Anda di halaman 1dari 17

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN A.

Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahas Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf huruf itu masing masing di sertakan di belakangnya Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama A B C D E F G H I a b c d e f g h i a be ce e de ef ge ha i J K L M N O P R S j k l m n o p r s Je Ka El Em En O Pe Ki Er S T U V W X Y Z s t u v w x y z es te u fe we eks ye zet

Huruf dalam abjad kita yang baru di atas, akan segera tampak kepada kita beberapa perbedaan dengan nama nama huruf di dalam abjad lama. Didalam abjad lama itu, nama nama huruf sesuai dengan nama nama huruf di abjad bahasa Belanda. Menurut bahasa, kata kata singkatan dengan mengambil huruf huruf awal kata seharusnya dibaca sesuai dengan nama nama huruf didalam abjad bahasa itu. Seperti contoh merk kecap atau batu baterai ABC hendaknya tidak dibaca a-be-se, tetapi a-be-ce. B. Huruf Vokal Huruf Vokal A E I O U Contoh Pemakaian Di tengah Padi Petak Simpan Kota Bumi

Di depan api enak itu oleh ulang

Di belakang lusa tempe murni sado ibu

Dalam ejaan yang disempurnakan ini, memang hanya dugunakan satu huruf pelambang dua buah fonem yaitu fonem /e/, seperti pada kata keras, senang, jelas, benar, dan fonem //, seperti pada kata ekor, besok, leher. C. Diftong Diftong dieja dengan gabungan huruf vocal Gabungan Huruf Vokal Contoh Pemakaian Di tengah

Di depan

Dibelakang

Ai Au Oi

-aula --

-Saudara --

pandai Harimau anboi

D. Huruf Konsonan Huruf konsonan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf : b, c, d, f, g, h, j, k ,l , m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z Gabungan huruf konsonan Gabungan Huruf Konsonan Kh Ng Ny sy Contoh Pemakaian Ditengah Akhir Bangun Hanya Isyarat

Didepan Khusus Ngilu Nyawa syarat

Dibelakang Tarikh Senang -Arasy

Dalam bahasa Indonesia hanya empat buah gabungan huruf konsonan yang kita gunakan sebagai pelambang sebuah bunyi konsonan. Benarlah ejaan kata kata berikut : hadir, hadirin, fatsal, hatsil, bathin, dharma, bhakti karena didalam abjad bahasa Indonesia gabungan huruf konsonan dl, ts, th, dh, bh tidak terdapat sebagai pelambang satu bunyi konsonan. Kata kata itu dalam ejaannya yang baku dituliskan hadir, hadirin, fasal, hasil, batin, darma, dan bakti. E. Persukuan Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandain oleh sebuah huruf vocal. Huruf vocal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. (didalam contoh berikut, V = huruf vocal , K = huruf konsonan. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata . a. V a-nak, e-kor b. VK ar-ti, em-ber c. KV ra-mai, ta-rik d. KVK tom-bak, pe-keri-ti Disamping itu bahasa Indonesia memiliki pola suku yang berikut. a. KKV pra-ja, kri-tik b. KKVK tram-pil, prak-tek c. VKK eks, ons d. KVKK teks, pers e. KKVKK kom-pleks f. KKKV stra-te-gi g. KKKVK struk-tur, in-struk-si

Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut. a. Kalau ditengah kata ada dua buah huruf vocal yang berurutan, pemisahan tersubut dilakukan diantara kedua vocal itu. Misalnya : ma-in, la-ut b. Kalau ditengah kata ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf (konsonan) diatara dua buah huruf vocal, maka pemisahan tersebut dilakukan sebelum huruf konsonan atau gabungan huruf konsonan Misalnya : a-nak, su-kar c. Kalau ditengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan, kecuali gabungan huruf konsonan, maka pemisahan tersebut terdapt diantara kedua huruf konsonan itu. Misalnya : lem-per, tam-bang d. Kalau ditengah kata ada tiga buah konsonan atau lebih, yang pertama(termasuk gabungan hurud konsonan yang kedua . Misalnya : ul-tra , be-la-jor] Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Misalnya : ma-ka-nan Apabila suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka pemisahan sukunya dilakukan dalam dua tahap : 1) diantara unsur unsur itu , kemudian 2)diantara suku suku dalam masing masing unsur itu sesuai dengan kaidah3a, 3b, 3c dan 3d diatas. Misalnya : kilo-gram, fotografi

F. Nama Diri Penulisan nama sungai, gunung, jalan dan sebagainya, disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan. Nama orang, badan hokum, dan nama diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.

II. Penulisan Huruf A. Huruf Kapital atau Huruf Besar Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai pengawal kalimat. Misalnya : Dia menangis. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung Misalnya : Ibu bertanya,Bila engkau tiba ? Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan kitab suci dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya : Allah Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya : Nabi Sulaiman Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya : Gubernur Aang Kunaefi Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang Misalnya : Hardy Ramadhani Huruf kapital atau huruf besar dipakai seabagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa Misalnya : bangsa Indonesia Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari , hari raya, dan peristiwa sejarah Misalnya : tahun Hijriyah Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi Misalnya : Asia Tenggara Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali unsur seperti dan. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua ada didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul Misalnya Tiga menguak takdir Huruf kapitalk atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama singkatan unsur unsur nama gelar pangkat, dan sapaan. Misalnya : Dr. Hardy Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai pertama kata penunujuk kekerabatan sperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang diapakai seebagai kata ganti serapan Misalnya : Kapan Bapak berangkat?

B. Huruf Miring Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam karangan Misalnya : majalah Bahasa dan Kesusastraan Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhusukan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata Misalnya : huruf pertama kata bapak ialah b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Nama ilmiah manggis adalah Garcinia mangostana III. Penulisan Kata A. Kata dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan Misalnya : Aku yakin bahwa Anda sanggup

B. Kata turunan Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : bergetar Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya : bertumpang tindih Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkai Misalnya : menggarisbawahi Catatan : sebagaim ana dalam kata tunggal awalan dan akhiran itu mengapit kata dasar dan ditulis sebagai satu kata, maka unsur gabungan kata yang diapit sekaligus oleh awalan dan akhiran pun haruslah dituliskan serangkai sebagai sepatah kata. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : asocial, amoral Catatan : Bila bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf kapital, maka diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-) Misalnya : non-indonesia

C. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung Misalnya : anak anak , buku buku

D. Gabungan kata Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian bagiannya ditulis terpisah. Misalnya : orang tua Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian antara unsur yang bersangkutan Misalnya : anak-istri Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai Misalnya : bismillah E. Kata ganti ku, mu, dan nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: ku, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya Misalnya : Yang kukatakan haruslah kauperhatikan. Catatan : syarat penulisan seperti diatas itu dikecualikan pada kata ganti Mu,dan nya yang digunakan sebagai pengganiti Tuhan.

F. Kata depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap lazim sebagai satu kata seperti kepada dan daripada Misalnya : di mana ada gula, di situ ada semut G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya Misalnya : sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya, sang Saka Merah Putih dikibarkan H. Partikel Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya Misalnya : siapakah yang sedang berpidato itu? Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, tetapi jika pada kata kata yang sudah lazim menggunakan kata pun tidak masalah menyambung contoh adapun, ataupun, andaipun, meskipun, kalaupun, sekalipun, biarpun Misalnya : dibujuk pun tidak akan dia menurut Partikel per yang berarti 1) demi; 2)tiap; 3)mulai ditulis terpisah dari bagian bagian yang kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya misalnya : Barang barang itu diperiksanya satu per satu.

I.

Angka dan Lambang Bilangan Angka dipakai untuk menyatakan bilangan bilangan atau nomor. Angka digunakan untuk menyatakan a. Ukuran panjang, berat, luas, da nisi b. Satuan waktu c. Nilai uang d. Kuantitas Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya : Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat Angka digunakan untuk menomori karangan dan ayat kitab suci atau bagiannya Misalnya : Bab XV, pasal 36, halaman 8 Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh Misalnya : 15 lima belas b. Bilangan pecahan Misalnya : setengah Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut Misalnya : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia XXXV

