NORMAL
dr. Aditiyono, Sp.OG(K)
KOMPETENSI
• Sesuai SKDI 2012 maka tingkat kemampuan • Asuhan persalinan normal
yang harus dicapai adalah 4A yaitu • Kala 1
mahasiswa diharapkan mampu melakukan
persalinan normal secara mandiri dan tuntas. • Kala 2
• Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu • Kala 3
menjelaskan : • Kala 4
• Definisi persalinan normal • Definisi dan klasifikasi derajat ruptura
• Teori timbulnya persalinan perinei
• Mekanisme persalinan normal • Pengelolaan ruptura perinei derajat 1-2
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) dari uterus dan terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala berlangsung
dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
ataupun pada janin.
Fase Persalinan
Proses kehamilan dipertahankan oleh berbagai mekanisme yang kompleks. Dalam keadaan normal,
kondisi ini akan selalu dipertahankan sampai kehamilan mencapai usia cukup bulan.
Sampai saat ini bagaimana proses persalinan dimulai belum diketahui dengan jelas.
• Fase 0 (tenang) meliputi sebagian besar masa kehamilan, kondisi uterus relatif tenang.
• Fase 1 (aktivasi) berhubungan dengan peregangan uterus dan aktivasi jalur hipotalamik-pituitari-
adrenal janin (fetal hypothalamic-pituitary-adrenal).
• Fase 2 (stimulasi) yaitu adanya perangsangan uterus akibat berbagai macam senyawa, meliputi
Corticotropin-releasing-hormone (CRH), oksitosin dan prostaglandin sehingga akan memulai
terjadinya kontraktilitas uterus, pematangan serviks dan aktivasi lapisan desidua dan selaput janin.
• Fase 3 (involusi) berhubungan dengan proses involusi uterus pasca persalinan.
Prognosis persalinan tergantung pada faktor 3 P yaitu :
Passenger / Janin
Power / his
Passage / Jalan lahir
Janin
1. Letak longitudinal (paling banyak), transversak dan oblik
2. Presentasi longitudinal kepala atau bokong. Transversal bahu.
3. Posisi Janin
Presentasi Point of direction
Kepala :
- Vertek Ubun – ubun kecil
- Puncak / sinsiput Ubun – ubun besar
- Dahi Dahi
- Muka Mulut, dagu
Bokong Sakrum
Lintang Bahu
HIS JALAN LAHIR
His yang adekuat untuk menyebabkan • Jalan lahir dinilai adekuat jika jalan
pembukaan serviks memiliki ciri – ciri : lahir keras dan jalan lahir lunak baik
• Frekuensi : minimal 2 kali dalam 10 menit
• Janin dinilai baik jika dapat
• Durasi : 20 – 50 detik mengadakan cardinal movement
• Fundal dominant dengan baik ketika melewati jalan
• Simetris lahir. Cardinal movement meliputi:
• Sinkron Engagement, Descent, Flexion,
Internal rotation, Extension,
• Ada fase relaksasi
External rotation, Ekspulsi
Asuhan Persalinan Normal
Persalinan dimulai dengan terjadinya inpartu. Tanda dan gejala inpartu
adalah :
• Penipisan dan pembukaan serviks
• Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
• Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
ANAMNESA
Identitas pasien
Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
Anamnesa obstetri
Kehamilan yang ke …..
Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last
menstrual periode”-LMP )
• Berkaitan dengan terdapat infeksi yang menyertai kehamilan:
• Gangguan pada genito urinaria.
• Terdapat keluhan leukorea.
• Badan panas.
Dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dengan urutan sebagai
berikut:
• Anamnesa.
• Pemeriksaan kehamilan.
• Diagnosis kehamilan.
• Prognosis kehamilan.
• Pengobatan kehamilan.
• ANC (frekuensi ; tempat )
• Status Pernikahan
Lama kawin, pernikahan yang ke ….
Perkawinan terakhir ini sudah
berlangsung …. Tahun.
• Penggunaan Alat Kontrasepsi
sebelumnya
• Riwayat obstetri:
• Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm,
postterm ).
• Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong
persalinan ).
• Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan
laktasi.
• Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir,
usia anak saat ini ).
Keluhan Utama
• Kenceng Kenceng ( mules mules)
• Mulai kapan?
• Apakah makin lama makin kuat?
• Apakah disertai lendir darah?
• Apakah disertai keluar cairan banyak dari jalan lahir?
• Jika sudah keluar cairan, kapan pecah?warna nya?
Apakah berbau? apakah ada panas badan?
• Gerakan anak ( masih bergerak aktif/tidak)
• Perdarahan jalan lahir ( kontraksi /
tidak)
• Perdarahan ke berapa?
• Nyeri perut?
• Kejang?
• Nyeri kepala? Pandangan kabur? Nyeri
ulu hati?
• Sesak Nafas
Anamnesis tambahan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktik
(Masase Uterus)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan
masase uterus. Letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi.
Menilai Perdarahan
• Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
• Evakuasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
• Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif Segera lakukan
penjahitan.
Pengelolaan ruptura perineum derajat 1-2
• Dokter umum mempunyai kompetensi menjahit ruptura perineum derajat 1 – 2. Tehnik penjahitan ruptura perineum sama dengan
episiotomi.
• Jika laserasi derajat satu tidak berdarah sebaiknya tidak usah dilakukan penjahitan.
• Prinsip utama menjahit adalah hemostasis dan menjaga fungsi anatomi tanpa banyak menempatkan jahitan.
• Jarum yang digunakan jenis tapper jangan cutting. Benang yang digunakan adalah chromic catgut atau polyglycolic acid nomor 2-0.
• Untuk menghindari nyeri selama penjahitan dilakukan pemberian anestesi lidokain infiltrasi.
• Tehnik jahitan yang digunakan adalah jelujur subkutikuler.
• Jahitan pertama kali diberikan pada 1 cm di atas ujung luka.
• Perhatikan untuk selalu memperhatikan tehnik asepsis selama proses penjahitan.
• Edukasi setelah penjahitan yang diberikan kepada ibu adalah menjaga perineum selalu bersih dan kering, hindari penggunaan obat – obatan
tradisional pada perineum, cuci perineum dengan sabun dan air bersih 3 – 4 kali sehari dan kembali dalam 1 minggu untuk memeriksa
penyembuhan luka. Jika ada demam dan mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari luka operasi atau luka menjadi nyeri maka sebaiknya
segera periksa.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
• Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervagina
• Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% dan membilasnya dengan air kemudian keringkan tangan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering
KALA IV
• Persalinan kala 4 dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu
• Setelah 2 jam post partum
- Pantau tekanan darah nadi tinggi fundus kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua
- Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua
- Pantai temperatur tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama pasca persalinan
- Nilai perdarahan
EVALUASI
• Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong
• Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
• Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
• Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik
• Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik 40-60x/menit
• Jika bayi sulit bernapas, merintih / retraksi, nafas terlalu cepat diresusitasi dan segera rujuk
• Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat kembalikan bayi kulit ke kulit dengan
ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut
Kebersihan dan Keamanan
• Tempatkan semua peralatan bekas pakai larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah di dokumentasi
• Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
• Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
• Pastikan Ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
minuman dan makanan yang diinginkannya
• Dekontaminasi tempat bersalin yang dipakai dengan larutan klorin 0,5%
• Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan dalam keadaan terbalik
kemudian terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
• Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering
• Pakai sarung tangan yang bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi baru lahir
• Dalam waktu 1 jam beri antibiotik salep mata pencegahan dan vitamin K1 1 mg IM di
paha kiri antarolateral, setelah itu lakukan PF bayi baru lahir, pantau setiap 15 menit
untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu tubuh normal.
• Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan
• Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5%
• Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering
• Lengkapi partograf
PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk:
a. Memantau kemajuan persalinan
b. Membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan
Partograf memberikan peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu
persalinan mungkin akan diperlama dan, tergantung pada kondisi ibu dan
janinnya, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.
Tujuan utama penggunaan Partograf:
• Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan.
• Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat penyimpangan, dengan
demikian dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
Partograf harus digunakan:
• Untuk semua ibu dalam kala 1 fase aktif (fase latent tidak dicatat di partograf tetapi
ditempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau rekam medik)
• Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( spesialis obsgyn, bidan, dokter umum,
residen, RS, dll)
1. Denyut jantung janin : catat setiap 30 menit
2. Kontraksi uterus (His) : Catat setiap 30 menit; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik
3. Air ketuban : Catat warna air ketuban setiap melakukan tiap 4 jam(saat melakukan pemeriksaan
vagina). Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya: U selaput ketuban Utuh ( belum
pecah), Jselaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih, M selaput ketuban telah pecah
dan air ketuban bercampur dengan Mekonium, D selaput ketuban telah pecah dan air ketuban
bercampur Darah, K selaput ketuban telah pecah dan air ketuban Kering (tidak mengalir lagi)
4. Penyusupan kepala janin (molding atau molase): merupakan indikasi penting seberapa jauh
janin dapat menyesuaikan dengan tulang panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar
kemungkinan disproporsi kepala panggul. Lambang yang digunakan: 0 tulang-tulang kepala
janin terpisah, 1 tulang-tulang kepala janin sudah saling bersentuhan, 2 tulang-tulang kepala
janin sudah saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan, 3 tulang-tulang kepala janin
saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
5. Pembukaan serviks : Dinilai setiap 4 jam.
6. Penurunan bagian terbawah janin : catat tiap 4 jam, mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian)
yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis.
7. Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
8. Jam : catat jam sesungguhnya.
9. Oksitosin : bila memakai Oksitosin, catat dosis oksitosin per volume cairan infus dalam tetesan per
menit.
10. Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan.
11. Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah.
12. Nadi : catatlah setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar.
13. Suhu badan : Catatalah setiap 2 jam.
14. Protein, aseton dan volume urine : Catat tiap 4 jam.
Partograf tidak boleh digunakan pada kasus:
1. Wanita pendek, TB < 145 cm. 9. Dugaan distosia oleh karena panggul sempit.
2. Perdarahan ante partum. 10. Kehamilan dengan hidramnion.
3. Preeklampsia-eklampsia. 11. Ketuban pecah dini.
4. Persalinan prematur. 12. Persalinan dengan induksi.
5. Bekas sectio sesarea.
6. Kehamilan ganda.
7. Kelainan letak janin.
8. Fetal distress.
Jika temuan-temuan diatas melintasi ke arah kanan
dari garis waspada, maka penolong harus melakukan
penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera
mencari rujukan yang tepat.
Terimakasih