Kelompok
DALAM PASCA
4
PERSALINAN
Dinda Ameylia yulisa
Dita Vindiasari
Laura Nurindah Sari
Lia Martin
Diyah Ayu Indriyani Lina apriani
Dwi Safitri Melda oktavia mardalena
Ema mardiana Meliza ayu lestari
Fira Rahmadini Nurul H Mutia dwinanda
Friska Shintia Nadella safitri
Hernia Caroline Nesi safitri
Indah Dwinta Azwari Neti pitria a
Jumatul Aini Nopa anggraini
Bounding Attachment
Pengertian
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan
attachment (membangun ikatan).
Bounding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah
suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus
menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional
dan saling membutuhkan.
dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta membuat persiapan untuk
bayi.
2. Sentuhan orang tua pertama kali
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
4. Terlibat proses persalinan
5. Persiapan PNC sebelumnya
6. Adaptasi
7. Kontak dini
8. Fasilitas untuk kontak lebih lama
9. Penekanan pada hal-hal positif
10. Perawat meternitas khusus (bidan)
11. Melibatkan anggota keluarga lainnya
12. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
Dampak positif bounding attachment
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,
menumbuhkan sikap social
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi
emosi maupun pengalaman.
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2) Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan
baik.
3) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4) Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang
tidak sesuai keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah
merasa kurang mendapat perhatian.
Perilaku orang tua
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara
orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1. Perilaku Memfasilitasi
2. Menatap, mencari ciri khas anak
3. Kontak mata
4. Memberi perhatian
5. Menganggap anak sebagai individu yang unik
6. Menganggap anak sebagai anggota keluarga
Perilaku penghambat
1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar,
menolak untuk menyentuh anak
2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama pada anak
3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai
4. Tidak menggenggam jarinya
5. Terburu-buru dalam menyusui
6. Menunjukan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya
Respon Orang Tua
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor,
yaitu:
Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan
yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri
mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang
terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama
kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang
tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek
pelatihan selama kehamilan).
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima
selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku
pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama
satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.
Sikap Orang Tua
Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi meliputi:
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya
pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan
pada anak.
Respon Antara Ibu dan Bayi
Respon Antara Ibu dan Bayi sejak kontak awal hingga tahap
perkembangannya meliputi:
1. Touch (Sentuhan).
2. Eye to Eye Contact (Kontak Mata).
3. Odor (Bau Badan).
4. Bodi Warm (Kehangatan Tubuh).
5. Voice (Suara).
6. Entrainment (Gaya Bahasa).
7. Biorhythmicity (Irama Kehidupan).
Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara
saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi pada semua orang
tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry terjadi jika anak
merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa
saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua.
Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu
dekat, karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian terlalu
banyak orang tua. Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry
adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian
muncul kembali pada usia 8–12 tahun, dan pada umumnya, sibling rivalry
lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya
perempuan.
Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry, yaitu: egois, suka
berkelahi, memiliki kedekatan yang khusus dengan salah satu orangtua,
mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka
merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak.
Faktor-Faktor Penyebab Sibling Rivalry
Faktor internal:
Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang
dalam diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-
masing anak mencari perhatian orang tua, perbedaan usia atau
jenis kelamin, dan ambisi anak untuk mengalahkan anak yang
lain.
Faktor eksternal:
Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam
mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan,
dan adanya anak emas diantara anak yang lain .
Dampak Sibling Rivalry
dampak negatif sibling rivalry adalah anak menjadi egois, minder,
merasa tidak dihargai, pengunduran diri kearah bentuk perilaku
infantil/regresi dan lain sebagainya.Selain kenakalan anak di rumah
pada adik barunya, hal ini dapat berpengaruh pada hubungan anak
tersebut dengan teman-temannya di sekolah, bila terjadi ketidak
adilan di rumah yang membuat anak stress, bisa membuat anak
menjadi lebih temperamen dan agresif dalam kelakuannya di sekolah
(Hakuna, 2008). dampak yang paling fatal dari sibling rivalry adalah
putusnya tali persaudaraan jika kelak orang tua meninggal.
Keadaan ini merupakan kemurungan dimasa nifas dan depresi ringan
yang umum terjadi pada ibu nifas. Keadaan ini tidak menetap dan
akan pulih dalam waktu 2 minggu postpartum. Kondisi baby blues ini
tidak memerlukan penanganan khusus, tetapi perlu diobservasi. jika
keadaan ini menetap, akan menjurus pada psikosis postpartum.
Statistik menunjukan 10% kondisi maternal blues berlanjut menjasi
psikosis postpartum.
Depresi
Merupakan depresi serius yang terjadi setelah melahirkan bayinya,
yang merupakan kelanjutan dari depresi pada awal kehamilan, akhir
kehamilan dan baby blues. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi
dilaporkan factor yang berisiko terhadap kejadian depresi postpartum
/ Postpartum Depresion (PPD) adalah factor biological, psikologi,
social ekonomi, dan factor budaya.
Depresi postpartum
Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien
yang mengalami berbagai gangguan emosional yang timbul setelah
melahirkan, khususnya pada gangguan depresi spesifik yang terjadi
pada 10%-15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan. Pasien
akan mengalami gejala affektive selama periode postpartum, 4 sampai
6 minggu setelah melahirkan.
1. Epidemiologi
a) Depresi postpartum merupakan sebuah permasalahan kesehatan
serius di dunia. Sebuah review yang luas pada 59 studi didapat
bahwa 13% dari primipara mengalami depresi postpartum selama
12 minggu pasca melahirkan. Laporan yang terbaru didapatkan
sama tingginya pada 15% sampel komunitas. Prevalensi keinginan
bunuh diri pada periode postpartum antara 0.2%-15.4% diantara
populasi berbeda. Beberapa populasi seperti pada etnis dengan
status sosial minoritas didapatkan 40% sampai 50% kasus ini.
2. Etiologi
Penurunan cepat tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah
melahirkan dikatakan dapat berkembang menjadi depresi pada wanita
dengan depresi postpartum. Walaupun penyebab depresi cenderung pada
tingkat penurunan hormon, beberapa faktor lain mungkin menjadi penyebab
terjadinya depresi post partum. Kejadian stress dalam hidup, riwayat depresi
sebelumnya, dan riwayat keluarga yang mengalami gangguan mood, semua
dikenal sebagai prediktor depresi mayor pada wanita.
3. Diagnosis
Kriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan ada
riwayat dan gejala-gejala.Depresi mayor adalah didefinisikan dengan adanya
lima dari gejala berikut
1. Yang mana salah satu harus adanya mood yang tertekan atau penurunan
ketertarikan atau kesenangan.
2. Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang
berat.
3. Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas.
4. Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan.
5. Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman
bahkan ketika bayinya tertidur.
4. Diagnosis Banding
Depresi postpartum dibedakan dari baby blues yang timbul
pada mayoritas perempuan. Pada gejala ini terdapat gangguan
perubahan gejala yang tidak konsisten mempengaruhi
kemampuan dalam menjalankan fungsinya. Psikosis
postpartum muncul sebagai emergensi psikiatrik yang
memerlukan intervensi segera karena resiko dapat membunuh
bayi dan melakukan bunuh diri. Biasanya timbul pada dua
minggu pertama setelah melahirkan.
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
b. Psikoterapi
c. Hormonal Replacement Therapy
d. Profilaksis Treatment
Terima Kasih