Anda di halaman 1dari 41

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

PEDOMAN EYD DAN


UNSUR SERAPAN
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
KELOMPOK 1

1. Agustin Yuniava Sidik


2. Ajeng Nanda Andaresta
3. Dede Rismawati
4. Diana Sri Aulia
A. Huruf Kapital Sesuai
EYD/PUEBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007:


413) Huruf kapital merupakan huruf yang berukuran dan
berbentuk khusus (lebih besar daripada huruf biasa,
biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata
pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri seperti
A, B, C: Huruf Besar.
Fungsi atau kegunaan huruf kapital menurut PUEBI
adalah sebagai berikut :
1. Dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat
Misalnya :
Dia membaca buku
Kita harus bekerja keras

2. Dipakai sebagai huruf pertama pada unsur nama orang termasuk julukan
Misalnya :
Dewi Sartika Nama orang
Jenderal Kancil Julukan
3. Dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung
Misalnya :
Adik bertanya “Kapan kita pulang?”
“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.

4. Dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama


Misalnya :
Islam Al-qur’an Allah
Kristen Alkitab Tuhan
5. a. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan atau akademil yang diikuti nama orang, termasuk
gelar akademil yag megikuti nama orang.
Misalnya :
Sultan Hasanudin
​Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Agung Permana, Sarjana Hukum

b. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,


keturunan, keagamaan, profesi, nama jabatan dan kepangkatan yang
dipakai sebagai sapaan.
Misalnya :
Selamat datang, Yang Mulia
Mohon Izin, Jendral
6. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi atau nama tempat
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Gubernur Papua Barat
7. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa
Misalnya :
bangsa Indonesia

suku Dani
​bahasa Bali

Catatan Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang


dipakaisebagai bentuk dasar kata turunan tidak
ditulis denganhuruf awal kapital.
Misalnya : pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.
Misalnya :
tahun Hijriah ​ tarikh Masehi
bulan Agustus ​ bulan Maulid
hari Jumat​​ hari Lebaran

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya :
Konferensi Asia Afrika
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya :
Jakarta​​ Asia Tenggara
Pulau Miangas​​ Amerika Serikat
Selat Lombok​​ Lembah Baliem
Gang Kelinci​​ Kelurahan Rawamangun
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata(termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalamnama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen,kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya :
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil
Presiden serta Pejabat Lainnya

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata(termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judulbuku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalahdan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,dan, yang, dan
untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas HukumPerdata”
12. Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan
Misalnya :
S.H. ​sarjana hukum​ S.K.M.​​sarjana kesehatan masyarakat
S.S.​​sarjana sastra​​ M.A. ​master of arts
K.H. ​kiai haji​​ Hj.​​hajah
Pdt.​​Pendeta​​ Sdr.​​saudara

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya :
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
B. Kata Kompleks Atau Kata Turunan sesuai EYD/PUEBI

