Anda di halaman 1dari 34

Respon Orang Tua

terhadap Bayi Baru Lahir

Zuhfi Arlinda, S. Tr. Keb, MKM


BOUNDING ATTACHMENT
• Bonding attachment / keterikatan awal / ikatan
batin adalah suatu proses sebagai hasil dari suatu
interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua
yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan.
• Orang tua melakukan kontak mata, menyentuh,
dan berbicara. Selama periode ini, keluarga
mencari identifikasi bayinya melalui proses klaim.
Mula-mula anak akan dicari kesamaannya
dengan anggota keluarganya, kemudian
perbedaannya, dan akhirnya keunikannya.
Tahap-Tahap Bounding
Attachment
• Perkenalan (acquaintance), dengan
melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara,
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
• Bounding (keterikatan)
• Attachment, perasaan sayang yang mengikat
individu dengan individu lain.
Elemen-Elemen Bounding
Attachment
• Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba
• Kontak mata
• Suara
• Aroma
• Entrainment
• Bioritme
• Kontak dini
Prinsip-Prinsip dan Upaya
Meningkatkan Bounding Attachment
• Kontak sedini mungkin
• Dilakukan segera (menit sehingga dapat membantu
pertama jam pertama). dalam memberi kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa
• Sentuhan orang tua pertama sakit ibu, serta memberi rasa
kali. nyaman.
• Adanya ikatan yang baik dan • Fasilitas untuk kontak lebih
sistematis berupa kedekatan
orang tua ke anak. lama.

• Kesehatan emosional orang • Penekanan pada hal-hal


tua. positif.
• Terlibat pemberian dukungan • Perawat maternitas khusus
dalam proses persalinan. (bidan).
• Persiapan PNC sebelumnya. • Libatkan anggota keluarga
lainnya/dukungan sosial dari
• Adaptasi. keluarga, teman dan
pasangan.
• Tingkat kemampuan,
komunikasi dan keterampilan • Informasi bertahap mengenai
untuk merawat anak. bounding attachment.
Keuntungan Bounding Attachment
• Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,
menumbuhkan sikap sosial.
• Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi

Hambatan Bounding Attachment


• Kurangnya support sistem.
• Ibu dengan resiko (ibu sakit).
• Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi
dengan cacat fisik).
• Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Menjadi orang tua.....
Suatu proses yang terdiri dari dua komponen.
Komponen pertama bersifat praktis dan
mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan
motorik ; komponen kedua bersifat emosional,
melibatkan keterampilan afektif dan kognitif.
Respon positif dapat
ditunjukkan dengan:
• Ayah dan keluarga
menyambut kelahiran
bayinya dengan bahagia.
• Ayah bertambah giat
bekerja untuk memenuhi
kebutuhan bayi dengan
baik.
• Ayah dan keluarga
melibatkan diri dalam
perawatan bayi.
• Perasaan sayang terhadap
ibu yang telah melahirkan
bayi.
Respon negatif dapat ditunjukkan
dengan:
• Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga
karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.

• Kurang berbahagia karena kegagalan


KB.

• Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan


yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.

• Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan


kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan
dalam biaya hidupnya.

• Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga


karena anak lahir cacat.

• Anak yang dilahirkan merupakan hasil


hubungan zina, sehingga menimbulkan
rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat
mempengaruhi ikatan kasih
sayang antara orang tua terhadap
bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1.Perilaku memfasilitasi.
2.Perilaku penghambat.
Perilaku Memfasilitasi
• Menatap, mencari ciri khas anak.

• Kontak mata.

• Memberikan perhatian.

• Menganggap anak sebagai individu yang unik.

• Menganggap anak sebagai anggota keluarga.

• Memberikan senyuman.

• Berbicara/bernyanyi.

• Menunjukkan kebanggaan pada anak.

• Mengajak anak pada acara keluarga.

• Memahami perilaku anak dan memenuhi


kebutuhan anak.

• Bereaksi positif terhadap perilaku anak.


Perilaku Penghambat

• Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya,


menghindar, menolak untuk menyentuh anak.

• Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang


lain, tidak memberikan nama pada anak.

• Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.

