TINJAUAN TEORI
6
7
B. Stroke
1. Definisi
Stroke adalah serangan akut mendadak dari disfungsi otak fokal dan
global yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Menurut penulis, stroke adalah ensefalopati
fungsional fokal dan global yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah
otak yang disebabkan oleh perdarahan atau obstruksi, dan gejala serta
tandanya sesuai dengan bagian otak yang terkena. Orang yang bisa
sembuh total, cacat atau bahkan meninggal(Goleman et al., 2019).
Sedangkan menurut (Hariyanti et al., 2020) stroke atau sering
disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident) merupakan penyakit/gangguan
fungsi saraf yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah dalam otak. Jadi stroke adalah gangguan fungsi
saraf pada otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis yang
berkembang secara cepat yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah
dalam otak.
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stroke adalah
disfungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba akibat sirkulasi darah otak yang
tidak normal, disertai gejala dan tanda klinis fokal dan sistemik,
berlangsung selama lebih dari 24 jam atau dapat mengakibatkan kematian.
Orang berusia di atas 40 tahun. Semakin tua semakin tua, semakin besar
risiko terkena stroke (Imran et al., 2020).
Stroke merupakan defisit neurologis yang mempunyai awitan tiba–
tiba, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh penyakit
serebrovascular (Ekacahyaningtyas, 2017). Pasien stroke dimungkinkan
mengalami gangguan transfer oksigen atau cerebro blood flow (CBF)
menurun sehingga mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, sehingga
dapat mengakibatkan iskemik.
8
2. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Hemoragik
Merupakan stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah
otak, dan 15 – 20 % dari kasus stroke adalah jenis stroke ini (Johanna,
dkk, 2014). Stroke ini disebabkan oleh adanya pendarahan. Pendarahan
dapat terjadi dimana saja di dalam badan, tetapi pendarahan di dalam
atau sekitar otak merupakan permasalahan hidup atau mati. Stroke
karena perdarahan (hemoragik) terjadi bila arteri yang menuju ke otak
pecah, darah tumpah ke otak atau rongga antara permukaan luar otak
dan tengkorak.
Stroke hemoragik lebih besar kemungkinannya untuk jadi fatal.
Tidak hanya dapat menganggu aliran darah ke bagian otak dimana
terjadi pembuluh darah arteri yang pecah, tetapi akan menekan otak dan
menyebabkan jaringan otak membengkak. Agar seseorang dapat
bertahan hidup waktu mengalami stroke seperti itu, tekanan dan
pembengkakan di dalam otak harus dapat hilang secara spontan secara
bertahap, pemungkinan mungkin diperlukan untuk menghilangkan
tekanan dan pembengkakan. Mereka yang selamat dari operasi seperti
itu sering dapat sembuh sepenuhnya atau mendekati sembuh
sepenuhnya. (Yueniwati, 2016)
b. Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
Stroke iskemik secara umum diakibatkan oleh aterotrombosis pembuluh
darah serebral, baik yang besar maupun yang kecil. Pada stroke iskemik
8 penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri
yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis
interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung (Yueniwati, 2016)
10
3. Dampak Stroke
Dampak stroke menurut (Fitriani, 2019) pada individu dapat
menimbulkan beberapa perubahan diantaranya berupa perubahan fisik,
sosisal maupun psikologis.
a. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang terjadi diantarannya kehilangan
fungsi motorik yaitu diantaranya kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh, tidak dapat berjalan tanpa bantuan, penurunan refleks tendon,
kesulitan menelan, ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi,
penurunan fungsi penglihatan serta adanya perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.
b. Perubahan Sosial
Dampak sosial yang terjadi pada pasien paska stroke salah satunya
disebabkan karena adanya masalah komunikasi diantaranya adalah
kesulitan dalam berbicara, gangguan bicara, ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya. Gejala sisa
fungsional pada pasien paska stroke juga menyebabkan terjadinya
perubahan penampilan, perubahan peran, reintegrasi serta pembatasan
partisipasi terhadap masyarakat, serta penurunan aktivitas sosial.
c. Perubahan Psikologis
Dampak psikologis dan Gangguan fungsi kognitif dimana
pasienmenunjukan gejala lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, pelupa, depresi, cemas dan kurang motivasi sehingga
pasien mengalami frustasi dalam perawatan penyembuhan (Fitriani,
2019).
4. Etiologi
Hal yang dapat menyebabkan dan meningkatkan risiko stroke. Di
antaranya:
1) Tingginya tekanan darah
Penyebab paling umum terjadinya stroke adalah tingginya tekanan
darah, atau dalam dunia medis disebut hipertensi. Sebaiknya kamu
waspada akan ancaman stroke jika memiliki tekanan darah lebih
11
5) Obesitas
Jika obesitas disebut-sebut bisa sebabkan stroke, jawabannya tentu
iya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang tertuang
dalam Obesity and Stroke Fact Sheet dari Obesity Action Coalition,
yang menjelaskan bahwa peluang untuk terkena stroke dapat
meningkat pada orang yang kelebihan berat badan, tak peduli pria
ataupun wanita. Selain itu, obesitas juga menjadi faktor risiko
untuk hipertensi, yang jika tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan stroke. Kelebihan jaringan lemak telah terbukti
memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko stroke (Obesity
Action Coalition, 2018).
6) Kolestrol tinggi yang tak tekontrol
Kolestrol yang tinggi yaitu displidemia sangat berkontribusi
terhadap penyakit pembuluh darah yang sering menyebabkan
stroke. Ada dua jenis kolestrol dalam tubuh yang terdiri dari Low
Density Lipoprotein (LDL) atau sering disebut dengan kolestrol 22
baik dan High Density Lipoprotein (HDL) atau sering disebut
dengan kolestrol jahat. Semakin banyak HDL didalam tubuh, akan
menginduksi terjadinya atherosclerosis yang pada akhirnya akan
menyebabkan stroke (Stroke Fundation, 2018).
7) Hipertensi
Hipertensi dipandang sebagai faktor resiko utama terhadap
kejadian penyakit serebrovaskuler seperti stroke ataupun
transientis-chemic attack. Pada beberapa kasus menunjukkan
seseorang yang menderita hipertensii berpotensi untuk mengalami
kejadian stroke. Penyakit hipertensi dipandang sebagai salah satu
faktor risiko terjadinya stroke, terlebih lagi jika penderita dalam
kondisi stress pada tingkat yang tinggi. Seseorang yang menderita
penyakit hipertensi akan mengalami aneurisma yang
disertaidisfungsi endotelial pada jaringan pembuluh darahnya.
Apabila gangguan yang terjadi pada pembuluh darah ini
berlangsung terus dalam waktu yang lama akan dapat
13
D. Terapi Musik
1. Definisi
Musik merupakan agen stimulasi dari luar yang dibuat untuk
menstabilkan pengaruh emosi dan memfokuskan kembali perhatian.
Mendengarkan music secara konsisten mengurangi laju pernafasan (RR),
tekanan darah sistolik (sistolik), dan memiliki efek pengurangan
kecemasan pada pasien yang diobati secara mekanis Terapi music
merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
oleh perawat sebagai stimulasi kepada pasien yang diharapkan dapat
berdampak terhadap pemulihan dan penyembuhan pasien (Liang zet,
2016)
Penerapan management lainnya untuk menurunkan tekanan darah
dengan terapi musik. Hasil penelitian menurut (Mahatidanar, A. &
Khairun, 2017), tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi didapatkan hasil ada
pengaruh penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Musik
melalu iiramany amenurunkan kadar kortisol, menyebabkan pembuluh
darah meregang dan mempengaruhi saraf simpatis sehingga memberikan
efek rileks dan berkonstribusi terhadap penurunan tekanan darah (Djohan,
2016).
Terapi musik klasik adalah penggunaan musik sebagai alat terapis
untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik dan
17
TekananDarah
(MAP)
116
120
103
100 pre
pos
80
pre pos
E. Tekanan Darah
1. Definisi
Tekanan darah merupakan tekanan yang berasal dari aliran darah
didalam pembuluh darah yang terjadi ketika jantung memompakan darah
keseluruh tubuh (Fadlilah et al., 2020). Tekanan darah terdiri dari dua
komponen yaitu tekanan sistolik dan diastolic. Tekanan sistolik merupakan
tekanan paling tinggi yang terjadi ketika ventrikel jantung berkontraksi.
Tekanan diastolic adalah tekanan yang paling rendah dan terjadi saat
19
1) Usia
Usia dikatakan dapat mempengaruhi tekanan darah karena tingkat
normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan
darah pada anak-anak atau remaja dikaji dengan memprhitungkan
ukuran tubuh dan usia (task porce on blood pressure in children 1987).
Pada anak-anak yang lebih besar (lebih tinggi atau lebih berat) tekana
darahnya lebih tinggi dari anak-anak yang lebih kecil dari usia yang
sama. Tekanan darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Berdasarkan data dari WHO tingkatan usia
terkena hipertensi terbagi menjadi:
a. Bayi usia (0-2 tahun) sangat langka
b. Balita (3-5 tahun) sangat langka
c. Anak-anak (6-13tahun) langka
d. Remaja (14-18 tahun) langka
e. Anak Muda(19-40 tahun) umum
f. Dewasa(41-60 tahun) sangat umum
g. Oang tua (60 tahun ke atas) sangat umum
2) Stress
Perasaan takut, nyeri, dan stress emosi dapat mengakibatkan stimulasi
simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan
tahanan vascular perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan
tekanan darah (Price, 2009).
3) Medikasi
Banyak medikasi yang secara lansung ataupun tidak langsung dapat
mempengaruhi tekanan darah. Golongan medikasi lain yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu analgesic narkotik, yang dapat
menurunkan rekanan darah (Price, 2009).
4) Variasi Diurnal
Menurut Price (2009) tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang
hari dan tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.
21
Tekanan darah paling tinggi di waktu pagi dan paling rendah ketika
tidur malam hari yang dapat mencapai 80-90 mmHg sistolik dan 40-60
mmHg diastolik.
5) Jenis Kelamin
Secara Klinis terdapat perbedaan yang signifikan dari tekanan darah
pada anak perempuan dan laki-laki. Setelah pubertas pria cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi sedangkan pada wanita yang
sudah menopause akan lebih cenderung memilii tekanan darah yang
lebih tinggi dari pada pria usia tersebut (Price, 2009). Peningkatan
tekanan darah pada lansia juga merupakan pengaruh dari penurunan
fungsi pada sistem kardiovaskuler, seperti katup jantung yang menebal
dan menjadi kaku, kehilangan elastisitas pembuluh darah dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah menjadi meningkat (Mubarak, 2006). Tekanan darah tinggi
(hipertensi) adalah salah satu faktor resiko penting yang dapat
dimodifikasi, yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koronaris
(coronary artery disease) dan stroke. Selain hipertensi, faktor resiko
lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung
diantaranya adalah makanan berkolestrol, kebiasaan merokok,
aktivitas fisik yang kurang, rangsangan kopi yang berlebih, dan juga
faktor keturunan.
F. Kerangka Teori
Stroke
Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan farmakologis
Relaksasi