Kata turunan atau kata berimbuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses afiksasi, reduplikasi, atau
penggabungan.
Secara umum, dapat ditarik dikatakan bahwa kata turunan adalah suatu kata
yang mendapat imbuhan, yaitu merupakan hasil proses dari afiksasi, reduplikasi,
atau penggabungan suatu kata yang dapat membentuk kata baru dan dengan
makna baru juga.
Kata turunan merupakan hasil dari proses afiksasi, reduplikasi, atau
penggabungan, oleh karena itu, sebelum mengetahui contoh-contohnya, kita
mempelajari apa itu afiks, reduplikasi, dan penggabungan.
Afiks adalah suatu bentuk linguistik yang keberadaannya
hanya untuk melekatkan diri pada bentuk-bentuk lain,
sehingga mampu menimbulkan makna baru terhadap
bentuk-bentuk yang dilekatinya tadi, Bentuk-bentuk
yang dilekati bisa terdiri atas pokok kata, kata dasar,
atau bentuk kompleks.
Sedangkan afiksasi adalah proses pembubuhan afiks
pada suatu bentuk, baik berupa bentuk tunggal maupun
kompleks untuk membentuk kata-kata baru
1. Ciri-ciri Afiks (Imbuhan)
a. Afiks merupakan unsur langsung
Afiks merupakan unsur pembentuk kata-kata baru di samping
unsur lainnya. Contoh: ber- + lari = ber lari.
b. Afiks merupakan bentuk terikat
Sebagai unsur langsung pembentuk kata-kata baru, afiks
merupakan imbuhan dan bukan bentuk bebas. Sebagai morfem,
afiks termasuk morfem terikat. Ber-, Me-, Pe-, ter-, adalah contoh
bentuk terikat yang tidak mempunyai apa-apa sebelum
mengikatkan diri pada bentuk lain.
c. Afiks melekat pada berbagai bentuk
Afiks harus mampu melekat pada berbagai bentuk, tidak hanya
pada satu bentuk tertentu. Afiks -an mampu melekat pada
berbagai bentuk kata sebagai berikut.
Makan + -an = makanan
Tulis + -an = tulisan.
d. Afiks tidak mempunyai makna leksis
Contoh :
Apakah makna ber-?
Apakah makna ter-?
e. Afiks mampu mendukung fungsi gramatik
Kata sifat (kata dasar) + konfiks (afiks) = bentuk kompleks (kata-kata
baru)
Malas + ke-an = kemalasan
f. Afiks mampu mendukung fungsi semantik
Contoh :
Paku terinjak oleh Adi.
Adik terpandai di kelasnya.
g. Afiks kedudukannya tidak sama dengan preposisi
Contoh :
Afiks : Ke + tua = ketua
Di + pukul = dipukul
Preposisi : Ke + rumah = ke rumah
Di + rumah = di rumah
Afiks​: jika berdiri sendiri tidak mempunyai makna leksis
Preposis​: jika berdiri sendiri mempunyai makna leksis
2. Prinsip-prinsip Kata Turunan
a. Jenis-jenis Afiks (Imbuhan)
1) Prefiks (awalan) 3) Simulfiks
Contoh : Contoh :
Me + laju​= melaju Ng- + kopi = ngopi
Di + kutip​= dikutip Ny- + sate = nyate
Ter + jatuh​= terjatuh
2) Infiks (Sisipan)
4) Konfiks (awalan akhiran)
Contoh :
Contoh :
Tunjuk + -el​= telunjuk
Ke-an + adil​= keadilan
Getar + -em​= gemetar
Ber-an + datang = berdatangan
Gigi + -er– ​= gerigi
Se-nya + baik = sebaiknya
3) Sufiks (akhiran)
se-an + malam = semalaman
Contoh :
akhir + -I​= akhiri
pukul + -an​= pukulan
Kembali + -kan = kembalikan
semua + -nya​= semuanya
b. Bentuk terikat
Bentuk terikat dalam KBBI diartikan sebagai bentuk bahasa yang perlu
digabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas.
Dikutip dari puebi.readthedocs.io, ada beberapa jenis bentuk terikat dan
contohnya yang perlu diketahui. Penjelasannya seperti berikut.

Contoh bentuk terikat:


antarkota
antibiotik
infrastruktur
pascasarjana
Swadaya
1)Bentuk terikat yang diikuti kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-)
Contoh: non-Indonesia non-ASEAN
anti-PKI pro-Barat

2)Bentuk Maha yang diikuti oleh kata turunan yang mengacu pada nama atau
sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital
Contoh: Marilah kita berdoa pada Tuhan Yang Maha Pengampun.
Mari kita memperbanyak syukur pada Tuhan Yang Maha Pengasih.