• Tidak menggenggam jarinya.

• Terburu-buru dalam menyusui.

• Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi


kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap
bayinya dipengaruhi oleh 2
faktor, yaitu:
• Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain
genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan
dan menginternalisasikan dalam diri mereka,
moral & nilai, kehamilan sebelumnya,
pengalaman yg terkait, pengidentifikasian yg
telah dilakukan slm kehamilan
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain
perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum,
sikap dan perilaku pengunjung dan
apakah bayinya terpisah dari orang tua
slm 1 jam pertama dan hari-hari dlm
kehidupannya
Kondisi yang Mempengaruhi
Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
• Kurang kasih sayang. • Penyesuaian diri bayi
pascanatal.
• Persaingan tugas orang • Tangisan bayi.
tua.
• Kebencian orang tua pada
• Pengalaman melahirkan. perawatan, privasi dan
biaya pengeluaran.
• Kondisi fisik ibu setelah
melahirkan. • Gelisah tentang kenormalan
bayi.
• Cemas tentang biaya.
• Gelisah tentang
• Kelainan pada bayi. kelangsungan hidup bayi.

• Penyakit psikologis atau


penyalahgunaan alkohol
dan kekerasan pada anak.
Respon Antara Ibu dan Bayi
Sejak Kontak Awal Hingga
Tahap Perkembangannya

• Touch (Sentuhan)
• Eye to Eye Contact (Kontak Mata).
• Odor (Bau Badan).
• Bodi Warm (Kehangatan Tubuh).
• Voice (Suara).
• Entrainment (Gaya Bahasa).
• Biorhythmicity (Irama Kehidupan).
Faktor Yang Mempengaruhi
Respon Orang Tua
1. Usia maternal lebih dari 35
tahun
2. Jaringan sosial
3. Budaya
4. Kondisi Sosio ekonomi
5. Aspirasi Personal
SIBLING RIVALRY
DEFINISI SIBLING RIVALRY
• KECEMBURUAN, PERSAINGAN &
PERTENGKARAN ANTARA SAUDARA LAKI-LAKI &
SAUDARA PEREMPUAN, HAL INI TERJADI PADA
SEMUA ORANG TUA YG MEMPUNYAI DUA ANAK
ATAU LEBIH (LUSA, 2010)
Sibling rivalry
• Terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih
sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara
kandung adalah saingan dalam mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua
(Setiawati, 2008).
• Persaingan antar saudara tidak mungkin dihindari
dengan adanya saudara kandung (Borden, 2003)
• Persaingan antar saudara yang dimaksud disini
adalah kompetisi antara saudara kandung untuk
mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu
atau kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih
(Lusa, 2010).
• muncul ketika selisih usia saudara kandung
terlalu dekat, karena kehadiran adik dianggap
menyita waktu dan perhatian terlalu banyak
orang tua (Setiawati, 2008).
• Jarak usia yang lazim memicu munculnya
sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun
dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian
muncul kembali pada usia 8–12 tahun, dan
pada umumnya, sibling rivalry lebih sering
terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama
dan khususnya perempuan
CIRI KHAS
1. Egois
2. Suka berkelahi
3. Memiliki kedekatan yang khusus dengan salah
satu orangtua
4. Mengalami gangguan tidur
5. Kebiasaan menggigit kuku
6. Hiperaktif
7. Suka merusak
8. Menuntut perhatian lebih banyak
REAKSI SIBLING RIVALRY
A. Reaksi Langsung  biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit,
atau bahkan menendang
B. Reaksi Tidak Langsung munculnya
kenakalan, rewel, mengompol atau pura-
pura sakit
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB
Faktor Internal Faktor EKSTERNAL
A.  faktor yang tumbuh B.  disebabkan karena
dan berkembang orang tua yang salah
dalam diri anak itu
sendiri seperti : dalam mendidik
anaknya
1. Temperamen,
1. Sikap membanding-
2. Sikap masing-masing
anak mencari
bandingkan
perhatian orang tua 2. Adanya anak emas
3. Perbedaan usia atau diantara anak yang
jenis kelamin lain
4. Ambisi anak untuk
mengalahkan anak
yang lain
• Jika ada kelahiran anak kedua, dan anak
pertama (sang kakak) belum dipersiapkan
terlebih dulu dalam kelahiran adik barunya,
maka akan menjadi faktor munculnya sibling
rivalry
• Akar permasalahan berawal saat anak
pertama lahir (sang kakak), semua perhatian
tercurah kepadanya, akan tetapi saat adik
baru lahir dan membutuhkan sejumlah waktu
dan perhatian, maka sang kakak merasa
tersisih.
DAMPAK SIBLING RIVALRY
1. Egois
2. Minder
3. Merasa tidak dihargai
4. Pengunduran diri kearah bentuk perilaku
infantil/regresi
5. Bila terjadi ketidak adilan di rumah yang
membuat anak stressbisa membuat
anak menjadi lebih temperamen dan
agresif dalam kelakuannya di sekolah
6. Pertengkaran yang terus menerus
dipupuk sejak kecil akan terus meruncing
saat anak-anak beranjak
dewasamereka akan terus bersaing
dan saling mendengki
PENATALAKSANAAN
a. Libatkan anak dalam
mempersiapkan kelahiran adik
(selama masa kehamilan)
b. Jadikan sang kakak sebagai
pusat perhatian saat
perjumpaan atau kunjungan
pertama.
c. Biarkan sang kakak
membantu menjaga adiknya.
d. Sediakan waktu untuk anak
yang lebih tua.
e. Pembesuk harus memahami
bahwa anak yang lebih tua
juga membutuhkan perhatian.
f. Ajari sang kakak untuk
mengajari adik baru lagu-lagu
dan berbagai permainan.
CARA MEMINIMALISASI
(BAGI ORANG TUA)
1. Jangan membanding-bandingkan anak.

2. Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik.

3. Selama masa kehamilan ajak kakak ke rumah sakit

4. Ajarkan kakak mengenai cara berinteraksi dan bermain


dengan adik

5. Ketika sang kakak berkunjung ke rumah sakit untuk pertama


kalinya, sambutlah dengan ceria

6. Gunakan sebutan “adik bayi” daripada bayi baru, sehingga


anak tidak merasa bahwa adik “baru” dan dia “lama”.

7. Berikan kesempatan kakak melakukan hal-hal yang membuat


dirinya merasa nyaman saat bersama adik

8. Tetap berikan perhatian pada kakak.

9. Jika kakak benar-benar cemburu pada adik barunya dan


menunjukkannya dengan cara kasar, orang tua perlu
bertindak cepat yaitu dengan segera menjauhkan kakak dari
adik.
KEPRIBADIAN ANAK & KAITANNYA
DGN POLA ASUH ORANG TUA
 Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh
yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga, akan
tetapi apabila pola-pola yang diterapkan orang tua salah,
maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik,
melainkan akan mempertambah buruk perilaku anak.
 Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat
hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia
menjadi dewasa watak seorang individu sebenarnya
sudah ditanamkan benih-benihnya kedalam jiwa seorang
sejak awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.
 Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar
makan, kebersihan, disiplin, bermain dan bergaul dengan
anak lain, dan sebagainya
 Pola asuh yang diterapkan orang tua di rumah menurut
persepsi anak, mempengaruhi kecenderungan seorang
anak untuk bersaing dengan saudara kandungnya
TIPE-TIPE POLA ASUH ORANG
TUA
1. Pola asuh otoriter: yaitu pola asuh yang menerapkan
standar mutlak yang harus dituruti, kadangkala
disertai dengan ancaman, misalnya kalu tidak mau
makan, tidak akan diajak bicara atau bahkan
dicubit.
2. Pola asuh demokratis: yaitu pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak
ragu untuk mengendalikan mereka. Pola asuh seperti
ini kasih sayang orang tua cenderung stabil/pola
asuh bersifat rasional. Orang tua bersikap realistis
terhadap kemampuan anak dan tidak berharap
berlebihan.
3. Pola asuh permisif: tipe ini kerap memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.
Cenderung tidak menegur atau memperingatkan
anak

Anda mungkin juga menyukai