Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Acuan bagi seluruh dunia dalam mencapai kesehatan dan tumbuh kembang
anak baik secara fisik maupun psikologi, merupakan strategi global menurut World
Health Organization (WHO) mengenai emosional dengan gangguan khusus untuk
anak yang mengalami sibling rivalry. Sibling rivalry merupakan perilaku atau
emosional pada anak yang tidak terkontrol sehingga anak-anak sering menunjukkan
sikap atau mencari perhatian dengan perilaku dengan satu atau dua orang tua.
Fenomena sibling rivalry yang terjadi pada anak-anak sudah menjadi hal biasa,
walupun demikian harus ditangani karena dapat menyebabkan kekhawatiran dan
frustasi bagi orang tua (Oesterreich, 2004 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Mc Nerney dan Joy (2001) mengungkapkan
50% terjadinya sibling rivalry untuk mendapatkan perhatian orang tua dan dalam
mengalami kecemburuan dalam keluarga pada umur antara 10-15 tahun. Sibling
rivalry menjadi sumber masalah jika rasa permusuhan antar individu semakin
dalam. Pertengkaran akan semakin membahayakan masing-masing individu, salah
satu anak akan merasa rendah diri dan mungkin akan melakukan tindakan yang
menyakiti saudaranya. Penelitian ini juga didukung oleh Maiorano M (2009) yang
mengungkapkan cemburu, iri, rasa bersalah, dan kebencian antar saudara kandung
dan persaingan yang ditemukan pada anak-anak hanya untuk mendapatkan
perhatian pengurus.
Peristiwa sibling rivalry yang terjadi pada anak-anak di takutkan oleh banyak
orang tua bukan tidak dapat dihindari. Namun hal ini terjadi di karenakan rendahnya
pengetahuan dan sikap orang tua khususnya ibu-ibu mengenai hal-hal negatif yang
dilakukan oleh anak kepada kakak maupun adiknya baik di rumah maupun di
sekolah, selain itu kurangnya persiapan orang tua dalam mengantisipasi terjadinya
sibling rivalry pada saat hamil, Sehingga angka kejadian sibling rivalry semakin
meningkat (Dewi, 2011).

1
Faktor-faktor yang di sebutkan di atas, pengetahuan dan sikap ibu paling
dominan yang mempengaruhi terjadinya sibling rivarly, karena ibu yang
mempunyai pengetahuan dan sikap yang positif mengenai sibling rivalry
cenderung mampu mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan
mengembangkan beberapa keterampilan penting, seperti bagaimana menghargai
nilai dan perspektif (pandangan) orang lain. Di samping itu, dengan sibling rivalry
juga merupakan cara tepat untuk berkompromi dan bernegosiasi, serta mengontrol
dorongan untuk bertindak agresif. Namun ibu yang mempunyai pengetahuan dan
sikap yang negatif akan sulit untuk mengatasi terjadinya sibling rivalry pada anak-
anak yang bersaing untuk saling menonjolkan diri sehingga terjadinya kekerasa
fisik, tambah lagi dengan pengaruh media seperti TV yang menayangkan
kekerasan. Sifat meniru dari anak-anak sangat besar (Suherni, 2009).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengertian sibling rivalry ?
2. Bagaimana Faktor–faktor penyebab sibling rivalry ?
3. Bagaimana Mengatasi Sibling Rivalry ?
4. Bagaimana peran perawat dalam mengatasi sibling ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian sibling rivalry
2. Untuk memahami faktor-faktor penyebab sabling
3. Untuk memahami cara mengatasi sibling rivalry
4. Untuk memahami peran perawat dalam mengatasi sibling rivalry.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sibling Rivarly


1.Definisi
Hubungan antar saudara kandung (sibling) memang tidak selalu harmonis
atau menyenangkan, terkadang terjadi permasalahan diantara mereka yang dapat
menyebabkan terjadinya sibling rivalry. Sibling rivalry adalah perasaan kompetisi,
kekesalan dan kecemburuan yang dapat muncul antara saudara kandung.
Membiarkan anak untuk mengungkap kekesalannya dengan arahan orang tua
merupakan suatu hal yang baik diantara sibling, sehingga sibling dapat
mengeluarkan kekesalannya tanpa harus bertindak dengan kekerasan (Vasta, 2004).
Sibling rivalry merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing
dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan. Perasaan cemburu ini pun
dapat timbul terhadap sang ayah. Kenyataannya semua anak akan merasa terancam
oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun dengan derajat yang berbeda-beda,
baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang
telah membentuk semacam independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak
begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru dari pada anak-anak yang belum
mencapai kekuatan ikatan batin yang sama (Rukiyah, 2011).
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran diantara
kakak dan adik. Masalah ini sering dimulai setelah kelahiran anak kedua. Sibling
rivalry biasanya terjadi pada anak-anak dan dapat menyebabkan frustasi dan stress
pada orang tua. Sibling rivalry adalah persaingan antara kakak dan adik dimana
terjadi manifestasi dalam dirinya didalam keluarga yang umum yang dapat
menyebabkan kasus yang serius diantara anak-anak (Boyse, 2007).

