Anda di halaman 1dari 9

Pembuatan dan Pengawetan Hay (by bro Okutet)

Posted: December 3, 2010 in Hay

HAY (dibaca heiy)

Tanaman hijauan yang di awetkan dengan cara di keringkan dibawah sinar matahari kemudian
di simpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-30% disebut HAY.

Pengawetan dengan cara ini jarang di lakukan oleh peternak di Indonesia, mungkin karena
jumlah hijauan yang tersedia relatif tak terbatas. Lain halnya dengan di negara empat musim,
dimana hijauan yang tersedia pertahun sangat amat terbatas. Tak dapat di pungkiri bahwa
ketersediaan hijauan yang tak terbatas di Indonesia, justru lebih menyusahkan peternak di saat
musim panas, walaupun sebetulnya hijauan relatif masih tersedia.

Sebaliknya di negara empat musim dimana selama hampir delapan bulan hijauan tidak tersedia,
namun mereka tidak pernah merasa kesulitan apalagi mengalami kerugian.

Penyebabnya adalah mereka lebih berpengalaman menghadapi masa paceklik hijauan, yang
mereka atasi dengan berbagai cara melakukan penimbunan hijauan yang telah di
awetkan,sebelum musim paceklik tiba.

Pembuatan hay adalah metoda yang sudah sangat lama / tua mereka lakukan. Metoda ini dapat
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana, dan biaya yang paling rendah.

Metoda ini dilakukan peternak di seluruh dunia, pelaksanaannya berbeda-beda namun semua
mengikuti prinsip dasar yang sama, yaitu mengurangi kadar air yang terkandung dengan
mempertahankan kandungan nutrisi sebanyak mungkin.

Tujuan pembuatan Hay:

Tujuan lain dalam pembuatan Hay adalah untuk untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman /rumputan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi.

Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang
berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan
dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.

Prinsip dasar
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan
hijauan, baik secara alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin
pengering (dryer). Adapun kandungan air hay ditentukan sebesar 12-20 %, hal ini dimaksud
agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan merusak kualitas
hijauan yang telah diawetkan menjadi hay.

Bahan pembuatan Hay

Bahan untuk pembuatan hay adalah segala macam hijauan yang di sukai oleh ternak
ruminansia. Cara memanen dan menangani paska panen sangat mempengaruhi kualitas hay.
Cara memanen yang kurang baik akan mengakibatkan banyaknya hijauan yang akan tercecer
dan terbuang. Juga bila hijauan telah dipanen harus diletakkan ditempat yang teduh dan
memadai, karena jika tertimpa hujan maka kualitas hijauan tersebut akan menurun.

Proses pengeringan yang berlangsung terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan
memudahkan tumbuhnya jamur. Pengeringan yang berlebihan juga akan menurunkan kualitas
hay.

Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Hay :

– Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering

– Dipanen pada awal musim berbunga.

– Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur.

– Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar

protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang

diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan

turunnya palatabilitas dan kualitas.

Bahan tambahan

Agar hay dapat lebih awet disimpan, maka biasanya diberi pengawet. Adapun macam-macam
pengawet yang dapat dipakai antara lain garam dapur (Nacl), asam propionic, dan amonia cair.

Garam:

sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan
uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan jamur.
Asam propionic:

berfungsi sebagai fungicidal dan fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur yang
tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk hay yang
diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan.

Amonia cair:

juga berfungsi sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan
kecernaan hijauan tersebut dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari protein
(NPN).

Sekarang banyak di jual bahan tambahan ini disebutnya Inoculan, merk dagang bermacam-
macam juga

Proses pembuatan hay

Hijauan segar yang terkumpul di gelar dalam tumpukan setipis mungkin saat dijemur dibawah
sinar matahari. hijauan hendaknya dibalik tiap 2 jam. Lama pengeringan tergantung
tercapainya kandungan air antara12-20 % . Untuk mengechek kandungan air ini, kalau sekala
sangat besar bisa beli alatnya, kalau untuk sekala rumahan “perlu banyak pengalaman”

Metoda penjemuran:

a. Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah
dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik
hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 – 30% (tanda:
warna kecoklat-coklatan).

b. Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah
dijemur selama 1 – 3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat
menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga
hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan
turunnya palatabilitas dan kualitas.
Bagi Pemula:

Lakukan proses ini dengan jumlah hijauan sedikit-sedikit terlebih dahulu, dengan bervariasi
kelembabannya, kemudian simpan beberapa minggu ditempat yang bersih dan terlindung dari
hujan.

