Kelompok 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
FAKTOR ESENSIAL DALAM PROSES PERSALINAN
1. PENUMPANG (PASSEGER)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.
3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan
jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus
biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan
tali pusat.
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah
intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka
otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim.
PROSES PERSALINAN
1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi
uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada tahap pertama persalinan dibagi
dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, effacement
lebih banyak mengalami kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase
transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2. Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir.
Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama dan tahap kedua
persalinan :
Nulipara Multipara
Tahap pertama
Fase laten 20 jam 14 jam
Fase aktif 1,2 cm / jam 1,5 cm/jam
Tahap kedua 2 jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta biasa
lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi lahir.
Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45
menit sampai 60 menit masih dianggap normal.
4. Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostatis
berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting memantau adanya
komplikasi, misalnya perdarahan abnormal
MANAGEMEN NYERI
1. Managemen Farmakologi
a. Analgetik non opioid - Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN), Efektif untuk
penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama asetomenofn (Tylenol) dan OAISN
dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan
Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi
nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat
cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat.
Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan prodok
inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan histamin untuk
menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu mekanisme
transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.
b. Analgesia opioid, Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker.
Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.
Berbeda dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin menimbulkan efek analgetiknya
di sentral. Morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid di nukleus
modulasi di batang otak yang menghambat nyeri pada system assenden.
c. Adjuvan / Koanalgetik, Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk
kepentingan lain. Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin
(Dilantin)
2. Managemen Non-Farmakologi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat persalinan, yaitu
salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis.Terapi non-farmakologis yaitu terapi
yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan
berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:
a. Distraksi, Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada
empat tipe distraksi, yaitu :
- Distraksi visual, misalnya membaca atau menonton televisi
- Distraksi auditory, misalnya mendengarkan music
- Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan massase
- Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.
c. Stimulas Kutaneus, Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan
untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam
upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kutaneus masih belum
jelas. Salah satu pemikiran adalah cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga
memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori Gate-kontrol mengatakn bahwa stimulasi
kutaneus mengaktifkan transmisi tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan delta-A berdiameter
kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri. Bahwa keuntungan stimulasi
kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan dirumah, sehingga memungkinkan klien dan
keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang
benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot.
Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit yang sensitif
(misalnya luka bakar, luka memar, cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang
fraktur) (Mander,2004).
d. Massase, Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase
adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut manusia untuk
menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Terapi Hangat dan Dingin, Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin
yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area
sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).