Anda di halaman 1dari 36

1

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN 1.1 PEMAKAIAN HURUF A. Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf yang berikut. Nama masingmasing disertai di sebelahnya. Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama Aa a Jj je Ss es Bb be Kk ka Tt te Cc ce Ll el Uu u Dd de Mm em Vv fe Ee e Nn en Ww we Ff ef Oo o Xx eks Gg ge Pp pe Yy ye Hh ha Qq ki Zz zet Ii i Rr er B. Huruf Vokal Huruf a e* i o u di depan api enak emas itu oleh ulang Contoh Pemakaian di tengah Padi petak kena simpan kota bumi di belakang lusa turne metode murni took ibu

Catatan : * Dalam pelajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya : Anak-anak bermain di teras Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah Rambutnya perang. Bahaya perang berkurang. C. Diftong Huruf ai au oi di depan aula Contoh Pemakaian di tengah saudara di belakang pandai harimau amboi

Catatan : Diftong, yang dieja dengan au, ai, dan oi, dilafalkan sebagai bunyi vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y karena diftong bukanlah gabungan dua bunyi local. Istilah semivokal yang kadang-kadang dipakai untuk w dan y sudah menunjukkan bahwa keduanya bukan vokal. Bandingkanlah beda lafal au atau ai dalam harimau dan menggulai (au dan ai di sini adalah diftong), dan dalam mau dan menggulai the (au dan ai di sini melambangkan deret dua bunyi vocal). D. Huruf Konsonan Huruf b c d f g h j k kh l m n ng ny p q++ r s sy t v w x++ y z di depan bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami khusus lekas maka nama ngilu nyata pasang quran raih sampai syarat tali varia wanita xenon yakin zeni Contoh Pemakaian di tengah Sebut kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat + akhir alas kami anak angin hanya apa furqan bara asli isyarat mata lava hawa payung lazim di belakang adab abad maaf gudeg tuah politik bapak + tarikh kesal diam daun pening siap putar lemas arasy rapat -

Catatan : + Huruf k disini melambangkan bunyi hamzah ++ Khusus untuk nama dan keperluan ilmu E. Persekutuan Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah huruf vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. 1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata: a. V a-nak, i-tu, ba-u b. VK ar-ti, ma-in, om-bak c. KV ra-kit, ma-in, i-bu d. KVK pin-tu, hi-lang, ma-kan 2. Di samping itu, bahasa Indonesia memiliki pola suka kata yang berikut : a. KKV pra-ja, sas-tra, in-fra b. KKVK blok, trak-tor, prak-tis c. VKK eks, ons d. KVKK teks, pera, kon-teks e. KKVKK kom-pleks f. KKKV stra-te-gi, in-stru-men g. KKKVK struk-tur, instruk-tur Keterangan : V = Vokal, K = Konsonan 3. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut. a. Kalau di tengah kata ada dua buah vokal yang berurutan, pemisahan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, bu-ah. b. Kalau ditangah kata ada huruf konsonan di antara dua buah huruf vocal, pemisahan itu dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya : a-nak, ba-rang, su-lit. Karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu. Misalnya : sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak. c. Kalau di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan, pemisahan itu terdapat di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril. d. Kalau di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemisahan itu dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama (termasuk ng) dan huruf kononan yang kedua. Misalnya : in-stru-men, ul-tra-, in-fra, bang-krut, ben-trok. 4. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisah sebagai satu kesatuan.

Misalnya : ma-kan-an, me-me-nuh-i, bel-a-jar, mem-ban-tu, per-gi-lah F. Nama Diri Penulisan nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan. Nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan, kecuali bila ada pertimbangan khusus.

1.2 PENULISAN HURUF A. Huruf Besar atau Huruf Kapital 1. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya : Ada gula, ada semut Apa maksudmu? Kita harus bekerja keras Selamat pagi. 2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Adik bertanya, Kapan kita pulang? Bapak menasihatkan, Berhati-hatilah, Nak! Kemarin engkau terlambat, katanya. 3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya : Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Quran Alkitab Weda Islam Kristen Tuhan akan menunjukkan jalan yang besar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Haji Agus Salim Imam Syafii Mahaputra Yamin Nabi Ibrahim

Sultan Hasunuddin Perhatikan Penulisan Berikut : Hasanuddin, sultan Makasar, digelari juga Ayam Jantan dari Timur. 5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya : Gubernur Ali Sadikin Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Menteri Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Perhatian penulisan berikut : Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Brigadir Jenderal Ahmad baru dilantik menjadi mayor jenderal. 6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang. Misalnya : Amir Hamzah Dewi Sartika Halim Perdanakusuma Wage Rudolf Supratman 7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya : bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris Perhatikan penulisan berikut : mengindonesiakan kata-kata asing keinggris-inggrisan 8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya : tahun Hijrah tahun Masehi bulan Agustus bulan Maulud hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal Perang Candu

Proklamasi Kemerdekaan Perhatikan penulisan berikut : memproklamasikan kemerdekaan 9. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya : Asia Tenggara Banyuwangi Bukit Barisan Cirebon Danau Toba Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Kali Brantas Selat Lombok Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez Perhatikan penulisan Berikut : berlayar ke teluk mandi di kali menyeberang selat pergi kea rah barat 10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Misalnya : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tetapi, perhatikanlah penulisan berikut : menurut undang-undang dasar kita pemerintah republik itu 11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel, seperti : di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan Atas

Salah Asuhan 12. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan. Misalnya : Dr. Doktor Ir. Insinyur M.A. Master of Arts Ny. Nyonya Prof. Profesor Sdr. Saudara S.E. Sarjana Ekonomi S.H. Sarjana Hukum S.S. Sarjana Sastra Tn. Tuan Catatan : Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik. 13. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Misalnya : Kapan Bapak berangkat? Itu apa, Bu? Surat Saudara sudah saya terima. Besok Paman akan datang Silakan duduk, Dik! Mereka pergi ke rumah Pak Camat Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Catatan : Huruf besar atau huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Semua camat dalam kabupaten itu hadir. B. Huruf Miring Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk : 1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya : majalah Bahasa dan Kesusastraan Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya

2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya : Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. Huruf pertama kata abad ialah a. 3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading? Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanshauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.

1.3 PENULISAN KATA A. Kata Dasar Kata yang berupa dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya : Ibu Percaya engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu buku baru. B. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan kata dasarnya. Misalnya : bergetar dibiayai diperlebar mempermainkan menengok 2. Awalannya atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya : bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan 3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya : memberitahukan

mempertanggungjawabkan dilipatgandakan penghancurleburan 4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : amoral antarkota antikomunis bikarbonat dasawarsa demoralisasi ekstrakurikulum infrastruktur inkonvensional internasional introspeksi kolonialisme kontrarevolusi kosponsor multilateral nonkolaborasi panteisme poligami prasangka purnawirawan reinkarnasi saptakrida semiprofesional subseksi swadaya transmigrasi tritunggal tunanetra ultramodern Catatan : (1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, diantar kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya : non-Indonesia Pan-Afrikanisme

10

(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar. Misalnya : Di daerahnya ia benar-benar mahakuasa. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Semoga yang Mahakuasa memberkahi usaha Anda. C. Kata Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya : anak-anak berjalan-jalan buku-buku centang-perenang dedaunan dibesar-besarkan gerak-gerik huru-hara lelaki lauk-pauk menulis-nulis mondar-mandir porak-poranda ramah-tamah sayur-mayur terus-menerus tukar-menukar tunggang-langgang undang-undang D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagianbagiannya umumnya ditulis terpisah. Misalnya : duta besar kambing hitam kereta api cepat luar biasa mata pelajara meja tulis model linear orang tua persegi panjang rumah sakit umum simpang empat

11

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan. Misalnya : alat pandang-dengar buku sejarah-baru dua-sendi ibu-bapak watt-jam 3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya : akhirulkalam alhamdulillah apabila bagaimana barangkali bilamana bismillah bumiputra daripada halalbihalal hulubalang kepada manakala matahari padahal paramasastra peribahasa sekaligus sendratari silaturahmi syahbandar wasalam E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa yang kumiliki boleh kuambil Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan

F. Kata Depan di, ke, dan dari

12

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya : Adiknya pergi ke luar negeri. Bermalam sajalah di sini. Di mana ada Siti, di situ ada Sidin. Ia datang dari Surabaya kemarin Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Kain itu terletak di dalam lemari. Ke mana saja ia selama ini? Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Mereka ada di rumah. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Perhatikanlah penulisan berikut : Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu. Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Ia keluar sebentar. Kemarikan buku itu. Si Amin lebih tua daripada si Ahmad Semua orang yang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966. G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya : Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. H. Partikel 1. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apakah yang tersirat dalam surat itu? Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Siapatah gerangan dia? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

13

Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai : adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun. Misalnya : Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijasikan pegangan. Walaupun ia miskin, ia selalu gembira. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya : Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. I. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasalpasal yang berikut ini. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000) 2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang. Misalnya : a. 10 liter 4 meter persegi 5 kilogram 0,5 sentimeter 10 persen b. 1 jam 20 menit pukul 15.00 tahun 1928 17 Agustus 1945 c. Rp5.000,00 US$ 3.50 + 5.10 + Y 100 2.000 rupiah 50 dolar Amerika 10 pon Inggris

14

100 yen Catatan : + Tanda titik di sini melambangkan tanda desimal. 3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar pada alamat. Misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169 4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya. Misalnya : Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin : 9 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut : a. Bilangan utuh Misalnya : 12 dua belas 22 dua puluh dua 222 dua ratus dua puluh dua b. Bilangan Pecahan Misalnya : 1/16 33/3 1/100 1% 1o/00 1,2

setengah tiga perempat seperenam belas tiga dua pertiga seperseratus satu persen satu permil satu dua persepuluh

6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya : Paku Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh Bab II Bab ke-2 Bab kedua Abad XX Abad ke-20 Abad kedua puluh Tingkat I

15

Tingkat ke-1 Tingkat kesatu (pertama) 7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut. Misalnya : tahun 50-an atau tahun lima puluhan Uang 5000-an atau uang lima ribuan Lima uang 1000-an atau lima uang seribuan 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan. Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko. Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum berjumlah 50 bus, 100 helicak, dan 100 bemo. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Misalnya : Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Bukan : 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan : 250 orang tamu diundang Pak Darmo, atau dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo. 10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya : Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. 11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks. Misalnya : Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Bukan : Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah Bukan : Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

16

Misalnya

: Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp999,00 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah). Saya lampirkan tanda terima sebesar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) rupiah.

1.4 PENULISAN UNSUR SERAPAN Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar : Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti : team, shuttle cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut : aa (Belanda) menjadi a. paal ball octaaf ae,jika tidak bervariasi dengan e,tetap ae aerobe aerobdynamics ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin haematite ai tetap ai trailer caisson au tetap au audiogram

pal bal oktaf

aerob aerodinamika

hemoglobin hematite

trailer kaison

audiogram

17

autotroph tautomer hydraulic caustic c, di muka a, u, o, dan konsonan, menjadi k calomel construction cubic crystal classification coupe c, di muka e, i, oe, dan y, menjadi s central cent cybernetics circulation cylinder coelom cc, dimuka o, u, dan konsonan, menjadik accomodation, accommodatie acculturation acclimatization accumulation acclamation cc, di muka e dan i, menjadi ks accent vaccine

autotrof tautomer hidraulik kaustik

kalomel konstruksi kubik kristal klasifikasi kup

sentral sen sibernetika sirkulasi silinder selom

akomodasi akulturasi aklimatiasi akumulasi aklamasi

aksen vaksin

cch dan ch, dimuka a, o, dan konsonan, menjadi k saccharin sakarin charisma karisma cholera kolera chromosome kromosom technique teknik ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s echelon

eselon

18

machine ch, yang lafalnya c, menjadi c check China c (Sanskerta) menjadi s cabda castra e tetap e effective description synthesis system ea tetap ea idealist habeas ee (belanda) menadi e stratosfeer system ei tetap ei eicosane eidetic einsteinium eo tetap eo stereo geometry zeolite zeolite eu tetap eu neutron eugenol europium f teta f

mesin

cek Cina

sabda sastra

efektif deskripsi sintesis sistem

edealis habeas

stratosfer system

eikosan eidetic einsteinium

stereo geometri zeolit zeolit

neutron eugenol europium

19

fanatic, fanatiek factor fossil gh menjadi g sorghum gue menjadi ge igue gigue i, pada awal suku kata di muka vocal, tetap i iamb ion iota ie, jika lafalnya i, menjadi i politiek riem ie, jika lafalnya bukan I, tetap ie variety patient efficient kh (Arab) tetap kh khusus akhir ng tetap ng contingent congress linguistics oe (oi Yunani) menjadi e oestrogen oenology foetus oo (Belanda) menjadi o komfoor

fanatik faktor fosil

sorgum

ige gige

iambe ion iota

politik rim

varietas pasien efisien

khusus akhir

kontingen kongres linguistic

estrogen enology fetus

kompor

20

provoost oo (Inggris) menjadi u cartoon proof pool oo (vokal ganda) tetap oo zoology coordination ou, jika lafalnya au, menjadi au gouverneur coupon contour ph menjadi f phase physiology spectrograph ps tetap ps pseudo psychiatry psychosomatic pt tetap pt pterosaur pteridology ptyalin q menjadi k aquarium frequency equator rh menjadi r rhapsody rhombus rhythm rhetoric

provos

kartun pruf pul

zoologi koordinasi

gubernur kupon kontur

fase fisiologi spektrograf

pseudo psikiatri psikosomatik

pterosaur pteridologi ptyalin

akuarium frekuensi ekuator

rapsodi rombus ritme retorika

21

sc, di muka, a, o, u, dan konsonan, menjadi sk scandium scotopia scutella sclerosis scriptie sc, di muka e, i, dan y, menjadi s scenography scintillation scyphistoma sch, dimuk avokal, menjadi sk schema schizophrenia scholasticism t, di muka i, jika lafalnya s, menjadi s ratio aktie, action patient th menjadi t theocracy orthography thiopental thrombosis method, methode u tetap u unit nucleolus structure institute ua tetap ua ualisme aquarium ue tetap ue

scandium skotopia skutela sklerosis skripsi

senografi sintilasi sifistoma

skema skizofrenia skolastisisme

rasio aksi pasien

teokrasi ortografi thiopental thrombosis metode

unit nucleolus struktur institute

dualisme akuarium

22

suede duet ui tetap ui equinox conduit duit uo tetap uo fluorescein quorum quota uu menjadi u prematuur vacuum v tetap v vitamin television cavalry x, pada awal kata, tetap x xanthate xenon xylophone x, pada posisi lain, menjadi ks executive, taxi extra exudatie latex xc, di muka e dan i, menjadi ks exceptie excess excitation excision xc, dimuka a, o, u, dan konsonan, menjadi ksk

sued duet

ekuinoks konduite duit

fluoresein kuorum kuota

prematur vakum

vitamn televis kavaleri

xantat xenon xilofon

executief taksi ekstra eksudasi lateks

eksepsi ekses eksitasi eksisi

23

excavation excommunication excursive exclusive y, jika lafalnya y, tetap y yangonin yen yuccaganin y, jika lafalnya i, menjadi i yttrium dynamo propyl psychology z tetap z zenith zirconium zodiac zygote

ekskavasi ekskomunikasi ekskursif eksklusif

yangonin yen yukaganin

itrium dinamo propel psikologi

zenith zirconium zodiac zigot

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. gabbro gabro accu aki effect efek commission komisi ferrum ferum solfeggio solfegio Catatan : 1. Unsur-unsur yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah ejaannya. Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir. 2. Sekalipun dalam ejaan ini huruf c dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

