot
atas (Gambar 34–1). Cabang-cabang ini membentuk polos dan jaringan ikat pembungkus yang diselingi oleh
bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminal. Kanal napas tulang rawan, terutama di bagian kanal napas penghantar
penghantar tersusun dari beragam sel khusus yang tidak berkaliber besar. Epitel mukosa tersusun dari epitel berlapis
sekedar berfungsi sebagai kanal udara menuju paru semu (pseudostratified) yang mengandung beberapa jenis sel,
(Gambar 34–2). Epitel mukosa kanal napas melekat di antaranya sel bersilia dan sel sekretorik (mis. sel goblet dan
pada suatu membran basal tipis, dan di bawahnya asinus kelenjar) yang merupakan komponen-komponen
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 623

Trakea/Bronkus Bronkiolus Alveolus

Mukus/Surfaktan

Epitel
Kapiler Surfaktan

Membran basal
L. propria Kapiler Septum
interalveolar
Lapisan otot polos Sel epitel tipe I
Sel epitel tipe II
Kelenjar
Tulang rawan
Lapisan flbro
kartilaginosa Kapiler

GAMBAR 34-2 Transisi selular dari kanal napas penghantar juga berubah seiring dengan transisi kanal napas. (Direproduksi
menjadi alveolus. Transisi lapisan epitel dari epitel berlapis semu dari Fishman AP. Fishman's Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed.
dengan kelenjar submukosa menjadi epitel kuboid lalu epitel McGraw-Hill Medical, 2008).
skuamosa. Jaringan mesenkim dan struktur kapiler di bawahnya

kunci kekebalan alami kanal napas, serta sel basal yang dapat hingga ke permulaan bronkiolus respiratorik mengandung
berfungsi sebagai sel progenitor saat terjadi cedera. Seiring silia (Gambar 34-2). Silia terendam di dalam cairan perisilia
transisi kanal napas penghantar dari bronkiolus terminal dan biasanya bergetar dengan frekuensi 10-15 Hz. Di atas
menjadi transisional, gambaran histologi kanal penghantar lapisan perisilia dan silia yang bergerak tersebut terdapat
juga berubah. Kelenjar sekretorik menghilang dari epitel suatu lapisan mukus, yaitu campuran kompleks protein dan
bronkiolus dan bronkiolus terminal, peran otot polos makin polisakarida yang disekresikan oleh sel-sel khusus, kelenjar,
besar, dan tulang rawan hampir tidak ditemukan lagi di atau keduanya di kanal napas penghantar. Kombinasi ini
bawahnya. Sebagian besar lapisan epitel di bagian akhir kanal memungkinkan partikel asing dapat terperangkap (di
napas penghantar tersusun dari sel-sel Clara, yaitu sel epitel mukus) dan diangkut ke luar kanal napas (dijalankan oleh
kuboid tak-bersilia yang mengeluarkan penanda-penanda gerakan silia). Mekanisme silia dapat menyingkirkan partikel
pertahanan penting dan berfungsi sebagai sel progenitor dari paru dengan kecepatan sedikitnya 16 mm/mnt. Jika
setelah cedera. gerakan silia terganggu, seperti yang dapat terjadi pada
Sel epitel di kanal napas penghantar dapat mengeluarkan perokok, atau akibat kondisi lingkungan lain atau defisiensi
beragam molekul yang membantu pertahanan paru. Imuno- genetik, maka transpor mukus hampir tidak terjadi. Hal ini
globulin sekretorik (IgA), kolektin (termasuk protein dapat menyebabkan sinusitis kronik, infeksi paru berulang,
surfaktan (SP)-A dan SP-D), defensin serta peptida dan dan bronkiekstasis. Sebagian gejala ini terlihat pada fibrosis
protease lain, spesies oksigen reaktif, dan spesies nitrogen kistik (Boks Klinis 34–1).
reaktif dihasilkan oleh sel-sel epitel kanal napas. Zat-zat ini Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh sistem
dapat bekerja langsung sebagai antimikroba untuk menjaga saraf otonom. Sel-sel saraf di kanal napas mendeteksi
kanal napas agar bebas dari infeksi. Sel epitel kanal napas rangsangan mekanis atau keberadaan zat-zat yang tidak
juga mengeluarkan berbagai kemokin dan sitokin yang diinginkan di kanal napas misalnya debu, udara dingin, gas
menarik sel-sel imun tradisional dan sel efektor imun lainnya berbahaya, atau asap rokok. Neuron ini dapat memberi
ke tempat infeksi. Partikel-partikel berukuran lebih kecil sinyal ke pusat pernapasan untuk menimbulkan kontraksi
dengan diameter 2-5 pm, yang berhasil melewati kanal napas otot-otot pernapasan dan memicu refleks bersin atau batuk.
atas, umumnya akan jatuh ke dinding bronkus seiring Reseptor-reseptor tersebut dapat beradaptasi dengan cepat
dengan melambatnya aliran udara di kanal-kanal yang lebih jika terus menerus dirangsang untuk mengurangi bersin dan
kecil. Di tempat ini, partikel-partikel tersebut dapat memicu batuk pada kondisi normal. Reseptor β2 memperantarai
refleks konstriksi bronkus dan batuk. Kemungkinan lain, bronkodilatasi. Reseptor ini juga meningkatkan sekresi
mereka dapat disingkirkan dari paru oleh “eskalator bronkus (mis. mukus), sedangkan reseptor adrenergik α1
mukosilia”. Epitel kanal napas di sepertiga anterior hidung menghambat sekresi.
624 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

BOKS KLINIS 34-1

Fibrosis Kistik terjadi penekanan sekresi klorida di dinding kanal napas. Juga
Pada orang Kaukasia, fibrosis kistik adalah salah satu penyakit diduga terjadi penurunan reabsorpsi Na+, yang memang terjadi
genetik yang paling sering dijumpai: lebih dari 3% populasi di kelenjar keringat. Namun, di paru, penurunan reabsorpsi
Amerika Serikat merupakan pembawa penyakit resesif autosom sangat besar sehingga Na+ dan air keluar dari kanal napas,
ini. menyisakan sekresi yang kental dan lengket. Hal ini
Gen yang abnormal pada fibrosis kistik terletak di lengan menyebabkan berkurangnya lapisan perisilia dan menghambat
panjang kromosom 7, yang menyandi cystic fibrosis fungsi eskalator mukosilia, serta menimbulkan perubahan lokal
transmembrane conductance regulator (CFTR), yaitu kanal CL lingkungan untuk menurunkan keefektifan sekresi antimikroba.
yang terletak di membran apikal berbagai epitel sekretorik dan
absorptif. Jumlah mutasi gen CFTR yang menyebabkan fibrosis KIAT TERAPETIK
kistik sangat banyak (>1000) dan mutasi ini kini dikelompokkan Terapi tradisional fibrosis kistik bertujuan untuk
ke dalam lima kelas (I-V) berdasarkan fungsi sel mereka. Mutasi mengurangi berbagai gejala. Fisioterapi dada dan mu-
kelas I menyebabkan tidak terbentuknya protein. Mutasi kelas kolitik digunakan untuk mengencerkan mukus yang kental
II menyebabkan defek pada pemrosesan protein. Mutasi kelas dan membantu pembersihan paru. Antibiotik digunakan
III menyebabkan hambatan pada pengaturan kanal. Mutasi untuk mencegah infeksi baru dan menekan infeksi kronik.
kelas IV memperlihatkan perubahan hantaran kanal ion. Mutasi Bronkodilator dan obat anti-inflamasi digunakan untuk
kelas V menunjukkan penurunan sintesis protein. Berat melebarkan dan membersihkan kanal napas. Enzim
ringannya defek bervariasi di setiap kelas dan mutasi individual. pankreas dan suplemen nutrisi diberikan untuk
meningkatkan penyerapan nutrien dan menambah berat
Mutasi tersering yang menyebabkan fibrosis kistik adalah
badan. Karena penyakit ini disebabkan oleh mutasi "gen
hilangnya residu fenilalanin di asam amino posisi 508 protein
tunggal", terapi gen telah diteliti secara mendalam; meski
(AF508), yang merupakan mutasi kelas II yang menyebabkan
hasilnya belum memuaskan. Baru-baru ini, obat-obatan
kurangnya jumlah protein yang sampai ke membran plasma. yang membidik defek molekular sedang memasuki
Salah satu dampak fibrosis kistik adalah infeksi paru percobaan klinis dan menunjukkan harapan besar untuk
berulang, terutama oleh Pseudomonas aeruginosa, dan pengobatan yang lebih baik.
kerusakan paru yang progresif dan akhirnya bersifat fatal. Juga

Kanal Napas Alveolus perbaikan alveolus dan fisiologi sel lainnya. Salah satu fungsi
utama sel tipe II adalah membentuk surfaktan (Gambar
Dari trakea hingga sakus alveolaris, kanal napas bercabang
34-3d). Sel tipe II membentuk badan lamelar khusus, yaitu
sebanyak 23 kali. Tujuh percabangan terakhir yang mem-bentuk
organel terbungkus membran yang mengandung gelungan
zona transisional dan respirasi tempat terjadinya pertukaran gas,
fosfolipid, yang disekresikan ke dalam lumen alveolus melalui
terdiri dari bronkiolus transisional dan respiratorik, duktus eksositosis. Badan lamelar yang dikeluarkan ini membentuk
alveolaris, dan alveolus (Gambar 34-1 a,b). Percabangan multipel tabung-tabung lemak yang disebut mielin tubulus, yang
ini sangat memperluas penampang total kanal napas, dari 2,5 membentuk lapisan fosfolipid. Setelah sekresi, fosfolipid
cm2 di trakea menjadi 11.800 cm2 di alveolus (Gambar 34-1 c). surfaktan akan berjajar di alveolus dengan ekor asam lemak
Karena itu, kecepatan aliran udara di kanal napas berukuran hidrofobiknya menghadap lumen alveolus. Lapisan surfaktan
kecil sangat menurun dan sangat rendah. Transisi dari regio berperan penting dalam memper-tahankan struktur alveolus
penghantar menuju regio respirasi yang berakhir di alveolus juga dengan mengurangi tegangan permukaan (surface tension:
melibatkan perubahan pada susunan sel (Gambar 34-2; dan lihat bawah). Tegangan permuka-an berbanding terbalik
Gambar 34-3). Manusia memiliki 300 juta alveolus, dan luas dengan konsentrasi surfaktan per satuan luas. Saat alveolus
total dinding alveolus yang bersentuhan dengan kapiler di kedua mengembang selama inspirasi, molekul-molekul surfaktan
paru adalah sekitar 70 m2. saling menjauh dan tegangan permukaan meningkat,
Alveolus dilapisi oleh dua jenis sel epitel. Sel tipe I sebaliknya tegangan menurun ketika molekul-molekul
berupa sel gepeng dengan tonjolan sitoplasma besar dan tersebut saling mendekat selama ekspirasi. Sebagian kompleks
merupakan sel-sel utama yang melapisi alveolus, menutupi protein-lemak di surfaktan diserap melalui proses endositosis
sekitar 95% luas permukaan epitel alveolus. Sel tipe II oleh sel alveolus tipe II dan didaur-ulang.
(pneumosit granular) lebih tebal dan mengandung banyak Alveolus dikelilingi oleh kapiler paru. Di sebagian besar
badan inklusi lamelar. Meskipun sel-sel ini hanya mem- alveolus, udara dan darah dipisahkan hanya oleh epitel
bentuk 5% luas permukaan, namun mereka mewakili sekitar alveolus dan endotel kapiler, sehingga keduanya terpisah
60% sel epitel di alveolus. Sel tipe II berperan penting dalam hanya sebesar 0,5 µm (Gambar 34-3). Alveolus juga
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 625

Kapiler
ma
Bronkiolus
respiratorik
Alveolus
Duktus alveolaris
cf a
Pori
Alveolus alveolus en

epI
a cap

Alveolus
cf

C
Endotel Udara alveolus Sel tipe II Membran
Ruang udara
kapiler basal
SF

TM
N
N
Eritrosit
Interstisium LB
Plasma dalam Makrofag
kapiler alveolus
CB
Sel tipe I
Eritrosit Sel Golgi Asam lemak
tipe II N
RER Kolin
Gliserol
Sel tipe I Udara alveolus Asam amino
B D dsbnya

GAMBAR 34-3 Sel-sel yang mencolok pada alveolus manusia alveolus tipe II dan disekresikan melalui eksositosis ke dalam cairan
dewasa. A) Potongan melintang zona respirasi memperlihatkan yang melapisi alveolus. Bahan-bahan yang dibebaskan oleh badan
hubungan antara kapiler dan epitel kanal napas. Hanya 4 dari 18 lamelar tersebut diubah menjadi mielin tubulus (TM), dan TM adalah
alveolus yang diberi label. B) Pembesaran kotak dari gambar (A) yang sumber lapisan permukaan fosfolipid (SF). Surfaktan diserap melalui
memperlihatkan hubungan erat antara kapiler, interstisial, dan epitel endositosis ke dalam makrofag alveolus dan sel epitel tipe II. N,
alveolus. C) Mikrograf elektron memperlihatkan daerah khas yang nukleus; RER, retikulum endoplasma kasar; CB, badan komposit. (Untuk
diperlihatkan di (B). Kapiler paru (cap) di septum berisi plasma dengan (A) dari Greep RO, Weiss L. Histology, 3rd ed. New York, McGraw-Hill, 1973; (B)
Direproduksi, dengan izin, dari Widmaier EP, Raff H, Strang KT. IZander's Human
sel darah merah. Perhatikan membran-membran sel epitel paru dan Physiology: The Mechanisms of Body Function, 11,h ed. McGraw-Hill, 2008; (C) Burri
endotel yang berdekatan sesekali dipisahkan oleh serat-serat jaringan PA. Development and growth of the human lung. Dalam: Handbook of Physiology,
ikat (cf); en, nukleus sel endotel; epl, nukleus sel epitel alveolus tipe I; Section 3, The Respiratory System. Fishman AP, Fisher AB (editor). American
a, ruang alveolus; ma, makrofag alveolus. D) Pembentukan sel tipe II Physiological Society, 1985; dan (D) Wright JR. Metabolism and turnover of lung
dan metabolisme surfaktan. Badan lamelar (LB) terbentuk di sel epitel surfactant. Am Rev Respir Dis 136;426:1987).

mengandung sel-sel khusus lain, seperti makrofag alveolus memroses antigen inhalan untuk membentuk serangan
paru (pulmonary alveolar macrophage, PAM atau AM), imunologik, serta menyekresi zat-zat yang menarik granulosit
limfosit, sel plasma, sel neuroendokrin, dan sel mast. PAM ke paru dan zat-zat yang merangsang pembentukan
merupakan komponen penting dalam sistem pertahanan granulosit dan monosit di sumsum tulang. Fungsi PAM juga
paru. Seperti makrofag lainnya, sel-sel ini berasal dari dapat merugikan—ketika menelan sejumlah besar zat yang
sumsum tulang. PAM merupakan fagosit aktif dan menelan terkandung dalam asap rokok atau iritan lain, mereka dapat
partikel-partikel kecil yang lolos dari eskalator mukosilia mengeluarkan produk-produk lisosom ke dalam ruang
dan mencapai alveolus. Sel-sel ini juga membantu ekstrasel yang menimbulkan peradangan.
626 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Otot-Otot Pernapasan mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat.


Transeksi medula spinalis di atas segmen cervicalis ketiga dapat
Paru berada di dalam rongga toraks, yang dibatasi oleh berakibat fatal bila tidak diberikan pernapasan buatan, tetapi hal
sangkar iga (rib cage) dan kolumna spinalis. Paru dikelilingi ini tidak diperlukan bila pemotongan dilakukan di bawah
oleh beragam otot yang berperan dalam pernapasan segmen cervicalis kelima, karena nervus phrenicus yang
(Gambar 34-4). Gerakan diafragma berperan terhadap 75% mempersarafi diafragma tetap utuh; nervus phrenicus keluar
perubahan volume intratoraks selama inspirasi tenang. Otot dari medula spinalis setinggi segmen cervicalis 3-5. Sebaliknya,
diafragma melekat di sekeliling bagian dasar sangkar iga, pada penderita paralisis bilateral nervus phrenicus yang per-
membentuk kubah di atas hati dan bergerak ke bawah seperti sarafan museulus intercostalesnya utuh, pernapasan agak sukar,
piston saat berkontraksi. Jarak pergerakan diafragma ber- tetapi cukup adekuat untuk mempertahankan hidup. Museulus
kisar antara 1,5 cm hingga 7 cm saat inspirasi dalam. scalenus dan sternocleidomastoideus di leher merupakan otot-
Diafragma terdiri atas tiga bagian: pars costalis, dibentuk otot inspirasi tambahan yang ikut membantu mengangkat
oleh serat otot yang melekat ke iga di sekeliling dasar sangkar rongga dada pada pernapasan yang sukar dan dalam.
iga; pars crural (pars lumbalis), dibentuk oleh serat otot yang Saat otot-otot ekspirasi berkontraksi, akan terjadi penurun-
melekat ke ligamentum sepanjang tulang belakang; dan an volume intratoraks dan ekspirasi paksa. Fiek ini dimiliki oleh
centrum tendineum, tempat insersi serat-serat pars costalis museuli intercostales interni karena otot-otot ini berjalan miring
dan pars lumbalis. Centrum tendineum juga merupakan ke arah bawah dan belakang dari iga satu ke iga lainnya, sehingga
bagian inferior perikardium. Serat-serat pars lumbalis ber- akan menarik rongga dada ke bawah saat berkontraksi.
jalan di kedua sisi esofagus dan dapat menekan esofagus saat Kontraksi otot dinding anterior abdomen juga ikut membantu
berkontraksi. Pars costalis dan pars lumbalis diafragma proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke arah bawah dan
dipersarafi oleh cabang nervus phrenicus yang berbeda dan dalam, serta dengan meningkatkan tekanan intra-abdomen yang
dapat berkontraksi secara terpisah. Contohnya, pada waktu akan mendorong diafragma ke atas.
muntah dan bersendawa, tekanan intra-abdomen meningkat
Untuk memasuki kanal napas penghantar, udara harus
akibat kontraksi serat costalis diafragma, sedangkan serat-serat
melewati glotis, yaitu daerah di dalam dan antara pita suara di
lumbalis tetap rileks, sehingga memungkinkan bergeraknya
laring. Otot-otot abduktor di laring berkontraksi pada awal
berbagai bahan dari lambung ke dalam esolagus.
inspirasi, menarik keluar pita suara dan membuka glotis.
Otot inspirasi lain yang penting adalah museuli inter- Sewaktu menelan atau tersedak, kontraksi refleks otot-otot
costales externi, yang berjalan miring ke arah bawah dan adduktor akan menutup glotis dan mencegah aspirasi makanan,
depan dari iga yang satu ke iga yang lain. Iga berputar cairan, atau muntahan ke dalam paru. Pada pasien yang tidak
seolah-olah memiliki sendi di bagian punggung, sehingga sadar atau terbius, penutupan glotis mungkin tidak sempurna
ketika museulus intercostales eksternus berkontraksi, iga-iga sehingga muntahan dapat masuk ke trakea dan menyebabkan
di bawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong reaksi peradangan di paru (pneumonia aspirasi).
sternum ke luar dan memperbesar diameter anteroposterior
rongga dada. Diameter transversal juga bertambah tetapi Pleura Paru
dengan derajat yang lebih kecil. Museulus intercostales Rongga pleura dan jaringan yang membungkusnya berfungsi
eksternus maupun diafragma, masing-masing dapat sebagai daerah/cairan pelumas yang memungkinkan paru
bergerak di dalam rongga toraks (Gambar 34-5A). Rongga
Sternocleidomastoideus pleura dibentuk oleh dua lapisan: pleura parietalis dan pleura
viseralis. Pleura parietalis adalah membran yang melapisi rongga
Trapezius
Scalenus

Intercostales
Intercostales
externi
interni
Intercostales
parasternii

Rectus
abdominis
Diafragma
Obliquus
internus
Internal
oblique
Transversus B C
A abdominis
penuh (B) dan inspirasi penuh (C). Garis putih putus-putus di C adalah
GAMBAR 34-4 Otot dan gerakan dalam pernapasan. A) Sebuah
tepi paru saat ekspirasi penuh. Perhatikan perbedaan volume
diagram ideal otot-otot pernapasan yang mengelilingi sangkar iga. intratoraks. (Direproduksi, dengan izin, A) dari Fishman AP. Fishman's Pulmonary
Diafragma dan museulus intercostales berperan penting dalam Diseasesand Disorders, 4,h ed. McGraw Hill Medical, 2008; B, C dari Comroe JH Jr.
pernapasan. B) dan C) Foto rontgen toraks dalam keadaan ekspirasi Physiology ofRespiration, 2nd ed. Year Book, 1974).
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 627

A B

Apeks

Iga pertama

Pleura parietalis
Pleura viseralis

Perifer Aksial
Ligamentum Septum
paru

Recessus
costo-
diaphragmatica

GAMBAR 34-5 Rongga pleura dan jaringan ikat. A) Gambaran rongga pleura. B) Jalur-jalur jaringan ikat paru yang diperbesar.
Irisan depan paru di dalam sangkar iga. Perhatikan pleura viseralis dan Perhatikan serat-serat aksial di sepanjang kanal napas, serat perifer
parietalis serta jaringan yang membungkus lobus paru, termasuk di pleura, dan serat septum. (Direproduksi, dengan Izin dari Fishman AP:
Fishman's Pulmonary Diseasesand Disorders, 4,h ed. McGraw-Hill Medical, 2008).

dada yang berisi paru. Pleura viseralis adalah membran yang membentuk anastomosis dengan kapiler atau vena paru.
melapisi permukaan paru. Cairan pleura (sekitar 15—20 mL) Vena bronkialis mengalirkan isinya ke vena azigos. Sirkulasi
membentuk lapisan tipis antara kedua membran pleura dan bronkus memberi nutrisi mulai dari trakea hingga ke
mencegah gesekan di antara kedua permukaan sewaktu bronkiolus terminal dan juga mendarahi pleura dan kelenjar
inspirasi dan ekspirasi. limfe hilus. Perlu diperhatikan, bahwa kanal limfe di paru
Paru sendiri mengandung banyak ruang bebas—80% lebih banyak dibandingkan organ yang lain. Kelenjar limfe
paru merupakan udara. Meskipun hal ini memaksimalkan luas tersusun di sepanjang pohon bronkus dan meluas ke bawah
permukaan untuk pertukaran gas, tetapi diperlukan jaringan sampai diameter bronkus mencapai sekitar 5 mm. Ukuran
penunjang yang ekstensif agar bentuk dan fungsi paru dapat kelenjar limfe bervariasi, mulai dari 1 mm di bronkus perifer
dipertahankan. Jaringan ikat di dalam pleura viseralis terdiri hingga 10 mm di sepanjang trakea. Kelenjar terhubung oleh
dari tiga lapisan yang membantu menunjang paru. Serat-serat pembuluh-pembuluh limfe dan memungkinkan aliran satu-
elastis yang mengikuti mesotelium, secara efektif mem- arah limfe ke vena subklavia.
bungkus tiga lobus paru kanan dan dua lobus paru kiri
(Gambar 34-5B). Suatu lembaran profunda berupa serat-serat MEKANIKA PERNAPASAN
halus yang mengikuti bentuk alveolus membentuk jaringan
penunjang bagi tiap-tiap kantong udara tersebut. Di antara
kedua lembar terpisah ini terdapat jaringan ikat yang diselingi INSPIRASI & EKSPIRASI
oleh sel untuk menunjang dan mempertahankan fungsi paru. Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada
keadaan normal, antara paru dan dinding dada (ruang
Darah dan Limfe di Paru intrapleura) hanya terdapat selapis tipis cairan. Paru dengan
Sirkulasi paru dan sirkulasi bronkus berperan dalam mem- mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar
bentuk aliran darah paru. Dalam sirkulasi paru (Gambar untuk dipisahkan dari dinding dada; sama halnya dengan dua
34-6), hampir semua darah di tubuh akan melalui arteri lempeng kaca yang direkatkan dengan air, dapat digeser tetapi
pulmonalis untuk menuju ke jaringan kapiler paru, tempat tidak dapat dipisahkan. Tekanan di dalam “ruang” antara paru
darah mengalami oksigenasi dan dikembalikan ke atrium kiri dan dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat subatmosferik
melalui vena pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang (Gambar 34-7). Pada saat lahir, paru mengembang sehingga
mengikuti percabangan bronkus hingga ke bronkiolus jaringannya teregang, dan pada akhir ekspirasi tenang,
respiratorik. Namun, vena pulmonalis yang kembali ke kecenderungan daya recoil jaringan paru untuk menjauhi
jantung terletak di sela-sela bronkus. Sirkulasi bronkus yang dinding dada diimbangi oleh daya recoil dinding dada ke arah
terpisah dan jauh lebih kecil terdiri dari arteri-arteri yang berlawanan. Apabila dinding dada terbuka, paru akan
bronkialis yang berasal dari arteri sistemik. Arteri ini kolaps; dan apabila paru kehilangan elastisitasnya, dada akan
membentuk kapiler, yang mengalir ke vena bronkialis atau mengembang menyerupai bentuk gentong (barrel shaped).
628 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

12 12

12
12 14 14
120/80

24
2 9 8

120
25 0
0

LA
120
80
RV
20
10 30

C
A B

GAMBAR 34-6 Sirkulasi paru. A, B) Diagram skematik ditandai dengan nilai tekanan darah masing-masing (mm Hg). (A, B
hubungan cabang-cabang utama arteri pulmonalis (A) dan vena Direproduksi, dengan izin, Fishman AP. Fishman's Pulmonary Diseases and
pulmonalis (B) dengan pohon bronkus. LA = atrium kiri; RV = Disorders, 4th ed. McGraw-Hill Medical, 2008; C Dimodifikasi dari Comroe JH Jr.
Physiology of Respiration, 2nd ed. Year Book, 1974.)
ventrikel kanan. C) Daerah-daerah yang mewakili aliran darah

Inspi- Ekspi- Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot


rasi rasi inspirasi akan meningkatkan volume intratoraks. Tekanan
+2
Tekanan dalam intrapleura di bagian basal paru akan turun dari nilai normal
alveolus
+1 sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal
inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru tertarik ke posisi
0 yang semakin mengembang. Tekanan di dalam kanal napas
-1
menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru. Pada
akhir inspirasi, daya reçoit paru mulai menarik dadakembali ke
Tekanan
-2 (mm Hg)
posisi ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara
Tekanan
intrapleura daya reçoit jaringan paru dan dinding dada (lihat bawah).
-3 Tekanan di dalam kanal udara menjadi sedikit lebih positif, dan
udara mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang,
-4 ekspirasi merupakan proses pasif karena tidak memerlukan
-5 kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun
pada awal ekspirasi, terdapat kontraksi ringan otot inspirasi.
-6 Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya reçoit paru dan
memperlambat ekspirasi. Pada inspirasi kuat, tekanan
0,6 intrapleura dapat turun hingga mencapai -30 mmHg, yang
Volume
pernapasan menyebabkan jaringan paru lebih mengembang. Apabila
0,4 ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga
Volume
(L) ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang
0,2
menurunkan volume intratoraks.

0 1 2 3 4
0
MENGUKUR FENOMENA
Waktu (detik)
PERNAPASAN
GAMBAR 34-7 Tekanan di alveoius dan rongga pleura relatif Spirometer modern memungkinkan kita mengukur secara
terhadap tekanan atmosfir selama inspirasi dan ekspirasi. Garis langsung pemasukan dan pengeluaran gas. Karena volume gas
terputus-putus menunjukkan tekanan intrapleura yang akan terjadi
jika tidak terdapat resistensi jaringan dan jalan napas; kurva
dapat berubah-ubah sesuai suhu dan tekanan, dan karena
sebenarnya (solid) menjadi miring ke kiri oleh resistensi tersebut. jumlah uap air di dalamnya bervariasi, alat ini memiliki
Gambar volume pernapasan selama inspirasi/ekspirasi diperlihatkan kemampuan untuk mengoreksi pengukuran pernapasan dalam
sebagai perbandingan. bentuk volume ke kondisi baku. Perlu dicatat, tepatnya
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 629

pengukuran sangat bergantung pada kemampuan dokter dalam 6


mendorong pasien agar menggunakan alat secara penuh. 5
Teknik-teknik modern analisis gas memungkinkan pengukuran
komposisi campuran gas dan kandungan gas dalam cairan tubuh 4

Volume (L)
secara cepat dan handal. Contohnya, elektroda O2 dan CO2, yaitu 3 FVC
probe kecil yang sensitif terhadap O2 atau CO2, dapat disisipkan FEV1
ke dalam kanal napas atau pembuluh darah atau jaringan untuk 2
merekam Po2 dan Pco2 secara terus-menerus. Penilaian 1
oksigenasi dalam jangka panjang dapat dilakukan secara non-
invasif menggunakan puise oxymeter, yang dapat dengan mudah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0
ditempelkan di ujung jari atau cuping telinga.
Waktu (dtk)
Volume dan Kapasitas Paru GAMBAR 34-9 Volume gas yang dikeluarkan oleh seorang
Pengukuran penting fungsi paru dapat diperkirakan dari dewasa normal selama ekspirasi paksa, yang memperlihatkan FEV,
perpindahan volume udara selama inspirasi dan/atau dan kapasitas vital paksa (FVC). Dari grafik, volume ekspirasi paksa
ekspirasi. Kapasitas paru merujuk kepada subdivisi-subdivisi pada rasio (FEV1) 1 dtk terhadap FVC (FEV1/FVC) dapat dihitung (4 L/5 L
yang mengandung dua atau lebih volume. Volume dan = 80%). (Disalin, dengan izin, dari Crapo RO: Pulmonary-function testing. N Engl J
Med 1994;331:25. Hak Cipta © 1994, Massachusetts Medical Society).
kapasitas yang tercatat di sebuah spirometer dari seorang
individu sehat diperlihatkan di Gambar 34-8. Spirometri
Kapasitas vital paru (vital lung capacity, sekitar 3,5 L) adalah
diagnostik digunakan untuk menilai fungsi paru pasien jika
jumlah maksimal udara yang dikeluarkan dari paru yang
dibandingkan dengan populasi normal, atau dengan
mengembang penuh, atau tingkat inspirasi maksimal (ini
pengukuran sebelumnya dari pasien yang sama. Jumlah udara
mencerminkan TV + IRV + ERV). Kapasitas inspirasi
yang masuk ke dalam paru setiap inpirasi (atau jumlah udara
(inspiratory capacity, sekitar 2,5 L) adalah jumlah maksimal
yang keluar dari paru setiap ekspirasi) dinamakan volume
udara yang dihirup dari tahap ekspirasi akhir (IRV + TV).
alun napas (tidal volume/TV). Nilai lazim TV berkisar antara
Kapasitas residual fungsional (functional residual capacity/
500-700 mL. Jumlah udara yang dapat dihirup pada upaya
FRC; sekitar 2,5 L) mencerminkan volume udara yang tersisa di
inspirasi maksimal di luar TV adalah volume cadangan
paru setelah ekspirasi pada pernapasan normal (RV + ERV).
inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV; biasanya sekitar 2
L). Jumlah udara yang dikeluarkan oleh upaya ekspirasi aktif Pengukuran dinamik berbagai volume dan kapasitas paru
setelah ekspirasi pasif adalah volume cadangan ekspirasi selama ini digunakan untuk membantu menentukan disfungsi
(expiratory reserve volume/ERV, sekitar 1 L), dan udara yang paru. Kapasitas vital paksa (forced vital capacity, FVC), yaitu
masih tertinggal di dalam paru setelah upaya ekspirasi jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru-paru
maksimal disebut volume residu (residual volume/RV; sekitar setelah inspirasi maksimal, seringkah diukur di klinik sebagai
1,3 L). Jika keempat komponen di atas disatukan maka petunjuk mengenai fungsi paru. FVC memberikan informasi
dihasilkan kapasitas paru total (total lung capacity, sekitar 5 berharga mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta aspek-
L). Kapasitas paru total dapat dibagi menjadi beberapa aspek fungsi paru lainnya. Fraksi volume kapasitas vital yang
kapasitas alternatif yang membantu penentuan fungsi paru. dikeluarkan satu detik pertama pada ekspirasi paksa disebut
sebagai FEV1 (forced expiratory volume in 1 sec, Gambar 34-9).
Rasio FEV1 terhadap FVC (FEV1/FVC) berguna untuk
mengenali kelompok-kelompok penyakit kanal napas (Boks
Volume
cadangan inspirasi Kapasitas
Klinis 34-2). Pengukuran dinamik lain adalah respiratory
(IRV) inspirasi minute volume (RMV, volume respirasi semenit) dan
Kapasitas (IC) Kapasitas maximal voluntary vetitilation (MW, ventilasi volunter
Volume vital paru total maksimal). Dalam keadaan normal, RMV berjumlah sekitar 6 L
alun (VC) (TLC)
Volume, L

(500 mL/napas x 12 napas/mnt). MVV adalah volume gas


napas (TV)
terbesar yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan selama 1
Volume cadangan menit secara volunter. Parameter ini biasanya diukur selama 15
ekspirasi (ERV) detik dan dipro-ratakan menjadi semenit; nilai normal MVV
berkisar antara 140-180 L/menit untuk pria dewasa sehat.
Kapasitas
residu fungsional Perubahan RMV dan M VV pada seorang pasien dapat
Volume
residu (RV) (FRC) menandakan adanya disfungsi paru.

COMPLIANCE PARU & DINDING


Waktu, dtk
DADA
GAMBAR 34-8 Volume paru dan pengukuran kapasitas. Compliance terjadi akibat kecenderungan jaringan untuk
Volume-volume paru direkam menggunakan spirometer. Kapasitas
kembali ke posisi semula setelah gaya yang diterimanya
paru ditentukan dari hasil-hasil pengukuran volume. Lihat teks
untuk definisi. (Direproduksi, dengan izin, dari Fishman AP. Fishman's
dihilangkan. Setelah inspirasi pernapasan tenang (mis. pada
Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed. McGraw-Hill, 2008). FRC), paru cenderung untuk kolaps dan dinding dada
630 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

BOKS KLINIS 34-2

Perubahan Aliran Udara pada Penyakit untuk pasien obstruktif (50%) versus restriktif (90%) menentukan
jenis pengukuran yang diperlukan dalam mengevaluasi kedua
A. NORMAL B. OBSTRUKTIF C. RESTRIKTIF
penyakit ini. Penyakit obstruktif menyebabkan penurunan
mencolok FVC dan FEV1/FVC, sedangkan penyakit restriktif
menyebabkan berkurangnya FVC tanpa penurunan FEV1/FVC.
Perlu dicatat bahwa contoh-contoh ini terjadi pada keadaan ideal
dan sejumlah penyakit dapat memperlihatkan hasil campuran.
Penyakit Obstruktif-Asma
Asma ditandai dengan mengi, batuk, dan perasaan sesak pada
dada akibat bronkokonstriksl yang bersifat episodik atau kronik.
Meskipun penyakit ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada
tiga kelainan kanal napas yang terjadi: obstruksi kanal napas yang
WAKTU, dtk
reversibel paling tidak secara parsial, peradangan kanal napas,
dan hiperresponsivitas kanal napas terhadap berbagai
rangsangan. Asma telah lama diketahui berhubungan dengan
Gambaran spirogram yang mengukur volume dalam waktu (dtk)
pada subjek yang memperlihatkan pola normal (A), obstruktif (B), alergi, dan kadar IgE plasma penderita asma sering meningkat.
atau restriktif (C). Perhatikan perbedaan FEV1 FVC, dan FEV1, FVC Protein-protein yang dikeluarkan dari eosinofil dalam reaksi
(diperlihatkan di bawah). Fishman's Pulmonary Diseases and Disorders, Bab peradangan dapat merusak epitel kanal napas dan ikut berperan
34, Gambar 34-16. dalam hiperresponsivitas. Leukotrien dibebaskan dari eosinofil
Pengukuran Aliran Udara pada Penyakit dan sel mast, dan dapat memperparah bronkokonstriksi. Banyak
Obstruktif & Restriktif amina, neuropeptida, kemokln, dan interleukln lain yang
memengaruhi otot polos bronkus atau menyebabkan
Dalam contoh di atas, FVC orang sehat adalah sekitar 4,0 Ldan
FEV1 sehat adalah sekitar 3,3 L. Hasil penghitungan FEV1/FVC peradangan, dan mereka mungkin terlibat dalam asma.
adalah sekitar 80%. Pasien dengan penyakit obstruktif atau
KIAT TERAPETIK
restriktif dapat memperlihatkan penurunan FVC, dalam kisaran
2 L dalam contoh di atas. Namun, pengukuran FEV1 cenderung Karena reseptor adrenergik β2 memperantarai bronko-
bervariasi secara signifikan di antara kedua penyakit tersebut. dilatasi, sejak dahulu agonis adrenergik β2 digunakan
Pada penyakit obstruktif, pasien cenderung memperlihatkan sebagai terapi utama serangan asma ringan sampai
perubahan kemiringan kurva FVC secara perlahan dan mantap, sedang. Steroid inhalan dan sistemik digunakan bahkan
sehingga menghasilkan FEVi yang kecil, yaitu sekitar 1 L pada pada kasus ringan sampai sedang untuk mengurangi
contoh. Namun, pada pasien dengan penyakit restriktif, aliran peradangan; obat golongan ini sangat efektif, tetapi efek
udara cenderung cepat di bagian awal, lalu dengan cepat sampingnya dapat menimbulkan masalah. Obat-obat yang
menyusul setinggi FVC. FEV, yang dihasilkan jauh lebih besar, menghambat pembentukan leukotrien atau reseptor
yaitu sekitar 1,8 L pada contoh, meskipun FVC-nya sama CysLT1-nya juga terbukti berguna pada beberapa kasus.
(bandingkan B dan C di atas). Penghitungan cepat FEV1/FVC

cenderung untuk mengembang. Interaksi antara recoil paru komponen tekanan yang sedikit negatif dari dinding dada
dan recoil dada dapat terlihat pada subjek hidup melalui (PW) dan tekanan yang sedikit positif dari paru (PI). PTR
spirometer yang memiliki katup tepat di bagian belakang bernilai positif pada volume-volume yang lebih besar dan
mouthpiece. Mouthpiece berisi alat pengukur tekanan. Setelah negatif pada volume-volume yang kecil. Compliance paru dan
subjek menarik napas dengan jumlah tertentu, katup terkunci dinding dada diukur sebagai kecuraman kurva PTR, atau,
sehingga jalan napas tertutup. Otot-otot pernapasan kemudian sebagai perubahan volume paru per satuan perubahan tekanan
berelaksasi sementara tekanan di kanal napas dicatat. Prosedur kanal napas (ΔV/ΔP). Compliance normalnya diukur dalam
ini diulangi setelah menghirup atau secara aktif menghembus- kisaran tekanan pada bagian kurva dengan tekanan relaksasi
kan napas dengan berbagai volume. Kurva tekanan kanal paling curam, dan nilai normalnya adalah sekitar 0,2 L/cm
napas yang diperoleh dengan cara ini, diplotkan terhadap H2O pada pria dewasa sehat. Namun, compliance bergantung
volume, dan ini disebut kurva tekanan-volume sistem pada volume paru sehingga dapat bervariasi. Pada contoh
pernapasan total (PTR di Gambar 34-10). Tekanan menjadi yang ekstrim, seseorang yang hidup dengan satu paru
nol saat volume paru sama dengan volume gas di paru pada memiliki nilai sekitar separuh ΔV pada ΔP tertentu. Nilai
FRC (volume relaksasi). Seperti dapat dicatat dari Gambar compliance juga sedikit lebih besar jika diukur saat
34-10, tekanan relaksasi ini adalah hasil penjumlahan pengempisan dibanding saat pengembangan. Karena itu,
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 631

6
PW PL Resistensi Kanal Napas
Resistensi kanal napas diartikan sebagai perubahan tekanan
PTR
(ΔP) dari alveolus ke mulut dibagi oleh perubahan laju aliran
4 (V). Karena struktur bronkus yang bercabang-cabang,
Volume paru (L)

H sehingga kanal udara ikut berperan menimbulkan resistensi,


B C maka sulit untuk menerapkan perkiraan matematis
G D pergerakan aliran melalui pohon bronkus. Meski demikian,
2 F E peranan resistensi kanal napas terlihat pada pengukuran
A yang membandingkan tekanan alveolus dan intrapleura
dengan tekanan sebenarnya (mis. Gambar 34-7, panel
tengah). Resistensi kanal udara meningkat secara signifikan
0 saat volume paru berkurang. Bronkus dan bronkiolus juga
-20 0 +20
Tekanan transmural (cm H2O)
berperan penting dalam menyebabkan resistensi kanal napas.
Karena itu, kontraksi otot polos yang melapisi bronkus akan
GAMBAR 34-10 Kurva tekanan-volume di paru. Kurva tekanan- meningkatkan resistensi kanal napas, dan menyebabkan
paru sistem pernapasan total (PTR), paru (PL), dan toraks (Pw) semakin sulit untuk bernapas.
diplotkan bersama-sama terhadap volume kapasitas residu
fungsional dan volume alun napas standar.Tekanan transmural Peran Surfaktan dalam Tegangan
adalah tekanan di dalam paru dikurangi tekanan intrapleura untuk
paru, tekanan intrapleura dikurangi tekanan luar (barometrik) untuk Permukaan Alveolus
dinding dada, dan tekanan di dalam paru dikurangi tekanan Salah satu faktor penting yang memengaruhi compliance
barometrik untuk sistem pernapasan total. Dari kurva-kurva ini,
dapat disimpulkan kerja elastik total dan sebenarnya dalam paru adalah tegangan permukaan selaput cairan yang
pernapasan (lihat teks). (Dimodifikasi dari Mines AH. Respiratory Physiology, melapisi alveolus. Besar pengaruh komponen ini pada
3,d ed. Raven Press, 1993). berbagai volume paru dapat diukur dengan mengeluarkan
paru dari tubuh hewan percobaan dan mengembangkannya
secara bergantian dengan salin dan udara sembari mengukur
pemeriksaan terhadap kurva tekanan-volume secara tekanan intrapulmonal. Karena salin mengurangi tegangan
keseluruhan bersifat lebih informatif. Edema paru dan permukaan hingga mendekati nol, kurva tekanan-volume
fibrosis paru interstisialis menyebabkan kurva bergeser ke yang diperoleh dengan salin hanya mengukur elastisitas
arah bawah dan kanan (compliance berkurang) (Gambar jaringan (Gambar 34-12), sedangkan kurva yang diperoleh
34-11). Fibrosis paru adalah penyakit kanal napas restriktif dengan udara mengukur elastisitas jaringan dan tegangan
progresif yang menyebabkan timbulnya jaringan parut dan permukaan. Perbedaan antara kurva salin dan udara akan
kekakuan paru. Pada emfisema, kurva bergeser ke atas dan jauh lebih kecil jika volume paru kecil. Perbedaan juga
ke kiri (compliance meningkat). terlihat jelas pada kurva yang dihasilkan selama inflasi dan
deflasi. Perbedaan ini disebut histeresis dan tidak ditemukan
pada kurva yang dihasilkan oleh salin. Lingkungan alveolus,
8 Emfisema
100 Saline
Air
7

6 Normal
(% maximum inflation)
Volume paru (L)

5
Volume

Def
50
4
Inf
3 Fibrosis

2
0
1 10 20 30 40
Pressure (cm H2O)
0
10 20 30 40 GAMBAR 34-12 Kurva tekanan-volume pada paru kucing
Tekanan transmural (cm H2O) setelah dikeluarkan dari tubuhnya. Saline: paru-paru dikembangkan
dan dikempeskan menggunakan salin untuk mengurangi tegangan
GAMBAR 34-11 Kurva tekanan-volume ekspirasi statik pada permukaan, sehingga didapatkan ukuran elastisitas jaringan. Udara:
paru subjek normal dan subjek dengan emfisema berat dan fibrosis paru-paru dikembangkan (Inf) dan dikempeskan (Def) dengan udara
paru. (Dimodifikasi dan direproduksi, dengan izin, dari Pride NB, Macklem PT: Lung untuk mengukur baik elastisitas jaringan maupun tegangan
mechanics in disease. Dalam: Handbook of Physiology. Section 3, The Respiratory permukaan (Direproduksi dengan izin dari Morgan TE: Pulmonary surfaetant. N
System, Vol III, part 2. Fishman AP [editor]. American Physiological Society, 1986). Engl J Med 1971:284:1185.)
632 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

dan secara spesifik faktor-faktor yang disekresikan yang


membantu mengurangi tegangan permukaan dan mencegah BOKS KLINIS 34-3
agar alveolus tidak kolaps, berperan menyebabkan histeresis.
Rendahnya tegangan permukaan yang ada saat alveolus Surfaktan
mengecil disebabkan oleh adanya surfaktan dalam cairan yang Surfaktan penting pada saat lahir. Di dalam rahim, janin
melapisi alveolus. Surfaktan adalah campuran dipalmi- melakukan gerakan-gerakan pernapasan, tetapi paru tetap
toilfosfatidilkolin (DPPC), lemak-lemak lain, dan protein. Jika kolaps sampai ia lahir. Setelah lahir, bayi melakukan beberapa
tegangan permukaan tidak dijaga rendah ketika alveolus gerakan inspirasi kuat dan paru mengembang. Surfaktan
mengecil saat ekspirasi, alveolus akan kolaps sesuai dengan mencegah agar paru tidak kembali kolaps. Defisiensi surfaktan
hukum Laplace. Dalam struktur bulat seperti alveolus, tekanan merupakan penyebab penting terjadinya sindrom distres
peregangan setara dengan dua kali tegangan dibagi jari-jari (P = pernapasan janin (infant respiratory distress syndrome, IRDS;
2T/r); jika T tidak berkurang sewaktu r berkurang maka juga dikenal sebagai penyakit membran hialin), yaitu
tegangan akan mengatasi tekanan peregangan. Surfaktan juga penyakit paru serius yang timbul pada bayi yang terlahir
membantu mencegah edema paru. Jika tidak terdapat surfaktan, sebelum sistem surfaktannya berfungsi. Tegangan permukaan
diperkirakan bahwa tegangan permukaan yang tidak diimbangi dalam paru bayi-bayi tersebut tinggi, dan banyak bagian paru
di alveolus akan menghasilkan gaya sebesar 20 mm Hg yang yang alveolusnya kolaps (atelektasis). Faktor lain pada IRDS
mendorong transudasi cairan dari darah ke dalam alveolus. adalah retensi cairan di paru. Selama masa janin, Cl−
Pembentukan lapisan fosfolipid sangat dipermudah oleh disekresikan bersama cairan oleh sel epitel paru. Saat lahir,
protein-protein dalam surfaktan. Bahan ini mengandung empat terjadi pergeseran reabsorpsi Na+ oleh sel-sel ini melalui kanal
protein unik: protein surfaktan (SP)-A, SP-B, SP-C, dan SP-D. Na+ epitel (ENaC), dan cairan diserap bersama Na+. Imaturitas
SP-A merupakan glikoprotein besar yang memiliki domain berkepanjangan ENaC ikut berperan menimbulkan kelainan
mirip-kolagen di dalam strukturnya. Protein ini memiliki banyak paru pada IRDS.
fungsi, termasuk regulasi penyerapan umpan-balik surfaktan Pembentukan berlebihan/disregulasi protein-protein
oleh sel epitel alveolus tipe II yang mengeluarkannya. SP-B dan surfaktan juga dapat menyebabkan distres pernapasan dan
SP-C merupakan protein-protein berukuran lebih kecil, dan merupakan penyebab Pulmonary Alveolar Proteinosis (PAP,
merupakan protein kunci lapisan molekuler surfaktan. Seperti proteinosis alveolus paru).
SP-A, SP-D juga merupakan suatu glikoprotein. Fungsi
sepenuhnya SP-D belum diketahui, tetapi bahan ini berperan
KIAT TERAPETIK
penting dalam penyatuan SP-B dan SP-C ke dalam lapisan Terapi IRDS umumnya adalah terapi sulih surfaktan.
surfaktan. SP-A dan SP-D adalah anggota dari famili kolektin Yang menarik, terapi sulih surfaktan ini tidak terlalu
protein yang berperan dalam imunitas bawaan di kanal napas berhasil dalam uji-uji klinis untuk orang dewasa yang
penghantar serta di alveolus. Beberapa aspek klinis surfaktan mengalami distres pernapasan karena disfungsi
dibahas di Boks Klinis 34-3. surfaktan.
KERJA PERNAPASAN
Otot-otot pernapasan melakukan kerja untuk meregangkan
jaringan elastis dinding dada dan paru (kerja elastis; sekitar 65%
dari kerja total), menggerakkan jaringan tak-elastis (tahanan selama latihan fisik, tetapi kebutuhan energi untuk pernapasan
viskosa; 7% dari total), serta mengalirkan udara melalui jalan pada individu normal kurang dari 3% kebutuhan energi total
pernapasan (resistensi kanal napas; 28% dari total). Mengingat selama latihan fisik. Kerja pernapasan sangat meningkat pada
beberapa penyakit seperti emfisema, asma, dan gagal jantung
tekanan dikalikan volume (g/cm2 x cm3 = g x cm) mempunyai
kongestif yang disertai dispnea dan ortopnea. Otot-otot
besaran yang sama dengan kerja (gaya x jarak), maka kerja
pernapasan menunjukkan hubungan panjang-tegangan
pernapasan dapat dihitung dari kurva volume-tekanan yang
seperti halnya otot rangka lain atau otot jantung, dan apabila
telah disajikan (Gambar 34-10). Kerja elastis total yang
otot pernapasan diregang secara berlebihan, kekuatan
dibutuhkan untuk inspirasi diperlihatkan pada area ABCA.
kontraksinya berkurang. Otot-otot ini juga dapat menjadi
Kurva tekanan relaksasi sistem pernapasan total berbeda lelah dan mengalami kegagalan (kegagalan memompa),
dengan kurva tekanan jaringan paru. Kerja elastis sebenarnya mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat.
yang dibutuhkan untuk meningkatkan volume dalam paru
sendiri adalah area ABDEA. Jumlah kerja elastis yang PERBEDAAN VENTILASI DAN ALIRAN
dibutuhkan untuk mengembangkan seluruh sistem pernapasan
lebih kecil daripada jumlah kerja yang diperlukan untuk DARAH DI BERBAGAI BAGIAN PARU
mengembangkan jaringan paru saja, karena sebagian energi Pada posisi tegak, ventilasi per satuan volume paru di bagian
kerja berasal dari energi elastis yang tersimpan dalam rongga basal lebih besar dibandingkan di bagian apeks. Hal ini
dada. Energi elastis yang hilang dari dada (area AFGBA) setara disebabkan karena pada awal inspirasi tekanan intrapleura di
dengan energi yang diperoleh paru-paru (area AEDCA). bagian basal paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks
Perkiraan kerja total selama pernapasan tenang berkisar (Gambar 34-13), dan karena perbedaan tekanan antara
antara 0,3 sampai 0,8 kg-m/menit. Nilai ini meningkat jauh intrapulmonal dan intrapleura di bagian basal lebih kecil
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 633

–10 cm H2O TABEL 34-1 Efek variasi kecepatan dan kedalaman


pernapasan terhadap ventilasi alveolus.
Tekanan
intrapleura Kecepatan napas 30/mnt 10/mnt

Volume alun napas 200 mL 600 mL


–2.5 cm H2O
Volume semenit 6L 6L
100% Ventilasi alveolus (200 – 150) × 30 (600 – 150) × 10
= 1500 mL = 4500 mL

pon (68 kg), hanya 350 mL pertama dari 500 mL udara yang

Volume paru
50%
dihirup pada inspirasi tenang, yang akan bercampur dengan
udara dalam alveolus. Sebaliknya, pada setiap ekspirasi, 150
mL pertama udara yang dihembuskan adalah udara yang
menempati ruang rugi, dan hanya 350 mL terakhir merupakan
gas yang berasal dari alveolus. Dengan demikian, ventilasi
0
+10 0 –10 –20 –30
alveolus, yaitu jumlah udara yang mencapai alveolus per
menit, lebih kecil dibandingkan volume pernapasan semenit.
Tekanan intrapleura (cm H2O)
Perhatikan bahwa akibat adanya ruang rugi, pernapasan cepat
dan dangkal menghasilkan ventilasi alveolar yang jauh lebih
GAMBAR 34-13 Tekanan intrapleura pada posisi tegak dan
efeknya terhadap ventilasi. Perhatikan bahwa karena tekanan
rendah dibandingkan pernapasan lambat dan dalam, meski
intrapulmonal merupakan tekanan atmosfir, tekanan intrapleura yang volume pernapasan semenitnya sama (Tabel 34–1).
lebih negatif di apeks menahan paru dalam posisi yang lebih Penting pula dibedakan antara ruang rugi anatomik
mengembang pada awal inspirasi. Peningkatan lebih lanjut volume per (volume sistem pernapasan selain alveolus) dengan ruang rugi
unit peningkatan tekanan intrapleura di apeks lebih kecil daripada di total/fisiologik (volume udara yang tidak mencapai keseimbang-
basal karena paru yang mengembang lebih kaku. (Direproduksi, dengan
izin, dari West JB. Ventilation/Blood Flow and Gas Exchange, 5th ed. Blackwell, 1990).
an dengan darah; yaitu ventilasi yang terbuang). Pada orang
sehat, kedua ruang rugi tersebut identik dan dapat diperkirakan
dari berat tubuh. Meski demikian, pada penyakit tertentu
daripada bagian apeks, jaringan paru kurang mengembang. mungkin tidak terjadi pertukaran gas di beberapa alveoli dan
Sebaliknya, bagian apeks yang persentase volume maksimalnya darah kapiler, sedangkan di alveoli lain terjadi ventilasi berlebih-
lebih besar, akan lebih mengembang. Karena jaringan paru an. Volume gas di dalam alveolus yang tidak mendapat perfusi
bersifat kaku, peningkatan volume paru per unit peningkatan dan kelebihan volume udara dalam alveolus yang melebihi
tekanan menjadi lebih kecil apabila jaringan paru sudah lebih jumlah udara yang dibutuhkan untuk arterialisasi darah dalam
mengembang sejak awal, sehingga ventilasi di bagian basal paru kapiler alveolus merupakan bagian dari volume gas ruang rugi
menjadi lebih besar. Aliran darah di bagian basal paru juga lebih (tidak mencapai keseimbangan). Ruang rugi anatomik dapat
besar dibandingkan bagian apeks. Perubahan relatif aliran darah diukur melalui analisis kurva N2 sekali bernapas (Gambar 34–
dari bagian apeks ke basal paru lebih besar daripada perubahan 14). Dari pertengahan inspirasi, subjek menarik napas sedalam
ventilasi relatif, sehingga rasio ventilasi/perfusi menjadi rendah mungkin udara yang mengandung O2 murni, kemudian
di bagian basal dan tinggi di bagian apeks paru. menghembuskannya secara mantap sambil kandungan N2 udara
Perbedaan ventilasi dan perfusi dari apeks ke basal paru ekspirasi diukur secara terus-menerus. Udara yang pertama kali
umumnya dikaitkan dengan pengaruh gravitasi; perbedaan ini dikeluarkan (fase I) merupakan udara yang menempati ruang
cenderung menghilang pada posisi terlentang, dan pada posisi rugi, sehingga tidak mengandung N2. Udara ini diikuti oleh
tegak, berat paru diperkirakan akan meningkatkan tekanan di
bagian basal. Namun, ketidakseimbangan ventilasi dan aliran 6 Volume paru (L) 0
darah pada manusia ditemukan menetap secara luar biasa
30
pada keadaan tanpa berat di ruang angkasa. Karena itu, diduga
Konsentrasi N2 (%)

ada faktor lain yang ikut berperan menyebabkan ketidak- IV


III
seimbangan ventilasi dan perfusi.

RUANG RUGI & VENTILASI YANG II


TIDAK MERATA 0
I
DS CV RV
Pertukaran gas dalam sistem pernapasan hanya terjadi pada
bagian ujung kanal udara, sehingga gas yang menempati GAMBAR 34-14 Kurva N2 pernapasan tunggal. Dari pertengahan
bagian sistem pernapasan lainnya tidak dapat digunakan inspirasi, subjek menarik napas dalam untuk menghirup O2 murni lalu
menghembuskan napas secara mantap. Di gambar diperlihatkan
untuk pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru. perubahan konsentrasi N2 pada udara yang dihembuskan selama
Normalnya, besar volume (dalam mL) ruang rugi (dead ekspirasi, dengan berbagai fase kurva ditandai oleh angka romawi.
space) anatomik tersebut setara dengan berat badan dalam Regio I mencerminkan ruang rugi (DS); l-ll adalah campuran DS dan
udara alveolus; transisi dari lll-IV adalah volume penutupan/closing
pon. Contohnya, pada seorang pria dengan berat badan 150 volume (CV), dan akhir IV adalah volume residu (RV).
634 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

campuran udara dari ruang rugi dan alveolus (fase II), dan TABEL 34–2 Sifat Gas.
kemudian udara yang berasal dari alveolus saja (fase III).
nRT
Volume ruang rugi adalah volume udara yang diekspirasikan P=
V
(dari persamaan keadaan gas ideal)
sejak puncak inspirasi sampai pertengahan fase II.
Tekanan suatu gas sebanding dengan suhunya dan jumlah mol per volume;
Fase III kurva N2 pernapasan tunggal berakhir pada P,Tekanan; n, Jumlah mol; R, Konstanta gas; T, Suhu mutlak; V, Volume.
volume penutupan (CV = closing volume) dan diikuti oleh
fase IV, yaitu saat kandungan N2 udara ekspirasi meningkat. Komposisi udara kering terdiri dari O2 20,98%, CO2
CV adalah volume dalam paru di atas volume residu, saat 0,04%, N2 78,06%, dan konstituen inert lainnya seperti argon
kanal udara di bagian bawah paru yang dependen mulai dan helium 0,92%. Tekanan barometrik (BP) setinggi
menutup karena tekanan transmural di bagian ini lebih permukaan laut adalah 760 mm Hg (1 atmoslir). Karena itu,
rendah. Udara dalam bagian atas paru lebih kaya akan N2 tekanan parsial (yang ditunjukkan oleh simbol P) O2 dalam
dibandingkan bagian bawah paru yang dependen, karena pada udara kering adalah 0,21 x 760, atau 160 mm Hg pada
awal inspirasi O2, alveoli di bagian atas paru lebih teregang, ketinggian permukaan laut. PN2 dan gas inert lainnya adalah
sehingga gas N2 di dalamnya kurang diencerkan oleh O2. Perlu 0,79 x 760, atau 600 mm Hg; dan Pco2 adalah 0,0004 x 760,
diperhatikan, bahwa pada kebanyakan orang normal, sudah atau 0,3 mm Hg. Pada hampir semua iklim, adanya uap air
tampak adanya peningkatan lereng kurva N2 pada fase III, dalam udara mengurangi persentase ini, sehingga tekanan
sebelum tercapai fase IV. Hal ini menunjukkan bahwa selama parsial juga berkurang. Udara yang mengalami keseimbangan
fase III, sudah terjadi peningkatan proporsi pengeluaran gas dengan air akan jenuh oleh uap air, dan udara inspirasi
secara bertahap dari bagian atas paru yang relatif kaya akan N2. mengalami kejenuhan sewaktu mencapai paru. PH2O pada
suhu tubuh (37°C) adalah 47 mm Hg. Karena itu, tekanan
Ruang rugi total dapat dihitung dari Pco2 udara ekspirasi,
parsial setinggi permukaan laut untuk gas-gas lain dalam
Pco2 darah arteri, dan volume alun napas. Hasil perkalian
udara yang mencapai paru adalah Po2 150 mm Hg, Pco2 0,3
volume alun napas (VT) dengan Pco2 udara ekspirasi (Paco2)
mm Hg, dan PN2 (termasuk gas inert lainnya) 563 mm Hg.
setara dengan perkalian Pco2 darah arteri (Paco2) dengan
selisih antara volume alun napas dan ruang rugi (VD) Gas berdifusi dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
ditambah perkalian Pco2 udara inspirasi (PICO2) dengan VD bertekanan rendah, dengan laju difusi bergantung pada
(persamaan Bohr): gradien konsentrasi dan sifat sawar antara kedua daerah. Jika
suatu campuran gas berkontak dengan dan mengalami
Peco2 × VT = Paco2 × (VT – VD) + Pico2 × VD proses penyeimbangan dengan suatu cairan, setiap gas dalam
Namun, hasil PICO2 x VD sangat kecil sehingga dapat campuran tersebut akan larut dalam cairan hingga ke tingkat
diabaikan dan persamaan ini digunakan untuk mencari VD, tertentu, bergantung pada tekanan parsial dan daya larutnya
dengan VD = VT - (PECO2 x VT)/(Paco2). dalam cairan tersebut. Tekanan parsial suatu gas dalam
Jika, contohnya, PECO2 = 28 mmHg; Paco2 = 40 mmHg; cairan adalah tekanan yang akan menghasilkan konsentrasi
dan VT = 500 mL, VD =150 mL molekul gas yang ditemukan dalam cairan, pada fase saat gas
dalam keseimbangan dengan cairan.
Persamaan ini dapat juga digunakan untuk menghitung
besar ruang rugi anatomik, yaitu dengan mengganti PaCO2
dengan Pco2 alveolus (Paco2), yaitu Pco2 dalam 10 mL terakhir
PENGAMBILAN CONTOH UDARA
dalam udara ekspirasi. Pco2 adalah rata-rata udara dari alveoli ALVEOLUS
yang berbeda-beda sesuai dengan ventilasinya, dengan meng- Secara teoritis, seluruh udara yang dikeluarkan setiap kali
abaikan apakah alveolus tersebut mengalami perfusi atau tidak. ekspirasi, kecuali 150 ml udara ekspirasi awal pada pria berberat
Hal ini berlawanan dengan Paco2, yang merupakan udara yang badan 150 pound (ruang rugi), merupakan udara yang sebelum-
mengalami keseimbangan hanya dengan alveoli yang mendapat nya berada di alveolus (udara alveolus), tetapi selalu terdapat
perfusi, dan akibatnya, nilai Paco2 pada orang yang alveolinya pencampuran pada fase peralihan antara udara ruang rugi
kurang mengalami perfusi lebih besar daripada Pco2. dengan udara alveolus (Gambar 34-14). Dengan demikian, udara
ekspirasi yang diambil untuk melakukan analisis gas adalah
PERTUKARAN GAS DALAM PARU bagian terakhir. Dengan menggunakan alat mutakhir yang
dilengkapi dengan katup otomatis yang sesuai, kita dapat
TEKANAN PARSIAL mengambil 10 mL terakhir udara ekspirasi selama pernapasan
Tidak seperti cairan, gas akan mengembang untuk mengisi tenang. Perbandingan komposisi udara alveolus dengan udara
inspirasi dan ekspirasi diperlihatkan pada Gambar 34–15.
volume yang tersedia, dan volume yang ditempati oleh sejumlah
molekul gas pada suhu dan tekanan tertentu adalah (idealnya) PAo2 juga dapat dihitung dari persamaan gas alveolus:
sama apapun komposisi gas tersebut. Tekanan parsial sering
digunakan untuk menjelaskan udara/gas dalam pernapasan.
PAO2 = PIO2 – PACO2 FIO2 + (
1– FIO2
R
(
Tekanan suatu gas setara dengan suhu dan jumlah mol yang Dengan FIo2 adalah fraksi molekul O2 dalam gas kering, PIo2
menempati volume tertentu (Tabel 34-2). Tekanan yang adalah Po2 inspirasi, dan R adalah rasio pertukaran respirasi,
ditimbulkan oleh suatu gas dalam suatu campuran gas (tekanan yi. aliran molekul-molekul CO2 melintasi membran alveolus
parsialnya) setara dengan tekanan total dikalikan fraksi gas yang per menit dibagi oleh aliran molekul-molekul O2 melintasi
bersangkutan dalam campuran gas tersebut. membran per menit.
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 635

Udara inspirasi Udara ekspirasi


Tingkat
O2 158,0 O2 116,0
alveolus
CO2 0,3 CO2 32,0 N 2O
H2O 5,7 H2 O 47,0

Tekanan parsial
N2 596,0 N2 565,0 O2
O2 100,0
Ruang rugi CO2 40,0
Alveolus H2 O 47,0
N2 573,0

GAMBAR 34-15 Tekanan parsial gas (mm Hg) di berbagai bagian CO


sistem pernapasan. Diperlihatkan tekanan parsial yang khas untuk
udara inspirasi, udara alveolus, dan udara ekspirasi. Lihat teks untuk
keterangan tambahan. 0 0,25 0,50 0,75
Waktu dalam kapiler (dtk)

KOMPOSISI UDARA ALVEOLUS GAMBAR 34-16 Penyerapan berbagai bahan selama 0,75 detik
sewaktu bahan tersebut transit melalui sebuah kapiler paru. N2O
Oksigen terus-menerus berdifusi keluar dari udara dalam tidak terikat di dalam darah sehingga tekanan parsialnya dalam darah
alveolus ke dalam aliran darah, dan CO2 terus-menerus berdifusi meningkat cepat ke tekanan parsialnya di alveolus. Sebaliknya, CO
dari darah ke dalam alveolus. Pada keadaan homeostasis, udara diikat kuat oleh sel darah merah sehingga tekanan parsialnya hanya
mencapai sebagian kecil tekanan parsial di alveolus. O2 berada di
inspirasi bercampur dengan udara alveolus, menggantikan O2 pertengahan di antara keduanya.
yang telah masuk ke dalam darah dan mengencerkan CO2 yang
telah memasuki alveolus. Sebagian udara campuran ini akan
dikeluarkan. Kandungan O2 udara alveolus akan menurun dan dengan darah kapiler dalam waktu sekitar 0,3 detik. Jadi,
kandungan CO2-nya meningkat sampai inspirasi berikutnya. ambilan O2 dibatasi oleh perfusi (perfusion-limited).
Pada akhir ekspirasi tenang (kapasitas residu fungsional), volume Kapasitas difusi paru suatu gas berbanding lurus dengan
udara di dalam alveolus adalah sekitar 2 L, sehingga efek yang luas permukaan membran alveolokapilaris dan berbanding
ditimbulkan terhadap Po2 dan PCO2 pada setiap penambahan 350 terbalik dengan ketebalan membran. Kapasitas difusi CO
m L udara inspirasi dan ekspirasi sangat sedikit. Bahkan, (DLCO) diukur sebagai indeks kapasitas difusi karena
komposisi udara alveolus tetap luar biasa konstan, tidak hanya pengambilannya dibatasi oleh kemampuan difusi. DLCO
pada keadaan istirahat tetapi juga pada berbagai keadaan lain. sebanding dengan jumlah CO yang memasuki darah (VCO)
dibagi dengan tekanan parsial CO dalam alveolus dikurangi
DIFUSI MELALUI MEMBRAN tekanan parsial CO dalam darah yang masuk ke kapiler paru.
ALVEOLUS-KAPILER Selain pada orang yang punya kebiasaan merokok, hasil akhir
Gas berdifusi dari alveolus ke dalam darah kapiler paru ini mendekati nol sehingga dapat diabaikan, dan persamaan
atau sebaliknya dengan melintasi membran alveolokapilaris tersebut menjadi
tipis yang dibentuk oleh epitel paru, endotel kapiler, serta •

membran basalis masing-masing yang berfusi (Gambar DLCO = VCO


34-3). Tercapai atau tidaknya keseimbangan senyawa yang PACO
melintas dari alveolus ke dalam darah kapiler dalam waktu Pada keadaan istirahat, nilai normal DLCO adalah sekitar
0,75 detik, yang diperlukan darah untuk melewati kapiler 25 mL/mcnit/mmHg. Nilai ini meningkat hingga tiga kali
paru pada saat istirahat, bergantung pada reaksinya dengan lipat selama latihan fisik akibat dilatasi kapiler dan
senyawa dalam darah. Sebagai contoh, gas anestesi peningkatan jumlah kapiler yang aktif. PO2 udara alveolus
dinitrogen monoksida (N2O) tidak bereaksi dan mencapai normal adalah 100 mmHg dan PO2 darah yang memasuki
keseimbangan dalam waktu sekitar 0,1 detik (Gambar kapiler paru adalah 40 mmHg. Seperti halnya CO, kapasitas
34-16). Pada keadaan ini, jumlah N2O yang diserap tidak difusi O2 pada keadaan istirahat adalah 25 mL/mcnit/mmHg,
dibatasi oleh kemampuan difusi melainkan oleh jumlah dan PO2 dalam darah meningkat mencapai 97 mmHg, yaitu
darah yang mengalir melalui kapiler paru (flow-limited). Di sedikit lebih rendah daripada PO2 alveolus.
pihak lain, karbon monoksida (CO) diserap oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dengan kecepatan yang PCO2 darah vena adalah 46 mmHg, sedangkan dalam
sangat tinggi sehingga tekanan parsial CO di dalam kapiler udara alveolus adalah 40 mmHg, sehingga CO2 berdifusi dari
tetap sangat rendah dan keadaan seimbang tidak dapat darah ke dalam alveolus sesuai selisih tekanan tersebut. Pcch
tercapai dalam waktu 0,75 detik saat darah berada dalam darah yang meninggalkan paru adalah 40 mmHg. CO2
kapiler paru. Oleh sebab itu, pada keadaan istirahat per- mampu menembus seluruh membran biologis dengan mudah,
pindahan CO bukan dibatasi oleh besarnya perfusi, melain- dan kapasitas difusi paru untuk CO2 jauh lebih besar
kan oleh kemampuan difusi (diffusion-limited). O2 terletak dibandingkan O2. Inilah sebabnya mengapa retensi CO2 jarang
antara N2O dan CO; O2 diambil oleh hemoglobin, tetapi jauh menimbulkan masalah pada penderita fibrosis alveolus
lebih lambat dibandingkan CO, dan mencapai keseimbangan walaupun penurunan kapasitas difusi O2 yang terjadi berat.
636 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

SIRKULASI PARU Di apeks


Tekanan intrapleura
PEMBULUH DARAH PARU lebih negatif
Tekanan transmural
Jalinan pembuluh darah paru menyerupai pembuluh darah lebih besar
sistemik, tetapi ketebalan dinding pembuluh arteri pulmonalis Alveolus besar
Tekanan intravaskular
dan cabang-cabang hanya sekitar 30% tebal dinding aorta, dan lebih rendah
pembuluh arteri kecil di paru berbeda dengan arteriol sistemik, Aliran darah berkurang
yaitu berupa tabung endotel yang dindingnya relatif sedikit Sehingga ventilasi dan
mengandung otot polos. Dinding pembuluh pasca-kapiler juga perfusi berkurang
mengandung sejumlah jaringan otot polos. Pembuluh kapiler
paru berukuran besar, dan mengandung banyak anastomosis,
sehingga setiap alveolus berada di dalam keranjang kapiler.

TEKANAN, VOLUME, & ALIRAN


Dengan dua pengecualian kecil, darah yang keluar dari ventrikel
kiri akan kembali ke atrium kanan dan selanjutnya diejeksikan
oleh ventrikel kanan, sehingga sirkulasi pulmonal menjadi unik
karena membawa aliran darah yang jumlahnya hampir sama GAMBAR 34-17 Diagram perbedaan normal ventilasi dan
besar dengan jumlah darah di seluruh organ tubuh lain. Salah perfusi paru pada posisi tegak. Sketsa di atas merupakan gambaran
perubahan ukuran alveolus (bukan ukuran sebenarnya). Perhatikan
satu pengecualian adalah aliran darah bronkial. Antara kapiler perubahan bertahap ukuran alveolus dari atas (apeks) hingga ke
bronkial, kapiler pulmonal, dan vena pulmonalis terdapat bawah.Terlihat perbedaan alveolus di apeks paru yang khas.
sejumlah anastomosis, dan walaupun sejumlah darah bronkial (Dimodifikasi dari Levitzky MG. Pulmonary Physiology, 6th ed. McGraw-Hill, 2003).
mengalir ke vena bronchialis, sebagian darah mengalir ke dalam
kapiler dan vena pulmonalis, tanpa melewati ventrikel kanan. dalam kapiler di bagian apeks paru hampir sama dengan tekanan
Pengecualian yang lain adalah darah yang mengalir dari arteri atmosfer di alveolus. Normalnya, tekanan di dalam arteri
coronaria ke dalam rongga jantung sebelah kiri. Adanya pintas/ pulmonalis cukup besar untuk memper-tahankan perfusi, tetapi
pirau fisiologis kecil yang dibentuk oleh 2 pengecualian tersebut jika tekanan ini menurun atau tekanan di dalam alveolus
menyebabkan PO2 darah arteri sistemik menjadi 2 mmHg lebih meningkat, sejumlah kapiler akan kolaps. Pada keadaan ini, pada
rendah dibandingkan darah yang telah mencapai keseimbangan alveolus yang kolaps tidak terjadi pertukaran gas dan alveolus
dengan udara alveolus, dan saturasi hemoglobin juga berkurang tersebut ikut menjadi bagian dari ruang rugi fisiologik.
sekitar 0,5%. Di bagian tengah paru, tekanan di dalam arteri dan kapiler
Tekanan sirkulasi di berbagai bagian paru diperlihatkan paru lebih besar daripada tekanan alveolus, tetapi tekanan di
pada Gambar 34-6c. Gradien tekanan di sistem pembuluh pul- dalam venula dapat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
monal hanya sekitar 7 mmHg, sedangkan selisih tekanan dalam alveolus selama ekspirasi normal, sehingga pembuluh venula
sirkulasi sistemik adalah sekitar 90 mmHg. Tekanan kapiler paru menjadi kolaps. Pada keadaan ini, aliran darah bergantung pada
adalah sekitar 10 mm Hg, sedangkan tekanan onkotiknya adalah perbedaan tekanan antara arteri pulmonalis-alveolus dan bukan
25 mm Hg, sehingga terbentuk gradien tekanan ke arah dalam oleh perbedaan tekanan arteri-vena pulmonalis. Setelah melewati
sebesar sekitar 15 mm Hg yang menjaga agar alveolus hanya penyempitan, darah akan “terjun” ke dalam pembuluh vena paru
mengandung suatu lapisan tipis cairan. Jika tekanan kapiler paru yang bersifat compliant dan dapat menampung sebanyak-
lebih dari 25 mm Hg, terjadi kongesti dan edema paru. banyaknya darah yang berhasil melewati penyempitan pem-
Volume darah di dalam pembuluh pulmonal selalu buluh vena. Peristiwa ini disebut efek air terjun. Tentu, penekan-
berjumlah sekitar 1 L, dan kurang dari 100 mL berada dalam an pembuluh terjadi akibat penurunan tekanan alveolus dan
kapiler. Kecepatan rata-rata aliran darah di pangkal arteri peningkatan aliran darah paru seiring meningkatnya tekanan
pulmonalis sama dengan di dalam aorta (sekitar 40 cm/ detik). arteri yang menuju bagian basal paru. Tekanan alveolus di
Kecepatan aliran ini menurun cepat, dan sedikit meningkat bagian bawah paru, lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
kembali di dalam vena-vena pulmonalis yang lebih besar. Satu sel di semua bagian sirkulasi paru dan aliran darah ditentukan oleh
darah merah membutuhkan waktu sekitar 0,75 detik untuk perbedaan tekanan arteri-vena. Contoh penyakit yang
melintasi kapiler paru pada keadaan istirahat, dan sekitar 0,3 memengaruhi sirkulasi paru diberikan pada Boks Klinis 34–4.
detik atau kurang sewaktu latihan fisik.
RASIO VENTILASI/PERFUSI
PENGARUH GRAVITASI Pada keadaan istirahat, rasio antara ventilasi dan aliran darah
Gravitasi berdampak cukup besar terhadap sirkulasi paru. Pada pulmonal seluruh paru adalah sekitar 0,8 (4,2 L/menit
posisi tegak, bagian atas paru berada jauh di atas jantung, dan ventilasi dibagi dengan 5,5 L/menit aliran darah). Meski
bagian basal berada setinggi atau sedikit di bawah jantung. demikian, akibat pengaruh gravitasi, ada perbedaan rasio
Akibatnya, bagian atas paru memiliki aliran darah yang lebih ventilasi/perfusi yang cukup besar di berbagai bagian paru
sedikit, alveolus yang lebih lebar, dan ventilasi yang lebih rendah yang normal, dan perubahan lokal rasio ventilasi/perfusi lazim
daripada di bagian basal (Gambar 34-17). Tinggi tekanan di dijumpai pada berbagai penyakit. Apabila ventilasi alveolus
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 637

BOKS KLINIS 34-4 PENGATURAN ALIRAN


DARAH PARU
Penyakit yang Memengaruhi Sirkulasi Paru Masih belum dipastikan apakah vena dan arteri di paru
diatur secara terpisah, meskipun konstriksi vena akan
Hipertensi Pulmonal meningkatkan tekanan kapiler paru, dan konstriksi arteri
Hipertensi pulmonal idiopatik menetap dapat terjadi pada pulmonalis akan meningkatkan beban di jantung kanan.
semua usia. Seperti hipertensi arteri sistemik, hipertensi
pulmonal merupakan sindrom yang penyebabnya banyak.
Aliran darah paru dipengaruhi baik oleh faktor aktif
Namun, penyebabnya berbeda dari penyebab hipertensi maupun pasif. Pembuluh paru memiliki persarafan otonom
sistemik. Di antaranya hipoksia, inhalasi kokain, pengobatan yang luas, dan perangsangan pada ganglion simpatis servikalis
dengan deksfenfluramin dan obat-obat penekan nafsu akan menurunkan aliran darah paru hingga 30%. Pembuluh
makan lain yang meningkatkan serotonin ekstrasel, serta darah juga bereaksi terhadap zat-zat humoral yang beredar
lupus eritematosus sistemik. Beberapa kasus hipertensi dalam darah. Reseptor yang berperan dan efeknya terhadap
pulmonal bersifat familial dan tampaknya disebabkan oleh otot polos pembuluh darah diringkas di Tabel 34-3. Banyak
mutasi yang meningkatkan kepekaan pembuluh paru respons dilatasi ini bersifat dependen-endotel dan mungkin
terhadap faktor pertumbuhan atau menyebabkan deformasi bekerja melalui pembebasan nitrogen monoksida (NO).
sistem vaskular paru.
Semua kondisi ini menyebabkan peningkatan resistensi TABEL 34-3 Reseptor yang memengaruhi otot polos
pembuluh darah di paru. Jika tidak diberikan pengobatan di arteri dan vena paru.
yang sesuai, peningkatan afterload ventrikel kanan pada
akhirnya dapat menyebabkan kegagalan jantung kanan dan Ketergantungan
kematian. Terapi menggunakan vasodilator seperti prosta- Reseptor Subtipe Respons Endotel
siklin dan analog prostasiklin bersifat efektif. Selama ini,
Otonom
pengobatan tersebut diberikan melalui infus intravena
kontinyu, tetapi saat ini telah tersedia sediaan aerosol yang Adrenergik α1 Kontraksi Tidak
tampaknya manjur. α2 Relaksasi Ya
β2 Relaksasi Ya
relatif menurun terhadap perfusinya, Po2 dalam alveolus me-
Muskarinik M3 Relaksasi Ya
nurun akibat berkurangnya penghantaran O2 ke alveolus dan
Pco2 alveolus meningkat karena menurunnya pengeluaran CO2. Purinergik P2x Kontraksi Tidak
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan perfusi relatif terhadap P2y Relaksasi Ya
ventilasi, Pco2 berkurang karena lebih sedikit CO2 yang dihantar- Takikinin NK1 Relaksasi Ya
kan dan Po2 meningkat karena O2 yang memasuki aliran darah
NK2 Kontraksi Tidak
lebih sedikit. Efek-efek ini terangkum dalam Gambar 34–18.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, sama seperti perfusi, VIP ? Relaksasi ?
pada posisi tegak akan terjadi penurunan linier ventilasi mulai CGRP ? Relaksasi Tidak
dari basal hingga apeks paru. Meski demikian, paru bagian
Humoral
atas memiliki rasio ventilasi/perfusi yang tinggi. Apabila
ventilasi dan perfusi yang tidak merata dalam paru mencakup Adenosin A1 Kontraksi Tidak
daerah yang luas, dapat terjadi retensi CO2, dan menurunkan A2 Relaksasi Tidak
Po2 di pembuluh arteri sistemik.
Angiotensin II AT1 Kontraksi Tidak

ANP ANPA Relaksasi Tidak


PCO2 (mm Hg)

ANPB Relaksasi Tidak


50 _ O
V A Bradikinin B1? Relaksasi Ya

Penurunan VA/Q Normal


B2 Relaksasi Ya

Endotelin ETA Kontraksi Tidak


Peningkatan VA/Q
ETB Relaksasi Ya
0 50 100 150
PO2 (mm Hg) Histamin H1 Relaksasi Ya
H2 Relaksasi Tidak
GAMBAR 34-18 Pengaruh penurunan atau peningkatan rasio
ventilasi/perfusi (VA/Q) terhadap Pco2 dan PO2 di dalam satu 5-HT 5-HT1 Kontraksi Tidak
alveolus. Gambar di atas kurva menunjukkan sebuah alveolus dengan 5-HT1C Relaksasi Ya
sebuah kapiler paru, dan daerah berwarna hitam menggambarkan
lokasi sumbatan. Pada obstruksi total kanal udara ke alveolus, nilai Tromboksan TP Kontraksi Tidak
PCO2 dan PO2 di alveolus akan hampir sama dengan nilai PCO2 dan PO2
di dalam campuran darah vena (V). Pada sumbatan perfusi total, nilai Vasopresin V1 Relaksasi Ya
Pco2 dan Po2 akan hampirsama dengan nilainya di dalam udara
inspirasi. (Disalin, dengan izin, dari West JB: Ventilation/Blood Flow and Gas Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari Barnes PJ, Lin SF: Regulation of
Exchange, 5th ed. Blackwell, 1990.) pulmonary vascular tone. Pharmacol Rev 1995;47:88.
638 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Faktor-faktor pasif seperti curah jantung dan gaya TABEL 34-4 Senyawa biologik aktif yang
gravitasi juga menimbulkan efek besar terhadap aliran darah dimetabolisme oleh paru.
paru. Penyesuaian lokal perfusi terhadap ventilasi ditentukan
Disintesis dan digunakan di paru
oleh perubahan lokal O2. Pada waktu olahraga, terjadi
peningkatan curah jantung dan tekanan arteri pulmonalis. Surfaktan
Jumlah sel darah merah yang mengalir melalui paru akan Disintesis atau disimpan dan dilepaskan ke dalam darah
meningkat, dan saturasi O2 pada hemoglobin yang di-
kandungnya tidak berkurang, sehingga jumlah total O2 yang Prostaglandin
diangkut ke dalam sirkulasi sistemik akan meningkat. Histamin
Pembuluh kapiler akan berdilatasi, dan kapiler yang sebelum- Kalikrein
nya kurang mendapat perfusi akan “dikerahkan” untuk Dikeluarkan sebagian dari darah
membawa darah. Efek akhirnya adalah peningkatan aliran
darah paru secara nyata dengan relatif sedikit perubahan pada Prostaglandin
rangsang otonom menuju pembuluh darah paru. Bradikinin
Penyumbatan salah satu bronkus atau bronkiolus akan Nukleotida adenin
menimbulkan hipoksia pada alveolus di belakang sumbatan, Serotonin
akibat kurang mendapat ventilasi. Defisiensi O2 tampaknya Norepinefrin
langsung memengaruhi otot polos pembuluh darah di daerah Asetilkolin
sekitarnya, menimbulkan vasokonstriksi, dan memintas aliran Diaktifkan di paru
darah menjauhi daerah hipoksia. Penimbunan CO2
menyebabkan penurunan pH pada daerah tersebut, dan Angiotensin I → angiotensin II
penurunan pH juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
paru, berlawanan dengan efeknya pada jaringan lain yaitu
vasodilatasi. Sebaliknya, penurunan aliran darah ke suatu
bagian paru akan menurunkan Pco2 alveolus di daerah
yang telah diketahui, tetapi peran fisiologisnya belum dapat
tersebut, yang akan menimbulkan konstriksi bronkus yang
memasoknya dan mengalihkan ventilasi dari daerah yang dipastikan.
perfusinya terganggu. Hipoksia sistemik juga menimbulkan Pembuangan serotonin dan norepinefrin akan
konstriksi arteriol paru, yang mengakibatkan peningkatan mengurangi jumlah senyawa vasoaktif ini masuk ke sirkulasi
tekanan dalam arteri pulmonalis. sistemik. Namun, masih banyak hormon vasoaktif lain yang
melewati paru tanpa mengalami metabolisme, antara lain
FUNGSI METABOLIK & epinefrin, dopamin, oksitosin, vasopresin, dan angiotensin II.
ENDOKRIN PARU Selain itu, sel-sel neuroendokrin di paru mengeluarkan
berbagai amina dan polipeptida.
Selain berfungsi dalam pertukaran gas, paru juga memiliki
sejumlah fungsi metabolik. Sebagaimana diuraikan di atas, paru
membentuk surfaktan untuk penggunaan lokal. Paru juga RINGKASAN BAB
memiliki sistem fibrinolitik yang menguraikan bekuan darah ■ Udara masuk ke sistem pernapasan di kanal napas atas, lalu ke
dalam pembuluh darah paru. Paru melepaskan berbagai senyawa kanal napas penghantar, dan kemudian ke kanal napas
ke dalam aliran darah arteri sistemik (Tabel 34–4), serta respirasi yang berakhir di alveolus. Luas penampang kanal
membuang berbagai senyawa lainnya dari darah vena sistemik napas bertambah secara bertahap di zona penghantar, dan
yang mencapai paru melalui arteri pulmonalis. Prostaglandin kemudian meningkat cepat selama transisi dari zona
disingkirkan dari sirkulasi, tetapi juga disintesis di dalam paru penghantar ke zona respirasi.
dan dilepaskan ke dalam darah pada saat jaringan paru teregang. ■ Eskalator mukosilia di kanal napas penghantar membantu
Paru berperan penting dalam pengaktifan angiotensin. menjaga agar partikel tidak masuk ke zona respirasi.
Dekapeptida angiotensin I yang secara fisiologis tidak aktif ■ Ada beberapa ukuran volume paru yang penting, di antaranya:
diubah menjadi prcsor, yaitu angiotensin II oktapeptida volume alun napas; volume inspirasi; volume cadangan
yang merangsang pelepasan aldosteron (lihat Bab 24) di ekspirasi; kapasitas vital paksa (FVC); volume ekspirasi paksa
sirkulasi paru. Reaksi ini juga terjadi di jaringan lain, tetapi dalam 1 detik (FEV1); volume respirasi semenit dan ventilasi
terutama terjadi di paru. Sejumlah besar enzim pengubah volunter maksimal.
angiotensin (ACE) yang berperan pada pengaktifan ini ■ “Tekanan pendorong” yang mendorong udara untuk mengalir
terdapat di permukaan sel endotel kapiler paru. Enzim ke dalam paru antara lain gaya kontraksi otot, compliance (ΔP/
pengubah ini juga menginaktifkan bradikinin. Waktu yang ΔV) paru, dan resistensi kanal napas (ΔP/ΔV).
dibutuhkan oleh sirkulasi untuk melewati seluruh kapiler ■ Surfaktan menurunkan tegangan permukaan di alveolus dan
paru adalah kurang dari 1 detik, tetapi 70% angiotensin I mencegah agar alveolus tidak kempis.
yang mencapai paru dapat diubah menjadi angiotensin II ■ Tidak semua udara yang masuk ke kanal napas dapat
hanya dalam satu kali perjalanan melalui kapiler paru. Ada digunakan untuk pertukaran gas. Bagian-bagian kanal napas
empat peptidase lain pada permukaan sel endotel paru tempat tidak terjadinya pertukaran gas disebut “ruang rugi”.
BAB 34 Mengenal Struktur & Mekanika Paru 639

Kanal napas penghantar merupakan ruang rugi anatomis. C. jumlah udara yang diekspirasikan setelah upaya ekspirasi
Ruang rugi dapat bertambah pada penyakit yang memengaruhi maksimal.
pertukaran udara di zona respirasi (ruang rugi fisiologis). D. jumlah gas yang dapat masuk dan keluar paru dalam 1 menit.
■ Gradien tekanan dalam sistem sirkulasi paru jauh lebih 4. Mana dari berikut yang berperan dalam perpindahan O2 dari
rendah daripada di sirkulasi sistemik. alveolus ke dalam darah di kapiler paru?
■ Ada berbagai senyawa yang diaktifkan secara biologis yang A. Transpor aktif
dimetabolisme di paru. Senyawa-senyawa tersebut termasuk B. Filtrasi
senyawa yang dibuat dan bekerja di paru (mis. surfaktan), C. Transpor aktif sekunder
senyawa yang dibebaskan atau dikeluarkan dari darah (mis. D. Difusi terfasilitasi
prostaglandin), dan senyawa yang diaktifkan sewaktu E. Difusi pasif
melewati paru (mis. angiotensin II). 5. Resistensi kanal napas
A. meningkat jika paru dikeluarkan dan dikembangkan
PERTANYAAN PILIHAN GANDA dengan salin.
B. tidak memengaruhi kerja pernapasan.
Pilihlah satu jawaban terbaik untuk semua pertanyaan berikut,
C. meningkat pada pasien paraplegia.
kecuali jika dinyatakan lain.
D. meningkat setelah kontraksi otot polos bronkus.
1. Di puncak Gunung Everest, dengan tekanan barometrik E. membentuk 80% kerja pernapasan.
sekitar 250 mm Hg, tekanan parsial O2 dalam mm Hg adalah 6. Surfaktan yang melapisi alveolus
sekitar
A. membantu mencegah kolapsnya alveolus.
A. 0,1
B. dihasilkan oleh sel alveolus tipe I dan disekresikan
B. 0,5
ke dalam alveolus.
C. 5
C. meningkat di paru perokok berat.
D. 50
D. merupakan suatu kompleks glikolipid.
E. 100
2. Kapasitas vital paksa (FVC) adalah
A. jumlah udara yang normalnya masuk (atau keluar) paru
pada setiap kali bernapas. REFERENSI BAB
B. jumlah udara yang masuk ke paru tetapi tidak ikut serta Barnes PJ: Chronic obstructive pulmonary disease. N Engl J Med
dalam pertukaran gas.
2000;343:269.
C. jumlah udara yang diekspirasikan setelah upaya ekspirasi
Crystal RG, West JB (editors): The Lung: Scientific Foundations,
maksimal.
2nd ed. Raven Press, 1997.
D. jumlah terbesar gas yang dapat masuk dan keluar paru
Fishman AP, et al (editors): Fishman’s Pulmonary Diseases and
dalam 1 menit.
Disorders, 4th ed. McGraw-Hill, 2008.
3. Volume alun napas adalah Prisk GK, Paiva M, West JB (editors): Gravity and the Lung: Lessons
A. jumlah udara yang normalnya masuk (atau keluar) paru from Micrography. Marcel Dekker, 2001.
setiap kali bernapas. West JB: Pulmonary Pathophysiology, 5th ed. McGraw-Hill, 1995.
B. jumlah udara yang masuk ke paru tetapi tidak ikut serta Wright JR: Immunoregulatory functions of surfactant proteins.
dalam pertukaran gas. Nat Rev Immunol 2005;5:58.
Halaman ini sengaja dikosongkan
35
B A B

Perpindahan Gas & pH

T U J U A N ■ Menjelaskan bagaimana O2 mengalir "turun" dari paru ke jaringan dan CO2


mengalir "turun" dari jaringan ke paru.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Menyebutkan faktor-faktor penting yang memengaruhi afinitas
Anda seyogianya mampu: hemoglobin terhadap O2 dan makna fisiologiknya masing-masing.
■ Menyebutkan reaksi-reaksi yang meningkatkan jumlah CO2 dalam darah, dan
menggambar kurva disosiasi CO2 darah arteri dan vena.
■ Menjelaskan mengenai alkalosis dan asidosis serta menyebutkan penyebab
khas serta reaksi kompensasinya masing-masing.
■ Menjelaskan mengenai hipoksia dan menguraikan perbedaan jenis-jenis hipoksia.
■ Menjelaskan efek hiperkapnia dan hipokapnia, dan memberikan contoh
penyakit yang dapat menyebabkannya.

PENDAHULUAN
Perbedaan tekanan parsial O2 dan perbedaan tekanan pembawa O2, dan seandainya sekitar 94,5% CO2 yang larut
parsial CO2, digambarkan dalam bentuk grafik pada dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia
Gambar 35-1. Gambar ini menegaskan bahwa perbedaan reversibel yang mengubah CO2 menjadi senyawa lain.
tekanan adalah kunci terjadinya pergerakan gas dan bahwa Dengan demikian, adanya hemoglobin meningkatkan
O2 “mengalir turun” dari udara luar melalui alveolus dan kemampuan darah mengangkut O2 sebanyak 70 kali, dan
darah ke dalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” pengubahan CO2 meningkatkan kandungan CO2 dalam
dari jaringan ke dalam alveolus. Walaupun demikian, darah sebanyak 17 kali. Pada Bab ini dibahas rincian
jumlah kedua gas yang diangkut menuju dan dari jaringan fisiologik yang mendasari pengangkutan O2 dan CO2 dalam
tidak akan cukup seandainya sekitar 99% O2 yang larut di berbagai kondisi.
dalam darah tidak terikat pada hemoglobin, protein

TRANSPORTASI OKSIGEN masing-masing jaringan bergantung pada curah jantung


serta derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam jaringan.
Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang
PENYALURAN OKSIGEN larut, jumlah hemoglobin dalam darah, serta afinitas
KE JARINGAN hemoglobin terhadap O2.
Penyaluran oksigen, atau berdasarkan artinya, volume oksigen
yang disalurkan ke pembuluh darah sistemik per menit,
REAKSI HEMOGLOBIN & OKSIGEN
adalah hasil kali curah jantung dan konsentrasi oksigen di Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 menjadikan
arteri. Kemampuan tubuh menyalurkan O2 bergantung baik hemoglobin sangat cocok sebagai pembawa O2. Hemoglobin
pada sistem respirasi maupun sistem kardiovaskular. adalah protein yang terdiri dari empat subunit, masing-
Pengangkutan O2 menuju ke suatu jaringan bergantung pada masing mengandung satu gugus heme (heme) yang melekat
jumlah O2 yang masuk ke dalam paru, kecukupan pertukaran ke sebuah rantai polipeptida. Pada orang dewasa normal,
gas di dalam paru, aliran darah menuju jaringan tersebut, serta sebagian besar molekul hemoglobin mengandung dua rantai
kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah ke α dan dua rantai β. Heme (lihat Gambar 31-7) adalah
641
642 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

PO2 100
150
90

Presentasi saturasiO2 hemoglobin


Tekanan parsial (mm Hg)

120 80
(Arteri) PO2
% Sat O2 terlarut
90 70 (mm Hg) Hb (mL/dL)
60 10 13,5 0,03
60 (Vena) 20 35 0,06
(Est) 50 30 57 0,09
(Est) 40 75 0,12
30 PCO2 40 50 83,5 0,15
60 89 0,18
30 70 92,7 0,21
0 Udara Paru Darah Jaringan 80 94,5 0,24
20 90 96,5 0,27
GAMBAR 35-1 Nilai Po2 dan Pco2 dalam udara, paru, darah, dan 10 100 97,5 0,30
jaringan. Perhatikan bahwa baik O2 maupun CO2 berdifusi "turun"
mengikuti perbedaan tekanan parsial yang makin rendah. Est,
perkiraan. (Digambar ulang dan disalin, dengan izin, dari Kinney JM: Transport of 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
carbon dioxide in blood. Anesthesiology 1960;21:615.) PO2 (mm Hg)

GAMBAR 35-2 Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen. pH 7,40,


kompleks cincin porfirin yang mengandung satu atom besi
suhu 38°C.Tabel inset menghubungkan persentase hemoglobin
fero. Masing-masing keempat atom besi dalam hemoglobin jenuh (SaO2) dengan Po2 dan O2 terlarut. (Digambar ulang dan disalin,
dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi dengan izin, dari Comroe JH Jr, et al: The Lung: Clinical Physiology and Pulmonary
tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 Function Tests, 2nd ed. Year Book, 1962.)
merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi.
Reaksi pengikatan hemoglobin O2 lazimnya ditulis sebagai Hb
+ O2 ↔ HbO2. Mengingat setiap molekul hemoglobin penuh (jenuh), setiap gram hemoglobin normal mengandung
mengandung empat unit Hb, maka molekul hemoglobin 1,39 mL O2. Namun, darah normalnya mengandung sejumlah
dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan sesungguhnya bereaksi kecil derivat hemoglobin yang inaktif, sehingga hasil pengukuran
dengan empat molekul O2 membentuk Hb4O8. in vivo-nya umumnya lebih rendah. Dengan menggunakan
Hb4 + O2 → perkiraan tradisional hemoglobin jenuh in vivo, 1,34 mL O2,
← Hb4O2
konsentrasi hemoglobin dalam darah normal adalah sekitar 15 g/
Hb4O2 + O2 → ← Hb4O4 dL (14 g/dL pada wanita dan 16 g/dL pada pria). Dengan
Hb4O4 + O2 → ← Hb4O6 demikian, 1 dL darah mengandung 20,1 mL (1,34 mL x 15) O2
Hb4O6 + O2 → ← Hb4O8 yang terikat pada hemoglobin jika saturasi hemoglobin 100%.
Reaksi ini berlangsung dengan cepat, dan membutuhkan Jumlah O2 yang larut dalam darah merupakan fungsi linier Po2
waktu kurang dari 0,01 detik. Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 (0,003 mL/dL darah/mmHg Po2).
juga berlangsung dengan sangat cepat. In vivo, saturasi hemoglobin terhadap O2 darah di ujung
Struktur kuaterner hemoglobin menentukan afinitasnya kapiler paru adalah sekitar 97,5% (Po2 = 100 mmHg). Karena
terhadap O2. Pada deoksihemoglobin, unit-unit globin terikat ada sedikit percampuran dengan darah vena yang memintas
erat dalam konfigurasi tense (T, tegang), sehingga menurunkan kapiler paru (yi. physiologic shunt), maka saturasi hemoglobin di
afinitas molekul ini terhadap O2. Saat O2 pertama kali terikat, dalam darah arteri sistemik hanya 97%. Karena itu, darah arteri
ikatan yang menahan unit-unit globin terlepas, dan membentuk secara keseluruhan mengandung 19,8 mL O2 per dL: 0,29 mL
konfigurasi relaxed (R, rileks) sehingga tempat pengikatan O2 dalam bentuk terlarut dan 19,5 mL terikat pada hemoglobin.
yang terpajan lebih banyak. Hal ini menghasilkan peningkatan Pada keadaan istirahat, saturasi hemoglobin di dalam darah
afinitas terhadap O2 sebesar 500 kali lipat. Di jaringan, reaksi- vena sekitar 75% dan kandungan O2 total di dalamnya sekitar
reaksi ini berbalik, sehingga terjadi pembebasan O2. Peralihan 15,2 mL/dL: 0,12 mL terlarut dan 15,1 mL terikat pada
dari keadaan satu ke keadaan lainnya diperkirakan berlangsung hemoglobin. Jadi, pada keadaan istirahat, jaringan mengambil
sekitar 108 kali sepanjang siklus hidup sel darah merah.
Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen menggambarkan
hubungan persentase saturasi kemampuan hemoglobin meng-
angkut O2 (disingkat sebagai SaO2) dengan Po2 (Gambar 35-2). TABEL 35-1 Kandungan gas dalam darah.
Kurva ini memiliki bentuk sigmoid yang khas karena adanya mL/dL Darah yang Mengandung 15 g Hemoglobin
interkonversi T-R. Pengikatan O2 oleh gugus heme pertama pada
satu molekul Hb akan meningkatkan afinitas gugus heme kedua Darah Arteri (Po2 95 mmHg; Darah Vena (Po2 40 mmHg;
Pco2 40 mmHg; Hb 97% Pco2 46 mmHg; Hb 75%
terhadap O2, dan oksigenasi gugus kedua lebih meningkatkan tersaturasi) tersaturasi)
afinitas gugus ketiga, dst., sehingga afinitas Hb terhadap molekul
Gas Terlarut Terikat Terlarut Terikat
O2 ke empat berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan reaksi
pertama. Perlu diperhatikan bahwa perubahan kecil pada Po2 O2 0,29 19,5 0,12 15,1
yang rendah menyebabkan perubahan besar pada SaO2. CO2 2,62 46,4 2,98 49,7
Apabila darah dihadapkan dengan 100% O2, hemoglobin
N2 0,98 0 0,98 0
yang normal akan tersaturasi 100%. Pada keadaan tersaturasi
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 643

100 100
10° 38°

80 20° 80
43° 7,6 [HCO3−]
7,4 7,2 pH = 6.10 + log
0.0301 PCO2
60 60
pH darah arteri ≅ 7.40
40 40 pH darah vena ≅ 7.36

20 Pengaruh suhu 20 Pengaruh pH

0 20 40 60 80 0 20 40 60 80

GAMBAR 35-3 Pengaruh suhu dan pH pada kurva disosiasi hemoglobin-oksigen. Perubahan baik pada suhu (kiri) maupun pH (kanan)
dapat mengubah afinitas hemoglobin terhadap O2. pH plasma dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch
yang dimodifikasi, seperti diperlihatkan. (Digambar ulang dan disalin, dengan izin, dari Comroe JH Jr, et al:The Lung: Clinical Physiology and Pulmonary Function Tests,
2nd ed. Year Book, 1962.)

sekitar 4,6 mL O2 dari setiap desiliter darah yang melewatinya HbO2 + 2,3-BPG →
← Hb − 2,3-BPG + O2
Tabel 35-1); 0,17 mL jumlah tersebut merupakan O2 yang
Dalam reaksi keseimbangan ini, peningkatan konsentrasi
terlarut dan sisanya merupakan O2 yang dibebaskan dari
hemoglobin. Dengan demikian, pada keadaan istirahat, ada 2,3-DPG akan menggeser reaksi ke kanan, menyebabkan O2
sebanyak 250 mL O2 per menit yang diangkut dari darah ke yang dibebaskan lebih banyak.
dalam jaringan. Karena asidosis menghambat glikolisis sel darah merah
maka konsentrasi 2,3-DPG turun jika pH rendah. Sebaliknya,
FAKTOR YANG MEMENGARUHI hormon tiroid, hormon pertumbuhan, dan androgen dapat
AFINITAS HEMOGLOBIN meningkatkan kadar 2,3-DPG dan nilai P50.
Latihan fisik dilaporkan menimbulkan peningkatan 2,3-
TERHADAP OKSIGEN DPG dalam waktu 60 menit (walaupun hal ini mungkin
Ada tiga hal penting yang memengaruhi kurva disosiasi he- tidak terjadi pada atlet terlatih). P50 juga meningkat selama
moglobin-oksigen: pH, suhu, dan kadar 2,3-difosfogliserat ber-olahraga, akibat peningkatan suhu pada jaringan yang
(DPG; 2,3-DPG). Peningkatan suhu atau penurunan pH akan aktif, serta akumulasi CO2 dan metabolit, yang menurunkan
menggeser kurva ke kanan (Gambar 35-3). Apabila kurva ber- pH darah. Selain itu, O2 yang diambil dari tiap unit darah
geser ke kanan, Po2 yang dibutuhkan agar hemoglobin dapat yang mengalir melalui jaringan yang aktif lebih banyak,
mengikat sejumlah O2 harus lebih tinggi. Sebaliknya, penurun- akibat berkurangnya Po2 jaringan. Akhirnya, pada nilai Po2
an suhu atau peningkatan pH akan menggeser kurva ke kiri, yang rendah, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen menjadi
dan Po2 yang dibutuhkan untuk mengikat O2 dalam jumlah curam, dan sejumlah besar O2 dibebaskan per satuan
yang sama menjadi lebih rendah. Indeks yang tepat untuk penurunan Po2. Beberapa gambaran klinis hemoglobin
membandingkan pergeseran tersebut adalah P50, yaitu nilai dibahas di Boks Klinis 35–1.
Po2 saat hemoglobin separuh tersaturasi oleh O2. Makin tinggi
Berlawanan dengan hemoglobin yang menarik adalah
nilai P50, afinitas hemoglobin terhadap O2 makin rendah.
mioglobin, yaitu pigmen mengandung besi yang ditemukan
Berkurangnya afinitas hemoglobin terhadap O2 saat pH pada otot rangka. Mioglobin mirip dengan hemoglobin,
darah menurun dikenal sebagai efek Bohr dan erat kaitannya tetapi hanya mengikat 1 mol O2 per mol, bukan 4 mol. Pada
dengan fakta bahwa hemoglobin yang terdeoksigenasi mioglobin tidak terjadi pengikatan kooperatif. Hal ini
(deoksihemoglobin) lebih aktif mengikat H+ dibandingkan tercermin dalam kurva disosiasinya yang berbentuk
hemoglobin yang teroksigenasi (oksihemoglobin). Pening- hiperbola persegi, dan bukan sigmoid seperti yang dijumpai
katan kandungan CO2 darah akan menurunkan pH darah, untuk hemoglobin (Gambar 35-4). Selain itu, jika
sehingga bila Pco2 meningkat, kurva bergeser ke kanan dan dibandingkan dengan hemoglobin, per-geseran ke kiri kurva
P50 meningkat. Sebagian besar proses desaturasi hemoglobin pengikatan O2 mioglobin memperlihatkan afinitas yang lebih
yang terjadi di jaringan disebabkan oleh penurunan PO2, tinggi terhadap O2, sehingga mendukung pemindahan O2
tetapi sebanyak 1-2% penambahan desaturasi disebabkan dari hemoglobin dalam darah yang lebih menguntungkan.
oleh peningkatan Pco2 dan pergeseran kurva disosiasi ke Curamnya kurva mioglobin juga menunjukkan bahwa O2
kanan yang ditimbulkannya. hanya dibebaskan saat nilai Po2 rendah (mis. sewaktu
2,3-DPG sangat banyak terdapat di dalam sel darah berolahraga). Mioglobin yang paling banyak terkandung
merah. Senyawa ini dibentuk dari 3-fosfogliseraldehid, yang dalam otot-otot yang dikhususkan untuk kontraksi terus-
merupakan hasil glikolisis melalui jalur Embden-Meyerhof. menerus. Pada kontraksi seperti ini, pasokan darah ke otot
Senyawa ini merupakan anion bermuatan tinggi yang terikat tersebut terhambat, dan mioglobin dapat tetap menyediakan
pada rantai β deoksihemoglobin. Satu mol deoksi- O2 pada saat aliran darah menurun dan/atau Po2 dalam
hemoglobin mengikat 1 mol 2,3-DPG. Reaksinya, darah menurun.
644 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

100
BOKS KLINIS 35-1
B
80

Saturasi O2 (%)
Hemoglobin & Pengikatan O2 ln Vivo
60
Sianosis A

Hemoglobin yang tereduksi berwarna gelap dan jika 40


konsentrasinya dalam darah kapiler lebih dari 5 g/dL maka A = Hemoglobin
jaringan akan berwarna abu-abu kebiruan (sianosis). 20 B = Mioglobin
Timbulnya sianosis bergantung pada jumlah total
hemoglobin dalam darah, derajat ketidakjenuhan 0 40 80 120
hemoglobin, dan keadaan sirkulasi kapiler. Sianosis paling PO2 (mm Hg)
mudah dilihat pada bantalan kuku dan membran mukosa,
serta di cuping telinga, bibir, dan jari tangan yang berkulit GAMBAR 35-4 Perbandingan kurva disosiasi pada hemoglobin dan
tipis. Meskipun sianosis dapat terlihat secara kasat mata, mioglobin. Kurva pengikatan mioglobin (B) tidak memiliki bentuk
sigmoid seperti kurva pengikatan hemoglobin (A) karena masing-masing
tetapi hal ini tidak selalu dapat diandalkan. Pemeriksaan molekul memiliki satu tempat untuk mengikat O2. Mioglobin juga
saturasi dan tekanan oksigen arteri, serta hitung darah dan memiliki afinitas lebih besar terhadap O2 dibandingkan dengan
hemoglobin, dapat menghasilkan diagnosis yang lebih pasti. hemoglobin (kurva tergeser ke kiri) sehingga dapat membebaskan O2 di
Efek 2,3-DPG pada Darah Janin & Darah otot ketika PO2 dalam darah rendah (mis. sewaktu olahraga).

Simpanan
Afinitas hemoglobin janin (hemoglobin F) terhadap O2
PENGANGKUTAN KARBON DIOKSIDA
yang lebih besar dibandingkan hemoglobin dewasa
(hemoglobin A) mempermudah perpindahan O2 dari ibu NASIB KARBON DIOKSIDA
ke janin. Afinitas yang lebih besar ini disebabkan oleh DALAM DARAH
sukarnya pengikatan 2,3-DPG oleh rantai γ polipeptida
Kelarutan CO2 dalam darah adalah sekitar 20 kali lebih besar
pada hemoglobin janin yang menggantikan rantai β.
daripada kelarutan O2; karena itu, dalam suatu larutan
Beberapa hemoglobin abnormal pada dewasa memiliki P50
sederhana pada tekanan parsial yang sama, terdapat jauh
yang rendah dan afinitas yang besar terhadap O2 sehingga
lebih banyak CO2 dibandingkan O2. CO2 yang berdifusi ke
menimbulkan hipoksia jaringan yang cukup berat dan
dalam sel darah merah akan secara cepat dihidrasi menjadi
merangsang peningkatan pembentukan sel darah merah
H2CO3, karena adanya karbonat anhidrase (Gambar 35-5).
baru, sehingga terjadi polisitemia. Sangat menarik karena
ada dugaan bahwa hemoglobin tersebut mungkin tidak
H2CO3 akan terurai menjadi H+ dan HCO3−, dan selanjutnya
mengikat 2,3-DPG.
H+ disangga, terutama oleh hemoglobin, sedangkan HCO3−
memasuki plasma. Sejumlah CO2 dalam sel darah merah
Konsentrasi 2,3-DPG dalam sel darah merah meningkat
pada anemia dan pada berbagai penyakit yang
akan bereaksi dengan gugus amino hemoglobin dan protein
menimbulkan hipoksia kronik. Keadaan ini memudahkan
lain (R), untuk membentuk senyawa karbamino.
pengangkutan O2 ke jaringan melalui peningkatan PO2 saat H H
pelepasan O2 di kapiler perifer. Pada darah yang disimpan di
bankdarah, kadar 2,3-DPG menurun dan kemampuannya → R—N
CO2 + R—N ←
untuk melepaskan O2 di jaringan menurun. Penurunan ini
tentu akan mengurangi manfaatnya bila ditransfusikan pada
H COOH
penderita hipoksia. Namun, hal ini dapat dikurangi dengan
menyimpan darah dalam larutan sitrat-fosfat-deks-trosa Karena deoksihemoglobin mengikat lebih banyak H+
ketimbang dalam larutan asam-sitrat-dekstrosa biasa. daripada yang diikat oleh oksihemoglobin dan lebih mudah
membentuk senyawa-senyawa karbamino, maka pengikatan O2
ke hemoglobin akan menurunkan afinitasnya terhadap CO2.
KIAT TERAPETIK Efek Haldane adalah meningkatnya kapasitas hemoglobin
Sianosis lebih merupakan indikasi kurangnya hemo- terdeoksigenasi untuk mengikat dan mengangkut O2. Akibatnya,
globin teroksigenasi dan bukan indikasi adanya suatu darah vena mengangkut CO2 lebih banyak daripada darah arteri,
penyakit. Karena itu, penyebab sianosis sangat banyak, dan penyerapan CO2 di jaringan serta pembebasan CO2 di paru
mulai dari paparan terhadap dingin, kelebihan dosis berlangsung lebih mudah. Sekitar 11% dari CO2 yang
obat, hingga penyakit paru kronis. Karena itu, peng- ditambahkan ke dalam darah di pembuluh kapiler sistemik akan
obatan yang tepat bergantung pada penyebab yang diangkut ke paru dalam bentuk karbamino-CO2.
mendasari. Untuk sianosis yang disebabkan oleh
paparan dingin, mempertahankan lingkungan yang
hangat mungkin efektif, sementara pada penyakit-
PERGESERAN KLORIDA
penyakit kronik mungkin diperlukan pemberian oksigen Saat darah melewati kapiler, terjadi peningkatan kandungan
tambahan. HCO3− di dalam sel darah merah yang jauh lebih besar
dibandingkan dalam plasma, sehingga sekitar 70% HCO3−
yang dibentuk di sel darah merah akan memasuki plasma.
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 645

CI

TABEL 35-2 Nasib CO2 di dalam darah.
CO2
Dalam plasma
1. Terlarut
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3−
Karbonat 2. Dengan protein plasma membentuk senyawa karbamino
anhidrase HHb H+ + Hb− 3. Hidrasi, disangga H+, HCO3− di dalam plasma

Dalam sel darah merah


GAMBAR 35-5 Nasib CO2 di sel darah merah. Ketika masuk ke 1. Terlarut
dalam sel darah merah, CO2 dengan cepat mengalami hidrasi menjadi
H2CO3 oleh karbonat anhidrase. H2CO3 berada dalam keseimbangan 2. Pembentukan karbamino-Hb
dengan H+ dan basa konjugatnya, HCO3−. H+ dapat berinteraksi 3. Hidrasi, disangga H+, 70% HCO3− memasuki plasma
dengan deoksihemoglobin, sementara HCO3− dapat diangkut keluar
sel melalui penukar anion 1 (AE1 atau Band 3). Pada akhirnya, untuk 4. Pergeseran Cl− ke dalam sel, mOsm/L dalam sel meningkat
setiap molekul CO2 yang memasuki sel darah merah, terdapat
penambahan HCO3− atau ion Cl− ke dalam sel.

HCO3− yang meninggalkan sel darah merah akan ditukar dengan


Cl− (Gambar 35-5). Proses ini diperantarai oleh anion exchanger DISTRIBUSI KARBON DIOKSIDA
1 (AE1; disebut juga Band 3), suatu protein membran utama di DALAM DARAH
sel darah merah. Pertukaran ini disebut pergeseran klorida Untuk mempermudah, pada Tabel 35-2 diringkaskan
(chloride shift). Karena adanya pergeseran klorida ini, kandung- berbagai nasib yang dialami CO2 dalam plasma dan sel darah
an Cl− di dalam sel darah merah di dalam darah vena jauh lebih merah. Kemampuannya untuk meningkatkan kapasitas
besar dibandingkan darah arteri. Pergeseran klorida berlangsung pengangkutan CO2 oleh darah ditandai oleh perbedaan
cepat dan selesai seluruhnya dalam waktu 1 detik. antara garis yang menggambarkan CO2 yang larut dengan
Perhatikan bahwa pada tiap penambahan molekul CO2 ke garis yang menunjukkan kandungan CO2 total pada kurva
dalam sel darah merah, terjadi penambahan satu partikel yang disosiasi CO2 yang diperlihatkan pada Gambar 35-6
osmotik aktif—baik HCO3− maupun Cl−—ke dalam sel darah Dari sekitar 49 mL CO2 dalam setiap desiliter darah arteri
merah (Gambar 35-6). Akibatnya, sel darah merah akan (Tabel 35-1), 2,6 mL berada dalam bentuk larut, 2,6 mL
menyerap sejumlah air dan ukurannya membesar. Karena hal berbentuk senyawa karbamino, dan 43,8 mL berbentuk HCO3
ini, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa sejumlah kecil −. Di dalam jaringan terjadi penambahan 3,7 mL CO per
2
cairan dalam darah arteri akan mengalir kembali melalui desiliter darah; 0,4 mL berada dalam bentuk terlarut, 0,8 mL
sistem limfe dan bukan melalui vena, pada keadaan normal
membentuk senyawa karbamino, dan 2,5 mL membentuk
darah vena memiliki nilai hematokrit sekitar 3% lebih tinggi
HCO3−. pH darah turun dari 7,40 menjadi 7,36. Di dalam
dibandingkan darah arteri. Di dalam paru, Cl− keluar dari sel
paru-paru, prosesnya terbalik, dan 3,7 mL CO2 dikeluarkan ke
darah merah, sehingga sel kembali mengecil.
alveolus. Dengan begitu, pada keadaan istirahat, sekitar 200 mL
CO2 per menit diangkut dari jaringan ke paru untuk
70 dikeluarkan. Pada waktu latihan fisik, jumlah yang diangkut
30
Darah terdeoksigenasi jauh lebih besar. Perlu diketahui bahwa dalam 24 jam, jumlah
60
v CO2 tersebut setara dengan lebih dari 12.500 meq H+.
Konsentrasi CO2 (mmol/L)

25
Konsentrasi CO2 (mL/dL)

50 a
40
20 KESEIMBANGAN ASAM-
Darah teroksigenasi 15
BASA & PENGANGKUTAN GAS
30
Pada kondisi normal, sumber utama asam dalam darah
10
20 berasal dari metabolisme sel. CO2 yang terbentuk oleh
5
metabolisme di jaringan sebagian besar dihidrasi menjadi
10
Dissolved CO2 H2CO3, menghasilkan beban H+ total yang besar seperti
disebutkan di atas (>12.500 mEq/hari). Namun, sebagian
0 10 20 30 40 50 60 70
besar CO2 tersebut diekskresikan di paru, dan sejumlah kecil
PCO2 (mm Hg)
H+ yang tersisa diekskresikan oleh ginjal.
GAMBAR 35-6 Kurva disosiasi CO2. Titik arteri (a) dan titik vena
(v) menunjukkan kandungan CO2 total dalam darah arteri dan darah
PENDAPARAN DALAM DARAH
vena pada manusia normal saat istirahat. Perhatikan jumlah CO2 yang Pergeseran asam dan basa dalam darah umumnya dikendali-
rendah yang larut (garis kuning) dibandingkan dengan yang dapat kan oleh tiga penyangga (pendapar) utama dalam darah: (1)
diangkut oleh cara lain (Tabel 35-2). (Dimodifikasi dan disalin, dengan izin,
dari Schmidt RF, Thews G [editor]: Human Physiology. Springer-Verlag, 1983.) protein, (2) hemoglobin, dan (3) sistem asam karbonat-
bikarbonat. Protein plasma merupakan penyangga yang
646 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

efektif karena baik gugus karboksil bebas maupun gugus mmol


amino bebasnya berdisosiasi: +1,0 Hb
→ RCOO− + H+
RCOOH ← mmol H+ yang c
ditambahkan
ke 1 mmol +0,5
pH = pK´RCOOH + log [RCOO−] HbO2 atau Hb HbO2
[RCOOH]
→ RNH2 + H+ 0 a b
RNH3+ ← mmol H+ yang
dikeluarkan
[RNH2] dari ke 1 mmol
pH = pK´RNH3 + log HbO2 −0,5
[RNH3+] atau Hb

Sistem penyangga kedua adalah penguraian gugus 7,30 7,40 7,50 7,60 7,70
pH
imidazol residu histidin dalam hemoglobin.
H H GAMBAR 35-7 Perbandingan kurva titrasi untuk hemoglobin
teroksigenasi (HbO2) dan deoksihemoglobin (Hb). Tanda panah dari a
C C ke c menunjukkan jumlah tambahan milimol H+ yang dapat didapar
oleh Hb dibandingkan HbO2 dengan konsentrasi yang sama (yi. tidak
NH NH+ NH N terjadi pergeseran pH).Tanda panah dari a ke b menunjukkan
pergeseran pH yang akan terjadi pada deoksigenasi HbO2 tanpa
→ penambahan H+.
← + H+

HC C HC C kurang ideal untuk larutan) dan [CO2] menggantikan


[H2CO3], maka pK’ adalah 6,1:
R R
[HCO3−]
Dalam pH sekitar 7,0-7,7, peran gugus karboksil bebas pH = 6.10 + log
[CO2]
dan amino hemoglobin terhadap kapasitas dapar relatif kecil.
Bentuk persamaan ini yang relevan secara klinis adalah:
Namun, molekul hemoglobin mengandung 38 residu
histidin, dan berdasarkan hal ini—ditambah fakta bahwa [HCO3−]
pH = 6.10 + log
hemoglobin terdapat dalam jumlah besar—maka hemoglobin 0.0301 PCO2
dalam darah memiliki kapasitas dapar enam kali lipat karena jumlah CO2 yang larut setara dengan tekanan parsial
dibandingkan protein plasma. Selain itu, kerja hemoglobin CO2 dan koefisien kelarutan CO2 dalam mmol/l/mm Hg
bersifat unik karena gugus imidazol deoksihemoglobin adalah 0,0301. [HCO3−] tidak dapat diukur secara langsung,
kurang berdisosiasi dibandingkan dengan gugus imidazol tetapi pH dan Pco2 dapat diukur secara cukup akurat
pada oksihemoglobin sehingga Hb menjadi asam yang lebih menggunakan elektroda kaca pH dan Pco2, dan kemudian
lemah, dan penyangga yang lebih baik dibandingkan dengan [HCO3−] dapat dihitung.
HbO2. Kurva titrasi untuk Hb dan HbO2 yang diperlihatkan pK’ untuk sistem ini masih tetap rendah relatif terhadap
(Gambar 35-7) melukiskan perbedaan dalam kapasitas pH darah, tetapi sistem ini adalah salah satu sistem
pendaparan H+. penyangga yang paling efektif di tubuh karena jumlah CO2
Sistem penyangga utama ketiga dalam darah adalah yang larut dikontrol oleh pernapasan (yi. merupakan sistem
sistem asam karbonat-bikarbonat: “terbuka”). Selain itu, konsentrasi HCO3− plasma juga diatur
oleh ginjal. Apabila ditambahkan H+ ke dalam darah, HCO3−
→ H+ + HCO3−
H2CO3 ← berkurang seiring dengan semakin banyaknya H2CO3 yang
terbentuk. Apabila tambahan H2CO3 ini tidak diubah
Persamaan Henderson-Hasselbach untuk sistem ini adalah: menjadi CO2 dan H2O, dan CO2 diekskresikan di paru, maka
konsentrasi H2CO3 akan meningkat. Apabila H+ yang
[HCO3−] ditambahkan cukup banyak sehingga HCO3− plasma menjadi
pH = pK + log
[H2CO3] separuh dari semula, pH akan turun dari 7,4 menjadi 6,0.
Namun, peningkatan konsentrasi H+ tersebut ditoleransi
pK sistem ini dalam suatu larutan ideal bernilai rendah karena: (1) kelebihan H2CO3 yang terbentuk disingkirkan
(sekitar 3), dan jumlah H2CO3 sedikit dan sulit diukur secara dan (2) peningkatan H+ merangsang pernapasan sehingga
tepat. Namun, di dalam tubuh, H2CO3 berada dalam terjadi penurunan Pco2 dan semakin banyak H2CO3 yang
keseimbangan dengan CO2: disingkirkan. Dengan demikian, pH akhir peningkatan
konsentrasi H+ tersebut sebenarnya adalah 7,2 atau 7,3.
→ CO2 + H2O
H2CO3 ← Ada dua faktor lain yang menjadikan sistem asam
karbonat-bikarbonat sebagai pendapar biologis yang baik.
Apabila pK diubah menjadi pK’ (konstanta ionisasi Pertama, reaksi CO2 + H2O ↔ H2CO3 berlangsung secara
yang terlihat; dibedakan dari pK sejati karena kondisi yang lambat di kedua arah kecuali apabila terdapat enzim karbonat
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 647

anhidrase. Di plasma tidak terdapat karbonat anhidrase, [H+] darah arteri (nmol/L)
tetapi enzim ini banyak ditemukan di sel darah merah 100 90 80 70 6050 40 35 30 25 20
60
sehingga reaksi dapat dibatasi dan dikontrol secara spasial. 56
120 100 90 80 70 60 50 40

Kedua, adanya hemoglobin dalam darah meningkatkan 52


pen-daparan sistem dengan mengikat H+ bebas yang alkalosis 35

[HCO3−] plasma arteri (meq/L)


48
meta-
diproduksi oleh proses hidrasi CO2 dan memungkinkan 44
Asidosis
bolik 30
perpindahan HCO3− ke dalam plasma. 40 respiratorik
kronis
36 Asidosis 25

ASIDOSIS & ALKALOSIS 32 respiratorik


akut
Asidosis 20
28 respiratorik
Normal akut
pH plasma arteri normalnya adalah 7,40 dan pH plasma vena 24
15
sedikit lebih rendah. Penurunan pH di bawah normal 20
16
(asidosis) secara teknis terjadi jika pH arteri di bawah 7,40 Asidosis 10
12 metabolik
dan peningkatan pH (alkalosis) secara teknis terjadi jika pH 8
Alkalosis
respiratorik
di atas 7,40. Dalam praktikan efek merugikan. Gangguan 4
kronik PCO (mm Hg)
2

asam-basa dibagi menjadi empat kategori: asidosis respira- 0


7.00 7.10 7.20 7.307.40 7.50 7.60 7.70 7.80
torik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan alkalosis pH darah arteri
metabolik. Selain itu, gangguan-gangguan ini dapat terjadi
dalam kombinasi. Beberapa contoh gangguan asam-basa GAMBAR 35-8 Nomogramasam-basa. Gambar memperlihatkan
diperlihatkan di Tabel 35–3. perubahan Pco2 (garis melengkung), HCO3− plasma, dan pH (atau [H+])
darah arteri pada saat terjadi asidosis respiratorik dan metabolik.
ASIDOSIS RESPIRATORIK Perhatikan pergeseran HCO3− dan pH sewaktu asidosis dan alkalosis
respiratorik terkompensasi, menghasilkan bentuk-bentuk kroniknya.
Semua peningkatan jangka pendek Pco2 arteri (yi. di atas 40 (Direproduksi, dengan izin, dari Brenner BM, Rector FC Jr. (editor). Brenner & Rector's
mm Hg, karena hipoventilasi) akan menyebabkan asidosis The Kidney, 7th ed. Saunders, 2004).

respiratorik. Perlu diingat bahwa C02 yang tertahan berada


dalam keseimbangan dengan H2CO3, yang sebaliknya
berada dalam keseimbangan dengan HCO3-. Peningkatan terlihat pada grafik dengan memplotkan konsentrasi HCO3-
efektif HCC^- plasma berarti bahwa keseimbangan yang plasma versus pH (Gambar 35-8). Perubahan pH yang
baru akan tercapai pada pH yang lebih rendah. Hal ini dapat terlihat pada setiap peningkatan Pco2 selama asidosis
respiratorik bergantung pada kemampuan pendaparan
darah. Perubahan awal yang diperlihatkan di Gambar 35-8
adalah yang terjadi tanpa bergantung pada mekanisme
TABEL 35-3 Nilai pH, HCO3−, dan Pco2 plasma pada kompensasi apapun; dengan demikian, perubahan tersebut
berbagai gangguan keseimbangan asam-basa tipikal.a adalah asidosis respiratorik yang tidak terkompensasi.
Plasma Arteri
ALKALOSIS RESPIRATORIK
HCO3 − PCO 2
Kondisi pH (mEq/L) (mm Hg) Penyebab Semua penurunan jangka pendek Pco2 di bawah nilai yang
diperlukan agar pertukaran CO2 dapat berlangsung dengan
Normal 7,40 24,1 40
baik (yi. di bawah 35 mm Hg, seperti yang terjadi pada hi-
Asidosis 7,28 18,1 40 Ingesti NH4Cl perventilasi) akan menyebabkan alkalosis respiratorik.
metabolik 6,96 5,0 Asidosis diabetes Penurunan CO2 menggeser keseimbangan sistem asam
23
karbonat-bikarbonat untuk menurunkan [H+] dan
Alkalosis 7,50 30,1 40 Ingesti NaHCO3
metabolik
meningkatkan pH secara efektif. Seperti pada asidosis
7,56 49,8 58 Muntah
berkepanjangan
respiratorik, perubahan pH awal yang sesuai dengan
alkalosis respiratorik (Gambar 35-8) adalah perubahan yang
Asidosis 7,34 25,0 48 Menghirup 7% CO2 terjadi tanpa bergantung pada mekanisme kompensasi
respiratorik 7,34 33,5 64 Emfisema apapun, sehingga merupakan alkalosis respiratorik yang
Alkalosis 7,53 22,0 27 Hiperventilasi tidak terkompensasi.
respiratorik volunter
7,48 18,7 26 Menetap selama 3 ASIDOSIS & ALKALOSIS
minggu pada
ketinggian 4000 m
METABOLIK
Perubahan pH darah juga dapat disebabkan oleh mekanisme
aPada contoh asidosis diabetikum dan muntah berkepanjangan, kompensasi
respiratorik untuk asidosis dan alkalosis metabolik primer telah terjadi, dan Pco2
di luar pernapasan. Asidosis metabolik (atau asidosis non-
telah bergeser dari 40 mm Hg. Pada contoh emfisema dan berada di ketinggian, respiratorik) terjadi jika darah mendapat tambahan asam
kompensasi ginjal yang terjadi pada asidosis dan alkalosis respiratorik telah
berlangsung dan telah menyebabkan penyimpangan HCO3− plasma dari normal yang
kuat. Jika, sebagai contoh, seseorang menelan sejumlah besar
lebih besar daripada yang seharusnya terjadi. asam (mis. keracunan aspirin), asam dalam darah akan cepat
648 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

34 Alkalosis Alkalosis segera setelah asidosis metabolik terjadi sehingga tidak


metabolik metabolik tidak terjadi pergeseran besar pH yang terlihat di gambar.
32
terkompensasi, terkompensasi,
30 PCO2 48 mm Hg PCO2 Agar kompensasi terhadap asidosis/alkalosis respiratorik
40 mm Hg atau metabolik berlangsung sempurna, dicetuskan mekanisme
Plasma HCO3− (meq/L)

28
kompensasi ginjal. Ginjal bereaksi terhadap asidosis dengan
26
mengekskresikan asam secara aktif sembari meretensi HCO3−

Hg
Alkalosis
24 Normal yang terfiltrasi. Sebaliknya, ginjal bereaksi terhadap alkalosis
metabolik tidak

mm
22 terkompensasi, dengan mengurangi sekresi H+ dan mengurangi retensi
40
PCO2 HCO3− yang terfiltrasi.
O2

20
40 mm Hg
PC

18 Sel-sel tubulus ginjal memiliki karbonat anhidrase aktif


16 sehingga dapat menghasilkan H+ dan HCO3− dari CO2. Sebagai
Asidosis respons terhadap asidosis, sel-sel ini menyekresi H+ ke dalam
14 metabolik
terkompensasi, cairan tubulus untuk dipertukarkan dengan Na+, sementara
12
PCO2 21 mm Hg HCO3− secara aktif direabsorpsi ke dalam kapiler peritubulus.
10 Setiap H+ yang disekresikan akan digantikan dengan penambah-
7,2 7,3 7,4 7,5 7,6
an satu Na+ dan satu HCO3− ke dalam darah. Hasil kompensasi
pH ginjal untuk asidosis respiratorik ini diperlihatkan pada grafik
GAMBAR 35-9 Jalur asam-basa selama asidosis metabolik. berupa pergeseran dari asidosis respiratorik akut menjadi kronik
Gambar memperlihatkan perubahan pada pH, HCO3−, dan Pco2 di Gambar 35-8. Sebaliknya, sebagai respons terhadap alkalosis,
plasma sejati saat istirahat, selama berlangsungnya asidosis dan ginjal mengurangi sekresi H+ dan menekan reabsorpsi HCO3−.
alkalosis metabolik, dan setelah kompensasi respiratorik. Asidosis
Hasil kompensasi ginjal untuk alkalosis respiratorik ini diper-
atau alkalosis metabolik menyebabkan perubahan pH sepanjang garis
isobar Pco2 (garis tengah). Kompensasi respiratorik menggerakkan pH lihatkan pada grafik berupa pergeseran dari alkalosis respiratorik
ke arah normal dengan mengubah Pco2 (tanda panah atas dan akut ke kronik di Gambar 35-8. Evaluasi klinis status asam-basa
bawah). (Diagram ini disebut diagram Davenport berdasarkan pada Davenport
HW:The ABC of Acid-Base Chemistry, 6th ed. University of Chicago Press, 1974).

BOKS KLINIS 35-2


meningkat. H2CO3 yang terbentuk diubah menjadi H2O dan
CO2, dan CO2 dengan cepat dikeluarkan melalui paru. Situasi
ini disebut asidosis metabolik yang tidak terkompensasi Evaluasi Klinis Status Asam-Basa
(Gambar 35-8). Perhatikan bahwa berlawanan dengan asidosis Dalam mengevaluasi gangguan keseimbangan asam-basa,
respiratorik, asidosis metabolik tidak melibatkan perubahan kita perlu mengetahui kadar pH dan kadar HCO3− plasma di
pada Pco2; pergeseran menuju asidosis metabolik terjadi di arteri. pH dapat ditentukan secara tepat menggunakan pH
sepanjang suatu garis isobar (Gambar 35–9). Jika kadar [H+] meter dan elektroda pH yang terbuat dari kaca. Dengan
bebas turun akibat penambahan suatu basa, atau yang lebih menggunakan pH dan pengukuran langsung Pco2 dengan
sering, pengeluaran sejumlah besar asam (mis. setelah elektroda CO2, kadar HCO3− plasma dapat dihitung. Pco2
muntah), maka timbul alkalosis metabolik. Pada alkalosis adalah sekitar 8 mm Hg lebih tinggi dan pH 0,03-0,04 unit
metabolik tidak terkompensasi, pH meningkat sepanjang garis lebih rendah di plasma vena dibandingkan di plasma arteri
karena darah vena mengandung CO2 yang diangkut dari
isobar (Gambar 35-8 dan 35-9).
jaringan menuju paru. Dengan demikian, hasil pengukuran
KOMPENSASI PERNAPASAN & kadar HCO3− akan lebih tinggi sekitar 2 mmol/L. Tetapi
dengan mengingat hal ini, maka nilai darah vena dapat
GINJAL digantikan untuk mengukur nilai darah arteri pada sebagian
Asidosis dan alkalosis yang tidak terkompensasi yang besar keadaan klinis.
dijelaskan di atas, jarang terjadi karena adanya sistem Pengukuran yang cukup bermanfaat untuk menyingkir-
kompensasi. Dua sistem kompensasi utama adalah kan diagnosis banding asidosis metabolik ialah anion gap
kompensasi respiratorik dan kompensasi ginjal. (kesenjangan anion). Kesenjangan ini, nama sebenarnya
Sistem pernapasan mengompensasi asidosis atau yang salah kaprah, menunjukkan selisih antara kadar kation
alkalosis metabolik dengan mengubah ventilasi, dan selanjut- selain Na+ dan kadar anion selain Cl− serta HCO3− di plasma.
nya mengubah Pco2, yang dapat mengubah pH darah secara Kesenjangan ini meliputi sebagian besar protein dalam
langsung. Mekanisme respiratorik berlangsung cepat. bentuk anion, HPO42−, SO42−, dan asam organik, dan nilai
Sebagai respons terhadap asidosis metabolik, ventilasi normalnya kira-kira 12 meq/L. Kesenjangan anion akan
meningkat, menyebabkan penurunan Pco2 (mis. dari 40 mm meningkat bila kadar K+, Ca2+, atau Mg2+ dalam plasma
menurun; bila kadar atau muatan protein plasma meningkat;
Hg menjadi 20 mm Hg) dan diikuti oleh peningkatan pH ke
atau bila anion organik seperti laktat atau anion asing
arah normal (Gambar 35-9). Sebagai respons terhadap
menumpuk dalam darah. Jumlahnya akan berkurang bila
alkalosis metabolik, ventilasi berkurang, Pco2 meningkat, dan
kation meningkat atau bila albumin plasma menurun.
pH menurun. Karena kompensasi respiratorik merupakan
Kesenjangan anion meningkat pada asidosis metabolik akibat
respons yang cepat, gambaran grafik di Gambar 35-9 ketoasidosis, asidosis laktat, atau jenis asidosis lainnya yang
sebenarnya memperjelas dua tahap penyesuaian pH darah. anion organiknya meningkat.
Di dunia nyata, kompensasi respiratorik akan dimulai
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 649

dibahas di Boks Klinis 35-2 dan peran ginjal dalam


homeostasis asam-basa dibahas secara lebih rinci di Bab 38. BOKS KLINIS 35-3

HIPOKSIA Efek Hipoksia pada Sel dan Jaringan Tertentu


Hipoksia adalah kekurangan O2 di tingkat jaringan. Istilah Pengaruh pada Sel
ini lebih tepat dibandingkan anoksia (ketiadaan O2) sebab Hipoksia menyebabkan pembentukan faktor-faktor
tidak adanya sama sekali O2 yang tertinggal di dalam transkripsi (hypoxia-inducible factors; HIFs). Faktor-faktor ini
jaringan jarang dijumpai. tersusun dari subunit α dan β. Pada jaringan yang mendapat
oksigenasi normal, subunit a cepat mengalami ubikuitinasi
Ada banyak klasifikasi hipoksia yang digunakan, tetapi
dan dihancurkan. Namun, pada sel yang hipoksik, faktor α
pembagian hipoksia secara tradisional menjadi empat jenis mengalami dimerisasi bersama subunit β, dan dimer ini
masih sangat berguna asalkan definisi tiap-tiap istilah tetap mengaktifkan gen-gen yang menghasilkan beberapa protein,
diingat. Keempat kategori hipoksia meliputi: (1) hipoksemia antara lain faktor angiogenik dan eritropoietin.
(kadang disebut hipoksia hipoksik), yaitu apabila Po2 darah
arteri berkurang; (2) hipoksia anemik, yaitu bila Po2 darah Pengaruh pada Otak
arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang tersedia untuk Pada hipoksemia dan bentuk hipoksia umum lainnya, otak
mengangkut O2 berkurang; (3) hipoksia stagnan atau adalah organ yang pertama kali terpengaruh. Penurunan
mendadak Po2 udara inspirasi hingga kurang dari 20 mm Hg,
iskemik, bila aliran darah menuju jaringan sangat rendah
seperti hilangnya tekanan di dalam kabin pesawat terbang
sehingga O2 dihantarkan ke jaringan tidak cukup, meskipun
secara mendadak pada ketinggian di atas 16.000 m, akan
Po2 dan konsentrasi hemoglobin normal; dan (4) hipoksia menyebabkan hilangnya kesadaran dalam 10-20 detik
histotoksik, yaitu bila jumlah O2 yang dihantarkan ke disusul dengan kematian dalam waktu 4-5 menit. Hipoksia
jaringan memadai, tetapi oleh karena kerja suatu agen toksik, yang tidak terlalu berat menimbulkan berbagai
sel jaringan jadi tidak dapat menggunakan O2 yang penyimpangan mental yang mirip dengan kelainan akibat
diberikan. Beberapa efek spesifik hipoksia pada sel dan alkohol: gangguan dalam mengambil kepu-tusan,
jaringan dibahas di Boks Klinis 35–3. mengantuk, berkurangnya kepekaan terhadap nyeri, rasa
gembira, disorientasi, hilangnya orientasi waktu dan nyeri
HIPOKSEMIA kepala. Gejala lain mencakup anoreksia, mual, muntah,
takikardia, dan pada hipoksia berat terjadi hipertensi. Laju
Secara definisi, hipoksemia adalah suatu kondisi penurunan ventilasi meningkat sebanding dengan beratnya hipoksia
Po2 arteri. Hipoksemia merupakan gangguan pada orang pada sel kemoreseptor karotis.
normal yang berada di ketinggian dan merupakan penyulit
pneumonia serta berbagai penyakit sistem pernapasan lainnya.
Rangsangan Pernapasan
Dispnea adalah proses pernapasan yang sulit atau berat
PENGARUH PENURUNAN pada subjek yang merasakan sesak napas secara sadar;
TEKANAN BAROMETRIK hiperpnea adalah istilah umum untuk peningkatan frekuensi
atau kedalaman pernapasan, tanpa memperhatikan sensasi
Seiring dengan bertambahnya ketinggian, tekanan barometer subjektif penderita. Takipnea adalah pernapasan cepat dan
total akan berkurang, sedangkan komposisi udara tetap sama dangkal. Pada umumnya, orang yang normal tidak
(Gambar 35-10), sehingga Po2 juga berkurang. Pada ketinggian menyadari adanya perubahan pernapasan meskipun
3000 m (sekitar 10.000 kaki) di atas permukaan laut, Po2 alveolus ventilasinya meningkat dua kali lebih besar, selama
bernapas masih dirasakan nyaman sampai peningkatan
sekitar 60 mm Hg dan rangsang hipoksia pada kemoreseptor
ventilasi mencapai 3-4 kali lipat. Timbul atau tidaknya rasa
cukup kuat untuk meningkatkan ventilasi secara nyata. Makin tidak nyaman pada derajat ventilasi tertentu tampaknya
tinggi dari permukaan laut, penurunan Po2 berlangsung makin juga bergantung pada berbagai faktor lain. Hiperkapnea dan
lambat dan Po2 alveolus agak menurun akibat hiperventilasi. hipoksia (walaupun lebih jarang) menyebabkan dispnea.
Penurunan Pco2 darah arteri ini akan menimbulkan alkalosis Faktor lainnya adalah usaha yang dilakukan untuk
respiratorik. Selama beberapa waktu beberapa mekanisme menggerakkan udara masuk dan keluar paru (kerja
kompensasi akan bekerja untuk meningkatkan toleransi pernapasan).
terhadap ketinggian (aklimatisasi). Namun, pada subjek yang
tidak teraklimatisasi, gejala mental seperti iritabilitas, muncul Tekanan parsial uap air di dalam udara alveolus bersifat
pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala konstan pada 47 mm Hg, sedangkan CO2 normalnya adalah
hipoksia menjadi berat; dan pada ketinggian di atas 6100 m 40 mm Hg, sehingga tekanan barometer terendah yang
(20.000 kaki), kesadaran umumnya hilang. memungkinkan didapatkannya Po2 alveolus sekitar 100 mm
Hg, adalah 187 mm Hg, yaitu tekanan pada ketinggian sekitar
GEJALA HIPOKSIA DAN 10.400 m (34.000 kaki). Di atas ketinggian ini, peningkatan
PENGHIRUPAN OKSIGEN ventilasi akibat penurunan Po2 alveolus akan sedikit
menurunkan Pco2 alveolus, tetapi pada ketinggian 13.700 m
Sebagian efek ketinggian dapat diatasi dengan menghirup O2 dengan tekanan barometer lingkungan 100 mm alveolus
100%. Pada kondisi ini, tekanan atmosfer total menjadi maksimum yang dapat dipertahankan saat menghirup O2
faktor yang mengurangi toleransi terhadap ketinggian. 100% adalah sekitar 40 mm Hg. Pada ketinggian 14.000 m,
650 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Altitude (m)
0 3000 6000 9000 12,000 15,000 18,000 21,000
760

720

680
Daerah tertinggi habitat
640 permanen manusia
(5500 m) Hilang kesadaran bila
600
Tekanan (mm Hg)
belum teraklimatisasi,
320 menghirup udara biasa
Puncak himalaya
280 (8854 m)
N2 PO2 alveolus 100 mm Hg
240
(10,400 m)
200 PO2 alveolus 40 mm Hg
(13,700 m)
160 Hilang kesadaran,
menghirup 100% O2
120 O2
Cairan tubuh mendidih
80 pada suhu 37° C
CO2
40 (19,200 m)
H2 O
0
Menghirup Menghirup O2 100% Tidak mungkin hidup
udara biasa tanpa pemberian tekanan

GAMBAR 35-10 Komposisi udara dalam alveolus pada orang bertambahnya ketinggian, Pco2 alveolus berkurang akibat
yang menghirup udara biasa (0-6.100 m) dan O2 100% hiperventilasi yang timbul oleh rangsang hipoksia pada kemoreseptor
(6.100-13.700 m). Po2 alveolus minimal yang dapat ditoleransi karotis dan aorta. Penurunan tekanan barometer dengan
subjek yang belum teraklimatisasi, tanpa kehilangan kesadaran bertambahnya ketinggian tidaklah linier karena udara dapat
adalah sekitar 35-40 mm Hg. Perhatikan bahwa dengan dimampatkan.

kesadaran akan hilang meskipun dilakukan pemberian O2 Respons awal ventilasi terhadap ketinggian relatif ringan,
100%. Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 karena alkalosis cenderung melawan efek perangsangan oleh
mm Hg, dan pada tekanan ini atau lebih rendah, cairan tubuh hipoksia. Namun, ventilasi terus meningkat selama 4 hari
akan mendidih pada suhu tubuh. Namun, titik didih ini berikutnya (Gambar 35-11) akibat adanya transpor aktif H+ ke
didapatkan berdasarkan pemikiran akademis, karena seseorang dalam CSS, atau kemungkinan timbulnya asidosis laktat dalam
yang terpajan tekanan sedemikian rendah akan terlebih dahulu otak, yang menyebabkan penurunan pH CSS dan meningkatkan
meninggal akibat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas respons terhadap hipoksia. Setelah 4 hari, respons ventilasi mulai
dari dalam tubuh menyebabkan kematian. turun perlahan-lahan. Meski demikian, penduduk yang tinggal
Atmosfir buatan tentu dapat diciptakan di sekeliling di ketinggian membutuhkan waktu bertahun-tahun, kalaupun
seseorang; dalam baju atau kabin bertekanan yang dilengkapi tercapai, untuk menurunkan ventilasinya seperti keadaan awal.
dengan suplai O2 dan sistem untuk membuang CO2, kita Beranjak naik ke daerah yang tinggi akan segera
dapat naik ke ketinggian berapapun dan tinggal dalam ruang meningkatkan sekresi eritropoietin. Sekresi eritropoietin ini akan
hampa udara antarplanet. Beberapa efek lambat ketinggian menurun setelah 4 hari seiring dengan meningkatnya respons
dibahas dalam Boks Klinis 35-4. ventilasi dan peningkatan Po2 darah arteri. Bertambahnya sel
darah merah dalam sirkulasi yang dipicu oleh eritropoietin,
AKLIMATISASI dimulai dalam 2-3 hari dan dipertahankan selama orang tersebut
berada di ketinggian. Di dalam jaringan juga terjadi perubahan
Aklimatisasi terhadap ketinggian merupakan hasil berbagai
kompensatorik. Mitokondria, tempat berlangsungnya reaksi
mekanisme kompensasi. Alkalosis respiratorik yang timbul
oksidatif, bertambah jumlahnya, dan didapatkan peningkatan
akibat hiperventilasi akan menggeser kurva disosiasi
mioglobin yang mendukung perpindahan O2 ke dalam jaringan.
oksigen-hemoglobin ke kiri, tetapi pada saat bersamaan
Kandungan sitokrom oksidase di dalam jaringan juga meningkat.
terjadi peningkatan 2,3-DPG dalam sel darah merah yang
cenderung mengurangi afinitas hemoglobin terhadap O2. Efektivitas proses aklimatisasi diperlihatkan pada fakta
Sebagai hasil akhir didapatkan sedikit peningkatan P50. ditemukannya habitat permanen manusia di Andes dan Hima-
Penurunan afinitas terhadap O2 menyebabkan O2 yang laya pada ketinggian di atas 5500 m (18.000 kaki). Penduduk asli
tersedia untuk jaringan menjadi lebih banyak. Namun, yang tinggal di desa-desa tersebut memiliki dada berbentuk
manfaat peningkatan P50 terbatas karena bila Po2 arteri seperti tong (barrel-chest) dan mengalami polisitemia berat.
sangat menurun, maka berkurangnya afinitas terhadap O2 Penduduk tersebut memiliki nilai Po2 alveolus yang rendah,
juga mengganggu penyerapan O2 oleh hemoglobin di paru. tetapi dalam kebanyakan hal lainnya tidak ditemukan kelainan.
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 651

50
BOKS KLINIS 35-4

VE/V O2, mL mnt−1/mL mnt−1


Efek Lambat Ketinggian 40
Saat tiba di daerah tinggi, ada banyak orang yang mengalami i
har
"mabuk gunung" (mountain sickness) sementara. Sindrom ini si 4 k
atis
a dada
timbul setelah 8-24 jam tiba di ketinggian dan berlangsung 30 im n men
Akl ajana
selama 4-8 hari. Keadaan ini ditandai dengan nyeri kepala, Pem
iritabilitas, insomnia, sesak napas, serta mual dan muntah.


Penyebabnya belum dipastikan, tetapi tampaknya berkaitan 20


dengan edema otak. PO2 yang rendah di daerah ketinggian
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
menyebabkan terjadinya dilatasi arteriol, dan apabila hal ini
tidak dapat dikompensasi oleh otoregulasi serebral, akan Ketinggian (m)
terjadi peningkatan tekanan kapiler yang mendorong
transudasi cairan ke dalam jaringan otak.
GAMBAR 35-11 Efek aklimatisasi terhadap respons ventilasi
pada berbagai ketinggian. VE/VO2 adalah ekuivalen ventilasi,
Ada dua sindrom lain yang lebih serius, yang disebabkan
perbandingan volume ekspirasi semenit (VE) terhadap konsumsi O2
oleh penyakit ketinggian (high-altitude illness): edema otak (Vo2). (Disalin dengan izin, dari Lenfant C, Sullivan K: Adaptation to high altitude.
karena ketinggian dan edema paru karena ketinggian. Pada N Engl J Med 1971 ;284:1298.)
edema otak karena ketinggian, kebocoran kapiler pada
mabuk gunung terus berlanjut dan menyebabkan
pembengkakan otak yang berat disertai ataksia, disorientasi,
dan pada sebagian kasus, koma dan kematian akibat
kegagalan organ pertukaran gas, penyakit yang memintas
herniasi otak melalui tentorium. Edema paru akibat
sejumlah besar darah dari sirkulasi vena ke arteri seperti
ketinggian adalah edema yang tidak merata di paru akibat
hipertensi pulmonalis berat yang terjadi di ketinggian. Hal
pada penyakit jantung bawaan, serta penyakit dengan
ini terjadi diduga karena tidak semua arteri pulmonalis kegagalan pompa pernapasan. Kegagalan paru terjadi bila
memiliki cukup otot polos untuk berkonstriksi sebagai reaksi ada blok alveolus-kapiler (seperti pada fibrosis paru) atau
terhadap hipoksia, dan pada kapiler yang mendapat darah bila terjadi ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Kegagalan
dari arteri-arteri tersebut, peningkatan umum tekanan arteri pompa dapat disebabkan oleh kelemahan otot-otot
pulmonalis menyebabkan peningkatan tekanan kapiler paru pernapasan pada penyakit yang meningkatkan beban kerja
yang merusak dinding kapiler tersebut (stress failure). pernapasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti
pneumotoraks atau obstruksi bronkial yang menyebabkan
keterbatasan ventilasi. Kegagalan juga dapat disebabkan oleh
KIAT TERAPETIK abnormalitas mekanisme persarafan yang mengendalikan
Semua bentuk penyakit ketinggian akan membaik jika ventilasi, seperti penekanan neuron respiratorik di medula
pasien turun ke ketinggian yang lebih rendah dan oblongata oleh morfin dan obat-obat lain. Beberapa
dengan pemberian diuretik asetazolamid. Obat ini penyebab spesifik hipoksemia dibahas pada teks berikut.
menghambat karbonat anhidrase, dan menyebabkan
perangsangan pernapasan, meningkatkan PaCO2, dan PIRAU VENA-KE-ARTERI
mengurangi pembentukan CSS. Jika edema otak yang Apabila kelainan kardiovaskular seperti defek sekat
terjadi berat, sering kali diberikan terapi tambahan antaratrium memungkinkan sejumlah besar darah vena yang
berupa glukokortikoid dosis tinggi. Mekanisme kerja tidak teroksigenasi memintas kapiler paru dan bercampur
obat ini belum diketahui. Pada edema paru karena dengan darah teroksigenasi dalam pembuluh arteri sistemik
ketinggian, pasien perlu segera diberi O2—dan, jika
(“pirau kanan-ke-kiri”), akan timbul sianosis dan hipoksemia
tersedia, dimasukkan ke kamar hiperbarik. Kamar
kronik (penyakit jantung kongenital sianotik). Pemberian O2
hiperbarik portable kini tersedia di sejumlah tempat
pendakian. Nifedipin, suatu penghambat kanal Ca2+
100% akan meningkatkan kandungan O2 udara alveolus,
yang mengurangi tekanan arteri pulmonalis, juga tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap hipoksia yang
dapat bermanfaat. terjadi akibat pirau vena-ke-arteri. Hal ini karena darah vena
yang terdeoksigenasi tidak memiliki kesempatan untuk
mencapai paru guna mendapat oksigen.

KETIDAKSEIMBANGAN
PENYAKIT YANG VENTILASI-PERFUSI
MENYEBABKAN HIPOKSEMIA Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang tidak merata,
hingga kini adalah penyebab tersering timbulnya hipoksemia
Hipoksemia adalah bentuk hipoksia yang paling umum di klinik. Pada proses-proses penyakit yang mengganggu
dijumpai di klinik. Penyakit-penyakit yang menyebabkan ventilasi sejumlah alveolus, rasio ventilasi-aliran darah di
hipoksemia dapat dibagi ke dalam penyakit dengan berbagai bagian paru menentukan besarnya penurunan Po2
652 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

IDEAL . MV = 6,0 L TIDAK . MV = 6,0 L


VA = 4,0 L VA = 4,0 L
TERKOMPENSASI

Ventilasi Aliran darah Ventilasi yang Aliran darah yang


seragam seragam tidak seragam tidak seragam

Darah vena Darah vena


campuran campuran
(A + B) (A + B)

A B A B

Darah Darah
arteri arteri
(A + B) (A + B)

A B A+B A B A+B
Ventilasi alveolus (L/mnt) 2,0 2,0 4,0 Ventilasi alveolar (L/mnt) 3,2 0,8 4,0
Aliran darah paru (L/mnt) 2,5 2,5 5,0 Aliran darah paru (L/mnt) 2,5 2,5 5,0
Rasio ventilasi/aliran darah 0,8 0,8 0,8 Rasio ventilasi/aliran darah 1,3 0,3 0,8
Saturasi O2 vena campuran (%) 75,0 75,0 75,0 Saturasi O2 vena campuran (%) 75,0 75,0 75,0
Saturasi O2 arteri (%) 97,4 97,4 97,4 Saturasi O2 arteri (%) 98,2 91,7 95,0
Tekanan O2 vena campuran (mm Hg) 40,0 40,0 40,0 Tekanan O2 vena campuran (mm Hg) 40,0 40,0 40,0
Tekanan O2 alveolus (mm Hg) 104,0 104,0 104,0 Tekanan O2 alveolus (mm Hg) 116,0 66,0 106,0
Tekanan O2 arteri (mm Hg) 104,0 104,0 104,0 Tekanan O2 arteri (mm Hg) 116,0 66,0 84,0

GAMBAR 35-12 Perbandingan hubungan ventilasi/aliran darah pernapasan semenit. Lihat teks untuk detilnya. (Disalin dengan izin dari
pada keadaan sehat dan sakit. Kiri: Hubungan ventilasi/aliran darah Comroe JH Jr, et al: The Lung: ClinicalPhysiology and Pulmonary Function Tests, ed
ke-2.Year Book, 1962.)
yang "ideal". Kanan: Ventilasi tidak seragam dan aliran darah
seragam, tidak terkompensasi. VA, ventilasi alveolus; MV, volume
BENTUK HIPOKSIA LAINNYA
HIPOKSIA ANEMIK
darah arteri sistemik. Apabila alveolus yang tidak diventilasi Hipoksia yang disebabkan oleh anemia tidaklah berat pada
tetap mendapat perfusi, bagian tersebut sebenarnya keadaan istirahat, karena ada peningkatan kadar 2,3-DPG di
merupakan pirau (shunt) kanan-ke-kiri, yang membuang dalam sel darah merah, kecuali jika defisiensi hemoglobin yang
darah tidak teroksigenasi ke jantung kiri. Ketidakseimbangan terjadi sangat berat. Meskipun demikian, penderita anemia dapat
ventilasi-perfusi yang ringan lebih sering dijumpai. Pada mengalami kesulitan yang cukup besar saat melakukan latihan
contoh yang dilukiskan Gambar 35–12, ventilasi-perfusi yang fisik karena adanya keterbatasan kemampuan untuk meningkat-
seimbang di kiri menunjukkan distribusi merata pertukaran kan pengangkutan O2 ke jaringan aktif (Gambar 35–13 ).
gas secara keseluruhan. Namun, jika ventilasi tidak seimbang
dengan perfusi, pertukaran O2 akan terganggu. Perhatikan KERACUNAN KARBON MONOKSIDA
bahwa alveolus (B) yang ventilasinya kurang mempunyai nilai Terdapat sejumlah kecil karbon monoksida (CO) yang dibentuk
P02 yang rendah, sedangkan alveolus (A) yang ventilasinya di dalam tubuh, dan gas ini dapat berfungsi sebagai kurir atau
berlebihan memiliki Po2 yang tinggi, padahal keduanya caraka (messenger) kimiawi di otak dan tempat-tempat lain.
memiliki aliran darah yang sama. Hemoglobin dalam darah Dalam jumlah lebih banyak, CO bersifat racun. Di luar tubuh,
yang datang dari B dan saturasinya rendah tidak sepenuhnya CO terbentuk melalui pembakaran karbon yang tidak sempurna.
dapat dikompensasi oleh darah dari A yang saturasinya lebih Gas ini digunakan oleh orang Yunani dan Romawi untuk
tinggi, karena umumnya di paru-paru hemoglobin hampir mengeksekusi penjahat, dan saat ini CO merupakan gas yang
tersaturasi penuh dan peningkatan Po2 alveolus hanya sedikit lebih banyak menyebabkan kematian, CO dibandingkan gas lain.
sekali menambah O2 pada hemoglobin. Akibatnya, darah Keracunan CO di Amerika Serikat sudah agak jarang sejak
arteri tidak tersaturasi. Sebaliknya, pada keadaan demikian, digunakannya gas alamiah yang tidak mengandung CO sebagai
umumnya kandungan CO2 darah arteri normal, karena pengganti gas buatan, seperti gas batu-bara yang mengandung
pengeluaran tambahan CO2 di daerah yang ventilasinya banyak CO. Namun, CO masih dapat dijumpai dalam gas
berlebihan dapat mengimbangi penurunan pembuangan CO2 buangan dari mesin berbahan bakar bensin, yang mengandung
di daerah dengan ventilasi kurang. 6% atau lebih gas CO.
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 653

Kandungan oksigen darah (mL/dL)


Oksigen + hemoglobin (14 g/dL) otak progresif, seperti perubahan mental dan, kadang-kadang,
20 kelainan menyerupai parkinsonisme.
Pengobatan keracunan CO adalah penghentian pemajanan
15 sesegera mungkin dan pemberian ventilasi adekuat, bila perlu
Oksigen + hemoglobin (14 g/dL)
dengan 50% karboksihemoglobin dengan pemberian napas buatan. Pemberian ventilasi dengan O2
10 lebih baik dibandingkan dengan udara segar, karena O2
mempercepat disosiasi COHb. Pada keadaan ini, terapi oksigen
hiperbarik sangat berguna (lihat uraian selanjutnya).
5
Oksigen + hemoglobin (7 g/dL)
HIPOKSIA ISKEMIK
0 Hipoksia iskemik, atau hipoksia stagnan, disebabkan oleh
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Tekanan parsial oksigen (mm Hg)
sirkulasi yang lambat dan merupakan gangguan yang terjadi
pada organ-organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok.
GAMBAR 35-13 Efek anemia dan CO pada pengikatan O2 Pada gagal jantung kongestif, hati dan mungkin otak mengalami
oleh hemoglobin. Kurva disosiasi oksihemoglobin normal kerusakan akibat hipoksia iskemik. Pada keadaan normal, aliran
(konsentrasi hemoglobin 14 g/dL) dibandingkan dengan kurva darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi yang
disosiasi oksihemoglobin pada keracunan CO (50% karboksi- sangat lama untuk menimbulkan kerusakan berarti. Namun,
hemoglobin) dan anemia (konsentrasi hemoglobin, 7 g/dL).
Perhatikan bahwa kurva keracunan CO bergeser ke kiri kurva
acute respiratory distress syndrome (ARDS; sindrom distres
anemia. (Disalin dengan izin, dari Leff AR, Schumacker PT: Respiratory pernapasan akut) dapat timbul jika terjadi kolaps sirkulasi yang
Physiology: Basics and Applications. Saunders, 1993). berkepanjangan.

HIPOKSIA HISTOTOKSIK
Hipoksia yang terjadi karena penghambatan proses oksidasi
CO bersifat toksik karena dapat bereaksi dengan
jaringan paling sering disebabkan oleh keracunan sianida.
hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin (karboksi
Sianida menghambat sitokrom oksidase serta mungkin beberapa
hemoglobin, COHb), dan COHb tidak dapat menyerap 02
enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk meng-
(Gambar 35-13). Keracunan karbon monoksida sering
obati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan mem-
digolongkan sebagai salah satu bentuk hipoksia anemik, karena
bentuk methemoglobin, yang akan bereaksi dengan sianida,
jumlah hemoglobin yang dapat mengangkut O2 berkurang,
menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non-toksik.
tetapi kandungan hemoglobin total di dalam darah tidak
Pengobatan ini tentu saja terbatas, bergantung pada jumlah
dipengaruhi oleh CO. Afinitas hemoglobin terhadap CO 210 kali
methemoglobin yang masih dapat dibentuk dengan aman.
lebih besar dibandingkan afinitasnya terhadap O2, dan COHb
Pemberian terapi oksigen hiperbarik juga dapat bermanfaat.
sangat lambat melepaskan CO. Kesulitan lainnya adalah bila
terdapat COHb, kurva disosiasi HbO2 yang tersisa akan bergeser
ke kiri sehingga jumlah O2 yang dilepaskan berkurang. Inilah
TERAPI OKSIGEN PADA HEPOKSIA
sebabnya mengapa penderita anemia yang mempunyai HbO2 Pemberian campuran gas kaya-oksigen kurang bermanfaat
50% dari jumlah normal masih mampu melakukan kerja fisik pada hipoperfusi, anema, dan hipoksia histotoksik karena
sedang, sedangkan orang yang kadar HbO2-nya juga turun yang dapat dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan
sampai 50% akibat adanya COHb, tidak mampu. jumlah O2 terlarut dalam darah arteri. Hal ini juga berlaku
Afinitas CO yang besar terhadap hemoglobin menyebabkan pada kondisi hipoksemia bila terjadi akibat pirau (shunting)
terjadinya pembentukan COHb progresif apabila Pco alveolus darah vena tak beroksigen melewati paru. Pada bentuk lain
lebih besar daripada 0,4 mm Hg. Namun, jumlah COHb yang hipoksemia, O2 sangat bermanfaat. Regimen terapi yang
terbentuk bergantung baik pada lama pemajanan terhadap CO memberikan kurang dari 100% O2 bermanfaat pada keadaan
maupun pada konsentrasi CO dalam udara inspirasi dan besar akut maupun kronis, dan pemberian O2 24 jam/hari selama 2
ventilasi alveolar. tahun dengan cara ini ditemukan dapat menurunkan
CO juga bersifat toksik bagi sitokrom dalam jaringan, mortalitas penyakit paru obstruktif kronik secara bermakna.
namun kadar CO yang diperlukan untuk meracuni sitokrom Keracunan O2 dan terapinya dibahas dalam Boks Klinis 35–5.
adalah 1000 kali dosis letal; dengan demikian, keracunan
jaringan tidak berperan pada keracunan CO secara klinis.
HIPERKAPNIA & HIPOKAPNIA
Gejala keracunan CO serupa dengan gejala hipoksia jenis
lainnya, terutama nyeri kepala dan mual, tetapi rangsang HIPERKAPNIA
pernapasan hanya sedikit, karena Po2 darah arteri tetap normal, Retensi CO2 di dalam tubuh (hiperkapnia) pada awalnya
serta tidak terjadi perangsangan pada kemoreseptor karotis dan akan merangsang pernapasan. Retensi yang lebih besar akan
aorta. Warna merah-ceri dari COHb dapat terlihat pada kulit, menimbulkan gejala depresi sistem saraf pusat: kebingungan
kuku, serta membran mukosa. Kematian terjadi apabila sekitar (confusion), penurunan ketajaman sensorik, dan akhirnya
70-80% hemoglobin dalam darah diubah menjadi COHb. koma disertai dengan depresi pernapasan dan kematian.
Pemajanan terhadap CO dengan kadar subletal selama Pasien dengan gejala tersebut memiliki Pco2 yang sangat
bertahun-tahun dapat menimbulkan gejala berupa kerusakan meningkat dan mengalami asidosis respiratorik berat.
654 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

BOKS KLINIS 35-5

Pemberian Oksigen & Toksisitas Potensialnya bunyi berdenging dalam telinga, rasa pening, kejang, dan koma.
Menarik bahwa meskipun O2 dibutuhkan untuk kelangsungan Kecepatan timbulnya gejala ini berbanding lurus dengan besar
hidup organisme aerobik, tetapi zat ini juga bersifat toksik. O2 tekanan pemberian O2; misalnya pada tekanan 4 atmosfer,
100% memang telah dibuktikan menimbulkan efek toksik, tidak gejala toksisitas timbul pada 50% subjek dalam waktu 30 menit,
saja pada hewan, tetapi juga pada bakteri, jamur, biakan sel sedangkan pada tekanan 6 atmosfer, kejang timbul dalam
hewan dan tanaman. Toksisitas tersebut nampaknya disebab- beberapa menit.
kan oleh dihasilkannya spesies oksigen reaktif termasuk anion Di pihak lain, pemajanan ke O2 100% pada tekanan 2-3
superoksida (O2−) dan H2O2. Apabila O2 80-100% diberikan atmosfir dapat meningkatkan O2 terlarut dalam darah arteri
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, kanal pernapasan sampai ke titik saat tekanan O2 arteri lebih besar daripada 200
akan mengalami iritasi, menimbulkan distres substernum, mm Hg dan tekanan O2 jaringan 400 mm Hg. Jika pemajanan
kongesti hidung, nyeri tenggorokan, dan batuk. terhadap tekanan tersebut dibatasi 5 jam atau kurang,
Beberapa bayi dengan sindrom gawat napas yang diterapi keracunan oksigen tidak akan terjadi. Karena itu, terapi O2
dengan O2 mengalami gangguan menahun di kemudian hari, hiperbarik dalam tangki tertutup hanya dimanfaatkan untuk
yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru mengobati penyakit yang oksigenasi jaringannya tidak dapat
(displasia bronkopulmonaris). Sindrom ini mungkin merupakan ditingkatkan dengan cara lain. Terapi ini terbukti bermanfaat
manifestasi toksisitas O2. Komplikasi lain yang terjadi pada bayi- pada keracunan karbon monoksida, cedera jaringan akibat
bayi ini adalah retinopati prematuritas (fibroplasia retrolental), radiasi, gangren gas, anemia akibat kehilangan darah dalam
yaitu pembentukan jaringan vaskular opak pada mata, yang jumlah besar, ulkus diabetikum di tungkai dan luka-luka lain
dapat mengakibatkan gangguan penglihatan serius. yang lama sembuh, dan penyelamatan tandur atau flap kulit
Pematangan reseptor retina dimulai dari tengah ke arah tepi, yang sirkulasinya minimal. Terapi ini juga merupakan terapi
dan sel-sel ini menggunakan banyak O2. Dengan demikian, utama pada penyakit dekompresi (decompression sickness) dan
pembuluh darah retina akan terbentuk secara teratur. embolisme udara.
Pemberian terapi oksigen sebelum proses pematangan selesai, Pada pasien hiperkapnia dengan kegagalan paru berat,
akan memberikan O2 yang dibutuhkan oleh fotoreseptor, kadar CO2 dapat sedemikian tinggi sehingga malah menekan
sehingga pola pembuluh darah yang normal gagal terbentuk. dan bukan merangsang pernapasan. Sebagian pasien ini dapat
Bukti menunjukkan bahwa keadaan ini dapat dicegah atau tetap bernapas hanya karena kemoreseptor karotis dan aorta
dikurangi dengan pemberian vitamin E, yang mempunyai efek menjalankan pusat pernapasan. Jika dorongan hipoksik ini
antioksidan, sedangkan pada hewan, hal ini dicegah oleh dihentikan dengan pemberian O2, maka pernapasan dapat
penghambat hormon pertumbuhan. berhenti. Selama apnea yang terjadi, Po2 arteri memang turun,
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi akan tetapi pasien mungkin tidak dapat bernapas lagi, karena Pco2
mempercepat timbulnya toksisitas O2, yang tidak hanya yang semakin menekan pusat pernapasan. Karena itu, terapi O2
menyebabkan iritasi trakeobronkus, tetapi juga kedutan otot, dalam keadaan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Sejumlah besar HCO3− akan diekskresikan, tetapi HCO3− HIPOKAPNIA


yang direabsorbsi lebih banyak lagi, sehingga HCO3− plasma Hipokapnia terjadi karena hiperventilasi. Sewaktu melakukan
meningkat dan mengompensasi sebagian asidosis. hiperventilasi volunter, Pco2 darah arteri akan turun dari 40
CO2 jauh lebih larut dibandingkan O2, sehingga mm Hg sampai serendah 15 mm Hg, sementara Po2 alveolus
hiperkapnia jarang sekali menimbulkan masalah pada meningkat mencapai 120—140 mm Hg.
penderita fibrosis paru. Meski demikian, hal ini dapat terjadi Pengaruh hipokapnia kronik dapat terlihat pada penderita
pada ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan pada semua neurosis dengan hiperventilasi menahun. Aliran darah serebral
kondisi yang menyebabkan kurangnya ventilasi alveolus dapat berkurang sebesar 30% atau lebih akibat efek konstriktor
pada berbagai kasus kegagalan pompa. Keadaan ini semakin langsung hipokapnia pada pembuluh darah otak. Iskemia
berat jika pembentukan CO2 meningkat. Sebagai contoh, serebral menyebabkan rasa melayang, rasa pusing, dan kesemut-
pada penderita demam, terjadi peningkatan pembentukan an (parestesia). Hipokapnia juga meningkatkan curah jantung.
CO2 sebesar 13% untuk setiap kenaikan suhu sebesar 1°C, Hipokapnia menimbulkan efek konstriksi langsung pada banyak
dan asupan karbohidrat yang tinggi meningkatkan pembuluh darah perifer, tetapi ia juga menyebabkan depresi
pembentukan CO2 akibat peningkatan respiratory quotient. pusat vasomotor, sehingga tekanan darah umumnya tidak
Normalnya, ventilasi alveolus akan bertambah dan CO2 yang berubah atau hanya sedikit meningkat.
berlebihan dihembuskan keluar, tetapi CO2 akan menumpuk Akibat lain dari hipokapnia ditimbulkan oleh alkalosis
jika ventilasi terganggu. respiratorik, dengan peningkatan pH darah mencapai 7,5 atau
BAB 35 Perpindahan Gas & pH 655

7,6. Meskipun kadar HCO3− plasma rendah, tetapi re- 2. Mana yang menimbulkan efek paling besar pada
absorpsi HCO3− berkurang karena penghambatan sekresi kemampuan darah mengangkut oksigen?
asam di ginjal melalui Pco2 yang rendah. Kadar kalsium total A. Kapasitas darah melarutkan oksigen
dalam plasma tidak berubah, tetapi kadar Ca2+ dalam plasma B. Jumlah hemoglobin dalam darah
turun dan penderita hipokapnia akan mengalami spasme C. pH plasma
karpopedal, tanda Chvostek positif, serta gejala tetani D. Kandungan CO2 sel darah merah
E. Suhu darah
lainnya.
3. Reaksi berikut mana yang benar di dalam sistem?
RINGKASAN BAB CO2 + H2O ↔ 1 H2CO3 ↔ 2 H+ + HCO3–
A. Reaksi 2 dikatalisis oleh karbonat anhidrase.
■ Dalam sistem pernapasan, perbedaan tekanan parsial O2 dan B. Karena reaksi 2 maka pH darah turun selama
CO2 antara udara dan darah akan menentukan jumlah O2 yang hiperventilasi.
mengalir ke darah dan jumlah CO2 yang keluar dari darah. C. Reaksi 1 terjadi di sel darah merah.
■ Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah yang terlarut D. Reaksi 1 terutama terjadi di dalam plasma.
(minor) dan jumlah yang terikat (mayor) ke hemoglobin. E. Reaksi-reaksi bergerak ke kanan jika terjadi kelebihan H+
Setiap molekul hemoglobin mengandung empat subunit yang di jaringan.
masing-masing dapat mengikat O2. Pengikatan hemoglobin O2 4. Dalam membandingkan asidosis respiratorik tidak
bersifat kooperatif dan juga dipengaruhi oleh pH, suhu, dan terkompensasi dan asidosis metabolik tidak terkompensasi,
konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). mana pernyataan berikut yang benar?
■ CO2 dalam darah diubah dengan cepat menjadi H2CO3 oleh A. Perubahan pH plasma selalu lebih besar pada asi-dosis
aktivitas karbonat anhidrase. CO2 juga cepat membentuk respiratorik tidak terkompensasi dibandingkan dengan asidosis
senyawa-senyawa karbamino dengan protein darah (termasuk metabolik tidak terkompensasi.
hemoglobin). Pengeluaran CO2 yang cepat memungkinkan B. Tidak terdapat mekanisme kompensasi untuk asidosis
lebih banyak CO2 yang larut dalam darah. respiratorik, sementara terdapat kompensasi respiratorik untuk
■ pH plasma adalah 7,4. Penurunan pH plasma disebut asidosis asidosis metabolik.
dan peningkatan pH plasma disebut alkalosis. Perubahan C. Asidosis respiratorik tak-terkompensasi melibatkan perubahan
jangka pendek Pco2 arteri akibat penurunan ventilasi dalam konsentrasi HCO3− plasma sementara konsentrasi HCO3−
menyebabkan asidosis respiratorik. Perubahan jangka pendek plasma tidak berubah pada asidosis metabolik tak-terkompensasi.
Pco2 arteri karena peningkatan ventilasi menyebabkan D. Asidosis respiratorik tak-terkompensasi berkaitan dengan
alkalosis respiratorik. Asidosis metabolik terjadi jika darah perubahan pada Pco2, sementara pada asidosis metabolik tak-
mendapat tambahan asam-asam kuat, dan alkalosis metabolik terkompensasi Pco2 konstan.
terjadi jika darah mendapat tambahan basa-basa kuat (atau
dikeluarkannya asam-asam kuat).
■ Kompensasi pernapasan terhadap asidosis atau alkalosis REFERENSI
melibatkan perubahan segera dalam ventilasi. Perubahan ini Crystal RG, West JB (editors): The Lung: Scientific Foundations,
secara efektif mengubah Pco2 dalam plasma darah. Mekanisme 2nd ed. Raven Press, 1997.
kompensasi ginjal berlangsung jauh lebih lambat dan Fishman AP, et al (editors): Fishman’s Pulmonary Diseases and
melibatkan sekresi H+ atau reabsorpsi HCO3−. Disorders, 4th ed. McGraw-Hill, 2008.
■ Hipoksia adalah defisiensi O2 di tingkat jaringan. Hipoksia Hackett PH, Roach RC: High-altitude illness. N Engl J Med
menimbulkan dampak yang besar di tingkat sel, jaringan, dan 2001;345:107.
organ: Hipoksia dapat mengganggu faktor-faktor transkripsi sel Laffey JG, Kavanagh BP: Hypocapnia. N Engl J Med 2002;347:43.
dan tentunya juga ekspresi protein; hipoksia dapat cepat Voelkel NF: High-altitude pulmonary edema. N Engl J Med
mengubah fungsi otak dan menyebabkan gejala-gejala mirip 2002;346:1607.
alkoholisme (mis. pusing, gangguan fungsi mental, mengantuk, West JB: Pulmonary Pathophysiology, 7th ed. Wolters Kluwer/
nyeri kepala); dan hal ini dapat memengaruhi ventilasi. Hipoksia Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
jangka panjang menyebabkan kematian sel dan jaringan. West JB: Respiratory Physiology, 8th ed. Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins, 2008.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA
Pilihlah jawaban terbaik untuk pertanyaan di bawah ini, kecuali
jika ada petunjuk lain.
1. Sebagian besar CO2 yang diangkut dalam darah akan
A. larut dalam plasma.
B. berada di dalam senyawa karbamino yang dibentuk dari
protein plasma.
C. berada di dalam senyawa karbamino yang dibentuk dari
hemoglobin.
D. terikat pada Cl−.
E. berada di dalam HCO3−.
Halaman ini sengaja dikosongkan
36
B A B

Pengaturan Pernapasan

■ Mengetahui letak kompleks pra-Botzinger dan menjelaskan perannya


T U J U A N dalam mencetuskan pernapasan spontan.
Setelah mempelajari bab ini, ■ Mengenal lokasi dan fungsi yang mungkin dilakukan oleh kelompok neuron
Anda seyogianya mampu: respiratorik dorsal dan ventral, pusat pneumotaksik, dan pusat apneustik di
batang otak.
■ Menyebutkan fungsi khusus saraf vagus dalam pernapasan dan reseptor
pernapasan di badan karotis, badan aorta, dan permukaan ventral medula
oblongata.
■ Menjelaskan dan menguraikan respons ventilasi terhadap peningkatan
konsentrasi CO2 dalam udara inspirasi.
■ Menjelaskan dan menguraikan respons ventilasi terhadap penurunan
konsentrasi O2 dalam udara inspirasi.
■ Menjelaskan efek tiap-tiap faktor non-kimia utama yang memengaruhi
pernapasan.
■ Menjelaskan efek olahraga terhadap ventilasi dan pertukaran O2 di jaringan.
■ Mengetahui apa yang disebut dengan pernapasan periodik dan menjelaskan
terjadinya pernapasan ini pada berbagai keadaan penyakit.

PENDAHULUAN
Pernapasan spontan dihasilkan oleh pelepasan muatan secara an muatan berirama dari otak yang menghasilkan pernapasan
ritmis dari neuron motorik yang mempersarafi otot-otot spontan diatur oleh perubahan Po2, Pco2, dan konsentrasi H+
pernapasan. Pelepasan muatan ini bergantung penuh pada darah arteri, dan pengaturan kimia pernapasan ini juga
impuls saraf dari otak; pernapasan akan terhenti jika medula ditunjang oleh sejumlah faktor non-kimiawi. Dasar-dasar
spinalis di atas pangkal nervus phrenicus dipotong. Pelepas- fisiologis fenomena ini dibahas dalam bab ini.

medula oblongata. Impuls dari sel-sel ini mengaktifkan neuron


KENDALI PERSARAFAN motorik di medulla spinalis cervikalis dan thoracalis yang
PADA PERNAPASAN mempersarafi otot-otot inspirasi. Neuron-neuron di pars
cervicalis mengaktifkan diafragma melalui nervus phrenicus, dan
SISTEM KENDALI neuron-neuron di pars thoracica mengaktifkan musculus
Pernapasan diatur oleh dua mekanisme saraf yang terpisah. intercostales externi. Namun, impuls juga mencapai persa-rafan
Satu bertanggung jawab untuk mengendalikan pernapasan musculus intercostales interni dan otot-otot ekspirasi lainnya.
volunter, sedangkan yang satu lagi mengendalikan pernapasan Neuron motorik yang menuju ke otot-otot ekspirasi akan
otomatis. Sistem volunter terletak pada korteks serebri dan dihambat saat neuron motorik otot inspirasi dalam keadaaan
mengirimkan impuls ke neuron motorik otot pernapasan aktif, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada
melalui jaras kortikospinal. Sedangkan sistem otomatis persarafan timbal-balik (reciprocal innervation) ini, timbal
dijalankan oleh sekelompok sel pemacu (pacemaker) di balik tersebut terjadi terutama berkat aktivitas jaras-jaras

657
658 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

desendens. Impuls melalui jaras desendens akan merangsang —substansi P merangsang dan opioid menghambat pernapasan.
otot-otot agonis dan menghambat otot-otot antagonis. Satu Opioid dapat menyebabkan efek samping berupa depresi
pengecualian inhibisi timbal-balik ini adalah terdapatnya pernapasan sehingga penggunaannya dalam terapi nyeri
sejumlah kecil aktivitas singkat pada akson nervus phrenicus menjadi terbatas. Namun, sekarang diketahui bahwa di
setelah proses inspirasi. Keluaran pasca-inspirasi ini tampaknya kompleks pra-Botzinger terdapat reseptor 5HT4 dan pada
berfungsi untuk meredam daya recoil elastik jaringan paru dan hewan percobaan terapi dengan agonis 5HT4 menghambat efek
menghasilkan gerakan pernapasan yang mulus (smooth). inhibitorik opiat pada pernapasan tanpa menghambat efek
analgesiknya.
SISTEM MEDULA Selain itu, neuron-neuron pernapasan kelompok dorsal
Komponen-komponen utama pembangkit pola kontrol dan ventral juga terdapat di medula (Gambar36–2). Namun,
pernapasan (respiratory control pattern generator) yang lesi-lesi di neuron ini tidak menghentikan aktivitas
berperan dalam pernapasan otomatis terletak di medula. pernapasan, dan neuron-neuron ini tampaknya berproyeksi ke
Pernapasan ritmis dimulai oleh sekelompok kecil sel pemacu neuron pemacu pra-Botzinger.
yang sinapsnya berpasangan di kompleks pra-Bötzinger (pra-
BÖTC) pada kedua sisi medula antara nucleus ambiguus dan PENGARUH PONS & VAGUS
nucleus reticularis lateralis (Gambar 36–1). Neuron-neuron ini Meskipun pelepasan muatan yang berirama oleh neuron
melepaskan muatan secara ritmis, dan menghasilkan pelepasan medula oblongata berlangsung spontan, tetapi lepas-muatan
muatan yang juga ritmis di neuron motorik frenikus, yang dapat tersebut dimodifikasi oleh neuron pada pons dan oleh serat
dihentikan dengan memutuskan hubungan antara kompleks aferen nervus vagus yang berasal dari reseptor kanal napas dan
pra-Bötzinger dan neuron motorik tersebut. Neuron-neuron ini paru-paru. Di nucleus parabrakialis medialis dan nukleus
juga berhubungan dengan nucleus hypoglossus, sehingga lidah Kolliker-Fuse di bagian dorsolateral pons, terdapat suatu daerah
juga ikut terlibat dalam pengaturan resistensi kanal napas. yang dikenal sebagai pusat pneumotaksik. Daerah ini
Pada preparat irisan otak in vitro, neuron-neuron di mengandung neuron-neuron yang aktif selama inspirasi dan
kompleks pra-Botzinger melepaskan impuls secara ritmis, neuron-neuron yang aktif selama ekspirasi. Jika daerah ini
dan jika irisan ini mengalami hipoksia, pola lepasan muatan mengalami kerusakan, napas akan menjadi lambat dan volume
akan berubah menjadi bentuk yang menyebabkan seseorang alun napas meningkat, dan pada hewan percobaan yang dibius,
terengah-engah. Penambahan kadmium ke dalam irisan jika nervus vagus juga dipotong, akan terjadi spasme
menyebabkan lepas muatan dengan pola yang kadang- inspiratorik memanjang yang mirip seperti menahan napas
kadang mirip dengan pola helaan napas. Di neuron-neuron (apneusis; pemotongan B pada Gambar 36-2). Fungsi normal
ini terdapat reseptor NK1 serta reseptor opioid-µ, dan in vivo pusat pneumotaksik belum diketahui, namun diduga berperan
pada peralihan inspirasi dan ekspirasi.
Peregangan paru selama inspirasi mencetuskan impuls
pada serat aferen nervus vagus di paru. Impuls ini meng-
hambat pelepasan impuls inspirasi. Inilah sebabnya mengapa
XII kedalaman pernapasan akan meningkat setelah dilakukan
5SP vago-tomi (Gambar 36-2) dan terjadi apneusis saat nervus
NA
vagus dipotong setelah perusakan pusat pneumotaksik.
IO Aktivitas umpan-balik nervus vagus tidak mengubah laju
••
peningkatan aktivitas neural di neuron-neuron motorik
LRN Pre-BOTC
pernapasan (Gambar 36–3).
Jika aktivitas neuron inspirasi pada hewan yang persaraf-
annya utuh ditingkatkan, maka laju dan kedalaman pernapasan
akan bertambah. Kedalaman pernapasan meningkat karena
derajat peregangan paru lebih besar sebelum aktivitas inhibitorik
nervus vagus dan pusat pneumotaksik cukup besar untuk
menghambat pelepasan muatan neuron inspirasi. Peningkatan
kecepatan pernapasan terjadi karena pelepasan muatan ikutan
20 mV dari nervus vagus dan mungkin pula aferen pneumotaksik
−60 mV menuju medula oblongata dapat diatasi secara cepat.
5 det

GAMBAR 36-1 Sel-sel pemacu di kompleks pra-Böttzinger (pra- PENGATURAN AKTIVITAS


BÖTC). Atas: Diagram anatomik pra-BÖTC dari seekor bayi tikus. Bawah: PERNAPASAN
Contoh rekaman pelepasan muatan ritmis neuron-neuron di kompleks
pra-BÖTC dari irisan otak seekor bayi tikus. 10, olivus inferior; LRN, nucleus Peningkatan Pco2 atau konsentrasi H+ maupun penurunan
reticularis lateralis; NA, nucleus ambigus; XII, saraf otak ke-12; 5SP,
Po2 darah arteri akan meningkatkan derajat aktivitas neuron
nucleus spinalis nervus trigeminus. (Dimodifikasi dari Feldman JC, Gray PA:
Sighs and gasps in a dish. Nat Neurosci 2000;3:531) pernapasan di medula oblongata, sedangkan perubahan yang
sebaliknya akan menimbulkan efek inhibisi ringan. Dampak
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 659

A
IC NPBL

CP
Ventrikel
keempat C
IX
VRG X
XI

XII
DRG

D
Vagus utuh Vagus dipotong

GAMBAR 36-2 Neuron-neuron pernapasan di batang otak. pedunculus cerebellaris; DRG (dorsal respiratory group), IC,
Batang otak dilihat dari dorsal; serebelum disingkirkan. Terlihat colliculus inferior; NPBL, nukleus parabrakial (pusat pneumotaksik);
pengaruh berbagai lesi dan pemotongan batang otak; rekaman VRG, kelompok ventral neuron pernapasan; ventrikel keempat.
spirometer di sebelah kanan menunjukkan kedalaman serta laju Angka Romawi menunjukkan saraf otak. (Dimodifikasi dari Mitchell RA,
pernapasan. Jika dibuat lesi di D, maka pernapasan berhenti. Efek Berger A: State of the art: Review of neural regulation of respiration. Am Rev
pemotongan yang lebih tinggi, dengan dan tanpa pemutusan Respir Dis 1975;111:206.)
saraf vagus, diperlihatkan (lihat teks untuk rinciannya). CP,

variasi kimia darah terhadap pernapasan diperantarai oleh


kemoreseptor pernapasan, yaitu glomus caroticus dan
PENGENDALIAN KIMIAWI
aorticus serta sekumpulan sel di medula oblongata maupun PADA PERNAPASAN
di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi
darah. Reseptor-reseptor tersebut membangkitkan impuls sedemikian rupa sehingga Pco2 alveolus pada keadaan normal
yang merangsang pusat pernapasan. Selain pengaturan terus dipertahankan. Dampak kelebihan H+ di dalam darah akan
kimiawi pernapasan, pada saat yang sama terjadi pengaturan dilawan, dan Po2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan
non-kimiawi oleh aferen lainnya yang memengaruhi mencapai tingkat yang membahayakan. Volume pernapasan
pernapasan pada keadaan tertentu (Tabel 36–1). semenit berbanding lurus dengan laju metabolisme, tetapi yang
mengaitkan antara metabolisme dan ventilasi adalah CO2, bukan
Penjumlahan aktivitas

O2. Reseptor di glomus caroticus dan aorticus terangsang oleh


aferen nervus vagus

peningkatan Pco2 maupun konsentrasi H+ darah arteri atau oleh


penurunan Po2. Setelah denervasi kemoreseptor karotikus,
respons terhadap penurunan Po2 akan hilang; efek utama
A hipoksia setelah denervasi glomus caroticus adalah penekanan
B
TABEL 36-1 Berbagai rangsang yang memengaruhi
pusat pernapasan.
eferen nervus frenikus
Penjumlahan aktivitas

A Pengendalian kimiawi
CO2 (melalui konsentrasi H+ di CSS dan cairan interstisial otak)
O2
(melalui glomus karotikus dan aortikus)
0 1 2 H+
Pengendalian non-kimiawi
Waktu (dtk)
Aferen nervus vagus dari reseptor di kanal pernapasan dan paru-
GAMBAR 36-3 Serat-serat aferen vagus menghambat pelepasan
muatan inspiratorik. Rekaman tumpang-tindih dua pernapasan: (A) dengan paru Aferen dari pons, hipotalamus dan sistem limbik Aferen dari
dan (B) tanpa disertai aktivitas umpan-balik aferen nervus vagus dari
proprioseptor
reseptor regang di paru. Perhatikan bahwa laju peningkatan aktivitas nervus
phrenicus pada diafragma tidak terpengaruh, tetapi lama pelepasan muatan Aferen dari baroreseptor: arteri, atrium, ventrikel, pulmonal
semakin panjang setelah masukan nervus vagus dihilangkan.
660 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

langsung pada pusat pernapasan. Respons terhadap perubahan Sel tipe II Akson serat aferen
konsentrasi H+ darah arteri pada kisaran pH 7,3-7,5 juga glossopharyngeus
dihilangkan, meskipun perubahan yang lebih besar masih
dapat menimbulkan efek. Sebaliknya, respons terhadap
Sel tipe I
perubahan Pco2 darah arteri hanya sedikit terpengaruh; (glomus)
dengan penurunan tidak lebih dari 30—33%.

GLOMUS CAROTICUS & AORTICUS


Pada percabangan (bifurkasio) karotis kanan dan kiri terdapat
badan karotis (glomus caroticus). Selain itu, di dekat arcus aorta
umumnya juga terdapat dua atau lebih badan aorta (glomus
aorticus) (Gambar 36-4). Tiap-tiap badan (glomus) karotis dan
aorta mengandung pulau-pulau sel, yang terdiri dari dua jenis
sel, yaitu sel tipe I dan tipe II, yang dikelilingi oleh jalinan
kapiler sinusoid. Sel tipe I atau sel glomus berkaitan erat
dengan ujung serat aferen yang berbentuk seperti cangkir
(Gambar 36-5). Sel glomus mirip dengan sel kromafin kelenjar
adrenal dan mempunyai granula berinti padat mengandung
katekolamin, yang dilepaskan saat terpapar pada hipoksia dan
sianida. Sel-sel ini dirangsang oleh hipoksia, dan
tampaknyaperantara utamanya adalah dopamin, yang me-
rangsang ujung-ujung saraf melalui reseptor D2. Sel tipe II
GAMBAR 36-5 Susunan glomus caroticus. Sel tipe I (glomus)
Glomus caroticus mengandung katekolamin. Jika terpajan ke hipoksia, sel-sel tersebut
melepaskan katekolamin, yang akan merangsang ujung saraf sinus
caroticus yang berbentuk cangkir pada saraf glosofaringeus. Sel tipe II
yang menyerupai sel glia mengelilingi sel tipe I dan kemungkinan
berfungsi sebagai penunjang (sustentakular).

Sinus caroticus mirip dengan sel glia, dan tiap sel mengelilingi empat sampai
enam sel tipe I. Fungsi sel tipe II belum sepenuhnya dipahami.
Di bagian luar kapsul tiap glomus, serat saraf akan mem-
peroleh selubung mielin; namun, diameternya hanya 2-5 µm dan
kecepatan penghantarannya relatif rendah, yaitu 7-12 m/det.
Arteri carotis
communis Serat aferen dari glomus caroticus naik ke medula oblongata
melalui sinus caroticus dan nervus glosso-pharyngeus, sedangkan
aferen dari glomus aorticus naik ke medula melalui nervus vagus.
Pada penelitian terhadap sebuah glomus caroticus yang diisolasi
dan diperfusi, rekaman yang dilakukan pada serat saraf
Glomus aorticus aferennya menunjukkan adanya peningkatan bertahap arus
impuls listrik saat Po2 darah perfusi diturunkan (Gambar 36-6)
atau Pco2 dinaikkan.

8
Arcus aorta
6
Implus/dtk

Jantung
0 100 200 400 600
PO2 arteri (mm Hg)

GAMBAR 36-6 Efek Pco2 pada impuls saraf aferen. Laju pelepas-
an muatan serat aferen tunggal dari glomus caroticus (lingkaran)
GAMBAR 36-4 Letak glomus caroticus dan glomus aorticus. diplotkan pada beberapa nilai Po2 dan dimuat ke sebuah garis. Terlihat
Glomus caroticus terletak dekat dengan baroreseptor arteri utama, peningkatan tajam frekuensi letupan ketika Po2 turun di bawah tingkat
yaitu sinus caroticus. Glomus aorticus terlihat di dekat arcus aorta. istirahat normal (yi. mendekati 100 mm Hg). (Sumbangan S Sampson.)
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 661

Sel glomus tipe I memiliki kanal-kanal K+ peka-O2, yang


Pons VI
daya konduksinya akan menurun sebanding dengan derajat
hipoksia yang dialami. Hal ini akan menurunkan efluks K+,
menyebabkan depolarisasi sel, dan menimbulkan influks Ca2+, V
terutama melalui kanal Ca2+ tipe-L. Influks Ca2+ akan VII
VIII
mencetuskan potensial aksi dan pelepasan transmiter, yang
menyebabkan eksitasi ujung-ujung saraf aferen. Otot polos R R
IX
arteri-arteri pulmonalis juga memiliki kanal-kanal K+ peka-O2,
X
yang memperantarai vasokonstriksi saat terjadi hipoksia. Hal ini
XI
berlawanan dengan kanal K+ dependen-ATP di arteri-arteri

Piramid
sistemik, yang meningkatkan efluks K+ apabila terjadi hipoksia
sehingga yang terjadi adalah vaso-dilatasi bukan vasokonstriksi. CC XII
Aliran darah pada setiap 2 mg glomus caroticus adalah
sekitar 0,04 mL/menit, atau 2000 mL/100 g jaringan/menit,
dibandingkan dengan aliran darah ke otak sebesar 54 mL/100 g/
menit atau 420 mL di ginjal. Karena aliran darah per satuan
jaringan ini sangat besar, kebutuhan O2 sel hanya dapat dipenuhi
terutama oleh O2 yang terlarut. Karena itu, reseptor tidak GAMBAR 36-7 Daerah kemosensitif rostral (R) dan kaudal (C) di
permukaan ventral medula oblongata. Saraf-saraf otak, piramid, dan
terangsang oleh keadaan seperti anemia dan keracunan karbon pons diberi tanda sebagai penunjuk.
monoksida, karena jumlah O2 terlarut di dalam darah yang
mencapai reseptor umumnya normal, meskipun jumlah O2 terpisah dari neuron-neuron respiratorik dorsal dan ventral
dalam bentuk terikat sangat rendah. Reseptor akan terangsang dan terletak di permukaan ventral medula (Gambar 36–7).
jika PO2 darah arteri rendah atau pada bendungan vaskular yang Bukti terbaru mengisyaratkan bahwa di dekat nukleus tractus
menyebabkan berkurangnya jumlah O2 yang disampaikan ke solitarius, locus ceruleus, dan hipotalamus juga terdapat
reseptor per satuan waktu. Rangsang kuat juga ditimbulkan oleh kemoreseptor lain.
sianida, yang menghalangi penggunaan O2 di tingkat jaringan. Kemoreseptor memantau konsentrasi H+ dalam CSS
Pada dosis yang cukup, nikotin dan lobelin dapat mengaktifkan (cairan serebrospinalis), termasuk cairan interstisial otak. CO2
kemoreseptor. Pemberian infus K+ juga dilaporkan meningkat- dapat menembus membran, termasuk sawar darah otak,
kan pelepasan muatan pada serat aferen kemoreseptor. Dan dengan mudah, sedangkan H+ dan HCO3− menembus dengan
karena kadar K+ selama latihan fisik meningkat, peningkatan ini lebih lambat. CO2 yang masuk ke otak dan CSS akan segera
mungkin ikut berperan dalam menimbulkan hiperpnea yang dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+ lokal
diinduksi oleh latihan fisik. meningkat. Konsentrasi H+ pada cairan interstisial otak setara
Karena letak anatomisnya, glomus aorticus belum banyak dengan Pco2 darah arteri. Selama konsentrasi H+ tetap
dipelajari dibandingkan glomus caroticus. Respons yang terjadi konstan, perubahan Pco2 dalam CSS pada percobaan, hanya
mungkin sama dengan glomus caroticus, tetapi dalam skala yang menimbulkan efek sedikit dan bervariasi terhadap pernapasan.
lebih kecil. Jika kedua glomus caroticus pada manusia Namun, peningkatan konsentrasi H+ dalam cairan spinal
dikeluarkan, tetapi glomus aorticusnya dibiarkan utuh, respons sedikit saja akan merangsang pernapasan, yang besarnya
yang terjadi pada hakekatnya sama seperti hewan yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi H+. Dengan
mengalami denervasi kedua glomus caroticus dan glomus demikian, pengaruh CO2 pada pernapasan terutama adalah
aorticus. Pada keadaan istirahat, ventilasi hampir tidak berubah, akibat perpindahannya ke dalam CSS dan cairan interstisial
tetapi respons ventilasi akibat hipoksia menghilang dan respons otak, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi H+ yang akan
ventilasi terhadap CO2 akan menurun sekitar 30%. merangsang reseptor-reseptor yang peka terhadap H+.
Jisim-jisim neuroepitel yang terdiri dari kelompok-
kelompok sel bersaraf mengandung amin ditemukan pada RESPONS VENTILASI TERHADAP
kanal napas manusia dan hewan. Pada sel-sel ini terdapat PERUBAHAN KESEIMBANGAN
aliran K+ keluar yang akan berkurang pada keadaan hipoksia,
dan diharapkan akan menimbulkan depolarisasi. Namun, ASAM-BASA
fungsi sel yang sensitif terhadap hipoksia ini masih belum Pada asidosis metabolik, misalnya akibat penumpukan badan
dipahami, karena sebagaimana telah diuraikan di atas, keton asam di dalam sirkulasi pada diabetes melitus, timbul
pengangkatan glomus caroticus saja dapat menghilangkan perangsangan kuat terhadap pernapasan (pernapasan
respons pernapasan terhadap hipoksia. Kussmaul). Hiperventilasi akan menurunkan Pco2 alveolus
(“penghembusan O2”) dan menghasilkan kompensasi berupa
KEMORESEPTOR DI BATANG OTAK penurunan konsentrasi H+ darah. Sebaliknya, pada alkalosis
metabolik, misalnya akibat muntah berkepanjangan disertai
Kemoreseptor yang memperantarai terjadinya hiperventilasi kehilangan HCl dari tubuh, ventilasi ditekan dan Pco2 darah
akibat peningkatan Pco2 darah arteri setelah denervasi arteri meningkat, dan meningkatkan konsentrasi H+ kembali
glomus caroticus dan aorticus terletak di medula oblongata normal. Apabila terjadi peningkatan ventilasi yang bukan
dan disebut kemoreseptor medula. Kemoreseptor ini akibat peningkatan konsentrasi H+ darah arteri, penurunan
662 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

Pco2 merendahkan konsentrasi H+ di bawah normal


(alkalosis respiratorik); sebaliknya, hipoventilasi yang bukan 32
disebabkan penurunan konsentrasi H+ plasma mengakibat- ± 1 SE
kan asidosis respiratorik.
28
RESPONS VENTILASI TERHADAP CO2

Volume pernapasan semenit (L /mnt)


Pada keadaan normal, Pco2 darah arteri dipertahankan pada
24
40 mm Hg. Apabila terjadi peningkatan Pco2 darah arteri
sebagai akibat peningkatan metabolisme jaringan, ventilasi
dirangsang dan kecepatan pengeluaran CO2 meningkat 20
sampai Pco2 darah arteri turun mencapai normal, dan
menghentikan rangsang ventilasi. Kerja mekanisme umpan
16
balik ini mempertahankan keseimbangan pengeluaran dan
produksi CO2.
Jika suatu campuran gas yang mengandung CO2 dihirup, 12
Pco2 alveolus meningkat, menaikkan Pco2 darah arteri dan
merangsang pernapasan segera setelah darah yang mengandung
8
lebih banyak CO2 mencapai medula oblongata. Pembuangan
CO2 ditingkatkan, dan Pco2 alveolus menurun mendekati
normal. Inilah sebabnya mengapa peningkatan yang cukup besar 4
pada Pco2 udara inspirasi (mis. 15 mm Hg) menimbulkan
kenaikan Pco2 alveolus yang relatif sedikit (mis. 3 mm Hg).
Walaupun demikian, Pco2 tidak turun mencapai nilai normal, 38 40 42 44 46 48 50
dan tercapai suatu keseimbangan baru dengan Pco2 alveolus PCO2 alveolus (mm Hg)
sedikit lebih tinggi dan hiperventilasi menetap selama masih
menghirup CO2. Hubungan linier antara volume pernapasan GAMBAR 36-8 Respons subjek normal saat menghirup O2
dengan 2, 4, dan 6% CO2. Peningkatan volume pernapasan semenit
semenit dan Pco2 alveolus diperlihatkan pada Gambar 36–8.
yang relatif linier sebagai respons terhadap peningkatan CO2
Tentu saja hubungan linear ini memiliki batas atas. disebabkan oleh peningkatan kedalaman dan frekuensi pernapasan.
Apabila nilai Pco2 udara inspirasi mendekati nilai Pco2 (Disalin, dengan izin, dari Lambertsen CJ dalam: MedicalPhysiology, 13th ed.
alveolus, CO2 akan sukar dikeluarkan. Bila kandungan CO2 Mountcastle VB [ed.]. Mosby, 1974.)

udara inspirasi lebih dari 7%, Pco2 alveolus dan arteri


meningkat dengan cepat, walaupun terdapat hiperventilasi.
Penimbunan CO2 di dalam tubuh yang diakibatkannya Dengan demikian, efek perangsangan hipoksia pada
(hiperkapnia) akan menekan susunan saraf pusat, termasuk pernapasan tidak akan terlihat jelas sebelum rangsang hipoksia
pusat pernapasan, menyebabkan nyeri kepala, kebingungan cukup kuat untuk melawan efek inhibisi yang disebabkan
(confusion) dan akhirnya koma (narkosis CO2). penurunan konsentrasi H+ dan Pco2 darah arteri.
Pengaruh terhadap ventilasi akibat penurunan Po2
RESPONS VENTILASI TERHADAP alveolus dengan Pco2 alveolus dipertahankan konstan,
KEKURANGAN OKSIGEN diperlihatkan di Gambar 36–10. Jika Pco2 alveolus stabil
Jika kandungan O2 udara inspirasi berkurang, volume pada 2-3 mm Hg di atas nilai normal, tampak hubungan
pernapasan semenit meningkat. Selama Po2 udara inspirasi terbalik ventilasi dengan Po2 alveolus, meskipun pada
masih di atas 60 mm Hg, rangsang pernapasan yang terjadi kisaran 90-110 mm Hg. Namun, jika Pco2 tetap bertahan di
hanya bersifat ringan, dan rangsang pernapasan yang kuat bawah nilai normal, rangsangan ventilasi oleh hipoksia
hanya terjadi jika Po2-nya lebih rendah (Gambar 36–9). Meski sampai Po2 alveolus turun di bawah 60 mm Hg tidak terjadi.
demikian, setiap penurunan Po2 arteri di bawah 100 mm Hg
menyebabkan peningkatan lepas-muatan saraf dari PENGARUH HIPOKSIA PADA
kemoreseptor karotikus dan aortikus. Ada dua alasan KURVA RESPONS CO2
mengapa pada orang normal peningkatan impuls tersebut Pada percobaan terbalik, yaitu dengan Po2 alveolus
tidak menyebabkan peningkatan ventilasi sebelum Po2 lebih dipertahankan tetap, sambil dilakukan pengujian respons
rendah daripada 60 mm Hg. Pertama, Hb adalah asam yang terhadap berbagai CO2 udara inspirasi, didapatkan respons
lebih lemah bila dibandingkan dengan HbO2 (lihat Bab 35), yang linier (Gambar 36–11). Pengujian ulang respons
sehingga apabila Po2 darah arteri menurun dan hemoglobin terhadap CO2 pada nilai Po2 konstan yang berbeda
kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit penurunan menghasilkan perubahan kecuraman kurva respons;
konsentrasi H+ dalam darah arteri. Penurunan konsentrasi H+ kecuraman kurva bertambah bila Po2 alveolus diturunkan.
cenderung menghambat pernapasan. Di samping itu, setiap Dengan kata lain, hipoksia membuat seseorang lebih sensitif
peningkatan ventilasi yang terjadi akan menurunkan Pco2 terhadap peningkatan Pco2 darah arteri. Namun, kadar Pco2
alveolus, dan hal ini pun cenderung menghambat pernapasan. saat berbagai kurva pada Gambar 36-11 saling berpotongan,
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 663

40 100

Ventilasi (L/mnt)
30
PAO 255
75
20 PAO 240

Ventilasi (L/mnt BTPS)


10
50 PAO 2100
0
%O2 dalam udara inspirasi 21 20 15 10 5
PO2 dalam udara inspirasi 160 152 114 76 38
25
120
Tekanan (mm Hg)

100 PO2 alveolus


80
60 0
PO2 alveolus 40 50
40
PA C O 2 (mm Hg)
20
0 GAMBAR 36-11 Kipas garis-garis yang memperlihatkan kurva
760 700 600 500 400 300 200 respons CO2 pada berbagai nilai Po2 alveolus yang tetap. Penurunan
PAO2 menyebabkan respons terhadap PACO2 menjadi lebih sensitif.
Tekanan barometer (mm Hg)
GAMBAR 36-9 Atas: Volume pernapasan semenit rerata
selama setengah jam pertama pemaparan pada udara dengan
PENGARUH H+ TERHADAP
berbagai kandungan O2. Terjadi perubahan ventilasi yang nyata RESPONS CO2
pada nilai Po2 kurang dari 60 mm Hg. Garis horizontal pada masing-
Pengaruh rangsang H+ dan CO2 terhadap pernapasan tampak-
masing kondisi menunjukkan nilai rerata; kolom vertikal menunjuk-
kan satu standar deviasi. Bawah: Nilai Po2 dan Pco2 alveolus saat
nya bersifat aditif dan memiliki hubungan yang tidak serumit
menghirup udara biasa pada berbagai tekanan barometer. Kedua CO2 dan O2. Pada asidosis metabolik, kurva respons CO2 mirip
grafik diselaraskan sedemikian rupa sehingga Po2 udara inspirasi dengan Gambar 36-11, hanya saja kurvanya bergeser ke kiri.
campuran pada grafik yang atas sesuai dengan Po2 pada berbagai Dengan kata lain, jumlah rangsang pernapasan yang sama
tekanan barometer grafik bawah. (Sumbangan RH Kellogg.) didapat dengan Pco2 darah arteri yang lebih rendah. Setiap
peningkatan satu nanomol H+ darah arteri, diperkirakan akan
menyebabkan pergeseran kurva CO2 0,8 mm Hg ke kiri.
tidak dipengaruhi. Pada individu normal, nilai ambang
Sekitar 40% respons ventilasi terhadap CO2 akan hilang jika
tersebut berada sedikit di bawah nilai Pco2 alveolus normal,
peningkatan H+ darah arteri akibat CO2 dapat dicegah. Seperti
menunjukkan bahwa pada keadaan normal, selalu didapatkan
diuraikan sebelumnya, 60% sisa respons kemungkinan terjadi
“dorongan CO2” pada pusat respirasi yang ringan tetapi pasti.
akibat pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan spinal atau
cairan interstisial otak.
60
MENAHAN NAPAS
Pernapasan dapat dihambat secara volunter untuk beberapa saat,
50
tetapi pada akhirnya kendali volunter akan kalah. Titik saat
pernapasan tidak dapat lagi dihambat secara volunter disebut
Ventilasi (L/mnt, BTPS)

40 titik lepas (breakingpoint). Lepasnya kendali volunter ini


PA C O 249
disebabkan oleh meningkatnya Pco2 dan turun-nya Po2 darah
30 arteri. Setelah pengangkatan glomus caroticus, kemampuan
seseorang untuk menahan napas akan lebih panjang. Penghirup-
PA C O 244
an oksigen 100% sebelum menahan napas akan menaikkan Po2
20
alveolus awal, sehingga titik lepas dapat ditunda. Hal serupa
dapat terjadi dengan melakukan hiperventilasi di udara ruangan,
10 PA C O 237 karena CO2 akan dihembuskan keluar sehingga Pco2 darah arteri
awal akan lebih rendah. Refleks atau faktor mekanik nampaknya
0 memengaruhi titik lepas, karena subjek yang menahan napas
20 40 60 80 100 120 140 selama mungkin dan kemudian bernapas dengan campuran
PA O 2(mm Hg) udara berkadar O2 rendah dan CO2 tinggi, masih dapat menahan
napas kembali selama 20 detik atau lebih. Faktor psikologis juga
GAMBAR 36-10 Ventilasi pada berbagai nilai Po2 alveolus,
saat Pco2 dipertahankan konstan pada 49, 44 atau 37 mm Hg.
memegang peranan, dan subjek dapat menahan napasnya lebih
Perhatikan efek dramatis respons ventilasi terhadap PAO2 ketika lama bila dikatakan usahanya sangat baik dibandingkan bila
PACO2meningkat di atas normal. (Data dari Loeschke HH dan Gertz KH). dikatakan tidak.
664 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

PENGARUH NON-KIMIAWI Reseptor ini terangsang oleh hiperinflasi paru, tetapi juga
bereaksi pada pemberian zat kimia seperti kapsaisin secara
PADA PERNAPASAN intravena atau intrakardial. Respons refleks yang
ditimbulkannya adalah apnea (henti napas), disusul oleh
RESPONS YANG DIPERANTARAI pernapasan cepat, bradikardia, dan hipotensi (refleks kimia
paru). Respons serupa ditimbulkan oleh reseptor di jantung
OLEH RESEPTOR DI Kanal NAPAS & (refleks Bezold-Jarisch atau refleks kimia koroner). Peran
PARU fisiologik refleks ini masih belum jelas, tetapi refleks ini
Reseptor di kanal napas dan paru dipersarafi oleh serat mungkin terjadi pada keadaan patologis, seperti kongesti
vagus bermielin dan tidak bermielin. Serat tidak bermielin embolisasi atau paru, akibat pelepasan zat-zat endogen.
adalah jenis serat C. Reseptor yang dipersarafi oleh serat
bermielin umumnya dibagi menjadi reseptor beradaptasi BATUK & BERSIN
lambat dan reseptor beradaptasi cepat, berdasarkan Batuk diawali dengan inspirasi dalam, diikuti oleh ekspirasi
panjang atau singkatnya lepas-muatan pada serat saraf kuat terhadap glotis yang tertutup. Hal ini meningkatkan
aferen yang terjadi setelah pemberian rangsang terus- tekanan intrapleura hingga 100 mm Hg atau lebih. Glotis
menerus (Tabel 36–2). Kelompok reseptor yang lain diduga kemudian tiba-tiba terbuka, sehingga terjadi ledakan aliran
terdiri atas ujung-ujung serat C, dan terbagi lagi menjadi udara keluar dengan kecepatan mencapai 965 km (600 mil)
subgrup pulmonal dan bronkial berdasarkan lokasinya. per jam. Bersin juga merupakan upaya serupa dengan glotis
Pemendekan waktu inspirasi yang ditimbulkan oleh yang terus terbuka. Kedua refleks ini membantu pengeluaran
aktivitas serat aferen nervus vagus (Gambar 36-3) iritan dan menjaga kanal udara tetap bersih. Aspek-aspek lain
diperantarai oleh reseptor beradaptasi lambat. Demikian persarafan dibahas dalam kasus khusus (Boks Klinis 36–1).
pula dengan refleks Hering-Breuer. Refleks inflasi Hering-
Breuer adalah pemanjangan ekspirasi yang disebabkan oleh
inflasi paru menetap, sedangkan refleks deflasi Hering- SERAT AFEREN DARI
Breuer adalah pemendekan ekspirasi yang disebabkan oleh PROPRIOSEPTOR
deflasi berat paru. Reseptor yang beradaptasi cepat,
terangsang oleh zat kimia seperti histamin, sehingga disebut Beberapa percobaan yang terkontrol baik, menunjukkan
juga reseptor iritan. Pengaktifan reseptor beradaptasi cepat bahwa pergerakan sendi baik aktif maupun pasif akan
di trakea menyebabkan terjadinya batuk, bronkokonstriksi, merangsang pernapasan, diduga karena impuls pada jaras
dan sekresi mukus; sedangkan pengaktifannya paru dapat aferen dari proprioseptor di otot, tendon, dan sendi akan
menimbulkan hiperpnea. merangsang neuron inspirasi. Efek ini mungkin membantu
Letak ujung serat C dekat dengan pembuluh-pembuluh meningkatkan pernapasan selama latihan fisik. Aferen-
paru, sehingga disebut dengan reseptor J (jukstakapiler). aferen lain dibahas di Boks Klinis 36–2.

TABEL 36-2 Reseptor kanal napas dan paru.


Persarafan Letak di
vagus Jenis interstisium Rangsang Respon

Bermielin Beradaptasi Di antara sel-sel otot Pengembangan paru Pemendekan waktu inspirasi
lambat polos kanal napas(?) Refleks inflasi dan deflasi
Hering-Breuer
Bronkodilatasi
Takikardia
Hiperpnea
Beradaptasi Di antara sel-sel Hiperinflasi paru Bahan kimia Batuk
cepat epitel kanal napas eksogen dan endogen (contohnya Bronkokonstriksi
histamin, prostaglandin) Sekresi mukus

Serat-serat C Serat C Dekat pembuluh darah Hiperinflasi paru-paru Bahan kimia Apnea diikuti oleh pernapasan yang cepat
tidak bermielin pulmoner eksogen dan endogen (mis. Apnea diikuti oleh pernapasan yang cepat
Serat C kapsaisin, bradikinin, serotonin) Bronkokonstriksi
bronkial
Serat C bronkus
Bradikardia
Hipotensi
Sekresi mukus
Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari Berger AJ, HornbeinTF: Control of respiration. Dalam: Textbook of Physiology, 21sted.Vol.2. Patton HD, et al (ed.). Saunders, 1989.
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 665

BOKS KLINIS 36-1 BOKS KLINIS 36-2

Persaratan Paru & Pasien dengan Serat Aferen dari “Pusat yang Lebih Tinggi”
Transplan Jantung-Paru Rangsang nyeri dan emosi memengaruhi pernapasan, hal ini
Transplantasi jantung dan paru kini sudah diakui sebagai mengisyaratkan adanya serat aferen dari sistem limbik dan
terapi untuk penyakit paru berat dan penyakit lainnya. hipotalamus yang menyampaikan sinyal-sinyal ke neuron
Transplantasi dilakukan dengan menjahitkan atrium kanan pernapasan di batang otak. Di samping itu, walaupun proses
resipien ke jantung donor, tanpa menyambungkan kembali respirasi umumnya tidak disadari, tetapi baik inspirasi
persarafan jantung donor, sehingga frekuensi denyut jantung maupun ekspirasi berada di bawah kendali volunter. Jaras
istirahatnya lebih tinggi. Trakea donor dijahitkan ke resipien, untuk kendali volunter berjalan dari neokorteks langsung
menuju neuron motorik yang mempersarafi otot-otot
tepat di atas karina, dan serat aferen dari paru-paru tidak
pernapasan, tanpa melewati neuron medula.
akan tumbuh kembali. Dengan demikian, pasien dengan Kendali volunter dan kendali otomatis pernapasan
transplan jantung-paru yang sehat memberikan kesempatan berlangsung terpisah sehingga ada kalanya kendali otomatis
bagi kita untuk untuk menilai peran persarafan paru pada terganggu tanpa disertai kehilangan kendali volunter. Hal ini
keadaan fisiologis. Respons batuk terhadap rangsangan terjadi pada keadaan klinis yang disebut 'kutukan
trakea umumnya normal karena trakea tetap mendapat Ondine' (Ondine's curse). Menurut legenda dari Jerman,
persarafan. Namun, respons batuk terhadap rangsang kanal Ondine adalah peri air yang mempunyai seorang kekasih
napas yang lebih kecil menjadi hilang. Bronkus cenderung manusia yang tidak setia. Raja dari segala peri air menghukum
berdilatasi lebih besar dari normal. Selain itu, banyaknya sang kekasih dengan melontarkan kutukan yang menghilang-
pasien menguap atau menarik napas panjang tetap normal, kan segala fungsi otomatisnya. Akibatnya, sang kekasih hanya
yang menunjukkan bahwa proses ini tidak bergantung pada dapat bertahan hidup apabila ia tetap terjaga dan ingat untuk
persarafan paru. Refleks Hering-Breuer tidak ada, tetapi pola bernapas. Akhirnya sang kekasih jatuh tertidur akibat
pernapasan pada keadaan istirahat tetap normal, yang kelelahan, dan ia pun berhenti bernapas. Pasien dengan
menunjukkan bahwa refleks tersebut tidak berperan penting kelainan yang menarik ini umumnya menderita poliomielitis
dalam pengaturan pernapasan manusia saat istirahat. bulbar atau penyakit yang menekan medula oblongata.

KOMPONEN PERNAPASAN PADA membuka alveolus serta mencegah terjadinya atelektasis.


Namun, menguap tidak terbukti memiliki efek mencegah
REFLEKS VISERA atelektasis pada percobaan. Menguap meningkatkan aliran
Penghambatan pernapasan serta penutupan glotis sewaktu balik vena ke jantung, sehingga dapat bermanfaat bagi
muntah, menelan, dan bersin tidak hanya bertujuan untuk sirkulasi. Menguap juga diduga merupakan sinyal nonverbal
mencegah aspirasi makanan atau muntahan ke dalam trakea, yang digunakan untuk komunikasi di antara monyet dalam
tetapi pada saat muntah, juga terjadi fiksasi dinding dada suatu kelompok, dan tidaklah salah jika dikatakan, hal yang
sehingga kontraksi otot perut ikut meningkatkan tekanan sama terjadi pada manusia.
intra-abdomen. Penutupan glotis dan hambatan pernapasan
serupa juga terjadi saat mengejan, baik volunter maupun PENGARUH RANGSANGAN
involunter. BARORESEPTOR TERHADAP
Cegukan (hiccup) adalah kontraksi spasmodik diafragma
dan otot-otot inspirasi lainnya yang menimbulkan gerakan
PERNAPASAN
inspirasi disertai penutupan glotis secara tiba-tiba. Penutupan Serat aferen dari baroreseptor di sinus caroticus, arcus aorta,
glotis ini menimbulkan sensasi dan suara yang khas. Cegukan atrium, dan ventrikel memancar ke neuron pernapasan
terjadi pada janin in utero serta sepanjang kehidupan maupun neuron vasomotor dan kardioinhibitor di medula
ekstrauterus. Fungsi cegukan tidak diketahui. Sebagian besar oblongata. Impuls-impuls baroreseptor ini akan menghambat
serangan cegukan berlangsung singkat, dan bereaksi terhadap pernapasan, tetapi efek hambatannya ringan dan makna
tindakan menahan napas atau tindakan-tindakan lain yang fisiologiknya sedikit. Hiperventilasi yang terjadi pada syok
meningkatkan Pco2 arteri. Cegukan berkepanjangan, yang disebabkan oleh rangsang kemoreseptor akibat asidosis dan
dapat sangat mengganggu, kadang-kadang membaik dengan hipoksia, karena ketidak-lancaran (stagnasi) aliran darah lokal,
pemberian antagonis dopamin dan mungkin terhadap dan bukan diperantarai oleh baroreseptor. Aktivitas neuron
senyawa analgesik yang bekerja di otak. inspirasi memengaruhi tekanan darah dan frekuensi denyut
Menguap merupakan tindakan pernapasan “menular” jantung, dan aktivitas pada area vasomotor dan jantung di
yang aneh dengan dasar fisiologis dan makna yang belum medula oblongata dapat menimbulkan efek ringan pada
dipahami. Seperti cegukan, menguap terjadi in utero, dan pernapasan.
juga dijumpai pada ikan dan kura-kura serta mamalia lain.
Pandangan bahwa menguap diperlukan untuk meningkat-
PENGARUH TIDUR
kan asupan O2 telah ditinggalkan. Alveolus yang mengalami Pada saat tidur, pengaturan pernapasan tidak terlalu ketat
kekurangan ventilasi cenderung akan kolaps, dan dikatakan dibandingkan saat terjaga, dan pada orang dewasa normal
bahwa gerak inspirasi dalam serta tindakan peregangan akan yang tidur terdapat periode-periode apnea yang singkat.
666 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

respons ventilasi terhadap hipoksia berbeda-beda. Jika Pco2 160


menurun pada saat terjaga, maka berbagai rangsang dari
proprioseptor serta lingkungan sekitar akan mempertahankan

Tekanan parsial (mm Hg)


pernapasan, tetapi pada saat tidur, rangsangan tersebut 120
berkurang, sehingga terjadi penurunan Pco2 yang dapat PO2 alveolus
menyebabkan apnea. Selama fase tidur rapid eye movement
(REM), pola pernapasan tidak teratur dan respons terhadap 80
CO2 sangat bervariasi.

KELAINAN PERNAPASAN 40

ASFIKSIA PO2 alveolus


Pada asfiksia yang disebabkan oleh oklusi kanal napas, hipoksia 0

pernapasan
dan hiperkapnia akut sama-sama terjadi. Rangsangan napas
terlihat jelas, disertai usaha pernapasan yang hebat. Tekanan

Pola
darah dan frekuensi denyut jantung meningkat tajam, sekresi
katekolamin bertambah, dan pH darah turun. Akhirnya, usaha 0 1 2 3 4 5 6
pernapasan berhenti, tekanan darah turun, dan denyut jantung Waktu setelah hiperventilasi berhenti (mnt)
melambat. Pada tahap ini, percobaan dengan hewan yang
mengalami asfiksia masih dapat diselamatkan melalui pemberian GAMBAR 36-12 Perubahan pernapasan dan komposisi
pernapasan buatan, meskipun cenderung mengalami fibrilasi udara alveolus setelah hiperventilasi paksa selama 2 menit.
ventrikel yang mungkin disebabkan oleh kombinasi kerusakan Diagram batang di bawah menunjukkan pernapasan, sementara
jaringan miokardium akibat hipoksia dan kadar katekolamin ruang kosong menunjukkan apnea.
yang tinggi di dalam sirkulasi. Tanpa pemberian pernapasan
buatan, dalam waktu 4—5 menit akan terjadi henti jantung.
meningkat. Pernapasan dimulai kembali karena adanya
TENGGELAM rangsang hipoksik pada kemoreseptor karotis dan aorta sebelum
Tenggelam adalah asfiksia yang terjadi akibat pembenaman, kadar CO2 kembali normal. Beberapa kali pernapasan akan
umumnya di dalam air. Pada sekitar 10% kasus tenggelam, menghilangkan rangsang hipoksik sehingga pernapasan berhenti
hirupan air pertama yang terjadi setelah gagalnya usaha kembali sampai Po2 alveolus berkurang lagi. Namun, Pco2 akan
menahan napas, mencetuskan spasme laring dan kematian kembali normal secara bertahap, dan pola pernapasan normal
terjadi akibat asfiksia tanpa adanya air di dalam paru. Pada dimulai kembali. Perubahan pola pernapasan dapat merupakan
kasus lainnya, otot glotis akhirnya mengalami relaksasi dan gejala penyakit (Boks Klinis 36–3).
cairan masuk ke dalam paru. Air tawar akan cepat diabsorbsi,
sehingga terjadi pengenceran plasma yang mengakibatkan PENGARUH LATIHAN FISIK
hemolisis intravaskular. Air laut sangat hipertonik dan akan
menarik cairan dari sistem vaskular ke dalam paru-paru Olahraga merupakan contoh fisiologis yang dimanfaatkan
sehingga volume plasma berkurang. Sasaran segera penangan- untuk mengeksplorasi sistem-sistem kontrol yang dibahas di
an kasus tenggelam adalah resusitasi, tetapi terapi jangka atas. Untuk memenuhi kebutuhan O2 jaringan yang aktif, serta
panjang juga diperlukan mengingat efek terhadap sirkulasi untuk mengeluarkan kelebihan CO2 dan panas dari tubuh
dengan adanya air di dalam paru. sewaktu berolahraga, tentu diperlukan keterpaduan berbagai
mekanisme kardiovaskular dan respiratorik. Perubahan
PERNAPASAN PERIODIK sirkulasi akan meningkatkan aliran darah ke otot, sambil tetap
Efek akut hiperventilasi volunter memperlihatkan interaksi mempertahankan sirkulasi yang adekuat ke bagian tubuh yang
mekanisme pengaturan pernapasan kimiawi. Apabila lain. Selain itu, penyerapan O2 dari darah pada otot yang
seseorang yang normal melakukan hiperventilasi selama 2— bekerja akan meningkat, dan ventilasi juga ditingkatkan.
3 menit, kemudian berhenti dan selanjutnya membiarkan Dengan demikian, O2 yang tersedia lebih banyak, dan sebagian
pernapasan berlangsung tanpa melakukan pengendalian panas serta kelebihan CO2 dikeluarkan. Berikut disajikan
volunter sama sekali, maka akan terjadi periode apnea. pembahasan yang berfokus pada pengaturan ventilasi dan O2
Keadaan ini diikuti oleh beberapa kali pernapasan dangkal jaringan, karena banyak aspek regulasi lain telah diulas di bab-
dan kemudian terjadi kembali periode apnea, dilanjutkan bab sebelumnya.
dengan beberapa kali pernapasan (pernapasan periodik/
berkala). Siklus ini dapat berlangsung untuk beberapa saat PERUBAHAN PADA VENTILASI
sebelum pola pernapasan normal pulih kembali (Gambar Selama berolahraga, jumlah O2 yang memasuki aliran darah di
36–12). Apnea ini sepertinya disebabkan oleh kekurangan paru meningkat karena adanya kenaikan jumlah O2 yang
CO2, karena hiperventilasi menggunakan campuran gas yang ditambahkan ke tiap satuan darah serta bertambahnya aliran
mengandung CO2 5% tidak menimbulkan henti napas. Selama darah paru per menit. Po2 darah yang mengalir ke dalam
periode apnea, Po2 alveolus menurun dan Pco2 kapiler paru akan menurun dari 40 menjadi 25 mm Hg atau
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 667

BOKS KLINIS 36-3

Pernapasan Periodik pada Penyakit yang menjalankan pernapasan) atau akibat obstruksi jalan
napas, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea). Apnea
Pernapasan Cheyne-Stokes dapat timbul pada semua usia dan terjadi jika otot-otot faring
Pernapasan periodik atau berkala terjadi pada berbagai melemas sewaktu tidur. Pada beberapa kasus, kegagalan
keadaan penyakit dan sering disebut pernapasan Cheyne- kontraksi musculus genioglossus selama inspirasi ikut berperan
Stokes. Pernapasan ini paling sering ditemukan pada penderita menimbulkan obstruksi; otot-otot ini menarik lidah ke depan,
gagal jantung kongestif serta uremia, tetapi terjadi juga pada dan jika tidak berkontraksi (atau berkontraksi lemah), lidah
penderita penyakit otak serta pada beberapa orang normal saat akan jatuh dan menyumbat jalan napas. Setelah beberapa
tidur. Beberapa pasien dengan pernapasan Cheyne-Stokes usaha pernapasan yang kuat, pasien akan terbangun, menarik
memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap CO2. napas normal beberapa kali, dan kembali jatuh tertidur.
Peningkatan respons ini nampaknya disebabkan oleh gangguan Serangan apnea paling sering terjadi selama tidur REM, yaitu
jaras persaratan yang pada keadaan normal menghambat saat otot-otot paling hipotonik. Gejalanya adalah mengorok
pemapasan. Pada individu tersebut, CO2 menimbulkan keras, nyeri kepala pagi hari, kelelahan, dan mengantuk di siang
hiperventilasi relatif, yang menurunkan Pco2 darah arteri. hari. Jika parah dan berkepanjangan, apnea dapat
Selama periode apnea yang ditimbulkannya, Pco2 darah arteri menyebabkan hipertensi dan komplikasinya. Apnea yang
meningkat kembali ke normal, tetapi mekanisme pernapasan berulang-ulang dapat menyebabkan penderitanya terbangun
kembali bereaksi secara berlebihan terhadap CO2. Pernapasan berulang kali saat tidur dan merasakan kantuk pada saat
kembali berhenti, dan siklus ini berulang lagi. terjaga. Karena itu, tidak heran jika insidens kecelakaan
Penyebab lain terjadinya pernapasan berkala pada pasien kendaraan bermotor pada pasien sleep apnea tujuh kali lebih
dengan penyakit jantung ialah pemanjangan waktu sirkulasi besar dibandingkan dengan populasi pengendara umum.
paru ke otak, sehingga waktu yang dibutuhkan bagi perubahan
tekanan gas arteri untuk memengaruhi pusat pernapasan lebih KIAT TERAPETIK
panjang. Apabila hiperventilasi dilakukan oleh individu yang Terapi sleep apnea bergantung pada pasien dan
sirkulasinya lebih lambat, Pco2 di dalam darah paru akan penyebabnya (jika diketahui).Terapi dapat berupa
menurun, tetapi darah yang Pco2-nya rendah membutuhkan intervensi ringan sampai sedang, hingga pembedahan.
waktu yang lebih lama untuk mencapai otak. Selama masa Intervensi dapat berupa terapi posisi, perangkat gigi
tersebut, Pco2 di dalam darah kapiler paru terus berkurang, dan
untuk menata-ulang arsitektur kanal napas, menghindari
bila darah tersebut sampai ke otak, Pco2 yang rendah
menghambat pusat pernapasan, menimbulkan apnea. Dengan pelemas otot (mis. alkohol) atau obat-obatan yang
kata lain, sistem pengaturan pernapasan berosilasi akibat menurunkan dorongan bernapas, atau pemberian
lingkaran umpan balik negatif dari paru ke otak yang panjang continuous positlve airway pressure (tekanan kanal
secara abnormal. udara positif kontinu). Karena sleep apnea lebih banyak
Apnea Tidur (Sleep Apnea) terjadi pada orang yang kelebihan berat badan atau
Serangan apnea saat tidur dapat berasal dari pusat (yi. obesitas, penurunan berat badan juga dapat efektif.
disebabkan oleh kegagalan pelepasan muatan pada saraf-saraf

kurang sehingga gradien Po2 alveolus-kapiler bertambah dan O2 oleh bertambahnya kedalaman pernapasan; sedangkan pada
yang masuk ke dalam darah akan lebih banyak. Aliran darah latihan fisik yang lebih berat, peningkatan kedalaman napas
per menit meningkat dari 5,5 L/menit menjadi 20-35 L/menit. juga akan disertai dengan bertambahnya frekuensi
Dengan demikian, jumlah O2 total yang memasuki darah juga pernapasan. Saat latihan fisik dihentikan, ventilasi berkurang
bertambah, dari 250 mL/menit saat istirahat mencapai 4000 secara mendadak, kemudian terjadi jeda singkat, diikuti oleh
mL/menit. Jumlah CO2 yang dikeluarkan dari tiap satuan darah penurunan bertahap hingga mencapai ventilasi sebelum
meningkat, dan ekskresi CO2 meningkat dari 200 mL/menit latihan. Peningkatan mendadak pada awal latihan fisik
mencapai 8000 mL/menit. Peningkatan ambilan O2 sebanding kemungkinan disebabkan oleh rangsang psikis serta impuls
dengan beban kerja yang dilakukan, sampai dicapai batas aferen dari proprio-septor di otot, tendon, dan persendian.
maksimum. Di atas batas maksimum ini, konsumsi O2 Peningkatan yang bertahap mungkin disebabkan oleh faktor
humoral, walaupun selama latihan fisik sedang, pH, Pco2 dan
mendatar dan kadar asam laktat darah terus meningkat
Po2 darah arteri tidak berubah. Peningkatan ventilasi
(Gambar 36–13). Laktat terbentuk dari otot yang penggunaan
sebanding dengan peningkatan konsumsi O2, tetapi
energinya lebih cepat dari resintesis aerobik cadangan energi
mekanisme yang mendasari perangsangan pernapasan masih
sehingga terjadi hutang oksigen (oxygen debt). menjadi perdebatan. Peningkatan suhu tubuh juga mungkin
Pada saat latihan fisik dimulai, terjadi peningkatan ikut berperan. Latihan fisik meningkatkan kadar K+ plasma,
ventilasi secara mendadak, yang diikuti oleh periode dan peningkatan ini dapat merangsang kemoreseptor perifer.
istirahat singkat dan kemudian peningkatan yang lebih Selain itu, kepekaan neuron-neuron yang mengontrol respons
besar secara bertahap (Gambar 36–14). Pada latihan fisik terhadap CO2 mungkin meningkat atau fluktuasi respiratorik
sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan Pco2 darah arteri meningkat sehingga, meskipun Pco2 rata-
668 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

50
Beban kerja PACO
2
maksimal Pendaparan Komp
(mm Hg)
4 0 isokapnik Resp
150
PAO
Penyerapan O2 (L/mnt)

12 2
(mm Hg)

al
• 70

Laktat darah (meq/L)


3

sim
VE 120

ak
9
bm (L/mnt-
su
BTPS)
rja

Penyerapan
2
ke

O2
n

6 3
ba


Be

VE
1 Laktat darah •
3 VCO2
(L/mnt- •
STPD) VCO2 2
0 0
0 •
Rest VO2
I II III IV V VI •
VO2 (L/mnt-
Beban kerja STPD)
0
GAMBAR 36-13 Hubungan antara beban kerja, kadar laktat
HCO3−
2 min
0
25
darah, dan penyerapan O2. I-VI, peningkatan beban kerja yang HCO3−
didapatkan dengan meningkatkan kecepatan dan kecuraman 7.40
treadmill yang digunakan subjek. (Disalin, dengan izin, dari Mitchell JH,
Blomqvist G: Maximal oxygen uptake. N Engl J Med 1971 ;284:1018.) pH
15
pH
7.30
rata darah arteri tidak meningkat, CO2-lah yang berperan

15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
dalam meningkatkan ventilasi. O2 tampaknya juga berperan, Kecepatan kerja (watt)

meskipun tidak terdapat penurunan Po2 darah arteri. Saat GAMBAR 36-15 Respons fisiologis terhadap kecepatan kerja
melakukan suatu beban kerja tertentu sambil menghirup O2 selama olahraga. Perubahan Pco2 alveolus, Po2 alveolus, ventilasi
100%, peningkatan ventilasi yang terjadi lebih rendah 10“-20% (VE), pembentukan CO2 (Vco2), konsumsi O2 (Vo2), HCO3− arteri, dan
dibandingkan peningkatan pernapasan saat bernapas dengan pH darah arteri pada peningkatan kerja bertahap pada seorang laki-
udara biasa. Dengan demikian, tampaknya ada kombinasi laki dewasa yang menggunakan ergometer sepeda. Resp comp,
berbagai faktor yang berperan dalam terjadinya peningkatan kompensasi respiratorik. STPD, suhu baku (0°C) dan tekanan baku
(760 mm Hg), kering. Garis putus-putus menekankan penyimpangan
ventilasi saat latihan fisik sedang.
dari respons linier. Lihat teks untuk penjelasan lebih lanjut. (Disalin,
Apabila latihan fisik diperberat, tubuh akan berupaya dengan izin, dari Wasserman K. Breathing during exercise. NEJM 1978 Apr
melakukan pendaparan terhadap asam laktat yang semakin 6;298(14):780-785.)

banyak terbentuk. Upaya ini menghasilkan lebih banyak CO2,


sehingga ventilasi semakin meningkat. Respons terhadap
peningkatan latihan fisik bertahap diperlihatkan pada bergantung pada glomus caroticus (badan karotis) dan hal ini
Gambar 36–15. Dengan bertambahnya pembentukan asam tidak terjadi apabila glomus caroticus diangkat.
laktat, peningkatan ventilasi dan pembentukan CO2 tetap Frekuensi pernapasan setelah latihan fisik dihentikan
seimbang, sehingga CO2 alveolus dan darah arteri hampir tidak akan mencapai nilai basal sebelum hutang O2 lunas.
tidak berubah (pendaparan isokapnik). Oleh adanya Flal ini bisa membutuhkan waktu hingga 90 menit.
hiperventilasi, Po2 alveolus akan meningkat. Dengan Rangsangan terhadap ventilasi setelah latihan fisik bukan
bertambahnya akumulasi asam laktat, peningkatan ventilasi disebabkan oleh Pco2 darah arteri yang biasanya normal atau
melampaui pembentukan CO2, sehingga Pco2 alveolus dan rendah, atau Po2 darah arteri yang umumnya normal atau
Pco2 darah arteri berkurang. Penurunan Pco2 darah arteri tinggi, melainkan oleh meningkatnya konsentrasi H+ akibat
merupakan mekanisme kompensasi respiratorik (lihat Bab 39) asidemia laktat. Besar hutang O2 adalah jumlah konsumsi O2
terhadap asidosis metabolik yang ditimbulkan oleh kelebihan
di atas konsumsi basal, mulai saat dihentikannya latihan fisik
asam laktat. Penambahan peningkatan ventilasi akibat asidosis
sampai tingkat konsumsi O2 kembali ke nilai sebelum
latihan. Selama pelunasan hutang O2, konsentrasi O2 di
Isti- Latihan fisik Pemilihan dalam mioglobin otot sedikit meningkat. ATP dan kreatin-
rahat fosforil disintesis kembali, dan asam laktat disingkirkan.
Ventilasi (L/mnt)

Sekitar 80% asam laktat diubah menjadi glikogen dan 20%


sisanya dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O.

PERUBAHAN DALAM JARINGAN


Penyerapan O2 maksimal selama latihan fisik dibatasi oleh
Waktu kecepatan maksimal pengangkutan O2 menuju mitokondria
GAMBAR 36-14 Gambaran diagramatik perubahan ventilasi di otot yang bekerja. Namun, keterbatasan ini normalnya
selama latihan fisik. Untuk penjelasan, lihat teks. bukan disebabkan oleh kekurangan ambilan O2 di paru, dan
BAB 36 Pengaturan Pernapasan 669

hemoglobin dalam darah arteri tetap tersaturasi penuh pada pneumotaksik, meskipun fungsi regulatorik penuh neuron-
saat melakukan latihan fisik berat sekalipun. neuron ini pada pernapasan normal belum diketahui.
Selama latihan fisik, otot yang berkontraksi mengunakan ■ Pola pernapasan memiliki kepekaan terhadap zat-zat kimia
lebih banyak O2, sehingga Po2 jaringan dan Po2 darah vena dalam darah melalui pengaktifan kemoreseptor pernapasan. Di
dari otot yang aktif turun hampir mendekati nol. O2 yang dalam badan karotis dan aorta, serta di kumpulan sel di medula
terdapat kemoreseptor. Kemoreseptor-kemoreseptor ini
berdifusi dari darah ke jaringan bertambah, sehingga Po2
bereaksi terhadap perubahan Po2 dan Pco2, serta H+ untuk
darah pada otot berkurang, dan pelepasan O2 dari hemoglobin
mengatur pernapasan.
meningkat. Karena jalinan kapiler otot yang berkontraksi
berdilatasi dan banyak kapiler yang sebelumnya tertutup ■ Reseptor di kanal napas juga disarafi oleh serat-serat vagus
sekarang menjadi terbuka, jarak rerata antara darah dengan sel bermielin yang beradaptasi lambat dan cepat. Reseptor yang
beradaptasi lambat dapat diaktifkan oleh pengembangan paru.
jaringan jadi jauh berkurang; hal ini memudahkan pergerakan
Reseptor beradaptasi cepat, atau reseptor iritan, dapat
O2 dari darah menuju sel. Pada Po2 di bawah 60 mm Hg,
diaktifkan oleh bahan-bahan kimia seperti histamin dan
kurva disosiasi hemoglobin-oksigen akan terlihat curam
menyebabkan batuk atau bahkan hiperpnea.
sehingga untuk setiap penurunan 1 mm Hg pada Po2, jumlah
O2 yang dipasok relatif banyak (lihat Gambar 35-2). Pasokan ■ Reseptor di kanal napas juga dipersarafi oleh serat vagus tak-
O2 ditambah, karena adanya penumpukan CO2 dan bermielin (serat C) yang biasanya ditemukan di samping
pembuluh-pembuluh paru. Reseptor-reseptor ini terangsang
peningkatan suhu di jaringan aktif—serta mungkin karena
oleh hiperinflasi atau bahan eksogen termasuk kapsaisin) dan
terdapat peningkatan 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) di dalam
menyebabkan kemorefleks paru. Peran fisiologis respons ini
sel darah merah—kurva disosiasi bergeser ke kanan (lihat
belum sepenuhnya diketahui.
Gambar 35-3). Karena peningkatan ini disertai dengan
peningkatan aliran darah sebanyak 30 kali lipat atau lebih,
selama melakukan latihan fisik laju metabolisme dalam otot PERTANYAAN PILIHAN GANDA
dapat meningkat hingga 100 kali lipat. Pilihlah jawaban terbaik untuk pertanyaan di bawah ini,
kecuali jika ada petunjuk lain.
TOLERANSI OLAHRAGA & 1. Neuron pengontrol pernapasan yang utama
KELELAHAN A. mengirim letupan-letupan impuls reguler ke otot
Apa yang menentukan jumlah maksimal olahraga yang dapat ekspirasi sewaktu pernapasan tenang.
dilakukan oleh seseorang? Toleransi olahraga melibatkan B. tidak dipengaruhi oleh stimulasi reseptor nyeri.
dimensi waktu dan intensitas. Sebagai contoh, seorang pria C. terletak di pons.
muda yang bugar dapat menghasilkan daya listrik pada D. mengirim letupan-letupan impuls reguler ke otot
sebuah sepeda sekitar 700 watt setelah 1 menit, 300 watt inspirasi sewaktu pernapasan tenang.
setelah 5 menit, dan 200 watt setelah 40 menit. Selama ini E. tidak dipengaruhi oleh impuls dari cortex cerebri.
dikatakan bahwa faktor-faktor yang membatasi performa 2. Asam laktat intravena meningkatkan ventilasi. Reseptor
olahraga adalah kecepatan penyaluran O2 ke jaringan atau yang berperan menimbulkan efek ini terletak di
kecepatan masuknya O2 ke dalam tubuh melalui paru. A. medula oblongata.
Faktor-faktor ini memang berperan, tetapi tentu ada faktor B. badan karotis.
lain yang ikut memengaruhi dan olahraga akan terhenti jika C. parenkim paru.
rasa lelah (fatigue) berlanjut menjadi rasa payah D. baroreseptor aorta.
(exhaustion). Kelelahan sebagian disebabkan oleh rentetan E. trakea dan bronkus besar.
impuls saraf dari otot ke otak, dan penurunan pH darah 3. Respirasi spontan berhenti setelah
akibat asidosis laktat yang juga menyebabkan seseorang A. pemutusan batang otak di atas pons.
merasa lelah. Demikian juga peningkatan suhu tubuh, B. pemutusan batang otak di ujung kaudal medula.
dispnea, dan, mungkin, sensasi tidak nyaman akibat C. vagotomi bilateral.
pengaktifan reseptor J di paru. D. vagotomi bilateral yang dikombinasikan dengan
pemutusan batang otak di batas superior pons.
E. pemutusan medulla spinalis setinggi segmen toraks
RINGKASAN BAB pertama.
■ Pernapasan berada di bawah kendali volunter (terletak di 4. Berikut adalah urutan acak proses fisiologis yang terjadi in
korteks serebri) dan kendali automatis (dihasilkan oleh sel-sel vivo: (1) penurunan pH CSS; (2) peningkatan Pco2 arteri; (3)
pemacu di medula). Pada otot-otot ekspirasi dan inspirasi peningkatan Pco2 CSS; (4) rangsangan ke-moreseptor
terdapat persarafan timbal-balik, yaitu neuron motorik yang medula; (5) peningkatan Pco2 alveolus.
mempersarafi otot ekspirasi akan tidak aktif jika neuron Bagaimana urutan lazim proses-proses ini dalam
motorik yang mempersarafi otot inspirasi sedang aktif, memengaruhi pernapasan?
demikian sebaliknya. A. 1, 2, 3, 4, 5
■ Kompleks pra-Botzinger di kedua sisi medula mengandung B. 4, 1, 3, 2, 5
sel-sel pemacu yang terhubung secara sinaptis sehingga kita C. 3, 4, 5, 1,2
dapat bernapas secara teratur. Aktivitas spontan neuron- D. 5, 2, 3, 1, 4
neuron ini dapat dipengaruhi oleh neuron-neuron di pusat E. 5, 3, 2, 4, 1
670 BAGIAN VI Fisiologi Pernapasan

5. Berikut adalah urutan acak kejadian-kejadian berlangsung


di dalam badan karotis ketika terpajan dengan hipoksia:
REFERENSI
(1) depolarisasi sel glomus tipe I; (2) eksitasi ujung-ujung Barnes PJ: Chronic obstructive pulmonary disease. N Engl J Med
saraf aferen; (3) berkurangnya hantaran kanal K+ peka- 2000;343:269.
hipoksia di sel glomus tipe I; (4) masuknya Ca2+ ke dalam Crystal RG, West JB (editors): The Lung: Scientific Foundations, 2nd
sel glomus tipe I; (5) berkurangnya efluks K+. ed. Lippincott-Raven, 1997.
Bagaimana urutan lazim proses-proses ini saat terjadi Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, et al. (editors): Fishman’s
pemajanan dengan hipoksia? Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed. McGraw-Hill, 2008.
A. 1, 3, 4, 5, 2 Jones NL, Killian KJ: Exercise limitation in health and disease. N
B. 1, 4, 2, 5, 3 Engl J Med 2000;343:632.
C. 3, 4, 5, 1, 2 Laffey JG, Kavanagh BP: Hypocapnia. N Engl J Med 2002;347:43.
D. 3, 1, 4, 5, 2 Putnam RW, Dean JB, Ballantyne D (editors): Central
E. 3, 5, 1, 4, 2 chemosensitivity. Respir Physiol 2001;129:1.
Rekling JC, Feldman JL: Pre-Bötzinger complex and pacemaker
6. Penyuntikan suatu obat yang merangsang badan karotis dapat neurons: Hypothesized site and kernel for respiratory rhythm
diduga akan menyebabkan generation. Annu Rev Physiol 1998;60:385.
A. penurunan pH darah arteri. West, JB: Respiratory Physiology: The Essentials, 8th ed. Wolers
B. penurunan Pco2 darah arteri. Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
C. peningkatan konsentrasi HCO3− darah arteri.
D. peningkatan ekskresi Na+ melalui urine.
E. peningkatan CR plasma.
7. Variasi komponen darah atau CSS mana yang tidak
memengaruhi pernapasan?
A. Konsentrasi HCO3− arteri.
B. Konsentrasi H+ arteri.
C. Konsentrasi Na+ arteri.
D. Konsentrasi CO2 CSS.
E. Konsentrasi H+ CSS.
BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Ginjal, kandung kemih, dan ureter membentuk sistem akan disalurkan ke dalam pelvis renalis. Dari pelvis renalis,
perkemihan. Ginjal memiliki satuan fungsional yang disebut urine dialirkan ke dalam vesica urinaria (kandung kemih,
nefron. Dalam satu ginjal manusia terdapat sekitar 1 juta buli-buli) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses
nefron. Ginjal berperan penting dalam pengaturan berkemih, atau miksi.
homeostasis air, komposisi elektrolit (mis. Na, Cl, K, HC03), Ada banyak penyakit yang mengenai ginjal. Penyakit yang
pengaturan volume ekstrasel (sehingga juga mengatur umum dijumpai antara lain cedera ginjal akut, penyakit
tekanan darah), serta homeostasis asam-basa (Bab 39). ginjal kronik, penyakit ginjal diabetes, sindrom nefritik dan
Ginjal menyaring plasma darah dan menghasilkan urine nefrotik, penyakit ginjal polikistik, obstruksi kanal kemih,
infeksi kanal kemih, kankerginjal. Jika fungsiginjal menurun
sehingga ia dapat mengekskresikan produk sisa metabolime
sehingga kedua ginjal tidak lagi dapat berfungsi menjaga
dari tubuh seperti urea, amonia, dan bahan kimia asing
tubuh tetap dalam keadaan sehat, pasien kadang harus
seperti metabolit obat. Selain menyerap kalsium dan fosfat
menjalani diálisis (cuci darah) dan pada akhirnya
(tinggi pada anak) secara terukur, ginjal juga mereabsorpsi transplantasi ginjal.
glukosa dan asam amino dari filtrat plasma. Ginjal berperan Prevalensi penyakit ginjal di seluruh dunia semakin
dalam glukoneogenesis. Selama puasa, ia dapat menyintesis meningkat, demikian juga biaya pengobatannya; karena itu,
serta membebaskan glukosa ke dalam darah, menghasilkan penyakit ginjal merupakan ancaman besar bagi sumber daya
hampir 20% kapasitas glukosa hati. Ginjal juga merupakan kesehatan di seluruh dunia. Dua penyakit yang paling
organ endokrin dengan membentuk kinin (lihat Bab 32), banyak menyebabkan gangguan fungsi ginjal adalah
1,25-dihidroksikolekalsiferol (lihat Bab 21), eritropoietin diabetes dan hipertensi. Hampir satu miliar orang di seluruh
(lihat Bab 37), serta membentuk dan menyekresi renin (lihat dunia memiliki tekanan darah yang tinggi dan jumlah
Bab 38). tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 1,56 miliar
pada tahun 2025. Saat ini, terdapat lebih dari 240 juta orang
Di ginjal, suatu cairan mirip plasma secara khusus
dengan diabetes di seluruh dunia dan angka ini diperkirakan
disaring melalui kapiler glomerulus menuju tubulus
akan meningkat menjadi 380 juta pada tahun 2025. Dari
ginjal (filtrasi glomerulus). Pada saat mengalir sepanjang
para pengidap diabetes tersebut, sekitar 40% akan
tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan mengalami penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease,
susunannya berubah akibat proses reabsorpsi tubulus CKD), yang berarti risiko penyulit kardiovaskular pada orang-
(pengeluaran air dan zat terlarut dari cairan tubulus) orang ini juga meningkat. Jika digabungkan, biaya global
dan proses sekresi tubulus (sekresi zat terlarut ke yang diperlukan untuk diálisis dan transplantasi pada
dalam cairan tubulus) untuk membentuk urine yang dekade berikutnya diperkirakan akan melebihi 1 triliun US$.
Halaman ini sengaja dikosongkan
37
B A B

Fungsi Ginjal &


Berkemih

■ Menjelaskan morfologi nefron yang khas dan pasokan darahnya.


T U J U A N ■ Mengetahui apa yang dimaksud dengan autoregulasi dan menyebutkan
Setelah mempelajari bab ini, teori-teori utama yang menjelaskan autoregulasi di ginjal.
Anda seyogianya mampu:
■ Mengetahui apa yang dimaksud dengan laju filtrasi glomerulus,
menjelaskan cara pengukuran laju filtrasi tersebut, serta menyebutkan
faktor-faktor utama yang memengaruhinya.
■ Menjelaskan secara singkat penanganan Na+ dan air oleh tubulus ginjal.
■ Berdiskusi mengenai reabsorpsi tubulus dan sekresi glukosa dan K+.
■ Menjelaskan cara mekanisme countercurrent di ginjal bekerja untuk
menghasilkan urine hipertonikatau hipotonik.
■ Menyebutkan golongan-golongan utama obat diuretik; memahami cara kerja
masing-masing obat tersebut dalam meningkatkan aliran urine.
■ Menjelaskan refleks pengosongan kandung kemih dan menggambar suatu
sistometrogram.

ANATOMI FUNGSIONAL Di antara lamina basalis dan endotel terdapat sel berbentuk
seperti bintang yang disebut sel mesangial. Sel ini mirip dengan
NEFRON perisit, yaitu sel yang terdapat di dinding kapiler tubuh lainnya.
Sel mesangial umumnya terdapat di antara dua kapiler yang
Tubulus ginjal dan glomerulusnya adalah suatu kesatuan bersebelahan, dan di tempat inilah membran basalis membentuk
(nefron). Ukuran ginjal pada setiap spesies berbeda-beda, selubung yang akan membungkus kedua kapiler tersebut
demikian pula jumlah nefron yang terkandung di dalamnya. (Gambar 37-2). Sel mesangial bersifat kontraktil dan berperan
Satu ginjal manusia mengandung sekitar 1 juta nefron. dalam pengaturan filtrasi glomerulus. Sel-sel ini mengeluarkan
Struktur spesifik nefron diperlihatkan secara diagramatis matriks ekstraseluler, menyerap kompleks imun, serta terlibat
pada Gambar 37–1. dalam patogenesis penyakit glomerulus.
Glomerulus berdiameter sekitar 200 pm dan terbentuk Secara fungsional, membran glomerulus dapat melewatkan
melalui invaginasi seberkas kapiler ke dalam ujung nefron zat-zat bermuatan netral yang berdiameter sampai 4 nm secara
yang buntu dan melebar (kapsula Bowman). Kapiler-kapiler bebas dan hampir tidak dapat melewatkan zat yang berdiameter
ini mengalirkan darah dari arteriol aferen dan keluar lebih dari 8 nm. Meski demikian, jenis muatan molekul juga
melalui arteriol eferen (Gambar 37-2). Dari glomerulus memengaruhi kemudahannya untuk memasuki kapsula
inilah filtrat akan terbentuk. Diameter arteriol aferen lebih Bowman. Luas seluruh endotel kapiler glomerulus tempat
besar daripada arteriol eferen. Di dalam kapsula Bowman, berlangsungnya filtrasi pada manusia adalah sekitar 0,8 m2.
darah akan dipisahkan dari filtrat glomerulus oleh dua
Gambaran umum sel yang membentuk dinding tubulus
lapisan sel: endotel kapiler dan epitel khusus pada kapsul.
dapat dilihat pada Gambar 37-1. Meski demikian, seluruh
Endotel kapiler glomerulus memiliki pori-pori berdiameter
segmen tubulus terbentuk dari subtipe-subtipe sel yang
70-90 nm. Sel ini dibungkus oleh membran basal
berbeda, dan perbedaan anatomis tiap-tiap segmen ini
glomerulus dan sel khusus yang disebut podosit. Podosit
menyebabkan fungsinya juga berbeda.
memiliki banyak pseudopodia yang terjalin satu sama lain
(interdigitasi) (Gambar 37–2) untuk membentuk celah Panjang tubulus kontortus proksimal manusia adalah
filtrasi di sepanjang dinding kapiler. Lebar celah ini sekitar 15 mm dengan diameter 55 mm. Dinding tubulus
sekitar 25 nm, dan masing-masing ditutupi oleh membran kontortus proksimal terbentuk dari selapis sel yang saling
tipis. Sampai di lamina basalis, yaitu membran dasar berinterdigitasi, yang disatukan oleh taut kedap (tight junction)
glomerulus, tidak terlihat lagi adanya celah ataupun pori. di daerah apikal. Di antara dua sel yang bersebelahan terdapat
673
674 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

koligentes (duktus pengumpul) yang panjangnya sekitar 20 mm.


Duktus koligentes akan menembus korteks dan medula ginjal
serta mengalirkan cairan filtrat ke dalam pelvis renalis yang
Tubulus berada di apeks piramis medula. Epitel dinding duktus koligentes
kontortus distal
Tubulus Duktus koligentes
terdiri dari sel prinsipal (sel P) dan sel interkalasi (sel I). Sel P
kontortus proksimal merupakan jenis sel yang terbanyak, berukuran relatif lebih
tinggi dan mengandung sedikit organel. Sel ini berperan dalam
Glomerulus reabsorpsi Na+ dan reabsorpsi air yang dirangsang oleh hormon
vasopresin. Sel I, berjumlah lebih sedikit dan juga terdapat di
dinding tubulus distal. Sel ini memiliki lebih banyak mikrovili,
vesikel sitoplasma, dan mitokondria. Sel I berperan dalam sekresi
Korteks asam dan transpor HCO3−. Panjang seluruh nefron, termasuk
duktus koligentes, berkisar antara 45 sampai 65 mm.
Sel-sel ginjal yang terlihat memiliki fungsi sekretorik bukan
hanya sel granular di jukstaglomerulus, tetapi juga sel di jaringan
Medula
bagian luar jaringan interstisial medula. Sel-sel ini disebut sel interstisial
medula tipe ginjal (renal medullary interstitial cell, RMIC) dan
merupakan sel khusus yang mirip fibroblas. Sel-sel ini
Segmen tebal
mengandung tetesan-tetesan lipid dan merupakan tempat utama
ansa Henle ekspresi siklooksigenase 2 (COX-2) dan prostaglandin sintase
pars asendens (PGES). PGE2 merupakan prostanoid utama yang disintesis di
Medula
bagian dalam ginjal dan merupakan regulator parakrin penting dalam
homeostasis garam dan air. PGE2 disekresikan oleh RMIC,
makula densa, dan oleh sel-sel di duktus koligentes; sedangkan
Segmen tipis ansa prostasiklin (PGI2) dan prostaglandin lainnya disekresikan oleh
Henle pars desendens
arteriol dan glomerulus.
GAMBAR 37-1 Diagram sebuah nefron. Juga diperlihatkan
gambaran utama histologis sel-sel yang membentuk setiap bagian PEMBULUH DARAH
tubulus.
Diagram sirkulasi ginjal dapat dilihat di Gambar 37–3. Arteriol
perluasan ruang ekstraseluler yang disebut ruang antarsel aferen merupakan cabang arteri interlobularis yang pendek
lateral. Tepi sel yang menghadap ke lumen memiliki brush dan lurus. Setiap arteriol aferen akan bercabang menjadi
border bergaris-garis karena mengandung banyak mikrovili. gelung-gelung kapiler glomerulus. Kapiler-kapiler ini
Bagian tubulus proksimal yang bergelung (kontortus) kemudian bersatu membentuk arteriol eferen, yang akhirnya
kemudian menjadi lurus dan membentuk bagian nefron yang bercabang-cabang kembali membentuk kapiler yang memasok
berikutnya, yaitu ansa Henle (lengkung Henle). Pars darah ke tubulus (kapiler peritubulus) sebelum mengalirkan
desendens dan bagian proksimal pars asendens ansa Henle darahnya ke dalam vena interlobularis. Dengan demikian,
tersusun dari sel-sel yang tipis dan permeabel. Sebaliknya, secara teknis segmen-segmen arterial antara glomerulus dan
segmen tebal pars asendens (Gambar 37-1) terbentuk dari sel- tubulus merupakan sistem portal, dan kapiler glomerulus
sel tebal yang mengandung banyak mitokondria. Nefron yang merupakan satu-satunya kapiler dalam tubuh yang mengalir-
glomerulusnya berada di korteks bagian luar mempunyai ansa kan darah ke arteriol. Meski demikian, arteriol eferen
Henle yang pendek (nefron kortikal), sedangkan nefron yang mengandung otot polos yang relatif sedikit.
glomerulusnya terletak di daerah jukstamedularis korteks Kapiler yang mengalirkan darah ke tubulus nefron kortikal
(nefron jukstamedularis) memiliki ansa Henle yang panjang membentuk jaringan kapiler peritubulus, sedangkan arteriol
sampai mencapai piramis medula. Pada manusia, hanya 15% eferen yang berasal dari glomerulus jukstamedularis tidak saja
nefron yang memiliki ansa Henle yang panjang. mengalirkan darah ke jaringan kapiler peritubulus, melainkan
Ujung segmen tebal pars asendens ansa Henle mencapai juga ke dalam pembuluh darah yang membentuk hairpin loop
glomerulus nefron tempat tubulus berasal dan berdiam di (vasa rekta). Lekuk ini memanjang sampai mencapai piramid
antara arteriol aferen dan arteriol eferen. Sel-sel khusus di medula mengikuti ansa Henle (Gambar 37-3). Vasa rekta
ujung ansa Henle ini membentuk makula densa, yang desendens memiliki endotel tidak berpori yang mengandung
terletak dekat dengan arteriol eferen dan terutama arteriol transporter untuk urea, sedangkan vasa rekta asendens
aferen (Gambar 37-2). Makula, sel lacis di sekitarnya, dan sel memiliki endotel berpori, sesuai dengan fungsinya untuk
granular penghasil renin di arteriol aferen membentuk mempertahan-kan zat terlarut.
aparatus jukstaglomerulus (lihat Gambar 38-8). Arteriol eferen dari masing-masing glomerulus bercabang
Tubulus kontortus distal, yang berawal di makula densa, membentuk kapiler-kapiler yang mendarahi sejumlah nefron.
memiliki panjang sekitar 5 mm. Epitelnya lebih pendek Dengan demikian tubulus suatu nefron tidak selalu menerima
daripada epitel tubulus proksimal, dan meskipun memiliki darah hanya dari arteriol eferen nefron yang sama. Luas
sedikit mikrovili, tetapi tidak terlihat jelas adanya brush penampang total kapiler ginjal manusia hampir sama dengan
border. Beberapa tubulus distal bersatu membentuk duktus luas penampang total tubulus, yaitu sekitar 12 m2. Volume
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 675

A Tubulus proksimal B Podosit


Kapsula
Sel darah merah
Lamina basalis
glomerulus
Sel
mesangium Ruang Bowman Kapiler
Kapiler
Sel granular

Tonjolan Tonjolan
podosit Serat saraf podosit
Arteriol Lamina
Arteriol Kapiler Kapiler basalis
eferen
aferen

Tubulus distal Otot polos


Makula densa Sel mesangium Sitoplasma
sel endotel

C Lamina basalis Endotel D

Lamina basalis
Endotel Tonjolan kaki
podosit
Podosit Celah filtrasi

Ruang
Fenestrasi (pori)
Bowman

Lumen kapiler
Lamina basalis

GAMBAR 37-2 Rincian struktur glomerulus. A) Potongan melalui kutub pembuluh darah yang menunjukkan gelung kapiler. B) Hubungan
antara sel-sel mesangium dan podosit dengan kapiler glomerulus. C) Gambaran rinci pembentukan celah filtrasi oleh podosit di lamina basalis
serta hubungan antara lamina basalis dengan endotel kapiler. D) Pembesaran gambar segi empat di C yang memperlihatkan tonjolan podosit.
Bahan berbulu di permukaannya adalah pollanion glomerulus.

darah dalam kapiler ginjal setiap saat adalah sekitar 30—40


mL.
PERSARAFAN
PEMBULUH LIMFE PEMBULUH GINJAL
Saraf-saraf ginjal berjalan bersama pembuluh darah ginjal
Ginjal sangat kaya akan aliran getah bening, yang akan
mengalir ke ductus thoracicus dan memasuki peredaran mulai dari saat memasuki ginjal. Saraf ini mengandung
darah vena di toraks. beberapa serat aferen dan banyak serat eferen pascaganglion
simpatis. Tampaknya ada juga persarafan kolinergik melalui
KAPSULA nervus vagus, tetapi fungsinya belum jelas. Persarafan pra-
Ginjal memiliki kapsul yang tipis tetapi kuat. Jika ginjal ganglion simpatis terutama berasal dari segmen torakal
mengalami edema, kapsul ini akan membatasi pembeng- bawah dan lumbal atas medula spinalis. Badan sel neuron
kakan, dan menyebabkan tekanan jaringan (tekanan pascaganglionnya terdapat di rantai ganglion simpatis,
interstisial ginjal) meningkat. Hal ini akan menurunkan laju ganglion mesenterika superior, dan sepanjang arteri renalis.
filtrasi glomerulus (LFG) dan dianggap memperberat dan Serat-serat simpatis terutama mempersarafi arteriol aferen
memperpanjang keadaan anuria pada gagal ginjal akut. dan eferen, tubulus proksimal dan distal, serta aparatus
676 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Arteriol Korteks ginjal


eferen Glomerulus
superfisial
Arteriol
eferen Vena interlobularis
Jaringan kapiler
Arteri
peritubulus
interlobularis
Vena Arteri
Glomerulus arkuata arkuata
ukstamedularis

Ansa Henle

Vena rekta
asendens

Vena rekta
desendens

Vena
interlobaris

Arteri
interlobaris

Medula ginjal
(piramis)

GAMBAR 37-3 Sirkulasi ginjal. Arteri interlobaris bercabang glomerulus bercabang-cabang menjadi kapiler yang mendarahi
menjadi arteri-arteri arkuata, yang kemudian membentuk arteri tubulus ginjal. Darah vena masuk ke vena interlobularis, yang
interlobularis di korteks. Arteri interlobularis membentuk arteriol kemudian mengalir melalui vena arkuata ke vena interlobaris.
aferen ke masing-masing glomerulus. Arteriol eferen dari setiap (Dimodifikasi dari Boron WF, Boulpaep EL: Medical Physiology, Saunders, 2009.)

jukstaglomerulus (lihat Bab 38). Selain itu, segmen tebal ansa atau dengan menerapkan prinsip Fick pada ginjal (lihat Bab 30)
Henle pars asendens mendapat banyak persarafan norad- —yaitu dengan mengukur jumlah zat tertentu yang diserap oleh
renergik. ginjal per satuan waktu dan membaginya dengan selisih kadar
Serat aferen nosiseptif yang memperantarai terjadinya nyeri zat tersebut di dalam darah arteri dan vena ginjal. Karena yang
pada penyakit ginjal berjalan sejajar dengan serat eferen simpatis difiltrasi oleh ginjal adalah plasma, aliran plasma ginjal (renal
dan memasuki medula spinalis melalui radiks dorsalis segmen plasma flow, RPF) sama dengan jumlah zat yang diekskresi oleh
torakal dan lumbal bagian atas. Serat aferen ginjal lainnya ginjal per satuan waktu dibagi oleh selisih kadar zat tersebut di
mungkin memperantarai refleks renorenal, yaitu penurunan darah arteri dan vena ginjal, selama kadarnya dalam sel darah
aktivitas saraf eferen ke ginjal kontralateral akibat peningkatan merah tidak berubah sewaktu melewati ginjal. Pemeriksaan ini
tekanan ureter pada salah satu ginjal. Penurunan ini dapat menggunakan zat apapun yang diekskresikan oleh ginjal
menyebabkan ekskresi Na+ dan air oleh ginjal dapat meningkat. selama kadarnya dalam plasma arteri dan vena ginjal dapat
diukur, serta tidak dimetabolisme, disimpan, atau dibentuk oleh
PEREDARAN DARAH GINJAL ginjal, dan tidak memengaruhi aliran darah ginjal itu sendiri.
Arus plasma ginjal dapat diukur dengan menginfuskan
ALIRAN DARAH asam para-aminohipurat (PAH) dan mengukur kadarnya
Pada orang dewasa dalam keadaan istirahat, ginjal akan dalam urine dan plasma. PAH difiltrasi oleh glomerulus dan
menerima 1,2-1,3 L darah per menit, atau hampir mencapai disekresi oleh sel tubulus sehingga rasio ekstraksinya
25% curah jantung. Arus darah ginjal dapat diukur dengan (kadarnya dalam arteri dikurangi kadarnya dalam vena ginjal
flow meter elektromagnet dan alat pengukur aliran lainnya, dibagi dengan kadarnya dalam arteri) tinggi. Contohnya, bila
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 677

PAH diinfuskan dengan dosis rendah, 90% PAH di darah terdapat pada manusia, dengan tekanan di kapiler glomerulus
arteri akan diekskresikan dalam satu kali sirkulasi melalui adalah sekitar 40% tekanan arteri sistemik.
ginjal. Dengan demikian, “RPF “ dapat dihitung hanya dengan
membagi kadar PAH dalam urine dengan kadarnya dalam PENGATURAN ALIRAN
plasma arteri, dan mengabaikan kadarnya dalam darah vena
ginjal. Pemeriksaan dapat dilakukan mengguna-kan plasma
DARAH GINJAL
vena perifer karena kadar PAHnya identik dengan yang Norepinefrin menyebabkan konstriksi pembuluh darah
terkandung di dalam plasma arteri ginjal. Hasil pengukuran ginjal, dan penyuntikan norepinefrin menimbulkan efek
ini perlu disebut dengan arus/aliran plasma ginjal efektif terutama pada arteri interlobularis dan arteriol aferen.
(ERPF = ejfective renal plasma flow) untuk menunjukkan Dopamin dibentuk oleh ginjal dan menyebabkan
bahwa kadar dalam plasma vena ginjal tidak diukur. Pada vasodilatasi dan natriuresis. Angiotensin II menimbulkan
manusia nilai ERPF adalah sekitar 625 mL/ menit. efek konstriksi yang lebih besar pada arteriol eferen
daripada pada arteriol aferen. Golongan prostaglandin
Effevtive renal UPAH V̇ meningkatkan arus darah ke korteks ginjal dan menurunkan
= = Bersihan PAH (CPAH)
plasma flow (ERPF) PPAH arus darah ke medula ginjal. Asetilkolin juga menimbulkan
vasodilatasi pembuluh darah ginjal. Diet yang tinggi protein
Contoh:
akan meningkatkan tekanan darah di kapiler glomerulus
Kadar PAH urine (UPAH): 14 mg/mL
dan meningkatkan aliran darah ginjal.
Aliran urine (V): 0,9 mL/mnt
Kadar PAH plasma (PPAH); 0,02 mg/mL FUNGSI PERSARAFAN GINJAL
14 ×0.9
ERPF = ------------------ Perangsangan saraf-saraf ginjal akan meningkatkan sekresi
0.02 renin melalui efek langsung pembebasan norepinefrin pada
= 630mL/min reseptor adrenergik-β1 di sel-sel jukstaglomerulus (lihat Bab
38) dan hal ini akan meningkatkan reabsorpsi Na+, yang
Perlu diperhatikan bahwa ERPF yang dihitung dengan cara
mungkin akibat pengaruh langsung norepinefrin terhadap
ini merupakan nilai bersihan (clearance) PAH. Pengertian
sel tubulus ginjal. Tubulus proksimal dan distal, serta segmen
mengenai bersihan akan dibahas secara rinci kemudian.
tebal ansa Henle pars asendens, kaya akan persarafan. Bila
ERPF dapat diubah menjadi arus plasma ginjal (RPF) saraf ginjal pada hewan percobaan dirangsang dengan
sebenarnya rangsang yang semakin besar hingga melebihi ambang,
Rasio ekstraksi rerata PAH: 0,9 respons awal yang didapat adalah peningkatan kepekaan
aparatus jukstaglomerulus (Tabel 37–1), diikuti oleh
ERP 630 peningkatan sekresi renin, kemudian peningkatan reabsorpsi
= = RPF sebenarnya = 700 mL/menit
Rasio ekstraksi 0,9 Na+, dan akhirnya, pada ambang tertinggi, terjadi
Dari aliran plasma ginjal, aliran darah ginjal dapat dihitung vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dengan penurunan
dengan membagi RPF dengan 1 dikurangi nilai hematokrit:
Hematokrit (Ht): 45%
1 TABEL 37-1 Respons ginjal pada perangsangan
Aliran darah ginjal = RPF × berjenjang terhadap saraf ginjal.
1 – Ht
1 Frekuensi
= 700 × perangsangan
0.55
saraf ginjal (Hz) RSR UNaV LFG RBF
= 1273 mL/mnt
0,25 Tidak ada perubahan nilai awal; 0 0 0
TEKANAN DI PEMBULUH meningkatkan RSR yang diperantarai
oleh rangsang bukan saraf.
GINJAL 0,50 Peningkatan tanpa 0 0 0
Pengukuran secara langsung tekanan di dalam kapiler perubahan UNaV, LFG,
glomerulus tikus, menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah atau RBF
dari yang diperkirakan melalui pengukuran secara tidak 1,0 Peningkatan dengan ↓ 0 0
langsung. Bila tekanan arteri sistemik rata-rata 100 mm Hg, penurunan UNaV tanpa
maka tekanan di kapiler glomerulus adalah sekitar 45 mm perubahan LFG atau RBF
Hg. Penurunan tekanan darah di sepanjang kapiler 2,50 Peningkatan dengan penurun- ↓ ↓ ↓
glomerulus hanya sebesar 1—3 mm Hg, tetapi terjadi an UNaV, LFG, dan RBF
penurunan lebih lanjut di arteriol eferen sehingga tekanan
darah di kapiler peritubulus hanya sekitar 8 mm Hg. RSR, renin secretion rate (laju sekresi renin); UNaV, ekskresi natrium di urine; RBF,
renal blood flow.
Tekanan di vena renalis adalah sekitar 4 mm Hg. Perbedaan Disalin dari DiBona GF: Neural control of renal function: Cardiovascular implications.
tekanan ini juga dijumpai pada monyet dan mungkin pula Hypertension 1989;13:539. Dengan izin dari American Heart Association.
678 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

laju filtrasi glomerulus dan arus darah ginjal. Masih belum


dapat dipastikan apakah perubahan reabsorpsi Na+
ALIRAN DARAH REGIONAL &
diperantarai oleh reseptor adrenergik α atau β, atau keduanya. KONSUMSI OKSIGEN GINJAL
Peran fisiologis saraf ginjal dalam hemeostasis Na+ juga belum Fungsi utama korteks ginjal adalah menyaring sejumlah besar
dapat dipastikan, di antaranya karena sebagian besar fungsi darah melalui glomerulus sehingga tidaklah mengejutkan jika
ginjal tampak normal pada orang yang mendapat transplantasi aliran darah korteks ginjal relatif besar dan oksigen yang
ginjal, padahal untuk memperoleh kembali fungsi persarafan diekstraksi dari darah hanya sedikit. Aliran darah korteks
diperlukan beberapa waktu. ginjal adalah sekitar 5 mL/g jaringan ginjal/mnt (bandingkan
Rangsangan kuat pada saraf simpatis noradrenergik ke dengan 0,5 mL/g/mnt di otak), dan perbedaan oksigen arteri
ginjal akan menimbulkan penurunan drastis aliran darah dan vena keseluruhan ginjal hanyalah 14 mL/L darah,
ginjal. Efek ini diperantarai oleh reseptor adrenergik-α1, dan bandingkan dengan 62 mL/L untuk otak dan 114 mL/L untuk
sebagian kecil oleh reseptor adrenergik-α2 pascasinaps. Pada jantung (lihat Tabel 33-1). Po2 korteks ginjal adalah sekitar 50
hewan dan manusia terdapat lepas muatan tonik saraf-saraf mm Hg. Di pihak lain, untuk memelihara gradien osmotik di
ginjal dalam keadaan istirahat. Bila tekanan darah sistemik medula (lihat bawah) diperlukan aliran darah yang relatif
turun, pelepasan impuls di saraf baroreseptor akan menurun rendah. Karena itu, tidak heran jika aliran darah di medula
dan menyebabkan respons vasokonstriktor, termasuk di bagian luar adalah sekitar 2,5 mL/g/mnt dan di medula bagian
pembuluh darah ginjal. Aliran darah ginjal juga berkurang dalam sekitar 0,6 mL/g/mnt. Meski demikian, pada pars
selama olahraga, dan perubahan posisi dari berbaring ke asendens lengkung Henle bagian tebal terjadi proses
berdiri juga sedikit menurunkan arus darah ginjal. metabolik, terutama untuk mereabsorpsi Na+, sehingga
jumlah O2 yang diekstraksi dari darah di medula relatif besar.
AUTOREGULASI ALIRAN Po2 medula adalah sekitar 15 mm Hg. Hal ini menyebabkan
DARAH GINJAL medula rentan terhadap hipoksia apabila aliran darah semakin
menurun. NO, prostaglandin, dan banyak peptida
Saat ginjal diperfusi dengan tekanan sedang (90-220 mm Hg kardiovaskular di regio ini berfungsi secara parakrin untuk
pada anjing), tahanan pembuluh darah ginjal dapat berubah mempertahankan keseimbangan antara aliran darah yang
mengikuti tekanan sehingga aliran darah ginjal relatif tetap rendah dan kebutuhan metabolik.
(Gambar 37–4). Autoregulasi seperti ini juga terjadi obat-
obatan yang melumpuhkan otot polos pembuluh darah. FILTRASI GLOMERULUS
Mekanisme ini mungkin timbul di antaranya melalui respons
kontraksi langsung terhadap peregangan otot polos arteriol MENGUKUR LFG
aferen. Hal ini juga mungkin melibatkan NO. Pada tekanan
perfusi rendah, angiotensin II tampaknya juga berperan Laju filtrasi glomerulus (LFG; atau glomerular filtration
dengan menimbulkan konstriksi pada arteriol eferen, yang rate, GFR) adalah jumlah ultrafiltrat plasma yang terbentuk
akan mempertahankan laju filtrasi glomerulus. Keadaan ini setiap menit dan dapat diukur pada manusia dan hewan
dipercaya merupakan penyebab timbulnya kegagalan ginjal percobaan hidup dengan cara mengukur kadar plasma suatu
zat dan jumlah ekskresi zat tersebut. Bahan yang digunakan
yang kadang-kadang terjadi pada pasien dengan perfusi
untuk mengukur LFG harus difiltrasi secara bebas oleh
ginjal yang rendah, yang sedang diobati dengan obat-obatan
glomerulus serta tidak disekresi atau pun direabsorpsi oleh
yang menghambat angiotensin-converting enzyme.
tubulus.
Selain harus memenuhi syarat dapat difiltrasi secara
bebas dan tidak direabsorpsi maupun disekresi oleh tubulus,
zat yang dapat digunakan untuk mengukur LFG harus
bersifat non-toksik dan tidak dimetabolisme oleh tubuh.
800 Pada manusia dan sebagian besar hewan, syarat ini dipenuhi
Aliran darah ginjal
oleh inulin, suatu polimer fruktosa dengan berat molekul
5200, dan dapat digunakan untuk mengukur LFG.
600
Bersihan/klirens plasma ginjal (renal plasma clearance)
adalah volume plasma yang disaring untuk mengeluarkan
mL/mnt

suatu zat secara tuntas oleh ginjal dalam waktu tertentu


400
(biasanya menit). Jumlah zat yang muncul di urine per satuan
waktu tersebut adalah hasil dari penyaringan ginjal terhadap
200 sejumlah tertentu plasma (mililiter) yang mengandung jumlah
Filtrasi glomerulus tersebut. LFG dan klirens diukur dalam mL/mnt.
Karena itu, jika zat tersebut disebut zat X, LFG sama
0 dengan kadar zat X dalam urine (UX) dikalikan aliran urine
70 140 210
per satuan waktu (V) dibagi dengan kadar zat X dalam
Tekanan arteri (mm Hg)
plasma darah arteri (PX), atau UXV/PX. Nilai ini disebut
GAMBAR 37-4 Autoregulasi di ginjal. bersihan (clearance) zat X (CX).
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 679

Dalam praktik, mula-mula inulin diberikan dengan


dosis awal yang besar (loading dose) secara intravena, diikuti
PENGATURAN LFG
oleh pemberian infus terus-menerus agar kadar plasma arteri Faktor-faktor yang mengatur proses filtrasi melalui kapiler
tetap konstan. Setelah inulin seimbang dengan cairan tubuh, glomerulus sama dengan faktor-faktor yang mengatur proses
urine ditampung dalam waktu tertentu secara akurat dan di filtrasi di kapiler lain di seluruh tubuh (lihat Bab 31), yaitu
tengah-tengah proses penampungan urine, diambil juga luas permukaan kapiler, permeabilitas kapiler, serta
sampel plasma. Kadar inulin dalam plasma dan urine perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik yang terdapat di
ditentukan dan nilai bersihan dapat dihitung. dinding kapiler. Untuk setiap nefron:
UIN = 35 mg/mL GFR = Kf [(PGC – PT) – (πGC – πT)]

V = 0.9 mL/mnt dengan Kf, koefisien ultrafiltrasi glomerulus, yaitu hasil kali
PIN = 0.25 mg/mL konduktivitas hidrolik dinding kapiler glomerulus (yaitu
permeabilitasnya) dan luas permukaan filtrasi yang efektif.

U V 35 × 0.9
CIN = IN = PGC adalah tekanan hidrostatik rata-rata di kapiler
PIN 0.25
glomerulus, PT adalah tekanan hidrostatik rata-rata di dalam
CIN = 126 mL/mnt tubulus (ruang Bowman), πGC adalah tekanan onkotik
Bersihan kreatinin (CCr) juga dapat digunakan untuk plasma di kapiler glomerulus, dan πT j adalah tekanan
menentukan LFG, tetapi ada sejumlah kreatinin yang onkotik filtrat di dalam tubulus (ruang Bowman).
disekresikan oleh tubulus sehingga klirens kreatinin akan
sedikit lebih tinggi daripada inulin. Meskipun demikian, PERMEABILITAS
klirens kreatinin endogen dapat digunakan sebagai perkiraan Permeabilitas kapiler glomerulus adalah sekitar 50 kali
LFG karena nilainya hampir sama dengan nilai LFG yang permeabilitas kapiler otot rangka. Zat yang tidak bermuatan
diukur menggunakan inulin (lihat Tabel 37–2). Namun, (netral) dengan diameter molekul efektif yang kurang dari 4
yang lebih sering digunakan sebagai indeks fungsi ginjal nm akan difiltrasi secara bebas, sedangkan filtrasi zat netral
adalah nilai PCr (normal = 1 mg/dL). yang berdiameter lebih dari 8 nm adalah hampir nol. Untuk
LFG NORMAL molekul yang berukuran antara 4 dan 8 nm, proses filtrasinya
berbanding terbalik dengan diameter zat yang difiltrasi.
LFG pada manusia normal yang berukuran tubuh sedang Namun, sialoprotein yang terdapat di dinding kapiler
adalah sekitar 125 mL/menit. Besar LFG berhubungan erat glomerulus bermuatan negatif, dan penelitian menggunakan
dengan luas permukaan tubuh, tetapi nilai LFG pada wanita dekstran bermuatan positif dan negatif menunjukkan bahwa
tetap 10% lebih rendah daripada laki-laki, meskipun telah muatan negatif dinding kapiler akan menolak zat dalam
dikoreksi dengan besar luas permukaan tubuh. LFG sebesar
darah yang juga bermuatan negatif, sehingga filtrasi anion zat
125 mL/menit ini sama dengan 7,5 L/jam atau 180 L/hari,
yang berdiameter 4 nm menjadi kurang dari separuh filtrasi
padahal volume urine normal hanya sekitar 1 L/hari. Ini
zat netral berukuran sama. Hal ini mungkin dapat menjelas-
berarti bahwa lebih dari 99% filtrat glomerulus normalnya
akan diserap kembali. Pada laju 125 mL/menit, dalam satu kan mengapa albumin yang memiliki diameter molekul
hari ginjal menyaring cairan sebanyak 4 kali jumlah total air efektif sekitar 7 nm, kadarnya di glomerulus hanya sekitar
tubuh, atau 15 kali volume cairan ekstrasel (CES), atau 60 0,2% dari kadar di dalam plasma dan lebih rendah daripada
kali volume plasma. perkiraan berdasarkan diameternya; yaitu karena albumin
dalam sirkulasi bermuatan negatif. Sebaliknya, filtrasi kation
lebih besar daripada filtrasi zat bermuatan netral.
TABLE 37–2 Nilai bersihan normal berbagai zat Jumlah protein dalam urine normalnya kurang dari 100
terlarut. mg/hari, dan kebanyakan protein ini bukan hasil filtrasi
melainkan berasal dari sel-sel tubulus yang terlepas.
Zat Bersihan (mL/mnt)
Ditemukannya albumin dalam jumlah banyak di dalam urine
Glukosa 0 disebut albuminuria. Pada penyakit nefritis, muatan negatif
Natrium 0,9 dinding glomerulus menghilang, sehingga albuminuria dapat
terjadi meski “pori-pori” membran filtrasi tidak melebar.
Klorida 1,3

Kalium 12 LUAS PERMUKAAN FILTRASI


Fosfat 25 Kf dapat diubah oleh sel mesangium. Kontraksi sel
mesangium akan menurunkan Kf karena berkurangnya
Urea 75
daerah yang tersedia untuk filtrasi. Kontraksi di titik-titik
Inulin 125 percabangan pembuluh kapiler mungkin mengalihkan darah
Kreatinin 140 menjauh dari beberapa kapiler, sedangkan di tempat lain
kontraksi sel mesangium akan mengubah dan mengganggu
PAH 560
besar lumen kapiler. Zat-zat yang memengaruhi sel
680 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

TABEL 37-3 Zat yang mengakibatkan kontraksi atau (mm Hg)


relaksasi sel mesangium. Ujung aferen Ujung aferen
PGC 45 45
Kontraksi Relaksasi PT 10 10
πGC 20 35
Endotelin ANP PUF 15 0
Angiotensin II Dopamin
PUF = PGC − PT − πGC
Vasopresin PGE2

Norepinefrin cAMP

Tekanan (mm Hg)


60
Platelet-activating factor
40 ∆P
Platelet-derived growth factor
Tromboksan A2 20 ∆π

PGF2
0
Leukotrien C4 dan D4 0 1
Jarak tanpa-dimensi di sepanjang
Histamin kapiler glomerulus ideal

GAMBAR 37-5 Tekanan hidrostatik (PGC) dan tekanan


osmotik (πGC) di dalam kapiler glomerulus tikus. PT, tekanan
pada kapsula Bowman; PUF, tekanan filtrasi netto. Normalnya, πT
mesangium tercantum pada Tabel 37–3. Angiotensin II dapat diabaikan, sehingga ∆π = πGC. ∆P = PGC - PT. (Disalin, dengan
merupakan pengatur kontraksi sel mesangium yang penting, izin, dari Mercer PF, Maddox DA, Brenner BM: Current concepts of sodium
chloride and water transport by the mammalian nephron. West J Med
dan pada glomerulus terdapat reseptor angiotensin II ini. 1974;120:33.)
Selain itu, terdapat bukti bahwa sel mesangium membentuk
renin.
akan memperpanjang jarak kapiler tempat terjadinya proses
TEKANAN HIDROSTATIK & filtrasi.
Ada variasi spesies yang cukup besar dalam hal dapat
OSMOTIK dicapai atau tidaknya keseimbangan filtrasi, dan dalam
Tekanan di kapiler glomerulus lebih tinggi daripada tekanan pengukuran Kf memang terdapat beberapa ketidakpastian.
di kapiler lainnya karena arteriol aferen merupakan cabang Salah satunya masih belum dapat dipastikan apakah titik
pendek dan lurus dari arteri interlobularis. Selain itu, keseimbangan filtrasi tercapai pada manusia.
pembuluh darah setelah glomerulus, yaitu arteriol eferen,
memiliki tahanan yang relatif tinggi. Tekanan hidrostatik PERUBAHAN PADA LFG
kapiler dilawan oleh tekanan hidrostatik kapsula Bowman. Variasi faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dan
Tekanan hidrostatik ini juga dilawan oleh gradien tekanan tercantum di Tabel 37–4 akan menimbulkan efek yang
osmotik di dalam dan di luar kapiler glomerulus (πGC-πT)- dapat diduga terhadap LFG. Perubahan tahanan pembuluh
Normalnya, πT dapat diabaikan, sehingga gradien tekanan
osmotik ini pada dasarnya sama dengan tekanan onkotik
protein plasma. TABEL 37-4 Faktor-faktor yang memengaruhi LFG.
Tekanan sebenarnya pada satu galur tikus diperlihat-
Perubahan aliran darah ginjal
kan pada Gambar 37–5. Tekanan filtrasi total (Puf) di ujung
aferen kapiler glomerulus adalah 15 mm Hg, dan akan turun Perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus
sampai nol di bagian proksimal ujung eferen kapiler Perubahan tekanan darah sistemik
glomerulus, yaitu pada saat tercapainya keseimbangan
Konstriksi arteriol aferen atau eferen
filtrasi. Hal ini disebabkan karena cairan keluar dari plasma
dan tekanan onkotik meningkat begitu darah melewati Perubahan tekanan hidrostatik di kapsula Bowman
kapiler glomerulus. Perkiraan perubahan tekanan osmotik Obstruksi ureter
∆π di kapiler glomerulus pada keadaan ideal juga dapat
Edema ginjal di dalam kapsul ginjal yang ketat
dilihat pada Gambar 37-5. Terlihat bahwa bagian glomerulus
tersebut normalnya tidak ikut serta dalam proses Perubahan konsentrasi protein plasma: dehidrasi,
hipoproteinemia, dsb (faktor minor)
pembentukan ultrafiltrat glomerulus; yaitu pertukaran zat
melalui dinding kapiler dibatasi oleh aliran dan bukan Perubahan Kf
dibatasi oleh difusi. Selain itu juga tampak bahwa Perubahan permeabilitas kapiler glomerulus
melambatnya peningkatan kurva ∆π akibat peningkatan arus
Perubahan luas permukaan filtrasi efektif
plasma ginjal akan meningkatkan filtrasi karena hal ini
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 681

darah ginjal akibat autoregulasi cenderung menstabilkan ditentukan dengan menggunakan teknik mikrokimiawi. Dapat
tekanan filtrasi, meskipun demikian LFG akan menurun juga dua pipet dapat dimasukkan ke dalam tubulus dan
tajam jika tekanan arteri sistemik rata-rata turun di bawah kemudian dilakukan perfusi tubulus secara in vivo. Cara lain
rentang autoregulasi (Gambar 37-4). LFG cenderung adalah dengan menggunakan segmen-segmen tubulus yang
menetap bila konstriksi arteriol eferen lebih hebat daripada diperfusi untuk dipelajari secara in vitro. Sel-sel tubulus juga
konstriksi arteriol aferen, meski konstriksi mana pun di ditumbuhkan dan dipelajari dalam media kultur.
antara keduanya akan mengurangi aliran darah ke tubulus.
MEKANISME REABSORPSI &
FRAKSI FILTRASI SEKRESI TUBULUS
Perbandingan LFG terhadap aliran plasma ginjal (RPF) Protein-protein yang berukuran kecil dan sejumlah hormon
disebut fraksi filtrasi, yang dalam keadaan normal adalah peptida akan direabsorpsi melalui proses endositosis di tubulus
0,16—0,20. Variasi LFG tidak sebesar RPF. Bila tekanan proksimal. Zat-zat lainnya disekresi atau direabsorpsi di tubulus
darah sistemik turun, penurunan LFG tidak sebesar RPF melalui proses difusi pasif antarsel dan menembus dinding sel
karena terjadi vasokonstriksi arteriol eferen dan akibatnya melalui difusi terfasilitasi sesuai dengan gradien kimiawi atau
fraksi filtrasi akan meningkat. listrik, atau transport aktif jika melawan gradien tersebut.
Perpindahan ini berlangsung melalui kanal ion, exchangers
FUNGSI TUBULUS (penukar ion), kotransporter, dan pompa ion. Banyak di antara
struktur ini yang telah berhasil diklona, dan pengaturan struktur-
KETENTUAN UMUM struktur tersebut kini tengah diteliti.
Perlu diperhatikan bahwa pompa dan sistem transportasi
Jumlah suatu zat (X) yang difiltrasi dihasilkan dari LFG dan
lainnya di membran luminal berbeda dengan yang terdapat di
kadar zat tersebut dalam plasma (CInPX). Oleh sel tubulus,
membran basolateral. Seperti telah dibahas pada epitel kanal
zat tersebut dalam filtrat kemudian dapat ditambahkan cerna, distribusi terpolarisasi inilah yang memungkinkan zat-
(sekresi tubulus), diserap kembali sebagian atau keseluruhan zat terlarut berpindah menembus epitel.
(reabsorpsi tubulus), atau bahkan keduanya. Banyaknya zat Seperti sistem transportasi di tempat lain, sistem
yang diekskresikan per satuan waktu (UXV) sama dengan transportasi aktif di ginjal juga mempunyai batas maksimal
jumlah yang difiltrasi ditambah jumlah netto yang dalam memindahkan zat terlarut tertentu, atau maksimum
dipindahkan oleh tubulus. Jumlah yang dipindahkan di transport (Tm). Ini berarti, sampai batas tertentu, jumlah zat
tubulus ini disimbolkan dengan TX (Gambar 37–6). terlarut yang ditranspor akan sebanding hingga mencapai kadar
Bersihan zat akan sama dengan LFG bila tidak terjadi sekresi Tm untuk zat terlarut tersebut. Namun, pada kadar yang lebih
ataupun reabsorpsi di tubulus; lebih besar daripada LFG bila tinggi, mekanisme transpor akan menjadi jenuh (tersaturasi)
terjadi proses sekresi, dan lebih kecil daripada LFG bila sehingga jumlah zat yang ditranspor tidak banyak meningkat.
terjadi proses reabsorpsi. Namun demikian, beberapa sistem memiliki Tm yang sangat
Pengetahuan mengenai proses filtrasi glomerulus dan tinggi sehingga sistem tersebut sulit menjadi jenuh.
fungsi tubulus banyak diperoleh melalui teknik mikropungsi, Juga perlu dicatat bahwa, sama seperti usus halus dan
yaitu dengan menyisipkan mikropipet ke dalam tubulus ginjal kandung empedu, epitel tubulus juga merupakan epitel yang
hidup. Kemudian komposisi cairan tubulus yang disedot “bocor” (leaky epithelium) mengingat taut erat antarselnya
.
memungkinkan sebagian air dan elektrolit untuk lewat. Besarnya
GFR x PX + TX = UXV peran kebocoran jalur paraseluler ini terhadap fluks netto keluar-
Difiltrasi masuknya cairan dan zat terlarut dari dan ke tubulus masih
= GFR x PX diperdebatkan karena sulit diukur, tetapi bukti-bukti yang ada
sekarang mengisyaratkan bahwa hal ini faktor yang signifikan di
Disekresi tubulus proksimal. Salah satunya ditunjukkan oleh paraselin-1,
Di-
suatu protein yang terletak di taut erat yang berperan dalam
reabsorpsi
reabsorpsi Mg2+. Mutasi gen paraselin-1 yang menyebabkan
hilangnya fungsi protein ini akan menyebabkan keluarnya Mg2+
dan Ca2+ secara besar-besaran melalui urine.
Diekskresi
= UXV
.
REABSORPSI Na+
Reabsorpsi Na+ dan Cl− memegang peran utama dalam
homeostasis elektrolit dan cairan tubuh. Selain itu, transpor
TX = 0 TX = Negatif TX = Positif
Na+ berlangsung bersama (coupled) dengan transpor H+,
. . . glukosa, asam amino, asam organik, fosfat, serta elektrolit
GFR x PX = UXV GFR x PX > UXV GFR x PX < UXV
dan zat lain yang melewati dinding tubulus. Kotransporter
Contoh: Inulin Contoh: Glukosa Contoh: PAH
dan exchanger utama di berbagai bagian nefron tercantum
GAMBAR 37-6 Fungsi tubulus. Untuk keterangan simbol, lihat dalam Tabel 37–5. Di tubulus proksimal, segmen tebal ansa
teks. Henle pars asendens, tubulus distal, dan duktus koligentes,
682 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

TABEL 37-5 Protein-protein pengangkut yang


berperan dalam perpindahan Na+ dan Cl− menembus Ruang
antarsel
membran apikal sel tubulus ginjal. a lateral
Taut
Tempat Transporter Apikal Fungsi kedap
K+
Tubulus KT Na/glukosa WĞŶLJĞƌĂƉĂŶEĂн͕ƉĞŶLJĞƌĂƉĂŶ Na+
proksimal ŐůƵŬŽƐĂ
KT Na+/Pi WĞŶLJĞƌĂƉĂŶEĂн͕ƉĞŶLJĞƌĂƉĂŶWŝ
KT Na+/asam amino Penyerapan Na+, penyerapan Lumen
asam amino tubulus
KT Na/laktat Penyerapan Na+, penyerapan Na+ Na+
laktat Na+
Exchanger Na+/H+ Penyerapan Na+, ekstrusi H+ K+
Exchanger Ch/basa Penyerapan Cl−
Na+
^ĞŐŵĞŶ KT Na-K-2CI Penyerapan Na+, penyerapan Cl−, Cairan
ƚĞďĂůƉĂƌƐ interstisial
penyerapan K+ K+
ĂƐĞŶĚĞŶƐ Exchanger Na/H Penyerapan Na+, ekstrusi H+
<ĂŶĂů<н Ekstrusi K+ (daur-ulang)
Na+, dll
dƵďƵůƵƐ <dEĂ/ Penyerapan Na+,
ŬŽŶƚŽƌƚƵƐ penyerapan Cl−
ĚŝƐƚĂů
GAMBAR 37-7 Mekanisme reabsorpsi Na+ di tubulus proksimal.
ƵŬƚƵƐ <ĂŶĂůEĂн;EĂͿ Penyerapan Na+ Na+ bergerak keluar lumen tubulus melalui mekanisme kotranspor dan
ŬŽůŝŐĞŶƚĞƐ pertukaran menembus membran apikal tubulus (garis terputus-putus).
Na+ kemudian dipindahkan secara aktif ke dalam cairan interstisial
aPenyerapan menunjukkan perpindahan dari lumen tubulus ke dalam interior
oleh Na, K ATPase di membran basolateral (garis tebal). K+ memasuki
sel, ekstrusi adalah pergerakan dari interior sel ke lumen tubulus. KT,
kotransporter; Pi, fosfat inorganik.
cairan interstisial melalui kanal K+. Sejumlah kecil Na+, zat terlarut lain,
Data dari Schnermann JB, Sayegh El: Kidney Physiology. Lippincott-Raven, 1998.
dan H2O masuk kembali ke dalam lumen tubulus melalui transpor pasif
menembus taut kedap (garis titik-titik).

proses perpindahan Na+ berlangsung melalui kotranspor REABSORPSI GLUKOSA


atau pertukaran ion dari lumen tubulus ke dalam sel epitel Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama-
tubulus mengikuti tingkat perbedaan konsentrasi dan sama dengan Na+ di bagian awal tubulus proksimal (Gambar
listriknya dan kemudian dipompa secara aktif dari sel 37–8). Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorpsi
tubulus ke ruang intersitial. Na+ dipompa ke dalam ruang melalui transpor aktif sekunder. Laju filtrasi glukosa kira-kira
interstisial oleh Na, K, ATPase di dalam membran 100 mg/menit (80 mg/dL plasma x 125 mL/menit). Hampir
basolateral. Dengan demikian, Na+ akan diangkut secara semua glukosa direabsorpsi, dan hanya beberapa miligram saja
aktif keluar seluruh bagian tubulus ginjal kecuali dari segmen yang dapat dijumpai di urine 24 jam. Jumlah glukosa yang
tipis ansa Henle. Kerja pompa Na+ yang terdapat di hampir direabsorpsi sebanding dengan jumlah yang difiltrasi, atau
semua sel tubuh telah diuraikan di Bab 2. Pompa ini akan sama dengan kadar glukosa plasma (PG) dikalikan LFG hingga
mengeluarkan tiga Na+ dan memasukkan dua K+ ke dalam batas transpor maksimal (TmG). Apabila batas Tmc
sel. terlampaui, maka jumlah glukosa yang terdapat di urine akan
Di tepi lumen, sel-sel tubulus dihubungkan satu dengan meningkat (Gambar 37–9). Batas TmG adalah sekitar 375 mg/
lainnya oleh taut-erat, tetapi di sepanjang tepi lateralnya menit pada laki-laki dan 300 mg/menit pada wanita.
masih terdapat ruang antarsel. Banyak Na+ diangkut secara Ambang ginjal terhadap glukosa ialah kadar glukosa di
aktif ke ruang antarsel lateral ini (Gambar 37–7). plasma yang menyebabkan glukosa pertama kali ditemukan di
Normalnya, sekitar 60% Na+ yang difiltrasi akan diserap urine dalam jumlah melebihi sejumlah kecil yang biasanya
kembali di tubulus proksimal, terutama melalui pertukaran diekskresi. Bila dihitung, ambang ginjal untuk glukosa adalah
Na-H. 30% lainnya diserap melalui kotransporter Na-2C1-K sekitar 300 mg/dL, yaitu 375 mg/menit (TmG) dibagi oleh 125
di segmen tebal pars asendens ansa Henle, dan sekitar 7% mL/menit (LFG). Namun, ambang ginjal yang sebenarnya
diserap oleh kotranspor Na-Cl di tubulus kontortus distal. adalah sekitar 200 mg/dL di plasma arteri, yang setara dengan
Sisa Na+ yang difiltrasi, sekitar 3%, diserap melalui kanal kadar plasmanya di vena sebesar 180 mg/dL. Gambar 37-9
EnaC di duktus koligentes, dan ini adalah bagian yang diatur menunjukkan mengapa ambang ginjal yang sebenarnya lebih
oleh aldosteron untuk melakukan penyesuaian homeostasis rendah daripada yang diperkirakan. Kurva “ideal” yang
guna mempertahankan keseimbangan Na+. diperlihatkan pada gambar ini akan diperoleh bila nilai TmG
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 683

2,6 Inulin

2,4

2,2 Glukosa
Inulin .

UV
2,0
1,8

1,6
− P

Glukosa yang direabsorpsi (TG)


1,4 Cl
TmG
1,2 K+ Na+

1,0 Splay
TF
P

osm
0,8
"Ideal"
Sebenarnya
0,6 −
HCO3
0,4 Asam Kadar Glukosa Plasma (PG)
amino
0,2 GAMBAR 37-9 Tranpor glukosa di ginjal. Atas: Hubungan antara
Glukosa kadar plasma (P) dan ekskresi (UV) glukosa maupun inulin. Bawah:
0 25 30 75 100
Hubungan antara kadar glukosa plasma (PG) dan jumlah glukosa yang
direabsorpsi(TG).
% panjang tubulus proksimal

GAMBAR 37-8 Reabsorpsi berbagai zat terlarut di tubulus


proksimal. TF/P, rasio antara kadar zat di cairan tubulus dan di
plasma. (Sumbangan FC Rector Jr.)
CONTOH LAIN TRANSPOR
AKTIF SEKUNDER
Sama seperti reabsorpsi glukosa, reabsorpsi asam amino juga
di semua tubulus ginjal sama besar dan glukosa direabsorpsi
terutama terjadi di bagian awal tubulus kontortus proksimal.
sempurna oleh tubulus, yaitu bila jumlah yang difiltrasi
Proses absorpsi di tempat ini mirip dengan proses absorpsi di
masih lebih rendah daripada TmG. Hal ini tidak dijumpai
usus halus (lihat Bab 26). Pembawa utama di membran
pada keadaan sebenarnya, dan pada manusia misalnya, kurva
luminal merupakan kotranspor Na+, sedangkan pembawa di
sebenarnya berbentuk bulat dan berdeviasi sehingga sudut
membran basolateral tidak bergantung pada Na+. Na+
yang dibentuk lebih tumpul dibandingkan kurva “ideal”.
dipompa keluar sel oleh Na-K ATPase dan kemudian asam
Penyimpangan ini disebut splay. Besarnya splay berbanding
amino keluar sel melalui proses difusi pasif atau melalui proses
terbalik dengan daya ikat (avidity) mekanisme transportasi
difusi terfasilitasi menuju cairan interstisial.
dengan zat yang akan dipindahkannya.
Sebagian Cl− direabsorpsi bersama Na+ dan K+ di segmen
MEKANISME PENGANGKUTAN tebal pars asendens lengkung Henle (lihat bawah). Selain itu,
ada dua anggota famili kanal Cl− yang telah diidentifikasi di
GLUKOSA ginjal. Mutasi pada gen yang menyandikan salah satu kanal
Proses reabsorpsi glukosa di ginjal mirip dengan proses ginjal ini akan menimbulkan batu ginjal yang mengandung
reabsorpsi glukosa di usus halus (lihat Bab 26). Glukosa dan Ca2+ dan hiperkalsiuria (penyakit Dent), tetapi kaitan antara
Na+ berikatan dengan sodium-dependent glucose transporter transpor Ca2+ dan Cl− masih belum diketahui.
(SGLT) 2 di membran apikal, dan glukosa diangkut ke dalam
sel bersamaan dengan pergerakan Na+ mengikuti gradien TRANSPOR PAH
listrik dan kimianya. Na+ kemudian akan dipompa keluar dari Dinamika transpor PAH menggambarkan mekanisme
sel ke interstisial, sedangkan glukosa keluar sel melalui difusi transportasi aktif yang menyekresi zat ke dalam cairan
terfasilitasi oleh glucose transporter (GLUT) 2 ke dalam cairan tubulus (lihat Boks Klinis 37–1). Jumlah PAH yang
interstisial. Pengangkutan oleh SGLT 1 dan GLUT 1 ini juga difiltrasi berbanding lurus dengan kadarnya di plasma,
terjadi pada tikus. tetapi sekresi PAH akan meningkat bila PPAH meningkat
SGLT 2 berikatan secara spesifik dengan isomer D hanya sampai kecepatan sekresi maksimal (TmPAH) ter-capai
glukosa, sehingga kecepatan transpor D-glukosa ini jauh (Gambar 37–10). Bila PPAH rendah, CPAH akan tinggi; tetapi
lebih tinggi dibandingkan dengan L-glukosa. Seperti di usus bila Ppah melampaui TmPAH, maka Cpah akan turun secara
halus, transpor glukosa di ginjal juga dapat dihambat oleh progresif. Akhirnya nilai bersihan PAH (Cpah) akan
florhizin, suatu glukosida yang berasal dari tanaman. mendekati nilai bersihan inulin (CIn) (Gambar 37–11), sebab
Florhizin akan bersaing dengan D-glukosa untuk berikatan jumlah PAH yang disekresi semakin berkurang dari jumlah
dengan pengangkut ini. seluruh PAH yang diekskresi. Sebaliknya, nilai bersihan
684 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Glukosa, mg/dL
BOKS KLINIS 37-1 200 400 600

ZatyangDisekresikanolehTubulus 600 20 40 60 80
PAH, mg/dL
Selain PAH, turunan asam hipurat lainnya seperti merah
500
fenol, dan zat warna sulfonftalein lain, penisilin, dan

Bersihan (mL/mnt)
beberapa zat warna beriodium juga disekresikan secara aktif 400
ke dalam cairan tubulus. Zat-zat yang dibentuk oleh tubuh
300
dan juga disekresi oleh tubulus di antaranya berbagai sulfat
PAH
etereal, steroid dan glukuronida lainnya, serta asam 5- 200
hidroksiindolasetat, metabolit utama serotonin. Inulin
100
Glukosa
KIAT TERAPETIK 0
Kadar di plasma (P)
Lengkung diuretik, furosemid, dan diuretik tiazid
adalah anion organik yang mencapai tempat kerja GAMBAR 37-11 Nilai bersihan inulin, glukosa, dan PAH
mereka di tubulus (masing-masing di segmen tebal pada berbagai kadarnya dalam plasma manusia.
pars asendens dan tubulus kontortus distal) saat
disekresikan ke dalam urine oleh tubulus proksimal.
asendens ansa Henle bergantung pada jumlah Na+ dan Cl− di
dalamnya. Na+ dan Cl− masuk ke sel makula densa melalui
kotransporter Na-K-2Cl di membran apikal. Peningkatan Na+
glukosa dapat dianggap nol bila PG di bawah ambang ginjal; akan meningkatkan aktivitas Na-K ATPase dan peningkatan
tetapi bila lebih besar daripada ambang ginjal, akan hidrolisis ATP yang terjadi menyebabkan adenosin yang
meningkat mendekati CIn dengan meningkatnya PG. dibentuk semakin banyak. Adenosin diduga disekresikan dari
Penggunaan CPAH untuk mengukur arus plasma ginjal efektif membran basal sel dan bekerja melalui reseptor adenosin Al di
(effective renal plasma flow; ERPF) telah dibahas sebelumnya. sel makula densa untuk meningkatkan pelepasan Ca2+ ke otot
UMPAN-BALIK TUBULO polos vaskular di arteriol aferen. Hal ini menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh aferen dan penurunan LGF.
GLOMERULUS & KESEIMBANGAN Mekanisme serupa diperkirakan menghasilkan sinyal yang
GLOMERULOTUBULUS mengurangi sekresi renin oleh sel jukstaglomerulus di arteriol
Sinyal umpan-balik dari tubulus ginjal di tiap-tiap nefron akan aferen (lihat Bab 38), tetapi hal ini masih belum dipastikan.
memengaruhi filtrasi di dalam glomerulusnya. Meningkatnya
Tekanan
kecepatan aliran di ansa Henle pars asendens dan bagian awal
arteriol ginjal
tubulus distal akan diikuti dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus di nefron tersebut, dan sebaliknya, penurunan
aliran akan meningkatkan LFG (Gambar 37–12). Proses ini, Tekanan kapiler
yang disebut umpan-balik tubuloglomerulus, cenderung glomerulus
mempertahankan jumlah cairan yang sampai di tubulus distal.
Sensor respons ini adalah makula densa. Jumlah cairan GFR
yang masuk ke dalam tubulus distal di ujung segmen tebal pars
Keseimbangan
glomerulo- Reabsorpsi zat terlarut Umpan-
tubular di tubulus proksimal balik tubulo-
PAH glomerular

Reabsorpsi zat
terlarut di segmen
. Splay Inulin tebal ansa Henle pars
UV

asendens

Penyaluran garam
dan cairan ke tubulus
distal
P

GAMBAR 37-10 Hubungan antara kadar plasma (P) GAMBAR 37-12 Mekanisme keseimbangan glomerulotubulus
dengan ekskresi (UV) PAH dan inulin. dan umpan-balik tubuloglomerulus.
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 685

TABEL 37-6 Perubahan dalam metabolisme air pada manusia oleh pengaruh vasopresin. Jumlah beban osmotik yang
diekskresi pada tiap-tiap keadaan ialah 700 mOsm/hari.
Persentase Volume Volume Konsentrasi Urine Penambahan atau
LFG (mL/mnt) Filtrat yang Direabsorpsi Urine (L/hari) (mOsm/kg H2O) Kehilangan Air pada
Kelebihan Zat Terlarut (L/
hari)

Urine isotonik dibanding plasma 125 98,7 2.4 290 …

Vasopresin (antidiuresis 125 99,7 0.5 1400 1.9 gain


maksimal)
Tanpa vasopresin (diabetes 125 87,1 23.3 30 20.9 loss
insipidus sempurna)

Sebaliknya, peningkatan LFG akan menyebabkan penting di ginjal. Peran akuaporin-1 dan akuaporin-2 dalam
peningkatan reabsorpsi zat-zat terlarut, dan akibatnya ekskresi air dibahas di bawah.
reabsorpsi air terutama di tubulus proksimal juga meningkat,
sehingga secara umum persentase zat terlarut yang TUBULUS PROKSIMAL
direabsorpsi dalam keadaan tetap. Proses ini disebut Di tubulus proksimal terjadi transpor aktif berbagai zat dari
keseimbangan glomeru-lotubulus, yang menonjol khususnya cairan, tetapi pengamatan melalui mikropungsi menunjuk-
pada Na+. Perubahan reabsorpsi Na+ terjadi dalam hitungan kan bahwa pada dasarnya cairan tersebut tetap isoosmotik
detik setelah perubahan filtrasi, sehingga sangat kecil sampai ke ujung tubulus proksimal (Gambar 37-8).
kemungkinan adanya peran faktor humoral di luar ginjal. Bisa Akuaporin-1 terletak di membran basolateral dan apikal
juga, faktor yang memperantarai ialah tekanan onkotik di tubulus proksimal. Keberadaan akuaporin-1 memungkinkan
kapiler peritubulus. Jika LFG tinggi, terjadi peningkatan yang air berpindah cepat keluar tubulus mengikuti gradien
relatif besar pada tekanan onkotik plasma yang meninggalkan osmotik yang terbentuk oleh transpor aktif zat-zat terlarut,
glomerulus melalui arteriol eferen dan di cabang-cabang sehingga keadaan tetap isotonik. Karena rasio konsentrasi
kapilernya. Hal ini akan meningkatkan reabsorpsi Na+ dari inulin (zat yang tidak direabsorpsi) dalam cairan tubulus
tubulus. Meski demikian, ada mekanisme intrarenal lain yang terhadap konsentrasi dalam plasma (TF/P) adalah 2,5-3,3 di
turut berperan dan belum diketahui. ujung tubulus proksimal, 60-70% dari zat terlarut dan
60-70% dari air yang difiltrasi dikeluarkan saat filtrat
TRANSPOR AIR mencapai titik ini (Gambar 37–13).
Normalnya, sebanyak 180 L cairan difiltrasi oleh glomerulus Jika gen akuaporin-1 pada mencit diknockout, maka
setiap hari, sedangkan volume urine harian rata-rata adalah permeabilitas tubulus proksimal berkurang 80%. Jika mencit
sekitar 1 L. Selama 24 jam, tubuh dapat mengekskresikan zat dibuat dehidrasi, osmolalitas urinenya tidak meningkat
terlarut dalam jumlah yang sama melalui urine 500 mL (<700 mOsm/kg), meskipun akuaporin lainnya utuh. Pada
dengan kepekatan 1400 mOsm/kg, atau dalam urine manusia dengan mutasi yang menghilangkan aktivitas
sebanyak 23,3 L dan kepekatan yang sangat rendah, yaitu 30 akuaporin-1, gangguan homeostasis air tidak terlalu berat,
mOsm/kg (Tabel 37–6). Hal ini menunjukkan dua fakta meskipun respons terhadap dehidrasi berkurang.
penting: pertama, sedikitnya 87% air yang difiltrasi akan
direabsorpsi, meskipun volume urine 23 L; kedua, reabsorpsi ANSA HENLE
sisa air yang difiltrasi dapat bervariasi tanpa memengaruhi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ansa Henle nefron
jumlah total ekskresi zat terlarut. Dengan demikian, pada jukstamedularis terbenam jauh di dalam piramid medula
urine yang pekat, retensi air yang terjadi lebih banyak ginjal sebelum akhirnya bermuara di tubulus kontortus distal
dibandingkan zat terlarut; dan pada urine yang encer, air yang di korteks. Semua duktus koligentes akan kembali turun
diekskresikan lebih banyak dibandingkan zat terlarut. Kedua melewati piramis medula dan bermuara di ujung piramis ke
hal ini memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan dalam pelvis renalis. Pada manusia, peningkatan osmolalitas
osmolalitas cairan tubuh. Regulator kunci pengeluaran air interstisial di piramid terjadi secara bertahap: osmolalitas di
adalah vasopresin yang bekerja pada duktus koligentes. ujung papila dapat mencapai 1200 mOsm/kg H2O, atau
sekitar empat kali osmolalitas plasma. Ansa Henle pars
AKUAPORIN desendens bersifat permeabel terhadap air, karena keberada-
Difusi cepat air menembus membran sel bergantung pada an akuaporin-1 di membran apikal dan basolateral, tetapi
kanal-kanal air, yaitu protein membran integral yang pars asendensnya tidak permeabel terhadap air. Na+, K+, dan
disebut akuaporin. Sampai saat ini, ada 13 akuaporin Cl− mengalami kotranspor keluar dari segmen tebal ansa
yang telah berhasil diklona; namun, hanya empat Henle pars asendens. Dengan demikian, cairan di ansa Henle
akuaporin (akuaporin-1, -2, -3, dan -4) yang berperan pars desendens menjadi hipertonik karena air dari
686 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Cairan Sel tubulus ginjal Lumen


interstisial tubulus
120
Keratin
Inulin +
100 Na
+
K Na+
80 Urea − −
Fraksi yang tertinggal Cl 2Cl
+
di cairan tubulus Barttin K
60
+ +
K K
Osmol ROMK ROMK
40 +
K+ K
Glukosa Air
20
Na+
0
Tubulus Ansa Tubulus Duktus
proksimal Henle distal koligentes
GAMBAR 37-14 Transpor NaCI di segmen tebal ansa Henle.
GAMBAR 37-13 Perubahan persentase jumlah zat yang telah Kotransporter Na-K-2CI memindahkan ion-ion ini ke dalam sel tubulus
difiltrasi yang masih tertinggal di cairan tubulus sepanjang nefron melalui transpor aktif sekunder. Na+ diangkut keluar sel dan masuk ke
pada saat terdapat vasopresin. (Disalin, dengan izin, dari Sullivan LP, Grantham dalam interstisium oleh Na, K ATPase di membran basolateral sel. Cl−
JJ: Physiology of the Kidney, ed ke-2. Lea & Febiger, 1982.) keluar di kanal Cl− CIC-Kb basolateral. Barttin, protein di membran sel,
penting bagi fungsi normal CIC-Kb. K+ berpindah dari sel ke
interstisium dan lumen tubulus melalui ROMK dan kanal K+ lainnya
(lihat Boks Klinis 37–2 ).

tubulus akan berpindah ke interstisial yang hipertonik. Di


pars asendens, cairan tubulus menjadi lebih encer berkat
perpindahan keluar Na+ dan Cl− dari lumen tubulus, DUKTUS KOLIGENTES
sehingga saat cairan ini mencapai puncak pars asendens Duktus koligentes (duktus pengumpul) terdiri dari dua
(disebut segmen pengencer), ia menjadi hipotonik terhadap bagian: bagian korteks dan bagian medula. Perubahan-
plasma. Saat melalui ansa Henle pars desendens, sekitar 15% perubahan osmolalitas dan volume di duktus koligentes
dari air yang difiltrasi direabsorpsi lagi, sehingga sekitar 20% bergantung pada banyaknya vasopresin yang bekerja pada
air yang difiltrasi mencapai tubulus distal dan nilai TF/P duktus. Hormon antidiuretik yang berasal dari kelenjar
inulin pada titik ini adalah sekitar 5. hipofisis ini akan meningkatkan permeabilitas duktus
Di segmen tebal pars asendens, satu carrier akan koligentes terhadap air. Kunci bagi kerja vasopresin pada
melakukan kotranspor satu Na+, satu K+, dan 2Cl− dari duktus koligentes adalah akuaporin-2. Tidak seperti
lumen tubulus ke dalam sel tubulus. Ini adalah contoh lain akuaporin lainnya, akuaporin ini tersimpan dalam vesikel di
transpor aktif sekunder; Na+ diangkut secara aktif keluar dari sitoplasma sel-sel utama. Vasopresin menyebabkan vesikel
sel menuju ke interstisial oleh pompa Na-K ATPase di ini berinsersi cepat ke dalam membran apikal sel. Efek ini
membran basolateral sel sehingga konsentrasi Na+ intrasel diperantarai oleh reseptor V1 vasopresin, adenosin 5-
tetap rendah. Kotransporter Na-K-2Cl memiliki 12 ranah monofosfat siklik (cAMP), dan protein kinase A. Elemen-
transmembran yang memiliki ujung-ujung amino dan elemen sitoskeleton ikut berperan, termasuk protein-protein
karboksil intraseluler. Pengangkut ini adalah anggota motorik berbasis mikrotublus (dinein dan dinaktin) serta
keluarga transporter yang ditemukan di banyak lokasi lain, protein pengikatan filamen aktin seperti miosin-1.
termasuk kelenjar liur, kanal cerna, dan kanal napas. Apabila jumlah vasopresin cukup untuk menghasilkan
K+ berdifusi balik ke dalam lumen tubulus dan antidiuresis maksimal, air akan pindah dari cairan
kembali ke interstisial melalui ROMK dan kanal K+ hipotonik yang memasuki duktus koligentes bagian korteks
lainnya. Cl− berpindah ke dalam interstisial melalui ke interstisial korteks, sehingga cairan tubulus menjadi
kanal ClC-Kb (Gambar 37–14 ). isotonik. Melalui proses ini, 10% air yang difiltrasi akan
direabsorpsi. Cairan isotonik ini kemudian dialirkan ke
duktus koligentes bagian medula dengan rasio TF/P inulin
TUBULUS DISTAL sekitar 20. Filtrat kemudian direabsorpsi lagi sebanyak
Tubulus distal, terutama bagian awal, pada hakikatnya 4,7% atau lebih ke interstisial medula yang hipertonik,
merupakan lanjutan segmen tebal ansa Henle pars asendens. sehingga dapat terbentuk urine pekat dengan rasio TF/P
Bagian ini relatif tidak permeabel terhadap air, dan inulin lebih dari 300. Pada manusia, osmolalitas urine
berlanjutnya pengeluaran zat-zat terlarut yang melebihi dapat mencapai 1400 mOsm/kg H20, hampir lima kali
pelarut (air) akan semakin mengencerkan cairan tubulus. osmolalitas plasma, dengan 99,7% air yang difiltrasi
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 687

BOKS KLINIS 37-2 MEKANISME COUNTERCURRENT


Mekanisme pemekatan urine bergantung pada pemeliharaan
MutasiGenetikpadaTransporterGinjal gradien osmolalitas yang meningkat di sepanjang piramid
Mutasi tiap-tiap gen yang menyandi berbagai kanal dan medula. Gradien ini terbentuk berkat aktivitas ansa Henle
transporter natrium ginjal akan menimbulkan terjadinya
sebagai countercurrent multiplier dan dipertahankan oleh
vasa rekta yang bekerja sebagai countercurrent exchanger.
sindrom tertentu seperti sindrom Bartter, sindrom Liddle,
Sistem countercurrent adalah sistem yang memiliki aliran
dan penyakit Dent. Ada banyak mutasi yang pernah
masuk yang berjalan sejajar, berlawanan arah, dan
dilaporkan.
berdekatan dengan aliran keluarnya pada jarak tertentu.
Sindrom Bartter adalah penyakit langka dan menarik
Sistem ini terdapat baik pada ansa Henle maupun pada vasa
yang disebabkan oleh gangguan transpor di segmen tebal
rekta di medula ginjal (Gambar 37-3).
pars asendens. Penyakit ini ditandai oleh pengeluaran kronis
Berlangsungnya aktivitas setiap ansa Henle sebagai
Na+ di urine, yang menyebabkan hipovolemia dan kemudian
countercurrent multiplier bergantung pada permeabilitas
merangsang sekresi renin dan aldosteron tanpa menyebab-
segmen tipis pars desendens yang tinggi terhadap air (melalui
kan hipertensi, plus hiperkalemia dan alkalosis. Penyakit ini
akuaporin-1), transpor aktif yang mengeluarkan Na+ dan Cl−
dapat disebabkan oleh mutasi yang menyebabkan hilangnya
dari segmen tebal pars asendens, dan aliran cairan yang masuk
fungsi gen penyandi salah satu dari empat protein kunci:
dari tubulus proksimal serta aliran cairan yang keluar ke
kotransporter Na-K-2CI, kanal ROMK K+, kanal CIC-Kb Cl−, atau
tubulus distal. Proses ini dapat dijelaskan melalui tahap-tahap
barttin, suatu protein membran integral yang baru ditemukan hipotetis yang menyebabkan keseimbangan, meskipun tahap-
dan penting untuk fungsi normal kanal CIC-Kb Cl−. tahap hipotetis ini tidak terjadi in vivo. Perlu diingat bahwa
Stria vaskularis di telinga bagian dalam berperan untuk keseimbangan akan dipertahankan kecuali bila perbedaan
mempertahankan konsentrasi K+ yang tinggi di skala media, osmotik hilang. Tahap-tahap ini pada nefron korteks yang
yang esensial untuk pendengaran normal. Stria vaskularis tidak memiliki segmen tipis pars asendens, dapat dilihat pada
mengandung kanal CIC-Kb maupun CIC-Ka Cl−. Sindrom Gambar 37–15 Anggaplah mula-mula osmolalitas di
Bartter yang disebabkan oleh mutasi di kanal CIC-Kb tidak sepanjang pars desendens dan asendens serta interstisial
menyebabkan ketulian karena tugasnya dapat diambil alih medula adalah 300 mOsm/kg H2O (Gambar 37-15A). Anggap
oleh kanal CIC-Ka. Namun, kedua kanal Cl− ini bergantung juga bahwa pompa di segmen tebal pars asendens dapat
pada barttin, sehingga pasien sindrom Bartter yang memompa 100 mOsm/kg Na+ dan Cl− dari cairan tubulus ke
disebabkan mutasi barttin akan mengalami ketulian. interstisial, sehingga osmolalitas interstisial meningkat
Contoh menarik lain melibatkan protein-protein po- menjadi 400 mOsm/kg H2O. Air akan tertarik keluar dari
likistin-1 (PKD-1) dan polikistin-2 (PKD-2). PKD-1 tampaknya segmen tipis pars desendens, dan cairan ini akan mencapai
merupakan sebuah reseptor Ca2+ yang mengaktifkan kanal ion keseimbangan dengan interstisial (Gambar 37-15B). Namun,
non-spesifik yang berkaitan dengan PKD-2. Fungsi normal cairan yang mengandung 300 mOsm/kg H2O terus masuk ke
kanal ion ini belum diketahui, tetapi kedua protein ini bagian ini dari tubulus proksimal (Gambar 37-15C), sehingga
abnormal pada penyakit ginjal polikistik dominan autosom, gradien yang menyebabkan dipompanya Na+ dan Cl−
yang parenkim ginjalnya secara progresif digantikan oleh berkurang dan lebih banyak yang masuk ke dalam interstisial
kista-kista berisi cairan sampai terjadi gagal ginjal total. (Gambar 37-15D). Sementara itu, cairan hipotonik tadi akan
mengalir ke dalam tubulus distal, dan cairan tubulus yang
isotonik (selanjutnya juga yang hipertonik) akan mengalir
masuk ke dalam segmen tebal pars asendens. Proses ini terjadi
terserap kembali (Tabel 37-6). Pada spesies lainnya, berulang-ulang, dan pada akhirnya timbul perbedaan
kemampuan memekatkan urine bahkan lebih besar lagi. osmolalitas dari atas sampai ke bawah ansa Henle.
Osmolalitas urine maksimal adalah sekitar 2500 mOsm/ kg Di nefron jukstamedularis yang memiliki segmen tipis
pada anjing, 3200 mOsm/kg pada tikus percobaan, dan pars asendens dan ansa Henle yang lebih panjang, perbedaan
5000 mOsm/kg pada beberapa binatang pengerat yang osmotik akan tersebar pada jarak yang lebih panjang dan
hidup di gurun. osmolalitas di ujung ansa Henle lebih besar. Hal ini terjadi
Bila vasopresin tidak ada, epitel duktus koligentes relatif karena segmen tipis pars asendens relatif tidak permeabel
tidak permeabel terhadap air. Akibatnya, cairan tubulus akan terhadap air tetapi permeabel untuk Na+ dan CD. Karenanya,
tetap hipotonik, dan banyak cairan yang akan dialirkan ke akan terjadi perpindahan Na+ dan Cl− mengikuti gradien
pelvis ginjal. Pada manusia, osmolalitas urine dapat hanya konsentrasinya ke interstisial, dan terjadi countercurrent
serendah 30 mOsm/kg H2O. Impermeabilitas bagian distal multiplication pasif tambahan. Semakin panjang ansa Henle,
nefron ini tidak absolut; bersama dengan garam yang dipompa semakin besar osmolalitas yang dapat dicapai di ujung medula.
keluar dari cairan duktus koligentes, ada sekitar 2% air yang Gradien osmotik di piramid medula tidak akan bertahan
difitrasi yang akan ikut direabsorpsi tanpa adanya vasopresin. lama seandainya Na+ dan ureum di ruang interstisial
Namun, 13% air yang difiltrasi akan diekskresi, dan kecepatan dikeluarkan oleh sirkulasi darah. Zat-zat terlarut ini tetap
pembentukan urine dapat mencapai 15 mL/ menit atau lebih. berada di piramid terutama berkat aktivitas vasa rekta sebagai
688 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

TDL MI TAL

A B C D
300 300 300 400 400 200 300 300 200 350 350 150
300 300 300 400 400 200 300 300 200 350 350 150
300 300 300 400 400 200 300 300 200 350 350 150
300 300 300 400 400 200 300 300 200 350 350 150
300 300 300 400 400 200 400 400 400 500 500 300
300 300 300 400 400 200 400 400 400 500 500 300
300 300 300 400 400 200 400 400 400 500 500 300
300 300 300 400 400 200 400 400 400 500 500 300

E F G H
300 300 150 325 325 125 300 300 125 312 312 112
300 300 150 325 325 125 325 325 225 375 375 175
350 350 300 425 425 225 325 325 225 375 375 175
350 350 300 425 425 225 425 425 225 425 425 225
350 350 300 425 425 225 425 425 225 425 425 225
350 350 300 425 425 225 425 425 400 513 513 313
500 500 500 600 600 400 425 425 400 513 513 313
500 500 500 600 600 400 600 600 600 700 700 500

GAMBAR 37-15 Bekerjanya ansa Henle sebagai counter current mOsm/kg, dan akan terjadi keseimbangan dengan cairan di segmen
multiplier yang menghasilkan gradien hiperosmolaritasdi inter- tipis pars asendens. Namun, cairan isotonik akan terus mengalir ke
stisial medula (IM). PDT, segmen tipis ansa Henle pars desendens; segmen tipis pars desendens dan cairan hipotonik akan mengalir dari
PAT, segmen tebal ansa Henle pars asendens. Proses pembentukan segmen tebal pars asendens. Kerja pompa yang berlangsung terus-
gradien ini diterangkan melalui langkah-langkah hipotetik, dimulai menerus akan menyebabkan cairan yang meninggalkan segmen
dari A, dengan osmolalltas di kedua kaki ansa Henle dan interstisial tebal pars asendens menjadi semakin hipotonik, sedangkan
sama, yaitu 300 mOsm/ kg air. Pompa di segmen tebal pars hipertonisitas menumpuk di ujung kelok ansa Henle. (Dimodifikasi dan
asendens akan memindahkan Na+ dan Cl− ke interstisial, sehingga disalin, dengan izin, dari Johnson LR [editor]: Essentia!Medical Physiology. Raven
Press, 1992.)
osmolalitas interstisial meningkat menjadi 400

countercurrent exchanger (Gambar 37–16). Zat terlarut akan ekstremitas. Meskipun peran hal ini pada manusia sangat
berdifusi keluar pembuluh darah yang menuju ke korteks dan kecil, tetapi perannya sangat penting bagi mamalia yang hidup
masuk ke dalam pembuluh yang turun menuju piramis. di air dingin, yang mengalami pemindahan panas dari darah
Sebaliknya, air akan berdifusi keluar pembuluh yang ke bawah arteri yang menuju ekstremitas ke darah vena yang kembali ke
dan memasuki vasa rekta pars asendens yang berpori. Oleh tubuh sehingga ujung-ujung ekstremitas dingin sementara
karena itu, zat-zat terlarut cenderung mengalami resir-kulasi panas tubuh terjaga (lihat Bab 33).
di medula dan air cenderung mengambil jalan pintas dan tidak
melalui medula, dengan demikian keadaan hipertonisitas PERAN UREA
medula dapat dipertahankan. Air yang direabsorbsi dari Urea berperan dalam pembentukan gradien osmotik di
duktus koligentes di daerah piramis juga akan diangkut oleh piramis medula dan terhadap kemampuan ginjal dalam
vasa rekta dan masuk ke dalam sirkulasi umum. Counter- pembentukan urine yang pekat di duktus koligentes.
current exchange ini berlangsung secara pasif; proses ini Perpindahan urea diperantarai oleh pengangkut urea (urea
bergantung pada pergerakan air dan tidak dapat memper- transporter), mungkin melalui difusi terfasilitasi. Sedikitnya
tahankan gradien osmotik yang tinggi di piramis bila proses ada empat bentuk-iso protein pengangkut UT-A di ginjal
countercurrent multiplication di ansa Henle tidak berlangsung. (UT-A1 sampai UT-A4). UT-B terdapat di eritrosit dan pars
Perlu diingat bahwa terdapat tingkat perbedaan osmotik desendens vasa rekta. Transpor urea di duktus koligentes
yang sangat tinggi di ansa Henle dan, jika terdapat diperantarai oleh UT-A1 dan UT-A3, dan keduanya diatur
vasopresin, di duktus koligentes. Sistem countercurrent-lah oleh vasopresin. Selama antidiuresis, yaitu saat vasopresin
yang memungkinkan hal ini terjadi dengan menyebarkan tinggi, jumlah urea yang mengendap di interstisial medula
perbedaan osmolalitas di sistem tubulus yang panjangnya 1 meningkat sehingga kapasitas pemekatan ginjal meningkat.
cm atau lebih dan bukan di antara selapis sel yang tebalnya Selain itu, jumlah urea di interstisial medula dan di urine
hanya beberapa mikrometer. Ada beberapa contoh bekerja- beragam sesuai dengan jumlah urea yang difiltrasi, yaitu
nya counter-current exchanger pada hewan. Salah satunya sesuai dengan asupan protein dalam makanan. Oleh sebab
ialah pertukaran panas antara arteri dan vena komitans di itu, diet tinggi protein akan meningkatkan kemampuan
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 689

penurunan gradien osmotik di piramid medula, reabsorpsi air di


duktus koligentes pun berkurang. Akibatnya terjadi peningkatan
300 325 Korteks mencolok volume urine yang dibentuk serta peningkatan
ekskresi Na+ dan elektrolit lainnya.
H2 O Diuresis osmotik dapat terjadi akibat pemberian senyawa-
senyawa seperti manitol dan polisakarida serupa lainnya yang
NaCl
Ureum Medula dapat difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Diuresis ini juga dapat
bagian dihasilkan oleh senyawa-senyawa yang secara alami ada di dalam
luar
tubuh tetapi terdapat dalam jumlah yang melebihi kemampuan
425 450 475
reabsorpsi tubulus. Pada diabetes melitus, misalnya, jika kadar
darah tinggi, maka kadar glukosa di dalam filtrat glomerulus juga
725 750 775
tinggi, sehingga jumlah yang difiltrasi melampaui TmG dan
H2 O glukosa tetap berada di dalam urine dan mengakibatkan poliuria.
Medula
bagian Diuresis osmotik juga dapat dihasilkan melalui pemberian infus
NaCl natrium klorida atau urea dalam jumlah besar.
Urea dalam
Perbedaan antara diuresis osmotik dan diuresis air perlu
1200
diketahui. Pada diuresis air, air yang direabsorpsi di bagian
proksimal nefron berjumlah normal, dan kecepatan pembentuk-
an urine dapat mencapai 16 mL/menit. Pada diuresis osmotik,
1200 peningkatan pembentukan urine disebabkan oleh penurunan
reabsorpsi air di tubulus proksimal dan ansa Henle sehingga
jumlah urine yang terbentuk dapat sangat banyak. Karena
GAMBAR 37-16 Bekerjanya vasa rekta sebagai counter-current jumlah zat terlarut yang diekskresikan meningkat, kepekatan
exchanger di ginjal. NaCI dan ureum akan berdifusi keluar dari vasa urine akan mendekati kepekatan plasma (Gambar 37–17)
rekta pars asendens dan masuk ke dalam vasa rekta pars desendens,
sedangkan air akan berdifusi keluar vasa rekta pars desendens dan
masuk ke dalam vasa rekta pars asendens. (Dimodifikasi dan direproduksi 21
dengan izin dari Pitts RF. Physiology of the Kidney and Body Fluid, 3rd ed. Chicago: Diabetes
insipidus
Pembentukan urine (mL/mnt)
Yearbook Medical Publications, 1974.)
18

ginjal memekatkan urine dan diet rendah protein mengurangi 15


Isosmotik
kemampuan ginjal memekatkan urine.
12
DIURESIS OSMOTIK 9 Sekresi
Adanya sejumlah besar zat-zat terlarut yang tidak direabsorpsi vasopresin
6 maksimal
dalam tubulus ginjal, akan menyebabkan peningkatan volume
urine yang disebut diuresis osmotik. Zat-zat terlarut yang tidak 3
direabsorpsi di tubulus proksimal akan menimbulkan efek
0
osmotik yang cukup besar saat cairan tubulus mulai berkurang 0,9 1,8 2,7 4,5 6,3
dan konsentrasinya meningkat. Peningkatan kadar zat-zat Beban zat terlarut (mosm/mnt)
terlarut ini akan “menahan air dalam tubulus”. Selain itu, 1400
konsentrasi gradien yang memungkinkan Na+ dipompa keluar
Osmolalitas urine (mosm/L)

1200
dari tubulus proksimal akan jadi terbatas. Normalnya,
reabsorpsi air dari tubulus proksimal akan mencegah perubahan 1000
besar pada gradien konsentrasi, tetapi jika reabsorpsi berkurang
800
akibat banyak zat terlarut yang tidak direabsorpsi, konsentrasi
Na+ di cairan tubulus juga akan menurun. Bila ambang gradien Seksi vasopresin
600 maksimal
konsentrasi telah tercapai, reabsorpsi Na+ lebih lanjut di tubulus
proksimal terhambat; Na+ yang tertinggal di tubulus akan 400 Isosmotik
semakin banyak dan air juga akan tertahan di dalamnya. 200 Diabetes insipidus
Akibatnya, cairan isotonik di ansa Henle sangat meningkat.
Konsentrasi Na+ dalam cairan ini menurun, tetapi jumlah total 0
3 6 9 12 15 18 21
Na+ yang mencapai ansa Henle dalam satu satuan waktu
Pembentukan urine (mL/mnt)
meningkat. Di ansa Henle, reabsorpsi air dan Na+ berkurang
karena hiper-tonisitas medula menurun. Penurunan ini GAMBAR 37-17 Hubungan antara kepekatan urine dan
terutama disebabkan oleh penurunan reabsorpsi Na+, K+, dan pembentukan urine pada diuresis osmotik pada manusia. Garis
terputus-putus pada diagram di sebelah bawah menunjukkan
Cl− di pars asendens ansa Henle karena tercapainya gradien
kepekatan urine yang isosmotik dengan plasma. (Disalin, dengan izin, dari
konsentrasi pembatas untuk reabsorpsi Na+. Cairan yang Berliner RW, Giebisch G in: Best and Taylor's Physiological Basis of Medical Practice,
mencapai tubulus distal lebih banyak, dan karena terjadi 9th ed. BrobeckJR [editor]. Williams & Wilkins, 1979.)
690 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

meskipun sekresi vasopresin sudah maksimal, karena TABEL 37-7 Perubahan ekskresi Na+ yang akan
bertambahnya jumlah urine yang diekskresikan sebagian terjadi akibat perubahan LFG jika tidak disertai
besar merupakan cairan tubulus proksimal yang isotonik. perubahan reabsorpsi Na+.
Bila diuresis osmotik ini ditimbulkan pada hewan percobaan
Na+ Jumlah yang Jumlah yang Jumlah yang
dengan diabetes insipidus, kepekatan urine juga meningkat LFG Plasma difiltrasi direabsorpsi diekskresi
oleh sebab yang sama. (mL/mnt) (μEq/mL) (μEq/mnt) (μEq/mnt) (μEq/mnt)

125 145 18.125 18.000 125


HUBUNGAN KEPEKATAN Urine 127 145 18.415 18.000 415
DENGAN LFG 124,1 145 18.000 18.000 0
Gradien osmotik di piramid medula meningkat bila
kecepatan arus cairan tubulus yang melalui ansa Henle
menurun. Penurunan LFG seperti yang ditimbulkan oleh
dehidrasi akan menyebabkan penurunan volume cairan yang yang terdapat dalam plasma dan cairan interstisial, jumlah
berhadapan dengan mekanisme countercurrent, sehingga Na+ dalam tubuh merupakan penentu utama volume CES.
kecepatan cairan melalui ansa Henle berkurang dan urine Oleh sebab itu, tidak heran jika pengendalian ekskresi ion ini
menjadi lebih pekat. Bila LFG rendah, urine dapat menjadi pada hewan-hewan darat melibatkan beberapa mekanisme
cukup pekat meskipun tanpa vasopresin. Bila salah satu pengaturan. Melalui mekanisme pengaturan ini, jumlah Na+
arteri renalis pada hewan percobaan dengan diabetes yang diekskresi dapat disesuaikan dengan asupan dari
insipidus dijepit, urine yang diekskresi pada sisi yang makanan yang sangat beragam, sehingga kadar Na+ pada
mengalami konstriksi menjadi hipertonik karena terjadi orang tersebut tetap seimbang. Karena itu, Na+ yang keluar
penurunan LFG, sedangkan yang diekskresi oleh sisi lainnya melalui urine berkisar mulai kurang dari 1 mEq/hari pada
yang tidak mengalami konstriksi akan tetap hipotonik. diet rendah garam sampai 400 mEq/hari atau lebih bila
asupan Na+ dari makanan cukup tinggi.

“KLIRENS AIR BEBAS “ MEKANISME


Untuk mengukur masuk atau keluarnya air melalui ekskresi
Variasi ekskresi Na+ ditimbulkan oleh perubahan LFG
urine yang pekat atau encer, kadang-kadang dilakukan
(Tabel 37–7) dan perubahan reabsorpsi di tubulus, terutama
penghitungan nilai “klirens air bebas” (free water clearance,
terhadap 3% Na+ terfiltrasi yang mencapai duktus koligentes.
CH2O), yaitu selisih antara volume urine dan klirens osmol
Faktor-faktor yang memengaruhi LFG, seperti umpan-balik
(COsm):
tubuloglomerulus, telah diuraikan sebelumnya. Faktor yang

memengaruhi reabsorpsi Na+ antara lain kadar aldosteron
U•
CH2 O = V – Osm
V dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteks lainnya,
POsm kadar ANP dalam darah dan hormon natriuretik lainnya,
dan laju sekresi H+ dan K+ di tubulus.
dengan V menunjukkan kecepatan aliran urine, UOsm
osmo-lalitas urine, dan POsm osmolalitas plasma. COsm ialah EFEK STEROID ADRENOKORTEKS
jumlah air yang dibutuhkan untuk mengekskresi beban
osmotik di urine yang isotonik dengan plasma. Jadi, CH2O Mineralokortikoid yang berasal dari kelenjar adrenal seperti
akan negatif bila urine hipertonik dan akan positif bila urine aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi Na+ di tubulus
hipotonik. Jika kita menggunakan data di dalam Tabel 37-6 yang berhubungan dengan sekresi K+ dan H+ dan juga
misalnya, nilai-nilai untuk CH2O ialah -1,3 mL/menit (—1,9 reabsorpsi Na+ yang bersama-sama dengan CL. Bila hormon-
L/hari) selama antidiuresis maksimal dan 14,5 mL/menit hormon ini disuntikkan ke hewan yang telah mengalami
(20,9 L/ hari) tanpa vasopresin. adrenalektomi, ada masa laten selama 10-30 menit sebelum
pengaruh hormon pada reabsorpsi Na+ terlihat, karena
steroid membutuhkan beberapa saat untuk mengubah
PENGATURAN sintesis protein dengan cara memengaruhi DNA.
EKSKRESI Na+ Mineralokortikoid juga mungkin memiliki efek-efek (yang
diperantarai oleh membran) yang lebih cepat, tetapi hal ini
Jumlah Na+ yang difiltrasi sangat banyak, tetapi ia akan tidak tampak pada ekskresi Na+ hewan. Mineralokortikoid
dipindahkan secara aktif di semua bagian tubulus kecuali terutama bekerja pada duktus koligentes untuk
pada segmen ansa Henle. Normalnya, sekitar 99% Na+ meningkatkan jumlah kanal natrium epitel (ENaC) yang
yang difiltrasi akan direabsorpsi. Karena Na+ merupakan aktif di bagian nefron ini. Mekanisme molekular yang diduga
kation yang terbanyak dalam CES dan karena garam- berperan dibahas di Bab 20 dan terangkum dalam Gambar
garam natrium merupakan 90% zat terlarut osmotik aktif 37–18.
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 691

Cairan Lumen dapat ‘meloloskan diri’ dari efek steroid. Fenomena melolos-
interstisial tubulus kan diri (escape phenomenon) yang mungkin disebabkan oleh
peningkatan sekresi ANP ini, dibahas dalam Bab 20.
Aldosteron Nukleus
Fenomena ini tampaknya berkurang atau lenyap pada
nefrosis, sirosis, dan gagal jantung, dan pasien dengan
sgk dan protein lain
penyakit-penyakit ini terus menahan Na+ dan akan mengalami
ENaC yang lebih aktif edema jika terpajan ke mineralokortikoid kadar tinggi.
Na+
Na+
PENGATURAN
K+ cGMP EKSKRESI AIR
Ouabain ANP
Taut
kedap
DIURESIS AIR
NH2
Mekanisme umpan-balik yang mengatur sekresi vasopresin,
O
N Amilorid pengaturan sekresi vasopreson yang dirangsang oleh
Cl NH peningkatan dan dihambat oleh penurunan tekanan osmotik
NH2+
H2 N NH2 efektif plasma telah diuraikan di Bab 17. Diuresis air akibat
N
meminum banyak cairan hipotonik akan dimulai sekitar 15
GAMBAR 37-18 Sel prinsipal ginjal. Na+ masuk melalui ENaC di menit setelah minum dan akan maksimal dalam 40 menit.
membran apikal dan kemudian dipompa ke dalam cairan interstisial Tindakan meminum air memang dapat menyebabkan sedikit
oleh Na-K ATPase di membran basolateral. Aldosteron mengaktifkan hambatan terhadap sekresi vasopresin, bahkan sebelum air
genom untuk membentuk kinase serum- dan kinase yang diregulasi diserap. Akan tetapi, sebagian besar hambatan akan timbul
oleh glukokortikoid (sgk) serta protein-protein lain, dan jumlah ENaC
yang aktif meningkat. melalui penurunan osmolalitas plasma akibat absorpsi air.

INTOKSIKASI AIR
Selama ekskresi beban osmotik yang normal, aliran urine
maksimal yang dapat dihasilkan selama diuresis air adalah
Pada sindrom Liddle, mutasi di gen-gen yang menyan- sekitar 16 mL/menit. Bila air yang masuk lebih banyak dari
dikan subunit β dan subunit γ (lebih jarang) ENaC ini dalam jangka waktu berapa pun, sel akan mengalami
menyebabkan ENaC menjadi aktif secara konstitutif di pembengkakan hebat karena masuknya air dari CES yang
ginjal. Hal ini menyebabkan retensi Na+ dan hipertensi. hipotonik dan, meskipun jarang, dapat menimbulkan gejala
PENGARUH HUMORAL LAINNYA intoksikasi air. Pembengkakan sel-sel otak akan menimbul-
kan kejang dan akhirnya kematian. Intoksikasi air juga dapat
Pengurangan asupan garam dalam makanan akan meningkat- terjadi bila pemasukan air tidak berkurang setelah pemberian
kan sekresi aldosteron (lihat Gambar 20-24), menyebabkan vasopresin eksogen atau peningkatan sekresi vasopresin
penurunan ekskresi Na+ secara mencolok, tetapi perlahan- endogen akibat rangsang non-osmotik seperti trauma
lahan. Ada beberapa faktor humoral lain yang memengaruhi pembedahan. Pemberian oksitosin setelah persalinan (agar
reabsorpsi Na+. PGE2 akan menimbulkan natriuresis, uterus berkontraksi) juga dapat menyebabkan intoksikasi air
mungkin dengan menghambat Na, K ATPase dan mungkin jika asupan air tidak dipantau dengan cermat.
dengan meningkatkan Ca+ intrasel, yang kemudian akan
menghambat perpindahan Na+ melalui ENaC. Endotelin dan PENGATURAN EKSKRESI K+
IL-1 menimbulkan natriuresis, mungkin melalui peningkatan
pembentukan PGE2. ANP dan molekul-molekul sejenisnya Sebagian besar K+ yang difiltrasi akan dikeluarkan dari
akan meningkatkan 3’,5’-guanosin siklik (cGMP) intrasel, dan cairan tubulus melalui reabsorpsi aktif di tubulus proksimal,
hal ini akan menghambat transpor melalui EnaC. Inhibisi dan K+ kemudian disekresikan ke cairan tubulus oleh sel
terhadap pompa Na, K ATPase oleh hormon natriuretik tubulus distal. Kecepatan sekresi K+ sebanding dengan
lainnya, yang tampaknya merupakan ouabain endogen, juga kecepatan aliran cairan tubulus melalui bagian distal nefron,
akan meningkatkan ekskresi Na+. Angiotensin II meningkat- karena bila aliran cepat, kadar K+ tubulus tidak sempat
kan reabsorpsi Na+ dan HCO3− melalui aktivitasnya pada meningkat jauh hingga menghentikan sekresi lebih lanjut.
tubulus proksimal. Di ginjal, terdapat lumayan banyak enzim Bila tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu sekresi,
pengonversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme) . jumlah K+ yang disekresi kira-kira sama dengan asupan K+,
Ginjal mengubah 20% angiotensin I dalam sirkulasi menjadi dan keseimbangan K+ dipertahankan. Di duktus koligentes,
angiotensin II. Selain itu, angiotensin I dibentuk di ginjal. Na+ umumnya di-reabsorpsi dan K+ disekresi. Pertukaran
Pada orang normal, pemajanan jangka panjang ini tidak selalu satu-banding-satu, dan sebagian besar
terhadap mineralokortikoid dosis tinggi di dalam sirkulasi perpindahan K+ bersifat pasif. Namun demikian, ada
tidak akan menyebabkan edema karena ginjal akhirnya perpasangan listrik (electrical coupling) mengingat migrasi
692 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Na+ intrasel dari lumen cenderung menurunkan perbedaan Obat-obatan penghambat enzim karbonat anhidrase
potensial antara kedua sisi tubulus, dan hal ini memudahkan hanya mempunyai efektivitas sedang sebagai diuretik, tetapi
perpindahan K+ ke dalam lumen tubulus. Ekskresi K+ akan karena menghambat sekresi asam dengan menurunkan
menurun bila jumlah Na+ yang mencapai tubulus distal jumlah asam karbonat, maka obat-obatan ini mempunyai
hanya sedikit. Selain itu, bila sekresi H+ meningkat maka pengaruh yang cukup luas. Obat-obat diuretik tidak hanya
ekskresi K+ akan berkurang karena K+ direabsorpsi di sel-sel meningkatkan ekskresi Na+ karena menurunkan sekresi H+,
duktus koligentes untuk dipertukarkan dengan H+ melalui tetapi juga menekan reabsorpsi HCO3−; dan karena H+ dan K+
kerja H,K-ATPase. bersaing satu sama lain dan juga dengan Na+, penurunan
sekresi H+ akan memudahkan sekresi dan ekskresi K+.
Furosemid dan lengkung diuretik lain menghambat
DIURETIKA kotransporter Na-K-2C1 di segmen tebal ansa Henle. Obat
golongan ini menyebabkan natriuresis dan kaliuresis yang
Meskipun obat-obatan diuretik berada di luar bahasan buku mencolok. Tiazid bekerja dengan menghambat kotranspor
ini, tetapi mekanisme kerja diuretik dapat membantu Na-Cl di tubulus distal. Diuresis yang ditimbulkannya tidak
menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume urine terlalu besar, tetapi lengkung diuretik dan tiazid menyebabkan
dan ekskresi elektrolit. Mekanisme-mekanisme ini peningkatan penyaluran Na+ (dan cairan) ke duktus koligentes
dirangkum pada Tabel 37–8. Kegunaan klinis air, alkohol, yang mempermudah ekskresi K+. Karena itu, seiring dengan
diuretika osmotik, xantin, dan garam-garam pengasam waktu, orang yang menggunakan obat-obat ini sering
terbatas, dan antagonis vasopresin baru mulai dicoba secara mengalami komplikasi berupa deplesi K+ dan hipokalemia jika
klinis. Namun, banyak obat-obatan diuretik di dalam daftar tidak mendapat suplemen K+. Di pihak lain, apa yang disebut
tersebut yang digunakan secara luas dalam pengobatan. sebagai diuretik hemat-K+ bekerja di duktus koligentes dengan
menghambat kerja aldosteron atau memblokade ENaC.

PENGARUH GANGGUAN
TABEL 37-8 Mekanisme kerja berbagai FUNGSI GINJAL
diuretik.
Ada beberapa kelainan yang umum terjadi pada beberapa
Bahan Mekanisme Kerja
penyakit ginjal. Sekresi renin oleh ginjal dan hubungan ginjal
Air Menghambat sekresi vasopresin dengan hipertensi diuraikan di Bab 38. Pada beberapa jenis
Etanol Menghambat sekresi vasopresin penyakit ginjal seringkali ditemukan protein, leukosit, sel
darah merah, dan silinder (potongan-potongan protein yang
Antagonis reseptor vasopresin Menghambat kerja vasopresin
mengendap di tubulus dan terbawa oleh urine ke dalam
V2 misalnya astolvaptan di duktus koligentes
kandung kemih) di dalam urine. Dampak lain penyakit ginjal
Zat osmotik aktif dalam jumlah Menimbulkan diuresis osmotik yang juga penting ialah hilangnya kemampuan pemekatan
besar, seperti manitol dan
glukosa
atau pengenceran urine, uremia, asidosis, dan retensi Na+
abnormal (lihat Boks Klinis 37–3 ).
Xantin seperti kafein dan Menurunkan reabsorpsi Na+
teofilin tubulus dan meningkatkan LFG

Garam pengasam seperti Meningkatkan beban asam; H+ HILANGNYA KEMAMPUAN


CaCI2 dan NH4CI didapar, akan tetapi anion
diekskresi bersama Na+ bila PEMEKATAN & PENGENCERAN
kemampuan ginjal menukar Na+ Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk menjadi kurang
dengan H+ dilampaui
pekat dan volumenya sering meningkat, sehingga timbul
Penghambat karbonat Menurunkan sekresi H+, yang poliuria dan nokturia (bangun malam untuk berkemih).
anhidrase misalnya mengakibatkan peningkatan
asetazolamid (Diamox) ekskresi Na+ dan K+.
Ginjal biasanya tetap dapat membentuk urine yang encer,
tetapi pada stadium lanjut, osmolalitas urine menjadi
Metolazon (Zaroxolyn), Menghambat kotranspoter Na- hampir sama dengan plasma, yang menunjukkan bahwa
tiazid misalnya CI di bagian awal tubulus distal
klorotiazid (Diuril) fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada
lagi. Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan
Lengkungan diuretik Menghambat kotranspor Na-
mekanisme countercurrent, tetapi penyebab yang lebih
seperti furosemid (Lasix), K-2CI− di segmen tebal ansa
asam etakrinat (Edecrin), Henle pars asendens di daerah penting ialah rusaknya nefron-nefron fungsional. Bila satu
dan bumetanid medula ginjal diangkat, jumlah nefron yang berfungsi menjadi
Natriuretikyang hemat kalium Menghambat "pertukaran" Na+-K+
separuh dari jumlah sebelumnya. Karena jumlah osmol
seperti spironolakton di duktus koligentes melalui peng- yang harus diekskresikan tetap sama, jumlah nefron yang
(Aldactone), triamteren hambatan aktivitas aldosteron tersisa harus memfiltrasi dan mengekskresi lebih banyak
(Dyrenium), dan amilorid (spironolakton) atau penghambat- zat-zat osmotik aktif, sehingga terjadi diuresis osmotik.
(Colectril) an reabsorpsi Na+ (amilorid).
Pada diuresis osmotik, osmolalitas urine akan hampir sama
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 693

telah di angkat. Namun, terapi pilihan saat ini sudah tentu


BOKS KLINIS 37-3 transplantasi ginjal dari donor yang sesuai.
Gejala lain gagal ginjal kronis antara lain adalah anemia,
Proteinuria yang terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk
Ada banyak penyakit ginjal dan satu kelainan ginjal yang tidak membentuk eritropoietin, dan hiperparatiroidisme sekunder
berbahaya yang dapat menyebabkan permeabilitas kapiler akibat defisiensi 1,25-dihidroksikolekalsiferol (lihat Bab 21).
glomerulus meningkat, sehingga jumlah protein yang ditemukan
di urine lebih besar daripada normal (proteinuria). Protein ini ASIDOSIS
sebagian besar merupakan albumin, dan umumnya hal ini Asidosis umum terjadi pada penyakit ginjal kronis akibat
disebut albuminuria. Hubungan muatan pada membran
kegagalan ginjal untuk mengekskresikan asam-asam hasil
glomerulus dengan timbulnya albuminuria telah diuraikan
pencernaan dan metabolisme (lihat Bab 39). Pada sindrom
sebelumnya. Jumlah protein yang keluar di urine dapat sangat
banyak. Hilangnya protein melalui urine ini dapat melampaui
langka, asidosis tubulus ginjal, terdapat gangguan khas pada
kemampuan hati menyintesis protein plasma, terutama pada kemampuan mengasamkan urine, dan biasanya fungsi ginjal
nefrosis. Hipoproteinemia yang terjadi akan menurunkan lainnya normal. Namun, urine pada sebagian besar kasus
tekanan onkotik, dan volume plasma akan berkurang, bahkan penyakit ginjal kronis akan mengalami pengasaman
kadang dapat sangat rendah sehingga berbahaya, seiring dengan maksimal, dan asidosis timbul karena jumlah total H+ yang
berkumpulnya cairan edema di jaringan. dapat disekresi berkurang akibat gangguan pembentukan
Kelainan ginjal tidak berbahaya yang juga menimbulkan NH4+ oleh tubulus ginjal.
proteinuria terjadi akibat perubahan hemodinamika ginjal
yang masih belum sepenuhnya dimengerti. Kelainan ini GANGGUAN METABOLISME Na+
menyebabkan ditemukannya protein di urine orang yang
normal pada saat dalam posisi berdiri (albuminuria Banyak penderita penyakit ginjal yang mengalami retensi
ortostatik), sedangkan pada posisi berbaring urinenya tidak Na+ berlebihan dan mengalami edema. Setidaknya ada tiga
mengandung protein. hal yang menyebabkan retensi Na+ pada penyakit ginjal.
Pada glomerulonefritis akut, penyakit yang terutama
mengenai glomerulus, jumlah Na+ yang difiltrasi jauh
berkurang. Pada sindrom nefrotik, peningkatan sekresi
dengan plasma. Hal yang sama akan terjadi bila jumlah aldosteron akan memperberat retensi garam. Pada penyakit
nefron yang berfungsi berkurang akibat proses penyakit. ini, kadar protein plasma rendah, sehingga cairan akan
Peningkatan filtrasi di nefron-nefron yang tersisa akan pindah dari plasma ke ruang interstisial dan volume plasma
merusak nefron-nefron tersebut, sehingga nefron yang rusak berkurang. Penurunan volume plasma ini akan merangsang
semakin banyak. Kerusakan yang terjadi akibat peningkatan peningkatan sekresi aldosteron melalui sistem renin-
filtrasi mungkin disebabkan oleh fibrosis progresif di sel-sel angiotensin. Penyebab ketiga retensi Na+ dan edema pada
tubulus proksimal, tetapi hal ini belum dipastikan. Namun, penyakit ginjal ialah gagal jantung. Penyakit ginjal
hasil akhir dari umpan-balik positif ini adalah rusaknya merupakan predisposisi gagal jantung, di antaranya karena
banyak nefron sehingga terjadi gagal ginjal dengan oliguria penyakit ini seringkali menimbulkan hipertensi.
atau bahkan anuria.
KANDUNG KEMIH
UREMIA PENGISIAN
Bila hasil metabolisme protein menumpuk di dalam darah, Dinding ureter mengandung otot-otot polos yang tersusun
maka akan timbul gejala yang disebut uremia. Gejala uremia secara spiral, memanjang, dan melingkar, tetapi batas antara
antara lain adalah letargi, anoreksia, mual dan muntah, lapisan-lapisan ini tidak jelas. Kontraksi peristaltik teratur satu
penurunan mental dan kebingungan, kedutan otot, kejang, sampai lima kali per menit akan mendorong urine dari pelvis
dan akhirnya koma. Kadar nitrogen urea darah (BUN) dan renis untuk memasuki kandung kemih (vesika urinaria) secara
kreatinin tinggi, dan kadar zat-zat ini dalam darah dapat periodik sesuai dengan gelombang peristaltik. Ureter
digunakan sebagai indeks keparahan uremia. Gejala-gejala memasuki dinding vesika dengan arah miring. Kemiringan
uremia mungkin tidak hanya ditimbulkan oleh penumpukan ureter ini akan menjepit ureter, sehingga meskipun tidak
ureum dan kreatinin, melainkan juga oleh penumpukan zat memiliki sfingter, ureter akan terus tertutup kecuali selama
toksik lainnya—misalnya asam organik atau fenol. gelombang peristaltik, dan mencegah terjadinya refluks urine
Zat-zat toksik yang menimbulkan gejala uremia dapat dari kandung kemih.
dikeluarkan melalui dialisis darah penderita uremia
menggunakan cairan dengan komposisi yang sesuai dalam PENGOSONGAN
ginjal buatan (hemodialisis). Pasien dapat tetap hidup dan Sama seperti ureter, otot polos kandung kemih juga tersusun
sehat selama berbulan-bulan melalui dialisis, meskipun secara spiral, memanjang, dan melingkar. Kontraksi otot
telah terjadi anuria total atau salah satu atau kedua ginjal melingkar atau otot detrusor, terutama berperan dalam
694 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

L1 80

Ganglion L2

Tekanan intravesika (cm H2O)


mesenterikus
L3 60
inferior II

S2
40
S3
Nervus
S4 hypogastricus
20
S2
Ib
Nervus S3 Ia
pelvicus 0
S4
0 100 200 300 400 500
Kandung kemih
Volume intravesika (mL)

GAMBAR 37-20 Sistometrogram pada orang normal. Angka


Nervus romawi menunjukkan tiga komponen kurva yang diuraikan dalam teks.
pudendus Garis putus-putus menunjukkan hubungan tekanan-volume yang akan
Sfingter diperoleh bila proses berkemih tidak berlangsung dan menghasilkan
eksterna
komponen II. (Dimodifikasi dan disalin, dengan izin, dari Tanagho EA, McAninch
JW: Smith's General Urology, 15th ed. McGraw-Hill, 2000.)
GAMBAR 37-19 Persarafan kandung kemih. Garis putus-putus
menggambarkan saraf sensorik. Saraf parasimpatis digambarkan di
sebelah kiri, saraf simpatis di sebelah kanan atas, dan saraf somatik di
sebelah kanan bawah.
hukum Laplace. Hukum ini menyatakan bahwa tekanan
dalam viskus yang bulat sama dengan dua kali tegangan
pengosongan kandung kemih selama berkemih (miksi). dinding dibagi oleh jari-jari viskus tersebut. Pada kandung
Susunan otot ini juga akan melapisi kedua sisi uretra, dan kemih, ketegangan akan meningkat saat organ tersebut terisi,
serat-serat ini sering disebut sfingter uretra interna, meskipun tetapi jari-jarinya juga ikut bertambah, sehingga peningkatan
tidak melingkari uretra. Lebih distal, terdapat terdapat sfingter tekanan yang terjadi hanya sedikit sampai organ tersebut
uretra yang tersusun dari otot rangka, yaitu sfingter uretra relatif penuh.
membranosa (sfingter uretra eksterna). Epitel kandung kemih Selama proses berkemih, otot-otot perineum dan
tersusun dari lapisan superfisial yang terdiri dari sel gepeng sfingter uretra eksterna melemas; otot detrusor berkontraksi;
dan lapisan dalam yang terdiri dari sel kuboid. Persarafan dan urine akan mengalir melalui uretra. Susunan otot polos
kandung kemih dapat dilihat pada Gambar 37–19. pada kedua sisi uretra ternyata tidak berperan pada proses
berkemih, dan fungsi utamanya diduga untuk mencegah
Fisiologi pengosongan kandung kemih dan dasar
refluks semen ke dalam vesika selama ejakulasi pada pria.
fisiologis kelainan pada proses berkemih masih banyak yang
belum diketahui. Berkemih pada dasarnya merupakan refleks Mekanisme yang mencetuskan proses miksi secara
spinal yang difasilitasi dan dihambat oleh pusat-pusat susunan volunter belum diketahui dengan pasti. Salah satu mekanisme
saraf yang lebih tinggi dan, seperti defekasi, dipengaruhi oleh awalnya ialah relaksasi otot-otot dasar panggul, dan ini
fasilitasi dan inhibisi volunter. Urine yang masuk ke dalam mungkin menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar
kandung kemih tidak banyak meningkatkan tekanan intra- pada otot detrusor sehingga merangsang kontraksi otot
vesika sampai kandung kemih terisi penuh. Selain itu, seperti tersebut. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna
juga jenis otot polos lainnya, otot kandung kemih bersifat dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urine
plastis; bila teregang, maka ketegangannya akan menghilang. untuk mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran
Hubungan antara tekanan intravesika dan volume kandung urine saat sedang berkemih. Melalui proses belajar, seorang
kemih dapat dipelajari dengan cara memasukkan kateter dan dewasa dapat mempertahankan kontraksi sfingter eksterna
mengosongkan vesika, kemudian mencatat tekanan sambil sehingga mampu menahan kemih sampai orang tersebut
mengisi kandung kemih secara bertahap masing-masing 50 memiliki kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih, sisa
mL menggunakan air atau udara (sistometri). Grafik antara urine di uretra wanita akan keluar oleh pengaruh gravitasi.
Sedangkan pada pria, sisa urine akan keluar melalui beberapa
tekanan intravesika dan volume kandung kemih disebut
kontraksi otot bulbokavernosa.
sistometrogram (Gambar 37–20). Kurva menunjukkan
adanya sedikit peningkatan pada pengisian awal; disusul oleh
segmen panjang yang hampir mendatar pada pengisian
PENGENDALIAN REFLEKS
selanjutnya; akhirmya timbul peningkatan tekanan yang Otot polos kandung kemih sendiri dapat berkontraksi;
tajam saat refleks miksi tercetus. Ketiga komponen ini disebut namun pada kandung kemih yang persarafannya utuh,
segmen Ia, Ib dan II. Keinginan pertama untuk berkemih reseptor regang di dinding kandung kemih akan memulai
timbul pada saat volume kandung kemih sekitar 150 mL, dan refleks kontraksi yang ambangnya lebih rendah daripada
rasa penuh timbul pada saat kandung kemih terisi sekitar 400 respons kontraksi. Serat saraf yang terdapat di dalam
mL. Segmen Ib yang mendatar merupakan manifestasi nervus pelvikus merupakan serat aferen refleks
BAB 37 Fungsi Ginjal & Berkemih 695

pengosongan kandung kemih, dan serat parasimpatis ke


kandung kemih yang merupakan serat eferen juga berjalan BOKS KLINIS 37-4
bersama saraf ini. Refleks ini diintegrasikan di segmen sakral
medula spinalis. Pada orang dewasa, volume urine di dalam Gangguan Berkemih
kandung kemih yang normalnya merangsang refleks kontraksi Tiga jenis utama disfungsi kandung kemih disebabkan oleh
adalah sekitar 300—400 mL. Saraf simpatis yang menuju kerusakan saraf: (1) akibat terputusnya serat aferen dari
kandung kemih tidak ikut berperan dalam proses berkemih. kandung kemih; (2) akibat terputusnya baik serat aferen
Namun pada pria, saraf-saraf ini memang memperantarai maupun eferen; dan (3) akibat terputusnya jaras fasilitatorik
kontraksi otot vesika yang mencegah masuknya semen ke dan inhibitorik yang berasal dari otak. Pada semua disfungsi
vesika pada saat ejakulasi. ini vesika dapat berkontraksi, tetapi kontraksinya pada
Reseptor regang di dinding kandung kemih tidak memiliki umumnya tidak cukup kuat untuk mengosongkan vesika
sistem saraf motorik kecil. Namun, sama seperti refleks regang, secara sempurna, dan akan meninggalkan sisa urine dalam
ambang untuk refleks berkemih disesuaikan melalui aktivitas kandung kemih.
pusat-pusat fasilitatorik dan inhibitorik di batang otak. Area
fasilitatorik terdapat di daeraf pons, sedangkan area inhibitorik
terdapat di otak tengah. Setelah transeksi batang otak tepat di
atas pons, ambang rangsang akan menurun sehingga diperlukan
pengisian yang lebih sedikit untuk merangsang kandung kemih, EFEK TRANSEKSI MEDULA SPINALIS
sedangkan setelah transeksi di atas otak tengah, ambang
rangsang untuk refleks ini tetap normal. Di hipotalamus Selama syok spinal, kandung kemih akan lembek dan tidak
posterior terdapat area fasilitatorik lain. Orang yang mengalami responsif. Isi kandung kemih akan berlebih, sehingga urine
lesi di girus frontalis superior, akan mengalami penurunan akan menetes keluar dari sfingter (overflow incontinence).
keinginan berkemih dan sulit untuk menghentikan miksi bila Setelah fase syok spinal berlalu, refleks pengosongan akan
telah dimulai. Namun, perangsangan pada hewan percobaan pulih, meskipun kontrol volunter tentu akan hilang serta
menunjukkan bahwa proses berkemih juga dipengaruhi oleh tidak akan ada inhibisi atau fasilitasi dari pusat-pusat yang
daerah-daerah lain di korteks. Kandung kemih dikontraksikan lebih tinggi bila terjadi transeksi medula spinalis. Beberapa
melalui fasilitasi volunter refleks pengosongan yang berasal dari pasien paraplegia dapat berlatih untuk menimbulkan
medula spinalis, meskipun saat itu urine yang terdapat di dalam pengosongan dengan mencubit atau mengelus paha untuk
kandung kemih hanya beberapa mililiter. Kontraksi volunter mencetuskan refleks massa ringan (lihat Bab 12). Pada
otot dinding perut membantu pengeluaran urine dengan beberapa keadaan, refleks pengosongan dapat menjadi
meningkatkan tekanan intra-abdomen, tetapi pengosongan hiperaktif. Daya tampung kandung kemih berkurang, dan
kandung kemih juga dapat dimulai tanpa mengejan bahkan pada dindingnya menjadi hipertrofi. Kandung kemih seperti ini
saat kandung hampir kosong sekali pun. kadang disebut spastic neurogenic bladder. Hiperaktivitas
refleks ini akan diperburuk oleh, atau mungkin disebabkan
EFEK DEAFERENTASI oleh, infeksi pada dinding kandung kemih.
Bila radiks dorsalis daerah sakral hewan percobaan dipotong
atau pada manusia rusak akibat penyakit radiks dorsalis RINGKASAN BAB
seperti tabes dorsalis, semua refleks kontraksi kandung kemih ■ Plasma masuk ke ginjal dan disaring di dalam glomerulus.
akan hilang. Vesika akan menjadi lebar, berdinding tipis, dan Sewaktu filtrat mengalir menuruni nefron dan tubulus,
karena respons intrinsik otot polos terhadap rangsang regang. volumenya berkurang dan air serta zat-zat terlarutnya
dikeluarkan (reabsorpsi tubulus) dan produk sisa disekresikan
EFEK DENERVASI (sekresi tubulus).
■ Sebuah nefron terdiri dari satu tubulus ginjal dan glome-
Bila terjadi kerusakan baik pada serat aferen maupun eferen,
rulusnya. Tiap-tiap tubulus memiliki beberapa segmen,
misalnya oleh tumor kauda equina atau filum terminale,
dimulai dari tubulus proksimal, diikuti oleh ansa/ lengkung
maka kandung kemih akan menjadi lembek (flaksid) dan Henle (pars desendens dan asendens), tubulus kontortus
melebar untuk beberapa saat. Namun, otot kandung kemih distal, tubulus konektivus, dan duktus koligentes.
yang telah mengalami “desentralisasi” ini berangsur-angsur
■ Ginjal menerima hampir 25% curah jantung dan aliran plasma
kembali aktif, dengan banyak gelombang kontraksi yang ginjal dapat diukur dengan memberikan infus asam p-
mendorong tetesan urine keluar melalui uretra. Kandung aminohipurat (PAH) dan mengukur konsentrasinya di urine
kemih jadi menciut dan dindingnya hipertrofi. Tidak dan plasma.
diketahui mengapa pada keadaan ini kandung kemih
■ Aliran darah ginjal masuk ke glomerulus melalui arteriol
menciut dan hipertrofi, sedangkan pada pemotongan saraf aferen dan meninggalkannya melalui arteriol eferen (yang
aferen saja kandung kemih menjadi lebar dan hipotonik. garis tengahnya lebih kecil). Aliran darah ginjal diatur oleh
Keadaan hiperaktif pada denervasi mungkin disebabkan oleh norepinefrin (konstriksi, penurunan aliran), dopa-min
timbulnya hipersensitisasi denervasi meskipun neuron- (vasodilatasi, peningkatan aliran), angiotensin II (konstriksi),
neuron yang terpotong merupakan neuron praganglion dan prostaglandin (dilatasi di korteks ginjal dan konstriksi di
bukan neuron pascaganglion (lihat Boks Klinis 37–4 ). medula ginjal), dan asetilkolin (vasodilatasi).
696 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

■ Laju filtrasi glomerulus dapat diukur melalui suatu zat yang D. Segmen tebal ansa Henle
difiltrasi secara bebas tetapi tidak direabsorpsi atau pun E. Duktus koligentes di korteks
disekresikan di tubulus, non-toksik, dan tidak dime-tabolisasi 6. Berapa bersihan suatu bahan jika konsentrasinya di plasma
oleh tubuh. Inulin memenuhi kriteria ini dan sering adalah 10 mg/dL, konsentrasinya di urine 100 mg/dL, dan
digunakan untuk mengukur LFG. aliran urine 2 mL/mnt?
■ Urine disimpan di kandung kemih sebelum dikeluarkan A. 2 mL/mnt
(berkemih, miksi). Respons miksi melibatkan jalur-jalur B. 10 mL/mnt
refleks, tetapi berada di bawah kontrol volunter. C. 20 mL/mnt
D. 200 mL/mnt
PERTANYAAN PILIHAN GANDA E. Bersihan tidak dapat ditentukan dari informasi yang
Pilihlah jawaban terbaik untuk pertanyaan di bawah ini, diberikan.
kecuali jika ada petunjuk lain.
7. Sewaktu aliran urine meningkat selama diuresis osmotik
1. Jika terdapat vasopresin, fraksi terbesar air yang telah
difiltrasi akan diabsorpsi di A. osmolalitas urine turun di bawah osmolalitas plas-
B. osmolalitas urine meningkat karena meningkatnya
A. tubulus proksimal.
jumlah zat terlarut yang tidak direabsorpsi di urine.
B. ansa Henle.
C. osmolalitas urine mendekati osmolalitas plasma karena
C. tubulus distal.
plasma bocor ke dalam tubulus.
D. duktus koligentes di korteks.
D. osmolalitas urine mendekati osmolalitas plasma karena
E. duktus koligentes di medula.
semakin besarnya fraksi urine yang dieks-kresikan yang
2. Jika tidak terdapat vasopresin, fraksi terbesar air yang merupakan cairan tubulus proksimal isotonik.
telah difiltrasi akan diabsorpsi di E. efek vasopresin di tubulus ginjal dihambat.
A. tubulus proksimal.
B. ansa Henle.
C. tubulus distal.
D. duktus koligentes di korteks. REFERENSI BAB
E. duktus koligentes di medula. Anderson K-E: Pharmacology of lower urinary tract smooth
3. Jika bersihan suatu zat yang difiltrasi bebas lebih kecil muscles and penile erectile tissue. Pharmacol Rev 1993;45:253.
daripada bersihan inulin, Brenner BM, Rector FC Jr (editors): The Kidney, 6th ed, 2 Vols,
A. terjadi reabsorpsi netto zat di tubulus. Saunders, 1999.
B. terjadi sekresi zat di tubulus. Brown D: The ins and outs of aquaporin-2 trafficking. Am J Physiol
C. zat tidak disekresikan atau direabsorpsi di tubulus. Renal Physiol 2003;284:F893.
D. zat terikat ke protein di tubulus. Brown D, Stow JL: Protein trafficking and polarity in kidney
E. zat tersebut lebih banyak disekresikan di tubulus epithelium: From cell biology to physiology. Physiol Rev
proksimal daripada di tubulus distal. 1996;76:245.
DiBona GF, Kopp UC: Neural control of renal function.
4. Reabsorpsi glukosa terjadi di
Physiol Rev 1997; 77:75.
A. tubulus proksimal. Garcia NH, Ramsey CR, Knox FG: Understanding the role
B. ansa Henle. of paracellular transport in the proximal tubule. News
C. tubulus distal. Physiol Sci 1998;13:38.
D. duktus koligentes di korteks. Nielsen S, et al: Aquaporins in the kidney: From molecules to
E. duktus koligentes di medula. medicine. Physiol Rev 2002;82:205.
5. Di mana aldosteron menimbulkan efek paling besar? Spring KR: Epithelial fluid transport: A century of investigation.
A. Glomerulus News Physiol Sci 1999;14:92.
B. Tubulus proksimal Valten V: Tubuloglomerular feedback and the control of glomerular
C. Segmen tipis ansa Henle filtration rate. News Physiol Sci 2003;18:169.
38
Pengaturan Komposisi
B A B

& Volume Cairan


Ekstrasel

T U J U A N ■ Menjelaskan bagaimana tonisitas (osmolalitas) cairan ekstrasel dipelihara


melalui perubahan asupan air dan sekresi vasopresin.
Setelah mempelajari bab ini,
■ Membahas efek-efek vasopresin, reseptor tempat bahan ini bekerja, dan
Anda seyogianya mampu: bagaimana sekresinya diatur.
■ Menjelaskan bagaimana volume cairan ekstrasel dipelihara melalui perubahan
sekresi renin dan aldosteron.
■ Meringkaskan rangkaian reaksi yang menyebabkan terbentuknya
angiotensin II dan metabolit-metabolitnya dalam sirkulasi.
■ Menyebutkan fungsi angiotensin II dan reseptor tempat bahan ini bekerja
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut.
■ Menjelaskan struktur dan fungsi ANP, BNP, dan CNP serta reseptor-reseptor
tempat mereka bekerja.
■ Menjelaskan letak dan mekanisme kerja eritropoietin, serta regulasi umpan-
balik terhadap sekresinya.

PENDAHULUAN
Bab ini akan mengulas mekanisme utama yang bekerja, lingkungan cairan di sekitar sel, dan kehidupan ber-
terutama melalui ginjal dan paru, untuk mempertahankan gantung pada kemantapan “laut internal” ini (lihat Bab 1).
tonisitas, volume, dan susunan ion tertentu cairan
ekstrasel (CES). Bagian interstisium CES membentuk

UPAYA MEMPERTAHANKAN hipotonik maka sekresi vasopresin akan menurun dan


terjadi ekskresi “air bebas zat terlarut” (air yang lebih
TONISITAS banyak daripada zat terlarut). Dengan cara ini, tonisitas
cairan tubuh dipertahankan dalam rentang normal yang
Upaya mempertahankan tonisitas CES terutama merupakan sempit. Dalam keadaan sehat, osmolalitas plasma akan
fungsi mekanisme penghasil-vasopresin dan mekanisme haus. berkisar antara 280 sampai 295 mOsm/kg H2O, dengan
Osmolalitas total tubuh manusia berbanding lurus dengan sekresi vasopresin yang dihambat secara maksimal pada
jumlah total natrium dalam tubuh ditambah jumlah total 285 mOsm/ kg H2O dan dirangsang pada nilai osmolalitas
kalium dalam tubuh dibagi jumlah total air dalam tubuh, yang lebih tinggi (Gambar 38–2 ).
sehingga perubahan osmolalitas cairan tubuh terjadi bila
terdapat disproporsi antara jumlah elektrolit-elektrolit tersebut RESEPTOR VASOPRESIN
dengan jumlah pemasukan atau kehilangan air dari tubuh. Bila Sedikitnya terdapat tiga jenis reseptor vasopresin: V1A, V1B,
tekanan osmotik efektif plasma meningkat, akan terjadi dan V2. Semua reseptor tersebut bergandeng dengan protein
peningkatan sekresi vasopresin serta perangsangan mekanisme G. Reseptor dan V1B bekerja melalui hidrolisis fosfati-
haus; air akan diretensi oleh tubuh, dan terjadi pengenceran dilinositol untuk meningkatkan konsentrasi Ca2+ intrasel.
plasma yang hipertonik ini; serta pemasukan air juga akan Reseptor V2 bekerja melalui Gs untuk meningkatkan kadar
meningkat (Gambar 38–1). Sebaliknya, bila plasma menjadi adenosin 3’,5’-monofosfat siklik (cAMP).
697
698 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Meningkatnya osmolalitas CES air ini. Kanal air ini tersimpan di endosom di dalam sel dan
vasopresin menyebabkan translokasi kanal tersebut dengan
Peningkatan cepat ke membran luminal.
Rasa haus sekresi
vasopresin Reseptor V1 memperantarai efek vasokonstriktor
vasopresin dan secara in vitro vasopresin merupakan
Peningkatan
asupan air Retensi stimulator kuat otot polos vaskular. Namun, secara in vivo
air diperlukan vasopresin dalam jumlah relatif besar untuk
dapat meningkatkan tekanan darah karena vasopresin juga
Pengenceran CES bekerja pada otak untuk mengurangi curah jantung. Tempat
kerja efek ini dalah area postrema, salah satu organ
GAMBAR 38-1 Mekanisme untuk mempertahankan tonisitas
sirkumventrikel (lihat Bab 33). Perdarahan merupakan
CES. Tanda panah terputus-putus menunjukkan inhibisi. (Sumbangan
J Fitzsimmons). perangsang kuat bagi sekresi vasopresin dan penurunan
tekanan darah setelah perdarahan akan lebih mencolok pada
hewan yang telah diberi peptida sintetik yang menghambat
efek presor vasopresin. Karena itu, vasopresin tampaknya
EFEK VASOPRESIN berperan dalam homeostasis tekanan darah.
Karena salah satu efek fisiologis utamanya adalah retensi air Reseptor V1A juga ditemukan di hati dan otak.
oleh ginjal, vasopresin sering disebut hormon antidiuretik Vasopresin menyebabkan glikogenolisis di hati dan seperti
(,antidiuretic hormone, ADH). Hormon ini meningkatkan yang telah disebutkan di atas, vasopresin juga merupakan
permeabilitas duktus koligentes ginjal sehingga air masuk ke neurotrans-miter di otak dan korda spinalis.
interstisium piramid ginjal yang hipertonik. Urine menjadi Reseptor V1B (disebut juga reseptor V3) tampak unik bagi
lebih pekat dan volumenya berkurang. Karena itu, efek hipofisis anterior karena di sini reseptor ini memperantarai
keseluruhan adalah retensi air melebihi zat terlarut; dengan peningkatan sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH)
demikian, tekanan osmotik efektif cairan tubuh berkurang. dari kortikotrop.
Tanpa vasopresin, urine menjadi lebih hipotonik dibanding-
kan plasma, volume urine meningkat, dan terjadi pengeluaran METABOLISME
netto air. Akibatnya, osmolalitas cairan tubuh meningkat. Vasopresin dalam darah cepat diinaktifkan, terutama di hati
Mekanisme timbulnya efek antidiuretik vasopresin dan ginjal. Pada manusia, hormon ini memiliki waktu-paruh
diaktifkan oleh reseptor V2 dan melibatkan penyisipan biologis sekitar 18 menit.
akuaporin 2 ke dalam membran apikal (luminal) principal
cell (epiteliositus prinsipalis) duktus koligentes. Perpindahan KONTROL SEKRESI
air menembus membran melalui proses difusi sederhana kini
diketahui ditingkatkan oleh perpindahan melalui kanal-kanal VASOPRESIN: RANGSANGAN
OSMOTIK
20 Vasopresin disimpan di hipofisis posterior dan dilepaskan
ke dalam aliran darah sebagai respons terhadap impuls di
serat saraf yang mengandung hormon ini. Faktor-faktor
16
yang memengaruhi sekresinya diringkaskan di Tabel 38–1.
Vasopresin plasma (pmol/L)

Jika tekanan osmotik efektif plasma meningkat di atas 285


12

8 TABEL 38-1 Ringkasan rangsangan yang


memengaruhi sekresi vasopresin.
Sekresi Vasopresin Sekresi Vasopresin
4 Meningkat Menurun

Peningkatan tekanan Penurunan tekanan osmotik


LD osmotik efektif plasma efektif plasma
280 300 320 Penurunan volume CES Peningkatan volume CES
Osmolalitas plasma (mosm/kg) Nyeri, emosi, "stres", olahraga Alkohol
Mual dan muntah
GAMBAR 38-2 Hubungan antara osmolalitas plasma dan
vasopresin plasma pada orang dewasa sehat sewaktu infus salin Berdiri
hipertonik. LD, batas deteksi. (Direproduksi, dengan izin, dari Thompson CJ, Klofibrat, karbamazepin
et al: The osmotic thresholds for thirst and vasopressin are similar in healthy Angiotensin II
humans. Clin Sci [Colch] 1986,71:651).
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 699

mOsm/kg, frekuensi lepas-muatan neuron yang mengandung 100


vasopresin meningkat dan terjadilah sekresi vasopresin
(Gambar 38-2). Pada 285 mOsm/kg, vasopresin plasma berada
atau mendekati batas konsentrasi yang dapat dideteksi oleh 80

Vasopresin plasma (pmol/L)


pemeriksaan yang ada, tetapi kadarnya mungkin menurun jika
osmolalitas plasma kurang dari angka tersebut. Sekresi
vasopresin diatur oleh osmoreseptor yang terletak di 60
hipotalamus anterior. Reseptor-reseptor tersebut berada di
luar sawar darah-otak dan agaknya berada di organ
sirkumventrikel, terutama organum vaskulosum lamina 40
terminalis (OVLT) (lihat Bab 33). Ambang osmotik untuk rasa
haus (Gambar 38-1) sama atau sedikit lebih besar daripada
ambang untuk peningkatan sekresi vasopresin (Gambar 38-2), 20
dan masih belum jelas apakah kedua efek tersebut diperantarai
oleh osmoreseptor yang sama.
0
Jadi, sekresi vasopresin dikontrol oleh suatu mekanisme −30 −20 −10 0
umpan-balik yang bekerja terus-menerus untuk memper- % Perubahan tekanan darah arteri rerata
tahankan osmolalitas plasma. Jika osmolalitas mengalami
perubahan, meskipun hanya 1%, sekresi akan berubah secara GAMBAR 38-3 Hubungan tekanan darah arteri rerata dengan
vasopresin plasma pada orang dewasa sehat yang tekanan
signifikan. Dengan cara ini, osmolalitas plasma orang normal
darahnya diturunkan secara progresif dengan infus obat
dipertahankan sangat dekat dengan 283 mOsm/L. penghambat ganglion trimetafan. Hubungan ini lebih bersifat
EFEK VOLUME PADA SEKRESI eksponensial daripada linier. (Digambar dari data di BaylisPH:Osmoregulation
and control of vasopressin secretion in healthy humans. Am J Physiol
VASOPRESIN 1987;253:R671).

Volume CES juga memengaruhi sekresi vasopresin. Sekresi


vasopresin meningkat jika volume CES rendah dan menurun
jika volume CES tinggi (Tabel 38-1). Terdapat hubungan
terbalik antara kecepatan sekresi vasopresin dan frekuensi
lepas-muatan aferen-aferen dari reseptor regang di bagian
tekanan-rendah dan tekanan-tinggi pada sistem vaskular.
Reseptor tekanan-rendah adalah reseptor yang terletak di
vena-vena besar, atrium kanan dan kiri, dan pembuluh paru;
reseptor tekanan-tinggi berada di sinus karotis dan arkus
aorta (lihat Bab 32). Peningkatan eksponensial vasopresin 10
pAVP (pmol/L)

plasma yang ditimbulkan oleh penurunan tekanan darah


dapat dilihat di Gambar 38–3. Namun, reseptor tekanan-
rendah memantau seberapa penuh sistem vaskular terisi, dan
penurunan sedang pada volume darah yang menurunkan
tekanan vena sentral tanpa menurunkan tekanan darah arteri 5
juga dapat meningkatkan vasopresin plasma.
Jadi, reseptor tekanan-rendah merupakan mediator
utama untuk efek volume pada sekresi vasopresin. Impuls
berjalan dari reseptor-reseptor tersebut melalui vagus menuju
nukleus traktus solitarius (NTS). Suatu jalur inhibitorik LD
berjalan dari NTS ke medula ventrolateral kaudal (caudal 280 290 300 310
ventrolateral medulla, CVLM), dan terdapat suatu jalur posm (mosm/kg)
eksitatorik langsung dari CVLM ke hipotalamus. Angiotensin
II memperkuat respons terhadap hipovolemia dan hipotensi GAMBAR 38-4 Efek hipovolemia dan hipervolemia pada
hubungan antara vasopresin plasma (pAVP) dan osmolalitas plasma
dengan bekerja pada organ-organ sirkumventrikel untuk
(posm). Dari 10 pria normal dilakukan pengambilan tujuh sampel
meningkatkan sekresi vasopresin (lihat Bab 33). darah pada waktu yang berbeda-beda ketika dilakukan induksi
Hipovolemia dan hipotensi yang ditimbulkan oleh hipovolemia melalui tindakan pengurangan air (lingkaran hijau, garis
kondisi tertentu seperti perdarahan menyebabkan pelepasan terputus-putus) dan diulang ketika dilakukan induksi hipervolemia
sejumlah besar vasopresin, dan dengan adanya hipovolemia, melalui infus salin hipertonik (lingkaran merah, garis solid). Analisis
regresi linier mendapatkan hubungan pAVP = 0,52 (posm - 238,5)
kurva respons osmotik bergeser ke kiri (Gambar 38–4). untuk pengurangan air dan pAVP = 0,38 (posm - 285,6) untuk salin
Kecuramannya juga meningkat. Hasilnya adalah retensi air hipertonik. LD, batas deteksi. Perhatikan kurva yang lebih curam serta
dan berkurangnya osmolalitas plasma. Hal ini juga pergeseran ke kiri sewaktu hipovolemia. (Sumbangan CJThompson).
700 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

mencakup hiponatremia, karena Na+ adalah komponen BOKS KLINIS 38-1


osmotis aktif yang paling banyak di dalam plasma.

RANGSANG LAIN YANG Syndrome of Inappropriate


MEMENGARUHI SEKRESI Antidiurectic Hormone
VASOPRESIN Syndrome of "inappropriate" hypersecretion of anti-
diuretichormone (SIADH) terjadi ketika kadar vasopresin
Berbagai rangsang di luar perubahan tekanan osmotik dan terlalu tinggi relatif terhadap osmolalitas serum. Vasopresin
penyimpangan volume CES dapat meningkatkan sekresi berperan tidak hanya untuk hiponatremia pengenceran
vasopresin. Rangsang-rangsang ini antara lain nyeri, mual, (dilutional hyponatremia; natrium serum <135 mmol/L),
stres bedah, dan beberapa emosi (Tabel 38-1). Mual tetapi juga untuk hilangnya garam dalam urine ketika
berkaitan dengan peningkatan sekresi vasopresin yang cukup retensi air memadai untuk memperbesar volume CES
besar. Alkohol menurunkan sekresi vasopresin. sehingga mengurangi sekresi aldosteron (lihat Bab 20). Hal
DAMPAK KLINIS ini terjadi pada pasien dengan penyakit otak (“cerebral salt
wasting") dan penyakit paru ("pulmonary salt wasting").
Pada berbagai penyakit, volume dan rangsang non-osmotik Hipersekresi vasopresin pada pasien dengan penyakit paru
lain memengaruhi kontrol osmotik terhadap sekresi misalnya kanker paru sebagian mungkin disebabkan oleh
vasopresin. Sebagai contoh, pasien yang baru menjalani interupsi impuls-impuls inhibi-torik di aferen vagus dari
pembedahan mungkin mengalami peningkatan kadar reseptor regang di atrium dan vena-vena besar.
vasopresin plasma akibat nyeri dan hipovolemia, dan hal ini
Cukup banyak kasus tumor paru dan beberapa kanker
dapat menyebabkan rendahnya osmolalitas plasma dan
lain menyekresi vasopresin. Terdapat suatu proses yang
hiponatremia pengenceran (lihat Boks Klinis 38–1 ).
dinamai "vasopressin escape" yang melawan efek
Diabetes insipidus adalah sindrom yang terjadi jika vasopresin dalam menahan air untuk membatasi derajat
terdapat defisiensi vasopresin (diabetes insipidus sentral) hiponatremia pada SIADH. Studi pada tikus memperlihat-
atau jika ginjal gagal merespons hormon ini (diabetes kan bahwa pajanan vasopresin kadar tinggi yang
insipidus nefrogenik). berkepanjangan akhirnya menyebabkan regulasi-turun
Penyebab defisiensi vasopresin antara lain adalah produksi akuaporin-2. Hal ini memungkinkan aliran urine
proses-proses penyakit di nukleus supraoptikus dan
mendadak meningkat dan osmolalitas plasma turun
paraventrikel, traktus hipotalamohipofisialis, atau kelenjar
meskipun duktus koligentes terpapar kadar hormon yang
hipofisis posterior. Diperkirakan 30% kasus klinis
tinggi; inilah bagaimana seseorang lolos dari efek
disebabkan oleh lesi neoplastik di hipotalamus, baik primer
vasopresin pada ginjal.
maupun meta-statik; 30% paska trauma; 30% idiopatik; dan
sisanya disebabkan oleh lesi vaskular, infeksi, penyakit
sistemik seperti sarkoidosis yang mengenai hipotalamus, KIAT TERAPEUTIK
atau mutasi di gen untuk prapropresofisin. Penyakit yang
timbul setelah operasi pengangkatan lobus posterior hipofisis Pasien dengan kelainan hipersekresi vasopresin
mungkin bersifat temporer jika ujung-ujung distal serat berhasil diobati dengan demeklosiklin, suatu
supraoptikus dan paraventrikel hanya rusak, karena serat- antibiotik yang mengurangi respons ginjal terhadap
serat dapat pulih, membentuk koneksi vaskular baru, dan vasopresin.
mulai kembali mengeluarkan vasopresin.
Gejala diabetes insipidus adalah keluarnya urine encer
dalam jumlah besar (poliuria) dan minum cairan dalam
jumlah besar (polidipsia), asalkan mekanisme haus normal.
Polidipsia inilah yang membuat pasien tetap sehat. Jika
sensasi haus mereka tertekan oleh sebab apapun dan asupan dapat mencapai membran apikal duktus koligentes tetapi
cairan encer berkurang maka dapat terjadi dehidrasi yang terperangkap di lokasi-lokasi intrasel.
mungkin mematikan.
Kausa lain diabetes insipidus adalah ketidak- AGONIS & ANTAGONIS
mampuan ginjal merespons vasopresin (diabetes insipidus
nefrogenik). Penyakit ini diketahui memiliki dua bentuk.
SINTETIK
Pada bentuk pertama, terjadi mutasi di gen untuk Dengan mengubah residu-residu asam amino, dihasilkan
reseptor V2, sehingga reseptor tersebut menjadi tidak berbagai peptida sintetik yang memiliki efek selektif dan
responsif. Gen reseptor V2 terletak di kromosom X lebih aktif daripada vasopresin alami. Sebagai contoh, l-
sehingga penyakit ini terkait-X dan pewarisannya resesif deamino-8-D-arginin vasopresin (desmopresin; dDAVP)
terkait-seks. Pada bentuk lainnya, mutasi terjadi di gen memiliki aktivitas antidiuretik sangat tinggi dengan sedikit
autosom untuk akuaporin-2 dan menghasilkan kanal air aktivitas presor sehingga berguna dalam pengobatan
versi non-fungsional, banyak di antaranya tidak defisiensi vasopresin.
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 701

UPAYA MEMPERTAHANKAN pertahankan volume CES. Meskipun begitu, volume juga


dapat mengontrol ekskresi air; peningkatan volume CES
VOLUME menghambat sekresi vasopresin, dan penurunan volume CES
meningkatan sekresi hormon ini. Rangsang volume akan lebih
Volume CES ditentukan terutama oleh jumlah total zat kuat daripada pengendalian sekresi vasopresin oleh rangsang
terlarut yang aktif secara osmotis dalam CES. Susunan osmotik. Angiotensin II merangsang sekresi aldosteron dan
CES diuraikan di Bab 1. Karena Na+ dan Cl- merupakan vasopresin. Angiotensin II juga menimbulkan rasa haus dan
zat terlarut terbanyak yang aktif secara osmotis di CES menimbulkan konstriksi pembuluh darah, yang akan
dan karena perubahan kadar Cl- umumnya sekunder membantu mempertahankan tekanan darah. Dengan
terhadap (mengikuti) perubahan kadar Na+, jumlah Na+ demikian, angiotensin II memegang peran besar pada respons
CES merupakan penentu terpenting volume CES. Dengan tubuh terhadap hipo-volemia (Gambar 38–5). Selain itu,
demikian, mekanisme pengendalian keseimbangan Na+ peningkatan volume CES akan meningkatkan sekresi atrial
merupakan mekanisme utama yang berperan dalam mem- natriuretic peptide (ANP) dan brain natriuretic peptide

Rangsangan ke renin

Hati

Ginjal
Angiotensinogen
(453 aa)

Renin (enzim)

Angiotensin I
(10 aa)

Angiotensin I
Angiotensin-converting Angiotensin-converting
enzyme enzyme
(endotel) (endotel)
Angiotensin II

Angiotensin II
(8 aa)

Korteks
Sistem adrenal
kardiovaskular Aldosteron

Ginjal

Vasokonstrikosi Retensi garam


dan H2O

Tekanan darah

GAMBAR 38-5 Ringkasan sistem renin-angiotensin dan stimulasi sekresi aldosteron oleh angiotensin II. Konsentrasi renin plasma merupakan
penentu kecepatan sistem renin-angiotensin; karena itu, renin adalah penentu utama konsentrasi angiotensin II plasma.
702 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

(BNP) oleh jantung, dan akan menyebabkan natriuresis dan Angiotensinogen


diuresis. Renin
Pada keadaan sakit, kehilangan air dari tubuh (dehidrasi) Bradikinin
Angiotensin I
menimbulkan penurunan sedang volume CES, karena air akan
Angiotensin-converting enzyme
hilang baik dari cairan di kompartemen intrasel maupun
ekstrasel; tetapi kehilangan Na+ melalui feses (diare), urine Angiotensin II Metabolit
inaktif
(asidosis berat, insufisiensi adrenal), atau keringat (lingkungan Berbagai Reseptor AT1
terlampau panas, heat prostratiori) akan sangat menurunkan peptidase
AIII, AIV, Reseptor AT2
volume CES dan akan menimbulkan syok. Kompensasi lain-lain
langsung tubuh terhadap syok memang bekerja terutama
untuk mempertahankan volume intravaskular, tetapi selain itu Metabolit
inaktif
juga akan memengaruhi keseimbangan Na+. Pada insufisiensi
adrenal, penurunan volume CES tidak hanya disebabkan oleh GAMBAR 38-6 Pembentukan dan metabolisme angiotensin
kehilangan Na+ melalui urine tetapi juga oleh perpindahan Na+ dalam darah.
ke dalam sel. Karena besarnya peranan Na+ dalam homeostasis
volume CES, tidaklah mengherankan bila terdapat lebih dari
Seperti hormon lain, renin disintesis sebagai suatu pra-
satu mekanisme untuk mengendalikan ekskresi ion ini.
prohormon berukuran besar. Praprorenin manusia
Proses filtrasi dan reabsorpsi Na+ di ginjal dan pengaruh
mengandung 406 residu asam amino. Prorenin yang tersisa
proses-proses ini pada ekskresi Na+ telah diuraikan di Bab 37.
setelah pengeluaran sekuens pendahulu (leader sequence),
Bila volume CES berkurang, tekanan darah akan turun,
yang terdiri dari 23 residu asam amino dari terminal-amino,
tekanan kapiler glomerulus akan menurun sehingga laju
mengandung 383 residu asam amino, dan setelah pengeluaran
filtrasi glomerulus (LFG) akan berkurang dan menurunkan
sekuens pro dari terminal-amino prorenin, terbentuk renin
jumlah Na+ yang difiltrasi. Reabsorpsi Na+ oleh tubulus akan
aktif yang mengandung 340 residu asam amino. Kalaupun
meningkat, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan
ada, prorenin hanya memiliki sedikit, aktivitas biologik.
sekresi aldosteron. Sekresi aldosteron sebagian dikendalikan
oleh sistem umpan-balik, yaitu penurunan tekanan Sebagian prorenin diubah menjadi renin di ginjal, dan
intravaskular rerata akan memicu peningkatan sekresi. sebagian disekresikan. Prorenin juga disekresikan oleh organ-
Perubahan ekskresi Na+ lainnya terjadi terlampau cepat hanya organ lain, seperti ovarium. Setelah nefrektomi, kadar
karena perubahan sekresi aldosteron. Misalnya, berdiri dari prorenin dalam sirkulasi biasanya hanya turun sedikit dan
posisi berbaring telentang akan meningkatkan sekresi bahkan mungkin meningkat, tetapi kadar renin-aktif turun
aldosteron. Namun, ekskresi Na+ hanya berkurang dalam sampai hampir nol. Dengan demikian, hanya sedikit prorenin
beberapa menit, dan perubahan cepat dalam ekskresi Na+ ini yang diubah menjadi renin dalam sirkulasi, dan renin aktif
juga terjadi pada subjek yang telah mengalami adrenalektomi. adalah produk utama, bila bukan eksklusif, dari ginjal.
Hal ini mungkin terjadi oleh karena adanya perubahan he- Prorenin disekresikan secara konstitusif, sedangkan renin aktif
modinamika atau mungkin akibat penurunan sekresi ANP. terbentuk dalam granula sekretorik sel jukstaglomerulus, sel
yang sama yang menghasilkan renin (lihat bawah). Renin aktif
Ginjal menghasilkan tiga hormon: 1,25-dihidroksikole-
memiliki waktu-paruh dalam sirkulasi sekitar 80 menit atau
kalsiferol (lihat Bab 21), renin, dan eritropoietin. Peptida
kurang. Satu-satunya fungsi yang diketahui adalah memecah
natriuretik, bahan-bahan yang disekresikan oleh jantung dan
dekapeptida angiotensin I dari ujung terminal-amino
jaringan lain, meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal,
angiotensinogen (substrat renin (Gambar 38–7).
dan suatu hormon natriuretik lain (ouabain endogen)
menghambat Na, K ATPase. ANGIOTENSINOGEN
SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN Angiotensinogen dalam darah ditemukan dalam fraksi
globulin α2 plasma (Gambar 38-6). Angiotensinogen
RENIN mengandung sekitar 13% karbohidrat dan tersusun oleh 453
Peningkatan tekanan darah yang ditimbulkan oleh residu asam amino. Zat ini disintesis di hati dengan sekuens
penyuntikan ekstrak ginjal adalah kerja renin, suatu protease sinyal 32-asam-amino yang dikeluarkan di retikulum
asam yang disekresikan oleh ginjal ke dalam aliran darah. endoplasma. Kadarnya dalam darah ditingkatkan oleh
Enzim ini bekerja bersama dengan enzim pengkonversi glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin,
angiotensin (angiotensin-converting enzyme, ACE) untuk dan angiotensin II.
membentuk angiotensin II (Gambar 38–6). Enzim ini
merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 37.326 ENZIM PENGONVERSI
pada manusia. Molekul tersusun dari dua lobus, atau ranah, di
antara keduanya, di celah bagian dalam adalah tempat aktif
ANGIOTENSIN & ANGIOTENSIN II
enzim. Dua residu asam aspartat, satu di posisi 104 dan satu di ACE adalah suatu dipeptidilkarboksipeptidase yang memecah
posisi 292 (nomor residu dari praprorenin manusia), terletak histidilleusin dari angiotensin I yang inaktif secara fisiologis,
dekat dengan celah dan penting untuk aktivitas enzim ini. membentuk oktapeptida angiotensin II (Gambar 38-7). Enzim
Dengan demikian, renin adalah suatu aspartil protease. yang sama menginaktifkan bradikinin (Gambar 38-6). Bila
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 703

Asp-Arg-Val-Tyr-Ile-His-Pro-Phe-His-Leu-Val-Ile-His-R
Angiotensinogen
Renin memutuskan ikatan ini

Asp-Arg-Val-Tyr-Ile-His-Pro-Phe-His-Leu
Angiotensin I
Angiotensin-converting enzyme memutuskan ikatan ini

Asp-Arg-Val-Tyr-Ile-His-Pro-Phe
Angiotensin II
Aminopeptidase memutuskan ikatan ini

Angiotensin III

GAMBAR 38-7 Struktur ujung terminal amino angiotensinogen serta angiotensin I, II, dan III pada manusia. R, sisa (Remainder) protein.
Setelah leader sequence yang terdiri dari 24 asam amino disingkirkan, terbentuk angiotensinogen dengan 453 residu asam amino. Struktur
angiotensin II pada anjing, tikus, dan banyak mamalia lain sama seperti pada manusia. Angiotensin II sapi dan babi memiliki valin bukan isoleusin di
posisi 5.

