Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


INTRA NATAL CARE

1. Pengertian Intranatal Normal


Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42
minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan
tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung dalam 18-24 jam dengan letak janin
belakang kepala. (Varney, 2003)

2. Batasan Persalinan Normal dan Persalinan dengan Resiko Tinggi


a. Persalinan normal
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi. Dari Pengertian diatas Persalinan adalah proses alamiah dimana
terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Persalinan Normal
disebut juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum Persalinan Normal
adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Jika Persalinan
Normal tidak termungkinkan karena masalah posisi bayi harus dilakukan bedah sesar.
Pada saat Persalinan Normal, bayi dilahirkan melalui vagina.
b. Persalinan dengan resiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang memiliki risiko atau
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila
dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
Kehamilan resiko tinggi terbagi dalam 4 golongan:
- Penyakit yang menyertai kehamilan
- Penyulit kehamilan
- Riwayat obstetri yang buruk
- Keadaan ibu secara umum.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan:
a. Power
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebalotot-
otot rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini
terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-
otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai
untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang
dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu.
b. Passage
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum
dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau
resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
c. Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling
penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu disertai
dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion.
d. Posisi ibu dan Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi
paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan
wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang
merugikan.

4. Menjelaskan tentang proses persalinan:


a. Tanda-tanda mulainya persalinan
a. Terjadinya Lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
- Kontraksi Braxton hicks
- Ketegangan dinding perut
- Ketegangan ligamentum rotandum
- Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
- Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
- Dibagian bawah terasa sesak
- Terjadi kesulitan saat berjalan
- Sering miksi ( beser kencing )
c. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan
sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal ini terjadi
karena perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran
estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his
permulaan ( palsu ) :
- Rasa nyeri ringan di bagian bawah
- Datangnya tidak teratur
- Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
- Durasinya pendek
- Tidak bertambah bila beraktifitas
d. Tanda masuk dalam persalinan :
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
- Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
· Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
· Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
· Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
· Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
- Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
· Pendataran dan pembukaan
· Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
· Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
- Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung
dalam waktu 24 jam. Namun, jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan
akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau
section caecaria.
b. Tanda-tanda persalinan semu dan sejati
1. Kontraksi persalinan palsu tidak bisa ditebak. Mereka datang pada interval
yang tidak teratur dan bervariasi dalam lamanya dan intensitas. Meskipun
kontraksi persalinan sejati mungkin tidak teratur pada awalnya, dari waktu ke
waktu mereka mulai datang secara berkala dan lebih pendek, menjadi semakin
lebih intens, dan bertahan lebih lama.
Jadi jika Anda memiliki kontraksi di interval ini: 2 menit, 5 menit, 10 menit, 6
menit; misalnya, kemungkinan mereka bukan persalinan nyata.
Jika Anda melihat pola seperti ini: 10 menit, 10 menit, 8 menit, 8 menit, 7
menit; mereka cenderung merukan kontraksi persalinan yang nyata.
2. Jika persalinan palsu, rasa sakit dari kontraksi lebih cenderung berpusat di
perut bagian bawah. Sedangkan persalinan asli, Anda mungkin merasa sakit
mulai di punggung bawah Anda dan membungkus sekitar perut Anda.
3. Kontraksi persalinan palsu dapat mereda sendiri ketika Anda memulai atau
menghentikan kegiatan atau mengubah posisi tubuh Anda. Kontraksi
persalinan sejati akan bertahan dan kemajuan tidak peduli apa yang Anda
lakukan.
4. Kontraksi persalinan palsu juga dapat mereda sendiri ketika Anda makan.
Saat makan sesuatu, akan membuat tubuh Anda mengubah aliran pergeseran
darah untuk focus ke energy dan hormon, mengarahkan molekul dimana rasa
sakit harus pergi. Jika Anda berada dalam tahapan persalinan asli, makan tidak
akan mengalihkan perhatian tubuh Anda dan akan terus berkontraksi.
5. Cobalah mandi dengan air hangat. Membiarkan tubuh Anda untuk rileks,
menerapkan panas untuk membuat tubuh Anda hangat dan lebih nyaman akan
memberikan bantuan agar nyeri dari kontraksi persalinan palsu Anda mereda.
Jika kontraksi persalinan asli, maka cara ini tidak mempengaruhi rasa sakit
yang datang dari kontraksi yang asa.
c. Mekanisme persalinan:
1) Karakteristik kala I
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus
yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah
haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8
jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
- Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
- Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara :
- Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
- Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar)
- Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan
multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase
laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
- Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat.
- Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
- Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka
sampai lengkap (+10cm).

Peristiwa penting Kala 1 :


· Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat
mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
· Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
· Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
· Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
· Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri
garis waspada).
· Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
· Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
· Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis
waspada).
· Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
· Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV
dan berikan analgesik secukupnya.
· Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
· Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
· Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180
x / menit) curigai adanya gawat janin.
· Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.

