PENGGOLONGAN OBAT
Dosen pembimbing:
Riska Yunita S.Kep.,Ns
Kelompok 3:
Bambang Indri Anita Merina Sulaiman Zainal
Irawan Halimatus Z Baihaky Arifin
Dinda Lutviatil Noer Holisah Sandi Zainullah
Insani R Lailiyah Nugroho P
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
i
PENGGOLONGAN OBAT
Mengetahui,
Dosen Mata Ajar
ii
LEMBAR KONSULTASI
KATA PENGANTAR
iii
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh
yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah
dengan judul PENGGOLONGAN OBAT dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh
pondok pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Rizka Yunita.,S Kep.,NS. Sebagai dosen mata ajar farmakologi Pada
akhirnya atas penulisan materi ini sepenuhnya belum sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah hati pembuat makalah mengharap kritik dan
saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.
Penyusun
Penulis
DAFTAR ISI
iv
Halaman Sampul............................................................................................ i
Lembar Pengesahan........................................................................................ ii
Lembar Konsultasi.......................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar Isi........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat
B. Obat Antitusif
C. Obat Expektoran
D. Obat Bronkodilator
E. Obat Kardiovaskular
F. Obat Antimikroba
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................vi
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahyaitu sebagai berikut :
C. Tujuan
Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, efek samping obat,
mekanisme kerja obat dan berbagai macam macam obat menurut pembagiannya.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi siswa,baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap penggolongan obat.
2. Bagi institusi
Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam memahami
apa itu obat.
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan tentang
apa itu guna obat bagi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat
7
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia). obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. ( Ansel,
1985)
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi.
Penetapan diagnosa
Untuk pencegahan penyakit
Menyembuhkan penyakit
Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
Peningkatan kesehatan
Mengurangi rasa sakit
B. Obat Antitusif
8
Batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme
protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-
zat asing(Weinberger 2005) .
Anak
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau analgesik opioid sejenis tidak
dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak usia < 1 tahun.
Terapi Paliatif
Diamorfin dan metadon telah digunakan untuk mengontrol batuk pada pasien
dengan kanker paru stadium akhir, meskipun sekarang morfin lebih disukai. Pada
keadaan yang lain, obat-obat ini merupakan kontraindikasi karena dapat
menginduksi retensi sputum dan gagal nafas, selain menyebabkan ketergantungan
opiod.
Contoh obat :
9
DEKSTROMETORFAN (Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi
Dasar,2001)
komposisi :
Tiap tablet salut selaput mengandung:Dextromethorphan HBr 15 mg
Tiap 5 ml mengandung Detromethorphan HBr 10 mg
Indikasi:
-batuk kering tidak produktif..
Kontraindikasi:
-asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif terhadap
dekstrometorfan.
Efek Samping:
psikosis (hiperaktif dan halusinasi) pada dosis besar, depresi pernapasan
pada dosis besar.
Dosis:
-Dewasa 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam maksimal 120
mg/hari
-Anak 1 mg/kg bb/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
10
KODEIN FOSFAT (Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi Dasar,2001)
komposisi :
Indikasi:
-batuk kering atau batuk dengan nyeri.
Kontraindikasi:
-batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.
Efek Samping:
-konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis
besar.
Dosis:
- Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari; jarang diberikan
sebagai obat batuk pada anak-anak.
-Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal
60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam
maksimal 30 mg/hari.
11
Mekanisme kerja :
Kodein merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) yang dapat
menyebabkan depresi pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak perilistatik
usus, stimulasi kremoreseptor dan penekanan reflek batuk.
C. Obat Expektoran
Allerin Expectorant 60 ml
Kontra Indikasi: Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat
simpatomimetik lain (misal: fenilefrin, fenilpropanolamin), penderita tekanan
darah tinggi berat dan yang mendapat terapi obat antidepresan tipe penghambat
Monoamin Oksidase (MAO). Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
12
Cara Kerja Obat: Bekerja sebagai antihistamine, antitusif, ekspektoran, dan
dekongestan hidung.