24

Di samping pegangan untuk penyesuaian huruf atau bunyi asing tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif, diserap secara utuh di samping kata standar, impelemen, dan objek. -aat menjadi -at Advokat -age menjadi -ase percentage etalage -air, -ary menjadi -er complementair, complementary, primair, primary secundair, secondary -ant menjadi -an accountant informant -archie, -archy, menjadi -arki anarchi, anarchy oligarchie, oligarchy -(a)tie, -(a)tion menjadi -asi, -si actie, ation publicatie, publication -eel, -aal, -al menjadi -al structureel, structural formeel, formal rationeel, rational ideal, ideal normaal, normal -ein tetap -ein cystein casein

advokat

percentage etalase

komplementer primer sekunder

akuntan informan

anarki oligarki

aksi publikasi

struktural formal rasional ideal normal

sistein kasein

25

protein -eur, -or menjadi -ur directeur, director inspecteur inspector conducteur, conductor -or tetap or dictator corrector -ief, -ive menjadi -if descriptief, descriptive demostratief, demonstrative

protein

direktur inspektur kondektur

diktator korektor

deskriptif demonstratif

-iek, -ica, ic- ics, ique (nominal) menjadi -ik, -ika phonetiek, phonetics fonetik physica, physics fisika logica, logic logika dialectika, dialectics dialektika techniek, technique teknik -iel, -ile menjadi -il percentile, percentile mobile, mobile -isch, -ic (adjektif) menjadi -ik electronisch, electronic mechanisch, mechanic ballistisch, ballistic -isch, -ical menjadi -is economisch, economical practisch, practical logisch, logical -isme, -ism menjadi -isme modernism, modernism communisme, communism -ist menjadi is

persentil mobil

elektronik mekanik balistik

ekonomis praktis logis

modernisme komunisme

26

publicist egoist -logie, -logy menjadi -logi Technologie, technology Physiologie, physiology Analogie, analogy -logue menjadi -log catalogue dialogue -loog (Belanda) menjadi -log analoog epilog -oide, -oid menjadi -oid hominoide, hominoid anthropoide, anthropoid -oir(e) menjadi -oar trottoir repertoire -teit, -ty menjadi -tas universiteit, university qualiteit, quality -uur, -ure menjadi -ur factuur structuur, structure

publisis egois

teknologi fisiologi analogi

catalog dialog

analog epilog

hominoid antropoid

trotoar repertoar

universitas kualitas

faktur struktur

1.5 TANDA BACA A. Tanda Titik ( . ) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang

27

Hari ini tanggal 6 April 1973. Marilah kita mengheningkan cipta. Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini. 2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya : A.S. Kramawijaya Muh. Yamin 3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya : Bc. Hk. Bakalaureat Hukum Dr. Doktor Ir. Insinyur Kep. Kepala Kol. Kolonel M.B.A. Master of Business Administration M.Sc. Master of Science Ny. Nyonya Prof. Profesor Sdr. Saudara S.E. Sarjana Ekonomi S.H. Sarjana Hukum S.S. Sarjana Sastra 4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Misalnya : a.n. atas nama dkk. dan kawan-kawan dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman tgl. tanggal tsb. tersebut u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian y.l. yang lalu yth. yang terhormat 5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya : III. Departemen Dalam Negeri

28

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria Penyiapan Naskah : 1.Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya : pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya : 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya : Ia lahir pada tahun 1950 di Bandung Lihat halaman 2345 dan seterusnya Nomor gironya 045678. (Tanda titik di sini mengakhiri kalimat.) 9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Misalnya : ABRI Angkatan Bersenjatan Republik Indonesia MPR Majelis Permusyawatan Rakyat SMA Sekolah menengah atas UUD Undang-Undang Dasar WHO World Health Organization Deppen Departemen Penerangan ormas organiasi massa radar radio detecting and ranging sekjen sekretaris jenderal tilang bukti pelanggaran 10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Cu Kuprum TNT Trinitrotoluen cm sentimeter l liter

29

kg Rp

kilogram rupiah

11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat. Misalnya : Jalan Diponegoro 82 Jakarta 1 April 1973 Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43 Palembang Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta B. Tanda Koma ( , ) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya : Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Satu, dua, tiga! 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan. Misalnya : Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Misalnya : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. 3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Misalnya : Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya : Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

30

Jadi, soalnya tidaklah semudah itu. 5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya : O, begitu? Wah, bukan main! 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya : Kata ibu, Saya gembira sekali. Saya gembira sekali, kata ibu, Karena kamu lulus. 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tinggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya : Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor. Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Surabaya, 10 Mei 1960 Kuala Lumpur, Malaysia 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya : Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. 9. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Misalnya : Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta, Eresco, 1968. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang yang dan gelas akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya : B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. 11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan. Misalnya : 12,54 m Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik) 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Misalnya : Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih. Seorang mahasiswa, selaku wakil kelompoknya, maju cepat-cepat.

