KEPERAWATAN DASAR
TENTANG
PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI
DI SUSUN OLEH:
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas konsp dan
prinsip medikasi, macam-macam medikasi dan prosedur pemberian obat secara
enteral maupun parenteral.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu,saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar ............................................................................................................
Daftar isi .....................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian medikasi ..............................................................................................
2.2 Standar obat ..........................................................................................................
2.3 Reaksi obat ...........................................................................................................
2.4 Dosis obat .............................................................................................................
2.5 Efek obat ..............................................................................................................
2.6 Reaksi pemberian obat .........................................................................................
2.7 Teknik pemberian obat ........................................................................................
2.8 Prinsip pemberian obat .........................................................................................
2.9 Macam macam jenis obat ......................................................................................
2.10 Macam-macam bentuk obat ...............................................................................
2.11 Prosedur pemberian obat oral ...........................................................................
2.12 Pemberian obat melalui IV ...............................................................................
2.13 Pemberian obat melalui IC ...............................................................................
2.14 Pemberian obat melalui SC ..............................................................................
2.15 Pemberian obat melalui IM ..............................................................................
2.16 Pemberian obat melalui Topikal .......................................................................
2.17 Pemberian obat melalui supositoria ..................................................................
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
Daftar pustaka ...........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat
yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek
terapeutik yang bermanfaat walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal.
Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang medis memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang di timbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau
respon klien,dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan. Adapun rute pemberian obat di bedakan atas beberapa rute
antara lain secara oral, parenteral, pemberian topical, inhalasi dan
intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek
yang di inginkan juga kondisi fisik danmental klien
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena
diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan
gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat
juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan
efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu,
penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat (Anonim,2005).
1) Intravena (IV)
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu
cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi
darah. Pemberian obat yang dilakukan melalui vena, diantaranya vena
mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat
intravena bisa secra langsung, bisa melalui wadah cairan
intravena,ataupun melalui selang intravena.
Tujuan : Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat
Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan
2) Intramuskular (IM)
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan :
pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan
subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis),
ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap),
atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan
dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari
syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh
kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi obat.
3) Subkutan (SC)
Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui
suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di
bawah dermis,Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol
kadar gula darah.
4) Intracutan (IC)
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian
obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh
terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi
obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu
(misalnya tuberculin tes).
5) Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan
luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek
hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis
minimal.
6) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus;kalsitonin salmon, suatu hormon peptida
yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.
7) Intratekal/ intraventrikuler
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke
dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik
akut.
8) Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya,klortrimazol diberikan dalam bentuk krem
secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis
danatropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi
pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
9) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi
sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat
pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
10) Rectal
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
11) Pemberian Obat Melalui Vagina
merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat
melalui vagina yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan
mengobati saluran vagina atau serviks.
a) Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan
ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam
obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat,
indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan
alamat pabrik serta cara penyimpanannya.
b) Obat bebas terbatas
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali
oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada
setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan
lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November
1975 ada tanda peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan
etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.
c) Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam
dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf "K" yang menyentuh
lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat yang dibungkus
sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.
d) Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
2. Macam macam bentuk obat
Macam- macam bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah
sebagai berikut:
a) Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b) Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c) Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
1) Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk
serta penandaannya tergantung design cetakan.
2) Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa
lembab dalam lubang cetakan.
3) Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris.
Sudah jarang ditemukan
4) Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
5) Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan
dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”.
8) Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa
enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau
tidak enak.
d) Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
e) Kapsulae(Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang dan mudah ditelan
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
f) Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat
juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).
g) Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam
fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma),
suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),
suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
h) Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
i) Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
j) Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
k) Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90oC selama 15 menit.
l) Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan
mengikat kuman/virus/antigen.
m) Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok.
n) Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan yaitu:
· Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
· Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin
untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik
antipiretik.
o) Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk
obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang
disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae
(obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae
Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
p) Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.
9) Pada dorsogluteal ( posisi sim kiri , ibu jari di trochhanter mayor ,telunjuk di
SIAS, jari tengah menjauhi telunjuk sejauh mungkin, area injeksi adalah
daerah “V” yaitu anatara jari telunjuk dan jari tengah)
10) Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi (1/3 bagian atas lateral)
11) Lakukan penusukkan dengan jarum dengan posisi tegak lurus.
12) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan
obat secara perlahan sehingga habis.
13) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuitdan tekan daerah
penyuntikkan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah di gunakan
letakkan di bengkok.
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
15) Catat prosedur dan reaksi pemberian.