2) Karakteristik kala II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat
bayi telah lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih
sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru
pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan
proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding
abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
· Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun
sampai dasar panggul.
· Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
· Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
· Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan
badan dan anggota badan.
· Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
· Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk
sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
· Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan
amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4)
badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
· Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
· Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
· Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-
turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
· Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan
dan bahu belakang.
· Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

3) Karakteristik kala III


Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
· Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding
uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
· Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal.
· Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding
uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas
dan berdarah.
· Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His :
· Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas
uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini,
namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan
aktif (manual aid).

4) Karakteristik kala IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
· Kontraksi uterus harus baik
· Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
· Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
· Kandung kencing harus kosong
· Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
· Resume keadaan umum ibu dan bayi.

5. Adaptasi persalinan:
a. Adaptasi Fetal
a. Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan
untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-
rata pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai
160 denyut / menit. Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan
nilai rata-rata 160 denyut / menit.
b. Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat,
kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini,
biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau
posisi janin.
c. Pernafasan dan gerakan janin
Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar
dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri
meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan
menurun setelah ketuban pecah.
b. Adaptasi Maternal
Fase I
Menerima kenyataan biologik pada kehamilan bahwa dirinya hamil
Fase II
Menerima pertumbuhan Janin sebagai suatu yang jelas dari dirinya dan ia
berkata? saya akan memiliki bayi ? terutama pada TM II.
Dengan realitas penerimaan bayi (Mendengar DJJ & gerakan anak) khayalan
& impian tentang anak menjadi berharga & menarik & ia berusaha
berkonsentrasi pada bayinya.
Fase III
Persiapan realistis untuk kelahiran & menjadi ortu.
Iamengekspresikan lebih dulu ? saya akan menjadi seorang ibu.
c. Adaptasi Paternal
Ada 3 perkembangan/karakteristik :
1. Periode awal / Fase Pemberitahuan
Terjadi beberapa jam/minggu.
Pada fase ini (calon ayah) dapat menerima.
Faktor biologis dari kehamilan, ia membutuhkan kedudukan bahwa ia akan
menjadi ayah.
Respon pertama yaitu mencari informasi tentang kehamilan dengan perasaan
takut, cemas, bingung.
2. Periode II / Fase Penundaan
Suatu fase penerimaan/menyadari bahwa ia akan mempunyai bayi & berubah.
Laki-laki tampak sadar akan rencana hidup & gaya hidup.
3. Fase III / Fase Perhatian
Pada saat ini karakteristik ayah aktif terlibat dalam kehamilan & hubungan
dengan anak.
Ia membutuhkan kedudukan bahwa ia tahu perannya selama persalinan & ia
menjadi kepala keluarga.
Pada fase ini berkonsentrasi pada pengalaman yang dimiliki pada wanita hamil
& merasa hubungannya lebih baik dengan istri karena ia akan menjadi ayah &
dunia sekelilingnya menentukan peran bapak di masa datang.
d. Adaptasi Sibling
- 0 – 2 tahun, tidak sadar dengan kehamilan ibunya dan belum tahu terhadap
penjelasan.
- 2 – 4 tahun, berespon terhadap perubahan pada tubuh ibu dan tingkah
lakunya.
- 4 – 5 tahun, senang mendengarkan denyut jantung janin, belajar
perkembangan bayi.
- Sekolah, kenyataan dan bagaimana terjadinya kehamilan dan persalinan.
- Adolescence, Negatifistik terhadap senang akan penampilan ibunya.
6. Pathway Intranatal Normal
7. Penatalaksanaan nyeri persalinan non pharmakologi
a. Metode persiapan persalinan : Lamaze, Bradley, dan Dick Read
1) Metode Dick Read
Menurut Dick – Read ( 1959 ) :
Rasa takut, tegang, dan nyeri ialah tiga selubung yang bertentangan dengan
rancangan alam. Apabila rasa takut, tegang, dan nyeri berjalan beriringan,
untuk menghilangkan nyeri perlu dilakukan tindakan untuk meringankan
ketegangan dan mengatasi rasa takut. Implementasi teori saya menunjukkan
metode yang dapat mengalahkan ketakutan, menghilangkan ketegangan, dan
menggantinya dengan relaksasi mental dan fisik.
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick – Read meliputi pemberian
informasi tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, hygiene, dan
latihan fisik. Kelas – kelas ini mengajarkan tiga teknik :
a. Latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan.
b. Latihan relaksasi secara sadar.
c. Latihan pola napas.
Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh
tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah,
baik selama kontraksi maupun diantara kontraksi.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang masa
bersalin, napas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu
terakhir ini, menahan napas pada tahap kedua persalinan. Para pengajar
metode Dick – Read berpendapat bahwa berat otot – otot abdomen terhadap
uterus yang berkontraksi meningkatkan rasa nyeri. Wanita melahirkan diajar
untuk mendorong otot – otot perutnya ke atas saat rahim naik selama suatu
kontraksi. Dengan demikian otot – otot abdomen terangkat dari uterus yang
berkontraksi.
Metode Dick – Read telah diadaptasi karena dukungan persalinan yang dahulu
hanya dilakukan oleh perawat, saat ini dapat dilakukan oleh suami atau orang
lain yang dipilih ibu.
2) Metode Lamaze
Metode Lamaze berasal dari karya Pavlov tentang classical conditioning.
Menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respons bersyarat. Wanita juga dapat
dikondisikan supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode
Lamaze membuat wanita berespons terhadap kontraksi rahim buatan dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan sebagai ganti berteriak dan
kehilangan kendali ( Lamaze, 1972 ). Strategi untuk mengatasi rasa nyeri ini
antara lain memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada
gambar yang sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain,
sehingga jalur saraf itu tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.
Wanita ini diajar untuk merelaksasi otot – otot yang tidak terlibat saat ia
mengontraksi kelompok otot tertentu. Ia akan menerapkan latihan ini pada saat
melahirkan, yakni dengan merelaksasi semua otot lain saat rahim berkontraksi.
Wanita yang mengikuti kelas p;ersiapan dengan memakai metode Lamaze
selama tahap pertama persalinan mempertahankan control neuromuskular
pada tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang
mempersiapkan diri dengan caranya sendiri ( Bernardini, Maloni, Stegman,
1983 ). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cronenwett dan Brickman (
1983 ) dan Mackey ( 1990 ), mempertahankan kendali erat kaitannya dengan
rasa puas.
Pengajar – pengajar metode Lamaze percaya bahwa pernapasan dada
mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan
lebih banyak ruang bagi rahim untuk berkembang. Pola pernapasan dada
bervariasi, sesuai intensitas kontraksi dan kemajuan persalinan. Para pengajar
ini juga berusaha menghilangkan rasa takut dengan meningkatkan pemahaman
tentang fungsi tubuh dan nyeri neurofisiologis. Dukungan pada saat bersalin
diberikan oleh suami, orang lain, atau pleh tenaga ahli terlatih yang disebut
monitrice.
3) Metode Bradley
Metode Bradley didasarkan pada observasi perilaku binatang saat melahirkan
dan menekankan keharmonisan tubuh, yakni dengan melakukan control
pernapasan, pernapasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh ( Bradley, 1974 ).
Teknik ini menekankan factor lingkungan, seperti suasana gelap, menyendiri,
dan suasana tenang sehingga peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. Ibu
yang memakai metode Bradley sering tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya
mereka berada dalam tingkat relaksasi mental yang dalam.
Walaupun kehadiran ayah pada saat melahirkan tampaknya merupakan factor
yang sangat penting bagi kebanyakan wanita, konsep ayah atau suami sebagai
penolong persalinan mendapat kritikan dari beberapa pihak ( klien, dkk, 1981
). Beberapa pria tidak nyaman dalam memainkan peran ini, tetapi tetap dapat
mendukung istrinya selama hamil dan bersalin.
b. Teknik-teknik relaksasi dan bernafas
Relaksasi Pasif
Relaksasi pasif ini adalah jenis relaksasi yang paling mudah dan sering
dilakukan oleh mereka ibu hamil. Anda hanya perlu melakukan posisi
berbaring yang dirasa nyaman, bisa menyamping atau semi duduk, dengan
kepala atau seluruh anggota gerak didukung oleh tempat tidur, bantal, dinding
atau lantai. Pastikan Anda menyediakan cukup banyak waktu untuk mencari
posisi yang paling nyaman sehingga nantinya
Perhitungan Relaksasi
Setelah Anda menguasai teknik relaksasi menjelang persalinan, hal penting
lain yang perlu diingat adalah melakukan perhitungan relaksasi. Pada
dasarnya, mempraktikan perhitungan relaksasi sangat mudah. Misalnya, saat
Anda mengeluarkan nafas lewat mulut, lepaskan tegangan otot di seluruh
tubuh. Gunakan lima pernafasan lambat pada tahap awal, dan rilekskan
daerah-daerah yang berbeda setiap hembusan nafasnya.
Relaksasi Sentuhan
Relaksasi jenis ini membutuhkan bantuan dari pasangan untuk mendapatkan
jenis relaksasi yang diharapkan. Pada posisi ini, Anda harus memberikan
respon terhadap jenis sentuhan yang diberikan oleh pasangan Anda berupa
kondisi rileks atau dengan mengendurkan beberapa otot yang dirasa tegang.
Pada masa kehamilan, relaksasi sentuhan bisa dibilang merupakan jenis
relaksasi yang paling menyenangkan untuk mendapatkan kondisi tenang dan
nyaman pada masa-masa menjelang persalinan.
Relaksasi Pijatan
Terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah memijat. Pasangan akan
menggosok dan menekan dengan kuat dan perlahan bagian-bagian otot yang
tegang. Teknik ini biasanya diaplikasikan untuk bagian punggung atas dan
bahu, walaupun daerah lain juga bisa mendapatkan treatmen yang sama. Mud
Lakukan teknik relaksasi ini secara teratur agar Anda bisa mendapatkan
manfaat kenyamanan yang maksimal saat masa persalinan nanti. Selamat
mencoba teknik relaksasi menjelang persalinan.
8. Pengkajian fetal
a. Teknik Monitoring : auskultasi djj, elektrolit fetal monitoring (carditokografi)
a. Pengertian
Elektronik Fetal Monitoring (EFM) adalah metode untuk memeriksa kondisi
bayi dalam kandungan oleh mencatat setiap perubahan yang luar biasa dalam
denyut jantung. Electronic fetal monitoring dilakukan di akhir kehamilan atau
terus selama tenaga kerja untuk memastikan normal bayi yang sehat. EFM
dapat dimanfaatkan baik secara eksternal maupun internal di dalam rahim.
b. Tujuan
- Untuk mengetahui dan mengobservasi dari gerakan janin selama .
- Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen janin.
- Untuk mencegah intra uterin fetal death.
- Untuk mencegah dan mengurangi angka kematian ibu dan anak.
- Untuk mengetahui tanda-tanda abnormal pada janin sejak dini.
b. Non stress test
Nonstress test (NST) adalah sebuah prosedur sederhana dan tidak
menyakitkan yang dilakukan selama kehamilan untuk melihat perkembangan
bayi. Selama tes berlangsung, dokter akan memantau detak jantung bayi Anda
saat sedang dalam keadaan istirahat dan sedang bergerak. Sama seperti detak
jantung manusia pada umumnya ketika sedang aktif bergerak, detak jantung
bayi juga harus naik saat ia bergerak atau menendang di dalam rahim Anda.
NST memastikan bahwa bayi yang berada dalam kandungan dalam keadaan
sehat dan mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
NST biasanya dilakukan jika kehamilan Anda telah melewati batas waktu
kelahiran, ataupun dalam satu/dua bulan menjelang tanggal kelahiran apabila
kehamilan Anda berisiko tinggi. Tapi, ada juga beberapa kondisi lain yang
mengharuskan seorang ibu hamil rutin melakukan tes NST, yaitu:
Apabila Anda memiliki hipertensi gestasional.
Bayi Anda tampak kecil atau tidak tumbuh dengan baik.
Bayi kurang aktif dari biasanya.
Anda memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit cairan ketuban.
Anda harus melakukan prosedur external cephalic version (mengubah posisi
bayi sungsang), amniosentesis trimester ketiga (memastikan jika paru-paru
bayi sudah cukup matang sebelum kelahiran atau mengatas infeksi rahim).
Kehamilan telah melewati batas kelahiran.
Pernah memiliki riwayat keguguran.
Bayi Anda telah didiagnosis oleh tim dokter dengan kelainan atau cacat lahir
sehingga perlu dilakukan pemantauan intensif selama kehamilan.
Memiliki masalah medis yang dapat membahayakan kesehatan bayi Anda.
c. Ultrasonografi
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal
dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika
masa kehamilan.
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter
spesialis kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan
memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG
(ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas
bagian tubuh yang terbangun dari cairan.
9. Ciri-ciri ”family centered maternity care” di kamar bersalin
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menetapkan peraturan yang flexibel.
6. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
10.Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.
10. Faktor-faktor resiko persalinan
Riwayat bedah sesar
Beresiko terjadinya ruptur uteri yaitu robeknya uterus akibat perlukaan sesar, sehingga
berbahaya bagi ibu dan bayi
Perdarahan pervaginam, beresiko terjadinya :
a. Solusio plasenta : terlepasnya plasenta lebih dahulu, Adanya nyeri perut bagian
bawah, perut tegang, warna darah yang dikeluarkan merah tua.
b. Plasenta previa : letak plasenta dibawah atau menutupi jalan lahir, tidak ada nyeri
perut kecuali ada kontraksi, warna darah merah segar.
Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
Beresiko bagi janinnya karena kondisi janin terjadi prematur yang akibatnya organ-organ
janin belum matur, sehingga janin belum sanggup menjalankan fungsinya dengan
optimal.
Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
Beresiko janin terjadi hipoksia dan ketika lahir terjadi asfiksi yang dapat membahayakan
janin.
Ketuban pecah lama
Beresiko terjadinya partus lama sehingga dapat mengakibatkan infeksi pada ibu dan janin.
Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
Beresiko terjadinya kelahiran prematur yang nantinya dapat berdampak pada janin yang
belum siap untuk dilahirkan.
Ikterus
Beresiko terjadi kerusakan pada hepar yang nantinya dapat mengakibatkan komplikasi
pada janin sehingga terjadi ikterus pada janin.
Anemia berat
Beresiko terjadinya IUGR pada janin serta persalinan dengan komplikasi yang
berlebihan.
Tanda/gejala infeksi
Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan
Beresiko pada ibu dengan terjadinya hipertensi kronik serta kejangdan beresiko
pula pada janin, yaitu pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, perdarahan
serebral serta persalinan prematur.
Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
Tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan bisa di sebabkan
(makrosomia, kehamilan ganda),maka perlu dilakukan pemeriksaan dini, karena
makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu dan menyebabkan perdarahan pasca
persalinan.
Gawat janin
Ibu yang mengalami gawat janin perlu di lakukan pemantauan DJJ yang sering, karena
gawat janin dapat berakibat fatal pada janin yang di kandung dan bahkan dapat
menyebabkan kematian pada janin.
Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
Untuk mengatasinya ibu dapat miring ke kiri ataupun dengan mengubah posisi ibu
dengan jongkok maupun berdiri. Posisi ini bisa membantu untuk penurunan kepala dan
jika tetap tidak ada penurunan persalinan bisa ilakukan dengan SC.
Presentasi bukan belakang kepala
Kelainan pada malpresentasi/malposisi dapat menyebabkan kesulitan pada proses
persalinan,maka ini bisa dilakukan SC untuk untuk proses persalinannya.
Presentasi majemuk
Untuk mencegah letak majemuk dapat dilakukan dengan ibu posisi sujud.tetapi jika
presentasi terendah sudah masuk PAP posisi sujud tidak dapat mengubah presentasi dan
persalinan harus dilakukan SC.
Kehamilan gemelli
Ibu yang mengandung bayi gemeli/kembar perlu dilakukan SC untuk mengeluarkan
bayinya karena di kawatirkan adanya malpresentasi/malposisi pada salah satu janinnya,
dan juga dapat mengakibatkan perdarahan.
Tali pusat menumbung
Untuk mengetahui tali pusat menumbung perlu di lakukan pemeriksaan ini dengan USG,
karena tali pusat menumbung dapat mengakibatkan perdarahan bahkan juga partus lama
karena tali pusat menutupi jalan lahir.
Syok
Untuk mengatasi syok bisa diberikan infus dan oksigen untuk mencegah
komplikasi yang lebih serius. Jika syok tidak tertangani dapat menyebabkan
kematian pada janin dan ibu.
Pecahnya ketuban sebelum waktunya
Selaput pembungkus bayi atau orang awam menyebutnya ari – ari akan pecah
sebelum waktu bersalin,sekitar 24 – 48 jam sebelum persalinan dan usia
kehamilan menginjak sekitar 9 bulan lebih.Akan tetapi bila ketuban pecah
sebelum waktunya maka akan memaksa janin keluar senelum usia kehamilan yang
matang atau > 9bulan.maka akan lahir bayi prematur, sedang angka yang
disebabkan olehbayi prematur sangatlah tinggi. Karena belum maksimalnya
perkembanganorgan – organ vital bayi dalam menjalankan tugasnya di luar
kandungaan.Hal lain yang dapat terjadi karena prematur adalah berat bayi lahir
yang rendah.
Prematur dan berat badan bayi rendah
Kelahiran bayi belum cuukup usia,kurang dri 37 minggu.dapat menyebabkan
berat lahir bayi rendah.Dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. Hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil, usia ibu hamil kurang dari 20 tahun.
Panggul sempit
Dikarenakan adanya ukuran panggul yang sempit >24cm, yangg menyebabkan
kepala bayi tidak bisa turun pada saat lahir sehingga terhalang dan tidak bisa
keluar.

