Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara

laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang

berlainan, perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007).

Perbedaan tersebut yang ada pada anak baiknya jangan terlalu diperuncing oleh orang tua

sehingga timbul adanya anak emas dan bukan anak emas. Mereka akan saling berusaha

mencari cara agar lebih baik dari saudara kandungnya (Indrawati & Nugroho, 2006).

Pertengkaran dan rasa cemburu merupakan sebuah peristiwa alami yang

memberikan kontribusi besar terhadap proses belajar sosial anak. Cemburu pertama kali

terlihat ketika kakak mempunyai adik baru (Setiawati dan Zulkaida, 2007). Apabila

perilaku tersebut muncul tanpa adanya pendampingan dari orang tua maka hal tersebut

tidak menjadi alamiah lagi sehingga mengganggu perkembangan psikologis anak (Setiawati,

2007). Reaksi cemburu yang dialami kakak yang tidak diperbaiki dengan baik oleh orang

tua menimbulkan iri dan dengki pada sesama saudara sehingga hubungan adik kakak

tidak erat bahkan bisa menjadi saling bermusuhan (Hanifa, 2009). Kecemburuan yang

dialami anak terhadap kelahiran anggota baru dalam keluarga dikenal dengan sibling

rivalry (Shaffer, 2002).

Sibling rivalry adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya di alami oleh

seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara kandungnya (Nursalam, 2005).

Sibling rivalry adalah perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak

dan adik (Kozier, 2004). Sibling rivalry akan terlihat jelas ketika hadirnya hadirnya adik

baru yang menuntut perhatian dan menghabiskan waktu orang tua.


1
2

Perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang usianya

berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak 1-3 tahun,

akan terlihat jelas ketika umur anak 3-5 tahun dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada

usia sekolah (Millman dan Schaifer, 2007). Perbedaan usia pada umumnya, semakin

dekat jarak usia anak dengan saudara kandungnya maka pengaruh diantara mereka akan

semakin besar, terutama dalam karakteristik emosi (Wong, 2008). Anak pada usia 8-12

tahun sudah mampu berinteraksi dan mampu mendeskripsikan perasaan yang ia rasakan

dalam keluarga, sehingga anak dapat secara langsung menujukkan reaksi emosi baik

positif maupun negatif kepada orang disekitar termasuk adiknya (Papalia dkk, 2007).

Berdasarkan pengalaman yang di ungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55%

anak mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan

kategori tertinggi. Permasalahan hadirnya adik baru, kasih sayang orang tua yang terbagi,

serta 55% mengalami persaingan saudara yang terjadi pada usiaantara 8 -15 tahun

( Mcnerney dan joy, 2001). Penelitian pada keluarga di Negara barat didapatkan 82%

anak-anakpada usia sekolah antara 6-12 mengalami sibling rivalry (Puspha, 2008). Boyle

(dalam Yulianti, 2006) juga mengemukakan bahwa hampir 75% anak pada usia sekolah

mengalami sibling rivalry.

Anak belum mampu mencari alasan dengan benar. Anak akan berpandangan

bahwa kedua orang tuanya mengabaikan dirinya karena kelahiran adik baru. Kondisi ini

sering menimbulkan sikap jengkel anak sulung pada adiknya. Ketidakberanian anak

untuk memunculkan sikap jengkel dan kesal itu, adik yang sering menjadi sasaran

amarahnya (Kyla, 2009). Sibling rivalry sangat mempengaruhi sikap anak. Anak

melakukan hal tersebut karena keluarga memang lingkungan pertama yang ditemui anak.

Mulyadi (2004), lahirnya adik baru merupakan permasalahan dimana anak harus

membagi cinta, kasih sayang, dan perhatian orang tua kepada adiknya. Rasa cemburu

seringkali berasal dari rasa takut yang


dikombinasikan dalam rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang

dan hubungan itu sendiri.

