Anda di halaman 1dari 36

LITERATUR REVIEW

HUBUNGAN EDUKASI HEALTH BELIVE MODEL DAN THERAPY


KOMPLEMENTER DALAM MENGATASI MASALAH TUBERCULOSIS
MYCROBACTERYUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Keperawatan Komunitas


Dosen Pengempu Lilis Rismayanti, M. Kep

KELOMPOK 3
Kemal Tauziri C1914201161
Fajar Surya Gumilar C1914201159
Piky Widiawati C1914201163
Rizki Maulana N C1914201164
Sri Harti C1914201160
Yusup Zainal Mutaqin C1914201165

Fakultas Ilmu Kesehatan


Prodi S1 Keperawatan Non. Reguler
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
2019
A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena kuman TB
yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB
juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).

Tuberkulosis ( TB ) merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia.


Secara global pada tahun 2016 angka kejadian TBC terdapat 10.400.000 kasus insiden TBC.
Lima negara dengan kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Phillipina dan Pakistan.
Sedangkan angka kejadian TBC di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 842.000 kasus TBC.
Angka kesakitan yang ditimbulkan akibat penyakit TBC pada tahun 2014 sebesar 299 dan
diperkirakan akan menurun 50% pada tahun 2025, seedangkan angka kematian pada kasus TBC
tahun 2014 sebesar 46 dan diperkirakan akan menurun 70% pada tahun 2025.( WHO. 2018 )

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas dalam penanggulangan
penyakit TB, mulai dari upaya promotive, preventive, curative maupun rehabilitative. Melalui
perawatan di rumah (home care), dapat mengurangi beban penderita TB baik secara fisik,
psikologis, maupun sosial ekonomi. Pelaksanaan perawatan di rumah yang dilakukan oleh
perawat komunitas akan memudahkan proses pelayanan kesehatan bagi penderita, sehingga
kehadiran perawat di tengah-tengah penderita dan keluarganya akan membantu dalam
memperbaiki kondisi fisik dan psikis, yang nantinya akan mengurangi stigma sosial, kualitas
hidup penderita akan semakin baik dan pada akhirnya produktifitas akan meningkat sesuai
dengan kondisinya. Namun demikian, peran perawat komunitas dalam penanggulangan penyakit
TB tampaknya belum optimal. ( Lismayanti., Dkk. 2017 )

Program penanggulangan tuberkulosis paru salah satunya adalah dengan memberikan


penyuluhan kesehatan dimana penyuluhan sendiri adalah prosedur kegiatan yang menjelaskan
tentang prinsip-prinsip belajar dalam kehidupan untuk individu atau masyarakat dalam mencapai
gaya hidup sehat dengan cara pemeliharaan, melindungi dalam meningkatkan kesehatan
( Patricia., Dkk. 2019 ).

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan perawat adalah dengan menggunakan
edukasi Health Belief Model ( HBM ) yang digunakkan sebagai dasar dalam menjelaskan,
memprevensi, memprediksi dan/atau berbicara perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Menurut teori Health Belief Model (HBM) individu melakukan tindakan kesehatan seperti
melakukan pengobatan dan pencegahan untuk meningkatkan status kesehatan yang dipengaruhi
oleh faktor – faktor seperti kerentanan pada penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang
dirasakan, penghalang yang dirasakan dan kepercayaan seseorang untuk melakukan perilaku
sehat.

Selain dengan menggunakan pendekatan dengan menggunakan Edukasi Health Belief


Model ( HBM ). Untuk melakukan penanganan pada penyakit TBC selain menggunakan
pengobatan secara medis dapat juga dengan melakukan terapi Komplementer. Terapi
komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang
konvensional.Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari system-system
tubuh, terutama system kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan
dirinya sendiri.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep Edukasi Health Belief Model ( HBM ).
2. Untuk mengetahui hubungan tentang Edukasi Health Belief Model ( HBM ) dengan
penyakit Tuberkulosis ( TB).
3. Untuk mengetahui konsep terapi komplementer.
4. Untuk mengetahui hubungan tentang terapi komplementer dengan penyakit Tuberkulosis
( TB )
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Edukasi Health Belief Model


Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau
health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan
tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan,
sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti
belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya
individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian.
Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain yang dapat
dijelaskan secara logika.
Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam perilaku,
cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori modeling ini sangat
efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun dalam materi peneliti kali ini teori
modeling di umpakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang yang
memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta menjalani pengobatan alternative
yang mendapatkan hasil yang positif.
Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966, kemudian
disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun 1974, teori Health belief
model telah menjadi perhatian para peneliti.Model teori ini merupakan formulasi
konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak
tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk
menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari
penyakit tersebut.
Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari
individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker,
1984).Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis
mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat .
Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan
kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan
perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan.Health belief model ini sering digunakan untuk
memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan
pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori Health belief model
digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh kepercaaan
individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari
terjadinya suatu penyakit.
Health belief model (HBM) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an
Oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat,
dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat dalam
program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas untuk melihat
respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku mereka
terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan pemenuhan
penanganan medis.Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah
satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan
psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.
Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah dijelaskan
diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang
menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku sehat
maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief
model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat
maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun
sembuh.
Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas pada
berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tahun 1950-an. Apabila individu
bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci dua
tambahan yang baru-baru ini diungkapkan para ahli yang terlibat didalam tindakan
tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang
dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakan melawan
penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Gambaran Health belief
model terdiri dari 6 dimensi, diantaranya:
1. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan
Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi
kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut meliputi
penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya
resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap
penyakit secara umum.
2. Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.
Perasaan mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan evaluasi
terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit)
dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan,
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan
kedua komponen diatas sebagai ancaman yangdirasakan (perceived threat).
3. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan.
Penerimaan susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat
menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk menghasilkan
suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada
kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia
dalammengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yangdirasakan
(perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika
seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya kepekaan
(susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak diharapkan untuk
menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika upaya
tersebut dirasa manjur dan cocok.
4. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabila
individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan
tersebut. Sebagai tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi. Aspek-
aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian,
efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak
senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk
merekomendasikan suatu perilaku
5. Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk
selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health
value (Conner, 2005).
6. Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk
selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health
value (Conner, 2005).

Beberapa faktor Health belief model berbasis kognitif (seperti keyakinan dan
sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan
individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian psikologi kesehatan,
persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori
Health belief model (HBM). HBM adalah model kepercayaan kesehatan individu
dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan.

Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor
berikut

1. Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.


2. Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat
menimbulkan sekuele.
3. Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut
walaupun hal tersebut berhubungan dengan finansial.

belief model juga dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan pada individu.Hal
ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau mengambil tindakan
pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit yang ada. Perilaku
responden juga dapat ditinjau dari pendekatan modelling dan operant conditioning,
sehingga perilaku berubah karena konsekuensinya (Sarafino, 1994). Modelling
dilakukan dengan cara memperhatikan perilaku orang lain (Bandura, 1969),
melakukan observasi dan melakukan modelling terhadap urutan perilaku dapat
merubah perilaku hidup sehat secara efektif
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock adalah sebagai
berikut:
1. Ancaman
a. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau kesedian
menerima diagnosa sakit)
b. Presepsi tentang keparahan sakit atau kondisi kesehatannya
2. Harapan
a. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan
b. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu tindakan.
3. Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang mengingatkan
(reminder)
4. Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau gender,
suku bangsa).
5. Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan
itu)

B. Patofisiologi Penyakit
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang
pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup
oleh orang lain saat bernapas. Penderita Tuberkulosis akan mengalami tanda dan gejala
seperti berkurangnya berat badan, demam, keringat, mudah lelah, kehilangan nafsu
makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada. (Widoyono, 2008).

Peyakit ini menyebar ketika orang yang sakit dengan bakteri Mycobcaterium
tuberculosis meluas, misalnya dengan batuk. Secara keseluruhan, diperkirakan 5-5% dari
1,7 miliar orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis akan mengembangkan
penyakit Tuberkulosis nya selama hidup. Namun, probabilitasnya, pengembangan
Tuberkulosis jauh lebih tinggi diantara orang-orang yang terinfeksi tuberkulosis, dan juga
jauh lebih tinggi terhadap orang-orang yang terkena dari faktor-faktor resiko, misalnya
kurang gizi, diabetes, merokok, dan konsumsi alkohol. Kuman ini paling sering
menyerang organ paru dengan sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Sampai
saat ini TB masih menjadi masalah kesehatan yang utama diberbagai negeri di dunia.
Klasifikasi Bakteri
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Kelas : Actinomycetes
Family : Mycobactericeae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Sifat dan Morfologi Bakteri


Mycobacterium merupakan bakteri yang mempunyai sifat unik. Di dalam dinding sel
mengandung mycolic acid (asam mikolad) seperti lilin. Asam mikolat dapat mengganggu
pengambilan nutrisi masuk ke dalam sel dan menyebabkan doubling time (generation
time) mycobacterium lama (Murwani, 2017). Mycobacteria tidak dapat tumbuh dan
multiplikasi di luar sel hospes, kecuali pada media pertumbuhan. Laju pertumbuhannya
rendah pada media buatan, satu siklus pertumbuhan kira-kira 16-20 jam Mycobacterium
berbentuk batang langsing, aerobik, dan tidak membentuk spora. Karena kandungan asam
mikolat yang menyerupai lilin tersebut, menyebabkan bakteri sulit untuk diwarnai dan
sangat sulit dilunturkan (decololizer) meskipun menggunakan alkohol asam. Karena sifat
tersebut Mycobacterium disebut tahan asam(acid fast bacilli) berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat
kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah
yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.tuberculosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit tuberkulosis . Strain Mycobacterium tuberculosis H37RV adalah
strain tuberkulosis yang paling banyak dipelajari di laboratorium penelitian. pertama kali
diisolasi oleh Dr. Edward R. Baldwin pada tahun 1905. Seiring waktu, bakteri ini
memiliki virulensi yang bervariasi pada hewan coba berdasarkan media yang
ditumbuhkan. Koch pertama kali menemukan Mycobacterium tuberculosis sebagai
penyebab tuberculosis pada tahun 1892 namun strain yang diteliti tidak diawetkan dan
merupakan genom pertama yang diterbitkan pada tahun 1998.
C. Therapy Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementeradalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan,
sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer  adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Terapi Komplementer, pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-
sistem tubuh, terutama “Sistem Kekebalan dan Pertahanan Tubuh”, agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap
serta perawatan yang tepat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,preventive,kuratif,
dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus
sinergis dan terintregrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki
pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional-alternatif. Jenis
pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang daoat diselenggarakan secara
sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menteri kesehatan setelah memalui
pengkajian.
Untuk mendukung penyelenggaran pengobatan tersebut Kementrian Kesehatan telah
menerbitkan keputusan menteri kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional dan peraturan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/PER/X/2007
tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer –alternatif difasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.
PENGARUH EDUKASI HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP KUALITAS HIDUP
PENDERITA TUBERCULOSIS DI PKM TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

Peneliti : Lilis Lismayanti dan Nina Pamela Sari


Tahun penelitian :
Lokasi penelitian : PKM Tamansari, Kota Tasikmalaya
Hasil penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi berbasis Health Belief Model
terhadap peningkatan kualitas hidup penderita Tuberkulosis. Faktor dalam edukasi menggunakan
HBM adalah Perceived Susceptibility yaitu memahami dan mempercayai adanya resiko
penyakit, Perceived Severity memahami dam mempercayai bahwa masalahnya adalah masalah
kesehatan yang serius yang dapat membawa pasien kedalam kematian atau konsekuensi serius
dari dampak penyakit, Perceived Barriers fisik, psikologis, keuangan dapat mencegah pasien
dari tindakan kesehatan yang diadopsi., Perceived Benefits kepercayaan individu dalam tingkah
laku atau rekomendasi yang memberikan manfaat atau dampak pencegahan penyakit atau
reduksi dari komplikasi. Kemudian Cues to Action termasuk pesan kesehatan, media,
kepercayaan yang berefek pada tindakan dari target kelompok dan Action yaitu mengobservasi
tingkah laku kesehatan yang menjadi target subyek.
Impact of Educational Intervention on Patients Behavior with Smear-positive
Pulmonary Tuberculosis: A Study Using theHealth Belief Model

Peneliti : Khair Mohammad Jadgal,


Lokasi penelitian : Pusat Kesehatan Chabahar.
Hasil penelitian :
Hasil penelitian ini menyarankan efektivitas intervensi pelatihan pada kelompok
intervensi. Salah satu konsep dipelajari dalam penelitian ini dianggap intensitas. Berdasarkan
data tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok mempertimbangkan variabel ini
baik sebelum dan sesudah intervensi. Namun, perbedaan ini signifikan pada kelompok
intervensi sebelum dan setelah intervensi sementara itu tidak signifikan pada kelompok kontrol.
Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah efektif pada keyakinan kesehatan Model
konstruksi mempertimbangkan dirasakan keparahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk manfaat yang dirasakan tidak berbeda
secara signifikan antara kedua kelompok sebelum intervensi (P <0,05). Namun, perbedaan ini
signifikan setelah intervensi (P = 0,04). Menurut isi tabel ini, perbedaan antara nilai rata-rata
yang signifikan baik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi (P <0,001).
Namun, ini tidak terjadi pada kelompok kontrol (P = 0,07).
Dalam hal hambatan konstruk, tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok
sebelum tion intervensi. Namun, perbedaan ini signifikan setelah tion intervensi. Perbedaan ini
bermakna sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok Intervensi di mana hambatan yang
dirasakan berkurang. Namun, hasil membandingkan sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan .
Self-efficacy adalah HBM membangun lain. Menurut tenda con- dari tabel 2, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi dalam hal
struct con- ini (P> 0,05). Tapi, ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata dari self-
efficacy pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi sementara perbedaan ini tidak
signifikan pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendidik berdasarkan Model Kepercayaan
Kesehatan (HBM) memiliki efek yang kuat pada pengetahuan, konstruksi model dan perawatan
diri perilaku pasien yang tuberculosis. Mengingat tingginya tingkat buta huruf sebagai
keterbatasan penelitian, pengembangan dan penerapan pelatihan berdasarkan Health Beliefe
Model (HBM) untuk pasien tentang kesehatan pribadi dan perilaku kesehatan dianjurkan.
Psychological and Educational Interventionto Improve Tuberculosis Treatment Adherence
in Ethiopia Based on Health Belief Model: A Cluster Randomized Control Trial

Peneliti : Habteyes Hailu Tola. Dkk.


