Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGGOLONGAN OBAT

Dosen Pengampu : Sri Hartati, Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Elva Trynda Hasibuan

029PA20053

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


AKADEMI KEPERAWATAN

Jln. Pasir Gede Raya No. 19 Telp. (0263) 247206 Fax. 270953

Cianjur 43216

Tahun Ajaran 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunianya
yang begitu besar , saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat
bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi. Adapun tema makalah ini adalah “Penggolongan
Obat”
Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya miliki ,
saya berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi , terutama dari media
internet dan beberapa sumber lainnya . kegiatan penyusunan makalah ini memberikan saya
tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan saya, dan semoga bagi
para pengguna makalah ini
Sebagai manusia biasa, saya sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna , oleh karena itu saya berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik bagi diri sendiri maupun pengguna
makalh ini .
Akhirulkalam kami pengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua dalam
naungan kasih dan sayangnya-nya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
3. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

1. Pengertian Obat ...................................................................................................... 3


2. Obat-obat Pencernaan ........................................................................................... 3
3. Obat-obat Pernapasan ............................................................................................ 3
4. Obat Antimikroba dan Parasit ................................................................................ 4
5. Obat-obat Oksitoksik / Uteri Tunika ....................................................................... 6
6. Obat-obat Analgetik, Antipiretik, Antiimplamasi ................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10

1. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
2. Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup,
berkhasiat nyata dan berkualitas baik (Sambara, 2007). Saat ini banyak sekali beredar
berbagai macam jenis obat baik itu produk generik maupun produk dagang, pada
umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi produk
obat bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu disebabkan
adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah dari pada produk yang
bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006). Dokter juga sering kali memberikan resep non
generik kepada pasien sebagai pilihan untuk pengobatan, padahal harga produk
merk dagang lebih mahal dari obat generik, sehingga bagi pasien yang tidak mampu
sering membeli setengah dari resep dokter. Hal ini sangat berbahaya, terutama bila
obat tersebut adalah antibiotik. Mutu dijadikan dasar acuan untuk mendapatkan
kebenaran khasiat (efikasi) dan keamanan (safety). Mutu sediaan obat dapat ditinjau
dari berbagai aspek, antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan
kimia dimana sediaan obat (tablet, kapsul, dan sediaan lainnya) harus memenuhi
kriteria farmakope (Harianto dkk, 2006).
Hasil Survei Ekonomi Nasional 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang
mengeluh sakit selama sebulan sebelum survai dilakukan sebesar 25,49% di
perkotaan dan pedesaan, keluhan terbanyak mencakup demam, sakit kepala, batuk,
dan pilek. Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia
yang mengeluh sakit persentase terbesar adalah pengobatan sendiri (58,78%),
terutama menggunakan obat (83,88%), sisanya menggunakan obat tradisional dan
atau cara tradisional (BPS, 2002). Berkaitan dengan pengobatan sendiri, telah
dikeluarkan berbagai peraturan perundangan, antara lain pengobatan sendiri hanya
boleh menggunakan obat yang 1 2 termasuk golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas (SK Menkes No.2380/1983).

1
Berkaitan dengan pengobatan sendiri, telah dikeluarkan berbagai peraturan
perundangan, antara lain pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang 1
2 termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (SK Menkes
No.2380/1983). Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas wajib mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang
kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pemakaian, dosis, dan pernyataan lain
yang diperlukan (SK Menkes No.917/ 1993). Ada batas lama pengobatan sendiri
untuk keluhan tertentu. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan
tanda peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK Menkes
No.386/1994). Sumber obat yang paling dominan adalah warung (44,35%) dan yang
lainnya adalah puskesmas (15,85%), praktek perawat/ bidan (11,44%), toko obat
(9,31%), praktek dokter (8,41%), apotik (5,03%) dan RS hanya 2,36%. Pada umumnya
penggunaan obat ditujukan untuk mengobati penyakit (91,56%), sedangkan untuk
menjaga kesehatan 5,58% dan untuk keluarga berencana 1,16% (Depkes, 1999).

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan obat?
2) Apa saja obat untuk pencernaan?
3) Apa saja obat untuk pernapasan?
4) Apa saja obat antimikroba?
5) Apa saja obat oksitoksik?
6) Apa saja obat analgetik, antipiretik, antiinflamasi?