Dosis:
- Dewasa : 1 sendok makan (15 ml) 1 4 x sehari
13
- Anak : 1 sendok teh (5 ml) 1 4 x sehari
14
Dosis : dewasa : 1 sampai 3 sendok the 3 kali sehari, anak 5 sampai 12 tahun : 1
sampai 2 sendok the 2 sampai 3 kali sehari, anak usia 2 sampai 5 thn: sampai
sendok the 2 sampai 3 kali sehari.
Efek samping : Sakit perut, Gerakan longgar, Muntah, Ruam kulit gatal , Ruam,
Nyeri prekordial.
Kontra indikasi : Jangan menggunakan Lerzin untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada Cetirizine.
Kandungan: Per 5 ml : Parasetamol 120 mg, Ammonium Klorida 100 mg, Efedrin
HCl 5 mg, Klorfeniramini maleat 2 mg, Succus Glycyrrhizae 150 mg
15
Kemasan : Sirup 60 mL
Dosis :
- Dewasa & anak-anak berusia lebih dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok
makan. -Anak berusia 6-12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.
-Anak berusia 3-6 tahun : 3 kali sehari sendok teh.
D. Bronkodilator
16
batuk, obstruksi intestinal, stomatitis, gingivitis, glositis,
kandidiasis orofaringeal, refluks gastroesofagal, disfagia,
konstipasi, mulutkering, mual, karies gigi, reaksi hipersensitivitas,
udema angioneurotik, urtikaria, pruritus, kulit kering, ruam kulit,
pembengkakan sendi, retensi urin, disuria.
Dosis : dewasa (termasuk lansia), 1 kali sehari satu kapsul untuk
inhalasi (22,5 mcg tiotropium bromide setara dengan18 mcg
tiotropium), tidak boleh ditelan, tidak boleh digunakan lebih dari 1
kali sehari.
Mekanisme kerja : Tiotropium Bromide meningkatkan kondisi
pasien dengan melakukan fungsi yaitu membuka saluran udara dari
paru-paru.
17
Komposisi : mengandung salbutamol sulfat setara dengan
salbutamol 2 mg (tiap tablet)
Indikasi : obat golongan beta-adrenergik yang berfungsi
melebarkan saluran napas, sehingga diindikasikan untuk asma dan
penyakit paru obstruktif kronik (bronkitis kronik dan emfisema).
Obat ini dapat meredakan gejala asma ringan, sedang atau berat
dan digunakan untuk pencegahan serangan asma.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan untuk penderita gangguan
jantung dengan nadi cepat. Selain itu, salbutamol tidak boleh
digunakan pada penderita abortus yang mengancam selama
kehamilan trimester 1 dan 2 serta penanganan persalinan prematur.
Efek samping : tremor (getaran pada jari jari yang tidak dapat
dikendalikan), rasa gugup, dan kesulitan tidur. Efek samping yang
lebih jarang antara lain mual, demam, muntah, sakit kepala, pusing,
batuk, keram otot, reaksi alergi, mimisan, peningkatan napsu
makan, mulut kering, dan berkeringat.
Dosis
a. Dosis tablet :
1. Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali
pemberian setiap 8 jam, maksimal 6 mg/hari.
2. Anak 6 12 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali per hari,
maksimal 24 mg/hari.
3. Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 2 4 mg sebanyak 3 4
kali per hari, maksimal 32 mg/hari.
b. Dosis sirup :
1. Anak 2 6 tahun: dimulai dari dosis 0,1 mg/kg/pemberian
sebanyak 3 kali; maksimal 3 x 2 mg. Jika diperlukan dapat
ditingkatkan menjadi 0,2 mg/kg/pemberian sebanyak 3 kali,
maksimal 3 x 4 mg.
2. Anak 6 14 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali; dapat
ditingkatkan sampai maksimal 24 mg/hari.
c. Dosis penguapan :
18
1. Anak di bawah 2 tahun: 0,2 0,6 mg/kg/hari dibagi menjadi
setiap 4 6 jam.
2. Anak 2 12 tahun: 0,63 2,5 mg/pemberian, diberikan 2 3
kali.
3. Dewasa: 2,5 mg diuapkan setiap 4 8 jam sesuai kebutuhan.
4. Dosis inhaler untuk anak di atas 4 tahun dan dewasa: 1 2
tarikan napas setiap 4 6 jam. Inhaler harus dikocok dengan
baik dan dicoba disemprotkan di udara sebelum penggunaan
awal.
Mekanisme kerja : Salbutamol merupakan suatu senyawa yang
selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot
bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik
dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama
setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang
disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan
dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman
karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka bisa
digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
19
Dosis : Inhalasi Serbuk, asma 4.5? mcg 1? aktuasi 1-2 kali sehari
pagi atau malam. Ditambah hingga 18 mcg 2 kali sehari pada
obstruksi saluran napas yang berat. Dosis maksimum 4 atau 8
aktuasi. Dosis pemeliharaan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan
Mekanisme kerja : Formoterol meningkatkan kondisi pasien
dengan melakukan fungsi yaitu bertindak secara lokal di paru
paru sebagai bronkodilator.
20
sedangkan perokok membutuhkan dosis perawatan yang lebih
tinggi.
3. Bronkospasme kronik, teofilin diberikan pada dosis 300-1000
mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk preparat dengan modifikasi
pelepasan dapat diberikan 1x sehari dengan dosis 400 atau 600 mg
per hari.
4. Titrasi dosis pada orang dewasa dimulai dengan 300 mg per hari
dalam dosis terbagi selama 3 hari, jika ditoleransi dengan baik
dapat ditingkatkan menjadi 400 mg selam 3 hari jika ditoleransi
dan dibutuhkan dosis dapat ditingkatkan hingga 600 mg.
Mekanisme kerja : Teofilin merupakan turunan metil xantin yang
mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan
melemaskan otot polos, terutama bronkus.
E.Obat Kardiovaskular
Pengertian Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang
mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah) secara langsung ataupun tidak langsung Jantung dan pembuluh
darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan
makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung
sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah
ke jaringan. (Tjay TH, Rahardja K,2008)
Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA,
nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.
Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan
parasimpatis.
Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem
kardiovaskuler.
Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan:
a.Obat Antiangina
b.Obat Antiaritmia
c.Obat Glikosida
d.Obat Antihipertensi
21
A. ANTIANGINA (Tjay TH, Rahardja K,2008)
Antiangina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran
darah koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung,
Kondisi yang paling sering melibatkan Iskemia jaringan dimana obat-obat
vasilisator digunakan, Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak
seimbangan antara permintaan (demand)) dan penyediaan (supply) oksigen pada
salah satu bagian jantung.
Penyebab angina:
Kebutuhan O2 meningkat exercise berlebihan Penyediaan O2 menurun
sumbatan vaskuler .
22
sehari pada pagi hari dan malam seb. Tidur
15 menit setelah menggunakan obat sublingual tdk ada efek, harus segera ke
rumah sakit.
Beta bloker Cara kerja:
Mengurangi konsumsi oksigen miokard
Penggurangan kontraktilitas miokard
Pengurangan denyut jantung (laju sinus)
Pengurangan konduksi AV dan
Pengurangan tekanan darah sistolik
INDIKASI :- Antiangina, Hipertensi, Gagal jantung Kontraindikasi:
-Blok AV derajat 2 dan 3
-Asma
-Gagal jantung yang dalam keadaan dekompensasi Penyakit arteri perifer.
EFEK SAMPING :
Nausea, muntah, diare ringan, konstipasi, Mimpi buruk, insomnia,
halusinasi, depresi mental Rasa lelah, demam, purpura
Contoh: Bisoprolol MAINTATE, CONCOR c. Calsium antagonis
INDIKASI : Antiangina, Anti-Hipertensi
CARA KERJA :
Menghambat kontraksi miokard dan otot polos pembuluh darah
Melambatkan konduksi AV dan depresi nodus SA
Vasodilatasi, inotropik, dll
EFEK:
Mengurangi konsumsi oksigen jantung
Memperbaiki toleransi pasien angina pektoris
Mengurangi kebutuhan nitrogliserin dan perubahan iskemik jantung saat istirahat
dan aktifitas
EFEK SAMPING : - Hipotensi - Nyeri kepala - Muka merah
CONTOH:
Amlodipin, Diltiazem FARMAKODINAMIK Khasiat farmakologik:
Dilatasi pembuluh darah dapat menyebabkan hipotensi sinkop
23
Relaksasi otot polos nitrat organik membentuk NO menstimulasi guanilat
siklase kadar siklik- GMP meningkat relaksasi otot polos (vasodilatasi)
Menghilangkan nyeri dada bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung Pada dosis tinggi dan pemberian cepat venodilatasi
dan dilatasi arteriole perifer tekanan sistol dan diastol menurun,curah jantung
menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi)
Efek hipotensi
terutama pada posisi berdiri karena semakin banyak darah yang menggumpul
di vena curah darah jantung menurun, menurunya kerja jantung akibat efek
dilatasi pembuluh darah sistemik penurunan aliran
darah balik ke jantung
Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos: bronkus,
saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas tidak digunakan di klinik .
Farmakokinetik
Metabolisme nitrat organik terjadi di hati Kadar puncak 4 menit setelah pemberian
sublingual Ekskresi sebagian besar lewat ginjal Sediaan dan Posologi
Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 10
mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 0,6 mg Untuk pencegahan digunakan sediaan per
oral: kadar puncak 60 90 menit, lama kerja 3 6 jam Par enteral (IV) baik
digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak stabil, angina akut
dan gagal jantung kongestif Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja
4-8 jam Sediaan Nitrat kerja singkat (serangan akut) Sediaan sublingual
(nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat) Amil nitrit inhalasi Nitrat kerja
lama: Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta
eritritol tetranitrat) Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal) Nitrogliserin
transmucosal/buccal Nitrogliserin invus intravena Efek Samping
Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia
Indikasi:
1.Angina pectoris 2.Gagal jantung kongestif 3.Infark jantung
Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi
reseptor alfa
24
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin frekuensi denyut jantung
menurun
Beta bloker meningkatkan supply O2 miokard perfusi subendokard
meningkat
2.Gagal jantung kongestif
3.Infark jantung
Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak
mempengaruhi reseptor alfa
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin frekuensi denyut
jantung menurun
Beta bloker meningkatkan supply O2 miokard perfusi
subendokard meningkat
Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis,
yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari
pasien-pasien yang dianestesi, dan lebih dari 80% pasien dengan infarktus
miokardium akut.
aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau bahkan
gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler premature
yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler.
Mekanisme Kerja:
disebabkan aktivitas pacu jantung yang abnormal atu penyebaran impuls
abnormal.
Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik dan
memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke pergerakan
melingkar yang melumpuhkan.
Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah
1. Hambatan saluran natrium.
2. Hambatan efek otonom simpatis pada jantung.
3. Perpanjangan periode refrakter yang efektif, dan
4. Hambatan pada saluran kalsium.
25
Obat antiaritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih
daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara
selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi.
Obat penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas
tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase 2)
tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya.Karena itu, obat ini
menghambat aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran
aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara
bermakna (banyak saluran tidak aktif selama istirahat).Kerja
tersebut sering digambarkan sebagai use dependent atau state dependent yaitu
saluran yang sering
digunakan atau dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran dalam
sel normal yang dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak aktif
akan segera melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat. Saluran
dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai potensial
istirahat lebih positif dari pada -75mV ) akan pulih dari hambatan secara sangat
lambat . Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan secara
kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut melalui
satu atau kedua mekanisme.
Farmakodinamik
Beta bloker menghambat efek obat adrenergik
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan
labetolol
mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) efek anastesik
lokal
Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
Menurunkan tekanan darah
Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
Menghambat glikogenolisis di hati
Menghambat aktivasi enzim lipase
Menghambat sekresi renin antihipertensi
26
Farmakodinamik
Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan
metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
Sediaan
Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,
alprenolol
Contoh Obat :
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
Efek Samping
1. Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
2. Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing,
depresi
3. Alergi; rash, dan demam
Indikasi
angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif
hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis,
migren, glaukoma, ansietas Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes
Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung
Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa
steroid yang mempunyai efek terhadap otot polos dan jaringan lainnya.
Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah peningkatan kontraktilitas
jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki ketidak seimbangan karena
kegagalan tersebut. Glikosida Jantung Digitalis berasal dari daun Digitalis
purpurea Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di sarcolema
kedalam sel digitalis mempermudah kontraksi.
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP- ase ion K didalam sel menurun
aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)
Farmakodinamik
Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
Mekanisme kerjanya:
Menghambat enzim Na, K ATP-ase
Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
27
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema,
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan
(iritasi jaringan)
Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta
pengosongan lambung
Distribusi glikosida lambat
Eliminasi melalui ginjal
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-
ase ion K didalam sel menurun aritmia
(diperberat jika dikombinasi dengan HCT) Farmakodinamik
Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
Mekanisme kerjanya:
Menghambat enzim Na, K ATP-ase
Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat
suntukan (iritasi jaringan) Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta
pengosongan lambung
Distribusi glikosida lambat
Eliminasi melalui ginjal Intoksikasi Keracunan biasanya terjadi karena:
Pemberian dosis yang terlalu cepat
Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
Adanya predisposisi keracunan Dosis berlebihan
Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel,
gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan otot),
penglihatan kabur
Sediaan
Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
Digoksin 0,25 mg
Beta-metildigoksin 0,1 mg
Komposisi: Digoxin
28
Penderita-penderita yang tidak diketahui penyebabnya disebut penderita
hipertensi esensial. Umumnya peningkatan tekanan darah ini disertai penigkatan
umum resistensi darah untuk mengalir melalui arterioli,dengan curah jantung yang
normal. Peningkatan tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai
kelainan(multifaktorial). Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya faktor
keturunan, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai
kontributor berkembangnya hipertensi.
Anti Hipertensi:
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah
Obat anti hipertensi dibedakan:
Diuretik
Beta bloker
Alfa bloker
Ca antagonist
Penghambat ACE
Efek samping: Berikut adalah daftar efek samping yang memungkinkan yang
dapat terjadi dari semua bahan-bahan konstitusi Tribenzor Tablet. Ini bukanlah
daftar yang komprehensif. Efek-efek samping ini memungkinkan, tetapi tidak
selalu terjadi. Beberapa efek samping ini langka tetapi serius. Konsultasi pada
dokter Anda jika Anda melihat efek samping berikut, terutama jika efek samping
tidak hilang.
Fotosensitifitas
Mulut kering
Ketidakseimbangan elektrolit
Masalah pencernaan
Muntah
Kelebihan asam urat dalam darah
29
Hydrochlorothiazide
Olmesartan Medoxomil
30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Definisi Obat : Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang
selain makanan yang mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap
organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis maupun biokimiawi.Obat dapat
menjadi racun apabila tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan,maka dari
itu obat digolongkan.
Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa
hal, diantaranya :
- Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
- Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
- Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
SARAN
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :
Dapat mengetahui dan dapat meningkatkan wawasan tentang Obat.
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada
semua pembaca agar dapat mengetahui dan memahami arti obat
serta dapat memberikan kritik dan saran nya agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi
semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
31
Bellini LM, Grippi MA. Pulmonary Pharmacotherapy. In Fishman AP, Elias
JA,Fishman JA, Gripii MA, Kaiser LR, Senior RM editor Manual of Pulmonary
DiseaseAnd Disorders. USA. The McGrow Hill Companies. 2002,1099-11024.
Tjay TH, Rahardja K. Obat Asma Dan COPD. Obat-obat Penting kasiat,
penggunaandan efek samping. Jakarta. Elex media computindo.2008,645-6466.
32