Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR
TENTANG
PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI

DI SUSUN OLEH:

MARGARETHA PATRI PAL UTAMI


1811019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR NON REGULER
2018
KATA PENGANTAR

        Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas konsp dan
prinsip medikasi, macam-macam medikasi dan prosedur pemberian obat secara
enteral maupun parenteral.
        Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu,saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
        Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
                                                                                                     
  

                                                                                Surabaya, Oktober 2018

                                                                    penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar ............................................................................................................
Daftar isi .....................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian medikasi ..............................................................................................
2.2 Standar obat ..........................................................................................................
2.3 Reaksi obat ...........................................................................................................
2.4 Dosis obat .............................................................................................................
2.5 Efek obat ..............................................................................................................
2.6 Reaksi pemberian obat .........................................................................................
2.7 Teknik pemberian obat ........................................................................................
2.8 Prinsip pemberian obat .........................................................................................
2.9 Macam macam jenis obat ......................................................................................
2.10 Macam-macam bentuk obat ...............................................................................
2.11 Prosedur pemberian obat oral ...........................................................................
2.12 Pemberian obat melalui IV ...............................................................................
2.13 Pemberian obat melalui IC ...............................................................................
2.14 Pemberian obat melalui SC ..............................................................................
2.15 Pemberian obat melalui IM ..............................................................................
2.16 Pemberian obat melalui Topikal .......................................................................
2.17 Pemberian obat melalui supositoria ..................................................................
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
Daftar pustaka ...........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat
yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek
terapeutik yang bermanfaat walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal.
Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang medis memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang di timbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau
respon klien,dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan. Adapun rute pemberian obat di bedakan atas beberapa rute
antara lain secara oral, parenteral, pemberian topical, inhalasi dan
intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek
yang di inginkan juga kondisi fisik danmental klien
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena
diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan
gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat
juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan
efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu,
penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat (Anonim,2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1.      Memahami konsep dan prinsip medikasi
2.      Memahami macam-macam obat
3.      Memahami prosedur pemberian obat
1.3 Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas keperawatan dasar II tentang medikasi
2.      Untuk mengetahui macam macam bentuk obat dan prosedur pemberian obat
3.      Untuk mengetahui bahaya Obat.
4.      Menambah dan meningkatkan wawasan tentang obat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh medis untuk mengobati
masalah kesehatan atau masalah klien. Meskipun obat menguntungkan, Obat bukan
tanpa reaksi merugikan. Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keamanan
dalam pemberian medikasi serta pemantauan hasil khusus obat (Perry, 2015).
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuh (Kusyanti, 2016).

2.2 Standar obat


Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan
obat diantaranya :
a) Kemurnian adalah suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya
b) Tidak ada percampuran
c) Standar potensi yang baik
d) Memiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat
e) Keamanan obat dan keefektivitasan  obat
Standar-standar  tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan
obat itu sendiri.

2.3 Reaksi obat


1) Farmakokinetik
Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan keluar dari tubuh.proses
ini terdiri dari absorpsi,distribusi,metabolisme,dan ekskresi obat dari tubuh
manusia.setiap obat mempunyai karakteristik khusus dalam kecepatan dan
bagaimana obat tersebut akan diserap oleh jaringan,kemudian dihantarkan
pada sel-sel tubuh dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya bagi tubuh
yang akhirnya keluar dari tubuh kita.
a) Absorpsi
Proses zat-zat dari obat masuk kedalam aliran/pembuluh darah. cara
pemberian berdampak pada kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang
akan diserap tubuh.
b) Distribusi
Proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel
target.Proses dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh,jumlah zat obat yang
dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan dari obat
tersebut
c) Metabolisme
Proses diaktivasi /detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh.Proses ini
terutama berlangsung didalam hepar,namun juga berlangsung didalam
ginjal,plasma darah,mukosa,usus,dan paru-paru.Gangguan pada fungsi
hepar adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit dapat
mempengaruhi kecepatan detoksifikasi obat yang berlangsung didalam
tubuh.
d) Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari
dalam tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa
metabolisme tersebut, sebagian yang lain dikeluarkan melalui paru-paru
dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh buruk
pada proses ini.
2) Farmakodinamik
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari
obat didalam tubuh. Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat
untuk mengevaluasi efek terapeutik dan efek lainnya dari pengobatan. Reaksi
kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia antara zat-zat obat dengan sel-sel
tubuh untuk menghasilkan respon biologis tubuh. Kebanyakan obat bereaksi
dengan komponen sel untuk menstimulasi perubahan biokimia dan
fisiological sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh.
Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam tubuh.
Contohnya adalah efek lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada
kulit. Sedangkan pada pemberian obat analgesik, efeknya akan meliputi
beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek sedatif), paru-
paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang
diharapkan adalah pereda nyeri. Efek medikasi dapat dimonitor melalui
perubahan klinis yang terjadi pada kondisi klien.

2.4 Dosis obat


Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan
efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah
(under dose) maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over
dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan bahkan sampai kematian.

2.5 Efek obat


Ada 3 efek obat yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh perawat, yakni
1) Efek teurapeutik
Obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan
obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki
efek pengobatan) dan lain-lain.
2) Efek samping.
Dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan
dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit
nitrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
3) Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien minum obat berdosis tinggi dalam
jangka waktu lama
2.6 Reaksi pemberian obat
1) Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari
pengobatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang diberikan
lebih dari kebutuhan klien sehingga menimbulkan efek lain yang tidak
diinginkan.
2) Toleransi
Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak
berespon terhadap obat yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis
obat untuk mencapai efek terapi yang diinginkan. Beberapa zat yang dapat
menimbulkan toleransi terhadap obat adalah nikotin, etil alkohol, opiat dan
barbiturat.
3) Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima
obat sebagai benda asing, sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk
melawan dan mengeluarkan benda asing tersebut. Akibatnya akan
menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari ringan sampai
berat. Reaksi alergi yang ringan diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria),
pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2
minggu pada klien setelah mengkonsumsi obat.
4) Toksisitas
Reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah
akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi. Keracunan obat dapat
mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ. Hal yang umum terjadi adalah
nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak), hepatotosisitas (hepar),
imunotoksisitas (sistem imun), dan kardiotoksisitas (jantung).
5) Interaksi antar obat (reaksi inkompabilitas obat)
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat lain
atau makanan yang mempengaruhi kerja obat didalam tubuh. Interaksi ini
dapat berbentuk saling menguatkan efek terapi dari obat atau saling
bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan dapat juga
mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivasi antibiotik tetrasiklin
akibat makanan yang berasal dari produk susu.

2.7 Teknik pemberian obat


a) Enteral
Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah,
mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai efek terapi dari jenis obat Seperti :
b) Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di
bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
dinding usus dan hati dapat dihindari.
c) Bukal
Keuntungan   : praktis, aman, dan ekonomis
Kelemahan      : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna
sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika
rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada saluran cerna.
d) Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui


saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran
cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang
tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

1) Intravena (IV)
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu
cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi
darah. Pemberian obat yang dilakukan melalui vena, diantaranya vena
mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat
intravena bisa secra langsung, bisa melalui wadah cairan
intravena,ataupun melalui selang intravena.
Tujuan :  Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat
Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan
2) Intramuskular (IM)
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan :
pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan
subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis),
ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap),
atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan
dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari
syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh
kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi obat.
3) Subkutan (SC)
Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui
suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di
bawah dermis,Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol
kadar gula darah.
4) Intracutan (IC)
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian
obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh
terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi
obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu
(misalnya tuberculin tes).
5) Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan
luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek
hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis
minimal.
6) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus;kalsitonin salmon, suatu hormon peptida
yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.
7) Intratekal/ intraventrikuler
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke
dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik
akut.
8) Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya,klortrimazol diberikan dalam bentuk krem
secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis
danatropin  atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi
pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
9) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi
sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat
pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
10) Rectal
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
11) Pemberian Obat Melalui Vagina
merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat
melalui vagina yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan
mengobati saluran vagina atau serviks.

2.8 Persiapan pemberian obat

Ada 12 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 12 benar


Tetapi yang umumnya dipakai minimal 6 benar.
1) Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan
ketempat penyimpanan.
2) Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepada pasien.
3) Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,
nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
4) Benar cara pemberian obat
Cara pemberian obat yaitu metode atau rute memberikan obat yang
disesuaikan dengan jenis obat, efek obat yang diharapkan dan keadaan
pasien. 
5) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan ,
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi
dari obat.
6) Benar pendokumentasian
Pendokumentasian harus sesuai dengan apa yang telah diimplementasikan
beserta reaksi setelah obat diberikan
7) Benar pendidikan perihal kesehatan
Perawat harus memberikan penjelasan tentang prosedur, fungsi dan efek dari
pemberian obat dengan benar.
8) Benar hak pasien untuk menolak
Perawat tidak boleh memaksakan pemberian terapi obat kepada pasien apabila
pasien menolak diberikan obat.
9) Benar pengkajian
Sebelum maupun sesudah diberikan obat harus dilakukan pengkajian dengan
benar, sehingga pemberian terapi sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien.
10) Benar Evaluasi
Lakukan pemantauan pasien setelah diberikan obat. Untuk menghindari
terjadinya efek samping yang tidak diinginkan dari obat yang diberikan.
11) Benar reaksi terhadap makanan
Ada beberapa jenis obat yang bereaksi dengan beberapa jenis makanan,
misalnya obat pemacu jantung yang dapat menimbulkan efek reaksi
berlebihan apabila diberikan dengan kopi atau teh.
12) Benar reaksi dengan obat lain
Kaji saat memberikan beberapa jenis obat sekaligus dalam waktu yang
bersamaan. Biasanya obat yang satu dengan yang lainnya menimbulkan efek
saling menguatkan atau bahkan saling meniadakan

2.9 Macam-macam medikasi

1. Macam-macam jenis obat

a) Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan
ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam
obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat,
indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan
alamat pabrik serta cara penyimpanannya.
b) Obat bebas terbatas
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali
oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada
setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan
lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November
1975 ada tanda peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan
etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.
c) Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam
dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf "K" yang menyentuh
lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat yang dibungkus
sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.
d) Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
2. Macam macam bentuk obat

Macam- macam bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah
sebagai berikut:

a) Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b) Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c) Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
1) Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk
serta penandaannya tergantung design cetakan.
2) Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa
lembab dalam lubang cetakan.
3) Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris.
Sudah jarang ditemukan
4) Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
5) Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan
dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”.
8) Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa
enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau
tidak enak.

d)     Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
e)      Kapsulae(Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang dan mudah ditelan
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
f)       Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat
juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).
g)      Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam
fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma),
suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),
suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
h)      Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
i)        Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
j)        Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
k)      Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90oC selama 15 menit.
l)        Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan
mengikat kuman/virus/antigen.
m)    Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok.
n)      Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan yaitu:
·         Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
·         Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin
untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik
antipiretik.
o)      Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk
obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang
disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae
(obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae
Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
p)      Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.

2.10 Prosedur pemberian medikasi


1. Prosedur pemberian obat oral
a) Alat dan bahan
1) Baki berisi obat
2) Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
3) Pemotong obat (bila diperlukan)
4) Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
5) Gelas pengukur (bila diperlukan)
6) Gelas dan air minum
7) Sedotan
8) Sendok
9) Pipet
10) Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
b) Prosedur kerja
1) Siapkan peralatan dan cuci tangan
2) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
3) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu
dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada
perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau
dokter yang meminta.
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat
yang diperlukan)
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
a. Tablet atau kapsul
1) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
2) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.
3) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian
campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum
menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat
mempengaruhi daya kerjanya.
b. Obat dalam bentuk cair
1) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih
keruh.
2) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
3) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
4) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
5) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali
akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
6) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
7) Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

2.      Pemberian obat melalui intra vena


a)      Alat
1) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2 ml – 5 ml
6) Bak spuit
7) Baki obat
8) Plester
9) Perlak pengalas
10) Pembendung vena (torniquet)
11) Kassa steril (bila perlu)
12) Bengkok
b)      Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3) Salam terapeutik
4) Identifikasi klien
5) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6) Atur klien pada posisi yang nyaman
7) Pasang perlak pengalas
8) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9) Letakkan pembendung
10) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
11) Pakai sarung tangan
12) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari
kulit yang mengandung mikroorganisme.
13) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14) Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih
kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena
yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
15) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
17) Observasi adanya darah pada spuit
18) Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
20) Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
21) Kembalikan posisi klien
22) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
23) Buka sarung tangan
24) Cuci tangan
25) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

