Anda di halaman 1dari 47

RINGKASAN MATERI

BAHASA INDONESIA

Disusun oleh:

ROSALIA AFROYATI ( 22311022 )

Kelas : BIOLOGI B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATOMPO MAKASSAR

2022
BAB I

EJAAN BAHASA INDONESIA

A.Sejarah Perkembangan EYD


1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin, yang

disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van

Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan

Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini

adalah sebagai berikut.

a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

b. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.


c. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-katama’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.dinamai

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan

menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi

julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan

pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-

kata tak, pak, maklum, rakjat.


c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2,

ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai

dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di- pada

dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis,

dikarang.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang putusan Indonesia dan Melayu (Slamet

mulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama

yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan

peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan

pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan

Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu

B.Pemakaian Huruf Kapital


1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal

kalimat. Misalnya:

 Dia mengantuk
 Silahkan berdiri

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

"Kemarin engkau terlambat," katanya.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat

yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang

tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik


Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,

dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

bulan Agustus
hari Natal
bulan Maulid
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur

kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul

karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak

pada posisi awal.

Misalnya:

 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,

dan sapaan.

Misalnya:

 M.A.=master of arts
 S.H.=sarjana hukum
 S.S.=sarjana sastra

C. Pemakaian Huruf Miring


1. Pemakaian Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat

kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

 majalah Bahasa dan Kesusastraan


 buku Negarakertagama karangan Prapanca
 surat kabar Suara Karya

b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata

Contoh:

 Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar


 Buatlah kalimat dengan kata lepas tangan
 Huruf pertama dalam kata abjad adalah a

c.Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.


 Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
 Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.

D. Penulisan Kata Dasar


1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

 Ibu percaya bahwa engkau tahu.


 Kantor pajak penuh sesak.
 Buku itu sangat tebal.

2. Kata Turunan

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:

 bergeletar
 dikelola
 penetapan
 menengok
 mempermainkan

b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai

dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:
  bertepuk tangan
  garis bawahi
  menganak sungai
  sebar luaskan

c. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata

itu ditulis serangkai.

Misalnya:

 Adipati
 Mahasiswa
 aerodinamika
 Mancanegara
 antarkota

3. Kata Ulang

a. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

 anak-anak,
 buku-buku,
 kuda-kuda,

4. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-

unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:

 duta besar,
 kambing hitam,
 kereta api cepat luar biasa,
 meja tulis
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan

pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara

unsur yang bersangkutan.

Misalnya:

 alat pandang-dengar,
 anak-istri saya,
 buku sejarah-baru,

c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

 adakalanya,
 bagaimana,

5. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan

nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

 Apa yang kumiliki boleh kauambil.


 Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

6. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di

dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada

dan daripada.

Misalnya:

 Kain itu terletak di dalam lemari.


 Bermalam sajalah di sini.
 Di mana Siti sekarang?

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

E. Penulisan Kata Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa

lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,

Portugis, Belanda, atau Inggris.

Contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Belanda :

1. Advokat (Advocaat),

2. Brankas (Brandkast),

3. Demokrasi (Demokratie),

4. Eksemplar (Exemplaar), dan lain-lain.

Setelah bahasa Belanda, yang menempati peringkat kedua dalam penyerapan kata-

katanya adalah bahasa Inggris. Jumlah kata yang diserap dari bahasa Inggris adalah

sebanyak 1.610 kata.

Contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Inggris :

1. Aktor (Actor),

2. Aktris (Actress),

3. Bisnis (Business),

4. Departemen (Department), dan lain-lain.


Berdasarkan referensi, jumlah kata yang diserap dari berbagai bahasa antara lain :

1. Bahasa Arab (1.495 kata)

2. Bahasa Sansekerta atau jawa kuno (677 kata)

3. Bahasa Cina (290 kata)

4. Bahasa Portugis (131 kata)

5. Bahasa Tamil (83 kata)

6. Bahasa Parsi (63 kata)

7. Bahasa Hindi (7 kata)

Kata – kata serapan itu masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan empat cara yang

lazim ditempuh yaitu adopsi , adaptasi, penerjemahan, dan kreasi.

1. Cara Adopsi

Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu

secara keseluruhan.

Contoh :

1. Supermarket.

2. Plaza.

3. Mall.

4. Hotdog.

5. Impeachment.

2. Cara Adaptasi

Cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing
itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa

Indonesia.

Contoh :

1. Option = Opsi.

2. Provocateur = Provokator.

3. Conspiracy = Konspirasi.

4. Reformation = Reformasi.

5. Pluralization = Pluralisasi.

3. Cara Penerjemahan

Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung

dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam bahasa

Indonesia.

Contoh :

1. Overlap = Tumpang-tindih.

2. Acceleration = Percepatan.

3. Pilot Project = Proyek rintisan.

4. Try Out = Uji coba.

4. Cara Kreasi

Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada

dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa

Indonesia.

Contoh :

1. Effective = Berhasil guna.


2. Shuttle = Ulang alik.

3. Spare part = Suku cadang.

F. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

  Ayahku tinggal di Solo.


  Biarlah mereka duduk di sana

b. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan

tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

 Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

c. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau

kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

 Acara Kunjungan Adam Malik


 Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
 Salah Asuhan

d. Tanda titik tidak dipakai di belakang : 1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)

nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:

 Jalan Diponegoro 82
 Jakarta (tanpa titik)
 1 April 1985 (tanpa titik)
2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:

  Saya membeli kertas, pena, dan tinta.


  Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
  Satu, dua, ... tiga!

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara

berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:

  Saya ingin datang, tetapi hari hujan.


  Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang

terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi

pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

  ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.


  ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari

kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

  O, begitu?
  Wah, bukan main!
  Hati-hati, ya, nanti jatuh.

e.Tanda koma dipakai di antara

(i) nama dan alamat,


(ii) bagian-bagian alamat,

(iii) tempat dan tanggal, dan

(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

  Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas


Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
  Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
  Surabaya, 10 mei 1960
  Kuala Lumpur, Malaysia

f. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam

daftar pustaka.

Misalnya:

 Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT
Pustaka Rakjat.

g. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:

 W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP


Indonesia, 1967), hlm. 4.

h. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya

untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

 B. Ratulangi, S.E.
 Ny. Khadijah, M.A.

i. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.

Misalnya:

 12,5 m
 Rp12,50

j. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan

yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

 Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-
sungguh.
 Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

3.Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang

setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

 Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-
nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

4. Tanda Titik Dua (:)

a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya:

a. Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

b.Tempat Sidang : Ruang 104

Pengantar Acara : Bambang S.

Hari : Senin

Waktu : 09.30

c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu :(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

Amir :"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu :"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

d) Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman, (ii) di antara

bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu

karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

5. Tanda Hubung

a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian

baris.
Misalnya:

 Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

 Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

 Senjata ini merupakan alat pertahan-

an yang canggih.

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau

akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.

c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan

tidak dipakai pada teks karangan.

d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian

tunggal.

e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau

ungkapan dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang

dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)

singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa Asing.

6. Tanda Pisah (-)

a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di

luar bangunan kalimat.

Misalnya:

 Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa


itu sendiri

b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain

sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

 Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan


atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.

c) Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai ke’

atau ‘sampai dengan’.

Misalnya:

 Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan


atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
 1910—1945
 tanggal 5—10 April 1970
 Jakarta—Bandung

7. Tanda Elipsis (…)

a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Misalnya:

 Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.


b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian

yang dihilangkan.

Misalnya:

 Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut

8. Tanda Tanya (?)

a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?

b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang

disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).


 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

9. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau

perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa

emosi yang kuat.

Misalnya:

  Alangkah seramnya peristiwa itu!


  Bersihkan kamar itu sekarang juga!
  Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
10. Tanda kurung ((…))

a) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

 Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
itu.

b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral

pokok pembicaraan.

Misalnya:

 1. Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis

pada tahun 1962.

2. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam

pasaran dalam negeri.

c) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat

dihilangkan.

Misalnya:

 1. Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

2. Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Misalnya:

 Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
11. Tanda kurung siku ([…])

a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau

tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu

menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam

naskah asli.

Misalnya:

 Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda

kurung.

Misalnya:

 Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II


[lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

12. Tanda Petik (“…”)

a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah

atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

 1. "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

2. Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam

kalimat.
Misalnya:

 1. Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

 2. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"

diterbitkan dalam Tempo.

3. Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai

arti khusus.

d) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

e) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik

yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung

kalimat atau bagian kalimat.

13. Tanda Petik Tunggal ('...')

a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:

 feed-back 'balikan'

14. Tanda Garis Miring (/)


a) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan

penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

tahun anggaran

Misalnya:

 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 1985/1986

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:

 ikirimkan lewat darat/laut


 (dikirimkan lewat darat atau laut)

15. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

 Ali 'kan kusurati.

('kan = akan)

 Malam 'lah tiba.

('lah = telah)

 1 Januari '88

('88 = 1988)
F. Akronim dan Singkatan

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Sedangkan akronim, ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku

kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai

kata.

Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai

berikut.

(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada

kata Indonesia.

(2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan

konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud RI

Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan.

1. Singkatan

a) . Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan

tanda titik.

Misalnya :
 Muh. Yamin
 Suman Hs.
 M.B.A. (master of business administration)
 M.Sc. (master of science)
 S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
 Ir. (Insinyur)
 Kol. (Kolonel)

b). Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis

dengan huruf capital dan tidak diikuti tanda titik.

Misalnya :

 MPR (Majelis Perwakilan Rakyat)


 PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
 DPD(Dewan Perwakilan Daerah)

c). Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.

Misalnya :

 dsb. (dan sebagainya)


 hlm. (halaman)
 sda. (sama dengan atas)

d).Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.

Mislnya :

 a.n. (atas nama)


 d.a. (dengan alamat)
 u.b. (untuk beliau)
 u.p. (untuk perhatian)

e). Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak

diikuti tanda titik.

Misalnya :

 Cu (kuprum)l
 cm (sentimeter)
 l (liter)
 kg (kilogram)
 Rp (rupiah)

2. Akronim

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata

ataupun gabungan huruf dan suku kata yang dapat ditulis dan dilafalkan sebagai kata

yang wajar.

a). Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya :

 ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)


 LAN (Lembaga Administrasi Negara)
 SIM (surat izin mengemudi)

b). Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku

kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Misalnya:
 Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
 Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
 Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)
 Pramuka (Praja Muda Karana)

c). Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.

Misalnya:

 pemilu( pemilihan umum)


 rapim (rapat pimpinan)
 rudal (peluru kendali)
 tilang (bukti pelanggaran)

BAB II

RAGAM BAHASA

A. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-

beda menuruttopik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,

orang yang dibicarakan,serta menurut medium pembicara.


Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam

bahasa terdiri dari:

(1) Ragam bahasa lisan

(2) Ragam bahasa tulis

B. Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa


Ada beberapa factor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada di Indonesia,

yakni seperti di bawah ini,

1. Faktor BudayaSetiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup

yang berbeda,seperti di wilayah Jawa dan Papua serta beberapa wilayah

Indonesia lainnya.

2. Faktor SejarahSetiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa

nenek moyang sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu dengan

daerah lainnya.

3. Faktor Perbedaan Demografi.

C. Jenis-jenis Ragam Bahasa.


a. Ragam Bahasa Dilihat dari Cara Penuturan

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat.

yaitu, sebagai berikut

1) Ragam Dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok

bangsawan di tempat tertentu (lihat Kridalaksana. 1993:42). Dalam istilah lama

disebut dengan logat.

2) Ragam Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewamai penggunaan bahasa


Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur

berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh

kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang

berasal dari haliusa asing. seperti contoh dalam tabel berikut.

tidak terpelajar terpelajar

pidio video

pilem film

komplek kompleks

pajar fajar

Pitamin Vitamin

3) Ragam Resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. seperti

pertemuan – pertemuan, peraturan – peraturan, dan perundangan – undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai berikut.

 Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.


 Menggunakan imbuhan secara lengkap.
 Menggunakan kata ganti resmi.
 Menggunakan kata baku.
 Menggunakan EYD.
 Menghindari unsur kedaerahan.

4) Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi,

seperti dalam pergaulan, atau percakapan pribadi.Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi

kebaiikan dari ragam bahasa resmi.


b. Ragam Bahasa Dilihat Dari Cara Berkomunikasi

1) Ragam Lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ
of speech).
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikut ini.
a) Ragam bahasa cakapan.
b) Ragam bahasa pidato.
c) Ragam bahasa kuliah.
d) Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini.
a) Memerlukan kehadiran orang lain.
b) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.
c) Terikat ruang dan waktu.
d) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi berikut.
a) Dapat disesuaikan dengan situasi.
b) Faktor efisiensi.
c) Faktor kejelasan.
d) Faktor kecepatan.
e) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.

f) Penggunaan bahasa lisan bisa berdacarkan pengetahuan serta penalsiran

dari informasi audit, visual dan kognitif sang penutur.

Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.


a) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat
frase-frase sederhana.
b) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.
d) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

2) Ragam Tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan


dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini:
a) Ragam bahasa teknis
b) Ragam bahasa undang-undang
c) Ragam bahasa catatan
d) Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut:
a) Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b) Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa dalam
satuan yang lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap.
c) Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
d) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagai berikut:

a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas

menjadi media atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.

b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan


masyarakatnya.
c) Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan
informasi, serta dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga
mampu meningkatkan wawasan si pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut:
a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak
ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna.
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.

c. Ragam Bahasa Dilihat dari Topik Pembicaraan

1) Ragam social, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga
atau persahabatan dua orang yang akrab dapat dikatakan sebagai ragam
sosial. Selain itu, ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya
status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.

2) Ragam Fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan


profesi, lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam
fungsional dapat menjadi bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian,
seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan
keagamaan.

3) Ragam Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia


persuratkabaran (dunia pers = media massa celak). Dalam perkembangan
lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh
media massa. Dalam hal ini termasuk media massa audio (radio), audio visual
(televisi), dan multimedia (internet). Ragam bahasa jurnalistik adalah salah satu
ragam bahasa yang dibentuk oleh spesifikasi materi yang disampaikannya.
Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

4) Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur. konotatif,
kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran. fantasi dan lukisan angan-
angan, penghayatan lahir dan batin, peristiwa dan khayalan dengan bentuk

istimewa.

5) Ragam Politik dan Hukum


Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka
menata dan mengatur kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya penguasa
merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.Salah satu ciri khas
bahasa hukum adaiah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola
kalimat luas.

BAB III
PILIHAN KATA

A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata


Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan
apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup
pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi.

B. Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan
guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika
pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar
tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara
dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan
agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata
dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh
pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial dalam cerita tersebut. Misalnya:

1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan

tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara

atau penulis.

2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

3. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat(sangat


resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar
/pembaca.
5. Mencegah perbedaan penafsiran

6. Mencegah salah pemahaman

7. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar

C. Elemen diksi
1. Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam
sebuah bahasa yang masih bisa menunjukan perbedaan makna.
Misalnya dalam bahasa indonesia bunyi (k) dan (g) merupakan dua
fonem yang berbeda, misalkan dalam kata ”cagar” dan “cakar”.

2. Silabel
Suku kata atau silabel adalah unit pembentuk kata yang tersusun dari
satu fonem atau ukuran fonem. Misalnya kata wiki terdiri dari dua suku
kata wi dan ki. Silabel sering dianggap sebagai unit pembangun
penologis kata karena dapat mempengaruhi ritme dan artikulasi suatu
kata.

3. Konjungsi
Konjungsi kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh : dan,atau.serta.

4. Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama
dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan

5. Verba
Verba atau kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu
tindakan,keberadaan,pengalaman,atau pengertian dinamis lainnya.
Kata kerja dibagi menjadi dua: 1. Kata kerja transitif yang
membutuhkan pelengkap atau objek,seperi memukul(bola), serta kata
kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.

6. Infleksi
Infleksi adalah proses penambahan morpheme inpleksional kedalam
sebuah kata yang mengandung indikasi grametikal seperti
julah,orang,gender,tenses,atau aspek.