3
2.2. Faktor–faktor penyebab sibling rivalry
Faktor penyebab sibling rivalry diantaranya karena orang tua membagi
perhatian dengan orang lain, mengidolakan anak tertentu, dipeliharanya rasa kesal
orang tua, serta kurangnya pemahaman diri (Setiawati dan Zulkaida, 2007).
Sedangkan menurut Priatna dan Yulia, (2006), faktor penyebab sibling rivalry
adalah faktor internal dan eksternal:
a. Faktor internal:
Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak itu
sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga (jarak kelahiran)
Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga merupakan faktor penting
dalam munculnya sibling rivalry pada anak (Sawicki, 1997). Semakin muda
usia anak saat hadirnya adik, akan semakin besar kemungkinan anak
tersebut mengalami sibling rivalry. Dalam penelitian terhadap anak usia di
bawah 4 tahun yang mempunyai adik. Adanya regresi tingkah laku pada
anak dilaporkan terjadi oleh 93% ibu, regresi ini diakibatkan oleh hadirnya
adik dalam keluarga. Hal ini terjadi karena usia dibawah 4 tahun sibuk
mengeksplorasi dan meneliti lingkungan mereka. Pada usia tersebut anak-
anak juga mengembangkan kemampuan fisik, kognitif dan sosial (Sawicki,
1997). Anak pada usia tersebut juga cenderung egosentrik, dan mereka
sering tidak dapat menerima adanya pembagian perhatian dan kasih sayang
orang tua.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor lain yang berpengaruh untuk
perkembangan sibling rivalry pada diri seorang anak. Anak laki-laki akan
menunjukkan lebih banyak penurunan tingkah laku akibat kehadiran adik
dalam keluarga dibandingkan dengan anak perempuan. Kakak perempuan
akan menunjukkan lebih banyak perbuatan positif dibandingkan dengan
kakak laki-laki. Perbuatan positif tersebut seperti lebih perhatian kepada
adik, dan lebih mandiri (Sawicki, 1997).

4
Perasaan cemburu seorang anak akan cenderung lebih tinggi pada anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki (dalam Anderson, 2006).
Sementara sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik dengan
jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan kakak/adik dengan jenis
kelamin berbeda. Pada kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama, sibling
rivalry cenderung tinggi pada pasangan kakak-adik laki-laki (Bee & Boyd,
2004). Hal ini disebabkan oleh faktor budaya yang lebih memacu anak laki-
laki untuk bersaing.

3 Kepribadian dan temperamen anak


Kepribadian dan temperamen anak dapat mempengaruhi reaksi anak akibat
kehadiran adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi besarnya sibling
rivalry yang terjadi pada anak. Anak yang lebih aktif dan impulsive
cenderung akan mempunyai masalah tingkah laku dan akan berhubungan
dengan banyaknya kecemburuan, pertengkaran serta konflik dengan
saudara (Priatna dan Yulia, 2006). Sawicki (1997) menambahkan bahwa
tidak semua anak dengan temperamen yang tinggi memiliki konflik dengan
saudaranya.
4 Jumlah anak
Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih
banyak perselisihan dari pada jumlah saudara yang besar. Bila hanya ada
dua orang atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama dari
pada jika jumlahnya besar. Keluarga yang mempunyai keluarga berukuran
sedang, yaitu dengan anak lebih dari tiga anak atau lima anak, tentunya akan
menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap masing-masing anggota
keluarga jika dibandingkan dengan keluarga yang berukuran besar yaitu
keluarga dengan yang memiliki lebih dari lima anak (Hurlock, 1999).
b. Faktor eksternal
Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam mendidik anaknya,
seperti sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak emas diantara anak
yang lain (Spungin dan Richardson, 2002).
1 Sikap orang tua

5
Sikap orang tua, dukungan, serta gaya komunikasi orang tua dapat
mempengaruhi respon kakak terhadap hadirnya adik dalam keluarga dan
dapat mempengaruhi besarnya sibling rivalry yang terjadi pada anak.
Hubungan positif bisa terjadi apabila orang tua tidak melarang anak yang
lebih tua untuk berinteraksi dengan adiknya. Selain itu orang tua yang
membangun hubungan positif dengan anak tertua, menghargai kebutuhan
dan perasaan anak akan mengembang hubungan yang positif antar anak dan
meminimalkan terjadinya sibling rivalry. Sebaliknya orang tua yang
melarang, menginterupsi, dan membatasi interaksi anak yang lebih tua
terhadap adiknya, akan menghasilkan hubungan yang negatif antar saudara
kandung lebih akan mengembangkan sibling rivalry pada anak (Spungin
dan Richardson, 2002). Berhubungan dengan sikap orang tua, Anderson
(2006), menambahkan faktor yang dapat mempengaruhi sibling rivalry
yang datang dari orang tua.
Faktor-faktor tersebut dapat memperbesar sibling rivalry anak, dan terjadi jika :
a Orang tua terlalu memperhatikan salah satu anaknya
Hal ini dapat terjadi pada keluarga dengan anak yang mempunyai
masalah kesehatan atau pada keluarga dengan anak berkebutuhan
khusus. Pada keluarga-keluarga tersebut, perhatian orang tua akan
terfokus pada anak yang mengalami masalah dan terkesan mengabaikan
anak lain yang dianggap normal.
b Jika salah satu anak menjadi anak favorit orang tua
Ketika anak dengan rentang usia yang berdekatan masuk ke dunia
sekolah, maka perbandingan orang tua terhadap anak mereka semakin
sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi lebih suka bertengkar,
saling bermusuhan dan susah untuk saling menyesuaikan diri (Berk,
2005). Pertengkaran dan permusuhan tersebut akan bertambah kuat jika
orang tua benar-benar menunjukkan anak favoritnya (Anderson, 2006).
Terlebih lagi apabila ayah cenderung memfavoritkan satu orang anak.
c Jika orang tua sering membandingkan anak mereka

6
Hal ini biasanya terjadi pada usia kanak-kanak pertengahan. Pada usia
tersebut, anak berpartisipasti pada aktivitas yang lebih besar, oleh
karena itu orang tua cenderung untuk membandingkan sikap,
kemampuan dan prestasi anak yang satu dengan anak yang lain, hal ini
akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada sibling rivalry
(Anderson, 2006).
d Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu tentang sibling rivalry dimana ibu harus tahu tentang
hal-hal negatif yang dilakukan oleh anak kepada kakak maupun adiknya
baik di rumah maupun di sekolah. Ibu harus tahu pertumbuhan dan
perkembangan anaknya (Boyse, 2007).
e Jenis disiplin
Hubungan antar saudara kandung tampak lebih rukun dalam keluarga
yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan keluarga yang
mengikuti pola permisif. Orang tua yang bersifat autoritarian membuat
batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja. Bila anak dibiarkan
bertindak sesuka hati, hubungan antar saudara kandung sering tidak
terkendalikan lagi (Hurlock, 1999).
f Pengaruh orang lain
Kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota
keluarga dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang
luar akan mempengaruhi hubungan mereka. Orang lain, baik anggota
keluarga maupun teman orang tua atau guru dapat menimbulkan atau
memperhebat ketegangan yang telah ada dalam hubungan antar saudara
kandung dengan membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain
(Hurlock, 1999).

7
2.3 Reaksi sibling rivalry yang sering terjadi pada anak-anak
a. Agresif, memukul / melukai
b. Membangkang
c. Rewel
d. Mengalami kemunduran (misalnya semula tidak mengompol sekarang
mengompol lagi)
e. Sering marah yang meledak-ledak
f. Sering menangis tanpa sebab
g. Menjadi lebih manja atau lengket kepada ibu (Priatna dan Yulia, 2006).

2.4 Dampak sibling rivalry


a. Dampak positif sibling rivalry
Sibling rivalry mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan
mengembangkan beberapa keterampilan penting, diantaranya adalah
bagaimana menghargai nilai dan prespektif (pandangan) orang lain.
Disamping itu, dengan sibling.
Rivalry juga merupakan cara tepat untuk berkompromi dan
bernegosiasi, serta mengontrol dorongan untuk bertindak agresif. Oleh
karena itu agar segi positif tersebut dapat di capai, maka orang tua harus
menjadi fasilitator (Suherni, 2009).
b. Dampak negatif sibling rivalry
Sibling rivalry menyebabkan dampak negatif pada anak. Salah satu
dampak negatif sibling rivalry adalah terjadinya konflik pada pasangan
kakak adik. Thompson (2004) mengatakan bahwa sibling rivalry
merupakan penyebab utama terjadi konflik pada anak dan saudara
kandungnya. Jika agresi dan konflik terus berlanjut, maka kemungkinan
anak akan mengalami conduct problem. Lebih lanjutnya jika terjadi
perkelahian dan konflik terjadi terus-menerus dan tidak melibatkan
campur tangan orang tua akan mengakibatkan perilaku agresif dan
antisosial di luar rumah (Shaffer, 2002).

8
Sibling rivalry yang berkepanjangan dan sudah diluar kendali orang
tua dapat mengakibatkan tanda-tanda depresi atau anxiety (kecemasan)
pada anak (Steinberg, 2003). Selain itu sibling rivalry yang sangat
negatif, penuh dengan kekerasan ketika anak berumur 3-4 tahun, akan
menyebabkan perilaku antisosial lima tahun kemudian (Steinberg,
2003).
2.5 Mengatasi Sibling Rivalry
Menurut Suherni (2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mengatasi sibling rivalry :
a. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan, kecuali saat terdapat
tanda-tanda akan terjadi kekerasan fisik.
b. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak
demikian rupa sehingga menyelesaikan masalah dengan anak-anak,
bukan untuk anak-anak. Artinya seakan-akan orang tua dalam
menyelesaikan permasalahan seakan ikut serta di dalamnya, anak
tersebut diberikan penghargaan atas buah fikirannya, dihargai peran
pendapatnya. Bukan bersifat memberi instruksi seakan yang paling
tahu dan berkuasa adalah orang tua itu.
c. Cara memisah dua anak yang konflik menjurus ke fisik, tidak boleh
menyalahkan salah satu, akan tetapi keduanya dihargai, seakan sama-
sama benar, cara memberikan contoh-contoh, tetapi tidak langsung
saat itu. Yang penting anak-anak yang lagi konflik fisik, dipisah
demikian rupa sehingga keduanya menjadi tenang dan sesudahnya
dapat menjadi akrab lagi.
d. Jika anak-anak memperebutkan benda yang sama, orang tua harus
dapat memberikan benda yang sama, orang tua harus dapat
memberikan teknik pengajaran agar keduanya dapat menggunakan
secara bergantian yang adil dan menggembirakan.
e. Memberikan kesempatan setiap anak mengungkapkan apa yang
dirasakan tentang saudaranya, dan membawa anak dapat
mengendalikan emosinya, bahkan dibawa kearah teknik bersahabat

9
lagi. Baiknya rukun dengan saudara dapat membangkitkan anak agar
menjadi sifat rukun.
f. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak, hal ini
bisa memperdalam sibling rivalry. jangan memberikan cap pada anak
tentang kekurangannya atau kelebihannya daripada anak yang lain.
g. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku
orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk
menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

2.6 Peran perawat Dalam Mengatasi Sibling Rivalry :


a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya dalam
jam pertama sesudah kelahiran.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon
positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan adan
tindakan (Suherni, 2009).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sibling rivalry merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing
dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan. Perasaan cemburu ini
pun dapat timbul terhadap sang ayah. Kenyataannya semua anak akan merasa
terancam oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun dengan derajat yang
berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Anak-anak yang
lebih tua yang telah membentuk semacam independensi dan ikatan batin yang
kuat biasanya tidak begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru dari pada
anak-anak yang belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama ( Rukiyah,
2011 )
3.2 SARAN
Semoga berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa kesehatan dan
kami sebagai penulis sanagat mengharapkan kepada pembaca untuk bisa
memahami dan mengerti isi dari makalah kami ini yang berjudul “SIBLING
RIVALRY “ kritikan dan saran kami sanagt mengharapkan dari pembaca untuk
perbaikan makalah yang akan datang

11
DAFTAR PUSTAKA

Lusa (2010). Sibling rivarly. (online). http://lusa.web.id/siblingrivarly.html.


Maiorano, M (2010). A case study on sibling rivarly and the use of a social skills
training model: Roman university
Mc Nerney, A & Joy (2001) sibling Rivarly in Degree and Dimensions Across
the
Lifespan.http//www.jrsccience.wcp.muohio.edu/humannature01/finalArticles/S
iblingRivarlyinDegreeand.html. diakses 30 maret 2013
Mubarak W. I. (2011) Promosi kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. (2003) Promosi kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(2005) Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(2007) Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2003) Konsep dan penerapan metodologi ilmu keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai