Anda di halaman 1dari 5

EJAAN DAN TATA BAHASA

Bahasa tulis mempunyai karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan karakteristik
bahasa lisan. Di dalam bahasa lisan, makna kalimat akan lebih mudah dipahami karena ada
ekspresi pembicara, intonasi, dan gerak-gerik tubuh pembicara yang membantu pemahaman
penyimak. Berbeda halnya dengan bahasa lisan, bahasa tulis tidak bisa memanfaatkan hal-hal
tadi. Untuk membantu menggambarkan maksud tulisan, penulis hendaknya menguasai tata
cara penulisan agar tulisan-tulisannya mudah untuk dipahami.
A. Penggunaan Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
Kami pergi ke kampus besok pagi.
Apa yang kamu kerjakan sekarang?

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Contoh:
Paman bertanya, “Kapan kita makan?”
“Besok pagi,” kata Ibu.
“Di rumah Anto ada tamu tak dikenal”, kata Tarno.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti nama Tuhan.
Contoh:

 Allah Yang Mahakuasa


 Allah Yang Maha Pemurah
 Al Qur’an, Weda, Injil, Kristen, Islam
 Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
 Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:

 Sultan Malikul Saleh, Ki Joko Bodo


 Syeh Malik Ibrahim, Haji Agus Salim
 Nabi Musa

5. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan atau pangkat yang
diikuti nama orang atau pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat..
Contoh:
 Wakil Presiden Adam Malik
 Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
 Jenderal Soedirman
 Profesor Soepomo
 Gubernur Jawa Tengah
 Menteri Keuangan Sri Mulyani

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Contoh:

 Dhimas Raditya Lustiono


 Al Waridi
 Bani Prasetyo
 Wage Rudolf Supratman

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.
Contoh:

 bangsa Indonesia
 bahasa Inggris
 suku Indian
 suku Badui
 bahasa Jawa

8. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:

 tahun Hijriah
 bulan Agustus
 bulan Januari
 hari Lebaran
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 hari Jumat

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Contoh:

 Samudera Hindia
 Dataran Tinggi Dieng
 Gunung Merapi
 Danau Toba
 Terusan Suez
Selat Sunda
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Contoh:

 Perserikatan Bangsa-Bangsa
 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
 Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
 Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:

 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra Indonesia!


 Dia mengutip dari buku yang berjudul Gitarku Hidupku Kekasihku.
 Buatlah makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan.
Contoh:

 S.Pd. = Sarjana Pendidikan


 Tn. = Tuan
 Sdr. = Saudara
 Dr. = Doktor
 S.Kep. = Sarjana Keperawatan
 dr. = Dokter

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Contoh:

 “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harno


 Surat Saudara sudah saya terima.
 Besok Paman akan datang.

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda
Contoh:

 Sudahkah Anda mengerti?


 Surat Anda belum kami terima.
B. Penggunaan Huruf Miring
1. Huruf miring atau italic dalam cetakan termasuk pengetikan dengan komputer dipakai
untuk menuliskan nama judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan, termasuk dalam penulisan daftar pustaka. Dalam tulisan tangan atau ketikan
manual biasa kata-kata yang harus ditulis miring ditandai dengan garis bawah
Contoh:
a. Pusat Bahasa Jakarta telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
b. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia itu disusun oleh Karyadi.
c. Harian Republika selain di Jawa, beredar luas juga di luar Jawa.
d. Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina dan Kartini.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
a. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
b. Buatlah kalimat dengan kata duka cita.
c. Jadi, jika kata ubah dilekati awalan me- akan muncul kata mengubah,
bukan merubah.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Contoh:
a. Nama ilmiah buah manggis adalah Garsinia mangestana.
b. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
c. Ungkapan wilujeng sumping dalam bahasa Sunda, mempunyai arti
‘selamat datang’.

C. Penulisan Kata

1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Dokter sangat yakin bahwa engkau akan segera sembuh.

2. Kata Turunan

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengankata dasarnya.


Misalnya: bergeletar, dikelola, mempermainkan, menetapkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung dengan yang mengikutinya atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, sebar luaskan, berterima kasih, garis bawahi

c. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan itu
ditulis serangkai, kecuali bentuk dasarnya diikuti huruf kapital
Misalnya: antarkota, pascasarjana, caturtunggal, berperikemanusiaan, non-Jawa, pan-
Afrika

3. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata penghubung.


Misalnya: anak-anak, buku-buku, corat-coret, gerak-gerik, sayur-mayur, huru-hara,
lauk-pauk, ramah-tamah, biri-biri

4. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, orang tua, persegi panjang, rumah
sakit umum.

2. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.


Misalnya: acapkali, ada kalanya, bagaimana, matahari, olahraga, padahal, kilometer,
manakala, manasuka, sediakala, segitiga, saputangan, saripati, sebagaimana, sukarela,
sukaria, sekalipun, sediakala, puspawarna, walaupun, meskipun, bagaimanapun

5. Kata Ganti ku, kau, mu, nya


Kata ganti ku dan kau diulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, ku, mu, nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:Apa yang kumiliki boleh kauambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Kata Depan di, ke, dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari
Di mana Tini sekarang?
Ia ikut terjun ke tengah-tengah konflik itu.
Ia datang dari Denpasar kemarin petang.

Anda mungkin juga menyukai