Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MATERNITAS

Kelompok 2

Eka Tamuntuan (18061026)


Intan Runtu (18061044)
Karunia Roring (18061041)
Yasentha Turangan (18061031)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
 FAKTOR ESENSIAL DALAM PROSES PERSALINAN

1. PENUMPANG (PASSEGER)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia akan dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.

 Ukuran kepala janin


Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin sangat mempengaruhi proses
persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang
frontal, dan satu tulang oksipital. Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa :
sagitalis, lambdoidalis , koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut
fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput
ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi,
posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi
baru lahir.
 Presentasi
Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus
melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama ialah kepala
(kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian
tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam. Faktor-
faktor yang menentukan bagian presentasi janin adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau
fleksi kepala janin.
 Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung) ibu. Ada dua macam letak :
a. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu.
b. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu
panjang ibu. Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
 Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Janin
mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim. Pada kondisi normal punggung
janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan
disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
 Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum atau dagu, sinsiput
atau puncak kepala yang difleksi/menengadah), terhadap empat kuadran panggul ibu.

2. JALAN LAHIR (PASSAGEWAY)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yaitu bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan – lapisan otot
dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif
kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :

 Bagian keras tulang - tulang panggul ( rangka panggul ).


Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang - tulang sakrum.
Terdapat empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan kanan, dan sendi
sakrokoksigeus. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
- Ginekoid (tipe wanita klasik)
- Android (mirip pinggul pria)
- Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
- Platipeloid (panggul pipih)
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal pertama dan tidak perlu
diulang lagi jika panggul mempunyai ukuran yang memadai dan bentuk yang sesuai. Pada
trimester ketiga kehamilan, pemeriksaan tukang panggul dapat dilakukan secara terliti, sehingga
diperoleh hasil yang lebih akurat karena sendi dan panggul berelaksasi.
 Bagian lunak : otot - otot, jaringan - jaringan, ligamen - ligament.
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat meregang,
serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Saat persalinan dimulai,
kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada uteri berubah menjadi dua bagian yakni bagian
atas berotot dan tebal dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Kontraksi
korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks kemudia
menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin
turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun, serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari
bagian terendah janin

3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.

 His (kontraksi uterus)


His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di mulai dari daerah
fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
“pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot - otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot- otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih
pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah
segmen bawah rahim dan cervik. His memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
 Kekuatan sekunder (mengejan)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni
bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan atau usaha untuk mendorong
kebawah (kekuatan skunder).
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni
passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan
lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya
tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan
memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Yang
pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang
dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat
mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang
dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai
puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi
dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa dihindari. Begitu juga
resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi setelah dialatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan
vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini,
dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma
serviks.

4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan
jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus
biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan
tali pusat.
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar
panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah
intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka
otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim.

 PROSES PERSALINAN

Ada empat tahap persalinan yang dikenal yaitu :

1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi
uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada tahap pertama persalinan dibagi
dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, effacement
lebih banyak mengalami kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase
transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.

2. Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir.
Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama dan tahap kedua
persalinan :

Nulipara Multipara
Tahap pertama
Fase laten 20 jam 14 jam
Fase aktif 1,2 cm / jam 1,5 cm/jam
Tahap kedua 2 jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta biasa
lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi lahir.
Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45
menit sampai 60 menit masih dianggap normal.
4. Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostatis
berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting memantau adanya
komplikasi, misalnya perdarahan abnormal

 MANAGEMEN NYERI

1. Managemen Farmakologi

Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menghilangkan


nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling
sering diberikan oleh perawat 28 dengan kolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga kelompok obat
nyeri yaitu:

a. Analgetik non opioid - Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN), Efektif untuk
penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama asetomenofn (Tylenol) dan OAISN
dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan
Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi
nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat
cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat.
Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan prodok
inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan histamin untuk
menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu mekanisme
transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.

b. Analgesia opioid, Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker.
Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.
Berbeda dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin menimbulkan efek analgetiknya
di sentral. Morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid di nukleus
modulasi di batang otak yang menghambat nyeri pada system assenden.

c. Adjuvan / Koanalgetik, Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk
kepentingan lain. Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin
(Dilantin)
2. Managemen Non-Farmakologi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat persalinan, yaitu
salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis.Terapi non-farmakologis yaitu terapi
yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan
berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:

a. Distraksi, Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada
empat tipe distraksi, yaitu :
- Distraksi visual, misalnya membaca atau menonton televisi
- Distraksi auditory, misalnya mendengarkan music
- Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan massase
- Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.

b. Hypnosis-diri, Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui pengaruh


sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan tentang perasaan yang
rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide
pikiran dan kemudian kondisi - kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka
(Edelman & Mandel, 1994). Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun. Konsentrasi
yang efektif mengurangi ketakutan dan sters karena individu berkonsentrasi hanya pada
satu pikiran. Selain itu juga mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini
terutama penting bagi klien yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi
ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang
menyakitkan, misalnya seorang klien yang dibiarkan mengalami konstipasi akan
menderita distensi dan kram abdomen. Upaya ini hanya klien alami dan sedikit waktu
ekstra dalam upaya menghindari situasi yang menenyebabkan nyeri (Mander, 2003).

c. Stimulas Kutaneus, Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan
untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam
upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kutaneus masih belum
jelas. Salah satu pemikiran adalah cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga
memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori Gate-kontrol mengatakn bahwa stimulasi
kutaneus mengaktifkan transmisi tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan delta-A berdiameter
kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri. Bahwa keuntungan stimulasi
kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan dirumah, sehingga memungkinkan klien dan
keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang
benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot.
Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit yang sensitif
(misalnya luka bakar, luka memar, cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang
fraktur) (Mander,2004).

d. Massase, Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase
adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut manusia untuk
menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

e. Terapi Hangat dan Dingin, Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin
yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area
sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

f. Relaksasi pernafasan, Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan


keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara
melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, Teknik
relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut kegunaanya teknik relaksasi
pernafasan dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik nafas lambat melalui
hidung (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai