DISUSUN OLEH:
DESSY ASTUTI
Nim : 22221028
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
A. DEFINISI INTRANATAL
Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yanng
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Nugroho, 2011)
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), berisiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
B. ETIOLOGI
4. Berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di
dikeluarkan
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik,
kepala bayi biasanya menancap setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening
sebagai “kepala bayi sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu :
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensai terus-menerus bahwa
2. Perubahan serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin matang. Kalau tadinya selama masa hamil,
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak
dengan konsistensi seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan
kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada
individu wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida
dalam kondisi normal serviks menutup. Peruahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengidenkasikan kesiapannya untuk persalinan
3. Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga
mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi
sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut ketuban pecah dini (KPD). Hal ini
dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati
usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan
spontan mereka pada waktu 24 jam
5. Bloody show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang
bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas
lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil
terhadap atau perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan
6. Lonjakan energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain bahwa hal terjadi
alamiah, yang memungkinkan wnaita memperoleh energi yang diperlukan untuk
menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan
energi ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru menghemat untuk
persalinan
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual dan
muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun belum ada
penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita mengalami satau atau beberapa gejala
tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkn timbul pada pasien intranatal adalah sebagi berikut :
2. Persalinan preterm
3. Kehamilan postmatur
5. Rupture uterus
6. Kelahiran sesaria
7. Inverse uterus
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan servik membuka dan
mendorong janin kebawah pada letak kepala, bila his sudah cukutp kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul
Kontraksi dimulai pada salah satu cornue (tanduk) uterus kiri atau kelenjar ke
seluruh miometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang simetris. Fundus uteri
berkontraksi lebih kuat dan lebih lama dari bagian-bagian lain dari uterus. Bagian tengan
uterus berkontraksi pada fundus uteri. Bagian bawah uterus-uterus servik tetap pasif atau
kontraksi lemah. Setelah kontraksi terjadi relaksasi tonus otot diluar his tidak seberapa
jauh meningkat
Pada waktu his kemudian keluar pada keadaan semula. Tahap persalinan :
1. Kala I yaitu pembukaan antara 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik
2. Kala II yaitu untuk memastikan apakah pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
4. Kala IV yaitu sejak lamanya plasenta 1 sampai dengan 2-4 jam setelah persalinan dan
keadaan itu menjadi stbail kembali
PATHWAY
G. Observation Chart
a. Assesment/Pengkajian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Winkjosastro, 2013)
B. ETIOLOGI
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravidarum dengan letak, primi para tua disertai kelainan letak
ada, dispropopso sevalo pelvic (disposisi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solusio plasenta. Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia,
atas permintaan, 10 kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovary, mioma uteri dan sebagainya).
C. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea :
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Panggul sempit
g. Malpresentasi janin
1) Letak litang
2) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) Letak dahi adalah letak kepala
dengan defleksi yang sedang higga dahi menjadi bagian yang terendah.
Sedangkan letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan
ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia
dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian
sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta
previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang
berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24
jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi Pueperal (nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu tubuh beberapa hari dalam
masa nifas atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Infeksi
post operative terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika,
akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali terutama Sectio Caesar klasik
dalam hal ini lebih berbahaya dari pada Sectio Caesar transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru
dan sebagainya sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang tampak parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea
klasik (Sarwono, 2013).
F. DAMPAK MASALAH
Masalah yang terjadi pada operasi Caesar adalah dapat mengakibatkan
perdarahan, infeksi puerperal (nifas), luka kandung kemih, emboli paru dan
sebagainya sangat jarang terjadi. (Sarwono, 2013)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 : 339) :
a. Elektroensefalogram ( EEG ) Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
b. Pemindaian CT Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI) Menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) Untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
3) Panel elektrolitSkrining toksik dari serum dan urin
4) AGD
5) Kadar kalsium darah
6) Kadar natrium darah
7) Kadar magnesium darah
H. PENATALAKSANAAN
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2. Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3. Pemberian analgesik dan antibiotik.
4. Periksa aliran darah uterus paling sedkit 30 ml/jam
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan.
6. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain. (Prawirohadjo, 2013)