Catatan : yang harus diperhatikan ialah bahwa diddepan angka romawi yang menyatakan bilangan tingkat tidak perlu ditambahkan ke- . Jadi, bukan abad ke-XV, melainkan abad XV (abad ke-15 Hijriyah) Penulisan lambang bilang yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut Misalnya : tahun 30-an Lamabang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan Misalnya : telah tiga kali ia datang kesini Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat, dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Misalnya : dua orang korban pembajakan meninggalk dunia Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya : Penduduk Indonesia berjumlah 157 juta orang Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akte dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks. Misalnya : Jumlah murid dikelas tiga dua puluh orang. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat Misalnya : Piutang kami pada Tuan sejumlah RP. 5.350,00

J. Tanda Baca Tanda titik (.) Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan, akhir singatan nama orang , singkatan kata, dan juga digunakan untuk memisahkan angka jm dan huruf. Tand Koma (,) Dipakai sebagai tanda yang memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya ataupun dipakai diantara unsur-unsur dalam perincian atau pembilangan, dan juga tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru. Tanda Titik Koma (; ) Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara dan juga dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara dalam suatu kalimat majemuk. Tanda titik dua (:) Dipakai pada akhir suatu penyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Tanda hubung (-) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris menyambungkan unsur-unsur kata ulang dan juga tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian bagian tanggal. Tanda Pisah (--)

Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi penyisipan kata atau memberikan penjelasan khusus diluar bagian kalimat dan juga dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau diantara dua nama kota. Tanda Elipsis () Tanda elipsis (Tiga tanda titik berturut-turut) menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Tanda Tanya (?) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat yang bepa kalimat tanya . Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah ,atau juga menggambarkan kesungguhan. Tanda kurung ( (..) ) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan, yang bukan bagian integral pokok pembicaraan Tanda kurung siku ( [] ) Tanda kurung siku mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tulisan lain Tanda petik ( ) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahkan tulisan lain Tanda petik tunggal ( ) Tanda petik tunggal mengapit petikan ng tersusun di dalam petikan lain. Tanda ulang ( 2) (angka 2 biasa) Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar Tanda garis miring (/) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat dan dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat Tanda penyingkat (apostrof)() Tanda apostrof menunjukan pengilangan bagian lain.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda. Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Contoh :

1. Subyek (S)

Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat. Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan. Merupakan jawaban dari pertanyaan Siapa atau Apa. Contoh : Anggun adalah seorang aktris dan penyanyi. Gigi adalah band favoritku. Sepatu itu telah di beli Obi.

2. Predikat (P)

Unsur inti pada kalimat yang berfungsi menjelaskan subyek. Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS). Merupakan jawaban dari pertanyaan Mengapa dan Bagaimana. Contoh : Reni menyanyi dengan merdu. Adam memasak nasi goreng. Andi membaca majalah.

3. Objek (O)

Keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Biasanya terletak di belakang predikat. Dalam kalimat pasif, objek akan menempati posisi subyek.

4. Keterangan (K)

Hubungannya dengan predikat renggang. Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat. Terdiri dari beberapa jenis : o Keterangan Tempat LinkinPark akan konser di Jakarta. o Keterangan Alat

Dalam drama itu, Dian memukul Rendi dengan panci. Keterangan Waktu Noah akan berangkat ke Korea pukul 11 malam.

5. Pelengkap (Pel.)

Terletak di belakang predikat. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subyek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Contoh : o Fani memberikanku novel bagus. o Hajar menghadiahkan orangtuanya restoran baru. o Mahkota itu bertahtakan mutiara.

Adapun di dalam kalimat terdapat beberapa Pola Kalimat, antara lain:

1. S-P Bagas tidur 2. S-P-O Saya makan gorengan 3. S-P-Pel Cincin itu bertahtakan berlian 4. S-P-K Maroon 5 konser di Jakarta 5. S-P-O-Pel Bekti menamai kucingnya Kimmy 6. S-P-O-Pel-K Setiap pagi Ibu Ani membuatkan nasi goreng untuk keluarganya 7. S-P-O-K Toto minum susu coklat setiap hari

8. S-P-Pel-K Semua pelajar senang ketika Ibu Guru tidak masuk Macam-macam kalimat, berdasarkan pola :

Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni: 1. 2. 3. 4. 5. Penggabungan : Dan Penegasan : Bahkan Pemilihan : Atau Berlawanan : Sedangkan Urutan waktu : Lalu, Kemudian

Contoh : Kami membaca Mereka menulis Kami membaca dan mereka menulis Ferdi berangkat ke bengkel Anna pergi ke pasar Ferdi berangkat ke bengkel sedangkan Anna pergi ke pasar

Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari lima macam, yakni: 1. 2. 3. 4. 5. Syarat : Jika, Kalau, Andaikata Tujuan : Agar, Supaya, Biar Perlawanan : Walaupun, Kendati Pengakibatan : Maka, Sehingga Penyebaban : Sebab, Karena

Contoh : Ibu kemarin siang memasak ikan Ketika Aku masih berada di sekolah Ibu kemarin memasak ikan ketika Aku masih berada di sekolah Ibu akan memberi ku hadiah sepeda

Jika Aku lulus sekolah dengan nilai yang bagus Ibu akan memberi ku hadiah sepeda jika aku lulus sekolah dengan nilai yang bagus A. ARTI WACANA Dalam kamus besar Bahasa Indonesia wacana adalah : 1) Komunikasi verbal ; percakapan ; 2) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan ; 3) Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah ; 4) Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis ; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat ; 5) Pertukaran ide secara verbal.

Beberapa definisi dan pendapat dari para pakar bahasa mengenai wacana, antara lain oleh J.S. Badudu (2000) mengatakan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis Dari pengertian, pendapat dan uraian diatas, jelaslah bahwa wacana merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatauan bahasanya serta terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks didalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah wacana. Berdasarkan saluran komunikasinya wacana dapat dibedakan atas ; wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penuturan dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistim ejaan. Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu antara lain ; wacana narasi, wacana deskripsi, wacana argumentasi dan wacana persuasi

B. URAIAN WACANA NARASI, DESKRIPSI, ARGUMENTASI DAN PERSUASI 1. Wacana Narasi Wacana Narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Dengan demikian wacana jenis ini tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialamin dan didengar oleh pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi yang bersifat fakta, antara lain biografi dan autobiografi, sedangkan yang berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel. Contoh wacana narasi : Kegiatan disekolahku demikian padatnya. Setiap hari, aku masuk pukul 07.00. Agar tidak terlambat, aku selalu bangun pukul 04.30. Setelah mandi, akupun shalat subuh. Kemudian, aku segera mengenakan seragam sekolah. Tak lupa aku lihat-lihat lagi buku yang harus aku bawa. Yah, sekedar mengecek apakah buku-buku yang aku bawa sudah sesuai dengan jadwal pelajaran hari itu. Selanjutnya, aku makan pagi. Lalu, kira-kira pukul 06.00, aku berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, aku ke sekolah naik angkutan umum. Jarak rumah dengan sekolahku tidak jauh, sekitar enam kilometer. Aku memang membiasakan berangkat pagi-pagi. Maklum, angkutan kota sering berhenti lama untuk mencari penumpang. Jika aku berangkat agak siang, wah, bisa terlambat sampai di sekolah. Di sekolah, aku belajar selama kurang lebih enam jam. Jam pelajaran berakhir pukul 12.45. Itu untuk hari-hari biasa. Hari Rabu, aku pulang pukul 14.30, karena mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dulu. Khusus hari Jumat, aku bisa pulang lebih awal, yaitu pukul 11.00. Paragraf narasi diatas berisi sebuah fakta. Apbila dicermati, paragraf tersebut berisi urutan peristiwa berikut : bangun pukul 04.30, mandi, shalat subuh, berpakaian, mengecek buku, makan pagi, berangkat sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah. Rangkaian peristiwa tersebut dialami oleh tokoh aku. Aku mengalami konflik dengan dirinya sendiri, yaitu kebiasaannya setiap hari. 2. WACANA DESKRIPSI Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelasjelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca atau merasakan hal yang

