Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KASUS OKNUM NAKES DALAM MELAYANI PASIEN

TERHADAP TEORI ETIKA PROFESI & PRINSIP-PRINSIP DALAM


PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Disusun oleh:
Muhammad Revanza Dwi Anugerah
210211035
Ilmu Komunikasi - PR21B

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Fatahillah, Watubelah, Sumber, Kabupaten Cirebon 45611
KATA PENGANTAR

Dalam era perkembangan pesat di bidang kesehatan, isu-etika-etika dalam profesi


nakes menjadi semakin relevan dan penting untuk diperhatikan. Seiring dengan tanggung
jawab besar yang diemban oleh tenaga kesehatan, termasuk dokter, perawat, apoteker, dan
profesional kesehatan lainnya, perlunya menjaga standar etika profesi tidak bisa diabaikan.
Dalam makalah ini, kami akan mengeksplorasi permasalahan yang terkait dengan etika dalam
praktik profesi nakes, dengan fokus pada salah satu aspek yang krusial, yaitu pemisahan
pasien berdasarkan karakteristik atau kondisi tertentu.
Kasus-kasus di mana nakes membeda-bedakan pasien berdasarkan ras, agama,
gender, atau faktor lainnya telah menyoroti perlunya pemahaman mendalam tentang etika
profesi dalam pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, kita harus mempertanyakan nilai-nilai
moral yang mendasari tindakan nakes, serta implikasi dan konsekuensi yang terkait. Melalui
analisis yang mendalam, diharapkan kita dapat mengidentifikasi solusi-solusi yang efektif
untuk mengatasi permasalahan ini dan mendorong pelayanan kesehatan yang inklusif, adil,
dan bermartabat bagi semua pasien.
Makalah ini akan menyajikan tinjauan literatur yang komprehensif,
mempertimbangkan teori-teori etika profesi yang relevan, dan menganalisis beberapa kasus
studi yang menyoroti permasalahan etika yang dihadapi oleh nakes dalam membeda-bedakan
pasien. Selain itu, kami juga akan mengeksplorasi upaya-upaya yang telah dilakukan dan
perubahan yang harus dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk mempromosikan
etika dan kesetaraan dalam praktik nakes.
Saya berharap bahwa makalah ini akan memberikan wawasan yang berharga tentang
isu-etika-etika dalam praktik profesi nakes, dan mendorong diskusi lebih lanjut serta tindakan
yang bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh nakes
adalah inklusif, adil, dan menghormati hak asasi manusia setiap pasien.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................................................4
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................................................................5
1.4 Manfaat Dalam Bidang Akademis dan Masyarakat Sosial........................................................5
BAB 2....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................7
2.1 Landasan Teori..........................................................................................................................7
2.2 Hubungan Teori dan Kasus........................................................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................................11
PROBLEM SOLVING........................................................................................................................11
3.1 Analisis Teori Terhadap Kasus................................................................................................11
3.2 Solusi.......................................................................................................................................12
3.3 Kesimpulan..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
KLIPING.............................................................................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sikap tanggung jawab adalah bagian dari profesionalitas dalam menjalankan sebuah
profesi. Selain harus memiliki sikap tanggung jawab, seorang professional juga harus
memiliki sikap yang adil dan selalu mementingkan kepentingan publik daripada
kepentingan pribadi. Seorang professional yang memiliki profesi dibidang pelayanan
publik juga dituntut untuk tidak mencampuradukkan sisi egois pribadi dengan profesi
yang sedang dijalani.
Salah satu profesi yang ada diruang lingkup pelayanan publik adalah Tenaga Kesehatan
(Nakes). Profesi yang bergerak dibidang kesehatan ini punya posisi yang cukup vital di
lingkungan masyarakat. Image Nakes di mata masyarakat adalah orang-orang yang
memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dan tak jarang mereka menyebut nakes sebagai
“pahlawan”.
Namun image tersebut harus tercoreng setelah menyebarnya sebuah video di
aplikasi TikTok. Video yang viral tersebut memperlihatkan tiga oknum tenaga kerja
kesehatan yang sedang berparodi membedakan perlakuan pelayanan pasien BPJS dan
pasien umum. Video yang dibagikan akun @rampoeng itu dikecam netizen dan para
dokter meski belakangan setelahnya mereka menyampaikan kalrifikasi dan permintaan
maaf.
Para netizen merasa geram dan muak. Pasalnya mereka bilang bahwa memang di
sejumlah puskesmas ataupun rumah sakit selalu membeda-bedakan pasien yang
menggunakan BPJS dan pasien umum. Lembaga BPJS Watch menyebut tindakan
diskriminasi terhadap pasien BPJS Kesehatan hamper terjadi di seluruh fasilitas
kesehatan tingkat pertama hingga lanjutan atau dari puskesmas sampai rumah sakit.

1.2 Identifikasi Masalah


a. Identifikasi Masalah Dari Sisi Kejadian
Menurut catatan BPJS Watch terdapat 109 kasus diskriminasi yang dialami
pasien BPJS terkait pemberian obat, re-admisi, dan kepesertaan yang dinonaktifkan
sepanjang tahun 2022. Di puskesmas tindakan diskriminasi yang biasa dilaporkan ke
lembaga adalah seperti pemberian obat yang tidak sesuai jatah sehingga pasien harus
membeli kekurangan obat dengan uang pribadi. Sedangkan di rumah sakit, kasus

4
yang paling banyak terjadi adalah re-admisi dimana pasien yang sedang dalam
perawatan dan belum sembuh total disuruh pulang ke rumah. Setelah itu, pasien akan
masuk kembali ke rumah sakit untuk berobat. Dalam kasus lain, masih banyak
tindakan-tindakan diskriminatif terhadap pasien BPJS.
Data diatas selaras dengan apa yang ditemukan oleh Ombudsman1 yang
mendapati 700 pengaduan sepanjang tahun 2021-2022. Mayoritas pengaduan yang
diterima soal penolakan pasien BPJS Kesehatan di rumah sakit dengan alasan kuota
terbatas.
Dikutip dari website BBC, semua perlakuan diskriminasi itu bermula karena
tariff Inasibijis2 atau INA-CBG di rumah sakit dan kapitasi 3 di puskesmas sangat
rendah serta tak ada kenaikan sejak 2016 sampai 2022. Tarif INA-CBG adalah paket
layanan yang didasarkan pada pengelompokkan diagnosis penyakit dan prosedur,
meliputi seluruh sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik
medis maupun nonmedis.
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan memutuskan menaikkan tarif INA-
CBG sebesar 9,5% dengan harapan perlakuan diskriminatif terhadap pasien BPJS
tidak pernah terjadi lagi.

1.3 Maksud dan Tujuan


Makalah ini bertujuan untuk menganalisis kasus yang marak sekali terjadi di
lingkungan pelayanan kesehatan di Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk
menyadarkan pembaca bahwa kasus pembeda-bedaan pelayanan kesehatan antara pasien
BPJS dengan pasien umum oleh oknum NAKES ini memang benar nyata terjadi.
Penulis ingin para pemangku kepentingan lebih memperhatikan dan mencari solusi
secepatnya atas masalah ini. Jika tidak ada tindak lanjut dari pihak berwajib yang terkait
tentang kasus ini, maka kedepannya kejadian seperti ini akan terus terjadi bahkan lebih
buruk. Akhirnya yang akan terkena imbas paling parahnya adalah masyarakat.

1.4 Manfaat Dalam Bidang Akademis dan Masyarakat Sosial


Dalam makalah ini terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan kasus. Maka
dari itu manfaat dalam bidang akademis adalah adanya analisis dari teori-teori yang ada
dengan kasus yang sedang dikaji. Selain itu ada pula segelintir pengetahuan tentang
sistem dan dunia kesehatan. Penulis berharap para pembaca dapat memahami analisis

5
teori terhadap kasus sekaligus mendapatkan pengetahuan baru tentang sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia.
Selain bidang akademis, penulis juga berharap makalah ini memiliki manfaat di
lingkungan masyarakat social. Melalui makalah ini, ada beberapa saran dan juga
identifikasi masalah. Dengan itu para pemangku kepentingan dapat mengetahui masalah
apa yang sebenarnya terjadi serta dapat menemukan solusi yang tepat. Jika hal itu terjadi
maka yang akan mendapatkan manfaatnya adalah masyarakat sosial.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Sebelum melakukan sebuah analisis, akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih
dahulu beberapa hal yang berhubungan dengan apa yang nantinya kita analisis. Hal ini
dapat membantu menemukan pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang
sedang terjadi.
a. Pengertian Etika
Etika adalah studi tentang apa yang dianggap baik atau benar dan apa yang
dianggap buruk atau salah dalam tindakan manusia. Etika membahas prinsip-prinsip
moral yang mengarahkan perilaku manusia, norma-norma yang mengatur interaksi
sosial, serta pertimbangan moral dalam mengambil keputusan.
Etika juga melibatkan penerapan prinsip-prinsip moral dalam konteks
kehidupan sehari-hari dan pengambilan keputusan moral. Beberapa pendekatan dalam
etika termasuk etika konsekuensialisme, etika deontology, etika utilitarianisme. Setiap
pendekatan tersebut memberikan panduan tentang bagaimana menilai suatu tindakan
secara moral berdasarkan akibatnya, kewajiban yang diemban, atau prinsip-prinsip
utilitas.

b. Etika Profesi
Etika Profesi adalah cabang etika yang berkaitan dengan prinsip-prinsip moral
yang berlaku dalam konteks pekerjaan atau profesi tertentu. Etika profesi membahas
tentang tanggung jawab moral yang melekat pada praktisi dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
Setiap Profesi memiliki kode etik atau standar etik yang ditetapkan untuk
mengatur perilaku anggotanya. Kode etik ini memberikan pedoman tentang
bagaimana seorang professional harus berperilaku, menjaga integritas, bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya. Kode etik juga berfungsi sebagai landasan
untuk menyelesaikan dilema moral yang mungkin muncul dalam praktik profesi.
Beberapa prinsip etika yang sering muncul dalam etika profesi antara lain
sebagai berikut:
1. Integritas, menjaga kejujuran dan moralitas dalam semua aspek pekerjaan
professional.

7
2. Kompetensi, memiliki pengetahuan dan kapasitas yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dengan baik serta memberikan layanan berkualitas kepada
masyarakat.
3. Kerahasiaan. Menjaga privasi dan kerahasiaan informasi publik atau pihak yang
terlibat dalam praktik profesional.
4. Keadilan, memperlakukan semua individu secara adil, tanpa diskriminasi
berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau faktor-faktor lainnya.
5. Pertanggungjawaban, bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang
diambil dalam praktik profesional, serta menerima konsekuensi yang mungkin
timbul dari tindakan tersebut.
6. konflik kepentingan, mengelola dengan hati-hati dan menghindari konflik
kepentingan yang dapat merugikan masyarakat.
Selain itu etika profesi juga melibatkan prinsip-prinsip seperti pelayanan
kepada masyarakat, penghindaran penyalahgunaan kekuasaan, transparansi,
kolaborasi dengan profesi lain, dan peningkatan terus-menerus melalui pendidikan
dan pengembangan profesi.
Etika profesi menjadi penting karena memastikan praktisi bekerja dengan
integritas dan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi. Dengan
mematuhi kode etik dan prinsip etika profesi, seorang pekerja dapat membangun
kepercayaan dan menjaga reputasi profesi mereka serta menjalankan peran secara
efektif.

c. Teori Etika Profesi Kesehatan


Dalam konteks tenaga kesehatan (Nakes), terdapat beberapa teori etika yang
berkaitan dengan profesi tersebut. Berikut adalah tiga teori etika profesi yang sering
dibahas dalam bidang kesehatan.
1. Etika Deontologi
Etika ini berfokus pada kewajiban moral dan prinsip yang harus diikuti tanpa
mempertimbangkan akibat atau konsekuensi dari tindakan tersebut. Dalam
konteks tenaga kesehatan, ini berarti bahwa praktisi memiliki kewajiban moral
untuk mengikuti aturan dan kode etik yang telah ditetapkan seperti menjaga
kerahasiaan pasien, memberikan perawatan yang kompeten, dan tidak merugikan
pasien. Etika deontologi menekankan pentingnya menghormati otonomi pasien
dan melaksanakan tugas profesional dengan integritas.

8
2. Etika Konsekuensialisme
Etika Konsekuensialisme menilai tindakan berdasarkan akibat atau konsekuensi
yang dihasilkan. Dalam konteks kesehatan, tenaga kesehatan harus
mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka terhadap pasien dan
masyarakat. secara keseluruhan. Para nakes juga harus berupaya untuk mencapai
hasil paling menguntungkan dan mengurangi kerugian sebanyak mungkin.
Contohnya, dalam pengambilan keputusan medis, nakes harus
mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin timbul untuk pasien.
3. Etika Keperawatan
Etika keperawatan merupakan pendekatan etika yang khusus dikembangkan
dalam konteks perawatan kesehatan. Etika keperawatan menekankan pada nilai-
nilai seperti perhatian, empati, kepedulian, dan integritas dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Tenaga kesehatan diharapkan menjaga hubungan
terapeutik dengan pasien, menghormati keunikan setiap individu, dan
memprioritaskan kesejahteraan pasien. Etika keperawatan juga menekankan
pentingnya komunikasi yang jujur dan empatik antara tenaga kesehatan dan
pasien.

Setiap teori etika profesi ini memberikan panduan dan prinsip yang dapat
membantu praktisi khususnya tenaga kesehatan (dalam kasus ini) dalam membuat
keputusan moral yang kompleks dan menghadapi dilema etika dalam praktik
sehari-hari. Penting bagi tenaga kesehatan untuk menggabungkan prinsip-prinsip
etika profesi ini dalam praktik mereka agar dapat memberikan perawatan yang
bermutu dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang mendasarinya.

2.2 Hubungan Teori dan Kasus


a. Hubungan Studi Kasus Dengan Etika Deontologi
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa etika deontologi menekankan pada kewajiban
moral yang harus diikuti. Permasalahan yang dibahas pada makalah ini adalah
adanya oknum nakes yang tidak selaras dengan teori etika deontologi. Kasus oknum
nakes yang dibahas pada makalah ini tidak memberikan perawatan yang kompeten
bahkan cenderung lebih ke merugikan pasien. Hal tersebut sangat bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang ada pada etika deontologi.

9
b. Hubungan Studi Kasus Dengan Etika Konsekuensialisme
Prinsip-prinsip pada etika ini menekankan pada konsekuensi atau akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan atau keputusan yang diambil. Pada kasus ini, Ketiga
oknum nakes divideo tersebut seakan tidak memikirkan apa konsekuensi yang
ditimbulkan dari perbuatan mereka. Akibat yang ditimbulkan bukan hanya
ditanggung oleh mereka bertiga, tetapi seluruh tenaga kesehatan dan instansi terkait
juga terkena imbasnya. Hal ini sangat bertentangan dengan etika konsekuensialisne
karena banyak sekali pihak yang dirugikan atas viralnya video tersebut. Walaupun
sudah dihapus, jejak digital dan jatuhnya kepercayaan publik tidak akan bisa
dihilangkan hanya dengan klarifikasi dan permintaan maaf.

c. Hubungan Studi Kasus Dengan Etika Keperawatan


Etika keperawatan ini sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup tenaga kesehatan.
Pada etika keperawatan ini dibahas tentang bagaimana seharusnya tenaga kesehatan
berperilaku. Tetapi pada identifikasi masalah tergambar jelas bagaimana beberapa
pelayanan kesehatan disejumlah daerah masih sangat jauh dari apa yang tertulis pada
pembahasan etika ini. Tenaga kesehatan yang harusnya memberikan perhatian, rasa
empati, kepedulian, dan integritas justru malah melakukan hal yang sebaliknya.

