Distosia
Oleh :
NIM : 2030066
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.……………………………………………………………………….i
Daftar Isi.……………………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 Simpulan.…………………………………………………………………9
3.2 Saran.……………………………………………………………………..9
Daftar Pustaka.……………………………………………………………………..10
BAB 1
PENDAHULUAN
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur
tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja
membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus,
penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”
Kematian ibu banyak disebabkan oleh infeksi Nifas yaitu infeksi luka jalan lahir. Seperti
Toxemia 19,2%, Hemorrhage 14,4%, infeksi 23,4%, Non Abortus 12,8%, Abortion
10,6% dan yang lainnya 43,0%. Kebanyakan kematian ibu dapat dicegah,misalnya
kematian akibat perdarahan dengan pertolongan tepat dan cepat dan dengan persediaan
darah yang cukup,Toxaemia dengan prenatal care (perawatan dan pengawasan sebelum
melahirkan), yang teliti,infeksi dengan kebersihan badan, pertolongan aseptis dan dengan
antibiotika,dapat menurunkan angka kematian ibu.
1.3 TUJUAN :
PEMBAHASAN
Berikut faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-
faktor ini mudah diingat yaitu : passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir), power (kekuatan), posisis ibu. Empat faktor pertama disajikan pada
pembahasan berikut ini sebagai dasar untuk memahami proses fisiologis persalinan.
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran
normal.
Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin sangat mempengaruhi proses
persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang
frontal, dan satu tulang oksipital. Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa :
sagitalis, lambdoidalis , koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut
fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah
selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan
presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan
kesejahteraan bayi baru lahir.
2. Presentasi
Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus
melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama ialah
kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi
ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa
dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi janin letak janin, sikap janin,dan
ekstensi atau fleksi kepala janin.
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung) ibu. Ada dua macam letak :
a. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan
sumbu panjang ibu.
b. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu
Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin
mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim. Pada kondisi normal
punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi kearah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut.
Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum atau dagu,
sinsiput atau puncak kepala yang difleksi/menengadah), terhadap empat kuadran panggul ibu.
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak , khususnya lapisan – lapisan otot
dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif
kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal pertama dan tidak
perlu diulang lagi jika panggul mempunyai ukuran yang memadai dan bentuk yang sesuai.
Pada trimester ketiga kehamilan, pemeriksaan tukang panggul dapat dilakukan secara terliti,
sehingga diperoleh jasil yang lebih akurat karena sendi dan panggul berelaksasi. Pengukuran
tulang panggul secara tepat dapat dilakukan dengan menggunakan CT Scan, ultrasonigrafi,
film sinar – X jarang dilakukan karena sinar – X dapat merusak perkembangan janin.
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat meregang,
serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Saat persalinan
dimulai, kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada uteri berubah menjadi dua bagian
yakni bagian atas berotot dan tebal dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis.
Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks.
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan
lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke
arah segmen bawah rahim dan cervik. His memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni
bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan atau usaha untuk mendorong
kebawah (kekuatan skunder).
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger
(janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar,
ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak
terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan
memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Yang
pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu
yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus
mengejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta
menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan.
Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin.
Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah
bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi setelah dialatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluardari uterus dan
vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini,
dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma
serviks.
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan
jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus
biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden
penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus mengembalikan ke anyaman
pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu
dan mencegah kompresi pembuluh darah
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin
menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau
berjongkok , maka otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan
kontraksi rahim.
2.2 PROSES PERSALINAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari rahim
melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan
hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam bentuk
mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui wanita.
1.Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi
uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada tahap pertama persalinan dibagi
dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, effacement lebih
banyak mengalami kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi,
dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2.Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir.
Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama dan tahap kedua persalinan
:
Nulipara Multipara
Tahap pertama
3.Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta biasa
lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi lahir.
Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45
menit sampai 60 menit masih dianggap normal.
4.Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostatis
berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting memantau adanya
komplikasi, misalnya perdarahan abnormal
BAB 3
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
1. Bobak, Lowdermik, Jenson. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Edisi 4. Jakarta
: EGC.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi dari distosia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari distosia
3. Untuk memahami etiologi dari distosia
4. Untuk memahami manifestasi klinis dari distosia
5. Untuk mengetahui komplikasi dari distosia
6. mengidentifikasi penatalaksanaan medis dan keperawatan distosia
7. mengidentifikasi pengkajian asuhan keperawatan distosia
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi
penyimpangan dari konsep eutosia 3P (power,passage,passenger).(manuaba,1998).
Secara harfiah diartikan sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat (Al-fathdry,2002).
Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada
punggung.
Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi
merupakan bagian terendah
Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu tegak lurus atau mendekati
90 derajat
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong janin dijumpai tangan
Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :
- Rakitis
- Osteoplasma
- Neoplasma
- Fraktur
- Atrofi
- Penyakit sendi
2. Hydrosefalus
Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid.
3. Anensefalus
Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur ibu,factor
hormonal.
4. Kembar siam
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.karena
terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi
kembar siam (UNPAD 1998).
5. Gawat janin
a. Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam
waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang berlebihan,dapat dihubungkan
dengan pemberian oksitosin,hipotensi ibu,kompresi venakava,posisi
terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta previa.
b. Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus plasenta dalam waktu
lama) berupa penyakit hipertensi,
c. Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami
hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami toleransi glukosa
terganggu,dan dan seringkali disertai hipoksia.
d. Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi (penekanan)tali
pusat.
2.4 Manifestasi Klinis
Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping
Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
Terjadi distensi berlebihan pada uterus
Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba
bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
2.5 Komplikasi
Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi antara lain :
a. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara kemajuan janin
dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan terjadinya fistula karena
nekrosis pada jalan lahir
b. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami hipoksia dan
perdarahan
a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger
normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi dan
istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur,morfin(15 mg) dapat memberikan
tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat
ditinjau kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.
b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan tidak ada
bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal distress. Pemberian oksitosin sering
bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.
c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk
dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks memadai
untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress