Anda di halaman 1dari 7

SIBLING RIVALRY

Mas Ian Rif’ati


Program Studi Magister Sains Psikologi
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
Kampus B Unair – Jl. Airlangga 4-6 Surabaya, 60286, Jawa Timur, Indonesia
Phone: 031 5032770/031-5014460 Email: info@psikologi.unair.ac.id
mas.ian.rifati-2018@psikologi.unair.ac.id
No. HP: 089639426199

Sibling rivalry merupakan suatu bentuk dari persaingan antara saudara


kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih
sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga menimbulkan berbagai pertentangan
dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi
dan sosial seseorang (Citra, 2013). Hal ini didukung oleh Salistina (2016)
mengungkapkan bahwa Sibling rivalry merupakan kompetisi antara saudara
kandung, baik antara adik dan kakak laki-laki maupun adik dan kakak perempuan
atau sebaliknya untuk mendapat cinta kasih, afeksi dan perhatian dari kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih sehingga akibat
kompetisi tersebut menimbulkan sikap benci, kritis, suka membantah perintah
orang tua, suka mengejek, memaki, tidak saling bertegur sapa, dan tidak sedikit
yang pada akhirya memiliki sikap suka mengaduh saudaranya pada orang tua
(Salistina, 2016).
Sibling rivalry terjadi dikarenakan oleh rasa cemburu yang sering kali berasal
dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah. Reaksi tersebut terjadi
karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu
sendiri. Pola asuh yang diterapkan orang tua di rumah berpengaruh besar terhadap
kecenderungan anak untuk bersaing dengan saudara kandungnya. Sibling rivalry
juga muncul ketika hanya ada salah satu anak kesayangan atau anak emas dari orang
tua, hal ini yang akan menimbulkan masalah jangka panjang dalam hubungan kakak
beradik (Indanah & Hartinah, 2017).
Menurut Bayu dan Novairi (2012) mengatakan bahwa salah satu bentuk
sibling rivalry dipengaruhi oleh jarak usia pada anak, yaitu:
1) Usia 2-4 tahun
Kemungkinan terjadinya sibling rivalry akan lebih besar karena tingkat
pemahaman kakak telah meningkat. Kemungkinan cenderung akan terganggu
dengan kehadiran adik baru. Kecemburuan kakak akan muncul setelah melihat
kelekatan ibu dengan adik barunya. Seorang kakak tidak memerlukan barang-
barangnya semasa bayi lagi sehingga barang-barang tersebut dapat digunakan oleh
adik. Dalam hal ini ada masanya ketika kakak akan merasa bangga menjadi seorang
kakak.
2) Usia lebih dari 4 tahun
Orang tua memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan perlakuan kapada
bayinya karena kakak telah memasuki usia sekolah dan banyak menghabiskan
waktu di sekolahnya dan juga teman sebaya. Pada usia ini, biasanya kakak lebih
suka bermain bersama teman teman sebayanya sehingga tidak menuntut perhatian
yang besar dari orang tua secara terus-menerus.
Hal ini dapat meminimalkan terjadinya kecemburuan kakak terhadap
adiknya. Dengan kedatangan anggota baru dalam keluarga, orang tua harus
menyesuaikan kehidupan barunya, terutama mengenai sikapnya terhadap kakak.
Pada usia ini, sang kakak telah cukup dewasa untuk memahami keadaannya yang
berjalan seperti biasa sehingga kemudian muncul adik baru yang mungkin akan
menimbulkan sedikit perbedaan pada beberapa hal. Dalam hal ini sebaiknya orang
tua mampu mengasuh anak tertua dan termuda tanpa ada rasa pilih kasih, dan
mempu bersikap adil memberikan kasih sayang, sehingga tidak terdapat salah satu
anak yang merasa cemburu. Hubungan antar saudara diwarnai dengan perselisihan
akan membahayakan penyesuaian pribadi dan osial seluruh anggota keluarga, orang
dewasa maupun anak-anak (Hurlock, 2012).
Terdapat beberapa fakta terkait sibling rivalry yang dikemukakan oleh
Woolfson (2012) diantaranya sebagai berikut:
1. Setiap anak bisa merasa iri terhadap saudara kandungnya sendiri. Tergantung
pada situasi dan kondisinya saat itu. sebaik dan selembut apapun sifat seorang
anak, tetap ada kemungkinan suatu saat dia merasa iri kepada saudaranya
sendiri.
2. Persaingan antar saudara kandung biasanya cenderung mencapai puncaknya
ketika anak bungsu berusia 3-4 tahun.
3. Pertengkaran yang terjadi antar saudara yang salah satunya berusia dua atau tiga
tahun biasanya lebih sering berwujud perkelahian fisik dari pada mulut. Pada
tahap ini, biasanya sang kakak lebih sering menyerang saudaranya secara fisik.
4. Apabila kakak adik berusia tiga atau empat tahun, biasanya perdebatan yang
terjadi membahas seputar permainan dan mainan. Mereka cenderung ingin
bermain dengan mainan yang sama pada saat yang sama.
5. Apabila kakak adik sudah berusia empat atau lima tahun, biasanya pertengkaran
yang terjadi bukan seputar mainan, melainkan mengenai keinginan untuk
memperlihatkan kekuatan dan pengaruh.
6. Setiap anak memiliki sifat yang berbeda. Kita mungkin saja memiliki seorang
anak yang pasif dan membiarkan saudara kandungnya melakukan berbagai hal
terhadap dirinya.
Sibling rivalry mempunyai dampak negatif dan dampak positif yang
dikemukakan oleh Bayu dan Novairi (2012) diantaranya sebagai berikut:
a. Dampak Negatif
Anak merasa selalu salah dan tidak memiliki harga diri dimata orang tuanya.
Anak tidak pernah mengetahui mana sesuatu yang benar dan salah. Kakak akan
menyimpan dendam kepada adik karena orang tua selalu membela adiknya. Ada
rasa dendam dan kebencian terhadap saudaranya yang bisa terus tertanam hingga
mereka dewasa. Apabila terjadi perkelahian, adik akan menunjukkan perilaku
cranky dan menangis kepada ibu untuk meminta pertolongan.
b. Dampak Positif
Selain terdapat dampak negatif yang diterima, sibling rivalry memiliki
dampak positif bagi anak. Persaingan yang sehat mendorong anakanak untuk
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan mencapai prestasi. Pada dasarnya hal
ini merupakan upaya dari orang tua untuk dapat mengarahkan rasa iri dan benci
menjadi suatu motivasi untuk terus menerus berjuang dan berprestasi.
Walker (2010) mengatakan jika sebuah penelitian membuktikan bahwa
sibling rivalry terjadi biasanya karena adanya persamaan jenis kelamin pada anak
dan perbedaan usia anak yang terlalu dekat, namun ia juga mengatakan jika faktor
lain yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu adalah kepribadian anak, respon
orang tua pada anak, 24 nasehat yang diberikan orang tua pada anak serta waktu
berkumpul keluarga, ruang gerak dan kebebasan pada setiap anak.
Menurut santrock (2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang dapat menentukan suatu
hubungan saudara baik atau buruk, diantaranya sebagai berikut:
1. Sikap orang tua.
Sikap orang tua pada anak di pengaruhi oleh sejauh mana anak dapat
membanggakan orang tua dan memenuhi keinginan orang tua. Biasanya anak
pertama yang memiliki waktu bersama orang tua lebih lama dimana asosiasi
dibangun diantara mereka sangat erat cenderung akan memenuhi apa yang orang
tua inginkan dibandingkan anak tengah atau anak bungsu. Dengan hal ini orang tua
akan bersikap berbeda antara anak pertama, tengah ataupun anak terakhir. Sehingga
mampu menyebabkan rasa benci dan iri hati yang berlebihan dan terjadilah suatu
permusuhan diantara mereka.
2. Urutan posisi.
Dalam sebuah keluarga yang memiliki lebih dari satu anak maka pada setiap
anak anak memiliki beban dan tugasnya masing-masing. Apabila anak dapat
menjalankan tugasnya dan perannya dengan mudah maka hal itu tidak akan menjadi
masalah, namun ketika mereka tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai anak
maka dapat terjadi perselisihan yang besar. Peran pada setiap anak dalam keluarga
bukan dipilih sendiri melainkan sudah merupakan suratan.
3. Jenis kelamin saudara kandung.
Anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara
kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya. Misalnya
anak perempuan akan lebih banyak mengatur adik perempuannya dari pada adik
laki-lakinya atau anak laki-laki lebih sering bertengkar dengan kakak atau adik yang
juga berjenis kelamin laki-laki daripada dengan perempuan. Biasanya mereka lebih
cendderung melindungi kakak atau adik perempuannya.
4. Perbedaan usia.
Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara mempengaruhi
cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orang tua memperlakukan
mereka. Apabila usia mereka berdekatan biasanya memiliki hubungan yang tidak
kooperatif, tidak ramah dan saling bersaing untuk mendapatkan kasih sayang dari
orang tua. Hubungan saudara yang terbaik dimana tidak akda perbedaan usia
diantara mereka yaitu anak kembar. Anak kembar lebih banyak mengungkapkan
kasih sayang dan tidak agresif terhadap hubungan saudara kandung yang memiliki
perbedaan usia.

No. Judul Penelitian Konteks Metodologi Instrumen


Penelitian
1 Sibling rivalry pada Indonesia Kuantitatif Kuisioner
Anak Usia Todler.
Indanah. Hartinah.
2017.
2 Dampak Sibling rivalry Indonesia Kualitatif Wawancara
(Persaingan Saudara dan Observasi
Kandung) Pada Anak
Usia Dini. Citra. 2013.
3 Sibling rivalry Antara Indonesia Kualitatif Observasi,
Anak Dengan Mild wawancara,
Intellectual Disability catatan
dan Saudara Kandung. lapangan,
Tejana. Valentina. 2015. rekaman
audio-visual
4 Are Siblings Different Pakistan Kualitatif Wawancara
as ‘Day and Night’? dan rekaman
Parents’ Perception of audio
Nature vs. Nurture.
Kamran. 2016
5 Faktor Dominan Pada Indonesia Kuantitatif Kuisioner
Kejadian Sibling rivalry
pada Anak Usia
Prasekolah. Lailya.
Alimul. 2015.
6 Fenomena Anak Indonesia Kualitatif Wawancara
Kembar: Telaah Sibling dan observasi.
rivalry. Waluyo.
Purwandari. 2010.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya dapat dietahui bahwa sibling
revalry merupakan faktor yang mempengaruhi sehingga mengalami sibling rivalry,
yaitu perbedaan usia yang dekat antara kakak dan adik, kesibukan orang tua, pola
asuh yang over protective dan perilaku spesial dari orang tua, dan karakter anak.
Sibling rivalry yang dialami oleh anak usia dini membawa pengaruh pada anak.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, pengaruh atau dampak sibling rivalry pada
anak terbagi menjadi tiga bagian yaitu dampak pada diri sendiri, dampak pada
saudara dan dampak pada orang lain.

Daftar pustaka
Bayu. A. &. Novairi. A. (2012). Bila Kakak-Adik Saling Berselisih: Kiat Mendidik
Anak Agar Rukun dan Kompak. Jogjakarta: Javalitera.
Citra. T. A. (2013). Dampak Sibling rivalry (Persaingan Saudara Kandung) Pada
Anak Usia Dini. Developmental and Clinical Psychology Psikologi.
Universitas Negeri Semarang. 2 (1) (2013)
Indanah, & Hartinah. D. (2017). Sibling rivalry pada Anak Usia Todler. URECOL.
ISSN 2407-9189.
Kamran, Fatima. (2016). Are Siblings Different as ‘Day and Night’? Parents’
Perception of Nature vs. Nurture. Journal of Behavioural Sciences. Vol. 26,
No. 2, 2016.
Lailya, H, A. & Alimul. A. A. H. (2015). Faktor Dominan Pada Kejadian Sibling
rivalry pada Anak Usia Prasekolah. The Sun. Vol. 2(2) Juni 2015.
Salistina, Dewi. (2016). Hubungan Antara Favoritisme Orang Tua dan Sibling
rivalry dengan Harga Diri Remaja. Jurnal Tarbiyah, Vol. 23, No. 1, Januari-
Juni 2016.
Santrock, John. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Tejana. N, & Valentina. T.D. (2015). Sibling rivalry Antara Anak Dengan Mild
Intellectual Disability dan Saudara Kandung. Jurnal Psikologi Udayana.
2015, Vol. 2, No. 2, 129-137.
Walker,Kathy. (2010). Parenting a practical guide to raising preschool and
primary- school children. Australia: Penguin Group.
Woolfsoon, Richard C. (2012). Persaingan Saudara Kandung: Mendorong Anak-
Anak Menjadi Sahabat. Alih Bahasa: Fransiscus Rudijanto. Jakarta:
Erlangga.
Waluyo. Yoga, & Purwandari. Eny. (2010). Fenomena Anak Kembar: Telaah
Sibling rivalry. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 12, No. 2,
Nopember 2010: 154-160.

Anda mungkin juga menyukai