Disusun Oleh :
Anisa Meliyani
32722401D20005
2021
1
Evidence Based Practice :
A. Teknik
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang akan terjadi pada perempuan, yang
melibatkan perubahan pada fisik maupun psikologis. Kematangan akan fisik dan psikologis
ibu dalam mempersiapkan kehamilan akan berdampak positif untuk harapan dirinya sendiri
secara personal ataupun bayi yang dikandungnya.
Psikologis ibu hamil yang positif akan berdampak positif kepada bayi yang
dikandungnya. Kondisi ini mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan selama kehamilan.
Penelitian Elizabeth R. Burns (2010) menyebutkan bahwa stress yang di alami ibu hamil akan
beresiko terhadap janin yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), selain itu ibu yang
mengalami stress bisa berakibat kecacatan pada bayi.
Ibu hamil mengungkapkan rasa cemas yang disebabkan perubahan fisik dalam
kehamilan, seperti mual-mual saat awal kehamilan. Ibu hamil juga mengungkapkan penyebab
rasa cemasnya karena kurangnya dampingan dari suami saat ibu tersebut sedang hamil.
Kecemasan ini akan bertambah jika semakin terbatasnya pedampingan suami hingga masa
kelahiran bayi. Bahkan hal yang dicemaskan oleh ibu hamil juga yaitu peranan ia yang akan
menjadi seorang ibu bagi anak pertama nya, kekhawatiran dengan kesempurnaan bentuk dan
fungsi organ janin dalam kandungan. Kekhawatiran ini disebabkan oleh banyaknya informasi
yang diperoleh dari media masa dan cerita dari masyarakat.
Ibu hamil selama masa kehamilannya juga mengalami kecemasan yang disebabkan
oleh proses persalinan yang akan dihadapinya. Kecemasan ini disebabkan karena informasi
dari media masa atau lingkungannya serta pengalaman yang terjadi di masyarakat. Persalinan
dengan tindakan dan operasi masih merupakan mimpi buruk untuk ibu hamil.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan ibu hamil cemas pada masa kehamilan
diantaranya meliputi perasaan takut akan pikiran dirinya sendiri, mudah tersinggung dan
muncul firasat buruk. Ketegangan yang dirasakan oleh ibu hamil seperti tidak bisa
beristirahat tenang, gelisah dan mudah menangis. Ibu hamil mengalami gangguan tidur,
bahkan selalu terbangun pada malam hari atau tidur menjadi tidak nyenyak. Yang pada
akhirnya merasakan lemas, lesu, kendutan, mual dan muntah.
Kehamilan ini merupakan suatu hal dengan peristiwa yang sementara yang terjadi
pada wanita pada saat tumbuhnya embrio dalam rahim hingga melakukan persalinan. Secara
umum kehamilan ini berlangsung 40 minggu dari tiga trimester, yaitu trisemester 1,
trisemeste 2, dan trisemester 3. Perubahan fisik serta psikologi pada ibu hamil diperlukan
adaptasi untuk mencapai peran yang baru menjadi orang tua.
Dijelaskan oleh teori Ramona T. Mercer dalam Janiwarty dan Pieter, 2013 yang
menyatakan bahwa pencapaian peran ibu hamil berawal dari stress selama kehamilan.
Keadaan ini bisa memberikan pengaruh positif, akan tetapi juga bisa memberikan pengaruh
2
negatif pada ibu hamil. Apabila ibu hamil mendapatkan dukungan yang positif dari orang
terdekat atau dukungan dari lingkungannya, maka ibu hamil akan mampu mengatasi stress
dalam kehamilannya. Kemampuan ibu hamil dalam menghadapi stress kehamilan ini, akan
menjadi pengalaman yang baik bagi ibu hamil untuk mencapai peran yang diharapkannya.
Namun, apabila ibu hamil tidak mendapat dukungan positif dari orang terdekat dan
lingkungannya, akan timbul pengaruh yang negatif dan gagal mencapai peran yang
diharapkannya.
B. Tujuan
Tujuan yaitu untuk menjelaskan bagaimana kecemasan ibu hamil dalam masa
perkembangan kehamilannya.
C. Kesimpulan
Kecemasan pada ibu hamil selama masa kehamilan dengan penyebab yang berbeda
sesuai dengan keluhan kecemasan. Hal ini merupakan suatu kecemasan ringan yang terjadi
pada ibu hamil. Maka dari itu diperlukan edukasi untuk ibu hamil sejak dini agar dapat
memperkecil kemungkinan ibu hamil tersebut mengalami kecemasan. Tentunya sebagai
tenaga kesehatan dapat membantu dengan memberikan informasi dan edukasi yang jelas
kepada ibu hamil dalam bentuk asuhan kehamilan.
3
KECEMASAN IBU DALAM PERKEMBANGAN KEHAMILAN
Abstrak
Kehamilan menjadi peristiwa perubahan peran seorang perempuan menerima kasih
sayang menjadi pengasuh. Ini merupakan salah satu dampak psikologis dari perubahan peran
perempuan dalam fisiologi. Namun kehamilan dapat memicu kecemasan yang berpotensi
menjadi stres pada ibu dan berdampak buruk pada janin dalam kandungan. Bantuan
psikologis diperlukan selama kehamilan untuk mencapai kehamilan yang sehat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecemasan ibu hamil dalam perkembangan
kehamilan di Dinas Kesehatan Kembaran II Banyumas. Manfaat penelitian ini diperoleh data
yang akurat tentang asuhan kehamilan sebagai dasar tindak lanjut program kesehatan ibu dan
anak. terutama selama kehamilan. Metode penelitian adalah kualitatif dengan wawancara
mendalam pada ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan mengungkapkan
kecemasan dalam kehamilannya karena adanya keluhan di awal kehamilan, ketakutan akan
kelainan dan kecacatan janin dalam kandungan serta perubahan perannya. Proses persalinan
kerap menjadi pemicu kecemasan pada ibu hamil saat ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat perasaan cemas pada ibu hamil selama hamil karena penyebab yang berbeda-beda
sesuai dengan tahapan kehamilannya. Berdasarkan keluhan dan hasil pengukuran kecemasan
didapatkan bahwa ibu hamil masih termasuk dalam kategori kecemasan ringan.
1. Pendahuluan
Kehamilan merupakan peristiwa unik yang terjadi pada perempuan dan melibatkan
perubahan fisik-psikologis. Kehamilan memberikan dampak perubahan peran seorang
perempuan, dari penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang karena hadirnya janin
dalam kandungannya. Berkaitan dengan periode transisi ini, maka diperlukan suatu
perencanaan yang pasti untuk kehamilan. Keadaan fisik-psikologis yang matang selama
kehamilan akan memberikan dampak positif berupa keyakinan terhadap harapan-harapan
tentang kesejahteraan dirinya secara personal dan bayinya, mendapatkan penerimaan sikap
dari masyarakat dari kehamilannya, identitas peran baru dan pemahaman sikap memberi dan
menerima (Reva Rubin dalam Janiwarty dan Pieter, 2013).
4
Psikologis yang positif selama kehamilan memberikan dampak yang positif pada ibu
dan bayinya. Setidaknya, kondisi ini mencegah kejadian yang tidak diinginkan pada masa
kehamilan. Diambil dari hasil penelitian di Jamaica menyatakan baru baru ini terdapat 23.1 %
dari ibu hamil pada usia 13 – 15 tahun, telah melakukan percobaan bunuh diri satu kali atau
lebih selama 12 bulan terakhir. Selain itu distres psikologis dan perilaku percobaan bunuh diri
pada kehamilan remaja di tempat lain di Amerika telah menunjukkan prevalensi di antara
13.3 - 20 % (Karline Wilson-Mitchell, Joanna Bennett, and Rosain Stennett, 2014).
Selain perilaku percobaan bunuh diri, kondisi depresi pada masa kehamilan juga
mempengaruhi kesejahteraan janin. Penelitian Elizabeth R. Burns (2010) menyebutkan
bahwa stres yang dialami ibu selama kehamilan meningkatkan risiko persalinan dengan Berat
badan lahir rendah (BBLR). Penelitian lain juga menunjukan bahwa kondisi stres ibu hamil
berakibat pada kecacatan bayi. Hal ini dapat difahami, mengingat kondisi stres ibu hamil
akan merubah perilaku keseharian ibu yang menyangkut gaya hidup, pemenuhan nutrisi,
aktifitas dan lainnya yang berkaitan langsung dengan pemenuhan nutrisi janin yang
dikandungnya (Suzan L. Carmichael, Chen Ma, Sarah Tinker, Sonia A. Rasmussen, Gary M,
2014).
Hasil Survey data ibu hamil di wilayah Kerja Puskesmas Kembaran II menunjukkan
jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kembaran II per Desember 2015 sebanyak 737
orang dan ditemukan kehamilan dengan risiko sejumlah 197 orang (26.7%). Berdasarkan
hasil wawancara dengan bidan koordinator Puskesmas Kembaran II juga diketahui bahwa
terdapat 2 orang ibu yang mengalami depresi pada masa kehamilan dan nifas.
