Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Di era globalisasi seperti ini, banyak peternak ayam broiler yang mengusahakan ayam
broiler. Semakin bertambahnya peternak-peternak ayam broiler yang ada, tentunya akan
memperketat persaingan dalam pasar. Ketatnya persaingan menyebabkan peternak
berusaha untuk memenangkan persaingan dengan cara menerapkan strategi bersaing yang
tepat sehingga dapat melaksanakan serta mewujudkan tujuan-tujuan usah peternakan sesuai
dengan apa yang diharapkan ( Martono.A, 2004 ).
Peternak ayam broiler yang tidak mampu menciptakan inovasi baru dapat dipastikan
akan sulit memenangkan persaingan di dunia global. Selain itu, dibutuhkan pula strategi
bersaing yang handal dan berorientasi ke depan, dimana perlu adanya penyusunan strategi
yang matang dan tidak main-main. Peternak ayam broiler harus memahami apa yang
diinginkan konsumen saat ini dan untuk masa mendatang. Jadi, sukses dan
gagalnya peternak ayam broiler sangat bergantung kepada keunggulan bersaing yang
dimiliki oleh peternak tersebut ( Rasyaf .M, 1994 )
Dalam setiap usaha peternakan ayam broiler permasalahan yang pertama kali yang
harus kita pikirkan adalah merupakan upaya untuk menjawab 3 pertanyaan utama yaitu :
“Apa”, kemudian “Mengapa” dan yang terakhir “Bagaimana”. Dengan kata lain kita dapat
menarik benang lurus menjadi “Apa konsep perencanaan strategis itu”, kemudian
“Mengapa kita harus mempelajarinya”, serta “Bagaimana kita memahami konsep
Perencanaan Strategi tersebut sehingga menjadi mahir dan tahu betul akan konsep tersebut.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas strategi formulasi:
analisis situasi dan strategi bisnis. Dimana peternak ayam broiler akan membuat konsep
formulasi untuk menganalisis situasi serta strategi bisnis apa yang tepat diterapkan oleh
peternak ayam broiler.
1. 3 Tujuan Magang
untuk mengetahui pemeliharaan ayam broiler yang baik, efektif dan efisien sehingga
meningkatkan populasi dan produktifitas dari ayam broiler itu sendiri dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani di Indonesia.

1. 4 Manfaat Magang
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pemeliharaan ayam pedaging (broiler)
2. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan Mahasiswa dalam mempelajari
proses pemeliharaan ayam pedaging (broiler)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeliharaan Ayam Broiler.

Ayam broiler merupakan ayam hasil rekayasa genetika yang memiliki karakteristik
ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah serta
dapat dipanen cepat (Murtidjo, 1987). Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina berwarna
putih yang umumnya dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil
daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan
berbagai kelebihannya, antara lain pertumbuhannya yang cepat hanya 5 sampai 6 minggu sudah
siap dipanen (Rasyaf, 2008). Menurut North (1984), menyatakan bahwa pertambahan bobot
badan yang ideal pada ayam broiler adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina
300 gram per minggu. Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki
pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan
yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya (Anggorodi,
1985). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan ayam broiler adalah
pertambahan bobot badan sangat cepat, dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada
lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan relatif tinggi, hampir sebagian besar dari pakan
mampu diubah menjadi daging sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan pemeliharaan
yang intensif dan cermat serta relatif lebih peka terhadap infeksi penyakit (Murtidjo, 1987).
Persiapan Ayam Broiler Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus
dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana
yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang
diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas
lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm
dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang
(Murtidjo, 1987). Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya.
DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu,
pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang
diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian
air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC
harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam
fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen / vitamin (Ginsono, 1986).
Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus
mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal.
1. Pemeliharaan Minggu Pertama.
Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dlam
periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru.
Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang barudibeli satu-persatu
dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi
minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali
lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir
dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC.
Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk
pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur
dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987).
2. Pemeliharaan Minggu Kedua
Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih
ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik
salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa
diturunkan hingga suhu 320C dengan cra meninggikan lampu pemanas. Penambahan
jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 33 gr/ekor.
3. Pemeliharaan Minggu Ketiga
Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan
nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik
penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan
jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum
dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II (Murtidjo, 1987).
4. Pemeliharaan Minggu Keempat
Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas
lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 65
gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak
usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk
diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis (Murtidjo,
1987).
5. Pemeliharaan Minggu Kelima
Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi
pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan
periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis
sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli (Murtidjo, 1987).
6. Pemeliharaan Minggu Keenam
Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan
ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir
minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi
berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada
malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117
gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul
02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam
dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam
hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan
penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-
persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan
keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat
(Murtidjo,1987).
2. 2 Bibit Ayam Broiler (DOC)
DOC broiler yang baik mempunyai ciri ciri tersendiri, hal ini perlu diketahui karena
digunakan untuk beternak ayam broiler agar tingkat mortalitasnya sedikit dan performanya
optimal sehingga hasil yang didapatkan bisa maksimal. Biasanya pemeliharaan ayam broiler
selama 5-8 minggu sudah mencapai bobot sekitar 1,5-2,8 kg/ekor yang sudah siap dijual.
Sehingga perputaran modal dalam peternakan ayam broiler berjalan dengan waktu yang cepat.
Keberhasilan usaha ternak ayam broiler sebagai usaha yang menjanjikan tidak terlepas dari tiga
faktor yaitu pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan. Kombinasi dari faktor pakan,
manajemen dan lingkungan dicerminkan dalam bentuk keragaman teknis usaha ternak dengan
beberapa indikator penting, yaitu: Tingkat mortalitas, konversi pakan dan bobot ayam broiler
yang dicapai.
Tingkat petumbuhan dan produktifitas dari ayam yang diternakkan, terutama pada fase
starter, sangat tergantung dari bibit yang digunakan. Selanjutnya Narantaka (2012)
menjelaskan bahwa mengecek atau meneliti jumlah dan kualitas/ mutu DOC dilakukan
semenjak pertama kali datang, hal ini dimaksudkan untuk memastikan DOC yang hendak
dipelihara dalam kandang benar-benar berkualitas yakni sehat, terbebas dari penyakit dan tidak
cacat fisik. Pemeliharaan bibit yang berkualitas merupakan langkah tepat dalam mengawali
pemeliharaan ayam broiler komersial. Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif
bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung
bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih
2. 3 Pakan Ayam Broiler
Nutrisi atau bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disukai, dan
tidak membahayakan ternak (Tillman et.al., 1984). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan
makanan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu bahan makanan yang berasal dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Harga pakan untuk ayam broiler adalah 65 – 85% dari biaya produksi.
Pakan yang diberikan pada ayam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap.
Pakan broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet
untuk periode pertumbuhan (grower) (Parkhurst, et al., 1987). Pada pemeliharaan ayam broiler,
Anggorodi (1985), mengemukakan bahwa sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat,
lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh.
Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat
makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air.
Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Metode ini tidak cocok untu ayam broiler karena
akan mengurangi pertambahan berat badan dan efisiensi pakan.
Menurut Sidadolog (1999), pembatasan pakan secara kualitatif, pada ayam tetap diberi
pakan secara adlibitum, tetapi kualitas pakan yang diberikan dibatasi sesuai dengan
kebutuhannya yaitu dengan beberapa metode pemberian pakan yang kaya dengan serat kasar,
penambahan tepung daun, dan bekatul sehingga pakan tersebut menjadi bulky.
Pakan yang diberikan pada ayam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap.
Pakan broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet
untuk periode pertumbuhan (grower).
Pada pemeliharaan ayam broiler, sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat,
lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh.
Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat
makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air. Ransum memiliki peran
penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi
yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat
badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum
(selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan
disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap
pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar
protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai
pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.
Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam broiler
dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan bobot badan sebagai
kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses yang
sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua bagian tubuh
secara merata dan serentak . Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan
peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama
yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan
adipose dan peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam. Peningkatan bobot badan
mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam pedaging
mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu mengalami
penurunan. PBB ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan
32 ºC sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging sebesar 1084
gram/ekor.
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara
menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang
dipanen. Semakin rendah angka Feed Convertion Ratio, semakin baik pula kualitas pakan
karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Feed Convertion Ratio pada ayam broiler:
a. Kualitas Pakan Ayam Broiler
Kualitas pakan ayam akan sangat berpengaruh pada nilai Feed Convertion
Ratio, salah satu yang penting adalah kadar protein yang ada dalam pakan.
Semakin rendah nilai kadar protein tentu saja kualitas pakan kurang bagus, ini
bisa menyebabkan nilai Feed Convertion Ratio tinggi.
b. Metode Pemberian Pakan
Metode dalam pemberian pakan cukup berpengaruh terutama pada ayam mulai
masuk minggu ke 3, ada yang menerapkan pola pagi 20% sore 80%, ada yang
pagi 40% sore 60% ada juga yang pagi 20% sore 60 % dan tengah malan 20%.
c. Cuaca
Cuaca yang ekstrim (dingin maupun panas) akan mempengaruhi nilai Feed
Convertion Ratio.
d. Kesehatan Ayam Broiler
Jika ayam dalam kondisi sehat tentu ini tidak masalah asal cuaca dan hal lain
mendukung, namun jika ayam sudah terserang penyakit tentu ini akan
berpengaruh pada pembengkakan Feed Convertion Ratio.
e. Obat ,Vitamin , Suplemen
Pemilihan obat dan juga suplemen untuk memacu pertumbuhan dan juga
menurunkan Feed Convertion Ratio cukup berpengaruh pada nilai Feed
Convertion Ratio tentunya.
2. 4 Perkandangan
Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam broiler, karena
kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang
yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan
teknis (Martono, 1996). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: lokasi
kandang, bentuk dan tipe kandang, konstruksi kandang serta peralatan kandang. Fungsi
kandang antara lain adalah tempat berlindung dari panas dan hujan, melindungi ternak dari
bahaya atau gangguan dari luar (predator) dan untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan.

1. Lokasi Kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai
sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
2. Pergantian Udara Dalam Kandang
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Agar
kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
3. Kemudahan Mendapatkan Sarana Produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan serta
memiliki akses jalur transportasi.
4. Kepadatan Kandang
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga
energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi
panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama
siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam
cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang
penyakit. Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi
kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk
kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi,
performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler.
Berikut contoh tipe-tipe kandang:
1. Kandang Postal
Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini
ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus
dapat memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut
sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap
panas, dan menyeragamkan temperatur dalam kandang. Litter merupakan sistem
kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai
seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi. Keuntungan sistem ini adalah
biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan
kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang.Kekurangannya
adalah penyebaran penyakit lebih mudah, Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit
diamati.
2. Cage
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat
berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan
kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit
tidak mudah. Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat
kekurangan mineral, dan sering banyak lalat.
3. Panggung
Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan. Bahan yang biasa digunakan untuk alas
lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok.
Kelebihannya adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran
penyakit relatif rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu
lebar, akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal.
2. 5 Kesehatan Atau Penyakit
Program pencegahan penyakit merupakan salah satu kunci sukses usaha beternak ayam
broiler secara komersil. Program ini mutlak dijalankan, apalagi iklim di Indonesia termasuk
iklim tropis hingga faktor stress sebagai pemicu terjadinya penyakit cukup tinggi, waktu setiap
satu siklus pemeliharaan ayam broiler komersil sangat pendek, biasanya jika ayam terinfeksi
penyakit, sampai proses pemanenan, performa ayam menjadi jelek dan harga jual menjadi
murah. Program pencegahan penyakit erat hubungannya dengan program sanitasi, vaksinasi
dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala ayam sakit mulai tampak,
program ini dikatakan berhasil, jika dalam satu siklus pemeliharaan ayam broiler yang
dipelihara terbebas dari gangguan penyakit yang merugikan. Beberapa kerugian jika ayam
broiler komersil terserang penyakit adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kematian yang relatif tinggi


2. Konversi pakan yang tinggi
3. Tingkat pertumbuhan menurun dan BB lebih rendah dari standar
4. Pertumbuhan ayam tidak merata, lemas dan mudah mati
5. Performa ayam jadi jelek dan karkas berwarna merah
6. Biaya produksi menjadi tinggi
Pada dasarnya, hanya ada 3 langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah wabah
penyakit yang menyerang ayam ras pedaging di suatu peternakan. Ketiga langkah tersebut
harus dilakukan secara bersama-sama, karena setiap langkah hanya mampu berfungsi optimal
jika ditunjang oleh langkah lainnya. Ketiga langkah tersebut sebagai berikut:
(1) Menjaga Sanitasi Kandang, Karakteristik yang paling menonjol dari bibit penyakit
adalah menyukai tempat-tempat kotor. Karenanya, jika peternak ingin memerangi bibit
penyakit, dia harus menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya dengan
program sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin dan secara ketat melaksanakan
periode kosong atau mengistirahatkan kandang. Di samping itu, kebersihan kandang
harus dijaga setiap saat. Alas kandang harus diganti dengan yang baru jika sudah mulai
basah dan menimbulkn bau tidak sedap. Bekas alas kandang dibuang ke tempat yang
jauh dari kandang. Masa kosong atau istirahat kandang juga berfungsi memutus rantai
kehidupan bibit penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kebersihan kandang dalam kaitannya dengan langkah mengurangi populasi bibit
penyakit sebagai berikut:
(2) Kadar amonia dalam kandang, Amonia adalah hasil metabolisme dalam tubuh ayam
terakumulasi dalam bentuk feces (kotoran) dan urine (air kencing). Jika kandang
menggunakan pemanas buatan dan kondisi ventilasi kandang kurang baik, maka
ammonia terakumulasi dalam konsentrasi tinggi dalam bentuk gas. Ammonia dalam
konsentrasi tinggi ini bias menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan ayam.
(3) Mewaspadai jamur Kebersihan kandang yang kurang terjaga memungkinkan
tumbuhnya jamur atau cendawan di dalam atau disekitar kandang, jamur atau cendawan
juga mudah tumbuh pada bahan pakan yang lembab. Dalam kondisi yang tidak terlalu
parah, jamur yang tumbuh dan tercampur dalam bahan pakan akan menyebabkan
penurunan laju pertambahan berat badan ayam, dan dalam fase yang parah, bisa
menyebabkan kematian karena racun yang diproduksinya, seperti aflatoksin,
fusariotoksin, dan okhratoksin.
2. Mengadakan isolasi
Maksudnya adalah memutuskan kontak antara pembawa penyakit dan ayam-ayam yang
sehat. Langkah ini biasa dilakukan dengan cara membatasi kontak dunia luar dengan ayam ras
pedaging yang dipelihara, misalnya mengatur lalu lintas keluar masuk karyawan, larangan
masuk bagi orang-orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang, serta penyemprotan
desinfektan pada kendaraan, barang, atau Orang yang akan masuk ke dalam kandang. Pakan
ayam merupakan salah satu pembawa bibit penyakit yang potensial. Bibit penyakit ini biasa
masuk ke dalam pakan saat pakan dalam perjalanan yang kadang-kadang cukup panjang.
Karenanya, penanganan dalam transportasi dan penyimpanannya harus sesuai dengan kriteria
baku, yang biasanya sudah diketahui oleh produsen pakan ternak yang baik. Dalam hal ini
peternak harus mau bertanya dan melaksananakan kriteria baku tersebut. Di samping itu perlu
dicegah adanya serangga seperti lalat. Jika ada, berantas dengan menggunakan insektisida yang
sesuai.
3. Mengadakan vaksinasi
Pemberian pakan dan minum dalam takaran yang cukup kuantitas dan kualitasnya
merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mempertahankan daya tahan tubuh ayam
terhadap serangan penyakit. Selain itu, ayam juga membutuhkan kondisi lingkungan yang
nyaman sehingga bisa mencegah stress.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih
spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus, protozoa, dan bakteri perlu dilakukan
vaksinasi, baik melalui injeksi, campuran air minum, maupun tetes mata. Berikut ini program
vaksinasi yang biasa dilakukan peternak yang sudah berpengalaman, terutama untuk penyakit
populer, yakni marek, ND atau tetelo, dan gumboro. Pelaksanaan vaksinasi akan mencapai
keberhasilan yang tinggi jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Ayam dalam keadaan sehat
2. Vaksin yang digunakan bermutu baik dan belum kadaluarsa
3. Vaksin diberikan sesuai dengan dosis yang dianjurkan
4. Vaksinasi dilakukan tidak di bawah sinar matahari
5. Bahan pengencer vaksin adalah air bersih (aquades), air PAM sebaiknya dihindari
untuk pencegahan penyakit yang belum tersedia vaksinnya, dibutuhkan antibiotika tertentu
dalam dosis tertentu. Beberapa perusahaan pakan, pernah mencampur bahan pakan dengan
antibiotika, namun kini sudah dilarang.
Pemberian preparat antibiotika juga harus tetap meperhitungkan waktu retensi
antibiotika tersebut dalam tubuh ayam. Artinya pemberian pemberian harus dihentikan pada
waktu yang tepat, misalnya jika ayam sudah hendak di jual, sehingga ayam ras pedaging sudah
tidak membawa lagi antibiotika di dalam tubuhnya.
Beberapa tahun terakhir berkembang suatu preparat baru yang di sebut probiotik.
Probiotik merupakan suatu cairan yang berisi media transport dengan satu atau beberapa
mikroorganisme yang bias diberikan kepada ayam ras dengan tujuan menekan pertumbuhan
mikroorganisme berbahaya di dalam tubuh ayam. Beberapa mikroorganisme yang digunakan
dan biasanya terdapat probiotik adalah Lactobacillus acidophilus, L.casey, dan L. bulgericus.
Pemberian probiotik ini diyakini mampu meningkatkan kekebalan ayam terhadap serangan
bakteri E. coli, Karen mikroorganisme yang terkandung di dalamnya mampu memacu
pertumbuhan dan pembentukan sel-sel linfosit ( sel darah putih ), menyerap antigen, serta
membunuh bakteri.
Selain vaksinasi, program pencegahan penyakit lainnya yaitu dengan cara memberikan
vitamin/vitachick yang berfungsi untuk untuk mencegah ayam stess dari perjalanan yang cukup
jauh. Pencegahan penyakit dilakukan sejak sebelum DOC dimasukkan kandang. Kandang
dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu. Selama pemeliharaan, usaha lain untuk pencegahan
penyakit adalah dengan cara tindakan hygienis dan sanitasi kandang yang teratur,
membersihkan tempat pakan dan minum minimal 2 kali sehari serta menjaga kebersihan
lingkungan sekitar kandang.
BAB III
METODE PELAKSANAAN MAGANG

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Waktu pelaksanaan magang ini di laksanaan selama 1 bulan, pada tanggal 1 februari 2018
sampai tanggal 28 februari 2018. Tempat pelaksanaan magang ini di laksanakan di Desa
Sumber Sekar, Kecamatan Dau ,Kabupaten Malang.

3.2 Metode pengambilan data magang

Materi yang di gunakan dalam magang ini adalah ayam pedaging (broiler) dengan jumlah
500 ekor, yang diamati pemeliharaannya. Kegiatan magang ini menggunakan beberapa metode
yaitu:

a. Observasi
Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
permasalahan pemeliharaan ayam pedaging (broiler) induk laktasi yang di lakasanakan
secara langsung di lokasi.
b. Wawancara
Wawancara di lakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
responden yang di maksud dalam kegiatan magang ini adalah manager farm,
supervisor, produksi, staf perusahaan dan karyawan kandang.
c. Magang
Praktek magang mengacu pada jadwal yang telah ada di farm atau lokasi usaha
peternakan sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan untuk diikuti sehingga peserta
magang dapat mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang di laksanakan oleh
pihak perusahaan.
d. Studi P ustaka
Dalam rangka melengkapi informasi-informasi yang berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan dengan mencari informasi
pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan
pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal, karya ilmiah , interet, maupun artikel.
e. Sumber data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada 2 jenis data
yaitu:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam
pelaksanaan kegiatan magang perusahaan. Data primer didapat dari
wawancara langsung dengan manager, mandor, dan para pekerja kandang.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data
sekuner adalah data yang diambil dari buku , catatan yang diperoleh selama
berada di perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan magang
perusahaan.
3.3. Matrikulasi Rencana Magang
Berikut ini adalah tabel matriks rencana kegiatan Magang :

Tabel 3.3.1. Matriks rencana kegiatan magang

Aktifitas/ Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu


ke-4 bulan ke-1 bulan ke-2 ke-3 ke-4
12 / 2017 01 /2018

Pengajuan judul Magang

Penulisan proposal Magang


Pengesahan poroposal
Magang
Pelaksanaan Magang

Penulisan draf laporan


Magang
Revisi Laporan Magang

Pengesahan Laporan
Magang
DAFTAR PUSTAKA

nonimous. 2011 Pendahuluan. http: // micksihite.blogspot. com / p / laporan semester praktikum produksi.
Html

hyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka
Nusatama: Yogyakarta.

dillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.

artini. 2011. Kandungan Zat Pakan Jagung. http://putramegatawang.com/kandungan-zat pakan-jagung.html.

oman, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka: Jakarta

iatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta

syaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta

gandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter - Finisher. PT. Janu
Putro Sentosa: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai