DISUSUN OLEH :
NIM : P07520118025
KELAS : II-A
1. Pengertian Persalinan
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Harianto.2010)
2. Tanda-tanda inpartu
a. Lightening Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi
biasanya menancap setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa
untuk ekspansi berkurang.
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu
merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan
atau ia perlu defekasi.
Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum mayor dan
menuju ke tungkai.
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian
presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selamamasa hamil, serviks
dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi
seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya sebagai
contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm,
sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga
terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh
signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi
Braxton Hicksyang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum waktu
persalinan, kondisi itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12%
wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam.
Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan
vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama
waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan plak lendir saat
pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal tersebut terjadi alamiah,
yamg memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan.
Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan diri
menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan muntah,
diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk kali
ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).
a.Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi sementara waktu
disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga
kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh otot-otot volunter
ibu
b.Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum dilahirkan untuk
dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau resisten yang ditimbulkan oleh struktur
dasar panggul dan sekitarnya.
c.Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling penting (karena
ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan
ketuban atau amnion.
d.Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling tidak sama
seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan
kehadiran anaknya terkena akibat yang merugikan.
e. Position(Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut Melzack, dkk
tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang
meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, danjongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah
keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak memungkinkangaya gravitasi membantu
penurunan janin, dapatmengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada
pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat
membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu
mengedan (Bobak, 2012).
a) KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan serviks sampai
lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
- Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
- Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada
multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar).
- Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara (8 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif
(dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada).
Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesik
secukupnya.
Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahanJika terdapat aceton
didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit) curigai
adanya gawat janin.
Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna digolongkan
dalam malposisi atau malpresentasi.
b) KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban
mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior / posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil
ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum
dengan diameter biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.
c) KALA III
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat. Sifat His : Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas
uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
d) KALA IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
- Pemeriksaan luar : tentukan letak dan presentasi janin.Observasi his dengan meraba uterus
daerah fundus, kira-kira di atas umbilikus.Observasi bunyi jantung janin dengan auskultasi
Laennec atau Doppler (jika memungkinkan, nilai kesejahteraan janin dengan
elektrokardiotokografi, karena dapat diketahui perubahan pola frekuensi denyut jantung janin
pada saat his dan pada saat di luar his)
3. kapasitas panggul, serta perkiraan besar kepala terhadap panggul (suspek disproporsi
sefalopelvik)
Kemudian bayi dilahirkan dengan pegangan dan gerakan yang tenang dan mantap,
mengusahakan trauma persalinan seminimal mungkin bagi ibu maupun bayinya.Sedapat
mungkin gerakan penolong mengikuti irama his dan kekuatan mengedan ibu, sambil
mengendalikan keluarnya bayi serta menahan perineum ibu (perasat Ritgen - gambar).Setelah
kepala bayi lahir, bersihkan jalan napas dengan cara menyeka hidung dan mulut dengan kain
bersih (arah gosokan dari atas hidung sampai ke bawah mulut, kemudian jari yang dilapisi kain
dimasukkan ke dalam mulut). Kemudian dilahirkan berturut-turut leher, bahu dan lengan, badan,
tungkai dan kaki.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.Beberapa cara untuk menilai
plasenta sudah / belum lepas :
Kustner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah suprasimfisis ditekan dengan tangan
lainnya, dinilai ada/tidaknyarespon dari regangan tali pusat.Strassman : tali pusat diregangkan
dengan satu tangan, daerah fundus uteri diketuk2 dengan tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya
respon pada regangan tali pusat.
Klein : ibu disuruh meneran, akan tampak ujung tali pusat bergerak turun, dan ketika meneran
dihentikan, jika ujung tali pusat naik kembali berarti plasenta belum lepas.Jika lama melebihi 15
menit plasenta belum keluar, ATAU jika terjadi perdarahan masif, dilakukan manuver untuk
segera mengeluarkan plasenta,
3. tali pusat : panjang, insersi, jumlah pembuluh darah, trombosis, lilitan / simpul, Wharton’s
jelly
Jika dicurigai masih ada sisa dalam kavum uteri, dilakukan eksplorasi lagi dengan manual untuk
mengeluarkan sisanya. Sisa jaringan plasenta atau selaput korioamnion dalam kavum uteri dapat
menjadi sumber perdarahan yang terbuka serta dapat mengganggu kontraksi uterus yang
optimal.Jika curiga ada patologi tertentu pada plasenta : periksa patologi anatomi (lab).
B.Asuhan Keperawatan
1. Pengakajian
Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek
lendir.
2.Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji latar belakang budaya
infeksi maternal keperawatan selama ..… klien.
berhubungan dengan diharapkan infeksi maternal 2. Kaji sekresi vagina, pantau
pemeriksaan vagina dapat terkontrol dengan tanda-tanda vital.
berulang dan kontaminasi kriteria hasil : 3. Tekankan pentingnya
fekal - TTV dalam batas normal mencuci tangan yang baik.
- Tidak terdapat tanda tanda 4. Gunakan teknik aseptic saat
infeksi pemeriksaan vagina.
5. Lakukan perawatan perineal
setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau masukan dan
kekurangan volume keperawatan selama ..… haluaran
cairan berhubungan cairan seimbang dengan 2. Pantau suhu setiap 4 jam
dengan masukan dan kriteria hasil : atau lebih sering bila suhu
peningkatan kehilangan - TTV dalam batas normal tinggi,
cairan melalui pernafasan - Input dan output cairan 3. Pantau TTV dan DJJ sesuai
mulut seimbang indikasi
- Turgor kulit baik 4. kaji produksi mucus dan
turgor kulit
5. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral
6. Pantau kadar hematokrit
5. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tentuka pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan selama ..… harapan terhadap proses
efektif berhubungan diharapkan koping pasien persalinan
dengan ketidak efektif dengan criteria hasil : 2. Anjurkan pasien
adekuatan sistem - Pasien dapat mengungkap mengungkap kan perasaannya
pendukung kan perasaannya 3. Beri anjuran kuat terhadap
mekanisme koping positif
4. Bantu Relaksasi
1. Pengkajian
Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang kemampuan
mengendalikan pernafasan.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada primipara).
2. Diagnosa Keperawatan
c. KALA II
1. Pengkajian
Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata.
Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5–2 menit
Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
d. KALA III
1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan
cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250–300 ml
Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
2. Diagnosa Keperawatan
e. KALA IV
1.Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan/ketegangan
miometri
Penurunan koping keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan anggota keluarga
3. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America : Mosby
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III . Jakarta : Yayasan Bima Pustaka Sarwana
Prawirohardjo