Sesudah itu di periksa lagi keadaannya. Yang paling baik hasilnya, adalah yang kelembabannya
paling mendekati persyaratan. Lalu berikan pada ternak berbagai hay tersebut, amati mana
yang paling disukai ternak.

Setelah mengetahui mana yang baik dan mana yang disukai, barulah membuatnya dalam
jumlah banyak sesuai dengan kebutuhan, jumlahnya lebih baik berlebih dari pada kurang

Adapun kriteria hay yang baik :

· Berwarna tetap hijau meskipun ada yang berwarna kekuningkuningan.

· Daun yang rusak tidak banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering
sebab kalu kering maka akan mudah patah.

· Tidak kotor dan tidak berjamur.

· Mohon di ingat Alat Pengukur Parameter keberhasilan pembuatan hay yang terbaik adalah
Ternak yang akan memakannya

Penyimpanan Hay

Hay harus di simpan di tempat yang kering, terlidung dari air hujan, sebaiknya jangan di letakan
di atas tanah, karena tanah bersifat lembab.

Cara penympanan yang murah dan sangat efektif adalah dengan menggunakan Ten Ton (
mereka menyebutnya dengan Tenda Tony), seperti pada gambar berikut.

TenTon, Tempat Penyimpanan Hay

Cara ini tergolong yang termudah, KALAU NGGAK ADA HUJAN BOSS !!!

source: http://tonysapi.multiply.com/journal/item/16

Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:


1) Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan


yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari.
Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat
dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 – 30% (tanda: warna
kecoklat-coklatan).

2) Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan


hijauan yang telah dijemur selama 1 – 3 hari (kadar air ± 50%).
Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga
(berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal),
sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”)
yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan
hijauan, baik secara alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin
pengering (dryer). Adapun kandungan air hay ditentukan sebesar 12-20 %, hal ini dimaksud
agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan merusak kualitas
hijauan yang diawet menjadi hay. Adapun tujuan pembuatan hay adalah untuk penyediaan
hijauan untuk pakan ternak pada saat kritis dan pada saat ternak diangkut untuk jarak jauh. Hay
merupakan pakan yang dapat diperjual-belikan jadi merupakan komoditas yang dapat
diperdagangkan. Hal tersebut ditunjang oleh masa panen hijauan dalam waktu yang tepat,
dimana produksi hijauan sedang berlebih. Bahan untuk pembuatan hay sangat bergantung dari
cara panennya, sebab panen yang kurang baik akan mengakibatkan banyaknya hijauan yang
akan tercecer dan terbuang. Juga bila hijauan telah dipanen dan belum sempat ditempat yang
teduh dan memadai, tertimpa hujan maka kualitas hijauan tersebut akan menurun. Proses
pengeringan yang berlangsung terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan
memudahkan tumbuhnya jamur. Pengeringan yang berlebihan juga akan menurunkan kualitas
hay.

Syarat hijauan (anaman) yang dibuat Hay :


– Bertekstur halus.
– Dipanen pada awal musim berbunga.
– Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur.
Agar hay dapat lebih awet disimpan, perlu diberi pengawet. Adapun macam-macam pengawet
yang dapat dipakai antara lain garam dapur (Nacl), asam propionic, dan amonia cair. Garam
sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan
uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan jamur.
Asam propionic berfungsi sebagai fungicidal dan fungistalic yaitu mencegah dan memberantas
jamur yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian
untuk hay yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan. Amoniak cair juga berfungsi
sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan
tersebut dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari protein (NPN).
Langkah Pembuatan Hay
Alat
1. Sabit rumput/gunakan mesin pemanen rumput.
2. Pelataran untuk menjemur rumput dan rak untuk menghamparkan rumput yang akan
dikeringkan.
3. Alat pengukur kandungan air hay (Delmhorst digital hay meter andbale sensor).
4. Gudang untuk menyimpan hay.
5. Tali untuk mengikat hay yang sudah kering.
Bahan
1. Rumput yang berbatang halus sehingga mudah dikeringkan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
· Gunakan jas laboratorium selama bekerja.
· Bekerjalah secara serius dan berhati-hati.
Langkah Kerja
1. Sabit rumput dikebun rumput.
2. Lakukan penimbangan berat rumput.
3. Bila dilakukan pengeringan dengan sinar matahari kerjakan dilantai jemur, jika lantai jemur
menggunakan para-para yang mendatar maupun yang miring, hijauan hendaknya dibalik tiap
2 jam. Lama pengeringan tergantung tercapainya kandungan air antara12-20 %
.
4. Bila memakai ‘dryer’, hijauan dimasukkan ke pengering. Lakukan pemotongan dengan
panjang yang memadai dengan mesin pengering tersebut. Gunakan suhu pengering 100-250
_C, hentikan bila kandungan air sudah mencapai 12-20 %.
5. Lakukan pengukuran kandungan air hay dengan menggunakan alat pengukur kandungan air
(Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
6. Ukur suhu gudang tempat penyimpanan hay.
Adapun kriteria hay yang baik :
· Berwarna tetap hijau meskipun ada yang berwarna kekuningkuningan.
· Daun yang rusak tidak banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering
sebab akan mudah patah.
· Tidak kotor dan tidak berjamur.
source: http://peternakankambingumbansari.bl…uatan-hay.html

Teknologi Pengolahan Jerami Jagung

Pembuatan hay dilakukan dengan dua cara yaitu model hamparan dan model pod. pembuatan
hay model hamparan, dengan cara menghamparkan jerami jagung yang sudah dipotong-potong
dilapangan terbuka dibawah sinar matahari. setiap hari dilakukan pembalikan berulang-ulang
sampai kering baru bisa disimpan dan dapat digunakan pada saat musim paceklik pakan ternak.
pembuatan hay dengan model pod diperlukan sedikit tambahan biaya, diperlukan rak sebagai
tempat menyimpan jerntami jagung yang telah dijemur selama 1-3 hari. rak tempat menyimpan
jerami jagung dapat berbentuk tripod yaitu rak jerami berkaki tiga atau tetrapod (rak dengan
kaki 4)pilihan rak mana yang akan dipilih tidak mengikat, pastinya rak dapat digunakan untuk
menyimpan jermai jagung selama 3-6 minggu sebelum digunakan sebagai pakan ternak.

Keuntungan pembuatan hay adalah 1) teknologinya sangat sederhana dan mudah untuk
diterapkan oleh petani ternak, 2) pada saat panen jagung tersedia jerami jagung yang melimpah
dan dapat disimpan, digunakan saat paceklik hijauan pakan ternak.sedangkan kelemahan dari
pembuatan haiadalah 1) sangat tergantung dengan keberadaan sinar matahari,2) tidak semua
jenis hijauan pakan ternak dapat dibuat hai 3) perlu tenaga kerja untuk pembalikan jerami
jagung dan simpan jemur pada saat proses pembuatannya.

pembuatan silase, dilakukan dengan cara jerami jagung dipotong-potong dan dimasukkan
kedalam tempat/ruangan yang kedap udara dan dipadatkan untuk disimpan dalam wadah
tertentu.menghasilkan silase yang berkualitas baik perlu diperhatikan benar temperatur
pembuatan silase berkisar 27-35 derajat celsius dengan hasilnya 1) mempunyai tekstur segar,
2)berwarna kehijau-hijauan, 3) tidak berbau busuk, 4) tidak berjamur, 5) tidak menggumpal
dan disukai ternak. prinsip utama pembuatan silase adalah 1) menghentikan pernafasan dan
sel-sel tanaman, 2) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap
udara, 3) menahan aktifitas enzyme dan bakteri pembusuk. persyaratan lain yang harus
dipenuhi oleh peternak yang akan membuat silase adalah harus mempunyai luasan areal yang
cukup untuk silo yaitu tempat menyimpan hijauan proses pembuatan silase.idealnya
pembuatan silase disesuaikan dengan kebutuhan dengan patokan penggalian lubang setiap 150
meter kubik dapat menampung 150 kg bahan kering hijauan.

Bahan baku silase jerami dapat menggunakan tanaman jagung yang belum panen dan tanaman
jagung setelah panen. pembuatan silase pada tanaman jagung yang belum panen, kaya dengan
kandungan gizi pakan utamanya zat gula yang akan membantu dalam proses fermentasi dengan
kandungan protein mencapai 11-15 per sen dan disukai ternak. bila pilihan bahan baku silase
pada tanaman jagung yang masih muda, batang dan daun yang masih hijau untuk pembuatan
silase. sedangkan pada pembuatan silase yang menggunakan bahan baku tanaman jagung
setelah panen, pilihan jerami jagung yang berwarna hijau mempunyai kandungan serat kasar
lebih tinggi dibandingkan dengan jerami warna kuning.

Kwalitas produksi silase jerami jagung mempunyai kandungan gizi pakan mineral kalsium
yang rendah dan protein hanya mencapai 8,3 per sen karena itu perlu ditambahkan urea dengan
kadar 0,45 persen (4,5kg /ton silase) sebagaimana dianjurkan direktorat pengembangan
peternakan, yang akan memberikan peningkatan pada kandungan protein silase jerami jagung
dan cukup untuk memenuhi kebutuhan protein sapi potong dan sapi perah. selain penambahan
urea sebaiknya pada saat pemberian pakan juga ditambahkan garam sebanyak 50 gr/ekor/hari.
proses pembuatan silase jerami jagung dilakukan dengan melayukan jerami jagung selama 2
hari dan dilakukan pemotongan dengan ukuran 3-5cm, selanjutnyaa dilakukan pencampuran
jerami jagung dengan bahan-bahan yang diperlukan pembuatan silase. penambahan bahan-
bahan pembuatan silase akan mempercepat proses fermentasi, mencegah tumbuhnya jamur dan
bakteri pembusuk yang akan meningkatkan tekanan osmosis sel-sel jerami jagung.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan silase ukuran 1 ton hijauan terdiri dari asam
organik(asam format, asam sulfat, asm aklorida/asam propionat)4-6 kg, molasses atau tetes 40
kg, garam 30 kg,dedak padi 40 kg,menir 36 kg dan onggok 30 kg. penambahan-bahan
dilakukan secara merata keseluruh potongan jerami jagung yang dibuat silase. pencamuran
molasses atau tetes sebaiknya dilakukan secara bertahap dengan cara pencampuran secara
berlapis bergantian dengan campuran bahan dan jerami jagung yang dipadatkan, pada saat
penempatan jerami jagung pada lubang galian tanah yang dikenal sebagai silo dan selanjutnya
dilakukan penutupan silo.

Pemdatan jerami jagung dilakukan setelah proses pencasmpuran semua bahan yang diperlukan
kecuali molasses/tetes, masukkan potongan jerami jagung dengan cara diinjak-injak sepadat
mungkin dalam silo yang sudah diberikan atas lapisan plastik yang menjadi tempat
penampungan selama proses pembutan silase. pemberian molasses/tetes dapat dilakukan
dengan cara tumpukan padatan jerami jagung dasar ditambahkan molasses/tetes 2 bagian,
selanjutnya pada padatan tumpukan lapisan tengah jerami jagung dapat diberikan
molasses/tetes 3 bagian kemudian lapisan tengah padatan tumpukan jerami jagung diberikan
molasses/tetes 5 bagian. pencampurn molasses/tetes secara bertahap ini akan bercampur merata
selanjutnya padatkan kembali dan tutup dengan plastik dan tanah. penggunaan silase sebagai
pakan ternak dapat dilakukan setelah 8 minggu proses pembuatan silase, dengan cara
pengambilanya bertahap sesuai dengan kebutuhan konsumsi ternak dan segera lakukan
penutupan kembali.

source: http://www.disnak-jatim.go.id/web/in…mi-Jagung.html

taken from : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5327504

Anda mungkin juga menyukai