Anda di halaman 1dari 63

Skripsi

FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG:


LITERATURE REVIEW

RHOMA AGUSTIAN
21119048P

INSTITUT ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN REGULER B
TAHUN 2020/2021
Skripsi
FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG:
LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

RHOMA AGUSTIAN
21119048P

INSTITUT ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN REGULER B
TAHUN 2020/2021

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar:

Nama : Rhoma Agustian


NIM : 21119048P
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Palembang, 22 Januari 2021

Rhoma Agustian

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Rhoma Agustian


NIM : 21119048P
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Faktor Risiko Dengan Kejadian Stroke Berulang

Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disetujui
untuk dilakukan proses ujian Proposal/Seminar Hasil/Komprehensif Skripsi.

Palembang, 22
Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep Suratun, S.Kep.,


Ns., M.Kep NBM: 1295005 NBM: 1007142

Disetujui
Ka. Prodi Ilmu
Keperawatan

Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns.,


M.Kep NBM: 1056216

iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Setiap orang berhak memilih jalannya sendiri untuk sukses, saya memilih jalan ini
dan akan berjuang untuk pencapaian tersebut. Lakukan tanpa tapi berbuat tanpa
nanti.

Ku Persembahkan:
 Kepada ALLAH SWT sang pencipta yang selalu memberikan rahmat dan
hidayahnya, serta selalu memberi saya kemudahan dalam setiap urusan yang saya
lakukan
 Kepada suri tauladan Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan hingga akhir
zaman
 Ibunda tercinta (Elli Sanora) dan ayahanda tercinta (M.Khairul Basri) yang telah
memberikan saya banyak pelajaran mengenai hidup ini sejak saya lahir sampai
dengan saat ini
 Kepada saudari perempuan saya Erlita Rolliza. S.Kom yang selalu memberikan
semangat bagi saya
 Kepada Dosen pembimbing I Bapak Joko Tri Wahyudi, M.Kep dan Ibu Suratun,
M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama
penyusunan Skripsi ini
 Kepada dosen Penguji I Bapak Sukron, MNS dan dosen penguji II Bapak Yulius
Tiranda, Ph,D
 Seluruh Dosen dan staff karyawan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang
berharga
 Dan kepada teman-teman satu angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Reguler B, semoga kita selalu dalam lindungan ALLAH SWT dan sukses dalam
setiap karir maupun tugas yang dilaksanakan, aamiin.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rhoma Agustian


Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Enim, 04 Agustus 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Mayor Ruslan Perum BSD, Muara Enim
Email : rhomaagustian@gmail.com
Agama : Islam

Biodata Keluarga
Ayah : M. Khairul Basri
Ibu : Elli Sanora
Saudara Kandung : Erlita Rolliza, S.Kom
Alamat : Jl. Mayor Ruslan Perum BSD, Muara Enim

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 202 Suban Jeriji (2004-2010)


2. SMP N 4 Muara Enim (2010-2013)
3. MAN Muara Enim (2013-2016)
4. STIKes Muhammadiyah Palembang
 Diploma III Keperawatan (2016-2019)
5. Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
 S1 Ilmu Keperawatan (2019-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan studi kasus ini. Penulisan studi kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IKesT MP Heri Satriadi, CP, M.Kes
2. Dekan Fakultas Kesehatan Maya Fadlillah, M.Kes
3. Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep
4. Dosen Pembimbing Joko Tri Wahyudi, M.Kep selaku pembimbing I, dan Suratun,
M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyususnan
Skripsi ini
5. Kepada Dewan Penguji Sukron, MNS selaku penguji I, dan Yulius Tiranda, Ph.D
selaku penguji II
6. Dosen Program Studi dan staff pegawai IKesT Muhammadiyah Palembang yang saya
banggakan
7. Kedua orang tua, saudara/i kandung dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan
dukungan selama penyusunan tugas akhir Skripsi ini
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberi dukungan kepada saya

Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga studi kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.

Palembang, 27 Januari 2021

Rhoma Agustian

vii
ABSTRAK

Nama : Rhoma Agustian


NIM : 21119048P
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : Faktor Risiko Dengan Kejadian Stroke Berulang: Literature
Review
Jumlah Halaman : 62 halaman

Latar Belakang: penderita stroke umumnya rentan mengalami terjadinya ke


kambuhan setelah mengalami stroke (pasca-stroke), dalam hal ini ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stroke berulang, seperti: faktor
kepatuhan, faktor penyakit penyerta, faktor aktivitas fisik, faktor care giver, dan
faktor dukungan dari keluarga. Tujuan: menngkatkan kesadaran pasien dan
keluarga terkait faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke berulang.
Metode: menggunakan metode literature review dalam mencari artikel
menggunakan beberapa database seperti: Google Scholar, PubMed, dan Proquest.
Hasil: setelah dilakukan proses seleksi literature didapatkan hasil 10 artikel yang
membahas faktor risiko dengan kejadian stroke berulang. Kesimpulan:
berdasarkan beberapa artikel terkait kejadian stroke berulang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kekambuhan pasca
stroke. Penting bagi pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kesehatan setelah
mengalami stroke pertama. Saran: agar dapat menjadi acuan bagi rumah sakit
khususnya sebagai pelayanan kesehatan. Sehingga bisa meningkatkan peran
edukasi tenaga medis khususnya pada penderita stroke agar tidak mengalami
terjadinya stroke berulang.

Kata kunci : Stroke, Faktor Risiko, Stroke Berulang


Daftar Pustaka : 20 (2016-2020)

viii
ABSTRACT

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Manfaat Literature Review ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Stroke............................................................................................. 8
2. Klasifikasi Stroke ........................................................................................ 8
3. Anatomi Fisiologi ........................................................................................ 9
4. Etiologi...................................................................................................... 18
5. Patofisiologi .............................................................................................. 19
6. Pathway ..................................................................................................... 20
7. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 21
8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 21
B. Konsep Faktor Risiko Stroke Berulang ............................................................ 22
1. Faktor Risiko Kepatuhan ........................................................................... 22
2. Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah ............................................................. 22
3. Faktor Risiko Pengetahuan Keluarga ......................................................... 23
4. Faktor Risiko Kemampuan Caregiver ........................................................ 24
C. Kerangka Teori................................................................................................ 25
BAB III METODE LITERATURE REVIEW
A. Strategi Penelusuran Literature ........................................................................ 26
1. Database Elektronik ................................................................................... 26
2. Kata Kunci ................................................................................................ 26
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 27
B. Proses Seleksi Literature (Diagram)................................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................................ 29
B. Pembahasan..................................................................................................... 38
C. Keterbatasan penelitian literature review ......................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

x
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kata Kunci ................................................................................................. 26


Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi........................................................................ 27
Tabel 4.1 Daftar literature review ............................................................................... 31

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sel Saraf Neuron ........................................................................................ 9
Gambar 2.2 Saraf Pusat ............................................................................................... 11
Gambar 2.3 Saraf Otak ................................................................................................ 11
Gambar 2.4 Saraf Kranial ............................................................................................ 14
Gambar 2.5 Saraf Tepi ................................................................................................ 16
Gambar 2.6 Saraf Somatis ........................................................................................... 17
Gambar 2.7 Saraf Otonom........................................................................................... 17

xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pathway...................................................................................................... 20
Bagan 2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 25
Bagan 3.1 Seleksi Literature........................................................................................ 27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Bimbingan Skripsi .............................................................................................
Lembar Rekomendasi Ujian Skripsi ................................................................................

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal penting dan utama yang paling diinginkan setiap
orang, dengan tubuh yang sehat juga manusia mampu beraktivitas dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik,
mental, sosial dan spiritual. serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (WHO,
2015 dan UU kesehatan, 2009). Manusia tentunya tidak terlepas dari yang namanya sehat
maupun sakit, meskipun terkadang keadaan sehat lebih sering kita rasakan karna itu
merupakan suatu nikmat yang tidak terhingga dari Allah SWT kepada kita, namun di
beberapa keadaan tertentu pasti kita akan merasakan yang namanya sakit, penyakit yang
dapat menyerang manusia berbagai macam penyakit baik itu penyakit menular maupun
penyakit tidak menular (PTM) salah satu penyakit yang tidak menular adalah penyakit
Stroke yang cukup banyak dialami penderitanya.
Menurut WHO tahun 2018 Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. CVA atau Cerebro Vaskuler
Accident biasa dikenal oleh masyarakat dengan istilah stroke. Istilah ini lebih populer
dibanding CVA. Kelainan ini terjadi pada organ otak. Lebih tepatnya adalah gangguan
pembuluh darah yang memiliki fungsi suplai darah ke otak (WHO, 2018).
Stroke juga di definisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh penurunan fungsi
otak, yang terjadi karena sumbatan, penyempitan, pecahnya pembuluh darah dan
terhentinya aliran darah ke otak yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau berakhir
dengan kematian. Ada beberapa faktor risiko yang memudahkan timbulnya stroke
diantaranya hipertensi, diabetes mellitus, merokok dan alcohol. Kehilangan suplai
oksigen secara mendadak kejaringan otak selain glukosa merupakan langkah pertama dan
utama dalam pathogenesis stroke (Syahida, 2018).
Sedangkan menurut (Khoirul Anwar, 2020) Stroke atau Cerebro Vascular
Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai

1
2

darah ke bagian otak, di mana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang
terganggu, yang dapat mengakibatkan kematian dan penyebab utama kecacatan. Stroke
dapat menyerang siapa saja mulai dari anak-anak sampai dewasa. Tidak ada patokan
mengenai usia berapa seseorang rawan terkena stroke, walaupun memang biasanya stroke
menyerang seseorang yang berusia di atas 65 tahun. Stroke merupakan penyakit yang
tidak menular tetapi peningkatan jumlah penderitanya sendiri mengalami peningkatan
yang cukup tinggi baik di beberapa benua di dunia maupun di Indonesia sendiri.
Adapun angka kejadian untuk penderita stroke di beberapa dunia atau Benua
terdapat setidaknya di Amerika Utara, Eropa Barat, atau Australia tercatat sebanyak 94
(2%) kasus, Amerika Selatan sebanyak 31 (3%) kasus, Eropa Timur sebanyak 111 (4%)
kasus, Timur Tengah sebanyak 28 (3%) kasus, Afrika sebanyak 89 (8%) kasus, India
sebanyak 20 (1%) kasus, China sebanyak 143 (7%) kasus, Asia Tenggara sebanyak 88
(7%) kasus yang di vonis terdiagnosis penyakit stroke (Jeff, 2016).
Untuk angka kejadian Stroke di Indonesia menurut (Rikesdas Nasional, 2018)
tercatat paling tidak sebanyak 10,9% (10,6-11,03) atau berjumlah 713.783 orang yang di
diagnosis sebagai penderita stroke dari 34 provinsi di Indonesia. Prevalensi stroke di
Indonesia terjadi peningkatan dari tahun 2013 sebanyak 7% meningkat pada tahun
2018 sebanyak 10,9%. Untuk di Indonesia sendiri jumlah penderita stroke terbanyak
pertama yaitu ditempati provinsi Jawa Barat dengan angka 131.846 kasus, di posisi kedua
yaitu ditempati provinsi Jawa Timur dengan angka 113.045 kasus, kemudian posisi tiga
terbesar angka kejadian stroke yaitu di provinsi Sumatera Utara dengan angka 36.410
kasus.Peningkatan laju mortalitas yang disebabkan oleh serangan stroke pertama
mencapai angka 18 – 37%, dan sebanyak 62% akibat serangan stroke berulang.
Sedangkan berdasarkan data (Rikesdas Nasional, 2018) di Provinsi Sumatera
Selatan terdapat sebanyak 10% (8,5-11,8) atau berjumlah 22.013 orang tercatat sebagai
penderita di diagnosis stroke. Untuk kategori usia 15-24 tahun sebanyak 5.462 kasus,
kategori usia 25-34 tahun sebanyak 5.424 kasus, kategori usia 35-44 tahun sebanyak
5.029 kasus, kategori usia 45-54 sebanyak 3.824 kasus, kategori usia 55-64 tahun
sebanyak 2.412 kasus, kategori usia 65-74 tahun sebanyak 1.067 kasus, dan untuk
3

kategori 75+ sebanyak 469 kasus terdiagnosis stroke dari berbagai kota, kabupaten,
maupun desa di Sumatera Selatan.
Stroke berulang yaitu orang yang pernah terserang stroke memiliki resiko
lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali, terutama dalam satu tahun pertama
setelah mengalami serangan stroke. Stroke adalah salah satu penyakit yang
menyebabkan kecacatan dan kematian tetapi bergantung pada lokasi lesi yang
terganggu (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau asesori). Fungsi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Stroke adalah suatu sindrom klinis
dengan gejala berupa ganguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat
menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab
lain kecuali gangguan vaskuler (Rasyid, 2011).
Ada beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan kejadian stroke berulang,
baik itu faktor risiko yang dapat diubah maupun faktor risiko yang tidak dapat diubah.
Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor risiko diantaranya faktor risiko
kepatuhan, pengetahuan, kemampuan caregiver, dan dukungan dari keluarga terhadap
penderita stroke dirumah. Serta beberapa faktor risiko penyakit penyerta seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), penyakit jantung koroner
(PJK), kurangnya aktivitas fisik, kadar asam urat darah tinggi, kegemukan (obesitas),
perokok, peminum alkohol dan stres (Junaidi, 2012).
Salah satu faktor risiko yang utama dan sangat erat dengan kejadian stroke
berulang yaitu faktor kepatuhan dalam menjalani terapi. Terapi pencegahan sekunder
pada pasien post-stroke bertujuan untuk mengurangi kerusakan saraf dan menurunkan
mortalitas dan kecacatan jangka lama, mencegah komplikasi sekunder pada immobilitas
dan disfungsi saraf serta mencegah stroke yang berulang. Namun meskipun demikian
tetapi angka kejadian stroke berulang dilapangan masih relatif tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya di dapatkan bahwa sebagian besar (77%) subyek penelitian ini
termasuk dalam kategori kepatuhan tinggi. Pengukuran tingkat kepatuhan pada pasien
yang tidak mengalami stroke berulang dalam penelitian ini menujukkan persentase yang
sangat besar pada subyek dengan kepatuhan tinggi, yaitu 90%. Hanya sebagian kecil saja
subyek yang tergolong dalam tingkat kepatuhan rendah. Sedangkan pada subjek dengan
4

kepatuhan rendah mempunyai kemungkinan 12,4 kali untuk mengalami kejadian stroke
berulang (Annisa, 2015). Selain faktor kepatuhan beberapa faktor yang dapat diubah
seperti hipertensii, diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik juga dapat menyebabkan
kejadian stroke berulang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nurdiani, 2018) tentang faktor
risiko yang dapat menyebabkan kejadian stroke berulang, dalam penelitian ini setidaknya
terdapat faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah terkait
dengan kejadian stroke berulang, beberapa faktor risiko yang dapat diubah seperti
hipertensi, diabetes mellitus, serta kurangnya aktivitas fisik. Dan faktor risiko yang tidak
dapat diubah seperti riwayat penyakit keluarga,usia, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan faktor yang dapat diubah dan tidak dapat di ubah yang berhubungan
dengan kejadian Stroke berulang pada pasien pasca Stroke di RS Panti Waluya Sawahan
Malang adalah riwayat penyakit keluarga (p=0,04), sedangkan hipertensi nilai (p=0,024)
dan DM nilai (p=0,04).
Berdasarkan penelitian lain menurut (Lola, 2020) terkait salah satu faktor yang
yang dapat menyebabkan kejadian stroke berulang. Hipertensi merupakan faktor resiko
utama, baik pada stroke iskemik maupun stroke hemoragik. Makin tinggi tekanan
darah, makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik perdarahan maupun iskemik.
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluhan darah otak akan menimbulkan
perdarahan dan ini sangat fatal karena akan terjadi interupsi aliran darah ke bagian
distal disamping itu darah ekstravasal akan tertimbun sehingga akan menimbulkan
tekanan intra kranial yang meningkat sedangkan menyempitnya pembuluh darah otak
akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel sel otak akan mengalami
kematian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan analisa pada asien umur >60 tahun
sebanyak 55 orang dengan riwayat stroke dan juga memiliki tekanan darah tinggi terdapat
paling tidak 51,3% dengan hipertensi terkontrol dan 47,5% dengan hipertensi terkontrol,
dengan bertambahnya usia tentu ini mempengaruhi terhadap peningkatan darah. Keadaan
ini terjadi akibat perubahan struktural jantung dan pembuluh darah pada menua.
Kekakuan dinding pembuluh aorta menyebabkan berkurangnya kemampuan absorbsi
terhadap tekanan yang terjadi pada fase sistol dan kemampuan untuk mengembalikan
tekanan diastolik, hasil yang didapat bahwa pasien dengan stroke berulang lebih banyak
5

dialami pada hipertensi yang tidak terkontrol sebanyak 70,7% dibandingkan dengan
hipertensi terkontrol hanya sebanyak 33,3% asumsi peneliti ada hubungan antara faktor
risiko hipertensi dengan kejadian stroke berulang. Selain faktor risiko hipertensi faktor
risiko lain yang juga dapat menyebabkan stroke berulang ialah diabetes mellitus.
Menurut (Mohammed, 2019) faktor risiko berikutnya yang dapat
mempengaruhi terjadinya stroke berulang yaitu diabetes, berdasarkan hasil penelitian
terdahulu yang di dapatkan hasil bahwa diabetes mellitus merupakan faktor risiko kedua
yang dapat menyebabkan kejadian stroke berulang setelah hipertensi, yaitu di dapatkan
angka sebesar 62,5%. Selain itu luar biasa tingkat yang lebih tinggi di dapatkan dalam
penelitian di Mesir, yaitu didapatkan angka peningkatan risiko stroke berulang sebesar
95%, ini mungkin karena hiperglikemia yang berhubungan dengan endotel disfungsi dan
peningkatan agregasi tombosit. Adapun faktor risiko selanjutnya yang dapat
menyebabkan stroke berulang yaitu faktor risiko aktifitas fisik sehari-hari.
Menurut (Putra, 2019) faktor risiko lain yaitu aktifitas fisik berdasarkan
penelitian aktifitas fisik juga dapat mempengaruhi kejadian stroke berulang. Karena
aktifitas fisik yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan
(obesitas). Frekuensi denyut jantung pada orang yang tidak aktif dalam aktifitas fisik juga
cenderung lebih tinggi sehingga menuntut kinerja jantung lebih keras dalam bekerja
untuk memompa darah. Stroke berulang juga semakin besar kemungkinan terjadi sebesar
1,32% pada orang yang aktifitas fisiknya bersifat pasif atau kurang aktif, untuk itu
aktifitas fisik apapun yang dipilih sehingga meningkatkan detak jantung serta pernafasan
akan menghasilkan senyawa yaitu beta endorphin yang dapat mendatangkan rasa tenang
pada tubuh, akibatnya tekanan darah pun menjadi terkontrol dan menurunkan risiko
terjadinya stroke, hasil yang didapat terhadap resonden persentase sebesar 82,8%
mengalami stroke berulang kategori ringan, dan 33,3% mengalami stroke berulang
kategori sedang, total mengalami stroke berulang untuk aktifitas fisik sebesar 71,1%.
Peneliti berasumsi ada kaitan antara kejadian stroke berulang dengan faktor risiko
aktifitas fisik. Selain beberapa faktor risiko diatas, peran pengetahuan keluarga juga
sangat berpengaruh terhadap sikap dan kemampuan keluarga dalam melakukan
perawatan pada pasien dengan stroke.
6

Pengetahuan keluarga akan mempengaruhi sikap dan kemampuan keluarga


dalam merawat keluarga yang menderita stroke. Pengetahuan dan sikap yang baik pada
saat merawat keluarga yang mengalami stroke diharapkan akan membantu untuk
terhindar dari kejadian stroke secara berulang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
dari 45 sampel di dapatkan hasil 58% responden mempunyai pengetahuan tinggi dan 42%
mempunyai pengetahuan rendah, serta 49% bersikap positif dan 51% bersikap negative,
sehingga dari hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan
sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang (Rahayu, 2020).
Peran pengasuh keluarga juga menjadi sangat relevan pada penderita pasca
stroke, mengingat beberapa pasien stroke dipulangkan ke rumah dengan derajat yang
berbeda-beda. Kapasitas dan komitmen untuk memberikan asuhan juga mempengaruhi
dan harus dinilai. Hal ini dapat mempengaruhi keadaan penderita pasca stroke dirumah,
diharapkan pengasuh mampu dan memiliki kemampuan seperti tanggung jawab
pengasuhan dan kemampuan pengasuh dalam memberikan dukungan pada penderita
pasca stroke. Ketergantungan tinggi pada pengasuh untuk membantu penderita stroke di
masyarakat menyiratkan bahwa faktor pengasuh sangat berperan penting seperti
mengatasi stress, memberi dukungan untuk sembuh secara total serta dapat
mempengaruhi keadaan selanjutnya dari penderita stroke stroke itu sendiri. Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya bahwa ada hubungan antara faktor peran pengasuh keluarga
terhadap kesembuhan pasien pasca stroke agar tidak mengalami stroke berulang (Tyagi,
2020).
Peran seorang perawat juga dalam hal ini sangatlah penting untuk proses
penyembuhan stroke pada pasien agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Selain
itu seorang perawat juga dapat memberikan asuhan keperawatan berupa support
system, perawat juga harus memperhatikan keadaaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan
dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat di evaluasi tingkat perkembangnya. Perawat bisa membantu
aktifitas sehari-hari dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan anggota
keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
7

tindakan yang diberikan, sehinnga terjadi perubahan perilaku klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan (Hidayat, 2008). Dengan meningkatnya angka kejadian stroke
berdasarkan faktor resiko pada pasien yang di diagnosis terkena stroke sesuai dengan
uraian diatas baik berdasarkan kejadian stroke di dunia maupun di Indonesia, maka
penulis merumuskan untuk menyelesaikan sebuah tugas akhir skripsi dengan
menggunakan metode literatur review dengan tema yang diangkat yaitu “Faktor Risiko
Dengan Kejadian Stroke Berulang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
analisa literature yaitu: “Apakah ada hubungan faktor risiko dengan kejadian stroke
berulang?”.

C. Manfaat Literature Review


1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi dan dapat dijadikan referensi untuk mahasiswa lain mengenai
faktor risiko dengan kejadian stroke berulang sehingga pembelajaran dalam
perkuliahan tidak hanya didasarkan pada aspek teoritis saja namun dilengkapi
dengan hasil penelitian yang relevan.
2. Bagi Peneliti
Penelitian studi literatur ini berguna sebagai sarana dalam mengembangkan dan
memperluas wawasan yang didapat selama pendidikan tahap akademik dengan
mengaplikasikannya dalam sebuah tugas akhir literatur review. Serta menambah
pengetahuan penulis dalam bidang keperawatan dan sekaligus media untuk
mengemukakan pendapat secara objektif mengenai faktor risiko dengan kejadian
stroke berulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Stroke
1. Pengertian Stroke
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak, dimana secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu, yang dapat
mengakibatkan kematian dan penyebab utama kecacatan. Stroke dapat menyerang
siapa saja mulai dari anak-anak sampai dewasa. Tidak ada patokan mengenai usia
berapa seseorang rawan terkena stroke, walaupun memang biasanya stroke
menyerang seseorang yang berusia di atas 65 tahun (Khoirul Anwar, 2020).
Sedangkan menurut Koes (2015) penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak
akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan
oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Stroke dibedakan
menjadi dua yaitu: stroke infark (non hemoragik) dan stroke hemoragik. Pada
stroke infark aliran darah ke otak terhenti karena arterosklerotik atau bekuan darah
yang telah menyumbat pembuluh darah. Pada stroke hemoragik pembuluh darah
pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes
masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

2. Klasifikasi Stroke
Stroke dibedakan menjadi 2 macam menurut (Lingga,2013) yaitu:
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak mengalami
kebocoran (pendarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya tekanan yang
tiba-tiba meningkat padaotak sehingga pembuluh darah yang tersumbat tidak
dapat menahan tekanan, akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

8
9

b. Stroke Non Hemoragik


Stroke non hemoragik terjadi akibat penggumpalan darah yang bersirkulasi
melalui pembuluh darah arteri merupakan penyebab utama stroke iskemik (non
hemoragik).

3. Anatomi Fisiologi Stroke


Otak merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur
dan koordinasi sebagian gerakan, perilaku dan fungsi gerak tubuh, sistem syaraf
terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling berhubungan dan vital untuk
perkembangan bahasa, pikiran, dan ingatan. Fungsi sel saraf adalah sebagai
penerima informasi dalam respon/reaksi terhadap stimulasi. Sistem saraf terdiri dari
3 bagian utama, yaitu: saraf sensoris yang berfungsi untuk mengetahui keadaan
tubuh dan dan lingkungannya, saraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis
(saraf yang berada ditulang belakang), dan saraf tepi (Koes, 2014).
a. Sistem Saraf Sensoris
1). Sel Saraf Neuron

Gambar 2.1 Sel Saraf (Neuron) (Koes, 2014)


Neuron merupakan bagian terkecil dalam penyusunan sistem saraf.
Setiap neuron terdiri atas tiga bagian yaitu: sel saraf, dendrit, dan akson.
Neuron bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung dendrit dan ujung akson
akan menghubungkan jaringan antar saraf (Koes, 2014).
a). Badan Sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan
sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya
ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Inti sel
10

berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron). Didalam


sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi
untuk membawa rangsangan.
b). Dendrit
Adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c). Neurit (akson)
Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf
lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut selubung mielin
yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi
untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Bagian neurit ada yang tidak
dibungkus oleh selubung mielin, bagian ini juga disebut dengan nodus
ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan cara memindahkan rangsang dan posisi yang ditempati,
neuron dibedakan menjadi tiga, yaitu: (Koes, 2014).
a). Neuron Aferen (neuron sensorik)
Neuron aferen menyampaikan pesan dari organ ke saraf pusat, baik sum-
sum tulang belakang atau otak. Oleh karena itu, penerima rangsang ini
sering disebut juga neuron sensorik.
b). Neuron intermedier menyampaikan impuls dari neuron sensorik atau
dari neuron intermedier yang lain neuron motorik. Antara saraf satu
dengan yang lain saling berhubungan. Antara saraf satu dengan lainnya
dihubungkan oleh akson. Hubungan antara sesama saraf melalui temu
antara sesama ujung akson neuron yang satu dengan dendrit neuron yang
lain yang disebut dengan sinaps. Sinaps berfungsi untuk meneruskan
rangsangan dari sel saraf satu dengan sel saraf lain, sinaps mengeluarkan
zat untuk mempermudah meneruskan rangsangan yang disebut
neurotransmitter.
11

c). Neuron Eferen (neuron motorik)


Neuron eferen meneruskan impuls saraf yang diterima dari neuron
intermedier. Pesan yang dikirim menentukan tanggapan tubuh terhadap
rangsang yang diterima oleh neuron aferen. Dendrit dari neuron eferen
menempel di otot sehingga sering disebut juga neuron motorik.
2). Sel Saraf Glial
Sel saraf glial bertugas menyediakan nutrisi dan mempertahankan
hemoeostatis, selain juga berperan dalam transmisi sinyal dalam sistem
saraf. Fungsi utama sel glial adalah mendukung neuron dan menahan
neuron supaya tetap berada dalam tempat nya (Koes, 2014).
b. Sistem Saraf Pusat

Gambar 2.2 Saraf Pusat (Koes,2014)


Meliputi otak besar, otak tengah, otak kecil, batang otak, sumsum lanjutan
(medula oblongata), dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Dalam
tubuh otak manusia berada dalam tengkorak, sedangkan sumsum tulang
belakang berada didalam ruas tulang belakang manusia (Koes, 2014).
1). Otak

Gambar 2.3 Otak (Koes, 2014)


12

Otak di ibaratkan komputer yang mengatur organ-organ dalam tubuh


manusia. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak
yang kuat. Otak mengapung dalam suatu cairan yang bekerja sebagai
penyerap goncangan ketika kepala manusia mengalami goncangan ketika
kepala manusia mengalami goncangan. Selaput otak adalah pembungkus
otak dari sumsum tulang belakang yang melindungi struktur saraf (sistem
saraf). Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu: otak besar, otak tengah,
otak kecil, dan batang otak (Koes, 2014).
a) Otak Besar (serebrum)
Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisferium serebri,
kedua hemisferium (kanan dan kiri) saling dipisahkan oleh fisura
longitudinalis serebri. Pada manusia hemisferium tumbuh dengan cepat
sehingga terjadi perluasan permukaan otak besar disertai dengan
pembentukan lipatan-lipatan. Hemisferium dibagi dalam daerah-daerah
yang besar seperti: lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan
lobus temporalis (Koes, 2014).
a). Lobus Frontalis
Merupakan bagian yang menonjol kedepan yang menempati fosa serebri
anterior meluas ke dorsal sampai sulkus sentralis Rolandi. Terdiri dari
beberapa girus penting seperti: girus praesentralis yang mengandung
korteks motoris, girus frontalis superior, girus frontalis media, dan girus
frontalis inferior.
b). Lobus Parietalis
Meluas dari siklus sentralis sampai fisura parieto-oksipitalis dan kerah
lateral sampai setinggi fisura lateralis. Bagian permukaan atas dan lateral
lobus parietalis terdiri dari girus sentralis, girus parietalis superior, girus
supramarginalis, dan girus angularis. Dibagian medial lobus parietalis
terdiri dari lobus parasentralis, dan lobus prekuneus, girus yang
terpenting adalah girus pos-sentralis yang mengandung korteks sensoris.
13

c). Lobus Oksipitalis


Merupakan bagian otak besar yang berbentuk seperti piramid dan terletak
dibelakang fisura parieto-oksipitalis bagian lateral terdiri dari: girus
oksipitalis lateralis, dibagian medial terdapat girus lingualis. Fisura
kalkarina membagi bagian medial lobus oksipitalis menjadi kunaenus
dan girus lingualis. Kunaeus yang berbentuk pasak segitiga terletak
antara fisura kalkarina dan bagian posterior fisura kolateralis. Bagian
posterior girus fusiformis terdapat dibagian sentral atau basal dari lobus
oksipitalis. Lobus oksipitalis bersandar pada permukaan atas tentorius
serebeli.
d). Lobus Temporalis
Bagian lobus temporalis dari hemisferium serebri terletak di bawah fisura
lateralis sylvii dan berjalan ke belakang sampai fisura pariento-
oksipitalis. Permukaan temporalis superior, ginus temporalis media, dan
girus temporalis inferior. Dibagian lateral terdapat ginus fusiformis,
kearah tengah terdapat ginus hipokampi dan unkus. Tempat yang
terpenting pada lobus temporalis adalah bagian tengah permukaan
superior ginus temporalis superior yang tersembunyi dalam ramus
posterior fisura lateralis sylvii. Ditempat itu terdapat gelung-gelung
melintang disebut giri temporalis transversi heschl yang mengandung
korteks pendengaran.
b) Diensefalon
Merupakan penghubung otak besar ke batang otak, diensefalon terdiri dari
wilayah utama sebagai berikut:
i. Talamus
Merupakan stasiunrelay untuk impuls saraf sensorik bertolak dari
sumsum tulang belakang untuk otak besar
ii. Epithalamus
Mengandung kelenjar pineal ialah hormon yang membantu mengatur
biologi jam (siklus tidur-bangun).
14

c) Otak Tengah (mesenfalon)


