DOSEN PEMBIMBING :
DODI AFLIKA FARAMA. SKM
DISUSUN OLEH :
NATASYA FIORENTINA
PENDAHULUAN
dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat
yang terjadi. Pola hubungan antara saudara kandung juga dipengaruhi oleh cara orang
Persaingan untuk merebut kasih sayang orang tua seringkali hadir dalam
khasanah keluarga. Sejak kehadiran adik pertama dapat terus berlangsung sampai
dewasa.Kelahiran adik baru yang menimbulkan rasa cemburu merupakan emosi yang
biasa ditemukan dan dialami oleh anak. Sebelum adik lahir, anak merasa orang tua
menjadi miliknya sepenuhnya dan tidak perlu bersaing dengan orang lain untuk
dikhawatirkan akan berdampak sampai dewasa, diantaranya yaitu remaja awal akan
memupuk kebencian sampai seumur hidup dan dapat memutuskan tali persaudaraan,
bahkan ada kejadian dimana saudara kandung ada yang saling membunuh karena
memperebutkan harta warisan. Priatna dan Yulia ( dalam Novijar, 2012) persaingan
1
2
yang terus menerus dipupuk sejak kecil akan terus meruncing saat anak-anak
beranjak dewasa, mereka akan terus bersaing dan terus mendengki, bahkan ada
anak yang di rumahnya memiliki saudara dan orang tua sibuk bekerja dengan
tuntutan yang tinggi pada anak-anak, membuat anak di sekolah suka berkelahi, dan
ternyata dari hasil pemantauan guru BP di sekolah dengan memanggil orang tua
murid dari salah satu anak yang suka berkelahi tersebut, orang tua mengatakan bahwa
penelitian dari Bank, Burraston, & Snyder (dalam Santrock, 2004) mengungkapkan
perpaduan antara pengasuhan yang tidak effektif, konflik orang tua dan remaja, dan
konflik antar saudara seperti memukul dan berkelahi dapat terjadi di rentang usia 10-
12 tahun dan usia 12-16 tahun terkait dengan perilaku antisosial hubungan dengan
Sibling Rivalry terjadi karena anak merasa perhatian orang tua padanya
berkurang, sementara perhatian pada saudaranya berlebih yang menimbulkan rasa iri
dan persaingan antar saudarapun terjadi. Berbagai cara dilakukan anak untuk
mendapatkan kembali perhatian dari kedua orangtuanya, akan tetapi cara yang
lingkungan sosialnya. Perkelahian antar saudara tersebut apabila dipupuk secara terus
menerus dipupuk sejak kecil akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa,
Persaingan saudara kandug adalah suatu hal yang normal terjadi dalam suatu
keluarga dengan berbagai macam bentuk persaingan di antara kakak dan adik. Selama
persaingan tersebut tidak ada kebencian dalam hati dan tidak ada motif-motif negatif
lainnya (Priatna & Yulian, 2006). Perlakuan orang tua yang berbeda terhadap anak
dapat berpengaruh pada kecemburuan, gaya kelekatan, dan harga diri yang pada
gilirannya bisa menimbulkan distres pada hubungan romantis dikemudian hari (Rauer
& Volling, 2007). Dalam hal ini, biasanya orang tua lebih merasa nyaman dengan
salah satu anak dibanding anaknya yang lain. Secara emosional, ikatan mereka
biasanya lebih kuat. Kalau mau berpergian atau meminta bantuan, anak
Rasa bersaing itu muncul pada anak-anak yang merasa diperbandingkan oleh
orang tuanya dan adanya perasaan diabaikan ketika orang tua menganak emaskan
saudaranya. Sikap orang tua yang seperti ini yang dapat menciptakan suasana
persaingan pada anak-anaknya. Sebab kasih sayang orang tua biasanya lebih tertuju
pada siapa yang di anggap memenuhi harapan orang tua. Dalam kondisi ini, peran
kedua orang tua sangat penting, walaupun pada hakekatnya semua orang tua pasti
merasa dirinya telah bersikap adil pada semua anak-anaknya, dengan cara memenuhi
permintaan anaknya secara merata. Namun demikian, disadari atau tidak, rasa sayang
4
pada salah satu anak akan selalu ada di dalam sebuah keluarga, apalagi jika keluarga
itu terdiri dari dua anak atau lebih. Biasanya bapak memiliki anak kesayangan
Jika kondisi itu terjadi, maka sebenarnya orang tua telah membuat konflik,
pertengkaran dan persaingan yang negatif antar anak-anaknya. Sang kakak mungkin
akan merasa cemburu dan iri pada adiknya, karena telah berhasil merenggut seluruh
kenikmatan yang dia terima selama ini dari orang tuanya. Demikian pula sebaliknya,
sang adik merasa iri dan cemburu pada kakaknya karena selalu dibandingkan dalam
setiap tingkah lakunya, sehingga orang tua seakan tak pernah memperhatikan
anaknya yang lebih muda meskipun memiliki prestasi yang jauh lebih bagus dari
kakaknnya.
Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak
mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh
sikap dan prilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila
terdapat rasa pesaingan atau permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak
kurang menguntungkan dibanding bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik.
Oleh karena itu, sikap yang baik dan bijaksana adalah orang tua bersikap netral dan
objektif, yaitu orang tua tidak memihak salah satu anaknya dan tidak menyalahkan
prilaku anak yang lainnya. Orang tua menjadi penengah dan berusaha untuk
menyadarkan anak-anak bahwa konflik yang tidak dapat diselesaikan hanya akan
meminta maaf sedangkan anak yang lain mengampuni kesalahan tersebut maka akan
ada dalam setiap tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada tersebut dapat
bersumber dari berbagai macam faktor seperti dari dalam diri sendiri, keluarga, teman
suatu bentuk ujian bagi para remaja agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka. Hal ini dikarenakan oleh berbagai macam pertimbangan
pada masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
tidak dapat berfungsi dengan baik, bukan tidak mungkin akan menghasilkan generasi-
generasi yang bermasalah yang dapat menjadi beban sosial masyarakat. (Lestari,
2012).
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam
(Gunarsa, 2001). Oleh karena itu pendidikan awal yang didapat anak dalam
Hal tersebut mau tidak mau orang tua dituntut untuk mengajarkan dan membimbing
anaknya sebaik mungkin. Namun ternyata hal tersebut terbentur oleh jenis pola asuh
apa yang diterapkan oleh masing-masing orang tua untuk menciptakan keluarga yang
ideal. Karena terkadang bentuk pola asuh yang diterapkan malah munculkan hal-hal
negatif pada diri anak dengan timbulnya berbagai macam masalah pada hubungan
keluarga tesebut.
berinteraksi dengan subsistem yang didalamnya terjadi proses sosialisasi antara anak
dengan orang tua. Namun, seorang anak itu tidak hanya berinteraksi dengan orang
antar saudara itu juga memegang peranan penting dalam keluarga itu, baik bagi
perkembangan anak maupun bagi hubungan keluarga itu sendiri. Buktinya, apabila
hubungan antar saudarabaik, maka hubungan keluarga pun akan cenderung baik pula.
Begitu juga sebaliknya, apabila hubungan antar saudara kurang baik, maka akan
Menurut Hurlock (1992) secara umum ada tiga macam pola asuh orangtua
terhadap anak yaitu, tipe pola asuh pertama demokratis, tipe pola asuh kedua adalah
permisif, tipe pola asuh ketiga adalah otoriter. Ketiga pola asuh orangtua tersebut
7
terhadap anak akan menghasilkan sikap dan perilaku berbeda-beda pula. Pada
umumnya pola pengasuhan orangtua dibedakan menjadi tiga. pertama pola asuh
demoktratis; kedua pola asuh otoriter; ketiga pola asuh permisif. (Kartono, 1992)
Menurut Hurlock (1992) pola asuh demokrasi adalah salah satu teknik atau
cara mendidik dan membimbing anak, di mana orangtua bersikap terbuka terhadap
tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian mendiskusikan hal tersebut
bersama sama. Pola ini lebih memusatkan perhatian pada aspek pendidikan daripada
penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut. pola asuh
anak yang disertai dengan tuntutan, kontrol dan pembatasan. Jadi penerapan pola
persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan takut, keleluasaan yang diberikan
o`rangtua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol dan pembatasan
Menurut Kartono (1992) pola asuh otoriter ditandai dengan ciri-ciri sikap orangtua
bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh orangtuanya. Karena orangtua tidak
8
timbullah berbagai sikap orang tua yang mendidik menurut apa yang dinggap terbaik
oleh mereka sendiri, diantaranya adalah dengan hukuman dan sikap acuh tak acuh,
Pola asuh yang sering diterapkan selain pola asuh demokratis dan otoriter
yaitu pola asuh permisif. Menurut Kartono (1992) dalam pola asuh permisif, orangtua
tentang langkah apa yang akan dilakukan, orangtua tidak pernah memberikan
pengarahan dan penjelasan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak,
dalam pola asuh permisif hampir tidak ada komunikasi antara anak dengan orangtua
yang harmonis diantara orangtua dan anak remajanya, orangtua perlu menciptakan
suasana agar remaja itu merasa terbuka untuk menyelesaikan masalah mereka dengan
baik. Suasana yang kondusif bagi orangtua dan anak dapat tercipta jika orangtua
mampu menerapkan pola asuh yang positif bagi perkembangan anak. Sebagai
orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu
secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi
9
Tarmudji, 2001).
relationship yaitu dengan pola asuh yang digunakan. Pola asuh orang tua sangat
penting dalam menghadapi masalah pada anak yang sangat mengganggu yang
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Pola asuh orang tua pada
kehidupan anak tidak hanya mempengaruhi kehidupan tiap individu anak, tetapi juga
karena anak tidak hanya membandingkan dirinya dengan saudara kandungnya yang
saudaranya yang lain. Ini merupakan beban yang berat bagi anak. Kompetisi antar
Banyak permasalahan yang timbul oleh karena pola asuh yang kurang tepat
misalnya memberikan perhatian yang lebih pada anak yang lain sehingga akan
menimbulkan reaksi sibling rivalry. Tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu
macam pola asuh dengan murni, dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua
menerapkan berbagai macam pola asuh dengan memiliki kecenderungan kepada salah
Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa pola asuh orang tua
berkorelasi dengan sibling rivalry pada anak. Dari penelitian Suryawardhani (2015),
juga menunjukkan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry.
Maka dari situlah peneliti ingin meninjau kembali dari hubungan itu pada tiap pola
asuh yang diterapkan orang tua apakah menunjukkan perbedaan tingkat sibling
rivalry. Dalam penelitian ini, peniliti memilih SMA Wachid Hasyim 2 karena
mayoritas siswa disana tergolong pada usia remaja yang sesuai dengan apa yang
B. Rumusan Masalah
Hubungan Pola Asuh Demokratis dengan tingkat Sibling Rivalry pada Remaja,
Apakah terdapat Perbedaan tingkat Sibling Rivalry pada Remaja Ditinjau dari Pola
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
mengenai sibling rivaalry dan pola asuh orang tua dalam pengembangan
2. Manfaat Praktis
asuh Demokratis.
E. Keaslia Penelitian
terdahulu mengenai variabel Sibling Rivalry dan pola asuh untuk dijadikan sebagai
1. Penelitian oleh Cucuh Sopiah, dkk (2013). Hasil dari penelitian tersebut
penelitian ini adalah 1,8% yang berarti 98,2% dan sisanya di pengaruhi
anak sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father, dan
dari dua subjek, semuanya mengalami sibling rivalry, namun kadar sibling
rivalry antara kedua subjek berbeda, dimana perilaku sibling rivalry pada
subjek pertama bersifat lebih agresif dibandingkan subjek kedua. Hal ini
dapat dilihat dari intensitas pertengkaran subjek, baik secara fisik maupun
saling mengejek dan memaki dengan kata-kata kasar, sering tidak saling
berteguran satu sama lain, serta saling mencari perhatian lebih dari orang
terhadap salah satu anak, perhatian orang tua yang terbagi, penolakan
13
terhadap saudara kandung lain, serta sikap membandingkan orang tua dan
hubungan pola asuh dominan orang tua dengan sibling rivalry anak usia
pra sekolah dan Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat erat
jiwa anak. Untuk itu, orang tua janganlah selalu memberikan yang
persepsi pola asuh orangtua (permisif) dengan sibling rivalry pada remaja
pola asuh permisif tinggi, akan diikuti dengan rendahnya sibling rivalry
pada anak, begitu juga sebaliknya. Terdapat hubungan antara persepsi pola
asuh orangtua (otoriter) dengan sibling rivalry pada remaja awal yang
persepsi pola asuh orangtua (otoritatif) dengan sibling rivalry pada remaja
awal dan menghasilkan arah yang positif dengan kekuatan hubungan yang
rendah. Pola asuh permisif dicirikan dengan tidak menuntut banyak dari
standar, aturan, dan larangan yang jelas yang dapat mendorong anak untuk
Hasil review beberapa jurnal penelitian tentang variabel pola asuh orang tua
dan sibling rivalry menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut telah menjadi tema
penelitian yang umum dan banyak dikembangkan. Namun, penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada setting, dasar teori,
subjek penelitian, instrumen, serta analisis data. Pada penelitian ini, peneliti ingin
15
melihat apakah ada perbedaan tingkat sibling rivalry pada remaja dari tiap-tiap pola
yang menunjukkan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry.