Anda di halaman 1dari 7

BAYI TABUNG

Intan Brigita Runtu (18061044)


Christabella V.Y Sampel (18061058)
Paskahlin Sitorus (18061061)
Meisy T. Tamboto (18061072)

Cyrny Kewas (18061050)

Eva mabuka

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALE MANADO
2018
PENGERTIAN

 MENURUT KBBI
Bayi tabung adalah hasil pembuahan yang dilakukan di luar rahim ibunya (dalam tabung)
 MENURUT KAMUS KESEHATAN
Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur yang terjadi di luar tubuh; sel sperma dan
sel telur dipertemukan di tabung yang ditumbuhkan beberapa hari 2-3 hari dan dierami di
dalam inhibitor.
 MENURUT PARA AHLI
-Prof. Sarwono, bayi tabung adalah proses pengumpulan sperma laki laki yang kemudian
dimasukan pada alat dan ditanamkan kembali pada rahim wanita. Hal itu dinamakan
insenmination articificialis atau yang lebih dikenal dengan inseminasi buatan.

SUBSTANSI: ISI, DAN HAKEKAT


Contoh :
Jenis-jenis Bayi Tabung :
1. Inseminasi buatan dengan sperma suami
2. Inseminasi buatan dengan sperma donor
3. Inseminasi buatan dengan model titipan

PERATURAN

1. UU KES no. 36 tahun 2009 pasal 127 ayat (1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
 Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum berasal
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian kewenangan untuk
itu; dan
 Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu
2. Ayat (2) ketentuan mengenai persyaratan kehamilan diluar cara alamiah sebagaimana
dimaksu pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah
Tinjauan dari hukum perdata terhadap inseminasi buatan (bayi tabung) :
1. Jika benihnya berasal dari suami istri.
 Jika benihnya berasal dari suami istri. Dilakukan proses fertilisasi-in-virto transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara
biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetic) dari
pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewarisi dan hubungan
keperdataan lainnya.
 Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari, maka anak itu
bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun
dengan bekas suami ibunya. Dasar hokum pasal 255 KUH Perdata
 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari dari pasangan penghamil, bukan pasangan
yang mempunyai benih. Dasar hokum pasal 42 UU No. 1/1947 dan pasal 250 KUH
Perdata. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
(Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian
semacam itu dinlai sah secara perdata berat, sesuai dengan pasal 1320 dan 1338 KUH
Perdata.)
2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
 Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi
dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplatasikan ke dalam rahim istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah
dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si
suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
Dasar hokum pasal 250 KUH perdata
 Jika embrio diimplatasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak
yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hokum
pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUH Perdata.
3. Jika semua benihnya dari donor
 Jika sel sperma mupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan
suami istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinan yang sah.
4. Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status
sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan
pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur
berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan
biologis sebagai anaknya.

Contoh kasus konkrit mengenai bayi tabung


1. Si pendonor 'mewariskan' gangguan saraf Neurofibromatosis tipe 1

Pada 2012 lalu, lima bayi hasil program bayi tabung di Denmark didiagnosis gangguan
saraf Neurofibromatosis tipe 1 (NF1) atau penyakit Von Recklinghausen. Penyakit ini
menyebabkan tumor tumbuh di sekitar saraf dan dapat menyebabkan berbagai penyakit
seperti tumor jinak, tekanan darah tinggi, deformitas tulang, bahkan kanker.

Ternyata, bayi-bayi tersebut berasal dari pendonor sperma dengan nomor 7042.
Nordisk Cryobank di Kopenhagen, klinik kesuburan tempat pendonor tersebut dituding
telah lalai dan gagal mendeteksi adanya mutasi genetik pada sperma donor.

Dilaporkan, 'donor 7042' ini telah menjadi ayah dari 43 anak dari 14 klinik kesuburan
yang berbeda di 10 negara. Akibat insiden ini, Denmark yang sebelumnya memiliki
kebijakan donor sperma cukup longgar akhirnya memperketat aturannya. Sejak
Oktober 2012, sperma dari seorang donor hanya boleh digunakan untuk maksimal 12
inseminasi

2. Sperma tertukar dengan milik pria lain


Pasangan asal Singapura menemukan bayi hasil program bayi tabung ternyata bukan
anak biologisnya karena embrio yang ditanamkan tertukar. Sang istri yang keturunan
Tiongkok dan suaminya keturunan Kaukasia ini awalnya curiga karena melihat bayi
yang dilahirkannya memiliki warna kulit yang berbeda dari mereka.

Pasangan ini semakin terkejut ketika dokter di Thomson Fertility Centre Singapura,
tempat mereka melakukan program bayi tabung, memberitahukan bahwa golongan
darah si bayi adalah B.

Menanggapi masalah ini, Dr Cheng Li Chang, direktur medis Thomson Fertility Centre
dan ketua eksekutif wakil Thomson Medical Centre mengajukan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya. Menurutnya, ini merupakan insiden pertama dalam 22 tahun
Thomson Fertility Centre beroperasi. Kelalaian ini juga akan sangat serius
ditindaklanjuti.

3. Menggunakan sperma petugas lab


Salah satu klinik kesuburan di bawah naungan University of Utah Medical Group di Salt
Lake City, tersandung masalah setelah terungkap bahwa sperma yang disuntikkan ke
rahim salah satu pasien, Pamela Branum  adalah milik teknisi laboratorium klinik.

Pamela, pasien inseminasi buatan di Reproductive Medical Technologies Inc


mengklaim bahwa berdasarkan hasil tes DNA, ayah dari putrinya bukanlah sang suami
melainkan teknisi laboratorium yang bernama Tom Lippert. Sayangnya, Tom
meninggal 15 tahun lalu.

Tim investigasi yang terdiri dari tiga dokter mengkaji kasus ini dan membuat
rekomendasi untuk lembaga terkait. Dalam laporannya, mereka mengatakan tidak jelas
sperma salah yang dimasukkan ke rahim Branum dilakukan dengan sengaja atau tidak.

Atas peristiwa ini, komite dari University of Utah pun melakukan penyelidikan.
Meskipun pihak klinik sendiri tidak bisa memastikan apakah tindakan yang dilakukan
pekerjanya disengaja atau tidak

4. Sperma donor ternyata dari pria autis


Puluhan ibu di Belanda terpukul karena melahirkan anak dengan Sindrom Asperger yang
merupakan gejala autisme dari seorang donor sperma yang ternyata menderita
gangguan autistik turunan (genetik).

Ternyata, selama 18 bulan air mani pria autis yang tak disebutkan namanya itu telah
didonorkan pada puluhan wanita di Belanda. Hebatnya, pria tersebut masih aktif
menjadi donor meski tidak di klinik resmi. Keberhasilannya menjadi donor sperma
bisa terjadi karena ia berbohong tentang keadaan kesehatannya.

Pria tersebut telah menjadi ayah setidaknya dari 22 anak dan beberapa diantaranya
sudah menunjukkan gejala autisme dan Sindrom Asperger. Diketahui, si pria autis
berusia 30 tahun dan berasal dari kota pelabuhan Rotterdam Belanda.

5. Sperma tak sesuai 'pesanan'


Ketika kandungannya memasuki usia lima bulan, Jennifer Cramblett baru tahu kalau
bayinya memiliki ras yang berbeda. Sejak awal, wanita berumur 36 tahun tersebut
telah meminta kepada Midwest Sperm Bank agar diberikan sperma pria kulit putih.

Mereka juga telah membayar sekitar Rp 29,3 juta untuk mendapatkan 6 botol air mani.
Hingga akhirnya Jennifer hamil, ia dan pasangannya ingin memiliki anak lagi. Mereka
pun mendatangi Midwest Sperm Bank untuk meminta sperma dari donor yang sama.

Saat 'paket' air mani itu sampai ke tangan mereka dan dibawa ke dokter kandungan,
sang dokter baru menyadari bila label yang tertera di botol sperma pesanan kliennya
tidak sesuai dengan keinginan mereka. Saat itu, Jennifer mulai curiga. Benar saja,
ketika ia melahirkan, alih-alih berkulit putih, bayinya memiliki kulit kecokelatan atau
campuran dari ras kulit putih dan hitam.

Bayi perempuan yang sehat itu pun diberi nama Payton. Atas kejadian ini, Jennifer pun
melayangkan gugatan ke pihak bank donor sperma.
ANALISA

Anda mungkin juga menyukai