BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membrane
dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi
membrane serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan
yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai
pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janjin dari
rahim ibu.
Tanda Nilai
0 1 2
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per
menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Lama
kontraksi uterus dinyatakan dengan kode-kode sebagai berikut : Titik-titik dikotak yang
sesuai untuk Beri garis dikotak atau (diarsir) yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik penuh/blok untuk kontraksi yang lamanya > 40 detik.
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap
angka kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan
60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortalit: who, when, where and why; Lancet 2006).
Sedangkan dalam target MDG’s, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta
meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015
dari 40,75 pada tahun 1992 (BPS). Perolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan. (Profil Kesehatan Indonesia 2010, h.80).
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas,
mortalitas dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia
digambarkan melalui Angka Kematian bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka
morbiditas beberapa penyakit. (Profil Kesehatan Indonesia 2010; h. 35).
Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia
satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2009 sebesar 10,25/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi tertinggi adalah di Kota
Semarang sebesar 18,59/1.000 kelahiran hidup, sedang terendah adalah di Kab. Demak
sebesar 4,42/1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Tengah 2009).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan,
dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Disetiap 100.000 kelahiran
hidup.
Angka kematian bayi di Kabupaten Demak menurut data tahun 2010 sebanyak 115.
Sedangkan jumlah kelahiran hidup tahun 2010 sebanyak 21.216 KH. Jadi IMR Kabupaten
Demak pada tahun 2010 adalah sebesar 5,42 perseribu kelahiran hidup (selalu dibawah target
Provinsi Jawa Tengah). Penyebab kematian bayi di Kabupaten Demak tahun 2010 adalah
BBLR sebesar 43,87% dan Umur bayi meninggal 0-7 hr :70,40%. (Profil Kesehatan
Kabupaten Demak Tahun 2010).
Untuk Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebesar 143.06 / 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar
98,98/100.000 kelahiran hidup. Dengan asumsi bahwa tingginya angka kematian ibu
menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan prenatal dan obstetric rendah, maka dapat dikatakan terjadi penurunan
angka MMR, yang berarti terjadi peningkatan tingkat derajat kesehatan di Kabupaten Demak.
(Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2010).
Sedangkan data yang di dapat dari BPM Ny. Dwi Lestari Demak pada bulan Januari
2011 – September 2011 adalah sebanyak 87 persalinan, dengan persalinan normal sebanyak
58, dan untuk persalinan dengan rujukan sejumlah 29. Dimana persalinan rujukan itu
diklasifikasikan yaitu: persalinan dengan KPD sebanyak 14, Persalinan dengan Pre Eklampsi
Berat sebanyak 4, persalinan dengan post SC sebanyak 5, serotinus 4, dan persalinan gemeli
2.
Saat persalinan mungkin ada beberapa komplikasi yang akan timbul. Salah satu
komplikasi yang dapat terjadi pada saat pertolongan persalinan tersebut adalah lilitan tali
pusat. Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang membentuk lilitan sekitar badan janin, bahu,
tungkai atas/ bawah dan leher. Dalam masa kehamilan janin bebas bergerak dalam cairan
amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Gerakan janin
dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan
tali pusat. Keadaan ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang
dan bayinya yang kecil. Tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, lilitan tali pusat
tidak bisa lepas tetapi dipantau dan memberitahu ibu. Sebenarnya lilitan tali pusat tidaklah
terlalu membahayakan namun menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi
kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali
pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan uteroplasenter, juga
menyebabkan penekanan/ kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya
suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi terganggu. Lilitan
tali pusat dileherpun tidak harus berujung sesar, tapi proses persalinan dipantau ketat pada
kala I dan observasi denyut jantung. Bila denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri
dengan bedah sesar. Karena jika dipaksa lahir dengan normal, bisa berdampak buruk pada
janin.
Dari data diatas disimpulkan bahwa kasus persalinan dengan lilitan tali pusat banyak
berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan, terutama untuk keselamatan janin,
sehingga perlu mendapatkan penanganan khusus dari petugas kesehatan demi keselamatan
ibu dan bayi oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Normal dengan Lilitan Tali Pusat pada Ny. M di BPM Ny. Dwi Lestari Desa
Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka Rumusan Masalahnya adalah: “Bagaimana
Penerapan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal dengan Lilitan Tali Pusat pada Ny. M
umur 21 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 42 minggu di BPM Ny. Dwi
Lestari Desa Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin normal pada
Ny.M dengan lilitan tali pusat di BPM Ny.Dwi Lestari menggunakan manajemen 7
langkah Varney dan mendokumentasikannya.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin normal pada Ny. M dengan lilitan
tali pusat di BPM Ny.Dwi Lestari, Desa Botorejo, Wonosalam, Kab. Demak.
b. Mampu menginterpretasi data untuk menentukan diagnosa kebidanan dan diagnosa
masalah pada ibu bersalin normal pada Ny.M dengan lilitan tali pusat di BPM
Ny.Dwi Lestari, Wonosalam, Kab. Demak.
c. Mampu mengidentifasi diagnosa potensial pada Ny.M dengan lilitan tali pusat di
BPM Ny.Dwi Lestari, Wonosalam, Kab.Demak.
d. Mampu membuat antisipasi segera terhadap masalah yang muncul pada Ny.M
dengan lilitan tali pusat di BPM Ny. Dwi Lestari, Wonosalam, Kab. Demak.
e. Mampu menyusun intervensi yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang
timbul pada ibu bersalin normal pada Ny.M di BPM Ny.Dwi Lestari, Wonosalam,
Kab. Demak.
f. Mampu melakukan implementasi kebidanan pada ibu bersalin normal pada Ny.M
dengan lilitan tali pusat di BPM Ny.Dwi Lestari, Wonosalam, Kab. Demak.
g. Mampu mengevaluasi hasil dan perkembangan pada ibu bersalin normal pada Ny.M
dengan lilitan tali pusat di BPM Ny. Dwi Lestari, Wonosalam, Kab. Demak.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ibu bersalin normal dengan lilitan tali pusat yaitu
Ny.M usia 21 tahun G1P0A0.
2. Tempat
Lokasi pengambilan kasus Persalinan Normal dengan Lilitan Tali pusat ini adalah
di BPM Ny. Dwi Lestari Desa Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak.
3. Waktu
Waktu pengambilan kasus ini adalah Sabtu 11 Oktober 2011 pukul 05.00 WIB
E. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
a. Dapat menambah pengalaman, pengetahuan serta dapat menerapkan Asuhan
Persalinan Normal sesuai dengan wewenang
Kepmenkes/369/Menkes/SK/III/2007 dan PerMenkes RI
No.1464/MenKes/Per/X/2010 yang dimiliki.
b. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan dan persamaan antara teori yang di
dapat dengan praktek di lahan pada ibu bersalin normal dengan lilitan tali pusat.
2. Bagi institusi
a. Diharapkan dapat menambah wacana pustaka
b. Diharapkan dapat memberi masukan dalam kegiatan pembelajaran terutama
tentang asuhan persalinan normal dengan lilitan tali pusat.
3. Bagi tenaga kesehatan
a. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya persalinan normal dengan lilitan tali pusat.
b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang
persalinan normal dengan lilitan tali pusat.
4. Bagi masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang persalinan normal yang bersih dan
aman.
G. Sistematika Penulisan
BAB I (PENDAHULUAN)
Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang
lingkup, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)
Menguraikan tentang teori medis persalinan normal, lilitan tali pusat pada proses
persalinan, teori managemen kebidanan menurut Helen Varney, dan landasan hukum bagi
bidan yang melaksanakan asuhan kebidanan persalinan dengan lilitan tali pusat.
BAB III (TINJAUAN KASUS)
Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan. Asuhan
Kebidanan ditulis dengan urutan manajemen kebidanan 7 (tujuh) langkah Varney, yaitu
mulai Pengumpulan data dasar, Interpretasi data dasar, Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial, Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, Menyusun rencana
asuhan yang menyeluruh/ komprehensif, Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien
dan aman, sampai mengevaluasi.
BAB IV (BAHASAN)
Berisi tentang persamaan dan kesenjangan antara teori dan praktek atau asuhan yang
sudah dilakukan, dan pemberian solusi yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB V (PENUTUP)
Berisi simpulan dari asuhan yang sudah dilakukan berdasarkan teori dan
sekaligus memberikan saran yang rasional sesuai kasus yang diambil.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu dan berat janin diatas 2500
gram.
Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin terdapat
tanda postmaturitas.
a) Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.(Prawiroharjo, 2006; h.180)
c) Persalinan Berdasarkan teknik
a) Persalinan spontan, yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
b) Persalinan buatan yaitu Persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi
forsep, ekstraksi vakum dan section sesaria.
c) Persalinan anjuran yaitu Persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin.
d) Sebab-sebab mulainya persalinan
a) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat di mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
menyebabkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
b) Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan produksi
progesterone mulai menurun, sehingga otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
c) Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelanjar hipofise parts posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi brakton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesterone akibat taunya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
d) Teori prostaglandin
Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu persalinan.
e) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukan adanya kehamilan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian
kortikosteroid dapat memicu adanya persalinan, sehingga hipotalamus sangat
berperan dalam persalinan.
e) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin yang dikemukakan Hippokrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka konsepsi akan keluar.
f) Tekanan pada gangguan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser
yang terletak di bidang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi
uterus dapat dibangkitkan. (Sumarah, 2008; h.3-4)
a. Tanda-Tanda Adanya Persalinan
a) Tanda-tanda persalinan sudah dekat (sumber)
b) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan oleh :
(1) Kontraksi Braxton Hicks
Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron semakin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his
palsu.
Sifat his palsu :
(1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Ukuran-ukuran panggul
(a) DS : Distansia spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm)
(b) DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri (28-30 cm)
(c) CE : Conjugata Eksterna 18-20 cm
(d) CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam 12,5 cm
(e) DT : Distansia Tuderum, dengan menggunakan jangka Oseander (10,5 cm).
c. Jenis panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul (menurut Caldwell dan
Moloy, 1993)
(a) Ginekoid : Paling ideal, bulat 45%
(b) Android : Panggul pria, segitiga 15%
(c) Antropoid : Agak lonjong seperti telur 35%
(d) Latipeloid : Picak, menyempit arah muka belakang
a) Perbaikan Robekan
a. Perbaikan robekan tingkat I dan II
Umumnya robekan tingkat I dapat sembuh sendiri, tidak perlu dijahit.
(a) Kaji ulang prinsip dasar perawatan.
(b) Berikan dukungan emosional.
(c) Pastikan tidak ada alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis.
(d) Periksa vagina, perineum, dan serviks.
(e) Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan itu tingkat III atau IV.
(f) Masukkan jari yang bersarung tangan ke anus.
(g) Identifikasi tonus dari sfingter.
(h) Rasakan tonus dari sfingter.
(i) Ganti sarung tangan.
(j) Jika sfingter kena, lihat reparasi robekan tingkat III atau IV.
(k) Jika sfingter utuh teruskan reparasi.
(l) Antisepsis di daerah robekan.
(m) Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka
mengikuti garis tempat asikan djarum jahitnya akan masuk atau keluar.
(n) Aspirasikan dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5 % di bawah mukosa
vagina, di bawah kulit perineum, dan pada otot-otot perineum.
Catatan : Aspirasi untuk meyakinkan suntikkan lignokain tidak masuk dalam pembuluh
darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahkan jarum ketempat lain. Aspirasi kembali. Kejang
dan kematian dapat terjadi jika lignokain di berikan lewat pembuluh darah.
(o) Tunggu 2 menit agar anestesi efektif.
b. Robekan tingkat III dan IV
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat menderita gangguan
defekasi dan flatus. Jika robekan rektum tidak diperbaiki dapat terjadi infeksi dan fistula
rektovaginal:
(Saifuddin, 2002; h.P-47 – P-50)
c. Metode Penjahitan
(a) Jahitan terkunci kontinyu
Digunakan untuk menutup mukosa vagina. Setelah menempatkan satu jahitan dan simpul
pertama yang merupakan pengaman (satu ujung benang pada simpul dipotong pendek, ujung
lainnya dilanjutkan untuk jahitan benang).
(b) Jahitan putus-putus
Digunakan untuk memperbaiki otot dalam. Jahitan terputus-putus adalah jahitan tunggal
dengan satu satu simpul (kedua ujung dipotong pendek). Jahitan ini di angkat dari kanan ke
kiri dengan titik masuk dan keluar langsung menyilang satu sama lain.
(c) Jahitan kontinyu
Digunakan untuk menutup lapisan subkutaneus. Jahitan kontinyu tepat separti jahitan
selubung kecuali bahwa jahitan kontinyu bukan suatu jahitan terkunci. Oleh karena itu,
daripada mempertahankan jahitan sepanjang sisi kiri garis insisi, tahan ke atas sepanjang sisi
jahitan yng sudah di ambil dan di atas tempat jahitan diambil.
(d) Jahitan matras kontinyu
Digunakan untuk jahitan subkutikular pada episiotomy atau laserasi atau juga dapat
digunakan menutup kulit perineum dalam memperbaiki episiotomy atau laserasi.
(e) Jahitan Mahkota
Digunakan untuk menyatukan kembali otot bulbokavernous. Tujuannya adalah mengurangi
celah introitus vagina untuk memfasilitasi kembalinya tonus otot yang baik dengan cara
mendekatkan otot-otot ini.
Gambar 4. Jahitan benang (a) Terkunci kontinu, (b) Jahitan dalam putus-putus, (c) Tidak
terkunci kontinu, (d) Matras (Varney, 2008; h. 1183-1184).
4. Partograf
a. Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal atau tidak.
Partograf dapat digunakan:
a) Untuk ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan
b) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, Klinik, Bidan, swasta,
Rumah Sakit)
c) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janin
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyakit
e) Menggunakan informasi yang informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan kehamilannya
(jumlah kehamilan), dibedakan menjadi primigravida (hamil pertama kali) dan multigravida
(hamil kedua atau lebih).
b) Usia kehamilan (dalam minggu)
c) Kala dan fase persalinan
d) Keadaan janin
e) Normal atau tidak normal
(Ari Sulistyawati dan Esty, 2010; h.228-229)
2) Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah ”masalah” dan ”diagnosis” dipakai keduanya karena
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan
untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana
pasien menghadapi kenyataan terhadap diagnosisnya (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010; h.229)
3) Kebutuhan
Dalam bagaimana menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Ari
Sulistyawati dan Esty, 2010; h.229)
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa / masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.Pada langkah
ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h. 142).
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2008; h. 143).
e. Langkah V : Merencanakan asuhan kebidanan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan
dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuahan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2008; h.
143).
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Dalam langkah VI pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan pada langkah
sebelumnya secara efisien dan aman , perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi dilakukan oleh tim kesehatan lainnya (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010;
h.231-232).
C. Landasan Hukum
1. KEPMENKES RI NO.369/MENKES/SK/III/2007
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/MenKes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan
Asuhan selama persalinan dan kelahiran kompetensi ke-4 yaitu bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Keterampilan
dasar yang harus dimiliki pada kompetensi ke-4 salah satunya yaitu memberikan pertolongan
persalinan normal dengan melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan partograf.
2. PerMenkes RI No.1464/MenKes/Per/X/2010
BAB III Tentang Penyelenggaraan Praktik Pasal 9
a. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu;
2) Pelayanan kesehatan anak; dan
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b. Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a) Pelayanan konseling pada pasa pra hamil;
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal;
e) Pelayanan ibu menyusui; dan
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:
a) Episiotomi;
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
g) Pemberian uteronika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
h) Penyuluhan dan konseling;
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j) Pemberian surat keterangan kematian; dan
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
3. Standar Pelayanan Kebidanan
Dari 25 standar pelayanan kebidanan, yang terkait dengan standar pertolongan persalinan
kala I dan II adalah sebagai berikut:
a. Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
Pernyataan standart:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan.
b. Standar 10 : Persalinan kala II yang aman
Pernyataan standart:
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan
terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
c. Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Pernyataan standart:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy
Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan
penjahitan perineum.
e. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk
sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi.
f. Standar 14 :Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melukukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Pengkajian I
Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2011
Jam Pengkajian : 05.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Ny. Dwi Lestari
Nama Mahasiswa : Dyah Lasma Wardani
NIM : 3.09.025
I. Pengumpulan Data Dasar
A. Subyektif
1. Identitaas Pasien penanggung Jawab (Suami)
Nama : Ny. M Nama : Tn. U
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
c. Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik saat ini maupun dahulu tidak ada keluarga yang menderita penyakit
menurun seperti jantung, asma, DM, hipertensi. Keluarga juga tidak menderite penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, dan PMS.
5. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1 kali, saat umur ibu 20 tahun dengan suami yang berumur 22
tahun, lama perkawinan 1 tahun.
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Lama : 6-7 hari
4) Banyak : sehari ganti pembalut 2-3 kali
5) Bau : khas darah/anyir
6) Warna : merah tua
7) Disminore : tidak ada
8) Flour albuse : mengalami keputihan sebelum dan sesudah menstruasi
9) HPHT : 22 Desember 2010
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) Ibu mengatakan ini hamil yang pertama, dengan umur kehamilan 42 minggu dan tidak
pernah keguguran.
2) HPHT : 22 Desember 2010
HPL : 29 September 2011
3) Ibu mengatakan BB sebelum hamil = 51 kg.
BB sekarang = 60 kg.
4) Gerakan janin pertama kali dirasakan saat UK 4 bulan. Gerakan bayi sekarang dirasakan
semakin kuat dan aktif.
5) Ibu mengatakan selama hamil melakukan ANC sebanyak 10 kali, yaitu : TM 1 : -, TM
2 : 5x , dan TM 3 : 5x.
6) Keluhan pada TM I : mual, muntah, pusing yang hilang bila dipakai istirahat. TM II : tidak
ada keluahan, TM III : tidak ada keluhan.
7) Ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT 2x, yaitu : TT I UK 20 minggu,
TT II UK 25 minggu.
8) Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan lain kecuali dari
bidan.
9) Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang berpengaruh buruk terhadap
kehamilannya seperti : minum alkohol, merokok, narkoba, dan minum jamu.
10) Ibu mengatakan ingin bersalin di bidan.
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB dalam jenis apapun, karena ini merupakan
kehamilan pertamanya. Dan setelah melahirkan nanti rencana ibu ingin menggunakan KB
suntik.
B. Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,30 C
d. BB (sebelum hamil dan sekarang)
BB sebelum hamil : 51 kg
BB sekarang : 60 kg
TB : 154 cm
Lila : 26,5 cm
e. Umur Kehamilan : 42 minggu
f. HPL : 29 September 2011
2. Pemeriksaan fisik atau status present
a. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal, rambut dan kulit
kepala bersih.
b. Muka : tidak pucat dan tidak odema,
c. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemi, pupil normal, sclera putih, tidak
ada secret.
d. Hidung : bentuk simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada penumpukan serumen
f. Mulut : bersih, tidak terdapat karies, gigi tidak berlubang, tidak sariawan,
bibir lembab dan tidak pucat.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan baik, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
h. Dada : simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada retraksi dinding dada.
i. Ketiak : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
j. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi.
k. Genetalia : terdapat lendir darah, tidak odema, tidak ada varises/tanda chadwich
l. Ekstremitas : atas : tidak odema, reflek otot baik, dapat bergerak bebas
bawah : tidak odema, tidak ada varises, reflek patella +, dapat bergerak bebas.
m. Anus : bersih, tidak ada hemoroid
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
Muka : tidak odema, terdapat kloasma gravidarum, tidak pucat
Payudara : simetris, membesar, areola menghitam, puting menonjol.
Abdomen : terdapat strie gravidarum dan linea nigra, membesar sesuai umur
kehamilan.
Genitalia : tidak odema, terdapat lendir darah, tidak ada varises
b. Palpasi
Payudara : tidak ada benjolan abnormal, colostrum belum keluar
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Leopold I : teraba bagian bulat lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : kanan : teraba tahanan keras memanjang (punggung), kiri : teraba bagian
kecil-kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : teraba bagian bulat keras dan sudah tidak bisa digoyangkan (kepala)
Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk Pintu Atas Panggul (divergen)
TFU : 30 cm
TBJ : (TFU-11)x 155 = (30-11) x 155 = 2945 gram
Penurunan kepala : 3/5
Ring Bandle : tidak ada
HIS : 4x/10 menit selama 30 detik, kuat dan teratur.
c. Auskultasi
DJJ : 138X/menit (dengan dopler)
Punctum Max : perut bagian bawah pusat sebelah kanan.
Irama : teratur
d. VT : Vulva : Tidak kemerahan, tidak bengkak
Vagina : Tidak bengkak
Portio : tipis, lunak
Effacement : 40%
Pembukaan : 4 cm
Kulit ketuban : sudah pecah
Presentasi : Kepala
Molase : Tidak ada
Point Of Direction : UUK
Bagian yang menumbung : Tidak ada
PPV : Lendir darah
e. Pemariksaan Penunjang : tidak dilakukan
Bahasan merupakan bagian dari studi kasus yang membahas tentang kesenjangan dan
kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Dengan kesenjangan tersebut dapat
dilakukan pemecahan masalah untuk perbaikan dan masukan demi peningkatan asuhan
kebidanan menurut Helen Varney.
A. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal untuk menilai dan mengetahui kondisi pasien. Dalam
mengumpulkan data atau pengkajian dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan mengumpulkan
data subyektif dan obyektif. Pada kasus ini dilakukan pengkajian pada ibu bersalin
normal Ny. M umur 21 tahun G1P0A0 hamil 42 minggu dengan lilitan tali pusat, tanggal 11
Oktober 2011 di BPM Ny. Dwi Lestari.
1. Data Subjektif
Penulis tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data subyektif karena klien dapat
diajak bekerjama.
a. Umur
1) Menurut teori
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam persalinan beresiko karena usia
ataukah tidak (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010; h. 220).
2) Menurut tinjauan kasus
Pengkajian dilakukan pada Ny. M didapatkan bahwa umurnya 21 tahun.
3) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori yang ada dengan kasus. Karena pasien termasuk dalam
usia reproduksi wanita antara 20 sampai dengan 35 tahun.
b. Keluhan
1) Menurut teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa persalinan, misalnya
kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng di perut, bagaimana intensitasnya dan frekuensinya,
apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan
kesejahterahannya (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010; h. 221).
2) Menurut tinjauan kasus
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. M didapat bahwa pada tanggal 11 Oktober 2011 jam
05.00 WIB, ibu merasakan kenceng-kenceng yang kuat dan teratur, sudah mengeluarkan
lendir bercampur darah dan cairan dari jalan lahir, gerakan janin masih dirasakan.
3) Pembahasan
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. M didapatkan gejala atau tanda yang sudah sesuai
dengan teori. Sehingga pada data subyektif, gejala tentang tanda persalinan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori yang ada dengan kasus.
c. Riwayat medis
1) Menurut teori
Apakah ibu mengalami sakit kepala dan nyeri epigastrium dan riwayat penyakit lainya yang
perlu ditanyakan adalah ibu mempunyai penyakit jantung, paru-paru, pernafasan, karena hal
untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan (Rohani, 2011 ; h.82)
2) Menurut tinjauan kasus
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak mengalami sakit kepala dan sakit perut tapi ibu
merasakan perutnya kenceng-kenceng karena akan melahirkan, ibu tidak sedang menderita
penyakit yang menurun seperti jantung, DM, hipertensi, asma dan juga penyakit menular
seperti TBC, hepatitis dan PMS.
3) Pembahasan
Pada pengkajian pada Ny. M sudah dilakukan sesuai dengan teori sehingga tida ada
kesenjangan yang terajadi antara teori dan lahan praktek.
d. Riwayat obstetri
1) Menurut teori
Pada riwayat haid ditanyakan tentang umur menarche, siklus menstruasi, teratur atau tidak
menstruasinya, lama menstruasi, estimasi banyaknya darah, kurang lebih 2-3 pembalut/hari, 1
pembalut besar penuh kurang lebih 100 cc, 1 pembalut kecil penuh kurang lebih 30-50 cc.
Warna darah, normalnya merah tua. Keluhan saat haid : pernah dismenorhea atau tidak,
menderita pre menstruasi syndrome atau tidak. Flour albus, pada wanita normal terjadi
sebelum dan sesudah haid, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, jumlah sedikit. Hari
pertama haid terakhir untuk menentukan umur kehamilan. (Ika Pantikawati dan Saryono,
2010; h. 115)
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu berisi tentang berapa kali ibu hamil,
apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2008; h. 134).
