Oleh:
Pembimbing:
dr. Mariatul Fadillah, MARS
Referat
Judul:
TEORI BLUM DAN PENERAPANNYA
Disusun oleh:
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, periode 15 Mei 2017 24 Juli
2017.
ii
KATA PENGANTAR
Pujian syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Teori
Blum dan Penerapannya untuk memenuhi tugas yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Mariatul Fadillah, MARS, selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
ajaran dan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi
pelajaran bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Efek estrogen dan sitokin...............................................................................
12
Gambar 2. Peranan RANK dan RANK-Ligand...............................................................
15
Gambar 3. Proses pembentukan dan aktivasi sel osteoklas.............................................
16
Gambar 4. Sel osteosit.....................................................................................................
17
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..........................
31
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Usia..........................................
32
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi................................
33
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Fraktur.......................
34
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Patah Tulang Panggul......................................................................................................
34
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Merokok....................
35
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Konsumsi
Glukokortikoid.................................................................................................................
35
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Rheumatoid Artritis..........................................................................................................
36
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Osteoporosis Sekunder.....................................................................................................
35
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Minum Alkohol................................................................................................................
38
Tabel 4.11 Probabilitas fraktur 10 tahun ke depan...........................................................
39
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................
v
DAFTAR ISI....................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
4
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat merupakan pengertian kondisi sehat secara holistik. Untuk
menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam
menjaga kesehatan tubuh. Menurut teori Blum menjelaskan ada empat faktor
utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor
tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Interaksi keempat faktor ini akan mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat.
Indonesia sendiri yang termasuk negara berkembang masih menggunakan
paradigma sakit, dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan
pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga
medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama
ditinggalkan karena secara financial justru merugikan negara. Anggaran APBN
untuk pendanaan kesehatan di Indonesia semakin tinggi dan sebagian besar
digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan
pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita
harus menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan
upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada
upaya preventif (pencegahan) bukannya kuratif (pengobatan).
Di negara maju, telah terjadi perubahan paradigma kesehatan. Apabila
dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang
sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter
dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah
paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk
7
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat.
Sehingga konsep teori Blum sangatlah tepat untuk diterapkan.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan
karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat.
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan
dengan derajat kesehatan, yaitu:
1. Life span: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau
dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan
karena mati tua.
2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan
anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan
somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan
sosialnya karena sakit.
5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan
sehat.
6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota
masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya,
keluarga, komunitas dan bangsanya.
9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat
terhadap sesamanya.
10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap
penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-
tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap
lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi,
10
transportasi.
12. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh
aspek kehidupan dirinya sendiri.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita
terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita
mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya
menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien
(dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma
sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga
dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat.
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola
hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat
tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya
yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Di Indonesia justru paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan
pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan
dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi.
Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara finansial justru
merugikan negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesia
semakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti
pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk
meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar
masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka
upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya
curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan
melalui program promosi dan preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang
ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat
untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan korupsi
11
penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul
karena kebijakan kita yang keliru.
12
ia menjadi profesor perencanaan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1970,
didirikan Program Blum sekolah dalam Perencanaan dan Kebijakan, memimpin
program ini hingga pensiun pada tahun 1984.
William Reeves, seorang profesor UC Berkeley akhir emeritus
epidemiologi dan rekan Blum selama lebih dari 40 tahun, pernah menggambarkan
bagaimana pengalaman Blum sebagai petugas kesehatan dipengaruhi pendekatan
untuk penelitian dan mengajar. Dianggap sebagai bapak perencanaan kesehatan,
Blum melihat kebutuhan untuk menanamkan struktur dan organisasi ke dalam
sistem perawatan kesehatan yang terputus-putus, tidak efisien dan, di atas
segalanya, tidak adil.
"Sampai bagian dari Medicare dan undang-undang Medicaid di
pertengahan 1960-an, penyediaan layanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan
lansia hampir tidak ada," kata Richard Bailey, UC Berkeley profesor emeritus
kebijakan kesehatan dan administrasi dan seorang rekan Blum selama lebih dari
tiga dekade. "Mengandalkan pada amal dokter lokal dan rumah sakit biasanya
merendahkan, sedangkan ketersediaan pelayanan di klinik kesehatan masyarakat
dan rumah sakit yang dijalankan oleh kabupaten dan kotamadya itu jerawatan dan
terkenal kekurangan dana. The infus besar-besaran pendanaan federal membuat
semua orang menyadari kekurangan kritis dokter , perawat, dokter gigi dan
profesional kesehatan lainnya, serta fasilitas yang memberikan pelayanan. "
Dalam lingkungan ini, Blum membayangkan sebuah sistem kesehatan
yang komprehensif bagi Amerika Serikat yang secara aktif terlibat konsumen dan
partisipasi operator dalam pengambilan keputusan tentang jenis pelayanan
kesehatan harus tersedia secara lokal, regional dan nasional.
"Dr Blum berada di tepi pemotongan teori-teori baru tentang bagaimana
untuk membantu sektor kesehatan publik dan swasta bekerja sama," kata Bailey.
"Inovasi adalah mendapatkan anggota komunitas terlibat dalam keputusan-
keputusan yang akan berdampak hidup mereka." Howard Barkan, salah satu
mantan siswa lulusan Blum di UC Berkeley, mencatat bahwa beberapa ide Blum
untuk penyediaan layanan kesehatan sekarang taken for granted.
"Dr Blum membuat terobosan konseptual utama dalam perencanaan
13
rasional bagi kesehatan dan layanan kesehatan sumber daya, dan itu adalah ide
lokasi layanan di mana mereka akan diperlukan," kata Barkan, yang sekarang
menjadi biostatistician dan metodologi penelitian di Kaiser Permanente . "Seperti
yang jelas seperti itu suara sekarang, pada 1960-an dan 1970-an, itu radikal."
Barkan menambahkan bahwa Blum adalah mentor inspirasional dan
berpengaruh kepada para mahasiswanya. "Dr Blum dibayar langsung perhatian
dan menghabiskan jumlah besar waktu bekerja dengan murid-muridnya," kata
Barkan. "Kebanyakan program kesehatan setempat terfokus pada pengendalian
penyakit menular dan biasanya dalam kerangka administrasi yang cukup kaku,"
tulis Reeves dalam pengenalan sejarah lisan Blum.
"Henrik diterbitkan pada masalah bahwa ia telah dibahas dalam Contra
Costa County, seperti deteksi diabetes, konseling genetik, program makan siang
sekolah, kesehatan mental, skrining visi, pendidikan keselamatan dan fluoridasi
air. Dalam setiap kasus, ia berfokus pada pengakuan terhadap kebutuhan
masyarakat, sumber daya dan perhatian, dan partisipasi yang penting bagi
penyelesaian masalah. "
Sepanjang karirnya, Blum telah mengadakan janji mengajar di Stanford
University's Medical School serta di UC Berkeley. Pada tahun 1991, ia dipanggil
kembali dari pensiun untuk melayani sebagai ketua interim UC Berkeley-UCSF
Bersama Program Kedokteran, posisi yang diselenggarakan selama tiga tahun. Dia
juga bekerja sebagai konsultan atau anggota berbagai komite untuk National
Institutes of Health, American Public Health Association, US Public Health
Service, US Department of Health and Human Services, US Agency for
International Development, dan Organisasi Kesehatan Dunia. Dia adalah wakil
presiden Amerika Asosiasi Kesehatan Masyarakat pada tahun 1990.
Blum sama-sama aktif dalam pembangunan lokal dan negara kesehatan
masyarakat, menjabat sebagai Presiden Konferensi California Pejabat Lokal
Kesehatan dan California Utara Asosiasi Kesehatan Masyarakat. Dia juga
menjabat sebagai ketua dewan penyantun dari Alta Bates Rumah Sakit di
Berkeley, dan membantu mendirikan dan memimpin Corp menyembuhkan, Bay
Area sebuah organisasi perawatan kesehatan.
14
Selain berbagai publikasi Blum penelitian, ia menulis teks tengara tiga
pada kesehatan masyarakat dan perencanaan kesehatan - "Administrasi Kesehatan
Masyarakat: Sebuah Sudut Pandang Kesehatan Masyarakat," "Kesehatan
Perencanaan" dan "Perencanaan untuk Kesehatan."
Di antara banyak penghargaan itu adalah Memorial Medal 1985 Sedgwick,
kehormatan paling bergengsi dari American Public Health Association;
Schlesinger Award tahun 1985 dari American Health Association Perencanaan dan
Citation Berkeley tahun 1984, salah satu penghargaan tertinggi di kampus. Dia
juga menerima Beasiswa Fulbright ke Swedia pada tahun 1986, dan pada tahun
1987, ia menghabiskan waktu setahun di Cina Barat Universitas Ilmu Kesehatan
di Chengdu, Cina, sebagai dosen tamu.
15
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan
penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya
hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk
menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat
menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah
orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan
nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat
akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi
dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab,
apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek.
Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita.
Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi
udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan
menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan
masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan
lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan
kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.
Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi
individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan
sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
16
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
sangat besar peranannya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang
membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Banyak kejadian kematian yang
seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit
degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes
militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
4. Genetik / Keturunan
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab
itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa
inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.
Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan
buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah
program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat
masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan
di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara
dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
17
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus
rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja
pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas
generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
18
BAB III
CONTOH KASUS
19
Dari faktor enviroment dapat dinilai dari cakupan air bersih di palembang
dengan cakupan air bersih tertinggi ada di ilir timur 1 dengan persentase 97.83 %
sedangkan yang terendah ada di seberang ulu 1dengan persentase 82.52 %.
Faktro lifestyle dapat dilihat dari jumlah ASI ekslusif dari grafik di bawah
dapat disimpulkan pemberian asi eksklusif di kota palembang masih sekitar
72,91%. Angka ini masih dibawah target yaitu 80 %
20
Untuk ketersediaan layanan kesehatan dapat dinilai dari jumlah puskesmas
dan jumlah pustu di setiap kabupaten palembang. Di palembang terdapat total 39
21
puskesmas dengan rasio 2,68 puskesmas per 100.000 penduduk. Sedangkan
jumlah Pustu ada 70 yang tersebar di 107 kelurahan di palembang. Pustu
bertanggung jawab langsung di bawah puskesmas dan menyediakan layanan
kesehatan di daerah yang jauh dari puskesmas induk. Pustu biasanya dipimpin
oleh seorang bidan.
22
Kendala / masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator angka kesakitan
DBD meliputi :
1. Penatalaksanaan kasus DBD di rumah sakit atau unit pelayan kesehatan
terutama yang memiliki rawat inap belum maksimal hal ini disebabkan
kurangnya refresing tatalaksana kasus DBD terbaru bagi pelaksana medis
di Rumah Sakit.
23
2. Kecepatan Pelaporan KDRS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit) DBD
masih lambat di beberapa pelayanan sehingga penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan kasus terlambat.
3. Diagnosa cepat demam dengue (DD) dengan menggunakan RDT (Rapid
Diagnostic Test) ataupun laboratorium DBD (pemeriksaan trombosit dan
hematokrit) masih minim di pelayanan - pelayanan kesehatan terutama
Puskesmas.
4. Kegiatan pemantauan jentik berkala (PJB) rutin oleh juru pemantau jentik
belum berjalan maksimal bahkan terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang
tidak menjalankan program PJB selama lebih dari 3 tahun sehingga
peningkatan kasus DBD sering terjadi di seluruh Kabupaten/Kota, hal ini
disebabkan minimnya penganggaran dalam pengendalian penyakit DBD.
5. Kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan Gerakan 3M plus
belum berjalan maksimal di seluruh Kabupaten/Kota terkait minimnya
penganggaran terutama advokasi dari puskesmas kepada kepala
Desa/Kelurahan dalam gerakan PSN dan 3M plus.
6. Adanya faktor resiko yg tidak dapat/sulit dikendalikan seperti kepadatan
penduduk/pemukiman, urbanisasi tidak terkendali, mobilisasi, kondisi
lingkungan seperti tempat perindukan nyamuk aedes agypti yang tidak
terpantau oleh masyarakat serta faktor perilaku masyarakat
24
Dari faktor enviroment dapat dinilai dari cakupan rumah sehat di setiap
kabupaten dengan cakupan rumah sehat tertinggi ada di pangkal pinang dengan
persentase 92.07 % sedangkan yang terendah ada di Belitung timur dengan
persentase 33,42 %. Untuk air bersih dilihat dari sanitasi yang layak sebesar
68,75%.
25
Faktor lifestyle dapat dilihat dari Persentase Pencapaian Rumah Tangga
ber-PHBS tahun 2014 secara Provinsi sebesar 54%. Capaian tersebut masih
dibawah target nasional yang ditetapkan sebesar70%. Pencapaian Rumah Tangga
ber-PHBS di Kabupaten/Kota juga masih dibawah target nasional, seperti yang
dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.
26
Untuk ketersediaan layanan kesehatan dapat dinilai dari jumlah Rumah
sakit dan jumlah puskesmas di setiap kabupaten Prov.Babel.Setiap kabupaten di
Prov.Babel telah memiliki masing-masing 1 RS pemerintah, dengan jumlah
puskesmas sebanyak 61 dan pustu 169 yang tersebar di seluruh Prov. Babel.
27
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut teori Blum ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan
timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Interaksi keempat faktor ini akan mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan
dengan derajat kesehatan, yaitu: Life span, Disease or infirmity, Discomfort or
ilness, Disability or incapacity, Participation in health care, Health behaviour,
Ecologic behaviour, Social behaviour, Interpersonal relationship, Reserve or
positive health, External satisfaction, dan Internal satisfaction.
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola
hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat
tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya
yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
29