D. Jenis Diksi
Jenis diksi menurut K Eraf, (1996:89-108) adalah sebagai berikut:
a Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna
itu menunjuk kepada konsep, referen atau ide), denotasi juga
merupakan batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai
lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu.
Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.

b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,
imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau
asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh
sebuah kata disamping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi
mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.

c. Kata Abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata
abstrak sukar digambarkan karena refensinya tidak dapat diserap dengan
panca indera manusia. Kata-kata abstrak merujuk pada kualitas (panas,
dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran
(kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai
untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.

d. Kata Konktit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau dirasakan oleh satu atau lebih dari panca indra. Kata-kata konkrit
menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman.
Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam
fikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.

e. Kata Umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang
luas. Kata-kata menujuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan
kepada keseluruhan.

f. Kata Khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-


pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada
objek yang khusus.

g. Kata Ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah.

h. Kata Populer adalah kata-kata yang umum dipakali oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.

i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia atau
kelompok-kelompok khusus lainnya.

j. Kata Siang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun


secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata
siang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.

k. Kata Asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
di pertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
aslinya.

l. Kata Serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan
wujud atau struktur bahasa indonesia.

Tarigan (1985:61) mengemukakan bahwa ragam konotasi dibagi menjadi


2 macam, yaitu konotasi baik dan konotasi tidak baik.
1. Konotasi Baik
Kata-kata yang merupakan konotasi baik dan oleh sebagian
masyarakat dianggap memiliki rasa yan lebih enak, sopan, akrab
dan tinggi.
2. Konotasi Tidak Baik
Berarti kata-kata yang oleh sebagian masyarakat dianggap
memiliki nilai rasa tidak sopan, tidak pantas, kasar, dan dapat
menyinggung perasaan orang lain.

E. Ketepatan Pilihan Kata/Diksi


Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua
persoalan pokok, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah
gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kesesuaian atau
kecocokan dalam mempergunakan kata tadi. Ketepatan pilihan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa
yang dipikirkan oleh penulis.
F. Persyaratan Ketepatan Diksi
Sarat untuk mendapatkan ketepan diksi:
 Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
 Membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
 Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
 Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
 Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
 Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatis
 Membedakan kata umum dan kata khusus
 Memperhatikan perubahan makna
 Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

G. Kata Umum dan Kata Khusus


Dalam ilmu semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah
khusus ini disebut superordinal sedangkan istilah-istilah khusus yang
dicakupnya disebut hiponim.

a. Kata Khusus
(i) Nama Diri
(ii) Daya Sugesti Kata Khusus

b. Kata Umum

(i) Gradasi Kata Umum


(ii) Kata-kata Abstrak

 Penggunaan Kata Umum dan Khusus


Kata Indria

Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan sebagainya


Perasa : pedas, pahit, asam, dan sebagainya
Penciuman : asam, tajam, pedis, kohong, dan sebagainya
Pendengaran : dengung, deru, ringkik, kicau, dan sebagainya
Penglihatan : pijar, teja, sabur, kabur, dan sebagainya

H. Perubahan Makna
a. Terjadinya Perubahan Makna
Perubahan makna terjadi karena kata tidak bersifat statis. Dari waktu ke
waktu makna kata dapat mengalami perubahan. Untuk menjaga agar
pilihan kata selalu tepat maka setiap penutur bahasa harus selalu
memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi.

b. Macam-Macam Perubahan Makna

 Perluasan Arti

Adalah suatu perubahan makna yang dialami sebuah kata yang

tadinya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas


sehingga melingkupi sebuah kelas makna khusus, tetapi kemudian
meluas sehingga melingkupinsebuah kelas makna yang lebih umum,
misal: kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian bergerak di laut
dengan menggunakan layar, sekarang berarti semua tindakan
mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja
disebut berlayar
 Penyempitan Arti
Sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama
lebiah luas cakupannya daripada makna yang baru. Misalnya kata pala
yang tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya dipakai untuk
menyebutkan jenis buah tertentu.

 Ameliorasi
Suatu proses perubahan makna dimana arti yang baru dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata wanita dirasakan
nilainya lebih tinggi dari kata perempuan.

 Peyorasi
Adalah proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi.
Arti yang baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama. Kata
bini dianggap tinggi pada zaman lampau, sekarang dirasakan sebagai
kata yang kasar.