31

13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabla petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu. Misalnya : Di mana Saudara tinggal? Tanya Karim. Berdiri lurus-lurus! perintahnya. C. Tanda Titik Koma ( ; ) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya : Malam makin larut; kami belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya : Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar. D. Tanda Titik Dua ( : ) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya : Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang yang berikut : kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya : a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan b. Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin Pukul : 9.30 pagi 3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya : Ibu : Bawa kopor ini, Mir! Amir : Baik, Bu. Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik! 4. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerintah itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

32

Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan Ekonomi Perusahaan. 5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. Misalnya : (i) Tempo, I (1971), 34:7 (ii) Surah Yasin:9 (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. E. Tanda Hubung ( - ) 1. Tanda hubung menyambug suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya :
. . . ada cara ba-ru juga.

Suku kata yang terdiri dari satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pangkal baris. 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya :
. . . cara baru mengukur panas. . . . cara baru mengukur kelapa.

Akiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya : anak-anak berulang-ulang dibolak-balik kemerah-merahan tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya : p-a-n-i-t-i-a

33

8-4-1973 5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. Bandingkan : ber-evolusi dengan be-revolusi dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) dengan dua puluh-lima-ribuan (1 x 25000) istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang-ramah 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf bapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya : se-Indonesia Se-Jawa Barat hadiah ke-2 tahun 50-an ber-SMA KTP-nya nomor 141693 A Bom-H sinar-X 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing. Misalnya : di-charter Pen-tackle-an F. Tanda Pisah ( ) 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Misalnya : Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan tercapaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya : Rangkaian penemuan inievolusi, teori, kenisbian, dan juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ke, atau sampai. Misalnya : 19101945 tanggal 510 April 1970 JakartaBandung

34

G. Tanda Elipsis ( ... ) 1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Misalnya : Kalau begitu ya, marilah kita bergerak. 2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut. Catatan : Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai empat titik : tiga untuk menghilangkan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya : Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati H. Tanda Tanya ( ? ) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya : Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disansikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. I. Tanda Seru ( ! ) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya : Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar ini sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya! Merdeka! J. Tanda Kurung ( () ) 1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya : DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya : Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangann baru dalam pasaran dalam negeri. 3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

35

Misalnya

: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah : (1) alam; (2) tenaga kerja; dan (3) modal (a) alam; (b) tenaga kerja; dan (c) modal. Factor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ( [] ) 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu merupakan isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal. Misalnya :Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung. Misalnya : (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan). L. Tanda Petik () 1. Tanda petik mengapit petikan langung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Misalnya : Sudah siap? tanya awal. Saya belum siap, seru Mira, Tunggu sebentar! 2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. Misalnya : Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul Rapor dan Nilai Prestasi di SMA diterbitkan dalam Tempo. Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu. 3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya : Pekerjaannya itu dilaksanakannya dengan cara coba dan ralat saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama cutbrai. 4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya : Kata Tono, Saya juga minta satu. 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.

36

Misalnya

: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan si Hitam. Bang Komar sering disebut pahlawan, ia sendiri tidak tahu sebabnya.

M. Tanda Petik Tunggal () 1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya : Tanya Basri, Kaudengar bunyi kring-kring tadi? Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, Ibu, bapak pulang, dan rasa letihku lenyap seketika, ujar Pak Hamdan. 2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, BabV, Pasal J.) Misalnya : rate of inflation laju inflasi N. Tanda Ulang ( 2) (angka 2 biasa) Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar. Misalnya : kata2 lebih2 sekali2 O. Tanda Garis Miring ( / ) 1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya : No. 7/PK/1973 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. Misalnya : mahasiswa/mahasiswi harganya Rp15.000,00/lembar jalan Daksinapati IV/3 P. Tanda Penyingkat (Apostrof (`) Misalnya : Ali `kan kusurati (`kan = akan) Malam `lah tiba (`lah = telah)

Anda mungkin juga menyukai