Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENGGOLONGAN OBAT

Dosen pembimbing:
Riska Yunita S.Kep.,Ns

Kelompok 3:
Bambang Indri Anita Merina Sulaiman Zainal
Irawan Halimatus Z Baihaky Arifin
Dinda Lutviatil Noer Holisah Sandi Zainullah
Insani R Lailiyah Nugroho P

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2016-2017

HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH

i
PENGGOLONGAN OBAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


FARMAKOLOGI

Mengetahui,
Dosen Mata Ajar

Rizka Yuanita.,S Kep.,NS

ii
LEMBAR KONSULTASI

No Tanggal Dosen Konsultasi Ttd

KATA PENGANTAR

iii
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh
yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah
dengan judul PENGGOLONGAN OBAT dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh
pondok pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Rizka Yunita.,S Kep.,NS. Sebagai dosen mata ajar farmakologi Pada
akhirnya atas penulisan materi ini sepenuhnya belum sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah hati pembuat makalah mengharap kritik dan
saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo,11 September 2016

Penyusun

Penulis

DAFTAR ISI

iv
Halaman Sampul............................................................................................ i
Lembar Pengesahan........................................................................................ ii
Lembar Konsultasi.......................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar Isi........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat
B. Obat Antitusif
C. Obat Expektoran
D. Obat Bronkodilator
E. Obat Kardiovaskular
F. Obat Antimikroba
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................vi

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,


hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau
menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dengan dosis agar efek terapi
atau hasiatnya bisa kita dapatkan. Golongan obat adalah penggolongan
tang dimaksud untuk meningkatkan keamanan dan ketetapan penggunaan.
( Gunawan, 2007)

Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari


tanaman yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat
nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang
seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara
pembuatannya.Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun
ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung
dalam tanaman tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat zat
kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris ,
atropin dari Atropa belladonna,morfin dari Papaver somniferium, digoksin
dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan
Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca Rosea.( Pearce, 2002)

B. Rumusan Masalah

6
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahyaitu sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan obat?

b. Apa yang dimaksud dengan obat antitusif ?

c. Ap yang adimaksud dengan obat ekspektoran ?


d. Apa yang dimaksud dengan obat bronkodilator ?

e. Apa yang dimaksud dengan obat kardiovaskuler ?

f. Apa yang dimaksud dengan obat antimikroba ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, efek samping obat,
mekanisme kerja obat dan berbagai macam macam obat menurut pembagiannya.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi siswa,baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap penggolongan obat.
2. Bagi institusi
Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam memahami
apa itu obat.
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan tentang
apa itu guna obat bagi masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Obat

7
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia). obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. ( Ansel,
1985)

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi.

Peran obat secara umum adalah sebagai berikut:

Penetapan diagnosa
Untuk pencegahan penyakit
Menyembuhkan penyakit
Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
Peningkatan kesehatan
Mengurangi rasa sakit

B. Obat Antitusif

8
Batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme
protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-
zat asing(Weinberger 2005) .

Pada keadaan dimana penyebabnya tidak diketahui, penggunaan antitusif mungkin


berguna yaitu untuk batuk yang mengganggu tidur. Antitusif dapat menyebabkan
retensi sputum, yang mungkin membahayakan bagi pasien bronkitis kronis dan
bronkiektasis. Antitusif opioid seperti kodein, efektif tetapi berefek konstipasi dan
dapat menyebabkan ketergantungan.

Antihistamin yang menyebabkan kantuk seperti difenhidramin yang sering


dicampur dalam berbagai preparat obat batuk tanpa resep, semuanya memberikan
efek samping mengantuk.

Anak
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau analgesik opioid sejenis tidak
dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak usia < 1 tahun.

Terapi Paliatif
Diamorfin dan metadon telah digunakan untuk mengontrol batuk pada pasien
dengan kanker paru stadium akhir, meskipun sekarang morfin lebih disukai. Pada
keadaan yang lain, obat-obat ini merupakan kontraindikasi karena dapat
menginduksi retensi sputum dan gagal nafas, selain menyebabkan ketergantungan
opiod.

Contoh obat :

9
DEKSTROMETORFAN (Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi
Dasar,2001)

komposisi :
Tiap tablet salut selaput mengandung:Dextromethorphan HBr 15 mg
Tiap 5 ml mengandung Detromethorphan HBr 10 mg

Indikasi:
-batuk kering tidak produktif..
Kontraindikasi:
-asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif terhadap
dekstrometorfan.
Efek Samping:
psikosis (hiperaktif dan halusinasi) pada dosis besar, depresi pernapasan
pada dosis besar.
Dosis:
-Dewasa 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam maksimal 120
mg/hari
-Anak 1 mg/kg bb/hari dalam 3-4 dosis terbagi.

Cara kerja obat:

Dextromethorphan diabsorpsi dengan baik melalui saluran


cerna.Dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui ginjal dalam bentuk tidak
berubah ataupun bentuk dimetilated morfinon. Dextromethorphan merupakan
antitusif non narkotik yang dapat meningkatkan ambang rangsang refleks batuk
secara sentral.

10
KODEIN FOSFAT (Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi Dasar,2001)

komposisi :

1. codein 10 mg (no.reg. gnl9712411810a1)


tiap tablet mengandung:
kodein fosfat hemihidrat setara dengan kodein 10 mg
2. codein 15 mg (no.reg. gnl9712411810b1)
tiap tablet mengandung:
kodein fosfat hemihidrat setara dengan kodein 15 mg
3. codein 20 mg (no.reg. gnl9712411810c1)
tiap tablet mengandung:
kodein fosfat hemihidrat setara dengan kodein 20 mg

Indikasi:
-batuk kering atau batuk dengan nyeri.
Kontraindikasi:
-batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.
Efek Samping:
-konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis
besar.
Dosis:
- Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari; jarang diberikan
sebagai obat batuk pada anak-anak.
-Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal
60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam
maksimal 30 mg/hari.

11
Mekanisme kerja :
Kodein merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) yang dapat
menyebabkan depresi pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak perilistatik
usus, stimulasi kremoreseptor dan penekanan reflek batuk.

C. Obat Expektoran

Ekspekteron adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari


slauran pernafasan (Ekspektorasi) dengan cara merangsang selaput lendir
lambung dan selanjutnya secara reflek memicu pengeluaran lendir saluran nafas
sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak.
Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak.
(Estuningty & arif, 2007).

Contoh obat obat ekspektoran:


1. ALERIN (kirana, 2007)

Allerin Expectorant 60 ml

Indikasi: Meringankan batuk berdahak dan pilek.

Kontra Indikasi: Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat
simpatomimetik lain (misal: fenilefrin, fenilpropanolamin), penderita tekanan
darah tinggi berat dan yang mendapat terapi obat antidepresan tipe penghambat
Monoamin Oksidase (MAO). Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.

Komposisi: Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung: Difenhidramin HCl 12,5


mg ,Guaifenesin 50 mg , Natrium Sitrat 180 mg, Pseudoefedrin HCL 15 mg

12
Cara Kerja Obat: Bekerja sebagai antihistamine, antitusif, ekspektoran, dan
dekongestan hidung.

Dosis: Minum 3 kali sehari , Dewasa: 10 ml (2 sendok takar) , Anak 6 - 12 tahun:


5 ml (1sendok takar) , Anak 2 - 6 tahun: 2.5 ml (1/2 sendok takar).

Efek Samping: Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia,


eksitasi, tremor,takikardia, aritma, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih.

Interaksi Obat : penggunaa bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat


mengakibatkan krisis hipertensi.

Penyimpanan: Simpan pada suhu kamar (25 - 30 derajat C).

2. OBH (kirana, 2007)

Sirup Botol 100 ml, 200 ml


Komposisi:
Tiap 5 ml (1 sendok teh) mengandung:
- Succus Liquiritae 166,66 mg
- Ammonium Chlorida 100 mg
- Ammonium Anisi Spir 100 mg
Cara Kerja Obat: Sebagai ekspektoran (pengencer dahak) pada gangguan batuk.
Indikasi: Batuk berdahak
Kontraindikasi: Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.

Dosis:
- Dewasa : 1 sendok makan (15 ml) 1 4 x sehari

13
- Anak : 1 sendok teh (5 ml) 1 4 x sehari

3. COMTUSI (kirana, 2007)

Kandungan : Oxomemazine 1,65 mg, Guaifenesin 33,3 mg .


Indikasi : Untuk meringanakan gejala batuk karena alergi, batuk berdahak.
Kontra Indikasi : Mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare. Efek
samping ini akan berkurang setelah beberapa hari pengobatan.
Efek Samping : Tidak boleh digunakan pada penderita yang alergi terhadap obat
ini.
Dosis: BB 10-20 kg : 2-3 x sehari 5 ml, BB 20-30 kg : 2-3 x sehari 10 ml, BB 30-
40kg : 3-4 x sehari 10 ml, BB > 40kg : 4 x sehari 10 ml
Komposisi: oxomemazine 1,65 mg dan guafenesin 33,3 mg

Cara Kerja Obat : Oxomemazine bekeria sebagai anti histamin.


Guaifenesin bekeria membantu mengeluarkan dahak dengan cara
mencairkan sekret bronkhi.
4. MEZINEX (kirana, 2007)

Kandungan : Promethazine HCl 5 mg, ekstrak ipecac 3 mg, glyceril guaiakolat 45


mg, etanol 0,04%,

Indikasi : Meredakan batuk berdahak atau batuk karena alergi.

14
Dosis : dewasa : 1 sampai 3 sendok the 3 kali sehari, anak 5 sampai 12 tahun : 1
sampai 2 sendok the 2 sampai 3 kali sehari, anak usia 2 sampai 5 thn: sampai
sendok the 2 sampai 3 kali sehari.

Mekanisme kerja : mengurangi dahak di saluran udara, Merangsang evakuasi


perut, Memblokir efek dari histamin kimia alami dalam tubuh.

Komposisi : Guaifenesin, Ipecacuanha Liquid Extract , Promethazine


Hydrochloride

Efek samping : Sakit perut, Gerakan longgar, Muntah, Ruam kulit gatal , Ruam,
Nyeri prekordial.
Kontra indikasi : Jangan menggunakan Lerzin untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada Cetirizine.

5. EXCOSIN SIRUP (kirana, 2007)

Kandungan: Per 5 ml : Parasetamol 120 mg, Ammonium Klorida 100 mg, Efedrin
HCl 5 mg, Klorfeniramini maleat 2 mg, Succus Glycyrrhizae 150 mg

.indikasi : Menghilangkan gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.


kontraindikasi : Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit koroner, sakit ginjal.

Interaksi obat : antihistamin dapat mempotensiasi depresan susunan saraf pusat


lain.
aksi diperpanjang oleh obat-obat penghambat mono amin oksidase.
penggunaan Parasetamol jangka panjang dapat mempotensiasi antikoagulan oral.

efek samping : Ngantuk, pusing, gangguan saluran pencernaan, mulut kering,


kesulitan berkemih.

15
Kemasan : Sirup 60 mL
Dosis :
- Dewasa & anak-anak berusia lebih dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok
makan. -Anak berusia 6-12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.
-Anak berusia 3-6 tahun : 3 kali sehari sendok teh.

D. Bronkodilator

Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi


obstruksisaluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi. Bronkodilator
adalah kelompok obat yang bisa digunakan untuk memperlancar pernapasan. Ada
tiga jenis obat bronkodilator yang umum digunakan, di antaranya :
1. Antikolinergik (tiotropium, ipratropium, glycopyrronium, dan
aclidinium)
2. Agonis beta-2 (salmeterol, salbutamol, dan formoterol)
3. Teofilin
Berdasarkan waktu kerjanya, bronkodilator dibagi menjadi dua, yaitu
reaksi cepat dan reaksi lambat. Bronkodilator reaksi cepat biasanya diberikan
untuk seseorang yang mengalami gejala sesak napas secara tiba-tiba. Sedangkan
bronkodilator reaksi lambat biasanya ditujukan untuk mengontrol gejala sesak
napas pada penderita penyakit paru-paru kronis atau asma.(Tabrani R, 2010)
Contoh obat :
1. Tiotropium (jenis antikolinergik) (Raharjo, Sastrowardoyo W,2009)

Komposisi : Kombinasi garam Formoterol / Tiotropium Bromide


Indikasi : terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik termasuk
bronchitis dan emfisema kronik dan dispnea yang menyertainya.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap atropin atau derivatnya
atau komponen penyusun produk.
Efek samping : dehidrasi, pusing, sakit kepala, insomnia,
penglihatan kabur, peningkatan tekanan intraokular, glaukoma,
takikardi, palpitasi, takikardi supraventikular, atrial fibrilasi,
bronkospasme, epistaksis, laringitis, faringitis, sinusitis, disfonia,

16
batuk, obstruksi intestinal, stomatitis, gingivitis, glositis,
kandidiasis orofaringeal, refluks gastroesofagal, disfagia,
konstipasi, mulutkering, mual, karies gigi, reaksi hipersensitivitas,
udema angioneurotik, urtikaria, pruritus, kulit kering, ruam kulit,
pembengkakan sendi, retensi urin, disuria.
Dosis : dewasa (termasuk lansia), 1 kali sehari satu kapsul untuk
inhalasi (22,5 mcg tiotropium bromide setara dengan18 mcg
tiotropium), tidak boleh ditelan, tidak boleh digunakan lebih dari 1
kali sehari.
Mekanisme kerja : Tiotropium Bromide meningkatkan kondisi
pasien dengan melakukan fungsi yaitu membuka saluran udara dari
paru-paru.

2. Ipratropium (jenis antikolinergik) (Raharjo, Sastrowardoyo W,2009)

Komposisi : Garam Ipratropium Bromide


Indikasi : bronkospasme yang berkaitan dengan pada pasien yang
diterapi dengan ipratropium dan salbutamol.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap ipratropium, turunan
atropin, obstruksi hipertropi kardiomiopati, takiaritmia.
Efek samping : lihat keterangan pada stimulan adrenoseptor beta-2
Dosis : dewasa dan lansia: 1 dosis UDV 3-4 kali sehari. Penderita
obstruksi paru kronis yang memiliki kebiasaan merokok,
dianjurkan konseling dengan dokter untuk menentukan dosis dan
kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan jika tidak ada perbaikan
pada obstruksi paru kronis.
Mekanisme kerja : ipratropium Bromide meningkatkan kondisi
pasien dengan melakukan fungsi yaitu membuka saluran udara dari
paru-paru.
3. Salbutamol (Agonis beta-2) (Raharjo, Sastrowardoyo W,2009)

17
Komposisi : mengandung salbutamol sulfat setara dengan
salbutamol 2 mg (tiap tablet)
Indikasi : obat golongan beta-adrenergik yang berfungsi
melebarkan saluran napas, sehingga diindikasikan untuk asma dan
penyakit paru obstruktif kronik (bronkitis kronik dan emfisema).
Obat ini dapat meredakan gejala asma ringan, sedang atau berat
dan digunakan untuk pencegahan serangan asma.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan untuk penderita gangguan
jantung dengan nadi cepat. Selain itu, salbutamol tidak boleh
digunakan pada penderita abortus yang mengancam selama
kehamilan trimester 1 dan 2 serta penanganan persalinan prematur.
Efek samping : tremor (getaran pada jari jari yang tidak dapat
dikendalikan), rasa gugup, dan kesulitan tidur. Efek samping yang
lebih jarang antara lain mual, demam, muntah, sakit kepala, pusing,
batuk, keram otot, reaksi alergi, mimisan, peningkatan napsu
makan, mulut kering, dan berkeringat.
Dosis
a. Dosis tablet :
1. Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali
pemberian setiap 8 jam, maksimal 6 mg/hari.
2. Anak 6 12 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali per hari,
maksimal 24 mg/hari.
3. Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 2 4 mg sebanyak 3 4
kali per hari, maksimal 32 mg/hari.
b. Dosis sirup :
1. Anak 2 6 tahun: dimulai dari dosis 0,1 mg/kg/pemberian
sebanyak 3 kali; maksimal 3 x 2 mg. Jika diperlukan dapat
ditingkatkan menjadi 0,2 mg/kg/pemberian sebanyak 3 kali,
maksimal 3 x 4 mg.
2. Anak 6 14 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali; dapat
ditingkatkan sampai maksimal 24 mg/hari.
c. Dosis penguapan :

18
1. Anak di bawah 2 tahun: 0,2 0,6 mg/kg/hari dibagi menjadi
setiap 4 6 jam.
2. Anak 2 12 tahun: 0,63 2,5 mg/pemberian, diberikan 2 3
kali.
3. Dewasa: 2,5 mg diuapkan setiap 4 8 jam sesuai kebutuhan.
4. Dosis inhaler untuk anak di atas 4 tahun dan dewasa: 1 2
tarikan napas setiap 4 6 jam. Inhaler harus dikocok dengan
baik dan dicoba disemprotkan di udara sebelum penggunaan
awal.
Mekanisme kerja : Salbutamol merupakan suatu senyawa yang
selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot
bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik
dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama
setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang
disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan
dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman
karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka bisa
digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

4. Formoterol (Agonis beta-2) (Purwaningsih S,2008)

Komposisi : Kombinasi garam Formoterol / Tiotropium Bromide


Indikasi : gejala obstruksi bronkus pada asma bila pengobatan
dengan kortikosteroid tidak mencukupi
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat dan komponen obat.
Efek samping : susunan saraf pusat: sakit kepala, gangguan tidur,
agitasi, lemah; kardiovaskular: palpitasi, takikardi; sistem
pernapasan: spasme bronkus; muskuloskeletal: tremor, kram otot.

19
Dosis : Inhalasi Serbuk, asma 4.5? mcg 1? aktuasi 1-2 kali sehari
pagi atau malam. Ditambah hingga 18 mcg 2 kali sehari pada
obstruksi saluran napas yang berat. Dosis maksimum 4 atau 8
aktuasi. Dosis pemeliharaan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan
Mekanisme kerja : Formoterol meningkatkan kondisi pasien
dengan melakukan fungsi yaitu bertindak secara lokal di paru
paru sebagai bronkodilator.

5. Teofilin (Purwaningsih S, 2008)

Komposis : Tiap tablet salut selaput EUPHYLLIN Retard Mite


mengandung 125 mg teofilin anhidrat.
Indikasi : obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap teofilin atau komponen lain
pada formulasi.
Efek samping :
1. Mual dan muntah.
2. Sakit atau kram perut.
3. Detak jantung cepat atau tidak beraturan.
4. Gangguan tidur atau insomnia.
5. Diare
6. Kehilangan selera makan.
7. Sering buang air kecil.
8. Merasa pusing dan sakit kepala.
Dosis :
1. Bronkospasme akut berat diberikan secara i.v, untuk pasien yang
tidak menerima teofilin atau golongan xantin lainnya dalam 24 jam
terakhir, dosis terapi 4-5 mg/kg selama 20-30 menit diikuti dengan
dosis perawatan 400-600 mikrogram/kg per jam.
2. Bronkospasme akut, teofilin diberikan secara oral pada orang
dewasa yang sebelumnya tidak minum teofilin dan golongan xantin
lainnya dosis terapi 5 mg/kg. Dosis dikurangi pada geriatri dan
pasien dengan cor pulmonal, gagal jantung, dan penyakit hati,

20
sedangkan perokok membutuhkan dosis perawatan yang lebih
tinggi.
3. Bronkospasme kronik, teofilin diberikan pada dosis 300-1000
mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk preparat dengan modifikasi
pelepasan dapat diberikan 1x sehari dengan dosis 400 atau 600 mg
per hari.
4. Titrasi dosis pada orang dewasa dimulai dengan 300 mg per hari
dalam dosis terbagi selama 3 hari, jika ditoleransi dengan baik
dapat ditingkatkan menjadi 400 mg selam 3 hari jika ditoleransi
dan dibutuhkan dosis dapat ditingkatkan hingga 600 mg.
Mekanisme kerja : Teofilin merupakan turunan metil xantin yang
mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan
melemaskan otot polos, terutama bronkus.
E.Obat Kardiovaskular
Pengertian Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang
mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah) secara langsung ataupun tidak langsung Jantung dan pembuluh
darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan
makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung
sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah
ke jaringan. (Tjay TH, Rahardja K,2008)
Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA,
nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.
Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan
parasimpatis.
Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem
kardiovaskuler.
Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan:
a.Obat Antiangina
b.Obat Antiaritmia
c.Obat Glikosida
d.Obat Antihipertensi

21
A. ANTIANGINA (Tjay TH, Rahardja K,2008)

Antiangina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran
darah koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung,
Kondisi yang paling sering melibatkan Iskemia jaringan dimana obat-obat
vasilisator digunakan, Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak
seimbangan antara permintaan (demand)) dan penyediaan (supply) oksigen pada
salah satu bagian jantung.
Penyebab angina:
Kebutuhan O2 meningkat exercise berlebihan Penyediaan O2 menurun
sumbatan vaskuler .

Cara kerja Antiangina:


Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan
kerjanya. (penyekat reseptor beta) Melebarkan pembuluh darah koroner
memperlancar aliran darah (vasodilator)
Kombinasi keduanya Obat Antiangina:
1.Gol Nitrat Cara kerja : Mengakibatkan vasodilatasi / pelebaran pembuluh darah
perifer dan koroner Efek terhadap jantung : Mengurangi kebutuhan oksigen,
miokard/jantung dan meningkatkan suplai oksigen miokard/jantung.
Indikasi : Antiangina, gagal jantung
Efek samping : Sakit kepala, pusing, muka merah, dll
Kontraindikasi : VIAGRA Contoh: ISDN,NMR
PERHATIAN :
Untuk angina pektoris/sakit dada tablet 5 mg letakan di bawah lidah
(sublingual)
Digunakan 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan dokter
Sublingual tdk boleh dibelah atau digerus

22
sehari pada pagi hari dan malam seb. Tidur
15 menit setelah menggunakan obat sublingual tdk ada efek, harus segera ke
rumah sakit.
Beta bloker Cara kerja:
Mengurangi konsumsi oksigen miokard
Penggurangan kontraktilitas miokard
Pengurangan denyut jantung (laju sinus)
Pengurangan konduksi AV dan
Pengurangan tekanan darah sistolik
INDIKASI :- Antiangina, Hipertensi, Gagal jantung Kontraindikasi:
-Blok AV derajat 2 dan 3
-Asma
-Gagal jantung yang dalam keadaan dekompensasi Penyakit arteri perifer.
EFEK SAMPING :
Nausea, muntah, diare ringan, konstipasi, Mimpi buruk, insomnia,
halusinasi, depresi mental Rasa lelah, demam, purpura
Contoh: Bisoprolol MAINTATE, CONCOR c. Calsium antagonis
INDIKASI : Antiangina, Anti-Hipertensi
CARA KERJA :
Menghambat kontraksi miokard dan otot polos pembuluh darah
Melambatkan konduksi AV dan depresi nodus SA
Vasodilatasi, inotropik, dll
EFEK:
Mengurangi konsumsi oksigen jantung
Memperbaiki toleransi pasien angina pektoris
Mengurangi kebutuhan nitrogliserin dan perubahan iskemik jantung saat istirahat
dan aktifitas
EFEK SAMPING : - Hipotensi - Nyeri kepala - Muka merah
CONTOH:
Amlodipin, Diltiazem FARMAKODINAMIK Khasiat farmakologik:
Dilatasi pembuluh darah dapat menyebabkan hipotensi sinkop

23
Relaksasi otot polos nitrat organik membentuk NO menstimulasi guanilat
siklase kadar siklik- GMP meningkat relaksasi otot polos (vasodilatasi)
Menghilangkan nyeri dada bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung Pada dosis tinggi dan pemberian cepat venodilatasi
dan dilatasi arteriole perifer tekanan sistol dan diastol menurun,curah jantung
menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi)
Efek hipotensi
terutama pada posisi berdiri karena semakin banyak darah yang menggumpul
di vena curah darah jantung menurun, menurunya kerja jantung akibat efek
dilatasi pembuluh darah sistemik penurunan aliran
darah balik ke jantung
Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos: bronkus,
saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas tidak digunakan di klinik .
Farmakokinetik
Metabolisme nitrat organik terjadi di hati Kadar puncak 4 menit setelah pemberian
sublingual Ekskresi sebagian besar lewat ginjal Sediaan dan Posologi
Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 10
mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 0,6 mg Untuk pencegahan digunakan sediaan per
oral: kadar puncak 60 90 menit, lama kerja 3 6 jam Par enteral (IV) baik
digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak stabil, angina akut
dan gagal jantung kongestif Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja
4-8 jam Sediaan Nitrat kerja singkat (serangan akut) Sediaan sublingual
(nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat) Amil nitrit inhalasi Nitrat kerja
lama: Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta
eritritol tetranitrat) Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal) Nitrogliserin
transmucosal/buccal Nitrogliserin invus intravena Efek Samping
Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia
Indikasi:
1.Angina pectoris 2.Gagal jantung kongestif 3.Infark jantung
Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi
reseptor alfa

24
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin frekuensi denyut jantung
menurun
Beta bloker meningkatkan supply O2 miokard perfusi subendokard
meningkat
2.Gagal jantung kongestif
3.Infark jantung

Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak
mempengaruhi reseptor alfa
Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin frekuensi denyut
jantung menurun
Beta bloker meningkatkan supply O2 miokard perfusi
subendokard meningkat

B. ANTIARITMIA (Tjay TH, Rahardja K,2008)

Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis,
yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari
pasien-pasien yang dianestesi, dan lebih dari 80% pasien dengan infarktus
miokardium akut.
aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau bahkan
gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler premature
yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler.
Mekanisme Kerja:
disebabkan aktivitas pacu jantung yang abnormal atu penyebaran impuls
abnormal.
Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik dan
memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke pergerakan
melingkar yang melumpuhkan.
Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah
1. Hambatan saluran natrium.
2. Hambatan efek otonom simpatis pada jantung.
3. Perpanjangan periode refrakter yang efektif, dan
4. Hambatan pada saluran kalsium.

25
Obat antiaritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih
daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara
selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi.
Obat penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas
tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase 2)
tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya.Karena itu, obat ini
menghambat aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran
aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara
bermakna (banyak saluran tidak aktif selama istirahat).Kerja
tersebut sering digambarkan sebagai use dependent atau state dependent yaitu
saluran yang sering
digunakan atau dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran dalam
sel normal yang dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak aktif
akan segera melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat. Saluran
dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai potensial
istirahat lebih positif dari pada -75mV ) akan pulih dari hambatan secara sangat
lambat . Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan secara
kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut melalui
satu atau kedua mekanisme.

Farmakodinamik
Beta bloker menghambat efek obat adrenergik
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan
labetolol
mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) efek anastesik
lokal
Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
Menurunkan tekanan darah
Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
Menghambat glikogenolisis di hati
Menghambat aktivasi enzim lipase
Menghambat sekresi renin antihipertensi

26
Farmakodinamik
Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan
metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
Sediaan
Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,
alprenolol
Contoh Obat :
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
Efek Samping
1. Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
2. Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing,
depresi
3. Alergi; rash, dan demam
Indikasi
angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif
hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis,
migren, glaukoma, ansietas Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes
Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung

C. GLIKOSIDA (Hamzah,Isbandiati E,2001)

Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa
steroid yang mempunyai efek terhadap otot polos dan jaringan lainnya.
Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah peningkatan kontraktilitas
jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki ketidak seimbangan karena
kegagalan tersebut. Glikosida Jantung Digitalis berasal dari daun Digitalis
purpurea Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di sarcolema
kedalam sel digitalis mempermudah kontraksi.
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP- ase ion K didalam sel menurun
aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)
Farmakodinamik
Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
Mekanisme kerjanya:
Menghambat enzim Na, K ATP-ase
Mempercepat masukanya Ca kedalam sel

27
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema,
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan
(iritasi jaringan)
Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta
pengosongan lambung
Distribusi glikosida lambat
Eliminasi melalui ginjal
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-
ase ion K didalam sel menurun aritmia
(diperberat jika dikombinasi dengan HCT) Farmakodinamik
Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
Mekanisme kerjanya:
Menghambat enzim Na, K ATP-ase
Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat
suntukan (iritasi jaringan) Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta
pengosongan lambung
Distribusi glikosida lambat
Eliminasi melalui ginjal Intoksikasi Keracunan biasanya terjadi karena:
Pemberian dosis yang terlalu cepat
Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
Adanya predisposisi keracunan Dosis berlebihan
Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel,
gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan otot),
penglihatan kabur
Sediaan
Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
Digoksin 0,25 mg
Beta-metildigoksin 0,1 mg
Komposisi: Digoxin

D.ANTIHIPERTENSI (Tjay TH, Rahardja K,2008)

28
Penderita-penderita yang tidak diketahui penyebabnya disebut penderita
hipertensi esensial. Umumnya peningkatan tekanan darah ini disertai penigkatan
umum resistensi darah untuk mengalir melalui arterioli,dengan curah jantung yang
normal. Peningkatan tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai
kelainan(multifaktorial). Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya faktor
keturunan, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai
kontributor berkembangnya hipertensi.
Anti Hipertensi:
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah
Obat anti hipertensi dibedakan:
Diuretik
Beta bloker
Alfa bloker
Ca antagonist
Penghambat ACE

Mekanisme kerja: Menghambat reseptor A1 sehingga menyebabkan vasodilatasi


arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer.

Efek samping: Berikut adalah daftar efek samping yang memungkinkan yang
dapat terjadi dari semua bahan-bahan konstitusi Tribenzor Tablet. Ini bukanlah
daftar yang komprehensif. Efek-efek samping ini memungkinkan, tetapi tidak
selalu terjadi. Beberapa efek samping ini langka tetapi serius. Konsultasi pada
dokter Anda jika Anda melihat efek samping berikut, terutama jika efek samping
tidak hilang.
Fotosensitifitas
Mulut kering
Ketidakseimbangan elektrolit
Masalah pencernaan
Muntah
Kelebihan asam urat dalam darah

Kontra idnikasi: Hipersensitivitas pada Tribenzor Tablet adalah sebuah


kontraindikasi. Sebagai tambahan, Tribenzor Tablet tidak boleh dikonsumsi jika
Anda memiliki kondisi berikut:
Asma
Diabetes
Gangguan ginjal
Hamil
Penyakit ginjal
Penyakit hati

Komposisi: Tribenzor Tablet dibuat dari bahan-bahan aktif berikut (garam)


Amlodipine Besylate

29
Hydrochlorothiazide
Olmesartan Medoxomil

30
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Definisi Obat : Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang
selain makanan yang mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap
organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis maupun biokimiawi.Obat dapat
menjadi racun apabila tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan,maka dari
itu obat digolongkan.
Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa
hal, diantaranya :
- Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
- Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
- Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

SARAN
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :
Dapat mengetahui dan dapat meningkatkan wawasan tentang Obat.
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada
semua pembaca agar dapat mengetahui dan memahami arti obat
serta dapat memberikan kritik dan saran nya agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi
semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

31
Bellini LM, Grippi MA. Pulmonary Pharmacotherapy. In Fishman AP, Elias
JA,Fishman JA, Gripii MA, Kaiser LR, Senior RM editor Manual of Pulmonary
DiseaseAnd Disorders. USA. The McGrow Hill Companies. 2002,1099-11024.

Boushey HA. Obat-obat Asma. In Sjabana D, Raharjo, Sastrowardoyo W,


Hamzah,Isbandiati E, Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi Dasar Dan
Klinik jilid I. Jakarta.Salemba Medika. 2001,590-5995.

Tjay TH, Rahardja K. Obat Asma Dan COPD. Obat-obat Penting kasiat,
penggunaandan efek samping. Jakarta. Elex media computindo.2008,645-6466.

Alsagaff H, Mukty A. Asma. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga


university press.2009,292-295

32

Anda mungkin juga menyukai