ACE dihambat, bradikinin jaringan yang meningkat akan membran dan sebuah ekor sitoplasma yang pendek.
bekerja pada reseptor B2 untuk menimbulkan batuk, yang Namun, ACE somatik adalah suatu protein 170 kDa
menjadi efek samping mengganggu pada hampir 20% dengan dua domain ekstrasel homolog, masing-masing
pasien yang mendapat inhibitor ACE (lihat Boks Klinis 38– mengandung sebuah tempat aktif (Gambar 38–8). ACE
2). Sebagian besar enzim pengonversi yang membentuk germinal adalah protein 90 kDa yang hanya memiliki satu
angiotensin II dalam sirkulasi terletak di sel endotel. ranah ekstrasel dan tempat aktif. Kedua enzim tersebut
Sebagian besar konversi terjadi sewaktu darah melewati paru, dibentuk dari satu gen. Namun, gen ini memiliki dua
tetapi konversi juga terjadi di berbagai bagian tubuh. promotor, menghasilkan dua mRNA yang berbeda. Pada
mencit jantan yang gen ACE-nya telah dihancurkan, tekanan
ACE adalah suatu ektoenzim yang terdapat dalam dua
darah lebih rendah daripada normal, tetapi pada mencit
bentuk, yaitu bentuk somatik yang ditemukan di seluruh
betina tekanan tersebut normal. Selain itu, fertilitas ber-
tubuh dan bentuk germinal yang hanya ditemukan di sel
kurang pada jantan namun tidak pada betina.
spermatogenik paskameiosis dan spermatozoa (lihat Bab
23). Kedua bentuk ACE memiliki satu ranah trans-
Perluasan
ekstrasel

BOKS KLINIS 38-2


Zn2+ Zn2+
Manipulasi Farmakologis Sistem Renin- Tempat katalitik Tempat katalitik
Angiotensin terminal amino terminal karboksil

Saat ini kita dapat menghambat sekresi atau efek renin


melalui berbagai cara. Inhibitor sintesis prostaglandin
seperti indometasin dan obat penghambat adrenergik-β NH2
seperti propranolol menurunkan sekresi renin. Peptida Ranah
pepstatin dan inhibitor renin yang baru diciptakan trans-
membran
misalnya enalkiren mencegah renin menghasilkan
angiotensin I. Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin Perluasan
(ACE inhibitors) misalnya captopril dan enalapril mencegah intrasel
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Saralasin COOH
dan beberapa analog angiotensin II lainnya merupakan GAMBAR 38-8 Gambaran diagramatik struktur bentuk somatik
inhibitor kompetitif efek angiotensin II pada reseptor AG angiotensin-converting enzyme. Perhatikan ekor molekul yang
dan AT2. Losartan (DuP-753) secara selektif menghambat pendek di dalam sitoplasma dan dua tempat katalitik ekstrasel,
reseptor AT1, dan PD-123177 serta beberapa obat lain masing-masing mengikat sebuah ion seng (Zn2+). (Direproduksi, dengan
ijin, dari Johnston Cl. Tissue angiotensin-converting enzyme in cardiac and vascular
secara selektif menghambat reseptor AT2. hypertrophy, repair, and remodeling. Hypertension 1994;23:258. Hak cipta © 1994
pada The American Heart Association).
704 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

METABOLISME ANGIOTENSIN II angiotensin II. Selain itu, zat ini bekerja pada otak untuk
meningkatkan tekanan darah, meningkatkan asupan air, dan
Angiotensin II cepat dimetabolisme, waktu-paruhnya dalam meningkatkan sekresi vasopresin dan ACTH. Angiotensin II
sirkulasi darah manusia hanya 1—2 menit. Angiotensin II tidak menembus sawar darah-otak, tetapi zat ini mencetuskan
dimetabolisme oleh berbagai peptidase. Aminopeptidase respons-respons tersebut dengan bekerja pada organ sirkum-
mengeluarkan residu asam aspartat (Asp) dari terminal-amino ventrikel, yaitu empat struktur kecil di otak yang terletak di
peptida (Gambar 38-7). Heptapeptida yang terbentuk memiliki luar sawar darah-otak (lihat Bab 33). Salah satu struktur ini,
aktivitas fisiologis dan kadang-kadang disebut angiotensin III. area postrema, memegang peran penting dalam potensiasi
Pengeluaran residu terminal-amino kedua dari angiotensin III presor, sementara dua lainnya, yaitu organ subforniks (SFO)
akan menghasilkan heksapeptida yang kadang-kadang disebut dan organum vaskulosum lamina terminalis (OVLT),
angiotensin IV, yang juga dikatakan memiliki aktivitas. Hampir berperan dalam peningkatan masukan air (efek dipsogenik).
semua fragmen peptida lainnya yang terbentuk bersifat tidak Tidak diketahui pasti organ sirkumventrikel mana yang
aktif Selain itu, aminopeptidase dapat bekerja pada angiotensin I berperan dalam peningkatan sekresi vasopresin dan ACTH.
untuk menghasilkan (des-Asp1) angiotensin I, dan senyawa ini Angiotensin III [(desAsp1) angiotensin II] memiliki 40%
dapat diubah secara langsung menjadi angiotensin III oleh kerja aktivitas presor angiotensin II, tetapi memiliki 100% aktivitas
ACE. Aktivitas metabolisme angiotensin ditemukan dalam sel penstimulasi-aldosteron. Diperkirakan bahwa angiotensin III
darah merah dan di banyak jaringan. Selain itu, angiotensin II merupakan peptida penstimulasi-aldosteron alami, sedangkan
tampaknya dikeluarkan dari sirkulasi melalui semacam angiotensin II merupakan peptida pengatur-tekanan-darah.
mekanisme trapping dalam jaringan vaskular organ selain paru. Namun, tampaknya pandangan ini tidak benar; angiotensin
Renin biasanya diukur dengan menginkubasi sampel yang III hanyalah suatu produk pecahan dengan sedikit aktivitas
akan diperiksa dan mengukur angiotensin I yang dihasilkannya biologik. Hal yang sama juga mungkin berlaku untuk
melalui immunoassay. Cara ini mengukur aktivitas renin plasma angiotensin IV, walaupun sebagian peneliti berpendapat
(Plasma Renin Activity, PRA) pada sampel. Defisiensi bahwa zat ini memiliki efek unik pada otak.
angiotensinogen serta renin dapat menyebabkan nilai PRA yang
rendah, dan untuk menghindari masalah ini, sering diberikan
angiotensinogen eksogen, sehingga yang diukur adalah SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN
konsentrasi renin plasma (plasma renin concentration, PRC) JARINGAN
bukan PRA. PRA normal pada orang yang tidur telentang dan Selain sistem yang menghasilkan angiotensin II, banyak
makan natrium dalam jumlah normal adalah sekitar 1 ng jaringan memiliki sistem renin-angiotensin independen yang
angiotensin I yang terbentuk per mililiter per jam. Konsentrasi menghasilkan angiotensin II, sepertinya untuk pemakaian lokal.
angiotensin II plasma pada orang-orang tersebut adalah sekitar Komponen-komponen sistem renin-angiotensin ditemukan di
25 pg/mL (sekitar 25 pmol/L). dinding pembuluh darah dan di uterus, plasenta, dan membran
janin. Cairan amnion memiliki prorenin dalam konsentrasi
EFEK ANGIOTENSIN tinggi. Selain itu, sistem renin-angiotensin jaringan, atau
setidaknya beberapa komponen sistem renin-angiotensin, juga
Angiotensin I agaknya hanya berfungsi sebagai prekursor terdapat di mata, bagian eksokrin pankreas, jantung, lemak,
untuk angiotensin II dan tidak memiliki fungsi lain yang jelas. korteks adrenal, testis, ovarium, lobus anterior dan intermediat
Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol dan hipofisis, kelenjar pineal, dan otak. Renin jaringan tidak banyak
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Zat ini berperan bagi cadangan renin dalam sirkulasi, karena aktivitas
merupakan salah satu Vasokonstriktor yang paling kuat, yang renin plasma turun hingga ke kadar yang tidak terdeteksi setelah
pada orang normal memiliki aktivitas 4 sampai 8 kali lipat ginjal diangkat. Fungsi sistem renin-angiotensin jaringan ini
dibandingkan dengan norepinefrin berdasarkan berat. masih belum diketahui walaupun semakin banyak bukti bahwa
Namun, aktivitas presor tersebut menurun pada orang dengan angiotensin II merupakan faktor pertumbuhan penting di
deplesi Na+ dan pada pasien sirosis atau penyakit lain. Pada jantung dan pembuluh darah. Inhibitor ACE atau penghambat
keadaan-keadaan ini, angiotensin II dalam darah meningkat, reseptor AT] kini merupakan terapi pilihan bagi gagal jantung
dan akan meregulasi-turun jumlah reseptor angiotensin di ko-ngestif, dan sebagian dari efek bermanfaat ini mungkin
otot polos pembuluh darah. Akibatnya, respons terhadap disebabkan oleh inhibisi terhadap efek pertumbuhan
suntikan angiotensin II melemah. angiotensin II.
Angiotensin II juga bekerja langsung pada korteks adrenal
untuk meningkatkan sekresi aldosteron, dan sistem renin-
angiotensin merupakan pengatur utama sekresi aldosteron.
RESEPTOR ANGIOTENSIN II
Efek lain angiotensin II adalah fasilitasi pelepasan norepinefrin Setidaknya ada dua kelas reseptor angiotensin II. Reseptor
melalui efek langsung pada neuron simpatis paskaganglion, AT1 adalah reseptor serpentine yang dirangkai ke fosfolipase
kontraksi sel-sel mesangium yang menyebabkan penurunan C oleh protein G (Gq), dan angiotensin II meningkatkan
LFG (lihat Bab 37), dan efek langsung pada tubulus ginjal kadar Ca2+ bebas sitosolik. Selain itu juga mengaktifkan
untuk meningkatkan reabsorpsi Na+. banyak tirosin kinase. Di otot polos pembuluh darah,
Angiotensin II juga bekerja pada otak untuk menurunkan reseptor AT1 terhubung dengan kaveole (lihat Bab 2), dan
kepekaan barorefleks, dan hal ini memperkuat efek presor AII meningkatkan pembentukan kaveolin-1, salah satu dari
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 705

Glomerulus

Sel
lacis
Saraf
ginjal
Makula
densa

Arteriol
Sel granular
eferen
Arteriol
aferen

GAMBAR 38-9 Kiri: Diagram glomerulus, yang memperlihatkan aparatus jukstaglomerulus. Kanan: Fotomikrograf fase kontras sebuah
arteriol aferen di sebuah sediaan beku-kering ginjal mencit tanpa pulasan. Perhatikan sel darah merah di lumen arteriol dan sel granular di
dinding. (Sumbangan C Peil).

tiga bentuk-iso protein yang khas untuk kaveole. Pada hewan glomerulus (Gambar 38-9). Granula sekretorik berlapis-
pengerat, terdapat dua subtipe AT1 yang berkaitan erat, AT1A membran di dalam sel ini telah terbukti mengandung renin.
dan AT1B, yang disandi oleh dua gen berbeda. Subtipe AT1A Renin juga ditemukan dalam sel lacis agranular yang terletak
ditemukan di dinding pembuluh darah, otak, dan banyak di taut antara arteriol aferen dan eferen, tetapi kemakna-
organ lain. Reseptor ini memperantarai sebagian besar efek annya di lokasi ini tidak diketahui.
angiotensin II yang dikenal. Reseptor AT1B ditemukan di Di titik tempat arteriol aferen masuk ke dalam
hipofisis anterior dan korteks adrenal. Pada manusia, gen glomerulus dan arteriol eferen meninggalkannya, tubulus
reseptor AT1 terletak di kromosom 3. Mungkin terdapat tipe nefron menyentuh arteriol glomerulus tempat tubulus
AT1 kedua, tetapi masih belum dipastikan apakah terdapat tersebut berasal. Di lokasi ini, yang menandai permulaan
subtipe-subtipe AT1A dan AT1B. konvuluta distalis, epitel tubulus mengalami modifikasi yang
Ada pula reseptor AT2, yang pada manusia disandi oleh disebut makula densa (Gambar 38-9). Makula densa terletak
sebuah gen di kromosom X. Seperti reseptor AT1, reseptor ini sangat dekat dengan sel JG. Sel lacis, sel JG, dan makula
memiliki tujuh domain transmembran, tetapi efeknya densa membentuk aparatus jukstaglomerulus.
berbeda. Reseptor ini bekerja melalui sebuah protein G untuk
mengaktifkan berbagai fosfatase yang pada gilirannya menjadi PENGATURAN SEKRESI
antagonis efek pertumbuhan dan membuka kanal K+. Selain
itu, pengaktifan reseptor AT2 meningkatkan pembentukan RENIN
NO sehingga terjadi peningkatan 3,5-guanosin monofosfat Sekresi renin diatur oleh beberapa faktor berbeda (Tabel 38–
siklik (cGMP) intrasel. Konsekuensi fisiologik keseluruhan 2), dan kecepatan sekresi renin pada setiap saat
dari efek perantara-kedua ini masih belum diketahui. Reseptor ditentukan oleh aktivitas gabungan faktor-faktor tersebut.
AT2 lebih banyak ditemukan pada masa janin dan neonatus, Salah satu faktor adalah mekanisme baroreseptor intrarenal
tetapi pada orang dewasa tetap dapat dijumpai di otak dan yang menyebabkan sekresi renin menurun apabila tekanan
organ lain. arteriol di tingkat sel JG meningkat dan meningkat apabila
Reseptor AT1 di arteriol dan reseptor AT1 di korteks tekanan arteriol di tingkat ini menurun. Sensor pengatur-
adrenal diatur dengan cara yang berlawanan: angiotensin II renin lainnya adalah di makula densa. Sekresi renin
yang berlebihan akan meregulasi-turun reseptor vaskular, berbanding terbalik dengan jumlah Na+ dan Cl- yang masuk
tetapi meningkatkan reseptor adrenokorteks, sehingga ke tubulus distalis ginjal dari ansa Henle. Diperkirakan
kelenjar lebih peka terhadap efek peptida yang merangsang kedua elektrolit ini masuk ke sel makula densa melalui
aldosteron. transporter Na+-K+-2Cl- di membran apikal, dan
peningkatan ini memicu suatu sinyal yang menurunkan
APARATUS JUKSTAGLOMERULUS sekresi renin di sel jukstaglomerulus di arteriol aferen di
Renin dalam ekstrak ginjal dan aliran darah dihasilkan oleh sekitar. Mediator yang mungkin berperan adalah NO, tetapi
sel jukstaglomerulus (sel JG). Sel-sel epitelioid ini terletak di identitas sinyal tersebut masih belum jelas. Sekresi renin juga
tunika media arteriol aferen sewaktu arteriol memasuki berbanding terbalik dengan kadar K+ plasma, tetapi efek K+
706 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

TABEL 38-2 Faktor-faktor yang memengaruhi BOKS KLINIS 38-3


sekresi renin.
Merangsang Peran Renin pada Hipertensi Klinis
Peningkatan aktivitas simpatis melalui saraf-saraf ginjal Konstriksi salah satu arteri ginjal menyebabkan peningkatan
Peningkatan katekolamin dalam darah cepat sekresi renin dan timbulnya hipertensi yang menetap
(hipertensi renal atau hipertensi Goidblatt). Pengangkatan
Prostaglandin
ginjal yang iskemik atau arteri yang mengalami konstriksi
Menghambat akan menyembuhkan hipertensi bila hipertensinya belum
Peningkatan reabsorpsi Na+ dan Cl− di makula densa terlalu lama. Secara umum, hipertensi yang timbul akibat
konstriksi salah satu arteri ginjal dengan ginjal yang lain
Peningkatan tekanan arteriol aferen
intak (hipertensi one-clip two-kidney Goidblatt) berkaitan
Angiotensin II dengan peningkatan renin dalam darah. Padanan klinis
Vasopresin keadaan ini adalah hipertensi renal akibat penyempitan
ateromatosa salah satu arteri renalis atau kelainan lain pada
sirkulasi ginjal. Namun, aktivitas renin plasma biasanya
tampaknya diperantarai oleh efek renin pada perubahan normal pada hipertensi one-clip one-kidney Goidblatt.
jumlah Na+ dan Cl- yang mencapai makula densa. Penyebab hipertensi pada situasi ini masih belum diketahui.
Angiotensin II memberi umpan-balik yang menghambat Namun, banyak pasien hipertensi berespons terhadap
sekresi renin melalui efek langsung pada sel JG. Vasopresin pemberian inhibitor ACE atau losartan walaupun tampaknya
juga menghambat sekresi renin in vitro dan in vivo, walaupun sirkulasi ginjal mereka normal dan aktivitas renin plasma
masih diperdebatkan apakah efek in vivonya langsung atau normal atau bahkan menurun.
tidak langsung.
Akhirnya, peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis
meningkatkan sekresi renin. Peningkatan tersebut diperan
tarai oleh peningkatan katekolamin dalam darah dan oleh
norepinefrin yang dikeluarkan oleh saraf-saraf simpatis
ginjal pascaganglion. Katekolamin bekerja terutama melalui
HORMON JANTUNG & FAKTOR
reseptor adrenergik-β1 di sel-sel JG dan peningkatan renin NATRIURETIK LAIN
diperantarai oleh peningkatan cAMP intrasel.
Kondisi-kondisi utama yang berkaitan dengan pening- STRUKTUR
katan sekresi renin pada manusia tercantum di Tabel 38–3.
Keberadaan berbagai hormon natriuretik telah dipostulasi-
Sebagian besar dari kondisi tersebut menurunkan tekanan
kan sejak lama. Dua di antaranya disekresikan oleh jantung.
vena sentral, dan hal ini memicu peningkatan aktivitas
Sel-sel otot di atrium dan, jauh lebih sedikit, di ventrikel
simpatis serta kemungkinan penurunan tekanan arteriol
mengandung granula sekretorik (Gambar 38–10). Jumlah
ginjal (lihat Boks Klinis 38–3). Konstriksi arteri ginjal dan
granula meningkat apabila asupan NaCl meningkat dan
kon-striksi aorta proksimal dari arteri renalis menurunkan
tekanan arteriol ginjal. Rangsang psikologik meningkatkan
aktivitas saraf-saraf ginjal.

TABEL 38-3 Kondisi-kondisi yang meningkatkan


sekresi renin.
Deplesi Na+

Diuretik

Hipotensi g m
Perdarahan G
Posisi tegak
N
Dehidrasi

Gagal jantung

Sirosis
GAMBAR 38-10 Granula ANP (g) menyilang diantara
Konstriksi arteri renalis atau aorta mitokondria (m) pada sel otot atrium mencit. G, Kompleks Golgi;
Berbagai rangsangan psikologis N, Nukleus. Granula pada sel atrium manusia serupa (x 17,640).
(Sumbangan dari M. Cantin.)
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 707

1 28
ANP SLRRSSCFGGRMDRIGAQSGLGCNSFRY
1 32
BNP SPKMVQGSGCFGRKMDRISSSSGGCKVLRRH
1 22
CNP GLSKGCFGLKLDRIGSMSGLGC

H2 N
H2 N
H2 N

HOOC

HOOC
HOOC
ANP BNP CNP

GAMBAR 38-11 ANP, BNP, dan CNP manusia. Atas: Kode satu- karboksil dari cincin 17 asam amino tersebut. (Dimodifikasi dari Imura H,
huruf untuk residu-residu asam amino yang disusun untuk Nakao K, Itoh H. The natriuretic peptide system in the brain: Implication in the
menunjukkan sekuens umum (berwarna). Bawah: Bentuk molekul. central control of cardiovascular and neuroendocrine functions. Front
Perhatikan bahwa satu sistein adalah residu asam amino terminal Neuroendocrinol 1992;! 3:217).
karboksil di CNP, sehingga tidak terdapat perluasan terminal

cairan ekstrasel bertambah, dan ekstrak jaringan atrium ini laju filtrasi glomerulus (lihat Bab 37). Selain itu, zat-zat ini
menyebabkan natriuresis. bekerja pada tubulus ginjal untuk menghambat reabsorpsi
Hormon natriuretik pertama yang diisolasi dari jantung Na+ (lihat Bab 37). Efek lain adalah peningkatan per-
adalah ANP, suatu polipeptida dengan cincin 17-asam meabilitas kapiler, yang menyebabkan ekstravasasi cairan
amino khas yang dibentuk oleh sebuah ikatan disulfida dan penurunan tekanan darah. Selain itu, ketiganya
antara dua sistein. Bentuk polipeptida ini di sirkulasi merelaksasi otot polos pembuluh darah di arteriol dan
memiliki 28 residu asam amino (Gambar 38–11). Hormon venula. CNP memiliki efek dilator yang lebih besar pada
ini dibentuk dari sebuah molekul prekursor besar yang vena dibandingkan ANP dan BNP. Peptida-peptida ini juga
mengandung 151 residu asam amino, termasuk sebuah peptida menghambat sekresi renin dan melawan efek presor
sinyal yang terdiri dari 24 asam amino. ANP kemudian dapat katekolamin dan angiotensin II.
diisolasi dari jaringan lain, termasuk otak, tempat molekul ini Di otak, ANP terdapat di neuron, dan jaras saraf yang
berada dalam dua bentuk yang lebih kecil daripada ANP dalam mengandung ANP berjalan dari hipotalamus bagian antero-
darah. Polipeptida natriuretik kedua diisolasi dari otak babi dan medial ke daerah-daerah di batang otak bagian bawah yang
diberi nama brain natriuretic peptide (BNP, juga dikenal berperan dalam pengaturan sistem kardiovaskular oleh saraf.
sebagai peptida natriuretik tipe B). Zat ini juga ditemukan di Secara umum, efek ANP pada otak berlawanan dengan efek
otak manusia, tetapi lebih banyak ditemukan di jantung angiotensin II, dan sirkuit saraf yang mengandung ANP
manusia, termasuk ventrikel. Bentuk zat ini dalam darah tampaknya ikut berperan dalam penurunan tekanan darah
memiliki 32 residu asam amino. BNP memiliki cincin dengan dan peningkatan natriuresis. CNP dan BNP di otak mungkin
17-anggota seperti ANP, tetapi sebagian residu asam amino di memiliki fungsi serupa dengan yang dimiliki oleh ANP,
cincin berbeda (Gambar 38-11). Anggota ketiga dari famili ini tetapi keterangan terperinci mengenai hal ini belum ada.
diberi nama peptida natriuretik tipe-C (CNP) karena
merupakan zat yang ketiga dari sekuens yang diisolasi. CNP RESEPTOR PEPTIDA NATRIURETIK
memiliki 22 residu asam amino (Gambar 38-11), dan juga Tiga reseptor peptida natriuretik (NPR) yang berlainan
terdapat bentuk yang lebih besar yang memiliki 53-asam telah berhasil diisolasi dan ditentukan karakteristiknya
amino. CNP terdapat di otak, hipofisis, ginjal, dan sel endotel (Gambar 38–12). Reseptor NPR-A dan NPR-B melintasi
vaskular. Namun, zat ini hanya sedikit terdapat di jantung dan membran sel dan memiliki ranah sitoplasma berupa guanilil
sirkulasi, dan tampaknya merupakan mediator parakrin. siklase. ANP memiliki afinitas terbesar untuk reseptor NPR-
EFEK A, dan CNP memiliki afinitas terbesar untuk reseptor NPR-
B. Reseptor ketiga, NPR-C, berikatan dengan ketiga peptida
ANP dan BNP dalam sirkulasi bekerja pada ginjal untuk natriuretik tetapi ranah sitoplasmanya sangat pendek.
meningkatkan ekskresi Na+, dan penyuntikan CNP Beberapa bukti menunjukkan bahwa reseptor ini bekerja
menimbulkan efek serupa. Zat-zat tersebut tampaknya melalui protein G untuk mengaktifkan fosfolipase C dan
menimbulkan efek dengan melebarkan arteriol aferen dan menghambat adenilil siklase. Namun, juga telah diper-
merelaksasi sel-sel mesangium. Kedua efek ini meningkatkan debatkan bahwa reseptor ini tidak mencetuskan
708 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

NPR-A NPR-B NPR-C Perendaman


15
ECF
CM

ANP (fmol/mL)
Sitoplasma 10

Ranah 5
guanilil
siklase
0
GAMBAR 38-12 Gambaran diagramatik reseptor peptida
natriuretik. Molekul reseptor NPR-A dan NPR-B memiliki ranah 3
guanilil siklase intrasel, sementara reseptor bersihan, NPR-C, hanya
memiliki sebuah ranah sitoplasma kecil. CM, membran sel.

PRA (ng AI/mL/hr)


2

1
perubahan intrasel apapun melainkan merupakan reseptor
bersihan (clearance receptor) yang mengeluarkan peptida
natriuretik dari aliran darah dan melepaskannya kemudian 0
untuk membantu mempertahankan kadar hormon dalam 10
darah.
Aldosterone (ng/dL)
SEKRESI & METABOLISME
Konsentrasi ANP dalam plasma adalah sekitar 5 fmol/L 5
pada orang normal yang makan NaCl dalam jumlah
sedang. Sekresi ANP meningkat apabila volume CES
meningkat oleh pemberian infus salin isotonik dan jika
atrium teregang. Sekresi BNP meningkat jika ventrikel 0
0 1 2 3 4 5
teregang. Sekresi ANP juga meningkat bila seseorang
Waktu (jam)
berendam sampai ke leher (Gambar 38–13), Tindakan ini
melawan efek gravitasi dan meningkatkan tekanan vena GAMBAR 38-13 Efek perendaman dalam air hingga ke leher
sentral dan, akibatnya, tekanan atrium. Perhatikan bahwa selama 3 jam pada konsentrasi ANP, PRA, dan aldosteron plasma.
berendam juga menurunkan sekresi renin dan aldosteron. (Dimodifikasi dan direproduksi, dengan izin, dari Epstein M et al. Increases in
circulating atrial natriuretic factor durlng immersion-induced central hypervo-laemia
Sebaliknya, terjadi penurunan kecil namun terukur pada in normal humans. J Hypertension Suppl 1986 June;4{2):S93-S99).
ANP plasma apabila terjadi penurunan tekanan vena sentral
sewaktu seseorang bangkit dari posisi berbaring ke posisi
berdiri tegak. Dengan demikian, telah jelas bahwa atrium
berespons langsung dengan meregang in vivo dan bahwa Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan bahwa faktor ini
kecepatan sekresi ANP sebanding dengan derajat peregangan kemungkinan besar adalah suatu steroid mirip-digitalis, yi.
atrium oleh peningkatan tekanan vena sentral. Demikian ouabain, yang berasal dari kelenjar adrenal. Namun, makna
juga, sekresi BNP setara dengan derajat peregangan ventrikel. fisiologiknya belum diketahui.
Kadar plasma kedua hormon meningkat pada gagal jantung
kongestif, dan pengukuran keduanya semakin sering
digunakan dalam diagnosis penyakit ini.
ANP dalam darah memiliki waktu-paruh yang singkat. UPAYA MEMPERTAHANKAN
ANP dimetabolisme oleh endopeptidase netral (NEP), yang SUSUNAN ION TERTENTU
dihambat oleh tiorfan. Dengan demikian, pemberian tiorfan
meningkatkan ANP dalam darah. Mekanisme pengendalian khusus akan mempertahankan
kadar ion tertentu di dalam CES dan juga kadar glukosa dan
zat-zat nonionik lain yang penting dalam metabolisme (lihat
FAKTOR PENGHAMBAT Na K ATPase Bab 1). Umpan balik Ca2+ terhadap kelenjar paratiroid dan
Terdapat faktor natriuretik lain dalam darah. Faktor ini sel yang menyekresi kalsitonin untuk menyesuaikan sekresi
menimbulkan natriuresis dengan menghambat Na-K ATPase hormon tersebut akan mempertahankan kadar kalsium ion
dan meningkatkan tekanan darah, bukan menurunkannya. di CES (lihat Bab 21). Kadar magnesium juga dikendalikan
BAB 38 Pengaturan Komposisi & Volume Cairan Ekstrasel 709

secara ketat, tetapi mekanisme yang mengendalikan meta- anggota superfamili reseptor sitokin (lihat Bab 3). Reseptor
bolime Mg+ belum sepenuhnya dipahami. ini memiliki aktivitas tirosin kinase, dan mengaktifkan
Mekanisme yang mengendalikan kadar Na+ dan K+ juga kaskade serin dan treonin kinase sehingga terjadi hambatan
merupakan bagian dari faktor-faktor yang menentukan apoptosis sel darah merah dan peningkatan pertumbuhan
volume dan tonisitas CES dan telah diuraikan sebelumnya. dan perkembangan sel ini.
Kadar ion-ion ini juga bergantung pada kadar H+, dan pH Tempat inaktivasi eritropoietin yang terpenting adalah
merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi di hati, dan hormon ini memiliki waktu-paruh dalam
susunan anion CES. Flal ini akan dibahas di Bab 39. sirkualsi sekitar 5 jam. Namun, peningkatan sel darah merah
dalam darah yang dicetuskan oleh hormon ini terjadi setelah
ERITROPOIETIN 2—3 hari, karena pematangan sel darah merah merupakan
proses yang relatif lambat.

STRUKTUR & FUNGSI SUMBER


Bila seseorang mengalami perdarahan atau hipoksia, sintesis Pada orang dewasa, sekitar 83% eritropoietin berasal dari
hemoglobin akan meningkat, dan pembentukan serta ginjal dan 15% dari hati. Kedua organ tersebut mengandung
pelepasan sel darah merah dari sumsum tulang mRNA untuk eritropoietin. Eritropoietin juga dapat
(eritropoiesis) meningkat (lihat Bab 31). Sebaliknya, bila diekstraksi dari limpa dan kelenjar liur, tetapi kedua jaringan
volume sel darah merah meningkat di atas normal akibat ini tidak mengandung mRNA dan dengan demikian tampak-
transfusi, aktivitas eritropoietik di sumsum tulang menurun. nya tidak membentuk hormon ini. Bila massa ginjal pada
Penyesuaian ini terjadi akibat perubahan kadar eritropoietin orang dewasa berkurang akibat penyakit ginjal atau
dalam darah. Eritropoietin adalah glikoprotein yang nefrektomi, hati tidak dapat mengkompensasi dan terjadilah
mengandung 163 residu asam amino dan empat rantai anemia.
oligosakarida yang penting untuk aktivitasnya in vivo.
Eritropoietin dibentuk oleh sel interstisium di jaringan
Kadarnya dalam darah sangat meningkat pada anemia kapiler peritubulus ginjal dan oleh hepatosit perivena di hati.
(Gambar 38–14). Eritropoietin juga diproduksi di otak, tempat zat ini
Eritropoietin meningkatkan jumlah sel bakal yang memberikan efek protektif tehadap kerusakan eksitotoksik
peka-eritropoietin di sumsum tulang. Sel-sel bakal ini yang dipicu oleh hipoksia; serta di uterus dan oviduktus,
kemudian berubah menjadi prekursor sel darah merah tempat zat ini diinduksi oleh estrogen dan tampaknya
dan akhirnya menjadi eritrosit matang (lihat Bab 31). memerantarai angiogenesis dependen-estrogen.
Reseptor untuk eritropoietin adalah suatu protein linear Gen untuk hormon ini telah berhasil diklona, dan
dengan sebuah ranah transmembran yang merupakan sekarang telah tersedia eritropoietin rekombinan yang
diproduksi dalam sel hewan untuk penggunaan klinis
sebagai epoetin alfa. Eritropoietin rekombinan berguna
dalam pengobatan anemia yang berkaitan dengan gagal
105 ginjal; 90% pasien dengan gagal ginjal tahap-akhir yang
menjalani dialisis mengalami anemia akibat defisiensi
eritropoietin. Eritropoietin juga digunakan untuk
104 merangsang pembentukan sel darah merah pada orang yang
menyimpan darahnya sendiri sebagai persiapan untuk
Entropoietin plasma (U/L)

transfusi otolog selama pembedahan elektif (lihat Bab 31).


103
PENGATURAN SEKRESI
Biasanya rangsangan sekresi eritropoietin adalah hipoksia,
102
tetapi sekresi hormon juga dapat dirangsang oleh garam-
garam kobalt dan androgen. Bukti-bukti terakhir meng-
101 isyaratkan bahwa sensor O2 yang mengatur sekresi
eritropoeitin di ginjal dan hati adalah suatu protein hem
(heme) yang dalam bentuk deoksi, merangsang, dan dalam
100 bentuk oksi menghambat, transkripsi gen eritropoietin
0 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 menjadi mRNA eritropoietin. Sekresi hormon ini ditingkat-
Hematokrit kan oleh alkalosis yang terjadi bila seseorang berada di
tempat yang tinggi. Seperti sekresi renin, sekresi eritropoietin
GAMBAR 38-14 Kadar eritropoietin plasma pada donor darah ditingkatkan oleh katekolamin melalui mekanisme
normal (segitiga) dan pasien dengan berbagai bentuk anemia
(kotak). (Direproduksi dengan Izin dari Esrlev AJ. Erythropoietin. N EngIJMed
adrenergik-β, walaupun sistem renin-angiotensin secara total
1991 ;324:1399). terpisah dari sistem eritropoietin.
710 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

RINGKASAN BAB 4. Eritropoietin disekresikan oleh


A. sel-sel di makula densa
■ Osmolalitas tubuh total berbanding lurus dengan natrium
B. sel-sel di tubulus proksimal
tubuh total plus kalium tubuh total dibagi air tubuh total.
C. sel-sel di tubulus distal
Perubahan osmolalitas cairan tubuh terjadi jika terdapat
D. sel-sel granular di aparatus jukstaglomerulus
ketidak-seimbangan antara jumlah elektrolit-elektrolit ini dan
E. sel-sel di jaringan kapiler peritubulus
jumlah air yang masuk atau keluar dari tubuh.
■ Efek fisiologik utama vasopresin adalah retensi air oleh ginjal 5. Jika seorang wanita yang telah mengonsumsi diet rendah-
natrium selama 8 hari diberi suntikan captopril (suatu obat
dengan meningkatkan permeabilitas duktus koli-gentes ginjal.
yang menghambat angiotensin-converting enzyme) intravena,
Air diserap dari urine, urine menjadi pekat, dan volumenya
akan terjadi
berkurang.
A. tekanan darahnya naik karena curah jantungnya turun
■ Vasopresin disimpan di hipofisis posterior dan dibebaskan ke
B. tekanan darahnya naik karena resistensi perifernya turun
dalam darah sebagai respons terhadap stimulasi osmo-reseptor
C. tekanan darahnya turun karena curah jantungnya turun
atau baroreseptor. Meningkatnya sekresi terjadi jika
D. tekanan darahnya turun karena resistensi perifernya turun
osmolalitas berubah meskipun hanya 1% sehingga osmolalitas
E. aktivitas renin plasmanya turun karena kadar angiotensin I
plasma dipertahankan mendekati 285 mOsm/L
darahnya naik
■ Jumlah Na+ di CES merupakan penentu terpenting volume CES,
dan mekanisme yang mengontrol keseimbangan Na+ 6. Mana dari berikut yang tidak diharapkan meningkatkan sekresi
merupakan mekanisme utama yang mempertahankan volume renin?
CES. Mekanisme utama yang mengatur keseimbangan natrium A. Pemberian suatu obat yang menghambat angiotensin-
adalah sistem renin-angiotensin, suatu sistem horon yang converting enzyme.
mengatur tekanan darah. B. Pemberian suatu obat yang menghambat reseptor AT1
■ Ginjal mengeluarkan enzim renin dan renin bekerja bersama C. Pemberian suatu obat yang menghambat reseptor
dengan angiotensin-converting enzyme untuk menghasilkan adrenergik-β.
angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada korteks D. Konstriksi aorta antara arteri seliaka dan arteri renalis.
adrenal untuk meningkatkan sekresi aldosteron. Aldosteron E. Pemberian suatu obat yang mengurangi volume CES.
meningkatkan retensi natrium dari urine melalui efek pada 7. Mana dari berikut yang paling kecil kontribusinya sebagai
duktus koligentes ginjal. efek menguntungkan inhibitor angiotensin converting
enzyme dalam pengobatan gagal jantung kongestif?
A. Vasodilatasi.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA B. Penurunan pertumbuhan jantung.
C. Penurunan afterload jantung.
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik kecuali D. Peningkatan aktivitas renin plasma.
jika dinyatakan lain E. Penurunan aldosteron plasma.
1. Dehidrasi meningkatkan konsentrasi plasma semua
hormon di bawah ini kecuali
A. vasopresin.
B. angiotensin II. SUMBER BAB
C. aldosteron. Adrogue HJ, Madias NE: Hypernatremia. N Engl J Med
D. norepinefrin. 2000;342:1493.
E. peptida natriuretik atrium. Adrogue HJ, Madias NE: Hyponatremia. N Engl J Med
2. Pada seorang pasien yang mengalami dehidrasi, air 2000;342:101.
tubuh harus diganti oleh infus intravena Luft FC. Mendelian forms of human hypertension and mechanisms
of disease. Clin Med Res 2003;1:291–300.
A. air suling.
Morel F: Sites of hormone action in the mammalian nephron. Am J
B. larutan natrium klorida 0,9%.
Physiol 1981;240:F159.
C. larutan glukosa 5%.
McKinley MS, Johnson AK: The physiologic regulation of thirst and
D. albumin hipertonik.
fluid intake. News Physiol Sci 2004;19:1.
E. larutan glukosa 10%.
Robinson AG, Verbalis JG: Diabetes insipidus. Curr Ther
3. Renin disekresikan oleh Endocrinol Metab 1997;6:1.
A. sel-sel di makula densa Verkman AS: Mammalian aquaporins: Diverse physiological
B. sel-sel di tubulus proksimal roles and potential clinical significance. Expert Rev Mol Med
C. sel-sel di tubulus distal 2008;10:13.
D. sel-sel granular di aparatus jukstaglomerulus Zeidel ML: Hormonal regulation of inner medullary collecting duct
E. sel-sel di jaringan kapiler peritubulus sodium transport. Am J Physiol 1993;265:F159.
39
B A B

Pengasaman Urine &


Ekskresi Bikarbonat

T U J U A N ■ Merangkum proses-proses yang berperan dalam sekresi H+ ke dalam


tubulus dan membahas makna proses-proses ini dalam pengendalian
Setelah mempelajari bab ini,
keseimbangan asam-basa.
Anda seyogianya mampu: ■ Mendefinisikan asidosis dan alkalosis, dan menyebutkan (dalam mEq/L dan
pH) rerata normal serta kisaran konsentrasi H+ dalam darah yang terdapat
pada orang sehat.
■ Menyebutkan penyangga-penyangga utama dalam darah, cairan interstisium,
dan cairan intrasel, dan, dengan menggunakan persamaan Henderson-
Hasselbalch, menjelaskan keunikan sistem dapar bikarbonat.
■ Menjelaskan perubahan-perubahan dalam kimia darah yang terjadi selama
asidosis dan alkalosis metabolik, dan kompensasi pernapasan dan ginjal
terhadap kedua keadaan tersebut.
■ Menjelaskan perubahan-perubahan dalam kimia darah yang terjadi selama
asidosis dan alkalosis respiratorik, dan kompensasi ginjal terhadap kedua
keadaan tersebut.

PENDAHULUAN
Ginjal berperan besar dalam memelihara keseimbangan Ginjal juga harus menyaring dan mereabsorpsi
asam-basa dan untuk melakukannya organ ini harus bikarbonat plasma sehingga mencegah keluarnya
meng-ekskresikan asam dalam jumlah yang setara dengan bikarbonat ke dalam urine. Kedua proses tersebut secara
pembentukan asam tak-mudah menguap (non-volatil) di fisiologis berkaitan, berkat kemampuan nefron
dalam tubuh. Pembentukan asam non-volatil akan menyekresi ion H+ ke dalam filtrat.
bervariasi sesuai makanan, metabolisme, dan penyakit.

SEKRESI H+ OLEH GINJAL Ion H+ yang disekresikan berikatan dengan HCO3− di


dalam filtrat untuk membentuk H2CO3. Karbonat an-hidrase
di membran apikal tubulus proksimalis mengkatalisis
Sama seperti sel kelenjar lambung (lihat Bab 25), sel tubulus
pembentukan H2O dan CO2 dari H2CO3. Membran apikal
proksimalis dan distalis juga menyekresi ion hidrogen.
sel-sel epitel yang melapisi tubulus proksimalis permeabel
Sekresi hidrogen juga terjadi di duktus koligentes. Peng- terhadap CO2 dan H2O dan keduanya masuk dengan cepat
angkut yang berperan dalam sekresi H+ di tubulus prok- ke dalam tubulus. Sebanyak 80% dari HCO3− yang terfiltrasi
simalis adalah Na-H exchanger (penukar Na-H), terutama direabsorpsi di tubulus proksimalis.
NHE3 (Gambar 39-1). Cara ini merupakan contoh transpor Di dalam sel juga terdapat karbonat anhidrase dan enzim
aktif sekunder; Na+ dipompa keluar dari dalam sel ke inter- ini dapat mengatalisis pembentukan H2CO3 dari CO2 dan
stisium oleh Na, K ATPase di membran basolateral, yang H2O. H2CO3 berdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3−; H+
mempertahankan Na+ intrasel tetap rendah, sehingga ter- disekresikan ke dalam lumen tubulus, seperti disebutkan di
cipta dorongan bagi Na+ untuk masuk ke dalam sel, melalui atas, dan HCO3− yang terbentuk berdifusi ke dalam cairan
penukar Na-H, dari lumen tubulus. Penukar Na-H menye- interstisium. Karena itu, untuk setiap ion H+ yang
kresikan H+ ke dalam lumen untuk ditukar dengan Na+. disekresikan, satu ion Na+ dan satu ion HCO3− masuk ke
711
712 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

Cairan Sel tubulus Lumen


Cairan Sel tubulus ginjal Lumen
interstisium ginjal tubulus
interstisium tubulus

Na
+ Na+ Na+ + HCO3−
CO2 + H2O
+
K H+ H+ + HCO3−
Karbonat
anhidrase
+
HCO3− HCO3− CO2 + H2O
K H2CO3

+ Na+ Na+ Na+ HPO42−


Na +
HCO3− HCO3− + H
+
H+ HCO3− HCO3− H+ H+

Na+ H2PO4−

Na+ Na+ A−
GAMBAR 39-1 Sekresi asam oleh sel tubulus proksimalis ginjal.
H+ dipindahkan ke lumen tubulus oleh antiport yang akan H+ H+
menukarkannya dengan Na+. Transpor aktif oleh pompa Na+-K+ NH4+ A−
ATPase digambarkan sebagai panah di dalam lingkaran. Panah HCO3− HCO3− NH3 NH3
terputus-putus menggambarkan proses difusi.

cairan interstisium. Karena karbonat anhidrase mengatalisis


GAMBAR 39-2 Nasib H+ yang disekresikan ke dalam tubulus
pembentukan H2CO3, obat-obat yang menghambat enzim
untuk dipertukarkan dengan Na+. Atas: Reabsorpsi bikarbonat yang
ini dapat menekan sekresi asam oleh tubulus proksimalis dan difiltrasi melalui CO2. Tengah: Pembentukan fosfat monobasa. Bawah:
reaksi-reaksi yang bergantung padanya. Pembentukan amonia. Perhatikan bahwa pada setiap peristiwa satu
Terdapat bukti bahwa H+ disekresikan di tubulus ion Na+ dan satu ion HCO3− memasuki aliran darah untuk setiap ion H+
yang disekresikan. A−, anion.
proksimalis oleh jenis pengangkut lain, tetapi bukti untuk
pengangkut tambahan ini masih kontroversial dan,
bagaimanapun, peranannya relatif kecil dibandingkan setara dengan pH urine sekitar 4,5; yaitu kadar H+ dalam
dengan mekanisme pertukaran Na-H. urine yang besarnya 1000 kali kadarnya di plasma. Dengan
Peristiwa ini berlawanan dengan yang terjadi di tubulus demikian, pH 4,5 merupakan pH pembatas. pH ini
distal dan duktus koligentes, tempat sekresi H+ relatif tidak normalnya tercapai di duktus koligentes. Bila tidak ada
bergantung pada Na+ di lumen tubulus. Di bagian tubulus penyangga yang “mengikat” H+ di urine, pH ini akan
ini, sebagian besar H+ disekresikan melalui pompa proton tercapai dengan cepat, dan sekresi H+ akan berhenti, Namun,
yang digerakkan oleh ATP. Aldosteron bekerja pada pompa terdapat tiga reaksi penting dalam cairan tubulus yang
ini untuk meningkatkan sekresi H+ di bagian distal. Sel I di menyingkirkan H+ bebas, dan memungkinkan lebih banyak
bagian tubulus ginjal ini menyekresikan asam dan, seperti asam disekresikan (Gambar 39-2). Yang termasuk di sini
adalah reaksi H+ dengan HCO3− untuk membentuk CO2 dan
sel parietal di lambung, sel I mengandung banyak karbonat
H2O (dibahas di atas), reaksi dengan HPO42− untuk
anhidrase dan struktur tubulovesikel. Didapatkan bukti
membentuk H2PO4− (asam yang dapat dititrasi), dan reaksi
bahwa ATPase yang memindahkan H+ (yang menyebabkan
dengan NH3 untuk membentuk NH4+.
sekresi H+) terletak di vesikel-vesikel ini serta di membran
sel apikah Terbukti pula pada asidosis, jumlah pompa H+ REAKSI DENGAN PENYANGGA
meningkat akibat masuknya tubulovesikel tersebut ke dalam
Dengan demikian, tiga penyangga penting di ginjal untuk
membran sel apikah Sebagian H+ juga disekresikan oleh H-
menangani asam dan sekresinya ke dalam lumen adalah
K+ATPase. Sel-sel I mengandung anion exchanger 1 (AE1,
bikarbonat, fosfat dibasa, dan amonia. Pada diet biasa,
dahulu dikenal sebagai Band 3), suatu protein penukar sekitar 40% dari asam nonvolatil (sekitar 30 mEq/hari), yang
anion, di membran sel basolateralnya. Protein ini dapat dihasilkan oleh tubuh melalui berbagai reaksi metabolik,
berfungsi sebagai penukar CI/HCO3− untuk mengangkut diekskresikan sebagai titratable acid (asam yang dapat
HCO3− ke cairan interstisium. dititrasi; yi. sistem fosfat) dan 60% asam non-volatil (sekitar
50 mEq/ hari) diekskresikan sebagai NH4+. pK’ sistem
NASIB H+ DI URINE bikarbonat adalah 6,1, pK’ sistem fosfat dibasa 6,8, dan pK’
Jumlah asam yang disekresikan bergantung pada peristiwa- sistem amonia 9,0. Dalam keadaan normal, kadar HCO3−
peristiwa selanjutnya yang memodifikasi komposisi urine dalam plasma, dan karenanya di dalam filtrat glomerulus,
tubulus. Pada manusia, gradien H+ maksimal yang harus adalah sekitar 24 meq/L, sedangkan kadar fosfat hanya 1,5
dilawan oleh mekanisme transpor untuk dapat menyekresi meq/L. Dengan demikian di tubulus proksimalis, sebagian
BAB 39 Pengasaman Urine & Ekskresi Bikarbonat 713

besar H+ yang disekresikan bereaksi dengan HCO3− untuk NH4+ NH3 + H+


membentuk H2CO3 (Gambar 39-2). H2CO3 masuk ke sel
tubulus sebagai CO2 dan H2O setelah diubah oleh karbonat [NH3]
pH = pK' + log
anhidrase di brush border: sel tubulus proksimalis. CO2 yang [NH4+]
masuk ke dalam sel tubulus menambah jumlah CO2 yang
tersedia untuk membentuk H2CO3. Karena sebagian besar H+ Glutaminase
Glutamin Glutamat + NH4+
disingkirkan dari tubulus, maka pH cairan sangat sedikit
berubah. Peristiwa ini merupakan mekanisme bagaimana Glutamat
HCO3− direabsorbsi; untuk setiap mol HCO3− yang direab- dehidrogenase
Glutamate α-Ketoglutarat + NH4+
sorpsi dari cairan tubulus, 1 mol HCO3− berdifusi dari sel
tubulus ke dalam darah, walaupun ini bukanlah mol yang
sama dengan yang direabsorpsi dari cairan tubulus. Setiap
GAMBAR 39-3 Reaksi utama yang terlibat pada pembentukan
hari, sekitar 4500 mEq HCO3− difiltrasi dan direabsorpsi. amonia di ginjal.
H+ yang disekresikan juga bereaksi dengan fosfat dibasa
(HPO42−) untuk membentuk fosfat monobasa (H2PO4−).
Peristiwa ini terjadi sebagian besar di tubulus distalis dan duktus ginjal (Gambar 39-3). Glutamat dehidrogenase mengatalisis
koligentes, karena di sinilah fosfat yang luput dari reabsorpsi perubahan glutamat menjadi α-ketoglutarat, dengan meng-
proksimal amat dipekatkan dengan reabsorpsi air. Sebagian hasilkan lebih banyak lagi NH4+. Metabolisme α-ketoglutarat
kecil H+ juga bergabung dengan anion penyangga lainnya. selanjutnya membutuhkan 2H+, dengan melepaskan 2 HCO3−.
Sistem penyangga amonia memungkinkan H+ yang telah Pada asidosis kronik, jumlah NH4+ yang diekskresikan
disekresikan berikatan dengan NH3, dan hal ini terjadi di pada pH urine berapapun juga meningkat karena NH3 yang
tubulus proksimalis (tempat NH3 dibentuk, lihat bawah) dan masuk ke urine tubulus lebih banyak. Pengaruh adaptasi
di tubulus distalis. pK’ sistem amonia adalah 9,0, dan sistem sekresi NH3 ini, yang penyebabnya belum diketahui, adalah
amonia tertitrasi hanya mulai pH urine hingga pH 7,4, sehing- diserapnya lagi H+ dari cairan tubulus dan akibatnya terjadi
ga sistem ini tidak banyak berkontribusi terhadap keasaman peningkatan sekresi H+ oleh tubulus ginjal dan ekskresinya di
yang dapat dititrasi. Setiap ion H+ yang bereaksi dengan urine. Karena jumlah penyangga fosfat yang difiltrasi di
penyangga berperan terhadap keasaman yang dapat dititrasi, glomerulus tidak dapat ditingkatkan, ekskresi asam di urine
yang diukur dengan menentukan jumlah basa yang harus melalui sistem penyangga fosfat terbatas. Pembentukan NH4+
ditambahkan ke urine untuk mengembalikan pHnya menjadi oleh tubulus ginjal adalah satu-satunya cara ginjal untuk dapat
7,4, yaitu pH filtrat glomerulus. Namun demikian, keasaman mengeluarkan asam non-volatil bahkan dalam jumlah normal
yang dapat dititrasi jelas hanya mengukur sebagian dari asam yang diproduksi tubuh, sangat sedikit bila jumlahnya
yang disekresikan, karena keasaman tersebut tidak memper- meningkat.
hitungkan H2CO3 yang telah diubah menjadi H2O dan CO2. Di sel-sel duktus koligentes medularis internus, proses
Reabsorpsi HCO3− sangat penting dalam memelihara utama sekresi NH3 ke dalam urine dan kemudian
keseimbangan asam-basa, karena hilangnya satu ion HCO3− perubahannya menjadi NH4+ disebut difusi non-ionik (lihat
di urine setara dengan penambahan satu H+ ke dalam darah. Bab 2). Dengan cara inilah gradien konsentrasi untuk difusi
Namun, ginjal memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH3 dipertahankan. Di tubulus proksimalis, difusi non-ionik
ion-ion bikarbonat baru bagi tubuh. Hal ini terjadi ketika ion NH4+ kurang penting karena NH4+ dapat disekresikan ke
H+ dikeluarkan dari tubuh sebagai NH4+ atau asam yang dalam lumen, seringkali dengan menggantikan H+ di
dapat dititrasi, karena terjadi pembentukan bikarbonat baru penukar Na-H.
di dalam sel untuk kemudian masuk ke dalam darah (yi. ion- Salisilat dan sejumlah obat lain yang merupakan basa
ion bikarbonat ini bukanlah ion yang semula difiltrasi, tetapi lemah atau asam lemah juga disekresikan melalui difusi non-
tetap masuk ke dalam darah). ionik. Bahan-bahan ini berdifusi ke dalam cairan tubulus
SEKRESI AMONIA dengan kecepatan yang bergantung pada pH urine, dan
karena itu jumlah masing-masing obat yang diekskresikan
Seperti telah disebutkan, reaksi di sel tubulus ginjal meng- beragam sesuai pH urine.
hasilkan NH4+ dan HCO3− NH4+ berada dalam keseimbangan
dengan NH3+ H+ di dalam sel. Karena pK’ reaksi ini adalah 9,0, PERUBAHAN pH DI
perbandingan NH3 terhadap NH4+ pada pH 7,0 adalah 1:100
(Gambar 39–3). Namun, NH3 bersifat larut dalam lemak dan
SEPANJANG NEFRON
berdifusi melintasi membran sel menurut gradien konsentrasi- Terjadi penurunan sedang pada pH di cairan tubulus
nya ke dalam cairan interstisium dan urine tubulus. Dalam proksimalis, tetapi, seperti dinyatakan di atas, sebagian besar
urine NH3 bereaksi dengan H+ untuk membentuk NH4+ dan H+ yang disekresikan tidak banyak berefek pada pH lumen
NH4+ ini “terperangkap” di dalam urine. karena pembentukan CO2 dan H2O dari H2CO3. Sebaliknya,
Reaksi utama yang menghasilkan NH4+ dalam sel adalah tubulus distalis tidak memiliki banyak kemampuan untuk
perubahan glutamin menjadi glutamat. Reaksi ini dikatalisis menyekresi H+, tetapi sekresi di segmen ini memiliki efek
oleh enzim glutaminase, yang banyak terdapat di sel tubulus yang lebih besar terhadap pH urine.
714 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

FAKTOR-FAKTOR YANG BOKS KLINIS 39-1


MEMENGARUHI SEKRESI ASAM
Sekresi asam ginjal berubah dengan perubahan Pco2 intrasel, Dampak Perubahan pH Urine
konsentrasi K+, kadar karbonat anhidrase, dan kadar hormon pH urine manusia bervariasi dari 4,5 hingga 8,0, bergantung
adrenokorteks. Bila Pco2 tinggi (asidosis respiratorik), lebih pada kecepatan proses-proses yang saling berkaitan, yaitu
banyak H2CO3 intrasel yang tersedia untuk mendapar ion sekresi asam, produksi NH4+, dan ekskresi HCO3−. Ekskresi
hidroksil dan terjadi peningkatan sekresi asam, sedangkan urine dengan pH yang berbeda dari pH cairan tubuh
kebalikannya berlaku bila Pco2 turun. Deplesi ion K+ memiliki dampak penting pada ekonomi elektrolit dan
meningkatkan sekresi asam, tampaknya karena hilangnya K+ asam-basa tubuh. Asam didapar di plasma dan sel, dan
menyebabkan asidosis intrasel meskipun pH plasma mungkin reaksi keseluruhannya adalah HA + NaHCO3 → NaA + H2CO3.
meningkat. Sebaliknya, kelebihan K+ dalam sel menghambat H2CO3 membentuk CO2 dan H2O, dan CO2 dihembuskan
sekresi asam. Bila terdapat hambatan pada karbonat anhidrase, keluar, sementara NaA muncul di dalam filtrat glomerulus.
sekresi asam terhambat karena pembentukan H2CO3 Karena Na+ digantikan oleh H+ di urine, Na+ tubuh dihemat.
berkurang. Aldosteron dan steroid adrenokorteks lain yang Selain itu, untuk setiap ion H+ yang diekskresikan bersama
meningkatkan reabsorpsi Na+ di tubulus juga meningkatkan fosfat atau sebagai NH4+, terjadi penambahan netto satu ion
sekresi H+ dan K+. HCO3− dalam darah, mengganti pasokan anion penyangga
yang penting ini. Sebaliknya, ketika ke dalam cairan tubuh
EKSKRESI BIKARBONAT ditambahkan basa maka ion OH− mengalami pendaparan
Meskipun proses reabsorpsi HCO3− sebenarnya tidak sehingga HCO3− plasma meningkat. Jika kadar plasma
melibatkan transpor ion ini ke dalam sel tubulus, reabsorpsi melebihi 28 mEq/L maka urine menjadi basa dan terjadi
HCO3− sebanding dengan jumlah yang difiltrasi pada peningkatan ekskresi HCO3− di urine. Karena laju maksimal
rentang yang relatif besar. Di sini tidak terdapat Tm, namun sekresi H+ oleh tubulus berbanding lurus dengan Pco2 arteri,
reabsorpsi HCO3− menurun oleh mekanisme yang tidak reabsorpsi HCO3− juga dipengaruhi oleh Pco2. Hubungan ini
diketahui bila CES bertambah (Gambar 39-4). Bila kadar dibahas secara lebih rinci di teks.
HCO3− dalam plasma rendah, semua HCO3− yang difiltrasi
mengalami reabsorpsi; namun, bila kadar HCO3− plasma
tinggi, yaitu di atas 26-28 meq/L (ambang ginjal untuk KIAT TERAPEUTIK
HCO3−), maka HCO3− muncul di urine dan urine menjadi Sulfonamid menghambat karbonat anhidrase dan
basa. Sebaliknya, bila HCO3− plasma turun sampai di bawah turunan sulfonamid secara klinis telah digunakan
sekitar 26 meq/L, lebih banyak H+ yang dapat bergabung sebagai diuretik karena memiliki efek inhibitorik pada
dengan anion penyangga lainnya. Pada 26 meq/L semua H+ karbonat anhidrase di ginjal (lihat Bab 37).

Difiltrasi (selama ekpansi


minimal atau sangat berlebihan)
Direabsorpsi

150 yang disekresikan digunakan untuk mereabsorpsi HCO3−.


Karena itu, makin rendah kadar HCO3− plasma, urine
Bikarbonat yang difiltrasi, diekskresi,

menjadi makin asam dan makin besar kandungan NH4+-nya


atau reabsorpsi (μeq/mnt)

(lihat Boks Klinis 39–1).


Ekspansi
100
minimal
Ekspansi sangat UPAYA MEMPERTAHANKAN
berlebihan

Ekspansi sangat
KADAR H+
50
Diekskresikan

berlebihan
Materi keseimbangan asam-basa selama ini dilingkupi
Ekspansi
minimal oleh kesan mistis, sehingga perlu diluruskan bahwa inti
permasalahannya bukanlah “basa penyangga” atau “kation
0 terikat” atau yang sejenisnya, melainkan hanya cara memper-
0 10 20 30 40 50 60 tahankan kadar H+ di CES. Mekanisme yang mengatur
Kadar HCO3− plasma (meq/L) susunan CES sangat penting dalam kaitannya dengan ion ini,
karena proses-proses di dalam sel sangat peka terhadap
GAMBAR 39-4 Pengaruh volume CES terhadap filtrasi, reab- perubahan kadar H+. Kadar H+ intrasel, yang dapat diukur
sorpsi, dan ekskresi HCO3− pada tikus. Pola ekskresi HCO3− menyerupai
pola pada manusia. Kadar HCO3− plasma normal sekitar 24 meq/L.
melalui mikroelektroda, zat warna berflouresensi yang peka
(Disalin, dengan izin, dari Valtin H: Renal Function, edisi ke-2. Little, Brown, 1983) pH, dan phosphorus magnetic resonance, sangat berbeda
BAB 39 Pengasaman Urine & Ekskresi Bikarbonat 715

TABEL 39-1 Kadar H+ dan pH cairan tubuh. Asam amino

Kadar H+
NH4+ + HCO3− Glukosa H3PO4 + H2SO4 Hati
mEq/L mol/L pH
*
HCl Lambung 150 0,15 0,8 Urea Glutamin

Keasaman urine maksimal 0,03 3 × 10–5 4,5 H+ 2−


HPO42− SO4 ECF
HCO3−
Asidosis berat 0,0001 1 × 10–7 7,0

Plasma Normal 0,00004 4 × 10 –8


7,4 Glutamin HCO3− H+
* * Ginjal
Alkalosis berat 0,00002 2 × 10–8 7,7 α-Ketoglutarat
Getah pankreas 0,00001 1 × 10–8 8,0 NH4+ H2PO4−

Urea NH4+ H2PO4− SO42− Urine


dengan pH ekstrasel dan tampaknya diatur oleh berbagai GAMBAR 39-5 Peran hati dan ginjal dalam penanganan beban
proses intrasel. Namun demikian, kadar intrasel ini peka asam yang dihasilkan proses metabolisme. Tempat terjadinya
terhadap perubahan kadar H+ CES. pengaturan ini ditandai dengan bintang. (Dimodifikasi dan disalin, dengan
Notasi pH merupakan cara yang bermanfaat untuk ijin, dari Knepper MA et al: Ammonium, urea, and systemic pH regulation. Am J
Physiol 1987;235;F199.)
menggambarkan kadar H+ tubuh, karena kadar H+ relatif lebih
rendah dibandingkan kation lainnya. Kadar normal Na+
plasma arteri yang telah disetarakan dengan sel darah merah total H+ yang dihasilkan reaksi ini lebih dari 12.500 mEq/hari.
adalah sekitar 140 mEq/L, sedangkan kadar H+ hanya 0,00004 Namun, sebagian besar CO2 akan diekskresi oleh paru, dan
mEq/L (Tabel 39-1). Jadi pH, yang merupakan logaritma hanya sebagian kecil H+ saja yang akan tinggal dan diekskresi
oleh ginjal. Sumber beban asam tambahan berupa kegiatan
negatif 0,00004, sama dengan 7,4. Penurunan pH sebesar 1
olahraga berat (asam laktat), ketosis diabetikum (asam
satuan, misalnya dari 7,0 menjadi 6,0, menggambarkan
asetoasetat dan asam β-hidroksibutirat), dan masukan garam-
peningkatan kadar H+ sebesar 10 kali. Penting untuk diingat
garam pengasam seperti NH4Cl dan CaCl2, yang sebenarnya
bahwa pH darah merupakan pH plasma sebenarnya—plasma akan menambah jumlah HCl tubuh. Kegagalan ginjal untuk
yang telah mencapai keseimbangan dengan sel darah merah— mengekskresi jumlah asam yang normal juga merupakan
karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang secara penyebab asidosis. Buah-buahan merupakan sumber alkali
kuantitatif merupakan dapar darah yang paling penting (lihat utama dalam makanan. Buah mengandung garam Na+ dan K+
Bab 36). dari asam organik lemah, dan anion garam-garam tersebut
akan dimetabolisme membentuk CO2, sehingga NaHCO3 dan
KESEIMBANGAN H+ KHCO3 tertinggal di tubuh. NaHCO3 dan garam alkali lainnya
pH plasma di arteri dalam keadaan normal ialah 7,40 dan di kadang-kadang dimakan dalam jumlah besar, tetapi penyebab
vena agak sedikit lebih rendah. Secara teknis, keadaan alkolosis yang lebih sering ialah hilangnya asam dari tubuh
asidosis timbul bila pH arteri lebih rendah dari 7,40, dan akibat muntah-muntah mengeluarkan getah lambung yang
alkalosis bila lebih tinggi dari 7,40, meskipun dapat terjadi mengandung banyak HC1. Hal ini sama saja dengan
variasi pH sampai 0,05 unit tanpa memberikan efek yang menambahkan alkali ke tubuh.
nyata. Kadar H+ CES yang sesuai dengan kehidupan kira-
kira dalam kisaran lipat 5, yaitu dari 0,00002 meq/L (pH PENDAPARAN
7,70) sampai 0,0001 meq/L (pH 7,00). Pendaparan (buffering) sangat penting untuk memper-
Asam amino digunakan oleh hati untuk glukoneo- tahankan homeostasis H+. Hal ini telah dijelaskan di Bab 1
genesis, dan akan menghasilkan NH4+ dan HCO3− dari gugus dan dibahas di Bab 36 dalam kaitannya dengan transpor gas,
amino dan karboksilnya (Gambar 39-5) . NH4+ akan dengan penekanan pada peran protein, hemoglobin, dan
digunakan untuk membentuk urea dan proton yang sistem karbonat anhidrase dalam darah. Karbonat anhidrase
dihasilkan akan didapar di intrasel oleh HCO3−, sehingga juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di sel-sel penghasil
sangat sedikit NH4+ dan HCO3− yang akan lepas dan masuk asam lambung (lihat Bab 25) dan di sel tubulus ginjal (lihat
ke dalam sirkulasi umum. Namun, metabolisme asam amino Bab 37). Karbonat anhidrase adalah suatu protein dengan
yang mengandung sulfur akan menghasilkan H2SO4, dan berat molekul 30.000 yang mengandung sebuah atom seng di
metabolisme asam amino bergugus fosforil seperti fosfoserin setiap molekulnya. Enzim ini dihambat oleh sianida, azida,
akan menghasilkan H3PO4. Asam-asam kuat ini akan masuk dan sulfida. In vivo, pendaparan tentu saja tidak terbatas di
ke sirkulasi dan menjadi beban H+ besar bagi dapar-dapar di darah. Penyangga-penyangga utama di darah, cairan
CES. Beban H+ dari metabolisme asam amino dalam keadaan interstisium, dan cairan intrasel dicantumkan di Tabel 39-2.
normal kira-kira 50 mEq/hari. Gas CO2 yang dibentuk akibat Penyangga utama di cairan serebrospinal (CSS) dan urine
metabolisme di jaringan sebagian besar akan dihidrasi adalah sistem bikarbonat dan sistem fosfat. Pada asidosis
membentuk H2CO3 (lihat Bab 36), dan jumlah metabolik, hanya 15-20% dari beban asam didapar oleh
716 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

TABEL 39-2 Penyangga utama dalam cairan tubuh. H2CO3 di sel tubulus semakin banyak pula H+ yang dapat
disekresi. Selain itu, bila Pco2 tinggi, bagian dalam kebanyakan
Darah H2CO3 ↔ H+ + HCO3−
sel tubuh menjadi lebih asam. Oleh sebab itu, pada asidosis
HProt ↔ H+ + Prot− respiratorik, sekresi H+ tubulus ginjal akan bertambah,
HHb ↔ H+ + Hb− sehingga terjadi pembuangan H+ dari tubuh; bahkan bila
Cairan interstisium H2CO3 ↔ H+ + HCO3− kadar HCO3− plasma meningkat pun, reabsorpsi HCO3− akan
meningkat, sehingga semakin meningkatkan kadar HCO3−
Cairan intrasel HProt ↔ H+ + Prot−
plasma. Kompensasi ginjal untuk asidosis respiratorik ini
H2PO4 ↔ H+ + HPO4− diperlihatkan dalam grafik yang bergeser dari asidosis
respiratorik akut menjadi kronik di Gambar 35-8. Ekskresi Cl−
sistem H2CO3−HCO3− di CES, dan sebagian besar sisanya akan meningkat dan kadar plasma Cl− akan menurun dengan
didapar di sel. Pada alkalosis metabolik, sekitar 30-35% dari meningkatnya kadar HCO3− plasma. Sebaliknya, pada alkalosis
beban OH− didapar di sel, sementara pada asidosis dan respiratorik, Pco2 yang rendah menghambat sekresi H+ oleh
alkalosis respiratorik, hampir semua pendaparan berlangsung ginjal, sehingga reabsorpsi HCO3− juga terhambat dan HCO3−
di dalam sel. akan diekskresi, yang akan lebih menurunkan kadar HCO3−
Pada sel hewan, regulator utama pH intrasel adalah yang telah rendah dan menurunkan pH ke arah normal.
pengangkut HCO3−. Beberapa pengangkut yang telah dikenal
sampai saat ini adalah penukar Cl−—HCO3− AE1, tiga ko-
ASIDOSIS METABOLIK
transporter Na+-HCO3−, dan sebuah kotransporter K+-HCO3−. Bila asam yang lebih kuat daripada Hb dan asam pendapar
lainnya ditambahkan ke dalam darah, terjadilah asidosis
RINGKASAN metabolik; dan bila kadar H+ bebas berkurang akibat
Apabila suatu asam kuat ditambahkan ke dalam darah, reaksi- penambahan basa atau kehilangan asam, maka terjadilah
reaksi penyangga utama mengarah ke kiri. Akibatnya, kadar alkalosis metabolik. Mengikuti contoh dari Bab 35, jika
ketiga “anion penyangga” dalam darah—Hb- (hemoglobin), ditambahkan H2SO4, H+ akan didapar dan kadar Hb−, Prot−,
Prot- (protein), dan HCO3−—berkurang. Anion-anion dari asam dan HCO3− dalam plasma akan berkurang. H2CO3 yang
yang ditambahkan, difiltrasi ke dalam tubulus ginjal. Mereka terbentuk akan diubah menjadi H2O dan CO2, dan CO2 yang
disertai (“diliputi”) oleh kation, terutama Na+, karena netralitas terbentuk ini akan dengan cepat diekskresi melalui paru.
elektrokimia dipertahankan. Melalui proses yang dijelaskan di Situasi ini terjadi pada asidosis metabolik tak-terkompensasi.
atas, tubulus mengganti Na+ dengan H+ dan sewaktu Sebenarnya peningkatan kadar H+ plasma akan merangsang
melakukannya menyerap kembali Na+ dan HCO3− dalam jumlah pernapasan, sehingga Pco2, bukan meningkat atau tetap
ekimolar sehingga kation-kation dapat diper-tahankan, asam konstan, melainkan berkurang. Kompensasi respiratorik ini
dibuang, dan pasokan anion penyangga dipulihkan ke tingkat akan lebih meningkatkan pH. Mekanisme kompensasi oleh
normal. Apabila CO2 ditambahkan ke dalam darah, maka terjadi ginjal kemudian akan mengusahakan ekskresi kelebihan H+
reaksi serupa, kecuali bahwa yang terbentuk adalah H2CO3, dan ini dan mengembalikan sistem dapar ke arah normal.
HCO3− plasma meningkat bukan menurun.
KOMPENSASI OLEH GINJAL
KOMPENSASI GINJAL TERHADAP Anion yang menggantikan HCO3− di plasma pada saat asidosis
ASIDOSIS DAN ALKALOSIS metabolik akan difiltrasi, masing-masing dengan kation
(terutama Na+), sehingga kenetralan listrik akan dipertahankan.
RESPIRATORIK Sel-sel tubulus ginjal akan menyekresi H+ ke dalam cairan
Seperti disebutkan di Bab 36, peningkatan Pco2 arteri akibat tubulus untuk dipertukarkan dengan Na+, dan untuk tiap H+
berkurangnya ventilasi menyebabkan asidosis respiratorik dan yang disekresi, satu Na+ dan satu HCO3− akan masuk ke dalam
sebaliknya, penurunan Pco2 menyebabkan alkalosis darah. Di urine, pH pembatas 4,5 akan cepat tercapai dan jumlah
respiratorik. Perubahan-perubahan awal yang diperlihatkan di H+ yang disekresi akan sangat kecil bila tidak terdapat dapar di
Gambar 35-8 adalah perubahan yang terjadi tanpa mekanisme urine yang “mengikat” H+. Tetapi H+ yang disekresi itu akan
kompensasi apapun; yaitu perubahan-perubahan pada asidosis bereaksi dengan HCO3− untuk membentuk CO2 dan H2O
atau alkalosis respiratorik tak-terkompensasi. Pada kedua (reabsorpsi bikarbonat); dengan HPO42− untuk membentuk
keadaan tersebut, terjadi perubahan-perubahan di ginjal, yang H2PO4−; dan dengan NH3 untuk membentuk NH4+. Dengan cara
kemudian cenderung mengkompensasi asidosis atau alkalosis ini sejumlah besar H+ dapat disekresi, dan sekaligus memungkin-
tersebut, mengupayakan agar pH kembali ke normal. kan sejumlah besar HCO3− dikembalikan ke (melalui reabsorpsi
Reabsorpsi HCO3− oleh tubulus ginjal tidak hanya bikarbonat) atau ditambahkan ke cadangan di tubuh yang telah
bergantung pada jumlah HCO3− yang difiltrasi, yang berkurang dan sejumlah besar kation dapat direabsorpsi. Hanya
merupakan hasil kali laju filtrasi glomerulus (LFG) dan kadar bila jumlah asam sangat besar maka kation juga akan hilang
HCO3− plasma, tetapi juga pada kecepatan sekresi H+ oleh sel bersama dengan anion, dan timbullah diuresis dan berkurangnya
tubulus ginjal, karena HCO3− direabsorpsi dengan cara ditukar cadangan kation tubuh. Pada asidosis kronik, sintesis glutamin
dengan H+. Kecepatan sekresi H+—dan tentunya kecepatan hati akan meningkat, yang menggunakan sebagian NH4+
reabsorpsi HCO3−—sebanding dengan Pco2 di arteri, mungkin menjadi urea (Gambar 39-5), dan glutamin akan menjadi
karena semakin banyak CO2 yang tersedia untuk membentuk tambahan sumber NH4+ untuk ginjal. Sekresi NH3 akan
BAB 39 Pengasaman Urine & Ekskresi Bikarbonat 717

110
100 45 50 55
40 60
65
90 10 25 70
35 0
80 75
30 Hemoglobin
(g/dL) 80
70
Dapar basa
(meq/L)
60 25 CO2 titration line
of normal blood

50

+5 Bikarbonat standar
0 (meq/L)
PCO2 (mm Hg)

40
20 10 15 20 25 30 40 50
+10
35 Garis titrasi CO2 −5
lautan yang +15
19
30 mengandung 15 −10
meq/L NaHCO3,
18 tanpa dapar +20
25 Kelebihan basa
−15 (meq/L)
17
20

16
15 −20

−22
15
10
6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8
pH

GAMBAR 39-6 Nomogram kurva Siggaard-Andersen. (Sumbangan O Siggaard-Andersen dan Radiometer, Copenhagen, Denmark.)

meningkat selama beberapa hari (adaptasi sekresi NH3), yang


akan membantu proses kompensasi asidosis oleh ginjal.
ALKALOSIS METABOLIK
Selain itu, metabolisme glutamin di ginjal akan menghasil- Pada alkalosis metabolik, kadar HCO3− plasma dan pH
kan α-ketoglutarat, dan melalui proses dekarboksilasi akan meningkat (Gambar 39-6). Kompensasi respiratorik berupa
menghasilkan HCO3−, yang kemudian memasuki peredaran penurunan ventilasi yang disebabkan oleh penurunan kadar
darah dan membantu mendapar beban asam (Gambar 39-5). H+, dan hal ini akan meningkatkan Pco2. Akibatnya pH akan
Reaksi keseluruhan di darah pada penambahan asam kembali ke arah normal sementara peningkatan kadar
kuat seperti H2SO4 ialah HCO3− plasma terus berlanjut. Besarnya kompensasi ini
dibatasi oleh mekanisme kemoreseptor karotis dan aorta,
2NaHCO3 + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2CO3
yang akan memengaruhi kerja pusat pernapasan bila
Untuk tiap mol penambahan H+, akan hilang 1 mol terdapat penurunan Po2 arteri yang cukup berarti. Pada
NaHCO3− Ginjal sebenarnya akan membalikkan reaksi ini: alkalosis metabolik, sekresi H+ ginjal yang lebih besar akan
Na2SO4 + 2 H2CO3 → 2NaHCO3 + 2H+ + SO42− digunakan untuk mereabsorpsi HCO3− tersaring yang
jumlahnya semakin meningkat; dan bila kadar HCO3−
dan H+ serta SO42− akan diekskresikan. Tentu saja H2SO4
plasma melebihi 26—28 mEq/L, HCO3− akan ditemukan di
tidak diekskresi dalam bentuk tersebut, H+ yang akan
urine. Peningkatan Pco2 akan menghambat kompensasi oleh
terdapat di urine disebut sebagai asam yang dapat dititrasi
ginjal karena akan mempermudah sekresi asam, tetapi
(titratable acidity) dan NH4+.
pengaruhnya relatif kecil.
Pada asidosis metabolik, kompensasi respiratorik
cenderung menghambat respons ginjal dalam arti penurunan NOMOGRAM KURVA
Pco2 yang diakibatkannya akan menghambat sekresi asam,
selain itu kompensasi ini juga menurunkan jumlah HCO3− SIGGAARD-ANDERSEN
yang difiltrasi, sehingga pengaruh inhibisi ini secara Penggunaan nomogram kurva Siggaard-Andersen (Gambar
keseluruhan tidak terlalu besar. 39-6) untuk menggambarkan sifat-sifat asam-basa darah arteri
718 BAGIAN VII Fisiologi Ginjal

sangat membantu dalam situasi klinis. Nomogram ini meng- seseorang dengan 15 gr hemoglobin per desiliter darah ialah 48
hubungkan antara Pco2 dalam skala logaritma pada sumbu meq/L.
vertikal dan pH pada sumbu horizontal. Jadi, setiap titik yang Titik potong garis kalibrasi CCE dengan skala lengkung
berada di sebelah kiri garis vertikal yang melewati pH 7,40 bawah nomogram menunjukkan kelebihan basa (base excess).
menggambarkan keadaan asidosis, dan setiap titik yang berada Nilai ini, yang akan positif pada keadaan alkalosis dan negatif
di sebelah kanan menggambarkan keadaan alkalosis. Posisi titik pada keadaan asidosis, merupakan jumlah asam atau basa
yang berada di atas atau di bawah garis horizontal yang melalui yang akan mengembalikan 1 L darah ke susunan asam basa
Pco2 sebesar 40 mm Hg menggambarkan derajat hipoventilasi darah yang normal pada Pco2 sebesar 40 mm Hg. Penting
atau hiperventilasi efektif. diperhatikan bahwa defisiensi basa tidak dapat diperbaiki
Bila suatu larutan yang mengandung NaHCO3 dan tidak dengan sempurna hanya dengan menghitung perbedaan
mengandung dapar diseimbangkan dengan beberapa campuran antara bikarbonat standar normal (24 meq/L) dan bikarbonat
gas yang mengandung kadar CO2 yang berbeda-beda, maka standar sebenarnya lalu memberikan sejumlah NaHCO3
nilai pH dan Pco2 pada keadaan seimbang akan turun sesuai tersebut per liter darah; sebagian HCO3− yang diberikan ini
dengan garis terputus-putus di sebelah kiri Gambar 39-8 atau akan diubah menjadi CO2 dan H2O, dan CO2 akan hilang
garis yang sejajar dengan garis tadi. Bila terdapat dapar, maka melalui paru. Jumlah sebenarnya yang harus diberikan kira-
garis yang terbentuk akan lebih curam; dan semakin besar kira 1,2 kali defisit bikarbonat standar, tetapi skala lengkung
kemampuan pendapar larutan, semakin curam garis yang bawah nomogram lebih akurat karena telah dikembangkan
terbentuk. Untuk darah normal yang mengandung 15 gr secara empiris melalui analisis banyak sampel darah.
hemoglobin/dL, garis titrasi CCU akan melalui batas 15 g/dL Dalam menanggulangi gangguan asam-basa tidak hanya
pada skala hemoglobin (di bagian bawah skala lengkung atas) keadaan darah yang harus diperhatikan, tetapi juga semua
dan titik potong antara garis Pco2 = 40 mm Hg dan pH = 7,40, kompartemen cairan tubuh. Kompartemen cairan tubuh lain
seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 39-6. Bila kadar mempunyai kadar dapar yang sangat berbeda dengan darah.
hemoglobin darah rendah, akan terjadi penurunan kemampuan Dari pengalaman empiris diketahui bahwa pemberian sejumlah
mendapar secara bermakna, dan kecuraman garis titrasi CO2 asam (pada keadaan alkalosis) atau basa (pada keadaan asidosis)
berkurang. Namun, darah mengandung sistem penyangga lain yang sama dengan 50% berat badan dalam kilogram dikalikan
selain hemoglobin, sehingga garis yang ditarik dari titik nol kelebihan basa darah per liter dapat memperbaiki gangguan
pada skala hemoglobin melalui titik potong antara Pco2-pH asam-basa tubuh secara keseluruhan. Namun, bila kelainan
normal akan lebih curam daripada kurva untuk larutan yang cukup berat, tidak dianjurkan untuk mencoba mengatasi
tidak mengandung dapar. gangguan tersebut dengan memberikan jumlah yang sedemikian
Untuk penggunaan klinis, darah arteri atau kapiler-arteri besar dalam satu kali pemberian; sebaiknya diberikan dahulu
diambil secara anaerob kemudian pH diukur. Lalu dilakukan separuh jumlah yang seharusnya diberikan dan status asam-basa
penetapan nilai-nilai pH sampel darah yang sama setelah dilaku- darah arteri dinilai kembali. Jumlah yang diperlukan untuk
kan penyetaraan dengan dua campuran gas yang masing-masing koreksi akhir kemudian dapat dihitung kembali dan diberikan.
mengandung sejumlah CO2 yang berbeda. Nilai-nilai pH pada Juga perlu diperhatikan, paling tidak pada asidosis laktat,
Pco2 tersebut dipetakan pada grafik lalu ditarik garis yang meng- NaHCO3 akan menurunkan curah jantung dan menurunkan
hubungkan titik-titik tersebut sehingga terbentuk garis titrasi tekanan darah sistemik, sehingga pemberiannya harus dilakukan
CO2 untuk sampel darah tadi. Nilai pH sampel darah sebelum secara hati-hati.
penyetaraan dipetakan pada garis ini, dan Pco2 sampel dibaca
pada skala vertikal. Kadar bikarbonat standar sampel darah RINGKASAN BAB
merupakan titik potong antara garis titrasi CO2 dengan skala ■ Sel-sel tubulus proksimalis dan distalis menyekresikan ion
bikarbonat pada garis Pco2 = 40 mm Hg. Bikarbonat standar hidrogen. Pengasaman juga terjadi di duktus koligentes. Reaksi
tidak menggambarkan kadar bikarbonat sampel darah yang yang terutama berperan untuk sekresi H+ di tubulus
sebenarnya, tetapi kadar bikarbonat setelah komponen proksimalis adalah pertukaran Na+-H+. Na diserap dari lumen
(pengaruh) pernapasan dihilangkan. Nilai bikarbonat standar ini tubulus dan H diekskresikan.
merupakan ukuran cadangan basa darah, hanya saja nilai ini ■ Gradien maksimal H+ yang perlu dilawan oleh mekanisme
diukur melalui penetapan pH, bukan dari pengukuran kadar transpor pada manusia setara dengan pH urine sekitar 4,5.
CO2 total sampel darah setelah penyetaraan. Seperti cadangan Namun, terdapat tiga reaksi penting di cairan tubulus yang
basa, nilai ini merupakan indeks derajat asidosis atau alkalosis melepaskan H+ dan memungkinkan sekresi asam lebih banyak.
metabolik yang sedang berlangsung. Ketiganya adalah reaksi dengan HCO3− untuk membentuk
Angka tambahan pada skala lengkung atas nomogram CO2 dan H2O, dengan HPO42− untuk membentuk H2PO4−, dan
(Gambar 39-6) dibuat untuk mengukur kandungan basa dengan NH3 untuk membentuk NH4+.
pendapar (buffer base); titik potong antara garis kalibrasi ■ Karbonat anhidrase mengatalisis pembentukan H2CO3, dan
CO2 sampel darah arteri dengan skala ini menunjukkan obat yang menghambat enzim ini akan menekan sekresi asam
mEq/L basa pendapar yang terdapat dalam sampel. Basa oleh tubulus proksimalis.
pendapar sama dengan jumlah total anion pendapar ■ Sekresi asam oleh ginjal dipengaruhi oleh perubahan Pco2
(terutama Prot−, HCO3− dan Hb−;) yang dapat menerima ion intrasel, konsentrasi K+, kadar karbonat anhidrase, serta
hidrogen di dalam sampel darah tersebut. Nilai normal konsentrasi hormon adrenorkorteks.
BAB 39 Pengasaman Urine & Ekskresi Bikarbonat 719

PERTANYAAN PILIHAN GANDA 4. Pada seorang pasien dengan pH plasma 7,10, rasio
[HCO3−] / [H2CO3] dalam plasma adalah
Untuk semua pertanyaan, pilihlah satu jawaban terbaik A. 20
kecuali jika dinyatakan lain B. 10
1. Mana dari berikut yang merupakan penyangga utama di C. 2
cairan interstisium? D. 1
A. Hemoglobin E. 0,1
B. Protein lain
C. Asam karbonat
D. H2PO4
SUMBER BAB
E. Senyawa yang mengandung histidin Adrogué HJ, Madius NE: Management of life-threatening acid–base
disorders. N Engl J Med 1998;338:26.
2. Peningkatan ventilasi alveolus meningkatkan pH darah karena
Brenner BM, Rector FC Jr (editors): The Kidney, 6th ed, 2 Vols.
A. mengaktifkan mekanisme saraf yang mengeluarkan asam Saunders, 1999.
dari darah. Davenport HW: The ABC of Acid–Base Chemistry, 6th ed. University
B. menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat. of Chicago Press, 1974.
C. meningkatkan Po2 darah. Halperin ML: Fluid, Electrolyte, and Acid–Base Physiology, 3rd ed.
D. menurunkan Pco2 di alveolus. Saunders, 1998.
E. meningkatnya kerja otot karena peningkatan frekuensi Lemann J Jr., Bushinsky DA, Hamm LL: Bone buffering of acid
bernapas menghasilkan lebih banyak CO2. and base in humans. Am J Physiol Renal Physiol 2003;285:F811
3. Pada alkalosis metabolik tak-terkompensasi (Review).
A. pH plasma, konsentrasi HCO3− plasma, dan Pco2 arteri Vize PD, Wolff AS, Bard JBL (editors): The Kidney: From Normal
rendah Development to Congenital Disease. Academic Press, 2003.
B. pH plasma tinggi sementara konsentrasi HCO3− plasma dan
Pco2 arteri rendah
C. pH plasma dan konsentrasi HCO3− plasma rendah
sementara Pco2 arteri normal
D. pH plasma dan konsentrasi HCO3− plasma tinggi sementara
Pco2 arteri normal
E. pH plasma rendah, konsentrasi HCO3− plasma tinggi, dan
Pco2 arteri normal
Halaman ini sengaja dikosongkan
Jawaban untuk Pertanyaan
Pilihan Ganda
Bab 1 Bab 13
1. B 2. C 3. B 4. C 5. C 6. D 7. E 8. E 1. A 2. D 3. C 4. D 5. C 6. E

Bab 2 Bab 14
1. A 2. D 3. D 4. B 5. C 6. C 7. B 8. A 1. C 2. D 3. C 4. D 5. A 6. B

Bab 3 Bab 15
1. B 2. C 3. E 4. B 5. B 6. C 7. D 1. C 2. E 3. C 4. D 5. B 6. D 7. D 8. B

Bab 4 Bab 16
1. C 2. E 3. E 4. A 5. C 6. B 7. B 8. C No multiple choice questions

Bab 5 Bab 17
1.B 2.D 3. B 4. C 5. C 1. B 2. E 3. B 4. A 5. A 6. B 7. D 8. D

Bab 6 Bab 18
1. C 2. D 3. E 4. B 5. D 6. E 1. E 2. E 3. A 4. C 5. B

Bab 7 Bab 19
1. D 2. A 3. C 4. C 5. B 6. E 1. C 2. B 3. E 4. C 5. C 6. A 7. D 8. A
9. D 10. C
Bab 8
1. D 2. A 3. B 4. A 5. D 6. C 7. B 8. C Bab 20
9. A 10. E 11. D 1. D 2. B 3. E 4. D 5. C 6. D 7. D 8. A 9. A

Bab 9 Bab 21
1. D 2. D 3. C 4. B 5. E 6. C 7. D 8. B 1. C 2. E 3. D 4. A 5. C 6. D 7. E
9. D 10. D 11. B
Bab 22
Bab 10 1. C 2. D 3. C 4. A
1. A 2. E 3. E 4. E 5. B 6. D 7. D 8. E
9. C 10. A
Bab 23
1. E 2. A 3. C 4. B
Bab 11
1. D 2. C 3. D 4. D 5. D 6. C 7. D 8. E
Bab 24
1. E 2. D 3. D 4. C 5. E 6. D 7. C
Bab 12
1. E 2. C 3. E 4. C 5. E
9. E 10. C 11. D 12. E
6. B 7. C 8. A
Bab 25
1. C 2. E 3. D 4. C 5. D