Tahun penelitian : mei – desember 2014
Lokasi penelitian : Health Center in Addis Ababa, Etiopia
Hasil penelitian :
Saat pendaftaran, tingkat ketidakpatuhan antara intervensi (19,4%) dan kontrol (19,6%)
kelompok hampir sama. Namun, setelah intervensi, tingkat ketidakpatuhan menurun di antara
kelompok intervensi dari 19,4 (pada awal) menjadi 9,5% (pada titik akhir), sementara itu
meningkat di antara kelompok kontrol dari 19,4% (baseline) menjadi 25,4% (titik akhir).
Konseling Psikologi dan intervensi pendidikan menghasilkan perbedaan yang signifikan terkait
dengan ketidakpatuhan tingkat antara intervensi dan kelompok control.
Efek Pemberian Edukasi Health Belief Model (Hbm) Pada Penderita Tuberculosis Paru
Terhadap Pengetahuan Dan Persepsi Kepatuhan Pengobatan

Peneliti : Nevada Bilqis Patricia, Setiawan, Darjati


Tahun penelitian : 2019
Lokasi penelitian : Puskesmas Simomulyo Surabaya
Hasil penelitian :
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan peningkatan rata-rata dari pengetahuan
dan persepsi sebelum dan sesudah diberikan edukasi, dengan data hasil dari paired T test
menunjukan angka p = .000 pada pengetahuan, persepsi kerentanan p = 0.000, persepsi
keseriusan P = .000, persepsi manfaat dan hambatan p = .000 dan persepsi pendorong p = .000.
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan perbedaan rata-rata dari pengetahuan dan persepsi
sebelum dan sesudah diberikan edukasi
Estimating the effect of lay knowledge and prior contact with pulmonary TB patients, on
health-belief model in a high-risk pulmonary TB transmission population
Peneliti :Rizky Amelia Zein
Tahun penelitian :
Lokasi penelitian : Surabaya
Hasil penelitian :
Pengetahuan yang kurang tentang TB Paru adalah masalah umum, yang sering terjadi di
negara-negara berkembang dengan beban TB yang tinggi. Sebuah penelitian di Sudan
menegaskan bahwa pengetahuan pasien tentang TB Paru sangat kurang, menurut penelitiannya
hanya 36% dari peserta menunjukan pengetahuan yang baik dan peserta laki-laki umumnya
memiliki pengetahuan yang lebih baik dari perempuan. Namun pada jurnal ini menunjukan
sebaliknya dimana perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dari laki-laki. Hal
ini mungkin karena budaya, perempuan Indonesia lebih terbuka dan lebih mungkin untuk
berbagi informasi dengan orang lain dari pada laki-laki. Penelitian ini juga di dukung peneltian
sebelumnya yang dilakukan di Finlandia dan Jerman yang menyebutkan bahwa perempuan
umumnya lebih termotivasi dalam mencari informasi kesehatan dan lebih aktif terlibat dalam
program promosi kesehatan. Oleh karena itu, pengendalian TB Paru harus memprioritaskan laki-
laki dan orang-orang muda yang menjadi kelompok sasaran utama.
Pengalaman interaksi langsung dengan TB paru terbukti memiliki hubungan yang
signifikan dengan pengetahuan dan keyakinan peserta dalam efektifitas perilaku kesehatan. Jika
peserta memiliki kontak sebelumnya dengan pasien TB Paru, mereka lebih cenderung memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih baik, serta kemungkinan untuk mempertimbangkan perilaku
kesehatan tertentu efektif untuk mencegah atau mengobati TB Paru. Hasil inikonsisten dengan
model HBM, yang postulat bahwa pengalaman sebelumnya berfungsi sebagai isyarat untuk
bertindak sebagai factor memodifikasi yang memiliki efek kuat dalam mengubah keyakinan dan
pengetahuan individu tentang penyakit tertentu.
Pengetahuan awam tentang TB Paru menunjukan bahwa intervensi masyarakat
menunjukan bahwa intervensi masyarakat berkaitan dengan pengendalian TB Paru masih perlu
di tingkatkan. Departemen kesehatan Indonesia telah mempertimbangkan pentingnya
meningkatkan kesadaran pada orang dan mendidik orang awam tentang TB Paru dan strategi ini
telah direncanakan dalam Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, namun strategi ini
tidak secara luas dibahas sehingga tidak jelas bagaimana kampanye untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat.
Kesimpulan
Dari kelima jurnal yang penyusun ambil bahwa ada hubungan antara Edukasi Health
Belief Model dalam mengatasi masalah Tuberculosis Micobacterium. Karena dapat memberikan
pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mencegah penyebaran, keparahan
penyakit dan cara merawat pasien.
Kenaikan tingkat pengetahuan dari penderita TBC paru dapat dilihat karena kemauan dari
penderita TBC untuk mencari tahu tentang penyakit tuberkulosis dan antusiasme dari penderita
saat melakukan konseling, juga dapat berasal dari pengalaman pribadi yang melihat keadaan
sekitar tentang keluarga, teman atau tetangga yang mengalami atau terserang penyakit
tuberkulosis. Selain itu pengetahuan dapat semakin meningkat setelah diberikan edukasi yang
mana edukasi dapat menunjang untuk penambahan wawasan dari seseorang.
Pemberian edukasi untuk penderita dapat menambahkan rasa mawas diri atau motivasi
agar sembuh dan terhindar terhadap suatu penyakit selain itu, dapat merubah pandangan terhadap
suatu penyakit.
AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL AKAR PARANG
ROMANG (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) TERHADAP Mycobacterium
Tuberculosis
Peneliti: Rezky Ramadani

Waktu penelitian dilakukan pada 1 Mei – 3 Juli 2018

Nama Indonesia : Parang Romang


Nama Lokal : Parang Romang

Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub Kelas : Monochlamydeae
Ordo : Urticales
Famili : Urticaceae
Genus : Boehmeria
Spesies : Boehmeria virgata (Forst.) Guill

Morfologi tumbuhan
Daun berbentuk menyerupai jantung (cordotus) dan bagian sisinya bergerigi halus (serratus),
panjang 10-20 cm dan lebar 5-15 cm. Daun berwarna hijau muda hingga tua, berkilap pada
bagian atasnya dan berwarna putih keperak-perakan dan berbulu halus pada bagian
punggungnya. Bunganya tergolong majemuk dengan biji sangat kecil. Bunga pada beberapa
varietas berwarna putih kehijau-hijauan di samping ada yang berwarna hijau kekuning-kuningan
dan berubah menjadi coklat jika sudah tua. Bunganya terikat mengelompok di sela-sela daun
pada bagian bawah buku-buku batang (Brands, 2007). Kandungan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akar parang romang mengandung senyawa golongan alkaloid, terpenoid,
fenolik dan flavonoid.
1. Flavanoid
Flavanoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks
terhadap protein di luar sel yang mengganggu kekuatan membran sel bakteri. Kandungan
flavanoid dapat menekan sitokin, yakni penyebab peradangan dalam saluran pencernaan
serta bertindak sebagai antioksidan dan antikarsinogenik Flavanoid memiliki sifat
antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung
gugus hidroksil. Karena bersifat sebagai reduktor, flavanoid dapat bertindak sebagai donor
hidrogen terhadap radikal bebas (Flavanoid dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion
logam transisi, misalnya besi, sehingga tidak lagi bertindak sebagai prooksidan. Dengan
demikian, oksidasi vitamin C dapat dicegah.
2. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavanoid yang berfungsi sebagai
antioksidan kuat, antiperadangan dan antikanker (anticarcinogenik). Tanin dikenal juga
sebagai zat semak untuk pengawetan kulit. Tanin merupakan senyawa organik polifenol
dengan rasa pahit yang kuat dan efek adstringen.
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. Tanin
memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan enzim, dan mengganggu
transport protein pada Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel
sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel
bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati
3. Steroid/terpenoid
Steroid adalah salah satu kelas utama dari lipid yang memiliki struktur yang sama sekali
berbeda dari kelas-kelas lipid yang lain. Fitur utama dari steroid adalah tiga sistem cincin
sikloheksan dan satu siklopentana dalam sistem cincin yang menyatu. Mekanisme kerja
steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membrane lipid dan sensitivitas terhadap
komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada liposom bakteri . Steroid dapat
berinteraksi dengan membrane fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-
senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi
membran sel berubah menyebabkan sel rapuh dan lisis.
4. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingker heterosiklik dengan
nitrogen sebagai hetero atomnya. Alkaloid berfungsi sebagai antibakteri dengan
mengganggu komponenn pembentuk dinding sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
bakteri tidak terbentuk secara utuh . Alkaloid murni mengandung aktivitas
antimikobakteri. Ditemukan 23 senyawa murni alkaloid yang memiliki aktivitas
antimikobakteri. Semua alkaloid diekstraksi dari berbagai bagian tanaman seperti akar,
rimpang dan semuanya berasal dari karbazol dan alkaloid indol. Salah satu alkaloid yang
ditemukan adalah indoloquinoline yang memiliki aktivitas yang signifikan terhadap M.
fortuitum. Selain itu, alkaloid benzoksazol yang merupakan metabolit laut juga memiliki
aktivitas yang kuat terhadap Micobacterium tuberculosis
5. Fenol
Fenol adalah suatu senyawa aromatik, yang struktur kimianya diturunkan dari benzena
jika satu atau lebih atom hidrogen yang terikat pada inti benzena diganti dengan satu atau
lebih gugus hidroksil. Jadi pada fenol, gugus hidroksil terikat langsung pada inti benzena
dan disebut gugus hidroksil fenolik. Fenol akan bekerja efektif ketika bakteri dalam tahap
pembelahan dimana lapisan fosfolipid di sekeliling sel dalam kondisi yang sangat tipis
sehingga fenol dapat dengan mudah merusak isi sel
6. Saponin
Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan
sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan
senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan
dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran sitoplasma dan mengganggu dan
mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang
mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang mengganggu membran sitoplasma
bersifat bakterisida

Hasil Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen laboratorium berdasarkan pada model
penelitian true eksperimental yakni masuk dalam bentuk posttest-only design. Terdapat dua
kolompok yang dipilih secara random, kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang
lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang
tidak diberi perlakuan disebut kelompok control
Pembuatan simplisia dilakukan dengan pengambilan sampel dari akar parang romang
(Boehmeria virgata (Forst.) Guill.) yang disortasi basah terlebih dahulu untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya, kemudian dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia, dilakukan
perajangan untuk mempermudah proses pengeringan dan dikeringkan dengan metode
pengeringan alami tanpa terkena matahari langsung atau diangin-anginkan agar simplisia tidak
mudah rusak, juga untuk menghindari pertumbuhan bakteri ataupun jamur sebagaimana telah
diketahui bahwa medium berair dan lembab akan lebih mudah ditumbuhi mikroba atau jamur.
Setelah mengering, sampel kemudian dirajang lalu diserbukkan. Semakin kecil ukuran simplisia
maka luas permukaannya akan semakin besar dan pelarut dapat menarik senyawa-senyawa kimia
Akar parang romang diekstraksi dengan pelarut etanol menggunakan metode maserasi, walaupun
sampel berupa kayu yang keras namun tetap diekstraksi dengan metode dingin, hal ini
disebabkan karena ada beberapa senyawa yang dapat dirusak oleh proses pemanasan sehingga
digunakan metode maserasi karena komponen kimia yang terdapat dalam sampel belum
diketahui secara pasti. Selain itu, ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa yang
terekstraksi. Adapun prinsip dari metode ini adalah penyarian komponen zat aktif dari simplisia,
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan masuk ke
rongga sel menembus dinding sel dan melarutkan zat aktif yang ada dalam sel. Karena perbedaan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel menyebabkan terjadinya difusi zat aktif yang ada
dalam sel akan keluar sel. Demikian seterusnya sampai terjadi kesetimbangan antara cairan intra
sel dan cairan ekstra sel.

Setelah dimaserasi ekstrak disaring dengan kertas whatman lalu diperoleh ekstrak etanol
yang cair lalu dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga akan didapatkan
ekstrak kental, selanjutnya ekstrak kental diuapkan diatas water bath dengan suhu 45oC hingga
didapatkan ekstrak etanol kering. Ekstrak etanol kering akar parang romang yang diperoleh
sebanyak 11,527 gram. Pada proses penelitian selanjutnya pengujian menggunakan isolat bakteri
Mycobacterium tuberculosis H37RV, sampel akar parang romang (Boehmeria virgate) digunakan
untuk menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Rusdi (2014) menunjukkan bahwa hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak akar parang romang
(Boehmeria virgata (Forst.) Guill) mengandung golongan alkaloid, terpenoid, fenolik, dan
flavanoid. Beberapa senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor Mycobacterium tuberculosis
adalah dehydroandrographolide, curcumin, mangiferin, quercetin, dan chalcone Penelitian yang
dilakukan oleh Semwal et al, (2009) menyatakan bahwa Boehmeria rugulosa mengandung
senyawa quercetin, yang dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis. Selain itu terdapat
pula senyawa chalcone dalam Boehmeria regulosa
Quercetin adalah salah satu senyawa golongan flavanoid, dilaporkan bahwa senyawa quercetin
mampu menghambat Mycobacterium tuberculosis strain H37RV. Mekanisme quercetin dalam
menghambat Mycobacterium tuberculosis adalah dengan menghambat enzim ICL (Isocitrate
Iyase) di siklus glikosilat yang berikatan pada Nterminal Yusran dkk (2016) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa daun pegagan (Centella Asiatica L). memiliki aktivitas sebagai
antituberkulosis di tandai dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 80% dan
100% pada minggu pertama dan minggu kedua.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) memiliki aktivitas sebagai
antituberkulosis yang ditandai tidak adanya pertumbuhan cord (Mycobacterium tuberculosis)
2. Konsentrasi minimum ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgate (Forst.) Guill) yang
dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis yaitu 250 ppm.
Tabel 2. Hasil Uji Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis strain
H37RV sensitif
No Perlakuan Ekstrak Akar Parang Romang Keterangan
1 2 3
1. Kontrol Negative -- -- -- Tidak menghambat
2. Kontrol Positif ++ ++ ++ Menghambat
3. 250 ppm + + + Menghambat
4. 500 ppm + + ++ Menghambat
5. 750 ppm ++ ++ ++ Menghambat
6. 1000 ppm ++ ++ ++ Menghambat

