HIRSPRUNG
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Hirsprung
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
a. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.
c. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
d. Nyeri abdomen dan distensi.
e. Gangguan pertumbuhan.
f. (Suriadi, 2001 : 242)
g. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai mekonium.
h. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara spontan
maupun dengan edema.
i. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut.
j. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare berbau
busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
k. Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380)
1. Masa Neonatal :
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
b. Muntah berisi empedu.
c. Enggan minum.
d. Distensi abdomen.
2. Masa bayi dan anak-anak :
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and mencari
sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah narkos.
Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
e. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
f. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
g. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
h. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
9. Penatalaksanaan
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal
(memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
a. Prosedur Duhamel : Penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya
dibelakang usus aganglionik.
b. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan
saluran anal yang dibatasi.
c. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus.
d. Intervensi bedah
a. Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami obstruksi.
Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat dicapai dengan
prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului oleh
suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Informasi identitas/data dasar meliputi :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Tanggal pengkajian :
Pemberi informasi. :
B. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
E. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
F. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri
atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
G. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
H. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna
kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi
denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada
abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram,
tendernes.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TEORI
2 PRE OPERASI
PRIORITAS DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL RASIONAL
KEPERAWATA DITEMUKAN DIATASI PENENTUAN
N
1. GaGangguan Gangguan
eliminasi BAB : eliminasi ini di
obstipasi angkat Untuk
berhubungan mencaritau/
dengan spastis mengetahui
usus dan tidak warna dan
adanya daya konsisten feses
dorong. dan menentukan
rencana
selanjudnya
POST OPERASI
PRIORITAS DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL RASIONAL
KEPERAWATA DITEMU DIATASI PENENTUAN
N
1. jvGangguan integritas Gangguan
kulit b/d intergritas di
kolostomi dan akangkat sebagi
perbaikan prioritas karena
pembedahan untuk mencari/
mengatasi
maslah dalam
pembedahan
luka kolostomi
2 Nyeri b/d insisi
Nyeri di angkat
pembedahan sebagai prioritas
karena keluhan
yang di rasakan
klien saat selesai
pembedahan
saat itu juga ,
apabila masalah
ini tidak segera
di tangani akan
menimbulkan
ketika nayaman
bagi pasien
sehingga akan
timbul rasa
ketakutan untuk
melakukan gerak
dari tindakan
tersebut.
3 K Kurangnya kurangnya
pengetahuan b/d pengetahuan dpt
kebutuhan irigasi, d angkt sebagai
pembedahan dan diagnose
perawatan prioritas di
kolostomi. karenakan bnyk
pasien, yang
sesudah di
lakukan operasi
pasien tidak
perduli dalam
penyembuhan
perawatan luka
klostomi
INTERVENSI KEPERAWATAN
TEORI
3.PRE OPERASI
N DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN
O INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan elminasi klien tidak 1. Monitor cairan 1. Untuk mengetahui
BAB : mengalami yang keluar warna dan konsisten
Obstipasi b/d gangguan klostomi feses dan
spastic usus dan elminasi dengan menentukan rencana
tidak adanya daya criteria 2. Pantau jumlah selanjudnya
dorong. defekasinormal, cairan kolostomi
tidak distensi 2. jumlah cairan yang
abdomen keluar dapat
3. Pantau pengaruh
dipertimbangkan
diet terhadap pola
untuk menggantikan
defekasi
cairan
3. untuk mengetahui
diet yang
mempengaruhi pola
defekasi terganggu
2. Gangguan nutrizi Kebutuhan nutrisi 1. Berikan nutrisi 1. mengetahui
kurang dari terpenuhi dengan parenteral sesuai keseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh kriteria dapat kebutuhan. sesuai kebutuhan
berhubungan mentoleransi diet 1300-3400 kalori.
dengan intake yang sesuai kebutuhan 2. Pantau
inadekuat secara parenteal pemasukan 2. memenuhi kebutuhan
atau per oral. makanan selama nutrisi dan cairan
perawatan
3. untuk mengetahui
3. Pantau atau perubahan berat
timbang berat badan
badan
22
c. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
a. Pola eliminasi berfungsi normal
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
d. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
a. Integritas kulit lebih baik
b. Nyeri berkurang atau hilang
c. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon