Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGEN PENYAKIT

“PENYALAHGUNAAN OBAT-OBAT MEDIS”

Disusun Oleh :

Syafirah Fahira S (22101037)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sungguh suatu
kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, saya membahas tentang “Penyalahgunaan Obat-Obat
Medis”. Apa yang saya lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya
masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan
ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, sangat saya
harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Makassar, 01 Agustus 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Tujuan...........................................................................................................4
C. Rumusan Masalah........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................4
E. Metode Penulisan.........................................................................................5
F. Sumber Data.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6

A. Defenisi Penyalahgunaan zat / Obat...........................................................6


B. Obat Medis yang Sering Disalahgunakan..................................................6
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat......................................14
D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis.................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................16

A. Kesimpulan...................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat dengan harapan
akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi kesadaran. Hampir seluruh manusia
telah menemukan semacam zat beracun yang mempengaruhi sistem saraf pusat, menghilangkan
penderitaan fisik dan mental atau menghasilkan euforia. Terlepas dari konsekuensi mengonsumsi
zat-zat semacam itu yang sering kali sangat merusak, efek awalnya biasanya menyenangkan,
suatu faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.

Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami kerugian yang sangat besar


karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali hancur, dan performa kerja sangat menurun.
Kerugian karena penyalahgunaan obat termasuk kematian dini para penyalahguna, penanganan
para penyalahguna, kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.

Pada tahun 1999, di Amerika Serikat hampir 15 juta orang rnenuturkan bahwa mereka
menggunakan obat terlarang pada bulan sebelumnya. Selain itu, 105 juta orang Amerika yang
berusia di atas 12 tahun menuturkan bahwa mereka mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis,
dan 45 juta orang Amerika menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode minum
berlebihan (minum 5 gelas atau lebih) dalam 30 hari terakhir (SAMHS, 2000).

Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita jumpai pun saat ini
sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk memberikan efek yang sama seperti halnya
saat menggunakan narkoba. Mereka menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat
tersebut dapat dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun lebih murah
jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu, berdasarkan latar belakang ini, kami
akan mencoba membahas tentang penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari
penyalahgunaan tersebut.
B. Tujuan

Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui tentang obat
medis apa saja yang terkadang disalahgunakan dan bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut.

C. Rumusan Masalah

Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?


2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?
4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu :

1. Bagi penyusun

 Khususnya sebagai objek studi.


 Untuk menambah wawasan tentang penyalahgunaan obat-obat medis.

2. Bagi kampus

 Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi mahasiswa.


 Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan mahasiswa membuat sebuah makalah.

3. Bagi masyarakat

 Memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat medis.


E. Metode Penulisan

Adapun metode yang kami gunakan dalam karya tulis ini adalah metode studi pustaka,
yaitu cara pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan berbagai literatur lain yang
berkaitan dengan permasalahan.

F. Sumber Data
Dalam karya tulis ini, kami memperoleh data dengan cara membaca buku – buku dan dan
mencari bahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyalahgunaan Zat / obat


Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat secara patologis
dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat.
Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi
suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba
untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang
semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau mencapai tujuan tertentu
seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.

B. Obat Medis Yang sering Disalahgunakan


1. Paracetamol

Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah paracetamol atau
acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic (penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg
per tablet, 3x sehari jika perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum,
dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-
8 jam). Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda
baik pada obat penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.

Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain yang juga bisa berfungsi
menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs). Contoh obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates (seperti :
acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll), ibuprofen,
ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi menghilangkan rasa sakit (terutama akibat
peradangan).

Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan flu. Obat-obatan yang
ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman sebagaimana disebutkan di atas. Khusus
untuk flu saat ini ada obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu,
Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep dokter. Pilek atau flu
yang relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari terutama jika diiringi
dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen dan vitamin.

Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan remaja menjadi obat yang
memberikan rasa tenang (seperti narkotik). Karena penjualan obat yang sekarang sangat bebas
serta beredar pula di apotik dimana – mana dan tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat
pereda demam seperti paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun
dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

2. Obat penghilang rasa nyeri

Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa untuk
menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap
obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.

Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah
mnyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.

Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah kematian
overdosis gabungan heroin dan kokain. Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1
November 2011, resep obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan adalah oxycodone
(Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).
Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara lain:

a. Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan Roxicodone


b. Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek Endocet, Percocet,
Percodan, dan Xolox.
c. Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet

Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril yang fungsinya untuk
mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta rematik, dan telah lama beredar di sejumlah
warung obat, diduga sering disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para
pembelinya. Bila obat ini digunakan dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan
koordinasi motorik, gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan koma jika
terus-menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.

3. Misoprostol / Cytotec

Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan radang
lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan.
Cytotec sebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan untuk perempuan hamil
dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara
kerjanya dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang tinggi (yang
menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu melapisi dinding
usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam lambung. Tetapi efek samping
dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos di mulut rahim wanita yang dapat
menyebabkan keguguran (pada wanita hamil). Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi
wanita hamil.

Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan aborsi, maka Pelaku
aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah,
bisa saja pelaku aborsi meninggal dunia.
4. Flunitrazepam

Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan kecemasan dan


insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam
kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.

Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan sebutan date rape drug
karena bisa melumpuhkan perempuan selama penyerangan seksual seperti pemerkosaan.

Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam), tapi 10
kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan
gangguan penilaian dan keterampilan motorik.

Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang membuatnya sulit
dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika ia dicampurkan ke dalam makanan
atau minuman. Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan
merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin serta
mual.

Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak hingga
akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8
jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia
berada dalam pengaruh obat.

Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap memori dan
kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi ini bisa menyebabkan
seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.

Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan darah, gangguan
memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan dan
gangguan pada retensi urine.
5. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin

Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi narkotik yang lebih
kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat yang sering diresepkan dokter, bisa
digunakan sebagai analgetika (penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk).
Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum
langsung ternyata ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran pencernaan.

Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di ubah
menjadi morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka akan
menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa nyaman diikuti
perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus menerus disalahgunakan, tentunya akan
menyebabkan ketergantungan dan meninggal karena overdosis.

6. Obat anti-cemas

Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi perilaku atau
psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk
mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot,
mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Yang paling sering
digunakan adalah benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara
mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan
ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati.

Contoh benzodiazepin adalah:

 Alprazolam
 Klordiazepoksid
 Diazepam
 Flurazepam
 Lorazepam
 Oksazepam
 Temazepam
 Triazolam.

Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat
yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan. Sebelum ditemukannya benzodiazepin,
barbiturat merupakan obat pilihan untuk mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk
disalahgunakan, sering terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan
kematian; sehingga jarang digunakan lagi.

Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan.


Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:

 Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin, paroksetin, sertralin)


 Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
 Anti-depresi trisiklik (amitriptilin, amoksapin, klomipramin, imipramin, nortriptilin,
rotriptilin).

Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering disalahgunakan dan paling
banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya
memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan.
Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga si
pemakai relatif tenang.

Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam pemakaian jangka
panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan
dapat terjadi halusinasi.

7. Dextromethorpan

Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat penekan batuk (anti
tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun
flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari.
Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan
sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping yang berarti.

Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic codeine dengan
dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas sekitar tahun 1970-an, remaja
dengan mudah mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat
penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high/mabuk’ dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas
yang mengandung dextromethorpan (juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan
gel. seperti juga sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label DM,
batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama obatnya).

Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah ditemukan, dapat dibeli


sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat mudah, yaitu dengan membeli di toko
obat atau mencarinya di kotak kotak obat dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan
bebas, maka remaja mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.

Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health and Human Services
Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA) yang memonitor
hubungan antara obat-obatan dengan kunjungan pada Gawat Darurat dan kematian secara luas,
tidak ada perubahan secara signifikan pada kunjungan di Gawat Darurat RS akibat
penyalahgunaan DXM sejak 1994.

Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-tahun dulu dengan


sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan internet tidak hanya untuk membeli DXM
dalam bentuk bubuk murni, tapi juga belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena
mengkonsumsi dalam volume besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-
obatan tersebut diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet yang
kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat kalkulator yang dapat
menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.

Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30 miligram untuk
menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih.
Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat menyebabkan
halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan sensasi ‘out of body’.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu : bingung,
sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia, keringat berlebihan,
bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan
darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan gatal,
hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan kematian. Ketika mengkonsumsi
dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan hyperthermia, atau demam tinggi.

8. Dexametasone

Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah obat-obatan


yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga sering diberikan pada penyakit alergi
menahun seperti asma bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang
mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk menggemukkan badan karena dampak
menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah
timbulnya penyakit pencernaan seperti penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan
lainnya. Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita meningkat nafsu makannya
dan bertambah berat.

Selain itu obat yang mengandung Dexamethasone merupakan pemicu timbulnya penyakit
kencing manis, apalagi kalau pemakai mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga.
Obat ini juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila dipakai secara
berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai mudah menderita penyakit
infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga akan menderita
pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis. Bila penderita terlalu sensitive, dapat
pula terjadi shok, yang berujung dengan kematian.
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-macam,


antara lain:

1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stres
dan ketegangan hidup).
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab kehidupan.
4. Faktor-faktor Lingkungan.

Para remaja dapat menyalahgunakan obat-obatan dikemudian harinya jikalau kita


memanjakan mereka, melindungi mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka
untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan
mereka sendiri.

Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan :

 Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung jawab. Seorang
anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya
sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari
dari realita kehidupan yang menekan.
 Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan dimana
sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka akan tergoda
untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa
diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
 Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua (kematian
atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi
jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
 Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga dengan
latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah tangga dan
menekan si ayah, kedua orangtua yang memanjakan anak tunggal, orangtua
peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang tua yang
patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama penyalahgunaan


dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk
yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang
lainnya seperti ekstasi, metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat penyalahgunaan obat-


obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk apoteker), orang tua, guru,
masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :

1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan medis seperti
yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam memberi
pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan konsumen / masyarakat,
sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil sikap terhadap hal-hal yang tidak
wajar terkait dengan pembelian obat-obatan medis di apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian / buku, laci putra-
putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di dalamnya. Jika ditemukan
obat-obatan medis, perlu segera dipastikan apakah putra-putri anda memerlukan obat
tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-obatan lain yang
bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera melaporkan pada pihak keamanan,
karena pil dekstro atau obat-obatan lain walaupun dapat dibeli secara bebas tapi
sebenarnya obat-obatan tersebut hanya boleh dijual di apotik atau toko obat berizin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat secara patologis
dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat.
Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi
suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba
untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang
semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau mencapai kesadaran
tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.

Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini adalah :

 Paracetamol
 Obat penghilang rasa nyeri
 Misoprostol / Cytotec
 Flunitrazepam
 kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
 Obat anti-cemas
 Dextromethorpan
 Dexametasone

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-macam,


antara lain:

 Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan
(stres dan ketegangan hidup).
 Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan.
 Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab
kehidupan.
 Faktor-faktor Lingkungan.
 Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang tua
yang patologis/kacau.
 Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama penyalahgunaan


dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk
yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang
lainnya seperti ekstasi, metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat penyalahgunaan obat-


obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk apoteker), orang tua, guru,
masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

B. Saran

Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi didapatkan.
Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang disalahgunakan oleh banyak remaja saat ini.
Untuk itu, sebagai perawat, kita sebaiknya tahu tentang obat-obat apa saja yang sering
disalahgunakan pada saat ini dan kita sebaiknya mampu memberikan penyuluhan kedepannya
nanti tentang bahaya dari penyalahgunaan obat-obat tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai
Pustaka

http://avrillavigneismiatere.blogspot.com/2012/06/makalah-obat-yang-disalahgunakan.html

http://fatahfiki.wordpress.com/edukasi/obat-yang-disalahgunakan.html

http://neniterawativisenna.blogspot.com/2012/01/gangguan-yang-berkaitan-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai