Anda di halaman 1dari 68

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN DEEP BREATHING EXERCISE


TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA
PASIEN PPOK DI IGD

LITERATURE REVIEW

FARIDIL HIDAYAT
NIM 21119019P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU
KESEHATAN, PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN TAHUN 2021

i
LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Keperawatan

FARIDIL HIDAYAT
NIM 21119019P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU
KESEHATAN, PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN TAHUN 2021
ABSTRAK

Nama : Faridil Hidayat


NIM : 21119019P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap
Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK
Jumlah Halaman : 82 halaman

Latar belakang: Sebagian besar pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu


penurunan kadar oksigen dalam darah dan penurunan saturasi oksigen darah
arteri, kejadian hipoksemia pada pasien PPOK mengurangi fungsi otot rangka,
dan akhirnya meningkatkan risiko kematian. Latihan deep breathing merupakan
latihan pernapasan yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan otot inspirator,
dimana dengan pemberian deep breathing 72% menunjukkan manfaat dari latihan
pernafasan ini. Tujuan: Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK.
Metode Literature Review: Penulis menggunakan literature review, data
diperoleh dari database elektronik yaitu Google Scholar antara tahun 2015-2020.
Kata kunci yang digunakan adalah Deep breathing exercise, saturasi oksigen,
Oksigen, PPOK. Hasil: Sebagian besar literatur menyatakan rata-rata nilai
saturasi oksigen diantara 85-90% sebelum diberikan pemberian deep breathing
exercise. Sebagian besar literatur menyatakan rata-rata nilai saturasi oksigen
diantara 95-98% sesudah diberikan pemberian deep breathing exercise. Semua
literatur menyatakan ada pengaruh pemberian deep breathing exercise terhadap
saturasi oksigen pada pasien.

Kata Kunci : Deep Breathing Exercise, Saturasi Oksigen , PPOK


Daftar Pustaka : 48 (2016-2019)

iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Faridil Hidayat


NIM : 21119019P

Tanda Tangan :

Tanggal : 7 Mei 2021

v
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Faridil Hidayat
NIM : 21119019P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK di IGD

Telah diperiksa,disetujui, dan dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi

Palembang, 7 Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Romadoni, S.Kep.,Ns.,M.Kep Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NBM. 1043749 NBM. 1206300

Diketahui
Ketua Program Studi

Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NBM.1056216

vi
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Faridil Hidayat


NIM : 21119019P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK di IGD
Literature Review
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Siti Romadoni, S. Kep, Ns., M.Kep (..............................)

Pembimbing : Miskiyah Tamar, S. Kep, Ns., M.Kep (..............................)

Penguji : Miranti Florensia,S. Kep, Ns., M.Kep (..............................)

Penguji : Apriyani, S. Kep, Ns., M.Kep (..............................)

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal 7 Mei 2021
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Maya Fadlilah, S.Kep.,Ns., M.Kes


NBM.999587

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjakan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skrips ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi, S.Pd.,M.Kes selaku Rektor IkesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Maya Fadillah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan IkesT
Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan IkesT Muhammadiyah Palembang.
4. Ibu Siti Romadoni, M.kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu membimbing dan memberi motivasi dalam penulisan
literature review ini.
5. Ibu Miskiyah Tamar,M.Kep selaku Dosen Pembiming II yang telah banyak
meluangkan waktu membimbing dan memberi motivasi dalam penulisan
literature review ini.
6. Ibu Miranti Florensia,S. Kep, Ns., M.Kep selaku Penguji dalam penyusunan
literature review ini.
7. Ibu Apriyani, M.Kep selaku Penguji dalam penyusunan literature review ini.
8. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan IkesT Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan materi dan pelajaran selama perkuliahan.
9. Orang Tua dan Keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan do’a demi
kelancaran penulisan proposal ini.
10. Serta teman-teman PSIK tahun 2019 terima kasih atas persahabatan dan
perjuangan selama menuntut ilmu di IkesT Muhammadiyah Palembang.

viii
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang,.................2021

Penulis

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik IkesT Muhammadiyah Palembang, saya yag bertanda


tangan di
bawah ini:
Nama : Faridil Hidayat
NPM : 21119019P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


IkesT Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Reyalti Noneksklusif (Non-
exclusive Reyalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh
Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien
PPOK di IGD: Riview Literatur. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Noneksklusif ini IkesT Muhammadiyah Palembang berhak
menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di: Palembang
Pada Tanggal: 7 Mei 2021
Yang Menyatakan

Faridil Hidayat
NIM. 21119019P

x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Biodata
Nama : Faridil Hidayat
NIM : 21119019P
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tempat/Tgl. Lahir : Sekayu/ 24 Februari 1997
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kopral Hamid No 069 Lk II RT/RW 008/003
Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin
No.Telpon/HP : +6282175578363
Email : Faridil527@gmail.com

Nama Orang Tua


Ayah : H. Taftazani S.Pd,
Ibu : Hj. Nurpadilah
No.Telpon : +6281373317227
Alamat Jl. Kopral Hamid No 069 Lk II RT/RW 008/003
Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin
Pendidikan
Tahun 2004-2010 : SD Negeri 3 Sekayu
Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 1 Sekayu
Tahun 2013-2015 : SMA Negeri 1 Sekayu
Tahun 2015-2018 : DIII Akademi Keperawatan Musi Banyuasin
Sekayu

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................


ABSTRAK ................................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. vi
HALAMAN PENGESAHAAN ............................................................... vii
KATA PENGANTAR............................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ......................... x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xi
DAFTAR ISI.............................................................................................. xii
DAFTAR SKEMA .................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 8
B. Rumusan Masalah.................................................................. 15
C. Tujuan Literatur Review ........................................................ 16
D. Manfaat Literatur Review...................................................... 16
1. Bagi Institusi Pendidikan ................................................... 16
2. Bagi Penulis ....................................................................... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ............................. 17
1. Pengertian .......................................................................... 17
2. Etiologi............................................................................... 17
3. Klasifikasi .......................................................................... 20
4. Patofisiologi ....................................................................... 21
5. Derajat PPOK .................................................................... 23
6. Penatalaksanaan PPOK...................................................... 24

xii
B. Oksigenisasi ........................................................................... 28
1. Ventilasi...................................................................... 28
2. Perfusi paru................................................................. 29
3. Difusi .......................................................................... 30
C. Teknik Relaksasi Nafas Dalam .............................................. 30
1. Pengertian .......................................................................... 30
2. Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam ............................. 31
3. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam......................... 31
4. Indikasi Terapi Relaksasi Napas Dalam ............................ 32
5. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Nafas Dalam .................. 33
6. Prosedur Teknik Deep Breathing Exercise ........................ 33
D. Kerangka Teori ...................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Strategi Penelusuran Literature............................................. 35
B. Kata Kunci ............................................................................ 35
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................ 36
D. Proses Seleksi Literatur ........................................................ 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian..................................................................... 38
B. Pembahasan ......................................................................... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................... 49
B. Saran ................................................................................... 49
C. Keterbatasan Penelitian......................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori............................................................................34

Skema 3.1 Alur prisma pencarian jurnal.......................................................37

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Strategi Pencarian Pada Data Base......................................................36


Tabel 3.2 Kriteria inklusi.....................................................................................36
Tabel 4.1 Daftar Literature Review......................................................................39

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang timbul

akibat dari adanya respon inflamasi kronis yang tinggi pada saluran nafas dan

paru yang biasanya bersifat progresif dan persisten. Penyakit ini memiliki ciri

berupa terbatasnya aliran udara yang masuk dan umumnya dapat di cegah dan

di rawat (GOLD, 2015).

Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit sistemik yang

mempunyai hubungan antara keterlibatan metabolik, otot rangka dan molekuler

genetik. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK

yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka merupakan

hal utama yang berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK.

Inflamasi sistemik, penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit

kardiovaskuler, osteoporosis, dan depresi merupakan manifestasi sistemik

PPOK (Oemawati, 2017).

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2016, jumlah

penderita PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi

400 juta jiwa di tahun 2020 mendatang, dan setengah dari angka tersebut

terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian

PPOK di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di dunia yaitu 7,8 juta

jiwa. Penderita PPOK di Rumah Sakir Umum Daerah Pandan Arang Boyolali

8
9

berdasarkan data instalasi rekam medik pada tahun 2014 sebanyak 217 jiwa,

pada tahun 2015 sebanyak 84 dan 47 jiwa diantaranya mengalami komplikasi

dan tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan meningkat di tahun

mendatang. Jumlah penderita PPOK meningkat akibat faktor genetik, pola

hidup yang tidak sehat, asap rokok dan polusi udara. Tanpa disadari, angka

kematian akibat PPOK semakin meningkat.

Adapun catatan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam

World Health Report pada tahun 2016 menyebutkan, lima penyakit paru utama

merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru

7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kaker paru/ trakea/ bronkus 2,1%, dan

asma 0,3% (Oemawati, 2017).

Insiden penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) semakin meningkat di

Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 didapatkan

prevalensi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Indonesia sebanyak 3,7%

dan lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki. Sementara prevalensi

untuk wilayah DIY adalah 3,1%. Hal ini 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

juga berhubungan dengan terus meningkatnya prevalensi merokok pada remaja

(10-18 tahun), yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1%

(Riskesdas 2018). Berdasarkan data dan info dari Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, Indonesia telah bekerja sama dengan pihak luar negeri

dalam pengembangan program Healthy Lung yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat serta tenaga kesehatan dalam

pencegahan dan perawatan penyakit paru seperti asma, penyakit paru obstruktif
10

kronis (PPOK), dan kanker paru. Program Healthy lung telah melakukan

research untuk meningkatkan proses perawatan pada penyakit paru. Saat ini

program Healthy Lung baru bisa dilaksanakan di 3 kabupaten di Indonesia,

yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Banjar (Kemenkes

RI, 2017).

Menurut Sugiharto pada tahun 2015, yang berjudul “Gambaran Penyakit

Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Di Daerah Pertambangan Batubara,

Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan” menyatakan dengan

jumlah sampel 469 anggota rumah tangga di kawasan peruntukkan dan 504

anggota rumah tangga di kawasan bukan peruntukkan. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui gambaran PPOK di Kabupaten Muara Enim,

Provinsi Sumatera Selatan. Basil penelitian menunjukkan bahwa kejadian

PPOK berdasarkan gejala lebih tinggi di kawasan peruntukkan (1,07%)

dibanding dengan kawasan bukan peruntukkan (0,20%). Demikian juga dengan

gejala/diagnosa, lebih tinggi di kawasan peruntukkan (2,35%). Kualitas udara

outdoor dan indoor nilai rata-rata untuk parameter SO2, NO2dan PM10lebih

tinggi di kawasan peruntukkan, dan pada kebiasaan merokok lebih dan 1 bulan

terakhir lebih tinggi di kawasan peruntukkan (35,8%). Dapat disimpulkan

bahwa prevalensi PPOK lebih tinggi di kawasan peruntukkan dibandingkan

kawasan bukan peruntukkan.

Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin,

ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin. Nilai
11

normal saturasi oksigen yang diukur menggunakan oksimetri nadi berkisar

antara 95-100% (Septia, 2018).

Saturasi oksigen pasien PPOK bias mengalami penurunan hingga

nilainya 85 % yang menyebahkan pasien mengalami hipoksemia, sianosis,

penurunan konsentrasi dan perubahan mood (Somantri, 2016).

Hal ini di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiono yang

berjudul “The Effect of Pursed Lips Breathing in Increasing Oxygen Saturation

in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease” menyatakan bahwa

dari 24 pasien PPOK, sebesar 58% mengalami penurunan saturasi oksigen di

bawah normal (<95%) dan mengalami peningkatan saturasi oksigen dengan

nilai normal (>95%) setelah diberikan intervesi berupa pursed lips breathing

(Budiono, 2017)

Sebagian besar pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan

kadar oksigen dalam darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri,

kejadian hipoksemia pada pasien PPOK menyebabkan penurunan kualitas

hidup, berkurangnya toleransi terhadap latihan, mengurangi fungsi otot rangka,

dan akhirnya meningkatkan risiko kematian (Sinambela, 2015).

Hipoksemia jika tidak ditangani akan bertambah buruk dan akan

mengakibatkan hipoksia. Hipoksia merupakan penurunan tekanan oksigen di

sel dan jaringan. Tergantung pada dampak dari berat ringannya hipoksia, sel

dapat mengalami adaptasi, cedera atau kematian. Penanganan pasien dengan

PPOK yang datang kerumah sakit yaitu mendapatkan terapi untuk mengurangi

obstruksi jalan napas dengan memberikan hidrasi yang memadai untuk


12

mengencerkan secret bronkus dengan memberikan ekspektoran dan

bronkodilator untuk meredakan spasme otot polos (Somantri, 2016).

Namun bronkodilator masih belum optimal dalam peningkatan saturasi

pada pasien PPOK. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Gustiawan dkk (2015)

menyatakan obat-obat ini hanya mengurangi bronkospasme otot-otot polos

sedangkan hipoksemia akibat ketidakseimbangan rasio ventilasi yang terjadi

pada pasien PPOK belum tertangani (Sinambela, 2015).

Peningkatan saturasi oksigen dapat di pengaruhi oleh kemampuan proses

difusi. Kemampuan proses difusi ini dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas

vital. Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh ventilasi paru, saat terjadinya

gangguan pada ventilasi paru maka pengembangan paru tidak optimal dan

terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Sehingga dibutuhkan upaya untuk

meningkatkan ventilasi paru agar kapasitas vital paru meningkat dengan

melatih otot pernapasan. Salah satu latihan otot pernapasan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kapasitas vital sehingga dapat memaksimalkan

proses difusi adalah deep breathing exercise (Somantri, 2016).

Deep Breathing Exercise merupakan latihan pernapasan dengan teknik

bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga

memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.

Latihan deep breathing merupakan latihan pernapasan yang terbukti dapat

meningkatkan kemampuan otot inspirator, dimana dengan pemberian deep

breathing 72% menunjukkan manfaat dari latihan pernafasan ini. Kekuatan otot

inspirator yang terlatih akan meningkatkan compliance paru dan mencegah


13

alveoli kolaps (atelektasis). Dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa

latihan deep breathing dapat meningkatkan fungsi ventilasi dengan perbaikan

karakteristik frekuensi dan keteraturan pernapasan. Terlatihnya otot inspiratory

akan meningkatkan kemampuan paru untuk menampung volume udara

(Smeltzer dan Bare, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ubolnuar, et all (2019),

tentang effects of breathing exercises in patients with chronic obstructive

pulmonary disease: systematic review and meta-analysis, didapatkan hasil

sembilan belas studi (n = 745), dimasukkan. Kualitas bukti, rendah sampai

sedang. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, laju pernapasan

meningkat secara signifikan (p≤0.001) pada pernapasan bibir yang dikerutkan

(PLB), umpan balik ventilasi (VF) ditambah olahraga, latihan pernapasan

diafragma (DBE), dan kombinasi BEs. Selain itu, PLB secara signifikan

meningkatkan volume tidal (p <0,001), waktu inspirasi (p = 0,007), dan total

waktu pernapasan (p <0,001). VF plus latihan secara signifikan meningkatkan

kapasitas inspirasi (p <0,001), dan bernyanyi secara signifikan meningkatkan

komponen fisik kualitas hidup, dibandingkan dengan kelompok kontrol (p

<0,001). Semua BE tidak secara signifikan meningkatkan dispnea,

dibandingkan dengan kontrol (p> 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Astriani, Dewi dan Febriana (2018),

tentang Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap peningkatan saturasi

oksigen pada pasien PPOK di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng,

didapatkan hasil rata-rata pre 90,19 dan nilai rata-rata post 93,27. Hasil uji
14

paired sample t-test didapatkan hasil pre dan post (0,000) < α (0,05), artinya

H0 ditolak dan Ha diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Astriani, Dewi dan Febriana (2018),

tentang Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap peningkatan saturasi

oksigen pada pasien PPOK di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng,

didapatkan hasil rata-rata pre 90,19 dan nilai rata-rata post 93,27. Hasil uji

paired sample t-test didapatkan hasil pre dan post (0,000) < α (0,05), artinya

H0 ditolak dan Ha diterima.

Penenlitian yang dilakukan oleh I Made Mertha(2018) Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian deep breathing

exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK di IGD RSUD Sanjiwani

Gianyar tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan

adalah quasy experiment dengan rancangan pre and post test with control

group menggunakan metode purposive sampling kepada 20 responden dan

dibagi menjadi dua kelompok, 10 responden kelompok perlakuan dan 10

responden kontrol. Hasil uji statistik Paired T-test pada kelompok perlakuan

didapatkan selisih rata-rata sebesar 5,1% dengan ? value 0,001, pada kelompok

kontrol didapatkan selisih rata-rata sebesar 0,5% dengan ? value 0,052.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan

pemberian deep breathing exercise kepada pasien PPOK untuk meningkatkan

saturasi oksigen.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Faidah dan Nugroho (2019),

tentang Efektivitas Diaphragmatic Breathing Exercise Terhadap Peningkatan


15

Saturasi Oksigen Pasien PPOK di Ruang Melati I dan Melati II RSUD

dr.Loekmonohadi Kudus, didapatkan hasil uji paired T-test diperoleh nilai p-

value 0,000 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada keefektivan

diaphragmatic breathing exercise.

Di beberapa negara maju telah banyak dilakukan penelitian tentang

saturasi oksigen pada pasien PPOK. Peneliti menganggap bahwa saturasi

oksigen pada pasien PPOK adalah penanganan yang penting, karena

penanganan dan pengawasan saturasi oksigen pada pasien PPOK sangat

penting, karena pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan kadar

oksigen dalam darah. Oleh karena itu, perlu dilakukan rangkuman literature

yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian deep breathing

exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan kadar oksigen dalam

darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri, kejadian hipoksemia pada

pasien PPOK mengurangi fungsi otot rangka, dan akhirnya meningkatkan

risiko kematian. Latihan deep breathing merupakan latihan pernapasan yang

terbukti dapat meningkatkan kemampuan otot inspirator, dimana dengan

pemberian deep breathing 72% menunjukkan manfaat dari latihan pernafasan

ini. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

belum diketahuinya pengaruh pemberian deep breathing exercise terhadap

saturasi oksigen pada pasien PPOK.


16

C. Tujuan Literature Review

Untuk menganalisis pengaruh pemberian deep breathing exercise

terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah

bahan bacaan bagi mahasiswa/ mahasiswi IKesT Muhammadiyah

Palembang untuk melanjutkan penelitiannya.

2. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

terutama mata kuliah metodologi penelitian.


17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

1. Pengertian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai

penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa

ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya

reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru

terhadap partikel asing atau gas yang berbahaya (Kemenkes RI, 2017).

Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering ditemukan

bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda. Bronkitis

kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis

kronik merupakan diagnosis klinis, sedangkan emfisema merupakan

diagnosis patologi (Andani, 2016).

PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat

ditangani, yang memiliki karakteristik gejala pernapasan yang menetap dan

keterbatasan aliran udara, dikarenakan abnormalitas saluran napas dan/atau

alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas atau partikel berbahaya

(GOLD, 2017).

2. Etiologi

Menurut Ikawati (2016) terdapat beberapa faktor resiko berkembang

nya penyakit ini, yang dapat dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan

dan faktor host.


18

a. Faktor paparan lingkungan antara lain :

1) Merokok

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan

risiko 30 kali lebih besar pada perokok dibandingkan dengan bukan

perokok dan merupakan penyebab dari 89-90% kasus PPOK. Dampak

yang diakibatkan dari PPOK yaitu kematian berhubungan dengan

jumlah rokok yang dihisap, umur mulai merokok dan statussaat PPOK

berkembang.

2) Pekerjaan

Pekerjaan yang memiliki resiko besar terkait dengan terjadinya

PPOK adalah para pekerja tambang emas, pekerja yang terpapar debu

silica yaitu pekerja industri gelas dan keramik, pekerja yang terpapar

debu katun dan debu gandum, dan pekerja asbes.

3) Polusi udara

Polusi dapat berasal dari luar rumah seperti asap pabrik, asap

kendaraan bermotor dan asap yang berasal dari dalam rumah seperti

asap dapur.

4) Infeksi

Adanya kolonisasi bakteri dapat mengakibatkan peningkatan

kejadian inflamasi yang dapat diukur dari peningkatan jumlah sputum,

peningkatan frekuensi eksaserbasi dan percepatan penurunan fungsi

paru, hal-hal tersebut akan meningkatkan risiko kejadian PPOK


19

b. Faktor risiko yang berasal dari host/pasiennya antara lain :

1) Usia

Usia semakin bertambah semakin besar risiko menderita PPOK.

Gangguan genetik berupa defisiensi α1-antitripsin (AAT)

kemungkinan terjadi pada pasien PPOK dengan usia sebelum 40

tahun, namun kejadian ini hanya dialami < 1% pasien PPOK.

2) Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dibandingkan dengan

wanita terkait dengan kebiasaan merokok pada laki-laki. Namun

terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi PPOK pada wanita

karena meningkatnya jumlah perokok wanita.

3) Gangguan fungsi paru yang sudah terjadi

Difisiensi immunoglobulin A (IgA/hypogammaglobulin) atau

infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis adalah

salah satu gangguan fungsi paru yang merupakan faktor risiko

terjadinya PPOK. Individu dengan gangguan fungsi paru memiliki

risiko lebih besar daripada yang memiliki fungsi paru normal. Selain

itu orang yang pertumbuhan parunya tidak normal karena lahir dengan

berat badan rendah, juga berisiko lebih besar terkena PPOK.

4) Predisposisi genetik, yaitu defisiensi α1 antitripsin (AAT)

Difisiensi AAT, dikaitkan dengan kejadian emfisema yang

disebabkan karena hilangnya elastisitas jaringan di dalam paru yang

diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara enzim


20

proteolitik dan faktor protektif. Dalam keadaan normal protektif AAT

berfungsi menghambat enzim proteolitik sehingga tidak terjadi

kerusakan paru. AAT diproduksi oleh gen inhibitor protease (M). Satu

dari 2500 orang adalah homozigot untuk gen resesif (Z), yang

mengakibatkan kadar AAT dalam darah rendah dan menimbulkan

emfisema lebih cepat. Orang yang heterozigot mempunyai gen MZ,

yang juga berisiko terkena emfisema yang makin meningakat apabila

mempunyai kebiasaan merokok karena asap rokok dapat

menginaktivasi AAT. Wanita mempunyai kemungkinan perlindungan

oleh estrogen yang akan menstimulasi sintesis inhibitor protease

seperti AAT.

3. Klasifikasi

Menurut GOLD (2017), klasifikasi penyakit paru obstruksi kronik

(PPOK) antara lain :

a. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

bronkospasme episodik reversible yang terjadi akibat respons

bronkokonstriksi berlebih terhadap berbagai rangsangan.

b. Bronkitis kronis

Bronkitis kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal

3 bulan secara berturut-turut dalam kurun waktu sedikitnya 2 tahun.


21

c. Emfisema

Emfisema adalah suatu penyakit yang dimana terjadi kehilangan

elastisitas paru dan pembesaran abnormal dan permanen pada ruang

udara yang jauh dari bronkiolus terminal termasuk destruksi dinding

alveolar dan bantalan kapiler tanpa fibrosis yang nyata.

d. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah gangguan pada saluran pernapasan yang

terjadi akibat adanya pelebaran bronkus dan bronkiolus akibat kerusakan

otot dan jaringan elastik penunjang, yang disebabkan oleh atau berkaitan

dengan infeksi nekrotikan kronis. Sekali terbentuk, bronkiektasis

menimbulkan kompleks gejala yang didominasi oleh batuk dan

pengeluaran sputum purulen dalam jumlah besar.

4. Patofisiologi

Prinsip terjadinya penyakit paru obstruksi kronik yaitu adanya

keterbatasan jalan napas yang tidak sepernuhnya reversible. Secara progresif

terjadinya penyempitan jalan napas dan kehilangan daya elastisitas paru

yang berakibat pada terjadinya penurunan FEV (Forced Expiratory Volume,

ketidakadekuatan dalam pengosongan paru dan hiperinflasi. Adanya proses

penuaan yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru-paru.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas jaringan paru dan

dinding dada yang mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan kontraksi

otot pernapasan dan menyebabkan kesulitan dalam bernapas. Selain itu

faktor kebiasaan buruk merokok juga dapat menyababkan cedera pada sel
22

epitel jalan napas yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, dimana

pada kandungan asap rokok dapat merangsang terjadinya peradangan kronik

pada paru-paru. Mediator peradangan dapat merusak struktur penunjang dari

paru-paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran pernapasan dan kolapsnya

alveolus, maka ventilasi paru berkuramg. Saluran udara yang mengalami

kolaps terjadi terutama pada saat ekspirasi dimana ekspirasi normal terjadi

akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Apabila

tidak terjadi pengempisan pasif, maka udara akan terperangkap didalam

paru-paru dan saluran udara kolaps (Greace, 2016).

Fungsi paru menentukan jumlah kebutuhan oksigen yang masuk ke

tubuh seseorang, yaitu jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-

paru untuk digunakan oleh tubuh. Kebutuhan oksigen sangat erat

hubungannya dengan aliran darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-

paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sitem respirasi seperti fungsi

ventilasi paru. Faktor resiko merokok dan polusi udara menyebabkan proses

inflamasi bronkus dan juga dapat menimbulkan kerusakan pada dinding

bronkiolus terminalis. Terjadinya kerusakan pada dinding bronkiolus

terminalis dapat menyebabkan obstruksi pada bronkiolus terminalis yang

akan mengalami obstruksi pada fase awal ekspirasi. Udara yang masuk ke

alveoli pada saat inspirasi akan terjebak kedalam alveolus pada saat terjadi

ekspirasi sehingga akan menyebabkan terjadinya penumpukan udara (air

trapping). Kondisi seperti ini yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan

sesak napas (Greace, 2016).


23

5. Derajat PPOK

Klasifikasi derajat PPOK menurut Global Initiative for Chronic

Obstruktif Lung Disease (GOLD, 2017) antara lain :

a. Derajat 0 (berisiko)

Gejala : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum

dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.

Spirometri : normal

b. Derajat I (Ringan)

Gejala : batuk kronis dan ada produksi sputum tapi tidak sering. Pada

derajat ini pasien tidak menyadari bahwa dirinya menderita PPOK. Sesak

napas derajat 0 sampai derajat sesak napas 1

Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%

c. Derajat II ( sedang)

Gejala : sesak napas mulai terasa pada saat beraktivitas terkadang

terdapat gejala batuk dan produksi sputum. Biasanya pada derajat ini

pasien mulai memeriksakan kesehatannya. Sesak napas derajat sesak 2

(sesak timbul pada saat aktivitas)

Spiromteri : FEV1/FVC <70%, 50% <FEV1 < 80%

d. Derajat III (berat)

Gejala : sesak napas terasa lebih berat, terdapat penurunan aktivitas,

mudah lelah, serangan eksaserbasi bertambah sering dan mulai

memberikan dampat terhadap kualaitas hidup. Sesak napas derajat 3

sampai 4. Eksaserbasi lebih sering terjadi


24

Spirometri : FEV1/ FVC <70% ;30% FEV <50%

e. Derajat IV ( sangat berat )

Gejala : terdapat gejala pada derajat I, II, III serta adanya tanda-tanda

gagal napas atau gaggak jantung kanan. Pasien mulai bergantung pada

oksigen. Kualitas hidup mulai memburuk dan dapat terjadi gagal napas

kronik pada saat terjadi eksaserbasi dehingga dapat mengancam jiwa

pasien.

Spirometri : FEV1/ FVC <70%; FEV1 < 30% atau <50%

6. Penatalaksanaan PPOK

Beberapa teknik penatalaksanaan yang berbeda menurut Patricia

(2016), yang berkisar dari latihan olahraga, konseling nutrisi, dan

penyuluhan, sampai dengan tetapi obat, penggunaan oksigen dan

pembedahan, dapat efektif dalam terapi PPOK.

a. Terapi farmakologi

1) Bronkodilator

Bronkodilator adalah bagian penting penatalaksanaan gejala

pada pasien PPOK dan diresepkan sesuai kebutuhan atau secara

teratur untuk mencegah atau mengurangi gejala. Bronkodilator

memperbaiki pengosongan paru, mengurangi hiperinfasi pada saat

istirahat dan selama latihan, dan memperbaiki performa latihan.

Bronkodilator meningkatkan FEV1 dengan memperlebar tonus otot

polos jalan napas, bukan dengan mengubah sifat recoil elastis paru.

Bronkodilator kerja lama paling sesuai untuk kondisi ini. Inhalasi


25

merupakan rute pemberian yang lebig dipilih. Agens bronkodilator

utama adalah agonis beta2 adrenergik, antikolinergik, dan tefilin.

Pilihan bentuk tertentu terapi bronkodilator bergantung pada

ketersediaan dan respons pasien dalam hal pengurangan gejala dan

efek samping. Terapi kombinasi, bukan peningkatan dosis agens

tunggal, dapat menyebabkan perbaikan efektivitas dan penurunan

resiko efek samping.

2) Glukokortikoid

Terapi inhalasi glukokortikoid yang rutin untuk PPOK hanya

sesuai pada pasien dengan penyakit sistomatik dan respons

spirometrik yang tercatat terhadap glukokortikoid atau pada pasien

dengan FEV1 kurang dari 50% yang diprediksi dan eksaserbasi

berulang yang memerlukan terapi dengan antibiotic atau

glukokortikosteroid oral. Terapi inhalasi glukokortikosteroid yang

lama dapat mengurangi gejala, namun tidak mengubah penurunan

jangka panjang FEV1 yang biasanya terlihat pada pasien PPOK.

Hubungan dosis-respons dan keamanan jangka panjang inhalasi

glukokortikosteroid pada PPOK tidak diketahui sepenuhnya, dan tidak

ada rekomendasi terapi glukokortokosteroid jangka panjang.

3) Agens farmakologi lain

Bebrapa obat lain dapat bermanfaat, tetapi tidak

direkomendasikan secara universal. Antibiotik tidak boleh digunakan

pada PPOK kecuali untuk terapi eksaserbasi infeksi dan infeksi


26

bakteri lainnya. Agens mukolitik memiliki manfaat yang minimal

secara keseluruhan dan penggunaannya secara luas tidak

direkomendasikan berdasarkan penelitian terkini. Akan tetapi, pasien

dengan sputum kental dapat memperoleh manfaat dari mukolitik.

Terapi augmentasi α1 antitripsin mungkin bermanfaat pada pasien

muda yang mengalami defisiensi α1 antitripsin herediter berat dan

emfisema yang telah dipastikan. Akan tetapi, terapi augmentasi α1

antitripsin sangat mahal, dan mungkin tidak tersedia pada sebagian

besar negara. N-asetilsistein, suatu antioksidan, terbukti mengurangi

frekuensi eksaserbasi PPOK dan dapat berperan untuk terapi pasien

yang mengalami eksaserbasi berulang.

4) Terapi oksigen

Terapi oksigen adalah salah satu terapi nonfarmakologi utama

untuk pasien yang mengalami PPOK berat. Terapi oksigen merupakan

suatu terapi yang diberikan dengan memberikan gas oksigen (O2) lebih

dari 21% pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen dalam

tubuh meningkat. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan

pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap

O2.

b. Terapi nonfarmakologi

1) Aktivitas olahraga

Program aktivitas olahraga untuk PPOK dapat terdiri atas sepeda

ergometri, latihan treadmill, atau berjalan dengan diatur waktunya,


27

dan frekuensinya dapat berkisar setiap hari sampai setiap minggu

dengan durasi 10 sampai 45 menit per sesi, dan intensitas latihan dari

50% konsumsi oksigen puncak sampai maksimum yang ditoleransi.

Manfaat rehabilitasi paru pada pasien PPOK meliputi hal-hal berikut :

a) Memperbaiki kapasitas aktivitas fisik

b) Mengurangi intensitas sesak napas (yang dirasakan)

c) Memperbaiki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan

d) Mengurangi jumlah hospitalisasi dan hari rawat di rumah sakit

e) Mengurangi ansietas dan depresi yang berkaitan dengan PPOK

f) Memperbaiki fungsi lengan dengan latihan kekuatan dan daya

tekan ekstremitas atas

g) Manfaat yang melebihi periode latihan segera

h) Memperbaiki harapan hidup

2) Konseling nutrisi

Malnutrisi adalah masalah umum pada pasien PPOK dan terjadi

lebih dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden

malnutrisi bervariasi sesuai dengan derajat abnormalitas pertukaran

gas. Malnutrisi mengakibatkan penurunan otot pernapasan dan

kelemahan otot pernapasan lebih lanjut. Pengkajian nutrisi yang

menyeluruh harus dilakukan untuk mengidentifikasi strategi guna

memaksimalkan status nutrisi pasien. Tindakan preventif dapat

mencakup pemberian makan yang sedikit tapi sering untuk pasien

yang mengalami sesak napas ketika makan, memperbaiki


28

pertumbuhan gigi yang buruk, dan mengatasi komorbiditas (mis.,

sepsis pulmonal, tumor paru) secara tepat. Memperbaiki status nutrisi

pasien PPOK yang mengalami penurunan berat badan yang dapat

menyebabkan peningkatan kekuatan otot pernapasan.

3) Penyuluhan

Berhenti merokok adalah metode tunggal yang paling efektif

dalam mengurangi resiko terjadinya PPOK dan memperlambat

kemajuan penyakit. Sesi konseling singkat (3 menit) untuk mendorong

perokok berhenti merokok menyebabkan angka berhenti merokok

menjadi 5% sampai 10%. Setiap perokok harus menjalani sesi

konseling tersebut pada setiap kunjungan ke pemberi perawatan

kesehatan. Ada banyak farmakoterapi yang efektif (mis., produk

penggantian nikotin) saat ini untuk berhenti merokok dan

penggunaannya di anjurkan jika konseling tidak berhasil dalam

membantu pasien berhenti meroko. Penting untuk menekankan

pentingnya eliminasi atau reduksi pajanan terhadap berbagai zat

berbahaya di tempat kerja. Pencegahan sekunder yang dapat dicapai

melalui survellan dan deteksi dini juga sangat penting.

B. Saturasi Oksigen

1. Pengertian

Saturasi oksigen (SaO2) adalah presentasi oksigen yang

terikat atau dibawa oleh hemoglobin di pembuluh darah, dimana

satu hemoglobin memiliki empat situs pengikat oksigen dan


29

produk hasil pengikatan hemoglobin dan oksigen disebut

oksihemoglobin.Nilai normal saturasi oksigen adalah sekitar 95%

- 98% pada dewasa sehat, dinyatakan dalam satuan persen yang

menggambarkan jumlah total persentase situs pengikat

hemoglobin yang berikatan dengan oksigen.

2. Faktor yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen

Hubungan antara afinitas oksigen terhadap hemogobin

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tergambarkan dalam

perubahan pada kurva disosiasi oksihemoglobin. Pergeseran ke

kanan (shift to the right) menggambarkan penurunan afinitas

hemoglobin terhadap oksigen, sedangkan pergeseran ke kiri (shift

to the left) menggambarkan peningkatan afinitas hemoglobin

terhadap oksigen. Faktor ini ialah temperature tubuh, pH darah,

konsentrasi tekanan parsial karbondioksida (pCO2), konsentrasi

2,3-difosfogliserat (2,3-DPG), dan konsentrasi dyshemoglobin.

Pergeseran ke kanan terjadi ketika kondisi pH darah rendah,

peningkatan pCO2 dan konsentrasi 2,3-DPG, serta peningkatan

temperatur tubuh. Perubahan tersebut terjadi semisal ketika tubuh

tengah melakukan aktivitas fisik, dimana perubahan-perubahan

tersebut akan menggeser kurva ke kanan sehingga memudahkan

pelepasan O2 ke jaringan tubuh selama periode dengan permintaan

O2 yang tinggi (efek Bohr).


30

Sedangkan pergeseran ke kiri terjadi ketika kondisi pH darah tinggi,

penurunan pCO2 dan konsentrasi 2,3-DPG, serta penurunan temperatur

tubuh. Selain itu, keadaan tingginya karbonmonoksida (CO) di dalam sistem

sirkulasi akan menggeser kurva disosiasi ke kiri. Hal ini disebabkan karena

CO memiliki afinitas dengan hemoglobin 250 kali lebih besar dibandingkan

dengan oksigen, mengakibatkan penurunan kadar oksigen yang dapat

diangkut oleh hemoglobin. Oleh karena itu, rantai-rantai polipeptida globin

yang tidak berikatan dengan CO akan meningkatkan afinitasnya terhadap

O2 yang terikat.

3. Pengukuran Saturasi Oksigen Darah

Salah satu cara untuk menghitung kadar saturasi oksigen dalam

darah adalah dengan menggunakan alat oksimeter (pulse oximeter), yang

bekerja berdasarkan metode absorpsi spektrofotometri hukum Beer-

Lambert.19 Oksimeter ditempatkan di bagian tubuh yang berdenyut secara

adekuat, seperti jemari tangan atau ibu jari kaki. Fotodetektor pada

oksimeter akan mengukur jumlah cahaya yang diabsorpsi oxyhemoglobin

dan deoxyhemoglobin dan dilaporkan sebagai saturasi oksigen.

C. Teknik Deep Breathing Exercise

1. Pengertian

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari

ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberi individu control diri

ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada

nyeri (Smeltzer dan Bare, 2016).


31

Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis

yang digunakan dalam penatalaksanaan nyeri. Relaksasi merupakan

suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari

ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap

nyeri (Sulistyo, 2016).

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2017), relaksasi nafas dalam

adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan,

berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.

2. Manfaat Terapi Deep Breathing Exercise

Menurut Sulistyo (2016), manfaat terapi relaksai napas dalam

sebagai berikut.

a. Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman

b. Mengurangi rasa nyeri

c. Pasien tidak mengalami stress

d. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan

yang biasanya menyertai nyeri

e. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri

f. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan

perhatian.

3. Mekanisme Kerja Deep Breathing Exercise

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan

sensitivitas baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin

sehingga mengstimulasi respons saraf otonom yang berpengaruh dalam

menghambat pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan


32

merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau

relaksasi). Apabila kondisi ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi

Cardiovasculer Contro Center (CCC) yang akan menyebabkan

penurunan heart rate, stroke volume, sehingga menurunkan cardiac

output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan darah. Proses

fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons

meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas

keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan kontraktilitas,

kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume sekuncup

berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu

menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi kecemasan (Khayati

et all, 2016).

4. Indikasi Terapi Deep Breathing Exercise

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2016), indikasi terapi

relaksasi napas dalam sebagai berikut.

a. Deep breathing exercise dapat diberikan kepada seluruh penderita

dengan status pasien yang hemodinamik stabil, pasien CHF NYHA

II dan III

b. Pasien PPOK mengalami hipoksemia

c. Pasien yang mengalami gejala pernapasan persisten dan

keterbatasan aliran udara yang disebabkan tersumbatnya jalan nafas

atau adanya kelainan alveolar

d. Pasien yang mengalami stress


33

5. Kontraindikasi Terapi Deep Breathing Exercise

Terapi relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada pasien yang

mengalami sesak nafas.

6. Prosedur Teknik Deep Breathing Exercise

Menurut Priharjo (2016), prosedur teknik relaksasi napas dalam

menurut adalah sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1,2,3.

d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks.

e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.

f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut secara perlahan-lahan.

g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.

h. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam.

i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.

j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang.

k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal

dan cepat.
34

D. Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori
Tanda Gejala dan
Keterbatasan Aliran Udara (air tapping)
- Sesak
Faktor Resiko Hipersekresi Mukus
PPOK : Kelainan Pertukaran Gas Batuk Kronis
- Faktor paparan Ventilasi Alveolus Berkurang
lingkungan Peningkatan produksi mukus
- Faktor risiko Sianosis
yang berasal
dari host PPOK

Faktor yang
Mempengaruhi
Penatalaksanaan Gangguan Saturasi Saturasi
Deep Breathing Perfusi Oksigen Oksigen :
Exercise - shift to
the right
- shift to the left

Pulse
Oximeter:
- Normal
- Tidak Normal

Sumber : Ikawati, 2016 dan GOLD, 2017


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Strategi Penelusuran Literature

Merupakan database elektronik yang digunakan untuk mencari jurnal dan

artikel terkaik baik dalam bahasa indonesia ataupun bahasa inggris yang dapat

dimengerti oleh peneliti. Database yang dapat digunakan untuk mencari artikel

antara lain: google scholar, EBSCO, Proquest (https://search.proquest.com/),

Science Direct (https://www. sciencedirect.com/), Cochrane, Scopus

(https://www.scopus.com/home.uri), NCBI dan lain -lain. Database elektronik

ini dapat dijadikan acuan mencari artikel yang sesuai dengan tujuan, dan

pertanyaan penelitian.).

B. Kata Kunci

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder

diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan

dalam jurnal online nasional dan internasional. Dalam melakukan penelitian

ini peneliti melakukan pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan di

internet menggunakan seach engine Sinta, Garuda dan Schoolar dengan kata

kunci: Deep breathing exercise, saturasi oksigen, Oksigen, PPOK.

49
36

Pencarian artikel menggunakan strategi PICO (participants, intervention,

comparison, outcome).

Participant/ Population/Patient POPD Patient


Intervention (Intervensi) - Giving Deep Breathing Exercise
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Oxygen saturation Under Normal
Tabel 3.1 Strategi pencarian pada base data
Kriteria inklusi
Tabel 3.2 Kriteria inklusi pada literature ini yaitu:
Kritreria Inklusi

Sampel Dewasa Akhir , Lansia Awal, Lansia Akhir

Rentang usia 36 tahun - 65 tahun


Jangka Tanggal publikasi 5 tahun terakhir mulai dari tahun
Waktu 2015 sampai dengan tahun 2020
Bahasa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Artikel original tidak dalam bentuk publikasi tidak
asli seperti surat ke editor,
Jenis artikel
Tidak dalam bentuk abstrak saja maupun buku
artikel dalam bentuk teks lengkap
37

C. Proses Seleksi Literatur

Skema 3.1
Alur prisma pencarian jurnal

Identification

Data base search


Google search 105 researchgate (n = 105)

105 artikel ditemukan di database 72 artikel


dikecualikan
Seleksi

33 artikel di pilih dengan membaca melalui


membaca judul
Kelayakan

22 artikel dikeluarkan dengan membaca teks lengkap

17 artikel di pilih di database

6 artikel dipilih untuk literature


Inklusi

review
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari enam artikel yang dipilih untuk literature review ini, semua artikel

merupakan studi kuantitatif. Semua artikel diterbitkan antara tahun 2015-2020

dan semua artikel di terbitkan di Indonesia. Masing-masing dari artikel yang

dipilih untuk dibaca dari abstrak, tujuan, data analisis dari pertanyaan awal

peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang pengaruh pemberian deep

breathing exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK. Studi literatur

ini didapatkan enam artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

49
39

Tabel 4.1
Hasil Penelitian
No Nama Negara Tujuan Desain Sampel Prosedur Hasil Data base
Author
1 Wardani, Indonesia Untuk mengetahui Metode penelitian Teknik pengambilan Kuesioner Hasil uji Google
Faidah dan efektivitas yang digunakan yaitu sampel paired T-test schoolar
Nugroho diaphragmatic eksperiment dengan menggunakan diperoleh keefektivan
(2019) breathing exercise rancangan penelitian purposive sampling nilai p-value diaphragmatic
terhadap one group pre test and dengan jumlah 0,000 < α breathing
peningkatan post test design. 0,05 sehingga exercise
saturasi oksigen dapat terhadap
pasien PPOK di disimpulkan peningkatan
Ruang Melati I dan bahwa ada saturasi
Melati II RSUD keefektivan oksigen pasien
dr.Loekmonohadi diaphragmati PPOK di
Kudus c breathing Ruang Melati I
exercise dan Melati II
terhadap RSUD
peningkatan dr.Loekmonoh
saturasi adi Kudus.
oksigen
pasien PPOK
di Ruang
Melati I dan
40

Melati II
RSUD
dr.Loekmono
hadi Kudus.
41

2 Astriani Indonesia Untuk mengetahui Desain Penelitian Besar sampel yang Kuesioner Ada Google
(2018) Pengaruh teknik yang digunakan digunakan adalah 26 Pengaruh Scholar
relaksasi nafas adalah pra- responden yang telah Teknik Pengaruh
dalam terhadap eksperimental dengan dipilih dengan Relaksasi teknik
peningkatan rancangan one group menggunakan teknik Nafas Dalam relaksasi nafas
saturasi oksigen pre-post test design. sampling total terhadap dalam terhadap
pada pasien ppok Populasi yang sampling. Peningkatan peningkatan
di ruang igd rsud digunakan dalam Saturasi saturasi
kabupaten buleleng penelitian ini adalah Oksigen pada oksigen pada
pasien PPOK di Pasien PPOK pasien ppok di
Ruang IGD RSUD di Ruang ruang igd rsud
Kabupaten Buleleng IGD RSUD kabupaten
Kabupaten buleleng.
Buleleng. Jurnal
Dengan nilai Kesehatan
ρ value MIDWINERS
(0,000) < α LION Vol. 3,
(0,05), No. 1, Maret
2018
42

3 Mertha, Indonesia Untuk mengetahui Desain penelitian Menggunakan Kuesioner 1. Ada Google scholar
Putri dan Pengaruh Pemberian yang digunakan metode purposive pengaruh yan Pengaruh Pem
Suardana Deep adalah quasy sampling kepada 20 signifikan berian Deep
(2018) BreathingExercise experiment dengan responden dan antara Deep BreathingExer
Terhadap rancangan pre and dibagi menjadi dua Breatihingex cise Terhadap
Saturasi Oksigen post test with control kelompok, 10 ercise Saturasi
Pada Pasien PPOK group responden kelompok terhadap Oksigen Pada
Di Igd Rsud perlakuan dan 10 saturasi Pasien PPOK
Sanjiwani responden kontrol. oksigen pada Di Igd Rsud
Gianyar Tahun 2018 pasien PPOK Sanjiwani
Dengan nilai Gianyar Tahun
ρ value 2018. Jurnal
0,052. Gema
keperawatan I
Mertha. Vol.
11, No 1.
43

4 Grzegorz Italia Effects of Slow This type of research The sample in this Questionnair The results of NCBI
Bilo, et all Deep Breathing at is a quasi- study were 39 e the T
(2018) High Altitude on experimental (quasi- respondents . dependent Effects of
Oxygen Saturation, experimental) with test found
Pulmonary and one group design with that the p Slow Deep
Systemic pretest and posttest. value <0.05 Breathing at
Hemodynamics means that
there is a High Altitude
difference on Oxygen
between the
provision of Saturation,
deep Pulmonary
breathing and Systemic
intervention
and the Hemodynamic
increase in s. Jurnal Plos
oxygen.
one. v.7(11);
2012
44

5 Ubolnuar Thailand To determine the This type of research Purposive sampling Questionnair The average NCBI
(2018) effect of breathing is a quasi- method to 20 e oxygen Effects of
exercises on patients experimental (quasi- respondents and saturation of Breathing
with chronic experimental) with divided into two the control Exercises in
obstructive one group design with groups, 10 group for the Patients With
pulmonary disease: a pretest and posttest. respondents in the pre-test value Chronic
systematic review treatment group and was 91.70% Obstructive
and meta-analysis 10 respondents in the and the post- Pulmonary
control group test was Disease:
92.20%, the Systematic
difference Review and
was 0.5% Meta-Analysis.
with a value Aan Rehabil
of 0.052 (p Med.
value> 0.05). v.43(4);Aug
2019
6 Dwi Indonesia Untuk mengetahui Desain penelitian Sample yang diambil Kuesioner Hasil uji Google
Purwanti efektifitas tehnik yang digunakan sebanyak 22 statistik Scholar
(2016) relaksasi nafas adalah two group pre- responden yang dengan efektifitas
dalam dan posisi post test design dibagi menjadi 2 independent tehnik
tripod terhadap laju kelompok dengan t-test relaksasi nafas
pernafasan pasien intervensi teknik diperoleh dalam dan
ppok di rs h. relaksasi nafas hasil p value posisi tripod
soewondo Kendal dalam dan posisi 0,001, yang terhadap laju
tripod. berarti ada pernafasan
perbedaan pasien ppok di
yang rs h. soewondo
signifikan Kendal. Jurnal
45

tehnik Ilmu
relaksasi Keperawatan
nafas dalam dan Kebid
dan posisi anan (JIKK),
tripod Vol... No...
terhadap laju
pernafasan
pasien PPOK
di RS H.
Soewondo
Kendal.
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil kajian litelature tentang pengaruh pemberian deep

breathing exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK, semua literatur

menyatakan ada pengaruh pengaruh pemberian deep breathing exercise

terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK yaitu sebanyak enam artikel.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Faidah dan Nugroho (2019),

tentang efektivitas diaphragmatic breathing exercise terhadap peningkatan

saturasi oksigen pasien PPOK di Ruang Melati I dan Melati II RSUD

dr.Loekmonohadi Kudus, didapatkan hasil rata-rata nilai saturasi oksigen

responden sebelum dilakukan tindakan diaphragmatic breathing exercise

adalah 95,18%, nilai standar deviasi sebesar 1,389, didapatkan nilai saturasi

oksigen terendah sebesar 93% dan nilai saturasi oksigen tertinggi sebesar 98%,

estimasi interval 95% rata-rata nilai saturasi oksigen adalah 95,64 - 95,72. rata-

rata nilai saturasi oksigen responden sesudah dilakukan tindakan diaphragmatic

breathing exercise (DBE) adalah 97,07%, nilai standar deviasi sebesar 1,359,

nilai saturasi oksigen terendah sebesar 94% dan nilai saturasi oksigen tertinggi

sebesar 99%, estimasi interval 95% rata-rata nilai saturasi oksigen adalah 96,54

- 97,60.

Penelitian yang dilakukan oleh Astriani (2018), tentang pengaruh teknik

relaksasi nafas dalam terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK

di ruang IGD rsud Kabupaten Buleleng, didapatkan hasil rata-rata pre 90,19

dan nilai rata-rata post 93,27. Hasil uji paired sample t-test didapatkan hasil pre

dan post (0,000) < α (0,05), artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa ada Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap

Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK di Ruang IGD RSUD

Kabupaten Buleleng

Penelitian yang dilakukan oleh Mertha, Putri dan Suardana (2018),

tentang pengaruh pemberian deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen

pada pasien PPOK, didapatkan hasil nilai rata-rata saturasi oksigen pre test

sebesar 89,80% dengan standar deviasi 1,476%. Nilai rata-rata saturasi oksigen

post test sebesar 94,90% dengan standar deviasi 1,287%. Uji statistik

didapatkan p value sebesar 0,001 (p value< 0,05) sehingga dapat disimpulkan

ada pengaruh pemberian deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen

pada pasien PPOK di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar.

Penelitian yang dilakukan oleh Grzegorz Bilo, et all (2018), tentang

effects of slow deep breathing at high altitude on oxygen saturation, pulmonary

and systemic hemodynamics, didapatkan hasil rata-rata satu saturasi oksigen

sebelum dilakukan tindakan slow deep breathing 93.17, dan sesudah dilakukan

slow deep breathing 96.30. Hasil uji T dependent didapkan hasil p value <0.05

berati ada perbedaan antara pemberian intervensi slow deep breathing terhadap

peningkatan oksigen.

Penelitian yang dilakukan oleh Ubolnuar et all (2018), tentang effects of

breathing exercises in patients with chronic obstructive pulmonary disease:

systematic review and meta-analysis, didapatkan hasil rata-rata saturasi

oksigen kelompok kontrol untuk nilai pre test sebesar 91,70% dan post test

sebesar 92,20%, selisih sebesar 0,5% dengan ρ value 0,052 (p value> 0,05).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Purwanti (2016), tentang efektifitas

tehnik relaksasi nafas dalam dan posisi tripod terhadap laju pernafasan pasien

ppok di rs h. soewondo Kendal, didapatkan hasil uji statistik dengan

independent t-test diperoleh hasil p value 0,001, yang berarti ada perbedaan

yang signifikan tehnik relaksasi nafas dalam dan posisi tripod terhadap laju

pernafasan pasien PPOK di RS H. Soewondo Kendal.

Menurut teori Somantri (2016), dikatakan bahwa peningkatan saturasi

oksigen dapat di pengaruhi oleh kemampuan proses difusi. Kemampuan proses

difusi ini dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas vital. Kapasitas vital paru

dipengaruhi oleh ventilasi paru, saat terjadinya gangguan pada ventilasi paru

maka pengembangan paru tidak optimal dan terjadinya penurunan kapasitas

vital paru. Sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan ventilasi paru agar

kapasitas vital paru meningkat dengan melatih otot pernapasan. Salah satu

latihan otot pernapasan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas

vital sehingga dapat memaksimalkan proses difusi adalah deep breathing

exercise.

Asumsi penulis dalam literature review ini maka peneliti menyimpulkan

bahwa pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan kadar oksigen

dalam darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri, kejadian hipoksemia

pada pasien PPOK mengurangi fungsi otot rangka, dan akhirnya meningkatkan

risiko kematian. Latihan deep breathing merupakan latihan pernapasan yang

terbukti dapat meningkatkan kemampuan otot inspirator, dimana dengan

pemberian deep breathing menunjukkan manfaat dari latihan pernafasan ini.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil telaah dari enam artikel yang telah dilakukan,

didapatkan kesimpulan sebagian besar literatur menyatakan rata-rata nilai

saturasi oksigen diantara 85-90% (4 artikel) sebelum diberikan pemberian

deep breathing exercise. Sebagian besar literatur menyatakan rata-rata nilai

saturasi oksigen diantara 95-98% (4 artikel) sesudah diberikan pemberian

deep breathing exercise. Semua literatur menyatakan ada pengaruh

pemberian deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen pada pasien.

B. Saran

a. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan untuk dapat memasukkan deep breathing

exercise sebagai materi pembelajaran dalam praktik klinik dengan tetap

memperhatikan kajian terbaru ilmu keperawatan pada area intensif care.

b. Bagi Institusi Kesehatan

Program terapi nonfarmakologi seperti pemberian pendidikan dan

keterampilan terkait latihan deep breathing pada pasien PPOK dapat

diberikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan untuk mengurangi atau

mengatasi gangguan tidur yang diakibatkan oleh sesak nafas, sehingga

pasien yang mengalami sesak nafas ataupun gangguan pernafasan dapat

menggunakan latihan deep breathing.

49
c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat mengembangkan

penelitian ini lebih lanjut dengan aspek-aspek yang belum disinggung atau

lebih luas, seperti menambahkan intervensi lain sebagai pembanding, serta

sumber informasi untuk mahasiswa/i dalam menganalisis literature review

yang akan datang.

d. Bagi Pembaca

Pembaca terutama pasien PPOK diharapkan dapat menerapkan latihan

deep beathing secara teratur untuk meningkatkan kualitas tidur, mengurangi

cemas, mengurangi gejala sesak, dan dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat khususnya klien PPOK.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu literatur review ini

membandingkan dan menganalisis hasil penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif, sehingga masih perlu dilakukan pendekatan kualitatif

agar diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh

pemberian deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen terhadap pasien

PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Andani, 2016. Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)’,
Media Litbangkes, 23(2), pp. 82–88. doi: 1 Desember 2016

Astriani, Dewi dan Febriana, 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK di ruang IGD
RSUD Kabupaten Buleleng. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Buleleng

Astriani, Dewi dan, Yanti, 2020. Relaksasi Pernafasan Dengan Teknik Ballon
Blowing Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK.
Jurnal. Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo
Semarang

Budiharto dkk, 2018. Pengaruh Breathing Retraining terhadap Peningkatan


Fungsi Ventilasi Paru pada Asuhan Keperawatan Pasien PPOK, Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), pp. 29–33.

Budiono, 2017. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Bumi Medik.

GOLD, 2015. Global Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention
of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

Greace, 2016. Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora Aksara Pratama Jackson

Ikawati, 2016. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.


Jogjakarta. Bursa Ilmu.

Islami dan Suyanto, 2018. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Pasien PPOK
Menggunakan Pursed Lip Breathing Dan 6 Minutes Walk Exercise. Jurnal.
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan keperawatan

Katrin, 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta. CV. Trans Info Media

Kemenkes RI, 2017. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif. Kronik


(PPOK). Jakarta. Kemenkes RI

Kozier et al, 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik. Jakarta. EGC.

Mertha, Putri dan Suardana, 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemanfaatan Posyandu Lansia Kencana. Jurnal. Jurnal Keperawatan,
Volume X, No. 1, April 2017
Oemawati, 2017. Kajian Epidemiologis PPOK. Jakarta. Kemenkes RI.

Patricia, 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC


Priharjo, 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta. CV. Trans Info Media.

Putri dkk., 2018. Deep Breathing Exercise lebih Efektif daripada Diafragmatic
Excercise dalam meningkatkan Kapasitas Vital Paru. Journal Of Internal
Medicine, 12.

Septia, 2018. Patofisiologi Paru Esensial Edisi 6. Jakarta. EGC.

Sinambela, 2015. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada


Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil. 35(3)

Smeltzer dan Bare, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Somantri, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika.

Uliyah, 2016. Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta. CV. Trans Info
Media

Wardani, Faidah dan Nugroho, 2019. Efektivitas Diaphragmatic Breathing


Exercise Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien PPOK di Ruang
Melati I dan Melati II RSUD dr.Loekmonohadi Kudus. Jurnal. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Darbiyono, 2015. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya. Didapatkan dari : www.unair.ac.id. Diakses tanggal : 05 Januari
2021

Dinkes Palembang, 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2017

Erfandi, 2016. Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus. Didapatkan dari :


http://scribd.co.id. Diakses tanggal : 07 Januari 2021

Fatimah, 2016. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta. Trans Info Media

Ferdianto, 2016. Peran Kesehatan Dalam Pembangunan Manusia. Didapatkan


dari : http://kesehatan.kompasiana.com. Diakses tanggal : 05 Januari 2021

Hasdianah, 2016. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta. Nuha Medika

Haws, 2017. Ilmu Gizi dan Diet. Hubungan nya dengan Penyakit-penyakit untuk
Perawat dan Dokter. Yogyakarta. YEM.

Hidayat, 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika


Jauhari & Kurniawati, 2018. Hubungan antara Asupan Zat Gizi, Aktifitas Fisik,
dan Obesitas pada Karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Jakarta Utara. Jakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul.

Johnson dan Leny, 2016. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta. Nuha Medika

Kariadi, 2016. Pola Makan Sehat. Yogyakarta. RS dr. Sardjito

Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta. Kemenkes
RI

Maghfuri, 2016. Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jakarta.


Salemba Medika

Moore, 2015. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta. Hipokrates

Morison, 2016. Seri Pedoman Praktis : Manajemen Luka. Jakarta. EGC

Mubarak, 2015. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta. CV. Sagung Seto
Nasution, 2017. Fungsi Kognitif Menurun Akibat Diabetes Melitus. Medika Jurnal
Kedokteran Indonesia. 5 (38).

Onggo, 2018. Perawatan Kaki Diabetik, dalam Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu. Jakarta. FKUI

Padila, 2016. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Nuha Medika

Saam dan Wahyuni, 2016. Psikologi Keperawatan. Jakarta. Rajawali Press

Singh, 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC

Soedarsono, 2016. Cara Alami Mencegah Mengobati Diabetes. Surabaya.


Numata

Tama dan Hardiningtyas, 2017. Psikologi Industri. Malang. UB Press

Tandra, 2015. Life Healthy With Diabetes. Yogyakarta. Andi Press

Wijayakusuma, 2015. Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. Jakarta. Puspa Sehat

Wijayaningsih, 2016. Psikologi Keperawatan. Jakarta. TIM

Wijono, 2015. Psikologi Industri dan Organisasi. Malang. UB Press


LAMPIRAN
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI (IKEST)
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. A. Yani 13 Ulu Palembang 30252 Telp. 0711- 510673, 516233, 516231

Palembang, Desember 2020


Perihal : Pengajuan Tema Skripsi
Lamp. : 1 Berkas

Kepada
Yth. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep

Dengan ini mengajukan tema dalam penyusunan Skripsi :


Nama : Faridil Hidayat
Nim : 21119019P
Tema :
1. Responsetimeperawatdiruanginstalasigawatdarurat
2. Faktor–Faktoryangberhubungandengankepatuhanperawat
Dalampelaksanaanstandarproseduroperasionaltriag
3. Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien
Ppok Di Igd

Prioritas Tema : No.3


Pembimbing : 1. Siti Romadoni, S.Kep.,Ns.,M.Kep
2. Miskiyah Tamar S.Kep.,Ns.,M.Kep

ACC No : 3

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Hormat Saya

Siti Romadoni, S.Kep.,Ns.,M.Kep Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep Faridil Hidayat

NBM : 1043749 NBM : 1206300


Be‹kemy)aan
dz 07\ \ • 513202
Inovatif
IKesT MP
LE8tBAR PERSYARATAN 6tE NGlKUTtSEMl NAR
HASIL

NO PERJHAL FUNGAL PARAF & CAP


JAWAD

Telah lelunaii smua pei»bay«ran


2 ‹|an{iAkmempm mnggAkim
(RfiommdmiBAKEU}

Mcnycrah8aa 3 ckscmplar losâ yaag


sudaB diylid rapi
lslami
gcrkcmajuan
@ 071t • St3202
FORMULIR LEMBAR
BIMBINGAN LPM
TUGAS AKHIR
No: 4-FORM-LPM-065

LEMBAR BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama
Faridil Hidayat
NIM 21119019P
Judul Tugas Akhir Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi OksigenTerhadap
Pasien Ppok Di Igd
Program Studi Ilmu Keperawatan Siti
Pembimbing I Ramadhoni, M.Kep

NO HARI TANGGAL MATERI BIMB INGAN Pembimbing


1. Senin, 14 Desember 2020 Pengajuan judul proposal
Mengetahui
Ketua Program Studi
ACC Judul proposal
2. Sabtu, 26 Desember 2020
1. Lanjut konsultasi BAB I
3. 6 Januari 2021 Konsultasi Tahap 1
1. BAB I proposal
4. 12 Januari 2021 Konsultasi BAB II

5. 22 Januari 2021 Konsultasi BAB III

6 27 Januari 2021 Revisi Tahap BAB I—III

7. 9 maret 2021 Ujian proposal

8. 11 maret 2021 Revisi proposal

9 1 april 2021 Ujian hasil seminar

10. 2 april 2021 Revisi hasil seminar

11. 7 mei 2021 Ujian komprehensif

12 8 mei 2021 Revisi

Yudi Abdul Majid, S.Kp.,Ns.,M.Kep


NBM.1056216
FORMULIR LEMBAR BIMBINGAN
LPM
TUGAS AKHIR
No: 4-FORM-LPM-065

LEMBAR BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama : Faridil Hidayat


NIM : 21119019P
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen
Terhadap Pasien Ppok Di Igd
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Pembimbing II : Miskiyah Tamar, S.Kep. Ns

NO HARI TANGGAL MATERI BIMBINGAN PEMBIMBING II


1. 14 Januari 2021 konsultasi BAB I

2. 14 Januari 2021 Revisi BAB I

3. 21 Januari 2021 Konsultasi BAB I

4. 21 Januari 2021 Konsultasi BAB II dan BAB III

5. 21 Januari 2021 Revisi BAB II dan BAB III

6. 25 Januari 2021 Konsultasi BAB I, II, dan III

7. 9 Maret 2021 Ujian Proposal

8. 11 maret 2021 Revisi proposal

9. 1 april 2021 Ujian hasil seminar

10. 2 april 2021 Revisi hasil seminar

11. 7 mei 2021 Ujian komprehensif

12. 8 mei 2021 Revisi

Mengetahui
Ketua Program Studi

Yudi Abdul Majid, S.Kp.,Ns.,M.Kep


NBM.1056216

Anda mungkin juga menyukai