Riwayat kehamilan sekarang hal – hal yang perlu dikaji, antara lain : Umur kehamilan. ANC
berapa kali, dimana, mendapatkan therapy, penyulit, keluhan. Imunisasi TT sudah atau belum
(berapa kali). Ada kebiasaan – kebiasaan waktu hamil sekarang : Cara memasak
(berpengaruh terhadap kadar gizi ibu). Minum jamu, merokok atau minum obat-obatan
tertentu (Sulistyawati dan Esty, 2010, h. 222)
Gerakan janin yang dirasakan ibu diperlukan untuk mengkaji kesejahteraan janin
(Helen Vaney, 2004)
2) Menurut tinjauan kasus
a) Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6-7 hari
Banyak : sehari ganti pembalut 2-3 kali
Bau : khas darah/anyir
Warna : merah tua
Disminore : tidak ada
Flour albuse : mengalami keputihan sebelum dan sesudah menstruasi
HPHT : 22 Desember 2010
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
b) Data obyektif
Ibu terlihat cemas.
4) Kebutuhan
Mengajarkan teknik relaksasi kepada ibu
c. Pembahasan
Interpretasi data pada kala I telah dilaksanankan sesuai teori yang ada dan tidak terdapat
kesenjangan dalam pelaksanaannya.
2. Kala II
a. Menurut teori
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.7)
b. Tinjauan kasus
1) Diagnosa kebidanan
Ny. M G1P0A0 umur 21 tahun, usia kehamilan 42 minggu, janin tunggal hidup intra uteri letak
membujur preskep puka kepala sudah masuk panggul dalam inpartu kala 2.
2) Data dasar
a) Data subyektif yang didapat : ibu mengatakan mules semakin sering dan kuat, ibu
mengatakan merasa ingin BAB dan sudah ingin meneran.
b) Data obyetkif yang didapat adalah tampak keluar cairan dan lendir darah dari jalan lahir, ibu
sudah merasa ingin meneran, terlihat ada tekanan pada anus, perineum tamapak menonjol,
dan vulva tampak membuka, hasil VT : pembukaan lengkap, effacement 100%, porsio teraba
lunak, KK (-), presentasi kepala, POD : UUK. His 5x/10 menit selama 50 detik, penurunan
kepala 1/5, DJJ : 138x/menit.
3) Masalah : Tidak ada
4) Antisipasi : tidak ada
c. Pembahasan
Interpretasi data pada kala II telah dilaksanankan sesuai teori yang ada dan tidak terdapat
kesenjangan dalam pelaksanaannya.
3. Kala III
a. Menurut teori
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010; h.8)
b. Tinjauan kasus
1) Diagnosa kebidanan
Ny. M P1A0 umur 21 tahun dalam partus kala III.
2) Data dasar
a) Data subyektif didapatkan : ibu mengatakan perutnya masih terasa mules, ibu mengatakan
merasa senang karena anaknya sudah lahir dengan selamat.
b) Data obyektif : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras, terlihat semburan darah dari jalan
lahir, tali pusat bertambah panjang.
c. Pembahasan
Interpretasi data pada kala IV telah dilaksanankan sesuai teori yang ada dan tidak terdapat
kesenjangan dalam pelaksanaannya.
C. Langkah III : Mengidentifikasi Masalah atau Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h. 142).
Pada lahan praktek tidak muncul diagnosa potensial, karena dari pengkajian dan
interpretasi data dari kala I sampai kala IV tidak terjadi perdarahan atau masalah-masalah lain
yang dapat menghambat proses persalianan.
D. Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2008; h. 143). Dalam kasus ini antisipasi tidak dilakukan karena
tidak muncul diagnosa potensial.
E. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana
asuahan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi pasien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h. 143).
1. Kala I
a. Menurut teori
Perencanaan kala I :
1) Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan
2) Memantau terus menerus tanda vital ibu dan kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf
3) Memantau terus menerus keadaan bayi
4) Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan pakah persalinan dalam kemajuan yang
normal
5) Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
6) Membantu ibu memahami apa yang sedang tarjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam
menentukan asuhan
7) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu selama persalinan
8) Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna
dan tepat waktu
9) Mengatur aktifitas dan posisi ibu
10) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
11) Menjaga privasi ibu
12) Penjelasan tentang kemajuan persalinan
13) Menjaga kebersihan diri
14) Mengatasi rasa panas
15) Pemberian cukup minum
16) Memenuhi kebutuhan eliminasi ibu
17) Sentuhan
18) Persiapan persalinan normal (Rohani, Marisah, 2011; h. 93-95)
b. Perencanan Kala I
1) Beritahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
2) Pasang infuse RL 20 tpm
3) Berikan asuhan sayang ibu
a) Anjurkan suami dan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
b) Anjurkan ibu untuk tetap mendapatkan asupan nutrisi selama bersalin
c) Ajarakan ibu taknik relaksasi yang baik
d) Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri untuk mempercepat proses persalinan
4) Cek alat yaitu partus set, heating set, perlengkapan ibu dan bayi.
5) Lakukan pengawasan 10 kala I
c. Pembahasan
Berdasarkan teori yang ada dan tindakan yang dilakukan di lahan terdapat kesenjangan, yaitu
dalam teori tidak terdapat pemasangan infuse tatapi di lahan dilakukan pemasangan infuse
untuk antisipasi dan intake cairan ibu karena ketuban sudah pecah sebelum pembukaan
lengkap
2. Kala II
a. Menurut teori
Perencanaan Kala II sesuai teori :
1) Melihat adanya tanda gejala kala II
2) Menyiapkan pertolongan persalinan
3) Penanganan bayi baru lahir.(Rohani, Marisah, 2011; h. L-9 – L-13)
b. Tinjauan kusus
Perencanaan Kala II
1) Pastikan tanda gejala kala II
2) Siapkan partus set
3) Gunakan APD
4) Pimpin ibu mengejan saat ada his
5) Siapkan untuk kelahiran bayi
6) Lahirkan bayi
7) Lakukan penilaian selintas
8) Lakukan asuhan BBL
c. Pembahasan
Pada perencanaan kala II tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik.
3. Kala III
a. Menurut teori
Perencanaan Kala III sesuai teori
1) Penatalaksanaan aktif persalinan Kala III
2) Mengeluarkan plasenta
3) Rangsangan taktil (masase) uterus. (Rohani, marisah, 2011; h.L-13 – L-14)
b. Tinjauan kasus
Perencanaan Kala III
1) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin lagi.
2) Penyuntikan oksitosin, pemotongan dan pengikatan tali pusat
3) Letakan bayi diatas perut ibu (IMD)
4) Lahirkan plasenta
5) Masase fundus uteri
c. Pembahasan
Pada perencanaan kala III tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik.
4. Kala IV
a. Menurut teori
Perencanaan Kala IV sesuai teori
1) Menilai perdarahan
2) Melakukan prosedur pasca persalinan
3) Evaluasi
4) Kebersihan dan keamanan
5) Dokumentasi. (Rohani, Marisah, 2011; h.L-14 – L-15)
b. Tinjauan kasus
Perencanaan Kala IV
a) Evaluasi robekan dan jahit laserasi
b) Nilai ulang uterus
c) Estimasi kehilangan darah
d) Bersihkan alat
e) Perawatan BBL
f) Pemantauan 2 jam post partum
g) Lengkapi partograf
c. Pembahasan
Pada perencanaan kala IV tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik.
F. Langkah VI : Pelaksanaan
1. Menurut teori
Dalam langkah VI pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan pada langkah
sebelumnya secara efisien dan aman , perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi dilakukan oleh tim kesehatan lainnya (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010;
h.231-232).
2. Menurut tinjauan kasus
Adapun pelaksanaan pada langkah V diuraikan sebagai berikut :
a. Kala I
1) Pelaksanaan Kala I pada tanggal 10 Oktober 2011 jam 05.00 WIB
a) Memberitahu ibu mengenai hasil dari pemeriksaan. Bahwa sudah pembukaan 4 cm. Bagian
terbawah janin adalah kepala dan sudah masuk pintu atas panggul.
b) Memasang infuse RL 20 tpm untuk antisipasi dan intake cairan ibu, karena ketuban sudah
pecah sebelum pembukaan lengkap.
c) Memberikan asuhan sayang ibu
(1) Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan dan semangat pada ibu yaitu
dengan mendampingi ibu, agar selama menghadapi proses persalinan ibu lebih tenang dan
nyaman.
(2) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya agar ibu tetap punya cadangan
tenaga untuk menghadapi proses persalinan dan agar kontraksinya kuat. Yaitu dengan makan
dan minum sesuai yang diinginkan ibu.
(3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi yang benar, yaitu bila ibu merasakan ada kontraksi yang
kuat ibu tarik nafas panjang melalui hidung dan dikeluarka pelan-pelan melalui mulut, dan
bila tidak ada kontraksi ibu dianjurkan untuk istirahat. Serta mengajarka keluarga untuk
masase punggung untuk mengurangi nyeri punggung.
(4) Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri untuk lebih mempercepat proses
persalinan yaitu penurunan kepala janin dan memperlancar aliran oksigen untuk ibu dan
janin.
d) Mengecek alat yaitu partus set, heating set, perlengkapan ibu dan bayi.
e) Melakukan pengawasan 10 kala I yaitu: TD, nadi, suhu, respirasi, KU, DJJ, PPV, Bandle
ring, kontraksi, tanda gejala kala II.
2) Pembahasan
Pada pelaksanaan kala I terdapat kesenjangan pada pemeriksaan dalam, yang seharusnya
dilakukan setiap 4 jam sekali, tetapi di lahan dilakukan dengan jarak pemeriksaan 3,5 jam
dikarenakan ibu sudah menunjukan adanya tanda gejala kala 2 yaitu dorongan ingin meneran
dan vulva sedikit membuka. Pasien juga dipasang infuse RL 20 tpm untuk antisipasi dan
intake cairan karena saat datang ketuban ibu sudah pecah.
b. Kala II
1) Pelaksanaan Kala II pada tanggal 10 Oktober 2011 jam 08.45 WIB
a) Memastikan tanda gejala kala 2, seperti ada dorongan meneran, teknan pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka.
b) Memastikan kelengkapan obat dan alat, seperti: obat uterotonika, pertus set, heating set,
perlengkapan ibu dan bayi.
c) Memakai APD berupa clemek, sandal dan handscoon.
d) Melakukan pimpinan persalinan saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran dan
membiarkan ibu istirahat di sela-sela kontraksi serta menilai DJJ disela-sela kontraksi
e) Menyiapkan untuk kelahiran bayi dengan memasang handuk bersih diatas perut ibu dan kain
1/3 dibawah bokong ibu
f) Melahirkan bayi mulai dari kepala, bahu, badan sampai kaki bayi sesuai teknik yang benar.
g) Melakukan penilaian selintas pada bayi yang meliputi pernafasan, menangis kuat atau tidak
dan tonus otot.
h) Melakukan penanganan bayi asfiksi dengan membersihkan jalan nafas bayi dengan
menyedotnya menggunakan slaimseker, melakukan rangsangan taktil pada bayi, yaitu dengan
menepuk-nepuk punggung dan telapak kaki bayi sampai bayi menangis. Memberikan oksigen
untuk membantu pernafasan bayi supaya lebih lancar.
i) Melakukan asuhan bayi baru lahir dengan mengeringkan badan bayi agar tidak terjadi
hipotermi dan mengganti handuk basah dengan handuk kering
2) Pembahasan
Pada kala II terdapat beberapa kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan, yaitu dalam
hal pemakaian APD, yang seharusnya menggunakan APD lengkap (sepatu boot, topi, masker,
clemek, kaca mata, handscoon), sedangkan dilahan hanya menggunakan clemek, sandal dan
handscoon. Dalam pelaksanaan juga dilakukan penanganan bayi asfiksi karena ketika bayi
lahir mengalami asfiksia ringan sedangkan diperencanaan tidak ada.
c. Kala III
1) Pelaksanaan Kala III dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2011 jam 09.16 WIB
a) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin lagi.
b) Menyuntikan oksitosin 10 IU IM pada 1/3 paha atas ibu bagian lateral, merapikan tali pusat
yang sudah dipotong dan mengikat tali pusat dengan benang DTT.
c) Meletakan bayi ditempat yang hangat dan kering, karena bayi mengalami asfiksia ringan
sehingga dilakukan pembersihan jalan nafas dan rangsangan taktil pada bayi serta diberikan
oksigen beberapa saat sampai bayi dapat bernafas spontan.
d) Melahirkan plasenta dengan cara penegangan tali pusat terkendali
e) Masase fundus uteri untuk memastikan kontraksi tetap bagus agar tidak terjadi perdarahan.
2) Pembahasan
Pada pelaksanaan kala III terdapat kesenjangan yaitu tidak dilakukan IMD setelah bayi lahir
seharusnya segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, bayi diletakan tengkurap di dada ibu
dengan kulit bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung
setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui sendiri apabila sebelumnya
tidak berhasil (JNPK-KR, 2008;h.127), sedangkan dilahan tidak dilakukan IMD karena saat
bayi lahir bayi mengalami asfiksia ringan.
d. Kala IV
1) Pelaksanaan Kala IV pada tanggal 10 Oktober 2011 jam 09.31 WIB
a) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
b) Menilai ulang uterus dan memastikan kontraksinya tetap baik, serta mengevaluasi
perdarahan pervaginam.
c) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
d) Membersihkan peralatan dengan merendam peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit, membuang sambah bekas pakai sesuai jenisnya
e) Melakukan perawatan bayi baru lahir pada satu jam pertama kelahiran dengan menyuntikan
vit.K pada paha kiri antero lateral, memberikan salep mata, serta melakukan antropometri.
Pada 1 jam kedua kelahiran diberikan imunisasi Hb0 pada paha kanan.
f) Melakukan pemantauan 2 jam post partum dengan memeriksa nadi ibu, tekanan darah,
kandung kemih, kontraksi serta pengeluaran darah setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 1 jam kedua pasca persalinan
g) Melengkapi dokumentasi partograf
2) Pembahasan
Untuk pelaksanaan pada kala IV tidak terdapat kesenjangan antara perencanaan yang ada
dengan pelaksanaan.
G. Langkah VII : Evaluasi
1. Menurut teori
Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang
di berikan kepada pasien (Ari Sulistyawati dan Esty, 2010; h.233).
2. Tinjauan kasus
Pada jam 09.15 WIB bayi lahir spontan, bayi tidak menangis, gerakan tidak aktif, warna kulit
pada ekstrimitas pucat, jenis kelamin laki-laki, BB : 2800 gr, PB : 49 cm, LD/LK : 33/34 cm,
tidak ada caput sucsadenium, tidak ada cacat bawaan, tidak ada hematom, lubang anus (+),
APGAR Score : 6/8/10, TFU setinggi pusat, kontraksi baik, tidak dilakukan IMD karena pada
saat bayi lahir mengalami asfiksia ringan. Pada pengawasan 2 jam post partum semuanya
normal, TD dan suhu normal, kontraksi baik (keras), tidak terjadi perdarahan, infolusi uteri
normal.
3. Pembahasan
Dalam asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M telah dilakukan sesuai dengan teori
yang sudah ada , sehingga menghasilkan asuhan kebidanan yang efektif dan memberikan
hasil yang optimal