Otak tengah berada diantara pons varoli dan hemisfer serebri, fungsi otak
tengah antara lain:
i. Merangsang daerah quadrigeminus yang menyebabkan dilatasi pupil dan
gerakan konjugasi mata kearah yang berlawanan dengan tempat
perangsangan.
ii. Menimbulkan gejala yang menyebabkan paralis gerakan mata keatas
iii. Mengontrol pendengaran
d) Otak Kecil (serebelum)
Terletak dibagian belakang dekat leher. Fungsi otak kecil untuk
mengkoordinasi gerakan otot secara sadar, posisi tubuh, dan keseimbangan
tubuh. Jika otak kecil mengalami kerusakan maka dampaknya gerakan otot
manusia tidak dapat bekerja secara optimal.
e) Batang Otak (Trunkus serebri)
Batang otak terletak di depan otak kecil dan dibawah otak besar, serta menjadi
penghubung antara keduanya. Batang otak berfungsi untuk mengatur gerak
refleks fisiologis seperti denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah,
kecepatan bernafas, dan lain sebagainya (Koes, 2014).
Dari Batang otak keluar 12 pasang syaraf kranial, yaitu:

Gambar 2.4 12 Syaraf Kranial (Koes, 2014)


a). Neuron Olfaktorius
Syaraf ini berfungsi sebagai syaraf sensasi perhidungan yang terletak
dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari konkha nasalis
superior
15

b). Neuron Optikus


Syaraf ini berfungsi sebagai fungsi penglihatan dan merupakan syaraf
eferen sensori khusus, pada dasarnya syaraf ini merupakan penonjolan dari
otak ke perifer.
c). Neuron Okulomotorius
Syaraf ini berfungsi syaraf untuk mengangkat bola mata.
d). Neuron Troklearis
Pusat syaraf ini terdapat pada mesensefalon, syaraf ini berfungsi untuk
memutar bola mata
e). Neuron Trigeminus
Syaraf ini terdiri dari tiga buah syaraf yaitu: neuron optal mikus, neuron
maksilaris, dan neuron mandibularis yang merupakan syaraf gabungan
sensoris dan motoris. Ketiga syaraf ini berfungsi mengurus sensasi umum
pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi, dan
meninges.
f). Neuron Abdusens
Berpusat di pons bagian bawah, syaraf ini men syarafi mesenterium rektus
lateralis. Kerusakan syaraf ini dapat menyebabkan bola mata tidak dapat
digerakkan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke media (strabismus
konvergen).
g). Neuron Fasialis
Syaraf ini merupakan gabungan syaraf syaraf aferen yang berfungsi untuk
sensasi umum dan pengecapan, sedangkan syaraf eferen untuk otot wajah
atau mimic.
h). Neuron Statoakustikus
Syaraf ini terdiri dari dua komponen, ialah syaraf pendengaran dan syaraf
keseimbangan.
i). Neuron Glosofaringeus
Syaraf ini berfungsi mengurus lidah dan faring, komponen syaraf ini juga
berfungsi mengurus otot-otot faring.
16

j). Neuron Vagus


Syaraf ini terdiri dari 3 komponen, yaitu: komponen motoris yang
berfungsi menggerakan otot-otot faring dan otot-otot pita suara,
komponen sensori yang mengurus perasaan di bawah faring, komponen
syaraf parasimpatis yang mensyarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.
k). Neuron Asesorius
Merupakan komponen syaraf kranial yang berpusat pada nucleus
ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-
2- 3-, syaraf ini mengurus mesenterium trapezius dan mesenterium
sternokleidomasoideus.
l). Neuron Hipoglosus
Syaraf ini berfungsi mengurus otot-otot lidah (Koes, 2014).
c. Sistem Syaraf Tepi

Gambar 2.5 Sistem Syaraf Tepi (Koes, 2014)


1). Sistem Syaraf Somatis
Sistem syaraf somatis disebut juga dengan system syaraf sadar, proses
yang dipengaruhi oleh syaraf sadar yang berarti dapat memutuskan untuk
menggerakkan atau tidak bagian-bagian tubuh dibawah pengaruh system ini.
Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi isyarat dari telinga akan
sampai ke otak, lalu otak menerjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan
isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan meng isyaratkan ke tangan
untuk membuka kan pintu (Koes, 2014).
17

Gambar 2.6 Sistem Syaraf Somatis (Koes, 2014)


Sistem syaraf somatic terdiri atas: syaraf otak (syaraf kranial), syaraf
otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang
yang terdapat pada tulang tengkorak., urat syaraf ini berjumlah 12 pasang,
kemudian syaraf sumsum tulang belakang (syaraf spinal), syaraf susmsum
tulang belakang berjumlah 31 pasang, syaraf sumsusm tulang belakang
berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke system syaraf pusat juga
meneruskan impuls dari system syaraf pusat ke semua otot rangka tubuh
(Koes, 2014).
2) Sistem syaraf Otonom

Gambar 2.8 Sistem Syaraf Otonom (Koes, 2014)


Sistem syaraf otonom merupakan bagian dari susunan syaraf tepi
yang kerja nya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem
syaraf otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot
perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi (Koes, 2014).
Menurut fungsinya syaraf otonom terdiri atas dua macam, yaitu:
system syaraf simpatik, dan system syaraf parasimpatik. Sistem syaraf
simpatik dan system syaraf parasimpatik bekerja secara antagonis
(berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ, organ atau kelenjar
yang dikendalikan oleh system syaraf simpatik dan system syaraf
parasimpatik disebut system pengendalian ganda. Fungsi dari system syaraf
18

simpatik yaitu: mempercepat denyut jantung, memperlambat pembuluh


darah, memperlebar bronkus, menaik kan tekanan darah, memperlambat
gerak peristaltic, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu,
menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin. Sedangkan
system syaraf parasimpatik memilliki fungsi yang berlawanan dari system
syaraf simpatik mempercepat denyut jaantung, sedangkan system syaraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung (Koes, 2014).

4. Etiologi
Menurut (Lingga, 2013) faktor-faktor yang berisiko menyebabkan stroke yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Faktor genetik atau keturunan
2) Faktor usia
3) Jenis Kelamin
4) Riwayat penyakit dalam keluarga
b. Faktor yang dapat diubah
1) Obesitas
2) Hipertensi
3) Hiperlipidemia
4) Penyakit Jantung
5) Diabetes
6) Kebiasaan merokok
7) Kebiasaan mengkonsumsi alcohol
8) Kurang aktivitas fisik
9) Stress
10) Tumor otak
Menurut (Koes, 2015) stroke bisa berupa iskemik (non hemoragik)
maupun pendarahan (hemoragik). Pada stroke iskemik (non hemoragik) aliran
darah ke otak terhenti atau tersumbat, sedangkan pada stroke pendarahan
(hemoragik) mengalami pecah pada pembuluh darah sehingga menyumbat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke suatu daerah di otak
19

sehingga terjadinya kerusakan, akibatnya otak mengalami gangguan


fungsional sehingga tidak mampu bekerja secara secara optimal seperti
keadaan normal seperti sebelumnya.

5. Patofisiologi
Menurut (Lingga, 2013) Kerusakan pada pembuluh darah otak
menyebabkan suplai darah menuju ke otak terhenti, sehingga menyebabkan
terjadinya deficit pada neurologis, terhentinya suplai darah ke otak juga
menyebabkan otak mengalami defisit oksigen (o2) sedangkan kebutuhan akan
oksigen ke otak cukup besar yaitu sebesar 20% dari kebutuhan total oksigen yang
beredar di seluruh tubuh manusia, kebutuhan akan oksigen yang banyak tersebut
berfungsi sebagai proses biologi yang berlangsung di dalam tubuh, termasuk juga
dalam memelihara keseimbangan emosi. Jika pasokan darah yang membawa
oksigen dan nutrisi tidak mencapai otak, maka fungsi otak akan terhenti yang
berujung pada kematian otak, otak harus mendapat suplai oksigen secara terus
menerus dalam jumlah yang memadai, jika sedikit saja suplai oksigen terganggu
maka hal tersebut akan membuat otak mengalami gangguan dalam kinerjanya, dan
akan lebih fatal lagi jika suplai oksigen ke otak terhenti selama lebih dari 5 detik
saja akan menyebabkan fungsi otak terganggu, dan jika suplai oksigen ke otak
terganggu selama 5 menit atau lebih dapat dipastikan telah terjadi kerusakan pada
kinerja otak secara permanen dan tidak dapat di perbaiki lagi. Ketika seseorang
terkena stroke maka fungsi kontrol yang dikendalikan oleh otak mengalami
gangguan, gerakan tubuh pun tidak bisa seperti biasa, daya ingat dan persespsi
terhadap sesuatu pun akan mengalami penurunan, bahkan segala kekampuan yang
dimiliki akan hilang apabila stroke telah berkembang lebih parah. Faktor pencetus
juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada awal terjadinya perjalanan
stroke dan menimbulkan kerusakan atau kecacatan akibat serangan yang terjadi di
dalam pembuluh darah, sehingga terjadilah stroke.
20

6. Pathways
Faktor Penimbunan Lemak yang sudah Menjadi kapur/
pencetus/ lemak/ kolesterol nekrotik mengandung
meningkat dalam
Ateriosklerosis Pembuluh darah Penyempitan
menjadi kaku dan pembuluh darah
Thrombus/ Aliran darah
emboli di cerebral
Strok hemoragik Kompresi jaringan otak
Strok non hemoragik Eritrosit
Heriasi
suplai darah metabolisme di otak Cairan plasma
hilang
Peningkatan TIK Edema cerebral
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Gangguan
Arteri carotis Rasa
Arteri vertebra Arteri cerebri Nyaman
media Nyeri
Disfungsi N.II (optikus)
Kerusakan N.I Kerusakan
(olfaktorius),NII(o neurocerebrospinal Disfungsi N.XI
Penurunan aliran (glossofaringeus) (assesoris)
ptikus), N.IV
darah kornea Penurunan fungsi motorik
Perubahan
Penurunan kemampuan ketajaman sensori, Kontrol otot dan muskuluskeletal
retina menangkap obyek penghidu facial/ oral Kelemahan pada satu/
penglihatan,dan Ketidakmampuan keempat anggota gerak
Kebutaan bicara
Ketidakmampuan Hemiparase/ plegi
menghirup, melihat, Kerusakan kanan dan kiri
Risiko Jatuh mengecap
Hambatan
Jatuh Komunikasi
Nyeri Tekan Verbal
Anggota tubuh Hambatan Tirah baring
mengalami hentakan Penurunan fungsi Mobilitas Fisik lama
dan tekanan N.X (vagus),
N.IX
(glosovaringeus) Kerusakan
Ketidakseimbangan Integritas Luka dekubitus
nutrisi kurang dari Proses menelan Kulit
kebutuhan tubuh tidak efektif
Gangguan
Refluks menelan
Anoreksia

Disfagia Bagan 2.1 Pathway Stroke


(Nurarif & Hardhi, 2015)
21

7. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada kejadian stroke: (Sheria, 2015)
a. Hipertensi
Merupakan penyakit peningkatan tekanan darah di atas nilai normal. Menurut
American Society Of Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan, komplikasi yang dapat terjadi akibat
hipertensi yaitu: stroke, gagal jantung, gagal ginjal kronik, dan retinopati.
b. Merasakan lemah dan mati rasa atau bebal pada bagian wajah, tangan, atau kaki
c. Tiba-tiba mengalami sulit untuk berbicara
d. Mengalami masalah saat berjalan
e. Mengalami sakit kepala hebat
f. Perut mengalami rasa mual, rasa panas, dan sering muntah-muntah
g. Pingsan mendadak, dan kehilangan kesadaran tiba-tiba

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Lingga, 2013) pemeriksaan penunjang pada pasien stroke meliputi
beberapa pemeriksaan, seperti:
a. Anamnesis
Yaitu wawancara antara tenaga medis perawat dengan pasien mengenai keluhan
yang dirasakan oleh pasien, meliputi: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi,
denyut jantung, dan fungsi paru-paru.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
lain yang terdeteksi melalui pemeriksaan darah.
c. Scanning
Jika stroke sudah terjadi maka proses scanning harus dilakukan seperti:
1) CT-SCAN
Merupakan prosedur pengambilan gambar pada organ tubuh dengan
menggunakan Sinar-X
22

2) MRI
Teknik pencitraan getaran magnetik
3) Cerebral Angiography
Pemindaian dengan bantuan Sinar-X yang bertujuan memindai aliran darah
pada pembuluh darah yang melalui otak. (Lingga, 2013)

B. Konsep Faktor Risiko Stroke Berulang


Faktor risiko didefinisikan sebagai faktor yang terdapat pada seseorang yang
meningkatkan kemungkinan untuk peerkembangan kejadian stroke berulang.
Kejadian stroke berulang tentu tidak lepas dari berbagai faktor yang menyebabkan
kekambuhan terhadap stroke pada penderita yang pernah mengalami stroke (pasca-
stroke). Berikut beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian stroke
berulang:
1. Faktor Kepatuhan
Menurut (Herlambang, 2017) tentang faktor risiko kepatuhan dalam
menjalani terapi terkait kejadian yang dapat menyebabkan krjadian stroke
berulang pada penderita pasca-stroke. Adapun faktor risiko kepatuhan terhadap
terapi merupakan kepatuhan dalam melanjutkan pengobatan sesuai dengan dosis
dan jangka waktu yang telah ditentukan. Kepatuhan akan menjalani terapi sangat
berperan penting dalam proses penyembuhan stroke atau sebagai pencegahan
dalam mencegah terjadinya stroke berulang pasca-stroke. Pada penelitian ini
subjek yang rutin/patuh minum obat memiliki risiko untuk mengalami stroke
berulang dalam jangka waktu yang lebih lama, sedangkan pada subjek yang tidak
rutin minum obat/tidak patuh mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian stroke berulang dalam waktu yang lebih cepat (<12 bulan.
Hal ini menunjukan pentingnya pemberian dan kepatuhan terhadap terapi yang
dijalani dalam upaya pencegahan kejadian stroke berulang.
2. Faktor Pengetahuan
Menurut (Handayani, 2019) serangan stroke berhubungan dengan kontrol
faktor risiko yang buruk, sebagian penderita stroke kurang memahami bahkan
tidak jarang sama sekali tidak mengetahui faktor risiko yang berhubungan
23

dengan kejadian pada stroke, kurangnya pengetahuan pasien terkait faktor risiko
stroke juga sangat berpengaruh dengan pertolongan pertama saat terjadinya
stroke. Adapun faktor risiko dari stroke meliputi: hipertensi, diabetes mellitus,
kurangnya aktivitas fisik sehari-hari, kebiasaan pola hidup yang kurang sehat
seperti konsumsi alkohol, dll. Buruknya pengetahuan terhadap faktor risiko
terjadinya stroke sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam
pengobatan dan juga tatalaksana. Faktor risiko sendiri merupakan hal penting
agar pada pasien stroke tidak mengalami terjadinya stroke berulang.
Sedangkan menurut (Putra, 2019) faktor risiko stroke adalah faktor yang
memperbesar seseorang untuk mengalami stroke. Untuk upaya dalam
mengurangi pasien terjadinya stroke berulang, penting bagi pasien bukan hanya
sekedar memahami pentingnya proses rehabilitasi terhadap stroke saja,
melainkan perlu juga memahami pengendalian faktor risiko agar tidak
mengalami kejadian stroke berulang. Mengingat penyebab dari stroke berulang
sendiri bukanlah dari faktor tunggal melainkan banyak penyebab faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya stroke berulang (multifactorial causes). Untuk itu
pengendalian faktor risiko seperti kontrol tekanan darah, diabetes mellitus,
melakukan aktivitas fisik rutin, serta program berhenti melakukan kebiasaan pola
hidup kurang sehat seperti berhenti merokok dan berhenti konsumsi alkohol
dapat membantu menurunkan angka kematian dan kejadian stroke untuk kambuh
atau mengalami stroke berulang. Selain faktor risiko terkait pengetahuan
penderita terhadap penyakit yang dialaminya, ada beberapa faktor terkait yang
juga dapat menyebabkan terjadinya stroke berulang pada penderita pasca stroke.
3. Faktor Risiko Penyakit
Faktor risiko dari berbagai penyakit juga sangat beresiko terhadap
kejadian stroke berulang. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu didapatkan hasil
bahwa dari 30 responden penderita pasca stroke didapatkan data bahwa 30
responden penderita stroke sebanyak 16 dari 30 orang ada riwayat hipertensi atau
(53%) mengalami hipertensi yang tidak terkontrol, kemudian untuk obesitas
didapatkan bahwa 0 dari 30 penderita pasca stroke tidak mengalami obesitas,
kemudian dari kebiasaan merokok ada 12 dari 30 orang atau sebesar (40%),
24

kemudian berdasarkan aktifitas fisik 27 dari 30 orang atau 90% menyatakan


melakukan aktifitas fisik baik ringan maupun sedang. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut didapatkan sebanyak 57% pasien stroke mengalami
hipertensi, kemudian 0% pasien stroke yang mengalami obesitas, 60% pasien
stroke menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, dan sebanyak 10% pasien
stroke menyatakan kurang melakukan aktifitas fisik (pasif) (Titin, 2017).
4. Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasca-stroke
Perawatan pasien stroke dimulai pada saat dirumah sakit maupun
pascarawat. Dalam hal ini perawatan harus bersifat komprehensif guna
meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan bahkan memaksimalkan
tingkat kemandirian serta mengurangi resiko terjadinya terjadinya komplikasi
dan terjadinya stroke berulang. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan keluarga dalam menjalankan fungsinya sebagai caregiver apabila
penderita stroke sudah pulang kerumah. Keluarga harus memahami serta
memiliki kemampuan dalam melaksanakan fungsi pemberi perawatan kesehatan
terhadap anggota keluarganya yang sakit. Peran keluarga dalam merawat pasien
pasca-stroke di rumah yaitu meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri,
pemenuhan kebutuhan ADL, meningkatkan rasa percaya diri pasien,
meminimalkan kecacatan serta mencegah terjadinya stroke berulang.
Diaharapkan keluarga mampu melakukan perawatan yang baik serta membantu
dalam bentuk dukungan agar anggota keluarga yang sakit dapat termotuvasi
untuk segera sembuh dari penyakit yang dialaminya (Fatmawati, 2020).
25

C. Kerangka Teori

Faktor Risiko Stroke Faktor Risiko Stroke


Yang Tidak dapat Yang dapat Diubah
Diubah
1. Hipertensi
1. Umur 2. Diabetes
2. Jenis Kelamin 3. Kurang aktifitas
3. Keturunan fisik
4. Riwayat 4. Pola Hidup
Penyakit Tidak Sehat
Keluarga

Faktor Risiko Stroke


Berulang
1. Kepatuhan
STROKE
2. Hipertensi
3. Diabetes
Mellitus
4. Kurang
STROKE BERULANG
Aktvitas Fisik
5. Kemampuan
Caregiver
6. Dukungan
Keluarga

Sumber: (Khoirul, 2020), (Lingga, 2013), (Koes, 2014), (Fitria, 2019), (Putra,
2019), (Fatmawati, 2020), (Nur Arif,2015), (Sheria, 2015)
BAB III
METODE LITERATUR REVIEW

A. Strategi Penelusuran Literatur


1. Database Elektronik
Metode yang akan digunakan dalam penyusunan literature review ini
menggunakan database elektronik. Database elektronik yang akan digunakan
mencari jurnal terkait baik berupa jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Pencarian jurnal yang akan dilakukan menggunakan Perpusnas, Google
Scholar, dan Proquest. Kata kunci yang digunakan dan dipakai, yaitu: Stroke,
risk factors, and recurrence or stroke and risk factors or factors risk and recurrent
strokes. Hasil yang didapatkan dari pencarian database elektronik pada
Perpusnas, Google Scholar, dan Proquest akan dilakukan review dengan kriteria
inklusi. Penulis akan menginklusi jurnal berdasarkan tahun terbit, bahasa,
subjek, jenis jurnal, dan tema isi jurnal. Penyusunan literature review ini penulis
hanya akan menggunakan jurnal yang sesuai dengan ktiteria inklusi, yaitu
dengan judul yang berhubungan dengan faktor risiko dengan kejadian stroke
berulang.
2. Kata kunci
Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical Subject
Heading (MeSH)
Tabel 3.1 Kata Kunci literature review
Stroke Faktor Risiko Berulang
Stroke Risk Factors Stroke Recurrence Stroke
OR OR
Stroke Recurrence Risk Factors Stroke
OR Recurrence
Reccurence Stroke OR
Risk Factors reccurence
stroke

26
27

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Tabel 3.2 Format PICOS dalam literature review
Kriteria Inklusi Eksklusi
Population/problem Pasien stroke berulang Pasien stroke tidak
berulang
Intervention Tidak ada intervensi -
Comparator Tidak ada pembanding -
Outcome - Kejadian stroke Artikel yang tidak
berulang membahas atau
- Faktor risiko kejadian menjelaskan tentang
stroke berulang faktor risiko stroke
berulang
Desain dan jenis publikasi Jenis publikasi: Jenis publikasi:
full text, academic Jenis artikel yang
journal berbayar

Desain penelitian: Desain penelitian:


cross sectional, studi Studi Quasi-experiment,
deskriptif, prosprctive literature review
cohort study, Beliefs
about Medicines
Questionnaires (BMQ)
dan Morisky Medication
Adherence Scale-8
(MMAS-8)
Tahun publikasi Rentang tahun 2016-2021 Dibawah tahun 2015
Bahasa Bahasa Indonesia dan Selain Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris dan Bahasa Inggris
28

B. Proses Seleksi Literatur (Diagram)

Step 1 PubMed Google Scholar ProQuest


(n= 3.510) (n= 9.830) (n= 41)
Identifikasi

Artikel diidentifikasi
(n=13.381)
Artikel >5 tahun dan tidak
relevan dengan tujuan
penelitian akan dikeluarkan
Artikel diidentifikasi
(n=5.280)
berdasarkan kriteria (n=3.521)
Skrining

Artikel ganda yang tidak


Hasil saring relevan dengan kriteria inklusi
(n=3.521) dikeluarkan
(n=4.580)
Kelayakan

Eksklusi: tidak
Step 2
Artikel full text yang layak relevan
(n= 2.580)
(n=941)
Eksklusi: tidak
menjawab
Memenuhi

pertanyaan
Artikel yang inklusi dan sesuai penelitian
dengan Tujuan Peneliti (n=931)
(n= 10)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Strategi Pencarian
Strategi pencarian secara sistematis menggunakan Panduan yang ada.
Pencarian dilakukan secara manual untuk menemukan artikel yang cocok dan
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam studi ini, penulis menggunakan
tiga database elektronik yaitu Google Scholar, PubMed, dan ProQuest dari
tahun 2016-2021. Pencarian artikel menggunakan kata kunci yang sudah
disesuaikan dengan MeSH untuk mempermudah dalam menyaring artikel.
Kata kunci dibagi menjadi tiga konsep yaitu : Stroke or stroke recurrence or
recurrence stroke; AND risk factors stroke, or risk facors stroke recurrence
or risk factors recurrence stroke; AND stroke recurrence or recurrence
stroke.
2. Proses Seleksi
Langkah pertama dalam proses seleksi yaitu mengidentifikasi artikel
menggunakan enam database elektronik yang terdiri dari Google Scholar
(9.830), PubMed (3.510), dan ProQuest (41) dan total seluruh artikel yaitu
13.381 artikel. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian pengecekan
yang tidak relevan dengan tujuan penelitian yang ditemukan sebanyak 5.280
artikel, dan dilakukan pengecekan duplikasi, ditemukan terdapat 4.850 artikel
yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa 3.521 artikel.
Tahap selanjutnya dari 3.521 artikel 2.580 dikeluarkan yang dilakukan
skrining dengan membaca judul atau abstrak, sehingga tersisa 941 artikel
setelah diskrining berdasarkan dengan membaca detail judul atau abstrak
berdasarkan kriteria : artikel full-text, antara tahun 2016-2021, bahasa
Indonesia dan inggris, akademik jurnal, stroke recurrence, risk factors stroke
recurrence, recurrence stroke. Pada langkah ini 931 artikel dikeluarkan
karena tidak memenuhi kriteria inklusi : tentang stroke berulang, faktor risiko
stroke berulang. Sehingga didapatkan sebanyak 10 artikel yang dianggap
memenuhi syarat untuk digunakan dalam literature review (Bagan 3.1).

29
30

3. Penilaian Artikel
Penilaian Artikel dilakukan mulai dari seleksi studi didapatkan 13.381
artikel yang ditinjau berdasarakan Judul/abstrak dan 941 artikel yang ditinjau
secara lengkap atau fulltext. Dalam proses pengecekan 13.381 artikel yang
ditinjau berdasarakan Judul/abstrak, peneliti membaca Judul atau abstrak
sebanyak 2 kali, pada pengecekan pertama didapatkan 5.280 artikel yang
dikecualikan dan pengecekan kedua juga didapatkan 4.580 artikel yang
dikeluarkan. Sehingga didapatkan 52 artikel yang akan ditinjau secara fulltext
yang telah diberi bintang atau favorite sebagai artikel yang dipilih.
Tahap selanjutnya, 941 artikel yang ditinjau secara lengkap atau fulltext
dilakukan oleh peneliti dan pembimbing untuk menentukan artikel mana saja
yang sangat sesuai dengan tujuan penelitian ini. Kemudian setelah dilakukan
pengecekan beberapa kali dari 941 artikel tersebut, peneliti menetapkan ada
10 artikel menurut peneliti yang bisa direview sesuai dengan kesepakatan
antara penulis dan pembimbing.
31

Tabel 4.1 Daftar Literature Review

No Nama Author Negara Tujuan Desain Sampel Prosedur Hasil Database


1 Anissaa, E., Gofir, Indonesia Untuk Jenis Jumlah Menggunakan -Berdasarkan Google
A., & Ikawati, Z. mengetahui penelitian ini sampel Beliefs about hasil Scholar
(2015) apakah ada menggunaka 105 Medicines peneelitian
hubungan antara n desain orang Questionnaire didapatkan
kepatuhan penelitian s (BMQ) dan hasil
menjalani terapi Morisky menunjukkan
Beliefs about
dengan kejadian Medication adanya
Medicines
stroke berulang Adherence hubungan
Questionnaire
Scale-8 antara
s (BMQ) dan
(MMAS-8) keyakinan
Morisky
untuk akan
Medication
mengukur pengobatan
Adherence
keyakinan dengan
Scale-8
akan kepatuhan
(MMAS-8)
pengobatan dalam
dan kepatuhan menggunakan
pasien dalam terapi
menggunakan
terapi
pencegahan
sekunder.
2 Lola, D. (2020) Indonesia Untuk Jenis Jumlah Menggunakan -Terdapat Google
mengetahui penelitian sebanyak variabel setidaknya Scholar
apakah ada analitik 80 orang independen lebih dari
hubungan antara dengan desain (hipertensi) separuh yaitu
hipertensi cross sectional dan dependen sebesar
dengan kejadian (kejadian (52,5%)
stroke berulang stroke mengalami
berulang)
32

(stroke dikumpulkan stroke


reccurent) dalam waktu berulang
bersamaan -Terdapat hasil
setidaknya
lebih dari
separuh yaitu
sebesar
(51,3%)
mengalami
hipertensi
tidak
terkontrol
-Terdapat hasil
bahwa
responden
yang
mengalami
kejadian
stroke
berulang
banyak
terdapat pada
hipertensi
yang tidak
terkontrol,
yaitu sebesar
(70,7%)
3 Nurdiani, I. S., Indonesia Tujuan Jenis Sebanyak Analisa data Berdasarkan Google
Prastiwi, S., & penelitian ini penelitian ini 130 uji statistik hasil Scholar
Metrikayanto, W. untuk menggunakan oarang regresif penelitian
D. (2018) mengetahui analisa data uji sampel didapatkan
faktor risiko statistik dengan faktor yang
yang dapat regresif dapat diubah
33

diubah dan tidak stroke dan tidak


dapat diubah berulang dapat di ubah
dengan kejadian yang
stroke berulang berhubungan
dengan
kejadian
Stroke
berulang pada
pasien pasca
Stroke di RS
Panti Waluya
Sawahan
Malang adalah
riwayat
4 Widyaswara Indonesia Untuk Jenis Sebanyak Instrumen Terdapat hasil Google
Suwaryo, P. A., mengidentifikas penelitian 38 orang berupa lembar 73,6% Scholar
Widodo, W. T., & i faktor risiko analitik sampel kuesioner. kejadian
Setianingsih, E. kurang aktifitas dengan desain dengan Data stroke
(2019) fisik terhadap cross sectional stroke dianalisa berulang pada
kejadian stroke berulang menggunakan pasien yang
berulang analisa jarang
(recurrent deskriptif dan melakukan
stroke) korelatif aktifitas fisik
menggunakan (pasif)
uji
chi square.
5 Herlambang, B. B., Indonesia Penelitian ini Penelitian ini Jumlah Menggunakan Hasil yang Google
Ganiem, A. R., & bertujuan untuk merupakan sampel studi deskriptif didapatkan Scholar
Cahyani, A. (2017) mengetahui studi deskriptif penelitia analitik berdasarkan
karakteristik analitik n penlitian yaitu
kejadian stroke dengan sebanyak terdapat
iskemik metode potong 20 orang hubungan
berulang serta lintang antara
34

hubungan faktor terhadap dengan ketidakpatuha


risiko dan pasien stroke stroke n terhadap
kepatuhan terapi dengan
terhadap terapi kejadian
dengan kejadian stroke
stroke iskemik berulang yang
berulang lebih cepat
6 Rahayu, T. G. Indonesia Penelitian ini Metode dalam Jumlah Dianalisa -Berdasarkan Google
(2020) bertujuan untuk penelitian ini sampel menggunakan hasil Scholar
mengetahui menggunakan sebanyak purposive penelitian
hubungan metode cross 45 orang sampling didapatkan
pengetahuan sectional dengan hasil 58%
dan sikap menggunakan memiliki
dengan kejadian kuisioner tingkat
stroke berulang pengetahuan
tinggi
-Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan
hasil 42%
memiliki
tingkat
pengetahuan
yang rendah
-Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan
hasil 49%
pengasuh
bersikap buruk
35