2. Metodologi
5
Banyumas tepatnya di desa Ledug, kecamatan Kembaran, Banyumas. Analisis data
menggunakan tehnis analisis kualitatif dengan model analisis interaktif dari Milles dan
Hubermans, yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan
proses pengumpulan data berbentuk siklus.
Ibu hamil selama masa kehamilannya juga mengalami kecemasan yang disebabkan
oleh proses persalinan yang akan dihadapinya. Kecemasan ini disebabkan oleh informasi dari
media masa dan lingkungannya serta pengalaman yang terjadi di masyarakat. Persalinan
dengan tindakan dan operasi masih merupakan mimpi buruk untuk ibu hamil.
Reaksi kecemasan pada ibu hamil karena perubahan dalam kehamilan ditunjukan
dengan tanda dan gejala berikut: perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur,
gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, sensorik, cardiovaskular, pernafasan,
gastrointestinal, urogenital, vegetatif dan perilaku. Perasaan cemas ibu hamil dapat diuraikan
sebagai berikut: perasaan takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan muncul firasat
buruk. Ketegangan yang dirasakan oleh ibu hamil meliputi tidak bisa beristirahat tenang,
gelisah dan mudah menangis. Ibu hamil mengalami ketakutan jika ditinggal sendiri dan takut
gelap. Ibu hamil mengalami gangguan tidur yang meliputi sukar mulai tidur, terbangun
malam hari dan tidur tidak nyenyak. Ibu hamil merasa mengalami penurunan daya ingat dan
susah berkonsentrasi. Ibu hamil mengungkapkan terdapat perasaan depresi yang meliputi rasa
sedih dan bangun pada dini hari. Timbul gejala sakit dan nyeri otot, kedutan, merasa lemas,
6
lesu, mau pinsan, berdebar-debar, sering menarik nafas panjang, mual dan muntah, kembung.
Ibu hamil juga merasakan sering buang air kecil (BAK) dan tidak dapat menahan kencing,
mengalami pusing, mudah berkeringat, jari –jari gemetar,muka tegang dan merah. Reaksi
kecemasan pada ibu hamil pada penelitian ini rata rata memiliki skore 2 dengan perhitungan
skala HARS, dan dapat disimpulkan bahwa kecemasan ibu hamil ini termasuk dalam
kecemasan ringan.
c. Pembahasan
Kehamilan merupakan peristiwa sementara yang terjadi pada wanita mulai dari
tumbuhnya embrio dalam rahimnya sampai dengan proses kelahiran. Kehamilan ini
melibatkan perubahan fisik dan psikologis pada wanita. Secara umum pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan terbagi menjadi tiga trimester dalam waktu 40 minggu. Peristiwa
ini menyebabkan perubahan pada fisik dan psikologis. Perubahan yang terjadi pada
kehamilan menyebabkan individu harus beradaptasi untuk mencapai peran baru yaitu sebagai
orang tua. Secara normal, proses adaptasi dalam pencapaian peran baru ini berpotensi timbul
kecemasan pada ibu hamil. Dijelaskanoleh teori Ramona T. Mercer dalam Janiwarty dan
Pieter, 2013 yang menyatakan bahwa pencapaian peran ibu hamil berawal dari stress selama
kehamilan. Keadaan ini bisa memberikan pengaruh positif, akan tetapi juga bisa memberikan
pengaruh negatif pada ibu hamil. Jika ibu hamil mendapatkan dukungan positif dari orang
terdekat dan lingkungannya, maka ibu hamil akan mampu mengatasi stress dalam
kehamilannya. Kemampuan ibu hamil dalam menghadapi stress kehamilan ini, akan menjadi
pengalaman yang baik bagi ibu hamil untuk mencapai peran yang diharapkannya. Jika ibu
hamil tidak mendapat dukungan positif dari orang terdekat dan lingkungannya, akan timbul
pengaruh yang negatif dan gagal mencapai peran yang diharapkan.
Teori ini juga menekankan pada usaha seorang ibu dalam pencapaian peran selama
masa hamil. Sejak didiagnosis hamil, seorang ibu telah memiliki harapan-harapan tentang
kesejahteraan dirinya secara personal dan bayinya, mendapatkan penerimaan sikap dari
masyarakat dari kehamilannya, dampak terhadap identitasnya dan pemahaman sikap memberi
dan menerima.
Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil merupakan efek dari perubahan fisik dan
psikologis pada ibu hamil. Secara umum kecemasan menurut Hawari, 2002, merupakan
gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan ketakutan atau kekhawatiran mendalam dan
7
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap
utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. Kecemasan pada ibu hamil
timbul untuk sebab yang tidak diketahui, sehingga pada ibu hamil yang kurang mendapatkan
informasi maka justru kecemasannya akan bertambah.
Menurut Stuart, 2006, kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi dalam kecemasan ibu hamil dapat diuraikan
berdasarkan pandangan interpersonal yang timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Setiap ibu hamil memiliki harapanharapan baik
dengan kehamilannya, baik pada janin yang dikandungnya maupun dirinya sendiri. Ibu hamil
mengharapkan penerimaan dirinya oleh suami, keluarga dan masyarakat atas kehamilannya.
Faktor presipitasi dalam kecemasan ibu hamil dapat diuraikan berdasarkan teori ancaman
integritas diri yaitu ketidakmampuan fisiologis/gangguan terhadap kebutuhan dasar.
Perubahan fisik yang terjadi pada kehamilan, menimbulkan tanda dan gejala fisik seperti
pusing, mual, lemas dan lain-lain. Keadaan yang menyertai kehamilan ini menyebabkan
gangguan terhadap kebutuhan dasar ibu hamil yang berpotensi menyebabkan kecemasan.
Kecemasan ibu hamil dalam masa kehamilan yang disebabkan oleh perubahan
kehamilan itu sendiri merupakan situasi yang memerlukan penanganan yang intensif. Tenaga
kesehatan perlu memberikan fokus pelayanan untuk menurunkan akibat yang mungkin timbul
dalam masa kehamilan ini. Berdasarkan evidence based kecemasan dalam masa kehamilan,
terdapat hasil-hasil penelitian yang sejalan dengan temuan penelitian ini yang
mendeskripsikan kondisi kecemasan ibu hamil dalam tahapan ringan sampai berat.
Suzan L. Carmichael, Chen Ma, Sarah Tinker, Sonia A. Rasmussen, Gary M. Shaw
and the National Birth Defects Prevention Stud, 2014 menyatakan terdapat hubungan
kejadian peristiwa yang membuat stres dari ibu dan suport sosial dengan risiko cacat lahir.
8
Elizabeth R. Burns, MPH, Sherry L. Farr, PhD, Penelope P. Howards, PhD, 2010
menyatakan bahwa saat ini penelitian membuktikan bahwa stres yang dialami selama
kehamilan meningkatkan risiko persalinan dengan BBLR. Perkiraan berdasarkan populasi
dari 1990-1995 menunjukkan bahwa 64 % ibu hamil mengalami stres pada satu tahun
sebelum kelahiran bayi. Temuan tersebut disuport oleh rekomendasi oleh American College
Of Clinicans Obgyn untuk melakukan deteksi dini masalah psikososial pada semua pasien
yang melakukan asuhan kehamilan.
Karline Wilson-Mitchell, Joanna Bennett, and Rosain Stennett, 2014 menyatakan baru
baru ini Jamaika School-Based survei menunjukkan bahwa 23.1 % dari ibu hamil dengan usia
13 - 15, telah melakukan percobaan bunuh diri satu kali atau lebih selama 12 bulan terakhir.
Penelitian ini menghubungkan kehamilan remaja dan perilaku percobaan bunuh diri yang
sangat kurang di Jamaika. Distres psikologis dan perilaku percobaan bunuh diri pada
kehamilan remaja di tempat lain di Amerika telah menunjukkan prevalensi di antara 13.3 - 20
%.
Christie A. Lancaster, MD, MS; Katherine J. Gold, MD, MSW, MS; Heather A.
Flynn, PhD;Harim Yoo; Sheila M. Marcus, MD; Matthew M. Davis, MD, MAPP, 2010
menyampaikan evaluasi faktor resiko gejala depresi pada kehamilan yang dapat deteksi
melalui asuhan antenatal. Kecemasan ibu, hidup stres, riwayat depresi, kurangnya dukungan
sosial, kehamilan yang tidak diinginkan, asuransi kesehatan, kekerasan dalam rumah tangga,
pendapatan yang rendah, pendidikan yang rendah, merokok, status tunggal, dan rendahnya
kualitas hubungan berhubungan dengan kemungkinan besar terjadinya depresi dalam
kehamilan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10