Ket: (gambar dapat dilihat di lampiran 6.)


- - : Tidak Menghambat
+ + : Menghambat kuat
+ : Menghambat Lemah
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI-FRAKSI ETANOL DARI DAUN
MENGKUDU (Morinda citrifolia. L) TERHADAP BAKTERI Mycobacterium
Tuberculosis
Peneliti : Laela Magfirah

Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rubiaceae
Famili : Rubiacea
Genus : Morinda citrifolia Linn
Spesies : Morinda citrifolia. L
2. Morfologi Tanaman
Morinda citrifolia atau yang biasa dikenal dengan buah Mengkudu merupakan salah satu buah
yang memilki banyak manfaat dalam dunia kesehatan. Sudah ada beberapa penelitian terdahulu
yang mengeksplorasi khasiat buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan pohon cemara
kecil dari wilayah Indo-Pasifik dan tumbuh diseluruh kepulauam Indonesia. Tanaman ini sering
digunakan sebagai obat tradisional. Semua bagian tanaman telah dilaporkan memiliki efek terapi,
yaitu sebagai antibakteri,antivirus, antijamur, antitumor, obat cacing, analgesik, hipotensi,
antiinflamasi, dan meningkatkan efek kekebalan tubuh. Sebelumnya studi farmasi menunjukkan
bahwa, ekstrak buah mengkudu efektif menghambat bakteri gram postif dan gram negatif seperti
Staphylococcus aureu, Bacillus subtilis, Proteus morgaji, Pseudomonas, Escherichia coli ,
tanaman juga memanfaatkan untuk mengontrol kelompok bakteri patogen, seperti Salmonella
dan Shigella.
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk jenis tanaman yang umumnya memiliki batang
pendek dan banyak cabang dengan ketinggian pohon sekitar 3-8m di atas permukaan tanah serta
tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan, pinggiran sungai, dan pekarangan. Mengkudu dapat
tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat dataran rendah sampai 1.500m
diatas permukaan laut dengan curah hujan 1500-3500mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-300C
dan kelembaban 50-70%. Daun tersusun berhadapan dan bertangkai pendek. Daunnya tebal,
lebar dan mengkilap. Bentuk daun lonjong menyempit kearah pangkal. Daun mengkudu
merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan
bertepi rata dengan ukuran panjang 10-40cm dan lebar 15-17cm. Bunga mengkudu berwarna
putih, berbau harum dan mempunyai mahkota berbentuk terompet

Kandungan Kimia
Zat aktif utama dalam daun mengkudu meliputi: terpenoid, asam askorbat, betakaroten,I-
arginine, xeronine dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga mengandung antraquinon, dan
scopoletin yang aktif sebagai antimikroba. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)
merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.) kaya akan kandungan senyawa fenolik seperti scopoletin, rutin, dan kuersetin
1. Hasil Ekstraksi DaunMengkudu (Morinda citrifolia.L)
Daun mengkudu yang telah ditimbang sebanyak 500 kg, yang selanjutnya akan diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan larutan penyari etanol 96%. Diperoleh hasil ekstrak
kental, Hasil maserasi Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia.L).
Sampel Pelarut Berat Ekstrak % Rendamen Daun Mengkudu Etanol 96% 34 gram 0,068%
2. Pemisahan Senyawa dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pemisahan senyawa ekstrak larut etanol 96% daun daun mengkudu (Morinda citrifolia.L)
dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis menggunakan perbandingan eluen etil
asetat : metanol
3. Hasil Fraksi Ekstrak Etanol 96% melalui Kromatgrafi Cair Vakum (KCV)
Fraksinasi ekstrak etanol 96% daun mengkudu (Morinda citrifolia.L).melalui kromatografi
cair vakum menggunakan perbandingan eluen hasil profil KLT yang telah diperoleh
sebelumnya. Berdasarkan hasil kromatografi cair vakum, diperoleh 13 hasil fraksi yang
kemudian di elusi dengan campuran eluen etil asetat : metanol sehingga diperoleh 3
gabungan fraksi yang sama melalui penampakan bercak lampu UV 254 dan 366 nm.
Cara kerja dengan metode ini adalah ditimbang sampel sebanyak 500 gram. Kemudian
dimasukkan 500 gram sampel kedalam toples, lalu dibasahi sampel menggunakan pelarut etanol,
kemudian ditambahkan pelarut etanol kedalam toples hingga seluruh serbuk terendam sampai
mencapai ketinggian 1cm dari permukaan serbuk, dan ditutup toples menggunakan alumunium
foil kemudian ditutup rapat dengan penutup tosples. Dibiarkan sampel terendam selama ± 24
jam, lalu dilakukan proses penyarian setelah 3 × 24 jam menggunakan kain putih dan corong
yang telah disumbat kapas, dilakukan proses remaserasi sampel yang telah disaring tadi
kemudian ditampung hasil maserasi. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator kemudian ekstrak cair yang diperoleh dari rotary evaporator diuapkan hingga
kering (ekstrak etanol) kemudian ditimbang ekstrak yang diperoleh.
Pengolahan sampel daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) yakni, bagian mengkudu yang
diambil adalah daun yang segar dan tidak layu, karena dalam kondisi tersebut daun dapat
dikelola dengan baik. Pengambilan sampel daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dilakukan
pada pagi hari dikarenakan pada saat itu terjadi proses fotosintesis. Sebelum dilakukan penyarian
atau maserasi, terlebih dahulu daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang dipetik disortasi
basah. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran dari simplisia. Setelah proses
sortasi basah, kemudian daun dicuci dengan menggunakan air yang bersih dan mengalir.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat pada bahan
simplisia. Setelah dilakukan pencucian, kemudian dilakukan perajangan dengan tujuan untuk
memperbesar luas permukaan sampel, sehingga sampel cepat kering. Kemudian daun
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di dalam ruangan yang terlindung oleh sinar matahari
langsung hingga kadar air yang terkandung dalam sampel berkurang dan dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Daun yang telah kering, kemudian dibuat serbuk, sehingga pada
proses ekstraksi, kontak antara pelarut dan sampel lebih efektif dan senyawa dapat terekstraksi
dengan optimal. Daun mengkudu memiliki kandungan senyawa, seperti flavanoid, alkaloid dan
antrakuinon minyak atsiri, triterpenoid, fenol, tanin, dan glikosida berfungsi sebagai antibakteri
Pada tumbuhan, senyawa flavanoid merupakan golongan senyawa fenol terbesar di alam yang
terdapat pada tumbuhan yang mempunyai sifat antimikroba. Selain itu flavonoid yang bersifat
lipofilik dapat merusak membran mikroba. Kemungkinan aktifitas antibakteri flavanoid yang
merupakan salah satu golongan fenol, menyebabkan kerusakan struktur protein yang terkandung
di dalam dinding sitoplasma bakteri. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan
kematian sel tersebut. Penyebab penghambatan bakteri dari Mycobacterium tuberculosis ini
adalah karena adanya kandungan senyawa dari daun mengkudu yang memiliki aktivitas
antibakteri. Tidak diketahui secara pasti bahan manakah yang memiliki peran paling besar dalam
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis, bahan aktif tersebut dapat bekerja
sendiri-sendiri atau bersama- sama dalam menghambat bakteri Mycobacterium tuberculosis.
pembuatan ekstrak bahanalam sehingga apabila dilakukan pembuatan fraksi di laboratorium
yang berbeda, terjadi hasil yang berbeda pula.

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L. ) terhadap
Mycobacterium tuberculosis
Pengujian skrining aktivitas antibakteri fraksi etanol 96% daun mengkudu (Morinda citrifolia
L.) terhadap bakteri uji bakteri Mycobacterium tuberculosis
sebagaimana yang tercantum pada Tabel 3 berikut ini
Perlakuan Ekstrak Akar Parang Romang Keterangan
1 2 3
Kontrol Negative ++ ++ ++ Tidak menghambat
Kontrol Positif - - - Menghambat
Kontrol 250 ppm ++ + ++ Menghambat
Kongtrol 500 ppm + ++ ++ Menghambat
Kontrol 750 ppm - ++ ++ Menghambat

Ket :
- : Tidak ada pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis
+ : Ada pertumbuhan (Sedikit)
++ : Ada pertumbuhan (Banyak)
Catatan :
Pada pengamatan mikroskopis, cord berwarna bening dan fraksi berwarna
cokelat. Semakin tinggi konsentrasi fraksi, maka semakin nampak warna yang
dihasilkan dari hasil pengamatan..

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Fraksi etanol dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Mycobacterium tuberculosis
2. Fraksi 1 etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki aktivitas antibakteri
yang baik terhadap Mycobacterium tuberculosis pada konsentrasi 750 ppm, dan untuk
fraksi 2 etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki aktivitas antibakteri yang
lemah terhadap Mycobacterium tuberculosis pada konsentrasi 250 ppm
Optimization of Garlic capsule (Allium sativum Linn) for TB Treatment Alternative

Peneliti: Novena Yety Lindawati, dkk

Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Senyawa alisin yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai
antimikroba spektrum luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC. Kapsul bawang
putih (Allium sativum Linn) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat
tradisional. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki khasiat sama dengan
bawang puting lanang, pada dosis 240 μg/ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang
putih per kapsul) memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien yang
menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif 9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320
dan 400 μg/ml media. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi
persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain angka lempeng total 1.5
(dipersyaratkan tidak lebih dari 10); angka kapang dan khamir ekstrak bawang putih 6.102
(dipersyaratkan tidak lebih dari 104 ); tidak mengandung mikroba patogen (tidak terkontaminasi
bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan Staphylococcus aureus); tidak terdeteksi
adanya aflatoxin (dipersyaratkan tidak lebih dari 30 bpj); kadar air rata-rata sebesar 1 sampai 2
% (dipersyaratkan tidak lebih dari 10 %). Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum
Linn) memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat tradisional hasil uji waktu
hancur kurang lebih 13 menit (dipersyaratkan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi
keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuk sediaan kapsul.
Mie Sehat Meniran Sebagai Upaya Mempercepat Pengobatan Penyakit
Tuberkulosis
Peneliti: Himma Sahulika, dkk
Meniran dengan nama botani (Phyllanthus niruri L) merupakan tanaman obat yang banyak
ditemukan sebagai tanaman liar di pekarangan halaman rumah, sawah, ladang, hutan maupun
pinggiran jalan. Tanaman meniran yang tumbuh disepanjang musim ini sangat mudah dikenali,
daunnya mirip pohon asam, tinggi 30-50 cm, daun dan tangkai berwarna hijau serta banyak buah
di sepanjang tangkai dibawah daun. Pemanfaatan meniran untuk pengobatan begitu luas,
terutama untuk penyakit infeksi yang kronis dan infeksi viral. Herbal meniran banyak
mengandung beberapa zat kimia yang berfungsi untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Terdapat 5 zat kimia utama yang terkandung didalam meniran, zat tersebut adalah :
1. Flavonoid yang bersifat immunostimulan banyak ditemukan di bagian akar dan daun, jika
menempel pada sel imun flavonoid akan memberikan sinyal intraseluler atau rangsangan
untuk mengaktifkan kerja sel imun agar bekerja lebih baik.
2. Lignan merupakan zat padat yang tersebar luas pada bagian tumbuhan meniran
digunakan sebagai senyawa antioksidan yang mampu merangsang kekebalan tubuh.
3. Tanin yang berfungsi untuk meringankan diare dengan menciutkan selaput lender usus
ini berada dalam jumlah tertentu padabagian spesifik tanaman seperti daun, buah, akar,
batang.
4. Alkaloid pada meniran memiliki aktivitas antipasmodik (obat yang membantu
mengurangi atau menghentikan kejang otot di usus) yang sangat kuat
5. Senyawa aktif saponin berfungsi sebagai hipokolesterolemik, imunostimulator,
karsinogenik, dan antibakteri. Tanaman liar meniran yang merupakan tanaman obat,
baru-baru ini dipercaya

khasiatnya sebagai immunomodulator itu sangat efektif dalam mengobati penyakit TBC.
Penelitian sepanjang tahun 2000 yang dilakukan oleh dr. Zulkifi Amin, pakar imunologi TBC
dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa meniran sangat efektif
untuk mengurangi jumlah bakteri tahan asam (BTA, salah satu indikator TBC).Dalam
penelitiannya tersebut, ia melakukan uji klinis meniran terhadap para penderita tuberkulosis. Uji
klinis melibatkan 60penderita usia 15-55 tahun. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, masing-
masing terdiriatas 30 anggota. Kedua kelompok tetap diberikan obat-obatan anti TBC. Bedanya,
1 kelompok diberi juga tambahan kapsul ekstrak meniran 50 mg. Frekuensi 3 kali seharimasing-
masing 1 kapsul. Selama 2 bulan keadaan mereka terus dipantau.
Pada minggu pertama, efek meniran terlihat sangat nyata. Jumlah bakteri tahan asam (BTA,
salah satu indikator TBC) pada pasien yang mengonsumsi meniran berkurang nyata
pada minggu pertama. Perbedaan jumlah BTA antara pasien yang mengonsumsi meniran dengan
yang tidak sangat signifikan. Meniran membantu meningkatkan kadar imunitas penderita TB
dengan cara meningkatkan CD4 limfosit T dan rasio CD4/CD8 limfosit T.
Mie sehat meniran dipilih dalam inovasi baru ini karena mie merupakan salah satu
makanan yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Mie sehat ini bisa diolah dengan berbagai
resep masakan. Selain itu, rasa asli meniran yang pahit akan ternetralkan dengan komposisi
bahan-bahan dalam pembuatan mie sehat ini. Mie sehat meniran dengan warna hijau yang
menarik dan rasanya yang tidak pahit akan lebih disukai oleh anak-anak.
Potensi Bawang Putih (Allium Sativum) sebagai alternatif Anti Tuberkulosis

Peneliti : Fauziah Hanif, Novita Carolia.


Optimization of Garlic capsule (Allium sativum Linn)for TB Treatment Alternative

Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin
yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba spectrum luas
yang mampu menghamba bakteri penyebab TBC.Kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia
No:661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak bawang putih memiliki khasiat sama dengan bawang putih. pada dosis 240 μg/ml medium (setara
dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul) memiliki potensi paling besar dalam menghamba
tpertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien
yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif9, resisten terhadap rifampisin) di banding dosis 320 dan
400 μg/mlmedia. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan sebagai
bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain angka lempeng total 1.5 (di persyara kan tidak lebih dari 10);
angka kapang dan khamir ekstrak bawang putih (di persyarat kant idak lebih dari 104); tidak mengandung
mikrob patogen (tidak terkontaminasi bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan
Staphylococcus aureus); 2 % (di persyaratkan tidak lebih dari 10 %).Kapsul ekstrak kering bawang putih
(Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat tradisional hasil uji
waktu hancur kurang lebih 13 menit (dipersyarat kan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi
keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuksediaan kapsul.
KESIMPULAN
Dari ke- kelima jural mengenai terapi komplemeneter yang penyusun ambil dan di analisis
dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer tersebut memiliki potensi hasil yang baik dalam
penanganan penyakit tuberkulosa.
Seperti pada penelitian yang di lakukan oleh Rezky Ramdani mengenai AKTIVITAS
ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL AKAR PARANG ROMANG (Boehmeria
virgata (Forst.) Guill) TERHADAP Mycobacterium Tuberculosis mengemukanan bahwa
ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill) memiliki aktivitas sebagai
antituberkulosis yang ditandai tidak adanya pertumbuhan cord (Mycobacterium tuberculosis)
serta Konsentrasi minimum ekstrak akar parang romang (Boehmeria virgate (Forst.) Guill)
yang dapat menghambat Mycobacterium tuberculosis yaitu 250 ppm. Karena akar parang
sendiri mengandung flavonoid, tannin, steroid, alkaloid, fenol, saponin yang di klaim memiliki
keberhasilan dalam menghambat pertumbuhan bateri tuberkulosa di dalam tubuh.
Kemudian hasil penelitian yang di publikasi kan oleh Laela Maghfiroh mengenai UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI-FRAKSI ETANOL DARI DAUN MENGKUDU
(Morinda citrifolia. L) TERHADAP BAKTERI Mycobacterium Tuberculosis
mengemukakan bahwa fraksi etanol dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis dan fraksi 1 etanol daun mengkudu
(Morinda citrifolia L.) memiliki aktivitas antibakteri yang baik terhadap Mycobacterium
tuberculosis pada konsentrasi 750 ppm, dan untuk fraksi 2 etanol daun mengkudu (Morinda
citrifolia L.) memiliki aktivitas antibakteri yang lemah terhadap Mycobacterium tuberculosis
pada konsentrasi 250 ppm. Karena kandungan dari buah mengkudu sendiri yaitu: terpenoid,
asam askorbat, betakaroten,I-arginine, xeronine dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga
mengandung antraquinon, dan scopoletin yang aktif sebagai antimikroba. Tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.) yang di klaim memiliki khasiat untuk menekan pertumbuhan bakteri
tuberkulosa di dalalm tubuh.
Adapun penelitian yang di kemukakan oleh Novena Yety Lindawati, dkk
mengenai Optimization of Garlic capsule (Allium sativum Linn) for TB Treatment Alternative
Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin
yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba spektrum
luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang
putih memiliki khasiat sama dengan bawang puting lanang, pada dosis 240 μg/ml medium (setara dengan
600 mg ekstrak bawang putih per kapsul) memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien yang menderita
TBC jenis BTA +2, kultur positif 9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320 dan 400 μg/ml
media.
Penelitian itu juga di perkuat oleh Fauziah Hanif, Novita Carolia dalam penelitiannya Mengenai
Potensi Bawang Putih (Allium Sativum) sebagai alternatif Anti Tuberkulosis
mengemukanan Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki khasiat sama dengan
bawang putih. pada dosis 240 μg/ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul)
memiliki potensi paling besar dalam menghamba tpertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (diambil
dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif9,
resisten terhadap rifampisin) di banding dosis 320 dan 400 μg/mlmedia. Ekstrak kering bawang putih
(Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain angka
lempeng total 1.5 (di persyara kan tidak lebih dari 10); angka kapang dan khamir ekstrak bawang putih
(di persyarat kant idak lebih dari 104); tidak mengandung mikrob patogen (tidak terkontaminasi bakteri
coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan Staphylococcus aureus); 2 % (di persyaratkan tidak lebih
dari 10 %).Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan farmasetika
untuk sediaan kapsul obat tradisional hasil uji waktu hancur kurang lebih 13 menit (dipersyarat kan tidak
lebih dari 15 menit) dan memenuhi keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuksediaan kapsul.
Dan jurnal terakhir yang penyusun analisis mengenai terapi komplementer terhadap penyakit tuberculosis
adalah penelitian yang di lakukan oleh Himma Sahulika, dkk mengenai Mie Sehat Meniran Sebagai
Upaya Mempercepat Pengobatan Penyakit Tuberkulosis, mengemukakan bahwa khasiatnya
sebagai immunomodulator itu sangat efektif dalam mengobati penyakit TBC. Penelitian
sepanjang tahun 2000 yang dilakukan oleh dr. Zulkifi Amin, pakar imunologi TBC dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa meniran sangat efektif untuk
mengurangi jumlah bakteri tahan asam (BTA, salah satu indikator TBC).Dalam penelitiannya
tersebut, ia melakukan uji klinis meniran terhadap para penderita tuberkulosis. Uji klinis
melibatkan 60penderita usia 15-55 tahun. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing
terdiriatas 30 anggota. Kedua kelompok tetap diberikan obat-obatan anti TBC. Bedanya, 1
kelompok diberi juga tambahan kapsul ekstrak meniran 50 mg. Frekuensi 3 kali seharimasing-
masing 1 kapsul. Selama 2 bulan keadaan mereka terus dipantau. Pada minggu pertama, efek
meniran terlihat sangat nyata. Jumlah bakteri tahan asam (BTA, salah satu indikator TBC) pada
pasien yang mengonsumsi meniran berkurang nyata pada minggu pertama. Perbedaan jumlah
BTA antara pasien yang mengonsumsi meniran dengan yang tidak sangat signifikan. Meniran
membantu meningkatkan kadar imunitas penderita TB dengan cara meningkatkan CD4 limfosit
T dan rasio CD4/CD8 limfosit T.
Daftar Pustaka Bakteri Patogen. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/ Bahan; 168-174. 2012.
majority/article/view/2323
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
Hasan N, Yusuf N, Toossi Z, Islam N.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Data dan Suppression of Mycobacterium
tuberculosis induced reactive oxygen
Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016 species (ROS) and TNF-a mRN
[internet]. Kementerian Kesehatan RI. expression in human monocytes by
alisin. FEBS Letters. 2006; 580:2517-
[diakses pada tanggal 11 Maret 2020]. 22.
Tersedia
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jim/art
dari:
icle/view/10757
http://www.depkes.go.id/resources/downloa (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
d/pusdatin/lainlain/
Data dan Informasi Kesehatan Profil Adreng Kusuma, A. 2008.
Efektivitas Campuran Meniran
Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size (Phyllanthus niruri) dan Bawang Putih
-web.pdf. (Allium sativum) untuk Pengendalian
Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp).
World Health Organization. Global Skripsi. IPB.
Tuberculosis Report 2018. Switzerland: Depkes RI. 2007.
World Health Organization. 2018. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan Pertama.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. Tuberkulosis:
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan
Temukan Obati Sampai Sembuh. Infodatin. Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta:
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2018. PT. Bentang Pustaka.

https://ojs.stikesnas.ac.id/index.php/jf/article
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. /view/16
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. III, 5-8, 807, 815, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Basjir, Erlinda T, Nikham. Uji Bahan Baku
Antibakteri Dari Buah Mahkota Dewa Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan
(Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Hasil Mikrobiologi, 27-29, Bagian Mikrobiologi,
Radiasi Gamma dan Antibiotik Terhadap Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Anonim, 1994, Persyaratan Obat (internet, diakses tanggal 11 Maret 2020)
Tradisional, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
661/MENKES/SK/VII/19994, Departemen 2014. Pedoman Nasional Pengendalian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Syamsiah, I. S., dan Tajudin, 2003, Khasiat (internet, diakses tanggal 11 Maret 2020)
& Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Alami, Terbitan Keenam, 1-2,11-14, 28-59,
AgroMedia Pustaka, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Thomas, A. N. S., 1989, Tanaman Obat Cetakan kedua, Mei 2014.
Tradisional, 53, Kanisius, Yogyakarta.
Ulum, Zahrotun. Kusnanto. Widyawati, Ika
Yuni. 2015. Kepatuhan Medikasi Penderita
Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Diabetes Millitus Tipe 2 Berdasarkan Teori
Pharmazeutischen Technologie, 379, Gadjah Health Belief Model (HBM) di Wilayah
Mada University Press, Yogyakarta Kerja Pueskesmas Mulyorejo Surabaya.
http://semnas.poltekkesdepkes- Univeristas Airlangga : Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga.
sby.ac.id/index.php/2019/article/view/80
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
https://journals.plos.org/plosone/article/file?
type=printable&id=10.1371/journal.pone.01
Adha, Azizatul Yaumul. Wulandari, Diah 55147
Ayu. Himawan, Ari Budi. 2016. (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
Perbedaan Efektivitas Pemberian
Penyuluhan dengan Video dan Simulasi The World Health Organization Quality Of
terhadap Tingkat Pengetahuan Life (WHOQOL)-BREF, 2004,
Pencegahan TB Paru (Studi Kasus di http://www.who.imt/substance_abuse/resear
MA Husnul Khatimah Kelurahan ch_tools/en/indonesian_whoqol.pdf,
Rowosari Kecamatan Tembalang Kota [diakses pada tanggal 11 Maret 2020].
Semarang). Jurnal Kedokteran
Bojonegoro Volume 5, no 4 Oktober WHOQOL - Bref Australian Version, 2000,
2016 ISSN Online : 2540-8844. http://www.maa.nsw.gov.au,
[11 Maret 2020].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktotrat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. 2011.
Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta
Salim, O.C., Sudharma, N.I., Kusumaratna,
(internet, diakses tanggal 11 Maret 2020)
R.K., & Hidayat, A., 2007. Universa
Medicina. Validitas dan Reliabilitas World
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Health Organization Quality of Life-BREF
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia,
Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta. 26(1), 27-73.
[11 Maret 2020
https://www.researchgate.net/profile/Lilis_L
ismayanti2/publication/325439155_PENGA
RUH_EDUKASI_HEALTH_BELIEF_MO https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
DEL_TERHADAP_KUALITAS_HIDUP_P MC4610657/
ENDERITA_TUBERCULOSIS_DI_PKM_ (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
TAMANSARI_KOTA_TASIKMALAYA/li
nks/5de982764585159aa46591ef/PENGAR WHO. Global Tuberculosis Control Report.
UH-EDUKASI-HEALTH-BELIEF- Geneva, Switzerland, 2009.
MODEL-TERHADAP-KUALITAS-
HIDUP-PENDERITA-TUBERCULOSIS- WHO. Global Tuberculosis Control Report
DI-PKM-TAMANSARI-KOTA- Geneva, Switzerland, 2010
TASIKMALAYA.pdf
(Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
Fajar, I., DTN, I., Pujirahaju, A., Amin, I., MC5488811/
Sunindya, B.R., Aswin, A.A., et al. 2009. (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
Statistika Untuk Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Bimantara JG. Tuberkulosis di Indonesia
Terbanyak Kedua di Dunia.
HamidReza,Z, Hamid, C., Mahmud, A., Kompas; 2016. Available from:
Mohsen, N., 2013. The Effect of http://print.kompas.com/baca/sains/kesehata
Intervention based on Health Belief Model n/2016/03/24/Tuberkulosis-di-
on improving the Quality of life in Patients IndonesiaTerbanyak-Keduadi-Dunia.
with Multiple Sclerosis . Life Science (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
Journal, (ISSN: 1097-8135).
http://www.lifesciencesite.com Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
[11 Maret 2020]. dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman
Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jadgal, K. M., Nakhaei-Moghadam, T., Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Alizadeh-Seiouki, H., Zareban1, I., & Indonesia; 2014
Sharifi-Rad, J., 2015. Impact of educational
intervention on patients behavior with http://repositori.uin-alauddin.ac.id/13333/
smear-positive pulmonary tuberculosis: A (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
study using the health belief model.
MateriaSocio-Medica, 27(4),229-233. doi: http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12962/
http://dx.doi.org/10.5455/msm.2015.27.229- (Diakses pada tanggal 11 Maret 2020)
233

Anda mungkin juga menyukai