-Berdasarkan
hasil
penelitian juga
didapatkan
hasil 51%
pengasuh
bersikap baik
7 Handayani, F. Indonesia Penelitian ini Metode Jumlah Dianalisa -Berdasarkan Google
(2019) bertujuan untuk penelitian ini sampel menggunakan hasil Scholar
mengetahui menggunakan sebanyak kuesioner penelitian ini
gambaran metode 78 orang Stroke didapatkan
pengetahuan penelitian Knowledge hasil bahwa
tentang stroke deskriptif Test (SKT) semua
pada pasien responden
stroke memiliki
pengetahuan
tentang stroke
yang buruk
(100%)
-Berdasarkan
penelitian ini
juga
didapatkan
hasil bahwa
mayoritas
penderita
stroke belum
memahami
tentang
pengetahuan
dasar stroke
(tipe,
pervalensi,
36

kecacatan, dan
pencegahan
stroke)
8 Fatmawati, A. Indonesia Tujuan Metode Jumlah Menggunakan -Hasil Google
(2020) penelitian ini penelitian ini sampel desain penelitian Scholar
untuk menggunakan sebanyak Purposive menunjukan
mengetahui metode 60 orang Sampling bahwa tingkat
gambaran deskriptif keluarga pengetahuan
pengetahuan kuantitatif yang keluarga pada
keluarga dalam berusia pasien stroke
melakukan lebih dari kategori cukup
perawatan 18 tahun sebanyak
penderita pasca- 31,5% dan
stroke kurang
sebanyak
68,5%
9 Tyagi, S., Koh, G. Singapore Penelitian ini Menggunakan Prospective ProQuest
C. H., Luo, N., bertujuan untuk metode cohort study
Tan, K. B., Hoenig, mengetahui prosprctive
H., Matchar, D. B., hubungan peran cohort study
Yoong, J., Chan, pengasuh pada
A., Lee, K. E., penderita pasca-
Venketasubramania stroke dengan
n, N., Menon, E., stroke berulang
Chan, K. M., De
Silva, D. A., Yap,
P., Tan, B. Y.,
Chew, E., Young,
S. H., Ng, Y. S.,
Tu, T. M., … Tan,
C. S. (2020)
10 El-gohary, T. M., Madinah Tujuan Jenis Sebanyak Menggunakan Terdapat hasil PubMed
Alshenqiti, A. M., penelitian ini penelitian ini 122 variabel sebanyak
37

Ibrahim, S. R., untuk menggunakan orang independen 62,5% pasien


Khaled, O. A., Ali, mengtahui desain dengan (diabetes mengalami
A. R. H., & faktor risiko penelitian stroke mellitus) dan stroke
Ahmed, M. S. stroke berulang, prospektif berulang variabel berulang dan
(2019) yaitu diabetes dependen berkaitan
mellitus (kejadian dengan
stroke diabetes
berulang) mellitus

Berdasarkan 10 artikel pada tabel diatas didapatkan bahwa semua artikel diatas menggunakan metode penelitian artikel yang
beragam. Metode penelitian tersebut adalah cross sectional, studi deskriptif, prosprctive cohort study, Beliefs about Medicines
Questionnaires (BMQ) dan Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8). Berdasarkan hasil analisis dari 10 artikel juga didapatkan
bahwa terdapat berbagai macam faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke berulang seperti faktor risiko pengetahuan,
kepatuhan, hipertensi, diabetes mellitus, kurang aktivitas fisik, kemampuan caregiver, dan dukungan keluarga.
38

B. Pembahasan
Stroke berulang yaitu orang yang pernah terserang stroke memiliki resiko
lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali, terutama dalam satu tahun pertama
setelah mengalami serangan stroke, stroke berulang bisa di picu oleh berbagai
macam faktor risiko yang menyebabkan stroke tersebut berulang (stroke
recurrent) (Junaidi, 2011).
Faktor risiko gaya hidup pada stroke berulang adalah sama dengan faktor
risiko pada stroke pertama. Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar
kemungkinan seseorang untuk menderita stroke. Faktor ini terbagi menjadi faktor
yang tidak dapat diubah seperti genetik, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan faktor
yang dapat diubah adalah hipertensi, gaya hidup seperti perilaku merokok,
konsumsi alkohol, dan diabetes mellitus. Sedangkan beberapa faktor lain juga
sangat berperan penting seperti peran perawat, pengetahuan dasar pasien dan
keluarga, dan dukungan dari keluarga dalam proses perawatan dirumah
(Handayani, 2012)
1. Faktor Risiko Kepatuhan
Berdasarkan hasil penelitian Anissaa, E., Gofir, A., & Ikawati, Z. (2015)
dengan judul “hubungan keyakinan dan kepatuhan terapi pencegahan sekunder
terhadap kejadian stroke berulang” penelitian ini menggunakan metode kuisioner
Beliefs about Medicines Questionnaires (BMQ) dan Morisky Medication
Adherence Scale-8 (MMAS-8). Dari 105 sampel pasien yang pernah mengalami
stroke. Metode yang dilakukan pengumpulan data secara concurrent dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai keyakinan dan kepatuhan pengobatan
melalui pengisian kuesioner. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pasien
dengan tingkat kepatuhan dalam terapi sebanyak 90%, sedangkan untuk
persentase kepatuhan rendah didapatkan sebanyak 10%. Subjek dengan
kepatuhan rendah memiliki 12,4 kali kemungkinan mengalami terhajadinya
stroke berulang. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Burke et al (2010) yang menyatakan bahwa persistensi penggunaan
antiplatelet pada pasien stroke iskemik berhubungan dengan penurunan angka
kejadian stroke berulang sebesar 72,5%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
39

lain yang dilakukan oleh Bushnell (2014) yang menyebutkan kejadian stroke
berulang lebih rendah 57% pada pasien yang konsisten dalam meminum obatnya.
Berdasarkan hasil penelitian lain terkait kepatuhan dalam menjalani terapi
yang dilakukan oleh Herlambang, B. B., Ganiem, A. R., & Cahyani, A. (2017)
dengan judul “hubungan faktor risiko dan kepatuhan terhadap terapi dengan
kejadian stroke iskemik ulang”. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif
analitik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kejadian stroke
iskemik berulang serta hubungan faktor risiko dan kepatuhan terhadap terapi
dengan kejadian stroke iskemik berulang. Hasil penelitian didapatkan hasil
sebanyak (15,2%) patuh dalam minum obat dan sebanyak (84,8%) tidak patuh
dalam minum obat. Kemudian penderita dengan kepatuhan minum obat yang baik
risiko mengalami stroke berulang jauh lebih kecil yaitu kemungkinan terjadi
stroke berulang sebanyak 1 kali dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan,
kemudian sebanyak 4 kali dalam kurun waktu lebih dari 12 bulan. Hal ini sangat
jauh berbeda dengan risiko penderita yang tidak patuh dalam minum obat yaitu
sebanyak 14 kali kemungkinan mengalami stroke berulang kurun waktu kurang
dari 12 bulan dan lebih dari 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan risiko terjadinya stroke
berulang pada penderita pasca-stroke. Selain faktor kepatuhan dalam menjalani
terapi, stroke berulang juga bisa terjadi berdasarkan faktor risiko yang dapat
diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah.
2. Faktor Risiko Hipertensi dan Diabetes
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdiani, I. S., Prastiwi,
S., & Metrikayanto, W. D. (2018) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Dapat
Diubah Dan Tidak Dapat Diubah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Cva
Berulang Pada Pasien Cva Di Rs Panti Waluya Sawahan Malang”. Penelitian ini
dilakukan pada 130 penderita stroke dengan 30 orang sampel. Penelitian ini
menggunakan analisa uji statistik regresif dengan derajat kemaknaan (0,05).
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang dapat
diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah yang dapat menyebabkan
kejadian stroke berulang. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa
40

dari 30 responden yang mengalami stroke berulang sebanyak 16 orang (53,3%)


mempunyai hipertensi, sedangkan 14 orang (46,7%) tidak memiliki riwayat
hipertensi. Dari hasil ini didapatkan hasil yang signifikan dari variabel hipertensi
adalah 0,024 yang berarti nilai p< 0,05 dan terbukti bahwa ada hubungan antara
hipertensi dengan kejadian stroke berulang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mohr, J.P., et al (2007) yang mengatakan Tekanan darah
yang tinggi dapat mempengaruhi regulasi aliran darah ke otak yang berdampak
pada percepatan muncul dan bertambah hebatnya aterosklerosis serta munculnya
lesi spesifik pada arteri intraserebral. Faktor timbulnya lesi ini sulit dipahami
namun secara linier berhubungan dengan resiko terjadionya serangan stroke
berulang. Kemudian berdasarkan 30 responden yang mengalami stroke berulang
sebanyak 17 orang (53,3%) mempunyai diabetes melitus. Dari hasil ini didapatkan
nilai yang signfikan dari diabetes melitus yaitu 0,040 yang berarti nilai p< 0,05
dan terbukti bahwa ada hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian stroke
berulang.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Lola D (2020) dengan
judul “hubungan hipertensi dengan kejadian stroke berulang pada penderita pasca
stroke”. Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan menggunakan desain
cross sectional dengan sampel penderita pasca stroke di RS TK III Reksodiwiryo
Padang. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui hubungan
hipertensi dengan kejadian stroke berulang pada penderita pasca stroke. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 80 sampel penderita pasca stroke
didapatkan hasil sebanyak 52,5% atau lebih dari separoh responden mengalami
stroke berulang, dan lebih dari separoh 51,3% memiliki riwayat penyakit
hipertensi, dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
hipertensi dengan kejadian stroke berulang dengan nilai (p value 0,002). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardilla
(2014) yang mengatakan tentang adanya hubungan hipertensi yang tidak
terkontrol dengan kejadian stroke berulang di RSUD Sukoharjo ditemukan
adanya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke berulang. Adapun faktor
41

risiko lain yang dapat menyebabkan kejadian stroke berulang selain hipertensi
yaitu diabetes mellitus (DM).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh El-gohary, T. M. (2019)
dengan judul “Risk factors and types of recurrent stroke: a Saudi hospital based
study”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita dengan stroke berulang
juga memiliki diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan faktor risiko yang
cukup besar kemungkinan untuk menyebabkan kejadian stroke berulang selain
hipertensi. Dari responden yang dalam hal ini sebagai sampel penelitian
didapatkan hasil yang cukup signifikan yaitu sebesar 62,5% penderita stroke
berulang juga memiliki diabetes mellitus. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yalcin E, Yalcin M, Çelik Y, et al (2015) yang mengatakan
faktor risiko stroke berulang tidak lepas dari beberapa faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes mellitus.
3. Faktor Risiko Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaswara Suwaryo, P.
A., Widodo, W. T., & Setianingsih, E. (2019) dengan judul “faktor risiko dengan
kejadian stroke”. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan
pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 pasien.
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penderita stroke dengan aktifitas fisik rendah memiliki resiko terjadinya
stroke berulang sebesar 82,8% lebih besar dibandingkan dengan penderita yang
melakukan aktifitas fisik sedang yaitu sebesar 33,3% memiliki resiko mengalami
terjadinya stroke berulang. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada
hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke berulang pada pasien pasca
stroke. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siwi et al
(2016) yang mengatakan bahwa aktifitas fisik yang bersifat pasif dapat
meningkatkan risiko stroke sebesar 1,32%. Selain beberpa faktor risiko diatas,
peran keluarga juga sangat berperan penting dalam perawatan pasien pasca-stroke
dirumah.
42

4. Faktor Risiko Pengetahuan Keluarga


Berdasarkan hasil penelitian Rahayu, T. G. (2020) dengan judul penelitian
“hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan resiko kejadian stroke
berulang”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan
menggunakan kuesioner, tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
pengetahuan keluarga dengan kejadian stroke berulang. Dalam penelitian ini
didapatkan hasil bahwa Dari 26 (58%) responden mempunyai pengetahuan tinggi
dan 19 responden (42%) pengetahuan rendah serta 22 (49%) responden
mempunyai sikap negatif dan sisanya 23 (51%) responden bersikap positif. Dari
ketiga karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan yang
mempunyai hubungan bermakna (P value <0,05). Dari hasil penelitian ini
didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga dalam
melakukan perawatan pada pasien pasca stroke dengan kejadian stroke berulang.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amila (2018) yang
mengatakan bahwa mayoritas keluarga memiliki pengetahuan cukup (60%)
terhadap pencegahan penyakit stroke berulang. Dalam hal ini Peningkatan
pengetahuan pasien dan keluarga dalam deteksi tanda pencegahan faktor risiko
stroke ditargetkan terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan pola hidup sehat
untuk mencegah stroke berulang. Selain itu faktor pengetahuan keluarga juga
berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan pada
penderita pasca-stroke juga sangat penting.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati, A. (2020) dengan
judul penelitian “gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien
stroke”. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang keluarga dari penderita pasca-stroke
yang berusia lebih dari 18 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan keluarga terhadap perawatan pasien stroke. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil untuk pengetahuan keluarga kategori cukup yaitu
sebanyak 31,5% sedangkan untuk kategori kurang sebanyak 68,5%. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vonna (2015)
yang mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan pada keluarga akan berpengaruh
43

terhadap kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan, dan akan


menimbulkan kegagalan perawatan pada penderita stroke. Hasil penelitian lain
yang juga sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lee et al (2014) yang
mengatakan bahwa keluarga yang kurang mampu dalam memberikan perawatan
pada penderita stroke memiliki pengetahuan yang rendah serta sikap yang negatif.
Selain faktor pengetahuan keluarga dalam memberikan perawatan penderita
pasca-stroke, kualitas pengasuh dalam hal ini keluarga dirumah juga sangat
berperan untuk penderita pasca-stroke.
5. Faktor Risiko Kemampuan Care-giver
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tyagi, S., Koh, G. C. H.
(2020) dengan judul “Pendekatan dyadic untuk diawasipartisipasi rehabilitasi
masyarakatdalam pengaturan Asia pasca-stroke:mengeksplorasi peran pengasuh
dankarakteristik pasien secara prospektifstudi kohort”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peran kemampuan pengasuh dirumah terhadap penderita
pasca-stroke sangat berkaitan dengan dampak ke kambuhan pada penderita pasca-
stroke. Semakin baik kualitas pengasuh dirumah maka kemungkinan penderita
pasca-stroke untuk tidak mengalami kekambuhan cukup besar, bahkan mampu
meningkatkan kualitas hidup penderita pasca-stroke tersebut. Untuk itu
kemampuan keluarga sebagai peran pengasuh sangat diharapkan sebaik mungkin
guna mendukung proses penyembuhan penderita pasca-stroke. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutz BJ, Young ME, Cox KJ, et al.
(2011) dengan judul “The crisis of stroke: experiences of patients and their family
caregivers.” yang mengatakan bahwa pengalaman serta kualitas pengasuh yang
berkualitas sangat diperlukan untuk penderita pasca-stroke.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian
stroke berulang bisa terjadi pada penderita pasca-stroke dengan berbagai faktor
risiko yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko tidak dapat diubah.
Untuk itu semua komponen harus berperan dengan maksimal mulai dari peran
perawat, penderita stroke itu sendiri, dan keluarga yang merawat penderita pasca-
stroke dirumah. Faktor pengetahuan, kepatuhan, penyakit penyerta, serta faktor
44

kemampuan caregiver dirumah juga perlu di tingkatkan guna mencegah terjadinya


stroke berulang pada penderita pasca-stroke.

C. Keterbatasan penelitian (literature review)


Dalam pelaksanaan penyusunan studi literature review ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada dalam
penyusunan studi literature review ini meskipun telah diupayakan sebaik
mungkin dalam proses penyusunannya. Adapun keterbatasan yang dialami yaitu
beberapa artikel terkait tidak dapat di download dikarenakan artikel tersebut
berbayar, sehingga penulis tidak dapat menjadikan artikel tersebut sebagai bahan
untuk studi literature review ini.
45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil literature review beberapa artikel yang didapatkan peneliti bahwa
faktor risiko kejadian stroke berulang dapat dipicu berbagai macam faktor risiko
seperti faktor kepatuhan dalam terapi, faktor yang dapat diubah seperti hipertensi,
diabetes, dan aktivitas fisik, serta faktor risiko pendukung setelah penderita stroke
mengalami stroke (pasca-stroke) seperti pengetahuan keluarga dalam
memberikan perawatan, dan kemampuan caregiver dirumah. Dengan pembahasan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor risiko terjadinya stroke berulang
tidak hanya didasari oleh satu faktor saja, melainkan berbagai faktor lain yang
dapat menyebabkan terjadinya stroke berulang (recurrence stroke).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil literature review ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi rumah sakit
khususnya sebagai pelayanan kesehatan. Sehingga bisa meningkatkan peran
edukasi tenaga medis khususnya pada penderita stroke agar tidak mengalami
terjadinya stroke berulang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan pihak
rumah sakit dalam meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal ini
penderita stroke.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil literature review ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya terkait faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya stroke berulang. Sehingga dapat membantu sebagai
bahan edukasi terkait faktor risiko kejadian stroke berulang.
46

DAFTAR PUSTAKA

Anissaa, E., Gofir, A., & Ikawati, Z. (2015). Hubungan Keyakinan Dan Kepatuhan Terapi
Pencegahan Sekunder Terhadap Kejadian Stroke Berulang. Manajemen Dan
Pelayanan Farmasi, 5(2), 8–14.

El-gohary, T. M., Alshenqiti, A. M., Ibrahim, S. R., Khaled, O. A., Ali, A. R. H., &
Ahmed, M. S. (2019). Risk factors and types of recurrent stroke: a Saudi hospital
based study. Journal of Physical Therapy Science, 31(10), 743–746.
https://doi.org/10.1589/jpts.31.743

Fatmawati, A. (2020). Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Pasien


Stroke. Jurnal Kesehatan Holistic, 4(1), 52–60. https://doi.org/10.33377/jkh.v4i1.73

Handayani, F. (2019). Pengetahuan tentang Stroke, Faktor Risiko, Tanda Peringatan


Stroke, dan Respon Mencari Bantuan pada Pasien Stroke Iskemik. Jurnal Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah, 2(2), 12. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i2.406

Healey, Jeff S, (2016). Occurrence of death and stroke in patients in 47 countries 1 year
after presenting with atrial fibrillation: a cohort study. Vol 388

Herlambang, B. B., Ganiem, A. R., & Cahyani, A. (2017). Hubungan faktor risiko dan
kepatuhan terhadap terapi dengan kejadian stroke iskemik ulang. Neurona, 34(4),
252–257.

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta,


Salemba Medika

Irianto Koes, (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. ALFABETA, cv. Jl. Geger
Kalong Hilir No.84, Bandung, Indonesia

Irianto Koes, (2014). Anatomi dan Fisiologi Manusia. ALFABETA, cv. Jl. Geger Kalong
Hilir No.84, bandung, Indonesia

Lingga Lanny, (2013). All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca Stroke. PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, Indonesia

Lola, D. (2020). Hubungan hipertensi dengan kejadian stroke berulang pada penderita
pasca stroke. Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION, 5(1), 125–131.
47

Nurdiani, I. S., Prastiwi, S., & Metrikayanto, W. D. (2018). Faktor-Faktor Yang Dapat
Diubah Dan Tidak Dapat Diubah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Cva
Berulang Pada Pasien Cva Di Rs Panti Waluya Sawahan Malang. Nursing News
Volume 3, Nomor 1, 2018, 3, 550–556.

Nurarif & Hardhi, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA (Nirth American Nursing Diagnosis Association) NIC, NOC. Edisi
Revisi jilid 3, Yogyakarta, Indonesia

Rahayu, T. G. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Risiko


Kejadian Stroke Berulang. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 9(02), 140–
146.

Rikesdas, (2018). Laporan Nasional Rikesdas. Kementerian Kesehatan RI Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta, Indonesia

Sheria Puspita Arum, (2015). Stroke: Kenali, Cegah, dan Obati. NOTEBOOK, Jl. Imogiri
Barat Randubelang RT 5 No.095, Yogyakarta, Indonesia

Syahida, dkk, (2018). Studi Hasil Indeks Eritrosit Pada Penderita Stroke Iskemik dan
Stroke Hemoragik. Jurnal Medis Analis Kesehatan, Vol.9, No.2. Poltekkes
Makassar, Indonesia

Tyagi, S., Koh, G. C. H., Luo, N., Tan, K. B., Hoenig, H., Matchar, D. B., Yoong, J.,
Chan, A., Lee, K. E., Venketasubramanian, N., Menon, E., Chan, K. M., De Silva,
D. A., Yap, P., Tan, B. Y., Chew, E., Young, S. H., Ng, Y. S., Tu, T. M., … Tan, C.
S. (2020). Dyadic approach to supervised community rehabilitation participation in
an Asian setting post-stroke: Exploring the role of caregiver and patient
characteristics in a prospective cohort study. BMJ Open, 10(4), 1–12.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-036631

Widyaswara Suwaryo, P. A., Widodo, W. T., & Setianingsih, E. (2019). Faktor Risiko
yang Mempengaruhi Kejadian Stroke. Jurnal Keperawatan, 11(4), 251–260.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i4.530

Word Health Organization, (2018). Definition Of Stroke and Prevention.

Anda mungkin juga menyukai