Dampak sibling rivalry yang bisa terjadi pada anak usia 8-12 tahun apabila tidak

diatasi dapat menimbulkan pertengkaran yang mengakibatkan cedera pada saudara

kandung yang lebih muda. Penelitian yang dilakukan oleh Finkelhor, Turner, dan Ormrod

(2006) mengemukakan bahwa anak yang lebih muda mengalami dimensi cedera yang

lebih serius dibandingkan dimensi cedera pada anak yang lebih tua dikarenakan kekuatan

fisik anak yang lebih tua lebih matang dibandingkan anak yang lebih muda. Sibling

rivalry yang terjadi pada anak usia 8-12 tahun dapat menyebabkan dampak negatif pada

anak, salah satu dampak negatif yang dapat terjadi yaitu terjadinya konflik yang

berkelanjutan pada anak, jika perkelahian dan pertengkaran terus terjadi dan tidak

melibatkan campur tangan orang tua akan mengakibatkan perilaku agresif dan antisosial

lima tahun kemudian (Shaffer, 2002; Steinberg, 2003). Sibling rivalry pada usia ini jika

terjadi berkepanjangan dan sudah diluar kendali orang tua dapat mengakibatkan tanda-

tanda depresi atau anxiety (kecemasan) pada anak (Steinberg, 2003). Pertengkaran yang

terus menerus dipupuk sejak kecil akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa.

Mereka akan terus bersaing dan saling mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung

saling membunuh karena memperebutkan warisan (Priatna dan Yulia, 2006).

Kondisi yang dapat mempengaruhi sibling rivalry adalah peran orang tua. Peran

orang tua sangat penting dan dibutuhkan karena orang tua merupakan kunci dalam

munculnya sibling rivalry. Kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh orang tua secara

merata atau adil bagi anak merupakan salah satu peran yang dapat dilakukan untuk

memperkecil munculnya hal tersebut (Judarwanto, 2005). Bronstein dan Cowan dalam

Setiawati dan Zulkaida (2007) berpendapat bahwa orang tua adalah kunci yang mungkin

mempengaruhi sibling rivalry,


namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry. Beberapa

peran orang tua untuk menghindari sibling rivalry dalam keluarga antar lain (1)

Memberikan cinta dan perhatian yang adil kepada anak (2) Mempersiapkan anak yang

lebih tua terhadap kelahiran adik baru (3) Memperhatikan protes anak terhadap

kesalahan orang tua (4) Memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan anak (5) Sharing

antara anak dan orang tua.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di kelurahan sukun terdapat 9

RW dan penduduk sebesar 19.686 jiwa. Jumlah penduduk terutama anak-anak yang

paling besar terdapat di RW 02, yaitu terdapat 152 orang anak, anak yang usianya

berkisar antara 8-12 tahun sebanyak 43 orang anak. Hasil wawancara peneliti dengan 10

orang tua, sebagian besar orang tua mengatakan bahwa tidak pernah melakukan

persiapan sebelum kelahiran adik baru bagi anak pertama dan juga tidak

memberitahukan kehamilan kepada anaknya sehingga anak mengetahuinya sendiri

karena orang tua berpendapat bahwa anak pasti akan merasa senang dengan kehadiran

adiknya dan bisa menerima kehadiran adik barunya, hanya

2 orang yang mengatakan bahwa mereka memberitahukan kehamilannya kepada anak

pertama, itu pun dilakukan saat perut ibu sudah mulai membesar. Hasil wawancara

peneliti dengan 12 orang anak pertama (kakak) didapatkan anak-anak tersebut

mengatakan bahwa orang tua lebih memperhatikan adiknya daripada dirinya, mainan

yang diberikan kepada adik selalu beda dengan yang diberikan kepada dirinya, sehingga

mereka sering merasa iri kepada adiknya dan melampiaskan kekesalannya kepada adiknya

tersebut. Sikap yang sering ditunjukan kakak kepada adiknya seperti mencubit, mencakar,

memukul dan merebut mainan adiknya. Perilaku yang ditunjukan anak tersebut merupakan

beberapa perilaku sibling rivalry. Dampak yang dapat terjadi jika sibling rivalry terus

berlanjut yaitu tumbuh kembang anak akan terganggu karena adik akan selalu mendapat

perlakuan kasar dari kakaknya, dan


keharmonisan dalam keluarga akan berkurang karena kakak akan menganggap adik

sebagai saingannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang

Hubungan antara Peran Orang Tua dengan Kejadian Sibling Rivalry pada anak usia8-12

tahun di RW 02 Kelurahan Sukun Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan

penelitian :

1. Bagaimana peran orang tua pada anak usia 8-12 tahun di RW 02 Kelurahan

Sukun Kota Malang?

2. Bagaimana kejadian sibling rivalry yang terjadi pada anak usia 8-12 tahun di RW

02 Kelurahan Sukun Kota Malang?

3. Adakah hubungan antara peran orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada

anak usia8-12 tahun di RW 02 Kelurahan Sukun Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara peran orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak

usia 8-12 tahun di RW 02 Kelurahan Sukun Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran orang tua pada anak 8-12 tahun di RW 02 Kelurahan

Sukun Kota Malang.

b. Mengidentifikasi sibling rivalry pada anak usia 8-12 tahun di RW 02

Kelurahan Sukun Kota Malang.


c. Menganalisis hubungan antara peran orang dengan kejadian sibling rivalry

pada anak usia 8-12 di RW 02 Kelurahan Sukun Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi KelurahanSukun

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi

informasi yang benar tentang sibling rivalry (persaingan antara saudara

kandung) bagi para ibu, keluarga, masyarakat dan petugas kantor di Kelurahan

Sukun Kota Malang.

b) Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan untuk melengkapi

intervensi keperawatan dalam usaha mempertahankan keharmonisan dan

perjalanan tumbuh kembang anak. Dalam pendidikan keperawatan, penelitian

ini memiliki manfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

kemampuan mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya keperawatan anak. Khususnya memberikan tindak lanjut dalam

penanganan kejadian respon sibling rivalry pada anak dan pengawasannya

terhadap tumbuh kembang anak. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan

sebagai bahan acuan perawat dalam memberikan layanan keperawatan (peran

perawat sebagai edukator dan sebagai konsultan orang tua) khususnya dalam

mengantisipasi kejadian sibling rivalry.

c) Bagi Responden

Menambah pengetahuan tentang sibling rivalry, sehingga anak dapat mengetahui

reaksi sibling rivalry dan peran yang harus dilakukan orang tua untuk

mengurangi reaksi dan dampak sibling rivalry.


d) Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna dari hasil penelitian yang

dilakukan di masyarakat khususnya dalam pencegahan dan penanganan

munculnya sibling rivalry serta menerapkan teori dan menambah wawasan

dan pengetahuan tentang peran orang tua dan sibling rivalry pada anak 8-12

tahun.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Rumandhani, (2010) meneliti tentang gambaran respon sibling rivalry anak

usia prasekolah terhadap kelahiran saudara kandung di Wilayah Puskesmas

Pagak Desa Pagak Malang, menggunakan rancangan penelitian deskriptif,

pengambilan sampel dengan sistem Non Random Sampling dengan

Purposivly Sampling.

2. Santi, eka, Darajad, Ulfah (2006). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Munculnya Sibling Rivalry Studi Kasus Pada Usia (3-6 Tahun) Dengan jarak

Kelahiran Kurang dari 3 Tahun di RT 01 dan RT 02 RW 02 Kelurahan

Sumbersari Malang. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode

Deskriptif dimana peneliti memaparkan atau mendeskripsikan pola asuh orang

tua terhadap munculnya sibling rivalry.

3. Dharmayanti, Eka, (2011). Hubungan sikap orang tua dengan sibling rivalry

pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen

Malang. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian non

eksperimen dengan pendekatan korelasional. Jenis penelitian yang digunakan

adalah crossectional. Pengambilan sampel dengan cara total sampling

sejumlah 23 orang tua yang memiliki anak lebih dari 2 dengan usia 1-5 tahun.

4. Afrillia, Afin, Ajeng (2011). Hubungan Antara Jarak Usia Kelahiran Dengan

Terjadinya ResponSibling Rivalry anak usia 1-5 tahun di Wilayah Kerja


Puskesmas
Kota Wilayah Selatan Kediri. Pada penelitian ini bersifat analitik dengan

menggunakan pendekatan secara crossectional.

5. Yusita Tri Indasari (2012). Hubungan Antara Jenis Kelamin Terhadap

Kejadian Sibling Rivalry pada Anak Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Pembantu

(Pustu) Desa Popoh Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar. Jenis rancangan

penelitian non eksperimen dengan pendekatan korelasional.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya yaitu mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya sibling

rivalry dengan menggunakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan

kuantitatif. Perbedaannya terletak pada variabel yang digunakan yaitu

penelitian ini mengkaji peran orang tua yang berhubungan dengan sibling

rivalry.

Anda mungkin juga menyukai