3.      Pemberian obat melalui intra cutan


a.       Alat
1) Spuit dan jarum steril (spuit 1 cc, jarum nomor 25,26,27)
2) Obat yang diperlukan (vial atau ampul)
3) Bak spuit steril
4) Kapas alkohol (kapas air hangat untuk vaksinasi)
5) Kassa steril untuk membuka ampul (bila perlu)
6) Gergaji ampul (bila perlu)
7) 2 bengkok (satu berisi cairan desinfektan)
8) Pengalas (bila perlu)
9) Sarung tangan steril
10) Daftar / formulir pengobatan
b.      Prosedur kerja
1) Cek instruksi / order pengobatan
2) cuci tangan
3) Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar
4) Identifikasi klien (mengecek nama)
5) Beritahu klien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta
tujuannya
6) Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks (lengan bawah bagian
dalam, dada bagian atas, punggung dibawah scapula)
7) Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian
8) Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan,
jaringan parut, kemerahan / inflamasi, gatal)
9) Memakai sarung tangan
10) Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol atau
kapas lembab dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm,
menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi
11) Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu
antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit
12) Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari
telunjuk dengan telapak tangan menghadap kebawah
13) Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area penyuntikan
14) Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang menghadap keatas,
sudut 15' pada epidermis kemudian diteruskan sampai dermis
15) Raih pangkal jarum dengan ibu jari tangan kiri sebagai fiksasi, lalu dorong
cairan obat. akan timbul tonjolan dibawah permukaan kulit
16) Cabut spuit / jarum, usap secara pelan area penyuntikan dengan kapas
alkohol / kapas lembab tanpa melakukan massage
17) Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah
cidera pada perawat) pada tempat pembuangan secara benar
18) Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien
19) Membereskan alat - alat
20) Mencuci tangan
21) Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada
lembar obat atau catatan perawat
22) Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)

4.      Pemberian obat melalui sub cutan


a)      Alat
1) Spuit 1 cc dengan jarum 24G
2) Kapas, alkohol spray 70%
3) Kupet injeksi
4) Perlak
5) Obat yang dibutuhkan
6) Bengkok
7) Sarung tangan bersih
8) Catatan pemberian obat injeksi
9) Alat tulis 
b)      Prosedur kerja
1) Lakukan verifikasi program terapi ( benar pasien, obat, dosis, waktu, tempat
injeksi )
2) Siapkan Alat
3) Beri salam dan jelaskan tindakan yang akan dikerjakan pada pasien /
keluarga. 
4) Pakai sarung tangan bersih.
5) Masukkan obat ke dalam spuit sesuai program dokter.
6) Perhatikan prinsip 6 benar
7) Tentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan kapas
alkohol.
8) Masukkan jarum dengan posisi 90° bila memakai jarum kecil (panjangnya 1
cm), atau dibawah 45° bila memakai jarum yang lebih panjang.
9) Lakukan aspirasi dan pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
10) Masukkan obat dengan perlahan-lahan.
11) Observasi kondisi/reaksi pasien.
12) Cabut jarum dan desinfeksi kulit dengan alkohol.
13) Rapikan pasien dan alat-alat.
14) Buka sarung tangan.
15) Cuci tangan.
16) Dokumentasikan pada catatan pemberian obat injeksi.

5.      Pemberian obat melalui intramuskular


a)      Alat dan bahan
1) Catatan pemberian obat
2) Obat dalam tempatnya
3) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
4) Kapas alkohol dalam tempatnya
5) Cairan pelarut
6) Bak injeksi
7) Bengkok
b)      Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian
letakkan kedalam bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikkan
5) Desinfeksikan dengan kapas alkohol
6) Lakukan penyuntikan:
7) Pada daerah paha(vestuslateralis) 1/3 bagian lateral arah ke pangkal paha.
8) Pada ventrogluteal (posisi klen telungkup,bagian bokong dibagi menjadi 4,
daerah injeksi adalah ¼ bagian atas luar)

9) Pada dorsogluteal ( posisi sim kiri , ibu jari di trochhanter mayor ,telunjuk di
SIAS, jari tengah menjauhi telunjuk sejauh mungkin, area injeksi adalah
daerah “V” yaitu anatara jari telunjuk dan jari tengah)
10) Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk  atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi (1/3 bagian atas lateral)
11) Lakukan penusukkan dengan jarum dengan posisi tegak lurus.
12) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan
obat secara perlahan sehingga habis.
13) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuitdan tekan daerah
penyuntikkan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah di gunakan
letakkan di bengkok.
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
15) Catat prosedur dan reaksi pemberian.

