Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH DIABETES


MELLITUS

Intan B. Runtu
18061044

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

Diabetes Melittus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik)
dan dapat menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama
mata, organ ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya.
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Melittus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes melittus tipe 2 terjadi jika
insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal
terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes Tipe 2
ini merupakan tipe diabetes yang paling umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang
dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non-insulin-dependent diabetes
melitus).

2. ETIOLOGI

DM II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaiut : reistensi
insulin dan gangguan insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya gukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi tiabetes tipe II.

3. FAKTOR RESIKO

Faktor genetic diperkirakan memegang peran dalam proses tejadinya esistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II yaitu :
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
- Obesitas
- Riwaya Keluarga
- Kelompok etnik ( di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II
dibandingan dengan golongan Afro-Amerika)
4. MANIFESTASI KLINIS

Beberapa gejala dari diabetes tipe 2, antara lain:


 Sering buang air kecil, terutama saat malam hari.
 Sering merasa haus.
 Sering merasa lapar.
 Berat badan turun.
 Luka yang sulit sembuh.
 Mudah terserang infeksi.
 Kulit gatal.
 Pandangan kabur.
 Kelelahan.
 Nyeri atau mati rasa pada kaki dan tangan.
 Kesemutan.
 Gatal di kemaluan pada wanita.
 Gangguan ereksi pada pria.

5. PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh sel beta pada


keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan ketidakmampuan sel untuk berespon
terhadap kadar insulin normal, terutama di dalam otot, hati, dan jaringan lemak. Di hati,
insulin biasanya bertugas menekan pelepasan glukosa. Namun, pada keadaan resistensi
insulin, hati melepaskan glukosa secara tidak normal ke dalam darah. Proporsi resistensi
insulin versus disfungsi sel beta berbeda-beda pada masing-masing individu. Sebagian pasien
dapat mengalami resistensi insulin yang nyata dengan hanya sedikit cacat dalam sekresi
insulin sementara yang lain dapat mengalami hanya sedikit resistensi insulin namun
berkurangnya sekresi insulin secara nyata.
Mekanisme penting lain mungkin berhubungan dengan diabetes tipe 2 dan resistensi
insulin antara lain: meningkatnya perombakan lipid di dalam sel lemak, resistensi dan
kekurangan inkretin, tingginya kadar glukagon di dalam darah, peningkatan retensi garam
dan air oleh ginjal, dan gangguan pengaturan metabolisme olehsistem saraf pusat Meskipun
demikian, tidak semua orang yang mengalami resistensi insulin kemudian terkena diabetes,
karena keadaan ini harus juga disertai oleh gangguan sekresi insulin oleh sel beta pankreas

6. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi diabetes mellitus dalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vesikuller serta neuropati.
Tujuan teraupetik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa normal. Ada 5
komponen dalam penatalaksanaan diabetes (FKUI, 2011) :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk DM adalah :


1. GDS
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN

1) Identitas
2) Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
alasan pasien datang kefasilitas kesehatan.
- Riwayat kesehatan sekarang : Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini,
apakah ada riwayat kesehatan sekarang juga yang perlu dikaji untuk mengetahui adanya
penyakit kronis (DM atau asma) dan adanya keterbatasan fisik
- Riwayat kesehatan yang lalu : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubunganya
dengan masalah yang dihadapi oleh klien pada saat ini.
- Riwayat kesehatan sekarang : Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit
menurun dalam keluarga seperti asma, diabetes melitus, hipertensi, jantung dan riwayat
penyakit menular lainya
- Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan yang dilakukan adalah TTV dan
pemeriksaan fisik head to toe, juga pemeriksaan penunjang.

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan akibat poliuria
2. Defisit Pengetahuan
3. Risiko Cedera b/d penurunan fungsi penglihatan
4. Intolerani aktivitas b/d kelemahan

 INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA INTERVENSI
O
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d 1. Pantau turgor kulit
kehilangan cairan berlebihan akibat 2. Berikan dan pantau cairan
poliuria parental
3. Identifikasi Resiko
4. Catat intake dan output
5. Manajemen nutrisi
2. Defisit Pengetahuan 1. Edukasi kesehatan
2. Edukasi diet
3. Edukasi nutrisi
4. Edukasi perawatan kulit
5. Edukasi proses penyakit
3. Risiko Cedera b/d penurunan fungsi 1. Identifikasi resiko
penglihatan 2. Manajemen Keselamatan
Lingkungan
3. Pencegahan jatuh
4. Pencegahan cedera
4. Intolerasni aktivitas b/d kelemahan 1. Manajemen energy
2. Dukungan kepatuhan
program pengobatan
3. Terapi aktivitas
4. Manajemen nutrisi
5. Edukasi latihan fisik
Sumber :
https://www.academia.edu/31109201/LAPORAN_PENDAHULUAN_KASUS_KLIEN_DI
ABETES_MELITUS_TIPE_II
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2092/1/AGUS%20SUYANTO.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2088/1/KTI%20INDYAH%20SETYAWATI.pdf
- Buku SDKI
- Buku SIKI
- Buku diagnose keperawatan dengan rencana asuhan keperawatan oleh Cynthia M. Taylor
& Sheila S. Ralph

Anda mungkin juga menyukai