721
722 Jawaban Pertanyaan Pilihan Ganda

Bab 26 Bab 33
1. E 2. D 3. E 4. A 5. C 1. D 2. A 3. E 4. E 5. E 6. D

Bab 27 Bab 34
1. C 2. D 3. E 4. A 5. B 1. D 2. C 3. A 4. E 5. D 6. A

Bab 28 Bab 35
1. E 2. E 3. C 4. E 5. E 6. B 1. E 2. B 3. D 4. D

Bab 29 Bab 36
1. C 2. A 3. A 4. D 5. D 1. D 2. B 3. B 4. D 5. E 6. B 7. C

Bab 30 Bab 37
1. A 2. C 3. C 4. C 5. E 6. D 1. A 2. A 3. A 4. A 5. E 6. C 7. D

Bab 31 Bab 38
1. C 2. B 3. D 4. B 5. E 6. A 7. A 8. E 1. E 2. C 3. D 4. E 5. D 6. C 7. D

Bab 32 Bab 39
1. B 2. A 3. D 4. D 5. D 1. C 2. D 3. D 4. B
Indeks
A ACTH. See Adrenocorticotropic hormone α−Adrenergic receptors, 146–147
Aberrant sexual differentiation Actinin in skeletal muscle, 100 Adrenoceptors, 146–147
chromosomal abnormalities, 396 Actin in skeletal muscle, 100 activation, 147
hormonal abnormalities, 396–398 Action potentials epinephrine and norepinephrine as, 146–147
ABO system all-or-none, 89–90 subtypes of, 146
agglutination reactions, 561 in auditory nerve fibers, 207 Adrenocortical hormones
agglutinins, 561 of cardiac muscle, 110–111 in adult humans, 360
A and B antigens, 560–561 changes in excitability during, 90–91 basic structure of, 358
H antigen, 560–561 conduction of, 87, 91 classification of, 359
red cell agglutination, 561, 563 generation in postsynaptic neuron, secreted steroids, 359
ABP. See Androgen binding protein 124–125 species differences in, 359–360
Absence seizures, 277 ionic fluxes during, 88–89 steroids. See Steroids
Absorption, 479–483 recorded in dendrites, 125 types of, 358
of calcium, 485 and twitch, 102 Adrenocortical hyper-& hypofunction, effects
of iron, 485–486 Active transport, 51 of, 374–376
of vitamins, 485 Activin receptors, 427 Adrenocortical secretion, 353–354
Accelerated AV conduction, 533, 534 Acute pesticide poisoning, 262 Adrenocorticotropic hormone
Acclimatization process, 650–651 Acute-phase proteins, 81, 512 and adrenal responsiveness, 368
Accommodation and aging, 188 Acuterespiratory distress syndrome, 653 aldosterone secretion produced by, 372
ACE inhibitors. See Angiotensin-converting Acyclovir, 47 chemistry and metabolism, 368
enzyme inhibitors Adaptation in olfactory system, 221 and circadian rhythm, 368–369
Acetylcholine, 144, 460, 461 Addiction and motivation, 172 deficiency, 336
effect on intestinal smooth muscle, 115 Addison disease, 375 effect on adrenal, 368
effect on unitary smooth muscle, 116 Addisonian crisis, 375 effect on aldosterone secretion, 372
functions of, 143 Adenosine derivatives, 11 in fetus, 416
removal from synapse, 144 Adenosine triphosphate, 11–12, 149–150, 377 functions, 368
synthesis of, 143 formation process, 12 mechanism of action of, 361
transmission at autonomic junctions, 259 generation in citric acid cycle, 23 plasma concentrations of, 369
transport and release, 144 generation in glycolysis, 23–24 response to stress, 369
Acetylcholine receptors, 144–145 as neurotransmitter, 150 secretion of
pharmacologic properties, 144 role in cell, 12 glucocorticoids effects on, 365
Acetylcholinesterase, 144 turnover in muscle cells, 107 and stress, 366
Acetylcholinesterase inhibitors Adenylyl cyclase stimulation, 362
Alzheimer disease treatment by, 289 cAMP production by, 61–62 Adrenogenital syndrome, 362, 374
myasthenia gravis treatment by, 129 regulatory properties, 61 Adrenomedullin, 357
ACh. See Acetylcholine ADH. See Antidiuretic hormone Advanced glycosylation end products, 449
Achalasia, 501 Adipokines, 450 AE1. See Anion exchanger 1
Achondroplasia, 334 Adrenal cortex Aerobic glycolysis and exercise, 107
Achromatopsia, 193 adrenocortical hormones. See Adrenocortical Aerophagia, 502
Acid-base balance, 645 hormones Afferent and efferent neurons in spinal
HCO3– values, 647 constituents of, 354 cord, polysynaptic connections
Pco2 values, 647 functions of, 353 between, 234
plasma pH values, 647 hormone biosynthesis in, 359 Afferent arterioles, 673, 674
ventilatory responses to changes in, 661–662 Adrenalectomy, 371 Afferent fibers, central connections of, 230
Acid–base disorders, 6 Adrenal gland, medulla and zones of Afferent nerve firing, Pco2 effect, 660
Acid–base nomogram, 647 cortex in, 355 Afferents, 319
Acid hydrolases Adrenal insufficiency, 365, 375 Afferent vagal fibers, inspiratory discharge
in lysosomes, 39 Adrenal medulla inhibition by, 659
Acidosis, 6, 647–649, 715 during fetal life, 354 2-AG, 151
uncompensated, 716 morphology of, 354–355 Aganglionic megacolon, 505
Acids, 6 secretions of inner, 353 Age-related macular degeneration, 180, 181
Acquired immunity, 71 sympathetic ganglion, 353 AGEs. See Advanced glycosylation
diagrammatic representation of, 77 Adrenal medullary hormones, 353 end products
T and B lymphocytes activation in, Adrenal medullary secretion regulation, 358 Ageusia, 225
71, 74–75 Adrenal responsiveness and ACTH, 368 Aging and accommodation, 188
Acquired nystagmus, 212 Adrenal steroidogenic enzymes, nomenclature Agnosia, 291
Acromegaly, 305 for, 362 Agranulocytosis, 147
and gigantism, 328 Adrenergic receptors Air
Acrosomal reaction, 413 at junctions within ANS, 260 conduction, 206
Acrosome, 420 subtypes of, 357 Po2 and Pco2 values in, 642

723
724 INDEKS

Airway conduction, 621–624 Amino acids, 16 Anterior pituitary hormones, 313


Airway obstruction, 630 absorption of, 482 actions of, 314
Airway receptors, 664 activation in cytoplasm, 19 hypothalamus and, 314
Airway resistance, 631 in body, 19 secretion, hypothalamic control of, 314
Airways, responses mediated by receptors catabolism of, 21 Anterograde amnesia, 285
in, 664 conditionally essential, 17 Antibiotics, anosmia treatment by, 221
Akinesia, 245 found in proteins, 19 Antibodies against receptors, 64
Albinos, 325 metabolic functions of, 22 Anticlotting mechanisms, 567–568
Albuminuria, 679 nonessential, 17 antiaggregating effect, 567
Aldosterone, 364 nutritionally essential, 17 antithrombin III, 567
effect on Na, K ATPase pump activity, 53 Aminopyridines, Lambert–Eaton Syndrome clotting factors, 567
in salt balance regulation, 374 treatment by, 130 fibrinolytic system, 567–568
secretion, regulation of Amiodarone, 181 heparin, 567
ACTH effect on, 372 Ammonia buffering system, 713 plasmin, 567–568
angiotensin II effect on, 372–373 Ammonia processing to urea, 21–22 plasminogen receptors, 568
electrolytes effect on, 373–374 Amniocentesis, 397 thrombomodulin, 567
renin effect on, 372–373 AMPA receptors, 139–140 Anticoagulants, 568–569
second messengers, 375 in glia and neurons, 141 chelating agents, 569
stimuli for, 371–372 Amphetamine, 147 coumarin derivatives, 569
Aldosterone deficiency, 375 Amphipathic, 465 heparin, 568–569
Aldosterone-secreting mechanism, 374 Ampullary responses to rotation, 211 Anticonvulsant drugs, 277
Alerting response, 273 Amyloid precursor protein, 290 Antidepressants, Alzheimer disease treatment
α-limit dextrins, 478 Amylopectin, structure of, 478 using, 289
Alkalosis, 6, 647–649, 715 Amylose, structure of, 478 Antidiuretic hormone, 313, 698
Allergic disease, actions of glucocorticoids Amyotrophic lateral sclerosis, 240 Antidromic and orthodromic conduction,
in, 367 Anabolism, 488 91–92
Allodynia and hyperalgesia, 164–165 Anaerobic glycolysis and exercise, 107 Antigen
Alpha rhythm, 273 Anandamide, 151 presentation of, 75
variations in, 273 Anatomic reserve, 491 recognition of, 75
ALS, 240 Androgenbinding protein, 421 Antigen-presenting cells
Alveolar air, 634–635 Androgen-dependent, 428 and αβ Τ lymphocyte, interaction between, 76
composition of, 635, 650 Androgen resistance, 397 MHC protein–peptide complexes on, 75, 76
sampling of, 634–635 Androgens, 364–365, 391, 419 types of, 75
Alveolar airway, 621, 624–625 Andropause, 401 Antihistamines, 160
acinar tissue, 621 Anemia, effects of, 653 Antimuscarinic syndrome, 263
lung parenchyma, 621 Anemic hypoxia, 649, 652 Antipsychotic drugs
Alveolar gas equation, 634 Aneuploidy, 14 for muscarinic poisoning treatment, 263
Alveolar surface tension, surfactant role, Angiogenesis for schizophrenia, 147
631–632 vascular endothelial growth factor, 573 thioridazine, 181
Alveolar ventilation, 633 vasculogenesis, 573 Antiviral drugs, 47
variations effect in respiratory rate, 633 Angiotensin, 599 Antral systole, 502
Alveoli Angiotensin-converting enzyme Antrum
adult human, prominent cells in, 625 diagrammatic representation of, 703 formation, 401
conducting airway, cellular transition Angiotensin-converting enzyme inhibitors, 540 gastrin secretion inhibition by, 469
from, 623 Angiotensin II Aortic bodies, 660
pressure in, 628 action on subfornical organ, 310 location of, 660
type I epithelial cells, 624 actions on adrenal cortex, 55 AP-1, 49
type II epithelial cells. See Granular effect on aldosterone secretion, 372–373 APCs. See Antigen-presenting cells
pneumocytes mechanism of action of, 361 Aphasias, 293
Alveolocapillary membrane, diffusion Angiotensin III, 704 Apneusis, 658
across, 635 Angiotensinogen. See Renin substrate Apoptosis
Alzheimer disease Anion exchanger 1, 645 definition of, 47
abnormalities associated with, 290 Anion gap, 648 pathway bringing about, 47
cytopathologic hallmarks of, 290 Anomic aphasia, 293 APP, 290
prevalence of, 289 Anorectal area, sagittal view of, 506 Apparent mineralocorticoid excess, 371
risk factors and pathogenic processes in, 290 Anorexin, 487 Aquaporin-1, 685
treatment of, 289 Anosmia, 221 Aquaporins, 685
Amantadine, 140 Anovulatory cycles, 412 Arachidonic acid, 31
Amatoxins, 263 Anoxia, 649 2-Arachidonyl glycerol, 151
Amblyopia, 187 ANP. See Atrial natriuretic peptide ARDS. See Acuterespiratory distress syndrome
AMD. See Age-related macular degeneration ANP granules, 706 Area postrema, 503
AME, 371 ANS. See Autonomic nervous system Arginine vasopressin, 311
α−Melanocyte-stimulating hormone, 415 Anterior pituitary gland Argyll Robertson pupil, 189
Amenorrhea, 413 hormone-secreting cells of, 324–325 Arial muscle, 539
Amino acid pool, 17 hormones secreted by, 323 Arithmetic calculations, brain regions in, 294
and common metabolic pool, interconversions functions of, 323 Aromatase, 417
between, 21 prolactin, 323 Aromatase inhibitors, 302
INDEKS 725

Arterial pressure peripheral organization and transmitters Basal ganglia


artery pressure curve, 578 released by, 257 biochemical pathways in, 245
diastolic pressure, 578 and somatomotor nervous system, difference diseases of, 245, 246
systolic pressure, 578 between, 264 functions of, 245
Ascending reticular activating system in sympathetic division of, 256–257 organization of, 243–244
brainstem, 272 Autonomic neurotransmission, drugs affecting Parkinson disease, 245, 247–248
Ascending sensory pathway, 167 processes involved in, 261 principal connections of, 244
Ascites, 511 Autonomic preganglionic neurons, 256 Basal lamina, 38. See also Cell membrane
Asphyxia, 666 descending inputs to, 265–266 Basal metabolic rate, 490
Aspiration pneumonia, 626 Autonomic responses Basal plasma growth hormone level, 326
Assembly protein 1, 49 pathways controling, 265 Bases, 6
Associative learning, 284, 285 triggered in hypothalamus, 309–310 Basic electrical rhythm, 498
Astereognosis, 291 Autoreceptor, 136 of gastrointestinal smooth muscle, 499
Astigmatism, 188 Autosomal dominant polycystic kidney spike potentials, 498
Astrocytes, 83–84 disease, 687 Basilar arteries, 403
protoplasmic, 84 AV node. See Atrioventricular node Basket cells, 249, 270, 271
Ataxia, 252 AVP, 311 Basophils, 68
Atelectasis, 632 AV valves. See Atrioventricular valves B cells, 69
Atherosclerosis and cholesterol, 31 Axial and distal muscles, control of activation in acquired immunity, 71, 75
Athetosis, 245 corticobulbar tract, 239 exhaustion of, 443
ATP. See Adenosine triphosphate corticospinal tracts, 238 maturation, sites of congenital blockade of, 80
Atretic follicles, 401 movement and, 239 responses, long-term changes, 443
Atrial arrhythmias, 531 Axoaxonal synapses, 121 role of cytokines in, 77
Atrial fibrillation, 531, 532 Axodendritic synapses, 121 TH2 subtype, 77
Atrial natriuretic peptide, 702, 707 Axonal conduction velocity, 92 BCR-ABL fusion gene, 57
effect of immersion, 708 Axonal regeneration, 94 BDNF, 94
Atrial systole, 521 Axonal transport, 86 Becker muscular dystrophy, 100
Atrial tachycardia, 531 along microtubules, 87 Benzodiazepines, 143, 262
Atrioventricular node, 521 Axonemal dynein, 42 BER. See Basic electrical rhythm
nodal block, 530 Axoneme, 42 Beta rhythm, 273
nodal delay, 524 Axon stump, degeneration of, 131 Bezold–Jarisch reflex, 664
Atrioventricular valves, 539 Axosomatic synapses, 121 Bifascicular/trifascicular block, 530
Atropine, 187, 262, 469 Azathioprine, myasthenia gravis treatment Bile
Atypical depression, 149 using, 129 cholesterol solubility, 515
Auditory acuity, 209 Azotemia, 548 human hepatic duct bile, 512
Auditory nerve fibers, action potentials human hepatic duct, comparison of, 516
in, 207 production of, 516
Auditory ossicles, 199 B Bile acids, 465
schematic representation of, 206 Bachmann’s bundle, 521 Bile canaliculi, 510
Auditory pathways, 207–209 Baclofen Bile pigments, glucuronides of, 465, 513
Auerbach’s plexus, 473 Biliary secretion
for ALS treatment, 240
Augmented limb leads, 526 for CP treatment, 236 bile, 464–466
Auras, 276 Bacterial infections, actions of glucocorticoids neurohumoral control of, 516
Auscultatory method in, 367 Biliary system
cuff pressure, 579 Bacterial toxins effect on cAMP, 62 bile formation, 514–516
sounds of Korotkoff, 579 β−Adrenergic receptors, 146–147 biliary secretion, regulation of, 516
Autocrine communication, 54 Ballism, 245 cholecystectomy, effects of, 516
Autonomic junctions, chemical β-amino acids, 13 gallbladder, functions of, 516
transmission at Barbiturates, 143 gallbladder, visualizing, 516–517
acetylcholine, 259 Barometric pressure, 634 Bilirubin, 465, 513
cholinergic neurotransmission, 259 effects of, 649 handling of, 513
nonadrenergic, noncholinergic Baroreceptors heme, conversion of, 513
transmitters, 264 aortic arch, 589, 592 uridine diphosphoglucuronic acid
noradrenergic neurotansmission, 260, aortic depressor nerve, 589 molecules, 513
261, 264 cardiopulmonary receptors, 589 Biliverdin, 465
norepinephrine, 259 carotid sinus, 589, 592 Binocular vision, 195
Autonomic nerve activity, effector organs carotid sinus nerve, 589 Biofeedback, 288
response to, 260 caudal ventrolateral medulla, 590 Biologic oxidations, common form of, 11
Autonomic nerve impulses, responses of effector nerve activity of Bitter taste, 224
organs to, 264–265 cardiac output, 591 Blastocyst, 414
Autonomic nervous system, 473 sympathetic nerve activity, 591 Blind spot, 180
divisions of, 255 systemic blood pressure, 590 Blood
dysfunction of, 266 nucleus of tractus solitarius, 590 active and inactive capillaries, 582
features of, 256 stimulation, respiratory effects of, 665 angiogenesis
functions of, 255, 264 Barr body, 393 vascular endothelial growth factor, 573
parasympathetic division of, 257–259 Bartter syndrome, 687 vasculogenesis, 573
peripheral motor portions of, 256 Barttin, 687 arterial blood pressure, 579, 581
726 INDEKS

Blood (Cont’d.) lymphedema, 585 localization of various GLUT


arterial pressure precapillary constriction, 584 transpoters, 605
artery pressure curve, 578 promoting factors, 584, 585 physiologic significance, 605
diastolic pressure, 578 laminar flow specific transporters, 605
systolic pressure, 578 effect of constriction, 574 penetration of urea, 604, 605
arteries and arterioles, 570 probability of turbulence, 574 Blood cells, glucocorticoids effects on, 366
arteriovenous anastomoses, 572 Reynolds number, 574 Blood osmolality in humans, 303
auscultatory method velocity, 574 Blood–testis barrier, 419
cuff pressure, 579 law of Laplace Blood type
sounds of Korotkoff, 579 curvature of viscus, 576 ABO system
average velocity, 574–575 dilated heart, 577 agglutination reactions, 561
blood flow surface tension, 577 agglutinins, 561
cardiac cycle in dog, 577 transmural pressure, 576 A and B antigens, 560–561
pressure and velocity, 577 lymph, 569 H antigen, 560–561
blood flow measurement, 573 lymphatic circulation red cell agglutination, 561, 563
blood pressure measurement functions of, 584 agglutinogens, 564
Bernoulli’s principle, 578–579 lymphatics draining, 584 antigens inheritance, 562–564
kinetic energy, 578–579 lymphatic vessels, 584 newborn, hemolytic disease
and pathophysiology, 579 lymphatics, 572 fetal–maternal hemorrhage, 564
blood type molecular fate in, 644 hydrops fetalis, 564
ABO system, 560–561 Ohm’s law, 573 kernicterus, 564
agglutinogens, 564 peripheral resistance, 573 RH group, 564
antigens inheritance, 562–564 physical principles, 573–574 transfusion reactions, 561–562
newborn, hemolytic disease, 564 plasma, 564–565 Blood vessels, innervation of
RH group, 564 plasma proteins splanchnic veins, 588
transfusion reactions, 561–562 afibrinogenemia, 565 sympathetic nerves, 587–588
bone marrow hypoproteinemia, 565 sympathetic noradrenergic fibers, 587–588
blood cells, 556 origin of, 565 venoconstriction, 588
hematopoietic stem cells, 556 physiologic functions, 565, 566 BMI. See Body mass index
buffering, 645–647 platelets, 557, 558 BMR. See Basal metabolic rate
capacitance vessels, 577 Po2 and Pco2 values in, 642 BNP. See Brain natriuretic peptide
capillaries, 570–572 Poiseuille–Hagen formula, 575 Body fluids
capillary circulation, 579 red blood cells buffering capacity of, 6
capillary pressures, 580 characteristics, 557, 559 inappropriate compartmentalization, 3–4
capillary filtration coefficient, 582 fibrin fibrils, 557, 559 organization of, 5
flow-limited and diffusion-limited formation and destruction, 557, 559 Body mass index, 488
exchange, 582 resistance vessels, 577 Body mechanics, 110
hydrostatic pressure gradient, 581 shear stress, 574 Body temperature
interstitial fluid, 581–582 spatial distribution of, 645 and fever, 319–320
osmotic pressure gradient, 581–582 vascular smooth muscle heat production and heat loss, 317–318
pressure gradients, 582 contraction and relaxation, 569, 570 mechanisms regulating, 318–319
starling forces, 581 latch-bridge mechanism, 569 threshold core temperatures for, 319
circulation time, 575 venous circulation, 582 normal, 317
critical closing pressure, 576 venous pressure and flow, 582 Body water, intracellular component of, 4
Doppler flow meters, 573 air embolism, 583 Body weight, 310
effective perfusion pressure, 573 effects of heartbeat, 583 Bohr effect, 643
effect of gravity, 578 muscle pump, 583 Bohr’s equation, 634
endothelium, 569 thoracic pump, 583 Bombesin, 473. See also Gastrin releasing
fate of CO2 in, 645 venous pressure measurement, peptide
flow, 632–633, 676–677 583–584 Bone conduction, 206
gas content of, 642 venules and veins, 572 Bone marrow. See Erythropoiesis
genes in human, 574, 575 viscosity and resistance Bone physiology, 385
hemoglobin effect of changes, 576 bone disease, 388
carboxyhemoglobin, 559 hematocrit, 575–576 bone formation & resorption, 386–388
catabolism, 559–560 white blood cells bone growth, 385–386
in fetus, 559 cells grow, 556–558 structure, 385
methemoglobin, 558–559 cellular elements, 556, 557 Bony labyrinth, 200
oxyhemoglobin, 557–559 Blood–brain barrier, 514 Botulinum and tetanus toxins, 123
synthesis, 559 circumventricular organs Botulinum toxin, 123
hemostasis angiotensin II, 605 for ALS treatment, 240
anticlotting mechanisms, 567–568 chemoreceptor zones, 605 for clonus treatment, 233
anticoagulants, 568–569 neurohemal organs, 605, 606 Bovine prepropressophysin, 312
clotting mechanism, 566–567 subcommissural organ, 605–606 Bowman’s capsule, 673
response to injury, 565 development of, 606 Bradycardia, 529
interstitial fluid volume function of, 606 Bradycardia-tachycardia, 529
edema, 584 penetration of substances Bradykinesia, 245
elephantiasis, 585 adenosine triphosphate, 605 Brain and memory, link between, 285
INDEKS 727

Brain-derived neurotrophic factor, 94 CaMKs, 58 atrial arrhythmias, 531–532


Brain metabolism cAMP. See Cyclic adenosine monophosphate atrial arrhythmias, consequences of, 532
energy sources, 609 cAMP, intracellular, 464 excitation, ectopic foci of, 530–531
glutamate, ammonia removal, 609 CAMs. See Cell adhesion molecules long QT syndrome, 533
oxygen consumption, 609 Cancer, genetic aspects of, 47 normal cardiac rate, 529
uptake, release of substances, 608–609 Capacitation, 422 reentry, 531
Brain natriuretic peptide, 707 Capillaries ventricular arrhythmias, 532–533
Brain regions in arithmetic calculations, 294 cross-sections of capillaries, 572 Cardiac conduction system, 521
Brain stem endothelial glycocalyx, 571 Cardiac cycle
ascending reticular activating system in, 272 exocytosis, 571 divisions of, 541
chemoreceptors in, 661 fenestrations, 571 events of, 543
respiratory neurons in, 659 metarterioles, 570–571 Cardiac cycle, mechanical events
Brain stem pathways, in voluntary movement microcirculation, 570–571 arterial pulse, 542–544
lateral, 240–241 precapillary sphincters, 570–571 atrial pressure changes, 544
medial, 239–240 Capillary pressures, 580 atrial systole, 539–540
Breaking point, 663 capillary filtration coefficient, 582 length of, 542
Breast cancer, 302 flow-limited and diffusion-limited cardiac muscle
Breathing exchange, 582 length-tension relationship, 547
control and outcome, 619 hydrostatic pressure gradient, 581 cardiac output
work of, 632 interstitial fluid, 581–582 factors controlling, 546–547
Breathing oxygen, 649–650 osmotic pressure gradient, 581–582 integrated control, 550
Bronchial circulation, 627 pressure gradients, 582 measurement methods, 545–546
Bronchopulmonary dysplasia, 654 starling forces, 581 in various conditions, 546
Brown fat, 27 Capillary wall diastole
Brown-Séquard syndrome, 170 structure of, 54 late, 539
Bruits, 544 transport across, 54 length of, 542
Brush border hydrolases, 456 Capsaicin transdermal patches, chronic pain diastole, early, 540–541
β-sheets, 18–19 treatment using, 164 echocardiography, 545
Buffer, 6 Carbamino compounds, 644 end-diastolic volume, factors affecting, 547
Bundle branch block, 530 Carbidopa heart, oxygen consumption, 550–552
Bundle of Kent, 533 for MSA treatment, 256 heart sounds, 544
for Parkinson disease treatment, 247 murmurs/bruits, 544–545
Carbohydrate metabolism myocardial contractility, 547–550
adrenal glucocorticoids, 447–448 timing, 541–542
C
catecholamines, 447 ventricular systole, 540
Ca2+
growth hormone, 448 Cardiac excitation, origin/spread of, 524
binding to troponin–tropomyosin complex,
hormones/exercise, effects of, 447 anatomic considerations, 521–522
102–103
thyroid hormones, 447 cardiac muscle, properties of, 522–523
concentration gradient, 56, 57
Carbohydrate moieties, 484 pacemaker potentials, 523–524
functions of, 56
Carbohydrates, 491 Cardiac function with exercise, 550
handling in mammalian cells, 57
breakdown during exercise, 106–107 Cardiac muscle
and phototransduction, 184
dietary, 22 action potential of, 110–111
as second messenger, 56–58
structural and functional roles, 22 contractile response of, 111–112
smooth muscle contraction and, 114–115
structures of, 22 electrical responses of, 522
transport and muscle contraction, 102–104
Carbon dioxide transport, 644–647 electronmicrograph of, 111
Ca2+ channels, 51
acid–base balance, 645 isoforms, 112
in cardiac myocytes, 111
blood, molecular fate in, 644 length-tension relationship, 547
Ca2+-dependent process of exocytosis, 48
Cadherins, 42 blood, spatial distribution of, 645 length–tension relationship for, 112, 113
Calbindin-D proteins, 380 buffering in blood, 645–647 metabolism, 113–114
Calcineurin, 58 chloride shift, 644–645 morphology, 110
Calcitonin, 377 dissociation curves, 645 nerve endings in, 130
actions, 384–385 gas transport, 645 resting membrane potential of, 110
response curves, 663 striations in, 110
calcium homeostatic mechanisms, 385
origin, 384 Carbonic acid, 7 Cardiac muscle cell, histology of, 522
secretion & metabolism, 384 Carbonic acid–bicarbonate system, 646 Cardiac output, 546
Calcitonin gene-related peptide, 151, 264 Carbonic anhydrase, 647 conditions, effect of, 546
Calcium-binding proteins, 57–58 Carbonic anhydrase inhibitors, glaucoma determination of, 546
Calcium channel blockers, Raynaud disease treatment using, 179 factors controlling, 546–547
treatment using, 264 Carbon monoxide poisoning, 652–653 integrated control, 550
Calcium metabolism, 377–378 Carbon monoxyhemoglobin. See interactions between, 546
in adult human, 378 Carboxyhemoglobin measurement methods, 545–546
distribution of, 378 Carboxyhemoglobin, 653 in various conditions, 546
humoral agents on, 385 Carboxyl terminal tetrapeptide, 471 Cardiac pacemaker, 521
Calmodulin, 57 Cardiac arrhythmias, clinical applications Cardiac rate, 544
secondary structure of, 58 abnormal pacemakers, 529–530 Cardiac remodeling, 540
Calmodulin-dependent kinases, 58 accelerated AV conduction, 533–534 Cardiac responses
Calorie, 489 arrhythmias, treatment of, 534 to moderate supine exercise, 552
728 INDEKS

Cardiac tissue factors affecting activity of RVLM, 589, 591 CD8 and CD4 proteins
conduction speeds in, 524 factors affecting heart rate, 589, 592 relation to MHC-I and MHC-II proteins, 76
depolarization of, 531 heart rate by vagus nerves, 589, 591 on T cells, 76
Cardiac vector, 528 intermediolateral gray column, 589 Celiac disease, 491
Cardiovascular control rostral ventrolateral medulla, 589 Cell adhesion molecules, 36
feedback control of blood pressure, 588–589 somatosympathetic reflex, 589 classification of, 42
sensory receptors, 588–589 natriuretic hormones, 599 functions of, 42
venoconstriction, 589 nitric oxide nomenclature, 42
Cardiovascular regulatory mechanism adenosine, 596–597 Cell-attached patch clamp, 49
atrial stretch and cardiopulmonary arginine, 596 Cell cycle
receptors, 593 endothelium-derived relaxing factor, 596 definition, 14
autoregulation, 587, 588, 595 functions, 597 sequence of events during, 17
baroreceptor nerve activity physiologic role, 597 “Cell eating,” 48
cardiac output, 591 platelet aggregation, 597 Cell membrane
sympathetic nerve activity, 591 synthesis of, 596 composition of, 36
systemic blood pressure, 590 peripheral chemoreceptor reflex enzyme content of, 38
baroreceptor resetting, 592 hemorrhage, 595 membrane potential across, 88
baroreceptors Mayer waves, 595 patch of, 49
aortic arch, 589, 592 Traube–Hering waves, 595 permeability, 50
aortic depressor nerve, 589 vasoconstriction, 595 in prokaryotes and eukaryotes, 36
cardiopulmonary receptors, 589 prostacyclin, 596 proteins embedded in, 36, 37
carotid sinus, 589, 592 role of baroreceptors rafts and caveolae, 49
carotid sinus nerve, 589 arterial pressure, 592 solubility properties of, 36
caudal ventrolateral medulla, 590 blood volume, 592 Cells
nucleus of tractus solitarius, 590 infusion of phenylephrine, 592, 593 cytoskeletal elements of, 40
carbon monoxide, 597 neurogenic hypertension, 592 secretion from, 48
cardiovascular control thromboxane A2, 596 specialization of, 35
feedback control of blood pressure, 588–589 Valsalva maneuver Cell signaling pathway
sensory receptors, 588–589 bradycardia, 593 phosphorylation, 55–56
venoconstriction, 589 heart rate, 595 Cellular immunity, 75
central chemoreceptors, 595 hyperaldosteronism, 595 Cellular lipids, types of, 27
circulating vasoconstrictors intrathoracic pressure, 593 Cellular membrane channels, alterations in, 285
angiotensin, 599 response to straining, 593, 594 Cellular phosphorylation, enzymes
extracellular fluid, 599 tachycardia, 593 involved in, 55
norepinephrine, 599 vasodilator metabolites, 595–596 Central diabetes insipidus, 700
urotensin-II, 599 Cardioverter–defibrillator, 533 Central herniation, 243
endothelial cells, 596 Carnitine, 26 Central nervous system, 436, 473, 514
endothelin-1 deficiency, 28 glycine excitatory and inhibitory
astrocytes and neurons, 598 Carotid body, 660 effects in, 143
cardiovascular functions, 597 location of, 660 pathway linking skeletal muscles to, 256
craniofacial abnormalities, 598 organization of, 660 Central neuromodulators, diffusely connected
megacolon, 598 CART. See Cocaine-and amphetamineregulated systems of, 1378
regulation of secretion, 597, 598 transcript Central pathway of hearing, 207–210
endothelins, 597 Caspases, activation of, 47 Centrioles, 42
heart innervation Catabolism, 488 Centrosomes, 42
adrenergic and cholinergic receptors, 588 Catch-up growth, 332 Cerebellar cortex
cardiac conductive tissue, 588 Catecholamines, 145–146, 301, 355, 442 fundamental circuits of, 250
heart rate, 588 biosynthesis and release, 145, 146 inputs to, 250
postganglionic sympathetic nerves, 588 catabolism of, 146 location and structure of neuronal
sinoatrial node, 588 half-life of, 356 types in, 249
vagal discharge, 588 metabolic effects of, 357–358 Cerebellar disease, 251, 252
ventricular contraction, 588 secretion regulation, 358 Cerebellar granule cells, 249
innervation of blood vessels Categorical and representational hemispheres, Cerebellar peduncles, 249
splanchnic veins, 588 lesions of, 291 Cerebellum
sympathetic nerves, 587–588 Cathechol-O-methyltransferase ( COMT) afferent fibers into, 249
sympathetic noradrenergic fibers, 587–588 inhibitors, Parkinson disease treatment anatomical division of, 248
venoconstriction, 588 using, 247 cerebellar cortex. See Cerebellar cortex
kinins CatSper, 422 connection to brain stem, 248
active factor, 598–599 Caudal ventrolateral medulla, 699 damage to, 251
angiotensin-converting enzyme, 598 Caudate nucleus, 243–244 functional division of, 250–251
bradykinin receptors, 599 Causalgia, 164 and learning, 251, 252
formation of, 598 Caveolae and rafts, 49 midsagittal section through, 248
kallikreins, 598 CBG. See Corticosteroid-binding globulin organization of, 249–250
lysylbradykinin, 598 CCK. See Cholecystokinin principal afferent systems to, 250
localized vasoconstriction, 596 CCK 4. See Carboxyl terminal tetrapeptide Cerebral and cerebellar cortex
medullary control CCK receptors, 151 synapses in, 120
basic pathways, 589, 590 CCK-releasing peptide, 471 synaptic knobs in, 120
INDEKS 729

Cerebral blood flow, regulation Channelopathies, 51, 53 Cholinergic neurons, 497


autoregulation, 607 Chaperones, 20 Cholinergic neurotransmission in autonomic
blood flow in brain Chelating agents, 246 ganglia, 259
activity in human brain, 608 Chemical gradient, 7 Cholinergic receptor, 145
gray matter, 608 Chemically sensitive nociceptors, 158 Cholinergic receptors
hemispheres, 608 Chemical mediators biochemical events at, 143
magnetic resonance imaging, 608 action on receptors, 136 at junctions within ANS, 260
positron emission tomography, 608 as neurotransmitters and neuromodulators, 136 Cholinesterase inhibitors, 262
Kety method in response to tissue damage, 165 Chorea, 245
factors affecting cerebral blood flow, 607 Chemical messengers Choroid, 177
Fick principle, 606–607 intercellular communication via, 54 Chromatin, 44
role of intracranial pressure, 607 mechanism of action of, 55–56 Chromosomal abnormalities, 396, 397
role of vasomotor, 607–608 receptors for, 55 Chromosomal sex
Cerebral circulation recognition by cells, 55 human chromosomes, 392
blood-brain barrier types of, 54 sex chromatin, 392–393
circumventricular organs, 605–606 Chemical neurotransmission sex chromosomes, 392
development of, 606 EPSP and, 259 Chromosomes
function of, 606 at synaptic junctions, 259 composition of, 44
penetration of substances, 604–605 Chemical regulatory mechanisms, 659 Karyotype of, 393
brain metabolism Chemical synapses structure of, 44
energy sources, 609 cell-to-cell communication via, 119 Chronic myeloid leukemia, 57
glutamate, ammonia removal, 609 synaptic cleft, 119 Chronic pain, 164
oxygen consumption, 609 Chemical transmission at autonomic junctions Chronic sleep disorders, 279
uptake, release of substances, 608–609 acetylcholine, 259 Chronotropic action, 547
cerebral blood flow, regulation cholinergic neurotransmission, 259 Chvostek’s sign, 382
autoregulation, 607 nonadrenergic, noncholinergic Chylomicron remnants, 29
blood flow in brain, 608 transmitters, 264 Chylomicrons, 29
Kety method, 606–607 noradrenergic neurotansmission, 260, Chyme, 498
role of intracranial pressure, 607 261, 264 Cilia, 42
role of vasomotor, 607–608 norepinephrine, 259 Ciliary disorders, 42
cerebrospinal fluid Chemokine receptors, 72 Ciliary neurotrophic factor, 94
formation and absorption, 603–604 Chemokines, 72 Circadian rhythm, 278
head injuries, 604 Chemoreceptors, 157, 217, 659 and ACTH levels, 368–369
protective function, 604 trigger zone of, 503 sleep disorders associated with
innervation Chenodeoxycholic acid, 465 disruption of, 279
postganglionic sympathetic neurons, 603 Chewing, 500 Circhoral secretion, 401
sphenopalatine ganglia, 603 Cheyne–Stokes respiration, 667 Circulating angiotensins
trigeminal ganglia, 603 Cheyne–Stokes respiratory pattern, 243 formation and metabolism of, 702
vasoactive intestinal peptide, 603 Chiari–Frommel syndrome, 417 metabolism of, 702
vessels, 601–602 Chloride/bicarbonate exchanger, 466 Circulating vasoconstrictors
Cerebral cortex, structure of, 270 Chloride ions angiotensin, 599
Cerebral dominance, 291–292 equilibrium potential, 9–10 extracellular fluid, 599
Cerebral hemisphere, areas concerned with forces acting on, 9–10 norepinephrine, 599
face recognition, 294 in mammalian spinal motor neurons, 10 urotensin-II, 599
Cerebral palsy, 236 Chloride shift, carbon dioxide transport, 644–645 Circulation, quantitative aspects of, 466
Cerebrocerebellum, 251 Chloride transport, inhibitory postsynaptic Circulatory changes
Cerebrosides, 26 potential and, 123 with exercise, 551
Cerebrospinal fluid, 70, 650, 715 Cholecystectomized patients, 516 Circulatory system
formation and absorption Cholecystokinin, 384, 443, 461, 502, 510 blood vessels, 555
arachnoid villi, 603 secretion of, 471 bone marrow
bulk flow, 603 Cholelithiasis, 517 blood cells, 556
choroidal capillary endothelium, 603 Cholera, 467 hematopoietic stem cells, 556
composition of, 603 Cholera toxin effect on cAMP, 62 type, 556
cribriform plate, 603 Cholesterol, 360 capillaries, 555
extracellular fluid, 603 biosynthesis, 30 systemic circulation, 555, 556
pressure effect, 603, 604 interaction with caveolae and rafts, 49 Circumventricular organs
head injuries, 604 and vascular disease, relationship between, 31 angiotensin II, 605
protective function Cholesterol desmolase, 360 chemoreceptor zones, 605
arachnoid trabeculae, 604 Cholesterol esterase, 483 neurohemal organs, 605, 606
membranes of brain, 604 Cholesterol-lowering drugs, 30 subcommissural organ, 605–606
spinal fluid deficiency, 604 Cholesterol solubility in bile, 515 Circus movement, 531
Cervical mucus, 404 Cholinergic agonists, glaucoma treatment Citric acid cycle, 23
CFF, 194–195 using, 179 in transamination and gluconeogenesis, 21
CFTR. See Cystic fibrosis transmembrane Cholinergic interneurons and the inhibitory Clathrin-mediated endocytosis, 48–49
conductance regulator dopaminergic input, excitatory Cl– channels, 51
CGRP. See Calcitonin gene-related peptide discharge of, 248 CLD. See Chloride/bicarbonate exchanger
Chandelier cell, 271 Cholinergic nerve cells, 473 Clonus, 233
730 INDEKS

Closed-angle glaucoma, 179 Confabulation, 288 radionuclides, 611


Closing volume, 634 Congenital adrenal hyperplasia, 361–362 systole and diastole, 611
Clostridia, 123 Congenital anosmia, 221 ventricular coronary flow, 611
Clotting mechanism, 566–567 Congenital 5α-reductase deficiency, 426 ventricular myocardium, 611
active factor, 567 Congenital hypothyroidism, 346 variations in coronary flow, 611–612
extrinsic system, 567 Congenital lipodystrophy, 450 Corpus albicans, 401
fibrin formation, 566–567 Congenital lipoid adrenal hyperplasia, 362 Corpus hemorrhagicum, 401
intrinsic system, 566–567 Congenital myasthenia, 105 Corpus luteum, 401
tissue factor pathway inhibitor, 567 Congenital nystagmus, 212 Corrigan, 542
tissue thromboplastin, 567 Congestive heart failure, treatment of, 540 Cortex, electrical events in, 271
Clozapine, 246 Conjunctiva, 177 Cortical bone, 385
for schizophrenia, 147 Connective tissue, 627 Cortical nephrons, 674
CML, 57 Connexin, 43–44 Cortical neuron, electrical responses of axon and
CNP. See C-type natriuretic peptide in disease, 45 dendrites of, 272
CNS. See Central nervous system mutations, 45 Cortical organization, 270–271
CNS lesions and somatosensory pathways, 170 Connexons, 43 Cortical plasticity, 169–170
CNTF, 94 Consciousness, brain stem and hypothalamic Corticobulbar tract, 239
CoA. See Coenzyme A neurons influence on, 279–280 origins of, 239
Coat complex and vesicle transport, 49 Consensual light response, 188 role in movement, 239
Cocaine-and amphetamineregulated Constipation, 505 Corticospinal tracts
transcript, 487 Constitutive pathway, 48 lateral and ventral, 238
Cochlea Continuous positive air-flow pressure, 276 origins of, 239
chambers of, 200 Contraceptive methods, 412 role in movement, 239
structure of, 200 Contractile mechanism, skeletal muscle, 97 structure of, 239
Cochlear implants, 210 Contraction, muscular Corticosteroid-binding globulin, 362
Coenzyme A, 11 fiber types involved in, 106 rise in levels of, 363
and its derivatives, 12 flow of information leading to, 104 Corticosteroids
Coenzymes as hydrogen acceptors, 11 heat production and, 108 for anosmia treatment, 221
Colipase, 483 molecular basis of, 102–103 for Brown-Séquard syndrome
Collapsing, 542 muscle length, tension, and velocity of, 105 treatment, 170
Collecting ducts, 674 muscle twitch, 102 for MSA treatment, 256
Colloid, 340 source of energy for for MS treatment, 86
Colon, 504 carbohydrate and lipid breakdown, vs. cortisol, relative potencies of, 361
chloride secretion in, 467 106, 107 Corticostriate pathway, 244
defecation, 506–507 oxygen debt mechanism, 107–108 Corticotropes, 324
electrogenic sodium absorption in, 467 phosphorylcreatine, 106 Corticotropin-releasing hormone, 314, 487
human, 504 summation of, 104, 105 functions of, 315
motility of, 504–505 types of, 103–104 Cortisol
transit time, 505–506 Contraction of smooth muscle half-life of, 362
Colony-stimulating factors, 70 calmodulin-dependent myosin light chain hepatic metabolism of, 363–364
Color blindness, 193 kinase activity, 115 interrelationships of free and bound, 363
Colors, 193 Ca2+ role in, 114–115 and its binding protein, equilibrium
Color vision chemical mediators effect on, 115 between, 362
neural mechanisms of, 194 sequence of events in, 115 Cotransporter, 480
retinal mechanisms of, 193–194 Contracture, 103 Coughing, 664
Colostrum and milk, composition, 417 Convergence-projection theory for referred Counter-current exchangers, 687
Comedones, 408 pain, 166 Countercurrent multipliers, 687
Compensatory pause, 532 Convulsive generalized seizure, 277 Cowper’s glands, 422
Complement system, 72–73 Cool receptors, 161 CP, 236
Compliance process, 629 COPD treatment strategies, 619 CPAP, 276
Computer assisted therapies, 291 CO poisoning. See Carbon monoxide poisoning Creatine, phosphorylcreatine, and creatinine
Concentration gradient, 7 Cornea, 177 cycling in muscle, 107
Conditioned reflex Coronary chemoreflex, 664 Cretins, 346
biofeedback, 288 Coronary circulation CRH. See Corticotropin-releasing hormone
definition of, 287 anatomic considerations CRH receptors, 316
Conditioned stimulus, 287 arterioluminal vessels, 610 CRH-secreting neurons, 315
Conduction, 318 arteriosinusoidal vessels, 610 Crista ampullaris, 201
Conduction aphasia, 293 coronary arteries and branches, 610 Critical fusion frequency, 194–195
Conductive deafness, 209 root of aorta, 610 Critical micelle concentration, 465
Cone photoreceptor, components of, 180 thebesian veins, 610 Crohn’s disease, 75
Cone pigments, 184 chemical factors, 612 Cryptorchidism, 428
Cone receptor potential, 182–183 diagram of, 610 Crypts, structure of, 457
Cones neural factors, 612 CS, 287
density along horizontal meridian, 182 pressure gradients CSF. See Cerebrospinal fluid
schematic diagram of, 182 blood flow in left and right coronary C-type natriuretic peptide, 707
sequence of events involved in arteries, 611 Curling up, 319
phototransduction in, 184 coronary angiography, 611 Cushing syndrome, 366–367
INDEKS 731

Cutaneous circulation Deafness, 209 Diapedesis, 68


generalized responses, 613–614 monogenic forms of, 210 Diaphragm, part of, 626
reactive hyperemia, 613 Decerebrate rigidity, 241 Diaschisis, 284
triple response Decerebration, midcollicular, 241, 242 Diastole
arteriolar dilation, 613 Declarative memory, 285 late, 539
axon reflex, 613 Decomposition of movement, 252 length of, 542
local edema, 613 Decortication, 243 Diastolic dysfunction, 547
physiologic effect, 613 Decreased peripheral utilization, 437 effect of, 549
red reaction, 613 Deep and visceral pain, 165–166 Diastolic failure, 540
white reaction, 613 Deep brain stimulation Diastolic pressure, 539
Cutaneous mechanoreceptors for ataxia treatment, 252 Diazepam, CP treatment using, 236
generation of impulses in, 161 for Parkinson disease treatment, 247 Dichromats, 193, 194
sensory nerves from, 158 Deep tendon reflex, 229 Dicrotic notch, 542
types of, 158 Defects of image-forming mechanism, 186–188 Dietary lipid processing by pancreatic lipases, 29
CV. See Closing volume amblyopia, 187 Diffuse axonal injury, 284
CVLM. See Caudal ventrolateral medulla astigmatism, 188 Diffuse secondary response, 271
C wave, 544 hyperopia, 186, 187 Diffusion
Cyanmethemoglobin, 653 myopia, 187, 188 across alveolocapillary membrane, 635
Cyanosis, 644 strabismus, 187 definition, 7
Cyanotic congenital heart disease, 651 Defensins, 68 of diffusible anions, 9
Cyclic adenosine monophosphate, 379 Dehydration, 702 nonionic, 8
activation of, 62 Dehydroepiandrosterone, 398, 424 Digestion, 478–479
bacterial toxins effect on, 62 Dehydroepiandrosterone sulfate, 415 protein digestion, 481–482
formation and metabolism of, 62 Deiodination, fluctuations in, 344–345 Digestive enzymes, 477
as secondary messenger, 60–61 Demyelinating diseases, 86 Digitalis, use of, 524
Cyclic adenosine 3',5'-monophosphate, 460, 473, Dendrites, functions of, 125–126 Dihydropyridine receptors, 103
523, 705 Denervation hypersensitivity, 130–131 Dihydrotestosterone, 425
Cyclic GMP/cGMP, 62 Denervation supersensitivity, 130–131 schematic diagram of, 426
Cyclic guanosine monophosphate, 62 Dent disease, 683 1,25-Dihydroxycholecalciferol, 377, 380
Cyclooxygenase 1 (COX1) and cyclooxygenase 2 Deoxycholic acid, 465 Diluting segment, 686
(COX2), 30 Deoxycorticosterone, 359 Dimerized growth hormone receptor (GHR)
Cyclosporine, myasthenia gravis treatment Deoxyhemoglobin, comparative titration curves signaling pathways activated by, 327
using, 129 for, 646 Direct Fick method, 545
Cystic fibrosis, 624 Deoxyribonucleic acid Direct oxidative pathway, 22
Cystic fibrosis transmembrane conductance constituents of, 14 Diseases causing hypoxemia, 651–652
regulator, 624 double helical structure of, 14 venous-to-arterial shunts, 651
Cystic fibrosis transmembrane conductance double-helical structure of, 16 ventilation-perfusion imbalance, 651–652
regulator channel, 467 fundamental unit of, 14 Distal convoluted tubule, 674
Cystinuria, 483 Depolarization Distal muscles, control of, 240
Cystometrogram, 694 of hair cells, 202 corticobulbar tract, 239
Cystometry, 694 in myelinated axons, 91 corticospinal tracts, 238
Cytokine receptor superfamilies, 74 Depolarization process, 539 movement and, 239
Cytokines Depression, 149 Distal stump, 94
chemokines, 72 Descending pathways, in pain control, 166 Diuretics, mechanism of action, 692
receptors for, 72 Desensitization, 55, 137 Divalent metal transporter 1, 485
systemic and local paracrine effects, 72, 73 Desipramine, cataplexy treatment using, 276 DMT, 149
systemic responses produced by, 80–81 Desmin in skeletal muscle, 100 DMT1. See Divalent metal transporter 1
Cytoplasmic dyneins, 41 Desmin-related myopathies, 100 DNA. See Deoxyribonucleic acid
Cytoskeleton Desmosomes, characteristics of, 43 Donnan effect, 8, 9
intermediate filaments, 41 Desynchronization, 273 on distribution of ions, 9
microfilaments, 40, 41 Detoxification reactions, 512 Dopamine, 147, 148
microtubules, 40 Detrusor muscle, 694 metabolism of, 147
Cytotoxic T cells, 69 DHEA. See Dehydroepiandrosterone physiologic function of, 358
Cytotrophoblast, 414 DHEAS. See Dehydroepiandrosterone sulfate reuptake, 147
DHEA secretion, 362 Dopamine receptors, categories of, 148
DHPR, 103 Dopaminergic neurons, 147
D DHT. See Dihydrotestosterone Dorsal column pathway, 167–169
Da, 4 Diabetes insipidus, 700 Down syndrome, 397
DAG as second messenger, 60–61 Diabetes mellitus, 431, 437, 449 2,3-DPG, 643
Daily iodine intake and thyroid function, fat metabolism, 439 effects on fetal & stored blood, 644
340–341 juvenile, 449 Drowning, 666
Dalton, 4 type 2, 449–450 DTR, 229
Dantrolene types of, 449 Duchenne muscular dystrophy, 100
for CP treatment, 236 Diabetic nephropathy, 449 Dumping syndrome, 503
Dark adaptation, 194 Diabetic neuropathy, 449 Dwarfism, 334
DBS. See Deep brain stimulation Diabetic retinopathy, 449 Dyneins, 41
Dead space, 633–634 Diacylglycerol as second messenger, 60–61 Dysdiadochokinesia, 252
732 INDEKS

Dysequilibrium, 252 Electrocardiographic Energy production reactions, directional flow


Dysgeusia, 225 blood, ionic composition of, 537 valves in, 24
Dyskinetic CP, 236 myocardial infarction, 534–537 Energy transfer, 10–11
Dyslexia, 292 Electrocorticogram, 271 Enophthalmos, 263
Dysmenorrhea, 413 Electroencephalogram Enteric nervous system, 266, 468, 473
Dysmetria, 252 alpha and beta rhythms, 273 extrinsic innervation, 473
Dysosmia, 221 clinical uses of, 275 Enterochromaffin-like cells, 459
Dyspnea, 649 recorded from scalp, 272 Enteroendocrine cells, 468
Dysthymia, 149 Electrogenic pump, 10 Enterohepatic circulation, 465, 513
Dystrophin–glycoprotein complex, 101 Electrolyte homeostasis and growth Enterokinase, 481
hormone, 327 Enzymatic activity and protein structure
Electrolytes sensitivity to pH, 6
E definition of, 4 Enzyme aromatase, 406
Ear effect on aldosterone secretion, 373–374 Enzyme glucuronyl transferase
electrical responses, 202–203 in normal humans, 371 (UDP-glucuronosyltransferase, 513
external. See External ear organization of, 5 Enzyme hydrolyzes, 483
inner. See Inner ear in patients with adrenocortical diseases, 371 Enzymes
middle. See Middle ear Electromyography, human extensor pollicis in cell membrane, 38
sensory receptors in, 202 longus and flexor pollicis longus, 109 in lysosomes, 39
threshold of, 205 Electroneutral mechanism, 466 Epicritic pain, 159
Ear dust, 201 Electroneutral NaCl absorption, 466 Epididymis, 419
Ebner’s glands, lingual lipase secretion, 483 Electrotonic potentials Epidural anesthesia, 169
ECF. See Extracellular fluid changes in excitability during, 90–91 Epilepsy, 276
ECG. See Electrocardiogram hyperpolarizing potential change in, 90 genetic mutations in, 277
Echocardiography, noninvasive and local response, 90–91 Epinephrine, 145, 447
technique of, 545 Embden–Meyerhof pathway, 22 as adrenoceptors, 146–147
ECL cells. See Enterochromaffin-like cells Enchondral bone formation, 385 catabolism of, 146
ECoG, 271 End-diastolic ventricular volume, 540 effect on intestinal smooth muscle, 115
Ectopic focus, 531 Endocardial lesions, 537 metabolic effects of, 357–358
Edema Endocrine cells, 469 and nonepinephrine levels in human venous
causes of, 3–4 Endocrine communication, 54 blood, 356
treatment for, 4 Endocrine disorders, 304 plasma levels, 355
Edentulous patients, 500 Endocrine glands, changes in, 335 secretion of, 145
EDRF, 116 Endocrine regulation, 468 Epiphyses, 385
EEG. See Electroencephalogram Endocrine system, 303 Epiphysial plate, 385, 387
Effective renal plasma flow, 677 Endocrine tumors, 305 Episodic memory, 284
Efferent arteriole, 673 Endocytosis, 48–49 Epithelia
Eicosanoids clathrin-mediated, 48–49 transport across, 53–54
leukotrienes and lipoxins, 31, 32 phagocytosis, 48 Epithelial sodium channels, 51, 223, 466
prostaglandins, 30–31 pinocytosis, 48 EPSP. See Excitatory postsynaptic potential
types of, 48 Equilibrium potential
Einthoven’s triangle, 524
Ejaculatory ducts, 419 Endogenous cannabinoids, 151–152 for chloride ions, 9–10
Ejection fraction, 540 stress-induced analgesia by, 173 for potassium ions, 10
EJPs, 130 Endogenous pyrogens, 319 Equivalents, 4
Electrical equivalence, 4 Endometrium, spiral artery of, 403 ERCP. See Endoscopic retrograde
Electrical responses, hair cells of cochlea, Endopeptidases, 481 cholangiopancreatography
202–203 Endoplasmic reticulum, protein synthesis in, 20 Erection, 422
Electrical synapses, cell-to-cell communication Endoscopic retrograde Eroding bone, 384
via, 119 cholangiopancreatography, 516, 517 ERPF. See Effective renal plasma flow
Electrical transmission at synaptic junctions, 123 Endothelial derived relaxing factor, 116 ER-positive tumors, 302
Electroacupuncture, 172 Endothelin-1 ERV. See Expiratory reserve volume
Electrocardiogram, 539 astrocytes and neurons, 598 Erythropoiesis, 709
active/exploring electrode, 524 cardiovascular functions, 597 blood cells, 556
bipolar leads, 526 craniofacial abnormalities, 598 hematopoietic stem cells, 556
bipolar limb, 528 megacolon, 598 Erythropoietin, 709
body fluids, 524 regulation of secretion, 597, 598 regulation of secretion, 709
cardiac vector, 528 Energy balance, 490 sources, 709
heart Energy metabolism, 487–490 structure/function, 709
electrical activity, spread of, 525 calorie, 489 Escape phenomenon, 372, 691
with heart block, 530 energy balance, 490 Esophagogastric junction, 501
His bundle electrogram, 528–529 metabolic rate, 488 Esophagus, 501
intervals, 526 factors affecting, 489–490 motor disorders of, 501
monitoring, 529 respiratory quotient, 489 Essential fatty acids, 30
normal, 526–528 Energy production Estrogen-dependent, 417
normal ECG, 526–528 biologic oxidations, 11–12 Estrogen receptors, 302
unipolar (V) leads, 526 in Embden–Meyerhof pathway, 23–24 Estrogens, 365, 385, 391
waves of, 526 energy transfer, 10–11 biosynthesis and metabolism of, 406
INDEKS 733

Estrous cycle, 406 pupillary light reflexes, 188 normal menstruation, 404
Estrus, 406 retina ovarian cycle, 401–402
Ethosuximide, 277 blood vessels, 180 uterine cervix, cyclical changes, 404
Etiocholanolone, 364 layers, 178 uterine cycle, 402–404
Eukaryotic gene, basic structure of, 14, 16 melanopsin, 185 vaginal cycle, 404
Eunuchoidism, 428 neural components of extrafoveal portion ovarian function, abnormalities of
Evoked cortical potentials, 271 of, 178, 179 menstrual abnormalities, 412–413
Excitation–contraction coupling, 103 pigment epithelium, 180 ovarian function, control of, 410–412
Excitation–contraction coupling in smooth potential changes initiating action contraception, 412
muscle, 114 potentials in, 182 control of cycle, 411–412
Excitatory and inhibitory amino acids receptor layer of, 180 feedback effects, 411
acetylcholine, 144 visual information processing in, 185 hypothalamic components,
acetylcholine receptors, 144–145 sclera, 177 410–411
cholinergic receptor, 145 Eye movements, 195–196 reflex ovulation, 412
GABA, 142–143 Eye muscle actions, 195 ovarian hormones
glutamate, 138–142 actions, 409
glycine, 143 breasts, effects on, 408
Excitatory junction potentials, 130 F central nervous system, effects on, 408
Excitatory postsynaptic potential, 122, 123, Face recognition, cerebral hemisphere areas chemistry, biosynthesis, 406–407
161, 259 concerned with, 294 endocrine organs, effects on,
and inhibitory postsynaptic potentials, Facilitated diffusion, 50 407–408
schematic of, 262 FADH2, generation in citric acid cycle, 23 female genitalia, effects on, 407
Excitotoxins, 140 female secondary sex characteristics, 408
Familiarity and strangeness, 289
Exercise effects, 666–669 mechanism of action, 408, 410
Farsightedness, 186, 187
diagrammatic representation, 668 progesterone, 409
Fasting state. See Gastric juice
tissues, changes in, 668–669 relaxin, 410
Fast pain, causes of, 159
tolerance & fatigue, 669 secretion, 407, 409
Fatigue, 669
ventilation, changes in, 666–668 synthetic and environmental estrogens,
Fat-soluble vitamins, 485
Exocytosis, 48 408–409
Fatty acids
Exopeptidases pancreas, carboxypeptidases precocious/delayed puberty
oxidation of, 26–27
of, 482 delayed/absent puberty, 400
diseases associated with imbalance of, 28
Expiration, 627–628 menopause, 400–401
saturated/unsaturated, 26
Expiratory muscles, 626 sexual precocity, 399–400
structure of, 26
Expiratory reserve volume, 629 pregnancy
synthesis of, 27
Explicit memories, areas concerned with endocrine changes, 414
Feedback control
encoding, 288 fertilization & implantation, 413–414
feedback inhibition of endocrine axes, 303
External ear fetal graft, 414
principles of, 303–304. See also Hormones
functions of, 199 fetoplacental unit, 415
Feedforward inhibit, 250
structures of, 200 human chorionic gonadotropin, 414
Female external genitalia vs. male, 395
External intercostal muscles, 626 human chorionic somatomammotropin, 415
Female pseudohermaphroditism, 396
External urethral sphincter, 694 infertility, 414
Female reproductive system, 391
Exteroceptors, 217 parturition, 415–416
aberrant sexual differentiation
Extracellular fluid, 5, 599 placental hormones, 415
chromosomal abnormalities, 396
characteristics of, 3 puberty, 398
hormonal abnormalities, 396–398
classification of, 3 control of onset, 398–399
chromosomal sex
defense of volume, 700–702 sex hormones, 391
human chromosomes, 392
effect of, 714 Female reproductive tract, functional anatomy
sex chromatin, 392–393
ionic composition of, 697 of, 402
sex chromosomes, 392
tonicity, defense of, 697 Ferroportin, 486
embryonic differentiation of, 394
mechanisms for, 698 Ferroportin 1, 485
gametogenesis, 391
Extracellular fluid volume, 548 Fertilization, 413
hormones & cancer, 417
Extraction ratio, 676 in mammals, 413
human reproductive system, embryology of
Extrahepatic biliary ducts, 510 in vitro, 414
development of brain, 395–396
Extranuclear receptors, 303 Fetal adrenal cortex, 354, 415
embryology of genitalia, 393–395
Extrinsic innervation, 468 Fetal circulation, 614–616
gonads, development of, 393
Extrinsic sphincter, 501 Fetal development
lactation, 416–417
Eye lymphocytes during, 69
breasts, development of, 416
anatomy of, 178 Fetal respiration, 615, 616
gynecomastia, 417
aqueous humor, 178 Fever
initiation of, 416–417
choroid, 177 beneficial effect of, 320
menstrual cycles, effect, 417
conjunctiva, 177 in homeothermic animals, 319
milk, secretion/ejection of, 416
cornea, 177 pathogenesis of, 319–320
menstrual cycle
crystalline lens, 178 produced by cytokines, 320
anovulatory cycles, 404
fundus of, 180 FGFR3, 334
breasts, cyclical changes, 404
photoreceptor, 180, 181 Fibroblast growth factor receptor 3, 334
changes during intercourse, 404–405
posterior chamber, 178 Fick principle, 545
estrous cycle, 406
principal structures of, 177 Fick’s law of diffusion, 7
indicators of ovulation, 405–406
734 INDEKS

Filtration, 54 Galactose malabsorption, 480 Gastrointestinal motility, 497


Filtration fraction, 681 Galactosemia, 26 basic electrical rhythm, 498
Final common pathway, 228 Gallbladder, 510 colon, 504
Firing level (threshold potential), 90 ducts of, 463 defecation, 506–507
“First messengers,” 55 Gallbladder contraction, neurohumoral motility of, 504–505
Flatus, 502 control of, 516 transit time, 505–506
Flavoprotein–cytochrome system, 11 Gallstones, 517 migrating motor complex, 498–500
Flexor responses, 234 Gametogenesis, 391, 419 patterns of, 498
Fluent aphasia, 293 blood–testis barrier, 419–420 peristalsis, 497–498
Fluid intake. See Water intake ejaculation, 423 segmentation/mixing, 498
Fluoride stimulates osteoblasts, 388 erection, 422–423 segment-specific patterns
Fluoxetine for MSA treatment, 256 prostate specific antigen, 423 aerophagia/intestinal gas, 502
Focusing point sources of light, 186 semen, 422 lower esophageal sphincter, 500–501
Follicle-stimulating hormone spermatogonia, 420–421 mastication, 500
actions of, 333 spermatozoa, development of, mouth/esophagus, 500
constituents of, 332 421–422 swallowing, 500
half-life of, 332 temperature, effect of, 422 small intestine
receptors for, 333 Gamma glutamyltranspeptidase, 514 intestinal motility, 504
Follicle-stimulating hormone secretion, 421 Gamma hydroxybutyrate, cataplexy treatment transit time, 505–506
Folliculostellate cells, 324 using, 276 stomach, 502–504
Food intake Gamma loop, 242 Gastrointestinal regulation, 468
controlling, mechanisms, 487 Gamma oscillations, 273 Gastrointestinal secretions
control of, 486–487 Ganciclovir, 47 anatomic considerations, 457, 463
Forced vital capacity, 629 Gap junctions biliary secretion, 464
Forces acting on ions, 9–10 connecting cytoplasm of cells, 44 bile, 464–466
FP. See Ferroportin propagation of electrical activity from, 43 gastric secretion, 457
Fractionation and occlusion, 234 Gases, properties of, 634 origin & regulation of, 457–461
Frank–Starling law, 547 Gas exchange in lung, 634–635 intestinal fluid/electrolyte transport, 466–468
myocardial contractility effect of, 549 Gas transport, 645 pancreatic juice
Free fatty acids, 439 Gastric acid composition of, 463
metabolism of, 29, 30 regulation of, 460 regulation of, 464
Free hormone and SBP-hormone secretion, 469 pancreatic secretion, 461–462
complex, 302 Gastric acidity, 459 salivary secretion, 456–457
Friedreich’s ataxia, 252 Gastric bypass surgery, consequences of, 503 Gastrointestinal smooth muscle, BER of, 499
Frontal lobe lesions, 294 Gastric gland, structure of, 459 Gastrointestinal system, 477
Fructose Gastric inhibitory peptide, 443 Gastrointestinal tract, 466, 472, 506
metabolism of, 25, 26 Gastric juice, 459 function of, 455
structure of, 22 Gastric parietal cells, 459 intestine wall organization, 456
Fructose 6-phosphate, 26 Gastric secretions, 457, 459, 460 parts of, 455
FSH. See Follicle-stimulating hormone cephalic phase of, 459 segments of, 498
FSH receptor, mutations in, 332–333 origin & regulation of, 457–461 structural considerations, 455–456
FSH secretion. See Follicle-stimulating primary stimuli of, 458 water turnover, 466
hormone secretion Gastrin, 469, 472 Gate-control mechanism of pain
Fundoplication, 501 precursor for, 468 modulation, 170
Fundus of eye, 180 release of, 460 Gating regulation in ion channels, 50
in normal primate, 181 Gastrin receptors, 471 GBG. See Gonadal steroid-binding globulin
Fungiform papillae, 222 Gastrin releasing peptide, 459, 460 GDNF, 94–95
FVC. See Forced vital capacity Gastrin-releasing polypeptide, 469 Gene
Gastrin secretion stimuli, 471 definition, 14
Gastrocolic reflex, 507 mutations, 14
G Gastroesophageal reflux disease, 501 protein encoded by, 14
GABA, 142–143 Gastroileal reflex, 505 Generalized seizures, 276, 277
diagram of, 142 Gastrointestinal circulation, 474 Generator potentials, 161
formation of, 142 Gastrointestinal hormones, 151, 468 Genetic abnormalities, diseases caused by, 47
Gabapentin, 277 cholecystokinin, 469–471 Genetic male, 392
for chronic pain, 164 enteroendocrine cells, 468 Genetic sex determination, 392
GABA receptors gastrin, 468–469 Genital ducts, 394
low-level stimulation in CNS, 142 gastrointestinal peptides, 472–473 Germinal, 703
pharmacological properties of, 142–143 GIP, 471–472 Germinal angiotensin converting enzyme, 420
subtypes of, 142 integrated action of, 472 GFR. See Glomerular filtration rate
gACE. See Germinal angiotensin converting motilin, 472 GGT. See Gamma glutamyltranspeptidase
enzyme production of, 469 GHB for cataplexy treatment, 276
Galactorrhea, 417 secretin, 471 Ghrelin, 472, 487
Galactose somatostatin, 472 Gibbs–Donnan equation, 9
metabolism of, 25 VIP, 472 Gigantism, 305
structure of, 22 Gastrointestinal hormones secretin, 461 and acromegaly, 328
transport of, 480 Gastrointestinal immune system, 473–474 GIP. See Gastric inhibitory peptide
INDEKS 735

Glasgow Coma Scale, 284 excitotoxic damage due to, 140 GRA, 372
Glatiramer acetate, for MS treatment, 86 synthesis pathways, 138, 139 Graafian, 401
Glaucoma, 179, 180 uptake into neurons and glia, 137, 138 Graded renal nerve stimulation, renal
Glial cell line-derived neurotrophic factor, 94–95 Glutamate receptors responses to, 677
Glial cells biochemical events at, 141 Granular cells, 674
role in communication within CNS, 83–84 pharmacology of, 142 Granular pneumocytes, 624
types of, 83 Glutamic dehydrogenase, 713 Granulocytes
Glicentin-related polypeptide, 444 Glutaminase, 713 basophils, 68
Globus pallidus, 244 Glutathione, 514 cytoplasmic granules, 67
Glomerular filtration rate, 671, 675, 678, 702 GLUT 1 deficiency, 446 eosinophils, 68
control of, 679 GLUTs. See Glucose transporters neutrophils, 67–68
factors affecting, 680 GLUT 4 transporters, cycling of, 435 production of, 70
normal, 679 Glycine, 143 Granulosa cells, interactions, 407
Glomerulotubular balance mechanisms, 684, 685 excitatory and inhibitory effects in CNS, 143 Gray rami communicans, 257
Glomerulus Glycogen, 490 GRH, 314
diagram of, 705 during fasting, 25 Growth factors
structural details, 675 synthesis and breakdown, 24, 25 gene activity alteration by, 63
Glomus, 660 Glycogenesis, 22 receptors for, 63
Glomus cells, 660 Glycogenin, 24 types of, 62–63
Glottis, 626 Glycogenolysis, 22 Growth hormone
GLP-1/2. See Glucagon-like polypeptides 1 and 2 Glycogen storage, 512 action on carbohydrate metabolism, 327
Glucagon, 431, 444, 473 Glycogen synthase, 24 action on fat metabolism, 327
action, 444 Glycolysidic drugs and cardiac contractions, 113 binding of, 326
chemistry, 443–444 Glycolysis, 22 biosynthesis and chemistry, 326
insulin-glucagon molar ratios, 445–446 Glycosylphosphatidylinositol (GPI) anchors, 37 direct and indirect actions of, 329
mechanisms, 444 γ-Motor neurons, 229, 230 effects on growth, 326
metabolism, 444 discharge, control of, 232 effects on protein, 327
regulation of secretion, 444–445 discharge, effects of, 232 electrolyte homeostasis and, 327
Glucagon-like polypeptides 1 and 2, 443 stimulation of, 232 insensitivity, 334
Glucagon secretion, factors affecting, 445 tonic level of activity with, 229, 230 metabolism of, 326
Glucocorticoid feedback, 369–370 GnRH. See Gonadotropin-releasing hormone physiology of growth, 331–332
Glucocorticoid-remediable aldosteronism, 372 GnRH-secreting neurons, 315 plasma levels, 326
Glucocorticoids, 385 Goldblatt hypertension, 706 secretion
anti-inflammatory and anti-allergic effects, Golgi apparatus, 46, 484 diurnal variations in, 330
367–368 Golgi cells, 249 feedback control of, 330
binding, 362–363 Golgi tendon organ, inverse stretch reflex in, hypothalamic & peripheral control of,
metabolism and excretion of, 363–364 232, 233 330–331
pharmacologic and pathologic effects, Gonadal dysgenesis, 334, 397 stimuli affecting, 330–331
366–367 Gonadal steroid-binding globulin, 407, 424 and somatomedins, interaction between,
physiologic effects, 365–366 Gonadal steroid, distribution of, 424 327–329
for SCI treatment, 235 Gonadal steroids species specificity, 326
secretion regulation, 368–370 basic structure of, 358 Growth hormone receptor, 326
Gluconeogenesis, citric acid cycle in, 21 classification of, 359 Growth hormone-releasing hormone, 314
Glucose, 480 types of, 358 Growth periods, 331, 332
breakdown during exercise, 107 Gonadotropes, 324 Growth physiology, 331–332
catabolism, 22 Gonadotropin, carbohydrate in, 332 in boys and girls, 331
fasting level of, 22 Gonadotropin-releasing hormone, 314, 398 catch-up growth, 332
infusions and plasma growth hormone FSH-stimulating activity of, 315 hormonal effects, 332
levels, 331 Gout, 13 normal and abnormal, 333
phosphorylation in cell, 22 GPCRs. See G protein-coupled receptors role of nutrition in, 331
structure of, 22 G protein-coupled oxytocin receptor, 313 GRP. See Gastrin releasing peptide
transport of, 480 G protein-coupled receptors, 136, 183, 223, 333 GRPP. See Glicentin-related polypeptide
glucose transporter, 50 abnormalities caused by loss-or gain-of- GTP generation in citric acid cycle, 23
Glucose-dependent insulinotropic peptide, function mutations of, 64, 65 Guanylin, 473
468, 472 drug targets, 60 Guanylyl cyclases, 62
Glucose tolerance curves, 448 ligands for, 59 diagrammatic representation of, 63
Glucose transport, 480 structures of, 60 Gustation. See Taste
Glucose transporters, 434, 480 subtypes of, 261 Gustducin, 223
in mammals, 435 G proteins Gynecomastia, 417
Glucose uptake, 437 abnormalities caused by loss-or gain-of-
Glucuronyl transferase, deficiency of, 514 function mutations of, 64, 65
Glucuronyl transferase system, 514 classification of, 58 H
Glutamate, 138–142 heterotrimeric, 58–59 Habituation, 286
action on ionotropic and metabotropic loss-of-function/gain-of-function Hair cells of cochlea, 202
receptors, 139, 140 mutations, 64 arrangement of, 200
binding to AMPA/kainate receptors, 140 regulation of, 58 structure of, 204
excessive levels of, 140 G protein transducin, 184 Hairline in children and adults, 425
736 INDEKS

Haldane effect, 644 methemoglobin, 558–559 Histamine receptors as GPCR drug


Hallucinogenic agents, 149 oxygenated/deoxygenated, comparative targets, 60
Hartnup disease, 483 titration curves for, 646 Histotoxic hypoxia, 649, 653
Haversian systems, 385 oxyhemoglobin, 557–559 Holter monitor, 529
HBE. See His bundle electrogram rate of synthesis, 559, 561 Homeostasis, hormonal contributors
hCG. See Human chorionic gonadotropin reaction of, 641–643 to, 303
H+ concentration, 714 synthesis, 559 Homeothermic animals, 316
buffering, 715–716 in vivo binding, 644 body temperature of, 317
H+ balance, 715 Hemorrhage, 698 Homometric regulation, 547
metabolic acidosis, 716 Hemosiderin, 486 Hormone, 471
metabolic alkalosis, 717 Hemosiderosis, 486 biosynthesis in adrenal cortex, 359
renal compensation, 716 Hemostasis Hormone excess, diseases associated with,
Siggaard–Andersen curve nomogram, 718 anticlotting mechanisms, 567–568 305–306
HDL, 29 antiaggregating effect, 567 Hormone receptors, mutations in, 305
Hearing antithrombin III, 567 Hormone resistance, 305
sound transmission, 206 clotting factors, 567 Hormones. See also Specific hormones
sound waves, 203–206 fibrinolytic system, 567–568 effects of, 385
Hearing loss, 210 heparin, 567 mechanism of action of, 302, 303
Heart plasmin, 567–568 peptide, 299
conducting system of, 522 plasminogen receptors, 568 radioimmunoassays for, 304
electrical activity, normal spread of, 525 thrombomodulin, 567 receptors for, 303
electrical activity of, 539 anticoagulants, 568–569 secretion of, 300
Starling’s law of, 547 chelating agents, 569 significance of, 299
Heart failure, 540 coumarin derivatives, 569 synthesis and processing, 300
Heart innervation heparin, 568–569 transport in blood, 301–302
adrenergic and cholinergic receptors, 588 clotting mechanism, 566–567 Hormone-secreting cells of anterior pituitary
cardiac conductive tissue, 588 active factor, 567 gland, 324–325
heart rate, 588 extrinsic system, 567 Hormone synthesis in zona glomerulosa, 360
postganglionic sympathetic nerves, 588 fibrin formation, 566–567 Horner syndrome, 261, 263
sinoatrial node, 588 intrinsic system, 566–567 Horripilation, 318
vagal discharge, 588 tissue factor pathway inhibitor, 567 Hp. See Hephaestin
ventricular contraction, 588 tissue thromboplastin, 567 HSCs, proliferation and self-renewal of, 70
Heart murmurs, 545 response to injury, 565 5-HT. See Serotonin
Heat loss, 317–318 summary of reactions, 565, 567 5-HT receptors. See Serotonergic receptors
Heat production Henderson Hasselbalch equation, 6–7 Human audibility curve, 205
causes of, 316 Hepatic artery, 474 Human bile acids, 465
by emotional excitement, 317 Hepatic encephalopathy, 512 Human chorionic gonadotropin, 414
endocrine mechanisms influence on, 317 Hepatic metabolism of cortisol, 363–364 Human colon, 504
during exercise, 317 Hepatic sinusoids, 510 Human core temperature, circadian fluctuation
and heat loss, 317, 318 Hepatic venous congestion, 511 of, 317
balance between, 316 Hepatocyte, 510 Human gastrocnemius muscle,
Heat production in muscle, 108 Hepatolenticular degeneration, 246 electronmicrograph of, 99
Helicotrema, 200 Hephaestin, 485 Human gastrointestinal tract, hormonally active
Helper T cells, 69 Hering–Breuer reflexes, 664 polypeptides secretion, 470
Hematopoietic growth factors, 71 Herniation, 243 Human hepatic duct bile, 512
Hematopoietic stem cells, proliferation and Herring bodies, 312 Human histocompatibility antigen, HLA-A2,
self-renewal of, 70 Heteroreceptor, 136 structure of, 76
Heme, 486, 641 Heterotrimeric G proteins Human immunoglobulins, 78
Hemianopia, 190 in cell signaling, 59 Human luteal, structure of, 410
Hemiblock/fascicular block, 530 composition of, 58 Human parathyroid, section of, 381
Hemidesmosome and focal adhesions, 43 Hexose monophosphate shunt, 22 Human prolactin receptor, 333
Hemidesmosomes, 43 Hexoses, 479 Human reproductive system, embryology of
Hemispheres Hiccup, 665 development of brain, 395–396
anatomic differences between, 292 High-altitude cerebral edema, 651 embryology of genitalia, 393–395
complementary specialization of, 291–292 High-altitude pulmonary edema, 651 gonads, development of, 393
Hemoglobin, 646 High-density lipoproteins, 29 Human right cerebral hemisphere, 191
affinity for oxygen, factors affecting, 643–644 High-energy phosphate compounds, 11–12 Human semen, composition of, 422
carboxyhemoglobin, 559 High-output failure, 540 Human spermatozoon, 421
catabolism, 559–560 Hippocampus and medial temporal lobe, 288 Human stomach, effect of, 502
biliverdin, 559–560 Hirschsprung disease, 505 Human testis, 420
iron deficiency anemia, 560 His bundle electrogram, 528 Humoral hypercalcemia of
phototherapy, 560 His, bundle of, 521 malignancy, 384
diagrammatic representation of subunits, Histamine, 149–150 Humoral immunity, 74
557, 560 Histamine-1 receptor (H1-receptor) Huntington disease, 245
dissociation curves, comparison of, 644 antagonists, 60 initial detectable damage in, 246
in fetus, 559 Histamine-2 receptor (H2-receptor) Hyaline membrane disease, 632
heme, 557 antagonists, 60 Hydrated ions, sizes of, 50
INDEKS 737

Hydrochloric acid secretion, 477 Hypothalamic regulatory mechanisms, 309 Immunoglobulins


Hydrogen ion concentration. See H+ Hypothalamus bacterial and viral antigens, 78
concentration afferent and efferent connections of, basic component of, 77
Hydrostatic pressure, 680 307–308 classes of, 77
Hydroxyapatites, 385 diagrammatic representation of, 308 immunoglobulin G, 77
25-Hydroxycholecalciferol, 379 functions of, 309 polypeptide components, 77–78
Hydroxycholecalciferols, 379–381 intrahypothalamic system, 308 Immunohistochemistry, 136
chemistry, 379–380 location of, 307 Immunosuppressants, clonus treatment
mechanism of action, 380 postulated interrelationships, 427 using, 233
regulation of synthesis, 380–381 relation to autonomic function, 309–310 Immunosuppression, 449
5-Hydroxytryptamine. See Serotonin relation to pituitary gland, 308, 309 Immunosuppressive drugs, myasthenia gravis
Hyperaldosteronism, 374 stimulation of, 309 treatment using, 129
Hyperalgesia and allodynia, 164–165 Hypothermia, 320 Immunosympathectomy, 94
Hypercalcemia, 384 Hypothyroidism, 346 Immunotherapy, Lambert–Eaton Syndrome
Hypercapnia, 653–654, 662 strategy for laboratory evaluation of, 305 treatment using, 130
Hyperemia, 473 Hypotonic CP, 236 Implantation, 414
Hyperfunction, 428 Hypotonic solutions, 8 Increased intraocular pressure, 179
Hyperglycemia, 438 Hypovolemia, effect of, 699 Indicator dilution method, 545
Hypergonadotropic hypogonadism, 428 Hypoxemia, 649–651 Infant respiratory distress
Hyperkinetic choreiform movements, 246 acclimatization, 650–651 syndrome, 632
Hypernatremia, 310 breathing oxygen, 649–650 Inferior cerebellar peduncle, 248
Hyperopia, 186, 187 decreased barometric pressure, effects Inflammation
Hyperosmia, 221 of, 649 sequence of reactions in, 80
Hyperosmolality, 9 definition, 649 skin, 81
Hyperosmolar coma, 439 hypoxic symptoms, 649–650 Inflammatory pain, 164
Hyperpnea, 649 Hypoxia, 649 Inflammatory response, 68
Hyperprolactinemia, 400 oxygen treatment of, 653 nuclear factor-κΒ role in, 80
Hyperthermia, 320 Hysteresis, 631 Infranodal block, 530
Hyperthyroidism Inhaler drugs, effects on smooth muscle, 116
causes of, 347 Inhibitory interneurons, 270, 271
symptoms of, 347 I Inhibitory junction potentials, 130
Hypertonic solutions, 8 IC. See Intracellular canaliculi Inhibitory postsynaptic potential, 123
Hypervitaminosis A, 492 IDDM. See Insulin-dependent due to increased Cl–influx, 125
Hypervitaminosis D, 492 diabetes mellitus and excitatory postsynaptic potential,
Hypervitaminosis K, 492 IDL, 29 schematic of, 262
Hypesthesia, 221 IJPs, 130 Inhibitory systems, 126–127
Hypocalcemic tetany, 378 Image-forming mechanism, 185 Innate immunity
Hypocapnia, 654–655 common defects of, 186–188 and acquired immunity, 71
Hypocretin, 276 amblyopia, 187 activated defenses, 70
Hypogeusia, 225 astigmatism, 188 cells mediating, 74
Hypoglycemia, 440, 441, 448–449 hyperopia, 186, 187 in Drosophila, 74
Hypogonadotropic hypogonadism, first line of defense against infection, 72
myopia, 187, 188
316, 428 strabismus, 187 Inner ear
Hypokalemia, 435 principles of optics, 186 bony labyrinth, 200
Hypoketonemic hypoglycemia, 28 Imipramine for cataplexy treatment, 276 cochlea, 200
Hypomenorrhea, 413 Immune effector cells membranous labyrinth, 200
Hyponatremia, 700 colony-stimulating factors, 70 organ of Corti, 200
Hypoparathyroidism, 64 granulocyte, 70 otolith organs, 200
Hypophysiotropic hormones granulocytes, 67–68 schematic of, 202
clinical implications of, 316 lymphocytes, 69 semicircular canals, 200
effect on anterior pituitary hormone macrophage, 70 structures of, 200
secretion, 314 mast cells, 68 Inner hair cells, 207
effect on secretion of anterior pituitary memory B and T cells, 70 Innervation of blood vessels
hormone, 315 monocytes, 69 splanchnic veins, 588
locations of cell bodies of neurons Immunity sympathetic nerves, 587–588
secreting, 315 acquired, 74–75 sympathetic noradrenergic fibers,
as neurotransmitters, 315 activated defenses, 70–72 587–588
prolactin-releasing hormone, 314 antigen presentation, 75 venoconstriction, 588
receptors for, 316 antigen recognition, 75 Innumerable steroids, 359
significance of, 316 in apoptosis, 47 Inositol trisphosphate
structure of, 315 B cells, 77 as second messenger, 59–60
types of, 314 complement system, 72, 73 In situ hybridization histochemistry, 136
Hypophysis. See Pituitary gland cytokines, 72 Insomnia, 279
Hyposmia, 221 genetic basis of, 78 Inspiration, 627–628
Hypospadias, 362 immunoglobulins, 77–78 Inspiratory capacity, 629
Hypothalamic disease, 316 innate, 74 Inspiratory muscles, 626
Hypothalamic hormones, secretion of, 308 T cell receptors and, 76–77 Inspiratory reserve volume, 629
738 INDEKS

