Anda di halaman 1dari 16

KERJASAMA LINTAS SEKTOR DAN MITRA LAIN KESEHATAN

REPRODUKSI DALAM PROGRAM DEPKES MPS (MAKING


PREGNANCY SAFER) DAN SM (SAFE MOTHERHOOD)

Dosen: Dewi Taurisiawati Rahayu, SST., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Bunga Ayu Frepitasari (201704004)


2. Dewi Wulandari (201704009)
3. Elisabeth P. Novita (201704014)
4. Ina Yuliati Lulu (201704019)
5. Kurnianingsih (201704024)
6. Maria Rosari Bano (201704029)
7. Noven Winarsi (201704034)
8. Nurul Khabibah (201704039)
9. Rindhy Meyzza Anindita R. (201704044)
10. Tiya Adiyani (201704049)

STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI


PRODI DIV KEBIDANAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-
Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang di harapkan walau dalam
bentuk yang sederhana, dimana makalah ini membahas tentang ”KERJASAMA LINTAS
SEKTOR DAN MITRA LAIN KESEHATAN REMAJA DALAM PROGRAM DEPKES
MPS (MAKING PREGNANCY SAFER) DAN SM (SAFE MOTHERHOOD)”. Kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnyatentang kerjasama lintas sektor
dan mitra lain kesehatan remaja dalam program Depkes MPS (Making Pregnancy Safer) dan
SM (Safe Motherhood).

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena


kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak serta referensi
yang ada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.
Semoga dengan makalah ini dapat menambah ilmu serta wawasan bagi pembaca, khususnya
mahasiswa STIKES Karya Husada.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,
sehingga saran dan kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan makalah
ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kediri, 4 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MPS (Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood).................3
2.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi dalam program Depkes MPS .............................8
(Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................12


3.2 Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar
terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia
harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian
yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah
kematian ibu ini.
Menurunkan AKI dan anak merupakan dua tujuan pembangunan millennium
yang dimana dalam poin empat yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan poin lima
meningkatkan kesehatan ibu yang disepakati oleh hampir seluruh negara di dunia pada
Deklarasi Milenium di tahun 2000. Tingginya AKI di Indonesia telah lama menjadi salah
satu keprihatinan utama berbagai upaya telah dilakukan untuk mengakselerasi penurunan
tersebut.
Kematian ibu dapat diturunkan secara signifikan dengan investasi yang terbatas
melalui program yang efektif, kebijakan dan upaya di bidang hukum yang menunjang,
maupun intervensi sosial dan masyarakat. Perhatian khusus difokuskan pula pada
kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan
bayi baru lahirnya mempunyai akses terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau
menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong persalinan
yang terampil dan penyediaan pelayanan dan berkelanjutan.
Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah melakukan
suatu bentuk kerjasama dengan organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB
tersebut, yang bergerak dalam bidang kesehatan dunia untuk menangani permasalahan
AKI ini. Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan
(Depkes) sangat berperan penting karena dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes
mengadopsi langkah strategi yang dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan
maksimal untuk mensukseskan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Upaya strategi yang dilakukan salah satunya tantang promosi kesehatan yang
membahas tentang kesehatan reproduksi. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah
suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta

1
prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya
serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Sesuai dengan Undang-Undang No.36/2009 mencakup empat aspek yakni fisik
(badan), mental (jiwa, spiritual, dan sosial yang memungkinkan setiap orang mampu
hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Kesehatan Reproduksi menurut
Undang-Undang No.36/2009 adalah keadaaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara
utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan (Lubis, 2013).
Dalam arti kata luas hali ini berkaitan dengan Safe Motherhood dan Making
Pregnancy Safer yang mempunyai tujuan sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak
asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS
merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis
dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. Dalam
konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 dengan visi
semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman
dan bayi dilahirkan hidup dan sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan MPS (Making Pragnency Safer) ?
2. Apa yang dimaksud dengan SM (Safe Motherhood) ?
3. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi dalam program Depkes MPS
(Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood)serta Apa saja kerjasama
lintas sektor dan kemitraan lain dalam program Depkes MPS (Making Pregnancy
Safer) dan SM (Safe Motherhood) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang dimaksud dengan MPS (Making Pregnancy Safer)
dan SM (Safe Motherhood.
2. Untuk mengetahui bagaimana kesehatan reproduksi dalam program Departemen
Kesehatan tentang Making Pregnency Safer dan Safe Motherhood.
3. Untuk mengetahui apa saja kerjasama lintas sektor dan kemitraan lain dalam program
Departemen Kesehatan tentang Making Pregnency Safer dan Safe Motherhood.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian MPS (Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe Motherhood)


2.1.1 MPS (Making Pregnancy Safer)
Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang
ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan kesakitan ibu dan bayi.
Strategi MPS merupakan tonggak sejarah yang menandai komitmen baru
untuk memastikan hak ibu dan bayinya. Strategi MPS disusun berdasarkan
pengetahuan epidemiologi yang didapat sejak pencanangan Prakarsa Safe
Motherhood di Nairobi tahun 1987. Strategi ini disusun berdasarkan konsensus
yang dicapai pada International Conference on Population and Development
(ICPD-Cairo, 1994), Konferensi Dunia ke-IV tentangWanita (Beijing, 1995) dan
pernyataan bersama WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank. MPS menyerukan
kepada seluruh pihak terkait, seperti pemerintah,masyarakat dan organisasi
international.
Pesan Kunci MPS Kompleksnya masalah kematian ibu memerlukan strategi
kesehatan yang memastikan bahwa:
a. Setiap persalinan harus diinginkan.
b. Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan terlatih.
c. Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.
Kerangka Pikir MPS dalam Safe Motherhood dukungan yang efektif untuk
upaya Safe Motherhood nasional membutuhkan pelaksanaan kegiatan dalam
kerangka pikir MPS yang meliputi area:
a. Membangun Kemitraan.
b. Advokasi
c. Penelitian untuk Pengembangan.
d. Penyusunan Standar dan Instrumen.
e. Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan Kebijaksanaan.
f. Monitoring dan Evaluasi

3
Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia. Strategi kegiatan yang akan dilakukan melalui kemitraan dengan
pemerintah dan mitranya :
a. Meningkatkan kapasitas pemerintah.
b. Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar nasional
pelayanan kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak, KB, termasuk
pelayanan pasca abortus,pelayanan aborsi bila dilegalkan) dan
menyusun kombinasi perundangan untuk mendukung kebijaksanaan
dan standar ini.
c. Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini dengan
baik.
d. Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak dan
pelayanan KB yang efektif dengan memacu investasi sektor pemerintah
dan swasta sertamengembangkan pengaturan alternatif (seperti melalui
kontrak) untuk memaksimumkan kontribusi pihak swasta pada tujuan
nasional.
e. Mendorong pelayanan di tingkat keluarga dan masyarakat yang
mendukungkesehatan ibu anak dan KB.
f. Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
g. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam agenda
pembangunan kesehatan nasional dan internasional
Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood nilai tambah Making
Pregnancy Safer terletak pada fokus pada sektor kesehatan. Meskipun tujuan Safe
Motherhood dan MPS sama, MPS memiliki fokus yang lebih kuat yang dibangun
atas dasar sistem kesehatan yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensi
yang cost-effective dan berdasarkan bukti, yang bertujuan untuk menanggulangi
penyebab utama kematian ibu dan kematian bayi baru lahir.
Tujuannya adalah menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian
ibu dan bayi baru lahir. Perhatian khusus difokuskan pula pada kegiatan-kegiatan
berbasis masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan bayi baru
lahirnya mempunyai akses terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau
menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong
persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan dan berkelanjutan.

4
Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah
melakukan suatu bentuk kerjasama dengan organisasi internasional yang bernaung
di bawah PBB tersebut, yang bergerak dalam bidang kesehatan dunia untuk
menangani permasalahan AKI ini. Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia
khususnya Departemen Kesehatan (Depkes) sangat berperan penting karena dalam
pelaksanaan program MPS ini, Depkes mengadopsi langkah strategi yang
dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan maksimal untuk mensukseskan
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2015.
2.1.2 SM (Safe Motherhood)
Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh
perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin.
Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal,
persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial.
Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi
penyebab langsung maupun tak langsung. Penyebab kematian langsung yaitu
setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang
terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas.
Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi
anestesi atau bedah kaisar. Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit
lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak
berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh
kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan salah satu upaya yang telah
dilaksanakan dan menjadi gerakan nasional sejak tahun 1996, namun dalam
perkembangannya gerakan ini perlu ditingkatkan kembali baik kepedulian maupun
tanggung jawab masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah.
Upaya yang dilakukan Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu Kematian
ibu hamil dilatarbelakangi oleh:
a. Persalinan yang ditolong dukun.
b. Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan
memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.

5
c. Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50%
menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65%
berada dalam keadaan 4 terlalu.
d. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil
keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan.
e. Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia
gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini
paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah.
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari
80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal
pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya
upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia
Sehat 2015.
Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan
Safe Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International
Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif
berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari
berbagai badan internasional.
TerdapatEmpat pilar Safe Motherhood :
1. Keluarga Berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana., maksud daripada
ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga.
Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsiatau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD
dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap
ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir
1970'an.
TujuanProgram KB pada umumnya adalah membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

6
pengaturan kelahirananak, agar diperoleh suatu keluargabahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Tujuan lain
meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini
komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi
perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal
meliputi :
1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular
seksual.
2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak,
hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.
3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan
bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
3. Persalinan Yang Bersih Dan Aman
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan
aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan
bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca
persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu
dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan
setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,
ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan
aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.
Dalam persalinan :
1. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang
memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
2. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala
dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan
penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.

7
3. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
4. Pelayanan Obstetri Esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat
memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi
tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan. Pelayanan obstetri esensial
bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi
diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan
obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan
‘untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan
komplikasi kehamilan/persalinan.
Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya
pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar,
pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus), transfusi
darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum untuk
abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan
obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh
karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi :
1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan
pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki
kesehatan ibu.
2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun
untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat
pertolongan.
3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana
mencari pertolongan.
2.2 Pengertian Kesehatan Reproduksidalam program Depkes MPS (Making Pregnancy
Safer) dan SM (Safe Motherhood
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan

8
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Dalam hal ini Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun
Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang untuk upaya penurunan angka kematian ibu
dan kematian bayi baru lahir terutama dalam hal kesehatan reproduksi dengan
melakukan kerja sama lintas sektor dan kemitraan seperti :
1. Kerja sama dengan organisasi-organisasi profesi
Kerjasaama dengan organisasi-organisasi profesi seperti Ikatan Bidan
Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional. Dengan membuat suatu kerjasama yang solid untuk menurunkan AKI, di
Indonesia sendiri sudah diterapkan program keluarga berencana yaitu dimana
setiap satu keluarga hanya memiliki dua orang anak, ini merupakan suatu
keputusan pemerintah untuk mengurangi kematian ibu karena dengan memiliki
banyak anak akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi dalam melakukan
persalinan dan terutama terlalu tua untuk melakukan persalinan. Kemudian dengan
adanya kerjasama mitra kerja lain ini untuk membuat suatu kordinasi yang baik
dalam memantau jumlah AKI di Indonesia secara bersama-sama.
Meningkatnya kemitraan yang efektif guna memaksimalkan sumberdaya
yang tersedia serta meningkatkan dan menjamin koordinasi perencanaan dan
kegiatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lebih baik dengan , BKKBN.
Dalam melaksanakan program ini banyak bekerjasama dengan kemitraan lain
seperti BKKBN.
2. Kerjasama Lintas Sektor dengan Karang Taruna untuk Pemberdayaan Wanita dan
Keluarga
Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu dan bayi
baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia. Meningkatnya upaya-upaya
dalam kegiatan Suami Siaga, untuk memantapkan keterlibatan suami
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, KB, dan pencegahan Penyakit
Menular Seksual.
Dalam hal ini dengan Menambahkan pesan-pesan MPS dalam upaya Suami
Siaga yang sedang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan
dan partisipasi suami mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir :

9
a. Fokus khusus pada pelayanan kedaruratan kebidanan, persiapan persalinan dan
pencegahan PMS termasuk HIV.
b. Memberi dukungan pada wanita selama kehamilan, persalinan dan setelah
kelahiran serta perawatan bayi baru lahir.
c. Mempromosikan partisipasi aktif suami dalam penerimaan KB pada pascasalin
dan pasca aborsi.
d. Mendorong suami untuk menyediakan dana guna persiapan pelayanan
kedaruratan.
Meningkatnya keterlibatan keluarga dalam menjamin pelayanan yang
adekuat selama kehamilan dan masa laktasi serta mencegah kehamilan yang
“terlalu muda”, “terlalu tua”, “terlalu sering” dan “terlalu banyak”. Pemberian
informasi oleh Bidan di Desa dan petugas lain pada keluarga tentang pentingnya
gizi yang memadai serta istirahat yang cukup selama kehamilan dan masa laktasi
serta pemberian ASI secara dini dan eksklusif, membantu keluarga dalam
persiapan persalinan. Kegiatan ini amat penting untuk menghindari keterlambatan
pertama, yaitu mengenal masalah dan mengambil langkah-langkah.
Pada persalinan rumah: bilamana dan bagaimana menghubungi Bidan di
Desa, persiapan tempat bersalin di rumah, bahan-bahan yang diperlukan selama
persalinan dan untuk keperluan bayi, mengatur keuangan untuk membayar biaya
dan transportasi jika terjadi komplikasi dan fasilitas mana yang akan digunakan.
Jika direncanakan untuk melahirkan di fasilistas kesehatan, perlu direncanakan
bilamana akan pergi ke fasilitas kesehatan, persiapan bahan untuk persalinan, dana
dan transportasi.
Dalam program ini lebih ditingkatkan lagi peran keluarga terutama suami
dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan bersalin, selain dari
pemberiaan kasih sayang dan perhatian yang lebih selama masa kehamilan selain
itu menyiapkan dana, apabila nantinya dibutuhkan dalam masalah persalinan yang
mengalami resiko, selain itu tersedianya alat transportasi apabila dalam keadaan
darurat yang tidak dapat diketahui terlebih dahulu.
Jadi peran suami merupakan yang paling utama karena selain wanita yang
mengalami masa persalinan sang suami lebih mengerti keadaan dan kondisi
istrinya. Adanya program suami siaga, diharapkan dapat membantu wanita hamil
dalam masa kehamilan dan bukan hanya pada saat kehamilan pertama tapi pada
kehamilan berikutnya. Selain itu peran keluarga lainnya seperti ibu dalam

10
memberikan informasi pengalaman dan pengetahuan pada masa kehamilan. Peran
suami sangatlah penting mengingat bahwa sehari-hari, di temani oleh suami dalam
merawat dan menjaga.
3. Kerjasama Lintas Sektor dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat dan Karang Taruna
untuk Pemberdayaan Masyarakat
Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan
penggunaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Mantapnya Gerakan
Sayang Ibu (GSI) yang sedang dilaksanakan dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan wanita, suami dan keluarga mengenai peningkatan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.
GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu
salah satu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan
melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap upaya penurunan AKI karena
hamil, melahirkan dan nifas.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang


ditujukan untuk mengatasi masalah kembar kesehatan dan kesakitan ibu. Tujuan MPS
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.
Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan
menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Empat pilar
safe motherhood yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman,
dan pelayanan obstetri esensial.
Upaya menurunkan kematian ibu merupakan masalah kompleks yang
melibatkan berbagai aspek dan disiplin ilmu termasuk faktor sosial ekonomi dan
budaya masyarakat serta kerjasama lintas sektor dan kemitraan. Sehingga, selain
komitmen politik pemerintah sebagai pengambil keputusan yang akan menentukan arah
dan prioritas pelayanan kesehatan, juga diperlukan partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan. Tidak ada intervensi tunggal yang mampu menyelesaikan masalah
kematian ibu. Oleh karena itu, berbagai upaya seperti kerjasama lintas sektor dan
kemitraan untuk mengatasi hal ini melalui Strategi Menyelamatkan Persalinan Sehat,
meskipun dalam pelaksanaannya masih menemui beberapa kendala, perlu untuk
didukung. Kesehatan ibu adalah hal yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia
dan hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memelihara dan
meningkatkannya.
3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu kami mengharap saran yang membangun
dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah yang kami susun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Novitasari. (2012). Blogspot.com

Suryanti Romauli. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Purnomo W. (2013). Prsentasi Safe Motherhood(Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir). FKM Unair.

www.Depkes.go.id/downlod/profil

www.Kesehatanibu.depkes.go.id/wp-com

13

Anda mungkin juga menyukai