Anda di halaman 1dari 163

i

STUDI KASUS

PENERAPAN TERAPI SLOW DEEP BREATHING UNTUK


MENGURANGI NYERI AKUT: KEPALA PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Dwi Adelia Indah Putri


NIM. 20018016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG

i
ii

2021
i

STUDI KASUS

PENERAPAN TERAPI SLOW DEEP BREATHING UNTUK


MENGURANGI NYERI AKUT: KEPALA PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

Dwi Adelia Indah Putri


NIM. 20018016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021

i
ii
iii
iv
v
vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto :
“Majulah tanpa menyingkirkan orang lain, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan
orang lain, dan berbahagialah tanpa menyakiti orang lain. Tetap rendah hati,
karena tidak ada kesuksesan melainkan atas pertolongan dari Allah SWT.”

Kupersembahkan untuk :
1. Kepada Allah SWT karena dengan segala pertolongan dan kekuatan do’a
yang mampu membantuku dalam menyelesaikan studi kasus ini.
2. Kepada Ayahanda (Barlian) dan Ibunda (Meriyantini), saudara kandungku
(Ogie dan Fito) dan keluarga besar yang senantiasa terus memberikan do’a,
kasih sayang, semangat dan motivasi dalam setiap nasehatnya.
3. Dosen pembimbingku, Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep., Ns.,
M.Kep, yang tak pernah lelah dan selalu sabar dalam memberikan ilmu, dan
arahan selama ini sehingga dapat terselesainya tugas Studi Kasus ini.
4. Untuk penguji I, Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep dan penguji II
Ibu Puji Setya Rini, S.Kep., Ns., M.Kes saya ucapkan terima kasih, tanpa
kalian tugas akhir ini tak terselesaikan dengan baik.
5. Untuk sahabat satu atap kamar 309 A (Erika, Asih, Ranti, Rossa, Reza, Zulfa,
Adel, Ratih, Usie) yang selalu memberikan pembelajaran yang luar biasa
selama pertemanan kita ini.
6. Teman-teman departemen Keperawatan Medikal Bedah (Tika, Yulia N,
Ratih, Tiara dy, Mery, Pendi, Deri) terima kasih atas energi positif dan selalu
memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa DIII Keperawatan angkatan tahun
2018, terima kasih atas pengalaman-pengalaman berharga yang sudah dilalui
selama tiga tahun ini.
vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : Dwi Adelia Indah Putri
NIM : 20018016
Tempat / Tanggal Lahir : Serinanti, 01 September 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jln. Lintas Timur Desa Seriannti Dusun III
Kecamatan Pedamaran Kabupaten OKI
No. Telp : 082278135241
Orang Tua
Ayah : Barlian
Ibu : Meriyantini
Email : daindah01@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


a. SD N 3 Sukaraja : 2006-2012
b. SMP N 1 Kayuagung : 2012-2015
c. SMA N 1 Kayuagung : 2015-2018
d. Program Studi Diploma III Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammdiyah Palembang
1) Tingkat 1 : 2018-2019
2) Tingkat 2 : 2019-2020
3) Tingkat 3 : 2021-2021
viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Studi kasus ini yang berjudul “Penerapan
Terapi Slow Deep Breathing untuk Mengurangi Nyeri Akut: Kepala Pada Pasien
Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2021” sesuai
waktu yang ditetapkan. Penulisan Studi kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan di
Institus Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammdiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada panyusunan Studi Kasus ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Studi Kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi Candra Putra, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
2. Bapak dr. H. Pangestu Widodo, MARS selaku Direktur Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
3. Ibu Maya Fadlillah, M. Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
4. Ibu Mar’atun Ulaa, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan dan selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing
selama penyusunan Studi Kasus ini
6. Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I dan Ibu Puji
Setya Rini, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji II
7. Staf pegawai Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan Studi Kasus ini
8. Dosen Program Studi dan staf pegawai IKesT Muhammadiyah Palembang
yang saya banggakan
ix

9. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungan selama
penyusunan Studi Kasus ini
10. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan
kepada saya
11. Semua pihak yang telah membantu sehinggga Studi Kasus ini dapat
diselesaikan

Akhir kata saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini membawa manfaat
bagi pengembangn ilmu.

Palembang, Juni 2021

Penulis
x

ABSTRAK

Penerapan Terapi Slow Deep Breathing Untuk Mengurangi Nyeri Akut: Kepala
Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 2021

Dwi Adelia Indah Putri


Email: daindah01@gmail.com

Latar Belakang: Nyeri kepala yang muncul pada pasien Hipertensi disebabkan
oleh sirkulasi aliran darah ke otak terganggu karena penyumbatan aliran darah
yang disebabkan oleh tekanan darah yang meningkat. Terapi Slow Deep
Breathing merupakan salah satu terapi yang dapat mengurangi nyeri kepala
dimana terapi ini dapat meningkatkan respon saraf parasimpatis yang berdampak
pada vasodilatasi pembuluh darah sehingga bisa mengalirkan darah dengan lancar
menuju ke jaringan yang mengalami spasme dan bisa mengurangi intensitas nyeri
pada otak. Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Terapi Slow Deep
Breathing Untuk Mengurangi Nyeri Akut: Kepala Pada Pasien Hipertensi Di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode case study pada dua pasien dengan teknik pengumpulan data primer dan
sekunder selama 3 hari dari 19 April 2021 s/d 22 April 2021. Hasil: Setelah
diberikan Terapi Slow Deep Breathing didapatkan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri dimana pada Ny. A skala nyeri sebelum intervensi 5 menjadi 1 setelah
intervensi dan Ny. N memiliki skala nyeri sebelum intervensi 6 menjadi 2 setelah
intervensi. Kesimpulan: Terapi Slow Deep Breathing dapat menurunkan nyeri
akut: kepala pada pasien Hipertensi dalam 3 hari perawatan di rumah sakit.
Saran: Penerapan Terapi Slow Deep Breathing dapat diaplikasikan dalam rencana
tindakan keperawatan lainnya untuk mengurangi nyeri akut: kepala dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata kunci : Nyeri Akut, Hipertensi, Terapi Slow Deep Breathing


Daftar Pustaka: 29 (2012 - 2019)
xi
xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus...........................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus.........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Hipertensi
1. Definisi.........................................................................................................7
2. Anatomi dan Fisiologi..................................................................................7
3. Klasifikasi Hipertensi.................................................................................12
4. Etiologi.......................................................................................................12
5. Manifestasi Klinis.......................................................................................14
6. Patofisiologi................................................................................................14
7. Pathway......................................................................................................16
8. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................17
9. Penatalaksanaan..........................................................................................17
B. Konsep Nyeri Akut: Kepala
1. Definisi Nyeri Kepala.................................................................................20
2. Klasifikasi Nyeri kepala.............................................................................20
3. Patofisiologi Nyeri Kepala.........................................................................21
xiii

4. Penilaian Nyeri...........................................................................................22

C. Konsep Slow Deep Breathing


1. Definisi Slow Deep Breathing....................................................................24
2. Tujuan Slow Deep Breathing.....................................................................25
3. Keunggulan Slow Deep Breathing.............................................................25
4. Fisiologi Slow Deep Breathing..................................................................25
5. Langkah-langkah Slow Deep Breathing.....................................................26
D. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hipertensi
1. Pengkajian..................................................................................................26
2. Diagnosis Keperawatan..............................................................................29
3. Intervensi....................................................................................................30
4. Implementasi..............................................................................................40
5. Evaluasi......................................................................................................40
6. Discharge Planning....................................................................................42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Studi Kasus...................................................................................43
B. Subjek Studi Kasus.........................................................................................43
C. Fokus Studi Kasus...........................................................................................44
D. Definisi Operasional.......................................................................................44
E. Tempat danWaktu...........................................................................................45
F. Pengumpulan Data .........................................................................................45
G. Penyajian Data................................................................................................47
H. Etika Studi.......................................................................................................47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil Rumah Sakit
1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang......................50
2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang............50
3. Profil Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 51
B. Hasil
1. Pengkajian.................................................................................................51
2. Diagnosis Keperawatan.............................................................................73
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................75
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................82
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................82
6. Discharge Planning..................................................................................94
C. Pembahasan
1. Pengkajian................................................................................................96
2. Diagnosis Keperawatan............................................................................97
3. Intervensi Keperawatan............................................................................99
xiv

4. Implementasi Keperawatan....................................................................100
5. Evaluasi Keperawatan............................................................................102
6. Discharge Planning...............................................................................104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................................106
B. Saran ............................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
II.1 Klasifikasi Hipertensi...................................................................................12
II.2 Intervensi Keperawatan Pasien Hipertensi...................................................31
3.2 Definisi Operasional Studi Kasus.................................................................44
4.1 Pengkajian dan Hasil....................................................................................51
4.2 Analisa Masalah............................................................................................67
4.3 Diagnosis Keperawatan................................................................................73
4.4 Intervensi Keperawatan................................................................................75
4.5 Implementasi dan Evalusi Keperawatan.......................................................82
4.6 Format Discharge Planning.........................................................................94
xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Anatomi Jantung.............................................................................................8
2.2 Lapisan Jantung..............................................................................................9
2.3 Fisiologi Sistem Kardiovaskuler...................................................................11
2.4 Skala Nyeri Deskriptif..................................................................................23
2.5 Skala Numerik Angka...................................................................................23
2.6 Skala Wajah..................................................................................................24
xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
2.1 Pathway Hipertensi.......................................................................................16
xviii

LAMPIRAN

1. Informed Consent
2. Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
3. Standar Operasional Prosedur Terapi Slow Deep Breathing
4. Format Discharge Planning
5. Format Kuesioner Numeric Rating Scale
6. Surat Pengajuan Judul
7. Surat Izin Pengambilan Data Awal
8. Surat Izin Penelitian IKesT Muhammadiyah Palembang
9. Surat Izin Selesai Penelitian Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
10. Lembar Supervisi
11. Lembar Konsultasi
xix
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian secara
global dan salah satu tantangan kesehatan utama abad ke-21. Penyakit tidak
menular diperkirakan menyumbang 71% dari 57 juta kematian global yang
terdiri dari penyakit kardiovaskular (31%), kanker (16%) dan penyakit
pernapasan kronis (7%) dan diabetes (3%) (WHO, 2018). Penyakit
kardiovaskular merupakan nomor satu penyebab kematian secara global. Dari
17 juta kematian dalam setahun, lebih dari setengah kematian yaitu 9,4 juta
disebabkan oleh komplikasi hipertensi. (AHA, 2019).
Prevelensi hipertensi diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia
dan tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO
memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
(WHO, 2019).
Kemenkes RI (2019) menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia lebih dari 18 tahun sebesar 34,1%,
tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, sedangkan terendah di Papua
sebesar 22,2%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427.218 kematian.
Jumlah penderita hipertensi berusia lebih dari 15 tahun di Provinsi
Sumatera Selatan sebanyak 5.572.379 orang. Di Kota Palembang, penyakit
darah tinggi ini menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat. Kota
Palembang menyumbang angka sebesar 245.470 penderita hipertensi (Dinkes
Sumsel, 2019)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan yang sangat serius baik di dunia maupun di

1
2

Indonesia. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih (Smeltzer & Bare, 2016)
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di
atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Sumartini dkk, 2019).
Seseorang yang telah didiagnosis menderita hipertensi atau mengalami
peningkatan tekanan darah yang perisisten harus segera mencari pengobatan
untuk mengontrol tekanan darah, mencegah terjadinya komplikasi, dan
mengurangi atau mengatasi tanda dan gejala yang muncul seperti pusing, sakit
kepala, tengkuk terasa pegal. Pada umumnya ketika seseorang yang menderita
hipertensi akan terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih dari normal dan
biasanya akan muncul tanda dan gejala (Siburian, 2016).
Tanda dan gejala hipertensi antara lain penglihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, pusing, gemetar, mual muntah, lemas,
sesak nafas, gelisah, kaku ditengkuk, dan kesadaran menurun (Nugraheni,
2016). Nyeri akut (kepala) pada pasien hipertensi terjadi karena sirkulasi
aliran darah ke otak terganggu karena penyumbatan aliran darah sehingga
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi pada pembuluh darah
otak, akan menyebabkan lapisan endotel pembuluh darah otak rusak. Jaringan
yang sudah terganggu akan mengalami penurunan oksigen dan meningkatkan
karbondioksida. Kerusakan ini akan membuat suatu kepingan darah yang
menyumbat pada pembuluh darah otak, dan membuat otak banyak
memproduksi serotonim dan adenergik secara berlebihan yang membuat
pembuluh darah pada otak semakin melebar. Pelebaran pembuluh darah otak
akan menyebabkan aliran darah pada otak terganggu dan akan membuat
banyak kerusakan atau radang pada banyak saraf di otak. Saat terjadi radang,
maka secara otomatis otak akan memproduksi prostaglandin yang dianggap
oleh otak sebagai respon nyeri yang dapat menjadi masalah keperawatan
pasien (Tamsuri, 2012)
Manejemen nyeri kepala pada pasien hipertensi yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu terapi farmakologi
3

dan terapi nonfarmakologi. Banyak dari pasien atau anggota tim kesehatan
cenderung memandang obat sebagai metode untuk menghilangkan nyeri
kepala. Namun begitu, banyak pula aktivitas terapi keperawatan
nonfarmakologi yang sebenarnya cukup ampuh dalam mengatasi nyeri kepala.
Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan
(Mulyadi, 2016).
ALLAH SWT menurunkan Al-Qur’an yang didalamnya ada banyak
petunjuk dan tuntunan bagi umatnya untuk menjadi obat dari berbagai macam
penyakit baik fisik ataupun psikis. Dalam surah Al-Isra ayat 82, ALLAH SWT
berfirman yang artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi
orang yang dzalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian” (QS. Al-
Isra: 82). ALLAH SWT juga berfiman dalam surah Asy-Syu’ara ayat 80 yang
artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku”
(QS. Asy-Syu’ara: 80). Kesabaran akan mengajari manusia ketekunan dalam
bekerja serta mengerahkan kemampuan untuk merealisasikan tujuan amaliah
dan ilmiah. Terapi nonfarmakologis yang digunakan sebagai metode untuk
menghilangkan nyeri kepala adalah terapi Slow Deep Breathing atau relaksasi
napas dalam. Terapi ini merupakan salah satu petunjuk ALLAH SWT sebagai
pemberi ilmu pengetahuan dan ALLAH SWT jadikan teknik ini untuk
meredakan nyeri kepala.
Terapi Slow Deep Breathing atau relaksasi nafas dalam pada pasien
hipertensi ini mampu mengurangi nyeri kepala, membuat tubuh menjadi lebih
tenang dan harmonis, serta mampu memberdayakan tubuhnya untuk
mengatasi gangguan yang menyerangnya (Setyowati, 2016). Cara ini dianggap
mudah dan bisa dilakukan dengan berkonsentrasi penuh rileks dan lingkungan
yang nyaman. Latihan nafas dalam merupakan suatu bentuk terapi
nonfarmakologi, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Dalam
4

kondisi rileks metabolisme tubuh berjalan lambat sehingga siklus pernafasan


menjadi lebih rendah sekitar tiga sampai empat kali per menit serta dapat
menurunkan tekanan darah dan kontraksi jantung (Putra, 2015)
Relaksasi napas dalam tersebut dapat menstimulan respon saraf
otonom melalui pengeluaran transmitter endorphin yang berefek pada
penurunan respon saraf simpatis dan peningkatan respon saraf parasimpatis.
Saraf-saraf tersebut pada relaksasi napas dalam akan berdampak pada
vasodilatasi pembuluh darah sehinggga mempermudah oksigen untuk
dialirkan ke bagian otak yang bisa mengalirkan darah dengan lancar menuju
ke jaringan yang mengalami spasme, sehingga bisa mengurangi intensitas
nyeri pada otak (Sheren dkk, 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desriyani, Wahyudi, dan
Suratun (2019) di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan data
pasien dengan hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 11.911 pasien. Data yang
diperoleh dari hasil rekam medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
jumlah penderita pasien dengan hipertensi pada tahun 2019 terdapat 12.075
pasien, dan pada tahun 2020 terdapat 14.121 pasien.
Pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien
hipertensi umumnya hanya terfokus pada pengobatan farmakologi yaitu
dengan pemberian obat-obatan. Pengobatan nyeri kepala pada pasien
hipertensi dengan farmakologi ini tidak jarang berdampak buruk bagi tubuh
jika di konsumsi dalam waktu yang cukup lama (Fadila, 2019). Untuk itu
diperlukan sebuah terapi pendamping non farmakologi untuk mengurangi
ketergantungan terhadap obat. Sesuai dengan perkembangan ilmu
keperawatan yang dilakukan oleh beberapa peneliti, tindakan keperawatan
untuk menerapkan terapi non farmakologi yaitu relaksasi napas dalam sangat
berperan penting terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien
hipertensi. Terapi relaksasi napas dalam ini dapat dilakukan pasien secara
mandiri kapanpun dan dimanapun sehingga dapat mengurangi nyeri kepala,
ketegangan dan kecemasan dengan cara melatih pasien agar mampu dengan
sengaja untuk membuat relaksasi otot-otot tubuh setiap saat, sesuai dengan
keinginan.
5

Berdasarkan latar belakang di atas mengenai salah satu masalah


keperawatan yang sering dijumpai pada pasien hipertensi yaitu nyeri kepala
yang harus segera ditangani. Penulis tertarik mengambil tema “Penerapan
terapi Slow Deep Breathing untuk mengatasi nyeri akut: kepala pada pasien
hipertensi di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakan asuhan keperawatan dengan penerapan terapi Slow
Deep Breathing untuk mengurangi nyeri akut: kepala pada pasien hipertensi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah mendapatkan gambaran
bagaimana asuhan keperawatan melalui penerapan terapi Slow Deep
Breathing terhadap nyeri akut: kepala pada pasien hipertensi di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah penulis mampu:
a. Dilakukannya pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi melalui
penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut: kepala di
Rumah Sakit Muhammdiyah Palembang.
b. Dirumuskannya diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi melalui
penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut: kepala di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
c. Dilakukannya intervensi keperawatan pada pasien hipertensi melalui
penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut: kepala di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
d. Dilakukannya implementasi keperawatan pada pasien hipertensi
melalui penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut:
kepala di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
6

e. Dilakukannya evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi melalui


penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut: kepala di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Dilakukannya discharge planning pada pasien hipertensi melalui
penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap nyeri akut: kepala di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

D. Manfaat
Penulis berharap semoga penerapan terapi Slow Deep Breathing ini dapat
dimanfaatkan untuk :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis studi kasus diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan
sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam proses keperawatan terutama dalam meningkatkan hasil
studi kasus mahasiswa. Selain itu bermanfaat sebagai bahan referensi
dalam pembelajaran dan menerapkan ilmu keperawatan yang sudah ada.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis studi kasus ini bermanfaat:
a) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
b) Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi serta acuan dalam membandingkan,
melakukan dan menganalisa hasil riset keperawatan, khususnya studi
kasus terkait dengan penerapan terapi Slow Deep Breathing untuk
mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal
secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014),
sedangkan menurut Setiati (2015) hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana
penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/multi faktor
sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal.
Dari beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
penyakit hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah abnormal dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem karidovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah.
Secara sederhana, fungsi utamanya adalah untuk distribusi oksigen dan
nutrisi (misalnya glukosa, asam amino) ke semua jaringan tubuh,
pengangkutan karbondioksida dan produk limbah metabolik (misalnya
urea) dari jaringan ke paru-paru dan organ eksretoris, distribusi air,
elektrolit dan hormon di seluruh sel tubuh, dan juga berkontribusi terhadap
infrastruktur sistem kekebalan tubuh dan termoregulasi. Pada keadaan
berat, aliran darah tersebut lebih banyak diarahkan pada organ-organ vital
seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan mempertahankan
sistem sirkulasi itu sendiri (Aaroson et al, 2013).
8

Gambar 2.1 Anatomi Jantung


Sumber : Robby, 2016

a. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ dengan empat berangka dan berotot yang
terletak pada rongga dada, dibawah perlindungan tulang rusuk, dan
sedikit ke kiri sternum. Jantung berada didalam kantung yang berisi
cairan yang longgar, yang disebut dengan perikardium. Keempat
ruangan jantung yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan.
Atrium duduk berdampingan diatas ventrikel. Atrium dan ventrikel
dipisahkan satu sama lain dengan 6 katup satu arah. Sisi kanan dan
kiri jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang disebut dengan
septum (Lazenby et al, 2011).
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik
dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis
( anterior-inferior ICS – V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh
balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah
rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita
dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada
orang dewasa sekitar 250-350 gram.
1) Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
9

a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago


kostalis setinggi kosta III-I
b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais
c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan
aorta pulmonalis, bronkus dekstra dan bronkus sinistra
d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis
e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
2) Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

Gambar 2.2 Lapisan Jantung


Sumber : Sridianti, 2014

a) Luar/pericardium Berfungsi sebagai pelindung jantung atau


merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di
mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan
iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu
lapisan parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini
terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan
pericardium tidak mengganggu jantung
b) Tengah/ miokardium Lapisan otot jantung yang menerima
darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium yaitu: otot
atrium, otot ventrikuler, dan otot atrioventikuler.
10

c) Dalam / Endokardium Dinding dalam atrium yang diliputi


oleh membran yang mengilat yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir endokardium kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava (Sridianti, 2014)
3) Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
a) Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di
luar, bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista
terminalis.
b) Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan
melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus
pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel
kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari: valvula
triskuspidalis dan valvula pulmonalis
c) Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
d) Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra
melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta
melalui osteum aorta terdiri dari: valvula mitralis dan
valvula semilunaris aorta
4) Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah
ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri
pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke
paru-paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis
terdapat katup valvula semilunaris arteri pulmonalis. Vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium
sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvula
semilunaris aorta (Heni & Yuni, 2017)
11

b. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan
ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan
darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah
biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan,
dan melalui katup trikuspidalis menuju ventrikel kanan, kemudian ke
paru-paru melalui katup pulmonalis.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida,
mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi
berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri
melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke
ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke
aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,
dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi
maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari
atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan
segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya
dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel. (Vania, 2014)

Gambar 2.3 Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


Sumber : Diana, 2017
12

3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO (World Health
Organization), 2014

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <130 <85


Tinggi-normal 130-139 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 90-99
(ringan)

Hipertensi kelas 2 160-149 100-109


(sedang)

Hipertensi kelas 3 (berat) ≥180 ≥110


Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi

Sumber : Bope & Kellerman, 2017

4. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
13

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi


idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhi yaitu :
1). Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang
memiliki tekanan darah tinggi.
2). Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka
tekanan darah meningkat, faktor ini tidak dapat dikendalikan serta
jenis kelamin laki–laki lebih berisiko tinggi dari pada perempuan.
3). Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya
didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan
peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh
pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja
ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4). Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.
5). Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan cara pola hidup sehat
menghindari faktor pemicu hipertensi diantaranya adalah merokok,
14

dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap


dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa puntung rokok
dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
Mengkonsumsi alkohol yang sering atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien stabil dan pelihara gaya hidup
sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadi akibat stenosi arteri renalis. Faktor pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres.
Penyebab hipertensi sekunder diantaranya adalah berupa kelainan
ginjal; seperti obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian
obat-obatan, seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid (Aspiani, 2014;
Majid, 2017)
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah gejala umum yang
ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
f. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai
dampak dari hipertensi.
g. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat
15

h. Nokturia (sering berkemih di dalam hari) karena adanya peningkatan


aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
i. Susah untuk tidur
j. Edema dependen dan pembekakkan akibat peningkatan tekanan
kapiler (Aspiani, 2014; Ardiansyah, 2012)
6. Patofisiologi
Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Kekuatan jantung saat memompa darah yang diterima oleh dinding
pembuluh darah di seluruh tubuh akan menghasilkan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dan besar tahanan yang diterima oleh aliran darah tersebut di dalam
pembuluh darah. Semakin banyak jumlah darah yang dipompa maka akan
semakin sempit diameter pembuluh darah arteri yang menghasilkan
tekanan darah semakin tinggi.
Tekanan darah akan meningkat secara alami ketika seseorang
berolahraga atau melakukan aktivitas berat kemudian kembali lagi menjadi
normal ketika tubuh beristirahat. Tekanan darah tinggi ini harus menjadi
perhatian ketika seseorang tetap memiliki tekanan darah yang tinggi saat
beristirahat. Ini menandakan jantung bekerja terlalu keras dan pembuluh
darah arteri menerima tekanan yang berlebih sehingga bisa
membahayakan organ tubuh dan bahkan mematikan penderitanya.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
16

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung


mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Suddarth, 2012).
17

7. Pathway
Bagan 2.1 Pathway Hipertensi

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Kerusakan HIPERTENSI
vaskuler
pembuluh darah
Perubahan
status
Perubahan kesehatan Krisis situsional Metode koping
struktur tidak efektif

Penyumb. Resistensi Nyeri kepala


Ketidakefektifa
Pembuluh darah pemb. Darah ke
n koping
otak naik
Gangguan
Vasokonstriksi
Pola Tidur

Gangguan sirkulasi Resiko


Suplai O2 ke
Otak ketidakefektifan
otak menurun
perfusi jaringan
otak
Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi
pemb. Darah Sistemik Koroner
Spasme arteriol
ginjal
Vasokontriksi
Resiko cedera Iskemia miokard
Blood flow
darah menurun Afterload
Penurunan meningkat Nyeri dada
curah jantung
Respon RAA

Merangsang Kelebihan Fatigue


21
aldosteron volume cairan

Intoleransi
Retensi Na Edema aktivitas

Sumber : Yuli, 2016; Ririn, 2019


18

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal dengan
gagal ginjal akut
2) Kreatinin pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal dengan
gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
b. Elektrokardiogram (EKG)
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peningkatan gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal (Majid, 2017; Aspiani, 2014)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan penggunaan obat hipertensi adalah menurunkan dan mencegah
kejadian kardioserebrovaskular dan renal, melalui tekanan darah dan juga
pengendalian dan pengobatan faktor-faktor resiko yang reversible. Terapi
obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut :
(a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
(b) Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi
19

angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung


dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunnkan sekresi aldosteren, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium (Sunaryo, 2016)
b. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati
tekanan darah tinggi, berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Pengaturan diet
(a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiostensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
(b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitat pada dinding vaskular.
(c) Diet kaya buah sayur.
(d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vasoldilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
20

teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, merupakan salah
satu gaya hidup sehat penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung
5) Pemberian kompres hangat pada leher
Secara anatomis, banyak pembuluh darah arteri dan arteriol di leher
yang menuju ke otak. Pada nyeri kepala yang diderita oleh pasien
hipertensi disebabkan karena suplai darah ke otak mengalami
penurunan dan peningkatan spasme pembuluh darah. Kompres hangat
dilakukan untuk merelaksasikan otot pada pembuluh darah dan
melebarkan pembuluh darah sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan otok
(Setyawan & Kusuma, 2014)
6) Relaksasi napas dalam
Relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot atau bagian yang dirasa nyeri. Teknik
relaksasi yang efektif dapat menurunkan denyut jantung, tekanan
darah, mengurangi rension headache, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tekanan gejala pada
individu yang mengalami berbagai situasi (Mulyadi, 2016)
7) Terapi menggunakan aroma terapi
Aromaterapi merupakan bagian dari pengobatan herbal yang
menggunakan wangi-wangian yang berasal dari senyawa aromatik,
biasanya berasal dari bahan cairan tanaman (minyal esensial).
Berdasarkan penelitian Evidamce-Based Complementary dan
Alternative Medicine yang berjudul Essential Oil Inhalation on Blood
Presure and Salivary Cortisol Levels in Prehypertensive and
21

Hypertensive Subjects membuktikan bahwa menghirup campuran


minyak esensial ylang ylang neroli, lanvender, dan marjoram terbukti
efektif dalam mengontrol tekanan darah dan sangat dianjurkan untuk
mencegah hipertensi. Metode penggunaan dapat dilakukan dengan
pijat dan penguapan (Handayani, 2016)

B. Konsep Nyeri Akut: Kepala


1. Definisi Nyeri Kepala
Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh (Judha, 2015). Nyeri merupakan gejala esensial
untuk menginformasikan kerusakan organis atau fungsional pada tubuh.
Nyeri di kepala atau biasa disebut nyeri kepala adalah perasaan yang tidak
menyenangkan emosional dengan atau tanpa kerusakan jaringan sebagai
gejala dari kerusakan organ atau penyakit. (Putri et al, 2018)
Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada daerah
kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher. Nyeri yang
tidak teratasi dapat menyebabkan munculnya kecemasan dan
mengakibatkan tekanan darah semakin naik serta nyeri yang tidak hilang
bahkan semakin bertambah (Sjahrir dkk, 2013).
2. Klasifikasi Nyeri Kepala
a. Menurut Andarmoyo (2013) ada tiga klasifikasi nyeri, sebagai berikut :
1) Nyeri beradasarkan durasi
a) Nyeri kronik, yaitu nyeri yang menetap sepanjang periode
tertentu.
b) Nyeri akut, yaitu nyeri yang timbul setelah terjadi cidera,
insisi/pembedahaan dengan intensitas bervariasi mulai dari
ringan hingga berat, dan berlangsu ng secara singkat
2) Nyeri berdasarkan asal
a) Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang disebabkan oleh cedera atau
abnormalitas yang didapatkan pada struktur saraf perifer
maupun sentral.
22

b) Nyeri nosiseptif, yaitu nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas


nosiseptor perifer yang melainkan reseptor khusus yang
menghantarkan stimulus noxions.
3) Nyeri berdasarkan lokasi
a) Viseral dalam, yaitu nyeri yang terjadi karena stimulus organ-
organ internal.
b) Nyeri alih, yaitu fenomena umum dalam nyeri viceral karena
banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.
c) Superficial atau kutaneus, yaitu nyeri yang disebabkan oleh
stimulus kulit.
d) Radiasi, yaitu nyeri yang menyebar dari tempat awal cidera
kebagian tubuh yang lain.
b. Menurut Yuktiana (2017), secara garis besar klasifikasi nyeri kepala
ada dua yaitu:
1) Nyeri kepala primer
a) Migraine
b) Tension type headache
c) Nyeri kepala kluster dan hemicrania paroksismal kronik
d) Nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktual
2) Nyeri kepala sekunder
a) Nyeri kepala karena trauma kepala
b) Nyeri kepala karena kelainan vaskular
c) Nyeri kepala karena kelainan intrakranial nonvaskular
d) Nyeri kepala karena penggunaan suatu zat
e) Nyeri kepala karena infeksi
f) Nyeri kepala karena kelainan metabolik
g) Nyeri kepala atau nyeri wajah karena kelainan wajah atau
struktural kranial
h) Nyeri kepala atau wajah karena kelainan saraf.
3. Patofisiologi Nyeri Kepala
Darah yang keluar dari jantung akan mengalami tekanan yang tinggi
untuk bisa mengalirkan darah keseluruh organ tubuh. Tekanan darah tinggi
23

itu juga akan terjadi pada pembuluh darah yang mengarah ke otak.
Tekanan darah yang tinggi pada pembuluh darah otak, akan menyebabkan
lapisan endotel pada otak rusak. Saat terjadi kerusakan pada lapisan
endotel pembuluh darah otak maka akan membuat suatu kepingan darah
yang menyumbat pada pembuluh darah otak, membuat otak banyak
memproduksi serotonin dan adenergik secara berlebihan yang membuat
pembuluh darah semakin melebar. Dengan adanya sumbatan dan
pelebaran pembuluh darah pada otak akan menyebabkan aliran darah akan
terganggu, akan membuat banyak kerusakan atau radang pada banyak
saraf di otak. Saat terjadi radang, maka secara otomatis otak akan
memproduksi prostaglandin yang dianggap oleh otak sebagai respon nyeri
(Tamsuri, 2012).
Sirkulasi aliran darah pada tubuh terganggu dan mempengaruhi
peningkatan tekanan darah. Jaringan yang sudah terganggu akan
mengalami penurunan oksigen dan meningkatkan karbondioksida.
Sehingga terjadilah metabolisme anaerob didalam tubuh, dimana asam
laktat dapat meningkat dan menstimulasi nyeri kepala di otak. Penyebab
lain dari nyeri kepala pada hipertensi karena adanya pergeseran jaringan
intrakarnial, dimana nyeri kepala merupakan suatu cara tubuh untuk
memberikan alarm atau respon bahwa didalam tubuh sedang mengalami
masalah pada kesehatan. Penderita hipertensi yang mengalami sakit kepala
yang sangat hebat secara tiba-tiba bisa menjadikan salah satu tanda adanya
masalah penyakit yang lebih serius, diantaranya penyakit jantung
(kardiovaskuler), gangguan pada sistem ginjal, bahkan bisa terjadi
pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau disebut dengan stroke dan
bisa mengakibatkan kematian (Setyawan, 2014).
4. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi
24

nyeri yang dirasakan. Menurut Mubarak et al., (2015), penilaian terhadap


intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu:
1) Skala Nyeri Deskriptif
Skala nyeri deskriptif merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian
verbal atau Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun
dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai
dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien
diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan
nyeri saat ini.

Gambar 2.4 Skala Nyeri Deskriptif


Sumber : Mubarak et al., 2015

2) Skala Numerik Angka (Numerical Rating Scale)


Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0-10.
Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat
yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan
berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon
turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan.

Gambar 2.5 Skala Numerik Angka


Sumber : Mubarak et al., 2015
25

3) Skala Wajah (Faces Scale)


Pasien akan melihat skala gambar wajah. Gambar pertama
tidak nyeri (tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri
dan gambar paling akhir adalah orang dengan ekspresi nyeri yang
sangat berat. Setelah ini, pasien dianjurkan untuk menunjuk gambar
yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri,
tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan ganggguan kognitif.

Gambar 2.6 Skala Wajah


Sumber : Mubarak et al., 2015

C. Konsep Slow Deep Breathing


1. Definisi Slow Deep Breathing
Teknik relaksasi adalah suatu teknik merileksasikan ketegangan otot
yang dapat menunjang nyeri. Teknik relaksasi merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan
pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi
jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri, ansietas dan
ketegangan otot (Tomy, 2017).
Teknik Slow Deep Breathing atau relaksasi napas dalam merupakan
bentuk asuhan keperawatan untuk mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maskimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam ini juga
dapat membuat ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas (Arfa,
2013).
26

2. Tujuan Slow Deep Breathing


Menurut Tomy (2017) tujuan dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
pada pasien hipertensi yaitu:
a. Mengurangi stres fisik maupun emosional yaitu intensitas nyeri
b. Menurunkan tekanan darah
c. Meningkatkan ventilasi alveoli
d. Memelihara pertukaran gas
e. Mencegah atelektasi paru
f. Menurunkan kecemasan
3. Keunggulan Slow Deep Breathing
Keunggulan dilakukan teknik relaksasi napas dalam pada pasien
hipertensi antara lain :
a. Mengurangi intensitas nyeri kepala
b. Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah
c. Memperlambat denyut jantung
d. Dapat mengatasi ansietas dan mengurangi stres baik fisik maupun
emosional
e. Dapat dilakukan setiap saat kapan saja dan dimana saja
f. Caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien
tanpa media
g. Dapat merilekskan otot-otot yang tegang
h. Dapat meningkatkan kualitas tidur (Tomy, 2017., Iqbal, 2015)
4. Fisiologi Slow Deep Breathing
Tekanan darah yang meningkat akan mengakibatkan rasa nyeri di
kepala, hal ini terjadi dikarenakan darah yang memaksa untuk mengalir ke
otak sedangkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi ataupun
arterosklerosis.
Relaksasi napas dalam dapat menstimulasi respon saraf otonom
melalui pengeluaran neurotransmitter endorphin yang berefek pada
penurunan respon saraf simpatis yang bekerja untuk meningkatkan
aktivitas tubuh dan peningkatan respon parasimpatis untuk menurunkan
aktivitas tubuh. Saraf-saraf ini pada relaksasi nafas dalam akan berdampak
27

pada vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempermudah oksigen untuk


dialirkan ke bagian otak yang diharapkan lebih adekuat (Sheren dkk,
2014)
5. Langkah-langkah Slow Deep Breathing
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam menurut Dian
(2015) antara lain:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sampai merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks
j. Ulangi selama 15 menit, dan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
pernafasan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hipertensi


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien
secara sistematis yang meliputi fisik, psikologis, sosial, spiritual, kognitif,
kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik yang terdiri dari :
a. Identitas klien : terdiri dari nama klien, usia, jenis kelamin, alamat,
status, agama, suku, pekerjaan, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, keluarga terdepat, dan pendidikan.
b. Riwayat kesehatan
28

1) Keluhan utama (saat masuk RS)


Keluhan pertama kali yang dirasakan pasien saat masuk rumah
sakit biasanya nyeri di bagian kepala
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian
hipertensi, biasanya nyeri di bagian kepala dan susah tidur saat
malam hari.
3) Riwayat kesehatan saat ini
Hal yang ditanyakan adalah unsur PQRST karena keluhan yang
sering disampaikan klien hipertensi adalah nyeri (Kholifah, 2016)
c. Pengkajian keperawatan 12 domain
1) Peningkatan kesehatan
Bagian pengkajian ini klien ditanya mengenai pengetahuan tentang
penyakit yang sedang dialaminya. Pasien dengan hipertensi
cenderung tidak mengetahui penyakit yang sedang dialami karena
kurang terpapar dalam informasi kesehatan.
2) Nutrisi dan program diit
Pasien dengan hipertensi akan diutamakan diit rendah garam, dan
diit rendah kolesterol
3) Eliminasi dan Pertukaran
Balance cairan : pasien dengan hipertensi tidak mengalami
gangguan balance cairan
Pernafasan : pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan
dalam pernafasan
4) Aktivitas/istirahat
Tidur : pasien dengan hipertensi akan mengalami penurunan
kualitas tidur karena nyeri di bagian kepala yang dirasakannya.
Skala aktivitas : pasien dengan hipertensi biasanya mengalami
kelemahan, merasa lemas, dan penurunan kekuatan otot.
Jantung : inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk),
auskultasi (mendengar).
29

5) Persepsi/kognitif kesan umum


Keadaan umum pasien hipertensi cenderung akan tampak lemah,
dan memegang kepalanya karena terasa nyeri.
6) Persepsi diri
(a) Perasaan terhadap penyakit : perasaan yang dirasakan oleh
klien pada saat menderita penyakit yang dialaminya.
(b) Persepsi terhadap diri : pandangan terhadap diri sendiri
mengenai penyakit yang dialaminya.
(c) Tingkat kecemasan : pasien dengan hipertensi akan mengalami
cemas berat yang dipengaruhi oleh faktor ketidakadekuatan
metode koping seseorang.
(d) Citra diri : keadaan pasien saat sakit akan merasa malu atau
minder dengan penyakit yang dialami.
7) Peran hubungan
Meliputi budaya, suku, agama yang dianut, bahasa yang
digunakan, masalah sosial yang penting, hubungan dengan orang
tua, hubungan dengan saudara kandung, dan hubungan dengan
lingkungan sekitar.
8) Toleransi/koping stress
Pemeriksaan kesadaran dengan menggunakan glasgow coma scale
(GCS), pada pasien hipertensi biasanya composmentis.
9) Prinsip hidup
(a) Budaya meliputi : budaya yang diikuti pasien dengan
aktivitasnya dan masalah yang dihadapi pasien terkait
budayanya.
(b) Spiritual/religius meliputi : aktivitas ibadah dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan sehari-hari, aktivitas ibadah
dan keagamaan yang sekarang tidak dapat dilaksanakan,
perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut,
upaya pasien mengatasi perasaan tersebut, dan keyakinan
pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami.
30

(c) Psikologi meliputi : perasaan pasien setelah mengalami


masalah ini, cara mengatasi perasaan tersebut, rencana pasien
setelah masalahnya terselesaikan, jika rencana ini tidak dapat
dilaksanakan, dan pengetahuan pasien tentang
masalah/penyakit yang ada.
(d) Sosial meliputi : aktivitas/peran pasien di masyarakat dan
masalah sosial yang dihadapi oleh pasien.
10) Keselamatan/perlindungan
(a) Tingkat kesadaran : pasien dengan hipertensi biasanya
composmentis
(b) Tanda-tanda vital pasien : biasanya tekanan darah dan nadi
meningkat.
11) Kenyamanan
Rasa nyeri yang dirasakan dikaji dengan prinsip : Provaiking,
Quality, Regio, Scale, dan Time (PQRST)
12) Sistem Neurosensori
Rasa nyeri pada saat pagi hari atau malam hari, nyeri terjadi
berulang-ulang, terasa ngilu, linu dan kesemutan (Sunaryo, 2016)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Yuli, 2017).
Diagnosis keperawatan pasien hipertensi menurut SDKI (2017) :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
dibuktikan dengan tekanan darah meningkat/menurun, dan perubahan
Systemic Vaskular Resistance (SVR) meningkat/menurun.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri
frekuensi nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat.
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
31

d. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium


dibuktikan dengan edema perifer
e. Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi psikomotor dan
gangguan penglihatan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen dan kelemahan dibuktikan dengan
merasa lemah dan tekanan darah berubah lebih dari 20% dalam kondisi
istirahat
g. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakcukupan persiapan
untuk menghadapi stresor dibuktikan dengan menggunakan
mekanisme koping yang tidak efektif
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
dibuktikan dengan adanya nyeri, mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak
puas tidur, dan mengeluh istirahat tidak cukup.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,
rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasarkan analisa data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli,
2017). Intervensi terdiri dari :
a. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan suatu
daftar intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh dan
dikelompokkan berdasarkan tabel yang mengurai pada aktivitas
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan proses
pemberitahuan status pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan.
32

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Pasien Hipertensi

No Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Penurunan curah jantung SLKI : SIKI :
Status Sirkulasi Perawatan Jantung
Definisi : Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Mengidentifikasi tanda/gejala
Ketidakadekuatan jantung Fatigue 1 5 penurunan curah jantung (meliputi primer penurunan curah jantung
memompa darah untuk Kekuatan nadi 1 5 dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, untuk mengetahui kondisi
memenuhi kebutuhan Saturasi oksigen 1 5 paroxysmal nocturnal dyspnea, pasien
metabolisme tubuh Edema perifer 1 5 peningkatan CVP)
(SDKI, 2017) Tekanan darah 1 5 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder 2. Mengidentifikasi tanda/gejala
sistolik penurunan curah jantung (meliputi sekunder penurunan curah
Tanda dan Gejala : Tekanan darah 1 5 peningkatan berat badan, jantung untuk mengatahui
1. Dispnea diastolik hepatomegali, distensi vena kondisi pasien
2. Tekanan darah Tekanan nadi 1 5 jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
meningkat/menurun Mean arterial 1 5 oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Nadi perifer teraba pressure 3. Monitor tekanan darah (termasuk 3. Agar tekanan darah pasien
lemah Tekanan vena sentral 1 5 tekanan darah ortostatik, jika perlu) terpantau dan mengetahui
4. Capillary refill time apakah ada peningkatan atau
>3 detik penurunan pada rentang normal
Skala indikator :
5. Oliguria tekanan darah
1 : Berat
6. Sianosis 4. Monitor saturasi oksigen 4. Untuk mengetahui ada atau
2 : Cukup berat
7. Pulmonary Vascular tidaknya gejala dari gagal
3 : Sedang
Resistance (PVR) jantung
4 : Ringan
meningkat/menurun 5. Monitor keluhan nyeri dada (mis. 5. Untuk mengetahui nyeri yang
5 : Tidak ada
8. Systemic Vascular Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dirasakan pasien, pada lokasi
Resistance (SVR) presivitasi yang mengurangi nyeri) dan waktu saat nyeri muncul
9. Lelah
10. Cemas 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi 6. Agar tekanan darah pasien tetap
(SDKI, 2017) nadi sebelum dan sesudah aktivitas terpantau apakah ada
peningkatan atau penurunan dari
rentang normal sebelum dan
33

sesudah aktvitas
7. Periksa tekanan darah dan frekuensi 7. Agar tekanan darah pasien tetap
nadi sebelum pemberian obat terpantau apakah ada
peningkatan atau penurunan dari
rentang normal sebelum dan
sesudah pemberian obat
8. Posisikan pasien semi fowler atau 8. Agar pasien merasa nyaman
fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
9. Berikan diet jantung yang sesuai 9. Untuk mencegah tejadinya
(mis. Batasi asupan kafein, natrium, penurunan curah jantung yang
kolesterol, dan makanan tinggi lebih parah
lemak)
10.Berikan terapi relaksasi untuk 10.Untuk mengurangi rasa nyeri
mengurangi stres, jika perlu dan stres yang dialami pasien
11.Anjurkan berhenti merokok 11.Untuk meningkatkan kesehatan
pasien dan mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien
2. Nyeri akut SLKI : Tingkat nyeri SIKI :
KH A T Manajemen Nyeri
Definisi : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi,
Pengalaman sensorik atau Keluhan nyeri 2 5 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas karakteristik, durasi, frekuensi,
emosional yang berkaitan Meringis 2 5 nyeri kualitas, intensitas nyeri yang
dengan kerusakan jaringan Gelisah 2 5 dialami pasien
aktual atau fungsional, Kesulitan tidur 2 5 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
dengan onset mendadak Pola tidur 2 5 yang dirasakan pasien
atau lambat dan Tekanan darah 2 5 3. Identifikasi respons nyeri non verbal 3. Untuk mengetahui respon nyeri
berintensitas ringan non verbal yang dialami pasien
hingga berat yang Skala indikator: 4. Identifikasi faktor yang memperberat 4. Untuk mengetahui faktor apa
berlangsung kurang dari 3 1. Sangat terganggu dan memperingan nyeri saja yang memperberat dan
bulan 2. Banyak terganggu memperingan nyeri yang
(SDKI, 2017) 3. Cukup terganggu dialami pasien
4. Sedikit terganggu 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada 5. Untuk mengetahui pengaruh
34

Tanda dan gejala : 5. Tidak terganggu kualitas hidup nyeri yang dialammi pasien
1. Mengeluh nyeri terhadap kualitas hidupnya
2. Tampak meringis 6. Berikan teknok non farmakologis 6. Agar pasien bisa menurunkan
3. Bersikap protektif untuk mengurangi nyeri yaitu dengan nyeri yang dialami dengan tepat
(mis. Waspada, posisi penerapan terapi Slow Deep dengan teknik non farmakologis
menghindari nyeri) Breathing
4. Gelisah 7. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Agar pola istirahat dan tidur
5. Frekuensi nadi pasien teratur untuk membantu
meningkat menurunkan nyeri yang dialami
6. Sulit tidur
7. Tekanan darah 8. Anjurkan memonitor nyeri secara 8. Agar pasien bisa memonitor dan
meningkat mandiri menangani nyeri yang
8. Pola napas berubah dialaminya dengan tepat
9. Nafsu makan berubah 9. Anjurkan menggunakan analgetik 9. Agar pasien bisa menggunakan
10.Proses berpikir secara tepat analgetik untuk menurunkan
terganggu nyeri yang dialaminya dengan
(SDKI, 2017) tepat
3. Risiko perfusi serebral SLKI : SIKI :
tidak efektif Perfusi serebral Pemantauan tekanan intrakranial
Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi penyebab tekanan 1. Untuk mengetahui penyebab
Definisi : Tekanan intrakranial 1 5 intrakranial (mis. lesi menempati tekanan intrakranial yang
Berisiko mengalami Sakit kepala 1 5 ruang, gangguan metabolisme, dialami pasien
penurunan sirkulasi Gelisah 1 5 edema serebral, peningkatan tekanan
(SDKI, 2017) Tekanan darah sistolik 1 5 vena, obstruksi aliran cairan
Tekanan darah diastolik 1 5 serebrospinal, hipertensi intrakranial
Faktor risiko: Nilai rata-rata tekanan 1 5 idiopatik)
1. Hipertensi darah 2. Monitor peningkatan tekanan darah 2. Agar mengetahui peningkatan
2. Penurunan kinerja tekanan darah pasien dan tetap
ventrikel kiri Skala indikator: terpantau
3. Aterosklerosis aorta 1 : Berat 3. Monitor pelebaran tekanan nadi 3. Agar mengetahui pelebaran
4. Hiperkolesteronemia 2 : Cukup berat tekanan nadi pasien dan tetap
5. Penyalahgunaan zat 3 : Sedang terpantau
(SDKI, 2017) 4 : Ringan 4. Monitor penurunan frekuensi jantung 4. Agar mengetahui penururnan
35

5 : Tidak ada frekuensi jantung pasien dan


tetap terpantau
5. Monitor efek stimulus lingkungan 5. Agar mengetahui efek stimulus
terhadap tekanan intrakranial lingkungan terhadap tekanan
intrakranial pasien dan tetap
terpantau
6. Pertahankan sterilisasi sistem 6. Agar pasien tetap aman dan
pemantauan mencegah terjadinya risiko
infeksi
7. Pertahankan posisi kepala dan leher 7. Agar terhindar dari hal yang
netral dapat menyebabkan kejadian
yang tidak diinginkan yang
dapat membahayakan pasien
8. Atur interval pemantauan sesuai 8. Agar pasien merasa nyaman
kondisi pasien
9. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Agar pasien mengerti dan
pemantauan paham
10.Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu 10.Agar pasien mengetahui
keadaan yang dialaminya
sekarang dengan benar
4. Hipervolemia SLKI : SIKI :
Keseimbangan cairan Manajemen elektrolit: hipernatremia
Definisi : Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Agar mengetahui tanda dan
Peningkatan volume Tekanan darah 1 5 peningkatan kadar natrium (mis. gejala dari peningkatan natrium
cairan intravaskular, Denyut nadi radial 1 5 haus, demam, mual, muntah, gelisah, yang dialami pasien
interstisial, dan/atau Tekanan arteri rata— 1 5 peka rangsang, takikardia, letargi,
interselular rata konfusi, kejang)
(SDKI, 2017) Turgor kulit 1 5 2. Identifikasi penyebab hipernatremia 2. Agar mengetahui penyebab
Berat badan 1 5 (mis. infus NACl berlebihan atau hipernatremia
Tanda dan gejala: Edema 1 5 hipertonis, diare, demam, keringat
1. Dispnea berlebih, diabetes)
2. Edema anasarka Skala indikator : 3. Periksa tanda-tanda kelebihan cairan 3. Untuk mengetahui tanda-tanda
36

dan/atau edema perifer 1 : Sangat terganggu (mis. ortopnea, dispnea, edema, berat kelebihan cairan apa saja yang
3. Distensi vena jugularis 2 : Banyak terganggu badan meningkat dalam waktu dialami pasien
4. Kadar 3 : Cukup terganggu singkat, JVP/CVP meningkat)
hemoglobin/hematokri 4 : Sedikit terganggu 4. Monitor intake dan output cairan 4. Untuk mengetahui cairan yang
t menurun 5 : Tidak terganggu masuk dan cairan yang keluar
5. Intake lebih banyak dari tubuh pasien
dari output (balance 5. Berikan cairan oral atau intravena 5. Untuk menghindari terjadinya
cairan positif) berdasarkan protokol atau jumlah dehidrasi pada tubuh pasien
(SDKI, 2017) defisit cairan
6. Berikan diet rendah natrium 6. Agar tidak memperparah
kondisi, karena keadaan pasien
sudah kelebihan natrium
7. Hindari konsumsi natrium secara 7. Agar tidak memperparah
cepat untuk menghindari risiko kondisi pasien dan menghindari
edema serebral risiko edema serebral
8. Anjurkan modifikasi diet rendah 8. Agar pasien menerapkan diet
natrium, jika perlu rendah natrium dengan baik dan
tidak bosan
5. Risiko cedera SLKI : SIKI :
Tingkat cedera Pencegahan jatuh
Definisi : Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi faktor risiko jatuh (mis, 1. Untuk mengetahui faktor risiko
Berisiko mengalami Tekanan darah 1 5 usia >65 tahun, penurunan tingkat jatuh terhadap pasien
bahaya atau kerusakan Frekuensi nadi 1 5 kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
fisik yang menyebabkan Frekuensi napas 1 5 ortstatik, gangguan keseimbangan,
seseorang tidak lagi Denyut jantung apikal 1 5 gangguan penglihatan, neuropati)
sepenuhnya sehat atau Denyut nadi radialis 1 5 2. Monitor kemampuan berpindah 2. Untuk memantau kemampuan
dalam kondisi baik Pola istirahat/tidur 1 5 tempat dari tempat tidur ke kursi pasien berpindah tempat dan
(SDKI, 2017) Toleransi aktivitas 1 5 roda dan sebaliknya pasien tetap aman dan terjaga
3. Orientasikan ruangan pada pasien 3. Untuk mencegah terjadinya
Faktor risiko: Skala indikator : dan keluarga risiko jatuh terahadp pasien dan
1. Ketidaknormalan 1 : Berat pasien tetap aman terlindungi
profil darah 2 : Cukup berat 4. Untuk mencegah pergerakan
2. Perubahan orientasi 3 : Sedang 4. Pastikan roda tempat tidur dan kursi pada tempat tidur dan pasien
37

afektif 4 : Ringan roda selalu dalam kondisi terkunci tetap aman


3. Perubahan sensasi 5 : Tidak ada 5. Pasang handrall tempat tidur 5. Agar pasien tetap aman dan
4. Disfungsi autoimun terlindungi
5. Hipoksia jaringan 6. Atur tempat tidur mekanis pada 6. Agar memudahkan pasien untuk
6. Kegagalan mekanisme posisi terendah turun dari tempat tidur
pertahanan tubuh 7. Gunakan alat bantu berjalan 7. Agar pasien tetap aman dan
7. Perubahan fungsi mencegah terjadinya risiko jatuh
psikomotor 8. Agar pasien tetap merasa aman
(SDKI, 2017) 8. Anjurkan memanggil perawat jika dan mencegah terjadinya risiko
membutuhkan bantuan untuk jatuh
berpindah 9. Agar pasien bisa
9. Anjurkan berkonsentrasi untuk menyeimbangkan gaya berjalan
menjaga keseimbangan tubuh dengan baik
10.Agar pasien bisa
10.Anjurkan melebarkan jarak kedua menyeimbangkan posisi badan
kaki untuk meningkatkan saat berdiri
keseimbangan saat berdiri
11.Agar memudahkan pasien
11.Ajarkan cara menggunakan bel memanggil perawat dan pasien
pemanggil untuk memanggil perawat merasa tetap terjaga
6. Intoleransi aktivitas SLKI : SIKI :
Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
Definisi : Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas 1. Untuk mengetahui penurunan
Ketidakcukupan energi Frekuensi nadi 1 5 2. Monitor repons emosional, fisik, tingkat aktivitas pasien
untuk melakukan aktivitas Saturasi oksigen 1 5 sosial, dan spiritual terhadap 2. Agar respon emosional, fisik,
sehari-hari Kemudahan dalam 1 5 aktivitas sosial, dan spiritual terhadap
(SDKI, 2017) melakukan aktivitas aktivitas pasien tetap terpantau
sehari-hari 3. Fasilitasi fokus pada kemampuan, 3. Agar pasien merasa terbantu
Tanda dan gejala: Kecepatan berjalan 1 5 bukan defisit yang dialami dan tetap fokus pada
1. Mengeluh lelah 1 5 kemampuan yang dimilikinya
2. Frekuensi jantung Jarak berjalan 4. Fasilitasi memilih aktivitas dan 4. Agar pasien merasa terbantu
meningkat >20% dari Tekanan darah 1 5 tetapkan tujuan aktivitas yang untuk memilih aktivitas dan
kondisi istirahat Frekuensi napas 1 5 konsisten sesuai kemampuan fisik, mengetahui tujuan aktivitas
38

3. Dispnea saat/setelah psikologis, dan sosial yang konsisten sesuai


aktivitas Skala indikator : kemampuan pasien
4. Merasa lelah 1 : Sangat terganggu 5. Koordinasikan pemilihan aktivitas 5. Agar pasien merasa terbantu
5. Tekanann darah 2 : Banyak terganggu sesuai usia dan mengerti
berubah >20% dari 3 : Cukup terganggu 6. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas 6. Agar pasien merasa terbantu
kondisi istirahat 4 : Sedikit terganggu sehari-hari dengan adanya jadwal yang
6. Sianosis 5 : Tidak terganggu spesifik terkait dengan aktivitas
(SDKI, 2017) hariannya
7. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, 7. Agar pasien tetap menjaga
sosial, spiritual, dan kognitif dalam fungsi dan kesehatan dengan
menjaga fungsi dan kesehatan melakukan aktivitasnya

8. Anjurkan keluarga untuk memberi 8. Agar pasien merasa nyaman


penguatan positif atas partisipasi terhadap dukungan positif
dalam aktivitas terhadap partisipasi aktivitasnya
yang diberikan oleh keluarga

7. Koping tidak efektif SLKI : SIKI :


Status koping Promosi koping
Definisi : Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi kegiatan jangka pendek 1. Untuk mengetahui kegiatan
Ketidakmampuan menilai Kemampuan 1 5 dan panjang sesuai tujuan jangka panjang dan pendek
dan merespons stresor memenuhi peran sseuai tujuan pasien
dan/atau ketidakmampuan sesuai usia 2. Identifikasi kemampuan yang 2. Untuk mengetahui kemampuan
menggunakan sumber- Perilaku koping 1 5 dimiliki yang dimiliki pasien
sumber yang ada untuk adaptif 3. Identifikasi kebutuhan dan keinginan 3. Untuk mengetahui kebutuhan
mengatasi masalah Verbilisasi 1 5 terhadap dukungan sosial dan keinginan terhadap
(SDKI, 2017) kemampuan mengatasi dukungan sosial yang dialami
masalah pasien
Tanda dan gejala: Verbalisasi kelemahan 1 5 4. Gunakan pendekatan yang tenang 4. Agar pasien percaya dengan
1. Tidak mampu diri dan meyakinkan perawat dan merasa tenang
memenuhi peran yang Perilaku asertif 1 5 5. Fasilitasi dalam memperoleh 5. Agar pasien merasa terbantu
diharapkan (sesuai Partisipasi sosial 1 5 informasi yang dibutuhkan dalam memperoleh informasi
usia) yang dibutuhkannya
39

2. Menggunakan Skala indikator : 6. Berilah pilihan realistis mengenai6. Agar pasien merasa terbantu
mekanisme koping 1 : Berat aspek-aspek tertentu dalam dalam memilih aspek-aspek
yang tidak sesuai 2 : Cukup berat perawatan dalam perawatan yang akan
3. Tidak mampu 3 : Sedang dilakukan
memenuhi kebutuhan 4 : Ringan 7. Motivasi untuk menentukan harapan 7. Agar pasien merasa tenang dan
dasar 5 : Tidak ada realistis nyaman untuk menentukan
4. Kekhawatiran kronis harapan realistis yang baik
5. Perilaku tidak asertif 8. Tinjau kembali kemampuan dalam 8. Agar kita mengatahui tingkat
6. Pertisipasi sosial pengambilan keputusan kemampuan pasien dalam
kurang membuat keputusan
(SDKI, 2017) 9. Perkenalkan dengan orang atau 9. Agar pasien merasa terbantu
kelompok yang berhasil mengalami dan termotivasi
pengalaman yang sama 10. Agar pasien merasa mempunyai
10.Anjurkan menjalin hubungan yang teman untuk kepentingan dan
memiliki kepentingan dan tujuan tujuan yang sama
sama
11.Anjurkan penggunaan sumber 11. Agar pasien merasa terjaga dan
spiritual, jika perlu mempunyai keyakinan terhadap
yang maha kuasa

12.Latih penggunaan teknik relaksasi 12. Agar pasien merasa rileks dan
tenang
8. Gangguan Pola Tidur SLKI : SIKI : Dukungan Tidur
Pola Tidur
Definisi : 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola aktivitas
Gangguan kualitas dan KH A T dan tidur pasien
kuantitas waktu tidur Keluhan sulit tidur 2 5 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur 2. Untuk mengetahui faktor
akibat faktor eksternal Keluhan sering terjaga 2 5 pengganggu tidur pasien
(SDKI, 2017) Keluhan tidak puas tidur 2 5 3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Untuk mengetahui makanan dan
Keluhan pola tidur 2 5 yang mengganggu tidur minuman yang dikonsumsi
Tanda dan Gejala : berubah pasien sehingga mengganggu
1. Mengeluh sulit tidur Keluhan istirahat tidak 2 5 tidur
2. Mengeluh sering terjaga cukup 4. Identifikasi obat tidur yang 4. Untuk mengetahui obat apa
40

3. Mengeluh tidak puas dikonsumsi yang dikonsumsi pasien dan


tidur Skala Indikator : pengaruh terhadap tidur pasien
4. Mengeluh pola tidur 1 : Berat 5. Modifikasi lingkungan (mis. 5. Agar pasien merasa nyaman dan
berubah 2 : Cukup berat pencahayaan, kesibingan, suhu, merasa terbantu untuk
5. Mengeluh istirahat tidak 3 : Sedang matras, dan tempat tidur) kenyamanan tidurnya
cukup 4 : Ringan 6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 6. Agar pasien mudah untuk
6. Mengeluh kemampuan 5 : Tidak ada melakukan istirahat di malam
beraktivitas menurun hari
(SDKI, 2017) 7. Fasilitasi menghilangkan stres 7. Agar pasien mudah memulai
sebelum tidur tidur dan merasa kenyamanan
dalam tidurnya
8. Lakukan prosedur untuk 8. Agar pasien merasakan
meningkatkan kenyamanan (mis. kenyamanan
pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
9. Jelaskan pentingnya tidur cukup 9. Agar pasien mengerti tentang
selama sakit pentingnya istirahat selama sakit
yang bisa mempercepat proses
kesembuhan
10.Anjurkan menghindari 10.Agar pasien mengerti tentang
makanan/minuman yang makanan/minuman yang bisa
mengganggu tidur menganggu tidur
11.Ajarkan relaksasi otot autogenik atau 11.Agar pasien merasa nyaman dan
cara nonfarmakologi lainnya. mudah memulai untuk tidur

Sumber : SDKI, 2017., SIKI, 2018., SLKI, 2019


41

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi dengan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor
alain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan,
yaitu:
a. Independent Implementations
Implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya :
membantu dalam memenuhi Activity Daily Living (ADL), memberikan
perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-
sosio-kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations
Tindakan keperawtan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contoh dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, kateter, urin, Naso Gastric Tube (NGT), dan lain-
lain.
c. Dependent Implementations
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya. Misalnya dalam hal : pemberian
nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,
latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi
(Dinarti & Yuli 2017)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
42

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan


yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Jenis-jenis evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawtan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intevensi tersebut. Evaluasi proses
harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan
tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas
analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara,
observasi klien, dan menggunakan form evaluasi.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah teratasi, tujuan
tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian, dan tujuan tidak
tercapai/masalah tidak teratasi.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
dan pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analysis) : membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
maslah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasrkan hasil analisa (Adinda, 2019)
43

6. Discharge Planning
Discharge planning merupakan proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Tujuannya untuk mempersiapkan klien dan keluarga baik secara fisik maupun
psikologis untuk pulang ke rumah dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan (Sugino dkk, 2019)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), Discharge Planning pada pasien
hipertensi yaitu :
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres
d. Batasi konsumsi alkohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara
rutin
g. Diet garam serta pengendalian berat badan
h. Periksa tekanan darah secara teratur
i. Olahraga teratur seperti berjalan, jogging, senam
j. Pasien secara mandiri dapat menerapkan terapi nonfarmakologi yang
sudah diajarkan yaitu dengan terapi Slow Deep Breathing (Fernalia, 2019)
44

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Karya tulis ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dalam bentuk
studi kasus (case study) untuk mengeksplorasikan masalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan terapi Slow Deep Breathing untuk
mengatasi nyeri akut: kepala pada pasien hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
Sebelum peneliti menerapkan Slow Deep Breathing, peneliti
melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan melakukan
Sphygmomanometer (mmHg) dan Stetoskop kemudian mengkaji tingkat nyeri
pada nyeri kepala menggunakan pengkajian nyeri NRS (Numerical Rating
Scale), dan pada akhir penerapan Slow Deep Breathing dilakukan pengukuran
kembali tekanan darah sistolik dan diastolik menggunakan alat yang sama
yaitu Sphygmomanometer (mmHg) dan Stetoskop, dan melakukan pengkajian
nyeri pada nyeri kepala menggunakan NRS (Numerical Rating Scale).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan discharge planning.

B. Subjek Studi Kasus


Partisipasinya berjumlah 2 orang penderita hipertensi. Instrumen dalam
studi kasus ini berupa Sphygmomanometer (mmHg), stetoskop, pengkajian
nyeri NRS (Numerical Rating Scale), standar operasional prosedur untuk
terapi Slow Deep Breathing, dan lembar observasi.
1. Kriteria Inklusi
a) Pasien bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan dengan
pengisian informed consent
b) Kesadaran compos mentis
45

c) Pasien dengan diagnosa hipertensi yang dibuktikan dari hasil


pemeriksaan fisik mengukur tekanan darah, dengan tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg
d) Pasien hipertensi yang mengalami nyeri kepala dengan skala ringan-
sedang tanpa terapi farmakologis
e) Kooperatif dan bisa diajak komunikasi dengan baik
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian
b. Pasien hipertensi yang tidak menderita nyeri kepala
c. Pasien yang tidak sadar

C. Fokus Studi Kasus


Penerapan terapi Slow Deep Breathing untuk mengurangi nyeri akut:
kepala pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Studi Kasus


Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Hipertensi Hipertensi adalah suatu Mengukur -Tensimeter -Hipertensi
keadaan terjadinya tekanan darah -Stetoskop ringan: 140-90
peningkatan tekanan menggunakan mmHg
darah abnormal dimana Sphygmomano -Hipertensi
tekanan darah sistolik meter (mmHg) sedang: 160-
diatas 140 mmHg dan dan Stetoskop 100 mmHg
tekanan darah diastolik -Hipertensi
diatas 90 mmHg. berat: 180-110
Pengukuran tekanan mmHg (Bope
darah dilakukan dipagi & Kellerman,
hari saat bangun tidur. 2017)
Nyeri Rasa nyeri atau tidak Wawancara NRS Rasio kategori
akut: enak di area kepala dari (Numerical :
kepala dagu sampai belakang Rating 0 : tidak nyeri
kepala. Scale) kepala
1-3 : ringan
4-6 : sedang
7-9 : berat
terkontrol
10 : berat
46

tidak
terkontrol
(Mubarak et
al., 2015)
Terapi Terapi relaksasi nafas - - -
Slow Deep dalam, nafas lambat
Breathing (menahan inspirasi
secara maskimal) dan
bagaimana
menghembuskan nafas
secara perlahan untuk
menurunkan intensitas
nyeri, ketentraman hati
dan berkurangnya rasa
cemas.

E. Tempat dan Waktu


1. Tempat penelitian
Pengumpulan data ini dilaksanakan di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
2. Waktu penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19 April 2021-22 April 2021

F. Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan dari Rekam Medik tersebut meliputi nama
pasien, jenis kelamin, umur, keparahan serangan hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tahun 2021. Instrumen dalam studi kasus ini
meliputi : Sphygmomanometer (mmHg), stetoskop, pengkajian nyeri NRS
(Numeric Rating Scale), dan standar operasional prosedur untuk terapi Slow
Deep Breathing, dan lembar observasi. Cara pengambilan data pasien (data
sekunder) :
1. Setelah persetujuan proposal, membuat surat izin penelitian di BAAK
kemudian mengantarkan surat penelitian ke Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tahun 2021.
2. Setelah mendapatkan surat izin dari pihak rumah sakit, menyerahkan
surat izin tersebut ke ruang Ahmad Dahlan untuk masuk ke ruangan dan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
47

3. Menentukan responden penelitian dengan melihat data yang memenuhi


kriteria dengan didampingi oleh perawat ruangan.
4. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara sistematis untuk
mengidentifikasi keadaan kesehatan pasien dan selanjutnya menganalisis,
menentukan masalah keperawatan, dan merumuskan diagnosa
keperawatan.
5. Perumusan diagnosis keperawatan dibuat berdasarkan acuan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
6. Menentukan intervensi keperawatan sesuai diagnosa keperawatan.
7. Melakukan implementasi keperawatan Slow Deep Breathing untuk
mengatasi masalah nyeri akut: kepala tanpa mengesampingkan masalah
keperawatan yang lain.
Pelaksanaan Terapi Slow Deep Breathing diantaranya:
a) Atur posisi duduk atau berbaring yang nyaman atau sesuai kondisi
pasien
b) Menginstruksikan pasien untuk menutup mata
c) Menginstruksikan pasien untuk rileks dan tetap tenang
d) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan
e) Tahan selama 3 detik
f) Hembuskan secara perlahan, lewat mulut
g) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut dengan perlahan
h) Usahakan agar tetap konsentrasi
i) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks
j) Ulangi sebanyak 30 kali selama 15 menit, dan selingi istirahat
singkat setiap 5 kali pernafasan
k) Setiap 5 kali melakukan napas dalam selingi istirahat singkat dengan
napas normal 3 kali
l) Setelah selesai, buka mata secara perlahan
48

m) Terapi ini dilakukan pada pagi hari dengan menganjurkan pada


pasien untuk menghindari mengkonsumsi obat nyeri kepala
n) Evaluasi tingkat nyeri kepala dilakukan setelah melakukan
melakukan terapi napas dalam
8. Melakukan evaluasi keperawatan yang dibuat dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP.

G. Penyajian Data
Setelah dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil penulisan,
maka data hasil studi kasus disajikan dalam bentuk teks (terstruktur) atau
narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan subyek yang
menjadi kelolaan yang merupakan data pendukungnya kerahasiaan dari
penjamin dengan cara mengaburkan identitas dari pasien, selain itu data
disajikan dalam bentuk tabel dalam menginterpretasikan tindakan yang
dilakukan.

H. Etika Studi
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dengan
menekankan masalah etika pelaksanaan studi kasus, diantaranya:
1. Informed Consent (Lembar persetujuan penelitian)
Pasien harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
pengumpulan data yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk mengembangkan ilmu (Nursalam, 2012)
Peneliti menjelaskan kepada klienn tentang tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan dan meminta izin kepada pasien dijadikan sebagai pasien
kelolaan dalam studi kasus ini, jika pasien bersedia pasien dapat
menandatangani lembar informed consent.
49

2. Privacy (Rahasia)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pasien tetapi hanya mencantumkan inisialnya saja.
Peneliti wajib merahasiakan kondisi pasien saat melakukan penelitian
(Nursalam, 2012)
Peneliti menjelaskan kepada pasien bahwa data yang ditampilkan pada
laporan ini hanya berupa inisial nama seperti Tn. A dan Ny. A.
3. Confidentialy (Kerahasiaan)
Untuk menjada kerahasiaan responden, peneliti meyakinkan kepada
responden bahwa partisipasinya dalam penelitian ini hanya untuk
penelitian dan informasi yang telah diberikan dalam hal-hal yang dapat
merugikan responden dalam bentuk apapun kerahasiaan informasi
responden terjamin (Nursalam, 2012). Data yang didapatkan seperti
keluhan dan hasil pemeriksaan hanya dipergunakan untuk menyelesaikan
studi kasus dan diujikan di hadapan dewan penguji.
4. Respect for privacy and confidencetiality (Rahasia dan kerahasiaan)
Penelitian menjamin privasi dan hak asasi untuk informasi yang
didapat. Peneliti merahasiakan berbagai informasi terhadap responden
yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh peneliti (Nursalam,
2012)
Pada saat peneliti melakukan terapi Slow Deep Breathing efektif atau
tidaknya terapi tersebut peneliti harus merahasiakan pada pasien karena
pasien akan merasa rugi atau tidak percaya dengan peneliti.
5. Balancing harm and benefit (Menyeimbangkan bahaya dan manfaat)
Peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan prosedur peneliti yang
telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan oleh peneliti guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin terdapat subjek
penelitian (Nursalam, 2012)
Menjelaskan kepada pasien yang menderita hipertensi tentang manfaat
diberikannya terapi Slow Deep Breathing untuk mengurangi nyeri kepala.
50

6. Protection form discomfort and harm (Perlindungan ketidaknyamanan dan


bahaya)
Studi kasus ini telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan
oleh pengumpulan data guna mendapat hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin terhadap subjek pengumpulan data dapat diregenerasikan dalam
populasi (benefience), memaksimalkan kerugian yang didapatkan subjek
pengumpulan data (non maleficience) (Nursalam, 2012)
Responden berhak untuk dijaga dari rasa ketidaknyamanan. Peneliti
melakukan evaluasi dan mendokumentasikan hasil implementasi
penelitian.
51

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah amal usaha
penyerikatan Muhammadiyah yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi
Sumatera Selatan, Bapak H. Ramli Hasan Basri pada tanggal 10 Zhulhijjah
1417 (18 April 1997) bersama dengan Bapak Prof. DR. Amien Rais selaku
ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rumah sakit ini terletak di Jalan
Jendral Ahmad Yani 13 Ulu, Palembang dan merupakan satu-satunya amal
usaha di bawah langsung pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)
Sumatera Selatan.
Sesuai dengan Visi dari Rumah Sakit Muhammadiyah yakni
menjadi Rumah Sakit Islam unggulan di kota Palembang, Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang memiliki fasilitas UGD (Unit Gawat Darurat)
24 jam, rawat inap, ICCU, ICU, dan kamar bedah. Selain itu juga di
tunjang dengan laboratorium patologi klinik, X-Ray, USG, EGC, Echo
Kardiologi, dan Fisioterapi.
2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
a. Visi
Terwujudnya rumah sakit yang profesional dalam pelayanan dan
berkarakter Islam
b. Misi
1) Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
secara profesional, modern, dan islami
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan klien
3) Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kesehatan
4) Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang
pelayanan, pendidikan, dan penelitian keselamatan
52

c. Motto
Melayani sebagai ibadah dan Dakwah
3. Profil Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Ruang Penyakit Dalam Ahmad Dahlan adalah Ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang berlokasi
di lantai 2 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 62 tempat tidur. Ruang
rawat inap Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
terdiri dari kelas 1 terdapat 4 buah kamar (AD 11 s/d AD14), kelas 2A
terdapat 5 kamar (AD 6 s/d AD 10), Kelas 2B terdapat 2 kamar (AD 15
dan AD 16) dn kelas 3 terdapat 5 kamar (AD1 s/d AD5).
Sumber daya manusia (SDM) perawatan Perawat di Ruangan
Ahmad Dahlan sebanyak 36 orang perawat termasuk kepala ruangan,
adapun sistem penugasan yang diterapkan di ruangan adalah metode tim.
Struktur organisasi di Ruang Ahmad Dahlan meliputi kepala ruangan,
ketua tim, penanggung jawab shift dan perawat pelaksana.

B. Hasil
Tabel 4.1 Pengkajian dan Hasil
Penerapan Terapi Slow Deep Breathing Untuk Mengurangi Nyeri Akut:
Kepala Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang

1. Pengkajian
No Waktu Ny. A Ny. N
1. Tanggal Pengkajian 19 April 2021 19 April 2021
2. Jam Pengkajian 10.30 WIB 11.00 WIB
3. Tanggal Masuk Rumah 18 April 2021 18 April 2021
Sakit
4. Ruang/Kamar Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan

a. Identitas Klien
Identitas Klien Ny. A Ny. N
Nama Ny. A Ny. N
Usia 47 tahun 44 tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
No. Telepon 082267458906 087728230942
53

Status Menikah Menikah


Agama Islam Islam
Suku Melayu/Indonesia Melayu/Indonesia
Pekerjaan Pedagang Ibu Rumah Tangga
No. RM 63-78-12 63-80-45
Tgl Masuk 18 April 2021 18 April 2021
Tgl Pengkajian 19 April 2021 19 April 2021
Sumber Informasi Klien Sendiri Klien Sendiri
Keluarga Terdekat Tn. S Tn. R
Status Suami Klien Suami Klien
Alamat Jln. Abikusno. CS Jln. Samarinda Lr. Asli No.
57
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Pedagang Pegawai Swasta

b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Ny. A Ny. N
Keluhan Utama (saat masuk RS) Klien mengatakan sudah Klien mengatakan nyeri
berapa hari merasakan kepala dan selalu ingin
nyeri kepala dan jantung merasa jatuh saat berdiri
berdebar-debar mendadak
Keluhan Utama (saat Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
pengkajian) pada kepala dan jantung pada kepala dan hampir
kadang berdebar-debar,terjatuh ketika berdiri
cemas, dan gelisah mendadak, jantung merasa
berdebar, dan cepat lelah
Riwayat Kesehatan Saat Ini Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
kepala seperti tertimpa kepala seperti tertusuk-
beban berat, skala nyeri 5 tusuk, skala nyeri 6, dan
dan hilang timbul hilang timbul
Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Penyakit yang pernah
dialami :
a) Kecelakaan Tidak pernah Tidak pernah
b) Operasi (Jenis dan Tidak pernah Tidak pernah
Waktu)
c) Penyakit (kronis dan Tidak ada Tidak ada
akut)
d) Terakhir masuk RS Tidak pernah Tidak pernah
2) Alergi (Obat, makanan, Tidak ada Tidak ada
plester, dsb)
3) Imunisasi (Tambahan, flu, Klien tidak ingat Klien tidak ingat
pneumonia, tetanus, dll)
4) Kebiasaan
a) Merokok Tidak ada Tidak ada
b) Kopi Tidak ada Tidak ada
c) Alkohol Tidak ada Tidak ada
5) Obat-obatan yang digunakan Tidak ada Tidak ada
54

c. Riwayat Keluarga
Ny. A Ny N
Klien mengatakan ibunya juga menderita Klien mengatakan keluarganya ada yang
hipertensi menderita penyakit hipertensi.

d. Catatan Penanganan Kasus


Ny. A Ny. N
Klien datang ke Rumah Sakit Klien datang ke Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang pada tanggal 18 Muhammadiyah Palembang pada tangggal 18
April 2021 melalui Poli penyakit dalam. April 2021 memalui Poli penyakit dalam.
Klien datang dengan keluhan nyeri kepala, Klien datang dengan keluhan nyeri kepala
jantung berdebar-debar. Klien sudah dan jantung kadang berdebar-debar. Klien
mengalami nyeri kepala sejak 5 hari yang sudah mengalami nyeri kepala sejak
lalu. Namun, karena nyeri kepala dan jantung seminggu yang lalu. Namun, karena nyeri
berdebar-debar semakin menjadi-jadi klien kepala dan jantung berdebar-debar dan
datang ke Rumah Sakit Muhammdiyah hampir ingin terjatuh saat berdiri mendadak
Palembang untuk memeriksa dan mengobati jadi klien datang ke Rumah Sakit
penyakitnya. Klien masuk Ruang Rawat Inap Muhammadiyah Palembang untuk
penyakit dalam (Ahmad Dahlan) pada memeriksa dan mengobati penyakitnya.
tanggal 18 April, pukul 10.15 WIB dengan Klien masuk Ruang Rawat Inap penyakit
keluhan klien mengalami nyeri kepala, nyeri dalam (Ahmad Dahlan) pada tanggal 18
seperti tertimpa beban berat, skala nyeri 5 , April 2021, pukul 11.00 WIB dengan
dan nyeri hilang timbul. Klien tampak lemah. keluhan klien mengalami nyeri kepala, nyeri
Tindakan yang diberikan yaitu pemasangan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, dan
infus RL dengan gtt 20 x/menit. nyeri hilang timbul. Klien tampak lemah dan
meringis. Tindakan yang diberikan yaitu
pemasangan infus RL dengan gtt 20 x/menit.

e. Pengkajian Keperawatan
1) Peningkatan Kesehatan
Ny. A Ny. N
Pengetahuan tentang Klien mengatakan Klien mengatakan
penyakit mengetahui penyakit yang mengetahui penyakit yang
sedang di alami dan cara sedang di alami dari anak
pengobatannya kandung dan cara
pengobatannya
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan

2) Nutrisi

Ny. A Ny. N
a) Mulut Bersih dan tidak berbau Bersih dan tidak berbau
Bibir Lembab Lembab
Gusi Tidak luka dan tidak Tidak luka dan tidak
55

berdarah berdarah
Gigi Lengkap dan tidak Lengkap dan tidak
berbolong berbolong
Lidah Bersih Bersih
b) Leher Simetris Simetris
Kelenjar tiroid Normal tidak ada Normal tidak ada
pembesaran pembesaran
Tenggorokan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
menelan menelan
Kebutuhan nutrisi dan
cairan
BB sebelum sakit 55 kg 57 kg
BB sakit 54 kg 55 kg
Program diet RS Makanan lunak rendah Makanan lunak rendah
garam garam
Makanan yang disukai Bakso Nasi goreng
Selera makan Baik Baik
Alat makan yang Piring dan sendok Piring dan sendok
digunakan
Pola makan Baik Baik
Porsi makan yang Habis 1 piring Habis 1 piring
dihabiskan 1 piring = 10 sendok 1 piring = 10 sendok makan
makan
Pola minum 7 gelas/hari 8 gelas/hari
Intake makanan
Intake oral :
Bubur nasi rendah garam Makan 3x/hari Makan 3x/hari
1 kali makan = 1 piring 1 kali makan = 1 piring
1 piring = 10 sendok 1 piring = 10 sendok makan
makan 1 sendok makan = 24 kkal
1 sendok makan = 24 kkal 10 sendok makan = 240
10 sendok makan = 240 kkal
kkal 3 kali makan = 720 kkal
3 kali makan = 720 kkal

Intake cairan
Cairan infus RL gtt 20 x/menit = 8 jam RL gtt 20 x/menit = 8 jam
24 jam = 1500 cc 24 jam = 1500 cc

Cairan oral Air putih 1 hari = 7 gelas Air putih 1 hari = 8 gelas
1 gelas = 240 cc 1 gelas = 240 cc
7 gelas x 240 cc = 1680 8 gelas x 240 cc = 1920 cc
cc

Teh 1 cup = 50 cc Teh 1 cup = 50 cc


3 cup x 50 cc = 150 cc Dihabiskan setengah = 25
cc
3 cup x 25 = 75 cc

Teh :150 cc Teh :75


56

Total intake cairan Infus :1500 cc Infus :1500 cc


Air putih :1680 cc + Air putih :1920 cc +

Total : 3330 cc Total : 3495 cc


c) Abdomen
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Tidak ada nyeri dan Tidak ada nyeri dan
pembesaran pembesaran
Kuadran I Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Kuadran II Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Kuadran III Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Kuadran IV Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Auskultasi bising usus 18 x/menit 18 x/menit
Perkusi Timpani Timpani
BAB
Warna Kuning Kuning
Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
Konsistensi Padat Padat
Data Tambahan Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan

3) Eliminasi dan Pertukaran

Ny. A Ny. N
BAK
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi Cair Cair
Frekuensi 4 x/hari 4 x/hari
Output
Urine 2000 cc 2000 cc
Feces 300 gr 200 gr
Muntah Tidak ada Tidak ada
IWL 15 cc x BB kg 15 cc x BB kg
24 jam 24 jam

15 cc x 55 kg 15 cc x 57 kg
24 jam 24 jam

= 825 cc/24 jam = 855 cc/24 jam


Total output 2000 + 300 + 825 2000 + 200 + 855
= 3125 cc = 3055 cc
Balance cairan Intake – Output Intake – Output
3330 – 3125 3495 – 3055
= +205cc = +440cc
Pemasangan kateter Tidak ada Tidak ada
Vesika urinaria Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran dan
dan nyeri tekan nyeri tekan
57

Pertukaran
Jalan napas Bersih dan tidak ada Bersih dan tidak ada
sputum sputum
Warna sputum Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Batuk Tidak ada Tidak ada
Dada Simetris Simetris
Paru-paru
Inspeksi 20 x/menit 22 x/menit
Palpasi Normal Normal
Perkusi Normal Normal
Auskultasi Irama napas teratur Irama napas teratur
Suara napas Vesikular Vesikular
Suara tambahan Tidak ada Tidak ada
Data tambahan Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan

4) Aktifitas/Istirahat

Ny. A Ny. N
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan tidur siang Tidak ada Tidak ada
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
diri
Makan/minum √ √
Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilitas di tempat tidur √ √
Berpindah √ √
Ambulasi ROM √ √
Keterangan :
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
ketergantungan total
Persendian
Nyeri sendi Tidak ada nyeri sendi Tidak ada nyeri sendi
Pergerakan sendi Normal Normal
ROM (Range Of Montion)
Kekuatan otot 4 5 4 5
5 5 5 5
Kelainan otot Tidak ada Tidak ada
Tonus/aktifitas Aktif Aktif
Ekstremitas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Reflek patologis :
Babinsky Negatif (-) Negatif (-)
Kernig Negatif (-) Negatif (-)
58

Brudzinsky Negatif (-) Negatif (-)


Reflek fisiologis
Biceps Positif (+) Positif (+)
Triceps Positif (+) Positif (+)
Patella Positif (+) Positif (+)
Jantung
Inspeksi Normal Normal
Palpasi Normal Normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi HR 104 x/menit HR 102 x/menit
Mandi 2 x/hari 2 x/hari
Sikat gigi 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian 2 x/hari 2 x/hari
Memotong kuku 1x/ 3minggu 1 x/ 3minggu
Data tambahan Klien mengatakan jantung Klien mengatakan jantung
berdebar-debar, cemas, berdebar-debar dan lelah.
dan gelisah Klien juga mengatakan
Klien juga mengatakan tidak tidur nyenyak karena
tidur tidak nyenyak dan merasa sakit kepala dan
sering terbangun karena sering terbangun saat
sering sakit kepala pada malam hari serta susah
dini hari dan merasa untuk tidur kembali
ketidakpuasan tidur
Masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung Penurunan Curah Jantung
dan Gangguan Pola Tidur dan Gangguan Pola Tidur

5) Persepsi/Kognitif

Kesan Umum Ny. A Ny. N


Tampak sakit Sedang Sedang
a) Kepala
Fontanel anterior Normal Normal
Rambut Hitam Hitam
b) Mata
Mata Jernih Jernih
Pupil Isokor Isokor
Reaksi terhadap Kanan (+), kiri (+) Kanan (+), kiri (+)
cahaya
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Conjungtiva Anemis Anemis
Sklera Putih Putih
c) Bibir, Lidah
Bibir Simetris Simetris
Sumbing langit- Tidak ada Tidak ada
langit/platum
Lidah Bersih Bersih
d) Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Telinga Normal Normal
59

Hidung Simetris Simetris


Tenggorokan Tidak ada radang Tidak ada radang
Data tambahan Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan

6) Persepsi Diri

Ny.A Ny.N
Perasaan klien terhadap Klien mengatakan Klien mengatakan ikhlas
penyakit yang menerima dengan ikhlas menerima penyakit yang
dideritanya penyakit yang dialaminya dialaminya
Persepsi klien terhadap Klien berpikir bahwa Klien berpikir bahwa
dirinya penyakitnya saat ini dapat penyakitnya saat ini dapat
sembuh sembuh
Konsep diri Peran sebagai orang tua Peran sebagai orang tua
terganggu terganggu
Tingkat kecemasan Pasien tidak cemas Pasien tidak cemas

Citra diri/body image Klien mengatakan dapat Klien mengatakan dapat


beristirahat dengan tenang beristirahat dengan tenang
Data tambahan Tidak ada Tidak ada
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan

7) Peran Hubungan

Ny.A Ny.N
Budaya Palembang Palembang
Suku Melayu Melayu
Agama yang anut Islam Islam
Bahasa yang digunakan Bahasa Daerah Bahasa Daerah
Masalah sosial yang Tidak ada masalah Tidak ada masalah
penting
Hubungan dengan orang Baik Baik
lain
Hubungan dengan Baik Baik
saudara kandung
Hubungan dengan Baik Baik
lingkungan sekitar
Data tambahan Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

8) Seksualitas dan Reproduksi

Genetelia dan Anus Ny. A Ny. N


Wanita
Vagina Normal Normal
60

Labia Normal Normal


Anus Normal Normal
Data tambahan Tidak ada Tidak ada
Masalah keperawatan Tidak ada Tidak ada

9) Toleransi Koping Stress

Ny. A Ny. N
GCS 15 15
E 4 4
V 5 5
M 6 6
Data tambahan Tingkat kesadaran klien Tingkat kesadaran klien
composmetis dan dapat composmetis dan dapat
berinteraksi dengan baik berinteraksi dengan baik
saat dilakukan pengkajian saat dilakukan pengkajian
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

10) Prinsip Hidup

Ny. A Ny. N
Budaya
a) Budaya yang diikuti Budaya Palembang Budaya Palembang
klien dengan
aktivitasnya
b) Masalah terkait Tidak ada masalah Tidak ada masalah
budaya
Spiritual/religious
a) Aktifitas ibadah dan Klien mengatakan dapat Klien mengatakan dapat
kegiatan keagamaan melakukan aktivitas sholat melakukan aktivitas sholat
yang biasa dilakukan dan berdzikir dan berdzikir
sehari-hari

b) Aktifitas ibadah dan Klien mengatakan selama Klien mengatakan selama


kegiatan keagamaan di rumah sakit tidak dapat di rumah sakit tidak dapat
yang sekarang tidak melakukan aktivitas melakukan aktivitas
dapat dilakukan keagamaan mengaji, sholat, keagamaan mengaji, sholat,
dan berdzikir dan berdzikir
c) Perasaan klien akibat Klien merasa sedih Klien merasa sedih
tidak dapat karena tidak dapat karena tidak dapat
melaksanakan hal melakukan ibadah sholat melakukan ibadah sholat
tersebut namun klien masih bisa namun klien masih bisa
berdzikir untuk berdzikir untuk
menghilangkan rasa sedih. menghilangkan rasa sedih.
d) Upaya klien Klien berusaha berdzikir, Klien berusaha berdzikir,
mengatasi perasaan berdoa, dan mengaji agar berdoa, dan mengaji agar
tersebut penyakit yang di deritanya penyakit yang di deritanya
cepat diangkat oleh Allah cepat diangkat oleh Allah
61

SWT SWT
e) Keyakinan klien Klien yakin penyakit yang Klien yakin penyakit yang
tentang ia derita adalah ujian dari ia derita adalah ujian dari
peristiwa/masalah Allah SWT dan cara Allah Allah SWT dan cara Allah
kesehatan yang untuk menyadarkan untuk menyadarkan
sekarang sedang umatnya umatnya
dialami
Psikologis
a) Perasaan klien setelahKlien merasa sedih dan Klien merasa sedih dan
mengalami masalah hanya menerima keadaan hanya menerima keadaan
ini yang sedang di alami yang sedang di alami
b) Cara mengatasi Berusaha, berdoa, dan Berusaha, berdoa, dan
masalah tersebut berdzikir agar cepat berdzikir agar cepat
sembuh sembuh
c) Rencana klien setelah Klien ingin kembali lagi Klien ingin kembali lagi ke
masalahnya ke rumah dan melakukan rumah dan melakukan
terselesaikan aktivitas seperti biasanya aktivitas seperti biasanya

d) Jika rencana ini tidak Klien akan tetap berusaha Klien akan tetap berusaha
dapat dilaksanakan dan berdoa agar penyakit dan berdoa agar penyakit
yang ia derita cepat yang ia derita cepat
diangkat Allah SWT diangkat Allah SWT
e) Pengetahuan klien Klien mengatakan Klien mengatakan
tentang masalah mengetahui penyakit yang mengetahui penyakit yang
penyakit yang ada sedang di alaminya sedang di alaminya

Sosial
a) Aktivitas peran klien Klien berperan sebagai Klien berperan sebagai
di masyarakat anggota masyarakat dan anggota masyarakat dan
sebagai ibu rumah tangga sebagai ibu rumah tangga
b) Masalah sosial Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Data tambahan Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

11) Keselamatan/Perlindungan

Ny. A Ny. N
Tingkat kesadaran Composmentis Composmentis
Suhu 36,7°C 36,9°C
Nadi 82 x/menit 86 x/menit
Tekanan darah 150/90 mmHg 150/100 mmHg
RR 20 x/menit 22 x/menit
Warna kulit Tidak sianosis Tidak sianosis
Turgor kulit Elastis Elastis
Data tambahan Nadi teraba lemah Nadi teraba lemah
Masalah keperawatan Penurunan curah jantung Penurunan curah jantung
62

12) Kenyamanan

Ny. A Ny. N
Provaiking Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
kepala kepala
Quality Seperti tertimpa beban Seperti tertusuk-tusuk
berat
Regio Kepala Kepala
Scala berdasarkan NRS 5 6
Time Hilang timbul Hilang timbul
Data tambahan Ekspresi wajah nyeri dan Ekspresi wajah nyeri dan
meringis kesakitan meringis kesakitan
Masalah keperawatan Nyeri akut Nyeri akut
63

Terapi Obat
Ny.A, Tanggal : 19 April 2021
No Nama Dosis Cara Golongan Indikasi Kontra
Terapi pemberian Obat indikasi
1. IVFD Gtt 20 IV Elektrolit Ketidakseimbangan Alergi
Ringer x/meni elektrolit tubuh, terhadap
Laktat t diare, luka bakar, sodium
gagal ginjal akut, laktat
kadar natrium
rendah, kekurangan
kalium, kekurangan
kalsium,
kehilangan banyak
cairan dan darah,
hipertensi, dan
aritmia
2. Amlodipine 1x1 Oral Anti Untuk terapi Stenosis
5 mg hipertensi hipertensi dan aorta berat,
dapat digunakan kardiomiop
sebagai obat ati
pengontrol tekanan hipertrofik-
darah, serta first- obstruktif,
line terapi iskemia gagal
miokard, baik jantung
karena obstruksi atau
tetap (angina stabil) disfungsi
dan/atau angina ventrikel
prinzmetal. kiri, angina
tidak stabil
atau
ancaman
infark
miokard,
dan
hipotensi
64

Terapi Obat
Ny. N, Tanggal : 19 April 2021
No Nama Dosis Cara Golongan Indikasi Kontra
Terapi pemberian Obat indikasi
1. IVFD Gtt 20 IV Elektrolit Ketidakseimbang Alergi
Ringer x/menit an elektrolit terhadap
Laktat tubuh, diare, luka sodium
bakar, gagal laktat
ginjal akut, kadar
natrium rendah,
kekurangan
kalium,
kekurangan
kalsium,
kehilangan
banyak cairan dan
darah, hipertensi,
dan aritmia
2. Amlodipine 1x1 Oral Anti Untuk terapi Stenosis
5 mg hipertensi hipertensi dan aorta berat,
dapat digunakan kardiomiop
sebagai obat ati
pengontrol hipertrofik-
tekanan darah, obstruktif,
serta first-line gagal
terapi iskemia jantung
miokard, baik atau
karena obstruksi disfungsi
tetap (angina ventrikel
stabil) dan/atau kiri, angina
angina tidak stabil
prinzmetal. atau
ancaman
infark
miokard,
dan
hipotensi
65

Pemeriksaan Penunjang
Ny. A, Tanggal 19 Mei 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hematokrit L 31.0 g/dL 14.0 – 18.0
Jumlah trombosit L 499 10^3/uL 150-440
Jumlah leukosit 12.2 10^3/uL 4.2-11.0
Hitung Jenis
Eosinofil H 1.0 1-3
Basofil 0.0 0-1
Neutrofil 83.0 40.0-60.0
Limfosit 12.0 20.0-50.0
Monosit H 4.0 2-3
Laju Endap darah
LED 1 jam H 64 mm/jam 20
Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu 92 mg/dL 70-140
Ureum 13 mg/dL 10-30
Kreatinin 0.6 mg/dL 0.60-1.50
Natrium 140 mg/dL 135.0 – 148.0
Kalium L 3.5 mg/dL 3.5-5.5
66

Pemeriksaan Penunjang
Ny. N, Tanggal 19 Mei 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hematokrit L 31.1 37.0-47.0
Jumlah trombosit 220 10^3/uL 150-440
Jumlah leukosit L 4.9 10^3/uL 42-11.0
Hitung Jenis
Eosinofil H 1.2 1-3
Basofil 0.2 0-1
Neutrofil 60.7 40.0-60.0
Limfosit 27.4 20.0-50.0
Monosit H 10.5 2-8
Laju Endap darah
LED 1 jam H4 Mm/jam <20
Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu 93 Mg/dL 70-140
Ureum 12 mg/dL 10-30
Kreatinin 0.7 mg/dL 0.60-1.50
Natrium 143 mg/dL 135.0 – 148.0
Kalium L 3.7 mg/dL 3.5-5.5

Interpretasi Data
Klien I berinisial Ny. A, saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri
kepala dan jantung kadang berdebar-debar, merasa cemas dan gelisah. Klien tidak
mengetahui penyakit yang sedang dialaminya, penyebab penyakit dan cara
perawatan berkelanjutan di rumah. Ny. A mengatakan nyeri kepala , nyeri seperti
tertimpa beban berat, skala 5, dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan baru
pertama kali masuk rumah sakit untuk dirawat inap, tampak gelisah dan tegang.
Klien juga mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena sering
sakit kepala pada dini hari dan merasa ketidakpuasan tidur. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital Ny. A didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 82 x/menit
dan teraba lemah, HR 104 x/mnt, RR 20 x/menit, dan suhu 36,7°C.
Sedangkan Klien II berinisial Ny. N, saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan nyeri pada kepala dan hampir terjatuh ketika berdiri mendadak, dan
terkadang jantung berdebar. Klien mengetahui tentang penyakitnya, penyebab
penyakit, dan cara perawatan berkelanjutan di rumah. Ny. N mengatakan nyeri
67

kepala, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, dan nyeri hilang timbul. Klien
mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit untuk dirawat inap. Klien juga
mengatakan tidak tidur nyenyak karena merasa sakit kepala dan sering terbangun
saat malam hari serta susah untuk tidur kembali. Pada pemeriksaan tanda-tanda
vital Ny. N didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 86 x/menit dan teraba
lemah, HR 102 x/mnt, RR 22 x/menit, dan suhu 36,9°C.
68

ANALISA MASALAH
Nama klien : Ny. A No. RM : 63-78-12
Umur : 47 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Tabel 4.2 Analisa Masalah
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Faktor pencetus Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri
kepala
P : Darah tinggi Beban kerja jantung
Q : Klien mengatakan meningkat
seperti tertimpa beban berat
R : Di kepala
S :5 Tekanan sistemik darah
T : Hilang timbul meningkat

Do :
1. Klien menunjukan Hipertensi
ekspresi seperti
meringis kesakitan
2. Ekspresi wajah nyeri Kerusakan vaskuler
3. TD : 150/90 mmHg pembuluh darah
4. Nadi : 82 x/m
5. RR : 20 x/m
6. Suhu : 36,7 C Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi
Otak

Retensi pembuluh darah


otak

Nyeri Akut: Kepala


2. Ds : Faktor pencetus Penurunan Curah
Klien mengatakan jantung Jantung
berdebar-debar, merasa
69

cemas dan gelisah Beban kerja jantung


meningkat
Do :
1. Perubahan irama
jantung (takikardia) Tekanan sistemik darah
2. Tekanan darah meningkat
meningkat : 150/90
mmHg
3. Perilaku cemas Hipertensi
4. Pasien gelisah
5. HR : 104 x/mnt
6. Nadi : 82 x/mnt dan Kerusakan vaskuler
teraba lemah pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Sistemik

Vasokontriksi

Afterload meningkat

Penurunan Curah Jantung


3. Ds : Klien juga mengatakan Faktor pencetus Gangguan Pola Tidur
tidur tidak nyenyak dan
sering terbangun karena
sering sakit kepala pada Beban kerja jantung
dini hari dan merasa meningkat
ketidakpuasan tidur

Do : Tekanan sistemik darah


1. Klien tampak lesu meningkat
2. Sering menguap saat
siang hari
3. Kesulitan memulai tidur Hipertensi
4. Kesulitan
mempertahankan tetap
70

tidur Perubahan vaskuler darah


5. Tidak merasa cukup
istirahat
6. Tidur hanya 4 jam/ hari
Gangguan sirkulasi
otak

Retensi pembuluh darah


otak

Nyeri Akut: Kepala

Gangguan Pola Tidur


71

ANALISA MASALAH
Nama klien : Ny. N No. RM : 63-80-45
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
No Data Etiologi Masalah
1. Klien mengatakan nyeri Faktor pencetus Nyeri Akut
kepala
P : Darah tinggi
Q : Klien mengatakan Beban kerja jantung
seperti tertusuk-tusuk meningkat
R : Di kepala
S :6
T : Hilang timbul Tekanan sistemik darah
meningkat
Do :
1. Klien menunjukan
ekspresi seperti Hipertensi
meringis kesakitan
2. Ekspresi wajah nyeri
3. TD : 150/100 mmHg Kerusakan vaskuler
4. Nadi : 86 x/m pembuluh darah
5. RR : 22 x/m
6. Suhu : 36,9 C
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi
otak

Retensi pembuluh darah


otak

Nyeri Akut: Kepala


2. Ds : Faktor pencetus Penurunan Curah
Klien mengatakan jntung Jantung
berdebar-debar, merasa
72

mudah lelah Beban kerja jantung


meningkat

Do :
1. Perubahan irama
jantung (takikardia) Tekanan sistemik darah
2. Tekanan darah meningkat
meningkat : 150/100
mmHg
3. Pasien lelah Hipertensi
4. HR : 102 x/mnt
5. Nadi : 86 x/mnt dan
teraba lemah Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Sistemik

Vasokontriksi

Afterload meningkat

Penurunan Curah Jantung


3. Ds : Faktor pencetus Gangguan Pola Tidur
Klien juga mengatakan
tidak tidur nyenyak karena
merasa sakit kepala dan Beban kerja jantung
sering terbangun saat meningkat
malam hari serta susah
untuk tidur kembali
Tekanan ssstemik darah
Do : meningkat
1. Klien tampak lesu
2. Klien sering menguap
3. Kesulitan memulai tidur Hipertensi
4. Tidak merasa cukup
73

untuk istirahat
5. Tidur hanya 3 jam/hari Perubahan vaskuler darah

Gangguan sirkulasi
otak

Retensi pembuluh darah


otak

Nyeri Akut: Kepala

Gangguan Pola Tidur

Interpretasi
Berdasarkan tabel analisa masalah diatas masalah keperawatan yang muncul
pada klien I berinisial Ny. A antara lain nyeri akut, penurunan curah jantung, dan
gangguan pola tidur. Namun pada klien II berinisial Ny. N antara lain nyeri akut,
penurunan curah jantung, dan gangguan pola tidur.
74

2. Diagnosis Keperawatan
Tabel 4.3 Diagnosis Keperawatan
No. Ny. A Ny. N
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis pencedera fisiologis
Do : Do :
1. Klien menunjukan ekspresi seperti 1. Klien menunjukan ekspresi seperti
meringis kesakitan meringis kesakitan
2. Ekspresi wajah nyeri 2. Ekspresi wajah nyeri
3. TD : 150/90 mmHg 3. TD : 150/100 mmHg
4. Nadi : 82 x/m 4. Nadi : 86 x/m
5. RR : 20 x/m 5. RR : 22 x/m
6. Suhu : 36,7 C 6. Suhu : 36,9 C
2. Penurunan curah jantung berhubungan Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan afterload dan dengan perubahan afterload dan
perubahan irama jantung perubahan irama jantung
Do : Do :
1. Perubahan irama jantung 1. Perubahan irama jantung
(takikardia) (takikardia)
2. Tekanan darah meningkat : 150/90 2. Tekanan darah meningkat : 150/100
mmHg mmHg
3. Perilaku cemas 3. Pasien lelah
4. Pasien gelisah 4. HR : 102 x/mnt
5. HR : 104 x/mnt 5. Nadi : 86 x/mnt dan teraba lemah
6. Nadi : 82 x/mnt dan teraba lemah

3. Gangguan pola tidur berhubungan Gangguan pola tidur berhubungan


dengan nyeri yang dirasakan dengan nyeri yang dirasakan
Do : Do :
1. Klien tampak lesu 1. Klien tampak lesu
2. Sering menguap saat siang hari 2. Klien sering menguap
3. Kesulitan memulai tidur 3. Kesulitan memulai tidur
4. Kesulitan mempertahankan tetap 4. Tidak merasa cukup untuk istirahat
tidur 5. Tidur hanya 3 jam/hari
5. Tidak merasa cukup istirahat
6. Tidur hanya 4 jam/ hari

Interpretasi
Diagnosis keperawatan yang muncul pada Ny. A adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan afterload dan perubahan irama jantung, dan
gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan. Sedangkan pda
75

Ny. N diagnosis keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload dan perubahan irama jantung, dan gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
Pemberian Asuhan Keperawatan ditujukan untuk membantu pasien dalam
mengatasi masalah dan keluhan yang muncul dimana masalah yang menjadi fokus
bahasan pada studi kasus ini adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis tanpa mengenyampingkan diagnosa keperawatan lain dalam
pemberian asuhan keperawatan pada kedua klien.
76

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan
Nama klien : Ny. A No. RM : 63-78-12
Umur : 47 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI :
agen pencedera fisiologis keperawatan 3x24 jam, nyeri akut Manajemen Nyeri
dapat teratasi dengan ktiteria : 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
Ds : karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
Klien mengatakan nyeri kepala SLKI : Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
P : Darah tinggi KH A T intensitas nyeri intensitas nyeri yang
Q : Klien mengatakan seperti Keluhan nyeri 2 5 dialami pasien
tertimpa beban berat Meringis 2 5 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
R : Di kepala Gelisah 2 5 nyeri yang dirasakan
S :5 Kesulitan tidur 2 5 pasien
T : Hilang timbul Pola tidur 2 5 3. Identifikasi respons nyeri 3. Untuk mengetahui respon
non verbal nyeri non verbal yang
Tekanan darah 2 5
Do : dialami pasien
1. Klien menunjukan ekspresi 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui faktor
Skala indikator:
seperti meringis kesakitan memperberat dan apa saja yang
2. Ekspresi wajah nyeri 1. Sangat terganggu memperingan nyeri memperberat dan
3. TD : 150/90 mmHg 2. Banyak terganggu memperingan nyeri yang
4. Nadi : 82 x/m 3. Cukup terganggu dialami pasien
5. RR : 20 x/m 4. Sedikit terganggu 5. Identifikasi pengaruh nyeri 5. Untuk mengetahui
6. Suhu : 36,7 C 5. Tidak terganggu pada kualitas hidup pengaruh nyeri yang
dialami pasien terhadap
77

kualitas hidupnya
6. Ajarkan teknik non 6. Agar pasien bisa
farmakologis untuk menurunkan nyeri yang
mengurangi nyeri yaitu dialami dengan tepat
dengan penerapan terapi dengan teknik non
Slow Deep Breathing farmakologis

7. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Agar pola istirahat dan


tidur pasien teratur untuk
membantu menurunkan
nyeri yang dialami

8. Anjurkan memonitor nyeri 8. Agar pasien bisa


secara mandiri memonitor dan menangani
nyeri yang dialaminya
dengan tepat
9. Anjurkan menggunakan 9. Agar pasien bisa
analgetik secara tepat menggunakan penggunaan
analgetik untuk
menurunkan nyeri yang
dialaminya dengan tepat
10.Anjurkan pasien diet rendah 10. Agar pasien mengetahui
garam dan membatasi makanan apa saja yang
konsumsi makanan manis, harus dihindari dan
beku, kaleng, dan instan dibatasi
11.Anjurkan pasien untuk 11. Agar pasien mengerti
menerapkan gaya hidup tentang gaya hidup sehat
sehat seperti olahraga rutin untuk menjaga tekanan
(mis. lari, berenang, atau darah agar tetap stabil
bersepeda)
12.Anjurkan pasien untuk 12. Agar pasien mengerti
78

belajar rileks dan bisa bagaimana cara


mengendalikan stres mengendalikan stres untuk
menjaga tekanan darah
agar tetap stabil
13.Evaluasi dan 13. Agar mengetahui status
dokumentasikan respon nyeri klien pada
terhadap terapi relaksasi saat ini
79

Intervensi Keperawatan
Nama klien : Ny. N No. RM : 63-80-45
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI :
agen pencedera fisiologis keperawatan 3x24 jam, nyeri akut Manajemen Nyeri
dapat teratasi dengan ktiteria : 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
Ds : karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
P : Darah tinggi SLKI : Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
Q : Klien mengatakan seperti KH A T intensitas nyeri intensitas nyeri yang
tertusuk-tusuk Keluhan nyeri 2 5 dialami pasien
R : Di kepala Meringis 2 5 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
S :6 Gelisah 2 5 nyeri yang dirasakan
T : Hilang timbul Kesulitan tidur 2 5 pasien
Pola tidur 2 5 3. Identifikasi respons nyeri 3. Untuk mengetahui respon
Do : Tekanan darah 2 5 non verbal nyeri non verbal yang
1. Klien menunjukan ekspresi dialami pasien
seperti meringis kesakitan 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui faktor
Skala indikator:
2. Ekspresi wajah nyeri memperberat dan apa saja yang
1. Sangat terganggu
3. TD : 150/100 mmHg memperingan nyeri memperberat dan
2. Banyak terganggu
4. Nadi : 86 x/m memperingan nyeri yang
3. Cukup terganggu
5. RR : 22 x/m dialami pasien
4. Sedikit terganggu
6. Suhu : 36,9 C 5. Identifikasi pengaruh nyeri 5. Untuk mengetahui
5. Tidak terganggu
pada kualitas hidup pengaruh nyeri yang
dialami pasien terhadap
kualitas hidupnya
6. Ajarkan teknik non 6. Agar pasien bisa
farmakologis untuk menurunkan nyeri yang
80

mengurangi nyeri yaitu dialami dengan tepat


dengan penerapan terapi dengan teknik non
Slow Deep Breathing farmakologis

7. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Agar pola istirahat dan


tidur pasien teratur untuk
membantu menurunkan
nyeri yang dialami

8. Anjurkan memonitor nyeri 8. Agar pasien bisa


secara mandiri memonitor dan menangani
nyeri yang dialaminya
dengan tepat
9. Anjurkan menggunakan 9. Agar pasien bisa
analgetik secara tepat menggunakan penggunaan
analgetik untuk
menurunkan nyeri yang
dialaminya dengan tepat
10. Anjurkan pasien diet rendah 10. Agar pasien mengetahui
garam dan membatasi makanan apa saja yang
konsumsi makanan manis, harus dihindari dan
beku, kaleng, dan instan dibatasi
11. Anjurkan pasien untuk 11. Agar pasien mengerti
menerapkan gaya hidup tentang gaya hidup sehat
sehat seperti olahraga rutin untuk menjaga tekanan
(mis. lari, berenang, atau darah agar tetap stabil
bersepeda)
12. Anjurkan pasien untuk 12. Agar pasien mengerti
belajar rileks dan bisa bagaimana cara
mengendalikan stres mengendalikan stres untuk
menjaga tekanan darah
81

agar tetap stabil


13. Evaluasi dan 13. Agar mengetahui status
dokumentasikan respon nyeri klien pada
terhadap terapi relaksasi saat ini
82

Interpretasi
Tujuan dari intervensi ini adalah nyeri klien berkurang atau hilang setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil nyeri yang dilaporkan,
keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur, pola tidur, dan
tekanan darah. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi ansietas pada kedua
pasien adalah identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal,
identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas hidup, ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri yaitu dengan penerapan terapi Slow Deep Breathing, fasilitasi
istirahat dan tidur, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, anjurkan
menggunakan analgetik secara tepat, anjurkan pasien diet rendah garam dan
membatasi konsumsi makanan manis, beku, kaleng, dan instan, anjurkan pasien
untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti olahraga rutin (mis. lari, berenang,
atau bersepeda), anjurkan pasien untuk belajar rileks dan bisa mengendalikan
stres, evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi. Intervensi
utama yang dilakukan pada kedua klien adalah penerapan terapi Slow Deep
Breathing.
83

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. A No. RM : 63-78-12
Umur : 47 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
IMPLEMENTASI EVALUASI
No Hari Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Jam Evaluasi Paraf
& tgl & tgl
1. Selasa, 08.00 1. Menjelaskan cara melakukan atau Selasa, 08.35 S : Klien mengatakan nyeri kepala dan
20 WIB mengatasi hipertensi kepada klien 20 WIB bisa melakukan terapi Slow Deep
April dengan Slow Deep Breathing April Breathing
2021 Respon : 2021
Klien mendengarkan apa yang O : Dari hasil pengukuran nyeri
perawat jelaskan menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale) didapatkan skala nyeri 4 (nyeri
08.05 2. Mengajarkan pasien cara sedang)
WIB melakukan terapi Slow Deep 1. Klien tampak meringis
Breathing 2. Suhu :36,2 ºC
Respon : 3. Nadi :84x/menit
Klien mengikuti apa yang 4. Tekanan darah: 150/90
diajarkan pasien mmHg
5. RR: 22x/ menit
08.10 3. Mengukur tekanan darah pasien
WIB sebelum dilakukan terapi teknik A:
relaksasi nafas dalam KH T A H
Respon : Keluhan nyeri 2 5 3
Hasil pengukuran tekanan darah Meringis 2 5 2
150/90 mmHg
84

Gelisah 2 5 3
08.15 4. Melakukan pengkajian nyeri Kesulitan tidur 2 5 3
WIB menggunakan NRS (Numerical Pola tidur 2 5 3
Rating Scale) Tekanan darah 2 5 3
Respon :
Klien kooperatif dan dapat Skala indikator:
menjawab pertanyaan dan 1. Sangat terganggu
didapatkan hasil nyeri dengan 2. Banyak terganggu
skala 5 (nyeri sedang) 3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
08.20 5. Melakukan terapi Slow Deep 5. Tidak terganggu
WIB Breathing untuk mengurangi nyeri
Respon : P : Intervensi dilanjutkan
Klien melakukan terapi Slow Deep 1. Lakukan pengukuran tekanan darah
Breathing dengan tenang dan hasil 2. Lakukan pengkajian nyeri
skala nyeri 4 (nyeri sedang) menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale)
6. Menjelaskan pada klien untuk diet 3. Ajarkan klien melakukan terapi Slow
08.40 rendah garam dan membatasi Deep Breathing
WIB konsumsi makanan manis, beku,
kaleng, dan instan sebagai salah
satu cara untuk menurunkan
tekanan darah
Respon :
Klien tampak mengerti tentang apa
yang dijelaskan
85

2. Rabu, 08.00 1. Kontrol lingkungan yang Rabu, 08.35 S : Klien mengatakan nyeri kepala sedikit
21 WIB memperberat rasa nyeri 21 WIB berkurang dan bisa melakukan teknik
April Respon : April Slow Deep Breathing
2021 Pasien tampak memahami 2021
O : Dari hasil pengukuran nyeri
08.05 2. Mengukur tekanan darah pasien menggunakan NRS (Numerical Rating
WIB sebelum dilakukan terapi teknik Scale) didapatkan skala nyeri 3 (nyeri
relaksasi nafas dalam ringan)
Respon : 1. Klien tampak meringis
Hasil pengukuran tekanan darah 2. Suhu :36,5 ºC
140/90 mmHg 3. Nadi :82x/menit
4. Tekanan darah: 140/90
08.10 3. Melakukan pengkajian nyeri mmHg
WIB menggunakan NRS (Numerical 5. RR: 24x/ menit
Rating Scale)
Respon : A:
Klien kooperatif dan dapat KH T A H
menjawab pertanyaan dan Keluhan nyeri 2 5 4
didapatkan hasil nyeri dengan Meringis 2 5 3
skala 4 (nyeri sedang) Gelisah 2 5 4
Kesulitan tidur 2 5 4
08.15 4. Menjelaskan pada klien untuk
WIB belajar rileks dan bisa Pola tidur 2 5 4
mengendalikan stres sebagai salah Tekanan darah 2 5 4
satu cara untuk menurunkan
tekanan darah Skala indikator:
Respon : 1. Sangat terganggu
Klien tampak mengerti dengan apa 2. Banyak terganggu
yang dijelaskan 3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
08.20 5. Melakukan terapi Slow Deep 5. Tidak terganggu
86

WIB Breathing untuk mengurangi nyeri


Respon : P : Intervensi dilanjutkan
Klien melakukan terapi Slow Deep 1. Lakukan pengukuran tekanan darah
Breathing dengan tenang dengan 2. Lakukan pengkajian nyeri
hasil skala nyeri 3 (nyeri ringan) menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale)
3. Ajarkan klien melakukan terapi Slow
Deep Breathing
3. Kamis 08.00 1. Mengukur tekanan darah pasien Kamis 08.25 S : Klien mengatakan nyeri kepala
, 22 WIB sebelum dilakukan terapi teknik , 22 WIB berkurang dan bisa tidur malam dengan
April relaksasi nafas dalam April nyenyak
2021 Respon : 2021
Hasil pengukuran tekanan darah O : Dari hasil pengukuran nyeri
120/90 mmHg menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale) didapatkan skala nyeri 1 (nyeri
08.05 2. Melakukan pengkajian nyeri ringan)
WIB menggunakan NRS (Numerical 1. Klien tampak rileks
Rating Scale) 2. Suhu :36,5 ºC
Respon : 3. Nadi :84x/menit
Klien kooperatif dan dapat 4. Tekanan darah: 120/90
menjawab pertanyaan dan mmHg
didapatkan hasil nyeri dengan skala 5. RR: 24x/ menit
3 (nyeri ringan)
A:
08. 10 3. Melakukan terapi Slow Deep KH T A H
WIB Breathing untuk mengurangi nyeri Keluhan nyeri 2 5 4
Respon : Meringis 2 5 5
Klien melakukan terapi Slow Deep Gelisah 2 5 5
Breathing dengan tenang dan hasil Kesulitan tidur 2 5 5
skala nyeri 1 (nyeri ringan) Pola tidur 2 5 5
87

4. Fasilitasi pasien untuk istirahat dan Tekanan darah 2 5 5


08.30 tidur
WIB Respon : Skala indikator:
Klien tampak mengerti dan 1. Sangat terganggu
mengikuti 2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
08.35 5. Mengajarkan pasien untuk 4. Sedikit terganggu
WIB menerapkan gaya hidup dengan 5. Tidak terganggu
olahraga rutin agar tekanan darah
tetap stabil P : Intervensi dihentikan pasien pulang
Respon :
Klien tampak mengerti dengan apa
yang telah dijelaskan
88

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama klien : Ny. N No. RM : 63-80-45
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
IMPLEMENTASI EVALUASI
No Hari Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Jam Evaluasi Paraf
& tgl & tgl
1. Selasa, 09. 00 1. Menjelaskan cara melakukan atau Selasa, 09.35 S : Klien mengatakan nyeri kepala dan
20 WIB mengatasi hipertensi kepada klien 20 WIB bisa melakukan teknik Slow Deep
April dengan Slow Deep Breathing April Breathing
2021 Respon : 2021
Klien mendengarkan apa yang O : Dari hasil pengukuran nyeri
perawat jelaskan menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale) didapatkan skala nyeri 5 (nyeri
09. 05 2. Mengajarkan pasien cara sedang)
WIB melakukan terapi Slow Deep 1. Klien tampak meringis dan gelisah
Breathing 2. Suhu :36,4 ºC
Respon : 3. Nadi :82x/menit
Klien mengikuti apa yang 4. Tekanan darah: 150/100
diajarkan pasien mmHg
5. RR: 22x/ menit
09. 10 3. Mengukur tekanan darah pasien
WIB sebelum dilakukan terapi teknik A:
relaksasi nafas dalam KH T A H
Respon : Keluhan nyeri 2 5 2
Hasil pengukuran tekanan darah Meringis 2 5 2
150/90 mmHg Gelisah 2 5 2
Kesulitan tidur 2 5 3
89

09. 15 4. Melakukan pengkajian nyeri Pola tidur 2 5 3


WIB menggunakan NRS (Numerical Tekanan darah 2 5 2
Rating Scale) Skala indikator:
Respon : 1. Sangat terganggu
Klien kooperatif dan dapat 2. Banyak terganggu
menjawab pertanyaan dan 3. Cukup terganggu
didapatkan hasil nyeri dengan 4. Sedikit terganggu
skala 6 (nyeri sedang) 5. Tidak terganggu

09.20 5. Melakukan terapi Slow Deep P : Intervensi dilanjutkan


WIB Breathing untuk mengurangi nyeri 1. Lakukan pengukuran tekanan darah
Respon : 2. Lakukan pengkajian nyeri
Klien melakukan terapi Slow menggunakan NRS (Numerical
Deep Breathing dengan tenang Rating Scale)
dengan hasil skala nyeri 4 (nyeri 3. Ajarkan klien melakukan terapi Slow
sedang) Deep Breathing

09.40 6. Menjelaskan pada klien untuk diet


WIB rendah garam dan membatasi
konsumsi makanan manis, beku,
kaleng, dan instan sebagai salah
satu cara untuk menurunkan
tekanan darah
Respon :
Klien tampak mengerti tentang
apa yang dijelaskan
90

2. Rabu, 08.45 1. Kontrol lingkungan yang Rabu, 09.20 S : Klien mengatakan nyeri kepala
21 WIB memperberat rasa nyeri 21 WIB seberkurang dan bisa melakukan teknik
April Respon : April Slow Deep Breathing
2021 Pasien tampak memahami 2021
O : Dari hasil pengukuran nyeri
08.50 2. Mengukur tekanan darah pasien menggunakan NRS (Numerical Rating
WIB sebelum dilakukan terapi teknik Scale) didapatkan skala nyeri 3 (nyeri
relaksasi nafas dalam ringan)
Respon : 1. Klien tampak meringis dan gelisah
Hasil pengukuran tekanan darah 2. Suhu :36,5 ºC
140/90 mmHg 3. Nadi :80x/menit
4. Tekanan darah: 130/90
08.55 3. Melakukan pengkajian nyeri mmHg
WIB menggunakan NRS (Numerical 5. RR: 24x/ menit
Rating Scale)
Respon : A:
Klien kooperatif dan dapat KH T A H
menjawab pertanyaan dan Keluhan nyeri 2 5 3
didapatkan hasil nyeri dengan Meringis 2 5 3
skala 5 (nyeri sedang) Gelisah 2 5 3
Kesulitan tidur 2 5 4
09.00 4. Menjelaskan pada klien untuk Pola tidur 2 5 4
WIB belajar rileks dan bisa
Tekanan darah 2 5 3
mengendalikan stres sebagai salah
satu cara untuk menurunkan
tekanan darah Skala indikator:
Respon : 1. Sangat terganggu
Klien tampak mengerti dengan 2. Banyak terganggu
apa yang dijelaskan 3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
09.05 5. Melakukan terapi Slow Deep 5. Tidak terganggu
91

WIB Breathing untuk mengurangi nyeri


Respon : P : Intervensi dilanjutkan
Klien melakukan terapi Slow 1. Lakukan pengukuran tekanan darah
Deep Breathing dengan tenang 2. Lakukan pengkajian nyeri
dengan hasil skala nyeri 3 (nyeri menggunakan NRS (Numerical
ringan) Rating Scale)
3. Ajarkan klien melakukan terapi Slow
Deep Breathing
3. Kamis 08.40 1. Mengukur tekanan darah pasien Kamis 09.05 S : Klien mengatakan nyeri kepala
, 22 WIB sebelum dilakukan terapi teknik , 22 WIB berkurang dan bisa tidur malam dengan
April relaksasi nafas dalam April nyenyak
2021 Respon : 2021
Hasil pengukuran tekanan darah O : Dari hasil pengukuran nyeri
120/90 mmHg menggunakan NRS (Numerical Rating
Scale) didapatkan skala nyeri 2 (nyeri
08.45 2. Melakukan pengkajian nyeri ringan)
WIB menggunakan NRS (Numerical 1. Klien tampak rileks
Rating Scale) 2. Suhu :36,7 ºC
Respon : 3. Nadi :82x/menit
Klien kooperatif dan dapat 4. Tekanan darah: 120/90
menjawab pertanyaan dan mmHg
didapatkan hasil nyeri dengan 5. RR: 24x/ menit
skala 3 (nyeri ringan)
A:
KH T A H
08.50 3. Melakukan terapi Slow Deep Keluhan nyeri 2 5 4
WIB Breathing untuk mengurangi nyeri Meringis 2 5 5
Respon : Gelisah 2 5 5
Klien melakukan terapi Slow Deep Kesulitan tidur 2 5 5
Breathing dengan tenang dengan Pola tidur 2 5 5
hasil skala nyeri 2 (nyeri ringan)
92

Tekanan darah 2 5 5
09.10 4. Fasilitasi pasien untuk istirahat
WIB dan tidur Skala indikator:
Respon : 1. Sangat terganggu
Klien tampak mengerti dan 2. Banyak terganggu
mengikuti 3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
09.15 5. Mengajarkan pasien untuk 5. Tidak terganggu
WIB menerapkan gaya hidup dengan
olahraga rutin agar tekanan darah P : Intervensi dihentikan pasien pulang
tetap stabil
Respon :
Klien tampak mengerti dengan
apa yang telah dijelaskan
93

Interpretasi
Implementasi yang dilakukan selama tiga hari pada Ny. A dan Ny. N
adalah melakukan pengkajian nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale)
yang meliputi tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat.
Intervensi yang dilakukan yaitu melakukan terapi Slow Deep Breathing.
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan implementasi
keperawatan yang dilakukan. Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan terapi
Slow Deep Breathing.
Evaluasi tanggal 20 April 2021 pada Ny. A dilakukan pukul 08.35 WIB
adalah masalah nyeri akut: kepala belum teratasi ditunjukkan dari data subyektif
klien mengatakan nyeri kepala dan bisa melakukan terapi Slow Deep Breathing
dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : cukup terganggu (3), meringis :
banyak terganggu (2), gelisah : cukup terganggu (3), kesulitan tidur : cukup
terganggu (3), pola tidur : cukup terganggu (3), tekanan darah : cukup terganggu
(3), didapatkan skala nyeri yaitu 4 (nyeri sedang), suhu : 36,2ºC, nadi : 84x/mnt,
tekanan darah : 150/90 mmHg, RR : 22 x/mnt. Karena masalah belum teratasi
maka intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 21 April 2021 pada Ny. A dilakukan pada pukul 08.35
WIB adalah masalah nyeri akut belum teratasi di tunjukkan dari data subyektif
klien mengatakan nyeri kepala sedikit berkurang dan bisa melakukan terapi Slow
Deep Breathing dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : sedikit
terganggu (4), meringis : cukup terganggu (3), gelisah : sedikit terganggu (4),
kesulitan tidur : sedikit terganggu (4), pola tidur : sedikit terganggu (4), tekanan
darah : sedikit terganggu (4), didapatkan skala nyeri yaitu 3 (nyeri ringan), suhu :
36,5ºC, nadi : 82x/mnt, tekanan darah : 140/90 mmHg, RR : 24 x/mnt. Karena
masalah belum teratasi maka intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 22 April 2021 pada Ny. A dilakukan pada pukul 08.25
WIB adalah masalah nyeri akut teratasi di tunjukkan dari data subyektif klien
mengatakan nyeri kepala sudah berkurang dan bisa tidur malam dengan nyenyak
dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : sedikit terganggu (4), meringis :
tidak terganggu (5), gelisah : tidak terganggu (5), kesulitan tidur : tidak terganggu
(5), pola tidur : tidak terganggu (5), tekanan darah : tidak terganggu (5),
94

didapatkan skala nyeri yaitu 1 (nyeri ringan), suhu : 36,5ºC, nadi : 84x/mnt,
tekanan darah : 120/90 mmHg, RR : 24 x/mnt. Intervensi dihentikan pasien
pulang.
Evaluasi tanggal 20 April 2021 pada Ny. N dilakukan pukul 09.35 WIB
adalah masalah nyeri akut: kepala belum teratasi ditunjukkan dari data subyektif
klien mengatakan nyeri kepala dan bisa melakukan terapi Slow Deep Breathing
dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : banyak terganggu (2), meringis :
banyak terganggu (2), gelisah : banyak terganggu (2), kesulitan tidur : cukup
terganggu (3), pola tidur : cukup terganggu (3), tekanan darah : cukup terganggu
(3), didapatkan skala nyeri yaitu 5 (nyeri sedang), suhu : 36,4ºC, nadi : 82x/mnt,
tekanan darah : 150/100 mmHg, RR : 22 x/mnt. Karena masalah belum teratasi
maka intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 21 April 2021 pada Ny. N dilakukan pukul 09.20 WIB
adalah masalah nyeri akut: kepala belum teratasi ditunjukkan dari data subyektif
klien mengatakan nyeri kepala sedikit berkurang dan bisa melakukan terapi Slow
Deep Breathing dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : cukup terganggu
(3), meringis : cukup terganggu (3), gelisah : cukup terganggu (3), kesulitan tidur :
sedikit terganggu (4), pola tidur : sedikit terganggu (4), tekanan darah : sedikit
terganggu (4), didapatkan skala nyeri yaitu 3 (nyeri sedang), suhu : 36,5ºC, nadi :
80x/mnt, tekanan darah : 130/90 mmHg, RR : 24 x/mnt. Karena masalah belum
teratasi maka intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 22 April 2021 pada Ny. N dilakukan pada pukul 09.05
WIB adalah masalah nyeri akut teratasi di tunjukkan dari data subyektif klien
mengatakan nyeri kepala sudah berkurang dan bisa tidur malam dengan nyenyak
dan data obyektif klien tampak mengeluh nyeri : sedikit terganggu (4), meringis :
tidak terganggu (5), gelisah : tidak terganggu (5), kesulitan tidur : tidak terganggu
(5), pola tidur : tidak terganggu (5), tekanan darah : tidak terganggu (5),
didapatkan skala nyeri yaitu 2 (nyeri ringan), suhu : 36,7ºC, nadi : 82x/mnt,
tekanan darah : 120/90 mmHg, RR : 24 x/mnt. Intervensi dihentikan pasien
pulang.
95

5.Discharge Planning

Tabel 4.6 Format Discharge Planning


DISCHARGE PLANNING
Nama : Ny. A No. RM : 637812
Tanggal MRS : 18 April 2021 Tanggal KRS : 22 April 2021
Bagian : Poli penyakit dalam Bagian : Poli penyakit dalam
Dipulangkan dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
A. Kontrol
Waktu : 09 s/d selesai
Tempat : Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
B. Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, DLL) :
Meminum obat sesuai dengan jadwal
Menerapkan gaya hidup sehat
Belajar rileks dan mengendalikan stress
Melakukan terapi Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk mengurangi nyeri kepala
dan menurunkan tekanan darah
C. Aturan diet/nutrisi :
Diet garam serta pengendalian berat badan
Dibatasi konsumsi makanan manis, beku, kaleng, dan instan
D. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya :
Tidak ada
E. Aktivitas dan istirahat :
Monitor tekanan darah secara berkala
Lakukan teknik napas dalam jika nyeri kepala timbul
Olahraga rutin (bersepeda, lari, atau berenang)
Yang dibawa pulang (Hasil lab, foto, ECG, Obat dan lain-lainnya) :
Tidak ada
Lain-lain :
Hindari merokok dan alkohol
Palembang, 2021
Pasien/keluarga Perawat

( ) (Dwi Adelia Indah Putri)


96

DISCHARGE PLANNING
Nama : Ny. N No. RM : 638045
Tanggal MRS : 18 April 2021 Tanggal KRS : 22 April 2021
Bagian : Poli penyakit dalam Bagian : Poli penyakit dalam
Dipulangkan dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
F. Kontrol
Waktu : 09 s/d selesai
Tempat : Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
G. Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, DLL) :
Meminum obat sesuai dengan jadwal
Menerapkan gaya hidup sehat
Belajar rileks dan mengendalikan stress
Melakukan terapi Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk mengurangi nyeri kepala
dan menurunkan tekanan darah
H. Aturan diet/nutrisi :
Diet garam serta pengendalian berat badan
Dibatasi konsumsi makanan manis, beku, kaleng, dan instan
I. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya :
Tidak ada
J. Aktivitas dan istirahat :
Monitor tekanan darah secara berkala
Lakukan teknik napas dalam jika nyeri kepala timbul
Olahraga rutin (bersepeda, lari, atau berenang)
Yang dibawa pulang (Hasil lab, foto, ECG, Obat dan lain-lainnya) :
Tidak ada
Lain-lain :
Hindari merokok dan alkohol

Palembang, 2021
Pasien/keluarga Perawat

( ) (Dwi Adelia Indah Putri)

Interpretasi
Discharge Planning yang diberikan pada Ny. A dan Ny. N adalah
memberikan informasi untuk menerapkan gaya hidup sehat, melakukan diet
rendah garam, belajar rileks dan mengendalikan stres, memberikan dan
melakukan terapi Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk mengurangi nyeri
kepala dan menurunkan tekanan darah.
97

C. Pembahasan
Studi kasus ini membahas tentang asuhan keperawatan berfokus pada
masalah keperawatan nyeri akut : kepala dengan menerapkan terapi Slow
Deep Breathing. Proses asuhan keperawatan yang dibahas studi kasus ini
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi, dan Discharge Planning.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu
proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim
kesehatan lainnya yang bertujuan untuk menganalisa dan merumuskan
diagnosa keperawatan (Nur Kholifah, 2016).
Pengkajian dilakukan menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan medikal bedah (KMB). Selama proses pengkajian tidak ada
hambatan yang ditemukan, klien dan keluarga kooperatif sehingga
mempermudah dalam pengumpulan data.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melakukan
wawancara dengan klien langsung, keluarga klien, riwayat kesehatan,
pengkajian keperawatan yang meliputi 12 domain, pemeriksaan
penunjang, dan rekam medik.
Berdasarkan data pengkajian tanggal 19 April 2021, pada Ny. A dan
Ny. N didapatkan bahwa keluhan utama yang dirasakan Ny. A adalah
klien mengatakan nyeri pada kepala dan jantung kadang berdebar-debar,
cemas, dan gelisah. Setelah dilakukan pemeriksaan skala nyeri
menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) didapatkan skala nyeri 5
yang tergolong nyeri sedang. Klien mengatakan nyeri seperti tertimpa
beban berat, dan nyeri hilang timbul. Klien juga mengatakan tidur tidak
nyenyak dan sering terbangun karena sering sakit kepala pada dini hari dan
merasa ketidakpuasan tidur. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. A
didapatkan tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 82 x/mnt teraba lemah,
RR : 20 x/mnt, dan suhu : 36,7 C. Sedangkan Klien II berinisial Ny. N
didapatkan bahwa keluhan utama yang dirasakan adalah klien mengatakan
nyeri pada kepala dan hampir terjatuh ketika berdiri mendadak, jantung
98

merasa berdebar dan cepat lelah. Setelah dilakukan pemeriksaan skala


nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) didapatkan skala nyeri
6 yang tergolong nyeri sedang. Klien mengatakan nyeri seperti tertimpa
beban berat, dan nyeri hilang timbul. Klien juga mengatakan tidur tidak
nyenyak karena merasa sakit kepala dan sering terbangun saat malam hari
serta susah untuk tidur kembali. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. A
didapatkan tekanan darah : 150/100 mmHg, nadi : 86 x/mnt teraba lemah,
RR : 22 x/mnt, dan suhu : 36,9 C.
Menurut teori Majid (2017) yang menjelaskan bahwa individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala menunjukkan adanya kerusakan vaskular, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Pada Ny. A dan Ny. N didapatkan keluhan
nyeri kepala, dimana nyeri kepala muncul akibat proses penyakit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Darsa (2018)
pasien dengan hipertensi memiliki tekanan darah lebih tinggi dari batas
normal yaitu diatas 140/90 mmHg dan memiliki ciri-ciri pening kepala,
berat di tengkuk, sukar untuk tidur, dan jantung berdebar-debar.
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal peneliti berasumsi
bahwa klien dengan Hipertensi akan mengalami nyeri kepala akibat proses
penyakit. Sesuai dengan pengkajian PQRST yang dilakukan pada kedua
pasien tersebut, memang benar kedua pasien mengalami nyeri kepala.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Yuli, 2017).
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan
99

pengalamannya perawat secara akuntalitas dapat mengidentifikasi dan


memberikan intervensi untuk menjaga, menurunkan, mencegah, dan
merubah status kesehatan klien.
Berdasarkan hasil data pengkajian tanggal 19 April 2021 pada Ny. A
dan Ny. N didapatkan bahwa diagnosa keperawatan Ny. A dan Ny. N
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan mengeluh nyeri, tekanan darah meningkat, penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan perubahan irama
jantung ditandai dengan tekanan darah meningkat, perubahan irama
jantung (takikardia), perilaku cemas dan gelisah, nadi teraba lemah, dan
gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, dan mengeluh istirahat tidak cukup. Namun,
pada studi kasus ini peneliti berfokus pada masalah nyeri akut dimana
pada klien Ny. A dan Ny. N didapatkan nyeri kepala sedang.
Berdasarkan teori Sjahrir (2013) nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri
atau rasa tidak enak pada daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah
dan tengkuk leher. Nyeri yang tidak teratasi dapat menyebabkan
munculnya kecemasan dan mengakibatkan tekanan darah semakin naik
serta nyeri yang tidak hilang bahkan semakin bertambah.
Menurut penelitian Nugraheni (2016) yang mengatakan bahwa pasien
dengan hipertensi akan mengalami nyeri kepala karena sirkulasi alirah
darah ke otak terganggu yang mengakibatkan penyumbatan aliran darah
dan tekanan darah akan semakin meningkat. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Nurtanti (2017) mengatakan bahwa nyeri kepala pada
penderita hipertensi biasanya terjadi karena adanya peningkatan tekanan
darah atau tekanan darah tinggi dimana hal itu terjadi karena adanya
penyumbatan pada sistem peredaran darah baik dari jantungnya dan
serangkaian pembuluh darah arteri dan vena yang menyangkut pembuluh
darah.
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal peneliti barasumsi
bahwa klien dengan hipertensi akan mengalami berbagai diagnosis
keperawatan, diantaranya adalah nyeri akut, penurunan curah jantung dan
100

gangguan pola tidur. Namun, diagnosis paling utama yang diangkat dari
kasus tersebut adalah nyeri akut dan diagnosis yang lain merupakan
diagnosis penyerta.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan
penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan
pada pasien berdasarkan analisa data dan diagnosa keperawatan (Dinarti &
Yuli, 2017).
Berdasarkan masalah keperawatan yang didapatkan dari data
pengkajian pada Ny. A dan Ny. N sama-sama memiliki masalah
keperawatan nyeri akut, dimana intervensi keperawatan menurut Tomy
(2017) pada masalah nyeri kepala antara lain terapi Slow Deep Breathing,
gambarkan resionalisasi dan manfaat terapi, dorong klien untuk
mengambil posisi yang nyaman dan menutup mata dengan rileks,
tunjukkan dan praktikan teknik terapi pada klien, dorong penggunaan
teknik secara berkala, gunakan terapi sebagai strategi tambahan dengan
penggunaan obat nyeri, dan evaluasi serta dokumentasikan respon
terhadap terapi.
Intervensi ini dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk mengurangi
nyeri kepala. Terapi ini dilakukan dengan rileks dan tenang selama kurang
lebih 15 menit pada saat kapan saja klien merasa nyeri kepala, terapi ini
sangat efektif untuk menurunkan nyeri kepala pada penderita hipertensi.
Menurut teori Rahmawati (2017), relaksasi nafas dalam merupakan
salah satu terapi komplementer yang telah dibuktikan manfaatnya melalui
penelitian-penelitian terutama dalam upaya menurunkan atau mengurangi
stres, kecemasan pasien, penurunan tekanan darah, meningkatkan fungsi
paru dan saturasi oksigen.
Menurut penelitian Sheren, dkk (2013) dan Dian (2015) yang
menyebutkan bahwa terapi Slow Deep Breathing dapat menurunkan dan
mengatasi masalah nyeri kepala klien karena terapi ini dapat menstimulan
101

respon saraf otonom melalui pengeluaran transmitter endorphin yang


berefek pada penurunan respon saraf simpatis dan peningkatan respon
saraf parasimpatis. Saraf-saraf tersebut pada relaksasi napas dalam akan
berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempermudah
oksigen untuk dialirkan ke bagian otak yang bisa mengalirkan darah
dengan lancar menuju ke jaringan yang mengalami spasme, sehingga bisa
mengurangi intensitas nyeri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ervan (2013), terapi Slow
Deep Breathing merupakan suatu bentuk terapi nonfarmakologis, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensits nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilitas paru dan meningkatkan oksigenasi dalam darah.
Berdasarkan hasil, teori, dan jurnal penelitian, maka peneliti
berasumsi bahwa penerapan terapi Slow Deep Breathing merupakan
intervensi yang tepat untuk dilakukan pada Ny. A dan Ny. N yang dapat
mengurangi dan menurunkan masalah keperawatan nyeri akut pada kepala
klien. Selain menerapkan terapi Slow Deep Breathing, peneliti juga
memberikan intervensi lain bagi kedua pasien dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang aktivitas dan istirahat dan menerapkan gaya
hidup sehat untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan pola tidur
dan penurunan curah jantung.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi dengan menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Yuli, 2017).
102

Secara umum tidak ada hambatan yang ditemukan selama


implementasi keperawatan dilakukan. Klien Ny. A dan Ny. N kooperatif
selama pelaksanaan terapi Slow Deep Breathing.
Berdasarkan intervensi keperawatan yang direncanakan, implementasi
keperawatan yang dilakukan antara lain melakukan pemeriksaan tekanan
darah, melakukan pengkajian nyeri kepala menggunakan NRS (Numerical
Rating Scale), mengajarkan terapi Slow Deep Breathing, menganjurkan
pasien untuk bisa rileks dan mengendalikan stres, menganjurkan kepada
pasien untuk mengontrol lingkungan yang bisa memperberat rasa nyeri,
memberikan informasi tentang diet rendah garam untuk menjaga tekanan
darah agar tetap stabil, memberikan informasi tentang menerapkan gaya
hidup sehat seperti membatasi konsumsi makanan manis, beku, kaleng,
instan, dan rajin untuk olahraga.
Pengkajian nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale)
dikembangkan oleh Mubarak, dkk (2015). Pengkajian nyeri menggunakan
NRS (Numerical Rating Scale) cukup mudah dan efisien untuk
mengetahui tingkat nyeri pada penyakit salah satunya hipertensi.
Respon dari Ny. A dan Ny. N adalah kedua klien kooperatif dalam
melakukan terapi Slow Deep Breahting dan mengatakan nyeri yang
dialaminya sudah berkurang setelah dilakukannya implementasi selama 3
hari. Sebelum dilakukan terapi Slow Deep Breathing pada Ny. A dilakukan
pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale)
didapatkan data hasil skala nyeri 5 tergolong nyeri berat dan setelah 3 hari
skala nyeri berkurang menjadi skala nyeri 1 tergolong nyeri ringan.
Sedangkan pada Ny. N sebelum dilakukan terapi Slow Deep Breathing
dilakukan pemeriksaan skala nyeri mennggunakan NRS (Numerical
Rating Scale) didapatkan data hasil skala nyeri 6 tergolong nyeri berat dan
setelah 3 hari skala nyeri berkurang menjadi skala nyeri 2 tergolong nyeri
ringan.
Menurut penelitian sebelumnya tentang pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap skala nyeri kepala pada pasien hipertensi. Pada penelitian
ini disebutkan terdapat pengaruh terapi relaksasi napas dalam terhadap
103

penurunan skala nyeri pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas


sawah lembar Bengkulu (Fernalia, 2019). Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa nyeri akut yang dirasakan pasien hipertensi menjadi
berkurang setelah 3 hari dilakukan tindakan terapi Slow Deep Breating
(Fadila, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2017), untuk
mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi dilakukan pemberian
teknik relaksasi nafas dalam, namun jika sudah dilakukan pemberian
teknik relaksasi nafas dalam harus di imbangi juga dengan pola makan
yang baik terutama makanan yang mengandung garam dan kolesterol
harus dihindari pada pasien hipertensi. Tindakan pemberian teknik
relaksasi nafas dalam dilakukan setiap pagi hari selama 3 hari. Dari hasil
kesimpulan yang didapat ada pengaruh terhadap pemberian teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi
Berdasarkan referensi tersebut, peneliti berasumsi bahwa klien
Hipertensi yang mengalami nyeri kepala dapat menggunakan penerapan
terapi Slow Deep Breathing. Namun, selain memberikan terapi Slow Deep
Breathing, peneliti juga melaksanakan implementasi lain terkait dengan
masalah keperawatan gangguan pola tidur dan penurunan curah jantung,
yatiu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang aktivitas dan
istirahat dan menerapkan pola hidup sehat.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
pencapaian tujuan utama klien. (Andarmoyo & Sulistyo, 2013).
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan terapi Slow Deep
Breathing selama 3 hari pada klien Ny. A dan Ny. N didapatkan hasil
sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Adapun evaluasi
dilakukan pada tanggal 22 April 2021 pada Ny. A dilakukan pada pukul
08.25 WIB adalah masalah nyeri akut teratasi ditunjukkan dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang, setelah
104

dilakukan penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating


Scale) didapatkan hasil skala nyeri 1 tergolong nyeri ringan, tekanan darah
: 120/90 mmHg, suhu : 36,5 C, nadi : 84 x/mnt, dan RR : 24 x/mnt. Karena
klien sudah diperbolehkan pulang dan masalah nyeri akut sudah teratasi
sebagian maka intervensi dihentikan. Sedangkan evaluasi pada Ny. N
dilakukan pada tanggal 22 April 2021 pukul 09.05 WIB adalah masalah
nyeri akut sudah teratasi ditunjukkan dengan data subjektif klien
mengatakan nyeri kepala sudah berkurang setelah dilakukan penilaian
skala nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) didapatkan hasil
skala nyeri 2 tergolong nyeri ringan, tekanan darah : 120/90 mmHg, suhu :
36,7 C, nadi : 82 x/mnt, dan RR : 24 x/mnt. Karena klien sudah
diperbolehkan pulang dan masalah nyeri akut sudah teratasi sebagian maka
intervensi dihentikan.
Menurut penelitian sebelumnya tentang pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap skala nyeri kepala pada pasien hipertensi. Pada penelitian
ini disebutkan terdapat pengaruh terapi relaksasi napas dalam terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas
sawah lembar Bengkulu (Fernalia, 2019). Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa nyeri akut yang dirasakan pasien hipertensi menjadi
berkurang setelah 3 hari dilakukan tindakan terapi Slow Deep Breating
(Fadila, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi.
Teknik relaksasi napas dalam ini sangat banyak kegunaannya, salah
satunya adalah untuk pereda nyeri. Sebenarnya banyak latihan pernafasan
yang berbeda, namun untuk mendapatkan manfaatnya pasien atau
penderita harus melakukanya selama tiga hari berturut-turut atau setiap
kali merasakan nyeri, stress, terlalu banyak pikiran, dan pada saat merasa
sakit. Namun yang paling penting adalah bagaimana kemauan individu
untuk melakukannya. Semakin sering mempraktekkan maka semakin
banyak manfaat yang didapat.
105

Berdasarkan referensi tersebut, peneliti berasumsi bahwa setelah


dilakukan terapi Slow Deep Breathing selama 3 hari berturut-turut pada
kedua pasien, didapatkan penurunan skala nyeri kepala. Penurunan skala
nyeri pada kedua pasien terjadi karena pasien melakukan terapi Slow Deep
Breathing dengan kooperatif dan saat melakukan terapi ini pasien bisa
merilekskan kondisinya terlebih dahulu. Penurunan skala nyeri pada
pasien Ny. A menjadi skala nyeri 1 tergolong nyeri ringan dan penurunan
skala nyeri pada pasien Ny. N menjadi skala nyeri 2 tergolong nyeri
ringan.

6. Discharge Planning
Discharge planning merupakan proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya (Sugino dkk, 2019)
Menurut teori Majid (2017) ketidakpatuhan pasien akan perawatan
hipertensi selama dirumah merupakan bukti gagalnya informasi yang
sampaikan petugas kesehatan saat Discharge planning. Discharge
planning merupakan perencanaan kepulangan pasien untuk kembali ke
lingkungannya dengan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang penting dan perlu dihindari serta
dilakukan yang berhubungan dengan penyakitnya. Kepatuhan pasien
hipertensi dalam minum obat sangatlah penting karena berhubungan
dengan proses penyembuhan penyakit.
Discharge planning yang diberikan pada Ny. A dan Ny. N adalah
menerapkan gaya hidup sehat, belajar rileks dan mengendalikan stress,
menerapkan diet rendah garam, memberikan edukasi tentang aktivitas dan
istirahat, melakukan terapi Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk
mengurangi nyeri kepala dan menurunkan tekanan darah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fernalia (2019) mengatakan
bahwa pasien hipertensi yang mengalami nyeri kepala dapat diajarkan dan
106

dilatih untuk melakukan terapi Slow Deep Breathing untuk menurunkan


intensitas nyeri kepala, menurunkan tekanan darah, menghilangkan stres
dan meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam tubuh.
Discharge Planning yang diberikan sesuai dengan hasil dan teori yang
ada. Berdasarkan hasil dan teori, peneliti berasumsi bahwa Discharge
Planning yang dilakukan sudah tepat. Selain memberikan pendidikan
kesehatan tentang cara mengatasi nyeri kepala, peneliti juga memberikan
pendidikan kesehatan untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan
pola tidur dengan aktivitas dan istirahat, dan untuk masalah keperawatan
penurunan curah jantung peneliti memberikan Discharge Planning tentang
menerapkan pola hidup sehat.
107

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. A dan Ny. N dimulai dari proses pengkajian yang dilakukan sejak klien
masuk rumah sakit, penegakan diagnosis, melakukan intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan serta Discharge Planning di ruang
rawat inap penyakit dalam Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammdiyah
Palembang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Data pengkajian diperoleh menggunakan beberapa metode yaitu
wawancara langsung, observasi, dan pemeriksaan fisik dari klien Ny. A
dan Ny. N. Hasil dari pengkajian didapatkan kedua klien memiliki
masalah keperawatan nyeri akut selama menjalani pengobatan di rumah
sakit.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada klien Ny. A dan Ny. N
adalah Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
ditandai dengan mengeluh nyeri, tekanan darah meningkat.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang ditemukan pada klien Ny. A dan Ny. N
adalah menurunkan intensitas nyeri yang berfokus pada nyeri kepala pada
penerapan terapi Slow Deep Breathing.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang diterapkan pada klien Ny. A dan Ny. N
sesuai dengan masalah keperawatan kedua klien yaitu nyeri kepala
sehingga tindakan yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri
kepala yang berfokus pada penerapan terapi Slow Deep Breathing.
5. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai.
108

Hasil yang didapat dari klien Ny. A dan Ny. N setelah dilakukan
implementasi setiap pagi hari selama 3 hari berturut-turut adalah masalah
nyeri akut teratasi sebagian ditunjukkan dengan menurunkan intensitas
nyeri dengan menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) yang
dirasakan kedua klien.
6. Discharge Planning
Discharge planning atau persiapan pasien pulang yang dilakukan adalah
meminum obat sesuai dengan jadwal, menerapkan gaya hidup sehat,
belajar rileks dan mengendalikan stress, menerapkan diet rendah garam,
memberikan edukasi tentang aktivitas dan istirahat, melakukan terapi
Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk mengurangi nyeri kepala dan
menurunkan tekanan darah.

B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan studi kasus ini dapat dijadikan materi sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan medikal bedah dalam memberikan gambaran
proses asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertensi melalui
penerapan terapi Slow Deep Breathing.
2. Bagi Klien
Dapat diaplikasikan dan membantu dalam proses penyembuhan dan
perawatan baik di rumah sakit maupun saat di rumah.
3. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
dan penglaaman yang sudah didapatkan dan diaplikasikan dalam proses
pemberian dengan Hipertensi penerapan terapi Slow Deep Breathing
terhadap nyeri kepala.
109

DAFTAR PUSTAKA

Adinda, D. 2019. Komponen dan Jenis-Jenis Evaluasi dalam Asuhan


Keperawatan. Sumatera Utara, Medan

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


ArRuzz.

Arfa, M. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


Nyeri Pada Pasien Post-Operasi Appendisitis di Ruangan Bedah RSUD
Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe. Kota Gorontalo, Tesis. Universitas Negeri
Gorontalo

Aspiani, R. Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Cahyanti, L. 2017. Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien


Hipertensi Untuk Mengurangi Nyeri di RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan. Volume 4, Nomor 2

Desriyani, R, Wahyudi, J.K, Suratun. 2019. Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap


Kualitas Tidur Pasien Dengan Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Indonesian Jpurnal for Health Sciences. Volume 3, Nomor 2.

Dinarti & Yuli, A. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan. 2019. Profil Kesehatan Sumatera Selatan.


Palembang

Fadila, R.A & Hawati, N. 2019. Pengalaman Penderita Hipertensi Dalam


Menurunkan Nyeri Kepala Dengan Terapi Non Farmakologi
Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Jurnal Kesehatan dan
Pembangunan. Volume 9, Nomor 18.

Fernalia, dkk. 2019. Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Skala Nyeri
Kepala Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulu. Malahayati Nursing Journal. Volume 1, Nomor 1.

Iqbal Mubarak, dkk, 2015, Buku ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Buku 1, Salemba
Medika, Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI.
Jakarta: Kemenkes RI
110

Majid, Abdul, 2017, Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sisten
Kardiovaskular. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Mubarak, I & Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Nurtanti, S & Puspitaningruum, D. 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas


Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan GSH. Volume 6, Nomor 2.

Putri, et al. 2018. Case Study: The influence of deep breathing relaxation
techniques in reducing blood pressure and pain caused by hypertension.
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS). Volume 1,
Issue 2.

Saleh. R, dkk. 2019. Pengelolaan Keperawatan Keluarga Ny. R dan Ny. U dengan
Nyeri Kepala Hipertensi di Kota Pekalongan. Jurnal Lintas Keperawatan.
Volume 5, Nomor 3

Setiati Siti, et al. (2015) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th rev. Jakarta :
Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Sheren. K, dkk, 2017. Pengaruh Slow Deep Breathing Dalam Menurunkan Nyeri
Kepala pada Penderita Hipertensi di Puskesmas X dan Puskesmas Y.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan. Tangerang

Suddarth, Brunner. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. 2012. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tomy. 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi nafas Dalam Terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Pada Lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan. Volume 2, Nomor 1
111

Wahyuningsih, H.P & Kusmiyati, Y. 2017. Bahan Ajar Kebidanan Anatomi


Fisiologi. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan

World Health Organization (WHO). 2018. Penyakit Tidak Menular

World Health Organization (WHO). 2019. Data Penyakit Hipertensi 2019

Yuli, R. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler :


Aplikasi NIC&NOC. Jakarta: CV. Trans Info Media
112

LAMPIRAN
113

Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :


Nama :
Usia :
Alamat :
Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam Studi Kasus
yang berjudul “Penerapan Terapi Dzikir Terhadap Stres Pada Pasien Dengan
Diabetes Melitus Tipe II Di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang 2021” yang akan dilakukan oleh Tika Nurilya mahasiswa Program
Studi Diploma III Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang.
Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya digunakan untuk
keperluan Studi Kasus dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden Studi
Kasus ini.

Palembang, Februari 2021


Yang menyatakan

( )
114

Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Nama Mahasiswa : ………………………………


Tempat Praktek : ………………………………
Tanggal Praktek : ………………………………
Pengkajian Dilakukan Tanggal................jam................WIB

1. Identitas Klien
Nama : No RM :
Usia : Tgl Masuk :
Jenis : Tgl Pengkajian :
Kelamin : Sumber Informasi :
Alamat : Keluarga Terdekat :
No Telepon: status :
Status : Alamat :
Agama : No Telepon :
Suku : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Lama : Bekerja :

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
........................................................................................................................
...................................
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
........................................................................................................................
...................................
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..........................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..........................................................................

d. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami:
115

a. Kecelakaan : ………………………......…………....
b. Operasi (jenis dan waktu) : ………………………......…………....
c. Penyakit (kronis dan akut) : ………………………......
…………....
d. Terakhir masuk RS : ………………………......…………....
2. Alergi (obat, makanan, plester, dsb)
..................................................................................................................
..................................................................................................................
............................................................................
Imunisasi (tambahan; flu, pneumonia, tetanus, dll)
..................................................................................................................
..................................................................................................................
............................................................................
Kebisasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya

a. Merokok : ……………… ……………… ………………

b. Kopi : ……………… ……………… ………………

c. Alkohol : ……………… ……………… ………………

3. Obat-obatan yang digunakan


Jenis Lamanya Dosis

…………………… ……………………….. ………………………..

…………………… ……………………….. ………………………..

3. Riwayat Keluarga
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.......................................

4. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang


rawat
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
116

.................................................................................................................
.................................................................................................................
...................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
..........................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
...................................
3. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)
Intruksi: Beri tanda cek () pada istilah yang tepat/ sesuai dengan data-data di
bawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan
kolom data tambahan bila perlu.
1. Peningkatan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan:
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.............................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
..........................................................................

2. Nutrisi
a. Mulut
Trismus ( ), Halitosis ( )
Bibir: lembab( ), pucat( ),sianosis( ), labio/palatoskizis( ),
stomatitis( )
Gusi: ( ), plak putih( ), lesi( )
Gigi: Normal( ), Ompong( ), Caries( ),
Jumlah gigi:...................
117

Lidah: bersih ( ), kotor/ putih ( ), jamur ( )


b. Leher
Kaku Kuduk ( ) Simetris ( ), Benjolan ( ) Tonsil ( )
Kelenjar Tiroid : normal ( ), pembesaran ( )
Tenggorok : kesulitan menelan ( ),
dll..........................................................................................................
.....................................
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
BB sebelum sakit: kg BB sakit: kg
Program Diit RS :
Makanan yang disukai :
..............................................................................................
Selera makan :
..............................................................................................
Alat makan yang digunakan :
..............................................................................................
Pola makan( x/ hari) :
..............................................................................................
Porsi makan yang dihabiskan :
..............................................................................................
Pola Minum :
..............................................................................gelas/hari)
Jenis air minum
: ..............................................................................................
Intake Makanan :

Intake Cairan :

c. Abdomen
118

Inspeksi : Bentuk: Simetris ( ), Tidak simetris ( ), Kembung


( ), Asites ( ),
Palpasi : Massa ( ), Nyeri ( )
Kuadran I :
Kuadran II :
Kuadran III :
Kuadran IV :
Auskultasi : Bising usus........................x/mnt
Perkusi : Timpani ( ), Redup ( )

BAB :
Warna : ........................................
Frekuensi : ........................................x/hari
Konsisitensi :..........................................
lendir ( ), darah ( ), ampas ( ), Konstipasi ( )

Data Tambahan :
...............................................................................................................
....................................
...............................................................................................................
....................................
...............................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
...............................................................................................................
.....................................
...............................................................................................................
....................................

3. Eliminasi dan Pertukaran


a. BAK : ...........................................................................
....................................
b. Warna : ...........................................................................
....................................
c. Konsistensi : ...........................................................................
....................................
119

d. Frekuensi : ...........................................................................
......................... x/ hari
e. Urine Output
: ...........................................................................
................................ cc
f. Penggunaan Kateter
: ...........................................................................
..............................
g. Vesika Urinaria : Membesar ............................... Nyeri
tekan ...........................................
h. Gangguan : Anuaria ( ), Oliguria ( ), Retensi Uria
( ), Nokturia ( ), Inkontinensia Urin ( ), Poliuria ( ), Dysuria
( )
Jalan nafas:
Sputum ( ), warna sputum ( )
konsisitensi:........................................
Batuk ( ) frekuensi:..............................
Dada
Bentuk : Simetris ( ), Barrel chest/dada tong( ), pigeon
chest/dada burung ( )
benjolan ( ), dll………………..
Paru-paru:
Inspeksi : RR………x/ min,
Palpasi : Normal ( ), ekspansi pernafasan ( ), taktil
fremitus ( )
Perkusi : Normal/ Sonor ( ), redup/pekak ( ),
hiper sonor ( )
Auskultasi : Irama ( ), teratur ( ),
Suara nafas : Vesicular ( ), Bronkial ( ), Amforik ( ), Cog
Wheel Breath Sound ( ), Metamorphosing breath sound ( )
Suara Tambahan : Ronki ( ), pleural friction( )

Data Tambahan :
........................................................................................................................
.....................................
........................................................................................................................
......................................
120

........................................................................................................................
........................................................................................................................
...........................................................................

Masalah keperawatan:
........................................................................................................................
.....................................

4. Aktivitas/Istirahat
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang
dibawa saat tidur, dll):
Kebiasaan Tidur siang:......................................jam/hari
Skala Aktivitas:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi/ROM

0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
Persendian:
Nyeri Sendi ( ), pergerakan sendi:.......................

ROM ( Range Of Motion):

Kekuatan Otot :

Kelainan Otot:
121

Tonus/aktifitas: Aktif ( ), Tenang ( ), Letargi ( ), Kejang ( ),


Menagis keras ( )
lemah ( ) melengking ( ), Sulit menangis ( )
Ekstremitas : Amelia ( ), Sindaktili ( ), Polidaktili( )

Reflek Patologis :
Babinsky : + ( ), - ( )
Kernig : + ( ), - ( )
Brudzinsky : + ( ), - ( )
Reflek Fisiologis
Biceps : + ( ), - ( )
Triceps : + ( ), - ( )
Patella : + ( ), - ( )

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis/denyut apeks( ), Normal( ), Melebar( )
Palpasi : Kardiomegali( )
Perkusi : Redup( ), pekak( )
Auskultasi : HR...............x/mnt. Aritmia( ),Disritmia( ) ,
Murmur ( )

Mandi :...............................................................................x/hari
Sikat gigi :...............................................................................x/hari
Ganti Pakaian :...............................................................................x/hari
Memotong kuku :.........................................................................x/minggu
Data Tambahan :
........................................................................................................................
......................................

Masalah keperawatan:
........................................................................................................................
.....................................
........................................................................................................................
.....................................

5. Persepsi/Kognitif
Kesan Umum
Tampak Sakit: ringan ( ),sedang( ),berat ( ), pucat ( ), sesak ( ),
kejang( )
1. Kepala
122

a. Fontanel anterior : Lunak ( ), Tegas ( ), Datar ( ), Menonjol(


), Cekung ( )
b. Rambut : Warna............... Mudah dicabut ( ),
Ketombe( ), Kutu ( )

2. Mata
Mata : Jernih ( ), Mengalir, Kemerahan ( ),
Sekret ( ) Visus : 6/6 ( ), 6/300 ( ), 6/tak terhingga ( ),
Pupil : Isokor ( ), Anisokor ( ), Miosis ( ),
Midriasis ( ),
Reaksi terhadap cahaya : Kanan : Positif ( ), Negatif ( ),
Kiri : Positif ( ), Negatif ( ),
Alat bantu : Kacamata ( ), Softlens ( )
Conjungtiva : Merah jambu ( ), Anemis ( )
Sklera : Putih ( ), Ikterik ( )

3. Bibir, Lidah
a. Bibir : Normal ( ), Sumbing ( ), Sumbing langit-
langit/palatum ( )
b. Lidah : Bersih ( ), Kotor/ putih ( ), Jamur ( )

4. Telinga, Hidung, Tenggorok


a. Telinga : Normal ( ), Abnormal ( ), Sekret ( )
b. Hidung : Simetris ( ), Asimetris ( ), Sekret ( ),
Nafas cuping hidung ( )
c. Tenggorok : Tonsil ( ), radang ( )

Data Tambahan :
.......................................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
....................................

6. Persepsi Diri
Perasaaan klien terhadap penyakit yang dideritanya
.......................................................................................................................
Persepsi klien terhadap dirinya......................................................................
Konsep diri.....................................................................................................
Tingkat
kecemasan......................................................................................................
.........................
Citra Diri/Bodi image:....................................................................................
Data Tambahan :
123

.......................................................................................................................
....................................
.......................................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
.....................................
.......................................................................................................................
.....................................

7. Peran Hubungan
Budaya :
Suku :
Agama yang di anut :
Bahasa yang digunakan :
Masalah sosial yang penting :
Hubungan dengan orang tua :
Hubungan dengan saudara kandung :

Data Tambahan :
........................................................................................................................
....................................
........................................................................................................................

Masalah keperawatan:
........................................................................................................................
....................................

8. Seksualitas Dan Reproduksi


Genitalia dan Anus
Laki-laki
Penis : Normal/ada ( ), Abnormal…………………,
Scrotum dan testis : Normal ( ), Hernia ( ), Hidrokel ( )
Anus : Normal/ada ( ), Atresia ani ( )
Perempuan
Vagina : Sekret ( ), Warna .......................
Anus : Normal/ada ( ), Atresia ani ( )
Riwayat kehamilan dan kelahiran :

Data Tambahan :
124

........................................................................................................................
....................................
........................................................................................................................

Masalah keperawatan:
........................................................................................................................
......................................

9. Toleransi/Koping Stress
GCS :.......
E:........................................................................................
V: .......................................................................................
M:.......................................................................................

Data Tambahan :
.......................................................................................................................
....................................
.......................................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
.....................................

10. Prinsip Hidup


Budaya :
a. Budaya yang diikuti pasien dengan aktifitasnya
: .......................................................................
b. Masalah terkait budaya: .......................................................................
Spritual / Religius :
a. Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan sehari-
hari:.........................................................................................................
.............................................
b. Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang sekarang tidak dapat
dilaksanakan:...........................................................................................
...........................................................
c. Perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut :.............
..........................................
d. Upaya pasien mengaasi perasaan tersebut :............................................
................................................ ..........................
e. Keyakinan pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami : ......................................................................................
.................................................................................................................
...........................

Psikologis :
a. Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini : ...................................
125

..................................................................................................................
b. Cara mengatasi perasaan tersebut : .........................................................
..................................................................................................................
c. Rencana pasien setelah masalahnya terselesaikan :.................................
..................................................................................................................
d. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan : .............................................
..................................................................................................................
e. Pengetahuan pasien tentang masalah/penyakit yang ada : ......................
..................................................................................................................

Sosial :
a. Aktifitas/peran pasien di masyarakat :....................................................
................................................................................................................
b. Masalah social : .....................................................................................
.................................................................................................................

Data Tambahan :
........................................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
........................................................................................................................
......................................

11. Keselamatan / Perlindungan


Tingkat Kesadaran : Composmentis ( ), Apatis ( ), Somnolen ( ),
Sopor ( ), Soporocoma ( )
Coma ( )
TTV : Suhu..............O C, Nadi...........x/min,
TD.................mmHg, RR..........x/min
Warna kulit : Sianosis ( ), Ikterus ( ), Eritematosus rash ( ),
discoid lupus ( ),
Masalah kulit : Oedema ( ), Bula ( ), Ganggren ( ), Petekie
( ), nekrotik jaringan ( ),
Hiperpigmentasi ( ), Echimosis ( ),
Turgor Kulit : Elastis ( ), Tidak elastis ( )

Data Tambahan :
.......................................................................................................................
.....................................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
.....................................
126

12. Kenyamanan
Provaiking :
Quality :
Regio :
Scala :
Time :

Data Tambahan :
.......................................................................................................................
....................................

Masalah keperawatan:
.......................................................................................................................
....................................
Terapi
Tanggal Terapi :

Cara
Nama Golongan Kontra
No Dosis Pemberia Indikasi
Terapi Obat Indikasi
n
127

Pemeriksaan Penunjang : (Laboratorium, USG, EKG, Rontsen, EEG, dll)

Jenis Tanggal
Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan Pemeriksaan
128

Lampiran 3
S Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi

O Muhammadiyah Palembang

P Terapi Slow Deep Breathing

1. Pengertian Slow Deep Breathing atau teknik relaksasi nafas dalam adalah
suatu latihan pernafasan dan teknik rileksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang
menghentikan siklus nyeri, ansietas dan ketegangan otot.
2. Tujuan a. Mengurangi stres fisik maupun emosional yaitu ansietas
nyeri
b. Menurunkan tekanan darah
c. Meningkatkan ventilasi alveoli
d. Memelihara pertukaran gas
e. Mencegah atelektasi paru
f. Menurunkan kecemasan
3. Referensi Tomy. 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Lansia. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Volume 2, Nomor 1
4. Prosedur Tahap Pra Interaksi :
1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan tindakan)
3. Perawat mencuci tangan
4. Perawat mempersiapkan alat

Tahap Orientasi :
1. Perawat memperkenalkan diri
2. Perawat menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap Interaksi :
1. Perawat mencuci tangan
2. Mengucapkan Basmallah (Bismillahirohmanirohim)
3. Mengucapkan salam (Assalamualaikum)
4. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien (Nama
pasien, Tanggal lahir, dan No.RM)
5. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,
129

sampiran, dll)
6. Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang
akan dilakukan : duduk/terlentang/miring)

Tahap Kerja :
1. Atur posisi duduk atau berbaring yang nyaman atau sesuai
kondisi pasien
2. Menginstruksikan pasien untuk menutup mata
3. Menginstruksikan pasien untuk rileks dan tetap tenang
4. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan
5. Tahan selama 3 detik
6. Hembuskan secara perlahan, lewat mulut
7. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut dengan perlahan
8. Usahakan agar tetap konsentrasi
9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar
rileks
10. Ulangi sebanyak 30 kali selama 15 menit, dan selingi
istirahat singkat setiap 5 kali pernafasan
11. Setiap 5 kali melakukan napas dalam selingi istirahat singkat
dengan napas normal 3 kali
12. Setelah selesai, buka mata secara perlahan
13. Terapi ini dilakukan pada pagi hari dengan menganjurkan
pada pasien untuk menghindari mengkonsumsi obat nyeri
kepala
14. Evaluasi tingkat nyeri kepala dilakukan setelah melakukan
melakukan terapi napas dalam

Tahap Terminasi Dan Dokumentasi :


1. Mengucapkan Hamdalah
2. Evaluasi perasaan klien setelah prosedur dilakukan
3. Merapikan Pasien
4. Membereskan alat
130

Lampiran 4
DISCHARGE PLANNING
Nama : No. RM :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Bagian : Bagian :
Dipulangkan dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
a. Kontrol
Waktu :
Tempat :
b. Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, DLL) :
Meminum obat sesuai dengan jadwal
Menerapkan gaya hidup sehat
Belajar rileks dan mengendalikan stress
Melakukan terapi Slow Deep Breathing sebagai terapi untuk mengurangi nyeri kepala
dan menurunkan tekanan darah
c. Aturan diet/nutrisi :
Diet garam serta pengendalian berat badan
Dibatasi konsumsi makanan manis, beku, kaleng, dan instan
d. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya :

e. Aktivitas dan istirahat :


Monitor tekanan darah secara berkala
Lakukan teknik napas dalam jika nyeri kepala timbul
Olahraga rutin (bersepeda, lari, atau berenang)
Yang dibawa pulang (Hasil lab, foto, ECG, Obat dan lain-lainnya) :

Lain-lain :
Hindari merokok dan alkohol
Palembang, 2021
Pasien/keluarga Perawat

( ) (Dwi Adelia Indah Putri)


131

Lampiran 5
LEMBAR KUISIONER
NUMERIC RATING SCALE (NRS)

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Keterangan :

0 = Tidak ada keluhan nyeri

1-3 = Ada Rasa nyeri, mulai terasa, tapi masih dapat ditahan, tidak
tenang, agitasi,bingung, iritabilitas

4-6 = Ada rasa nyeri, terasa mengganggu dan dengan melakukan usaha
yang cukup kuat untuk menahannya, berkeringat, kaku/grimace,
kening berkerut, mata/mulut terkunci rapat atau terbuka lebar,
kelelahan

7-10 = Ada Nyeri, Terasa sangat mengganggu/ tidak tertahankan,


sehingga harus meringis, menjerit bahkan berteria

TINGKAT NYERI =
132

Lampiran 6
133

Lampiran 7
134

Lampiran 8
135

Lampiran 9
136

Lampiran 10
137
138
139

Lampiran 11
140
141
142

Anda mungkin juga menyukai