Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan – Ibu Intranatal Fisiologis/Bersalin Spontan

Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan
uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam melalui jalan lahir.
Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
+ uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Etiologi
1. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
2. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang
otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
3. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan konstraksi rahim.
5. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan (bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri)
2. Persalinan buatan (bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar)
3. Persalinan anjuran (bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan rangsangan)
Istilah yang Berkaitan dengan Umur Kehamilan & Berat Janin yang Dilahirkan
1. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan, umur hamil sebelum 28 minggu dan berat janin kurang dari 1000 gram.
2. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
Berat janin kurang dari 2449 gram.
3. Persalinan Aterm
Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
Berat janin diatas 2500 gram.
4. Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
5. Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat (kurang dari 3 jam).

Pathway

Tanda-tanda Persalinan
1. Tanda persalianan asli (true labor)
a. Kontraksi
- Tejadi secara teratur, makin lama makin kuat/kencang, semakin lama, dan
dalam waktu yang semakin berdekatan
- Intensitas kontraksi meningkat bila sambil berjalan
- Dirasakan dipunggung bagian bawah dan menyebar kebagian bawah
abdomen.
b. Serviks
- Memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi yang ditandai dengan
adanya perdarahan)
- Perubahan keposisi anterior, sulit ditentukan tanpa pemeriksaan vagina
c. Janin
- Bagian presentasi biasanya sudah berada dirongga pelvis (sering disebut
“lightening/dropping”). Keadaan ini meningkatkan kemudahan bernafas, dan
pada saat yang bersamaan kandung kemih akan tertekan akibat dorongan
bagian presentasi janin kearah rongga pelvis)

2. Tanda persalinan palsu (false labor)


a. Kontraksi
- Terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya sebentar
- Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah posisi
- Dirasakan di daerah punggung atau abdomen diatas navel
b. Serviks
- Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-tanda adanya perdarahan
- Seringkali di posisi posterior, tidak dapat dipastikan tanpa pemeriksan vagina
c. Janin
- Bagian presentasi biasanya belum masuk rongga pelvis.

*)Tanda persalinan sudah dekat


1. Terjadi lightening. Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:
· Kontraksi Braxton Hicks
· Ketegangan dinding perut
· Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
2. Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil
· Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
· Dibagian bawah terasa sesak
· Terjadi kesulitan saat berjalan
· Sering miksi (beser kencing)
3. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks ditemukan sebagai keluhan
karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen,
progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil,
pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan (palsu) adalah
rasa nyeri ringan di bagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada
serviks, durasinya pendek, tidak bertambah bila beraktifitas.
Tanda Persalinan Lainnya:
1. Terjadinya his persalinan, his persalinan mempunyai sifat:
· Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
· Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
· Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
· Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah.

2. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda), dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan:
· Pendataran dan pembukaan
· Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
· Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.
Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persalinan


1. Power
His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi ini yang bersifat
otonomtidak dipengaruhi kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya
rangsangan oleh jari-jari tangan dapat menimbulkan kontraksi. Pembagian His dalam
persalinan dan sifat-sifatnya :
a) His pendahuluan
His tidak kuat, tidak teratur menyebabkan “show“.
b) His pembukaan (kala I)
· His pembukaan serviks sampai terjadi pembukan lengkap 10 cm.
· Mulai kuat, teratur dan sakit.
c) His pengeluaran (His mengedan) kala II
Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama.His untuk pengeluaran
janin.Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, diafragma dan ligamen
d) His pelepas uri (kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
e) His pengiring (kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
2. Passege (Jalan Lahir)
Agar anak dapat melalui jalan lahir tanpa rintangan maka jalan tersebut harus normal.
a) Tulang panggul
Ukuran panggul dalam
· PAP (pintu atas panggul): Promontorium / conjugata diagonalis (normal - 12,5 cm Linia
inominata normal teraba - ½ lingkaran).
· RTP (Ruang tengah panggul):Spina ischiadica (normal tidak menonjol) lengkung sacrum
(normal cukup).
· PBP (Pintu Bawah Panggul):Arcus pubis (normal 90o) mobilitas os cocygeus (normal
cukup).
b) Dasar Panggul
Terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan untuk dapat dilalui anak dengan
mudah.Jika terjadi kekakuan pada jaringan dan otot. Hal ini akan menjadi robek atau
ruptur.
c) Uterus dan vagina
· Uterus yang normal harus dapat menyesuaikan dengan isinya tanpa adanya rintangan
di dalam uterus, misalnya tumor.
· Vagina yang normal dapat merupakan saluran yang bebas dilalui anak.
3. Passanger (Janin)
Isi uterus yang akan dilahirkan adalah janin, air ketuban dan plasenta. Agar persalinan
dapat berjalan lancar maka faktor passanger harus normal.
4. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling
tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya.

Proses Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai
membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis
servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten :
· Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secar bertahap.
· Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm
· Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif :
· Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bartahap (kontraksi
dianggap akurat/ memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
· Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa
seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir
dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme Persalinan

a) Engagement
· Diameter biparietal melewati PAP
· Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
· Multipara terjadi permulaan persalinan
· Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan
b) Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
· Tekanan cairan ketuban
· Tekanan langsung oleh fundus uteri
· Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
· Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
c) Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar panggul, flexi
(dagu lebih mendekati dada).
d) Rotation Internal
· Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
· Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir( Bidang tengah dan
PBP)
· Terjadinya bersama dengan majunya kepala
· Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
e) Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas.
f) Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk menghilangkan
torsi leher akibat putaran paksi dalam. Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka
belakang dari PBP.
g) Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu belakang, bahu depan,
badan seluruhnya.
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras,
plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Tanda-tanda lepasnya plasenta: perubahan ukuran
dan bentuk uterus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2
fase:
a) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
· Schultze :lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang
lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri
mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini
biasanya tidak ada sebelum uri lahir.
· Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
· Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis. Tali pusat
diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju
artinya sudah lepas.
· Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas.
Diam atau turun artinya lepas.
· Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya
belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas.

4. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam. Kala IV
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain:
Tingkat kesadaran ibu
Pemeriksaan TTV: tekanan darah, nadi, pernafasan
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc.
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-
obat oksitosin.
Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Normal
a) Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
· Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
· Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
· Perineum tampak menonjol
· Vulva dan sfingter ani membuka
b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia: tempat
datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak
60 cm dari tubuh bayi.
· Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
· Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
c) Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
· Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.
· Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
· Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 % : langkah #9 ).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
· Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan larutan klorin 0.5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
d) Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan abntu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
· Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
· Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :
· Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
· Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
· Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
· Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
· Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
· Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
· Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
· Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f) Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
· Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
· Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di
antara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
g) Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas) :
· Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
· Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi
(lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
26. Keringkan tubuh bayi
· Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
· Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
· Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
· Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
h) Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
di atas.
· Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial).
· Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta.
· Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
· Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
· Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
i) Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan.
j) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
· Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
· biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
· Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
· Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
· Evaluasi.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
· 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
· Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
· Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
· Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
· Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascapersalinan.
· Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5).
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke
luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.

Anda mungkin juga menyukai