11. Persalinan abnormal


a. Masalah dengan power
Frekuensi kontraksi uterus mungkin memadai namun intensitas nya tidak
memadai. Adanya gangguan hantaran saraf untuk terjadinya kontraksi uterus
misalnya adanya jaringan parut pada bekas sectio caesar, miomektomi atau
gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan kontraksi uterus berlangsung
secara tidak efektif. Apapun penyebabnya, gangguan ini akan menyebabkan
kelainan kemajuan dilatasi dan pendataran sehingga keadaan ini seringkali
disebut sebagai distosia fungsionalis.
b. Masalah dengan fetus
Kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak, presentasi dan posisi
janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.
c. Masalah dengan panggul
Kelainan pada kapasitas panggul (kelainan bentuk, luas pelvik ) dapat
menyebabkan persalinan abnormal. Baik janin maupun kapasitas panggul
dapat menyebabkan persalinan abnormal akibat adanya obstruksi mekanis
sehingga seringkali dinamakan dengan distosia mekanis. Harus pula diingat
bahwa selain tulang panggul , organ sekitar jalan lahir dapat pula
menyebabkan hambatan persalinan ( soft tissue dystocia akibat vesica urinaria
atau rectum yang penuh )
d. Masalah dengan psikologis
1. Perasaan tidak enak.
2. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi.
3. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah
persalinan berjalan normal
4. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolong.
6. Apakah bayi normal apa tidak.
7. Apakah ia sanggup merawat bayinya.
8. Ibu cemas.
e. Persalinan premature
Kelahiran bayi belum cuukup usia,kurang dri 37 minggu.dapat menyebabkan
berat lahir bayi rendah.Dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. Hal
ini dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil, usia ibu hamil kurang dari 20
tahun.
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
Beresiko terjadinya kelahiran prematur yang nantinya dapat berdampak pada janin
yang belum siap untuk dilahirkan

12. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal pada Kala 1 – 4 yang berhubungan


dengan masalah keperawatan:
1) Pengkajian
1) Aktifitas dan istirahat
· Tekanan darah lebih rendah dari pada normal pada 8-12 minggu
pertama. Kembali pada tingkat normal pada separuh waktu kehamilan akhir
· Denyut nadi meningkat 10-15x/menit
· Mur-mur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
volume darah
· Varises pada ekstremitas bawah dan edema terutama pada trimester III
· Episode sinkope
2) Integritas Ego
· Menunjukkan perubahan persepsi diri
· Body image rendah
3) Eliminasi
· Perubahan pada konsistensi dan frekuensi defekasi
· Peningkatan frekuensi berkemih
· Peningkatan berat jenis urin
· Timbulnya hemoroid
4) Makanan dan Cairan
· Mual, muntah terutama pada trimester I, nyeri uluh hati sering terjadi
· Peningkatan berat badan 2-4 Kg pada trimester I, 11-12 Kg pada
trimester II &III
· Membran mukosa kering, hipertropi jaringan, gusi mudah terjadi
perdarahan
· Hb dan Ht rendah, mungkin di temui anemia fisiologis
· Glukus dan edema
5) Nyeri dan Ketidaknyamanan
· Kram kaki
· Nyeri tekan dan bengkak pada payudara
· Kontraksi brakson hicks setelah 28 minggu
· Nyeri punggung

6) Pernafasan
· Mukosa nampak lebih merah dari biasanya
· Frekwensi pernafasan dapat meningkat relatif terhadap ukuran / tinggi
uterus
· Pernafasan thorakal
7) Keamanan
· Suhu tubuh 36 – 37ºC
· DJJ terdengar pada usia kehamilan 17 –20 minggu
· Gerakan janin terasa pada usia kehamilan 20 minggu
· Quickening pada usia kehamilan 16 – 20 minggu
· Ballotement ada pada bulan ke 4 dan ke 5
8) Sexualitas
· Berhentinya menstruasi
· Perubahan respon / aktifitas seksual
· Leukhorea
· Peningkatan secara progresif ukuran uterus
· Payudara membesar, hiperpigmentasi pada areola
· Perubahan pigmentasi kloasma, lineanigra, palmaleritema, spindernevi,
strie gravidarum
· Tanda-tanda hegar, chadwick positif
9) Interaksi sosial
· Bingung atau meragukan perubahan peran yang diantisipasi
· Tahap maturasi / perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan
stressor kehamilan
· Respon anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional
10) Penyuluhan/ Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan persalinan, melahirkan tergantung pada
usia, tingkat pengetahuan, pengalaman, paritas, keinginan terhadap anak, dan
keadaan ekonomi
11) Pemeriksaan Diagnostik
· Darah : Hb, golongan darah, skrening HIV, hepatitis
· Skrening untuk TBC paru, tuberubela
· Tes serum HSG
B. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Intervensi. (Doengoes, 2001)
Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
- Tampak rileks diantara kontraksi
- Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
- Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
- Jelaskan penyebab nyeri.
- Ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masase pinggang.
- Bantu tindakan kenyamanan, misalnya: gosokan pada kaki, punggung,
tekanan sakral, perubahan posisi.
- Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam, palpasi diatas simpisis
untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
- Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus
setiap 30 menit.
- Monitor vital signs.
2. Resiko cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3
jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :
- DJJ dalam batas normal
Intervensi :
- Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan
presentasi.
- Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
- Catat kemajuan persalinan.
3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan
mortilitas gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak
terjadi cedera pada maternal dengan KH :
- Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
- Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari cedera.
- Klien bebas dari cedera / komplikasi.
Intervensi :
Pantau aktivitas uterus, catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri.
Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
Pantau suhu dan nadi.
Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari
makanan padat.
Anjurkan klien untuk bernafas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya sumber – sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam klien dan
keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
- Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
- Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta.
Intervensi :
- Diskusikan proses normal persalinan kala III.
- Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
- Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah
melahirkan.

Kala II :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
- Keluaran urine adekuat.
- Membran mukosa kental.
- Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
- Ukur masukan dan keluaran.
- Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
- Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
- Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
- Atur posisi klien tegak atau lateral.
- Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
2. Resti infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif
berulang, trauma jaringan, persalinan lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi infeksi dengan KH :
- Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, kalor, dan
fungsiolaesa).
Intervensi :
- Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
- Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
- Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
- Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
- Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
- Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

Kala III :
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran darah
per vaginam akibat atonia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP dengan KH :
- Kontraksi uterus adekuat.
- Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk masase fundus.
- Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
- Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
- Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
- Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
- Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi
tali pusat dan ketuban.
- Berikan cairan peroral.
- Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan nyerinya.
- Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
- Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
- Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
- Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
- Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan
salep topikal.
- Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
- Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.

Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
pertambahan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH :
- Klien menggendong bayinya.
- Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang
tepat.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
- Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
- Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
- Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
- Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan.
- Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan
bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
- Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam gangguan
istirahat tidur akan berkurang atau teratasi, dengan KH :
- Pasien dapat mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan tidur atau istirahat.
- Pasien mengungkapkan perasaan yang segar setelah tidur.
Intervensi :
- Ciptakan suasana nyaman.
- Batasi pengunjung yang datang.
- Kolaborasikan pemberian obat tidur yang tidak menekan tidur REM.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kurangnya volume cairan
c. Perubahan eliminasi urine
d. Kecemasan
e. Nyeri
f. Tidak efektifnya koping individu
g. Gangguan mobilisasi fisik
h. Perubahan persepsi sensori
i. Kurangnya self care : hygiene
3) Intervensi Keperawatan

13. Karakteristik bayi baru lahir


Menurut Pusdiknakes (2003), karakteristik bayi baru lahir normal adalah :
1) Bayi yang memiliki berat badan 2500 - 4000 gram
2) Bayi yang memiliki panjang badan 48 - 52 cm
3) Bayi yang memiliki lingkar dada 30 - 38 cm
4) Bayi yang memiliki lingkar kepala 33 - 35 cm
5) Bayi yang memiliki frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6) Bayi yang memiliki frekwensi pernafasan ± 40 – 60 kali/menit
7) Bayi kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup
8) Bayi yang memiliki rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya
telah sempurna
9) Bayi yang memiliki kuku agak panjang dan lemas
10) Bayi yang memiliki ciri genetalia : perempuan, labia mayora sudah
menutupi labia miyora.Laki – laki , testis sudah turun dan skrotum sudah
ada
11) Bayi yang memiliki reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Bayi yang memiliki reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan
sudah baik
13) Bayi yang memiliki reflek graps atau menggenggan sudah baik
14) Bayi yang memiliki pola eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24
jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

14. Pengkajian fisik bayi baru lahir


Reflek fisiologis
Reflek fisiologis pada BBLN menurut Wong (2004) adalah :
a. Mata
1) Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel
atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada
maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf kranial.
2) Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus ada sepanjang
hidup.
3) Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
b. Mulut dan tenggorokan
1) Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon
terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
2) Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
3) Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 - 4 bulan
4) Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
5) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar
harus menghilang pada usia 4 bulan

6) Batuk
Iritasi membran mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
c. Ekstrimitas
1) Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan
fleksi tangan dan jari.
2) Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
3) Masa tubuh
a) Reflek morrow
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi
dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk
dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki
dapat fleksi dengan lemah.
b) Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku
tangan tetap tergenggam.
c) Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
d) Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh
membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
e) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
3. Penanganan bayi baru lahir
Menurut Saifudin (2006) tujuan utama penanganan bayi adalah :
a. Membersihkan jalan napas. Mulut dan hidung bayi baru lahir harus
dibersihkan dari lender supaya jalan napas bebas dan bayi dapat bernapas sebaik
– baiknya.
b. Merawat tali pusat. Langkah ini bertujuan untuk menghindari infeksi sepsis,
meningitis, dan lain – lain sehingga tali pusat harus dirawat dengan steril / bersih
dan kering.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi. Bayi baru lahir kehilangan panas oleh
karena evaporasi (oleh karena bayi basah) dan radiasi, untuk mengatasi hal
tersebut maka bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan handuk
kering dan diletakkan di ruangan dengan suhu 280C – 300C untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi.
d. Identifikasi bayi. Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalain, bila ibu sadar bayinya
diperlihatkan kepadanya dan diteliti apakah tanda pengenal bayi sama dengan
tanda pengenal ibu. Hal ini perlu untuuk mencegah terjadinya kekeliruan di
kemudian hari.
e. Pencegahan terhadap infeksi. Bayi harus dirawat dengan kondisi yang bersih
karena bayi baru lahir rentan terkena infeksi. Peralatan bayi disterilkan terlebih
dahulu, ruangan dan baju bayipun harus dalam keadaan bersih dan kering.