6.      Pemberian obat topikal


a. Pada kulit
a)      Alat dan bahan
a) Obat dalam tempatnya losion, krim, spreai, aerosol, dan bubuk
b) Kain kasa
c) Kertas tissue
d) Balutan
e) Pengalas
f) Air sabun dan air hangat
b)      Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Gunakan sarung tangan
4) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat atau air sabun
5) Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti
mengoleskan, mengompres.
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7) Catat prosedur dan respon pasien.
b. Pada mata
a)      Alat dan bahan
1) Obat dalam tempatnya(tetes steril atau salep)
2) Plester
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Balutan
6) Sarung tangan
7) Air hangat atau kapas pelembab
b)      Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi perawat disamping
kanan pasien
4) Gunakan sarung tangan
5) Bersihkan daerah kelopak
6) Dan bulu mata dengan kapas lembab(atau tissu)dari sudut luar mata kearah
hidung bila sangat kotor basuh dengan air hangat
7) Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunaakan ibu jari
atau jari telunjuk di atas tulang orbita
8) Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva sesuai dosis.Minta pasien
untuk menutup mata dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata. Bila
menggunakan obat mata jenis salep,pegang aplikator di atas tepi kelopak
mata.Kemudian tekan tub hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata
bawah setelah selesai anjurkan pasien untuk melihat kebawah secara
bergantian,berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata
9) Tutup mata dengan kassa bila perlu
10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11) Catat prosedur dan respon pasien
c. Pada telinga
a)      Alat dan bahan
1) Obat dalam tempatnya
2) Penetes
3) Spekulum telinga pinset anatomi dalam tempatnya
4) Plester
5) Kain kassa
6) Kertas tissu
7) Balutan
b)      Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati upayakan telinga pasien ke atas
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga keatas atau
kebelakang
5) Bila obat berupa tetes,teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis,bila
obat berupa salep, ambil kapas lidi dan oleskan salep.Kemudian
masukkan/oleskan pada liang telinga
6) Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit
7) Tutup telinga dengen balutan dan plester(bila perlu)
8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9) Catat prosedur dan respon pasien
2)   Pemberian obat supositoria
a)     Alat dan bahan
1) Obat supositorium dalam tempatnya
2) Sarung tangan
3) Kain kassa
4) Vaselin/jeli/pelumas
5) Kertas tissu
b)   Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kassa
5) Olesi ujung obot supositorium dengan pelumas
6) Minta pasien mengambil posisi tidur miring lalu regangkan bokong dengan
perlahan melalui anus,sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang
lebih 10 cm pada orang dewasa,dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi
7) Setelah selesai,tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan
tissue
8) Anjurkan klien untuk tetap baring terlentang atau miring selama kurang lebih
15 menit
9) Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakkan dibengkok
10) Cuci tangan setelah melakukan tindakan
11) Catat prosedur dan respon pasien
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar
upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,
obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan
penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
apabila penggunaannya tidak tepat.
Sebagai perawat, perlu kita ketahui dan selalu diingat bahwa dalam pemberian
obat dilakukan dengan akurat oleh perawat. Karena kita tahu bahwa yang kita
hadapi adalah manusia (makhluk hidup) bukan mesin, karena apabila dalam
pemberian obat salah itu akan berakibat fatal. Untuk itu Perawat menggunakan
“enam” benar pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang benar, yaitu :
1. Benar obat
2. Benar dosis
3. Benar pasien
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian
6. Benar dokumentasi
Dalam materi ini saya akan berbagi ilmu atas apa yang sudah saya ketahui tentang
macam- macam cara pemberian obat, yaitu :
1. Pemberian obat oral
2. Pemberian injeksiPemberian secara intracutan (IC)
3. Injeksi intravenaInjeksi subcutan (SC)
4. Intramuscular (IM)
5. Obat topikal
6. Inhalasi
7. Transdermal
8. Trantekal
3.2 Saran
Pembaca diharapkan mampu mempelajari setiap materi yang sudah dijelaskan dan
dipahami dan mahasiswa mampu menerapkan atau mengaplikasikan  materi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2016. Buku saku praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: Salemba Medika
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2016. Pedoman Tindakan Medik
dan Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2015. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Kustyati. 2016. Buku saku praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat

Anda mungkin juga menyukai