Anda di halaman 1dari 3

Kegawatdaruratan Psikiatri : Gangguan Panik

Oleh : Intan Brigita Runtu (18061044)

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan psikiatri seperti cemas, panik, bunuh diri, kekerasan dalam rumah
tangga, kekerasan terhadap anak dan lansia, serta pemerkosaan merupakan kegawatan
psikiatri yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat. Keadaan tersebut memerlukan
intervensi khusus dan segera karena jika tidak segera ditangani akan membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan terdekatnya. Kejadian gawat darurat psikiatri
umumnya jarang ditemui di layanan gawat darurat rumah sakit, maka deteksi dini dan
penanganan awal sangat dibutuhkan di lingkungan masyarakat.
Tujuan pelayanan kedaruratan psikiatri adalah untuk: 1) memberikan perawatan tepat
waktu atas kedaruratan psikiatri, 2) adanya akses perawatan yang bersifat lokal dan berbasis
masyarakat, 3) menyingkirkan etiologi perilaku pasien yang mungkin mengancam nyawa
atau meningkatkan morbiditas medis, dan 4) berjalannya kesinambungan perawatan. (Allen
et al., 2002; Sadock and Kaplan, 2009)

B. Manfaat

Manfaat dari mempelajari kegawatdaruratan psikiatri adalah agar kita dapat mengetahui
cara deteksi dini masalah kesehatan jiwa dalam masyarakat dan mengetahui cara penanganan
yang tepat dan segera dalam menangani kasus kegawatdaruratan psikiatri ini.

C. Analisis Literatur

Serangan panik merupakan gangguan jiwa yang paling sering ditemui di masyarakat.
Serangan panic merupakan gangguan kecemasan yang bisa terjadi dimanapun dan kapanpun
serta dialami barulang-ulang. Gangguan ini biasanya dialami oleh remaja atau usia awal
dewasa dan kebanyakan menyerang wanita. Gangguan panic ini bisa terjadi akibat faktor
pemicu antara lain ; stress, riwayat kesehatan keluarga, kejadian traumatis,
pengalaman/perubahan dratis dalam kehidupan (cth : baru memiliki bayi), konsumi
kafein/alcohol berlebihan dan riwayat kekerasan seksual/fisik. Serangan panik biasanya
ditandai dengan gejala seperti: berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas, tremor, pusing,
merasa dingin atau panas.
Gangguan kecemasan serangan panic merupakan salah satu kegawatdaruratan psikiatrik yang
memerlukan intervensi khusus. Bila tidak segera ditangani gangguan ini dapat beresiko
menyebabkan munculnya ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada penderitanya.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa ada bagian tertentu dari otak dan proses biologis
yang memainkan peran kunci dalam mengatur ketakutan dan kecemasan. Beberapa ahli
menilai bahwa penderita panik melakukan kesalahan dalam menjelaskan tindakan yang
sebenarnya tidak berbahaya tapi dianggap berbahaya dan menimbulkan perasaan terancam.
Selain itu, faktor eksternal seperti faktor lingkungan juga dianggap sebagai pemicu gangguan
panik.
Menurut Buku Manual Diagnosis dan Statistik dari Gangguan Mental (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder/DSM5, dalam menentukan diagnose panic harus
memperhatikan beberapa point penting berikut ini :
1. Gangguan panic ditandai dengan serangan panic yang cukup sering terjadi
2. Gangguan panic dengan serangan panic tidak disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
ataupun karena efek penyakit
3. Gangguan panic tidak berhubungan dengan penyakit mental seperti fobia : cth fobia
social, gangguan kecemasan, gangguan stress pasca trauma, gangguan obsesif kumpulsif.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV), dalam
menentukan diagnose panic harus memiliki kriteria ini :
1. Adanya Serangan Panik yang tidak diharapkan secara berulang-ulang.
2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau lebih) oleh
satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut :
a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang kemungkinan akan mendapat serangan
panik.
b) Khawatir tentang implykasi daripada serangan panik atau akibatnya (misal: hilang
kendali diri, mendapat serangan jantung atau menjadi gila).
c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan adanya
serangan panik.

Gangguan panic mungkin terjadi dengan agoraphobia. Agoraphobia merupakan


ketakutan seseorang jika berada sendirian di tempat public. Agoraphobia dapat menjadi
phobia yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam keseharian seseorang, karena dapat
secara signifikan mengganggu kemampuan seseorang dalam pekerjaan dan situasi sosial
diluar rumah.
Pada pasien dengan gangguan panik, sebanyak 91% mengalami setidaknya 1 gangguan
psikiatri lain seperti pada 84% mereka dengan agoraphobia. Orang dengan gangguan panik,
15 hingga 30% juga mengalami phobia sosial, 2-20%mengalami phobia spesifik, 15-30%
mengalami gangguan cemas menyeluruh, 2-10% mengalami Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD), dan hingga 30% mengalami Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Kondisi
komorbid yang sering terjadi lainnya adalah hipokondriasis, gangguan kepribadian, dan
gangguan yang berhubungan dengan zat.
D. Strategi Penerapan / Pembahasan

Dalam beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh (Tamilselvan, S.)
ditemukan bahwa pasien wanita mengalami onset yang cukup dini dengan rerata 20,35 tahun
dibandingakan pria (23.07 tahun). Hal ini sesuai dengan yang sudah dijelaskan di atas bahwa
wanita lebih rentan terkena serangan panic daripada pria. Juga dalam penelitiannya
ditemukan bahwa faktor social ekonomi juga berpengaruh/menjadi salah satu faktor
penyebab gangguan panic. Ditemukan bahwa sebagian besar pasien digolongkan kategori
miskin sesuai dengan kelas IV – 16(40%) pasien dan di kelas V – 12(30%) pasien. Pada
penelitiannya juga disampaikan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami gangguan
panic juga mengalami gangguan agoraphobia.

Anda mungkin juga menyukai