10
BAB 3
PROBLEM SOLVING

3.1 Analisis Teori Terhadap Kasus


Seperti yang telah tertulis diatas, seorang yang memiliki peran melayani di
lingkungan publik harus memiliki reputasi yang baik. Tetapi menurut Linggar Anggoro
dalam bukunya yang berjudul Teori & Profesi Kehumasan, tertulis bahwa seseorang yang
memiliki tugas mengayomi di lingkungan publik senantiasa menyandang citra yang baik
sekaligus buruk. Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku
(current image) yang bersifat positif dan negatif. Suatu citra yang sesungguhnya bias
dimunculkan kapan saja, termasuk ditengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.
Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu
informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.
Dalam kasus ini, masalah yang teridentifikasi dari kasus NAKES yang membeda-
bedakan pasien umum dengan pasien BPJS menurut penulis adalah sebagai berikut:
1. Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan
Membeda-bedakan pasien umum dengan pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) merupakan bentuk diskriminasi dalam pelayanan kesehatan. Setiap individu
memiliki hak yang sama untuk menerima perawatan medis yang memadai tanpa
memandang status keanggotaan BPJS atau bukan.
2. Pelanggaran Prinsip Keadilan
Memperlakukan pasien dengan cara yang berbeda berdasarkan status keanggotaan
BPJS atau non-BPJS melanggar prinsip-prinsip keadilan yang mendasari sistem
kesehatan. Semua warga Negara seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang layak.
3. Gangguan Akses Layanan
Membeda-bedakan pasien umum dan pasien BPJS dapat mengakibatkan gangguan
akses terhadap pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas. Pasien BPJS mungkin
menghadapi batasan tertenu dalam memperoleh layanan atau diberikan prioritas yang
lebih rendah dalam pelayanan, yang dapat menghambat akses mereka terhadap
perawatan yang dibutuhkan.
4. Ketidakadilan Dalam Pembiayaan Kesehatan
Membeda-bedakan dalam kasus ini juga menciptakan ketidakadilan dalam
pembiayaan kesehatan. Pasien BPJS telah membayar kontribusi ke BPJS untuk

11
memperoleh perlindungan kesehatan, dan mereka berhak menerima manfaat sesuai
dengan kontribusi tersebut.
5. Pemisahan Antara Pasien Miskin dan Pasien Mampu
Hal ini bertentangan dengan prinsip kesetaraan dan solidaritas dalam sistem
kesehatan. Semua individu tanpa memandang status ekonomi mereka seharusnya
memiliki akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan.
Penting dicatat bahwa pernyataan ini didasarkan pada asumsi bahwa membeda-
bedakan pasienumum dengan pasien BPJS tidak sesuai dengan kebijakan atau aturan
yang berlaku di Indonesia. Jika terdapat peraturan atau kebijakan yang memungkinkan
perbedaan perlakuan antara pasien umum dan pasien BPJS, analisis masalah ini perlu
disesuaikan dengan konteks hukum dan kebijakan yang berlaku.

3.2 Solusi dan Saran


Permasalahan nakes yang membeda-bedakan pasien merupakan pelanggaran etika dan
prinsip-prinsip profesional dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, penulis menawarkan beberapa solusi yang dapat diterapkan kedepannya. Antara
lain sebagai berikut:
1. Kesadaran dan Pelatihan Etika
Penting untuk meningkatkan kesadaran nakes tentang pentingnya kesetaraan, non-
diskriminasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam pelayanan
kesehatan. Pelatihan etika yang melibatkan studi kasus, diskusi, dan simulasi dapat
membantu nakes memahami implikasi moral dan tindakan mereka dan memperkuat
sikap empati dan penerimaan terhadap semua pasien.
2. Implementasi Kode Etik
Rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya harus menerapkan kode etik yang jelas
dan tegad yang melarang diskriminasi dan membeda-bedakan pasien berdasarkan ras,
agama, gender, status sosial atau faktor lainnya. Kode etik harus ditegakkan dengan
sanksi yang sesuai untuk melindungi hak pasien dan menjaga integritas profesi nakes.
3. Peningkatan Komunkasi
Komunikasi yang efektif dan empatik adalah kunci dalam merawat pasien dengan
baik. Nakes harus dilatih untuk menghargai keberagaman budaya dan keyakinan
pasien, serta mengembangkan keterampilan komunikasi yang sensitif terhadap
perbedaan. Hal ini termasuk memahami kebutuhan khusus pasien, menghargai nilai-
nilai mereka, dan menghindari stereotype atau prasangka.

12
4. Pengawasan dan Pengaduan
Penting bagi lembaga kesehatan untuk memiliki mekanisme pengawasan yang efektif
dan saluran pengaduan yang aman bagi pasien yang mengalami diskriminasi. Pasien
harus merasa diperlakukan secara adil dan memiliki jalan untuk melaporkan insiden
diskriminasi. Laporan tersebut harus ditindaklanjuti dengan serius dan tindakan
disiplin atau perbaikan harus diambil terhadap nakes yang melanggar prinsip-prinsip
etika.
5. Promosi Budaya Kesetaraan
Menumbuhkan budaya kesetaraan diseluruh sistem perawatan kesehatan sanga
penting. Ini melibatkan semua anggota tim kesehatan, termasuk manajemen rumah
sakit, pimpinan klinis, dan staf lainnya dalam menghormati dan mempromosikan hak
asasi manusia, kesetaraan, dan non-diskriminasi dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan.

Perbaikan permasalahan nakes ini membutuhkan komitmen kolektif dari seluruh sistem
perawatan kesehatan. Dengan menerapkan solusi-solusi ini, diharapkan akan tercipta
lingkungan pelayanan kesehatan yang inklusif, adil, dan profesional untuk semua pasien
Kasus pelanggaran etika profesi kesehatan merupakan hal serius yang perlu ditangani
dengan tegas. Berikut adalah beberapa saran untuk menghadapi kasus semacam itu:

1. Melakukan penyelidikan internal: Institusi kesehatan harus segera melakukan


penyelidikan internal terhadap kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Hal ini penting untuk mengumpulkan bukti, mendengarkan semua pihak yang
terlibat, dan menentukan tindakan yang sesuai.

2. Mengedepankan prosedur hukum: Jika ditemukan adanya pelanggaran etika yang


melibatkan tindakan ilegal atau melawan hukum, langkah pertama yang harus diambil
adalah melibatkan aparat penegak hukum. Tindakan pidana harus diproses sesuai dengan
hukum yang berlaku.

3. Menghormati hak asasi manusia: Selama proses penyelidikan dan tindakan lanjutan,
penting untuk menghormati hak asasi manusia dari tenaga kesehatan yang terlibat dalam
kasus tersebut. Mereka memiliki hak untuk membela diri, mendapatkan perlakuan yang
adil, dan dianggap tidak bersalah sampai terbukti sebaliknya.

13
4. Pelatihan dan pengawasan: Institusi kesehatan harus memastikan bahwa tenaga
kesehatan mendapatkan pelatihan yang memadai mengenai etika profesi kesehatan, serta
menegakkan standar etika yang tinggi dalam praktik sehari-hari. Pengawasan yang ketat
juga diperlukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan menindaklanjuti jika
pelanggaran terdeteksi.

5. Sanksi yang tegas: Jika pelanggaran terbukti, institusi kesehatan harus memberlakukan
sanksi yang sesuai terhadap tenaga kesehatan yang terlibat. Sanksi ini dapat berupa
teguran, penundaan izin praktik, pemecatan, atau tindakan disipliner lainnya, sesuai
dengan tingkat pelanggaran dan kebijakan yang berlaku.

6. Transparansi dan akuntabilitas: Institusi kesehatan harus tetap transparan dalam


menghadapi kasus-kasus pelanggaran etika. Informasi yang relevan harus disampaikan
kepada publik dengan jelas dan akurat. Selain itu, institusi juga harus mengambil
langkah-langkah untuk memperbaiki sistem dan mencegah terjadinya pelanggaran di
masa depan.

7. Meningkatkan kesadaran etika: Selain tindakan penegakan dan sanksi, penting untuk
meningkatkan kesadaran etika dalam profesi kesehatan secara keseluruhan. Edukasi dan
pelatihan yang terus-menerus mengenai etika dan nilai-nilai profesi harus diberikan
kepada tenaga kesehatan, baik di tingkat pendidikan maupun di tempat kerja.

Kasus pelanggaran etika profesi kesehatan tidak boleh diabaikan, karena dapat merusak
kepercayaan publik terhadap sistem kesehatan. Dengan mengambil tindakan yang tegas
dan proaktif

3.3 Kesimpulan
Kasus ini menunjukkan pelanggaran prinsip-prinsip etika dan profesionalisme dalam
pelayanan kesehatan. Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan adalah tidak etis dan
merugikan pasien serta melanggar hak asasi manusia. Dalam menghadapi permasalahan
ini, solusi yang ditawarkan meliputi kesadaran dan pelatihan etika, implementasi kode
etik yang jelas, peningkatan komunikasi, pengawasan dan pengaduan yang efektif, serta
promosi budaya kesetaraan.

14
Dalam kesimpulannya, penting untuk mengingat bahwa setiap individu memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tidak boleh ada
diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, atau faktor lain. Nakes memiliki tanggung
jawab moral dan profesional untuk memberikan perawatan yang setara dan adil kepada
semua pasien tanpa membeda-bedakan.
Peningkatan kesadaran, pelatihan, dan penerapan kode etik yang tegas akan membantu
mengatasi masalah ini. Komunikasi yang sensitif terhadap perbedaan budaya dan nilai-
nilai pasien, serta pengawasan yang ketat terhadap pelanggaran etika, juga diperlukan
untuk menjaga standar pelayanan kesehatan yang tinggi. Melalui langkah-langkah ini,
diharapkan akan tercipta lingkungan pelayanan kesehatan yang inklusif, adil, dan
profesional untuk semua pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi
 TEORI & PROFESI KEHUMASAN karya M. Linggar Anggoro tahun 2008

E-Book
 PROFESSIONAL ETHICS IN CRIMINAL JUSTICE: BEING ETHICS WHEN NO
ONE IS LOOKING karya Jay S. Albanese (terjemahan)
 PROFESSIONALISM AND ETHICS IN MEDICINE: A STUDY GUIDE FOR
PHYSICIANS-IN-TRAINING karya Laura Weiss Roberts (terjemahan)
 Materi Power Point Perkuliahan Etika Profesi PR

Internet
 https://www.bbc.com/indonesia/articles/cn06g268n6vo

 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.detik.com/
edu/detikpedia/d-6362040/apa-itu-ombudsman-ini-pengertian-hingga-tugasnya
%23:~:text%3DOmbudsman%2520adalah%2520lembaga%2520negara%2520yang,oleh
%2520penyelenggara%2520negara%2520dan
%2520pemerintahan.&ved=2ahUKEwi7w8P3kv7-
AhWiTGwGHauFB5gQFnoECAcQBQ&usg=AOvVaw0UvoxUDoAh21YP5LN5GoDQ

 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://bisnis.tempo.co/
amp/1127689/angka-defisit-bpjs-kesehatan-melonjak-apa-saja-
penyebabnya&ved=2ahUKEwjHkKGalf7-AhVs-
zgGHX_sC0UQFnoECAkQBQ&usg=AOvVaw34k_GvA5uZjMnTED0ks6bx

16
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sulbar.bpk.go.id/wp-
content/uploads/2015/12/5.Lamp-Tulisan-hukum_Dana-Kapitasi-
Puskesmas_rev.pdf&ved=2ahUKEwj2kd6Slv7-
AhV66jgGHUSUDsMQFnoECAwQBg&usg=AOvVaw3uHP2Yfd59ho7GKAAivVNQ

KLIPING

17

Anda mungkin juga menyukai