3)Bentuk Maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu kepada nama atau
sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis dirangkai.
Contoh: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita.
c. gabungan kata
Gabungan kata atau kata majemuk di dalam KBBI berarti gabungan
morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang
mempunyai pola fonologis, gramatika, dan semantis yang khusus
menurut kaidah bahasa.
Contoh: panjang tangan artinya adalah suka mencuri
meja hijau artinya adalah pengadilan
jago merah artinya adalah api
kumis kucing artinya adalah salah satu jenis taman

3.Perbedaan Kata Turunan dengan Kata Dasar


a.Kata turunan
Kata turunan atau kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah
diberi imbuhan, baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran
(sufiks), serta awalan-akhiran (konfiks).

a.Kata dasar
Kata dasar dalam KBBI diartikan sebagai kata-kata yang menjadi dasar
kata yang lebih besar. Dalam istilah linguistik, kata dasar adalah dasar
dari pembentukan suatu kata yang lebih besar.
Kata dasar sendiri merupakan jenis kata yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun atas morfem atau gabungan dari morfem.

Ciri-ciri kata dasar adalah sebagai berikut.


1) Merupakan satuan paling kecil dan mempunyai
makna sendiri
2) Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang
memiliki imbuhan atau yang merupakan kata
turunan
3) Jika mendapat imbuhan, kata dasar akan
mengalami perubahan makna
4) Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu
kesatuan kalimat tanpa perlu diberi imbuhan.
4.Cara Menulis Kata Turunan
a.Kata turunan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh: Bernyanyi, menulis, gemetar, dilakukan.

b.Kata turunan dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika bentuk


dasarnya bahasa asing.
Contoh: di-upload, men-download, meng-upgrade.

c.Kata turunan dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika bentuk


dasarnya berawalan huruf kapital atau singkatan dengan huruf kapital.
Contoh: pro-Barat, di-PHK.

d.Kata turunan ditulis terpisah jika bentuk dasarnya kata gabungan yang salah
satu berimbuhan (bisa berupa awalan atau akhiran).
Contoh: berjabat tangan, bekerja sama, bertepuk tangan, garis bawahi.
e.Kata turunan ditulis serangkai jika bentuk dasarnya berupa kata gabungan yang
diimbuhi awalan dan akhiran (konfiks).
Contoh: menandatangani, menyebarluaskan, mempertanggungjawabkan.
f.Kata turunan ditulis secara serangkai jika salah satu unsur gabungan kata
dipakai dalam kombinasi, yaitu berupa kata terikat dan kata bebas.
Contoh: dasawarsa, swadaya, mahasiswa, prasejarah.
a.Kata turunan ditulis terpisah jika kata turunan tersebut merupakan
gabungan maha dengan kata berimbuhan yang merujuk pada sifat atau
nama Tuhan.
Contoh: Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun.

b.Kata turunan ditulis serangkai jika kata turunan tersebut merupakan


gabungan maha dengan kata dasar yang merujuk kepada Tuhan,
kecuali, kata esa.
Contoh: Mahakuasa, Mahamulia, Mahasuci.

c.Kata turunan ditulis serangkai jika kata turunan tersebut merupakan


gabungan dari kata Maha dengan kata dasar tidak berimbuhan dan jumlah suku
katanya dua buah.
Contoh: mahasiswa, mahaguru.

d.Bentuk-bentuk terikat yang diserap bahasa Indonesia dari bahasa asing,


seperti anti, pro, dan kontra, dapat dijadikan sebagai bentuk dasar.
Contoh:
Kali ini, anggota lebih banyak yang pro dibandingkan dengan yang kontra.

e.Kata tak ditulis serangkai dan ditulis terpisah bila diikuti bentuk dasar yang
berupa kata berimbuhan.
Contoh: takabadi, takacuh, takakrab, takadil, tak terpisahkan, tak tertarik, tak
tercapai, tak bersuara, dan sebagainya.
5.Contoh Penulisan Kata Turunan yang Benar
Penulisan kata turunan dalam penulisannya harus diperhatikan, karena masih
sering terjadi kesalahan dalam penulisan kata turunan yang benar. Contoh
penulisan kata turunan yang benar seperti di bawah ini.
a.Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan awalan (prefiks)
Contoh:
ter- + bakar = terbakar
me- + bantu = membantu
ber- + rambut = berambut
b.Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan sisipan (infiks)

Contoh:
suling + -er- = seruling
tali + -em = temali
getar + -el = geletar
a.Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan akhiran (sufiks)
Contoh: pukul + -an = pukulan
sosial + -is = sosialis
Uang + -nya = uangnya

c.Berdasarkan yang berimbuhan awalan-akhiran (konfiks)


Contoh: se-an + hari = seharian
se-nya + mesti = semestinya
ber-an + muncul = bermunculan

d.Berdasarkan yang bentuk dasarnya dengan awalan kapital


Contoh: non- + PKI = non-PKI
non- + Indonesia = non-Indonesia
anti- + Barat = anti-Barat
di- + PHK = di-PHK
e.Berdasarkan yang bentuk dasarnya dari bahasa asing
Contoh: me- + download = men-download
me- + update = meng-update

f.Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mengalami imbuhan
awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: me- + garis bawah + i = menggarisbawahi
me- + sebar luas + kan = menyebarluaskan

g.Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata yang salah satu katanya
dipakai dalam kombinasi yaitu berupa kata terikat dan kata bebas
Contoh: ber- + jalan kaki = berjalan kaki
ber- + kerja keras = bekerja keras

h.Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan Maha dengan kata berimbuhan
merujuk pada nama atau sifat Tuhan
Contoh: Maha + Pengasih = Maha Pengasih
Maha + Pemurah = Maha Pemurah
i.Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan Maha dengan kata berimbuhan merujuk
pada nama atau sifat Tuhan
Contoh: Maha + Pengasih = Maha Pengasih

j.Berdasarkan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata maha dengan kata dasar tidak
berimbuhan dan jumlah suku katanya dua buah
Contoh: maha + bintang = mahabintang

k.Berdasarkan yang bentuk dasarnya salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Contoh: adi + kuasa = adikuasa
1.Berdasarkan yang bentuk dasarnya terdiri atas
kata tak
1)Kata tak ditulis dengan cara dirangkai
Contoh: tak + ada = takada
Tak + adil = takadil
Tak + arif = takarif

2)Kata tak ditulis dengan tidak dirangkai


Contoh: tak + segan = tak segan
tak + tentu = tak tentu
tak + boleh = tak boleh
C.Angka Bilangan Sesuai EYD/PUEBI

Menurut KBBI angka yaitu tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan
sedangkan bilangan yaitu banyaknya benda dan sebagainya; jumlah.
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), V̅ (5.000), M̅ (1.000.000)

1.Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.

2.a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.


Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

b.Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.

Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.

c.Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

d.Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b)
nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
d.Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

e.Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
f.Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1)Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas (12)
lima ribu (5.000)
2)Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua (½)
seperenam belas (⅟16)
tiga perempat (¾)

dua persepuluh (² ₁₀)

g.Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
abad XX
abad ke-20
abad kedua puluh
Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua
h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

abad XX

abad ke-20

abad kedua puluh

Perang Dunia II

Perang Dunia Ke-2

Perang Dunia Kedua

i. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)


j. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

k.Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti
berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.
l. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:

Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
D.Ejaan, Pungtuasi, Istilah dan Kata Serapan

a. pengertian ejaan
ejaan adalah keselururhan peraturan tentang perlambangan bunyi ujaran dan
hubungan antara lambang-lambang itu.
ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang
distandarisasikan

ejaan meliputi tiga aspek


1. fonologis : pemakaian dan penulisan huruf
2. morfologis : penulisan kata dan penulisan unsur serapan
3. sintaksis : penulisan penanda ujaran (tanda baca )

E. Kaidah Ejaan yang Berlaku bagi Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai


bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti
Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsure serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerob aerob
ai tetap ai
c di muka a, u, o dan konsonan mejadi k
trailer trailer
calomel kalomel
caisson kaison
construction konstruksi

au tetap au
cubic kubik
audiogram audiogram

coup kup
autrotoph autrotof

tautomer tautomer classification klasifikasi


hydraulic hidraulik

caustic kaustik
crystal kristal
Thank
you!!

Anda mungkin juga menyukai