 Metafora
Perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek.
Merupakan pengalihan semantik berdasarkan kemiripan persepsi makna.
Kata matahari, putri malam (untuk bulan), pualu (empu laut) semuanya
dibentuk berdasarkan metafora.

 Metonimi
Poses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara
kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan
dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi
dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. Gereja berarti tempat ibadah
umat kristen, tetap dipakai juga untuk mengacu persekutuan umat kristen.
Penemuan-penemuan yang sering disebut penemunya juga merupakan
contoh metonimi, misalnya ohm, ampere, watt.
BAB IV
KALIMAT EFEKTIF

A.PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


 Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti

gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan

efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun

pemberitahuan sesuai dengan maksud sipembicara atau penulis. penuli

 Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-katayang mempunyai


unsur SPOK atau kalimat yangmempunyai ide atau gagasan pembicara/
penulis.

B. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis dan sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.

C. PENGGUAAN KALIMAT EFEKTIF


 Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi,tesis, disertasi,

laporan penelitian, dan sebagainya

 Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai olehpara sastrawan atau
wartawan.

D. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1. KELOGISAN
– Kalimat pasif dan aktif harus jelas
– Subjek dan keterangan harus jelas
– Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
– Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
– Subjek tidak ganda
– Predikat tidak didahului kata yang

2. KEPARARELAN

Predikat kalimat majemuk setara rapatan haruspararel. Artinya, jika kata

kerja, harus kata kerjasemuanya; jika kata benda harus kata

bendasemuanya.

Contoh: Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar.

Harga minyak disesuaikan atau dinaikan secara wajar.

3. KETEGASAN

• Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di awal kalimat.

Contoh :

Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.

• Membuat urutan yang logis.


Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, edang, dan besar; anakanak,remaja dan orang

tua, dsb.

Contoh :

Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi jugaremaja, orang tua

bahkan kakek-kakek.

4. KEHEMATAN

Kehematan adalah penggunaan kata-kata secarahemat, tetapi tidak

mengurangi makna atau mengubahinformasi.

• Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.

• Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

• Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.

5. KETEPATAN

Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihankata harus tepat.

• Pemakaian kata harus tepat

• Kata berpasangan harus sesuai

• Menghindari peniadaan preposisi.

6. KECERMATAN

Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkantafsir ganda dan

harus tepat diksinya. Prinsip kecermatanberarti cermat dan tepat

menggunakan diksi. Agar tercapaikecermatan dan ketepatan diksi, harus

memperhatikanpernyataan-pernyataan berikut ini:


• Hindari penanggalan awalan

• Hindari peluluhan bunyi / c /

• Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh

• Hindari pemakaian kata ambigu

7. KEPADUAN

Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itutidak terpecah-pecah.

• Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.

• Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-verbal

-pasien.

• Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata

daripada/tentang.

8. KESEJAJARAN

Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yangsama pada kata-kata

yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran

dalamkalimat diperlukan.

Contoh :

Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,

kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di

dalam bagasitiba-tiba mati.

 Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap

kehilangan dokumen,kerusakan barang, kebusukan makanan, dan

kematian hewan.
9. KEHARMONISAN

Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus

harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.

• Subjek

Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh,sosok, benda,

sesuatu hal,

• Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukanapa atau

dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat jugaberupa sifat, situasi,

status, cirri, atau jatidiri subjek.

• Objek dan Pelengkap

Objek dan Pelengkapadalah bagian kalimat yang melengkapipredikat.

• Keterangan

Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagaihal

mengenai bagian yang lainnya.

E. PENERAPAN KALIMAT EFEKTIF

1. KALIMAT EFEKTIF DAN PENERAPAN EYD


EYD merupakan kaidah yang berisi aturan tata tulisbahasa Indonesia yang

harus diikuti dalam penulisankecuali ada pertimbangan khusus seperti

masalahhukum, nama diri/pribadi, keilmuan (Misalnya,Soekaro, Universitas

Padjadjaran)

2. KALIMAT EFEKTIF DAN PILIHAN KATA (DIKSI)

 Diksi adalah pemilahan, pemilihan, dan penempatan kataketika seseorang


sedang berbahasa.
 Kata-kata yang digunakan dalam tulisan dipilih untukmenyampaikan
informasi.
 Kata bersinonim ialah kata yang bentuknya berbeda namunmaknanya serupa.
 Dalam membangun kalimat efektif, harus digunakan kata yangtepat.

3. KALIMAT EFEKTIF DAN KESEPADANAN SERTA KESATUAN

 Kalimat yang lengkap dapat terdiri atas unsur-unsur kalimat yang meliputi subjek,
predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.
 Kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, antara
predikat dan objek, serta dengan keterangan atau pelengkap. 
 Kesatuan ialah bahwa setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau
kesatuan pikiran.
Contoh:
Banyak orang yang pro dan kontra terhadap RUU Sisdiknas

4.KALIMAT EFEKTIF DAN KESEJAJARAN BENTUK

 Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) di dalam penyusunankalimat efektif


ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yangsama atau konstruksi bahasa yang
sama dan dipakai dalamsusunan serial.
 Frasa (kelompok kata) disejajarkan dengan frasa. Demikianjuga, kata benda, kata
kerja, dan kata sifat, disejajarkan dengankata benda, kata kerja, atau kata sifat.

Contoh:
Penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis

daribumi Asia–Afrika akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap

bangsa Asia–Afrika yang hendak menciptakan masyarakat yang aman, damai,

dan makmur.

Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok

1. Posisi Kata dalam Kalimat

Delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka

(GAM)akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamain di

Aceh.Pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan delegasi pemerintah

Indonesiaakhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di

Aceh.Akhirnya delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan

AcehMerdeka (GAM) sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di

Aceh.Perundingan tentang perdamaian di Aceh akhirnya sepakat dimulai

olehdelegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

2. Urutan Logis

Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit, dan tragis.

Yang datang saat itu para lurah, camat, dan para bupati sePropinsi Sumatera

Selatan.

3. Pengulangan Kata

Pembangunan dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak

dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi,tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial,

dan dimensibudaya.
Kalimat Efektif dan Penghematan Kata

1. Pengulangan unsur kalimat

 Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemudenganpemimpin

perusahaan.

 Hadirin serentak berdiri begitu mereka mengetahui mempelaimemasuki ruangan.

 Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah bertemu dengan pemimpin

perusahaan

 Hadirin serentak berdiri begitu mengetahui mempelai memasuki ruangan.

KALIMAT EFEKTIF DAN VARIASI STRUKTUR

1. Penempatan Unsur-Unsur Kalimat


Kesulitan bernafas dapat diatasi dengan cara pasien terusmenerus
diawasi secara ketat di ruang perawatan.

2. Variasi Panjang Pendek Kalimat


Kalimat yang pendek belum tentu mencerminkan kalimat yang baik
atau efektif.
Kalimat yang panjang pun belum tentu selalu rumit dan tidak efektif.
Kalimat yang panjang pun, karena yang akan diungkapkan cukup banyak
dan perlu rinci, dapat lebih efektif. 
Dalam suatu tulisan keduanya dapat dipadukan untuk menghindari
kejenuhan pembaca.

3. Pemilihan Jenis Kalimat


• Variasi kalimat dapat dilakukan juga dengan memanfaatkanberbagai jenis
kalimat yang ada.
• Ada tiga macam jenis kalimat ditinjau: kalimat berita, tanya,dan kalimat
perintah.
• Dengan variasi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimatperintah akan
menyegarkan tulisan.

4. Pemilihan Bentuk Aktif dan Pasif

• Kalimat aktif apabila subjeknya melakukan suatu perbuatan.

• Umumnya, predikat kalimat aktif berupa kata kerja yang berawalanme-, ber
-, dan ada pula yang tidak menggunakan awalan (aus).
• Kalimat pasif apabila subjek kalimat tersebut tidak berperan sebagaipelaku,
tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan olehpredikat.
• Karya ilmiah umumnya cenderung menggunakan kalimat pasif untuklebih
menunjukkan hasil dari suatu perbuatan, daripada pelakunya.
• Kalimat pasif dapat berciri predikatnya menggunakan imbuhan didan
imbuhan ter-.

Anda mungkin juga menyukai