Insulin, 431, 436, 481 Interstitial fluid, 3, 5 Ischemic hypoxia, 653


anabolic effect of, 436 Interstitial fluid volume Ischemic/stagnant hypoxia, 649
biosynthesis & secretion, 433 edema, 584 Ishihara charts, 193
deficiency elephantiasis, 585 Islet cell hormones
acidosis, 439 lymphedema, 585 effects of, 446
cholesterol metabolism, 440 precapillary constriction, 584 pancreatic, organization of, 446–447
coma, 439–440 promoting factors, 584, 585 pancreatic polypeptide, 446
fat metabolism in diabetes, 439 Intestinal epithelial cells, disposition of, 482 somatostatin, 446
glucose tolerance, 437–438 Intestinal fluid/electrolyte transport, 466–468 Islet cell structure, 432
hyperglycemia effects, 438 Intestinal lumen, 477 human, cell types, 432
intracellular glucose, effects, 438 Intestinal mucosa human pancreatic islet
protein metabolism, changes, 438–439 lipid digestion and passage in, 484 electronmicrograph of, 432
deficiency, effects of, 440 Intestinal smooth muscle rat pancreas
effect on Na, K ATPase pump activity, 53 effects of agents on membrane potential islet of Langerhans, 432
effects of, 433, 434 of, 115 Isocapnic buffering, 668
glucose transporters, 434 Intestinal villi, 457 Isohydric principle, 6
hypoglycemic, 436 Intestine Isomaltase, 478
preparations, 434–435 epithelium of, 456 Isometric contractions, 104
relation to potassium, 435–436 functional layers, 456 Isotonic contractions, 104
insulin-like activity in blood, 433 substances, normal transport of, 459 muscle preparation arranged for
and insulin-like growth factors Intracellular canaliculi, 460 recording, 106
comparison of, 329 Intracellular fluid, 3, 5 Isotonic muscle contractions, 488
structure of, 328 Intracellular H+ concentration, defense of, Isotonic solutions, 8
intracellular responses, 436 714–718 Isovolumetric ventricular contraction, 540
mechanism of action Intracranial hematoma, 284 Isovolumetric ventricular relaxation, 541
receptors, 436–437 Intrafusal muscle fibers, 229 Itch, 159, 160
metabolism, 433 Intrahepatic portal vein radicles, 511 IUDs. See Intrauterine devices
principal actions of, 434 Intrahypothalamic system, 308
sensitivity, 335 Intramembranous bone formation, 385
structure/species specificity, 432–433 Intrauterine devices, 412 J
Insulin-dependent diabetes mellitus, 449 Intravenous immunoglobulin, Lambert–Eaton JAK2–STAT pathways, 326
Insulin excess Syndrome treatment, 130 JAK–STAT pathways, signal transduction via,
compensatory mechanisms, 440–441 Intrinsic depression, 550
63, 64
symptoms, 440 Inverse stretch reflex Janus tyrosine kinases, 63
Insulin–glucagon molar ratios, 445 definition of, 232 Jaundice
Insulinoma, 448 in Golgi tendon organ, 232, 233 bilirubin, 514
Insulin receptors, 436 muscle tone and, 233 obstructive, 517
Insulin secretion, 442 pathways responsible for, 231 JG cells. See Juxtaglomerular cells
factors affecting, 441 Invertebrates, body temperature of, 316 Junctional potentials, 130
regulation of, 441 In vitro fertilization, 414 Juvenile diabetes, 449
autonomic nerves, effect of, 442–443 Iodide transport across thyrocytes, 341 Juxtacrine communication, 54
B cell responses, long-term changes, 443 Iodine homeostasis and thyroid hormones, Juxtaglomerular apparatus, 674
cyclic amp, 442 340–341
Juxtaglomerular cells, 705
hypoglycemic agents, 442 Ion channels Juxtamedullary nephrons, 674
intestinal hormones, 443 activation by chemical messengers, 55
plasma glucose level, effects of, 441–442 multiunit structure of, 51
protein/fat derivatives, 442 pore formation in, 51
Insulin-sensitive tissues, endosomes in, 435 poreforming subunits of, 52 K
Insulin sensitizers, 305 regulation of gating in, 50 Kainate receptors, 141
Integrins, 42 spatial distribution of, 91 Kallmann syndrome, 316
Intention tremor, 252 Ion distribution and fluxes, 102 Karyotype, 392
Intercalated cells, 674 Ionotropic glutamate receptors Kaspar Hauser syndrome, 334
Intercalated disks, 110 properties of, 140 Kayser–Fleischer rings, 246
Intercellular communication subtypes of, 139–140 KCC1. See Potassium/chloride cotransporter
by chemical mediators., 54–55 Ionotropic receptors, 136 K+ channels, 51
types of, 54 Ionotropic receptors, salt and sour tastes K+ depletion, 443
Intercellular connections, 43 triggered by, 223 Ketoacidosis, 28
in mucosa of small intestine, 43 Ion transport proteins of parietal cells, 461 Ketone bodies
Interleukins as multi-CSF, 70 IOP, 179 formation and metabolism of, 27, 28
Intermediary metabolism, actions of IPSP. See Inhibitory postsynaptic potential health problems due to, 28
glucocorticoids on, 365 IRDS. See Infant respiratory distress syndrome Ketosis, 439
Intermediate-density lipo-proteins, 29 Iron Ketosteroids, 364
Intermediate filaments, 41 absorption of, 486 17-Ketosteroids, 364
Internalization, 55 intestinal absorption of, 486 Kidneys
Internal urethral sphincter, 694 Iron uptake, disorders of, 486 acid–base balance maintenance, 711
Internodal atrial pathways, 521 Irritant receptors, 664 ammonia production, 713
Interstitial cells of Cajal, 498 IRV. See Inspiratory reserve volume autoregulation, 678
INDEKS 739

countercurrent exchangers in, 689 Learning metabolism/detoxification, 512


distal tubule of, 466 associative, 284, 285 plasma proteins synthesis, 512
metabolically produced acid loads, 715 and cerebellum, 251, 252 glucose buffer function of, 512
proximal tubular cells definition of, 283 hepatic circulation, 510–511
secretion of acid, 712 nonassociative, 285 metabolically produced acid loads, 715
Kinesin, 41 and synaptic plasticity, 286 principal functions of, 511
Kinins Left and right planum temporale in brain, 209 roles in, 512
active factor, 598–599 Left ventricular ejection time, 542 schematic anatomy of, 510
angiotensin-converting enzyme, 598 Length–tension relationship transport/metabolic functions of, 509
bradykinin receptors, 599 in cardiac muscle, 112, 113 Local anesthetics and nerve fibers, 93
formation of, 598 human triceps muscle, 107 Local-circuit interneurons, 171
kallikreins, 598 sliding filament mechanism of muscle Local current flow, in axon, 91
lysylbradykinin, 598 contraction and, 105 Local injury, 80
Kinocilium, 202 Leptin, 399 Localized cortical lesions, 294
Klinefelter syndrome, 397 LES. See Lower esophageal sphincter Local response of membrane, 90
Knee jerk reflex, 229 Lesions of representational and categorical Long QT syndrome, 113
Kölliker–Fuse nuclei, 658 hemispheres, 291 Long-term depression, 286
Krebs cycle. See Citric acid cycle Leukemia inhibitory factor, 95 Long-term learned responses, 285
Kupffer cells, 510 Levodopa, 140 Long-term memory, 285
Kupffer cells, 512 for MSA treatment, 256 recalling of, 289
Kussmaul breathing, 439, 661 for Parkinson disease treatment, 247 storage in neocortex, 288
Lewy bodies, 248 Long-term potentiation
Leydig cells, 394, 426 in NMDA receptor, 286
L interstitial cells of, 419 in Schaffer collaterals in hippocampus, 287
Labyrinth. See Inner ear LH. See Luteinizing hormone Loop of Henle, 674
Lacis cells, 705 LHRH, 314 operation, 688
Lactase, 478 Lidocaine for chronic pain, 164 Loops of Henle, 685–686
Lactation, 416–417 LIF, 95 Loss-of-function receptor mutations, 64
breasts, development of, 416 Light adaptation, 194 Lou Gehrig disease, 240
gynecomastia, 417 Light microscope, hypothetical cell seen with, 36 Lovastatin, 30
initiation of, 416–417 Light therapy, 279 Low-density lipoproteins, 29
menstrual cycles, effect, 417 Linear acceleration, responses to, 211–212 Lower esophageal sphincter, 500
milk, secretion/ejection of, 416 Lipid breakdown during exercise, 106–107 Lower motor neurons, 239
Lactic acidosis, 440, 548 Lipid digestion damage to, 240
Lactose, 478 intestinal mucosa, 484 Lown–Ganong–Levine syndrome, 534
brush border digestion, 480 intracellular handling of, 484 LTP. See Long-term potentiation
Lactose intolerance, treatment for, 479 Lipids, 483–485 Lung
Lactotropes, 324 biologically important, 26 airway conduction, 621–622, 624
Lambert–Eaton Syndrome, 130 in cells, 27, 28 alveolar air, 634–635
Lamellar bodies, 624 fat absorption, 484–485 alveolar airway, 624–625
fat digestion, 483–484 alveolocapillary membrane, diffusion
Language
areas in categorical hemisphere concerned fatty acids. See Fatty acids across, 635
with, 293 plasma, 29 anatomy, 621–627
physiology of, 292–293 short-chain fatty acids, 485 biologically active substances metabolism, 638
Language-based activity steatorrhea, 484 blood and lymph in, 627
active areas of brain during, 284 transport of, 29 blood flow, 632–633
Language disorders Lipoproteins, 29 bronchi, 623
aphasias, 293 Liver capacities, 629
stuttering, 294 acinus, concept of, 511 complexity, 619
Large-molecule transmitters, 136 bile synthesis in, 509 compliance of, 629–632
calcitonin gene-related peptide, 151 biliary system diffusing capacity, 635
CCK receptors, 151 bile formation, 514–516 endocrine functions, 638
gastrointestinal hormones, 151 biliary secretion, regulation of, 516 gas exchange in, 634–635
neuropeptide Y, 151 cholecystectomy, effects of, 516 gas transport in, 641–655
opioid peptides, 150 gallbladder, functions of, 516 metabolic functions, 638
oxytocin, 151 gallbladder, visualizing, 516–517 parenchyma. See also Alveolar airway
somatostatin, 150, 151 blood, detoxifies, 512 partial pressures, 634
substance P, 150 blood percolates, 509 perfusion, 636
vasopressin, 151 excretion pleura, 626–627
Laron dwarfism, 334 ammonia metabolism, 514 Po2 and Pco2 values in, 642
Lateral brain stem pathway, 240–241 substances, 514 pressure–volume curves in, 630, 631
Lateral intercellular spaces, 674, 682 functional anatomy, 509–510 receptors, 664
L channels, 523 functions of, 511 respiratory muscles, 626
LDL, 29 bile, 512–513 respiratory system, 635
L-Dopa, 334 bilirubin metabolism/excretion, 513 respiratory tract, regions of, 621
Leader sequence, 20 glucuronyl transferase system, 514 responses mediated by receptors in, 664
Leaky epithelium, 681 jaundice, 514 ventilation, 632–633, 636
740 INDEKS

Lung volume, 629 estrogens, testicular production of, Melatonin


Luteal cells, 401 426–427 secretion of, 278
Luteinizing hormone, 304 inhibins, 427 and sleep-wake state, 280
actions of, 333 mechanism of action, 425–426 synthesis, diurnal rhythms of compounds
constituents of, 332 secondary sex characteristics, 425 in, 280
episodic secretion of, 411 secretion, 424 Memantine, 140
half-life of, 332 steroid feedback, 427 for Alzheimer disease treatment, 289
receptors for, 333 testosterone, chemistry/biosynthesis of, Membrane polarization, abnormalities of, 534
Luteinizing hormone-releasing hormone, 314 423–424 Membrane potential
Luteolysis, 411 transport/metabolism, 424 extracellular Ca2+ concentration
LVET. See Left ventricular ejection time testicular function, abnormalities of and, 89
Lymphatic circulation androgen-secreting tumors, 428 genesis of, 10
functions of, 584 cryptorchidism, 428 resting, 88
lymphatics draining, 584 hormones and cancer, 428 from separation of positive and negative
lymphatic vessels, 584 male hypogonadism, 428 charges, 88
Lymphatic organs, glucocorticoids effects Male secondary sex characteristics, 425 sequential feedback control in, 88–89
on, 366 Malignancy, humoral hypercalcemia of, 384 of smooth muscle, 114
Lymph node, anatomy of, 69 Malignant hyperthermia, 105, 320 subthreshold stimuli effect on, 90
Lymphocytes, 473 Maltase, 478 upstroke in, 88
in bloodstream, 69 Maltose, 478 Membrane transport proteins
during fetal development, 69 Maltotriose, 478 aquaporins, 50
Lysergic acid diethylamide, 149 Mammalian nerve fibers, 92 carriers, 50
Lysine vasopressin, 311 Mammalian skeletal muscle, 98 uniports, 51
Lyso-PC damages cell membranes, 463 electrical and mechanical responses of, 102 Membranous labyrinth, 200
Lysosomal diseases, 39 Mammalian spinal motor neurons, ion Memory
Lysosomes concentration inside and outside, 10 and brain, link between, 285
definition of, 39 Mammotropes, 324 episodic, 284
enzymes found in, 39 Manubrium, 199 explicit or declarative, 283, 284
MAOIs, 149 forms of, 285
Masculinization, 374 implicit, 284
M Masking, 205 intercortical transfer of, 286–287
Machado-Joseph disease, 252 Mass action contraction, 505 long-term, 285
Macroglia, 83–84 Mass discharge in stressful situations, 265 neural basis of, 285–286
Macrophages, 69 Mast cells, 68 procedural, 284
Macrosomia, 446 Mastication, 500 semantic, 284
Macula, 180 Maximal voluntary ventilation, 629 short-term, 285
Macula densa, 674, 684, 705 Maximum metabolic rate, 490 working, 288
Macular sparing, 191 McCune–Albright syndrome, 413 Memory B cells, 70
Maculopathy, 181 M cells. See Microfold cells Memory T cells, 69–70
Magnocellular neurons, electrical MDMA, 149 Menarche, 398
Mechanoreceptors, 157 Menopause, 400
activity of, 312
Major depressive disorder, 149 hair cells as, 202 Menorrhagia, 413
Major histocompatibility complex, 491 Medial brain stem pathways, 239, 241 Menstrual cycle
Major histocompatibility complex (MHC) medial tracts involved in, 240 anovulatory cycles, 404
genes, 75 Medial temporal lobe and hippocampus, 288 basal body temperature and plasma hormone
Major proglucagon fragment, 443 Median eminence, 309 concentrations, 405
Malabsorption, 491 Medullary chemoreceptors, 661 breasts, cyclical changes, 404
Malabsorption syndrome, 491 Medullary control changes during intercourse, 404–405
Male contraception, 423 basic pathways, 589, 590 estrous cycle, 406
Male menopause. See Andropause factors affecting activity of RVLM, 589, 591 indicators of ovulation, 405–406
Male pseudohermaphroditism, 397, 398 factors affecting heart rate, 589, 592 normal menstruation, 404
Male reproductive system, 419 heart rate by vagus nerves, 589, 591 ovarian cycle, 401–402
anatomical features of, 420 intermediolateral gray column, 589 ovarian vs. uterine changes, 403
embryonic differentiation of, 394 rostral ventrolateral medulla, 589 uterine cervix, cyclical changes, 404
gametogenesis or ejaculation somatosympathetic reflex, 589 uterine cycle, 402–404
blood–testis barrier, 419–420 Medullary hormones, structure and function of, vaginal cycle, 404
ejaculation, 423 355–356 Menstrual cycle ovulation, 405
erection, 422–423 Medullary reticulospinal tracts and Menstruation, 401
prostate specific antigen (PSA), 423 posture, 240 Mentation, 349
semen, 422 Meiosis, 14 Merkel cells, 158
spermatogonia, 420–421 Meissner’s corpuscles, 158 Mesangial cells, 673
spermatozoa, development of, 421–422 Meissner’s plexus, 473 relaxation of, 680
temperature, effect of, 422 Melanophore, 325 Mesocortical system, 147
structure, 419 Melanopsin, 185 Metabolic acidosis, 647–648
testes, endocrine function of Melanotropins acid–base paths, 648
actions, 424–425 biosynthesis, 325 Metabolic alkalosis, 647–648
anabolic effects, 425 physiological functions, 325 Metabolic myopathies, 100
INDEKS 741

Metabolic rate, 488 Molecular building blocks Müllerian regression factor, 394
and body weight, 490 deoxyribonucleic acid, 14 Multidrug resistance protein 2, 513
factors affecting, 489 mitosis and meiosis, 14 Multiple sclerosis, 86
Metabolic syndrome, 449–450 nucleosides, nucleotides, and nucleic acids, Multiple system atrophy, 256
Metabotropic glutamate receptors 12–13 Multiunit smooth muscle, chemical mediators
activation of, 141 ribonucleic acids, 14–16 effect on, 115
subtypes of, 141 Molecular medicine, 47 Murmurs, 544
Metabotropic receptors, 136 Molecular motors Muscarinic cholinergic receptors, 144, 145
Metahypophysial diabetes, 443 dyneins, 41 Muscarinic poisoning, 263
Metathyroid diabetes, 443 kinesin, 41 Muscarinic receptors, 259
Methemoglobin, 653 myosin, 41, 42 Muscle channelopathies, 105
3, 4-Methylenedioxymethamphetamine, 149 Molecular weight of substance, 4 Muscle, contractile element of, 547
Mexiletine, 164 Moles, 4 Muscle fibers, 97
mGluR. See Metabotropic glutamate receptors Mongolism. See Down syndrome classification of, 106, 107
MHC. See Major histocompatibility complex Monoamine oxidase inhibitors, 149 depolarization of, 103
Micelles, 465, 483 Monoamines electrical response to repeated stimulation, 104
Microfilaments, 40 adrenoceptors, 146–147 isometric tension of, 106
composition of, 41 ATP, 149–150 length and tension, link between, 105
structure of, 41 catecholamines, 145–146 in motor unit, 109
Microfold cells, 483 dopamine, 147, 148 sarcotubular system of. See Sarcotubular system
Microglia, 83 epinephrine, 145 Muscle rigor, 108
microRNAs, 16 histamine, 149–150 Muscles, control of
Microscopy techniques, cellular constituents noradrenergic synapses, 147 corticobulbar tract, 239
examination by, 35 norepinephrine, 145 corticospinal tracts, 238
Microsomes, 36 secreted at synaptic junctions, 140 movement and, 239
Microtubule-organizing centers, 42 serotonergic receptors, 148, 149 Muscle spindle
Microtubules serotonergic synapses, 149 afferents, dynamic and static responses of, 231
composition of, 40 serotonin, 148 discharge, effect of conditions on, 231
drugs affecting, 40, 41 Monocular and binocular visual fields, 195 essential elements of, 229
structures of, 40 Monocytes activated by cytokines, 69 function of, 230–231
Microvilli, 460 Monogenic forms of deafness, 210 loading, 230–231
Micturition, 671 Monosynaptic reflexes, 229 mammalian, 230
Midcollicular decerebrate cats, decerebrate Mood disorder, 149 motor nerve supply, 229, 230
rigidity in, 242 Morphological changes, parietal cell receptors sensory endings in, 229
Middle cerebellar peduncle, 248 and schematic representation of, 461 Muscle tone, 233
Middle ear Mosaicism, 396 Muscle twitch, 102
functions of, 199 Motilin, 472 Muscle weakness
medial view of, 201 Motivation and addiction, 172 by autoimmune attack, 130
structures of, 200 Motor axons, branching of, 128 myasthenia gravis, 129
Mifepristone (RU 486), 410 Motor cortex. See also Primary motor cortex Muscular dystrophy, 100
Migrating motor complex, 498 axons of neurons from, 238 Mushroom poisoning, 263
Migrating motor complexes, 499 somatotopic organization for, 238 MV. See Microvilli
Milk ejection reflex, 313 and voluntary movement MVV. See Maximal voluntary ventilation
Mineralocorticoids, 353 plasticity, 238 Myasthenia, 105
aldosterone. See Aldosterone posterior parietal cortex, 238 Myasthenia gravis, 129
mechanism of action of, 370–371 premotor cortex, 238 Mycetism, 263
relation to glucocorticoid receptors, 371 primary motor cortex, 236–238 Myelinated axons
secondary effects of excess, 372 supplementary motor area, 238 conduction in, 91
Miotics, 187 Motor homunculus, 237 depolarization in, 91
MIS. See Müllerian inhibiting substance Motor neurons, inputs converging on, 227 Myelin sheath, 85
Mitochondria Motor neuron with myelinated axon, 84 defects, adverse neurological consequences
components involved in oxidative Motor pathways, general principles of central of, 86
phosphorylation in, 38 organization of, 236 nodes of Ranvier and, 86
functions, 38 Motor system, division of, 239 Myenteric plexus, 473
genome, 38 Motor unit, 108, 109 Myocardial fibers, 522
Mitochondrial diseases, 39 Movement, corticospinal and corticobulbar Myocardial hibernation, 550
Mitochondrial DNA, 38 system role in, 239 Myocardial infarctions, 537
diseases caused by abnormalities in, 47 MPGF. See Major proglucagon fragment Myoepithelial cells, contraction of, 313
Mitochondrial genome MRF. See Müllerian regression factor Myoglobin, 643
and nuclear genome, interaction mRNA transcription, 16, 18 dissociation curves, comparison of, 644
between, 38 MRP-2. See Multidrug resistance protein 2 Myopia, 187, 188
Mitochondrial membrane MSH. See α−Melanocyte-stimulating hormone Myosin, 41, 42
proton transport across inner and outer MTOCs, 42 power stroke in skeletal muscle, 102–103
lamellas of inner, 12 Mucosa irritation, 502 in skeletal muscle, 99
Mitogen activated protein (MAP) kinase Mucosal cells, 484 Myotatic reflex. See Inverse stretch reflex
cascade, 56 Mucosal immune system, 473 Myotonia dystrophy, 105
Mitosis, 14 Müllerian inhibiting substance, 392 Myxedema. See Hypothyroidism
742 INDEKS

N Neuromuscular junction, 119 Noise-induced hearing loss, 210


Na+ channels, 51 diseases of, 129–130 Nonadrenergic, noncholinergic transmitters, 264
inactivated state, 88 structure of, 128 chemical transmission at autonomic
NaCl osmotic pressure, 8 Neuromuscular transmission junctions, 264
NAD+. See Nicotinamide adenine dinucleotide events at, 128 Nonassociative learning, 285
NADH generation in citric acid events occurring during, 127–129 Nonconstitutive pathway, 48
cycle, 23 neuromuscular junction, 127 Nonconvulsive generalized seizure, 277
NADP+, 11–12 Neuronal growth, factors affecting, 94–95 Nonepinephrine, 146–147
NADPH oxidase activation, 68 Neurons Nonexercise activity thermogenesis, 488
NA+ excretion, steroids affecting, 371 axonal transport, 86–87 Non-insulin-dependent diabetes mellitus, 437
Na+/I–symporter, 341 classification of, 85 Nonionic diffusion, 8, 713
Na, K ATPase components of, 84, 85 Nonpathogenic bacteria, 473
cell volume and pressure dependance on, 9 factor enhancing growth of, 94–95 Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
Narcolepsy, 276 important zones of, 85 axonal regeneration prevention by, 94
Natalizumab for MS treatment, 86 myelinated, 85 for chronic pain, 164
Natriuretic hormones, 706–708 threshold, to stimulation changes, 90–91 Nonsuppressible insulin-like activity, 443
actions, 707 types of, 85 Noradrenergic and cholinergic postganglionic
Na, K ATPase-inhibiting factor, 708 unmyelinated, 86 nerve fibers, effects of stimulation of, 264
natriuretic peptide receptors, 707–708 Neuropathic pain, 164 Noradrenergic fibers, 522
secretion/metabolism, 707–708 Neuropeptide Y, 151, 264 Noradrenergic neurons, 145
structure, 706–707 Neuropeptide YY, 446 Noradrenergic neurotansmission, 260, 261, 264
Natriuretic peptide, 707 Neurophysin, 311 Noradrenergic synapses, 147
Natriuretic peptide receptors, 707 Neurosecretion, 311 pharmacology of, 147
diagrammatic representation of, 708 Neurotransmitters, reuptake of, 137 Norepinephrine, 145, 599
Nearsightedness, 187, 188 Neurotrophins action on heteroreceptor, 136
NEAT. See Nonexercise activity thermogenesis function of, 94 biosynthesis, 355
Negative feedback inhibition receptors for, 93, 94 catabolism of, 146
of spinal motor neuron, 127 for SCI treatment, 235 chemical transmission at autonomic
Neocortex Neutral fat, 27 junctions, 259
interneurons, 270, 271 Neutrophils, average half-life of, 67 effect on intestinal smooth muscle, 115
pyramidal cells, 270–271 NHE. See Sodium/hydrogen exchanger effect on unitary smooth muscle, 116
Neostigmine, myasthenia gravis treatment Nicotinamide adenine dinucleotide, 12 and epinephrine levels in human venous
by, 129 Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate, blood, 356
Nephrogenic diabetes insipidus, 700 11–12 metabolic effects of, 357–358
Nephron, 673–674 Nicotinic acetylcholine-gated ion channel, three- as neuromodulator, 145
diagram, 674 dimensional model of, 144 plasma levels, 355
Nerve cells Nicotinic cholinergic receptors, 144 reuptake of, 137
excitability during IPSP, 123 actions of acetylcholine on, 259 secretion of, 145
excitation and conduction Nicotinic receptors, 130 Norepinephrine-secreting neurons, 145
antidromic conduction, 91–92 NIDDM. See Non-insulin-dependent diabetes Norepinephrine transporter, 137
electrotonic potentials, 90 mellitus Normal human pancreatic juice, composition
firing level, 90 Nigrostriatal projection, 244 of, 463
ionic fluxes, 88–89 Nigrostriatal system, 147 Normal sinus rhythm, 529
local response, 90 NIHL, 210 Normal trabecular bone vs. trabecular bone, 388
orthodromic conduction, 91–92 Nipples, stimulation of, 312 NOS. See Nitric oxide synthase
resting membrane potential, 87–88 NIS. See Na+/I–symporter NPR. See Natriuretic peptide receptors
Nerve fibers Nitric oxide NPY. See Neuropeptide Y
local anesthetics effect on, 93 produced in endothelial cells, 116 NSAIDs. See Nonsteroidal anti-inflammatory
susceptibility to conduction block, 93 synthesis of, 151 drugs
type and functions of, 92–93 Nitric oxide synthase, 422 NSILA. See Nonsuppressible insulin-like activity
Nerve impulses. See Action potentials NMDA receptor antagonists, 140 NSR. See Normal sinus rhythm
Nerve supply to smooth muscle, 116 for chronic pain, 164 Nuclear cholescintigraphy, 516
Nervi erigentes, 422 NMDA receptors Nuclear factor-κΒ and inflammatory response, 80
Nervous system, actions of glucocorticoids changes and LTP, 286 Nuclear membrane, 45
on, 365 diagrammatic representation of, 141 Nuclear pore complexes, 45
Neural communication, 54 in neurons, 141 Nucleic acids, 483
Neural control mechanisms, 311 properties of, 140 basic structure of, 15
Neural control of adrenal medullary N-methyl-D-aspartate receptors. See NMDA Nucleoli, 45
secretion, 358 receptors Nucleosides, nitrogen-containing base of, 12
Neural hormones, 311 N, N-dimethyltryptamine, 149 Nucleotides, 12
Neural mechanisms of color vision, 194 NO. See Nitric oxide basic structure of, 15
Neural pathways, 189–190, 503 Nociceptive pathways, transmission in, 170 Nucleus
Neurogenesis, 287 Nociceptive stimuli, 160 chromosomes in, 44
Neuroglycopenic symptoms, 440 Nociceptors composition of, 44
Neuroleptic drugs, 246 impulse transmitted from, 159 interior of, 45
Neurological exam, 162, 163 types of, 158 nucleolus, 45
Neuromodulators, 143 Nocturia, 692 nucleosomes in, 44
INDEKS 743

Nucleus of the tractus solitarius, 699 Osmolal concentration of plasma, 8 Oxytocin, 151, 311
Nutrients, intake of, 486–487 Osmolal concentration of substance in fluid, 8 action on uterine musculature, 313
Nutrition Osmolarity, 8 physiologic effects, 313
caloric intake/distribution, 490–492 Osmole, 8 Oxytocin-containing neurons, discharge of, 313
dietary components, essential, 490 Osmoreceptors, 310 Oxytocin receptors, 416
mineral requirements, 492 Osmosis Oxytocin-secreting neurons, stimulation of, 312
vitamins, 492–494 definition, 7
Nutritional principles, 487–490 diagrammatic representation of, 7
Nutrition and growth physiology, 331 Osmotically active substances, 8 P
Nyctalopia, 183 Osmotic diuresis, 689–690 Pacemaker cells
Nyeloperoxidase, 68 Osmotic pressure, 680 pre-Bötzinger complex, 658
Nystagmus, 212, 252 factors influencing, 7 Pacemaker potential, 523
nonionizing compound, 8 Pacinian corpuscle, generator potential in, 161
Ossicular conduction, 206 Pacinian corpuscles, 158
O Osteoblasts, 386 Paclitaxel, 41
OATP. See Organic anion transporting Osteoclast resorbing bone, 387 PAH. See p-Aminohippuric acid
polypeptide Osteolytic hypercalcemia, 384 Pain
Obesity, 449–450, 488 Osteomalacia, 380 chronic, 164
Obstructive sleep apnea, 276 Osteons, 385 classification of, 164
Occlusion and fractionation, 234 Osteopetrosis, 388 deep and visceral, 165–166
Ocular dominance columns, 191–192 Osteoporosis, 367, 389 definition, 163
Oculocardiac reflex, 532 involutional, 388 hyperalgesia and allodynia, 164–165
Odorant-binding proteins, 221 Osteoprotegerin, 387 referred, 166
Odorant receptors, 219–220 Otoliths, 201 vs. sensations, 163
Odorant receptor, signal transduction in, Outer hair cells, functions of, 207 Pain transmission, modulation of
219–220 Ovarian agenesis, 397 gray and brainstem role in, 172, 173
Odorants, 220 Ovarian function, control of, 410–412 information processing in dorsal horn, 170–172
Odor detection, abnormalities in, 221 contraception, 412 stress-induced analgesia, 173
Odor detection threshold, 220 control of cycle, 411–412 Pallesthesia, 162
Odor-producing molecules, 220 feedback effects, 411 p-Aminohippuric acid, 676
Olfaction. See Smell hypothalamic components, 410–411 PAMs. See Pulmonary alveolar macrophages
Olfactory bulbs, neural circuits in, 218 reflex ovulation, 412 Pancreas structure, 463
Olfactory cortex Ovarian function, menstrual bnormalities of, Pancreatic α-amylase hydrolyze, 478
diagram of, 219 412–413 Pancreatic β cells, 305
five regions of, 218, 219 Ovarian hormones Pancreatic digestive enzymes, 463
Olfactory discrimination, 220 actions, 409 Pancreatic duct cells, ion transport pathways
Olfactory epithelium breasts, effects on, 408 in, 464
nasal cavity, 219 central nervous system, effects on, 408 Pancreatic endopeptidases, 482
olfactory bulbs and, 218 chemistry, biosynthesis, 406–407 Pancreatic juice
olfactory sensory neurons in, 217 endocrine organs, effects on, 407–408 alkaline, 463
female genitalia, effects on, 407
axons of, 218 composition of, 463
dendrite of, 217 female secondary sex characteristics, 408 contains enzymes, 461
location of, 217 mechanism of action, 408, 410 regulation of, 464
structure of, 218 progesterone, 409 Pancreatic polypeptide, 431
Olfactory pathway, 219 relaxin, 410 Pancreatic proteases, 481
Olfactory system, adaptation in, 221 secretion, 407, 409 Pancreatic secretion, 461–462
Oligodendrocytes, 83–84 synthetic and environmental estrogens, 408–409 Pancreatitis, acute, 463
Olivocochlear bundle, 207 Ovarian hyperstimulation syndrome, 333 Paracellular pathway, 681
Oncogenes, 47 Overflow incontinence, 695 Paracrine communication, 54
Oncotic pressure, 54 Ovulation, 401 Paracrine fashion, 468
Ondine’s curse, 665 Oxidation, 11 Paracrines, 468
Open-angle glaucoma, 179 Oxidative deamination of amino acids, 21 Paradoxical sleep. See REM sleep
OPG. See Osteoprotegerin Oxidative phosphorylation, 12 Parafollicular cells, 384
Opioid peptides, 150 enzyme complexes responsible for, 38 Paraganglia, 354
Opioids, nociceptive transmission and, 171 mitochondrial components involved in, 38 Parageusia, 225
Opsin, 183, 184 Oxygen Parallel fibers, 249
Optic pathways, effect of lesions in, 190–191 administration, 654 Parasomnias, 276
Optics principles, image-formation, 186 potential toxicity, 654 Parasympathetic activation, 265
Optometric vision therapy, 187 Oxygenated hemoglobin, comparative titration Parasympathetic cholinergic noradrenergic
Oral glucose tolerance test, 437, 438 curves for, 646 discharge, 265
Oral temperature, 317 Oxygenation reaction, 642 Parasympathetic innervations, 265
Orexin, 487 Oxygen debt, 107–108, 667 Parasympathetic nervous system, 257
Organic anion transporting polypeptide, 513 Oxygen delivery to tissues, 641 cell bodies in, 259
Organophosphates, 262 Oxygen–hemoglobin dissociation curve, 642 cranial nerve nuclei, 259
Orthodromic and antidromic conduction, 91–92 temperature and pH, effects of, 643 organization of, 258
Orthograde transport, 87 Oxygen transport, 641–644 parasympathetic sacral outflow, 259
Orthostatic hypotension, 256 Oxyphil cells, 381 salivary secretion, regulation of, 458
744 INDEKS

Parathyroidectomy, effects of, 382 Peripheral nerves Pituitary insufficiency


Parathyroid excess, diseases of, 383 composition of, 92 causes of, 336
Parathyroid glands sensitivity to hypoxia and anesthetics, 93 effects of, 335–336
actions, 382 Peripheral proteins, 37 PKU, 146
anatomy, 381 in cell membrane, 36, 37 Placenta
malignancy, hypercalcemia of, 384 Peristalsis, 504 circulation, 614
mechanism of action, 382–383 Peritubular capillaries, 674 fetal adrenal cortex, interactions, 415
parathyroid hormonerelated protein, 384 Permeability, 679 Planum temporale, 292
PTH, synthesis/metabolism of, 381–382 Permissive effects of glucocorticoids, 365 Plasma
regulation of secretion, 383 Peroxisome proliferator-activated carriers for hormones, 301
Parathyroid hormone, 377, 382 receptor γ, 442 dopamine levels, 356
signal transduction pathways, 378 Peroxisome proliferator-activated receptors, 40 glucose homeostasis, 25
Parathyroid hormonerelated protein, 384 Peroxisomes, 40 glucose level, 22
effects of, 381 Pertussis toxin effect on cAMP, 62 factors determining, 24–25
Paraventricular neurons, 308 p53 gene mutation, 47 nonelectrolytes of, 8
Paravertebral ganglia, 257 PGES expression. See Prostaglandin synthase osmolal concentration of, 8
Parietal cell, composite diagram of, 460 expression Plasma erythropoietin levels, 709
Parietal cell—gastrin, agonists of, 460 PGH2, 30 Plasma glucose homeostasis, 438
Parkinson disease pH, 643 Plasma glucose level, 440, 441
basal ganglia-thalamocortical circuitry in, 248 definition, 6 Plasma growth hormone, 332
familial cases of, 248 effects on oxygen–hemoglobin dissociation Plasma hormone concentrations,
hypokinetic features of, 245 curve, 643 changes, 399
lead pipe rigidity in, 248 proton concentration and, 6 Plasma K+ level, correlation of, 536
pathogenesis of movement disorders in, 248 Phagocytic function, disorders of, 71 Plasma lipids, 29
prevalence of, 247 Phagocytosis, 48 Plasma membrane. See Cell membrane
in sporadic idiopathic form, 247 Phantom limb pain, 169 Plasma osmolality
symptoms, 247 Pharynx, food movement, 500 and changes in ECF volume in thirst, 310
treatment of, 247 Phasic bursting, 312, 313 plasma vasopressin, relation between, 698
Paroxysmal atrial tachycardia with block, 531 Phenobarbital, 143 and thirst, link between, 310
Paroxysmal ventricular tachycardia, 532 Phenylephrine, 263 Plasma osmolality and disease, 9
Partial pressures, 634 Phenylketonuria, 146 Plasma proteins
Partial seizures, 276 Phenytoin, 277 afibrinogenemia, 565
Parturition, 416 Pheochromocytomas, 358 hypoproteinemia, 565
Parvocellular pathway, 190 Phlorhizin, 683 origin of, 565
Patch clamping, 49 “Phosphate timer,” 56 physiologic functions, 565, 566
Patchy ventilation–perfusion imbalance, 651 Phosphatidylcholine, 463, 514 Plasma renin activity, 704
Pattern recognition receptors, 74 Phosphatidylinositol Plasma renin concentration, 704
pAVP. See Plasma vasopressin metabolism in cell membranes, 61 Plasma testosterone, human male, 398
PB. See Barometric pressure Phosphodiesterase, 116 Plasma vasopressin, 699
PC. See Phosphatidylcholine Phospholipid bilayer, organization of, 37 relation between, 698
Pegaptanib sodium, 181 Phospholipids, 26 mean arterial blood pressure, 699
Pendred syndrome, 210 Phosphorus magnetic resonance, 714 Plasticity of motor cortex, 238
Penicillin G and silibinin Phosphorus metabolism, 379 Platelet-activating factor, 80
for muscarinic poisoning treatment, 263 Phosphorylcreatine, 106 Platelets
Pepsins hydrolyze, 481 Photoreceptor mechanism, 182 ADP receptors in human, 79
PepT1. See Peptide transporter 1 Photoreceptor potentials, ionic basis of, 183 aggregation, 80
Peptic ulcer disease, 458 Photoreceptors, 157 clotting factors and PDGF in, 78, 79
Peptide bonds, formation of, 19 receptor potentials of, 182 cytoplasm of, 78
Peptide hormones, 299 rod and cone, 180, 181 production, regulation of, 80
precursors for, 300 sequence of events in, 184 response to tissue injury, 78
Peptides, 18 Phototransduction in rods and cones, sequence wound healing role, 79
Peptide transporter 1, 482 of events involved in, 184 Pleural cavity, 626
Peptide YY structure, 472 Physicochemical disturbances, 87 connective fibers, 627
Periaqueductal gray, 172 Physiological tremor, 231 parietal pleura, 626
Pericytes, 673 Physostigmine, muscarinic poisoning treatment pleural space, 627
Perilymph, ionic composition of, 205 by, 263 pressure in, 628
Perinuclear cisterns, 45 Piebaldism, 325–326 visceral pleura, 626, 627
Periodic breathing, 666 Pigment abnormalities, 325–326 PLMD, 276
in disease, 667 Pinocytosis, 48 PMS. See Premenstrual syndrome
Periodic limb movement disorder, 276 Pituitary gland Pneumotaxic center, 658
Periosteum, 386 anatomy of, 324 p75NTR receptors, 93, 94
Peripheral chemoreceptor reflex anterior. See Anterior pituitary gland Podocytes, 673
hemorrhage, 595 anterior and intermediate lobes of, 308 Poikilothermic animals, 316
Mayer waves, 595 diagrammatic outline of formation of, 324 Point mutations, 14
Traube–Hering waves, 595 functions of, 323 Poly(A) tail, 16
vasoconstriction, 595 histology of, 324 Polydipsia, 700
Peripheral nerve damage, 94 hypothalamus relation to, 308, 309 Polymodal nociceptors, 158
INDEKS 745

Polypeptides, 18 Precocious/delayed puberty Primordial follicles, 400


Polypeptide YY, 446 delayed/absent puberty, 400 Principal cells, 674
Polysynaptic connections between afferent and menopause, 400–401 Principal digestive enzymes, 462
efferent neurons in spinal cord, 234 sexual precocity, 399–400 Proarrhythmic, 534
Polysynaptic reflex, 234 Precocious pseudopuberty, 399 Proenzymes, 481
Polysynaptic reflexes, 229 Precocious sexual development Progesterone, biosynthesis of, 409
Polyuria, 692, 700 classification of, 399 Programmed cell death. See Apoptosis
POMC. See Pro-opiomelanocortin Precursor proteins, 427 Progressive motility, 422
Pontine reticulospinal tracts and posture, 240 Prednisone Prolactin
Pontogeniculo-occipital (PGO) spikes, 275 for Lambert–Eaton Syndrome treatment, 130 actions of, 333, 334
Portal hypophysial vessels, 309 for MS treatment, 86 components of, 333
Positive feedback loop, 88 for myasthenia gravis treatment, 129 functions of, 323
Posterior lobe hormones, synthesis of, 311 Preejection period (PEP), 542 half-life of, 333
Posterior parietal cortex, 238 Preganglionic neurons, 256 secretion, regulation of, 334–335
Posterior pituitary glands, hormones of Pregnancy Prolactin-inhibiting hormone, 314
biosynthesis of, 311 endocrine changes, 414 Prolactin-releasing hormone, 314
intraneuronal transport of, 311 fertilization & implantation, 413–414 Proliferative phase, 403
secretion of, 311–312 fetal graft, 414 Proopiomelanocortin
vasopressin and oxytocin, 311 fetoplacental unit, 415 biosynthesis, 325
Postextrasystolic potentiation, 548 human chorionic gonadotropin, 414 Pro-opiomelanocortin, 487
Postganglionic autonomic neurons, 131 human chorionic somatomammotropin, 415 biosynthesis, 325
Postganglionic neurons, 256 infertility, 414 Proprioceptors, 157
Postsynaptic density, 120, 141 parturition, 415–416 Prorenin, 702
Postsynaptic inhibition, 126 placental hormones, 415 Prosopagnosia, 294
Postsynaptic membrane, receptors concentrated Pregnenolone, 360 Prostacyclin, 596
in clusters on, 136 Premature beat, heart, 531 Prostaglandin H2, 30
Postsynaptic neurons Prematurity, retinopathy of, 654 Prostaglandins, 422
action potential generation in, 124–125 Premenopausal women, 485 pharmacology of, 31
action potential in. See Postsynaptic Premenstrual syndrome, 413 synthesis of, 30
potentials Premotor cortex, 238 Prostaglandin synthase expression, 674
PSD on membrane of, 141 pre-mRNA, posttranscriptional modification Prostate, 419
synaptic endings, 120 of, 16 Prostate specific antigen, 423
Postsynaptic potentials Preproenkephalin, 357 Protease-activated receptor-2 (PAR-2)
excitatory and inhibitory, 121–123 Prepro-oxyphysin, 311, 312 activation, 160
slow EPSPs and IPSPs, 123 Prepropressophysin, 311 Protein degradation
temporal and spatial summation of, 125 PreproPTH, 381 and production, balance between, 20–21
Posttetanic potentiation, 286 Prestin, 207 and ubiquitination, 20–21
Posttranscriptional modification Presynaptic inhibition Protein digestion, 481–482
of polypeptide chain, 20 comparison of neurons producing, 126 Protein folding, 20
of pre-mRNA, 16 effects on action potential and Ca2+ current, 127 Protein kinases, 56
reactions in, 20 and facilitation, 126 in cancer, 57
Posture maintenance Presynaptic nerve terminals, small synaptic in mammalian cell signaling, 56
brain stem pathways involved in vesicle cycle in, 122 Protein linkages to membrane lipids, 37
lateral, 240–241 Presynaptic receptor, 136 Protein processing, cellular structures
medial, 239–240 PRH, 314 involved in, 46
Posture-regulating systems Primary adrenal insufficiency, 375 Protein-rich food, 502
decerebration, 241–243 Primary ciliary dyskinesia, 42 Proteins, 491, 645
decortication, 243 Primary colors, 193 amino acids found in, 19
Potassium/chloride cotransporter, 466 Primary evoked potential, 271 composition of, 18
Potassium ions Primary hyperaldosteronism, 374 embedded in cell membrane, 36, 37
active transport of, 53, 54 Primary messengers, 56 in skeletal muscle, 97
changes in membrane conductance of, 88 Primary motor cortex, 236–238 structure of, 18–19
concentration difference and sodium cell organization in, 237 ubiquitination of, 20
ions, 88 imaging techniques for mapping, 237–238 Protein synthesis
equilibrium potential for, 10 location of, 236–237 activation of, 56
in mammalian spinal motor neurons, 10 motor homunculus and, 237 definition of, 19
and membrane potential, 10 Primary plexus, 309 in endoplasmic reticulum, 20
Power stroke of myosin in skeletal muscle, Primary structure of proteins, 18 initiation of, 20
102–103 Primary visual cortex, 191–192 mechanism of, 19–20
ΠΠΑΡγ. See Peroxisome proliferator-activated connections to sensory areas, 192 RNA role in, 16, 19–20
receptor γ distribution in human brain, 192 Protein transferrin, 485
PPARs, 40 layers in, 191 Protein translation and rough endoplasmic
PRA. See Plasma renin activity nerve cells in, 191 reticulum, 45
Pralidoxime, 262 ocular dominance columns in, 191–192 Protodiastole, 540
PRC. See Plasma renin concentration orientation columns in, 191 Proton transport, 12
pre-Bötzinger complex, 658 responses of neurons in, 191 Proto-oncogenes, 47
pacemaker cells in, 658 visual projections from, 192 Protopathic pain, 159
746 INDEKS

Protoplasmic astrocytes, 84 RANKL. See Receptor activator for nuclear Renal failure, acute, 548
Proximal convoluted tubule, 673 factor kappa beta ligand Renal function, 673–693
Proximal tubule Rapid auditory processing theory, 292 abnormal Na+ handling, 693
Na+ reabsorption mechanism, 682 Rapid eye movement sleep, 273, 666 acidosis, 693
solutes reabsorption, 683 EEG waves during, 274 adrenocortical steroids effects, 690–691
PRRs, 74 PET scans of, 275 aquaporins, 685
PSA. See Prostate specific antigen phasic potentials, 275 bladder, 693–695
PSD. See Postsynaptic density rapid movements of eyes, 275 bladder emptying, 693–694
Pseudocholinesterase, 144 Rapidly adapting receptors, 664 bladder filling, 693
Pseudohypoparathyroidism, 64, 383 RAS, 271 blood flow, 676–677
Psilocin, 149 Rasagiline for MSA treatment, 256 blood vessels, 674–675
Psychosocial dwarfism, 334 Rayleigh match, 194 capillary bed size, 679–680
PTH. See Parathyroid hormone Raynaud disease, 264 capsule, 675
PTHrP. See Parathyroid hormonerelated protein Raynaud phenomenon, 264 collecting ducts, 686–687
Puberty, 398 Rebound phenomenon, 252 countercurrent mechanism, 687–688
control of onset, 398–399 Receptive relaxation, 502 deafferentation effects, 695
Pulmonary alveolar macrophages, 625 Receptor activator for nuclear factor kappa beta denervation effects, 695
Pulmonary arteries/veins, 637 ligand, 387 diluting ability, 692–693
Pulmonary chemoreflex, 664 Receptor–ligand interaction, 55 disordered renal function effects, 692–693
Pulmonary circulation, 627, 628, 636–638 Receptors. See also Specific receptors distal tubule, 686
flow, 636 desensitization, 137 diuretics, 692
gravity, 636 G protein-coupled, 136 filtration fraction, 681
pressure, 636 and G protein diseases, 64 free water clearance, 690
pulmonary blood vessels, 636 ionotropic, 136 functional anatomy, 673–676
pulmonary reservoir, $603 metabotropic, 136 glomerular filtration, 678–681
regulation of pulmonary blood flow, for neurotransmitters and neuromodulators, glomerular filtration rate (GFR), 678–679
637–638 136, 139 glomerular filtration rate (GFR) changes in,
ventilation/perfusion ratios, 636–637 on nociceptive unmyelinated nerve 680–681
volume, 636 terminals, 160 glomerular filtration rate (GFR)
Pulmonary fibrosis, 631 on postsynaptic membrane, 136 control of, 679
Pulmonary hypertension, 637 presynaptic, 136 glomerulotubular balance, 684–685
Pulse, 542 and transmitters, 136, 137 glucose reabsorption, 682–683
Pulse oximeter, 629 Reciprocal innervation, 232, 657 glucose transport mechanism, 683
Pupillary light reflexes, 188 Recovery heat, 108 humoral effects, 691
Purine adenosine triphosphate, 473 Recruitment of motor units, 234 hydrostatic pressure, 680
Purines Rectum K+ excretion, regulation, 691–692
compounds containing, 13 distention of, 506 loop of Henle, 685–686
ring structures of, 12 responses to distention of, 506 loss of concentrating, 692–693
Purkinje cells, 249 Red blood cells lymphatics, 675
output of, 250 characteristics, 557, 559 Na+ excretion, regulation, 690–691
Purkinje fibers, 522, 524 fibrin fibrils, 557, 559 Na+ reabsorption, 681–682
Purkinje system, 521 formation and destruction, 557, 559 nephron, 673–674
Pyramidal neurons, 270–271 5α-Reductase deficiency, 397 osmotic diuresis, 689–690
Pyridostigmine, 262 Reduction, 11 osmotic pressure, 680
for myasthenia gravis treatment, 129 Referred pain, 166 oxygen consumption, 678
Pyrimidines Reflex arc PAH transport, 683–684
catabolism of, 13 activity in, 228 permeability, 679
compounds containing, 13 components of, 228 proximal tubule, 685
ring structures of, 12 monosynaptic reflexes, 229 reflex control, 694–695
polysynaptic reflexes, 229 regional blood flow, 678
Reflexes renal blood flow autoregulation, 678
Q general properties, 228 renal blood flow regulation, 677
QRS vector, 528 and semireflex thermoregulatory responses, renal circulation, 676–678
Quality control, 46–47 318–319 renal nerves functions, 677–678
spinal integration of, 234–236 renal vessels innervation, 675–676
Quantitating respiratory phenomena, 628–629
lung volumes and capacities, 629 stimulus for, 228 renal vessels pressure, 677
Quaternary structure, 19 Reflex ovulation, 412 secondary active transport, additional
Reflex sympathetic dystrophy, 164 examples, 683
Refraction, 186 spinal cord transection effects, 695
Refractive power, 186 tubular function, 681–690
R Refractory period, 91 tubular reabsorption & secretion
Radiation, 318 Regulatory elements, 14 mechanisms, 681
Rafts and caveolae, 49 Relaxation volume, 630 tubuloglomerular feedback, 684–685
Ralfinamide, 164 Relaxed (R) configuration, 642 urea role, 688–689
Raloxifene, 409 Relaxin, 328 uremia, 693
Ramelteon, 279 REM sleep. See Rapid eye movement sleep urine concentration relation, 690
Ranibizumab, 181 Renal circulation, 676 water diuresis, 691
INDEKS 747

water excretion, regulation, 691 compliance of lungs, chest wall, 629–632 potential changes initiating action potentials
water intoxication, 691 control systems, 657–658 in, 182
water transport, 685 CO2 response curve, hypoxia effects on, receptor layer of, 180
Renal glucose transport, 683 662–663 visual information processing in, 185
Renal H+ secretion, 711–714 CO2 response, H+ effect, 663 Retinal, 183
ammonia secretion, 713 coughing & sneezing, 664 Retinal ganglion cells
bicarbonate excretion, 714 dead space, 633–634 projections to right lateral geniculate
body fluids exercise effects, 666–669 body, 190
principal buffers, 716 expiration, 627–628 response to light focused on receptive
factors affecting acid secretion, 714 inspiration, 627–628 fields, 185
fate of, 712 lung capacities, 629 types of, 190
fate of H+ in urine, 712 lungs, responses mediated by receptors in, 664 Retinohypothalamic fibers, 278
Na–H exchanger, 711 lung volumes, 629 Retinoid X receptor, 348
pH changes, 713 medullary systems, 658 Retrograde amnesia, 286
pH of body fluids, 715 movement in, 626 Retrograde transport, 87
reaction with buffers, 712–713 muscles, 626 Retrolental fibroplasia, 654
Renal hypertension, 706 neural control of breathing, 657–658 Reuptake
Renal interstitial pressure, 675 nonchemical influences on, 664–666 catecholamines, 146
Renal medullary interstitial cells, 674 oxygen deficiency, ventilatory response to, 662 definition of, 137
Renal physiology, 671 pontine & vagal influences, 658 of norepinephrine, 137
Renal plasma clearance, 678 pressure–volume curves in, 631 R-flurbiprofen, Alzheimer disease
Renal plasma flow, 676 proprioceptors, afferents from, 664–665 treatment by, 289
Renal principal cell, 691 quantitating phenomena, 628–629 Rhodopsin, 183
Renal threshold, 682 regulation of, 657–669 structure of, 184
Renal tubular acidosis, 693 regulation of respiratory activity, 658–659 Ribonucleic acids
Renin and aldosterone secretion, 372–373 respiratory abnormalities, 666 and DNA, difference between, 14
Renin–angiotensin system, 702–706 respiratory muscles, 626 production from DNA, 16
angiotensin-converting enzyme & sleep, effects of, 665–666 role in protein synthesis, 16
angiotensin II, 702–703 uneven ventilation, 633–634 types of, 16
metabolism of, 704 ventilation, 632–633 Ribosomes, 46
receptors, 704–705 ventilatory responses to CO, 662 Rickets, 380
angiotensinogen, 702 visceral reflexes, respiratory components Rigor mortis, 108
angiotensins, actions of, 704 of, 665 Riluzole, 140
pharmacologic manipulation of, 703 Respiration at birth, 615–616 for ALS treatment, 240
renin, 702 Respiratory acidosis, 647, 662, 714, 716 Rituximab
renin secretion, regulation of, 705–706 Respiratory alkalosis, 647, 662 for MS treatment, 86
summary of, 701 Respiratory burst, 68 RMICs. See Renal medullary interstitial cells
tissue renin-angiotensin systems, 704 Respiratory center, stimuli affecting, 659 RMV. See Respiratory minute volume
Renin secretion Respiratory compensation, 648–649, 716 RNA. See Ribonucleic acids
conditions, 706 Respiratory control pattern generator, 658 Rod photoreceptor
factors, 706 Respiratory enzyme pathway, 107 components of, 180
regulation of, 705–706 Respiratory exchange ratio, 489 Rod receptor potential, 182–183
Renin substrate, 702 Respiratory minute volume, 629 Rods
amino terminal end of, 703 Respiratory muscles, 626, 632 density along horizontal meridian, 182
Renorenal reflex, 676 Respiratory quotient, 489 photosensitive pigment in, 183
Replication, 14 Respiratory system, 635 schematic diagram of, 182
Representational and categorical hemispheres, partial pressures of gases, 635 sequence of events involved in
lesions of, 291 pressure-volume curve, 630, 631 phototransduction in, 184
Reproductive abnormalities, 413 Respiratory tract Rotational acceleration, responses to, 211
Reserpine, 147 alveolar airway, 621 Rough endoplasmic reticulum and protein
Residual volume, 629 conducting airway, 621 translation, 45
Respiration, 619 regions of, 621 RPF. See Renal plasma flow
acid-base balance, ventilatory responses to upper airway, 621 RQ. See Respiratory quotient
changes in, 661–662 Resting heat, 108 Rubrospinal tract, 240
airway resistance, 631 Resting membrane potential, 87–88 Ruffini corpuscles, 158
alveolar surface tension, surfactant role, of cardiac muscle, 110 RV. See Residual volume
631–632 of hair cells, 203 Ryanodine receptor, 103
baroreceptor stimulation, respiratory effects Reticular activating system, 271
of, 665 Reticuloendothelial system, 69
blood flow, 632–633 Reticulospinal tracts, 240 S
brain stem, chemoreceptors in, 661 Retina Saline cathartics, 468
breath holding, 663 blood vessels, 180 Saliva, 456
breathing, work of, 632 layers, 178 Salivary α-amylase, 478
carotid & aortic bodies, 660–661 melanopsin, 185 Salivary glands, 456
chemical control, 659 neural components of extrafoveal portion of, Salivary secretion, 456–457
chemical control of breathing, 659–663 178, 179 regulation of, 458
chest wall, 629–632 pigment epithelium, 180 Saltatory conduction, 91
748 INDEKS

Salt-sensitive taste, 223 Sensory receptors contraction of. See Contraction, muscular
SA node. See Sinoatrial node in ear, 202 cross-striations in, 98–100
Sarcomere, 99 as transducers, 157 denervation of, 108
Sarcotubular system Serial electrocardiographic patterns, electrical characteristics, 101, 102
components of, 100, 101 diagrammatic illustration of, 535 ion distribution and fluxes in, 102
T system and, 101 SERMs. See Selective estrogen receptor length-tension relation in, 105
Satiety factor, 487 modulators mammalian, 98
SBP, 302 Serotonergic receptors, 148, 149 mechanical efficiency of, 108
Scala tympani, 200 classes of, 148 in middle ear, 200
Scala vestibuli, 200 functions of, 148, 149 motor unit, 108, 109
SCFAs. See Short-chain fatty acids pharmacology of, 149 muscle fibers in, 97
Schizophrenia, 147 Serotonergic synapses, 149 pathway linking CNS to, 256
Schwann cells, 83–84 Serotonin, 148, 504 proteins in, 97, 100
SCI, 235 Serotonin reuptake inhibitors, 149 relaxation of, 264–265
Sclera, 177 Serpentine receptors. See G protein-coupled strength of, 110
SDA. See Specific dynamic action receptors Skin coloration, control of, 325–326
Sealing zone, 387 Sertoli cells, 419 Skin disorder, connexin mutations and, 45
Secondary active transport, 53–54 Serum dehydroepiandrosterone sulfate Sleep
Secondary adrenal insufficiency, 375 (DHEAS), changes in, 364 effects of, 665–666
Secondary hyperaldosteronism, 374 Seven-helix receptors. See G protein-coupled importance of, 275
Secondary sex characteristics, 425 receptors Sleep apnea, obstructive, 667
Secondary structure of proteins Sex chromosomes, defects, 398 Sleep disorders, 276
β-sheets, 18–19 Sex chromosomes, nondisjunction of, 396 Sleep stages
spatial arrangement, 18 Sex determination, diagrammatic summary distribution of, 275
Second messengers of, 396 NREM sleep, 273–274
cyclic AMP, 60–61 Sex differentiation disorders, 397 REM sleep, 273
diacylglycerol as, 60–61 Sex hormone-binding globulin, 302 EEG waves during, 274
effect on aldosterone secretion, 375 Sex hormones, 391, 419 PET scans of, 275
effect on Na, K ATPase pump activity, 53 Sex steroid-binding globulin, 424 phasic potentials, 275
inositol trisphosphate as, 59–60 Sex steroids in women, 407 rapid movements of eyes, 275
intracellular Ca2+ as, 56–58 Sexual excitement, 405 Sleep-wake cycle, 272
phosphorylation and, 55–56 SFO. See Subfornical organ alpha rhythm, 273
in regulation of aldosterone secretion, 375 SGLT. See Sodium-dependent glucose beta rhythm, 273
short-term changes in cell function by, 55 transporter EEG and muscle activity during, 274
Secretory immunity, 78, 483 SHBG, 302 sleep stages, 273
Segmentation contractions, 504 Shock, 548 thalamocortical loops and, 273
Seizures hypovolemic, 548 Sleep-wake state
EEG activity during, 277, 278 low-resistance, 548 melatonin and, 280
genetic mutations and, 277 obstructive, 548 neurochemical mechanisms promoting, 278
partial/generalized, 276 treatment of, 548 GABA, 280
treatment of, 277, 278 Short-chain fatty acids, 485 histamine, 280
types of, 276–277 “Short-circuit” conductance, 27 melatonin, 280
Selectins, 42, 68 Short gut syndrome, 491 midbrain reticular formation, 279
Selective dorsal rhizotomy, CP treatment Short-term memory, 285 RAS neurons, reciprocal activity,
by, 236 Shy–Drager syndrome, 256 279–280
Selective estrogen receptor modulators, 409 SIADH. See Syndrome of “inappropriate” transitions between, 278
Semantic memory, 284 hypersecretion of antidiuretic hormone Sleepwalking, 276
Semen, 422 Sick sinus syndrome, 529 Slowly adapting receptors, 664
Seminiferous epithelium, 421 Siggaard–Andersen curve nomogram, 717 Small-conductance calcium-activated potassium
Seminiferous tubule dysgenesis, 397 Signal hypothesis, 20 (SK) channels, 240
Seminiferous tubules, 419 Signal peptide, 20 Small G proteins, 58
Senile dementia, 289 Signal recognition particle, 20 Small intestine
Sensitization and habituation, 286 Signal transduction chloride secretion in, 467
Sensorineural and conduction deafness, tests for in odorant receptor, 219–220 intestinal motility, 504
comparing, 211 in taste receptors, 223–224 transit time, 505–506
Sensorineural hearing loss, 209 via JAK–STAT pathway, 63, 64 Small-molecule neurotransmitters
Sensory association area, 169 Sinemet for Parkinson disease treatment, 247 biosynthesis of, 137
Sensory coding Single-breath N2 curve, 633 excitatory and inhibitory amino acids
definition, 161 Sinoatrial node, 521 acetylcholine, 144
intensity of sensation, 162, 163 membrane potential of, 523 acetylcholine receptors, 144–145
location, 162 Sinus arrhythmia, 529 cholinergic receptor, 145
modality, 161–162 in young/old man, 529 GABA, 142–143
neurological exam, 163 Sinus bradycardia, 529 glutamate, 138–142
Sensory homunculus, 168 Skeletal muscles glycine, 143
Sensory modalities, 157, 158 actin and myosin arrangement in, 99 monoamines
Sensory nerve fibers, numerical classification body movements and, 110 adrenoceptors, 146–147
of, 92 contractile mechanism in, 97 ATP, 149–150
INDEKS 749

catecholamines, 145–146 Somatic nervous system, 257 Steroid binding proteins, 302
dopamine, 147, 148 Somatomedins Steroidogenic acute regulatory protein
epinephrine, 145 polypeptide growth factors, 327 in adrenals and gonads, 362
histamine, 149–150 principal circulating, 327, 328 functions of, 300
noradrenergic synapses, 147 relaxin isoforms, 328 regulation of steroid biosynthesis by, 301
norepinephrine, 145 Somatomotor nervous system Steroids biosynthesis, 360–361
serotonergic receptors, 148, 149 and ANS, difference between, 264 enzyme deficiencies effect on, 361–362
serotonergic synapses, 149 Somatosensory pathways, 166 intracellular pathway of, 356
serotonin, 148 cortical plasticity, 169, 170 precursor of, 360
with neuropeptides, 136 dorsal column pathway, 167–169 Steroid-secreting cells, structures of, 356
Smell effects of CNS lesions, 170 Steroids hormones, thyroid and, difference
adaptation and, 221 ventrolateral spinothalamic tract, 169 between, 300
classification of, 217 Somatostatin, 150, 151, 431, 472 Sterols, 26
odorant-binding proteins and, 221 for acromegaly, 328 Stokes–Adams syndrome, 530
odorant receptors and, 219–220 Somatostatin inhibits, 472 Stomach, 502–504
odor detection threshold, 220 Somatotopic organization, 167–169 acid-secreting cells of, 469
olfactory cortex function in. See Olfactory Somatotropes, 324 anatomy of, 459
cortex Somnambulism, 276 gastrointestinal motility, 502
olfactory epithelium. See Olfactory epithelium Sound regulation of, 502
signal transduction and, 219–220 definition of, 203 glandular secretions of, 458
Smooth muscle localization, 209 small intestine
contraction of loudness and pitch of, 203 intestinal motility, 504
calmodulin-dependent myosin light chain transmission of, 206 vomiting, 502–504
kinase activity, 115 Sound frequencies audible to humans, 205 Store-operated Ca2+ channels, 57
Ca2+ role in, 114–115 Sound waves Strabismus, 187
chemical mediators effect on, 115 amplitude of, 205 Strangeness and familiarity, 289
sequence of events in, 115 characteristics of, 205 Stratum functionale, 403
drugs acting on, 116 conduction of, 206 Strength–duration curve, 89
effects of agents on membrane potential of, definition of, 203 Stress, glucocorticoids effects on, 366
115 SP. See Surfactant protein Stress-induced analgesia, 173
electrical activity of, 114 Spastic CP, 236 Stretch reflexes, 229
force generation of, 116 Spastic neurogenic bladder, 695 pathways responsible for, 231
mechanical activity of, 114 Spatial summation, 125 reciprocal innervation and, 232
nerve endings in, 130 Specific dynamic action, 489 Stretch reflex–inverse stretch reflex
nerve supply to, 116 Specific ionic composition, defense of, sequence, 233
overexcitation in airways, 116 708–709 Striations in cardiac muscle, 110
plasticity of, 116 Spermatogenesis, 419, 422 Striations in skeletal muscle
postganglionic autonomic neurons on, 131 Spermatogonia, 420 identification by letters, 98–99
relaxation of Spermatozoon, ejaculation of, 422 thick filaments, 99
cellular mechanisms linked with, 115 Spherical follicle, 340 thin filaments, 99–100
skeletal and cardiac muscle, comparison Sphincter of Oddi, 510 Stroke volume, 546
of, 114 Sphincters, 455 Structural lipids, 27
striations in, 114 Spinal cord injury, 235 Subcortical structures and navigation in
types of, 114 Spinal cord stimulation, 169 humans, 294
of uterus, oxytocin effect on, 313 Spinal cord, transection of, 235 Subfornical organ, 704
Sneezing, 664 Spinal motor neuron, 109 Submucous plexus, 473
SOCCs, 57 negative feedback inhibition of, 127 Substance P, 150, 473
Sodium-dependent glucose transporter, 480 Spinal reflex, 228 Substantia nigra, 244
Sodium/hydrogen exchanger, 466 Spinal shock, 235 Sucrose, 478
Sodium ions Spinnbarkeit, 404 Sugars, intestinal transport of, 481
active transport of, 53, 54 Spinocerebellum, 250 Superior cerebellar peduncle, 248
changes in membrane conductance of, 88 Spiny stellate cells, 271 Superior colliculi, 196
concentration difference and potassium Splanchnic circulation. See also Gastrointestinal Supplementary motor area, 238
ions, 88 circulation Suppressor strip, 243
in mammalian spinal motor neurons, 10 schematic of, 474 Suprachiasmatic nuclei (SCN), circadian activity
Sodium–potassium adenosine triphosphatase SRP, 20 of, 278
(Na, K ATPase) SSRIs, 149 Surface tension, 624
ATP hydrolysis by, 51 Standard limb leads, 524, 526 Surfactant, 624, 632
α and β subunits of, 51–53 StAR protein. See Steroidogenic acute regulatory Surfactant protein, 623, 632
electrogenic pump, 51 protein Surgical approach
heterodimer, 51, 52 Stellate cells, 249 for acromegaly and gigantism, 328
ion binding sites, 53 Stem cells, factors stimulating production for Parkinson disease treatment, 247
regulation of, 53 of, 70 Swallowing, 500
Solutes, normal clearance values of, 679 Stenosis, 544 Sweet-responsive receptors, 224
Somatic cell division, 14 Stereoagnosia, 162 Sweet taste, 223–224
Somatic chromosomes, 392 Stereocilia, 202 Sympathetic activation, 265
Somatic motor activity, 227 Stereognosis, 162 Sympathetic innervations, 265
750 INDEKS

Sympathetic nervous system Taste buds Testotoxicosis, 64


sympathetic preganglionic and postganglionic basal cells, 221, 222 Tetanic contraction, 104–105
fiber projection in, 257 fungiform papillae, 222 Tetanus, 106
as thoracolumbar division of CNS, 256 innervation, 221 Tetanus toxins and botulinum, 123
Sympathetic noradrenergic discharge, 265 in papillae of human tongue, 222 Tetanus toxoid vaccine, 123
Sympathetic paravertebral ganglion, 257 types of, 221 Tetrabenazine, 246
Sympathetic preganglionic and postganglionic Taste detection, abnormalities in, 225 TG. See Triglyceride
fibers Taste modalities TGFα, 54
projection of, 257 receptors for, 223–224 Thalamic pain syndrome, 170
Sympathomimetic drugs, Horner syndrome types of, 222–223 Thalamocortical loops, 273
treatment by, 263 Taste pathways, 222, 223 Thalamostriatal pathway, 244
Sympathomimetics, 147 Taste receptors Thalamus
Symport, 480 signal transduction in, 223–224 division of, 269
Synapses types of, 223 functions of, 269
anatomic structure of, 120 Taste threshold sensory relay nuclei, 270
cell-to-cell communication via, 119 definition of, 224 ventral anterior and ventral lateral nuclei, 270
in cerebral and cerebellar cortex, 120 and intensity discrimination, 224 Theca interna, 401
facilitation at, 126 of substances, 224 Theca interna cells, interactions, 407
inhibition at Taxol, 41 Thermal gradient, 318
in cerebellum, 127 TBG concentration and thyroid hormones, 344 Thermal nociceptors, 158
inhibitory systems for, 126–127 TBI, 284 Thermodilution, 545
postsynaptic and presynaptic, 126 T cell receptors Thermoreceptors, 157
on motor neuron, 120 heterodimers, 76 threshold for activation of, 161
transmission of action potential, 119 MHC protein–peptide complexes and, 76 Thermoregulatory responses in humans,
Synaptic delay, 122 T cells 318–319
Synaptic elements, functions of, 120–121 activation in acquired immunity, 71, 74 Thiazolidinediones, 442
Synaptic junctions, electrical transmission at, CD8 and CD4 proteins on, 76 Thioridazine, 181
123 maturation, sites of congenital blockade of, 80 Thioureylenes, hyperthyroidism
Synaptic knob, electronmicrograph of, 120 polypeptides of circulating, 76 treatment by, 347
Synaptic physiology, 138 types of, 69 Thirst, 310
Synaptic plasticity and learning, 286 T channels, 523 Thrombocytopenic purpura, 80
Synaptic transmission, 119 Temperature, 643 Thrombopoietin, 80
Synaptic vesicle docking and fusion in nerve effects on oxygen–hemoglobin dissociation Thromboxane A2, 596
endings, 122 curve, 643 Thymectomy, myasthenia gravis
Synaptic vesicles Temperature regulation, 316–320 treatment by, 129
kinds of, 120 mechanisms for, 318–319 Thymidine–adenine–thymidine–adenine
transport along axon, 120–121 Temporal lobe memory, 285 (TATA) sequence, 14
Synaptobrevin cleavage by botulinum toxin, 123 Temporal summation, 125 Thyrocytes
Synaptosome-associated protein (SNAP-25) Tenotomy, CP treatment by, 236 basolateral membranes of, 341
cleavage by botulinum toxin, 123 Tense (T) configuration, 642 iodide transport across, 341
Syncytiotrophoblast, 414 Tertiary adrenal insufficiency, 375 Thyroglossal duct, 339
Syndrome of “inappropriate” hypersecretion of Tertiary structure of protein, 19 Thyroid cell, 340
antidiuretic hormone, 700 Testes, endocrine function of Thyroid gland
Syndromic deafness, 210 actions, 424–425 anatomy of, 339–340
Syntrophins, 101 anabolic effects, 425 histology of, 340
Systemic response to injury, 80–81 estrogens, testicular production of, 426–427 lobes of, 339
System mediating acquired immunity, 69, 70 inhibins, 427 spherical follicle, 340
Systolic dysfunction, 547 mechanism of action, 425–426 Thyroid growth, factors affecting, 345
effect of, 549 secondary sex characteristics, 425 Thyroid hormones, 385
Systolic failure, 540 secretion, 424 biological activity of, 340
Systolic pressure, 539 steroid feedback, 427 calorigenic action of, 348–349
testosterone, chemistry/biosynthesis of, effect on Na, K ATPase pump activity, 53
423–424 fluctuations in deiodination, 344–345
T transport/metabolism, 424 iodine homeostasis and, 340–341
T3. See Triiodothyronine Testicular descent, 428 mechanism of action of, 347–348
T4. See Thyroxine Testicular feminizing syndrome, 397 metabolism of, 344–345
Tabes dorsalis, 695 Testicular function, abnormalities of physiologic effects on, 347
Tachycardia, 529 androgen-secreting tumors, 428 brain, 349
Tachycardias, 529 cryptorchidism, 428 cardiovascular system, 349
Tachypnea, 649 hormones and cancer, 428 catecholamines, 350
Tactile agnosia, 162 male hypogonadism, 428 nervous system, 349–350
Testosterone, 419, 425 normal growth, 350
Tamoxifen, 302, 409, 417
Tardive dyskinesia, 246 biosynthesis of, 424 skeletal muscle, 350
Taste 17-ketosteroid metabolites of, 425 secretion, regulation of, 345–347
classification of, 217 schematic diagram of, 426 steroids and, difference between, 300
reactions and contrast phenomena, 224 Testosterone–receptor, 426 synthesis and secretion, 341–343
sense organ for. See Taste buds Testosterone secretion rate, 424 transport of, 343–344
INDEKS 751

Thyroid-stimulating hormone Transmitter U


chemistry and metabolism of, 345 chemistry of, 136–137 Ubiquitination
deficiency, 336 endogenous cannabinoids, 151–152 definition, 20
effect on thyroid, 345 hypersensitivity of postsynaptic structure and protein degradation, 20–21
secretion in cold, 319 to, 131 of proteins, 20
Thyroid-stimulating immunoglobulins, 306 nitric oxide, 151 Ultrasonography, 516
Thyrotropin-releasing hormone, 314 quantal release of, 129 Umami taste, 224
functions of, 315 receptors and, 136, 137 Uncal herniation, 243
Thyroxine, 340 Transport proteins, 682. See also Membrane Uncompensated metabolic acidosis, 648
calorigenic effect of, 348 transport proteins Uncompensated respiratory alkalosis, 647
mechanism of action of, 347–348 Traumatic brain injury, 284 Unconditioned stimulus, 287
metabolism of, 344 Traveling waves Unipolar electrocardiographic leads, 526
plasma level in adults, 343 movement in cochlea, 206 Unipolar recording, 524
protein binding, 343–344 schematic representation of, 207 Uniports, 51
Tibialis muscular dystrophy, 100 TR genes, 347–348 Units for measuring concentration of solutes, 4
Tickle, 159, 160 TRH. See Thyrotropin-releasing hormone Uper motor neuron lesion, 233
Tidal volume, 629 TRH-secreting neurons, 315 Upper motor neurons, 239, 240
Tight junctions, 43 Triacylglycerols, 26 damage to, 240
Tip links, 202 Tricarboxylic acid cycle. See Citric Urea, 688–689
schematic representation of, 204 acid cycle Urea cycle, 515
Tissue conductance, 318 Trichromats, 193, 194 Urea formation
Tissue macrophage system, 69 Tricyclic antidepressants, 147 enzymes involved in, 21
Tissues, Po2 and Pco2 values in, 642 Triglyceride, 484 in liver, 21
Titin in skeletal muscle, 100 Triglycerides, 26 precursor for, 21
Titratable acid, 712 Triiodothyronine, 340 Uremia, 548
Tizanidine, ALS treatment by, 240 calorigenic effect of, 348 Uric acid
TLRs, 74 mechanism of action of, 347–348 excretion on purine-free diet, 13
Toll-like receptors, 74 metabolism of, 344 synthesis and breakdown of, 13
Tonic-clonic seizure, 277 plasma level in adults, 343 Urinary pH changes
Tonic contractions, 504 protein binding, 343–344 implications of, 714
Tonicity, 8 Trinucleotide repeat diseases, 47, 245 Urine, 715
Tonicity, defense of, 697 tRNA–amino acid–adenylate complex, 19 Urotensin-II, 599
clinical implications, 700 tRNA for amino acids, 19 US, 287
metabolism, 698 Troglitazone (Rezulin), 442 Uterine circulation, 614
synthetic agonists/antagonists, 700 Trophic action, 469 Uterine musculature sensitivity to
vasopressin, effects of, 698 Tropic hormones, 323 oxytocin, 313
vasopressin receptors, 697–698 Tropomyosin in skeletal muscle, 100
vasopressin secretion Troponin, 57
control of, 698–699 Trousseau’s sign, 382 V
stimuli, variety of, 700 TRP channels, 159 Vagal outflow, 459
volume effects on, 699–700 True hermaphroditism, 396 Valproate, 277
Topiramate, 277 Tryptophan hydroxylase in CNS, 148 Valsalva maneuver
for chronic pain, 164 TSH. See Thyroid-stimulating hormone
bradycardia, 593
Torsade de pointes, 532 TSH receptor, 345 diagram of response to straining, 593, 594
Total blood volume, 3 TSIs, 306 heart rate, 595
Total body calcium, 388 T tubule, 104 hyperaldosteronism, 595
Total lung capacity, 629 Tubular function, 681 intrathoracic pressure, 593
Trabecular bone, structure of, 386 Tubular myelin, 624 tachycardia, 593
Transamination reactions, citric acid Tubular reabsorption, 671 Vasa recta, 674
cycle in, 21 Tubular secretion, 671 Vascular endothelial growth factor, 401
Transcellular fluids, 5 Tubuloglomerular feedback, 684 Vascular link between hypothalamus and
Transcription Tumor suppressor genes (p53 gene), 47 anterior pituitary, 308, 309
activation of, 56 Turner syndrome. See Ovarian agenesis Vascular reactivity, 365
definition, 16 Turnover rate of endogenous proteins, 17 Vascular smooth muscle
diagrammatic outline of, 18 Two-point threshold test, 162 contraction and relaxation, 569, 570
into pre-mRNA, 16 Tympanic membrane, 199 latch-bridge mechanism, 569
Transcytosis, 54 movements of, 206 Vas deferens, 419
Transducin, 184 Type 1 diabetes mellitus, 305 Vasectomy, 423
Transepithelial transport, 53 Type 2 diabetes mellitus, 305 Vasoactive intestinal polypeptide, 264, 497, 516
Transforming growth factor alpha, 54 Typical depression, 149 Vasopressin, 151, 303, 685, 698
Transient receptor potential channels, 159 Tyrosine kinase activity, 436 physiologic effects, 313
Transient sleep disorders, 279 Tyrosine kinase associated (Trk) receptors, Vasopressin, effects of, 698
Translation. See Protein synthesis 93–94 Vasopressin escape, 700
Transmembrane proteins Tyrosine kinases, diagrammatic representation Vasopressin receptors, 313, 697–698
in cell membrane, 36, 37 of, 63 Vasopressin-secreting neurons
signal peptide, 20 Tyrosine phosphatases, diagrammatic stimulation of, 312
in tight junctions, 43 representation of, 63 in suprachiasmatic nuclei, 313
752 INDEKS

Vasopressin secretion VIP. See Vasoactive intestinal polypeptide W


control of, 698–699 VIPomas. See VIP-secreting tumors Warmth receptors, 161
osmotic pressure of, 697 VIP-secreting tumors, 472 Water
stimuli affecting, summary of, 698 Virilization, 362 dipole moment, 4
stimuli, variety of, 700 Visceral and deep pain, 165–166 hydrogen bond network in, 4
volume effects on, 699–700 Visceral reflexes, respiratory components of, 665 Waterfall effect, 636
Vasospasm, 403 Visceral sensation, 169 Water-hammer pulse, 542
VEGF. See Vascular endothelial growth factor Visual acuity, 181 Water intake
Venous circulation, 582 Visual fields, 195 factors influencing, 310
Venous pressure and flow, 582 Visual function plasma osmolality and changes in ECF volume
air embolism, 583 binocular vision, 195 effect on, 310
effects of heartbeat, 583 critical fusion frequency, 194–195 psychologic and social factors effect
muscle pump, 583 dark adaptation, 194 on, 311
thoracic pump, 583 eye movements, 195–196 Water metabolism, actions of glucocorticoids on,
venous pressure measurement, 583–584 superior colliculi, 196 365–366
Venous-to-arterial shunts, 651 visual fields, 195 Water metabolism and pituitary insufficiency,
Ventilation, 632–633 Visual information processing, 185 335–336
alveolar, variations effect in respiratory Visual pathways, 207–209 Weak acid, buffering capacity of, 7
rate, 633 Visual pathways and cortex, responses in Weak base, buffering capacity of, 7
intrapleural pressures effect, 633 cortical areas concerned with vision, 192–193 Wenckebach phenomenon, 530
uneven, 633–634 effect of lesions, 190–191 Wernicke’s area, 208
Ventilation/blood flow comparison, 652 neural pathways, 189–190 White blood cells
Ventilation-perfusion imbalance, 651–652 primary visual cortex, 191–192 cells grow, 556–558
Ventilation/perfusion ratio, 636, 637 Visual projection areas in human brain, 193 cellular elements, 556, 557
Ventricle, left, normal pressure–volume loop Vital lung capacity, 629 production of, 70
of, 542 Vitamin A deficiency, 183 White fat depots, 27
Ventricular ejection, 540 Vitamin D White rami communicans, 257
Ventricular fibrillation, 532 formation and hydroxylation of, 379 Whole body ammonia homeostasis, 515
Ventricular muscle, comparison of, 523 metabolite of, 379–381 Wilson disease, 246
Ventricular premature beats, 532 Vitamin D-binding protein (DBP), 379 Withdrawal reflex, importance of, 234
Ventricular systole, 521, 539 Vitamins, 492 Wolff–Chaikoff effect, 346
start of, 540 human nutrition, 493–494 Wolff–Parkinson–White syndrome,
Ventrolateral spinothalamic tract, 169 Vitamins, absorption of, 485 533, 534
Venules and veins, 572 Vitiligo, 326 Working memory, 285, 288
Vertebrates, body temperature of, 316 VLDL. See Very low density lipoprotein Wound healing, 81
Very low density lipoprotein, 29 VMAT, 137
Very low density lipoproteins, 29, 492 Voltage-gated Ca2+ channels
Vesicle transport and coat complex, 49 Ca2+ influx by, 103
Vesicular monoamine transporter, 137 X
in cardiac myocytes, 110, 111
X chromosomes, 392
Vesicular traffic, 46 Voltage-gated K+ channels, 51
small G proteins of Rab family and, 49 Xerophthalmia, 183
feedback control in, 90
Vessels Xerostomia, 457
opening and closing of, 88
brain capillaries, 602 sequential feedback control in, action
cerebral ischemia, 601 potential, 88–89
cerebrospinal fluid, 602 Voltage-gated Na+ channels Y
circle of Willis, 601 feedback control in, 90 Yawning, 665
paravertebral veins, 601 reponse to depolarizing stimulus, 88 Y chromosomes, 392
relation of fibrous astrocyte, 602 sequential feedback control in, action Young–Helmholtz theory of color
transport across cerebral capillaries, 602 potential, 88–89 vision, 193
vertebral arteries, 601 spatial distribution of, 91
Vestibular labyrinth, 212 Volume conductor, 524
Vestibular system Voluntary movement
ampullary responses to rotation, 211 brain stem pathways involved in Z
division of, 209 lateral, 240–241 Ziconotide, chronic pain by, 164
responses to linear acceleration, 211–212 medial, 239–240 Zinc deficiency, 492
responses to rotational acceleration, 211 control of, 237 Zollinger–Ellison syndrome, 384
spatial orientation, 212 corticospinal and corticobulbar system role Zolpidem, 279
vestibular apparatus, 209 in, 239 Zona fasciculata, 354
vestibular nuclei, 209 Vomeronasal organ, 219 Zona glomerulosa, 354
Vestibulocerebellar output, 250–251 Vomiting, 502 Zona pellucida, 413
Vestibulocerebellum, 250 neural pathways, 503 Zona reticularis, 354
Vestibulospinal tracts, medial and lateral, 240 Von Willebrand factor, 79 Zonula adherens, 43
Vibratory sensibility, 162 VPB. See Ventricular premature beats Zonula occludens, 43
Villus sampling, chorionic, 397 Vulnerable period, 533 Zymogen granules, 463

Anda mungkin juga menyukai