dideskripsikan. Oleh sebab itu deskripsi yang baik adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca indra. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya. Sebagaimana menulis wacana-wacana lain dalam menulis wacana deskripsi ada langkahlangkahnya, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Menentukan topik karangan deskripsi. Merumuskan tujuan mengarang desskripsi. Mencari, mengumpulkan ataupun memilih bahan. Membuat kerangka karangan. Mengembangkan karangan. 3. WACANA ARGUMENTASI Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar dapat menerima ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya, penulis wacana argumentasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis. Dalam wacana argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenal. Cirri-ciri tersebut misalnya : 1. 2. 3. Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung Pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan. Pada akhir paragraf atau karangan perlu disajikan kesimpulan. Contoh kutipan : Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolaholah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain : 1. 2. 3. 4. Melontarkan pandangan / pendirian Mendorong atau mencegah Mengubah tingkah laku pembaca Menarik simpati Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis dsb. 4. WACANA PERSUASI Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca. Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi. Contoh : 1. 2. 3. Propaganda kelompok / golongan, kampanye Iklan dalam media massa Selebaran, dsb

Paragraf Dalam Bahasa Indonesia VI.1 Pendahuluan Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Di dalam setiap paragraf, pasti terdapat sebuah topik paragraf. Topik paragraf merupakan pikiran utama di dalam sebuah paragraf. VI. 2 Syarat syarat Paragraf a. Kesatuan Paragraf Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimatkalimat yang membentuk perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf. b. Kepaduan Paragraf Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antarkalimat.

Pengait paragraf: 1. Beberapa kata transisi: Hubungan tambahan= lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, disamping itu, lalu, berikutnya, begitu juga. Hubungan pertentangan= akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun, demikian, sebaliknya, meskipun begitu. Hubungan perbandingan= sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu. Hubungan akibat= oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka. Hubungan tujuan= untuk itu, untuk maksud itu. Hubungan singkatan= singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan. Hubungan waktu= sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian. Hubungan tempat= berdekatan dengan itu. 2. Kata ganti a. Kata ganti orang Kata ganti orang pertama= saya, aku, ku, kita, kami. Kata ganti orang kedua= engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian. Kata ganti orang ketiga= dia, ia, beliau mereka dan nya. b. Kata ganti orang lain Yang termasuk contohnya: itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sini, di sana dsb. c. Kata kunci

VI.3 Pembagian Paragraf Menurut Jenisnya. 1. Paragraf pembuka: Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai paa segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. 2. Paragraf pengembangan: Paragraf ini ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. 3. Paragraf penutup: Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. VI. 4 Tanda Paragraf. Ditandai dengan kalimat awal yang menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan. Pembeda antar paragraf dengan memberikan jarak agak renggang. VI. 5 Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf. Rangka atau struktur paragraf terdiri dari kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Karena topik paragraf adalah pikiran utama dan setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, maka paragra hanya memiliki satu kalimat

utama. Kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat-kalimat penjelas yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. VI. 6 Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif. Paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf disebut paragraf deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat di akhir paragraf disebut paragraf induktif. Ada pula paragraf yang tidak memperlihatkan kalimat utamanya. Gagasan utama sebuah paragraf itu berada di seluruh paragraf. Paragraf ini tidak memiliki kalimat umum, tetapi terdiri dari kalimat khusus. Biasanya terdapat pada paragraf besifat naratif. VI. 7 Pengembangan Paragraf. Mengarang itu adalah mengembangan beberapa kalimat topik. Maka, dalam karangan kita harus membuat paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik. VI. 8 Teknik Pengembangan Paragraf. Teknik pengembangan paragraf ada dua, yaitu: Pertama, dengan menggunakan ilustrasi. Memberikan gambar sesuai kalimat topik yang terdapat pada paragraf tersebut. Kedua, dengan analisis. Kalimat topik dianalisis secara logis sehingga pernyataan merupakan sesuatu yang meyakinkan. Berikut adalah cara yang lebih praktis untuk mengembangkan paragraf: a. Dengan memberikan contoh/fakta. b. Dengan memberikan alasan-alasan. c. Dengan bercerita. VI. 9 Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparannya. a. Deduktif: paragraf deskriptif juga paragraf melukiskan yang melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Bersifat tata ruang atau tata letak. b. Ekspositoris: disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan satu objek dan peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Untuk penyampaian dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan. c. Argumentatif: sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap sesuatu. Menggunakan pengembangan analisis. d. Naratif: karangan narasi biasanya dihubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, pola paragraf naratif hanya diketemukan dalam novel, cerpen, atau hikayat.

Anda mungkin juga menyukai