3. Tujuan
1) Dapat mengetahui apa itu pengertian obat
2) Dapat mengetahui apa saja penggolongan obat
3) Dapat mengetahui apa saja obat pencernaan
4) Dapat mengetahui obat pernapasan
5) Dapat mengetahui obat antimikroba
6) Dapat mengetahi obat oksitoksik
7) Dapat mengetahui obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
mementukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyaki, luka atau kelainan jasmani dan rohani pada manusia
atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

2. Obat pencernaan
Pengobatan untuk gangguan pencernaan sangat bervariasi. Tergantung kepada
penyebab dan tingkat keparahannya, dokter dapat meresepkan obat-obatan, atau
menjalankan prosedur bedah. Ada beberapa obat-obatan yang dapat diresepkan
dokter untuk menangani gangguan pencernaan adalah:
a. Obat maag, misalnya antasida, penghambat histamin-2 (H2 blockers), dan
jenis penghambat pompa proton (proton pump inhibitor).
b. Paracetamol.
c. Probiotik.
d. Obat pencahar.
e. Antibiotik.
f. Obat yang menurunkan sistem kekebalan tubuh untuk penyakit autoimun
(obat imunosupresif).
g. Obat yang melemaskan otot anus, misalnya nifedipine atau nitrogliserin.
h. Suntik botox.

3. Obat pernapasan
Pengobatan infeksi saluran pernapasan akan disesuaikan dengan kondisi
penderitanya. Sebagian kasus infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus
terkadang tidak membutuhkan perawatan spesifik dan bisa sembuh dengan
sendirinya. Namun, untuk membantu meredakan keluhan dan gejalanya, penderita
disarankan untuk beristirahat dengan cukup, mandi dengan air hangat,

3
mengonsumsi makanan atau minuman yang hangat, berkumur dengan air garam,
minum air putih dalam jumlah yang cukup, dan menghindari paparan udara dingin.
Jika penderita mengalami demam, mengonsumsi obat pereda demam,
seperti paracetamol juga bisa dilakukan. Namun, jika gejala infeksi saluran
pernapasan tidak sembuh dan bertambah parah, segera ke dokter untuk
mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa pilihan pengobatan yang akan
diberikan oleh dokter untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan, di antaranya
yaitu obat-obatan
a. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala infeksi saluran
pernapasan. Beberapa jenis obat yang biasanya diberikan adalah:
b. Obat antipiretik-analgetik, seperti paracetamol dan ibuprofen, untuk
meredakan demam dan mengurangi nyeri
c. Obat antibiotik, salah satunya amoxicillin, jika infeksi saluran pernapasan
disebabkan oleh bakteri
d. Obat antihistamin, seperti diphenhydramine, untuk mengurangi pengeluaran
lendir pada hidung jika infeksi saluran pernapasan disertai alergi
e. Obat antitusif, untuk mengurangi batuk
f. Obat dekongestan, seperti pseudoefedrin atau phenylephrine, untuk
meredakan hidung tersumbat
g. Obat kortikosteroid, seperti dexamethason atau prednison, untuk
mengurangi peradangan pada saluran napas dan mengurangi pembengkakan

4. Obat Antimikroba dan Parasit


Antimikroba
Obat antimikroba (antibiotik) dapat dikelompokkan berdasarkan:
 Daya Bunuh atau Daya Kerjanya Dalam Zat Bakterisid dan Zat Bakteriostatis.
Obat jenis ini dapat dikelompokan menjadi :
1) Bakterisid
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,
polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

4
2) Bakteriostatik
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, tetapi tidak membunuhnya,
sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan
tubuh. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,
linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Berdasarkan Spektrum Kerja Antibiotik yaitu Luas Aktivitas

Penggolongan obat ini berarti aktif terhadap banyak atau sedikit jenis mikroba.
Dapat dibedakan menjadi antibiotik dengan aktivitas sempit dan luas :

1) Spektrum luas (aktivitas luas)


Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba
yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam
kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan rifampisin.
2) Spektrum sempit (aktivitas sempit)
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis
mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negatif saja. Contohnya
eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba
gram-positif. Sedangkan streptomisin, gentamisin, hanya bekerja
terhadap kuman gram-negatif.

Berdasarkan Cara Kerjanya

Antibiotika golongan ini dibedakan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan
susunan kimiawinya. Ada tiga kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran
kerjanya :

a. Inhibitor sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel bakteri
sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan sering kali terjadi

5
lisis, mencakup golongan Penicsillin, Polipeptida, sikloserin, basitrasin,
vankomisin dan Sefalosporin, misalnya ampisillin, penisillin G;
b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya
rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid.
c. Inhibitor sintesis protein, yang mengganggu fungsi ribosom bakteri,
menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversibel, mencakup banyak
jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan
Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin,
streptomycin, oxytetracycline.

Parasit

Pengobatan infeksi parasit tergantung pada jenis parasit yang menyerang tubuh dan
tingkat keparahannya. Pada beberapa kasus, infeksi parasit bisa pulih dengan
sendirinya. Sementara pada kasus lainnya, infeksi parasit perlu ditangani dengan
pemberian obat-obatan antiparasit, seperti:

a. Albendazole
b. Ivermectin
c. Mebendazole
d. Nitazoxanide
e. Thiabendazole

5. Obat Oksitoksik
OKSITOSIK/ UTEROTONIKA

Oksitosik atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus


Oksitosik yang efektif:
Oksitosin dan derivatnya
Alkaloid ergot dan derivatnya
Prostaglandin semisintetik
Respon terhadap uterus bertingkat → mulai kontraksi uterus, ritmis sampai tetani
Anatomi Fisiologi Uterus

6
Uterus disarafi oleh: saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf adrenegik dari
ganglion hipogastrik
Respon uterus berbeda tergantung: spesies, pubertas (makin dewasa makin nyata),
hamil (makin aterm makin nyata)
Mineral yang berpengaruh adalah: Na dan Ca

Alkaloid Ergot
Sumber: jamur gandum Clavicus purpurea
Ergot mengandung: alkaloid ergot dan zat lain ( karbohidrat, gliserida, steroid, asam
amino, amin, basa amonium kuaterner)
Keracunan ergot dapat menyebabkan → abortus
Batas kontaminasi gandum oleh ergot adalah: < 0,3%

Alkaloid pertama yang ditemukan adalah: ergotoksin → merupakan campuran:


ergokristin, ergokornin, alfa ergokriptin dan beta ergokriptin
Ergotamin → senyawa paling kuat

Farmakokinetik Ergot
Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat
Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat →reaksi
perlu waktu 20 menit

Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit


Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine
Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan
dieliminasi lebih lambat

Macam Alkaloid ergot:


Ergotamin (alkaloid asam amino)
Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino)

7
Ergonovin (alkaloid amin)

Efek pada uterus:


Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
Sediaaan ergot paling kuat: ergonovine

6. Obat Analgetik
Parasetamol (Asetaminofen)
1) Efektif untuk sakit gigi dan sakit kepala
2) Efek antiinflamasi minimal, tdk untuk visceral pain
3) Dimetabolisme lewat konjugasi sulfat atau glukoronat
4) Metabolit reaktif (N-asetil-p-benzoquinonimine) didetoksifikasi oleh glutation
5) ESO : liver damage
6) Antidotum : N-asetilsistein
7) Tidak boleh digunakan pada kucing

Acetylsalicylic Acid (ASA)


1) Punya efek analgesic, antipiretik, antiinflamasi
2) Dimetabolisme lewat hidrolisis ester, efek penghambatan enzim
siklooksigenase bersifat irreversible, sehingga durasi kerjanya tergantung dari
re-sintesis enzyme
3) ESO : iritasi mukosa lambung (direct dan inhibisi sitesis PG); bronkokonstriksi
(call “aspirin asthma” krna hambatan sintesis PGE2 dan overproduksi
leukotriene)
4) Jangan digunakan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah; late
pregnancy (prolong labor, bleeding tendency on mother and infant,
premature closure of ductus arteriosus)

Dipyrone
1) Efek antipiretik dan analgesiknya paling tinggi

8
2) Efektif untuk visceral pain
3) Larut dalam air sehingga tersedia sediaan injeksi
4) Hati2 ESO agranulosytosis; cardiovascular collapse untuk individu yang
sensitive

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
mementukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyaki, luka atau kelainan jasmani. Obat juga terdiri atas obat
pencernaan, pernapasan hingga obat mikroba. dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan Sebagian besar intervensi medis menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan
berkualitas baik

2. Saran
Dengan adanya susunan makalah ini saya mengharapkan kepada semua pembaca
untuk mengetahui dan memahami arti obat. Semoga makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
10
http://eprints.ums.ac.id/30648/3/BAB_1.pdf

https://www.alodokter.com/gangguan-pencernaan

https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-pernapasan

https://www.slideshare.net/tarmizitaher/3-oksitosik

http://vlm.ub.ac.id/pluginfile.php/45436/mod_resource/content/1/ANALGESIK%2C
%20ANTIINFLAMASI%20DAN%20ANTIPIRETIK%20nofan.pdf

https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/01/pengertian-antimikroba.html?m=1

https://www.alodokter.com/infeksi-parasit

https://www.academia.edu/38099462/Edoc_site_makalah_penggolongan_obat

11

Anda mungkin juga menyukai