15. Asuhan keperawatan bayi baru lahir yang berhubungan dengan masalah
keperawatan:
1) Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada bayi baru lahir adalah transisi dari kehidupan
intrauterus ke ekstra uterus dengan mengenalkan kepada anggota keluarga
sesuai kondisi neonatus.
1. Sirkulasi
Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 kali/menit. Tekanan darah
60 mmHg sampai 80 mmHg untuk systole dan 40 mmHg sampai 45 mmHg
untuk diatole. Bunyi jantung seperti murmur biasa terjadi selama beberapa jam
pertama kehidupan. Nadi perifer mungkin lemah, nadi brakhialis dan radialis
lebih mudah dipalpasi daripada nadi femoralis.
2. Eliminasi
Pada bayi baru lahir tidak ada perbedaan. Bayi yang lahir cukup bulan tanpa
ada kelainan dapat segera berkemih secara spontan. Abdomen lunak tanpa
distensi, bising usus akan aktif dalam beberapa jam setelah kelahiran.
Pengeluaran feses mekonium dalam 24 jam sampai 48 jam setelah kelahiran.
3. Makanan/Cairan
Berat badan pada bayi baru lahir mencapai 2500 gram sampai 4000 gram
dengan panjang badan 44cm sampai 55cm.
4. Neurosensori
Tonus otot fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif
mendemonstrasikan reflex menghisap selama 30 menit pertama setelah
kelahiran. Kaput suksedaneum dan/molding mungkin ada selama 3 sampai 4
hari. Sutura cranial yang bertumpang tindih mungkin terlihat, sedikit obliterasi
fontanel anterior. Mata dan kelopak mata mungkin udema, hemorargi
subkonjungtiva atau hemorargi retina mungkin terlihat, konjungtivitis selama
1 sampai 2 hari ungkin terjadi setelah penetesan obat mata oftalmik terapeutik.
Adanya reflex moro, plantar, genggaman palmar, dan babinski’s.
5. Pernapasan
Apgar skor optimal, harus mencapai 7 sampai 10. Rentang dari 30 samapai
60/menit dengan pola periodic yang dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral,
kadang-kadang krekels. Takipnea mungkin terlihat, diagfragmaik dan
abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dam abdomen. Pernapasan
dangkal dan cuping hidung kadang terlihat. Krekels pernapasan dapat menetap
selama beberapa jam pertama setelah kelahiran.
6. Keamanan
Suhu terntang dari 36,5⁰C sampai 37,5⁰C. kulit berwarna merah muda dan ada
pengelupasan pada tangan dan kaki. Akrosianosis mungkin ada selama
beberapa hari periode transisi. Sefalohematoma dapat tampak sehari setelah
kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2 sampai 3 hari kemudian
direabsorpsi perlahan selama 1 sampai 6 bulan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,
tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
b. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
c. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan
kondisi hemolitik.
d. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl
1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas
b. Hipotermia
c. Resiko tinggi gangguan parenting
d. Tidak efektifnya breast feeding
3) Intervensi Keperawatan
Segera setelah melahirkan bayi
1) sambil secara ceepat menilai pernafasannya, letakkan bayi edngan
handuk diatas perut ibu.
2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah dan lahir dari wajah
bayi.
Untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
3) Klem dipotong tali pusat.
a) Mengklem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3
cm dari pengkal pusat bayi.
b) Mempertahankan tali pusat diantara kedua kklem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.
c) Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Mengganti
sarung tangan bila ternyata sudah kotor. Memotong tali pusat dengan pisau
atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi.
d) Memeriksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih ada perdarahan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih hanyat.
4) Jagalah agar bayi tetap hangat
a) Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dan kulit ibu.
b) Mengganti handuk atau kain yang basah, dan bungkus bayi terebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala yang telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
5) Kontak dini dengan ibu.
a) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk kehangatan.
b) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
6) Pernafasan
Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
7) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5%/ tetrasikklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia.
8) Pemeriksaan fisik bayi
a) Gunakan tempat yang aman (hangat dan bersih) untuk pemeriksaan.
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, menggunakan sarung
tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c) Lihat, dengarkan dan raasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan
berlanjut secara sistematis menuju jari kaki.
d) Menulis hasil pengamatan.
a) Pemeriksaan fisik bayi
b) Kepala : Simetris/ tidak, terdapat caput succedanum/ tidak, terdapat
cephal hematoma.
c) Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
d) Mata : Tanda-tanda infeksi yakni Pus.
e) Hidung dan Mulut : Bibir dan langitan, periksa adanya sumbing,
reflek hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu.
f) Leher : Ada pembengkakan/ tidak
g) Dada : Simetris/ tidak, bunyi nafas, bunyi jantung, putingnya
menonjol/ tidak/
h) Bahu, lengan dan tangan gerakan normal atau tidak, jumlah jari.
i) Perut : Bentuk penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat.
j) Jenis kelamin
♂ : Testis berada dalam skrotum, penis berulang dan pada ujung letak
lubang ini.
♀ : Vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan mayor.
k) Tungkai dan kaki : Gerakan normal, tampak normal, jumlah jari.
l) Punggung dan anus : Pembengkakan/ ada cekungan, spina bifida/
tidak, ada anus/ tidak, berlubang/ tidak.
m) Kulit : Verniks, warna, pembengkakan, tanda-
tanda lahir.
n) Sistem syaraf : Adanya reflek morro, lakukan
rangsangan dengan suara keras yaitu pemeriksa bertepuk tangan.
9) Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera
pasca persalinan.
a) Alat yang digunakan, hendaknya keap air, dengan tepi yang harus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
b) Pada alat/ gelang identifiksi harus tercantum: Nama (bayi, ibunya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit.
c) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
10) Ukurlah BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, lingkar perut bayi dan catat rekam
medis.
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Nursing Care Plans and Documentation. Philadelphia, JB.
Lippincot Company

Doengoes, Marlyn E; Moorhause, Mary. F; Geisler, Alice, 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta, EGC

—–,1984, Obstetric Patologi. Bandung, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung

bidandesa.com/psikologi-pada-ibu-hamil.html diunduh 25 april 2011 10:19 PM

Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke
III. Jakarta.

Widyastuti, S. Adaptasi Psikososial Pada Masa Kehamilan.


scribd.com/doc/37479306/Adaptasi-Psikososial-Pada-Masa-Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai